Teori Akuntansi 2015
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN TUJUAN PELAPORAN
AKUNTANSI
Oleh: Ridho Dharul Fadli – F0312102
A. PROSES PEREKAYASAAN
Pelaporan keuangan merupakan suatu struktur maupun proses
dalam akuntansi yang menjelaskan bagaimana sebuah informasi
keuangan disajikan dan dilaporkan untu mencapai suatu tujuan
ekonomis sebuah entitas bisnis. Sementara pengertian proses
akuntansi sendiri dalam pelaporan keuangan adalah suatu mekanisme
yang menjelaskan proses dari pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaporan akuntansi terlibat dan saling melakukan interaksi satu
sama lainnya sehingga menghasilkan informasi keuangan yang
disajikan dalam bentuk laporan keuangan sebagai wujud
akuntabilitas entitas.
Menurut (Suwardjono 2005), pelaporan keuangan sebagai system
nasional merupakan hasil perekayasaan akuntansi di tingkat
nasional. Perekayasaan akuntansi sendiri menurutnya merupakan
proses pemikiran logis dan objektif untuk membangun suatu
struktur dan mekanisme pelaporan keuangan dalam suatu negara
untuk menunjang tercapainya tujuan negara. Perekayasaan akuntansi
memiliki peran penting dalam memberikan pertimbangan untuk
1
Teori Akuntansi 2015
memilih dan mengaplikasikan teori, konsep, asumsi, prinsip,
maupun ideologi secara teoritis dan praktis untuk dapat mencapai
tujuan ekonomis dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial,
politik, hukum, maupun budaya.
B. KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam proses perekayasaan akuntansi, untuk menghasilkan
konsep maupun sebuah teori, jawaban atas pertanyaan di dalamnya
dibutuhkan kerangka konseptual. Kerangka konseptual merupakan
bagian dari proses perekayasaan akuntansi, dimana gambaran
keduanya dapat dilihat dari model di bawah ini:
2
Teori Akuntansi 2015
Sumber: Suwardjono (2006)
Menurut Belkaoui (1993), kerangka konseptual diartikan
sebagai teori akuntansi yang tersetruktur. Hal ini dikarenakan
struktur kerangka konseptual sama dengan teori akuntansi yang
3
Informasi Akuntansi
Teori Akuntansi 2015
didasarkan pada penalaran yang sifatnya logis, yang mana dapat
digambarkan dalam bentuk hierarki dan terdiri dari beberapa
tingkat:
1. Tingkat Teori Tertinggi
Kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan tujuan
pelaporan keuangan.
2. Tingkat Selanjutnya
Kerangka konseptual mengidentifikasikan dan mendefinisikan
karakteristik kualitatif dari informasi keuangan dan elemen
laporan keuangan.
3. Tingkat Operasional yang Lebih Rendah
Kerangka konseptual berkaitan dengan prinsip dan aturan
tentang oengukuran dan pengakuan dari elemen elemen yang ada
laporan keuangan.
Sedangkan menurut (Benston, Carmichael et al. 2007) FASB
mendefisinisikan kerangka konseptual merupakan suatu sistem yang
kohern tentang tujuan dan konsep dasar yang saling berkaitan yang
diharapkan dapat menghasilkan standar standar yang konsisten dan
memberikan pedoman tentang jenis, fungsi dan keterbatasan
akuntansi dan pelaporan keuangan.
Tanpa kerangka konseptual akan sulit untuk menyusun standar
dan mengevaluasi argumen bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih
baik di banding yang lain dalam tujuan tertentu. Tanpa kerangka
4
Teori Akuntansi 2015
konseptual juga dapat menyebabkan penyusun standar akuntansi
diperalat oleh pihak tertentu untuk menghasilkan standar yang
hanya menguntungkan pihak yang memperalat tersebu. Dengan kata
lain, kerangka konseptual melindungi seorang penyusun standar
akuntansi dari politisasi untuk kepentingan tertentu.
C. MODEL KERANGKA KONSEPTUAL
Terdapat dua model kerangka konseptual yang berlaku secara
umum dan universal, yaitu:
1. Kerangka Konseptual Versi FASB
Salah satu model kerangka konseptual yang dikenal adalah
kerangka konseptual yang dikembangkan oleh FASB yang memuat
empat komponen seperti berikut:
a. Tujuan pelaporan keuangan
b. Kriteria kualitas informasi
c. Elemen-elemen laporan keuangan
d. Pengukuran dan pengakuan
Keempat konsep tersebut membentuk satu kesatuan yang saling
berkaitan. Keempat komponen tersebut dituangkan ke dalam
tujuh pernyataan SFAC (Statement of Financial Accounting Concept)
sebagai berikut:
- SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”,
yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
5
Teori Akuntansi 2015
- SFAC No. 2, ”Qualitative Characteristics of Accounting Information”, yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi
akuntansi bermanfaat.
- SFAC No. 3, ”Elements of Financial Statements of Business Enterprises”,
yang memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam
laporan keuangan, seperti asset, liabilities, equity,
revenue, dan expense.
- SFAC No. 5, “Recognition and Measurements in Financial Statements of
Business Enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan
pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi
apa yang biasanya harus dimasukkan ke dalam laooran
keuangan dan kapan waktu pelaporannya.
- SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan
SFAC No. 3 dan memperluas ruang lingkup SFAC No. 3 dengan
memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
- SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements”, yang memberikan kerangka kerja bagi
pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai
sekarang sebagai dasar pengukuran.
Laporan keuangan merupakan sebuah media utama dari pelaporan
keuangan. Pelaporan keuangan lebih luas daripada laporan
keuangan. Pelaporan keuangan berdasarkan model FASB tidak
hanya menghasilkan informasi keuangan yang hendak dilaporkan
pada laporan keuangan, tetapi lebih dari itu mengandung
informasi-informasi lain yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan. 6
Teori Akuntansi 2015
Sumber: Suwardjono (2006)
2. Kerangka Konseptual Versi IASC
Kerangka kerja yang kedua ini disebut sebagai kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, yang memiliki
7
Teori Akuntansi 2015
konsep-konsep yang hamper sama seperti versi FASB. Komponen-
komponen tersebut adalah:
- The Objective of Financial Statements
- Underlying Assumptions
- Qualitative Characteristics of Financial Statement
- The Elements of Financial Statements
- Recognition of the Elements of Financial Statements
- Measurement of the Elements of Financial Statements
- Concepts of Capital Maintenance and the Determination of Profit
3. Kerangka Konseptual Versi IFRS
Ilustrasi kerangka konseptual versi IFRS adalah sebagai
berikut:
8
ASSUMPTIONSEconomic entityGoing concernMonetary unitPeriodicity
PRINCIPLESHistorical costRevenue recognitionMatchingFull disclosure
CONSTRAINTSCost-benefitMaterialityIndustry practiceConservatism
OBJECTIVES1. Useful
in investment and credit decisions
2. Useful in assessing future cash flows
3. About enterprise resources, claims to resources, and changes in them
ELEMENTSAssets, Liabilities, and EquityInvestments by ownersDistribution to ownersComprehensive incomeRevenues and ExpensesGains and Losses
QUALITATIVE CHARACTERISTICS
Relevance
Reliability
Comparability
Consistency
Teori Akuntansi 2015
Dalam kerangka konseptual IFRS, dibagi ke dalam tiga
tingkatan. Pada tingkat pertama, tujuan (objective)
mengidentifikasi tujuan dan sasaran yang diharapkan dari
akuntansi keuangan. Umumnya, sebuah standar akuntansi
dikembangkan berdasarkan kerangka kerja konseptualnya,
sehingga dapat menghasilkan laporan akuntansi yang
bermanfaat bagi penggunanya. Pada tingkat kedua,
karakteristik kualitatif (Qualitative Characteristic) yang
menyediakan unsure-unsur informasi akuntansi sehingga dapat
berguna dan unsur-unsur (Elements) laporan keuangan (asset,
liabilities, equity, dan lainnya). Dan pada tingkat
terakhir, konsep-konsep pengukuran dan pengakuan (measurement
and recognition concepts) yang digunakan dalam penetapan standar
akuntansi. Konsep-konsep tersebut meliputi prinsip, asumsi
dan kendala-kendala dalam pelaporan keuangan.
D. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN
9
OBJECTIVES1. Useful
in investment and credit decisions
2. Useful in assessing future cash flows
3. About enterprise resources, claims to resources, and changes in them
Teori Akuntansi 2015
Penentuan tujuan pelaporan keuangan adalah langkah yang
paling penting dalam proses perekayasaan akuntansi. Menurut (Zeff
1999) tujuan pelaporan keuagan sendiri menentukan konsep,
prinsip, dan teori yang relevan yang pada akhirnya dapat
menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan sebuah laporan
keuangan. Untuk menurunkan tujuan pelaporan keuangan, pihak yang
dituju beserta kepentingannya harus diidentifikasi secara jelas
agar informasi yang dihasilkan dapat memuaskan kebutuhan pihak
yang dituju sebagau bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan.
Masalah yang kerap timbul dalam menyusun tujuan adalah
menentukan siapa yang dituju, apa kepentingannya, seberapa banyak
informasi yang diinginkan, dan apa saja sumber informasinya.
Karakteristik pengguna laporan keuangan juga harus
dipertimbangkan dalam penetapan tujuan pelaporan keuangan. Most
dalam (Suwardjono 2005) menunjukkan dua pendekatan dalam
penetapan tujuan pelaporan keuangan guna mengatasi masalah-
masalah di atas. Kedua pendekatan tersebut ialah:
(1) Menyediakan informasi untuk seluruh pengguna laporan
keuangan secara umum yang memiliki berbagai macam
kepentingan, atau
(2) Menyediakan informasi untuk sekelompok pengguna
tertentu yang memiliki kepentingan tertentu yang dapat
diidentifikasi.
E. ASPEK SOSIAL TUJUAN PELAPORAN
10
Teori Akuntansi 2015
Tujuan pelaporan keuangan dilihat dari aspek sosial dibagi
ke dalam beberapa tujuan di bawah ini:
1. Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional merupakan tujuan dari kelompok masyarakat
atau organisasi scara keseluruhan tanpa memerhatikan tujuan
dari masing-masing individu di dalam kelompok tersebut.
Tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati
konsekuensi dari kegiatan kelompok-kelompok tersebut yang
terjadi secara nyata. Tujuan fungsional akuntansi dapat
ditetapkan untuk hal-hal seperti pengalokasian sumber daya
ekonomi secara efisien dan melakukan fungsi pengendalian
sosial.
2. Tujuan Bersama
Tujuan bersama merupakan beberapa tujuan individu yang
memiliki kesamaan dengan tujuan individu. Tujuan bersama
dapat ditentukan dengan mengidentifikasi tujuan individu dan
dilanjutkan dengan memilih tujuan seluruh individu yang ada
di dalam kelompok yang sama untuk dijadikan satu tujuan yang
bersifat umum.
3. Tujuan Kelompok Dominan
Tujuan kelompok dominan merupakan tujuan dari individu
maupun kelompok yang dominan dalam suatu lingkungan
masyarakat yang dapat dijadikan tujuan bersama. Mereka yang
dikatakan kelompok dominan merupakan kelompok yang memiliki
pengaruh paling kuat di dalam sistem yang ada. Sebaliknya,
11
Teori Akuntansi 2015
tujuan kelompok non-dominan tidak relevan (lemah) untuk
memengaruhi sistem.
F. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN FASB
Tujuan pelaporan adalah hal mendasar yang penting dalam
sebuah kerangka konseptual. FASB menyusun tujuan pelaporan
berdasarkan pada ketiga aspek berikut:
1. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan
ekonomi, hukum, politik, dan sosial dimana akuntansi
diterapkan.
2. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan
keterbatasan informasi dalam pelaporan keuangan.
3. Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk menghindari
terlalu luasnya informasi yang dibutuhka oleh berbagai pihak
pengguna dengan berbagai kepentingannya.
G. ISI TUJUAN PELAPORAN
Menurut SFAC No. 1 dalam (Suwardjono 2005) terdapat lima
elemen laporan keuangan yang harus disediakan, yaitu:
1. Economic resources, obligations, and owner’s equity
2. Enterprise performance and earnings
3. Liquidity, solvency, and funds flows
4. Management stewardships and performance
5. Management explanations and interpretations
12
Teori Akuntansi 2015
H. KARAKTERISTIK INFORMASI AKUNTANSI
1. Karakteristik Kualitatif dan Informasi Akuntansi
Dalam memilih metode akuntansi yang tepat, dan jenis dan
jumlah informasi yang perludiungkapkan, dan juga format
penyajiannya, melibatkan penentuan alternative yang
menyediakan informasi paling berguna untuk tujuan
pengambilan keputusan. FASB telah mengidentifikasi
karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi yang
menjadi pembeda informasi yang lebih bermanfaat dengan
informasi yang inferior bagi tujuan pelaporan keuangan.
2. Pengambilan Keputusan (Pemakai) dan Kemampuan Memahami
Jenis keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan sangat
bervariasi, hal tersebut juga sama dengan metode pengambilan
keputusan yang digunakan perusahaan, informasi yang telah
dimiliki atau didapatkan dari sumber-sumber yang lain, dan
kapasitas perusahaan dalam mengolah informasi tersebut. Agar
informasi tersebut menjadi berguna, harus ada hubungan di
antara para pengguna dengan keputusan yang mereka ambil.
Berkaitan dengan hal tersebut, yaitu kemampuan pemakai
(understandability), adalah kualitas informasi yang membuat para
pengguna merasakan signifikansi dari informasi yang
bersangkutan.
3. Kualitas Primer : Relevansi dan Reliabilitas
13
Teori Akuntansi 2015
Relevansi dan Reliabilitas adalah dua kualitas primer yang
dapat mengkonversi informasi akuntansi menjadi sebuah alat
dalam pengambilan keputusan. Untuk menciptakan informasi
akuntansi yang relevan, informasi tersebut harus dapat
membuat perbedaan dalam menciptakan sebuah keputusan. Jika
tidak, informasi tersebut dapat dikatakan tidak relevan dan
membantu pengguna informasi tersebut membuat estimasi
terkait dengan hasil akhir dari kejadian yang telah lampau,
masa kini, dan masa mendatang, yaitu mempunyai nilai
prediktif. Informasi yang relevan juga akan membantu pemakai
dalam menjustifikasi atau ekspektasi masa lalu dalam hal
memiliki nilai umpan balik. Sebelum informasi tersebut
kehilangan kapasitasnya sebagai penentu keputusan yang
diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu, informasi tersebut
harus tersedia untuk pengambil keputusan.
Konsep Reabilitas menjelaskan bahwa informasi akuntansi
dinilai handal apabila dapat disajikan secara tepat, dapat
diverifikasi, serta bebas dari unsure eror. Daya uji
ditunjukkan ketika alat pengukur independen menggunakan
metode yang sama ternyata mendapatkan hasil yang sama.
Ketepatan penyajian berarti bahwa angka-angka dan
pengungkapan dalam laporan keuangan merefleksikan apa
sebenarnya terjadi. Dan Netralitas mengindikasikan informasi
tidak dapat dipilih menurut kepentingan golongan pengguna
tertentu. Informasi yang disajikan harus faktual, benar, dan
tidak bias.
14
Teori Akuntansi 2015
4. Kualitas Sekunder : Komparabilitas dan Konsistensi
Informasi mengenai sebuah perusahaan lebih berguna apabila
dapat dibandingkan dengan informasi serupa yang dimiliki
perusahaan lain (komparabilitas) dan dengan informasi yang
sama dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang
berbeda (konsistensi). Dengan menggunakan konsep
komparabilitas tersebut, informasi dari berbagai perusahaan
dipandang memiliki tingkat komparabilitas apabila telah
diukur dan dilaporkan dengan metode yang sama.
Komparabilitas memungkinkan pemakai dapat mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan yang riil dalam peristiwa ekonomi
yang terjadi antar-perusahaan. Sebagai contoh, keputusan
mengenai alokasi sumber daya akan melibatkan evaluasi atas
alternatif-alternatif yang ada, evaluasi hanya dapat
dilakukan jika informasi yang tersedia dapat
diperbandingkan. Sementara konsep konsistensi menjelaskan
apabila sebuah perusahaan menerapkan perlakuan akuntansi
yang sama untuk setiap kejadian yang sama setiap periode,
maka perusahaan tersebut konsisten dalam menerapkan standar
akuntansinya.
DAFTAR PUSTAKA
15
Teori Akuntansi 2015
Benston, G. J., et al. (2007). "The FASB’s Conceptual Framework for Financial Reporting: A Critical Analysis." Accounting Horizons 21(2): 229-238.
Suwardjono (2005). Teori Akuntansi. Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.
Zeff, S. A. (1999). "THE EVOLUTION OF THE CONCEPTUAL FRAMEWORK FOR BUSINESS ENTERPRISES IN THE UNITED STATES." Accounting Historians Journal 26(2).
16
Top Related