ppid.padang.go.idppid.padang.go.id/home/download_file/RENSTRA BAB III... · Web viewBAB III ISU-ISU...
Transcript of ppid.padang.go.idppid.padang.go.id/home/download_file/RENSTRA BAB III... · Web viewBAB III ISU-ISU...
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
BKPSDM
Permasalahan-permasalahan pelayanan Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia terhadap aparatur Pemerintah Kota Padang adalah sebagai
berikut :
a. Sistem rekrutmen, penempatan dan distribusi aparatur harus ditingkatkan karena
belum sepenuhnya berdasarkan kompetensi dan kebutuhan organisasi.
b. Pembinaan dan pengembangan karir aparatur daerah belum sepenuhnya berdasarkan
kompetensi dan kebutuhan organisasi sehingga kinerja aparatur belum maksimal.
c. Belum tersedianya standar kompetensi dan pola karir aparatur yang jelas.
d. Pengelolaan data dan pelayanan informasi kepegawaian aparatur daerah yang cepat,
tepat dan aktual masih perlu ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi informasi
secara optimal dan terintegrasi.
e. Kualitas sumber daya aparatur masih perlu ditingkatkan baik kualitas maupun
kuntitas sesuai kompetensi dan kebutuhan organisasi dan daerah.
f. Pelayanan administrasi kepegawaian masih perlu ditingkatkan agar pelayanan yang
baik, bersih dan melayani kepada seluruh aparatur tercapai.
g. Disiplin aparatur daerah masih perlu ditingkatkan dengan disertai peningkatan dan
pemerataan tingkat kesejahteraan aparatur di seluruh OPD/SKPD( sistem reward dan
punishme).
h. Sarana dan prasarana harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas khususnya
Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM belum mempunyai gedung kantor
27
yang defenitif dan rerpresentatif sehingga pelayanan dan pengelolaan manajemen
kepegawaian dan Pengembangan SDM belum dapat dilaksanakan secara maksimal
28
Tabel.III.1
Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi BKD
Aspek Kajian Capaian Faktor Yang Mempengaruhi Permasalahan Pelayanan BKDInternal Eksternal
Sarana dan prasarana aparatur kantor.
Belum punya gedung kantor yang defenitif.
Keterbatasan anggaran daerah.
Pelayanan dan pengembangan belum dapat maksimal.
Pengadaan dan Formasi Kepegawaian
Sistem rekrutmen, penempatan dan distribusi aparatur belum sepenuhnya berdasarkan kompetensi dan kebutuhan organisasi.
Formasi PNS Perbedaan antara pengusulan formasi antara daerah dgn Kemenpan-Rb.
Masih terbatasjumlah dan kualitas PNS yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan organisasi
Mutasi dan Administrasi Kepegawaian
Distribusi PNS yang belum sepenuhnya sesuai dengan tuntutan jabatan.
Perpindahan Pegawai. Masih adanya intervensi dari luar.
1.Tenaga administratif jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan tenaga teknis dan fungsional.
2.Distribusi PNS tidak merata.3. Jumlah pegawai yang setiap tahun terus berkurang sedangkan beban tugas semakin bertambah.
Pengembangan Karir Belum tersedianya Stndar Kompetensi dan pola pengembangan karir yang berdasarkan pada kualifikasi pendidikan, diklat dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi
Diklat Pim II,III dan IV, Diklat Teknis, Assesment Pejabat Provinsi
Belum semua aaparatur dan Pejabat dapat mengikuti Diklat Pim II, PIM III, PIM IV serta Diklat Tekhnis dan fungsional.
Pola pengembangan karir masih belum didasarkan pada kompetensi pegawai dan kebutuhan organisasi serta prinsip pangkat, jabatan, masa kerja dan usia.
Kurang minatnya PNS untuk berkarir dalam jabatan fungsional
Mengusahakan fasilitas untuk pemangku jabatan fungsional
Persyaratan untuk pengangkatan dalam jabatan fungsional
1.Belum banyaknya fasilitas yang diberikan pada pemegang jabatan fungsional.2. Terjadinya ketimpangan fasilitas antara jabatan struktural dengan jabatan fungsional.
Terbatasnya fasilitas bagi pegawai Program pendidikan dalam ijin belajar.
Pemberian Izin program pendidikan Izin Belajar yang dibutuhkan oleh organisasi .
Beasiswa dari sponsor dan Bappenas.
Tingginya minat pegawai untuk meningkatkan pendidikan akademis sedangkan fasilitas masih sangat terbatas.
29
Kesejahteraan dan Disiplin
Reward and punishment belum dapat diterapkan secara adil dan berimbang
Sosialisasi PP 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Penerapan SKP kepada seluruh PNS.
Belum tersedianya Standar pengukuraan Kinerja pegawai.
30
Evaluasi Pelayanan Berdasarkan RPJMD Tahun 2006-2010
Salah satu agenda pembangunan daerah tahun 2014-2019 adalah mewujudkan tata
kelola pemerintah yang baik, untuk mewujudkan agenda tersebut disusun prioritas
pembangunan sebagai berikut:
1. Peningkatan dan pemerataan akses dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat
2. Peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan
3. Pembangunan Ekonomi berbasis masyarakat dan mendorong tumbuhnya investasi daerah
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penurunan tingkat kemiskinan
5. Percepatan pembangunan infrastruktur dalam mendukung pusat pemerintahan dan sentra
ekonomi UMKM
6. Pengembangan indsutri pariwisata berbasis potensi dan kearifan lokal serta mendorong
pertumbuhan ekonomi kreatif yang berdaya saing
7. Pengembangan dan pemanfaatan potensi kelautan yang lestari dalam upaya mendorong
penyediaan lapangan usaha bagi masyarakat pesisir
8. Peningkatan penataan birokrasi dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik
dan bersih untuk peningkatan pelayanan publik
9. Peningkatan daya dukung lingkungan kota dalam rangka mewujudkan Kota Metropolitan
berbasis mitigasi bencana
10. Peningkatan pembangunan kawasan pemukiman dan infrastruktur perkotaan yang hijau
dan berkesinambungan.
3.2 Telaahan Visi, Misi Kepala Daerah (RPJMD Kota Padang Tahun 2014-2019)
Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kota Padang merupakan unsur
penunjang urusan pemerintahan bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan.
Mempunyai tugas membantu Walikota dalam melaksanakan fungsi penunjang urusan
pemerintahan bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan tekhnis bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;
2. Pelaksanaan tugas dukungan bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;
3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan tekhnis
bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;
51
4. Pembinaan tekhnis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan
pemerinthan bidang kepegawaaian, pendidikan dan pelatihan;
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan
fungsinya.
Sedangkan Kepala Badan mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur
penyelenggaraan urusan kepegawaian dan Pengembangan SDM daerah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan demi terwujudnya sumber daya aparatur yang
berkualitas, sedangkan fungsi dari Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM
Kota Padang adalah :
a. Menetapkan sasaran strategis bidang kepegawaian dan Pengembangan SDM
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk pengembangan dan
pembinaan kepegawaian secara profesional,
b. Menetapkan program kerja Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan agar pelaksanaan kebijakan daerah dibidang
kepegawaian dapat terukur secara tepat dan optimal,
c. Menyelenggarakan pengelolaan manajemen kepegawaian dengan para mitra kerja terkait
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan agar terwujudnya sinkronisasi
kebijakan dengan baik,
d. menyelenggarakan manajemen kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia
yang meliputi pengadaan, pemberhentiaan, informasi kepegawaian, mutasi, promosi,
pengembangan aparatur, penilaian kinerja aparatur dan penghargaaan berdasarkan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan demi terwujudnya pembangunan
sumber daya aparatur yang berkualitas dan berdaya guna,
e. menyelenggarakan pengendalian manajemen kepegawaian dan pengembangan sumber
daya manusia berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan demi terwujudnya
pengelolaan sumber daya aparatur yang berdaya guna dan berhasil guna,
f. menyelenggarakan pembinaan aparatur dalam pengelolaan manajemen kepegawaian dan
pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar
pencapaian hasil pelaksanaan tugas dapat lebih efisien dan efektif,
52
g. mengarahkan penyelenggaraan manajemen kepegawaian dan pengembangan sumber
daya manusia berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan demi tercapainya
pelaksanaan tugas yang tepat sasaran,
h. mengevaluasi penyelenggaraan manajemen kepegawaian dan pengembangan sumber
daya manusia berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan guna mengetahui
keberhasilan pelaksanaan tugas secara komprehensif,
i. melaporkan penyelenggaraan manajemen kepegawaian dan pengembangan sumber daya
manusia secara periodik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai
bentuk akuntabilitas kinerja,
j. pengguna anggaran Badan,
k. pengguna barang Badan,
l. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Dengan mempertimbangkan tugas pokok, potensi, kondisi, permasalahan, tantangan
dan peluang yang ada di Kota Padang serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam
masyarakat, maka visi Pemerintah Kota Padang pada tahun 2014-2019 yang hendak
dicapai adalah:
“Mewujudkan Padang Menjadi Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata yang
SEJAHTERA, RELIGIUS DAN BERBUDAYA”.
Pencapaian visi kepala daerah dalam dokumen RPJM diatas diwujudkan dalam 5 misi:
1. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan SDM yang beriman,
kreatif dan berdaya saing.
2. Menjadikan Kota Padang sebagai pusat perdagangan wilayah barat sumatera.
3. Menjadikan Kota Padang sebagai daerah tujuan wisata yang nyaman dan berkesan.
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan ekonomi kerakyatan.
5. Menciptakan Kota Padang yang aman, bersih, asri, tertib, bersahabat dan menghargai
kearifan lokal.
6. Mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik, bersih dan melayani.
Sedangkan 10 program unggulan Walikota Padang adalah :
53
1. Melaksanakan pengaspalan dan betonisasi jalan lingkungan, perbaikan trotoar serta
pengendalian banjir dan genangan air
2. Menyelenggarakan pendidikan, pesantren ramadhan, kegiatan keagamaan, seni dan
budaya dan olahraga yang lebih berkualitas, serta gratis pendidikan SD, SMP, SMA dan
SMK Negeri serta pemberian beasiswa bagi semua pelajar/mahasiswa berprestasi dari
keluarga miskin
3. Menyediakan terminal angkutan kota dan terminal bus dalam 2 tahun serta penataan
sistem transportasi kota yang lebih baik
4. Merehab 1000 unit rumah tidak layak huni pertahun dan pelayanan kesehatan gratis di
puskesmas/RSUD serta ambulan gratis bagi warga miskin
5. Membangun Pasar Raya Padang dalam dua tahun dan revitalisasi pasar-pasar pembantu.
6. Meningkatkan dana operasional kecamatan, kelurahan, RT, RW dan Garin
Masjid/Musholla menjadi 200%.
7. Memberikan santunan kematian 1 juta untuk warga kota Padang.
8. Mendorong pertumbuhan ekonomi, mencetak 10.000 wirausahawan baru di Kota
Padang, pengembangan ekonomi kreatif, UMKM, serta pemberdayaan ekonomi
masyarakat petani dan nelayan.
9. Merevitalisasi objek wisata Kota Padang menjadi wisata keluarga dan konvensi yang
layak dan ramah.
10. Menyediakan anggaran untuk tunjangan daerah bagi PNS.
Berdasarkan penjabaran Visi dan Misi diatas, maka Tujuan pembangunan Kota Padang
dalam periode 2014-2019 adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Periwisata untuk
Provinsi Sumatera Barat khususnya dan Wilayah Sumatera Bagian Tengah umumnya
2. Tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, profesional dan melayani
melalui penerapan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance)
3. Terwujudnya masyarakat kota yang sejahtera, religius dan berbudaya.
4. Terjaganya kualitas lingkungan hidup melalui penanggulangan resiko bencana dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik.
54
Guna mendukung terwujudnya VISI DAN MISI Walikota tersebut diperlukan unsur
aparatur yang berkualitas yang merupaakan produksi manajemen kepegawaaian dan
pengembangan SDM yang terpola secara maksimal.
3.3 Telaahan Renstra BKN
Komitmen BKN untuk membangun sistem manajemen PNS dituangkan dalam visi
BKN dalam renstra 2015-2019, yaitu:
“Menjadi Pembina dan Penyelenggara Manajemen Kepegawaian yang Profesional dan
Bermartabat Tahun 2025”
Uraian visi:
a. BKN merupakan mandatori Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara khususnya di bidang pembinaan dan penyelenggaraan
Manajemen ASN secara nasional.
Dalam hal ini, tugas BKN berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan
Manajemen ASN, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar,
prosedur, dan kriteria Manajemen ASN.
b. Manajemen kepegawaian yang dimaksud adalah Manajemen ASN seperti tugas-tugas
dalam pertimbangan teknis formasi, pengadaan, perpindahan antar instansi,
persetujuan kenaikan pangkat, pensiun, dan penyimpangan informasi Pegawai ASN
yang telah dimutakhirkan oleh Instansi Pemerintah serta bertanggung jawab atas
pengelolaan dan pengembangan Sistem Informasi ASN.
c. Terdapat dua nilai yang menjadi tujuan utama pembentukan karakter Pegawai ASN,
yaitu:
1) Profesional
a) BKN melaksanakan kewenangan, tugas dan fungsinya sesuai dengan yang telah
diamanatkan melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan memaksimalkan
sumber daya yang tersedia dalam pembinaan dan penyelenggaraan Manajemen ASN secara
efektif dan efisien; sebagai upaya untuk mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang memiliki
integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat.
55
b) BKN melakukan upaya peningkatan kapabilitas dan kompetensinya sebagai lembaga
pemerintah yang bertanggung jawab dalam melakukan pembinaan dan penyelenggaraan
Manajemen ASN dan pelayanan kepegawaian.
2) Bermartabat
a) BKN berkomitmen untuk merumuskan dan mengimplementasikan norma, standar,
prosedur dan kriteria di bidang kepegawaian secara konsisten serta menjunjung tingga etika
dan nilai-nilai moral yang membentuk citra positif BKN.
b) Menjaga integritas dan citra organisasi BKN sebagai lembaga pemerintah dalam
pembinaan dan penyelenggaraan Manajemen ASN dengan menjadi lembaga terdepan dalam
menerapkan prinsip profesionalitas, nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
2.2. Misi Badan Kepegawaian Negara
Untuk mewujudkan visi tersebut sebagaimana diuraikan di atas, dirumuskan misi
BKN sebagai berikut:
a. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Pelayanan Kepegawaian
b. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Pengawasan dan Pengendalian
Kepegawaian
c. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Peraturan Perundang-Undangan, Kinerja,
dan Kesejahteraan Pegawai.
d. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian e.
Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Manajemen Internal BKN
1. Uraian Misi:
a. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Pelayanan Kepegawaian
Untuk mewujudkan kepuasan atas pelayanan bidang kepegawaian diwujudkan melalui
program dan kegiatan pelayanan prima kepegawaian dari hulu ke hilir. Hal ini dilakukan
dengan tujuan penciptaan sistem dan mekanisme kerja yang terintegrasi untuk
mewujudkan profesionalitas pelayanan kepegawaian.
b. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Pengawasan dan Pengendalian
Kepegawaian.
56
Dalam rangka pembinaan penyelenggaraan manajemen ASN, sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian adalah perwujudan salah satu tugas BKN dalam melakukan
pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria
menajemen kepegawaian ASN. Pengembangan sistem pengawasan dan pengendalian
diatur melalui seperangkat mekanisme kerja dan personil fungsional auditor kepegawaian
untuk memastikan terselenggaranya pengawasan dan pengendalian pelaksanaan NSPK
manajemen kepegawaian ASN di instansi-instansi tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota.
c. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Peraturan Perundang-Undangan,
Kinerja, dan Kesejahteraan Pegawai
Misi ini diwujudkan dengan ketersediaan peraturan perundangan-undangan yang
harmonis dalam implementasi manajemen kepegawaian ASN untuk menghasilkan
kinerja yang diharapkan dan pemenuhan kesejahteraan.
d. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
Sistem informasi manajemen kepegawaian sebagai seperangkat peralatan yang dibutuhkan
dalam pengambilan keputusan secara efisien, efektif dan akurat. Sistem informasi
manajemen kepegawaian tersebut merupakan rangkaian data yang memuat informasi
kepegawaian ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi yang
berbasis teknologi.
e. Mengembangkan dan Mengoptimalkan Sistem Manajemen Internal BKN
Hal ini merupakan upaya untuk mewujudkan profesionalitas pegawai BKN dalam
melaksanakan kewenangan, tugas dan fungsinya yang telah diamanahkan melalui
peraturan perundang-undangan secara efektif dan efisien. Dalam hal ini juga BKN
melakukan upaya peningkatan kapabilitas dan kompetensinya serta menjaga
integritas dan citra organisasi sebagai lembaga pemerintah yang menjalanka peran sebagai
lembaga pembina dan penyelenggara manajemen ASN.
2. 2.3. Tujuan Badan Kepegawaian Negara
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi berdasarkan potensi dan
permasalahan BKN, ditetapkan tujuan BKN tahun 2015-2019, sebagai berikut:
a. Mewujudnya Kualitas Manajemen ASN
Tercapainya tujuan ini diindikasikan oleh pengelolaan PNS yang baik, yang meliputi:
57
penyusunan dan penetapan kebutuhan serta pengadaan PNS; pengembangan PNS
(mutasi, promosi, penilaian kinerja dan pola karir); kompensasi (penggajian, tunjangan
dan penghargaan); kesejahteraan PNS (Tabungan Hari Tua/THT dan perlindungan sosial).
Indikasi lainnya adalah Sistem Informasi ASN yang terpadu dan terintegrasi secara
nasional (meliputi pengelolaan data ASN yang handal dan terkini serta penyajian
informasi kepegawaian secara akurat dan penyusunan talent pool); serta pengelolaan
kepegawaian yang berbasis teknologi informasi (on-line).
b. Terwujudnya Kualitas ASN
Tercapainya tujuan ini diindikasikan oleh tingkat profesionalisme ASN. Dalam hal ini,
indikator peningkatan kualitas ASN dilihat dari semakin membaiknya nilai Indeks
Profesionalitas ASN. Disisi lain, indikasi keberhasilan dari sistem ini adalah berjalannya
pengelolaan atau manajemen kepegawaian yang sesuai dengan norma, standar dan
prosedur (NSP) kepegawaian di lingkungan instansi Pusat dan Pemerintah Daerah,
meningkatnya kinerja PNS dalam melaksanakan pekerjaan, tugas pokok dan fungsi unit
kerjanya. Disamping itu, indikasi tercapainya tujuan ini adalah meningkatnya tingkat
kesejahteraan PNS, yang dikarenakan adanya sistem reward yang baik, dilaksanakannya
rekomendasi-rekomendasi dari BKN terkait dengan pelanggaran-pelanggaran NSP
kepegawaian
c. Mewujudnya Pelayanan Prima dibidang Kepegawaian
Tercapainya tujuan ini diindikasikan dengan tingkat kualitas Pelayanan kepegawaian, baik
kualitas yang berhubungan dengan transparansi, keakuratan dan ketepatan waktu
pelayanan. Selain itu kualitas pelayanan ditunjukkan oleh tingkat kepuasan pelanggan
(instansi/PNS) dilakukan melalui survei pelanggan.
d. Terwujudnya Manajemen Internal yang Akuntabel
Tercapainya tujuan ini diindikasikan oleh meningkatnya pengelolaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instasi Permerintah yang Baik, Opini WTP BPK, tingkat kepuasan
publik terhadap pelayanan internal BKN, ketersediaan layanan informasi publik, penempatan
pegawai yang sesuai dengan kompetensi serta pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana
kantor.
3. 2.4. Sasaran Strategis Badan Kepegawaian Negara
58
Sasaran strategis BKN dalam rangka mewujudkan visi, melaksanakan misi dan mencapai
tujuan berdasarkan potensi dan permasalahan BKN sesuai duntuk BKN adalah
“Meningkatnya tingkat Profesionalisme Pegawai ASN ”
Pencapaian strategis di atas yang bersifat impact (sasaran ultimate), berikut sasaran
intermediate yang akan dicapai dalam Program BKN dapat berfungsi dan memiliki
manfaat terhadap capaian sasaran strategis.
Sasaran strategis BKN secara lengkap dalam mewujudkan visi dan misi BKN adalah :
1. Meningkatkan kualitas pengelolaan ASN
2. Keandalan sistem informasi ASN
3. Meningkatkan disiplin pegawai
4. Meningkatkan profesionalisme ASN
5. Terwujudnya pelayanan kepegawaian dengan berbasis manajemen mutu
6. Meningkatnya pelayanan pembinaan PNS
7. Terwujudnya BKN yang akuntabel dan tata kelola pemerintahan yang baik
BKN dalam melaksanakan tugas sdan fungsinya mengacu kepada Arah Kebijakan dan
Strategi Nasional Pembangunan bidang aparatur negara memiliki peran strategis untuk
mendukung terwujudnya pemerintahan yang bersih (clean government) dalam kerangka
pembangunan nasional di berbagai bidang.
Dalam RPJPN 2005-2025, telah dimanatkan arah kebijakan pembangunan aparatur negara
dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara
dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di pusat maupun di daerah, agar mampu
mendukung keberhasilan pembangunan di bidangbidang lainnya. Selanjutnya juga telah
digariskan dalam RPJPN tersebut bahwa tahapan pembangunan aparatur negara pada RPJMN
2015-2019 diarahkan pada peningkatan profesionalisme aparatur negara di pusat dan daerah
yang makin mampu mendukung pembangunan nasional.
Untuk menjawab tantangan pembangunan nasional ke depan, RPJMN 2015-2019
mengamanatkan pembangunan aparatur negara diarahkan untuk mewujudkan birokrasi yang
bersih dan akuntabel, efisien dan produktif; meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pelayanan publik; dan memberikan dukungan bagi peningkatan daya saing nasional,
59
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pada akhirnya berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Secara konseptual pembangunan aparatur Negara pada tahun 2015-2019 diorientasikan
pada : (a) pemantapan fungsi birokrasi sebagai regulator dan fasilitator pembangunan serta
pilar utama pemerintahan, (b) revitalisasi sistem dan manajemen birokrasi publik secara
efisien, responsif dan fokus pada pencapaian kinerja, (b) pengembangan organisasi birokrasi
yang lincah, inovatif dan adaptif melalui penciptaan tata kelola yang dinamis (d)
pengembangan SDM aparatur sebagai pendorong reformasi; (d) pemantapan peran birokrasi
untuk mendukung sinergi, integrasi, dan kolaborasi serta keterpaduan dalam manajemen
pembangunan.
Salah satu upaya pembangunan aparatur negara dijewantahkan dalam Manajemen Aparatur
Sipil Negara, dengan unsur utamanya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang merupakan
lokomotif bergeraknya reformasi birokrasi. Untuk itu, pembenahan mendasar dalam
pembangunan ASN dimulai dengan penerbitan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Kaitannya dengan pembangunan ASN, maka perlu
diperhatikan beberapa hal yang melingkupi, khususnya terhadap lingkungan strategis
organisasi pemerintah.
Lingkungan strategis yang harus dipertimbangkan, antara lain: perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang makin mutakhir; tatanan globalisasi yang berwujud
liberalisasi, kompetisi dan integrasi; proses demokratisasi dan desentralisasi; dan kultur
birokrasi yang masih diwarnai politisasi, praktek KKN, inefisiensi dan rendahnya kapasitas.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut, dalam RPJMN dirumuskan tiga isu strategis untuk tahun
2015-2019, yakni: Pemerintahan yang bersih dan akuntabel; Pemerintahan yang efektif dan
efisien; dan Peningkatan kualitas pelayanan publik. Berdasarkan isu-isu tersebut, sasaran
utama pembangunan bidang aparatur negara tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1) Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan akuntabel; yang ditandai dengan:
meningkatnya integritas birokrasi; meningkatkan kapasitas dan independensi pengawasan,
meningkatnya akuntabilitas keuangan, dan kinerja pemerintah; dan meningkatnya
transparansi proses pengadaan barang/jasa.
2) Terwujudnya pemerintahan yang efektif dan efisien, yang ditandai dengan: terwujudnya
kelembagaan birokrasi tepat fungsi dan tepat ukuran; terwujudnya bisnis proses yang
sederhana dan berbasis TIK; terwujudnya implementasi manajemen ASN berbasis merit;
60
meningkatnya kualitas kebijakan dan kepemipinan dalam birokrasi; meningkatnya efisiensi
penyelenggaraan birokrasi; dan meningkatnya kualitas implementasi Reformasi Birokrasi
Nasional (RBN).
3) Meningkatnya kualitas pelayanan publik, yang ditandai dengan: makin efektifnya
penguatan pelembagaan dan tata kelola pelayanan publik dan meningkatnya kapasitas
pengendalian kinerja pelayanan publik.
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi BKN
Sebagaimana tercantum dalam RPJMN, terkait dengan sasaran bidang aparatur dan menjadi
kewenangan BKN, maka tanggung jawab BKN adalah pada sasaran kedua, yakni
Terwujudnya Pemerintahan yang Efisien dan Produktif. Fokus dari sasaran yang akan dicapai
oleh BKN adalah penerapan manajemen ASN yang transparan, kompetitif dan berbasis merit
untuk mewujudkan ASN yang profesional dan bermartabat. Oleh karena itu, arah kebijakan
dan strategi pembangunan bidang aparatur yang akan dilaksanakan oleh BKN adalah sebagai
berikut:
a. Peningkatan kualitas perencanaan kebutuhan ASN Jumlah pegawai ASN saat ini dianggap
sudah sangat besar sangat, namun tidak diimbangi dengan kualitas atau kompetensi yang
dimilikinya. Hal ini berpotensi terjadinya in-efisiensi dalam penyerapan anggaran belanja
negara, dalam konteks belanja pegawai di negara ini. Untuk itu, perlu adanya upaya
pengendalian terhadap jumlah pegawai ASN kedepan dengan melakukan penyusunan dan
penetapan ASN secara optimal. Penyusunan dan penetapan kebutuhan; setiap instansi
pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis
jabatan dan analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan dan jenis jabatan PNS dilakukan
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci pertahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
Berdasarkan penyusunan kebutuhan, Menteri menetapkan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
PNS secara nasional. Disisi lain, dalam rangka pengendalian jumlah ASN adalah dengan
pendistribusiannya sesuai kebutuhan masing-masing organisasi. Hal ini dikarenakan masih
terdapat tersentralnya PNS pada instansi-instansi atau pemerintah daerah tertentu, sementara
pada instansi-instansi atau pemerintah daerah tertentu lain kekurangan pegawai.
b. Penguatan kebijakan dan implementasi sistem rekrutmen dan seleksi secara transparan dan
berbasis kompetensi.
Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan pegawai dalam suatu instansi
pemerintah. Pengadaan PNS di instansi pemerintah dilakukan berdasarkan penetapan
61
kebutuhan yang ditetapkan oleh Menteri. Pengadaan PNS dilakukan melalui tahapan
perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa
percobaan, dan peningkatan menjadi PNS. Sebagai instansi pembina manajemen
kepegawaian di Indonesia, BKN telah melakukan terobosan baru dalam proses seleksi CPNS,
yaitu dengan menggunakan sistem computer-based test dengan CAT System. CAT adalah
suatu sistem ujian dengan alat bantu komputer yang digunakan untuk mendapatkan lulusan
yang memenuhi standar minimal kompetensi. Tujuan penggunaan CAT adalah untuk
mendapatkan lulusan yang memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan melalui seleksi
yang obyektif, adil, akuntabel, transparan, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Untuk mengembangkan sistem ini, maka akan dilakukan melalui penyempurnaan tatakelola
seleksi dan perluasan implementasi CAT system.
c. Penguatan kebijakan dan implementasi sistem promosi terbuka
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, Jabatan
Pimpinan Tinggi (JPT) memiliki fungsi memimpin dan memotivasi setiap pegawai ASN di
instansinya melalui kepeloporan, pengembangan kerjasama dan keteladanan.
Mempertimbangkan peran strategis seperti di atas, maka setiap Jabatan Pimpinan Tinggi
harus diisi oleh pejabat yang memenuhi persyaratan kompetensi, kualfikasi, kepangkatan,
pendidikan dan pelatihan rekam jejak jabatan dan integritas persyaratan lain yang dibutuhkan.
Untuk itu, dibutuhkan seleksi secara terbuka dan kompetitif, baik internal maupun eksternal,
untuk menjaring peserta yang lebih luas. Seleksi tersebut harus dilakukan secara terukur,
tertelusur dan obyektif oleh sistem, metode dan instrument seleksi yang dapat
dipertanggungjawabkan validitias serta realibilitasnya. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
dilaksanakan sesuai rambu-rambu yang telah ditentukan dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi R.I Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Lingkungan Instansi Pemerintah. Dalam
peraturan tersebut, untuk melakukan seleksi atau promosi suatu jabatan harus dilakukan
penilaian kompetensi yang diselnggarakan oleh Assesment Centre, baik yang ada di instansi
masing-masing maupun di instansi lain ataupun swasta. Dengan proses seleksi yang baik dan
transparan dapat diperoleh pejabat yang sesuai dan akan menghasilkan pejabat yang
berkinerja baik.
d. Penguatan kebijakan dan implementasi manajemen kinerja pegawai Manajemen kinerja
pegawai dalam lingkup ASN, salah satunya diejawantahkan dalam penilaian kinerja PNS.
Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin obektivitas pembinaan PNS yang
62
didasarkan sistem prestasi dan sistem karir. Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan
perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi dengan
memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS. Hasil
penilaian kinerja PNS digunakan dalam pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai
persyaratan dalam pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat, mutasi, dan promosi, serta
untuk mengikuti diklat. Disisi lain, penilaian kinerja PNS juga dikaitkan dengan kebijakan
reward and punishment system. Artinya, penilaian kinerja PNS akan sangat dikaitkan dengan
pemberian tunjangan dan sanksi yang diterima masing-masing pegawai. Dalam hal ini, PNS
yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja dikenakan sanksi administrasi sampai
dengan pemberhentian.
e. Pengembangan database profil kompetensi calon dan pejabat tinggi ASN Sebagai instansi
pembina dan penyelenggara penilaian kompetensi, BKN juga termasuk Kantor Regional
perlu menyiapkan langkah-langkah strategis untuk penyelenggaraan penilaian kompetensi
serta menyediakan data-data atau profil pejabat yang akan maupun yang sedang menduduki
jabatan. Pemetaan pegawai ASN yang meliputi informasi PNS/ASN yang berbasis pada
aspek potensi dan kompetensi serta ukuran objektif diperlukan untuk mempermudah
pemerintah dalam pendayagunaan pegawai ASN. Data atau profil ASN meliputi aspek-aspek
Kualifikasi (seperti: potensi IQ, Tipologi Kepribadian, Usia, Pendidikan), Kompetensi
Kepemimpinan dan Reputasi Kerja berdasarkan skala kontribusi. Profil ini diharapkan
menjadi suatu Talent Pool ASN yang bersifat nasional, yang diharapkan sebagai bahan
pemerintah dalam pendayagunaan dan pengisian setiap jabatan, utamanya untuk JPT guna
penguatan kepemimpinan birokrasi pemerintah yang profesional dan berkinerja tinggi.
Penilaian kompetensi dilakukan secara bertahap dengan menggunakan metode yang lebih
cepat. Pengukuran potensi IQ, Tipologi Kepribadian, Usia, Pendidikan akan dilakukan
dengan metode uji berbantu komputer. Dengan uji ini pemetaan dasar pegawai ASN sudah
dapat diperoleh secara masal dalam waktu singkat. Selanjutnya untuk pejabat yang memiliki
potensi akan dilanjutkan dengan uji Kompetensi Kepemimpinan dan reputasi kerja
menggunakan metode konvensinal. Mengingat jumlah pegawai ASN yang cukup banyak,
maka pemetaan tidak dapat dilakukan hanya dalam waktu satu tahun dan oleh BKN sendiri.
Oleh karena itu penilaian potensi dan kompetensi perlu dilakukan secara sinergis dan
kolaboratif antara BKN Pusat, kantor regional, instansi (daerah), dan unit-unit kerja terkait
lainnya. f. Peningkatan dan pengendalian kualitas diklat berbasis kompetensi
63
Setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensinya.
Pengembangan kompetensi tersebut dapat dilakukan melalui diklat, seminar, kursus, dan
lainnya. Pengembangan kompetensi harus dievaluasi oleh pejabat yang berwenang dan
digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karir.
Untuk itu, dalam rangka pengembangan kompetensi, setiap instansi pemerintah wajib
menyusun rencana pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam rencana kerja
anggaran tahunan instansi masing-masing.
Pengembangan kompetensi ASN meliputi (i) kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan
spesialisasi diklat teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis, (ii) kompetensi
manajerial yang diukur dari tingkat diklat struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan, dan (iii) kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga
memiliki wawasan kebangsaan. Integritas diukur dari kejujuran, kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan, kemampuan bekerja sama, dan pengabdian kepada
masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan moralitas diukur dari penerapan dan pengamalan
nilai etika agama, budaya, dan sosial kemasyarakatan. Salah satu upaya pengembangan
kompetensi pegawai adalah melalui rangkaian kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat).
Untuk itu, dalam mewujudkan kompetensi pegawai yang baik, maka perlu adanya
penyelenggaraan diklat yang berkualitas. Kualitas penyelenggaraan diklat dapat dilakukan
melalui peningkatan dan pengendalian kualitas diklat berbasis kompetensi yang mencakup
standar kompetensi jabatan, sistem diklat dan kurikulum, metode pembelajaran, kualitas
lembaga diklat, kualitas widyaiswara, kebijakan batas jam minimal mengikuti diklat, training
plan setiap K/L/pemda. Sementara itu, sebagai upaya mewujudkan aparatur pemerintah untuk
menganut ‘techno-ideology’, maka perlu dilakukan diklat untuk penguasaan teknologi dalam
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Hal ini dimaksudkan untuk menghadapi dan
mengantisipasi perkembangan dinamis dalam bidang teknologi informasi dewasa ini.
g. Penyempurnaan sistem penggajian dan pensiun yang adil, layak, dan berbasis kinerja
Dalam hal pemberian gaji dan pemberian tunjangan, pemerintah wajib membayar secara adil
dan layak kepada PNS. Dalam hal ini, pemberian gaji dan tunjangan harus berdasarkan beban
kerja, tanggung jawab, dan resiko pekerjaan. Selain menerima gaji, PNS juga menerima
fasilitas yang meliputi tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan. Tunjangan kinerja
dibayarkan sesuai pencapaian kinerja, sedangkan tunjangan kemahalan dibayarkan sesuai
dengan tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing.
64
Berkenaan dengan hal di atas, Pemerintah sedang berupaya melakukan perbaikan atau
penyempurnaan terhadap sistem penggajian dan pensiun yang adil, layak, dan berbasis
kinerja. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem yang berkeadilan bagi seluruh PNS
maupun pensiunan PNS untuk menjamin kesejahteraannya.
h. Penyempurnaan sistem jaminan sosial bagi ASN
Sebagaimana diketahui, batas usia pensiun PNS adalah: (i) 58 (lima puluh delapan) tahun
bagi Pejabat Administrasi, (ii) 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi, dan (iii)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat Fungsional. PNS yang
berhenti bekerja atau pensiun berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua. PNS yang
diberikan jaminan pensiun apabila (i) meninggal dunia, (ii) atas permintaan sendiri dengan
usia dan masa kerja tertentu, (iv) perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pensiun dini, atau (v) tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak
dapat menjalankan tugas dan kewajiban. Sementara itu, jaminan pensiun PNS dan jaminan
janda/duda PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan sebagai perlindungan kesinambungan
penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai penghargaan atas pengabdian PNS. Kaitannya
dengan perlindungan kesinambungan hari tua, pemerintah wajib memberikan perlindungan
berupa (i) jaminan kesehatan, (ii) jaminan kecelakaan kerja, (iii) jaminan kematian, dan (iv)
bantuan hukum. Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan
jaminan kematian mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam program jaminan sosial
nasional. Sedangkan bantuan hukum berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang
dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya. Berkenaan dengan hal-hal tersebut di
atas, BKN sedang berupaya untuk melakukan penyempurnaan sistem jaminan sosial bagi
ASN, khususnya baingagi pensiunan PNS. Hal ini mengingat adannya perkembangan-
perkembangan dalam sistem jaminan sosial yang dilakukan oleh Pemerintah, misalnya
adanya jaminan sosial dalam format BPJS.
i. Penguatan supervisi, monitoring, dan evaluasi implementasi manajemen ASN pada K/L
dan Pemerintah Daerah.
Dalam rangka pembinaan penyelenggaraan manajemen ASN, sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian adalah perwujudan salah satu tugas BKN dalam melakukan
pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan norma, standar, prosedur (NSPK)
menajemen kepegawaian ASN. Pengembangan sistem pengawasan dan pengendalian diatur
melalui seperangkat mekanisme kerja dan personil fungsional auditor kepegawaian untuk
65
memastikan terselenggaranya pengawasan dan pengendalian pelaksanaan NSPK manajemen
kepegawaian ASN di instansi-instansi tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. j.
Penguatan sistem dan kelembagaan perlindungan sistem merit dalam manajemen ASN Dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, disebutkan Komisi Aparatur Sipul
Negara (KASN) merupakan lembaga nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi
politik untuk menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan berkinerja, memberikan
pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa.
KASN memiliki tugas:
(1) menjaga netralitas Pegawai ASN;
(2) melakukan pengawasan atas pembinaan profesi ASN; dan
(3) melaporkan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Manajemen ASN kepada
Presiden.
Sedangkan, fungsi dari KASN antara lain mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik dan
kode perilaku ASN, serta penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN
pada Instansi Pemerintah.
Dalam konteks penerapan sistem merit dalam kebijakan manajemen ASN, maka perlu dibuat
suatu sistem dan kelembagaan sebagai operasionalisasi fungsi KASN tersebut. Sistem ini
dapat diwujudkan sejalan dengan penyusunan peraturan-peraturan kepegawaian yang
ditetapkan oleh BKN. Dengan demikian, KASN memiliki dasar dalam mengawasi
implementasi NSP yang terkait dengan manajem ASN, khususnya dalam penerapan merit
system.
k. Penguatan kebijakan dan implementasi/internalisasi asas, prinsip, nilai dasar, kode etik,
dan kode perilaku ASN.
Seiring dengan meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi serta
komunikasi yang sangat pesat dewasa ini, maka semakin tinggi pula tuntutan terhadap
pelayanan publik oleh birokrasi pemerintah. Dalam kaitan ini, tuntutan terhadap reformasi
birokrasi pemerintahan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pelanggan merupakan
suatu keniscayaan yang harus dipenuhi. Namun demikian, pelaksanaan reformasi birokrasi di
BKN yang selama ini dijalankan masih belum berjalan dengan optiimal. Hal ini juga
dikarenakan budaya kerja yang belum berjalan dengan maksimal di lingkungan organisasi ini.
Semangat kerja, etos kerja, spirit kerja maupun warriorship (pengorbanan) belum menjadi
66
prinsip kerja pada setiap diri PNS BKN. Dengan demikian, pelaksanaan reformasi birokrasi
yang menyangkut dasar perubahan pola pikir (mindset) masing-masing pegawai belum
berjalan sesuai dengan harapannya. Terkait dengan hal di atas, perlu adanya penguatan
implementasi terhadap manajemen ASN di lingkup PNS secara keseluruhan. Dalam hal ini,
penguatan implementasi terhadap manajemen ASN dilakukan melalui internalisasi nilai-nilai
yang terkandung didalamnya, sehingga PNS berperilaku profesional dalam menjalankan
tugas pemerintahan, yakni memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sedangkan, dalam mewujudkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat/pelanggan, maka perlu adanya penguatan budaya pelayanan
dan budaya kinerja dalam diri setiap PNS.
m. Pengukuran Indeks Profesionalitas ASN
Sebagaimana dicantumkan dalam RPJMN, juga dinyatakan sasaran bidang aparatur yang
berkaitan dan menjadi tanggung jawab BKN adalah terkait dengan pencapaian indeks
Profesionalitas ASN. Dalam hal ini, target yang akan dicapai pada tahun 2019 adalah
sebesar 78,3 dengan baseline tahun 2014 sebesar 76,00.
Terdapat 3 (tiga) cara untuk menetapkan indikator outcome sebagaimana ditetapkan
dalam RPJMN 2015-2019. Pertama, dengan menggunakan indikator output terpenting.
Cara ini dilakukan dengan menggunakan indikator output yang dinilai terpenting dinilai
sebagai outcome. Hal ini sangat dimungkinkan karena indikator output yang dianggap
sangat signifikan dan berpengaruh digunakan sebagai indikator outcome. Cara ini sering
membuat sebagian kalangan bingung apakah indikator tersebut untuk output atau
outcome. Kenyataannya, Hal itu mungkin terjadi jika stakeholder menyepakati bahwa
indikator tersebut merupakan indikator output terpenting. Kedua, dengan melakukan
penggabungan (composite) dari beberapa output. Pengukuran indikator outcome dengan
menggunakan composite index saat ini sangat umum dilakukan oleh para perencana dan
evaluator. Kekuatan indikator ini adalah mampu memberikan gambaran yang lebih utuh
mengenai capaian suatu program. Indikator ini juga dapat menelusuri kegiatan-kegiatan
mana yang harus segera diperbaiki. Penyusunan indikator indeks ini sangat tergantung
dari kekuatan teori atas tujuan yang hendak dicapai. Ketiga, dilakukan dengan melakukan
survey atau mengambil data dari pusat data seperti BPS. Meskipun hal ini ada
kemungkinan tidak berhubungan langsung dengan kegiatan yang dilaksanakan. Terkait
dengan tingkat capaian indek profesionalitas ASN, maka perlu ditetapkan indikator
tingkat profesionalias ASN. Dalam level impact pembangunan ASN, indikatornya adalah
67
adanya kemajauan ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang diakibatkan oleh pelayanan
ASN yang profesional. Sedangkan, dengan pendekatan merit system capaian indek
profesionalitas ASN mengandung persyaratan, (1). Kompetensi (kualifikasi pengetahuan,
keahlian dan pengalaman); (2). Kualifikasi (Pendidikan, Pelatihan); (3). Kinerja (Target
dan Pencapaian); dan (4). Kompensasi (tingkat kebutuhan dan eksternal equity). Selain
keempat faktor tersebut, juga terdapat satu faktor penentu yaitu Disiplin. Disiplin
merupakan hasil akhir dari sebuah pengendalian dan pengawasan yang terus menerus.
Berdasarkan 4 (empat) pendekatan ciri profesional diatas, maka Indeks Profesionalitas
sebuah organisasi dapat dihitung dengan mengkompositkan atau membuat indeks dari
kondisi internal dan eksternal yaitu :
1) Kesesuaian antara syarat jabatan dengan pejabat. Sebuah organisasi modern harus
memenuhi syarat bahwa yang menduduki suatu jabatan harus memiliki pengetahuan,
keterampilan yang memadai sesuai dengan syarat yang ditetapkan. Ketidaksesuaian
antara syarat jabatan dengan kompetensi seseorang yang sedang menjabat akan disebut
kompetensi gap. Semakin besar nilai gap dimaksud berarti semakin tidak profesionalitas
organisasi tersebut. Sebaliknya, semakin kecil gap menunjukkan semakin profesional dari
organisasi tersebut. Organisasi bertanggungjawab untuk memberi tambahan pengetahuan,
keterampilan maupun pengalaman untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
2) Kinerja Seorang pejabat harus memiliki kinerja sesuai dengan target yang telah
ditetapkan. Selain kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan juga
menjadi dasar penghitungan kinerja. Penghitungan kinerja dapat dibedakan pada posisi
pelayanan kepada beneficieries. Untuk pelayanan langsung kepada masyarakat (front
office), kinerja dapat dinilai langsung oleh masyarakat. Sementara itu, untuk pelayanan
yang tidak langsung (Back Office), kinerja akan sangat ditentukan oleh stakeholders
secara kolektif.
3) Kompensasi Kompensasi merupakan satu persyaratan dalam mengukur tingkat
profesionalisme suatu organisasi. Kondisi kompensasi yang belum sesuai akan
mendorong terjadinya upaya-upaya legal maupun illegal untuk menyesuaikan pendapatan
seorang pegawai. Pegawai akan sibuk untuk memenuhi kebutuhannya dibanding
memikirkan pelayanan yang harus diberikan. Setiap jenis pekerjaan akan memiliki tingkat
kompensasi yang berberbeda-beda tergantung resiko dan wilayah tempat dia bekerja.
68
4) Disiplin Faktor keempat yang menjadi instrumen indikator profesionalitas adalah
disiplin.
Tingkat kedisiplinan akan dinilai positif, namun akan dinilai negatif apabila terjadi
pelanggaran disiplin. Tingkat kedisiplinan merupakan upaya pengendalian yang bersifat
preventif dan pengawasan yang bersifat pemberian hukuman jika ditemukan individu
yang melanggar disiplin. Apabila disederhanakan pengukuran kinerja pembangunan
aparatur adalah dengan melakukan penghitungan dengan mengkompositkan indikator
output yang merupakan hasil kegiatan pembangunan aparatur baik secara personal
maupun kelembagaan atau organisasional.
3.4. Telahaan RTRW dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di bidang pelayanan
kepegawaian dan Pengenbangan Sumber Daya manusia maka perlu di identifikasi faktor-
faktor penghambat dan pendorong terlaksananya tugas pelayanan yang akan diberikan
oleh Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Padang, yang
dilakukan melalui analisis Kajian Lingkungan Hidup Strategis baik internal maupun
eksternal. Lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan dari Organisasi,
sedangkan lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman yang akan berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup atau kompetensi organisasi. Analisis Kajian Lingkungan
Hidup Strategis tersebut berupa pendekatan analisis SWOT yakni dengan melakukan
pendekatan kepada kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi.
3.4.1. Kekuatan (Strengths) merupakan faktor pendorong terlaksananya tugas
pelayanan yang berasal dari internal organisasi, yaitu :
a. Adanya Visi dan Misi, serta Tujuan Organisasi yang jelas
b. Adanya Undang-undang beserta peraturan pelaksanannya yang mengatur tentang
Urusan Bidang Kepegawaian.
c. Adanya Peraturan Daerah yang menjadi dasar pembentukan, tugas dan fungsi
organisasi serta Peraturan Daerah lainnya yang menunjang kebijakan pengelolaan
kegiatan bidang kepegawaian.
d. Adanya sumber daya aparatur, anggaran, sarana dan prasarana yang mendukung
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BKPSDM.
69
e. Adanya kimitmen Pimpinan dalam pengelolaan manajemen kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
3.4.2. Kelemahan (Weakness) merupakan faktor penghambat terlaksananya tugas
pelayanan
a. Belum adanya Standar Kompetensi dan Pola Karir aparatur yang jelas.
b. Kualitas SDM Aparatur yang masih belum memadai.
c. Belum seluruh fungsi yang diselenggararakan mempunyai SOP dan SOP yang
ada perlu penyempurnaan.
d. Belum optimalnya dan terintegrasinya penerapan teknologi informasi di bidang
kepegawaian sehingga pemenuhan terhadap kebutuhan data belum tersaji secara
cepat dan akurat.
e. Masih lemahnya etos kerja dan disipilin SDM Aparatur pemerintah daerah serta
kurangnya motivasi untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik disebabkan masih
belum meratanya kesejahteraan aparatur.
3.4.3. Peluang (Opportunities)
a. Adanya kebijakan reformasi birokrasi yang telah ditetapkan
b. Adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
yang menjadi acuan dalam pelaksanaan urusan kepegawaian, pendidikan dan
pelatihan di daerah.
c. Adanya komitmen untuk menegakan disiplin aparatur pemerintah kota yang
ditunjang dengan adanya penerapan sanksi yang tegas serta makin kritisnya
masyarakat dalam menangani masalah hukum kepegawaian terutama dalam
menyikapi penyimpanganpenyimpangan yang terjadi untuk menciptakan good
governance.
d. Adanya jaringan informasi dan teknologi informasi yang sudah memadai.
e. Adanya peningkatan kualitas SDM organisasi melalui pendidikan dan atau
pelatihan.
70
f. Adanya tuntutan pelayanan prima dari pengguna pelayanan baik aparatur sendiri
maupun masyarakat.
g. Adanya komitmen Kepala Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan aparatur
sejalan dengan peningkatan kemampuan keuangan daerah.
3.4.4. Ancaman/Tantangan (Threats)
a. Adanya euforia otonomi daerah menyebabkan kecendrungan hubungan atau
koordinasi Kabupaten/Kota dengan propinsi kurang intensif.
b. Adanya kebijakan yang sering berubah-ubah, termasuk restrukturisasi
kelembagaan perangkat daerah.
c. Belum dilaksanakannya hak dan kewajiban PNS sebagaimana yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan dalam membangun Good Governance.
d. Belum intensifnya koordinasi antar unit kerja di lingkunganPemerintah Kota
Padang serta antar unit kerja yang mengurus masalah kepegawaian di tingkat
kabupaten/kota dengan propinsi.
e. Adanya moratorium pengangkatan PNS sedangkan aparatur terus berkurang
disebabkan pensiun setiap tahun.
Tabel.III.1
Analisis Hubungan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pelayanan BKD Kota Padang
Kekuatan (Strengths) :
a. Adanya Visi dan Misi, serta Tujuan Organisasi yang
jelas
b. Adanya Undang-undang beserta peraturan
pelaksanannya yang mengatur tentang Urusan Bidang
Kelemahan (Weakness) :
a. Kualitas SDM Aparatur yang masih belum
memadai.
b. Belum seluruh fungsi yang diselenggararakan
mempunyai SOP dan SOP yang ada perlu
71
Kepegawaian.
c. Adanya Peraturan Daerah yang menjadi dasar
pembentukan, tugas dan fungsi organisasi serta
Peraturan Daerah lainnya yang menunjang kebijakan
pengelolaan kegiatan bidang kepegawaian.
d. Adanya sumber daya aparatur, anggaran, sarana dan
prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi BKPSDM.
e. Adanya kimitmen Pimpinan dalam pengelolaan
manajemen kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia.
penyempurnaan.
c. Belum optimalnya dan terintegrasinya penerapan
teknologi informasi di bidang kepegawaian
sehingga pemenuhan terhadap kebutuhan data
belum tersaji secara cepat dan akurat.
d. Masih lemahnya etos kerja dan disipilin SDM
Aparatur pemerintah daerah serta kurangnya
motivasi untuk menghasilkan sesuatu yang
terbaik disebabkan masih belum meratanya
kesejahteraan aparatur.
e. Belum lengkapnya peraturan pelaksanaan dari
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara.
Peluang :
a. Adanya kebijakan reformasi birokrasi yang telah
ditetapkan.
b. Adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) yang menjadi acuan
dalam pelaksanaan urusan kepegawaian, pendidikan
dan pelatihan di daerah.
c. Adanya komitmen untuk menegakan disiplin aparatur
pemerintah kota yang ditunjang dengan adanya
penerapan sanksi yang tegas serta makin kritisnya
masyarakat dalam menangani masalah hukum
kepegawaian terutama dalam menyikapi
penyimpanganpenyimpangan yang terjadi untuk
menciptakan good governance.
d. Adanya jaringan informasi dan teknologi informasi
yang sudah memadai.
e. Adanya peningkatan kualitas SDM organisasi melalui
pendidikan dan atau pelatihan.
f. Adanya tuntutan pelayanan prima dari pengguna
pelayanan baik aparatur sendiri maupun masyarakat.
h. Adanya komitmen Kepala Daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan aparatur sejalan
dengan peningkatan kemampuan keuangan
daerah.
Ancaman :
a. Adanya euforia otonomi daerah menyebabkan
kecendrungan hubungan atau koordinasi
Kabupaten/Kota dengan propinsi kurang intensif.
b. Adanya kebijakan yang sering berubah-ubah,
termasuk restrukturisasi kelembagaan perangkat
daerah.
c. Belum dilaksanakannya hak dan kewajiban PNS
sebagaimana yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan dalam membangun Good
Governance.
d. Belum intensifnya koordinasi antar unit kerja di
lingkunganPemerintah Kota Padang serta antar
unit kerja yang mengurus masalah kepegawaian
di tingkat kabupaten/kota dengan propinsi.
e. Adanya moratorium pengangkatan PNS
sedangkan aparatur terus berkurang disebabkan
pensiun setiap tahun.
3.4.5. Faktor Kunci Keberhasilan.
72
Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihimpun dari kondisi
internal dan eksternal BKPSDM merupakan kondisi yang mungkin berkembang dan
muncul yang akan mempengaruhi eksistensi BKPSDM Kota Padang. Dengan
diketahuinya faktor yang paling berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap
perkembangan BKPSDM Kota Padang, maka hasil analisis kajian lingkungan hidup
strategis yang menjadi prioritas Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) adalah ;
1. Penetapan Standar Kompetensi dan Pola Karir aparatur yang jelas.
2. Peningkatan kualitas SDA Organisasi agar menjadi professional, terutama dalam
pelaksanaan sistem manajemen organisasi yang berhubungan dengan seluruh aspek tugas
dan fungsi organisasi.
3. Peningkatan pembinaan dan pelayanan yang baik bersih dan melayani.
4. Peningkatan optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi di bidang kepegawaian dan
pengembangan SDM yang terintegrasi.
5. Peningkatan disiplin aparatur.
6. Peningkatan kerjasama/kemitraan dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga Pendidikan
lainnya dalam peningkatan kualitas pendidikan aparatur pemerintah kota.
7. Peningkatan pemenuhan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada seoptimal
mungkin.
8. Adanya konsistensi kebijakan, sehingga program dan kegiatan yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan tidak bertentangan.
3.5 Penentuan Isu-isu Strategis
3.5.1 Isu-isu Strategis
Masyarakat saat ini menuntut adanya peningkatan pelayanan prima atas kinerja
pemerintah serta berbagai kebijakan yang dilakukannya. Sebagai upaya untuk menjawab
tuntutan masyarakat tersebut, pemerintah telah menetapkan beberapa aturan yang
diharapkan dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada antara lain dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintah yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
73
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yaitu tentang pertanggung jawaban instansi
pemerintah yang didasarkan pada ukuran efisien, efektif dan ekonomis.
Berkaitan dengan peran Badan Kepegawaian dan Pengenbangan Sumber Daya
Manusia dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama dalam memberikan
pelayanan di bidang kepegawaian dan Pengembangaan Sumber Daya manusia, Isu-isu
yang selalu menjadi pusat perhatian dan perbincangan, dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Belum terdapatnya Standar Kompetensi dan Pola Karir Aparatur yang jelas.
Dalam pembinaan kepegawaian dan pengembangan karir sumber daya manusia
belum terdapat standar kompetensi dari seluruh jabatan yang ada di seluruh OPD/SKPD
yang ada. Begitu pula belum adanya suatu bentuk Pola Pengembangan Karir yang jelas
masih menyebabkan belum optimalnya kinerja dan motivasi dalam melaksanakan tugas
dan gungsinya.
2. Sistem Rekrutmen dan penetapan formasi untuk pengadaan aparatur belum
sepenuhnya berdasarkan kebutuhan riil organisasi.
Dalam penetapan formasi masih terdapat kelemahan pada tingkat OPD/Satuan
Kerja Perangkat Daerah. Hal ini disebabkan tidak semuanya aparatur OPD/SKPD yang
memahami secara benar apa benarnya formasi jabatan yang dibutuhkan oleh
organisasinya. Hal ini timbul karena aparatur tersebut belum mempunyai kompetensi
dalam bidang tersebut , tidak memahami tugas pokok dan fungsi organisasinya, malas
menambah ilmu atau bekerja asal-asalan dan kurang dilandasi oleh rasa tanggungjawab.
Disamping itu juga adanya perbedaan penetapan formasi oleh Kementerian Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dengan pengusulan daerah.
3. Penempatan pegawai belum sepenuhnya didasarkan pada standar kompetensi
jabatan dan kebutuhan organisasi.
Belum tersedianya tandaar kompetensi dan Pola Karir yang jelas
menyebabkan penempatan pegawai belum dapat dilaksanakan sesuai kompetensi dan
kebutuhan organisasi yang ada. Standar kompetensi jabatan adalah persyaratan
kompetensi minimal, yang harus dimiliki seorang PNS, dalam melaksanakan tugas
jabatannya. Kompetensi jabatan merupakan instrumen yang urgen, sebagai pedoman
untuk menjamin objektivitas dan kualitas pengangkatan PNS dalam suatu jabatan, yang
didasarkan pada prinsip profesionalisme sesuai dengan standar kompetensi, prestasi kerja
74
dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan tersebut, serta syarat objektif lainnya.
Penempatan PNS sesuai dengan standar kompetensi jabatan, merupakan salah satu cara
untuk mewujudkan pemerintahan yang kapabel, akuntabel bersih dan berwibawa menuju
good governance. Permasalahan ini hendaknya menjadi salah satu perhatian Badan
Pertimbangan Jabatan dan kepangkatan (BAPERJAKAT).
4. Belum optimalnya dan terinteragrasinya pemanfaatan dan penerapan teknologi
informatika dalam aplikasi sistem informasi manajemen kepegawaian.
Kemajuan teknologi informatika yang berkembang pesat dewasa ini,
belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh BKPSDM Kota Padang dalam
mengaplikasikan data pegawai. Meskipun telah tersedia perangkat Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian (E-SIMPEG), Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaaian
(SAPK) yang berafiliasi dengan BKN Pusat dan Daerah seluruh Indonesia, Dokumen
Elektronik Pegawai (E-TAKAH), E-Formasi, Website Kepegawaian, Sistem Kehadiran
Online (SIKEPO), E-PUPNS yang cukup dalam pengelolaan data tetapi seluruh sarana
teknologi informasi tersebut dimana masih perlu di integrasikan dengan pelayanan
administrasi kepegawaian seperti, Kenaikan Gaji Berkala, Kenaikan Pangkat, Penentuan
batas usia pensiun, dan administrasi kepegawaian lainnya.
Data pegawai yang lengkap dan up to date merupakan instrumen yang
sangat penting dalam penyusunan program penggadaan, pemberhentian, pengembangan
aparatur, mutasi, promosi, penilaian kinerja aparatur dan penghargaan. penggadaan,
pemberhentian, pengembangan aparatur, mutasi, promosi, penilaian kinerja aparatur dan
penghargaan. yang dilakukan tanpa dukungan data yang lengkap dan akurat, dapat
berakibat terhadap tidak sesuainya rencana yang disusun dengan kebutuhan pegawai.
Untuk itu keberadaan sistem informasi manajemen kepegawaian dan pengembangan
sumber daya manusia ini perlu lebih dioptimalkan lagi, agar perencanaan dan
pemberdayaan sumber daya aparatur lebih dapat ditingkatkan.
5. Pelayanan administrasi kepegawaian masih perlu peningkatan guna mencapai
pelayanan yang cepat, mudah dan tepat.
Kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh pelayanan di bidang administrasi
kepegawaian merupakan salah satu kunci dalam mendorong terciptanya gairah aparatur
dalam bekerja. Bila aparatur merasakan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan dalam
pembinaan dan pengembangan karirnya maka aparatur akan merasa lebih bersemangat
75
untuk memberikan kinerja yang lebih baik karena yakin bahwa setiap yang telah
dihasilkannya akan berbuah penghargaan atas apa yang telah diraihnya. Bila aparatur
merasa segala sesuatu yang diupayakannya merasa susah, sulit dan membutuhkan waktu
lama akan menimbulkan kejenuhan dan rasa tidak puas yang mengakibatkan kehilangan
gairah untuk bekerja dan berkreatifitas semakin baik. Oleh sebab itu pelayanan
administrasi kepegawaian yang cepat, mudah dan murah akan mendorong pengembangan
karir dalam yang cepat dan mudah juga.
6. Masih kurangnya profesionalisme sumber daya aparatur dalam melaksanakan
tugas pelayanan yang baik, bersih dan melayani.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien,
PNS dituntut untuk dapat bekerja secara profesional, baik, bersih dan melayani
masyarakat sepenuh hati. Oleh karena itu, salah satu harapan dilaksanakannya reformasi
birokrasi adalah mewujudkan sumber daya aparatur (PNS) yang profesional yaitu
pegawai yang mengerti akan hak dan kewajibannya, memahami tugas pokok dan
fungsinya serta dapat melaksanakan tugas dengan baik, bersih,sesuai aturan yang ada dan
mampu melayani masyarakat berdasarkan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki.
Namum kenyataan yang ada sampai saat ini profesiolisme PNS yang baik, bersih dan
melayani masih belum dapat diwujudkan.
7. Disiplin aparatur masih lemah dan perlu peningkatan dengan pemberian reward
dan punishmen yang seimbang.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa disiplin aparatur masih lemah. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh belum diterapkan peraturan disiplin di setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah sebagaimana peraturan yang berlaku. Belum adanya persamaan
persepsi dan pemahaman diantara stakehorders dalam penegakkan disiplin, belum adanya
kontrak kerja yang jelas bagi aparatur serta masih adanya perbedaan perlakuan terhadap
aparatur serta pemberian penghargaan yang masih kurang dalam melakukan pembinaan
merupakan hal-hal yang perlu dibenahi. Disiplin yang lemah menyebabkan hasil kinerja
dan pelayanan yang seharusnya diberikan oleh seorang aparatur tidak akan maksimal. Hal
ini akan menyebabkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan melayani tidak
tercapai sebagaimana yang diharapkan.
8. Gedung kantor yang belum defenitif dan representatif serta Sarana dan prasarana
kantor yang perlu peningkatan baik kualitas maupun kuntitas.
76
Ketersediaan gedung kantor merupakan suatu syarat agar suatu orgnisasi dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara baik dan lancar. Di dalam gedung kantor
yang telah defenitif tersebut anggota organisasi dapat bekerja dan memberikan kinerja
sebagaimana diharapkan. Gedung kantor juga berkontribusi terhadap lahirnya inisiatif
dan kreatif setiap personil untuk mengembangkan karya dan hasil kerjanya secara lebih
baik. Disamping itu ketersediaan gedung kantor yang representatif juga mendorong untuk
menciptakan lahirnya pelayanan yang lebih memuaskan bagi yang membutuhkan dan
menimbulkan kenyamanan bagi yang menikmatinya.
8.5.2. Permasalahan dan Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kepegawaian.
Dalam melaksanakan tupoksi Badan Kepegawaian Daerah tersebut, beberapa
permasalahan dan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pelayanan
kepegawaian adalah :
a. Belum terdapatnya Standar kompetensi dan Pola Karir aparatur yang jelas
b. Perencanaan, sistem rekrutmen, penempatan, pembinaan karir dan distribusi aparatur
harus ditingkatkan karena belum sepenuhnya berdasarkan kompetensi dan kebutuhan
organisasi.
c. Kualitas sumber daya aparatur masih perlu ditingkatkan baik kualitas maupun kuntitas
sesuai kompetensi dan kebutuhan organisasi dan daerah.
d. Pengelolaan data dan pelayanan informasi kepegawaian aparatur daerah yang cepat,
tepat dan aktual masih perlu ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi informasi
secara optimal.
e. Disiplin aparatur daerah masih perlu ditingkatkan dengan menerapkan sistem reward
dan punishmen secara seimbang.
f. Pelayanan administrasi kepegawaian masih perlu ditingkatkan agar pelayanan yang
baik, bersih dan melayani kepada seluruh aparatur tercapai.
g. Sarana dan prasarana harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas khususnya
Badan Kepegawaian Daerah belum mempunyai gedung kantor yang defenitif dan
rerpresentatif sehingga pelayanan dan pengelolaan manajemen kepegawaian belum
dapat dilaksanakan secara maksimal
77
78