Post on 20-Jan-2016
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi
degeneratif, adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang melibatkan sendi,
termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral. OA merupakan bentuk yang
paling umum dari artritis, dan menjadi penyebab utama kecacatan kronis di Amerika
Serikat. Hal ini mempengaruhi sekitar 8 juta orang di Britania Raya. Osteoarthritis juga
mempengaruhi hampir 27 juta orang di Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa 80%
penduduk telah terbukti OA (radiografi) pada usia 65 tahun, walaupun hanya 60% dari
mereka yang memiliki gejala. Osteoartritis merupakan salah satu masalah kedokteran
yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut
maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai
wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien
dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45
tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi
tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai
kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat
deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom
klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine,
meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi
synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia .1
Klinis osteoartritis disertai adanya nyeri sendi yang kronik. Banyak pasien dengan
osteoartritis juga mengalami keterbatasan gerakan, krepitasi dengan gerakan, dan efusi
sendi. Pada kondisi yang berat dapat terjadi deformitas tulang dan subluksasi. Sebagian
1
besar pasien dengan osteoartritis datang dengan keluhan nyeri sendi. Pasien sering
menggambarkan nyeri yang dalam, ketidaknyamanan yang sukar dilokalisasikan, yang
telah dirasakan selama bertahun-tahun. Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas
biasanya terasa segera setelah penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap selama
berjam-jam setelah aktivitas.1
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan sindroma klinis nyeri sendi yang disertai dengan
berbagai derajat limitasi fungsi dan berkurangnya quality of life. Osteoartritis
merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi-sendi penumpu berat
badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi, yang
merupakan hasil akhir dari perubahan biokimiawi, metabolisme fisiologis maupaun
patologis yang terjadi pada perendian2,3
2.2 Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak mengenai
terutama pada orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun
menggambarkan osteoarthritis pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya
mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis lebih
banyak terjadi pada pria sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada
wanita. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban tubuh.4
3
Progresifitas dari OA biasanya berjalan perlahan-lahan, terjadi dalam beberapa
tahun atau bahkan dekade. Nyeri yang timbul biasanya menjadi sumber morbiditas awal
dan utama pada pasien dengan OA. Pasien dapat secara progresif menjadi semakin tidak
aktif beraktivitas, membawa kepada morbiditas karena berkurangnya aktivitas fisik
(termasuk penurunan berat yang bermakna). Prevalensi OA berbeda-beda pada berbagai
ras. OA lutut lebih banyak terjadi pada wanita Afrika Amerika dibandingan dengan ras
yang lainnya. Terdapat kecenderungan bahwa kemungkinan terkena OA akan
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Penyakit ini biasanya sebanding jumlah
kejadiannya pada pria dan wanita pada usia 45-55 tahun. Setelah usia 55 tahun,
cenderung lebih banyak terjadi pada wanita. Sendi distal interfalangeal dan dan
proksimal interfalangeal seringkali terserang sehingga tampak gambaran Heberden dan
Bouchard nodes, yang banyak ditemui pada wanita.2
2.3. Etiologi
Pada umumnya penderita Osteoarthritis lutut ini, etiologinya tidak diketahui.
Namun beberapa factor yang disebut-sebut mempunyai peranan atas timbulnya
Osteoarthritis antara lain :
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di
bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun Hal ini disebabkan karena
adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan
proteoglikan pada kartilago sendi.
2. Jenis kelamin
4
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi terkenanya osteoartritis
pada wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang dari 45 tahun Osteoarthritis lebih
sering terjadi pada pria dari wanita.
3. Suku bangsa
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat perbedaan
prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaaan pada frekuensi pada kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
4. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi dalam
gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi
seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial
pada osteoartritis.
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi
penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit
jantung koroner,diabetes melitus dan hipertensi.
6. Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga
5
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-menerus,
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Demikian juga cedera
sendi dan oleh raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko
osteoartritis yang lebih tinggi.
2.4. Patofisiologi
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan yang
tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat
bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme
kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum
jelas diketahui. OA dan proses penuaan (aging process), serta OA dapat diinduksi pada
percobaan hewan yang distimulasi menggunakan zat kimia atau trauma buatan. Proses
utama OA tersebut sebenarnya terdapat pada khondrosit yang merupakan satu-satunya
sel hidup yang ada di dalam rawan sendi. Gangguan pada fungsi khondrosit itulah yang
akan memicu proses patogenik OA. Khondrosit akan mensintesis berbagai komponen
yang diperlukan dalam pembentukan rawan sendi, seperti proteoglikan, kolagen dan
sebagainya. Disamping itu ia akan memelihara keberadaan komponen dalam matriks
rawan sendi melalui mekanisme turn over yang begitu dinamis.5
Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan
suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh khondrosit sebagai
kompensasi perbaikan (repair). Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara
degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi (Tjokroprawiro,
2007). Dengan kata lain terdapat satu keseimbangan antara proses sintesis dan
degradasi rawan sendi. Gangguan keseimbangan ini yang pada umumnya berupa
6
peningkatan proses degradasi, akan menandai penipisan rawan sendi dan selanjutnya
kerusakan rawan sendi yang berfungsi sebagai bantalan redam kejut. Sintesis matriks
rawan sendi tetap ada terutama pada awal proses patologik OA, namun kualitas matriks
rawan sendi yang terbentuk tidak baik. Pada proses akhir kerusakan rawan sendi,
adanya sintesis yang buruk tidak mampu lagi mengatasi proses destruksi sendi yang
cepat. Hal ini terlihat dari menurunya produksi proteoglikan yang ditandai dengan
menurunnya fungsi khondrosit. Khondrosit yang merupakan aktor tunggal pada proses
ini akan dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan
keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitokin
Interleukin-1 (IL-1) dan tumour necrosis factor a (TNFa) yang dikeluarkan oleh sel lain
di dalam sendi. Sedangkan faktor anabolik diperankan oleh transforming growth factor
b(TGFb) dan insulin like growth factor-1 (IGF-1). Perubahan patologik pada OA
ditandai oleh kapsul sendi yang menebal dan mengalami fibrosis serta distorsi. Pada
rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan
penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan
trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini mengakibatkan
dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya
menimbulkan bone angina lewat subkondral yang diketahui mengandung ujung saraf
sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit. Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa
akibat dari dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang
menyebabkan radang sendi, peregangan tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot
ekstraartikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh
adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla
7
spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena
proses remodelling pada trabekula dan subkondral. Sinovium mengalami keradangan
dan akan memicu terjadinya efusi serta proses keradangan kronik sendi yang terkena.
Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi fibrilasi serta fisura yang lama-kelamaan
akan menipis dan tampak kehilangan rawan sendi fokal. Selanjutnya akan tampak
respon dari tulang subkhondral berupa penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan
kista. Pada ujung tulang dapat dijumpai pembentukan osteofit serta penebalan jaringan
ikat sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini memberikan gambaran seolah
persendian yang terkena itu bengkak.5
Gambar Osteoartritis
Peran makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang
oleh jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan memproduksi
sitokin aktivator plasminogen (PA) yang disebut katabolin. Sitokin tersebut adalah IL-1,
IL-6, TNF α dan β, dan interferon (IFN) α dan . Interleukin-1 mempunyai efek
multiple pada sel cairan sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi
8
rawan sendi yaitu stromelisin dan kolagenosa, menghambat proses sintesis dan
perbaikan normal khondrosit.5
Faktor pertumbuhan dan sitokin mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan
perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks rawan
sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan merangsang sintesis, padahal IGF-1 pasien OA
lebih rendah dibandingkan individu normal pada umur yang sama. Percobaan pada
kelinci membuktikan bahwa puncak aktivitas sintesis terjadi setelah 10 hari
perangsangan dan kembali normal setelah 3-4 minggu.5
2.5. Klasifikasi
Ada lebih dari satu klasifikasi artritis. Dua dari yang umum adalah sistem
Kellgren - Lawrence Grading dan Outerbridge. Sistem Kellgren dan Lawrence
didasarkan pada xrays dan terdiri dari Normal, Grade I, Grade II, Grade III dan Grade
IV.
Hal ini berdasarkan dari ada tidaknya ciri khas dari osteoarthritis, yaitu;
Joint space narrowing bone terlihat pada rontgen tapi ligamen tulang rawan yang
mencakupnya tidak. Persendian normal tampak memiliki ruang antar tulang. Setiap
penurunan ruang menandakan penipisan tulang rawan penutup.
Osteophytes - proyeksi dari tulang kecil yang terbentuk di sekeliling persendian.
Dianggap sebagai akibat dari tubuh yang mencoba untuk meningkatkan luas permukaan
persendian untuk mengurangi tekanan. Osteophytes inilah yang menyebabkan
terbatasnya rentang gerak dan dapat menyebabkan rasa sakit.
Sclerosis – yang berarti 'pengerasan' dan merupakan tanda osteoarthritis, yang
terlihat sebagai peningkatan daerah putih di tulang pada persendian
Grade I : penyempitan ruang sendi, bisa terdapat osteophytes
9
Grade II: terlihat ada osteophytes yang kecil ,bisa terdapat penyempitan
Grade III: osteophyte berukuran sedang dan multiple, penyempitan ruang
sendi, beberapa sclerotic area, bisa terdapat deformasi tulang
Grade IV: osteophyte luas dan multiple, penyempitan ruang sendi yang
parah, sclerosis dan terjadi deformitas
The Outerbridge Classification juga menilai dari Grade 0-IV. Namun lebih
mengacu pada kondisi yang terlihat melalui athroskopi daripada dari rontgen
Grade 0 : Normal
Grade I : pelunakan dan pembengkakan dari persendian kartilago
Grade II : penebalan dari sebagian fissura sendi
Grade III: penebalan seluruhya dari fissura sendi
Grade IV: erosi keseluruhan kartilago sendi
2.6. Anatomi Fungsional Sendi Lutut
a. Sistem Tulang
10
Tulang yang membentuk sendi lutut antara lain : os femur, os tibia, os fibula,
dan os patella.
1) Os Femur
Tulang femur merupakan tulang panjang yang bersendi keatas
dengan acetabulum dan ke bawah dengan tulang tibia. Tulang femur
terdiri dari epiphysis proximal, diaphysis, dan epiphysis distalis.
Epiphysis merupakan sepasang bulatan yang disebut condilus
lateralis dan medialis. Di bagian proximal tonjolan tersebut terdapat
bulatan kecil yang disebut epycondilus lateralis dan medialis.
Di lihat dari depan, terdapat dataran sendi–sendi yang melebar ke
lateral yang disebit facies patellaris yang nantinya bersendi dengan
tulang patella. Dan di lihat dari belakang, diantara condylus femoralis
lateralis dan condylus lateralis medialis terdapat cekungan disebut fossa
intercondyloidea yang bagian proximalnya terdapat garis yang disebut
linea intercondyloidea. Sedangkan epiphysis proximal membentuk
bulatan 2/3 bagian bagian bola tersebut disebut caput femoralis yang
mempunyai facies articulair untuk bersendi dengan acetabulum.
Diaphysis merupakan bagian yang panjang yang disebut corpus.
Penampang melintang merupakan segitiga dengan basis menghadap ke
depan. Diaphysis mempunyai 3 dataran yaitu facies medialis, facies
lateralis, dan fasies anterior
2) Os Tibia
11
Termasuk tulang panjang yang terdiri atas 3 bagian yang terdiri
dari : epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis
proximal terdiri dari 2 bulatan yang disebut condylus medialis dan
condylus lateralis. Di sebelah atasnya terdapat dataran sendi yang di
sebut facies articularis superior dan tepi atas epycondilus ini melingkar
disebut margo infraglenoidalis. Diaphysis pada penopang merupakan
segitiga dengan basis menghadap ke depan. Ada 3 sisi yaitu margo
anterior, margo medialis dan crista interozea di sebelah lateral.
Sedangkan ke arah medial epiphysis distalis menonjol di sebut malleolus
medialis. Malleolus medialis memiliki 3 dataran sendi yaitu facies
articularis malleolaris (vertical), facies articularis inferior
(horizontal), incisura fibularis (cekung)
3) Os Fibula
Merupakan tulang berbentuk kecil dan langsing yang terletak di
sebelah tulang tibia bagian luar. Tulang ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis
proximal membulat disebut capitulum fibula yang ke proximal
meruncing menjadi apex capitulum fibula. Pada capitulum terdapat dua
dataran yang di sebut facies articularis capituli fibula untuk bersendi
dengan tibia. Diaphysis mempunyai 4 crista yaitu crista lateralis, crista
medialis, crista anterior, dan crista posterior. Epiphysis distalis ke arah
lateral membulat disebut malleolus lateralis.
Hubungan antara tulang – tulang di atas membentuk suatu sendi
yaitu tulang fémur dan patella di sebut articulatio patello femoralis,
12
hubungan antara tulang tibia dengan fémur disebut articulatio
tibiofemoralis, hubungan antara tulang tibia dengan fibula disebut
articulatio tibiofibularis yang secara keseluruhan dapat dikatakan
sebagai articulatio knee/knee joint atau sendi lutut.
4) Os Patella
Tulang patella merupakan tulang berbentuk segitiga dengan basis
menghadap ke proximal dan apex ke arah distal. Dataran muka
berbentuk konvek dan dataran belakang mempunyai dataran sendi yaitu
facies articularis lateralis yang lebar dan facies articularis medialis
yang sempit
Tulang pembentuk sendi lutut (Carola, 1990)
Keterangan Gambar
13
1312
111
10
98
764
5
23
1. Trochanter major
2. Fossa trochanterica
3. Collum femoris
4. Fovea capitis femoris
5. Caput femoris
6. Collum femoris
7. Linea intertrochanterica
8. Trochanter minor
9. Corpus femoris
10. Tuberculum adductorium
11. Apicondylus medialis
12. Facies patellaris
13. Epicondylus lateralis
14
12
34
5
678
9
10
11
12
13
Tulang Femur tampak dari depan (Sobotta, 2006)
Keterangan Gambar
14. Trochanter major
15. Fossa trochanterica
16. Collum femoris
17. Fovea capitis femoris
18. Caput femoris
19. Collum femoris
20. Linea intertrochanterica
21. Trochanter minor
15
22. Corpus femoris
23. Tuberculum adductorium
24. Apicondylus medialis
25. Facies patellaris
26. Epicondylus latera
Tulang Femur tampak dari belakang (Sobotta, 2006
Keterangan Gambar
1. Fovea capitis femoris
2. Caput femoris
3. Trochanter major
4. Tuberculum quadratum
16
14
12
3
4
5
67
89
101
112
13
15
16
17
18
19
20
21
5. Crista intertrochanterica
6. Trochanter tertius
7. Tuberositas glutea
8. Labium laterale
9. Labium mediale
10. Linea supracondylaris lateralis
11. Linea supracondylaris medialis
12. Facies poplitea
13. Epicondylus lateralis
14. Condylus lateralis
15. Fossa intercondylaris
16. Linea intercondylaris
17. Condylus medialis
18. Tuberculum adductorium
17
1
2
3
4
5
Gambar 1.4
Tulang Tibia dan Fibula tampak dari belakang (Sobotta, 2006)
Keterangan Gambar 1.4 :
1. Caput fibulae
2. Corpus fibulae
3. Sulcus maleollaris
4. Corpus tibiae
5. Linea musculusolei
18
1
2
Gambar 1.5
Permukaan Anterior Patella
Gambar 1.5
Permukaan Posterior Patella
Keterangan gambar 1.5 :
1. Basis patellae
2. Apex Patellae
b. Anthrologi
19
2
1
Hubungan antara tulang – tulang pada sendi lutut membentuk 3
persendian yaitu : (1) articulatio patello femorale di bentuk oleh tulang
patella dan fémur, (2) articulatio tibiofemorale di bentuk oleh tulang tibia
dan femur, (3) articulatio tibiofibulare dibentuk oleh tulang tibia dan fibula.
c. Sistem Capsule Ligamenter
Pada sendi lutut sistem capsule ligamenter berfungsi sebagai
stabilisator sendi – sendi . pada umumnya gerakan sendi lutut sangat
ditentukan oleh bentuk permukaan sendi dan kekuatan dari ligamentumnya.
Adapun ligamen yang memperkuat sendi lutut adalah :
1) Ligamentum Cruciatum Anterior
Berjalan dari depan eminentia intercondyloidea tibia ke
permukaan medial condylus lateralis femur yang berfungsi menahan
hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
2) Ligamentum Cruciatum Posterior
Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femur menuju ke
fossa intercondyloidea tibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia
ke belakang.
3) Ligamentum Collateral Lateral
Berjalan dari epycondilus lateralis ke capitulum fibula yang
berfungsi menahan gerakan varus ke samping luar.
4) Ligamentum Collateral Medial
20
Berjalan ke epycondilus medialis ke permukaan medial tibia yang
berfungsi menahan gerakan valgus.
5) Ligamentum Popliteum Obliqum
Berasal dari lateralis femur menuju insertio otot
semimembranosus, melekat pada fascia musculus popliteum yang
berfungsi sebagai penguat dari starum fibrosum ligamentum transversum
genu. Membentang pada permukaan anterior meniscus medialis dan
lateralis (Platzer, 1983).
d. Sistem Capsule Sendi
Kapsul sendi terdiri dari 2 lapisan yaitu : (1) stratum fibrosum, yang
merupakan lapisan luar yang bersifat sebagai penutup/selubung. Berada di
sebelah proksimal melekat pada femur, tepat proksimal terhadap batas –
batas articular kedua condylus dan pada fossa intercondylaris di sebelah
belakang. Di sebelah distal melekat pada batas articular tibia. (2) Stratum
synovial, merupakan lapisan dalam yang memproduksi cairan synovial untuk
melicinkan sendi lutut. Kapsul sendi termasuk jaringan fibrosis yang
avaskular sehingga jika cedera sulit untuk proses penyembuhannya. Stratum
synovial melipat balik dari bagian posterior sendi ke ligamentum cruciatum
anterior dan posterior, sehingga menutupi corpus adiposuminfra patellare
(Moore and Agur, 1995).
21
e. Jaringan Lunak
1) Meniscus
Meniscus sendi lutut adalah meniscus medialis dan lateralis.
Meniscus medialis lebih banyak hubungannya dengan tibia dari pada
meniscus lateralis. Fungsi dari meniscus adalah : (1) penyebaran
pembebanan, (2), peredam kejut, (3) mempermudah gerakan rotasi, (4)
mengurangi gerakan, dan (5) stabilisator setiap ada penekanan akan
diserap oleh meniscus sendi lalu diteruskan ke sebuah sendi (Moore and
Agur, 1995).
2) Bursa
Merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan
terjadinya gesekan, gerakan, berdinding tipis, dan dibatasi oleh
membrane synovial. Bursa pada sendi yang berguna sebagai absorbser
yaitu bursa supra patellaris, pra patellaris, dan bursa infra patellaris
superficial dan profundus. Gangguan sendi lutut ditentukan oleh bentuk
permukaan sendi dan kekuatan otot serta ligamen (Moore and Agur,
1995).
22
Ligamen lutut pandangan anterior (Sobotta ,2006)
Keterangan gambar
1. Ligamentum cruciatum posterior
2. Ligamentum cruciatum anterior
3. Ligamentum transvertum genus
4. Ligamentum capitis fibulae
5. Meniscus lateralis
23
Ligamen pada sendi lutut dilihat dari depan (Sobotta, 2006)
Keterangan gambar
1. Ligamentum popliteum obliqum
2. Ligamentum collateral tibiae
3. Ligamentum collateral fibulare
4. Ligamentum popliteum arcuatum
24
2.7. Radiologi
Radiografis, pasien dengan OA mungkin menunjukkan osteophytes, ossicles
periartikular, penyempitan ruang sendi, kista subkondral dan sclerosis, gesekan tulang,
dan penajaman tulang belakang tibialis
Sistem global Kellgren dan Lawrence grading radiograf sendi osteoarthritic
0 = tidak ada perubahan,
1 = penyempitan ruang sendi diragukan,
2 = perubahan minimal, sebagian besar ditandai dengan osteophytes,
3 = perubahan moderat, ditandai dengan osteophytes ganda dan / atau pasti penyempitan
ruang sendi, dan 4 = parah perubahan, ditandai dengan penyempitan ruang ditandai
bersama dengan tulang-on-tulang kontak dengan osteophytes yang besar
Gambar 1a. Radiografi osteoarthritis lutut. Kelas 1: penyempitan Diragukan ruang sendi
dan lipping osteophytic mungkin.
25
Gambar 1b. Grade 2: osteophytes Tertentu dan penyempitan kemungkinan ruang bersama.
Gambar 1c. Grade 3: osteophytes beberapa Sedang, penyempitan pasti ruang sendi dan sclerosis tertentu, dan deformitas kemungkinan ujung tulang.
26
Gambar 1d. Kelas 4: osteophytes besar, penyempitan ruang sendi ditandai, sclerosis parah, dan deformitas pasti ujung tulang
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiken. 2009. Osteoartritis. http://www.health&medicine.com/share. Diakses
tanggal 16 Januari 2012.
2. Lozada, Carlos J. 2009. Osteoarthritis. http://emedicine.medscape.com. Diakses
tanggal 16 Januari 2012.
3. Dharmawirya, Mitzy. 2000. Efek Akupunktur pada Osteoartritis Lutut.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16EfekAkupunkturpadaOsteoartritisLutut129.
pdf/16EfekAkupunkturpadaOsteoartritisLutut129.html, diakses tanggal 16 Januari
2012.
4. Ariani, F. 2009.Osteoarthritis Sebabkan Lutut Keropos. Disajikan dalam Seminar
Kesehatan by Fajar Public Makassar 8 Agustus 2009.
5. Tjokroprawiro, Askandar, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:
Airlangga University Press.
6. Setyohadi B, 2000. Panduan Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis. www.
technorati favorites.com. Diakses tanggal 16 Januari 2012
7. Adam, W. 2006.Osteoarthritis and How Is It.
http://arthritis.about.com/od/oa/a/osteoarthritis.htm, diakses tanggal 16 Januari
2012.
8. Subagjo, Harry. 2000. Struktur rawan sendi dan perunbahannya. Sub bagian
Reumatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No. 129. Jakarta.
9. Hoaglund, FT. 2001. Primary Osteoarthritis of the Hip: Etiology and Epidemiology.
Journal of The American Academy of Orthopedic Surgeon 9:320-327.
10. Kasmir, Yoga. 2009. Penatalaksanaan Osteoartritis. Sub-bagian Reumatologi,
Bagian Ilmu Penyakit DalamFKUI / RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta
29