Download - Prof

Transcript

Prof. James A Bank

Was born on September 24, 1941, to a family of farmers, his father was

Matthew Banks and mother, Lula Holt Banks. He had studied at the

McCullough Union School. He gained his associate’s degree with high scholastic

honors from Chicago City Junior College in 1963. A year later, he received

bachelor’s degree in elementary education and social science with honors

from Chicago Teachers College. He received his master’s and PhD degrees in

these fields from Michigan State University between 1966 and 1969.Banks

holds honorary doctorates from the Bank Street College of Education (New York),

the University of Alaska, Fairbanks, the University of Wisconsin, Parkside,

DePaul University, Lewis and Clark College, and Grinnell College. In 2007, he

was appointed the Tisch Distinguished Visiting Professor at Teachers

College, Columbia University

Prof. Dr. Idrus Affandi, S.H

STRATEGI MENGAJAR

UNTUK ILMU SOSIALPenyelidikan, Penilaian, dan Pengambilan

Keputusan

James A Bank

PENERJEMAH

Yana Setiawan

Syaharudin

Efa Rosfita

Yosef Mardiana

Neti Budiwati

Murdiyah Winarti

Leni Maryani

Sheilly Novia

Meitri Hening Crisn

Entin Jumantini

Roky Nopila

Arief Maulana

Nurdiana

Sufian Majea

Lia Liana Iskandar

Yani Suryani

Ridlo Bayu Yefterson

Dani Asmara

Isye Ramawati

Shilvia MS

Mahadee Siya

Melly Agustina

Dika Nazula S

2012

MAHASISWA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2011

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

DOSEN PEMBINA

Prof. Dr, Idrus Affandi, SH (Pembantu Rektor Bidang Keuangan, Sumber Daya dan

Usaha Universitas Pendidikan Indonesi)

PENERJEMAH

Yana Setiawan (Universitas Pendidikan Indonesia)

Syaharudin (Universitas Gajah Mada)

Efa Rosfita (Sekolah Tinggi Agama Islam Sabili)

Yosef Mardiana (Universitas Indonesia)

Neti Budiwati (Universitas Padjadjaran)

Murdiyah Winarti (Universitas Gajah Mada)

Leni Maryani (Universitas Pasundan)

Sheilly Novia (Universitas Negeri Padang)

Meitri Hening Crisn (Institut Teknologi Bandung)

Entin Jumantini (Universitas Pendidikan Indonesia)

Roky Nopila (Universitas Pendidikan Indonesia)

Arief Maulana (Universitas Pasundan)

Nurdiana (Universitas Pendidikan Indonesia)

Sufian Majea (Ramkhamheang University Thailand)

Lia Liana Iskandar (Universitas Pasundan)

Yani Suryani (Sekolah Tinggi Kesehateraan Sosial Bandung)

Ridlo Bayu Yefterson (Universitas Negeri Padang)

Dani Asmara (Universitas Padjadjaran)

Isye Ramawati (Universitas Pendidikan Indonesia

Shilvia MS (Universitas Pendidikan Indonesia)

Mahadee Siya (Prince Of Songkhla University Thailand)

Melly Agustina (Universitas Lambung Mangkurat)

Oka Nazula S (Universitas Pasundan)

ALAMAT

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No 229 Bandung 40163 Bandung

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang menggenggam alam

semesta dengan kasih sayang-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan terjemahan yang berjudul “Strategi Mengajar Untuk

Studi Sosial : Penyelidikan, Penilaian, dan Pengambilan Keputusan” yanga ditulis oleh James

Bank yang diterbitkan pada tahun 1977 oleh Addison-Wesley Publishing Company. Shalawat

serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW, para sahabatnya dan penerus

perjuangan beliau sampai akhir zaman.

Terjemahan buku ini ditulis oleh mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

selama 1 semester telah menyelesaikan perkuliahan dalam mata kuliah Teori dan Prinsip

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Idrus

Affandi, SH selaku pengampu mata kuliah Teori dan Prinsip Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah membimbing dalam

penulisan terjemahan ini. Kami meminta maaf jika dalam penulisan terjemahan buku ini belum

sepenuhnya mencapai tujuan yang diharapkan, hal ini dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh

karena itu jika terdapat kekurangan dan kesalahan, dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan terjemahan buku

ini. Melalui penulisan terjemahan buku ini, penulis berharap semoga bermanfaat bagi pembaca

dalam mengkaji pendidikan ilmu pengetahuan sosial

Bandung, Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

YANA SETIAWAN & SYAHARUDIN

Bab 1 Pengambilan Keputusan Dalam Masalah-masalah Sosial dan Individu

EFA ROSFITA & YOSEP MARDIANA

Bab 2 Metode Penyelidikan Sosial

NETI BUDIWATI & MURDIYAH WINARTI

Bab 3 Produk-produk Penyeledidikan Sosial : Fakta-fakta, Konsep-konsep, Generalisasi-

generalisasi dan Teori-teori

LENI MARYANI & SHEILLY NOVIA

Bab 4 Penyelidikan Sosial : Strategi Pertanyaan

MEITRI HENING CRISN & ENTIN JUMANTINI

Bab 5 Unit Interdisipliner : Konsep dan Strategi

ROKY NOPILA & ARIEF MAULANA

Bab 6 Konsep Kurikulum Antardisiplin : Sifat dan Pengembanganya

NURDIANA & SUFIAN MAJEA

Bab 7 Sejarah : Struktur, Konsep dan Strategi

LIA LIANA ISKANDAR & YANI SURYANI

Bab 8 Sosiologi : Struktur, Konsep dan Strategi

RIDLO BAYU YEFTERSON & DANI ASMARA

Bab 9 Antropologi : Sttuktur, Konsep dan Strategi

ISYE RAMAWATI & SHILVIA M.S

Bab 10 Geografi, Struktur, dan Konsep

MAHADEE SIYA & HERI BUSYAERI

Bab 11 Ilmu Politik : Struktur, Konsep dan Strateginya

MELLY AGUSTINA & OKA NAZULA S

Bab 12 Ilmu Ekonomi : Struktur, Konsep dan Strategi

MAHASISWA S3 PENDIDIKAN IPS

Bab 13 Penilaian, Model Penyelidikan dan Strateginya

MAHASISWA S2 PENDIDIKAN IPS

Bab 14 Pengambilan Keputusan dan Strategi Aksi Sosial

BAB 1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MASALAH-MASALAH SOSIAL DAN INDIVIDU

Yana Setiawan

Syaharudin

A. Masalah-masalah sosial dalam masyarakat Amerika

Ditinjau dari beberapa sudut, pengalaman nasional Amerika Serikat adalah salah satu

permasalahan yang paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Lahir dari harapan dan

aspirasi imigran Eropa, visi Amerika dihasilkan dari konversi daerah yang jarang dihuni menjadi

salah satu bangsa yang berteknologi sangat maju dan sejahtera di dunia saat ini. Pencapaian

yang ajaib terwujud dalam waktu yang relatif singkat.

Amerika Serikat berkembang dari daerah yang penduduknya sedikit menjadi masyarakat

yang sangat kompleks dalam kurang dari dua abad. Dibandingkan dengan total waktu manusia

telah berada di bumi, ini merupakan rentang waktu yang sangat singkat. Apapun kritik yang

dapat dibuat dari pengalaman Amerika, para pengamat harus setuju bahwa hal ini merupakan

kemajuan materi yang mengagumkan. Lambang teknologi kemajuan Amerika itu telah

dipamerkan ke dunia ketika dua orang Amerika menginjak bulan pada tahun 1969. Ini prestasi

luar biasa yang menimbulkan kekaguman seluruh dunia dan melambangkan kapasitas besar

bagi Amerika dalam hal teknologi.

Pada akhir dekade abad ke-20, masyarakat Amerika harus mengambil tindakan keras dan

tegas untuk mempertahankan cita-cita demokrasi mereka dan dasar institusi Amerika. Sebuah

negara berkebangsaan yang demokratis, terutama di era teknologi tinggi hanya dapat

dipertahankan oleh masyarakat yang memiliki informasi, aktif, dan berkemanusiaan. Dalam

beberapa tahun terakhir, demokrasi Amerika, serta demokrasi di seluruh dunia berhadapan

dengan berbagai masalah, seperti: skandal politik, meningkatnya kelangkaan sumber daya,

ketegangan rasial dan konflik, meningkatnya inflasi, melebarnya jurang antara orang kaya dan

miskin serta hubungan luar negeri.

Untuk mempromosikan warisan demokrasi, orang Amerika harus bekerja dengan tekun

untuk menghilangkan jurang pemisah antara cita-cita dan realitas sosial Amerika dan mencoba

untuk menyelesaikan masalah kemanusian. Masalah-masalah ini bertentangan dengan negara

plural dan negara demokrasi modern. Protes terus-menerus di kalangan etnis minoritas

Amerika menandakan bahwa mereka masih mencari American Dream yang diidam-idamkan.

Gerakan protes masyarakat pun bermunculan, seperti kelompok perempuan, konsumen, anti

perang, dlsb.

Perlu tindakan yang mendesak untuk membuat lingkungan Amerika lebih aman untuk

kelangsungan hidup manusia. Para ahli lingkungan telah mengungkapkan statistik yang kurang

menggembirakan yang menunjukkan bahwa produk-produk industri, akumulasi limbah, dan

gas buang mobil yang meracuni lingkungan dan bahkan pada tingkat yang semakin meningkat

membuat planet kita tidak aman untuk tempat tinggal manusia. Namun hal ini juga menjadi

jelas bahwa masyarakat Amerika harus serius berurusan dengan konflik-konflik nilai yang

diciptakan oleh kebutuhan terhadap lingkungan yang lebih bersih dan kenyamanan masyarakat

modern. Faktanya, kebanyakan masyarakat Amerika tidak mau menghentikan mobil mereka

dalam rangka untuk membantu menyelamatkan lingkungan.

Orang Amerika menyakini bahwa untuk memecahkan masalah sosial, ekonomi dan politik

diperlukan kerjasama dengan negara lain. Hal ini juga berarti bahwa persoalan sosial, seperti

masalah kemiskinan sudah seharusnya dipikirkan secara universal. Maksudnya adalah bahwa

orang Amerika tidak cukup memikirkan dan mengatasi kemiskinan hanya di Amerika secara

nasional, namun harus juga memikirkan negara-negara lain di dunia.

Namun, beberapa penulis seperti Lester Brown dan Jayne M. Wood menanyakan berbagai

hal yang berkaitan dengan masalah sosial, yakni apakah kita dapat terus merangkul nilai-nilai

tradisional disaat kebanyakan orang Amerika hidup dalam kemakmuran yang relatif lebih baik

dan sebaliknya sepertiga umat manusia menjadi korban kelaparan dan kemiskinan global?

Menurut Brown, bahwa telah terjadi sebuah paradox yang mana terdapat satu atau

beberapa negera (minoritas) mengalami kemakmuran yang luar biasa, namun di sisi lain justru

terdapat banyak negara (mayoritas) lebih dari setengah umat manusia kelaparan dan

kekurangan gizi. Gambaran ini menurut Kissinger, cepat atau lambat akan dapat menciptakan

sebuah “benturan” antara masyarakat dunia yang makmur dan miskin.

Heilbroner menyatakan bahwa "persaingan sumber daya yang langka akan menyebabkan

berkobarnya perjuangan dan penggunaan tenaga nuklir dan bahwa penyelesaian damai atas

sengketa tidak akan mungkin diwujudkan. Meski pernyataan Heilbroner adalah sebuah ramalan

malapetaka yang mudah-mudahan berlebihan, kelangkaan sumber daya pasti akan

mempengaruhi hubungan antar bangsa, seperti krisis energi yang terjadi pada awal tahun

1970an. Pasokan sumber daya seperti tanah, air, energi, dan pupuk menjadi lebih sedikit yang

pernah terjadi di dunia, persaingan antara negara-negara terhadap sumber daya ini cenderung

menghasilkan perbedaan hubungan politik dan ekonomi antar bangsa. Mereka bangsa-bangsa

non-barat yang kaya cadangan energi cenderung memainkan peran yang jauh lebih

menentukan dalam komunitas politik internasional dibandingkan apa yang telah diperankan di

masa lalu. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat, juga akan

menganggap terjadinya perbedaan peranan dalam masyarakat internasional. Berdasarkan

keterangan tersebut, maka warga negara Amerika Serikat dan bangsa-bangsa lain harus belajar

bagaimana berpartisipasi lebih efektif dalam masyarakat global dan untuk melihat masalah

nasional dari perspektif global.

B. Masalah-masalah individu pada masyarakat Amerika

Masalah yang dihadapi oleh individu dalam masyarakat modern Amerika juga dihadapi oleh

masyarakat lainnya di dunia, seperti perceraian, kejahatan, dan penggunaan obat-obatan

terlarang. Kebanyakan ilmuwan menganggap peningkatan perilaku ini merupakan gejala dari:

‘keterasingan’ dan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat. Misalnya, tingkat

perceraian di Amerika telah menunjukkan kenaikan yang konsisten selama beberapa dekade

terakhir. Pada tahun 1940, 2 dari 1000 orang dari total populasi terjadi perceraian, pada tahun

1973 menjadi 4 orang. Pada tahun 1940, 16,5 persen orang yang menikah terjadi perceraian.

40% dari semua pernikahan berakhir dengan perceraian pada tahun 1973. Namun, sementara

tingkat perceraian meningkat antara tahun 1940 dan 1973, jumlah orang per 1000 menikah

terjadi penurunan. Pada tahun 1940, 12,1 orang per 1000 menikah

sementara pada tahun 1973 hanya 10,9 orang per 1000 menikah. Seiring dengan

perkembangan teknologi, orang menikahpun relatif sedikit, dan lebih banyak ditemukan

perceraian.

Masyarakat Amerika juga banyak yang menikah muda. Setiap dekade, para remaja memikul

tanggung jawab orang dewasa, barangkali mereka sedang memasuki masa dewasa sebelum

waktunya baik secara sosial maupun psikologis. Hal ini menjadi pertanda meningkatnya angka

perceraian.

Peningkatan tajam juga terjadi pada kejahatan antara 1960 dan 1972.

Pada tahun 1960, 85 dari 100.000 orang ditangkap karena penyerangan, jumlah orang

ditangkap pada tahun 1972 untuk kejahatan yang sama meningkat menjadi 187 dari 100,000

orang. Peningkatan tajam juga terjadi pda jumlah orang yang ditangkap karena pencurian,

membawa dan kepemilikan senjata, dan melanggar undang-undang minuman keras, fakta yang

mencerminkan meluasnya penggunaan alkohol dalam masyarakat Amerika.

Penyalahgunan penggunaan obat-obatan terlarang telah menciptakan masalah pribadi dan

sosial yang sangat serius dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan siswa SMP, SMA

dan mahasiswa di perguruan tinggi. Selain itu, penyalahgunaan narkoba telah menjadi masalah

di kalangan pemuda perkotaan kelas bawah selama beberapa dekade, juga terjadi peningkatan

yang tajam terhadap pemuda kelas menengah dalam beberapa tahun terakhir di daerah

pinggiran kota. Jumlah orang yang ditangkap karena melanggar

hukum obat narkotika meningkat dari 31 per 1000 di 1960 menjadi 272 per 1000 pada tahun

1971. Jumlah pecandu narkotika baru, dilaporkan meningkat dari 10,012 pada tahun 1964

menjadi 23,881 pada tahun 1971. Di tahun 1967, 961 orang didakwa oleh Pengadilan District

Amerika Serikat dengan pelanggaran ganja; jumlah itu meningkat menjadi 1127 pada tahun

1972. Pada tahun 1967, 1289 orang didakwa dengan pelanggaran obat bius oleh pengadilan,

jumlah tersebut meningkat menjadi 5721 di tahun 1972.

C. Pengambilan Keputusan dan Masalah Kemanusiaan

Tinjauan sepintas terhadap masalah sosial dan pribadi dalam masyarakat Amerika dan

dunia menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak bagi institusi sekolah untuk

mempersiapkan warga negara menangani masalah ini. Parahnya, ada kecenderungan orang

lebih banyak memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menimbulkan masalah dibandingkan

kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Perubahan teknologi yang cepat dalam

masyarakat modern menyebabkan terjadinya konflik yang sangat besar bagi individu dan

menguji kemampuan mereka untuk mengatasinya. Orang-orang mengalami apa yang disebut

Alvin Toffler dengan "future shock”. Dalam hal ini, sangat penting bagi sekolah umum,

khususnya di bidang studi sosial, untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan

agar dapat berfungsi/berperan secara efektif dalam masyarakat dunia yang cepat berubah.

Program studi sosial di sekolah umum, seharusnya didesain untuk membantu para siswa

mencapai keterampilan yang dibutuhkan untuk mengenali dan memecahkan masalah

kemanusiaan, menganalisa dan menjelaskan nilai-nilai kemanusian tersebut, dan membuat

ukuran, keputusan rasional yang akan memberikan kontribusi untuk keberlangsungan dan

perkembangan demokrasi Amerika dan terhadap resolusi efektif tentang permasalahan global.

Persepsi kita tentang tujuan yang tepat untuk studi sosial menghasilkan sebagian besar dari

kesadaran bahwa warga, mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja pabrik, pengusaha, pemimpin

buruh, politisi, penerima kesejahteraan, dan yang lainnya, setiap hari harus membuat

keputusan bersifat individu dan umum yang akan mempengaruhi kehidupan mereka,

masyarakat lokal, dan akhirnya mungkin bangsa dan dunia.

Berbagai pertanyaan yang sering muncul dalam benak masyarakat Amerika, yang berkaitan

bagaimana menagambil keputusan yang tepat, baik yang berkaitan dalam masalah ekonomi,

sosial, politik dan budaya, seperti: Haruskah saya menerima pekerjaan dari Tony atau Bell?

Haruskah kita membeli rumah baru tahun ini atau menunggu sampai tahun depan? Haruskah

saya meninggalkan keluarga saya sehingga mereka akan mendapatkan dana kesejahteraan yang

lebih? Haruskah saya berhenti memupuk rumput saya sehingga negara-negara berkembang

mungkin lebih banyak memiliki pupuk untuk tanaman? Langkah apa yang bisa saya lakukan

untuk membantu melestarikan pasokan energi dunia yang berkurang? Haruskah aku memilih

Smith atau Cortes menjadi walikota? Apakah Taylor mampu menjadi presiden yang lebih baik

dari Kitano? Apakah rumah yang berlokasi di lingkungan yang selalu “berubah" layak beli?

Haruskah aku memilih atau melawan ketika terjadi masalah yang dengan sekolah?

Tidak semua orang Amerika dibekali kemampuan untuk membuat keputusan yang rasional.

Sementara itu, pengambilan keputusan adalah keterampilan yang harus dikembangkan dan

dipraktikkan. Karena kebanyakan orang Amerika mengakhiri pendidikan formalnya pada

sekolah umum, maka mereka seharusnya dibekali keterampilan mengambil keputusan saat

mereka berada pada sekolah umum tersebut agar mereka terampil dalam mengambil

keputusan.

Di sekolah pada umumnya telah memuat kurikulum yang dapat membantu anak-anak

mengembangkan kemampuan untuk membuat berbagai keputusan tertentu. Misalnya dalam

berbagai pendidikan fisik (olahraga), rekreasi, permainan, begitu pula dalam bidang seni,

bahasa, kerumahtanggaan, dan ilmu pengetahuan alam. Studi sosial harus memikul tanggung

jawab utama untuk membantu anak-anak menjadi mahir dalam membuat keputusan penting

yang mempengaruhi hubungan mereka dengan manusia lain baik dalam lingkup lokal maupun

nasional.

Studi sosial harus memikul tanggung jawab utama untuk mengambil keputusan pada

masalah semacam ini karena berkaitan dengan hubungan manusia. Sementara itu, kurikulum

di luar studi sosial, seperti ilmu-ilmu kealaman dan seni tampaknya belum mengidentifikasi

dengan baik tentang bagaimana metode mengatasi berbagai masalah sosial.

Kami percaya bahwa harapan utama dari studi sosial haruslah mampu mengembangkan

pelaku sosial yang cerdas. Kami menganggap bahwa keterampilan mengambil keputusan dapat

dikembangkan; bahwa manusia dapat dilatih untuk merefleksikan masalah-masalah sebelum

bertindak dan seseorang dapat belajar bertindak terhadap keputusan yang telah mereka buat.

Kita tidak berharap ketika seseorang bertindak, namun penuh dengan keterpaksaan (tidak

ikhlas).

D. Komponen penting dalam proses pengambilan keputusan

1. Pengetahuan

Keputusan yang rasional dan efektif dalam mengambil sebuah keputusan tidak dapat

dibuat dalam kehampaan, karena itu pengetahuan sosial adalah salah satu komponen yang

diperlukan untuk pengambilan keputusan. Jika misalnya seorang pasangan kulit putih harus

memutuskan apakah akan menjual rumah mereka dan keluar dari "perubahan" lingkungan yang

sedang diserbu oleh orang Puerto Rico, mereka perlu tahu sesuatu tentang bagaimana

“perubahan” lingkungan, sejarah dan ekonomi untuk dapat membuat keputusan rasional.

Mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas jika mereka tahu apakah harga rumah

benar-benar turun ketika lingkungan menjadi lingkungan campuran, apakah pendatang baru di

lingkungan mungkin mau menjaga milik mereka, dan apakah kualitas sekolah umum di

masyarakat akan tetap konstan atau akan terjadi perubahan. Dengan mempelajari informasi

historis dan sosiologis pada perubahan lingkungan, pasangan akan mampu membuat beberapa

prediksi tentang perubahan apa yang mungkin atau tidak mungkin yang dapat terjadi di

lingkugan mereka.

2. Metode dan Cara Mencapai Pengetahuan

Pengetahuan merupakan prasyarat untuk membuat keputusan, dan ada banyak cara untuk

mengetahui atau mencapai pengetahuan itu. Kerlinger telah mengkaji empat metode untuk

mengetahui sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Charles Peirce, seorang penulis dan filsuf

Amerika terkemuka. Empat cara untuk mengetahui sebagaimana yang diringkas oleh Kerlinger

yaitu, (1) metode keuletan, (2) metode otoritas (berdasarkan pendapat ilmuwan), (3) metode

apriori (membangun pengetahuan berdasarkan pada teori, dan bukan dari pengalaman), (4)

metode ilmu pengetahuan.

Penggunaan metode keuletan dalam banyak kasus, dapat dicontohkan ketika datangnya

warga baru dalam komunitas tertentu di Amerika, yakni adanya keyakinan bahwa setiap kali

orang Puerto Rico pindah ke lingkungan yang di dominasi kulit putih maka mereka membiarkan

orang Puerto Rico itu “merusak tanah milik” mereka. Kesimpulan ini muncul karena mereka

sangat yakin bahwa kelompok etnis minoritas adalah pemalas.

Upaya orang Amerika untuk mengetahui perilaku orang Puerto Rico dan kelompok

minoritas tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti mendengar seorang profesor

sosiologi bicara tentang orang Puerto Rico pada acara TV. Misalnya, seorang profesor Puerto

Rico menyatakan bahwa kelompok-kelompok etnis minoritas cenderung hidup pada level

menengah ke bawah. Keterangan tersebut (metode otoritas) menjadi dasar bagi orang Amerika

untuk berkesimpulan, bahwa para migran baru yang masuk ke lingkungan mereka tidak akan

mengurus rumah mereka.

Pasangan mungkin masih menggunakan metode yang berbeda untuk memperoleh

pengetahuan tentang orang Puerto Rico. Mereka mungkin melewati suatu lingkungan Puerto

Rico yang mayoritas dan menyimpulkan bahwa mereka tidak akan menjaga properti mereka.

Maka dalam hal ini seorang pasangan Amerika tersebut disebut menggunakan metode apriori

(berdasarkan teori) untuk mengetahuinya.

Metode otoritas mungkin yang paling berharga dari tiga metode seperti yang digambarkan

di atas. Kita tidak bisa hidup terorganisir dan produktif tanpa bergantung banyak pada pihak

yang berwenang/berkompeten. Misalnya, ketika seorang dokter meresepkan obat-obatan, kita

mengasumsikan bahwa itu akan membantu menyembuhkan penyakit kita. Kita bergantung

pada suatu otoritas ketika kita merencanakan perjalanan dengan menggunakan peta jalan,

mencari kata-kata dalam kamus, memiliki bentuk pajak penghasilan kita yang diselesaikan oleh

seorang ahli, atau bertindak atas saran dari seorang konselor profesional

Sementara peran pemerintah diperlukan dalam masyarakat kita yang sangat khusus dan di

era teknologi ini, ketergantungan pun ada pada kebijakan otoritas dalam kondisi tertentu dan

dalam beberapa situasi. Seorang profesor sosiologi mungkin menyatakan secara terbuka bahwa

orang Puerto Rico akan berjalan ke lingkungan bawah meskipun ia memiliki sedikit keakraban

dengan orang Puerto Rico dan gaya hidup mereka. Dia mungkin telah mendapatkan informasi

ini dari otoritas lain yang juga tahu sedikit tentang orang Puerto Rico. Sang profesor, seorang

spesialis dalam pembentukan kelompok, bahkan mungkin melanggengkan citra negatif orang

Puerto Rico untuk alasan pribadi dan politik.

Bangsa Amerika cenderung menempatkan terlalu banyak kepercayaan dan berharap terlalu

banyak dari para "ahli". Orang yang memiliki masalah medis dan psikologis yang rumit sering

berharap seorang dokter spesialis di bidang ini agar penyembuhan lebih cepat. Seorang siswa

pendidikan sering masuk ke program konseling mengharapkan bisa mendapatkan jawaban

konklusif untuk masalah pengajaran.

Ketika pihak berwenang menyajikan informasi yang bertentangan, hal itu akan

mempersulit untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan metode otoritas. Pendapat

para ahli (otoritas) bisa saling bertentangan mengenai efek dari suatu pil, penggunaan obat-

obatan, dan mengenai masalah merokok selama tahun 1960 dan 1970, dan itu tergambar jelas

bagaimana pihak berwenang kadang-kadang memegang keyakinan yang berbeda tentang

berbagai fenomena.

Seperti yang Kerlinger tunjukkan, bahwa metode apriori untuk mengetahui adalah sangat

terbatas, karena apa yang jelas bagi satu orang mungkin tidak jelas bagi yang lain. Orang bisa

terus menentang keyakinan tentang fenomena yang sama, dan masing-masing akan

berpendapat bahwa pengetahuannya adalah benar. Seseorang mungkin berpendapat bahwa

baginya hal itu adalah jelas, bahwa orang-orang Puerto Rico bisa menjaga rumah mereka

dengan rapi dan memiliki lingkungan yang dekat; namun bagi orang yang lain lagi mungkin

secara tegas berpendapat bahwa orang Puerto Rico akan kurang dapat memelihara lingkungan

mereka.

3. Metode Ilmiah: Sebuah Cara Mencapai Pengetahuan

Keterbatasan keuletan, otoritas, dan metode apriori dalam memecahkan masalah-masalah

sosial menunjukkan bahwa diperlukan metode yang lebih handal, yakni metode ilmu

pengetahuan. Metode ini digunakan oleh ilmuwan sosial dalam mengkaji masalah-masalah

sosial. Pemanfaatan metode ini oleh para ilmuwan sosial, telah diperoleh pengetahuan dalam

bentuk fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Pada dasarnya, metode ini diawali dengan

identifikasi masalah-masalah sosial, merumuskan hipotesis, serta pengumpulan dan

pengevaluasian data.

Jika seorang pasangan Amerika berhipotesis untuk menggunakan metode ilmiah ketika

mencoba untuk memprediksi perilaku dari penghuni baru di lingkungan mereka, maka mereka

diwajibkan untuk menyatakan pertanyaan mereka dengan cara menentukan definisi untuk

semua persyaratan yang samar-samar dalam pertanyaan atau masalah mereka. Jika masalah

mereka berbunyi, "Apakah orang Puerto Rico mengurus harta mereka?". Harus ada definisi

yang jelas tentang "orang Puerto Rico", "mengurus", dan "properti". Ketika seseorang

menggunakan ungkapan "orang Puerto Rico", ia mungkin akan mengacu pada pendatang baru

yang masuk ke kota New York, dan Puerto Rico adalah negara asal mereka, atau orang

keturunan Puerto Rico-Amerika dari kelas sosial atau kelompok tertentu. Orang Puerto Rico

kelas menengah-atas mungkin menunjukkan perilaku yang berbeda dalam beberapa hal yang

signifikan daripada orang Puerto Rico kelas bawah.

"Menjaga" adalah istilah yang ambigu yang mungkin memiliki arti yang beragam, ini

mungkin berarti bahwa warga rumah membayar sewa bulanan, melindunginya dari pencurian,

atau merawat halaman rumahnya. Demikian juga dengan istilah "properti", bisa merujuk ke

banyak item yang berbeda. Itu bisa mengacu pada sebuah rumah, perabotan-perabotan di

dalamnya, dlsb.

Klarifikasi istilah mutlak penting dalam pemikiran ilmiah dan penelitian. Dua peneliti dapat

mencapai kesimpulan yang berbeda karena mereka mempelajari fenomena yang berbeda

meskipun mereka menggunakan istilah yang identik ketika mengacu untuk hal itu, atau mereka

mungkin mempelajari fenomena yang sama, tetapi menggambarkannya dengan cara yang

berbeda. Peneliti mungkin berasal dari kesimpulan yang berbeda tentang karakteristik kelas

atas India karena mereka mendefinisikan "kelas atas" dan "orang India" secara berbeda.

Selain menyatakan masalah mereka dan mendefinisikan semua persyaratan penting,

pasangan berhipotetis kita kemudian akan menyatakan beberapa firasat mereka sendiri

tentang perilaku orang Puerto Rico. Hipotesis tentatif melayani fungsi penting yang

membimbing kegiatan penelitian. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data dari berbagai

sumber, mengevaluasinya, dan mencoba untuk membuat beberapa kesimpulan sementara

tentang perilaku orang Puerto Rico, terutama mereka yang bermigrasi ke lingkungan Amerika

yang didominasi oleh orang kulit putih.

Metode ilmiah yang digunakan untuk pengambilan keputusan, meskipun bukan merupakan

metode yang sempurna, namun kita percaya bahwa metode itu adalah cara yang paling efektif

dan efisien untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Bernice Goldmarks menyatakan

bahwa:....Metode ilmiah didasarkan pada asumsi bahwa kebenaran mutlak atau bukan tidak

berubah. Sebaliknya, kebenaran adalah suatu penghakiman dengan kesepakatan dari

komunitas informasi, menghasilkan hasil yang diinginkan. ... Hal ini didasarkan pada asumsi

bahwa kita berpendapat bahwa semua penilaian harus diselenggarakan sebagai hipotesis yang

akan diuji, dievaluasi, dan direkonstruksi ...

Metode ilmiah juga mengasumsikan bahwa orang dapat memperoleh konsensus mengenai

generalisasi dan pernyataan dengan menggunakan metode yang umum, sistematis dan dapat

ditiru. Orang dapat menerima metode ini dan menolak yang lainnya, yang kita bahas adalah

nilai umum atas pengetahuan pribadi dan pengetahuan istimewa. Metode a priori tidak seperti

metode ilmiah, itu adalah "internal" pribadi atau metode untuk mengetahui atau metode untuk

"memperbaiki keyakinan". Seorang individu menggunakan metode ini berasal dari kesimpulan

yang berdasarkan pada apa yang telah jelas kepadanya, dan sebagaimana yang telah kita

tunjukkan, bahwa apa yang telah jelas bagi seseorang itu belum tentu jelas bagi orang lain.

Metode ilmiah dapat menggoda untuk memperoleh pengetahuan yang mandiri yang diperoleh

oleh orang-orang yang menggunakan metode itu pada waktu dan tempat yang berbeda.

Namun, nilai-nilai dan asumsi pribadi tidak mempengaruhi produk-produk dari metode ini.

Masalah dan pertanyaan yang kita pilih, kita rumuskan dan kita tentukan berdasar nilai-nilai,

tujuan, dan lingkungan sosial kita sendiri. Faktor-faktor ini mempengaruhi hasil penyelidikan

ilmiah. Namun, dalam hal metode untuk mencapai pengetahuan, itu adalah faktor-faktor yang

relatif kurang penting dalam penyelidikan sosial mereka. Kerlinger mencatat beberapa nilai dari

pendekatan ilmiah untuk masalah sosial. ... Seorang ilmuwan tidak menerima pernyataan

sebagai suatu yang benar, meskipun bukti pada awalnya tampak menjanjikan. Dia bersikeras

untuk mengujinya. Dia juga menegaskan bahwa setiap prosedur pengujian harus terbuka untuk

uji publik.

Goldmark menunjukkan mengapa ia lebih memilih metode ilmiah untuk mengetahui cara-

cara lain atau memperbaiki keyakinannya, yakni melalui beberapa langkah: (1) Sistematis. (2)

Tepat, (3) Berkembang, (4) Teruji, (5) Terbuka untuk penilaian umum, (6) Menuntut tanggung

jawab, (7) Dapat direkonstruksi.

Seperti yang ditunjukkan di atas, pengetahuan adalah salah satu komponen penting dari

proses pengambilan keputusan. Dalam membahas empat cara untuk mengetahui seperti yang

dinyatakan oleh Peirce, maka preferensi kita untuk penyelidikan ilmiah haruslah dibuat dengan

jelas. Kita memilih metode ini karena sistematis, mampu mengoreksi diri, dan bersifat terbuka.

Agar pengetahuan bisa memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan yang rasional, maka

itu harus diturunkan melalui proses penyelidikan. Keputusan yang dibuat berdasarkan

pengetahuan yang berasal dari intuisi atau tradisi tidak akan memuaskan rasionalitas kita.

Sebelum siswa dapat membuat keputusan yang rasional, maka mereka harus belajar

bagaimana menggunakan modus penyelidikan ilmuwan sosial untuk memperoleh pengetahuan

sosial dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi, dan teori.

Pelaku sosial yang rasional tidak perlu bersifat independen yang hanya memiliki sedikit

pengetahuan ketika akan membuat keputusan dan memecahkan masalah. Pelaku sosial juga

tidak dapat menjadi cerdas dalam menerapkan atau menilai pengetahuan itu, kecuali ia sangat

mengerti akan proses yang digunakan dan mampu menggunakan metode dari ilmuwan sosial

untuk memperoleh suatu pengetahuan dengan tepat (misalnya, bagaimana mengatasi jika

terjadi konflik dengan penguasa).

Keputusan yang rasional tidak dapat dilakukan kecuali pembuat keputusan dapat menilai

kualitas dari suatu pengetahuan yang ia gunakan. Keputusan tidak akan menjadi lebih baik dari

pengetahuan itu sendiri jika keputusan yang dibuat atas dasar pengetahuan warisan.

Dalam suatu bangsa yang demokratis, metode ilmiah tidak seharusnya hanya menjadi milik

dari suatu komunitas ilmiah profesional secara eksklusif, tetapi metode ilmiah itu harus dimiliki

oleh semua anggota masyarakat yang memerlukannya untuk membuat keputusan yang juga

berpengaruh terhadap kehidupan pemerintahan dalam suatu bangsa. Pengguna pengetahuan

sosial harus terlatih dalam menggunakan metode ilmiah. Keterampilan dalam menggunakan

metode ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang

diperlukan untuk pengambilan keputusan. Mereka akan belajar untuk menghargai kesulitan

yang dihadapinya dalam pengumpulan data sosial dan membuat kesimpulannya. Pelaku sosial

yang mahir menggunakan penyelidikan ilmiah ini lebih cenderung menjadi pengguna

pengetahuan yang kritis dan cerdas ketika membuat keputusan dan bertindak, dari pada

pelaku-pelaku sosial yang hanya memiliki keterampilan dalam penyelidikan.

4. Penyelidikan dan Pengambilan Keputusan

Tujuan dasar dari penyelidikan ilmu sosial adalah untuk memperoleh pengetahuan sosial dalam

bentuk fakta, analisis konsep-konsep, generalisasi, dan teori. Tujuannya adalah untuk

mengakumulasi sebagai pengetahuan sebanyak mungkin. Sementara ilmuwan sosial terutama

tertarik pada produksi pengetahuan. Pembuat keputusan atau aktor sosial rasional terutama

tertarik bagaimana pengetahuan diperoleh dari para ilmuwan sosial yang dapat digunakan

untuk membantu pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sehingga Penyelidikan ilmu

sosial menghasilkan pengetahuan ; dalam pengambilan keputusan, pengetahuan yang terdiri

dari memilih, mensintesis, dan menerapkanya

Pengetahuan dalam penyelidikan ilmu sosial cenderung khusus. Setiap kelompok ilmuwan

sosial mempelajari pada aspek-aspek fenomena sosial yang mereka rasakan yang merupakan

keprihatinan sesuai dengan disiplin mereka. Para pengambil keputusan rasional dan pelaku

sosial yang cerdas harus menggunakan pengetahuan dari semua garis berbagai ilmu

pengetahuan sosial untuk membantu mereka memecahkan masalah pribadi dan sosial. Dalam

pengambilan keputusan kita memilih, mensintesis, dan menerapkan pengetahuan dari berbagai

sumber.

Pelaku sosial rasional harus belajar bagaimana untuk mensintesis informasi yang mereka

peroleh dari berbagai sumber dan menerapakanya dari masalah sosial yang kompleks. Tabel 1.1

dan 1.2 dan gambar 1.1 mengindikasikan bagaimana aktor sosial mencoba untuk memutuskan

tindakan apa yang ia harus diambil tentang kelaparan dan kemiskinan global

Tabel 1.1

Nilai klarifikasi (kemiskinan dan kelaparan)

Perjuangan untuk mempertahankan

diri

Pengunduran diri

Kesediaan untuk mencopet dan

mencuri

Penolakan

Other

Priority

Belas kasih bagi mereka yang

membutuhkan

Pemalas

Pekerjaan mendirikan lembaga sosial

(terorganisir)

Memberikan bantuan langsung

kepada individu yang

membutuhkan (pribadi)

Program kewarganegaraan yang

memberikan prioritas bagi kebutuhan

manusia dan perbaikan sosial (kupon

makanan, bantuan untuk anak yang

bebas, distribusi surplus pangan,

kesejahteraan kepada orang tua, dan

pengangguran

Program kewarganegaraan yang

memberikan prioritas tinggi

untuk ekonomi dan tujuan-tujuan

lain (pembangunan jalan raya,

gedung-gedung publik,

lingkungan pengendalian

pencemaran)

Gambar 1.1 menggambarkan bagaimana berbagai ilmuwan sosial dapat melihat masalah.

Masing-masing ilmuwan sosial memandang masalah dari perspektif yang sangat terbatas,

sementara aktor sosial yang cerdas berupaya untuk mensintesis pengetahuan dari berbagai

disiplin ilmu dan sumber serta menggunakannya dalam membuat keputusan yang dapat

membimbing mereka menetang tentang kelaparan dan kemiskinan global

Sejarahwan

Analisis peristiwa yang berpuncak pada kelaparan dan kemiskinan global: menerangi

kesamaan antara kelaparan dan kemiskinan saat ini dan dalam periode sejarah

sebelumnya.

Ekonom

Studi faktor-faktor ekonomi yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan

kelaparan dan kemiskinan global. Menunjukkan bahwa standar hidup di negara-negara

kaya di dunia harus dikurangi jika masalah kelaparan dan kemiskinan global yang harus

diselesaikan.

Sarjana Ilmu Politik

Studi konsekuensi politik dari masyarakat dunia yang terdiri dari "memiliki" dan-tidak

"bangsa-bangsa. Mengusulkan bahwa perebutan kekuasaan dan perang mungkin timbul

jika sumber daya yang langka di dunia tidak lebih merata di antara negara-negara kaya dan

miskin.

Sosialog

Menganalisa efek dari kelaparan dan kemiskinan pada norma, nilai, dan praktik sosial di

antara para korban kelaparan dan kemiskinan. Menunjukkan bahwa kelaparan yang parah

dan kemiskinan memiliki dampak meyakinkan pada praktek sosial

Fsikolog

Menganalisa sifat dan tingkat agresi dan frustrasi yang berkembang antara orang-orang

yang menjadi korban kelaparan dan kemiskinan yang parah.

Antropolog

Studi bagaimana tanggapan terhadap kemiskinan dan kelaparan yang parah & Serupa dan

berbeda dalam berbagai budaya. Menyimpulkan bahwa respon terhadap kelaparan dan

kemiskinan dipengaruhi oleh faktor baik budaya dan biologis.

Ahli ahli bumi

Mempelajari bagaimana pengaruh persepsi kelaparan dan kemiskinan masyarakat,

lingkungan fisik mereka dan interaksi mereka dengan itu.

Tabel 1.1 menunjukkan bagaimana pembuat keputusan mencoba untuk mengklarifikasi nilai-

nilai tentang kelaparan dan kemiskinan global

Aktor Sosial

Penyelidikan Bebas

kelaparan dan kemiskinan

global

Nilai Klarifikasi (lihat tabel

1.1 untuk ilustrasi rinci)

Pengetahuan

Menyelesi-Mengevaluasi

Pengambilan Keputusan Rasional

Melibatkan dan menggunakan pengetahuan yang diperoleh untuk mengidentifikasi program

alternatif tindakan dan untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin bagi mereka. Suatu usaha

dilakukan oleh aktor sosial untuk memilih tindakan yang paling konsisten dengan nilai-nilainya.

(Lihat Tabel 1.2 untuk ilustrasi rinci dari proses ini.)

Kecerdasan Tindakan Sosial

:mempromosikan atau melakukan

penilaian.

Aktor sosial rasional mensintesis dan menerapkan pengetahuan dari semua disiplin ilmu untuk

membantu mereka membuat keputusan tentang tindakan mereka akan mengambil tentang

kelaparan dan kemiskinan global. Mereka juga menerapkan pengetahuan yang mereka miliki

berasal dari pertanyaan mereka sendiri. Sintesis pengetahuan (dalam bentuk fakta, konsep,

generalisasi, dan tneories) dan hasil nilai dalam sebuah keputusan yang melibatkan pemilihan suatu

tindakan dari banyak kemungkinan alternatif, termasuk kelambanan.

Untuk membahas dimensi nilai, yang merupakan komponen penting dari proses pengambilan

keputusan. Tabel 1.2 menggambarkan bagaimana aktor sosial menentukan tindakan.

Tabel 12

Proses pengambilan keputusan (kelaparan global dan kemiskinan)

A. Jika saya menyumbangkan uang ke sebuah

organisasi dunia

B. Jika aku menyerah makan daging

Lalu saya

1. akan membantu organisasi yang dibentuk

untuk membantu memecahkan masalah

kelaparan dan kemiskinan global

2. dapat membantu menyelamatkan

kehidupan anak yang kelaparan itu.

3. akan merasa bahwa saya melakukan sesuatu

untuk membantu menghilangkan kelaparan

dan kemiskinan global

Lalu saya

1. akan membuat sebuah pernyataan kuat

tentang keprihatinan saya tentang

kelaparan dan kemiskinan global.

2. akan meningkatkan jumlah daging yang

tersedia di pasar dunia.

3. akan memutuskan hubungan diri dari

"kelebihan konsumsi" Amerika.

4. akan dapat makan lebih murah.

Tapi saya

4. hanya akan membuat usaha kecil di nama

Tapi saya

5. akan melakukan apapun untuk memastikan

keprihatinan saya

5. akan harus melakukannya tanpa beberapa

barang saya ingin membeli dengan uang

6. mungkin melakukan sedikit untuk

membantu kelaparan sekelompok orang

makanan karena beberapa organisasi

bantuan menggunakan sebagian besar uang

yang mereka kumpulkan untuk membayar

biaya overhead.

bahwa daging yang saya tidak makan akan

sampai kepada orang yang landa kelaparan

di dunia

6. Akan harus memberikan makanan yang

saya nikmati yang sangat banyak kepada

sebuah kelompok.

7. akan harus mencari makanan lain untuk

pengganti daging

8. akan mengalami kesulitan ketika saya

makan di luar atau makan dengan orang

lain.

C. Jika saya membentuk sebuah organisasi

untuk membantu memecahkan masalah

kelaparan dan kemiskinan global

D. Jika saya menjalankan untuk pemilihan

jabatan politik lokal

Kemudian saya

1. akan menyelenggarakan usaha saya dalam

cara yang umum terpadu.

2. mungkin melibatkan sejumlah besar yang

merasa banyak seperti yang saya lakukan.

3. mungkin bisa mendapatkan makanan untuk

anak-anak dan orang dewasa yang sangat

banyak.

Kemudian saya

1. mungkin x bisa membantu mengurangi

kelaparan dan kemiskinan dalam komunitas

saya sendiri.

2. bisa mengungkapkan pandangan saya

secara terbuka pada pertemuan dewan kota

dan dilaporkan di media.

3. dapat mempengaruhi atau mendukung

distribusi yang efektif lebih banyak

makanan kepada orang miskin melalui

perubahan dalam hukum lokal dan nasional.

4. bisa melihat bahwa hukum seperti itu

diterapkan jika pandangan saya bertahan

dan undang-undang tersebut ditetapkan

Tapi saya

1. akan harus membuat investasi besar waktu

dan energi dalam organisasi.

2. mungkin merasa sangat sulit untuk menarik

cukup banyak orang untuk bekerja dan

berkontribusi bagi organisasi.

3. mungkin dikritik oleh organisasi-organisasi

bantuan yang ada untuk "upaya duplikasi."

4. tidak mungkin berhasil dalam penggalangan

dana yang dibutuhkan

Tapi saya

1. mungkin tidak berhasil mendapatkan

terpilih kepada dewan kota.

2. mungkin menemukan diriku sendirian tanpa

dukungan di dewan kota.

3. bisa kehilangan efektivitas politik saya jika

saya tidak bisa terlibat dalam perdagangan-

off pada isu-isu lain.

4. mungkin risiko mengorbankan pandangan

saya atau penyiraman mereka turun untuk

mencapai setiap tindakan yang

berhubungan dengan kemiskinan.

E. Jika saya memilih untuk melakukan apa-apa

(tidak bertindak)

Kemudian saya

1. tidak benar-benar memiliki kepedulian yang

kuat tentang kelaparan dan kemiskinan

global

2. mungkin tidak memiliki keberanian

keyakinan saya sendiri.

3. tidak akan risiko mengambil tindakan-

tindakan yang mungkin tidak berhasil.

Tapi saya

1. tidak akan dibenarkan dalam mengkritik

orang lain untuk tidak bertindak mereka

pada masalah yang berkaitan dengan

kelaparan dan kemiskinan global

2. akan harus hidup dengan fakta bahwa

ribuan orang mati kelaparan setiap tahun

sementara saya tinggal di lingkungan yang

relative makmur

Singkatnya, ilmu sosial ini terutama berkaitan dengan teori mengumpulkan pengetahuan dan

membangun teori. Aktor sosial rasional mensintesis dan menerapkan pengetahuan dari

berbagai disiplin dan dari penyelidikan mereka sendiri untuk membantu mereka membuat

keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosial. Dalam sintesis dan

menerapkan pengetahuan dari disiplin ilmu, mereka tentu memilih bahwa pengetahuan yang

akan memberikan kontribusi bagi pengambilan keputusan dan kecerdasan tindakan sosial.

Aktor sosial rasional menggunakan hasil penyelidikan ilmu pengetahuan sosial untuk

membantu mereka membuat keputusan dan kebijakan

Gambar 1.2 menggambarkan bagaimana aktor sosial yang rasional dan ilmuwan sosial yang

fokus pada bukti tentang kemiskinan dalam masyarakat.

Kemiskinan dalam komunitas X

Aktor Sosial

(Tempat tinggal dari

komunitas X)

Tujuan Ilmuan Sosial

Untuk bertindak dengan

cara yang konsisten

dengan nilai-nilai

Untuk membangun teori

Masalah : Tindakan apa

yang harus saya ambil

tentang kemiskinan di

komunitas saya

Masalah : Apa penyebab

kemiskinan di komunitas X?

Menggunakan metode

ilmiah untuk

mengumpulkan informasi

Hipotesis

Mengumpulkan dan

mengevaluasi data Uji

tentang kemiskinan dalam

komunitas X

hipotesis

Menurunkan generalisasi

dan membangun teori-teori

mengenai penyebab

kemiskinan

Membuat Keputusan

Memprediksi konsekuensi ini

melibatkan program alternatif

tindakan. Contoh: ". Jika saya

berpartisipasi dalam sebuah

demonstrasi untuk memprotes

kemiskinan, saya mungkin akan

diabaikan oleh pembuat kebijakan

karena demonstrasi massa telah

efektif dalam beberapa bulan

terakhir"

Mengidentifikasi dan

mengklarifikasi nilai-nilai

Tidakan Sosial

Contoh: Aktor ini membantu untuk

mendirikan sebuah organisasi yang

akan menciptakan lapangan kerja

bagi pengangguran dirinya atau

komunitasnya.

Dalam membangun teori, ilmuan sosial yang ilmiah adalah mereka peduli dengan apa yang ada,

bukan apa yang seharusnya ''Namun, aktor-aktor sosial tertarik pada apa yang ada dan apa

yang "seharusnya" menjadi. Mereka menggunakan metode ilmiah untuk memperoleh informasi

yang akan membantu. mereka bertindak dengan cara yang konsisten dengan nilai-nilai mereka.

Peran ilmuwan sosial berakhir dengan perumusan pengetahuan teoritis.

Meskipun menyadari bahwa aktivis sosial sering membuat keputusan berdasarkan emosi

semata, orang dapat dilatih untuk berpikir tentang isu-isu dan masalah sebelum bertindak pada

mereka. Model studi sosial yang disajikan dalam buku ini menjelaskan cara berpikir dan analisis

aktor sosial yang dapat dan harus digunakan, dari berbagai jenis pemikiran yang ditunjukkan

oleh sebagian besar warga.

5. Struktur dan Proses Pengambilan Keputusan

Dalam sebuah buku penting yang diterbitkan pada tahun 1960, Proses Pendidikan, Jerome

Bruner S. mempopulerkan konsep tentang Struktur dari sebuah disiplin. Terdiri dari konsep-

konsep kunci, generalisasi, dan teori-teori ilmu-ilmu sosial, serta model unik/khas dalam

penyelidikan yang digunakan di dalamnya.

Masalah sosial yang dihadapi bangsa kita pada awal tahun 1970-an memaksa perhatian

pendidik studi sosial pada kebutuhan untuk membantu siswa menganalisis nilai-nilai mereka

dan untuk menggunakan pengetahuan ilmu sosial untuk membantu mereka bertindak

konsisten dengan pilihan nilai mereka. Semakin, pendidik mengakui bahwa konsep-konsep ilmu

sosial dan prinsip-prinsip kunci yang diperlukan tetapi tidak cukup komponen modern program

studi sosial.

Kami percaya bahwa keputusan-keputusan tentang masalah pribadi dan sosial harus menjadi

fokus program studi sosial modern, namun konsep struktur dapat membantu kita untuk

mengidentifikasi jenis pengetahuan yang akan membantu anak-anak membuat prediksi yang

valid dan juga keputusan yang paling efektif. Pengetahuan merupakan salah satu komponen

penting dari proses pengambilan keputusan. Untuk membuat keputusan yang cerdas, anak-

anak harus menguasai bentuk yang paling kuat dan prediksi pengetahuan. Kita bisa

menggambarkan setidaknya empat kategori konsep, pengetahuan, generalisasi dan teori. (1)

Pengetahuan faktual memiliki nilai prediksi terkecil, meskipun fakta-fakta yang diperlukan

untuk menurunkan tingkat pengetahuan lainnya (2) konsep atau frase yang memungkinkan kita

untuk mengkategorikan atau mengklasifikasikan kelas besar pengamatan, dan tuntuk

mengurangi kompleksitas lingkungan sosial kita. (3) Generalisasi yang merupakan hubungan

antara konsep, memungkinkan kita untuk memprediksi perilaku, dan dengan demikian sangat

berharga untuk memprediksi pada masalah pribadi dan sosial. (4) Teori dari sistem saling

terkait dan generalisasi merupakan bentuk tertinggi pengetahuan mereka adalah bentuk paling

berharga pengetahuan untuk membuat prediksi. Namun teori belajar yang lebih sesuai untuk

sekolah menengah dari pada Sekolah Dasar dan siswa SMP.

Konsep struktur memungkinkan kita untuk mengidentifikasi ide-ide kunci dari disiplin ide-ide

jenis ini yang paling menguntungkan dari pengetahuan untuk pengambilan-keputusan Siswa

tidak hanya harus menguasai tingkat pengetahuan yang lebih (konsep kunci dan generalisasi)

dalam rangka untuk membuat keputusan cerdas, juga belajar untuk melihat lingkungan sosial

mereka dari perspektif dari semua disiplin ilmu sosial.

6. Komponen Nilai Pada Pengambilan Keputusan

Setelah mereka telah diturunkan lebih tinggi tingkat pengetahuan dari pertanyaan mereka

sendiri dan pertanyaan orang lain, aktor rasional harus berusaha menghubungkan fakta-fakta,

konsep, generalisasi, dan teori untuk sistem nilai mereka sendiri sebelum mereka memutuskan

Apa yang dilakukan seseorang dengan pengetahuan yang berasal dari penyelidikan sosial

tergantung pada nilai-nilai yang ia pegang berkaitan dengan elemen keputusan komponen

masalah.

Jadi penyelidikan nilai adalah komponen yang sangat penting dari proses pengambilan

keputusan. Nilai penyelidikan harus membantu pembuat keputusan mengidentifikasi sumber-

sumber nilai-nya, menentukan bagaimana mereka konflik, mengidentifikasi alternatif nilai, dan

memilih bebas dari mereka. Siswa harus didorong untuk memprediksi dan untuk

mempertimbangkan kemungkinan akibatnya dari nilai-nilai alternatif, dan membantu untuk

mengklarifikasi nilai-nilai yang bertentangan, menyimpang, dan bingung. Tidak hanya

bertentangan dengan nilai-nilai yang meresap dalam masyarakat yang lebih besar, tapi dalam

individu yang berbeda ada banyak keyakinan, sikap, dan nilai-nilai. Nilai penyelidikan dan

klarifikasi adalah salah satu tahapan paling penting dari proses pengambilan keputusan.

Namun, pasangan itu memiliki keyakinan, sikap dan nilai terhadap kelompok-kelompok ras yang

berbeda yang secara signifikan akan mempengaruhi keputusan mereka.

7. Merumuskan tujuan perilaku untuk penyelidikan, penilaian, dan pengambilan keputusan

Tujuan utama dari studi sosial harus untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan

untuk membuat keputusan yang rasional dan bertindak cerdas. Pengetahuan, diturunkan oleh

proses penyelidikan, dan nilai-nilai, dianalisis dan diperjelas oleh penelitian nilai, merupakan

komponen penting dari proses pengambilan keputusan. Hubungan antara komponen ini

diilustrasikan pada Gambar. 1.3. Pembuat keputusan harus memilih, mensintesis, dan

menerapkan pengetahuan dari semua disiplin ilmu sosial dan memperjelas nilai-nilai nya

sebelum dia dapat bertindak rasional pada masalah-masalah rumit yang dihadapi masyarakat

modern.

Program studi sosial harus membantu siswa memperoleh kecakapan penyelidikan,

penilaian, dan keterampilan pengambilan keputusan. Siswa pasti akan mengembangkan

keterampilan sampai batas tertentu tanpa instruksi direncanakan dan disengaja. Namun,

mereka tidak akan memperbaiki kecuali mereka menerima instruksi yang sistematis di seluruh

SD dan SMP atau sekolah tinggi. Penelitian sosial harus memikul tanggung jawab utama untuk

mengembangkan keterampilan ini karena isinya dan komitmen diungkapkan ke pengembangan

para pelaku sosial yang cerdas yang akan mengambil peran yang efektif dalam pemerintahan

bangsa kita.

Penyelidikan, penilaian, dan pengambilan keputusan masing-masing terdiri dari

sekelompok keterampilan saling terkait, sebagaimana akan menjadi jelas dalam bab-bab

selanjutnya. Setiap tingkat berisi keterampilan yang sangat saling terkait: kita pisahkan dalam

teks ini untuk memfasilitasi diskusi dan untuk menekankan perlunya instruksi sistematis dalam

setiap kelompok dari mereka. Kecuali kita fokus pada setiap kelompok keterampilan secara

terpisah, kebutuhan untuk instruksi sistematis dalam masing-masing tidak dapat menerima

penekanan yang diperlukan. Pelajaran juga harus direncanakan untuk memberikan praktek

mahasiswa dalam berhubungan setiap set keterampilan yang lain karena tujuan akhir dari

pendidikan ilmu sosial adalah untuk membantu siswa mencapai kemampuan untuk

memperoleh dan menerapkan pengetahuan "dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka, sehingga

mereka dapat membuat suatu keputusan.

Keputusan-Masalah

Penyelidikan Sosial Penyelidikan Nilai

Pengetahuan Sosial Nilai-nilai klarifikasi

Produk pertanyaan sebelumnya

oleh imuwan sosial

Keputusan Rasional

Kecerdasan Tindakan

Sosial

Gambar. 1.3 Sebuah kurikulum studi sosial difokuskan pada penyelidikan sosial, penilaian,

pengambilan keputusan, dan kecerdasan tindakan sosial.

Tujuan instruksional harus ditentukan sehingga guru dapat menentukan apakah pelajaran

mereka efektif. Hal ini diperlukan untuk menentukan penyelidikan, penilaian, dan pengambilan

keputusan perilaku sehingga merumuskan tujuan instruksional bermakna untuk mengevaluasi

pelajaran yang dirancang untuk mengembangkan dan memperbaiki keterampilan ini.

Dalam contoh di bawah ini, kita mencoba untuk menggunakan kata-kata yang spesifik dan

terbuka untuk beberapa interpretasi. Kami akan menjelaskan dan mendiskusikan tujuan

perilaku yang mungkin untuk pelajaran ilmu-ilmu sosial dalam bab-bab lain, tujuan di bawah ini

adalah contoh diberikan untuk menggambarkan bagaimana keterampilan kita telah membahas

perilaku

E. CONTOH TUJUAN UNTUK LATIHAN INQUIRY

1. Ketika disajikan dengan masalah seperti "Apa penyebab konflik sosial," siswa akan mampu:

a) menyatakan hipotesis yang relevan

b) mengumpulkan data yang bersangkutan.

c) mengevaluasi data (mengatakan apakah itu adalah sah dan dapat diandalkan,

menyatakan apakah itu terkait untuk masalah ini).

d) menulis sebuah generalisasi tentatif.

e) merevisi generalisasi ketika disajikan dengan data tambahan yang terkait dengan

masalah.

2. Ketika diberi sebuah dokumen atau objek yang terkait dengan suatu peristiwa sosial yang

tidak diketahui, siswa mampu

a) menyatakan hipotesis tentang asal-usul dan alam.

b) menguji hipotesis bahwa ia merumuskan (mengumpulkan data yang relevan dan

ditentukan apakah hipotesis harus diterima atau ditolak).

c) membuat generalisasi tentatif tentang asal usul dan sifat dokumen atau objek.

d) merevisi generalisasi ketika disajikan dengan data tambahan.

3. Ketika diberi sebuah dokumen sejarah, siswa akan mampu

a) menyatakan masalah (s) dibahas oleh penulis.

b) menyatakan hipotesis tentang alasan (s) mengapa dokumen itu w

c) menyatakan hipotesis tentang penonton Hae penulis dalam pikiran.

d) menyatakan kesimpulan penulis.

e) menyatakan apa bukti, jika ada, penulis digunakan untuk menurunkan conclusiol nya

4. Ketika diberi kumpulan data sosial terkait, siswa akan mampu

a) menyatakan hipotesis mengenai hubungan. dari data.

b) menulis generalisasi berdasarkan data.

c) merevisi generalisasi ketika diberikan data tambahan.

F. CONTOH LATIHAN UNTUK MENGHARGAI

Siswa akan dapat

a) Mengidentifikasi tindakan yang menunjukkan nilai-nilai yang bertentangan ketika diberi

deskripsi masyarakat Amerika.

b) Membaca dan menyatakan nilai-nilai.

c) Secara terbuka menyatakan nilai-nilai yang dipegang oleh masing-masing karakter.

d) Membaca dan menyatakan nilai-masalah yang dicontohkan di dalamnya.

e) Baca tentang peristiwa sejarah dan negara apa yang terjadi, dan apa yang dia pikir

seharusnya terjadi.

f) Menyatakan apakah dia setuju atau tidak setuju dengan masing-masing dari sejumlah

pernyataan kontroversial, dan mengapa.

F. CONTOH LATIHAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Siswa akan dapat

a) Mengidentifikasi dan menyatakan keputusan-masalah yang dihadapi karakter secara

terbuka

b) Menyatakan apa program aksi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah mereka.

c) Menyatakan kemungkinan konsekuensi dari setiap tindakan yang dinyatakan

d) Menyatakan fakta-fakta, konsep, dan generalisasi yang akan membantu dia untuk

memprediksi kemungkinan konsekuensi dari setiap tindakan yang dinyatakan

e) Menyatakan nilai-nilai yang akan berperan dalam masing-masing program mungkin untuk

dilakukan.

f) Menyatakan tindakan yang dia akan ambil dan mengapa.

g) Menyatakan bagaimana tindakan dia akan mengambil dan menghubungkan dengan nilai-

nilai nya (apakah itu konsisten atau tidak konsisten dengan nilai-nilai yang ia akui).

RINGKASAN

Dalam bab ini kami mengidentifikasi beberapa masalah sosial dan pribadi penting bahwa warga

masyarakat dunia kita hadapi saat ini. Tujuan utama dari program studi sosial harus untuk

membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang rasional

sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah pribadi, dan melalui tindakan sosial,

mempengaruhi kebijakan publik. Salah satu komponen penting dari pengambilan keputusan

adalah pengetahuan. Keputusan rasional dapat dibuat hanya ketika pengetahuan telah

dipastikan karakteristiknya

Keputusan-Masalah

Tindakan apa yang harus

kita ambil mengenai

hubungan ras

Penyelidikan Sosial

1. Konsep-konsep utama

2. Konflik

3. Budaya

4. Diskriminasi

5. Spesialisasi

6. Daya

Penyelidikan Nilai

1. Menyadari masalah nilai

2. Menggambarkan perilaku

nilai-relevan

3. Penamaan nilai

4. Menentukan konflik-konflik

nilai

5. Hipotesa tentang sumber

nilai

6. Penamaan alternatif nilai

7. Hipotesa tentang

konsekuensi

8. Memilih

9. Menyatakan alasan,

sumber, dan konsekuensi

dari pilihan

Pengetahuan yang diperlukan

untuk penamaan alternatif dan

membuat prediksi

Klarifikasi nilai

1. Mengidentifikasi alternatif (Menggunakan generalisasi terkait dengan konsep-konsep kunci

untuk mengidentifikasi alternatif)

2. Memprediksi konsekuensi dari setiap alternatif (generalisasi Wing terkait untuk konsep

kunci untuk memprediksi konsekuensi

3. Pengurutan alternatif mana yang paling konsisten dengan posisi nilai yang diidentifikasi di

atas?

Tindakan

(Dengan cara yang konsisten dengan nilai-nilai: kesediaan untuk menerima konsekuensi dari

tindakan yang dipilih)

Ini harus ilmiah, tingkat tinggi dan interdisipliner. Pengambil keputusan tidak hanya harus

mampu menggunakan dan mengakui pengetahuan ilmiah, tetapi juga harus mampu

memperoleh sendiri bila diperlukan dan tepat. Pengetahuan yang didasarkan keputusan

rasional juga harus kuat dan luas yang berlaku sehingga akan memungkinkan pembuat

keputusan untuk membuat prediksi yang paling akurat mungkin. Tingkat yang lebih tinggi

konsep dan generalisasi terkait yang diperlukan untuk membuat prediksi yang akurat. Jadi

pembuat keputusan harus mampu memperoleh dan menerapkan bentuk-bentuk

pengetahuan. Pengetahuan yang berfungsi sebagai dasar untuk keputusan rasional juga harus

interdisipliner. Pengetahuan dari setiap disiplin satu tidak cukup untuk membantu kita

membuat keputusan cerdas tentang isu-isu sosial yang kompleks seperti polusi, perang, dan

kesenjangan rasial.

Sementara ilmiah, lebih tinggi tingkat pengetahuan interdisipliner yang diperlukan untuk suara

pengambilan keputusan, tidak cukup. Cerdas pengambil keputusan juga harus mampu

mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka, dan menghubungkan konsep-konsep

dan generalisasi th itu mereka merumuskan nilai-nilai mereka Sintesis pengetahuan dan nilai-

nilai merupakan proses pengambilan keputusan.. Selama proses ini, aktor-aktor sosial

menggunakan konsep-konsep ilmu sosial dan generalisasi untuk mengidentifikasi program

alternatif tindakan dan untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin mereka. Mereka

memesan nilai-nilai mereka menjadi sebuah hirarki, dan memilih tindakan yang paling

konsisten dengan posisi nilai mereka. Akhirnya, mereka mengambil tindakan berdasarkan

keputusan mereka untuk menyelesaikan masalah pribadi atau untuk mempengaruhi kebijakan

public. Proses ini diilustrasikan pada Gambar. 1.4. Dalam Bab 14 kita membahas masalah ini

secara lebih rinci dan menggambarkan bagaimana guru dapat menggunakan contoh ini untuk

mengatur dan melaksanakan keputusan-unit masalah. Gambaran ini disajikan dalam teks untuk

membantu memfokuskan perhatian pembaca pada teori pendidikan kita studi sosial karena ia

membaca bab yang akan datang.

BAB 2

METODE PENYELIDIKAN SOSIAL

Efa Rosfita

Yosep Mardiana

TUJUAN PENYELIDIKAN SOSIAL

Kata mufakat tidaklah terwujud melalui penyelidikan ilmu sosial. Kebanyakan orang awam dan

beberapa ilmuwan sosial percaya bahwa tujuan yang tepat dari penyelidikan sosial adalah

untuk membantu orang hidup lebih baik dengan berkontribusi langsung terhadap solusi dari

masalah-masalah sosial yang membingungkan dan mendesak yang mereka hadapi. Para

advokat ini berpendapat bahwa penyelidikan sosial harus berkonsentrasi pada masalah-

masalah masyarakat itu sendiri. Menurut sudut pandang ini, tujuan utama penyelidikan sosial

adalah untuk langsung melayani pembuat kebijakan dengan membantu mereka, dalam

membuat keputusan yang lebih baik.

Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan sosial menjadi semakin terlibat dalam

kegiatan penyidikan terutama yang bersangkutan dengan memberikan wawasan dan solusi

untuk masalah saat ini. loyalitas dan tunjangan dari instansi swasta dan masyarakat umum yang

tertarik untuk mempromosikan penyidikan tentang masalah-masalah praktis telah berperan

dalam menarik banyak ilmuwan sosial untuk menerapkan berbagai macam usaha penyidikan

terapan. Penyidikan tentang hubungan ras, kenakalan remaja, kecanduan obat, dan bunuh diri

cenderung meningkat ketika masalah ini meningkatkan kekhawatiran halayak dan juga

pembuat kebijakan. Para penyidik mulai tergugah untuk meneliti julukan anak "kurang

beruntung" pada tahun 1960 ketika minat di masyarakat miskin meningkat dan dana federal

menjadi tersedia untuk mengkaji masalah anak-anak kelas bawah. Jadi, tidak hanya beberapa

ilmuwan sosial dan orang awam yang menganggap tujuan yang tepat dari penyelidikan sosial

adalah sebagai akumulasi pengetahuan yang dapat langsung diterapkan dalam masalah sosial

saat ini, ilmuwan sosial seringkali merespon kebutuhan penyidikan terapan pada masalah

kontemporer. Sebagian besar ilmuwan sosial mengkaji jenis kegiatan penyidikan yang didukung

oleh lembaga publik dan swasta. Yayasan dan lembaga pemerintah yang paling sering

mendukung upaya penyidikan secara langsung mencari solusi masalah sosial saat ini.

Sementara beberapa ilmuwan sosial percaya bahwa penyelidikan sosial harus terutama

berkaitan dengan masalah-masalah praktis yang dihadapi sehari-hari orang dalam hubungan

sosial mereka, semakin banyak mereka percaya bahwa tujuan penyelidikan sosial harus lebih

bersifat umum dan komprehensif. Mereka menganggap perumusan pengetahuan teoritis

sebagai tujuan dasar dari penyelidikan sosial. Fakta, konsep, dan generalisasi yang diperlukan

untuk perumusan teori. Ilmuwan sosial yang memandang perumusan pengetahuan teoritis

sebagai tujuan utama dari penyelidikan sosial tidak menunjukkan bahwa produk penyelidikan

sosial tidak boleh digunakan untuk membantu orang memecahkan masalah-masalah rumit

sosial. Justru sebaliknya, mereka berpendapat bahwa pengetahuan yang teoritis dapat

membantu mereka memahami lingkungan social, membuat prediksi, dan oleh karna itu,

kontrol komponen dalam lingkungan mereka lebih baik dari pengetahuan yang berasal dari

jenis yang lebih spesifik dan menerapkan upaya penyidikan.

Sebuah ilustrasi mungkin akan membuat posisi ini lebih eksplisit. Suatu Komunitas “x”

menjadi tegang dan bermusuhan karena saling curiga dan tidak percaya antara Amerika-

Meksiko dan Amerika-Puerto Rico. Sejak kedatangan Amerika-Meksiko ke daerah puerto,

permusuhan antara dua kelompok etnis itu semakin jelas terlihat. Komunitas pemimpin komisi

tim ilmuwan sosial mempelajari konflik dan membuat rekomendasi kebijakan untuk

mengatasinya. Sedangkan rekomendasi yang dirumuskan oleh tim penyidik membantu

meredam ketegangan etnis di komunitas X tersebut. Pengetahuan yang berasal dari penyidikan

tertentu mungkin tidak berlaku untuk komunitas lain yang ditandai dengan jenis lain dari

permusuhan etnis.

Komunitas Y, misalnya, seratus mil dari komunitas X yang membutuhkan petunjuk untuk

mengurangi permusuhan etnis antara Jepang-Amerika dan India, dan kemudian masyarakat C

tegang karena permusuhan antara penduduk Irlandia dan Polandia. Masyarakat ini mungkin

tidak akan dapat menggunakan informasi yang diperoleh dari studi tentang komunitas X

karena pengetahuan yang diperoleh dari pengkajian tentang komunitas ini adalah bersifat

khusus atau dengan kata lain pengkajiannya tidak lah selaras dengan masalah yang ada.

Ilmuwan sosial yang bergelut dalam pengetahuan teoritis berusaha untuk mendapatkan

generalisasi yang akan berlaku dalam beragam situasi. Dalam menganalisa penyebab

permusuhan etnis, penyidik yang teoritis akan menganalisa permusuhan etnis antara

kelompok-kelompok yang berbeda dalam berbagai pengaturan sosial, dan berusaha untuk

menurunkan pernyataan umum (generalisasi) tentang permusuhan etnis yang bisa terdiri dari

teori konflik etnis. Teori semacam itu tidak akan dikembangkan oleh seorang/tim penyidik, atau

pun akan dapat dikembangkan dalam jangka waktu singkat. Temuan banyak penyidik dari

waktu ke waktu dan di tempat yang berbeda, akan berkontribusi pada perumusan teori konflik

etnis. Selltiz, et al., mengatakan, "Secara umum ... maksud dari sebuah teori dalam ilmu

pengetahuan modern adalah untuk meringkas pengetahuan yang ada, memberikan penjelasan

dari peristiwa atau hubungan yang terjadi, dan untuk memprediksi kejadian atau hubungan

yang telah diamati atas dasar prinsip-prinsip yang jelas yang terkandung dalam teori. "

Setelah teori konflik etnis dirumuskan (teori-teori ilmiah selalu tentatif dan tidak pernah

konklusif, mereka tunduk pada revisi yang konstan dan rekonstruksi), pembuat kebijakan bisa

menggunakannya untuk memahami, menjelaskan. memprediksi, dan elemen kontrol yang

terlibat dalam permusuhan etnis. Dengan demikian, penyidik teoritis semakin tertarik untuk

membangun teori-teori sosial yang lebih umum daripada keprihatinan untuk masalah-masalah

sosial tertentu. Sebagai contoh indikasi, perumusan teori adalah tujuan yang lebih bermanfaat

dan lebih tepat dalam penyelidikan sosial daripada solusi langsung dari masalah-masalah

praktis.

Dalam buku ini, pengukuhan teori diterima sebagai tujuan utama penyelidikan sosial. Secara

garis besar, pengetahuan teoritis akan memberikan kontribusi lebih dalam pembuatan

keputusan rasional dari pengetahuan yang lebih spesifik dan terfragmentasi.

PROSES PENYELIDIKAN

Pada Bab 1 telah dibahas beberapa karakteristik penting dari pengetahuan. Kami

mengindikasikan misalnya, bahwa itu adalah publik, tepat, diuji, dan sistematis. Sains adalah

sebuah proses seperti halnya pengetahuan teoretis. Banyak penulis menganggap bahwa proses

yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan lebih penting daripada

pengetahuan itu sendiri. Ketika seseorang menggunakan proses ilmiah untuk memperoleh

pengetahuan, ia terus-menerus mengevaluasi kembali proposisi ilmiah. Dia kemudian

merevisinya ketika tujuan masyarakat berubah, ketika data baru ditemukan, atau ketika asumsi

mengenai fenomena sosial dimodifikasi. Generalisasi tentang sifat dan penyebab perilaku

kriminal dan mental berubah drastis ketika para ilmuwan sosial mengubah asumsi dasar

mereka mengenai faktor yang membentuk perilaku manusia. Sebuah teori yang berkaitan

dengan cirri-ciri tertentu perilaku kriminal yang dipertahankan selama beberapa dekade, kini

sebagian besar tidak dipercaya lagi. Namun, beberapa psikolog melakukan penjagaan bahwa

cacat fisik yang dapat berkontribusi pada perilaku kriminal dengan cara tidak langsung. Penyakit

mental sekarang dianggap sebagai ketidakmampuan sosial dan bukan manifestasi dari faktor

keturunan boilogis yang rusak.

Karena proposisi ilmiah dan generalisasi selalu berdasarkan pada revisi, metode yang

digunakan para ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dan untuk menguji proposisi

sangatlah penting. Metode ilmiah memungkinkan ilmuwan untuk terus memperluas, merevisi,

dan merekonstruksi teori-teori. Sosiolog, antropolog, ekonom, dan ilmuwan politik

menggunakan metode serupa tetapi tidak harus sama untuk menguji dan untuk mendapatkan

pengetahuan. Jenis-jenis masalah yang dipelajari oleh ilmuwan sosial yang berbeda dan konsep-

konsep kunci yang mereka gunakan membedakan mereka lebih dari metodologi yang mereka

gunakan. Kekhawatiran sosiolog untuk kepentingan sosialisasi dan ilmuwan politik dalam

hubungan kekuasaan masyarakat membedakan dua teori lebih dari pendekatan mereka

terhadap masalah yang dikaji. Peserta observasi, wawancara, survei sampel, dan studi kasus

adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam dua teori tersebut. Dengan

kata lain, pertanyaan yang muncul dan dikaji oleh sosiolog dan ilmuwan politik, misalnya, dan

kerangka kerja konseptual yang digunakan untuk melihat dan menganalisis masalah,

membedakan kedua disiplin ilmu yang lebih daripada faktor lain.

Meskipun metode yang digunakan oleh ilmuwan sosial dalam berbagai disiplin ilmu

memiliki karakteristik yang umum, beberapa disiplin menggunakan metode khusus dari

pengumpulan data atau menggunakan strategi penyidikan ekstensif tertentu. Para psikolog

sosial menggunakan percobaan laboratorium mungkin lebih sering daripada setiap ilmuwan

sosial lainnya. Pertanyaan yang dirumuskan dan dikaji oleh psikolog sosial dapat diatasi dengan

penyidikan sebagian besar pertanyaan yang dipelajari oleh ilmuwan politik atau

antropolog. Survei sampel digunakan secara luas dalam sosiologi dan ilmu politik, tetapi tidak

sering dalam antropologi. Populasi data dan foto udara sering digunakan oleh geografer tetapi

jarang oleh ekonom. Peserta observasi dan pekerjaan lapangan telah menjadi metode riset

utama yang digunakan oleh antropolog, kemudian psikolog sosial dan ilmuwan politik

memanfaatkan jauh lebih luas dari statistik canggih dari yang dilakukan antropolog dan

sejarawan.

Meskipun proses penyelidikan dasar yang dimiliki oleh semua disiplin ilmu sosial dan

faktor-faktor penting yang membedakan satu disiplin ilmu sosial dari yang lain adalah

pertanyaan-pertanyaan yang tersusun, konsep-konsep, generalisasi, teori-teori dan tes telah

diuji. Karena unsur-unsur lingkungan sosial kita sangat saling terkait, teori terstruktur oleh

berbagai disiplin ilmu sosial tidak selalu tidak berhubungan atau saling eksklusif. Hal ini akan

menjadi lebih jelas ketika sifat dari masing-masing disiplin ilmu sosial yang dibahas dalam

Bagian 4. Meskipun setiap kelompok ilmuwan sosial kadang-kadang menggunakan teknik

penyidikan yang unik, d usaha di bawah ini untuk menyajikan model dasar penyelidikan yang

dimiliki oleh semua ilmuwan sosial. Ini adalah salah satu bahwa siswa harus menggunakan,

mungkin dengan cara dimodifikasi, ketika mereka merumuskan masalah sosial dan menguji

hipotesis ilmiah dan proposisi.

MODEL PENYELIDIKAN SOSIAL

Perumusan Masalah

Sebelum ilmuwan dapat memulai penyidikan pada setiap masalah, ia harus memiliki gagasan

yang jelas tentang pertanyaan yang harus dijawab. Ilmuwan akan bingung tentang beberapa

fenomena dalam rangka untuk mengidentifikasi masalah. Seperti Goldmark mawas

menunjukkan, penyelidik juga harus prihatin tentang masalah dan solusinya. Seorang sosiolog

yang merupakan spesialis di lembaga-lembaga struktural dapat mengabaikan wabah rasial yang

terjadi. Banyak pertanyaan melalui penyidikan dapat dirumuskan tentang wabah rasial, tetapi

jika ilmuwan prihatin wabah ras, ia tidak akan merumuskan pertanyaan dan mengkaji jawaban

atas masalah.Sosiolog lain, yang merupakan spesialis dalam perilaku kolektif, mungkin

melakukan perjalanan seratus mil untuk mempelajari wabah ras secara langsung.

Pertanyaan ilmiah haruslah lengkap, tepat, dan diriset. "Apa sikap anak-anak?" adalah

pertanyaan yang gagal memenuhi kriteria yang dinyatakan di atas. Hal ini tidak lengkap, tepat,

atau melalui penyidikan. Seorang penyidik yang mencoba untuk menjawab tidak akan tahu

tujuan anak-anak Anerika belajar,, anak-anak Rusia, atau anak-anak di seluruh dunia. Juga,

pertanyaan tidak membuat jelas jenis sikap yang menjadi perhatian penulis. Anak-anak

memiliki sikap yang berbeda terhadap berbagai fenomena.Mereka memiliki sikap terhadap

sekolah, guru, orang tua, mainan, makan, dan jenis lain dari orang-orang dan hal-hal di

lingkungan sosial dan fisik. "Apakah" adalah ambigu karena tidak menentukan jangka

waktu. Anak-anak Rusia mungkin memiliki sikap yang berbeda terhadap buku sosial mereka

studi di awal 1940-an daripada yang mereka lakukan di akhir 1950-an.

Ini jelas pertanyaan yang sulit untuk dijawab karena tidak memberikan bimbingan yang

diperlukan untuk suatu penyidik. "Apa yang sikap anak-anak di abad kesembilan belas?" juga

pertanyaan non-ilmiah, karena tidak menentukan jenis sikap di mana penyidik tertarik. Namun

tidak seperti pertanyaan yang sering diajukan oleh mahasiswa yang mencoba untuk melakukan

penyidikan di sekolah pascasarjana. Penentuan dan menyatakan pertanyaan-pertanyaan

spesifik dan jelas yang dapat membimbing kegiatan penyelidikan yang sering menantang. Fase

model penyelidikan ini seharusnya tidak cepat diberhentikan oleh pembaca yang mungkin

menganggap itu adalah jelas bahwa masalah harus dinyatakan sebelum mereka dapat

dijawab. Siswa kelas dasar, terutama, akan memerlukan bantuan dalam mengidentifikasi

masalah dan dalam menyatakan gaya mereka, yang jelas melalui penyidikan.

Katakanlah pertanyaan penulis dalam contoh di atas yang tertarik dalam menentukan

apakah integrasi paksa sekolah-sekolah umum di sebuah kota menengah industri yang

dimodifikasi sikap rasial anak-anak kulit putih. Pernyataan masalah mungkin membaca, "Apa

jenis sikap rasial yang dilakukan siswa putih diungkapkan setelah integrasi sekolah-sekolah

umum di kota X? Meskipun ini adalah pertanyaan melalui penyidikan, desain penyidikan yang

menyiratkan tidak akan menjawab pertanyaan pada dasarnya dia telah menjawabnya dalam

pikiran, tetapi tidak akurat. Desain tersirat oleh pertanyaan adalah beberapa jenis survei

sampel untuk menentukan jenis sikap rasial yang diungkapkan oleh anak-anak setelah integrasi

sekolah telah terjadi semacam survei akan memberitahu penyidik sedikit tentang ras anak-

anak, sikap sebelum integrasi sekolah dan pernyataan pertanyaan yang salah dapat

mengakibatkan desain penyidikan yang tidak produktif. Pertanyaan yang dianalisa penyidik

telah dalam pikiran dan dapat lebih tepat dinyatakan sebagai, "Apa efek melakukan integrasi

sekolah memiliki pada sikap rasial dinyatakan dari siswa putih di kelas 4 sampai 6 di kota

X?" Pertanyaan ini adalah eksplisit, tepat, dan diriset. Hal ini juga menunjukkan desain

penyidikan yang akan menjawab pertanyaan dalam pikiran penyidik. Ini menyiratkan bahwa

beberapa metode akan digunakan untuk memastikan sikap rasial anak-anak baik sebelum dan

setelah sekolah , atau untuk membandingkan postintegration sikap rasial merekadengan sikap

rasial dari sekelompok anak-anak yang menghadiri sekolah sebanding yang tidak terintegrasi.

Seringkali, pertanyaan-pertanyaan ilmiah menyiratkan hubungan antara variabel serta

desain penyidikan. Variabel-variabel yang jelas dalam pertanyaan di atas adalah "sikap rasial"

dan "integrasi sekolah." Pertanyaan ini menyiratkan bahwa kedua faktor mungkin terkait. Studi

penyidikan akan menentukan bagaimana, jika di semua atau salah satu faktor pengaruh yang

lain. Variabel yang dinyatakan dalam pertanyaan penyidikan sering diklasifikasikan sebagai

variabel independen dan dependen. Sebuah variabel yang menyebabkan perubahan dalam

beberapa variabel lain atau faktor adalah variabel independen. Variabel yang berubah sebagai

akibat dari tindakan beberapa variabel luar adalah variabel dependen. Dalam masalah contoh

kita, "integrasi sekolah" adalah variabel independen karena hipotesis bahwa hal itu akan

menyebabkan perubahan dalam "sikap rasial," variabel dependen.Sekolah dasar siswa harus

belajar bagaimana mengidentifikasi variabel utama yang dinyatakan dalam pertanyaan

penyidikan, tetapi mereka seharusnya tidak diperkenalkan istilah-istilah seperti variabel

independen dan dependen sampai mereka berada di SMP. Konsep dan ide-ide, bukan

terminologi, adalah penting.

Beberapa pertanyaan yang secara eksplisit dinyatakan tidak dapat diriset karena mereka

tidak mampu mengkaji pertanyaan-pertanyaan ilmiah."Haruskah sekolah umum di komunitas X

berintegrasi rasial?" atau "Haruskah fakultas dari sekolah-sekolah umum di komunitas X

diintegrasikan?" bukanlah pertanyaan ilmiah dan karena itu tidak dapat dijawab dengan

penyelidikan sosial. Ini adalah keputusan masalah yang jawabannya harus mencerminkan

sintesis dari pengetahuan dan nilai-nilai pribadi seseorang. Penyelidikan ilmiah dapat

membantu kita dalam membuat keputusan dan mencapai tujuan yang kita nilai. Nilai

penyelidikan dapat berkontribusi untuk klarifikasi nilai. Namun, penyelidikan sosial tidak dapat

menentukan nilai-nilai kita. Permintaan sosial dapat menjawab pertanyaan, "Apakah sekolah

terpadu positif mempengaruhi prestasi siswa?" Penyidikan oleh Coleman dan Pettigrew

menunjukkan bahwa anak-anak kulit hitam cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih

tinggi di sekolah-sekolah terpadu daripada di sekolah didominasi hitam. Para ilmuwan sosial

juga telah ditangani dengan pertanyaan, "Apakah pengaruh integrasi sekolah terhadap sikap

rasial anak-anak hitam dan putih?" Para penyidik telah menyimpulkan bahwa anak-anak yang

menghadiri sekolah terpadu cenderung mengungkapkan sikap rasial yang lebih positif sebagai

orang dewasa daripada anak-anak yang menghadiri sekolah terpisah.

Orang tua kulit hitam "militan" yang keras menentang untuk menyuruh anak-anak mereka

menggunakan bus ke sekolah yang didominasi kulit putih. Proses analisis nilai dan klarifikasi

menyimpulkan bahwa mereka menghargai pendidikan akademis terbaik bagi anak-anak mereka

di atas segalanya. Permintaan sosial akan membantu para orang tua mengidentifikasi di sekolah

mana anak-anak mereka akan mencapai keuntungan akademik tertinggi. Melalui pertanyaan

mereka sendiri, dan dengan mempelajari hasil penyelidikan oleh para ilmuwan sosial, mereka

dapat menyimpulkan bahwa anak-anak mereka akan mencapai hasil tertinggi di sekolah yang

didominasi kulit putih sebagai hasil dari analisis nilai dan penyelidikan social. orang tua dan

sekolah mungkin menjadi kurang menentang angkutan bus karena mereka menemukan bahwa

apa yang mereka lakukan untuk anak-anak mereka dapat menjadi yang terbaik yang dicapai

dengan angkutan bus mereka ke sekolah yang didominasi kulit putih.

Dalam contoh ini, penyelidikan sosial dan pengetahuan membantu orang tua untuk

memecahkan masalah keputusan, tetapi masalah itu sendiri berada di luar cakupan

penyelidikan sosial. Tergantung pada nilai-nilai dan sikap dari aktor sosial, penyelidikan sosial:

nay atau tidak dapat mempengaruhi keputusan-nya. Dalam contoh di atas, orang tua mungkin

telah menjadi begitu keras menentang integrasi angkutan bus dan sekolah bahwa mereka akan

benar-benar menolak pengetahuan yang berasal dari pertanyaan mereka. Harian kita dapat

mengamati orang-orang yang menolak pengetahuan ilmiah untuk berbagai alasan pribadi yang

kompleks.Perokok kronis sering berpendapat bahwa data yang membentuk hubungan antara

merokok dan kanker terlalu meyakinkan. Obat pecandu dan alkoholik sering berpendapat

bahwa kebiasaan mereka hampir tidak begitu berbahaya sebagai ahli mengindikasikan, atau

mereka mungkin menyangkal bahwa mereka kecanduan. Namun, analisis nilai dan penyelidikan

sosial akan membantu siswa belajar bagaimana untuk menerima pengetahuan ilmiah, bahkan

ketika hal itu bertentangan dengan nilai-nilai dihargai. Perokok kronis dapat belajar untuk

menerima fakta-fakta ilmiah tentang merokok, dan, meskipun ia atau dia mungkin terus

merokok, realistis akan menerima konsekuensi dari tindakannya. Aktor sosial yang menyangkal

kemungkinan konsekuensi dari tindakan mereka yang tidak rasional.

Sekolah dasar siswa harus dibantu untuk memahami baik kekuatan dan keterbatasan dari

proses ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Anak-anak harus belajar di kelas-kelas awal bahwa

penyelidikan sosial tidak dapat digunakan untuk memecahkan keputusan dan masalah nilai,

tetapi metode ilmiah dan pengetahuan dapat digunakan untuk membantu aktor sosial yang

mengklarifikasi nilai-nilai nya dan memastikan sarana dan metode yang diperlukan untuk

mencapai tujuan bahwa ia nilai, dan untuk menentukan konsekuensi yang mungkin dari

program yang berbeda dari tindakan.

Anak-anak dapat mulai menyadari keterbatasan penyelidikan sosial dengan membedakan

pertanyaan ilmiah dari masalah nilai dan pengambilan keputusan. Banyak pertanyaan tentang

dogma dan keyakinan tidak dapat dijawab oleh penyidikan sosial.Pertanyaan seperti "Apakah

Tuhan mati?" "Apakah ada surga di atas?" atau "Apakah Yesus Anak Allah?" tidaklah dapat

diverifikasi atau dibantah oleh penyidikan sosial karena ada sedikit kesepakatan publik

mengenai asumsi-asumsi yang berkaitan dengan pertanyaan atau tentang metode belajar

mereka.

Membantu siswa untuk mengidentifikasi dan merumuskan pertanyaan yang tepat, eksplisit,

dan diriset adalah salah satu tugas paling menantang yang dihadapi oleh guru di kelas yang

berorientasi penyelidikan.

Kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang baik adalah keterampilan perkembangan

yang sistematis yang harus mulai diajarkan di TK. Mempertanyakan strategi yang dibahas dalam

"detail yang cukup besar dalam Bab 4. Penyidikan upaya dan pengalaman belajar tidaklah lebih

baik dari pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka.

Perumusan Hipotesis

Setelah penyidik menyatakan sebuah pertanyaan yang tepat dan diriset, ia kemudian mencoba

untuk merumuskan pernyataan tentatif dan proposisi untuk membimbing

penyelidikan. Kerlinger telah menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar menguji pertanyaan,

tapi pernyataan yang berkaitan dengan mereka yang mengujinya.

Mari kita andaikan suatu penyelidik merumuskan pertanyaan, "Bagaimana para kolonis di

Amerika Utara mempengaruhi budaya dari Iroquois Indian?" penyelidikan akan lebih terfokus

jika ia memiliki beberapa ide tentang cara-cara di mana budaya Iroquois mungkin telah

dipengaruhi oleh penjajah. Penyidik boleh punya firasat bahwa makanan tersebut adalah

Iroquois ", habitat, dan beberapa keyakinan agama mereka dimodifikasi saat mereka

bersosialisasi dengan koloni Amerika Utara. Untuk menentukan firasat dan ide-ide yang akurat,

dia akan mengumpulkan informasi tentang budaya suku Iroquois 'yang mengungkapkan jenis

makanan, habitat, kepercayaan agama dan praktek-praktek yang merupakan bagian dari cara

hidup mereka baik sebelum dan sesudah koloni datang ke Amerika Utara. Pernyataan tentatif

dan proposisi bahwa para ilmuwan merumuskan pertanyaan untuk membimbing mereka yang

kemidian disebut hipotesis.

Hipotesis yang sangat penting dalam penyelidikan sosial. Seperti contoh di atas, mereka

membantu untuk membimbing dan focus terhadap kegiatan penyidikan. Cohen dan Nagel

menunjukkan pentingnya hipotesis dalam mengarahkan penyelidikan dan mencatat beberapa

karakteristik yang membedakan mereka.

Kita tidak bisa mengambil satu langkah maju dalam penyelidikan apapun kecuali kita mulai

dengan penjelasan yang disarankan atau solusi dari kesulitan yang berasal itu. Penjelasan

tentatif tersebut menunjukkan kepada kita sesuatu dalam materi pelajaran dan pengetahuan

kami sebelumnya. Ketika mereka dirumuskan sebagai proposisi, mereka disebut hipotesis .

Fungsi hipotesis adalah untuk mengarahkan pencarian suatu pesan di antara fakta-fakta. Saran-

saran yang dirumuskan dalam hipotesis dapat menjadi solusi untuk masalah ini. Tidak ada

saran yang harus selalu mengarah ke tujuan kita, dan seringkali ada beberapa saran yang

kompatibel dengan satu sama lain, sehingga mereka tidak bisa semua menjadi solusi untuk

masalah yang sama.

Dalam rangka untuk membimbing penyelidikan efektif, hipotesis harus memiliki

karakteristik tertentu. Pertama, mereka harus terkait dengan masalah yang

dirumuskan. Hipotesis dirumuskan sedangkan penyidik mempelajari masalahnya, "apakah

aliran koloni di Amerika Utara mempengaruhi budaya dari Iroquois Indian?" pertanyaan yang

selanjutnya menjadi cara di mana budaya India Iroquois berubah sebagai akibat dari kontak

dengan gaya hidup para kolonis Amerika. Sebuah penyelidikan yang mempelajari masalah ini

dapat merumuskan hipotesis seperti " Indian-Iroquois menggunakan berbagai macam tiupan

setelah mereka bertemu dengan penjajah," dan "Tidak ada perubahan mendasar terjadi dalam

keyakinan agama orang-orang Indian Iroquois dan praktek ketika mereka bertemu koloni

Amerika. " Hipotesis yang menyangkut gaya hidup kelompok India lainnya setelah kedatangan

koloni ke Amerika Utara tidak cocok untuk penyelidikan masalah ini.

Hipotesis juga harus diuji. Hipotesis seperti "budaya Iroquois-India meningkat ketika

mereka datang ke dalam kontak dengan gaya hidup para koloni" dan "pendatang seharusnya

tidak memaksa Iroquois menyerahkan bagian penting dari warisan budaya mereka" adalah

pernyataan ilmiah yang patut diuji.

Pernyataan pertama adalah proposisi evaluatif. Apakah seseorang akan menilai itu benar

atau salah akan tergantung pada konsepsinya atau perbaikan budaya. Budaya Iroquois-India

mungkin menjadi lebih berteknologi maju ketika Iroquois-India berinteraksi (Namun, banyak

dari gaya hidup dan adat istiadat mereka yang terganggu oleh pengaruh koloni dan beberapa

orang menganggap kemajuan teknologi sebagai perbaikan)

Pernyataan kedua adalah pernyataan nilai dan tidak dapat diverifikasi dengan metode

ilmiah. Nilai-nilai individu tentang orang-orang, perubahan budaya, dan keanekaragaman

budaya yang akan menentukan apakah dia akan setuju dengan proposisi ini.

Gee membahas kriteria yang dia anggap penting untuk hipotesis berharga:

Pertama, hipotesis yang dirumuskan harus mempertimbangkan semua fakta yang relevan

dan tidak bertentangan. Kedua, harus masuk akal, dan secara umum, tidak boleh bertentangan

dengan hukum alam. Ketiga, hipotesis harus seperti karakter yang selaras dengan aplikasi

deduktif dan pengujian, yaitu, harus mampu pembantahan atau verifikasi. Keempat, harus

sesederhana mungkin, karena dari awal, ilmu pengetahuan telah menuntut tidak hanya akurasi

dan presisi, tetapi juga kesederhanaan.

Gee menyarankan, Hipotesis yang efektif juga harus didasarkan pada pengetahuan

sebelumnya dan teori-teori yang ada. Hipotesis yang baik tidak dirumuskan dalam ruang hampa

melainkan suatu prediksi yang cerdas. Jika seorang penyidik tidak memiliki pengetahuan

tentang Indian-Amerika, koloni Amerika, atau bagaimana pengaruh satu kebudayaan yang lain,

ia tidak akan mampu mengajukan pertanyaan yang cerdas tentang efek dari koloni 'gaya hidup

budaya India-Iroquois', dan tidak juga mampu merumuskan hipotesis yang bermanfaat untuk

membimbing penyelidikannya. Seorang penyidik yang memiliki pengetahuan tentang budaya

Indian-Amerika, koloni-koloni Amerika, dan yang akrab dengan teori-teori yang terkait dengan

pinjaman dan pengaruh budaya, akan dapat mengidentifikasi elemen-elemen dalam budaya

Iroquois yang paling rentan terhadap perubahan budaya dengan pengaruh asing. Sebagai

contoh, informasi penyidik akan tahu bahwa unsur-unsur budaya yang nyata, seperti alat dan

habitat, lebih rentan terhadap perubahan budaya dari komponen budaya tak berwujud, seperti

keyakinan agama dan gayahidup. Jadi penyidik/penyidik yang berpengetahuan dapat

merumuskan hipotesis produktif lebih baik dari dia yang tidak memiliki pengetahuan khusus

atau umum terkait dengan masalah bahwa yang sedang diselidiki.

Banyak hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori yang ada.Seorang penyidik yang

berkenalan dengan teori frustrasi-agresi akan dapat membuat hipotesis besar tentang mengapa

suatu kelompok tak berdaya dan terasing dalam masyarakat yang sering menjadi korban

diskriminasi dan penganiayaan. Teori ini menunjukkan bahwa individu, ketika menyangkal

tujuan yang diinginkan (atau frustrasi) cenderung untuk mengekspresikan agresi untuk

meringankan rasa frustrasi-nya. Namun, tidak selalu layak bagi individu untuk mengarahkan

agresi nya menuju sumber nyata frustrasi. Ketika hal ini terjadi, ia cenderung menggantikan

agresi terhadap orang pengganti atau benda yang tidak mampu untuk membalas saat

diserang. Hipotesis yang berkaitan dengan teori ini sering diformulasikan untuk membantu

menjelaskan diskriminasi yang dialami oleh kelompok minoritas atau tindakan bermusuhan

dengan pasangan bekerja yang menampilkan agresi pada keluarga mereka.

Fakta bahwa hipotesis yang paling diuji oleh para ilmuwan sosial dari berasal teori yang

ada, tidak hanya menunjukkan bagaimana hipotesis muncul dari pengetahuan ini, tetapi juga

menunjukkan bagaimana pertanyaan dan hipotesis yang penyidik formulasikan yang dibentuk

oleh nilai-nilai meyakinkan persepsi, dan latar belakangnya.

Dua ilmuwan sosial mempelajari perilaku yang sama dapat merumuskan hipotesis yang

sangat berbeda karena orientasi yang berbeda teoretis dan nilai. Sebuah neo-Freudian dan

seorang psikolog perilaku akan merumuskan hipotesis yang sangat berbeda jika mereka berdua

mencoba untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan jumlah mengkhawatirkan dari

orang-orang muda kita untuk menikmati obat-obatan ilegal selama tahun 1960-an dan 1970-

an. Psikolog neo-Freudian akan bergantung jauh lebih banyak di alam bawah sadar sebagai

penjelasan daripada perilaku ilmuwan. kebiasaan psikolog akan merumuskan hipotesis yang

ditangani secara khusus dengan jenis diamati dan diukur dari perilaku.

Mempelajari masalah yang sama, seorang psikolog sosial akan cenderung mencari

penjelasan terutama dalam perilaku individu, sementara sosiolog akan jauh lebih peduli dengan

kelompok-kelompok di mana individu telah disosialisasikan.

Definisi Istilah: Konseptualisasi

Pada beberapa tahap awal dalam proses penyelidikan, penyelidik harus membuat beberapa

usaha untuk mendefinisikan istilah utama dan konsep-konsepnya secara

eksplisit. Mendefinisikan istilah sehingga mereka memiliki implikasi penyidikan adalah masalah

utama bagi para ilmuwan sosial. Maka, tidaklah ada mufakat tentang makna konsep dan istilah

penting dalam penyidikan sosial. "Kelas Sosial," "agresi," "kecemasan," dan "perilaku sosial"

adalah contoh dari konsep-konsep ilmu sosial penting yang didefinisikan secara berbeda oleh

berbagai penyidik. Ketika digunakan, penyidik harus memberitahu pembaca bagaimana cara

mendifinisikannya, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan kasus atau contoh-contoh

dari konsep-konsep.

Sebelumnya kita telah membahas masalah ini, "Apa dampak integrasi sekolah pada sikap

rasial yang diungkapkan anak-anak kulit putih di kelas 4-6 di kota X?" Para penyidik yang

mempelajari masalah ini harus menentukan bagaimana ia akan menentukan "integrasi" dan

"sikap rasial" dalam istilah terukur atau operasional. Dalam penyidikan pendidikan pada

integrasi sekolah, "integrasi rasial" dianggap ada apabila sekolah berisi populasi setidaknya 40

persen berkulit hitam atau anak-anak kulit putih, tetapi tidak lebih dari 60 persen anak-anak

tersebut. "Integrasi Sekolah" bisa, tentu saja, didefinisikan secara berbeda. Seorang penyidik

mungkin bersedia untuk mengatakan bahwa sekolah adalah ras yang terintegrasi jika memiliki

populasi minimal 1 persen anak-anak kulit putih.Tujuan penyidik akan menentukan definisi

yang diterima dari sebuah "sekolah terpadu."

Seorang penyidik yang mengkaji masalah ini juga akan perlu menentukan bagaimana dia

akan menentukan "sikap rasial."Ilmuwan sosial biasanya menentukan sikap rasial operasional

sesuai dengan jenis tanggapan khusus dibuat pada kuesioner.Beberapa jenis tanggapan yang

dianggap menunjukkan sikap positif, yang lain, negatif. Keterbatasan dari pendekatan untuk

mendefinisikan sikap yang cukup jelas. Responden mungkin memberikan tanggapan bahwa ia

menganggap diterima secara sosial daripada yang yang secara akurat mencerminkan

perasaannya tentang kelompok-kelompok ras dan etnis yang berbeda. Mendefinisikan secara

operasional konsep yang rumit ilmu sosial adalah salah satu masalah yang paling sulit dalam

penyelidikan sosial.

Dalam masalah lainnya kita bahas, "Bagaimana para kolonis di Amerika Utara

mempengaruhi budaya dari Iroquois Indian?", Itu akan diperlukan untuk operasional

menentukan pengaruh dan budaya. Dalam kasus ini, pengaruh bisa berarti perubahan,

berhenti, mengambil jalan dari, atau meningkat. Budaya adalah sebuah konsep yang luas

dengan berbagai arti. Ini terdiri dari semua elemen dalam lingkungan masyarakat yang mereka

telah terstruktur untuk bertahan hidup. (Lihat Bab 9 untuk pembahasan rinci dari budaya.)

Tools, piring, adat-istiadat. folkways, dan keyakinan agama adalah bagian dari budaya

kelompok. Karena budaya adalah suatu konsep yang luas dan inklusif, penyidik yang mungkin

akan menguntungkan untuk mempelajari aspek-aspek terbatas dari kebudayaan tertentu pada

satu waktu. Jadi, pertanyaan yang lebih bermanfaat daripada yang dinyatakan di atas mungkin,

"Apa perubahan terjadi pada alat dan kepercayaan dari Indian Iroquois ketika mereka datang ke

dalam kontak dengan koloni Amerika Utara?" Ketika ia mencoba untuk operasional

mendefinisikan istilah dalam masalah penyidikan, penyidik boleh merasa bijaksana untuk

memodifikasi pertanyaan-nya dan hipotesis. Ketentuan dalam beberapa hipotesis mungkin

begitu sulit untuk mengoperasionalkan bahwa hipotesis harus ditinggalkan sepenuhnya.

Pengumpulan Data

Pertanyaan telah terjawab dan hipotesis telah diuji dengan data dan informasi yang

dikumpulkan oleh penyidik tersebut. Ilmuwan sosial menggunakan berbagai metode untuk

mengumpulkan data, untuk menguji hipotesis, dan untuk mendapatkan generalisasi dan teori.

Menurut Berelson dan Steiner, ilmuwan menggunakan tiga metode utama untuk

mengumpulkan data untuk sebuah analisis: "percobaan, survei sampel, dan studi kasus." Para

ilmuwan sosial juga menggunakan studi sejarah, analisis konten, dan teknik lainnya.

Percobaan laboratorium adalah situasi terstruktur oleh penyidik untuk menentukan

bagaimana variabel-variabel terkait. Untuk menentukan bagaimana satu variabel

mempengaruhi yang lain, penyidik mencoba untuk mengontrol variabel bersakit dalam situasi

eksperimental. Jika seorang penyidik ingin menentukan efek dari sebuah film perang terhadap

sikap individu terhadap perang, dia bisa menunjukkan film perang untuk satu kelompok orang

dan menunjukkan sekelompok orang yang sebanding film di kehidupan luar ruang. Dengan

membandingkan sikap dari kedua kelompok baik sebelum dan sesudah melihat film,

eksperimen akan mampu membuat beberapa pernyataan tentatif tentang efek dari film perang

tertentu pada sikap individu terhadap perang.

Sementara percobaan adalah metode penyidikan yang paling sering digunakan dalam ilmu

alam, mungkin yang paling digunakan dari semua metode dalam ilmu-ilmu sosial, meskipun hal

ini menjadi lebih populer. Hal ini sering sulit bagi para ilmuwan sosial untuk menggunakan

percobaan karena mereka mempelajari perilaku manusia. Karena ketidakpraktisannya, masalah

etika dan moral, dan biaya luar biasa yang terlibat, para ilmuwan sosial tidak dapat sering

bereksperimen dengan manusia. Psikolog sosial menggunakan percobaan lebih dari kelompok

lain ilmuwan sosial.Percobaan Trager dan Yarrow untuk menentukan efek dari kurikulum

hubungan antarkelompok pada anak-anak ': sikap rasial "dan pengamatan Litcher dan Johnson

pada Pengaruh pembaca multietnis pada perasaan ras anak-anak adalah contoh dari percobaan

yang digunakan dalam penyidikan sosial.

Sementara percobaan adalah hal yang paling objektif dan tidak sempurna dari semua

metode mempelajari perilaku manusia, . Individu dapat mengubah perilaku mereka hanya

karena mereka tahu bahwa mereka sedang diamati. Percobaan itu sendiri memperkenalkan

variabel baru dalam suatu situasi. Subjek dalam percobaan dapat mengubah pola perilaku

mereka karena mereka menerima perhatian khusus dan bukan karena variabel independen

dimasukkan ke percobaan. Kerlinger mengatakan, "Hampir setiap perubahan, setiap perhatian

ekstra, atau bahkan tidak adanya manipulasi tetapi juga pengetahuan tentang penyidikan yang

sedang dilakukan, adalah cukup untuk menyebabkan subjek untuk mengubahnya. Singkatnya,

jika kita memperhatikan orang, mereka merespon.. Para efek khusus dari suatu percobaan pada

mata pelajaran ini dikenal sebagai efek Hawthorne.

Metode eksperimental juga memiliki keterbatasan karena situasi yang diciptakan dalam

percobaan mungkin sangat berbeda dari dunia nyata bahwa hasil penyidikan tidak dapat

digeneralisasi secara ekstensif. Dalam mencoba untuk mengontrol semua variabel yang

mungkin mempengaruhi variabel dependen, kita mungkin menciptakan situasi buatan yang

memiliki sedikit kemiripan dengan lingkungan sosial yang lebih luas.

Contoh survei secara luas digunakan dalam penyidikan sosial untuk mengumpulkan

data. Sebuah survei terdiri dari sampel dan survei. Jika penyidik yang ingin menentukan

bagaimana nilai bagus menengah Katolik pria memilih dalam pemilihan presiden terakhir, ia

biasanya akan belajar hanya sebagian atau sampel dari populasi ini. Namun, ia atau dia akan

mencoba untuk memilih sampel yang representatif. Misalnya, ia atau dia akan memilih tidak

hanya pria paruh baya Katolik yang tinggal di kota-kota besar seperti New York-dan Chicago,

tetapi juga akan mencakup dalam beberapa contoh yang tinggal di kota-kota kecil dan di

peternakan. Penyidik sosial biasanya mempelajari sampel daripada populasi total karena

mempelajari sampel lebih murah, lebih nyaman. dan benar-benar menghasilkan kesalahan yang

lebih sedikit. Perwakilan, sampel, jika dipilih dengan cermat (seperti dengan metode acak), bisa

dia khas seluruh penduduk.

Survei ini mencoba untuk mengukur beberapa karakteristik dari populasi yang dipilih untuk

studi. Dalam contoh di atas, survei akan digunakan untuk menentukan bagaimana bagian

tertentu dari populasi memilih dalam pemilihan presiden terakhir. Survei yang banyak

digunakan dalam ilmu politik untuk menentukan perilaku pemilih dari berbagai

kelompok. Sosiolog menggunakan mereka untuk memastikan mengapa orang berpartisipasi

dalam berbagai kegiatan sosial, untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan pendidikan

dan pendapatan, dan mempelajari banyak jenis masalah. Secara umum, survei sampel

dilakukan dalam dua cara: Mereka mungkin akan diberikan kepada responden untuk

menyelesaikan (baik melalui surat atau secara langsung), atau pewawancara dapat

menghubungi, menanyakan pertanyaan responden, dan menyelesaikan kuesioner berdasarkan

jawaban responden untuk nya atau pertanyaan-pertanyaannya. Pertanyaan-pertanyaan pada

survei mungkin sangat terstruktur, menawarkan pilihan responden hanya tersedia pada

instrumen, atau mereka mungkin sangat terstruktur, terdiri dari pertanyaan yang sangat luas

yang memungkinkan responden banyak kebebasan dalam nya atau jawabannya. Beberapa

instrumen survei di suatu tempat di antara dua ekstrem. Mereka biasanya disebut sebagai

survei semiterstruktur. Sementara survei sampel adalah perangkat penyidikan yang berguna,

nilainya terbatas karena responden dapat memberikan tanggapan bahwa hal itu dianggap

dapat diterima secara sosial daripada mereka yang mencerminkan perilaku, perasaan.

atau keyakinan yang sebenarnya.

Para ilmuwan menggunakan metode studi kasus ketika mereka secara intensif mempelajari

karakteristik dari satu elemen dalam populasi. Metode ini telah digunakan lebih luas oleh

psikolog sosial dan sosiolog untuk menganalisis secara mendalam tehtang karakteristik kota,

dan lembaga-lembaga politik dan sosial dengan karakteristik khusus. Lynds mempelajari

"Middletown" (Muncie, Indiana) dalam jangka waktu yang panjang. Voting kebiasaan, struktur

kelas sosial, dan lembaga pendidikan dan keagamaan di kota Midwestern yang dianalisis secara

rinci. Studi kasus serupa dari Brasstown (Hollingshead); Yankee City (Warner), dan Pemuda

Elmtown itu (Hollingshead).

Sosiolog sering mempelajari anak-anak nakal, penjahat, pasien mental, dan orang lain

dengan masalah khusus. Metode studi kasus ini lebih berharga untuk menurunkan hipotesis

berbuah daripada untuk menguji mereka. Teknik ini sangat terbatas karena temuan yang

berasal dari itu biasanya tidak dapat digeneralisasi, dengan tingkat kepercayaan yang cukup

besar, untuk individu dan institusi lain. Meskipun keterbatasan metode ini, dapat berharga

dalam membantu para ilmuwan mencapai wawasan tentang fenomena sosial tertentu yang

tidak dapat diperoleh dari teknik penyidikan kurang intensif.

Dalam melaksanakan studi kasus kota tertentu atau kelompok budaya, seorang ilmuwan

sosial kadang-kadang akan menjadi anggota sukarela dari kelompok dalam rangka untuk

mendapatkan; wawasan lebih dalam subjek penyidikan. Dalam menggunakan strategi ini, ia

biasanya menyembunyikan jati dirinya dari anggota kelompok yang sedang dipelajari. Seorang

ilmuwan sosial dapat mencari pekerjaan di pabrik mobil dalam rangka untuk mempelajari

sistem keyakinan dan perilaku pekerja mobil, atau dia dapat memperoleh pekerjaan di sebuah

sistem sekolah untuk mempelajari sikap dan persepsi guru kelas. Metode ini biasanya disebut

sebagai observasi partisipan. Hal ini sering digunakan oleh sosiolog dan antropolog. Meskipun

ilmuwan sosial dapat mencapai wawasan tambahan dengan berpartisipasi dalam kelompok, ia

mungkin menjadi begitu Tenggelam dalam kelompok atau budaya yang kemampuan untuk

menganalisis secara objektif adalah sangat terganggu.

Seorang ilmuwan sosial juga bisa secara langsung mengamati kelompok tanpa

berpartisipasi di dalamnya. Metode ini kadang-kadang disebut sebagai pengamatan

nonpartisipan. Hal ini sering digunakan ketika para ilmuwan mengamati perilaku subyek

penyidikan selama percobaan.

Para ilmuwan sosial juga menggunakan penyidikan deskriptif seperti metode historis dan

analisis konten. Borg menyatakan bahwaa, "penyidikan sejarah adalah lokasi sistematis dan

objektif, evaluasi, dan sintesis dari bukti-bukti untuk menetapkan fakta-fakta dan menarik

kesimpulan tentang peristiwa masa lalu." Sementara ini adalah pendekatan utama yang

digunakan dalam penyelidikan sejarah (dibahas lebih lanjut dalam Bab 7), disebutkan di sini

karena para ilmuwan sosial lainnya menggunakan penyidikan sejarah. Ilmuwan politik

mempelajari bentuk pemerintahan yang digunakan oleh masyarakat pada jaman dulu dalam

rangka untuk mendapatkan wawasan yang lebih pada sistem politik saat ini.Sosiolog

menganalisis bagaimana adat istiadat, norma, dan gaya hidup hari ini berbeda dari yang di

masa sebelumnya. Para ekonom menggunakan data tentang sistem ekonomi masa lalu untuk

menguji hipotesis baru dalam disiplin ilmu mereka.

Para ilmuwan sosial juga menggunakan analisis isi untuk menguji hipotesis dan untuk

memecahkan masalah. Budd, Thorp, dan Donohew mendefinisikan analisis isi sebagai "... Suatu

teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan penanganan pesan '... alat untuk mengamati

dan menganalisis perilaku komunikasi terbuka yang dipilih komunikator."''Berelson

mendefinisikan sebagai "Penyidikan teknik untuk obyektif, deskripsi sistematis, dan isi

kuantitatif komunikasi yang nyata." Para ilmuwan sosial menggunakan analisis isi untuk

membantu memecahkan masalah seperti "Bagaimana iklim politik mempengaruhi pengobatan

kelompok etnis dalam fiksi majalah populer?" dan "aliran memiliki perlakuan moral dalam buku

pelajaran anak-anak berubah selama lima puluh tahun terakhir?".

Contoh survei , metode studi kasus, studi sejarah, dan analisis isi yang dibahas untuk

menggambarkan bahwa data dalam penyelidikan ilmu sosial dan metode pengumpulan itu

adalah beragam dan hampir tak terbatas. Beberapa penulis mempertimbangkan pendekatan

eksperimental sebagai satu-satunya metode ilmiah yang sah. Ada banyak cara pengumpulan

data dalam penyelidikan ilmiah. Ini adalah merupakan diskusi tentang pengumpulan data dalam

penyelidikan sosial yang tidak pernah berhenti melakukan semua pendekatan yang digunakan

oleh para ilmuwan sosial untuk mengumpulkan data. Maksud di sini hanya untuk menyarankan

beberapa metode utama yang dapat digunakan dan keragaman teknik yang dapat dan

digunakan untuk mengumpulkan informasi ilmiah.

Evaluasi dan Analisis Data

Para penyidik sosial harus membuat beberapa usaha untuk menentukan kredibilitas dan makna

dari informasi yang dikumpulkan. Alat ia gunakan untuk mengumpulkan data memiliki dampak

yang signifikan terhadap makna dan kegunaan dari data.Jika seorang penyidik menggunakan

instrumen yang telah diuji dan divalidasi oleh para ilmuwan lain, ia biasanya dapat

menempatkan lebih percaya pada data dari penyidik yang membangun instrumen sendiri dan

mengasumsikan, tanpa bukti yang memadai, bahwa mereka benar-benar mengukur variabel

yang dipelajari.

Jika seorang penyidik mencoba untuk menentukan hubungan antara kecerdasan umum

anak-anak dan kemampuan kepemimpinan mereka, ia mungkin mengembangkan kriteria dan

skala rating untuk mengukur kemampuan kepemimpinan, secara acak memilih sekelompok

anak-anak, menempatkan mereka dalam situasi kelompok mana mereka diwajibkan untuk

memimpin, dan pengamat menilai mereka dengan menggunakan skala penilaian

dikembangkan. Itu. penyidik mungkin memutuskan untuk menggunakan nilai membaca untuk

mengukur kecerdasan umum.Data yang dikumpulkan akan sangat dipengaruhi oleh kriteria

bahwa ia diturunkan untuk memastikan "kemampuan kepemimpinan," merancang skala

penilaian, dan keandalan penilaian para pengamat. Nya metode pengukuran kecerdasan umum

akan sangat dipertanyakan karena anak-anak yang bertindak "cerdas" dalam banyak situasi dan

saat melakukan tugas yang berbeda mungkin tidak banyak pembaca yang baik.Data yang

digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk hipotesis uji dapat tidak lebih baik dari metode dan

teknik yang digunakan untuk mengumpulkan itu.

Ketika penyidik adalah mengevaluasi informasi, ia harus hati-hati memeriksa sumbernya,

metode yang digunakan untuk mengumpulkan itu, dan berusaha untuk menerangi segala

kekurangan yang melekat atau keterbatasan. Para penyidik sosial mungkin mengalami artefak

dokumen, karya seni, dan jenis bukti lainnya yang asal usul dan sifat tidak diketahui. Dia atau

dia harus mencoba merumuskan hipotesis tentang asal usul berbuah, menghubungkannya

dengan data yang dikenal, dan menentukan apakah mereka adalah penting untuk pengujian

hipotesis nya atau nya. Informasi bahwa pertemuan penyidik akan berguna untuk tujuan-nya

banyak. Pertanyaan dan hipotesis yang ia telah dirumuskan sangat membantu dalam

mengidentifikasi informasi yang relevan dan signifikan.

Dokumen sejarah dapat menimbulkan masalah khusus bagi penyidik tersebut. Dia atau dia

mungkin tidak hanya akan diperlukan untuk menentukan sumber dan alam, tetapi juga apakah

pernyataan para penulis 'yang akurat atau tidak benar. Surat, laporan, dan dokumen lain harus

ketat diperiksa oleh penyidik perseptif.

Pengujian Hipotesis: Pengambilan Generalisasi dan Teori

Para ilmuwan sosial dimulai siklus penyidikan dengan pertanyaan.yang biasanya terkait dengan

teori yang ada atau badan lain dari pengetahuan-Namun, pertanyaan tidak bisa langsung

diuji.Hipotesis yang terkait dengan pertanyaan yang dirumuskan. Ketika data dikumpulkan dan

dianalisis, penyidik mencoba untuk menentukan apakah hipotesisnya dapat diverifikasi

berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan.

Seorang penyidik bisa merumuskan pertanyaan, "Bagaimana kompetisi prasangka

pengaruh ekonomi?" dan hipotesis, "Prasangka antar kelompok meningkat bila ada sejumlah

pekerjaan yang mereka harus bersaing," dan "Prasangka antar kelompok cenderung untuk

mengurangi ketika ada kenaikan umum dalam standar hidup." Pertanyaan dan hipotesis di atas

didasarkan pada teori persaingan ekonomi atau prasangka. Teori ini mencoba untuk

menjelaskan prasangka sebagai sebuah sikap yang berasal dari antagonisme yang disebabkan

oleh persaingan untuk pekerjaan dan penghargaan ekonomi lainnya.

Jika penyidik menganalisis prasangka dan diskriminasi dalam sejumlah masyarakat, dan

menemukan bahwa ada prasangka sering intens antara kelompok bila tidak ada persaingan

nyata untuk pekerjaan, ia akan mampu untuk memverifikasi hipotesis pertama. Nya data juga

dapat menunjukkan bahwa prasangka sering intens selama periode kemakmuran. Hipotesis

yang kedua nya juga akan meninggalkan diverifikasi. Namun, kegagalan untuk memverifikasi

hipotesis tidak akan berarti bahwa teori persaingan ekonomi prasangka akan ditinggalkan oleh

para ilmuwan sosial.Seperti yang kita katakan sebelumnya, teori yang diformulasikan atau dasar

dari temuan dan penyidikan banyak ilmuwan sosial, dan teori-teori yang ditinggalkan hanya

setelah sejumlah penyidikan besar oleh berbagai ilmuwan sosial telah menemukan proposisi

utama mereka diverifikasi. Jika hipotesis diverifikasi selama proses penyelidikan, mereka

menjadi generalisasi, karena pernyataan hubungan antara variabel telah diverifikasi. Beberapa

generalisasi adalah dari orde tinggi daripada yang lain karena hubungan yang rentang dari

situasi, tempat, atau waktu. Generalisasi lain hanya memiliki ruang lingkup terbatas dalam

aplikasi mereka. Konsep generalisasi pesan tinggi dan rendah dibahas dalam bab berikutnya.

Awal Mula Penyelidikan

Jika penyidik kami telah menemukan bahwa data yang mendukung hipotesisnya, lebih banyak

dukungan bagi teori persaingan ekonomi dari prasangka akan ada, tetapi para ilmuwan akan

terus menguji proposisi utama teori ini. Phillips menyatakan bahwa:

. . . walaupun bukti dapat dibawa untuk menanggung dalam mendukung sebuah teori, teori,

dengan ruang lingkup yang luas tidak pernah bisa pasti dikonfirmasi. Meskipun ilmuwan hanya

dapat menunjukkan kredibilitas teori, namun ia dapat melanjutkan untuk menggunakannya

untuk tujuan penjelasan dan prediksi.Setiap penggunaan tersebut juga berfungsi untuk

memberikan bukti tambahan untuk teori.'''

Penyidik terus proses penyelidikan apakah proposisi teori itu telah dikonfirmasi atau

tidak. Karena perilaku manusia begitu kompleks, hampir semua teori yang ada dalam berbagai

disiplin ilmu sosial memiliki banyak proposisi yang telah diverifikasi hanya sebagian. Dengan

demikian, model penyelidikan sosial yang dijelaskan di atas adalah bukan siklik linier dan

tetap.

Keraguan - Kepedulian

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data

Perumusan Hipotesis

Definisi Istilah : Konseptualisasi

Evaluasi dan Analisis Data

Pengujiang Hipotesis

Awal Penyelidikan Baru

Teori - Nilai

Gambar. 1. Sebuah model penyelidikan sosial.

Perhatikan bahwa dalam model penyelidikan, keraguan dan kekhawatiran menyebabkan

penyidik untuk merumuskan masalah. Masalah yang ia merumuskan tidak berasal dari ruang

hampa, tetapi dibentuk olehnya atau orientasi teoritis dan nilainya. Seperti ilmuwan sosial,

anak SD-sekolah akan perlu untuk menarik pengetahuan untuk dapat mengajukan pertanyaan

yang cerdas dan bermanfaat. Dalam penyelidikan ilmu sosial, teori adalah sumber utama dari

pertanyaan berbuah. Sementara ini adalah langkah-langkah dasar penyelidikan sosial, mereka

membusuk selalu terjadi dalam urutan yang digambarkan di atas. Angka ini menunjukkan

bahwa generalisasi dalam ilmu sosial terus-menerus diuji dan tidak pernah dianggap

mutlak. Dengan demikian, penyelidikan sosial siklik daripada linear dan tetap.

ASUMSI-ASUMSI DARI METODE ILMIAH

Metode ilmiah, seperti yang dinyatakan sebelumnya, didasarkan pada seperangkat asumsi

tentang dunia alam dan tentang manusia. Hal ini penting bagi guru dan siswa untuk menjadi

akrab dengan asumsi dan dalil-dalil sehingga mereka akan cukup menyadari kedua kekuatan

dan keterbatasan ilmu pengetahuan.Sjobert dan Nett menulis:

Sains tidak dapat terjangkau melampaui asumsi sendiri. Hal ini tidak memadai untuk berurusan

dengan penyebab utama masalah .Seperti dengan semua bidang pengetahuan, pemahaman

tentang izin tempat satu untuk memahami baik kelemahan dan kekuatan metode ilmiah.

Asumsi ilmiah (postulat) yang proposisinya diterima oleh para ilmuwan sebagai hal yang

benar (tanpa bukti) karena perjanjian atas laporan sangat penting untuk komunikasi dan untuk

verifikasi pengetahuan ilmiah. Ilmiah postulat dan asumsi dapat diubah ketika mereka berhenti

untuk menjadi hal yang fungsional. Seperti Lastrucci telah mawas menunjukkan, postulat

sekarang diterima oleh para ilmuwan "yang lebih baik untuk orang lain hanya karena mereka

tampaknya sejauh telah menghasilkan jenis-jenis hasil ilmuwan berupaya untuk mencapai ....

inilah dalil-dalil ilmu pengetahuan mungkin berubah dalam waktu jika pengetahuan baru harus

menuntut frame acuan baru, untuk pengetahuan baru sering berubah status temuan ilmiah

sebelumnya ".

Lastrucci telah memberikan diskusi jelas dan perseptif asumsi utama dan dalil-dalil ilmu

pengetahuan. Pembahasan berikut ini didasarkan pada gagasan. Ilmu mengasumsikan bahwa

perilaku manusia, seperti bahwa dari semua makhluk lain, telah menyebabkan alam yang dapat

ditentukan oleh studi sistematis.Asumsi ini menolak gagasan bahwa perilaku manusia

ditentukan oleh kekuatan magis atau supranatural. Dengan demikian, sebuah studi teologis dari

perilaku manusia yang mendalilkan adanya atau tidak adanya "rahmat ilahi" sebagai penentu

utama dari tindakan manusia, tidak setuju untuk studi ilmiah.

Sains juga mengasumsikan bahwa ada order cukup, permanen, dan keseragaman di alam

untuk proses generalisasi. Sementara asumsi ini tidak menyangkal bahwa perubahan memang

terjadi pada fenomena alam, itu tidak menunjukkan bahwa yang mendasari semua perubahan

keseragaman tertentu yang dapat diprediksi dan diasumsikan bertahan agak permanen. Jika

fenomena alam berubah drastis dari hari ke hari, kita akan mampu membuat generalisasi

tentang dunia. "Meskipun segala sesuatu tampak berubah, meskipun pada tingkat yang

berbeda-beda, banyak fenomena perubahan cukup lambat untuk memungkinkan akumulasi

tubuh dapat diandalkan pengetahuan.

Lastrucci juga membahas dasar lainnya yaitu postulat atau asumsi-asumsi ilmu

pengetahuan:

Semua fenomena ban Tujuan akhirnya diketahui; diberikan cukup waktu dan usaha, tidak

ada masalah terpecahkan tujuannya adalah ....

Tidak ada yang jelas; kebenaran harus ditunjukkan secara obyektif .... ketergantungan tidak

boleh ditempatkan pada apa yang disebut akal sehat, tradisi, otoritas rakyat, atau salah satu

dari sejumlah interpretasi adat fenomena ....

Kebenaran adalah relatif (dengan keadaan yang ada pengetahuan); kebenaran mutlak atau

final tidak dapat dicapai ....Berlawanan dengan sistem tetap pemikiran, bukti dalam ilmu selalu

relatif: waktu, data, metode, instrumen yang digunakan, kerangka acuan, dan karena itu

penafsiran .... Dalam hal ini, kebenaran dalam sains adalah hanya sebuah ekspresi dari penilaian

profesional terbaik dibuktikan pada waktu tertentu.

Semua persepsi dicapai melalui indera; semua pengetahuan berasal dari tayangan sensorik

.... pengetahuan hanya handal adalah yang. baik secara objektif dan empiris diverifikasi.

Manusia dapat mempercayai persepsi nya, memori dan penalaran sebagai lembaga yang dapat

diandalkan untuk memperoleh fakta-fakta ... (Ilmuwan) percaya bahwa meskipun penalaran

manusia adalah keliru, namun itu hanya berarti dia harus menafsirkan dunia tentang dia ....

PERSYARATAN METODE ILMIAH

Selain memiliki sejumlah asumsi dasar, metode ilmiah juga memiliki berbagai persyaratan yang

harus dipenuhi peneliti. Berelson dan Steiner telah secara gamblang menyatakan persyaratan

dasar:

1. Prosedur yang umum.

Sebuah laporan ilmiah berisi penjelasan rinci tentang lelucon apa yang telah dilakukan, dan

bagaimana, dengan sangat rinci. Penjelasan ini memadai jika, dan hanya jika, praktisi lain

yang kompeten dapat mengikuti setiap langkah penyelidikan dan mengulanginya.

2. Definisinya tepat.

Di sini prosedur haruslah yang jelas, sehingga pembaca bisa tahu persis bagaimana

konsep-konsep yang luas seperti "agresi" atau "kepribadian" atau "kelas sosial"

didefinisikan.

3. Mengumpulkan data yang objektif.

4. Temuan harus dapat direproduksi.

Ilmuwan lain harus selalu dapat menguji menemukan dengan mencari untuk mereproduksi

di bawah kondisi yang sama.

5. Menggunakan pendekatan sistematis dan kumulatif.

Para ilmuwan mencoba untuk menyatukan seluruh tubuh pengetahuan melalui

penggunaan pusat relatif sedikit konsep-yaitu, untuk membangun sebuah teori ....

6. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan penjelasan, pemahaman, dan prediksi.

PENYELIDIKAN SOSIAL: IMPLIKASI-IMPLIKASI RUANGAN KELAS

Diantara semua cara menurunkan pengetahuan, metoda ilmiah merupakan metoda paling berhasil

yang telah direncanakan. Ketika pengetahuan (fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi, dan

teori-teori) itu penting sekali, metoda yang digunakan oleh para ilmuwan untuk menurunkannya justru

lebih penting lagi.

Pengetahuan ilmiah tunduk terhadap revisi konstan dan penyusunan kembali, tetapi metoda ilmu

pengetahuan itu ternyata bernilai kekal.

Banyak dari generalisasi-generalisasi dan teori-teori yang telah diterima seputar dunia fisik dan dunia

sosial sekarang ini sudah direvisi sepenuhnya.

Pelajaran-pelajaran dan teori-teori studi sosial di sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama dapat

diorganisir dan diajarkan dalam cara-cara yang akan memungkinkan para siswa untuk mengembangkan

meningkatnya profisiensi dalam keterampilan-keterampilan penyelidikan ilmu pengetahuan sosial. Disini

ditunjukkan bagaimana metoda-metoda yang digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk mengumpulkan

data-data dapat disesuaikan untuk dipergunakan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama.

Metoda-metoda ini mencakup (a) percobaan, (b) survei sampel, (c) studi kasus, dan (d) metoda

historis dan analisis isi.

Menggunakan Percobaan dalam Studi-Studi Sosial

Menggunakan metoda percobaan dengan anak-anak di sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama

akan menunjukkan banyak masalah menjadi pasti, yakni: soal moral dan etis tentang partisipasi

sukarela, ketidakdewasaan anak-anak yang masih kecil, dan perlindungan dari pelanggaran-pelanggaran

yang tak pantas terhadap privasi pribadi. Barangkali yang lebih penting adalah ketidakmampuan

mengontrol variabel-variabel yang relevan sebelum dan sesudah masa sekolah. Meskipun demikian,

terdapat beberapa jenis masalah yang dapat dilakukan di sekolah oleh anak-anak yang masih kecil

dengan cara menggunakan metoda percobaan.

Aktivitas-aktivitas memainkan-peran dan simulasi dapat secara efektif digunakan untuk membantu

anak-anak menemukan bagaimana situasi-situasi tertentu dan variabel-variabel mempengaruhi perilaku

manusia. Seorang guru menggunakan memainkan-peran untuk membantu para siswa menemukan

bagaimana diskriminasi mempengaruhi para korbannya. Selama satu masa kelas dia terdiskriminasi

terhadap anak-anak dengan mata coklat; di masa kelas lainnya, terhadap mereka dengan mata biru.

Selama kedua percobaan itu, para korban diskriminasi menjadi outgraded, dan anak-anak lain

mengembangkan sikap-sikap unggul kearah diri mereka sendiri.

Menggunakan Survei Sampel dalam Studi-Studi Sosial

Sebagai suatu teknik riset, survei sampel ini kebanyakan lebih mudah digunakan di sekolah

daripada metoda percobaan. Para siswa dapat belajar mengembangkan alat-alat yang cukup memadai

untuk mengambil sampel opini-opini dan sikap-sikap diantara teman-teman sekelas mereka sendiri,

anak-anak lain di sekolah, staf pengajar, dan orang-orang dewasa dalam komunitas tersebut.

Sejumlah terbatas pertanyaan-pertanyaan penting yang dihadapi oleh setiap komunitas, dan para

siswa dapat mempelajari teknik-teknik guna melakukan survei-survei acak dan sampel-sampel lapisan

atas dasar umur, bagian kota, pekerjaan, agama, asal etis, dan variabel-variabel penting lainnya. Karena

survei-survei sampel tersebut dapat menyajikan data-data yang handal dan sah bila alat-alat dan

prosedur-prosedur pengambilan-sampel itu dirancangkan dengan benar, mereka menawarkan

kesempatan-kesempatan yang baik guna mengumpulkan data-data sumber langsung dan tangan-

pertama untuk penyelidikan sosial.

Anak-anak dapat belajar mengambil sampel sikap-sikap komunitas mengenai relokasi jalan yang

telah diusulkan, isu ikatan baru, atau para calon dalam suatu election (pemilihan).

Sayangnya, survei-survei sampel tidak sering dilakukan dalam studi-studi sosial. Agar suatu survei

yang dirancangkan dan dilaksanakan oleh kelas itu berhasil, maka para guru, orangtua, dan komunitas

sebagian besar haruslah secara hati-hati diberi briefing mengenai maksud-maksud yang terlibat dan

memastikan kembali bahwa tidak ada propaganda atau indoktrinasi yang tak-kentara untuk sudut-

pandang tertentu “didorong” oleh guru atau faksi.

Para penulis telah melihat terlalu banyak sekolah mengeritik dan membikin malu dalam pers karena

mereka gagal mengambil beberapa dari langkah-langkah tindakan-pencegahan. Anak-anak itu masih

kecil, belum dewasa, dan gampang terpengaruh. Akan tetapi, mereka dapat dibantu untuk

mengembangkan wawasan-wawasan mereka tentang bagaimana dunia orang dewasa berpikir, merasa,

dan bertindak terhadap masalah-masalah penting yang mempengaruhi hidup mereka.

Menggunakan Metoda Studi Kasus dalam Studi-Studi Sosial

Studi kasus mudah dipergunakan dalam program studi-studi sosial, dan dapat secara efektif

digunakan pada banyak point dalam kurikulum. Metodologi “Middletown” atau “Yankee City”

menawarkan banyak kemungkinan untuk dipercanggih maupun disederhanakan dalam studi khusus

tentang “Kota Kita” yang lazimnya ditemukan sebagai bagian dari suatu unit besar pada “Negara Kita”.

Hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan secara cermat dapat mencegah studi “Kota Kita” agar

tidak hanya menjadi suatu encyclopedic assortment of trivia.

Sejumlah kemungkinan-kemungkinan ada bagi para siswa untuk ikutserta dalam jenis studi peserta-

pengamat. Para siswa dapat bekerja selama suatu waktu di kafetaria sekolah, stockroom,

perpustakaan, atau kantor kepala sekolah untuk mengamati fungsi-fungsi kerja dan interaksi-interaksi

sosial. Mereka bisa juga bertindak selaku penjaga penyeberangan-jalanan, atau anggota-anggota dari

sebuah dewan siswa.

Mereka menunjukkan bahwa para siswa haruslah berencana untuk menghabiskan waktu sebagian

besar dalam sehari diluar sekolah itu sendiri, secara aktif ikutserta dalam penyelidikan sekolah dalam

komunitas nyata – dan kurang waktu dalam kegiatan-kegiatan menyelidiki dunia artifisial/buatan dari

buku pelajaran.

Disini dirasa adanya paksaan untuk menawarkan catatan-catatan tindakan-pencegahan

menyangkut penggunaan metoda survei. Para penulis studi-studi kasus ini seringkali terperosok kedalam

sudut-sudut yang gelap dan closet-closet yang tertutup. Mereka cenderung mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang tak-menyenangkan.

Menggunakan Metoda Historis dan Analisis Isi dalam Studi-Studi Sosial

Metoda historis dan analisis isi dapat juga secara efektif disesuaikan untuk dipergunakan di sekolah

dasar dan sekolah lanjutan pertama. Kebanyakan perpustakaan mempunyai sumber materi-materi yang

cukup untuk sejarah-sejarah lokal. Catatan-catatan kota dan file-file suratkabar lama juga merupakan

sumber-sumber yang tersedia dengan gampang dan cepat.

Suatu sumber yang seringkali diabaikan adalah rekoleksi-rekoleksi terekam-tape tentang orang-

orang yang lebih tua yang seringkali menceritakan kisah-kisah tentang peristiwa-peristiwa misalnya hari-

hari pertama naik pesawat terbang, mobil, masuknya listrik ke daerah-daerah pedesaan, dan depresi

pada tahun 1930-an. Para siswa dapat dengan mudah berencana untuk mengunjungi sanak famili yang

lebih tua, tetangga-tetangga, atau tokoh-tokoh masyarakat yang penting dan bersama dengan

membawa portable tape recorder, merekam sejumlah besar data-data historis.

Catatan-catatan kota dan file-file suratkabar yang lebih tua juga merupakan sumber-sumber yang

mudah dan cepat dapat disediakan.

Data ini kemudian dapat diperbandingkan dengan laporan-laporan tertulis tentang peristiwa-

peristiwa yang sama jika tersedia, atau dapat di-crosscheck dengan pengumpulan kembali data-data

lainnya untuk menyaring fakta-fakta dan eksan-kesan dari distorsi-distorsi yang mungkin dari ingatan-

ingatan yang sudah memudar.

Pada waktu yang sama, siswa mempunyai suatu kesempatan yang realistis untuk menggunakan

beberapa dari metoda-metoda penyelidikan historis dalam upaya mentranslasikan rekoleksi-rekoleksi

lisan dan tradisi-tradisi kedalam suatu interpretasi historis tentang era yang dapat bertahan tentang uji

penelitian cermat yang kritis olehnya atau oleh teman-teman sekelasnya yang juga ikutserta dalam

penyelidikan tersebut.

Siswa dapat menggunakan teknik-teknik analisis isi untuk mengevaluasi data historis untuk

membandingkan perlakuan terhadap berbagai macam peristiwa-peristiwa seperti yang diperlakukan

dalam suratkabar-suratkabar lokal, dan untuk menemukan cara bagaimana versi-versi sejarah yang

berbeda-beda tersebut dituliskan menyangkut tentang peristiwa-peristiwa yang sama.

Mengembangkan Keterampilan-Keterampilan Penyelidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Anak-anak sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama hendaknya menguasai konsep-konsep dan

generalisasi-generalisasi ilmu pengetahuan sosial, dan hendaknya diberi kesempatan-kesempatan untuk

menemukannya, memanfaatkan proses penyelidikan; mereka hendaknya tidak diminta untuk mengingat

generalisasi-generalisasi dari suatu daftar. Generalisasi-generalisasi yang diturunkan oleh para siswa dari

data sosial tersebut lebih bermakna dan tidaklah begitu gampang dilupakan ketimbang mereka diminta

untuk menguasai isi konteksnya.

Para siswa jelas tidak dibekali untuk “menemukan” semua informasi bahwa mereka perlu menguji

hipotesis-hipotesis dan generalisasi-generalisasi. Para siswa, seperti halnya para ilmuwan sosial, tidak

dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cerdas atau mengikuti riset yang berhasil kalau mereka

tidak memiliki sekumpulan tertentu pengetahuan latarbelakang.

Oleh sebab itu, guru seringkali akan mendapatinya perlu memberi para siswa informasi atau

menggunakan metoda-metoda pengajaran tradisional atau deduktif.

Jika seorang guru menginginkan kelasnya menggunakan suatu pendekatan penyelidikan untuk

mengikuti pertanyaan ini, “Bagaimanakah para penjajah di Amerika Utara mempengaruhi kebudayaan-

kebudayaan dari orang-orang Indian Iroquois”, dia bisa saja mendapatinya perlu untuk menyampaikan

semua itu kepada anak-anak sebagai suatu cerita tentang Iroquois, meminta mereka untuk membaca

suatu bagian ceritera dalam teks mereka mengenai para penjajah, dan memperlihatkan kepada murid-

murid sebuah film mengenai Iroquois sebelum mereka dapat menyatakan segala hipotesis-hipotesis

cerdas apapun yang bertalian dengan masalah ini.

Setelah para siswa itu melakukan studi latarbelakang yang bertalian dengan masalah dan hipotesis-

hipotesis yang telah dinyatakan tersebut, mereka kemudian akan sanggup mengumpulkan informasi

untuk menguji hipotesis-hipotesis mereka, dan menurunkan generalisasi-generalisasi menyangkut

bagaimana kebudayaan-kebudayaan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Dalam studi tentang beberapa topik dan masalah-masalah, khususnya yang terdapat dalam teks-

teks sebagai dasarnya, guru mungkin saja harus mencari cara-cara untuk memberi para siswa praktek

dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan penyelidikan. Akan tetapi, keterampilan-

keterampilan ini dapat dikembangkan selama kalau ada pelajaran studi-studi sosial, tanpa

memperdulikan jenis materi yang dikaji.

Guru dapat memikirkan banyak pertanyaan lain, misalnya pertanyaan-pertanyaan yang bertalian

dengan anggapan-anggapan penulis tentang perbudakan, yang dapat digunakan untuk memberi para

siswa praktek dalam upaya mengevaluasi dan menganalisis informasi. Bila para siswa diberi praktek

dalam keterampilan-keterampilan penyelidikan selama ada pelajaran-pelajaran tradisional, maka adalah

penting bahwa mereka menyadari keterampilan-keterampilan yang sedang mereka praktekkan dan

bagaimana mereka dikaitkan dengan proses penyelidikan total.

Dalam suatu kurikulum penyelidikan sosial yang ideal, para siswa akan memperlihatkan serangkaian

masalah-masalah, menyatakan hipotesis-hipotesis terkait, mendefinisikan istilah-istilah, mengumpulkan

dan mengevaluasi data-data, dan menguji generalisasi-generalisasi yang bertalian dengannya. Akan

tetapi, ide tersebut jarang terwujud dalam setiap usaha manusia. Para siswa dan guru yang membaca

buku ini akan diminta untuk bekerjasama dengan berbagai jenis program-program studi sosial. Akan

tetapi, para siswa dapat diberi praktek menggunakan keterampilan-keterampilan penyelidikan dalam

hampir setiap jenis program.

Tanpa memperdulikan jenis kurikulum studi-studi sosial dalam distriknya, sasaran guru hendaknya

adalah untuk memaksimumkan kesempatan-kesempatan siswa untuk memecahkan pertanyaan-

pertanyaan empiris menggunakan metoda ilmiah. Pertanyaan-pertanyaan nilai dan keputusan

memerlukan keterampilan-keterampilan yang berbeda.

GURU SEBAGAI PENYELIDIK

Para siswa harus sanggup menggunakan metoda-metoda ilmiah untuk memecahkan masalah-

masalah empiris untuk mengambil keputusan-keputusan yang masuk-akal.

Agar sanggup menuntun penyelidikan-penyelidikan murid secara efektif, para guru haruslah

pertamakali menerima metoda ilmiah sebagai cara yang paling berharga untuk mencapai pengetahuan,

dan menggunakan metoda mereka sendiri bila menghadapi suatu masalah. Guru yang acapkali

mencapai kesimpulan-kesimpulan atas dasar tradisi, wewenang, atau intuisi tak akan sanggup

membantu para siswa untuk memecahkan masalah-masalah sosial secara ilmiah.

Perilaku yang diperlihatkan oleh guru di ruangan kelas sangat mempengaruhi sikap-sikap, persepsi-

persepsi, dan perilaku siswa-siswanya. Jika guru seringkali mencapai kesimpulan-kesimpulan tanpa

mendukung bukti, maka para siswa tak akan menyadari kebutuhan akan data-data bila mereka

membuat generalisasi-generalisasi.

Guru yang efektif di ruangan kelas yang berorientasi-penyelidikan haruslah benar-benar

mengetahui metoda ilmu pengetahuan, dan sepenuhnya menghargai sifat-dasar tentatif dan batasan-

batasan dari pengetahuan ilmiah. Dia mesti menyadari bahwa dalam ilmu pengetahuan kita tidak dapat

mencari kepastian-kepastian dan kebenaran-kebenaran mutlak, dan bahwa pengetahuan ilmiah

berubah bila anggapan-anggapan, nilai-nilai, dan sasaran-sasaran dari suatu perubahan dalam

masyarakat.

Guru yang ilmiah itu sabar dengan membantu siswa menurunkan generalisasi-generalisasi secara

bebas sangatlah memakan-waktu dan seringkali mencobai kesabaran tersebut, tetapi memberi siswa

semua jawaban terhadap masalah-masalah mereka tak akan membantu mereka memperoleh profisiensi

dalam proses ilmiah.

Guru yang ilmiah itu terbuka. Dia harus mau memberi siswa banyak kesempatan untuk menyatakan

ide-ide mereka dan membantu mereka menyatakannya dengan jelas dan dalam cara-cara yang dapat-

diuji. “Memotong ucapan para siswa” ketika mereka memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan mereka

tentang masalah-masalah yang bisa saja membuat mereka menjadi tak mau lagi mencari solusi-solusi

yang cerdas.

Ini bukan berarti bahwa para siswa hendaknya dibiarkan untuk mengatakan apapun yang mereka

kehendaki, atau berarti bahwa opini dari satu siswa sama baiknya seperti opini berikutnya. Guru

hendaknya meminta para siswa untuk memberikan alternatif-alternatif dan menyebutkan bukti untuk

mendukung pernyataan-pernyataan mereka. Akan tetapi, guru yang dogmatis sifatnya

mengganggu/merusak kegiatan penyelidikan ilmiah.

Sementara guru yang ilmiah benar-benar mengetahui struktur dan sifat-dasar dari disiplin-disiplin

ilmu pengetahuan sosial, dia berkemauan untuk mengakui kepada para siswa bahwa dia tidak

mempunyai semua jawaban yang mungkin saja bisa dikemukakan di ruangan kelas. Guru itu bukanlah

orang yang serba tahu semua.

Write Massialas dan Cox, “Dia mengakui fakta bahwa dia juga ikutserta dalam penyelidikan reflektif

dalam suatu upaya percobaan untuk mencari kebenaran selama hal itu pada akhirnya muncul. Sikap di

pihak guru ini memerkokoh kebingungan logis di dalam kelas dan menguatkan kembali kenyataan atau

realitas masalah yang sedang dipecahkan tersebut”. Pada umumnya guru yang ilmiah haruslah

merupakan seorang penyelidik model dalam semua hubungan dengan para siswa.

Sebagai contohnya, dia tidak dapat menghukum para siswa tanpa bukti yang cukup, dan membuat

pernyataan-pernyataan dogmatis/berpikiran keras dan mengharapkan para siswa untuk mengangkatnya

ke status kebenaran ilmiah. Guru yang tindakan-tindakannya bertentangan dengan metoda ilmu

pengetahuan tersebut tak akan mendorong siswa-siswa untuk menjadi penyelidik yang efektif.

CONTOH 1: SUATU MASALAH PENYELIDIKAN

DI KELAS SEKOLAH DASAR

PERANAN-PERANAN KELUARGA YANG BERUBAH

Tujuan-tujuan dari Unit Masalah Penyelidikan

1. Siswa akan sanggup menyatakan generalisasi berikut ini dalam perkataannya sendiri: “Peranan-

peranan dalam keluarga berubah ketika keluarga membutuhkan perubahan”.

2. Bila diberikan suatu situasi dimana peranan-peranan keluarga telah berubah dan apa yang

menyebabkan mereka berubah.

Masalah dan Perumusan Hipotesis

Guru membaca A Baby Sister for Frances karangan Russel Hoban, Frances, satu-satunya anak dalam

sebuah keluarga badger, disajikan dengan seorang baby sister. Cerita ini menceritakan bagaimana

Frances merasakan tentang datangnya anak bayi baru dan tindakan-tindakan yang dianggapnya sebagai

akibat dari keprihatinan tentang tak lagi merupakan satu-satunya anak.

Guru membaca In My Mother’s House karangan Ann Nolan Clark. Buku ini secara puitis melukiskan

cara hidup orang-orang Indian Pueblo di New Mexico. Suatu deskripsi pekerjaan wanita di pueblo

(kampung Indian) dan pria di ladang-ladang, bersama dengan kegiatan-kegiatan anak-anak,

memperlihatkan bagaimana pekerjaan yang sesungguhnya diberikan oleh anggota-anggota keluarga

bagi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.

Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan di ruangan kelas tersebut:

Apa pekerjaan yang dilakukan oleh orangtua dalam masing-masing cerita tersebut?

Apa yang kalian pikir dilakukan oleh anak-anak sepanjang hari di pueblo?

Apa yang kalian pikir dilakukan Frances sepanjang hari?

Bagaimanakah bayi baru bisa merubah apa yang dilakukan oleh Frances di rumah?

Guru memperkenalkan suatu konsep kunci:

Masing-masing anggota keluarga mempunyai hal-hal tertentu yang dilakukannya di rumah dan

diluar rumah. Ibu dan ayah membantu anak untuk tumbuh besar dan belajar bagaimana caranya

melakukan hal-hal bagi diri mereka sendiri.

Guru secara eksplisit menyatakan masalah penyelidikan dan menuliskannya pada kertas butcher:

Kita akan berusaha mencoba untuk menjawab pertanyaan ini: “Mengapa peranan-peranan dari

para anggota keluarga berbeda dalam keluarga-keluarga yang berbeda?

Guru mendapatkan hipotesis-hipotesis dari anak-anak tersebut:

Kalian telah mendengar dua cerita tentang keluarga-keluarga yang berbeda. Pikirkanlah tentang

keluarga kalian sendiri. Peranan-peranan apa saja yang dimainkan oleh masing-masing orang dalam

keluarga kalian. Mengapa kalian pikir peranan-peranan itu berbeda dalam keluarga-keluarga yang

berbeda?

Anak-anak menyatakan ide-ide (hipotesis-hipotesis) mereka dan guru menuliskannya di kertas butcher:

Baik Ibu dan maupun ayah bekerja di beberapa keluarga

Ketika bayi baru datang, banyak orang dalam keluarga itu mungkin harus melakukan hal-hal baru.

Keluarga-keluarga petani berbeda dari keluarga-keluarga kota.

Kadangkala keluarga-keluarga terpeca

Kakek-nenek tinggal bersama dengan beberapa keluarga.

Keluarga-keluarga di tempat-tempat lain tidaklah sama seperti keluarga-keluarga kita

Beberapa keluarga tidak memiliki ibu atau ayah.

Definisi Istilah-istilah

Guru:

Marilah kita semua sepakat tentang apa keluarga itu adanya. Sebuah keluarga dapat memiliki satu

atau dua orangtua dan satu atau lebih anak. Apakah sebuah keluarga dapat memiliki seorang

nenek? Seorang kakek? Apakah sebuah keluarga dapat memiliki seorang paman atau bibi yang

tinggal bersama dengannya?

Pengumpulan Data

Guru:

Kita siap untuk belajar lebih banyak lagi tentang mengapa peranan-peranan dalam keluarga-

keluarga itu berubah.

Anak-anak menjawab:

Kita dapat menonton “The W altons” di televisi.

Saya bakal suka membaca tentang keluarga-keluarga pada jaman dahulu.

Guru:

Kalian telah mengemukakan sejumlah cara-cara bagi kita untuk mencari tahu lebih banyak lagi

tentang mengapa peranan-peranan dalam keluarga itu berubah.

Evaluasi dan Analisis Data

Mengikuti masing-masing penyajian kelompok, kelas menganalisis informasi yang mereka dengar.

Karena analisis dan evaluasi data adalah bidang-bidang dengan mana kelas mempunyai sedikit

pengalaman, guru menjelaskan maksud dan prosesnya guna menentukan kehandalan dan keabsahan

dari sumber-sumber informasi.

Menguji Hipotesis-hipotesis: Menurunkan generalisasi-generalisasi

Karena begitu banyak data telah dikumpulkan dalam laporan-laporan, para siswa mendaftarkan

peranan-peranan keluarga pada peta retrieval data dengan alternatif-alternatifs atas perubahan-

perubahan dalam peranan-peranan dari anggota-anggota keluarga. Dengan menggunakan peta ini, para

siswa mengelompokkan alasan-alasan yang serupa bagi perubahan-perubahan peranan dari anggota-

anggota keluarga.

Mereka menyimpulkan bahwa hipotesis-hipotesis mereka lebih spesifik terhadap situasi-situasi

dengan mana mereka sudah terbiasa. Mereka mendapati bahwa generalisasi-generalisasi yang

disimpulkan itu mencakup keluarga-keluarga dari negara-negara yang berbeda, keluarga-keluarga yang

berbeda dari keluarga-keluarga mereka sendiri dan keluarga-keluarga historis.

Evaluasi Unit

1. Para siswa diminta untuk menyatakan generalisasi berikut ini menurut perkataan mereka sendiri:

“Peranan-peranan dalam keluarga-keluarga berubah bila keluarga membutuhkan perubahan”.

2. Guru membaca suatu situasi dimana sebuah keluarga dengan dua orang dewasa dan tiga anak

menjadi sebuah keluarga dengan satu orang dewasa dan tiga anak. Para siswa diminta untuk

menceritakan apa yang mungkin bisa terjadi terhadap peranan-peranan dari para anggota keluarga

dan mengapa perubahan-perubahan tersebut bisa terjadi.

CONTOH 2: SUATU MASALAH PENYELIDIKAN

DI KELAS SEKOLAH LANJUTAN PERTAMA

WANITA DALAM SEJARAH AMERIKA

Tujuan-tujuan dari Unit Masalah Penyelidikan

1. Siswa akan sanggup untuk menuliskan sekurang-kurangnya tiga generalisasi sah yang menyatakan

alasan-alasan mengapa sedikit wanita, dibandingkan pria, dimasukkan dalam isi dari buk-buku

pelajaran sejarah Amerika.

2. Pada penarikan kesimpulan dari unit ini para siswa akan sanggup untuk mengevaluasi suatu unit

atau bab dari buku sejarah Amerika dan menentukan apakah itu didasarkan atas jenis kelamin.

Masalah dan Perumusan Hipotesis

Unit ini dimulai dengan suatu analisis isi sederhana tentang beberapa buku pelajaran sejarah

Amerika. (Sebagai maksud-maksud dari contoh ini, buku-buku sejarah Amerika digunakan, tetapi unit ini

dapat diajarkan menggunakan jenis-jenis buku sejarah lainnya).

Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kcil dan meminta masing-masing kelompok untuk

membaca secara cepat seluruh satu bab atau unit dalam salah satu dari buku-buku sejarah mereka.

Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan di ruangan kelas tersebut:

Apa yang anda pikirkan lebih banyak pria dimasukkan dalam buku-buku sejarah ketimbang wanita?

Apa jenis-jenis hal yang dilakukan banyak orang yang “dikenang” dalam sejarah? Apa yang

membuat seseorang menurut sejarahnya menjadi penting?

Apakah kalian pikirkan tentang setiap wanita yang menurut sejarahnya penting yang bisa saja telah

dimasukkan tetapi tidak?

Siapakah sesungguhnya kalian pikir yang menulis kebanyakan dari buku-buku sejarah yang kita

gunakan di sekolah, pria atau wanita?

Guru memperkenalkan suatu konsep kunci:

Sejarah tertulis adalah apa direkam dan dicatat tentang masa lampau; itu tidaklah perlu apa yang

sesungguhnya terjadi.

Guru itu lebih lanjut lagi menjelaskan konsep sejarah tertulis tersebut.

Guru secara eksplisit menyatakan masalah penyelidikan dan menuliskannya di papan tulis:

Masalah yang akan kita kaji adalah: “Mengapa begitu sedikit wanita disebutkan dalam buku-buku

sejarah kita dibandingkan dengan jumlah pria yang disebutkan itu?

Guru mendapatkan hipotesis-hipotesis dari anak-anak tersebut:

Kami temukan bahwa terdapat 14 kali sebanyak pria yang disebutkan dalam buku-buku sejarah

seperti adanya wanita yang disebutkan. Mengapa kalian pikir ini adalah hal yang sebenarnya?

Pikirkanlah sebanyak mungkin ide-ide yang berbeda yang dapat kalian berikan dan dipersiapkan

untuk mendukung alasan-alasan kalian.

Anak-anak menyatakan hipotesis-hipotesis dan guru menuliskannya di papan tulis:

1. Hanya sedikit wanita melakukan sesuatu apapun yang penting dahulukala. Jika seorang wanita telah

melakukan sesuatu yang penting, maka dia hendaknya dalam buku tersebut adalah sama seperti

halnya pria.

2. Wanita senantiasa sibuk di rumah dan dengan anak-anak dan dengan demikian mereka tidak dapat

menjadi explorer dan perintis dan politikus. Apa yang dilakukan wanita itu penting, tetapi mereka

tidak melakukan jenis-jenis hal yang tertulis dalam buku-buku sejarah.

3. Pria selalu menulis buku-buku sejarah, dan mereka memilih untuk menulis tentang apa yang

dilakukan pria. Terdapat cukup banyak wanita penting yang merupakan explorer dan perintis dan

penemu dan politikus, tetapi mereka kurang dituliskan dalam buku-buku sebagai maksud-maksud

yang dilakukan oleh sejarawan pria.

Definisi Istilah-istilah

Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anak-anak tentang istilah-istilah dan konsep-

konsep dengan mana mereka akan berurusan sehingga suatu kesepakatan atas definisi-definisi itu dapat

ercapai. Kelas sepakat mengenai definisi-definisi tentang konsep-konsep kunci berikut di bawah ini:

Peristiwa-peristiwa masa lampau adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi hanya sekali saja, teak

pernah terjadi lagi.

Pernyataan-pernyataan historis (atau “fakta-fakta) adalah pernyataan-pernyataan yang dituliskan

oleh para sejarawan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau

Sejarawan adalah orang-orang yang menuliskan pernyataan-pernyataan historis.

Orang-orang penting menurut sejarahnya adalah orang-orang yang telah membuat kontribusi-

kontribusi pribadi yang signifikan terhadap jalannya peristiwa-peristiwa manusia, entah itu pada

umumnya dimasukkan dalam buku-buku pelajaran sejarah ataukah tidak.

Pengumpulan Data

Guru bertanya: Dimanakah kita dapat mencari beberapa informasi tentang masalah kita tentang

mengapa terdapat relatif sedikit wanita yang disebutkan dalam buku-buku sejarah kita?

Menguji hipotesis-hipotesis: Menurunkan generalisasi-generalisasi

Sepanjang penyelidikan tersebut, para siswa melihat hipotesis-hipotesis mereka dan berusaha

mencoba untuk melihat bagaimana mereka dibandingkan dengan informasi yang sedang mereka

kumpulkan.

Evaluasi Unit

Para siswa diminta untuk:

Menuliskan sekurang-kurangnya tiga pernyataan umum tentang mengapa relatif sedikit wanita

yang disebutkan dalam buku-buku sejarah Amerika?

Tindakan Sosial Yang Tepat

Para siwa berkeputusan untuk menuliskan para penerbit buku-buku pelajaran sejarah Amerika dan

menyampaikan temuan-temuan mereka dan mengemukakan daftar wanita penting dalam sejarah yang

hendaknya sah dimasukkan dalam edisi-edisi berikutnya dari teks-teks tersebut.

RINGKASAN

Sasaran utama dari program studi-studi sosial tersebut hendaknya berupaya untuk membantu para

siswa mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan-keputusan rasional sehingga mereka

dapat mempengaruhi kebijakan publik dengan berpartisipasi dalam aksi sosial yang cerdas.

Pengetahuan adalah satu komponen esensial pengambilan-keputusan. Pengetahuan yang digunakan

untuk mengambil keputusan-keputusan rasional tersebut haruslah ilmiah. Pengambil-keputusan yang

efektif haruslah tak hanya sanggup mengakui dan menerapkan pengetahuan ilmiah saja, melainkan juga

dia emsti sanggup untuk menurunkannya.

Pada bab ini dibahas sasaran dan sifat dasar dari penyelidikan sosial, dan melukiskan suatu model

penyelidikan sosial yang dapat digunakan oleh para siswa untuk menguji proposisi-proposisi dan untuk

menurunkan pengetahuan. Para siswa mesti diberi praktek yang sistematis pada masing-masing dari

keterampilan-keterampilan yang membentuk model ini untuk menjadi para pengambil-keputusan yang

mahir. Walaupun penyelidikan ilmiah merupakan metoda terbaik dalam upaya mencapai pengetahuan,

namun ia didasarkan atas sehimpunan anggapan-anggapan dan postulat-postulat, dan jenis-jenis

pertanyaan mengenai mana yang dapat digunakan itu dibatasi. Penting bagi para guru dan siswa untuk

menyadari baik kekuatan-kekuatan maupun batasan-batasan dari penyelidikan sosial tersebut.

Ketika para siswa seharusnya menguasai konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi ilmu

pengetahuan sosial di kelas-kelas sosial dasar dan sekolah lenjutan pertama, penekanannya seharusnya

terletak pada proses penyelidikan dan bukan hasil-hasilnya, karena pengetahuan ilmiah senantiasa

dievaluasi kembali dan disusun kembali. Bab ini membahas keprihatinan penulis untuk mengajarkan

kepada para siswa suatu proses guna menguji proposisi-proposisi dan menurunkan pengetahuan. Ketika

proses penyelidikan sosial itu merupakan salah satu dari unsur-unsur terpenting dari suatu program

studi-studi sosial yang modern, maka hasil-hasil dari penyelidikan (fakta-fakta, konsep-konsep,

generalisasi-generalisasi, dan teori-teori) adalah esensial una menyusun pengalaman-pengalaman

dengan mana para siswa dapat mempelajari mode-mode penyelidikan, dan dengan demikian membantu

untuk memecahkan masalah-masalah peribadi dan sosial yang mendesak. Tanpa pengetahuan prediktif

tingkat yang lebih tinggi, atau hasil-hasil penyelidikan, pengambil-keputusan tersebut tidak

berkompeten untuk bertindak. Pada bab berikutnya, hasil-hasil dari penyelidikan sosial akan dibahas.

BAB 3

PRODUK-PRODUK PENYELIDIKAN SOSIAL : FAKTA-FAKTA, KONSEP-KONSEP, GENERALISASI-

GENERALISASI, DAN TEORI-TEORI

Neti Budiwati

Murdiyah Winarti

Bab ini memfokuskan pada sifat dari pengetahuan sosial, dan menjelaskan strategi-strategi

pengajaran yang akan memfasilitasi proses mempelajari fakta-fakta, konsep-konsep, dan

genera-lisasi-generalisasi oleh siswa-siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Fakta-fakta:

Fakta ilmu pengetahuan terdiri dari data yang spesifik mengenai peristiwa/ kejadian, objek,

orang atau fenomena lainnya, yang sudah dibuktikan secara ilmiah. Fakta-fakta adalah

kejadian-kejadian khusus dari peristiwa-peristiwa atau benda yang pada akhirnya menjadi

bahan mentah atau menjadi observasi oleh ahli ilmu pengetahuan sosial. Fakta-fakta

disampaikan dalam bentuk pernyataan yang simple/ sederhana dan positif.

Contoh: Albany adalah ibu kota dari New York State. Ada 1.000 meter dalam satu

kilometer Bumi mengelilingi matahari

Data aktual sering disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan grafik-grafik, dan di dalam buku-

buku refensi tahunan, kamus-kamus ilmu bumi, atau buku-buku referensi yang sama. Data ini

meliputi kuantitas-kuantitas data yang bermacam-macam – populasi kota-kota, tabel-tabel

pasang surut, jumlah suara yang diberikan di dalam pemilihan-pemilihan presiden baru di

berbagai negara, daerah, kota, dan sebagainya. Akan tetapi, harus jelas bahwa fakta-fakta

dengan sendirinya merupakan data aktual. Apabila pembaca memeriksa data dan mulai

menemukan kecenderungan-kecenderungan, atau membandingkan data populasi untuk tahun

1960 dan 1970, maka ia mulai menafsirkan data tersebut dan mengambil kesimpulan-

kesimpulan tentang fakta-fakta tersebut.

Beberapa pernyataan yang tampak sebagai pernyataan-pernyataan tegas faktual diwarnai

oleh prasangka-prasangka persepsi atau pertimbangan-pertimbangan nilai yang mungkin tidak

sepenuhnya jelas untuk pembaca. Contoh pernyataan, “Sir Francis Drake adalah seorang

pahlawan Inggris”. Siswa mungkin akan menerima hal itu sebagai fakta yang dapat dibuktikan

karena seringkali diulang di dalam buku-buku pelajaran, dan ada banyak gambar Drake yang

diberi gelar bangsawan oleh Ratu Elisabeth atas perbuatan-perbuatannya yang berani. Tetapi

bagaimana dari sudut pandang Spanyol?, pernyataan tersebut mungkin telah ditulis, “Sir

Francis Drake adalah seorang bajak laut Inggris”. Emas yang dibawa pulang untuk Ratunya

adalah diambil dari kapal-kapal harta benda Spanyol yang ditangkap pada waktu kembali dari

Meksiko. Singkatnya, satu pahlawan ratu adalah bajak laut raja lainnya.

Latar belakang kebudayaan cenderung menyimpangkan persepsi-persepsi, sehingga

seseorang sering tidak mampu memandang pernyataan-pernyataan dan kata-kata dari

perspektif-perspektif berbeda. Maksudnya di sini adalah untuk membuat pembaca waspada

kepada pernyataan-pernyataan nilai yang dapat, tanpa analisis yang cermat, dianggap sebagai

pernyataan-pernyataan tegas faktual. Meskipun banyak guru kelas tetap mengharuskan anak-

anak menguasai sejumlah besar fakta sebagai hasil-hasil terakhir dengan sendirinya, namun

seorang guru tidak dibenarkan dalam mewajibkan siswa-siswa melakukan hal itu kecuali kalau

fakta-fakta ini dapat digunakan untuk membantu mereka memperoleh konsep-konsep,

generalisasi-generalisasi, dan teori-teori. Penelitian telah membuktikan secara konsisten bahwa

ingatan dan transfer pengetahuan difasilitasi (dipermudah) apabila anak-anak belajar

bagaimana mengembangkan generalisasi-generalisasi daripada menguasai bagian-bagian kecil

pengetahuan faktual yang terpisah.

BELAJAR KONSEP:

Konsep adalah: suatu kata atau ungkapan abstrak yang berguna untuk mengklasifikasi atau

mengkategori kelompok benda-benda, ide-ide, atau peristiwa-peristiwa. Contoh: Boy, Cat, Dog,

Man dan Rat.

Satu kata atau ungkapan singkat apa yang dapat anda pikirkan tentang nama-nama atau

label-label untuk diberikan kepada kelompok tersebut secara tepat? Sepintas lalu mungkin

cenderung akan mengatakan binatang, dan dapat menambahkan kata-kata karnivora, mamalia,

atau vertebrata, karena kata-kata ini juga merupakan karakteristik-karakteristik umum dari

kelompok tersebut. Guru-guru yang telah mengajar di kelas-kelas dasar di mana keahlian-

keahlian membaca ditekankan dapat menggunakan dengan cepat label-label seperti: pola kata-

kata tiga huruf, kata-kata dengan huruf hidup di tengah-tengah, atau konsonan-huruf hidup-

konsonan (CVC). Anda pasti akan menemukan banyak kemungkinan lainnya. Kata-kata yang

memberikan label atau name kepada sekelompok obyek-obyek umum disebut konsep-konsep.

Beberapa ciri penting dari konsep-konsep harus diperhatikan. Sebagai contoh, di antara

istilah-istilah konsep yang mungkin ada seperti dijelaskan di atas, binatang dan kata-kata tiga

huruf adalah lebih inklusif daripada beberapa kata lainnya. Malahan, dapat menjadi tepat bila

menempatkan lebih rendah beberapa dari istilah-istilah tersebut kedalam sebuah hirarki seperti

berikut:

I. Binatang

A. Vertebrata (Binatang bertulang belakang)

1. Mamalia (binatang menyusui)

a. Karnivora (binatang pemakan daging)

Di dalam beberapa kasus, istilah konsep berlaku hanya sebagian atau dengan cara

memenuhi syarat untuk semua anggota kelompok, seperti istilah domestik pada contoh di atas.

Istilah konsep juga menunjukkan abstrak; istilah ini tidak spesifik atau konkrit karena mengacu

pada suatu golongan atau kelompok obyek-obyek. Belajar menggunakan konsep-konsep

merupakan bagian penting dari proses-proses berpikir kita. Konsep-konsep tersebut

memungkinkan kita untuk memisah-misahkan berbagai macam obyek, peristiwa, gagasan, dan

rangsangan yang luas dengan apa kita mengadakan kontak setiap hari. Dengan demikian,

konsep-konsep membantu mengurangi kerumitan lingkungan dengan memisahkan data dalam

jumlah besar yang akan diproses oleh otak menjadi bagian-bagian yang lebih mudah diatur.

Kurikulum ilmu sosial memberikan sejumlah contoh konsep:

Keluarga

Komunitas

Masyarakat

Bangsa

Pemerintahan

Republik

Sistem Federal

Demokrasi

Kerjasama

Perubahan kebud.

Konflik

Hukum

Kekuasaan

Salingtergantung

Tradisi

Kontrol sosial

Di samping itu, konsep-konsep memiliki tingkat-tingkat sifat abstrak yang berbeda-beda:Konkrit

Abstrak

keluarga bangsa

perkelahian revolusi

peraturan lokal hukum internasinal

desa megalopolis

Satu jenis konsep abstrak yang memerlukan perhatian khusus adalah konsep relasional.

Konsep-konsep yang melibatkan jarak dan waktu barangkali merupakan konsep-konsep

relasional yang paling umum di dalam ilmu-ilmu sosial: tahun, abad, mil, tahun cahaya, angkasa

luar, garis lintang, garis bujur, jalan lingkaran besar. Konsep-konsep relasional lainnya adalah

jauh lebih abstrak: paman, moyang laki-laki, ibu mertua, orang tua angkat, saudara setanah air.

Sangat sulit bagi anak-anak muda untuk memahami konsep-konsep seperti ini karena mereka

tidak memiliki pengalaman yang cukup dengan fakta-fakta dasar itu sendiri untuk menetapkan

hubungan atau pergaulan khusus yang dilibatkan. Sebagai contoh, diperlukan banyak praktek

dengan sebuah kalender bagi seorang anak usia 6 atau 7 tahun untuk menghitung 30 hari,

belajar bahwa periode tersebut disebut sebulan, dan kemudian ada kira-kira empat minggu

dalam sebulan.

Kegunaan Lain Dari Konsep

Dengan penguasaan konsep siswa tidak harus belajar terus-menerus atau belajar kembali

ketika menemukan/ menghadapi situasi-situasi baru. Sebagai contoh, siswa yang telah

menerapkan istilah monarki pada studi mereka tentang raja-raja Stuart abad ke-17 dari Inggris

dapat benar-benar mengkonsepsualisasikan Romanoffs dari Rusia abad ke-19 dengan

menggunakan istilah yang sama. Konsep republik dapat digunakan untuk mengkon-

sepsualisasikan Yunani kuno dan Amerika modern. Akan tetapi seperti akan kita lihat kemudian,

banyak dari peristiwa, gagasan, dan fenomena yang diteliti di dalam kurikulum ilmu sosial tidak

dapat digolongkan secara apik oleh satu konsep. Dengan demikian para siswa harus belajar

mengubah, memisah-misahkan, dan mengocok kategori-kategori pikiran mereka untuk

menemukan konsep-konsep yang lebih berguna secara fungsional.

Oleh karena itu penting bagi siswa untuk belajar membedakan karakteristik-karakteristik ini

secara teliti dan untuk mengakui dengan cepat situasi-situasi di mana istilah konsep berlaku

sepenuhnya untuk semua anggota kategori tersebut, dan apabila istilah tersebut berlaku hanya

dengan cara terbatas. Karena konsep-konsep memiliki fungsi mengatur, maka konsep-konsep

tersebut berguna untuk memberikan fokus atau pandangan khusus yang cenderung akan

mengurangi pengamatan random.

Sebagai contoh, jika seorang ilmuwan sosial ingin meneliti struktur sosial dari sebuah

masyarakat, ia dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kelompok-

kelompok kepada individu-individu menjadi anggotanya, peranan-peranan yang dimainkan oleh

masing-masing orang, peraturan-peraturan atau norma-norma yang mengatur masyarakat,

status dari individu-individu, golongan sosial dari kelompok-kelompok, atau barangkali cara dan

tingkat komunikasi antara dan di dalam kelompok-kelompok. Konsep-konsep ini, ditarik dari

sosiologi berguna sebagai alat-alat analitis di dalam penyelidikan sebuah topik yang

dipedomani. Karena makna-maknanya telah menjadi berkedudukan kuat, seseorang dapat

mengajukan dengan mudah dan cepat serangkaian pertanyaan-pertanyaan penting yang

berkaitan dengan masing-masing konsep. Hal ini menghasilkan data tentang masyarakat

dengan cara terorganisir sepanjang rangkaian dimensi-dimensi penting. Tabel di bawah ini

menyajikan beberapa konsep pengorganisasian penting dari berbagai ilmu pengetahuan sosial

yang mencerminkan struktur-struktur disiplin

Antropologi Sejarah Psikologi

Kebudayaan

Elemen kebudayaan

Konplek Kebudayaan

Enculturasi

Diffusi

Akulturasi

Etnosentrisme

Tradisi,

Relativisme kebudayaan

Universal kebudayaan

Perubahan

Konflik

Revolusi

Nasionalisme

Peradaban

Ekspolrasi

Bias Sejarah

Konsep diri

Motivasi

Persepsi

Frustasi

Sikap

Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi

Kelangkaan

Produksi

Salingketergantungan

Barang-barang dan jasa

Pembagian tugas

Pertukaran

Arus dari pendapatan

Control social

Negara

Kekuasaan

Legitimasi

Autoritas

Kepentingankelompok

Sosialisasi politik

Budaya politik

Sistem politik

Sosialisasi

Peranbagaan

Aturan

Saksi

Niali

Status

Kelembagaan

Komunitas

Masyarakat

Salingketergantungan

Geografi

Lokasi

wilayah

Interaksi ruang/spatial

Pola daerah kota

Struktur internal dari kota

Persepsi lingkungan

Konsep-Konsep Interdisipliner

Memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dari berbagai disiplin ilmu

pengetahuan sosial memungkinkan seseorang untuk memperhatikan sebuah masalah yang

menjangkau beberapa disiplin, atau menjadi antar-disipliner dalam lingkupya. Topik-topik yang

luas seperti kota, perdamaian internasional, atau kemiskinan dapat diperhatikan dari berbagai

perspektif, Sebuah contoh tentang sekumpulan konsep antardisipliner urutan tinggi yang

digunakan di dalam Kurikulum Ilmu Sosial Taba. Konsep-konsep ini diteliti dalam meningkat

kedalaman di kelas-kelas delapan.

Kausalitas

Konflik

Kooperasi

Perubahan budaya

Perbedaan

Salingketergantungan

Modifikasi

Kekuasaan

Kontrol

masyarakat

Tradisi

Nilai-nilai

Bagaimana Konsep-konsep Dipalajari

Formasi konsep merupakan tugas intelektual atau kognitif yang cukup kompleks, terdiri

dari kemampuan memisah-misahkan sekelompok pengamatan atas dasar satu karakteristik

umum atau lebih, untuk meringkaskan dan menggeneralisasi ciri-ciri yang membedakan ini, dan

untuk menerapkan sebuah kata/ ungkapan pada pengamatan yang memberikan nama atau

labelnya secara tepat atas dasar karakteristik-karakteristik yang membedakannya. Singkatnya,

konsepsualisasi adalah proses mengelompokkan, menggolongkan, dan memberikan nama

sekelompok obyek-obyek.

Anak-anak mulai membentuk konsep-konsep sejak awal, hal ini menjadi jelas segera

setelah mereka dapat mengidentifikasi secara tepat berbagai obyek umum seperti kursi,

cahaya, meja, atau anjing. Termasuk juga konsep-konsep untuk sebagian besar obyek di

lingkungannya seperti orang-orang di dalam keluarga dekatnya, benda-benda di dalam

rumahnya, makanan, pakaian, dan perkakas yang digunakannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut, televisi telah membawa mereka kedalam kontak yang lebih luas dengan banyak

benda yang jauh jaraknya dari lingkungan mereka sendiri. Anak-anak mungkin telah

mengembangkan sejumlah konsep relasional seperti di dalam, di luar, dari, ke, naik, dan turun,

tetapi sering memiliki gagasan-gagasan yang membingungkan dan tidak lengkap tentang makna

dari konsep-konsep relasional penting lainnya seperti lebih kecil daripada, lebih sedikit

daripada, lebih besar, lebih banyak daripada, satu berikutnya, satu sebelumnya, dua kali lipat,

sama, tidak sama, dan nama-nama bilangan untuk kuantitas-kuantitas. Anak-anak juga tidak

memahami bagaimana tepatnya kerabat-kerabat keluarga dekat mereka seperti kakek, paman,

atau bibi dihubungkan dengan orang tua mereka sendiri dan diri mereka sendiri.

Sifat Pengalaman Belajar

Banyak konsep dipelajari secara informal sebelum anak-anak memasuki sekolah. Obyek-

obyek yang ditemukan adalah konkrit dan spesifik, sering dengan stimuli pancaindera yang

bersemangat. Akan tetapi belajar di kelas sekolah cenderung akan lebih simbolis dan abstrak

daripada konkrit. Karena lingkungan sekolah adalah lebih formal dan terstruktur, guru harus

memberikan banyak kesempatan bagi anak-anak untuk memperoleh pengalaman dengan

peristiwa-peristiwa yang digambarkan oleh konsep tersebut. Anak-anak muda di kelas-kelas

dasar membutuhkan pengalaman yang sering dengan realita-realita konkrit yang dapat dilihat,

didengar, atau dimanipulasi. Anak-anak yang lebih senior di kelas-kelas menengah dan atas juga

membutuhkan pengalaman dengan peristiwa-peristiwa atau fenomena yang dilibatkan, tetapi

materi-materinya dapat menjadi lebih abstrak atau simbolis.

Contoh dan Bukan Contoh Konsep-konsep

Konsep-konsep tampak akan dipelajari secara paling efektif apabila sejumlah contoh positif

konsep diperkenalkan. Siswa-siswa dapat melihat karakteristik-karakteristik yang relevan dan

membuat perbedaan-perbedaan yang tepat apabila contoh-contoh sebuah kota, seperti

Boston, Paris, atau Tokyo, tidak dibingungkan dengan kasus-kasus khusus seperti Vatican City

atau East Berlin. Contoh-contoh negatif menjelaskan karakteristik-karakteristik yang

bertentangan dari karakteristik-karakteristik yang berhubungan secara positif dengan ciri-ciri

yang membedakan. Sebagai contoh, kemerdekaan dapat dijelaskan oleh kelebihan-kelebihan

kebebasan; perlunya hukum-hukum dan peraturan-peraturan oleh kemungkinan anarki;

kejujuran dan integritas oleh bukti perbuatan salah dan korupsi. Namun kebanyakan

pembahasan kelas yang telah diamati oleh para penulis tentang konsep-konsep kebebasan,

hukum, atau integritas hampir sepenuhnya telah menghadapi contoh-contoh negatif.

Bukti penelitian menunjukkan bahwa konsep-konsep dipelajari secara efisien apabila

sejumlah contoh positif terlebih dahulu diperkenalkan dan karakteristik-karakteristik yang

membedakan ditetapkan dengan jelas, diikuti oleh sejumlah contoh negatif yang lebih sedikit

yang membantu untuk menjelaskan tidak adanya karakteristik yang membedakan.

Kerumitan Contoh-Contoh

Karena kurikulum ilmu sosial memuat begitu banyak konsep yang kompleks, maka penting

bahwa kita memperhatikan tiga aspek yang berkaitan dengan kerumitan: memfokuskan pada

karakteristik-karakteristik penting, memilih antara pengalaman realistis versus pengalaman

yang ditiru, dan bergerak maju dari konsep sederhana ke konsep yang kompleks.

Anggaplah misalnya, sebuah kelas sedang mempelajari konsep produksi di bagian rakitan.

Jika kita memulai dengan membawa kelas ke sebuah pabrik tanpa pengembangan konsep kelas

sebelumnya sedikitpun, siswa-siswa akan menjadi kewalahan oleh kerumitan dari faktor-faktor

tersebut. Jelas, guru harus dapat memperkenalkan gagasan tentang sebuah meja bergerak di

atas apa produk ditempatkan, dan setelah meja bergerak dengan cepat melalui berbagai bagian

dari pabrik tersebut kelompok-kelompok pekerja yang berbeda menambahkan sesuatu atau

membuat perubahan tertentu pada produk hingga produk mencapai bentuknya yang terakhir.

Hal ini dapat dilakukan melalui pemutaran film 8 mm yang pendek, masing-masing menjelaskan

beberapa contoh berbeda, misalnya produksi mobil, pabrik pengemasan makanan, atau pabrik

pakaian, dengan bukan contoh tukang jam lokal yang memperbaiki sebuah jam tangan, atau

tukang sepatu yang mensol lagi sepasang sepatu.

Setelah siswa-siswa memahami karakteristik-karakteristik penting tersebut, sebuah

perjalanan ke lapangan untuk melihat bagian rakitan di dalam operasi yang aktual akan menjadi

lebih menguntungkan. Sudah pasti, siswa-siswa akan melihat banyak benda-benda baru dan

sangat menarik untuk waktu pertama kalinya, banyak yang memiliki sedikit atau tidak memiliki

apapun untuk mempergunakan konsep bagian rakitan. Manusia memiliki kapasitas yang

terbatas untuk menangani arus informasi baru yang bergerak cepat, dan otak cenderung akan

menghapuskan stimuli tersebut yang tidak dapat dipisah-pisahkannya dan berhubungan

dengan kesan-kesan dan gagasan-gagasan yang ada lainnya. Dengan demikian, guru harus

mempertimbangkan secara teliti nilai dari motivasi dan perhatian yang tinggi yang akan timbul

dari perjalanan lapangan, versus nilai dari kesederhanaan dan ketelitian yang akan diperoleh

dari penggunaan pengalaman yang ditiru apabila sebuah konsep diperkenalkan pertama kali.

Memverbalisasi Konsep

Salah satu faktor yang berkaitan dengan pencapaian konsep adalah kemampuan siswa

untuk memverbalisasi konsep, yaitu untuk membedakan secara lisan atau secara tertulis

karakteristik yang membedakan dan untuk memberikan nama yang tepat kepada konsep

tersebut. Para siswa pertama-tama memiliki jenis pemahaman intuitif tertentu tentang konsep

tersebut dan dapat mengenal pokok-pokok yang termasuk kepada sebuah kelompok dan

pokok-pokok yang tidak termasuk kepada kelompok tersebut. Akan tetapi, mereka

merasakannya sulit untuk menyatakan dasar serta alasan bagi perbedaan dan kesamaan

mengapa suatu pokok termasuk pada kelompoknya. Mungkin mereka mampu mengidentifikasi

sebuah konsep, tetapi tidak mampu mendefinisikannya secara cukup dalam kata-kata.

Masalah ini disebabkan bukan saja karena tidak adanya istilah-istilah yang cukup abstrak di

dalam perbendaharaan kata anak muda, tetapi juga karena fakta bahwa proses

mengkonsepsualisasikan tersebut melibatkan tiga tugas terpisah: mengamati, menggolongkan,

dan mendefinisikan, semuanya melibatkan mode-mode reaksi yang terpisah. Kemudian

strategi-strategi pengajaran harus menjamin bahwa siswa diberi praktek yang cukup dalam

memberikan nama atau mendefinisikan sebuah konsep, pada waktu yang sama mereka

mengidentifikasi ciri-ciri yang membedakan yang digunakan di dalam menggolongkan pokok-

pokok di dalam kelompok tersebut. Satu kelas siswa kelas tiga yang mempelajari manufakturing

menyetujui tentang ungkapan “barang-barang yang kamu buat semuanya dalam suatu barisan”

sebagai nama mereka untuk konsep assembly line. Bagi anak-anak dengan kepasihan verbal

yang rendah atau perkembangan bahasa yang buruk menjadi penting sekali bahwa guru

mengkonsentrasikan pada keahlian mendefinisikan dan juga keahlian membedakan.

Strategi Pengajaran Untuk Formasi Konsep

Pada bagian sebelumnya kami membahas beberapa masalah kurikulum dan psikologis yang

berkaitan dengan formasi konsep. Hal ini melibatkan pemilihan dan organisasi contoh-contoh

konsep yang tepat bersama dengan pertimbangan untuk pentingnya kerumitan, pengalaman

realistis versus pengalaman yang ditiru dan verbalisasi konsep. Pada masing-masing pokok

sejumlah pertimbangan khusus dianjurkan untuk guru, dimasukkan kedalam strategi untuk

mengembangkan konsep-konsep. Diawali dengan guru mengajukan serangkaian pertanyaan

yang dimaksudkan untuk mendatangkan dari siswa-siswa tugas-tugas penting mencatat,

mengelompokkan, dan memberi label.

Beberapa komentar harus dibuat dalam hal ini untuk mencegah adanya kesalahpahaman.

Pertama, strategi adalah jelas merupakan strategi induktif, dan seperti yang ditunjukkan

pertama kali dari pertanyaan-pertanyaan yang diadakan oleh guru, anak-anak sebelumnya akan

memperoleh pengalaman yang “lebih terbuka” atau memotivasi seperti cerita, pembahasan

film, atau perjalanan lapangan untuk melengkapi input pertama dari data faktual atau

pengamatan-pengamatan. Kedua, strategi pada awalnya merupakan strategi yang diarahkan

pada guru, tetapi kemudian menunjukkan bahwa anak-anak mempelajari dengan cepat

rangkaian pertanyaan-pertanyaan dan segera menguasai proses penyelidikan mereka sendiri.

Dan meskipun pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan-pertanyaan terarah, namun

mereka cukup terbuka untuk memungkinkan sejumlah besar reaksi yang berbeda dari siswa-

siswa.

GENERALISASI

Generalisasi adalah pernyataan hubungan dari dua atau lebih konsep. Pernyataan ini berkisar

dari yang sangat sederhana sampai yang sangat kompleks. Kadang-kadang disebut juga sebagai

prinsip-prinsip atau hukum. Pernyataan di bawah ini merupakan generalisasi:

Manusia berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial mereka, baik manusia maupun

lingkungan mengalami perubahan. Semua orang dan sekelompok orang tergantung pada orang

lain dan kelompok lain untuk memuaskan kebutuhan. Konflik dan ketidakadilan sering

merupakan hasil dari menilai perbedaan kategori-kategori fakta, seperti kulit putih atau

kecerdasan tinggi Perubahan budaya dipercepat oleh faktor-faktor seperti meningkatnya

pengetahuan, mobilitas, dan komunikasi, baik yang ada di dalam maupun antar budaya

Generalisasi seperti pernyataan di atas memberi kita sarana yang berguna untuk

mengekspresikan hubungan antara akumulasi fakta dan informasi dengan cara yang sangat

terorganisir dan sistematik. Pengertian generalisasi menjadi semacam istilah untuk

pengetahuan yang terakumulasi selama pengalaman hidup kita. Hal itu juga berguna sebagai

alat yang membantu kita menjelajahi situasi baru.

Secara tradisional, sekolah telah mengakumulasi generalisasi ini dalam suatu penjelasan

yang terinci. Guru telah mengajarkan atau membahas tentang generalisasi, para penulis buku

ilmu sosial telah memasukkan generalisasi sebagai pernyataan yang benar . Biasanya,

generalisasi digunakan dengan cara deduktif, yaitu, siswa menerima kebenaran suatu

pernyataan dan kemudian mencari contoh yang menggambarkan secara detail khususnya atau

dalam aplikasi lokal.

Sudut pandang yang diambil dalam teks ini adalah siswa sekolah dasar dan menengah

harus memiliki kesempatan maksimal memahami generalisasi untuk diri mereka sendiri.

Generalisasi dapat dipahami melalui belajar secara deduktif, karena model pembelajaran ini

telah menjadi bagian dari pengalaman belajar siswa. Tetapi siswa memiliki sedikit kesempatan

untuk belajar keterampilan dan terlibat proses memperoleh generalisasi untuk dirinya sendiri.

Anatomi Generalisasi.

Sebelum melanjutkan, kita harus melihat anatomi generalisasi. Kuncinya adalah generalisasi

harus mengungkapkan hubungan antara dua atau lebih konsep. Sebagai contoh, mari kita ambil

dua konsep yang sangat sederhana: hujan dan suhu. Apa yang bisa kita katakan tentang

hubungan keduanya? Kita mungkin dapat membuat pernyataan yang sangat sederhana seperti

"Ketika dingin, hujan berubah menjadi salju." Sementara anak-anak muda sudah memiliki

pengalaman yang cukup dalam hidup mereka untuk memvalidasi pernyataan ini, sebuah

generalisasi yang lebih kompleks mungkin membuat pernyataan tentang hubungan curah hujan

dan temperatur dan efeknya pada tumbuh-tumbuhan. Dalam kasus seperti ini, mungkin untuk

menggeneralisasi bahwa kombinasi dari cuaca hangat, besarnya curah hujan, dan tanah yang

subur menghasilkan sejumlah besar tumbuh-tumbuhan.

Hubungan antara dua atau lebih konsep sering dinyatakan dengan kata kerja seperti

tumbuh lebih besar, penurunan, dipengaruhi oleh, berhubungan dengan, sebab akibat, atau

bervariasi dengan. Anda mungkin ingat bahwa dalam bab 2 kita berbicara tentang generalisasi

sebagai "verifikasi hipotesis". Ini merupakan suatu tes yang baik dari generalisasi, oleh karena

itu, pernyataan disusun ke dalam bentuk "jika ... maka". Tidak hanya itu, cara ini menjelaskan

hubungan unsur-unsur kedalam perspektif yang jelas, tetapi juga mensyaratkan bahwa konsep

dinyatakan dalam urutan yang logis dan pengaruh atau asosiasi lainnya menjadi jelas. Dengan

demikian, dua contoh yang diberikan di atas dapat ditulis kembali seperti berikut:

Jika dingin, maka hujan akan berubah menjadi salju.

Jika ada kombinasi dari cuaca hangat, besarnya curah hujan, dan tanah yang subur, maka

tumbuh-tumbuhan akan dihasilkan dalam jumlah yang banyak.

Karenanya jika sebuah generalisasi tidak disusun dalam bentuk "jika ... maka", maka mungkin

dapat dikatakan itu hanya pernyataan kesimpulan pengetahuan faktual.

Beberapa generalisasi, tentu saja terbatas ruang lingkupnya. Data dari mana generalisasi

berasal mungkin terbatas pada pengalaman seorang individu atau mereka bisa merujuk ke

salah satu kota atau wilayah di Amerika Serikat. Sebagai contoh, kita mungkin memiliki

"pertumbuhan industri kayu di wilayah utara Pacifik tergantung pada ukuran besarnya curah

hujan tahunan. Pernyataan ini jelas terbatas karena pembatasan pada data dari mana

hubungan ini diturunkan. Sebagai bukti adalah curah hujan tahunan dan pertumbuhan ekonomi

dari industri kayu di Nortwest. Suatu rangkaian proses yang sangat berbeda dari generalisasi

mungkin dapat dikembangkan jika kita menganalisis jumlah curah hujan di Thailand dan

dampaknya pada tanaman padi. Kedua contoh memerlukan sumber data yang berbeda. Jika

kita memperpanjang ini dengan menambahkan data sampel pada curah hujan dan produksi

beras di Louisiana, dan sampel lain yang memberikan data tentang jumlah curah hujan dan hasil

gandum di Uni Soviet, kita mendapatkan beberapa kesimpulan yang luas dari rangkaian sampel

yang berbeda tentang pengaruh curah hujan dan suhu pada tumbuh-tumbuhan.

Generalisasi lain, bagaimanapun, memiliki aplikasi universal seluruh pengalaman budaya

masyarakat. Data empiris dari semua zaman dan semua kebudayaan bisa dikemukakan untuk

mendukung hubungan antara dua konsep. Sebagai contoh:

Dalam setiap masyarakat muncul aturan untuk mengatur urusan orang

Budaya cenderung membakukan perilaku manusia dan menstabilkan masyarakat

dengan mengembangkan lembaga-lembaga yang saling terkait dan kompleks.

Generalisasi Tingkat Tinggi dan Rendah

Seperti yang dapat Anda lihat dari diskusi di atas, generalisasi dapat diklasifikasikan

berdasarkan rentang dari aplikasinya. Beberapa bersifat universal, yang lainnya sangat terbatas

dalam situasi yang mereka terapkan. Intinya adalah kita menamakan ini generalisasi tingkat

tinggi, tingkat menengah, dan tingkat yang rendah. Dalam paragrap selanjutnya digambarkan

perkembangan generalisasi dari tinggi ke rendah. Seperti panah menunjukkan, ini dapat dibaca

dalam arah manapun, dari tinggi ke rendah (deduktif), atau dari rendah ke tinggi (induktif).

Contoh-contoh diambil dari Kurikulum Studi Sosial Taba.

Generalisasi Tingkat Tinggi.

Generalisasi ini memiliki aplikasi universal. Mereka berlaku untuk semua orang setiap saat.

Generalisasi dari urutan tertinggi sering disebut hukum atau prinsip.

Contoh: Interaksi antara rakyat dan lingkungannya mempengaruhi cara di mana mereka

memenuhi kebutuhan mereka.

Generalisasi Level Menengah.

Generalisasi ini berlaku untuk daerah tertentu di dunia, budaya, atau era sejarah

Tabel 3.5

Menyimpulkan dan Generalisasi

Tugas kognitif ini memerlukan siswa untuk menafsirkan, dan menggeneralisasi tentang data.Strategi mengajar megharuskan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

Guru Berbicara Siswa Tindak lanjut Guru

Apa yang Anda perhatikan?Lihat? Cari?Apakah anda melihatperbedaan (dengan mengacupada pertanyaan tertentu)?

Mengapa Anda berfikiran initerjadi?Atau, bagaimana Andamenjelaskan perbedaan ini?

Apakah ini berceritatentang…?

Memberikan items ? barang.

Memberikan penjelasan yangmungkin didasarkan padainformasi faktual dan / ataukesimpulan

Memberikan generalisasi

Memberi keyakinan itemdapat diakses, misalnya,papantulis, plastik transparan,daftar individu, gambar, ataukartu item. Memilih itemuntuk melanjutkanMenerima penjelasan.Mencari klarifikasi jikadiperlukan

Mendorong berbagaigeneralisasi dan mencariklarifikasi bila diperlukan.

Cara ini bertujuan untuk memperhitungkan fenomena yang diamati dan generalisasi diluardata dengan cara mengulang dan memperluas memasukkan lebih banyak aspek data dangeneralisasi menjadi lebih abstrak.

Contoh: Orang Amerika yang pindah ke barat dari pesisir timur selama abad kedelapan belas

dan kesembilan belas mengubah gaya hidup mereka untuk hidup di daerah perbatasan.

Generalisasi Level Rendah

Generalisasi ini didasarkan pada data dari hanya dua atau tiga sampel kecil seperti sekelompok

kota di wilayah tertentu.

Contoh: Uang yang berlimpah dalam jangka panjang, pertumbuhan musim hangat memberikan

kondisi yang baik untuk pertumbuhan buah anggur di wilayah San Francisco dan sepanjang

pantai selatan Danau Erie.

Meringkas Pernyataan. Berbeda dengan berbagai level generalisasi yang diuraikan di atas,

yang cenderung menyimpulkan serangkaian fakta atau observasi yang berasal dari sampel

tunggal, seperti manufaktur di Boston, variasi suhu di sebuah kota, atau bahkan seperti topik

Revolusi Amerika. Hal ini juga untuk menunjukkan bahwa tidak peduli berapa banyak data

dapat terakumulasi pada salah satu dari topik ini, kegiatan semacam ini masih tetap merupakan

merangkum/meringkas dan bukan pernyataan generalisasi jika data diambil dari sampel

tunggal.

Pembaca harus diingatkan untuk tidak menganggap ringkasan fakta yang panjang sebagai

generalisasi. Hal ini bukan merupakan komparasi dan perbedaan dari dua atau lebih sampel dan

menentukan hubungan antara konsep penting (atau variabel) yang terlibat dalam proses

generalisasi. Tabel 3 menggambarkan strategi mengajarkan anak untuk menggeneralisasi.

GENERALISASI DALAM DESAIN KURIKULUM

Dalam merencanakan sebuah unit belajar, guru biasanya memulai melalui produk akhir (tujuan)

dari pembelajaran siswa. Ini berfungsi sebagai target atau fokus semua perencanaan lain.

Dinyatakan dalam bentuk perilaku, misalnya, hasil belajar mungkin:

Setelah menyelesaikan unit belajar kebudayaan dunia, siswa akan menulis pernyataan seputar

generalisasi sebagai berikut :

Budaya berasal dari masyarakat untuk masyarakat. Setiap kebudayaan dalam perjalanan waktu

akan mengalami perubahan. Beberapa perilaku dan institusi dalam suatu budaya bersifat

universal sementara yang lain sangat bervariasi, bahkan selama periode yang sama.

Menggunakan ini sebagai tujuan akhir semua kegiatan, guru kemudian dapat memulai

merencanakan isi, materi, dan pengalaman belajar yang tetap akan membantu siswa sampai

pada akhir generalisasi ini. Gambar 3.1 menunjukkan garis besar skema proses. Perlu

ditekankan kembali bahwa diagram ini menunjukkan aktivitas perencanaan guru yang

merupakan ukuran besar proses deduktif. Kegiatan belajar siswa bagaimanapun, mulai dari

bagian bawah diagram, dan hasil induktif menuju generalisasi tingkat tinggi.

Dalam setiap bab (Bab 7 hingga 12), ada contoh-contoh konsep dan generalisasi dari ilmu sosial.

Selain itu, Bab 5 dan 6 menjelaskan pendekatan interdisipliner dan menggambarkan bagaimana

generalisasi dari berbagai disiplin ilmu sosial dapat digunakan untuk mempelajari topik dan

masalah-masalah yang luas. Contoh generalisasi dari bab-bab ini disajikan dalam tabel 3.6.

Bagaimanapun guru harus berhati-hati, bahwa daftar generalisasi dalam diri mereka hanyalah

daftar. Ketika diberikan panduan kurikulum negara bagian atau lokal dimaksudkan untuk

membantu mereka sebagai panduan. Dalam banyak kasus, tetap bagi guru untuk bekerja di luar

dimensi praktis yang berkaitan dengan konsep dan generalisasi untuk ketepatan isi, bahan

pengajaran, dan strategi pengajaran yang diarahkan untuk anak di kelasnya. Beberapa proyek

kurikulum baru memulai mengatakan item ini secara detail dengan lebih hati-hati, dan sejumlah

pemasok komersial sedang mengembangkan perangkat material yang relatif murah, kadang-

kadang tentang ukuran sebuah koper besar atau kaki laci, yang berisi semua yang diperlukan,

buku, filstrip, dan peralatan.

Gambar 3.1 Hubungan Generalisasi, konsep dan Fakta

Tabel 3.6Kunci Generalisasi Ilmu Sosial

Disiplin Generalisasi

Sejarah Dimana pun manusia hidup, konflik antara individu,

GENERALISASI

KESIMPULAN

KONSEP

FAKTA DAN

PENGAMATAN

kelompok, dan bangsa muncul.Pakar Sejarah memandang masa lalu dipengaruhi olehtersedianya fakta-fakta/bukti, kecenderungan masing-masingindividu dan tujuannya menulis, serta masyarakat dan saatdimana ia hidup dan menulis.

Sosiologi Semua karakteristik perilaku manusia dipelajari darimanusia lain melalui interaksi kelompok.

Kelompok ini menggunakan kontrol sosial terhadapkeanggotaan individu dengan menggunakan sanksi

Antropologi Budaya menggunakan keragaman sarana untuk mencapaitujuan yang sama dan untuk memenuhi kebutuhanmanusia umumnya.Pertukaran budaya terjadi ketika kelompok-kelompokdengan beragam budaya masuk ke dalam hubungan yangberkelanjutan.Perubahan budaya dapat mengganggu masyarakat.

Geografi Lingkungan fisik mempengaruhi bagaimana suatu budayaberkembang dan bagaimana hal itu dapat memecahkan masalahkelangsungan hidup.Persepsi individu tentang lingkungan fisiknya dipengaruhi olehbudayanya dan pengalaman dalam lingkungannya.

Ilmu politik Dalam setiap masyarakat dan lembaga, peraturan danhukum lahir utk mengatur perilaku individu & kelompok.

Aturan dan hukum mencerminkan nilai-nilai dasar dalammasyarakat atau lembaga.

Ekonomi. Setiap individu dan masyarakat menghadapi konflik antarketidakterbatasan keinginan dengan alat pemuas yang terbatas.Semua anggota masyarakat saling ketergantungan. Seorangindividu menghasilkan barang-barang dan jasa untuk ditukarkandengan barang dan jasa yang mereka butuhkan untuk memuaskankebutuhan pokok mereka

TEORI : SIFAT DAN CONTOH

Teori adalah bentuk tertinggi pengetahuan dan merupakan tujuan utama dari ilmu

pengetahuan. Teori-teori membantu kita untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku

manusia (fenomena). Meskipun keseluruhan kesepakatan definisi istilah tidak ada, kebanyakan

ilmuwan setuju bahwa teori terdiri dari himpunan proposisi seperti hukum saling keterkaitan

atau generalisasi tingkat tinggi yang teruji. Proposisi (atau generalisasi tingkat tinggi) harus

menjadi sebuah teori.

a) menunjukkan hubungan antara variabel atau konsep yang jelas,

b) merupakan suatu sistem berfikir deduktif dan secara logis konsisten; prinsip yang tidak

dikenal harus diturunkan dari suatu yang dikenal, dan

c) menjadi sumber pengujian hipotesis..

Tidak seperti para ilmuwan fisika, ilmuwan sosial secara relatif mengembangkan

beberapa teori yang konsisten dengan definisi di atas. Hal ini karena ilmu sosial adalah bidang

yang jauh lebih baru daripada ilmu-ilmu fisik. Juga, data tentang perilaku manusia jauh lebih

sulit untuk dikumpulkan dan memverifikasi banyak data tentang lingkungan fisik kita. Namun,

ilmuwan sosial telah sukses dalam merumuskan sejumlah teori parsial. Teori-teori yang

digambarkan di bawah ini hanya sebagian karena mereka berusaha untuk menjelaskan dan

memprediksi aspek yang terbatas dari perilaku manusia. Teori pertama dari dua teori mencoba

menjelaskan bagaimana harapan kelompok menentukan perilaku individu. Grand teori atau

teori-teori khusus mencoba menjelaskan, dengan beberapa proposisi, semua perilaku

kelompok atau keseluruhan kelas dari fenomena. Teori Evolusi Darwin, Teori Sel Cahaya

Newton, dan teori Relatif Einstein adalah contoh dari teori-teori besar dalam ilmu biologi dan

fisika. Ilmuwan sosial belum mampu mengembangkan grand teori atau teori yang mencakup

semuanya.

Contoh Teori

Teori Bunuh Diri Durkheim

Salah satu teori empiris ilmu sosial yang pertama, adalah teori Dukheim menjelaskan

rendahnya tingkat bunuh diri di Spanyol. Sistem Dukheim memenuhi semua karakteristik dari

sebuah teori yang digambarkan di atas.

1. Dalam setiap kelompok sosial, tingkat bunuh diri bervariasi secara langsung dengan

tingkat individualisme

2. Tingkat individualisme bervariasi dengan keyakinan Agama Protestan.

3. Oleh karena itu, tingkat bunuh diri bervariasi dengan keyakinan Agama Protestan

4. Kayakinan Agama Protestan di Spanyol rendah

5. Oleh karena itu, tingkat bunuh diri di Spanyol rendah.

Teori Bunuh Diri Merton

Merton merumuskan dan menguji teori untuk menjelaskan rendahnya insiden bunuh diri di

kalangan Katolik daripada kalangan Protestan:

1. Kohesi sosial menyediakan dukungan fisik kepada anggota kelompok terhadap stres dan

kecemasan yang akut.

2. Angka bunuh diri adalah fungsi dari kecemasan dan stress yang tak henti-hentinya kepada

seseorang atau subjek

3. Agama Katolik (dan kelompok tambahan yang ditentukan) memiliki kohesi sosial yang lebih

besar daripada Agama Protestan.

4. Oleh karena itu, tingkat bunuh diri yang rendah telah diantisipasi oleh kalangan Katolik

daripada kalangan Protestan.

Teori Ekspektasi kelompok

Chinoy melaporkan sebuah teori sosiologis yang mencoba untuk menjelaskan mengapa orang-

orang di wilayah utara mengembangkan sikap rasial negatif hasil dari tinggal di bagian Selatan.

1. Pria cenderung untuk berperilaku sesuai dengan harapan orang lain

2. Jika pria mengubah teman mereka secara sukarela, maka sikap dan perilakunya dalam

hubungan social akan dipengaruhi oleh teman barunya tersebut. 3a. Jika orang-orang di

wilayah utara pindah ke Laut Selatan, mereka sikap dan tindakan mereka akan

dipengaruhi oleh sikap rasial dan adat orang selatan.

3b. Tingkat dan luasnya perubahan ini, akan bergantung pada apakah mereka

berasosiasi/berteman dengan migran daerah selatan atau daerah utara.

TEORI DALAM KURIKULUM STUDI SOSIAL

Pendidik ilmu sosial telah melakukan pekerjaan yang relatif sedikit berhubungan dengan

pengajaran teori kepada siswa. Beberapa penulis telah menyarankan para pengembang

kurikulum untuk mengidentifikasi teori-teori ilmu sosial sehingga akan membantu siswa dalam

membuat keputusan dan mengajarkan konsep-konsep dan generalisasi bagi kepentingan

mereka. Ada banyak teori parsial dalam ilmu-ilmu sosial yang dapat digunakan pendidik dalam

desain kurikulum. Termasuk teori-teori seperti teori kepribadian dan perilaku Roger, teori

ambisi politik dari Schlesunger, dan teori stratifikasi sosial Lenski.

Tabel 3.7

Hubungan Kategori Pengetahuan

Gambar ini mengilustrasikan hubungan antara fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Perhatikan

bahwa setiap kategori pengetahuan tergantung pada pengembangan unsur di bawahnya.

Teori: Teori Bunuh Diri Durkheim

Generalisasi: dalam setiap kelompok sosial, tingkat bunuh diri bervariasi secara langsung

dengan tingkat individu.

Konsep:Tingkat Bunuh Diri; Individualis

Fakta: Hanya 7,6 per 100.000 orang bunuh diri di Spanyol pada 1965, dibandingkan dengan

16,3 per 1000.000 di Amerika Serikat.

Berdasarkan laporan data dalam abstrak statistik Amerika Serikat. Washington, DC: USGovernment Printing Office, 1969, hlm. 81

Meskipun pendekatan ini mengkonstruksi kurikulum merupakan sesuatu yang memberi

harapan, kami tidak memiliki model atau contoh-contoh seputar teori-teori kurikulum studi

sosial yang terstruktur. Banyak pekerjaan yang berhubungan dengan teori mengajar untuk

anak-anak harus dilakukan sebelum merekomendasikan kurikulum khusus dibuat . Namun,

selama studi dari beberapa konsep (seperti bunuh diri, prasangka, ambisi politik, dan stratifikasi

sosial), terutama di kelas-kelas menengah dan atas, guru mungkin dapat mengambil teori-teori

seperti di atas untuk membimbingnya memilih generalisasi untuk mengajar dan membantu

siswanya lebih memahami dan memprediksi perilaku. Seperti semua bentuk pengetahuan, teori

sosial memiliki keterbatasan. Hal tersebut bersifat sementara dan tidak selalu menentukan

kondisi atau pengecualian. Meskipun ini memiliki keterbatasan, teori adalah bentuk paling kuat

dari pengetahuan yang belum pernah dibuat. Tabel 3.7 menggambarkan hubungan antara

berbagai kategori pengetahuan yang dibahas dalam bab ini.

RINGKASAN

Bab ini telah menjelaskan mengenai produk penyelidikan (inkuiri) sosial: fakta, konsep,

generalisasi, dan teori. Produk-produk ini tunduk pada bentuk yang konstan dan hasil revisi,

karenanya penting proses penyelidikan/inkuiri sosial. Namun, orang-orang mestinya pada

waktu tertentu, menggunakan produk pembelajaran yang paling fungsional dan dapat

diidentifikasi. Bab ini memfokuskan pada sifat dan strategi pengetahuan sosial yang sesuai

untuk mengajarkan fakta-fakta, konsep, dan generalisasi.

Pengetahuan faktual terdiri dari data spesifik tentang kejadian, benda, orang, atau

fenomena lainnya yang dapat atau telah diverifikasi oleh indera. Bagaimanapun, persepsi kita

tentang beberapa fakta dapat mrnyimpang, dengan prasangka atau pertimbangan nilai. Konsep

adalah kata-kata abstrak yang berguna untuk mengklasifikasikan kelompok fakta, peristiwa,

atau ide atas dasar karakteristik yang sama atau umum. Memilah, mengklasifikasi, dan

pelabelan data dalam jumlah besar dalam lingkungan kita membimbing kita membuat konsep.

Konsep-konsep membantu kita mengurangi kompleksitas dari dunia untuk dapat dikelola lebih

proporsional. Kurikulum ilmu sosial menyediakan banyak contoh kata-kata yang sangat abstrak

yang digunakan untuk mengekspresikan ide-ide yang sangat kompleks, kata-kata seperti

komunitas, masyarakat, tradisi, kontrol sosial, kekuasaan, kerjasama, dan hukum. Sejumlah

jenis konsep yang diidentifikasi dan strategi yang tepat untuk belajar konsep dibahas dalam bab

ini..

Generalisasi didefinisikan sebagai pernyataan hubungan antara dua atau lebih konsep.

Pernyataan dari aplikasi yang paling luas atau universal digambarkan sebagai generalisasi

tingkat tinggi; orang-orang dari lingkup terbatas, yang diambil dari hanya beberapa sampel

data, disebut generalisasi tingkat rendah. Karena umumnya belajar faktual yang terbatas,

pembedaan dibuat antara berbagai tingkat generalisasi dan meringkas pernyataan yang

terbatas pada data yang diambil dari sampel tunggal atau studi kasus. Hati-hati kami harus

mengulangi disini: tidak sampai membuat komparasi dan perbedaan dengan dua atau lebih

sampel, dan hubungan dibentuk antara konsep penting bahwa seseorang dapat dikatakan

terlibat dalam proses generalisasi.

Akhirnya, kami menganggap status teori ilmu sosial dan itu mungkin peran kurikulum

ilmu sosial. Teori didefinisikan sebagai satu set generalisasi empiris yang saling terkait yang

mampu menjelaskan dan memprediksi perilaku. Sebagian karena status darurat dari teori

dalam ilmu sosial, pengajaran teori ilmu sosial di sekolah-sekolah belum digali secara sistematis

oleh pendidik ilmu sosial.

DISKUSI DAN LATIHAN PERTANYAAN

1. Buatlah daftar sepuluh fakta yang dapat atau telah diverifikasi tentang beberapa peristiwa

penting atau masalah baru-baru ini, misalnya, kampanye pemilihan presiden, program-

program perlindungan konsumen, konflik rasial, pemogokan yang berkepanjangan, atau

kontroversi kampus. Apakah semua "fakta" ini terdistorsi oleh persepsi bias atau prasangka

terhadap data?

2. Menggunakan daftar sepuluh fakta yang berkaitan dengan salah satu dari peristiwa atau

masalah dalam Pertanyaan 1, mereka mengkatogorikan ke dalam kelompok dan label

dengan konsep yang sesuai kata atau frase. Dapatkah beberapa item dipertukarkan di

antara kelompok? Apakah ini berpengaruh terhadap konsep yang diterapkan untuk

kelompok?

3. Menggunakan model yang disarankan dalam tabel 3.1, mengembangkan suatu daftar

hirarkis dari konsep yang mungkin sesuai untuk sebuah unit belajar yang salah satu

topiknya ada dalam Pertanyaan 1.

4. Konsep dan generalisasi sering membingungkan dan saling menggantikan satu sama lain.

Bagaimana Anda membedakan satu dari yang lain?

5. Menggunakan beberapa konsep yang dirumuskan dalam Pertanyaan 2, menulis empat

generalisasi yang mungkin dikembangkan dari mereka (dengan asumsi data yang tersedia

untuk mendukung mereka). Uji generalisasi masing-masing dengan membentuk kembali ke

dalam kondisi bentuk "jika ... maka" untuk memeriksa hubungan logis antara konsep.

(Tujuan dari latihan ini adalah untuk mengembangkan praktek dalam merumuskan

pernyataan generalisasi, ketidakpastian akan ditemukan dari data yang diverifikasi)

6. Menilai buku ilmu sosial atau buku panduan kurikulum terkini. Apakah Anda menemukan

bukti penulis telah menggunakan, eksplisit atau implisit, kumpulan generalisasi tingkat

tinggi disajikan menjadi satu kesatuan materi isi (konten) yang terpilih?

7. Periksa beberapa buku ilmu sosial atau materi kurikulum terkini. Sejauh mana siswa

didorong untuk membandingkan dan membedakan materi dari beberapa sumber data?

Apakah materi diorganisir sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk

mengembangkan generalisasi yang bersifat induktif? Sejauh mana siswa membatasi

"ringkasan pernyataan" tentang materi yang mereka pelajari?

8. Kembali berfikir kebelakang mengenai ilmu sosial yang Anda miliki. Teori utama yang mana

dari satu atau lebih disiplin ilmu yang Anda kenal? Sejauh mana mereka memenuhi kriteria

untuk teori yang diidentifikasi dalam bab ini? Jika siswa akrab dengan cerita ini, apakah itu

mungkin memberikan kontribusi untuk pemahaman mereka tentang konsep dan

generalisasi? Bagaimana mungkin itu memberi kontribusi untuk pengambilan keputusan

yang lebih efektif tentang masalah-masalah sosial yang terkait dengan itu?

9. Identifikasi dan jelaskan masing-masing dari istilah-istilah berikut. Beri gambaran tentang

bagaimana pengunaayan masing-masing.

a) fakta i) Konsep interdisplinerb) konsep j) Contoh positif konsep

c) Generalisasi k)Contoh negatif konsepd) Tingkatan hirarkis konsep l) Generalisasie) konsep abstrak m) Generalisasi tingkat rendah atau tinggif) konsep konkrit n) Meringkas pernyataang) konsep relasional o) Teorih) fungsi pengorganisasian konsep

BAB 4

PENYELIDIKAN SOSIAL : STRATEGI PERTANYAAN

Leni Maryani

Sheilly Novia

Diantara berbagai metoda pengajaran, tidak ada yang lebih luas digunakan ketimbang

pertanyaan. Dialog ala Sokrates kuno masih dikagumi sebagai suatu teknik ulung dan oleh

banyak orang dipandang sebagai model yang dicontoh. Akan tetapi, lantaran metoda ini

dianggap sudah lazim dan umum, tidak banyak dilakukan penelitian tentang peranan

pertanyaan-pertanyaan dalam kelas terhadap proses pembelajaran. Dalam berbagai jurnal

profesi, telah banyak ditulis artikel yang mendesak para guru untuk mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang ‘baik’ atau pertanyaan-pertanyaan yang ‘menuntut berpikir atau pertanyaan

tentang ‘mengapa’. Namun tidak banyak diberikan arahan spesifik untuk memperlihatkan apa

yang dimaksud dengan pertanyaan yang baik atau pertanyaan yang merangsang berpikir.

Barulah akhir-akhir ini para peneliti berusaha mengkaji secara sistematis tipe-tipe pertanyaan

yang diajukan para guru, tipe-tipe pertanyaan yang diajukan secara independen oleh para

siswa, dan hubungan antar variable-variabel perting dalam strategi pertanyaan dengan proses

mengajar-belajar. Bab ini akan menyelidiki pertanyaan-pertanyaan dalam kelas, baik secara

lisan maupun tulisan, dari sejumlah pertimbangan: (1) maksud dan fungsi pertanyaan, (2)

penggunaannya sebagai elemen dalam strategi pengajaran yang ada kaitannya dengan

penelitian sosial, penentuan nilai, dan pengambilan keputusan, (3) cara-cara mengklasifikasikan

pertanyaan-pertanyaan dalam kelas, dan (4) beberapa instrument sederhana untuk

mengobservasi dan menganalisis level pertanyaan dan juga instrument untuk pemberian

umpan balik kepada guru tentang kinerja pertanyaannya.

MAKSUD DAN FUNGSI PERTANYAAN DALAM KELAS

Walaupun pertanyaan-pertanyaan dapat digunakan untuk beragam maksud, namun

kegunaannya yang paling sering adalah sebagai alat untuk menguji pengetahuan siswa, yang

sering dilaksanakan pada akhir suatu bab dalam suatu buku atau suat satuan pengajaran.

Pengajuan pertanyaan lisan yang cepat oleh guru biasanya berfungsi sebagai alat yang

bermanfaat untuk mereview atau merangkum suatu pelajaran, atau sebagai pengantar

pendahuluan bagi materi baru pengajaran. Pada tingkatan yang lebih rendah, fungsi serupa

dapat dijalankan lewat ujian tertulis singkat, atau pertanyaan-pertanyaan akhir-bab dalam

suatu buku teks. Sebaliknya, pertanyaan-pertanyaan yang lebih luas dan bersifat terbuka

seperti “Bagaimanakah pendapat Anda tentang kedatangan bangsa Indian di Amerika pertama

kali?” berfungsi sebagai alat motivator untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan guna

memusatkan pikiran siswa pada suatu arah pada permulaan suatu pelajaran atau satuan

pembelajaran yang lebih besar. Tipe-tipe pertanyaan yang lain berfokus pada proses

pembelajaran dan isi (materi) yang sedang dipelajari. Sebagai contoh:

- Kesimpulan apakah yang dapat Anda tarik dari data-data ini?

- Perbandingan atau perbedaan apakah yang dapat Anda buat mengenai aspek-aspek

ekonomis kehidupan di kota New England berdasarkan bahan pelajaran yang telah kita

dapat tentang contoh-contoh abad ke-19?

- Kesimpulan umum apakah yang dapat Anda tarik mengenai kehidupan ekonomi pada masa

itu?

- Apakah kesimpulan umum tersebut masih berlaku dewasa ini?

- Dapatkah Anda memprediksi (membuat hipotesis tentang) perubahan-perubahan yang

dapat timbul dalam aspek-aspek ekonomis kota-kota New England pada tiga dekade yang

akan datang?

- Dapatkah Anda menguji validitas prediksi (atau hipotesis) itu?

Meskipun pertanyaan-pertanyaan semacam ini mewakili pertanyaan ideal yang sering

dibahas dan ditumbuhkan dalam jurnal-jurnal profesi dan buku-buku teks metoda, namun yang

terjadi sesungguhnya dalam kelas rasanya tidak mencapai sasaran-sasaran ini. Sejumlah kajian

mutakhir memperlihatkan bahwa walaupun tujuan guru sering dinyatakan atau ditujukan pada

tingkat intelektual yang tinggi, namun tipe-tipe pertanyaan yang diajukan guru, baik dalam

diskusi lisan maupun sebagai butir-butir pertanyaan ujian tertulis, seringkali hanya menuntut

ingatan atas suatu jawaban yang sudah pernah dipelajari. Kami berpendapat bahwa

pertanyaan-pertanyaan guru harus memancing lebih daripada sekedar respons isi yang tepat.

Pertanyaan-pertanyaan itu juga harus menuntut para siswa untuk menggunakan berbagai

proses pembelajaran seperti pembentukan konsep, perumusan hipotesis, atau Pengembangan

generalisasi. Hal yang secara khusus penting adalah tantangan (pertanyaan) dari para siswa

maupun guru:

Bagaimana Anda mengetahuinya?

Mana data-data yang mendukung kesimpulan itu?

Mengapa Anda berkeyakinan demikian

Atas dasar apa Anda menganggap solusi itu bagus (buruk)?

Pada halaman-halaman berikut ini kita akan memperlihatkan bagaimana pertanyaan-

pertanyaan semacam di atas dapat dibangun secara langsung untuk model penelitian sosial

yang dibahas pada Bab 2.

SEBUAH STRATEGI PERTANYAAN TENTANG PENYELIDIKAN SOSIAL

Model penyelidikan sosial yang diperlihatkan dalam Gambar 2.1 terdiri atas serangkaian

elemen yang: (1) mengekspresikan keraguan atau perhatian, (2) merumuskan suatu masalah

dan menentukan kedudukan teoritis atau nilai-nilai yang terkandung implicit didalamnya, (3)

merumuskan hipotesis kerja, (4) menentukan atau mengklarifikasi istilah-istilah kunci dalam

hipotesis tersebut, (5) menghimpun data-data, (6) menganalisis dan mengevaluasi data, dan (7)

menguji hipotesis dan menarik kesimpulan umum (generalisasi).

Mengekspresikan Keraguan Dalam mengawali suatu satuan pelajaran yang melibatkan

penyelidikan sosial, pertama-tama guru merencanakan suatu situasi yang memperkenalkan

beberapa bentuk inkongruensi, kontradiksi, atau ketidakpuasan sehingga para siswa akan

mempersepsi adanya suatu masalah dan merasa perlu memecahkannya. Sudah tentu, sifat dan

ruang lingkup masalah berbeda-beda, namun tugas pokok tetap sama: membangkitkan

keingintahuan siswa dan memotivasi siswa untuk melakukan penyelidikan.

Memulai dengan Pertanyaan Nilai Salah satu pendekatan adalah memulai dengan suatu

pertanyaan tentang nilai dan kemudian bergeser pada suatu pertanyaan ilmiah. Karena

pertanyaan nilai cenderung mencakup elemen kontroversi yang kuat dan nada emosional,

maka pertanyaan itu cepat membangkitkan minat dan motivasi. Berikut ini dikemukakan

beberapa contoh yang memperlihatkan bagaimana pergeseran tersebut bisa dilakukan.

Problem 1: Pembangunan Suatu Jalan Bebas Hambatan Baru

Pertanyaan Nilai: Haruskah kita membangun sebuah jalan bebas hambatan baru yang terdiri

atas 10 lajur melewati jantung distrik pemukiman pusat? Pembangunan jalan ini akan

menggusur 600 keluarga atau lebih. Bisakah mereka menemukan tempat pemukiman lain yang

terjangkau oleh mereka?

Setelah melakukan diskusi dalam kelas, guru dapat membantu menggeser fokus diskusi

menuju pertanyaan ilmiah?

Pertanyaan Ilmiah: Berapakah jumlah lajur yang dibutuhkan pada jalan baru itu guna

menampung perkiraan volume lalu lintas menuju atau keluar dari kota tersebut? Pada tahun

1990?

Apakah dampaknya (terhadap masyarakat setempat) upaya-upaya menghubungkan

jalan raya timur-barat antar-negara bagian dengan jalan raya utara-selatan antar-negara

bagian. Berapa rumah atau perusahaan yang harus direlokasi? Apakah jalan baru itu dapat

secara efektif memisahkan satu bagian masyarakat dari bagian masyarakat yang lainnya?

Apakah tersedia rumah bagi keluarga-keluarga yang rumahnya tergusur oleh jalan baru itu?

Problem 2: Minoritas di Daerah Suburban

Pertanyaan Nilai: Haruskah orang kulit hitam pindah ke daerah suburban yang dihuni kaum

kulit putih? Setelah para siswa mengemukakan pendapat mereka dan mendiskusikan

pertanyaan sampai batas tertentu, guru dapat menggeser fokus menuju pertanyaan-

pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan pertanyaan nilai semula.

Pertanyaan Ilmiah: Bagaimanakah pengaruh kehadiran golongan minoritas didalam suatu

masyarakat yang seluruh anggota sebelumnya adalah kulit putih terhadap ketersediaan

lapangan pekerjaan, kualitas pendidikan di sekolah, angka kriminalitas, dan lain-lain? Bentuk-

bentuk diskriminasi macam apakah yang dihadapi kaum kulit hitam didalam sebuah masyarakat

yang seluruhnya berkulit putih?

Problem 3: Aturan Arena Bermain

Pertanyaan Nilai: Setelah berkelahi di arena bermain atas pemakaian lapangan basket, guru

mengajukan pertanyaan kepada para siswa: “Apakah kalian sesunggunya menganggap aturan

itu tidak adil di sekolah ini? Apakah anak-anak tertentu lebih didahulukan?”

Setelah melakukan diskusi terbuka selama beberapa menit, dimana siswa

mengungkapkan pendapat mereka dan mungkin melupakan rasa marah atau frustrasinya, guru

bisa menggeser fokus diskusi dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang

berkaitan dengan masalah itu?

Pertanyaan Ilmiah: Bagaimakah aturan-aturan tentang pemakaian lapangan basket?

Bagaimanakah waktu dijadwalkan? Adakah rencana untuk merotasikan (pemakaian) lapangan

sehingga kelompok siswa tertentu tidak punya kesempatan untuk memakai lapangan itu?

Apakah sudah ada ketentuan-ketentuan untuk mengatasi perselisihan bilamana perselisihan

timbul?

Walaupun semua pertanyaan diatas merupakan pertanyaan kontemporer, namun

teknik serupa dapat dipakai untuk membangkitkan minat dalam mengkaji masalah-masalah

yang berakar pada masa lampau.

Problem 4: Penggunaan Bom Atom

Pertanyaan Nilai: Haruskah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki

dan menyebabkan nyawa ribuan manusia dan kehancuran total kedua kota itu?

Para siswa yang peka terhadap implikasi pemusnahan massal umat manusia mempunyai

beragam pendapat, pandangan, dan perasaan tentang topik penting ini. Untuk mencegah

diskusi kelas berubah menjadi sekedar pertukaran pendapat, guru harus membantu menggeser

fokus diskusi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang ada kaitannya dengan

keputusan strategis yang diambil Presiden Truman dan para penasehatnya.

Pertanyaan Ilmiah: Pertimbangan-pertimbangan strategis apakah yang dilibatkan dalam

pengambilan keputusan tersebut? Bagaimanakah respons bangsa Jepang terhadap berbagai

tawaran perdamaian yang telah diajukan? Bagaimanakah pengaruh doktrin “menyerah tanpa

syarat” Presiden Roosevelt terhadap pemikiranstrategis Perang Dunia II?

Banyak topik tipikal dalam program kajian sosial dapat didekati dengan cara yang sama,

topik-topik seperti hak suara, “pajak tanpa representasi”, gerakan kearah barat, atau doktrin

Monroe. Masalahnya adalah bahwa pertanyaan-pertanyaan nilai cenderung membangkitkan

minat dan motivasi siswa dan, bilamana memungkinkan, guru harus menjadikannya modal

untuk memulai suatu problem penyelidikan sosial. Dalam Bab 13, kami membahas strategi-

strategi lain untuk mengajarkan isu-isu yang berbasis nilai.

Mengawali dengan Pertanyaan Ilmiah

Namun, tidak semua masalah dapat diawali dengan mudah dengan pertanyaan-pertanyaan

nilai. Baik juga jika kita merotasikan prosedur seseorang sehingga para siswa tidak bosan

dengan pendekatan yang sama atas setiap masalah. Disini para guru dapat dengan cerdik

mengemukakan “dissonansi kognitif (meminjam istilah Festinger) dengan melontarkan suatu

“peristiwa kesenjangan” sebagai pancingan intelektual untuk membangkitkan rasa ingin tahu

dan motivasi. Beberapa contoh yang dapat digunakan adalah:

1. Mengapa bangsa Eskimo bisa hidup pada iklim Arktik yang ekstrim, padahal orang-orang

yang baru-baru ini pindah dari daerah beriklim hangat ke daerah utara mengalami kesulitan

besar dalam menyesuaikan diri terhadap iklim baru itu?

2. Mengapa kota Seattle amat jarang bersalju sementara kota-kota lain pada garis lintang

yang sama atau lebih rendah, seperti Minneapolis, Chicago, Rochester, atau Boston, sangat

sering bersalju?

3. Mengapa sebuah negara yang tingkat produktivitasnya dan standar penghidupannya tinggi

seperti Amerika Serikat mempunyai daerah-daerah, seperti Appalacchia, dimana

kemiskinan begitu tersebar secara luas?

Contoh-contoh di atas menggambarkan cara-cara penggunaan pertanyaan guna

membangkitkan motivasi dan minat terhadap suatu masalah. Kedua pendekatan yang

dikemukakan di atas dapat digunakan. Mengawali dengan pertanyaan nilai lebih dulu memiliki

kelebihan lantaran memuat suatu unsur emosional yang kuat yang membantu membangkitkan

minat siswa. Kemudian, guru bisa mengambil langkah-langkah guna menggeser fokus diskusi

sehingga diskusi itu berpusat pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Jika suatu pertanyaan nilai

tidak layak sebagai pemantik atau topik itu tidak mengandung pertanyaan nilai, maka suatu

pertanyaan imliah yang disusun sedemikian rupa sehingga menciptakan “dissonansi kognitif”

dengan melontarkan suatu peristiwa senjang, bisa digunakan untuk membangkitkan minat dan

motivasi siswa.

PERUMUSAN MASALAH

Tahapan berikutnya dalam proses penyelidikan adalah dengan merespons minat yang sudah

terbangkitkan dan mulai mengidentifikasi komponen-komponen suatu masalah. Masalah itu

haruslah masalah yang dapat diteliti, yang memiliki jawaban, yang dapat dibuat beberapa

hipotesis atau pertanyaan daripadanya, dan data-datanya dapat dikumpulkan serta generalisasi

dapat ditarik daripadanya.

1. Apakah maruyuana berbahaya? Apakah perbedaannya dari minuman beralkohol? Apakah

konsekuensi sosial pemakaian narkoba?

2. Industri perkapalan Amerika Serikat terus mengalami penurunan sejak tahun 1920-an.

Apakah yang telah diperbuat pemerintah untuk melindungi kepentingan maritimnya dan

mencegah semua perdagangan impor-ekspornya dilaksanakan kapal-kapal berbendera

asing?

3. Bagaimanakah wajah kota-kota kita pada masa dulu? Mengapa bisa demikian?

Bagaimanakah perubahan yang dialaminya ketika berbagai golongan manusia memasuki

kota-kota tersebut?

4. Bagaimanakah cara negara-negara demokrasi di masa lampau menjaga kesetimbangan

antara kebutuhan mencapai consensus tentang nilai-nilai umum tertentu dan hak individu

untuk berbeda pendapat?

Dalam kerangka yang dijelaskan pada Bab 2, masalah-masalah ini diidentifikasi sebagai

pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Hipotesis kerja (working hypothese) dapat dirumuskan untuk

masing-masing masalah, konsep dapat disusun, data-data dapat dikumpulkan dan dianalisis,

dan generalisasi dapat ditarik. Masing-masing dapat diverifikasi melalui penyelidikan berulang.

Masing-masing menggunakan data-data dari satu atau beberapa cabang ilmu sosial.

Pendekatan lainnya terhadap perumusan suatu masalah penyelidikan adalah dengan

melontarkan pertanyaan-pertanyaan nilai, bukan pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Pertanyaan

nilai menekan unsur “harus” atau “seharusnya” tentang suatu rangkaian tindakan yang

mungkin dan sering mengimplikasikan bahwa beberapa rangkaian tindakan lebih diutamakan

ketimbang rangkaian tindakan yang lain. Berikut ini adalah empat pertanyaan serupa yang

dituliskan kembali sebagai pertanyaan nilai:

1. Haruskah kita mengijinkan pemakaian mariyuana, seperti kita telah mengijinkan alkohol?

2. Haruskah pemerintah terus mendukung industri perkapalan namun tidak mendukung

industri truk?

3. Haruskah kota-kota kita memberlakukan suatu ordinansi pembagian wilayah baru guna

mencegah pembangunan suatu proyek perumahan baru untuk kaum miskin?

4. Kaum Puritan dulu mengusir Roger William ke daerah liar Rhode Island akibat “pemikiran

sesatnya” Haruskah kita berbuat serupa terhadap beberapa kritikus yang terlalu lantang

dewasa ini?

Isu-Isu Kontroversial

Pertanyaan-pertanyaan seperti yang diperlihatkan di atas mudah menggugah minat dan

antusiasme siswa terhadap topik tersebut. Akan tetapi, dalam waktu yang bersamaan,

pertanyaan-pertanyaan tersebut juga kontroversial dan mudah terjebak dalam pola-pola nilai

yang bertentangan dalam masyarakat. Walaupun tidak ada pejabat sekolah yang

bertanggungjawab menyangkal kedudukan mereka yang tepat dan benar dalam kurikulum

sekolah, namun mereka juga sering mengesampingkan kedudukan itu karena topik sensitif ini

membutuhkan “perhatian khusus”. Akibatnya, hal itu jarang dipersoalkan dengan sungguh-

sungguh. Terlalu sering penyelidikan ilmiah sederhana telah dilakukan sebelumnya dan tidak

tersedia data-data yang handal. Para guru sering diliputi keraguan tentang ‘apakah setiap orang

berhak mengemukakan pendapatnya sendiri”. Barangkali benar. Namun kita memikirkan

dengan sungguh-sungguh isu-isu yang disertai dengan keyakinan bahwa “satu opini sama

bagusnya dengan opini yang lain.” Pandangan atau pertimbangan yang tak memiliki substansi

atau tidak kritis tentu saja tidak sebagus pertimbangan atau pandangan yang dibuat

berdasarkan pemikiran yang matang dengan menimbang berbagai alternatif, menganalisis

data-data yang relevan, dan memilih pilihan yang konsisten dengan sistem nilai yang diyakini

seseorang. Untuk membantu para guru menghindari pendekatan yang tidak kritis ini, maka kita

akan membicarakan strategi-strategi eksplorasi pertanyaan-pertanyaan nilai dalam Bab 13.

Untuk tujuan kita disini, cukuplah dinyatakan bahwa pertanyaan nilai dapat digunakan untuk

merumuskan suatu masalah yang berguna bagi penyelidikan.

Teori dan Nilai

Perlu dikemukakan sebuah isu yang lebih jauh: yakni isu perumusan suatu masalah dalam

konteks suatu teori atau struktur nilai tertentu. Jika masalah bersifat geografis, misalnya

mengenai Pengembangan sebuah kota di suatu daerah, maka guru bisa membantu siswa

merumuskan pertanyaan-pertanyaan menurut lokasi sentral kota dan jarak dari kota-kota yang

lain: “Seberapa jauhkah kota ini dari kawasan permukiman yang lain? Apakah lokasinya di pusat

dan mudah dijangkau dari segala arah? Pertanyaan-pertanyaan demikian diambil dari teori-

teori geografi perkataan yang berupaya menerangkan lokasi kota berdasarkan ruang dan jarak.

Dengan cara yang sama pula, posisi nilai seseorang dapat membentuk rumusan suatu

masalah. Pertanyaan dapat disusun sehingga suatu perkataan atau frase normative melafalkan

kerangka kerja pertanyaan tersebut dan dimensi-dimensi masalah tersebut. Perhatikan

bagaimana kata-kata yang dicetak dengan huruf miring dibawah ini menimbulkan suatu

terobosan atau arah tertentu terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut:

Rute manakah yang paling efisien untuk pembangunan jalan laying baru antar kota ini?

Bagaimanakah cara melaksanakan integrasi sekolah berdasarkan konsep pola sekolah

pertetanggaan?

Peranan apakah yang dilakukan para bajak laut Inggris dalam menjatuhkan Spanyol

sebagai kekuatan dunia?

Perhatikan, dalam contoh di atas, efisiensi, dan bukan kualitas estetis atau relokasi penduduk,

menentukan solusi rute jalan laying tersebut. Integrasi harus dilakukan sedemikian rupa guna

melestarikan nilai-nilai tradisional sekolah lokal – yang mengimplikasikan bukan hanya

pembatasan penggunaan transportasi, melainkan juga penghindaran pola-pola residential dan

kontrol lokal atas kebijakan-kebijakan persekolahan. Yang terakhir, istilah “bajak laut”

mengasumsikan bahwa bangsa Inggris sangat kejam karena telah merampas warisan dan

kekuasaan bangsa Spanyol di lautan, namun tidak menimbulkan implikasi serupa mengenai

Conquistadores, yang menghancurkan bangsa Inca dan Aztecs guna mendapatkan emas. Dari

sudut pandang yang lain, gelar bangsawan “Sir” memperlihatkan cara Ratu Elizabeth I Inggris

dalam memandang tindakan eksploitasi sebagai tindakan heroik demi kepentingan bangsa

Inggris.

Ringkasnya, para guru harus waspada terhadap implikasi-implikasi yang terlibat ketika

sebuah masalah dirumuskan dalam suatu konteks teori atau himpunan nilai yang dikenal. Yang

pasti, masalah itu segera diberi terobosan atau arah, data-data lebih mudah dikumpulkan,

sekalipun terobosan itu mungkin masih berbentuk terobosan yang sangat membatasi dan para

siswa mungkin belum mengetahui semua alternatif yang lebih masuk akal. Jika nilai kata cukup

kuat dalam hal elemen afektifnya, maka hal itu dapat bekerja sebagai bias prasangka, dan hasil

penyelidikan itu mungkin tidak lebih daripada sekedar rasionalisasi atas suatu alur tindakan

yang tadinya memang lebih disukai seseorang. Bilamana teori dan nilai berfungsi sebagai

kerangka acuan untuk menganalisis data atau mensintesis penjelasan-penjelasan untuk

fenomena yang kompleks, maka teori atau nilai tersebut merupakan bagian yang amat berguna

dari pendekatan penyelidikan sosial. Yang penting disini adalah bahwa guru harus membantu

siswa agar lebih waspada terhadap implikasi-implikasi tersebut dan menggunakannya dengan

lebih berhati-hati. Mereka harus menghindari jebakan agar tidak terjerumus kedalam suatu

solusi “yang sudah dibuat sebelumnya” atas masalah penyelidikan tersebut, sehingga dapat

mengeliminir signifikansi yang dapat ditimbulkan masalah itu sebagai suatu pengalaman

edukasional untuk menyelidiki berbagai alternatif, konsekuensi, dan nilai, dan untuk

pengambilan keputusan.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Masing-masing masalah yang diilustrasikan di atas masih kurang terfokus sehingga tidak dapat

diteliti dengan baik atau tidak dapat mengarahkan riset peneliti. Sebelum sebuah pertanyaan

dapat diteliti dengan baik, maka pertanyaan itu harus didefinisikan dengan jelas, dan hipotesis-

hipotesis yang relevan harus dirumuskan. Dalam Bab 2, kita membahas fungsi pokok hipotesis

dan cara membedakan hipotesis dari bentuk-bentuk pernyataan yang lain. Disini kita akan

mengetengahkan beberapa format perumusan hipotesis.

Cara paling sederhana untuk menyatakan hipotesis adalah dengan menggunakan

bentuk “riset”. Ini tidak lebih daripada suatu pernyataan sederhana yang mengungkapkan

hubungan-hubungan yang diduga antara konsep-konsep suatu proposisi yang hendak diuji.

Sebagai contoh, suatu kelas yang sedang mengkaji industrialisasi bisa membuat hipotesis:

“Pengembangan teknologi baru mengakibatkan pertumbuhan industri baru dan meningkatkan

produktivitas.” Sebuah kelas primer yang sedang mempelajari komunitas lokal bisa membuat

hipotesis: “Semakin besar ukuran sebuah komunitas, semakin banyak layanan yang

disediakannya bagi warganya.” Pastinya, pernyataan-pernyataan semacam ini tampak mirip

sekali dengan generalisasi, namun ini harus dibuat jelas bahwa pernyataan-pernyataan ini

hanyalah pernyataan yang kebenarannya masih harus diuji. Untuk masalah yang kompleks,

kelas (siswa) mungkin harus membuat beberapa hipotesis, yang masing-masing berkaitan atau

relevan dengan masalah.

Cara kedua dalam menyatakan (merumuskan) hipotesis adalah dengan merombak

bentuk frase riset kedalam format “jika-maka”. Hal ini akan menyingkapkan sifat kondisional

dan tentative dari proposisi. Contoh-contoh yang diketengahkan di atas bisa dirombak frasenya

hingga berbunyi: “Jika terdapat Pengembangan teknologi baru, maka akan timbul pertumbuhan

industri baru dan peningkatan produktivitas.” Hipotesis kedua dapat dirumuskan kembali

menjadi: “Jika jumlah penduduk dalam suatu komunitas meningkat, maka komunitas itu akan

menghasilkan lebih banyak jasa/layanan bagi warganya.” Nilai utama format “jika-maka” adalah

bahwa format ini mengharuskan para siswa menyusun konsep-konsep berdasarkan urutan yang

benar dan memperjelas kekeliruan-kekeliruan dalam logika hipotesis tersebut. Disamping itu,

fomat kondisional pernyataan “jika” memungkinkan para siswa membuat tebakan dan dugaan

yang lebih akurat. Hal itu memungkinkan para siswa melontarkan dugaan-dugaan, sementara

format riset cenderung menawarkan suatu hasil yang lebih mulus dan matang, bilamana yang

dibutuhkan hanyalah suatu rute yang mudah untuk menghimpun data-data yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis tersebut.

Barangkali harus ditambahkan sebuah kata mengenai masalah logika hipotesis “jika-

maka” kondisional. Tanpa pertanyaan, para guru harus waspada terhadap kaidah-kaidah logika

yang menentukan kebenaran klausa “jika” anteseden dan klausa “maka” konsekuential. Guru

juga harus waspada terhadap masalah-masalah yang dihadapi anak kecil ketika bahasa menjadi

membingungkan karena suatu proposisi dinyatakan secara negatif atau negatif ganda (double

negatives) digunakan ketika suatu penegasan positif dibutuhkan. Sebagai aturan sederhana,

barangkali hipotesis kondisional paling tepat dinyatakan dalam bentuk positif dan penggunaan

hipotesis negatif harus dihindari selama memungkinkan. Jika terdapat hubungan kebalikan atau

invers, maka harus diperkenalkan konsep-konsep relasional yang berfrase positif. Dengan

menggunakan contoh kasus komunitas di atas, hipotesis alternatifnya adalah: “Jika populasi

suatu komunitas berkurang, maka jasa/layanan yang dapat disediakan komunitas itu bagi

warganya berkurang.” Ini merupakan bentuk yang jauh lebih sederhana ketimbang suatu

hipotesis berfrase negatif seperti “Jika populasi tidak meningkat, maka jasa/layanan yang

dihasilkan komunitas itu tidak akan meningkat.” Bukan hanya logikanya keliru, namun bukti

yang ada juga tidak mendukung hipotesis ini, karena ada banyak kemungkinan lain bisa terjadi

dimana suatu komunitas bisa meningkatkan jasa/layanan yang ditawarkannya.

Terlepas dari masalah bentuk pernyataan negatif dan konstruksi gramatikal yang

kompleks, terdapat suatu kesalahan logis. Bagi kebanyakan anak yang duduk di sekolah dasar,

kaidah-kaidah logika formal terlalu abstrak dan terlalu rumit untuk dipahami secara langsung.

Kaidah-kaidah serupa lebih patut diberikan bagi kelas-kelas yang lebih tinggi, yakni di sekolah

menengah pertama atau sekolah menengah atas. Akan tetapi, anak-anak dapat belajar lebih

banyak dalam menghadapi masalah kurangnya bukti dan apakah kesimpulan didukung oleh

data-data yang memadai. Beroperasi dalam suatu kerangka induktif yang sederhana, para guru

dapat membimbing para siswa dalam mempertanyakan ukuran sampel, tingkat representative

sampel, dan sejauh mana bukti yang disajikan secara sahih mewakili kondisi-kondisi dan

kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan dalam hipotesis.

Salah satu masalah lebih jauh yang disinggung dalam kaitannya dengan perumusan

hipotesis adalah definisi istilah. Beberapa istilah seperti budaya, standar penghidupan,

produktivitas, dan semacamnya harus didefinisikan dengan cermat agar data-data tentang

hipotesis dapat dihimpun. Bila konsep-konsep yang rumit atau abstrak dipergunakan, maka

hipotesis perlu diperjelas dan dipertajam dengan mendefinisikan istilah-istilah dengan seksama.

Ini akan membantu dalam menuntun dan mengarahkan proses pengumpulan data sehingga

dapat diambil kesimpulan yang sahih.

Pengumpulan Data

Hal yang sangat penting dalam penyelidikan sosial adalah pengumpulan data yang berkaitan

dengan masalah. Seperti yang telah diindikasikan sebelumnya, hipotesis yang dirumuskan

dengan seksama akan menetapkan tahapan atau langkah-langkah dalam mengarahkan dan

menuntun proses pengumpulan data. Hipotesis demikian akan mengenyahkan pertanyaan-

pertanyaan yang tak relevan dan berfokus dengan tegas pada pertanyaan-pertanyaan spesifik

yang dipersoalkan. Jika para siswa telah cermat dalam mendefinisikan istilah-istilah dalam

hipotesis mereka, maka mereka dapat memulai pencarian data-data yang perlu. Akan tetapi,

amat penting bahwa guru menyadari bahwa sumber data tersedia untuk pertanyaan-

pertanyaan yang paling sering diajukan anak-anak, karena hal yang paling menjengkelkan para

siswa adalah bila mereka telah membuat hipotesis namun mereka tidak memiliki sumber data.

Terdapat beragam metoda pengumpulan data bagi para guru ilmu-ilmu sosial. Dalam

Bab 2, kami membahas beberapa metoda ini dan memperlihatkan bagaimana eksperimen,

studi kasus, survey sampel, dan analisis isi, semuanya dapat dipergunakan dalam kurikulum

sekolah. Pada dasarnya, masing-masing metoda ini menanyakan: “Siapa? Apa? Kapan?, dan

Bagaimana?

Perkakas apakah yang dimiliki bangsa Indian Iroquis sebelum mereka bersentuhan dengan

penduduk kulit putih? Dan sesudahnya? Dimana dan bagaimanakah cara mereka

menggunakannya? Bukti apakah yang tersedia? Apakah bukti itu bersifat langsung atau

haruskah kita membuat inferensi dari data-data yang lain?

Keyakinan/kepercayaan apakah yang dianut bangsa Iroquis tentang asal-usul mereka?

Bagaimanakah kepercayaan mereka tentang kehidupan sesudah kematian? Bagaimanakah

keyakinan mereka tentang kekuatan-kekuatan alam seperti matahari, angin, hujan, dan lain-

lain? Bukti apakah kita miliki? Atau apakah kita harus menurunkan bukti itu dari sumber-

sumber sekunder?

Dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan serupa mengenai masalah teknologi dan industrialisasi,

demikian pula mengenai ukuran (jumlah) penduduk dan jumlah jasa/layanan yang disediakan

penduduk tersebut.

Ketika mengumpulkan data, penting diajukan pertanyaan mengenai sumber data dan

bukti untuk data tersebut. Apakah itu merupakan sumber primer ataukah sumber sekunder?

Apakah kita memiliki bukti langsung ataukah bukti itu didasarkan hanya pada inferensi? Jika

para siswa sedang mewawancarai orang tua atau pejabat kota, apakah para siswa itu

melaporkan observasi mereka sendiri atau pengetahuan langsung mereka, atau apakah mereka

melaporkan kesimpulan yang telah mereka buat sendiri, ataukah hanya yang mereka dengar

dari entah siapa? Seringkali sumber-sumber untuk pengumpulan bukti langsung tidak tersedia

di sekolah-sekolah dasar. Buku-buku teks sekolah biasanya merupakan kumpulan data faktual,

yang dibubuhi dengan tafsiran dan kesimpulan penulis buku teks itu. Apabila strategi

pengajaran lebih bersifat paparan atau deduktif, maka tidak banyak tuntutan kebutuhan

disana.

Meskipun banyak sekali buku teks (wajib) tunggal di ruang kelas sekolah, masih ada

alasan untuk berpandangan optimistis. Kini banyak sekali perubahan dalam industri buku wajib

sekolah, dan penerbit komersil mulai menerbitkan beragam paket bahan-bahan kurikulum yang

mencakup bahan-bahan dokumenter asli (sebagian dalam bentuk yang sudah diedit), peta,

bagan, data statistik, bahan transparan, film, kaset, dan semacamnya. Alih-alih terkikat pada

satu buku pegangan wajib, berbagai unit kini diterbitkan secara terpisah dalam bentuk pamflet,

dengan halaman-halaman yang dapat diganti sehingga dapat dipergunakan dengan berbagai

cara. Frase kaku “multitext” kini telah berubah menjadi “multimedia”. Akan tetapi, pokok

masalahnya adalah terbuka peluang yang makin luas bagi para guru untuk memiliki sumber

data yang makin lengkap dalam ruang kelas atau dalam suatu bidang bahan sentral. Anak-anak

tidak lagi wajib terpaku pada satu buku teks sebagai satu-satunya sumber informasi, yang

adakalanya dilengkapi dengan referensi perpustakaan. Perkembangan-perkembangan

semacam ini memberi peluang bagi para siswa untuk mengumpulkan data-data dari berbagai

sumber dan memilih cara (mode) penyelidikan dengan suatu cara yang mirip dengan metoda

yang dipakai para ilmuwan sosial.

Pengumpulan dan Pencatatan Data

Salah satu masalah yang berkaitan dengan pengumpulan data dalam setiap penyelidikan

(investigasi) adalah masalah pengumpulan dan pencatatan data dalam bentuk yang mudah dan

sederhana sehingga dapat dipakai kemudian untuk analisis dan interpretasi. Suatu alat

sederhana yang dikembangkan Hilda Taba dkk adalah bagan retrieval data. Ini adalah bagan

yang memungkinkan para siswa memasukkan data-data yang mereka temukan dalam jawaban

terhadap serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan konsep-konsep dasar yang tercakup

dalam hipotesis. Nilai atau manfaat utamanya adalah bahwa bagan ini dapat diperluas dengan

mudah hingga mencakup lebih dari satu sampel data; hal ini memungkinkan siswa mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang sama atas dua sampel atau lebih. Dengan demikian,

pembandingan dan kontras mudah dibuat. Suatu bagan retrieval data yang berkaitan dengan

masalah suku Indian Iroquois diperlihatkan dalam Tabel 4.1. Masing-masing pertanyaan

dikaitkan dengan salah satu konsep, dan bagan itu menjadi suatu metoda yang mudah untuk

mengumpulkan dan mencatat data dalam jumlah yang relatif besar dalam bentuk singkatan.

Pertanyaan-pertanyaan eksak yang hendak diajukan dapat ditentukan dalam diskusi kelas, dan

terbuka peluang untuk menambahkan pertanyaan-pertanyaan dan konsep-konsep tambahan

seiring dengan kemajuan langkah-langkah penelitian.

Tabel 4.1. Bagan retrieval data: suku Indian Iroquois

Konsep analitis dan pertanyaan yang

relevan

Sebelum koloni Setelah

bersentuhan

dengan kolonis

Perkakas

Perkakas apakah yang dipakai Indian

Iroquois:

Untuk berburu?

Untuk mencari makanan

Untuk bertani

Untuk keperluan lain

Terbuat dari apakah perkakas itu?

Dari manakah mereka dapatkan

bahannya?

Seberapa banyakkah?

Kepercayaan

Bagaimanakah kepercayaan suku

Indian Iroquois tentang:

Asal-usul suku mereka?

Kehidupan sesudah kematian?

Kekuatan-kekuatan alam?

Apakah mereka memiliki folklore atau

mitologi?

Tabu?

Praktik-praktik Religi

Bagaimanakah cara mereka

mengekspresikan keyakinan?

Lewat Tarian, upacara?

Apakah mereka menyelenggarakan

upacara khusus untuk menghormati

tuhan?

Apakah ada tokoh khusus dalam

penyelenggaraan upacara itu?

Bagaimanakah ritual-ritual mereka

untuk upacara kelahiran, kematian,

perkawinan, peralihan menuju masa

dewasa?

Apakah mereka memakai mantra,

perhiasan, atau pakaian yang memiliki

makna khusus?

Penarikan Kesimpulan Umum (Generalisasi)

Suatu strategi untuk merumuskan kesimpulan umum (generalisasi) diikhtisarkan pada Bab 3.

Pada bab ini, kita membahas tipe-tipe pertanyaan yang diajukan dan urutan pertanyaan ini

dalam kaitannya dengan hipotesis yang telah dibuat dan data-data yang telah dikumpulkan.

Marilah kita tetap menggunakan masalah Iroquois dan hipotesis tentang perubahan budaya

mereka setelah bersentuhan dengan para pemukim kulit putih. Bila bagan retrieval data (Tabel

4.1) diisi, maka dapatlah diajukan serangkaian pertanyaan tentang data-data yang membantu

membentuk hubungan, penjelasan, inferensi, dan makna atau arti.

Pembedaan data. Apakah yang bisa Anda temukan tentang data-data mengenai pemakaian

perkakas oleh bangsa Iroquois selama dua periode ini? Mengenai kepercayaan dan praktik-

praktik keagamaan mereka?

Perbandingan dan Kontras. Apakah kesamaan-kesamaan yang Anda temukan? Dan apakah

perbedaan-perbedaannya?

Hubungan. Hal-hal apakah yang kelihatannya berhubungan dengan satu sama yang lain?

Penjelasan. Bagaimanakah Anda menjelaskan hal-hal tersebut? Apakah yang menjadi

penyebabnya?

Inferensi. Apakah arti data ini? Apakah yang diindikasikannya? Apakah yang dapat diturunkan

daripadanya?

Generalisasi (Kesimpulan Umum). Apakah yang dapat Anda simpulkan dari semua ini? Apakah

yang dapat Anda katakan yang umumnya benar, berdasarkan kedua sampel data di atas?

Perlu ditekankan disini bahwa rangkaian pertanyaan di atas dimaksudkan untuk menghasilkan

inferensi dan kesimpulan umum, yang pada hakekatnya cenderung lebih abstrak jika

dibandingkan dengan contoh tunggal data, atau setiap rangkuman daripadanya. Kami

menekankan hal ini karena praktik-praktik pengajaran pada masa lampau dijejali dengan unsur

pengumpulan dan pengingatan himpunan data-data yang terpisah. Tidak ada atau hanya sedikit

upaya dilakukan untuk membangun hubungan yang mengandung arti. Yang dianggap

terpenting adalah bahwa fakta-fakta itu benar dan dapat diverifikasi.

Sebaliknya, proses Pengembangan inferensi dan kesimpulan umum membutuhkan

waktu yang panjang dan tukar-pikiran antar siswa dan antara siswa dan guru. Yang terpenting,

proses ini harus bebas dari segala kesimpulan dogmatis karena hasilnya sangat bergantung

pada cara-cara yang ditempuh siswa dalam mengkonseptualisasikan hubungan antar data,

mengembangkan penjelasan, dan menemukan inferensi yang berada diluar arti harfiah data

tersebut. Jadi, strategi ini memiliki flerksibilitas yang tinggi dan keterbukaan yang tinggi pula,

dengan syarat para guru bersedia menerima ide-ide siswa dan membantu siswa dalam

memperluas ide-ide tersebut.

Diperlukan kehati-hatian dalam membuat abstraksi kesimpulan umum. Seperti yang

ditunjukkan pada Bab 3, kesimpulan umum bisa memiliki derajat yang tinggi atau rendah yang

bergantung pada ruang lingkup sampel yang daripadanya diambil data dan universalitas

aplikasinya. Dalam contoh kasus suku Indian Iroquois, generalisasi (kesimpulan umum) dibatasi

hanya pada suku itu dan pada masa terjadinya persentuhan dengan pemukim kulit putih. Agar

generalisasi memiliki tingkat makna yang tinggi,data-data dari sampel kontak cultural sejenis

harus dikumpulkan dari suku dan periode waktu yang lain. Jika hal ini menjadi fokus utama

kajian, para siswa bisa merancang pemeriksaan selain suku Iroquois, kontak (persentuhan) dan

pertukaran budaya antara bangsa Romawi dan bangsa Gothik, antara suku Aztecs dan para

penakluk berkebangsaan Spanyol, dan antara kaum Yankee New England dan imigran Eropa.

Tabel 4.2 memperlihat cara memandang suatu bagan retrieval data ketika sampel data

tambahan digunakan untuk mengkaji komunitas lokal seseorang dan masa lalunya.

Tabel 4.2 Bagan Retrieval Data: Sifat Kota Kita yang Sedang Berubah.

Konsep analitis Pada masa

Indian

Masa awal

pemukiman

kulit putih

1660-1740

Kota kita

seabad yang

lampau

Kota kita

kini

Letak

geografis

Batas?

Ciri fisik?

Iklim?

Sumber daya

alam?

Cara

pemakaian?

Perkembangan

teknologi

Pakai perkakas

apa?

Mesin-mesin

baru apa yang

ditemukan?

Penemuan

lain?

Pemanfatan

ruang dan

Tempat

Lokasi

perumahan?

Pertanian?,

usaha? Pabrik?

Kilang? Persen

kota untuk

masing-

masing?

Distribusi

penduduk

Petani?

Pedagang?

Buruh kilang?

Kelompok

etnis?

Kelompok

religius?

Kepadaran

penduduk?

Tingkat

pertambahan

penduduk?

Jaringan

penghubung

Jalan raya

utama?

Dari mana ke

mana?

Rute baru?

Rute lama

yang telah

ditinggalkan?

Rangkuman Diskusi tentang Generalisasi (Kesimpulan Umum)

Kita telah melihat bagaimana suatu strategi pertanyaan dapat dibuat dalam model penyelidikan

sosial yang disuguhkan pada Bab 2. Telah dibuat pembedaan antara perlunya membangkitkan

minat siswa dan identifikasi masalah itu sendiri dan komponen-komponennya. Telah

dikemukakan contoh-contoh cara perumusan masalah sebagai suatu pertanyaan ilmiah atau

pertanyaan nilai. Telah dibahas kelebihan dan kekurangan perumusan masalah dalam konteks

suatu teori atau himpunan nilai dan perlunya menyadari faktor ini. Telah disajikan tekik-teknik

untuk membatasi masalah guna berfokus pada hipotesis sebagai kerangka kerja untuk

menuntun dan mengarahkan pencarian data. Ada dua format hipotesis: bentuk riset dan

proposisi “jika-maka”. Telah dikemukakan beberapa cara pengumpulan data yang berhubungan

dengan hipotesis. Disini ditekankan penggunaan pertanyaan-pertanyaan analitis yang

bersumber dari konsep-konsep dasar yang digunakan dalam masalah. Bagan retrieval data

disajikan sebagai metoda mudah untuk merekam dan mengumpulkan data untuk pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dalam proses pengumpulan data. Yang terakhir, disajikan

serangkaian pertanyaan yang dapat dipakai untuk menuntun dan membimbing para siswa

dalam membuat inferensi dan generalisasi. Pertanyaan-pertanyaan ini menekankan proses-

proses pembedaan, pembandingan dan kontras, hubungan, penjelasan, inferensi, dan

generalisasi. Dibuat pembedaan mengenai tingkat generalisasi yang dapat dikembangkan

dalam ruang kelas dan masalah-masalah yang berkaitan dengan perumusan generalisasi tingkat

tinggi dan mengaitkan hal ini dengan suatu teori yang komprehensif.

PERTANYAAN TINGKAT TINGGI

Pada sub bab terdahulu kita membahas suatu strategi pertanyaan yang didasarkan pada suatu

model penyelidikan sosial. Pada sub bab ini, kita akan menjelaskan dua strategi pertanyaan lain,

yang masing-masing didasarkan pada suatu model berpikir yang agak berbeda. Strategi yang

pertama didasarkan pada Taksonomi Tujuan Pendidikan: Domain Kognitif versi Bloom, strategi

yang kedua bersumber dari “Struktur Kecerdasan” yang dikemukakan Guilford.

Bloom dkk. pada mulanya mengembangkan Taksonomi sebagai suatu alat untuk

mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Mereka mengidentifikasi enam tujuan pendidikan.

Tujuan pertama menyangkut pengingatan pengetahuan spesifik; lima tujuan lainnya

menyangkut berbagai ketrampilan kognitif atau intelektual: pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Suatu bagan yang memperlihatkan definisi operasional masing-masing

kategori ini disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Taksonomi tujuan pendidikan – domain kognitif

Klasifikasi hirarkis kemampuan dan ketrampilan intelektual

Dalam taksonomi ini terkandung asumsi bahwa kategori-kategori tersebut bersifat

kumulatif dan hirarkis. Seseorang harus memiliki pengetahuan agar bisa mencapai pemahaman

(comprehensi). Penerapan atau aplikasi membutuhkan pengetahuan dan pemahaman. Masing-

masing kategori yang lebih tinggi mencakup semua kategori sebelumnya, seperti terlihat dalam

Tabel 42.3. Konsepsi hirarkis didasarkan pada tingkat kerumitan dan kecanggihan proses

kognitif yang makin tinggi, demikian pula karakter kumulatifnya.

Pertanyaan-Pertanyaan tentang Pengetahuan

Pertanyaan-pertanyaan pada tingkat pengetahuan mengharuskan siswa mengingat fakta-fakta,

nama. tempat, dan kecenderungan spesifik, konsep-konsep, generalisasi, atau teori-teori yang

telah dipelajari. Faktor kunci disini adalah bahwa siswa diharapkan menghasilkan (dari ingatan

mereka) sejumlah pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya.

Situasi Ruang Kelas.

Pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan paling sering digunakan bilamana siswa telah

membaca bahan pelajaran dari buku teks atau rujukan, menonton suatu film, atau

menyelesaikan suatu satuan pelajaran. Pertanyaan merujuk secara spesifik pada bahan-bahan

sudah dipelajari. Jawaban yang tepat atau benar biasanya menggunakan suatu perulangan

verbatim dari teks, diskusi kelas, atau sumber-sumber lain yang sejenis. Pada tatanan ini,

pertanyaan-pertanyaan tipikal tingkat pengetahuan meliputi:

1. Sebutkan kota-kota penting di wilayah barat laut negeri ini.

2. Kemukakan beberapa sebab pertumbuhan industri manufaktur.

3. Bagaimanakah pandangan Jefferson tentang kemerdekaan?

4. Kemukakan sebab-sebab utama pecahnya perang saudara.

Kata-kata kunci.

Beberapa kata kunci dapat diidentifikasi dalam pertanyaan guru, yang memberi isyarat atau

petunjuk tentang tingkat kognitif yang diharapkan dari jawaban siswa. Adalah wajar jika kita

beranggapan bahwa pemakaian “bahasa interogratif” ini sangat berguna dalam membantu para

siswa mempelajari penggunaan proses-proses kognitif tingkat tinggi. Beberapa contoh kata

kunci yang biasanya mengindikasikan suatu pertanyaan tingkat pengetahuan adalah:

Definisikan, identifikasi, ingat, nyatakan, jelaskan, sebutkan daftart, kenali, ceritakan, bedakan,

sebutkan nama-mana, perlihatkan, tuliskan.

Pertanyaan Komprehensi

Pertanyaan tingkat komprehensif (pemahaman) mengharuskan siswa memahami arti

komunikasi lisan/tulisan dan memakainya. Tiga subkategori penting tercakup didalam kategori

komprehensif: penerjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi.

Dalam suatu pertanyaan terjemahan, siswa diminta menyatakan suatu ide dengan

istilah-istilah yang sejenis atau ekivalen. Para siswa tidak diwajibkan menerangkan atau

menjelaskan dasar ide tersebut, melainkan hanya menyatakannya kembali dalam bentuk yang

mendekati arti harfiahnya. “Jelaskan dengan menggunakan kata-katamu sendiri” adalah salah

satu bentuk paling sederhana dari suatu pertanyaan terjemahan.

Interpretasi menuntut kemampuan menghubungkan sesuatu dengan yang lain,

menyusun ulang, menyusun secara berurutan, membangun hubungan-hubungan lewat

pembandingan atau pembedaan, memisahkan hal-hal yang esensil dari hal-hal yang tidak

esensil, atau memperagakan bagaimana suatu ide atau konsep dapat digunakan dalam kasus

tertentu.

Ekstrapolasi mensyaratkan bahwa seorang siswa dapat memprediksi atau menaksir

suatu peristiwa berdasarkan suatu pola atau kecenderungan yang sudah diketahui. Seringkali

hal ini melibatkan kemampuan memproyeksikan kecenderungan berdasarkan data statistik

atau kadang-kadang menginterpolasi bilamana data-data tidak ada.

Faktor kunci adalah kemampuan membuat inferensi yang tepat atas kecenderungan

atau arah rangkaian peristiwa, fenomena, atau pola ide-ide yang masih bisa dianggap sebagai

perluasan absah dari data asli.

Situasi Ruang Kelas

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat dengan mudah bahwa pertanyaan-pertanyaan

komprehensif berpotensi menjadi bagian vital dari aktivitas dalam kelas. Bagan retrieval data

yang disajikan dalam bab ini (Tabel 4.1 dan 4.2.) menyodorkan berbagai kemungkinan bagi

pengajaran anak-anak dalam membandingkan dan mempertentangkan data, membangun

hubungan-hubungan antar item, mencari keterangan atau penjelasan, menyatakan implikasi,

dan membuat inferensi. Di kelas sekolah dasar, anak-anak mungkin hanya membedakan

gambar dan menerangkan secara lisan hubungan-hubungan yang ada. Dengan suatu cara yang

jauh lebih canggih, para siswa sekolah lanjutan bisa menggunakan suatu grafik untuk

memprediksi kecenderungan yang mungkin atas pertambahan penduduk atau penurunan

pusat-pusat perkataan. Pertanyaan-pertanyaan tipikal tingkat komprehensif meliputi:

1. Terangkan bagaimana “pembagian kerja” terjadi di sebuah pabrik.

2. Terangkan perbedaan sistem pendidikan yang ada di Amerika Serikat, Perancis, dan Uni

Sovyet. Apakah kesamaan diantara ketiganya?

3. Dengan kata-katamu sendiri, terangkan pernyataan Clemenceau “Perang terlalu

penting untuk diserahkan hanya kepada para jenderal”

4. Berdasarkan data sensus tahun 1950, 1960, dan 1970 untuk sepuluh kota terbesar di

Amerika Serikat, kecenderungan apakah yang sedang terjadi menurut pengamatan

Anda? Menurut prediksi Anda, bagaimanakah populasi kota-kota tersebut pada tahun

1980?

Kata Kunci

Beberapa kata kunci biasanya mengindikasikan suatu pertanyaan tingkat komprehensif,

misalnya:

Bandingkan, simpulkan, sebutkan perbedaan, peragakan, bedakan, taksirlah, jelaskan,

terangkan arti, perluas cakupan, ekstrapolasi, isilah, berikan contoh, buat hipotesis, lukiskan,

tarik kesimpulan, interpolasi, tafsirkan, ramalkan, susun kembali, hubungkan, urutkan kembali,

susun kembali kata-kata, ceritakan dengan kata-katamu sendiri.

Pertanyaan Aplikasi

Dalam pertanyaan aplikasi, seorang siswa dituntut memperagakan bahwa dia dapat

menggunakan beberapa hubungan atau ide-ide yang telah dipelajari. Pertanyaan aplikasi

berbeda dari pertanyaan komprehensif dalam hal bahwa siswa tidak diajari secara khusus untuk

menggunakan (mengaplikasikan) suatu ide, namun harus sanggup memilih ide, konsep, atau

prinsip yang tepat dan mengaplikasikannya dengan tepat terhadap suatu situasi. Ringkasnya,

aplikasi mengharuskan siswa mentransfer hasil belajarnya kedalam suatu situasi baru tanpa

perlu dituntun atau diarahkan.

Situasi Ruang Kelas

Biasanya, pertanyaan aplikasi menuntut siswa memecahkan sejumlah soal, mengkonstruksi

sesuatu seperti model pertanian atau perkataan, mempraktikkan beberapa ketrampilan, atau

melakukan tindakan yang tepat dalam konteks sosial dunia riil diluar ruang kelas. Siswa sekolah

dasar yang telah mempelajari rute transportasi dan perdagangan barang dan jasa, bisa

menerapkan konsep-konsep dan generalisasi yang telah mereka pelajari dengan membangun

suatu model kota dan jalan-jalan truk dan lalulintas didalamnya. Siswa yang lebih senior

sanggup menerapkan ide-ide dan konsep-konsep lewat permainan peran. Yang terakhir, ruang

kelas kajian sosial berhadapan dengan dunia riil ketika para siswa mengaplikasikan secara

actual hasil belajar mereka dengan melibatkan diri dalam situasi-situasi tindakan sosial. Ini bisa

berbentuk partisipasi dalam dewan siswa (dengan syarat dwan itu memiliki suatu peran yang

bermakna di sekolah dan bukan sekedar pajangan), menulis surat kepada editor,

mengumpulkan tanda tangan untuk petisi tentang isu lokal, dan lain-lain. Dalam tatan semacam

itu, pertanyaan aplikasi tipikal bisa meliputi:

1. dengan menggunakan meja pasir, kembangkan suatu rencana dan bangunlah suatu layout

model untuk sebuah rumah peristirahatan abad pertengahan.

2. Menentukan letak berbagai bahan tentang Hari Ucapan Terima Kasih kaum Perintis

(Amerika), oleh siswa kelas empat yang baru-baru ini telah diperkenalkan dengan katalog

kartu dan berbagai jenis bahan rujukan di perpustakaan sekolah.

3. menulis suatu drama (atau sandiwara) yang menggambarkan kontroversi mengenai apakah

Amerika Serikat harus bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa usai Perang Dunia I

4. Mengembangkan suatu rencana untuk menarik perhatian masyarakat terhadap betapa

parahnya masalah pencemaran lingkungan. Mengumpulkan data-data yang perlu dan siap

mempresentasikannya pada dengar pendapat umum tentang topik tersebut. (Kelas

tersebut baru menyelesaikan pelajaran tentang pencemaran lingkungan. Masyarakat

kelihatannya tidak menyadari masalah itu.)

Kata Kunci

Beberapa kata kunci yang biasanya mengindikasikan pertanyaan tingkat aplikasi meliputi:

Terapkan, bangunlah, buatlah, peragakan, kembangkan, selesaikan atau pecahkan (soal)

Pertanyaan analisis

Pertanyaan analisis mengharuskan siswa memecahkan suatu ide kedalam bentuk komponen-

komponennya dan membedakan komponen-komponen ini berdasarkan pengetahuan mereka

tentang hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain. Ini mencakup

kemampuan:

1. mengidentifikasi atau mengklasifikasikan elemen-elemen suatu ide atau pernyataan.

2. menyatakan secara eksplisit hubungan antar elemen-elemen ini

3. mengenali prinsip-prinsip atau struktur organisasional yang mengikat ide atau pernyataan

yang luas.

Pada tingkat pertama, siswa sanggup membedakan asumsi dari kesimpulan, mampu

menentukan apakah suatu kesimpulan didukung oleh bukti, atau mampu mendeteksi adanya

asumsi implicit yang bisa menggugurkan premis awal. Tingkat kedua mencakup kemampuan

mengenali hubungan antar komponen, mengenali fakta-fakta yang esensil untuk mendukung

tesis utama, atau membedakan data yang relevan dari data yang tak relevan. Tingkat ketiga

mencakup kemampuan mengenali bentuk, pola, atau struktur organisasional suatu pernyataan

atau himpunan ide, dan menghubungkannya dengan makna atau arti menyeluruh. Jadi, seorang

siswa mampu mengenali berbagai komponen, seperti tema utama dan variasi lokal dalam suatu

pidato kandidat politik, teknik-teknik persuasi dalam iklan atau propaganda, atau sudut

pandang atau bias suatu penulis sejarah.

Perbedaan antara pertanyaan interpretasi dan pertanyaan analisis bergantung pada

sejauh mana siswa menyadari dan menggunakan proses-proses penalaran formal. Di tingkat

interpretasi, seorang siswa bisa membuat inferensi dan generalisasi, atau merumuskan

hipotesis, tanpa mengacu pada proses-proses formal yang terkait. Untuk proses serupa pada

tingkat analisis, siswa harus benar-benar sadar akan proses-proses ini dan kaidah logika untuk

mampu mencapai suatu kesimpulan yang absah atau benar.

Situasi Ruang Kelas

Strategi pengajaran untuk penyelidikan sosial, penilaian, dan pengambilan keputusan yang

diikhtisarkan dalam buku ini menyodorkan berbagai kemungkinan untuk pemikiran analitis.

Akan tetapi, perlu diingat bahwa pemikiran di tingkat analisis melibatkan penalaran abstrak

tertentu. Proses-proses yang diidentifikasi di atas yang menyangkut kualitas logis pemikiran dan

bentuk ekspresinya cukup rumit dan tinggi tingkatannya. Anak-anak sekolah dasar terlalu sering

belum punya pengalaman dengan proses berpikir seperti ini. Para siswa perlu memiliki praktik

dan pengalaman yang memadai dalam hal berpikir pada tingkat analisis. Strategi-strategi

induktif yang dijelaskan pada halaman-halaman sebelumnya untuk membuat inferensi dan

generalisasi harus memberikan jenis pengalaman yang ciperlukan untuk membantu

mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Bila telah memiliki bekal pengalaman ini,

terbuka peluang bagi anak-anak sekolah dasar untuk melihat perbedaan antara fakta dan opini,

antara hipotesis dan generalisasi, atau untuk menentukan apakah bukti-bukti yang terkumpul

sudah cukup untuk menjamin kesimpulan yang dibuat. Para siswa di tingkat yang lebih tinggi

dapat belajar mendeteksi asumsi-asumsi yang implicit dalam argumen, atau mengendali

elemen-elemen bentuk dan gaya dalam bahan-bahan sumber primer yang mengindikasikan

pandangan, bias, atau prasangka pribadi, dan membedakannya dari bukti obyektif. Mereka juga

dapat belajar mengidentifikasi teknik-teknik persuasi spesifik yang ditiru dari iklan media

massa, yang kini sering digunakan dalam kampanye politik. Agar seorang siswa mampu

mengenali penggunaan (dengan sengaja) teknik-teknik ini ketika membacanya dlm literatur

kampanye atau dalam pernyataan-pernyataan publik, berikanlah bukti bagi pemikiran analitis.

Dengan berbekal penjelasan diatas, pertanyaan-pertanyaan tipikal pada tingkat analisis bisa

berbentuk:

1. Analisis slogan berikut ini. Teknik-teknik persuasi apakah yang diterapkan didalam slogan

tersebut?

Amerika Serikat: Cintailah atau tinggalkan negeri ini.

Jagalah agar angkatan kepolisian lokal Anda tetap independen.

Hukum dan Ketertiban

2. Setelah mengkaji masalah perubahan budaya akibat kontak antara suku Indian Iroquois dan

pemukim kulit putih, sebuah kelas siswa bisa merumuskan generalisasi berikut: “Sebuah

masyarakat yang kurang maju teknologinya mudah mengadopsi aspek-aspek teknologi dan

sistem keyakinan masyarakat yang lebih maju teknologinya ketika kedua masyarakat ini

bersentuhan.” Guru dapat menentang generalisasi ini dengan menanyakan, “Data-data

apakah yang mendukung generalisasi bahwa perubahan akan terjadi dengan mudah? Atau

bahwa sistem keyakinan harus berubah karena teknologi baru diadopsi? Bukankah ada

asumsi bahwa semua masyarakat yang kurang maju teknologinya akan bereaksi demikian?

Apakah data-data dari satu studi kasus cukup untuk menjamin kebenaran generalisasi yang

luas ini?

3. analisis pandangan para majikan budak seperti yang dijelaskan Frederick Douglass, seorang

bekas budak, dalam otobiografinya, Narrative of the Life and Times of Frederick Douglass,

dan oleh bekas budak dalam Lay My Burden Down: A Folk History of Slavery karya Botkin.

Buatlah analisis serupa atas laporan-laporan yang ditulis para sejarawan seperti Ulrich B.

Phillips, John Hope Franklin, Kenneth P. Stampp, dan Eugene D. Genovese. Bukti-bukti

apakah dalam pilihan kata, gaya, atau bentuk yang mengindikasikan pandangan penulis

mengenai majikan kulit putih?

Kata Kunci

Beberapa kata kunci yang biasanya mengindikasikan pertanyaan tingkat analisis adalah:

analisis, golongkan, klasifikasikan, bandingkan, bedakan, amatilah, sebutkan perbedaan,

identifikasilah.

Pertanyaan Sintesis

Dalam pertanyaan sintesis, siswa diharapkan mampu merespons dengan menggabungkan atau

memadukan sejumlah fakta atau ide kedalam suatu susunan yang baru. Ini sering berbentuk

rencana, proposal, beberapa produk seperti cerita atau kisah. Sintesis berbeda dari aplikasi

dalam hal bahwa bentuk produk akhir tidak ditetapkan, cara-cara memadukan atau

menggabungkan elemen-elemen juga tidak ditetapkan. Sifat inilah yang menjadikan sintesis

sebuah aktivitas yang unik dan kreatif.

Berbeda dengan tipe-tipe pertanyaan yang dibahas di atas, dimana masing-masing

pertanyaan mengimplikasikan suatu bentuk proses berpikir tertentu, pertanyaan sintesis

biasanya tidak memberi isyarat kepada siswa dan dimaksudkan untuk bersifat luas dan terbuka.

Sintesis tidak mengimplikasikan suatu jawaban yang benar, tetapi mengasumsikan serangkaian

solusi yang mungkin. Ringkasnya, sintesis membutuhkan proses berpikir divergen, bukan

konvergen.

Situasi Ruang Kelas

Ada banyak kemungkinan untuk menggunakan pertanyaan sintesis dalam kajian ilmu sosial,

namun bobot suatu tradisi yang terkait dengan jawaban-jawaban faktual yang dapat

ditunjukkan sebagai jawaban yang benar telah menghambat penggunaannya. Di sekolah dasar,

berbagai alasan untuk eksplorasi dini dapat disintesis kedalam suatu kisah fiktif atau suatu

paragraf yang ditulis dengan cermat. Bentuk sintesis lain yang lazim meliputi penulisan suatu

drama pendek, sandiwara, buletin, atau showcase display. Disini, juga, terbuka kesempatan

bagi anak-anak untuk berspekulasi dengan bebas dan imajinatif tentang rangkaian atau alur

peristiwa atau tindakan, dengan menggunakan data-data faktual, interpretasi, atau hubungan-

hubungan baru untuk mendukung ramalan mereka. “Apakah yang akan terjadi jika……?”

“Rangkaian tindakan apakah yang bisa dilakukan?”

Yang pasti, agaknya terdapat suatu garis pemisah yang amat tipis antara respons kreatif

atau imajinatif dan respons yang dapat digolongkan sebagai fantasi. Memang, fantasi atau fiksi

ilmiah Jules Verne telah berubah menjadi realitas ilmiah dewasa ini. Jadi, seorang guru harus

hati-hati dalam menjuluki atau menyebut solusi yang dikemukakan siswa sebagai solusi yang

‘lugu’ atau ‘mustahil’, dan lebih baik menanyakan mengapa solusi itu mungkin. Barangkali

contoh berikut ini akan menggambarkan perbedaan antara kreatifitas dan fantasi:

Pemilik sebuah perusahaan perkayuan menemukan sebuah hutan baru di daerah

pegunungan yang terpencil dimana terdapat banyak pepohonan yang tinggi dan bagus

yang dapat menghasilkan ribuan papan kayu. Namun lantai hutan itu amat curam

sehingga bulldozer atau traktor tidak bisa memasuki daerah tersebut. Berapa banyakkah

cara yang bisa Anda bayangkan untuk mengangkut kayu keluar dari hutan tersebut?

Respons atau jawaban anak-anak bisa mencakup:

1. sebuah ban berjalan bisa dibangun disana.

2. sebuah helicopter yang dilengkapi dengan kabel pengangkut dapat digunakan

3. balon berisi gas dapat digunakan untuk mengangkat kayu.

Anak yang menyarankan bahwa “orang-orang kate dan jin tinggal di hutan itu dapat

mengangkut kayu-kayu itu keluar dari hutan” jelas berada dalam dunia fantasi Snow White and

the Seven Dwarfs. Respons demikian lebih tepat selama kajian fantasi pada pelajaran literature

bacaan kanak-kanak, dimana respons demikian disukai dan bahkan dihargai.

Dengan berbekal tatanan yang diketengahkan di atas, pertanyaan sintesis tipikal bisa

mencakup:

1. Solusi apakah yang bisa diajukan untuk masalah-masalah pencemaran udara?

2. Rangkaian tindakan apakah yang terbuka bagi Presiden Truman segera sebelum

pecahnya Perang Korea?

3. Dengan berapa macam carakah para tahanan di penjara terlibat dalam program

rehabilitasi?

Kata Kunci

Beberapa kata kunci yang biasanya mengindikasikan suatu pertanyaan sintesis adalah: ciptakan,

kembangkan, rumuskan solusi, tata atau susunlah, buatlah suatu rencana, gabungkan atau

padukanlah.

Pertanyaan Evaluasi

Pertanyaan evaluasi meminta siswa membuat suatu pertimbangan mengenai manfaat atau nilai

sesuatu. Apakah hal itu baik atau buruk, cantik atau jelek, remeh atau berguna? Para siswa

harus memeriksa, memperkirakan, menaksir, atau mengkritik beberapa ide, pernyataan, atau

rencana berdasarkan standar-standar atau kriteria spesifik yang telah mereka tetapkan atau

yang ditetapkan guru atau sumber yang lain. Dengan demikian, siswa harus mengindikasikan

criteria yang menjadi dasar pertimbangan mereka dan menyediakan data-data yang tepat

untuk menjustifikasi pandangan mereka. Ringkasnya, tingkat evaluasi menuntut lebih daripada

sekedar opini kosong yang hanya didasarkan pada keinginan atau opini pribadi.

Situasi Ruang Kelas

Ada banyak situasi dimana seorang siswa dapat membuat suatu pertimbangan evaluatif,

khususnya dalam pola pengambilan keputusan dalam penyelidikan yang kita bahas pada Bab 1.

Jika terdapat beberapa alternatif, seorang siswa harus memilih salah satunya dengan

menggunakan criteria yang tepat. Berdasarkan kondisi-kondisi ini, tingkat evaluasi sangat

kognitif sifatnya, bahkan meskipun suatu pertimbangan tentang manfaat atau nilai sedang

dibuat.

Pertanyaan-pertanyaan evaluasi tipikal bisa berbentuk:

1. Kebijakan apakah yang akan menghasilkan manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar?

2. Jelaskan alasan mengapa Anda lebih memilih…?

3. Diantara buku-buku ini, yang manakah yang menurut Anda paling berharga? Apa criteria

Anda?

4. evaluasilah ide itu berdasarkan biaya dan penerimaan oleh masyarakat.

Yang penting disini, siswa harus membuat suatu pertimbangan informal tentang manfaat, nilai,

kebaikan, atau keburukan sesuatu berdasarkan serangkaian criteria dan data-data yang cocok.

Membantu siswa dalam belajar mengidentifikasi criteria yang tepat agaknya sama pentingnya

dengan membuat pertimbangan nilai.

Kata Kunci

Kata-kata kunci yang akan mengindikasikan pertanyaan evaluasi adalah: Pilihlah, tentukan,

evaluasi, pertimbangkan, pilih salah satu, manakah yang Anda anggap..

PENTINGNYA PERTANYAAN-PERTANYAAN KONVERGEN DAN DIVERGEN

Strategi pertanyaan yang dibahas di atas berkaitan dengan suatu model yang didasarkan pada

himpunan hirarkis kategori yang menjelaskan proses-proses kognitif yang berbeda. Sebuah

strategi pertanyaan lain telah dikemukakan Gallagher dan Aschner. Strategi ini didasarkan pada

model Guilford tentang proses-proses intelektual. Guilford menganggap intelek sebagai suatu

struktur kompleks yang terdiri atas 120 jenis kemampuan mental. Ini diturunkan dari suatu

model tiga dimensi hipotetis yang menghubungkan lima golongan operasi intelektual, empat

jenis isi, dan enam tipe produk atau hasil. Hal ini diperlihatkan dalam bentuk kubus dalam

Gambar 4.1. Kajian-kajian Gallagher dan Aschner tentang kreativitas mendorong mereka untuk

mengidentifikasi lima tipe pertanyaan yang sering dijumpai dalam situasi pengajaran:

1. memori-kognitif: Kategori ini membutuhkan pengingatan suatu respons yang diingat atau

dipelajari sebelumnya. Ini amat mirip dengan kategori pengetahuan dalam Taksonomi

Bloom.

2. Konvergen: Ini adalah pertanyaan yang cenderung menyalurkan respons siswa pada satu

arah. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa memiliki denifisi yang sempit dan sering

membutuhkan satu jawaban yang benar atau yang terbaik.

3. Divergen: Ini adalah pertanyaan yang mencari variasi kemungkinan jawaban atau solusi

atas suatu masalah. Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong respons kreatif atau respons

yang tidak lazim dan bukan satu respons terbaik. Pertanyaan-pertanyaan serupa cenderung

luas dan terbuka.

4. Evaluatif: Pertanyaan evaluasi adalah pertanyaan-pertanyaan yang meminta siswa

membuat pertimbangan mengenai nilai atau kegunaan sesuatu. Kategori ini mirip dengan

evaluasi dalam Taksonomi Bloom.

5. Rutin: Kategori terakhir ini merupakan tumpuan akhir semua pertanyaan yang mencakup

rutinitas, prosedur, atau aktivitas-aktivitas perawatan kelas: Apakah setiap siswa bawa

buku?” “Apakah ruang kelas ini terlalu hangat?” “Apakah setiap siswa melaksanakan tugas

bergilirnya?”

Kajian-kajian Gallagher dan Aschner mengindikasikan bahwa pertanyaan-pertanyaan

memori-kognitif merupakan tipe pertanyaan yang paling sering digunakan, yang diikuti dengan

pertanyaan konvergen dan pertanyaan rutin. Pertanyaan divergen, yang cenderung

merangsang respons kreatif dan tingkat tinggi, jarang diajukan. Temuan-temuan ini konsisten

dengan temuan-temuan yang disebutkan sebelumnya yang melaporkan bahwa pertanyaan

yang paling diandalkan adalah pertanyaan tingkat pengetahuan.

RANGKUMAN

Dalam bab ini kami telah menyajikan beberapa strategi pertanyaan. Strategi pertama

didasarkan pada suatu model penyelidikan sosial yang dikembangkan pada Bab 2. Strategi ini

mengetengahkan serangkaian pertanyaan yang dapat digunakan untuk masing-masing langkah

dalam model penyelidikan. Ada dua strategi alternatif. Yang pertama didasarkan pada enam

tingkatan proses kognitif yang diidentifikasi dalam Taxonomy karya Bloom. Yang dititikberatkan

adalah aktivitas kognitif yang dibutuhkan pada masing-masing tingkatan, dan kata-kata kunci

yang dapat digunakan dalam mengembangkan suatu “bahasa interogatif” telah diidentifikasi.

Strategi kedua mengikuti serangkaian kategori yang didasarkan pada model Guilford tentang

struktur intelek. Strategi ini menekankan penggunaan pertanyaan-pertanyaan konvergen dan

divergen dan peranannya dalam mengembangkan kreativitas. Walaupun kedua model ini

memiliki kesamaan, namun Perbedaannya cukup besar. Pembaca dianjurkan memandangnya

sebagai dua pendekatan yang berbeda terhadap masalah yang sama, yang mengembangkan

berbagai proses berpikir.

BAB 5

UNIT INTERDISIPLINER : KONSEP DAN STRATEGI

Meitri Hening C

Entin Jumantini

Kebutuhan akan perspektif interdisipliner

Tujuan utama dari program pembelajaran sosial harus mampu membantu siswa dalam rangka

mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang cerdas sehingga mereka dapat

menyelesaikan permasalahan dirinya sendiri, melalui tindakan sosial, yang mempengaruhi

kebijakan publik. Keputusan yang diambil, tidak dapat dibuat dalam ketidakpastian dan ketidak

tahuan, mereka harus didasarkan pada pengetahuan. Keputusan dapat lebih buruk dari

pengetahuan dari mana mereka berasal. Seorang aktivis sosial yang cerdas harus mampu

mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai nya sebelum ia dapat memecahkan masalah

pribadi dan sosial yang rasional.

Keputusan yang cerdas harus didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Pengambil keputusan yang

rasional tidak hanya harus memanfaatkan pengetahuan ilmiah, tetapi harus mampu

menggunakan metode ilmiah untuk menghasilkan sebuah keputusan yang cerdas. Karena

masing-masing disiplin ilmu sosial memiliki tubuh khusus mengenai pengetahuan dan cara yang

unik untuk melihat perilaku manusia, pengambil keputusan harus dapat melihat peristiwa yang

terjadi pada manusia dari perspektif disiplin masing-masing. Namun, pengetahuan dari setiap

satu disiplin tidak cukup untuk membuat keputusan yang menyangkut masalah pribadi dan

publik, serta tidak cukup untuk memahami dimensi besar hubungan manusia.

Ketika merencanakan unit interdisipliner, penting bagi guru untuk menyadari bahwa disiplin

ilmu sosial tidakmemiliki konten yang spesifik, tetapi merupakan cara-cara khusus dalam rangka

melihat perilaku manusia yang sama. Guna memberikan konteks yang luas untuk mempelajari

perilaku manusia, unit interdisipliner harus fokus pada masalah, masalah sosial yang relevan,

atau membuat pertanyaan. Masalah seperti pendistribusian makanan yang lebih baik,

pengurangan kelaparan global dan kemiskinan, perluasan kebebasan yang mendasar,

penghapusan diskriminasi rasial, dan penggunaan secara bijak sumber daya lahan dan lainnya

adalah contoh dari masalah sosial yang besar atau masalah yang dapat diatasi oleh unit

interdisipliner karena dapat lebih terfokus.

Pemisahan disiplin dalam buku ini dibuat dalam rangka untuk menekankan kontribusi bahwa

setiap ilmu sosial dapat menyelesaikan permasalahan untuk memahami isu-isu sosial yang

kompleks, dan tidak berarti bahwa setiap disiplin salah, hal ini sendiri dianggap cukup untuk

menyelesaikan masalah manusia.

Pengembangan penyelidikan, pemberian nilai (penghargaan) dan keterampilan pengambilan

keputusan

Pengetahuan interdisipliner sangat diperlukan tetapi tidak cukup untuk membuat sebuah

keputusan. Pengetahuan interdisipliner (diturunkan dari proses penyelidikan), pemberian nilai

(penghargaan), dan sintesis pengetahuan serta nilai-nilai merupakan proses pengambilan

keputusan.

Guru dapat merencanakan unit terpisah dan pelajaran untuk mengajar penyelidikan

interdisipliner, penyelidikan nilai, dan keterampilan pengambilan keputusan, atau dia dapat

membangun unit untuk mengajarkan ke-tiga set keterampilan.

Unit Interdisipliner

Pemahaman mengenai unit, seperti begitu banyak konsep dalam pendidikan, telah banyak

didefinisikan. Namun, kebanyakan penulis menyarankan bahwa unit adalah serangkaian

kegiatan yang berkaitan yang dirancang untuk mencapai perubahan spesifik perilaku siswa.

Definisi yang disarankan oleh Michaelis adalah sebuah gambaran mengenai : "Sebuah unit

pengantar adalah rencana untuk mencapai tujuan tertentu melalui penggunaan konten dan

kegiatan belajar yang berkaitan dengan topik atau masalah yang ditunjuk." Kesepakatan

tentang bagian-bagian dari unit juga tidak ada. Namun, para spesialis sebagian besar setuju

bahwa itu harus mengandung komponen-komponen dasar: (1) pernyataan dari topik atau

masalah, (2) pernyataan tujuan, (3) kegiatan inisiasi, (4) kegiatan-kegiatan pembangunan, (5)

kegiatan evaluasi, dan (6) kegiatan kulminasi.

Unit konseptual harus terdiri dari komponen sebagai berikut ; (1) topik unit, (2) konsep-konsep

kunci dan generalisasi, (3) sub dari ide, (4) tujuan, (5) kegiatan inisiasi, (6) kegiatan-kegiatan

pembangunan, (7) kegiatan evaluasi , (8) puncak kegiatan, dan (9) sumber bibliografi.

Pemilihan Konsep untuk Mengatur Unit Interdisipliner

Bagaimana guru memilih konsep-konsep kunci yang akan membentuk unit-nya tergantung pada

keleluasan yang ia memiliki. Banyak distrik-distrik yang sudah memiliki panduan kurikulum guna

memberikan kerangka dasar untuk program lokal studi sosial. Panduan tersebut pada

umumnya dimaksudkan untuk berfungsi hanya sebagai panduan, bukan sebagai cetak biru

seorang guru yang wajib dituruti.

Tujuan utama dari pedoman kurikulum adalah untuk memastikan bahwa program instruksional

adalah sekuensial dan berkembang. Panduan kurikulum juga mengandung strategi mengajar

yang disarankan dan sumber instruksional.

Penelitian sosial merupakan panduan bagi sekolah di distrik-distrik yang paling menentukan

sejumlah topik yang disajikan oleh guru kelas masing-masing. Topik-topik ini biasanya

mencerminkan pendekatan pada “perluasan lingkungan”. Hal yang kerap diangkat adalah

mengenai rumah, sekolah, liburan, pembantu masyarakat dan masyarakat setempat yang

dipelajari di kelas dasar. Untuk kelas menengah, pengetahuan mengenai nilai negara,

eksplorasi, serta sejarah Amerika Serikat dan Belahan Barat sudah dipelajari.

Pendekatan “perluasan lingkungan” ditujukan untuk konstruksi kurikulum. Kurikulum studi

sosial dahulu kala, berdasarkan pada konsep “perluasan lingkungan”. Anak-anak diarahkan

untuk mempelajari kehidupan masyarakat terdekat berdasarkan pengalaman aktual mereka.

Ketika mereka bergerak melalui nilai, mereka telah melakukan studi masyarakat yang

komprehensif. Apa yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah menggunakan ide-ide

pengorganisasian dari disiplin-disiplin untuk membantu anak-anak lebih memahami masyarakat

dimana mereka tinggal.

Sebagai anak-anak bergerak melalui nilai-nilai, mereka mempelajari lembaga-lembaga dan

fenomena sosial yang semakin lebih jauh dari pengalaman langsung mereka. Di sini tidak akan

dilakukan kritik terhadap pendekatan “perluasan lingkungan”, melainkan penekanan terhadap

fakta-fakta bahwa guru dapat membuat struktur kurikulum yang secara konseptual berorientasi

pada kerangka kerja penelitian sosial yang tradisional.

Pendekatan ini diadopsi dalam Proyek Studi Sosial Taba. Direktur dari proyek ini

mengidentifikasi sebelas konsep-konsep kunci dari berbagai disiplin ilmu sosial, beberapa hasil

generalisasi yang terkait, dan contoh isi dari program tradisional yang digunakan untuk

mengembangkan proses pengidentifikasian ide-ide utama. Sebelas konsep pengorganisasian

tersebut adalah : kausalitas, konflik, kerja sama, perubahan budaya, perbedaan, saling

ketergantungan, modifikasi, kekuasaan, kontrol sosial, tradisi, dan nilai.

Pendekatan reformasi kurikulum dengan menggunakan pendekatan ini memungkinkan kita

untuk mempertahankan tingkat stabilitas dalam kurikulum. Seorang guru akan dapat

menggunakan banyak sumber dan bahan yang bersifat instruksional, dan dengan demikian

akan lebih cenderung untuk menerapkan program baru. Proyek pengembangan kurikulum studi

sosial dari Universitas Minnesota juga menghasilkan pengalaman-pengalaman hal baru untuk

anak-anak, meskipun banyak menggunakan muatan tradisional. Sebagai contoh, salah satu dari

dua kelas tingkat dua, yang menelaah masalah keluarga, memperkenalkan konsep-konsep dari

budaya, organisasi sosial, proses sosial, lokasi, dan tapak.

Anggur Baru dalam Botol Lama : Mengajar Melalui Konsep Baru dengan Isi Tradisional

Sudah ada saran mengenai bagaimana dua proyek penelitian interdisipliner sosial (yang Taba

dan

Program Miinnesota telah lakukan) menyelenggarakan kurikulum dengan ide-ide kunci, tetapi

menggunakan muatan atau isi tradisional untuk mengembangkan konsep-konsep. Guru yang

tidak memiliki panduan studi kurikulum sosial harus dimulai dengan merencanakan

perencanaan unit-nya untuk tahun-tahun pengajarannya dengan hati-hati. Hal ini dilakukan

dengan mempelajari topik yang diperlukan untuk mengajar, seperti rumah, sekolah, pembantu

masyarakat, dan sejarah negara (dalam hal ini contoh yang diambil adalah Amerika). Guru

kemudian harus mempelajari konsep-konsep kunci dari disiplin ilmu sosial, sehingga mereka

dapat memutuskan mana yang bisa paling efektif digunakan sesuai dengan dengan konten yang

dibutuhkan. Konsep-konsep utama dari ilmu-ilmu sosial dapat ditemukan di banyak materi yang

dihasilkan oleh apa yang pernah dilakukan oleh proyek penelitian di tahun 1960, dalam ilmu

sosial, panduan kurikulum disiapkan oleh sekolah kabupaten, dalam buku-buku metode, dan

dalam buku-buku pengantar ke berbagai disiplin ilmu sosial.

Tabel 1

Pengorganisasian Konsep Dalam Ilmu Sosial

Antropologi Sejarah Psikologi

Budaya

Elemen Budaya

Budaya yang Kompleks

Enkulturasi

Daerah Budaya

Difusi

Akulturasi

Etnosentris

Tradisi

Relativisme Budaya

Budaya Universal

Perubahan

Konflik

Revolusi

Nasionalisme

Peradaban

Eksplorasi

Bias Sejarah

Konsep Diri

Motivasi

Persepsi

Frustasi

Sikap

Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi

Kelangkaan

Produksi

Pelayanan dan Barang

Saling Ketergantungan

Pembagian kerja

Pertukaran

Siklus Pendapatan

Kontrol Sosial

Negara

Sistem Politik

Kekuasaan

Legitimasi

Otoritas

Kelompok kepentingan

Sosialisasi politik

Budaya politik

Sosialisasi

Peran

Norma

Sanksi

Nilai

Posisi Status

Institusi

Komunitas

Kelompok Sosial

Ketergantungan

Geografi

Lokasi

Wilayah

Interaksi Spasial

Pola Spasial Kota

Struktur Internal dari Kota

Persepsi Lingkungan

Kriteria Pemilihan Konsep

Apa kriteria yang dapat digunakan untuk memilih ide yang tepat untuk pembangunan? Para

guru pertama-tama harus mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dari anak-anak. Jika

mereka telah diperkenalkan kepada konsep-konsep tertentu dalam kelas sebelumnya, lebih

lanjut seorang guru harus mengembangkan dan memperluas konsep-konsep ini, mungkin

memperkenalkan konsep-konsep terkait baru yang akan menambah pemahaman mereka

tentang lingkungan sosial mereka dan membantu mereka menjadi lebih baik dalam hal

pengambil keputusan.

Guru pun harus memilih konsep sekitar yang banyak memiliki data dan muatan yang dapat

diatur. Taba menawarkan kriteria berikut untuk memilih konsep pengorganisasian konseptual

kurikulum :

1. Validitas : Apakah mereka cukup mewakili ide-ide dari disiplin yang mereka sukai?

2. Signifikansi : Bisakah mereka menjelaskan segmen penting dari dunia saat ini?

3. Ketepatan : Apakah mereka cocok dengan kebutuhan, minat, dan tingkat kematangan dari

siswa?

4. Durabilitas : Apakah mereka merupakan sebuah kepentingan yang langgeng?

5. Keseimbangan : Apakah mereka mengijinkan pengembangan dari kedua ruang lingkup dan

kedalaman?

Guru juga harus memilih konsep-konsep dari berbagai disiplin sebanyak mungkin yang bersifat

praktis dan tepat. Dengan kata lain, semua unit studi sosial harus interdisipliner.

Identifikasi Konsep Khusus untuk Sebuah Unit

Membantu anak-anak untuk melihat perilaku manusia dari perspektif berbagai ilmu sosial akan

mempersiapkan mereka dengan pemahaman yang canggih mengenai lingkungan sosial mereka

sehingga mereka bisa menjadi pengambil keputusan yang rasional dan termasuk sebagai aktivis

sosial. Namun, jika mereka memahami mengorganisir ide-ide ketika mereka mempelajari topik

ini, mereka akan memperoleh pemahaman akan nilain yang dapat lebih dikembangkan dengan

konten baru di kemudian hari. Pengetahuan ini akan berkontribusi besar terhadap pemahaman

mereka tentang dunia di mana mereka tinggal. Contoh berikut akan menggambarkan

bagaimana seorang guru kelas, Tuan Jones, yang mengajar tentang topik “Keluarga", yang

merupakan salah satu proses dalam menentukan konsep kunci dari berbagai disiplin ilmu untuk

menstrukturkan sebuah unit interdisipliner.

Sebuah Unit Interdisipliner dalam Sebuah Keluarga

Tuan Jones melakukan penelitian terhadap daftar konsep-konsep seperti yang tercantum dalam

Tabel 1. Saat dia mempelajari konsep disiplin masing-masing, ia bertanya pada dirinya sendiri,

"Konsep manakah yang merupakan konsep terbaik dari disiplin ilmu yang akan membantu

siswa saya memahami keluarga sebagai sebuah lembaga sosial dan menjadi lebih baik sebagai

pembuat keputusan dan aktivis sosial yang rasional?"

Dia terlihat lebih mendetailkan faktor utama dari konsep antropologi. Awalnya, ia berpikir

bahwa budaya adalah sebuah konsep di mana siswa harus akrab, tetapi ia memutuskan bahwa

mereka lebih baik dapat memahami konsep ini jika mereka juga mempelajari keluarga di

budaya lain.

Mari kita tinjau konsep Tuan Jones dalam melakukan identifikasi dari disiplin ilmu terpilih :

Disiplin Ilmu Konsep yang dipilih

Ekonomi Kelangkaan

Barang

Layanan

Saling

ketergantungan

Produksi

Disiplin Ilmu Konsep yang dipilih

Konsumsi

Ilmu politik Kontrol sosial

Sosiologi Sosialisasi

Norma

Sanksi

Peran

Dia mencatat bagaimana konsep ilmu politik dari kontrol sosial terkait dengan konsep-konsep

sosiologis, norma, dan sanksi. Penggunaan interdisipliner merupakan satu hal yang membantu

para pengajar dalam kemudahan merencanakan penelaahan ilmu-ilmu dari disiplin yang

berbeda.

Mengidentifikasi Generalisasi Terkait

Setelah guru mengidentifikasi konsep-konsep pokok yang terkait dan terstruktur, dia harus

melanjutkan untuk mengidentifikasi generalisasi yang menunjukkan hubungan antara konsep

yang telah dipilih.

Tabel 2

Generalisasi Utama dan Konsep Terkait

Generalisasi Utama Konsep Terkait

1. Setiap individu dan masyarakat

menghadapi konflik antara kelangkaan

sumberdaya dengan keinginan yang tidak

terbatas. Hal ini menciptakan kebutuhan

Kelangkaan

Generalisasi Utama Konsep Terkait

untuk pengambilan

keputusan. (Ekonomi)

2. Semua anggota masyarakat saling

tergantung sehingga produsen barang

dan pelayanan saling bertukar satu

dengan lainnya untuk mendapatkan

barang dan pelayanan yang mereka

butuhkan untuk memenuhi kebutuhan

dasar. (Ekonomi)

Barang

Pelayanan

Saling ketergantungan

Produksi

Konsumsi

3. Dalam setiap masyarakat dan institusi;

peraturan dan hukum muncul sebagai

kontrol sosial untuk mengatur perilaku

individu. Individu biasanya mendapatkan

hukuman ketika melanggar hukum. (Ilmu

Politik)

Kontrol sosial

4. Semua perilaku manusia dipelajari

melalui interaksi dan sosialisasi manusia

dalam kelompok. (Sosiologi)

Sosialisasi

5. Setiap anggota masyarakat harus

berfungsi sebagai manusia, dengan peran

yang berbeda. (Sosiologi)

Peran

6. Norma dan sanksi membentuk perilaku

anggota kelompok. (Sosiologi)

Sanksi norma

Menentukan Tujuan Unit

Seperti dinyatakan sebelumnya, unit dapat diselenggarakan untuk mengembangkan

keterampilan penyelidikan, keterampilan menghargai, atau ketrampilan pengambilan

keputusan. Unit lain dapat direncanakan untuk memberikan praktek pada anak-anak untuk

mengembangkan keterampilan masing-masing. Pada tahap awal perencanaan unit, guru harus

menentukan keterampilan untuk dikembangkan. Idealnya, setiap unit harus mengembangkan

keterampilan dalam tiga wilayah (keterampilan penyelidikan, keterampilan menghargai, dan

keterampilan pengambilan keputusan) meskipun penekanan dalam unit tertentu mungkin

berada di penyelidikan, menilai, atau pengambilan keputusan saja.

Tujuan utama dari unit penyelidikan ilmu pengetahuan sosial, adalah kemampuan siswa untuk

memberikan pendapat dan menulisnya dengan bahasanya sendiri sesuai dengan generalisasi

yang sudah diidentifikasi oleh guru. Siswa juga harus mampu menunjukkan pemahaman

tentang konsep-konsep kunci dalam unit. Ketika konsep diberi nama, siswa dapat menunjukkan

pemahaman mereka dengan mengidentifikasi konsep abstrak dan konsep nyata.

Sebagai contoh, jika konsep ini norma, guru mungkin bertanya pada anak tentang hal-hal yang

ada di sekitar rumah. Tujuan lain dari unit penyelidikan ilmu sosial adalah agar siswa dapat

menggunakan metode penelitian ilmu sosial untuk mendapatkan generalisasi tentang ilmu

sosial. Ilmu sosial terdiri dari pengetahuan (konsep dan generalisasi) serta metode

penyelidikan. Sementara itu siswa membutuhkan pengetahuan tentang masalah sosial yang

dapat dicari dengan metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya melibatkan : (a) perumusan

masalah, (b) perumusan hipotesis,

c) konseptualisasi, (d) pengumpulan data, (e) evaluasi dan analisis data, derivasi dari

generalisasi, dan (g) penyelidikan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah.

Organisasi Unit

Konsep yang terbentuk atas studi kasus Tuan Jones, merinic hal-hal sebagai berikut :

Kelangkaan

Barang, pelayanan, saling ketergantungan, produksi dan konsumsi

Kontrol sosial

Sosialisasi

Peran

Norma dan sanksi

Sebagai contoh, siswa dapat lebih jauh memahami tentang konsep kelangkaan jika mereka

memahami perannya. Tuan Jones memutuskan bahwa ini adalah konsep dasar yang harus

diperkenalkan sebelum ide-ide lainnya. Sejak manusia belajar tentang peran memalui

sosialisasi, Tuan Jones memutuskan konsep sosialisasi adalah konsep berikutnya yang perlu

diperkenalkan. Kemudian norma dan sanksi akan dipikirkan kemudian sebagai bentuk sikap

manusia selama melakukan sosialisasi. Kontrol sosial juga merupakan bagian dari proses

sosialisasi. Konsep tentang ketergantungan akan menolong siswa melihat hubungan antara dua

peran yang berbeda. Kelangkaan adalah sebuah pilihan terakhir dari konsep yang terbangun

berdasrakan pemilihan yang dilakukan oleh Tuan Jones.

Memformulasikan dan Menguraikan Kegiatan : Fase Pengembangan Unit

Aktivitas dan strategi mengajar merupakan inti dari beberapa unit. Jika konsep-konsep telah

terorganisasi dan digeneralisasikan maka bisa dijadikan sebagai formulasi panduan untuk

strategi mengajar yang efektif dan proses belajar. Unit tradisional terkadang memiliki muatan

yang banyak akan berbagai macam aktifitas dan strategi mengajar dimana hubungannya

dengan ide dasar menjadi bias. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan penulisan konsep utama

dan generalisasi untuk mengembangkan aktifitas atau strategi mengajar dari sudut pandang

yang berbeda.

Contoh : Konsep dan Aktifitas Untuk Unit Interdisipliner dalam Keluarga

Konsep dan Generalisasi tentang Sosialisasi

Aktifitas yang terkandung dalam sosialisasi :

1. Melihat gambaran keluarga yang menunjukkan pada anak bagaimana melakukan kegiatan

sehari-hari, seperti berenang, mengikat tali sepatu, makan, memakai dasi, dsb

2. Memberi nama yang spesifik terhadap barang-barang milik keluarga

3. Memberi nama yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, contoh untuk

pakaian sekolah, pakaian bermain, dan pakaian untuk jalan-jalan

4. Berdiskusi bagaimana kita memperlakukan orang lain dan siapa yang mengajarkan kita

bagaimana cara bersikap terhadap orang lain

5. Membuat kesimpulan dan generalisasi tentang sesuatu yang mereka pelajari dari anggota

keluarga yang lain.

Memulai Unit

Guru harus merencanakan kegiatan untuk memulai unit yang dapat merangsang rasa ingin tahu

dan ketertarikan siswa. Sebuah awal yang menarik adalah salah satu jaminan terbaik yang

dapat diberikan dari sukses dan tidaknya pelaksanaan sebuah unit. Jika anak bosan pada

penyampaian awal unit, guru harus menanggapinya dengan serius apakah unit ini dapat

diteruskan atau tidak. Karena hal terpenting adalah fase pendahuluan dari unit.

Perlu diatur mengenai bahan-bahan yang berkaitan dengan topik unit yang dapat merangsang

minat siswa untuk bertanya. Bahan-bahan ini dapat berupa gambar yang menarik, buku-buku

yang mudah dimengerti, dan benda yang mampu dipahami oleh siswa.

Evaluasi Kegiatan

Guru harus dapat menerangkan evaluasi kegiatan yang bisa dilaksanakan melalui unit. Evaluasi

yang efektif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses sehingga guru dapat menemukan

indikator dalam setiap kegiatan melalui fase pengembangan pada unit untuk tujuan evaluasi.

Sebagai contoh, siswa dapat menceritakan masalahnya seperti “Hal apa yang dipelajari dari

keluarga?” dan siswa mampu mengoreksi jawaban setiap kegiatan dalam bermain peran.

Kegiatan Puncak

Guru harus menerangkan kegiatannya yang sudah disimpulkan dalam berbagai bagian unit yang

bervariasi. Puncak kegiatan mengandung makna melakukan kilas balik data yang ditampilkan

dalam bentuk diagram untuk setiap unit, memberikan laporan secara lisan, memimpin diskusi,

berpartisipasi dalam bermain peran atau melakukan presentasi singkat yang menitikberatkan

pada ide-ide pokok pelajaran. Guru, selama puncak kegiatan, bisa memberikan ide yang

membantu tentang konsep yang digunakan untuk unit yang akan datang.

Sumber Bibliografi

Selama tahap awal perencanaan, guru harus mulai menyusun daftar dari

sumber yang akan dia perlukan untuk mengembangkan konsep-konsep utama dan ide-ide dari

unit. Dengan kata lain, seorang guru harus memiliki beberapa sumber bahan untuk

pengembangan ajar nya yang berupa gambar, kliping, dan bahan lainnya yang berhubungan

dengan topik tertentu. Hal ini akan sangat memudahkan dalam perencanaan inisiasi unit.

Ringkasan

Bab ini menyoroti titik balik yang mendasari teori pendidikan ilmu sosial dimana siswa harus

menjadi pengambil keputusan yang cerdas dan menjadi aktivis sosial yang efektif dalam rangka

untuk menyelesaikan masalah pribadi dan mempengaruhi kebijakan publik. Keputusan harus

didasarkan pada pengetahuan; keputusan yang cerdas harus berdasarkan pengetahuan dan

pengetahuan tersebut berupa pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah digunakan oleh para

aktivis sosial untuk yang membuat keputusan cerdas dan mencerminkan perspektif dari

sejumlah disiplin ilmu sosial karena masalah sosial terlalu kompleks untuk disiplin tunggal untuk

memberikan bukti yang cukup agar dapat membantu kita mengatasinya.

Bab ini menggambarkan bagaimana guru dapat menstrukturkan unit yang akan diajarkan pada

siswa untuk melihat topik dan masalah-masalah sosial dari perspektif beberapa disiplin. Di

dalamnya ada pembahasan mengenai kerangka sosial dari studi kurikulum yang bersifat

tradisional dengan metode penataan unit secara konseptual.

Beberapa pembaca buku ini akan menemukan diri mereka: di sekolah atau di daerah di mana

tidak ada komitmen untuk sebuah kurikulum studi sosial tertentu yang dapat diterapkan dalam

proses mengubah kerangka kerja konseptual mereka.

BAB 6

KURIKULUM KONSEPTUAL ANTARDISIPLIN : SIFAT DAN PENGEMBANGANNYA

Roky Nopila

Afief Maula N

PENYUSUNAN KURIKULUM KONSEPTUAL SPIRAL

Pada bab sebelumnya kita telah membahas bagaimana seorang guru di suatu distrik

sekolah yang menerapkan program tradisional mata pelajaran ilmu-ilmu sosial dapat menyusun

satuan-satuan konseptual dalam kerangka semacam itu. Sekarang, kita akan membahas suatu

masalah yang lain. Beberapa sekolah dan distrik sekolah tidak memiliki kurikulum ilmu-ilmu

sosial, atau sangat kecewa dengan kurikulum yang ada, sehingga mereka ingin menyusun suatu

program yang sama sekali baru. Dalam distrik-distrik semacam yang dikemukakan diatas, para

guru ilmu-ilmu sosial seringkali membentuk sebuah komite yang bertugas menyusun kurikulum,

atau masing-masing guru adakalanya sanggup menyusun program atau kurikulumnya sendiri.

Pengembangan lanjutan konsep-konsep akan terganggu apabila setiap guru menyusun sendiri

kurikulumnya; dengan demikian, suatu program yang lebih bagus akan terwujud apabila

program itu disusun bersama-sama oleh para guru yang mewakili distrik itu secara keseluruhan

dan juga mewakili semua jenjang kelas sekolah. Sekalipun demikian, beberapa pembaca buku

ini mungkin harus menyusun sendiri program pengajaran ilmu-ilmu sosialnya, karena situasi

dan kondisi sekolahnya menghendaki demikian. Dalam situasi ini, para guru dapat

mengembangkan suatu program pengajaran yang berlaku untuk tahun yang sedang berjalan.

Ini tentunya lebih baik ketimbang tidak ada program sama sekali. Bahasan kita dalam bab ini

akan bermanfaat bagi para guru yang menjadi anggota komite kurikulum yang diserahi

tanggung jawab untuk menyusun suatu kurikulum ilmu-ilmu sosial dari nol, dan bagi para guru

yang berada dalam situasi yang memaksa mereka menyusun sendiri program pengajaran ilmu-

ilmu sosial untuk para siswa mereka.

IDENTIFIKASI KONSEP-KONSEP UNTUK KURIKULUM KONSEPTUAL SPIRAL

Langkah pertama dalam pengembangan suatu kurikulum konseptual spiral adalah

identifikasi sejumlah konsep yang akan diperkenalkan pada anak-anak yang duduk di kelas

paling rendah dan yang akan dikembangkan selanjutnya dan diperluas pada kelas-kelas yang

lebih tinggi. Pada Bab 5 kita telah membahas kriteria pemilihan konsep-konsep untuk satuan-

satuan antardisiplin yang disusun dalam suatu kerangka tradisional. Kriteria pemilihan konsep-

konsep untuk suatu kurikulum konseptual spiral pada dasarnya tidak berbeda. Akan tetapi,

perlu ditekankan kembali fakta bahwa konsep-konsep pengorganisir haruslah konsep-konsep

yang sudah mapan. Hal ini harus mendapat perhatian khusus ketika suatu komite sedang

menyusun suatu kurikulum total. Konsep-konsep untuk suatu kurikulum spiral harus bersifat

hirarkis. Kita harus bisa mengembangkannya pada tingkatan yang lebih tinggi dalam masing-

masing kelas. “Konsep-konsep tersebut harus divisualisasikan sebagai benang-benang yang

kembali terlihat dalam bentuk spiral namun selalu bergerak kearah yang lebih tinggi.” Komite

kurikulum bisa mengidentifikasi konsep ilmu politik tentang kekuasaan sebagai suatu konsep

pengorganisir untuk kurikulumnya. Konsep ini dapat dipelajari dan dikaji dalam pola spiral

selama masa belajar di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1

Topik-topik berikut ini dapat diberikan untuk masing-masing jenjang kelas:

Kelas 8 – hubungan kekuasaan dalam masyarakat butahuruf

Kelas 7 – hubungan kekuasaan antara negara-negara Timur dan negara-negara Barat.

Kelas 6 – hubungan kekuasaan diantara negara-negara Barat

Kelas 5 – hubungan kekuasaan pada tingkat federal

Kelas 4 – hubungan kekuasaan pada tingkat negara bagian

Kelas 3 – hubungan kekuasaan didalam komunitas setempat

Kelas 2 – hubungan kekuasaan dalam komunitas sekolah

Kelas 1 – hubungan kekuasaan dalam keluarga

SEBUAH KURIKULUM SPIRAL ANTARDISIPLIN

Dalam merencanakan satuan-satuan pelajaran, kami menyarankan supaya guru memilih

konsep-konsep dari sebanyak mungkin cabang ilmu, namun kami juga mengakui bahwa

seringkali sulit menggabungkan konsep-konsep yang bersumber dari semua cabang ilmu

kedalam suatu satuan pelajaran tunggal. Akan tetapi, kurikulum ilmu-ilmu sosial dapat dan

harus menggabungkan (memadukan) ide-ide pengorganisir dari semua cabang ilmu-ilmu sosial.

Jika konsep-konsep yang berasal dari semua disiplin hendak dimasukkan dalam suatu

kurikulum, komite kurikulum harus mengkaji disiplin-disiplin tersebut dengan cermat agar

dapat memilih ide-ide yang paling penting dan paling berpengaruh. (Lihat Bab 7 hingga Bab 12).

Hanya sejumlah kecil ide dari masing-masing disiplin dapat digabungkan kedalam suatu

kurikulum spiral antardisiplin. Sebagai contoh, sebuah komite bisa secara menguntungkan

memilih konsep kultur dan sosialisasi dari antropologi dan sosiologi karena kedua konsep ini

merupakan konsep terpenting dalam kedua disiplin ilmu ini.

Bila konsep-konsep kunci untuk kurikulum telah diidentifikasi, komite kurikulum bisa

memutuskan bahwa sementara sebagian besar konsep itu akan diperkenalkan pada masa

taman kanak-kanak, sebagian lagi tidak akan diajarkan hingga anak-anak itu mencapai jenjang

kelas tertentu. Hal ini bisa dilatarbelakangi berbagai alasan, yang meliputi tiadanya bahan yang

cocok untuk jenjang kelas dasar atau ketidakpatutan konsep-konsep tertentu untuk

diperkenalkan kepada anak-anak kecil. Setiap konsep tidak mesti diajarkan pada setiap jenjang

kelas, namun masing-masing konsep itu harus muncul beberapa kali dalam kurikulum tersebut.

Meskipun rencana ini bagus, para penyusun kurikulum harus mempunyai alasan yang masuk

akal dalam menyertakan atau tidak menyertakan konsep-konsep tertentu pada berbagai

jenjang kelas. Komite kurikulum Ilmu-ilmu sosial Distrik Sekolah New Park bisa memutuskan

untuk mengorganisir suatu kurikulum K-8 mengenai konsep-konsep kunci yang berikut:

Disiplin Konsep kunci

Antropologi Budaya

Ekonomi Kelangkaan

Saling

ketergantungan

Ilmu politik Otoritas

Sosiologi Sosialisasi

Sejarah Perubahan

Geografi Lokasi

Komite tersebut kemudian mengidentifikasi suatu generalisasi (kesimpulan sementara)

yang berkaitan dengan masing-masing konsep. Apabila generalisasi yang bersifat mengorganisir

telah ditetapkan, maka dapat diidentifikasi sejumlah generalisasi tingkat yang lebih rendah

(sub-ide). Konsep-konsep kunci, generalisasi yang mengorganisir, dan disiplin-disiplin terkait

untuk komite kurikulum ilmu-ilmu sosial hipotetis kita digambarkan pada Tabel 6.1.

IDENTIFIKASI SAMPEL MUATAN DAN TOPIK

Identifikasi konsep-konsep kunci dan generalisasi-generalisasi pengorganisir yang

relevan memberi kepada guru pedoman-pedoman yang akan memperbolehkan derajat

fleksibilitas yang maksimal namun juga dapat dipakai dalam pengembangan konsep-konsep

pada tahap selanjutnya. Akan tetapi, hampir semua komite kurikulum berkeyakinan bahwa

para guru perlu dibekali dengan sampel muatan dan sub-sub ide untuk mengembangkan

masing-masing konsep kunci tersebut. Tentu ada beberapa keuntungan apabila kurikulum

disusun secara lebih ketat. Dengan mengidentifikasi sampel muatan untuk masing-masing

jenjang kelas, perulangan pencakupan muatan pada seluruh jenjang kelas tersebut dapat

diminimalkan. Demikian pula, guru bisa jadi merasa tidak nyaman dengan suatu pedoman

kurikulum dalam bentuk rangka; mereka membutuhkan pedoman-pedoman yang lebih rinci.

Akan tetapi, idealnya, suatu pedoman kurikulum yang mengidentifikasi hanya konsep-konsep

dan generalisasi yang hendak dikembangkan pada masing-masing jenjang kelas barangkali

adalah yang paling menarik. Begitu guru berada di depan kelas, dia dapat memilih muatan yang

akan paling konsisten dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan para siswanya. Demikian

pula, muatan selalu dapat dikaitkan secara langsung dengan masalah-masalah sosial yang

paling aktual yang sedang dihadapi sekolah, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas pada

waktu satuan-satuan tersebut diajarkan. Setiap muatan yang dipilih komite kurikulum

mengandung risiko bahwa muatan tersebut mungkin dianggap tidak relevan bagi anak-anak

yang akan naik kelas. Kurikulum fleksibel ini juga memungkinkan para guru yang bekerja di

kawasan-kawasan kutural dan sosioekonomis yang berbeda yang ada dalam distrik sekolah

tersebut memilih sampel muatan yang hanya cocok bagi kawasan dimana dia mengajar.

Sebagai contoh, para guru di pusat kota dan para guru di daerah pinggiran kota bisa jadi ingin

memilih muatan yang berbeda dalam mengembangkan konsep-konsep sosialisasi dan kultur.

Para guru di pusat kota biasanya cenderung menitikberatkan komponen-komponen unik

budaya kulit hitam untuk satuan pengajarannya.

Walaupun keuntungan-keuntungan dapat diperoleh dari suatu kurikulum konseptual

kerangka, namun akan lebih praktis merekomendasikan muatan dan topik untuk masing-

masing jenjang kelas guna mengembangkan konsep-konsep yang diidentifikasi komite

kurikulum. Sub-ide yang berkaitan dengan ide-ide kunci, topik, strategi pengajaran, dan bahan-

bahan pengajaran juga dianjurkan disini. Walaupun spesifisitas dapat mengurangi kreativitas

guru, namun akan lebih praktis jika lebih spesifik ketika merekomendasikan sampel muatan

dan strategi. Sebagai contoh, ketimbang merekomendasikan pembelajaran dunia Non-Barat di

kelas 8, lebih baik menyebut nama negara-negara non-barat yang hendak dipelajari. Tabel 6.2

memperlihatkan sampel muatan yang bisa direkomendasikan Komite Kurikulum Ilmu-Ilmu

Sosial Distrik Sekolah New Park bagi pengembangan konsep-konsep yang diidentifikasinya.

Gambar 6.2

memperlihatkan pengembangan spiral konsep-konsep dalam kurikulum.

PERENCANAAN SATUAN PELAJARAN DALAM SUATU KERANGKA KONSEPTUAL

Apabila ide-ide dan generalisasi kunci suatu kurikulum telah diidentifikasi, komite

kurikulum dapat mulai menyusun satuan-satuan sumber. Satuan-satuan sumber berbeda dari

satuan pengajaran dalam hal bahwa yang terakhir ini dirancang khusus untuk suatu jenjang

kelas, sedangkan satuan sumber mencakup sejumlah besar aktivitas dan ide yang daripadanya

dapat dipilih oleh masing-masing guru. Unit/satuan sumber untuk suatu kurikulum konseptual

dapat disusun atau diorganisir dengan berbagai cara. Marilah kita selidiki Kelas 4 yang ada

dalam contoh kita sebelumnya. Muatan untuk jenjang kelas ini terdiri atas empat masyarakat

buta huruf. Tujuh konsep (kultur, kelangkaan, saling keteergantungan, otoritas, sosialisasi,

perubahan, dan lokasi) hendak dikembangkan. Konsep kultur hendak ditekankan sepanjang

Kelas 4. Satuan-satuan untuk Kelas 4 dapat diorganisir seputar konsep-konsep. Pendekatan

apapun yang ditempuh, kultur harus dikaji pada masing-masing unit, sementara sebagian

konsep itu dapat dipelajari dalam satuan-satuan tertentu dan tidak bisa dalam satuan-satuan

yang lain. Satuan-satuan tersebut dapat diorganisir seperti didalam Rencana I atau Rencana II.

Plan 1

Unit I Unit 2 Unit 3

Key concepts: culture,

scarcity, authority

Content: Sernang,

Polar Eskimo, the

Maoris

Key concepts: culture,

interdependen’ce,

socialization

Content: Semang, Polar

Eskimo. the Maoris

Kcy concepts:

culture, authority,

change, location

Content: Sernang, Polar

Eskimo, the Maoris

Plan II

Unit 1: The Semang Unit 2: The Polar Eskimo Unit 3: The Maoris

Key concepts:

culture

socialization

interdependence

Key concepts:

culture

authority

scarcity

Key concepts:

culture

change

location

Dalam Rencana I, tiga satuan akan mengisi program tahun tersebut. Kultur

dikembangkan pada setiap satuan; otoritas dikembangkan pada Satuan 1 dan 3; semua konsep

yang lain akan diajarkan dalam hanya salah satu dari ketiga satuan tersebut. Program Kelas 4

juga bisa berisi tiga satuan-satuan topikal. Dalam kasus ini, satuan-satuan tersebut dapat

disusun seperti yang terlihat pada Rencana II.

Sementara Rencana II akan memungkinkan para siswa berkonsentrasi pada satu kultur

pada suatu momen dan, dengan demikian, akan memperoleh pemahaman yang lebih

komprehensif tentang kultur tersebut, Rencana I lebih efektif dalam memfasilitasi

penyusunan/perumusan generalisasi karena pembandingan dengan bagan-bagan retrieval data

lebih mudah dilakukan. Pengkajian masyarakat-masyarakat yang berbeda juga cenderung

menarik dan menaikkan minat para siswa.

PENGALAMAN MANUSIA: MEMBUAT KEPUTUSAN DIDALAM SUATU MASYARAKAT DUNIA

LANDASAN PEMIKIRAN

Fokus tentang Pengambilan Keputusan

Asumsi dasar pertama: Sasaran utama pelajaran ilmu-ilmu sosial adalah membantu anak-anak

mengembangkan kemampuan membuat keputusan-keputusan reflektif sehingga mereka

mampu memecahkan masalah-masalah pribadinya dan, lewat tindakan sosial, mempengaruhi

kebijakan publik serta menumbuhkan suatu kesadaran keampuhan politis (mampu berpolitik).

Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam dekade terakhir ini telah memperlihatkan secara

dramatis bahwa kita hidup di sebuah masyarakat dunia yang dikepung oleh berbagai persoalan

sosial dan kemanusiaan yang sukar. Solusi efektif bagi persoalan-persoalan berat ini dapat

ditemukan hanya dengan suatu kewargaan yang aktif dan berpengetahuan yang sanggup

membuat keputusan-keputusan publik yang bijaksana yang akan menguntungkan masyarakat

dunia. Mau tidak mau, sekolah memainkan peranan penentu dalam mendidik warganegara

agar mampu membuat keputusan-keputusan cerdas tentang isu-isu sosial dan sanggup

melakukan tindakan-tindakan afirmatif (menguatkan/mengesahkan) untuk membantu

memecahkan isu-isu tersebut. Penyelidikan ilmu sosial (social inquiry) dan penyelidikan nilai

merupakan komponen mendasar pengambilan keputusan. Masing-masing elemen ini, yang

diikhtisarkan dalam Gambar 6.3, akan menjadi bagian tak terpisahkan dari program yang

diusulkan.

Gambar 6.3

Sebuah Perspektif Global bagi Masyarakat Dunia

Asumsi Dasar Kedua: Program kajian ilmu-ilmu sosial di sekolah dasar untuk tahun 1980-

an harus mempunyai suatu perspektif global dan internasional dan harus mencakup muatan

tentang berbagai budaya dan masyarakat di seluruh dunia, yang dimulai pada jenjang kelas

paling dini. Berbagai peristiwa akhir-akhir ini, seperti krisis energu dunia, makin memperjelas

bahwa kita tinggal di sebuah planet yang makin kecil dan bahwa manusia yang berasal dari

berbagai bangsa dan budaya harus belajar untuk bersama-sama memecahkan masalah-masalah

sosial jika Planet Bumi ini hendak diselamatkan bagi generasi yang akan datang. Bangsa-bangsa

tidak boleh lagi memecahkan persoalan-persoalannya secara sendiri-sendiri. Persoalan-

persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi dunia sangatlah berat. Kelebihan

penduduk, kelaparan, inflasi, kelangkaan energi, dan polusi hanyalah beberapa diantara

persoalan dunia yang lebih serius. Mau tidak mau, suatu program kajian ilmu-ilmu sosial

modern memainkan peranan yang menentukan dalam pendidikan warganegara yang sanggup

berfungsi secara aktif dan reflektif didalam masyarakat dunia. Seperti yang diamati dengan jeli

oleh Lester Brown, kita hidup di sebuah dunia tanpa perbatasan. Kita perlu mendidik para siswa

yang sanggup meningkatkan atau memperbaiki kondisi manusia di seluruh komunitas dunia.

Program yang diusulkan ini memiliki fokus global yang kuat. Budaya-budaya dunia akan

mulai dipelajari pada Jenjang interdependence, scarcity, change, social ization. Pada jenjang

ini, para siswa akan mempelajari bagaimana budaya dan kelompok etnis seseorang

mempengaruhi identitas dan tingkah lakunya. Mereka akan mempelajari pengembangan

identitas anak-anak di berbagai pelosok bumi ini. Pada masing-masing jenjang berikutnya, para

siswa akan mempelajari dunia dan budaya domestik yang mencontohkan konsep-konsep dan

generalisasi yang sedang diajarkan pada jenjang kelas yang bersangkutan. Pada Jenjang

berikutnya, fokusnya adalah berkepanjangannya masalah-masalah sosial yang dihadapi dunia

dan metoda-metoda untuk membantu memecahkan masalah-masalah tersebut.

Fokus terhadap Pengalaman Manusia: Mengalami Budaya yang Lain

Asumsi Dasar Ketiga: Suatu program kajian (pelajaran) ilmu-ilmu sosial untuk para siswa

sekolah dasar harus amat personal, harus berkaitan langsung dengan perasaan dan persepsi

siswa, dan harus melibatkan para siswa secara langsung didalam kehidupan orang-orang yang

tinggal dan pernah tinggal di negeri dan lingkungan budaya yang lain. Sementara Jenjang 1

hingga 6 diorganisir diseputar konsep-konsep yang relevan dengan pranata dan budaya, fokus

dalam satuan dan bahan terpilih adalah bagaimana pranata serta budaya ini mempengaruhi

tingkah laku manusia yang hidup didalamnya dan bagaimana cara orang-orang mengubah

pranata-pranata tersebut agar mereka lebih mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.

Suatu program pelajaran ilmu-ilmu sosial yang dipersonalkan harus mengaitkan

kehidupan manusia dalam subkultur, kultur, dan negara-negara yang berbeda, dan kehidupan

mereka yang hidup di masa lampau dengan kehidupan masa kini. Ini tidak berfokus pada

peristiwa, perjanjian atau perang politik melainkan pada bagaimana peristiwa-peristiwa ini

mempengaruhi manusia dan bagaimana manusia merespons hal-hal tersebut.

Strategi-strategi pertanyaan, potret, latihan-latihan penilaian, dan bahan-bahan yang

diambil dari berbagai sumber akan dimanfaatkan untuk membandingkan kehidupan manusia

pada kebudayaan dan jaman yang lain dengan kehidupan para siswa sekolah dasar tersebut.

Sumber-sumber seperti narasi, surat-surat, catatan harian, gambar, pilihan sastra, kutipan-

kutipan otobiografi, bagan-bagan, grafik, puisi, dan lukisan adalah jenis sumber-sumber daya

yang akan digunakan untuk membantu para siswa ‘mengalami’ budaya dan jaman yang lain.

Fokus terhadap Masa Depan

Asumsi Dasar Keempat: Program pelajaran ilmu-ilmu sosial selama tahun 1980-an harus

mencakup bukan hanya masa lampau dan masa kini, melainkan juga berfokus pada masa

depan. Masyarakat dunia global kita sedang mengalami perubahan yang teramat besar dan

cepat. Perubahan cepat demikian menimbulkan dampak psikologis dan sosiologis yang luar

biasa terhadap warga masyarakat dunia. Alvin Toffler menggunakan konsep “kejutan masa

depan” untuk menyebutkan hal-hal yang terjadi terhadap manusia ketika mereka dipaksa

menyesuaikan diri terhadap perubahan cepat yang ada di sekeliling mereka.

Kajian-kajian masa depan harus menjadi bagian tak terpisahkan dari suatu program

pelajaran ilmu-ilmu sosial yang berorientasi pada pengambilan keputusan. Ketika konsep-

konsep seperti golongan, pranata, komunitas, dan budaya dipelajari, para siswa tidak hanya

menyelidiki bagaimana konsep-konsep ini mengejawantah di masa lampau dan masa kini,

melainkan mereka juga harus dibantu membuat proyeksi-proyeksii tentang bagaimana konsep-

konsep itu dicirikan di masa depan. Akan tetapi, kajian-kajian masa depan tidak boleh dibatasi

hanya pada pembuatan proyeksi-proyeksi mengenai masa depan. Para siswa harus

mendiskusikan dan meneliti alternatif-alternatif masa depan serta cara-cara merencanakan

masa depan itu agar lebih tanggap terhadap kondisi manusia.

KERANGKA KONSEPTUAL

Struktur Dasar

Masing-masing jenjang kelas berfokus pada pengembangan satu konsep kunci (yang selanjutnya

kita namakan konsep fokus) serta beberapa pertanyaan kunci yang relevan. Konsep-konsep

kunci ini dikaji dari perspektif konsep-konsep serta generalisasi pengorganisir yang berasal dari

beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial; dengan demikian, program ini bersifat antardisiplin. Pada

Jenjang 2 hingga 6, masing-masing konsep fokus dikaji dari perspektif lima konsep

pengorganisir dan generalisasi-generalisasi yang relevan. Pada Jenjang 1, hanya tiga konsep dan

generalisasi relevan yang digunakan untuk mempelajari konsep fokus. Hanya dua konsep

pengorganisir dan generalisasi relvan yang digunakan untuk mempelajari konsep fokus pada

Jenjang K. Tabel 6.4. memperlihatkan ikhtisar kerangka konseptual untuk program usulan.

Konsep-konsep fokus jenjang kelas dan pertanyaan-pertanyaan kunci diperlihatkan dalam Tabel

6.5.

Tabel 6.4. Kerangka Konseptual untuk Program Pelajaran Ilmu-ilmu sosial Distrik Sekolah Holt

Unified

Tabel 6.5. Konsep Fokus dan pertanyaan-pertanyaan yang relevan

Sifat Antardisiplin Program Tersebut

Walaupun masing-masing jenjang kelas berfokus pada satu konsep kunci, namun program

usulan tersebut secara menyeluruh bersifat antardisiplin. Masing-masing konsep jenjang kelas,

seperti pranata manusia dan komunitas manusia, dikaji dari perspektif konsep-konsep ilmu

sosial yang bersifat mengorganisir serta generalisasi-generalisasi yang diambil dari beberapa

disiplin. (Lihat Gambar 6.4).

Sebagai contoh, pada Jenjang K, para siswa mengkaji identitas dari perspektif sosialisasi

(sosiologi) dan perbedaan-perbedaan kultural (antropologi). Pada Jenjang 5, para siswa

mengkaji kebudayaan dari perspektif sosialisasi (sosiologi), kelangkaan (ilmu ekonomi),

perbedaan-perbedaan budaya (antropologi), kekuasaan (ilmu politik), dan lingkungan fisik

(geografi). (Lihat Tabel 6.4.) terdapat lima konsep dan generalisasi pengorganisir, dan pada

setiap jenjang kelas, sebagian atau semua konsep dan generalisasi ini dipelajari. Generalisasi-

generalisasi fokus pada masing-masing jenjang kelas merupakan bentuk-bentuk kelima

generalisasi pengorganisir. Dibawah ini dikemukakan konsep-konsep pengorganisir serta

generalisasi-generalisasi yang relevan:

SOSIALISASI

Tingkah laku individu dipengaruhi oleh sistem sosial dimana individu tersebut berada atau

berpartisipasi.

KELANGKAAN

Individu-individu serta kelompok atau golongan menghadapi suatu konflik antara keinginan

yang tidak terbatas dan sumber daya yang terbatas.

PERBEDAAN BUDAYA

Perbedaan-perbedaan budaya mempengaruhi tingkah laku individu maupun tingkah laku

golongan.

KEKUASAAN

Hukum dan peraturan mengatur tingkah laku manusia dalam suatu sistem sosial.

LINGKUNGAN FISIK

Lingkungan fisik mempengaruhi tingkah laku manusia dalam suatu sistem sosial.

Perkembangan Intelektual dan Emosional Anak-anak

Dalam merancang program, kita harus mengingat dan mempertimbangkan

perkembangan kognitif dan emosional para siswa. Teori dan riset perkembangan anak

memberitahu kita bahwa beberapa anak kecil sanggup memahami konsep-konsep ilmu sosial

secara lebih baik ketimbang anak-anak yang lain dan bahwa mereka mempunyai kebutuhan

dan minat psikologis yang unik. Pengaturan program ini dirancang sedemikian rupa sehingga

mencerminkan tahap-tahap perkembangan anak. Jumlah konsep dan disiplin yang dapat

dipelajari secara menguntungkan oleh anak-anak adalah terbatas. Demikian pula, konsep-

konsep yang mereka pelajari pada usia tersebut haruslah konsep-konsep yang dapat

dihubungkan dengan mudah dengan mereka. Kami telah memutuskan untuk mengajarkan

identitas pada jenjang taman kanak-kanak. Pada tahap usia ini, semua anak kecil ingin tahu

tentang siapa dan bagaimana dirinya, mengapa mereka menjadi seperti apa adanya saat ini,

dan bagaimana caranya agar mereka bisa berhubungan secara lebih baik dengan orang-orang

yang ada di lingkungan sosial mereka. Untuk menyederhanakan bagian program ini, konsep ini

akan dipandang hanya dari dua perspektif disiplin, yakni sosialisasi (sosiologi) dan perbedaan-

perbedaan budaya (antropologi). Kedua perspektif disipliner ini dapat dimengerti anak-anak

yang masih kecil. Pada jenjang ini kita banyak memanfaatkan benda-benda cetak, kartu

permainan peran, strip film, rekaman, serta media yang lain. Bagian program ini berorientasi

pada tindakan dan sangat visual dan auditorik.

Pada Jenjang 2, kelompok-kelompok dititikberatkan karena hampir semua anak kecil

menjadi anggota kelompok tertentu di sekolah dan di lingkungan tetangganya. Program Jenjang

2 ini dirancang untuk membantu anak-anak agar lebih memahami golongan atau kelompok-

kelompok yang didalamnya mereka berpartisipasi serta kelompok-kelompok lain yang

beranggotakan anak-anak di berbagai pelosok bumi ini. Agar jenjang kelas ini tetap berfokus

pada dan dapat dimengerti anak-anak kecil, program ini hanya mengajarkan tiga konsep

pengorganisir dan generalisasinya: sosialisasi, perbedaan budaya, dan kekuasaan. Konsep-

konsep disipliner ini akan memberi kontribusi terbesar terhadap pemahaman anak-anak kecil

mengenai kelompok atau golongan yang didalamnya mereka dan anak-anak lain merupakan

anggota.

Jenjang K hingga 4 diorganisir diseputar konsep-konsep yang semakin kompleks yang

mencerminkan cara-cara mengorganisir atau menata masyarakat manusia. Fokus sepanjang

program ini keseluruhan adalah bagaimana anak dan orang lain berfungsi dalam sistem sosial

ini. Hubungan ini diperlihatkan pada Gambar 6.5. penataan/pengorganisasian ini didasarkan

pada asumsi bahwa kemampuan-kemampuan kognitif anak-anak sekolah dasar akan menjadi

makin kompleks seiring dengan kemajuan mereka di sekolah dan bahwa mereka sanggup

menguasai konsep-konsep dan generalisasi yang makin kompleks. Penataan kelompok manusia

jauh lebih sederhana ketimbang penataan (pengorganisasian) masyarakat manusia.

Perkembangan berjenjang tatanan sosial individu ini diubah pada Jenjang 5. Masyarakat

merupakan unit terbesar dari organisasi manusia. Jenjang 5 berfokus pada kebudayaan. Konsep

ini dipilih untuk Jenjang ini dengan maksud untuk menitikberatkan fokus global dalam program

tersebut dan mengorganisir program setahun di seputar konsep penting ini. Jenjang 6 kembali

kepada penataan dasar program ini dan berfokus pada masalah-masalah yang dihadapi

masyarakat pada masa lampau dan pada masa kini. Asumsi yang mendasari penekanan ini

adalah bahwa tujuan utama suatu program ilmu-ilmu sosial haruslah membantu para siswa

dalam membuat keputusan-keputusan reflektif tentang masalah-masalah sosial. Kelihatannya,

pada tahun akhir program ini, sasaran paling esensil suatu program pelajaran ilmu-ilmu sosial

kontemporer akan diungkap.

Pengorganisasian Unit-Unit

Unit-unit untuk masing-masing jenjang akan diorganisir di seputar konsep-konsep

pengorganisir serta genn-generalisasi yang relevan (lihat Tabel 6.4). ada lima konsep

pengorganisir serta generalisasi-generalisasi yang relevan. Akan tetapi, ini tidak mesti berarti

bahwa masing-masing program jenjang kelas akan terdiri atas lima unit. Beberapa unit bisa

dikembangkan diseputar satu konsep pengorganisir dan generalisasinya. Sebagai contoh, pada

Jenjang 4, beberapa unit dapat dikembangkan untuk menerangkan kelangkaan di koloni-koloni

Amerika, di Brazil pada abad ke-19, dan di Rusia pada abad ke-20. akan tetapi, satu unit bisa

jadi berhubungan dengan kelangkaan di masa dan tempat-tempat ini. Program untuk Jenjang 5

bisa pula diorganisir menjadi lima unit atau lebih. Berikut ini adalah contoh rangkuman unit-unit

untuk Jenjang 5:

KEBUDAYAAN MANUSIA

Unit 1 Sifat Hakekat Kebudayaan (Pengantar Fokus)

Unit 2 Bagaimana Anak-Anak Hidup di Emapt Budaya yang Berbeda (Sosialisasi)

Unit 3 Bagaimana Kebudayaan yang Berbeda Mempertukarkan Barang dan Jasa

(Kelangkaan)

Unit 4 Perbedaan-Perbedaan Budaya dan Konflik Kebudayaaan (Perbedaan-Perbedaan

Budaya)

Unit 5 Bagaimanakah Pengaturan dalam Berbagai Kebudayaan (Kekuasaan)

Unit 6 Bagaimana Berbagai Kebudayaam Memanfaatkan Lingkungan Fisik Mereka

Unit 7 Studi Kasus suatu Kebudayaan dalam Transisi: Suku Indian Navajo di Amerika

Serikat bagian Barat Daya (Analisis Antardisiplin)

Latihan Soal Unit

Masing-masing unit berisi pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal latihan yang dirancang untuk

membantu para siswa mengembangkan kecakapan dalam (1) ketrampilan kajian sosial dasar,

(2) merumuskan konsep-konsep serta generalisasi, (3) klarifikasi nilai, dan (4) pengambilan

keputusan. Keempat jenis latihan untuk pengembangan ketrampilan dijelaskan di bawah ini.

Ketrampilan Kajian Sosial Dasar. Ini merupakan ketrampilan kajian kerja yang merupakan

bagian esensil suatu program pelajaran ilmu-ilmu sosial yang baik. Ketrampilan-ketrampilan ini

meliputi:

1. Membuatan dan membaca peta

2. membaca bahan-bahan pelajaran ilmu sosial

3. merangkum bahan-bahan pelajaran ilmu sosial

4. mengamati dan mencatat hasil observasi

5. melakukan wawancara

6. membaca dan menafsirkan grafik, bagan, dan tabel.

7. membuat grafik, bagan, dan tabel

8. membuat model-model yang merangkum informasi kunci yang telah diperlajari

9. mengevaluasi data dan informasi.

Pengembangan Konsep dan Generalisasi (ketrampilan kognitif yang lebih tinggi). Latihan ini

terdiri atas tindakan melatih siswa dalam merumuskan hipotesis, menguji hipotesis,

merumuskan generalisasi, serta melakukan konseptualisasi.

Penyelidikan Nilai. Latihan ini akan memberi kepada siswa praktik dalam:

1. Identifikasi dan pengenalan masalah nilai

2. Penguraian tingkah laku yang relevan dengan nilai

3. Penyebutan nama nilai-nilai yang dicontohkan tingkah laku yang diterangkan.

4. Penentuan nlai-nilai yang bertentangan didalam tingkah laku yang diterangkan.

5. Membuat hipotesis tentang sumber-sumber nilai yang dianalisis

6. Penyebutan nilai-nilai alternatif terhadap nilai-nilai yang dicontohkan dengan tingkah laku

yang diamati

7. Membuat hipotesis tentang kemungkinan konsekuensi nilai-nilai yang dianalisis

8. Menyatakan preferensi nilai: pemilihan

9. Menyatakan alasan-alasan, sumber-sumber, dan kemungkinan konsekuensi-konsekuensi

pilihan nilai (menjustifikasi nilai yang dipilih; menjelaskan hubungan nilai diri sendiri

dengan nilai-nilai universal yang dinyatakan dalam dokumen-dokumen nasional seperti

keadilan, kesetaraan, martabat manusia, dan lain-lain)

Pengambilan keputusan. Latihan ini akan memberi kepada siswa praktik dalam:

1. Mengidentifikasi alternatif (penggunaan generalisasi-generalisasi yang berkaitan dengan

penyatuan konsep-konsep guna mengidentifikasi alternatif-alternatif.)

2. Memprediksi kemungkinan konsekuensi masing-masing alternatif (dengan menggunakan

generalisasi-generalisasi yang berhubungan dengan konsep-konsep untuk memprediksi

konsekuensi.)

3. Mengurutkan alternatif (menentukan alternatif yang paling konsisten dengan sikap nilai

yang ditentukan)

4. Pembahasan atau pengambilan tindakan yang konsisten dengan sikap nilai (dengan

mengekspresikan kemauan untuk menerima konsekuensi-konsekuensi tindakan yang

dipilih)

KAJIAN ETNIS DAN PEMBAHARUAN KURIKULUM

Akhir-akhir ini, distrik sekolah di seluruh negeri ini (Amerika Serikat) telah berupaya

memodifikasi kurikulum mereka agar lebih mencerminkan keragaman etnis dan kultural dalam

masyarakat Amerika. Tindakan-tindakan yang diambil distrik sekolah ini didorong terutama oleh

kekuatan-kekuatan sosial dan oleh kesadaran para pendidik bahwa para siswa hanya meraih

pendidikan parsial apabila mereka kurang belajar tentang kelompok-kelompok etnis Amerika

serta pengaruh kuat etnisitas dalam masyarakat Amerika. Banyak pembaharuan kurikulum yang

berkaitan dengan kajian-kajian etnis srta program-program warisan etnis telah terjadi dalam

kajian-kajian sosial karena kajian-kajian sosial menyangkut tingkah laku manusia dan hubungan

didalam kelompok serta antar kelompok.

Terdapat beberapa anggapan umum mengenai kajian-kajian etnis yang telah

berpengaruh buruk terhadap perkembangan program-program kajian etnis di sekolah-sokal di

negeri ini. Kita perlu meneliti dan menentang asumsi-asumsi ini serta praktik-praktik sekolah

yang terkait supaya gerakan kajian etnis dapat berfungsi sebagai katalisator bagi pembaharuan

kurikulum. Keuntungan terbesar yang bisa didapat dari kajian-kajian etnis adalah bahwa kajian-

kajian ini dapat berfungsi sebagai wahana bagi pembaharuan kurikulum secara menyeluruh.

Asumsi-Asumsi tentang Kajian Etnis

Salah satu asumsi luas yang dianut banyak pendidik adalah bahwa kajian-kajian etnis hanya

menyangkut golongan mintoritas non-kulit putih, seperti golongan keturunan Asia Amerika,

penduduk asli Amerika, dan keturunan Afro-Amerika. Program-program kajian etnis di sekolah-

sekolah seringkali didasarkan pada dan mencerminkan asumsi ini. Sebagai contoh, di berbagai

program kajian etnis sekolah, sedikit sekali atau sama sekali tidak ada perhatian terhadap

pengalaman-pengalaman kelompok-kelompok etnis Eropa-Amerika, seperti Yahudi-Amerika,

Polandia Amerika, dan Italia Amerika. Adalah keliru serta tidak bijaksana bila diasumsikan

bahwa kajian etnis harus dibatasi hanya untuk pengkajian kelompok-kelompok minoritas etnis.

Ringkasnya, kita bisa mendefinisikan kelompok etnis sebagai suatu kelompok non-volunter yang

memiliki rasa kesebangsaan, kesamaan nilai-nilai, ciri perilaku, dan kepentingan politik dan

ekonomi yang serupa. Kelompok minoritas etnis adalah suatu kelompok etnis yang memiliki

beberapa ciri yang khas. Kelompok ini memiliki ciri-ciri fisik dan/atau kultural yang unik yang

memungkinkan para anggota kelompok yang lain mudah mengenali anggotanya, biasanya

untuk maksud-maksud diskriminasi. Sebuah kelompok minoritas etnis seringkali tidak berdaya

secara politik dan ekonomi dalam sebuah masyarakat.

Definisi-definisi ini menunjukkan bahwa kajian etnis secara sahih menyangkut

kelompok-kelompok sperti kelompok-kelompok Anglo-Amerika, Italia-Amerika, dan Polandia-

Amerika, begitu pula kelompok-kelompok minoritas etnis seperti Afro-Amerika, dan Meksiko-

Amerika. Konseptualisasi kajian etnis dan muatan etnis secara luas sebagai kajian atas

kelompok-kelompok etnis akan memungkinkan para penyusun kurikulum memilih muatan

tentang berbagai tipe kelompok etnis sehingga, dengan memperbandingkannya, para siswa

dapat mengembangkan konsep-konsep serta generalisasi-generalisasi yang lebih tinggi

mengenai etnisitas dalam masyarakat Amerika.

Banyak pendidik beranggapan bahwa kajian etnis pada dasarnya bersifat tambahan dan

bahwa kita dapat menciptakan program-program kajian etnis serta pengalaman-pengalaman

etnis yang absah tanpa mengubah kurikulum yang ada sekarang namun dengan menambahkan

suatu daftar pahlawan dan peristiwa-peristiwa kelompok minoritas kealam daftar pahlawan

dan peristiwa-peristiwa kelompok Anglo-Amerika yang sudah dipelajari dalam hampir semua

pelajaran ilmu-ilmu sosial. Para pendidik ini berkeyakinan bahwa kita perlu mengajarkan

kepahlawanan Booker T. Washington dan Geronimo sama seperti kita mengajarkan

kepahlawanan Betsy Ross dan Abraham Lincoln, dan bahwa potret para pahlawan kulit hitam

dan pahlawan Indian Amerika harus ditambahkan kedalam daftar gambar-gambar pahlawan

kulit putih Amerika yang digantung di dinding-dinding sekolah serta di ruang kelas. Dalam

program-program kajian etnis yang bertipe tambahan seperti ini, para siswa dituntut

utkmengenang fakta-fakta terpisah tentang sejarah kaum kulit putih dan sejarah kaum kulit

hitam. Konseptualisasi kajian etnis yang pada dasarnya bersifat tambahan adalah problematis

karena dalam berbagai kasus pembaharuan kurikulum yang lebih mendasar dan substansial

dibutuhkan. Fakta-fakta yang terlupakan tentang para pahlawan minoritas tidak lebih

merangsang kaun intelek ketimbang fakta-fakta yang terlupakan tentang para pahlawan kulit

putih Amerika.

Kajian Etnis: Sebuah Proses Pembaharuan Kurikulum

Kajian etnis tidak boleh dibatasi hanya untuk kajian kelompok-kelompok minoritas etnis

walaupun sudah tentu harus mencakup kajian-kajian serupa. Kajian etnis ini tidak boleh berupa

tambahan atau lampiran terhadap kurikulum kajian ilmu-ilmu sosial reguler. Sebaliknya, kajian

etnis harus dipandang sebagai suatu proses pembaharuan kurikulum yang akan bermuara pada

penciptaan suatu kurikulum konseptual baru yang didasarkan pada asumsi-asumsi serta

perspektif baru, dan yang akan membantu para siswa dalam mendapatkan pandangan baru

tentang pengalaman sejarah bangsa Amerika dan sebuah konsepsi baru tentang apa arinya

menjadi orang Amerika. Oleh karena kaum imigran Inggris menguasai hampir semua pranata

ekonomi, sosial, dan politik dulunya dalam sejarah bangsa kita, Amerikanisasi telah ditafsirkan

sebagai Anglikanisasi. Terutama selama bangkitnya faham asal-usul kebangsaan pada akhir

1800-an dan awal 1900-an, orang Amerika keturunan Inggris telah mendefinisikan

Amerikanisasi sebagai Anglikanisasi. Pengertian dan paham Amerikanisasi masih tersebar luas

didalam masyarakat dan sekolah-sekolah kita dewasa ini. Dengan demikian, ketika kita sedang

membayangkan sejarah dan sastra Amerika, kita cenderung membayangkan sejarah dan sastra

Anglo-Amerika yang ditulis pada penulis Anglo-Amerika.

Kita perlu mengajarkan sejarah dan kebudayaan Amerika dari perspektif etnis yang

beragam dan bukan semata-mata dari sudut pandang para sejarawan dan penulis keturunan

Anglo-Amerika. Hampir semua mata pelajaran dan satuan pelajaran ilmu-ilmu sosial diajarkan

terutama dari suatu perspektif Anglo-Amerika. Bahan pelajaran dan satuan-satuan pelajaran ini

didasarkan pada sesuatu yang kami namakan sebagai Model Anglo-Amerika Sentris atau Model

A (Lihat Gambar 6.6).

Kajian etnis, sebagai suatu proses pembaharuan kurikulum, dapat dan sering bergerak maju

dari Model A ke Model B, yakni Model Tambahan Etnis. Dalam bahan pelajaran dan satuan-

satuan pelajaran yang didasarkan pada Model B, muatan etnis merupakan tambahan terhadap

batang tubuh kurikulum utama, yang tetap didominasi unsur Anglo-Amerika. Banyak distrik

sekolah yang telah berusaha melakukan modifikasi etnis terhadap kurikulum telah

mengimplementasikan perubahan-perubahan kurikulum tipe Model B. Bahan pelajaran kajian

Kulit Hitam, bahan pelajaran kajian Cina, serta satuan-satuan khusus kelompok etnis di sekolah

dasar dan sekolah menengah pertama adalah contoh pengalaman kurikulum tipe Model B.

Akan tetapi, kami menganjurkan supaya pembaharuan dilakukan secara langsung

bergeser dari Model A ke Model C, yakni Model Multietnis. Dalam bahan-bahan dan satuan

pelajaran yang didasarkan pada Model C, para siswa mempelajari peristiwa-peristiwa historis

dan sosial dari berbagai sudut pandang etnis. Perspektif Anglo-Amerika hanyalah salah satu

kelompok diantara berbagai kelompok dan tidak boleh berkedudukan superior ataupun inferior

terhadap perspektif-perspektif etnis yang lain. Kami memandang tipe unit dan bahan pelajaran

Model D (Model Multinasional) sebagai sasaran akhir pembaharuan kurikulum. Dalam model

kurikulum ini, para siswa mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah dan sosial dari perspektif dan

sudut pandang multinasional. Oleh karena kita hidup di tengah sebuah masyarakat global, para

siswa perlu mempelajari cara menjadi warga masyarakat dunia yang efektif. Ini tidak akan

tercapai apabila para siswa mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah dan peristiwa-peristiwa

kontemporer hanya dari perspektif budaya-budaya etnis yang ada di negeri ini.

Pengajaran Perspektif Multietnis

Ketika mempelajari suatu masa dalam sejarah, seperti masa penjajahan, dalam suatu unit atau

pelajaran yang didasarkan pada Model Multietnis (Model C), penyelidikan tidak boleh berakhir

ketika para siswa telah memandang masa itu dari perspektif para sejarawan dan penulis Anglo-

Amerika. Mereka justru perlu memikirkan dan merenungkan pertanyaan-pertanyaan semacam

ini: ”Bagaimanakah pandangan para sejarawan keturunan Indian tentang masa penjajahan?”

“Apakah pandangan mereka tentang masa itu berbeda secara substansial dari pandangan para

sejarawan dan penulis Anglo-Amerika?” “Mengapa atau mengapa tidak?” “Bagaimanakah

kehidupan kelompok keturunan Yahudi, kulit hitam, dan kelompok-kelompok etnis lain di

Amerika selama abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas?” “Bagaimanakah cara kita

mengetahuinya?” Dengan perkataan lain, dalam pelajaran dan satuan-satuan pelajaran tipe

Model C, para siswa akan memandang peristiwa-peristiwa historis dan kontemporer dari

perspektif beragam kelompok etnis dan rasial.

Kami tentunya tidak menganjurkan para guru menghapuskan atau merendahkan sejarah

Anglo-Amerika atau perspektif Anglo-Amerika mengenai peristiwa-peristiwa sosial atau historis.

Kami semata-mata menganjurkan supaya perspektif Anglo-Amerika dijadikan sebagai hanya

salah satu diantara berbagai perspektif yang perlu diajarkan dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial

dan dalam sejarah Amerika. Hanya dengan mendekati pengkajian kehidupan dan kebudayaan

bangsa Amerika seperti inilah para siswa bisa memperoleh suatu pandangan yang global dan

bukan etnosentris tentang sejarah dan kebudayaan bangsa kita.

Pengalaman dan budaya seorang sejarawan, termasuk budaya etnisnya, berpengaruh

besar terhadap pandangannya tentang masa lampau dan masa kini. Akan tetapi, terlalu

menyederhanakan bila dikatakan bahwa hanya ada satu perspektif Anglo-Amerika atau

perspektif kulit hitam tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa kontemporer. Beragam

perbedaan lebar dalam pengalaman dan persepsi terdapat baik didalam maupun antar

kelompok etnis. Akan tetapi, mereka yang telah mengalami secara langsung suatu peristiwa

sejarah atau fenomena sosial, seperti penghinaan rasial atau pengasingan rasial, sering punya

pandangan yang berbeda dari pandangan orang-orang yang hanya menyaksikannya dari

kejauhan. Akan tetapi, laporan-laporan yang ditulis mereka yang terasingkan, seperti cerita

haru A Child in Prison Camp yang ditulis Takashima, sering membuahkan pandangan-pandangan

dan perspektif tentang pengasingan yang tidak sanggup dihasilkan oleh oang-orang yang tidak

mengalami pengasingan. Individu-individu yang memandang pengasingan dari luar juga dapat

memberikan perspektif dan sudut pandang yang unik dan penting. Kedua perspektif ini harus

dipelajari dalam suatu kurikulum ilmu-ilmu sosial yang bijaksana.

Kurikulum Konseptual dan Kajian etnis

Tipe kurikulum konseptual antardisiplin yang telah kita bahas dan rekomendasikan

dalam bab ini sangat memudahkan penempatan muatan yang berkaitan dengan kelompok-

kelompok etnis kedalam kurikulum. Ketika memilih konsep-konsep kunci yang akan

dipergunakan untuk mengorganisir kurikulum tersebut, guru atau komite kurikulum harus

memilih konsep-konsep yang bukan hanya memenuhi kriteria yang dipaparkan pada Bab 5,

melainkan juga mampu menjelaskan aspek-aspek signifikan pengalaman kelompok-kelompok

etnis yang ada di Amerika dan mampu mengorganisir muatan yang relevan dengan kelompok-

kelompok etnis. Banyak konsep ilmu-ilmu sosial tingkat tinggi, seperti kekuasaan, kebudayaan,

dan konflik, memenuhi kriteria ini. Tabel 6.6 memperlihatkan suatu daftar konsep sejenis ini.

Tabel 6.6.

Konsep Pengorganisir untuk Kurikulum Kajian etnis

Disiplin Konsep kunci Disiplin Konsep kunci

Antropologi Budaya

Keragaman

budaya

Akulturasi

Akulturasi paksa

Asimilasi budaya

Ras

Pembauran ras

Subkultur

Sinkretisme

Wadah adukan

Genosida budaya

Etnosentrisme

Ilmu

politik

Kekuasaan

Ketakberdayaan

Separatisme

Penindasan

Protes sosial

Kelompok

khusus

Legitimasi

Otoritas

Elit kekuasaan

Koloni

Kolonisasi

pemberontakan

Ekonomi Kelangkaan

Kemiskinan

Produksi

Konsumsi

Kapitalisme

Eksploitasi

Psikologi Identitas

Agresi

Represi

Pergeseran

ekonomi

Geografi Enklaf etnis

Wilayah

Ghetto

Pusat kota

Lokasi

Sosiologi Diskriminasi

Kelompok etnis

Kelompok

minoritas

Prasangka

Rasisme

Sosialisasi

Status

Nilai-nilai

Sejarah Imigrasi

Migrasi

Perubahan

Apabila konsep-konsep dan generalisasi untuk kurikulum konseptual antardisiplin telah

diidentifikasi, guru atau komite kurikulum harus memilih generalisasi-generalisasi tingkat

rendah yang berhubungan dengan kelompok-kelompok mayoritas dan minoritas yang ada di

Amerika. Tabel 6.7 memperlihatkan bagaimana muatan yang berhubungan dengan kelompok-

kelompok minoritas etnis bisa menjadi bagian integral dari suatu kurikulum konseptual

antardisiplin.

Tabel 6.7.

Kerangka Konseptual Kurikulum Multietnis Ilmu-Ilmu Sosial

Konsep

kunci dan

disiplin kunci

Generalisasi kunci Generalisasi tingkat

menengah

Generalisasi tingkat

bawah

Imigrasi-

migrasi

(geografi)

Dalam semua

masyarakat, individu

dan kelompok

berpindah untuk

mencari peluang

ekonomi, politik, dan

sosial yang lebih baik

Individu dan

kelompok di

Amerika Serikat

pindah untuk

mencari peluang

ekonomi, politik,

dan sosial yang

lebih baik. Namun

perpindahan

individu dan

kelompok di

Amerika bersifat

sukarela dan wajib

Penduduk asli

Amerika Serikat

sering berpindah

didalam wilayah

Amerika Serikat

akibat migrasi paksa,

perang, dan kondisi

ekonomi.

Kebanyakan orang

Amerika keturunan

Italia yang

beremigrasi ke

Amerika Serikat

datang terutama

untuk memperbaiki

status ekonomi

mereka.

Sejumlah besar orang

Amerika keturunan

Afrika bermigrasi ke

kota-kota utara dan

barat pada tahun

1900 untuk

membebaskan diri

dari diskriminasi di

selatan.

Selama Perang Dunia

II, orang Amerika

keturunan Jepang

dipaksa pidah dari

rumah mereka ke

kamp-kamp internir

federal.

Kekuasaan

(Ilmu Politik)

Timbul perjuangan

terus-menerus

didalam maupun

diantara kelompok-

kelompok untuk

merebut kekuasaan

dan pengaruh.

Kelompok-

kelompok di

Amerika Serikat

berjuang meraih

kekuasaan dan

pengaruh.

Konflik

(sejarah)

Sepanjang sejarah,

telah timbul konflik

antar dan intra ras

dan kelompok etnis

Konflik

berkembang antar

dan intra ras dan

kelompok etnis

sepanjang sejarah

Amerika Serikat

Akulturasi

(antropologi)

Bilama kelompok-

kelompok etnis

memperluas kontak,

terjadilah pertukaran

ciri-ciri budaya.

Pertukaran ciri-ciri

budaya telah

terjadi antara

berbagai kelompok

rasial dan etnis di

Amerika Serikat.

Diskriminasi

(sosiologi)

Kelompok-kelompok

yang ciri-ciri fisik dan

budayanya berbeda

dari kelompok-

kelompok yang

berkuasa sering jadi

korban diskriminasi.

Kelompok-

kelompok etnis dan

minoritas sering

mengalami

diskriminasi di

Amerika Serikat

Kelangkaan

(ekonomi)

Kelompok-kelompok

yang diberi stigma

rasial atau kultural

dalam suatu

masyarakat sering

mendapat bagian

yang tidak adil dalam

hal barang dan jasa

yang didistribusikan

Kelompok-

kelompok yang

diberi stigma rasial

dan etnis di

Amerika Serikat

sering mendapat

bagian yang tidak

adil dalam hal

barang dan jasa

yang

didistribusikan.

RANGKUMAN

Bab ini berfokus pada metoda-metoda penyusunan (strukturisasi) suatu kerangka

kurikulum konseptual antardisiplin dalam distrik sekolah-distrik sekolah yang sedang dalam

proses mengubah kurikulum ilmu-ilmu sosial mereka atau dalam sekolah-sekolah atau distrik-

distrik sekolah yang tidak punya komitmen terhadap suatu pola pengajaran ilmu-ilmu sosial

yang spesifik. Kami telah mengetengahkan dua contoh kerangka kurikulum pengajaran ilmu-

ilmu sosial yang bersifat antardisiplin. Kerangka konseptual Distrik Sekolah New Park diorganisir

atau ditata di seputar bidang-bidang muatan spesifik; bidang-bidang muatan ini dipelajari atau

dikaji dengan menggunakan konsep-konsep kunci yang bersumber dari berbagai disiplin ilmu-

ilmu sosial. Didalam kerangka konseptual Distrik Sekolah Holt Unified, masing-masing jenjang

kelas berfokus pada sebuah konsep kunci ilmu sosial; konsep-konsep fokus ini dipelajari dari

perspektif berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Penyelidikan ilmu sosial, penyelidikan nilai, dan

ketrampilan-ketrampilan pengambilan keputusan merupakan bagian integral dari kerangka

konseptual Distrik Sekolah Holt Unified. Bagian akhir bab ini membahas perlunya

mengintegrasikan kurikulum ilmu-ilmu sosial dengan muatan etnis dan menyarankan beberapa

cara untuk mewujudkan hal ini.

BAB 7

SEJARAH: STRUKTUR, KONSEP, DAN STRATEGI.

Nurdiana

Sufian Majea

APA ITU SEJARAH?

Sejarah dapat dibedakan menjadi tiga komponen yakni masa lalu, pernyataan masa lalu

dan metode penelitiannya. Semua yang telah terjadi pada masa lalu dapat diberi pengertian

sebagai sejarah. Aspek ini sering disebut “Sejarah yang sebenarnya”. Metode digunakan oleh

sejarawan untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu. Pernyataan sejarawan yang menulis

peristiwa masa lalu juga merupakan bagian dari sejarah. Hal yang lainnya seperti dokumen,

buku-buku dan cerita-cerita sejarah yang disusun dengan pernyataan yang berhubungan

dengan sejarah.

Sudut pandang masa lalu seorang sejarawan dipengaruhi oleh keberadaan fakta, prasangka

orang, tujuan penulisan, masyarakat dan masa dimana mereka hidup serta menulis. Meskipun

sejarah terdiri dari sejumlah peristiwa-peristiwa dari sudut pandang fakta dan bukti, tapi di

sekolah-sekolah hal ini sering dijadikan sebagai anatomi kepercayaan yang tidak bisa

dipertanyakan, dikritisi, atau dimodifikasi. Seperti sebuah pendekatan parosial (pendekatan

agama/gereja-red) yang mengajarkan cabang-cabang sejarah secara luas dari guru di kelas

tentang kealamihan sejarah dan keluasan kepercayaan yang merupakan kontribusi sejarah

dalam mengembangkan patriotisme. Banyak ketidakjelasan tentang kealamihan sejarah dapat

dihapuskan jika guru-guru membedakan pernyataan sejarah dari masa lalu . Pernyataan sejarah

, sering dihubungkan sebagai fakta sejarah, dan hal ini sungguh berbeda dengan kejadian

sebenarnya. Kejadian itu sendiri telah dihilangkan dan tidak pernah terjadi lagi. Jumlah yang

tidak terbatas dari “fakta-fakta” dapat dinyatakan dengan beberapa kejadian yang telah lalu.

Saat sebuah komite investigasi mencoba untuk merekonstruksi peristiwa empat pelajar yang

dibunuh di Kent State University pada 6 Mei 1970, mereka mengolah sejumlah laporan.

Sejumlah laporan tersebut telah menuliskan tentang peristiwa jika detailnya digambarkan,

maka detail penggambarannya itu seperti dalam novel. Bagaimanapun, komite tersebut bukan

hanya tidak dapat melengkapi rekontrukksi peristiwa tersebut, tetapi mereka tidak tertarik

untuk melakukan itu. Mereka hanya tertarik pada fakta yang dibutuhkan untuk tujuan mereka.

Dimasa yang akan datang, percobaan investigasi para sejarawan untuk merekonstruksi

peristiwa Kent State akan dihapus oleh pernyataan yang telah direkam oleh para saksi mata,

surat kabar, majalah, radio, televisi dan berbagai sumber lainnya. Seperti dalam komite

investigasi, mereka tidak akan bisa menggunakan semua “fakta” atau informasi yang mereka

tidak dapat tangani karena tujuan dan praduga mereka akan menetapkan bahwa mereka

menggunakan dan menganggap sesuatu yang valid saja.

Para sejarawan sering menghadapi peristiwa konflik saat mereka mencoba

merekontruksi peristiwa masa lalu. Pada 9 April 1775, tembakan-tembakan yang telah

ditembakkan di Lexington dan pada permulaan Revolusi Amerika. Yang pertama melepaskan

tembakan, pasukan Amerika atu Inggris, itu menjadi masalah bagi para sejarawan. Sejumlah

insiden di Lexington telah ditulis oleh komandan Inggris dan pasukan Amerika itu merupakan

konflik yang paling sering terjadi. Para sejarawan menghadapi masalah yang serupa saat

mereka mencoba menulis deskripsi akurat mengenai sebuah institusi seperti Perbudakan.

Konflik juga sering muncul menanggapi sejumlah catatan tentang Perbudakan yang telah

dituliskan dan didedikasikan oleh Kepala Perbudakan, Sektor Perbudakan dan Rumah

Perbudakan. Masalah lainnya yaitu para sejarawan sering dirumitkan oleh fakta bidang

Perbudakan di perkebunan yang juga menimbulkan perbedaan persepsi tentang perbudakan.

Sejak konflik sumber sejarah dan para sejarawan tidak pernah menemukan semua

informasi mengenai satu kejadian atau menghadirkan semua data yang mereka tidak bisa

tangani, mereka harus menggunakan beberapa kriteria untuk penyeleksian. Kriteria mereka

adalah kepribadian yang sempurna. Sekarang ini, kebutuhan dan tujuan sangat mempengaruhi

interpretasi para sejarawan mengenai masa lalu. Becker, seorang sejarawan, menulis: “ masa

lalu merupakan sejenis gambaran saat kita memproyeksikan visi masa depan kita; di sana ada

perubahan gambar, adoptasi bentuk-bentuknya serta warna dari ketakutan dan aspirasi kita”3.

Fakta sejarah adalah produk pemikiran manusia, sejak sejarawan harus menggunakan sumber

material dan artefak untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu.

METODE SEJARAH

Para sejarawan dalam menuliskan sejarah sering sering berbeda dengan kenyataannya. Hal ini

menjadi bahan diskusi bagi kita bagaimana keaslian dan batasan pengaruh metode sejarah

terhadap perkembangan konsep empirik, generalisasi, dan teori sejarah. Konsep, generalisasi,

dan teori dapat dikembangkan dalam disiplin yang dikarakterisasikan oleh prosedur umum,

definisi yang tepat, dan kolektif data yang objektif. Pendekatan ilmu pengetahuan

gambarannya seperti dalam sebuah peraturan yang sistematis dan kumulatif dengan tujuan

utamanya adalah penjelasan, pengertian dan prediksi (atau pembangunan teori). Sebuah

disiplin ilmu yang memiliki karakteristik tersebut sesuai dengan metode saintifik yang

diidentifikasi oleh Bereslon dan Steiner. Hal ini telah dibahas dalam bagian 2 (lihat halaman

59).

Sebagian para sejarawan berbeda pendapat dalam menggunakan metode penelitian sejarah.

Para sejarawan seperti Krug, Commager dan Haskins meyakini bahwa metode sejarah ada pada

beberapa tingkatan ilmu (saintifik), tetapi pada waktu yang bersamaan kepribadian yang

sempurna dan sejarah merupakan gabungan dari ilmu dan seni. Gottschalk menyatakan bahwa

“sebuah ruang hak paten, memisahkan sejarah sebagai peristiwa yang sebenarnya terjadi

terjadi dari ilmu pengetahuan sejarah, dan ruang tersebut hanya dapat diisi oleh proses

imajinasi, rekontruksi peristiwa yang telah lalu atau setidaknya kemungkinan dari petunjuk-

petunjuk yang tidak sebanding dengan sisa-sisa sejarah yang ada. Ini merupakan sebuah

tindakan yang kreatif, dan disebabkan pula oleh kedekatan seni”. Kumpulan data objektif

merupakan realita antara yang ideal dan tidak ideal dalam sebuah disiplin ilmu. Para sejarawan

secara sadar sering menimbulkan efek penyimpangan (bias) dalam penelitian mereka. Becker

telah menyebut para peneliti yang bias ini dengan “personal equation” (persamaan personal),

dan dia berargumen bahwa hal itu merupakan pengaruh yang tidak dapat dihindari dari

kesimpulan para peneliti. Dia menulis, “Ada bias dalam pemilihan subjek, bias dalam pemelihan

material, bias dalam pegorganisasian dan presentasi dan yang tidak dapat dihindri pula yaitu

mengenai presentasinya sendiri. Disadari atau tidak, semua sejarawan telah membiaskan

semua sejarah; mereka menciptakan zamannya, rasnya, kepercayaannya, kelasnya, negaranya

dan bahkan memenjarakannya”. Walaupun terkadang ada pernyataan yang berlebihan tapi

diyakini dapat menerangi jalur bias dalam penulisan sejarah.

Sosiolog dan psikolog mencoba mengidentifikasi susunan konsep dan generalisasi yang dapat

diuji dan dibuktikan oleh beberapa peneliti yang akhirnya dapat berkrontribusi untuk

membangun sebuah teori. Kebanyakan sejarawan menggambarkan peristiwa dibanding

mencoba menguji generalisasi dan teorinya. Sebagaimana yang telah kita pelajari, saat

sejarawan mempelajari masalah dan peristiwa yang sama, mereka sering mendapatkan

perbadaan kesimpulan. Meskipun konflik tesebut ditemukan juga dalam disiplin ilmu yang lain,

mereka tetap memegang erat sejarah.

Dalam bagian 2 kita telah mempelajari bahwa tujuan utama analisis sosial adalah memperoleh

teori ilmu pengetahuan yang akan memberikan penjelasan, pengertian, dan prediksi atas

fenomena yang terjadi. Saat tujuan ini diterima oleh kebanyakan peneliti yang

mempertimbangkan keilmuan mereka sendiri, para sejarawan benar-benar meragukan

kemampuan mereka untuk memperoleh generalisasi yang valid, bahkan sangat pesimis

terhadap kemampuan mereka untuk memformulasikan sebuah teori. Kebanyakan para

sejarawan menghargai usaha rekontruksi dan deskripsi tentang peristiwa masa lalu

sebagaimana tujuan utama mereka. Mereka juga percaya dengan keterangan bahwa

rekontruksi mereka seharusnya bisa menjadi menarik. Menurut salah satu sejarawan, “sejarah

adalah sebuah cabang dari literature (kesusastraan) dan hal itu memberikan jasa pada

beberapa tujuan dan ia diatur oleh beberapa prinsip literatur ” . Pendapat Krug, bahwa tujuan

sejarah adalah “imajinasi rekonstruksi masa lalu yang menggunakan sebuah metode yang

cermat dan ilmiah, tetapi mengandung unsur artistik dalam kesimpulannya”.

Tidak seperti para sejarawan, maka para sosiolog dan psikolog memiliki jangkauan fenomena

sosial yang luas dan mereka mencoba melihat kecendrungan-kecendrungan dan hubungan

diantara masyarakat. Sejarawan yang sangat tertarik dalam penggambaran masa lalu dalam

usaha membangkitakan kembali semangat dan gaya literature, hal ini sering disebut sejarawan

dengan kesusastraan atau deskripsi. Beberapa sejarawan lebih ilmiah dalam keyakinan mereka

terhadap sejarah, disamping pembatasan dalam metodenya yang tidak dapat dipisahkan, dan

akan berusaha keras untuk memformulasikan sistem susunan ilmu pengetahuan dalam bentuk

konsep, generalisasi, dan mungkin teori. Kelompok penulis seperti ini sering kali disebut

sebagai sejarawan saintifik atau teoritikal.

SEJARAH SEBAGAI MODIFIKASI ILMU PENGETAHUAN

Konsep empirik, generalisasi, dan teori-teori pada umumnya sangat sulit untuk berkembang

dalam sejarah dibandingkan dengan beberapa disiplin ilmu yang lain, seperti psikologi,

sosiologi, dan ilmu politik. Karena metode jarang yang memiliki keunikan ilmiah dan

pembatasannya. Bagaimanapun juga, sejak ilmu pengetahuan belum menemukan syarat-syarat

metode ilmiah yang diidentifikasi oleh Berelson dan Steiner, dan karena sebagian sejarawan

cenderung pada beberapa persyaratan yang ideal, jarang yang dipertimbangkan sebagai

modifikasi ilmu pengetahaun dalam teks buku.

Sejarah merupakan ilmu pengetahuan karena sejarawan mencoba untuk menggunakan

metode ilmu pengetahuan dalam penelitiannya, meskipun berbeda dalam penggunaanya

dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Kita dapat juga beragumen bahwa sejarah adalah

ilmu pengetahuan karena para sejarawan secara sadar berusaha keras untuk mendekati

masalah sejarah secara objektif.

Bagaimanapun, sejarah memilki sejumlah karakteristik non saintifik. Para sejarawan

berkonsentrasi pada masalah dan peristiwa yang unik, bukan pada bentuk dan trend. Tanpa

disadari usaha yang telah dibuat oleh mayoritas sejarawan untuk memformulasikan susunan

sistem ilmu pengetahuan dalam bentuk saintifik yang valid, baik konsep, generalisasi, dan teori-

teorinya. Sejarawan harus juga melakuakan hal yang non saintifik saat mereka mengisi ruang

yang diciptakan oleh bukti yang salah, mencoba menciptakan kembali peristiwa secara

imaginatif, dan menuliskannya dalam gaya susastra.

Walaupun begitu, sejarawan memformulasikan pernyataan secara luas untuk menggambarkan

peristiwa dan mencari bukti untuk mendukungnya bertindak secara ilmiah. Meskipun

sejarawan dan guru sejarah telah memformulasikan sejumlah generalisasi yang dapat

digunakan untuk pengajaran di kelas, teori ilmu pengetahuan banyak yang tidak ada dalam

sejarah. Percobaan Brinton untuk mengidentifikasi dan memverifikasi sebuah sistem

generalisasi yang saling berhubungan mengenai revolusi yang merupakan satu dari sedikit

usaha yang dilakukan para sejarawan untuk memformulasikan sebuah teori ilmu pengetahuan.

Hal ini mungkin pada saat sekarang ditekankan pada ilmu pengetahuan, masa depan para

sejarawan mungkin dinampakkan pada ketertarikannya dalam generalisasi dan teori.

Bagaimanapun, telah diberikan pembatasan yang tidak dapat dipisahkan dalam metode

sejarah, kemungkinan bahwa sejarawan akan mampu memformulasikan secara valid dan

memprediksikan teori yang dapat dikendalikan.

Bahasan di atas mengenai hubungan antara ilmu pengetahuan dan sejarah, tidak dimaksudkan

untuk menyimpulkan bahwa sejarah adalah aspek non saintifik yang membuatnya tidak

mempunyai nilai. Banyak cara untuk mengetahuinya; cara saintifik adalah satu metode yang

disesuaikan untuk beberapa masalah, tetapi bukan untuk yang lain. Bahasan ini dimaksudkan

untuk mengklarifikasi keilmiahan sejarah, maka seorang guru saat mempersiapkan dan

mengimplementasikan pelajaran sejarah, tidak akan mengklaim bahwa sejarah tidak

mempunyai jaminan nilai ilmiah.

KONSEP SEJARAH

Dalam bagian 1 kita telah mendefinisikan struktur, dalam bagian ini struktur sebagai konsep,

generalisasi, dan teori yang unik terhadap keberagaman disiplin imu sosial. Komponen

pengetahuan ini memberdayakan ilmu sosial untuk melihat perilaku manusia dari berbagai

macam perspektif. Anak-anak harus belajar lebih banyak lagi mengenai ilmu pengetahuan agar

menjadi pakar dalam memutuskan suatu hal dan menjadi aktivitis sosial. Oleh karena itu

kurikulum sosial studies harus menjadi bagian yang penting dalam membantu anak-anak

dalam mempelajari sebuah konsep dan generalisasi dalam berbagai disiplin keilmuan.

Pendekatan secara konseptual menginstruksikan kemampuan siswa untuk memandang

perilaku dari perspektif berbagai disiplin dan memahami tingkatan tertinggi ilmu pengetahuan.

Elemen struktur yang lainnya adalah bentuk penelitian yang digunakan oleh ilmuwan sosial

untuk memecahkan masalah sosial dan untuk memperoleh konsep, generalisasi dan teori.

Siswa dianjurkan harus menggunakan mode saintifik dalam penelitian untuk memperoleh

tingkatan tertinggi dalam ilmu pengetahuan.

Asumsi dasar yang lain dalam buku ini bahwa pendekatan konseptual terhadap instruksi

social studies merupakan suara yang dapat kita identifikasi kunci konsepannya dalam berbagai

disiplin. Hal itu dapat kita gunakan sebagai kerangka pengorganisasian untuk unit pembelajaran

sosial. Meskipun begitu, hal tesebut akan sulit untuk merencanakan pelajaran konsep dalam

beberapa disiplin ilmu yang lain karena pemimpin dalam bidang ini tidak memfokuskan

perhatiannya pada konsep khusus mereka atau mungkin dilihat dari intensitasnya, para

disipliner tidak dapat menyetujui pada apa yang menjadi konsep dalam disiplin mereka.

Disamping kesulitan yang mencakup konsep dalam disiplin keilmuan, pendekatan

konseptual merupakan suara. Kesulitan yang mencakup pengidentifikasian dalam kunci konsep

ilmu sosial yang mengidentifikasikan tingkatan perkembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin

ilmu sosial dibandingkan dengan kedekatan konsep yang sudah tidak berlaku untuk

mengintruksikannya. Walaupun kepercayan kita dalam pendekatan konsep, identifikasi konsep

dalam sejarah dapat mengarahkan rencana instruksi mayoritas bentuk masalah. Sementara

perilaku ilmu pengtahuan menggunakan kerangaka konsep yang khusus untuk melihat perilaku

manusia. Sedangkan keunikan cabang sejarah dari fakta yaitu bisa melihat perilaku yang telah

diambil dari tempat yang telah lalu, dan telah menarik pengalaman manusia sepenuhnya.

Karena dikonsentrasikan dengan masa lalu, maka hal itu digunakan untuk memodifikasi bentuk

penelitian ilmu pengetahuan.

Sedangkan sosilog dan politikus pada umumnya tertarik dalam sosialisasi dan kekuatan

respektif, sejarawan mungkin kadang-kadang tertarik pada bagaimana masing-masing dari

konsep tersebut memberikan contoh dalam kondisi perilaku manusia zaman dahulu. Sejarah,

kemudian, merupakan sebenar-benarnya bidang interdisipliner, sejak para sejarawan pada

prinsipnya tertarik dalam semua aspek pada perilaku manusia masa lalu. Maka itu sangat sulit

untuk membicarakan tentang keunikan konsep sejarah. Namun, setiap disiplin menjadikan

kegunaan perspektif sejarah dan komponen sejarah. Saat sosiolog mempelajari norma dan

sanksi dalam kolonial Amerika, para ekonom menggambarkan bagaimana kolonis memproduksi

barang dan jasa, mereka mempelajari keduanya dalam sejarah.

Sepintas tentang daftar generalisasi “kesejarahan” akan mengungkapkan bagaimana

sejarah menggunakan konsep yang asli dalam disiplin ilmu sosial yang lain. Dua catatan ini

merupakan contoh yang telah diambil dari daftar generalisasi sejarah yang dipersiapkan oleh

departeman pendidikan.

1. Komunikasi saat ini berbeda dengan komunikasi pada zaman dahulu

2. Penilaian perubahan budaya bervariasi dari satu Negara dengan Negara yang lain.

Kunci konsep dalam dua pernyataan tersebut dalah komunitas dan perubahan kebudayaan.

Komunitas dan perubahan budaya merupakan organisasi konsep dalam sosiologi dan

antropologi, dan ilmu sosial lainnya.

Beberapa sumber mengatakan bahwa perubahan merupakan kunci dari konsep sejarah.

Memang benar kita tidak dapat memverifikasi pernyataan empirik tentang perubahan tanpa

menggunakan data sejarah. Bagaimanapun, saat kita berbicara perubahan, kita harus juga

menggunakan variabel atu konsep yang lain. Perubahan mengambarkan status variabel pada

poin yang berbeda dalam suatu waktu. Maka, perubahan adalah hubungan konsep karena itu

dapat menunjukkan hubungan antara dua variabel (lihat bagian 3 untuk membahas

kealamiahan konsep). Walaupun perubahan merupakan sebuah konsep sejarah, kita harus

mengenal bahwa kita tidak dapat belajar perubahan kecuali jika kita berbicara tentang itu

dalam konsep dan variabel yang biasanya diasosiasikan dengan disiplin lain. Sebagai contoh,

kita dapat menulis generalisasi tentang perubahan budaya (antropologi), perubahan barang

dan jasa (ekonomi), atau perubahan dalam wilayah (geografi). Kedua data dan konsep sejarah

tersebut dalam displin yang lain diperlukan untuk menyatakan dan menguji generalisasi

mengenai perubahan. Dalam sesi strategi pengajaran pada bagian ini, sebagai contoh, kita

menggambarkan strategi untuk mengajar tentang perubahan yang dihubungkan dengan konsep

sosiologi, seperti konsep transportasi, sekolah dan hiburan, dan dari segi konsep geografi

seperti eksplorasi dan wilayah.

Sebagai masukan, kita dapat menujukkan perubahan hanya digunakan oleh konsep unik

terhadap ilmu sosial yang lain. Bagaimanapun, kita dapat membuat beberapa pernyataan

generalisasi tentang perubahan yang memotong garis disiplin keilmuan. Sebagai contoh, kita

belajar perubahan dalam transportasi, sekolah, hiburan, eksplorasi, dan norma, lalu kita

membuat beberapa pernyataan tentang faktor yang dihubungkan dengan perubahan pada

umumnya. Kita dapat membuat hipotesis bahwa perubahan secara konstan terjadi, yang

biasanya orang-orang menemukan hal itu sangat sulit untuk menyesuiakannya pada perubahan

sosial daripada terhadap perubahan teknologi dan terkadang perubahan tersebut terjadi secara

kasar. Pernyataan tentang perubahan yang digenaralisasikan dapat diklaim benar melalui

sejarah, sejak data sejarah dibutuhkan untuk menguji semua pernyataan empirik mengenai

perubahan. Walaupun begitu, mari kita ulangi, bahwa kita tidak dapat mengetes pernyataan

tentang perubahan tanpa menggunakan konsep dan variabel dari berbagai disiplin ilmu.

Sedangkan peneliti kepribadian menggunakan kerangka konsep yang khusus untuk

melihat perilaku manusia, sejarawan kadang-kadang dapat menggunakan berbagai macam

kerangka konsep untuk mempelajari perilaku manusia zaman dahulu. Perspektif sejarah

seharusnya konsentrasi total dengan manusia pada masa lalu. Pada kenyataannya,

bagaimanapun, sejarawan tidak berlaku adil sepenuhnya dengan manusia pada zaman dahulu,

tapi biasanya studi mengenai perilaku masa lalu diutamakan dari perspekstif ilmu politik.

Perluasan pandangan sejarawan mengenai masa lalu dinilai masih sedikit yang menggunakan

aspek geografi dan ekonomi. Sekilas daftar isi dari berbagai buku sejarah akan

mengungkapkan tentang keasyikan sejarawan dengan konsep ilmu politik. Sejarawan sangat

tertarik pada peperangan, revolusi, nasionalisme, kejayaan dan keruntuhan sebuah

pemerintahan. Periode sejarah sering digambarkan dalam istilah peristiwa politik kontemporer,

seperti “Perang sipil dan rekontruksi” dan “Rezim Fasis”. Sejumlah sejarawan sangat sedikit

memberikan perhatiannya terhadap sosiologi, psikologi, antropologi, atau konsep dan teori

ekonomi. Bagaimanapun, konsep antropologi (seperti kebudayaan dan kemasyarakatan)

terkadang digunakan untuk mengklasifikasikan dan menggambarkan periode saat berbagai

keinginan sejarawan untuk menekan pencapaian kebudayaan dalam periode tertentu, seperti

“Masa emas bangsa Yunani” atau “Masa Renaisans”. Konsep ekonomi digunakan ketika

sejarawan merasa bahwa faktor ekonomi mungkin menjadi variabel yang penting dalam

mempengaruhi perilaku selama periode tertentu, seperti “Masa depresi 1929-1935”.

Sekarang ini para sejarawan telah mengkritisi keasyikan mereka dengan perstiwa politik.

Mereka tidak hanya cenderung pada tekanan peristiwa politik dalam bidang mereka,tetapi

mereka menekankan pada peran pemimpin dan menolak peran masyarakat yang bermain

dalam bagian peristiwa sejarah. Di Amerika, kebanyakan sejarah telah dibiaskan oleh politik, hal

itu mendominasi kontribusi orang-orang Barat untuk membangun peradaban. Penekanan

terhadap kepentingan bangsa Anglo-Saxon dan secara lebih luas menolak kontribusi dan

perjuangan orang-orang non Barat, wanita kulit hitam, orang Indian, Chicanos, dan etnik

minorotas lainnya. Sejarah juga dapat bertendensi menjadi nasionalisme atau etnosentrisme.

Saat ini, para sejarawan telah membuat usaha yang agresif untuk memasukkan kontribusi dan

perjuangan semua kelompok etnik dan menggunakan konsep dari ilmu sosial yang lain untuk

menjelaskan perilaku manusia pada masa lalu. Stanley M. Elkins, dalam bukunya Slavery: A

problem in American institusional and intelectual life, menggunakan sejumlah konsep psikologi

dan teori untuk menjelaskan perilaku budak dan ketuanya. Buku Time on the Cross karangan

Robert W. Fogel dan Stanley Engerman merupakan buku yang kontroversial mengenai

perbudakan di Amerika yang memfokuskan pada aspek ekonomi perbudakan. Kecenderungan

yang tinggi terhadap sejarah interdisipliner akan melanjutkan kesungguhan para sejarawan

menjadi lebih familiar dengan konsep dari berbagai macam disiplin ilmu sosial.

Konsep yang dibahas diatas telah dihubungkan dengan isi (produk) sejarah. Kita telah mencatat

kesulitan yang mencakup identifikasi substansi konsep sejarah. Bagaimanapun, sejarah terdiri

lebih dari hanya sekadar produk atau kesimpulannya saja. Sejarah juga merupakan sebuah

proses. Model penelitian yang digunakan oleh para sejarawan untuk memecahakan masalah

dan mendapatkan generalisasi serta merupakan bagian dari struktur sejarah. Sementara itu,

konsep dalam sejarah yang interdispiliner, metode penelitian yang digunakan oleh para

sejarawan untuk memecahkan permasalahan sejarah adalah sangat unik, karena para

sejarawan hanya peneliti sosial yang penelitiannya dibatasi untuk merekonstruksi peristiwa

masa lalu. Masalah seseorang dilengkapi oleh fakta yang terjadi pada masa lalu yang telah

berlangsung dan tidak pernah terulang. Seorang sosiolog selalu bisa mempelajari sitiuasi

keluarga yang baru, politikus bisa mengobservasi pemilihan nasional pada masa yang akan

datang.

Hal yang penting untuk mengajarkan konsep dan generalisasi mengenai metode sejarah, seperti

konsep yang dihubungkan dengan kesimpulan sejarah (produk). Dalam aktivitas pengajaran yag

dimulai pada halaman 226, kita menyatakan dua generalisasi yang berhubungan dengan

dengan teori penelitian, dan mengambarkan strategi untuk mengajarinya. Generalisasi tersebut

yaitu:

1. Pandangan seorang sejarawan mengenai masa lalu dipengaruhi oleh adanya bukti, praduga

dan tujuan terhadap sebuah tulisan, masyarakat dan zaman dimana mereka tinggal dan

bekerja

2. Para sejarawan menggunakan variasi sumber dan material untuk merekontruksi peristiwa

masa lalu dan menemukan substansi tentang masa lalu tersebut.

Studi tentang metode sejarah (historiography) akan melembagakan bagian substansi dari

program studi sejarah modern. Pelajaran menegenai metode yang digunakan oleh sejarawan

akan memberdayakan siswa untuk memperoleh sebuah apesiasi dari kesukaran yang

mencakup rekontruksi masa lalu, kekuatan skill penelitian, dan memberdayakan mereka untuk

menjadi lebih cerdas menerima pelajaran sejarah.

Kita dapat memperdebatkan bahwa semua konsep sejarah adalah interdisiplener. Kita juga

harus memperhatikan bahwa para sejarawan adalah sebuah kelompok yang telah menulis

sedikit tentang konsep yang mereka gunakan, kealamiahan konsep ini, dan tempat mereka

dalam program studi sejarah modern. Fenton menulis, antara sejarawan dan pengajar:

para sejarawan tidak nyaman dengan konsep mereka. Walaupun publikasi Edward N. Saveth

dalam American History and the Social Sciences menuliskan bahwa, sebuah analisis mengenai

penggunaan konsep ilmu sosial dalam interpretasi sejarah, sejarawan masih tidak berfikir

natural dalam istilah konseptual. Daftar mengenai konsep secara jelas tidak dibuktikan secara

maksimal penggunaannya bagi para sejarawan atau mereka akan mempelajari semua

literature. Seperti generalisasi, konsep melengkapi struktur dalam sejarah. Seperti generalisasi,

mereka tidak semuanya menggunakan struktur.

Meskipun sejarawan telah menulis sedikit tentang konsep yang mereka gunakan, kita dapat

mencoba identifikasi beberapa konsep-konsep berikut hubungannya dengan disiplin yang lain,

yang seringkali digunakan para sejarawan. Kebanyakan konsep sesuai dengan produk

(kesimpulan) sejarah; yang hubungannya dengan penelitian sejarah yang lain. Konsep ini dapat

digunakan untuk membantu siswa melihat permasalahan atau topik dari perspekstif sejarah

ketika mereka sedang belajar unit interdisipliner.

Perubahan

Konsep ini memiliki arti bahwa fenomena dalam lingkungan sosial dan fisik kita secara konstan

menjadi berbeda setiap hari, minggu, dan tahun. Hal itu sangat penting bagi siswa untuk

memahami faktor penyebab perubahan, dapat menyesuaikan dan menerima perubahan

tesebut. Data sejarah harus digunakan untuk mengembagkan konsep secra efektif, meskipun

secara jelas hal itu merupakan interdisipliner. Guru harus dapat menggunakan konsep dalam

semua disiplin ilmu sosial untuk membantu sisiwa memahami kedinamisan sosial dan

perubahan budaya. Sebagai perbandingan, kebudayaan kelompok asli orang Amerika, seperti

orang Hopi Indian sekarang dan 100 tahun yang lalu, siswa dapat dengan jelas melihat

perubahan kebudayaan yang terjadi. Perubahan dalam distribusi kekuatan dapat di tandai

sebagai perhatian para siswa saat mereka mempelajari peristiwa yang dibatasi oleh konstitusi

Amerika. Pelajaran tentang kehidupan keluarga dalam kolonial perdesaan dan perkotaan saat

ini akan dengan jelas menunjukkan bagaimana sebuah wilayah telah dipengaruhi oleh

kehidupan keluarga.

Konflik

Melalui sejarah, pertentangan dan permusuhan telah muncul diantara individu, kelompok dan

nasional saat semuanya itu memiliki tujuan yang saling menyimpang atau perbedaan ide

tentang bagaimana tujuan dapat dicapai dengan cara yang paling baik. Sementara konflik,

seperti halnya perubahan, merupakan konsep interdisipiner, para sejarawan banyak

menggunakan waktu mereka untuk pendokumentasian pertentangan dan pertempuran yang

dihasilkan. Konflik dapat bersifat fungsional dan disfungsional bagi masyarakat. Banyak aspek

positif dari perubahan sosial yang dihasilkan dari perang dan konflik. Revolusi Amerika dan

Perang Sipil telah mengahsilkan perubahan bagi rakyat Amerika berdasarkan fungsionalnya,

yakni mereka dapat mengembangkan negara mereka. Di Selatan setelah perang sipil, dan

Jepang setelah Perang Dunia ke dua, adalah contoh-contoh bagaimana konflik dapat

mempengaruhi masyarakat.

Ketika mengajarkan konsep ini, guru dapat meminta siswa membaca sejumlah konflik yang

berbeda- seperti peperangan, revolusi, kekacauan, pemberontakan, adu argumentasi, dsb.-

selanjutnya secara langsung melalui periode sejarah yang berbeda. Kemudian yang mereka

harus lakukan adalah membuat generalisasi tenatang penyebab konflik, konsekuensinya dan

faktor yang telah berkontribusi untuk resolusinya. Konsep dari beberapa dispilin ilmu sosial

akan membantu siswa memahami konflik. Konflik kebudayaan, konflik dalam perjuangan dan

nilai konflik marupakan tipe-tipe dari konflik, dimulai dari siswa tingkat dasar (SD) dan SMP

bisa mengambil nilai positif dari perspektif sejarah dan antropologi, ilmu politik, ekonomi, dan

sosiologi.

Revolusi

Sebuah revolusi merupakan tipe dari konflik, dan konsepnya terkait dalam ranah ilmu politik.

Bagaimanapun, kita akan membahasnya di sini karena revolusi adalahkonflik yang memiliki tipe

spesial dan terutama berhubungan dengan sejarawan, seperti kecerdasan Crane Brinton yang

mempelajari tenatang indikasi revolusi. Sekilas dalam daftar isi buku-buku sejarah selalu

mengungkapkan ketertarikan sejarawan terhadap revolusi. Juga, kita dapat perhatikan lebih

awal, konsep yang para sejarawan gunakan sering dihubungkan dengan ilmu politik, sejak

sebagian besar dari kita menulis bahwa sejarah bersifat politik (political history). Sebuah

revolusi berlangsug saat keberadaan pemerintah digulingkan secara paksa, dan beberapa

kelompok radikal menunjukkan kekuatannya. Ketertarikan pada unit dan pelajaran itu dapat

diorganisir melalui konsep ini, khususnya pada kelas tingkat menengah ke atas. Siswa dapat

mengenarilisasikan penyebab dan urutan peristiwa selama revolusi terjadi, seperti yang

mereka pelajari dalam studi tentang sejarah revolusi Inggris (1668), Amerika (1775), Perancis

(1789), dan Rusia (1917). Guru boleh memulai pelajaran tentang revolusi dengan membaca

sejumlah literatur yang terkait dengan revolusi, seperti pemilihan umum dari George Orwell

dalam bukunya Animal Farm , atau pemilihan dari sebuah novel yang sesuai dengan periode

revolusi Amerika. Para siswa dapat juga mempertimbangkan pertanyaan apakah termasuk

sebagai protes pergerakan revolusi seperti dalam “Black Revolt”.

Nasionalisme

Nasioanlisme merupakan konsep ilmu politik yang lain, dan para sejarawan telah menunjukkan

ketertarikannya terhadap nasionalisme ini. Keberadaan nasionalisme terjadi yaitu saat

pemimpin dan individu berada dalam satu bangsa bersatu dengan memiliki harapan sama yakni

memperkuat pesatuan dan mengembangkannya, dan menanamkan sikap loyalitas diantara

warga negara. Nasionalisme dalam hal yang sama merupakan doktrin etnosentrisme. Para

nasionalis tidak tertarik pada hubungan internasional, tapi lebih megutamakan pada bangsanya

sendiri. Dalam studi pengembangan nasionalisme melalui sejarah, siswa akan mampu

menyimpulkan bahwa nasionalisme diperlukan jika sebuah bangsa berkembang dengan sukes,

dan rasa nasionalisme terkadang muncul saat terjadi konflik dan peperangan. Contohnya,

nasionalisme yang kuat pernah terjadi di Jepang dan Jerman saat menghadapi perang dunia

kedua.

Peradaban

Peradaban –barangkali memiliki definisi yang baik- sebagai kebudayaan total orang-orang,

bangsa dalam sebuah periode. Periode merupakan konsep antopologi (antropolog

menyebutnya dengan kebudayaan) yang telah sering digunakan oleh para sejarawan. Tetapi

seperti yang telah kita catat, bahwa sejarawan sering tidak mempertimbangkan totalitas

pengalaman manusia sebagai peradaban, tetapi hal itu hanya berkembang di bangsa Barat dan

Timur, dalam opni para sejarwan, perkembangan pesat seni, musik, sastra, dan bentuk

pemerintahan. Daniel Roselle telah mengkritisi Kenneth Clark dalam pendefisinian peradaban

juga sedikit popular dalam bukunya Civilisation, dan penghilangan tentang pegalaman manusia.

Roselle menulis; “… dia terlihat secara sengaja melewati apa yang menjadi pertimbangannya

mengenai kalimat yang basi, murahan, dan aspek ekspresi manusia terburuk. Lebih dari itu, dia

mengeluarkannya dari tempat yang signifikan yaitu ”Peradaban”17. Roselle melanjutkan:

Peradaban mencakup seluruh kemanusiaan. Termasuk didalammnya ada kelemahan dan

kekuatan yang akan mengatasi kelemahannnya tesebut”18.

Meskipun secara luas mereka menolak pengalaman manusia dalam sejumlah “peradaban”, kita

merasa, seperti halnya Roselle, bahwa peradaban termasuk pengalaman manusia secara total.

Saat di kelas mempelajari tentang Renaisan, siswa seharusnya tidak hanya membaca tentang

individualitasnya sepeti Michelangelo, dan Da Vinci, tetapi seharusnya mempelajari tentang

budaya massa selama periode sejarah berlangsung. Dunia modern tidak akan sanggup

menghasilkan sebuah etnosentris dan pembatasan konsep peradaban.

Eksplorasi

Para sejarawan memberikan perhatian pada orang-orang yang telah melakukan perjalanan ke

sebuah pulau yang tidak diketahui sebelumnya. Eksplorasi dalah konsep geografi. Seperti dalam

penjelajahan Eropa yang memunculkan nilai-nilai kebajikan, para sejarawan terkadang

mendistorsi atau menghilangkan bahasan mengenai kebuadayaan oaring-oarang dalam adat di

pulau sebelum kedatangan bangsa Eropa. Sebagian besar anak-anak mempelajari buku sejarah

mereka bahwa Coloumbus telah menemukan Amerika. Jauh sebelum Coloumbus mendarat di

Amerika Utara, bagaimanapun, orang-orang Indian telah mengembangkan keanekaragaman

budayanya. Sementara itu, bangsa Eropa pada saat itu tidak tahu banyak tentang keberadaan

orang-orang tersebut dan kebudayaannya, mereka tentu meyadari tentang keberadaan

keberadaa mereka,sekarang, hal itu merupakan etnosentris untuk mengklaim bahwa

Coloumbus menemukan Amerika. Ketika penggunaan data sejarah untuk mengajari anak-anak

tentang konsep eksplorasi, guru seharusnya membantu mereka unutk mememahami hal itu,

meskipun banyak wilayah di dunia yang tidak diketahui oleh angsa Eropa, peradaban yang

besar telah berada di Amerika Utara sebelum bagsa Eropa datang. Siswa-siswa seharusnya,

menjadi kenal dengan pencapaian penjelajahan bangsa Eropa, tapi ada kepentingan yang sama

bahwa meraeka mempejari tentang konflik, kekuatan akulturasi setelah bagsa Eropa datang ke

Amerika Utara. Hasilnya telah mendestruksi kebudayaan asli Amerika Utara dan sebagian besar

ras bangsa Indian. Sejumlah sejarah tidak sesuai dengan realita penderitaan masa lalu bangsa

Indian karena mereka telah mendistorsinya dan hanya menceritakan sebagian sejarah bangsa

Indian.

Bias Sejarah

Para sejarawan selalu tidak mampu untuk melengkapi rekontruksi masa lalu. Sebagian besar

sumber dan artefak yang berisi informasi yang kontradiksi dan inkonsistensi. Mereka harus

memutuskan data-data yang akurat dan otentik. Pemilihan data tentunya dipengaruhi oleh bias

personal, kealamiahan data, audiens yang mereka tulis, budaya danczaman saat mereka hidup.

Karena pelayanan yang terbatas dalam metode sejarah, menjadi hal yag sangat penting bagi

anak-anak untuk mempelajari bagaimana sejarah ditulis sehinggga mereka akan membedakan

kesimpulan para pembaca yang mereka temukan di buku dan sumber lainnya. Hal terpenting

dalam pengajaran anak-anak adalah metode penelitian sejarah yang telah ditemukan melalui

bagian ini. Strategi yang dapat digunakan untuk mengajar konsep ini akan dijelaskan pada

bagian berikutnya.

GENERALISASI SEJARAH

Para sejarawan sering berdebat bahwa para sejarawan kerap ridak setuju mengenai

fakta dan interpretasi, dan mereka tidak dapat menyempurnakan rekontruksi kejadian masa

lalu, Cukup konsensus dalam pernyataan sejarah dapat diperoleh kemungkinan formulasi

generalisasi tingkat rendah. Hanskins berargumen bahwa generalisasi sejarah dapat

diformulasikan karena “peristiwa sejarah mengikuti hukum alam yang sama sebagai objek ilmu

pengetahuan”19. Meskipun deskripsi sejarah cenderung pada keraguan generalisasi, seorang

sejarwana tidak bisa menggambarkan satu kejadian atau institusi tan pa membuat bermaca -

mamacam pernyataan yang digeneralisasi. Contoh tipe generalisasi Revolusi Perancis ,“ Budak

di Perancis sangat marah” dan “Raja di Perancis bertindak sewenag-wenang”. Pernyataan

pertama menggambarkan karakteristik sebagian besar nasib perbudakan di Perancis. Kemudian

pernyataan kedua menggambarkan bahwa raja Perancis memilki watak seperti itu. Jika seorang

sejarawan ingin membuat generalisasi, seperti “sistem monarki pada abad ke 18 di Eropa Barat

sangat sewenang-wenang”, mereka akan mempelajari karakteristik raja Eropa pada abad ke 18.

Gottschalk mengedit sebuah buku tentang generalisasi dalam sejarah dan menyimpulkan

bahwa “para sejarawan seringkali membuat generalisasi, apakah disadari atau tidak” dan

setidaknya ada 6 perbedaan ketegori generalisasi yang dapat identifikasi.20 Semua sejarawan

membuat generalisasi, bahkan yang mengklaim bahwa sejarah akan menggambarkan

peristiwa dan tidak mencoba mengeneralisirnya. Bagaimanapun, sejarawan itu sering tidak

menyadari bahwa mereka sedang mengeneralisir. Sejarawan yang lain menyadari bahwa

mereka membuat generalisasi, tapi mereka mencoba membatasainya pada periode yang

mereka gambarakan.

Sebagian besar sejarawan membuat generalisasi tanpa disadari, atau dengan sengaja

hanya membuat batasannya saja. Sejarawan dalam jumlah kecil, membuat dengan sengaja

mencoba formula generalisasi yang dapat diterapkan dalam trend dan cakupan peristiwa yang

luas. Kelompok sejrawan yang seperi ini membuat pernyataan generalisasi seperti pada revolusi

Rusia, Crane Brinton mengikuti generalisasi ini, yang tidak hanya mengambarkan peristiwa

masa lalu, tapi menimbulkan kemungkinan karakteristik revolusi dimasa yag akan datang:

Dalam keadaan negara revolusi, suara kritik muncul saat seseorang membuat dongeng

(mitos) tentang kedatangan masayarakat yang utopia dan mengutuk kejahatan rezim

yang ada.

Dalam masyarakat revolusi, pemimpin moderat diambil alih setelah rezim sebelumnya

digulingkan; para moderat ini secepatnya ditolak oleh para ekstrimis.

Saat para ekstrimis mengendalikan pemerintahan selama revolusi, hal ini mengakibatakn teror

pemerintahan. Brinton, seperti para sejarawan lainya, tidak akan dibantah bahwa kondisi ini

akan selalu muncul kapanpun dan dimanapun dalam peristiwa revolusi. Bagaimanapun, dia

memberikan pendapatnya tentang kemungkinan bahwa jika revolusi terjadi dalam masyarkat

sesuai dengan yang dipelajarinya, kondisi ini digambarkan oleh pernyataan ini yang mungkin

timbul.

PELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH

Banyak para pengajar dan pembuat undang-undang kerap berselisih bahwa sejarah seharusnya

diajarkan di sekolah umum karena hal ini berkontribusi untuk pembentukan sikap patriotisme

dan demokrasi. Hampir 50 negara megajarkan tentang sejarah Amerika karena itu diyakini

berkontribusi baik bagi warga Negara. Jarolimek menulis:

Pengetahuan sejarah didukung oleh pengalaman aktual dalam parktik warga Negara yang baik

di sekolah dan ruangan kelas, tidak bisa diragukan lagi kontribusi kekuatan loyalitas dan

membantu siswa mengidentifikasi latar belakang sejarah yang dimilikinya.

Lewenstein juga menulis tentang kontribusi sejarah yang dapat membuat pembentukan

patriotisme:

…. Pengetahuan atau pemahaman sejarah dapat berefek pada sikap loyalitas dan

patriotisme terhadap sebuah negara, kebutuhan untuk membentuk karakter loyalitas dan

patriotisme di sekolah-sekolah Amerika merupakan alasan yang utama untuk memasukkan

pelajaran sejarah Amerika dalam kurikulum sekolah pada semua tingkat pendidikan.

Krug menulis, “pelajaran tentang keadaan Negara masa lalu dipertimbangkan oleh bebrapa hal,

dan dengan alasan yang tepat, salah satu makna yang berulang-ulang tentang persatuan atau

nasionalisme dan penanaman cinta terhadap Negara dan patriotisme.”

Meskipun sejarah memungkinkan untuk berkontribusi untuk membentuk patrotisme

dan menciptakan warga Negara yang baik, sejumlah kesulitan telah dhasilkan dari instruksi

sejarah secara utama sebagai makna pembentiukan patriotisme warga Negara. Masalah yang

serius adalah tidaka ada persetujuan peemrintah mengenai macam-macam patriotisme yang

dikembangkan sejrah, dan bagaimana contoh karakteristik warga Negara yang baik itu. Banyak

pangajar dan buku studi sosial menulis mempertimbangkan penerimaan masa lalu dan masa

mendatang tentang patriotisme yang buta dan tidak banyak dikritisi.

Karena pertanyaan tentang konsep patriotisme ini, buku-buku sejarah di sekolah yang telah

bertahun-tahun sangat berhati-hati konsisten dalam pemelihan peristiwa yang menampakkna

aspek yang positif dan harmoni tentang masa lalunya dan kepahlawanan nasionalisme.

Kekurangan Negara kita- memang semua masyarakat tidak sempurna- nyata sekali diabaikan.

Seperti Clegg dan Schomburg tekankan:

Buku-buku sejarah di sekolah yang cenderung sepakat dengan narasi masa lalu. Dalam istilah

antropologi, sejarah di sekolah dasar banyak yang terdiri dari mitos dan legenda dari

kebudayaan nasional kita sebagai bagian dari inisiasi bagi mereka terhadap budaya dan

masyarakat.

Kritik zaman sekarang yaitu tuntutan terhadap konsep baru yakni “patriotisme”. Untuk

mengabadikan masyarakat dan demokrasi yang ideal, kita membutuhkan warga Negara yang

tidak hanya mengetahui kaateristik demokrasi, dan berkomitmen dengan idealismenya saja,

tapi juga orang yang menyadari pada inkonsistensi dalam idealisme dan perilakunya. Kemudian

mereka akan mampu untuk menutup ruang antara cita-cita dan kenyataannya. Secara jelas,

warga Negara yang tidak kritis dan tidak reflektif tidak akan dapat meningkatkan

nasionalitasnya. Sikap patriotisme dan warga yang efektif adalah salah satu yang telah

membangun sebuah apresiasi untuk proses demokrasi yang diikuti oleh penggunaan itu, ia yang

sadar untuk berjuang, sadar akan kekurangan, dan sukses sebagai warga Amerika yag telah

berpengalaman dalam realita demokrasi, dan yang mengharapkan tindakan yang maksimal

untuk demokrasi, nasional, dan dunia.

Saat anak-anak dipenuhi dengan rasa kritis tentang nasionalis dan kepahlawanan, mungkin

mereka akan menyimpulkan bahwa bangunan dan pengabadian demokrasi merupakan hal yang

mudah dilakuakan. Mereka harus belajar bahwa perjuangan, penderitaan, kesakitan, dan

terkadang pertumpahan darah, dibutuhkan untuk membangun dan memelihara keadilan dan

kehidupan bermasyarakat. Kita belum mencapai tujuan mulia ini dan seharunya direalisasikan

oleh anak-anak. Bagaimanapun, mereka juga harus mengetahui bahwa banyak kemajuan yang

telah diciptakan dan mereka harus membantu menyempurnakannya.

Anak-anak juga harus mengetahui pahlawan nasionalnya, mereka merupakan manusia biasa

yang terkenal. Lincoln disimbolkan sebagai emansipasi proklamasi, tetapi dia juga didukung

oleh pergerakan deportasi orang kulit hitam ke Afrika. Anak-anak tidak dapat dengan mudah

megidentifikasi sosok “pahlawan” yang sepertinya bukan manusia biasa, karena pahlawan-

pahlawan tersebut terlihat berbeda dari diri mereka.

Salah satu realita bahwa anak-anak harus secepatnya mempelajari untuk menerima semua

tentang kemanusiaan, tidak masalah bagaimanapun mereka memenuhi pengetahuaanya,

bahkan mungkin mereka akan berbuat keliru. Hal yang salah adalah membimbingnya pada

pemikiran sembarangan. Ini merupakan komentar yang tidak baik, juga tidak memberikan saran

bahwa anak-anak tidak dapat memperoleh inspirasi dan pelajaran, dan nilai-nilai mulia dari

membaca dan menulis yang baik tentang sejarah dan biograpi. Sebagian besar dari kita, suatu

waktu, pernah terinspirasi oleh cerita orang-oprang besar yang pernah hidup. Bagaimnapun

juga, kesuksesan sebuah biograpi, merupakan sebuah potret subjek tidak hanya sebagai

seorang pahlawan, tapi juga sebagai manusia biasa.

TUJUAN BARU PEMBELAJARAN SEJARAH

Kelemahan dan kegagalan sejareah terlihat dari sejarah tradisional yang membuat jelas bahwa

pembelajaran sejarah disekolah memerlukan keobjetifan yang baru. Karena masalah

momentum yang akan dihadapi di masa depan, mengembangkan kemampuan mereka dan

formulasi generalisasi harus mengutamakan keobjektifitasn di pelajaran sejarah. Kemampuan

ini akan membantu anak-anak saat sekarang di sekolah dasar dan tingkat lanjut mempengaruhi

kebijakan publik di kemudian hari. Objektifitas ini akan berimplikasi pada berbagai macam

program pendidikan di sekolah dasar dan lanjutan. Siswa seharusnya tidak hanya mempelajari

produk sejarah saja sebagaimana yang telah ditemukan di buku-buku sekolah dan sumber

lainnya.; mereka seharusnya juga memecahkan permasalahan sejarah dengan menggunakan

metode sejarah.

Dengan menggunakan metode sejarah, anak-anak akan memperoleh generalisasi yang

dapat membantu mereka memahami perilaku manusia pada masa lalu, sekarang, dan akan

datang. Generalisasi sejarah juga akan memnbantunya mengapresiasi perubahan yang mudah

menyebar dalam dunia modern, dan mungkin mempelajari bagaimana menyelimuti itu dengan

cara yang baik.

Membantu anak-anak memahami dan menggunakan metode sejarah seharusnya

menjadi objek yang penting dalam program studi sosial, sejak kita tidak bisa mengajar apa

sebenarnya yang terjadi tapi kita harus mengajar sejumlah sejarah dari berbagai macam

perspektif. Dengan menggunakan pendekatan sejarah, para guru akan membantu para siswa

untuk menemukan yang telah ditulis luas oleh sejarah dan membuat sejmlah peristiwa dari

sudut pandang poin yang khusus. Pelajarang tentang metode sejarah akan juga membantu para

siswa untuk merealisasikan berbagai cara seperti yang identik dalam situsai dan peristiwa yang

pernah terjadi dalam sejarah. Alasan kekuatan kritik mereka akan digunakan sebagai kekuatan.

Jika siswa meyakini sejarah dan ilmu pengetahuan, meraka akan mempercayai semua

informasi yang cukup bukti dan penuh dengan kredilitas.

Mempelajari metode sejarah juga bermanfaat karena sejarah tidak hanya merupakan

sejumlah peristiwa masa lalu saja tetapi juga juga mereupakan metode penelitian. Hal itu

dikembangkan melalui sebuah proses yang kita pertanyakan dan dicoba untuk menemukan

jawabannya. Sebagai tambahan yang mencakup evaluasi penting dan keotentikan artefak dan

dokumen yang digunakannya dengan kemampuan untuk mengkomprehensifkan masa lalu.

Keadaan yang ideal bagi pemain baseball tidak dapat hanya dengan kemampuan menonton

pertandingan baseball saja, pelajar tidak hanya dapat memahami sejarah hanya dengan

membaca sekilas sejarah yang telah ditulis oleh para sejarawan. Meraka harus terlibat dalam

mengaplikasikan metode penelitian sejarah.

Pemikiran dasar siswa yang terlibat dalam metode ini bukan untuk membuat mereka

menjadi sejarawan professional. Kita melibatkan para siswa dalam proses ini agar mereka mau

belajar mengapresiasi kesukaran yang melekat dalam proses rekontruksi kejadian masa lalu.

Kita percaya bahwa kemampuan berfikir mereka berbeda-berbead untuk melakukan

pengembangan, dan mereka akan membaca sejarah secara kritis. Praktik mengenai metode

sejarah juga akan menaikkan kamampuan siswa dalam pemecahan masalah. Sebagai contoh,

mereka akan belajar membuat hipotesis, kolektif data, menetukan sumber yang otentik, dan

menggambarkan kesimpulan dari data yang sudah dikolektifkan.

Sebagian besar sejarawan menolak mengeneralisir secara sengaja, dan mengeneralisir

kejadian yang spesifik dan sudah dibatasi. Setelah mempelajari contoh buku sejarah Amerika,

Cox menyimpulkan, “sebagian besar buku sejarah terlihat sengaja menghindari generalisasi.

Dan saat dimasukkan, generalisasi biasanya terkurung pada konteks sejarah tertentu.” Salah

satu asumsi dari buku ini bahwa generalisasi dapat membantunya membuat keputusan yang

cerdas dalam isu sosial.

Meskiopun pembatasan melekat dalam metode sejarah, para sejarawan segan untuk

mengeneralisir, tetapi siswa di sekolah dasar dan lanjutan akan mendapatkan generalisasi

sejarah. Bagaimanapun, generalisasi sejarah harus terdiri dari konsep berbagai disiplin ilmu

yang lain, seperti kewarganegaraan, nasionalisme, konflik, dan eksplorasi. Generalisasi sejarah

menyatakan bagaimana konsep ilmu sosial dihubungkan dengan masa lalu. Generalisasi tingkat

tinggi sangat sulit untuk diformulasikan dalam sejarah dibandingkan dengan ilmu tentang

kepribadian karena ada pembatasan dalam metode sejarah. Sementara itu, anak-anak harus

mempelajari bagaimana mendapatkan dan mengevaluasi generalisasi sejarah, mereka akan

dengan teliti dengan pembatasannya mereka sendiri. Sebagai contoh, saat seorang siswa

memperoleh pernyataan ini setelah mereka mempelajari Revolusi Perancis, ”Selama revolusi,

pemimpin moderat akan mengambil alih setelah rezim terdahulu runtuh; dan pemimpin

moderat itu akan ditolak keras oleh para ekstrimis”, mereka akan mengetahui bahwa saat

generalisasi ini digambarkan secara jelas tentang peristiwa yang telah terjadi selama revolusi

perancis terjadi, revolusi terjadi dalam masyarakat yang secara signifikan berbeda dari peristiwa

di Perancis pada tahun 1789 dapat dikarakteristikkan oleh perbedaan urutann peristiwa.

Sejak sebagian besar buku sejarah disusun secara kronologis dan diberi perhatian yang

tidak cukup untuk mengeneralisasi, guru dan anggota masyarakat lainnya atau staff sekolah

tentunya akan membutuhkan untuk mengidentifikasi generalisasi sejarah yang mereka

harapakan siswa dapat mempelajarinya sepanjang tahun, kemudian memilih material yang

mendukung strategi pengajaran. Generalisasi dipilih untuk belajar apapun yang dibatasi oleh

topik dan isi serta guru diminta untuk mengajarkannya pada tingkatan tertentu.

Bagimanpun, pengajaran isi pelajaran di sekolah pada tingkatan tertentu tidak

memotong pembatasan generalisasi yang memungkinkan seorang guru membantu siswa

memmperolehnya sepanjang tahun. Sebagai contoh, anak-anak yang diminta untuk

mempelajari sejarah Amerika di tingkat kelima dan kedelapan di kebanyakan sekolah. Topic

dalam sejarah Amerika dapat digunakan sebagai data untuk mengembangkan cakupan

generalisasi yang lebih luas lagi. Dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Terkadang revolusi terjadi saat sekelompok orang merasa bahwa mereka dianiaya atau

dieksplotasi oleh kelompok yang lain. (Topik: Revolusi Amerika)

2. Hubungan dan perdagangan diantara kelompok cenderung mempengaruhi kebudayaan

kedua kelompok. ( Topik: Koloni dan bangsa Indian).

3. Saat sekelompok orang diperbudak atau ditekan dalam cara dan kondisi mereka yang lain

mulai meningkat, mereka cenderung memberontak untuk terbebas dari kekejaman ini.

(Topik: Perbudakan dan Pemberontakan)

Akhir-akhir ini sejumlah distrik komite kurikulum sekolah dan direktur proyek ilmu sekolah,

dengan asisten peneliti sosial, telah mencoba untuk mengeneralisasi dalam berbagai macam

disiplin ilmu soial untuk digunakan sebgai tujuan instruksional. Juga, beberapa buku

professional ilmu soisal memuat bahasan tentang generalisasi.28 hal tersebut memuat

generalisasi dalam tingkatan yang mampu untuk diaplikasikan. Ada beberapa permintan kecil:

isi yang lain mengambarkan peristiwa dan situasi yang universal. Semunya tidak ada pernyataan

empirik, tapi bernilai pernyataan. (pembaca dapar mereview bagian 3 untuk bahasan lebih

detailnya pada saintifik generalisasi).

Seorang pengajar akan menyadari bahwa pernyataan yang penulis klaim sebagai

generalisasi mungkin merupakan pernyataan normatif, pernyataan yang kurang empirik, dan

pernyataan yang mengandung konsep keragu-raguan. Generalisasi hanya sebuah daftar (list),

dan akan digunakan hanya untuk merencanakan dan mengarahkan instruksi. Anak-anak harus

memperoleh generalisasi untuk dirinya jika mereka mempunyai anyak pemahaman. Menghafal

generalisasi tidak memiliki makna apapun dan bukan hal esensial berbeda dengan menghafal

daftar yang tidak ada hubungannya dengan fakta, praktik yang sebagian besar dari kita

sekarang publisitas kritik. Kita tidak akan mengulang kesalahan yang sama saat megajarkan

anak-anak konsep dan generalisasi.

Dalam bahasan kita tentang konsep sejarah , kita dapat berargumen bahwa meskipun sejarah

menggunakan konsep dari disiplin ilmu yang lain, kita dapat memformulasikan generalisasi yang

memperlihatkan bagaimana konsep-konsep ini saling berhubungan dan memberikan contoh

tentang perilaku manusia pada zaman dahulu. Karena sejarah pada prinsipnya, terkait dengat

totalitas manusia pada masa lalu, dan itu merupakan disiplin interdisipliner yang sebenarnya.

Hal itu dapat dan seringkali menggunakan konsep dari semua disiplin ilmu sosial untuk

menjelaskan masa lalu.

Kita telah dapat mengidentifikasi sejumlah generalisasi berikut bahwa dapat di pertimbangkan

secara sejarah secara alamiah, dan mengidentifikasikan konsep dan disiplin ilmu sosial yang

saling berhubungan. Daftar generalisasi sejarah ini dapat digunakan untuk membimbing

perencanaan pelajaran di sekolah di tingkat SD dan SMP:

Perubahan/ Sejarah - Sosiologi

Masyarakat sosial dikarakterisasikan oleh perubahan.

Konflik/ Sejarah - Ilmu Politik

Dimanapun manusia hidup, konflik diantra individu, kelompok, dan nasional pasti timbul.

Meskipun konflik sebenarnya memiliki efek negatif dalam masyarakat, tapi hal itu juga sering

memiliki daya dorong efektif pada perubahan sosial.

Revolusi/ Sejarah - Ilmu Politik

Revolusi cenderung terjadi di masyrakat yang teroganisir oleh persepsi kelompok atas kondisi

mereka, yang mulai mengimprovisasi keinginan mereka yang tidak tertahankan dan instansi

publik tidak merespon kebutuhan mereka, dan mereka melegitimasi kanal-kanal untuk

mengurangi keluhan-keluhan yang tidak efektif.

Peradaban/ Sejarah-Antropologi

Dimanapun manusia hidup, mereka membangun sistem sruktur kepercayaannya, dan bentuk

kepribadian yang memungkinnyanya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya.

Eksplorasi/ Sejarah- Geografi

Eksplorasi manusia telah menjadikan kekuatan sebuah kawasan territorial yang telah

menghasilkan perubahan kebudayaan yang luar biasa, seperti halnya konflik antar budaya dan

kelompok etnik yang berbeda. Pada dasarnya, budaya yang mengedepankan teknologi telah

menghancurkan peradaban, dan yang minim teknologinya akan mengembangkan peradaban.

Penyimpangan Sejarah (bias hitorical)

Sudut pandang seorang sejarawan terhadap masa lalu dipengaruhi oleh adanya bukti, praduga,

dan tujuan-tujuan tertentu dalam penulisan, masyarakat dan zaman pada saaat mereka hidup

dan menulis.

STATEGI PENGAJARAN: PEMILIHAN KONSEP SEJARAH DAN GENERALISASI

Saat seorang guru merencanakan sebuah unit pelajaran sosial di tingkat SD dan SMP, mereka

harus meyakinkan siswa atas materi yang akan disampaikan, mereka akan melihat masalah atau

topik yang dipelajari dari perspektif disiplin ilmu sosial. Meskipun masalah tersebut mungkin

menjadi hal yang utama dalam sosiologi atau antropologi, siswa juga harus melihatnya dari

perspektif sejarah. Saat siswa sedang belajar konsep sosialisasi, sebagai contoh, mereka akan

membandingkan peranan anak-anak dalam keluaraga masa kolonial dengan peranan anak yang

hidup di keluarga perkotaan saat ini. Sementara pembelajaran konsep tentang wilayah,

menekankan pada investigasi melaui wilayah tertentu yang telah digunakan dan dirubah oleh

perbedaan kelompok budaya. Pelajaran tentang sumber pulau yang langka selama

penyelesaian Barat dan hari ini akan mengungkapkan fakta terpahit tenatang cara yang telah

kita eksploitasi kekayaan alam.

Sebagian besar konsep atau masalah dipelajari dalam kurikulum ilmu sosial dapat

memberikan keuntungan dilihat dari perspektif sejarah. Hal itu merupakan kebutuhan bagi

pengajar untuk mengidentifikasi dan menyatakan generalisasi sejarah untuk unit pelajaran

mereka selama fase awal dari unit perencanaan agar meyakinkan bahwa komponen sejarah

akan melembagakan bagian esensial darinya. Penekanan ini akan menjadi generalisasi sejarah

dan bukan sebuah massa yang tidak ada hubungan fakta mengenai peristiwa spesifik. Hal itu

sangat sulit untuk memutuskan permintaan anak-anak menghafal sebuah massa dari fakta

kecuali jika fakta-fakta tersebut dapat digunakan untuk membantunya menggenggam

pengetahuan tingkat tinggi. Dalam ujian berikut, kita dapat memilih tiga generalisasi sejarah

dan ilustrasi bagaimana guru boleh meencanakan pembelajaran untuk membantu siswa

menangkap materi pelajaran. Strategi bukan hanya patut dicontoh saja. Kretifitas guru akan

memikirkan cara yang lain untuk membantu siswa menguasai generalisasi ini.

Generalisasi: Sudut pandang seorang sejarawan terhadap masa lalu dipengaruhi oleh adanya

bukti, bias personal dan tujuan-tujuan tertentu dalam penulisan, masyarakat dan zaman pada

saat mereka hidup dan bekerja.

Tingkat Dasar

1. Setelah darmawisata kelas, masing-masing siswa diminta untuk menuliskannya dalam satu

atau dua kalimat, dan menuliskannya di papan tulis. Memintanya bagaiman respon mereka

yang sama dan berbeda., dan mengapa resonnya berbeda. Membantunya menemukan

pengalaman pribadi mereka yang terbentuk dalam persepsi dan ingatan mereka masing-

masing selama perjalanan.

2. Meminta anak-anak menuliskan atau memberikan pernyataan dalam satu kalimat apa yang

terjadi selama waktu kemarin, atau beberapa hari sebelumnya. Kemudian membandingkan

responnya dan perhatiakn mengapa respon mereka sama dan berbeda. Bertanya kepada

mereka mengapa mereka menulis respon dalam versi berbeda atas apa yang telah terjadi.

3. Membaca cerita anak-anak, dan meminta mereka untuk menuliskan apa yang terjadi dalam

satu atau dua kalimat. Kemudian membandingkan responnya, melihat bagaimana respon

mereka bisa sama dan berbeda . bertanya kepadanya mengapa responnya berbeda.

4. Jika anak sudah memasuki tingkat dua di sekolahnya, mintalah mereka untuk

menggambarkan pengalaman mereka satu tahun sebelumnya dalam satu atau dua kalimat.

Suruhlah murid-murid untuk membandingkan respon mereka, dan tanyakan mengapa,

sejak mereka dalam satu ruangan, mereka memberikan respon dalam versi yang berbeda

atas pengalaman tahunannya.

5. Setelah sesi bermain peran di kelas, mintalah masing-masing siswa untuk menulis atau

menceritakan dalam satu atau dua kalimat atas apa yang terjadi dalam situasi permainan

peran tadi. Jika anak-anak tidak mampu menuliskannya, maka tulis respon mereka di papan

tulis. Kemudian suruhlah mereka untuk membandingkannya.

6. Tunjukkanlah di kelas sebuah lukisan atau gambar yang memperlihatkan budak kulit hitam

sedang bersenang-senang dan bernyayi. Perlihatkan kepada mereka gambar yang lain

budak kulit hitam yang terbelenggu rantaidan terlihat sedih. Gambar ke 3 bisa

memperlihatkan Budak sedang dijual di pasar perbudakan. Setelah kamu memperlihatkan

masimng-masing gambar, maka bertanyalah, seperti: “Apa yang terjadi dalam gambar ini?”

“apakah orang-orang dalam gambar ini kelihatan senaang atau sedih?” “Mengapa?” ketika

kamu akan mengakhirinya, bertanya seperti ini misalnya: “bagaimana apakah semua orang

dalam gambar ini sama?” “bagaimana mereka bisa berbeda?” “Mengapa kalian berfikir

mereka bisa berbeda?” “bagaiman kita dapat menceritakan bahwa pelukis ini menceritakan

kebenaran?” murid-murid pasti akan menuliskannya dalam bentuk teks untuk masing-

masing gambar.

7. Membaca bebrapa konflik versi yag pendek dari kehidupan seseorang misalnya Abraham

Lincoln atau Crispus Attucks. Bertanya kepada siswa mengapa hasil tulisan respon mereka

berbeda-beda menanggapinya. Memintanya untuk memilih versi yang mereka fikir lebih

mendekati kebenaran dan mengapa. Dan tanyalah kepada mereka bagaiamana kita dapat

menemukan versi yang kemungkinannya dekat dengan kebenaran.

8. Membaca cerita pendek tentang Revolusi Amerika. Penekannannya pada pertempuran

Lexington. Ceritakan kepada anak-anak tentang kontroversi mengenai siapa yang pertama

kali mengobarkan pertempuran. Membaca beberapa dokumen konflik antara Inggris dan

Amerika, setelah itu minta mereka untuk menuliskannya. Tanya mereka apakah kita dapat

menentukan apakah peristiwa tersebut benar-beanr terjadi, dan jika ya, megapa.

Tingkat Menengah dan Atas

Anak-anak yang lebih dewasa mungkin ditunjukkan kepada dugaan penyimpangan dalam

sejarah melalui perbandingan dalam buku-buku perang revolusi Amerika pada tahun 1812, dan

perang dunia I di Inggris, Kanada, dan Amerika. Banyak penerbit buku di Amerika telah resmi di

negara asing, dan mengharapkan bias membantu guru-guru dan profesionalisme lainnya

memperoleh fotocopy buku-buku asing untuk dikelas tapi mereka enggan membayar uang

tambahan dan pos udara. Koleksi buku ilmu sosial digunakan dalam pelajaran sejarah

merupakan sebuah proyek yang menarik dan menyenangkan.

Sebagian besar guru akan membatasinya dirinya terhadap buku-buku yang diterbitkan

dalam bahasa Inggris. Departemen bahasa asing di sekolah atau kampus bisa bekerjasama

dalam proyek penerjemahan buku. Negara asing lainnya juga seperti Jepang, Kanada,

Australia,Nigeria, dan India, bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang resmi bagi mereka.

Saat menggunakan buku berbahasa asing dengan anak-anak, sebaiknya guru memilih duplikat

dari buku asli yang diharapkan dapat dipakai di kelas. Hal ini tidak hanya akan membantu siswa

dalam melestarikan buku tersebut, tapi juga akan membantu sisiwa membangun hipotesa

tentang negara asal dari buku tersebut. Pada waktu yang bersamaan, strategi ini akan

memberikan semangat untuk fokus pada topik dan peristiwa yang spesifik.

Teknik efektif yang lainnya, yaitu siswa mempelajari topik yang kontroversial, seperti

perbudakan dan perang sipil, yang telah ditulis di buku-buku dalam periode dan tempat yang

berbeda di Amerika. Guru bisa mendapatkan buku-buku tersebut dari orang-orang yang senior,

pensiunan guru, atau perpustakaan umum sekolah. Buku tersebut khusunya menggambarkan

bagaimana suatu wilayah membentuk topik yang kontroversial. Kebijakan tentang pernyataan

sejarah dan penerbitannya tergantung pada masing-masing departemen pendidikan.

Buku-buku ini dapat dipesan secara langsung dari penerbitnya dengan harga normal.

Dan para autor telah menyediakan fotocopy buku-buku sejarah dengan topik kontroversial

seperti sejarah Gergia, Lousiana, Florida, Arkansas, Alabama, Texas, dan Missippi. Sebagiamana

yang telah digambarkan, sebagian besar dari kita memulikan pahlawan dan membiaskan

sejarah di Amerika Selatan saat ada topik seperti bahasani kelompok minoritas dan perang sipil.

Bagaimanapun juga, pendekatan terhadap berbagai issu secara signifiikan tidaklah berbeda

dari tipe-tipe buku sejarah di Amerika.

Pernyataan I

Semua peraturabn koloni telah mengatur perilaku perbudakan. Peraturan ini disebut kode

perbudakan. Tujuan dari kode-kode ini adalah mengontrol para budak agar menjaga dirinya dari

pemberontakan. Kode-kode dalam koloni pada umumnya lebih luas mencakup semua para

budak.

Dalam kode perbudakan, orang kulit hitam tidak boleh memilih barang-barang apapun atau

senjata. Mereka tidak boleh membentuk kelompok kecuali jika melibatkan orang kulit putih.

Mereka tidak boleh membeli atau menjual barang apapun atau meninggalkan perkebunana

tanpa izin dari pemimpinnya. Mereka tidak boleh melakuakan aktifitas di jalanan pada saat

malam dan pada jam-jam tertentu. Merekatidak boleh melakuakn perlawanan hukum terhadap

oarang kulit puitih, jika melakuakn hal tersebut maka hukumamanya bisa saja kematian. Para

budak tidak diizinkan menikah dan mencari pasangannya. Anak-anak dipisahkan saat dijual

kepad orang alain. Anak-anak yang lahir dari ibu kulir hitam dan ayah kulit putih, maka anak

tesebut tergolong sebagai budak.

Pernyataan II

Perlakuan terhadap Perbudakan . saat ada beberapa insiden termasuk penyiksan terhadap

budak, opini publik dan hukum pada umumnya menjamin aktivitas para budak. Pemilik

perkebunan biasanya mengamati dengan hati-hati perlakuan brutal para budak. Dan biasanya

juga, terjadi penyiksaan di perkebunan saat pemilik perkebunan tidak ada. Sebagian besar

orang sebenarnya bertindak mengasihi terhadap para budak.

Pengadilan yang memperlihatkan perhatiannya pda perbudakan terjadi pada tahun 1818.

Pengadialn ini membebaskan dua orang budak yang telah dijual oleh penduduk Indian. Juga

menjatuhakan hukuman pada orang kulit putih karena membunuh seorang budak pada tahun

1821.

Seorang pemilik perkebunan biasanya sangat tertarik pada para budaknya yang sangat teliti dan

rajin, ia memenuhi kebutahan spritual dan fisikal para budaknya. Para pemilik perkebunan

biasanya bertanggung jawab pada kebutuhan jiwa para budak. Terkadang ada “sekolah

minggu” atau “galeri perbudakan”. Pemil ikperkebuan biasanya menha menghadirkan istri para

pemilik perkebuanan, para budak Negro,dan pemimpin gereja.

Pertanyaan terhadap pernyataan I dan II

1. Apakah kedua pernytaan tersebut sama?

2. Apakah keduanya berbeda?

3. Mengapa kamu berfikir bahwa hal itu berbeda?

4. Menurut kamu, siapa yang telah menulis pernyataan pertama? Pernyataan kedua?

Mengapa?

5. Pernyataan mana yang menurut kamu paling akurat? Mengapa?

6. Penulis mana yang telah mendukunmg pernyataannya dengan fakta dan memberikan

contoh yang spesifik?

7. Baca pernyataan yang lain tentang perlakuan perbudakan, dan tulis sebuah paragraf

dengan bahasamu sendiri bagaimana para budak diperlakuakan. Bagaiman kesimpulanmu

membandingkan tulisan perntaan di atas?

Permainan Peran

Situasi panggung permainan peran di kelas (memakai beberapa siswa sebagai pemerannya).

Masing-masing siswa diminta menulis situasi yang terjadi. Pernyataan bisa ditulis oleh individu.

Ketika melaporkan hasil tulisan, siswa diminta untuk membandingkan persamaan dan

perbedaannya. Siswa harus menggunakan pernyataan mereka untuk menjawab pertanyaan

berikut:

1. Dapatkah pernyataan yang berbeda dituliskan pada peristiwa yang sama?

2. Apakah jawaban pada pertanyaan pertama memberitahukan pada kita tentang sebuah

tulisan sejarah?

3. Apakah dua orang yang menyaksikan sebuah kecelakaan mobil , dapat memberikan

pernyataan laporan yang identik sama terhadap peristiwa tersebut?

4. Apakah dua orang sejarawan yang membaca dokumen yang sama tentang peristiwa

sejarah tertentu apakah mereka akan memberkan pernyataan yang sama? Mengapa dan

mengapa tidak?

5. Apakah dua orang dalam sebuah observasi sebuah peristiwa sejarah, akan memberikan

pernyataan yang sama? Mengapa dan mengapa tidak?

6. Apa yang faktor yang menyebabakan para sejarawan menukis pernnytaan yang berbeda

dan sama tentang sebuah peristiwa?31

Generalisasi: para sejarawan menggunakan variasi sumber dan material untuk merekonstruksi

peristiwa masa lalu dan menemukan subtansinya pada masa lalau.

Tingkat dasar

1. Suruhlah masing-amsing anak untuk meceritakan tentang hari natal, hari-hari spesial, atau

ulang tahunnya. Anak-anak akan mengingat sesuatu tentang harin ituy, tapi mungkin juga

da jugayang lupa sebagia. Merekaakan menceritakan kepada temann-temannya,

memperlihatkan beberapa foto, dan mereka mencoba merekonstruksi pertiwa yang sudah

terjadi pada hari tersebut.

2. Memeperlihatkan kepad anak-anak peralatan yang digunakan oleh orang-orang Amerika

zaman dahulu, seperti jentera yang berputar, gerbong kereta api, lampu minyak, dll. Dan

suruhlah mereka untuk mengidentifikasi objek-objek tesebut dan bagaiman mereka

mengungkapkannya.

3. Suruhlah siswa untuk menceritakan sejarah singkat keluarga mereka dan ceritakan

peralatan apa saja yang mereka gunakan.

4. Untuk meningkatkan kemampuan tingkat dasr ini, meerka harus mendiskusikan sejarah

sekolah dan rumah mereka dan ceritakan peralatan mana saja dapat membantu meraka

beraktifitas.

Tingkat menengah dan atas

Siswa pada tingkat inimenggunakan laboratorium untuk penelitiannya. Pendekatan perama

yaitu membuat hipotesa terhadap penduduk komunitas mereka. Kemudian siswa dibadi

kedalam bebrapa kelompok untuk menguji asumsi mereka. Satu kelompok mengunjungi

museum untuk memperoh data, kelompok yang lain mewawncara editor surart kabar lokal,

atau bisa juga kepada kepala masyarakat di sebuah komunitas, mungkin disana kan ditemukan

peningalan-peninggalan sejarah di rumahnya. Kelompok ketiga mengunjungi masyarakat

sejarah atu masyarakat yang lainnya memiliki jabatan tertentu di negara.

Setelah semua data terkumpul dan telah diuji, maka siswa ahrus menentukan mana sumber

data yang paling kredibel. Penentuan keotentikan data sangat penting terlebih jika informasi

yang diabil drai suasana konflik. Ketika data dievaluasi, siswa bisa melakuakan penolakan

terhadap hipotesisi mereka. Kesimpulan diambil oleh para sisiwa dengan membandingkan

komunitas sejarah yang telah ditulis oleh sejarawan lokal. Jika terjadi keytidak sesuain diantara

pernyataaan, maka siswa harus mencoba menentukan apakah pernyataan penulis pernytaan

tersebut dapat dipercaya. Untuk membuktikannnya, bisa dilakuakan penelusuran

lartarbelakang penulis, atau jika memungkinkan bisa mewawancarai beberapa orang di

komunitasnya.

Beberapa topik komunitas bisa dibahas di kela. Topik tentang kerajaan misalnya, di

dalamnya membahas tentang komunitas masyarakat, perkotaan, bisnis, industri, perdagangan,

kominikasi, buruh, pendidikan, kerajinan dan seni, pemerintahan, dan rekreasi.32 siswa bisa

memformulasikan pertanyaan misalnya drai aspek komunitas: bisnis apa yang pertama kali

dilakuakn oleh komunitas kelompok tersebut? Apa pengaruh drai bisnis tersebut untuk

masyarakat? Kapan dan bagaimana mereka mengorganisr para buruh untuk melakuakn

perserikatan? Dll.

Generalisasi: karakter masyarakat dibentuk oleh perubahan

Tingkat dasar

1. Menunjukkan kepada siswa gamabar atau model kereta beroda empat, orang sedang naik

kuda, sampan orang Indian, atau kereta pada zaman dulu. Tanyakan kepada mereka pakah

barang-barang ini sam,a. Tunjukan pula gamabar alat transportasi moderen seperti mobil,

pesawat, kapal laut, perahu, dll. Tanyakan kepad mereka apakah semua gamabar semunya

ini sama. Mintalah siswa untuk menjawab pertanyaan berikut:

a. Bagaimaan bentuk kedua (bentuk turunan) dari gambar-gambar pertama?

b. Bagaimana gambar tersebut berbeda?

c. Mengapa berbeda?

d. Bagaimana, apakah bisa transportasi di masa yang akan datang berbeda dengan

transportasi sekarang?

2. Membaca sejarah tentang permulaaan Amerika. Tunjukkan gambar yang berhubungan

dengan hal tersebut. Kemudian tanyakannlah apakah ada perbedaan dan persamaannya,

dan mengapa.

3. Membaca bukutentang keluaraga artis pada masa kolonial. Suruhlah anak-anak

membandingkan cara keluarga mereka berekreasi dengan keluarga pada masa koonial.

Tanayakan apa perbedan dan persamaanya, dan mengapa.

4. Suruhlah anak-anak menggambar sosok seorang penolong yang membantu mereka atau

masyarakatnya, misalnya tukang pos, penjual susu, atau pemadam kebakaran. Dan

bandingkan peralatan yang digunakan oleh mereka dalam melayani jasa, apakah ada

persamaan dan perbedaannya dengan peralatan zaman dahulu, dan mengapa.

Tingkat menengah

1. Menyebutkan dan membandingkan perlatan yang digunakan oleh bengsa Indian sebelum

kedatangan bangsa kulit putih.

2. Suruhlah anak-anak memernkan dan mengambarakan eksplorasi sebuah pulau. Tanyakan

apakah cara yang digunakan sekarang dengan yang dulu ada persamaan dan

perbedaannya, dan mengapa.

Tingkat Atas

1. Mintalah siswa untuk menunjukkan peta dunia, bagaimana batasan-batasan nasional

mereka selama perubahan zaman dalam sejarah. Tanyakan kepada mereka mengapa

batsan tersebut bisa berubah, apakah mungkin bisa karena aspek politis, dll.

2. Suruhlah siswa untuk menonton sebuah film tentang kolonial. Lalu suruh mereka

menceritakan aspek sosial, ekonomi, transportasi, dll dalam film tesebut dibandingkan

dengan masa sekarang apakah ada persamaan dan perbedaannya, dan mengapa.

KESIMPULAN

Sejarah terdiri dari tiga komponen: (1). Masa lalu (2). Pernyataan tentang masa lalu, dan (3)

metode penelitiannya. Hal ini sangat penting untuk dipahami oleh para guru bagaiamana

perbedaan aspek sejarah, agar guru dapat merencanakan pemebelajaran sejarah yang efektif

dan membantu para siswa memandang masalah sejarah dari perspektif sejarah. Para sejarawan

tidak pernah mampu untuk merekonstruksi peristiwa sejarah secara total karena ketersediaan

data yang kurang. Lebih lanjut, mereka tidak bisa menggunkan semua data yang telah mereka

batasi. Untuk menuliskan sebuah pernyataan sejarah, mereka harus memilih data yang valid

dan terpercaya. Seleksi mereka ini dipengaruhi oleh bias personal, dan tujuan penulisan,

masayarakat, zaman dimana mereka hidup dan menulis. Karena sejarah rentan terhadap bias

personal, maka sangat penting bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan dalam

penelitian sejarah agar mereka menjadi konsumen sejarah yang cerdas.

Sejarah berbeda dari disiplin ilmu sosial dalam beberapa hal. Termasuk elemen diantara

sosial dan humaniora. Ketertarikan dan tendensi para sejarawan hanya menuliskan peristiwa

sejarah yang unik. Meskipun begitu, sejarah merupakan “ilmu alamiah (saintifik)” karena para

sejarawan juga menggunakan metode ilmiah untuk memodifikasi bentuk dan nillai deskripsi

objektif. Objetifitas sesuai dengan disiplin ilmu. Maka sejarah dianggap sebuah modifikasi ilmu

pengetahuan dalam buku ini.

Sejarah dibedakan dari ilmu sosial lainnya bukan karena kekhususan konsepnya tetapi oleh

konsentrasinya terhadap masa lalu dan model penelitiannya. Meskipun ilmu penegetahuan

dikarakterisisasikan oleh tendensi memandang perilaku manusia kerangka konsep yang khusus,

seperti sejarah pada prinsipnya memperhatiakan totalitas manusia masa lalu, maka hal ini

menjadi interdispliner. Paraktiknya, dalam kasus seperti ini, para sejarawan harus sering

menggunkaan konsep ilmu sosial. Para sejarawan modern, seringkali menggunakan konsep dari

disiplin ilmu yang lain untuk menjelaskan peristiwa asa lalu. Karena sejarawan mencoba

merekonstruksi masa lalu, mereka bereksperimen dalam meneliti masalah yang unik.

Sementara itu seumua disiplin ilmu sosial menggunakan komponen sejarah, sejarah hanya

sebagai disiplin yang berkonsentrasi pada masa lalu. Untuk membantu anak-anak melihat

masalah dari perspektif sejarah, para guru seharusnya mengajarkan konsep dan generalisasi

yang dihubungkan dengan kesimpulan (produk) sejarah, sebagimana menghubungkan sejarah

sebagai sebuah proses.

BAB 8

SOSIOLOGI: STRUKTUR, KONSEP, DAN STRATEGI

Lia Liana Iskandar

Yani Suryani

PERSPEKTIF SOSIOLOGIS

Kerangka kerja konseptual, perspektif dan pertanyaan konseptual yang dicari berbagai ilmuwan

sosial merupakan karakteristik mereka yang paling mencolok. Metoda-metoda yang digunakan

untuk mengumpulkan dan melaporkan data-data sangat mirip dalam masing-masing disiplin ini

(yang dibahas dalam Bab 2), meskipun beberapa teknik riset lebih sering digunakan dalam

disiplin tertentu ketimbang dalam disiplin yang lain. Masing-masing disiplin memiliki suatu

himpunan konsep, generalisasi, dan teori khusus, yang sering disebut sebagai struktur disiplin

tersebut. Struktur ini menentukan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan suatu disiplin,

data-data yang dikumpulkan dalam disiplin tersebut, serta interpretasi temuan-temuannya.

Konsep, generalisasi, dan teori-teori didalam sosiologi berkaitan terutama dengan sifat dasar

dan antarhubungan kelompok-kelompok manusia, seperti organisasi, pranata, komunitas, dan

masyarakat. Inkeles mendefinisikan sosiologi sebagai “kajian sistem-sistem tindakan sosial dan

hubungan antar mereka.”

Yang mendasar bagi sosiologi adalah sejumlah asumsi mengenai karakteristik-

karakteristik kelompok dan efek atau pengaruhnya terhadap perilaku individu. Para sosiologis

mengasumsikan bahwa para individu membutuhkan kelompok demi kelangsungan hidup

mereka, bahwa tingkah laku mereka sangat ditentukan oleh norma-norma dan sanksi

kelompok, dan bahwa kelompok tersebut membekali individu individu dengan pola tingkah

laku dan karakteristik-karakteristik yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan kultural dan lingkungan fisik mereka. Kelompok memiliki karakteristik dan identitas

yang independen. Kelompok lebih daripada sekedar agregat individu-individu. Kelompok

memiliki suatu kontinuitas yang melampaui hidup individu-individu. Walaupun pusat perhatian

para sosiolog menyangkut pengaruh kelompok terhadap tingkah laku individu, namun para

sosiolog juga tidak menyangkal bahwa faktor-faktor lain pun turut berpengaruh terhadap

tingkah laku individu. Faris menulis:

……tanpa menyangkal luasnya kebebasan pilihan individu, dan dengan demikian suatu fungsi

tanggung jawab individu, himpunan akumulatif pengetahuan sosiologis bermuara pada suatu

kekuatan yang besar dan kuat lewat mana sebuah masyarakat mengarahkan perilaku para

anggotanya….. Tingkah laku manusia tidak bisa dijelaskan seluruhnya dengan pengetahuan

tentang individu, seluas dan sedalam apapun pengetahuan tentang individu tersebut.

Contoh berikut ini menggambarkan bagaimana konsep-konsep sosiologis tentang

kelompok dan hubungan-hubungan antar konsep itu membantu para sosiolog merumuskan dan

memfokuskan pertanyaan-pertanyaan, melakukan penelitian dan menafsirkan temuan-temuan.

Jika seorang sosiolog sedang berusaha menentukan atau mengidentifikasi sebab-sebab dan

akibat perceraian dalam masyarakat Amerika modern, ia barangkali mengawalinya dengan

menanyakan (apa) peranan masing-masing pasangan yang mesti dijalankan dalam rumah

tangga, dan norma-norma serta nilai-nilai apakah yang berkaitan dengan peranan ini.

Barangkali peneliti ini pun barangkali ingin mengetahui sanksi yang digunakan untuk menjamin

supaya peranan ini dilaksanakan, dan kondisi-kondisi dimana sanksi ini dilanggar. Sosiolog akan

menyelidiki pengaruh industrialisasi dan urbanisasi terhadap peranan, norma-norma, nilai-nilai,

dan sanksi tradisional. Sang peneliti juga mungkin ingin mengetahui apakah angka perceraian

berbeda dalam tipe komunitas yang berbeda dan dalam kelas sosial yang berbeda. Barangkali,

sang peneliti juga ingin mengetahui tentang bagaimana masing-masing anggota pasangan

disosialisasikan untuk peranan mereka dalam ikatan perkawinan, dan pengaruh perceraian

terhadap status individu dalam masyarakat, demikian pula efek perceraian terhadap pranata-

pranata yang lain. Kata-kata yang dicetak dengan huruf miring di atas merupakan konsep-

konsep yang akan dipakai para sosiolog guna memudahkan mereka dalam menentukan hal-hal

yang akan mereka kaji tentang perceraian dan, sampai batas tertentu, bagaimana cara

mengkajinya.

Masing-masing psikolog, antropolog, dan ekonom akan menggunakan konsep-konsep

yang berlainan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berlainan mengenai perceraian.

Seorang psikolog mungkin tertarik untuk meneliti besarnya ketegangan dan agresi dalam ikatan

perkawinan yang berakhir dengan perceraian. Seorang antropolog akan memperbandingkan

kosnekuensi-konsekuensi perceraian dalam berbagai budaya yang ada di seluruh dunia.

Seorang ekonom mungkin akan menyelidiki pengaruh angka perceraian terhadap kekayaan dan

kemakmuran dalam suatu masyarakat.

Obyektivitas dalam Sosiologi

Hampir semua sosiolog mengakui obyektivitas ilmiah sebagai sesuatu yang ideal, namun juga

menyadari betapa sulitnya mencapai obyektivitas yang utuh dalam suatu disiplin sosial. Akan

tetapi, para sosiolog juga tidak merasa bahwa bias penelitian mencegah sosiologi untuk

menjadi suatu ilmu. Faris menulis, “…fakta bahwa semua manusia memiliki nilai-nilai tidak

berarti bahwa prasangka terkandung dalam setiap isu yang mungkin, dan hal itu juga tidak

mesti memustahilkan suatu cabang ilmu yang bebas dari nilai. Hampir semua sosiolog kurang

optimistis ketimbang Faris mengenai suatu masyarakat yang bebas nilai, namun mengakui

bahwa para sosiolog harus sadar akan bias tersebut dan harus berusaha meminimalkan efeknya

terhadap penelitian mereka. Fichter menulis:

Para sosiolog, sebagai ilmuwan, berusaha dengan jujur menghindari pertimbangan-

pertimbangan moral mengenai budaya dan masyarakat yang diselidikinya….. Barangkali tidak

ada sosiolog yang bisa memurnikan secara total kuliah-kuliah dan tulisan-tulisannya sehingga

bebar murni dari nilai-nilai yang dia anut secara pribadi……. bahkan ilmuwan sekuler – setiap

sosiolog mestinya sekuler – tidak sanggup memisahkan dirinya sendiri secara utuh dari budaya

dimana dia berada. Nilai-nilai pribadinya sendiri, entah dengan cara apapun, merefleksikan

nilai-nilai sosial budaya yang didalamnya dia bersosialisasi.

Oleh karena merupakan pembelajar perseptif sosialisasi, para sosiolog benar-benar

menyadari bagaimana nilai-nilai dan norma-norma masyarakat membentuk pandangan

seseorang tentang dunia. Akan tetapi, penerimaan atas fakta ini tidak membuat mereka

berhenti berusaha menjadikan sosiologi yang seobyektif mungkin.

Sosiologi: Sebuah Prinsip yang Menggeneralisir

Bersama para ilmuwan behavioral lainnya, para sosiolog mengasumsikan bahwa tingkah laku

manusia terpolakan dan sistematis, dan tujuan utamanya adalah menemukan proposisi-

proposisi yang mirip hukum yang dapat berkontribusi bagi perumusan teori-teori yang dapat

dipakai untuk menerangkan, memprediksi, dan mengontrol tingkah laku manusia. Tidak seperti

para sejarawan, para sosiolog tidak mesti meneliti suatu kasus, peristiwa atau fenomena

tunggal. Jika seorang sejarawan menulis biografi seseorang yang merupakan pemimpin

terkemuka, maka seorang sosiolog justru akan mempelajari sejumlah pemimpin guna

merumuskan generalisasi (kesimpulan umum) mengenai kepemimpinan atau kemampuan

memimpin.

Dengan perkataan lain, seorang sosiolog lebih terpusat perhatiannya untuk mengkaji

golongan atau kelas fenomena dan karakteristik umum fenomena-fenomena yang sekelas atau

segolongan tersebut. Seorang sosiolog bisa saja meneliti suatu keluarga terkemuka seperti

keluarga Kennedy, namun ia juga harus meneliti keluarga-keluarga kelas atas lain, seperti

keluarga Rockefeller, supaya dia bisa mmebuat beberapa pernyataan yang digeneralisir

(generalized statements) mengenai keluarga-keluarga kelas atas Amerika yang terkemuka.

Sosiologi adalah suatu prinsip yang menggeneralisir. Walaupun para sosiolog sering

menggunakan metoda studi kasus untuk mengkaji suatu kota, tokoh, atau peristiwa, namun

mereka biasanya berusaha menurunkan hipotesis (dari kajian-kajian tersebut) yang dapat diuji

para peneliti lain dengan menggunakan populasi yang lebih besar.

Teori Sosiologis

Dalam hampir semua cabang ilmu yang lebih tua, seperti ilmu kimia dan fisika, hampir semua

pengetahuan dalam cabang ilmu itu diterangkan dengan sejumlah kecil teori agung (grand

theory) yang saling berkaitan erat dan saling melengkapi yang diakui semua spesialis dalam

cabang ilmu tersebut. Teori agung ini merupakan teori yang amat abstrak dan amat inklusif

yang menerangkan hampir semua fakta dalam suatu cabang ilmu dan menempatkan hampir

semua hukum dan prinsip-prinsip umumnya dalam suatu sistem yang koheren. Karena

beberapa sebab, tidak ada teori agung demikian dalam sosiologi. Ketika cabang ilmu sosiologi

muncul, pencarian akan suatu penjelasan tunggal tentang tingkah laku manusia dan unsur-

unsur non-empiris mendominasi cabang ilmu ini. Para sosiolog terdahulu, seperti Auguste

Comte dan para pengikutnya, merupakan sosiolog “armchair” (yang duduk di meja) dan tidak

melakukan penelitian empiris.

Dalam sejarah perjalanan sosiologi yang masih pendek, para teoretikus agung jarang

menjadi peneliti empiris. Meskipun pembagian kerja seperti ini masih ada hingga tingkatan

yang mengecewakan dalam sosiologi, namun makin banyak sosiolog yang menyadari bahwa

kecuali karya pemikiran para teoretikus dan empirisist dikoordinasikan – artinya, kecuali teoris

menjadi empirisis dan empirisis menjadi teoris – sosiologi tidak akan pernah mengembangkan

kekuatan teoritis yang sebenarnya mampu dikembangkannya. Para sosiolog semacam George

C. Homans, Paul F. Lazarsfled, dan Robert K. Merton adalah empirisist sekaligus teoris. Akan

tetapi, mereka adalah teoris parsial dan bukan teoris agung. Dewasa ini semakin banyak teoris

sosiologis melakukan penelitian empiris. Barangkali para sosiolog kelak akan mampu

merumuskan teori empiris agung.

Para sosiolog sering melakukan riset yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial

seperti kenakalan remaja dan perceraian namun tidak memiliki landasan teoritis. Praktik ini,

yang makin jarang dilakukan para sosiolog, juga telah menghambat pengembangan teori

sosiologis. Walaupun para sosiolog menemui banyak kesulitan dalam merumuskan atau

mengembangkan teori, dan belum ada teori agung dalam disiplin ini yang diterima semua

sosiolog, namun pencarian akan suatu penjelasan tunggal dan penekanan non-empiris dalam

sosiologi sudah dianggap usang. Para sosiolog modern kini menggunakan metoda-metoda yang

sangat ketat dalam menghimpun data, misalnya model matematis dan teknik-teknik statistik

yang rumit. Kemajuan metodologis dalam sosiologi modern telah jauh melampaui

perkembangan teori. Akan tetapi, para sosiolog telah berhasil merumuskan sejumlah teori

parsial. Barangkali teori sosiologis pertama yang telah diuji secara empiris adalah teori bunuh

diri yang dikembangkan Emile Durkheim dan disajikan dalam bukunya Suicide, yang terbit tahun

1897. Banyak sosiolog modern juga telah mengembangkan teori-teori parsial yang menyangkut

kosnep-konsep seperti diskriminasi dan prasangka rasial, perilaku massa, dan urbanisasi.

Sosiologi terdiri atas sejumlah teori-teori semacam itu yang dapat menjadi sumber berbagai

konsep dan generalisasi. Konsep-konsep dan generalisasi ini dapat digabung secara efektif

kedalam suatu program kajian sosial yang bagus untuk para siswa sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama.

Teori Gordon tentang asimilasi kultural dan struktural adalah salah satu contoh teori

parsial dalam sosiologi. Teori ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Menyangkut tingkah laku kultural, perbedaan status (kelas) sosial lebih penting dan lebih

menentukan ketimbang perbedaan kelompok etnis.

2. Menyangkut partisipasi sosial dalam kelompok-kelompok primer dan hubungan-hubungan

primer, manusia cenderung membatasi partisipasi ini didalam segmen kelas sosialnya

sendiri didalam kelompok etnisnya, yakni ethclass.

3. Dengan seseorang yang berasal dari kelas sosial yang sama namun dari golongan etnis yang

berbeda, manusia memiliki kesamaan-kesamaan tingkah laku namun tidak memiliki rasa

kebersaudaraan (sense of peoplehood).

4. Dengan mereka yang berasal dari golongan etnis yang sama namun dari kelas sosial yang

berbeda, manusia memiliki suatu rasa kebersaudaraan namun tidak memperlihatkan

kesamaan-kesamaan tingkah laku.

Definisi Konsep dalam Sosiologi

Walaupun para sosiolog telah berhasil mengidentifikasi sejumlah konsep sosiologis kunci dan

dalam mencapai konsensus mengenai pentingnya konsep-konsep tersebut, namun konsep-

konsep tersebut sering didefinisikan dengan cara yang berlainan oleh para peneliti yang

berbeda. Hampir semua sosiolog terkemuka sangat prihatin oleh masalah definisi dalam disiplin

ini. Herbert Blumer, seorang sosiolog terkemuka, menegaskan bahwa konsep-konsep kunci

dalam sosiologi adalah “samar-samar, ambigu, dan tak tentu” dan bahwa upaya-upaya untuk

lebih menyeragamkan konsep-konsep itu tidah berbuah. Zetterberg menulis dengan tepat

mengenai masalah ini:

Para sosiolog telah menghabiskan banyak upaya untuk mengembangkan definisi-definisi teknis,

namun hingga kini mereka belum mencapai konsensus mengenai definisi tersebut sehingga

upaya mereka sia-sia. Dewasa ini ada begitu banyak definisi yang saling berlawanan tentang

konsep-konsep kunci seperti “status” dan “peran sosial” sehingga istilah-istilah ini tidak lebih

berguna ketimbang istilah-istilah padanannya dalam percakapan sehari-hari.

Chinoy mengaitkan ketidaksepakatan konseptual dalam sosiologi dengan pestnya

perkembangan dan relatif masih barunya bidang disiplin ini. Sosiologi tidak tumbuh dan

berkembang sebagai suatu disiplin yang terpisah hingga abad ke-19. seirng dengan makin

dewasanya dan makin ilmiahnya sosiologi, kita dapat berharap bahwa konsensus yang lebih

konseptual akan tercapai kelak.

Konsep-konsep sosiologis seperti peranan, ajaran moral, adat-istiadat, komunitas, nilai,

dan masyarakat jarang didefinisikan dengan cara-cara yang identik. Hal ini menimbulkan

masalah riset. Dua sosiolog yang sedang mengkaji ekspektasi peranan isteri di kalangan

masyarakat kelas bawah Amerika bisa jadi membuat kesimpulan-kesimpulan yang berbeda jika

masing-masing peneliti ini mempunyai definisi yang berlainan tentang peranan dan kelas

bawah. Masalah lain timbul ketika teoris agung, yang bukan seorang periset, mendefinisikan

istilah-istilah dengan cara yang berbeda dari para sosiolog yang melakukan riset. Walaupun

konsep-konsep diatas jarang didefinisikan dengan cara yang identik oleh para sosiolog, namun

istilah-istilah itu juga jarang diberi makna atau pengertian yang sama sekali berbeda. Terdapat

“bayang-bayang” kesamaan dalam definisi konsep-konsep sosiologis kunci. Kenyataan bahwa

terdapat kesesuaian dalam batas tertentu mengenai makna konsep-konsep pokok dalam

sosiologi menunjukkan bahwa perspektif sosiologis dapat memberi kontribusi yang substansial

bagi upaya membantu para siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dalam

memecahkan masalah-masalah sosial dan membuat keputusan tentang isu-isu sosial yang

penting.

KONSEP-KONSEP SOSIOLOGIS

Konsep, generalisasi, dan teori-teori disiplin ini disebut “struktur” selama berlangsungnya

revolusi kajian sosial pada tahun 1960-an. Ketika para pendidik menerima pertama kali konsep

struktur ini, mereka merasa bahwa banyak masalah pedagogis mereka telah dieliminir karena

kini mereka mempunyai suatu alternatif bagi pengajaran suatu himpunan fakta-fakta yang tidak

saling terkait dan mudah terlupakan. Barangkali Jerome S. Bruner merupakan tokoh yang paling

berpengaruh dalam revolusi strukturalis. Mark K. Krug menyebut dirinya sendiri sebagai

pengeritik paling keras terhadap Bruner. Revolusi ini kelihatannya memang berlangsung, dan

riset mendukung ide bahwa anak-anak lebih berhasil dalam pelajaran mereka ketika mereka

menguasai pengetahuan yang lebih tinggi, seperti konsep-konsep dan generalisasi. Penguasaan

bahan pelajaran, transfer pelajaran, dan ingatan (memory) dipermudah. Pemahaman

(comprehension) juga meningkat karena konsep-konsep memampukan para siswa dalam

menggolongkan dan memberi arti terhadap sesuatu yang tadinya merupakan himpunan fakta-

fakta yang tak bermakna.

Namun, gerakan strukturalis menghadapi sejumlah kesulitan yang tidak diduga

sebelumnya atau tidak diparesiasi selama tahun-tahuan awal pergerakan ini. Ketika para

pendidik memohon bantuan para spesialis ilmu sosial untuk mengidentifikasi konsep-konsep

dan generalisasi kunci dalam disiplin mereka, mereka jadi heran karena menemukan bahwa

para spesialis yang puas tidak bisa bersepakat tentang hal-hal yang menjadi ide-ide kunci dalam

bidang disiplin mereka masing-masing. Mereka juga menemukan bahwa para ‘disipliner’ ini

sering berbeda pendapat mengenai definisi konsep-konsep yang mereka semua anggap sangat

penting bagi disiplin ilmu mereka. Sama seperti semua ilmuwan sosial lainnya, para sosiolog

juga berbeda pendapat mengenai konsep-konsep kunci dalam sosiologi dan mengenai definisi

konsep-konsep tersebut. Akan tetapi, konsep-konsep sosiologis yang dijadikan dibawah ini

kelihatannya merupakan konsep-konsep yang oleh hampir semua sosiolog diakui sebagai

konsep kunci dalam sosiologi. Tidak begitu banyak dan tidak begitu luas perbedaan pendapat

mengenai definisi konsep-konsep ini, namun tetap dilakukan upaya agar definisi itu diterima

oleh sebanyak mungkin sosiolog.

Sosialisasi

Para sosiolog berasumsi bahwa manusia tidak dilahirkan menjadi manusiawi melainkan menjadi

manusiawi lantaran berinteraksi dengan orang-orang yang ada di lingkungannya. Sosialisasi

merupakan proses yang membuat manusia menjadi manusiawi. Konsep ini berasumsi bahwa

ketika baru lahir, manusia bersifat plastis, dan manusia bisa saja berkembang menjadi banyak

hal, termasuk menjadi seperti binatang. Pergaulan atau asosiasi dengan manusia lain

membekali anak-anak dengan pola-pola tingkah laku dan ketrampilan komunikasi yang

dibutuhkan untuk melangsungkan dan melanjutkan kehidupannya dalam komunitas dan

masyarakat mereka. Ini merupakan konsep yang teramat penting dikuasai para siswa sekolah

dasar dan sekolah menengah pertama karena konsep ini membantu mereka menyadari betapa

tingkah laku mereka ditentukan dan dibentuk oleh orang-orang yang ada di sekeliling mereka.

Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana orang dipengaruhi orang lain, namun kita sering sulit

mengerti mengapa kita menjadi Demokrat, Republikein, agresif, atau berpuas diri. Sudah tentu,

para sosiolog tidak menyalahkan kelompok-kelompok yang ada di sekeliling kita atas semua

kesalahan kita atau menganggap jasa kelompok-kelompok itu atas semua kebaikan yang kita

buat, namun mereka hanya berkonsentrasi pada pengkajian pengaruh kelompok terhadap

tingkah laku.

Peranan

Peranan adalah himpunan tingkah laku yang secara teratur diharapkan dari individu-individu.

Setiap hari, hampir semua orang harus menjalankan berbagai peranan. Peranan ini sering

berbenturan dengan peranan lain. Para guru sekolah dasar diharapkan siap mengajarkan kajian-

kajian sosial pada hari-hari sekolah; sekalipun demikian seorang guru juga harus menjalankan

perannya atau tanggung jawabnya dalam keluarga pada sore harinya, seperti membersihkan

pekarangan, memasak, atau menghibur, yang membuatnya tidak bisa membuat persiapan yang

baik untuk aktivitas mengajar pada keesokan harinya. Suatu pemahaman tentang peran yang

harus dijalankan orang akan membantu para siswa lebih memahami keanekaragaman peran

dan kewajiban sosial mereka.

Kepada para siswa juga harus diajarkan bahwa banyak peran tradisional kita kini sedang

berubah. Bangkitnya gerakan pembebasan di kalangan feminis dan kelompok-kelompok

pemrotes lain telah menentang berbagai peran tradisional akhir-akhir ini, dan dalam berbagai

bidang kehidupan kita perbedaan tradisional yang tajam antara kaum pria dan kaum wanita

makin kabur. Sejumlah pengamat sosial mengemukakan bahwa kita sedang berubah menjadi

sebuah masyarakat uniseks. Meskipun hal ini mungkin terasa dilebih-lebihkan, namun yang

pasti peran tradisional yang dibedakan menurut jenis kelamin kini menghadapi tantangan

serius. Banyak wanita kini menjalankan peran atau fungsi yang secara tradisional dipandang

sebagai “pekerjaan pria”. Demikian pula, makin banyak pria melakukan pekerjaan-pekerjaan

rumah tangga dan makin berperan dalam mengasuh anak-anak kecil, peran atau tugas yang

secara tradisional dianggap sebagai pekerjaan wanita.

Norma-Norma

Norma adalah standar atau kaidah yang menjadi pedoman tingkah laku. Norma-norma

memberitahu kita kalau tingkah laku kita benar atau salah, senonoh atau tidak senonoh. Dalam

masyarakat kita, orang diharapkan mengenakan busana yang berbeda untuk acara-acara yang

berbeda dan dalam tatanan sosial yang berbeda. Anak-anak bisanya diharapkan bertindak dan

berbicara dengan “hormat” di hadapan orang-orang dewasa. Orang-orang dewasa juga

diharapkan bertindak dan berbicara dengan cara tertentu di hadapan anak-anak. Norma-norma

berbeda bukan hanya dalam masa dan budaya yang berlainan, melainkan juga antara kelas-

kelas sosial yang berbeda dan kelompok-kelompok subkultural yang berbeda dalam masyarakat

dan budaya yang sama. Umumnya, pria dari kalangan menengah dituntut melakukan lebih

banyak pekerjaan dalam rumah tangga ketimbang pria dari kalangan yang lebih rendah, dan

lebih dituntut membuat keputusan bersama isteri dan para anggota keluarga lainnya. Paham

pengambilan keputusan bersama keluarga dalam keluarga-keluarga kelas bawah tidak

dipraktikkan secara intens seperti dalam keluarga-keluarga kelas menengah di Amerika.

Dewasa ini, banyak norma tradisional kita sedang mengalami perubahan besar-besaran.

Kini, tidaklah aneh bahwa para muda-mudi dari kalangan menengah hidup bersama tanpa

menikah secara sah , dan bahwa para homoseks tampil di depan umum dan mengakui bahwa

mereka adalah homoseks. Walaupun kita tidak bisa mengatakan bahwa perilaku semacam ini

sudah normatif dalam masyarakat Amerika kontemporer, namun bentuk-bentuk perilaku

demikian mengindikasikan bahwa norma-norma dan nilai-nilai sosial kita kini sedang

mengalami perubahan yang substansial.

Sanksi

Sanksi adalah ganjaran dan hukuman yan diterapkan kelompok untuk mematikan bahwa

norma-norma dipatuhi dan bahwa tuntutan (harapan) peran/tugas dipenuhi. Kelompok atau

golongan memakai berbagai jenis tekanan dan kontrol untuk menjamin dipatuhinya norma-

norma. Gosip, rasa malu, dan harga diri sering dipakai sebagai sanksi. Pasangan suami isteri

yang selalu bertengkar karena perselingkuhan akan menjadi korban gosip, karena dalam

masyarakat kita orang-orang yang sudah menikah biasanya dituntut untuk setia pada

pasangannya. Para siswa yang menyontek pada saat ulangan akan merasa malu ketika guru

memergoki mereka. Pasangan yang di depan umum tampak menghargai keluarga mereka dan

para siswa yang mendapat skor tinggi biasanya dipuji karena tingkah laku demikian sahih dan

konsisten dengan norma-norma yang berlaku. Kita semua terkadang melanggar norma-norma,

namun lebih sering kita mematuhinya karena selama proses sosialisasi kita menyerap hampir

semua norma dan nilai-nilai budaya kita. Anak-anak takkan kesulitan menyebut dan membahas

sanksi-sanksi yang menuntun kehidupan mereka sehari-hari.

Nilai-Nilai

Nilai-nilai adalah aspek suatu budaya yang diberi imbalan atau manfaat yang tinggi oleh

kelompok atau golongan yang ada dalam budaya tersebut norma dan sanksi dalam sebuah

masyarakat merupakan ekspresi nilai-nilai masyarakat tersebut. Pria dari kalangan menengah

biasanya berdiri dari tempat duduknya ketika seorang wanita memasuki ruangan karena

kesopanan terhadap wanita dihargai dalam kalangan menengah masyarakat Amerika. Nyawa

dan kehidupan manusia sangat dihargai dalam hampir semua masyarakat Barat. Dengan

demikian, sanksi atau hukuman atas pencabutan nyawa seseorang berat. Sanksi yang berat

dikaitkan dengan akhlak atau moral. Setiap masyarakat hanya memiliki sejumlah ajaran moral

atau pandangan moral fundamental yang diterima tanpa pertanyaan. Ajaran moral ini dianggap

esensil bagi kelangsungan hidup golongan atau kelompok yang bersangkutan. Beberapa tingkah

laku atau perbuatan lebih dihargai ketimbang perbuatan atau tingkah laku yang lain; jadi kita

dapat mengkonseptualisasikan suatu hirarki nilai-nilai sebuah masyarakat. Dalam masyarakat

kita, nyawa manusia jauh lebih dihargai ketimbang kesopanan terhadap kaum wanita. Di

sejumlah masyarakat non-Barat, pemujaan dewa-dewa jauh lebih dihargai ketimbang nyawa

manusia. Di kalangan etnis Indian Aztec, pemuda tampan dikorbankan bagi para dewa, dan

adalah terhormat bagi seseorang jika dipilih menjadi korban. Para sosiolog tertarik meneliti

mengapa nilai-nilai berbeda untuk kultur dan subkultur yang berlainan, dan juga tertarik

meneliti bagaimana nilai-nilai terbentuk dan ditanamkan selama masa sosialisasi. Akan tetapi,

para sosiolog biasanya tidak tertarik mengambil sikap nilai pribadinya tentang isu-isu sosial.

Pekerjaan mereka adalah membuat penjelasan, analisis, dan perbandingan. Suatu diskusi

tentang pengajaran analisis nilai dan pengambilan sikap nilai tentang isu-isu sosial disajikan

pada Bab 13.

Status atau Kedudukan-Status

Prestise, penghargaan (reward), dan kekuasaan dalam masyarakat tidak terdistribusikan secara

merata. Beberapa individu lebih berkuasa dan lebih berpengaruh ketimbang individu yang lain.

Status atau kedudukan-status seseorang menggambarkan seberapa penting dia dianggap oleh

golongan-golongan yang ada dalam masyarakatnya. Presiden Amerika Serikat dianggap jauh

lebih penting daripada senator Amerika Serikat; para guru sekolah cenderung dianggap lebih

terhormat dalam hampir semua masyarakat ketimbang buruh pabrik, bahkan walaupun

pendapatan buruh pabrik itu lebih tinggi ketimbang gaji guru. Individu-individu yang berstatus

tinggi biasanya memikul tanggung jawab atau kewajiban sosial yang konsisten dengan status

mereka.

Para sosiolog biasanya membicarakan adanya dua jenis status, yakni status yang diraih

dan status yang diberi. Status sebagai senator adalah diraih karena dia memenangkan

pemungutan suara; status Ratu Elizabeth diberi karena dia lahir dari keluarga kerajaan. Anak-

anak senang dan gemar mempelajari mengapa sejumlah orang dipandang lebih penting

ketimbang orang lain. Anak-anak ini sering menemukan bahwa status seseorang tidak harus

konsisten dengan kontribusi orang tersebut terhadap masyarakat.

Pranata

Suatu himpunan peran terkait yang diorganisir guna mencapai suatu tujuan membentuk suatu

pranata. Sekolah adalah suatu pranata yang diorganisir untuk mencapai suatu tujuan –

pendidikan anak-anak. Pranata terdiri atas berbagai peran, yang masing-masing mempunyai

fungsi dan ekspektasi tersendiri. Peran mencakup mereka yang jadi penilik sekolah, kepala

sekolah, dan murid. Semua masyarakat terdiri atas pranata-pranata ekonomi, kependidikan,

dan politik. Himpunan pranata-pranata membentuk sistem sosial.

Komunitas

Sebuah komunitas terbentuk ketika sekelompok manusia sering berinteraksi, tinggal dalam

lingkungan geografis yang berdekatan, dan memiliki rasa kebersamaan. “Esensi komunitas

adalah rasa ikatan kebersamaan, kesamaan identitas, keanggotaan dalam kepemilikan bersama

atas hal-hal yang bersifat fisik atau spiritual, harga diri bersama, yang dibarengi dengan

kesadaran hak-hak dan kewajiban yang mengacu terhadap satu sama yang lain” Lingkungan

pertetanggaan adalah contoh suatu komunitas kecil.

Masyarakat

Unit paling besar yang diteliti para sosiolog adalah masyarakat. Masyarakat lebih inklusif

ketimbang pranata atau komunitas. Masyarakat adalah suatu unit swa-sembada dan mampu

mempertahankan eksistensinya yang mandiri. Suku-suku non-Barat yang mandiri (berswa-

sembada) tepat digolongkan sebagai masyarakat. Suku-suku ini memproduksi semua makanan

dan pakaian yang mereka butuhkan, memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan pertahanan dan

pembelaan dirinya, dan barangkali bisa tetap eksis kalaupun masyarakat-masyarakat yang lain

musnah. Inkeles menulis:

Suatu……..cara…untuk menentukan apakah suatu kelompok memenuhi kualifikasi sebagai suatu

masyarakat adalah dengan membayangkan semua masyarakat lain di dunia ini kecuali

kelompok ini tiba-tiba menghilang. Jika ada peluang yang cukup bahwa kelompok yang tersisa

ini akan terus mampu mempertahankan bentuknya yang sekarang dalam generasi-generasi

mendatang, maka kelompok itu memenuhi kualifikasi sebagai sebuah masyarakat.

Interdependensi

Dalam semua masyarakat manusia hidup dalam kelompok-kelompok atau golongan, dan

manusia saling membantu dalam mendapatkan barang dan jasa maupun barang-barang yang

tak berwujud, yang dibtuhkan agar dapat berfungsi dalam masyarakat. Dalam kelompok-

kelompok primer seperti keluarga, baik suami maupun isteri berbagi peran dan tugas seperti

dalam mengasuh anak-anak dan bekerja di luar rumah atau salah satu anggota pasangan

memikul tanggung jawab utama untuk peran-peran (tugas-tugas) tertentu yang harus

dilaksanakan. Dalam berbagai keluarga Amerika, kedua orang tua bekerja di luar rumah dan

sama-sama berbagi tugas-tugas dalam rumah; yang satu mengasuk anak-anak dan yang satu

lagi melaksanakan pekerjaan rumah tangga setiap hari. Dalam banyak keluarga masyarakat

perkotaan, anak-anak juga melaksanakan peran yang ditetapkan bagi mereka, walaupun bukan

peran yang esensil.

Hampir semua komunitas dan lingkungan pertetanggaan bergantung pada unit-unit lain

dalam masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa yang mereka butuhkan. Masyarakat juga

saling membantu dengan masyarakat yang lain. Para siswa harus mengetahui bahwa didalam

dunia yang makin kecil ini, orang saling menolong guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan

mereka. Konsep ini teramat penting bagi para sosiolog maupun ekonom.

GENERALISASI SOSIOLOGIS

Kami telah menunjukkan sebelumnya bahwa sosiologi dicirikan oleh kurangnya teori-teori

empiris, dan kami telah mengemukakan beberapa alasan yang mungkin bagi status teori

sosiologis yang ada sekarang. Teori terdiri atas pernyataan-pernyataan empiris yang disebut

generalisasi atau proposisi. Kadang-kadang generalisasi disebut sebagai prinsip atau hukum,

namun istilah-istilah ini biasanya dikhususkan bagi generalisasi yang kemungkinan

aplikabilitasnya paling luas. Oleh karena hampir setiap pernyataan yang digeneralisir dalam

sosiologi dibatasi dalam bentuk tertentu, maka proposisi empiris dalam sosiologi jarang disebut

sebagai hukum. Generalisasi sosiologis sering gugur dalam situasi dan kondisi tertentu, atau

tidak mendapat dukungan empiris yang memadai. Akan tetapi, setidak-tidaknya terdapat

beberapa hukum sosiologi, namun masih sedikit konsensus tentang berapa jumlah hukum

tersebut karena para sosiolog belum sependapat tentang apa syarat sesuatu dikategorikan

sebagai hukum.

Kebanyakan sosiolog beranggapan bahwa tingkah laku terpolakan (patterned), dan

bahwa hukum serta proposisi sosial dapat dirumuskan dan didukung dengan bukti-bukti

empiris. Para sosiolog – jumlahnya sedikit - yang menolak asumsi-asumsi ini kurang mendapat

tanggapan. Para sosiolog tampaknya cukup berhasil merumuskan proposisi dengan derajat

aplikabilitas dan dukungan bukti empiris yang bervariasi. Ketika sedang meneliti penyebab

kerusuhan yang terjadi di Chicago pada tahun tertentu, seorang peneliti bisa jadi

menyimpulkan bahwa “perumahan yang kualitasnya dibawah standar, pengangguran, dan

keterkucilan politis merupakan penyebab utama kerusuhan tersebut”. Walaupun temuan ini

dapat digeneralisir untuk kota Chicago, namun temuan ini tidak boleh digunakan (selain sebagai

suatu hipotesis) untuk menjelaskan kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di kota-kota lain sebelum

temuan tersebut diuji dalam berbagai lokasi dan tatanan. Jadi, temuan tersebut merupakan

generalisasi tingkat rendah.

Sosiologi terdiri atas berbagai temuan yang bukan bagian dari suatu teori, namun

dipakai untuk menyusun suatu hipotesis guna menjelaskan fenomena sosial yang ada dalam

situasi-situasi yang berbeda. Walaupun bukan bagian dari suatu teori, banyak proposisi

sosiologis dapat digeneralisir secara luas dan telah memiliki banyak dukungan empiris. Jadi,

status generalisasi dalam sosiologi jauh lebih bagus ketimbang status teori. Riset “masalah-

masalah sosial” lebih berhasil membuat proposisi-proposisi ketimbang menghubungkan

proposisi tersebut dengan teori. Generalisasi berikut ini (dan konsep-konsep terkait) dapat dan

telah digunakan untuk menuntun kajian-kajian sosiologis yang dilakukan para murid sekolah

dasar dan sekolah menengah pertama. (Kata-kata dan frasa dalam huruf besar adalah konsep;

pernyataan-pernyataan yang dimuat dibawahnya adalah generalisasi yang relevan). Perlu

ditegaskan kembali bahwa pengalaman belajar yang direncanakan bagi anak-anak jauh lebih

penting ketimbang suatu daftar generalisasi. Generalisasi harus digunakan untuk menuntun

program pengajaran; tetapi bukan menjadi program pengajaran itu sendiri.

SOSIALISASI

Semua perilaku khas manusia dipelajari dari manusia lain lewat interaksi kelompok.

KELOMPOK

Manusia hidup dalam kelompok sosial yang beranggotakan dua individu atau lebih.

Kelompok melakukan kontrol sosial atas anggota-anggota perorangannya lewat penerapan

sanksi (imbalan dan ganjaran).

Kelompok menegakkan norma-normanya lewat penerapan sanksi.

ORGANISASI SOSIAL

Semua masyarakat mengembangkan pranata-pranata sosial yang bisa didefinisikan sebagai

himpunan kompleks kebiasaan, ajaran moral, dan hukum yang diintegrasikan untuk fungsi-

fungsi (atau kebutuhan) utama masyarakat.

Masyarakat mengembangkan pranata-pranata spesifik guna menjalankan fungsi-fungsi dasar

mereka.

Pranata dicirikan oleh pembagian kerja dan spesialisasi.

Setiap orang dituntut menjalankan peran dalam masing-masing pranata masyarakatnya

Setiap masyarakat terdiri atas unit-unit sosial yang lebih kecil seperti golongan sosial,

kelompok-kelompok ras dan etnis, komunitas, klub, asosiasi, dan lingkungan pertetanggaan.

Masing-masing unit ini berpartisipasi dengan cara yang berbeda-beda dalam kultur secara

keseluruhan.

PERUBAHAN SOSIAL

Semua masyarakat sedang mengalami perubahan yang terus-menerus.

Tidak ada masyarakat yang benar-benar harmonis: bentuk-bentuk disorganisasi sosial tertentu

selalu hadir dalam semua masyarakat.

KONFLIK

Didalam semua masyarakat timbul konflik antara perseorangan dan kelompok. Konflik yang

terkendali kadang-kadang membawa perubahan sosial yang mempermudah pencapaian tujuan

yang ingin dicapai.

STRATIFIKASI

Semua anggota sebuah masyarakat disusun peringkatnya berdasarkan tingkat prestise dan

kekuasaan yang dinamakan kelas sosial.

EKOLOGI MANUSIA

Hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku manusia dipengaruhi oleh distribusi spasial mereka

dalam ruang geografis.

KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan hal yang mendasar bagi eksistensi budaya dan kelompok. Individu-

individu dan kelompok-kelompok berkomunikasi dengan berbagai cara selain menggunakan

bahasa. Akan tetapi, semua tipe komunikasi pasti melibatkan simbolisme makna yang

bervariasi.

INTERDEPENDENSI (SALING KETERGANTUNGAN)

Para individu, keluarga, lingkungan pertetanggaan, komunitas, organisasi, dan kelompok-

kelompok lain saling membantu guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar mereka.

DISKRIMINASI

Kelompok atau golongan sering menjadi korban diskriminasi dan prasangka dikarenakan

perbedaan-perbedaan dalam hal usia, jenis kelamin, ras, agama, dan budaya.

KAJIAN SOSIOLOGIS DI SEKOLAH DASAR

Empat kelas pertama di sekolah dasar biasanya terdiri atas kandungan ilmu sosial yang

utamanya bersifat sosiologis. Biasanya, di taman kanak-kanak, kelas satu, dua, dan tiga sekolah

dasar, pranata-pranata seperti rumah, sekolah, komunitas, dan keluarga dipelajari. Pranata-

pranata ini paling sering diajarkan lewat pendekatan topik ketimbang pendekatan konseptual

seperti yang direkomendasikan dalam buku ini. Ketika unit-unit pelajaran sosial direncanakan di

kelas-kelas sekolah dasar, para guru mengidentifikasi topik (atau konsep tingkat rendah) yang

hendak diajarkan, seperti “Keluarga Kita,” dan kemudian merumuskan strategi-strategi

pengajaran. Seringkali hasil akhirnya adalah penguasaan suatu himpunan fakta-fakta yang tidak

berkaitan dan tidak terorganisir yang mudah dilupakan.

Keluarga adalah suatu pranata yang dapat dianalisis dan dikaji dari berbagai perspektif.

Psikolog mempunyai cara yang berbeda dari cara sosiolog dalam memandang keluarga. Unit-

unit yang lebih efektif akan terstrukturkan bilamana guru mengidentifikasi konsep-konsep dan

generalisasi kunci atau yang bersifat mengorganisir yang dia inginkan untuk dipahami para

siswa sebelum dia memilih muatan, konsep-konsep tingkat rendah, bahan-bahan, dan strategi-

strategi pengajaran. Prosedur ini memungkinkan para guru bebas memilih contoh muatan yang

lebih bermakna bagi para siswa, yang lebih tepat waktu, beragam, dan lebih pantas bagi tingkat

kemampuan yang amat beragam. Jika, sebagai contoh, para siswa kelas tiga sekolah dasar

dituntut mempelajari konsep norma-norma, maka guru dapat menggunakan berbagai contoh

muatan untuk menggambarkan bagaimana norma-norma terbentuk dan membentuk tingkah

laku manusia. Norma-norma yang berlaku dalam pranata-pranata seperti keluarga, sekolah,

dan komunitas boleh diselidiki.

Cara idela ini untuk merencanakan pengajaran seringkali tidak praktis bagi banyak guru.

Untuk kelas-kelas yang ditetapkan, para guru seringkali harus merencanakan unit-unit pelajaran

yang menyangkut topik-topik tertentu dan konsep-konsep tingkat yang lebih rendah, yang

barangkali rumah dan sekolah pada taman kanak-kanak, dan keluarga pada kelas satu sekolah

dasar. Jika para guru berhadapan dengan situasi semacam ini, mereka harus teliti dalam

mengkaji muatan yang harus mereka ajarkan, dan juga teliti dalam mengidentifikasi konsep-

konsep serta generalisasi kunci yang dapat digunakan muatan itu untuk menggambarkannya.

Konsep-konsep yang lebih tinggi atau yang bersifat mengorganisir, seperti norma-norma dan

nilai-nilai, dapat diilustrasikan dengan berbagai muatan selain konsep-konsep yang lebih

rendah, misalnya “Kota Kita”, yang dirujuk di atas sebagai salah satu topik. (Lihat Bab 3 tentang

pembahasan tingkatan konsep.)

Program pelajaran ilmu sosial harus berurutan (sekuential), namun ruang lingkup dan

urutannya harus didasarkan pada pengembangan konsep-konsep serta generalisasi sentral yang

bersifat mengorganisir, bukan pada topik-topik atau ide-ide yang tingkatannya lebih rendah.

Suatu pendekatan konseptual terhadap pengkajian pranata-pranata seperti keluarga dan

komunitas akan mendorong penolakan terhadap cara-cara yang dangkal dalam pemaparan

pranata-pranata ini di kelas-kelas bawah sekolah dasar. Bila guru tersebut sedang berusaha

membantu siswa memahami konsep peran, maka guru tersebut dapat memanfaatkan bahan-

bahan tentang keluarga dari berbagai kelompok atau golongan untuk memperkaya pemahaman

mereka. Guru dapat memanfaatkan serangkaian contoh muatan untuk membantu para siswa

dalam menyadari bahwa peran ibu dalam keluarga kelas menengah jauh berbeda dari peran ibu

dalam keluarga kelas ghetto. Demikian pula, nilai-nilai dan norma-norma didalam kedua tipe

keluarga ini barangkali jauh berbeda. Ketika anak-anak sedang belajar tentang keluarga, terlalu

sering mereka hanya mempelajari contoh keluarga yang fiktif dan ‘diidealkan’, yakni contoh

keluarga kulit putih yang tinggal di daerah suburban, dimana sang ayah menenteng tas echolac

ke kantor sementara sang ibu berada di rumah sepanjang siang untuk melaksanakan pekerjaan-

pekerjaan rumah tangga. Anak-anak harus dibantu agar paham bahwa didalam kebanyakan

semua keluarga, sang ayah tidak menenteng tas kantor dan bahwa, dalam banyak keluarga

sang ibu menjadi pencari nafkah maupun sebagai pengurus rumah tangga.

Oleh karena setiap muatan dapat dikaji atau dipelajari dari berbagai perspektif yang

berbeda, maka guru harus memilih konsep-konsep yang bersifat mengorganisir dari berbagai

disiplin ilmu ketika sedang merencanakan satuan-satuan pelajaran ilmu sosial. Akan tetapi,

disiplin tertentu bisa lebih dititikberatkan ketimbang disiplin ilmu yang lain didalam suatu

satuan pelajaran. Sebagai contoh, ketika sedang belajar tentang keluarga, konsep-konsep

sosiologis bisa ditekankan karena sosiologi adalah kajian tentang kelompok-kelompok manusia

(keluarga adalah suatu kelompok). Akan tetapi, konsep-konsep ilmu ekonomi dan ilmu politik

juga akan memudahkan anak-anak memahami beberapa aspek penting kehidupan keluarga.

Bab 5 buku ini menjelaskan cara-cara efektif perencanaan satuan-satuan pelajaran yang bersifat

antardisiplin. Hal yang ditekankan disini adalah bahwa para guru harus memiliki konsep-konsep

dan generalisasi kunci yang bersifat mengorganisir dalam benaknya ketika mereka

merencanakan dan mengajarkan satuan-satuan pelajaran bahkan meskipun mereka harus

bekerja dalam batas-batas muatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti yang telah kita

singgung sebelumnya, pendekatan konseptual terhadap pengajaran ilmu-ilmu sosial sangat

memudahkan pemahaman, transfer, dan penguasaan muatan.

Sosiologi kaya akan konsep dan generalisasi yang dapat dimanfaatkan dalam program

pelajaran ilmu sosial sekolah dasar dan sekolah menengah pertama guna membantu para siswa

agar lebih mengingat subyek-subyek tradisional, lebih memahami lingkungan sosial mereka,

dan lebih mampu dalam mengambil keputusan yang menyangkut isu-isu sosial yang penting.

Pengkajian pranata-pranata tertentu seperti keluarga dan sekolah bisa membantu para kanak-

kanak memahami aspek-aspek esensil sosialisasi, yang merupakan konsep sosiologis yang

teramat penting. Pranata-pranata ini juga dapat dipakai dalam mengajarkan konsep-konsep

seperti nilai-nilai, norma-norma, dan sanksi, karena peran dalam semua pranata tersebut

berpedoman pada norma-norma dan sanksi. Suatu satuan mata pelajaran yang terencana

dengan baik tentang pelayan masyarakat dapat memudahkan para siswa memahami konsep-

konsep sosiologis penting seperti pranata, status, dan peran. Konsep masyarakat dapat

diajarkan ketika para siswa kelas menengah dan kelas atas belajar tentang Amerika Serikat dan

berbagai negara di belahan bumi bagian Timur dan belahan bumi bagian Barat.

Pada sub-bab yang berikut ini para penulis telah mengidentifikasi sejumlah konsep dan

generalisasi sosiologis kunci serta menyodorkan beberapa cara untuk mengajarkannya. Tak

terbatas ragam strategi dapat diterapkan untuk mengajarkan masing-masing ide yang

diidentifikasi disini. Akan tetapi, aktivitas-aktivitas ini hanyalah ilustrasi. Ini dimaksudkan hanya

sebagai batu loncatan bagi kreativitas guru dan untuk menggambarkan kontribusi signifikan

yang bisa disumbangkan sosiologi terhadap program-program mata pelajaran ilmu-ilmu sosial

di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

STRATEGI PENGAJARAN KONSEP DAN GENERALISASI SOSIOLOGIS TERTENTU

Generalisasi: Kelompok menegakkan norma-normanya dengan menerapkan sanksi.

Kelas Dasar

Bacakanlah situasi berikut ini di depan para siswa dan ajukanlah pertanyaan-pertanyaan

berikutnya:

Selama jam istirahat, para murid pria di kelas Nona Jones buru-buru keluar karena mereka ingin

bermain dengan bola besar berwarna merah yang baru saja dibeli Nona Jones untuk murid-

muridnya. Nona Jones tadinya menginginkan para murid laki-laki bermain bersama para murid

perempuan pada pagi itu, tetapi para murid laki-laki, dipimpin oleh Joe, telah memohon

kepadanya agar mereka diijinkan bermain dengan bola besar yang mengkilap itu. Ketika Nona

Jones mengeluarkan bola itu dari kloset, Joe dan Johnny langsung memegangnya. Mereka

segera berlari ke lapangan bermain yang luas yang agak jauh dari posisi dimana biasanya Nona

Jones mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Joe dan Johnny melemparkan bola itu

terhadap satu sama yang lain dan kepada teman-teman mereka. Carl, yang kurang disukai oleh

beberapa pentolan dalam kerumunan anak-anak itu, kurang mendapat kesempatan untuk

menangkap bola tersebut. Ketika Carl dan Joe sedang memperebutkan bola tersebut, bola itu

terlempar keluar dari lapangan bermain dan menggelinding ke jalan raya. Akhirnya bola itu

terlindas oleh sebuah mobil yang sedang melaju dengan kencang. Stu segera berlari ke arah

Nona Jones dan menerangkan kejadian itu apa adanya.

1. Apakah Joe dan Johnny memperlakukan Carl dengan suatu cara yang akan direstui Nona

Jones? Mengapa demikian atau mengapa tidak demikian?

2. Ketika anak-anak tersebut sedang bermain, bagaimanakah cara-cara yang semestinya

(menurut orang dewasa) ditempuh anak-anak itu? (Catatlah pernyataan-pernyataan atau

norma-norma pada papan tulis atau secarik kertas.)

3. Apakah tindakan Stu akan disetujui anak-anak yang lain? Mengapa demikian atau mengapa

tidak demikian?

4. Ketika anak-anak tersebut sedang bermain, hal-hal apa sajakah yang mereka harapkan

diperbuat teman-teman bermainnya dan yang tidak mereka harapkan diperbuat teman-

temannya? (Catatlah norma-norma itu pada papan tulis atau secarik kertas)

5. Hal-hal apa sajakah yang bisa dilakukan Nona Jones agar Joe dan Johnny mengubah

perlakuan mereka terhadap Carl? (Catatlah sanksi di papan tulis).

6. Apakah yang bisa diperbuat anak-anak yang lain agar Joe dan Johnny mengubah perlakuan

mereka terhadap Carl? (Catatlah sanksi di papan tulis.)

7. Apakah yang bisa diperbuat anak-anak itu agar Stu tidak mengadu? (Catatlah sanksi di

papan tulis.)

Kelas Menengah

1. Bacakanlah di hadapan anak-anak kisah Jeanne d’Ark. Mintalah para siswa menyatakan

jenis-jenis tingkah laku dan keyakinan yang diteladankan Jeanne d’Ark yang tidak akan

ditolerir para penguasa. Konsep moral dapat diperkenalkan disini. Moral dilindungi dengan

sanksi yang sangat berat, kadang-kadang seekstrim hukuman mati. Tanyakanlah kepada

para siswa apakah mereka dapat mengidentifikasi ajaran moral yang mereka miliki/anut

saat itu.

2. Suruhlah para murid membaca novel dan laporan-laporan tentang pengadilan wanita

penyihir Salem pada masa kolonial Amerika. Bantulah anak-anak itu dalam mengidentifikasi

mengapa orang menjadi penyihir palsu dan mengapa mereka disidangkan di pengadilan?

Tanyakanlah kepada para murid: “Kaidah tingkah laku (norma-norma) apakah yang

dilanggar “penyihir” tersebut? Hukuman (sanksi) apakah yang akan dikenakan kelompok itu

terhadap ‘penyihir’ tersebut?”

3. Selama berlangsungnya pelajaran tentang Abad Pertengahan, bacakanlah di depan para

siswa pilihan-pilihan yang berkenaan dengan berbagai aspek kesopanan dan keksatriaan.

Bantulah anak-anak mengidentifikasi jenis-jenis tingkah laku yang diharapkan dari kaum

pria dan dari kaum wanita selama jaman tersebut, serta sanksi yang diterapkan untuk

menegakkan tingkah laku demikian.

4. Suruhlah anak-anak membaca buku dan pilihan-pilihan yang berkaitan dengan kehidupan

di Amerika selama pembukaan pemukiman di wilayah Barat. Kepada mereka ajukanlah

pertanyaan-pertanyaan seperti “Bagaimanakah pandangan komunitas pada masa itu

tentang wanita yang pergi ke kedai minuman? Mengapa demikian? Tentang wanita yang

membawa senjata? Mengapa? Bagamanakah pandangan orang pada masa itu tentang

seorang wanita yang berkampanye untuk meraih jabatan publik?”

Kelas Atas

Bacakanlah kasus berikut ini dan ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

Orang tua Albert Roberts tinggal di sebuah rumah yang megah di salah satu daerah suburban

kota New York yang paling eksklusif. Sang ayah, yakni Tuan Roberts, adalah seorang pengacara

yang amat sukses yang menyetir mobil ke dan dari kota itu setiap hari. Nyonya Roberts adalah

ibu rumah tangga dan guru sekolah Minggu. Albert adalah murid yang selalu meraih nilai ‘A’ di

sekolah dasar maupun sekolah menengah. Dia bisa mendapatkan hampir semua yang dia

inginkan dari orang tuanya. Ketika dia meninggalkan kampung halamannya untuk kuliah di

Green University, orang tuanya membelikannya sebuah mobil baru. Ketika Albert pulang

kampung pada saat liburan Natal, rambutnya lebih panjang ketimbang rambut adik

perempuannya. Dia juga menghisap rokok aneh yang aromanya khas. Bajunya kotor dan kumal.

Orang tuanya marah sekali ketika menyaksikan Albert. Kedua orang tuanya menegaskan bahwa

Albert tidak boleh tinggal di rumah selama liburan itu kecuali dia merapikan diri, memotong

rambutnya, dan berhenti menghisap rokok yang aromanya aneh tersebut.

1. Apakah yang diperbuat Albert yang oleh orang tuanya dianggap tidak patut diperbuat

seorang pemuda? (Selidiki norma-norma!)

2. Bagaimanakah cara orang tua ini memperlihatkan ketidaksetujuan mereka? (selidiki sanksi)

3. Pernahkah anda melakukan sesuatu yang sangat ditentang orang tuamu?

4. Apakah yang diperbuat orang tuamu untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka?

Suruhlah para siswa menulis daftar:

1. jenis tingkah laku yang biasanya mereka harapkan dari

(a) orang tua; (b) guru; (c) saudaranya; (d) saudarinya; (e) menteri; (f) pelayan toko; (g) tukang

pos; (h) kepala sekolah; (i) warga negara senior; (j) tetangga; (k) sahabat dekat; (l) orang

asing; (m) para kerabat.

2. Jenis tingkah laku yang tidak mereka harapkan dari kelompok-kelompok tersebut di atas!

3. Jenis-jenis tingkah laku yang mereka tampilkan untuk memperlihatkan penolakan mereka

terhadap tingkah laku yang tidak diharapkan dari orang-orang dan kelompok-kelompok

tersebut di atas!

4. Jenis tingkah laku yang diharapkan oleh para individu dan kelompok diatas untuk mereka

perbuat!

5. Jenis tingkah laku yang akan ditampilkan para individu dan kelompok di atas untuk

memperlihatkan penolakan mereka terhadap tingkah laku anak-anak yang tidak diinginkan.

Generalisasi: Dalam semua masyarakat timbul konflik antara perseorangan dan kelompok.

Konflik yang terkendali terkadang bermuara pada perubahan sosial.

Kelas Dasar

Taruhlah rincian peran berikut pada kartu-kartu indeks. Berilah masing-masing kartu pada

seorang anak dalam kelas, dan suruhlah murid melakukan peran yang dirinci tersebut. Kelas

akan membahas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari situasi permainan peran tersebut.

JACK

Nama anda adalah Jack. Anda selalu mengerjakan PR anda. Anda mendapat nilai ujian yang

bagus. James tidak pernah mengerjakan PR-nya. Ia sering tidak mengerti cara mengerjakannya.

Ia selalu bertanya pada anda apakah ia bisa mengkopi pekerjaan anda. Anda tidak begitu bagus

dalam bermain bola. Terkadang James membantu anda keluar ketika anda berada dalam satu

tim bersamanya. Namun walaupun ia membantu anda di lapangan bisbol, anda tetap tidak

ingin dia mengkopi pekerjaan anda. Ketika dia bertanya apakah ia boleh melihat kertas jawaban

anda, anda menjawab “tidak” dan langsung meninggalkannya.

JAMES

Nama anda James. Anda sangat gemar bermain diluar rumah. Anda sering bingung

mengerjakan PR anda. Anda sering merasa bahwa anda tidak sempat mengerjakannya. Anda

yakin bahwa Jack adalah kutu buku yang selalu tahu cara mengerjakan PR-nya dan selalu

sempat mengerjakannya. Anda mengira bahwa ia akan memperboleh anda menyalin PR-nya

karena anda telah membantunya ketika bermain bisbol dalam satu tim bersama anda. Ketika

anda meminta supaya ia memperbolehkan anda melihat hasil PR-nya dia berkata “Jangan!”.

Anda jadi marah dan merobek-robek kertas PR tersebut.

1. Mengapa Jack tidak ingin James melihat hasil PR-nya?

2. Mengapa James merobek-robek kertas Jack?

3. Apakah James memecahkan masalah yang dia hadapi? Mengapa atau mengapa tidak?

4. Pernahkah anda mengalami situasi seperti yang dialami Jack? Seperti yang dialami James?

Jika ya, apakah yang anda perbuat?

Bacakanlah situasi berikut ini di depan kelas dan ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

Nyonya Thompson menyuruh Johnny pergi ke kantor kepala sekolah karena ia yakin bahwa

Johnny telah mengambil uang milik Elaine. John menangis sambil menjerit dan berkata bahwa

ia tidak mengambil uang Elaine. Ia mengatakan bahwa uang yang ada di mejanya adalah

pemberian ibunya. Cathy dan Sue mengatakan bahwa mereka melihat Johnny mengambil uang

itu. Sedangkan Ted dan Joseph mengatakan bahwa mereka sudah melihat uang Johnny itu

sebelum Elaine tiba di sekolah.

1. Mengapa Nyonya Thompson merasa yakin bahwa Johnny telah mengambil uang Elaine?

2. Mengapa Johnny marah?

3. Pernahkah anda mengalami situasi seperti yang dialami Johnny? Jika pernah, apakah yang

anda perbuat?

Perlihatkan kepada anak-anak gambar-gambar yang menggambarkan konflik yang terjadi

selama berlangsungnya pergerakan kebebasan di wilayah Selatan, demonstrasi hak-hak sipil,

kerusuhan rasial dan desegregasi sekolah. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan seperti di bawah

ini:

1. Apakah yang terjadi dalam gambar ini?

2. Mengapa rakyat marah?

3. Apakah yang bisa terjadi kemudian? Mengapa?

Bacakanlah situasi berikut di depan kelas dan ajukanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Pedro, seorang anak Amerika keturunan Puerto Rico yang tinggal di New York, sedang berlari di

jalanan menuju apartemennya ketika polisi mencegatnya. Ia sangat ketakutan karena ia belum

pernah dicegat seorang polisi. Tiba-tiba ia teringat akan berbagai hal buruk yang ia dengar

pernah dilakukan polisi terhadap anak-anak lain tetangganya. Polisi itu memberitahu Pedro

bahwa ia harus pergi bersama polisi itu karena anak ini dituduh baru saja mencoba memasuki

sebuah rumah yang ada di jalanan itu. Karena amat ketakutan, Pedro menjerit dengan keras

sekali.

1. Mengapa Pedro takut terhadap polisi?

2. Mengapa polisi yakin bahwa Pedro telah berusaha memasuki sebuah rumah?

3. Bagaimanakah cara Pedro mengatasi masalah ini?

Kelas Menengah

1. Perlihatkan di depan kelas sebuah film yang menggambarkan secara detil konflik yang

terjadi antara kaum kolonis Amerika dan suku Indian selama masa pembukaan pemukiman

di daerah pedalaman Amerika. Suruhlah murid-murid anda membaca laporan-laporan

faktual dan fiktif perang dan konflik-konflik lain yang timbul, yang meliputi berbagai

perjanjian yang dibuat dan dilanggar kaum kolonis dan suku Indian. Matchlock Gun karya

Walter D. Edmonds (New York: Dodd, Mead), sebuah kisah yang menceritakan secara rinci

suatu konflik antara orang Indian dengan seorang ibu dan anak, merupakan buku yang

pantas dibaca para siswa selama berlangsungnya aktivitas ini. (Para siswa harus membaca

buku ini dengan kritis karena buku ini hanya menyodorkan satu sudut pandang.) Suruhlah

para siswa menyebutkan sebab-sebab timbulnya permusuhan antara kaum kolonis dengan

suku Indian, dan mengidentifikasi cara timbulnya dan penyelesaian konflik tersebut. Guru

bisa meminta para siswa melakukan peran sebagai orang Indian dan kaum kolonis guna

memudahkan mereka mengembangkan pemahaman dan empati bagi semua partisipan

dalam konflik-konflik ini.

2. Suruhlah para murid membuat drama tentang konflik yang terjadi di Lexington antara

orang Inggris dan kaum kolonis Amerika. Suruhlah para murid mengidentifikasi penyebab

konflik ini, kemungkinan cara menghindari timbulnya konflik tersebut, serta menyebutkan

konsekuensi-konsekuensi positif dan konsekuensi-konsekuensi negatif konflik tersebut.

Para murid juga dapat mengamati lukisan-lukisan yang memperlihatkan berbagai

pemandangan yang menggambarkan konfrontasi Lexington. Guru bisa menggunakan strip

film untuk merangkum aktivitas ini.

3. Suruhlah para murid membaca wacana-wacana pilihan mengenai Perang Saudara Amerika

yang dimuat dalam buku pegangan mereka dan sumber-sumber yang lain. Bantulah

mereka mengidentifikasi dan menyatakan penyebab konflik ini serta konsekuensi-

konsekuensinya seperti yang dinyatakan para sejarawan. Para murid bisa membandingkan

penyebab dan sifat konflik ini dengan penyebab dan sifat konflik lain yang telah mereka

pelajari, seperti Revolusi Amerika dan perang antara kaum kolonis dan suku Indian. Perang

Amerika yang lain dan perang dunia juga dapat dipelajari dan dianalisis sebagai contoh

insiden konflik. Sebab-sebab Perang Dunia I dapat diperbandingkan dengan sebab-sebab

Perang Dunia II, Perang Korea, dan Perang Vietnam.

Kelas Atas

1. Kepada para murid, perlihatkan gambar-gambar kerusuhan seperti kerusuhan Haymarket,

kerusuhan-kerusuhan selama berlangsungnya Perang Saudara, kerusuhan-kerusuhan yang

terjadi di kampus-kampus sekolah, serta kerusuhan rasial yang melanda negeri ini selama

awal dekade 1900, 1940-an, dan 1960-an. Suruhlah para murid anda mengidentifikasi

kesamaan dan perbedaan semua gambar tersebut. Pancinglah respons murid mengenai

hal-hal yang terjadi pada masing-masing gambar tersebut. Tindaklanjuti aktivitas ini dengan

pembahasan wacana-wacana tentang berbagai kerusuhan. Bantulah para siswa

mengidentifikasi kesamaan penyebab kerusuhan-kerusuhan tersebut, dan perbedaan

penyebab dan akibat kerusuhan-kerusuhan tersebut. Suruh para murid menyatakan

konsekuensi-konsekuensi fungsional dan konsekuensi-konsekuensi disfungsional masing-

masing kerusuhan tersebut. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan seperti:

a) Mengapa rakyat membuat kerusuhan?

b) Apakah kerusuhan itu mendatangkan perubahan sosial yang diinginkan?

c) Kapankah rakyat memilih cara kekerasan guna menimbulkan perubahan sosial?

d) Bisakah anda membayangkan alternatif terhadap kerusuhan sebagai suatu cara untuk

mengadakan perubahan sosial?

2. Suruhlah para murid membaca sejarah revolusi Perancis, revolusi Inggris, revolusi Amerika,

dan revolusi Rusia. Bantulah para murid mengidentifikasi kesamaan sebab-sebab konflik,

kesamaan dalam urutan kejadian-kejadian, dan kesamaan dalam konsekuensi-konsekuensi.

Para murid juga harus disuruh menyebut perbedaan-perbedaan dalam revolusi-revolusi

tersebut. Suruhlah para murid menyebut konsekuensi-konsekuensi yang bersifat fungsional

dan konsekuensi-konsekuensi yang disfungsional. Dan suruh pula para murid membuat

hipotesis tentang cara menyelesaikan konflik ini tanpa perang.

3. Taruhlah uraian-uraian peran berikut ini pada kartu-kartu indeks. Serahkanlah peran

kepada para murid. Suruhlah mereka mempelajari dan memainkan peran tersebut.

Kemudian bahaslah pertanyaan-pertanyaan yang timbul.

SITUASI

Selama satu minggu, kelompok mahasiswa yang bernama Perubahan telah memimpin

demonstrasi di kampus untuk memprotes Program ROTC Universitas dan pemecatan Dr.

Wright, seorang profesor yang kontroversial. Para mahasiswa ini menduduki gedung-gedung

perkuliahan, menghentikan kuliah, dan melakukan beberapa pawai keliling kampus. Polisi kota

dan pasukan pengawal nasional dimintai bantuannya kemarin. Hari ini, dua wakil Perubahan

dan tiga wakil pihak Universitas bertemu dalam upaya mengatasi konflik kampus ini. Yang hadir

dalam pertemuan itu adalah:

Ken Beam, presiden Perubahan

Joyce Head, sekretaris Perubahan

Presiden Washington, rektor universitas

Dr. John Bacon, Dekan Urusan Kemahasiswaan

Tuan Thompson, ketua Dewan Perwalian

KEN BEAM

Anda adalah Ken Beam, ketua Perubahan yang berpaham radikal. Anda menuntut suatu

universitas memulihkan kontrak Dr. Wright, sang profesor yang dipecat, dan agar program

ROTC segera ditiadakan di kamp;us. Anda tidak mau mundur dan tetap menuntut kedua

tuntutan tersebut.

JOYCE HEAD

Anda adalah Joyce Head, sekretaris Perubahan. Anda juga radikal, namun tidak seradikal Ken

Beam. Anda menuntut supaya Professor Head diangkat kembali dan program ROTC ditiadakan

di kampus Anda, namun Anda bersedia memberi waktu yang lebih longgar ketimbang yang

diberi Ken Beam bagi universitas. Anda marah terutama karena Anda merasa bahwa Dr. Wright

adalah salah satu dosen terbaik di kampus.

PRESIDEN WASHINGTON

Anda adalah rektor universitas tersebut. Anda bersedia mendengar keluhan para mahasiswa

tersebut, namun juga berpendapat bahwa para mahasiswa ini sebaiknya tidak mengajukan

tuntutan.

DR. JOHN BACON

Anda adalah Dr. John Bacon, Dekan Urusan Kemahasiswaan. Anda menghendaki agar kedua

belah pihak saling memahami. Anda juga ingin agar kedua belah pihak menyukai Anda.

THOMPSON

Anda adalah Thompson, ketua Dewan Perwalian. Anda berpendapat bahwa para mahasiswa

radikal harus dikeluarkan dari universitas tersebut. Anda sudah bosan dan jengkel akibat

adanya kekerasan di kampus.

a) Apakah penyebab utama konflik dalam situasi di atas?

b) Apakah persoalannya telah diselesaikan? Jika ya, apakah solusi itu realistis? Apakah

konsekuensi-konsekuensinya? Jika tidak, solusi macam apakah yang akan efektif, menurut

anda? Mengapa?

4. Pilihlah komite untuk melakukan survei kerusuhan-kerusuhan rasial yang terjadi di berbagai

kota Amerika selama tahun 1960-an dan 1970-an. Para siswa harus membuat suatu daftar

semua perubahan yang dibuat didalam pranata-pranata seperti pemerintahan kota dan

universitas setelah terjadinya kerusuhan. Para mahasiswa dan kaum kulit hitam memang

berhasil memperoleh beberapa konsesi dari pranata-pranata tersebut setelah terjadinya

konfrontasi-konfrontasi di atas. Guru harus membantu para siswa untuk mengerti bahwa

konflik adakalanya membuahkan perubahan sosial.

KESIMPULAN

Sosiologi merupakan sistem konsep-konsep, generalisasi, dan teori-teori yang dapat membantu

para siswa di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dalam membuat keputusan-

keputusan yang menyangkut masalah-masalah sosial. Walaupun didalam sosiologi terdapat

teori-teori yang hanya parsial, namun sosiologi juga terdiri atas konsep-konsep dan generalisasi

yang dapat memudahkan para siswa memahami variabel-variabel yang membentuk perilaku

manusia. Sosiologi berhubungan terutama dengan pengaruh kelompok terhadap individu-

individu, dan hubungan-hubungan antar berbagai kelompok. Agar sanggup membuat

keputusan yang bijaksana tentang isu-isu sosial, para siswa harus mengenali dan mengerti

struktur kelompok-kelompok manusia, dan hubungan-hubungan antarkelompok tersebut. Para

siswa juga harus akrab atau mengerti tentang bagaimana tingkah laku mereka dibentuk oleh

kelompok manusia dimana mereka bersosialisasi.

Kepada para siswa dapat diperkenalkan konsep-konsep dan generalisasi sejak mereka

duduk di kelas rendah; ide-ide kunci ini dapat dikembangkan dan diperluas lagi setelah mereka

duduk di kelas yang lebih tinggi. Ada banyak kesempatan bagi para guru kelas rendah (sekolah

dasar) untuk memperkenalkan konsep-konsep sosiologis, karena topik-topik yang lazim

dipelajari di kelas ini bersifat sosiologis. Keluarga, komunitas, sekolah, dan lingkungan

pertetanggaan biasanya dipelajari dalam ilmu-ilmu sosial untuk kelas dasar. Para guru dapat

membantu murid mereka memahami pranata-pranata ini dengan mengorganisir unit-unit

mereka di seputar konsep-konsep sosiologis. Ketika sedang mempelajari suatu pranata,

misalnya keluarga, kepada para siswa dapat diperkenalkan konsep-konsep kunci seperti

sosialisasi, peran, norma, sanksi, dan nilai-nilai.

Keluarga memegang peran penting dalam proses sosialisasi individu dan dalam

mempersiapkan individu-individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosietal mereka.

Masing-masing individu dalam suatu keluarga mempunyai peran atau tugas yang diharapkan

dilaksanakannya. Norma-norma memberitahu orang tentang apakah dia menjalankan perannya

dengan baik atau tidak, dan sanksi diterapkan untuk menghargai individu-individu yang

menjalankan perannya dengan benar dan mengganjar mereka yang tidak menjalankan

perannya dengan baik. Baik norma-norma maupun sanksi merupakan cerminan nilai-nilai yang

berlaku dalam suatu pranata seperti keluarga. Walaupun konsep-konsep kunci seperti

sosialisasi, peran, norma, sanksi, dan nilai-nilai dapat diperkenalkan di kelas-kelas rendah,

namun ide-ide ini dapat dikembangkan pada tingkatan yang lebih rumit di kelas-kelas yang

lebih tinggi dengan memakai contoh-contoh muatan yang beragam. Ketika para siswa

mempelajari topik-topik tertentu seperti kota-kota besar, negara bagian kita, sejarah Amerika

Serikat, dan belahan dunia Barat dan belahan dunia Timur, mereka dapat mempelajari konsep-

konsep kunci sosiologi. Ketika sedang mempelajari kota-kota besar, para siswa bisa

memperbandingkan pola sosialisasi dalam keluarga-keluarga yang tinggal di kota besar dengan

pola sosialisasi dalam keluarga-keluarga yang tinggal di daerah pedesaan. Peran, norma-norma,

dan sanksi yang ada dalam pranata-pranata perkotaan juga dapat dipelajari. Ketika sedang

mempelajari sejarah Amerika Serikat dan wilayah-wilayah lain seperti belahan dunia Timur dan

belahan dunia Barat, para siswa dapat disuruh mengidentifikasi perbedaan-perbedaan dalam

peran, norma, dan nilai-nilai yang berlaku dalam kurun waktu yang berbeda dalam sejarah

Amerika, serta pola sosialisasi individu-individu di berbagai daerah dalam suatu wilayah.

Walaupun satuan-satuan pelajaran tertentu lebih menekankan konsep-konsep dari berbagai

disiplin, namun setiap satuan pelajaran harus berisi konsep-konsep sosiologis lantaran fokus

sosiologi terhadap interaksi kelompok dan pengaruh kelompok terhadap tingkah laku individu.

Para siswa harus sering meninjau tingkah laku manusia dari perspektif sosiologi guna

memahami kompleksitas hubungan-hubungan manusia.

BAB 9

ANTROPOLOGY: STRUKTUR, KONSEP,DAN STRATEGI

Ridho Bayu Yefterson

Dani Asmara

Perspektif Antropologi

Antropologi secara harfiah berarti ilmu (logos) manusia (antropos). Perilaku Manusia

harus dipelajari dalam semua ilmu-ilmu sosial. Namun, antropologi berkaitan dengan perilaku

manusia dan sifat-sifat fisik mereka. Minat Antropologi mengenai hubungan antara budaya dan

ciri-ciri biologis manusia adalah salah satu yang membedakan karakteristiknya. Manusia pada

periode masa lampau mengandalkan, otot, otak besar, dan kemampuan untuk menggunakan

rasio yang didukung oleh bagian biologis yang memungkinkan mereka untuk menciptakan dan

memperoleh budaya.

Semua konsep, generalisasi, dan teori-teori yang merupakan struktur antropologi

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau aktivitas, artefak, dan sistem keyakinan. Antropolog

menyebut budaya-sebuah fenomena yang unik untuk manusia. Meskipun banyak hewan sosial

dan hidup dalam kelompok, orang-satunya hewan yang memiliki budaya. Dominasi kepentingan

dominan dalam konsep budaya dan "holistik" serta metode belajarnya juga membedakan

antropologi dari ilmu-ilmu perilaku lainnya. Antropolog menggunakan pendekatan holistik

ketika mempelajari kebudayaan, mereka mempelajari semua aspek dari sistem budaya. Budaya,

mereka menganggap, adalah suatu keseluruhan yang terintegrasi. Oleh karena itu, ciri-ciri

budaya tidak dapat dipahami dalam isolasi dari keseluruhan ini. Ketika antropolog mempelajari

masyarakat, seperti ilmuwan lain yang peduli dengan bagian-bagian yang terbatas, mereka

mengumpulkan data pada semua aspek, termasuk sejarah, agama, geografi, ekonomi,

teknologi, dan bahasa. Untuk memperoleh generalisasi yang valid tentang kompleks budaya,

seperti perkawinan dalam suatu masyarakat, antropolog merasa bahwa mereka harus akrab

dengan semua lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat.

Pendekatan komparatif terhadap budaya, dan minat yang lebih kepada masyarakat yang

belum yang belum memasuki tradisi tulisan, dan garis kerutunannya dengan sejarah dan

humaniora juga karakteristik unik dari antropologi. Kebanyakan ilmuwan sosial melakukan studi

pada masyarakat industri yang kompleks. Namun, antropolog paling sering mempelajari budaya

belum mengenal tradisi tulisan karena mereka percaya bahwa generalisasi dan teori harus diuji

pada populasi di semua bidang budaya sebelum mereka dapat diverifikasi. Mereka juga

berkonsentrasi dengan pekerjaan mereka pada masyarakat yang belum mengenal tradisi tulisan

karena lebih mudah untuk mempelajari seluruh kebudayaan yang kecil, masyarakat homogen

daripada masyarakat yang kompleks dan yang modern. Melalui minat terhadap kajian

masyarakat yang belum mengenal tulisan berfungsi sebagai laboratorium untuk antropolog.

sebagaimana, antropolog juga mempelajari lembaga-lembaga dalam masyarakat industri

seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Pendekatan sejarah dan elemen lain lebih penting dalam antropolog daripada di pada

ilmu-ilmu perilaku lainnya. Sepanjang sejarah singkat dari disiplin, antropolog telah

menunjukkan minat dalam sejarah asal-usul sifat budaya, dan kemudian menjadi perhatian

untuk elemen budaya yang unik dan khusus. Salah satu bidang antropologi, arkeologi atau

prasejarah, yang ditujukan khusus untuk rekonstruksi struktur awal sejarah manusia.

Antropologi juga sangat mirip dengan humaniora. Buku-buku seperti Pola Benediktus tentang

Kebudayaan, membacanya lebih mirip dengan novel daripada risalah ilmiah. bahasa dalam

buku ini adalah warna-warni dan menarik, tetapi generalisasi yang dibuat sering tanpa bukti

pendukung. Ketika bukti dilaporkan, sering sedikit dan selektif, tidak sistematis dan kurang

lengkap.

Bidang dari Antropologi

Karena ruang lingkup yang luas dari disiplin, antropolog biasanya berspesialisasi disalah

satu konsentrasi dalam antropologi. Meskipun sebagian besar daerah yang erat terkait,

beberapa dihubungkan terutama oleh kepentingan bersama mereka pada manusia. Antropolog

Fisik, yang mempelajari evolusi manusia dan hubungan mereka dengan hewan lain, terutama

primata lainnya, lebih mirip dengan ahli biologi dari ilmuwan sosial. Namun, antropolog sosial

dan budaya tergantung pada antropologi fisik untuk informasi mengenai ciri-ciri biologis yang

unik dari manusia yang penting untuk pembentukan budaya. Weston Labarre, dalam sebuah

buku yang menarik, The Human Animal, berpendapat bahwa kemampuan biologi laki-laki

adalah dasar bagi banyak manusia ¬ lembaga instansi-instansi, seperti keluarga. " Antropolog

fisik juga telah menunjukkan banyak kepentingan dalam ras manusia. Mereka menggunakan

berbagai skema untuk mengklasifikasikan dan mengidentifikasi ras.

Antropologi budaya sering dianggap sebagai area utama dari disiplin yang berkaitan

dengan studi tentang seluruh kebudayaan, termasuk perubahan budaya, alkulturasi, dan difusi.

Sebuah bidang yang disebut antropologi sosial juga muncul, terutama di Inggris. Struktur sosial

daripada budaya adalah konsep kunci dalam antropologi sosial. Eksponen terkemuka

menyebutnya sebagai "sosiologi komparatif," dan berpendapat bahwa pencarian antropologi

sosial untuk hukum dan generalisasi sementara antropologi budaya yang bersangkutan

terutama dengan menelusuri sejarah ciri-ciri budaya. Mereka menganggap antropologi budaya

mempunyai focus terutama tentang sejarah dasar dan Antropologi sosial mempunyai focus

terutama dalam memberikan penjelasan.

Bidang lain antropologi termasuk etnografi, mendeskripsikan secara akurat mengenai

budaya hidup, dan etnologi, yang terutama berkaitan dengan membandingkan dan melihat

persamaan dan perbedaan dalam sistem budaya ' Linguistik dikhususkan untuk deskripsi dan

analisis bahasa yang digunakan di berbagai kebudayaan. Antropolog telah menemukan bahwa

sistem bahasa dari budaya mengungkapkan banyak tentang keyakinan, ideologi, dan pola

perilaku dari kelompok manusia. Arkeolog, atau ahli prasejarah, mencoba untuk

merekonstruksi sejarah bangsa-bangsa dengan menggali artefak dan unsur-unsur budaya lain.

Sekolah Dasar dan siswa SMP akan menemukan teknik dan metode yang digunakan oleh

arkeolog yang menarik serta mengungkapkan. Dalam beberapa tahun terakhir, arkeolog telah

menggunakan sejumlah proses kimia baik untuk menemukan artefak dan untuk menentukan

usia mereka. Ketika mengaplikasikan dari proses ini mengungkapkan bagaimana sangat tua

bumi kita, para arkeolog membuat kontribusi yang signifikan terhadap pengetahuan ilmiah.

Metode Penelitian dalam Antropologi

Dalam etnografi dan buku, antropolog biasanya mencurahkan perhatian mereka

mengenai

metode penelitian. Hal ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa antropologi telah

mengembangkan beberapa metode yang sistematis untuk mempelajari budaya. Dua yang

paling sering digunakan adalah observasi partisipan dan wawancara. Ketika antropolog studi

budaya, mereka hidup dengan orang-orang, mempelajari bahasa mereka, dan mengambil

bagian aktif dalam urusan sehari-hari masyarakat. Antropolog pergi berburu dengan laki-laki,

berpartisipasi dalam upacara ritual, dan membantu dengan panen. Mereka mengambil catatan

lapangan melalui aktifitas langsung dalam budaya. Catatan ini cenderung sangat impresionistik

dan idiosinkratik. Kadang-kadang antropolog harus mengambil catatan beberapa jam setelah

mereka telah mengamati atau berpartisipasi dalam suatu acara, dengan demikian, subjektivitas

metode mereka meningkat.

Dalam melakukan mewawancara antropolog cenderung sangat informal dan tidak

sistematik. Sementara Sosiologi dan ilmuwan politik secara acak memilih subjek untuk

wawancara, Antropolog melakukan wawancara dengan siapa mereka dapat menjalin

hubungan, atau orang dari siapa mereka merasa mereka bisa mendapatkan informasi yang

akurat dan rinci tentang berbagai aspek budaya tersebut. Informasi yang mereka terima dari

berbagai subyek yang berbeda, sering bertentangan dan kontradiktif. Antropolog mencoba

untuk meminimalkan kesalahan dalam data mereka dengan mengamati serta dengan

mewawancarai, dan dengan membuat cross-cek dengan informan ketika mereka mendeteksi

informasi yang kontradiktif. Antropolog sedikit menggunakan kuesioner tertulis, terutama

karena sebagian besar subjek mereka tidak melek huruf. Namun, antropolog yang mempelajari

masyarakat perkotaan modern. Salah satu contoh dari studi adalah studi Ulf Hannerz tentang

sebuah masyarakat kulit hitam di Washington, DC, Soulside: Pertanyaan ke Ghetto Budaya dan

Community. Bagaimana ¬ lamanya, bahkan ketika para antropolog seperti masyarakat

perkotaan yang modern pada studi Hannerz mereka cenderung menggunakan metode,

penelitian antropologi tradisional seperti observasi partisipan dan wawancara informal,

daripada teknik penelitian lebih lanjut sangat terstruktur. Metode penelitian antropologi dan

teknik juga sedang digunakan semakin untuk mempelajari lembaga-mikro seperti ruang kelas di

dalam masyarakat yang sangat modern. Ray C Rist melakukan studi etnografi pada dalam kota

yaitu di ruang kelas. Dia berfokus pada sikap guru terhadap harapan dari murid dengan latar

belakang sosial-ekonomi yang berbeda.

Pengumpulan data dalam disiplin ini cenderung kurang objektif dibanding dalam ilmu

perilaku lainnya. Beberapa kesulitan antropolog hadapi dalam mengumpulkan data yang

melekat dalam disiplin itu sendiri; orang lain mencerminkan tradisi antropologi yang cenderung

mencurigai prosedur pengumpulan data yang mencegah antropolog dari mengamati secara

langsung "keutuhan" budaya. Para antropolog telah banyak diserang dalam beberapa tahun

terakhir karena kurangnya objektivitas dan prosedur publik jelas dalam etnografi mereka dan

buku. Sejumlah antropolog. seperti Pelto, sangat prihatin tentang metode yang digunakan

dalam disiplin antropologi. Antropolog telah menerima banyak kritik-kritik ini dan telah

berusaha untuk membuat metode mereka lebih obyektif dan publik. Dalam beberapa studi

terbaru, mereka telah meminjam metode dan teknik dari bidang sosiologi dan psikologi dan

data yang dikumpulkan dengan menggunakan tes psikologi, sejarah kehidupan, teknik sampling

sistematis, dan questionnaires.

Salah satu perkembangan yang telah membantu untuk mendorong objektivitas dalam

disiplin serta menghemat banyak jam kerja lapangan adalah arsip Hubungan Manusia di suatu

daerah, yang dalam memasukkan berbagai macam informasi tentang berbagai topik tentang

budaya di seluruh dunia. Dengan menggunakan arsip ini, antropolog dapat memilih secara acak

sampel dari banyak budaya dan hipotesis uji berurusan dengan topik seperti praktik

membesarkan anak, sihir dan agama, dan ritual pernikahan. Beberapa antropolog,

bagaimanapun, merasa bahwa prosedur ini tidak valid karena tidak mengizinkan untuk studi

"seluruh" budaya.

Teori di Antropologi

Dalam Bab 3 kita mendefinisikan suatu teori sebagai seperangkat proposisi yang saling

berkaitan atau hukum yang dapat diverifikasi. Kami juga dibedakan antara teori-teori besar,

yang mencoba untuk menjelaskan semua fakta dalam disiplin, dan teori-teori parsial, yang

hanya menjelaskan beberapa Fakta-fakta. Bangunan teori adalah tujuan utama dari suatu

disiplin ilmiah. Namun, ada sedikit bukti dalam literatur antropologi menunjukkan bahwa

sebagian besar antropolog menerima membangun teori sebagai tujuan utama mereka.

Sebaliknya, tampaknya bahwa deskripsi dan perbandingan budaya yang belum mengenal tradisi

tulisan, dan penelusuran asal-usul dan ciri-ciri difusi budaya, adalah tujuan utama mereka.

Seperti yang kita sebelumnya disebutkan laki-laki, bagaimanapun, antropolog semakin

mempelajari lembaga-mikro dan komunitas dalam masyarakat yang sangat modern seperti

Amerika Serikat dan Jepang.

Antropologi budaya terutama mengenai sejarah pokok dan deskriptif daripada teorinya.

Dalam hal ini, antropologi mirip dengan sejarah. Dengan membandingkan budaya di seluruh

dunia, antropolog telah diturunkan sejumlah hipotesis berbuah dan generalisasi yang memiliki

banyak dukungan empiris. Namun, teori empiris, dalam arti di mana teori didefinisikan dalam

Bab 3, adalah praktis tidak ada dalam antropologi, karena berada dalam wilayah sejarah.

Selama sejarah singkat antropologi, Namun, sejumlah penjelasan yang "besar" nonempiris,

pemikiran sekolah, dan pendekatan telah muncul dalam disiplin. Ini disebut sebagai teori-teori

dalam literatur antropologi dan dirangkum dalam Tabel 9.1.

Tabel 9.1

Theory Description Leader Major Contributions

to Antropology

Historism Produced

etnographies

indicating that the

development of

culture thraits had

Franz Boas (1858-

1942)

Started the traditions

pf empirical fieldwork

in antropology

not been uniform and

unilinear. Within the

same culture area

could be found traits

associated with each

of morgan’s

development levels.

Advocated studying

the historiscal origin

of each culture trait

throught extensive

trait through

expensive fieldwork.

Diffusionisme Cultural traits and

elements had been

invented in only a few

areas of the world

and had sread from

these areas to all

other culture regions.

Emphasized the

importance of

Functionalisme Each element in a

culture exist to fulfill

the needs of

individuals. Every

cultural system is an

integrated whole, and

each culture element

fulfils definite

functions. All culture

Bronislaw Malinowski

A. R. Radcliffe Brown

Stimulated discussion

and debate in

anthropology.

must meet three

kinds of need;

primary or biological

needs, and integrative

or synthetic needs.

Configurationalism Culture do not consist

of separate elements

but are organized

whole can be

characterized

according to

dominant ideologies,

value, and ideas

embraced by the

individuals within

them. These

dominant ideologies

and idea are called

“themes” of cultures.

Ruth Benedict Introduced the idea

that culture may have

themes or pattern

Psikological

Approaches (culture

and Personality)

A basic personality

emerges within a

culture because of

the communality of

early childhood

experiences. This

basic personality is

manifested in all of

the culture’s

institutions, such as

Margaret, Mead

Abram Kardiner

Pointed out how

culture shapes the

personality of the

individual.

religions, magic, and

mytology

KONSEP Antropologi

Seperti dalam sejarah dan sosiologi, konsep-konsep dalam antropologi cenderung

samar-samar , dan digunakan secara berbeda oleh berbagai antropolog. Konsep antropologis

yang lebih standar dari konsep sejarah, tetapi kurang halus daripada orang-orang dalam

sosiologi. Kami menemukan kesepakatan lebih sedikit di antara antropolog dari kalangan

sosiolog tentang apa konsep-konsep kunci dalam disiplin mereka dan apa yang mereka maksud.

Namun, pada konteks budaya Antropolog setuju bahwa budaya adalah konsep yang paling

penting dalam disiplin, meskipun ada kesepakatan jauh tentang apa budaya. Setelah survei

literatur antropologi, seorang pengamat mencatat 164 definisi yang berbeda dari konsep

tersebut.

Kata "budaya" mungkin kata yang paling khas dalam antropologi; sering menjadi hal

yang meragukan Karena ada ketidakjelasan dan perbedaan seperti pendapat atas apa

artinya. Lebih umum, referensi dalam tulisan-tulisan teoritis adalah untuk mempelajari

kebiasaan bersama oleh anggota masyarakat .... Tetapi dalam definisi yang luas terdapat

berbagai penggunaan.

Beberapa ahli antropologi menunjukkan bahwa sementara desifelopment dari konsep yang

didefinisikan dengan baik adalah tujuan dalam disiplin, antropologi tidak memiliki konsep

standar karena perbedaannya lapangan.

Tidak ada dua ahli antropologi berpikir persis sama, atau menggunakan tepatnya konsep

operasi yang sama atau simbol. Ilmu pengetahuan terlalu baru, dan perjuangan untuk

memberi arti tajam untuk apa yang biasanya istilah sehari-hari masih terlalu terbuka

lebar ...

Meskipun para antropolog sering mendefinisikan konsep yang berbeda, biasanya ada

beberapa derajat kesamaan dalam makna mereka. Namun, kadang-kadang dua antropolog

akan berarti hal yang sama sekali berbeda ketika mereka menggunakan konsep seperti pola. Ini,

bagaimanapun, adalah lebih pengecualian dari aturan. Dalam antropologi konsep-konsep kunci

dibahas di bawah ini, penulis telah berusaha untuk menggambarkan cara di mana mereka

adalah yang paling sering didefinisikan oleh antropolog budaya.

Budaya

Budaya terdiri dari pola-pola perilaku, sistem kepercayaan, artefak, dan manusia lainnya

buatan komponen masyarakat. Ini mencakup makanan yang orang makan, alat-alat yang

mereka gunakan, pakaian mereka, mitos, agama, dan bahasa. Ini terdiri dari elemen-elemen

yang manusia gunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosial mereka. Ini

adalah solusi mereka untuk masalah kelangsungan hidup. Struktur biologis yang unik dari

manusia dan kemampuan mereka untuk melambangkan binatang membuat mereka hanya

mampu menciptakan dan memperoleh budaya.

Karena budaya adalah buatan manusia, siswa akan dapat menyimpulkan bahwa budaya sangat

bervariasi di berbagai belahan dunia, dalam masyarakat yang berbeda, dan di antara

masyarakat yang berbeda-ferent. Siswa juga harus dibantu untuk menemukan bahwa sistem

kultur adalah pola terorganisir atau keseluruhan. Setiap perubahan eksternal atau internal

drastis cenderung mengganggu itu.

Budaya adalah konsep kunci dalam antropologi budaya. Karena semua konsep lainnya

terkait dengan itu, kebudayaan harus diberikan perhatian khusus dan fokus dalam studi

antropologi di sekolah SD dan SMP.

Elemen Budaya (Trait)

Unit terkecil dari kebudayaan adalah suatu sifat atau elemen. Ciri-ciri budaya dapat

terdiri dari pola akan Perilaku serta artefaknya. Masing-masing budaya terdiri dari banyak ciri

yang ditemukan dipinjam dalam elemen budaya. Sebuah alat seperti kapak, sebuah kustom

seperti topi saat menyapa seorang wanita, dan kata-kata seperti rumah dalam semua ciri-ciri

elemen budaya budaya. Setiap sifat tersebut dalam budaya setidaknya memiliki empat

karakteristik: bentuk, penggunaan, fungsi, dan makna "Anak-anak akan merasa perlu untuk

menggunakan konsep ini ketika mereka mempelajari proses difusi dan akulturasi.

Kompleksitas Budaya

Satu set fungsional ciri-ciri budaya saling terkait adalah kompleksitas budaya.

Kompleksitas pernikahan di masyarakat Amerika biasanya terdiri dari periode pacaran,

pertunangan formal, dan upacara yang rumit. Seringkali ciri-ciri budaya dalam bentuk yang

komplek ketika mereka menyebar dari satu daerah budaya ke budaya lain. Paling sering

meminjam budaya memilih dari sifat-sifat kompleks budaya di dalamnya yang paling konsisten

dengan kebutuhannya. Hal ini terjadi ketika agama Katolik diperkenalkan ke Afro-Amerika di

Amerika Selatan. Campuran sifat budaya baru dan lama yang disebut sinkretisme.

Enkulturasi

Enkulturasi adalah proses dimana seorang individu belajar untuk berpartisipasi dalam

budayanya atau masyarakatnya. Konsep ini mirip dengan sosialisasi, konsep kunci sosiologi

yang dibahas dalam Bab 8. Namun, sosialisasi berfokus pada pembelajaran yang dipandu

terutama oleh norma-norma kelompok dan ekspektasi.

Budaya Daerah

Sebuah bidang kebudayaan adalah daerah geografis dengan sejumlah ciri-ciri budaya

dan kompleks. Ketika antropolog memetakan bidang kebudayaan, mereka biasanya pilih

sebagai pemandu sifat-sifat dan kompleks dengan mana mereka dapat paling mudah

membedakan satu daerah dari yang lain. Antar daerah budaya di Amerika Utara yang

antropolog telah mengidentifikasi adalah Eskimo, Pacific Northwest Coast, Plains, dan Selatan-

barat. Beberapa karakteristik khas daerah Eskimo adalah rumah salju, daging anjing laut sebagai

makanan utama, dan keluarga sebagai unit kehidupan politik "Anak-anak dapat menggunakan

peta garis untuk menunjuk daerah budaya dan untuk menggambarkan karakteristik penting

dari orang-orangnya. Mereka harus juga membahas sejauh mana budaya daerah ini ditujukkan

berlaku saat ini.

Difusi

Penyebaran ciri-ciri budaya dari satu daerah budaya ke budaya lain disebut difusi.

Sebuah konsep yang berhubungan dengan difusi adalah penemuan, proses mandiri

mengembangkan suatu sifat baru atau artefak budaya. Para antropolog telah menemukan

bahwa sebagian besar ciri-ciri yang membentuk suatu budaya yang dipinjam, bukan diciptakan.

Namun, semua budaya telah membuat penemuan independen. Banyak kata-kata, kebiasaan,

pola perilaku, dan artefak yang merupakan komponen yang sangat penting dari budaya

Amerika kita berada.

Akulturasi

Pertukaran budaya yang terjadi ketika dua pengalaman berbeda budaya kontak

diperpanjang disebut akulturasi. Akulturasi sering terjadi ketika kelompok-kelompok kuat

menangkap atau menekan yang kurang kuat. Di Indonesia, pertukaran budaya Banyak terjadi

ketika ketika pada masa penyebaran Islam di Indonesia yang berinteraksi dengan budaya

Hindu-Budha. Hal ini sangat penting bagi anak untuk memahami bahwa akulturasi adalah

proses dua arah.

Akulturasi adalah proses selektif; budaya hanya menerima unsur-unsur dari suatu

kebudayaan asing yang akan berbaur dengan unsur-unsur budaya mereka sendiri. Ketika

mereka menggunakan ciri-ciri dari budaya lain, mereka memodifikasi mereka. Perubahan

budaya Paksa dapat mengacaukan sebuah budaya, karena budaya keseluruhan terorganisir.

Etnosentrisme

Setiap kelompok cenderung untuk berpikir bahwa budaya adalah lebih unggul untuk

semua antropolog. telah melaporkan penelitian dari berbagai kelompok yang menggunakan

kata-kata yang merujuk kepada mereka ¬ diri sebagai "The People," implikasinya adalah bahwa

kelompok di luar kurang dari - mereka. Sebuah pemahaman dan di kenalan dengan konsep ini

dengan SD dan siswa SMP dapat membantu mereka lebih baik mengatasi etnosentrisme yang

ada di dunia kita saat ini.

Tradisi

Sebuah pola perilaku atau keyakinan bahwa telah menjadi bagian dari budaya untuk

jangka waktu yang panjang ini disebut sebagai sebuah tradisi. Tradisi di masyarakat kita

termasuk menghias pohon untuk musim Natal, makan kalkun pada hari Thanksgiving, dan

mengenakan cincin untuk menunjukkan status perkawinan. Beberapa antropolog menggunakan

kustom istilah untuk menggambarkan sifat-sifat budaya.

Relativisme Budaya

Para relativis budaya mengasumsikan bahwa karena budaya masing-masing memiliki

fitur unik, apa yang dianggap perilaku normal dalam satu masyarakat dapat dinilai abnormal

pada yang lain. Jadi standar satu budaya tidak dapat digunakan untuk menilai perilaku di

tempat lain. "Nilai-nilai dinyatakan dalam budaya apapun ... harus dipahami dan dihargai hanya

menurut bagaimana masyarakat yang bersangkutan menyiapkan pandangan mereka hidup.

Ruth Benedict, seorang antropolog terkemuka, bahwa konsep ini akan membantu

mengembangkan toleransi terhadap orang lain dan budaya:

Pemikiran sosial pada saat ini tidak memiliki tugas yang lebih penting dari itu sebelum

mengambil penjelasan yang memadai relativitas budaya .... Kami akan tiba kemudian

pada kepercayaan sosial yang lebih realistis, menerima sebagai dasar harapan dan

sebagai basis baru untuk toleransi hidup bersama dan pola yang sama berlaku

kehidupan yang telah menciptakan manusia untuk dirinya sendiri dari bahan

keberadaan

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep ini telah datang di bawah serangan yang berat.

Hal ini dapat digunakan untuk membenarkan perusakan dan eksploitasi manusia hidup. Namun,

siswa harus menyadari konsep karena dapat membantu mereka untuk melihat bahwa perilaku

dalam budaya lain yang mereka anggap aneh adalah seringkali cukup bermakna dan fungsional

kepada orang-orang yang melakukannya. Mereka juga harus menyadari keterbatasan dari

konsep ini.

Budaya Universal

Para antropolog telah belajar bahwa unsur-unsur budaya tertentu dan sifat-sifat yang

ditemukan dalam semua masyarakat, meskipun ciri-ciri ada dalam berbagai bentuk. Unsur-

unsur ini disebut budaya universal. Keluarga, diferensiasi antara peran laki-laki dan perempuan,

dan perkawinan sedarah yang tabu ditemukan di semua budaya. semua Masalah sentral dalam

antropologi adalah untuk menentukan penyebab dari sifat-sifat budaya universal. Ahli

antropologi menunjukkan bahwa banyak budaya universal ada karena kebutuhan biologis

manusia. Hipotesis mereka bahwa perkawinan sedarah yang tabu, misalnya, ada di semua

budaya karena hubungan seksual antara orang tua dan keturunan akan mengganggu keluarga;

anak yang anak tergantung pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Oliver

menawarkan penjelasan universal:

... antropolog masih mencoba untuk mengidentifikasi untuk kebiasaan bersama oleh

semua umat manusia-diragukan lagi adalah, karena warisan bersama genetik umat

manusia, untuk "situasi" universal, dan difusi mengelilingi dunia-kebiasaan tertentu dari

pemikiran dan tindakan? "

Konsep penting ini akan membantu anak-anak menyadari bahwa orang di mana pun

menghadapi masalah yang sama untuk bertahan hidup, dan bahwa sementara ada banyak

perbedaan dalam cul-budayanya tanggapan mereka kepada mereka, semua manusia berbagi

banyak ciri-ciri budaya.

Ras

Ras adalah sekelompok orang yang berbagi sejumlah ciri-ciri biologis atau "populasi

berbagi kombinasi sifat khas fisik yang merupakan hasil dari pembedaan kombinasi genetik

Karena eksploitasi berdasarkan ras, anak-anak harus mempelajari konsep ini, salah satu konsep

kunci dalam antropologi fisik, tetapi satu biasanya terlalu diabaikan di sebagian besar sekolah

dan buku pelajaran. Sementara anak-anak belajar tentang ras, mereka harus dibantu untuk

menemukan fakta bahwa sebagian besar signifikansi ras adalah sosial daripada fisik Mereka

juga. harus tahu bahwa dalam antropologi berbebeda struktur kelompok ras yang berbeda dan

kategori. Jumlah ras utama dalam berbagai skema dan kategori berkisar dari tiga sampai lebih

dari sepuluh .

Kelompok etnis

Individu yang merupakan suatu kelompok etnis berbagi rasa dalam identifikasi

kelompok, seperangkat nilai-nilai, pola perilaku, dan elemen budaya lain yang berbeda dari

kelompok lain dalam masyarakat. Seperti Glazer dan Moynihan telah menunjukkan, kelompok

etnis juga dapat dipertimbangkan oleh kepentingan politik dan ekonomi kelompok-kelompok.

Anggota kelompok etnis sering melihat nasib mereka dalam ekonomi dan politik terikat

bersama-sama dan cenderung kolektif dalam merespon isu-isu sosial yang mereka anggap

penting untuk mencegah ¬ eksploitasi status ekonomi dan politik. Mereka juga dapat bekerja

sama untuk mempengaruhi kebijakan dan program yang akan menguntungkan kelompok

mereka secara politik dan ekonomi. Banyak ilmuwan sosial menganggap Anglo-Amerika, serta

kelompok-kelompok seperti Yunani-Amerika, Italia-Amerika, dan Polandia-Amerika, anggota

kelompok etnis.

Kelompok Etnis Minoritas

Suatu bagian kelompok etnis dengan seperangkat nilai-nilai, pola perilaku, ciri-ciri

budaya, dan rasa umat, kelompok etnis minoritas dapat dibedakan dari kelompok etnik karena

ditandai dengan beberapa atribut yang unik. Meskipun kelompok etnis minoritas juga berbagi

budaya umum dan rasa bermasyarakat, memiliki karakteristik fisik dan / atau budaya yang unik

yang memungkinkan orang-orang yang menjadi milik kelompok-kelompok lain untuk dengan

mudah mengidentifikasi anggotanya dan dengan demikian untuk memperlakukan mereka

dengan dikriminasi. Sebuah kelompok minoritas etnis minoritas sering sedikit dari segi jumlah

dalam masyarakat dan biasanya politik dan ekonomi tidak berdaya. Afro-Amerika, Yahudi-

Amerika, Puerto Rico-Amerika, dan Meksiko-Amerika adalah contoh dari kelompok minoritas

etnis di Amerika Serikat.

Etnisitas adalah faktor meyakinkan dan penting dalam kehidupan Amerika kontemporer

dan dalam sejarah Amerika. Akibatnya, studi tentang etnisitas dan pemeriksaan merasa-

temuan dan sikap ke arah itu harus menjadi bagian integral dan berkelanjutan dari program

studi sosial modern. Perspektif antropologi dapat membantu anak-anak untuk mendapatkan

wawasan penting ke dalam sifat etnis dalam masyarakat Amerika serta dalam bangsa lain.

Sebuah diskusi yang lebih luas dari etnis dalam kurikulum ilmu sosial disajikan dalam Bab 6, hlm

194-201.

GENERALISASI dalam Antropologi

Kebanyakan generalisasi antropologi didasarkan pada sampel lintas budaya dan

menangani

dengan konsep kunci disiplin, budaya. Sejumlah interdisipliner juga menjadi studi antropolog

menyebabkan banyak masalah yang menarik bagi para ilmuwan lainnya. Generalisasi berikut

dapat digunakan untuk memandu instruksi antropologi di kelas-kelas SD dan SMP.

Setiap masyarakat terdiri dari sistem manusia-terbuat dari artefak, keyakinan, dan pola

perilaku, yang disebut budaya, yang memungkinkan individu-individu di dalamnya untuk

memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan lingkungan fisik dan sosial mereka.

Karena sifat mereka yang unik biologis, manusia adalah binatang hanya mampu

menciptakan dan memperoleh budaya.

Kebudayaan adalah keseluruhan yang terpadu. Perubahan dalam satu bagian tercermin

dalam semua komponennya.

Membuat dan menggunakan simbol-simbol adalah komponen penting dari setiap

budaya.

Budaya menggunakan keragaman sarana untuk mencapai tujuan yang sama dan untuk

memenuhi kebutuhan manusia yang umum.

Setiap budaya terdiri dari meminjam berbagai elemen budaya.

Budaya yang selektif meminjam dalam ciri-ciri mereka; masyarakat beradaptasi elemen

budaya dipinjam untuk gaya hidup khusus mereka sendiri.

pertukaran Budaya terjadi ketika groups dengan beragam budaya datang ke dalam

kontak berkepanjangan. Perubahan budaya dapat mengganggu masyarakat.

Dalam semua masyarakat praktik magis dan agama muncul untuk membantu individu

menjelaskan fenomena membingungkan di alam semesta, dan untuk mencapai rasa

kontrol atas lingkungan mereka.

Semua masyarakat memiliki upacara tradisional dan ritual untuk sinyal dan menandai

perubahan status yang penting dalam kehidupan seseorang (rites of passage).

Penemuan peningkatan budaya masyarakat karena menjadi lebih khusus.

Dalam sebagian besar masyarakat, signifikansi sosial dari ras jauh lebih besar daripada

perbedaan fisik antara berbagai kelompok ras.

Budaya di mana seseorang memberi pengaruh kuat pada dia seluruh hidupnya Semua

masyarakat memiliki seperangkat tradisi yang membantu untuk menjaga solidaritas

kelompok dan identitas.

Sepanjang sejarah, konflik telah dikembangkan di antara dan di dalam kelompok-

kelompok ras dan etnis.

STUDI Antropologi DI SEKOLAH SD dan SMP

Banyak unit di kelas-kelas dasar dan menengah terdiri dari konten berurusan dengan

masyarakat yang belum melek huruf yang dapat menguntungkan dipelajari dengan perspektif

antropologi . Biasanya ketika murid diajarkan tentang orang Eskimo, Orang indian, dan Afrika,

(di Indonesia pada beberapa suku-suku di Indonesia seperti suku-suku di mentawai, dayak

Kalimantan ataupun suku-suku di Papua) yang menunjukkan perilaku eksotis dan aneh dari

masyarakat ini ditekankan. Akibatnya, anak-anak sering menyimpulkan bahwa kelompok-

kelompok ini tidak sangat beradap karena kelompok-kelompok ini begitu berbeda Mengalami

budaya lain dari diri mereka sendiri dan karena mereka melakukan banyak hal yang tampaknya

tidak manusiawi atau tidak masuk akal, seperti mengirimkan orang yang lanjut usia sekali ke

cuaca bawah nol untuk membekukan sampai mati atau menari untuk membuat hujan.

Kebanyakan anak muda berpikir bahwa perilaku yang sangat berbeda dari mereka sendiri

adalah aneh. Terlalu sering unit ilmu sosial memperkuat kesalahpahaman anak-anak tentang

budaya lain, daripada membantu mereka untuk memahami arti dari menjadi perilaku

"membingungkan" kepada orang-orang yang melakukannya.

Selain menekankan ciri-ciri budaya eksotis masyarakat yang belum mempunyai tradisi

tulisan, banyak bahan saat ini digunakan di sekolah-sekolah tidak akurat. Buku sering berbicara

tentang Afrika dan Orang indian seolah-olah kelompok yang sangat homogen. Karena

keragaman budaya yang ada antara kelompok-kelompok Afrika dan Orang indian (di Indonesia

seperti orang suku-suku di Papua, Toraja, Dayak, , suku anak dalam di Jambi, Suku pasemah,

Mentawai dan lain-lain), sulit untuk membuat akurat tingkat rendah generalisasi tentang orang

Afrika dan Orang indian. Afrika memiliki lebih dari 800 bahasa asli. Pueblo kebudayaan Orang

indian kontras yang agak menyolok dengan yang dari Orang indian Flains. Presentasi yang

akurat dari Orang indian atau Afrika akan mencerminkan berbagai macam budaya yang

membentuk kelompok-kelompok ini.

Unit di Orang indian dan Eskimo, (juga suku-suku tradisional di Indonesia yang sangat

banyak) jika didekati dari perspektif antropologis, dapat membantu anak memperluas

pemahaman mereka tentang apa artinya menjadi manusia, dan memungkinkan mereka untuk

lebih memahami budaya mereka sendiri dan gaya hidup. Anak-anak harus ia membantu untuk

menemukan bahwa meskipun orang dilahirkan dengan fisik dengan kapasitas sebagai manusia,

individu menjadi manusia hanya dengan mempelajari budaya kelompok mereka. Antropolog

menyebutnya enkulturasi proses belajar. Karena budaya adalah buatan manusia, ada banyak

cara manusia. Menengah-kelas kami gaya hidup Amerika adalah salah satu cara; budaya Navajo

Orang indian mewakili yang lain. Mempelajari generalisasi antropologis penting membantu

anak untuk menghargai kemampuan besar umat manusia untuk menciptakan keanekaragaman

gaya hidup dan beradaptasi dengan berbagai lingkungan ¬. Weingrod menulis:

... pengakuan bahwa ada cara alternatif untuk hidup, tidak kurang bermartabat mulia

atau dari kita sendiri, adalah sebuah pelajaran yang bisa memberikan ... antropologi Ini

adalah pengalaman sekaligus merendahkan dan pelebaran untuk belajar bahwa orang

lain telah terpenuhi dan kembali ¬ memecahkan beberapa masalah-masalah universal

dengan cara yang lain dari yang akrab. Jika seseorang dapat datang untuk menghargai

perbedaan, maka banyak memang akan telah dipelajari. Untuk menerima dan hidup

bersama dengan perbedaan yang tidak mudah untuk dibicarakan

Selama studi mereka pada budaya yang belum mengenal tradisi tulisan, siswa dapat

belajar bahwa meskipun manusia memiliki banyak kebutuhan dasar yang sama-seperti cinta,

perlindungan, dan makanan-yang berbeda budaya telah menyusun berbagai macam cara untuk

memuaskan mereka. Tarian hujan dari Orang indiann Hopi, dukun di antara beberapa kelompok

Afrika, dan mempesonakan air di Amerika Serikat (di Indonesia seperti semua mewakili upaya

oleh manusia untuk mengendalikan dan memanipulasi lingkungan mereka. Setelah anak-anak

memahami perilaku masyarakat yang belum mengenal tradisi tulisan, mereka akan cenderung

menganggap itu eksotis dan aneh.

Sementara guru harus membantu anak-anak melihat dan memahami perbedaan,

mereka juga harus membuat mereka menyadari banyak cara di mana semua kelompok manusia

yang sama. Sebagai contoh, semua masyarakat manusia memiliki keluarga, sistem pemerintah,

perkawinan sedarah yang tabu, dan pembagian antara peran pria dan wanita. Namun, lembaga-

lembaga ini sering mengambil bentuk yang beragam. Namun demikian, guru tidak harus

menekankan perbedaan untuk mengabaikan kesamaan yang penting. Anak-anak harus tahu

seberapa dekat mereka terkait dengan semua kelompok-baik manusia biologis dan budaya.

Antropologi disebut mempunyai banyak cara dimana semua budaya manusia sama dalam

universal budaya.

Antropologi juga dapat membantu anak-anak lebih memahami budaya mereka sendiri.

Dengan mempelajari tentang cara lain menjadi dan hidup, anak-anak akan melihat bagaimana

mereka terikat oleh nilai-nilai mereka sendiri dan prasangka. Fakta bahwa kebanyakan orang

Amerika berpikir bahwa cinta yang romantis adalah bagian paling penting dari pernikahan

menunjukkan berapa banyak kita adalah makhluk budaya kita. Individu dalam beberapa

kebudayaan akan terkejut dengan gagasan bahwa perkawinan dapat didasarkan pada alasan

lemah tersebut. Kluckhohn menulis:

Belajar tradisi masyarakat yang belum mengenal tradisi tulisan memungkinkan kita

untuk melihat diri kita sendiri yang lebih baik. Biasanya kita untuk menyadari sudut pandang

khusus untuk kita melihat hidup. Antropologi memegang sebuah cermin besar untuk manusia

dan memungkinkan dia melihat dirinya dalam keanekaragamannya.]

Guru dapat menggunakan pendekatan konseptual terhadap studi masyarakat yang

belum mengenal tulisan untuk menghalangangi timbulnya stereotip dan kesalahan konsepsi.

Mereka dapat mulai dengan mengidentifikasi sejumlah konsep kunci antropologis yang akan

berfungsi sebagai kerangka untuk mengorganisasikan unit mereka. Begitu mereka telah

mengidentifikasi sejumlah konsep pengorganisasian seperti budaya, enkulturasi, bidang

kebudayaan, dan difusi, mereka harus memilih beberapa generalisasi yang berkaitan dengan

konsep-konsep, seperti: "Budaya mempekerjakan keragaman cara untuk mencapai tujuan yang

sama dan untuk memenuhi kebutuhan manusia umum "dan" pertukaran Kebudayaan terjadi

ketika kelompok dengan beragam budaya yang datang dalam interaksi yang panjang . " Setelah

konsep-konsep kunci dan generalisasi diidentifikasi, guru dapat memilih materi pengajaran dan

menyusun strategi pengajaran yang sesuai.

Jika guru memilih generalisasi pertama di atas, dia bisa mengidentifikasi tiga budaya

untuk sampel konten, seperti Orang indian Navajo, Orang indian Iroquois, dan Eskimo Netsilik

(untuk Indonesia: bisa menggunakan sampel suku-suku papua, mentawai, dayak dan toraja),

atau dia dapat memilih salah satu dari kelompok ini dan menggunakan kebudayaan Anglo-

Amerika (untuk Indonesia menggunakan kebudayaan melayu, sunda atau jawa) sebagai

kelompok pembanding. Memilih sejumlah kecil budaya dan meliputi mereka di kedalaman lebih

baik daripada memilih sejumlah besar budaya dan menutupi mereka dangkal. Pemilihan sampel

konten harus didasarkan terutama pada bahan yang tersedia, minat anak-anak, rekomendasi di

buku kurikulum kabupaten, kompetensi guru dan kepentingan, dan pengalaman sebelumnya

anak-anak.

Ketika mengajar generalisasi, "mempekerjakan Budaya keragaman dengan cara untuk

di-pertahankan ujung dan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang umum," guru bisa

membangun, dengan bantuan murid-murid, sebuah pengambilan data grafik mirip dengan yang

diilustrasikan pada Tabel 9.2. Guru bisa mulai dengan meminta anak untuk menyebutkan

beberapa kebutuhan yang semua manusia miliki. Dalam tanggapan mereka, mungkin termasuk

makanan, perlindungan dari cuaca ekstrim, cinta, penghargaan, rekreasi, dan kebutuhan untuk

menjelaskan asal mula alam semesta dan tempat orang-orang di dalamnya. Respon mereka

dapat digunakan untuk kategori struktur pada kebutuhan manusia yang universal. Setelah

kategori ini terstruktur, kelas dapat mengidentifikasi sejumlah pertanyaan terkait dengan

kategori yang dapat diminta dari masing-masing budaya dipelajari. Nama budaya harus

tercantum pada tabel. Para siswa harus berpartisipasi dalam berbagai kegiatan-seperti

membaca, bermain peran, dan film melihat dan filmstrips-dalam rangka untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi grafik. Setelah tabel selesai, anak-anak akan

dapat memperoleh generalisasi umum dari identifikasi di atas.

PERKEMBANGAN TERBARU DI SEKOLAH ANTROPOLOGI

Dalam beberapa tahun terakhir upaya telah dilakukan oleh pendidik ilmu sosial dan

Antropolog untuk meningkatkan kualitas studi antropologi di sekolah SD dan SMP. Beberapa

proyek-proyek penelitian utama sosial tahun 1960-an yang sepenuhnya untuk menciptakan

bahan baru dan strategi pengajaran untuk sekolah dasar antropologi. Salah satu dari proyek-

proyek ini, sangat dipengaruhi oleh ide-ide dari Jerome Bruner S., kursus untuk menghasilkan

nilai intermediate yang disebut Man: A Course of Study. Bruner menggambarkan penekanan

dalam kursus:

Isi kursus adalah manusia: sifatnya sebagai spesies, kekuatan yang membentuk dan

terus membentuk kemanusiaan-Nya.

Tiga pertanyaan ditemui kembali sepanjang:

Apa yang menjadi keinginan manusia?

Bagaimana mereka bisa seperti itu?

Bagaimana mereka bisa menjadi demikian?

Dalam rangka mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari apa yang membuat manusia,

siswa memulai dengan mempelajari salmon, herring burung camar, dan babun. Para Eskimo

Netsilik dipelajari sebagai contoh dari budaya manusia. Kursus ini terdiri dari berbagai macam

bahan instruksional, termasuk film yang dibuat khusus untuk proyek. Ini terutama berkaitan

dengan pertanyaan pertama yang diangkat dalam kutipan dari Bruner.

Kurikulum Proyek Antropologi di University of Georgia juga telah mengembangkan

bahan untuk digunakan dalam kelas dasar. Konsep utama dalam kurikulum termasuk ras,

budaya, kekerabatan, dan agama. Untuk guru, paper akademik yang berkaitan dengan konsep

kunci antropologi dan generalisasi merupakan komponen penting dari program ini. teks

Mahasiswa dan panduan belajar juga bagian dari kurikulum. Meskipun proyek ini mengandung

beberapa bahan yang sangat baik untuk mengembangkan konsep-konsep kunci seperti

antropologi budaya, enkulturasi, dan akulturasi, introduces siswa untuk lebih rendah-tingkat

konsep daripada yang tepat. Misalnya, di kelas empat bahan siswa tidak hanya harus

menguasai konsep difusi, tapi dia selalu dibutuhkan untuk mempelajari makna primer,

sekunder, selektif, dan stimulus difusi. Keempat-anak kelas dapat keuntungan dari menguasai

konsep difusi, tetapi tidak realistis untuk mengharapkan mereka untuk dapat membedakan

antara berbagai jenis difusi.

Salah satu fitur terkuat dari proyek ini adalah bahan-bahan perbandingan pada Arunta,

Kazak, dan budaya Amerika. Budaya ini dibandingkan berkenaan dengan sosial mereka, agama

dan ekonomi organisasi. Bahan-bahan ini akan menyediakan guru dengan pedoman yang

efektif untuk membangun unit yang sebanding pada budaya lain. Guru dapat menggunakan

banyak bahan berkualitas lainnya dalam kurikulum Georgia serta di Man: A Course of Study

sebagai model untuk mengembangkan bahan mereka sendiri dan strategi pengajaran. Guru

harus menyadari, bagaimanapun, bahwa Man: A Course of Study telah menjadi sangat

kontroversial dan yang menggunakan bahan, bahkan sebagai model, mungkin menimbulkan

kontroversi di beberapa komunitas. Meskipun kontroversi yang kuat yang telah dikelilingi

program eksperimental, kita merasa bahwa dalam banyak hal merupakan proyek model

kurikulum. Selama dua pandangan mengenai kontroversi ini, lihat "MACOS Con-roversy,"

Pendidikan Sosial 39: 388-396 (Oktober 1975).

STRATEGI TERPILIH UNTUK MENGAJAR ANTROPOLOGI KONSEP DAN GENERALISASI

Generalization: Pembuatan dan penggunaan simbol merupakan komponen penting dari setiap

budaya.

Kelas Utama :

Tampilkan simbol-simbol di kelas. Kemudian tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang mengikuti.

Traffing light : Merah Hijau Kuning

1. Lihatlah tanda-tanda ini. Apakah Anda pernah melihat warna itu sebelumnya? Dimana? Apa

artinya masing-masing? Dapatkah Anda pikirkan tanda-tanda lainnya? (Mengingat arti dari

simbol-simbol tertentu.)

2. Apakah Anda selalu tahu apa tanda pertama berarti? Bagaimana Anda mengetahui apa

artinya? (Budaya menyampaikan makna simbol.)

3. Apakah tanda-tanda ini membantu orang-orang? Bagaimana? (Simbol membantu orang

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka.)

4. Apa yang akan terjadi jika kita tidak memiliki tanda-tanda?

Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apakah ada yang pernah memberitahu Anda bahwa Anda adalah monyet kecil? Mengapa

ada orang yang menelepon Anda monyet kecil? Apakah Anda ingin dipanggil dengan nama

itu? Mengapa atau mengapa tidak? (Contoh simbol.)

2. Menarik garis antara hewan kering hal itu singkatan. (Pencocokan simbol dengan makna.)

tikus pemberani, berani

Singa tenang, kecil

Gajah pintar

Rubah ingatan yang baik

3. Bukankah lucu bahwa kita berpikir tentang hewan dalam cara ini? Apakah Anda berpikir

bahwa tikus benar-benar tenang? Pikirkan tentang hewan lain dan kata-kata yang kita

gunakan untuk menggambarkan mereka. Apakah kata-kata dan hewan berhubungan?

(Mempertanyakan hubungan antara simbol dan maknanya.)

4. Apakah Anda pernah mendengar sebuah cerita tentang sebuah rumah di mana "tidak ada

yang mengaduk bahkan tidak tikus"? Mengapa kita tidak mengatakan, "di mana tidak ada

yang mengaduk bahkan tidak seekor kuda"? Yang frase membuat rumah tampak lebih

tenang? Mengapa? Apakah itu membantu untuk menggunakan nama hewan untuk

memberitahu tentang hal-hal? Bagaimana? (Meneliti penggunaan simbol dalam deskripsi.)

Baca kelas cerita tentang Orang indian atau Eskimo yang bercerita tentang tiang totem dan

termasuk karakter yang memiliki nama hewan seperti Beruang berlari atau kuda gila. Kemudian

mintalah anak-anak untuk menulis sebuah cerita di mana mereka menggunakan nama hewan

untuk menggambarkan orang dan hal-hal mengenai karakteristik. (Aplikasi: Menggunakan

simbol)

Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah Anda pernah berpura-pura menjadi pengemudi

mobil atau nelayan dalam perahu? Apakah Anda kadang-kadang berjalan di sekitar rumah

dengan sepatu ibu Anda atau ayah? Apakah Anda pernah berpura-pura naik kuda atau

mengemudikan truk dan kereta api? Mengapa? (Mengidentifikasi perasaan yang dilambangkan

dalam tindakan.)

Bacalah kutipan berikut dari David, Young Chief on The Quileutes: An American Indian Today

(untuk di Indonesia bisa digunakan deskripsi tentang kehidupan Suku Badui di Jawa Barat)

Beberapa anak-anak Orang indian Quileute bermain di kano, berpura-pura menjadi

nelayan seperti ayah mereka atau pemburu paus dan anjing laut seperti kakek mereka

dan nenek moyang mereka.

[Tampilkan peta di kelas (dalam bidang buku) di mana permukiman Orang indian Quileutes

berada. Tampilkan murid gambar anak laki-laki Orang indian di kano di halaman 35 dari buku

ini.]

Katakanlah kepada kelas: The Kiowa Orang indian anak-anak bermain kamp Orang indian

dengan memiliki pita mainan untuk anak-anak perempuan dan kuda tongkat untuk anak-anak

laki-laki. Mereka kadang-kadang bahkan menggali parit panjang sepanjang sisi kamp untuk

melindungi kamp permainan mereka.

Tanyakan: Mengapa Anda pikir anak-anak Orang indian melakukan hal-hal seperti itu?

(Mengidentifikasi perasaan disimbolkan dalam tindakan.)

Beritahu kelas: Inggris adalah negara yang ada di sisi lain Samudera Atlantik.

(Tunjukkan pada globe.) Ada, ketika seseorang sudah cukup, dia mendapatkan kunci.

Anak laki-laki (atau perempuan) diberi kunci rumah nya ketika ia cukup besar. Ajukan

pertanyaan-Pertanyaan berikut: Apakah Anda ingin menjadi besar dan memiliki kunci rumah

Anda? Apakah orang tua Anda memberikan kunci untuk seorang anak satu tahun? Mengapa

tidak?

Katakanlah: Kami akan memanggil kunci simbol yang besar karena Anda mendapatkan satu-

satunya bila Anda cukup tua untuk menjaga kunci dan tidak akan kehilangan. Anda

mendapatkan kunci ketika Anda besar. (Menentukan alasan untuk makna khusus dari simbol.)

Tanyakan: Dapatkah Anda memikirkan simbol lain dari yang besar? Jika kita tidak memiliki

simbol yang besar, apakah Anda pernah tahu apakah Anda sudah dewasa? (Mengingat,

memprediksi, dan hipotesa akibat dari hilangnya simbol.)

Mintalah anak-anak untuk bertindak keluar, menceritakan tentang kisah, menggambar, atau

menulis tentang seseorang bertindak dengan cara yang menunjukkan atau melambangkan apa

yang dia ingin jadikan. (Menerapkan pengetahuan.)

Kelas Menengah

Beritahu kelas:

Setiap tahun di Meksiko, seperti di banyak negara lain, ada menceritakan kembali kisah

kelahiran Yesus. Dalam perjalanan simbolis, seorang gadis dan anak laki-laki, yang

mewakili Maria dan Yusuf, berjalan setiap malam selama sembilan hari. Pada hari terakhir

pemilik sebuah penginapan. memberi mereka tempat tinggal dan Yesus dilahirkan.

(Untuk di Indonesia bisa digunakan deskripsi tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

yang diperingati oleh masyarakat)

Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apakah Yesus benar-benar lahir setiap kali anak laki-laki dan perempuan berjalan melalui

perjalanan dalam cerita itu? (Pengakuan alam simbolis dari tindakan.)

2. Apa orang-orang di negara-negara lain untuk melambangkan kelahiran Yesus? (ingatan;

perbandingan simbol serupa.)

3. Mengapa Anda menganggap orang-orang mengadakan festival ini setiap tahun?

(Menentukan makna tradisi simbolis.)

4. Pernahkah Anda melihat salib? Apa salib berarti? Mengapa beberapa orang memakai salib?

(Menganalisis simbol simbol.)

Bacalah kutipan berikut dari Cippewa Orang indian: Beras Pengumpul dari Great Lakes:

(untuk di Indonesia digunakan deskripsi tentang kehidupan berburu pada suku Papua atau

Suku Mentawai)

Sejak Serigala Kecil (seekor Chippewa) adalah seorang mide (tim SAR = tim medis),

wajahnya dicat seluruhnya merah untuk menunjukkan peringkat, dan garis hijau diambil

dari pelipis kiri melintasi hidung dan pipi kanannya. Karena dia bisa meramalkan masa

depan, dua garis-garis gelap dicat ke atas dari matanya. Baris dari telinganya

menunjukkan bahwa ia tahu apa yang terjadi pada jarak jauh. Dia mengenakan sebuah

kerang laut bundar di tenggorokannya untuk menunjukkan bahwa tenaga ekstra telah

dikirim ke dalam tubuhnya berkali-kali. Dua garis merah dilukis pada lengan dan

tangannya berarti bahwa ia bisa menyentuh orang pada jarak yang besar dan bekerja

akan di atas mereka.

Saudara tua menatapnya dengan kagum dan hormat. Kalau saja dia bisa mendapatkan

seperti tanda! Ini akan memakan waktu lama untuk mempelajari semua kebijaksanaan

itu. Untuk ini Brothe tua; - wajahnya tetap tidak dicat ... Keluarga membentuk prosesi

Serigala Kecil dan saudara Lama dan mereka semua berjalan perlahan ke midewegan.

Memberikan contoh-contoh tambahan seperti:

Untuk Orang indian Kiowa situasi yang sama ada. Anak laki-laki menantikan saat ia bisa

melakukan hal-hal berani. Anak laki-laki memiliki perisai putih untuk memula. Saat ia

melakukan hal-hal berani dan memperoleh pengetahuan, perisai nya akan dicat seperti

tameng ayahnya.

Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Dalam kepanduan, anak pramuka. gadis pramuka, dan anak perempuan api unggun

menerima emblem untuk setiap keterampilan dicapai dan menunjukkan. Bagaimana ini

praktek yang serupa dengan tanda-tanda dari Orang indianna.? Bagaimana itu berbeda?

(Membandingkan sistem simbol.)

2. Organisasi militer juga menggunakan simbol untuk menunjuk tingkat prestasi. Bagaimana

simbol-simbol militer serupa dengan yang telah kita bahas? Bagaimana mereka berbeda

(Membandingkan sIrmbols.)

Mintalah anak-anak untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan berikut:

1. Pilih bendera dari tiga Negara di Afrika Menyelidiki makna atau simbolik balik setiap warna

yang digunakan dan juga makna desain pada bendera. (Mengidentifikasi makna simbolis.)

Setiap siswa akan membahas dengan kelas bendera yang mereka dipilih, menunjukkan

semua simbol yang terlibat.

2. Diskusikan hal-hal yang Anda bisa merasakan setia kepada keluarga, teman, kelas, kota,

negara, agama, dan negara. Apa hal lain dapat Anda merasa setia kepada? Apa yang bisa

menjadi simbol dari hal-hal yang Anda namakan? (Mengidentifikasi perasaan yang diciptakan

simbol.)

3. Pilih sesuatu yang Anda merasa Anda loyal dan membuat bendera, menggunakan simbol-

simbol untuk mengungkapkan aspek-aspek penting dari itu. (Mengidentifikasi perasaan,

menciptakan simbol.)

Beritahu kelas: Sebelum Anda memiliki uang untuk membeli beberapa hal yang Anda inginkan,

Anda bisa mengumpulkan hal-hal yang anda inginkan dan perdagangan untuk item yang tidak

Anda miliki.

Tanyakan: Apa hal yang bisa Anda kumpulkan ketika Anda kecil? Apa yang bisa Anda

perdagangan benda-benda tersebut?

Baca berikut untuk kelas:

Yang di perdagangan juga oleh Orang lain. Di Afrika Timur sapi yang diperdagangkan

untuk hal lain-sebagian besar waktu untuk istri. Seorang pria menunjukkan dua hal ketika

ia memberikan ternak untuk di hukum: pertama, seberapa banyak dia menghargai wanita

dan kedua, bagaimana dia kaya, karena dia kaya, ternak semakin dia bisa berikan. Selain

itu, pemberian ternak membuat sulit untuk menceraikan pria, karena keluarga wanita

harus memberikan kembali ternak jika perceraian terjadi. Di sisi lain, jika suami tidak baik

untuk keluarga istri, mereka dapat membuat dia memberi mereka sapi yang lain setiap

kali salah satu sapi asli meninggal. Sapi mewakili kedekatan antara keluarga dalam

masyarakat ini.

uang dari kerang telah digunakan di banyak masyarakat untuk barter: suku pigmi di Kongo

menggunakan kerang atau cangkul besi dalam pertukaran mereka dengan orang Negro.

Perak batangan yang digunakan di kelas bisnis dari beberapa kebudayaan sampai-Turki

tahu bahwa mereka dapat dibuat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil (koin)

untuk rata-rata orang.

Tanyakan: Bagaimana mungkin orang-orang yang dijelaskan di atas mendapatkan sesuatu yang

mereka tidak miliki? Bagaimana kita bisa mendapatkan hal yang tidak kita miliki? (Mengingat

sistem ekonomi simbolik.)

Katakanlah kepada kelas: Orang indiann Quileute tua, ketika mereka diperdagangkan untuk

hal-hal tanpa menggunakan uang seperti tagihan dan koin. Seorang wanita di buku Daud,

Young Chief of the Quileutes mengatakan bahwa dia lebih suka ketika mereka bisa berdagang.

Dia mengatakan sesuatu yang selalu bisa ditemukan untuk perdagangan, tetapi itu tidak selalu

mungkin untuk menemukan pekerjaan sehingga seseorang bisa mendapatkan uang.

Tanyakan: Apa hal simbolis yang akan Anda lebih memilih untuk berdiri untuk membeli listrik?

(Menilai pertanyaan.) Apa yang akan terjadi jika masyarakat tidak ada yang bisa membeli

listrik? (Memprediksi dan hipotesa tentang masyarakat tanpa sistem eko ¬ ekonomi simbolik.)

Kelas Atas

Baca ke kelas ringkasan berikut laporan seorang antropolog Eskimo dari salah satu aspek dari

kehidupan Amerika:

Banyak orang di dunia membayar perhatian ke waktu, tetapi tidak lebih dari orang

Amerika. Meskipun mungkin ditolak, waktu tampaknya suci di Amerika Serikat. Hal ini

terlihat dari bahasa Amerika. Hal ini umumnya dianggap sebagai yang berdosa untuk

"membuang waktu." Salah satu filsuf terbesar Amerika mengatakan: "Dost engkau

mencintai kehidupan” Maka jangan menyia-nyiakan waktu, untuk itu adalah kehidupan

barang adalah terbuat dari apa?.

Tapi untuk lebih spesifik. Hampir semua orang Amerika membawa berhala-berhala yang

mewakili waktu. Berhala yang lebih besar yang menunjukkan waktu yang ditampilkan di

seluruh igloo Amerika dan di tempat umum.

Bahkan ketika sibuk, Amerika sering memandang berhala tersebut dan mengatur hidup

mereka menurut mereka. Mereka mulai ketika mereka bangun di pagi hari, dan mereka

tidak berhenti sampai mereka pergi ke tempat tidur. Banyak siswa dan pekerja tampak

lebih berminat dalam waktu berhala dari tugas-tugas mereka.

Jika ibadah waktu dapat dianggap agama, Amerika mungkin orang yang paling religius di

bumi.

Tanyakan pertanyaan ini:

1. Apa yang antropolog Eskimo katakan tentang Amerika dan waktu? (ingatan)

2. Apakah Amerika menyembah berhala waktu? Mengapa atau mengapa tidak? (Menganalisa

simbolisme tentang waktu.)

3. Apakah Anda setuju dengan antropolog Eskimo? Mengapa atau mengapa tidak?

(Mengevaluasi penafsiran simbol.)

4. Apa seleksi ini memberitahu Anda dalam hal untuk membuat asumsi tentang orang lain?

(Mengevaluasi metode penafsiran.)

Baca berikut untuk kelas:

(Untuk di Indonesia bisa digunakan deskripsi tentang upara perkawinan di suku-suku Papua

yang berada di lembah Baliem)

Orang indian Barat laut merayakan peristiwa-peristiwa sosial yang penting dengan "latch-pot."

Potlatches diadakan ketika anak lahir, atau ketika seseorang meninggal. Mereka juga diadakan

ketika seseorang menikah: Dalam hal ini istri dibeli dari ayah mertua dengan memiliki potlach

baginya. Setelah seorang pria telah memberikan hal kepada orang lain di sebuah potlach, orang

lain kemudian mengharuskan untuk membayar hadiah dan benar-benar memberikan kembali

lebih dari dia.

di Melanesia itu disebut suatu Kula. Pada Kula dua orang kaya bersaing untuk melihat siapa

yang bisa memberikan hal yang paling yang lain. Orang yang menyerahkan paling menang,

karena ia menunjukkan bahwa ia begitu kaya bahwa dia bisa memberikan hal yang paling.

Satu Kiowa India (a Great Lakes India) menjelaskan bagaimana ia merasa tentang memberi

segala hal:

Kami datang ke dunia dengan tidak ada di tangan kita dan menangis di bibir kami. Jika seorang

pria kuat yang dapat strip dirinya ke tempat di mana ia dilahirkan dan masih mendapatkan

kembali apa yang ia butuhkan dari sendiri skuIl

Tanyakan pertanyaan-pertanyaan: Apa yang orang Indian barat laut dan Melanesia lakukan

ketika mereka ingin merayakan sesuatu? Apa yang mereka bisa keluar dari memberikan segala

hal? Mengapa? Apa itu melambangkan jika Anda bisa memberikan sesuatu untuk merayakan

acara? Apa yang kita lakukan ketika kita ingin merayakan sesuatu? (Mengingat identifikasi

simbol.) Dengan cara apa kita merayakan saat kami menikah? Bagaimana cara-cara yang

berbeda dari orang Indian yang memiliki sebuah potlach? Bagaimana cara-cara serupa?

(Membandingkan sistem simbolis.)

Katakanlah kepada kelas: Kata-kata adalah simbol. Mereka berdiri untuk ide-ide dan nilai-nilai

yang dimiliki manusia. Mintalah orang tua dan kakek-nenek Anda apa kata mereka yang

digunakan untuk menggambarkan hal-hal yang mereka suka ketika mereka usia Anda. Kata-kata

apa yang digunakan orang usia Anda untuk hal-hal yang mereka sukai? Apakah mereka sama

seperti ketika Anda lima tahun lebih muda? Mengapa atau mengapa tidak? Apakah Anda

berpikir bahwa Anda akan menggunakan simbol yang berbeda atau - Kata untuk hal yang Anda

sukai saat Anda lima tahun lebih tua? Mengapa atau mengapa tidak? (Changing simbol t, waktu

uough.)

Cari tahu bagaimana orang-orang dari berbagai negara saling menyapa. Kami saling menyapa

dengan "Halo," "Hai," "Bagaimana kabarmu?", Dalam berpisah kita bisa berkata "Selamat

tinggal," "Perdamaian," atau "Jaga iman". Navajo mengatakan "Ya untuk hei", melainkan

digunakan untuk mengatakan "Baik bye" atau "Damai." Orang-orang Yahudi mungkin berkata

"Shalom" yang berarti "Damai sejahtera bagi kamu," atau juga "Halo" atau "Selamat tinggal."

Orang Cina mengatakan "Ni Hat; Ma" untuk "Hew Anda?"

Tanyakan Bagaimana simbol-simbol ini sama? Berbeda? Apa yang akan kita lakukan tanpa

mereka? (Ctiniparing sistem simbolis.)

Baca berikut untuk kelas:

(Untuk Indonesia bisa digunakan deskripsi bagaimana suku dayak di Kalimantan membuat

sebuah rumah dan menandai luas tanah milih seseorang)

Orang biasa pergi ke toko umum dan duduk dan berbicara sekitar kompor, hangat hitam

bagong. Akhirnya wanita mungkin berkata, "Mari kita turun ke paku payung kuningan." Dia

berarti bahwa dia ingin membeli beberapa kain dan bahwa dia tidak ingin tinggal dan berbicara

lagi hari itu. Apa paku payung kuningan harus dilakukan dengan pernyataannya? Petugas itu

basa-basinya terjebak ke halaman satu counter terpisah sehingga ia bisa mengukur kain lebih

mudah dan akurat.

Seorang Indian Quileute tua akan memberitahu teman muda sekarang banyak jari masing-

masing sisi kano harus. Tepi atas adalah salah satu jari lebar, sisi dua, dan tiga terbawah.

Pengukuran ini dibuat sampan menahan batu.

Tanyakan:

1. Apa simbol memang orang harus berdiri untuk jumlah hal untuk mengukur? (Identifikasi

simbol.)

2. Apa yang sedikit rumit simbol yang Anda gunakan untuk hal-hal yang perlu untuk mengukur?

Mengapa Anda menggunakannya? (Menciptakan simbol-simbol baru, atau mengingat yang

telah dibuat sebelumnya.)

3. Jika seseorang meminta Anda untuk mengukur ruangan dalam inci akan Anda benar-benar

yakin itu ¬ mea dalam inci atau akan Anda mengukur dalam beberapa unit lain dan

kemudian dikonversi jawaban inci? Mengapa? (Menerapkan pengetahuan.)

Tanyakan kelas pertanyaan berikut:

1. Pernahkah Anda mendengar tentang seseorang memegang kepalan tangan hitam? (Ingat dari

sym-bol.) Apa kepalan tangan hitam berarti hari ini? Apakah selalu berarti apa artinya hari

ini? Mengapa atau mengapa tidak? (Identifikasi-makna melalui waktu dan perubahan

dengan waktu.)

2. Apakah Anda pernah melihat gaya rambut Afro (atau Natural),? Apa yang Anda berpikir

bahwa itu melambangkan atau sarana untuk orang yang memakainya? Apa artinya bagi

Anda? Apakah selalu berarti apa artinya hari ini? Mengapa atau mengapa tidak? (Sama

seperti di atas, juga membedakan arti dari simbol yang sama untuk dua orang yang

berbeda.)

3. Ada muatan melalui waktu di-simbol untuk perdamaian. India memiliki simbol perdamaian

beberapa. Dapatkah Anda menyebutkan satu? (Pipa dan panah patah.) Dapatkah Anda

menyebutkan tiga simbol untuk perdamaian digunakan kemudian di negeri ini? (Dove, elang

dengan cabang zaitun, i, dan dua jari membuat V.) Cari tahu cara-cara yang damai

dilambangkan dalam masyarakat lain. Buat Anda sendiri simbol perdamaian. (Identifikasi

makna, mengingat simbol, perbandingan simbol dengan makna yang sama;. Dan penerapan

pengetahuan dengan menciptakan simbol baru)

Generalisasi: Budaya mempekerjakan keragaman sarana untuk mencapai tujuan yang sama

dan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kelas Primer

1. Menampilkan gambar anak-anak dari berbagai tempat penampungan, makanan, dan pakaian

dari budaya yang berbeda. Tanyakan kepada mereka apa yang setiap gambar menunjukkan.

Mintalah mereka gambar grup menurut kesamaan. Minta mereka untuk nama masing-

masing kelompok gambar. Bantu mereka untuk menemukan bahwa makanan, tempat

tinggal, dan pakaian adalah kebutuhan bagi semua manusia, meskipun mereka muncul

dalam bentuk yang berbeda. Minta mereka untuk membayangkan kehidupan mereka

dengan keluar salah satu dari tiga kebutuhan. Tanyakan pertanyaan ini lagi, menghilangkan

kelompok lain. Kemudian meminta siswa mengapa item digambarkan dalam setiap

kelompok utama bagi kehidupan mereka.

2. Guru bisa menampilkan gambar dari berbagai moda transportasi dari budaya yang berbeda,

menunjukkan sebuah kapal uap, unta, pesawat, kapsul ruang angkasa, keledai, dogsled,

mobil, bus, kapal laut, tongkang, dan melatih (menekankan keragaman). Mintalah siswa

untuk mengatur gambar pada papan buletin ke dalam kategori. Mereka dapat mengatur

mereka sesuai dengan jumlah orang yang diangkut, iklim yang sesuai, atau jenis transportasi.

Mintalah siswa untuk: menjelaskan kategori mereka, dan untuk mengidentifikasi

karakteristik umum dari semua gambar. Mereka mungkin ingin untuk membangun model

antara berbagai moda transportasi.

3. Untuk membantu anak-anak melihat bahwa budaya yang berbeda menggunakan alat yang

berbeda untuk tujuan yang sama, menemukan baik film atau filmstrip menggambarkan

penggunaan alat-alat dalam suatu budaya tertentu. Pilihan tepat mungkin alat orang awal,

Eskimo, penduduk pulau Mikronesia, atau Mesir awal. Setelah melihat pratinjau film,

menemukan gambar alat yang digunakan saat ini dalam masyarakat industri yang melakukan

fungsi yang sama seperti yang digunakan oleh budaya yang ditampilkan dalam film.

Perlihatkan kepada siswa gambar alat dengan yang mereka Nould menjadi akrab. Mintalah

mereka mengidentifikasi penggunaan mereka. Kemudian menampilkan film atau filmstrip,

mengarahkan anak-anak untuk mengidentifikasi alat-alat yang melakukan fungsi yang sama

dengan yang terlihat pada gambar. Film ini mungkin harus menunjukkan dua atau tiga kali

untuk anak-anak untuk membuat perbandingan yang diperlukan. Anak-anak mungkin ingin

membuat gambar dari peralatan yang digunakan dalam film dan mencocokkannya dengan

gambar-gambar guru telah menunjukkan mereka.

Kelas Menengah

1. Untuk membantu siswa memahami bagaimana bentuk pertukaran adalah suatu keharusan

dalam setiap kebudayaan dan belum bervariasi secara signifikan antara budaya, menunjukkan

contoh-contoh uang yang digunakan di berbagai negara dan gambar dari bank dan tempat lain

di mana uang ob-dipertahankan. Lalu tunjukkan gambar pos perdagangan dan pasar di mana

barter adalah metode pertukaran. Kemudian tanyakan kepada siswa:

a) Apa tujuannya adalah umum untuk semua gambar?

b) Apa perbedaan antara dua set gambar?

c) Mengapa beberapa orang menggunakan barang dan uang lainnya sebagai media

mantan-perubahan?

2. Akan lebih memperjelas konsep barter, menunjukkan siswa sebuah film tentang budaya

seperti yang dari Indian Navajo atau Meksiko dengan siapa barter adalah perubahan yang

berarti. Diskusikan persamaan dan perbedaan antara dua sistem pertukaran, dan

keuntungan dan kerugian dari masing-masing.

3. Mintalah setiap siswa membaca biografi atau cerita yang menggambarkan seseorang di

budaya lain. Mintalah siswa untuk berpikir tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ketika

mereka membaca:

a) Apa pengalaman apakah orang tersebut dalam cerita memiliki yang serupa dengan

Anda?

b) Yang mana yang berbeda?

c) Mengapa ada beberapa yang berbeda?

d) Dengan cara apa keseluruhan adalah orang yang Anda membaca tentang mirip dengan

Anda?

e) Apa yang kisah ini memberitahu Anda tentang manusia secara umum?

Setelah setiap siswa membaca buku, bentuk kelas menjadi kelompok tiga atau empat siswa

masing-masing dan meminta mereka untuk menjawab pertanyaan di atas.Juga meminta

mereka untuk membandingkan jawaban dari setiap orang dalam kelompok dan untuk

mencari kesamaan dalam kelompok. Mintalah setiap kelompok laporan kesimpulan untuk

kelas. Diskusikan temuan kelas. Bantu mereka untuk mengidentifikasi pengalaman individu

yang sama lintas budaya dan untuk menjelaskan mengapa pengalaman ini memiliki

komponen umum.

4. Untuk memberikan siswa tampilan baru pada keragaman berarti untuk mencapai akhir yang

umum, memiliki siswa melihat di buku telepon kota mereka atau kota atau satu terdekat

untuk menentukan apa restoran mengkhususkan diri dalam makanan dari negara-negara

eter. Tanyakan koki "dari restoran terdaftar atau anggota komunitas etnis diwakili oleh

restoran untuk mengunjungi kelas dan memberitahu siswa apa jenis makanan yang mewakili

negara mereka dan bagaimana mereka siap Kemudian tanyakan. Guru ilmu pengetahuan

untuk menjelaskan apa manusia kebutuhannya harus satistied untuk menjaga kesehatan

yang memadai Bagilah siswa menjadi kelompok menurut negara dan meminta mereka untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.:

a) Apa makanan dasar membuat pola makan orang di negara mereka?

b) Yang memiliki makanan karbohidrat, protein, dan lemak?

c) Apa persentase dari makanan mereka terdiri dari masing-masing dari tiga ponents com

makanan utama?

d) Bagaimana makanan biasanya dibuat: misalnya, digoreng, direbus, dikeringkan?

e) Apakah makanan yang umumnya tinggi atau rendah kalori?

Kemudian memiliki pemimpin masing-masing laporan atau temuan kelompoknya. Merekam

mereka pada data pengambilan grafik. Mintalah siswa membandingkan dan kontras temuan

mereka untuk mencegah tambang apakah ada pola umum dalam makanan dari semua

kelompok etnis dipelajari.

5. Tanyakan pada anak apa yang harus mereka miliki sebagai manusia untuk survive_ Daftar

jawaban mereka di papan tulis sebagai kebutuhan manusia. Kemudian menunjukkan bahwa

mereka tahu bagaimana hu-man makhluk dalam budaya lain memenuhi kebutuhan ini. Bagilah

kelas menjadi kelompok-kelompok, mengidentifikasi masing-masing kelompok budaya.

Memiliki kelas data yang besar membangun kembali trieval daftar tabel kebutuhan manusia di

daerah dan budaya kolom kiri di baris atas.

Kebutuhan Hopi Melanesia Masai dari Kenya

Makanan

Pakaian

Perlindungan

Sebagai siswa menemukan informasi, harus dicatat pada tabel. Setelah masing-masing

kelompok telah mencatat temuan, memiliki kelas menggunakan grafik sebagai dasar untuk

membandingkan dan kontras bagaimana budaya yang berbeda memenuhi kebutuhan yang

sama.

Kelas Atas

1. Menunjukkan bahwa sekelompok siswa membaca Walkabout oleh James Marshall. Ini

adalah cerita tentang dua remaja Inggris yang terdampar di Australia sebagai satu-satunya yang

selamat dari pesawat crash_ Dalam pencarian anak-anak untuk membantu, mereka

menemukan sebuah orang asli Australia kepada siapa mereka dapat berkomunikasi kebutuhan

mereka untuk makanan dan tempat berlindung.

Cerita dengan tajam membawa keluar perbedaan budaya sementara pada titik waktu yang

sama keluar landasan bersama di bidang kebutuhan dasar manusia. Mintalah siswa memikirkan

pertanyaan-pertanyaan berikut ini ketika mereka membaca:

a) Bagaimana anak-anak Inggris pertama bereaksi terhadap Aborijin Australia?

b) Atas dasar apa anak-anak awalnya membangun komunikasi dengan Australia?

c) Bagaimana hubungan berubah dari waktu ke waktu?

d) Apa adalah beberapa cara mentega di mana orang-orang muda Inggris dan aborigin

Australia berbeda dalam satisyng kebutuhan dasar mereka?

2. Sebagian besar siswa belum mempertimbangkan kegiatan dan tugas-tugas masa kanak-kanak

sebagai persiapan yang diperlukan untuk dewasa. Untuk membantu mereka becone akrab

dengan fungsi yang berbeda praktik membesarkan anak, meminta mereka untuk

mengumpulkan gambar anak - anak di banyak negeri dan budaya. Gambar-gambar harus

dipelajari dengan tindak pertanyaan dalam pikiran:

a) Apakah anak-anak dalam setiap gambar lakukan?

b) Bagaimana kegiatan anak-anak dalam semua gambar yang serupa? (Mereka mungkin

ingin mengelompokkan kegiatan menjadi banyak kelompok.)

c) Bagaimana kegiatan anak-anak berhubungan dengan apa yang orang dewasa lakukan?

3. Setelah siswa telah diperkenalkan dengan konsep sosialisasi pada anak, tanyakan kepada

setiap dari mereka untuk memilih budaya atau negara dalam periode tertentu sejarah. Setiap

kemudian dapat menganalisis hubungan antara tugas dan kegiatan-ikatan anak-anak dalam

budaya kepada mereka dari orang dewasa di masyarakat tersebut. Para shoula yang sama

dilakukan untuk kelompok-kelompok dalam budaya kita sendiri. Pertanyaan seperti ini

dianggap CouId: Apa pekerjaan yang anak lakukan untuk mempersiapkan diri untuk dewasa?

Dengan apa tradisi mereka menjadi akrab? Bagaimana peran anak laki-laki dan perempuan

menjadi berbeda? Sebagai aktivitas puncak, siswa mungkin ingin mengembangkan sebuah esai

foto yang menunjukkan kesimpulan mereka tentang bagaimana budaya yang berbeda

mempersiapkan anak-anak untuk dewasa.

RINGKASAN

Antropologi dibedakan dari ilmu-ilmu sosial lainnya karena fokus pada cuiture-pola perilaku,

sistem kepercayaan, artefak, dan manusia lainnya buatan komponen masyarakat. Antropolog

menggunakan "holistik" pendekatan ketika mereka mempelajari budaya, mereka percaya

bahwa generalisasi yang valid dapat dibuat hanya bila semua ments ¬ elemen dari suatu sistem

budaya yang dipelajari sebagai keseluruhan yang terpadu. Studi komparatif dari budaya melek

huruf juga merupakan karakteristik unik dari antropologi. Metode penelitian utama yang

digunakan dalam disiplin adalah observasi partisipan. Para Anthropolog ¬ yang mempelajari

tentang budaya. Karena sifat disiplin ilmu dan tradisi, antropologi tidak ketat sebagai ilmu-ilmu

empiris perilaku seperti sosiologi dan psikologi. Sebagian besar antropolog lebih tertarik dalam

menggambarkan kebudayaan tertentu daripada mereka dalam merumuskan teori-teori empiris

tentang berbagai budaya. Generalisasi Antropologi sering penafsiran lima penilaian bukan

proposisi empiris. Metode observasi partisipan tidak memfasilitasi pembuatan generalisasi

baku. Jadi antropologi adalah serupa untuk kedua humaniora dan sejarah. Teori pembangunan

telah terbelakang dalam disiplin karena tujuan penelitian dan metode dan tradisin nonempiris

melibatkan pencarian untuk satu faktor teori untuk menjelaskan munculnya indikator ¬

budaya individual.

Meskipun status ilmiah antropologi, fokus pada budaya dan perhatian untuk budaya belum

yang belum mengenal tradisi tulisan membuat media yang sangat baik untuk membantu anak-

anak memperluas konsepsi mereka tentang apa artinya menjadi manusia dan memahami

bagaimana mereka terikat oleh budaya mereka sendiri, prasangka, dan bias . Dalam semua

masyarakat, orang cenderung berpikir bahwa cara mereka melakukan sesuatu adalah cara yang

benar atau satu-satunya cara. Etnosentrisme chauvinistik semacam ini terutama merugikan

dalam dunia kita yang semakin kecil dan saling tergantung di mana orang-orang dari berbagai

macam budaya, ras, dan ideologi harus belajar untuk hidup bersama jika umat manusia akan

bertahan tantangan abad dua puluh satu. Antropologi bisa membantu anak untuk belajar

bahwa ada cara lain untuk hidup dan menjadi yang hanya berlaku sebagaimana cara-cara yang

mereka kenal. Dengan kesalah pahaman, toleransi kadang-kadang muncul. Manfaat

Antropologi tempat khusus di sekolah-sekolah karena sudut pandang unik yang dapat

memberikan siswa dengan yang untuk melihat manusia lain serta diri mereka sendiri.

BAB 10

GEOGRAFI: STRUKTUR, KONSEP, DAN STRATEGI

Isye Ramawati

Shilvia M. S

Geografi adalah salah satu bagian kunci dari program pelajaran ilmu-ilmu sosial sekolah dasar.

Walaupun masih ada beberapa warisan lama tentang “negeri antah berantah dan jenis manusia

yang eksotis”, namun akhir-akhir ini telah dilakukan upaya-upaya yang sungguh-sungguh untuk

memperbaharui kualitas pengajaran dan kecanggihan isi (muatan) yang dipelajari.

Untuk meletakkan geografi dalam perspektifnya yang pas, marilah kita berpaling pada

suatu pandangan yang menyatakan geografi sebagai suatu cabang ilmu, dan metoda-metoda

pembelajaran, konsep-konsep, generalisasi, serta teori-teori yang berhubungan dengan

geografi. Kemudian kita akan menerangkan cara-cara yang tepat untuk mengajarkan struktur

disiplin ini dan metoda-metoda penelitiannya di sekolah dasar dalam kerangka penyelidikan,

penilaian, dan pengambilan keputusan yang telah kita bahas sebelumnya.

PERSPEKTIF GEOGRAFIS

Keunikan geografer adalah pertimbangan mereka yang berurusan dengan tempat. Geografer

tertarik terhadap berbagai jenis tempat: pegunungan, lembah, kota, sistem sungai, gurun pasir,

hutan lebat, dan daerah kutub yang beku. Geografer berurusan dengan iklim tempat-tempat

tersebut, pergerakan manusia keluar dari dan masuk ke tempat-tempat tersebut, serta pola-

pola rute jalan raya, rute jalan kereta api, dan rute penerbangan. Secara lebih spesifik, para

geografer tertarik pada ciri-ciri yang menjadi keistimewaan suatu tempat dan yang

membedakannya dari tempat-tempat yang lain. Geografer juga berurusan dengan hubungan-

hubungan antar berbagai tempat dan dengan penemuan pertalian ruang antar tempat.

Ringkasnya, geografer berusaha mengembangkan uraian dan penjelasan-penjelasan yang

dengan cermat mengintegrasikan manusia dengan tempat dan ruang dimana manusia tinggal.

LIMA TRADISI

Tidak seperti ilmu-ilmu sosial yang lain, geografi memiliki sejarah yang amat panjang yang

dimulai pada jaman Yunani kuno. Diluar tradisi ini telah muncul lima perspektif yang berbeda

atau daya tarik riset yang dianut kebanyakan geografer. Walaupun masing-masing perspektif ini

menggunakan pendekatan yang berbeda terhadap pengkajian tempat dan ruang, namun

semuanya diakui dan diterima dengan baik oleh hampir semua geografer dalam mainstream

disiplin ini. Secara keseluruhan atau bersama-sama, kelima tradisi ini mencerminkan luasnya

ruang lingkup disiplin ini dan beragamnya pendekatan yang digunakan para geografer dalam

mengembangkan pengetahuan geografi.

1. Tradisi Geografi Fisik atau Ilmu Bumi adalah pengkajian permukaan bumi, terutama

susunan dan fungsi ciri-ciri alamiah. Kajian ini meliputi ciri-ciri fisik seperti dataran, lembah,

pegunungan, dan sungai; cuaca dan iklim atmosfer (meteorologi); aktivitas gelombang,

pasang, dan arus laut (oseanografi); dan kehidupan flora dan fauna di bumi ini. Ini

merupakan pendekatan yang sangat berpengaruh di kalangan geografer, terutama ketika

para geografer berusaha mengumpulkan dan mensistematiskan pengetahuan tentang

dunia yang berkembang pesat yang dibawa para pengembara dan penjelajah. Pada

umumnya, kajian-kajian dan laporan-laporan yang pertama ini bersifat deskriptif.

2. Tradisi Geografi Wilayah atau Kajian Wilayah adalah kajian suatu wilayah atau kawasan di

permukaan bumi yang homogen menurut kriteria tertentu seperti kriteria lokasi, kegiatan

manufakturing, bentuk lahannya, iklim, aktivitas perekonomian, ciri-ciri kulturalnya, atau

asal-usul etnis penduduk. Geografer wilayah mengajukan pertanyaan-pertanyaan: “ciri-ciri

utama apa sajakah yang memberi kekhasan bagi suatu wilayah?” “bagaimanakah

hubungan ciri-ciri utama ini dengan ciri-ciri lain di wilayah yang sama atau di daerah-daerah

yang berdekatan dengan wilayah tersebut?” Dengan demikian, geografer wilayah berusaha

menyajikan suatu gambaran yang paling inklusif dan paling komprehensif tentang suatu

wilayah. Pendekatan wilayah diterapkan secara luas di sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama. Ada tiga tipe wilayah yang paling lazim dikaji atau dipelajari: wilayah

fisik, dimana ciri-ciri tanah/lahan pada dasarnya serupa; wilayah kultural, dimana beberapa

aspek budaya atau tingkat kemajuan teknologi tertentu menjadi dominan; dan wilayah

politik, yang dikelompokkan berdasarkan garis-garis batas teritorial.

3. Tradisi Geografi Kultural atau Manusia-Tanah adalah kajian tentang hubungan-hubungan

antara manusia dan lingkungan hidupnya. Dengan pendekatan ini, yang kadang-kadang

dinamakan geografi manusia atau geografi ekologis, sang geografer tertarik khususnya

terhadap hubungan-hubungan antar perkembangan kultural dan kondisi-kondisi

lingkungan dimana kita tinggal. Pentingnya atau kegunaan ciri-ciri fisik dan biotik bumi

merupakan fungsi sikap, tujuan, dan ketrampilan teknis dalam kultur kita. Dengan

demikian, batubara dapat dipandang sebagai suatu “sumber daya alam yang berharga”

hanya jika kita telah menemukannya, mengetahui kegunaannya, dan menguasai teknologi

untuk memproduksinya dalam jumlah yang bermanfaat.

4. Tradisi Geografi Ruang atau Teori Lokasi memusatkan perhatian pada lokasi tempat-

tempat khusus dan pola persebarannya. Tradisi ini berusaha menerangkan mengapa fitur-

fitur tertentu seperti kota, pegunungan, atau populasi manusia tersusun seperti apa

adanya di permukaan bumi, dan mengapa timbul perbedaan-perbedaan dalam hal

kepadatan penduduk, pola pemukiman dan penyebaran penduduk. Bagian penting lainnya

dari tradisi ini adalah geometri permukaan bumi, yang mencakup kajian peta dan

rancangan proyeksi peta (kartografi), serta lokasi persis dan pemetaan tempat-tempat dan

permukaan bumi (geodesi dan survei geodesi).

Akhir-akhir ini, geografi ruang cenderung berkonsentrasi pada pengembangan teori-teori lokasi.

Para geografer ruang telah mengkaji lokasi sentral kota-kota, interaksi ruang atau arus

pergerakan perdagangan, manusia, dan ide-ide, serta struktur ruang kawasan perkotaan

dan hubungannya dengan kawasan sekelilingnya. Sangat berbeda dengan geografer

wilayah atau geografer kultural, geografer ruang lebih sering menggunakan data-data

kuantitatif dan metoda-metoda statistik canggih dalam menentukan interaksi simultan

sekumpulan variabel yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas perekonomian.

Barangkali lebih daripada semua tradisi geografis yang telah dibahas di atas, geografer

ruang telah berusaha mengembangkan generalisasi-generalisasi yang lebih tinggi dan

menjalin generalisasi-generalisasi ini kedalam teori komprehensif tentang letak suatu

tempat atau ruang. Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan perbedaan dalam hal penekanan

tradisi masing-masing. Geografer ruang sering memanfaatkan model-model matematis

atau skematik untuk menyatakan ‘generalizability’ sejumlah faktor. Sebaliknya, geografer

wilayah menggunakan suatu metoda analitis-deskriptif, yang menitikberatkan ciri-ciri

khusus suatu wilayah yang dipandang secara menyeluruh.

5. Tradisi Geografi Historis adalah kajian perubahan geografis suatu wilayah seiring dengan

perjalanan waktu. Berlawanan dengan keempat pendekatan yang telah dijelaskan di atas,

geografer historis memakai waktu sebagai dimensi utama dalam mengkaji distribusi dan

pola-pola spatial yang ada di permukaan bumi. Geografer historis berurusan terutama

dengan bagaimana ciri-ciri lanskap muncul di masa lampau dan pola-pola fisik dan

manusiawi yang telah berpadu untuk menimbulkan suatu perubahan dalam lanskap

tersebut. Jadi, geografer ini menggunakan dimensi waktu yang sama dengan para

sejarawan – tetapi dengan cara yang benar-benar berbeda. Sebagai contoh, seorang

sejarawan barangkali mengartikan kepulangan Lenin dari tempat pengasingan sebagai

peristiwa kunci dalam Revolusi Bolshevik tahun 1917, sementara seorang geografer

barangkali memandang penghapusan kepemilikan tanah oleh perseorangan dan

pengembangan pertanian kolektif selama dekade 1920-an sebagai penanda suatu

perubahan signifikan dalam geografi Russia.

Ringkasnya, kelima tradisi atau pendekatan ini terhadap geografi – pendekatan fisik,

pendekatan wilayah, pendekatan kultural, pendekatan ruang, dan pendekatan historis –

mewakili suatu kontinuum kepentingan riset dan metoda yang panjang dalam mainstream

disiplin geografi. Masing-masing pendekatan ini bisa saling melengkapi dan, secara sendiri-

sendiri, menggambarkan suatu metoda pengkajian yang khas dan sahih; secara bersama-sama,

kelima pendekatan ini mencerminkan luasnya ruang lingkup geografi serta beragamnya

pendekatan yang digunakan para geografer dalam pencarian pengetahuan di bidang ini.

GEOGRAFI SEBAGAI ILMU SOSIAL

Sebagai sebuah disiplin ilmu, geografi melibatkan hampir semua ilmu-ilmu sosial. Bila

dipandang sebagai ilmu bumi, geografi fisik berbatasan langsung dengan atau bahkan termasuk

dalam ilmu-ilmu alam. Di lain pihak, geografi historis, amat mirip dengan karya dan metoda

para sejarawan yang berbatasan langsung dengan hmanitas pada ujung lain kontinuum

tersebut. Geografi wilayah dan geografi kultural barangkali terletak di bagian tengah

kontinuum, sementara geografi ruang modern yang menitikberatkan aktivitas-aktivitas

perekonomian dan model-model matematis jauh lebih dekat dengan ilmu-ilmu alam pada

kontinuum tersebut. Ruang lingkup dfi didalam ilmu-ilmu sosial diperlihatkan dalam Gambar

10.1.

GEOGRAFI DAN METODA ILMIAH

Bila dilihat dari segi amat luasnya ruang lingkup disiplin ini dan beragamnya metoda yang

digunakan para penelitinya, pantaskah geografi digolongkan sebagai sains atau ilmu? Jika

“ilmu” diartikan hanya yang diuji secara eksperimental yang dirancang dengan cermat dibawah

kondisi-kondisi yang sangat terkontrol, barangkali geografi bukanlah sains. Akan tetapi,

pandangan demikian mengundang pertanyaan yang lebih penting: Apakah para geografer

menggunakan suatu metoda ilmiah ketika mereka menyelidiki distribusi ruang di permukaan

bumi ini?

Maksud utama riset yang dilakukan para geografer adalah (untuk mendapatkan)

deskripsi, penjelasan, dan prediksi. Para geografer menguraikan secara amat rinci berbagai

tempat di muka bumi; mereka berusaha menerangkan hubungan tempat dengan peristiwa,

manusia, dan dengan tempat-tempat yang lain; mereka berusaha memprediksi apa yang akan

terjadi bilamana faktor-faktor yang sama berinteraksi dibawah kondisi-kondisi yang sama di

tempat lain, atau akibat yang akan timbul jika salah satu atau beberapa faktor tersebut diubah.

Pendekatan yang dilakukan geografer sistematis dan kumulatif, yang berusaha mempersatukan

wilayah-wilayah pengetahuan yang luas, dan yang mengungkapkan temuan-temuan dalam

bentuk konsep, generalisasi, dan teori. Pastinya, kajian-kajian geografis sangat bervariasi dalam

batas-batas yang dijelaskan di atas. Umumnya, para geografer menitikberatkan uraian

(deskripsi) dan penjelasan. Baru belakangan ini, dengan adanya metoda-metoda serta

komputerisasi data-data yang makin canggih, para geografer mulai menitikberatkan prediksi

statistik dan pengembangan model. Dan walaupun geografi telah mengembangkan banyak

konsep dan generalisasi yang penting, namun geografi hanya mengembangkan beberapa teori

sistematis yang sanggup menjelaskan serta memprediksi interaksi spasial yang kompleks atau

pola-pola distribusi yang kompleks. Mengingat dominannya posisi pendekatan rasional dan

tradisi manusia-lahan sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang lebih mengutamakan

uraian dan penjelasan, maka tiadanya suatu teori yang sistematis tentunya bisa dimaklumi.

GEOGRAFI: DISIPLIN YANG MENGGENERALISIR

Dalam bab 2 kita membahas peran teori dalam ilmu sebagai sesuatu yang berguna untuk

mendeskripsi, menerangkan, memprediksi, dan membandingkan fenomena-fenomena yang

ada di dunia ini mengenai kita. Kita mendeskripsikan teori sebagai sesuatu yang terdiri atas

himpunan generalisasi tingkat tinggi yang saling berkaitan yang, jika diambil secara bersama-

sama, dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi peristiwa-peristiwa yang

kompleks. Sekarang, marilah kita selidiki tingkatan sampai sejauh mana geografi merupakan

prinsip yang menggeneralisir dan kemudian kita membahas beberapa teori yang penting dalam

geografi.

Kajian-Kajian Individu versus Umum

Hal yang mendasar bagi pembahasan geografi sebagai suatu disiplin yang bersifat

menggeneralisir adalah suatu pengakuan/kesadaran atas perdebatan yang lama memanas

mengenai manfaat kajian-kajian individu atau kajian-kajian unik bila dibandingkan dengan

kajian-kajian yang lebih generik yang menghasilkan prinsip-prinsip umum. Para geografer tidak

cenderung mengkaji tipe-tipe generik pegunungan, lembah, atau ciri-ciri bumi lainnya, tetapi

telah mempelajari atau mengkaji tipe-tipe individual secara rinci, dimana kebanyakan karya

mereka bersifat deskriptif dan interpretatif. Demikian pula, para geografer tidak

mengembangkan prinsip-prinsip atau hukum umum yang berhubungan dengan berbagai

wilayah dan faktor-faktor integratif bersama mereka.

Dalam upaya menjelaskan situasi ini, kita bisa menelaah kriteria utama pengembangan

generalisasi dan prinsip-prinsip dengan cara induktif. Pertama, sang peneliti perlu memiliki

banyak kasus serupa untuk dikaji. Akan tetapi didalam geografi, ada berapa banyakkah danau,

dataran, atau kawasan perkotaan yang mirip atau serupa yang bisa kita temukan dan memiliki

hubungan-hubungan yang mirip dengan lingkungannya? Kedua, hubungan generik paling tepat

dirumuskan ketika berkaitan dengan sejumlah kecil variabel, yang mana semua variabel ini

tunduk terhadap hukum yang sama. Akan tetapi, dalam geografi, para peneliti harus

mengobservasi asosiasi-asosiasi yang amat kompleks tanpa bisa melakukan pembandingan,

manipulasi, atau replikasi, yang semuanya ini merupakan ciri-ciri esensial metoda ilmiah.

Sebagai contoh, kajian-kajian iklim atau erosi lahan bisa mengungkapkan suatu keteraturan

yang tinggi apabila dilakukan selama bertahun-tahun, namun geografer tidak bisa mengontrol,

mengubah, atau meniru kejadian-kejadian ini. Ciri-ciri lain, seperti perkembangan dan

perubahan delta sungai besar, atau transformasi kultural suatu lanskap dalam perjalanan

sejarah, tidak mungkin dibuatkan replikasinya, dan sukar dikontrol atau dimanipulasi, kecuali

pada skala yang paling kecil dan paling terbatas. Sekalipun demikian, kajian semacam ini

mungkin harus disimulasikan dengan beberapa bentuk suatu model kerja atau – yang lebih

berpeluang dewasa ini – lewat pengembangan suatu model matematis yang dirancang dengan

menggunakan komputer.

Pertimbangan yang ketiga adalah sejauh manakah fenomena-fenomena yang dipelajari

dalam geografi bersifat kultural dan dipengaruhi oleh aksi bersama manusia dalam jumlah

besar. Bagaimanakah merumuskan generalisasi geografis tentang kontribusi unik para

penjelajah seperti Magelhaens, atau kontribusi Henry Ford dalam pembangunan jalan raya dan

jalan layang? Jadi, geografer sering berada dalam situasi yang sulit. Para geografer cepat

menyadari pentingnya hukum dan prinsip umum seandainya prinsip dan hukum tersebut dapat

dikembangkan, namun kondisi-kondisi dibawah mana mereka bekerja tidak memungkinkan

mereka mengembangkan generalisasi dan hukum-hukum yang dapat diuji.

PENGEMBANGAN TEORI GEOGRAFIS

Seperti yang ditunjukkan dalam sub-bab terdahulu, hakekat geografi adalah demikian sehingga

para geografer cenderung lebih gemar mengembangkan pemahaman maksimal suatu kawasan

ketimbang merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang berlaku secara umum atau

universal. Akibatnya, relatif tidak signifikan kemajuan dalam pembentukan teori yang

mensistematiskan himpunan-himpunan generalisasi tingkat tinggi atau prinsip-prinsip guna

menghasilkan suatu penjelasan yang komprehensif atas fenomena yang kompleks. Pada sub

bab ini kita berpaling kembali pada suatu tinjauan singkat atas tiga teori utama dalam geografi

dewasa ini, yakni (1) teori lokasi, (2) teori tempat sentral, dan (3) teori struktur ruang.

Teori Lokasi

Bagaimanakah kita menjelaskan mengapa sesuatu terletak di lokasi dimana dia berada? Adakah

hubungan, misalnya, antara lokasi padang penggembalaan sapi dengan jarak ke suatu pabrik

pengepakan daging? Atau jika kita menentukan lokasi suatu cabang baru perusahaan atau

pabrik manufakturing, dapatkah kita menentukan suatu lokasi yang optimal? Pertanyaan-

pertanyaan semacam ini adalah urusan para geografer (dan para ekonom juga) yang kini

sanggup berpaling pada suatu himpunan pengetahuan yang lebih maju, yang disebut sebagai

teori lokasi, untuk mendapatkan jawaban yang tepat atau untuk menemukan cara memperoleh

jawaban.

Teori lokasi telah menjadi payung yang luas bagi kajian-kajian yang diturunkan dari

bidang-bidang aktivitas perekonomian, perkotaan, dan transportasi yang relevan. Pada

hakekatnya, aktivitas-aktivitas perekonomian merupakan wilayah kajian geografi. Dalam bahasa

yang lebih luas, ini merupakan kajian pengaruh tempat dan ruang terhadap pengelolaan

aktivitas-aktivitas perekonomian.

Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral memegang peranan penting dalam pengkajian lokasi kota dalam geografi

perkotaan. Berdasarkan suatu kajian kota-kota pertanian di Jerman selatan, Christaller

menemukan bahwa desa-desa kecil cenderung membentuk kluster di sekeliling kota-kota yang

lebih besar dalam pola heksagonal yang agar beraturan. Kota-kota yang lebih besar ini

berfungsi sebagai pusat bagi berbagai aktivitas pemasaran, aktivitas sosial dan aktivitas kultural.

Pembangunan jalan kereta api dan, belakangan, jaringan penerbangan dan jalan tol antar

negara bagian telah membawa perubahan besar terhadap pertumbuhan dan pentingnya

berbagai kota, sehingga menyebabkan konsep pola heksagonal yang dikemukakan Christaller

menjadi usang. Walaupun telah dilakukan berbagai modifikasi dalam teori tempat sentral,

namun teori ini tetap penting dalam kajian geografi perkotaan.

Teori Struktur Ruang

Teori ketiga yang cukup penting dalam geografi, khususnya dalam geografi perkotaan, adalah

teori struktur ruang. Dalam banyak segi, teori struktur ruang merupakan turunan dari teori

tempat sentral – terutama karena teori struktur ini memandang bahwa ruang di permukaan

bumi diatur menurut suatu hirarki fungsi dan manfaat. Salah satu perluasan teori tempat

sentral menyatakan bahwa kota-kota tersusun menurut suatu hirarki fungsional dengan urutan

yang meningkat, dari dusun kecil ke kota pedalaman, kota besar, dan akhirnya pusat

metropolitan raksasa. Pola-pola teoritis semacam itu melahirkan metoda-metoda yang berguna

dalam menyelidiki dan menentukan urutan pemanfaatan lahan dan pola-pola berbagai

peruntukan lahan.

Masing-masing teori utama ini – teori lokasi, tempat sentral, dan struktur ruang ini –

telah memainkan peranan penting dalam mendeskripsikan, menerangkan, dan memprediksi

peristiwa-peristiwa kompleks penataan dan interaksi tempat dan ruang, terutama karena teori-

teori tersebut berhubungan dengan bidang geografi perkotaan. Sekaran, kita akan membahas

sejumlah konsep yang teramat penting bagi pekerjaan geografer, yakni konsep-konsep yang

dapat berfungsi sebagai ‘organizer’ bagi perencanaan satuan-satuan pelajaran di sekolah dasar

dan sekolah menengah pertama.

KONSEP-KONSEP GEOGRAFIS

Luasnya wilayah teori lokasi dan interaksi ruang, pola-pola ruang perkotaan, pembauran

kultural, dan persepsi lingkungan mewakili fokus perhatian dalam berbagai program pendidikan

geografi yang lebih mutakhir.

Lokasi

Salah satu tugas pokok geografer adalah penentuan lokasi atau identifikasi tempat dan ruang.

Sejak dahulu kala, para geografer berurusan dengan pemilihan lokasi yang bagus untuk kota-

kota dan sungai, perairan darat, dan ciri-ciri lainnya. Sistem lintang dan bujur, jarak antar

tempat yang dinyatakan dalam mil, serta ukuran luas, semuanya memudahkan dalam

menentukan atau mengidentifikasi lokasi untuk tempat-tempat atau ruang-ruang tertentu di

permukaan bumi. Akan tetapi konsep lokasi mencakup pula beberapa sub-konsep lain yang

relevan yang memperluas makna lokasi yang dijelaskan di atas. Ini adalah situs, situasi, dan

lingkungan.

Situs merujuk pada lokasi suatu tempat dipandang dari segi ciri-ciri internal dan sumber-

sumber daya internalnya. Ini bisa berupa keberadaan sejumlah bukit-bukit terjal di sebuah kota

pedalaman, sebuah sungai yang berkelok-kelok, sisi bukit yang teduh, atau perpotongan dua

lintasan utama kereta api. Ciri-ciri internal demikian sering menjadi faktor kunci dalam

pengkajian pertumbuhan suatu kota, atau fenomena-fenomena yang relevan seperti pola-pola

permukiman, dan perkembangan industri.

Situasi merujuk pada suatu situs dalam konteks yang lebih luas. Jadi, situasi bisa

merujuk pada lokasi sebuah kota pedalaman didalam sebuah lembah dan lingkungan

sekelilingnya yang berbukit-bukit atau bergunung-gunung, atau lokasi suatu kota yang lebih

besar dan hubungannya dengan daerah suburban dan daerah pedesaan di sekelilingnya, atau

barangkali merujuk pada sebuah kota pantai seperti New Orleans dan hubungannya dengan

Teluk Mexico, dan jaringan kereta api, penerbangan, dan kanal-kanal air yang

menghubungkannya dengan berbagai tempat lain di sekelilingnya. Jadi, kalau situs berkaitan

dengan ciri-ciri internal suatu tempat, maka situasi berkaitan dengan relasi eksternal tempat

tersebut serta interaksinya dengan tempat-tempat yang lain.

Untuk menyebut totalitas situs dan situasi, sering dipakai istilah lingkungan. Dalam

konteksnya yang paling luas, lingkungan mencakup ciri-ciri fisik, biotik, dan kultural lanskap

tersebut serta interaksi antar ciri-ciri ini. Adalah menarik mengamati perubahan pemakaian

konsep ini. Seabad yang lampau, para geografer menggunakan istilah “lingkungan” hanya untuk

menyebut lingkungan fisik atau biotik suatu tempat. Di kalangan geografer dewasa ini, konotasi

istilah ini diterima secara luas meliputi aktivitas kultural manusia dan akibatnya terhadap

permukaan bumi. Pemakaian istilah lingkungan dewasa ini dalam konteks polusi dan

pelestarian sumber-sumber daya alam merujuk terutama pada lingkungan fisik dan biotik bumi.

Bagi anak-anak yang duduk di sekolah dasar, istilah lingkungan harus dipakai dalam konotasinya

yang paling luas serta harus turut memperhitungkan pengaruh perkembangan kultural manusia

dan kemajuan teknologi sebagai bagian dari gambaran menyeluruh tentang permukaan bumi.

Interaksi Ruang (Spatial)

Berkaitan erat dengan konsep lokasi adalah konsep interaksi ruang. Kalau lokasi cenderung

merujuk pada identifikasi suatu tempat tertentu, interaksi ruang merujuk pada hubungan-

hubungan yang terbentuk antar tempat dalam ruang. Interaksi ruang berkaitan dengan derajat

ketergantungan mutual berbagai tempat, satu sama yang lain. Dua sub-konsep yang sangat

relevan disini esensil bagi pemahaman interaksi ruang. Keduanya adalah sirkulasi dan

aksesibilitas. Sirkulasi merujuk pada pola-pola pergerakan manusia, ide, dan produk-produk

didalam dan di sekitar berbagai tempat. Jadi, geografer berurusan dengan berbagai ciri

permukaan bumi yang memperlancar atau menghambat pergerakan atau peredaran manusia,

ide-ide, atau perdagangan ekonomi, dan pola-pola pergerakan yang bisa tercipta. Pegunungan,

gurun pasir, atau rawa-rawa yang luas bisa jadi pernah menjadi penghambat bagi pergerakan

manusia dan barang, namun teknologi modern dewasa ini menemukan cara-cara untuk

mengatasi masing-masing rintangan tersebut.

Akan tetapi, di berbagai daerah pedalaman yang terpencil di dunia ini, tiadanya sarana

transportasi atau ciri-ciri fisik itu sendiri berpadu untuk menghambat atau membatasi pola-pola

sirkulasi. Aspek lain yang makin penting akhir-akhir ini adalah efek bypass (efek pintas) jalan-

jalan raya bebas hambatan antar kota atau antar daerah. Banyak kota kecil dan pedalaman kini

nyaris terkucil dari pergerakan barang, manusia, dan ide-ide akibat jalan-jalan bebas hambatan

yang tidak menghubungkannya, karena perhentian atau persinggahan di kota-kota kecil ini

dianggap tidak penting. Dipandang dari berbagai segi, ini merupakan perulangan kemerosotan

(kemunduran) kota-kota yang terlalu kecil atau kurang penting untuk menjadi salah satu

tempat persinggahan atau perhentian jaringan kereta api utama.

Salah sau subkonsep yang erat kaitannya dengan sirkulasi adlaah aksesibilitas, yakni

kemudahan memasuki dan keluar dari pola-pola sirkulasi. Kota-kota yang merupakan

persinggahan antara di sepanjang rute kereta api, rute penerbangan, atau pelayaran sungai,

pelabuhan-pelabuhan yang nyaman di sepanjang garis pantai, atau kota-kota dengan pola-pola

keluar-masuk di sepanjang jalan bebas hambatan, merupakan contoh tempat-tempat yang

memiliki aksesibilitas yang baik terhadap pola sirkulasi. Sebaliknya, banyak pulau, yang bahkan

berada di wilayah yang berpenduduk padat di bumi ini, mendapat layanan ferry yang sangat

terbatas untuk menghubungkannya dengan daratan utama dan masih banyak tempat-tempat

terpencil yang dihubungkan dengan dunia luar hanya oleh penerbangan yang jadwalnya tidak

tentu. Di samping itu, tidaklah aneh bagi orang-orang yang kotanya dibypass untuk terpaksa

menyetir sejauh 20 hingga 30 mil agar bisa mengakses suatu jalan raya modern. Jadi, dalam

menyelidiki interaksi berbagai tempat dalam ruang, geografer dapat menggunakan konsep

sirkulasi dan aksesibilitas sebagai sarana untuk mengorganisir data-data dan menganalisis

hubungan-hubungan.

Pola-Pola Ruang Perkotaan

Dalam meninjau pola-pola ruang di kawasan perkotaan, geografer memanfaatkan sejumlah

besar konsep penting. Sebagai contoh , konsep kota adalah suatu tempat yang menyediakan

berbagai layanan/jasa khusus yang terpusat untuk daerah sekelilingnya. Ruang atau jarak yang

ditempuh manusia untuk mencapai kota dimana ia bekerja, berbelanja, atau menghabiskan

waktunya dianggap sebagai lingkaran pengaruh kota tersebut. Sebaliknya, konsep ini

diterapkan terhadap ruang atau jarak yang terhadapnya surat kabar dan barang (baik secara

grosiran maupun eceran) dikirimkan dari kota, berbagai ragam sambungan atau hubungan

telepon dibuat dari dan ke kota tersebut, dan lain-lain. Ringkasnya, sampai sejauh manakah

diluar batas kota itu pengaruhnya masih terasa kuat? Ruang yang dimasukkan dalam lingkaran

pengaruh sering dinamakan sebagai daerah hinterland, kawasan dagang, kawasan pendukung,

atau kawasan tributer. Para siswa sekolah dasar mudah memahami konsep lingkaran pengaruh

dengan mengamati surat kabar yang tersedia di toko-toko lokal atau yang dikirim ke rumahnya

setiap hari. Guru bisa bertanya mengapa beberapa surat kabar dikirimkan ke rumah setiap hari

padahal koran lain dapat dibeli di toko sebelah rumah. (Surat kabar dari kota-kota metropolitan

biasanya dapat dijumpai di kios-kios koran dalam radius 75 hingga 100 mil.) Kepada siswa, guru

juga bisa bertanya dimana penduduk bisa membeli barang-barang yang tidak ada di lokasi

setempat, atau kemana kebanyakan orang-orang pergi bekerja.

Salah satu konsep yang amat penting bagi geografer perkotaan adalah konsep kota

pedalaman dan kota biasa sebagai tempat sentral. Dianggap sebagai salah satu bentuk pasar

umum, kota pedalaman diorganisir sedemikian rupa untuk menyediakan berbagai barang dan

jasa yang terpusat didalam suatu kawasan. Orang-orang berdatangan dari berbagai pelosok

untuk membeli barang dan jasa di pasar ini. Akan tetapi, jarak yang ditempuh dengan rela oleh

manusia berbanding lurus dengan waktu dan biaya perjalanan serta harga dan ketersediaan

barang dan jasa. Jadi, permintaan barang dan jasa berkurang seiring dengan makin besarnya

jarak dari penjual. Dengan demikian, di titik tertentu, manusia lebih suka bepergian ke kota lain

dimana barang dan jasa tersedia pada harga yang lebih rendah dipandang dari segi waktu dan

uang yang harus dipakai.

Tidak semua kota cocok dengan model suatu tempat sentral dalam suatu hirarki ruang.

Beberapa kota tidak mempunyai suatu lokasi sentral dan juga tidak menyediakan jasa terpusat,

namun memiliki suatu ciri istimewa yang disekelilingnya suatu kawasan perkotaan telah

dibangun. Ciri atau fitur seperti ini disebut sebagai lokasi tempat khusus. Contoh lokasi tempat

khusus semacam ini adalah pusat-pusat rekreasi seperti Alpen atau Vail di Colorado; pusat-

pusat pertambangan seperti Anaconda, Montana; atau pusat politik seperti Washington D.C,

atau Brazilia.

Yang terakhir, ada konsep urban sprawl. Ini merujuk pada pertumbuhan gradual suatu

kota dari daerah perkotaan ke daerah pinggiran kota dan akhirnya ke daerah pedesaan, dan

susunan daerah-daerah antara. Ini merupakan perluasan kota melalui serangkaian cincin

konsentris. Upaya-upaya pembaharuan kota yang dilakukan dewasa ini menyarankan

pembalikan gerakan perluasan ini. Perumahan-perumahan ala kota dianggap sebagai alternatif

yang baik bagi perjalanan komuter yang jauh dan macet dari daerah suburban.

Apaklah yang terjadi bila pertumbuhan kota sedemikian pesat sehingga urban sprawl

dari satu kota perlahan-lahan menyatu dengan urban sprawl dari kota besar yang lain, dan

terdapat suatu hamparan sinambung perkembangan perkotaan yang membentang sejauh

bermil-mil? Kombinasi wilayah-wilayah metropolitan semacam itu kini dikenal dengan nama

megalopolis. Sebuah urban sprawl raksasa yang membentang sejauh lebih dari 600 mil dari

New Hampshire selatan ke Virginia utara, dan mencakup kota-kota Boston, New York,

Philadelphia, Baltimore, dan Washington DC. Inilah megalopolis terbesar di dunia. Walaupun

wilayah yang tercakup hanya 1,8% luas negara Amerika Serikat, namun wilayah ini berisi 37 juta

jiwa penduduk Amerika Serikat pada tahun 1960, atau kira-kira 21 persen dari total penduduk

Amerika Serikat. Oleh karena itu, megalopolis adalah suatu konsep kawasan urban atau kota

pada skala terbesar yang bisa kita bayangkan.

Struktur Internal sebuah Kota

Sejauh ini kita telah membahas lokasi kota dan hubungan eksternal kota dengan kota-kota yang

lain. Sekarang kita akan meninjau secara singkat beberapa konsep yang relevan dengan kota itu

sendiri. Struktur internal suatu kota terdiri atas rangkaian bagian-bagian kota serta fungsi

masing-masing bagian itu. Pola dasar jalanan kota, tataletak-nya, merujuk pada pola kisi seperti

yang ada di kota Denver atau pola radial seperti yang ada di Washington D.C., atau di Paris,

atau pola sungai yang ada di Nashville, Tennessee. Salah satu konsep yang sangat berguna

adalah distrik bisnis sentral, yang merupakan kawasan yang ditandai dengan konvergensi

hubungan-hubungan transportasi dan perdagangan. Ini merupakan pusat pasar penting, distrik

perdagangan atau bisnis. Kawasan ini sering dinamakan sebagai “downtown” yang sangat

berbeda dengan kawasan yang kurang komersil yang didominasi tempat hunian yang sering

dinamakan sebagai “uptown”. Akhir-akhir ini, pesaing distrik bisnis sentral adalah pusat-pusat

perbelanjaan raksasa di daerah suburban yang menandai ekspansi kearah luar kota dan

berfungsi sebagai inti (pusat) bagi urbanisasi kawasan hunian.

Jaringan sirkulasi terdiri atas jalan-jalan utama dan angkutan transit singkat (bis, mobil,

subway, kereta dengan rel layang dan lain-lain) ke, dari, dan seputar kota tersebut. Jalan-jalan

bebas hambatan baru membuka akses yang mudah dan cepat ke daerah-daerah pinggiran kota

dan luarnya, tetapi juga menyumbat dan mengucilkan bagian-bagian kota dengan beton-beton

raksasa. Akhir-akhir ini, helikopter dan taksi udara membuka rute-rute yang sama sekali baru

dalam jaringan sirkulasi kota-kota raksasa.

Salah satu konsep penting lainnya untuk menganalisis struktur internal sebuah kota

adalah pola penggunaan lahan-nya, atau tataguna lahannya. Hampir semua kota besar memiliki

zona-zona atau sektor-sektor yang peruntukan lahannya ditetapkan secara spesifik, seperti

kawasan industri, distrik perdagangan grosir, distrik teater, kawasan permukiman, kawasan

terminal atau pelabuhan, kawasan perbankan, dan sejenisnya. Lokasi sektor-sektor ini sering

bergantung pada lokasi sarana transportasi bagi pergerakan manusia, barang dan jasa dari dan

menuju kawasan tersebut. Pergeseran dari sarana tetap transportasi, seperti kereta api dan

kendaraan jalan raya, hingga sedan, bis, dan truk yang lebih mobil telah melahirkan beberapa

sektor yang lebih baru. Sektor-sektor yang lama dibiarkan terlantar; akibatnya adalah

bertambahnya daerah kumuh.

Yang terakhir, terdapat variasi sosial dalam struktur internal sebuah kota. Di semua kota

besar di seluruh dunia, kaum minoritas yang berbeda asal-usulnya, warna kulitnya, atau

agamanya dapat dijumpai di tempat-tempat yang terpisah dari penduduk lain, yakni di

kawasan-kawasan etnis yang khas atau ‘ghetto’. Apakah mereka bergabung dengan sengaja

karena alasan-alasan identitas sosial atau budaya, atau karena diskriminasi, tradisi dan budaya

etnis yang berbeda, atau pemakaian bahasa yang bukan bahasa Inggris, bisa mencirikan suatu

lingkungan pertetanggaan untuk beberapa generasi. Distrik ini seringkali merupakan distrik

yang paling miskin di kota. Akan tetapi, warna kulit telah menjadi rintangan yang lebih berat

ketimbang perbedaan agama, bahasa, dan asal-usul, bagi pergerakan didalam dan keluar kota.

Pembatasan warga kulit hitam di daerah-daerah tertentu dalam kota lewat pemberlakuan

tekanan-tekanan hukum, ekonomi dan sosial telah melahirkan salah satu masalah sosial yang

paling mendesak dewasa ini.

Aspek lain variasi sosial adalah tingkat kemakmuran atau pendapatan yang jelas-jelas

membagi kawasan permukiman menjadi distrik perumahan kalangan berpendapatan tinggi,

distrik perumahan kalangan berpendapatan sedang, dan distrik perumahan kalangan

berpendapatan rendah, yang masing-masing mempunyai tingkat kepadatan, ketersediaan

ruang kehidupan, kelengkapan layanan umum yang berbeda. Demikian pula, kawasan

perdagangan eceran terbagi-bagi menjadi beberapa distrik berdasarkan kekayaan atau daya

beli para pelanggannya. Toko-toko busana kelas atas cenderung berada di kawasan uptown,

sedangkan toko-toko yang menyediakan barang-barang murah dan toko barang-barang bekas

cenderung berada di kawasan kota tua yang makin kumuh.

Pembauran Kultural

Salah satu konsep antropologis penting yang digunakan para geografer dan yang sering

diabaikan dalam geografi sekolah adalah pembauran kultural. Ini merujuk pada distribusi

beberapa unsur budaya seperti bahasa, pendidikan, asal usul etnis, agama, atau perkembangan

teknologi di suatu kawasan. Geografer yang tertarik meneliti pembauran kultural akan

bertanya: Dimanakah ciri-ciri atau unsur-unsur demikian ditemukan? Bagaimanakah

persebarannya? Bagaimanakah tingkat kepadatannya? Apakah pola pergerakannya relatif tetap

ataukah sangat mobil terhadap waktu dan ruang? Ciri-ciri apakah pada permukaan bumi yang

kelihatannya berhubungan dengan pembauran (atau pembatasan) unsur-unsur kultural

tertentu?

Banyak kajian telah dilakukan untuk menelusuri imigrasi dan pola-pola permukiman

orang Perancis di Kanada dan para buruh kilang keturunan Skotlandia-Irlandia di New England,

atau para petani keturunan Jerman dan Skandinavia di Barat-tengah Amerika. Kajian-kajian

yang lain berusaha menyelidiki konsentrasi atau penyebaran kelompok-kelompok keagamaan,

pembentukan kluster warga lanjut usia di kawasan-kawasan tertentu, dan pembauran musik

rock. Sambil menghindari pembandingan-pembandingan yang melukai perasaan, guru yang

sensitif dan waspada dapat dengan mudah membantu para siswa kelas menengah dan kelas

atas mengidentifikasi lingkungan pertetanggaan dimana dipakai beragam bahasa, untuk

menggambarkan rentang sirkulasi suatu surat kabar edisi bahasa Spanyol, untuk mengkaji

perubahan pola-pola partisipasi dalam aktivitas-aktivitas rekreasi seperti bermain ski, bermain

sepak bola, atau berkemah, atau untuk menganalisis insidensi tindak kejahatan berat.

Persepsi Lingkungan

Munculnya kembali keinginan para geografer untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik

tentang manusia dan lingkungan telah mendekatkan mereka dengan keinginan-keinginan

serupa yang muncul di kalangan psikolog dan sosiolog. Masing-masing berurusan dengan

pertanyaan: “Bagaimanakah manusia memandang dunia sekelilingnya?” Perasaan, sikap,

bayangan, atau ide-ide yang timbul dari pembentukan struktur kognitif lingkungan fisik dan

sosial disebut sebagai persepsi lingkungan. Para geografer tertarik khususnya oleh perbedaan-

perbedaan persepsi berbagai kelompok tentang kawasan lingkungan yang sama dan oleh

distribusi persepsi serupa terhadap ruang. Sebagai contoh , persepsi manajer sumber daya

(perencana kota, komisi pembagian zona, kaum pelestari alam, penjaga hutan, dan lain-lain)

seringkali berbeda dari persepsi para pengguna sumber daya, yakni orang yang paling terkait

secara langsung. Perhatikan bahwa pembatasan-pembatasan umum atas pemanfaatan

kawasan resapan air dan sistem-sistem air seringkali dipandang dengan cara yang sangat

berbeda oleh para pencinta perkemahan, pencinta alam, pendayung sampan, pemburu,

industrialis, penebang kayu, dan para pejabat yang bertanggungjawab atas waduk dan urusan-

urusan pekerjaan air. Masalah serupa timbul ketika bagian-bagian dari lahan, terutama

kawasan perkotaan, dipandang dengan cara yang amat berbeda-beda oleh berbagai kelompok

manusia: golongan kaya, kaum miskin, kaum kulit hitam, kaum kulit putih, dan berbagai

kelompok etnis lainnya. Banyak kota mempunyai bagian-bagian yang didiami kelompok etnis

tertentu. Kawasan-kawasan ini sering diberi julukan negatif. Para walikota yang ingin

meningkatkan kunjungan wisatawan ke kotanya mungkin akan menjuluki kotanya sebagai “kota

yang mengasyikkan dan menyenangkan”, namun para warga kota yang prihatin dengan

membubungnya angka kejahatan di kota tersebut barangkali akan menjuluki kotanya sebagai

“rimba yang mengerikan”. Sekelompok geografer baru, yang dinamakan geografer sosial, akhir-

akhir ini telah mencurahkan perhatian yang cukup besar terhadap cara pandang berbagai

kelompok manusia, seperti kelompok minoritas etnis, penduduk baru, anak-anak, orang-orang

lanjut usia, dan pasien rumah sakit tentang lingkungan sekitarnya dan perubahan cara pandang

ini seiring dengan berpindahnya manusia dari satu tempat ke tempat yang lain sejalan dengan

waktu.

Konsep-konsep ini yang digunakan para geografer kontemporer telah diseleksi dari

wilayah teori lokasi, interaksi ruang, pola ruang perkotaan, pembauran kultural, dan persepsi

lingkungan. Konsep-konsep ini dipilih karena mereka mewakili beberapa fokus baru dalam

berbagai program pendidikan geografi yang ada dewasa ini. Sekarang, kita akan meninjau

pengembangan generalisasi dalam geografi.

GENERALISASI DALAM GEOGRAFI

Seperti yang telah diperlihatkan pada awal bab ini, geografi sebagai sebuah disiplin biasanya

lebih banyak berurusan dengan pengembangan kajian-kajian deskriptif dan eksplanatorik

ketimbang dengan perumusan generalisasi-generalisasi empiris yang universalitasnya luas.

Walaupun disiplin ini tidak kekurangan konsep, namun konsep-konsep tersebut pada dasarnya

berfungsi sebagai elemen-elemen pengorganisir dalam kajian-kajian analitis. Selama

berlangsungnya gerakan pembaharuan kurikulum kajian ilmu geografi pada tahun 1960-an,

sejumlah geografer yang tertarik oleh program-program sekolah bekerja bersama para pengajar

ilmu-ilmu sosial dalam upaya menyusun daftar generalisasi yang bisa dipakai sebagai tema

utama untuk pengembangan kurikulum baru dalam geografi. Berikut ini adalah contoh ilustratif

daftar serupa:

1. Bentuk dan kemiringan bumi menyebabkan distribusi sinar matahari atau energi matahari

tidak merata. Variasi atau perbedaan ini mempengaruhi sirkulasi atmosfer dan

menimbulkan perbedaan-perbedaan iklim dan vegetasi alami.

2. Cuaca, iklim, dan pergerakan kerak bumi mempengaruhi permukaan bumi dan

menimbulkan perbedaan-perbedaan regional dalam bentuk muka tanah, mineral-mineral,

drainase, tanah, dan vegetasi alamiah.

3. Tanah diubah oleh alam dan manusia. Alam mengkombinasikan pengaruh iklim, tumbuh-

tumbuhan, dan hewan terhadap material induk untuk menimbulkan variasi tanah secara

regional.

4. Lingkungan alam bisa membatasi atau menghambat kehidupan perekonomian di suatu

wilayah, namun manusialah yang menentukan karakteristik spesifik lingkungan itu dalam

batas-batas kultur manusia itu sendiri.

5. Tingkat pemanfaatan sumber-sumber daya alam kita berhubungan dengan hasrat dan

tingkat kemajuan teknologi kita.

6. Proses-proses produksi, pertukaran (perdagangan), distribusi, dan konsumsi barang

memperlihatkan suatu orientasi geografis dan bervariasi berdasarkan (sebagian) pengaruh

geografis.

7. Sifat hakiki pengelolaan proses-proses ekonomi dalam suatu kawasan (organisasi ruang)

dipengaruhi oleh jenis-jenis sumber daya alam, tingkat kemajuan teknologi, dan sikap

sosiopolitis penduduk.

8. Urutan aktivitas dan pola-pola budaya berkaitan dengan lokasi dan aksesibilitas geografis

dan dengan masa tertentu ketika manusia hidup. Manusia dengan taraf peradaban yang

berbeda akan menunjukkan reaksi yang berbeda pula terhadap lingkungan yang sama.

Suatu penyelidikan atas generalisasi-generalisasi tersebut di atas mengindikasikan bahwa taraf

generalisasi itu tidak begitu tinggi. Generalisasi itu hanya mengungkapkan hubungan-hubungan

yang paling sederhana dan kebanyakan generalisasi itu tidak lebih daripada sekedar pernyataan

definisional.

Berlawanan dengan pernyataan dan generalisasi taraf rendah ini, yang kebanyakan

diantaranya terbukti dengan sendirinya, terdapat suatu himpunan generalisasi tingkat

menengah yang didasarkan pada riset empiris dalam geografi perkotaan. Sebagai contoh,

perhatikanlah pernyataan berikut yang dikemukakan Morrill:

“Persaingan untuk memperebutkan lahan melahirkan suatu urutan penggunaan lahan

yang dimulai dari penggunaan komersil, multi-keluarga, hingga menjadi tempat tinggal

keluarga tunggal. Aktivitas komersil mencapai puncaknya di lokasi-lokasi yang berlainan,

karena distrik-distrik mencari pasar-pasar lokal yang hendak didominasinya.”

Pernyataan ini didukung suatu grafik yang memperlihatkan ‘urban rent gradient’ ideal untuk

masing-masing penggunaan lahan, yang membandingkan sewa tanah dan jaraknya dari distrik

bisnis sentral (lihat Gambar 10.2). Morrill menggunakan himpunan gradien atau kurva serupa

untuk memperlihatkan pengaruh gelombang-demi gelombang ekspansi perkotaan atas

perumahan/permukiman:

“Seiring dengan berkembangnya tempat, rumah-rumah keluarga tunggal menyebar

kearah luar dari suatu pusat komersil yang berukuran kecil. Rumah-rumah lama yang

berada di pusat digusur oleh pusat komersil yang makin besar, dan suatu zona

apartemen di sekelilingnya – dimana apartmen yang lebih tua akan digantikan dengan

tempat-tempat komersil yang makin luas.”

Berbeda dengan pernyataan-pernyataan yang relatif sederhana dan terbukti dengan sendirinya

yang dikemukakan sebelumnya, pernyataan-pernyataan terakhir ini yang dirumuskan Morrill

merupakan generalisasi empiris. Pernyataan-pernyataan tersebut didasarkan pada data-data

yang dapat dikuantifikasi. Ukuran-ukuran atau besaran-besaran statistik dipakai untuk

menentukan hubungan antar konsep-konsep (atau variabel-variabel) yang terlibat. Besaran-

besaran ini mudah diverifikasi dan dibuatkan replikanya dalam tatanan-tatanan yang lain.

GEOGRAFI DI SEKOLAH DASAR

Sudah sejak dulu geografi merupakan bagian dari kurikulum sekolah dasar. Bersama sejarah,

geografi merupakan mata pelajaran tetap dalam program ilmu-ilmu sosial. Geografi diajarkan

dengan berbagai cara: sebagai disiplin tersendiri dengan buku teks sendiri dan materi muatan

tersendiri, sebagai bagian dari suatu pendekatan multi-disipliner dengan penekanan khusus

pada geografi di kelas tertentu, dan sebagai pengetahuan yang relevan dalam suatu kajian

antardisiplin yang luas.

Selama tahun 1930-an dan 1940-an, sama sekali tidak lazim menyaksikan suatu kelas

enam mempelajari geografi Amerika Selatan dan dalam waktu yang bersamaan juga

mempelajari sejarah Eropa pada abad pertengahan, dengan menggunakan teks-teks yang

berbeda dan terkadang dengan guru tersendiri dalam suatu program jurusan. Program ini

diperkuat undang-undang negara bagian di beberapa bagian negeri ini, yang mengajarkan

begitu banyak detil geografi setiap minggu. Selama dekade 1950-an, telah dilakukan upaya-

upaya untuk menggabungkan sejarah dan geografi dalam suatu program yang disebut sebagai

program inti, program terpadu, atau program gabungan. Sebagai contoh , anak-anak bisa

mempelajari daerah New England dengan melihat aspek-aspek historis dan aspek-aspek

geografisnya sekaligus. Akan tetapi, pada masa pembaharuan kurikulum selama dekade 1960-

an, geografi kembali ditekankan sebagai disiplin tersendiri, dan para geografer serta pengajar

ilmu-ilmu sosial memberi perhatian yang makin besar terhadap penyempurnaan pendidikan

geografi di sekolah. Minat ini juga menyebabkan profesi geografi menjadi profesi tersendiri dan

memutuskan apakah sekolah-sekolah akan mencerminkan geografi modern yang terbaik

ataukah menyerahkan kedudukannya yang menonjol kepada tuntutan disiplin ilmu-ilmu sosial

lainnya yang makin kuat. Seperti dicatat Kennamer, program-program dalam geografi sekolah

cenderung ketinggalan jika dibandingkan dengan perkembangan (kemajuan) disiplin ini, dan

banyak guru masih menggunakan bahan-bahan dan pendekatan seperti determinisme

lingkungan yang lama, yang sudah lama ditinggalkan atau yang tidak mewakili karya-karya

mutakhir para geografer. Berbeda dengan membanjirnya program-program kurikuler baru yang

timbul pada awal dekade 1970-an dalam disiplin ilmu-ilmu sosial yang lain, seperti ilmu

ekonomi dan antropologi, amat sedikit program tersendiri untuk geografi dikembangkan.

Sebaliknya, para geografer profesional sering bertindak sebagai penasehat atau partisipan

dalam beberapa program antardisiplin atau multidisipliner yang menghasilkan segmen-segmen

atau unit-unit kajian yang berkenaan dengan beberapa aspek geografi.

Dalam hampir semua proyek kajian ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan tahun 1960-an,

geografi berfungsi sebagai disiplin integratif mendasar di kelas K-8. masing-masing program ini

mengembangkan unit-unit kajian (satuan pelajaran) dengan konsep-konsep dan generalisasi

kunci dari disiplin geografi untuk mengimbangi aspek-aspek suatu pendekatan yang lebih besar

dan lebih interdisipliner.

Satu-satunya proyek geografi penting yang dikembangkan selama periode ini adalah

Proyek Geografi Sekolah Menengah Atas yang disponsori Asosiasi Geografer Amerika. Proyek

ini mengembangkan suatu pelajaran bagi siswa sekolah menengah pertama, yang terdiri atas

satuan-satuan pelajaran yang mencerminkan beragamnya aspek geografi, yang meliputi The

Geography of Cities, Manufacturing and Agriculture, Cultural Geography, Political Geography,

Habitat and Resource, dan Jepang. Unit-unit dicirikan oleh beragamnya proses-proses

penyelidikan sosial, penyelidikan nilai, dan pengambilan keputusan yang telah kita jelaskan

dalam buku ini. Kepada para siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan data-data,

mencoba membuat kesimpulan sementara, membuat hipotesis, melakukan evaluasi, dan

membuat keputusan-keputusan yang realistis dalam suatu simulasi tatanan pengambilan

keputusan. Disamping itu, digunakan berbagai bahan pembelajaran, yang meliputi permainan

simulasi, transparensi, slide 35 inci, dan peta yang dapat dibentuk dengan berbagai cara dengan

menggunakan bagian-bagian yang bisa ditaruh dimana saja pada papaun tulis. Sayangnya, tidak

ada yang dapat diperbandingkan pada taraf sekolah dasar, walaupun beberapa guru sekolah

dasar yang sudah mahir dengan HSGP berhasil menyesuaikan bagian-bagian tersebut dengan

materi/isi yang berlainan untuk dipergunakan anak-anak yang lebih muda.

Banyak buku teks kajian-kajian sosial yang lebih baru jelas-jelas memperlihatkan suatu

pergeseran atau peralihan dari penekanan usang terhadap geografi fisik dan tanah asing yang

eksotis. Sebuah seri buku teks untuk sekolah dasar yang disusun oleh para geografer

profesional mencerminkan suatu pengutamaan yang tegas atas perkembangan-perkembangan

modern dalam geografi dengan judul seperti Towns and Cities, yang menitikberatkangfi

perkotaan; Regions Around the World, yang menekankan pendekatan regional terhadap

geografi; dan The United States and Canada, yang memadukan suatu geografi perkotaan

dengan suatu pendekatan wilayah terhadap pengkajian kedua negeri ini.

STRATEGI PENGAJARAN KONSEP DAN GENERALISASI GEOGRAFIS TERTENTU

Dalam latihan-latihan berikut ini, kajian wilayah telah dipilih sebagai fokus utama. Untuk

masing-masing generalisasi, aktivitas ruang kelas dianjurkan untuk siswa tingkat dasar, tingkat

menengah, atau tingkat atas. Akan tetapi, format yang dipakai dapat diadaptasikan ke

tingkatan-tingkatan yang lain. Aktivitas-aktivitas ini mengikuti pola dasar strategi-strategi

penyelidikan sosial, penilaian sosial, dan pengambilan keputusan sosial yang diterangkan pada

Bab 2 dan Bab 3.

Generalisasi: Wilayah dapat dibedakan dari wilayah lain berdasarkan ciri-ciri fisiknya

Konsep: wilayah, ciri-ciri fisik

Kelas Dasar: Tradisi Ilmu Bumi

1. Pembentukan Konsep. Guru memperlihatkan kepada siswa gambar beberapa wilayag

geografis (misalnya, gambar hutan tropis, gurun, tundra, wilayah Mediterania, laut

wilayah Pantai Barat)

Guru bertanya: “secara umum, apakah yang sedang kita lihat? Apakah kesamaan

semua gambar ini?” (Semua gambar itu adalah tempat). Selanjutnya, guru bertanya,

1) Apakah tempat-tempat ini memiliki jenis yang sama atau berbeda?

(Berbeda)

2) Apakah yang membuat Anda menyimpulkan gambar-gambar ini berbeda?

(Gambar-gambar itu tampak berbeda)

3) Apakah perbedaan-perbedaannya? (Panas, dingin, kering, basah, ada

tumbuh-tumbuhan, tidak ada tumbuh-tumbuhan)

Disini guru bisa menyuruh siswa menyediakan suatu label, atau nama, untuk jenis

perbedaan tersebut. Untuk memperkuat label baru ini, guru bisa memberitahu siswa

bahwa orang lain berpikir tentang hal ini, dan mereka menyebut perbedaan-perbedaan

sejenis ini sebagai perbedaan-perbedaan “fisik” di berbagai wilayah di bumi ini. Anak-

anak dapat mulai membahas wilayah-wilayah fisik dan mengapa wilayah-wilayah ini

berbeda secara fisik.

Ketika guru dan siswa sedang membahas masing-masing wilayah, informasi yang

mereka ungkapkan dapat dicatat dalam suatu bagan retrieval data, seperti bagan yang

diperlihatkan pada Tabel 10.1. Bagan ini dapat dipergunakan untuk menentukan

generalisasi-generalisasi yang bisa ditarik mengenai wilayah.

2. Generalisasi. Kemudian, guru bisa menyuruh siswa membuat generalisasi tentang

wilayah dengan menanyakan, “Secara umum, apakah yang bisa kita katakan tentang

wilayah-wilayah?” (Masing-masing wilayah berbeda satu sama yang lain dalam hal ciri-

ciri fisiknya.)

Dengan cara ini para siswa dapat menangkap pengertian suatu kriteria yang

dipakai dalam membedakan wilayah, yakni penampakan fisiknya. Pendekatan studi

kasus akan memudahkan siswa melihat suatu wilayah fisik dalam totalitas wilayah

tersebut.

Studi Kasus suatu Wilayah

Pilihlah satu contoh hutan tropis yang basah yang tersedia materi-materi pelajaran untuknya.

(Contoh: hutan tropis Amazon, bagian-bagian Kepulauan Hawaii, pulau-pulau tropis lain)

1. Observasi, Kesimpulan atau Dugaan Sementara. Guru memperlihatkan satu gambar

pada proyektor overhead. (Periksa departemen audiovisual Anda untuk memastikan

arah-arah warna. Teknik ini memungkinkan Anda memindahkan gambar-gambar dari

kertas majalah ke kertas kontak transparan.). Guru memperlihatkan gambar sebuah

wilayah tropis spesifik yang basah, seperti kawasan Amazon, dan bertanya:

“Berdasarkan gambar ini, apa yang bisa kita katakan tentang tempat ini?” (Daerah ini

barangkali sering turun hujan lebat; daerah ini mempunyai banyak tumbuhan dan

pepohonan; mungkin penduduknya sangat sedikit; kelihatannya ada sungai besar di

sana.) Kemudian guru menanyakan kepada masing-masing siswa alasannya untuk

berpendapat bahwa ide itu benar dan mencatat ide itu di papan tulis.

Tabel 10.1.

Bagan Retrieval Data

Tropis Tundra Gurun Bahari pantai barat dll

Iklim

Flora

Bentuk tanah

Penduduk

Sumber air

(dan lain-lain)

2. Integrasi. Setelah melakukan riset dan penarikan kesimpulan atau dugaan sebanyak

mungkin dari gambar dan sumber-sumber lain seperti buku-buku rujukan, surat-surat

dari orang-orang yang tinggal di daerah tersebut, serta cerita-cerita tentang daerah

tersebut, guru bertanya: “Apa sajakah hal-hal yang spesifik dan khusus yang bersama-

sama menjadikan daerah Amazon seperti itu?”

Kajian suatu wilayah secara menyeluruh dimaksudkan untuk membantu para siswa

mempersepsi totalitas suatu tempat, penduduk, atau waktu, yang berlawanan dengan

pendekatan analitis yang menuntut para siswa memusatkan perhatiannya pada satu

aspek seperti wilayah, atau bentuk tanah, atau adopsi kultural. Ini adalah suatu jenis

studi kasus gefis suatu wilayah. Studi kasus ini dapat difokuskan pada suatu titik atau

pada satu wilayah sepanjang waktu.

Pengambilan Keputusan

Biasanya fokus pengambilan keputusan adalah isu atau masalah yang bermuatan nilai yang

relevan khususnya bagi anak-anak. Sebuah cerita yang tidak dituntaskan, suatu situasi

permainan peran dimana keputusan harus dibuat, atau suatu isu riil dalam kehidupan anak-

anak dapat dipakai untuk mengetengahkan masalah dan tatanannya.

Langkah 1. anak-anak telah menarik generalisasi bahwa wilayah-wilayah dapat dibedakan

berdasarkan perbedaan-perbedaan fisiknya. Mereka juga telah berfokus pada suatu tempat

spesifik, misalnya wilayah Amazon, untuk memandang seutuh mungkin integrasi aspek-aspek

penting tempat tersebut. Sekarang, guru bisa menyuguhkan kepada para siswa suatu situasi

pemecahan masalah dimana suatu kebijakan perlu dibuat. Hal ini dapat disajikan dalam bentuk

situasi permainan peran dimana para siswa sebagai sebuah kelompok, dan sebagai individu-

individu, harus memutuskan apakah mereka ingin atau tidak ingin tinggal di tempat yang telah

mereka kaji/pelajari sebelumnya. Ini meliputi penentuan hal-hal yang akan mereka perbuat

untuk mendapatkan makanan dan tempat berteduh (rumah) dan untuk mendapatkan

kebutuhan-kebutuhan hidup yang lain.

Langkah 2. Guru dapat memilih beberapa siswa untuk menjadi penjelajah atau pengunjung

(wisatawan) tempat baru tersebut. Anak-anak ini dapat memperagakan bagaimana cara

mereka mengunjungi tempat baru ini dan apa yang mereka perbuat untuk menemukan segala

hal yang dapat mereka temukan mengenai tempat baru itu. Kemudian, mereka kembali ke

kelompok siswa sisanya dan bercerita kepada mereka tentang jenis wilayah itu secara umum

dan tempat-tempat khusus yang mereka sarankan untuk pembangunan suatu rumah baru, desa

baru, atau kota baru.

Langkah 3. Setelah kelompok total mengetahui temuan-temuan kelompok pertama tadi,

mereka dapat mulai membahas pilihan-pilihan yang mungkin bagi mereka dan apa konsekuensi

masing-masing pilihan tersebut. Guru bisa ikut dalam peragaan itu dengan mengajukan

pertanyaan kepada kelompok total pertama-tama, “Pilihan apa saja yang kalian miliki?”

(sebagian pergi, sebagian tinggal; semua pergi; semua tinggal; sebagian pergi lebih dulu, yang

lain menyusul bila semuanya baik-baik saja). Setiap jawaban mereka dicatat pada papan tulis

dalam bentuk bagan, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 10.2. Kemudian guru bertanya,

“Apakah yang akan terjadi bila Anda memilih Alternatif 1?” dan seterusnya sampai semua

pilihan itu ditanyakan dan para siswa memikirkan konsekuensi-konsekuensi masing-masing

pilihan tersebut. Sekarang, guru dapat mengajukan pertanyaan nilai: “Apakah yang terpenting

bagi kamu?” “Mengapa demikian?” “Lalu, pilihan manakah yang akan Anda ambil jika hal-hal

demikian paling penting bagi Anda?”

Tabel 10.2.

Pilihan (alternatif) Hasil (konsekuensi)Nilai yang

tersirat

1. Sebagian orang pergi 1. Hanya sebagian mengalami tanah

baru itu.

1. kehati-hatian

2. Semua pergi 2. Setiap siswa akan mengalami tanah

baru itu.

2. Penjelajahan

3. Semua tinggal 3. Tidak seorangpun akan mengalami Tradisi;

keamanan atau

tanah baru itu. keselamatan

4. Sebagian pergi

duluan, yang lain

menyusul.

4. Sebagian akan mengalami tanah baru

itu, dan jika keadaan baik-baik saja,

sisanya akan mengalaminya juga.

Kehati-hatian,

tetapi juga

pengalaman

baru.

Langkah 4. Masing-masing siswa dapat membuat pilihan sendiri dan menjelaskan pilihan dan

alasan mereka dengan menggambar, mengecat/melukis, atau membuat display pilihan mereka,

dengan menuliskan pilihan mereka, atau dengan merekam pilihan mereka masing-masing.

Langkah 5. Setelah masing-masing siswa membuat pilihan, mereka dapat memperagakan

situasi suatu dewan yang sedang membuat keputusan ini untuk kelompok tersebut. Salah satu

cara melakukannya adalah dengan pembentukan suatu subkelompok, sementara sisanya

mengamati; kemudian semuanya dapat membahas bagaimana cara subkelompok menangani

pilihan kebijakan mereka. Jika banyak subkelompok bisa mendapat kesempatan untuk mencoba

menangani keputusan kelompok, maka mereka juga dapat melakukan hal itu dalam satu

kelompok pada suatu saat, atau semua subkelompok dapat melakukannya secara simultan di

pojok-pojok yang berlainan dalam ruang kelas. Bagaimanapun cara anak-anak mengatasi

masalah itu, satu hal yang penting adalah bahwa mereka mengamati diri mereka sendiri dan

orang lain dalam suatu situasi pemecahan masalah. Perolehan ketrampilan dalam pengambilan

keputusan akan lebih berhasil jika dilakukan diskusi tentang bagaimana orang-orang bisa

bekerjasama dalam merumuskan kebijakan. Anak-anak perlu memiliki kemampuan untuk

melakukan –swa-observasi dan juga perlu ada alat perekam untuk merekam diskusi mereka.

Kepada anak-anak, guru bisa bertanya, “Apakah yang diperbuat orang-orang dalam kelas kita ini

yang membuat semua yang ada disini lebih berani memutuskan hal-hal yang ingin mereka

perbuat?” (Membantu mengungkapkan masalah spesifik, solusi yang mungkin, dan

konsekuensi-konsekuensinya; belajar mendengar orang lain; menerangkan ide-ide mereka

dengan sejelas dan secepat mungkin sehingga yang lain punya kesempatan untuk ambil

bagian.)

Generalisasi: Kebanyakan orang cenderung memilih tinggal didalam suatu wilayah di daerah-

daerah yang berpotensi menyediakan barang dan jasa.

Konsep: Barang dan Jasa

Siswa Kelas Menengah dan Kelas Atas: Kajian Daerah

Tujuan aktivitas ini adalah membantu siswa menentukan kebutuhan-kebutuhan manusia

(barang dan jasa) serta mengembangkan ide bahwa kebutuhan-kebutuhan ini mempengaruhi

lokasi tempat tinggal yang akan dipilih manusia didalam suatu wilayah.

1. Pembentukan Konsep. Tanyakan kepada siswa hal-hal yang mereka butuhkan dalam

kehidupan mereka. Catat jawaban mereka di papan tulis. Kemudian suruh siswa

mengelompokkan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pakai lambang bintang untuk

menandai satu kelompok, lambang x untuk menandai kelompok yang lain, dan

seterusnya. Setelah selesai, mereka mungkin akan menyebutkan beberapa kelompok

kebutuhan. Kemudian, suruh siswa menggolongkan lagi kelompok-kelompok kebutuhan

tersebut sampai akhirnya hanya ada dua kelompok besar dengan nama “barang” dan

“jasa”. Para siswa mungkin memberi nama yang lain terhadap kedua kelompok ini,

seperti “benda-benda” dan “hal-hal yang diperbuat manusia”. Katakan kepada mereka

bahwa orang lain cenderung menggunakan istilah-istilah “barang” dan “jasa” untuk

kedua kategori kebutuhan tersebut.

2. Pengumpulan Data – Barang. Sekarang, tanyakan kepada siswa dari manakah orang-

orang seabad yang lampau memperoleh barang-barang ini. Tanyakan juga dimana

barang-barang tersebut pertama kali dibuat pada masa itu. Pertanyaan terakhir dari

rangkaian pertanyaan-pertanyaan ini, barangkali, adalah, “Bagaimanakah barang itu

dibawa ke tempat dimana orang-orang membelinya?”

3. Pengumpulan Data – Jasa. Suruhlah anak-anak melihat kelompok jasa. Tanyakan,

“Apakah ada diantara jasa itu yang berasal dari suatu tempat?” Beberapa diantaranya,

misalnya surat, datang dari luar daerah. Yang lainnya, seperti pemadam kebakaran dan

perlindungan oleh polisi, berasal dari dalam daerah. Lalu tanyakan kepada para siswa,

“Bagaimanakah jasa-jasa ini bisa sampai kepada orang-orang yang membutuhkannya?”

4. Generalisasi. Jawaban-jawaban dari Butir 2 dan 3 di atas dapat dicatat di papan tulis.

Selanjutnya, jawaban-jawaban ini merupakan bagian penting dari cara

memasok/menyediakan barang dan jasa 100 tahun yang lampau.

Guru dapat membantu siswa menelusuri informasi yang mereka kumpulkan disini

dengan menggunakan suatu bagan retrieval data sperti yang dipelrihatkan pada Tabel 10.3.

Ajukanlah rangkaian pertanyaan-pertanyaan berikut guna menuntun para siswa dalam menarik

kesimpulan umum (1) bahwa manusia mempunyai kebutuhan, (2) bahwa sering diperlukan

transportasi agar kebutuhan terpenuhi, dan (3) bahwa manusia cenderung memilih tempat

tinggal di lokasi (dalam wilayah) yang memiliki potensi untuk menyediakan kebutuhan-

kebutuhannya.

Apakah yang dapat kita katakan mengenai kebutuhan-kebutuhan manusia dan

bagaimanakah cara manusia mendapatkannya? (Hal-hal yang dibutuhkan manusia harus

tersedia atau harus diangkut ke tempat mereka.)

Oleh karena manusia membutuhkan benda-benda yang harus diangkut ke tempatnya,

maka didalam suatu wilayah di tempat manakah manusia akan tinggal (Di tempat

dimana mudah mengirimkan benda-benda)

Cobalah bayangkan kembali keadaan 100 tahun yang lampau. Tempat-tempat macam

apakah yang mudah dijangkau? (Tempat-tempat di tepi sungai atau pantai).

Tabel 10.3.

Barang Jasa

Sampan

Jalan kaki

Telegram

Kuda

Gerobak

Sekarang, guru mendorong para siswa untuk membuat hipotesis tentang tempat yang

akan dipilih manusia, dengan mengacu pada daerah yang diperlihatkan pada peta dalam

Gambar 10.3, yang mewakili suatu wilayah di Amerika Serikat pada tahun 1840. setelah masing-

masing siswa menandai (pada salinan peta) tempat dimana menurutnya sejumlah kota akan

tumbuh dan/atau akan terus bertumbuh, guru menyuruh siswa menjelaskan pilihan mereka.

Kemudian, untuk mengecek hipotesis mereka, guru memperlihatkan peta Gambar 10.4 dengan

proyektor overhead. Peta kedua ini memperlihatkan keadaan wilayah yang sama pada tahun

1890, yakni 50 tahun kemudian. Kemudian guru dapat menanyakan apakah hipotesis siswa

cukup akurat dalam menerangkan pola-pola terbentuknya kota-kota.

Studi Kasus tentang Sebuah Kota Pelabuhan Spesifik

Maksud aktivitas ini adalah untuk memusatkan perhatian pada satu wilayah spesifik dan

mengamati peranan sungainya dalam menentukan tempat dimana manusia bermukim. Guru

dapat menggunakan Memphis, Minneapolis, St. Louis, Detroit, Pittsburgh, atau kota yang

sejenis.

Dengan memusatkan perhatian pada sebuah kota tepi sungai, para siswa akan

mengamati bagaimana cara manusia memperoleh barang dan jasa dengan cara yang lebih

mudah berkat sungai tersebut. Mereka akan mengamati integrasi total kehidupan manusia dan

kebutuhan-kebutuhan mereka dengan peranan sungai.

1. Diagnosis Konsep. Tujuan pertama bagi para siswa adalah menentukan topik yang

membutuhkan informasi mengenai kota yang dibicarakan. Guru bisa bertanya,

“Informasi apakah yang harus Anda miliki tentang kota tersebut, berdasarkan apa yang

kamu ketahui tentang kota-kota umumnya dan mengenai kota ini khususnya?” Kategori

pengetahuan semacam ini dapat berfungsi sebagai bidang riset bagi komite dan label

pada bagan retrieval data yang hendak dibuat.

2. Pengumpulan Data. Guru dapat membantu para siswa menyajikan data-data mereka

pada sebuah bagan sehingga mereka dapat menggunakan data tersebut dalam

menggeneralisir hipotesis mengenai pola-pola integrasi berbagai bagian kota tersebut

(Lihat Tabel 10.4).

Tabel 10.4.

Pendidikan pertanian teknologi pangan hunian pakaian hiburan

Kota A

Kota B

3. Generalisasi. Tahap ketiga dalam penyelidikan tentang sebuah kota ini adalah

pembahasan pola-pola yang tampaknya ada dalam bagan retrieval data. Guru bertanya

apakah siswa bisa melihat suatu pola tentang adanya kerjasama antar berbagai hal, dan

seluruh siswa dalam kelas mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan pola dan implikasi

masing-masing pola itu terhadap kota secara menyeluruh atau terhadap bagian-bagian

kota tersebut. Dengan bebas mereka dapat menyelidiki nilai-nilai yang terlibat dalam

pola tersebut.

Pengambilan keputusan

1. Penentuan Masalah. Strategi ini mengikuti secara alamiah pengumpulan data-data

mengenai suatu kota dan observasi hubungan-hubungan antara manusia, barang dan

jasa, dan wilayah. Tujuannya disini, seperti juga tujuannnya dalam geografi secara

umum, adalah untuk memahami interaksi-interaksi manusia, ruang, dan waktu. Dalam

contoh ini guru bisa menyodorkan (kepada para siswa) suatu masalah spesifik yang

berkaitan dengan cara manusia menilai hubungan-hubungan yang ada antara manusia,

ruang, dan waktu. Sebagai contoh, masalahnya bisa berupa, “Mengingat manusia telah

berhasil mengatasi ketergantungannya terhadap transportasi sungai dan mengingat

tingginya taraf teknologi yang ada dewasa ini, bagaimanakah cara terbaik yang dapat

kita terapkan dalam merencanakan lokasi untuk kota-kota di masa depan?”

2. Penyusunan Solusi – Klarifikasi Nilai. Apabila masalah telah ditentukan atau

didefinisikan, guru dapat mengelompokkan para siswa kedalam beberapa kelompok

besar dan/atau kecil, atau mengijinkan para siswa membentuk sendiri kelompok-

kelompok guna memecahkan masalah tersebut. Untuk siswa kelas menengah, jika

proses penilaian telah digunakan sebelumnya oleh guru, maka para siswa dapat

melanjutkannya dan kemudian membahas hasil-hasilnya atau solusi yang terpilih dalam

kelompok-kelompok yang lebih besar. Bagi para siswa yang baru pertama kali

mengalami proses ini, guru dapat bertanya, “Alternatif apa sajakah yang mungkin?”.

Kemudian guru dapat bertanya, “Apakah konsekuensi-konsekuensi yang bisa terjadi dari

masing-masing alternatif tersebut?”, dan beberapa ide permulaan dapat direncanakan

disini.

Masalah semacam ini cukup terbuka, sehingga masing-masing siswa dapat melakukan

pendekatan terhadap masalah ini dengan tingkat kecanggihan yang sesuai. Beberapa individu

mungkin ingin meneliti dengan cermat alternatif-alternatif tersebut serta konsekuensi-

konsekuensi yang mungkin; siswa yang lain mungkin ingin menggunakan informasi apapun yang

mereka miliki saat itu. Satu-satunya persyaratan adlaah bahwa individu-individu tersebut

memikirkan alternatif dan konsekuensinya, dan mampu menemukan alasan-alasan bagi

pilihannya.

RANGKUMAN

Dalam bab ini kita telah membahas peranan geografer dan kelima tradisi disiplin ini: fisik,

ruang, kultural, wilayah, dan historis. Kita menyelidiki kedudukan geografi diantara ilmu-ilmu

sosial dan melihat bahwa geografi berkisar secara luas pada kontinuum, yang di satu ujung

dekat dengan ilmu-ilmu fisika, dan diujung lain dekat dengan humaniora. Metoda wilayah

tampaknya merupakan metoda riset utama bagi para geografer. Hal itu didekati dengan dua

cara yang berbeda sama sekali: pendekatan kajian daerah yang luas dan pendekatan topik atau

sistematis. Metoda-metoda kuantitatif dan penggunaan peta, globe, dan proyeksi-proyeksi

kartografik khusus merupakan unsur-unsur pembentuk teknik-teknik dan sarana khusus

penelitian.

Dalam membahas geografi sebagai suatu disiplin yang bersifat menggeneralisir, kami

telah menunjukkan bahwa geografer, barangkali lantaran sifat hakekat disiplinnya, cenderung

lebih berkonsentrasi pada kajian-kajian tunggal ketimbang pada pengembangan hukum-hukum

atau teori-teori yang berlaku umum. Dari kajian-kajian ekstensif ini tentang wilayah-wilayah

tunggal di permukaan bumi telah lahir sejumlah konsep, generalisasi yang aplikasinya agak

terbatas, dan suatu teori yang relatif sempit domainnya. Tiga teori diantaranya telah dibahas

secara singkat: teori lokasi, teori tempat sentral, dan struktur dan penataan ruang. Sejumlah

konsep yang dipilih dari geografi perkotaan dibahas secara rinci. Strategi-strategi pengajaran

konsep-konsep dan generalisasi geografis tertentu dibahas pada bagian akhir bab ini.

PERTANYAAN BAHASAN DAN SOAL-SOAL LATIHAN

1. Jelaskan secara ringkas masing-masing kelima tradisi dalam disiplin geografi, dan

perlihatkan kontribusi masing-masing tradisi ini bagi kajian tempat dan ruang.

Bagaimanakah masing-masing tradisi ini dicerminkan dalam pelajaran geografi sekolah

dasar dan sekolah menengah pertama?

2. Dibandingkan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang lain, geografi memiliki banyak konsep,

relatif sedikit generalisasi tingkat tinggi, dan hanya sedikit sekali teori. Bisakah Anda

jelaskan situasi ini?

3. Bagaimanakah metoda-metoda penyelidikan yang dipakai para geografer? Bagaimanakah

cara mereka mengembangkan generalisasi-generalisasi empiris? Apakah kelemahan-

kelemahan yang mereka hadapi?

4. Bersama sejarah, geografi telah menempati kedudukan yang dominan dalam kurikulum

ilmu-ilmu sosial. Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada dekade yang lalu yang

bisa mengubah situasi ini?

5. Periksalah suatu kurikulum ilmu-ilmu sosial yang berlaku di suatu distrik sekolah lokal.

Apakah kurikulum ini mencerminkan eksistensi kecenderungan-kecenderungan mutakhir

dalam perkembangan pendidikan geografi yang dijelaskan dalam bab ini?

6. Perhatikan suatu pengambilan sampel buku-buku teks ilmu-ilmu sosial yang dipakai di

suatu distrik sekolah lokal. Kedudukan bagaimanakah yang diberikan kepada geografi?

Penekanan apakah didalam geografi yang dicerminkannnya? Sejauh manakah buku-buku

itu menyajikan bahan-bahan untuk penyelidikan sosial, penilaian, dan pengambilan

keputusan seperti yang dianjurkan dalam strategi pengajaran yang diuraikan dalam bab ini?

7. Perlihatkan pemahaman Anda tentang konsep-konsep kunci berikut ini dengan menuliskan

definisi ringkas masing-masing konsep tersebut. Juga jelaskan mengapa masing-masing

konsep itu signifikan!

(a) geografi fisik; (b) geografi wilayah; (c) geografi kultural; (d) tradisi manusia-tanah; (e)

geografi ruang; (f) geografi historis; (g) metoda wilayah; (h) megalopolis; (i) teori lokasi; (j)

teori tempat sentral; (k) lingkungan; (l) interaksi ruang; (m) sirkulasi; (n) lingkaran

pengaruh; (o) urban sprawl; (p) distrik bisnis sentral; (q) pembaruan kultural; (r) sistem

ekologis; (s) persepsi lingkungan.

BAB 11

ILMU POLITIK : STRUKTUR, KONSEP DAN STRATEGI

Mahadee Siya

Heri Busyaeri

Alam Ilmu Politik

Kita sering dapat mencirikan ilmu perilaku dengan menggambarkan perspektif yang unik dan

pengorganisasian konsep. Kami dijelaskan sosiologi sebagai studi tentang kelompok manusia

dan antropologi sebagai studi budaya. Ini sulit untuk menentukan sifat ilmu politik dengan

menjelaskan baik perspektif atau konsep-konsep kunci, karena ada berbagai jenis ilmuwan

politik. Mereka meminta jenis yang sangat berbeda dari pertanyaan, memiliki tujuan

penelitian yang berbeda, dan menggunakan berbagai konsep kunci. Setiap upaya untuk

mengidentifikasi struktur ilmu politik akan sia-sia karena berbagai pendekatan dalam

disiplin.

Namun, kami dapat bertanya, "Apa yang menyatukan unsur-unsur pendekatan yang

beragam yang membentuk ilmu politik?" Jawaban atas pertanyaan ini dapat sangat

bervariasi, tergantung pada orientasi ilmuwan politik bertanya. Cara di mana sifat disiplin

dipandang bervariasi sebanyak metode dan konsep-konsep di dalamnya.

Sejumlah ilmuwan politik mendefinisikan disiplin sebagai studi hukum pemerintah

negara. Charles S.Hyneman menulis, "titik pusat perhatian dalam ilmu politik Amerika ...

adalah bagian dari urusan negara pusat di pemerintah, dan bagian dari pemerintah yang

berbicara melalui hukum." Pandangan disiplin ditolak oleh para ilmuwan politik yang

mengklaim bahwa itu terlalu membatasi karena tidak mencerminkan fakta bahwa para

ilmuwan politik kelompok studi informal dan proses (seperti kelompok kepentingan, lobi,

tawar-menawar, dan balas jasa) yang bukan merupakan bagian dari hukum pemerintah.

Masalah lain dalam pernyataan ini adalah bahwa ada banyak definisi yang berbeda tentang

negara. Seorang penulis telah mencatat 145 di literature.

Beberapa ilmuwan politik menggambarkan disiplin sebagai studi tentang perjuangan

kelompok yang bersaing untuk kekuasaan. Watkins menulis, "Studi yang tepat tentang ilmu

politik bukan studi negara atau setiap kompleks institusional lain yang spesifik, tetapi

investigasi dari semua asosiasi sejauh mana mereka dapat menunjukan contoh masalah

kekuasaan.". Seperti konsep negara, kekuasaan didefinisikan beragam, dan dengan demikian

batas-batasnya tidak jelas ditentukan oleh konsep ini. Definisi kekuasaan dapat diterima

banyak ilmuwan politik karena mereka merasa bahwa itu tidak menentukan perilaku unik

bagi mereka untuk belajar, karena kekuasaan ada di semua lembaga, "Definisi yang terlalu

luas, untuk ilmu politik tidak tertarik dalam hubungan kekuatan sebuah geng atau kelompok

keluarga atau gereja." Meskipun definisi ini di satu sisi terlalu inklusif, juga terlalu ketat

karena "Kehidupan politik tidak terdiri eksklusif dari sebuah perjuangan untuk [kekuasaan]

..." Meskipun definisi kekuasaan belum diterima secara universal dalam disiplin ilmu, adalah

cukup populer dan didukung oleh para ilmuwan politik. Dua dari pendukung yang paling

terkemuka adalah Harold Laswell dan George EG Catlin.

Salah satu definisi yang paling terkenal dari ilmu politik dirumuskan oleh David

Easton, teoritikus politik terkemuka. Easton mendefinisikan ilmu politik sebagai "studi

tentang wewenang alokasi nilai untuk masyarakat." Dia menyarankan bahwa orang memiliki

nilai-nilai bersaing, tuntutan, dan aspirasi yang mereka ingin menjadi bagian dari kebijakan

publik dan ditegakkan dalam masyarakat. Sistem politik adalah proses siapa yang

memutuskan yang menuntut dan tujuan yang akan menjadi kebijakan publik.Seperti sistem

pencegahan bentrokan antara individu dan kelompok yang bersaing dan akan mengganggu

masyarakat. Sebagai contoh, beberapa individu dan kelompok yang menentang keras aborsi,

yang lain sangat mendukung hal itu. Sistem politik menyediakan sarana untuk memutuskan

kebijakan terhadap aborsi negara akan menegakkan dan menganggap sebagai hukum.

Selama tahun 1960-an dan 1970-an, aborsi dilegalkan di beberapa negara. Di negara

melegalkan, kelompok-kelompok yang menentang aborsi telah menerima kebijakan hukum

negara, meskipun mereka mungkin tidak pernah secara pribadi terlibat dalam program

aborsi.

Easton telah mengembangkan sebuah teori yang berkaitan dengan konsepsi tentang

hakikat ilmu politik, yang disebut pendekatan sistem. Kami nanti akan meninjau secara

singkat pendekatan ini untuk ilmu politik.

Easton menggambarkan definisi batas-batas disiplin lebih jelas daripada konsep

negara dan kekuasaan. Dalam penerapannya, para penelitian mempelajarai semua proses

untuk tujuan yang bersaing dan tuntutan diselesaikan ke dalam kebijakan publik, dan tidak

meneliti pemerintahan atau lembaga formal. Sebagai contoh, jika seorang peneliti berusaha

untuk menentukan bagaimana RUU Hak Sipil tahun 1964 disahkan, dia tidak hanya akan

mempelajari cara-cara yang formal RUU menjadi hukum, tapi akan mempelajari tindakan-

tindakan informal yang mempengaruhi, seperti lobi, jual-beli suara, filibustering (usaha

menggagalkan penetapan undang-undang dengan pidato-pidato yang panjang), dan

demonstrasi. Definisi Easton adalah lebih tepat daripada konsep kekuasaan; itu tidak

menunjukkan bahwa ilmuwan politik mempelajari semua tujuan yang bersaing dan nilai-nilai

dalam suatu masyarakat, tetapi mereka hanya diberlakukan oleh kewenangan publik yang

sah. Seperti semua konseptualisasi disiplin, itu tidak luput kritik:

Beberapa ilmuwan politik menemukan posisi Easton tidak jelas, mereka mengatakan

bahwa mereka tidak mengerti apa yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi dalam

pernyataannya bahwa ilmu politik adalah studi tentang "wewenang alokasi nilai

untuk masyarakat." Orang lain berpikir mereka memahami dirinya berbeda, apakah

Easton hanya menawarkan sebuah pernyataan baru tentang apa ilmu politik telah

cukup waktu untuk studi pemerintahan, atau apakah Easton mengusulkan perluasan

daerah perhatian pada hal-hal yang sebelumnya tidak dalam penugasan ilmu politik.

Definisi ilmu politik yang telah kita pelajari (studi pemerintahan negara, perjuangan

untuk kekuasaan, dan kewenangan alokasi nilai untuk masyarakat) mencerminkan

keragaman metode dan pendekatan disiplin. Sementara definisi ini masih dalam perdebatan

untuk dapat diterima, sebagian telah menerimanya. Meskipun mereka telah mendefinisikan

sesuai dengan disiplinnya masing-masing, tidak ada yang merasa lebih benar. Sorauf

berpendapat tentang berbagai pendekatan terhadap studi politik adalah sama benarnya

definisi:

... dalam perdapatan di dalam ilmu politik tidak ada pemenang atau kalah. Sebagai

pendekatan baru telah muncul, mereka telah diserap ke dalam disiplin itu tanpa

mengusir atau menggusur salah satu tradisi yang lebih tua atau pendekatan.

Akibatnya, ilmu politik menjadi campuran dari pendekatan yang berbeda dan sering

bertentangan dengan studi politics.

Sebuah diskusi dari beberapa pendekatan utama dan orientasi akan menerangi keragaman

tujuan dan metode yang ada dalam ilmu politik.

PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK

Pendekatan Normatif

Para ilmuwan politik pertama terutama berkaitan dengan menggambarkan sistem

politik yang ideal, yang akan menghasilkan kehidupan terbaik yang mungkin bagi orang-

orang. Teori ini terutama tertarik pada pertanyaan nilai, seperti "Apa yang harus menjadi

sistem politik yang tepat?" bukan pertanyaan empiris. Mereka menganggap diri mereka filsuf

dan berusaha untuk menasihati para pemimpin politik dan mempengaruhi kebijakan publik.

Filsafat politik (sebagai pendekatan ini kadang disebut) masih merupakan bagian hidup dari

ilmu politik modern. Tujuan dari filsafat politik sangat berbeda dari tujuan ilmu pengetahuan

empiris, yang adalah untuk menggambarkan institusi dan perilaku, dan bukan untuk

menghakimi dan membuat resep. Sebagian besar filsafat politik terdiri dari pemeriksaan

seperti ide-ide pemikir politik yang besar seperti Aristoteles, Plato, Locke, dan Marx. Ini teori

yang dipelajari dalam rangka untuk memperoleh ide-ide tentang jenis terbaik dari sistem

politik.

Filsafat politik kadang-kadang disebut teori politik. Para pendukung metode ini cukup

kritis terhadap tren yang lebih empiris dalam disiplin. Mereka merasa bahwa pendekatan

seperti ini cenderung mengabaikan pertanyaan-nilai pertanyaan paling penting yang

dihadapi orang-dan untuk belajar sepele, pertanyaan sempit yang jawabannya tidak ada

kontribusinya bagi perbaikan kehidupan manusia. Namun, para ilmuwan politik empiris tidak

mengabaikan pertanyaan nilai, melainkan nilai-nilai studi dengan menggambarkan mereka

seperti mereka melakukan perilaku lainnya. Mereka berusaha untuk menghindari

mengadvokasi nilai-nilai tertentu atau bentuk pemerintahan sebagai yang terbaik bagi

masyarakat.

Pendekatan Legal Kelembagaan

Para profesor ilmu politik pertama adalah anggota fakultas hukum, dengan demikian

tradisi hukum yang kuat telah ada dalam ilmu politik sejak pertama kali muncul. Dalam

pendekatan ini, dilakukan usaha untuk memahami sistem politik terutama dengan

menggambarkan dan menganalisis hukum, kode, konstitusi, dan dokumen lainnya yang

merupakan bagian dari hukum pemerintah. Dalam rangka untuk menemukan fungsi, cabang

legislatif, eksekutif, dan yudikatif pemerintah Amerika, misalnya, legalis studi Konstitusi

Amerika.

Pendekatan institusional, erat terkait dengan metode hukum, berkonsentrasi pada

menggambarkan fungsi dari berbagai badan pemerintah dan pejabat, seperti peran hakim,

juri, dan kongres. Peran lembaga-lembaga formal dijelaskan dengan sangat rinci, namun

sedikit perhatian yang diberikan kepada pemilih individu, kepribadian para pemimpin, atau

lembaga-lembaga politik informal, seperti kelompok kepentingan dan pelobi terorganisir

lainnya.

Sementara banyak wawasan dapat diperoleh tentang sistem politik dengan

mempelajari kode-kode hukum dan lembaga-lembaga formal, informasi yang dapat

diperoleh dari pendekatan ini sangat terbatas karena hukum yang berbeda-beda

diinterpretasikan oleh otoritas yang berbeda dan dalam periode waktu yang berbeda. Juga,

efek pada sistem politik kelompok-kelompok informal dan kepribadian para pemimpin politik

adalah sama besarnya-jika tidak lebih besar-daripada pengaruh kode formal dan lembaga.

Memang benar bahwa Konstitusi sangat mempengaruhi peran bahwa Mahkamah Agung dan

presiden bermain dalam membentuk kebijakan publik. Namun, Mahkamah Agung 1896

(dalam kasus Plessy vs Ferguson) menafsirkan arti dari Amandemen keempatbelas cukup

berbeda daripada Mahkamah Agung tahun 1954, yang memutuskan bahwa segregasi sekolah

adalah "inheren tidak seimbang" (pemisahan ditegakkan dalam keputusan 1896). Kekuatan

hukum dari presiden tidak berbeda pada 1970-an daripada mereka di tahun 1950-an, tapi

Richard M. Nixon dilaksanakan jauh lebih eksekutif daya dari Dwight D. Eisenhower. Suatu

pendekatan yang sebagian besar mengabaikan peran individu dan kepribadian dalam

membentuk kebijakan publik sebagai pendekatan ini cenderung tidak dapat memberikan

pemahaman yang cerdas dan canggih tentang bagaimana sistem politik benar-benar bekerja.

Pendekatan hukum-institusional selalu mendominasi ilmu politik Amerika.

Kebanyakan buku-buku pelajaran sekolah dan perguruan tinggi menggunakan pendekatan

ini. Tidak hanya memiliki pendukung metode ini cenderung mengabaikan peran individu

dalam pembentukan kebijakan publik, tetapi mereka memiliki keterbelakangan

perkembangan teoritis dari disiplin karena tujuan penelitian mereka telah terutama deskripsi

akurat tentang hukum dan lembaga-lembaga formal, dan tidak perumusan hukum empiris

dan teori-teori tentang perilaku politik yang terjadi dalam diri mereka. Dalam buku teks

menggunakan pendekatan ini, dokumen hukum seperti UUD, dan tugas-tugas dan kekuasaan

otoritas seperti presiden dan senator, dijelaskan secara rinci berlebihan. Siswa diperlukan

untuk menghafal dokumen-dokumen dan tugas. Praktek ini tidak hanya telah memberikan

siswa gambar terdistorsi dan kaku dari sistem politik kita, itu juga berbuat banyak untuk

memotivasi mereka.

Siswa tentu harus memiliki pengetahuan tentang dokumen hukum yang besar dari

sistem politik besar, tetapi mereka harus menyadari bahwa faktor-faktor hukum dan

kelembagaan politik menjelaskan peluang untuk tindakan-tindakan politik tertentu tetapi

tidak akurat perdiktor perilaku politik. Seperti Krislov telah mencatat dengan tajam, "...

lembaga dan secara hukum ditentukan lain mode dari perilaku yang ... berpeluang untuk

tindakan dalam sistem politik, yang mungkin atau tidak dapat dimanfaatkan tergantung pada

faktor-faktor lain dalam kepribadian dan kebutuhan para aktor sendiri "

Erat terkait dengan metode hukum-kelembagaan adalah tradisi sejarah. Ketika ilmu

politik pertama kali muncul sebagai sebuah bidang studi, hal itu terutama sejarah politik, dan

diajarkan di fakultas sejarah. Hal ini sebagian besar terdiri dari sejarah perkembangan

dokumen hukum yang besar dan lembaga-lembaga formal juga luas dijelaskan "sejarah

partai politik, untuk hubungan kedelapan, dan dari ide-ide politik yang besar.". Tradisi

sejarah berbentuk pengembangan teori politik empiris sebanyak itu dipengaruhi

pertumbuhan teori dalam sejarah dan antropologi. Sejarawan terutama tertarik dalam

menggambarkan peristiwa unik, dan tidak dalam mengembangkan tingkat yang lebih tinggi

generalisasi dan teori-teori tentang masa lalu. Perhatian untuk deskripsi faktual dari khusus

menjadi meresap dalam pendekatan hukum-institusional dalam ilmu politik dan terbelakang

pembangunan tingkat yang lebih tinggi generalisasi dan teori empiris. Satu teori wawasan

politik disebut politik ilmuwan "sejarawan masa kini."

Pendekatan Perilaku

Pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II, sebuah gerakan protes yang dikembangkan

dalam ilmu politik yang melakukan perubahan belum pernah terjadi sebelumnya dalam

disiplin dan mulai perjuangan sengit antara yang baru dilatih dan para ilmuwan politik yang

lebih tradisional (mereka yang mendukung metode yang dijelaskan di atas). Gerakan protes

muncul karena sejumlah besar ilmuwan politik muda, seperti Harold Laswell, David Easton,

dan Robert A. Dahl, sangat tidak puas dengan status ilmiah dari disiplin. Mereka tidak senang

tentang tujuan penelitian, metode, dan tubuh akumulasi pengetahuan.

Para ilmuwan baru ingin disiplin untuk menjadi ilmu empiris seperti ilmu-ilmu

perilaku dan fisik lainnya. Mereka ingin menjadi tujuan pengembangan teori, yang dapat

digunakan untuk memprediksi dan mengendalikan perilaku. Mereka menyerang tujuan teori

politik normatif, yang menganggap mereka sebagai tujuan yang tepat identifikasi nilai-nilai

yang tepat dan "terbaik" sistem politik untuk mengarah pada "kehidupan yang baik." Para

ilmuwan baru berpendapat bahwa tujuan ini adalah bertentangan dengan ilmu pengetahuan

empiris, yang menggambarkan institusi tapi tidak membuat resep. Para ilmuwan baru juga

tidak puas dengan tujuan penelitian hukum-institusi ilmuwan politik, yang menggambarkan

aturan hukum dan lembaga, tetapi menolak untuk mempelajari perilaku aktor politik dan

menunjukkan sedikit minat dalam pengembangan tingkat yang lebih tinggi generalisasi dan

teori.

Gerakan baru ini dikenal sebagai pendekatan perilaku karena penganjur terutama

tertarik dalam mempelajari perilaku aktor politik, bukan aturan hukum dan institusi.

Meskipun mereka tidak tertarik dalam tugas-tugas hukum presiden dan senator, mereka

terutama khawatir dengan mengembangkan generalisasi empiris tentang perilaku mereka.

Behavioris berpendapat bahwa, meskipun merupakan aspek penting dari politik,

lembaga sebagai hal yang sendiri bukanlah hal yang nyata dari politik. Ini adalah

kegiatan dalam dan perilaku sekitar lembaga politik yang harus menjadi perhatian

utama dari ilmuwan politik.

Kepentingan dalam teori empiris dan kepedulian terhadap perilaku politik bukan satu-

satunya karakteristik yang membedakan dari pendekatan perilaku. Para pendukung metode ini

menganjurkan penggunaan teknik penelitian baru, seperti survei opini, analisis isi, studi kasus,

dan studi eksperimental. Kuantifikasi data dan penggunaan teknik statistik yang canggih juga

sering digunakan oleh behavioris. Sebagian besar penelitian lapangan mereka terdiri dari studi

pemungutan suara. Penelitian pertama yang muncul adalah pilihan rakyat, yang diterbitkan

pada 1944 dan menggambarkan pemilihan presiden tahun 1940. Sebuah studi yang lebih baru,

pemilih amerika, laporan pemilu 1956. Meskipun penelitian ini tidak menghasilkan dalam

pengembangan teori perilaku pemilih, mereka telah menghasilkan beberapa generalisasi

tingkat rendah tentang pentingnya orang-orang yang memilih, faktor yang mempengaruhi

perilaku pemilih, dan pembentukan sikap politik (disebut sosialisasi politik).

Behavioris juga mencoba untuk menyatukan ilmu politik lebih dekat sedikit pun ilmu-

ilmu perilaku lainnya. Mereka menggunakan banyak konsep-konsep kunci dan metode

penelitian yang erat dengan psikologi, sosiologi antropologi, dan. Teori-teori dari disiplin ilmu

ini telah digunakan. Mereka telah membuat tujuan riset politik lebih konsisten dengan tujuan

penelitian dalam ilmu sosial lainnya. Behavioris percaya bahwa perilaku ilmuwan harus bekerja

sama dan bersama-sama dalam rangka menciptakan sebuah ilmu empiris dari perilaku manusia.

Mereka juga mencoba untuk membuat konsep ini berhasil dalam menciptakan konsep-konsep

empiris daripada mereka telah dalam beberapa upaya mereka yang lain. Kami memiliki kontras

pendekatan perilaku dengan metode yang lebih tradisional dalam rangka untuk membedakan

orientasi yang berbeda dalam disiplin. Namun, pembaca tidak boleh berasumsi bahwa dalam

praktek metode ini dipotong begitu jelas. Semua behavioris tidak setuju tentang apa asumsi

dasar dan metode pendekatan mereka atau harus. Hampir setiap behavioris harus pada

beberapa waktu selama menggunakan informasi nya penelitian tentang aturan hukum,

lembaga formal, dan aspek historis ilmuwan politik sebagai seorang behavioris atau

tradisionalis sesuai dengan orientasi yang dominan jelas dalam karyanya.

Sebelumnya kami kutip dari Sorauf yang tepat menunjukkan bahwa dalam ilmu politik

"tidak ada pemenang atau kalah" Orientasi perilaku telah memenangkan tempat dalam disiplin,

tetapi tidak memiliki lolos kritik - sering keras - juga tak pengungsi yang lebih tradisional hukum

kelembagaan, sejarah, dan normatif pendekatan. Namun, pendekatan perilaku telah

terpolarisasi dan menciptakan reformasi yang lebih dan pencarian jiwa dalam disiplin bahwa

setiap metode sebelumnya lain. Serangan di atasnya telah parah, kadang-kadang mereka

adalah suara, tapi hanya sebagai sering mereka picik dan emosional. Kekebalan manusia

terhadap perubahan dapat ditemukan di antara ilmuwan politik, seperti di semua kelompok

lain dalam masyarakat.

Serangan paling serius pada behavioris telah datang dari ahli teori politik normatif yang

percaya bahwa tujuan utama disiplin seharusnya untuk meningkatkan kehidupan manusia

dengan mencari sistem politik terbaik dan merekomendasikan kepada pembuat kebijakan

untuk implementasi. Ini teori behavioris menuduh mengabaikan nilai-nilai, dan karena itu

menghindari pertanyaan yang paling mendesak yang dihadapi orang. Seperti yang kita

sebelumnya menunjukkan, klaim bahwa nilai-nilai mengabaikan behavioris tidak akurat.

Mereka menganggap mereka sebagai jenis perilaku.

Pendekatan perilaku pasti memiliki kekurangan, dan banyak kritik yang dibuat tentang

hal itu adalah sah. Behavioris, mungkin lebih dari kelompok lain ilmuwan politik, menyadari

keterbatasan metode mereka dan telah menyatakan mereka agak jelas, dalam semangat

mereka untuk informasi tentang aktor politik, behavioris tidak selalu menghargai kontribusi

yang hukum, kelembagaan, dan sejarah pendekatan dapat membuat untuk pengembangan

generalisasi politik. Penekanan pada aktor politik individual juga telah menghalangi

pertimbangan penuh dari kelompok politik dan sistem politik.

Kekurangan lainnya dalam pendekatan ini mencerminkan tidak begitu banyak

ketidaksempurnaan dalam metode, tetapi tahap yang lebih dewasa pembangunan. Penelitian

suara agak terfragmentasi dan tidak sebagai sebuah kelompok merupakan awal dari teori

perilaku politik. Sebagian besar generalisasi tentang perilaku pemilih adalah tingkat rendah,

meskipun mereka telah sangat memberikan kontribusi untuk pemahaman kita tentang

pemilih Amerika. Kedua tingkat tinggi generalisasi dan teori-teori parsial akan muncul ketika

gerakan itu berkembang.

Pendekatan Sistem

Beberapa ilmuwan politik telah berusaha untuk fokus penelitian dalam disiplin oleh

konseptualisasi proses politik sebagai suatu sistem yang saling terkait. Sistem politik

dikonseptualisasikan sebagai salah satu dari sejumlah sistem sosial saling terkait namun agak

independen yang membentuk masyarakat. Orientasi pendekatan ini pada dasarnya adalah

empiris, tetapi lebih inklusif daripada pendekatan perilaku karena tidak hanya di ¬ menggoda

untuk mengembangkan generalisasi tentang aktor politik individual, tetapi juga mencoba

untuk menjelaskan bagaimana kelompok-kelompok terorganisir tekanan mempengaruhi

pembuatan kebijakan publik. Teori sistem fokus pada pengembangan generalisasi tentang

bagaimana tuntutan dan masukan dari para pelaku politik menjadi kebijakan publik atau

output.

David Easton adalah mungkin teori sistem terkemuka. Dia menetapkan teori sistem

dalam serial buku, Sistem Politik (1953), Sebuah Kerangka untuk Analisis Politik (1965), dan A

Analisis Sistem Kehidupan Politik (1965). Menurut Easton, tugas penelitian khusus dari teori

sistem adalah untuk

... mengidentifikasi input dan kekuatan yang membentuk dan mengubah mereka,

untuk melacak proses melalui mana mereka diubah menjadi output, untuk

menggambarkan kondisi umum di mana proses tersebut dapat dipertahankan, dan

untuk membangun hubungan antara output dan input berhasil dari sistem.

Gambar 11.1 mengilustrasikan hubungan antara konsep-konsep pusat dalam Teori Sistem

Easton

TEKNIK POLITIK : TEORI SISTEM EASTON

INP

UT

OU

TPU

TSISTEMPOLITIK

DEMAND

SUPPORT

KEPUTUSAN

KEBIJAKAN

FEEDBACK

LINGKUNGAN

LINGKUNGAN

Gambar. 11.1 teori sistem Easton. Dari David Easton

.

Tabel 11.1

Pendekatan dalam ilmu politik

PENDEKATAN DESKRIPSI TUJUAN UTAMA

Normatif

Institusional

Legal

Fokus pada pemeriksaan ide

teori politik seperti Plato, Locke,

dan Marx.

Fokus pada deskripsi dan analisis

dokumen hukum dan fungsi

badan pemerintah dan pejabat.

Untuk menggambarkan sistem

politik ideal dan bagaimana

hal itu dapat dicapai.

Untuk secara akurat

menggambarkan lembaga-

lembaga hukum dan peran di

dalamnya.

Perkembangan teori tentang

perilaku politik yang dapat

TEORI DAN PENELITIAN DALAM ILMU POLITIK

Tujuan dari ilmu pengetahuan empiris adalah membangun sistem teoritis yang dapat

digunakan untuk memprediksi dan mengendalikan perilaku. Bangunan teori empiris jelas

bukan tujuan dalam salah satu pendekatan yang lebih tradisional dalam ilmu politik. Tujuan

filsafat politik adalah untuk menggambarkan sistem politik yang ideal, sedangkan

institusionalis hukum menganggap deskripsi akurat kode hukum dan lembaga-lembaga

formal sebagai tujuan utama mereka. Penekanannya adalah pada menggambarkan kode unik

dan lembaga-lembaga, dan tidak pada pengembangan tingkat tinggi generalisasi tentang

mereka. Banyak pendukung pendekatan ini menyangkal bahwa tinggi tingkat generalisasi

dan teori-teori dapat dikembangkan dalam ilmu politik karena perilaku manusia sangat

kompleks.

Hanya dalam pendekatan baru untuk ilmu politik-perilaku dan sistem orientasi-adalah

tujuan mengungkapkan pembangunan teori empiris. Sementara pendekatan baru memiliki

konstruksi ketika tujuan mereka, disiplin itu adalah sebagian besar kosong dari teori diuji,

meskipun upaya telah dilakukan, dan masih sedang dibuat, untuk merumuskan dan menguji

teori-teori parsial. Catatan Easton, "Pada umumnya, siswa dalam ilmu politik tidak dianggap

itu berguna untuk mengalokasikan bahkan bagian kecil dari energi kolektif mereka untuk

teori sistematis ..."

Ilmu empiris ditandai dengan prosedur umum, definisi yang tepat, tujuan, kumpulan

data, dan temuan. Hanya dalam pendekatan baru dalam disiplin ini adalah metode yang

digunakan yang begitu jelas menjelaskan bahwa mereka dapat diulang oleh peneliti lain.

Konsep di semua pendekatan tidak jelas dan ambigu. Istilah-istilah seperti negara dan

pemerintah, yang adalah pusat untuk pendekatan tradisional, dan konsep-konsep seperti

kekuasaan, legitimasi, dan otoritas, penting untuk pendekatan baru, sering didefinisikan

secara berbeda. Namun, behavioris membuat upaya bersama untuk membuat istilah mereka

yang tepat, dan untuk mengoperasionalkan mereka untuk tujuan pengukuran.

Dalam semua pendekatan dalam disiplin, objektivitas adalah ideal diungkapkan,

meskipun para pendukung pendekatan yang lebih tradisional tidak selalu jelas membedakan

antara normatif dan pernyataan empiris. Beberapa konsep ilmu politik, yang seharusnya

empiris, sering memiliki konotasi normatif. Istilah-istilah seperti komunisme dan sosialisme

sering digunakan untuk karakteristik mengandung arti negatif, sementara demokrasi dan

kapitalisme lebih sering menyampaikan makna positif.

Pada keseimbangan, ilmu politik tampaknya menjadi salah satu yang paling empiris

dari ilmu perilaku, jika kita mematuhi kriteria didalilkan oleh Berelson dan Steiner. Sejumlah

ilmuwan politik terkemuka mempertimbangkan status ilmiah dari disiplin menyedihkan.

Perjuangan dasar dalam disiplin ini atas tujuan-apakah ilmu politik akan menjadi disiplin

empiris atau satu normatif yang membuat resep bagi masyarakat. Tujuan yang terakhir ini

jelas bertentangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teoritis.

KONSEP ILMU POLITIK

Sepanjang buku ini, kita telah merekomendasikan bahwa guru memilih konsep-

konsep kunci dari masing-masing disiplin ilmu sosial ketika merencanakan studi sosial bagi

kelas SD dan SMP. Untuk membantu guru dalam perencanaannya, kami telah mencoba

mengidentifikasi untuk setiap disiplin apa yang ahli yang menganggap sebagai kunci atau

konsep pengorganisasian. Untuk setiap disiplin, ini telah menjadi tugas yang sulit, karena

penelitian penulis pada disiplin mengungkapkan bahwa beberapa kelompok ilmuwan sosial

dapat setuju tentang apa konsep-konsep kunci dalam disiplin ilmu mereka. Namun,

pendekatan ini tidak ditinggalkan karena itu adalah satu suara. Ketidaksepakatan di kalangan

ilmuwan sosial tentang konsep-konsep kunci dalam disiplin ilmu mereka tidak menunjukkan

bahwa pencarian untuk konsep pengorganisasian tidak valid, namun menunjukkan

rendahnya tingkat perkembangan ilmiah dari ilmu-ilmu sosial. Begitu mereka dewasa,

konsep mereka mengorganisir, generalisasi, dan teori-teori akan lebih mudah untuk

diidentifikasi.

Tingkat pengembangan konsep dalam disiplin ilmiah mencerminkan status; konsep

yang jelas dan operasional didefinisikan dalam disiplin ilmu yang lebih sangat maju; mereka

cenderung menjadi kabur dan ambigu dalam disiplin ilmu yang mengalami upaya pertama

mereka untuk menjadi ilmiah. Sebelumnya, kami telah mencatat bahwa konsep sosiologis

yang lebih jelas daripada dalam sejarah dan antropologi; fakta ini menunjukkan bahwa

sosiologi telah mencapai tahap yang lebih tinggi perkembangan ilmiah dari sejarah dan

antropologi.

Setiap upaya untuk mengidentifikasi kunci atau mengorganisir konsep-konsep dalam

ilmu politik ditakdirkan untuk menjadi sia-sia karena perbedaan besar pendekatan dalam

disiplin. Masing-masing pendekatan, sampai batas tertentu, mempekerjakan satu set konsep

yang unik. Konsep hukum alam erat dengan filsafat politik namun agak asing dengan

pendekatan sistem. Ciri-ciri ilmu politik membuatnya sangat sulit untuk memilih konsep-

konsep pusat untuk instruksi, Patterson telah menunjukkan:

Keragaman yang luar biasa dari lapangan, konflik internal, kurangnya telah disepakati

struktur teoritis yang koheren, ambiguitas, dan pertumbuhan saat ini di berbagai

arah, bergabung untuk membuatnya rumit untuk digunakan untuk rekonstruksi studi

sosial di sekolah.

Walaupun ilmu politik menyajikan masalah instruksional khusus, pendekatan

konseptual yang direkomendasikan dalam buku ini dapat ia gunakan untuk mengajar anak-

anak perspektif unik untuk disiplin dan generalisasi tentang perilaku politik. Pilihan sejumlah

konsep dari masing-masing orientasi dalam disiplin harus menjadi bagian integral dari

program studi sosial untuk kelas SD dan SMP. Namun, meskipun beberapa konsep dari

pendekatan tradisional harus diajarkan (seperti konstitusi), guru harus memilih sebagian

besar konsepnya dari pendekatan yang lebih modern karena dua alasan: (1) Pendekatan ini

membangun generalisasi ilmiah tentang perilaku politik, dan (2) pendekatan tradisional yang

mudah disalahgunakan oleh guru. Ketika guru menggunakan pendekatan tradisional,

penekanan mudah bergeser ke anak-anak yang membutuhkan untuk menghafal tugas dan

berbagai kantor kekuasaan, dan jauh dari membantu mereka untuk memperoleh generalisasi

tentang sistem politik. Pendekatan normatif memungkinkan guru untuk memoralisasi, tanpa

bukti, tentang manfaat tertentu institusi-nilai yang tidak sepenuhnya ditunjukkan. Hal ini

juga menempatkan penekanan yang tidak semesteinya pada pandangan otoritas, apakah

klasik (Plato, Aquinas, Crotius, atau Locke) atau kontemporer (Lippman, Lassweli, atau

Hyneman).

Tidak ada usaha yang dibuat di bawah ini untuk daftar konsep-konsep

pengorganisasian dalam ilmu politik untuk alasan yang disebutkan di atas. Namun, beberapa

konsep penting adalah sentral untuk pendekatan yang berbeda. Kebanyakan dari mereka

akan membahas terkait dengan orientasi perilaku. Konsep-konsep yang penting bagi

pendekatan sistem tidak dibahas penyebabnya Gambar 11,1 grafis menjelaskan konsep-

konsep kunci dari metode ini. Konsep-konsep kunci dari pendekatan sistem tentu dapat

digunakan oleh guru kelas untuk mengajar anak-anak generalisasi utama tentang sistem

politik. Konsep input, tuntutan, dan output dapat dipahami oleh anak-anak muda.

Pengendalian Sosial

Kontrol sosial adalah peraturan perilaku manusia oleh kekuatan sosial di luar dan dijaga oleh

hukum dan aturan yang muncul dalam setiap masyarakat dan institusi. Setiap institusi harus

memiliki cara untuk mengontrol perilaku anggota dalam rangka untuk mencapai tujuan dan

untuk menjaga lingkungan di mana individu dan kelompok dapat memuaskan keinginan dan

kebutuhan mereka. Hukum yang mengatur perilaku dalam suatu masyarakat biasanya

ditemukan dalam dokumen-dokumen tertulis seperti aturan hukum dan konstitusi. Hukum

mencerminkan norma-norma dan nilai-nilai suatu masyarakat. Norma-norma yang sangat

penting bagi masyarakat biasanya menjadi undang-undang, dan pelanggar norma-norma

yang dihukum oleh negara. Amerika, setidaknya secara verbal, nilai kehidupan manusia dan

percaya bahwa seorang individu yang mengambil nyawa orang lain, dalam kebanyakan

situasi, harus dihukum. Oleh karena itu ilegal untuk membunuh seseorang dalam berbagai

situasi.

Ada banyak kesempatan di kelas-kelas SD dan SMP bagi guru untuk memperkenalkan

konsep ini. Siswa bisa membuat daftar aturan bahwa mereka harus mematuhi dalam institusi

seperti rumah, sekolah, dan gereja, dan negara mana yang aturan yang mereka anggap

penting. Melalui studi tentang aturan dan hukum dalam masyarakat kita, anak-anak akan

menemukan bahwa banyak hukum dan aturan yang telah lama digunakan dan tidak lagi

fungsional dalam masyarakat kita yang berteknologi tinggi dan padat penduduk. Beberapa

menyatakan bahwa undang-undang aborsi dianggap disfungsional dalam masyarakat saat ini

mencabut hukum yang melarang aborsi. Sebuah studi hukum sepanjang sejarah akan

membantu siswa untuk menemukan bagaimana masyarakat terus menghapuskan hukum

lama dan membuat yang baru dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan untuk

memecahkan masalah-masalah kontemporer. Namun, sering kali ada jeda waktu panjang

antara kebutuhan masyarakat dan penciptaan hukum baru atau meninggalkan yang lama.

Negara

Konsep negara adalah pusat untuk pendekatan tradisional dalam ilmu politik. Ilmu politik

sering didefinisikan oleh kaum tradisionalis sebagai studi hukum pemerintah negara.

Walaupun konsep ini telah didefinisikan dalam berbagai cara, kadang-kadang didefinisikan

sebagai institusi yang memiliki tanggung jawab utama untuk menjaga tatanan sosial,

biasanya dalam wilayah geografis didefinisikan secara hukum. Ketika mempelajari konsep ini,

siswa dapat memeriksa kode-kode hukum, konstitusi, hukum, dan sanksi bahwa negara

menggunakan untuk mempertahankan kontrol sosial. Mereka juga bisa diminta untuk

berhipotesis tentang apa yang mungkin terjadi dalam masyarakat tanpa sebuah lembaga

yang tanggung jawab utama adalah pemeliharaan ketertiban. Ketika konsep ini dipelajari,

konsep hukum juga bisa dengan mudah diperkenalkan.

Pemerintah

Erat terkait dengan konsep negara adalah konsep pemerintah. Pemerintah adalah lembaga

negara yang digunakan untuk mempertahankan kontrol sosial. Ini terdiri dari "Secara legal

lembaga berbasis masyarakat yang membuat keputusan mengikat secara hukum."

Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan satu individu atau kelompok untuk mempengaruhi,

mengubah, memodifikasi, atau dalam beberapa cara lain mempengaruhi perilaku orang lain.

American Medical Association memegang kekuasaan ketika untuk beberapa tahun itu

berhasil diblok bagian dari tagihan bantuan medis, sehingga mempengaruhi mereka yang

membutuhkan perawatan medis murah. Kekuasaan adalah sebuah konsep penting dalam

ilmu politik, beberapa ilmuwan politik mendefinisikan disiplin sebagai studi tentang

perjuangan untuk kekuasaan. Anak-anak dapat menemukan konsep ini berguna karena

mereka berusaha untuk memperoleh generalisasi tentang perilaku politik.

Legitimasi

Sebuah pemerintahan dianggap sebagai sah ketika individu yang terkena kebijakan

menerima otoritas yang valid. "Keluar dari kesetiaan mereka untuk menegakkan keputusan

sendiri dan bebas sistem politik dari tugas yang mustahil mendukung setiap keputusan

dengan kekuatan."

Otoritas

Pemimpin politik memiliki otoritas ketika mereka mampu membuat keputusan dan undang-

undang yang mengikat secara hukum bagi individu dalam suatu sistem politik. Individu atau

kelompok bisa mencapai otoritas dalam berbagai cara. Mereka mungkin dipilih oleh rakyat,

ditunjuk oleh para pemimpin, atau mengambil otoritas secara paksa, seperti pada kudeta

atau revolusi. Sebuah sistem politik untuk berfungsi dengan lancar, itu nccessary untuk

wewenang untuk menjadi sah, jika tidak, pemerintah harus mengeluarkan terlalu banyak

energi menegakkan keputusan mereka.

Kepentingan Kelompok

Sebuah kepentingan kelompok adalah kumpulan dari individu-individu yang berbagi

keprihatinan umum dan tujuan, mereka mengorganisir dalam rangka lebih efektif mencapai

tujuan mereka bersama. Di negeri ini, lobby yang paling sering digunakan taktik politik

mereka. Kelompok-kelompok seperti American Medical Association, Bar Association, dan

Asosiasi Pendidikan Nasional menjadi aktif dalam politik pada saat pemilihan atau masalah

muncul yang dapat mempengaruhi mereka merasa kepentingan mereka.

Sosialisasi Politik

Proses di mana seorang individu memperoleh sikapnya, keyakinan, dan persepsi dari sistem

politik yang dikenal sebagai sosialisasi politik. Perilaku para ilmuwan politik telah menunjukkan

banyak kepentingan dalam konsep ini. Penelitian mereka menunjukkan bahwa dari banyak

institusi yang mempengaruhi sikap anak terhadap sistem politik, keluarga adalah yang paling

penting. Seorang individu biasanya merupakan anggota partai politik yang sama sebagai

penelitian terbaru orang tuanya menunjukkan bahwa sikap dasar politik anak-anak terbentuk

selama tahun-tahun awal mereka ketika mereka berusia antara tiga dan tiga belas. Temuan ini

memiliki implikasi penting untuk studi politik di kelas-kelas SD dan SMP. Sebuah program harus

dilaksanakan selama tahun-tahun jika sekolah adalah untuk memainkan peran penting dalam

sosialisasi politik pemuda. Ketika siswa mencapai sekolah tinggi itu hampir terlambat.

Politik Budaya

Sikap, persepsi, dan keyakinan bahwa individu memiliki terhadap politik disebut kultur politik.

Budaya politik terutama "berkaitan dengan pola-pola orientasi psikologis untuk aksi politik."

Para peneliti telah menemukan bahwa budaya politik berbeda dalam berbagai bangsa. Di

Amerika Serikat, politik dianggap sebagai bisnis kotor, dan politisi dianggap sebagai orang yang

tidak jujur. Namun budaya politik Amerika dianggap sebagai "peserta" budaya karena tingginya

tingkat keterlibatan Amerika dalam politik, dibandingkan dengan tingkat keterlibatan politik di

negara-negara lain. "Budaya Italia adalah salah satu keterasingan politik, perasaan rendah

nasional kebanggaan, ketidakpercayaan terhadap pemerintah, dan sedikit rasa kewajiban.

Budaya politik di Meksiko ditandai sebagai 'kombinasi dari keterasingan dan aspirasi. "21 Dalam

rangka untuk memperoleh generalisasi tentang budaya politik, anak-anak bisa membandingkan

dan kontras budaya politik negara yang berbeda.

Sistem Politik

Sistem politik terdiri dari semua proses dan lembaga yang menghasilkan pembuatan kebijakan

publik. Perjuangan kelompok bersaing untuk kekuasaan politik merupakan aspek utama dari

sistem politik. Komponen-komponen berikut ini penting untuk sistem politik: "orang-orang yang

diperintah, pejabat berwibawa, proses (pilihan) politik, struktur pemerintahan, proses

pembuatan kebijakan, dan kebijakan otoritatif Kekuasaan mungkin didistribusikan secara

luas.... antara semua enam komponen atau mungkin terkonsentrasi di satu atau beberapa

komponen " Studi tentang sistem politik akan membantu anak-anak memahami bagaimana

semua elemen politik saling berhubungan.. Metode analisis yang dirumuskan oleh David Easton

(lihat Gambar. 11.1) dapat digunakan oleh guru sebagai panduan. Anak-anak seharusnya tidak

hanya menganalisis sistem politik kita sendiri, tetapi harus membandingkan dan kontras dengan

sistem politik di seluruh dunia. Mereka harus belajar bahwa orang di mana telah merancang

beberapa bentuk kehidupan politik.

GENERALISASI ILMU POLITIK

Banyak dari apa yang kita katakan tentang konsep-konsep ilmu politik ini juga berlaku

generalisasi politik, karena hubungan antara konsep negara generalisasi. Generalisasi dalam

ilmu politik, seperti di disiplin perilaku lain, sangat bervariasi dalam generability mereka,

dukungan empiris, dan nilai mereka untuk prediksi. Banyak generalisasi dalam disiplin yang

normatif dan pernyataan nilai; pernyataan ini mencerminkan orientasi normatif yang dominan

yang telah ada dalam disiplin sejak pertama kali muncul. Banyak generalisasi politik tingkat

rendah pernyataan yang menggambarkan karakteristik dari berbagai hukum dan institusi.

Sebagian besar generalisasi yang dirumuskan oleh para behavioris yang terkait dengan perilaku

pemilih, ini adalah juga pernyataan tingkat rendah terutama empiris.

Dalam memilih generalisasi untuk memandu studi politik di kelas-kelas SD dan SMP,

guru harus memilih pernyataan hanya yang dapat diverifikasi secara empiris. Daftar

Kebanyakan dari generalisasi ilmu politik yang disiapkan oleh komite kurikulum berisi

pernyataan banyak nilai. Daftar tersebut juga mengandung pernyataan-pernyataan sederhana

bahwa banyak guru harus mengabaikan. Dua pernyataan berikut ini dari daftar generalisasi ilmu

politik dalam panduan kurikulum negara: "orang muda menghormati dan mematuhi orang tua

dan guru"; "Otokrasi, atau sentralisasi yang serupa kekuasaan di satu orang atau badan,

berkembang ketika warga melalaikan tanggung jawab mereka. " Pernyataan-pernyataan ini

menyesatkan dan sangat normatif. Banyak anak muda, khususnya sekarang, tidak menghormati

atau menaati orang tua mereka sangat sering. Pernyataan terakhir ini sebagian besar normatif

serta terlalu sederhana. Pernyataan-pernyataan mencolok menunjukkan sebuah fakta yang

telah ditekankan di seluruh buku ini: penataan kurikulum di sekitar konsep pengorganisasian

dan generalisasi tidak menjamin sebuah program sosial yang efektif. Tidak hanya dapat dipilih

generalisasi akurat, tetapi guru dapat mengajarkan mereka menggunakan metode tradisional

yang telah terbukti efektif. Generalisasi berikut ini, bagaimanapun, adalah contoh dari jenis

yang dapat memandu studi ilmiah perilaku politik di kelas-kelas SD dan SMP:

Dalam setiap masyarakat dan institusi, peraturan dan hukum muncul untuk mengatur perilaku

individu; individu biasanya mengalami beberapa bentuk hukuman ketika otoritas menangkap

mereka melanggar hukum.

Aturan dan hukum mencerminkan nilai-nilai dasar dalam masyarakat atau lembaga.

Dalam setiap masyarakat, beberapa individu atau kelompok yang berwenang untuk membuat

keputusan yang mengikat dan untuk mengalokasikan nilai-nilai.

Berbagai jenis sistem politik yang digunakan dalam berbagai masyarakat untuk menentukan

kebijakan publik dan untuk mengatur perilaku.

Kediktatoran kadang-kadang menimbulkan daya ketika sebuah bangsa telah mengalami sebuah

revolusi yang diarahkan terhadap sebuah rezim lama dianggap sebagai penindasan oleh kaum

revolusioner.

Kepentingan Kelompok upaya terorganisir untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan publik

ketika mereka percaya bahwa kebijakan tersebut akan mempengaruhi tujuan mereka.

Individu lebih mungkin untuk mempengaruhi kebijakan publik saat bekerja dalam kelompok

daripada saat bekerja sendiri.

Individu dan kelompok menggunakan metode-metode ekstrim untuk mengubah kebijakan

publik ketika mereka merasa bahwa pemerintah tidak responsif terhadap kebutuhan mereka

atau bahwa saluran yang sah untuk pengentasan keluhan tidak efektif.

Pihak berwenang mungkin akan kasar diganti jika mereka tetap tidak responsif terhadap

tuntutan publik.

Ketika otoritas merasa bahwa ideologi dasar dan kesejahteraan sistem politik mereka sedang

terancam, mereka dapat mengambil tindakan ekstrim terhadap individu dan kelompok, yang

menyangkal hak-hak dasar yang dijamin oleh hukum negara.

Pihak berwenang cenderung menolak setiap perubahan yang mereka merasa akan mengurangi

kekuasaan mereka dan pengaruh.

Ketika kekuasaan mereka terancam, pihak berwenang kadang-kadang menciptakan situasi yang

memberikan kritik mereka ilusi pengaruh berolahraga, meskipun kekuatan yang sebenarnya

masih dalam kontrol pemerintah.

Konflik muncul dalam sebuah sistem politik ketika individu atau kelompok memiliki tujuan yang

bersaing dan / atau menafsirkan arti dari hukum berbeda.

Pemimpin muncul ketika individu mampu mengartikulasikan dan mewujudkan keinginan dan

tujuan kelompok; pemimpin kehilangan kekuatan dan pengaruh mereka ketika kelompok per ¬

ceive tujuan mereka berbeda dari orang-orang dari pemimpin mereka.

Pihak berwenang berusaha untuk melegitimasi kekuasaan mereka untuk mempertahankan

kontrol (yaitu, meyakinkan konstituen mereka bahwa mereka memiliki hak untuk memerintah

karena hak ilahi, Konstitusi, dll) dan sistem politik yang stabil.

STUDI POLITIK DI SEKOLAH SD DAN SMP

Studi politik biasanya diabaikan atau diperlakukan dangkal di SD dan SMP, dan diajarkan

dengan pendekatan historis dan hukum-institusional di SMP. Studi Politik diabaikan dan buruk

yang diajarkan terutama karena tujuan pendidikan politik yang ambigu, membingungkan, dan

kontradiktif.

Tujuan yang paling sering mengaku studi politik adalah untuk mengembangkan warga

negara patriotik yang setia kepada bangsa kita dan berkomitmen terhadap ideologi demokrasi.

Namun, "warga negara patriotik" jarang didefinisikan secara jelas. Dalam rangka untuk

melestarikan nilai-nilai yang dominan dan sistem pemerintahan, setiap negara-negara harus

bersosialisasi warganya sedemikian rupa sehingga menanamkan ideologi dominan tersebut.

Dengan demikian, mengembangkan warga negara yang setia dan patriotik adalah tujuannya.

Namun, di negara Amerika Serikat studi politik sering diajarkan buruk karena cara guru dan

penulis buku teks telah menafsirkan kata "patriotik." Seorang warga negara patriotik biasanya

dianggap sebagai salah satu suara yang secara teratur, taat hukum, menghormati bendera

melambaikan sesekali dan jarang mengkritik-pemimpin politik kita. Dia percaya bahwa

demokrasi yang dipraktikkan di Amerika Serikat adalah bentuk terbaik dari pemerintah, bukan

hanya untuk Amerika, tetapi untuk semua orang di mana-mana.

Dalam semangat mereka untuk mengembangkan warga negara seperti, pendidik telah

menulis buku teks kewarganegaraan yang memuji keajaiban dari Amerika Serikat dan

menjelaskan, secara rinci, kekurangan dari negara-negara lain, terutama negara-negara

Komunis. Ketidaksempurnaan dalam masyarakat Amerika yang diberikan sedikit sekali, jika ada,

perhatian. Para diskriminasi yang dialami oleh kelompok minoritas, perempuan, dan kaum

miskin, dan konflik nilai yang membagi masyarakat kita, jarang dibahas dalam teks-teks sekolah

SMP kewarganegaraan tinggi. Dalam meringkas buku-buku teks studi kewarganegaraan,

Massialas menulis:

. .. gambar berikut Amerika diberikan kepada generasi muda: (I) pemerintah beroperasi pada

prinsip persetujuan dari yang diperintah; (2) Amerika adalah negara terbaik untuk hidup di; 3)

warga negara Amerika adalah pemilih paling rasional; (4) bentuk pemerintahan Amerika adalah

yang terbaik dan paling appropriate untuk semua masyarakat pada setiap tahap pembangunan,

dan (5) sejak Amerika adalah yang paling kuat dan negara yang paling demokratis, itu harus

kiper dunia. Singkatnya, "Kami adalah yang terbesar ..."

Jika kita meneliti buku pelajaran sekolah dasar dan tinggi, kita sering menemukan

gambaran mulia dari Amerika Serikat. Mereka mengatakan bahwa Amerika mungkin merasa

bangga dengan fakta bahwa negara mereka berdiri sebagai juara besar kebebasan dan

demokrasi di urusan dunia, dan bahwa secara umum, kita menganggap negara-negara yang

mendukung kebebasan sebagai teman Amerika Serikat. Kita diberitahu bahwa negara-negara

yang mendukung komunisme dan bentuk lain dari kediktatoran mempertimbangkan Amerika

Serikat untuk menjadi musuh terbesar mereka. "Ini adalah hal yang besar bagi orang-orang

bebas untuk menjadi dikenal sebagai juara kebebasan," negara satu book.

Banyak guru kelas juga bergabung dengan "konspirasi keheningan" untuk kekurangan

melindungi Amerika dari siswa. Banyak guru merasa bahwa jika anak-anak terkena jelek aspek

kehidupan Amerika, mereka akan menjadi sinis dan kehilangan iman dalam syahadat Amerika.

Mereka berpendapat lebih lanjut bahwa masa kanak-kanak harus menjadi periode yang

menyenangkan dalam kehidupan seseorang dan bahwa fakta-fakta tersebut akan

membangkitkan kekhawatiran yang tidak perlu antara anak - anak. Juga, mereka berpendapat,

anak-anak akan belajar tentang masalah kita ketika mereka dewasa, dan ini cukup cepat.

Untuk sejumlah alasan pendekatan manis dan cahaya untuk mempelajari masalah

politik tidak sehat. Meskipun ada beberapa alasan mengapa suara anak TK ¬ anak harus belajar

tentang skandal politik besar yang secara historis bayangan gelap pada kehidupan politik

Amerika, anak-anak pada usia dini harus belajar untuk membedakan antara cita-cita dari suatu

sistem politik dan realitas politik. Sebagai contoh, siswa harus tahu aturan dan hukum yang

mengatur perilaku mereka di kelas mereka, kamar dan di sekolah, mereka juga harus tahu

bahwa individu sering melanggar peraturan dan hukum dan sering dihukum ketika mereka

lakukan. Untuk mengajarkan anak-anak bahwa semua orang Amerika sebenarnya memiliki

perlindungan yang sama di bawah hukum yang salah. Namun, anak-anak harus menyadari cita-

cita kita serta perilaku aktual kita. Mereka harus tahu bahwa ideal sistem peradilan kita adalah

perlindungan hukum yang sama bagi semua warga negara. Ketika siswa akan-datang menyadari

kedua cita-cita dan perilaku yang sebenarnya, mereka menyadari pekerjaan yang harus

dilakukan untuk membuat lebih konsisten.

Sebuah program studi politik yang menekankan kekuatan dan kelemahan negara-negara

lain melanggar tujuan kami untuk mengembangkan komitmen terhadap proses demokrasi. Kita

tidak dapat menggunakan strategi pengajaran otoriter untuk mengembangkan apresiasi

prinsip-prinsip demokrasi. Cara terbaik untuk membantu anak-anak belajar nilai-nilai demokrasi

adalah untuk mengekspos mereka ke suasana kelas yang demokratis, dan untuk memberikan

kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam program aksi demokrasi, seperti

pemerintahan mahasiswa. Dalam sebuah kelas demokratis anak bebas untuk memeriksa semua

sisi dari suatu masalah, untuk tidak setuju dengan guru, dan untuk mencapai kesimpulan

independen mereka sendiri ketika membahas isu-isu politik. Hanya dengan cara ini anak-anak

dapat mengembangkan komitmen rasional terhadap ideologi demokrasi.

Pendekatan hukum-kelembagaan yang secara historis mendominasi ilmu politik jelas

dalam teks-teks kewarganegaraan dan program. Pendekatan ini sangat konsisten dengan

pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengembangkan "patriotik" warga, sebuah fakta

yang mungkin diperhitungkan untuk penerimaan yang luas di kalangan pendidik. Dengan

metode ini, siswa mempelajari wewenang hukum dan tanggung jawab berbagai posisi politik,

dan fungsi dari berbagai cabang pemerintahan. Penekanannya adalah pada menghafal fakta

dan pengalaman mereka kepada guru. Pendekatan ini memberikan mahasiswa suatu konsepsi

yang tidak realistis dari sistem politik kita karena mengabaikan peran aktor individu dan 'politik.

Untuk memahami bagaimana sebenarnya tagihan berlalu, seseorang tidak bisa hanya studi

konstitusi, tetapi harus tahu bagaimana tekanan kelompok yang bersaing bekerja untuk

mempengaruhi pembentukan kebijakan publik. Simulasi permainan seperti Demokrasi dan

Nepoli dapat membantu anak-anak memahami proses informal seperti tawar-menawar, jual-

beli suara, penjanjian dukungan sebagai imbalan atas dukungan lain tentang isu-isu lain,

mendorong dan menangani, pengorbanan, menyesatkan orang lain, dan kegiatan licik lainnya.

Jadi banyak untuk pendekatan tradisional untuk pendidikan politik yang mungkin tidak sehat.

Kami menyarankan bahwa mereka tidak efektif terutama karena tujuan yang ambigu dan

bingung.

Apa yang harus menjadi tujuan studi politik di SD dan SMP ? Tujuan studi politik harus

sama sebagai tujuan dari seluruh program studi sosial. Studi politik harus membantu anak

mencapai memahami temuan yang akan memungkinkan mereka untuk membuat keputusan

pribadi dan publik, suara pada isu-isu yang akan mempengaruhi kehidupan mereka,

masyarakat, dan bangsa. Kami menyatakan ini sebagai tujuan untuk program studi sosial. Setiap

disiplin ilmu sosial telah perspektif dan konsep yang dapat berkontribusi untuk tujuan ini.

Karena tujuan studi politik harus sama sebagai tujuan dari program studi keseluruhan

sosial, konsep-konsep ilmu politik dan generalisasi harus diidentifikasi dan diajarkan dalam

mode sekuensial dan spiral seluruh program SD dan SMP studi sosial. Sementara beberapa

konsep ilmu pengetahuan tradisional politik harus dipilih, penekanan harus pada konsep-

konsep yang memberikan anak gambaran yang lebih realistis tentang bagaimana sebuah sistem

politik yang benar-benar beroperasi. Konsep seperti kontrol sosial, kekuasaan, dan otoritas

harus merupakan bagian besar dari program dalam studi politik dasar.

Sebuah konsep seperti kontrol sosial (seperti diwujudkan dalam aturan dan hukum)

dapat diajarkan kepada anak-anak di semua kelas SD dan SMP. Guru tidak perlu untuk

memperkenalkan konten baru dalam rangka untuk mengajarkan konsep ini, ia dapat

menggunakan sampel konten yang secara tradisional diajarkan dalam kelas Suatu generalisasi

yang berkaitan dengan konsep (seperti "Di setiap aturan masyarakat, peraturan, dan hukum

muncul untuk mengatur perilaku individu ") dapat dipilih untuk panduan instruksi. Suatu

generalisasi terkait juga dapat diidentifikasi, seperti "Individu biasanya mengalami beberapa

bentuk hukuman ketika mereka tertangkap melanggar aturan dan hukum."

Di TK, misalnya, guru bisa meminta anak-anak untuk menyatakan beberapa aturan

bahwa mereka seharusnya taat di rumah, di tempat bermain, di dalam kelas, dan sementara

berjalan pulang dari sekolah. Mungkin termasuk tanggapan, "aku harus pergi tidur pada 07:00,"

"Saya tidak bisa bicara ketika orang lain membaca di kelas," atau "Saya harus menunggu sampai

lampu berubah hijau sebelum aku bisa menyeberang jalan." Guru kemudian dapat meminta

anak-anak apa yang akan terjadi kepada mereka jika mereka tertangkap melanggar aturan dan

hukum. Akhirnya, dia bisa meminta mereka untuk berhipotesis tentang mengapa kita memiliki

aturan dan hukum, dan apa yang mungkin terjadi dalam suatu masyarakat atau lembaga yang

tidak memiliki aturan atau peraturan Guru dapat mencoba demonstrasi. Misalnya, ketika anak-

anak berjalan di suatu pagi, ia dapat memberitahu mereka bahwa untuk jangka waktu satu jam

semua aturan di dalam kelas akan ditunda. Sebuah diskusi yang berhubungan dengan

generalisasi dapat mengikuti percobaan. Anak-anak di kelas-kelas yang lebih tinggi dapat

memperoleh generalisasi yang sama dengan mempelajari kota, negara, dan hukum nasional.

Sebuah sekolah SMP eksperimental program studi sosial yang tinggi, Manusia Sebagai

Makhluk Politik (dikembangkan oleh Layanan Pendidikan) didasarkan pada pendekatan

konseptual. Dua konsep politik mengorganisir digunakan untuk struktur kurikulum, kekuasaan

dan budaya politik. Patterson menjelaskan program sebagai berikut:

... anak-anak melihat berbagai fenomena manusia, sepanjang jalan dari hubungan

kekuasaan di sekolah mereka sendiri untuk hubungan kekuasaan dalam kematian dari

Republik Romawi. Beberapa [pertanyaan yang mereka belajar] adalah:

Apa daya dalam masyarakat manusia?

Mengapa kekuasaan menjadi bagian dari masyarakat manusia?

Apakah kekuatan mengandalkan?

Apa nilai-nilai kekuasaan?

Apa kejahatan kekuasaan?

Bagaimana orang-orang melindungi diri terhadap ekses kekuasaan?

Bagaimana kekuasaan beroperasi untuk bertahan hidup?

Apa kondisi di mana kekuasaan memuakkan dan mati?

Ketika mempelajari konsep budaya politik, anak-anak menelitian masalah ini:

Mengapa (misalnya, dalam hal tempat, waktu, pembangunan ekonomi, dll) ada berbagai

jenis budaya politik?

Bagaimana budaya umum atau cara hidup yang total dari orang mempengaruhi pola

khusus dari perilaku kita sebut budaya politik? Pada gilirannya, bagaimana budaya

politik mempengaruhi kebudayaan czeneral?

Hubungan apa yang ada-dan mengapa - antara budaya politik dan teknologi?

Bagaimana anak-anak belajar budaya politik?

Apa jenis budaya politik yang kita orang Amerika hidup dalam, bagaimana kita datang ke

sana, I apa mungkin itu di masa depan?

Inovatif program ilmu pengetahuan politik yang lain, dirancang untuk nilai sekolah

tinggi, Perilaku Politik Amerika oleh Howard Mehlinger dan John J. Patrick. Program, yang

mencoba untuk, siswa hadir dengan temuan ilmuwan sosial tentang perilaku politik, berfokus

pada kegiatan politik warga khas dan pemimpin politik .* studi kasus, permainan simulasi,

survei sikap politik, dan pengolahan data kegiatan merupakan komponen utama dari program

ini.

Guru dapat mempelajari materi dalam proyek seperti Manusia Sebagai Makhluk Politik

dan Perilaku Politik Amerika ketika memilih konsep untuk mengembangkan dalam penelitian

sosial mereka sendiri. Banyak konsep contoh yang sangat baik, strategi pengajaran, dan bahan-

bahan yang ditemukan dalam program ini, yang dapat diadaptasi untuk digunakan dengan

siswa di kelas-kelas SD dan SMP.

Kami telah menyajikan suatu pemikiran dalam bab ini. Kami juga menyarankan bahwa

guru memeriksa alasan untuk pendidikan politik yang disajikan dalam monografi

Membandingkan Pengalaman Politik oleh Judith A. Gillespie dan John J. Patrick (Washington,

DC: Asosiasi Ilmu Politik Amerika, 1974).

STRATEGI UNTUK MENGAJAR KONSEP ILMU POLITIK TERPILIH DAN GENERALISASI

Kami telah menunjukkan bagaimana konsep-konsep ilmu politik dan generalisasi terkait dapat

diidentifikasi dan dijadikan bagian integral dari program studi keseluruhan sosial. Setelah guru

telah mengidentifikasi konsep-konsep dan generalisasi bahwa mereka berharap anak - anak

untuk menguasai, mereka dapat merancang strategi pengajaran yang sesuai. Anak-anak

memiliki banyak pengalaman yang dapat dilihat dari perspektif ilmu politik; guru harus

menggambar pada pengalaman-pengalaman sebanyak mungkin ketika mengajar ide-ide kunci

dari disiplin. Kami telah memilih sebuah generalisasi yang berkaitan dengan kontrol sosial

(aturan dan hukum) dan strategi mengajar yang disarankan untuk sampel itu. Generalisasi yang

berkaitan dengan kontrol sosial yang penting karena mereka menunjukkan bahwa orang-orang

di semua masyarakat menyusun undang-undang untuk mengendalikan perilaku dan konflik itu

dan perjanjian yang sering muncul ketika individu menafsirkan arti dari hukum yang berbeda.

Jumlah tak terbatas cara dapat dirancang untuk mengajarkan konsep dan generalisasi sampel

kami. Strategi yang disajikan di bawah ini dimaksudkan untuk melayani sebagai batu loncatan

untuk kreativitas guru.

Generalisasi: Konflik muncul dalam sebuah sistem politik ketika individu atau kelompok

memiliki tujuan yang bersaing dan / atau menafsirkan arti hukum berbeda, aturan dan hukum

mencerminkan nilai-nilai dasar dari suatu masyarakat atau lembaga.

Kelas Primer

Tanyakan kepada siswa: "Apa ada aturan yang Anda miliki di rumah untuk tidur, untuk makan,

dan untuk bermain?" Tanggapan mungkin mencakup: "Pergi tidur pada 8:00, berada di tempat

tidur pada 9:00, makan semua yang ada di piring Anda, makanlah sendiri, mengambil

setidaknya satu gigitan dari makanan di atas piring Anda, bermain di halaman Anda sendiri,

tidak bermain setelah makan malam. " Daftar tanggapan di papan tulis dalam kategori

ditunjukkan dan setiap orang tambahan yang menyarankan tanggapan siswa. Ajukan

pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Mengapa ada daftar waktu yang berbeda untuk tidur?

2. Mengapa ada aturan untuk makan?

3. Mengapa ada aturan untuk bermain?

4. Apa yang bisa kita tulis kalimat yang akan berlaku aturan dalam semua keluarga kita? Ulangi

pertanyaan yangiperlukan untuk meminta respon, "Sementara semua fam ¬ ilies memiliki

aturan, setiap keluarga memiliki ide yang berbeda tentang mereka."

5. Apa aturan ini memberitahu kita tentang pentingnya anak-anak kepada orang tua mereka?

(Ulangi pertanyaan yang diperlukan untuk meminta respon yang mencerminkan gagasan bahwa

merawat anak-anak merupakan nilai penting dalam masyarakat kita.)

Tanyakan kepada siswa: "Apa yang beberapa aturan di sekolah bahwa kepala sekolah dan guru

berpikir yang penting, tetapi Anda merasa tidak penting?" Tulis tanggapan pada bagan seperti

berikut:

Aturan Sekolah Tidak Penting untuk Saya Kenapa

Setelah tanggapan dicatat, meminta siswa mengapa mereka berpikir aturan ini penting.

Menulis jawaban mereka di bawah kolom "Mengapa". Sebuah respon sampel mungkin, "Jangan

bicara di lorong." "Kenapa?" "Karena aku ingin berbicara dengan temanku dan tidak pernah

bisa bicara dengannya di kelas." Anda mungkin merencanakan dan melaksanakan percobaan

kembali terkait dalam beberapa aturan bahwa anak-anak telah diidentifikasi sebagai

unmportant. Aktivitas berikut ini, berkaitan dengan berbicara di koridor, bisa direncanakan dan

mobil ¬ Ried dengan guru lain dan kelas nya.

Mintalah siswa dari yang lain berjalan kelas dengan kelas Anda dan berbicara dengan keras,

sementara siswa Anda mengambil tes mengeja. Setelah itu, mintalah masing-masing siswa

untuk merekam apakah ada atau tidak suara yang dibuat oleh siswa lain mempengaruhi

kinerjanya pada tes mengeja. Pada hari lain, kelas harus beralih peran. Memiliki kelas Anda

membuat suara keras di dekat pintu kelas lain sementara siswa di dalamnya adalah mengambil

ujian. Mengumpulkan pengamatan yang dilakukan oleh kedua kelas. Diskusikan hasil dan

bagaimana siswa merasa tentang aturan sekolah setelah percobaan.

Aktivitas berikut ini akan membantu anak-anak menemukan bagaimana konflik dapat muncul

ketika individu menafsirkan arti aturan berbeda. Mintalah beberapa anak untuk bermain peran

situasi kelas yang memiliki aturan yang telah disepakati bahwa tidak ada yang harus berbicara

selama tes matematika sehari-hari. Aturan ini juga menyatakan hukuman. Kertas tes dari orang

yang tertangkap berbicara secara otomatis robek oleh guru. Sementara dia mengambil tes

matematika suatu pagi, Johnny istirahat memimpin dengan pensil nya. Dia diam-diam meminta

Sue untuk pensil ekstra. Setelah tes, beberapa anggota kelas. Bersikeras-bahwa kertas tes

Johnny harus dirobek. Namun, Johnny menjadi marah dan berpendapat bahwa aturan tersebut

tidak berlaku untuk dia karena ia tidak berbicara tetapi hanya meminta pensil bahwa dia sangat

dibutuhkan untuk menyelesaikan tes itu. Setelah situasi bermain peran, tanyakan kepada setiap

anggota kelas untuk mengatakan apakah ia berpikir kertas Johnny harus dirobek. Membantu

siswa untuk memperoleh generalisasi bahwa meskipun kita mungkin memiliki undang-undang

untuk mengatur perilaku, konflik sering muncul ketika individu menafsirkan hukum-hukum

berbeda.

Diskusikan dengan siswa ide kebebasan berbicara sebagaimana diatur dalam Amandemen

Pertama Konstitusi. Tulislah kalimat "kebebasan berbicara" di papan tulis. Ajukan pertanyaan-

pertanyaan berikut ini:

1. Apakah Pidato itu?

2. Apakah kebebasan? Berikan beberapa contoh. (Sebuah respon yang mungkin "Lakukan apa

pun yang Anda mau.")

3. Mari kita menempatkan gagasan dari dua kata bersama-sama. Apa artinya "kebebasan

berbicara" artinya? (Tulislah jawaban di papan tulis.)

4. Apa saja dari beberapa hal ide kebebasan berbicara yang tidak berarti? (Sebuah contoh,

seperti berikut ini, mungkin diperlukan di sini.)

Anak laki-laki dan perempuan, jika Anda mengalami kesulitan menjawab pertanyaan ini,

mendengarkan cerita ini. Jane di kelas pertama. Dia mengatakan semua anak di kelasnya bahwa

Sam selalu mencuri sesuatu dari mejanya, bahwa dia melihat dia mengambil pisang dari makan

siang, bahwa ia mencuri buku perpustakaan nya dari ruang mantel, dan bahwa ia bahkan

mencuri permen dari Tuan Jones di toko. Segera anak-anak itu berkata kepada Sam, "Kamu

adalah seorang perampok." "Aku tidak akan bermain dengan Kamu." "Kamu tidak bisa

menyentuh barang-barang saya, Sam." "Kau pencuri." Guru Jane menemukan bahwa Jane

berbohong. Tanyakan: Apakah Jane berbicara contohkan apa yang dimaksud dengan

"kebebasan berbicara"? Mengapa atau mengapa tidak?

Berikan kepada setiap kelompok dari dua anak beberapa gambar robek dari majalah. Telah

mereka mengelompokkan halaman ke dalam contoh "kebebasan berbicara" dan "ketidak

bebasan berbicara"Diskriminasi dibuat antara gambar yang mewakili kebebasan dan tidak

bebas untuk berbicara yang tergantung pada interpretasi masing-masing gambar.

Mendorong siswa untuk membicarakan hal ini karena mereka membuat penilaian mereka.

Contoh dari ketidakbebasan bebicara mungkin menunjukkan seorang ayah memarahi anaknya

tanpa memberinya kesempatan untuk membela diri. Contoh kebebasan berbicara dapat dilihat

dari politisi membuat pidato di di forum publik. Para siswa dapat memotong gambar dari

halaman dan lem ke dua grafik berlabel untuk mengembangkan kolase yang mewakili dua

kategori dibahas.

Kelas Menengah

Pilih enam anak dari kelas dan membagi mereka menjadi dua kelompok yang sama. Berikan

Kartu 1 untuk satu kelompok dan Kartu 2 yang lain. Mengarahkan siswa untuk membaca kartu

dan ikuti petunjuk tertulis pada mereka.

Kartu 1. George adalah dituduh mencuri mesin tik dari kantor sekolah dan menjualnya ke

pegadaian dalam rangka untuk membeli bola baru, yang orang tuanya mengatakan bahwa dia

tidak bisa. George adalah siswa. Ia juga kapten tim bisbol dan seorang pemimpin sejati.

Sebagian besar anak laki-laki dan anak perempuan di kelasnya sangat menghormatinya. George

dikenal sebagai teman untuk semua orang dan selalu membantu orang lain keluar. Orang

tuanya sudah dikenal di masyarakat, ayahnya adalah seorang dokter. George mengatakan dia

tidak bersalah. Siapkan pernyataan untuk hadir untuk kelas pada mengapa George harus atau

tidak harus diisi dengan kejahatan itu.

Kartu 2. Joe dituduh mencuri sebuah mesin menambahkan dari kantor sekolah dan menjualnya

ke pegadaian dalam rangka untuk membeli hadiah Natal bagi keluarganya. Joe adalah seorang

mahasiswa yang sangat bodoh yang mendapat sebagian besar mendapatkan nilai D dan

kadang-kadang C. Dia sering di kantor karena terlambat ke sekolah, tidak memperhatikan di

kelas. dan bertengkar di tempat bermain. Memakai pakaian kotor, dan tidak berpartisipasi

dalam olahraga. Temannya hanya Mike, yang tinggal di tempat yang sama. Ayah joe bekerja di

pabrik tepung, Joe bilang dia tidak bersalah. Persiapkan alasan untuk presentasi di kelas

menganga Joe harus atau tidak dibebankan kejahatan.

Mintalah setiap kelompok membaca deskripsi kasus dan menyajikan argumen mereka di depan

kelas. Memiliki suara kelas pada berikut ini:

1. George harus dibebankan dengan kejahatan dan dibawa ke hadapan pihak yang berwenang.

Ya _____ Tidak _______

2. Joe. harus dibebankan dengan kejahatan dan dibawa ke hadapan pihak yang berwenang.

Ya _____ Tidak _______

Rekam sesi, dan menyimpan rekaman dan hasil jajak kelas untuk pelajaran hari berikutnya.

Memutar kaset kemarin mengarahkan siswa untuk mendengarkan fakta-fakta dan asumsi yang

didukung atau ditolak pengisian setiap anak dengan kejahatan itu. Observasi ini harus

dicantumkan pada grafik yang mirip dengan Tabel 11.2. Menghentikan rekaman setelah setiap

presentasi kasus untuk membuat notasi yang disarankan.

Tabel 11.2

Mendukung fakta Asumsi terbuat dari fakta-fakta

George:

Joe:

Mendepak fakta Asumsi terbuat dari fakta-fakta

George:

Joe:

Bagilah kelas Anda menjadi kelompok-kelompok masing-masing lima anak. Langsung masing-

masing kelompok untuk merumuskan interpretasi makna dari pernyataan ini yang

mencerminkan keputusan bulat dari kelompok. Dalam pernyataan interpretatif mereka harus

memberikan contoh lih apa yang mereka pikirkan warga negara dapat dan tidak dapat

melakukannya tanpa melanggar amandemen ini. Setelah siswa telah menyelesaikan tugas ini,

tanyakan pertanyaan-pertanyaan ini:

1. Apa permasalahan yang terjadi dalam kelompok Anda ketika Anda mencoba untuk mencapai

keputusan bulat? Mengapa?

2. Apa sumber masalah Anda?

3. Jika tidak ada permasalahan yang terjadi, mengapa?

Ketik data yang dikumpulkan, dan foto copy materi sehingga setiap siswa dapat memiliki

salinannya. Siswa langsung membaca semua laporan dan mempersiapkan diskusi mengenai

persamaan dan perbedaan dalam interpretasi. Selama diskusi kelas, minta anak-anak untuk

menjelaskan perbedaan dan persamaan dalam interpretasi.

Mintalah siswa Anda untuk membaca surat kabar selama seminggu dan mengumpulkan

contoh-contoh artikel yang berhubungan dengan Amandemen Pertama. Mintalah siswa

menampilkan artikel ini di atas kertas konstruksi dan menulis satu kalimat menuju artikel yang

mengatakan "Dalam artikel ini Amandemen Pertama adalah ditafsirkan bahwa ...." Tampilan

artikel ini di papan buletin. Siswa langsung untuk membacanya sebagai mereka ditampilkan.

Setelah dikumpulkan berbagai artikel, mendiskusikannya dan meminta siswa apakah mereka

setuju atau tidak setuju dengan berbagai penafsiran dari iblis amandemen didemonstrasikan

dalam artikel, dan mengapa. Tanyakan: "Apa yang dalam pengalaman hidup Anda yang

menyebabkan Anda untuk membuat penilaian itu?"

HUKUM TERKAIT PENDIDIKAN: SIFAT DAN TUJUAN

Individu dalam masyarakat kita terus-menerus dihadapkan dengan hukum yang berhubungan

dengan masalah dan situasi. Namun, siswa di sekolah SD dan SMP yang jarang diberikan

kesempatan untuk mengeksplorasi secara menyeluruh aspek-aspek faktual dan moral dari

masalah hukum. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian telah difokuskan semakin hak

hukum anak-anak dan pemuda. 1975 Keputusan Mahkamah Agung Amerika Serikat sangat

memperluas hak-hak hukum mahasiswa dan membuatnya jauh lebih sulit bagi administrator

sekolah untuk mengusir siswa tanpa proses. Sebuah tindakan Kongres memberikan siswa akses

lebih besar untuk file rahasia mereka di tahun yang sama. Pendidikan Harvard Review, sebuah

jurnal berpengaruh, menerbitkan dua masalah khusus pada tahun 1973 dan pada tahun 1974

yang difokuskan pada hak-hak anak-anak dan pemuda.

Masalah yang terkait dengan hak-hak sipil remaja menimbulkan kontroversi di dalam

ruang kelas dan sekolah. Diskusi hangat berlangsung berkaitan dengan hak sekolah untuk

membuat dan menegakkan aturan tentang isu-isu seperti rambut panjang dan kode

berpakaian. Pertanyaan terkait dengan Bill of Rights, seperti kelengkapan kebebasan berbicara,

berkumpul, dan pers, dan masalah yang terkait dengan pencarian dan penyitaan, juga

membangkitkan kontroversi dalam komunitas sekolah. Studi hukum harus menjadi bagian

penting dari kurikulum sekolah. Studi-studi sosial dikenakan tanggung jawab besar bagi hukum-

komponen kurikulum. Dalam sebuah program yang efektif yang berhubungan dengan hukum,

fokusnya adalah pada bagaimana sistem peradilan hukum Amerika dan kriminal pribadi

mempengaruhi kehidupan para siswa di dalam kelas atau sekolah. Orang muda diajarkan baik

hak-hak hukum mereka dan tanggung jawab.

Pendidik dan tenaga peradilan pidana telah dimulai, dalam beberapa tahun terakhir, untuk

pengembangan program dalam hukum terkait pendidikan. Pada tahun 1963 sekelompok

pendidik yang bersangkutan, pengacara, dan personil peradilan pidana bertemu dibawah

kepemimpinan Chicago Bar Association dan mulai untuk merencanakan program pendidikan

untuk mempromosikan studi hukum dalam UU schools.The di American Society Foundation

menerbitkan untuk melakukan pelatihan guru-lokakarya dan mengembangkan kurikulum.

Pekerjaan awal Foundation itu didukung oleh dana federal. Yayasan program telah tumbuh dan

berkembang melalui pengembangan jaringan nasional sebagai sociated proyek. Proyek

independen lainnya telah dikembangkan dan berkembang. Hari ini berhubungan dengan hukum

pendidikan semakin diakui sebagai bagian penting dari suatu program studi sosial modern.

Semakin banyak bahan mengenai hukum terkait pendidikan juga sedang dikembangkan dan

dipublikasikan. Hukum di Amerika Serikat Yayasan mensponsori sejumlah publikasi, termasuk

sebuah jurnal triwulanan, Hukum di American Society: Jurnal dari Pusat Nasional untuk

Pendidikan Hukum Fokus.

Hukum-program yang terkait dirancang untuk membantu siswa memperoleh

pengetahuan dan diperlukan bagi mereka untuk berpartisipasi lebih efektif dalam lembaga-

lembaga hukum kita keterampilan. Sebuah Tujuan utama dari hukum terkait komponen dari

program studi sosial adalah untuk membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk memperoleh hak maksimal hukum dalam

masyarakat kita. Perhatian juga diberikan kepada tanggung jawab bahwa semua warga negara

harus latihan untuk membuat pekerjaan sistem hukum kita yang paling efektif dan adil. Siswa

juga meneliti masalah yang berkaitan dengan perbedaan lebar yang sering ada di antara cita-

cita hukum dan realitas, dan mempertimbangkan apa yang mungkin mereka dapat lakukan

untuk membantu menutup kesenjangan yang lebar antara cita-cita dan realitas. Aspek-aspek

tertentu dari sistem hukum Amerika, termasuk perlindungan dan jaminan yang memperkuat

hak-hak dasar kita hukum, ditekankan dalam hukum terkait pendidikan.

Sebagai hasil dari keterlibatan dalam hukum terkait pendidikan, siswa harus:

1. Mengembangkan pemahaman tentang hak dan tanggung jawab dan menjadi akrab dengan

"landmark" keputusan Mahkamah Agung yang memperjelas nilai.

2. Memahami kebutuhan masyarakat untuk aturan dan hukum, asal mereka dan modifikasi,

dan konsekuensi keseriusan dan potensi pelanggaran mereka.

3. Memeriksa banyak bidang hukum perdata yang mempengaruhi mereka-pernikahan dan

perceraian, kontrak, asuransi, kesejahteraan, pajak, dan ke mana harus pergi untuk informasi

lebih lanjut atau bantuan di daerah-daerah.

4. Jelajahi sistem peradilan pidana, divisi, departemen (lokal, negara bagian, dan nasional),

kemungkinan perubahan dalam sistem dan metode untuk mencapai mereka.

5. Menunjukkan perubahan terukur dalam pengetahuan dan sikap mereka tentang hukum dan

sistem peradilan pidana-dengan demikian menyiapkan mereka untuk berpartisipasi dalam

sistem hukum masyarakat kontemporer.

Studi kasus metode dan pendekatan penelitian yang sering digunakan dalam pengajaran

hukum terkait komponen dari program studi sosial baik di dasar dan sekolah menengah. Ketika

memeriksa studi kasus, terutama yang kontroversial, siswa mengeksplorasi moral dan hukum

implikasi kasus ini, serta perasaan mereka sendiri dan sikap terhadap masalah dan orang yang

terlibat. Jenis kasus memberikan kesempatan siswa untuk lebih meningkatkan pengambilan

keputusan keterampilan dan kemampuan. Guru dapat meminta siswa bermain peran kasus-

kasus hukum kontroversial, dan menunjuk anak-anak berbeda untuk bermain hakim, para

pengacara-juri, dan menuntut, dan terdakwa. Jika kasus sudah diputuskan, para siswa dapat

mendiskusikan mengapa keputusan mereka dalam kasus ini mirip dengan atau berbeda dari

putusan dalam kasus yang sebenarnya.

Perhatian besar diberikan kepada hukum lokal, lembaga-lembaga hukum, dan

penegakan hukum dalam program suara yang berhubungan dengan hukum. Banyak pertemuan

yang orang dengan hukum melibatkan kabupaten atau kota dan peraturan hukum, dan bukan

undang-undang federal. Menegakkan peraturan pemerintah ini sangat bervariasi dari satu

lokasi ke lokasi lain. Filosofi dari instansi tertentu dan kepribadian dari individu yang

menegakkan atau pemberian hukum juga sangat bervariasi. Menjadi akrab dengan hukum di

daerah setempat memberikan kesempatan siswa untuk maxirnia-, kesempatan mereka untuk

memperoleh hak-hak hukum dengan komunitas mereka.

Televisi dramatisasi proses hukum dan kasus-kasus hukum yang sangat dipublikasikan

sering begitu berlebihan dan terdistorsi bahwa mereka melanggengkan kesalahpahaman

tentang sistem hukum kami dan beruang sedikit hubungan dengan praktik-praktik hukum di

masyarakat setempat. Mempelajari lembaga hukum lokal dan agen akan memungkinkan siswa

untuk mendapatkan konsep yang lebih realistis dan bermakna peran hukum dalam masyarakat

Amerika kontemporer. Ketika mempelajari lembaga hukum dan lembaga-lembaga di

masyarakat setempat, kantor walikota, pengacara kota, dan kru radio pengiriman untuk

lembaga penegak hukum daerah harus diperiksa.

Konsep-konsep dalam hukum terkait pendidikan cenderung mencerminkan pendekatan

hukum-institusional dalam ilmu politik. Konsep-konsep seperti keadilan, kebebasan, privasi,

tanggung jawab, keragaman, dan properti sering digunakan untuk mengatur unit dan pelajaran.

Generalisasi dalam hukum-terkait pendidikan yang mirip dengan konsep. Generalisasi berikut

menggambarkan jenis generalisasi sering digunakan untuk mengatur pelajaran dalam

komponen hukum dari program studi sosial. Pengajaran strategi menggambarkan bagaimana

generalisasi ini mungkin diajarkan pada tingkat kelas yang berbeda disajikan di bawah ini.

STRATEGI PENGAJARAN UNTUK PENDIDIKAN HUKUM

Generalisasi: Meskipun Konstitusi Amerika Serikat menjamin kebebasan warga negara tertentu,

selalu ada batasan pada kebebasan dalam masyarakat.

Kelas Primer

1. Bagilah kelas menjadi tiga kelompok yang berbeda ukuran dan berikan setiap

kelompok kesempatan untuk memilih apa yang akan lakukan untuk satu jam terakhir pada hari

Jumat sore. Mintalah kelas untuk mencatat kelompok mana yang datang ke sebuah keputusan

pertama kering untuk menghitung jumlah orang dalam setiap kelompok. Mintalah siswa untuk

mendiskusikan feeiings mereka dan rasa frustrasi selama proses pengambilan keputusan.

Tanyakan kelas:

a) Bagaimana rasanya memiliki kebebasan Anda untuk memilih suatu tindakan dibatasi

oleh orang lain dalam kelompok?

b) Yang kelompok datang ke keputusan pertama? Yang kelompok datang ke keputusan

terakhir?

Lanjutkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan siswa sampai Anda membawa

keluar ide bahwa derajat kebebasan yang dimiliki individu cenderung menurun sebagai ukuran

dari sebuah kelompok atau lembaga di mana ia atau dia adalah anggota meningkat.

2. Mintalah anak-anak untuk bertindak keluar situasi di mana mereka semua mobil dan ada

aturan lalu lintas untuk mematuhi. Menyiapkan beberapa persimpangan jalan di tempat

bermain. (Rencana kegiatan ini pada hari ketika cuaca sangat menguntungkan.) Ketika anak-

anak di kelas, mendiskusikan dengan mereka apa yang terjadi dan meminta mereka untuk

memutuskan apakah itu adalah wajar untuk memiliki undang-undang lalu lintas yang

membatasi kebebasan orang di jalan. Tanyakan kepada siswa: "Apa yang terjadi ketika

kebebasan seseorang bertentangan dengan kebebasan orang lain?" "Apa aturan dan hukum?"

Lanjutkan untuk pertanyaan siswa sampai Anda membawa keluar ide bahwa aturan dan

undang-undang yang diperlukan bagi masyarakat dan lembaga untuk fungsi, meskipun mereka

membatasi kebebasan individual.

Kelas Menengah

1. Mintalah siswa untuk bermain peran lima situasi di mana pesawat mereka baru saja jatuh di

sebuah hutan yang penuh binatang berbahaya. Ada rakit kehidupan yang akan memegang

hanya tiga orang, dua belas permen, beberapa kaleng soda, dan sekitar lima belas. Maskapai-

jenis makan malam. George percaya bahwa itu adalah sekitar dua hari untuk sebuah desa di

tepi sungai. Pete adalah seorang awak radio dan mengatakan ia berpikir bahwa ia dapat

memperbaiki radio dalam dua hari. Maria memiliki permen dan mengatakan bahwa dia tidak

akan berbagi. Bill telah satu-satunya senjata dalam kelompok dan tidak akan membiarkan siapa

pun menyentuhnya meskipun kacamatanya patah dalam kecelakaan itu dan ia hampir buta.

Susan adalah yang paling takut kelompok dan mengatakan dia akan melakukan apa pun yang

lain memutuskan.

Setelah situasi bermain peran, menunjukkan kepada kelas bahwa meskipun setiap orang

memiliki banyak "kebebasan" dalam situasi tersebut, tidak bubur yang baik kepadanya.

Diskusikan apa yang terjadi selama permainan peran dan membiarkan seluruh anggota kelas

memberitahu apa yang akan mereka lakukan berbeda. Tanyakan kelas: "Apa implikasi moral

dari menjaga milik anda sendiri, dan karena melaksanakan kebebasan Anda untuk

melakukannya, ketika kehidupan orang lain mungkin tergantung pada berbagi Anda?"

"Bagaimana keadaan tertentu dan situasi mempengaruhi kebebasan seseorang?" Pertanyaan

lanjutan siswa sampai mereka mengembangkan gagasan bahwa kebebasan individu mungkin

dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan moral yang parah.

2. Mintalah siswa memikirkan topik, "Apa yang harus menjadi ruang lingkup dan batas-batas

kebebasan untuk senjata sendiri?" Para siswa mungkin akan ditugaskan berbagai artikel

mengekspresikan sudut pandang yang berbeda tentang manfaat dan biaya bebas-dom untuk

memiliki senjata atau senjata lainnya. Minta mereka untuk bermain peran sidang Senat pada

masalah. Para siswa harus bermain perwakilan dengan sudut pandang yang berbeda. Setelah

situasi bermain peran, mintalah setiap siswa untuk menulis sebuah esai yang ia merangkum

nilai-nilai bersaing dan kepentingan yang terlibat dalam masalah dan menyatakan posisinya di

atasnya.

Kelas Atas

Konflik muncul ketika hak atau kebebasan seseorang atau kelompok ditantang oleh orang lain

atau kelompok. Mintalah siswa untuk membaca studi kasus tha berikut dan untuk

mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang mengikuti.

Harry dan Bob selalu bersaing satu sama lain, dari jumlah A pada kartu laporan mereka untuk

berapa banyak masing-masing keranjang bisa menembak berturut-turut tanpa hilang. Keduanya

adalah mahasiswa yang baik dan dikenal sebagai pemuda yang bertanggung jawab. Tahun ini

Harry mulai 'tahun pertamanya di perguruan tinggi dan Bob berada di tahun terakhirnya di

SMA. Mereka telah membuat taruhan siapa yang bisa tumbuh lagi rambutnya sepanjang tahun.

Untuk membuatnya lebih menarik, maka diputuskan bahwa satu dengan rambut panjang

dengan 30 Mei akan diperlakukan untuk perjalanan akhir pekan memancing piagam oleh yang

lain. Pada Desember itu tampak seolah-olah Bob depan dan rambutnya satu inci atau lebih di

bawah telinganya. Suatu hari kepala sekolah tinggi yang disebut Bob ke kantornya dan

mengatakan kepadanya bahwa ia harus memotong rambut. Bob mengatakan ia tidak tahu

tentang aturan yang berhubungan dengan panjang rambut. Dia mengatakan kepada kepala

sekolah tentang kontes. Kepala sekolah mengatakan bahwa tidak ada aturan pada pertama

tahun ini, tetapi bahwa dewan sekolah telah bertemu beberapa hari lalu dan membuat aturan

tersebut. Ia mengatakan ia menyesal tentang kontes tapi itu tidak ada bedanya dan rambut Bob

harus dipotong. Bob merasa bahwa ini tidak adil dan menolak untuk memotong rambutnya.

Kepala sekolah mengatakan kepada Bob bahwa ia tidak bisa kembali ke sekolah sampai

rambutnya setidaknya tidak lebih dari bagian bawah telinganya.

1. Apakah sekolah memiliki hak untuk membatasi "kebebasan" Bob untuk memakai

rambutnya panjang?

2. Jika Bob dan prinsipal tidak dapat menyelesaikan sengketa itu, bagaimana mereka bisa

mendapatkan bantuan?

Bagilah kelas menjadi dua kelompok dan minta satu kelompok untuk mempersiapkan

kasus untuk Bob dan yang lain untuk menyiapkan kasus untuk kepala sekolah dan dewan

sekolah. Biarkan masing-masing pihak menyampaikan kasusnya dan mengundang pengacara

untuk mendengar argumen dan memutuskan kasus itu. Punya pengacara mendiskusikan

dengan siswa keputusan dia dibuat.

Panggilan perpustakaan hukum (di pengadilan setempat atau di sekolah hukum di

dekatnya) dan mencari tahu bagaimana kasus nyata serupa dengan yang dijelaskan simulasi

diputuskan. Apakah keputusan yang berbeda tergantung di mana kasus itu terjadi? Bagaimana

norma kemasyarakatan dan area mempengaruhi kebebasan individu?

RINGKASAN

Ilmu politik adalah disiplin dengan struktur yang berbeda dan tradisi. Telah didefinisikan

sebagai studi tentang pemerintah negara hukum, perjuangan kelompok yang bersaing untuk

kekuasaan, dan "studi alokasi otoritatif nilai untuk masyarakat." Definisi yang terakhir ini

diterima oleh banyak ilmuwan politik karena memisahkan atau mendefinisikan batas-batas dan

menetapkan fokus untuk disiplin.

Para ilmuwan politik yang paling awal teori normatif yang merasa bahwa tujuan utama

mereka harus untuk menggambarkan keadaan ideal dan sarana yang dapat dicapai. Pendekatan

hukum-institusional, tradisi lain dalam disiplin, berfokus pada menggambarkan undang-undang

politik dan institusi. Pada periode setelah Perang Dunia II, sebuah tradisi baru, yang dikenal

sebagai pendekatan perilaku, muncul dalam ilmu politik. Ini muncul sebagai protes terhadap

pendekatan normatif dan legal-institusional. Para behavioris menganggap pembentukan teori

sebagai tujuan utama mereka, dan percaya bahwa ilmuwan politik harus fokus penelitian

mereka pada behuvior politik, dan bukan pada hukum dan institusi. Mereka merasa bahwa

pendekatan legal-institusional tidak memadai karena berfokus pada deskripsi lembaga-lembaga

tertentu dan tidak pada pengembangan proposisi empiris dan teori. Para behavioris menolak

tradisi normatif karena mereka percaya bahwa itu adalah bertentangan dengan perkembangan

ilmu empiris. Gerakan behavioris telah memulai pencarian jiwa-intens dalam ilmu politik, dan

telah sampai batas tertentu faksi terpolarisasi berbagai disiplin itu. Sementara gerakan ini telah

sangat mempengaruhi ilmu politik, belum pemenang. Meskipun ilmu politik menjadi lebih

teoritis dan empiris, tradisi-tradisi yang lebih tua sangat hidup dalam lapangan hari ini.

Masing-masing tradisi dalam ilmu politik memiliki konsep dan generalisasi yang dapat

menguntungkan dimasukkan ke dalam program SD dan SMP studi sosial. Namun, tradisi

normatif, dengan penekanan pada nilai-nilai, terbaik dapat digunakan ketika siswa sedang

mempelajari masalah menghargai dan pengambilan keputusan. Pendekatan hukum-

institusional telah mendominasi disiplin serta komponen-komponen dari ilmu politik yang

dipelajari di sekolah-sekolah. Meskipun siswa harus akrab dengan kode-kode hukum dan

konstitusi yang mempengaruhi aktor-aktor politik, penekanan di sekolah studi politik harus

pada perilaku politik. Tanpa fokus pada perilaku, siswa akan mendapatkan pandangan yang

tidak realistis dari cara di mana sistem politik kita benar-benar bekerja, karena hukum

diinterpretasikan secara beragam oleh para pejabat publik dan warga negara yang berbeda.

Siswa harus diperkenalkan kepada konsep-konsep ilmu politik di kelas-kelas awal, dan

mereka secara bertahap harus mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari. Untuk

menjamin bahwa siswa memperoleh melek politik secara berurutan dan perkembangan, guru

harus mengidentifikasi konsep-konsep ilmu politik dan generalisasi bahwa ia menganggap

sebagai penting bagi siswa untuk belajar dan memilih sampel konten, strategi pengajaran, dan

bahan-bahan untuk mengembangkan pemahaman mereka pada awal tahun atau ketika sebuah

panduan kurikulum yang terstruktur. Tanpa perencanaan yang disengaja dan awal tersebut,

ajaran pemahaman politik akan insidental dan tidak efektif.

Konsep yang berkaitan dengan pendekatan hukum-institusional dalam ilmu politik sering

digunakan dalam program yang terkait dengan hukum yang muncul di pendidikan. Sering

berfokus pada konsep-konsep seperti kebebasan dan keadilan, hukum-program yang terkait

dirancang untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

akan memungkinkan mereka untuk partisipasi lebih efektif dalam sistem hukum kita dan untuk

memaksimalkan hak-hak mereka dan kebebasan. Siswa juga diajarkan tanggung jawab yang

harus mengasumsikan setiap warga negara dalam suatu sistem yang adil dan hukum yang adil.

Yang berhubungan dengan hukum pendidikan semakin diakui sebagai bagian penting dari

kurikulum sekolah. Penelitian sosial harus memikul tanggung jawab utama untuk studi hukum

di sekolah karena siswa harus mampu untuk berpartisipasi secara efektif dalam lembaga-

lembaga hukum kita dalam rangka untuk mengembangkan rasa keberhasilan politik dan

menjadi mahir dalam mempengaruhi kebijakan publi

BAB 12

ILMU EKONOMI : STRUKTUR, KONSEP, DAN STRATEGI

Melly Agustina

Oka Nazulah. S

PERSPEKTIF EKONOMI

Masing-masing cabang ilmu sosial memandang tingkah laku manusia dari perspektif yang

berbeda. Sejarawan,sosiolog, dan ilmuwan politik memandang masalah-masalah yang berkaitan dengan

kemiskinan dan kelaparan dunia dari sudut pandang yang berbeda. Masing-masing cang ilmu sosial

melengkapi kita dengan suatu lensa yang kita pakai untuk memandang drama manusia; dan masing-

masing cabang ilmu ini memperkaya pandangan dan pemahaman kita. Ilmu ekonomi pun membuat kita

mampu memandang tingkah laku manusia dari suatu perspektif yang unik. Konsep kunci dalam disiplin

ini adalah kelangkaan, dan ilmu ini berfokus pada bagaimana cara manusia memenuhi keinginan-

keinginannya yang sesungguhnya tidka terbatas dengan sumber-sumber daya yang terbatas. Prinsip

utama disiplin ini adalah bahwa sumber-sumber daya alam dan manusia yang tersedia tidak cukup untuk

memuaskan semua keinginan manusia (lihat Gambar 12.1). Ilmu ekonomi memepalajari cara manusia

memanfaatkan sumber-sumber daya yang terbatas ini untuk memproduksi, mempertukarkan, dan

mengkonsumsikan barang dan jasa.

KONSEP KEMUNGKINAN PRODUKSI

Para ekonom sering sering menggunakan suatu contoh kemungkinan produksi hipotetis untuk

memperlihatkan bagaimana suatu masyarakat harus membuat pilihan-pilihan yang sukar ketika hendak

menentukan jenis barang dan jasa yang akan diproduksi dengan menggunakan sumber-sumber daya

yang terbatas. Dalam bab ini, kami akan menggunakan contoh serupa untuk menggambarkan prinsip

ekonomi yang penting ini.

Masyarakat X memiliki sumber-sumber daya dan pengetahuan teknologi yang dibutuhkan

untuk memproduksi maksimal 5 bal kapas atau 16 gantang jagung. Untuk memproduksi lima bal kapas

atau 16 gantang jagung, masyarakat X harus bekerja secara penuh (tidak ada yang menganggur) dengan

menggunakan teknologi yang mereka kuasai. Masyarakat ini tidak memiliki sumber-sumber daya yang

dibutuhkan untuk memproduksi sekaligus lima bal kapas dan 16 gantang jagung. Jika masyarakat itu

memutuskan untuk memproduksi baik kapas maupun jagung, kuantitas masing-masing produk ini pasti

lebih kecil daripada kuantitas maksimum yang dapat diproduksi jika hanya salah satu diantara kedua

komoditi ini yang diproduksi. Tabel 12.1 memperlihatkan berbagai kombinasi kapas dan jagung yang

dapat diproduksi masyarakat X. Tabel ini mengindikasikan bahwa apabila jumlah salah satu produk

dinaikkan, maka jumlah produk yang lainnya akan menurun. Jika satu bal kapas diproduksi, 15 gantang

jagung dapat diproduksi; jika lima gantang kapas diproduksi, maka jagung tidak dapat diproduksi.

Demikian pula, jika 16 gantang jagung diproduksi, maka kapas tidak dapat diproduksi.

Gambar 12.1.

Tabel 12.1. Kemungkinan-kemungkinan produksi kapas dan jagung dalam masyarakat X

Kemungkinan produksi Kapas (bal) Jagung (gantang)

A

B

C

D

E

F

0

1

2

3

4

5

16

15

13

10

6

3

Tabel ini memperlihatkan bahwa suatu masyarakat harus mengorbankan sejumlah produk guna

memproduksi produk yang lain dikarenakan keterbatasan sumber-sumber daya manusia maupun non-

manusia. Seperti dikatakan seorang ekonom, “Masyarakat tidak bisa memiliki kuenya dan memakannya

juga. Inilah esensi masalah ekonomisasi.” Gambar 12.2 memperlihatkan (dalam bentuk grafik)

kemungkinan-kemungkinan produksi kapas dan jagung dalam contoh hipotetis masyarakat yang

dikemukakan di atas. Jika masyarakat X mengalami bencana yang tak terduga, seperti angin topan yang

sangat merusak, curah hujan yang ekstrim, atau pengangguran yang berkepanjangan, atau jika tingkat

(ketrampilan) teknologinya menurun, maka masyarakat itu takkan mampu memproduksi baik kapas

maupun jagung dalam kuantitas maksimum.

MASALAH EKONOMI

Persoalan atau masalah mendasar yang dihadapi setiap masyarakat adalah bagaimana cara

menggunakan sebaik-baiknya sumber-sumber daya yang dimilikinya guna memuaskan keinginan-

keinginan masyarakat itu dan menjamin (melestarikan) eksistensinya. Setiap masyarakat manusia harus

memecahkan tiga masalah mendasar ekonomi yang saling berhubungan: Barang dan jasa apakah yang

harus diproduksi dan berapa jumlahnya? Bagaimanakah cara memproduksi barang itu? Dan untuk

siapakah barang itu diproduksi?

Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan berbagai metoda untuk memecahkan ketiga

masalah yang terus-menerus muncul ini. Dalam menentukan barang yang hendak diproduksi dan cara

memproduksinya, sejumlah masyarakat sangat mengandalkan tradisi. Di kalangan suku Indian Hopi di

Amerika Utara, jagung adalah tanaman yang terpenting, terutama karena secara tradisional jagung telah

dibudidayakan dan pada batas tertentu dimuliakan. Sampai akhir-akhir ini di berbagai negara bagian di

wilayah selatan, kapas adalah tanaman yang dominan berkat tradisi ‘kapas’ di wilayah ini. Belakangan,

seiring dengan kemajuan teknologi di wilayah selatan dan munculnya kesadaran di kalangan petani di

wilayah ini tentang kerugian suatu perekonomian yang bertumpu pada satu jenis tanaman, para petani

ini mulai mendiversifikasikan tanaman mereka. Setiap masyarakat, sampai batas atau tingkatan

tertentu, bergantung pada tradisi dalam memecahkan ketiga masalah ekonomi mendasar di atas.

Heilbroner telah mengamati bagaimana pengaruh negatif tradisi terhadap suatu perekonomian: “Solusi

yang diberikan tradisi terhadap masalah-masalah produksi dan distribusi merupakan solusi yang statis.

Suatu masyarakat yang mengikuti alur tradisi dalam pengaturan urusan-urusan perekonomiannya

berbuat demikian dan sikap demikian menyia-nyiakan perubahan sosial dan ekonomis yang berlangsung

dengan cepat.

Di sejumlah masyarakat, otoritas publik (pemerintah) menetapkan barng-barang dan jasa yang

hendak diproduksi. Para diktator seperti Castro, Hitler, dan Franco bukan hanya menjalankan kontrol

(pengendalian) politik didalam negerinya, namun dalam banyak hal juga menentukan barang-barang

dan jasa yang boleh diproduksi dan untuk siapa barang dan jasa itu ditujukan. Kontrol pemerintah atas

perekonomian lebih besar di negara-negara Komunis ketimbang di Amerika Serikat. Akan tetapi, seperti

yang dikatakan Heilbroner dengan tepat, dalam setiap masyarakat pemerintah mempengaruhi jenis

barang dan jasa yang diproduksi serta cara mendistribusikan barang itu. Dia menyebut contoh sistem

pajak kita atau “………pemungutan sebagian dari pendapatan kita oleh pemerintah (otoritas publik)

untuk kepentingan publik.” Tingkat pengaruh pemerintah berbeda-beda di setiap negara.

PEREKONOMIAN PASAR

Pada tahun yang sama ketika Deklarasi Kemerdekaan ditandatangani (1976), di Eropa terbit

sebuah buku yang menandai suatu revolusi dalam perekonomian dunia. Adam Smith, yang dijuluki

“bapak ilmu ekonomi”, menerbitkan “The Wealth of Nations”. Sebelum diterbitkannya buku klasik ini,

status sistem-sistem perekonomian di dunia Barat lebih dipengaruhi oleh suatu golongan penulis Eropa

yang dinamakan golongan merkantilis. Golongan ini berpandangan bahwa suatu sistem perekonomian

yang bagus harus dikendalikan dengan ketat oleh otoritas pusat (pemerintahan pusat). Tanpa adanya

kendali atau kontrol semacam itu didalam sebuah perekonomian, menurut mereka, maka akibatnya

adalah kebingungan, depresi, dan khaos. Buku karya Adam Smith ini menentang ide-ide para penulis

yang berpengaruh ini.

Smith berkeyakinan bahwa tipe terbaik sistem perekonomian akan didapat apabila pemerintah

menjalankan kebijakan ‘laissez-faire’ atau ‘tidak ikut campur tangan’. Para manufakturer dipaksa untuk

memproduksi barang-barang yang diinginkan konsumen; jika tidak mereka akan gulung tikar karena

penjualan tidak jalan. Hanya barang-barang yang memuaskan keinginan konsumen yang akan bertahan

di pasar. Adanya persaingan antara produsen dan manufakturer akan menjamin bahwa harga-harga

tidak akan terlalu tinggi. Para pedagang yang mematok harga terlalu tinggi untuk barang dagangannya

akan terbuang dari dunia bisnis karena konsumen hanya mau membeli barang-barang yang harganya

wajar. Smith menegaskan, pemerintah dapat memberi bantuan terbaik terhadap perekonomian dengan

membiarkan (tidak mencampuri) perekonomian.

Ide-ide Smith menampakkan wujudnya dalam perekonomian pasar, yakni sistem perekonomian

yang, dalam bentuk yang telah dimodifikasi, diterapkan di Amerika Serikat dan berbagai negara lain

untuk memecahkan ketiga masalah mendasar perekonomian. Dalam suatu perekonomian pasar,

pelangganlah yang lebih menentukan jenis barang dan jasa yang diproduksi dan kuantitas barang/jasa

yang perlu diproduksi. Pada tahun 1960-an, Edsel Ford terpaksa ditarik dari pasar karena tidak laku,

sementara jumlah Volkswagen yang dibeli oleh pelanggan Amerika melonjak drastis. Orang Amerika

menyukai Volkswagen namun kurang begitu tertarik terhadap Edsel. Akan tetapi, sistem perekonomian

kita bukanlah sebuah perekonomian pasar murni, melainkan merupakan perekonomian campuranan

(mixed). Pemerintah federal memainkan peranan penting dalam menetapkan barang dan jasa yang akan

diproduksi di Amerika Serikat. Pada tahun 1969, berbagai jenis minuman diet dipaksa pemerintah

Amerika Serikat agar ditarik dari pasar karena produk-produk ini mengandung bahan kimia yang

berbahaya yang dinamakan cyclamates. Selama musim natal tahun 1970, 39 jenis mainan anak-anak

dilarang pemerintah untuk diedarkan di pasar.

Setiap pembaca buku ini pasti tahu betapa halus dan lihainya cara iklan televisi, radio dan media

lain dalam mempengaruhi keinginan konsumen Amerika Serikat. Pada tahun 1950-an, banyak ibu rumah

tangga di wilayah selatan negeri ini menggunakan hanya beberapa jenis deterjen dan sabun untuk

kebutuhan mencuci di rumah. Akan tetapi, rata-rata ibu rumah tangga keluarga menengah dewasa ini

telah menggunakan nyaris tak terhingga jenis bahan pembersih dan penghilang noda. Jenis sabun yang

digunakan untuk membersihkan kamar mandi, oven, perkakas kayu, dan untuk mencuci piring, berbeda

masing-masing. Keinginan dan “kebutuhan” yang terspesialisasikan ini sebagian besar dibentuk oleh

iklan-iklan komersil yang menyelingi opera sabun yang ditonton jutaan pembelanja masa kini selama

ratusan jam dalam setahun. Dampak luas yang ditimbulkan iklan-iklan anti rokok terhadap para perokok

selama tahun 1960-an dan 1970-an adalah contoh lain tentang bagaimana keinginan konsumen

dibentuk (dipengaruhi) oleh media massa. Jadi, konsumen, pemerintah, dan produsen itu sendiri sama-

sama memainkan peranan penting dalam menentukan barang dan jasa yang bagaimana yang

diproduksi didalam perekonomian campuranan kita.

Perusahaan-perusahaan bisnis lebih banyak menentukan cara bagaimana barang dan jasa

diproduksi didalam perekonomian Amerika Serikat. Tujuan utama perusahaan-perusahaan ini adalah

memproduksi sebanyak-banyaknya barang dan jasa dengan menggunakan sehemat-hematnya sumber

daya. Hampir semua industri besar mengkhususkan diri dalam produk yang mereka hasilkan, dan

memiliki suatu divisi tenaga kerja dalam pabrik-pabrik mereka. Dengan memproduksi hanya beberapa

macam barang dan dengan menggunakan suatu tekologi lini produksi untuk membuat barang itu, maka

perusahaan-perusahaan dapat memanfaatkan secara maksimum sumber-sumber daya yang dimilikinya.

Sampai tingkat atau kadar tertentu, pemerintahan nasional kita serta serikat-serikat pekerja

menentukan “bagaimana cara” memproduksi barang dan jasa. Pemerintah menetapkan standar

keselamatan (keamanan) minimum serta mengatur penggunaan mesin-mesin yang berbahaya. Serikat-

serikat pekerja yang sangat terorganisir, yang sangat berpengaruh dalam masyarakat kita, menuntut

kondisi tempat kerja, jam kerja, dan gaji/upah tertentu.

Didalam suatu perekonomian pasar, bagaimanakah cara kita menentukan ‘siapa’ yang akan

mendapat barang dan jasa yang dihasilkan? Dalam banyak hal, orang-orang yang paling berkontribusi

terhadap produksi barang dan jasa adalah mereka yang paling banyak mengkonsumsi atau

menggunakan barang dan jasa itu. Dua orang dengan ketrampilan dan pengalaman yang sama yang

melakukan jenis pekerjaan yang sama di sebuah pabrik biasanya mendapat upah yang sama pula

besarnya. Keduanya sanggup membeli barang dan jasa dalam jumlah yang sama setiap bulannya. Pada

prinsipnya, inilah yang terjadi dalam suatu perekonomian pasar murni: barang dan jasa yang diterima

seseorang kurang lebih sama dengan kontribusi yang dia berikan terhadap total proses produksi barang

dan jasa itu bagi masyarakat.

Seringkali hal seperti ini tidak terjadi didalam perekonomian campuran kita, namun sampai

tingkatan tertentu hal semacam itu memang terjadi. Gaji seseorang di seuah pabrik mobil barangkali

lebih ditentukan kekuatan serikat buruhnya ketimbang oleh kontribusi yang dia berikan terhadap proses

produksi barang dan jasa tersebut. Pengalaman, tingkat pendidikan, dan orang-orang berpengaruh yang

dia kenal juga bisa berpengaruh besar terhadap ukuran gaji/upah seorang karyawan.

Karena adanya nilai-nilai tertentu dalam masyarakat kita, pemerintah federal sering melakukan

campur tangan untuk mengatur cara kerja ‘alamiah’ perekonomian pasar. Para pekerja yang cacat atau

pensiun, para ibu yang menjadi orang tua tunggal, buruh yang menganggur, dan para pejabat publik

adakalanya mendapat sebagian kue produksi masyarakat walaupun kontribusi mereka sangat kecil atau

bahkan tidak ada terhadap produksi barang dan jasa yang mereka konsumsi. Undang-undang federal

juga melarang penggunaan tenaga kerja anak-anak dalam industri. Barangkali golongan anak-anak inilah

segmen tunggal terbesar dari konsumen non-produktif di Amerika Serikat.

KEMATIAN IMPIAN ADAM SMITH

Smith mendesak agar pemerintah tidak campur tangan dalam perekonomian. Dia berkeyakinan

bahwa jika pasar dibiarkan bekerja sendiri, maka sistem pasar akan melahirkan suatu perekonomian

yang setimbang, efisien, dan adil. Setelah perekonomian pasar bebas berkembang di negara-negara

Eropa Barat, tidak begitu lama kemudian terlihatlah dengan jelas bahwa ide-ide Smith terlalu optimistis.

Oleh karena para pengusaha berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal

(sumber daya) yang sekecil-kecilnya, kepentingan mereka seringkali berbenturan dengan kepentingan

konsumen. Dan karena, sebagaimana biasanya, para pengusaha sering menempuh cara-cara yang licik

untuk mempertahankan atau meningkatkan penjualan, konsumen seringkali tidak memiliki pilihan-

pilihan seperti yang diyakini Smith akan mereka dapatkan, karena sering muncul monopoli dan para

pengusaha berkomplot untuk menaikkan harga dan ‘menaklukkan’ konsumen. Di negeri ini, industri

kereta api merupakan bentuk monopoli terbesar pertama, dan undang-undang antitrust federal tidak

berhasil menghancurkan kekuatan monopolistik ini.

Sedikit demi sedikit, pemerintah memikul tanggung jawab yang makin besar dalam khazanah

perekonomian. Kejatuhan pasar saham pada tahun 1929 dan diterbitkannya buku karya John Maynard

Keynes yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money” pada tahun 1936 adalah

dua peristiwa penting yang membantu melegitimasikan campur tangan pemerintah. Depresi besar ini

secara menyakitkan menyingkapkan penyakit-penyakit yang dapat menjangkiti suatu perekonomian

pasar. Buku Keyness mengatakan bahwa karena begitu besarnya kebebasan yang dimiliki pelanggan dan

pengusaha didalam suatu sistem pasar, “total permintaan atas barang dan jasa baru terkadang begitu

besar dan terkadang pula begitu kecil sehingga perekonomian kita tidak beroperasi pada tingkat

kapasitas penuh (full employment).” Jadi, setiap saat pemerintah perlu mengintervensi pasar guna

menormalkan jalannya perekonomian. Walaupun Malthus dan beberapa pemikir lain telah menentang

teori ‘laissez-faire’ Smith sebelumnya, namun teori Smith ini tetap sanggup menghadapi semua kritik

berkat bantuan beberapa pemikir penting lain seperti David Ricardo dan John Stuart Mill. Namun nasib

tragis warisan berpengaruh Smith ini sudah tampak jelas. Perekonomian pasar bebas perlahan-lahan

digantikan oleh suatu perekonomian yang lebih bersifat campuran.

METODA PENELITIAN DALAM ILMU EKONOMI

Eksperimen Intelektual: Suatu Metoda Publik

Tidak seperti hampir semua ilmuwan sosial lain yang secara ekstentif menggunakan eksperimen

laboratorium dan wawancara-wawancara terstruktur, ilmu ekonomi tidak bisa melakukan eksperimen

laboratirum, dan teknik-teknik wawancara bukanlah strategi riset yang penting dalam disiplin ini.

Metoda yang paling sering digunakan dalam ilmu ekonomi adalah eksperimen intelektual.

Para ekonom menguji hipotesis dengan mengasumsikan bahwa semua variabel konstan (atau

sama) kecuali variabel yang efeknya hendak ditentukan (variabel bebas). Marilah kita pelajari sebuah

contoh. Profesor Jones, seorang ekonom di State University, mengkaji masalah ini, “Apakah faktor

terpenting yang mempengaruhi permintaan konsumen atas mobil sedan?” Dia menyimpulkan bahwa

faktor terpenting adalah harga. Ia mendasarkan kesimpulan ini pada analisis statistik yang

memperlihatkan bahwa harga mobil sedan dan jumlah mobil sedan yang terjual setiap tahun selama

sepuluh tahun terakhir. Faktor-faktor apakah yang oleh Profesor Jones diasumsikan tetap sama atau

konstan? Dia mengasumsikan bahwa pendapatan konsumen, kualitas mobil sedan, dan harga mobil-

mobil yang lebih besar adalah variabel-variabel konstan. Dengan kata lain, dia mengasumsikan bahwa

dari semua faktor yang bisa mempengaruhi permintaan konsumen atas mobil sedan, hanya faktor harga

yang berubah.

Dalam dunia riil (yang disederhanakan para ekonom untuk keperluan riset), faktor-faktor yang

lain sering tidak selamanya konstan. Dalam mengaplikasikan generalisasinya (kesimpulan umumnya),

Profesor Jones barangkali menemukan bahwa bahkan walaupun harga mobil sedan meningkat secara

signifikan pada tahun berikutnya, jumlah yang terjual tetap meningkat. Beberapa sedan baru Amerika

digemari pasar, dan upah perjam konsumen mencapai suatu puncak baru. Faktor-faktor ini

menimbulkan suatu kenaikan tak terduga dalam jumlah mobil sedan yang laku.

Dalam menentukan kemungkinan-kemungkinan produksi untuk kapas dan jagung dalam

masyarakat X yang dikemukakan pada awal bab ini, kita mengasumsikan bahwa masyarakat X tidak akan

mengalami bencana alam, bahwa semua pekerja tetap bekerja, dan bahwa tingkat teknologinya tetap

konstan. Oleh karena riset ekonomi didasarkan pada asumsi-asumsi yang amat luas seperti ini, maka

kesimpulan-kesimpulan ekonomis sering sangat tentatif dan memiliki aplikabilitas yang rendah. Akan

tetapi, generalisasi (kesimpulan) umum ekonomis tidaklah seluruhnya invalid, namun invalid pada

keadaan-keadaan tertentu.

Para ekonom sering menunjukkan hubungan antara konsep-konsep ekonomi dan model-model

matematis dan grafis. Contoh kemungkinan produksi yang disajikan pada awal bab ini merupakan model

yang sangat disederhanakan. Prosedur eksperimen intelektual adalah suatu metoda publik karana para

ekonom biasanya menetapkan atau menyatakan variabel-variabel yang mereka asumsikan konstan atau

sama.

Sifat Dasar Konsep Ekonomi

Konsep-konsep ekonomi barangkali lebih cermat ketimbang konsep-konsep yang ada dalam

disiplin lain yang telah kita bahas. Pengertian konsep-konsep semacam kelangkaan (keterbatasan),

produksi, dan pertukaran lebih baku dalam disiplin ini. Hal ini terlihat dengan mudah apabila kita

menyelidiki salah satu diantara berbagai kamus ekonomi. Terdapat pula sejumlah konsensus tentang

konsep-konsep dan generalisasi ekonomis yang utama. Daftar isi dalam hampir semua buku pengantar

ilmu ekonomi juga sangat mirip.

Obyektivitas Dalam Ilmu Ekonomi

Oleh karena hampir semua data-data ekonomi bersifat kuantitatif (misalnya harga barang,

jumlah jam kerja karyawan, upah per jam kerja), data yang dikumpulkan dalam disiplin ini cenderung

lebih obyektif ketimbang data-data yang dikumpulkan dalam berbagai ilmu-ilmu sosial. Banyak data

yang digunakan para ekonom tersimpan dalam berbagai kantor dinas atau lembaga pemerintah federal.

Dikarenakan penggunaan model-model ini dan sifat punktuatif riset ekonomi, statistik sering digunakan

untuk menganalisis data-data maupun mengontrol variabel-variabel yang tidak mungkin dikontrol para

ekonom jika tidak menggunakan statistik, atau tidak bisa diasumsikan konstan. Sifat kualitatif data,

kecermatan konsep-konsepnya, dan metoda eksperimen intelektual membuka peluang bagi para

ekonom untuk meniru kajian-kajian yang dilakukan orang lain.

Analisis Ekonomi dan Ilmu Ekonomi Kebijakan

Para ekonom biasanya membedakan dua pendekatan utama dalam disiplin ini. Salah satu

pendekatan itu dinamakan analisis ekonomi atau ilmu ekonomi positif. Tujuan utamanya adalah untuk

mengembangkan teori empiris. Generalisasi tingkat tinggi mengenai hukum permintaan dan penawaran,

hukum tingkat pengembalian yang mengecil, dan hukum kelangkaan adalah contoh hasil metoda

penelitian ini. Pendekatan yang satu lagi disebut ilmu ekonomi kebijakan atau ilmu ekonomi normatif.

Tujuan ilmu ekonomi kebijakan adalah untuk menggunakan generalisasi-generalisasi dan teori-teori

yang dikembangkan dalam analisis eonomi untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang lebih

besifat ekonomi. Pendekatan ini menyangkut pertanyaan-pertanyaan seperti “Haruskah kita

menurunkan tingkat pajak guna merangsang perekonomian?” dan “Bagaimanakah cara terbaik

mengelola perekonomian supaya kita memiliki program-program kesejahteraan yang bagus?”. Bach

telah mengikhtisarkan langkah-langkah dalam ilmu ekonomi kebijakan:

(1)…… meskipun ada masalah,…… (2) petakanlah alternatif cara mencapai sasaran yang

diinginkan………(3) analisis dengan cermat kebijakan-kebijakan alternatif yang dirangkum dalam langkah

(2)…….(4) periksalah solusi Anda – untuk melihat apakah ada kesalahan-kesalahan dalam analisis Anda,

dan bandingkan dengan pengalaman masa lampau…

Ilmu ekonomi adalah ilmu sekaligus disiplin terapan. Analisis ekonomi bersifat ilmiah karena

sasarannya adalah mengembangkan teori empiris. Ilmu ekonomi kebijakan merupakan disiplin terapan

karena menyangkut pertanyaan-pertanyaan nilai/manfaat maupun pengetahuan ilmiah. Untuk

menetapkan sasaran suatu perekonomian (seperti dalam langkah 2 Bach), kita harus membuat satu

pilihan nilai. Dengan demikian, penyelidikan atau pencarian nilai (manfaat) merupakan bagian esensil

dari ilmu ekonomi kebijakan.

Ada kesulitan-kesulitan yang inheren didalam suatu disiplin yang memiliki aspek ilmiah maupun

aspek kebijakan. Bila seorang ekonom membuat suatu pernyataan atau rekomendasi, sering tidak jelas

apakah ia berbicara sebagai seorang ilmuwan (artinya, mendasarkan pernyataannya pada pengetahuan

ilmiah saja), atau apakah pernyataan itu didasarkan pada suatu kombinasi proses ilmiah-penghitungan

manfaat (artinya, apakah pernyataan itu mencerminkan bias pribadinya). Sifat ganda bidang disiplin ini

menjadi penyebab utama reputasi buruk para ekonom karena pendapat-pendapat mereka sendiri

seringkali berseberangan. Seseorang pernah berkata, “Bila Anda mengumpulkan semua ekonom yang

ada di dunia ini dalam suatu diskusi, mereka akan terus berdebat dan tidak menghasilkan satu pun

kesimpulan.” Walaupun ada kesamaan pandangan para ekonom tentang sifat dasar disiplin ini dan

konsep-konsep serta prinsip-prinsip utamanya, namun mereka menganut nilai-nilai dan pandangan-

pandangan yang beragam mengenai tujuan suatu perekonomian, dan seringkali mereka berbeda

pendapat mengenai soal-soal kebijakan. Masyarakat biasa sering tidak melihat perbedaan ini, terutama

karena para ekonom jarang mengemukakan perbedaan tersebut saat mereka melontarkan pernyataan-

pernyataan publik. Ketika mengajarkan pelajaran ekonomi di sekolah dasar atau sekolah menengah

pertama, guru harus membantu siswa untuk menyadari betapa analisis ekonomi dapat membantu para

perumus kebijakan dalam mengidentifikasi akibat suatu rangkaian tindakan (suatu kebijakan), namun

harus menekankan bahwa adalah rakyat Amerika Serikat, bukan ekonom, yang harus menentukan

tujuan atau sasaran perekonomian Amerika Serikat. Para ekonom tidak memiliki kompetensi khusus dan

juga tidak berhak menentukan sasaran-sasaran suatu sistem perekonomian. Salah seorang ekonom

pernah berkata bahwa mayoritas rakyat Amerika Serikat menyebut sasaran-sasaran perekonomian

sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi, tiadanya pengangguran, stabilitas harga-harga, kebebasan

ekonomi, dan pemerataan pendapatan dan tunjangan ekonomi. Meskipun analisis ini bisa jadi akurat,

namun konflik dan perbedaan pendapat menyangkut sasaran teta muncul karena orang menafsirkan

sasaran-sasaran ini secara berbeda-beda.

Tingkatan Dalam Analisis Ekonomi

Para ekonom menarik generalisasi tentang perilaku ekonomi pada dua tingkatan. Ilmu ekonomi

makro berfokus pada unit-unit berskala besar, seperti perekonomian secara keseluruhan atau

kelompok-kelompok utama didalamnya, “misalnya pemerintah, rumah tangga, dan bisnis.” Ilmu

ekonomi mikro “berhubungan dengan unit-unit ekonomi tertentu dan suatu pertimbangan yang rinci

tentang sifat-sifat unit ekonomi ini masing-masing. Disini kita berbicara tentang suatu segmen industri,

perusahaan, atau rumah tangga dan berkonsentrasi pada besaran-besaran seperti output suatu produk

tertentu, jumlah karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan, penerimaan atau pendapatan suatu

perusahaan atau rumah tangga, (atau) harga suatu barang. Dalam ilmu ekonomi mikro kita mempelajari

pohon, bukan hutan.” Generalisasi yang absah dalam ilmu ekonomi makro belum tentu absah dalam

ilmu ekonomi mikro atau dalam analisis skala kecil. Sebagai contoh, kekeliruan komposisi, suatu

kekeliruan yang lazim dilakukan orang awam ketika berbicara tentang masalah-masalah ekonomi,

mengasumsikan bahwa sesuatu yang benar untuk sebagian adalah benar untuk keseluruhan. Sebuah

manufakturer kecil yang menurunkan harga produknya bisa menaikkan volume penjualan dan, karena

itu, menaikkan labanya juga karena konsumen cenderung membeli lebih banyak barang ketika harganya

turun. Akan tetapi, jika semua manufakturer produk serupa dalam sebuah perekonomian menurunkan

harga, volume penjualannya belum tentu meningkat. Input total terhadap arus peredaran pendapatan

akan berkurang dan, akibatnya, upah akan dikurangi. Orang cenderung mengurangi belanja jika

pendapatannya berkurang. Contoh ini menjelaskan pentingnya dibuat pembedaan diantara kedua

tingkatan analisis ini.

KONSEP-KONSEP ILMU EKONOMI

Konsep, generalisasi (kesimpulan umum), dan teori utama dalam suatu disiplin, dan pola-pola

penyelidikannya yang unik, membentuk sesuatu yang oleh Jerome S. Bruner dan para pemikir lain

disebut struktur. Membantu para siswa dalam memahami ide-ide pokok yang membentuk suatu disiplin

akan memampukan mereka menggunakan perspektif disiplin itu dalam memecahkan masalah-masalah

sosial secara lebih efisien. Kami menamakan pendekatan yang mencakup identifikasi konsep-konsep

kunci dalam suatu disiplin untuk menuntun pengajaran ilmu-ilmu sosial sebagai pendekatan konseptual.

Pendekatan ini dapat dan harus digunakan secara menguntungkan dalam program ilmu-ilmu sosial

sekolah dasar dan sekolah menengah. Akan tetapi, seringkali sulit mengidentifikasi ide-ide pokok (kunci)

dalam suatu disiplin lantaran banyaknya perbedaan pandangan diantara para ilmuwan sosial mengenai

konsep-konsep kunci didalam disiplin mereka masing-masing. Pada bab-bab terdahulu, kita telah

melihat betapa sulit memilih konsep-konsep kunci dari ilmu sejarah dan ilmu politik saat merencanakan

suatu program mata pelajaran ilmu-ilmu sosial yang berorientasi konsep. Walaupun para ekonom

sering berdebat sengit dan berbeda pandangan mengenai masalah-masalah kebijakan, namun adanya

konsensus mengenai konsep-konsep dan generalisasi yang utama dalam ilmu ekonomi memudahkan

guru dalam kelas atau para penyusun kurikulum memilih konsep-konsep yang pas untuk program ilmu

sosial yang satu ini.

Bukan hanya terdapat banyak kesamaan atau kesesuaian pendapat mengenai hal-hal yang

menjadi konsep-konsep kunci dalam ilmu ekonomi, namun definisi-definisinya juga sangat baku. Hampir

semua ekonom sependapat dan menganggap hukum permintaan dan penawaran serta hukum

pengembalian yang berkurang sebagai ide-ide kunci dalam ilmu ekonomi, dan para ekonom mempunyai

definisi yang sama atau hampir sama mengenai kedua konsep kunci ini. Untuk pembahasan kita di

bawah ini,kami telah memilih konsep-konsep dan generalisasi ilmu ekonomi yang utama yang kami

anggap dapat dipahami para siswa sekolah dasar dan sekolah menengah, dan konsep-konsep serta

generalisasi utama yang terbukti akan membantu mereka ketika mereka berusaha membuat keputusan

tentang masalah-masalah sosial yang penting.

Kelangkaan

Jika budaya adalah konsep utama dalam antropologi, dan kelompok (golongan) adalah konsep

utama dalam sosiologi, maka kelangkaan adalah konsep terpenting dalam ilmu ekonomi. Semua prinsip

dan teori ekonomi yang lain berhubungan dengan konsep ini. Esensi konsep ini adalah bahwa keinginan

manusia tidak terbatas, namun jumlah sumber-sumber daya dalam suatu masyarakat adalah terbatas.

Jadi, tidak pernah cukup barang dan jasa untuk memuaskan semua keinginan manusia. Akibatnya,

manusia harus menghadapi pilihan yang sulit ketika mereka sedang memutuskan barang dan jasa yang

akan mereka produksi dengan sumber-sumber daya mereka yang terbatas. Apabila suatu masyarakat

mengembangkan suatu teknologi yang lebih maju dan sanggup membuat barang dan jasa yang lebih

banyak dan lebih bagus, keinginan manusia dalam masyarakat itu pun meningkat. Seperti ditulis Senesh,

“ide pokok ilmu ekonomi adalah konsep kelangkaan, yakni bahwa setiap masyarakat dihadapkan dengan

suatu konflik antara keinginan-keinginan yang tidak ada batasnya dan sumber-sumber daya yang

terbatas. Dari konsep inilah lahir berbagai ide.”

Bahkan walaupun mereka mungkin belum memandangnya dari suatu perspektif ilmu ekonomi,

semua anak telah memiliki pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan konsep itu. Mereka

sudah mendengar kedua orang tuanya berdiskusi tentang apakah mereka akan mengambil cuti libur

pada musim panas yang akan datang atau mengecat rumah saja karena tidak sanggup melakukan kedua

aktivitas itu sekaligus. Seorang anak mungkin harus memutuskan apakah akan membeli sebuah sepeda

baru ataukah membeli suatu buku kimia, atau apakah akan membelanjakan uang sakunya untuk

menonton suatu pertunjukan mainan atau film di bioskop. Oleh karena semua anak punya banyak

pengalaman yang berhubungan dengan kosnep ini, maka guru dapat menggunakan pengalaman-

pengalaman itu untuk memudahkan siswa dalam memahami pengalaman tersebut. Pendekatan

permainan peran dan studi kasus merupakan metoda yang dapat digunakan untuk berpedoman pada

pengalaman-pengalaman anak-anak itu sendiri dalam upaya mengajarkan konsep-konsep kunci ilmu

sosial kepada mereka. Oleh karena konsep kelangkaan amat penting dalam ilmu ekonomi, maka pada

bagian akhir bab ini kita akan membahas strategi-strategi khusus yang dapat diterapkan untuk

mengajarkan secara efektif konsep ini. Senesh dan para guru ilmu ekonomi lain telah berhasil

mengajarkan konsep ini kepada anak-anak. Nanti kita akan menelaah beberapa program baru dalam

pendidikan ilmu ekonomi.

Produksi

Produksi adalah proses pembuatan barang dan jasa yang menjawab keinginan manusia. Kadang-

kadang produksi didefinisikan sebagai “proses peningkatan kapasitas barang guna memenuhi hasrat

manusia atau proses penyediaan jasa yang mampu memenuhi hasrat/keinginan manusia.” Petani yang

menanam kapas dan jagung, pekerja yang bekerja di sebuah pabrik perakitan mobil, dan pasangan

suami isteri yang memasak dan menjahir untuk keperluan keluarganya sendiri, ini semua adalah

produsen. Para pekerja yang memproduksi jasa, seperti dokter, guru, dan petugas kebersihan terminal,

juga adalah produsen. Ketika mengajarkan konsep ini, guru harus yakin bahwa para siswa menangkap

ide bahwa hampir semua anggota masyarakat berkontribusi dengan caranya masing-masing terhadap

proses produksi total barang dan jasa yang kita konsumsi. Anak-anak cenderung tidak mengira gurunya

dan diri mereka sendiri sebagai produsen. Akan tetapi, ketika mereka mencuci piring, memotong

rumput halaman, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya, mereka sedang memproduksi

suatu jasa bagi keluarga mereka. Walaupun para ekonom tertarik terutama pada barang dan jasa yang

diproduksi untuk diperdagangkan, namun contoh-contoh yang terakhir ini akan membantu anak-anak

memahami konsep tersebut.

Barang dan jasa

Barang adalah produk yang memuaskan keinginan konsumen. Jasa adalah kerja yang dilakukan

guna memuaskan keinginan konsumen. Buku, mainan, makanan, dan mobil adalah contoh barang;

tindakan mengajar, membersihkan jendela, dan merawat orang sakit adalah contoh jasa. Sebagaimana

dipakai dalam ilmu ekonomi, istilah-istilah ini tidak mengimplikasikan bahwa seorang konsumen harus

disenangkan terlebih dahulu baru kita menganggap suatu produk sebagai barang, atau kerja yang

dilakukan sebagai jasa. Selama produk dikonsumsi konsumen, produk itu adalah barang. Kedua konsep

ini diperlukan untuk membantu para siswa berpikir tentang perilaku manusia dari sudut pandang

ekonomi.

Konsumsi

Konsumsi adalah penggunaan barang-barang materiil dan jasa guna memuaskan keinginan

manusia. Orang-orang yang menyetir sebuah kendaraan, yang pergi ke dokter, atau pergi ke sekolah,

semuanya adalah konsumen. Konsep ini penting karena anak-anak harus menyadari bahwa semua

manusia, agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya, harus mengkonsumsi barang dan jasa, dan

bahwa barang dan jasa ini harus diproduksi oleh mereka sendiri atau oleh orang lain. Ketika

mengajarkan konsep ini, guru dapat mempergunakan contoh-contoh yang mengandung unsur sejarah

atau kontemporer untuk membantu anak-anak menyadari bahwa sementara para kolonis pertama yang

datang ke Amerika memproduksi sendiri hampir semua barang dan jasa yang mereka konsumsi,

sementara hampir semua barang dan jasa yang kita konsumsi dewasa ini diproduksi oleh orang lain,

entah siapapun itu. Situasi ini menjadikan para konsumen dewasa ini sangat bergantung pada pekerja

lain guna memenuhi keinginan dan kebutuhan materiil mereka.

Kesalingtergantungan

Kesalingtergantungan adalah pengandalan orang lain untuk memperoleh barang dan jasa yang

kita butuhkan untuk memenuhi keinginan-keinginan kita, dan membantu orang lain untuk memenuhi

keinginan-keinginan mereka dengan jalan berpartisipasi dalam pembuatan barang dan jasa yang mereka

konsumsi. Di Amerika Serikat pada masa kolonialisme, dan di berbagai masyarakat yang masih buta

huruf, hampir semua keluarga sangat mandiri karena masing-masing keluarga memproduksi sendiri

pangan, dan hampir semua barang dan jasa yang mereka butuhkan. Kaum ibu Amerika yang tinggal di

lahan pertaniannya dulu membuat sendiri bahan-bahan pengobatan dan penyembuhan untuk

menyembuhkan penyakit anak-anak mereka dan menyiapkan sendiri hampir semua makanan mereka,

dan kadang-kadang anggota keluarga tertentu bekerja mengasuh adiknya. Oleh karena dewasa ini para

pekerja dalam masyarakat berteknologi maju amat terspesialisasikan, hampir semua keluarga nyaris

mustahil bertahan tanpa mengandalkan secara signifikan barang dan jasa yang diproduksi para pekerja

lain. Spesialisasi menjadikan sebuah masyarakat sangat efisien, karena masing-masing pekerja dapat

menekuni dan mendalami suatu jenis pekerjaan, namun hal ini juga menyebabkan konsumen sangat

rentan seperti yang kita saksikan akhir-akhir ini ketika banyak pegawai pemerintah melakukan

pemogokan. Kita sedemikian bergantung pada para pegawai publik seperti pengantar surat pos dan

pengumpul sampah hingga pemogokan yang mereka lakukan membahayakan perekonomian kita.

Pemogokan buruh kereta api begitu mengancam sistem perekonomian kita sehingga pemerintah federal

biasanya melakukan intervensi ketika pemogokan sudah diambang mata.Suatu pemogokan yang

dilakukan para pekerja utama negeri ini – dan pemogokan makin sering terjadi beberapa tahun

belakangan – memperlihatkan betapa besar ketergantungan kita terhadap para pekerja yang lain. Anak-

anak harus disadarkan tentang kelebihan-kelebihan maupun kekurangan-kekurangan masyarakat kita

yang sangat terspesialisasikan.

Pembagian Kerja

Pembagian kerja adalah pembagian proses produksi barang dan jasa kedalam bagian-bagian

yang lebih kecil sehingga masing-masing pekerja melakukan suatu pekerjaan yang khusus dan spesifik.

Proses ini sering melibatkan suatu teknik lini rakitan. Biasanya, setiap orang yang berperan dalam

membuat sebuah mobil hanya mengerjakan pemasangan salah satu komponen mobil itu. Leiter

menyebutkan kelebihan-kelebihan metoda ini sebagai berikut: “Output meningkat lantaran (1) waktu

dapat dihemat, karena masing-masing pekerja lebih cepat mempelajari dan menguasai tugasnya dan

tidak harus berpindah dari satu tugas ke tugas yang lain; (2) ciri-ciri khusus seperti ketinggian, kekuatan

fisik dan inteligensi, bisa dimanfaatkan secara lebih efektif dalam pelaksanaan suatu tugas; (3) dicapai

keahlian atau ketrampilan yang lebih tinggi karena terus-menerus mengerjakan jenis operasi yang sama;

dan (4) peralatan kerja dimanfaatkan secara lebih optimal.” Sebelumnya kita sudah membahas

beberapa kelemahan spesialisasi dan pembagian kerja. Juga, seperti yang dikemukakan Leiter,

“pembagian kerja menurunkan semangat kerja pekerja”. Jika sejumlah pekerja membantu dalam

membuat suatu produk, siapapun diantara mereka sulit mendapatkan kepuasan yang tinggi dari

pembuatan produk itu. Dengan meningkatnya spesialisasi, ide “kebanggaan pekerjaan” cenderung

menghilang. Aktivitas-aktivitas berikut ini dapat memudahkan anak-anak memahami konsep tersebut:

“Kelas bisa membentuk dua tim. Satu tim melaksanakan suatu proses produksi, seperti membuat

gingerbread boys pada suatu lini rakitan, sementara tim yang lain membuat produk yang sama tanpa

menerapkan sistem pembagian kerja. Wasit memutuskan tim yang mana yang telah mampu membuat

sejumlah tertentu produk tersebut dengan waktu yang lebih singkat dan dengan limbah (sisa) perkakas

dan bahan baku yang lebih sedikit.”

Pertukaran

Pertukaran adalah “transfer atau perpindahan dengan sengaja atas barang atau pelaksanaan

jasa guna mendapatkan barang atau jasa yang lain atau uang. Dalam hampir semua perekonomian

pasar, uang adalah medium atau alat pertukaran yang paling sering dipergunakan. Uang bukan hanya

suatu medium pertukaran melainkan juga suatu “indikator nilai tukar”. Barter, atau pertukaran

langsung barang atau jasa, lazim diterapkan dalam masyarakat yang masih buta huruf dan di Amerika

Serikat pada masa dahulu. Ini merupakan konsep yang amat penting; anak-anak pasti punya banyak

pengalaman yang berhubungan dengan pertukaran. Hampir semua anak sudah pernah membeli sesuatu

dari toko, mempertukarkan dua marble kecil untuk mendapatkan satu marble baja, atau satu buku

komik dengan buku komik yang lain. Sekali lagi, guru dapat memanfaatkan teknik-teknik tertentu seperti

permainan peran atau dramatisasi untuk menggugah kembali pengalaman-pengalaman anak-anak

sebelumnya ketika guru tersebut mengajarkan konsep ini. Sebagai contoh, anak-anak bisa

menyelenggarakan “country fair”. Mereka bisa membuat item-item barang di kelas seni dan bengkel

mereka dan mempertukarkannya dengan item-item lain yang dibuat aak-anak yang lain selama

berlangsungnya “pameran” tersebut. Mereka harus berupaya membuat item yang sebaik mungkin

dengan menggunakan sumber-sumber daya yang sehemat mungkin, dan memasarkannya pada harga

yang setinggi mungkin. Aktivitas ini dapat mengajarkan pada anak-anak tentang hukum permintaan dan

penawaran dan pemasaran barang. Sebagai contoh, anak yang membutuhkan terlalu banyak sumber

daya untuk pembuatan barangnya, atau yang memproduksi barang yang tidak diinginkan anak-anak

yang lain, tidak akan mampu mempertukarkan barang tersebut. Anak-anak juga dapat memanfaatkan

teknik-teknik yang lain seperti iklan untuk merangsang penjualan. Suatu pembahasan tentang iklan dan

etika dapat dimulai.

Lingkaran arus pendapatan

Uang mengalir dari perusahaan kepada pekerja, dan kembali ke perusahaan; peredaran ini

berlangsung secara kontinu. Ketika para pekerja memproduksi barang dan jasa untuk perusahaan-

perusahaan bisnis, mereka dibayar atas kerja yang mereka lakukan. Ketika mereka membeli barang dan

jasa, uang yang mereka terima sebagai bayaran atas pembuatan barang dan jasa dibayarkan kepada

perusahaan atau pasar yang menjual barang tersebut. Jadi pendapatan beredar secara kontinu, dan

orang-orang yang memproduksi barang juga mengkonsumsi barang tersebut. Gambar 12.3

memperlihatkan proses peredaran ini. Melalui penelitiannya dengan anak-anak di sistem-sistem sekolah

yang ada di seluruh Amerika Serikat, John E. Maher menemukan bahwa para siswa kelas satu mampu

memahami konsep ini, bahwa mereka menyukainya, dan bahwa para guru senang mengajarkannya.

GENERALISASI ILMU EKONOMI

Oleh karena konsep-konsep kunci dalam ilmu ekonomi dapat diidentifikasi dengan mudah, maka

tidak sulit menemukan generalisasi (kesimpulan umum) yang memperlihatkan hubungan diantara

konsep-konsep ilmu ekonomi. Beberapa generalisasi yang dapat dimanfaatkan untuk menuntun arah

pelajaran ekonomi di sekolah dasar dan menengah pertama disajikan dalam buku-buku pengantar ilmu

ekonomi, dalam buku-buku profesional tentang pengajaran ilmu-ilmu sosial, dan dalam berbagai

pedoman kurikulum yang telah disusun oleh sistem-sistem sekolah di seluruh negeri ini. Kumpulan

generalisasi berikut ini merupakan representasi dari tipe-tipe yang dapat dipergunakan guru sebagai

pedoman dalam perencanaan mata pelajaran ilmu ekonomi. Ini dicuplik dari suatu pedoman kurikulum

mata pelajaran ilmu-ilmu sosial di salah satu negara bagian:

- Manusia saling tergantung, dan ketergantungan telah meningkat.

- Semua keluarga dan anggota keluarga dalam suatu komunitas bergantung atas satu sama yang lain.

Pembagian kerja menunjuk pada pemisahan/pemilahan produksi kedalam berbagai bentuk

pekerjaan.

- Perorangan yang memproduksi barang dan jasa melakukan pertukaran dengan orang lain guna

memperoleh barang dan jasa yang mereka butuhkan untuk memenuhi keinginan-keinginan

mendasar mereka.

- Pertumbuhan kesalingtergantungan meningkatkan masalah-masalah penyesuaian untuk individu-

individu dalam masyarakat yang bersangkutan, dan hal itu juga meningkatkan kebutuhan akan

koordinasi lewat arahan manajerial organisasi dan mekanisme pasar.

- Suatu konflik diantara keinginan-keinginan yang tak terbatas dan sumber-sumber daya yang

terbatas melahirkan kebutuhan akan pengambilan keputusan.

- Pilihan-pilihan didasarkan pada sistem nilai individu, tetapi sistem nilai lebih banyak ditentukan

budaya. Oleh karena itu, kebutuhan dan keinginan ditentukan oleh budaya.

- Harga adalah ukuran kelangkaan relatif dan kebutuhan atas barang, jasa, atau sumber-sumber

daya.

- Uang adalah suatu pranata yang mempermudah operasi suatu ekonomi pertukaran.

- Bila kita membelanjakan uang, maka uang itu tidak hilang; ia terus beredar selama manusia tidak

menumpuknya.

- Pendapatan diperoleh dengan membuat barang dan jasa.

- Individu-individu yang berkontribusi terhadap proses produksi menerima suatu bagian dari barang

dan jasa yang mereka produksi.

- Pajak sering digunakan untuk mendistribusikan kembali pendapatan.

- Konsumen menentuan apa yang harus diproduksi dalam suatu sistem perekonomian bebas, dengan

mempertimbangkan semua alternatif yang ada. Iklan dan media massa sering mempengaruhi

pilihan.

- Pemerintah semakin berperan sebagai partisipan dalam perekonomian pasar. Pemerintah

merupakan pesaing dan juga pencipta peluang-peluang ekonomi.

- Jika pelanggan membeli sedikit, maka pabrik membutuhkan sedikit pekerja yang selanjutnya dapat

menimbulkan pengangguran.

- Kebijakan-kebijakan yang dipakai seseorang untuk mempromosikan stabilitas perekonomian bagi

unit keluarga belum tentu berlaku jika digeneralisir the perekonomian secara keseluruhan.

- Serikat-serikat buruh mengupayakan lowongan kerja bagi para anggotanya (klausa eskalator,

tunjangan pensiun, hak-hak senioritas, upah tahunan yang terjamin, dan lain-lain).

- Bagian dari produktivitas yang meningkat telah mendorong pertambahan dalam waktu senggang

yang telah menciptakan suatu kebutuhan akan barang dan jasa yang baru.

ILMU EKONOMI DI SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH PERTAMA

Pentingnya Pemahaman Ekonomi

Akhir-akhir ini Amerika Serikat telah menghadapi salah satu krisis ekonomi yang paling parah

sepanjang sejarah negeri ini. Sementara angka pengangguran terus meningkat, harga-harga barang dan

jasa pun terus membubung. Banyak konsumen menghasilkan sedikit uang namun membutuhkannya

dalam jumlah yang makin besar untuk membeli barang-barang kebutuhan seperti sandang, pangan,

bahan bakar, dan rumah. Di beberapa kota, situasi pengangguran telah mencapai proporsi krisis.

Tuntutan kesejahteraan terus meningkat di semua kota besar kita, dan suatu gerakan bagi reformasi

kesejahteraan telah menciptakan suatu kontroversi yang sengit di Senat. Kebutuhan akan pandangan

dan pemahaman ekonomi telah didramatisir dengan keras oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

beberapa tahun terakhir ini.

Bahkan selama periode yang relatif makmur, masalah-masalah perekonomian yang ada telah

membelah segmen-segmen utama penduduk, membingungkan para pengambil keputusan, dan menjadi

penyebab utama keresahan masyarakat. Sebagian dari ketidakmampuan kita dalam menemukan solusi-

solusi yang cerdas terhadap persoalan-persoalan ekonomi yang kompleks bersumber dari kelalaian

ekonomi di pihak warganegara maupun pihak pejabat publik. Dikarenakan ketidakpahaman mereka

tentang sifat isu-isu perekonomian, warganegara sering memberi suara kepada para kandidat yang

menawarkan janji-janji mulia namun tidak realistis mengenai reformasi perekonomian. Seringkali para

kandidat menawarkan janji-janji semacam itu bukan tanpa sadar, melainkan hanya karena mereka ingin

meraih suara dan tidak memikirkan apakah mereka sanggup mewujudkan reformasi perekonomian yang

dijanjikan.

Agar mampu menilai kelayakan proposal reformasi perekonomian, warganegara harus memiliki

pemahaman yang jelas mengenai hakekat perekonomian campuran negeri kita, dan suatu kesadaran

tentang betapa rumitnya perekonomian modern. Oleh karena banyak pelajar mengakhiri pendidikan

formal mereka ketika mereka lulus dari sekolah-sekolah publik, maka sekolah-sekolah tersebut mestinya

menyelenggarakan program-program pendidikan ekonomi yang baik agar warganegara di masa depan

mampu mempengaruhi secara cerdas kebijakan-kebijakan perekonomian dan berpartisipasi secara

efektif dalam sistem politik kita. Hampir semua isu sosial yang dihadapi masyarakat kita mengandung

aspek ekonomi, dan perspektif ekonomi akan membantu kita memecahkan masalah-masalah tersebut.

Walaupun sudut pandang ekonomi dapat membantu kita memecahkan masalah-masalah sosial,

namun ilmu ekonomi tidak bisa menjelaskan apakah kita harus memiliki suatu pendapatan tahunan

yang dijamin untuk semua keluarga, atau apakah pajak pendapatan harus diturunkan atau dinaikkan.

Akan tetapi, konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu ekonomi dapat memudahkan kita memprediksi

berbagai kemungkinan konsekuensi suatu pendapatan tahunan yang dijamin atau konsekuensi-

konsekuensi suatu kenaikan pajak pendapatan. Disiplin ini tidak bisa menjelaskan kepada kita

konsekuensi-konsekuensi yang akan ditimbulkan tindakan-tindakan tersebut; seperti yang telah kami

kemukakan sebelumnya, prinsip-prinsip ilmu ekonomi, sama dengan prinsip-prinsip ilmu-ilmu sosial

yang lain, bergantung pada berbagai variabel. Sekalipun demikian, bahkan pengetahuan tentatif pun

dapat membantu kita dalam membuat keputusan-keputusan tentang masalah-masalah perekonomian

yang kompleks dengan menjelaskan konsekuensi-konsekuensi yang bisa timbul dari serangkaian

tindakan.

Pendidikan ilmu ekonomi diperumit oleh fakta bahwa para pelajar, sama seperti orang dewasa,

memiliki banyak konsepsi yang keliru tentang sistem perekonomian. Seringkali para ilmuwan sosial, yang

juga tidak paham tentang masalah-masalah ekonomi, memperkuat mitos uumum mengenai

perekonomian. Hampir setiap orang merupakan “pakar” ekonomi dengan gayanya sendiri. Ilmu ekonomi

dan pendidikan ilmu ekonomi barangkali mempunyai para “pakar” dalam jumlah yang lebih banyak

ketimbang cabang-cabang disiplin yang lain. Sebagai contoh, sebuah kekeliruan umum dibuat orang

awam ketika mereka berasumsi bahwa sesuatu yang baik untuk situasi individual mereka adalah bagus

juga bagi perekonomian secara keseluruhan. Ketika perekonomian kita mengalami depresi, individu-

individu sering berkata bahwa perekonomian akan pulih jika pemerintah tidak membelanjakan uang

lagi. Seseorang sering dapat meningkatkan situasi perekonomiannya dengan menabung sebagian

pendapatannya, namun banyak pengangguran akan terjadi jika pemerintah mengurangi anggaran

belanjanya, lantaran banyak orang bekerja dalam industri-industri yang berhubungan dengan

pemerintah. Dalam kasus tertentu, pemerintah federal justru perlu meningkatkan pembelanjaan guna

merangsang perekonomian yang melemah.

Oleh karena uang merupakan bagian penting dari kehidupan kita (sering dikatakan bahwa

adalah uang, bukan cinta, yang membuat bumi ini bergulir), pemikiran atau penalaran tentang isu-isu

ekonomi cenderung diperkeruh oleh emosi. Warga negara sering menentang keras kenaikan pajak

namun terus-menerus menuntut layanan yang lebih efisien dan lebih ekstensif dari pemerintah kota

atau pemerintah federal. Anak-anak harus dibantuk memahami bahwa layanan publik yang lebih

ekstensif sama artinya dengan pajak yang lebih tinggi. Konsep kelangkaan akan membantu mereka

menyadari bahwa Anda tidak bisa memiliki kue Anda yang telah Anda makan. Warga negara harus

menuntut kejujuran para pejabat publik dan layanan paling efisien yang bisa diadakan dari dana-dana

yang dibelanjakan. Akan tetapi, mengharapkan sesuatu untuk sesuatu yang tidak ada dan menuntut

pemanfaatan sumber-sumber daya langka secara efisien adalah dua hal berbeda; pelajaran ilmu

ekonomi akan membantu anak-anak melihat perbedaan ini.

Program Sekuential dalam Pendidikan Ilmu Ekonomi

Pentingnya pemahaman ekonomi teramat penting dan karena itulah harus ditanamkan dalam

benak anak-anak. Sementara banyak guru berbakat membantu anak-anak memandang paham

tradisional dari suatu perspektif ilmu ekonomi, kita boleh percaya bahwa semua anak memperoleh

pemahaman ekonomi hanya jika kita merancang suatu program pengajaran yang spesifik. Ini tidak

berarti bahwa kita harus mengimplementasikan suatu program ilmu ekonomi tersendiri. Kami tidak

menganjurkan pendekatan demikian terhadap pengajaran ilmu ekonomi di sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama. Justru sebaliknya, staf atau guru ilmu-ilmu sosial harus mengidentifikasi sejumlah

konsep kunci dan kesimpulan umum terkait yang dapat diajarkan dengan contoh-contoh materi yang

menjadi inti program mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ilmu ekonomi bukanlah suatu materi yang

terspesialisasikan, melainkan merupakan cara yang unik dalam memandang materi yang dewasa ini

menjadi bagian dari kurikulum mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Konsep dan generalisasi utama yang

diidentifikasi harus diperkenalkan pada kelas-kelas pemula dan selanjutnya dikembangkan pada kelas-

kelas yang lebih tinggi. Anak-anak akan memperoleh pemahaman yang makin mendalam apabila

mereka mempelajari konsep-konsep ilmu ekonomi secara bertahap.

Ada banyak kesempatan bagi guru untuk memperkenalkan dan memperluas konsep-konsep

ilmu ekonomi dengan isi atau muatan yang menjadi bagian dari kurikulum tradisional mata pelajaran

ilmu-ilmu sosial.Marilah kita tinjau bagaimana konsep kelangkaan dan salah satu generalisasinya, yakni

“Setiap individu dan masyarakat mengalami konflik antara keinginan yang tak ada batasnya dan sumber-

sumber daya yang terbatas” dapat diperkenalkan di kelas taman kanak-kanak dan kelas-kelas yang lebih

tinggi kemudian. Guru dapat memperkenalkan konsep ini di kelas taman kanak-kanak melalui situasi

permainan peran. Dalam situasi ini, Ibu dan Ayah sedang mempertimbangkan keputusan tentang

apakah mereka akan melakukan suatu perjalanan pada musim panas yang akan datang ataukah

membangun sebuah kamar tambahan dalam rumah. Ayah dan Ibu tidak memiliki cukup uang untuk

mengerjakan keduanya. Kepada anak-anak, guru boleh mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti,

“Apakah masalahnya dalam situasi ini?” “Mengapa ada masalah?” “Menurut Anda, mengapa Ayah dan

Ibu tidak bisa melakukan kedua hal itu sekaligus?” “Pernahkan Anda harus membuat satu pilihan

diantara dua hal?” “Yang manakah yang Anda putuskan untuk Anda laksanakan?” “Mengapa?” “Apakah

yang memudahkan Anda mengambil keputusan?” “Jika kalian adalah Ayah dan Ibu, apakah yang akan

kalian perbuat?” “Mengapa?”.

Kajian pembantu (pelayan) masyarakat dalam kelas yang berikutnya dapat memperluas konsep

ini. Guru dapat menyuruh anak-anak menyebut berbagai macam jasa atau layanan yang diberikan

masyarakat (dia dapat mengawalinya dengan memperlihatkan gambar-gambar para pelayan dalam

masyarakat), membuat hipotesis mengenai mengapa tidak tersedia layanan atau jasa yang lebih banyak,

dan memikirkan cara-cara memperluas dan meningkatkan layanan yang ada sekarang ini. Kemudian

guru tersebut dapat menanyakan mengapa jasa/layanan yang ada sekarang tidak lebih baik atau lebih

ekstensif? Guru harus membantu anak-anak untuk menyadari bahwa komunitas memiliki dana yang

terbatas (yang berasal dari pajak), dan bahwa komunitas itu tak sanggup menyediakan jasa/layanan

yang tak terbatas, seperti jasa pembersihan jalan yang lebih, jasa pemadam kebakaran yang lebih

lengkap, atau polisi dalam jumlah yang lebih banyak.

Topik-topik seperti pangan, pakaian dan transportasi, dan Negara Kita, yang secara tradisional

merupakan bagian dari pelajaran ilmu-ilmu sosial dasar, juga berisi muatan yang dapat mengembangkan

konsep ini lebih jauh. Menyelidiki bagaimana orang menentukan pilihan ketika sedang membeli pakaian

dan mengapa sistem transportasi umum tidak efisien di berbagai kota di Negara kita, dan menjadi sadar

akan upaya pencarian yang terus-menerus yang dilakukan penyelenggara negara untuk mendapat dana

tambahan guna menyediakan jasa/layanan umum yang dibutuhkan, akan memperluas konsep

kelangkaan dalam benak anak-anak dari kelas yang lebih tinggi.

Tabel 12.2. Bagan retrieval data: Bagaimana masyarakat memecahkan ketiga masalah ekonomi.

Konsep analisis Perekonomian

Amerika

Serikat

Perekonomian

Nigeria

Perekonomian

Uni Sovyet

Barang dan jasa apakah

yang diproduksi dan berapa

jumlahnya?

Bagaimanakah cara

memproduksi barang dan

jasa itu?

Untuk siapakah barang dan

jasa itu diproduksi?

Konsep-konsep produksi, pertumbuhan, jasa, konsumsi, pertukaran (perdagangan), dan saling

ketergantungan, juga harus dimasukkan program ilmu-ilmu sosial. Untuk mempermudah pengajaran

konsep-konsep ini dan untuk memperluas pemahamana anak-anak tentang suatu sistem perekonomian,

guru dapat mengemukakan ketiga masalah dasar ekonomi – Apa? Bagaimana? Untuk Siapa? – dan

membimbing anak-anak dalam menetapkan, lewat penyelidikan yang dilakukan anak-anak itu, cara

memecahkan ketiga masalah tersebut dalam masyarakat yang berbeda. Guru harus memilih

masyarakat-masyarakat yang memiliki sistem perekonomian yang berbeda supaya anak-anak dapat

menurunkan kesimpulan umum (generalisasi) bahwa walaupun semua kelompok manusia (masyarakat)

telah memecahkan masalah-masalah perekonomian mendasar ini, mereka telah menemukan dan

menerapkan cara-cara yang berlainan untuk memecahkannya. Sebuah bagan retrieval data, seperti yang

diperlihatkan dalam Tabel 12.2, dapat dibuat oleh guru. Gugus Tugas Nasional Pendidikan Ilmu Ekonomi

menekankan pentingya anak-anak mengenali cara yang ditempuh berbagai masyarakat dalam

memecahkan masalah-masalah perekonomian mendasar tadi.

PERKEMBANGAN MUTAKHIR DALAM PENDIDIKAN ILMU EKONOMI

Akhir-akhir ini telah dilakukan banyak sekali upaya untuk menyempurnakan pengajaran ilmu

ekonomi di sekolah-sekolah negeri. Salah satu perkembangan yang paling signifikan dalam pendidikan

ilmu ekonomi adalah diterbitkannya buku Pendidikan Ilmu Ekonomi di Sekolah, Laporan Gugus Tugas

Nasional Pendidikan Ilmu Ekonomi tahun 1961. Buku laporan ini, yang disponsori oleh Asosiasi Ekonomi

Amerika dan ditulis oleh sekelompok ekonom dan pendidik terkemuka, berfokus pada mata pelajaran

ilmu ekonomi di sekolah. Laporan ini menyebutkan perlunya dan pentingnya pendidikan ilmu ekonomi:

“Pemahaman ilmu ekonomi sangat penting kalau kita ingin memenuhi tanggung jawab kita sebagai

warga negaradan sebagai partisipan dalam suatu perekonomian usaha yang pada dasarnya bersifat

swasta. Banyak isu terpenting dalam kebijakan pemerintah kita bersifat ekonomis, dan kita selalu

berhadapan dengan persoalan ekonomi dalam setiap aktivitas kehidupan kita sehari-hari.” Gugus Tugas

tersebut diatas mengidentifikasi tujuh bidang utama ilmu ekonomi yang mereka yakini harus dipahami

dengan baik oleh setiap lulusan sekolah menengah. Ketujuh bidang ini meliputi hakekat ilmu ekonomi

dan perspektif ilmu ekonomi, persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi semua masyarakat,

perekonomian pasar Amerika Serikat, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, distribusi pendapatan,

peranan pemerintah Amerika Serikat dalam perekonomian dunia, dan sifat/pengertian sistem-sistem

perekonomian yang lain.

Walaupun fokus utama laporan ini adalah tentang pengajaran ilmu ekonomi di sekolah

menengah, namun laporan ini juga menekankan pentingnya pendidikan ilmu ekonomi di sekolah dasar:

“Ada banyak peluang untuk menanamkan pemahaman ilmu ekonomi sejak anak-anak duduk di

kelas satu sampai ia lulus dari sekolah menengah. Eksperimen-eksperimen yang menarik yang kini

sedang dilakukan menunjukkan bahwa konsep-konsep sederhana seperti pembagian kerja, harga,

pertukaran di pasar, dan bahkan laba, dapat dimengerti anak-anak sekolah dasar jika konsep-konsep ini

dimasukkan kedalam bahan-bahan dan metoda-metoda pengajaran yang dirancang dengan seksama.

Bagaimanapun, anak-anak pasti terpapar terhadap ide-ide semacam itu dalam kehidupan mereka

sehari-hari. Anak-anak sekolah dasar memberi suatu peluang untuk mengklarifikasinya, dan

menghubungkannya dengan masalah sehari-hari kehidupan keluarga, khususnya didalam mata

pelajaran ilmu-ilmu sosial yang telah diperoleh anak-anak tersebut ketika duduk di kelas yang lebih

rendah. Kami mendukung eksperimen ini dan merekomendasikan penerapan teknik-teknik ini pada saat

anak-anak masih duduk di kelas awal.

Hasil penelitian memperkuat fakta bahwa anak-anak sekolah dasar sanggup memahami dan

menguasai beberapa konsep kunci dalam ilmu ekonomi. Jika konsep-konsep dasar diajarkan di kelas-

kelas bawah, maka para guru sekolah menengah dapat memperluas ide-ide ini dan, dengan demikian,

lebih mudah membantu siswanya dalam menangkap suatu pemahaman yang memadai tentang ketujuh

topik penting yang digariskan atau dirumuskan oleh Gugus Tugas Nasional Pendidikan Ilmu Ekonomi.

Organisasi lain yang telah mempelopori reformasi dalam pendidikan ilmu ekonomi adalah

Dewan Gabungan Pendidikan Ilmu Ekonomi. Upaya-upaya yang dilakukan badan ini untuk

menyempurnakan pengajaran ilmu ekonomi di sekolah-sekolah negeri meliputi suatu program publikasi

yang baik maupun program pengembangan kurikulum yang disebut Program Pendidikan Ilmu Ekonomi

Pembangunan (DEEP), yang didirikan tahun 1964. beberapa publikasi dewan ini yang sangat bermanfaat

bagi para guru adalah Ilmu Ekonomi dalam Kurikulum dan seri buku yang berjudul Pengalaman-

Pengalaman Para Guru Pendidikan Ilmu Ekonomi dalam Kewirausahaan. Buku pertama, yang

merupakan proyek DEEP, merupakan buku pedoman yang berguna bagi para guru, yang dibagi dalam

dua bagian utama, yakni “Ide-ide dan Konsep-Konsep Ekonomi” dan “Penempatan Konsep-Konsep

Ekonomi dalam Kelas”. Seri buku tadi, yang diterbitkan lewat kerjasama dengan Calvin K. Kazanjian

Economics Foundation, Inc, berisi esai-esai peraih penghargaan yang ditulis para guru sekolah dasar dan

sekolah menengah pertama. Artikel-artikel ini menjelaskan bagaimana para guru berhasil mengajarkan

konsep-konsep dan generalisasi ilmu ekonomi. Artikel-artikel ini dikelompokkan berdasarkan jenjang

kelas siswa dan merupakan sumber ide-ide yang kaya bagi para guru yang mengajar di kelas. John E.

Maher, salah satu ekonom senior yang duduk di dewan itu, telah menerbitkan buku Apakah Ilmu

Ekonomi?. Ditulis khusus untuk para guru yang mengajar di kelas, buku ini sangat gamblang dan cermat,

dan memuat suatu bab tentang keahlian-keahlian ekonomi.

Program Pendidikan Ilmu Ekonomi Pembangunan (DEEP) dewan ini utamanya merupakan

organisasi layanan bagi distrik sekolah. Organisasi ini menyediakan konsultan untuk membantu distrik

agar lebih terlibat dalam reformasi kurikulum dalam pendidikan ilmu ekonomi, menyebarluaskan

pedoman-pedoman kurikulum, dan menyelenggarakan lokakarya di distrik-distrik yang bekerjasama

dengan mereka. Organisasi ini terdiri atas lebih daripada 40 dewan negara bagian dan dewan daerah,

dan lebih daripada 50 Pusat Pendidikan Ilmu Ekonomi di kampus-kampus perguruan tinggi dan

universitas.

Beberapa proyek kurikulum tahun 1960-an berfokus terutama pada ilmu ekonomi. Salah satu

proyek yang paling bagus adalah yang dikembangkan Professor Lawrence Senesh. Senesh menamakan

kurikulum yang diimplementasikan dalam programnya Dunia Kita yang Bekerja, sebagai kurikulum yang

organik. Kurikulum ini didasarkan pada premis bahwa anak-anak harus diperkenalkan dengan ide-ide

dasar ilmu-ilmu sosial, bahwa ide-ide ini harus dikembangkan makin mendalam pada kelas-kelas yang

lebih tinggi, dan bahwa aktivitas-aktivitas yang digunakan untuk memperkenalkan konsep-konsep ilmu

sosial harus berhubungan dengan pengalaman sehari-hari para siswa. “Kurikulum ini didasarkan pada

hipotesis yang menyatakan bahwa pengalaman anak-anak berpotensi memiliki makna yang begitu bagus

sehingga ide-ide dasar ilmu-ilmu sosial dapat dihubungkan dengan pengalaman tersebut pada semua

jenjang kelas.” Inti program ini berkutat seputar konsep-konsep ilmu ekonomi (yang dilukiskan dalam

Gambar 12.4), walaupun penulis mengakui bahwa program ini bersifat interdisipliner. Dia mengatakan,

“Ilmu-ilmu sosial yang lain, seperti antropologi, geografi, ilmu politik, sosiologi, dan sejarah,

……merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program ini.” Senesh yakin bahwa para guru mesti

memahami ide-ide dasar ilmu ekonomi agar mereka berhasil mengimplementasikan programnya.

Program yang dikembangkan Senesh, Dunia Kita yang Bekerja”, yang dirancang untuk kelas

sekolah dasar, dipasarkan secara komersil oleh Science Research Associates. Bila Anda sedang berusaha

mengidentifikasi konsep-konsep ekonomi dan mengembangkan strategi-strategi pengembangan

konsep-konsep tersebut, maka program ini akan sangat membantu bagi Anda. Pedoman guru meliputi

berbagai kisah dan penyair, serta banyak sumber-sumber daya dan ide-ide yang bermanfaat.

Program Ilmu Ekonomi Sekolah Dasar yang dikembangkan Pusat Hubungan Industrial di

Universitas Chicago, berisi bahan-bahan untuk pengajaran konsep-konsepie kepada para siswa kelas

empat, lima dan enam. Program ini didasarkan pada tiga asumsi dasar: (1) anak-anak memiliki

pengalaman ekonomi sehari-hari; (2)pendidikan ilmu ekonomi dapat diperkenalkan secara progresif

(berjenjang) seiring pertambahan usia anak, dan (3)konsep-konsep ilmu ekonomi akan memperkuat

pembelajaran dalam program pendidikan il sosial yang lain. Tujuan utama program ini adalah: (1)

menumbuhkan (dalam benak siswa) suatu pemahaman tentang proses-proses konsumsi, produksi, dan

pertukaran, dan (2) menumbuhkan (dalam benak siswa) suatu pemahaman tentang hubungan diantara

ketiga proses mendasar ini.” Bahan-bahannya meliputi sebuah buku bacaan siswa, sebuah buku proyek

siswa, dan ujian-ujian obyektif untuk masing-masing jenjang kelas. Pedoman guru terdiri atas tujuan

pengajaran, aktivitas pengajaran, dan diskusi tentang hakekat ilmu ekonomi. Bacaan siswa cukup hidup

dan menarik.

STRATEGI PENGAJARAN BEBERAPA KONSEP DAN GENERALISASI ILMU EKONOMI YANG TERPILIH

Dalam bab ini kita telah menekankan perlunya para siswa memahami konsep-konsep dan

generalisasi ilmu ekonomi guna memecahkan persoalan-persoalan pribadi dan sosial secara efektif dan

guna mempengaruhi kebijakan publik dengan berpartisipasi dalam aksi sosial yang cerdas. Hampir

semua masalah sosial berat yang kita hadapi dewasa ini – seperti rasisme, perang, dan kemiskinan –

dapat dianalisis secara menguntungkan dari sudut pandang ekonomi. Jika sejarah dapat membantu kita

memprediksi kejadian di masa yang akan datang, kita bisa berkata dengan yakin bahwa masalah-

masalah sosial di masa yang akan datang juga mengandung aspek-aspek ekonomi. Para teoretikus

seperti Karl Marx dan Charles Beard berkeyakinan bahwa faktor-faktor ekonomi barangkali merupakan

faktor yang paling masif mempengaruhi tingkah laku manusia. Meskipun kita tidak mendukung

keyakinan ini, namun kita tetap berkeyakinan bahwa pemahaman ilmu ekonomi akan meningkatkan

secara signifikan kemampuan manusia dalam memecahkan persoalan-persoalan sosial dan perorangan

saat ini dan di masa depan.

Untuk memastikan agar anak-anak memiliki pemahaman ekonomi yang baik, pengajaran ilmu

ekonomi harus direncanakan dengan cermat dan berjenjang untuk para siswa sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama. Saat merencanakan unit-unit mata pelajaran sosial, para guru harus memilih

konsep-konsep dan generalisasi yang akan memampukan para siswa memadang masalah-masalah yang

sedang dipelajari dari suatu perspektif ekonomi. Kami telah memilih salah satu konsep ekonomi yang

bersifat mengorganisir, interdependensi (saling ketergantungan), dan suatu generalisasi yang

berhubungan dengan interdependensi, dan menjelaskan bagaimana konsep dan generalisasi ini dapat

diajarkan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Strategi yang kami jelaskan dimaksudkan

sebagai contoh saja dan hanya berfungsi sebagai pemicu kreativitas guru. Akan tetapi, beberapa strategi

yang dibahas disini dapat diterapkan dengan mudah dalam setiap program pelajaran ilmu sosial di kelas-

kelas sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Generalisasi: Semua anggota suatu masyarakat saling bergantung secara ekonomi; individu

produsen barang dan jasa melakukan pertukaran dengan individu lain untuk memperoleh barang dan

jasa yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan dasar mereka.

Jenjang (Kelas) Sekolah Dasar

Ajaklah para siswa membandingkan swa-sembada para perintis negeri ini yang hidup di lahan-

lahan pertanian, dengan interdependensi manusia dalam masyarakat yang ada saat ini dengan meneliti

pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah sumber dan cara mendapatkan keju pada jaman perintisan

negeri ini? Apakah sumber dan caranya dewasa ini?

Ajaklah para siswa untuk mengadakan suatu diskusi mengenai bagaimana para perintis/petani

mendapatkan keju. Jelaskan bahwa para perintis dahulu harus memerah susu sapi, menyimpan susu itu

di tempat yang dingin agar krimnya terpisah dari susu, dan kemudian menaruh krim itu pada suatu tong

dan mengaduknya terus-menerus sampai muncul keju. Kemudian keju itu dipindahkan, dicuci, diberi

garam, dan dibentuk. Barulah kemudian keju itu siap untuk dimakan dan dipakai dalam masakan. Jika

terdapat kemungkinan untuk mendapatkan susu yang sama sekali belum diolah, bawalah susu itu ke

sekolah sehingga para siswa dapat menyaksikan bagaimana krim dan susu dapat dipisahkan. Kemudian

suruhlah para siswa memisahkan krim itu dari cairan susu dan memasukkannya dalam sebuah tong tua

(jika tersedia), dan melakukan langkah-langkah selanjutnya. Dengan demikian, para siswa dapat

memahami proses produksi keju yang diterapkan dahulu.

Kemudian, perlihatkan sebuah film atau rangkaian gambar yang memperlihatkan bagaimana

keju diperoleh dari sapi dan disajikan pada sarapan pagi di sebuah rumah. Jika ada pabrik krim susu atau

peternakan sapi yang bisa dikunjungi, rencanakanlah kunjungan ke tempat-tempat tersebut. Setelah

anak-anak menyaksikan suatu sajian visual yang menggambarkan cara dan proses produksi susu dan

telah melakukan kunjungan lapangan, suruhlah anak-anak itu membuat suatu piktogram untuk buletin

sekolah, yang memperlihatkan orang-orang dan proses-proses yang terlibat dalam ‘perjalanan keju ke

meja makan mereka.’

Para siswa juga bisa membuat suatu piktogram yang menggambarkan pemrosesan dan

konsumsi keju selama masa-masa perintisan negeri ini, dan membandingkan proses produksi keju untuk

dua periode ini.

Bahaslah pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Selama periode yang manakah lebih banyak orang terlibat dalam pembuatan keju?

2. Bagaimanakah mereka membantu orang lain?

3. Bagaimanakah cara orang yang tinggal di sebuah kota pada masa perintis untuk mendapatkan

keju?

4. Bagaimanakah cara kita memperoleh keju jika para pekerja pabrik yang mengolahnya

melakukan pemogokan?

5. Apakah keju pada masa kini lebih baik ataukah lebih buruk? Mengapa demikian?

Ajaklah siswa Anda mengikuti suatu kontes pembangunan blok. Dapatkan dua himpunan blok.

Seorang siswa akan mengerjakan satu himpunan blok dan dua orang siswa yang lain mengerjakan

himpunan blok yang lain. Sisanya, yakni siswa lain dari kelas yang sama, mengamati kedua tim itu untuk

melihat tim mana yang lebih cepat membangun suatu bangunan dengan menggunakan semua blok.

Sebelum mereka mulai membangun, suruhlah para “pengamat” tersebut membuat prediksi tentang tim

yang paling cepat dan apa alasannya. Ulangi kontes itu beberapa kali untuk melihat apakah prediksi

mereka akurat. Jika seorang anak yang bekerja sendirian tadi menang, tanyakanlah penyebabnya

kepada para pengamat tersebut. Salah satu jawaban mereka, mungkin, adalah karena kedua orang

dalam satu tim di atas tidak bekerjasama dengan baik. Tanyakanlah apakah yang mereka temukan (dari

pengamatan mereka) yang merupakan kelebihan dan kelemahan dari kerja sendiri dan kerjasama.

Perlihatkanlah sebuah film, strip film, atau rangkaian gambar yang melukiskan pembangunan

sebuah rumah pada jaman modern. Kemudian taruhlah sebuah gambar rumah baru di tengah papan

buletin. Suruhlah para siswa menyebut dan membahas jenis-jenis pekerja yang dibutuhkan untuk

membangun rumah baru itu. Kemudian, suruh siswa membuat gambar para pekerja ini, menamainya,

dan menaruhnya di papan buletin di sekeliling gambar rumah baru tadi.

Manfaatkanlah pojok pembuatan rumah dalam kelas Anda untuk mengilustrasikan

interdependensi para anggota keluarga. Jika Anda tidak memiliki suatu pojok untuk dijadikan sebagai

rumah, susunlah beberapa tiang untuk situasi permainan peran yang berikut ini. Suruhlah siswa untuk

megambil peran sebagai ayah, seorang ibu yang tinggal di rumah, seorang bayi yang baru lahir, dan

seorang anak yang sudah bersekolah. Sementara anggota kelas yang lain mengamati, suruhlah para

siswa ini melakukan peran mereka, sesuai dengan tafsiran mereka sendiri, dalam pembuatan rumah

pojok tadi.

1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut dan catat jawabannya pada papan tulis:

2. Pekerjaan apakah yang dilakukaan masing-masing anggota keluarga tersebut?

3. Bagaimanakah cara anggota keluarga membantu anggota keluarga yang lain?

4. Anggota keluarga manakah yang bekerja paling banyak? Mengapa?

5. apakah ada anggota keluarga lain yang sanggup melakukan lebih banyak pekerjaan? Siapakah

mereka dan jenis pekerjaan apakah yang dapat mereka lakukan?

Kemudian ubahlah komposisi keluagra itu dengan meniadakan peran ayah. Diskusikan

bagaimana perubahan pekerjaan ibu dan anak-anak akibat tiadanya lagi pemeran ayah.

1. Pekerjaan tambahan apakah yang harus dilakukan ibu? (mungkin jawabannya adalah, ibu

terpaksa bekerja di luar rumah atau melakukan pekerjaan khusus untuk orang lain di rumah)

2. Jika ibu tidak dapat bekerja di luar atau di rumah untuk mendapatka uang, apakah yang bisa ia

perbuat? (Ide tunjangan kesejahteraan dapat dibahas disini)

3. Pekerjaan tambahan apakah yang dapat dilakukan anak tersebut untuk membantu keluarga?

Suruhlah para siswa memainkan peran situasi keluarga ini. Para “pengamat” akan mencatat hasil

observasinya.

Ubahlah lagi komposisi keluarga itu dengan meniadakan pemeran ibu dan menata kembali

peran ayah. Bahaslah pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan pertanyaan-pertanyaan dalam situasi

pemainan peran terdahulu, dan suruhlah para siswa memainkan peran baru mereka dalam keluarga itu.

Para siswa mencatat hasil pengamatan mereka tentang pekerjaan yang dilakukan anggota keluarga dan

bagaimana para anggota keluarga saling membantu.

Bahaslah kesamaan dan perbedaan dalam daftar layanan keluarga tadi. Tanyakan, “Yang

manakah yang dapat kita katakan benar diantara masing-masing situasi keluarga tersebut?” Ubah

bentuk pertanyaan ini sedemikian rupa guna memancing respons yang mengindikasikan bahwa para

siswa telah mengenali dan menyadari interdependensi para anggota keluarga dalam memperoleh jasa.

Suruhlah para siswa Anda merencanakan sebuah kota yang akan dibangun didalam ruangan

Anda. Dalam tahap-tahap perencanaan tersebut:

1. Andaikan Anda sebagai sebuah keluarga yang hendak membangun sebuah kota. Apakah yang

akan Anda butuhkan dalam kota ini supaya keluarga Anda dapat hidup disana dengan baik?

2. Bisnis dan layanan/jasa macam apakah yang dibutuhkan? Ketika para siswa mulai menyebut

perlunya bisnis/perusahaan, arahkanlah perencanaan mereka sehingga mereka menyertakan

jasa-jasa yang dipandang perlu bagi eksistensi sebuah kota, seperti toko grosir, toko sandang,

kantor polisi, kantor pos, telepon, pom bensin, serta beberapa jenis jasa pengiriman untuk

mengantarkan barang-barang ke kota ini. Bagilah kelas Anda menjadi beberapa kelompok yang

mewakili perusahaan-perusahaan tersebut. Suruhlah masing-masing kelompok bisnis itu

membuat suatu bagan alir yang memperlihatkan sumber pasokan mereka dan cara-cara

pengirimannya. Tanyakan, “Pekerjaan apakah yang ingin Anda tekuni di kota Anda ini?”

(Jawabannya mungkin, sebagai dokter, guru, dan polisi).

Setelah Anda bersama siswa Anda telah merencanakan dan membahas ‘wajah kota’ yang Anda

inginkan, berilah nama pada kota itu dan operasikan di ruangan Anda. Suruhlah para siswa memainkan

peran-peran yang dibutuhkan untuk rencana-rencana mereka. Kembangkan situasi-situasi permainan

peran. Sebagai contoh: Johnny Brown mengalami patah tulang ketika sedang bermain di taman. Ibunya

membawa dia ke dokter namun dokter ini tidak memiliki persediaan bahan pembalut tulang yang patah.

Kepada siapakah dokter itu mencari pertolongan?

Kembangkanlah situasi-situasi yang lain dimana interaksi para warga kota dapat diperagakan,

dan suruhlah para siswa memperagakan situasi tersebut. Setelah pelaksanaan masing-masing situasi

peragaan, suruhlah para siswa mencatat orang-orang yang dihubungi untuk mendapatkan jasa.

Diskusikan bagaimana para warga sebuah kota bekerjasama dalam menyediakan barang dan jasa yang

dibutuhkan warga yang lain dalam kota tersebut.

Jenjang Sekolah Menengah

Sejumlah barang dan jasa yang dibutuhkan keluarga-keluarga jaman modern lebih mudah

diperoleh apabila keluarga-keluarga tersebut bekerja sama untuk membayar barang dan jasa tersebut.

Barang dan jasa ini biasanya dibayar dengan pajak atau ketika orang sedang menggunakannya.

Suruhlah para siswa mewawancarai orang tuanya untuk mengetahui berapa banyak dan apa

saja jenis barang dan jasa tersebut diatas dipakai oleh keluarga mereka. Suruh pula siswa menghitung

persentasi pajak keluarga mereka disalurkan pada jenis barang dan jasa yang bagaimana yang dibayar

langsung saat digunakan.

Setelah para siswa mengumpulkan dan mengelompokkan informasi ini, buatlah bagannya

seperti dibawah ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikutnya.

Barang dan jasa Sumber penerimaan Jumlah penerimaan

Listrik Pembayaran langsung,

sesuai jumlah kilowatt yang

dipakai

Sekolah

.

Pajak

.

20%

.

1. Mengapa membayar barang dan jasa ini memberi manfaat mutual bagi seluruh warga dalam

komunitas tersebut?

2. Apakah dalam daftar itu ada barang dan jasa yang tidak berguna lagi bagi komunitas secara

keseluruhan dan, karena itu, harus ditiadakan atau digantikan? Perkuat jawaban Anda dengan

fakta-fakta.

3. Apakah ada jenis barang dan jasa yang tidak tercantum dalam daftar itu namun harus ditambahkan

dan ditanggung seluruh warga komunitas tersebut? Perkuat jawaban Anda dengan fakta-fakta.

4. Di sejumlah komunitas, suatu jasa yang telah dibayar langsung saat digunakan sulit dipertahankan

secara finansial. Dukungan pajak telah diusulkan dan ditambahkan dalam beberapa kasus. Jadi, jasa

tersebut didukung dengan pajak dan sekaligus dibayar langsung. Salah satu contohnya adalah

sistem transit di Seattle, Washington. Pajak transit kota sebesar 50 sen dollar ditambahkan atau

dimasukkan dalam rekening listrik kota. Kota ini menjadikan aktivitas menumpang bisnis lebih

menarik dengan menambahkan beberapa Blue Streak Lines yang memberi layanan cepat bagi

mereka yang bekerja didalam kota. Suruhlah siswa membuat bagan untuk menentukan apakah

terdapat masalah-masalah serupa dalam komunitas mereka. Kemudian, tetapkan cara

memecahkan masalah itu demi kepentingan bersama semua anggota komunitas. Riset tentang

masalah ini membutuhkan penelitian koran untuk mengidentifikasi jenis-jenis masalah yang ada

dan tindakan yang telah diambil. Mungkin ada suatu masalah yang solusinya sedang diupayakan.

Jika benar demikian, suruhlah siswa Anda meneliti masalah itu dan mencari aternatif solusinya.

Ketengahkanlah situasi berikut ini kepada para siswa Anda:

“Ada tiga pria dan masing-masing punya suatu masalah. Tuan Cline memiliki sebuah toko grosir

di pojok kota. Toko ini kecil sehingga dia mengerjakan sendiri semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk

menjalankan usaha toko ini. Orang yang rutin mengirim sayuran segar ke kotanya jatuh sakit, dan

perusahaan sayuran berskala besar enggan mengirim sayuran kepadanya karena pesanannya terlalu

kecil. Tuan Cline akan kehilangan pelanggan jika ia tidak berbuat sesuatu karena sayuran segar bermutu

tinggi adalah alasan utama penduduk berbelanja di tokonya. Tuan Cline menghubungi sahabatnya, Tuan

Hoboken, yang punya truk sendiri, dan minta pertolongannya. Tuan Hoboken menjawab bahwa ia tidak

bisa membantu karena truknya sedang rusak, dan agaknya tidak bisa memperbaikinya selama beberapa

minggu. Esoknya tetangga Tuan Hoboken, Tuan Glass, mengunjunginya dan berkata ia telah kehilangan

pekerjaan sebagai montir dua minggu yang lalu dan sampai sekarang masih menganggur. Dia sudah

kehabisan uang dan berharap Tuan Hoboken bersedia memberinya makan atas dasar kredit.

Tanyakanlah kepada siswa bagaimana cara ketiga pria ini mengatasi masalah mereka masing-

masing tanpa menggunakan uang. Kemudian suruhlah tiga siswa memperagakan peran para pria ini, dan

memperlihatkan bagaimana cara mereka memecahkan masalah-masalah mereka.

Bahaslah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Mengapa para pria ini tidak bisa mengatasi masalah mereka sendiri-sendiri?

2. Apakah solusi yang diperagakan ketiga pemeran merupakan solusi yang logis?

3. Bagaimanakah solusi itu menggambarkan interdependensi atau kesalingtergantungan para

pekerja?

4. Coba temukan bentuk-bentuk interdependensi lain diantara orang-oranng yang memproduksi

barang dan jasa.

Bacakanlah situasi berikut di hadapan para siswa:

“Pada awal liburan musim panas, Charles Abernathy membangun sebuah kandang bagi

anjingnya yang bernama Rags. Tetangganya, Tuan Herman, menyukainya dan meminta Charles

membangun kandang serupa untuk anjing spanielnya yang bernama Freckles. Ia memberitahu Charles

bahwa ia akan membayarnya 10 dollar. Charles sangat senang karena ia mencari uang untuk kebutuhan

perkemahan musim panas dan bahkan mungkin sanggup membeli sebuah sepeda Stingray. Sebelum

Charles selesai membuat kandang untuk Freckles, seorang temannya mampir dan meminta Charles

untuk membuat kandang bagi anjing spanielnya juga. Lalu Hildreth mampir dan meminta Charles

membuat kandang yang berukuran dua kali lebih besar. Hildreth menawarkan 20 dollar untuk pekerjaan

itu. Tak lama kemudian Charles menerima pesanan pembuatan 25 kandang anjing: 20 berukuran normal

dan 5 berukuran dua kali lebih besar. Charles mulai kuatir, karena perlu waktu satu minggu untuk

membuat kandang pertama, termasuk memoles dan mengecatnya. Mana mungkin ia mampu

membangun 25 kandang anjing jika ia bekerja sendirian!

Setelah memaparkan situasi ini di hadapan siswa, bagilah para siswa menjadi empat kelompok.

Arahkan kelompok-kelompok itu untuk menyusun solusi yang rinci bagi masalah yang dihadapi Charles.

Solusinya mesti solusi yang memungkinkan dia memenuhi komitmennya untuk membangun kandang

anjing dan jika mungkin menerima lebih banyak pesanan. Setelah masing-masing kelompok selesai

merumuskan solusi mereka, juru bicara setiap kelompok memaparkan rencana solusinya di depan kelas.

Bahaslah manfaat masing-masing rencana dan suruh siswa melakukan pemungutan suara untuk

menentukan solusi terbaik.

Bacalah suatu bagian pada Little House on the Prairie yang menerangkan pembangunan sebuah

pondok kayu. Mulai pada halaman 56 dengan kalimat-kalimat sebagai berikut:

“Selama berhari-hari ayah mengumpulkan kayu. Dia menumpuk kayu itu menjadi dua

tumpukan, satu tumpukan untuk dijadikan rumah dan satu tumpukan lagi untuk kandang. Mulailah

terbentuk suatu jalan dimana dia lalu lalang menuju dan pulang dari dasar lembah. Dan pada malam hari

di kandang mereka Pet dan Patty makan rumput, sampai akhirnya habis di sekeliling tumpukan-

tumpukan kayu tersebut.

Ayah mulai membangun rumah. Dia mengukur tanah lalu dengan sekopnya segera menggali

lubang kecil di kedua sisi lahan itu. Lalu dia menggusur dua potong kayu yang paling besar ke lubang ini.

Batang kayu ini harus kuat untuk menyangga bobot rumah. Tiang ini disebut penyangga.

Bacalah paragraf pertama pada halaman 65.

Perlihatkan sebuah film, strip film, atau serangkaian gambar yang menggambarkan

pembangunan rumah pada masa kini. Mintalah para siswa memperbandingkan pembangunan rumah

pada masa kini dengan pembangunan rumah pada masa perintis yang digambarkan cerita di atas.

Tanyakan:

1. apakah perbedaan utama peran pemilik rumah yang ingin membangun sebuah rumah pada

masa kini dan pemilik pondok kayu yang ingin membangun sebuah pondok kayu?

2. Pekerjaan macam apakah yang harus dikerjakan mereka masing-masing agar rumah baru

mereka dapat dibangun?

3. Jenis-jenis pekerja macam apakah yang akan dibutuhkan seseorang dewasa ini untuk

membangun sebuah rumah modern?

4. Bahan-bahan macam apakah yang ada dalam rumah modern dan dalam rumah pondok masa

perintis dahulu?

Suruhlah para siswa mencatat semua jenis bahan yang dibutuhkan dalam pembangunan rumah

dewasa ini. Kemudian suruh masing-masing anggota kelas memilih sesuatu dari daftar itu dan

menghubungi pemasok bahan itu di kota dimana Anda tinggal untuk mengetahui dari siapa pemasok

memperoleh bahan-bahan itu. Selanjutnya, para siswa mengelompokkan informasi mereka dan

membuat bagan barang, jasa, dan sumber-sumber barang yang digunakan dalam pembangunan sebuah

rumah pada masa kini.

Jenjang Kelas yang Lebih Tinggi

Suruhlah para siswa merencanakan suatu usaha pencucian kendaraan karena mereka sangat

membutuhkan uang atau guna mensponsori beberapa event di sekolah Anda. Perencanaan harus

meliputi pembahasan dan persiapan yang menyangkut hal-hal berikut ini:

1. Manakah lokasi terbaik untuk usaha pencucian kendaraan? Mengapa? (Para siswa mungkin

harus menyelidiki bagian-bagian dari kota dimana kebutuhan pencucian kendaraan cukup

tinggi.)

2. Hal-hal apakah yang harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pemilihan tempat usaha

cuci kendaraan?

3. apakah lebih baik jika menggunakan beberapa lokasi?

4. Apakah cara yang paling efisien dalam membagi tanggung jawab? Mengapa? Tidakkah lebih baik

masing-masing individu mengelola satu tempat pencucian mobil sendirian dekat rumahnya?

5. apakah sumber-sumber pasokan terbaik yang diperlukan untuk menjalankan usaha cuci

kendaraan?

6. Berapa tarif terbaik yang harus dikenakan atas jasa pencucian kendaraan?

7. Iklan macam apakah yang paling efektif untuk usaha ini?

8. Dimanakah iklan itu mestinya dipasang?

9. Sampai kapankah iklah itu harus dipasang?

10. Buatlah suatu bagan yang menggambarkan interdependensi operasi dan jasa yang diberikan!

Beritahu siswa Anda bahwa mereka akan memperagakan suatu permainan peran dimana

separuh diantara mereka akan bekerja dalam dua tim pembelian untuk Vroom Airplane Company.

Mereka akan membeli barang-barang berikut: aluminum, mesin, ban, dan kabel listrik. Mereka akan

bernegosiasi dengan perwakilan. Berupa tim beranggotakan dua orang, dari perusahaan-perusahaan

lain di Amerika Serikat dan negara lain.

Masing-masing tim perusahaan yang menjual suatu produk memberlakukan suatu harga baku

per satuan ukuran untuk barang-barang mereka. Masing-masing tim perusahaan memiliki prosedur

perundingan yang telah dibakukan. Alat perundingan utama adalah janji untuk membeli sejumlah

pesawat. Tim perusahaan bisa menegosiasikan harga sekitar 3 sampai 10 dollar untuk biaya per satuan

ukuran dan bisa berjanji untuk membeli dari 0-25 pesawat. Berikut ini adalah harga-harga baku dan

prosedur negosiasi yang direkomendasikan pimpinan perusahaan untuk diterapkan para sales

representative.

1. Aluminum

a) Adanac: 7 dollar per satuan ukuran

Jika Anda membeli dari perusahaan asing ini, Anda mendapat point ekstra karena Anda

memperkuat neraca pembayaran internasional.

b) Aluminum Lubeck, 5 dollar per satuan ukuran

Jika Anda membeli aluminum perusahaan ini, mereka akan memberi bonus nampan

aluminum untuk hidangan makanan didalam pesawat Anda.

2. Mesin

a) Jolyes Joyce: $100.000 per satuan ukuran

Presiden dari negara dimana perusahaan ini bermarkas akan membeli 13 pesawat Vroom

jika Anda membeli mesin-mesin buatan mereka.

b) Standard Electric: $98.785 per satuan ukuran

Menjamin penjualan 15 pesawat, jika Anda juga membeli kabel-kabel listrik mereka.

3. Ban dan komponen karet yang terkait

a) Goodday: 2 dollar per satuan ukuran

b) F.B Richgood: 3 dollar per satuan ukuran

4. Kawat listrik

a) Standard Electric: 10 dollar per satuan ukuran

b) Housevesting: 11 dollar per satuan ukuran; anak perusahaan mereka, yakni Ajax Airlines,

akan membeli 5 pesawat.

Berilah kesempatan kepadapara siswa untuk memahami benar-benar kendala-kendala peran

mereka. Arahkan tim pembelian dan tim penjualan agar menghimpun dan memiliki data-data yang

akurat, yang bisa diaudit, guna membekali negosiasi bisnis mereka. Tetapkan empat bidang sisi ruangan

dengan tanda-tanda untuk keempat perusahaan yang bernegosiasi. Tim Vroom akan mengunjungi

“kantor-kantor” tim penjualan untuk mengadakan konferensi. Seetlah semua tim menuntaskan

negosiasi pembelian dan penjualan, suruhlah masing-masing tim pembelian Vroom memaparkan deal

bisnis mereka di depan kelas, dan para siswa yang lain memilih tim pemenang. Tim yang mendapatkan

total unit per satuan ukuran yang paling rendah – berarti ongkos produksi yang paling rendah, yang

berarti menjual pesawat paling banyak – adalah pemenang.

Suruhlah para siswa berperan sebagai anggota suatu penduduk sebuah kota yang sedang

bertumbuh, yakni kota Dorado. Beberapa anggota dewan kota itu telah berusaha membujuk anggota

dewan lainnya untuk bekerja agar kota ini memiliki transportasi kereta api yang menghubungkannya

dengan daerah-daerah yang lain. Akan tetapi, beberapa anggota menentangnya. Salah satu alasan

mereka untuk menentang adalah bahwa dengan adanya transportasi kereta api, kota ini kelak akan

makin bergantung pada sumber-sumber di luar untuk mendapatkan barang dan jasa. Para anggota

dewan yang mendukung pengadaan transportasi kereta api berpendapat bahwa Dorado menghasilkan

beberapa barang yang dibutuhkan daerah-daerah yang lain, dan daerah-daerah lain menghasilkan

barang-barang yang dibutuhkan untuk ekspansi bisnis dan produksi di Dorado. Ketua dewan

memutuskan untuk mengadakan suatu musyawarah kota. Para anggota dewan akan berdebat tentang

isu itu. Kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat umum. Untuk menemukan solusi,

akan dilakukan referendum.

Pimpinlah para siswa dalam suatu diskusi umum, yang mendorong para siswa mendefinisikan

karakteristik-karakteristik khas kota imajiner ini. Suruhlah mereka mencantumkan informasi-informasi

berikut ini:

1. Letak geografis dan pengaruhnya.

2. Perusahaan-perusahaan bisnis dan industri penting yang ada di Dorado .

3. Perusahaan-perusahaan bisnis dan industri yang penting di sekeliling kota yang akan

mendapat keuntungan dari transportasi kereta api.

4. Jumlah penduduk aktual.

5. Proyeksi pertumbuhan.

6. Jenis angkatan kerja yang tersedia untuk pekerjaan baru yang akan tercipta.

Kemudian suruhlah para siswa memilih dan meneliti peran mereka, menyelenggarakan

perdebatan, dan melakukan pemungutan suara mengenai isu tersebut.

RANGKUMAN

Ilmu ekonomi menyangkut utamanya upaya manusia memuaskan keinginan-keinginannya yang

tidak terbatas dengan sumber-sumber daya yang terbatas. Konsep kunci dalam disiplin ini adalah

kelangkaan; salah satu prinsip utamanya adalah bahwa tidak tersedia cukup sumber-sumber daya

untuk memuaskan semua keinginan kita. Produksi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa juga

menjadi perhatian utama disiplin ini. Dalam kajian mereka tentang kelangkaan, para ekonom berusaha

menentukan cara dengan mana masyarakat memecahkan tiga masalah dasar perekonomian: Barang

dan jasa apakah yang harus diproduksi dan berapa jumlahnya? Bagaimanakah cara memproduksi barang

dan jasa itu? Dan untuk siapakah barang dan jasa itu diproduksi?

Metoda riset utama dalam ilmu ekonomi adalah eksperimen intelektual. Dalam penggunaan

strategi ini, para ekonom mengasumsikan bahwa semua variabel konstan kecuali variabel yang sedang

diteliti pengaruhnya. Konsep-konsep ekonomi lebih seksama ketimbang konsep-konsep yang ada dalam

ilmu-ilmu sosial yang lain. Bukan hanya ada kesepahaman yang lebih tinggi mengenai konsep-konsep

kunci dalam ilmu ekonomi, bahkan definisi konsep-konsep ilmu ekonomi juga lebih baku. Hal ini

memudahkan pekerjaan para perancang kurikulum ketika mereka mengidentifikasi konsep-konsep ilmu

ekonomi yang akan dimasukkan dalam kurikulum mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Selanjutnya, riset

ekonomi cenderung lebih obyektif ketimbang riset ilmu-ilmu sosial lainnya karena kebanyakan data-data

ekonomi bersifat kuantitatif. Teknik-teknik statistik tingkat tinggi sering digunakan untuk menganalisis

data-data dalam disiplin ini. Ada dua pendekatan utama dalam disiplin ini, yakni analisis ekonomi dan

ilmu ekonomi kebijakan. Tujuan analisis ekonomi adalah mengembangkan generalisasi empiris dan teori

empiris. Tujuan ilmu ekonomi kebijakan adalah memanfaatkan generalisasi dan teori empiris untuk

memecahkan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat. Meskipun para ekonom umumnya

sependapat tentang generalisasi empiris mereka, namun mereka sering merekomendasikan kebijakan

yang bertentangan dalam tataran kebijakan, karena mereka menganut nilai-nilai dna pandangan yang

berbeda mengenai sasaran ekonomi yang tepat bagi sebuah masyarakat.

Akibat sifat kompleks masyarakat, sekolah sangat perlu membantu siswa mengembangkan

kefasihan dan pemahaman tentang ekonomi. Hampir semua persoalan sosial, yang begitu luas dalam

masyarakat kita, memiliki aspek ekonomi. Para siswa kelak akan mampu membuat keputusan-

keputusan yang lebih cerdas mengenai kandidat politik, referendum, dan proposal-proposal ekonomi

apabila mereka memahami prinsip-prinsip umum sistem perekonomian kita.

Anak-anak harus memiliki pengalaman ketika masih duduk di kelas yang paling dini,

yang akan membantu mereka memperoleh pemahaman tentang ilmu ekonomi. Semua topik

yang biasanya tercakup dalam kajian-kajian sosial dapat dipandang dari perspektif ekonomi

karena ilmu ekonomi tidak terdiri atas materi yang spesifik melainkan merupakan cara pandang

yang unik tentang tingkah laku manusia. Konsep-konsep dan generalisasi ekonomi juga dapat

membantu anak-anak memahami lebih jelas berbagai pengalaman yang mereka jumpai dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Ilmu ekonomi membantu anak-anak menerima kenyataan

bahwa kelangkaan adalah sebuah masalah di Amerika Serikat maupun di dunia ini, dan bahwa

percepatan kemakmuran bangsa kita tidak mungkin terus-menerus berlanjut

BAB 13

PENILAIAN, MODEL PENYELIDIKAN DAN STRATEGINYA

KOMPONEN NILAI ATAS KEPUTUSAN

Seperti yang telah kita ditekankan sepanjang buku ini, tujuan utama dari program studi sosial

harus untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan

rasional, sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah individu dan membentuk kebijakan

publik dengan efektif berpartisipasi dalam aksi sosial. Untuk membuat keputusan cerdas, aktor

sosial harus memiliki pengetahuan. Bagian 2 dan 3 dari buku ini dieksplorasi sifat pengetahuan

sosial dan menyarankan strategi untuk membantu anak-anak berasal konsep dan generalisasi.

Sementara pengetahuan merupakan komponen penting dari proses pengambilan keputusan,

tidak cukup. Untuk membuat keputusan yang rasional, aktor sosial juga harus mengidentifikasi

dan mengklarifikasi nilai-nilai nya, dan menghubungkannya dengan pengetahuan bahwa ia

telah diturunkan. Komponen penilaian adalah bagian yang sangat penting dari proses

pengambilan keputusan, karena nilai-nilai yang sering menentukan apa pengetahuan individu

akan menerima atau menolak. Nilai kebingungan sering hasil dalam aksi sosial yang

bertentangan dan aneh.

SIFAT DARI NILAI

Definisi standar nilai tidak ada baik dalam ilmu-ilmu sosial atau filsafat. Namun, sejumlah

penulis telah memberikan definisi konsep yang cukup untuk tujuan kita. Diskusi kami

didasarkan pada Keyakinan, Sikap dan Nilai oleh Mato, Rokeach. Rokeach mendefinisikan nilai

sebagai 1 Nilai "jenis keyakinan, pusat yang terletak di dalam sistem kepercayaan keseluruhan

seseorang, tentang bagaimana orang harus atau seharusnya tidak berperilaku, atau sekitar

sehingga 'dasi keadaan-akhir eksistensi layak atau tidak layak mencapai.", Tidak seperti sikap

dan kepercayaan lain, tidak berhubungan dengan hal-hal tertentu, orang, atau kelompok, tetapi

sangat umum dan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu kelas besar benda-benda

atau orang. Sebuah nilai juga merupakan standar untuk menentukan apakah sesuatu itu baik

atau buruk, dan untuk menilai perilaku sendiri dan perilaku orang lain "-... Orang belajar nilai-

nilai mereka, karena mereka melakukan sebagian kepercayaan lain dan sikap, dari orang di

lingkungan sosial mereka;. nilai yang paling tidak merenung dan independen berasal Asal sosial

account nilai untuk fakta bahwa orang-orang dalam budaya yang sama, sistem sosial, atau

pekerjaan cenderung memiliki nilai yang sama dan keyakinan. Jadi sifat dari suatu sistem sosial

atau budaya membatasi jumlah alternatif nilai untuk individu.

Pada dasarnya ada dua jenis nilai: nilai-nilai instrumental dan akar Root nilai terminal; mereka

adalah negara utama bahwa seseorang berharap untuk mencapai nilai-nilai instrumental

memimpin untuk realisasi atau pencapaian nilai-nilai akar Dengan kata lain, nilai-nilai

instrumental adalah... sarana untuk akhir - nilai akar. Bagi kebanyakan orang, uang adalah

instrumental daripada nilai akar. Kebanyakan orang nilai uang karena membantu mereka

mencapai tingkat yang lebih tinggi nilai-nilai, seperti kebahagiaan dan status. Karena t) Nere

berbagai jenis dan tingkat nilai-nilai, mereka dapat peringkat-memerintahkan ke dalam

hubungan hierazChical. Dalam contoh kita, menghormati dan otoritas memiliki uang lebih tinggi

dari peringkat-order. Rokeach juga membuat perbedaan antara sikap dan nilai-nilai yang

berbeda meminjamkan dalam hal jumlah. Menurut analisis Rokeach, sistem kepercayaan

sebuah al indivith terdiri dari "ribuan ... sikap terhadap objek tertentu dan situasi, tetapi hanya

beberapa lusin nilai-nilai instrumental dan mungkin hanya 2" beberapa genggam nilai terminal

"3.

MASALAH NILAI DALAM MASYARAKAT AMERIKA

Dalam Bab 1, kita terakhir beberapa masalah individu dan sosial dalam masyarakat Amerika dan

berpendapat bahwa mereka menghasilkan terutama dari ketidakmampuan kita untuk

menyelesaikan konflik-konflik nilai yang menonjol dari waktu kita. Kejahatan yang tinggi,

perceraian, dan tingkat bunuh diri, meluasnya penggunaan obat-obatan terlarang, dan banyak

skandal politik jelas menerangi besarnya besar dari masalah pribadi dan sosial yang dihadapi

Amerika di abad ini. Penulis sastra, seperti George Orwell dan Aldous Huxley, dan komentator

sosial, seperti Erich Fromm dan Jules Henry, telah menggambarkan krisis nilai dalam

masyarakat Amerika dalam bahasa yang agak menakutkan. Banyak pendidik ilmu sosial juga

berkomentar pada masalah nilai kita. Berburu dan Metcalf menulis, "Nilai konflik sangat banyak

dan merusak Dan kebingungan adalah begitu besar bahwa banyak orang tampaknya tidak

memiliki nilai sama sekali, atau mendukung nilai-nilai yang bertentangan begitu banyak

sehingga mereka menyerupai umum yang akan naik kuda di segala arah. sekaligus. "

Nilai-nilai yang bertentangan yang ditemukan di dalam individu maupun di dalam masyarakat

yang lebih luas. Baik kebebasan dan kesetaraan adalah bagian dari Kredo Amerika, namun

dalam prakteknya nilai-nilai ini seringkali bertentangan. Sebagai contoh, seorang tuan tanah

yang merasa bahwa ia memiliki kebebasan untuk disewakan kepada siapa ia dapat

menyenangkan diskriminasi terhadap anggota dari kelompok minoritas etnis dan dengan

demikian menyangkal mereka kesetaraan. Kebanyakan orang Amerika nilai ekonomi pasar

bebas, namun sering mengharapkan pemerintah federal untuk campur tangan dalam

perekonomian ketika tertinggal.

Masalah nilai yang dihadapi oleh remaja kita sangat akut. Mungkin lebih dari kelompok

sebelumnya lain dalam sejarah bangsa kita, mereka dihadapkan dengan jumlah tak terbatas

alternatif nilai dari mana mereka harus memilih, banyak yang bertentangan. Media massa dan

mobilitas luar biasa dalam masyarakat kita mengekspos masa muda kita untuk berbagai macam

gaya hidup dan sistem kepercayaan. Masalah mereka rumit oleh fakta bahwa mereka

diharapkan untuk bergerak dari kecil hingga dewasa dalam rentang waktu singkat, dan karena

itu untuk hidup dengan dua set yang berbeda standar.

Standar dewasa dimana mereka diharapkan untuk hidup sering dilanggar oleh orang-orang

dewasa yang mencoba untuk menegakkan mereka. Standar beragam dan saling bertentangan

dalam masyarakat Amerika membuatnya sangat sulit bagi orang muda untuk membuat pilihan

cerdas ketika mereka dihadapkan dengan nilai dan masalah keputusan. Dalam masyarakat yang

belum melek huruf dan di Amerika awal, pilihan moral jauh lebih sedikit membingungkan,

karena alternatif yang tersedia lebih sedikit meskipun orang dewasa mungkin tidak konsisten

maka seperti sekarang. Kami menolak gagasan bahwa orang dewasa saat ini lebih korup dari

moral / rekan-rekan mereka di abad-abad lalu. Jika mereka menikmati kejahatan yang lebih, itu

terutama karena sekarang lebih mudah tersedia. Sejarah mendukung anggapan bahwa nenek

moyang kita sangat keliru.

NILAI PENDIDIKAN DALAM SEKOLAH

Karena 'masalah sosial dan individu dalam masyarakat kita yang berakar dalam kebingungan

nilai, sekolah harus memainkan peran dalam membantu anak-anak lirge untuk mengidentifikasi

dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka, dan dalam membuat pilihan nilai intelligeutly. Sementara

sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu anak-anak membuat pilihan

moral rasional, ada banyak bukti bahwa pendidik sebagian besar gagal untuk membantu siswa

untuk menangani isu-isu moral cerdas

Beberapa guru mengobati masalah nilai seperti orang tak terlihat, yaitu, mereka menyangkal

keberadaan mereka. Mereka menganggap bahwa jika para siswa mendapatkan semua "fakta"

lurus, mereka dapat menyelesaikan masalah sosial. Guru tersebut dapat dikatakan praktek

kultus objektivitas palsu. Guru lain menggunakan strategi penghindaran: Ketika masalah nilai

muncul dalam kelas, mereka mencoba mengubah topik pembicaraan ke topik yang lebih aman.

Seorang guru yang kelas "mempelajari Selatan" selama empat bulan ditanya bagaimana dia

menangani masalah ras. Dia berkomentar, "Anda tahu, itu tidak pernah muncul." 5 Ketika isu-

isu seperti hubungan ras, hukum-- aborsi terwujud, dan "pembebasan gay" muncul dalam

diskusi kelas, mereka dengan cepat dan tegas ditolak oleh guru yang menggunakan

penghindaran tersebut strategi.

Mungkin pendekatan yang paling sering digunakan untuk pendidikan nilai di sekolah SD dan

SMP adalah indoktrinasi nilai-nilai yang dianggap "Benar" oleh orang dewasa. Guru yang

menggunakan metode ini mengasumsikan bahwa orang dewasa tahu apa yang "benar" nilai

untuk semua waktu dan untuk anak-anak dari semua kelompok budaya. Nilai-nilai seperti

keadilan, kebenaran, kebebasan, kejujuran, kesetaraan, dan cinta diajarkan dengan pahlawan

legendaris, cerita, ritual, dan lagu-lagu patriotik. Satu seri menilai telah sebagai tujuan utama

pengajaran dari delapan nilai-nilai tertentu: kasih sayang, hormat, kesejahteraan, kekayaan,

kekuasaan, kejujuran, keterampilan, dan pencerahan.? Seri ini terdiri dari sejumlah buku cerita

dan gambar yang dirancang untuk menanamkan / nilai-nilai ini.

Meskipun nilai-nilai ini tidak disfungsional dalam masyarakat modern (ini bukan titik),

pendekatan terhadap pendidikan nilai tidak sehat karena beberapa alasan. Di tempat pertama,

diasumsikan bahwa hasil nilai yang paling confli'ts dan masalah karena anak-anak tidak mampu

membedakan "baik" dari "buruk" nilai-nilai. 3 Namun, hal ini tidak terjadi. Anak-anak dapat

lebih mudah membedakan yang baik dari hasil paling buruk. Masalah nilai karena siswa sering

harus memilih antara dua nilai yang baik. Sebagai contoh, jika seorang teman anak bertanya

pendapatnya tentang gambar yang sangat miskin, ia harus memutuskan apakah akan jujur atau

sopan. Untuk menjadi jujur akan menyakiti perasaan temannya, dan karena itu ia akan tidak

sopan. Ketika guru menggunakan metode didaktis untuk mengajar anak-anak bertentangan

namun sama-sama "baik" nilai-nilai, konflik semakin diintensifkan ketika siswa harus memilih

antara dua alternatif yang baik.

Penanaman nilai-nilai didaktik juga menyangkal pilihan siswa bebas dan tidak membantu

mereka untuk mengembangkan metode untuk menurunkan dan memperjelas nilai-nilai mereka

sendiri Setiap generasi harus memiliki hak untuk menentukan nilai-nilainya sendiri.. Anak-anak

harus diajarkan suatu proses dimana mereka dapat memperoleh mereka nilai-nilai sendiri,

karena kita tidak memiliki cara yang dapat diandalkan untuk memprediksi nilai-nilai bahwa

seorang anak akan menemukan fungsional di dunia masa depan. Raths, Harmin, dan Simon

menulis:

Karena hidup adalah berbeda melalui ruang dan waktu, kita tidak bisa yakin apa

pengalaman setiap orang akan memiliki. Oleh karena itu kami tidak bisa memastikan

apa nilai, apa gaya hidup, akan paling cocok untuk setiap orang. Vie lakukan,

bagaimanapun, memiliki beberapa ide tentang apa proses mungkin paling efektif, `atau

memperoleh nilai. Ide-ide ini tumbuh dari asumsi bahwa apa pun yang satu

memperoleh nilai-nilai harus bekerja seefektif mungkin untuk berhubungan satu untuk

dunianya dengan cara yang memuaskan dan cerdas,

Strategi didaktik juga tidak sehat karena tidak ada kesepakatan umum di antara orang dewasa

tentang nilai-nilai apa yang harus ditanamkan. Dan nilai-nilai yang sama diinterpretasikan

berbeda oleh berbagai individu dan kelompok. Tujuan erse di 'dan makna telah diusulkan oleh

berbagai penulis edu moral,: asi. Catatan Chesler, "Masalah dengan ajaran kebenaran abadi

adalah bahwa (1) setiap orang tidak setuju tentang apa yang mereka atau apa yang mereka

maksudkan, kecuali bila dinyatakan pada tingkat yang sangat umum; (2) setiap orang

menempatkan prioritas yang berbeda pada nilai-nilai relatif mereka, dan (3 ) kebenaran ini

mungkin tidak relevan dengan cara orang dan kelompok benar-benar berperilaku "'".

Berburu dan Metcalf komentar pada keterbatasan pendekatan didaktis untuk pendidikan

moral: "Praktek indoctrinative moralisme menyebabkan kemunafikan pada orang dewasa dan

sinisme di masa muda, sebagai mantan mengajarkan nilai-nilai yang terakhir bahwa orang

dewasa tidak lagi praktek kecuali dalam samar-hati cara. Sebuah jalan keluar bagi masyarakat

akan mengajarkan remaja yang bagaimana memeriksa reflektif konflik nilai yang mencirikan

masyarakat. Kami merasa ngeri pada melakukan ini, karena kita takut bahwa banyak institusi

kami tidak akan bertahan pemeriksaan semacam ini. "'

Strategi didaktik dalam pendidikan nilai juga tidak valid karena kita tidak dapat mengharapkan

standar untuk memandu kehidupan seseorang kecuali standar tersebut telah bebas dipilih dari

alternatif, suatu pertimbangan mendalam setelah konsekuensi dari alternatif. Para indi "idual

juga harus bangga dengan standar yang memandu perilaku-nya." Jika guru, dan orang dewasa

lainnya berlaku nilai-nilai pada siswa, para siswa tidak akan hadiah nilai, dan standar memaksa

akan memiliki sedikit pengaruh pada perilaku mereka ketika mereka keluar dari keberadaan

otoritas.

Michael Scriven berpendapat bahwa itu adalah tidak bermoral bagi para guru dan orang

dewasa lainnya untuk kekuatan nilai-nilai budaya kita di masa muda kita "3. Ia menyarankan

bahwa nilai-nilai tersebut tidak mungkin senilai lewat, dan bahwa siswa harus diajarkan cara

untuk memutuskan sendiri nilai-nilai. Budaya yang lebih luas melakukan pekerjaan yang sangat

baik dari mengindoktrinasi nilai-nilai, sekolah, berpendapat Scriven, harus mengajarkan

perlawanan kepada mereka. Scriven menyatakan bahwa setiap generasi harus membentuk

lembaga-lembaga sosial dan politik, dan bahwa kita harus membuka kemungkinan untuk

revolusi nilai-nilai dan institusi. Kami telah melakukan seni efektivitas pekerjaan menghilangkan

alternatif. Kami menerima semangat argumen Scriven, dan percaya bahwa tujuan penyelidikan

nilai, seperti tujuan penyelidikan sosial, harus untuk membantu anak-anak untuk merenung

memperoleh nilai-nilai mereka sendiri, dan bahwa kita tidak perlu memaksakan nilai-nilai kita

pada mereka. The ar. proach kami sarankan tidak berasumsi bahwa guru harus netral atau tidak

memiliki nilai, melainkan mensyaratkan bahwa nilai guru di atas semua anak yang lain

memberikan kesempatan untuk mengembangkan keyakinan mereka sendiri dan belajar untuk

menerima konsekuensi dari keputusan mereka. Permintaan reflektif dapat berkontribusi besar

untuk klarifikasi nilai dan konsisten, aksi sosial tujuan.

Penggunaan refleksi dapat sangat mempengaruhi kualitas struktur nilai kita. Secara

khusus, dapat membantu kita memahami lebih baik apa nilai-nilai kita. Hal ini dapat

membantu kita memperjelas tujuan kita dalam pikiran kita sendiri. Hasilnya akan

konsistensi yang lebih besar dalam nilai dan kemampuan yang lebih besar untuk

menerapkan nilai-nilai abstrak dalam situasi konkret. Banyak kebingungan dan

ketidakpastian saat ini tentang nilai-nilai mungkin akan terhapus dengan penanaman

yang lebih luas dari kemampuan untuk menilai nilai-nilai dalam hal konsekuensi. "

Penilaian : Mode Penelitian dan Pendekatan

Telah ditegaskan bahwa para guru harus membantu siswa untuk mengembangkan sebuah

metode atau proses untuk mengklarifikasi dan memberikan penilaian pada nilai-nilai mereka

daripada mengajari mereka dengan nilai yang sudah baku. Ini adalah satu-satunya pendekatan

yang dapat memberi nilai dalam pendidikan karena konsisten dalam hal filosofi demokrasi dan

filosofi pendidikan. Ketika tidak ada model penelitian berdasarkan nilai yang sudah baku

dengan filosofi dan ilmu sosial, beberapa model telah diciptakan sebagai alternatif model.

Walaupun model-model ini tidak seperti yang akan dibahas, namun model-model ini sudah

mencakup komponen pemberian nilai dan pembuatan keputusan. Siswa dapat diberikan latihan

dalam menganalisis dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka walaupun pada waktu yang sama

mereka tidak dituntut untuk membuat keputusan publik atau pribadi.

Model Pembuatan Keputusan Asosiasi Kolombia

Salah satu model pembuatan keputusan yang sering dibicarakan dan sudah memiliki komponen

penilaian adalah model yang dikembangkan oleh Asosiasi Kolombia dalam hal filosofi. Model ini

mengasumsikan bahwa nilai sosial dan isu sosial dapat dicari solusinya hanya jika masing-

masing kelompok dapat mengidentifikasi nilai akar dimana konsensus dapat terlaksana. Ketika

kelompok sudah mencapai kesepakatan bersama atau penilaian yang lebih tinggi, nilai-nilai

yang berada dalam konflik dapat diperhitungkan dalam kerangka mereka dapat secara

konsisten memperhitungkan konsekuensi yang mungkin terjadi pada nilai yang lebih tinggi.

Setelah nilai tingkat ketiga atau lebih tinggi disepakati oleh kelompok, metode penyelidikan

ilmiah dapat digunakan untuk menentukan tindakan atau nilai instrumental yang akan

menghasilkan kemungkinan besar dalam realisasi nilai pada tingkat yang lebih tinggi dan dapat

diterima oleh semua anggota kelompok. Model Asosiasi Kolombia menunjukkan bahwa

kelompok akan dapat setuju pada beberapa nilai tingkat yang lebih tinggi seperti keadilan dan

bahwa mereka dapat menentukan tindakan (hukuman mati atau penjara seumur hidup) guna

menghasilkan keadilan. Donald Oliver, James P Shaver, dan Fred Newmann juga telah

mengembangkan model pembuatan keputusan yang mengasumsikan bahwa individu-individu

dapat menyetujui nilai mendasar yang ada dalam lingkungan sosial.

Sebuah kelompok mungkin tidak bisa menyetujui nilai ketiga, dan bila hal itu terjadi, kelompok

tersebut mungkin tidak akan menyetujui tindakan apa yang akan dilakukan setelahnya,

walaupun penelitian sosial dapat membantu mendiskusikan dan memprediksi konsekuensi dari

pelaksanaan tindakan dan alternatifnya. Massials dan Cox telah merumuskan model

pembuatan keputusan asosiasi Kolombia dengan sebuah contoh.

Perumusan Model Pembuatan Keputusan Asosiasi Kolombia yang Dirumuskan Oleh

Massials dan Cox

MEMUTUSKAN PENILAIAN PADA NILAI

1. Nilai apa yang digunakan dalam rangka memutuskan pekerjaan orang-orang

Amerika Serikat?

Memberikan pertimbangan nilai :

Orang kulit putih, khususnya Kristen putih, harus diberi pekerjaan yang lebih

terampil, posisi otoritas eksekutif dalam bisnis, kantor dengan pemerintahan

tingkat tinggi, dan posisi profesional.

2. Apa yang menentang pertimbangan nilai juga dibuat oleh banyak orang di

Amerika Serikat yang jelas bertentangan dengan pertimbangan nilai yang

diberikan di atas?

3. Jika penilaian yang diberikan adalah bertindak atas Amerika Serikat, apa

konsekuensi yang diperkirakan dalam hal praktek-praktek dan kebijakan yang

akan diberlakukan? Konsekuensi faktual apa yang akan diharapkan terjadi jika

pertimbangan nilai yang diberikan ditindaklanjuti?

4. Dapatkah Anda menawarkan bukti bahwa setiap dari prediksi di atas untuk

pertimbangan nilai yang diberikan akan benar-benar terjadi?

5. Jika pertimbangan nilai lawan yang ditindaklanjuti di Amerika Serikat, apa

konsekuensi-konsekuensi yang diperkirakan dalam hal praktek-praktek dan

Perumusan Model Pembuatan Keputusan Asosiasi Kolombia yang Dirumuskan Oleh

Massials dan Cox

kebijakan yang akan diberlakukan? Konsekuensi faktual apa yang akan

diharapkan terjadi jika pertimbangan nilai lawan yang ditindaklanjuti?

6. Dapatkah Anda menawarkan bukti bahwa setiap dari prediksi di atas untuk

pertimbangan nilai lawan akan benar-benar terjadi?

7. Nilai apa yang akan Anda usulkan sebagai alternatif dan sesuai digunakan untuk

menilai antara yang diberikan dan menentang nilai-nilai?

8. Manakah dari penilaian nilai, yang diberikan atau menentang, tampaknya lebih

jelas berperan penting dalam pencapaian nilai ketiga yang relatif tidak

kontroversial?

9. Dalam sebuah pernyataan singkat, dukung pilihan Anda baik untuk nilai yang

diberikan atau yang menentang, dengan memberikan alasan untuk memilih satu

dan menolak yang lain.

10. Singkatnya, dengan asumsi Anda telah membuktikan kasus Anda, hubungan

antara penilaian yang berlawanan telah diberi nilai ketiga yang kontroversial

dalam rumus berikut:

"Jika (baik yang diberikan nilai penghakiman ATAU lawannya itu? Nilai

penghakiman-TIDAK KEDUANYA), maka (nilai ketiga kontroversial) akan dicapai? "

Sumber: Byron G. Massials dan C. Benjamin Cox

Model Raup dan Asosiasi

Sebuah model terkait telah dirancang oleh Raup dan rekan-rekannya. Dalam model ini, validitas

pernyataan nilai ditetapkan oleh konsensus kelompok. Kelompok akan mencapai konsensus

nilai bila kelompok ini melakukan interaksi dan diskusi. Model ini juga berdasarkan pada asumsi

bahwa ada akar dan nilai-nilai tingkat tinggi yang dapat mencapai kesepakatan kelompok. Nilai

dan kebijakan dianggap sah jika kelompok setuju bahwa penekanan pada model ini adalah pada

interaksi sosial. Massialas dan Cox menulis, "... Raup tampaknya menempatkan penekanan

berlebihan pada proses sosial-pribadi untuk proses yang merugikan proses intelektual. Karakter

dari peserta, hubungan antarkelompok, dan konsensus masyarakat tidak hanya penentu

validitas dan keandalan proposisi. Penerimaan teori tergantung juga pada kriteria logis dan

alami.”

Model Pengambilan Keputusan Hunt dan Metcalf

Hunt dan Metcalf telah merancang sebuah model pengajaran untuk klarifikasi nilai dan

kebijakan pembuatan keputusan. Model ini menekankan analisis konsep nilai dan

pertimbangan konsekuensi dari alternatif nilai. Menggunakan model ini, siswa mendefinisikan

konsep-konsep nilai, konsekuensi proyek, menilai mereka dengan menggunakan kriteria yang

ditetapkan, dan berusaha untuk membenarkan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi

konsekuensi.

Model Pembuatan Keputusan Hunt dan Metcalf’s

I Apa sifat dari objek, peristiwa, atau kebijakan yang akan dievaluasi? Pertanyaan

ini jelas menimbulkan tugas dalam analisis konsep. Jika siswa mencoba untuk

mengevaluasi negara kesejahteraan, mereka harus mendefinisikan obyek ini

setepat dan sejelas mungkin.

A. Bagaimana negara kesejahteraan harus didefinisikan? Dengan kriteria apa itu

harus didefinisikan?

B. Jika siswa tidak setuju atas kriteria, dan karenanya dalam definisi mereka

tentang negara kesejahteraan, bagaimana perbedaan pendapat ini harus

diperlakukan? Haruskah mereka setuju? Dapatkah mereka setuju untuk tidak

setuju? Apakah ada kriteria tentang negara kesejahteraan yang harus

didefinisikan? Atas dasar apa kita bisa memilih di antara set kriteria yang

berbeda?

Model Pembuatan Keputusan Hunt dan Metcalf’s

II Masalah konsekuensi

A. Apa konsekuensi yang dapat diharapkan atau diantisipasi dari kebijakan

tersebut? Apakah benar, karena beberapa telah mengklaim, bahwa

pertumbuhan negara kesejahteraan menghancurkan insentif individu?

Bagaimana satu hal mendapatkan bukti-bukti untuk menjawab pertanyaan

seperti ini?

B. Jika siswa tidak setuju dalam proyeksi mereka tentang konsekuensi,

bagaimana perbedaan ini harus diperlakukan? Bisakah mendapatkan bukti

yang menghasilkan kesepakatan? Apa perbedaan menjadi merupakan

ketidak sepakatan atas kriteria dan perselisihan atas bukti-bukti?

III Penilaian konsekuensi

A. Apakah konsekuensi yang diproyeksikan diinginkan atau tidak?

B. Dengan kriteria apa konsekuensi kembali dinilai? Bagaimana kriteria yang

berbeda dapat mempengaruhi seseorang?

IV Pembenaran kriteria

A. Dapatkah kriteria untuk konsekuensi dibenarkan? Bagaimana?

B. Jika siswa tidak setuju pada kriteria, dan karena itu dalam penilaian mereka

tentang konsekuensi, bagaimana perbedaan ini dapat diobati? Apa

hubungan seharusnya ada antara kriteria seseorang dan filosofi dasar hidup

seseorang?

C. Apakah siswa konsisten dalam penggunaan kriteria?

Sumber : Maurice P. Hunt dan Alwrence E. Metcalf

Model Penilaian Kurikulum Taba

Kurikulum ini juga memiliki komponen penilaian, yang bukan merupakan elemen dari sebuah

paradigma pengambilan keputusan. Namun, tujuan dari menilai model kurikulum ini tidak

terbuka seperti yang model-model yang didiskusikan terdahulu. Taba memiliki nilai tertentu

dalam pikiran bahwa ia ingin menanamkan pada siswa, seperti "kemampuan untuk

mengidentifikasi orang-orang dalam budaya yang berbeda," "keamanan sendiri," "keterbukaan

pemikiran," "penerimaan perubahan," "toleransi untuk ketidakpastian dan ambiguitas" dan

"tanggap terhadap nilai-nilai demokrasi dan manusia ". Meskipun kurikulum ini memiliki tujuan

nilai tertentu, strategi-strategi yang digunakan di dalamnya membantu siswa untuk

mendapatkan nilai-nilai.

Strategi-strategi ini memberikan waktu bagi siswa untuk praktek dalam mengeksplorasi

perasaan mereka sendiri dan orang lain dan kelompok, dan menganalisis nilai-nilai yang

dipegang oleh orang termasuk diri mereka sendiri. Model ini pada dasarnya terdiri dari

serangkaian pertanyaan.

Model Penilaian Kurikulum Taba

Mengeksplorasi Perasaan

Siswa dipresentasikan dengan sebuah situasi yang melibatkan reaksi emosional

dalam bagian dari satu atau lebih orang. Strategi pengajaran adalah bertanya

mengenai pertanyaan-pertanyaan berikut :

Guru Siswa Guru Mengikuti

2

Apa yang terjadi? Mengungkapkan

kembali fakta-fakta

Melihat semua fakta yang

diungkapkan dan menyetujuinya.

Jika siswa membuat kesimpulan,

minta mereka untuk

menyimpannya dulu

Apa yang anda Membuat kesimpulan Menerima kesimpulan

Model Penilaian Kurikulum Taba

pikirkan...rasakan? mengenai perasaan

Apa yang anda

pikirkan sehingga

dia bisa merasa

seperti itu?

Menerangkan Cari klarifikasi, bila perlu

Siapa yang memiliki

ide berbeda tentang

apa yang dia

rasakan?

Buat kesimpulan

alternatif dan

keterangan

Cari variasi, bila perlu. Tanyakan

alasannya, bila perlu.

Bagaimana bisa

...(orang lain dalam

situasi) perasaan?

Ungkapkan

kesimpulan tentang

perasaan dari orang-

orang baru

Cari klarifikasi, bila perlu. Beri

dukungan pada siswa untuk

mempertimbangkan bagaimana

orang lain dapat merasakan

situasi ini.

2

Pernahkah anda

merasakan hal

seperti ini

sebelumnya?

Jabarkan kejadian

serupa yang terjadi

dalam kehidupannya

Pastikan deskripsi dari kejadian

Apa yang anda

rasakan?

Jabarkan

perasaannya. Ulangi

kembali emosi yang

pernah ada

Cari klarifikasi, bila perlu.

Sediakan dukungan, bila perlu.

Kenapa anda pikir

bisa merasakan hal

seperti ini?

Tawarkan penjelasan.

Upayakan agar ada

relasi antara

perasaannya dengan

Tanyakan pertanyaan tambahan,

bila perlu, untuk mendapatkan

stereotip atau penjelasan yang di

luar kebiasaan.

Model Penilaian Kurikulum Taba

kejadian yang diingat

kembali

1 Terkadang hanya beberapa pertanyaan saja yang ditanyakan. Guru harus menyediakan

pertanyaan lain jika siswa mampu menjawab secara spontan.

2 Pertanyaan-pertanyaan ini diulang dalam selang waktu tertentu dalam rangka untuk

menjaga variasi dan pengalaman individu.

3 Jika siswa menemukan kesulitan dalam memberikan tanggapan, anda sebaiknya

menanyakan : “jika hal ini terjadi padamu, kira-kira apa yang akan anda rasakan?” atau

“apakah hal seperti ini pernah terjadi pada seseorang yang anda kenal?” Hal lain yang

sangat berguna adalah guru menceritakan kejadian nyata yang terjadi pada dirinya.

Sumber : Alice Duvall, Mary C. Durkin, and Katharine C. Leffler.

Tabel 13.3 (Lanjutan)

GRAFIK V- PEMECAHAN MASALAH ANTAR PRIBADI (INTERPERSONAL)

Siswa diberikan suatu situasi persoalan dengan melibatkan konflik antar pribadi.

Guru SiswaGuru yang mengikuti jalannya

kegiatan

Apa yang terjadi? Atau

apa yang telah kamu

lakukan?

Menjelaskan peristiwa Memahami bahwa seluruh

peristiwa tersebut telah

direncanakan. Mencoba untuk

mengarahkan kesepakatan,

atau jika tidak memungkinkan,

mencoba mendapatkan

pernyataan persepsi yang

berbeda atas apa yang terjadi.

Menurutmu apa yang

seharusnya (seorang

protagonis) lakukan?

Mengapa?

Memberikan tanggapan Menerima tanggapan.

Meminta klarifikasi, jika

diperlukan

Menurutmu bagaimana

orang lain akan

bereaksi jika dia

melakukan itu?

Mengapa?

Membuat kesimpulan

dan menjelaskannya

Menerima. Meminta

klarifikasi, jika diperlukan

Pernahkan hal yang

serupa terjadi pada

dirimu?

Menghubungkan

peristiwa yang sama di

dalam kehidupannya

sendiri.

Berikan bantuan/dukungan,

jika diperlukan

Apa yang telah kamu

lakukan?

Menghubungkan

perilaku yang teringat

kembali

Meminta klarifikasi, jika

diperlukan

Saat kamu berpikir

kebelakang, apakah

menurutmu hal itu

merupakan hal yang

baik atau buruk untuk

dilakukan?

Menilai tindakan di masa

lalu

Mendorong siswa untuk

menilai perilakunya sendiri di

masa lalu. Guru mungkin harus

mencegah orang lain

mememasuki diskusi pada saat

momen ini berlangsung.

Mengapa kamu berpikir

demikian?

Menyatakan alasan Menerima alasan. Jika perlu,

mengajukan pertanyaan

tambahan untuk memperjelas

kriteria nilai yang siswa

gunakan dalam menilai

perilakunya.

Adakah sesuatu hal Menawarkan perilaku Menerima. Mengajukan

1

1

yang kamu lakukan

dengan cara yang

berbeda?

alternatif pertanyaan tambahan untuk

menguak dimana terdapatnya

inkonsistensi. Misal.,

“Bagaimana kesepakatan

terjadi dengan alasan yang

kamu berikan tadi?

1. Pertanyaan ini diulang secara berurutan untuk memperoleh berbagai tanggapan.

2. Jika siswa menghadapi kesulitan dalam menanggapi, anda mungkin menanyakan: “Jika

hal ini harus terjadi pada dirimu, menurutmu apa yang akan kamu rasakan? atau

“Pernahkah hal seperti ini telah terjadi pada seseorang yang kamu kenal?” Cara yang

berguna lainnya adalah guru menjelaskan peristiwa tersebut dalam kehidupannya

sendiri.

Tabel 13.3 (Lanjutan)

GRAFIK VI – ANALISIS NILAI

Siswa diminta untuk mengingat kembali perilaku tertentu dan diminta untuk membuat

kesimpulan mengenai nilai-nilai apa saja yang terlibat, dan bagaimana nilai-nilai itu berbeda

dari nilai-nilai orang lain yang terlibat dalam situasi serupa.1

Guru Siswa Guru yang mengikuti

jalannya kegiatan

Apa yang mereka

lakukan…(misal.,

merawat peralatan

mereka)?

Mendeskripsikan

perilaku

Memandang

pendeskripsian tersebut

lengkap dan akurat

Menurutmu apa yang

menjadi alasan mereka

dalam

melakukan/mengatakan

apa yang telah mereka

lakukan?

Menyatakan kesimpulan Menerima. Meminta

klarifikasi, jika diperlukan

Apa yang alasan ini

katakan padamu tentang

hal apa yang penting

bagi mereka?

Menyatakan kesimpulan

berkenaan dengan nilai-

nilai

Menyatakan kembali atau

mengajukan pertanyaan

tembahan untuk

memastikan bahwa fokus

perhatian tertuju pada nilai-

nilai

Jika kamu …(guru

menentukan situasi yang

sama yang secara

langsung berhubungan

dengan siswa, misal.,

“Jika kamu tidak sengaja

merobek selembar

kertas buku orang lain,”)

apa yang akan kamu

lakukan? Mengapa?

Menyatakan tindakan

apa yang akan dilakukan

dan memberikan

penjelasan

Menerima, juga meminta

klarifikasi.

Apakah ini menunjukan

tentang apa yang kamu

Menyatakan kesimpulan

tentang nilainya sendiri

Menerima, meminta

klarifikasi, jika diperlukan

2

3

pikir adalah hal penting?

Apa perbedaan yang

kamu lihat pada apa

yang orang-orang ini

pikir adalah hal penting?

Membuat perbandingan Memastikan bahwa seluruh

nilai yang diidentifikasi itu

dibandingkan

1. Terkadang semua pertanyaan tidak diajukan. Namun, pertanyaan tersebut

mengeksplorasi nilai siswa itu sendiri yang seharusnya tidak diabaikan.

2. Rangkaian pertanyaan ini diulang untuk tiap kelompok atau perseorangan yang nilai-

nilainya dianalisa. Tiap kelompok ditentukan oleh guru dan telah dipelajari sebelumnya.

3. Rangkaian pertanyaan ini diulang untuk memperoleh reaksi dari beberapa siswa.

Model Kontroversi Publik Oliver, Shaver dan Newmann

Oliver, Shaver, dan Newmann telah menyusun strategi penentu-kebijakan dan menilai yang

didasarkan pada asumsi bahwa kebanyakan masyarakat Amerika loyal pada nilai-nilai yang

terdapat dalam American Creed (Kredo bangsa Amerika), seperti “keadilan,” “kesetaraan,” dan

“martabat manusia.” Dalam pandangan mereka, kontroversi publik utamanya berasal dari nilai-

nilai yang bertentangan dalam Kredo bangsa Amerika dan bermacam-macam interpretasi atas

nilai-nilai ini. Beberapa nilai dalam Kredo ini lebih penting dari nilai yang lainnya; martabat

manusia adalah nilai bangsa Amerika yang paling dasar. Mereka mengemukakan metode

dimana kontroversi publik bisa diselesaikan lewat diskusi nasional.

Persoalan kebijakan: Haruskah Vere memvonis Billy untuk digantung?

Persoalan nilai moral Persoalan definisional Persoalan penjelasan fakta

Gambar. 13.1 Pendekatan Newmann pada analisis persoalan kebijakan

Newmann mengemukakan bahwa persoalan kebijakan melibatkan tiga komponen: (1)

persoalan nilai moral, (2) persoalan definisional, dan (3) persoalan penjelasan fakta. (Lihat

gambar 13.1) Dia mendiskusikan sejumlah strategi untuk mengklarifikasi pernyataan nilai.

Mereka (nilai-nilai) sah jika kita berasumsi bahwa peserta diskusi loyal pada nilai Kredo

Amerika. Strategi yang bisa mengatasi persoalan nilai termasuk memperjelas hubungan antara

nilai yang spesifik dan nilai pada tatanan yang lebih tinggi, menentukan konflik nilai yang

berasal dari inkonsistensi dalam posisi pribadi, dan berhadapan dengan kerangka nilai yang

bertentangan. Kriteria utama yang digunakan untuk mengevaluasi posisi nilai apakah mereka

konsisten dengan nilai dasar Kredo bangsa Amerika.

Sementara Oliver dan Shaver mengamati kesulitan dalam mengkonseptualisasi metode

mereka dalam hal model/bentuk karena tingkat kerumitannya sangat tinggi, mereka mencoba

untuk “merangkum operasi intelektual utama yang bisa dibuat eksplisit dalam analisis

kontroversi politik dan (2) untuk menempatkan operasi dalam beberapa urutan logis garis

besarnya.”

Rangkuman mereka antara lain:

1. Mengabstraksi Nilai Umum dari Situasi Konkrit

2. Menggunakan Konsep Nilai Umum sebagai Konsepsi Dimensional

3. Mengidentifikasi Konflik antara Konsepsi Nilai

4. Mengidentifikasi Kelas Situasi Nilai

5. Mencari atau Menciptakan Situasi Konflik Nilai yang Serupa dengan Permasalahan yang

sedang Dibahas

6. Bekerja ke arah Posisi Bersyarat Umum

7. Menguji Asumsi Faktual dibalik Posisi nilai yang Bersyarat

8. Menguji Relevansi Pernyataan

Pembaca harus menguji hasil penelitian untuk penjelasan penuh mengenai langkah-

langkah yang digambarkan dalam model diatas atau “rangkaian operasi,” saat peneliti ingin

menyebutya.

Model Klarifikasi Nilai Raths dan Rekan

Model klarifikasi nilai Raths, Harmin dan Simon adalah model yang terkenal diantara para

pendidik. Salah satu asumsi dasar peneliti adalah terlalu banyak siswa yang kesulitan karena

kebingungan nilai yang jelek, dimana sekolah harus mengajarkan siswa suatu metode yang

memperkenankan mereka untuk memperoleh nilai yang lengkap dan jelas. Mereka

mengusulkan bahwa yang memiliki nilai rendah seringkali apatis, tidak karuan, bimbang dan

inkonsisten. Raths dan rekan berhipotesa bahwa jika anak-anak diajarkan untuk memperoleh

nilai menggunakan proses yang mereka deskripsikan, “mereka akan berprilaku dalam cara yang

kurang apatis, bimbang, dan irasional dan dalam cara yang lebih positif, mantap, dan antusias.”

Model penilaian mereka tidak memiliki tujuan nilai tertentu; model ini sepenuhnya tak

terbatas. Peneliti percaya bahwa adalah tercela dan membahayakan untuk membebankan

seperangkat nilai pada siswa. Mengingat strategi penilaian yang dirumuskan oleh Oliver,

Shaver, dan Newmann utamanya menyangkut persoalan publik dan kontroversi, model Raths

dan rekan memiliki kaitan dengan nilai pribadi. Raths dan rekan menggambarkan tujuh operasi

yang mereka sebut suatu proses dalam menilai. Seseorang harus melalui tiap operasi sebelum

kita bisa mengatakan bahwa dia telah memperoleh suatu nilai. Proses tersebut adalah:

MEMILIH : 1. dengan bebas

2. dari cara alternatif

3. setelah pemikiran yang matang mengenai konsekuensi

dari tiap cara alternatif

MENGHARGAI : 4. menghargai, senang dengan pilihan

5. bersedia menegaskan pilihan di depan umum

BERTINDAK : 6. melakukan sesuatu dengan pilihan tersebut

7. secara berulang dalam beberapa pola kehidupan

Pendekatan Perkembangan kognitif Kohlberg pada Pendidikan Moral

Para pendidik ilmu sosial akhir-akhir ini telah mulai mengembangkan nilai pelajaran yang

didasarkan pada Pendekatan Perkembangan kognitif Lawrence Kohlberg pada Pendidikan

Moral. Sangat terinspirasi oleh teori perkembangan kognitif Piaget, Kohlberg telah

menyimpulkan bahwa kemampuan seseorang untuk berpikir secara moral berkembang secara

berurutan dalam rangkaian langkah atau tahapan yang pasti. Kohlberg dan koleganya telah

melakukan penelitian pada perkembangan moral pemuda di budaya yang berbeda. Penelitian

mereka menyatakan bahwa tahapan perkembangan moral yang telah mereka identifikasi

dialami oleh pemuda di semua budaya dan nilai dasar yang sama ditemukan di semua budaya

meskipun ekspresi dan bentuknya mungkin beragam.

Kohlberg telah memperkenalkan tiga tingkatan perkembangan moral: (1) prekonvensional, (2)

konvensional, dan (3) pascakonvensional. Ketiga tingkatan ini terdiri dari enam tahapan (lihat

tabel 13.4). Keenam tahapan tersebut merupakan sebuah hirarki; tiap tingkatan tertinggi

merupakan sebuah bentuk pemikiran moral yang lebih rumit dan lebih rasional. Pada tahapan 1

pemikiran moral sebagian besar dipengaruhi oleh keinginan untuk menghindari hukuman dan

rasa hormat pada kekuasaan dan wewenang. Tahapan ini sangat berlawanan dengan tahapan

6. Pada tahapan 6, pemikiran moral dipengaruhi oleh prinsip etis universal seperti keadilan,

kesetaraan dan kehidupan manusia.

Kohlberg dan koleganya menentukan sebuah tingkat pemikiran moral seseorang dengan

menganalisa tanggapan yang diberikan pada soal cerita yang menghadirkan dilema moral.

Subjek penelitian tersebut diminta untuk menyatakan tindakan apa yang seharusnya diambil

oleh karakter utama di dalam cerita dan memberikan alasan atas pilihan mereka. Dilema moral

dibawah ini menandakan jenis yang Kohlberg gunakan dalam penelitiannya dan para pendidik

yang mengembangkan strategi mengajar berdasarkan penggunaan teorinya (teori Kohlberg):

Obat tersebut tidak bekerja, dan tidak ada perawatan kedokteran lain yang bisa

menyelamatkan istri Heinz, sehingga dokter mengetahui bahwa dia hanya memiliki

kesempatan hidup hingga enam bulan kedepan. Dia sangat kesakitan, namun dia begitu

lemah dimana pereda-nyeri dengan dosis tinggi seperti ether atau morphine akan

membuatnya mati lebih cepat. Dia tersiksa dan hampir gila karena kesakitan, dan ketika

berada dalam keadaan yang tenang, dia akan meminta dokter agar memberinya ether

yang cukup untuk membunuhnya. Dia bilang dia tidak bisa menahan sakit dan dia akan

mati dalam beberapa bulan lagi.

Haruskan dokter melakukan apa yang dia minta dan memberinya obat yang akan

membuatnya mati?

Menurut Kohlberg, tanggapan seseorang pada dilema moral seperti di atas merupakan

indikator yang tepat atas pemikiran moralnya. Ada hubungan, namun bukan hubungan yang

langsung, antara kronologi usia dan tingkat perkembangan moral. Anak-anak yang masih sangat

muda cenderung berpikir pada tingkat yang lebih rendah. Saat seseorang tumbuh dewasa

mereka cenderung berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi. Namun, sebagian besar subjek

penelitian Kohlberg, dengan menghiraukan kronologi usia, tidak mampu berpikir melampaui

tahapan 4. Hanya sebagian kecil orang, pada setiap budaya, mampu berpikir pada tahapan 6.

Orientasi “hukum dan aturan,” atau tahapan 4, merupakan tahapan perkembangan yang paling

umum.

Tabel 13.4

Gambaran singkat keenam tahapan Kohlberg

I. Tingkat prekonvensional

Pada tingkat ini anak-anak tanggap pada aturan budaya dan label baik dan buruk, betul dan

salah, namun menafsirkan label ini baik dalam konsekuensi tindakan fisik atau tindakan

hedonistik (hukuman, penghargaan, dan saling membantu) atau dalam hal kekuasaan fisik

seseorang yang mengucapkan aturan dan label. Tingkatan ini terbagi kedalam dua tahapan

berikut:

Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan. Konsekuensi fisik dari suatu tindakan

menentukan kebaikan atau keburukan tanpa memperhatikan arti kemanusiaan atau nilai dari

konsekuensi ini. Penghindaran hukuman dan kepatuhan pada kekuasaan dinilai berdasarkan

penilaian mereka, bukan untuk menghargai aturan moral yang jelas yang didukung oleh

hukuman dan kekuasaan.

Tahap 2: Orientasi Instrument relativist. Tindakan yang benar terdiri dari hal-hal yang secara

instrumental memuaskan kebutuhan pribadi dan terkadang kebutuhan orang lain. Hubungan

manusia dipandang seperti barang-barang di tempat perbelanjaan. Elemen kejujuran, timbal-

balik, dan berbagi rata hadir, namun mereka selalu ditafsirkan dalam cara pragmatik fisik.

Timbal-balik adalah sesuatu tentang “anda menggaruk punggung saya dan saya akan

menggaruk punggung anda,” bukan loyalitas, rasa syukur, atau keadilan.

II. Tingkat konvensional

Pada tingkatan ini, menjaga ekspektasi keluarga, masyarakat atau negara seseorang dianggap

sebagai hal yang berharga dalam penilaiannya sendiri, tanpa memperhatikan konsekuensi yang

akan dihadapi dan konsekuensi yang nyata. Sikap bukan hanya satu-satunya kesesuaian

terhadap ekspektasi pribadi dan tatanan sosial, namun loyalitas pada tatanan sosial tersebut,

secara aktif menjaga, mendukung, dan mempertahankan tatanan tersebut, dan

mengidentifikasi orang-orang atau kelompok yang terlibat di dalamnya. Pada tingkatan ini, ada

dua tahapan berikut:

Tahap 3: Orientasi kesesuaian antar pribadi atau “anak baik – gadis baik”. Perilaku baik

yang menyenangkan atau membantu orang lain dan disetujui oleh mereka. Ada banyak

kecocokan pada gambaran stereotip (pra-dugaan) mengenai apa itu perilaku mayoritas atau

“alami”. Perilaku seringkali dinilai oleh niatan – “dia bermaksud baik” menjadi penting untuk

suatu awalan. Seseorang memperoleh persetujuan dengan bersikap “manis”.

Tahap 4: Orientasi “hukum dan tatanan”. Ada orientasi terhadap kekuasaan, peraturan

yang ditetapkan dan pemeliharaan tatanan sosial. Perilaku yang tepat terdiri dari pelaksanaan

kewajiban, menunjukan rasa hormat pada kekuasaan, dan memelihara tatanan sosial yang ada

untuk kebaikan dirinya sendiri.

III. Tingkatan pascakonvensional, otonomi atau berprinsip

Pada tingkatan ini, ada usaha yang nyata untuk mendefinisikan nilai moral dan prinsip-prinsip

yang memiliki keabsahan dan penerapan yang terpisah dari kekuasaan kelompok atau

perseorangan yang memegang prinsip ini dan terpisah dari identifikasi atas kehendak sendiri

pada kelompok ini. Tingkatan ini pun memiliki dua tahapan:

Tahap 5: Orientasi menurut kontrak/perjanjian sosial, pada umumnya dengan implikasi yang

bermanfaat. Tindakan yang tepat cenderung didefinisikan dalam hal hak umum individu, dan

standar yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh masyarakat. Ada kesadaran

nyata terhadap nilai pribadi relativisme dan opini dan penekanan yang sesuai pada aturan

prosedural untuk menggapai kemufakatan. Terpisah dari apa yang disepakati secara konstitusi

dan secara demokrasi, hak merupakan persoalan “nilai” dan “opini” pribadi. Hasilnya adalah

suatu penekanan pada “sudut pandang yang sah,” namun dengan penekanan pada

kemungkinan perubahan hukum untuk pertimbangan rasional keperluan sosial. Di luar wilayah

yang sah, kesepakatan bebas dan kontrak adalah elemen obligasi yang mengikat. Ini adalah

moralitas “resmi” pemerintah dan konstitusi Amerika.

Tahap 6: Orientasi prinsip etis universal. Hak didefinisikan oleh keputusan kata hati yang

sesuai dengan prinsip etis pilihan sendiri yang berpengaruh pada kelengkapan logis,

universalitas, dan konsistensi. Prinsip ini bersifat abstrak dan etis (The Golden Rule/ Aturan

Emas, perintah mutlak); mereka bukanlah aturan moral konkrit layaknya Sepuluh Firman/Ten

Commandments. Intinya, ini adalah prinsip universal tentang keadilan, timbal-balik dan

kesetaraan hak asasi manusia, dan rasa hormat atas martabat kemanusiaan sebagai seorang

individu.

Kanak-kanak yang masih sangat muda cenderung dapat berpikir pada tingkatan yang

lebih rendah. Sejalan dengan bertambahnya usia individu-individu mereka cenderung

dapat berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi. Akan tetapi,, kebanyakan subyek-

subyek dari Kohlberg, tanpa memperdulikan usia-usia kronologisnya, mereka tidak

sanggup berpikir diluar tahap 4. Hanya sedikit orang dalam setiap kebudayaan apapun

yang sanggup berpikir pada tahap 6. “orientasi hukum-dan-tatatertib”, atau tahap 4,

merupakan tahap perkembangan yang paling umum.

Pengertian bahwa pendidikan moral haruslah didasarkan atas tingkat

perkembangan moral siswa dan bahwa siswa tak akan sanggup memahami tingkatan

pemikiran moral yang lebih dari satu tahap; yang lebih tinggi dari pemikiran mereka

sendiri merupakan inti dari teori Kohlberg. Suatu anggapan yang terkait adalah bahwa

instruksi dibawah tahap perkembangan moral siswa tak akan meningkatkan atau

merangsang perkembangan moralnya.

Anggapan dasar lainnya dari teori Kohlberg yaitu seorang individu haruslah

melewati tahap-tahap tersebut secara sekuen dan sembilan diantaranya dapat

diloncati. Akan tetapi, penelitian Kohlberg menunjukkan bahwa bila individu-individu

berpartisipasi dalam diskusi-diskusi dimana dilema-dilema moral yang nayat dibahas

(misalnya salah satu tersebut diatas) dan mereka diajukan pertanyaan-pertanyaan

yang menghendaki mereka agar dapat berpikir pada satu tahap diatas tahap

perkembangan moral mereka sendiri, maka perkembangan dan pertumbuhan moral

mereka dirangsang. Diskusi-diskusi dan dilema-dilema tersebut dapat membantu

individu-individu untuk melangkah ke tahap perkembangan moral yang lebih tinggi

berikutnya. Akan tetapi, penelitian Kohlberg menunjukkan bahwa individu-individu

tidak dapat dibantu untuk memahami pemikiran moral lebih dari satu tahap diatas

tahap perkembangan moral mereka sendiri.

Anggapan-anggapan Kohlberg tentang sifat-dasar perkembangan moral dan

idenya bahwa individu-individu dapat dirangsang untuk belajar tingkatan

perkembangan moral yang lebih tinggi menurut keyakinannya memperlihatkan bahwa

sasaran utama dari pendidikan moral tersebut hendaknya adalah untuk merangsang

siswa sedemikian rupa sehingga mereka bisa melangkah ke tahap perkembangan

moral yang lebih tinggi berikutnya”.Kohlberg dan Turiel menulis:

Dengan menganggap bahwa perkembangan moral memang sesungguhnya

melewati runtunan lazim tahap-tahap ini, pendekatan kami mendefinisikan

sasaran pendidikan moral tersebut sebagai perangsang tahap perkembangan

berikutnya ketimbang indoktrinasi kedalam konvensi-konvensi tetap dari

sekolah, gereja, atau negara. Memfasilitasi langkah anak ke tahap

perkembangan berikutnya melibatkan (1) eksposur/keterbukaan terhadap

tingkat pemikiran yang lebih tinggi berikutnya dan (2) pengalaman-pengalaman

konflik dalam tingkat pemikiran anak pada situasi-situasi problematik.

Kohlberg percaya bahwa guru bakal membantu siswa untuk “(1) memusatkan

perhatian pada konflik-konflik moral yang sesungguhnya; (2) berpikir tentang cara

berpikir yang digunakannya dalam memecahkan konflik-konflik tersebut; (3) melihat

hal-hal yang tidak sesuai dan tidak cakap dalam cara berpikirnya; dan (4) mencari cara-

cara memecahkan persoalan tentang hal-hal yang tidak sesuai dan tidak cakap

tersebut. Staf Pusat Kurikulum Sudi Sosial di Universitas Carnegie-Mellon, yang

dipimpin oleh Edwin Fenton, telah mengembangkan strategi-strategi kelas yang

didasarkan atas tahapan perkembangan moral dari Kohlberg. Format rencana

pelajaran yang dikembangkan oleh staf Carnegie tersebut terdiri dari tiga komponen

utama, yakni:

1. suatu dilema asli (suatu studi kasus yang melukiskan suatu dilema moral yang

dihadapi oleh individu),

2. dilema-dilema alternatif (digunakan jika dilema asli tersebut gagal

membangkitkanketidak sepakatan dan diskusi kelas), dan

3. pertanyaan-pertanyaan penyelidikan (untuk merangsang diskusi siswa dan analisis

nilai).

MODEL PENYELIDIKAN NILAI

Kita telah membahas sifat-dasar dari nilai-nilai, menyajikan dan mempertahankan

suatu posisi yang menyangkut pendidikan nilai yang menekankan pilihan yang reflektif,

penyelidikan dan yang sifatnya tak-memaksa, dan meninjau beberapa model

pengambilan-kebijakan yang mempunyai komponen-komponen penilai. Kita juga telah

meninjau pendekatan-pendekatan utama terhadap pendidikan nilai. Pendekatan-

pendekatan ini, sebagaimana dikonsep dan diringkas oleh Superka dkk., disajikan pada

Tabel 13.5. sekarang tepatlah untuk menyajikan sebuah model penilai yang sesuai

dengan teori pendidikan studi sosial dalam buku ini dan model penilai yang dapat

digunakan oleh guru ketika emngajarkan pelajaran-pelajaran nilai atau memberi siswa

praktek dalam proses pengambilan-keputusan.

Model penilai kami ini sesuai dengan posisi pendidikan nilai yang kami

pertahankan diatas. Ini merupakan sebuah model yang memungkinkan para siswa

untuk mengidentifikasikan sumber-sumber nilai mereka dan sumber-sumber dari

lainnya, menentukan bagaimana nilai-nilai itu bertentangan, mengidentifikasikan

alternatif-alternatif nilai, memprediksikan konsekuensi-konsekuensi dari nilai-nilai

alternatif tersebut, dan secara bebas memilih dari nilai-nilai yang dapat mereka

identifikasikan. Agar berhasil melaksanakan strategi penilai ini di kelas, maka guru

haruslah memiliki suatu komitmen yang kuat terhadap ketegasan bahwa para siswa

haruslah secara bebas memilih nilai-nilai mereka sendiri, bahkah walaupun mereka

bakal dibantu untuk menemukan konsekuensi-konsekuensi dari nilai-nilai yang

berbeda, sesuai dengan pilihan-pilihan nilai mereka, dan mau menerima konsekuensi-

konsekuensi tersebut dan bertindak menurut keyakinan-keyakinan mereka.

Hal 425

Gambar: Guru dapat mengawali suatu pelajaran penyelidikan-nilai yang efektif dengan

cara membacakan sebuah cerita yang open-ended bagi para siswa. (Sekolah Negeri

Seattke, Washington).

Guru hendaknya mendorong anak-anak untuk mengembangkan nilai-nilai mereka

sendiri, tetapi dia hendaknya menuntut konsistensi, dan mendorong para siswa untuk

menerima konsekuensi-konsekuensi dari nilai-nilai mereka sendiri. Seorang anak yang

mengklaim bahwa dia menilai persamaan hak tetapi yang tak-mau menerima gerakan-

gerakan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertindas untuk membebaskan diri

mereka dari tindasan sosial haruslah dibantu untuk melihat ketidakkonsistenan dari

keyakinan-keyakinannya. Seorang individu yang mempunyai keyakinan-keyakinan yang

tak-konsisten atau yang tak mau menerima konsekuensi-konsekuensi dari keyakinan-

keyakinan dan nilai-nilainya tersebut adalah irasional. Para siswa hendaknya tidak

diharapkan untuk berpikir secara moral diluar tahapan perkembangan moral mereka.

1. Mendefinisikan dan Mengakui Masalah-Masalah Nilai: Pengamatan –

Diskriminasi

Agar secara cerdas bercermin pada nilai-nilai dan memecahkan persoalan-persoalan,

maka siswa haruslah sanggup untuk mengakui komponen-komponen nilai dari

masalah-masalah keputusan dan untuk membedakan masalah-masalah definisi, nilai,

dan empiris. Untuk mengilustrasikan pentingnya mengakui komponen-komponen

permasalahan nilai tersebut, kita akan menggunakan suatu soal yang kita bahas pada

Bab 2. Dalam soal ini, seorang orangtua “militan” berkulit hitam yang ditentang untuk

membawa bis haruslah mengambil keputusan apakah dia akan mempunyai anak-

anaknya tetap berada di sekolah yang terpisah/terpencil dimana mereka sekarang

hadir atau memungkinkan mereka akan diangkut dengan bis ke sebuah sekolah

terpadu. Sebelum orangtua ini dapat

Peninjauan luas atau tipologi tentang proses pendidikan nilai

Contoh Materi

Pendekatan Tujuan Metoda Judul Pengembang

Inkulkasi Untuk meng-instill

atau menginternalisir

Pemodelan;

pengoatan positif

Human Values Blanchette

nilai-nilai tertentu

pada para siswa.

Untuk merubah nilai-

nilai dari para siswa

sehingga mereka

semakin dekat

mencerminkan nilai-

nilai tertentu yang

diinginkan

dan negatif;

mengejek;

mengomel;

memanipulasi

alternatif-alternatif;

menyediakan data

yang tak-lengkap

atau menyimpang;

permainan-

permainan dan

simulasi-simulasi;

memainkan peranan;

belajar menemukan

Series

Coronado Plan:

Teacher’s Guide

dkk., (1970)

Bensley

(1974)

Perkemban

gan moral

Untuk membantu para

siswa

mengembangkan pola-

pola berpikir moral

yang lebih kompleks

berdasarkan

sehimpunan nilai-nilai

yang lebi tinggi.

Untuk mendesak para

siswa mendiskusikan

alasan-alasan bagi

pilihan2 dan posisi-

posisi nilai mereka,

tidak semata-mata

Episode-episode

dilema moral dengan

diskusi kelompok-

kecil yang relatif

tersusun dan

argumentatif

First Things:

Values

“Teaching

Strategirs for

Moral

Dilemmas”

Kohlberg

dan

Selman

(1970)

Galbraith

dan Jones

(1975)

untuk saling-berbagi

dengan orang lain saja,

tetapi menumbuh

kembangkan

perubahan dalam

tahapan berpikir siswa

AnalisisUntuk membantu

siswa menggunakan

pemikiran logis dan

penyelidikan ilmiah

untuk menentukan

isu-isu dan

pertanyaan-

pertanyaan nilai.

Untuk membantu

siswa menggunakan

proses-proses analisis

yang rasional dalam

upaya saling-

mempertalikan dan

mengonsek nilai-nilai

mereka

Mengadakan diskusi

rasional tersusun

yang menuntut

penerapan cara-cara

berpikir serta bukti;

menguji prinsip-

prinsip; menganalisis

kasus-kasus;

perdebatan-

perdebatan;

penelitian

Publisc Issues

Series

Analysis of

Public Issues

Progam

Values

Education

Oliver dan

Newmann

(1967-1972)

Shaver dan

Larkins

(1973)

Metcalf

KlarifikasiUntuk membantu

siswa menyadari dan

mengenal nilai-nilai

mereka sendiri dan

nilai-nilai orang lain

Permainan-

permainan

memainkan peranan;

simulasi-simulasi;

latihan-latihan

analisis sendiri yang

Decisions and

Outcomes

Values and

Teaching

Values

Clarification

Gelatt dkk

(1973)

Maths dkk

(1966)

Simons dkk

Untuk membantu

siswa berkomunikasi

secara terbuka dan

jujur dengan orang

lain tentang nilai-nilai

mereka.

Untuk membantu

siswa menggunakan

baik pemikiran yang

rasional maupun

kesadaran emosional

untuk menyelidiki

perasaan-perasaan,

nilai-nilai, dan pola-

pola perilaku pribadi

mereka

mendalam; aktivitas-

aktivitas kepekaan;

aktivitas-aktivitas

diluar kelas; diskusi

kelompok kecil

Values in Action

Scholstic

Contract Series

A Probe into

Values

(1972)

Shaftel dan

Shaftel

(1970)

Goodykoontz

(1968-1974)

Church

(1973)

Belajar

tindakan

Maksud-maksud yang

didaftarkan untuk

analisis dan klarifikasi

Untuk membekali

siswa dengan

kesempatan-

kesempatan bagi

tindakan pribadi dan

sosial berdasarkan

nilai mereka.

Untuk mendorong

Metoda-metoda yang

didaftarjab untuk

analisis dan klarifikasi

serta proyek-proyek

tindakan di sekolah

dan komunitas dan

praktek keterampilan

dalam

pengorganisasian

kelompok dan

hubungan-hubungan

antar-pribadi

Finding

Commuinity

Social Action

Jones (1971)

Newmann

(1972)

siswa memandang diri

mereka sendiri sebagai

insasi interaktif

pribadi-sosial, t tidak

sepenuhnya otonom,

tetapi anggota2dari

suatu komunitas atau

sistem sosial.

Sumber: Douglas P……..

memecahkan masalahnya dan mengambil suatu keputusan yang cerdas, dia harus

mengakui bahwa masalah tersebut meiliki suatu komponen penilai dan menentukan

apa nilai-nilainya yang menyangkut masalah itu. Dia juga harus mendudukkan nilai-

nilainya itu sesuai dengan peringkatnya kedalam suatu hirarki, yakni menentukan

mana yang paling penting dan mana yang tidak begitu penting baginya. Orangtua ini

mungkin menemukan bahwa dia menilai komponen-komponen unik dari kebudayaan

sekolah bagi orang-orang kulit hitam, keselamatan anak-anaknya, dan prestasi

akademis. Akan tetapi, prestasi akademis lebih penting baginya ketimbang nilai-nilai

lain. Setelah menentukan apa yang paling penting dinilainya dalam suatu situasi

tertentu, pengambil-keputusan tersebut dapat menggunakan informasi faktual (bagian

dari proses pengambilan-keputusan) untuk menentukan jalannya tindakan yang akan

diambilnya. Agar mengajarkan anak-anak untuk mengidentifikasikan komponen-

komponen nilai dari masalah-masalah keputusan tersebut, guru haruslah membantu

mereka menemukan bahwa masalah-masalah nilai terletak diluar lingkup ilmu

pengetahuan sosial. Akan tetapi, data empiris dapat membantu kita untuk

menjelaskan nilai-nilai kita, menentukan segala ketidakkonsistenan-ketidakkonsistenan

apapun, dan memprediksi-kan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin ada.

Guru dapat menggunakan studi-studi kasus, kisah-kisa berita, kegiatan-kegiatan

memainkan peranan, cerita-cerita yang open-ended, dan informasi faktual untuk

mengajarkan anak-anak untuk mengakui komponen-komponen nilai dari masalah-

masalah kebijakan. Setelah membaca sebuah cerita masalah, maka guru dapat

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para siswa tersebut misalnya “Apa

masalahnya dalam situasi ini?” dan “”Hal-hal apa sja yang penting bagi banyak orang

dalam cerita ini?”

2. Melukiskan Perilaku Yang Relevan-Nilai: Deskripsi – Diskriminasi

Pada tahap penyelidikan nilai ini, siswa menyebutkan perilaku dari para pelaku sosial

dalam situasi masalah atau cerita tersebut. Setiap tindakan atau gerak-isyarat

hendaknya tidak dilukiskan, tetapi hanya perilaku yang penting terhadap masalah yang

sedang dibahas ini saja. Jika kelas tersebut sedagn menkaji sebuah cerita yang open-

ended misalnya “Junior Prom”, maka para siswa hendaknya secara ringkas melukiskan

perilaku utama dari karakter-karakter: Ny. Richardson, Tiny Johnson, Janet Scanlon,

dan Eloise Ladas. Mereka tak akan melukiskan setiap kata yang diucapkan oleh masing-

masing karakter, tetapi berusaha mencoba untuk meringkaskan perilaku mereka

adalam satu atau dua kalimat. Mereka bisa saja melukiskan perilaku Ny. Rivhardson

dalam cara ini: “Ny. Richardson menyampaikan kepada para siswa apa masalahnya dan

berusaha mencoba untuk membantu mereka untuk memecahkannya”. Guru dapat

mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ini untuk membantu anak-anak secara

akurat melukiskan perilaku yang relevan dalam suatu situasi masalah: “Apa

sesungguhnya yang dilakukan guru?” dan “Apa sesungguhnya yang dilakukan para

siswa? Bila para siswa melukiskan perilaku, mereka hendaknya membuat kesimpulan

sedikit mungkin. Anak-anak akan membutuhkan banyak praktek dalam mengadakan

pengamatan-pengamatan yang cermat dan secara akurat melukiskan apa yang telah

mereka amati.

3. Penamaan nilai-nilai perilaku yang relevan: Identifikasi-deskripsi, hipotesa.

Dalam fase penyelidikan nilai ini, anak-anak mencoba untuk menamai nilai-nilai yang

dibuktikan oleh perilaku mereka sebagaimana telah diuraikan pada langkah 2. Untuk

memfasilitasi tahap penyelidikan, guru dapat mendaftar perilaku di papan tulis dalam satu

kolom, dan berikutnya nilai-nilai yang terkait dengan perilaku di kolom lain. Selama proses ini

siswa akan membuat kesimpulan, dan tidak akan harus selalu setuju pada nilai-nilai yang

mereka lihat dalam perilaku mereka yang telah dijelaskan.

Sementara guru harus mendorong berpikir divergen ¬ pada titik ini, ia akan meminta anak-anak

untuk memberikan alasan bagi nilai-nilai yang diidentifikasi mereka, karena fase penyelidikan

ini menghubungkan perilaku dan nilai-nilai menjadi seakurat mungkin meskipun siswa mungkin

memiliki informasi yang terbatas tentang individu dalam sitration masalah. Guru dapat

memberikan anak-anak praktik dalam tahap penyelidikan nilai dengan membaca studi kasus

atau berita cerita. Setelah membaca sebuah studi kasus tentang pria muda Amerika yang

melarikan diri ke Kanada untuk menghindari induksi konsep, guru dapat mengajukan

pertanyaan seperti: "Apakah perilaku orang-orang muda ini memberitahi kita tentang tentang

apa yang mereka anggap penting?" "Apakah Anda berpikir bahwa keselamatan mereka sendiri

adalah hal yang paling penting bagi mereka?" "Apakah Anda berpikir bahwa mereka

menghargai kehidupan manusia?" "Mengapa atau mengapa tidak?"

4. Menentukan nilai-nilai yang bertentangan dalam perilaku yang dijelaskan: Identifikasi-

analisis

Untuk membantu anak-anak menemukan bahwa ada banyak konflik-konflik nilai dalam

masyarakat kita serta dalam individu, guru dalam tahap penyelidikan meminta siswa untuk

menamai nilai-nilai yang bertentangan yang dicontohkan oleh individu-individu tertentu dan

yang nyata dalam perilaku yang berbeda orang. Sebagai contoh, kelas bisa mempertimbangkan

sebuah studi kasus yang melibatkan seorang pria yang menyatakan bahwa dia bebas untuk

berbicara, tetapi berpikir tentang kata seks tidak diperkenankan. Guru kelas bisa bertanya,

"Apakah nilai-nilai orang ini konsisten?" "Mengapa atau mengapa tidak?" "Apa yang akan dia

percaya tentang kata seks jika nilai-nilainya konsisten? "Orang lain dalam studi kasus yang sama

mungkin menyatakan bahwa kata seks harus tersedia bagi mereka yang menginginkan

membelinya. Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk membantu anak-anak menemukan

bagaimana nilai-nilai konflik dari kedua orang ini. Dia bisa mengajukan pertanyaan seperti

"Bagaimana keyakinan kedua orang 'sama?" "Bagaimana apakah mereka berbeda?" "Apa yang

akan mereka berdua yakin jika nilai-nilai mereka sama?" Hal ini sangat penting bagi anak untuk

menyadari nilai-nilai yang saling bertentangan dalam masyarakat kita serta orang-orang yang

ada dalam diri seseorang.

5. Hipotesa tentang sumber nilai-nilai dianalisis: hipotesa (mengutip data untuk mendukung

hipotesis)

Selama fase penyelidikan nilai ini hipotesis anak-anak negara tentang sumber nilai-nilai

yang telah diidentifikasi mereka dalam langkah 3. Seperti dengan semua hipotesa, guru harus

meminta siswa untuk memberikan alasan untuk laporan mereka. Hipotesis harus didasarkan

pada akal, dan tidak boleh menebak salah. Ini bagian dari proses penyelidikan yang dirancang

terutama untuk membantu siswa menemukan bahwa sebagian besar nilai-nilai kita yang

"ditangkap" dari orang-orang dalam lingkungan kita dan tidak independen atau refleksi

turunan. Begitu anak-anak sadar akan sumber nilai-nilai mereka sendiri serta orang-orang dari

orang lain, mereka dapat lebih mudah mengevaluasi kesehatan dan mengappresiasi nilai-nilai

ini dalam berbagai situasi. Studi kasus dan laporan berita dapat digunakan untuk memberi

anak-anak latihan dalam hipotesa tentang sumber-sumber nilai. Saat membaca sebuah studi

kasus tentang seorang pria yang menutup restorannya ketimbang melayani pelanggan India,

guru dapat mengajukan pertanyaan seperti, "Mr Lee jelas tidak seperti orang India, apakah

Anda berpikir bahwa semua orang kulit putih tidak menyukai orang India?." "Mengapa Anda

berpikir bahwa beberapa orang tidak menyukai India, tetapi yang lain tidak?" "Bagaimana

beberapa orang belajar untuk tidak menyukai India sementara yang lain tidak?" "Apakah Anda

berpikir bahwa setiap orang yang tidak menyukai kelompok etnis tertentu tidak suka mereka

karena mereka telah memiliki pengalaman buruk dengan mereka?" "Mengapa atau mengapa

tidak?" "Berikan beberapa contoh untuk mendukung jawaban Anda."

6. Penamaan Nilai Alternatif untuk dicontohkan oleh Perilaku yang diamati:, Mengingat

Anak-anak harus tahu bahwa ada dalam " masyarakat kita banyak alternatif nilai yang

dapat dipilih. Jika mereka untuk memperoleh nilai-nilai mereka sendiri dan merasa bangga

dengan pilihan yang mereka buat, mereka harus menyadari berbagai alternatif.. Tanpa

Alternatif seseorang tidak dapat membuat pilihan. Fase penyelidikan nilai ini dirancang untuk

membantu siswa menemukan alternatif nilai. Setelah membaca sebuah studi kasus tentang

menghindar dari rancangan Amerika, guru bisa bertanya:.. "Kami menyimpulkan bahwa orang-

orang muda menghargai kehidupan, perdamaian, dan kebebasan pribadi. Apa ada beberapa hal

yang berbeda yang mereka bisa hargai atau bahwa laki-laki lain seusia mereka mungkin

bernilai? "Anak-anak mungkin termasuk di antara tanggapan mereka," kesetiaan kepada negara

mereka, "" cara hidup Amerika, "dan" demokrasi untuk negara-negara berkembang. "Ketika

siswa menyebutkan nilai-nilai alternatif, guru harus membantu mereka mengidentifikasi nilai-

nilai yang relevan dengan masalah yang sedang didiskusikan. Sebagai contoh, laki-laki dalam

contoh kita dapat menilai kecantikan, tetapi nilai ini memiliki sedikit pengaruh pada respon

mereka terhadap persyaratan rancangan.

7. Hipotesa tentang konsekuensi yang mungkin dari nilai-nilai yang dianalisis: memprediksi,

membandingkan, dan membedakan

Tujuan penting dari penyelidikan nilai adalah untuk membantu anak-anak untuk:

1) melihat perbedaan hasil nilai dalam konsekuensi yang berbeda,

2) belajar untuk menerima konsekuensi dari nilai-nilai yang mereka pegang, dan

3) mempertimbangkan konsekuensi dari keyakinan yang berbeda.

Anak-anak yang menghargai kebebasan pribadi dan keamanan di atas segalanya dan

harus dibantu untuk melihat bagaimana nilai-nilai mereka dapat menghasilkan tindakan yang

akan menyangkal kebebasan kepada orang lain dan membahayakan orang yang mereka kasihi.

Meskipun guru tidak dibenarkan mencoba memaksakan nilai-nilai yang telah ditentukan pada

siswa, ia memiliki kepercayaan untuk membantu mereka mempertimbangkan nilai yang

berbeda dan konsekuensi yang berbeda yang mungkin mereka miliki. Informasi faktual dapat

membantu anak-anak untuk memprediksi kemungkinan kosekuensi nilai-nilai yang berbeda.

Dengan menganalisis kasus-kasus di mana individu menjadi contoh nilai-nilai tertentu, siswa

dapat melihat dan mendiskusikan efek mereka pada orang lain. Ketika siswa berhipotesis

tentang konsekuensi yang mungkin dari nilai yang berbeda, mereka harus menyebutkan bukti

untuk mendukung klaim mereka. Memprediksi konsekuensi dari berbagai nilai dapat

membantu anak-anak menentukan apakah nilai-nilai mereka konsisten dan apakah mereka bisa

hidup dengan pilihan nilai yang mereka buat. Sering kali orang berpegang pada nilai-nilai

tertentu karena mereka tidak memikirkan tentang kemungkinan konsekuensi reflektif mereka.

8. Mendeklarasikan Preferensi Nilai: Memilih

Setelah siswa digambarkan perilaku individu dalam kasus dan situasi belajar,

mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat, faktor yang menentukan konflik mereka, dan

meramalkan kemungkinan konsekuensi, mereka harus diminta untuk menyatakan preferensi

nilai pribadi mereka. Fase nilai penyelidikan sangat penting dan harus ditangani dengan

keahlian maksimal.

Selama fase penyelidikan nilai lainnya, guru harus berhati-hati bukan untuk menghakimi nilai-

nilai yang tidak konsisten dengannya atau keyakinannya. Hal ini tidak berarti bahwa "guru harus

tetap netral pada masalah nilai, melainkan bahwa ia tidak harus menyatakan preferensi nilai

sampai siswa telah menyatakan pilihan nilai mereka sendiri. Jika guru menunjukkan preferensi

nilai sebelum siswa membuat pilihan, siswa tidak akan jujur, nasib preferensi mereka, tetapi

secara lisan akan memilih nilai-nilai yang mereka merasa akan menyenangkan guru. Meskipun

ini disayangkan, hal ini terjadi dan guru harus ingat fakta ini.

Kecuali guru menciptakan suasana kelas yang akan memungkinkan dan mendorong siswa untuk

mengekspresikan keyakinan mereka yang sebenarnya, penyelidikan hanya akan menjadi nilai

suatu permainan di mana siswa akan mencoba untuk 'menebak tanggapan apa yang guru

inginkan mereka buat. Namun, setelah mereka keluar dari kelas dan di antara teman-teman

mereka, mereka akan bertindak keluar dan bebas mengekspresikan keyakinan mereka yang

sebenarnya. Jika siswa tahu bahwa guru mereka berpikir bahwa menghindari dari rancangan

adalah tidak bermoral, guru tidak akan mampu mengajar nilai pelajaran tentang menghindar

dari rancangan menggunakan model penyelidikan yang kami sajikan dan dibenarkan dalam bab

ini.

Preferensi nilai harus bebas dilakukan dalam suasana kelas yang toleran, dan setelah siswa

berpikir reflektif tentang konsekuensi perbedaan posisi nilai. Hanya dengan cara ini keputusan

nilai tersebut mempengaruhi tindakan mereka ketika mereka keluar dari pandangan otoritas

seperti guru dan orang tua. Kami merasa kuat bahwa kebingungan nilai yang meresap di antara

kaum muda kita sebagian besar hasil dari kenyataan bahwa pemerintah jarang memberikan

mereka pilihan yang cukup dan kebebasan untuk mendapatkan dan menjelaskan kepercayaan

mereka sendiri. Meluasnya penggunaan narkoba dan keberadaan agama-agama primitif adalah

gejala kebingungan nilai yang sangat besar di kalangan pemuda kita. Karena mereka tidak yakin

tentang apa yang mereka yakini dan mengapa mereka memegang keyakinan tertentu, mereka

menikmati satu demi satu keisengan.

9. Menyatakan Alasan, Sumber, dan Konsekuensi Kemungkinan Pilihan Nilai: Membenarkan,

hipotesa, dan Prediksi

Sementara guru berkewajiban untuk membantu anak-anak memperoleh nilai-nilai

mereka dalam sebuah suasana kelas yang permisif, ia memiliki tanggung jawab untuk

membantu mereka menentukan sumber-sumber nilai-nilai mereka dan alasan mengapa mereka

merangkul mereka, dan untuk mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi mereka. Pelaku

sosial telah mengklarifikasi nilai-nilai rasional, tahu mengapa mereka menganut keyakinan

mereka, dan menyadari sumber dan konsekuensi dari nilai-nilai mereka. Setelah siswa sangat

menyadari kedua sumber dan konsekuensi dari nilai-nilai mereka, mereka lebih cenderung

untuk mempertimbangkan meraih keyakinan lain dan untuk bertindak pada orang-orang yang

mereka pegang. Kami juga berhipotesis bahwa mereka lebih mungkin untuk mendukung

kepercayaan nilai-nilai Amerika sebagai keadilan dan martabat manusia. Anak yang

menemukan kebencian pada orang Yahudi adalah keyakinan irasional bahwa ia mungkin

mengambil dari orang tuanya, setelah refleksi, memutuskan bahwa ia tidak dapat membenci

orang Yahudi dan mengklaim kesetaraan nilai. Untuk menjadi ra ¬ internasional, ia juga harus

mengubah sikap-Nya terhadap orang Yahudi atau menerima kefanatikan sebagai salah satu

nilai-nilai. Hal ini tidak mudah untuk mengubah sikap dan keyakinan tertanam, namun tidak

rasional mereka. Namun, keyakinan tersebut tentu tidak akan berubah kecuali individu

mengembangkan komitmen untuk berubah.

Guru dapat menggunakan serangkaian strategi pertanyaan untuk membantu anak-anak

membenarkan nilai-nilai mereka dan mengidentifikasi sumber-sumber dan konsekuensi yang

mungkin dari mereka. Setelah anak telah menyatakan preferensi nilai, guru dapat memberikan

jenis pertanyaan berikut: "Bob, Anda mengatakan bahwa Anda membenci orang Yahudi?"

"Apakah Anda berpikir bahwa itu hak untuk membenci kelompok orang?" "Mengapa kamu

berpikir begitu?" "Mengapa Anda berpikir bahwa Anda membenci orang Yahudi?" "Apa yang

beberapa hal yang mungkin terjadi ketika kita membenci sekelompok orang?" "Apakah Anda

berpikir bahwa Anda bisa menerima hal-hal yang mungkin terjadi sebagai akibat dari membenci

sekelompok orang?" Guru harus sangat berhati-hati ketika mengajukan pertanyaan seperti ini

sehingga ia akan kacang, dengan cara apapun, pelecehan siswa atau menghukum dia untuk

mengekspresikan secara bebas keyakinannya. Kecuali seorang siswa dapat mengekspresikan

keyakinannya secara bebas dan terbuka, guru tidak akan memiliki kesempatan untuk

membantu dia merefleksi memeriksa mereka, dan jenis penyelidikan nilai yang kami sarankan

tidak akan mungkin.

ANALISIS NILAI DAN KLARIFIKASI

Operasi yang terdiri dari model penilaian yang telah kita bicarakan terdapat dalam Tabel

13.6 dan Gambar. 13.2. Guru dapat menggunakan model ini untuk mengajar siswa menghargai

proses, dan untuk membantu mereka mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka.

Meskipun langkah-langkah dalam model dibahas secara terpisah, namun dalam praktiknya

mereka tidak dapat dipisahkan, karena saling terkait. Sebagai contoh, guru dapat meminta

anak untuk menggambarkan nilai perilaku yang relevan pada waktu yang bersamaan. Namun,

dalam model ini prakteknya dilakukan secara terpisah untuk melihat kontribusi masing-masing

sehingga dapat membuat klarifikasi dan derivasi dari nilai-nilai. Sementara siswa harus

diberikan praktik di semua model operasi terdiri dari, dalam pelajaran tertentu menghargai

guru dapat memutuskan untuk berurusan dengan hanya satu atau beberapa proses. Operasi

dapat diajarkan secara terpisah atau sebagai unit. Kami percaya bahwa anak-anak

membutuhkan kedua jenis praktek dalam rangka untuk mengembangkan kemampuan dalam

keterampilan. Guru dapat menggunakan berbagai bahan untuk siswa berlatih. Bahanyang dapat

digunakan dalam ilmu social diantaranya sastra, seni, bermain peran, cerita terbuka, klip film,

gambar dan berita.

Sisa bab ini menggambarkan bagaimana beberapa bahan dan strategi dapat digunakan

untuk membantu siswa dalam menangani masalah nilai reflektif. Teknik-teknik dan materi yang

dibahas dapat dijadikan contoh. Guru akan memikirkan strategi lain yang sesuai untuk mengajar

analisis nilai dan klarifikasi.

Tabel 13.6

Nilai-Kirim Model Bank

1. Mendefinisikan dan mengenali masalah nilai: Observasi diskriminasi

2. Menggambarkan perilaku nilai yang relevan: Keterangan-diskriminasi

3. Penamaan val,, es dicontohkan oleh perilaku yang dijelaskan: Identifikasi-deskripsi, hipotesa.

4. Menentukan nilai-nilai yang bertentangan dalam perilaku yang dijelaskan: Identifikasi-analisis

5. Hipotesa tentang sumber nilai-nilai dianalisis: hipotesa (mengutip data untuk mendukung

hipotesis-port)

6. nilai alternatif bagi mereka yang dicontohkan oleh perilaku yang diamati: Mengingat

7. Hipotesa tentang konsekuensi yang mungkin dari nilai-nilai dianalisis: Meramalkan,

membandingkan, kontras

8. Menyatakan preferensi nilai: Memilih

9. Menyatakan alasan, sumber, dan kemungkinan konsekuensi pilihan nilai: Membenarkan,

hipotesa, memprediksi.

Contoh kasus yang ada di buku ini adalah ketika seorang ibu bertanya kepada anaknya

yang bernama Jerry ketika pulang dengan membawa dua ekor anjing ke rumah, padahal dia

tahu apabila siang hari di rumah tidak ada siapa-siapa, karena orang tua bekerja dan anak-anak

sekolah. Namun ibunya tidak langsung memarahinya tetapi mengajak anaknya duduk bersama

untuk membahas persoalan tersebut dengan memberikan berbagai kemungkinan

permasalahan yang akan terjadi apabila dia memelihara kedua anjing tersebut di rumah.

Dari kasus diatas guru dapat minta anak untuk menjelaskan masalah utama dari kasus

tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Apa Jerry dan ibunya harus

lakukan? Setelah meninjau dengan anak-anak persis bagaimana Jerry dan ibunya bertindak

terhadap anak anjing, minta anak-anak untuk nama nilai-nilai yang baik Jerry dan ibunya

menunjukkan dalam sikap mereka terhadap anjing. Apa pertimbangan utama ibu saat melihat

Jerry dan anjing? Apa yang Jerry pikirkan adalah penting?

Setelah itu mintalah siswa melihat apakah ada konflik nilai dalam kasus tersebut dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Apakah ia ingin menyenangkan Jerry dengan

menjaga anjing, sementara pada saat yang sama mencoba untuk menjelaskan alasan untuk

tidak menjaga anak anjing sehingga Jerry akan mengerti? Apa yang beberapa nilai lainnya thct

Jerry dan ibunya mungkin telah diselenggarakan? Bisa Jerry telah dihargai kebahagiaan ibunya

lebih dari kenyamanan dan keselamatan anak anjing?

Agar siswa dapat memilih secara rasional di antara alternatif, mereka harus mendiskusikan

konsekuensi dari setiap nilai. Jika Jerry dan ibunya baik, maka punya nilai pengobatan hewan,

salah satu konsekuensi dari nilai yang mungkin.

Setelah siswa telah menentukan berbagai kemungkinan konsekuensi untuk setiap alternatif,

mereka harus membuat pilihan mereka tentang mana nilai yang mereka lebih suka. Sebuah

diskusi bisa berpusat pada pilihan-pilihan siswa dan kemudian meninjau alasan dan

konsekuensi dari pilihan masing-masing siswa.

2. Untuk kasus tadi guru dapat menjelaskan situasinya dengan gambar yang menarik, bermain

peran atau tayangan film.

Mintalah siswa untuk membuat pilihan mereka tentang mana nilai mereka lebih suka dan

merasa bangga tentang memilih. Dengan menanyakan siswa secara individual apa konsekuensi

dari pilihan mereka mungkin, bersama dengan alasan mereka untuk bahwa pilihan dan sumber

nilai, Anda akan mendorong siswa untuk membuat keputusan rasional tentang nilai-nilai yang

mereka pilih. Siswa juga dapat menarik gambar untuk menunjukkan alasan, sumber, dan

kemungkinan konsekuensi pilihan mereka.

3. Untuk membantu anak-anak mengidentifikasi nilai-nilai, gambar tanpa keterangan dapat

digunakan. Pilih gambar yang menggambarkan posisi nilai. Sebagai contoh, sekelompok orang

yang membawa tanda-tanda dan tindak pencegahan dari anggota Quaker berpartisipasi untuk

berbagai protes atas perang Vietnam. Protes kekerasan dapat ditunjukkan dengan gambar.

Gambar lain mungkin menggambarkan anak-anak berjuang di taman bermain dengan kelompok

besar, penonton di latar belakang. Anak-anak dapat mengidentifikasi nilai-nilai dari mereka

yang berjuang dan membandingkan mereka dengan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh kelompok

penonton.

Seseorang membantu seorang pria terluka di jalanan kota dengan orang lain berjalan dan tidak

menawarkan bantuan akan memberikan contoh lain dari situasi krisis nilai-nilai seseorang

dengan jelas.

Kelas Menengah

1. Tampilkan gambar pada siswa tentang beberapa senjata perang yang modern dan melihat

angka statistic yang mengungkapkan persentase anggaran nasional yang dihabiskan untuk

bidang pertahanan. Kemudian tunjukkan gambar-gambar yang menunjukan kondisi kehidupan

di daerah kumuh kota-kota Amerika. Berbagi berita dengan kelas yang menggambarkan posisi

yang diambil oleh berbagai senator Amerika Serikat pada isu uang untuk pertahanan dan

pengeluaran domestik untuk masalah-masalah sosial.

Tanyakan kepada siswa apa yang masing-masing senator melihat sebagai masalah utama dalam

pengalokasian dana publik. Mintalah mereka menjelaskan apa perilaku masing-masing senator

telah berkaitan dengan isu-isu yang ada dengan melihat teks pidato-pidato dan rekaman

suara sebagai sumber informasi.

konflik dalam nilai-nilai yang ditunjukkan oleh senator. Apakah pertahanan baik dengan

pengeluaran yang tinggi dapat meningkatkan kualitas hidup di kota-kota Amerika?

Dimana nilai-nilai dari berbagai senator berasal? Apa insiden dan peristiwa dalam sejarah

Amerika mungkin telah memberikan dasar untuk penekanan pada belanja pertahanan? Pada

nilai-nilai apa manusia tidak perhatian untuk merevitalisasi Jepend kota? Apakah nilai-nilai ini

telah operasi pada waktu lain dalam sejarah Amerika?

Menghargai: Kirim mode dan strategi

Strategi yang dipilih mungkin Kongres membuat RUU tentang penyediaan dana untuk dapat

mereformasi Amerika.Pertanyaan nilai pejabat yang terpilih adalah penting dalam menentukan

apakah mereka secara akurat akan mewakili kepentingan rakyat. Melalui contoh di atas, siswa

tidak hanya menjadi sadar akan nilai-nilai dalam isu-isu publik, tetapi juga belajar bagaimana

untuk mengetahui dalam hal-hal apa nilai publik mereka terwakilkan.

2. Penggunaan sumber daya alam telah dan akan terus menjadi masalah yang akan dihadapi

semua orang. Posisi pada penggunaan sumber daya berkisar dari total penggunaan untuk

kepentingan ekonomi untuk melestarikan semua sumber daya untuk melestarikan lingkungan.

Sebagai contoh: jumlah penggunaan kayu untuk manfaat ekonomi seharusnya diikuti oleh

usaha reboisasi dan pengurangan limbah hasil olahan. Sehingga siswa dapat menentukan

bahwa mereka dapat menggunakan bahan alternative selain kayu sehingga kelestarian alam

dapat terjaga.

Kelas Atas

1. Memilih empat siswa untuk bermain peran situasi berikut: Sebuah kelompok yang terdiri dari

tiga siswa di lapangan atau out-of tentang cara-rokok tempat merokok. Mereka jelas

bereksperimen untuk menemukan cara yang tepat untuk memegang rokok. Menghirup rokok

sulit bagi mereka sebagaimana dibuktikan oleh banyak batuk. Upaya untuk efek udara kasual

seorang perokok berpengalaman canggung. Kemudian, salah satu dari tiga siswa tiba di rumah

dan disambut oleh ayahnya. Mahasiswa santai berjalan ke dalam rumah, tetapi tidak bisa

melewati pengawasan ayahnya yang segera pemberitahuan bau asap di pakaiannya.

Pertanyaan mengenai apakah anak telah merokok yang diajukan oleh ayahnya. Anak itu segera

menjawab bahwa tentu saja ia belum merokok dan pergi ke kamarnya.

Setelah bermain peran , tanyakan kepada siswa apa yang mereka pikir dari masalah yang

digambarkan dalam adegan tersebut. Kemudian mintalah mereka untuk meninjau dengan

cermat perilaku dari mahasiswa dan ayahnya. Apakah siswa tampaknya menikmati rokok?

Apakah mereka menganggap hal itu sehat untuk merokok? Apa yang mereka pikirkan adalah

penting tentang merokok? Apakah upaya untuk menjadi seperti orang lain? Apakah upaya

untuk menentang keinginan orang tua dan guru? Apa nilai yang ditunjukkan oleh ayah? Apakah

dia nilai kesehatan, dan untuk alasan itu mengecewakan putranya ? Atau ada alasan lain?

Apakah kelas mengamati konflik di nilai-nilai siswa? Apakah ada mahasiswa yang nilai

kesehatannya baik sesuai dengan gambar bahwa merokok dapat memberikan akibat?

Tanyakan kepada siswa apa sumber dari nilai-nilai yang ditunjukkan baik siswa dan ayah?

Apakah nilai-nilai ini diperoleh dari orang tua, media, citra umum tentang apa yang diterima itu

masyarakat? Apakah ada nilai-nilai alternatif bahwa siswa bisa memilih? Apakah ada cara lain

untuk memperoleh persetujuan sosial? Apakah nilai persetujuan sosial nilai desircble?

Sebuah diskusi tentang konsekuensi dari nilai-nilai yang digambarkan dalam situasi bermain

peran diperlukan untuk membantu siswa menentukan nilai-nilai yang mereka akan memilih.

Selalu memilih persetujuan sosial dapat mengasumsikan bahwa kelompok selalu tahu apa yang

terbaik. Dalam situasi apa mungkin memilih nilai kesehatan yang baik benar-benar

menyebabkan masalah? Mungkin seorang individu yang telah merokok selama bertahun-tahun

dapat membahayakan kesehatan nya dengan tiba-tiba menghentikan kebiasaan merokok-nya?

Pada titik ini, setiap siswa harus diberi kesempatan untuk memilih apa yang dia atau

ia akan nilai dari situasi di atas. Dia mungkin tempat pilihan nilai nya pada sebuah kontinum.

Sebagai contoh, pada sebuah kontinum merokok-tidak merokok, dia mungkin memilih untuk

tidak merokok.

2. Mintalah siswa untuk menjadi akrab dengan pengobatan suku Indian Seneca Amerika dan

pemerintah Amerika Serikat. Sumber sangat berguna adalah pamflet berjudul Antropologi di

Dunia Hari ini diterbitkan oleh Publikasi Pendidikan Amerika dan rekaman, lagu-lagu tentang

dan oleh Indian oleh Oliver Lafarge.

Orang-orang Indian Seneca tinggal di bagian New York dan sudah sebagai suku sejak Revolusi

Amerika. Mereka menjamin tanah mereka dalam perjanjian dengan George Washington, dan

telah mempertahankan Gulture mereka dengan berburu dan memancing ketika tinggal di

tingkat subsistem. Sebuah ancaman besar bagi pemilikan tanah dan penghidupan mereka

terjadi pada tahun 1961 ketika bendungan dibangun di Pennsylvania yang membanjiri 10.000

hektar tanah Seneca. Upaya mereka untuk memblokir pembangunan bendungan tidak berhasil,

meskipun mereka memperoleh ganti rugi besar. Kemudian pada tahun 1960 mereka juga hilang

dalam upaya untuk menghentikan pembangunan tol melalui tanah mereka. Suku terus menjaga

tradisi budaya. Pada saat yang sama telah mencoba untuk mendapatkan pendidikan yang lebih

bagi para anggotanya untuk meningkatkan cara hidup mereka dan mencari cara untuk melawan

pelanggaran batas budaya Amerika kulit putih.

Setelah studi sejarah Indian Seneca, guru meminta siswa untuk mengidentifikasi

masalah orang Indian dalam mempertahankan integritas budaya mereka. Sebuah deskripsi

tindakan pemerintah Amerika Serikat terhadap para Senecas, siswa harus menentukan nilai

terhadap perubahan tindakan Pemerintah Amerika Serikat terhadap Indian Seneca.

Siswa

Sebuah diskusi tentang sumber nilai-nilai yang ditunjukkan oleh orang kulit putih dan Senecas

bisa menangani sikap koloni Inggris telah menuju tanah dan alam. Sebuah eksplorasi sikap

Senecas terhadap alam akan mengungkapkan perbedaan bagaimana cara memelihara

lingkungan alam diantara koloni. Sebuah studi tentang sumber nilai-nilai yang ada India

sekarang dan diadopsi Amerika Serikat memberikan nilai alternatif yang mungkin akan diadopsi

untuk membantu memecahkan konflik antara kulit putih dan Indian. Setelah ada konsekuensi

dari setiap nilai alternatif, siswa harus membuat preferensi nilai. Kelangsungan hidup dari

preferensi ini bisa dipertimbangkan untuk memberikan pengalaman bagi suku-suku Indian

lainnya di Amerika Serikat. Siswa kemudian bisa melihat bagaimana preferensi nilai mereka

diterapkan untuk situasi individu, dan apakah memang mereka telah memutuskan pada nilai

yang dapat berlaku dalam banyak situasi.

RINGKASAN

Pengetahuan ilmiah dan diklarifikasi, nilai-nilai rasional yang diteliti diperlukan jika akan

mengambil keputusan yang akan menghasilkan penyelesaian masalah pribadi dan publik kami.

Karena kebingungan nilai meluas di masyarakat kita, ada rasa putus asa untuk institusi publik

seperti sekolah untuk membantu anak-anak mengembangkan nilai-nilai suara. Program studi

sosial harus membantu siswa untuk memperoleh dan (mengklarifikasi nilai-nilai mereka, karena

siswa tidak dapat membuat keputusan apabila mereka menemui kesulitan dalam mengeluarkan

pendapat. Siswa harus diajarkan proses untuk memahami nilai-nilai yang dianggap oleh guru

sebagai yang “benar”, karena nilai-nilai tersebut harus fungsional untuk semua waktu, tempat,

dan budaya, sedangkan guru tidak memiliki cara yang akurat untuk menerapkan nilai-nilai yang

akan membantu siswa untuk memenuhi tantangan dalam dunia masa depan.

Dalam bab ini, kita telah meninjau beberapa pembuatan kebijakan dan menghargai model

yang dapat digunakan untuk mengajarkan kepada siswa tentang proses pemahaman nilai.

Alasan untuk pendidikan nilai juga telah disajikan, serta model nilai-penyelidikan untuk

melaksanakan teori menilai. Masalah nilai kegiatan mengajar yang diklarifikasi dan analisis

disajikan dalam bagian akhir dari bab ini. Pentingnya analisis nilai dan klarifikasi dalam proses

pengambilan keputusan perlu diperhatikan.

BAB 14

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI AKSI SOSIAL

PERANAN STUDI SOSIAL

Dalam buku ini telah kita sebutkan bahwa sasaran pokok studi sosial seharusnya

membantu siswa mengembangkan kemampuan membuat keputusan sehingga mereka dapat

memecahkan masalah-masalah pribadi dan menentukan kebijakan publik melalui partisipasinya

dalam aksi sosial. Keyakinan kita tentang peran studi sosial yang benar didasarkan pada

anggapan bahwa orang selalu menghadapi masalah-masalah pribadi dan sosial, dan bahwa

semua warganegara harus berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan publik dalam masyarakat

demokratis. Kurikulum studi sosial yang kita rekomendasikan tidak hanya didasarkan pada

ideologi demokrasi; salah satu anggapan dasarnya adalah bahwa partisipasi maksimum

warganegara dalam pembuatan kebijakan publik esensil untuk kelangsungan hidup masyarakat

bebas dan terbuka. Teori menolak gagasan bahwa otoritas publik atau spesialis akademis harus

menentukan sasaran-sasaran institusi sosial. Peran mereka adalah untuk memfasilitasi

perwujudan sasaran dan nilai-nilai yang dibentuk oleh masyarakat luas.

Teori kita juga mengasumsikan bahwa individu tidak lahir dengan kemampuan membuat

keputusan-keputusan yang rasional, tetapi pengambilan keputusan itu mencakup sejumlah

keterampilan yang dapat diidentifikasi dan diajarkan secara sistematis. Teori kita juga

mengasumsikan bahwa orang dapat mengidentifikasi dan menjelaskan nilai-nilai merekla, dan

mereka dapat dilatih untuk merefeleksikan masalah sebelum bertindak. Kita mengidentifikasi

komponen-komponen utama pengambilan keputusan sebagai pengetahuan, analisa dan

klarifikasi nilai, prediksi, dan penegasan bentuk tindakan dengan mensintesis pengetahuan dan

nilai seseorang.

Telah kita anjurkan bahwa siswa tidak hanya akan menjadi pengambil-keputusan,

tetapijuga harus mengembangkan kemampuan membuat keputusan-keputusan yang rasional.

Sebuah pertanyaan penting yang harus kita jawab adalah : “Bagaimanakah kita membedakan

antara keputusan yang rasional dan yang tidak rasional?” Dengan kata lain, “Kriteria apa yang

kita pakai mengevaluasi rasionalitas suatu keputusan?” Dalam buku ini kita menggambarkan

suatu proses dengan langkah-langkah yang definitip yang harus diambil seorang pengambil

keputusan sebelum kita mau menyebut keputusan-keputusannya rasional. Pembaca sangat

penting menyadari bahwa kita terutama peduli dengan proses pengambilan keputusan, bukan

dengan produk khusus keputusan. Pembaca yang cermat bisa mengajukan beberapa

pertanyaan yang legitimate (syahih) tentang posisi kita dan ingin tahu konsekuensinya bagi

masyarakat dimana individu-individu bebas membuat keputusan-keputusan yang tidak

terpaksa. Individu-individu tersebut, misalnya, bisa memutuskan untuk melanggar adat-istiadat

dan undang-undang kemasyarakatan yang esensil. Pada prinsipnya, sorang pelaku (aktor) sosial

yang mencapai suatu keputusan dengan memakai proses yang kita uraikan dalam buku ini, bisa

memutuskan untuk membunuh semua musuh-musuhnya. Ia sesungguhnya sadar akan nilai-

nilainya, kemungkinan akibat aksi yang diantisipasi, dan siap menerima dan hidup dengan

konsekuensi-konsekuensi tersebut.

Contoh ini memaksa kita membuat asumsi-asumsi eksplisit lain dengan apa teori dan

model kita dilandasi, karena pasti kita tidak ingin melatih siswa-siswa yang dengan sadar

melanggar norma-norma dan adat-istiadat yang esensil didalam masyarakat kita. Teori kita

mengasumsikan bahwa sebagian besar pelaku sosial yang membuat keputusan, dengan

menggunakan proses yang digambarkan dalam buku ini, akan bertindak dengan cara-cara yang

konsisten dengan martabat manusia dan adat-istiadat kemasyarakatan, sasaran, dan nilai-nilai

mereka. Kita percaya bahwa kebanyakan orang yang terbiasa melanggar adat-istiadat dan

undang-undang terutama melakukannya karena mereka bertindak sebelum mengklarifikasi

nilai-nilai mereka dan mencerminkan kemungkinan konsekuensi tindakan mereka. Banyak

tindakan, menurut keyakinan kita, adalah tanpa sadar, spontan, impulsif dan irrasional.

Meskipun teori kita mengasumsikan bahwa pembuat-keputusan yang rasional akan bertindak

dengan cara yang konsisten dengan nilai-nilai dan adat-istiadat masyarakat mereka, ini

merupakan teori yang memudahkan perubahan sosial. Jika pelaku sosial didalam suatu

masyarakat menggunakan proses yang kita uraikan untuk mencapai keputusan, sasaran, nilai,

dan adat-istiadat masyarakat akan berubah oleh aksi sosial yang cerdik bilamana tidak lagi

berpengaruh kepada pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia, atau bilamana sasaran, nilai

dan adat-istiadat tersebut tidak lagi memenuhi kebutuhan masyarakat sekarang. Bilamana

sasaran dan nilai sudah usang dan tidak berfungsi, publik, melalui aksi sosial yang massif dan

efektif, akan mengkonstruksikan sasaran dan nilai-nilai baru yang lebih konsisten dengan

kebutuhan dan keyakinan sekarang. Namun, martabat manusia adalah nilai abadi. Maka,

sasaran dan nilai-nilai baru tidak akan melanggar ide martabat manusia dan keadilan.

Jadi kita rasa bahwa studi sosial yang kita anjurkan akan membantu mencegah chaos

dan instabilitas destruktif didalam masyarakat dan saat yang sama menyediakan sarana dan

metoda dengan mana generasi-generasi baru dapat menentukan martabat mereka sendiri,

menggunakan aspek-aspek masyarakat tradisional yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dan

menciptakan gaya-hidup dan nilai baru yang legitimate (syahih) bilamana itu dirasa penting.

Apa yang legitimate (syahih), normal, dan dihargai tergantung kepada konstruksi yang dibangun

setiap generasi. Namun, setiap generasi baru dapat menggunakan aspek-aspek tersebut dari

masa lampau yang tetap fungsionalk untuk kebutuhan dan tujuan sekarang. Maka teori kita

menganjurkan stabilitas dan perubahan didalam masyarakat.

KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL

Marilah kita kaji komponen-komponen pengambilan-keputusan. Menurut definisi kita,

komponen-komponen pengambilan keputusan terdiri dari beberapa proses, yang meliputi

penjabaran pengetahuan, prediksi, analisa nilai, dan klarifikasi, sintesa pengetahuan dan nilai,

serta penegasan bentuk tindakan. Walaupun hampir semua keputusan didasarkan pada

pengetahuan, penilaian dan prediksi, keputusan-keputusan yang rasional, sebagaimana istilah

yang kita pakai, harus memenuhi persyaratan-persyaratan lain. Ada banyak macam-macam

pengetahuan, dan banyak cara pencapaiannya. Untuk membuat keputusan yang rasional,

pengambil keputusan harus menggunakan metoda ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan.

Pengetahuan tidak harus bersifat ilmiah; pengetahuan harus lintas disiplin. Pengetahuan dari

setiap satu disiplin tidak cukup membantu kita membuat keputusan-keputusan cerdik atas issu-

issu sosial yang kompleks. Untuk membuat keputusan yang cerdik mengenai issu kemiskinan,

relasi ras, atau perang, misalnya, pelaku sosial harus melihat masalah-masalah ini dari beberapa

perspektip disiplin seperti sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan sejarah. Perspektip setiap

disiplin terlalu terbatas untuk mengarahkan pengambilan keputusan yang cerdik dan aksi sosial

yang rasional.

Pengetahuan dengan mana keputusan yang rasional didasari juga harus sangat kuat dan

dapat diaplikasikan secara luas, sehingga pengetahuan tersebut akan memudahkan pengambil

keputusan menghasilkan prediksi seakurat mungkin. Ada beberapa jenjang pengetahuan, dan

jenjang-jenjang pengetahuan ini bervariasi dalam kapasitasnya membantu dalam memprediksi

serta menolong kita mengorganisir pengamatan kita. Pengetahuan faktual, yang terdiri dari

statemen-statemen khusus tentang fenomena yang terbatyas, adalah jenjang pengetahuan

terendah, dan memiliki kapasitas prediksi paling sedikit. Konsep adalah kata-kata atau

ungkapan yang membantu kita mengkelompokkan atau mengklasifikasikan kelas pengamatan

besar, dan juga mengurangi kompleksitas lingkungan sosial kita. Karena struktur dan fungsinya,

konsep dan struktur serta fungsinya sendiri tidak memiliki nilai prediktip. Namun, generalisasi,

yang menyatakan hubungan antara konsep atau variabel, memudahkan kita untuk memprediksi

perilaku; kapasitas prediktip generalisasi secara langsung bervariasi dengan tingkat

aplikabilitasnya dan besarnya dukungan empiris dibaliknya. Generalisasi yang menguraikan

sejumlah perilaku dan yang sudah diverifikasi adalah paling berguna untuk pembuatan prediksi.

Namun, sebagaimana kita sebutkan dalam Bab 2,tidak ada satupun generalisasi ilmu sosial yang

konklusif atau diverifikasi secara utuh.

Teori adalah bentuk pengetahuan tertinggi, dan merupakan alat prediksi paling kuat.

Suatu teori terdiri dari sistem deduksi generalisasi yang saling-berkaitan secara logis. Walaupun

tidak ada grand theory atau teori all-inclusive dalam ilmu-ilmu sosial seperti yang ada dalam

ilmu-ilmu fisik, ada banyak teori-teori sosial jenjang-rendah dan jangkauan-sedang, seperti teori

bunuh-diri Durkheim dan teori asimilasi Gordon.

Untuk membuat keputusan-keputusan yang rasional, siswa harus dapat menggunakan

metoda ilmiahj menjabarkan generalisasi dan teori-teori jenjang-tinggi, karena bentuk-bentuk

pengetahuan ini akan memudahkan mereka membuat prediksi yang paling akurat. Generalisasi

yang paling prediktip adalah generalisasi-generalisasi yang berkiatan kepada konsep kunci atau

konsep pengorganisasi disiplin ilmu sosial. Identifikasi konsep-konsep kunci (penting) didalam

disiplin ilmu sosial memudahkan pengambil keputusan untuk menggunakan generalisasi paling

kuat yang mencakup ilmu-ilmu sosial, dan yang dapat memberi kontribusi terbesar bagi

pemecahan masalah pribadi dan sosial. Bab 5 sampai 12 menguraikan bagaimana guru dapat

mengidentifikasi dan merencanakan pengalaman belajar untuk membantu anak-anakl

memahami ide-ide pengorganisir disiplin dan generalisasi-generalisasi terkait. Satu alasan

mengapa kita tidak secara sistematis membahas pengajaran teori sosial adalah karena kita

merasa bahwa anak-anak dapat lebih baik menangkap teori di grade sekolah-lanjutan dan

akademi. Namun, konsep dan generalisasi pengorganisasi yang diajarkan di sekolah dasar dan

sekolah lanjutan pertama merupakan landasan pengetahuan dari mana teori kemudian dapat

dikembangkan.

Keputusan mempunyai komponen penilaian dan juga komponen pengetahuan. Namun,

pengajaran nilai untuk pengambilan keputusan yang rasional, seperti penguasaan pengetahuan

harus memiliki landasan yang definitip. Sebagaimana kita catat dalam Bab 13, para pendidik

menggunakan berbagai pendekatan untuk pendidikan nilai. Pendekatan-pendekatan ini

meliputi indoktrinasi apa yang orang dewasa pandang sebagai nilai yang “benar”, perlakuan

repressi atau superfisial issu-issu value-laden, dan pengajaran nilai-nilai melalui contoh.

Pendekatan-pendekatan untuk pendidikan nilai ini tidak membantu siswa membuat keputusan

yang rasional. Untuk membuat keputusan-keputusan yang cerdik, pelaku sosial harus diajar

didalam suasana ruangan kelas yang bebas dalam proses penjabaran, pengklarifikasian, dan

pencerminan atas konsekuensi-konsekuensi nilainya. Hanya bila seorang pembuat-keputusan

dengan pasti menyadari nilaidan konsekuensi nilainya, dan siap menerima konsekuensinya,

dapatkah dia membuat keputusan yang rasional secara cerdik untuk memecahkan masalah

pribadi dan menentukan kebijakan publik.

URUTAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KOMPONEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Siswa harus mampu menjabarkan pengetahuan antar-disiplin dengan menggunakan proses

penyelidikan, dan membangun serta mengklarifikasi nilai-nilainya dalam rangka membuat

keputusan-keputusan yang reflektif serta menentukan kebijakan publik. Sekarang kita akan

membahas bagaimana seorang guru atau ahli kurikulum bisa merencanakan pengembangan

keterampilan-keterampilan ini, dan keterampilan pengambilan-keputusan terkait – sintesis,

prediksi, dan penjelasan bentuk tindakan.

Cara seorang guru dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan ini sangat

bergantung pada kurikulum studi sosial didalam distrik, kepentingannya sendiri, sumberdaya

yang ada, dan latarbelakang siswa. Singkatnya kita harus mengatakan bahwa banyak guru akan

menyelidiki sendiri pengajaran di distrik sekolah dimana hanya unit-unit penyelidikan ilmu

sosial merupakan bagian kurikulum yang disetujui. Para guru lain akan merasa bahwa meskipun

keterampilan penilaian dan pengambilan keputusan penting, penyelidikan ilmu sosial harus

menjadi bagian terbesar program studi mereka. Buku ini dirancang membantu para guru dan

ahli kurikulum dengan persuasi dan titik pandang yang berbeda tentang kurikulum studi sosial.

Individu-individu yang terutama melaksanakan penyelidikanm ilmu sosial akan mengkaji Bab 5

sampai 12 dengan teliti. Namun, penyelidikan nilai dan keterampilan pengambilan-keputusan

dapat diajarkan didalam kerangka kerja unit-unit penyelidikan ilmu sosial. Guru dapat

membantu anak-anak mengembangkan keterampilan penilaian dan pengambilan-keputusan

saat mengajarkan unit penyelidikan ilmu sosial. Ia dapat mengajukan pertanyaan-pertanyan

yang merupakan model penilaian dan pengambilan keputusan kita ketika mereka sedang

mempelajari konten (isi) ilmu sosial. Misalnya, ketika anak-anak sedang membaca seleksi

Revolusi Amerika, guru dapat mengajukan jenis-jenis pertanyaan berikut:

Pertanyaan-pertanyan Penilaian

1. Apakah yang orang Inggris lakukan? Apakah yang penjajah lakukan?

2. Apakah perilaku orang Inggris dan penjajah ceritakan kepada kita tentang apa yang penting

bagi mereka?

3. Bagaimanakah hal-hal yang penting untuk orang Inggris beda dari hal-hal yang penting

untuk penjajah?

4. Mengapa hal yang berbeda penting bagi orang Inggris dan penjajah?

5. Hal-hal penting lain apakah yang dapat orang Inggris dan penjajah anggap penting?

6. Apa yang anda kira harus penjajah lakukan? Mengapa ?

7. Apa yang anda kira harus orang Inggris lakukan? Mengapa ?

8. Apa yang akan anda lakukan seandainya anda penjajah? Mengapa?

9. Apa yang akan anda lakukan seandainya anda orang Inggris? Mengapa?

Pertanyaan-pertanyaan Pengambilan-Keputusan

1. Alternatif-alternatif apakah yang terbuka bagi penjajah?

2. Kemungkinan konsekuensi apakah dari setiap alternatif dalam Pertanyaan 1?

3. Alternatif-alternatif apakah yang terbuka bagi orang Inggris?

4. Kemungkinan konsekuensi apakah dari setiap alternatif dalam Pertanyaan 3?

5. Fakta apakah yang dapat anda berikan untuk mendukung keyakinan anda bahwa alternatif-

alternatif yang anda katakan mungkin?

6. Bagaimana anda akan mengurutkan alternatif-alternatif dan konsekuensinya dengan cara

yang paling konsisten dengan nilai-nilai anda ?

Maka satu pendekatan yang dapat guru pilih untuk pengembangan keterampilan

penyelidikan, penilaian, dan pengambilan-keputusan adalah mengajarkan proses penilaian dan

proses pengambilan keputusan didalam konteks unit-unit penyelidikan ilmu sosial? Pendekatan

lain adalah mengidentifikasi sejumlah masalah atau issu sosial vital, mendata konsep-konsep

ilmu sosial yang berkaitan dengan issu, dan merencanakan unit-unit tersendiri untuk

mengajarkan konsep dan analisa issu-issu yang berkaitan dengan konsep.

Para siswa dapat menggunakan pengetahuan yang mereka pelajari selama unit

penyelidikan bila mereka memutuskan issu-issu sosial yang sulit. Selama unit-unit issu sosial,

mereka akan menjadi mahir dalam keterampilan penilaian dan pengambilan keputusan. Aksi

sosial dan proyek-proyek partisipasi juga dapat direncanakan dan dilaksanakan selama analisa

issu sosial sehingga para siswa dapat mengambil tindakan berdasarkan beberapa keputusan

yang mereka buat. Hanya dengan pengambilan tindakan atas issu-issu sosial penting siswa akan

membangun perasaan kekuatan politik (sense of political power). Misalnya, seorang guru bisa

memutuskan untuk mengajarkan unit-unit konsepsi yang akan menolong siswa memutuskan

issu sosial yang berkaitan kepada perang, hubungan ras dalam masyarakat, dan pencemaran

bumi dan atmosfir. Konsep-konsep yang akan diajarkan dalam unit penyelidikan ilmu sosial

akan memudahkan siswa membuat keputusan-keputusan yang cerdik dan mengambil tindakan

rasional guna membantu memecahkan masalah-masalah ini.

Konsep-konsep seperti kekuasaan, hukum internasional, otoritas, dan kelangkaan bisa

dikembangkan dalam rangka menolong siswa menganalisa perang. Dengan pengkajian konsep

kekuasan dan kelangkaan, anak-anak akan dapat menentukan siapa yang berwenang

mengumumkan dan memimpin kita dalam perang, dan bagaimana masyarakat luas dapat

menjalankan kekuasaan untuk mempengaruhi kebijakan publik mengenai perang. Konsep

hukum internasional akan menolong mereka menemukan bagaimana hukum-hukum

internasional dibuat, dan konsekuensi penggunaannya. Materi dan kegiatan yang berhubungan

dengan konsep kelangkaan akan menjelaskan cara-cara dengan bagaimana perang

mempengaruhi perekonomian masyarakat. Misalnya, anak-anak bisa menemukan bahwa

perang sering bisa meningkatkan kemakmuran dan penghentian perang akan menimbulkan

pengangguran luas.

Konsep konflik, budaya, diskriminasi, spesialisasi, dan kekuasaan dapat menolong anak-

anak membuat keputusan serta mengambil tindakan sosial yang cerdik pada masalah-masalah

yang berhubungan dengan hubungan ras dalam masyarakat mereka. Kelangkaan, hukum,

kekuasan,produksi,perubahan, dan budaya adalah konsep-konsep yang dapat memberi

kontribusi untuk pemahaman pencemaran udara dan bumi.Kalau guru sudah mengidentifikasi

issu sosial yang ia rencanakan untuk mengajara selama setahun, dia harus menggunakan

kriteria dalam Bab 5 untuk penyeleksian konsep.Kriteria-kriteria ini mengajarkan agar konsep

akurat, memiliki kekuatan mengorganisir berbagai macam informasi dan data, dan cocok untuk

anak-anak. Ketika kriteria-kriteria ini dilaksanakan, hubungan konsep kepada issu-issu sosial

yang akan diteliti haruslah kriteria terpenting bilamana unit-unit konseptual direncanakan

terutama untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak yang akan mereka butuhhkan

dalam rangka membuat keputusan dan mengambil tindakan atas issu-issu sosial.

Misalnya,ketika konsep praduga dihubungkan dengan perang dalam beberapa hal, konsep

kekuasan dan hukum jauh lebih langsung berkaitan kepada konflik internasional. Perebutan

kekuasaan dan dominasi dunia biasanya merupakan penyebab utama perang. Maka konsep-

konsep yang dipilih untuk unit-unit konseptual yang merupakan kerangka untuk analisa

masalah sosial harus secara langsung dan jelas dikaitkan kepada masalah sosial yang akan

dianalisa. Hal ini tidak dapat terlalu ditekankan.

Juga perlu dibahas pedoman-pedoman yang bisa guru gunakan dalam penyeleksian

sampel konten untuk unit-unit konseptual yang dirancang menolong anak-anak mendapatkan

pengetahuan yang mereka butuhkan membuat keputusan-keputusan yang cerdik atas issu-issu

sosial ini. Sekarang mari kita kembali ke contoh perang, dan mengasumsikan bahwa guru sudah

memutuskan untuk memperkenalkan konsep kekuasaan, hukum, otoritas, kelangkaan, dan

legitimasi sebelum ke unit pengambilan keputusan atas perang. Walaupun konsep dan

generalisasi dapat diajarkan dengan berbagai konten, paling baik memilih konten yang sangat

mewakilih lebih dari satu bidang atau wilayah dan periode waktu yang berbeda, dan konten

yang sangat berhubungan kepada issu sosial yang akan dianalisa dan diputuskan. Misalnya,

konsep kekuasaan dapat dikembangkan dengan konten yang berkaitan kepada perdebatan di

Kongres Amerika tentang issu-issu dalam negeri seperti hak dan kesejahteran masyarakat,

tetapi contoh kita akan lebih efektif jikalau konten dikaitkan kepada perebutan kekuasaan

internasional. Konten yang mewakili wilayah dan periode waktu yang berbeda lebih cocok

untuk mengajarkan generalisasi kepada anak-anak. Maka, ketimbang hanya mengkaji konflik

yang terjadi selama Perang Sipil Amerika, anak-anak bisa lebih baik mempelajari Revolusi

Perancis, Perang Spanyol-Amerika, dan Perang Dunia II. Maka mereka akan dapat menguji

generalisasi mereka sepanjang waktu dalam wilayah yang berbeda, dan dengan jenis perang

yang berbeda (domestik dan internasional).

Walaupun konten yang dipilih untuk mengajarkan konsep-konsep pengorganisasi dalam

unit penyelidikan ilmu sosial, yang dirancang sebagai kerangka untuk unit pengambilan

keputusan, harus berkaitan erat keapda issu sosial, sehingga penting sekali untuk menunjukkan

lebih dari satu kriteria kecocokan bisa dipergunakan. Dalam contoh kita, kita menyarankan

bahwa konflik dalam negeri dan internasional terutama lebih baik dipelajari jikalau issu sosial

yang akan diputuskan berhubungan dengan perang sekarang. Namun, kriteria lain bisa

mengajarkan jenis-jenis konten lain disamping konflik nasional dan internasional. Sebagai

contoh, dalam unit pengambilan keputusan pada umumnya, siswa mungkin ingin

merencanakan proyek aksi sosial untuk mengimplementasikan sebagian keputusan mereka.

Untuk merencanakan strategi aksi sosial yang efektif,mereka bisa mempelajari konten dan

konsep yang berhubungan kepada cara memengaruhi kebijakan publik. Cara-cara ini mungkin

tidak secara langsung berhubungan kepada konten issu sosial yang sedang dianalisa. Dalam

contoh kita, anak-anak bisa mempelajari taktik ketidaktaatan sipil yang diterapkan oleh

Mahatma Gandhi dan Martin Luther King, agar bisa dengan akurat memprediksi kemungkinan

konsekuensi dari berbagai strategi aksi sosial atas kebijakan dan otoritas publik.

Kita sudah membahas dua cara utama dengan mana seorang guru bisa merencanakan

unit-unit untuk mengajarkan keterampilan penyelidikan, penilaian, dan pengambilan

keputusan. Keterampilan-keterampilan ini bisa dikembangkan dengan strategi pertanyaan

bebas didalam kerangka unit penyelidikan ilmu sosial. Rencana lain adalah mengidentifikasi

sejumlah issu sosial, unit-unit konsepsi struktur untuk menyampaikan pengetahuan yang

dibutuhkan siswa untuk membuat keputusan-keputusan cerdik mengenai mereka, dan

mengajarkan unit-unit pengambilan keputusan yang berkaitan kepada issu sosial pada saat

yang berbeda dalam setahun.

Walaupun kedua rencana ini memiliki kelebihan tertentu atau mungkin hanya rencana

itu yang cocok untuk banyak guru, kita akan mengusulkan alternatif lain yang kita yakini

merupakan cara paling efektif untuk menyusun struktur pengalaman belajar guna memudahkan

anak-anak mengembangkan kemahiran mereka dalam keterampilan penyelidikan ilmu sosial,

penyelidikan nilai, pengambilan keputusan, dan keterampilan aksi sosial. Walaupun kita

membahas rencana organisasi secara terpisah, pembaca harus menyadari bahwa ini sangat

berhubungan kepada rencana-rencana yang dibahas di atas dan strategiyang akan dibahas

dapat dipergunakan didalam rencana-rencana yang dibahas sebelumnya. Guru akan mampu

menyesuaikan prosedur-prosedur ini dan paradigma pengambilan keputusan kita untuk situasi

pengajarannya sendiri,atau dia dapat menggunakan prosedur secara jelas sesuai dengan yang

kita jelaskan kepada mereka. Kita yakin bahwa rencana organisasional yang paling efektif

adalah pendekatan yang dijelaskan dibawah ini.

PENGIDENTIFIKASIAN ISSU DAN MASALAH SOSIAL PENTING

Langkah pertama dalam perencanaan unit pengambilan keputusan, dengan menggunakan

metoa kita mempertimbangkan yang paling efektif, yakni mengidentifikasi issu-issu sosial yang

menarik bagi para siswa dan yang belum terpecahkan dalam masyarakat lokal dan masyarakat

lebih luas. Issu harus luas, dan harus menyita perhatian. Unit pengambilan keputusan jangan

dibangun sekitar masalah-masalah yang sempit atau hanya bersifat sementara. Guru dapat

menentukan issu sosial yang luas didalam masyarakat dengan mengkaji secara cermat media

berita selama periode waktu tertentu, dengan mengikuti berita peristiwa didalam komunitas

dan masyarakat, dan dengan menyimak percakapan-percakapan siswa dan komentar kelas

tentang dunia sosial. Guru juga dapat menggunakan kuesioner dan essay untuk menentukan

issu-issu sosial apakah paling penting bagi siswa-siswanya.Walaupun issu-issu sosial sering

bervariasi didalam berbagai periode waktu, sebagian sudah menyita perhatian dalam

masyarakat Amerika. Issu-issu ini meliputi alienasi politik, kemiskinan, rasisme, pencemaran,

dan administrasi peradilan, khususnya bagi kaum miskin. Meskipun semua masalah-masalah ini

sudah ada dalam masyarakat dalam waktu lama, sebagian diantaranya baru belakangan ini

dikenal secara luas. Kebanyakan warga Amerika sudah mengetahui adanya berbagai macam

masalah rasisme dan pencemaran dalam masyarakat kita hanya didalam dua dekade terakhir.

PENGAJARAN UNIT-UNIT MASALAH-KEPUTUSAN

Pengidentifikasian Masalah Keputusan

Kita akan mengilustrasikan bagaimana suatu kelas bisa mempelajari issu sosial, dan melalui

proses pengambilan-keputusan, menentukan tindakan apa akan diambil mengenai issu

tersebut. Dalam komunitas industri berukuran-sedang yang dinamakan Riverdale, konflik rasial

sudah berkembang antara kulit hitam dan kulit putih. Selama musim panas lalu ketika keluarga

kulit hitam pindah ke lingkungan Riverdale yang mayoritas kulit putih, konfrontasi sosial terjadi

dimana beberapaorang terluka, termasuk dua orang polisi kulit putih. Sejumlah warga

membentuk kelompok untuk mengkampanyekan tagihan keluarga-terbuka, tetapi hingga

sekarang dukungan untuk gerakan itu tetap kecil sekali. Hubungan ras didalam kota sangat sulit.

Dalam tanggapan terhadap legislasi pemerintah federal, pergerakan sudah mulai

mengintegrasikan sekolah-sekolah publik melalui cross-busing, tetapi pergerakan integrasi anti

sekolah muncul untuk melawan usaha-usaha integrasi dan mengingatkan dewan sekolah. Anak-

anak di grade kelas enam di Abraham Lincoln, sebuah sekolah yang semua muridnya kulit putih

di pinggiran Riverdale, menghadapi masalah, “Tindakan apa yang harus kita ambil mengenai

hubungan ras dalam komunitas kita?”

Penyelidikan Ilmu Sosial (Pengetahuan Terkait)

Karena pengetahuan ilmiah adalah salah satu komponen esensil dari proses pengambilan-

keputusan, guru mengidentifikasi konsep-konsep ilmu sosial dan generalisasi terkait yang akan

menolong anak-anak mengambil keputusan cerdik tentang issu. Guru menyeleksi konsep

konflik dari sejarah, budaya dari antropologi, diskriminasi dari sosiologi, spesialisasi dari ilmu

ekonomu, dan kekuasaan dari ilmu politik. Generalisasi pengorganisasi yang berkaitan kepada

konsep-konsep ini diidentifikasi, dan bagian-bagian gagasan yang berkaitan kepada generalisasi

pengorganisasi dan kepada konten hubungan kulit hitam-putih di Amerika Serikat dinyatakan.

Konsep : Konflik

Generalisasi pengorganisasi: Didalam sejarah, konflik berkembang antara berbagai kelompok

ras dan etnis.

Sub gagasan :

1. Kekerasan dan konflik terjadi diatas kapal budak.

2. Kode (sandi) budak dan standar represif lain disyahkan untuk mempertahankan

perbudakan.

3. Pemberontakan budak terjadi

4. Banyak kerusuhan rasialterjadi selama awal 1900/

5. Kerusuhan ras terjadi selama periode paska Perang Dunia II.

6. Kerusuhan ras terjadi selama 1960an.

Konsep : Budaya

Generalisasi pengorganisasi: Banyak kelompok ras dan etinis yang berbeda mempunyai

sumbangsih dan memperkaya budaya Amerika.

Sub gagasan :

1. Warga kulit hitam Amerika berkontribusi kepada pemerintah Amerika.

2. Warga kulit hitam Amerika memberi kontribusi ke bidang sains dan kedokteran.

3. Warga kulit hitam Amerika berkontribusi ke bidang pendidikan.

4. Warga kulit hitam Amerika memberi kontribusi ke bidang sastra.

5. Warga kulit hitam Amerika berkontribusi ke bidang hiburan.

6. Warga kulit hitam Amerika telah banyak memberi kontribusi ke bidang atletik.

Konsep : Diskriminasi

Generalisasi pengorganisasi: Kelompok-kelompok sering merupakan korban diskriminasi karena

perbedaan usia, jenis kelamin, ras, agama, dan budaya.

Sub gagasan :

1. Perbudakan kulit hitam adalah bentuk diskriminasi.

2. Warga kulit hitam Amerika banyak mengalami diskriminasi dalam urusan hukum; kode dan

undang-undang budak seperti “grandfather clause”, misalnya.

3. Warga kulit hitam Amerika mengalami diskriminasi dalam administrasi pengadilan;

hukuman mati pada awal 1900 adalah salah contohnya.

4. Warga kulit hitam mengalami diskriminasi dalam bidang voting dan pemerintah.

5. Warga kulithitam mengalami diskriminasi di pekerjaan.

6. Warga kulit hitam harus sering masuk sekolah-sekolah terpisah dan inferior.

Konsep : Spesialisasi

Generalisasi pengorganisasi: Bilamana suatu masyarakat menjadi sangat ahli, efisiensi produksi

naik, tapi banyak pekerja tak terampil dipecat.

Sub gagasan

1. Jikalau produksi pangan semakin terspesiliasi dan dimekanisasi di Selatan, banyak warga

kulit hitam kehilangan pekerjaan mereka di ladang dan berangkat ke kota besar untuk

mencari pekerjaan.

2. Banyak warga kulit hitam di kota-kota besar tidak mampu mencari pekerjaan tetap karena

kekurangan pelatihan dan keterampilan khusus.

3. Banyak pekerja kulithitam tidak terlatih karena mereka sering masuk sekolah-sekolah

inferior (rendahan).

4. Karena banyak warga kulithitam tidak terampil dan menghadapi diskiriminasi pekerjaan,

sebagian besar diantaranya mereka adalah penerima tunjangan kesejahteraan dibanding

dengan kulit putih.

5. Karena banyak warga kulithitam tidak dapat mencari pekerjaan tetap, mereka menghadapi

masalah pribadi dan sosial dalam masyarakat kita dewasa ini.

Konsep: Kekuasaan

Generalisasi pengorganisasi: Individu-individu lebih bisa mempengaruhi kebijakan publik

bilamana bekerja dalam kelompok ketimbang bekerja sendirian.

Sub gagasan

1. Abolitionist (anggota gerakan penghapusan), dengan bekerja secara efektif sebagai

kelompok, dapat membangkitkan kesadaran moral warga Amerika tentang bahaya

perbudakan.

2. Organisasi kepemimpinan kulit hitam, yang muncul menjelang pergantian abad, mampu

mengurangi diskriminasi yang dialami warga kulit hitam Amerioka dalam berbagai bidang

seperti pekerjaan, hukum, pendidikan, dan transportasi.

3. Pergerakan hak sipil 1960an mengurangi diskriminasi dalam pekerjaan,pendidikan, dan

transportasi.

Pengorganisasian Instruksi

Setelah guru mengidentifikasi konsep-konsep kunci yang berhubungan kepada issu sosial yang

dia inginkan diputuskan dalam kelas, dan dinyatakan dalam generalisasi pengorganisasinya dan

sub gagasan terkait, dia siap merumuskan strategi pengajaran dan menetapkan materi

pengajaran untuk tahap unit pengambilan keputusan ilmu sosial. Konsep dan materi juga harus

terorganisir dalam beberapa bentuk yang logis.

Dalam contoh kita, seorang guru mungkin ingin mengawaliunit dengan konsep kunci

pertama yang dia identifikasi (konflik) karena sub gagasan yang berhubungan kepada konsep

kunci ini berkaitan dengan periode hubungan kulit hitam-putih paling dini di Amerika

(walaupun unit-unit pengambilan keputusan tidak harus kronologis, meskipun demikian mereka

harus mempunyai beberapa organisasi yang logis). Guru lain yang menggunakan konsep-konsep

dalam contoh kita mungkin ini mulai dengan konsep kunci kekuasaan dan pertama-tama

membahas pergerakan hak sipil 1960an. Ketika mengorganisasi unit issu sosialnya, guru

tersebut harus mempertimbangkan minat siswa, ketersediaan materi, minatnya sendiri,

hubungan konsep, konten yang akan dikaji, dan issu-issu sosial yang akan dianalisa.

Tabel 14.1

Gagasan kunci Aktivitas

Konsep: Diskriminasi

Generalisasi pengorganisasi:

Kelompok-kelompok sering korban

diskriminasi karena perbedaan

usia, jenis kelamin, ras, agama, dan

budaya

Sub gagasan: Warga kulit hitam

sering banyak mengalami

diskriminasi di semua fase

kehidupan warga Amerika, yang

mencakup pendidikan,

administrasi keadilan, dan

pekerjaan.

1. Seleksi bacaan dari South Town, North

Town, dan Whose Town? Oleh Lorenz

Graham

2. Pembahasan diskriminasi yang keluarga

William alami dalam buku-buku ini dan

bagaimana mereka mengingatnya.

3. Pembahasan diskriminasi yang David

Williams alami di sekolah dan

bagaimana dia mengingatnya.

4. Menontot filmstrip tentang perbudakan

kulit hitam dan mendengarkan cara

bagaimana itu menjadi suatu bentuk

diskriminasi.

5. Pencarian copy dokumen seperti kode

perbudakan dan klausa grandfather,

dan pelakonan-peran bagaimana

mereka mempengaruhi kehidupan kulit

hitam.

6. Penyusunan statistik tentang jumlah

kulit hitam yang dihukum mati selama

awal tahun 1900an.

7. Bacaan dan pembahasan menyangkut

diskriminasi yang warga kulit hitam

alami di pekerjaan, sekolah, dan dalam

administrasi pengadilan.

Dalam Bab 5 kita mengilustrasikan bagaimana seorang guru bisa mengorganisir unit-unit

penyelidikan ilmu sosial. Bentuk organisasi serupa cocok untuk tahap ilmu sosial unit-unit issu

sosial. Guru dapat membagi dua lembar kertas dan menulis konsep-konsep kunci dan

generalisasi pengorganisasi pada sisi lain kertas dan aktivitas yang dirangcang membangun

gagasan pada separuh lembar kertas lainnya. Karena kita membahas bentuk organisasi ini

secara rinci dalam Bab 5, di sini kami hanya akan menyampaikan satu contoh. Tabel 14.1

menunjukan bagaimana suatu rencana bisa mencari pengembangan konsep diskriminasi dan

generalisasi terkait yang kita sajikan dalam halaman 455-456.

Penyelidikan Nilai

Setelah siswa mendapat peluang menjabarkan generalisasi ilmu sosial yang berkaitan kepada

masalah keputusan mereka, mereka harus mengikuti pelajaran yang akan memudahkan mereka

mengidentifikasi, menganalisa, dan menjelaskan nilai-nilai mereka yang terkait kepada issu

sosial. Untuk pelaksanaan penyelidikan-nilai, guru bisa menggunakan studi kasus yang di-

klipping dari suratkabar dan majalah, cerita-cerita open-ended, foto, aktivitas pelakonan-peran

(role-playing), atau dilema-dilema moral yang bisa dia tulis. Banyak materi faktual, yang diliput

selama fase ilmu sosial unit, bisa juga dipergunakan membantu anak-anak untuk menyusun dan

menjelaskan nilai-nilai mereka. Ketika mengajarkan masalah-keputusan atau issu sosial, guru

harus menggunakan strategi penilaian yang secara langsung berkaitan kepada issu yang sedang

dibahas.

Misalnya, dalam masalah-keputusan contoh kita, akan tidak tepat kalau guru meminta

anak-anak menilai pertanyaan tentang issu-issu seperti pencemaran air dan perang kalau issu-

issu tersebut tidak secara langsung berhubungan kepada hubungan kulit hitam-putih di

Amerika Serikat atau kepada hubungan kulit hitam-putih dalam komunitas lokal siswa.

Pembahasan nilai mengenai aborsi yang syah bisa dikaitkan kepada masalah dan contoh kita

karena banyak keluarga kulit hitam yang miskin ingin mengendalikan jumlah keluarga mereka,

tyapi tidak memiliki keterampilan-tehnis atau sarana melakukannya. Namun, issu ini jangan

ditekankan pada tahap penilaian unit.

Pelaksanaan penilaian yang cocok untuk contoh kita dapat didasarkan pada gambar

yang menunjukan kelompok orangtua kulit putih yang bermusuhan yang mencoba

menghentikan busload siswa kulit putih yang akan masuk kedalam pekarangan sekolah dari

sebuah sekolah yang mayoritas muridnya kulit putih yang memilkiki rencana pengaturan bus

sekolah yang teratur. Guru dapat mengajukan tipe-tipe pertanyaan berikut dalam

melaksanakan model penilaian yang disajikan dalam Bab 13.

1. Pendefinisian dan pengenalan masalah nilai

a) Apakah masalah dalam situasi ini?

2. Pendeskripsian perilaku yang relevan dengan nilai

a) Apakah yang sedang terjadi dalam gambar ini ?

b) Apakah yang sedang dikerjakan orangtua?

c) Apakah yang sedang dilakukan anak-anak?

3. Penyebutan nilai-nilai yang diungkap perilaku yang dijelaskan

a) Apakah yang dijelaskan tindakan orangtua kepada kita tentang apa yang penting bagi

mereka?

b) Apakah yang dijelaskan tindakan anak-anak kepada kita tentang apa yang penting bagi

mereka?

4. Penentuan nilai-nilai yang bertentang dalam perilaku yang dijelaskan

a) Bagaimanakah nilai-nilai orangtua dalam gambar bisa beda dari nilai anak-anak dalam

gambar?

b) Bagaimanakah nilai-nilai orangtua dalam gambar bisa beda dari nilai orangtua dari anak-

anak yang digambar?

c) Apakah yang orangtua yakini dalam gambar jika nilai-nilai mereka sama seperti orangtua

anak-anak dalam gambar?

5. Menghipotesa sumber nilai yang dianalisa

a) Dari gambar, tampak bahwa orangtua kulit putih tidak menginginkan anak-anak kulit

hitam masuk sekolah ini. Bagaimana anda kira mereka mempelajari atau mendapat

perasaan dan keyakinan mereka tentyang kulit hitam?

b) Orangtua anak-anak dalam gambar jelas menginginkan anak-anak mereka masuk

sekolah ini. Apakah anda kira menjadi sumber keyakinan dan sikap mereka?

6. Penyebutan nilai alternatip untuk yang diungkap oleh perilaku yang diamati.

a) Apakah hal-hal lain yang orangtua dalam gambar dapat pikirkan penting ?

b) Apakah hal-hal lain yang dapat anak-anak pikiran penting?

c) Apakah hal-hal lain yang orangtua anak-anak dalam gambar dapat pikirkan penting?

7. Hipotesa tentang kemungkinan konsekuensi nilai yang dianalisa.

a) Apakah kemungkinan konsekuensi nilai yang dianut oleh orangtua dalam gambar? (Apa

yang bisa terjadi karena keyakinan mereka?)

b) Apakah kemungkinan konsekuensi nilai yang dianut oleh anak-anak dalam gambar?

c) Apakah kemungkinan konsekuensi nilai yang dianut oleh orangtua anak-anak dalam

gambar?

8. Pendeklarasian preferensi nilai (pemilihan)

a) Apakah yang akan anda lakukan jika anda adalah salah seorang orangtua dalam

gambar? (Guru mungkin menginginkan anak-anak menulis tanggapan untuk sejumlah

pertanyaan ini secara anonim dalam rangka menghindarkan gangguan privacy anak-

anak).

b) Apakah yang akan anda lakukan jika anda adalah salah seorang anak-anak tersebut?

c) Apakah yang akan anda lakukan jika anda adalah salah seorang orangtua dari salah satu

anak-anak dalam gambar?

d) Apakah anda kira anak-anak dalam gambar berhak masuk sekolah ini ?

e) Apakah anda kira bahwa anak-anak dalam gambar ini akan masuk sekolah ini?

9. Pernyataan alasan, sumber, dan kemungkinan konsekuensi pilihan nilai.

a) Mengapakah anda akan melakukan tindakan yang anda anjurkan diatas?

b) Mengapakah anda percaya apa yang anda lakukan tentang anak-anak, orangtua dalam

gambar, dan orangtua anak-anak dalam gambar?

c) Mengapakah anda percaya bahwa anak-anak akan atau tidak akan masuk sekolah dalam

gambar?

d) Apakah kemungkinan konsekuensi keyakinan dan tindakan anda dalam situasi yang

barusan kita uraikan? Mengapa?

e) Dapatkah anda menerima konsekuensi-konsekuensi tersebut?

Sebagaimana kita singgung dalam buku ini, guru bisa merasa praktis untuk mengajukan

pertanyaan-pertanyaan nilai selama tahap penyelidikan ilmu sosial dari suatu unit; namun, kita

sudah memisahkan pembahasan ilmu sosial dan penyelidikan nilai dalam buku ini karena kami

merasa bahwa anak-anak harus tahu bilamana mereka sedang mempelajari pertanyaan-

pertanyaan nilai dan bilamana mereka sedang meneliti pertanyaan-pertanyaan ilmiah.

Pembedaan ini penting karena proses yang dipakai untuk menjawab jenis pertanyaan yang

berbeda sangat beda, seperti yang sudah kita tunjukan dalam Bab 2. Kita tidak berarti

menganjurkan bahwa informasi ilmiah tidak dapat menolong kita untuk mengidentifikasi,

menyusun, serta menjelaskan nilai-nilai yang bertentangan. Namun, pengetahuan ilmiah tidak

dapat menjelaskan kepada kita apa yang harus kita yakini. Meskipun demikian, itu dapat

membantu kita mengidentifikasi konsekuensi nilai dan keyakinan yang berbeda, dan

menyadarkan kita tentang alternatif-alternatif nilai.

Ketika merumuskan rencana untuk unit masalah-keputusan, guru dengan jelas harus

menyatakan strategi dan materi yang akan dia gunakan membantu anak-anak mengidentifikasi,

menyusun, dan menjelaskan nilai-nilai mengenai issu. Fase penilaian unit dapat merupakan

komponen tersendiri tapi terpadu dari rencana uni, dan bisa menggunakan bentuk yang

disajikan dalam Tabel 14.2.

Tabel 14.2

Penyelidikan Nilai Aktivitas

1. Pengenalan masalah nilai

2. Pendeskripsian perilaku yang

relevan dengan nilai

3. Penyebutan nilai yang diungkap

oleh perilaku

4. Penentuan konflik nilai

5. Hipotesa tentang sumber nilai

6. Penyebutan alternatif nilai

7. Hipotesa tentang konse-kuensi

8. Pemilihan

9. Pernyataan alasan, sumber, dan

konsekuensi pilihan

1. Baca dan bahas seleksi dari North Town dan

Whose Town? Oleh Lorenz Graham.

2. Lihat dan bahas gambar kerusuhan kota.

3. Ambil dan bahas inventaris sikap rasial

4. Lakoni-peran dan bahas situasi dimana

sebuah sekolah yang semua siswanya kulit

putih dipadukan.

5. Baca dan bahas kisah berita tentang masalah

ras dalam komunitas lokal.

6. Lakoni-peran konfrontasi ras.

Pengambilan Keputusan dan Aksi (Tindakan) Sosial

Setelah siswa menjabarkan generalisasi ilmu sosial dan menjelaskan nilai-nilai mereka

mengenai issu sosial, guru harus meminta mereka mencantumkan semua kemungkinan

tindakan yang dapat mereka ambil mengenai hubungan ras dalam komunitas mereka, dan

memprediksi kemungkinan konsekuensi setiap alternatif.

Adalah penting bahwa alternatif dan konsekuensi yang anak-anak identifikasi dan

nyatakan realistis dan berdasarkan pengetahuan yang sudah mereka kuasai selama fase ilmiah

unit tersebut. Alternatif dan konsekuyensi harus berupa pernyataan prediuksi yang cerdik dan

bukan perkiraan bodoh atau pikiran seenaknya saja. Guru harus meminta agar siswa

menyampaikan data dan alasan pendukung guna mendukung alternatif serta konsekuensi yang

mereka ajukan. Misalnya, seorang anak yang menyatakan bahwa kelasnya dapat memecahkan

masalah-masalah rasial dalam komunitasnya dengan mendatangi rumah per rumah serta

bercerita kepada penghuni rumah tentang masalah-masalah yang mereka ramalkan.

Pernyataan ini tidak berarti menyatakan bahwa informasi tidak akan memberi pengaruh kepada

pemecahan masalah. Dalam contoh kita, hampir tidak mungkin bagi anak-anak memikirkan

alternatif yang akan memecahkan masalah-masalah rasial dalam komunitas mereka. Namun,

mereka dapat mengambil tindakan yang efektip untuk memperbaiki sikap rasial siswa dalam

komunitas sekolah mereka, atau memberi kontribusi kepada penyelesaian masalah rasial dalam

komunitas yang lebih luas melalui beberapa jenis proyek aksi sosial yang bermakna dan efektif.

Siswa dapat mengidentifikasi alternatif dan kemungkinan konsekuensi dalam bentuk

chart seperti yang diilustrasikan dalam Tabel 14.3.

Tabel 14.3

Tindakan alternatif dan kemungkinan konsekuensinya

Tindakan alternatif mengenai

hubungan ras dalam komunitas

kita

Kemungkinan konsekuensinya

1. Tidak mengambil tindakan

kelompok

1. Permusuhan bisa lebih banyak.

2. Lebih banyak orang terluka dalam kekerasan rasial

3. Kulit hitam dan kulit putih bisa lebih jauh dan

membentuk masyarakat sendiri.

4. Sekolah kita sendiri menjadi terlibat dalam konflik

rasial atas integrasi sekolah

5. Kita tidak akan dikecam oleh faksi-faksi

konservatif di sekolah dan masyarakat luas.

6. Kulit hutam bisa disangkal hak mereka dalam

komunitas kita

2. Mengambil tindakan

kelompok untuk mem-

perbaiki perasaan rasial

dalam kelas dan sekolah kita.

1. Kita bisa dimusuhi admi-nistrator, siswa lain, dan

guru.

2. Jika kita olah dengan teliti, kita bisa memperbaiki

hubungan ras di sekolah kita,tapi mereka tidak

akan memperbaiki komunitas luas.

3. Kita bisa tertarik bekerjasama dengan siswa lain

dan guru guna memperbaiki hubungan ras di

sekolah atau masyarakat luas.

3. Mengambil tindakan

kelompok untuk mem-

perbaiki hubungan ras dalam

masyarakat luas

1. Kita bisa dimusuhi kelompok masyarakat.

2. Kita bisa memupus perasaan rasial dari kelompok

tersebut.

3. Kalau kita tidak berhasil bekerjasama dengan

orangtua, kita bisa ditentang atau tidak didukung

upaya kita.

4. Dengan kerja yang teliti dan bijak dengan

kelompok warga dan kelompok agama, kita bisa

secara positip mempengaruhi perasaan rasial

dalam masyarakat.

4. Tidak ambil tindakan

kelompok, tapi secara

individual bertindak untuk

memperbaiki hubungan ras

1. Tindakan tersebut bisa sedikit berpengaruh pada

masalah ras dalam masyarakat kita, tapi tindakan

ini bisa membuat kita merasa lebih baik karena

kita bisa bertindak dengan cara yang lebih

konsisten dengan nilai-nilai kita ketimbang

sebelumnya.

2. Tindakan individual kita bisa mempengaruhi

tindakan individu lain, dan juga usaha kita akan

lebih berpengaruh.

Penentuan Bentuk Tindakan

Setelah penyebutan alternatif dan peramalan konsekuensi-konsekuensinya, dan setelah

mengidentifikasi pengetahuan yang mendukung alternatif dan konsekuensi, siswa kemudian

akan menyusun alternatif menurut hirarki nilai-nilainya (lihat Bab 13). Gambar 14.1

mengilustrasikan proses pengambilan keputusan.

Siswa harus menghadapi dan menjawab pertanyaan ini. “Bentuk tindakan manakah

paling konsisten dengan nilai-nilai saya yang terpenting seperti yang diidentifikasi dan

dinyatakan di atas? Siswa harus mengidentifikasi nilai mereka serta mengurutkannya dalam

suatu hirarki selama fase penilaian unit issu sosial. Suatu kelompok siswa bisa memutuskan

bahwa mereka menilai semua yang diatas kecuali nilai dan martabat individu, dan nilai mereka

paling penting berikutnya adalah ekualitas.Mereka harus mencoba merumuskan nilai-nilai

mereka secaraoperasional dan menghubungkannya kepada bentuk tindakan alternatif yang

sudah mereka nyatakan. Mereka harus memecahkan masalah-masalah seperti, “Apakah tidak

mengambil tindakan sama sekali bilamana kulit hitam mengalami diskriminasi dalam komunitas

kita sesuai dengan nilai-nilai kita tentang nilai dan martabat individu?” “Apakah kita tidak

menyangkal nilai dan martabat individu bilamana kita menyangkal dia atau peluangnya

dibawah hukum, untuk bekerja dan bersekolah?” “Bagaimana kita dapat bertindak dengan cara

yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut?”

Kelompok siswa lain bisa menyimpulkan bahwa mereka menilai terutama aturan

mayoritas lainnya. Karena mayoritas kulit putih dalam masyarakat tidak memikirkan bahwa

kulit hitam harus memiliki pekerjaan atau hidup dalam lingkungan tertentu, tanpa mengambil

tindakan tentang situasi itu akan sesuai dengan nilai-nilai mereka. (Para siswa ini mengkaji hasil

survey sikap ras komunitas). Jika sebuah kelompok siswa mencapai kesimpulan setelah refleksi

menyeluruh, peranan guru adalah membantu siswa menilai ulang sumber nilai mereka,

menentukan bagaimana sumber nilai mereka bertentangan dengan nilai lain yang mereka anut

atau dengan nilai-nilai Iman Amerika, dan membantu mereka mengidentifikasi kemungkinan

konsekuensi keyakinan mereka. Guru juga harus membantu anak-anak menentukan apakah

mereka dapat hidup dengan kemungkinan konsekuensi nilai-nilai mereka. Untuk

mengimplementasikan teori pendidikan moral kita,siswa harus dibiarkan membuat keputusan-

keputusan tanpa paksaan didalam suasana kelas bebas. Ini bukan teori yang mudah

diimplementasikan, tetapi kita merasa bahwa teori ini sesuai dengan ideologi demokrasi dan

komitmen terhadap martabat manusia,nilai-nilai yang kita sokong dan yang menjadi landasan

teori kita. Kita juga harus menunjukan bahwa kurikulum studi sosialyang kita sarankan punya

risiko,karena itu dilandasi sejumlah asumsi, dimana banyak diantaranya belum diverifikasi

secara ilmiah. Namun,kita merasa bahwa ini lebih baik daripada kurikulum yang didasarkan

pada asumsi yang bertentangan. Dalam pertimbangan kita, kurikulum-kurikulum lain ini belum

melatih jenis siswa yang perlu untuk melangsungan kehidupan demokrasi dalam abad ini.

Siswa harus didorong membuat keputusan mereka sendiri,menerima tanggungjawab

keputusan mereka, dan tidak mengandalkan pihak lain, termasuk guru, untuk membuat

keputusan-keputusan untuk diri mereka.Meskipun siswa didorong berpikir bebas tentang issu-

issu sosial, ada situasi dimana anak-anak harus dan akan membuat keputusan-keputusan

kelompok. Praktek dalam beberapa pengambilan keputusan kelompok dibutuhkan, karena

dalam situasi kehidupan-nyata individu harus sering berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan kelompok. Pengambilan keputusan kelompok yang terampil penting bagi

kelangsungan hidup masyarakat demokrasi. Juga jika proyek aksi sosial akan direncanakan dan

diimplementasikan, proyek tersebut biasanya akan dilakukan kelompok, walaupun individu bisa

memutuskan mengambil tindakan sendiri dalam beberapa issu sosial.

Unit Masalah-Keputusan tentang Ekologi

Kita sudah menggambarkan bagaimana suatu kelas dapat mengkaji issu sosialyang berkaitan

kepada relasi ras dan memutuskan tindakan-tindakan yang akan diambil untuk itu. Dalam

tahun-tahun terakhir ini, warga Amerika semakin menyadari masalah ekologi didalam

masyarakat kita. Contoh kita berikutnya berhubungan dengan masalah pencemaran air, yang

sebagian berhubungan dengan fosfat dari detergen. Unit berikut mengidentifikasi konsep

pengorganisasi dan generalisasi yang dipilih dari berbagai disiplin yang berhubungan dengan

ekologi, dan menganjurkan aktivitas murid. Strategi penilaian, bentuk tindakan alternatif, dan

kemungkinan konsekuensi yang bisa kelas nyatakan diilustrasikan dalam Tabel 14.4, 14.5,

dan14.6. Tabel 14.7 meringkas konsep-konsep kunci, generalisasi pengorganisasi, dan sub-

gagasan untuk unit.

Tabel 14.4

Konsep & Generalisasi Aktivitas

Siklus

Pertumbuhan dan kemati- an

tanaman, hewan, manu sia

merupakan fenomena yang terus

berulang.

1. Perhatikan gambar musim untuk

mengilustrasikan siklus pertum-buhan dan

pembusukan.

2. Mengilustrasikan rantai ekologi dengan

mengidentifikasi hubung-an tanaman kepada

kehidupan hewan di danau.

3. Pembandingan pertumbuhan ta- naman di

dana yang sehat ke kumpulan ganggang di

danau yang tercemar. Bahas bagaimana rantai

ekologi terputus.

4. Perhatikan proses fotosintesis melalui bagan

dan pengamatan hewan di akuarium atau

habitat lain.

5. Pengamatan bagaimana daun-daun, setelah

jatuh dari pohon, dengan mudah menjadi

bagian unsur organik tanah dan banding kan

fenomena ini dengan mencoba mencampur

kaca beling dengan tanah untuk menggambar

kan masalah peningkatan limbah

Interdependensi

Manusia tergantung pada hewan,

lingkungan fisik mereka, dan

manusia lain untuk kelangsungan

hidup nya.

1. Pengkajian bagaimana para pionir Amerika

bermukim di West dengan memperhatikan

karakteristik geografis tempat dimana mereka

tinggal, dan bagaimana mereka mendapat dan

menggunakan sumber daya alam yang tersedia

bagi mereka.

2. Pencarian contoh-contoh sumber daya alam

seperti minyak, kayu, dan air, yang

konservasinya bergantung pada akal budi dan

rencana manusia kedepan.

3. Pembahasan hubungan antara burung, pohon,

dan tanah,untuk sumber kesuburan tanaman,

hewan, dan hidup manusia.

4. Pengidentifikasian industri dalam masyarakat

yang bergantung pada kelangsungan industri

lain untuk eksistensinya. Pengkajian hubungan

antara industri-industri.

Perubahan teknologi

Manusia punya kemam-puan

mengubah lingkung an melalui

temuan-temuan mereka.

1. Menunjukan gambar sebuah kota dari mulanya

sampai kini. Pengamatan ukuran gedung,

fungsi, dan jenis industri. Pembahasan

pengaruh perubah an teknologi pada cara

hidup penduduk selama bertahun-tahun.

2. Pengamatan perubahan pada fitur lahan

sebelum dan setelah pembangunan perumahan

sudah dibangun.

3. Pembandingan pengaruh penggu naan daya air

(Nortwest) dan batu bara (Southwest) untuk

membangkitkan listrik.

4. Pembandingan cara dengan bagaimana rata-

rata pekerja menggunakan waktunya setiap

minggu tahun 1970 dengan cara pekerja

menggunakan waktunya pada tahun 1990.

Ilustrasikan pertambahan waktu luang.

Kelangkaan

Kelangkaan sumberdaya

menaikkan biayanya karena

pasokan turun dan permintaan

1. Pembandingan luas lahan yang orang beli di

kota besar tahun 1800, 1850, 1900, dan 1970,

dengan penghasilan rata-rata pada tahun yang

sama.

naik 2. Pembandingan biaya listrik untuk rumah rata-

rata di Nortwest dngan di Chicago dan Texas

3. Pembahasan maksud dan konsekuensi undang-

undang yang menuntut agar industri menyaring

serta memurnikan limbah mereka.

4. Pengamatan rumah tua dan rumah baru untuk

menentukan bagaimana bahan bangunan

berubah karena berkurangnya ketersediaan

sumberdaya tertentu dan popularitas material

lain.

5. Pembuatan bagan jumlah fosfat dalam

detergen. Pengkajian pengaruh fosfat pada

pasokan air dan penentuan apakah ada

kenaikan pada biaya air selama sepuluh tahun

terakhir. Pembahasan apakah kelangkaan

pasokan air merupakan ancaman bagi Amerika

dan dunia.

Tabel 14.5.

Penyelidikan Nilai Aktivitas

1. Pengenalan masalah nilai.

2. Pendeskripsian perilaku yang

relevan dengan nilai

3. Penyebutan nilai yang

diungkap oleh perilaku

4. Penentuan konflik nilai

5. Hipotesa tentang sumber

nilai

6. Penyebutan alternatif nilai

1. Pengkajian komunitas yang industri utamanya

terancam penutupan karena kontrol

pencemaran meningkat (lihat Life Magazine,

26 Maret 1971)

2. Penglihatan gambar alat-alat kenyamanan

seperti dishwasher, dryer, pembuangan

sampah. Kemudian menunjukan gambar

pencemaran udara disekitar Albuquerque

karena generator tenaga-batubara, dan

7. Hipotesa konsekuensi

8. Pemilihan

9. Pernyataan alasan, sumber,

dan konsekuen si pilihan.

gambar outage listrik New York City untuk

menunjukan akibat pemakaian listrik banyak.

3. Pengkajian kontroversi atas pesawat

Supersonic Transport. Pertimbangan

pandangan para pecinta lingkungan, legislator

yang economy-minded, dan orang yang peduli

dengan citra Amerika di dunia.

Tabel 14.6

Tindakan alternatif mengenai

pemurnian air dalam masyarakat Kemungkinan konsekuensi

1. Mengambil tindakan untuk

memperbaiki kemurnian air

dengan publikasi dukungan

sistem air limbah yang

canggih

1. Wajib pajak bisa marah karena kemungkinan

tagihan pajak lebih tinggi.

2. Kota-kota di wilayah terpencil akan lebih sedikit

menghadapi masalah pencemaran air.

3. Dalam jangka panjang, rencana ini akan lebih

murah bagi wajib pajak.

2. Mempublikasikan prog- ram

melarang pemakai an

detergen fosfat tinggi dan

produk lain yang merusak

siklus hidup di danau dan

sungai

1. Produsen rumah-tangga bisa mencari alternatif

yang memuaskan untuk mencari laundry yang

bersih.

2. Industri sabun harus bekerja keras

mengembangkan detergen bebas-fosfat

3. Kampanye bisa tidak berhasil tanpa sanksi

hukum

4. Orang umumnya tidak mau meng ubah

kebiasaan karena efek jangka panjang

3. Sekarang tidak ada tindakan 1. Pencemaran air akan terus tidak hilang.

2. Kemudahan hidup tidak akan terganggu.

3. Perlawanan wajib pajak akan ditunda.

4. Tekanan legislasi terha dap

indusri yang mence mari

saluran air.

1. Legislatormungkin tidak siap mengancam basis

pajak dan beresiko pada kemunduran ekonomi.

2. Wajib pajak rata-rata mungkin senang menekan

industri, bukan wajib pajak sendiri.

3. Biaya indusri bisa dilimpahkan kepada wajib

pajak.

5. Memulai kampanye sekitar

sekolah untuk menciptakan

kesadaran akan masalah

pencemar an air.

1. Kita bisa dengan mudah terlibat dalam usaha-

usaha tersebut.

2. Kita bisa merasakan sense of accomplishment

lebih cepat.

3. Kita tidak punya jaminan bahwa masalah akan

terpecahkan.

Tabel 14.7

Konsep kunci, generalisasi pengorganisasi,dan sub-gagasan unit ekologi

Konsep Generalisasi

pengorganisasi

Sub-gagasan

Siklus Pertumbuhan dan

kematian

tanaman, hewan,

dan manusia

merupakan

fenomena yang

terus berulang

1. Musim-musim tahun menunjukan proses

pertumbuhan dan pembusukan serta

kelahiran kembali.

2. Terputusnya siklus menyebabkan

terputusnya rantai hidup.

3. Proses fotosintesis penting untuk kelanjutan

siklushidup tanaman, hewan,dan manusia

4. Kadar oksigen di atmosfir tetap karena

kecepatan oksigen disedikan oleh tanaman-

tanaman hijau sama serti kecepatan oksigen

dipakai oleh organisme. Hal serupa berlaku

untuk karbon dioksida.

5. Laju peningkatan penduduk secara historis

adalah siklus; pertumbuhan penduduk besar

sudah dikendalikan oleh faktor-faktor alam,

salah satu diantaranya penipisan pasokan

makanan

Independensi Orang tergantung

pada hewan,

orang lain, dan

lingkungan alam

untuk

kelangsungan

hidup mereka

1. Orang dalam masyarakat menyediakan

barang dan jasa bagi orang lain.

2. Petani bergantung pada cuaca dan harga

pantas untuk kelangsungan ekonomi

mereka.

3. Air yang cukup menyediakan kebutuhan

hidup orang dan di Amerika Serikat

bergantung pada kemampuan orang

melindung mutu dan kelimpahan air.

4. Tanaman, hewan, dan manusia bergantung

untuk kelangsungan hidup dan

regenerasinya pada keseimbangan oksigen

dan karbon dioksida di udara.

Perubahan

teknologi

Orang punya

kemampuan

mengubah

lingkungannya

melalui temuan

mereka

1. Waduk dibangun untuk menghasilkan

tenaga listrik, menyediakannya untuk

konsumen.

2. Ketersediaan berbagai material bangunan

dan kemajuan pengetahuan teknologi dan

arsitektur sudah menghasilkan gedung-

gedung pencakar langit, yang meningkatkan

kerapatan penduduk.

3. Orang menghasilkan berbagai kenyaman

hidup, menyediakannya dengan waktu luang

lebih banyak.

4. Produksi ekstensif dan penggunaan

kendaraan mempercepat mobilitas,

mengubah lanskape, dan menyebabkan

pencemaran udara tinggi.

Kelangkaan Kelangkaan

sumberdaya

menaikkan

harganya karena

berkurangnya

pasokan dan

permintaan naik.

1. Harga tanah terus naik sejak Amerika

Serikat dihuni karena penggunaan lahan

yang luas dan pasokannya terbatas.

2. Air untuk California selatan dipompa dari

Sungai Coloradi lewat Gurun Mojave dan

melalui Pegunungan Sierra, karena

pasokan dekat pusat penduduk kurang.

3. Biaya listrik bervariasi menurut

ketersediaan sumber listrik untuk

membangkit listrik

4. Udara dan air bersih semakin sulit untuk

dipertahankan karena pemerintah dan

industri dipaksa mencari cara baru

memurnikan limbah mereka.

5. Pasokan kayu yang berkurang sudah

menaikkan harganya dan mendorong

konservasionis menekan penghematan

pohon dan penggantian pohon yang

ditebang.

MENYEDIAKAN PELUANG AKSI SOSIAL

Setelah siswa membuat keputusan tentang issu-issu sosial penting, bilamana mungkin dan

praktis, kita harus menyediakan peluang bagi mereka berpartisipasi dalam proyek-proyek aksi

sosial untuk menerapkan keputusan yang mereka buat, membantu memecahkan masalah

sosial, dan membantu murid membangun rasa efikasi politik. Pengetahuan kecil nilainya jika

tidak dipakai membantu memecahkan masalah-masalah manusia dalam periode hidup kita

bilamana masalah-masalah pribadi dan sosial menjadi besar. Meskipun guru dan sekolah tidak

akan dapat menyediakan peluang bagi siswa untuk bertindak di semua atau mungkin sebagian

besar keputusan yang mereka buat, sekolah,dengan kerjasama dengan badan pemerintah dan

organisasi swasta, dapat menyediakan peluang bagi siswa untuk bertindak dalam berbagai

keputusan dan issu yang penting bagi mereka.

Biasanya, kita mendidik anak-anak untuk apati politik. Siswa sudah diajarkan bahwa

setiap warga mendapat perlindungan yang sama dibawah hukum, sehingga diskriminasi hanya

ada di Selatan, dan jika mereka memilih secara reguler dan mematuhi hukum mereka dapat

mengharapkan sistem politik kita ramah guna memastikan bahwa mereka mendapatkan bagian

kue “American Dream” mereka. Masalah-masalah kulit hitam, etnis Cina, Indian Amerika, etnis

Puerto Rico, wanita, dan kelompok-kelompok lain yang terkekang sudah dihindarkan dengan

cara-cara licik dalam pelajaran-pelajaran pasif tentang sistem politik kita. Newmann menulis :

Dengan pengajaran bahwa sistem konstitusi AS menjamin pemerintah bijaksana dalam

melayani kebutuhan untuk semua, sekoah-sekolah sudah menanamkan apati publik massif.

Meskipun Etika Protestan menuntut keterlibatan (untuk bertahan hidup secara ekonomis

seseorang harus menafkahi hidupnya), kepercayaan politik menanamkan sikap pasif. Orang

tidak hanya membutuhkan perjuangan hak politik, tapi hanya mempertahankan tingkat

kewaspadaan tinggi, mematuhi undang-undang, membuat pilihan yang cermat dalam

pemilihan umum, menyelesaikan kewajiban (pajak, dinas militer), dan jaminan politiknya

dijaga.

Kita khususnya penting membantu siswa membangun kemampuan untuk membuat

keputusan-keputusan yang rasional dan berpartisipasi aktip dalam aksi sosial pada saat dimana

retorika sering diganti dengan alasan,dan bilamana solusi sederhana sering diusulkan sebagai

jawaban atas masalah-masalah sosial yang rumit. Pengrusakan tanpa alasan sering hanya

merupakan respons uang dapat dilakukan oleh banyak pemuda kita bilamana lembaga-lembaga

kita dengan semena-mena menolak tuntutan perubahan mereka. Lembaga Nasional Studi

Sosial dalam Social Studies Curriculum Guidelines menegaskan pentingnya melibatkan siswa

dalam program-program aksi sosial penting :

Partisipasi sosial dalam demokrasi menuntut perilaku individu yang diarahkan oleh nilai-

nilai martabat manusia dan rasionalitas serta diarahkan kepada penyelesaian masalah-masalah

yang dihadapi masyarakat. Praktek-praktek sekolah dan khususnya program studi sosial belum

disediakan untuk partisipasi siswa secara aktip dan sistematis.Karena para pendidik studi sosial

biasanya mempunyai pemikiran yang terbatas terhadap apa yang disebut sebagai “two by four

pedagogy – dua sampul textbook dan empat dinding ruangan kelas” – penerapan potensil

pengetahuan dan pemikiran belum sepenuh direalisasikan. Komitmen terhadap partisipasi

demokrasi menyatakan bahwa bahwa sekolah menghindarkan upaya-upaya murahan untuk

memisahkan murid dari realitas sosial, dan sebaliknya, harus menemukan cara untuk

memecahkannya.

Keterlibatan ekstensif oleh siswa dari semua usia dalam aktivitas komunitas mereka,

selanjutnya sangat penting. Banyak diantara kegiatan-kegiatan ini bisa menjadi bidang masalah

yang dihadapi, paling tidak menjadi masalah kontroversial; banyak diantaranya mungkin tidak.

Keterlibatan siswa bisa berbentuk pengamatan atau pencarian-informasi, seperti perjalanan

lapangan (field trips), menghadiri rapat, dan wawancara. Juga bisa berbentuk kampanye politik,

layanan masyarakat atau perbaikan masyarakat, atau bahkan dalam demonstrasi yang

bertanggungjawab. Sekolah jangan hanya menyediakan saluran untuk kegiatan-kegiatan

tersebut, tapi membangunnya kedalam rancangan program studi sosial sekolah, mulai dari

taman kanak-kanak sampai kelas dua belas.

Pendidikan dalam kerangka kerja demokrasi dengan jelas mensyaratkan bahwa

partisipasi harus sesuai dengan martabat manusia dan melalui proses yang rasional. Partisipasi

juga harus dipilih dengan sukarela; tidak ada siswa dipaksa melibatkan diri dalam apa yang tidak

dia sukai. Partisipasi sosial juga jangan diadakan tanpa pertimbangan yang sistematis dan

matang. Kalau dilakukan dengan cara demikian berarti melanggar nilai-nilai martabat manusia

dan proses rasional. Lembaga-lembaga pendidikan dapat memberikan kontribusi yang

signifikan kepada masyarakat dengan menyediakan pengetahuan dan pengalaman penting bagi

siswa agar bisa efektif, atau sebagai bagian kelompok yang terorganisir didalam menangani

masalah-masalah sosial.

Dalam mengomentari publikasi Dewan Nasional untuk Studi Sosial yang dikutip di atas,

John Jarolink dalam pidato kepresidenannya menyatakan:

Pernyataan NCSS dengan tepat menempatkan komponen tindakan dalam perspektip

yang sepadan dengan pengetahuan, kemampuan, dan penilaian. Pernyataan ini tidak membuat

asumsi bahwa keterlibatan yang bertanggungjawab dalam aksi sosial akan muncul secara

spontan sebagai hasil dari masukan pengetahuan saja. Pernyataan ini menyampaikan posisi

bahwa seseorang belajar berpartisipasi dalam urusan-urusan sosial dengan terjun didalamnya

dan sebab itu program studi sosial harus memberikanpeluang untuk partisipasi tersebut. ….

Dengan cara apapun partisipasi sosial dirumuskan, jelas bahwa itu sama dengan aktivisme.

Maksud peryataan NCSS harus ditafsirkan berarti bahwa siswa harus dengan aktip terlibat

dalam urusan sosial diluar mata pelajaran studi sosial.

Dasar Pemikiran Aksi Sosial

Telah kita sebutkan bahwa bilamana siswa mempelajari issu sosial, mereka harus diberi peluang

bertindak atas keputusan-keputusan mereka bilamana keputusan itu layak dan praktis bagi

mereka. Perlu diberikan pedoman untuk proyek aksi sosial dan contoh contoh aktivitas

partisipasi sosial.

Bilamana issu sosial sudah membagi masyarakat, seperti hubungan ras dalam contoh

kita, paling baik bagi siswa adalah membatasi tindakan mereka untuk ruangan kelas mereka,

sekolah mereka,atau situasi lokal mereka dimana mereka tidak menghadapi risiko disalahkan

publik atau masyarakat luas. Jika sekelompok siswa terlibat dalam kontroversi rasial dalam

masyarakat yang terpecah-belah, sekolah dan siswa menjadi rentan menghadapi serangan-

serangan dari kelompok ekstrimis. Selain kemungkinan ini, guru tidak dapat membantu seorang

siswa atau kelompok siswa bebas dari issu tersebut jikalau mereka merasa kuat dengan issu

tersebut. Tanggungjawab utama guru adalah membantu siswa agar menjadi lebih sadar

dengan bentuk tindakan mereka dan kemungkinan konsekuensi tindakan mereka.

Namun,bilamana siswa semakin bebas terlibat dalam kontroversi sosial,mereka dapat

bertindak sebagai individu dan bukan sebagai agen sekolah. Karena sekolah publik begitu

rentan dalam masyarakat kita, sekolah publik tidak dapat bertahan kalau guru dan

administrator tidak melaksanakan pertimbangan yang matang bilamana kegiatan partisipasi

sosial direncanakan untuk para siswa.

Karena sekolah adalah lembaga sosial dengan masalah-masalah yang mencerminkan

masalah masyarakat yang lebih luas, siswa dapat diberi kesempatan besar dalam menentukan

kebijakan publik dengan berusaha mengeliminir masalah-masalah dalam ruang kelas,

sekolah,atau sistem sekolah mereka.Mereka bisa mulaidengan mengkaji dan menganalisa

masalah-masalah didalam ruang kelas mereka. Untuk membantu anak-anak membangun rasa

efikasi politik dengan berusaha memecahkan masalah-masalah sosial didalam sekolah,guru dan

administrator harus committed kepada keyakinan bahwa anak-anak akan berpartisipasi dalam

pembuatan kebijakan sekolah dan kebijakan publik lain.

Kalau guru dan kepala sekolah tidak ingin memberi peran kepada anak-anak dalam

pembuatan kebijakan ruang kelas dan sekolah, proyek aksi sosial siswa tidak dapat berhasil

sepenuhnya dilaksanakan. Anak-anak yang kurang memiliki efektivitas politik dalam sekolah

mereka sendiri akan tidak efektip dalam penentuan kebijakan publik dalam komunitas yang

lebih luas. Sebenarnya, ada kebijakan-kebijakan sekolah dimana anak-anak tidak dapat dan

mungkin tidak diijinkan untuk berbuat atau mempengaruhi sesuatu kebijakan. Administrator

sekolah dan guru juga harus mengikuti peraturan-peraturan dan undang-undang yang dibuat

oleh otoritas yang lebih tinggi. Akan tetapi, bilamana issu-issu tersebut menyangkut rasisme,

busing, penyalahgunaan narkoba, sexisme, dan seleksi makanan kafetaria muncul didalam

sekolah, siswa dapat dan harus diijinkan dan didorong berpartisipasi aktip dalam pembuatan

kebijakan sekolah. Hakekat dan keadaan partisipasi mereka harus ditentukan oleh issu, dan

kematangan serta pengetahuan yang siswa miliki tentang issu terkait.

Guru harus meminta agar keputusan-keputusan siswa didasarkan pada pengetahuan,

bahwa siswa sadar akan kemungkinan konsekuensi keputusan-keputusan mereka, dan bersedia

bertindak atas keputusan mereka dan menerima konsekuensinya. Siswa juga harus sadar akan

keterbatasan hukum dan moral atas tindakan didalam sekolah yang bisa terjadi. Ini tidak berarti

bahwa undang-undang yang mengatur sekolah tidak akan atau tidak haru diganti sebagai akibat

aksi sosial cerdik dan teratur. Namun, siswa, seperti semua warga lain, harus bekerja untuk

perubahan didalam undang-undang dari masyarakat.

Aksi sosial yang tidak bertanggungjawab, ilegal, atau melanggar martabat manusia

jangan didukung oleh sekolah. Individu-indivisu yang diperkirakan bekerja untuk perubahan

sosial dan untuk keadaan masyarakat yang lebih baik sering tidak sengaja melanggar hak

individu lain dan nilai-nilai yang mereka yakini. Aktivis sosial yang menggunakan taktik yang

bertentangan dengan nilai-nilai dimana mereka mengklaim akan bekerja menurut definisi kita

adalah irrasional dan tidak bertanggungjawab. Sekolah, melalui kerjasama dengan badan publik

dan privat lain, harus memberi peluang kepada siswa terlibat dalam proyek aksi sosial penting

dalam rangka mempengaruhi kebijakan publik serta mengembangkan rasa efikasi politik

mereka sendiri. Guru bertanggungjawab untuk membantu siswa mengetahui bagaimana

tindakan mereka bisa tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka, dan menyelidiki bagai tindakan itu

tidak konsisten untuk mengklaim martabat manusia dan menggunakan taktik yang tidak

manusiawi dalam upaya menciptakan kondisi yang manusiawi didalam masyarakat. Guru juga

bertanggungjawab untuk membantu siswa mewujudkan bahwa mereka harus bersedia

menerima tanggungjawab atas tindakan dan keyakinan mereka.

Guru yang ingin membantu siswa membangun kemahiran dalam keterampilan aksi

sosial harus banyak memberi peluang kepada mereka untuk mengklarifikasi sasaran kebijakan

mereka dan mempelajari bagaimana melaksanakan kekuasan politik dengan berhasil. Dalam

sebuah model (lihat Gbr. 14.2), Newmann mengidentifikasi beberapa komponen penting

kurikulum aksi sosial yang baik. Model ini membantu siswa mengembangkan kerampilan dalam

: (a) perumusan sasaran kebijakan, (b) berupaya mengumpulkan dukungan untuk sasaran

tersebut, dan (c) pemecahan masalah psiko-filosofis. Bilamana siswa merumuskan sasaran

kebijakan dengan menggunakan modelini, mereka mengartikulasikan dan membenarkan

pilihan-pilihan moral yang terdapat dalam kebijakan mereka serta melaksanakan penelitian

kebijakan terkait dengan sasaran mereka. Mereka menggali dan mengujicoba cara-cara

pelaksanaan kekuasaan politik bilamana mereka berusaha mengumpulkan dukungan untuk

sasaran mereka. Aksi sosialbisa menimbulkan dilemma filosofi dan psikologi bagi individu. Oleh

karena perlu, menurut kata-kata Newmann, agar kurikulum aksi warga membantu siswa untuk

memecahkan masalah ‘psiko-filosofis’. Model Newmann merupakan alat konsepsi penting

untuk perancangan dan pelaksanaan kurikulum studi sosial yang menitikberatkan pada

pengambilan keputusan dan aksi sosial.

PROYEK AKSI SOSIAL

Dalam diskusi di atas, kita sudah mengindikasikan beberapa tipe kegiatan partisipasi sosial

dimana siswa bisa menjadi lebih terlibat dalam rangka menentukan kebijakan publik dan

membangun rasa efikasi politik. Kami katakan, kegiatan-kegiatan tersebut sering bisa mulai di

sekolah karena sekolah adalah lembaga sosial yang sering mencerminkan masalah-masalah

masyarakat. Rasisme, penyalahgunaan narkoba, stratifikasi kelas, sexisme, dan pembakaran

rumah dengan sengaja (arson)adalah jenis-jenis masalah yang sekolah hadapi.Siswa dapat

mengambil tindakan langsung atas masalah-masalah ini, khususnya setelah mengkaji masalah

tersebut dari perspektip ilmu sosial dan menganalisa nilainya untuk mereka sendiri. Hanya

setelah melewati proses ini mereka akan dapat membuat keputusan yang rasional dan

mengambil tindakan sosial cerdik. Proyek aksi sosial lain, khususnya untuk siswa yang lebih

dewasa, dapat terjadi dalam masyarakat luas. Aksi sosial bisa berbentuk pengamatan,

partisipasi, atau kepemimpinan. Sekolah dapat bekerjasama dengan badan seperti departemen

kepolisian lokal, dinas kebakaran, organisasi hak sipil dan derma,serta organisasi-organisasi

politik.Tingkat keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan tersebut bisa bermacam-macam. Tujuan

pokok kegiatan-kegiatan tersebut harus untuk memberikan peluang kepada siswa untuk

membangi efikasi politik selain dari memberi pelayanan masyarakat. Walaupun kedua sasaran

tersebut dapat dicapai dalam tipe proyek yang paling efektif.

Partisipasi siswa dalam kegiatan aksi sosial didalam masyarakat kita bukan tanpa

preseden. Namun, aksi sosial yang paling dramatis dan efektif oleh siswa-siswa Amerika

biasanya dilakukan oleh mahasiswa. Selama pemberontakan kulit hitam tahun 1960an, para

mahasiswa, baik kulit hitam dan kulit putih, tetap aktip dan berpengaruh. Mereka membantu

untuk menghilangkan perbedaan antar restoran, transportasi antar-negara bagian, sekolah,

kolam renang dengan taktik-taktik seperti sit-ins, freedom-rides, dan swim-ins. Efektivitas siswa

dalam pergerakan hak sipil 1960an adalah salah satu indikasi paling dramatis potensi kekuatan

mahasiswa di Amerika Serikat. Peran siswa dalam pergerakan ini harus dikaji dengan cermat

oleh setiap kelompok siswa/mahasiswa yang sedang merencakan proyek aksi sosial.

Mahasiswa perguruan tinggi dan siswa sekolah menengah atas juga semakin terlibat

dalam kontroversi sosial dalam beberapa dekade terakhir. Ketika perang di Vietnam menjadi

semakin tidak populer selama 1960an, kelompok-kelompok protes mahasiswa terbentuk di

kampus dan sekolah-sekolah diseluruh wilayah negara ini. Protes semakin intens, dan banyak

pengamat mempercayai bahwa keputusan Presiden Nixon untuk menghentikan perang

sebagian dipengaruhi oleh protes mahasiswa.

Protes oleh mahasiswa selama 1960an juga menyebabkan pembaharuan kurikulum di

sekolah publik dan perguruan tinggi. Sejarah dan budaya kulithitam, suku Indian, etnis Cina, dan

kelompok-kelompok minorityas etnis lain sebagian besar sudah dihilangkan dari kurikulum

sekolah dan perguruan tinggi. Protes oleh sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas, dan

mahasiswa merupakan faktor besar yang memprakarsai gerakan pembaharuan untuk

memasukkan studi kelompok Amerika II didalam kurikulum. Aksi mahasiswa yang memprotes

pencemaran udara dan bumi menyebabkan banyak warga Amerika menyadari masalah berat

pencemaran yang menghadang bangsa kita, dan membantu mengumpulkan dukungan legislasi

anti-pencemaran.

Dalam pengkajian cara-car dengan mana siswa sekolah lanjutan pertama, sekolah

lanjutan atas dan perguruan tinggi berpartisipasi dalam protes sosial, kita tidak berarti

mengatakan bahwa semua atau bahkan sebagian besar tindakan mereka rasional atau bahkan

sangat efektif. Namun, mahasiswa akan semakin terlibat dalam issu sosial penting dalam

masyarakat dan bangsa, apakah sekolah memfasilitasi keterlibatan itu atau tidak, tak jadi

pertimbangan. Selanjutnya, sekolah harus menerima fakta ini, dan membantu siswa untuk

memutuskan bentuk tindakan yang rasional, dan semakin terlibat dalam proyek dimana

mereka dapat mengalami tingkat efektivitas politik maksimum.

Kita sudah menyebutkan bahwa protes sekolah sering tidak bertanggungjawab,

irrasional, dan illegal. Kami percaya bahwa banyak protes yang tak bertanggungjawab terjadi

karena sekolah dan lembaga mereka tidak membantu siswa menganalisa masalah secara

reflektif didalam masyarakat, tidak mengklarifikasi nilai, dan tidak merencanakan strategi aksi

sosial yang cerdik dan efektif. Protes sosial mungkin akan lebih berhasil dan lebih sedikit

menguras sumberdaya manusia dan fisik jika siswa dibantu memahami pengambilan keputusan

dan keterampilan aksi sosial.

Kita tidak berarti mengatakan bahwa hanya jenis partisipasi siswa yang berguna dalam

masyarakat adalah protes politik. Siswa juga dapat berpartisipasi dalam jenis protes aksi lain.

Sekelompok mahasiswa di Harvard University merencanakan protes dimana mereka mem-

bused anak-anak Southern berpendapatan-rendah yang membutuhkan perawatan gigi dari

kampus Howard di Washington D.C, serta merawat mereka. Mahasiswa dengan bantuan

departemen kepolisian dan badan-badan lain membantu menginformasikan kepada calon

pemakai narkoba efek buruk narkoba. Di beberapa kota besar, kaum dewasa belia membantu

untuk mendirikan dan mengoperasikan pusat perawatan narkoba. Sekelompok mahasiswa

dalam suatu komunitas mengorganisir pusat informasi perencanaan dimana keluarga-keluarga

miskin bisa mendapatkan informasi tentang pengendalian kelahiran dan aborsi. The Black

Student Union di University of Washington mengorganisir serta mengoperasikan sebuah pusat

day-care gratis untuk anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah. Di beberapa komunitas

mahasiswa bekerjasama dengan organisasi-organisasi seperti American Cancer Society untuk

merencanakan dan memprakarsai kampanye anti-rokok yang ditujukan pada masyarakat luas.

Di sebuah sekolah swasta di Chicago, sekelompok siswa sekolah lanjutan pertama dan

sekolah lanjutan atas merencanakan proyek dimana mereka mengimplementasikan program

self-help dan program rekreasi bagi anak-anak di sekolah inner-city (pusat kota). Sebagian siswa

di sekolah ini juga menjalankan proyek perkuliahan untuk siswa-siswa inner-city yang

menghadapi masalah akademis. Sekelompok mahasis di University of Washington

merencanakan serta melaksanakan sekolah front-aktip bagi anak-anak yang dropout sekolah,

banyak diantaranya adalah bekas siswa di sekolah-sekolah inner-city.

Di Case Western Reserve University Cleveland, sekelompok mahasiswa bergabung

dalam sebuah proyek, yang diketuai oleh Ralph Nader, yang menangani komplain konsumen

yang mendapat kesulitan dengan kendaraan mobil mereka. Proyek ini cukup berhasil dalam

membantu untuk mengarahkan salespeople memenuhi tanggungjawab kontrak. Di sebuah kota

besar, mahasiswa merencanakan pusat informasi politik nonpartisan dimana pemilih (voter)

dapat memperileh informasi yang objektip uyntuk kandidat dn issu-issu tertentu. Proyek

partisan ini syahih,sehingga mahasiswa-mahasiswa lain dengan opini yang berbeda dan

keyakinan yang berbeda mendapat peluang yang sama untuk mendorong kampanye ini untuk

sebab dan kandidat lain.

Walaupun proyek proyek bantuan masyarakat, proyek sipil dan proyek ionformasi bisa

menjadi sarana yang efektif untuk kegiatan partisipasi, mahasiswa harus terlibat dalam

berbagai macam aktivitas praktis jika mereka ingin merasakan efektivitas politik. Banyak sekali

individu didalam masyarakat kita mengalami perasaan alienasi politik yang akut dan tidak

berpartisipasi di semua jenjang urusan politik. Aksi mahasiswa untuk membantu menyelesaikan

berbagai masalah sosial didalam masyarakat kita. Mahasiswa bisa mengambil tindakan untuk

mengekspos penyelewengan konsumen oleh berbagai industri, dan menekan pejabat-pejabat

yang dipilih untuk lebih baik memperhatikan konsumen. Mahasiswa dapat mengambil bentuk

tindakan serupa untuk mengekspos kondisi yang tidak manusiawi di banyak rumah sakit,

penjara, dan sekolah-sekolah inner-city. Kampanye anti-pencemaran oleh siswa tingkat sekolah

dasar, juga bisa menginformasikan kepada penduduk sejauhmana kadar pencemaran di

lingkungan mereka dan mengambil tindakan aktual untuk menolong mengurangi situasi ini.

Siswa-siswa sekolah dasar juga dapat mengambil langkah-langkah didalam komunitas

mereka untuk memperbaiki keamanan kendaraan. Dalam suatu komunitas, sekelompok siswa

memasang sabuk pengaman (seat belt) bagi pengemudi hanya dengan tarip biaya material.

Siswa, khusus pada hari libur ketika kematian akibat kecelakaan mobil meningkat, dapat

mempersiapkan literatur dan menyusun pidato di tempat-tempat umum untuk mendorong

pengemudi mengendarai lebih aman. Mereka dapat mensponsori proyek tersebut melalui

kerjasama dengan organisasi seperti National Safety Council. Guru yang kreatif akan

memikirkan banyak cara melibatkan siswa dalam kegiatan partisipasi sosial yang bermanfaat.

Komentar kami hanya menyampaikan kemungkinan-kemungkinan. Siswa dapat berbuat banyak

melalui aksi sosial untuk memperbaiki lingkungan sekolah mereka, yang merupakan lembaga

sosial riil dan nyata dengan berbagai masalah masyarakat luas dan bangsa. Poin ini tidak bisa

terlalu ditekankan. Kami menyajikan pedoman-pedoman berikut untuk guru dan siswa yang

sedang merencanakan proyek aksi sosial.

PEDOMAN PROYEK – PROYEK AKSI SOSIAL

1. Kegiatan harus menjadi pengalaman berharga, tidak hanya proyek dimana siswa terlibat

dengan mengatakan bahwa mereka berpartisipasi dalam proyek aksi sosial.

2. Sasaran utama proyek aksi sosial adalah untuk memberikan pengalaman kepada siswa

dengan mana mereka dapat memperoleh perasaan efektivitas politik, dan tidak hanya

melayani masyarakat. Namun, proyek-proyek yang paling efektif berkontribusi kepada

pencapaian kedua sasaran ini.

3. Derma dan jenis pengalaman bantuan masyarakat lain adalah syahih dan aktivitas yang

berharga, walaupun proyek, sesering mungkin, harus membantu anak-anak untuk mendapat

perasaan efektivitas politik.

4. Siswa harus berpartisipasi dalam kegiatan aksi sosial hanya setelah mereka mempelajari issu

terkait dari perspektip ilmu sosial, menganalisa dan menjelaskan nilai-nilai mereka mengenai

issu tersebut, mengidentifikasi kemungkinan konsekuensi tindakan mereka, dan

mewujudkan keinginan menerima konsekuensi tersebut.

5. Bilamana masalah didalam sekolah dapat diselesaikan melalui aksi sosial, partisipasi dalam

kegiatan sekolah harus memberi prioritas atas partisipasi dalam proyek masyarakat luas.

6. Meskipun pengambilan keputusan kelompok syahih dan sering dibutuhkan, tidak ada

seorangpun siswa bisa diminta berpartisipasi dalam proyek aksi yang dia rasa bertentangan

dengan nilai dan keyakinannya.

7. Pengalaman dan usia siswa harus dipertimbangkan bila proyek aksi direncanakan dan

dilaksanakan. Anak-anak kecil harus membatasi aksi mereka untuk ruang kelas, sekolah, dan

keluarga mereka, atau untuk kelompok primer lain atau lembaga sekunder dimana mereka

merasa aman dan didukung tindakan mereka.

8. Bilamana proyek aksi sosial direncanakan, dukungan guru lain, siswa, administratir sekolah,

badan komunitas terkait, semua anggota masyarakat harus diperoleh.

9. Siswa yang ingin berpartisipasi dalam proyek aksi sosial harus diijinkan membuat jadual yang

kondusif untuk partisipasi tersebut. Konsep sekolah harus diperluas; aktivitas tidak bisa

berlangsung didalam empat dinding ruangan kelas sekolah.

10. Bilamana masyarakat dengan serius terbelah atas issu sosial dan perasaan didalam

masyarakat intens, proyek aksi harus dibatasi untuk ruangan kelas, sekolah, keluarga, atau

untuk lembaga-lembaga lain yang mendukung tindakan mereka dan dimana siswa merasa

aman.

11. Proyek aksi sosial yang direncanakan siswa jangan melanggar undang-undang dan adat-

istiadat masyarakat.

12. Proyek aksi sosial yang direncanakan didalam sekolah harus sesuai dengan nilai-nilai

Keyakinan Amerika dan martabat manusia.

13. Bilamana proyek aksi sosial direncanakan, guru harus melakukan segala upayanya untuk

membantu siswa mengidentifikasi semua kemungkinan konsekuensi tindakan mereka,

khususnya aksi yang bisa menimbulkan konsekuensi buruk, baik bagi perorangan atau

kelompok.

14. Siswa yang ingin ikut dalam proyek individu jangan dilarang, tapi harus dibantu

mewujudkan fakta bahwa aksi kelompok biuasanyta lebih efektif secara politis ketimbang

aksi perorangan.

15. Bilamana proyek aksi sosial direncanakan, guru harus melakukan segala usaha

meminimumkan gangguan fisik, emosi atau psikologis bagi siswa. Ini sebagian besar dapat

dicapai dengan kerjasama dari orang lain dalam sekolah dan masyarakat dan melalui

pertimbangan kemungkinan-kemungkinan konsekuensi bentuk tindakan lain.

16. Proyek aksi sosial dalam program studi sosial harus nonpartisan. Walaupun kelompok-

kelompok siswa bisa memutuskan untuk mengkampanyekan kandidat atau issu tertentu,

anak-anak dengan keyakinan dan sasaran lain harus punya pilihan untuk merencanakan

proyek setara guna mendukung keyakinan dan pilihan politik mereka.

PENGAJARAN ISSU KONTROVERSIAL

Banyak issu sosial dimana siswa ingin melakukan aksi sosial akan kontroversial.Maka, perlu kita

membahas pengajaran issu tersebut dalam bab ini.

Dalam era yang diselimuti kontroversi ideologi, wajar mengharap sekolah kita terus

melakukan upaya pelatihan siswa untuk mengatasi issu-issu tersebut dengan efektip dan

cerdik.Namun, ada banyak fakta bahwa sebagian besar sekolah menghindarkan tanggungjaab

mereka membantu siswa memecahkan issu-issu sosial. Dalam Bab 11 kita membahas

bagaimana issu sosial dihindarkan dalam banyak textbook studi sosial. Bukan hanya guru saja

yang enggan menangani topik yang kontroversial, tetapi kelompok-kelompok tekanan yang

terorganisir juga sering menyisihkan topik “hangat” dari ruang kelas. Tahun 1975 kelompok-

kelompok warga di Kanawha County, West Virginia, dengan gigih mencegah penggunaan seri

buku-bacaan komersial di sekolah. Kontroversi ini, yang mendapat perhatian nasional, sangat

memecah belah masyarakat dan memunculkan beberapa konflik nilai yang laten. Man : A

Course of Study, sebuah kurikulum studi sosial eksperimental, juga dengan gigih diserang oleh

kelompok-kelompok masyarakat dan pemimpin-pemimpinan nasional pada akhir 1970an.

Tersirat dalam upaya menghindarkan topik yang kontroversial dari sekolah adalah penolakan

kebebasan akademis bagi siswa dan guru.

Guru sering tidak bersedia mengizinkan siswa menganalisa konsep-konsep seperti

komunisme, sosialisme, dan Marxisme secara objektif. Mereka cenderung membanding

gagasan-gagasan demokrasi yang paling manusiawi dengan aspek-aspek komunisme paling

kelam. Hasilnya adalah indoktrinasi. Guru yang mengindoktrinasi siswa mencoba mengajarkan

kebebasan dan demokrasi dengan metoda yang otoriter. Siswa tidak dapat mempelajari

demokrasi dalam setting yang otokratis. Pengujian fakta dan issu dalam suasana kelas yang

bebas adalah cara paling efektif bagi anak-anak belajar mengapresiasi nilai-nilai demokrasi.

Ketika sedang membahas issu sosial, siswa harus didorong untuk mengkaji sumber

orisinil dan mencapai kesimpulan mereka sendiri. Guru-guru yang mengindoktrinasi kurang

memiliki keyakinan kuat dalam hal demokrasi, bagi orang yang benar-benar percaya pada

proses demokrasi yakin bahwa demokrasi akan menopang penyelidikan paling intens. Jika siswa

sampai pada kesimpulan mereka sendiri, keyakinan mereka akan kuat dan cerdik, dan tidak

hanya emosional. Emosi dengan mudah menyisihkan persuasi. Keyakinan kuat dan rasional

akan menopang tantangan yang paling intens.

Kalau kita tidak mengungkapkan kepada siswa kita cacat kita dan juga prestasi kita, kita

menghadapi risiko membuat mereka jadi sinis bilamana kita akhirnya menemukan fakta-fakta

kelam tentang masyarakat kita. Banyak siswa menjadi kecewa bilamana mereka pada akhirnya

menemukan di sekolah lanjutan atas atau perguruan tinggi bahwa Lincoln, disamping

kebajikan-kebajikannya, lebih tertarik dalam mempertahankan Union ketimbang membebaskan

para budak. Siswa harus paham bahwa bangsa kita,dengan segala kekuatannya, selalu memiliki

pemimpin yang cacat,banyak diantaranya yang membela rasisme, mendukung kebijakan yang

cenderung mengarahkan kita kedalam kancah perang. Meskipun demikian, kebenaran tentang

masyarakat kita akan membantu siswa lebih percaya pada masyarakat kita, tidak kurang dari

itu.

Apakah didalam sekolah atau diluar sekolah, siswa akhirnya belajar tentang konflik nilai

yang memecah belah warga Amerika. Mereka sering para bintang dan saksi dalam konflik sosial

dalam zaman kita. Kaum muda kita, dengan mengikuti orangtua mereka, ikut serta dalam

eksodus ke pinggiran kota agar “bebas” dari efek negatip integrasi rasial. Layar televisi dengan

giat mendokumentasikan kejahatan-kejahatan yang sangat luas terjadi pada masa-masa sulit

ini. Guru harus membantu siswa mengatasi masalah-masalah ini. Sebagai warga masa depan,

kalau siswa tidak menyadari masalah dalam masyarakat kita, tidak memiliki informasi yang

akurat tentang mereka, dan meninggalkan cara-cara yang akurat untuk memecahkan masalah

mereka, mereka tidak akan mampu menutup jurang dalam antara cita-cita dan perilaku aktual

kita.

Banyak guru kurang memahami peranan mereka sesungguhnya dalam pengajaran issu-

issu yang kontroversial. Ketidakpastian mereka terhadap beberapa hal mencerminkan konflik

nilai dalam masyarakat kita. Sebagian pendidik menganjurkan indoktrinasi sementara pendidik

lain menganjurkan transmisi kritis warisan budaya kita sebagai cara yang terbaik untuk

membangun warganegara yang setia dan cerdik. Banyak pengarang buku-buku metoda

menyarankan guru untuk menggunakan peringatan keras dalam setiap diskusi issu sosial;

mereka melihat peran guru sebagai peran netral, pengarang lain yakin bahwa tidak mungkin

bagi guru membantu siswa untuk menganalisa issu-issu sosial secara rasional dan pada saat

bersamaan menutup-nutupi pandangan atau opininya sendiri.

Penulis ini yakin bahwa seorang guru tidak dapat dan jangan diminta memikul posisi

netral bilamana membahas topik-topik genting seperti rasisme, aborsi yang syah, pembebasan

budak, dan kebebasan wanita. Menutut agar guru netral pada issu tersebut, berarti sama

dengan menyangkal kebebasan dan hak mereka menyuarakan pandangan mereka secara

terbuka di forum publik. Meskipun guru harus dengan bebas mengekspressikan opini mereka

pada waktu yang tepat, mereka harus yakin dan percaya bahwa, sebelum melakukannya, guru

sudah memiliki kesempatan untuk sampai pada kesimpulan mereka sendiri dengan bebas. Guru

harus menjelaskan pandangannya sehingga siswa dapat menerimanya sebagai pandangan

(opini). Siswa harus bebas dan didorong menantang secara rasional opini guru mereka. Mereka

harus belajar menentang setiap opini, terlepas dari sumbernya. Kalau kita tidak menghadapi

issu-issu sosial hangat secara terbuka dan kritis dalam ruang kelas, siswa-siswa kita tidak akan

berhasil berpartisipasi dalam proyek aksi sosial yang akan membantu menciptakan masyarakat

yang lebih manusiawi.

Meminta Pandangan atas Issu Kontroversial

Kita sarankan bahwa seorang guru harus bebas menentukan pandangan atas issu yang

kontroversial. Ini penting ditegaskan kembali dan menjelaskan poin ini lebih jauh. Tidaklah

konsisten meminta siswa menyampaikan pandangan atas issu sosial dan tidak mengharapkan

perilaku yang sama dari guru.

Banyak pendidik telah mendorong para guru untuk memilih “opini netral dan objekti”

bilamana berhubungan dengan issu kontroversial. Tetapi seringkali yang disebut objektivitas

menjadi kecil selain dari netralisme steril dan faceless fence-sitting, dengan melihat guru

seperti orang bego dan tanpa-opini. Orang demikian tidak dapay memahami setiap aktivitas

manusia. Sebagaimana sudah kita sebutkan sebelumnya, guru harus merasa bebas

mengekspresikan kajian mereka, tetapi mereka harus yakin bahwa siswa mereka memiliki

banyak peluang untuk menjabarkan opini mereka sendiri tentang issu sosial tanpa pengaruh

guru. Guru sering tidak menyadari bagaimana besarnya pengaruh mereka pada siswa-siswa

mereka. “Guruku berkata ……” adalah salah satu indikator paling jelas dari pengaruh guru pada

siswa, dan pernyataan ini hampir selalu terdengar di setiap rumah yang memiliki anak-anak.

Dengan anak-anak yang lebih besar pernyataan ini bisa berbentuk zero-worship ringan dimana

anak-anak dengan mudah menerima sudut pandang guru, tidak persoalan seberapa persuasif

titik pandang lain. Guru harus menyadari bahaya kembar di sini; pada satu sisi, indoktrinasi

langsung dan propaganda pada sisi lain, yang sering kita sebut faceless anonymity dari

pandangan netral objektip. Kedua ekstrim ini harus dihindarkan.

Banyak distrik sekolah memberi pedoman kebijakan khusus untuk penanganan issu

kontroversial dalam ruangan kelas. Penting sekali agar berbagai sisi suatu issu dengan cermat

dikaji, sehingga penutur publik (public speaker) yang menyampaikan berbagai sudut pandang

bisa diundang kedalam ruangan kelas dan majelis siswa, dan semua siswa mendapat peluang

yang sama untuk menyampaikan pandangan mereka atau untuk berbagi platform mereka

sehingga siswa dapat mempersoalkan pandangan-pandangan yang bersebelahan dengan

pandangannya sendiri.

Sebagian besar masalah yang bersumber dari pengajaran issu yang kontroversial

mengemuka karena guru gagal melibatkan orangtua, perwakilan masyarakat, dan administrator

sekolah dalam perencanaan tahap-tahap studi tersebut. Seringkali semua orangtua sedikit atau

tidak sama sekali memiliki ide issu kontroversial dimasukkan dalam topik yang diusulkan.

Mereka merasa tidak yakin dengan posisi mereka sendiri atau posisi yang dianut oleh satu atau

beberapa faksi didalam masyarakat. Bilamana posisi nilai didalam kontroversi tidak jelas bagi

setiap orang, issu tersebut diselimuti oleh penggunaan kata-kata jamak, bahasa emosional, dan

posisi keras.

Menurut akal sehat, kita harus mendorong guru untuk yakin atas posisi kebijakan dewan

sekolah mereka tentang pengajaran issu-issu yang kontroversial. Tanpa adanya kebijakan

dewan sekolah atas issu tersebut, kita sarankan agar guru dan kelompok masyarakat serta

administrasi sekolah sepenuhnya mengapresiasi hakekat issu yang kontroversial tersebut

terlebih dahulu. Ini tidak dimaksudkan untuk menyatakan bahwa guru dapat berpegang pada

“sensitive toes”. Sebaliknya, ini menyarankan bahwa bilama orangtua dan administrator

diberitahu sebelumnya, setiap kecaman yang muncul dapat disalurkan dengan baik dalam

diskusi lengkap dan bebas atas hak untuk mengangkat issu tersebut dalam ruang kelas, selain

pada pribadi guru tertentu.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, organisasi-organisasi profesional seperti National

Council for the Social Studies, National Education Association, dan American Federation of

Teachers sudah mulai membantu guru-guru yang secara tidak wajar dikecam karena pengajaran

issu-issu kontroversial atau yang diskors atau dipecat tanpa proses hukum. Ada indikasi bahwa

organisasi-organisasi ini akan semakin berperan aktip dalam membela hak-hak guru untuk

mengekspressikan pandangan mereka secara bebas didalam kelas dan mengajarkan issu-issu

sosial yang kontroversial. Buku Tahunan ke-45 National Council for the Social Studies

diperuntukkan bagi pengajaran issu-issu yang kontroversial.

RINGKASAN

Dalam bab ini, kita lebih jauh menjelaskan keyakinan kita tentang sasaran program studi sosial

dalam tingkat sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama. Kami kembali menegaskan bahwa

sasaran utama kurikulum studi sosial harus membantu siswa mengembangkan kemampuan

mereka membuat keputusan, sehingga mereka dapat memecahkan masalah-masalah pribadi

dan mempengaruhi kebijakan publik dengan berperanserta dalam aksi sosial yang rasional.

Teori kita mengaumsikan bahwa dalam suatu masyarakat yang demokratis, siswa harus terlatih

membuat keputusan-keputusan yang rasional sehingga mereka dapat mengambil tindakan

sosial yang cerdik untuk mempengaruhi kebijakan publik. Keterampilan pengambilan keputusan

didapat melalui pembelajaran dan bukan bawaan lahir, dan harus terus menerus dikembangkan

didalam program studi sosial. Teori kita juga mengasumsikan bahwa siswa dapat belajar

mengidentifikasi dan menjelaskan nilai-nilai mereka, mencerminkan masalah sebelum

mengambil tindakan atas masalah tersebut, dan membuat keputusan yang rasional sesuai

dengan nilai-nilai Amerika. Namun, selain penilaian stabilitas dan martabat manusia didalam

masyarakat, kita menganjurkan kurikulum studi sosial yang mempromosikan perubahan. Kita

mengasumsikan bahwa bilamana nilai – nilai kemasyarakat dan norma-normanya tidak

berfungsi, nilai dan norma-norma tersebut akan berubah oleh aksi sosial massif dan efektif.

Maka banyak nilai, norma, keyakinan dan gaya hidup tergantung kepada rekonstruksi dalam

setiap generasi, walaupun martabat manusia adalah suatu nilai yang kekal.

Selanjutnya kita uraikan proses pengambilan keputusan tang rasional dan aksi sosial

yang cerdik. Untuk membuat keputusan yang rasional, pelaku sosial harus memakai konsep dan

generalisasi dari beberapa disiplin, pengetahuan yang memiliki nilai prediksi tinggi, dan yang

menentukan struktur disiplin ilmu sosial. Pelaku sosial harus mengidentifikasi, menyusun, dan

menjelaskan nilai-nilainya dan juga mempertimbangkan nilai alternatif dan konsekuensinya.

Bilamana pelaku sosial betindak secara cerdik untuk mempengaruhi kebijakan publik, dia sudah

menguasai pengetahuan yang berhubungan dengan issu terkait, menjelaskan nilainya sendiri

mengenai issu tersebut, dan sangat menyadari dan bersedia menerima kemungkinan

konsekuensi tindakannya. Tindakan yang tidak memenuhi kriteria ini adalah irrasional.

Kami anjurkan agar siswa harus lebih terlibat dalam proyek aksi sosial yang realistis jika

mereka ingin membangun perasaan efikasi politik. Kami menetapkan dasar pemikiran untuk

proyek aksi sosial, mengkaji contoh-contoh, memberikan pedoman untuk objek tersebut, dan

membahas pengajaran issu-issu kontroversial. Bab terakhir menyajikan dasar pemikiran dan

strategi untuk pengevaluasian penyelidikan ilmu sosial, keterampilan penilaian, pengambilan

keputusan, dan keterampilan aksi sosial.