BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS -...
Transcript of BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS -...
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-1
LAPORAN AKHIR
BAB III
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Pembangunan daerah secara sederhana diartikan sebagai sebuah perubahan
tingkat kesejahteraan secara sengaja dan terukur. Perencanaan daerah juga diharapkan
mampu menepis ketidakpastian dalam proses merubah tingkat kesejahteraan masyarakat
tersebut. Hakikat perencanaan itu adalah memperkecil peluang munculnya ketidakpastian.
Dalam arti luas, perencanaan merupakan upaya manusia meminimalkan
ketidakpastian. Dan, perencanaan yang ideal adalah langkah-langkah yang dilakukan
manusia agar ketidakpastian semakin dekat dalam kehidupan manusia. Salah satu
langkah atau tahapan untuk mendekati perencanaan ideal, sebagai dasar utama
perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah perlu diketahui isu-isu
strategis dan permasalahan-permasalahan pembangunan yang secara eksisting terjadi.
Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting, sehingga,
penyajian analisis ini akan menjelaskan butir-butir penting isu-isu strategis yang akan
dihadapi dalam pembangunan daerahuntuk waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang.
3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah
Permasalahan pembangunan yang disajikan adalah permasalahan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang relevan atau pada akhirnya dijadikan dasar
dalam perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah. Dengan demikian
permasalahan pembangunan daerah disajikan dengan merujuk pada identifikasi
permasalahan pembangunan daerah. Identifikasi yang dilakukan tidak berdasarkan pada
urutan urusan pembangunan, tetapi lebih diutamakan pada permasalahan yang menonjol
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-2
LAPORAN AKHIR
dan urgen. Data kondisi umu permasalahan ditampilkan pada bab II, sehingga beberapa
kesimpulan inti (pokok) permasalahan pembangunan daerah antara lain sebagai berikut:
3.1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1. Masih belum meratanya capaian pendidikan dan jangkauan pelayanan
pendidikan;
2. Masih dijumpai permasalahan-permasalahan di bidang kesehatan, baik jangkauan
layanan, aksesibilitas maupun kualitas dan kuantitas pelayanan;
3. Masih dijumpainya angka kemiskinan yang signifikan;
4. Masih terdapat permasalahan sosial yang perlu diselesaikan secara bertahap dan
berkelanjutan.
3.1.2 Aspek Pelayanan Umum
1. Kurangnya jangkauan penduduk terhadap sarana dan prasarana air bersih;
2. Masih rendahnya nilai tambah yang dapat diperoleh masyarakatdari bidang
kelautan dan perikanan;
3. Masih rendahnya nilai tambah yang dapat diperoleh masyarakat dari bidang
kelautan dan perikanan;
4. Belum optimalnya pemerataaan distribusi dan kemampuan dalam konsumsi bahan
pangan, rendahnya produktifitas dari nelayan tangkap dan budidaya
5. Masih dijumpai kerusakan lingkungan perairan, seperti mangrove dan terumbu
karang
6. Marginalisasi dan kemiskinan masyarakat pesisir
7. Konflik pemanfaatan dan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil
8. Faktor alam yang tidak bisa diprediksi dan kerusakan lingkungan laut
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-3
LAPORAN AKHIR
9. Masih dijumpai pertambangan tanpa izin pasir darat dan bauksit walaupun sudah
ada peraturan perundang-undangan yang melarang ekspor bauksit dalam bentuk
Raw Material
10. Ketenagakerjaan keahlian/ keterampilan masyarakat berdasarkan berdasar
potensi daerah masih kurang
11. Rendahnya Rasio Masyarakat yang bekerja dan angka partisipasi kerja
12. Pertumbuhan penduduk yang tinggi pada usia produktif terbukti dengan jumlah
rata-rata pertumbuhan penduduk (Laju Pertumbuhan Penduduk) dalam rentang
waktu lima tahun dari
3.1.3. Aspek Daya Saing Daerah
1. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia;
2. Perlu peningkatan capaian strata pendidikan ke jenjang sarjana;
3. Kurangrelevannya antara pendidikan dengan potensi daerah
4. Rendahnya kemampuan ekonomi Daerah
5. Meningkatnya inflasi dan indeks harga konsumen
6. Belum optimalnya iklim investasi daerah, kurangnya percepatan penangan
perijinan, masih tingginya angka kriminalitas dan rendahnya daya saing investasi
dengan daerah lain
7. Masih rendahnya sarana dan prasarana infrastruktur secara menyeluruh;
8. Belum tersediannya sarana pelabuhan dan bandara udara berskala internasional
mengingat potensi geografis dan tuntutan globalisasi.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-4
LAPORAN AKHIR
3.2. Isu Strategis
Isu strategis dapat berasal dari permasalahan pembangunan maupun yang berasal
dari dunia international, kebijakan nasional maupun regional. Sesuai isu-isu strategis yang
telah dihasilkan dalam tahap perumusan pada dituangkan dalam penyajian. Dalam
penyajian isu strategis ini diharapkan akan dapat memberikan pengaruh dimasa datang
terhadap daerah. Beberapa isu strategis dalam pembangunan diidentifikasikan sebagai
berikut :
Identifikasi isu yang bersifat strategis diharapkan akan mempermudah menyatukan
pandangan tentang prioritas pembangunan dan secara teknokratis dapat menjelaskan
secara objektif serta memadai kepada semua pemangku kepentingan. Analisis terhadap
isu-isu yang bernilai strategis merupakan bagian penting dan perannya sangat
menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah disamping
bersifatmelengkapi tahapan proses yang telah dilakukan sebelumnya.
Merupakan satu keharusan bahwa suatu perencanaan pembangunan bukan hanya
dibuat untuk dan agar dapat diterima oleh komunitas internal organisasi pembuatnya –
dalam hal ini pemerintah daerah -- melainkan harus dapat diterima semua pihak di luar
organisasi. Oleh karena itu pencermatan dan penelahan lingkungan eksternal haruslah
mendapat bagian yang memadai dalam proses perencanaan yang bersifat strategis.
Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis lingkungan eksternal
terhadap proses perencanaan. Jika dinamika eksternal, khususnya selama 20 (dua puluh)
tahun yang akan datang diidentifikasi dengan baik maka pemerintah daerah dapat
mempertahankan kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan
atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan
bagi entitas pemerintahan daerah dan masyarakat dimasa datang.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-5
LAPORAN AKHIR
Berdasar studi dan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal
pokok yang menjadi isu strategis Wilayah Kabupaten Bintan yang dikelompokkan ke dalam
tiga tingkatan yaitu: internasional, nasional dan regional/lokal
3.2.1. Isu Strategis Internasional
Selain Millenium Development Goals (MDGs),isu strategis internasional dapat
digunakan sebagai daya ungkit untuk memiliki daya saing yang handal. Untuk mewujudkan
hal tersebut, diperlukan strategi yang tepat melalui penyediaan infrastruktur yang
memadai, sumber daya yang berkualitas, manajemen pengelolaan wilayah yang efektif
mampu mengekspos potensi daerah. Untuk menghadapi hal ini diperlukan sinergitas
antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang dilandasi dengan visi yang jauh ke
depan, terukur, dan memperhatikan potensi yang ada. Dalam kerangka regionalisasi
ekonomi yang meliputi ASEAN Free Trade Area (AFTA), AFTA+3 (Jepang, China, Korea
Selatan), ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dan Asian Pacific Economic
Cooperation (APEC), serta dimulainya FTZ (Free Trade Zone) yang akan langsung
berdampak pada pembangunan di wilayah kabupaten Bintan.
3.2.2. Isu Strategis Nasional
Isu strategis nasional bertumpu pada arahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN 2005-20025) dengan rincian arahan sebagai berikut :
a. Mewujudkan Masyarakat Yang Berakhlak Mulia,Bermoral, Beretika, Berbudaya,
dan Beradab
Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, danberetika
sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yangpenuh toleransi,
tenggang rasa, dan harmonis. Di samping itu, kesadaranakan budaya memberikan arah
bagi perwujudan identitas nasional yangsesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-6
LAPORAN AKHIR
dan menciptakan iklimkondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan
mampumerespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-
nilaikebangsaan.
b. Mewujudkan Bangsa Yang Berdaya-Saing
Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagitercapainya
kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akanmenjadikan
Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi danmampu memanfaatkan
peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saingbangsa, pembangunan nasional
dalam jangka panjang diarahkan untuk (a)mengedepankan pembangunan sumber daya
manusia berkualitas dan berdayasaing; (b) memperkuat perekonomian domestik
berbasis keunggulan di setiapwilayah menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun keterkaitan sistemproduksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri; (c)
meningkatkanpenguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan (d)
membanguninfrastruktur yang maju; serta (e) melakukan reformasi di bidang hukum
danaparatur negara.
c. Mewujudkan Indonesia yang Demokratis BerlandaskanHukum
Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting
untukmewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil.
Demokrasidapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai
kegiatanpembangunan, dan memaksimalkan potensi masyarakat, serta
meningkatkanakuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan negara. Hukum
padadasarnya bertujuan untuk memastikan munculnya aspek-aspek positif
danmenghambat aspek negatif kemanusiaan serta memastikan terlaksananyakeadilan
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-7
LAPORAN AKHIR
untuk semua warga negara tanpa memandang dan membedakankelas sosial, ras,
etnis, agama, maupun gender. Hukum yang ditaati dandiikuti diikuti akan menciptakan
ketertiban dan keterjaminan hak-hak dasarmasyarakat secara maksimal.Untuk
mewujudkan Indonesia yang demokratis dan adil dilakukan denganmemantapkan
pelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peranmasyarakat sipil
sehingga proses pembangunan partisipatoris yang bersifatbottom up bisa berjalan;
menumbuhkan masyarakat tanggap (responsivecommunity) yang akan mendorong
semangat sukarela (spirit of voluntarism)yang sejalan dengan makna gotong royong;
memperkuat kualitasdesentralisasi dan otonomi daerah; menjamin perkembangan dan
kebebasanmedia dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat;
melakukanpembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum
danmenegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihakpada
rakyat kecil.
d. Mewujudkan Indonesia Yang Aman, Damai dan Bersatu
Dengan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi sosial, ekonomi,dan
budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia memerlukankemampuan
pertahanan negara yang kuat untuk menjamin tetap tegaknyakedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Adanya gangguan keamanandalam berbagai bentuk
kejahatan dan potensi konflik horisontal akanmeresahkan dan berakibat pada pudarnya
rasa aman masyarakat.Terjaminnya keamanan dan adanya rasa aman bagi
masyarakat merupakansyarat penting bagi terlaksananya pembangunan di berbagai
bidang.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-8
LAPORAN AKHIR
e. Mewujudkan Pembangunan yang Lebih Merata danBerkeadilan
Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh
komponenbangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi
aktifmasyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan,
sertamenghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang
maju,mandiri dan adil.
f. Mewujudkan Indonesia yang Asri dan Lestari
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal
pembangunannasional dan, sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber
dayaalam yang lestari akan menjamin tersedianya sumber daya yang
berkelanjutanbagi pembangunan. Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan
kualitashidup manusia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang
maju,mandiri, dan adil, sumber daya alam dan lingkungan hidup harus dikelolasecara
seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional.Penerapan prinsip-
prinsip pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektordan wilayah menjadi
prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatanpembangunan.
g. Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Kepulauan yangMandiri, Maju, Kuat
dan Berbasiskan Kepentingan Nasional
Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada
polapembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya
lautberbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia
dankelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya,
pertahanankeamanan, dan teknologi.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-9
LAPORAN AKHIR
h. Mewujudkan Indonesia yang Berperan Aktif DalamPergaulan Internasional
Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi
yangharus diperjuangkan secara konsisten. Sebagai negara yang besar
secarageografis dan jumlah penduduk, Indonesia sesungguhnya memiliki peluangdan
potensi untuk mempengaruhi dan membentuk opini internasional dalamrangka
memperjuangkan kepentingan nasional. Dalam rangka mewujudkanIndonesia maju,
mandiri, adil dan makmur, Indonesia sangat penting untukberperan aktif dalam politik
luar negeri dan kerja sama lainnya baik di tingkatregional maupun internasional,
mengingat konstelasi politik dan hubunganinternasional lainnya yang terus mengalami
perubahan-perubahan yangsangat cepat.
Isu nasional dalam pengembangan koridor Masterplan Percepatan
Pembangunan Ekonomi Indonesia, dengan dibangunnya infrastruktur yang membuka
jaringan selat Malaka melalui Batam . Berikut adalah ilustrasi jembatan antar Negara di
Selat Malaka melalui Batam (sumber:Pre-Feasibility Study of Mallaca Strait Crossing,
M.Sjahdanulirwan, Tatang Dahlan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, 2010)
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-10
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.1 Telaah Koridor pemgembangan dalam MP3EI
3.2.3. Isu Strategis Regional
Isu strategis regional yang bisa diformulasikan dari Provinsi Kepulauan Riau sebagai
berikut:
1. Kualitas dan Hasil Capaian Pembangunan
Kualitas pembangunan dilihat dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). IPM Provinsi Kepulauan Riau tahun 2005 berada diurutan 8 dari 33
provinsi dengan 72,2 poin dan tahun 2006 naik diurutan 7 dengan 72,79
poin.Selanjutnya tahun 2007 IPM Kepulauan Riau naik lagi diurutan 6 dengan 73,68 poin
jauh lebih tinggi dibanding tahun 2004 dengan 70,8 poin. Dengan demikian potensi
dan peluang pembangunan di masa yang akan datang adalah dengan
mempertahankan kondisi yang ada dan meningkatkan ke arah yang lebih baik.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-11
LAPORAN AKHIR
Angka Harapan Hidup (AHH) setiap tahun semakin baik yaitu Tahun 2005 sebesar
69,5 tahun naik dibanding Tahun 2004 sebesar 68,8 tahun. Pada tahun 2006 AHH
mencapai 69,6 tahun dan naik lagi pada tahun 2007 mencapai 69,9 tahun. Sebagai
bagian dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), AHH perlu terus
dipertahankan dan ditingkatkan dengan cara mempertahankan atau menurunkan angka
kematian bayi (AKB) dari 35 per 1000 kelahiran hidup (sedangkan Nasional 46
perkelahiran hidup) menjadi 20 per 1000 kelahiran pada tahun 2025, Angka Kematian
Ibu melahirkan, gizi buruk serta usia harapan hidup masih rendah yaitu 105 per 100 ribu
ibu melahirkan.
Sementara itu, Angka Melek Huruf tahun 2007 sebesar 94,6 % naik dibanding tahun
2006 sebesar 93%. Sedangkan tahun 2005 sebesar 96 % yang berarti labih tinggi dari
tahun terakhir. Adapun angka rata-rata Nasional adalah 88,4 %. Terjadinya fluktuasi
angka melek huruf dapat disebabkan oleh tingginya migrasi setiap tahun terutama
adanya migrasi yang tidak terdidik.
2. Pluralitas Sosial Budaya
Dilihat dari aspek sosial dan budaya, Provinsi Kepulauan Riau dapat disebut
sebagai miniatur Indonesia, karena terdiri dari ribuan pulau dan didalamnya
hidup dan berkembang penduduk dengan pluralitas agama, suku dan budaya
dengan tetap dipayungi oleh budaya Melayu guna mendukung kebudayaan nasional.
Hampir semua suku bangsa dari seluruh provinsi dan berbagai pemeluk agama ada di
Kepulauan Riau.Dengan demikian, keanekaragaman sosial serta aneka ragam suku dan
agama dengan menjunjung tinggi kerukunan dan persatuan yang kuat merupakan
modal sosial baik dalam pembangunan daerah maupun untuk ketahanan nasional.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-12
LAPORAN AKHIR
Potensi ini merupakan kekuatan sangat penting jika dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya bagi pelaksanaan pembangunan maupun dalam rangka menjaga keutuhan dan
persatuan bangsa yang merupakan pondasi pembangunan.
3. Geografis dan Geostrategis
Negara Republik Indonesia memiliki lebih 17.000 pulau, 14 % diantaranya ada di
Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki pulau sebanyak 2.408 buah. Karena itu
Kepulauan Riau dijuluki dengan “Segantang lada”. Di antara pulau yang banyak tersebut
terdapat 19 buah pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain seperti
Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam. Posisi dan kondisi geografis berada di jalur
perdagangan dan lalulintas perdagangan terpadat dunia yaitu Selat Malaka. Kondisi ini
secara geopolitik dan geostrategis menjadikan Kepulauan Riau sebagai wilayah
kepulauan yang strategis. Provinsi Kepulauan Riau berpeluang besar menjadi daerah
maju, berdaya saing dan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Bagian Barat
Indonesia. Hanya saja untuk mencapai itu, perlu percepatan pembangunan melalui
optimalisasi potensi sumberdaya lokal terutama sumber daya manusia yang profesional,
memiliki etos kerja dan mandiri untuk pengelolaan potensi sumber daya alam dan potensi
lainnya. Posisi silang yang merupakan lintasan jalur pelayaran dari Barat ke Timur dan
sebaliknya menjadi potensi besar bagi Kepulauan Riau jika dimanfaatkan secara optimal.
4. Sumberdaya Alam
Kepulauan Riau memiliki potensi perikanan, kelautan, bahan tambang dan mineral
serta minyak dan gas yang melimpah. Pengelolaan potensi ini masih kurang 5 %, dan ini
merupakan kekuatan yang menentukan pembangunan di masa yang akan datang.
Potensi perikanan di Kepulauan Riau sekitar 1.500.000 ton, potensi minyak bumi yang
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-13
LAPORAN AKHIR
terletak di Natuna dan Kepulauan Anambas diperkirakan sebesar 298,81 MMBO, gas
alam di lokasi yang sama sebesar 55,3 TSCF. Sebaran kawasan pertambangan lepas
pantai di wilayah Kepulauan Riau terdapat di Kabupaten Natuna dan Kepulauan Anambas.
Potensi Timah terdapat di Karimun dengan jumlah 11.360.500 m3, Bauksit berjumlah 15
juta Ton di Bintan dan 880 ribu Ton di Tanjungpinang. Potensi lain seperti Granit sebesar
815,9 juta Ton di Karimun dan 42,4 juta Ton di Bintan. Sedangkan Pasir darat sebesar
16,8 juta Ton di Karimun dan 23,026 juta Ton di Bintan ditambah dengan pasir laut
sejumlah 7 milyar Ton di Karimun dan 2,2 milyar Ton di Bintan.
Potensi sumber daya hutan di Kepulauan Riau merupakan potensi sebagai
penyangga kehidupan, khususnya sebagai potensi perlindungan dan konservasi berbagai
kegiatan pemerintahan, masyarakat, industri,dan keamanan. Dengan adanya aneka
macam tipe sumber daya hutan, seperti hutan tropika basah dataran rendah, hutan
tropika basah pegunungan dan juga hutan mangrove, maka diharapkan terjaga sumber
kehidupan seperti pelestarian sumber air, tanah, dan keanekaragaman sumber daya
hayati.
Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi sumberdaya mineral dan energi yang
melimpah, seperti minyak dan gas bumi, timah, bauksit, granit, batupasir (batupasir
kwarsa), dan kaolin yang tersebar di beberapa kabupaten. Kekayaan sumberdaya
mineral dan energi tersebut potensi pengelolaannya kurang dari 5 %, sehingga
merupakan kekuatan yang menentukan bagi pembangunan di masadatang.
Dengan kekuatan potensi sumberdaya energi Provinsi Kepulauan Riau yang
mempunyai cekungan sedimen tersier Natuna, di Kabupaten Natuna dan Kepulauan
Anambas mempunyai cadangan potensi minyak bumi sebesar 298.81 MMBO dan
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-14
LAPORAN AKHIR
cadangan potensi gas bumi sebesar 55.3 TSCF, maka wilayah ini akan menjadi
penyangga pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional yang sangat signifikan.
Pemerintah merencanakan pembangunan pembangkit tenaga listrik berdaya 10.000
mega watt secara nasional, mestinya tidak terlepas dengan potensi sumberdaya energi
Provinsi Kepulauan Riau sebagai salah satu lokasi pembangkit tenaga listrik dengan
menggunakan bahan bakar minyak bumi atau gas bumi disamping sumber energi lain
seperti pembangkit listrik dengan memanfaatkan batubara.
Potensi pembangkit tenaga listrik merupakan penggerak utama industri pengolahan
yang berbasis sumberdaya mineral di beberapa kabupaten seperti fabrikasi dan
pemanfaatan timah, fabrikasi dan pemanfaatan bauksit, fabrikasi industri bahan
bangunan dari granit, fabrikasi industri bahan bangunan dari pasir kwarsa, fabrikasi
industri keramik dari kaolin. Industri tersebut dapat berskala kecil, menengah, maupun
besar. Pemanfaatan sumberdaya mineral secara optimal menjadi bahan industri jadi atau
setengah jadi akan meningkatkan nilai tambah ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi
daerah dan nasional juga akan meningkat. Disamping itu pemanfaatan sumberdaya
mineral secara optimal akan meningkatkan lapangan kerja, meningkatkan usaha
konservasi sumberdaya mineral (meningkatkan usia penambangan dan penggalian), dan
menekan kerusakan lingkungan.
Sedangkan kebijakan level Provinsi dalam jangka panjang adalaha sebagai berikut :
1. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Memiliki Kepribadian dan
Berakhlak Mulia
Menciptakan kondisi dimana masyarakat Kepulauan Riau yang memiliki
kepribadian dan berakhlak mulia sangat penting sebagai landasan bagi pelaksanaan
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-15
LAPORAN AKHIR
pembangunan yang lain. Sikap mental dan moral mencerminkan budaya suatu
masyarakat akan menjadi ukuran bagi pihak luar dalam memandang Kepulauan
Riau. Pencitraan dan penilaian pihak luar terhadap Kepulauan Riau merupakan
kondisi riil yang menjadi sebuah nilai bagi masyarakatnya untuk bersikap dan
bertindak sesuai dengan penilaian tersebut. Untuk mendukung perwujudan tersebut
dilakukan dengan langkah kebijakan yang cepat dan selaras antara satu dengan
lainnya.
1. Pembangunan mental dan spiritual dilakukan dengan meningkatkan peran
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga adat dalam
memperkenalkan dan mengembangkan pengamalan dan penerapan nilai-nilai
agama, hukum dan budaya Melayu dalam upaya meningkatkan ahlak dan
kepribadian masyarakat.
2. Meningkatkan peran lembaga pendidikan dalam memperkenalkan nilai agama,
nilai budaya dan norma hukum baik dengan menerapkan kurikulum muatan lokal
atau muatan mata pelajaran yang meningkatkan akan karakter dan kepribadian
dengan masyarakat yang berakhlak mulia, berbudaya dan beretika.
3. Pembangunan bidang hukum dan pemerintahan diarahkan untuk
menumbuhkembangkan jiwa keteladanan masyarakat dalam hal pengamalan
nilai agama, norma hukum dan nilai budaya melalui upaya memberikan contoh
dalam kepemimpinan dan tokoh masyarakat yang memahami dan mengamalkan
nilai agama, norma hukum dan nilai budaya.
4. Pengembangan kepribadian daerah diarahkan untuk menumbuhkembangkan
jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan bangsa di masyarakat yang
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-16
LAPORAN AKHIR
dititikberatkan melalui kepemimpinan dan pengembangkan jiwa keteladanan
dalam organisasi pemuda dan organisasi kemasyarakatan termasuk aparatur
pemerintah melalui kegiatan yang dilakukan yang ditekankan atas prakarsa
sendiri.
5. Meningkatkan peran pemangku kepentingan (stakeholderss) dalam pembinaan
dan pengembangan sosial dan ekonomi masyarakat serta membina hubungan
yang harmonis antara pemeluk agama, antar suku bangsa dengan nilai-nilai
budaya yang hidup dan berkembang di Kepulauan Riau.
6. Memperkuat wawasan kebangsaan dan mempercepat penerapan proses
demokrasi yang menjunjung tinggi nilai etika dan budaya dan bertujuan sekaligus
untuk memperkuat ketahanan di bidang sosial, politik dan ekonomi di samping
menciptakan rasa aman di masyarakat. Peningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya keamanan dan ketertiban lingkungan dan penanggulangan
bencana serta memberdayakan LSM dan Ormas termasuk partai politik.
7. Pembangunan politik diperlukan dan diarahkan untuk menjaga proses
konsolidasi demokrasi yang berkelanjutan, mengantisipasi agar tidak terjadi
konflik antar masyarakat yang bernuansa SARA sehingga tidak menggangu
ketahanan nasional dan persatuan nasional.
8. Revitalisasi budaya dan pengembangan kesenian daerah yang diarahkan untuk
menjunjung nilai budaya dan kepatuhan terhadap etika dan hukum. Pendidikan
kesenian, budaya, hukum dan budi perkerti pada semua tingkatan pendidikan.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-17
LAPORAN AKHIR
2. Mewujudkan Sumberdaya Manusia Kepulauan Riau yang Berkualitas
Pendidikan, Memiliki Etos Kerja dan Produktivitas Yang Tinggi
Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal dalam meningkatkan
daya saing daerah baik skala nasional dan global. Pendidikan akan mepengaruhi etos
kerja dan akhirnya meningkatkan daya saing. Daya saing akan memberikan kelenturan
berpikir dan bertindak dalam mengelola peluang dan meningkatkan tantangan menjadi
peluang. Untuk mewujudkan sumber daya manusia Kepulauan Riau yang berkualitas
pendidikan, memiliki etos kerja dan produktivitas yang tinggi perlu ditentukan arah
kebijakan pembangunan.
1. Pembangunan sumber daya manusia diarahkan untuk mewujudkan pendidikan
yang berkualitas didukung dengan peningkatan kualitas lulusan baik melalui
serangkaian kebijakan perluasan akses dan pemerataan pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi, melalui penguatan tatakelola, sistem pengendalian manajemen
dan sistem pengawasan intern. Pendidikan yang berkualitas didukung dengan
pembangunan dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan,
peningkatan mutu tenaga kependidikan dan mutu tenaga pendidikan, manajemen
pendidikan serta peningkatan relevansi pendidikan terhadap pasar kerja.
2. Pembangunan bidang pendidikan diarahkan bagi upaya mengembangkan
pendidikan dan lembaga pendidikan yang berorientasi kepada pengembangan
potensi lokal seperti perikanan, kelautan, pertambangan dan pengembangan
perhubungan antar pulau dan industri maritim. Meningkatkan kualitas guru dan
lembaga pendidikan agar memenuhi standar yang diharapkan. Meningkatkan peran
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-18
LAPORAN AKHIR
masyarakat dalam pendirian dan pengembangan serta pembinaan pendidikan dan
lembaga pendidikan.
3. Pembangunan dan pengembangan pendidikan dalam rangka peningkatan
sumberdaya manusia mutlak didukung dengan keberadaan perpustakaan. Untuk itu
diarahkan pengembangan minat baca masyarakat melalui pembangunan
perpustakaan dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang.
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah terhadap arsip dan
mengintegrasikan pengumpulan arsip dalam satu lembaga yang kredibel sehingga
dapat berperan dalam membentuk dokumentasi sejarah yang penting bagi generasi
muda.
4. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan melaksanakan strategi
menggabungkan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dan penyediaan
tenaga pengajar yang berkualitas baik guru, dosen dan tenaga kependidikan lainnya
termasuk membantu penduduk yang tidak mampu agardapat tetap bersekolah.
Selain itu persiapan kurikulum yang dapat diaplikasikan dalam segala bidang yang
berkaitan dengan pembangunan Provinsi
5. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk membangun sarana dan prasarana
pendidikan dan menyediakan infrastruktur pendidikan yang modern dan maju serta
merata diseluruh wilayah termasuk daerah dan pulau terpencil dengan tetap
memperhatikan masyarakat yang tergolong masyarakat rentan dan komunitas
terpencil.
6. Pembangunan ketahanan ekonomi diarahkan guna meningkatkan pemahaman
kepada seluruh pihak berkepentingan terhadap pentingnya merubah orientasi
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-19
LAPORAN AKHIR
kehidupan dari berbasis darat kepada basis kelautan. Mengelola dan mengatur,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kualitas sumberdaya kelautan dan
perikanan.
7. Pembangunan bidang aparatur diarahkan dengan kebijakan menempatkan pegawai
sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya dengan didukung dengan sistem
penggajian yang berbasis kinerja dan menyiapkan dan menerapkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Operasional dan Prosedur (SOP).
Pengembangan karir berbasis kinerja serta peningkatan mutu tenaga kerja lokal
melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan lembaga pelatihan profesional lainnya.
8. Pengembangan ekonomi kerakyatan diarahkan untuk meningkatkan wawasan
kewirausahaan pada pelaku usaha kecil dan menengah. Membina dan
mengembangkan kemampuan dan keterampilan pelaku ekonomi khususnya yang
bergerak di sektor informal dan usaha ekonomi kerakyatan.
9. Pembangunan kelautan dan perikanan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan
sarana alat tangkap bagi nelayan, memanfaatkan potensi kelautan bagi usaha
ekonomi lainnya seperti industri dan pariwisata. Pengadaan sarana dan alat
pengolahan pertanian bagi petani baik dalam bentuk pemberian bantuan alat dan
permodalan (sarpras) maupun melakukan pembinaan secara terus menerus,
sehingga petani dan nelayan mampu mandiri dan mengembangkan usahanya
mencapai titik optimal bagi pemenuhan kebutuhan pangan. Mendorong kerjasama
dunia usaha dengan kelompok nelayan dan petani serta kelompok usaha kecil
lainnya dalam rangka peningkatan mutu dan hasil perikanan dan pertanian serta
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dan pertanian.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-20
LAPORAN AKHIR
10. Pembangunan kota-kota yang cepat tumbuh mengacu kepada sistem perkotaan
nasional dan regional, yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan
fisik kota yang tidak terkendali seperti yang terjadi di Batam serta untuk
mengendalikan arus migrasi yang masuk langsung dari luar daerah dengan cara
menciptakan lapangan kerja dan kesempatan kerja serta peluang usaha terutama di
luar Batam, serta menerapkan kebijakan bagi upaya mencegah semakin turunnya
kualitas perkotaan akibat kualitas masyarakat yang mendiaminya semakin rendah.
11. Menerapkan manajemen perkotaan yang meliputi optimalisasi dan pengendalian
pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga di sekitar kota inti dengan
penegakan hukum yang tegas dan adil serta peningkatan peran dan fungsi kota
kecil tidak hanya berfungsi sebagai kota tempat tinggal tapi diarahkan menjadi kota
mandiri. Menjadikan kota dan kawasan perkotaan sebagai tempat yang aman dan
nyaman bagi kegiatan ekonomi dan tempat tinggal, sehingga perlu kawasan
penyangga di luar perkotaan untuk usaha yang dapat mengurangi daya dukung
lahan perkotaan.
12. Melakukan revitalisasi kawasan perkotaan yang rawan lingkungan terutama
kawasan perbukitan dan sekitar sumber air seperti pengembalian fungsi kawasan
melalui pembangunan kembali kawasan, peningkatan kualitas lingkungan fisik,
sosial, budaya serta penataan kembali pelayanan fasilitas publik terutama
pengembangan sistem transportasi massal yang terintegrasi antar moda.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-21
LAPORAN AKHIR
3. Meningkatkan Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan Pembangunan
Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khususnya Dalam Bidang Industri
Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata
Kemajuan suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh kuatnya pemerintahan
namun juga oleh kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia antar satu
daerah dengan daerah lain memiliki relativitas kemampuan. Untuk mengukur
kemampuan daerah dalam pergaulan secara nasional dan global agar tetap eksis
dapat dilakukan dengan peningkatan daya saing. Daya saing daerah meliputi
seluruh potensi baik sumberdaya alam (SDA), sumberdaya buatan (SDB),
sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya sosial (SDS) secara bersama-sama
dan terintegrasi mencerminkan kondisi daerah. Untuk mewujudkan peningkatan
daya saing daerah agar mampu melaksanakan pembangunan dalam perekonomian
nasional dan global ditempuh kebijakan antara lain:
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang cerdas, profesional, memiliki
etos kerja, trampil dan inovatif. Mendorong munculnya pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi baru dan berbasis kelautan dengan didukung peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang cerdas, sehat dan berahlak mulia.
2. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan diarahkan agar pendayagunaan
dan pengawasan pemanfataan potensi perikanan dan kelautan dapat optimal.
Pendekatan antar sektor, integratif dan komprehensif agar konflik dapat
dihilangkan akibat egosektoral dalam pengelolaan sektor kelautan dan
perikanan. Keterpaduan kebijakan kelautan dengan sektor daratan agar menyatu
dalam strategi pembangunan daerah yang kokoh dan pemanfaatan kekuatan
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-22
LAPORAN AKHIR
darat dan lautan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong
kemajuan daerah.
3. Membangkitkan wawasan dan budaya bahari melalui pendidikan pada semua
jalur, jenis dan jenjang pendidikan serta penyadaran masyarakat tentang
kelautan yang mampu melestarikan nilai budaya serta wawasan bahari.
Mengupayakan melakukan revitalisasi kearifan lokal dan hukum masyarakat asli
di bidang kelautan serta melakukan perlindungan peninggalan bawah air dalam
bentuk kekayaan daerah dan nasional melalui usaha preservasi, restorasi dan
konservasi.
4. Meningkatkan dan memperkuat peranan sumberdaya manusia di bidang
kelautan yang dilakukan dengan mendorong jasa pendidikan dan pelatihan di
bidang kelautan khususnya bidang unggulan serta mengembangkan standar
kompetensi sumberdaya manusia bidang kelautan. Meningkatkan peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta riset yang diarahkan bagi pengembangan
sistem informasi kelautan yang handal.
5. Pengembangan IPTEK untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan kualitas dan
kemanfaatan iptek daerah dalam rangka mendukung iptek nasional. Peningkatan
penguasaan dan penerapan Iptek secara luas dalam proses produksi barang
dan jasa, pengembangan dan penerapan standar mutu dan peningkatan sarana
dan prasarana iptek. Pengembangan pemahaman atas hak intelektual dan
perlindungan hak cipta.
6. Pengembangan wilayah diarahkan dan diselenggarakan dengan memperhatikan
potensi dan peluang serta keunggulan sumberdaya darat dan atau laut di setiap
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-23
LAPORAN AKHIR
wilayah dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pengembangan wilayah
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat
dan pemerataan pembangunan. Pembangunan wilayah dilakukan dengan
terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan
bidang yang tertuang dalam dokumen rencana yang legal.
7. Pembangunan ekonomi dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan semua
pihak baik pemerintah, kabupaten/kota dan dunia usaha dalam memberikan
peran bagi pengembangan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi dilakukan
dengan melibatkan masyarakat terutama kelompok masyarakat yang tergabung
dalam usaha produktif yang akan mendorong peningkatan daya saing ekonomi
daerah.
8. Pembangunan dilakukan dengan berpedoman kepada rencana baik rencana
jangka panjang maupun rencana tataruang wilayah (RTRW) yang refresentatif,
terintegrasi, terpadu, komprehensif dan maju dalam rangka memberikan arahan
pembangunan daerah. Mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam baik
kelautan dan pertambangan serta sumber daya lainnya bagi kesejahteraan
masyarakat.
9. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor dan wilayah, agar pemanfaatan ruang dapat
sinergis, serasi dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
disusun secara hirarki dan komplementer. Untuk itu perlu peningkatan kapasitas
aparatur perencana dan kelembagaan di bidang penataan ruang, penyusunan
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-24
LAPORAN AKHIR
RTRW yang berkualitas dan meningkatkan efektivitas penegakan hukum baik
dalam perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Pembangunan ekonomi diarahkan untuk mengelola dan mengembangkan
potensi ekonomi daerah yang menjadi unggulan terutama potensi sumber daya
kelautan dan perikanan, industri pengolahan dan pariwisata dalam konteks
regional dan global dan membentuk sinergisitas ekonomi dan kebijakan usaha
dengan negara tetangga. Meningkatkan pemanfaatan potensi kelautan dan
perikanan untuk mendukung dan didukung oleh sektor strategis lainnya seperti
industri, pariwisata, perhubungan dan angkutan serta ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga tercipta satu kesatuan yang utuh antara kegiatan hulu dan
hilir dalam sistem perkonomian daerah yang tangguh.
11. Pembangunan ekonomi kerakyatan khususnya perikanan diarahkan untuk
menyediakan dan memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana perikanan dan
kelautan dalam rangka optimalisasi sumberdaya kelautan dan perikanan.
Pengembangan keterampilan dan produktivitas usaha ekonomi kecil dan
menengah serta menjalin kemitraan usaha dengan kegiatan ekonomi skala
besar terutama untuk kegiatan pemasaran dan pembinaan.
12. Pembangunan wisata sehat dan berbudaya yang berkualitas diarahkan untuk
meningkatkan pengembangan kepariwisataan sebagai bagian dari kegiatan
menggerakan ekonomi masyarakat dengan cara mengembangkan wisata bahari
yang modern dan terpadu pada setiap kawasan potensial disamping wisata
konvensional yang sudah ada, sehingga dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan asing maupun domistik. Posisi kunjungan wisata Kepulauan Riau
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-25
LAPORAN AKHIR
yang masuk tertinggi secara nasional tetap dapat dipertahankan. Sejalan dengan
itu pengembangan wisata bagi pelayanan wisata domistik dan lokal dengan tetap
dilakukan dengan berpihak kepada kebijakan umum pariwisata terutama
kegiatan wisata yang mengandalkan wisata alam, budaya dan sejarah.
13. Pembangunan bidang pemerintahan diarahkan untuk menyederhanakan
birokrasi dalam rangka menciptakan lingkungan investasi yang kondusif dan
meningkatkan kerjasama pengembangan investasi dengan pemerintah dan
pihak luar negeri dan dengan dukungan daerah lainnya termasuk
kabupaten/kota.
14. Pembangunan infrastruktur ekonomi diarahkan untuk menyediakan infrastruktur,
sarana dan prasarana pendukung investasi yang maju, lengkap, modern dan
terpadu terutama di daerah yang cepat tumbuh sejalan dengan kegiatan promosi
terhadap potensi ekonomi daerah sejalan dengan meningkatkan kapasitas dan
kemampuan aparatur pemerintahan dan kelembagaan masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan dan pelayanan publik.
15. Pemberdayaan dan optimalisasi pulau terluar dengan cara pembinaan dan
pengembangan transmigrasi lokal dengan disertai pembangunan sarana dan
prasarana dan akses ke pulau terluar baik prasarana perhubungan dan angkutan
serta pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan.
Pemanfaatan pulau terluar sebagai potensi strategis baik lokal maupun nasional
dengan tujuan memberikan manfaat bagi peningkatan ekonomi daerah dan
nasional disamping mendukung ketahanan nasional dan benteng bagi ketahanan
integrasi nasional dan kedaulatan negara.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-26
LAPORAN AKHIR
16. Pengembangan ekonomi regional diarahkan untuk peningkatan kualitas
sumberdaya manusia terutama dunia usaha dan masyarakat serta menjalin dan
meningkatkan kerjasama antar perusahaan dengan pemerintah daerah dan
antar kawasan serumpun di segala bidang terutama yang merupakan sektor
unggulan daerah.
17. Pegembangan ketahanan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pemahaman
dan pengertian terhadap potensi kelautan bagi masyarakat khususnya
masyarakat pesisir dan di pulau. Peningkatan penelitian kelautan dan
pencegahan dampak perubahan iklim global serta penegakan hukum dan
keberpihakan kebijakan yang pro terhadap kelestarian lingkungan dan sumber
daya hayati. Penegakan hukum diutamakan bagi pelanggaran pemanfaatan hasil
laut, pencemaran laut akibat tumpahan minyak dan pengrusakan terumbu
karang dan meningkatkan konservasi laut.
4. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Dapat Memenuhi Seluruh
Kebutuhan Dasar Hidupnya Secara Layak
Masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang seluruh kebutuhannya
terpenuhi dengan ketersediaan bahan kebutuhan pokok dan pelayanan dasar yang
terjangkau. Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan ekonomi daerah dan
kesejahteraan seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan masyarakat Kepulauan Riau
yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar hidupnya secara layak arah
kebijakan yang dilakukan mencakup aspek sosial, ekonomi, infrastruktur dan lainya.
1. Pembangunan investasi dan ekonomi daerah diarahkan kepada penyusunan
peraturan yang lebih menjamin kepastian hukum bagi pekerja dan bagi pelaku
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-27
LAPORAN AKHIR
usaha dan penegakan hukum untuk kepentingan pengembangan investasi
dengan orientasi kepada kepentingan nasional dan daerah. Termasuk menjalin
komunikasi, koordinasi dan kerjasama dengan semua pihak yang
berkepentingan.
2. Pembangunan wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah
kebijakan yang selama ini berorientasi inward looking menjadi outward looking
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang kegiatan ekonomi dan
perdagangan dengan negara tetangga dan mendorong ekonomi regional.
Sebagai wilayah perbatasan wilayah Kepulauan Riau menjadi pintu gerbang
keluar masuk barang ekspor baik dari daerah sendiri maupun daerah lain.
3. Pelayanan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
sarana pendidikan dalam rangka pelayanan pendidikan dan kesehatan dan
pelayanan medis yang berkualitas dan merata sehingga mampu meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dengan penyediaan sarana pendidikan dan
kesehatan yang mudah dan murah tanpa mengabaikan mutu.
4. Meningkatkan pemerataan layanan pendidikan dan kesehatan sehingga dapat
melayani seluruh lapisan masyarakat. Meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan menyediakan sarana dan prasarana pelayanan khusus bidang
pendidikan dan kesehatan seperti bagi kelompok masyarakat rawan sosial dan
komunitas terpencil serta pelayanan ibu hamil dan bayi. Termasuk peningkatan
kesadaran pasangan usia subur terhadap kesehatan. Pelayanan prima dengan
kualitas sarana dan prasarana yang maju.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-28
LAPORAN AKHIR
5. Meningkatkan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat baik listrik, air bersih
dan perumahan dengan cara meningkatkan daya mampu pembangkit listrik
termasuk peningkatan jaringan dan jangkauan pelayanan serta pencarian
tenaga listrik alternatif. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air
bersih dengan cara peningkatan sarana dan sumber air termasuk mencari
sumber air baru. Membangun perumahan dan meningkatkan kualitas rumah
penduduk terutama bagi penduduk yang kurang mampu. Meningkatkan
kualitas perkotaan yang manusiawi dengan dukungan semua pihak yang
berkepentingan.
6. Meningkatkan kesadaran semua pihak baik Pemerintah, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta masyarakat akan arti penting pendidikan
dengan meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam peningkatan
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu sehingga mampu meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia yang mandiri dan membuka lapangan kerja.
7. Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan mulai dari upaya pencegahan
agar tidak rusak, meningkatkan kualitas lingkungan yang sudah menurun dan
meningkatkan daya dukung lingkungan bagi kegiatan pembangunan yang
berkelanjutan disegala bidang. Pembangunan ekonomi diarahkan bagi
pemanfaatan jasa lingkungan yang ramah lingkungan sehingga tidak
mempercepat terjadinya kerusakan dan degradasi lingkungan. Pemulihan dan
rehabilitasi kondisi lingkungan hidup diarahkan pada upaya peningkatan daya
dukung lingkungan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-29
LAPORAN AKHIR
8. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam
merencanakan dan melaksanakan pembangunan di pedesaan dengan tetap
menyediakan infrastruktur dasar di perdesaan sekaligus melestarikan budaya
gotong royong dan swadaya masyarakat. Mengintegrasikan kebijakan
pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
9. Mengendalikan harga dan memperlancar distribusi barang kebutuhan pokok
sepanjang tahun dengan dukungan jaminan ketersediaan sarana angkutan dan
prasarana pendukung bagi lancarnya distribusi barang dan orang serta jaminan
stok bagi daerah yang terpencil.
10. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka pengolahan
dan pemanfaatan sumber daya alam dan efisiensi pembangunan.
Mengembangkan lahan pertanian dan wilayah potensial perikanan bagi
perekonomian daerah.
5. Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat Pertumbuhan
Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan
serta Pariwisata
Secara kodrati Kepulauan Riau berdekatan dengan negara yang sudah
maju seperti Singapura dan Malaysia serta didukung oleh kebijakan pemerintah
yang menetapkan Kepulauan Riau sebagai salah satu kawasan strategis nasional.
Potensi dan peluang tersebut hanya akan memberi manfaat jika dilakukan
perencanaan yang komprehensif dalam menatap masa depan Kepulauan Riau yang
lebih maju. Dengan potensi yang ada, keinginan untuk menjadikan Kepulauan Riau
sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa ditunda lagi.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-30
LAPORAN AKHIR
Untuk mewujudkan hal itu, arah kebijakan meliputi semua aspek kehidupan dan
dirangkum secara umum.
1. Meningkatkan peranan pemerintah daerah yang efektif dan optimal sebagai
fasilitator, regulator dan sekaligus sebagai katalisator pembangunan disemua
sektor agar pembangunan dan pelayanan publik lebih efesien dan efektif
dengan lingkungan yang kondusif.
2. Perlu menjalin hubungan yang lebih luas dengan semua pihak dan tingkatan
pemerintahan baik nasional maupun regional. Menjalin komunikasi semua
pihak berkepentingan untuk mendapatkan dukungan bagi pengembangan
Kepulauan Riau sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
3. Melakukan kerjasama dengan semua pihak dalam pengamanan wilayah
kedaulatan yurisdiksi secara terpadu khususnya wilayah perbatasan, pulau
kecil dan pulau terluar. Pengamanan dimaksudkan untuk menghindari
penyalahgunaan pemanfaatan sumber daya oleh pihak asing dan pihak lain
yang tidak bertanggungjawab.
4. Pengembangan potensi ekonomi unggulan diarahkan untuk mengembangkan
kekuatan dan potensi kemaritiman dalam rangka memperkokoh ketahanan
ekonomi dan ketahanan nasional, mulai dari membangun jaringan terpadu
elemen perdagangan, industri dan perhubungan dan pelayaran (trade, shipping
and industry), maupun dengan memberdayakan masyarakat nelayan pesisir
dan perbatasan.
5. Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal dan berkelanjutan
yang meliputi perhubungan laut, industri maritim, perikanan, wisata bahari,
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-31
LAPORAN AKHIR
energi dan sumber daya mineral, bangunan diatas dan bawah laut serta jasa
kelautan. Pembangunan sektor kelautan dengan dukungan industri kelautan
juga diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan
pesisir dengan mengembangkan kegiatan ekonomi produktif skala kecil yang
mampu memberikan lapangan kerja yang lebih luas.
6. Mengembangkan industri perikanan dan kelautan sehingga menjadi andalan
PDRB Provinsi Kepulauan Riau dengan melakukan berbagai upaya yang
meliputi pengembangan SDM dibidang kelautan, penyediaan sarana dan
prasarana penunjang, penyediaan perangkat peraturan perundangan dan
penyediaan fasilitas lainnya. Pengembangan industri perikanan diarahkan
untuk peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan hingga
menghasilkan keuntungan yang lestari secara biologis, ekonomis dan ekologis.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan meliputi perikanan tangkap,
perikanan budidaya, pemanfaatan sumberdaya karang, lamun dan mangrove.
7. Secara makro pembangunan ekonomi diarahkan untuk menjaga stabilitas
pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan daerah.
Meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan dan efesiensi penggunaan
anggaran. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi diseluruh daerah, mengurangi
ekonomi berbiaya tinggi dengan cara meningkatkan peran sektor kelautan dan
perikanan dalam pertumbuhan ekonomi daerah serta membangun industri-
industri yang berbasis kelautan seperti industri perkapalan, pengolahan hasil
ikan, pariwisata bahari dan angkutan/perdagangan. Meningkatkan penerimaan
daerah dari sektor kelautan dan perikanan. Mengelola sumber daya alam
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-32
LAPORAN AKHIR
mineral logam, mineral bukan logam, batuan dan air tanah, mengusahakan
peningkatan dana bagi hasil terutama bagi hasil pajak orang asing dan bagi
hasil minyak dan gas (migas) yang signifikan.
8. Pembangunan bidang keamanan dan ketertiban diarahkan untuk meningkatkan
keamanan dan rasa aman di lingkungan masyarakat. Menjaga dan
meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi pembangunan antar
daerah dan antar sektor (publik dan privat).
9. Mengembangkan wilayah perbatasan dan tertinggal dengan keberpihakan agar
cepat tumbuh dan berkembang lebih cepat agar dapat mengurangi
ketertinggalannya dengan daerah lain. Pemberdayaan masyarakat wilayah
perbatasan dan pesisir melalui subsidi dan stimulus dana percepatan
pembangunan desa dan kecamatan, maupun dengan jaminan pelayanan
publik dan rintisan untuk pelayanan tertentu yang merupakan bentuk
keterkaitan kegiatan ekonomi cepat tumbuh dan stategis dalam satu sistem
wilayah pengembangan ekonomi yang terintegrasi.
10. Lingkungan hidup memiliki limitasi baik daya dukung maupun daya tampung.
Maka dalam jangka panjang pembangunan lingkungan hidup diarahkan untuk
meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan secara terus menerus dan
berkelanjutan. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam yang
berwawasan lingkungan, dan dilakukan secara terus menerus dengan cara
menjaga keamanan, keselamatan dan lingkungan (Good Minning Practice).
11. Meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan sarana dan
prasarana antar pulau dan antar daerah di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-33
LAPORAN AKHIR
Riau. Meningkatkan pemerataan dan distribusi pembangunan antar pulau dan
antar daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dengan menjadikan bagian
wilayah tersebut sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
12. Meningkatkan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana transportasi darat,
laut dan udara dan meningkatkan pelayanan transportasi (frekuensi dan
terjangkau oleh masyarakat) baik dengan cara membangun dan meningkatkan
kualitas sarana dan prasaran infrastruktur transportasi darat/laut/udara maupun
dengan kegiatan pelibatan masyarakat. Membangun dan meningkatkan
jaringan dan tatanan pelayanan perhubungan antar daerah dan antar kawasan.
13. Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efesien, efektif dan
melaksanakan penegakan hukum terhadap penyalahgunaan hak atas tanah
dengan menerapkan prinsip keadilan, transparansi dan demokrasi. Melakukan
kerjasama dan kordinasi dengan pemerintah untuk melakukan penyempurnaan
perundang-undangan, penguasaan dan penggunaan serta pemanfaatan tanah
disertai dengan penerapan insentif dan disentif dalam program land reform
khususnya perpajakan bidang pertanahan.
14. Mendorong peran swasta dalam pembangunan infrastruktur dan pelayanan
publik, mempermudah perizinan dan memperketat pengawasan serta
penegakan hukum dan tata kelola perikanan.
15. Kerjasama antar daerah terutama dalam pengembangan potensi unggulan
daerah terutama antar daerah yang berdekatan baik dalam pengawasan
maupun pemanfaatan dan pengolahan serta pemasaran dalam memanfaatkan
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-34
LAPORAN AKHIR
keunggulan komparatif maupun kompetitif sehingga inefisiensi dalam
pembangunan dapat dihindari.
3.2.4. Isu Strategis Lokal
Isu strategis yang bisa dimunculkan dari skala lokal, khusus kabupaten Bintan
antara lain berupa
1. Isu Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, ada 4 isu strategis di anggap paling penting seperti terlihat pada
tabel berikut
Tabel 3.1 Identifikasi Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Ekonomi Prioritas
No
Isu
1 Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas
2 Pengembangan Kawasan Minapolitan
3 Pegembangan Parawisata
4 Peningkatan Aksebilitas Ke Pulau- Pulau Kecil
5 Pengembangan infrastruktur jalan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara berskala internasional
Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas (KPBPB)
Pemerintah Kabupaten Bintan mendukung program pemerintah pusat yaitu
pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas di Provinsi
Kepulauan Riau yang mencakup wilayah yang lebih luas meliputi wilayah Batam, Bintan,
dan Karimun. Upaya pengembangan kawasan khusus tersebut juga mendapat dukungan
dari Pemerintah Singapura dengan ditandatanganinya Nota Kesepakatan antara
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Singapura pada tanggal 25 Juni 2006
tentang Kerjasama Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus di Provinsi Kepulauan Riau.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-35
LAPORAN AKHIR
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam, Bintan,
Karimun (BBK) merupakan salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan kandidat
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam bentuk KPBPB. Terkait dengan pengembangan
kawasan ini, telah terdapat suatu proses penandatanganan kesepakatan kerjasama
ekonomi antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Singapura. Kesepakatan
kerjasama tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan adanya penetapan lokasi
pengembangan KPBPB melalui Peraturan Pemerintah No.46/2007 untuk KPBPB Batam,
PP No.47/2007 untuk KPBPB Bintan dan PP No.48/2007 untuk KPBPB Karimun. Dalam
rangka upaya operasionalisasi KPBPB Batam, Bintan, Karimun telah ditetapkan pula
Peraturan Presiden No. 9, 10, dan 11 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan KPBPB
Batam, Bintan, Karimun sebagai bentuk kelembagaannya.
Selain kebijakan-kebijakan tersebut diatas yang telah menjadi komitmen
Pemerintah Indonesia, maka bila ditinjau dari aspek sistem perkotaan nasional dan posisi
geografisnya, kawasan BBK ini juga memiliki potensi besar, antara lain:
Fungsi Kawasan BBK secara nasional adalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dan Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) yang strategis;
Secara geografis, kawasan BBK terletak pada jalur perdagangan internasional
yang menjadikannya sebagai pintu gerbang masuknya arus investasi asing ke
Indonesia, terutama karena kedekatannya dengan Singapura dan Malaysia.
Apabila didukung dengan keberadaan infrastruktur yang sesuai dan kompetitif,
maka kawasan ini dapat menjadi kawasan yang kompetitif dan berdaya saing
tinggi;
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-36
LAPORAN AKHIR
Kawasan BBK terletak di tengah pasar internasional (Singapura, China, India,
Australia, dan pasar dunia yang lebih luas lainnya).
Dalam PP tersebut lokasi FTZ Bintan terdiri dari kawasan Bintan Utara dengan
liputan wilayah hampir setengah pulau Bintan. Disamping itu, terdapat 5 lokasi lain yang
berupa enclave yaitu kawasan Anak Lobam, kawasan maritim Bintan Timur, kawasan
Galang Batang, kawasan Senggarang dan kawasan Dompak. Pulau Bintan merupakan
wilayah yang cukup siap untuk menarik investasi. Keberadaan bonded zones di Bintan
menyebabkan kawasan ini tidak asing lagi bagi investor yang ingin menanamkan
investasinya di sektor industri manufaktur. Selain itu, Bintan selama ini juga telah menjadi
lokasi kunjungan wisatawan mancanegara, walaupun yang terbesar masih berasal dari
Singapura. Ditinjau dari sisi infrastruktur, sekalipun belum sebaik Batam, namun Bintan
telah memiliki fasilitas pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Dengan adanya pemekaran
wilayah, maka Kota Tanjung Pinang menjadi suatu wilayah administratif yang berdiri
sendiri. Namun demikian, dalam konteks KEK BBK, penyebutan Bintan akan secara
implisit diartikan sebagai keseluruhan pulau Bintan.
Pengembangan Kawasan Minapolitan
Pemerintah melalui kebijakannya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan pada Pasal
63 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberdayakan
masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Ini berarti bahwa model-model
pemberdayaan akan terus bergulir sehingga penentuan model pemberdayaan yang
berbasis sosio-ekologi dan karakteristik daerah nelayan adalah hal yang sangat perlu
untuk dilakukan.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-37
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12/MEN/2010
tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, maka wilayah perairan Kabupaten Bintan
termasuk salah satu kawasan minapolitan yang ada di Indonesia. Secara keseluruhan
luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 88.038,54 Km2 terdiri atas wilayah daratan seluas
1.946,13 Km2 dan wilayah laut seluas 86.398,33 km2 (97,74%). Pada tahun 2009, volume
produksi perikanan mencapai 20.083,35 Ton dan mengalami peningkatan produksi
sebesar 4,18 persen dari tahun sebelumnya, dengan nilai produksi mencapai 157,76
Milyar Rupiah atau meningkat sebesar 3,56%. Hal ini menunjukan bahwa potensi
perikanan di Kabupaten Bintan cukup besar, mengingat luas perairan yang jauh lebih
besar dibandingkan luas daratannya.
Berdasarkan potensi yang ada maka Pemerintah Kabupaten Bintan melalui SK
Bupati Bintan No : 377/VIII/2010, telah menetapkan Kecamatan Mantang, Kecamatan
Bintan Pesisir dan Kecamatan Bintan Timur sebagai kawasan Minapolitan di Kabupaten
Bintan dengan fokus pengembangan perikanan tangkap di Kecamatan Bintan Timur
dengan komoditas ikan pelagis dan demersal, serta pengembangan perikanan budidaya di
Kecamatan Mantang dan Kecamatan Bintan Pesisir dengan komoditas rumput laut, kerapu
dan teripang.
Dengan di tetapkannya Kabupaten Bintan sebagai salah satu daerah kawasan
minapolitan dimana Kecamatan Mantang Sebagai Tempat Budidaya, Kecamatan Bintan
Timur, dan Kecamatan Bintan Pesisirsebagai sentra pemasaran dan Kecamatan Bintan
Pesisir sebagai penagkapann ikan dan budidaya rumput laut.Potensi kelautan dan
perikanan di Kabupaten Bintan sangat besar karena hampir 98% wilayah Kabupaten
Bintan adalah lautan. Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Bintan terdiri dari
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-38
LAPORAN AKHIR
perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan produk perikanan, industri
bioteknologi kelautan, industri sumberdaya laut-dalam dan pemanfaatan muatan barang
kapal tenggelam, wisata bahari dan potensi mangrove dan terumbu karang. Komoditas
hasil kelautan dan perikanan yang dikembangkan di Kabupaten Bintan merupakan
komoditas unggulan yang terdiri dari rumput laut (seaweed), padang lamun (seagrass),
ikan dan biota laut ekonomis tinggi serta komoditi hasil budidaya perikanan.
Pegembangan Pariwisata
Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau yang diimplementasikan ke dalam 6
(enam) Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata, maka Kabupaten Bintan ini termasuk
dalam Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata B yang pengembangannya diarahkan
pada pengembangan wisata terpadu (Kawasan Lagoi dan Kuala Sempang), ekowisata
(Kawasan Air Terjun Gunung Bintan), wisata religi/sejarah (Kawasan Kota Kara dan
Bukit Batu), wisata bahari (Kawasan Lagoi, Sakera Tanjung Uban di Kecamatan Bintan
Utara, Kawasan Trikora di Kecamatan Gunung Kijang, kawasan Berakit dan beberapa
pulau di Kecamatan Tambelan, Bintan Pesisir dan Mantang), Desa Wisata (Kawal dan
Teluk Bakau di Kecamatan Gunung Kijang, Sebong Pereh, Sei Kecil, Sebong Lagoi
dan Berakit di Kecamatan Teluk Sebong, Malang Rapat, serta Bintan Bekapur di
Kecamatan Teluk Bintan).
Peningkatan Aksebilitas Ke Pulau-Pulau Kecil
Wilayah Kabupaten Bintan berupa wilayah yang terdiri atas beberapa gugusan
pulau besar dan kecil, sehingga membutuhkan penyediaan prasarana dan sarana wilayah
dengan biaya tinggi (high cost), sehingga aksesibilitas menuju ke beberapa gugus pulau
kecil di Kabupaten Bintan, terutama ke Pulau Tambelan terbatas. Selain itu belum
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-39
LAPORAN AKHIR
meratanya penyediaan prasarana dan sarana sosial ekonomi wilayah, khususnya di
beberapa pulau kecil, merupakan salah satu isu utama di Kabupaten Bintan.
Pengembangan infrastruktur jalan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara
Selain jaringan jalan, rencana pengembangan sistem jaringan trasportasi darat juga
diarahkan pada pembentukan simpul-simpul transportasi yaitu berupa terminal transportasi
darat, pelabuhan dan lapangan udara.
2. Isu Sosial – Masyarakat
Dalam bidang Sosial-Masyarakat, ada 2 isu strategis di anggap paling penting seperti
terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Sosial – Masyarakat Prioritas
No Isu
1 Pemerataan Penduduk Dan Peningkatan Pelayanan Dasar
2 Sinkronisasi Kebijakan/Aturan
Pemerataan Penduduk Dan Pelayanan Dasar
Pada tahun 2008 penduduk Kabupaten Bintan tercatat 125.028 jiwa yang terdiri
dari jenis kelamin laki-laki 61.138 jiwa dan jenis kelamin perempuan 63.920 jiwa dengan
jumlah penduduk terbesar tedapat di Kecamatan Bitan Timur (35.676 jiwa), sedangkan
jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Mantang (3.673 jiwa). Apabila
dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2004 yang berjumlah 115.675 jiwa, maka
laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2004-2008 sebesar 1,62 % per tahun. Kepadatan
penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bintan Utara dengan tingkat kepadatan sebesar
64 jiwa/Km2, dan wilayah di Kabupaten Bintan yang memiliki kepadatan penduduk
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-40
LAPORAN AKHIR
terendah adalah di Kecamatan Tambelan dan Teluk Sebong dengan tingkat kepadatan
sebesar 28 jiwa/Km2. Karakteristik geografis yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil
menyebabkan jarak menjadi kendala sehingga pembangunan menjadi kurang merata.
Selain itu keberpihakan yang terlalu besar pada FTZ belum dirasakan dampak multiplier-
nya terhadap kemerataan kesejahteraan masyarakatBelum optimalnya pelayanan dasar
ke beberapa pulau-pulau kecil di Kabupaten Bintan menjadi salah satu isu utama, hal ini
disebabkan oleh masih rendahnya aksesibilitas menuju remote area.
Sinkronisasi Kebijakan Dan Aturan
Banyak kebijakan antar sektor dan antar daerah yang belum padu dan sinkron
sehingga tumpang tindih bahkan bertabrakan satu sama lain. Sinkronisasi kebijakan di sini
adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan olehpemerintah dan/atau
pemerintah daerah harus dimiliki sebelumpelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud
antara lain berupa izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang.
Dengan demikian, perizinan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Bintan,
dikeluarkan oleh sesuai dengan kewenangan masing-masing yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Isu Lingkungan
Dalam bidang Lingkungan, ada 4 isu strategis di anggap paling penting seperti
terlihat dalam table berikut:
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-41
LAPORAN AKHIR
Tabel 3.3 Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Lingkungan Prioritas
No Isu
1 Kecenderungan Untuk Kawasan Lindung Untuk Budidaya
2 Peningkatan Kualitas Lingkungan
3 Pengolahan Sampah
4 Peningkatan Kualitas Air Baku
Kecendrungan Untuk Kawasan Lindung Untuk Budidaya
Isu kawasan lindung untuk budidaya muncul karena banyak kegiatan
pembangunan baik berupa pembangunan permukiman perkotaan maupun tambang yang
merusak kelestarian hutan. Tentunya ini akan dapat mengancam kelangsungan kehidupan
di wilayah Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulau-pulau kecil yang umumnya memiliki
keterbatasan dalam hal ketersediaan air tawar. Keberadaan hutan memiliki fungsi penting
untuk dapat menjaga fungsi tata air dan menjamin ketersediaan air bersih di wilayah
Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulau-pulau kecil.Selain itu kehilangan hutan akibat
pemangkasan lahan yang umumnya berbukit untuk permukiman perkotaan juga
mengakibatkan meluasnya kawasan rawan kejadian bencana tanah longsor.
Peningkatan Kualitas Lingkungan
Pencegahan pencemaran darat, perairan dan laut juga menjadi isu lingkungan
yang menjadi prioritas. Hal ini terkait dengan berkembangnya aktivitas industri,
pertambangan dan permukiman yang seringkali tidak dilengkapi dengan perencanaan dan
instalasi pengolahan sampah dan limbah yang memadai. Sebagai akibatnya kondisi
lingkungan menjadi semakin buruk karena perkembangan berbagai aktivitas tersebut.
Dengan daya dukung lingkungan pulau kecil yang terbatas, maka pencemaran darat,
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-42
LAPORAN AKHIR
perairan dan laut ini akan mengganggu keberlangsungan ekosistem termasuk juga
aktivitas ekonomi masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Bintan.
Banyaknya aktifitas pembangunan yang tidak dilengkapi dengan AMDAL juga
menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan. Selain itu, kurang optimalnya
pengawasan terhadap kegiatan pembangunan juga akan menimbulkan penurunan kualitas
lingkungan.
Pengolahan Sampah
Sistem pengelolaan sampah dititik beratkan untuk mencegah terjadinya masalah-
masalah lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, timbulnya genangan, gangguan
estetika dan penyebaran penyakit. Dalam implementasinya pengembangan sistem
pengelolaan persampahan diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan
sehat, yang penanganannya diprioritaskan untuk daerah-daerah pusat kota yang belum
mendapat pelayanan dan daerah permukiman baru. pengolahan sampah yang dilakukan
di TPA dengan cara sistem open dumping, yang selanjutnya ditingkatkan menjadi sistem
lahan urug (sanitary land fill) yang dilengkapi sarana sistem drainase permukaan maupun
bawah permukaan, sistem pembuangan gas yang dihasilkan oleh proses dekomposisi
sampah dan sumur (pipa) pemantau leachate (cairan yang ditimbulkan oleh sampah),
serta daur ulang. Selain itu sampah-sampah yang mempunyai potensi untuk dapat
dimanfaatkan kembali, seperti plastik, kertas dan kaleng dapat dijadikan sebagai bahan
baku industri pengolahan sampah, yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan dari
sampah yang telah dipisahkan menjadi bahan baku atau barang jadi.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 III-43
LAPORAN AKHIR
Pencegahan Dan Pencemaran Air Baku
Pencemaran perairan dapat mengganggu ketersediaan air baku dan aktivitas
perikanan budidaya air tawar, sedangkan pencemaran laut akan mengganggu
keberlangsungan aktivitas perikanan tangkap maupun budidaya laut.Kabupaten Bintan
sangat mengandalkan sumber air permukaan sebagai sumber air baku yang dapat
dimanfaatkan untuk air minum. Alternatif lain pemenuhan kebutuhan air minum dapat
dilakukan dengan membuat bak-bak penampung air hujan yang dikelola secara individu,
berupa sumur penampungan air hujan yang dibuat di halaman rumah dengan
menggunakan material yang lulus air dan tahan longsor, serta harus bebas dari
kontaminasi atau pencemaran limbah.
4. Isu-isu Kunci Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Bintan
Hasil kompilasi isu-isu kunci maka diperoleh 10 (sepuluh) isu kunci pembangunan
berkelanjutan di Kabupaten Bintan.
Tabel 3.4
Daftar 10 Isu Kunci Pembangunan Berkelanjutan Di Kabupaten Bintan
No ISU
ASPEK EKONOMI
1. Pengembangan Kawasan Pelabuhan Bebas Dan Pelayaran Bebas
2. Pengembangan Kawasan Minapolitan
3. Pengembangan Parawisata
4. Peningkatan Aksebilitas Ke Pulau- Pulau Kecil
5. Pengembangan infrastruktur jalan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara
ASPEK SOSIAL
6 Pemerataan Penduduk Dan Peningkatan Pelayanan Dasar
7 Sinkronisasi Kebijakan/Aturan
ASPEK LINGKUNGAN
8 Kecendrungan Untuk Kawasan Lindung Untuk Budidaya
9 Peningkatan Kualitas Lingkungan
10 Pengolahan Sampah
11 Peningkatan Kualitas Air Baku