Prof
Transcript of Prof
Prof. James A Bank
Was born on September 24, 1941, to a family of farmers, his father was
Matthew Banks and mother, Lula Holt Banks. He had studied at the
McCullough Union School. He gained his associate’s degree with high scholastic
honors from Chicago City Junior College in 1963. A year later, he received
bachelor’s degree in elementary education and social science with honors
from Chicago Teachers College. He received his master’s and PhD degrees in
these fields from Michigan State University between 1966 and 1969.Banks
holds honorary doctorates from the Bank Street College of Education (New York),
the University of Alaska, Fairbanks, the University of Wisconsin, Parkside,
DePaul University, Lewis and Clark College, and Grinnell College. In 2007, he
was appointed the Tisch Distinguished Visiting Professor at Teachers
College, Columbia University
Prof. Dr. Idrus Affandi, S.H
STRATEGI MENGAJAR
UNTUK ILMU SOSIALPenyelidikan, Penilaian, dan Pengambilan
Keputusan
James A Bank
PENERJEMAH
Yana Setiawan
Syaharudin
Efa Rosfita
Yosef Mardiana
Neti Budiwati
Murdiyah Winarti
Leni Maryani
Sheilly Novia
Meitri Hening Crisn
Entin Jumantini
Roky Nopila
Arief Maulana
Nurdiana
Sufian Majea
Lia Liana Iskandar
Yani Suryani
Ridlo Bayu Yefterson
Dani Asmara
Isye Ramawati
Shilvia MS
Mahadee Siya
Melly Agustina
Dika Nazula S
2012
MAHASISWA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2011
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
DOSEN PEMBINA
Prof. Dr, Idrus Affandi, SH (Pembantu Rektor Bidang Keuangan, Sumber Daya dan
Usaha Universitas Pendidikan Indonesi)
PENERJEMAH
Yana Setiawan (Universitas Pendidikan Indonesia)
Syaharudin (Universitas Gajah Mada)
Efa Rosfita (Sekolah Tinggi Agama Islam Sabili)
Yosef Mardiana (Universitas Indonesia)
Neti Budiwati (Universitas Padjadjaran)
Murdiyah Winarti (Universitas Gajah Mada)
Leni Maryani (Universitas Pasundan)
Sheilly Novia (Universitas Negeri Padang)
Meitri Hening Crisn (Institut Teknologi Bandung)
Entin Jumantini (Universitas Pendidikan Indonesia)
Roky Nopila (Universitas Pendidikan Indonesia)
Arief Maulana (Universitas Pasundan)
Nurdiana (Universitas Pendidikan Indonesia)
Sufian Majea (Ramkhamheang University Thailand)
Lia Liana Iskandar (Universitas Pasundan)
Yani Suryani (Sekolah Tinggi Kesehateraan Sosial Bandung)
Ridlo Bayu Yefterson (Universitas Negeri Padang)
Dani Asmara (Universitas Padjadjaran)
Isye Ramawati (Universitas Pendidikan Indonesia
Shilvia MS (Universitas Pendidikan Indonesia)
Mahadee Siya (Prince Of Songkhla University Thailand)
Melly Agustina (Universitas Lambung Mangkurat)
Oka Nazula S (Universitas Pasundan)
ALAMAT
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No 229 Bandung 40163 Bandung
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang menggenggam alam
semesta dengan kasih sayang-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan terjemahan yang berjudul “Strategi Mengajar Untuk
Studi Sosial : Penyelidikan, Penilaian, dan Pengambilan Keputusan” yanga ditulis oleh James
Bank yang diterbitkan pada tahun 1977 oleh Addison-Wesley Publishing Company. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW, para sahabatnya dan penerus
perjuangan beliau sampai akhir zaman.
Terjemahan buku ini ditulis oleh mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang
selama 1 semester telah menyelesaikan perkuliahan dalam mata kuliah Teori dan Prinsip
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Idrus
Affandi, SH selaku pengampu mata kuliah Teori dan Prinsip Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah membimbing dalam
penulisan terjemahan ini. Kami meminta maaf jika dalam penulisan terjemahan buku ini belum
sepenuhnya mencapai tujuan yang diharapkan, hal ini dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh
karena itu jika terdapat kekurangan dan kesalahan, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan terjemahan buku
ini. Melalui penulisan terjemahan buku ini, penulis berharap semoga bermanfaat bagi pembaca
dalam mengkaji pendidikan ilmu pengetahuan sosial
Bandung, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
YANA SETIAWAN & SYAHARUDIN
Bab 1 Pengambilan Keputusan Dalam Masalah-masalah Sosial dan Individu
EFA ROSFITA & YOSEP MARDIANA
Bab 2 Metode Penyelidikan Sosial
NETI BUDIWATI & MURDIYAH WINARTI
Bab 3 Produk-produk Penyeledidikan Sosial : Fakta-fakta, Konsep-konsep, Generalisasi-
generalisasi dan Teori-teori
LENI MARYANI & SHEILLY NOVIA
Bab 4 Penyelidikan Sosial : Strategi Pertanyaan
MEITRI HENING CRISN & ENTIN JUMANTINI
Bab 5 Unit Interdisipliner : Konsep dan Strategi
ROKY NOPILA & ARIEF MAULANA
Bab 6 Konsep Kurikulum Antardisiplin : Sifat dan Pengembanganya
NURDIANA & SUFIAN MAJEA
Bab 7 Sejarah : Struktur, Konsep dan Strategi
LIA LIANA ISKANDAR & YANI SURYANI
Bab 8 Sosiologi : Struktur, Konsep dan Strategi
RIDLO BAYU YEFTERSON & DANI ASMARA
Bab 9 Antropologi : Sttuktur, Konsep dan Strategi
ISYE RAMAWATI & SHILVIA M.S
Bab 10 Geografi, Struktur, dan Konsep
MAHADEE SIYA & HERI BUSYAERI
Bab 11 Ilmu Politik : Struktur, Konsep dan Strateginya
MELLY AGUSTINA & OKA NAZULA S
Bab 12 Ilmu Ekonomi : Struktur, Konsep dan Strategi
MAHASISWA S3 PENDIDIKAN IPS
Bab 13 Penilaian, Model Penyelidikan dan Strateginya
MAHASISWA S2 PENDIDIKAN IPS
Bab 14 Pengambilan Keputusan dan Strategi Aksi Sosial
BAB 1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MASALAH-MASALAH SOSIAL DAN INDIVIDU
Yana Setiawan
Syaharudin
A. Masalah-masalah sosial dalam masyarakat Amerika
Ditinjau dari beberapa sudut, pengalaman nasional Amerika Serikat adalah salah satu
permasalahan yang paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Lahir dari harapan dan
aspirasi imigran Eropa, visi Amerika dihasilkan dari konversi daerah yang jarang dihuni menjadi
salah satu bangsa yang berteknologi sangat maju dan sejahtera di dunia saat ini. Pencapaian
yang ajaib terwujud dalam waktu yang relatif singkat.
Amerika Serikat berkembang dari daerah yang penduduknya sedikit menjadi masyarakat
yang sangat kompleks dalam kurang dari dua abad. Dibandingkan dengan total waktu manusia
telah berada di bumi, ini merupakan rentang waktu yang sangat singkat. Apapun kritik yang
dapat dibuat dari pengalaman Amerika, para pengamat harus setuju bahwa hal ini merupakan
kemajuan materi yang mengagumkan. Lambang teknologi kemajuan Amerika itu telah
dipamerkan ke dunia ketika dua orang Amerika menginjak bulan pada tahun 1969. Ini prestasi
luar biasa yang menimbulkan kekaguman seluruh dunia dan melambangkan kapasitas besar
bagi Amerika dalam hal teknologi.
Pada akhir dekade abad ke-20, masyarakat Amerika harus mengambil tindakan keras dan
tegas untuk mempertahankan cita-cita demokrasi mereka dan dasar institusi Amerika. Sebuah
negara berkebangsaan yang demokratis, terutama di era teknologi tinggi hanya dapat
dipertahankan oleh masyarakat yang memiliki informasi, aktif, dan berkemanusiaan. Dalam
beberapa tahun terakhir, demokrasi Amerika, serta demokrasi di seluruh dunia berhadapan
dengan berbagai masalah, seperti: skandal politik, meningkatnya kelangkaan sumber daya,
ketegangan rasial dan konflik, meningkatnya inflasi, melebarnya jurang antara orang kaya dan
miskin serta hubungan luar negeri.
Untuk mempromosikan warisan demokrasi, orang Amerika harus bekerja dengan tekun
untuk menghilangkan jurang pemisah antara cita-cita dan realitas sosial Amerika dan mencoba
untuk menyelesaikan masalah kemanusian. Masalah-masalah ini bertentangan dengan negara
plural dan negara demokrasi modern. Protes terus-menerus di kalangan etnis minoritas
Amerika menandakan bahwa mereka masih mencari American Dream yang diidam-idamkan.
Gerakan protes masyarakat pun bermunculan, seperti kelompok perempuan, konsumen, anti
perang, dlsb.
Perlu tindakan yang mendesak untuk membuat lingkungan Amerika lebih aman untuk
kelangsungan hidup manusia. Para ahli lingkungan telah mengungkapkan statistik yang kurang
menggembirakan yang menunjukkan bahwa produk-produk industri, akumulasi limbah, dan
gas buang mobil yang meracuni lingkungan dan bahkan pada tingkat yang semakin meningkat
membuat planet kita tidak aman untuk tempat tinggal manusia. Namun hal ini juga menjadi
jelas bahwa masyarakat Amerika harus serius berurusan dengan konflik-konflik nilai yang
diciptakan oleh kebutuhan terhadap lingkungan yang lebih bersih dan kenyamanan masyarakat
modern. Faktanya, kebanyakan masyarakat Amerika tidak mau menghentikan mobil mereka
dalam rangka untuk membantu menyelamatkan lingkungan.
Orang Amerika menyakini bahwa untuk memecahkan masalah sosial, ekonomi dan politik
diperlukan kerjasama dengan negara lain. Hal ini juga berarti bahwa persoalan sosial, seperti
masalah kemiskinan sudah seharusnya dipikirkan secara universal. Maksudnya adalah bahwa
orang Amerika tidak cukup memikirkan dan mengatasi kemiskinan hanya di Amerika secara
nasional, namun harus juga memikirkan negara-negara lain di dunia.
Namun, beberapa penulis seperti Lester Brown dan Jayne M. Wood menanyakan berbagai
hal yang berkaitan dengan masalah sosial, yakni apakah kita dapat terus merangkul nilai-nilai
tradisional disaat kebanyakan orang Amerika hidup dalam kemakmuran yang relatif lebih baik
dan sebaliknya sepertiga umat manusia menjadi korban kelaparan dan kemiskinan global?
Menurut Brown, bahwa telah terjadi sebuah paradox yang mana terdapat satu atau
beberapa negera (minoritas) mengalami kemakmuran yang luar biasa, namun di sisi lain justru
terdapat banyak negara (mayoritas) lebih dari setengah umat manusia kelaparan dan
kekurangan gizi. Gambaran ini menurut Kissinger, cepat atau lambat akan dapat menciptakan
sebuah “benturan” antara masyarakat dunia yang makmur dan miskin.
Heilbroner menyatakan bahwa "persaingan sumber daya yang langka akan menyebabkan
berkobarnya perjuangan dan penggunaan tenaga nuklir dan bahwa penyelesaian damai atas
sengketa tidak akan mungkin diwujudkan. Meski pernyataan Heilbroner adalah sebuah ramalan
malapetaka yang mudah-mudahan berlebihan, kelangkaan sumber daya pasti akan
mempengaruhi hubungan antar bangsa, seperti krisis energi yang terjadi pada awal tahun
1970an. Pasokan sumber daya seperti tanah, air, energi, dan pupuk menjadi lebih sedikit yang
pernah terjadi di dunia, persaingan antara negara-negara terhadap sumber daya ini cenderung
menghasilkan perbedaan hubungan politik dan ekonomi antar bangsa. Mereka bangsa-bangsa
non-barat yang kaya cadangan energi cenderung memainkan peran yang jauh lebih
menentukan dalam komunitas politik internasional dibandingkan apa yang telah diperankan di
masa lalu. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat, juga akan
menganggap terjadinya perbedaan peranan dalam masyarakat internasional. Berdasarkan
keterangan tersebut, maka warga negara Amerika Serikat dan bangsa-bangsa lain harus belajar
bagaimana berpartisipasi lebih efektif dalam masyarakat global dan untuk melihat masalah
nasional dari perspektif global.
B. Masalah-masalah individu pada masyarakat Amerika
Masalah yang dihadapi oleh individu dalam masyarakat modern Amerika juga dihadapi oleh
masyarakat lainnya di dunia, seperti perceraian, kejahatan, dan penggunaan obat-obatan
terlarang. Kebanyakan ilmuwan menganggap peningkatan perilaku ini merupakan gejala dari:
‘keterasingan’ dan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat. Misalnya, tingkat
perceraian di Amerika telah menunjukkan kenaikan yang konsisten selama beberapa dekade
terakhir. Pada tahun 1940, 2 dari 1000 orang dari total populasi terjadi perceraian, pada tahun
1973 menjadi 4 orang. Pada tahun 1940, 16,5 persen orang yang menikah terjadi perceraian.
40% dari semua pernikahan berakhir dengan perceraian pada tahun 1973. Namun, sementara
tingkat perceraian meningkat antara tahun 1940 dan 1973, jumlah orang per 1000 menikah
terjadi penurunan. Pada tahun 1940, 12,1 orang per 1000 menikah
sementara pada tahun 1973 hanya 10,9 orang per 1000 menikah. Seiring dengan
perkembangan teknologi, orang menikahpun relatif sedikit, dan lebih banyak ditemukan
perceraian.
Masyarakat Amerika juga banyak yang menikah muda. Setiap dekade, para remaja memikul
tanggung jawab orang dewasa, barangkali mereka sedang memasuki masa dewasa sebelum
waktunya baik secara sosial maupun psikologis. Hal ini menjadi pertanda meningkatnya angka
perceraian.
Peningkatan tajam juga terjadi pada kejahatan antara 1960 dan 1972.
Pada tahun 1960, 85 dari 100.000 orang ditangkap karena penyerangan, jumlah orang
ditangkap pada tahun 1972 untuk kejahatan yang sama meningkat menjadi 187 dari 100,000
orang. Peningkatan tajam juga terjadi pda jumlah orang yang ditangkap karena pencurian,
membawa dan kepemilikan senjata, dan melanggar undang-undang minuman keras, fakta yang
mencerminkan meluasnya penggunaan alkohol dalam masyarakat Amerika.
Penyalahgunan penggunaan obat-obatan terlarang telah menciptakan masalah pribadi dan
sosial yang sangat serius dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan siswa SMP, SMA
dan mahasiswa di perguruan tinggi. Selain itu, penyalahgunaan narkoba telah menjadi masalah
di kalangan pemuda perkotaan kelas bawah selama beberapa dekade, juga terjadi peningkatan
yang tajam terhadap pemuda kelas menengah dalam beberapa tahun terakhir di daerah
pinggiran kota. Jumlah orang yang ditangkap karena melanggar
hukum obat narkotika meningkat dari 31 per 1000 di 1960 menjadi 272 per 1000 pada tahun
1971. Jumlah pecandu narkotika baru, dilaporkan meningkat dari 10,012 pada tahun 1964
menjadi 23,881 pada tahun 1971. Di tahun 1967, 961 orang didakwa oleh Pengadilan District
Amerika Serikat dengan pelanggaran ganja; jumlah itu meningkat menjadi 1127 pada tahun
1972. Pada tahun 1967, 1289 orang didakwa dengan pelanggaran obat bius oleh pengadilan,
jumlah tersebut meningkat menjadi 5721 di tahun 1972.
C. Pengambilan Keputusan dan Masalah Kemanusiaan
Tinjauan sepintas terhadap masalah sosial dan pribadi dalam masyarakat Amerika dan
dunia menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak bagi institusi sekolah untuk
mempersiapkan warga negara menangani masalah ini. Parahnya, ada kecenderungan orang
lebih banyak memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menimbulkan masalah dibandingkan
kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Perubahan teknologi yang cepat dalam
masyarakat modern menyebabkan terjadinya konflik yang sangat besar bagi individu dan
menguji kemampuan mereka untuk mengatasinya. Orang-orang mengalami apa yang disebut
Alvin Toffler dengan "future shock”. Dalam hal ini, sangat penting bagi sekolah umum,
khususnya di bidang studi sosial, untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan
agar dapat berfungsi/berperan secara efektif dalam masyarakat dunia yang cepat berubah.
Program studi sosial di sekolah umum, seharusnya didesain untuk membantu para siswa
mencapai keterampilan yang dibutuhkan untuk mengenali dan memecahkan masalah
kemanusiaan, menganalisa dan menjelaskan nilai-nilai kemanusian tersebut, dan membuat
ukuran, keputusan rasional yang akan memberikan kontribusi untuk keberlangsungan dan
perkembangan demokrasi Amerika dan terhadap resolusi efektif tentang permasalahan global.
Persepsi kita tentang tujuan yang tepat untuk studi sosial menghasilkan sebagian besar dari
kesadaran bahwa warga, mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja pabrik, pengusaha, pemimpin
buruh, politisi, penerima kesejahteraan, dan yang lainnya, setiap hari harus membuat
keputusan bersifat individu dan umum yang akan mempengaruhi kehidupan mereka,
masyarakat lokal, dan akhirnya mungkin bangsa dan dunia.
Berbagai pertanyaan yang sering muncul dalam benak masyarakat Amerika, yang berkaitan
bagaimana menagambil keputusan yang tepat, baik yang berkaitan dalam masalah ekonomi,
sosial, politik dan budaya, seperti: Haruskah saya menerima pekerjaan dari Tony atau Bell?
Haruskah kita membeli rumah baru tahun ini atau menunggu sampai tahun depan? Haruskah
saya meninggalkan keluarga saya sehingga mereka akan mendapatkan dana kesejahteraan yang
lebih? Haruskah saya berhenti memupuk rumput saya sehingga negara-negara berkembang
mungkin lebih banyak memiliki pupuk untuk tanaman? Langkah apa yang bisa saya lakukan
untuk membantu melestarikan pasokan energi dunia yang berkurang? Haruskah aku memilih
Smith atau Cortes menjadi walikota? Apakah Taylor mampu menjadi presiden yang lebih baik
dari Kitano? Apakah rumah yang berlokasi di lingkungan yang selalu “berubah" layak beli?
Haruskah aku memilih atau melawan ketika terjadi masalah yang dengan sekolah?
Tidak semua orang Amerika dibekali kemampuan untuk membuat keputusan yang rasional.
Sementara itu, pengambilan keputusan adalah keterampilan yang harus dikembangkan dan
dipraktikkan. Karena kebanyakan orang Amerika mengakhiri pendidikan formalnya pada
sekolah umum, maka mereka seharusnya dibekali keterampilan mengambil keputusan saat
mereka berada pada sekolah umum tersebut agar mereka terampil dalam mengambil
keputusan.
Di sekolah pada umumnya telah memuat kurikulum yang dapat membantu anak-anak
mengembangkan kemampuan untuk membuat berbagai keputusan tertentu. Misalnya dalam
berbagai pendidikan fisik (olahraga), rekreasi, permainan, begitu pula dalam bidang seni,
bahasa, kerumahtanggaan, dan ilmu pengetahuan alam. Studi sosial harus memikul tanggung
jawab utama untuk membantu anak-anak menjadi mahir dalam membuat keputusan penting
yang mempengaruhi hubungan mereka dengan manusia lain baik dalam lingkup lokal maupun
nasional.
Studi sosial harus memikul tanggung jawab utama untuk mengambil keputusan pada
masalah semacam ini karena berkaitan dengan hubungan manusia. Sementara itu, kurikulum
di luar studi sosial, seperti ilmu-ilmu kealaman dan seni tampaknya belum mengidentifikasi
dengan baik tentang bagaimana metode mengatasi berbagai masalah sosial.
Kami percaya bahwa harapan utama dari studi sosial haruslah mampu mengembangkan
pelaku sosial yang cerdas. Kami menganggap bahwa keterampilan mengambil keputusan dapat
dikembangkan; bahwa manusia dapat dilatih untuk merefleksikan masalah-masalah sebelum
bertindak dan seseorang dapat belajar bertindak terhadap keputusan yang telah mereka buat.
Kita tidak berharap ketika seseorang bertindak, namun penuh dengan keterpaksaan (tidak
ikhlas).
D. Komponen penting dalam proses pengambilan keputusan
1. Pengetahuan
Keputusan yang rasional dan efektif dalam mengambil sebuah keputusan tidak dapat
dibuat dalam kehampaan, karena itu pengetahuan sosial adalah salah satu komponen yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan. Jika misalnya seorang pasangan kulit putih harus
memutuskan apakah akan menjual rumah mereka dan keluar dari "perubahan" lingkungan yang
sedang diserbu oleh orang Puerto Rico, mereka perlu tahu sesuatu tentang bagaimana
“perubahan” lingkungan, sejarah dan ekonomi untuk dapat membuat keputusan rasional.
Mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas jika mereka tahu apakah harga rumah
benar-benar turun ketika lingkungan menjadi lingkungan campuran, apakah pendatang baru di
lingkungan mungkin mau menjaga milik mereka, dan apakah kualitas sekolah umum di
masyarakat akan tetap konstan atau akan terjadi perubahan. Dengan mempelajari informasi
historis dan sosiologis pada perubahan lingkungan, pasangan akan mampu membuat beberapa
prediksi tentang perubahan apa yang mungkin atau tidak mungkin yang dapat terjadi di
lingkugan mereka.
2. Metode dan Cara Mencapai Pengetahuan
Pengetahuan merupakan prasyarat untuk membuat keputusan, dan ada banyak cara untuk
mengetahui atau mencapai pengetahuan itu. Kerlinger telah mengkaji empat metode untuk
mengetahui sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Charles Peirce, seorang penulis dan filsuf
Amerika terkemuka. Empat cara untuk mengetahui sebagaimana yang diringkas oleh Kerlinger
yaitu, (1) metode keuletan, (2) metode otoritas (berdasarkan pendapat ilmuwan), (3) metode
apriori (membangun pengetahuan berdasarkan pada teori, dan bukan dari pengalaman), (4)
metode ilmu pengetahuan.
Penggunaan metode keuletan dalam banyak kasus, dapat dicontohkan ketika datangnya
warga baru dalam komunitas tertentu di Amerika, yakni adanya keyakinan bahwa setiap kali
orang Puerto Rico pindah ke lingkungan yang di dominasi kulit putih maka mereka membiarkan
orang Puerto Rico itu “merusak tanah milik” mereka. Kesimpulan ini muncul karena mereka
sangat yakin bahwa kelompok etnis minoritas adalah pemalas.
Upaya orang Amerika untuk mengetahui perilaku orang Puerto Rico dan kelompok
minoritas tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti mendengar seorang profesor
sosiologi bicara tentang orang Puerto Rico pada acara TV. Misalnya, seorang profesor Puerto
Rico menyatakan bahwa kelompok-kelompok etnis minoritas cenderung hidup pada level
menengah ke bawah. Keterangan tersebut (metode otoritas) menjadi dasar bagi orang Amerika
untuk berkesimpulan, bahwa para migran baru yang masuk ke lingkungan mereka tidak akan
mengurus rumah mereka.
Pasangan mungkin masih menggunakan metode yang berbeda untuk memperoleh
pengetahuan tentang orang Puerto Rico. Mereka mungkin melewati suatu lingkungan Puerto
Rico yang mayoritas dan menyimpulkan bahwa mereka tidak akan menjaga properti mereka.
Maka dalam hal ini seorang pasangan Amerika tersebut disebut menggunakan metode apriori
(berdasarkan teori) untuk mengetahuinya.
Metode otoritas mungkin yang paling berharga dari tiga metode seperti yang digambarkan
di atas. Kita tidak bisa hidup terorganisir dan produktif tanpa bergantung banyak pada pihak
yang berwenang/berkompeten. Misalnya, ketika seorang dokter meresepkan obat-obatan, kita
mengasumsikan bahwa itu akan membantu menyembuhkan penyakit kita. Kita bergantung
pada suatu otoritas ketika kita merencanakan perjalanan dengan menggunakan peta jalan,
mencari kata-kata dalam kamus, memiliki bentuk pajak penghasilan kita yang diselesaikan oleh
seorang ahli, atau bertindak atas saran dari seorang konselor profesional
Sementara peran pemerintah diperlukan dalam masyarakat kita yang sangat khusus dan di
era teknologi ini, ketergantungan pun ada pada kebijakan otoritas dalam kondisi tertentu dan
dalam beberapa situasi. Seorang profesor sosiologi mungkin menyatakan secara terbuka bahwa
orang Puerto Rico akan berjalan ke lingkungan bawah meskipun ia memiliki sedikit keakraban
dengan orang Puerto Rico dan gaya hidup mereka. Dia mungkin telah mendapatkan informasi
ini dari otoritas lain yang juga tahu sedikit tentang orang Puerto Rico. Sang profesor, seorang
spesialis dalam pembentukan kelompok, bahkan mungkin melanggengkan citra negatif orang
Puerto Rico untuk alasan pribadi dan politik.
Bangsa Amerika cenderung menempatkan terlalu banyak kepercayaan dan berharap terlalu
banyak dari para "ahli". Orang yang memiliki masalah medis dan psikologis yang rumit sering
berharap seorang dokter spesialis di bidang ini agar penyembuhan lebih cepat. Seorang siswa
pendidikan sering masuk ke program konseling mengharapkan bisa mendapatkan jawaban
konklusif untuk masalah pengajaran.
Ketika pihak berwenang menyajikan informasi yang bertentangan, hal itu akan
mempersulit untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan metode otoritas. Pendapat
para ahli (otoritas) bisa saling bertentangan mengenai efek dari suatu pil, penggunaan obat-
obatan, dan mengenai masalah merokok selama tahun 1960 dan 1970, dan itu tergambar jelas
bagaimana pihak berwenang kadang-kadang memegang keyakinan yang berbeda tentang
berbagai fenomena.
Seperti yang Kerlinger tunjukkan, bahwa metode apriori untuk mengetahui adalah sangat
terbatas, karena apa yang jelas bagi satu orang mungkin tidak jelas bagi yang lain. Orang bisa
terus menentang keyakinan tentang fenomena yang sama, dan masing-masing akan
berpendapat bahwa pengetahuannya adalah benar. Seseorang mungkin berpendapat bahwa
baginya hal itu adalah jelas, bahwa orang-orang Puerto Rico bisa menjaga rumah mereka
dengan rapi dan memiliki lingkungan yang dekat; namun bagi orang yang lain lagi mungkin
secara tegas berpendapat bahwa orang Puerto Rico akan kurang dapat memelihara lingkungan
mereka.
3. Metode Ilmiah: Sebuah Cara Mencapai Pengetahuan
Keterbatasan keuletan, otoritas, dan metode apriori dalam memecahkan masalah-masalah
sosial menunjukkan bahwa diperlukan metode yang lebih handal, yakni metode ilmu
pengetahuan. Metode ini digunakan oleh ilmuwan sosial dalam mengkaji masalah-masalah
sosial. Pemanfaatan metode ini oleh para ilmuwan sosial, telah diperoleh pengetahuan dalam
bentuk fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Pada dasarnya, metode ini diawali dengan
identifikasi masalah-masalah sosial, merumuskan hipotesis, serta pengumpulan dan
pengevaluasian data.
Jika seorang pasangan Amerika berhipotesis untuk menggunakan metode ilmiah ketika
mencoba untuk memprediksi perilaku dari penghuni baru di lingkungan mereka, maka mereka
diwajibkan untuk menyatakan pertanyaan mereka dengan cara menentukan definisi untuk
semua persyaratan yang samar-samar dalam pertanyaan atau masalah mereka. Jika masalah
mereka berbunyi, "Apakah orang Puerto Rico mengurus harta mereka?". Harus ada definisi
yang jelas tentang "orang Puerto Rico", "mengurus", dan "properti". Ketika seseorang
menggunakan ungkapan "orang Puerto Rico", ia mungkin akan mengacu pada pendatang baru
yang masuk ke kota New York, dan Puerto Rico adalah negara asal mereka, atau orang
keturunan Puerto Rico-Amerika dari kelas sosial atau kelompok tertentu. Orang Puerto Rico
kelas menengah-atas mungkin menunjukkan perilaku yang berbeda dalam beberapa hal yang
signifikan daripada orang Puerto Rico kelas bawah.
"Menjaga" adalah istilah yang ambigu yang mungkin memiliki arti yang beragam, ini
mungkin berarti bahwa warga rumah membayar sewa bulanan, melindunginya dari pencurian,
atau merawat halaman rumahnya. Demikian juga dengan istilah "properti", bisa merujuk ke
banyak item yang berbeda. Itu bisa mengacu pada sebuah rumah, perabotan-perabotan di
dalamnya, dlsb.
Klarifikasi istilah mutlak penting dalam pemikiran ilmiah dan penelitian. Dua peneliti dapat
mencapai kesimpulan yang berbeda karena mereka mempelajari fenomena yang berbeda
meskipun mereka menggunakan istilah yang identik ketika mengacu untuk hal itu, atau mereka
mungkin mempelajari fenomena yang sama, tetapi menggambarkannya dengan cara yang
berbeda. Peneliti mungkin berasal dari kesimpulan yang berbeda tentang karakteristik kelas
atas India karena mereka mendefinisikan "kelas atas" dan "orang India" secara berbeda.
Selain menyatakan masalah mereka dan mendefinisikan semua persyaratan penting,
pasangan berhipotetis kita kemudian akan menyatakan beberapa firasat mereka sendiri
tentang perilaku orang Puerto Rico. Hipotesis tentatif melayani fungsi penting yang
membimbing kegiatan penelitian. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data dari berbagai
sumber, mengevaluasinya, dan mencoba untuk membuat beberapa kesimpulan sementara
tentang perilaku orang Puerto Rico, terutama mereka yang bermigrasi ke lingkungan Amerika
yang didominasi oleh orang kulit putih.
Metode ilmiah yang digunakan untuk pengambilan keputusan, meskipun bukan merupakan
metode yang sempurna, namun kita percaya bahwa metode itu adalah cara yang paling efektif
dan efisien untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Bernice Goldmarks menyatakan
bahwa:....Metode ilmiah didasarkan pada asumsi bahwa kebenaran mutlak atau bukan tidak
berubah. Sebaliknya, kebenaran adalah suatu penghakiman dengan kesepakatan dari
komunitas informasi, menghasilkan hasil yang diinginkan. ... Hal ini didasarkan pada asumsi
bahwa kita berpendapat bahwa semua penilaian harus diselenggarakan sebagai hipotesis yang
akan diuji, dievaluasi, dan direkonstruksi ...
Metode ilmiah juga mengasumsikan bahwa orang dapat memperoleh konsensus mengenai
generalisasi dan pernyataan dengan menggunakan metode yang umum, sistematis dan dapat
ditiru. Orang dapat menerima metode ini dan menolak yang lainnya, yang kita bahas adalah
nilai umum atas pengetahuan pribadi dan pengetahuan istimewa. Metode a priori tidak seperti
metode ilmiah, itu adalah "internal" pribadi atau metode untuk mengetahui atau metode untuk
"memperbaiki keyakinan". Seorang individu menggunakan metode ini berasal dari kesimpulan
yang berdasarkan pada apa yang telah jelas kepadanya, dan sebagaimana yang telah kita
tunjukkan, bahwa apa yang telah jelas bagi seseorang itu belum tentu jelas bagi orang lain.
Metode ilmiah dapat menggoda untuk memperoleh pengetahuan yang mandiri yang diperoleh
oleh orang-orang yang menggunakan metode itu pada waktu dan tempat yang berbeda.
Namun, nilai-nilai dan asumsi pribadi tidak mempengaruhi produk-produk dari metode ini.
Masalah dan pertanyaan yang kita pilih, kita rumuskan dan kita tentukan berdasar nilai-nilai,
tujuan, dan lingkungan sosial kita sendiri. Faktor-faktor ini mempengaruhi hasil penyelidikan
ilmiah. Namun, dalam hal metode untuk mencapai pengetahuan, itu adalah faktor-faktor yang
relatif kurang penting dalam penyelidikan sosial mereka. Kerlinger mencatat beberapa nilai dari
pendekatan ilmiah untuk masalah sosial. ... Seorang ilmuwan tidak menerima pernyataan
sebagai suatu yang benar, meskipun bukti pada awalnya tampak menjanjikan. Dia bersikeras
untuk mengujinya. Dia juga menegaskan bahwa setiap prosedur pengujian harus terbuka untuk
uji publik.
Goldmark menunjukkan mengapa ia lebih memilih metode ilmiah untuk mengetahui cara-
cara lain atau memperbaiki keyakinannya, yakni melalui beberapa langkah: (1) Sistematis. (2)
Tepat, (3) Berkembang, (4) Teruji, (5) Terbuka untuk penilaian umum, (6) Menuntut tanggung
jawab, (7) Dapat direkonstruksi.
Seperti yang ditunjukkan di atas, pengetahuan adalah salah satu komponen penting dari
proses pengambilan keputusan. Dalam membahas empat cara untuk mengetahui seperti yang
dinyatakan oleh Peirce, maka preferensi kita untuk penyelidikan ilmiah haruslah dibuat dengan
jelas. Kita memilih metode ini karena sistematis, mampu mengoreksi diri, dan bersifat terbuka.
Agar pengetahuan bisa memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan yang rasional, maka
itu harus diturunkan melalui proses penyelidikan. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pengetahuan yang berasal dari intuisi atau tradisi tidak akan memuaskan rasionalitas kita.
Sebelum siswa dapat membuat keputusan yang rasional, maka mereka harus belajar
bagaimana menggunakan modus penyelidikan ilmuwan sosial untuk memperoleh pengetahuan
sosial dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi, dan teori.
Pelaku sosial yang rasional tidak perlu bersifat independen yang hanya memiliki sedikit
pengetahuan ketika akan membuat keputusan dan memecahkan masalah. Pelaku sosial juga
tidak dapat menjadi cerdas dalam menerapkan atau menilai pengetahuan itu, kecuali ia sangat
mengerti akan proses yang digunakan dan mampu menggunakan metode dari ilmuwan sosial
untuk memperoleh suatu pengetahuan dengan tepat (misalnya, bagaimana mengatasi jika
terjadi konflik dengan penguasa).
Keputusan yang rasional tidak dapat dilakukan kecuali pembuat keputusan dapat menilai
kualitas dari suatu pengetahuan yang ia gunakan. Keputusan tidak akan menjadi lebih baik dari
pengetahuan itu sendiri jika keputusan yang dibuat atas dasar pengetahuan warisan.
Dalam suatu bangsa yang demokratis, metode ilmiah tidak seharusnya hanya menjadi milik
dari suatu komunitas ilmiah profesional secara eksklusif, tetapi metode ilmiah itu harus dimiliki
oleh semua anggota masyarakat yang memerlukannya untuk membuat keputusan yang juga
berpengaruh terhadap kehidupan pemerintahan dalam suatu bangsa. Pengguna pengetahuan
sosial harus terlatih dalam menggunakan metode ilmiah. Keterampilan dalam menggunakan
metode ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan. Mereka akan belajar untuk menghargai kesulitan
yang dihadapinya dalam pengumpulan data sosial dan membuat kesimpulannya. Pelaku sosial
yang mahir menggunakan penyelidikan ilmiah ini lebih cenderung menjadi pengguna
pengetahuan yang kritis dan cerdas ketika membuat keputusan dan bertindak, dari pada
pelaku-pelaku sosial yang hanya memiliki keterampilan dalam penyelidikan.
4. Penyelidikan dan Pengambilan Keputusan
Tujuan dasar dari penyelidikan ilmu sosial adalah untuk memperoleh pengetahuan sosial dalam
bentuk fakta, analisis konsep-konsep, generalisasi, dan teori. Tujuannya adalah untuk
mengakumulasi sebagai pengetahuan sebanyak mungkin. Sementara ilmuwan sosial terutama
tertarik pada produksi pengetahuan. Pembuat keputusan atau aktor sosial rasional terutama
tertarik bagaimana pengetahuan diperoleh dari para ilmuwan sosial yang dapat digunakan
untuk membantu pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sehingga Penyelidikan ilmu
sosial menghasilkan pengetahuan ; dalam pengambilan keputusan, pengetahuan yang terdiri
dari memilih, mensintesis, dan menerapkanya
Pengetahuan dalam penyelidikan ilmu sosial cenderung khusus. Setiap kelompok ilmuwan
sosial mempelajari pada aspek-aspek fenomena sosial yang mereka rasakan yang merupakan
keprihatinan sesuai dengan disiplin mereka. Para pengambil keputusan rasional dan pelaku
sosial yang cerdas harus menggunakan pengetahuan dari semua garis berbagai ilmu
pengetahuan sosial untuk membantu mereka memecahkan masalah pribadi dan sosial. Dalam
pengambilan keputusan kita memilih, mensintesis, dan menerapkan pengetahuan dari berbagai
sumber.
Pelaku sosial rasional harus belajar bagaimana untuk mensintesis informasi yang mereka
peroleh dari berbagai sumber dan menerapakanya dari masalah sosial yang kompleks. Tabel 1.1
dan 1.2 dan gambar 1.1 mengindikasikan bagaimana aktor sosial mencoba untuk memutuskan
tindakan apa yang ia harus diambil tentang kelaparan dan kemiskinan global
Tabel 1.1
Nilai klarifikasi (kemiskinan dan kelaparan)
Perjuangan untuk mempertahankan
diri
Pengunduran diri
Kesediaan untuk mencopet dan
mencuri
Penolakan
Other
Priority
Belas kasih bagi mereka yang
membutuhkan
Pemalas
Pekerjaan mendirikan lembaga sosial
(terorganisir)
Memberikan bantuan langsung
kepada individu yang
membutuhkan (pribadi)
Program kewarganegaraan yang
memberikan prioritas bagi kebutuhan
manusia dan perbaikan sosial (kupon
makanan, bantuan untuk anak yang
bebas, distribusi surplus pangan,
kesejahteraan kepada orang tua, dan
pengangguran
Program kewarganegaraan yang
memberikan prioritas tinggi
untuk ekonomi dan tujuan-tujuan
lain (pembangunan jalan raya,
gedung-gedung publik,
lingkungan pengendalian
pencemaran)
Gambar 1.1 menggambarkan bagaimana berbagai ilmuwan sosial dapat melihat masalah.
Masing-masing ilmuwan sosial memandang masalah dari perspektif yang sangat terbatas,
sementara aktor sosial yang cerdas berupaya untuk mensintesis pengetahuan dari berbagai
disiplin ilmu dan sumber serta menggunakannya dalam membuat keputusan yang dapat
membimbing mereka menetang tentang kelaparan dan kemiskinan global
Sejarahwan
Analisis peristiwa yang berpuncak pada kelaparan dan kemiskinan global: menerangi
kesamaan antara kelaparan dan kemiskinan saat ini dan dalam periode sejarah
sebelumnya.
Ekonom
Studi faktor-faktor ekonomi yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan
kelaparan dan kemiskinan global. Menunjukkan bahwa standar hidup di negara-negara
kaya di dunia harus dikurangi jika masalah kelaparan dan kemiskinan global yang harus
diselesaikan.
Sarjana Ilmu Politik
Studi konsekuensi politik dari masyarakat dunia yang terdiri dari "memiliki" dan-tidak
"bangsa-bangsa. Mengusulkan bahwa perebutan kekuasaan dan perang mungkin timbul
jika sumber daya yang langka di dunia tidak lebih merata di antara negara-negara kaya dan
miskin.
Sosialog
Menganalisa efek dari kelaparan dan kemiskinan pada norma, nilai, dan praktik sosial di
antara para korban kelaparan dan kemiskinan. Menunjukkan bahwa kelaparan yang parah
dan kemiskinan memiliki dampak meyakinkan pada praktek sosial
Fsikolog
Menganalisa sifat dan tingkat agresi dan frustrasi yang berkembang antara orang-orang
yang menjadi korban kelaparan dan kemiskinan yang parah.
Antropolog
Studi bagaimana tanggapan terhadap kemiskinan dan kelaparan yang parah & Serupa dan
berbeda dalam berbagai budaya. Menyimpulkan bahwa respon terhadap kelaparan dan
kemiskinan dipengaruhi oleh faktor baik budaya dan biologis.
Ahli ahli bumi
Mempelajari bagaimana pengaruh persepsi kelaparan dan kemiskinan masyarakat,
lingkungan fisik mereka dan interaksi mereka dengan itu.
Tabel 1.1 menunjukkan bagaimana pembuat keputusan mencoba untuk mengklarifikasi nilai-
nilai tentang kelaparan dan kemiskinan global
Aktor Sosial
Penyelidikan Bebas
kelaparan dan kemiskinan
global
Nilai Klarifikasi (lihat tabel
1.1 untuk ilustrasi rinci)
Pengetahuan
Menyelesi-Mengevaluasi
Pengambilan Keputusan Rasional
Melibatkan dan menggunakan pengetahuan yang diperoleh untuk mengidentifikasi program
alternatif tindakan dan untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin bagi mereka. Suatu usaha
dilakukan oleh aktor sosial untuk memilih tindakan yang paling konsisten dengan nilai-nilainya.
(Lihat Tabel 1.2 untuk ilustrasi rinci dari proses ini.)
Kecerdasan Tindakan Sosial
:mempromosikan atau melakukan
penilaian.
Aktor sosial rasional mensintesis dan menerapkan pengetahuan dari semua disiplin ilmu untuk
membantu mereka membuat keputusan tentang tindakan mereka akan mengambil tentang
kelaparan dan kemiskinan global. Mereka juga menerapkan pengetahuan yang mereka miliki
berasal dari pertanyaan mereka sendiri. Sintesis pengetahuan (dalam bentuk fakta, konsep,
generalisasi, dan tneories) dan hasil nilai dalam sebuah keputusan yang melibatkan pemilihan suatu
tindakan dari banyak kemungkinan alternatif, termasuk kelambanan.
Untuk membahas dimensi nilai, yang merupakan komponen penting dari proses pengambilan
keputusan. Tabel 1.2 menggambarkan bagaimana aktor sosial menentukan tindakan.
Tabel 12
Proses pengambilan keputusan (kelaparan global dan kemiskinan)
A. Jika saya menyumbangkan uang ke sebuah
organisasi dunia
B. Jika aku menyerah makan daging
Lalu saya
1. akan membantu organisasi yang dibentuk
untuk membantu memecahkan masalah
kelaparan dan kemiskinan global
2. dapat membantu menyelamatkan
kehidupan anak yang kelaparan itu.
3. akan merasa bahwa saya melakukan sesuatu
untuk membantu menghilangkan kelaparan
dan kemiskinan global
Lalu saya
1. akan membuat sebuah pernyataan kuat
tentang keprihatinan saya tentang
kelaparan dan kemiskinan global.
2. akan meningkatkan jumlah daging yang
tersedia di pasar dunia.
3. akan memutuskan hubungan diri dari
"kelebihan konsumsi" Amerika.
4. akan dapat makan lebih murah.
Tapi saya
4. hanya akan membuat usaha kecil di nama
Tapi saya
5. akan melakukan apapun untuk memastikan
keprihatinan saya
5. akan harus melakukannya tanpa beberapa
barang saya ingin membeli dengan uang
6. mungkin melakukan sedikit untuk
membantu kelaparan sekelompok orang
makanan karena beberapa organisasi
bantuan menggunakan sebagian besar uang
yang mereka kumpulkan untuk membayar
biaya overhead.
bahwa daging yang saya tidak makan akan
sampai kepada orang yang landa kelaparan
di dunia
6. Akan harus memberikan makanan yang
saya nikmati yang sangat banyak kepada
sebuah kelompok.
7. akan harus mencari makanan lain untuk
pengganti daging
8. akan mengalami kesulitan ketika saya
makan di luar atau makan dengan orang
lain.
C. Jika saya membentuk sebuah organisasi
untuk membantu memecahkan masalah
kelaparan dan kemiskinan global
D. Jika saya menjalankan untuk pemilihan
jabatan politik lokal
Kemudian saya
1. akan menyelenggarakan usaha saya dalam
cara yang umum terpadu.
2. mungkin melibatkan sejumlah besar yang
merasa banyak seperti yang saya lakukan.
3. mungkin bisa mendapatkan makanan untuk
anak-anak dan orang dewasa yang sangat
banyak.
Kemudian saya
1. mungkin x bisa membantu mengurangi
kelaparan dan kemiskinan dalam komunitas
saya sendiri.
2. bisa mengungkapkan pandangan saya
secara terbuka pada pertemuan dewan kota
dan dilaporkan di media.
3. dapat mempengaruhi atau mendukung
distribusi yang efektif lebih banyak
makanan kepada orang miskin melalui
perubahan dalam hukum lokal dan nasional.
4. bisa melihat bahwa hukum seperti itu
diterapkan jika pandangan saya bertahan
dan undang-undang tersebut ditetapkan
Tapi saya
1. akan harus membuat investasi besar waktu
dan energi dalam organisasi.
2. mungkin merasa sangat sulit untuk menarik
cukup banyak orang untuk bekerja dan
berkontribusi bagi organisasi.
3. mungkin dikritik oleh organisasi-organisasi
bantuan yang ada untuk "upaya duplikasi."
4. tidak mungkin berhasil dalam penggalangan
dana yang dibutuhkan
Tapi saya
1. mungkin tidak berhasil mendapatkan
terpilih kepada dewan kota.
2. mungkin menemukan diriku sendirian tanpa
dukungan di dewan kota.
3. bisa kehilangan efektivitas politik saya jika
saya tidak bisa terlibat dalam perdagangan-
off pada isu-isu lain.
4. mungkin risiko mengorbankan pandangan
saya atau penyiraman mereka turun untuk
mencapai setiap tindakan yang
berhubungan dengan kemiskinan.
E. Jika saya memilih untuk melakukan apa-apa
(tidak bertindak)
Kemudian saya
1. tidak benar-benar memiliki kepedulian yang
kuat tentang kelaparan dan kemiskinan
global
2. mungkin tidak memiliki keberanian
keyakinan saya sendiri.
3. tidak akan risiko mengambil tindakan-
tindakan yang mungkin tidak berhasil.
Tapi saya
1. tidak akan dibenarkan dalam mengkritik
orang lain untuk tidak bertindak mereka
pada masalah yang berkaitan dengan
kelaparan dan kemiskinan global
2. akan harus hidup dengan fakta bahwa
ribuan orang mati kelaparan setiap tahun
sementara saya tinggal di lingkungan yang
relative makmur
Singkatnya, ilmu sosial ini terutama berkaitan dengan teori mengumpulkan pengetahuan dan
membangun teori. Aktor sosial rasional mensintesis dan menerapkan pengetahuan dari
berbagai disiplin dan dari penyelidikan mereka sendiri untuk membantu mereka membuat
keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosial. Dalam sintesis dan
menerapkan pengetahuan dari disiplin ilmu, mereka tentu memilih bahwa pengetahuan yang
akan memberikan kontribusi bagi pengambilan keputusan dan kecerdasan tindakan sosial.
Aktor sosial rasional menggunakan hasil penyelidikan ilmu pengetahuan sosial untuk
membantu mereka membuat keputusan dan kebijakan
Gambar 1.2 menggambarkan bagaimana aktor sosial yang rasional dan ilmuwan sosial yang
fokus pada bukti tentang kemiskinan dalam masyarakat.
Kemiskinan dalam komunitas X
Aktor Sosial
(Tempat tinggal dari
komunitas X)
Tujuan Ilmuan Sosial
Untuk bertindak dengan
cara yang konsisten
dengan nilai-nilai
Untuk membangun teori
Masalah : Tindakan apa
yang harus saya ambil
tentang kemiskinan di
komunitas saya
Masalah : Apa penyebab
kemiskinan di komunitas X?
Menggunakan metode
ilmiah untuk
mengumpulkan informasi
Hipotesis
Mengumpulkan dan
mengevaluasi data Uji
tentang kemiskinan dalam
komunitas X
hipotesis
Menurunkan generalisasi
dan membangun teori-teori
mengenai penyebab
kemiskinan
Membuat Keputusan
Memprediksi konsekuensi ini
melibatkan program alternatif
tindakan. Contoh: ". Jika saya
berpartisipasi dalam sebuah
demonstrasi untuk memprotes
kemiskinan, saya mungkin akan
diabaikan oleh pembuat kebijakan
karena demonstrasi massa telah
efektif dalam beberapa bulan
terakhir"
Mengidentifikasi dan
mengklarifikasi nilai-nilai
Tidakan Sosial
Contoh: Aktor ini membantu untuk
mendirikan sebuah organisasi yang
akan menciptakan lapangan kerja
bagi pengangguran dirinya atau
komunitasnya.
Dalam membangun teori, ilmuan sosial yang ilmiah adalah mereka peduli dengan apa yang ada,
bukan apa yang seharusnya ''Namun, aktor-aktor sosial tertarik pada apa yang ada dan apa
yang "seharusnya" menjadi. Mereka menggunakan metode ilmiah untuk memperoleh informasi
yang akan membantu. mereka bertindak dengan cara yang konsisten dengan nilai-nilai mereka.
Peran ilmuwan sosial berakhir dengan perumusan pengetahuan teoritis.
Meskipun menyadari bahwa aktivis sosial sering membuat keputusan berdasarkan emosi
semata, orang dapat dilatih untuk berpikir tentang isu-isu dan masalah sebelum bertindak pada
mereka. Model studi sosial yang disajikan dalam buku ini menjelaskan cara berpikir dan analisis
aktor sosial yang dapat dan harus digunakan, dari berbagai jenis pemikiran yang ditunjukkan
oleh sebagian besar warga.
5. Struktur dan Proses Pengambilan Keputusan
Dalam sebuah buku penting yang diterbitkan pada tahun 1960, Proses Pendidikan, Jerome
Bruner S. mempopulerkan konsep tentang Struktur dari sebuah disiplin. Terdiri dari konsep-
konsep kunci, generalisasi, dan teori-teori ilmu-ilmu sosial, serta model unik/khas dalam
penyelidikan yang digunakan di dalamnya.
Masalah sosial yang dihadapi bangsa kita pada awal tahun 1970-an memaksa perhatian
pendidik studi sosial pada kebutuhan untuk membantu siswa menganalisis nilai-nilai mereka
dan untuk menggunakan pengetahuan ilmu sosial untuk membantu mereka bertindak
konsisten dengan pilihan nilai mereka. Semakin, pendidik mengakui bahwa konsep-konsep ilmu
sosial dan prinsip-prinsip kunci yang diperlukan tetapi tidak cukup komponen modern program
studi sosial.
Kami percaya bahwa keputusan-keputusan tentang masalah pribadi dan sosial harus menjadi
fokus program studi sosial modern, namun konsep struktur dapat membantu kita untuk
mengidentifikasi jenis pengetahuan yang akan membantu anak-anak membuat prediksi yang
valid dan juga keputusan yang paling efektif. Pengetahuan merupakan salah satu komponen
penting dari proses pengambilan keputusan. Untuk membuat keputusan yang cerdas, anak-
anak harus menguasai bentuk yang paling kuat dan prediksi pengetahuan. Kita bisa
menggambarkan setidaknya empat kategori konsep, pengetahuan, generalisasi dan teori. (1)
Pengetahuan faktual memiliki nilai prediksi terkecil, meskipun fakta-fakta yang diperlukan
untuk menurunkan tingkat pengetahuan lainnya (2) konsep atau frase yang memungkinkan kita
untuk mengkategorikan atau mengklasifikasikan kelas besar pengamatan, dan tuntuk
mengurangi kompleksitas lingkungan sosial kita. (3) Generalisasi yang merupakan hubungan
antara konsep, memungkinkan kita untuk memprediksi perilaku, dan dengan demikian sangat
berharga untuk memprediksi pada masalah pribadi dan sosial. (4) Teori dari sistem saling
terkait dan generalisasi merupakan bentuk tertinggi pengetahuan mereka adalah bentuk paling
berharga pengetahuan untuk membuat prediksi. Namun teori belajar yang lebih sesuai untuk
sekolah menengah dari pada Sekolah Dasar dan siswa SMP.
Konsep struktur memungkinkan kita untuk mengidentifikasi ide-ide kunci dari disiplin ide-ide
jenis ini yang paling menguntungkan dari pengetahuan untuk pengambilan-keputusan Siswa
tidak hanya harus menguasai tingkat pengetahuan yang lebih (konsep kunci dan generalisasi)
dalam rangka untuk membuat keputusan cerdas, juga belajar untuk melihat lingkungan sosial
mereka dari perspektif dari semua disiplin ilmu sosial.
6. Komponen Nilai Pada Pengambilan Keputusan
Setelah mereka telah diturunkan lebih tinggi tingkat pengetahuan dari pertanyaan mereka
sendiri dan pertanyaan orang lain, aktor rasional harus berusaha menghubungkan fakta-fakta,
konsep, generalisasi, dan teori untuk sistem nilai mereka sendiri sebelum mereka memutuskan
Apa yang dilakukan seseorang dengan pengetahuan yang berasal dari penyelidikan sosial
tergantung pada nilai-nilai yang ia pegang berkaitan dengan elemen keputusan komponen
masalah.
Jadi penyelidikan nilai adalah komponen yang sangat penting dari proses pengambilan
keputusan. Nilai penyelidikan harus membantu pembuat keputusan mengidentifikasi sumber-
sumber nilai-nya, menentukan bagaimana mereka konflik, mengidentifikasi alternatif nilai, dan
memilih bebas dari mereka. Siswa harus didorong untuk memprediksi dan untuk
mempertimbangkan kemungkinan akibatnya dari nilai-nilai alternatif, dan membantu untuk
mengklarifikasi nilai-nilai yang bertentangan, menyimpang, dan bingung. Tidak hanya
bertentangan dengan nilai-nilai yang meresap dalam masyarakat yang lebih besar, tapi dalam
individu yang berbeda ada banyak keyakinan, sikap, dan nilai-nilai. Nilai penyelidikan dan
klarifikasi adalah salah satu tahapan paling penting dari proses pengambilan keputusan.
Namun, pasangan itu memiliki keyakinan, sikap dan nilai terhadap kelompok-kelompok ras yang
berbeda yang secara signifikan akan mempengaruhi keputusan mereka.
7. Merumuskan tujuan perilaku untuk penyelidikan, penilaian, dan pengambilan keputusan
Tujuan utama dari studi sosial harus untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
untuk membuat keputusan yang rasional dan bertindak cerdas. Pengetahuan, diturunkan oleh
proses penyelidikan, dan nilai-nilai, dianalisis dan diperjelas oleh penelitian nilai, merupakan
komponen penting dari proses pengambilan keputusan. Hubungan antara komponen ini
diilustrasikan pada Gambar. 1.3. Pembuat keputusan harus memilih, mensintesis, dan
menerapkan pengetahuan dari semua disiplin ilmu sosial dan memperjelas nilai-nilai nya
sebelum dia dapat bertindak rasional pada masalah-masalah rumit yang dihadapi masyarakat
modern.
Program studi sosial harus membantu siswa memperoleh kecakapan penyelidikan,
penilaian, dan keterampilan pengambilan keputusan. Siswa pasti akan mengembangkan
keterampilan sampai batas tertentu tanpa instruksi direncanakan dan disengaja. Namun,
mereka tidak akan memperbaiki kecuali mereka menerima instruksi yang sistematis di seluruh
SD dan SMP atau sekolah tinggi. Penelitian sosial harus memikul tanggung jawab utama untuk
mengembangkan keterampilan ini karena isinya dan komitmen diungkapkan ke pengembangan
para pelaku sosial yang cerdas yang akan mengambil peran yang efektif dalam pemerintahan
bangsa kita.
Penyelidikan, penilaian, dan pengambilan keputusan masing-masing terdiri dari
sekelompok keterampilan saling terkait, sebagaimana akan menjadi jelas dalam bab-bab
selanjutnya. Setiap tingkat berisi keterampilan yang sangat saling terkait: kita pisahkan dalam
teks ini untuk memfasilitasi diskusi dan untuk menekankan perlunya instruksi sistematis dalam
setiap kelompok dari mereka. Kecuali kita fokus pada setiap kelompok keterampilan secara
terpisah, kebutuhan untuk instruksi sistematis dalam masing-masing tidak dapat menerima
penekanan yang diperlukan. Pelajaran juga harus direncanakan untuk memberikan praktek
mahasiswa dalam berhubungan setiap set keterampilan yang lain karena tujuan akhir dari
pendidikan ilmu sosial adalah untuk membantu siswa mencapai kemampuan untuk
memperoleh dan menerapkan pengetahuan "dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka, sehingga
mereka dapat membuat suatu keputusan.
Keputusan-Masalah
Penyelidikan Sosial Penyelidikan Nilai
Pengetahuan Sosial Nilai-nilai klarifikasi
Produk pertanyaan sebelumnya
oleh imuwan sosial
Keputusan Rasional
Kecerdasan Tindakan
Sosial
Gambar. 1.3 Sebuah kurikulum studi sosial difokuskan pada penyelidikan sosial, penilaian,
pengambilan keputusan, dan kecerdasan tindakan sosial.
Tujuan instruksional harus ditentukan sehingga guru dapat menentukan apakah pelajaran
mereka efektif. Hal ini diperlukan untuk menentukan penyelidikan, penilaian, dan pengambilan
keputusan perilaku sehingga merumuskan tujuan instruksional bermakna untuk mengevaluasi
pelajaran yang dirancang untuk mengembangkan dan memperbaiki keterampilan ini.
Dalam contoh di bawah ini, kita mencoba untuk menggunakan kata-kata yang spesifik dan
terbuka untuk beberapa interpretasi. Kami akan menjelaskan dan mendiskusikan tujuan
perilaku yang mungkin untuk pelajaran ilmu-ilmu sosial dalam bab-bab lain, tujuan di bawah ini
adalah contoh diberikan untuk menggambarkan bagaimana keterampilan kita telah membahas
perilaku
E. CONTOH TUJUAN UNTUK LATIHAN INQUIRY
1. Ketika disajikan dengan masalah seperti "Apa penyebab konflik sosial," siswa akan mampu:
a) menyatakan hipotesis yang relevan
b) mengumpulkan data yang bersangkutan.
c) mengevaluasi data (mengatakan apakah itu adalah sah dan dapat diandalkan,
menyatakan apakah itu terkait untuk masalah ini).
d) menulis sebuah generalisasi tentatif.
e) merevisi generalisasi ketika disajikan dengan data tambahan yang terkait dengan
masalah.
2. Ketika diberi sebuah dokumen atau objek yang terkait dengan suatu peristiwa sosial yang
tidak diketahui, siswa mampu
a) menyatakan hipotesis tentang asal-usul dan alam.
b) menguji hipotesis bahwa ia merumuskan (mengumpulkan data yang relevan dan
ditentukan apakah hipotesis harus diterima atau ditolak).
c) membuat generalisasi tentatif tentang asal usul dan sifat dokumen atau objek.
d) merevisi generalisasi ketika disajikan dengan data tambahan.
3. Ketika diberi sebuah dokumen sejarah, siswa akan mampu
a) menyatakan masalah (s) dibahas oleh penulis.
b) menyatakan hipotesis tentang alasan (s) mengapa dokumen itu w
c) menyatakan hipotesis tentang penonton Hae penulis dalam pikiran.
d) menyatakan kesimpulan penulis.
e) menyatakan apa bukti, jika ada, penulis digunakan untuk menurunkan conclusiol nya
4. Ketika diberi kumpulan data sosial terkait, siswa akan mampu
a) menyatakan hipotesis mengenai hubungan. dari data.
b) menulis generalisasi berdasarkan data.
c) merevisi generalisasi ketika diberikan data tambahan.
F. CONTOH LATIHAN UNTUK MENGHARGAI
Siswa akan dapat
a) Mengidentifikasi tindakan yang menunjukkan nilai-nilai yang bertentangan ketika diberi
deskripsi masyarakat Amerika.
b) Membaca dan menyatakan nilai-nilai.
c) Secara terbuka menyatakan nilai-nilai yang dipegang oleh masing-masing karakter.
d) Membaca dan menyatakan nilai-masalah yang dicontohkan di dalamnya.
e) Baca tentang peristiwa sejarah dan negara apa yang terjadi, dan apa yang dia pikir
seharusnya terjadi.
f) Menyatakan apakah dia setuju atau tidak setuju dengan masing-masing dari sejumlah
pernyataan kontroversial, dan mengapa.
F. CONTOH LATIHAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Siswa akan dapat
a) Mengidentifikasi dan menyatakan keputusan-masalah yang dihadapi karakter secara
terbuka
b) Menyatakan apa program aksi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah mereka.
c) Menyatakan kemungkinan konsekuensi dari setiap tindakan yang dinyatakan
d) Menyatakan fakta-fakta, konsep, dan generalisasi yang akan membantu dia untuk
memprediksi kemungkinan konsekuensi dari setiap tindakan yang dinyatakan
e) Menyatakan nilai-nilai yang akan berperan dalam masing-masing program mungkin untuk
dilakukan.
f) Menyatakan tindakan yang dia akan ambil dan mengapa.
g) Menyatakan bagaimana tindakan dia akan mengambil dan menghubungkan dengan nilai-
nilai nya (apakah itu konsisten atau tidak konsisten dengan nilai-nilai yang ia akui).
RINGKASAN
Dalam bab ini kami mengidentifikasi beberapa masalah sosial dan pribadi penting bahwa warga
masyarakat dunia kita hadapi saat ini. Tujuan utama dari program studi sosial harus untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang rasional
sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah pribadi, dan melalui tindakan sosial,
mempengaruhi kebijakan publik. Salah satu komponen penting dari pengambilan keputusan
adalah pengetahuan. Keputusan rasional dapat dibuat hanya ketika pengetahuan telah
dipastikan karakteristiknya
Keputusan-Masalah
Tindakan apa yang harus
kita ambil mengenai
hubungan ras
Penyelidikan Sosial
1. Konsep-konsep utama
2. Konflik
3. Budaya
4. Diskriminasi
5. Spesialisasi
6. Daya
Penyelidikan Nilai
1. Menyadari masalah nilai
2. Menggambarkan perilaku
nilai-relevan
3. Penamaan nilai
4. Menentukan konflik-konflik
nilai
5. Hipotesa tentang sumber
nilai
6. Penamaan alternatif nilai
7. Hipotesa tentang
konsekuensi
8. Memilih
9. Menyatakan alasan,
sumber, dan konsekuensi
dari pilihan
Pengetahuan yang diperlukan
untuk penamaan alternatif dan
membuat prediksi
Klarifikasi nilai
1. Mengidentifikasi alternatif (Menggunakan generalisasi terkait dengan konsep-konsep kunci
untuk mengidentifikasi alternatif)
2. Memprediksi konsekuensi dari setiap alternatif (generalisasi Wing terkait untuk konsep
kunci untuk memprediksi konsekuensi
3. Pengurutan alternatif mana yang paling konsisten dengan posisi nilai yang diidentifikasi di
atas?
Tindakan
(Dengan cara yang konsisten dengan nilai-nilai: kesediaan untuk menerima konsekuensi dari
tindakan yang dipilih)
Ini harus ilmiah, tingkat tinggi dan interdisipliner. Pengambil keputusan tidak hanya harus
mampu menggunakan dan mengakui pengetahuan ilmiah, tetapi juga harus mampu
memperoleh sendiri bila diperlukan dan tepat. Pengetahuan yang didasarkan keputusan
rasional juga harus kuat dan luas yang berlaku sehingga akan memungkinkan pembuat
keputusan untuk membuat prediksi yang paling akurat mungkin. Tingkat yang lebih tinggi
konsep dan generalisasi terkait yang diperlukan untuk membuat prediksi yang akurat. Jadi
pembuat keputusan harus mampu memperoleh dan menerapkan bentuk-bentuk
pengetahuan. Pengetahuan yang berfungsi sebagai dasar untuk keputusan rasional juga harus
interdisipliner. Pengetahuan dari setiap disiplin satu tidak cukup untuk membantu kita
membuat keputusan cerdas tentang isu-isu sosial yang kompleks seperti polusi, perang, dan
kesenjangan rasial.
Sementara ilmiah, lebih tinggi tingkat pengetahuan interdisipliner yang diperlukan untuk suara
pengambilan keputusan, tidak cukup. Cerdas pengambil keputusan juga harus mampu
mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka, dan menghubungkan konsep-konsep
dan generalisasi th itu mereka merumuskan nilai-nilai mereka Sintesis pengetahuan dan nilai-
nilai merupakan proses pengambilan keputusan.. Selama proses ini, aktor-aktor sosial
menggunakan konsep-konsep ilmu sosial dan generalisasi untuk mengidentifikasi program
alternatif tindakan dan untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin mereka. Mereka
memesan nilai-nilai mereka menjadi sebuah hirarki, dan memilih tindakan yang paling
konsisten dengan posisi nilai mereka. Akhirnya, mereka mengambil tindakan berdasarkan
keputusan mereka untuk menyelesaikan masalah pribadi atau untuk mempengaruhi kebijakan
public. Proses ini diilustrasikan pada Gambar. 1.4. Dalam Bab 14 kita membahas masalah ini
secara lebih rinci dan menggambarkan bagaimana guru dapat menggunakan contoh ini untuk
mengatur dan melaksanakan keputusan-unit masalah. Gambaran ini disajikan dalam teks untuk
membantu memfokuskan perhatian pembaca pada teori pendidikan kita studi sosial karena ia
membaca bab yang akan datang.
BAB 2
METODE PENYELIDIKAN SOSIAL
Efa Rosfita
Yosep Mardiana
TUJUAN PENYELIDIKAN SOSIAL
Kata mufakat tidaklah terwujud melalui penyelidikan ilmu sosial. Kebanyakan orang awam dan
beberapa ilmuwan sosial percaya bahwa tujuan yang tepat dari penyelidikan sosial adalah
untuk membantu orang hidup lebih baik dengan berkontribusi langsung terhadap solusi dari
masalah-masalah sosial yang membingungkan dan mendesak yang mereka hadapi. Para
advokat ini berpendapat bahwa penyelidikan sosial harus berkonsentrasi pada masalah-
masalah masyarakat itu sendiri. Menurut sudut pandang ini, tujuan utama penyelidikan sosial
adalah untuk langsung melayani pembuat kebijakan dengan membantu mereka, dalam
membuat keputusan yang lebih baik.
Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan sosial menjadi semakin terlibat dalam
kegiatan penyidikan terutama yang bersangkutan dengan memberikan wawasan dan solusi
untuk masalah saat ini. loyalitas dan tunjangan dari instansi swasta dan masyarakat umum yang
tertarik untuk mempromosikan penyidikan tentang masalah-masalah praktis telah berperan
dalam menarik banyak ilmuwan sosial untuk menerapkan berbagai macam usaha penyidikan
terapan. Penyidikan tentang hubungan ras, kenakalan remaja, kecanduan obat, dan bunuh diri
cenderung meningkat ketika masalah ini meningkatkan kekhawatiran halayak dan juga
pembuat kebijakan. Para penyidik mulai tergugah untuk meneliti julukan anak "kurang
beruntung" pada tahun 1960 ketika minat di masyarakat miskin meningkat dan dana federal
menjadi tersedia untuk mengkaji masalah anak-anak kelas bawah. Jadi, tidak hanya beberapa
ilmuwan sosial dan orang awam yang menganggap tujuan yang tepat dari penyelidikan sosial
adalah sebagai akumulasi pengetahuan yang dapat langsung diterapkan dalam masalah sosial
saat ini, ilmuwan sosial seringkali merespon kebutuhan penyidikan terapan pada masalah
kontemporer. Sebagian besar ilmuwan sosial mengkaji jenis kegiatan penyidikan yang didukung
oleh lembaga publik dan swasta. Yayasan dan lembaga pemerintah yang paling sering
mendukung upaya penyidikan secara langsung mencari solusi masalah sosial saat ini.
Sementara beberapa ilmuwan sosial percaya bahwa penyelidikan sosial harus terutama
berkaitan dengan masalah-masalah praktis yang dihadapi sehari-hari orang dalam hubungan
sosial mereka, semakin banyak mereka percaya bahwa tujuan penyelidikan sosial harus lebih
bersifat umum dan komprehensif. Mereka menganggap perumusan pengetahuan teoritis
sebagai tujuan dasar dari penyelidikan sosial. Fakta, konsep, dan generalisasi yang diperlukan
untuk perumusan teori. Ilmuwan sosial yang memandang perumusan pengetahuan teoritis
sebagai tujuan utama dari penyelidikan sosial tidak menunjukkan bahwa produk penyelidikan
sosial tidak boleh digunakan untuk membantu orang memecahkan masalah-masalah rumit
sosial. Justru sebaliknya, mereka berpendapat bahwa pengetahuan yang teoritis dapat
membantu mereka memahami lingkungan social, membuat prediksi, dan oleh karna itu,
kontrol komponen dalam lingkungan mereka lebih baik dari pengetahuan yang berasal dari
jenis yang lebih spesifik dan menerapkan upaya penyidikan.
Sebuah ilustrasi mungkin akan membuat posisi ini lebih eksplisit. Suatu Komunitas “x”
menjadi tegang dan bermusuhan karena saling curiga dan tidak percaya antara Amerika-
Meksiko dan Amerika-Puerto Rico. Sejak kedatangan Amerika-Meksiko ke daerah puerto,
permusuhan antara dua kelompok etnis itu semakin jelas terlihat. Komunitas pemimpin komisi
tim ilmuwan sosial mempelajari konflik dan membuat rekomendasi kebijakan untuk
mengatasinya. Sedangkan rekomendasi yang dirumuskan oleh tim penyidik membantu
meredam ketegangan etnis di komunitas X tersebut. Pengetahuan yang berasal dari penyidikan
tertentu mungkin tidak berlaku untuk komunitas lain yang ditandai dengan jenis lain dari
permusuhan etnis.
Komunitas Y, misalnya, seratus mil dari komunitas X yang membutuhkan petunjuk untuk
mengurangi permusuhan etnis antara Jepang-Amerika dan India, dan kemudian masyarakat C
tegang karena permusuhan antara penduduk Irlandia dan Polandia. Masyarakat ini mungkin
tidak akan dapat menggunakan informasi yang diperoleh dari studi tentang komunitas X
karena pengetahuan yang diperoleh dari pengkajian tentang komunitas ini adalah bersifat
khusus atau dengan kata lain pengkajiannya tidak lah selaras dengan masalah yang ada.
Ilmuwan sosial yang bergelut dalam pengetahuan teoritis berusaha untuk mendapatkan
generalisasi yang akan berlaku dalam beragam situasi. Dalam menganalisa penyebab
permusuhan etnis, penyidik yang teoritis akan menganalisa permusuhan etnis antara
kelompok-kelompok yang berbeda dalam berbagai pengaturan sosial, dan berusaha untuk
menurunkan pernyataan umum (generalisasi) tentang permusuhan etnis yang bisa terdiri dari
teori konflik etnis. Teori semacam itu tidak akan dikembangkan oleh seorang/tim penyidik, atau
pun akan dapat dikembangkan dalam jangka waktu singkat. Temuan banyak penyidik dari
waktu ke waktu dan di tempat yang berbeda, akan berkontribusi pada perumusan teori konflik
etnis. Selltiz, et al., mengatakan, "Secara umum ... maksud dari sebuah teori dalam ilmu
pengetahuan modern adalah untuk meringkas pengetahuan yang ada, memberikan penjelasan
dari peristiwa atau hubungan yang terjadi, dan untuk memprediksi kejadian atau hubungan
yang telah diamati atas dasar prinsip-prinsip yang jelas yang terkandung dalam teori. "
Setelah teori konflik etnis dirumuskan (teori-teori ilmiah selalu tentatif dan tidak pernah
konklusif, mereka tunduk pada revisi yang konstan dan rekonstruksi), pembuat kebijakan bisa
menggunakannya untuk memahami, menjelaskan. memprediksi, dan elemen kontrol yang
terlibat dalam permusuhan etnis. Dengan demikian, penyidik teoritis semakin tertarik untuk
membangun teori-teori sosial yang lebih umum daripada keprihatinan untuk masalah-masalah
sosial tertentu. Sebagai contoh indikasi, perumusan teori adalah tujuan yang lebih bermanfaat
dan lebih tepat dalam penyelidikan sosial daripada solusi langsung dari masalah-masalah
praktis.
Dalam buku ini, pengukuhan teori diterima sebagai tujuan utama penyelidikan sosial. Secara
garis besar, pengetahuan teoritis akan memberikan kontribusi lebih dalam pembuatan
keputusan rasional dari pengetahuan yang lebih spesifik dan terfragmentasi.
PROSES PENYELIDIKAN
Pada Bab 1 telah dibahas beberapa karakteristik penting dari pengetahuan. Kami
mengindikasikan misalnya, bahwa itu adalah publik, tepat, diuji, dan sistematis. Sains adalah
sebuah proses seperti halnya pengetahuan teoretis. Banyak penulis menganggap bahwa proses
yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan lebih penting daripada
pengetahuan itu sendiri. Ketika seseorang menggunakan proses ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan, ia terus-menerus mengevaluasi kembali proposisi ilmiah. Dia kemudian
merevisinya ketika tujuan masyarakat berubah, ketika data baru ditemukan, atau ketika asumsi
mengenai fenomena sosial dimodifikasi. Generalisasi tentang sifat dan penyebab perilaku
kriminal dan mental berubah drastis ketika para ilmuwan sosial mengubah asumsi dasar
mereka mengenai faktor yang membentuk perilaku manusia. Sebuah teori yang berkaitan
dengan cirri-ciri tertentu perilaku kriminal yang dipertahankan selama beberapa dekade, kini
sebagian besar tidak dipercaya lagi. Namun, beberapa psikolog melakukan penjagaan bahwa
cacat fisik yang dapat berkontribusi pada perilaku kriminal dengan cara tidak langsung. Penyakit
mental sekarang dianggap sebagai ketidakmampuan sosial dan bukan manifestasi dari faktor
keturunan boilogis yang rusak.
Karena proposisi ilmiah dan generalisasi selalu berdasarkan pada revisi, metode yang
digunakan para ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dan untuk menguji proposisi
sangatlah penting. Metode ilmiah memungkinkan ilmuwan untuk terus memperluas, merevisi,
dan merekonstruksi teori-teori. Sosiolog, antropolog, ekonom, dan ilmuwan politik
menggunakan metode serupa tetapi tidak harus sama untuk menguji dan untuk mendapatkan
pengetahuan. Jenis-jenis masalah yang dipelajari oleh ilmuwan sosial yang berbeda dan konsep-
konsep kunci yang mereka gunakan membedakan mereka lebih dari metodologi yang mereka
gunakan. Kekhawatiran sosiolog untuk kepentingan sosialisasi dan ilmuwan politik dalam
hubungan kekuasaan masyarakat membedakan dua teori lebih dari pendekatan mereka
terhadap masalah yang dikaji. Peserta observasi, wawancara, survei sampel, dan studi kasus
adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam dua teori tersebut. Dengan
kata lain, pertanyaan yang muncul dan dikaji oleh sosiolog dan ilmuwan politik, misalnya, dan
kerangka kerja konseptual yang digunakan untuk melihat dan menganalisis masalah,
membedakan kedua disiplin ilmu yang lebih daripada faktor lain.
Meskipun metode yang digunakan oleh ilmuwan sosial dalam berbagai disiplin ilmu
memiliki karakteristik yang umum, beberapa disiplin menggunakan metode khusus dari
pengumpulan data atau menggunakan strategi penyidikan ekstensif tertentu. Para psikolog
sosial menggunakan percobaan laboratorium mungkin lebih sering daripada setiap ilmuwan
sosial lainnya. Pertanyaan yang dirumuskan dan dikaji oleh psikolog sosial dapat diatasi dengan
penyidikan sebagian besar pertanyaan yang dipelajari oleh ilmuwan politik atau
antropolog. Survei sampel digunakan secara luas dalam sosiologi dan ilmu politik, tetapi tidak
sering dalam antropologi. Populasi data dan foto udara sering digunakan oleh geografer tetapi
jarang oleh ekonom. Peserta observasi dan pekerjaan lapangan telah menjadi metode riset
utama yang digunakan oleh antropolog, kemudian psikolog sosial dan ilmuwan politik
memanfaatkan jauh lebih luas dari statistik canggih dari yang dilakukan antropolog dan
sejarawan.
Meskipun proses penyelidikan dasar yang dimiliki oleh semua disiplin ilmu sosial dan
faktor-faktor penting yang membedakan satu disiplin ilmu sosial dari yang lain adalah
pertanyaan-pertanyaan yang tersusun, konsep-konsep, generalisasi, teori-teori dan tes telah
diuji. Karena unsur-unsur lingkungan sosial kita sangat saling terkait, teori terstruktur oleh
berbagai disiplin ilmu sosial tidak selalu tidak berhubungan atau saling eksklusif. Hal ini akan
menjadi lebih jelas ketika sifat dari masing-masing disiplin ilmu sosial yang dibahas dalam
Bagian 4. Meskipun setiap kelompok ilmuwan sosial kadang-kadang menggunakan teknik
penyidikan yang unik, d usaha di bawah ini untuk menyajikan model dasar penyelidikan yang
dimiliki oleh semua ilmuwan sosial. Ini adalah salah satu bahwa siswa harus menggunakan,
mungkin dengan cara dimodifikasi, ketika mereka merumuskan masalah sosial dan menguji
hipotesis ilmiah dan proposisi.
MODEL PENYELIDIKAN SOSIAL
Perumusan Masalah
Sebelum ilmuwan dapat memulai penyidikan pada setiap masalah, ia harus memiliki gagasan
yang jelas tentang pertanyaan yang harus dijawab. Ilmuwan akan bingung tentang beberapa
fenomena dalam rangka untuk mengidentifikasi masalah. Seperti Goldmark mawas
menunjukkan, penyelidik juga harus prihatin tentang masalah dan solusinya. Seorang sosiolog
yang merupakan spesialis di lembaga-lembaga struktural dapat mengabaikan wabah rasial yang
terjadi. Banyak pertanyaan melalui penyidikan dapat dirumuskan tentang wabah rasial, tetapi
jika ilmuwan prihatin wabah ras, ia tidak akan merumuskan pertanyaan dan mengkaji jawaban
atas masalah.Sosiolog lain, yang merupakan spesialis dalam perilaku kolektif, mungkin
melakukan perjalanan seratus mil untuk mempelajari wabah ras secara langsung.
Pertanyaan ilmiah haruslah lengkap, tepat, dan diriset. "Apa sikap anak-anak?" adalah
pertanyaan yang gagal memenuhi kriteria yang dinyatakan di atas. Hal ini tidak lengkap, tepat,
atau melalui penyidikan. Seorang penyidik yang mencoba untuk menjawab tidak akan tahu
tujuan anak-anak Anerika belajar,, anak-anak Rusia, atau anak-anak di seluruh dunia. Juga,
pertanyaan tidak membuat jelas jenis sikap yang menjadi perhatian penulis. Anak-anak
memiliki sikap yang berbeda terhadap berbagai fenomena.Mereka memiliki sikap terhadap
sekolah, guru, orang tua, mainan, makan, dan jenis lain dari orang-orang dan hal-hal di
lingkungan sosial dan fisik. "Apakah" adalah ambigu karena tidak menentukan jangka
waktu. Anak-anak Rusia mungkin memiliki sikap yang berbeda terhadap buku sosial mereka
studi di awal 1940-an daripada yang mereka lakukan di akhir 1950-an.
Ini jelas pertanyaan yang sulit untuk dijawab karena tidak memberikan bimbingan yang
diperlukan untuk suatu penyidik. "Apa yang sikap anak-anak di abad kesembilan belas?" juga
pertanyaan non-ilmiah, karena tidak menentukan jenis sikap di mana penyidik tertarik. Namun
tidak seperti pertanyaan yang sering diajukan oleh mahasiswa yang mencoba untuk melakukan
penyidikan di sekolah pascasarjana. Penentuan dan menyatakan pertanyaan-pertanyaan
spesifik dan jelas yang dapat membimbing kegiatan penyelidikan yang sering menantang. Fase
model penyelidikan ini seharusnya tidak cepat diberhentikan oleh pembaca yang mungkin
menganggap itu adalah jelas bahwa masalah harus dinyatakan sebelum mereka dapat
dijawab. Siswa kelas dasar, terutama, akan memerlukan bantuan dalam mengidentifikasi
masalah dan dalam menyatakan gaya mereka, yang jelas melalui penyidikan.
Katakanlah pertanyaan penulis dalam contoh di atas yang tertarik dalam menentukan
apakah integrasi paksa sekolah-sekolah umum di sebuah kota menengah industri yang
dimodifikasi sikap rasial anak-anak kulit putih. Pernyataan masalah mungkin membaca, "Apa
jenis sikap rasial yang dilakukan siswa putih diungkapkan setelah integrasi sekolah-sekolah
umum di kota X? Meskipun ini adalah pertanyaan melalui penyidikan, desain penyidikan yang
menyiratkan tidak akan menjawab pertanyaan pada dasarnya dia telah menjawabnya dalam
pikiran, tetapi tidak akurat. Desain tersirat oleh pertanyaan adalah beberapa jenis survei
sampel untuk menentukan jenis sikap rasial yang diungkapkan oleh anak-anak setelah integrasi
sekolah telah terjadi semacam survei akan memberitahu penyidik sedikit tentang ras anak-
anak, sikap sebelum integrasi sekolah dan pernyataan pertanyaan yang salah dapat
mengakibatkan desain penyidikan yang tidak produktif. Pertanyaan yang dianalisa penyidik
telah dalam pikiran dan dapat lebih tepat dinyatakan sebagai, "Apa efek melakukan integrasi
sekolah memiliki pada sikap rasial dinyatakan dari siswa putih di kelas 4 sampai 6 di kota
X?" Pertanyaan ini adalah eksplisit, tepat, dan diriset. Hal ini juga menunjukkan desain
penyidikan yang akan menjawab pertanyaan dalam pikiran penyidik. Ini menyiratkan bahwa
beberapa metode akan digunakan untuk memastikan sikap rasial anak-anak baik sebelum dan
setelah sekolah , atau untuk membandingkan postintegration sikap rasial merekadengan sikap
rasial dari sekelompok anak-anak yang menghadiri sekolah sebanding yang tidak terintegrasi.
Seringkali, pertanyaan-pertanyaan ilmiah menyiratkan hubungan antara variabel serta
desain penyidikan. Variabel-variabel yang jelas dalam pertanyaan di atas adalah "sikap rasial"
dan "integrasi sekolah." Pertanyaan ini menyiratkan bahwa kedua faktor mungkin terkait. Studi
penyidikan akan menentukan bagaimana, jika di semua atau salah satu faktor pengaruh yang
lain. Variabel yang dinyatakan dalam pertanyaan penyidikan sering diklasifikasikan sebagai
variabel independen dan dependen. Sebuah variabel yang menyebabkan perubahan dalam
beberapa variabel lain atau faktor adalah variabel independen. Variabel yang berubah sebagai
akibat dari tindakan beberapa variabel luar adalah variabel dependen. Dalam masalah contoh
kita, "integrasi sekolah" adalah variabel independen karena hipotesis bahwa hal itu akan
menyebabkan perubahan dalam "sikap rasial," variabel dependen.Sekolah dasar siswa harus
belajar bagaimana mengidentifikasi variabel utama yang dinyatakan dalam pertanyaan
penyidikan, tetapi mereka seharusnya tidak diperkenalkan istilah-istilah seperti variabel
independen dan dependen sampai mereka berada di SMP. Konsep dan ide-ide, bukan
terminologi, adalah penting.
Beberapa pertanyaan yang secara eksplisit dinyatakan tidak dapat diriset karena mereka
tidak mampu mengkaji pertanyaan-pertanyaan ilmiah."Haruskah sekolah umum di komunitas X
berintegrasi rasial?" atau "Haruskah fakultas dari sekolah-sekolah umum di komunitas X
diintegrasikan?" bukanlah pertanyaan ilmiah dan karena itu tidak dapat dijawab dengan
penyelidikan sosial. Ini adalah keputusan masalah yang jawabannya harus mencerminkan
sintesis dari pengetahuan dan nilai-nilai pribadi seseorang. Penyelidikan ilmiah dapat
membantu kita dalam membuat keputusan dan mencapai tujuan yang kita nilai. Nilai
penyelidikan dapat berkontribusi untuk klarifikasi nilai. Namun, penyelidikan sosial tidak dapat
menentukan nilai-nilai kita. Permintaan sosial dapat menjawab pertanyaan, "Apakah sekolah
terpadu positif mempengaruhi prestasi siswa?" Penyidikan oleh Coleman dan Pettigrew
menunjukkan bahwa anak-anak kulit hitam cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih
tinggi di sekolah-sekolah terpadu daripada di sekolah didominasi hitam. Para ilmuwan sosial
juga telah ditangani dengan pertanyaan, "Apakah pengaruh integrasi sekolah terhadap sikap
rasial anak-anak hitam dan putih?" Para penyidik telah menyimpulkan bahwa anak-anak yang
menghadiri sekolah terpadu cenderung mengungkapkan sikap rasial yang lebih positif sebagai
orang dewasa daripada anak-anak yang menghadiri sekolah terpisah.
Orang tua kulit hitam "militan" yang keras menentang untuk menyuruh anak-anak mereka
menggunakan bus ke sekolah yang didominasi kulit putih. Proses analisis nilai dan klarifikasi
menyimpulkan bahwa mereka menghargai pendidikan akademis terbaik bagi anak-anak mereka
di atas segalanya. Permintaan sosial akan membantu para orang tua mengidentifikasi di sekolah
mana anak-anak mereka akan mencapai keuntungan akademik tertinggi. Melalui pertanyaan
mereka sendiri, dan dengan mempelajari hasil penyelidikan oleh para ilmuwan sosial, mereka
dapat menyimpulkan bahwa anak-anak mereka akan mencapai hasil tertinggi di sekolah yang
didominasi kulit putih sebagai hasil dari analisis nilai dan penyelidikan social. orang tua dan
sekolah mungkin menjadi kurang menentang angkutan bus karena mereka menemukan bahwa
apa yang mereka lakukan untuk anak-anak mereka dapat menjadi yang terbaik yang dicapai
dengan angkutan bus mereka ke sekolah yang didominasi kulit putih.
Dalam contoh ini, penyelidikan sosial dan pengetahuan membantu orang tua untuk
memecahkan masalah keputusan, tetapi masalah itu sendiri berada di luar cakupan
penyelidikan sosial. Tergantung pada nilai-nilai dan sikap dari aktor sosial, penyelidikan sosial:
nay atau tidak dapat mempengaruhi keputusan-nya. Dalam contoh di atas, orang tua mungkin
telah menjadi begitu keras menentang integrasi angkutan bus dan sekolah bahwa mereka akan
benar-benar menolak pengetahuan yang berasal dari pertanyaan mereka. Harian kita dapat
mengamati orang-orang yang menolak pengetahuan ilmiah untuk berbagai alasan pribadi yang
kompleks.Perokok kronis sering berpendapat bahwa data yang membentuk hubungan antara
merokok dan kanker terlalu meyakinkan. Obat pecandu dan alkoholik sering berpendapat
bahwa kebiasaan mereka hampir tidak begitu berbahaya sebagai ahli mengindikasikan, atau
mereka mungkin menyangkal bahwa mereka kecanduan. Namun, analisis nilai dan penyelidikan
sosial akan membantu siswa belajar bagaimana untuk menerima pengetahuan ilmiah, bahkan
ketika hal itu bertentangan dengan nilai-nilai dihargai. Perokok kronis dapat belajar untuk
menerima fakta-fakta ilmiah tentang merokok, dan, meskipun ia atau dia mungkin terus
merokok, realistis akan menerima konsekuensi dari tindakannya. Aktor sosial yang menyangkal
kemungkinan konsekuensi dari tindakan mereka yang tidak rasional.
Sekolah dasar siswa harus dibantu untuk memahami baik kekuatan dan keterbatasan dari
proses ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Anak-anak harus belajar di kelas-kelas awal bahwa
penyelidikan sosial tidak dapat digunakan untuk memecahkan keputusan dan masalah nilai,
tetapi metode ilmiah dan pengetahuan dapat digunakan untuk membantu aktor sosial yang
mengklarifikasi nilai-nilai nya dan memastikan sarana dan metode yang diperlukan untuk
mencapai tujuan bahwa ia nilai, dan untuk menentukan konsekuensi yang mungkin dari
program yang berbeda dari tindakan.
Anak-anak dapat mulai menyadari keterbatasan penyelidikan sosial dengan membedakan
pertanyaan ilmiah dari masalah nilai dan pengambilan keputusan. Banyak pertanyaan tentang
dogma dan keyakinan tidak dapat dijawab oleh penyidikan sosial.Pertanyaan seperti "Apakah
Tuhan mati?" "Apakah ada surga di atas?" atau "Apakah Yesus Anak Allah?" tidaklah dapat
diverifikasi atau dibantah oleh penyidikan sosial karena ada sedikit kesepakatan publik
mengenai asumsi-asumsi yang berkaitan dengan pertanyaan atau tentang metode belajar
mereka.
Membantu siswa untuk mengidentifikasi dan merumuskan pertanyaan yang tepat, eksplisit,
dan diriset adalah salah satu tugas paling menantang yang dihadapi oleh guru di kelas yang
berorientasi penyelidikan.
Kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang baik adalah keterampilan perkembangan
yang sistematis yang harus mulai diajarkan di TK. Mempertanyakan strategi yang dibahas dalam
"detail yang cukup besar dalam Bab 4. Penyidikan upaya dan pengalaman belajar tidaklah lebih
baik dari pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka.
Perumusan Hipotesis
Setelah penyidik menyatakan sebuah pertanyaan yang tepat dan diriset, ia kemudian mencoba
untuk merumuskan pernyataan tentatif dan proposisi untuk membimbing
penyelidikan. Kerlinger telah menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar menguji pertanyaan,
tapi pernyataan yang berkaitan dengan mereka yang mengujinya.
Mari kita andaikan suatu penyelidik merumuskan pertanyaan, "Bagaimana para kolonis di
Amerika Utara mempengaruhi budaya dari Iroquois Indian?" penyelidikan akan lebih terfokus
jika ia memiliki beberapa ide tentang cara-cara di mana budaya Iroquois mungkin telah
dipengaruhi oleh penjajah. Penyidik boleh punya firasat bahwa makanan tersebut adalah
Iroquois ", habitat, dan beberapa keyakinan agama mereka dimodifikasi saat mereka
bersosialisasi dengan koloni Amerika Utara. Untuk menentukan firasat dan ide-ide yang akurat,
dia akan mengumpulkan informasi tentang budaya suku Iroquois 'yang mengungkapkan jenis
makanan, habitat, kepercayaan agama dan praktek-praktek yang merupakan bagian dari cara
hidup mereka baik sebelum dan sesudah koloni datang ke Amerika Utara. Pernyataan tentatif
dan proposisi bahwa para ilmuwan merumuskan pertanyaan untuk membimbing mereka yang
kemidian disebut hipotesis.
Hipotesis yang sangat penting dalam penyelidikan sosial. Seperti contoh di atas, mereka
membantu untuk membimbing dan focus terhadap kegiatan penyidikan. Cohen dan Nagel
menunjukkan pentingnya hipotesis dalam mengarahkan penyelidikan dan mencatat beberapa
karakteristik yang membedakan mereka.
Kita tidak bisa mengambil satu langkah maju dalam penyelidikan apapun kecuali kita mulai
dengan penjelasan yang disarankan atau solusi dari kesulitan yang berasal itu. Penjelasan
tentatif tersebut menunjukkan kepada kita sesuatu dalam materi pelajaran dan pengetahuan
kami sebelumnya. Ketika mereka dirumuskan sebagai proposisi, mereka disebut hipotesis .
Fungsi hipotesis adalah untuk mengarahkan pencarian suatu pesan di antara fakta-fakta. Saran-
saran yang dirumuskan dalam hipotesis dapat menjadi solusi untuk masalah ini. Tidak ada
saran yang harus selalu mengarah ke tujuan kita, dan seringkali ada beberapa saran yang
kompatibel dengan satu sama lain, sehingga mereka tidak bisa semua menjadi solusi untuk
masalah yang sama.
Dalam rangka untuk membimbing penyelidikan efektif, hipotesis harus memiliki
karakteristik tertentu. Pertama, mereka harus terkait dengan masalah yang
dirumuskan. Hipotesis dirumuskan sedangkan penyidik mempelajari masalahnya, "apakah
aliran koloni di Amerika Utara mempengaruhi budaya dari Iroquois Indian?" pertanyaan yang
selanjutnya menjadi cara di mana budaya India Iroquois berubah sebagai akibat dari kontak
dengan gaya hidup para kolonis Amerika. Sebuah penyelidikan yang mempelajari masalah ini
dapat merumuskan hipotesis seperti " Indian-Iroquois menggunakan berbagai macam tiupan
setelah mereka bertemu dengan penjajah," dan "Tidak ada perubahan mendasar terjadi dalam
keyakinan agama orang-orang Indian Iroquois dan praktek ketika mereka bertemu koloni
Amerika. " Hipotesis yang menyangkut gaya hidup kelompok India lainnya setelah kedatangan
koloni ke Amerika Utara tidak cocok untuk penyelidikan masalah ini.
Hipotesis juga harus diuji. Hipotesis seperti "budaya Iroquois-India meningkat ketika
mereka datang ke dalam kontak dengan gaya hidup para koloni" dan "pendatang seharusnya
tidak memaksa Iroquois menyerahkan bagian penting dari warisan budaya mereka" adalah
pernyataan ilmiah yang patut diuji.
Pernyataan pertama adalah proposisi evaluatif. Apakah seseorang akan menilai itu benar
atau salah akan tergantung pada konsepsinya atau perbaikan budaya. Budaya Iroquois-India
mungkin menjadi lebih berteknologi maju ketika Iroquois-India berinteraksi (Namun, banyak
dari gaya hidup dan adat istiadat mereka yang terganggu oleh pengaruh koloni dan beberapa
orang menganggap kemajuan teknologi sebagai perbaikan)
Pernyataan kedua adalah pernyataan nilai dan tidak dapat diverifikasi dengan metode
ilmiah. Nilai-nilai individu tentang orang-orang, perubahan budaya, dan keanekaragaman
budaya yang akan menentukan apakah dia akan setuju dengan proposisi ini.
Gee membahas kriteria yang dia anggap penting untuk hipotesis berharga:
Pertama, hipotesis yang dirumuskan harus mempertimbangkan semua fakta yang relevan
dan tidak bertentangan. Kedua, harus masuk akal, dan secara umum, tidak boleh bertentangan
dengan hukum alam. Ketiga, hipotesis harus seperti karakter yang selaras dengan aplikasi
deduktif dan pengujian, yaitu, harus mampu pembantahan atau verifikasi. Keempat, harus
sesederhana mungkin, karena dari awal, ilmu pengetahuan telah menuntut tidak hanya akurasi
dan presisi, tetapi juga kesederhanaan.
Gee menyarankan, Hipotesis yang efektif juga harus didasarkan pada pengetahuan
sebelumnya dan teori-teori yang ada. Hipotesis yang baik tidak dirumuskan dalam ruang hampa
melainkan suatu prediksi yang cerdas. Jika seorang penyidik tidak memiliki pengetahuan
tentang Indian-Amerika, koloni Amerika, atau bagaimana pengaruh satu kebudayaan yang lain,
ia tidak akan mampu mengajukan pertanyaan yang cerdas tentang efek dari koloni 'gaya hidup
budaya India-Iroquois', dan tidak juga mampu merumuskan hipotesis yang bermanfaat untuk
membimbing penyelidikannya. Seorang penyidik yang memiliki pengetahuan tentang budaya
Indian-Amerika, koloni-koloni Amerika, dan yang akrab dengan teori-teori yang terkait dengan
pinjaman dan pengaruh budaya, akan dapat mengidentifikasi elemen-elemen dalam budaya
Iroquois yang paling rentan terhadap perubahan budaya dengan pengaruh asing. Sebagai
contoh, informasi penyidik akan tahu bahwa unsur-unsur budaya yang nyata, seperti alat dan
habitat, lebih rentan terhadap perubahan budaya dari komponen budaya tak berwujud, seperti
keyakinan agama dan gayahidup. Jadi penyidik/penyidik yang berpengetahuan dapat
merumuskan hipotesis produktif lebih baik dari dia yang tidak memiliki pengetahuan khusus
atau umum terkait dengan masalah bahwa yang sedang diselidiki.
Banyak hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori yang ada.Seorang penyidik yang
berkenalan dengan teori frustrasi-agresi akan dapat membuat hipotesis besar tentang mengapa
suatu kelompok tak berdaya dan terasing dalam masyarakat yang sering menjadi korban
diskriminasi dan penganiayaan. Teori ini menunjukkan bahwa individu, ketika menyangkal
tujuan yang diinginkan (atau frustrasi) cenderung untuk mengekspresikan agresi untuk
meringankan rasa frustrasi-nya. Namun, tidak selalu layak bagi individu untuk mengarahkan
agresi nya menuju sumber nyata frustrasi. Ketika hal ini terjadi, ia cenderung menggantikan
agresi terhadap orang pengganti atau benda yang tidak mampu untuk membalas saat
diserang. Hipotesis yang berkaitan dengan teori ini sering diformulasikan untuk membantu
menjelaskan diskriminasi yang dialami oleh kelompok minoritas atau tindakan bermusuhan
dengan pasangan bekerja yang menampilkan agresi pada keluarga mereka.
Fakta bahwa hipotesis yang paling diuji oleh para ilmuwan sosial dari berasal teori yang
ada, tidak hanya menunjukkan bagaimana hipotesis muncul dari pengetahuan ini, tetapi juga
menunjukkan bagaimana pertanyaan dan hipotesis yang penyidik formulasikan yang dibentuk
oleh nilai-nilai meyakinkan persepsi, dan latar belakangnya.
Dua ilmuwan sosial mempelajari perilaku yang sama dapat merumuskan hipotesis yang
sangat berbeda karena orientasi yang berbeda teoretis dan nilai. Sebuah neo-Freudian dan
seorang psikolog perilaku akan merumuskan hipotesis yang sangat berbeda jika mereka berdua
mencoba untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan jumlah mengkhawatirkan dari
orang-orang muda kita untuk menikmati obat-obatan ilegal selama tahun 1960-an dan 1970-
an. Psikolog neo-Freudian akan bergantung jauh lebih banyak di alam bawah sadar sebagai
penjelasan daripada perilaku ilmuwan. kebiasaan psikolog akan merumuskan hipotesis yang
ditangani secara khusus dengan jenis diamati dan diukur dari perilaku.
Mempelajari masalah yang sama, seorang psikolog sosial akan cenderung mencari
penjelasan terutama dalam perilaku individu, sementara sosiolog akan jauh lebih peduli dengan
kelompok-kelompok di mana individu telah disosialisasikan.
Definisi Istilah: Konseptualisasi
Pada beberapa tahap awal dalam proses penyelidikan, penyelidik harus membuat beberapa
usaha untuk mendefinisikan istilah utama dan konsep-konsepnya secara
eksplisit. Mendefinisikan istilah sehingga mereka memiliki implikasi penyidikan adalah masalah
utama bagi para ilmuwan sosial. Maka, tidaklah ada mufakat tentang makna konsep dan istilah
penting dalam penyidikan sosial. "Kelas Sosial," "agresi," "kecemasan," dan "perilaku sosial"
adalah contoh dari konsep-konsep ilmu sosial penting yang didefinisikan secara berbeda oleh
berbagai penyidik. Ketika digunakan, penyidik harus memberitahu pembaca bagaimana cara
mendifinisikannya, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan kasus atau contoh-contoh
dari konsep-konsep.
Sebelumnya kita telah membahas masalah ini, "Apa dampak integrasi sekolah pada sikap
rasial yang diungkapkan anak-anak kulit putih di kelas 4-6 di kota X?" Para penyidik yang
mempelajari masalah ini harus menentukan bagaimana ia akan menentukan "integrasi" dan
"sikap rasial" dalam istilah terukur atau operasional. Dalam penyidikan pendidikan pada
integrasi sekolah, "integrasi rasial" dianggap ada apabila sekolah berisi populasi setidaknya 40
persen berkulit hitam atau anak-anak kulit putih, tetapi tidak lebih dari 60 persen anak-anak
tersebut. "Integrasi Sekolah" bisa, tentu saja, didefinisikan secara berbeda. Seorang penyidik
mungkin bersedia untuk mengatakan bahwa sekolah adalah ras yang terintegrasi jika memiliki
populasi minimal 1 persen anak-anak kulit putih.Tujuan penyidik akan menentukan definisi
yang diterima dari sebuah "sekolah terpadu."
Seorang penyidik yang mengkaji masalah ini juga akan perlu menentukan bagaimana dia
akan menentukan "sikap rasial."Ilmuwan sosial biasanya menentukan sikap rasial operasional
sesuai dengan jenis tanggapan khusus dibuat pada kuesioner.Beberapa jenis tanggapan yang
dianggap menunjukkan sikap positif, yang lain, negatif. Keterbatasan dari pendekatan untuk
mendefinisikan sikap yang cukup jelas. Responden mungkin memberikan tanggapan bahwa ia
menganggap diterima secara sosial daripada yang yang secara akurat mencerminkan
perasaannya tentang kelompok-kelompok ras dan etnis yang berbeda. Mendefinisikan secara
operasional konsep yang rumit ilmu sosial adalah salah satu masalah yang paling sulit dalam
penyelidikan sosial.
Dalam masalah lainnya kita bahas, "Bagaimana para kolonis di Amerika Utara
mempengaruhi budaya dari Iroquois Indian?", Itu akan diperlukan untuk operasional
menentukan pengaruh dan budaya. Dalam kasus ini, pengaruh bisa berarti perubahan,
berhenti, mengambil jalan dari, atau meningkat. Budaya adalah sebuah konsep yang luas
dengan berbagai arti. Ini terdiri dari semua elemen dalam lingkungan masyarakat yang mereka
telah terstruktur untuk bertahan hidup. (Lihat Bab 9 untuk pembahasan rinci dari budaya.)
Tools, piring, adat-istiadat. folkways, dan keyakinan agama adalah bagian dari budaya
kelompok. Karena budaya adalah suatu konsep yang luas dan inklusif, penyidik yang mungkin
akan menguntungkan untuk mempelajari aspek-aspek terbatas dari kebudayaan tertentu pada
satu waktu. Jadi, pertanyaan yang lebih bermanfaat daripada yang dinyatakan di atas mungkin,
"Apa perubahan terjadi pada alat dan kepercayaan dari Indian Iroquois ketika mereka datang ke
dalam kontak dengan koloni Amerika Utara?" Ketika ia mencoba untuk operasional
mendefinisikan istilah dalam masalah penyidikan, penyidik boleh merasa bijaksana untuk
memodifikasi pertanyaan-nya dan hipotesis. Ketentuan dalam beberapa hipotesis mungkin
begitu sulit untuk mengoperasionalkan bahwa hipotesis harus ditinggalkan sepenuhnya.
Pengumpulan Data
Pertanyaan telah terjawab dan hipotesis telah diuji dengan data dan informasi yang
dikumpulkan oleh penyidik tersebut. Ilmuwan sosial menggunakan berbagai metode untuk
mengumpulkan data, untuk menguji hipotesis, dan untuk mendapatkan generalisasi dan teori.
Menurut Berelson dan Steiner, ilmuwan menggunakan tiga metode utama untuk
mengumpulkan data untuk sebuah analisis: "percobaan, survei sampel, dan studi kasus." Para
ilmuwan sosial juga menggunakan studi sejarah, analisis konten, dan teknik lainnya.
Percobaan laboratorium adalah situasi terstruktur oleh penyidik untuk menentukan
bagaimana variabel-variabel terkait. Untuk menentukan bagaimana satu variabel
mempengaruhi yang lain, penyidik mencoba untuk mengontrol variabel bersakit dalam situasi
eksperimental. Jika seorang penyidik ingin menentukan efek dari sebuah film perang terhadap
sikap individu terhadap perang, dia bisa menunjukkan film perang untuk satu kelompok orang
dan menunjukkan sekelompok orang yang sebanding film di kehidupan luar ruang. Dengan
membandingkan sikap dari kedua kelompok baik sebelum dan sesudah melihat film,
eksperimen akan mampu membuat beberapa pernyataan tentatif tentang efek dari film perang
tertentu pada sikap individu terhadap perang.
Sementara percobaan adalah metode penyidikan yang paling sering digunakan dalam ilmu
alam, mungkin yang paling digunakan dari semua metode dalam ilmu-ilmu sosial, meskipun hal
ini menjadi lebih populer. Hal ini sering sulit bagi para ilmuwan sosial untuk menggunakan
percobaan karena mereka mempelajari perilaku manusia. Karena ketidakpraktisannya, masalah
etika dan moral, dan biaya luar biasa yang terlibat, para ilmuwan sosial tidak dapat sering
bereksperimen dengan manusia. Psikolog sosial menggunakan percobaan lebih dari kelompok
lain ilmuwan sosial.Percobaan Trager dan Yarrow untuk menentukan efek dari kurikulum
hubungan antarkelompok pada anak-anak ': sikap rasial "dan pengamatan Litcher dan Johnson
pada Pengaruh pembaca multietnis pada perasaan ras anak-anak adalah contoh dari percobaan
yang digunakan dalam penyidikan sosial.
Sementara percobaan adalah hal yang paling objektif dan tidak sempurna dari semua
metode mempelajari perilaku manusia, . Individu dapat mengubah perilaku mereka hanya
karena mereka tahu bahwa mereka sedang diamati. Percobaan itu sendiri memperkenalkan
variabel baru dalam suatu situasi. Subjek dalam percobaan dapat mengubah pola perilaku
mereka karena mereka menerima perhatian khusus dan bukan karena variabel independen
dimasukkan ke percobaan. Kerlinger mengatakan, "Hampir setiap perubahan, setiap perhatian
ekstra, atau bahkan tidak adanya manipulasi tetapi juga pengetahuan tentang penyidikan yang
sedang dilakukan, adalah cukup untuk menyebabkan subjek untuk mengubahnya. Singkatnya,
jika kita memperhatikan orang, mereka merespon.. Para efek khusus dari suatu percobaan pada
mata pelajaran ini dikenal sebagai efek Hawthorne.
Metode eksperimental juga memiliki keterbatasan karena situasi yang diciptakan dalam
percobaan mungkin sangat berbeda dari dunia nyata bahwa hasil penyidikan tidak dapat
digeneralisasi secara ekstensif. Dalam mencoba untuk mengontrol semua variabel yang
mungkin mempengaruhi variabel dependen, kita mungkin menciptakan situasi buatan yang
memiliki sedikit kemiripan dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
Contoh survei secara luas digunakan dalam penyidikan sosial untuk mengumpulkan
data. Sebuah survei terdiri dari sampel dan survei. Jika penyidik yang ingin menentukan
bagaimana nilai bagus menengah Katolik pria memilih dalam pemilihan presiden terakhir, ia
biasanya akan belajar hanya sebagian atau sampel dari populasi ini. Namun, ia atau dia akan
mencoba untuk memilih sampel yang representatif. Misalnya, ia atau dia akan memilih tidak
hanya pria paruh baya Katolik yang tinggal di kota-kota besar seperti New York-dan Chicago,
tetapi juga akan mencakup dalam beberapa contoh yang tinggal di kota-kota kecil dan di
peternakan. Penyidik sosial biasanya mempelajari sampel daripada populasi total karena
mempelajari sampel lebih murah, lebih nyaman. dan benar-benar menghasilkan kesalahan yang
lebih sedikit. Perwakilan, sampel, jika dipilih dengan cermat (seperti dengan metode acak), bisa
dia khas seluruh penduduk.
Survei ini mencoba untuk mengukur beberapa karakteristik dari populasi yang dipilih untuk
studi. Dalam contoh di atas, survei akan digunakan untuk menentukan bagaimana bagian
tertentu dari populasi memilih dalam pemilihan presiden terakhir. Survei yang banyak
digunakan dalam ilmu politik untuk menentukan perilaku pemilih dari berbagai
kelompok. Sosiolog menggunakan mereka untuk memastikan mengapa orang berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan sosial, untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan pendidikan
dan pendapatan, dan mempelajari banyak jenis masalah. Secara umum, survei sampel
dilakukan dalam dua cara: Mereka mungkin akan diberikan kepada responden untuk
menyelesaikan (baik melalui surat atau secara langsung), atau pewawancara dapat
menghubungi, menanyakan pertanyaan responden, dan menyelesaikan kuesioner berdasarkan
jawaban responden untuk nya atau pertanyaan-pertanyaannya. Pertanyaan-pertanyaan pada
survei mungkin sangat terstruktur, menawarkan pilihan responden hanya tersedia pada
instrumen, atau mereka mungkin sangat terstruktur, terdiri dari pertanyaan yang sangat luas
yang memungkinkan responden banyak kebebasan dalam nya atau jawabannya. Beberapa
instrumen survei di suatu tempat di antara dua ekstrem. Mereka biasanya disebut sebagai
survei semiterstruktur. Sementara survei sampel adalah perangkat penyidikan yang berguna,
nilainya terbatas karena responden dapat memberikan tanggapan bahwa hal itu dianggap
dapat diterima secara sosial daripada mereka yang mencerminkan perilaku, perasaan.
atau keyakinan yang sebenarnya.
Para ilmuwan menggunakan metode studi kasus ketika mereka secara intensif mempelajari
karakteristik dari satu elemen dalam populasi. Metode ini telah digunakan lebih luas oleh
psikolog sosial dan sosiolog untuk menganalisis secara mendalam tehtang karakteristik kota,
dan lembaga-lembaga politik dan sosial dengan karakteristik khusus. Lynds mempelajari
"Middletown" (Muncie, Indiana) dalam jangka waktu yang panjang. Voting kebiasaan, struktur
kelas sosial, dan lembaga pendidikan dan keagamaan di kota Midwestern yang dianalisis secara
rinci. Studi kasus serupa dari Brasstown (Hollingshead); Yankee City (Warner), dan Pemuda
Elmtown itu (Hollingshead).
Sosiolog sering mempelajari anak-anak nakal, penjahat, pasien mental, dan orang lain
dengan masalah khusus. Metode studi kasus ini lebih berharga untuk menurunkan hipotesis
berbuah daripada untuk menguji mereka. Teknik ini sangat terbatas karena temuan yang
berasal dari itu biasanya tidak dapat digeneralisasi, dengan tingkat kepercayaan yang cukup
besar, untuk individu dan institusi lain. Meskipun keterbatasan metode ini, dapat berharga
dalam membantu para ilmuwan mencapai wawasan tentang fenomena sosial tertentu yang
tidak dapat diperoleh dari teknik penyidikan kurang intensif.
Dalam melaksanakan studi kasus kota tertentu atau kelompok budaya, seorang ilmuwan
sosial kadang-kadang akan menjadi anggota sukarela dari kelompok dalam rangka untuk
mendapatkan; wawasan lebih dalam subjek penyidikan. Dalam menggunakan strategi ini, ia
biasanya menyembunyikan jati dirinya dari anggota kelompok yang sedang dipelajari. Seorang
ilmuwan sosial dapat mencari pekerjaan di pabrik mobil dalam rangka untuk mempelajari
sistem keyakinan dan perilaku pekerja mobil, atau dia dapat memperoleh pekerjaan di sebuah
sistem sekolah untuk mempelajari sikap dan persepsi guru kelas. Metode ini biasanya disebut
sebagai observasi partisipan. Hal ini sering digunakan oleh sosiolog dan antropolog. Meskipun
ilmuwan sosial dapat mencapai wawasan tambahan dengan berpartisipasi dalam kelompok, ia
mungkin menjadi begitu Tenggelam dalam kelompok atau budaya yang kemampuan untuk
menganalisis secara objektif adalah sangat terganggu.
Seorang ilmuwan sosial juga bisa secara langsung mengamati kelompok tanpa
berpartisipasi di dalamnya. Metode ini kadang-kadang disebut sebagai pengamatan
nonpartisipan. Hal ini sering digunakan ketika para ilmuwan mengamati perilaku subyek
penyidikan selama percobaan.
Para ilmuwan sosial juga menggunakan penyidikan deskriptif seperti metode historis dan
analisis konten. Borg menyatakan bahwaa, "penyidikan sejarah adalah lokasi sistematis dan
objektif, evaluasi, dan sintesis dari bukti-bukti untuk menetapkan fakta-fakta dan menarik
kesimpulan tentang peristiwa masa lalu." Sementara ini adalah pendekatan utama yang
digunakan dalam penyelidikan sejarah (dibahas lebih lanjut dalam Bab 7), disebutkan di sini
karena para ilmuwan sosial lainnya menggunakan penyidikan sejarah. Ilmuwan politik
mempelajari bentuk pemerintahan yang digunakan oleh masyarakat pada jaman dulu dalam
rangka untuk mendapatkan wawasan yang lebih pada sistem politik saat ini.Sosiolog
menganalisis bagaimana adat istiadat, norma, dan gaya hidup hari ini berbeda dari yang di
masa sebelumnya. Para ekonom menggunakan data tentang sistem ekonomi masa lalu untuk
menguji hipotesis baru dalam disiplin ilmu mereka.
Para ilmuwan sosial juga menggunakan analisis isi untuk menguji hipotesis dan untuk
memecahkan masalah. Budd, Thorp, dan Donohew mendefinisikan analisis isi sebagai "... Suatu
teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan penanganan pesan '... alat untuk mengamati
dan menganalisis perilaku komunikasi terbuka yang dipilih komunikator."''Berelson
mendefinisikan sebagai "Penyidikan teknik untuk obyektif, deskripsi sistematis, dan isi
kuantitatif komunikasi yang nyata." Para ilmuwan sosial menggunakan analisis isi untuk
membantu memecahkan masalah seperti "Bagaimana iklim politik mempengaruhi pengobatan
kelompok etnis dalam fiksi majalah populer?" dan "aliran memiliki perlakuan moral dalam buku
pelajaran anak-anak berubah selama lima puluh tahun terakhir?".
Contoh survei , metode studi kasus, studi sejarah, dan analisis isi yang dibahas untuk
menggambarkan bahwa data dalam penyelidikan ilmu sosial dan metode pengumpulan itu
adalah beragam dan hampir tak terbatas. Beberapa penulis mempertimbangkan pendekatan
eksperimental sebagai satu-satunya metode ilmiah yang sah. Ada banyak cara pengumpulan
data dalam penyelidikan ilmiah. Ini adalah merupakan diskusi tentang pengumpulan data dalam
penyelidikan sosial yang tidak pernah berhenti melakukan semua pendekatan yang digunakan
oleh para ilmuwan sosial untuk mengumpulkan data. Maksud di sini hanya untuk menyarankan
beberapa metode utama yang dapat digunakan dan keragaman teknik yang dapat dan
digunakan untuk mengumpulkan informasi ilmiah.
Evaluasi dan Analisis Data
Para penyidik sosial harus membuat beberapa usaha untuk menentukan kredibilitas dan makna
dari informasi yang dikumpulkan. Alat ia gunakan untuk mengumpulkan data memiliki dampak
yang signifikan terhadap makna dan kegunaan dari data.Jika seorang penyidik menggunakan
instrumen yang telah diuji dan divalidasi oleh para ilmuwan lain, ia biasanya dapat
menempatkan lebih percaya pada data dari penyidik yang membangun instrumen sendiri dan
mengasumsikan, tanpa bukti yang memadai, bahwa mereka benar-benar mengukur variabel
yang dipelajari.
Jika seorang penyidik mencoba untuk menentukan hubungan antara kecerdasan umum
anak-anak dan kemampuan kepemimpinan mereka, ia mungkin mengembangkan kriteria dan
skala rating untuk mengukur kemampuan kepemimpinan, secara acak memilih sekelompok
anak-anak, menempatkan mereka dalam situasi kelompok mana mereka diwajibkan untuk
memimpin, dan pengamat menilai mereka dengan menggunakan skala penilaian
dikembangkan. Itu. penyidik mungkin memutuskan untuk menggunakan nilai membaca untuk
mengukur kecerdasan umum.Data yang dikumpulkan akan sangat dipengaruhi oleh kriteria
bahwa ia diturunkan untuk memastikan "kemampuan kepemimpinan," merancang skala
penilaian, dan keandalan penilaian para pengamat. Nya metode pengukuran kecerdasan umum
akan sangat dipertanyakan karena anak-anak yang bertindak "cerdas" dalam banyak situasi dan
saat melakukan tugas yang berbeda mungkin tidak banyak pembaca yang baik.Data yang
digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk hipotesis uji dapat tidak lebih baik dari metode dan
teknik yang digunakan untuk mengumpulkan itu.
Ketika penyidik adalah mengevaluasi informasi, ia harus hati-hati memeriksa sumbernya,
metode yang digunakan untuk mengumpulkan itu, dan berusaha untuk menerangi segala
kekurangan yang melekat atau keterbatasan. Para penyidik sosial mungkin mengalami artefak
dokumen, karya seni, dan jenis bukti lainnya yang asal usul dan sifat tidak diketahui. Dia atau
dia harus mencoba merumuskan hipotesis tentang asal usul berbuah, menghubungkannya
dengan data yang dikenal, dan menentukan apakah mereka adalah penting untuk pengujian
hipotesis nya atau nya. Informasi bahwa pertemuan penyidik akan berguna untuk tujuan-nya
banyak. Pertanyaan dan hipotesis yang ia telah dirumuskan sangat membantu dalam
mengidentifikasi informasi yang relevan dan signifikan.
Dokumen sejarah dapat menimbulkan masalah khusus bagi penyidik tersebut. Dia atau dia
mungkin tidak hanya akan diperlukan untuk menentukan sumber dan alam, tetapi juga apakah
pernyataan para penulis 'yang akurat atau tidak benar. Surat, laporan, dan dokumen lain harus
ketat diperiksa oleh penyidik perseptif.
Pengujian Hipotesis: Pengambilan Generalisasi dan Teori
Para ilmuwan sosial dimulai siklus penyidikan dengan pertanyaan.yang biasanya terkait dengan
teori yang ada atau badan lain dari pengetahuan-Namun, pertanyaan tidak bisa langsung
diuji.Hipotesis yang terkait dengan pertanyaan yang dirumuskan. Ketika data dikumpulkan dan
dianalisis, penyidik mencoba untuk menentukan apakah hipotesisnya dapat diverifikasi
berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan.
Seorang penyidik bisa merumuskan pertanyaan, "Bagaimana kompetisi prasangka
pengaruh ekonomi?" dan hipotesis, "Prasangka antar kelompok meningkat bila ada sejumlah
pekerjaan yang mereka harus bersaing," dan "Prasangka antar kelompok cenderung untuk
mengurangi ketika ada kenaikan umum dalam standar hidup." Pertanyaan dan hipotesis di atas
didasarkan pada teori persaingan ekonomi atau prasangka. Teori ini mencoba untuk
menjelaskan prasangka sebagai sebuah sikap yang berasal dari antagonisme yang disebabkan
oleh persaingan untuk pekerjaan dan penghargaan ekonomi lainnya.
Jika penyidik menganalisis prasangka dan diskriminasi dalam sejumlah masyarakat, dan
menemukan bahwa ada prasangka sering intens antara kelompok bila tidak ada persaingan
nyata untuk pekerjaan, ia akan mampu untuk memverifikasi hipotesis pertama. Nya data juga
dapat menunjukkan bahwa prasangka sering intens selama periode kemakmuran. Hipotesis
yang kedua nya juga akan meninggalkan diverifikasi. Namun, kegagalan untuk memverifikasi
hipotesis tidak akan berarti bahwa teori persaingan ekonomi prasangka akan ditinggalkan oleh
para ilmuwan sosial.Seperti yang kita katakan sebelumnya, teori yang diformulasikan atau dasar
dari temuan dan penyidikan banyak ilmuwan sosial, dan teori-teori yang ditinggalkan hanya
setelah sejumlah penyidikan besar oleh berbagai ilmuwan sosial telah menemukan proposisi
utama mereka diverifikasi. Jika hipotesis diverifikasi selama proses penyelidikan, mereka
menjadi generalisasi, karena pernyataan hubungan antara variabel telah diverifikasi. Beberapa
generalisasi adalah dari orde tinggi daripada yang lain karena hubungan yang rentang dari
situasi, tempat, atau waktu. Generalisasi lain hanya memiliki ruang lingkup terbatas dalam
aplikasi mereka. Konsep generalisasi pesan tinggi dan rendah dibahas dalam bab berikutnya.
Awal Mula Penyelidikan
Jika penyidik kami telah menemukan bahwa data yang mendukung hipotesisnya, lebih banyak
dukungan bagi teori persaingan ekonomi dari prasangka akan ada, tetapi para ilmuwan akan
terus menguji proposisi utama teori ini. Phillips menyatakan bahwa:
. . . walaupun bukti dapat dibawa untuk menanggung dalam mendukung sebuah teori, teori,
dengan ruang lingkup yang luas tidak pernah bisa pasti dikonfirmasi. Meskipun ilmuwan hanya
dapat menunjukkan kredibilitas teori, namun ia dapat melanjutkan untuk menggunakannya
untuk tujuan penjelasan dan prediksi.Setiap penggunaan tersebut juga berfungsi untuk
memberikan bukti tambahan untuk teori.'''
Penyidik terus proses penyelidikan apakah proposisi teori itu telah dikonfirmasi atau
tidak. Karena perilaku manusia begitu kompleks, hampir semua teori yang ada dalam berbagai
disiplin ilmu sosial memiliki banyak proposisi yang telah diverifikasi hanya sebagian. Dengan
demikian, model penyelidikan sosial yang dijelaskan di atas adalah bukan siklik linier dan
tetap.
Keraguan - Kepedulian
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Perumusan Hipotesis
Definisi Istilah : Konseptualisasi
Evaluasi dan Analisis Data
Pengujiang Hipotesis
Awal Penyelidikan Baru
Teori - Nilai
Gambar. 1. Sebuah model penyelidikan sosial.
Perhatikan bahwa dalam model penyelidikan, keraguan dan kekhawatiran menyebabkan
penyidik untuk merumuskan masalah. Masalah yang ia merumuskan tidak berasal dari ruang
hampa, tetapi dibentuk olehnya atau orientasi teoritis dan nilainya. Seperti ilmuwan sosial,
anak SD-sekolah akan perlu untuk menarik pengetahuan untuk dapat mengajukan pertanyaan
yang cerdas dan bermanfaat. Dalam penyelidikan ilmu sosial, teori adalah sumber utama dari
pertanyaan berbuah. Sementara ini adalah langkah-langkah dasar penyelidikan sosial, mereka
membusuk selalu terjadi dalam urutan yang digambarkan di atas. Angka ini menunjukkan
bahwa generalisasi dalam ilmu sosial terus-menerus diuji dan tidak pernah dianggap
mutlak. Dengan demikian, penyelidikan sosial siklik daripada linear dan tetap.
ASUMSI-ASUMSI DARI METODE ILMIAH
Metode ilmiah, seperti yang dinyatakan sebelumnya, didasarkan pada seperangkat asumsi
tentang dunia alam dan tentang manusia. Hal ini penting bagi guru dan siswa untuk menjadi
akrab dengan asumsi dan dalil-dalil sehingga mereka akan cukup menyadari kedua kekuatan
dan keterbatasan ilmu pengetahuan.Sjobert dan Nett menulis:
Sains tidak dapat terjangkau melampaui asumsi sendiri. Hal ini tidak memadai untuk berurusan
dengan penyebab utama masalah .Seperti dengan semua bidang pengetahuan, pemahaman
tentang izin tempat satu untuk memahami baik kelemahan dan kekuatan metode ilmiah.
Asumsi ilmiah (postulat) yang proposisinya diterima oleh para ilmuwan sebagai hal yang
benar (tanpa bukti) karena perjanjian atas laporan sangat penting untuk komunikasi dan untuk
verifikasi pengetahuan ilmiah. Ilmiah postulat dan asumsi dapat diubah ketika mereka berhenti
untuk menjadi hal yang fungsional. Seperti Lastrucci telah mawas menunjukkan, postulat
sekarang diterima oleh para ilmuwan "yang lebih baik untuk orang lain hanya karena mereka
tampaknya sejauh telah menghasilkan jenis-jenis hasil ilmuwan berupaya untuk mencapai ....
inilah dalil-dalil ilmu pengetahuan mungkin berubah dalam waktu jika pengetahuan baru harus
menuntut frame acuan baru, untuk pengetahuan baru sering berubah status temuan ilmiah
sebelumnya ".
Lastrucci telah memberikan diskusi jelas dan perseptif asumsi utama dan dalil-dalil ilmu
pengetahuan. Pembahasan berikut ini didasarkan pada gagasan. Ilmu mengasumsikan bahwa
perilaku manusia, seperti bahwa dari semua makhluk lain, telah menyebabkan alam yang dapat
ditentukan oleh studi sistematis.Asumsi ini menolak gagasan bahwa perilaku manusia
ditentukan oleh kekuatan magis atau supranatural. Dengan demikian, sebuah studi teologis dari
perilaku manusia yang mendalilkan adanya atau tidak adanya "rahmat ilahi" sebagai penentu
utama dari tindakan manusia, tidak setuju untuk studi ilmiah.
Sains juga mengasumsikan bahwa ada order cukup, permanen, dan keseragaman di alam
untuk proses generalisasi. Sementara asumsi ini tidak menyangkal bahwa perubahan memang
terjadi pada fenomena alam, itu tidak menunjukkan bahwa yang mendasari semua perubahan
keseragaman tertentu yang dapat diprediksi dan diasumsikan bertahan agak permanen. Jika
fenomena alam berubah drastis dari hari ke hari, kita akan mampu membuat generalisasi
tentang dunia. "Meskipun segala sesuatu tampak berubah, meskipun pada tingkat yang
berbeda-beda, banyak fenomena perubahan cukup lambat untuk memungkinkan akumulasi
tubuh dapat diandalkan pengetahuan.
Lastrucci juga membahas dasar lainnya yaitu postulat atau asumsi-asumsi ilmu
pengetahuan:
Semua fenomena ban Tujuan akhirnya diketahui; diberikan cukup waktu dan usaha, tidak
ada masalah terpecahkan tujuannya adalah ....
Tidak ada yang jelas; kebenaran harus ditunjukkan secara obyektif .... ketergantungan tidak
boleh ditempatkan pada apa yang disebut akal sehat, tradisi, otoritas rakyat, atau salah satu
dari sejumlah interpretasi adat fenomena ....
Kebenaran adalah relatif (dengan keadaan yang ada pengetahuan); kebenaran mutlak atau
final tidak dapat dicapai ....Berlawanan dengan sistem tetap pemikiran, bukti dalam ilmu selalu
relatif: waktu, data, metode, instrumen yang digunakan, kerangka acuan, dan karena itu
penafsiran .... Dalam hal ini, kebenaran dalam sains adalah hanya sebuah ekspresi dari penilaian
profesional terbaik dibuktikan pada waktu tertentu.
Semua persepsi dicapai melalui indera; semua pengetahuan berasal dari tayangan sensorik
.... pengetahuan hanya handal adalah yang. baik secara objektif dan empiris diverifikasi.
Manusia dapat mempercayai persepsi nya, memori dan penalaran sebagai lembaga yang dapat
diandalkan untuk memperoleh fakta-fakta ... (Ilmuwan) percaya bahwa meskipun penalaran
manusia adalah keliru, namun itu hanya berarti dia harus menafsirkan dunia tentang dia ....
PERSYARATAN METODE ILMIAH
Selain memiliki sejumlah asumsi dasar, metode ilmiah juga memiliki berbagai persyaratan yang
harus dipenuhi peneliti. Berelson dan Steiner telah secara gamblang menyatakan persyaratan
dasar:
1. Prosedur yang umum.
Sebuah laporan ilmiah berisi penjelasan rinci tentang lelucon apa yang telah dilakukan, dan
bagaimana, dengan sangat rinci. Penjelasan ini memadai jika, dan hanya jika, praktisi lain
yang kompeten dapat mengikuti setiap langkah penyelidikan dan mengulanginya.
2. Definisinya tepat.
Di sini prosedur haruslah yang jelas, sehingga pembaca bisa tahu persis bagaimana
konsep-konsep yang luas seperti "agresi" atau "kepribadian" atau "kelas sosial"
didefinisikan.
3. Mengumpulkan data yang objektif.
4. Temuan harus dapat direproduksi.
Ilmuwan lain harus selalu dapat menguji menemukan dengan mencari untuk mereproduksi
di bawah kondisi yang sama.
5. Menggunakan pendekatan sistematis dan kumulatif.
Para ilmuwan mencoba untuk menyatukan seluruh tubuh pengetahuan melalui
penggunaan pusat relatif sedikit konsep-yaitu, untuk membangun sebuah teori ....
6. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan penjelasan, pemahaman, dan prediksi.
PENYELIDIKAN SOSIAL: IMPLIKASI-IMPLIKASI RUANGAN KELAS
Diantara semua cara menurunkan pengetahuan, metoda ilmiah merupakan metoda paling berhasil
yang telah direncanakan. Ketika pengetahuan (fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi, dan
teori-teori) itu penting sekali, metoda yang digunakan oleh para ilmuwan untuk menurunkannya justru
lebih penting lagi.
Pengetahuan ilmiah tunduk terhadap revisi konstan dan penyusunan kembali, tetapi metoda ilmu
pengetahuan itu ternyata bernilai kekal.
Banyak dari generalisasi-generalisasi dan teori-teori yang telah diterima seputar dunia fisik dan dunia
sosial sekarang ini sudah direvisi sepenuhnya.
Pelajaran-pelajaran dan teori-teori studi sosial di sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama dapat
diorganisir dan diajarkan dalam cara-cara yang akan memungkinkan para siswa untuk mengembangkan
meningkatnya profisiensi dalam keterampilan-keterampilan penyelidikan ilmu pengetahuan sosial. Disini
ditunjukkan bagaimana metoda-metoda yang digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk mengumpulkan
data-data dapat disesuaikan untuk dipergunakan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama.
Metoda-metoda ini mencakup (a) percobaan, (b) survei sampel, (c) studi kasus, dan (d) metoda
historis dan analisis isi.
Menggunakan Percobaan dalam Studi-Studi Sosial
Menggunakan metoda percobaan dengan anak-anak di sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama
akan menunjukkan banyak masalah menjadi pasti, yakni: soal moral dan etis tentang partisipasi
sukarela, ketidakdewasaan anak-anak yang masih kecil, dan perlindungan dari pelanggaran-pelanggaran
yang tak pantas terhadap privasi pribadi. Barangkali yang lebih penting adalah ketidakmampuan
mengontrol variabel-variabel yang relevan sebelum dan sesudah masa sekolah. Meskipun demikian,
terdapat beberapa jenis masalah yang dapat dilakukan di sekolah oleh anak-anak yang masih kecil
dengan cara menggunakan metoda percobaan.
Aktivitas-aktivitas memainkan-peran dan simulasi dapat secara efektif digunakan untuk membantu
anak-anak menemukan bagaimana situasi-situasi tertentu dan variabel-variabel mempengaruhi perilaku
manusia. Seorang guru menggunakan memainkan-peran untuk membantu para siswa menemukan
bagaimana diskriminasi mempengaruhi para korbannya. Selama satu masa kelas dia terdiskriminasi
terhadap anak-anak dengan mata coklat; di masa kelas lainnya, terhadap mereka dengan mata biru.
Selama kedua percobaan itu, para korban diskriminasi menjadi outgraded, dan anak-anak lain
mengembangkan sikap-sikap unggul kearah diri mereka sendiri.
Menggunakan Survei Sampel dalam Studi-Studi Sosial
Sebagai suatu teknik riset, survei sampel ini kebanyakan lebih mudah digunakan di sekolah
daripada metoda percobaan. Para siswa dapat belajar mengembangkan alat-alat yang cukup memadai
untuk mengambil sampel opini-opini dan sikap-sikap diantara teman-teman sekelas mereka sendiri,
anak-anak lain di sekolah, staf pengajar, dan orang-orang dewasa dalam komunitas tersebut.
Sejumlah terbatas pertanyaan-pertanyaan penting yang dihadapi oleh setiap komunitas, dan para
siswa dapat mempelajari teknik-teknik guna melakukan survei-survei acak dan sampel-sampel lapisan
atas dasar umur, bagian kota, pekerjaan, agama, asal etis, dan variabel-variabel penting lainnya. Karena
survei-survei sampel tersebut dapat menyajikan data-data yang handal dan sah bila alat-alat dan
prosedur-prosedur pengambilan-sampel itu dirancangkan dengan benar, mereka menawarkan
kesempatan-kesempatan yang baik guna mengumpulkan data-data sumber langsung dan tangan-
pertama untuk penyelidikan sosial.
Anak-anak dapat belajar mengambil sampel sikap-sikap komunitas mengenai relokasi jalan yang
telah diusulkan, isu ikatan baru, atau para calon dalam suatu election (pemilihan).
Sayangnya, survei-survei sampel tidak sering dilakukan dalam studi-studi sosial. Agar suatu survei
yang dirancangkan dan dilaksanakan oleh kelas itu berhasil, maka para guru, orangtua, dan komunitas
sebagian besar haruslah secara hati-hati diberi briefing mengenai maksud-maksud yang terlibat dan
memastikan kembali bahwa tidak ada propaganda atau indoktrinasi yang tak-kentara untuk sudut-
pandang tertentu “didorong” oleh guru atau faksi.
Para penulis telah melihat terlalu banyak sekolah mengeritik dan membikin malu dalam pers karena
mereka gagal mengambil beberapa dari langkah-langkah tindakan-pencegahan. Anak-anak itu masih
kecil, belum dewasa, dan gampang terpengaruh. Akan tetapi, mereka dapat dibantu untuk
mengembangkan wawasan-wawasan mereka tentang bagaimana dunia orang dewasa berpikir, merasa,
dan bertindak terhadap masalah-masalah penting yang mempengaruhi hidup mereka.
Menggunakan Metoda Studi Kasus dalam Studi-Studi Sosial
Studi kasus mudah dipergunakan dalam program studi-studi sosial, dan dapat secara efektif
digunakan pada banyak point dalam kurikulum. Metodologi “Middletown” atau “Yankee City”
menawarkan banyak kemungkinan untuk dipercanggih maupun disederhanakan dalam studi khusus
tentang “Kota Kita” yang lazimnya ditemukan sebagai bagian dari suatu unit besar pada “Negara Kita”.
Hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan secara cermat dapat mencegah studi “Kota Kita” agar
tidak hanya menjadi suatu encyclopedic assortment of trivia.
Sejumlah kemungkinan-kemungkinan ada bagi para siswa untuk ikutserta dalam jenis studi peserta-
pengamat. Para siswa dapat bekerja selama suatu waktu di kafetaria sekolah, stockroom,
perpustakaan, atau kantor kepala sekolah untuk mengamati fungsi-fungsi kerja dan interaksi-interaksi
sosial. Mereka bisa juga bertindak selaku penjaga penyeberangan-jalanan, atau anggota-anggota dari
sebuah dewan siswa.
Mereka menunjukkan bahwa para siswa haruslah berencana untuk menghabiskan waktu sebagian
besar dalam sehari diluar sekolah itu sendiri, secara aktif ikutserta dalam penyelidikan sekolah dalam
komunitas nyata – dan kurang waktu dalam kegiatan-kegiatan menyelidiki dunia artifisial/buatan dari
buku pelajaran.
Disini dirasa adanya paksaan untuk menawarkan catatan-catatan tindakan-pencegahan
menyangkut penggunaan metoda survei. Para penulis studi-studi kasus ini seringkali terperosok kedalam
sudut-sudut yang gelap dan closet-closet yang tertutup. Mereka cenderung mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang tak-menyenangkan.
Menggunakan Metoda Historis dan Analisis Isi dalam Studi-Studi Sosial
Metoda historis dan analisis isi dapat juga secara efektif disesuaikan untuk dipergunakan di sekolah
dasar dan sekolah lanjutan pertama. Kebanyakan perpustakaan mempunyai sumber materi-materi yang
cukup untuk sejarah-sejarah lokal. Catatan-catatan kota dan file-file suratkabar lama juga merupakan
sumber-sumber yang tersedia dengan gampang dan cepat.
Suatu sumber yang seringkali diabaikan adalah rekoleksi-rekoleksi terekam-tape tentang orang-
orang yang lebih tua yang seringkali menceritakan kisah-kisah tentang peristiwa-peristiwa misalnya hari-
hari pertama naik pesawat terbang, mobil, masuknya listrik ke daerah-daerah pedesaan, dan depresi
pada tahun 1930-an. Para siswa dapat dengan mudah berencana untuk mengunjungi sanak famili yang
lebih tua, tetangga-tetangga, atau tokoh-tokoh masyarakat yang penting dan bersama dengan
membawa portable tape recorder, merekam sejumlah besar data-data historis.
Catatan-catatan kota dan file-file suratkabar yang lebih tua juga merupakan sumber-sumber yang
mudah dan cepat dapat disediakan.
Data ini kemudian dapat diperbandingkan dengan laporan-laporan tertulis tentang peristiwa-
peristiwa yang sama jika tersedia, atau dapat di-crosscheck dengan pengumpulan kembali data-data
lainnya untuk menyaring fakta-fakta dan eksan-kesan dari distorsi-distorsi yang mungkin dari ingatan-
ingatan yang sudah memudar.
Pada waktu yang sama, siswa mempunyai suatu kesempatan yang realistis untuk menggunakan
beberapa dari metoda-metoda penyelidikan historis dalam upaya mentranslasikan rekoleksi-rekoleksi
lisan dan tradisi-tradisi kedalam suatu interpretasi historis tentang era yang dapat bertahan tentang uji
penelitian cermat yang kritis olehnya atau oleh teman-teman sekelasnya yang juga ikutserta dalam
penyelidikan tersebut.
Siswa dapat menggunakan teknik-teknik analisis isi untuk mengevaluasi data historis untuk
membandingkan perlakuan terhadap berbagai macam peristiwa-peristiwa seperti yang diperlakukan
dalam suratkabar-suratkabar lokal, dan untuk menemukan cara bagaimana versi-versi sejarah yang
berbeda-beda tersebut dituliskan menyangkut tentang peristiwa-peristiwa yang sama.
Mengembangkan Keterampilan-Keterampilan Penyelidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Anak-anak sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama hendaknya menguasai konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi ilmu pengetahuan sosial, dan hendaknya diberi kesempatan-kesempatan untuk
menemukannya, memanfaatkan proses penyelidikan; mereka hendaknya tidak diminta untuk mengingat
generalisasi-generalisasi dari suatu daftar. Generalisasi-generalisasi yang diturunkan oleh para siswa dari
data sosial tersebut lebih bermakna dan tidaklah begitu gampang dilupakan ketimbang mereka diminta
untuk menguasai isi konteksnya.
Para siswa jelas tidak dibekali untuk “menemukan” semua informasi bahwa mereka perlu menguji
hipotesis-hipotesis dan generalisasi-generalisasi. Para siswa, seperti halnya para ilmuwan sosial, tidak
dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cerdas atau mengikuti riset yang berhasil kalau mereka
tidak memiliki sekumpulan tertentu pengetahuan latarbelakang.
Oleh sebab itu, guru seringkali akan mendapatinya perlu memberi para siswa informasi atau
menggunakan metoda-metoda pengajaran tradisional atau deduktif.
Jika seorang guru menginginkan kelasnya menggunakan suatu pendekatan penyelidikan untuk
mengikuti pertanyaan ini, “Bagaimanakah para penjajah di Amerika Utara mempengaruhi kebudayaan-
kebudayaan dari orang-orang Indian Iroquois”, dia bisa saja mendapatinya perlu untuk menyampaikan
semua itu kepada anak-anak sebagai suatu cerita tentang Iroquois, meminta mereka untuk membaca
suatu bagian ceritera dalam teks mereka mengenai para penjajah, dan memperlihatkan kepada murid-
murid sebuah film mengenai Iroquois sebelum mereka dapat menyatakan segala hipotesis-hipotesis
cerdas apapun yang bertalian dengan masalah ini.
Setelah para siswa itu melakukan studi latarbelakang yang bertalian dengan masalah dan hipotesis-
hipotesis yang telah dinyatakan tersebut, mereka kemudian akan sanggup mengumpulkan informasi
untuk menguji hipotesis-hipotesis mereka, dan menurunkan generalisasi-generalisasi menyangkut
bagaimana kebudayaan-kebudayaan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Dalam studi tentang beberapa topik dan masalah-masalah, khususnya yang terdapat dalam teks-
teks sebagai dasarnya, guru mungkin saja harus mencari cara-cara untuk memberi para siswa praktek
dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan penyelidikan. Akan tetapi, keterampilan-
keterampilan ini dapat dikembangkan selama kalau ada pelajaran studi-studi sosial, tanpa
memperdulikan jenis materi yang dikaji.
Guru dapat memikirkan banyak pertanyaan lain, misalnya pertanyaan-pertanyaan yang bertalian
dengan anggapan-anggapan penulis tentang perbudakan, yang dapat digunakan untuk memberi para
siswa praktek dalam upaya mengevaluasi dan menganalisis informasi. Bila para siswa diberi praktek
dalam keterampilan-keterampilan penyelidikan selama ada pelajaran-pelajaran tradisional, maka adalah
penting bahwa mereka menyadari keterampilan-keterampilan yang sedang mereka praktekkan dan
bagaimana mereka dikaitkan dengan proses penyelidikan total.
Dalam suatu kurikulum penyelidikan sosial yang ideal, para siswa akan memperlihatkan serangkaian
masalah-masalah, menyatakan hipotesis-hipotesis terkait, mendefinisikan istilah-istilah, mengumpulkan
dan mengevaluasi data-data, dan menguji generalisasi-generalisasi yang bertalian dengannya. Akan
tetapi, ide tersebut jarang terwujud dalam setiap usaha manusia. Para siswa dan guru yang membaca
buku ini akan diminta untuk bekerjasama dengan berbagai jenis program-program studi sosial. Akan
tetapi, para siswa dapat diberi praktek menggunakan keterampilan-keterampilan penyelidikan dalam
hampir setiap jenis program.
Tanpa memperdulikan jenis kurikulum studi-studi sosial dalam distriknya, sasaran guru hendaknya
adalah untuk memaksimumkan kesempatan-kesempatan siswa untuk memecahkan pertanyaan-
pertanyaan empiris menggunakan metoda ilmiah. Pertanyaan-pertanyaan nilai dan keputusan
memerlukan keterampilan-keterampilan yang berbeda.
GURU SEBAGAI PENYELIDIK
Para siswa harus sanggup menggunakan metoda-metoda ilmiah untuk memecahkan masalah-
masalah empiris untuk mengambil keputusan-keputusan yang masuk-akal.
Agar sanggup menuntun penyelidikan-penyelidikan murid secara efektif, para guru haruslah
pertamakali menerima metoda ilmiah sebagai cara yang paling berharga untuk mencapai pengetahuan,
dan menggunakan metoda mereka sendiri bila menghadapi suatu masalah. Guru yang acapkali
mencapai kesimpulan-kesimpulan atas dasar tradisi, wewenang, atau intuisi tak akan sanggup
membantu para siswa untuk memecahkan masalah-masalah sosial secara ilmiah.
Perilaku yang diperlihatkan oleh guru di ruangan kelas sangat mempengaruhi sikap-sikap, persepsi-
persepsi, dan perilaku siswa-siswanya. Jika guru seringkali mencapai kesimpulan-kesimpulan tanpa
mendukung bukti, maka para siswa tak akan menyadari kebutuhan akan data-data bila mereka
membuat generalisasi-generalisasi.
Guru yang efektif di ruangan kelas yang berorientasi-penyelidikan haruslah benar-benar
mengetahui metoda ilmu pengetahuan, dan sepenuhnya menghargai sifat-dasar tentatif dan batasan-
batasan dari pengetahuan ilmiah. Dia mesti menyadari bahwa dalam ilmu pengetahuan kita tidak dapat
mencari kepastian-kepastian dan kebenaran-kebenaran mutlak, dan bahwa pengetahuan ilmiah
berubah bila anggapan-anggapan, nilai-nilai, dan sasaran-sasaran dari suatu perubahan dalam
masyarakat.
Guru yang ilmiah itu sabar dengan membantu siswa menurunkan generalisasi-generalisasi secara
bebas sangatlah memakan-waktu dan seringkali mencobai kesabaran tersebut, tetapi memberi siswa
semua jawaban terhadap masalah-masalah mereka tak akan membantu mereka memperoleh profisiensi
dalam proses ilmiah.
Guru yang ilmiah itu terbuka. Dia harus mau memberi siswa banyak kesempatan untuk menyatakan
ide-ide mereka dan membantu mereka menyatakannya dengan jelas dan dalam cara-cara yang dapat-
diuji. “Memotong ucapan para siswa” ketika mereka memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan mereka
tentang masalah-masalah yang bisa saja membuat mereka menjadi tak mau lagi mencari solusi-solusi
yang cerdas.
Ini bukan berarti bahwa para siswa hendaknya dibiarkan untuk mengatakan apapun yang mereka
kehendaki, atau berarti bahwa opini dari satu siswa sama baiknya seperti opini berikutnya. Guru
hendaknya meminta para siswa untuk memberikan alternatif-alternatif dan menyebutkan bukti untuk
mendukung pernyataan-pernyataan mereka. Akan tetapi, guru yang dogmatis sifatnya
mengganggu/merusak kegiatan penyelidikan ilmiah.
Sementara guru yang ilmiah benar-benar mengetahui struktur dan sifat-dasar dari disiplin-disiplin
ilmu pengetahuan sosial, dia berkemauan untuk mengakui kepada para siswa bahwa dia tidak
mempunyai semua jawaban yang mungkin saja bisa dikemukakan di ruangan kelas. Guru itu bukanlah
orang yang serba tahu semua.
Write Massialas dan Cox, “Dia mengakui fakta bahwa dia juga ikutserta dalam penyelidikan reflektif
dalam suatu upaya percobaan untuk mencari kebenaran selama hal itu pada akhirnya muncul. Sikap di
pihak guru ini memerkokoh kebingungan logis di dalam kelas dan menguatkan kembali kenyataan atau
realitas masalah yang sedang dipecahkan tersebut”. Pada umumnya guru yang ilmiah haruslah
merupakan seorang penyelidik model dalam semua hubungan dengan para siswa.
Sebagai contohnya, dia tidak dapat menghukum para siswa tanpa bukti yang cukup, dan membuat
pernyataan-pernyataan dogmatis/berpikiran keras dan mengharapkan para siswa untuk mengangkatnya
ke status kebenaran ilmiah. Guru yang tindakan-tindakannya bertentangan dengan metoda ilmu
pengetahuan tersebut tak akan mendorong siswa-siswa untuk menjadi penyelidik yang efektif.
CONTOH 1: SUATU MASALAH PENYELIDIKAN
DI KELAS SEKOLAH DASAR
PERANAN-PERANAN KELUARGA YANG BERUBAH
Tujuan-tujuan dari Unit Masalah Penyelidikan
1. Siswa akan sanggup menyatakan generalisasi berikut ini dalam perkataannya sendiri: “Peranan-
peranan dalam keluarga berubah ketika keluarga membutuhkan perubahan”.
2. Bila diberikan suatu situasi dimana peranan-peranan keluarga telah berubah dan apa yang
menyebabkan mereka berubah.
Masalah dan Perumusan Hipotesis
Guru membaca A Baby Sister for Frances karangan Russel Hoban, Frances, satu-satunya anak dalam
sebuah keluarga badger, disajikan dengan seorang baby sister. Cerita ini menceritakan bagaimana
Frances merasakan tentang datangnya anak bayi baru dan tindakan-tindakan yang dianggapnya sebagai
akibat dari keprihatinan tentang tak lagi merupakan satu-satunya anak.
Guru membaca In My Mother’s House karangan Ann Nolan Clark. Buku ini secara puitis melukiskan
cara hidup orang-orang Indian Pueblo di New Mexico. Suatu deskripsi pekerjaan wanita di pueblo
(kampung Indian) dan pria di ladang-ladang, bersama dengan kegiatan-kegiatan anak-anak,
memperlihatkan bagaimana pekerjaan yang sesungguhnya diberikan oleh anggota-anggota keluarga
bagi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan di ruangan kelas tersebut:
Apa pekerjaan yang dilakukan oleh orangtua dalam masing-masing cerita tersebut?
Apa yang kalian pikir dilakukan oleh anak-anak sepanjang hari di pueblo?
Apa yang kalian pikir dilakukan Frances sepanjang hari?
Bagaimanakah bayi baru bisa merubah apa yang dilakukan oleh Frances di rumah?
Guru memperkenalkan suatu konsep kunci:
Masing-masing anggota keluarga mempunyai hal-hal tertentu yang dilakukannya di rumah dan
diluar rumah. Ibu dan ayah membantu anak untuk tumbuh besar dan belajar bagaimana caranya
melakukan hal-hal bagi diri mereka sendiri.
Guru secara eksplisit menyatakan masalah penyelidikan dan menuliskannya pada kertas butcher:
Kita akan berusaha mencoba untuk menjawab pertanyaan ini: “Mengapa peranan-peranan dari
para anggota keluarga berbeda dalam keluarga-keluarga yang berbeda?
Guru mendapatkan hipotesis-hipotesis dari anak-anak tersebut:
Kalian telah mendengar dua cerita tentang keluarga-keluarga yang berbeda. Pikirkanlah tentang
keluarga kalian sendiri. Peranan-peranan apa saja yang dimainkan oleh masing-masing orang dalam
keluarga kalian. Mengapa kalian pikir peranan-peranan itu berbeda dalam keluarga-keluarga yang
berbeda?
Anak-anak menyatakan ide-ide (hipotesis-hipotesis) mereka dan guru menuliskannya di kertas butcher:
Baik Ibu dan maupun ayah bekerja di beberapa keluarga
Ketika bayi baru datang, banyak orang dalam keluarga itu mungkin harus melakukan hal-hal baru.
Keluarga-keluarga petani berbeda dari keluarga-keluarga kota.
Kadangkala keluarga-keluarga terpeca
Kakek-nenek tinggal bersama dengan beberapa keluarga.
Keluarga-keluarga di tempat-tempat lain tidaklah sama seperti keluarga-keluarga kita
Beberapa keluarga tidak memiliki ibu atau ayah.
Definisi Istilah-istilah
Guru:
Marilah kita semua sepakat tentang apa keluarga itu adanya. Sebuah keluarga dapat memiliki satu
atau dua orangtua dan satu atau lebih anak. Apakah sebuah keluarga dapat memiliki seorang
nenek? Seorang kakek? Apakah sebuah keluarga dapat memiliki seorang paman atau bibi yang
tinggal bersama dengannya?
Pengumpulan Data
Guru:
Kita siap untuk belajar lebih banyak lagi tentang mengapa peranan-peranan dalam keluarga-
keluarga itu berubah.
Anak-anak menjawab:
Kita dapat menonton “The W altons” di televisi.
Saya bakal suka membaca tentang keluarga-keluarga pada jaman dahulu.
Guru:
Kalian telah mengemukakan sejumlah cara-cara bagi kita untuk mencari tahu lebih banyak lagi
tentang mengapa peranan-peranan dalam keluarga itu berubah.
Evaluasi dan Analisis Data
Mengikuti masing-masing penyajian kelompok, kelas menganalisis informasi yang mereka dengar.
Karena analisis dan evaluasi data adalah bidang-bidang dengan mana kelas mempunyai sedikit
pengalaman, guru menjelaskan maksud dan prosesnya guna menentukan kehandalan dan keabsahan
dari sumber-sumber informasi.
Menguji Hipotesis-hipotesis: Menurunkan generalisasi-generalisasi
Karena begitu banyak data telah dikumpulkan dalam laporan-laporan, para siswa mendaftarkan
peranan-peranan keluarga pada peta retrieval data dengan alternatif-alternatifs atas perubahan-
perubahan dalam peranan-peranan dari anggota-anggota keluarga. Dengan menggunakan peta ini, para
siswa mengelompokkan alasan-alasan yang serupa bagi perubahan-perubahan peranan dari anggota-
anggota keluarga.
Mereka menyimpulkan bahwa hipotesis-hipotesis mereka lebih spesifik terhadap situasi-situasi
dengan mana mereka sudah terbiasa. Mereka mendapati bahwa generalisasi-generalisasi yang
disimpulkan itu mencakup keluarga-keluarga dari negara-negara yang berbeda, keluarga-keluarga yang
berbeda dari keluarga-keluarga mereka sendiri dan keluarga-keluarga historis.
Evaluasi Unit
1. Para siswa diminta untuk menyatakan generalisasi berikut ini menurut perkataan mereka sendiri:
“Peranan-peranan dalam keluarga-keluarga berubah bila keluarga membutuhkan perubahan”.
2. Guru membaca suatu situasi dimana sebuah keluarga dengan dua orang dewasa dan tiga anak
menjadi sebuah keluarga dengan satu orang dewasa dan tiga anak. Para siswa diminta untuk
menceritakan apa yang mungkin bisa terjadi terhadap peranan-peranan dari para anggota keluarga
dan mengapa perubahan-perubahan tersebut bisa terjadi.
CONTOH 2: SUATU MASALAH PENYELIDIKAN
DI KELAS SEKOLAH LANJUTAN PERTAMA
WANITA DALAM SEJARAH AMERIKA
Tujuan-tujuan dari Unit Masalah Penyelidikan
1. Siswa akan sanggup untuk menuliskan sekurang-kurangnya tiga generalisasi sah yang menyatakan
alasan-alasan mengapa sedikit wanita, dibandingkan pria, dimasukkan dalam isi dari buk-buku
pelajaran sejarah Amerika.
2. Pada penarikan kesimpulan dari unit ini para siswa akan sanggup untuk mengevaluasi suatu unit
atau bab dari buku sejarah Amerika dan menentukan apakah itu didasarkan atas jenis kelamin.
Masalah dan Perumusan Hipotesis
Unit ini dimulai dengan suatu analisis isi sederhana tentang beberapa buku pelajaran sejarah
Amerika. (Sebagai maksud-maksud dari contoh ini, buku-buku sejarah Amerika digunakan, tetapi unit ini
dapat diajarkan menggunakan jenis-jenis buku sejarah lainnya).
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kcil dan meminta masing-masing kelompok untuk
membaca secara cepat seluruh satu bab atau unit dalam salah satu dari buku-buku sejarah mereka.
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan di ruangan kelas tersebut:
Apa yang anda pikirkan lebih banyak pria dimasukkan dalam buku-buku sejarah ketimbang wanita?
Apa jenis-jenis hal yang dilakukan banyak orang yang “dikenang” dalam sejarah? Apa yang
membuat seseorang menurut sejarahnya menjadi penting?
Apakah kalian pikirkan tentang setiap wanita yang menurut sejarahnya penting yang bisa saja telah
dimasukkan tetapi tidak?
Siapakah sesungguhnya kalian pikir yang menulis kebanyakan dari buku-buku sejarah yang kita
gunakan di sekolah, pria atau wanita?
Guru memperkenalkan suatu konsep kunci:
Sejarah tertulis adalah apa direkam dan dicatat tentang masa lampau; itu tidaklah perlu apa yang
sesungguhnya terjadi.
Guru itu lebih lanjut lagi menjelaskan konsep sejarah tertulis tersebut.
Guru secara eksplisit menyatakan masalah penyelidikan dan menuliskannya di papan tulis:
Masalah yang akan kita kaji adalah: “Mengapa begitu sedikit wanita disebutkan dalam buku-buku
sejarah kita dibandingkan dengan jumlah pria yang disebutkan itu?
Guru mendapatkan hipotesis-hipotesis dari anak-anak tersebut:
Kami temukan bahwa terdapat 14 kali sebanyak pria yang disebutkan dalam buku-buku sejarah
seperti adanya wanita yang disebutkan. Mengapa kalian pikir ini adalah hal yang sebenarnya?
Pikirkanlah sebanyak mungkin ide-ide yang berbeda yang dapat kalian berikan dan dipersiapkan
untuk mendukung alasan-alasan kalian.
Anak-anak menyatakan hipotesis-hipotesis dan guru menuliskannya di papan tulis:
1. Hanya sedikit wanita melakukan sesuatu apapun yang penting dahulukala. Jika seorang wanita telah
melakukan sesuatu yang penting, maka dia hendaknya dalam buku tersebut adalah sama seperti
halnya pria.
2. Wanita senantiasa sibuk di rumah dan dengan anak-anak dan dengan demikian mereka tidak dapat
menjadi explorer dan perintis dan politikus. Apa yang dilakukan wanita itu penting, tetapi mereka
tidak melakukan jenis-jenis hal yang tertulis dalam buku-buku sejarah.
3. Pria selalu menulis buku-buku sejarah, dan mereka memilih untuk menulis tentang apa yang
dilakukan pria. Terdapat cukup banyak wanita penting yang merupakan explorer dan perintis dan
penemu dan politikus, tetapi mereka kurang dituliskan dalam buku-buku sebagai maksud-maksud
yang dilakukan oleh sejarawan pria.
Definisi Istilah-istilah
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anak-anak tentang istilah-istilah dan konsep-
konsep dengan mana mereka akan berurusan sehingga suatu kesepakatan atas definisi-definisi itu dapat
ercapai. Kelas sepakat mengenai definisi-definisi tentang konsep-konsep kunci berikut di bawah ini:
Peristiwa-peristiwa masa lampau adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi hanya sekali saja, teak
pernah terjadi lagi.
Pernyataan-pernyataan historis (atau “fakta-fakta) adalah pernyataan-pernyataan yang dituliskan
oleh para sejarawan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau
Sejarawan adalah orang-orang yang menuliskan pernyataan-pernyataan historis.
Orang-orang penting menurut sejarahnya adalah orang-orang yang telah membuat kontribusi-
kontribusi pribadi yang signifikan terhadap jalannya peristiwa-peristiwa manusia, entah itu pada
umumnya dimasukkan dalam buku-buku pelajaran sejarah ataukah tidak.
Pengumpulan Data
Guru bertanya: Dimanakah kita dapat mencari beberapa informasi tentang masalah kita tentang
mengapa terdapat relatif sedikit wanita yang disebutkan dalam buku-buku sejarah kita?
Menguji hipotesis-hipotesis: Menurunkan generalisasi-generalisasi
Sepanjang penyelidikan tersebut, para siswa melihat hipotesis-hipotesis mereka dan berusaha
mencoba untuk melihat bagaimana mereka dibandingkan dengan informasi yang sedang mereka
kumpulkan.
Evaluasi Unit
Para siswa diminta untuk:
Menuliskan sekurang-kurangnya tiga pernyataan umum tentang mengapa relatif sedikit wanita
yang disebutkan dalam buku-buku sejarah Amerika?
Tindakan Sosial Yang Tepat
Para siwa berkeputusan untuk menuliskan para penerbit buku-buku pelajaran sejarah Amerika dan
menyampaikan temuan-temuan mereka dan mengemukakan daftar wanita penting dalam sejarah yang
hendaknya sah dimasukkan dalam edisi-edisi berikutnya dari teks-teks tersebut.
RINGKASAN
Sasaran utama dari program studi-studi sosial tersebut hendaknya berupaya untuk membantu para
siswa mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan-keputusan rasional sehingga mereka
dapat mempengaruhi kebijakan publik dengan berpartisipasi dalam aksi sosial yang cerdas.
Pengetahuan adalah satu komponen esensial pengambilan-keputusan. Pengetahuan yang digunakan
untuk mengambil keputusan-keputusan rasional tersebut haruslah ilmiah. Pengambil-keputusan yang
efektif haruslah tak hanya sanggup mengakui dan menerapkan pengetahuan ilmiah saja, melainkan juga
dia emsti sanggup untuk menurunkannya.
Pada bab ini dibahas sasaran dan sifat dasar dari penyelidikan sosial, dan melukiskan suatu model
penyelidikan sosial yang dapat digunakan oleh para siswa untuk menguji proposisi-proposisi dan untuk
menurunkan pengetahuan. Para siswa mesti diberi praktek yang sistematis pada masing-masing dari
keterampilan-keterampilan yang membentuk model ini untuk menjadi para pengambil-keputusan yang
mahir. Walaupun penyelidikan ilmiah merupakan metoda terbaik dalam upaya mencapai pengetahuan,
namun ia didasarkan atas sehimpunan anggapan-anggapan dan postulat-postulat, dan jenis-jenis
pertanyaan mengenai mana yang dapat digunakan itu dibatasi. Penting bagi para guru dan siswa untuk
menyadari baik kekuatan-kekuatan maupun batasan-batasan dari penyelidikan sosial tersebut.
Ketika para siswa seharusnya menguasai konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi ilmu
pengetahuan sosial di kelas-kelas sosial dasar dan sekolah lenjutan pertama, penekanannya seharusnya
terletak pada proses penyelidikan dan bukan hasil-hasilnya, karena pengetahuan ilmiah senantiasa
dievaluasi kembali dan disusun kembali. Bab ini membahas keprihatinan penulis untuk mengajarkan
kepada para siswa suatu proses guna menguji proposisi-proposisi dan menurunkan pengetahuan. Ketika
proses penyelidikan sosial itu merupakan salah satu dari unsur-unsur terpenting dari suatu program
studi-studi sosial yang modern, maka hasil-hasil dari penyelidikan (fakta-fakta, konsep-konsep,
generalisasi-generalisasi, dan teori-teori) adalah esensial una menyusun pengalaman-pengalaman
dengan mana para siswa dapat mempelajari mode-mode penyelidikan, dan dengan demikian membantu
untuk memecahkan masalah-masalah peribadi dan sosial yang mendesak. Tanpa pengetahuan prediktif
tingkat yang lebih tinggi, atau hasil-hasil penyelidikan, pengambil-keputusan tersebut tidak
berkompeten untuk bertindak. Pada bab berikutnya, hasil-hasil dari penyelidikan sosial akan dibahas.
BAB 3
PRODUK-PRODUK PENYELIDIKAN SOSIAL : FAKTA-FAKTA, KONSEP-KONSEP, GENERALISASI-
GENERALISASI, DAN TEORI-TEORI
Neti Budiwati
Murdiyah Winarti
Bab ini memfokuskan pada sifat dari pengetahuan sosial, dan menjelaskan strategi-strategi
pengajaran yang akan memfasilitasi proses mempelajari fakta-fakta, konsep-konsep, dan
genera-lisasi-generalisasi oleh siswa-siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Fakta-fakta:
Fakta ilmu pengetahuan terdiri dari data yang spesifik mengenai peristiwa/ kejadian, objek,
orang atau fenomena lainnya, yang sudah dibuktikan secara ilmiah. Fakta-fakta adalah
kejadian-kejadian khusus dari peristiwa-peristiwa atau benda yang pada akhirnya menjadi
bahan mentah atau menjadi observasi oleh ahli ilmu pengetahuan sosial. Fakta-fakta
disampaikan dalam bentuk pernyataan yang simple/ sederhana dan positif.
Contoh: Albany adalah ibu kota dari New York State. Ada 1.000 meter dalam satu
kilometer Bumi mengelilingi matahari
Data aktual sering disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan grafik-grafik, dan di dalam buku-
buku refensi tahunan, kamus-kamus ilmu bumi, atau buku-buku referensi yang sama. Data ini
meliputi kuantitas-kuantitas data yang bermacam-macam – populasi kota-kota, tabel-tabel
pasang surut, jumlah suara yang diberikan di dalam pemilihan-pemilihan presiden baru di
berbagai negara, daerah, kota, dan sebagainya. Akan tetapi, harus jelas bahwa fakta-fakta
dengan sendirinya merupakan data aktual. Apabila pembaca memeriksa data dan mulai
menemukan kecenderungan-kecenderungan, atau membandingkan data populasi untuk tahun
1960 dan 1970, maka ia mulai menafsirkan data tersebut dan mengambil kesimpulan-
kesimpulan tentang fakta-fakta tersebut.
Beberapa pernyataan yang tampak sebagai pernyataan-pernyataan tegas faktual diwarnai
oleh prasangka-prasangka persepsi atau pertimbangan-pertimbangan nilai yang mungkin tidak
sepenuhnya jelas untuk pembaca. Contoh pernyataan, “Sir Francis Drake adalah seorang
pahlawan Inggris”. Siswa mungkin akan menerima hal itu sebagai fakta yang dapat dibuktikan
karena seringkali diulang di dalam buku-buku pelajaran, dan ada banyak gambar Drake yang
diberi gelar bangsawan oleh Ratu Elisabeth atas perbuatan-perbuatannya yang berani. Tetapi
bagaimana dari sudut pandang Spanyol?, pernyataan tersebut mungkin telah ditulis, “Sir
Francis Drake adalah seorang bajak laut Inggris”. Emas yang dibawa pulang untuk Ratunya
adalah diambil dari kapal-kapal harta benda Spanyol yang ditangkap pada waktu kembali dari
Meksiko. Singkatnya, satu pahlawan ratu adalah bajak laut raja lainnya.
Latar belakang kebudayaan cenderung menyimpangkan persepsi-persepsi, sehingga
seseorang sering tidak mampu memandang pernyataan-pernyataan dan kata-kata dari
perspektif-perspektif berbeda. Maksudnya di sini adalah untuk membuat pembaca waspada
kepada pernyataan-pernyataan nilai yang dapat, tanpa analisis yang cermat, dianggap sebagai
pernyataan-pernyataan tegas faktual. Meskipun banyak guru kelas tetap mengharuskan anak-
anak menguasai sejumlah besar fakta sebagai hasil-hasil terakhir dengan sendirinya, namun
seorang guru tidak dibenarkan dalam mewajibkan siswa-siswa melakukan hal itu kecuali kalau
fakta-fakta ini dapat digunakan untuk membantu mereka memperoleh konsep-konsep,
generalisasi-generalisasi, dan teori-teori. Penelitian telah membuktikan secara konsisten bahwa
ingatan dan transfer pengetahuan difasilitasi (dipermudah) apabila anak-anak belajar
bagaimana mengembangkan generalisasi-generalisasi daripada menguasai bagian-bagian kecil
pengetahuan faktual yang terpisah.
BELAJAR KONSEP:
Konsep adalah: suatu kata atau ungkapan abstrak yang berguna untuk mengklasifikasi atau
mengkategori kelompok benda-benda, ide-ide, atau peristiwa-peristiwa. Contoh: Boy, Cat, Dog,
Man dan Rat.
Satu kata atau ungkapan singkat apa yang dapat anda pikirkan tentang nama-nama atau
label-label untuk diberikan kepada kelompok tersebut secara tepat? Sepintas lalu mungkin
cenderung akan mengatakan binatang, dan dapat menambahkan kata-kata karnivora, mamalia,
atau vertebrata, karena kata-kata ini juga merupakan karakteristik-karakteristik umum dari
kelompok tersebut. Guru-guru yang telah mengajar di kelas-kelas dasar di mana keahlian-
keahlian membaca ditekankan dapat menggunakan dengan cepat label-label seperti: pola kata-
kata tiga huruf, kata-kata dengan huruf hidup di tengah-tengah, atau konsonan-huruf hidup-
konsonan (CVC). Anda pasti akan menemukan banyak kemungkinan lainnya. Kata-kata yang
memberikan label atau name kepada sekelompok obyek-obyek umum disebut konsep-konsep.
Beberapa ciri penting dari konsep-konsep harus diperhatikan. Sebagai contoh, di antara
istilah-istilah konsep yang mungkin ada seperti dijelaskan di atas, binatang dan kata-kata tiga
huruf adalah lebih inklusif daripada beberapa kata lainnya. Malahan, dapat menjadi tepat bila
menempatkan lebih rendah beberapa dari istilah-istilah tersebut kedalam sebuah hirarki seperti
berikut:
I. Binatang
A. Vertebrata (Binatang bertulang belakang)
1. Mamalia (binatang menyusui)
a. Karnivora (binatang pemakan daging)
Di dalam beberapa kasus, istilah konsep berlaku hanya sebagian atau dengan cara
memenuhi syarat untuk semua anggota kelompok, seperti istilah domestik pada contoh di atas.
Istilah konsep juga menunjukkan abstrak; istilah ini tidak spesifik atau konkrit karena mengacu
pada suatu golongan atau kelompok obyek-obyek. Belajar menggunakan konsep-konsep
merupakan bagian penting dari proses-proses berpikir kita. Konsep-konsep tersebut
memungkinkan kita untuk memisah-misahkan berbagai macam obyek, peristiwa, gagasan, dan
rangsangan yang luas dengan apa kita mengadakan kontak setiap hari. Dengan demikian,
konsep-konsep membantu mengurangi kerumitan lingkungan dengan memisahkan data dalam
jumlah besar yang akan diproses oleh otak menjadi bagian-bagian yang lebih mudah diatur.
Kurikulum ilmu sosial memberikan sejumlah contoh konsep:
Keluarga
Komunitas
Masyarakat
Bangsa
Pemerintahan
Republik
Sistem Federal
Demokrasi
Kerjasama
Perubahan kebud.
Konflik
Hukum
Kekuasaan
Salingtergantung
Tradisi
Kontrol sosial
Di samping itu, konsep-konsep memiliki tingkat-tingkat sifat abstrak yang berbeda-beda:Konkrit
Abstrak
keluarga bangsa
perkelahian revolusi
peraturan lokal hukum internasinal
desa megalopolis
Satu jenis konsep abstrak yang memerlukan perhatian khusus adalah konsep relasional.
Konsep-konsep yang melibatkan jarak dan waktu barangkali merupakan konsep-konsep
relasional yang paling umum di dalam ilmu-ilmu sosial: tahun, abad, mil, tahun cahaya, angkasa
luar, garis lintang, garis bujur, jalan lingkaran besar. Konsep-konsep relasional lainnya adalah
jauh lebih abstrak: paman, moyang laki-laki, ibu mertua, orang tua angkat, saudara setanah air.
Sangat sulit bagi anak-anak muda untuk memahami konsep-konsep seperti ini karena mereka
tidak memiliki pengalaman yang cukup dengan fakta-fakta dasar itu sendiri untuk menetapkan
hubungan atau pergaulan khusus yang dilibatkan. Sebagai contoh, diperlukan banyak praktek
dengan sebuah kalender bagi seorang anak usia 6 atau 7 tahun untuk menghitung 30 hari,
belajar bahwa periode tersebut disebut sebulan, dan kemudian ada kira-kira empat minggu
dalam sebulan.
Kegunaan Lain Dari Konsep
Dengan penguasaan konsep siswa tidak harus belajar terus-menerus atau belajar kembali
ketika menemukan/ menghadapi situasi-situasi baru. Sebagai contoh, siswa yang telah
menerapkan istilah monarki pada studi mereka tentang raja-raja Stuart abad ke-17 dari Inggris
dapat benar-benar mengkonsepsualisasikan Romanoffs dari Rusia abad ke-19 dengan
menggunakan istilah yang sama. Konsep republik dapat digunakan untuk mengkon-
sepsualisasikan Yunani kuno dan Amerika modern. Akan tetapi seperti akan kita lihat kemudian,
banyak dari peristiwa, gagasan, dan fenomena yang diteliti di dalam kurikulum ilmu sosial tidak
dapat digolongkan secara apik oleh satu konsep. Dengan demikian para siswa harus belajar
mengubah, memisah-misahkan, dan mengocok kategori-kategori pikiran mereka untuk
menemukan konsep-konsep yang lebih berguna secara fungsional.
Oleh karena itu penting bagi siswa untuk belajar membedakan karakteristik-karakteristik ini
secara teliti dan untuk mengakui dengan cepat situasi-situasi di mana istilah konsep berlaku
sepenuhnya untuk semua anggota kategori tersebut, dan apabila istilah tersebut berlaku hanya
dengan cara terbatas. Karena konsep-konsep memiliki fungsi mengatur, maka konsep-konsep
tersebut berguna untuk memberikan fokus atau pandangan khusus yang cenderung akan
mengurangi pengamatan random.
Sebagai contoh, jika seorang ilmuwan sosial ingin meneliti struktur sosial dari sebuah
masyarakat, ia dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kelompok-
kelompok kepada individu-individu menjadi anggotanya, peranan-peranan yang dimainkan oleh
masing-masing orang, peraturan-peraturan atau norma-norma yang mengatur masyarakat,
status dari individu-individu, golongan sosial dari kelompok-kelompok, atau barangkali cara dan
tingkat komunikasi antara dan di dalam kelompok-kelompok. Konsep-konsep ini, ditarik dari
sosiologi berguna sebagai alat-alat analitis di dalam penyelidikan sebuah topik yang
dipedomani. Karena makna-maknanya telah menjadi berkedudukan kuat, seseorang dapat
mengajukan dengan mudah dan cepat serangkaian pertanyaan-pertanyaan penting yang
berkaitan dengan masing-masing konsep. Hal ini menghasilkan data tentang masyarakat
dengan cara terorganisir sepanjang rangkaian dimensi-dimensi penting. Tabel di bawah ini
menyajikan beberapa konsep pengorganisasian penting dari berbagai ilmu pengetahuan sosial
yang mencerminkan struktur-struktur disiplin
Antropologi Sejarah Psikologi
Kebudayaan
Elemen kebudayaan
Konplek Kebudayaan
Enculturasi
Diffusi
Akulturasi
Etnosentrisme
Tradisi,
Relativisme kebudayaan
Universal kebudayaan
Perubahan
Konflik
Revolusi
Nasionalisme
Peradaban
Ekspolrasi
Bias Sejarah
Konsep diri
Motivasi
Persepsi
Frustasi
Sikap
Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi
Kelangkaan
Produksi
Salingketergantungan
Barang-barang dan jasa
Pembagian tugas
Pertukaran
Arus dari pendapatan
Control social
Negara
Kekuasaan
Legitimasi
Autoritas
Kepentingankelompok
Sosialisasi politik
Budaya politik
Sistem politik
Sosialisasi
Peranbagaan
Aturan
Saksi
Niali
Status
Kelembagaan
Komunitas
Masyarakat
Salingketergantungan
Geografi
Lokasi
wilayah
Interaksi ruang/spatial
Pola daerah kota
Struktur internal dari kota
Persepsi lingkungan
Konsep-Konsep Interdisipliner
Memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dari berbagai disiplin ilmu
pengetahuan sosial memungkinkan seseorang untuk memperhatikan sebuah masalah yang
menjangkau beberapa disiplin, atau menjadi antar-disipliner dalam lingkupya. Topik-topik yang
luas seperti kota, perdamaian internasional, atau kemiskinan dapat diperhatikan dari berbagai
perspektif, Sebuah contoh tentang sekumpulan konsep antardisipliner urutan tinggi yang
digunakan di dalam Kurikulum Ilmu Sosial Taba. Konsep-konsep ini diteliti dalam meningkat
kedalaman di kelas-kelas delapan.
Kausalitas
Konflik
Kooperasi
Perubahan budaya
Perbedaan
Salingketergantungan
Modifikasi
Kekuasaan
Kontrol
masyarakat
Tradisi
Nilai-nilai
Bagaimana Konsep-konsep Dipalajari
Formasi konsep merupakan tugas intelektual atau kognitif yang cukup kompleks, terdiri
dari kemampuan memisah-misahkan sekelompok pengamatan atas dasar satu karakteristik
umum atau lebih, untuk meringkaskan dan menggeneralisasi ciri-ciri yang membedakan ini, dan
untuk menerapkan sebuah kata/ ungkapan pada pengamatan yang memberikan nama atau
labelnya secara tepat atas dasar karakteristik-karakteristik yang membedakannya. Singkatnya,
konsepsualisasi adalah proses mengelompokkan, menggolongkan, dan memberikan nama
sekelompok obyek-obyek.
Anak-anak mulai membentuk konsep-konsep sejak awal, hal ini menjadi jelas segera
setelah mereka dapat mengidentifikasi secara tepat berbagai obyek umum seperti kursi,
cahaya, meja, atau anjing. Termasuk juga konsep-konsep untuk sebagian besar obyek di
lingkungannya seperti orang-orang di dalam keluarga dekatnya, benda-benda di dalam
rumahnya, makanan, pakaian, dan perkakas yang digunakannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut, televisi telah membawa mereka kedalam kontak yang lebih luas dengan banyak
benda yang jauh jaraknya dari lingkungan mereka sendiri. Anak-anak mungkin telah
mengembangkan sejumlah konsep relasional seperti di dalam, di luar, dari, ke, naik, dan turun,
tetapi sering memiliki gagasan-gagasan yang membingungkan dan tidak lengkap tentang makna
dari konsep-konsep relasional penting lainnya seperti lebih kecil daripada, lebih sedikit
daripada, lebih besar, lebih banyak daripada, satu berikutnya, satu sebelumnya, dua kali lipat,
sama, tidak sama, dan nama-nama bilangan untuk kuantitas-kuantitas. Anak-anak juga tidak
memahami bagaimana tepatnya kerabat-kerabat keluarga dekat mereka seperti kakek, paman,
atau bibi dihubungkan dengan orang tua mereka sendiri dan diri mereka sendiri.
Sifat Pengalaman Belajar
Banyak konsep dipelajari secara informal sebelum anak-anak memasuki sekolah. Obyek-
obyek yang ditemukan adalah konkrit dan spesifik, sering dengan stimuli pancaindera yang
bersemangat. Akan tetapi belajar di kelas sekolah cenderung akan lebih simbolis dan abstrak
daripada konkrit. Karena lingkungan sekolah adalah lebih formal dan terstruktur, guru harus
memberikan banyak kesempatan bagi anak-anak untuk memperoleh pengalaman dengan
peristiwa-peristiwa yang digambarkan oleh konsep tersebut. Anak-anak muda di kelas-kelas
dasar membutuhkan pengalaman yang sering dengan realita-realita konkrit yang dapat dilihat,
didengar, atau dimanipulasi. Anak-anak yang lebih senior di kelas-kelas menengah dan atas juga
membutuhkan pengalaman dengan peristiwa-peristiwa atau fenomena yang dilibatkan, tetapi
materi-materinya dapat menjadi lebih abstrak atau simbolis.
Contoh dan Bukan Contoh Konsep-konsep
Konsep-konsep tampak akan dipelajari secara paling efektif apabila sejumlah contoh positif
konsep diperkenalkan. Siswa-siswa dapat melihat karakteristik-karakteristik yang relevan dan
membuat perbedaan-perbedaan yang tepat apabila contoh-contoh sebuah kota, seperti
Boston, Paris, atau Tokyo, tidak dibingungkan dengan kasus-kasus khusus seperti Vatican City
atau East Berlin. Contoh-contoh negatif menjelaskan karakteristik-karakteristik yang
bertentangan dari karakteristik-karakteristik yang berhubungan secara positif dengan ciri-ciri
yang membedakan. Sebagai contoh, kemerdekaan dapat dijelaskan oleh kelebihan-kelebihan
kebebasan; perlunya hukum-hukum dan peraturan-peraturan oleh kemungkinan anarki;
kejujuran dan integritas oleh bukti perbuatan salah dan korupsi. Namun kebanyakan
pembahasan kelas yang telah diamati oleh para penulis tentang konsep-konsep kebebasan,
hukum, atau integritas hampir sepenuhnya telah menghadapi contoh-contoh negatif.
Bukti penelitian menunjukkan bahwa konsep-konsep dipelajari secara efisien apabila
sejumlah contoh positif terlebih dahulu diperkenalkan dan karakteristik-karakteristik yang
membedakan ditetapkan dengan jelas, diikuti oleh sejumlah contoh negatif yang lebih sedikit
yang membantu untuk menjelaskan tidak adanya karakteristik yang membedakan.
Kerumitan Contoh-Contoh
Karena kurikulum ilmu sosial memuat begitu banyak konsep yang kompleks, maka penting
bahwa kita memperhatikan tiga aspek yang berkaitan dengan kerumitan: memfokuskan pada
karakteristik-karakteristik penting, memilih antara pengalaman realistis versus pengalaman
yang ditiru, dan bergerak maju dari konsep sederhana ke konsep yang kompleks.
Anggaplah misalnya, sebuah kelas sedang mempelajari konsep produksi di bagian rakitan.
Jika kita memulai dengan membawa kelas ke sebuah pabrik tanpa pengembangan konsep kelas
sebelumnya sedikitpun, siswa-siswa akan menjadi kewalahan oleh kerumitan dari faktor-faktor
tersebut. Jelas, guru harus dapat memperkenalkan gagasan tentang sebuah meja bergerak di
atas apa produk ditempatkan, dan setelah meja bergerak dengan cepat melalui berbagai bagian
dari pabrik tersebut kelompok-kelompok pekerja yang berbeda menambahkan sesuatu atau
membuat perubahan tertentu pada produk hingga produk mencapai bentuknya yang terakhir.
Hal ini dapat dilakukan melalui pemutaran film 8 mm yang pendek, masing-masing menjelaskan
beberapa contoh berbeda, misalnya produksi mobil, pabrik pengemasan makanan, atau pabrik
pakaian, dengan bukan contoh tukang jam lokal yang memperbaiki sebuah jam tangan, atau
tukang sepatu yang mensol lagi sepasang sepatu.
Setelah siswa-siswa memahami karakteristik-karakteristik penting tersebut, sebuah
perjalanan ke lapangan untuk melihat bagian rakitan di dalam operasi yang aktual akan menjadi
lebih menguntungkan. Sudah pasti, siswa-siswa akan melihat banyak benda-benda baru dan
sangat menarik untuk waktu pertama kalinya, banyak yang memiliki sedikit atau tidak memiliki
apapun untuk mempergunakan konsep bagian rakitan. Manusia memiliki kapasitas yang
terbatas untuk menangani arus informasi baru yang bergerak cepat, dan otak cenderung akan
menghapuskan stimuli tersebut yang tidak dapat dipisah-pisahkannya dan berhubungan
dengan kesan-kesan dan gagasan-gagasan yang ada lainnya. Dengan demikian, guru harus
mempertimbangkan secara teliti nilai dari motivasi dan perhatian yang tinggi yang akan timbul
dari perjalanan lapangan, versus nilai dari kesederhanaan dan ketelitian yang akan diperoleh
dari penggunaan pengalaman yang ditiru apabila sebuah konsep diperkenalkan pertama kali.
Memverbalisasi Konsep
Salah satu faktor yang berkaitan dengan pencapaian konsep adalah kemampuan siswa
untuk memverbalisasi konsep, yaitu untuk membedakan secara lisan atau secara tertulis
karakteristik yang membedakan dan untuk memberikan nama yang tepat kepada konsep
tersebut. Para siswa pertama-tama memiliki jenis pemahaman intuitif tertentu tentang konsep
tersebut dan dapat mengenal pokok-pokok yang termasuk kepada sebuah kelompok dan
pokok-pokok yang tidak termasuk kepada kelompok tersebut. Akan tetapi, mereka
merasakannya sulit untuk menyatakan dasar serta alasan bagi perbedaan dan kesamaan
mengapa suatu pokok termasuk pada kelompoknya. Mungkin mereka mampu mengidentifikasi
sebuah konsep, tetapi tidak mampu mendefinisikannya secara cukup dalam kata-kata.
Masalah ini disebabkan bukan saja karena tidak adanya istilah-istilah yang cukup abstrak di
dalam perbendaharaan kata anak muda, tetapi juga karena fakta bahwa proses
mengkonsepsualisasikan tersebut melibatkan tiga tugas terpisah: mengamati, menggolongkan,
dan mendefinisikan, semuanya melibatkan mode-mode reaksi yang terpisah. Kemudian
strategi-strategi pengajaran harus menjamin bahwa siswa diberi praktek yang cukup dalam
memberikan nama atau mendefinisikan sebuah konsep, pada waktu yang sama mereka
mengidentifikasi ciri-ciri yang membedakan yang digunakan di dalam menggolongkan pokok-
pokok di dalam kelompok tersebut. Satu kelas siswa kelas tiga yang mempelajari manufakturing
menyetujui tentang ungkapan “barang-barang yang kamu buat semuanya dalam suatu barisan”
sebagai nama mereka untuk konsep assembly line. Bagi anak-anak dengan kepasihan verbal
yang rendah atau perkembangan bahasa yang buruk menjadi penting sekali bahwa guru
mengkonsentrasikan pada keahlian mendefinisikan dan juga keahlian membedakan.
Strategi Pengajaran Untuk Formasi Konsep
Pada bagian sebelumnya kami membahas beberapa masalah kurikulum dan psikologis yang
berkaitan dengan formasi konsep. Hal ini melibatkan pemilihan dan organisasi contoh-contoh
konsep yang tepat bersama dengan pertimbangan untuk pentingnya kerumitan, pengalaman
realistis versus pengalaman yang ditiru dan verbalisasi konsep. Pada masing-masing pokok
sejumlah pertimbangan khusus dianjurkan untuk guru, dimasukkan kedalam strategi untuk
mengembangkan konsep-konsep. Diawali dengan guru mengajukan serangkaian pertanyaan
yang dimaksudkan untuk mendatangkan dari siswa-siswa tugas-tugas penting mencatat,
mengelompokkan, dan memberi label.
Beberapa komentar harus dibuat dalam hal ini untuk mencegah adanya kesalahpahaman.
Pertama, strategi adalah jelas merupakan strategi induktif, dan seperti yang ditunjukkan
pertama kali dari pertanyaan-pertanyaan yang diadakan oleh guru, anak-anak sebelumnya akan
memperoleh pengalaman yang “lebih terbuka” atau memotivasi seperti cerita, pembahasan
film, atau perjalanan lapangan untuk melengkapi input pertama dari data faktual atau
pengamatan-pengamatan. Kedua, strategi pada awalnya merupakan strategi yang diarahkan
pada guru, tetapi kemudian menunjukkan bahwa anak-anak mempelajari dengan cepat
rangkaian pertanyaan-pertanyaan dan segera menguasai proses penyelidikan mereka sendiri.
Dan meskipun pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan-pertanyaan terarah, namun
mereka cukup terbuka untuk memungkinkan sejumlah besar reaksi yang berbeda dari siswa-
siswa.
GENERALISASI
Generalisasi adalah pernyataan hubungan dari dua atau lebih konsep. Pernyataan ini berkisar
dari yang sangat sederhana sampai yang sangat kompleks. Kadang-kadang disebut juga sebagai
prinsip-prinsip atau hukum. Pernyataan di bawah ini merupakan generalisasi:
Manusia berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial mereka, baik manusia maupun
lingkungan mengalami perubahan. Semua orang dan sekelompok orang tergantung pada orang
lain dan kelompok lain untuk memuaskan kebutuhan. Konflik dan ketidakadilan sering
merupakan hasil dari menilai perbedaan kategori-kategori fakta, seperti kulit putih atau
kecerdasan tinggi Perubahan budaya dipercepat oleh faktor-faktor seperti meningkatnya
pengetahuan, mobilitas, dan komunikasi, baik yang ada di dalam maupun antar budaya
Generalisasi seperti pernyataan di atas memberi kita sarana yang berguna untuk
mengekspresikan hubungan antara akumulasi fakta dan informasi dengan cara yang sangat
terorganisir dan sistematik. Pengertian generalisasi menjadi semacam istilah untuk
pengetahuan yang terakumulasi selama pengalaman hidup kita. Hal itu juga berguna sebagai
alat yang membantu kita menjelajahi situasi baru.
Secara tradisional, sekolah telah mengakumulasi generalisasi ini dalam suatu penjelasan
yang terinci. Guru telah mengajarkan atau membahas tentang generalisasi, para penulis buku
ilmu sosial telah memasukkan generalisasi sebagai pernyataan yang benar . Biasanya,
generalisasi digunakan dengan cara deduktif, yaitu, siswa menerima kebenaran suatu
pernyataan dan kemudian mencari contoh yang menggambarkan secara detail khususnya atau
dalam aplikasi lokal.
Sudut pandang yang diambil dalam teks ini adalah siswa sekolah dasar dan menengah
harus memiliki kesempatan maksimal memahami generalisasi untuk diri mereka sendiri.
Generalisasi dapat dipahami melalui belajar secara deduktif, karena model pembelajaran ini
telah menjadi bagian dari pengalaman belajar siswa. Tetapi siswa memiliki sedikit kesempatan
untuk belajar keterampilan dan terlibat proses memperoleh generalisasi untuk dirinya sendiri.
Anatomi Generalisasi.
Sebelum melanjutkan, kita harus melihat anatomi generalisasi. Kuncinya adalah generalisasi
harus mengungkapkan hubungan antara dua atau lebih konsep. Sebagai contoh, mari kita ambil
dua konsep yang sangat sederhana: hujan dan suhu. Apa yang bisa kita katakan tentang
hubungan keduanya? Kita mungkin dapat membuat pernyataan yang sangat sederhana seperti
"Ketika dingin, hujan berubah menjadi salju." Sementara anak-anak muda sudah memiliki
pengalaman yang cukup dalam hidup mereka untuk memvalidasi pernyataan ini, sebuah
generalisasi yang lebih kompleks mungkin membuat pernyataan tentang hubungan curah hujan
dan temperatur dan efeknya pada tumbuh-tumbuhan. Dalam kasus seperti ini, mungkin untuk
menggeneralisasi bahwa kombinasi dari cuaca hangat, besarnya curah hujan, dan tanah yang
subur menghasilkan sejumlah besar tumbuh-tumbuhan.
Hubungan antara dua atau lebih konsep sering dinyatakan dengan kata kerja seperti
tumbuh lebih besar, penurunan, dipengaruhi oleh, berhubungan dengan, sebab akibat, atau
bervariasi dengan. Anda mungkin ingat bahwa dalam bab 2 kita berbicara tentang generalisasi
sebagai "verifikasi hipotesis". Ini merupakan suatu tes yang baik dari generalisasi, oleh karena
itu, pernyataan disusun ke dalam bentuk "jika ... maka". Tidak hanya itu, cara ini menjelaskan
hubungan unsur-unsur kedalam perspektif yang jelas, tetapi juga mensyaratkan bahwa konsep
dinyatakan dalam urutan yang logis dan pengaruh atau asosiasi lainnya menjadi jelas. Dengan
demikian, dua contoh yang diberikan di atas dapat ditulis kembali seperti berikut:
Jika dingin, maka hujan akan berubah menjadi salju.
Jika ada kombinasi dari cuaca hangat, besarnya curah hujan, dan tanah yang subur, maka
tumbuh-tumbuhan akan dihasilkan dalam jumlah yang banyak.
Karenanya jika sebuah generalisasi tidak disusun dalam bentuk "jika ... maka", maka mungkin
dapat dikatakan itu hanya pernyataan kesimpulan pengetahuan faktual.
Beberapa generalisasi, tentu saja terbatas ruang lingkupnya. Data dari mana generalisasi
berasal mungkin terbatas pada pengalaman seorang individu atau mereka bisa merujuk ke
salah satu kota atau wilayah di Amerika Serikat. Sebagai contoh, kita mungkin memiliki
"pertumbuhan industri kayu di wilayah utara Pacifik tergantung pada ukuran besarnya curah
hujan tahunan. Pernyataan ini jelas terbatas karena pembatasan pada data dari mana
hubungan ini diturunkan. Sebagai bukti adalah curah hujan tahunan dan pertumbuhan ekonomi
dari industri kayu di Nortwest. Suatu rangkaian proses yang sangat berbeda dari generalisasi
mungkin dapat dikembangkan jika kita menganalisis jumlah curah hujan di Thailand dan
dampaknya pada tanaman padi. Kedua contoh memerlukan sumber data yang berbeda. Jika
kita memperpanjang ini dengan menambahkan data sampel pada curah hujan dan produksi
beras di Louisiana, dan sampel lain yang memberikan data tentang jumlah curah hujan dan hasil
gandum di Uni Soviet, kita mendapatkan beberapa kesimpulan yang luas dari rangkaian sampel
yang berbeda tentang pengaruh curah hujan dan suhu pada tumbuh-tumbuhan.
Generalisasi lain, bagaimanapun, memiliki aplikasi universal seluruh pengalaman budaya
masyarakat. Data empiris dari semua zaman dan semua kebudayaan bisa dikemukakan untuk
mendukung hubungan antara dua konsep. Sebagai contoh:
Dalam setiap masyarakat muncul aturan untuk mengatur urusan orang
Budaya cenderung membakukan perilaku manusia dan menstabilkan masyarakat
dengan mengembangkan lembaga-lembaga yang saling terkait dan kompleks.
Generalisasi Tingkat Tinggi dan Rendah
Seperti yang dapat Anda lihat dari diskusi di atas, generalisasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan rentang dari aplikasinya. Beberapa bersifat universal, yang lainnya sangat terbatas
dalam situasi yang mereka terapkan. Intinya adalah kita menamakan ini generalisasi tingkat
tinggi, tingkat menengah, dan tingkat yang rendah. Dalam paragrap selanjutnya digambarkan
perkembangan generalisasi dari tinggi ke rendah. Seperti panah menunjukkan, ini dapat dibaca
dalam arah manapun, dari tinggi ke rendah (deduktif), atau dari rendah ke tinggi (induktif).
Contoh-contoh diambil dari Kurikulum Studi Sosial Taba.
Generalisasi Tingkat Tinggi.
Generalisasi ini memiliki aplikasi universal. Mereka berlaku untuk semua orang setiap saat.
Generalisasi dari urutan tertinggi sering disebut hukum atau prinsip.
Contoh: Interaksi antara rakyat dan lingkungannya mempengaruhi cara di mana mereka
memenuhi kebutuhan mereka.
Generalisasi Level Menengah.
Generalisasi ini berlaku untuk daerah tertentu di dunia, budaya, atau era sejarah
Tabel 3.5
Menyimpulkan dan Generalisasi
Tugas kognitif ini memerlukan siswa untuk menafsirkan, dan menggeneralisasi tentang data.Strategi mengajar megharuskan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
Guru Berbicara Siswa Tindak lanjut Guru
Apa yang Anda perhatikan?Lihat? Cari?Apakah anda melihatperbedaan (dengan mengacupada pertanyaan tertentu)?
Mengapa Anda berfikiran initerjadi?Atau, bagaimana Andamenjelaskan perbedaan ini?
Apakah ini berceritatentang…?
Memberikan items ? barang.
Memberikan penjelasan yangmungkin didasarkan padainformasi faktual dan / ataukesimpulan
Memberikan generalisasi
Memberi keyakinan itemdapat diakses, misalnya,papantulis, plastik transparan,daftar individu, gambar, ataukartu item. Memilih itemuntuk melanjutkanMenerima penjelasan.Mencari klarifikasi jikadiperlukan
Mendorong berbagaigeneralisasi dan mencariklarifikasi bila diperlukan.
Cara ini bertujuan untuk memperhitungkan fenomena yang diamati dan generalisasi diluardata dengan cara mengulang dan memperluas memasukkan lebih banyak aspek data dangeneralisasi menjadi lebih abstrak.
Contoh: Orang Amerika yang pindah ke barat dari pesisir timur selama abad kedelapan belas
dan kesembilan belas mengubah gaya hidup mereka untuk hidup di daerah perbatasan.
Generalisasi Level Rendah
Generalisasi ini didasarkan pada data dari hanya dua atau tiga sampel kecil seperti sekelompok
kota di wilayah tertentu.
Contoh: Uang yang berlimpah dalam jangka panjang, pertumbuhan musim hangat memberikan
kondisi yang baik untuk pertumbuhan buah anggur di wilayah San Francisco dan sepanjang
pantai selatan Danau Erie.
Meringkas Pernyataan. Berbeda dengan berbagai level generalisasi yang diuraikan di atas,
yang cenderung menyimpulkan serangkaian fakta atau observasi yang berasal dari sampel
tunggal, seperti manufaktur di Boston, variasi suhu di sebuah kota, atau bahkan seperti topik
Revolusi Amerika. Hal ini juga untuk menunjukkan bahwa tidak peduli berapa banyak data
dapat terakumulasi pada salah satu dari topik ini, kegiatan semacam ini masih tetap merupakan
merangkum/meringkas dan bukan pernyataan generalisasi jika data diambil dari sampel
tunggal.
Pembaca harus diingatkan untuk tidak menganggap ringkasan fakta yang panjang sebagai
generalisasi. Hal ini bukan merupakan komparasi dan perbedaan dari dua atau lebih sampel dan
menentukan hubungan antara konsep penting (atau variabel) yang terlibat dalam proses
generalisasi. Tabel 3 menggambarkan strategi mengajarkan anak untuk menggeneralisasi.
GENERALISASI DALAM DESAIN KURIKULUM
Dalam merencanakan sebuah unit belajar, guru biasanya memulai melalui produk akhir (tujuan)
dari pembelajaran siswa. Ini berfungsi sebagai target atau fokus semua perencanaan lain.
Dinyatakan dalam bentuk perilaku, misalnya, hasil belajar mungkin:
Setelah menyelesaikan unit belajar kebudayaan dunia, siswa akan menulis pernyataan seputar
generalisasi sebagai berikut :
Budaya berasal dari masyarakat untuk masyarakat. Setiap kebudayaan dalam perjalanan waktu
akan mengalami perubahan. Beberapa perilaku dan institusi dalam suatu budaya bersifat
universal sementara yang lain sangat bervariasi, bahkan selama periode yang sama.
Menggunakan ini sebagai tujuan akhir semua kegiatan, guru kemudian dapat memulai
merencanakan isi, materi, dan pengalaman belajar yang tetap akan membantu siswa sampai
pada akhir generalisasi ini. Gambar 3.1 menunjukkan garis besar skema proses. Perlu
ditekankan kembali bahwa diagram ini menunjukkan aktivitas perencanaan guru yang
merupakan ukuran besar proses deduktif. Kegiatan belajar siswa bagaimanapun, mulai dari
bagian bawah diagram, dan hasil induktif menuju generalisasi tingkat tinggi.
Dalam setiap bab (Bab 7 hingga 12), ada contoh-contoh konsep dan generalisasi dari ilmu sosial.
Selain itu, Bab 5 dan 6 menjelaskan pendekatan interdisipliner dan menggambarkan bagaimana
generalisasi dari berbagai disiplin ilmu sosial dapat digunakan untuk mempelajari topik dan
masalah-masalah yang luas. Contoh generalisasi dari bab-bab ini disajikan dalam tabel 3.6.
Bagaimanapun guru harus berhati-hati, bahwa daftar generalisasi dalam diri mereka hanyalah
daftar. Ketika diberikan panduan kurikulum negara bagian atau lokal dimaksudkan untuk
membantu mereka sebagai panduan. Dalam banyak kasus, tetap bagi guru untuk bekerja di luar
dimensi praktis yang berkaitan dengan konsep dan generalisasi untuk ketepatan isi, bahan
pengajaran, dan strategi pengajaran yang diarahkan untuk anak di kelasnya. Beberapa proyek
kurikulum baru memulai mengatakan item ini secara detail dengan lebih hati-hati, dan sejumlah
pemasok komersial sedang mengembangkan perangkat material yang relatif murah, kadang-
kadang tentang ukuran sebuah koper besar atau kaki laci, yang berisi semua yang diperlukan,
buku, filstrip, dan peralatan.
Gambar 3.1 Hubungan Generalisasi, konsep dan Fakta
Tabel 3.6Kunci Generalisasi Ilmu Sosial
Disiplin Generalisasi
Sejarah Dimana pun manusia hidup, konflik antara individu,
GENERALISASI
KESIMPULAN
KONSEP
FAKTA DAN
PENGAMATAN
kelompok, dan bangsa muncul.Pakar Sejarah memandang masa lalu dipengaruhi olehtersedianya fakta-fakta/bukti, kecenderungan masing-masingindividu dan tujuannya menulis, serta masyarakat dan saatdimana ia hidup dan menulis.
Sosiologi Semua karakteristik perilaku manusia dipelajari darimanusia lain melalui interaksi kelompok.
Kelompok ini menggunakan kontrol sosial terhadapkeanggotaan individu dengan menggunakan sanksi
Antropologi Budaya menggunakan keragaman sarana untuk mencapaitujuan yang sama dan untuk memenuhi kebutuhanmanusia umumnya.Pertukaran budaya terjadi ketika kelompok-kelompokdengan beragam budaya masuk ke dalam hubungan yangberkelanjutan.Perubahan budaya dapat mengganggu masyarakat.
Geografi Lingkungan fisik mempengaruhi bagaimana suatu budayaberkembang dan bagaimana hal itu dapat memecahkan masalahkelangsungan hidup.Persepsi individu tentang lingkungan fisiknya dipengaruhi olehbudayanya dan pengalaman dalam lingkungannya.
Ilmu politik Dalam setiap masyarakat dan lembaga, peraturan danhukum lahir utk mengatur perilaku individu & kelompok.
Aturan dan hukum mencerminkan nilai-nilai dasar dalammasyarakat atau lembaga.
Ekonomi. Setiap individu dan masyarakat menghadapi konflik antarketidakterbatasan keinginan dengan alat pemuas yang terbatas.Semua anggota masyarakat saling ketergantungan. Seorangindividu menghasilkan barang-barang dan jasa untuk ditukarkandengan barang dan jasa yang mereka butuhkan untuk memuaskankebutuhan pokok mereka
TEORI : SIFAT DAN CONTOH
Teori adalah bentuk tertinggi pengetahuan dan merupakan tujuan utama dari ilmu
pengetahuan. Teori-teori membantu kita untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku
manusia (fenomena). Meskipun keseluruhan kesepakatan definisi istilah tidak ada, kebanyakan
ilmuwan setuju bahwa teori terdiri dari himpunan proposisi seperti hukum saling keterkaitan
atau generalisasi tingkat tinggi yang teruji. Proposisi (atau generalisasi tingkat tinggi) harus
menjadi sebuah teori.
a) menunjukkan hubungan antara variabel atau konsep yang jelas,
b) merupakan suatu sistem berfikir deduktif dan secara logis konsisten; prinsip yang tidak
dikenal harus diturunkan dari suatu yang dikenal, dan
c) menjadi sumber pengujian hipotesis..
Tidak seperti para ilmuwan fisika, ilmuwan sosial secara relatif mengembangkan
beberapa teori yang konsisten dengan definisi di atas. Hal ini karena ilmu sosial adalah bidang
yang jauh lebih baru daripada ilmu-ilmu fisik. Juga, data tentang perilaku manusia jauh lebih
sulit untuk dikumpulkan dan memverifikasi banyak data tentang lingkungan fisik kita. Namun,
ilmuwan sosial telah sukses dalam merumuskan sejumlah teori parsial. Teori-teori yang
digambarkan di bawah ini hanya sebagian karena mereka berusaha untuk menjelaskan dan
memprediksi aspek yang terbatas dari perilaku manusia. Teori pertama dari dua teori mencoba
menjelaskan bagaimana harapan kelompok menentukan perilaku individu. Grand teori atau
teori-teori khusus mencoba menjelaskan, dengan beberapa proposisi, semua perilaku
kelompok atau keseluruhan kelas dari fenomena. Teori Evolusi Darwin, Teori Sel Cahaya
Newton, dan teori Relatif Einstein adalah contoh dari teori-teori besar dalam ilmu biologi dan
fisika. Ilmuwan sosial belum mampu mengembangkan grand teori atau teori yang mencakup
semuanya.
Contoh Teori
Teori Bunuh Diri Durkheim
Salah satu teori empiris ilmu sosial yang pertama, adalah teori Dukheim menjelaskan
rendahnya tingkat bunuh diri di Spanyol. Sistem Dukheim memenuhi semua karakteristik dari
sebuah teori yang digambarkan di atas.
1. Dalam setiap kelompok sosial, tingkat bunuh diri bervariasi secara langsung dengan
tingkat individualisme
2. Tingkat individualisme bervariasi dengan keyakinan Agama Protestan.
3. Oleh karena itu, tingkat bunuh diri bervariasi dengan keyakinan Agama Protestan
4. Kayakinan Agama Protestan di Spanyol rendah
5. Oleh karena itu, tingkat bunuh diri di Spanyol rendah.
Teori Bunuh Diri Merton
Merton merumuskan dan menguji teori untuk menjelaskan rendahnya insiden bunuh diri di
kalangan Katolik daripada kalangan Protestan:
1. Kohesi sosial menyediakan dukungan fisik kepada anggota kelompok terhadap stres dan
kecemasan yang akut.
2. Angka bunuh diri adalah fungsi dari kecemasan dan stress yang tak henti-hentinya kepada
seseorang atau subjek
3. Agama Katolik (dan kelompok tambahan yang ditentukan) memiliki kohesi sosial yang lebih
besar daripada Agama Protestan.
4. Oleh karena itu, tingkat bunuh diri yang rendah telah diantisipasi oleh kalangan Katolik
daripada kalangan Protestan.
Teori Ekspektasi kelompok
Chinoy melaporkan sebuah teori sosiologis yang mencoba untuk menjelaskan mengapa orang-
orang di wilayah utara mengembangkan sikap rasial negatif hasil dari tinggal di bagian Selatan.
1. Pria cenderung untuk berperilaku sesuai dengan harapan orang lain
2. Jika pria mengubah teman mereka secara sukarela, maka sikap dan perilakunya dalam
hubungan social akan dipengaruhi oleh teman barunya tersebut. 3a. Jika orang-orang di
wilayah utara pindah ke Laut Selatan, mereka sikap dan tindakan mereka akan
dipengaruhi oleh sikap rasial dan adat orang selatan.
3b. Tingkat dan luasnya perubahan ini, akan bergantung pada apakah mereka
berasosiasi/berteman dengan migran daerah selatan atau daerah utara.
TEORI DALAM KURIKULUM STUDI SOSIAL
Pendidik ilmu sosial telah melakukan pekerjaan yang relatif sedikit berhubungan dengan
pengajaran teori kepada siswa. Beberapa penulis telah menyarankan para pengembang
kurikulum untuk mengidentifikasi teori-teori ilmu sosial sehingga akan membantu siswa dalam
membuat keputusan dan mengajarkan konsep-konsep dan generalisasi bagi kepentingan
mereka. Ada banyak teori parsial dalam ilmu-ilmu sosial yang dapat digunakan pendidik dalam
desain kurikulum. Termasuk teori-teori seperti teori kepribadian dan perilaku Roger, teori
ambisi politik dari Schlesunger, dan teori stratifikasi sosial Lenski.
Tabel 3.7
Hubungan Kategori Pengetahuan
Gambar ini mengilustrasikan hubungan antara fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Perhatikan
bahwa setiap kategori pengetahuan tergantung pada pengembangan unsur di bawahnya.
Teori: Teori Bunuh Diri Durkheim
Generalisasi: dalam setiap kelompok sosial, tingkat bunuh diri bervariasi secara langsung
dengan tingkat individu.
Konsep:Tingkat Bunuh Diri; Individualis
Fakta: Hanya 7,6 per 100.000 orang bunuh diri di Spanyol pada 1965, dibandingkan dengan
16,3 per 1000.000 di Amerika Serikat.
Berdasarkan laporan data dalam abstrak statistik Amerika Serikat. Washington, DC: USGovernment Printing Office, 1969, hlm. 81
Meskipun pendekatan ini mengkonstruksi kurikulum merupakan sesuatu yang memberi
harapan, kami tidak memiliki model atau contoh-contoh seputar teori-teori kurikulum studi
sosial yang terstruktur. Banyak pekerjaan yang berhubungan dengan teori mengajar untuk
anak-anak harus dilakukan sebelum merekomendasikan kurikulum khusus dibuat . Namun,
selama studi dari beberapa konsep (seperti bunuh diri, prasangka, ambisi politik, dan stratifikasi
sosial), terutama di kelas-kelas menengah dan atas, guru mungkin dapat mengambil teori-teori
seperti di atas untuk membimbingnya memilih generalisasi untuk mengajar dan membantu
siswanya lebih memahami dan memprediksi perilaku. Seperti semua bentuk pengetahuan, teori
sosial memiliki keterbatasan. Hal tersebut bersifat sementara dan tidak selalu menentukan
kondisi atau pengecualian. Meskipun ini memiliki keterbatasan, teori adalah bentuk paling kuat
dari pengetahuan yang belum pernah dibuat. Tabel 3.7 menggambarkan hubungan antara
berbagai kategori pengetahuan yang dibahas dalam bab ini.
RINGKASAN
Bab ini telah menjelaskan mengenai produk penyelidikan (inkuiri) sosial: fakta, konsep,
generalisasi, dan teori. Produk-produk ini tunduk pada bentuk yang konstan dan hasil revisi,
karenanya penting proses penyelidikan/inkuiri sosial. Namun, orang-orang mestinya pada
waktu tertentu, menggunakan produk pembelajaran yang paling fungsional dan dapat
diidentifikasi. Bab ini memfokuskan pada sifat dan strategi pengetahuan sosial yang sesuai
untuk mengajarkan fakta-fakta, konsep, dan generalisasi.
Pengetahuan faktual terdiri dari data spesifik tentang kejadian, benda, orang, atau
fenomena lainnya yang dapat atau telah diverifikasi oleh indera. Bagaimanapun, persepsi kita
tentang beberapa fakta dapat mrnyimpang, dengan prasangka atau pertimbangan nilai. Konsep
adalah kata-kata abstrak yang berguna untuk mengklasifikasikan kelompok fakta, peristiwa,
atau ide atas dasar karakteristik yang sama atau umum. Memilah, mengklasifikasi, dan
pelabelan data dalam jumlah besar dalam lingkungan kita membimbing kita membuat konsep.
Konsep-konsep membantu kita mengurangi kompleksitas dari dunia untuk dapat dikelola lebih
proporsional. Kurikulum ilmu sosial menyediakan banyak contoh kata-kata yang sangat abstrak
yang digunakan untuk mengekspresikan ide-ide yang sangat kompleks, kata-kata seperti
komunitas, masyarakat, tradisi, kontrol sosial, kekuasaan, kerjasama, dan hukum. Sejumlah
jenis konsep yang diidentifikasi dan strategi yang tepat untuk belajar konsep dibahas dalam bab
ini..
Generalisasi didefinisikan sebagai pernyataan hubungan antara dua atau lebih konsep.
Pernyataan dari aplikasi yang paling luas atau universal digambarkan sebagai generalisasi
tingkat tinggi; orang-orang dari lingkup terbatas, yang diambil dari hanya beberapa sampel
data, disebut generalisasi tingkat rendah. Karena umumnya belajar faktual yang terbatas,
pembedaan dibuat antara berbagai tingkat generalisasi dan meringkas pernyataan yang
terbatas pada data yang diambil dari sampel tunggal atau studi kasus. Hati-hati kami harus
mengulangi disini: tidak sampai membuat komparasi dan perbedaan dengan dua atau lebih
sampel, dan hubungan dibentuk antara konsep penting bahwa seseorang dapat dikatakan
terlibat dalam proses generalisasi.
Akhirnya, kami menganggap status teori ilmu sosial dan itu mungkin peran kurikulum
ilmu sosial. Teori didefinisikan sebagai satu set generalisasi empiris yang saling terkait yang
mampu menjelaskan dan memprediksi perilaku. Sebagian karena status darurat dari teori
dalam ilmu sosial, pengajaran teori ilmu sosial di sekolah-sekolah belum digali secara sistematis
oleh pendidik ilmu sosial.
DISKUSI DAN LATIHAN PERTANYAAN
1. Buatlah daftar sepuluh fakta yang dapat atau telah diverifikasi tentang beberapa peristiwa
penting atau masalah baru-baru ini, misalnya, kampanye pemilihan presiden, program-
program perlindungan konsumen, konflik rasial, pemogokan yang berkepanjangan, atau
kontroversi kampus. Apakah semua "fakta" ini terdistorsi oleh persepsi bias atau prasangka
terhadap data?
2. Menggunakan daftar sepuluh fakta yang berkaitan dengan salah satu dari peristiwa atau
masalah dalam Pertanyaan 1, mereka mengkatogorikan ke dalam kelompok dan label
dengan konsep yang sesuai kata atau frase. Dapatkah beberapa item dipertukarkan di
antara kelompok? Apakah ini berpengaruh terhadap konsep yang diterapkan untuk
kelompok?
3. Menggunakan model yang disarankan dalam tabel 3.1, mengembangkan suatu daftar
hirarkis dari konsep yang mungkin sesuai untuk sebuah unit belajar yang salah satu
topiknya ada dalam Pertanyaan 1.
4. Konsep dan generalisasi sering membingungkan dan saling menggantikan satu sama lain.
Bagaimana Anda membedakan satu dari yang lain?
5. Menggunakan beberapa konsep yang dirumuskan dalam Pertanyaan 2, menulis empat
generalisasi yang mungkin dikembangkan dari mereka (dengan asumsi data yang tersedia
untuk mendukung mereka). Uji generalisasi masing-masing dengan membentuk kembali ke
dalam kondisi bentuk "jika ... maka" untuk memeriksa hubungan logis antara konsep.
(Tujuan dari latihan ini adalah untuk mengembangkan praktek dalam merumuskan
pernyataan generalisasi, ketidakpastian akan ditemukan dari data yang diverifikasi)
6. Menilai buku ilmu sosial atau buku panduan kurikulum terkini. Apakah Anda menemukan
bukti penulis telah menggunakan, eksplisit atau implisit, kumpulan generalisasi tingkat
tinggi disajikan menjadi satu kesatuan materi isi (konten) yang terpilih?
7. Periksa beberapa buku ilmu sosial atau materi kurikulum terkini. Sejauh mana siswa
didorong untuk membandingkan dan membedakan materi dari beberapa sumber data?
Apakah materi diorganisir sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk
mengembangkan generalisasi yang bersifat induktif? Sejauh mana siswa membatasi
"ringkasan pernyataan" tentang materi yang mereka pelajari?
8. Kembali berfikir kebelakang mengenai ilmu sosial yang Anda miliki. Teori utama yang mana
dari satu atau lebih disiplin ilmu yang Anda kenal? Sejauh mana mereka memenuhi kriteria
untuk teori yang diidentifikasi dalam bab ini? Jika siswa akrab dengan cerita ini, apakah itu
mungkin memberikan kontribusi untuk pemahaman mereka tentang konsep dan
generalisasi? Bagaimana mungkin itu memberi kontribusi untuk pengambilan keputusan
yang lebih efektif tentang masalah-masalah sosial yang terkait dengan itu?
9. Identifikasi dan jelaskan masing-masing dari istilah-istilah berikut. Beri gambaran tentang
bagaimana pengunaayan masing-masing.
a) fakta i) Konsep interdisplinerb) konsep j) Contoh positif konsep
c) Generalisasi k)Contoh negatif konsepd) Tingkatan hirarkis konsep l) Generalisasie) konsep abstrak m) Generalisasi tingkat rendah atau tinggif) konsep konkrit n) Meringkas pernyataang) konsep relasional o) Teorih) fungsi pengorganisasian konsep
BAB 4
PENYELIDIKAN SOSIAL : STRATEGI PERTANYAAN
Leni Maryani
Sheilly Novia
Diantara berbagai metoda pengajaran, tidak ada yang lebih luas digunakan ketimbang
pertanyaan. Dialog ala Sokrates kuno masih dikagumi sebagai suatu teknik ulung dan oleh
banyak orang dipandang sebagai model yang dicontoh. Akan tetapi, lantaran metoda ini
dianggap sudah lazim dan umum, tidak banyak dilakukan penelitian tentang peranan
pertanyaan-pertanyaan dalam kelas terhadap proses pembelajaran. Dalam berbagai jurnal
profesi, telah banyak ditulis artikel yang mendesak para guru untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang ‘baik’ atau pertanyaan-pertanyaan yang ‘menuntut berpikir atau pertanyaan
tentang ‘mengapa’. Namun tidak banyak diberikan arahan spesifik untuk memperlihatkan apa
yang dimaksud dengan pertanyaan yang baik atau pertanyaan yang merangsang berpikir.
Barulah akhir-akhir ini para peneliti berusaha mengkaji secara sistematis tipe-tipe pertanyaan
yang diajukan para guru, tipe-tipe pertanyaan yang diajukan secara independen oleh para
siswa, dan hubungan antar variable-variabel perting dalam strategi pertanyaan dengan proses
mengajar-belajar. Bab ini akan menyelidiki pertanyaan-pertanyaan dalam kelas, baik secara
lisan maupun tulisan, dari sejumlah pertimbangan: (1) maksud dan fungsi pertanyaan, (2)
penggunaannya sebagai elemen dalam strategi pengajaran yang ada kaitannya dengan
penelitian sosial, penentuan nilai, dan pengambilan keputusan, (3) cara-cara mengklasifikasikan
pertanyaan-pertanyaan dalam kelas, dan (4) beberapa instrument sederhana untuk
mengobservasi dan menganalisis level pertanyaan dan juga instrument untuk pemberian
umpan balik kepada guru tentang kinerja pertanyaannya.
MAKSUD DAN FUNGSI PERTANYAAN DALAM KELAS
Walaupun pertanyaan-pertanyaan dapat digunakan untuk beragam maksud, namun
kegunaannya yang paling sering adalah sebagai alat untuk menguji pengetahuan siswa, yang
sering dilaksanakan pada akhir suatu bab dalam suatu buku atau suat satuan pengajaran.
Pengajuan pertanyaan lisan yang cepat oleh guru biasanya berfungsi sebagai alat yang
bermanfaat untuk mereview atau merangkum suatu pelajaran, atau sebagai pengantar
pendahuluan bagi materi baru pengajaran. Pada tingkatan yang lebih rendah, fungsi serupa
dapat dijalankan lewat ujian tertulis singkat, atau pertanyaan-pertanyaan akhir-bab dalam
suatu buku teks. Sebaliknya, pertanyaan-pertanyaan yang lebih luas dan bersifat terbuka
seperti “Bagaimanakah pendapat Anda tentang kedatangan bangsa Indian di Amerika pertama
kali?” berfungsi sebagai alat motivator untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan guna
memusatkan pikiran siswa pada suatu arah pada permulaan suatu pelajaran atau satuan
pembelajaran yang lebih besar. Tipe-tipe pertanyaan yang lain berfokus pada proses
pembelajaran dan isi (materi) yang sedang dipelajari. Sebagai contoh:
- Kesimpulan apakah yang dapat Anda tarik dari data-data ini?
- Perbandingan atau perbedaan apakah yang dapat Anda buat mengenai aspek-aspek
ekonomis kehidupan di kota New England berdasarkan bahan pelajaran yang telah kita
dapat tentang contoh-contoh abad ke-19?
- Kesimpulan umum apakah yang dapat Anda tarik mengenai kehidupan ekonomi pada masa
itu?
- Apakah kesimpulan umum tersebut masih berlaku dewasa ini?
- Dapatkah Anda memprediksi (membuat hipotesis tentang) perubahan-perubahan yang
dapat timbul dalam aspek-aspek ekonomis kota-kota New England pada tiga dekade yang
akan datang?
- Dapatkah Anda menguji validitas prediksi (atau hipotesis) itu?
Meskipun pertanyaan-pertanyaan semacam ini mewakili pertanyaan ideal yang sering
dibahas dan ditumbuhkan dalam jurnal-jurnal profesi dan buku-buku teks metoda, namun yang
terjadi sesungguhnya dalam kelas rasanya tidak mencapai sasaran-sasaran ini. Sejumlah kajian
mutakhir memperlihatkan bahwa walaupun tujuan guru sering dinyatakan atau ditujukan pada
tingkat intelektual yang tinggi, namun tipe-tipe pertanyaan yang diajukan guru, baik dalam
diskusi lisan maupun sebagai butir-butir pertanyaan ujian tertulis, seringkali hanya menuntut
ingatan atas suatu jawaban yang sudah pernah dipelajari. Kami berpendapat bahwa
pertanyaan-pertanyaan guru harus memancing lebih daripada sekedar respons isi yang tepat.
Pertanyaan-pertanyaan itu juga harus menuntut para siswa untuk menggunakan berbagai
proses pembelajaran seperti pembentukan konsep, perumusan hipotesis, atau Pengembangan
generalisasi. Hal yang secara khusus penting adalah tantangan (pertanyaan) dari para siswa
maupun guru:
Bagaimana Anda mengetahuinya?
Mana data-data yang mendukung kesimpulan itu?
Mengapa Anda berkeyakinan demikian
Atas dasar apa Anda menganggap solusi itu bagus (buruk)?
Pada halaman-halaman berikut ini kita akan memperlihatkan bagaimana pertanyaan-
pertanyaan semacam di atas dapat dibangun secara langsung untuk model penelitian sosial
yang dibahas pada Bab 2.
SEBUAH STRATEGI PERTANYAAN TENTANG PENYELIDIKAN SOSIAL
Model penyelidikan sosial yang diperlihatkan dalam Gambar 2.1 terdiri atas serangkaian
elemen yang: (1) mengekspresikan keraguan atau perhatian, (2) merumuskan suatu masalah
dan menentukan kedudukan teoritis atau nilai-nilai yang terkandung implicit didalamnya, (3)
merumuskan hipotesis kerja, (4) menentukan atau mengklarifikasi istilah-istilah kunci dalam
hipotesis tersebut, (5) menghimpun data-data, (6) menganalisis dan mengevaluasi data, dan (7)
menguji hipotesis dan menarik kesimpulan umum (generalisasi).
Mengekspresikan Keraguan Dalam mengawali suatu satuan pelajaran yang melibatkan
penyelidikan sosial, pertama-tama guru merencanakan suatu situasi yang memperkenalkan
beberapa bentuk inkongruensi, kontradiksi, atau ketidakpuasan sehingga para siswa akan
mempersepsi adanya suatu masalah dan merasa perlu memecahkannya. Sudah tentu, sifat dan
ruang lingkup masalah berbeda-beda, namun tugas pokok tetap sama: membangkitkan
keingintahuan siswa dan memotivasi siswa untuk melakukan penyelidikan.
Memulai dengan Pertanyaan Nilai Salah satu pendekatan adalah memulai dengan suatu
pertanyaan tentang nilai dan kemudian bergeser pada suatu pertanyaan ilmiah. Karena
pertanyaan nilai cenderung mencakup elemen kontroversi yang kuat dan nada emosional,
maka pertanyaan itu cepat membangkitkan minat dan motivasi. Berikut ini dikemukakan
beberapa contoh yang memperlihatkan bagaimana pergeseran tersebut bisa dilakukan.
Problem 1: Pembangunan Suatu Jalan Bebas Hambatan Baru
Pertanyaan Nilai: Haruskah kita membangun sebuah jalan bebas hambatan baru yang terdiri
atas 10 lajur melewati jantung distrik pemukiman pusat? Pembangunan jalan ini akan
menggusur 600 keluarga atau lebih. Bisakah mereka menemukan tempat pemukiman lain yang
terjangkau oleh mereka?
Setelah melakukan diskusi dalam kelas, guru dapat membantu menggeser fokus diskusi
menuju pertanyaan ilmiah?
Pertanyaan Ilmiah: Berapakah jumlah lajur yang dibutuhkan pada jalan baru itu guna
menampung perkiraan volume lalu lintas menuju atau keluar dari kota tersebut? Pada tahun
1990?
Apakah dampaknya (terhadap masyarakat setempat) upaya-upaya menghubungkan
jalan raya timur-barat antar-negara bagian dengan jalan raya utara-selatan antar-negara
bagian. Berapa rumah atau perusahaan yang harus direlokasi? Apakah jalan baru itu dapat
secara efektif memisahkan satu bagian masyarakat dari bagian masyarakat yang lainnya?
Apakah tersedia rumah bagi keluarga-keluarga yang rumahnya tergusur oleh jalan baru itu?
Problem 2: Minoritas di Daerah Suburban
Pertanyaan Nilai: Haruskah orang kulit hitam pindah ke daerah suburban yang dihuni kaum
kulit putih? Setelah para siswa mengemukakan pendapat mereka dan mendiskusikan
pertanyaan sampai batas tertentu, guru dapat menggeser fokus menuju pertanyaan-
pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan pertanyaan nilai semula.
Pertanyaan Ilmiah: Bagaimanakah pengaruh kehadiran golongan minoritas didalam suatu
masyarakat yang seluruh anggota sebelumnya adalah kulit putih terhadap ketersediaan
lapangan pekerjaan, kualitas pendidikan di sekolah, angka kriminalitas, dan lain-lain? Bentuk-
bentuk diskriminasi macam apakah yang dihadapi kaum kulit hitam didalam sebuah masyarakat
yang seluruhnya berkulit putih?
Problem 3: Aturan Arena Bermain
Pertanyaan Nilai: Setelah berkelahi di arena bermain atas pemakaian lapangan basket, guru
mengajukan pertanyaan kepada para siswa: “Apakah kalian sesunggunya menganggap aturan
itu tidak adil di sekolah ini? Apakah anak-anak tertentu lebih didahulukan?”
Setelah melakukan diskusi terbuka selama beberapa menit, dimana siswa
mengungkapkan pendapat mereka dan mungkin melupakan rasa marah atau frustrasinya, guru
bisa menggeser fokus diskusi dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang
berkaitan dengan masalah itu?
Pertanyaan Ilmiah: Bagaimakah aturan-aturan tentang pemakaian lapangan basket?
Bagaimanakah waktu dijadwalkan? Adakah rencana untuk merotasikan (pemakaian) lapangan
sehingga kelompok siswa tertentu tidak punya kesempatan untuk memakai lapangan itu?
Apakah sudah ada ketentuan-ketentuan untuk mengatasi perselisihan bilamana perselisihan
timbul?
Walaupun semua pertanyaan diatas merupakan pertanyaan kontemporer, namun
teknik serupa dapat dipakai untuk membangkitkan minat dalam mengkaji masalah-masalah
yang berakar pada masa lampau.
Problem 4: Penggunaan Bom Atom
Pertanyaan Nilai: Haruskah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki
dan menyebabkan nyawa ribuan manusia dan kehancuran total kedua kota itu?
Para siswa yang peka terhadap implikasi pemusnahan massal umat manusia mempunyai
beragam pendapat, pandangan, dan perasaan tentang topik penting ini. Untuk mencegah
diskusi kelas berubah menjadi sekedar pertukaran pendapat, guru harus membantu menggeser
fokus diskusi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang ada kaitannya dengan
keputusan strategis yang diambil Presiden Truman dan para penasehatnya.
Pertanyaan Ilmiah: Pertimbangan-pertimbangan strategis apakah yang dilibatkan dalam
pengambilan keputusan tersebut? Bagaimanakah respons bangsa Jepang terhadap berbagai
tawaran perdamaian yang telah diajukan? Bagaimanakah pengaruh doktrin “menyerah tanpa
syarat” Presiden Roosevelt terhadap pemikiranstrategis Perang Dunia II?
Banyak topik tipikal dalam program kajian sosial dapat didekati dengan cara yang sama,
topik-topik seperti hak suara, “pajak tanpa representasi”, gerakan kearah barat, atau doktrin
Monroe. Masalahnya adalah bahwa pertanyaan-pertanyaan nilai cenderung membangkitkan
minat dan motivasi siswa dan, bilamana memungkinkan, guru harus menjadikannya modal
untuk memulai suatu problem penyelidikan sosial. Dalam Bab 13, kami membahas strategi-
strategi lain untuk mengajarkan isu-isu yang berbasis nilai.
Mengawali dengan Pertanyaan Ilmiah
Namun, tidak semua masalah dapat diawali dengan mudah dengan pertanyaan-pertanyaan
nilai. Baik juga jika kita merotasikan prosedur seseorang sehingga para siswa tidak bosan
dengan pendekatan yang sama atas setiap masalah. Disini para guru dapat dengan cerdik
mengemukakan “dissonansi kognitif (meminjam istilah Festinger) dengan melontarkan suatu
“peristiwa kesenjangan” sebagai pancingan intelektual untuk membangkitkan rasa ingin tahu
dan motivasi. Beberapa contoh yang dapat digunakan adalah:
1. Mengapa bangsa Eskimo bisa hidup pada iklim Arktik yang ekstrim, padahal orang-orang
yang baru-baru ini pindah dari daerah beriklim hangat ke daerah utara mengalami kesulitan
besar dalam menyesuaikan diri terhadap iklim baru itu?
2. Mengapa kota Seattle amat jarang bersalju sementara kota-kota lain pada garis lintang
yang sama atau lebih rendah, seperti Minneapolis, Chicago, Rochester, atau Boston, sangat
sering bersalju?
3. Mengapa sebuah negara yang tingkat produktivitasnya dan standar penghidupannya tinggi
seperti Amerika Serikat mempunyai daerah-daerah, seperti Appalacchia, dimana
kemiskinan begitu tersebar secara luas?
Contoh-contoh di atas menggambarkan cara-cara penggunaan pertanyaan guna
membangkitkan motivasi dan minat terhadap suatu masalah. Kedua pendekatan yang
dikemukakan di atas dapat digunakan. Mengawali dengan pertanyaan nilai lebih dulu memiliki
kelebihan lantaran memuat suatu unsur emosional yang kuat yang membantu membangkitkan
minat siswa. Kemudian, guru bisa mengambil langkah-langkah guna menggeser fokus diskusi
sehingga diskusi itu berpusat pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Jika suatu pertanyaan nilai
tidak layak sebagai pemantik atau topik itu tidak mengandung pertanyaan nilai, maka suatu
pertanyaan imliah yang disusun sedemikian rupa sehingga menciptakan “dissonansi kognitif”
dengan melontarkan suatu peristiwa senjang, bisa digunakan untuk membangkitkan minat dan
motivasi siswa.
PERUMUSAN MASALAH
Tahapan berikutnya dalam proses penyelidikan adalah dengan merespons minat yang sudah
terbangkitkan dan mulai mengidentifikasi komponen-komponen suatu masalah. Masalah itu
haruslah masalah yang dapat diteliti, yang memiliki jawaban, yang dapat dibuat beberapa
hipotesis atau pertanyaan daripadanya, dan data-datanya dapat dikumpulkan serta generalisasi
dapat ditarik daripadanya.
1. Apakah maruyuana berbahaya? Apakah perbedaannya dari minuman beralkohol? Apakah
konsekuensi sosial pemakaian narkoba?
2. Industri perkapalan Amerika Serikat terus mengalami penurunan sejak tahun 1920-an.
Apakah yang telah diperbuat pemerintah untuk melindungi kepentingan maritimnya dan
mencegah semua perdagangan impor-ekspornya dilaksanakan kapal-kapal berbendera
asing?
3. Bagaimanakah wajah kota-kota kita pada masa dulu? Mengapa bisa demikian?
Bagaimanakah perubahan yang dialaminya ketika berbagai golongan manusia memasuki
kota-kota tersebut?
4. Bagaimanakah cara negara-negara demokrasi di masa lampau menjaga kesetimbangan
antara kebutuhan mencapai consensus tentang nilai-nilai umum tertentu dan hak individu
untuk berbeda pendapat?
Dalam kerangka yang dijelaskan pada Bab 2, masalah-masalah ini diidentifikasi sebagai
pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Hipotesis kerja (working hypothese) dapat dirumuskan untuk
masing-masing masalah, konsep dapat disusun, data-data dapat dikumpulkan dan dianalisis,
dan generalisasi dapat ditarik. Masing-masing dapat diverifikasi melalui penyelidikan berulang.
Masing-masing menggunakan data-data dari satu atau beberapa cabang ilmu sosial.
Pendekatan lainnya terhadap perumusan suatu masalah penyelidikan adalah dengan
melontarkan pertanyaan-pertanyaan nilai, bukan pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Pertanyaan
nilai menekan unsur “harus” atau “seharusnya” tentang suatu rangkaian tindakan yang
mungkin dan sering mengimplikasikan bahwa beberapa rangkaian tindakan lebih diutamakan
ketimbang rangkaian tindakan yang lain. Berikut ini adalah empat pertanyaan serupa yang
dituliskan kembali sebagai pertanyaan nilai:
1. Haruskah kita mengijinkan pemakaian mariyuana, seperti kita telah mengijinkan alkohol?
2. Haruskah pemerintah terus mendukung industri perkapalan namun tidak mendukung
industri truk?
3. Haruskah kota-kota kita memberlakukan suatu ordinansi pembagian wilayah baru guna
mencegah pembangunan suatu proyek perumahan baru untuk kaum miskin?
4. Kaum Puritan dulu mengusir Roger William ke daerah liar Rhode Island akibat “pemikiran
sesatnya” Haruskah kita berbuat serupa terhadap beberapa kritikus yang terlalu lantang
dewasa ini?
Isu-Isu Kontroversial
Pertanyaan-pertanyaan seperti yang diperlihatkan di atas mudah menggugah minat dan
antusiasme siswa terhadap topik tersebut. Akan tetapi, dalam waktu yang bersamaan,
pertanyaan-pertanyaan tersebut juga kontroversial dan mudah terjebak dalam pola-pola nilai
yang bertentangan dalam masyarakat. Walaupun tidak ada pejabat sekolah yang
bertanggungjawab menyangkal kedudukan mereka yang tepat dan benar dalam kurikulum
sekolah, namun mereka juga sering mengesampingkan kedudukan itu karena topik sensitif ini
membutuhkan “perhatian khusus”. Akibatnya, hal itu jarang dipersoalkan dengan sungguh-
sungguh. Terlalu sering penyelidikan ilmiah sederhana telah dilakukan sebelumnya dan tidak
tersedia data-data yang handal. Para guru sering diliputi keraguan tentang ‘apakah setiap orang
berhak mengemukakan pendapatnya sendiri”. Barangkali benar. Namun kita memikirkan
dengan sungguh-sungguh isu-isu yang disertai dengan keyakinan bahwa “satu opini sama
bagusnya dengan opini yang lain.” Pandangan atau pertimbangan yang tak memiliki substansi
atau tidak kritis tentu saja tidak sebagus pertimbangan atau pandangan yang dibuat
berdasarkan pemikiran yang matang dengan menimbang berbagai alternatif, menganalisis
data-data yang relevan, dan memilih pilihan yang konsisten dengan sistem nilai yang diyakini
seseorang. Untuk membantu para guru menghindari pendekatan yang tidak kritis ini, maka kita
akan membicarakan strategi-strategi eksplorasi pertanyaan-pertanyaan nilai dalam Bab 13.
Untuk tujuan kita disini, cukuplah dinyatakan bahwa pertanyaan nilai dapat digunakan untuk
merumuskan suatu masalah yang berguna bagi penyelidikan.
Teori dan Nilai
Perlu dikemukakan sebuah isu yang lebih jauh: yakni isu perumusan suatu masalah dalam
konteks suatu teori atau struktur nilai tertentu. Jika masalah bersifat geografis, misalnya
mengenai Pengembangan sebuah kota di suatu daerah, maka guru bisa membantu siswa
merumuskan pertanyaan-pertanyaan menurut lokasi sentral kota dan jarak dari kota-kota yang
lain: “Seberapa jauhkah kota ini dari kawasan permukiman yang lain? Apakah lokasinya di pusat
dan mudah dijangkau dari segala arah? Pertanyaan-pertanyaan demikian diambil dari teori-
teori geografi perkataan yang berupaya menerangkan lokasi kota berdasarkan ruang dan jarak.
Dengan cara yang sama pula, posisi nilai seseorang dapat membentuk rumusan suatu
masalah. Pertanyaan dapat disusun sehingga suatu perkataan atau frase normative melafalkan
kerangka kerja pertanyaan tersebut dan dimensi-dimensi masalah tersebut. Perhatikan
bagaimana kata-kata yang dicetak dengan huruf miring dibawah ini menimbulkan suatu
terobosan atau arah tertentu terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut:
Rute manakah yang paling efisien untuk pembangunan jalan laying baru antar kota ini?
Bagaimanakah cara melaksanakan integrasi sekolah berdasarkan konsep pola sekolah
pertetanggaan?
Peranan apakah yang dilakukan para bajak laut Inggris dalam menjatuhkan Spanyol
sebagai kekuatan dunia?
Perhatikan, dalam contoh di atas, efisiensi, dan bukan kualitas estetis atau relokasi penduduk,
menentukan solusi rute jalan laying tersebut. Integrasi harus dilakukan sedemikian rupa guna
melestarikan nilai-nilai tradisional sekolah lokal – yang mengimplikasikan bukan hanya
pembatasan penggunaan transportasi, melainkan juga penghindaran pola-pola residential dan
kontrol lokal atas kebijakan-kebijakan persekolahan. Yang terakhir, istilah “bajak laut”
mengasumsikan bahwa bangsa Inggris sangat kejam karena telah merampas warisan dan
kekuasaan bangsa Spanyol di lautan, namun tidak menimbulkan implikasi serupa mengenai
Conquistadores, yang menghancurkan bangsa Inca dan Aztecs guna mendapatkan emas. Dari
sudut pandang yang lain, gelar bangsawan “Sir” memperlihatkan cara Ratu Elizabeth I Inggris
dalam memandang tindakan eksploitasi sebagai tindakan heroik demi kepentingan bangsa
Inggris.
Ringkasnya, para guru harus waspada terhadap implikasi-implikasi yang terlibat ketika
sebuah masalah dirumuskan dalam suatu konteks teori atau himpunan nilai yang dikenal. Yang
pasti, masalah itu segera diberi terobosan atau arah, data-data lebih mudah dikumpulkan,
sekalipun terobosan itu mungkin masih berbentuk terobosan yang sangat membatasi dan para
siswa mungkin belum mengetahui semua alternatif yang lebih masuk akal. Jika nilai kata cukup
kuat dalam hal elemen afektifnya, maka hal itu dapat bekerja sebagai bias prasangka, dan hasil
penyelidikan itu mungkin tidak lebih daripada sekedar rasionalisasi atas suatu alur tindakan
yang tadinya memang lebih disukai seseorang. Bilamana teori dan nilai berfungsi sebagai
kerangka acuan untuk menganalisis data atau mensintesis penjelasan-penjelasan untuk
fenomena yang kompleks, maka teori atau nilai tersebut merupakan bagian yang amat berguna
dari pendekatan penyelidikan sosial. Yang penting disini adalah bahwa guru harus membantu
siswa agar lebih waspada terhadap implikasi-implikasi tersebut dan menggunakannya dengan
lebih berhati-hati. Mereka harus menghindari jebakan agar tidak terjerumus kedalam suatu
solusi “yang sudah dibuat sebelumnya” atas masalah penyelidikan tersebut, sehingga dapat
mengeliminir signifikansi yang dapat ditimbulkan masalah itu sebagai suatu pengalaman
edukasional untuk menyelidiki berbagai alternatif, konsekuensi, dan nilai, dan untuk
pengambilan keputusan.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Masing-masing masalah yang diilustrasikan di atas masih kurang terfokus sehingga tidak dapat
diteliti dengan baik atau tidak dapat mengarahkan riset peneliti. Sebelum sebuah pertanyaan
dapat diteliti dengan baik, maka pertanyaan itu harus didefinisikan dengan jelas, dan hipotesis-
hipotesis yang relevan harus dirumuskan. Dalam Bab 2, kita membahas fungsi pokok hipotesis
dan cara membedakan hipotesis dari bentuk-bentuk pernyataan yang lain. Disini kita akan
mengetengahkan beberapa format perumusan hipotesis.
Cara paling sederhana untuk menyatakan hipotesis adalah dengan menggunakan
bentuk “riset”. Ini tidak lebih daripada suatu pernyataan sederhana yang mengungkapkan
hubungan-hubungan yang diduga antara konsep-konsep suatu proposisi yang hendak diuji.
Sebagai contoh, suatu kelas yang sedang mengkaji industrialisasi bisa membuat hipotesis:
“Pengembangan teknologi baru mengakibatkan pertumbuhan industri baru dan meningkatkan
produktivitas.” Sebuah kelas primer yang sedang mempelajari komunitas lokal bisa membuat
hipotesis: “Semakin besar ukuran sebuah komunitas, semakin banyak layanan yang
disediakannya bagi warganya.” Pastinya, pernyataan-pernyataan semacam ini tampak mirip
sekali dengan generalisasi, namun ini harus dibuat jelas bahwa pernyataan-pernyataan ini
hanyalah pernyataan yang kebenarannya masih harus diuji. Untuk masalah yang kompleks,
kelas (siswa) mungkin harus membuat beberapa hipotesis, yang masing-masing berkaitan atau
relevan dengan masalah.
Cara kedua dalam menyatakan (merumuskan) hipotesis adalah dengan merombak
bentuk frase riset kedalam format “jika-maka”. Hal ini akan menyingkapkan sifat kondisional
dan tentative dari proposisi. Contoh-contoh yang diketengahkan di atas bisa dirombak frasenya
hingga berbunyi: “Jika terdapat Pengembangan teknologi baru, maka akan timbul pertumbuhan
industri baru dan peningkatan produktivitas.” Hipotesis kedua dapat dirumuskan kembali
menjadi: “Jika jumlah penduduk dalam suatu komunitas meningkat, maka komunitas itu akan
menghasilkan lebih banyak jasa/layanan bagi warganya.” Nilai utama format “jika-maka” adalah
bahwa format ini mengharuskan para siswa menyusun konsep-konsep berdasarkan urutan yang
benar dan memperjelas kekeliruan-kekeliruan dalam logika hipotesis tersebut. Disamping itu,
fomat kondisional pernyataan “jika” memungkinkan para siswa membuat tebakan dan dugaan
yang lebih akurat. Hal itu memungkinkan para siswa melontarkan dugaan-dugaan, sementara
format riset cenderung menawarkan suatu hasil yang lebih mulus dan matang, bilamana yang
dibutuhkan hanyalah suatu rute yang mudah untuk menghimpun data-data yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis tersebut.
Barangkali harus ditambahkan sebuah kata mengenai masalah logika hipotesis “jika-
maka” kondisional. Tanpa pertanyaan, para guru harus waspada terhadap kaidah-kaidah logika
yang menentukan kebenaran klausa “jika” anteseden dan klausa “maka” konsekuential. Guru
juga harus waspada terhadap masalah-masalah yang dihadapi anak kecil ketika bahasa menjadi
membingungkan karena suatu proposisi dinyatakan secara negatif atau negatif ganda (double
negatives) digunakan ketika suatu penegasan positif dibutuhkan. Sebagai aturan sederhana,
barangkali hipotesis kondisional paling tepat dinyatakan dalam bentuk positif dan penggunaan
hipotesis negatif harus dihindari selama memungkinkan. Jika terdapat hubungan kebalikan atau
invers, maka harus diperkenalkan konsep-konsep relasional yang berfrase positif. Dengan
menggunakan contoh kasus komunitas di atas, hipotesis alternatifnya adalah: “Jika populasi
suatu komunitas berkurang, maka jasa/layanan yang dapat disediakan komunitas itu bagi
warganya berkurang.” Ini merupakan bentuk yang jauh lebih sederhana ketimbang suatu
hipotesis berfrase negatif seperti “Jika populasi tidak meningkat, maka jasa/layanan yang
dihasilkan komunitas itu tidak akan meningkat.” Bukan hanya logikanya keliru, namun bukti
yang ada juga tidak mendukung hipotesis ini, karena ada banyak kemungkinan lain bisa terjadi
dimana suatu komunitas bisa meningkatkan jasa/layanan yang ditawarkannya.
Terlepas dari masalah bentuk pernyataan negatif dan konstruksi gramatikal yang
kompleks, terdapat suatu kesalahan logis. Bagi kebanyakan anak yang duduk di sekolah dasar,
kaidah-kaidah logika formal terlalu abstrak dan terlalu rumit untuk dipahami secara langsung.
Kaidah-kaidah serupa lebih patut diberikan bagi kelas-kelas yang lebih tinggi, yakni di sekolah
menengah pertama atau sekolah menengah atas. Akan tetapi, anak-anak dapat belajar lebih
banyak dalam menghadapi masalah kurangnya bukti dan apakah kesimpulan didukung oleh
data-data yang memadai. Beroperasi dalam suatu kerangka induktif yang sederhana, para guru
dapat membimbing para siswa dalam mempertanyakan ukuran sampel, tingkat representative
sampel, dan sejauh mana bukti yang disajikan secara sahih mewakili kondisi-kondisi dan
kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan dalam hipotesis.
Salah satu masalah lebih jauh yang disinggung dalam kaitannya dengan perumusan
hipotesis adalah definisi istilah. Beberapa istilah seperti budaya, standar penghidupan,
produktivitas, dan semacamnya harus didefinisikan dengan cermat agar data-data tentang
hipotesis dapat dihimpun. Bila konsep-konsep yang rumit atau abstrak dipergunakan, maka
hipotesis perlu diperjelas dan dipertajam dengan mendefinisikan istilah-istilah dengan seksama.
Ini akan membantu dalam menuntun dan mengarahkan proses pengumpulan data sehingga
dapat diambil kesimpulan yang sahih.
Pengumpulan Data
Hal yang sangat penting dalam penyelidikan sosial adalah pengumpulan data yang berkaitan
dengan masalah. Seperti yang telah diindikasikan sebelumnya, hipotesis yang dirumuskan
dengan seksama akan menetapkan tahapan atau langkah-langkah dalam mengarahkan dan
menuntun proses pengumpulan data. Hipotesis demikian akan mengenyahkan pertanyaan-
pertanyaan yang tak relevan dan berfokus dengan tegas pada pertanyaan-pertanyaan spesifik
yang dipersoalkan. Jika para siswa telah cermat dalam mendefinisikan istilah-istilah dalam
hipotesis mereka, maka mereka dapat memulai pencarian data-data yang perlu. Akan tetapi,
amat penting bahwa guru menyadari bahwa sumber data tersedia untuk pertanyaan-
pertanyaan yang paling sering diajukan anak-anak, karena hal yang paling menjengkelkan para
siswa adalah bila mereka telah membuat hipotesis namun mereka tidak memiliki sumber data.
Terdapat beragam metoda pengumpulan data bagi para guru ilmu-ilmu sosial. Dalam
Bab 2, kami membahas beberapa metoda ini dan memperlihatkan bagaimana eksperimen,
studi kasus, survey sampel, dan analisis isi, semuanya dapat dipergunakan dalam kurikulum
sekolah. Pada dasarnya, masing-masing metoda ini menanyakan: “Siapa? Apa? Kapan?, dan
Bagaimana?
Perkakas apakah yang dimiliki bangsa Indian Iroquis sebelum mereka bersentuhan dengan
penduduk kulit putih? Dan sesudahnya? Dimana dan bagaimanakah cara mereka
menggunakannya? Bukti apakah yang tersedia? Apakah bukti itu bersifat langsung atau
haruskah kita membuat inferensi dari data-data yang lain?
Keyakinan/kepercayaan apakah yang dianut bangsa Iroquis tentang asal-usul mereka?
Bagaimanakah kepercayaan mereka tentang kehidupan sesudah kematian? Bagaimanakah
keyakinan mereka tentang kekuatan-kekuatan alam seperti matahari, angin, hujan, dan lain-
lain? Bukti apakah kita miliki? Atau apakah kita harus menurunkan bukti itu dari sumber-
sumber sekunder?
Dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan serupa mengenai masalah teknologi dan industrialisasi,
demikian pula mengenai ukuran (jumlah) penduduk dan jumlah jasa/layanan yang disediakan
penduduk tersebut.
Ketika mengumpulkan data, penting diajukan pertanyaan mengenai sumber data dan
bukti untuk data tersebut. Apakah itu merupakan sumber primer ataukah sumber sekunder?
Apakah kita memiliki bukti langsung ataukah bukti itu didasarkan hanya pada inferensi? Jika
para siswa sedang mewawancarai orang tua atau pejabat kota, apakah para siswa itu
melaporkan observasi mereka sendiri atau pengetahuan langsung mereka, atau apakah mereka
melaporkan kesimpulan yang telah mereka buat sendiri, ataukah hanya yang mereka dengar
dari entah siapa? Seringkali sumber-sumber untuk pengumpulan bukti langsung tidak tersedia
di sekolah-sekolah dasar. Buku-buku teks sekolah biasanya merupakan kumpulan data faktual,
yang dibubuhi dengan tafsiran dan kesimpulan penulis buku teks itu. Apabila strategi
pengajaran lebih bersifat paparan atau deduktif, maka tidak banyak tuntutan kebutuhan
disana.
Meskipun banyak sekali buku teks (wajib) tunggal di ruang kelas sekolah, masih ada
alasan untuk berpandangan optimistis. Kini banyak sekali perubahan dalam industri buku wajib
sekolah, dan penerbit komersil mulai menerbitkan beragam paket bahan-bahan kurikulum yang
mencakup bahan-bahan dokumenter asli (sebagian dalam bentuk yang sudah diedit), peta,
bagan, data statistik, bahan transparan, film, kaset, dan semacamnya. Alih-alih terkikat pada
satu buku pegangan wajib, berbagai unit kini diterbitkan secara terpisah dalam bentuk pamflet,
dengan halaman-halaman yang dapat diganti sehingga dapat dipergunakan dengan berbagai
cara. Frase kaku “multitext” kini telah berubah menjadi “multimedia”. Akan tetapi, pokok
masalahnya adalah terbuka peluang yang makin luas bagi para guru untuk memiliki sumber
data yang makin lengkap dalam ruang kelas atau dalam suatu bidang bahan sentral. Anak-anak
tidak lagi wajib terpaku pada satu buku teks sebagai satu-satunya sumber informasi, yang
adakalanya dilengkapi dengan referensi perpustakaan. Perkembangan-perkembangan
semacam ini memberi peluang bagi para siswa untuk mengumpulkan data-data dari berbagai
sumber dan memilih cara (mode) penyelidikan dengan suatu cara yang mirip dengan metoda
yang dipakai para ilmuwan sosial.
Pengumpulan dan Pencatatan Data
Salah satu masalah yang berkaitan dengan pengumpulan data dalam setiap penyelidikan
(investigasi) adalah masalah pengumpulan dan pencatatan data dalam bentuk yang mudah dan
sederhana sehingga dapat dipakai kemudian untuk analisis dan interpretasi. Suatu alat
sederhana yang dikembangkan Hilda Taba dkk adalah bagan retrieval data. Ini adalah bagan
yang memungkinkan para siswa memasukkan data-data yang mereka temukan dalam jawaban
terhadap serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan konsep-konsep dasar yang tercakup
dalam hipotesis. Nilai atau manfaat utamanya adalah bahwa bagan ini dapat diperluas dengan
mudah hingga mencakup lebih dari satu sampel data; hal ini memungkinkan siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sama atas dua sampel atau lebih. Dengan demikian,
pembandingan dan kontras mudah dibuat. Suatu bagan retrieval data yang berkaitan dengan
masalah suku Indian Iroquois diperlihatkan dalam Tabel 4.1. Masing-masing pertanyaan
dikaitkan dengan salah satu konsep, dan bagan itu menjadi suatu metoda yang mudah untuk
mengumpulkan dan mencatat data dalam jumlah yang relatif besar dalam bentuk singkatan.
Pertanyaan-pertanyaan eksak yang hendak diajukan dapat ditentukan dalam diskusi kelas, dan
terbuka peluang untuk menambahkan pertanyaan-pertanyaan dan konsep-konsep tambahan
seiring dengan kemajuan langkah-langkah penelitian.
Tabel 4.1. Bagan retrieval data: suku Indian Iroquois
Konsep analitis dan pertanyaan yang
relevan
Sebelum koloni Setelah
bersentuhan
dengan kolonis
Perkakas
Perkakas apakah yang dipakai Indian
Iroquois:
Untuk berburu?
Untuk mencari makanan
Untuk bertani
Untuk keperluan lain
Terbuat dari apakah perkakas itu?
Dari manakah mereka dapatkan
bahannya?
Seberapa banyakkah?
Kepercayaan
Bagaimanakah kepercayaan suku
Indian Iroquois tentang:
Asal-usul suku mereka?
Kehidupan sesudah kematian?
Kekuatan-kekuatan alam?
Apakah mereka memiliki folklore atau
mitologi?
Tabu?
Praktik-praktik Religi
Bagaimanakah cara mereka
mengekspresikan keyakinan?
Lewat Tarian, upacara?
Apakah mereka menyelenggarakan
upacara khusus untuk menghormati
tuhan?
Apakah ada tokoh khusus dalam
penyelenggaraan upacara itu?
Bagaimanakah ritual-ritual mereka
untuk upacara kelahiran, kematian,
perkawinan, peralihan menuju masa
dewasa?
Apakah mereka memakai mantra,
perhiasan, atau pakaian yang memiliki
makna khusus?
Penarikan Kesimpulan Umum (Generalisasi)
Suatu strategi untuk merumuskan kesimpulan umum (generalisasi) diikhtisarkan pada Bab 3.
Pada bab ini, kita membahas tipe-tipe pertanyaan yang diajukan dan urutan pertanyaan ini
dalam kaitannya dengan hipotesis yang telah dibuat dan data-data yang telah dikumpulkan.
Marilah kita tetap menggunakan masalah Iroquois dan hipotesis tentang perubahan budaya
mereka setelah bersentuhan dengan para pemukim kulit putih. Bila bagan retrieval data (Tabel
4.1) diisi, maka dapatlah diajukan serangkaian pertanyaan tentang data-data yang membantu
membentuk hubungan, penjelasan, inferensi, dan makna atau arti.
Pembedaan data. Apakah yang bisa Anda temukan tentang data-data mengenai pemakaian
perkakas oleh bangsa Iroquois selama dua periode ini? Mengenai kepercayaan dan praktik-
praktik keagamaan mereka?
Perbandingan dan Kontras. Apakah kesamaan-kesamaan yang Anda temukan? Dan apakah
perbedaan-perbedaannya?
Hubungan. Hal-hal apakah yang kelihatannya berhubungan dengan satu sama yang lain?
Penjelasan. Bagaimanakah Anda menjelaskan hal-hal tersebut? Apakah yang menjadi
penyebabnya?
Inferensi. Apakah arti data ini? Apakah yang diindikasikannya? Apakah yang dapat diturunkan
daripadanya?
Generalisasi (Kesimpulan Umum). Apakah yang dapat Anda simpulkan dari semua ini? Apakah
yang dapat Anda katakan yang umumnya benar, berdasarkan kedua sampel data di atas?
Perlu ditekankan disini bahwa rangkaian pertanyaan di atas dimaksudkan untuk menghasilkan
inferensi dan kesimpulan umum, yang pada hakekatnya cenderung lebih abstrak jika
dibandingkan dengan contoh tunggal data, atau setiap rangkuman daripadanya. Kami
menekankan hal ini karena praktik-praktik pengajaran pada masa lampau dijejali dengan unsur
pengumpulan dan pengingatan himpunan data-data yang terpisah. Tidak ada atau hanya sedikit
upaya dilakukan untuk membangun hubungan yang mengandung arti. Yang dianggap
terpenting adalah bahwa fakta-fakta itu benar dan dapat diverifikasi.
Sebaliknya, proses Pengembangan inferensi dan kesimpulan umum membutuhkan
waktu yang panjang dan tukar-pikiran antar siswa dan antara siswa dan guru. Yang terpenting,
proses ini harus bebas dari segala kesimpulan dogmatis karena hasilnya sangat bergantung
pada cara-cara yang ditempuh siswa dalam mengkonseptualisasikan hubungan antar data,
mengembangkan penjelasan, dan menemukan inferensi yang berada diluar arti harfiah data
tersebut. Jadi, strategi ini memiliki flerksibilitas yang tinggi dan keterbukaan yang tinggi pula,
dengan syarat para guru bersedia menerima ide-ide siswa dan membantu siswa dalam
memperluas ide-ide tersebut.
Diperlukan kehati-hatian dalam membuat abstraksi kesimpulan umum. Seperti yang
ditunjukkan pada Bab 3, kesimpulan umum bisa memiliki derajat yang tinggi atau rendah yang
bergantung pada ruang lingkup sampel yang daripadanya diambil data dan universalitas
aplikasinya. Dalam contoh kasus suku Indian Iroquois, generalisasi (kesimpulan umum) dibatasi
hanya pada suku itu dan pada masa terjadinya persentuhan dengan pemukim kulit putih. Agar
generalisasi memiliki tingkat makna yang tinggi,data-data dari sampel kontak cultural sejenis
harus dikumpulkan dari suku dan periode waktu yang lain. Jika hal ini menjadi fokus utama
kajian, para siswa bisa merancang pemeriksaan selain suku Iroquois, kontak (persentuhan) dan
pertukaran budaya antara bangsa Romawi dan bangsa Gothik, antara suku Aztecs dan para
penakluk berkebangsaan Spanyol, dan antara kaum Yankee New England dan imigran Eropa.
Tabel 4.2 memperlihat cara memandang suatu bagan retrieval data ketika sampel data
tambahan digunakan untuk mengkaji komunitas lokal seseorang dan masa lalunya.
Tabel 4.2 Bagan Retrieval Data: Sifat Kota Kita yang Sedang Berubah.
Konsep analitis Pada masa
Indian
Masa awal
pemukiman
kulit putih
1660-1740
Kota kita
seabad yang
lampau
Kota kita
kini
Letak
geografis
Batas?
Ciri fisik?
Iklim?
Sumber daya
alam?
Cara
pemakaian?
Perkembangan
teknologi
Pakai perkakas
apa?
Mesin-mesin
baru apa yang
ditemukan?
Penemuan
lain?
Pemanfatan
ruang dan
Tempat
Lokasi
perumahan?
Pertanian?,
usaha? Pabrik?
Kilang? Persen
kota untuk
masing-
masing?
Distribusi
penduduk
Petani?
Pedagang?
Buruh kilang?
Kelompok
etnis?
Kelompok
religius?
Kepadaran
penduduk?
Tingkat
pertambahan
penduduk?
Jaringan
penghubung
Jalan raya
utama?
Dari mana ke
mana?
Rute baru?
Rute lama
yang telah
ditinggalkan?
Rangkuman Diskusi tentang Generalisasi (Kesimpulan Umum)
Kita telah melihat bagaimana suatu strategi pertanyaan dapat dibuat dalam model penyelidikan
sosial yang disuguhkan pada Bab 2. Telah dibuat pembedaan antara perlunya membangkitkan
minat siswa dan identifikasi masalah itu sendiri dan komponen-komponennya. Telah
dikemukakan contoh-contoh cara perumusan masalah sebagai suatu pertanyaan ilmiah atau
pertanyaan nilai. Telah dibahas kelebihan dan kekurangan perumusan masalah dalam konteks
suatu teori atau himpunan nilai dan perlunya menyadari faktor ini. Telah disajikan tekik-teknik
untuk membatasi masalah guna berfokus pada hipotesis sebagai kerangka kerja untuk
menuntun dan mengarahkan pencarian data. Ada dua format hipotesis: bentuk riset dan
proposisi “jika-maka”. Telah dikemukakan beberapa cara pengumpulan data yang berhubungan
dengan hipotesis. Disini ditekankan penggunaan pertanyaan-pertanyaan analitis yang
bersumber dari konsep-konsep dasar yang digunakan dalam masalah. Bagan retrieval data
disajikan sebagai metoda mudah untuk merekam dan mengumpulkan data untuk pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam proses pengumpulan data. Yang terakhir, disajikan
serangkaian pertanyaan yang dapat dipakai untuk menuntun dan membimbing para siswa
dalam membuat inferensi dan generalisasi. Pertanyaan-pertanyaan ini menekankan proses-
proses pembedaan, pembandingan dan kontras, hubungan, penjelasan, inferensi, dan
generalisasi. Dibuat pembedaan mengenai tingkat generalisasi yang dapat dikembangkan
dalam ruang kelas dan masalah-masalah yang berkaitan dengan perumusan generalisasi tingkat
tinggi dan mengaitkan hal ini dengan suatu teori yang komprehensif.
PERTANYAAN TINGKAT TINGGI
Pada sub bab terdahulu kita membahas suatu strategi pertanyaan yang didasarkan pada suatu
model penyelidikan sosial. Pada sub bab ini, kita akan menjelaskan dua strategi pertanyaan lain,
yang masing-masing didasarkan pada suatu model berpikir yang agak berbeda. Strategi yang
pertama didasarkan pada Taksonomi Tujuan Pendidikan: Domain Kognitif versi Bloom, strategi
yang kedua bersumber dari “Struktur Kecerdasan” yang dikemukakan Guilford.
Bloom dkk. pada mulanya mengembangkan Taksonomi sebagai suatu alat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Mereka mengidentifikasi enam tujuan pendidikan.
Tujuan pertama menyangkut pengingatan pengetahuan spesifik; lima tujuan lainnya
menyangkut berbagai ketrampilan kognitif atau intelektual: pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Suatu bagan yang memperlihatkan definisi operasional masing-masing
kategori ini disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Taksonomi tujuan pendidikan – domain kognitif
Klasifikasi hirarkis kemampuan dan ketrampilan intelektual
Dalam taksonomi ini terkandung asumsi bahwa kategori-kategori tersebut bersifat
kumulatif dan hirarkis. Seseorang harus memiliki pengetahuan agar bisa mencapai pemahaman
(comprehensi). Penerapan atau aplikasi membutuhkan pengetahuan dan pemahaman. Masing-
masing kategori yang lebih tinggi mencakup semua kategori sebelumnya, seperti terlihat dalam
Tabel 42.3. Konsepsi hirarkis didasarkan pada tingkat kerumitan dan kecanggihan proses
kognitif yang makin tinggi, demikian pula karakter kumulatifnya.
Pertanyaan-Pertanyaan tentang Pengetahuan
Pertanyaan-pertanyaan pada tingkat pengetahuan mengharuskan siswa mengingat fakta-fakta,
nama. tempat, dan kecenderungan spesifik, konsep-konsep, generalisasi, atau teori-teori yang
telah dipelajari. Faktor kunci disini adalah bahwa siswa diharapkan menghasilkan (dari ingatan
mereka) sejumlah pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya.
Situasi Ruang Kelas.
Pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan paling sering digunakan bilamana siswa telah
membaca bahan pelajaran dari buku teks atau rujukan, menonton suatu film, atau
menyelesaikan suatu satuan pelajaran. Pertanyaan merujuk secara spesifik pada bahan-bahan
sudah dipelajari. Jawaban yang tepat atau benar biasanya menggunakan suatu perulangan
verbatim dari teks, diskusi kelas, atau sumber-sumber lain yang sejenis. Pada tatanan ini,
pertanyaan-pertanyaan tipikal tingkat pengetahuan meliputi:
1. Sebutkan kota-kota penting di wilayah barat laut negeri ini.
2. Kemukakan beberapa sebab pertumbuhan industri manufaktur.
3. Bagaimanakah pandangan Jefferson tentang kemerdekaan?
4. Kemukakan sebab-sebab utama pecahnya perang saudara.
Kata-kata kunci.
Beberapa kata kunci dapat diidentifikasi dalam pertanyaan guru, yang memberi isyarat atau
petunjuk tentang tingkat kognitif yang diharapkan dari jawaban siswa. Adalah wajar jika kita
beranggapan bahwa pemakaian “bahasa interogratif” ini sangat berguna dalam membantu para
siswa mempelajari penggunaan proses-proses kognitif tingkat tinggi. Beberapa contoh kata
kunci yang biasanya mengindikasikan suatu pertanyaan tingkat pengetahuan adalah:
Definisikan, identifikasi, ingat, nyatakan, jelaskan, sebutkan daftart, kenali, ceritakan, bedakan,
sebutkan nama-mana, perlihatkan, tuliskan.
Pertanyaan Komprehensi
Pertanyaan tingkat komprehensif (pemahaman) mengharuskan siswa memahami arti
komunikasi lisan/tulisan dan memakainya. Tiga subkategori penting tercakup didalam kategori
komprehensif: penerjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi.
Dalam suatu pertanyaan terjemahan, siswa diminta menyatakan suatu ide dengan
istilah-istilah yang sejenis atau ekivalen. Para siswa tidak diwajibkan menerangkan atau
menjelaskan dasar ide tersebut, melainkan hanya menyatakannya kembali dalam bentuk yang
mendekati arti harfiahnya. “Jelaskan dengan menggunakan kata-katamu sendiri” adalah salah
satu bentuk paling sederhana dari suatu pertanyaan terjemahan.
Interpretasi menuntut kemampuan menghubungkan sesuatu dengan yang lain,
menyusun ulang, menyusun secara berurutan, membangun hubungan-hubungan lewat
pembandingan atau pembedaan, memisahkan hal-hal yang esensil dari hal-hal yang tidak
esensil, atau memperagakan bagaimana suatu ide atau konsep dapat digunakan dalam kasus
tertentu.
Ekstrapolasi mensyaratkan bahwa seorang siswa dapat memprediksi atau menaksir
suatu peristiwa berdasarkan suatu pola atau kecenderungan yang sudah diketahui. Seringkali
hal ini melibatkan kemampuan memproyeksikan kecenderungan berdasarkan data statistik
atau kadang-kadang menginterpolasi bilamana data-data tidak ada.
Faktor kunci adalah kemampuan membuat inferensi yang tepat atas kecenderungan
atau arah rangkaian peristiwa, fenomena, atau pola ide-ide yang masih bisa dianggap sebagai
perluasan absah dari data asli.
Situasi Ruang Kelas
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat dengan mudah bahwa pertanyaan-pertanyaan
komprehensif berpotensi menjadi bagian vital dari aktivitas dalam kelas. Bagan retrieval data
yang disajikan dalam bab ini (Tabel 4.1 dan 4.2.) menyodorkan berbagai kemungkinan bagi
pengajaran anak-anak dalam membandingkan dan mempertentangkan data, membangun
hubungan-hubungan antar item, mencari keterangan atau penjelasan, menyatakan implikasi,
dan membuat inferensi. Di kelas sekolah dasar, anak-anak mungkin hanya membedakan
gambar dan menerangkan secara lisan hubungan-hubungan yang ada. Dengan suatu cara yang
jauh lebih canggih, para siswa sekolah lanjutan bisa menggunakan suatu grafik untuk
memprediksi kecenderungan yang mungkin atas pertambahan penduduk atau penurunan
pusat-pusat perkataan. Pertanyaan-pertanyaan tipikal tingkat komprehensif meliputi:
1. Terangkan bagaimana “pembagian kerja” terjadi di sebuah pabrik.
2. Terangkan perbedaan sistem pendidikan yang ada di Amerika Serikat, Perancis, dan Uni
Sovyet. Apakah kesamaan diantara ketiganya?
3. Dengan kata-katamu sendiri, terangkan pernyataan Clemenceau “Perang terlalu
penting untuk diserahkan hanya kepada para jenderal”
4. Berdasarkan data sensus tahun 1950, 1960, dan 1970 untuk sepuluh kota terbesar di
Amerika Serikat, kecenderungan apakah yang sedang terjadi menurut pengamatan
Anda? Menurut prediksi Anda, bagaimanakah populasi kota-kota tersebut pada tahun
1980?
Kata Kunci
Beberapa kata kunci biasanya mengindikasikan suatu pertanyaan tingkat komprehensif,
misalnya:
Bandingkan, simpulkan, sebutkan perbedaan, peragakan, bedakan, taksirlah, jelaskan,
terangkan arti, perluas cakupan, ekstrapolasi, isilah, berikan contoh, buat hipotesis, lukiskan,
tarik kesimpulan, interpolasi, tafsirkan, ramalkan, susun kembali, hubungkan, urutkan kembali,
susun kembali kata-kata, ceritakan dengan kata-katamu sendiri.
Pertanyaan Aplikasi
Dalam pertanyaan aplikasi, seorang siswa dituntut memperagakan bahwa dia dapat
menggunakan beberapa hubungan atau ide-ide yang telah dipelajari. Pertanyaan aplikasi
berbeda dari pertanyaan komprehensif dalam hal bahwa siswa tidak diajari secara khusus untuk
menggunakan (mengaplikasikan) suatu ide, namun harus sanggup memilih ide, konsep, atau
prinsip yang tepat dan mengaplikasikannya dengan tepat terhadap suatu situasi. Ringkasnya,
aplikasi mengharuskan siswa mentransfer hasil belajarnya kedalam suatu situasi baru tanpa
perlu dituntun atau diarahkan.
Situasi Ruang Kelas
Biasanya, pertanyaan aplikasi menuntut siswa memecahkan sejumlah soal, mengkonstruksi
sesuatu seperti model pertanian atau perkataan, mempraktikkan beberapa ketrampilan, atau
melakukan tindakan yang tepat dalam konteks sosial dunia riil diluar ruang kelas. Siswa sekolah
dasar yang telah mempelajari rute transportasi dan perdagangan barang dan jasa, bisa
menerapkan konsep-konsep dan generalisasi yang telah mereka pelajari dengan membangun
suatu model kota dan jalan-jalan truk dan lalulintas didalamnya. Siswa yang lebih senior
sanggup menerapkan ide-ide dan konsep-konsep lewat permainan peran. Yang terakhir, ruang
kelas kajian sosial berhadapan dengan dunia riil ketika para siswa mengaplikasikan secara
actual hasil belajar mereka dengan melibatkan diri dalam situasi-situasi tindakan sosial. Ini bisa
berbentuk partisipasi dalam dewan siswa (dengan syarat dwan itu memiliki suatu peran yang
bermakna di sekolah dan bukan sekedar pajangan), menulis surat kepada editor,
mengumpulkan tanda tangan untuk petisi tentang isu lokal, dan lain-lain. Dalam tatan semacam
itu, pertanyaan aplikasi tipikal bisa meliputi:
1. dengan menggunakan meja pasir, kembangkan suatu rencana dan bangunlah suatu layout
model untuk sebuah rumah peristirahatan abad pertengahan.
2. Menentukan letak berbagai bahan tentang Hari Ucapan Terima Kasih kaum Perintis
(Amerika), oleh siswa kelas empat yang baru-baru ini telah diperkenalkan dengan katalog
kartu dan berbagai jenis bahan rujukan di perpustakaan sekolah.
3. menulis suatu drama (atau sandiwara) yang menggambarkan kontroversi mengenai apakah
Amerika Serikat harus bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa usai Perang Dunia I
4. Mengembangkan suatu rencana untuk menarik perhatian masyarakat terhadap betapa
parahnya masalah pencemaran lingkungan. Mengumpulkan data-data yang perlu dan siap
mempresentasikannya pada dengar pendapat umum tentang topik tersebut. (Kelas
tersebut baru menyelesaikan pelajaran tentang pencemaran lingkungan. Masyarakat
kelihatannya tidak menyadari masalah itu.)
Kata Kunci
Beberapa kata kunci yang biasanya mengindikasikan pertanyaan tingkat aplikasi meliputi:
Terapkan, bangunlah, buatlah, peragakan, kembangkan, selesaikan atau pecahkan (soal)
Pertanyaan analisis
Pertanyaan analisis mengharuskan siswa memecahkan suatu ide kedalam bentuk komponen-
komponennya dan membedakan komponen-komponen ini berdasarkan pengetahuan mereka
tentang hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain. Ini mencakup
kemampuan:
1. mengidentifikasi atau mengklasifikasikan elemen-elemen suatu ide atau pernyataan.
2. menyatakan secara eksplisit hubungan antar elemen-elemen ini
3. mengenali prinsip-prinsip atau struktur organisasional yang mengikat ide atau pernyataan
yang luas.
Pada tingkat pertama, siswa sanggup membedakan asumsi dari kesimpulan, mampu
menentukan apakah suatu kesimpulan didukung oleh bukti, atau mampu mendeteksi adanya
asumsi implicit yang bisa menggugurkan premis awal. Tingkat kedua mencakup kemampuan
mengenali hubungan antar komponen, mengenali fakta-fakta yang esensil untuk mendukung
tesis utama, atau membedakan data yang relevan dari data yang tak relevan. Tingkat ketiga
mencakup kemampuan mengenali bentuk, pola, atau struktur organisasional suatu pernyataan
atau himpunan ide, dan menghubungkannya dengan makna atau arti menyeluruh. Jadi, seorang
siswa mampu mengenali berbagai komponen, seperti tema utama dan variasi lokal dalam suatu
pidato kandidat politik, teknik-teknik persuasi dalam iklan atau propaganda, atau sudut
pandang atau bias suatu penulis sejarah.
Perbedaan antara pertanyaan interpretasi dan pertanyaan analisis bergantung pada
sejauh mana siswa menyadari dan menggunakan proses-proses penalaran formal. Di tingkat
interpretasi, seorang siswa bisa membuat inferensi dan generalisasi, atau merumuskan
hipotesis, tanpa mengacu pada proses-proses formal yang terkait. Untuk proses serupa pada
tingkat analisis, siswa harus benar-benar sadar akan proses-proses ini dan kaidah logika untuk
mampu mencapai suatu kesimpulan yang absah atau benar.
Situasi Ruang Kelas
Strategi pengajaran untuk penyelidikan sosial, penilaian, dan pengambilan keputusan yang
diikhtisarkan dalam buku ini menyodorkan berbagai kemungkinan untuk pemikiran analitis.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa pemikiran di tingkat analisis melibatkan penalaran abstrak
tertentu. Proses-proses yang diidentifikasi di atas yang menyangkut kualitas logis pemikiran dan
bentuk ekspresinya cukup rumit dan tinggi tingkatannya. Anak-anak sekolah dasar terlalu sering
belum punya pengalaman dengan proses berpikir seperti ini. Para siswa perlu memiliki praktik
dan pengalaman yang memadai dalam hal berpikir pada tingkat analisis. Strategi-strategi
induktif yang dijelaskan pada halaman-halaman sebelumnya untuk membuat inferensi dan
generalisasi harus memberikan jenis pengalaman yang ciperlukan untuk membantu
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Bila telah memiliki bekal pengalaman ini,
terbuka peluang bagi anak-anak sekolah dasar untuk melihat perbedaan antara fakta dan opini,
antara hipotesis dan generalisasi, atau untuk menentukan apakah bukti-bukti yang terkumpul
sudah cukup untuk menjamin kesimpulan yang dibuat. Para siswa di tingkat yang lebih tinggi
dapat belajar mendeteksi asumsi-asumsi yang implicit dalam argumen, atau mengendali
elemen-elemen bentuk dan gaya dalam bahan-bahan sumber primer yang mengindikasikan
pandangan, bias, atau prasangka pribadi, dan membedakannya dari bukti obyektif. Mereka juga
dapat belajar mengidentifikasi teknik-teknik persuasi spesifik yang ditiru dari iklan media
massa, yang kini sering digunakan dalam kampanye politik. Agar seorang siswa mampu
mengenali penggunaan (dengan sengaja) teknik-teknik ini ketika membacanya dlm literatur
kampanye atau dalam pernyataan-pernyataan publik, berikanlah bukti bagi pemikiran analitis.
Dengan berbekal penjelasan diatas, pertanyaan-pertanyaan tipikal pada tingkat analisis bisa
berbentuk:
1. Analisis slogan berikut ini. Teknik-teknik persuasi apakah yang diterapkan didalam slogan
tersebut?
Amerika Serikat: Cintailah atau tinggalkan negeri ini.
Jagalah agar angkatan kepolisian lokal Anda tetap independen.
Hukum dan Ketertiban
2. Setelah mengkaji masalah perubahan budaya akibat kontak antara suku Indian Iroquois dan
pemukim kulit putih, sebuah kelas siswa bisa merumuskan generalisasi berikut: “Sebuah
masyarakat yang kurang maju teknologinya mudah mengadopsi aspek-aspek teknologi dan
sistem keyakinan masyarakat yang lebih maju teknologinya ketika kedua masyarakat ini
bersentuhan.” Guru dapat menentang generalisasi ini dengan menanyakan, “Data-data
apakah yang mendukung generalisasi bahwa perubahan akan terjadi dengan mudah? Atau
bahwa sistem keyakinan harus berubah karena teknologi baru diadopsi? Bukankah ada
asumsi bahwa semua masyarakat yang kurang maju teknologinya akan bereaksi demikian?
Apakah data-data dari satu studi kasus cukup untuk menjamin kebenaran generalisasi yang
luas ini?
3. analisis pandangan para majikan budak seperti yang dijelaskan Frederick Douglass, seorang
bekas budak, dalam otobiografinya, Narrative of the Life and Times of Frederick Douglass,
dan oleh bekas budak dalam Lay My Burden Down: A Folk History of Slavery karya Botkin.
Buatlah analisis serupa atas laporan-laporan yang ditulis para sejarawan seperti Ulrich B.
Phillips, John Hope Franklin, Kenneth P. Stampp, dan Eugene D. Genovese. Bukti-bukti
apakah dalam pilihan kata, gaya, atau bentuk yang mengindikasikan pandangan penulis
mengenai majikan kulit putih?
Kata Kunci
Beberapa kata kunci yang biasanya mengindikasikan pertanyaan tingkat analisis adalah:
analisis, golongkan, klasifikasikan, bandingkan, bedakan, amatilah, sebutkan perbedaan,
identifikasilah.
Pertanyaan Sintesis
Dalam pertanyaan sintesis, siswa diharapkan mampu merespons dengan menggabungkan atau
memadukan sejumlah fakta atau ide kedalam suatu susunan yang baru. Ini sering berbentuk
rencana, proposal, beberapa produk seperti cerita atau kisah. Sintesis berbeda dari aplikasi
dalam hal bahwa bentuk produk akhir tidak ditetapkan, cara-cara memadukan atau
menggabungkan elemen-elemen juga tidak ditetapkan. Sifat inilah yang menjadikan sintesis
sebuah aktivitas yang unik dan kreatif.
Berbeda dengan tipe-tipe pertanyaan yang dibahas di atas, dimana masing-masing
pertanyaan mengimplikasikan suatu bentuk proses berpikir tertentu, pertanyaan sintesis
biasanya tidak memberi isyarat kepada siswa dan dimaksudkan untuk bersifat luas dan terbuka.
Sintesis tidak mengimplikasikan suatu jawaban yang benar, tetapi mengasumsikan serangkaian
solusi yang mungkin. Ringkasnya, sintesis membutuhkan proses berpikir divergen, bukan
konvergen.
Situasi Ruang Kelas
Ada banyak kemungkinan untuk menggunakan pertanyaan sintesis dalam kajian ilmu sosial,
namun bobot suatu tradisi yang terkait dengan jawaban-jawaban faktual yang dapat
ditunjukkan sebagai jawaban yang benar telah menghambat penggunaannya. Di sekolah dasar,
berbagai alasan untuk eksplorasi dini dapat disintesis kedalam suatu kisah fiktif atau suatu
paragraf yang ditulis dengan cermat. Bentuk sintesis lain yang lazim meliputi penulisan suatu
drama pendek, sandiwara, buletin, atau showcase display. Disini, juga, terbuka kesempatan
bagi anak-anak untuk berspekulasi dengan bebas dan imajinatif tentang rangkaian atau alur
peristiwa atau tindakan, dengan menggunakan data-data faktual, interpretasi, atau hubungan-
hubungan baru untuk mendukung ramalan mereka. “Apakah yang akan terjadi jika……?”
“Rangkaian tindakan apakah yang bisa dilakukan?”
Yang pasti, agaknya terdapat suatu garis pemisah yang amat tipis antara respons kreatif
atau imajinatif dan respons yang dapat digolongkan sebagai fantasi. Memang, fantasi atau fiksi
ilmiah Jules Verne telah berubah menjadi realitas ilmiah dewasa ini. Jadi, seorang guru harus
hati-hati dalam menjuluki atau menyebut solusi yang dikemukakan siswa sebagai solusi yang
‘lugu’ atau ‘mustahil’, dan lebih baik menanyakan mengapa solusi itu mungkin. Barangkali
contoh berikut ini akan menggambarkan perbedaan antara kreatifitas dan fantasi:
Pemilik sebuah perusahaan perkayuan menemukan sebuah hutan baru di daerah
pegunungan yang terpencil dimana terdapat banyak pepohonan yang tinggi dan bagus
yang dapat menghasilkan ribuan papan kayu. Namun lantai hutan itu amat curam
sehingga bulldozer atau traktor tidak bisa memasuki daerah tersebut. Berapa banyakkah
cara yang bisa Anda bayangkan untuk mengangkut kayu keluar dari hutan tersebut?
Respons atau jawaban anak-anak bisa mencakup:
1. sebuah ban berjalan bisa dibangun disana.
2. sebuah helicopter yang dilengkapi dengan kabel pengangkut dapat digunakan
3. balon berisi gas dapat digunakan untuk mengangkat kayu.
Anak yang menyarankan bahwa “orang-orang kate dan jin tinggal di hutan itu dapat
mengangkut kayu-kayu itu keluar dari hutan” jelas berada dalam dunia fantasi Snow White and
the Seven Dwarfs. Respons demikian lebih tepat selama kajian fantasi pada pelajaran literature
bacaan kanak-kanak, dimana respons demikian disukai dan bahkan dihargai.
Dengan berbekal tatanan yang diketengahkan di atas, pertanyaan sintesis tipikal bisa
mencakup:
1. Solusi apakah yang bisa diajukan untuk masalah-masalah pencemaran udara?
2. Rangkaian tindakan apakah yang terbuka bagi Presiden Truman segera sebelum
pecahnya Perang Korea?
3. Dengan berapa macam carakah para tahanan di penjara terlibat dalam program
rehabilitasi?
Kata Kunci
Beberapa kata kunci yang biasanya mengindikasikan suatu pertanyaan sintesis adalah: ciptakan,
kembangkan, rumuskan solusi, tata atau susunlah, buatlah suatu rencana, gabungkan atau
padukanlah.
Pertanyaan Evaluasi
Pertanyaan evaluasi meminta siswa membuat suatu pertimbangan mengenai manfaat atau nilai
sesuatu. Apakah hal itu baik atau buruk, cantik atau jelek, remeh atau berguna? Para siswa
harus memeriksa, memperkirakan, menaksir, atau mengkritik beberapa ide, pernyataan, atau
rencana berdasarkan standar-standar atau kriteria spesifik yang telah mereka tetapkan atau
yang ditetapkan guru atau sumber yang lain. Dengan demikian, siswa harus mengindikasikan
criteria yang menjadi dasar pertimbangan mereka dan menyediakan data-data yang tepat
untuk menjustifikasi pandangan mereka. Ringkasnya, tingkat evaluasi menuntut lebih daripada
sekedar opini kosong yang hanya didasarkan pada keinginan atau opini pribadi.
Situasi Ruang Kelas
Ada banyak situasi dimana seorang siswa dapat membuat suatu pertimbangan evaluatif,
khususnya dalam pola pengambilan keputusan dalam penyelidikan yang kita bahas pada Bab 1.
Jika terdapat beberapa alternatif, seorang siswa harus memilih salah satunya dengan
menggunakan criteria yang tepat. Berdasarkan kondisi-kondisi ini, tingkat evaluasi sangat
kognitif sifatnya, bahkan meskipun suatu pertimbangan tentang manfaat atau nilai sedang
dibuat.
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi tipikal bisa berbentuk:
1. Kebijakan apakah yang akan menghasilkan manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar?
2. Jelaskan alasan mengapa Anda lebih memilih…?
3. Diantara buku-buku ini, yang manakah yang menurut Anda paling berharga? Apa criteria
Anda?
4. evaluasilah ide itu berdasarkan biaya dan penerimaan oleh masyarakat.
Yang penting disini, siswa harus membuat suatu pertimbangan informal tentang manfaat, nilai,
kebaikan, atau keburukan sesuatu berdasarkan serangkaian criteria dan data-data yang cocok.
Membantu siswa dalam belajar mengidentifikasi criteria yang tepat agaknya sama pentingnya
dengan membuat pertimbangan nilai.
Kata Kunci
Kata-kata kunci yang akan mengindikasikan pertanyaan evaluasi adalah: Pilihlah, tentukan,
evaluasi, pertimbangkan, pilih salah satu, manakah yang Anda anggap..
PENTINGNYA PERTANYAAN-PERTANYAAN KONVERGEN DAN DIVERGEN
Strategi pertanyaan yang dibahas di atas berkaitan dengan suatu model yang didasarkan pada
himpunan hirarkis kategori yang menjelaskan proses-proses kognitif yang berbeda. Sebuah
strategi pertanyaan lain telah dikemukakan Gallagher dan Aschner. Strategi ini didasarkan pada
model Guilford tentang proses-proses intelektual. Guilford menganggap intelek sebagai suatu
struktur kompleks yang terdiri atas 120 jenis kemampuan mental. Ini diturunkan dari suatu
model tiga dimensi hipotetis yang menghubungkan lima golongan operasi intelektual, empat
jenis isi, dan enam tipe produk atau hasil. Hal ini diperlihatkan dalam bentuk kubus dalam
Gambar 4.1. Kajian-kajian Gallagher dan Aschner tentang kreativitas mendorong mereka untuk
mengidentifikasi lima tipe pertanyaan yang sering dijumpai dalam situasi pengajaran:
1. memori-kognitif: Kategori ini membutuhkan pengingatan suatu respons yang diingat atau
dipelajari sebelumnya. Ini amat mirip dengan kategori pengetahuan dalam Taksonomi
Bloom.
2. Konvergen: Ini adalah pertanyaan yang cenderung menyalurkan respons siswa pada satu
arah. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa memiliki denifisi yang sempit dan sering
membutuhkan satu jawaban yang benar atau yang terbaik.
3. Divergen: Ini adalah pertanyaan yang mencari variasi kemungkinan jawaban atau solusi
atas suatu masalah. Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong respons kreatif atau respons
yang tidak lazim dan bukan satu respons terbaik. Pertanyaan-pertanyaan serupa cenderung
luas dan terbuka.
4. Evaluatif: Pertanyaan evaluasi adalah pertanyaan-pertanyaan yang meminta siswa
membuat pertimbangan mengenai nilai atau kegunaan sesuatu. Kategori ini mirip dengan
evaluasi dalam Taksonomi Bloom.
5. Rutin: Kategori terakhir ini merupakan tumpuan akhir semua pertanyaan yang mencakup
rutinitas, prosedur, atau aktivitas-aktivitas perawatan kelas: Apakah setiap siswa bawa
buku?” “Apakah ruang kelas ini terlalu hangat?” “Apakah setiap siswa melaksanakan tugas
bergilirnya?”
Kajian-kajian Gallagher dan Aschner mengindikasikan bahwa pertanyaan-pertanyaan
memori-kognitif merupakan tipe pertanyaan yang paling sering digunakan, yang diikuti dengan
pertanyaan konvergen dan pertanyaan rutin. Pertanyaan divergen, yang cenderung
merangsang respons kreatif dan tingkat tinggi, jarang diajukan. Temuan-temuan ini konsisten
dengan temuan-temuan yang disebutkan sebelumnya yang melaporkan bahwa pertanyaan
yang paling diandalkan adalah pertanyaan tingkat pengetahuan.
RANGKUMAN
Dalam bab ini kami telah menyajikan beberapa strategi pertanyaan. Strategi pertama
didasarkan pada suatu model penyelidikan sosial yang dikembangkan pada Bab 2. Strategi ini
mengetengahkan serangkaian pertanyaan yang dapat digunakan untuk masing-masing langkah
dalam model penyelidikan. Ada dua strategi alternatif. Yang pertama didasarkan pada enam
tingkatan proses kognitif yang diidentifikasi dalam Taxonomy karya Bloom. Yang dititikberatkan
adalah aktivitas kognitif yang dibutuhkan pada masing-masing tingkatan, dan kata-kata kunci
yang dapat digunakan dalam mengembangkan suatu “bahasa interogatif” telah diidentifikasi.
Strategi kedua mengikuti serangkaian kategori yang didasarkan pada model Guilford tentang
struktur intelek. Strategi ini menekankan penggunaan pertanyaan-pertanyaan konvergen dan
divergen dan peranannya dalam mengembangkan kreativitas. Walaupun kedua model ini
memiliki kesamaan, namun Perbedaannya cukup besar. Pembaca dianjurkan memandangnya
sebagai dua pendekatan yang berbeda terhadap masalah yang sama, yang mengembangkan
berbagai proses berpikir.
BAB 5
UNIT INTERDISIPLINER : KONSEP DAN STRATEGI
Meitri Hening C
Entin Jumantini
Kebutuhan akan perspektif interdisipliner
Tujuan utama dari program pembelajaran sosial harus mampu membantu siswa dalam rangka
mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang cerdas sehingga mereka dapat
menyelesaikan permasalahan dirinya sendiri, melalui tindakan sosial, yang mempengaruhi
kebijakan publik. Keputusan yang diambil, tidak dapat dibuat dalam ketidakpastian dan ketidak
tahuan, mereka harus didasarkan pada pengetahuan. Keputusan dapat lebih buruk dari
pengetahuan dari mana mereka berasal. Seorang aktivis sosial yang cerdas harus mampu
mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai nya sebelum ia dapat memecahkan masalah
pribadi dan sosial yang rasional.
Keputusan yang cerdas harus didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Pengambil keputusan yang
rasional tidak hanya harus memanfaatkan pengetahuan ilmiah, tetapi harus mampu
menggunakan metode ilmiah untuk menghasilkan sebuah keputusan yang cerdas. Karena
masing-masing disiplin ilmu sosial memiliki tubuh khusus mengenai pengetahuan dan cara yang
unik untuk melihat perilaku manusia, pengambil keputusan harus dapat melihat peristiwa yang
terjadi pada manusia dari perspektif disiplin masing-masing. Namun, pengetahuan dari setiap
satu disiplin tidak cukup untuk membuat keputusan yang menyangkut masalah pribadi dan
publik, serta tidak cukup untuk memahami dimensi besar hubungan manusia.
Ketika merencanakan unit interdisipliner, penting bagi guru untuk menyadari bahwa disiplin
ilmu sosial tidakmemiliki konten yang spesifik, tetapi merupakan cara-cara khusus dalam rangka
melihat perilaku manusia yang sama. Guna memberikan konteks yang luas untuk mempelajari
perilaku manusia, unit interdisipliner harus fokus pada masalah, masalah sosial yang relevan,
atau membuat pertanyaan. Masalah seperti pendistribusian makanan yang lebih baik,
pengurangan kelaparan global dan kemiskinan, perluasan kebebasan yang mendasar,
penghapusan diskriminasi rasial, dan penggunaan secara bijak sumber daya lahan dan lainnya
adalah contoh dari masalah sosial yang besar atau masalah yang dapat diatasi oleh unit
interdisipliner karena dapat lebih terfokus.
Pemisahan disiplin dalam buku ini dibuat dalam rangka untuk menekankan kontribusi bahwa
setiap ilmu sosial dapat menyelesaikan permasalahan untuk memahami isu-isu sosial yang
kompleks, dan tidak berarti bahwa setiap disiplin salah, hal ini sendiri dianggap cukup untuk
menyelesaikan masalah manusia.
Pengembangan penyelidikan, pemberian nilai (penghargaan) dan keterampilan pengambilan
keputusan
Pengetahuan interdisipliner sangat diperlukan tetapi tidak cukup untuk membuat sebuah
keputusan. Pengetahuan interdisipliner (diturunkan dari proses penyelidikan), pemberian nilai
(penghargaan), dan sintesis pengetahuan serta nilai-nilai merupakan proses pengambilan
keputusan.
Guru dapat merencanakan unit terpisah dan pelajaran untuk mengajar penyelidikan
interdisipliner, penyelidikan nilai, dan keterampilan pengambilan keputusan, atau dia dapat
membangun unit untuk mengajarkan ke-tiga set keterampilan.
Unit Interdisipliner
Pemahaman mengenai unit, seperti begitu banyak konsep dalam pendidikan, telah banyak
didefinisikan. Namun, kebanyakan penulis menyarankan bahwa unit adalah serangkaian
kegiatan yang berkaitan yang dirancang untuk mencapai perubahan spesifik perilaku siswa.
Definisi yang disarankan oleh Michaelis adalah sebuah gambaran mengenai : "Sebuah unit
pengantar adalah rencana untuk mencapai tujuan tertentu melalui penggunaan konten dan
kegiatan belajar yang berkaitan dengan topik atau masalah yang ditunjuk." Kesepakatan
tentang bagian-bagian dari unit juga tidak ada. Namun, para spesialis sebagian besar setuju
bahwa itu harus mengandung komponen-komponen dasar: (1) pernyataan dari topik atau
masalah, (2) pernyataan tujuan, (3) kegiatan inisiasi, (4) kegiatan-kegiatan pembangunan, (5)
kegiatan evaluasi, dan (6) kegiatan kulminasi.
Unit konseptual harus terdiri dari komponen sebagai berikut ; (1) topik unit, (2) konsep-konsep
kunci dan generalisasi, (3) sub dari ide, (4) tujuan, (5) kegiatan inisiasi, (6) kegiatan-kegiatan
pembangunan, (7) kegiatan evaluasi , (8) puncak kegiatan, dan (9) sumber bibliografi.
Pemilihan Konsep untuk Mengatur Unit Interdisipliner
Bagaimana guru memilih konsep-konsep kunci yang akan membentuk unit-nya tergantung pada
keleluasan yang ia memiliki. Banyak distrik-distrik yang sudah memiliki panduan kurikulum guna
memberikan kerangka dasar untuk program lokal studi sosial. Panduan tersebut pada
umumnya dimaksudkan untuk berfungsi hanya sebagai panduan, bukan sebagai cetak biru
seorang guru yang wajib dituruti.
Tujuan utama dari pedoman kurikulum adalah untuk memastikan bahwa program instruksional
adalah sekuensial dan berkembang. Panduan kurikulum juga mengandung strategi mengajar
yang disarankan dan sumber instruksional.
Penelitian sosial merupakan panduan bagi sekolah di distrik-distrik yang paling menentukan
sejumlah topik yang disajikan oleh guru kelas masing-masing. Topik-topik ini biasanya
mencerminkan pendekatan pada “perluasan lingkungan”. Hal yang kerap diangkat adalah
mengenai rumah, sekolah, liburan, pembantu masyarakat dan masyarakat setempat yang
dipelajari di kelas dasar. Untuk kelas menengah, pengetahuan mengenai nilai negara,
eksplorasi, serta sejarah Amerika Serikat dan Belahan Barat sudah dipelajari.
Pendekatan “perluasan lingkungan” ditujukan untuk konstruksi kurikulum. Kurikulum studi
sosial dahulu kala, berdasarkan pada konsep “perluasan lingkungan”. Anak-anak diarahkan
untuk mempelajari kehidupan masyarakat terdekat berdasarkan pengalaman aktual mereka.
Ketika mereka bergerak melalui nilai, mereka telah melakukan studi masyarakat yang
komprehensif. Apa yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah menggunakan ide-ide
pengorganisasian dari disiplin-disiplin untuk membantu anak-anak lebih memahami masyarakat
dimana mereka tinggal.
Sebagai anak-anak bergerak melalui nilai-nilai, mereka mempelajari lembaga-lembaga dan
fenomena sosial yang semakin lebih jauh dari pengalaman langsung mereka. Di sini tidak akan
dilakukan kritik terhadap pendekatan “perluasan lingkungan”, melainkan penekanan terhadap
fakta-fakta bahwa guru dapat membuat struktur kurikulum yang secara konseptual berorientasi
pada kerangka kerja penelitian sosial yang tradisional.
Pendekatan ini diadopsi dalam Proyek Studi Sosial Taba. Direktur dari proyek ini
mengidentifikasi sebelas konsep-konsep kunci dari berbagai disiplin ilmu sosial, beberapa hasil
generalisasi yang terkait, dan contoh isi dari program tradisional yang digunakan untuk
mengembangkan proses pengidentifikasian ide-ide utama. Sebelas konsep pengorganisasian
tersebut adalah : kausalitas, konflik, kerja sama, perubahan budaya, perbedaan, saling
ketergantungan, modifikasi, kekuasaan, kontrol sosial, tradisi, dan nilai.
Pendekatan reformasi kurikulum dengan menggunakan pendekatan ini memungkinkan kita
untuk mempertahankan tingkat stabilitas dalam kurikulum. Seorang guru akan dapat
menggunakan banyak sumber dan bahan yang bersifat instruksional, dan dengan demikian
akan lebih cenderung untuk menerapkan program baru. Proyek pengembangan kurikulum studi
sosial dari Universitas Minnesota juga menghasilkan pengalaman-pengalaman hal baru untuk
anak-anak, meskipun banyak menggunakan muatan tradisional. Sebagai contoh, salah satu dari
dua kelas tingkat dua, yang menelaah masalah keluarga, memperkenalkan konsep-konsep dari
budaya, organisasi sosial, proses sosial, lokasi, dan tapak.
Anggur Baru dalam Botol Lama : Mengajar Melalui Konsep Baru dengan Isi Tradisional
Sudah ada saran mengenai bagaimana dua proyek penelitian interdisipliner sosial (yang Taba
dan
Program Miinnesota telah lakukan) menyelenggarakan kurikulum dengan ide-ide kunci, tetapi
menggunakan muatan atau isi tradisional untuk mengembangkan konsep-konsep. Guru yang
tidak memiliki panduan studi kurikulum sosial harus dimulai dengan merencanakan
perencanaan unit-nya untuk tahun-tahun pengajarannya dengan hati-hati. Hal ini dilakukan
dengan mempelajari topik yang diperlukan untuk mengajar, seperti rumah, sekolah, pembantu
masyarakat, dan sejarah negara (dalam hal ini contoh yang diambil adalah Amerika). Guru
kemudian harus mempelajari konsep-konsep kunci dari disiplin ilmu sosial, sehingga mereka
dapat memutuskan mana yang bisa paling efektif digunakan sesuai dengan dengan konten yang
dibutuhkan. Konsep-konsep utama dari ilmu-ilmu sosial dapat ditemukan di banyak materi yang
dihasilkan oleh apa yang pernah dilakukan oleh proyek penelitian di tahun 1960, dalam ilmu
sosial, panduan kurikulum disiapkan oleh sekolah kabupaten, dalam buku-buku metode, dan
dalam buku-buku pengantar ke berbagai disiplin ilmu sosial.
Tabel 1
Pengorganisasian Konsep Dalam Ilmu Sosial
Antropologi Sejarah Psikologi
Budaya
Elemen Budaya
Budaya yang Kompleks
Enkulturasi
Daerah Budaya
Difusi
Akulturasi
Etnosentris
Tradisi
Relativisme Budaya
Budaya Universal
Perubahan
Konflik
Revolusi
Nasionalisme
Peradaban
Eksplorasi
Bias Sejarah
Konsep Diri
Motivasi
Persepsi
Frustasi
Sikap
Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi
Kelangkaan
Produksi
Pelayanan dan Barang
Saling Ketergantungan
Pembagian kerja
Pertukaran
Siklus Pendapatan
Kontrol Sosial
Negara
Sistem Politik
Kekuasaan
Legitimasi
Otoritas
Kelompok kepentingan
Sosialisasi politik
Budaya politik
Sosialisasi
Peran
Norma
Sanksi
Nilai
Posisi Status
Institusi
Komunitas
Kelompok Sosial
Ketergantungan
Geografi
Lokasi
Wilayah
Interaksi Spasial
Pola Spasial Kota
Struktur Internal dari Kota
Persepsi Lingkungan
Kriteria Pemilihan Konsep
Apa kriteria yang dapat digunakan untuk memilih ide yang tepat untuk pembangunan? Para
guru pertama-tama harus mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dari anak-anak. Jika
mereka telah diperkenalkan kepada konsep-konsep tertentu dalam kelas sebelumnya, lebih
lanjut seorang guru harus mengembangkan dan memperluas konsep-konsep ini, mungkin
memperkenalkan konsep-konsep terkait baru yang akan menambah pemahaman mereka
tentang lingkungan sosial mereka dan membantu mereka menjadi lebih baik dalam hal
pengambil keputusan.
Guru pun harus memilih konsep sekitar yang banyak memiliki data dan muatan yang dapat
diatur. Taba menawarkan kriteria berikut untuk memilih konsep pengorganisasian konseptual
kurikulum :
1. Validitas : Apakah mereka cukup mewakili ide-ide dari disiplin yang mereka sukai?
2. Signifikansi : Bisakah mereka menjelaskan segmen penting dari dunia saat ini?
3. Ketepatan : Apakah mereka cocok dengan kebutuhan, minat, dan tingkat kematangan dari
siswa?
4. Durabilitas : Apakah mereka merupakan sebuah kepentingan yang langgeng?
5. Keseimbangan : Apakah mereka mengijinkan pengembangan dari kedua ruang lingkup dan
kedalaman?
Guru juga harus memilih konsep-konsep dari berbagai disiplin sebanyak mungkin yang bersifat
praktis dan tepat. Dengan kata lain, semua unit studi sosial harus interdisipliner.
Identifikasi Konsep Khusus untuk Sebuah Unit
Membantu anak-anak untuk melihat perilaku manusia dari perspektif berbagai ilmu sosial akan
mempersiapkan mereka dengan pemahaman yang canggih mengenai lingkungan sosial mereka
sehingga mereka bisa menjadi pengambil keputusan yang rasional dan termasuk sebagai aktivis
sosial. Namun, jika mereka memahami mengorganisir ide-ide ketika mereka mempelajari topik
ini, mereka akan memperoleh pemahaman akan nilain yang dapat lebih dikembangkan dengan
konten baru di kemudian hari. Pengetahuan ini akan berkontribusi besar terhadap pemahaman
mereka tentang dunia di mana mereka tinggal. Contoh berikut akan menggambarkan
bagaimana seorang guru kelas, Tuan Jones, yang mengajar tentang topik “Keluarga", yang
merupakan salah satu proses dalam menentukan konsep kunci dari berbagai disiplin ilmu untuk
menstrukturkan sebuah unit interdisipliner.
Sebuah Unit Interdisipliner dalam Sebuah Keluarga
Tuan Jones melakukan penelitian terhadap daftar konsep-konsep seperti yang tercantum dalam
Tabel 1. Saat dia mempelajari konsep disiplin masing-masing, ia bertanya pada dirinya sendiri,
"Konsep manakah yang merupakan konsep terbaik dari disiplin ilmu yang akan membantu
siswa saya memahami keluarga sebagai sebuah lembaga sosial dan menjadi lebih baik sebagai
pembuat keputusan dan aktivis sosial yang rasional?"
Dia terlihat lebih mendetailkan faktor utama dari konsep antropologi. Awalnya, ia berpikir
bahwa budaya adalah sebuah konsep di mana siswa harus akrab, tetapi ia memutuskan bahwa
mereka lebih baik dapat memahami konsep ini jika mereka juga mempelajari keluarga di
budaya lain.
Mari kita tinjau konsep Tuan Jones dalam melakukan identifikasi dari disiplin ilmu terpilih :
Disiplin Ilmu Konsep yang dipilih
Ekonomi Kelangkaan
Barang
Layanan
Saling
ketergantungan
Produksi
Disiplin Ilmu Konsep yang dipilih
Konsumsi
Ilmu politik Kontrol sosial
Sosiologi Sosialisasi
Norma
Sanksi
Peran
Dia mencatat bagaimana konsep ilmu politik dari kontrol sosial terkait dengan konsep-konsep
sosiologis, norma, dan sanksi. Penggunaan interdisipliner merupakan satu hal yang membantu
para pengajar dalam kemudahan merencanakan penelaahan ilmu-ilmu dari disiplin yang
berbeda.
Mengidentifikasi Generalisasi Terkait
Setelah guru mengidentifikasi konsep-konsep pokok yang terkait dan terstruktur, dia harus
melanjutkan untuk mengidentifikasi generalisasi yang menunjukkan hubungan antara konsep
yang telah dipilih.
Tabel 2
Generalisasi Utama dan Konsep Terkait
Generalisasi Utama Konsep Terkait
1. Setiap individu dan masyarakat
menghadapi konflik antara kelangkaan
sumberdaya dengan keinginan yang tidak
terbatas. Hal ini menciptakan kebutuhan
Kelangkaan
Generalisasi Utama Konsep Terkait
untuk pengambilan
keputusan. (Ekonomi)
2. Semua anggota masyarakat saling
tergantung sehingga produsen barang
dan pelayanan saling bertukar satu
dengan lainnya untuk mendapatkan
barang dan pelayanan yang mereka
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar. (Ekonomi)
Barang
Pelayanan
Saling ketergantungan
Produksi
Konsumsi
3. Dalam setiap masyarakat dan institusi;
peraturan dan hukum muncul sebagai
kontrol sosial untuk mengatur perilaku
individu. Individu biasanya mendapatkan
hukuman ketika melanggar hukum. (Ilmu
Politik)
Kontrol sosial
4. Semua perilaku manusia dipelajari
melalui interaksi dan sosialisasi manusia
dalam kelompok. (Sosiologi)
Sosialisasi
5. Setiap anggota masyarakat harus
berfungsi sebagai manusia, dengan peran
yang berbeda. (Sosiologi)
Peran
6. Norma dan sanksi membentuk perilaku
anggota kelompok. (Sosiologi)
Sanksi norma
Menentukan Tujuan Unit
Seperti dinyatakan sebelumnya, unit dapat diselenggarakan untuk mengembangkan
keterampilan penyelidikan, keterampilan menghargai, atau ketrampilan pengambilan
keputusan. Unit lain dapat direncanakan untuk memberikan praktek pada anak-anak untuk
mengembangkan keterampilan masing-masing. Pada tahap awal perencanaan unit, guru harus
menentukan keterampilan untuk dikembangkan. Idealnya, setiap unit harus mengembangkan
keterampilan dalam tiga wilayah (keterampilan penyelidikan, keterampilan menghargai, dan
keterampilan pengambilan keputusan) meskipun penekanan dalam unit tertentu mungkin
berada di penyelidikan, menilai, atau pengambilan keputusan saja.
Tujuan utama dari unit penyelidikan ilmu pengetahuan sosial, adalah kemampuan siswa untuk
memberikan pendapat dan menulisnya dengan bahasanya sendiri sesuai dengan generalisasi
yang sudah diidentifikasi oleh guru. Siswa juga harus mampu menunjukkan pemahaman
tentang konsep-konsep kunci dalam unit. Ketika konsep diberi nama, siswa dapat menunjukkan
pemahaman mereka dengan mengidentifikasi konsep abstrak dan konsep nyata.
Sebagai contoh, jika konsep ini norma, guru mungkin bertanya pada anak tentang hal-hal yang
ada di sekitar rumah. Tujuan lain dari unit penyelidikan ilmu sosial adalah agar siswa dapat
menggunakan metode penelitian ilmu sosial untuk mendapatkan generalisasi tentang ilmu
sosial. Ilmu sosial terdiri dari pengetahuan (konsep dan generalisasi) serta metode
penyelidikan. Sementara itu siswa membutuhkan pengetahuan tentang masalah sosial yang
dapat dicari dengan metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya melibatkan : (a) perumusan
masalah, (b) perumusan hipotesis,
c) konseptualisasi, (d) pengumpulan data, (e) evaluasi dan analisis data, derivasi dari
generalisasi, dan (g) penyelidikan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Organisasi Unit
Konsep yang terbentuk atas studi kasus Tuan Jones, merinic hal-hal sebagai berikut :
Kelangkaan
Barang, pelayanan, saling ketergantungan, produksi dan konsumsi
Kontrol sosial
Sosialisasi
Peran
Norma dan sanksi
Sebagai contoh, siswa dapat lebih jauh memahami tentang konsep kelangkaan jika mereka
memahami perannya. Tuan Jones memutuskan bahwa ini adalah konsep dasar yang harus
diperkenalkan sebelum ide-ide lainnya. Sejak manusia belajar tentang peran memalui
sosialisasi, Tuan Jones memutuskan konsep sosialisasi adalah konsep berikutnya yang perlu
diperkenalkan. Kemudian norma dan sanksi akan dipikirkan kemudian sebagai bentuk sikap
manusia selama melakukan sosialisasi. Kontrol sosial juga merupakan bagian dari proses
sosialisasi. Konsep tentang ketergantungan akan menolong siswa melihat hubungan antara dua
peran yang berbeda. Kelangkaan adalah sebuah pilihan terakhir dari konsep yang terbangun
berdasrakan pemilihan yang dilakukan oleh Tuan Jones.
Memformulasikan dan Menguraikan Kegiatan : Fase Pengembangan Unit
Aktivitas dan strategi mengajar merupakan inti dari beberapa unit. Jika konsep-konsep telah
terorganisasi dan digeneralisasikan maka bisa dijadikan sebagai formulasi panduan untuk
strategi mengajar yang efektif dan proses belajar. Unit tradisional terkadang memiliki muatan
yang banyak akan berbagai macam aktifitas dan strategi mengajar dimana hubungannya
dengan ide dasar menjadi bias. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan penulisan konsep utama
dan generalisasi untuk mengembangkan aktifitas atau strategi mengajar dari sudut pandang
yang berbeda.
Contoh : Konsep dan Aktifitas Untuk Unit Interdisipliner dalam Keluarga
Konsep dan Generalisasi tentang Sosialisasi
Aktifitas yang terkandung dalam sosialisasi :
1. Melihat gambaran keluarga yang menunjukkan pada anak bagaimana melakukan kegiatan
sehari-hari, seperti berenang, mengikat tali sepatu, makan, memakai dasi, dsb
2. Memberi nama yang spesifik terhadap barang-barang milik keluarga
3. Memberi nama yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, contoh untuk
pakaian sekolah, pakaian bermain, dan pakaian untuk jalan-jalan
4. Berdiskusi bagaimana kita memperlakukan orang lain dan siapa yang mengajarkan kita
bagaimana cara bersikap terhadap orang lain
5. Membuat kesimpulan dan generalisasi tentang sesuatu yang mereka pelajari dari anggota
keluarga yang lain.
Memulai Unit
Guru harus merencanakan kegiatan untuk memulai unit yang dapat merangsang rasa ingin tahu
dan ketertarikan siswa. Sebuah awal yang menarik adalah salah satu jaminan terbaik yang
dapat diberikan dari sukses dan tidaknya pelaksanaan sebuah unit. Jika anak bosan pada
penyampaian awal unit, guru harus menanggapinya dengan serius apakah unit ini dapat
diteruskan atau tidak. Karena hal terpenting adalah fase pendahuluan dari unit.
Perlu diatur mengenai bahan-bahan yang berkaitan dengan topik unit yang dapat merangsang
minat siswa untuk bertanya. Bahan-bahan ini dapat berupa gambar yang menarik, buku-buku
yang mudah dimengerti, dan benda yang mampu dipahami oleh siswa.
Evaluasi Kegiatan
Guru harus dapat menerangkan evaluasi kegiatan yang bisa dilaksanakan melalui unit. Evaluasi
yang efektif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses sehingga guru dapat menemukan
indikator dalam setiap kegiatan melalui fase pengembangan pada unit untuk tujuan evaluasi.
Sebagai contoh, siswa dapat menceritakan masalahnya seperti “Hal apa yang dipelajari dari
keluarga?” dan siswa mampu mengoreksi jawaban setiap kegiatan dalam bermain peran.
Kegiatan Puncak
Guru harus menerangkan kegiatannya yang sudah disimpulkan dalam berbagai bagian unit yang
bervariasi. Puncak kegiatan mengandung makna melakukan kilas balik data yang ditampilkan
dalam bentuk diagram untuk setiap unit, memberikan laporan secara lisan, memimpin diskusi,
berpartisipasi dalam bermain peran atau melakukan presentasi singkat yang menitikberatkan
pada ide-ide pokok pelajaran. Guru, selama puncak kegiatan, bisa memberikan ide yang
membantu tentang konsep yang digunakan untuk unit yang akan datang.
Sumber Bibliografi
Selama tahap awal perencanaan, guru harus mulai menyusun daftar dari
sumber yang akan dia perlukan untuk mengembangkan konsep-konsep utama dan ide-ide dari
unit. Dengan kata lain, seorang guru harus memiliki beberapa sumber bahan untuk
pengembangan ajar nya yang berupa gambar, kliping, dan bahan lainnya yang berhubungan
dengan topik tertentu. Hal ini akan sangat memudahkan dalam perencanaan inisiasi unit.
Ringkasan
Bab ini menyoroti titik balik yang mendasari teori pendidikan ilmu sosial dimana siswa harus
menjadi pengambil keputusan yang cerdas dan menjadi aktivis sosial yang efektif dalam rangka
untuk menyelesaikan masalah pribadi dan mempengaruhi kebijakan publik. Keputusan harus
didasarkan pada pengetahuan; keputusan yang cerdas harus berdasarkan pengetahuan dan
pengetahuan tersebut berupa pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah digunakan oleh para
aktivis sosial untuk yang membuat keputusan cerdas dan mencerminkan perspektif dari
sejumlah disiplin ilmu sosial karena masalah sosial terlalu kompleks untuk disiplin tunggal untuk
memberikan bukti yang cukup agar dapat membantu kita mengatasinya.
Bab ini menggambarkan bagaimana guru dapat menstrukturkan unit yang akan diajarkan pada
siswa untuk melihat topik dan masalah-masalah sosial dari perspektif beberapa disiplin. Di
dalamnya ada pembahasan mengenai kerangka sosial dari studi kurikulum yang bersifat
tradisional dengan metode penataan unit secara konseptual.
Beberapa pembaca buku ini akan menemukan diri mereka: di sekolah atau di daerah di mana
tidak ada komitmen untuk sebuah kurikulum studi sosial tertentu yang dapat diterapkan dalam
proses mengubah kerangka kerja konseptual mereka.
BAB 6
KURIKULUM KONSEPTUAL ANTARDISIPLIN : SIFAT DAN PENGEMBANGANNYA
Roky Nopila
Afief Maula N
PENYUSUNAN KURIKULUM KONSEPTUAL SPIRAL
Pada bab sebelumnya kita telah membahas bagaimana seorang guru di suatu distrik
sekolah yang menerapkan program tradisional mata pelajaran ilmu-ilmu sosial dapat menyusun
satuan-satuan konseptual dalam kerangka semacam itu. Sekarang, kita akan membahas suatu
masalah yang lain. Beberapa sekolah dan distrik sekolah tidak memiliki kurikulum ilmu-ilmu
sosial, atau sangat kecewa dengan kurikulum yang ada, sehingga mereka ingin menyusun suatu
program yang sama sekali baru. Dalam distrik-distrik semacam yang dikemukakan diatas, para
guru ilmu-ilmu sosial seringkali membentuk sebuah komite yang bertugas menyusun kurikulum,
atau masing-masing guru adakalanya sanggup menyusun program atau kurikulumnya sendiri.
Pengembangan lanjutan konsep-konsep akan terganggu apabila setiap guru menyusun sendiri
kurikulumnya; dengan demikian, suatu program yang lebih bagus akan terwujud apabila
program itu disusun bersama-sama oleh para guru yang mewakili distrik itu secara keseluruhan
dan juga mewakili semua jenjang kelas sekolah. Sekalipun demikian, beberapa pembaca buku
ini mungkin harus menyusun sendiri program pengajaran ilmu-ilmu sosialnya, karena situasi
dan kondisi sekolahnya menghendaki demikian. Dalam situasi ini, para guru dapat
mengembangkan suatu program pengajaran yang berlaku untuk tahun yang sedang berjalan.
Ini tentunya lebih baik ketimbang tidak ada program sama sekali. Bahasan kita dalam bab ini
akan bermanfaat bagi para guru yang menjadi anggota komite kurikulum yang diserahi
tanggung jawab untuk menyusun suatu kurikulum ilmu-ilmu sosial dari nol, dan bagi para guru
yang berada dalam situasi yang memaksa mereka menyusun sendiri program pengajaran ilmu-
ilmu sosial untuk para siswa mereka.
IDENTIFIKASI KONSEP-KONSEP UNTUK KURIKULUM KONSEPTUAL SPIRAL
Langkah pertama dalam pengembangan suatu kurikulum konseptual spiral adalah
identifikasi sejumlah konsep yang akan diperkenalkan pada anak-anak yang duduk di kelas
paling rendah dan yang akan dikembangkan selanjutnya dan diperluas pada kelas-kelas yang
lebih tinggi. Pada Bab 5 kita telah membahas kriteria pemilihan konsep-konsep untuk satuan-
satuan antardisiplin yang disusun dalam suatu kerangka tradisional. Kriteria pemilihan konsep-
konsep untuk suatu kurikulum konseptual spiral pada dasarnya tidak berbeda. Akan tetapi,
perlu ditekankan kembali fakta bahwa konsep-konsep pengorganisir haruslah konsep-konsep
yang sudah mapan. Hal ini harus mendapat perhatian khusus ketika suatu komite sedang
menyusun suatu kurikulum total. Konsep-konsep untuk suatu kurikulum spiral harus bersifat
hirarkis. Kita harus bisa mengembangkannya pada tingkatan yang lebih tinggi dalam masing-
masing kelas. “Konsep-konsep tersebut harus divisualisasikan sebagai benang-benang yang
kembali terlihat dalam bentuk spiral namun selalu bergerak kearah yang lebih tinggi.” Komite
kurikulum bisa mengidentifikasi konsep ilmu politik tentang kekuasaan sebagai suatu konsep
pengorganisir untuk kurikulumnya. Konsep ini dapat dipelajari dan dikaji dalam pola spiral
selama masa belajar di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1
Topik-topik berikut ini dapat diberikan untuk masing-masing jenjang kelas:
Kelas 8 – hubungan kekuasaan dalam masyarakat butahuruf
Kelas 7 – hubungan kekuasaan antara negara-negara Timur dan negara-negara Barat.
Kelas 6 – hubungan kekuasaan diantara negara-negara Barat
Kelas 5 – hubungan kekuasaan pada tingkat federal
Kelas 4 – hubungan kekuasaan pada tingkat negara bagian
Kelas 3 – hubungan kekuasaan didalam komunitas setempat
Kelas 2 – hubungan kekuasaan dalam komunitas sekolah
Kelas 1 – hubungan kekuasaan dalam keluarga
SEBUAH KURIKULUM SPIRAL ANTARDISIPLIN
Dalam merencanakan satuan-satuan pelajaran, kami menyarankan supaya guru memilih
konsep-konsep dari sebanyak mungkin cabang ilmu, namun kami juga mengakui bahwa
seringkali sulit menggabungkan konsep-konsep yang bersumber dari semua cabang ilmu
kedalam suatu satuan pelajaran tunggal. Akan tetapi, kurikulum ilmu-ilmu sosial dapat dan
harus menggabungkan (memadukan) ide-ide pengorganisir dari semua cabang ilmu-ilmu sosial.
Jika konsep-konsep yang berasal dari semua disiplin hendak dimasukkan dalam suatu
kurikulum, komite kurikulum harus mengkaji disiplin-disiplin tersebut dengan cermat agar
dapat memilih ide-ide yang paling penting dan paling berpengaruh. (Lihat Bab 7 hingga Bab 12).
Hanya sejumlah kecil ide dari masing-masing disiplin dapat digabungkan kedalam suatu
kurikulum spiral antardisiplin. Sebagai contoh, sebuah komite bisa secara menguntungkan
memilih konsep kultur dan sosialisasi dari antropologi dan sosiologi karena kedua konsep ini
merupakan konsep terpenting dalam kedua disiplin ilmu ini.
Bila konsep-konsep kunci untuk kurikulum telah diidentifikasi, komite kurikulum bisa
memutuskan bahwa sementara sebagian besar konsep itu akan diperkenalkan pada masa
taman kanak-kanak, sebagian lagi tidak akan diajarkan hingga anak-anak itu mencapai jenjang
kelas tertentu. Hal ini bisa dilatarbelakangi berbagai alasan, yang meliputi tiadanya bahan yang
cocok untuk jenjang kelas dasar atau ketidakpatutan konsep-konsep tertentu untuk
diperkenalkan kepada anak-anak kecil. Setiap konsep tidak mesti diajarkan pada setiap jenjang
kelas, namun masing-masing konsep itu harus muncul beberapa kali dalam kurikulum tersebut.
Meskipun rencana ini bagus, para penyusun kurikulum harus mempunyai alasan yang masuk
akal dalam menyertakan atau tidak menyertakan konsep-konsep tertentu pada berbagai
jenjang kelas. Komite kurikulum Ilmu-ilmu sosial Distrik Sekolah New Park bisa memutuskan
untuk mengorganisir suatu kurikulum K-8 mengenai konsep-konsep kunci yang berikut:
Disiplin Konsep kunci
Antropologi Budaya
Ekonomi Kelangkaan
Saling
ketergantungan
Ilmu politik Otoritas
Sosiologi Sosialisasi
Sejarah Perubahan
Geografi Lokasi
Komite tersebut kemudian mengidentifikasi suatu generalisasi (kesimpulan sementara)
yang berkaitan dengan masing-masing konsep. Apabila generalisasi yang bersifat mengorganisir
telah ditetapkan, maka dapat diidentifikasi sejumlah generalisasi tingkat yang lebih rendah
(sub-ide). Konsep-konsep kunci, generalisasi yang mengorganisir, dan disiplin-disiplin terkait
untuk komite kurikulum ilmu-ilmu sosial hipotetis kita digambarkan pada Tabel 6.1.
IDENTIFIKASI SAMPEL MUATAN DAN TOPIK
Identifikasi konsep-konsep kunci dan generalisasi-generalisasi pengorganisir yang
relevan memberi kepada guru pedoman-pedoman yang akan memperbolehkan derajat
fleksibilitas yang maksimal namun juga dapat dipakai dalam pengembangan konsep-konsep
pada tahap selanjutnya. Akan tetapi, hampir semua komite kurikulum berkeyakinan bahwa
para guru perlu dibekali dengan sampel muatan dan sub-sub ide untuk mengembangkan
masing-masing konsep kunci tersebut. Tentu ada beberapa keuntungan apabila kurikulum
disusun secara lebih ketat. Dengan mengidentifikasi sampel muatan untuk masing-masing
jenjang kelas, perulangan pencakupan muatan pada seluruh jenjang kelas tersebut dapat
diminimalkan. Demikian pula, guru bisa jadi merasa tidak nyaman dengan suatu pedoman
kurikulum dalam bentuk rangka; mereka membutuhkan pedoman-pedoman yang lebih rinci.
Akan tetapi, idealnya, suatu pedoman kurikulum yang mengidentifikasi hanya konsep-konsep
dan generalisasi yang hendak dikembangkan pada masing-masing jenjang kelas barangkali
adalah yang paling menarik. Begitu guru berada di depan kelas, dia dapat memilih muatan yang
akan paling konsisten dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan para siswanya. Demikian
pula, muatan selalu dapat dikaitkan secara langsung dengan masalah-masalah sosial yang
paling aktual yang sedang dihadapi sekolah, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas pada
waktu satuan-satuan tersebut diajarkan. Setiap muatan yang dipilih komite kurikulum
mengandung risiko bahwa muatan tersebut mungkin dianggap tidak relevan bagi anak-anak
yang akan naik kelas. Kurikulum fleksibel ini juga memungkinkan para guru yang bekerja di
kawasan-kawasan kutural dan sosioekonomis yang berbeda yang ada dalam distrik sekolah
tersebut memilih sampel muatan yang hanya cocok bagi kawasan dimana dia mengajar.
Sebagai contoh, para guru di pusat kota dan para guru di daerah pinggiran kota bisa jadi ingin
memilih muatan yang berbeda dalam mengembangkan konsep-konsep sosialisasi dan kultur.
Para guru di pusat kota biasanya cenderung menitikberatkan komponen-komponen unik
budaya kulit hitam untuk satuan pengajarannya.
Walaupun keuntungan-keuntungan dapat diperoleh dari suatu kurikulum konseptual
kerangka, namun akan lebih praktis merekomendasikan muatan dan topik untuk masing-
masing jenjang kelas guna mengembangkan konsep-konsep yang diidentifikasi komite
kurikulum. Sub-ide yang berkaitan dengan ide-ide kunci, topik, strategi pengajaran, dan bahan-
bahan pengajaran juga dianjurkan disini. Walaupun spesifisitas dapat mengurangi kreativitas
guru, namun akan lebih praktis jika lebih spesifik ketika merekomendasikan sampel muatan
dan strategi. Sebagai contoh, ketimbang merekomendasikan pembelajaran dunia Non-Barat di
kelas 8, lebih baik menyebut nama negara-negara non-barat yang hendak dipelajari. Tabel 6.2
memperlihatkan sampel muatan yang bisa direkomendasikan Komite Kurikulum Ilmu-Ilmu
Sosial Distrik Sekolah New Park bagi pengembangan konsep-konsep yang diidentifikasinya.
Gambar 6.2
memperlihatkan pengembangan spiral konsep-konsep dalam kurikulum.
PERENCANAAN SATUAN PELAJARAN DALAM SUATU KERANGKA KONSEPTUAL
Apabila ide-ide dan generalisasi kunci suatu kurikulum telah diidentifikasi, komite
kurikulum dapat mulai menyusun satuan-satuan sumber. Satuan-satuan sumber berbeda dari
satuan pengajaran dalam hal bahwa yang terakhir ini dirancang khusus untuk suatu jenjang
kelas, sedangkan satuan sumber mencakup sejumlah besar aktivitas dan ide yang daripadanya
dapat dipilih oleh masing-masing guru. Unit/satuan sumber untuk suatu kurikulum konseptual
dapat disusun atau diorganisir dengan berbagai cara. Marilah kita selidiki Kelas 4 yang ada
dalam contoh kita sebelumnya. Muatan untuk jenjang kelas ini terdiri atas empat masyarakat
buta huruf. Tujuh konsep (kultur, kelangkaan, saling keteergantungan, otoritas, sosialisasi,
perubahan, dan lokasi) hendak dikembangkan. Konsep kultur hendak ditekankan sepanjang
Kelas 4. Satuan-satuan untuk Kelas 4 dapat diorganisir seputar konsep-konsep. Pendekatan
apapun yang ditempuh, kultur harus dikaji pada masing-masing unit, sementara sebagian
konsep itu dapat dipelajari dalam satuan-satuan tertentu dan tidak bisa dalam satuan-satuan
yang lain. Satuan-satuan tersebut dapat diorganisir seperti didalam Rencana I atau Rencana II.
Plan 1
Unit I Unit 2 Unit 3
Key concepts: culture,
scarcity, authority
Content: Sernang,
Polar Eskimo, the
Maoris
Key concepts: culture,
interdependen’ce,
socialization
Content: Semang, Polar
Eskimo. the Maoris
Kcy concepts:
culture, authority,
change, location
Content: Sernang, Polar
Eskimo, the Maoris
Plan II
Unit 1: The Semang Unit 2: The Polar Eskimo Unit 3: The Maoris
Key concepts:
culture
socialization
interdependence
Key concepts:
culture
authority
scarcity
Key concepts:
culture
change
location
Dalam Rencana I, tiga satuan akan mengisi program tahun tersebut. Kultur
dikembangkan pada setiap satuan; otoritas dikembangkan pada Satuan 1 dan 3; semua konsep
yang lain akan diajarkan dalam hanya salah satu dari ketiga satuan tersebut. Program Kelas 4
juga bisa berisi tiga satuan-satuan topikal. Dalam kasus ini, satuan-satuan tersebut dapat
disusun seperti yang terlihat pada Rencana II.
Sementara Rencana II akan memungkinkan para siswa berkonsentrasi pada satu kultur
pada suatu momen dan, dengan demikian, akan memperoleh pemahaman yang lebih
komprehensif tentang kultur tersebut, Rencana I lebih efektif dalam memfasilitasi
penyusunan/perumusan generalisasi karena pembandingan dengan bagan-bagan retrieval data
lebih mudah dilakukan. Pengkajian masyarakat-masyarakat yang berbeda juga cenderung
menarik dan menaikkan minat para siswa.
PENGALAMAN MANUSIA: MEMBUAT KEPUTUSAN DIDALAM SUATU MASYARAKAT DUNIA
LANDASAN PEMIKIRAN
Fokus tentang Pengambilan Keputusan
Asumsi dasar pertama: Sasaran utama pelajaran ilmu-ilmu sosial adalah membantu anak-anak
mengembangkan kemampuan membuat keputusan-keputusan reflektif sehingga mereka
mampu memecahkan masalah-masalah pribadinya dan, lewat tindakan sosial, mempengaruhi
kebijakan publik serta menumbuhkan suatu kesadaran keampuhan politis (mampu berpolitik).
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam dekade terakhir ini telah memperlihatkan secara
dramatis bahwa kita hidup di sebuah masyarakat dunia yang dikepung oleh berbagai persoalan
sosial dan kemanusiaan yang sukar. Solusi efektif bagi persoalan-persoalan berat ini dapat
ditemukan hanya dengan suatu kewargaan yang aktif dan berpengetahuan yang sanggup
membuat keputusan-keputusan publik yang bijaksana yang akan menguntungkan masyarakat
dunia. Mau tidak mau, sekolah memainkan peranan penentu dalam mendidik warganegara
agar mampu membuat keputusan-keputusan cerdas tentang isu-isu sosial dan sanggup
melakukan tindakan-tindakan afirmatif (menguatkan/mengesahkan) untuk membantu
memecahkan isu-isu tersebut. Penyelidikan ilmu sosial (social inquiry) dan penyelidikan nilai
merupakan komponen mendasar pengambilan keputusan. Masing-masing elemen ini, yang
diikhtisarkan dalam Gambar 6.3, akan menjadi bagian tak terpisahkan dari program yang
diusulkan.
Gambar 6.3
Sebuah Perspektif Global bagi Masyarakat Dunia
Asumsi Dasar Kedua: Program kajian ilmu-ilmu sosial di sekolah dasar untuk tahun 1980-
an harus mempunyai suatu perspektif global dan internasional dan harus mencakup muatan
tentang berbagai budaya dan masyarakat di seluruh dunia, yang dimulai pada jenjang kelas
paling dini. Berbagai peristiwa akhir-akhir ini, seperti krisis energu dunia, makin memperjelas
bahwa kita tinggal di sebuah planet yang makin kecil dan bahwa manusia yang berasal dari
berbagai bangsa dan budaya harus belajar untuk bersama-sama memecahkan masalah-masalah
sosial jika Planet Bumi ini hendak diselamatkan bagi generasi yang akan datang. Bangsa-bangsa
tidak boleh lagi memecahkan persoalan-persoalannya secara sendiri-sendiri. Persoalan-
persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi dunia sangatlah berat. Kelebihan
penduduk, kelaparan, inflasi, kelangkaan energi, dan polusi hanyalah beberapa diantara
persoalan dunia yang lebih serius. Mau tidak mau, suatu program kajian ilmu-ilmu sosial
modern memainkan peranan yang menentukan dalam pendidikan warganegara yang sanggup
berfungsi secara aktif dan reflektif didalam masyarakat dunia. Seperti yang diamati dengan jeli
oleh Lester Brown, kita hidup di sebuah dunia tanpa perbatasan. Kita perlu mendidik para siswa
yang sanggup meningkatkan atau memperbaiki kondisi manusia di seluruh komunitas dunia.
Program yang diusulkan ini memiliki fokus global yang kuat. Budaya-budaya dunia akan
mulai dipelajari pada Jenjang interdependence, scarcity, change, social ization. Pada jenjang
ini, para siswa akan mempelajari bagaimana budaya dan kelompok etnis seseorang
mempengaruhi identitas dan tingkah lakunya. Mereka akan mempelajari pengembangan
identitas anak-anak di berbagai pelosok bumi ini. Pada masing-masing jenjang berikutnya, para
siswa akan mempelajari dunia dan budaya domestik yang mencontohkan konsep-konsep dan
generalisasi yang sedang diajarkan pada jenjang kelas yang bersangkutan. Pada Jenjang
berikutnya, fokusnya adalah berkepanjangannya masalah-masalah sosial yang dihadapi dunia
dan metoda-metoda untuk membantu memecahkan masalah-masalah tersebut.
Fokus terhadap Pengalaman Manusia: Mengalami Budaya yang Lain
Asumsi Dasar Ketiga: Suatu program kajian (pelajaran) ilmu-ilmu sosial untuk para siswa
sekolah dasar harus amat personal, harus berkaitan langsung dengan perasaan dan persepsi
siswa, dan harus melibatkan para siswa secara langsung didalam kehidupan orang-orang yang
tinggal dan pernah tinggal di negeri dan lingkungan budaya yang lain. Sementara Jenjang 1
hingga 6 diorganisir diseputar konsep-konsep yang relevan dengan pranata dan budaya, fokus
dalam satuan dan bahan terpilih adalah bagaimana pranata serta budaya ini mempengaruhi
tingkah laku manusia yang hidup didalamnya dan bagaimana cara orang-orang mengubah
pranata-pranata tersebut agar mereka lebih mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.
Suatu program pelajaran ilmu-ilmu sosial yang dipersonalkan harus mengaitkan
kehidupan manusia dalam subkultur, kultur, dan negara-negara yang berbeda, dan kehidupan
mereka yang hidup di masa lampau dengan kehidupan masa kini. Ini tidak berfokus pada
peristiwa, perjanjian atau perang politik melainkan pada bagaimana peristiwa-peristiwa ini
mempengaruhi manusia dan bagaimana manusia merespons hal-hal tersebut.
Strategi-strategi pertanyaan, potret, latihan-latihan penilaian, dan bahan-bahan yang
diambil dari berbagai sumber akan dimanfaatkan untuk membandingkan kehidupan manusia
pada kebudayaan dan jaman yang lain dengan kehidupan para siswa sekolah dasar tersebut.
Sumber-sumber seperti narasi, surat-surat, catatan harian, gambar, pilihan sastra, kutipan-
kutipan otobiografi, bagan-bagan, grafik, puisi, dan lukisan adalah jenis sumber-sumber daya
yang akan digunakan untuk membantu para siswa ‘mengalami’ budaya dan jaman yang lain.
Fokus terhadap Masa Depan
Asumsi Dasar Keempat: Program pelajaran ilmu-ilmu sosial selama tahun 1980-an harus
mencakup bukan hanya masa lampau dan masa kini, melainkan juga berfokus pada masa
depan. Masyarakat dunia global kita sedang mengalami perubahan yang teramat besar dan
cepat. Perubahan cepat demikian menimbulkan dampak psikologis dan sosiologis yang luar
biasa terhadap warga masyarakat dunia. Alvin Toffler menggunakan konsep “kejutan masa
depan” untuk menyebutkan hal-hal yang terjadi terhadap manusia ketika mereka dipaksa
menyesuaikan diri terhadap perubahan cepat yang ada di sekeliling mereka.
Kajian-kajian masa depan harus menjadi bagian tak terpisahkan dari suatu program
pelajaran ilmu-ilmu sosial yang berorientasi pada pengambilan keputusan. Ketika konsep-
konsep seperti golongan, pranata, komunitas, dan budaya dipelajari, para siswa tidak hanya
menyelidiki bagaimana konsep-konsep ini mengejawantah di masa lampau dan masa kini,
melainkan mereka juga harus dibantu membuat proyeksi-proyeksii tentang bagaimana konsep-
konsep itu dicirikan di masa depan. Akan tetapi, kajian-kajian masa depan tidak boleh dibatasi
hanya pada pembuatan proyeksi-proyeksi mengenai masa depan. Para siswa harus
mendiskusikan dan meneliti alternatif-alternatif masa depan serta cara-cara merencanakan
masa depan itu agar lebih tanggap terhadap kondisi manusia.
KERANGKA KONSEPTUAL
Struktur Dasar
Masing-masing jenjang kelas berfokus pada pengembangan satu konsep kunci (yang selanjutnya
kita namakan konsep fokus) serta beberapa pertanyaan kunci yang relevan. Konsep-konsep
kunci ini dikaji dari perspektif konsep-konsep serta generalisasi pengorganisir yang berasal dari
beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial; dengan demikian, program ini bersifat antardisiplin. Pada
Jenjang 2 hingga 6, masing-masing konsep fokus dikaji dari perspektif lima konsep
pengorganisir dan generalisasi-generalisasi yang relevan. Pada Jenjang 1, hanya tiga konsep dan
generalisasi relevan yang digunakan untuk mempelajari konsep fokus. Hanya dua konsep
pengorganisir dan generalisasi relvan yang digunakan untuk mempelajari konsep fokus pada
Jenjang K. Tabel 6.4. memperlihatkan ikhtisar kerangka konseptual untuk program usulan.
Konsep-konsep fokus jenjang kelas dan pertanyaan-pertanyaan kunci diperlihatkan dalam Tabel
6.5.
Tabel 6.4. Kerangka Konseptual untuk Program Pelajaran Ilmu-ilmu sosial Distrik Sekolah Holt
Unified
Tabel 6.5. Konsep Fokus dan pertanyaan-pertanyaan yang relevan
Sifat Antardisiplin Program Tersebut
Walaupun masing-masing jenjang kelas berfokus pada satu konsep kunci, namun program
usulan tersebut secara menyeluruh bersifat antardisiplin. Masing-masing konsep jenjang kelas,
seperti pranata manusia dan komunitas manusia, dikaji dari perspektif konsep-konsep ilmu
sosial yang bersifat mengorganisir serta generalisasi-generalisasi yang diambil dari beberapa
disiplin. (Lihat Gambar 6.4).
Sebagai contoh, pada Jenjang K, para siswa mengkaji identitas dari perspektif sosialisasi
(sosiologi) dan perbedaan-perbedaan kultural (antropologi). Pada Jenjang 5, para siswa
mengkaji kebudayaan dari perspektif sosialisasi (sosiologi), kelangkaan (ilmu ekonomi),
perbedaan-perbedaan budaya (antropologi), kekuasaan (ilmu politik), dan lingkungan fisik
(geografi). (Lihat Tabel 6.4.) terdapat lima konsep dan generalisasi pengorganisir, dan pada
setiap jenjang kelas, sebagian atau semua konsep dan generalisasi ini dipelajari. Generalisasi-
generalisasi fokus pada masing-masing jenjang kelas merupakan bentuk-bentuk kelima
generalisasi pengorganisir. Dibawah ini dikemukakan konsep-konsep pengorganisir serta
generalisasi-generalisasi yang relevan:
SOSIALISASI
Tingkah laku individu dipengaruhi oleh sistem sosial dimana individu tersebut berada atau
berpartisipasi.
KELANGKAAN
Individu-individu serta kelompok atau golongan menghadapi suatu konflik antara keinginan
yang tidak terbatas dan sumber daya yang terbatas.
PERBEDAAN BUDAYA
Perbedaan-perbedaan budaya mempengaruhi tingkah laku individu maupun tingkah laku
golongan.
KEKUASAAN
Hukum dan peraturan mengatur tingkah laku manusia dalam suatu sistem sosial.
LINGKUNGAN FISIK
Lingkungan fisik mempengaruhi tingkah laku manusia dalam suatu sistem sosial.
Perkembangan Intelektual dan Emosional Anak-anak
Dalam merancang program, kita harus mengingat dan mempertimbangkan
perkembangan kognitif dan emosional para siswa. Teori dan riset perkembangan anak
memberitahu kita bahwa beberapa anak kecil sanggup memahami konsep-konsep ilmu sosial
secara lebih baik ketimbang anak-anak yang lain dan bahwa mereka mempunyai kebutuhan
dan minat psikologis yang unik. Pengaturan program ini dirancang sedemikian rupa sehingga
mencerminkan tahap-tahap perkembangan anak. Jumlah konsep dan disiplin yang dapat
dipelajari secara menguntungkan oleh anak-anak adalah terbatas. Demikian pula, konsep-
konsep yang mereka pelajari pada usia tersebut haruslah konsep-konsep yang dapat
dihubungkan dengan mudah dengan mereka. Kami telah memutuskan untuk mengajarkan
identitas pada jenjang taman kanak-kanak. Pada tahap usia ini, semua anak kecil ingin tahu
tentang siapa dan bagaimana dirinya, mengapa mereka menjadi seperti apa adanya saat ini,
dan bagaimana caranya agar mereka bisa berhubungan secara lebih baik dengan orang-orang
yang ada di lingkungan sosial mereka. Untuk menyederhanakan bagian program ini, konsep ini
akan dipandang hanya dari dua perspektif disiplin, yakni sosialisasi (sosiologi) dan perbedaan-
perbedaan budaya (antropologi). Kedua perspektif disipliner ini dapat dimengerti anak-anak
yang masih kecil. Pada jenjang ini kita banyak memanfaatkan benda-benda cetak, kartu
permainan peran, strip film, rekaman, serta media yang lain. Bagian program ini berorientasi
pada tindakan dan sangat visual dan auditorik.
Pada Jenjang 2, kelompok-kelompok dititikberatkan karena hampir semua anak kecil
menjadi anggota kelompok tertentu di sekolah dan di lingkungan tetangganya. Program Jenjang
2 ini dirancang untuk membantu anak-anak agar lebih memahami golongan atau kelompok-
kelompok yang didalamnya mereka berpartisipasi serta kelompok-kelompok lain yang
beranggotakan anak-anak di berbagai pelosok bumi ini. Agar jenjang kelas ini tetap berfokus
pada dan dapat dimengerti anak-anak kecil, program ini hanya mengajarkan tiga konsep
pengorganisir dan generalisasinya: sosialisasi, perbedaan budaya, dan kekuasaan. Konsep-
konsep disipliner ini akan memberi kontribusi terbesar terhadap pemahaman anak-anak kecil
mengenai kelompok atau golongan yang didalamnya mereka dan anak-anak lain merupakan
anggota.
Jenjang K hingga 4 diorganisir diseputar konsep-konsep yang semakin kompleks yang
mencerminkan cara-cara mengorganisir atau menata masyarakat manusia. Fokus sepanjang
program ini keseluruhan adalah bagaimana anak dan orang lain berfungsi dalam sistem sosial
ini. Hubungan ini diperlihatkan pada Gambar 6.5. penataan/pengorganisasian ini didasarkan
pada asumsi bahwa kemampuan-kemampuan kognitif anak-anak sekolah dasar akan menjadi
makin kompleks seiring dengan kemajuan mereka di sekolah dan bahwa mereka sanggup
menguasai konsep-konsep dan generalisasi yang makin kompleks. Penataan kelompok manusia
jauh lebih sederhana ketimbang penataan (pengorganisasian) masyarakat manusia.
Perkembangan berjenjang tatanan sosial individu ini diubah pada Jenjang 5. Masyarakat
merupakan unit terbesar dari organisasi manusia. Jenjang 5 berfokus pada kebudayaan. Konsep
ini dipilih untuk Jenjang ini dengan maksud untuk menitikberatkan fokus global dalam program
tersebut dan mengorganisir program setahun di seputar konsep penting ini. Jenjang 6 kembali
kepada penataan dasar program ini dan berfokus pada masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat pada masa lampau dan pada masa kini. Asumsi yang mendasari penekanan ini
adalah bahwa tujuan utama suatu program ilmu-ilmu sosial haruslah membantu para siswa
dalam membuat keputusan-keputusan reflektif tentang masalah-masalah sosial. Kelihatannya,
pada tahun akhir program ini, sasaran paling esensil suatu program pelajaran ilmu-ilmu sosial
kontemporer akan diungkap.
Pengorganisasian Unit-Unit
Unit-unit untuk masing-masing jenjang akan diorganisir di seputar konsep-konsep
pengorganisir serta genn-generalisasi yang relevan (lihat Tabel 6.4). ada lima konsep
pengorganisir serta generalisasi-generalisasi yang relevan. Akan tetapi, ini tidak mesti berarti
bahwa masing-masing program jenjang kelas akan terdiri atas lima unit. Beberapa unit bisa
dikembangkan diseputar satu konsep pengorganisir dan generalisasinya. Sebagai contoh, pada
Jenjang 4, beberapa unit dapat dikembangkan untuk menerangkan kelangkaan di koloni-koloni
Amerika, di Brazil pada abad ke-19, dan di Rusia pada abad ke-20. akan tetapi, satu unit bisa
jadi berhubungan dengan kelangkaan di masa dan tempat-tempat ini. Program untuk Jenjang 5
bisa pula diorganisir menjadi lima unit atau lebih. Berikut ini adalah contoh rangkuman unit-unit
untuk Jenjang 5:
KEBUDAYAAN MANUSIA
Unit 1 Sifat Hakekat Kebudayaan (Pengantar Fokus)
Unit 2 Bagaimana Anak-Anak Hidup di Emapt Budaya yang Berbeda (Sosialisasi)
Unit 3 Bagaimana Kebudayaan yang Berbeda Mempertukarkan Barang dan Jasa
(Kelangkaan)
Unit 4 Perbedaan-Perbedaan Budaya dan Konflik Kebudayaaan (Perbedaan-Perbedaan
Budaya)
Unit 5 Bagaimanakah Pengaturan dalam Berbagai Kebudayaan (Kekuasaan)
Unit 6 Bagaimana Berbagai Kebudayaam Memanfaatkan Lingkungan Fisik Mereka
Unit 7 Studi Kasus suatu Kebudayaan dalam Transisi: Suku Indian Navajo di Amerika
Serikat bagian Barat Daya (Analisis Antardisiplin)
Latihan Soal Unit
Masing-masing unit berisi pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal latihan yang dirancang untuk
membantu para siswa mengembangkan kecakapan dalam (1) ketrampilan kajian sosial dasar,
(2) merumuskan konsep-konsep serta generalisasi, (3) klarifikasi nilai, dan (4) pengambilan
keputusan. Keempat jenis latihan untuk pengembangan ketrampilan dijelaskan di bawah ini.
Ketrampilan Kajian Sosial Dasar. Ini merupakan ketrampilan kajian kerja yang merupakan
bagian esensil suatu program pelajaran ilmu-ilmu sosial yang baik. Ketrampilan-ketrampilan ini
meliputi:
1. Membuatan dan membaca peta
2. membaca bahan-bahan pelajaran ilmu sosial
3. merangkum bahan-bahan pelajaran ilmu sosial
4. mengamati dan mencatat hasil observasi
5. melakukan wawancara
6. membaca dan menafsirkan grafik, bagan, dan tabel.
7. membuat grafik, bagan, dan tabel
8. membuat model-model yang merangkum informasi kunci yang telah diperlajari
9. mengevaluasi data dan informasi.
Pengembangan Konsep dan Generalisasi (ketrampilan kognitif yang lebih tinggi). Latihan ini
terdiri atas tindakan melatih siswa dalam merumuskan hipotesis, menguji hipotesis,
merumuskan generalisasi, serta melakukan konseptualisasi.
Penyelidikan Nilai. Latihan ini akan memberi kepada siswa praktik dalam:
1. Identifikasi dan pengenalan masalah nilai
2. Penguraian tingkah laku yang relevan dengan nilai
3. Penyebutan nama nilai-nilai yang dicontohkan tingkah laku yang diterangkan.
4. Penentuan nlai-nilai yang bertentangan didalam tingkah laku yang diterangkan.
5. Membuat hipotesis tentang sumber-sumber nilai yang dianalisis
6. Penyebutan nilai-nilai alternatif terhadap nilai-nilai yang dicontohkan dengan tingkah laku
yang diamati
7. Membuat hipotesis tentang kemungkinan konsekuensi nilai-nilai yang dianalisis
8. Menyatakan preferensi nilai: pemilihan
9. Menyatakan alasan-alasan, sumber-sumber, dan kemungkinan konsekuensi-konsekuensi
pilihan nilai (menjustifikasi nilai yang dipilih; menjelaskan hubungan nilai diri sendiri
dengan nilai-nilai universal yang dinyatakan dalam dokumen-dokumen nasional seperti
keadilan, kesetaraan, martabat manusia, dan lain-lain)
Pengambilan keputusan. Latihan ini akan memberi kepada siswa praktik dalam:
1. Mengidentifikasi alternatif (penggunaan generalisasi-generalisasi yang berkaitan dengan
penyatuan konsep-konsep guna mengidentifikasi alternatif-alternatif.)
2. Memprediksi kemungkinan konsekuensi masing-masing alternatif (dengan menggunakan
generalisasi-generalisasi yang berhubungan dengan konsep-konsep untuk memprediksi
konsekuensi.)
3. Mengurutkan alternatif (menentukan alternatif yang paling konsisten dengan sikap nilai
yang ditentukan)
4. Pembahasan atau pengambilan tindakan yang konsisten dengan sikap nilai (dengan
mengekspresikan kemauan untuk menerima konsekuensi-konsekuensi tindakan yang
dipilih)
KAJIAN ETNIS DAN PEMBAHARUAN KURIKULUM
Akhir-akhir ini, distrik sekolah di seluruh negeri ini (Amerika Serikat) telah berupaya
memodifikasi kurikulum mereka agar lebih mencerminkan keragaman etnis dan kultural dalam
masyarakat Amerika. Tindakan-tindakan yang diambil distrik sekolah ini didorong terutama oleh
kekuatan-kekuatan sosial dan oleh kesadaran para pendidik bahwa para siswa hanya meraih
pendidikan parsial apabila mereka kurang belajar tentang kelompok-kelompok etnis Amerika
serta pengaruh kuat etnisitas dalam masyarakat Amerika. Banyak pembaharuan kurikulum yang
berkaitan dengan kajian-kajian etnis srta program-program warisan etnis telah terjadi dalam
kajian-kajian sosial karena kajian-kajian sosial menyangkut tingkah laku manusia dan hubungan
didalam kelompok serta antar kelompok.
Terdapat beberapa anggapan umum mengenai kajian-kajian etnis yang telah
berpengaruh buruk terhadap perkembangan program-program kajian etnis di sekolah-sokal di
negeri ini. Kita perlu meneliti dan menentang asumsi-asumsi ini serta praktik-praktik sekolah
yang terkait supaya gerakan kajian etnis dapat berfungsi sebagai katalisator bagi pembaharuan
kurikulum. Keuntungan terbesar yang bisa didapat dari kajian-kajian etnis adalah bahwa kajian-
kajian ini dapat berfungsi sebagai wahana bagi pembaharuan kurikulum secara menyeluruh.
Asumsi-Asumsi tentang Kajian Etnis
Salah satu asumsi luas yang dianut banyak pendidik adalah bahwa kajian-kajian etnis hanya
menyangkut golongan mintoritas non-kulit putih, seperti golongan keturunan Asia Amerika,
penduduk asli Amerika, dan keturunan Afro-Amerika. Program-program kajian etnis di sekolah-
sekolah seringkali didasarkan pada dan mencerminkan asumsi ini. Sebagai contoh, di berbagai
program kajian etnis sekolah, sedikit sekali atau sama sekali tidak ada perhatian terhadap
pengalaman-pengalaman kelompok-kelompok etnis Eropa-Amerika, seperti Yahudi-Amerika,
Polandia Amerika, dan Italia Amerika. Adalah keliru serta tidak bijaksana bila diasumsikan
bahwa kajian etnis harus dibatasi hanya untuk pengkajian kelompok-kelompok minoritas etnis.
Ringkasnya, kita bisa mendefinisikan kelompok etnis sebagai suatu kelompok non-volunter yang
memiliki rasa kesebangsaan, kesamaan nilai-nilai, ciri perilaku, dan kepentingan politik dan
ekonomi yang serupa. Kelompok minoritas etnis adalah suatu kelompok etnis yang memiliki
beberapa ciri yang khas. Kelompok ini memiliki ciri-ciri fisik dan/atau kultural yang unik yang
memungkinkan para anggota kelompok yang lain mudah mengenali anggotanya, biasanya
untuk maksud-maksud diskriminasi. Sebuah kelompok minoritas etnis seringkali tidak berdaya
secara politik dan ekonomi dalam sebuah masyarakat.
Definisi-definisi ini menunjukkan bahwa kajian etnis secara sahih menyangkut
kelompok-kelompok sperti kelompok-kelompok Anglo-Amerika, Italia-Amerika, dan Polandia-
Amerika, begitu pula kelompok-kelompok minoritas etnis seperti Afro-Amerika, dan Meksiko-
Amerika. Konseptualisasi kajian etnis dan muatan etnis secara luas sebagai kajian atas
kelompok-kelompok etnis akan memungkinkan para penyusun kurikulum memilih muatan
tentang berbagai tipe kelompok etnis sehingga, dengan memperbandingkannya, para siswa
dapat mengembangkan konsep-konsep serta generalisasi-generalisasi yang lebih tinggi
mengenai etnisitas dalam masyarakat Amerika.
Banyak pendidik beranggapan bahwa kajian etnis pada dasarnya bersifat tambahan dan
bahwa kita dapat menciptakan program-program kajian etnis serta pengalaman-pengalaman
etnis yang absah tanpa mengubah kurikulum yang ada sekarang namun dengan menambahkan
suatu daftar pahlawan dan peristiwa-peristiwa kelompok minoritas kealam daftar pahlawan
dan peristiwa-peristiwa kelompok Anglo-Amerika yang sudah dipelajari dalam hampir semua
pelajaran ilmu-ilmu sosial. Para pendidik ini berkeyakinan bahwa kita perlu mengajarkan
kepahlawanan Booker T. Washington dan Geronimo sama seperti kita mengajarkan
kepahlawanan Betsy Ross dan Abraham Lincoln, dan bahwa potret para pahlawan kulit hitam
dan pahlawan Indian Amerika harus ditambahkan kedalam daftar gambar-gambar pahlawan
kulit putih Amerika yang digantung di dinding-dinding sekolah serta di ruang kelas. Dalam
program-program kajian etnis yang bertipe tambahan seperti ini, para siswa dituntut
utkmengenang fakta-fakta terpisah tentang sejarah kaum kulit putih dan sejarah kaum kulit
hitam. Konseptualisasi kajian etnis yang pada dasarnya bersifat tambahan adalah problematis
karena dalam berbagai kasus pembaharuan kurikulum yang lebih mendasar dan substansial
dibutuhkan. Fakta-fakta yang terlupakan tentang para pahlawan minoritas tidak lebih
merangsang kaun intelek ketimbang fakta-fakta yang terlupakan tentang para pahlawan kulit
putih Amerika.
Kajian Etnis: Sebuah Proses Pembaharuan Kurikulum
Kajian etnis tidak boleh dibatasi hanya untuk kajian kelompok-kelompok minoritas etnis
walaupun sudah tentu harus mencakup kajian-kajian serupa. Kajian etnis ini tidak boleh berupa
tambahan atau lampiran terhadap kurikulum kajian ilmu-ilmu sosial reguler. Sebaliknya, kajian
etnis harus dipandang sebagai suatu proses pembaharuan kurikulum yang akan bermuara pada
penciptaan suatu kurikulum konseptual baru yang didasarkan pada asumsi-asumsi serta
perspektif baru, dan yang akan membantu para siswa dalam mendapatkan pandangan baru
tentang pengalaman sejarah bangsa Amerika dan sebuah konsepsi baru tentang apa arinya
menjadi orang Amerika. Oleh karena kaum imigran Inggris menguasai hampir semua pranata
ekonomi, sosial, dan politik dulunya dalam sejarah bangsa kita, Amerikanisasi telah ditafsirkan
sebagai Anglikanisasi. Terutama selama bangkitnya faham asal-usul kebangsaan pada akhir
1800-an dan awal 1900-an, orang Amerika keturunan Inggris telah mendefinisikan
Amerikanisasi sebagai Anglikanisasi. Pengertian dan paham Amerikanisasi masih tersebar luas
didalam masyarakat dan sekolah-sekolah kita dewasa ini. Dengan demikian, ketika kita sedang
membayangkan sejarah dan sastra Amerika, kita cenderung membayangkan sejarah dan sastra
Anglo-Amerika yang ditulis pada penulis Anglo-Amerika.
Kita perlu mengajarkan sejarah dan kebudayaan Amerika dari perspektif etnis yang
beragam dan bukan semata-mata dari sudut pandang para sejarawan dan penulis keturunan
Anglo-Amerika. Hampir semua mata pelajaran dan satuan pelajaran ilmu-ilmu sosial diajarkan
terutama dari suatu perspektif Anglo-Amerika. Bahan pelajaran dan satuan-satuan pelajaran ini
didasarkan pada sesuatu yang kami namakan sebagai Model Anglo-Amerika Sentris atau Model
A (Lihat Gambar 6.6).
Kajian etnis, sebagai suatu proses pembaharuan kurikulum, dapat dan sering bergerak maju
dari Model A ke Model B, yakni Model Tambahan Etnis. Dalam bahan pelajaran dan satuan-
satuan pelajaran yang didasarkan pada Model B, muatan etnis merupakan tambahan terhadap
batang tubuh kurikulum utama, yang tetap didominasi unsur Anglo-Amerika. Banyak distrik
sekolah yang telah berusaha melakukan modifikasi etnis terhadap kurikulum telah
mengimplementasikan perubahan-perubahan kurikulum tipe Model B. Bahan pelajaran kajian
Kulit Hitam, bahan pelajaran kajian Cina, serta satuan-satuan khusus kelompok etnis di sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama adalah contoh pengalaman kurikulum tipe Model B.
Akan tetapi, kami menganjurkan supaya pembaharuan dilakukan secara langsung
bergeser dari Model A ke Model C, yakni Model Multietnis. Dalam bahan-bahan dan satuan
pelajaran yang didasarkan pada Model C, para siswa mempelajari peristiwa-peristiwa historis
dan sosial dari berbagai sudut pandang etnis. Perspektif Anglo-Amerika hanyalah salah satu
kelompok diantara berbagai kelompok dan tidak boleh berkedudukan superior ataupun inferior
terhadap perspektif-perspektif etnis yang lain. Kami memandang tipe unit dan bahan pelajaran
Model D (Model Multinasional) sebagai sasaran akhir pembaharuan kurikulum. Dalam model
kurikulum ini, para siswa mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah dan sosial dari perspektif dan
sudut pandang multinasional. Oleh karena kita hidup di tengah sebuah masyarakat global, para
siswa perlu mempelajari cara menjadi warga masyarakat dunia yang efektif. Ini tidak akan
tercapai apabila para siswa mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah dan peristiwa-peristiwa
kontemporer hanya dari perspektif budaya-budaya etnis yang ada di negeri ini.
Pengajaran Perspektif Multietnis
Ketika mempelajari suatu masa dalam sejarah, seperti masa penjajahan, dalam suatu unit atau
pelajaran yang didasarkan pada Model Multietnis (Model C), penyelidikan tidak boleh berakhir
ketika para siswa telah memandang masa itu dari perspektif para sejarawan dan penulis Anglo-
Amerika. Mereka justru perlu memikirkan dan merenungkan pertanyaan-pertanyaan semacam
ini: ”Bagaimanakah pandangan para sejarawan keturunan Indian tentang masa penjajahan?”
“Apakah pandangan mereka tentang masa itu berbeda secara substansial dari pandangan para
sejarawan dan penulis Anglo-Amerika?” “Mengapa atau mengapa tidak?” “Bagaimanakah
kehidupan kelompok keturunan Yahudi, kulit hitam, dan kelompok-kelompok etnis lain di
Amerika selama abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas?” “Bagaimanakah cara kita
mengetahuinya?” Dengan perkataan lain, dalam pelajaran dan satuan-satuan pelajaran tipe
Model C, para siswa akan memandang peristiwa-peristiwa historis dan kontemporer dari
perspektif beragam kelompok etnis dan rasial.
Kami tentunya tidak menganjurkan para guru menghapuskan atau merendahkan sejarah
Anglo-Amerika atau perspektif Anglo-Amerika mengenai peristiwa-peristiwa sosial atau historis.
Kami semata-mata menganjurkan supaya perspektif Anglo-Amerika dijadikan sebagai hanya
salah satu diantara berbagai perspektif yang perlu diajarkan dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial
dan dalam sejarah Amerika. Hanya dengan mendekati pengkajian kehidupan dan kebudayaan
bangsa Amerika seperti inilah para siswa bisa memperoleh suatu pandangan yang global dan
bukan etnosentris tentang sejarah dan kebudayaan bangsa kita.
Pengalaman dan budaya seorang sejarawan, termasuk budaya etnisnya, berpengaruh
besar terhadap pandangannya tentang masa lampau dan masa kini. Akan tetapi, terlalu
menyederhanakan bila dikatakan bahwa hanya ada satu perspektif Anglo-Amerika atau
perspektif kulit hitam tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa kontemporer. Beragam
perbedaan lebar dalam pengalaman dan persepsi terdapat baik didalam maupun antar
kelompok etnis. Akan tetapi, mereka yang telah mengalami secara langsung suatu peristiwa
sejarah atau fenomena sosial, seperti penghinaan rasial atau pengasingan rasial, sering punya
pandangan yang berbeda dari pandangan orang-orang yang hanya menyaksikannya dari
kejauhan. Akan tetapi, laporan-laporan yang ditulis mereka yang terasingkan, seperti cerita
haru A Child in Prison Camp yang ditulis Takashima, sering membuahkan pandangan-pandangan
dan perspektif tentang pengasingan yang tidak sanggup dihasilkan oleh oang-orang yang tidak
mengalami pengasingan. Individu-individu yang memandang pengasingan dari luar juga dapat
memberikan perspektif dan sudut pandang yang unik dan penting. Kedua perspektif ini harus
dipelajari dalam suatu kurikulum ilmu-ilmu sosial yang bijaksana.
Kurikulum Konseptual dan Kajian etnis
Tipe kurikulum konseptual antardisiplin yang telah kita bahas dan rekomendasikan
dalam bab ini sangat memudahkan penempatan muatan yang berkaitan dengan kelompok-
kelompok etnis kedalam kurikulum. Ketika memilih konsep-konsep kunci yang akan
dipergunakan untuk mengorganisir kurikulum tersebut, guru atau komite kurikulum harus
memilih konsep-konsep yang bukan hanya memenuhi kriteria yang dipaparkan pada Bab 5,
melainkan juga mampu menjelaskan aspek-aspek signifikan pengalaman kelompok-kelompok
etnis yang ada di Amerika dan mampu mengorganisir muatan yang relevan dengan kelompok-
kelompok etnis. Banyak konsep ilmu-ilmu sosial tingkat tinggi, seperti kekuasaan, kebudayaan,
dan konflik, memenuhi kriteria ini. Tabel 6.6 memperlihatkan suatu daftar konsep sejenis ini.
Tabel 6.6.
Konsep Pengorganisir untuk Kurikulum Kajian etnis
Disiplin Konsep kunci Disiplin Konsep kunci
Antropologi Budaya
Keragaman
budaya
Akulturasi
Akulturasi paksa
Asimilasi budaya
Ras
Pembauran ras
Subkultur
Sinkretisme
Wadah adukan
Genosida budaya
Etnosentrisme
Ilmu
politik
Kekuasaan
Ketakberdayaan
Separatisme
Penindasan
Protes sosial
Kelompok
khusus
Legitimasi
Otoritas
Elit kekuasaan
Koloni
Kolonisasi
pemberontakan
Ekonomi Kelangkaan
Kemiskinan
Produksi
Konsumsi
Kapitalisme
Eksploitasi
Psikologi Identitas
Agresi
Represi
Pergeseran
ekonomi
Geografi Enklaf etnis
Wilayah
Ghetto
Pusat kota
Lokasi
Sosiologi Diskriminasi
Kelompok etnis
Kelompok
minoritas
Prasangka
Rasisme
Sosialisasi
Status
Nilai-nilai
Sejarah Imigrasi
Migrasi
Perubahan
Apabila konsep-konsep dan generalisasi untuk kurikulum konseptual antardisiplin telah
diidentifikasi, guru atau komite kurikulum harus memilih generalisasi-generalisasi tingkat
rendah yang berhubungan dengan kelompok-kelompok mayoritas dan minoritas yang ada di
Amerika. Tabel 6.7 memperlihatkan bagaimana muatan yang berhubungan dengan kelompok-
kelompok minoritas etnis bisa menjadi bagian integral dari suatu kurikulum konseptual
antardisiplin.
Tabel 6.7.
Kerangka Konseptual Kurikulum Multietnis Ilmu-Ilmu Sosial
Konsep
kunci dan
disiplin kunci
Generalisasi kunci Generalisasi tingkat
menengah
Generalisasi tingkat
bawah
Imigrasi-
migrasi
(geografi)
Dalam semua
masyarakat, individu
dan kelompok
berpindah untuk
mencari peluang
ekonomi, politik, dan
sosial yang lebih baik
Individu dan
kelompok di
Amerika Serikat
pindah untuk
mencari peluang
ekonomi, politik,
dan sosial yang
lebih baik. Namun
perpindahan
individu dan
kelompok di
Amerika bersifat
sukarela dan wajib
Penduduk asli
Amerika Serikat
sering berpindah
didalam wilayah
Amerika Serikat
akibat migrasi paksa,
perang, dan kondisi
ekonomi.
Kebanyakan orang
Amerika keturunan
Italia yang
beremigrasi ke
Amerika Serikat
datang terutama
untuk memperbaiki
status ekonomi
mereka.
Sejumlah besar orang
Amerika keturunan
Afrika bermigrasi ke
kota-kota utara dan
barat pada tahun
1900 untuk
membebaskan diri
dari diskriminasi di
selatan.
Selama Perang Dunia
II, orang Amerika
keturunan Jepang
dipaksa pidah dari
rumah mereka ke
kamp-kamp internir
federal.
Kekuasaan
(Ilmu Politik)
Timbul perjuangan
terus-menerus
didalam maupun
diantara kelompok-
kelompok untuk
merebut kekuasaan
dan pengaruh.
Kelompok-
kelompok di
Amerika Serikat
berjuang meraih
kekuasaan dan
pengaruh.
Konflik
(sejarah)
Sepanjang sejarah,
telah timbul konflik
antar dan intra ras
dan kelompok etnis
Konflik
berkembang antar
dan intra ras dan
kelompok etnis
sepanjang sejarah
Amerika Serikat
Akulturasi
(antropologi)
Bilama kelompok-
kelompok etnis
memperluas kontak,
terjadilah pertukaran
ciri-ciri budaya.
Pertukaran ciri-ciri
budaya telah
terjadi antara
berbagai kelompok
rasial dan etnis di
Amerika Serikat.
Diskriminasi
(sosiologi)
Kelompok-kelompok
yang ciri-ciri fisik dan
budayanya berbeda
dari kelompok-
kelompok yang
berkuasa sering jadi
korban diskriminasi.
Kelompok-
kelompok etnis dan
minoritas sering
mengalami
diskriminasi di
Amerika Serikat
Kelangkaan
(ekonomi)
Kelompok-kelompok
yang diberi stigma
rasial atau kultural
dalam suatu
masyarakat sering
mendapat bagian
yang tidak adil dalam
hal barang dan jasa
yang didistribusikan
Kelompok-
kelompok yang
diberi stigma rasial
dan etnis di
Amerika Serikat
sering mendapat
bagian yang tidak
adil dalam hal
barang dan jasa
yang
didistribusikan.
RANGKUMAN
Bab ini berfokus pada metoda-metoda penyusunan (strukturisasi) suatu kerangka
kurikulum konseptual antardisiplin dalam distrik sekolah-distrik sekolah yang sedang dalam
proses mengubah kurikulum ilmu-ilmu sosial mereka atau dalam sekolah-sekolah atau distrik-
distrik sekolah yang tidak punya komitmen terhadap suatu pola pengajaran ilmu-ilmu sosial
yang spesifik. Kami telah mengetengahkan dua contoh kerangka kurikulum pengajaran ilmu-
ilmu sosial yang bersifat antardisiplin. Kerangka konseptual Distrik Sekolah New Park diorganisir
atau ditata di seputar bidang-bidang muatan spesifik; bidang-bidang muatan ini dipelajari atau
dikaji dengan menggunakan konsep-konsep kunci yang bersumber dari berbagai disiplin ilmu-
ilmu sosial. Didalam kerangka konseptual Distrik Sekolah Holt Unified, masing-masing jenjang
kelas berfokus pada sebuah konsep kunci ilmu sosial; konsep-konsep fokus ini dipelajari dari
perspektif berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Penyelidikan ilmu sosial, penyelidikan nilai, dan
ketrampilan-ketrampilan pengambilan keputusan merupakan bagian integral dari kerangka
konseptual Distrik Sekolah Holt Unified. Bagian akhir bab ini membahas perlunya
mengintegrasikan kurikulum ilmu-ilmu sosial dengan muatan etnis dan menyarankan beberapa
cara untuk mewujudkan hal ini.
BAB 7
SEJARAH: STRUKTUR, KONSEP, DAN STRATEGI.
Nurdiana
Sufian Majea
APA ITU SEJARAH?
Sejarah dapat dibedakan menjadi tiga komponen yakni masa lalu, pernyataan masa lalu
dan metode penelitiannya. Semua yang telah terjadi pada masa lalu dapat diberi pengertian
sebagai sejarah. Aspek ini sering disebut “Sejarah yang sebenarnya”. Metode digunakan oleh
sejarawan untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu. Pernyataan sejarawan yang menulis
peristiwa masa lalu juga merupakan bagian dari sejarah. Hal yang lainnya seperti dokumen,
buku-buku dan cerita-cerita sejarah yang disusun dengan pernyataan yang berhubungan
dengan sejarah.
Sudut pandang masa lalu seorang sejarawan dipengaruhi oleh keberadaan fakta, prasangka
orang, tujuan penulisan, masyarakat dan masa dimana mereka hidup serta menulis. Meskipun
sejarah terdiri dari sejumlah peristiwa-peristiwa dari sudut pandang fakta dan bukti, tapi di
sekolah-sekolah hal ini sering dijadikan sebagai anatomi kepercayaan yang tidak bisa
dipertanyakan, dikritisi, atau dimodifikasi. Seperti sebuah pendekatan parosial (pendekatan
agama/gereja-red) yang mengajarkan cabang-cabang sejarah secara luas dari guru di kelas
tentang kealamihan sejarah dan keluasan kepercayaan yang merupakan kontribusi sejarah
dalam mengembangkan patriotisme. Banyak ketidakjelasan tentang kealamihan sejarah dapat
dihapuskan jika guru-guru membedakan pernyataan sejarah dari masa lalu . Pernyataan sejarah
, sering dihubungkan sebagai fakta sejarah, dan hal ini sungguh berbeda dengan kejadian
sebenarnya. Kejadian itu sendiri telah dihilangkan dan tidak pernah terjadi lagi. Jumlah yang
tidak terbatas dari “fakta-fakta” dapat dinyatakan dengan beberapa kejadian yang telah lalu.
Saat sebuah komite investigasi mencoba untuk merekonstruksi peristiwa empat pelajar yang
dibunuh di Kent State University pada 6 Mei 1970, mereka mengolah sejumlah laporan.
Sejumlah laporan tersebut telah menuliskan tentang peristiwa jika detailnya digambarkan,
maka detail penggambarannya itu seperti dalam novel. Bagaimanapun, komite tersebut bukan
hanya tidak dapat melengkapi rekontrukksi peristiwa tersebut, tetapi mereka tidak tertarik
untuk melakukan itu. Mereka hanya tertarik pada fakta yang dibutuhkan untuk tujuan mereka.
Dimasa yang akan datang, percobaan investigasi para sejarawan untuk merekonstruksi
peristiwa Kent State akan dihapus oleh pernyataan yang telah direkam oleh para saksi mata,
surat kabar, majalah, radio, televisi dan berbagai sumber lainnya. Seperti dalam komite
investigasi, mereka tidak akan bisa menggunakan semua “fakta” atau informasi yang mereka
tidak dapat tangani karena tujuan dan praduga mereka akan menetapkan bahwa mereka
menggunakan dan menganggap sesuatu yang valid saja.
Para sejarawan sering menghadapi peristiwa konflik saat mereka mencoba
merekontruksi peristiwa masa lalu. Pada 9 April 1775, tembakan-tembakan yang telah
ditembakkan di Lexington dan pada permulaan Revolusi Amerika. Yang pertama melepaskan
tembakan, pasukan Amerika atu Inggris, itu menjadi masalah bagi para sejarawan. Sejumlah
insiden di Lexington telah ditulis oleh komandan Inggris dan pasukan Amerika itu merupakan
konflik yang paling sering terjadi. Para sejarawan menghadapi masalah yang serupa saat
mereka mencoba menulis deskripsi akurat mengenai sebuah institusi seperti Perbudakan.
Konflik juga sering muncul menanggapi sejumlah catatan tentang Perbudakan yang telah
dituliskan dan didedikasikan oleh Kepala Perbudakan, Sektor Perbudakan dan Rumah
Perbudakan. Masalah lainnya yaitu para sejarawan sering dirumitkan oleh fakta bidang
Perbudakan di perkebunan yang juga menimbulkan perbedaan persepsi tentang perbudakan.
Sejak konflik sumber sejarah dan para sejarawan tidak pernah menemukan semua
informasi mengenai satu kejadian atau menghadirkan semua data yang mereka tidak bisa
tangani, mereka harus menggunakan beberapa kriteria untuk penyeleksian. Kriteria mereka
adalah kepribadian yang sempurna. Sekarang ini, kebutuhan dan tujuan sangat mempengaruhi
interpretasi para sejarawan mengenai masa lalu. Becker, seorang sejarawan, menulis: “ masa
lalu merupakan sejenis gambaran saat kita memproyeksikan visi masa depan kita; di sana ada
perubahan gambar, adoptasi bentuk-bentuknya serta warna dari ketakutan dan aspirasi kita”3.
Fakta sejarah adalah produk pemikiran manusia, sejak sejarawan harus menggunakan sumber
material dan artefak untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu.
METODE SEJARAH
Para sejarawan dalam menuliskan sejarah sering sering berbeda dengan kenyataannya. Hal ini
menjadi bahan diskusi bagi kita bagaimana keaslian dan batasan pengaruh metode sejarah
terhadap perkembangan konsep empirik, generalisasi, dan teori sejarah. Konsep, generalisasi,
dan teori dapat dikembangkan dalam disiplin yang dikarakterisasikan oleh prosedur umum,
definisi yang tepat, dan kolektif data yang objektif. Pendekatan ilmu pengetahuan
gambarannya seperti dalam sebuah peraturan yang sistematis dan kumulatif dengan tujuan
utamanya adalah penjelasan, pengertian dan prediksi (atau pembangunan teori). Sebuah
disiplin ilmu yang memiliki karakteristik tersebut sesuai dengan metode saintifik yang
diidentifikasi oleh Bereslon dan Steiner. Hal ini telah dibahas dalam bagian 2 (lihat halaman
59).
Sebagian para sejarawan berbeda pendapat dalam menggunakan metode penelitian sejarah.
Para sejarawan seperti Krug, Commager dan Haskins meyakini bahwa metode sejarah ada pada
beberapa tingkatan ilmu (saintifik), tetapi pada waktu yang bersamaan kepribadian yang
sempurna dan sejarah merupakan gabungan dari ilmu dan seni. Gottschalk menyatakan bahwa
“sebuah ruang hak paten, memisahkan sejarah sebagai peristiwa yang sebenarnya terjadi
terjadi dari ilmu pengetahuan sejarah, dan ruang tersebut hanya dapat diisi oleh proses
imajinasi, rekontruksi peristiwa yang telah lalu atau setidaknya kemungkinan dari petunjuk-
petunjuk yang tidak sebanding dengan sisa-sisa sejarah yang ada. Ini merupakan sebuah
tindakan yang kreatif, dan disebabkan pula oleh kedekatan seni”. Kumpulan data objektif
merupakan realita antara yang ideal dan tidak ideal dalam sebuah disiplin ilmu. Para sejarawan
secara sadar sering menimbulkan efek penyimpangan (bias) dalam penelitian mereka. Becker
telah menyebut para peneliti yang bias ini dengan “personal equation” (persamaan personal),
dan dia berargumen bahwa hal itu merupakan pengaruh yang tidak dapat dihindari dari
kesimpulan para peneliti. Dia menulis, “Ada bias dalam pemilihan subjek, bias dalam pemelihan
material, bias dalam pegorganisasian dan presentasi dan yang tidak dapat dihindri pula yaitu
mengenai presentasinya sendiri. Disadari atau tidak, semua sejarawan telah membiaskan
semua sejarah; mereka menciptakan zamannya, rasnya, kepercayaannya, kelasnya, negaranya
dan bahkan memenjarakannya”. Walaupun terkadang ada pernyataan yang berlebihan tapi
diyakini dapat menerangi jalur bias dalam penulisan sejarah.
Sosiolog dan psikolog mencoba mengidentifikasi susunan konsep dan generalisasi yang dapat
diuji dan dibuktikan oleh beberapa peneliti yang akhirnya dapat berkrontribusi untuk
membangun sebuah teori. Kebanyakan sejarawan menggambarkan peristiwa dibanding
mencoba menguji generalisasi dan teorinya. Sebagaimana yang telah kita pelajari, saat
sejarawan mempelajari masalah dan peristiwa yang sama, mereka sering mendapatkan
perbadaan kesimpulan. Meskipun konflik tesebut ditemukan juga dalam disiplin ilmu yang lain,
mereka tetap memegang erat sejarah.
Dalam bagian 2 kita telah mempelajari bahwa tujuan utama analisis sosial adalah memperoleh
teori ilmu pengetahuan yang akan memberikan penjelasan, pengertian, dan prediksi atas
fenomena yang terjadi. Saat tujuan ini diterima oleh kebanyakan peneliti yang
mempertimbangkan keilmuan mereka sendiri, para sejarawan benar-benar meragukan
kemampuan mereka untuk memperoleh generalisasi yang valid, bahkan sangat pesimis
terhadap kemampuan mereka untuk memformulasikan sebuah teori. Kebanyakan para
sejarawan menghargai usaha rekontruksi dan deskripsi tentang peristiwa masa lalu
sebagaimana tujuan utama mereka. Mereka juga percaya dengan keterangan bahwa
rekontruksi mereka seharusnya bisa menjadi menarik. Menurut salah satu sejarawan, “sejarah
adalah sebuah cabang dari literature (kesusastraan) dan hal itu memberikan jasa pada
beberapa tujuan dan ia diatur oleh beberapa prinsip literatur ” . Pendapat Krug, bahwa tujuan
sejarah adalah “imajinasi rekonstruksi masa lalu yang menggunakan sebuah metode yang
cermat dan ilmiah, tetapi mengandung unsur artistik dalam kesimpulannya”.
Tidak seperti para sejarawan, maka para sosiolog dan psikolog memiliki jangkauan fenomena
sosial yang luas dan mereka mencoba melihat kecendrungan-kecendrungan dan hubungan
diantara masyarakat. Sejarawan yang sangat tertarik dalam penggambaran masa lalu dalam
usaha membangkitakan kembali semangat dan gaya literature, hal ini sering disebut sejarawan
dengan kesusastraan atau deskripsi. Beberapa sejarawan lebih ilmiah dalam keyakinan mereka
terhadap sejarah, disamping pembatasan dalam metodenya yang tidak dapat dipisahkan, dan
akan berusaha keras untuk memformulasikan sistem susunan ilmu pengetahuan dalam bentuk
konsep, generalisasi, dan mungkin teori. Kelompok penulis seperti ini sering kali disebut
sebagai sejarawan saintifik atau teoritikal.
SEJARAH SEBAGAI MODIFIKASI ILMU PENGETAHUAN
Konsep empirik, generalisasi, dan teori-teori pada umumnya sangat sulit untuk berkembang
dalam sejarah dibandingkan dengan beberapa disiplin ilmu yang lain, seperti psikologi,
sosiologi, dan ilmu politik. Karena metode jarang yang memiliki keunikan ilmiah dan
pembatasannya. Bagaimanapun juga, sejak ilmu pengetahuan belum menemukan syarat-syarat
metode ilmiah yang diidentifikasi oleh Berelson dan Steiner, dan karena sebagian sejarawan
cenderung pada beberapa persyaratan yang ideal, jarang yang dipertimbangkan sebagai
modifikasi ilmu pengetahaun dalam teks buku.
Sejarah merupakan ilmu pengetahuan karena sejarawan mencoba untuk menggunakan
metode ilmu pengetahuan dalam penelitiannya, meskipun berbeda dalam penggunaanya
dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Kita dapat juga beragumen bahwa sejarah adalah
ilmu pengetahuan karena para sejarawan secara sadar berusaha keras untuk mendekati
masalah sejarah secara objektif.
Bagaimanapun, sejarah memilki sejumlah karakteristik non saintifik. Para sejarawan
berkonsentrasi pada masalah dan peristiwa yang unik, bukan pada bentuk dan trend. Tanpa
disadari usaha yang telah dibuat oleh mayoritas sejarawan untuk memformulasikan susunan
sistem ilmu pengetahuan dalam bentuk saintifik yang valid, baik konsep, generalisasi, dan teori-
teorinya. Sejarawan harus juga melakuakan hal yang non saintifik saat mereka mengisi ruang
yang diciptakan oleh bukti yang salah, mencoba menciptakan kembali peristiwa secara
imaginatif, dan menuliskannya dalam gaya susastra.
Walaupun begitu, sejarawan memformulasikan pernyataan secara luas untuk menggambarkan
peristiwa dan mencari bukti untuk mendukungnya bertindak secara ilmiah. Meskipun
sejarawan dan guru sejarah telah memformulasikan sejumlah generalisasi yang dapat
digunakan untuk pengajaran di kelas, teori ilmu pengetahuan banyak yang tidak ada dalam
sejarah. Percobaan Brinton untuk mengidentifikasi dan memverifikasi sebuah sistem
generalisasi yang saling berhubungan mengenai revolusi yang merupakan satu dari sedikit
usaha yang dilakukan para sejarawan untuk memformulasikan sebuah teori ilmu pengetahuan.
Hal ini mungkin pada saat sekarang ditekankan pada ilmu pengetahuan, masa depan para
sejarawan mungkin dinampakkan pada ketertarikannya dalam generalisasi dan teori.
Bagaimanapun, telah diberikan pembatasan yang tidak dapat dipisahkan dalam metode
sejarah, kemungkinan bahwa sejarawan akan mampu memformulasikan secara valid dan
memprediksikan teori yang dapat dikendalikan.
Bahasan di atas mengenai hubungan antara ilmu pengetahuan dan sejarah, tidak dimaksudkan
untuk menyimpulkan bahwa sejarah adalah aspek non saintifik yang membuatnya tidak
mempunyai nilai. Banyak cara untuk mengetahuinya; cara saintifik adalah satu metode yang
disesuaikan untuk beberapa masalah, tetapi bukan untuk yang lain. Bahasan ini dimaksudkan
untuk mengklarifikasi keilmiahan sejarah, maka seorang guru saat mempersiapkan dan
mengimplementasikan pelajaran sejarah, tidak akan mengklaim bahwa sejarah tidak
mempunyai jaminan nilai ilmiah.
KONSEP SEJARAH
Dalam bagian 1 kita telah mendefinisikan struktur, dalam bagian ini struktur sebagai konsep,
generalisasi, dan teori yang unik terhadap keberagaman disiplin imu sosial. Komponen
pengetahuan ini memberdayakan ilmu sosial untuk melihat perilaku manusia dari berbagai
macam perspektif. Anak-anak harus belajar lebih banyak lagi mengenai ilmu pengetahuan agar
menjadi pakar dalam memutuskan suatu hal dan menjadi aktivitis sosial. Oleh karena itu
kurikulum sosial studies harus menjadi bagian yang penting dalam membantu anak-anak
dalam mempelajari sebuah konsep dan generalisasi dalam berbagai disiplin keilmuan.
Pendekatan secara konseptual menginstruksikan kemampuan siswa untuk memandang
perilaku dari perspektif berbagai disiplin dan memahami tingkatan tertinggi ilmu pengetahuan.
Elemen struktur yang lainnya adalah bentuk penelitian yang digunakan oleh ilmuwan sosial
untuk memecahkan masalah sosial dan untuk memperoleh konsep, generalisasi dan teori.
Siswa dianjurkan harus menggunakan mode saintifik dalam penelitian untuk memperoleh
tingkatan tertinggi dalam ilmu pengetahuan.
Asumsi dasar yang lain dalam buku ini bahwa pendekatan konseptual terhadap instruksi
social studies merupakan suara yang dapat kita identifikasi kunci konsepannya dalam berbagai
disiplin. Hal itu dapat kita gunakan sebagai kerangka pengorganisasian untuk unit pembelajaran
sosial. Meskipun begitu, hal tesebut akan sulit untuk merencanakan pelajaran konsep dalam
beberapa disiplin ilmu yang lain karena pemimpin dalam bidang ini tidak memfokuskan
perhatiannya pada konsep khusus mereka atau mungkin dilihat dari intensitasnya, para
disipliner tidak dapat menyetujui pada apa yang menjadi konsep dalam disiplin mereka.
Disamping kesulitan yang mencakup konsep dalam disiplin keilmuan, pendekatan
konseptual merupakan suara. Kesulitan yang mencakup pengidentifikasian dalam kunci konsep
ilmu sosial yang mengidentifikasikan tingkatan perkembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin
ilmu sosial dibandingkan dengan kedekatan konsep yang sudah tidak berlaku untuk
mengintruksikannya. Walaupun kepercayan kita dalam pendekatan konsep, identifikasi konsep
dalam sejarah dapat mengarahkan rencana instruksi mayoritas bentuk masalah. Sementara
perilaku ilmu pengtahuan menggunakan kerangaka konsep yang khusus untuk melihat perilaku
manusia. Sedangkan keunikan cabang sejarah dari fakta yaitu bisa melihat perilaku yang telah
diambil dari tempat yang telah lalu, dan telah menarik pengalaman manusia sepenuhnya.
Karena dikonsentrasikan dengan masa lalu, maka hal itu digunakan untuk memodifikasi bentuk
penelitian ilmu pengetahuan.
Sedangkan sosilog dan politikus pada umumnya tertarik dalam sosialisasi dan kekuatan
respektif, sejarawan mungkin kadang-kadang tertarik pada bagaimana masing-masing dari
konsep tersebut memberikan contoh dalam kondisi perilaku manusia zaman dahulu. Sejarah,
kemudian, merupakan sebenar-benarnya bidang interdisipliner, sejak para sejarawan pada
prinsipnya tertarik dalam semua aspek pada perilaku manusia masa lalu. Maka itu sangat sulit
untuk membicarakan tentang keunikan konsep sejarah. Namun, setiap disiplin menjadikan
kegunaan perspektif sejarah dan komponen sejarah. Saat sosiolog mempelajari norma dan
sanksi dalam kolonial Amerika, para ekonom menggambarkan bagaimana kolonis memproduksi
barang dan jasa, mereka mempelajari keduanya dalam sejarah.
Sepintas tentang daftar generalisasi “kesejarahan” akan mengungkapkan bagaimana
sejarah menggunakan konsep yang asli dalam disiplin ilmu sosial yang lain. Dua catatan ini
merupakan contoh yang telah diambil dari daftar generalisasi sejarah yang dipersiapkan oleh
departeman pendidikan.
1. Komunikasi saat ini berbeda dengan komunikasi pada zaman dahulu
2. Penilaian perubahan budaya bervariasi dari satu Negara dengan Negara yang lain.
Kunci konsep dalam dua pernyataan tersebut dalah komunitas dan perubahan kebudayaan.
Komunitas dan perubahan budaya merupakan organisasi konsep dalam sosiologi dan
antropologi, dan ilmu sosial lainnya.
Beberapa sumber mengatakan bahwa perubahan merupakan kunci dari konsep sejarah.
Memang benar kita tidak dapat memverifikasi pernyataan empirik tentang perubahan tanpa
menggunakan data sejarah. Bagaimanapun, saat kita berbicara perubahan, kita harus juga
menggunakan variabel atu konsep yang lain. Perubahan mengambarkan status variabel pada
poin yang berbeda dalam suatu waktu. Maka, perubahan adalah hubungan konsep karena itu
dapat menunjukkan hubungan antara dua variabel (lihat bagian 3 untuk membahas
kealamiahan konsep). Walaupun perubahan merupakan sebuah konsep sejarah, kita harus
mengenal bahwa kita tidak dapat belajar perubahan kecuali jika kita berbicara tentang itu
dalam konsep dan variabel yang biasanya diasosiasikan dengan disiplin lain. Sebagai contoh,
kita dapat menulis generalisasi tentang perubahan budaya (antropologi), perubahan barang
dan jasa (ekonomi), atau perubahan dalam wilayah (geografi). Kedua data dan konsep sejarah
tersebut dalam displin yang lain diperlukan untuk menyatakan dan menguji generalisasi
mengenai perubahan. Dalam sesi strategi pengajaran pada bagian ini, sebagai contoh, kita
menggambarkan strategi untuk mengajar tentang perubahan yang dihubungkan dengan konsep
sosiologi, seperti konsep transportasi, sekolah dan hiburan, dan dari segi konsep geografi
seperti eksplorasi dan wilayah.
Sebagai masukan, kita dapat menujukkan perubahan hanya digunakan oleh konsep unik
terhadap ilmu sosial yang lain. Bagaimanapun, kita dapat membuat beberapa pernyataan
generalisasi tentang perubahan yang memotong garis disiplin keilmuan. Sebagai contoh, kita
belajar perubahan dalam transportasi, sekolah, hiburan, eksplorasi, dan norma, lalu kita
membuat beberapa pernyataan tentang faktor yang dihubungkan dengan perubahan pada
umumnya. Kita dapat membuat hipotesis bahwa perubahan secara konstan terjadi, yang
biasanya orang-orang menemukan hal itu sangat sulit untuk menyesuiakannya pada perubahan
sosial daripada terhadap perubahan teknologi dan terkadang perubahan tersebut terjadi secara
kasar. Pernyataan tentang perubahan yang digenaralisasikan dapat diklaim benar melalui
sejarah, sejak data sejarah dibutuhkan untuk menguji semua pernyataan empirik mengenai
perubahan. Walaupun begitu, mari kita ulangi, bahwa kita tidak dapat mengetes pernyataan
tentang perubahan tanpa menggunakan konsep dan variabel dari berbagai disiplin ilmu.
Sedangkan peneliti kepribadian menggunakan kerangka konsep yang khusus untuk
melihat perilaku manusia, sejarawan kadang-kadang dapat menggunakan berbagai macam
kerangka konsep untuk mempelajari perilaku manusia zaman dahulu. Perspektif sejarah
seharusnya konsentrasi total dengan manusia pada masa lalu. Pada kenyataannya,
bagaimanapun, sejarawan tidak berlaku adil sepenuhnya dengan manusia pada zaman dahulu,
tapi biasanya studi mengenai perilaku masa lalu diutamakan dari perspekstif ilmu politik.
Perluasan pandangan sejarawan mengenai masa lalu dinilai masih sedikit yang menggunakan
aspek geografi dan ekonomi. Sekilas daftar isi dari berbagai buku sejarah akan
mengungkapkan tentang keasyikan sejarawan dengan konsep ilmu politik. Sejarawan sangat
tertarik pada peperangan, revolusi, nasionalisme, kejayaan dan keruntuhan sebuah
pemerintahan. Periode sejarah sering digambarkan dalam istilah peristiwa politik kontemporer,
seperti “Perang sipil dan rekontruksi” dan “Rezim Fasis”. Sejumlah sejarawan sangat sedikit
memberikan perhatiannya terhadap sosiologi, psikologi, antropologi, atau konsep dan teori
ekonomi. Bagaimanapun, konsep antropologi (seperti kebudayaan dan kemasyarakatan)
terkadang digunakan untuk mengklasifikasikan dan menggambarkan periode saat berbagai
keinginan sejarawan untuk menekan pencapaian kebudayaan dalam periode tertentu, seperti
“Masa emas bangsa Yunani” atau “Masa Renaisans”. Konsep ekonomi digunakan ketika
sejarawan merasa bahwa faktor ekonomi mungkin menjadi variabel yang penting dalam
mempengaruhi perilaku selama periode tertentu, seperti “Masa depresi 1929-1935”.
Sekarang ini para sejarawan telah mengkritisi keasyikan mereka dengan perstiwa politik.
Mereka tidak hanya cenderung pada tekanan peristiwa politik dalam bidang mereka,tetapi
mereka menekankan pada peran pemimpin dan menolak peran masyarakat yang bermain
dalam bagian peristiwa sejarah. Di Amerika, kebanyakan sejarah telah dibiaskan oleh politik, hal
itu mendominasi kontribusi orang-orang Barat untuk membangun peradaban. Penekanan
terhadap kepentingan bangsa Anglo-Saxon dan secara lebih luas menolak kontribusi dan
perjuangan orang-orang non Barat, wanita kulit hitam, orang Indian, Chicanos, dan etnik
minorotas lainnya. Sejarah juga dapat bertendensi menjadi nasionalisme atau etnosentrisme.
Saat ini, para sejarawan telah membuat usaha yang agresif untuk memasukkan kontribusi dan
perjuangan semua kelompok etnik dan menggunakan konsep dari ilmu sosial yang lain untuk
menjelaskan perilaku manusia pada masa lalu. Stanley M. Elkins, dalam bukunya Slavery: A
problem in American institusional and intelectual life, menggunakan sejumlah konsep psikologi
dan teori untuk menjelaskan perilaku budak dan ketuanya. Buku Time on the Cross karangan
Robert W. Fogel dan Stanley Engerman merupakan buku yang kontroversial mengenai
perbudakan di Amerika yang memfokuskan pada aspek ekonomi perbudakan. Kecenderungan
yang tinggi terhadap sejarah interdisipliner akan melanjutkan kesungguhan para sejarawan
menjadi lebih familiar dengan konsep dari berbagai macam disiplin ilmu sosial.
Konsep yang dibahas diatas telah dihubungkan dengan isi (produk) sejarah. Kita telah mencatat
kesulitan yang mencakup identifikasi substansi konsep sejarah. Bagaimanapun, sejarah terdiri
lebih dari hanya sekadar produk atau kesimpulannya saja. Sejarah juga merupakan sebuah
proses. Model penelitian yang digunakan oleh para sejarawan untuk memecahakan masalah
dan mendapatkan generalisasi serta merupakan bagian dari struktur sejarah. Sementara itu,
konsep dalam sejarah yang interdispiliner, metode penelitian yang digunakan oleh para
sejarawan untuk memecahkan permasalahan sejarah adalah sangat unik, karena para
sejarawan hanya peneliti sosial yang penelitiannya dibatasi untuk merekonstruksi peristiwa
masa lalu. Masalah seseorang dilengkapi oleh fakta yang terjadi pada masa lalu yang telah
berlangsung dan tidak pernah terulang. Seorang sosiolog selalu bisa mempelajari sitiuasi
keluarga yang baru, politikus bisa mengobservasi pemilihan nasional pada masa yang akan
datang.
Hal yang penting untuk mengajarkan konsep dan generalisasi mengenai metode sejarah, seperti
konsep yang dihubungkan dengan kesimpulan sejarah (produk). Dalam aktivitas pengajaran yag
dimulai pada halaman 226, kita menyatakan dua generalisasi yang berhubungan dengan
dengan teori penelitian, dan mengambarkan strategi untuk mengajarinya. Generalisasi tersebut
yaitu:
1. Pandangan seorang sejarawan mengenai masa lalu dipengaruhi oleh adanya bukti, praduga
dan tujuan terhadap sebuah tulisan, masyarakat dan zaman dimana mereka tinggal dan
bekerja
2. Para sejarawan menggunakan variasi sumber dan material untuk merekontruksi peristiwa
masa lalu dan menemukan substansi tentang masa lalu tersebut.
Studi tentang metode sejarah (historiography) akan melembagakan bagian substansi dari
program studi sejarah modern. Pelajaran menegenai metode yang digunakan oleh sejarawan
akan memberdayakan siswa untuk memperoleh sebuah apesiasi dari kesukaran yang
mencakup rekontruksi masa lalu, kekuatan skill penelitian, dan memberdayakan mereka untuk
menjadi lebih cerdas menerima pelajaran sejarah.
Kita dapat memperdebatkan bahwa semua konsep sejarah adalah interdisiplener. Kita juga
harus memperhatikan bahwa para sejarawan adalah sebuah kelompok yang telah menulis
sedikit tentang konsep yang mereka gunakan, kealamiahan konsep ini, dan tempat mereka
dalam program studi sejarah modern. Fenton menulis, antara sejarawan dan pengajar:
para sejarawan tidak nyaman dengan konsep mereka. Walaupun publikasi Edward N. Saveth
dalam American History and the Social Sciences menuliskan bahwa, sebuah analisis mengenai
penggunaan konsep ilmu sosial dalam interpretasi sejarah, sejarawan masih tidak berfikir
natural dalam istilah konseptual. Daftar mengenai konsep secara jelas tidak dibuktikan secara
maksimal penggunaannya bagi para sejarawan atau mereka akan mempelajari semua
literature. Seperti generalisasi, konsep melengkapi struktur dalam sejarah. Seperti generalisasi,
mereka tidak semuanya menggunakan struktur.
Meskipun sejarawan telah menulis sedikit tentang konsep yang mereka gunakan, kita dapat
mencoba identifikasi beberapa konsep-konsep berikut hubungannya dengan disiplin yang lain,
yang seringkali digunakan para sejarawan. Kebanyakan konsep sesuai dengan produk
(kesimpulan) sejarah; yang hubungannya dengan penelitian sejarah yang lain. Konsep ini dapat
digunakan untuk membantu siswa melihat permasalahan atau topik dari perspekstif sejarah
ketika mereka sedang belajar unit interdisipliner.
Perubahan
Konsep ini memiliki arti bahwa fenomena dalam lingkungan sosial dan fisik kita secara konstan
menjadi berbeda setiap hari, minggu, dan tahun. Hal itu sangat penting bagi siswa untuk
memahami faktor penyebab perubahan, dapat menyesuaikan dan menerima perubahan
tesebut. Data sejarah harus digunakan untuk mengembagkan konsep secra efektif, meskipun
secara jelas hal itu merupakan interdisipliner. Guru harus dapat menggunakan konsep dalam
semua disiplin ilmu sosial untuk membantu sisiwa memahami kedinamisan sosial dan
perubahan budaya. Sebagai perbandingan, kebudayaan kelompok asli orang Amerika, seperti
orang Hopi Indian sekarang dan 100 tahun yang lalu, siswa dapat dengan jelas melihat
perubahan kebudayaan yang terjadi. Perubahan dalam distribusi kekuatan dapat di tandai
sebagai perhatian para siswa saat mereka mempelajari peristiwa yang dibatasi oleh konstitusi
Amerika. Pelajaran tentang kehidupan keluarga dalam kolonial perdesaan dan perkotaan saat
ini akan dengan jelas menunjukkan bagaimana sebuah wilayah telah dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga.
Konflik
Melalui sejarah, pertentangan dan permusuhan telah muncul diantara individu, kelompok dan
nasional saat semuanya itu memiliki tujuan yang saling menyimpang atau perbedaan ide
tentang bagaimana tujuan dapat dicapai dengan cara yang paling baik. Sementara konflik,
seperti halnya perubahan, merupakan konsep interdisipiner, para sejarawan banyak
menggunakan waktu mereka untuk pendokumentasian pertentangan dan pertempuran yang
dihasilkan. Konflik dapat bersifat fungsional dan disfungsional bagi masyarakat. Banyak aspek
positif dari perubahan sosial yang dihasilkan dari perang dan konflik. Revolusi Amerika dan
Perang Sipil telah mengahsilkan perubahan bagi rakyat Amerika berdasarkan fungsionalnya,
yakni mereka dapat mengembangkan negara mereka. Di Selatan setelah perang sipil, dan
Jepang setelah Perang Dunia ke dua, adalah contoh-contoh bagaimana konflik dapat
mempengaruhi masyarakat.
Ketika mengajarkan konsep ini, guru dapat meminta siswa membaca sejumlah konflik yang
berbeda- seperti peperangan, revolusi, kekacauan, pemberontakan, adu argumentasi, dsb.-
selanjutnya secara langsung melalui periode sejarah yang berbeda. Kemudian yang mereka
harus lakukan adalah membuat generalisasi tenatang penyebab konflik, konsekuensinya dan
faktor yang telah berkontribusi untuk resolusinya. Konsep dari beberapa dispilin ilmu sosial
akan membantu siswa memahami konflik. Konflik kebudayaan, konflik dalam perjuangan dan
nilai konflik marupakan tipe-tipe dari konflik, dimulai dari siswa tingkat dasar (SD) dan SMP
bisa mengambil nilai positif dari perspektif sejarah dan antropologi, ilmu politik, ekonomi, dan
sosiologi.
Revolusi
Sebuah revolusi merupakan tipe dari konflik, dan konsepnya terkait dalam ranah ilmu politik.
Bagaimanapun, kita akan membahasnya di sini karena revolusi adalahkonflik yang memiliki tipe
spesial dan terutama berhubungan dengan sejarawan, seperti kecerdasan Crane Brinton yang
mempelajari tenatang indikasi revolusi. Sekilas dalam daftar isi buku-buku sejarah selalu
mengungkapkan ketertarikan sejarawan terhadap revolusi. Juga, kita dapat perhatikan lebih
awal, konsep yang para sejarawan gunakan sering dihubungkan dengan ilmu politik, sejak
sebagian besar dari kita menulis bahwa sejarah bersifat politik (political history). Sebuah
revolusi berlangsug saat keberadaan pemerintah digulingkan secara paksa, dan beberapa
kelompok radikal menunjukkan kekuatannya. Ketertarikan pada unit dan pelajaran itu dapat
diorganisir melalui konsep ini, khususnya pada kelas tingkat menengah ke atas. Siswa dapat
mengenarilisasikan penyebab dan urutan peristiwa selama revolusi terjadi, seperti yang
mereka pelajari dalam studi tentang sejarah revolusi Inggris (1668), Amerika (1775), Perancis
(1789), dan Rusia (1917). Guru boleh memulai pelajaran tentang revolusi dengan membaca
sejumlah literatur yang terkait dengan revolusi, seperti pemilihan umum dari George Orwell
dalam bukunya Animal Farm , atau pemilihan dari sebuah novel yang sesuai dengan periode
revolusi Amerika. Para siswa dapat juga mempertimbangkan pertanyaan apakah termasuk
sebagai protes pergerakan revolusi seperti dalam “Black Revolt”.
Nasionalisme
Nasioanlisme merupakan konsep ilmu politik yang lain, dan para sejarawan telah menunjukkan
ketertarikannya terhadap nasionalisme ini. Keberadaan nasionalisme terjadi yaitu saat
pemimpin dan individu berada dalam satu bangsa bersatu dengan memiliki harapan sama yakni
memperkuat pesatuan dan mengembangkannya, dan menanamkan sikap loyalitas diantara
warga negara. Nasionalisme dalam hal yang sama merupakan doktrin etnosentrisme. Para
nasionalis tidak tertarik pada hubungan internasional, tapi lebih megutamakan pada bangsanya
sendiri. Dalam studi pengembangan nasionalisme melalui sejarah, siswa akan mampu
menyimpulkan bahwa nasionalisme diperlukan jika sebuah bangsa berkembang dengan sukes,
dan rasa nasionalisme terkadang muncul saat terjadi konflik dan peperangan. Contohnya,
nasionalisme yang kuat pernah terjadi di Jepang dan Jerman saat menghadapi perang dunia
kedua.
Peradaban
Peradaban –barangkali memiliki definisi yang baik- sebagai kebudayaan total orang-orang,
bangsa dalam sebuah periode. Periode merupakan konsep antopologi (antropolog
menyebutnya dengan kebudayaan) yang telah sering digunakan oleh para sejarawan. Tetapi
seperti yang telah kita catat, bahwa sejarawan sering tidak mempertimbangkan totalitas
pengalaman manusia sebagai peradaban, tetapi hal itu hanya berkembang di bangsa Barat dan
Timur, dalam opni para sejarwan, perkembangan pesat seni, musik, sastra, dan bentuk
pemerintahan. Daniel Roselle telah mengkritisi Kenneth Clark dalam pendefisinian peradaban
juga sedikit popular dalam bukunya Civilisation, dan penghilangan tentang pegalaman manusia.
Roselle menulis; “… dia terlihat secara sengaja melewati apa yang menjadi pertimbangannya
mengenai kalimat yang basi, murahan, dan aspek ekspresi manusia terburuk. Lebih dari itu, dia
mengeluarkannya dari tempat yang signifikan yaitu ”Peradaban”17. Roselle melanjutkan:
Peradaban mencakup seluruh kemanusiaan. Termasuk didalammnya ada kelemahan dan
kekuatan yang akan mengatasi kelemahannnya tesebut”18.
Meskipun secara luas mereka menolak pengalaman manusia dalam sejumlah “peradaban”, kita
merasa, seperti halnya Roselle, bahwa peradaban termasuk pengalaman manusia secara total.
Saat di kelas mempelajari tentang Renaisan, siswa seharusnya tidak hanya membaca tentang
individualitasnya sepeti Michelangelo, dan Da Vinci, tetapi seharusnya mempelajari tentang
budaya massa selama periode sejarah berlangsung. Dunia modern tidak akan sanggup
menghasilkan sebuah etnosentris dan pembatasan konsep peradaban.
Eksplorasi
Para sejarawan memberikan perhatian pada orang-orang yang telah melakukan perjalanan ke
sebuah pulau yang tidak diketahui sebelumnya. Eksplorasi dalah konsep geografi. Seperti dalam
penjelajahan Eropa yang memunculkan nilai-nilai kebajikan, para sejarawan terkadang
mendistorsi atau menghilangkan bahasan mengenai kebuadayaan oaring-oarang dalam adat di
pulau sebelum kedatangan bangsa Eropa. Sebagian besar anak-anak mempelajari buku sejarah
mereka bahwa Coloumbus telah menemukan Amerika. Jauh sebelum Coloumbus mendarat di
Amerika Utara, bagaimanapun, orang-orang Indian telah mengembangkan keanekaragaman
budayanya. Sementara itu, bangsa Eropa pada saat itu tidak tahu banyak tentang keberadaan
orang-orang tersebut dan kebudayaannya, mereka tentu meyadari tentang keberadaan
keberadaa mereka,sekarang, hal itu merupakan etnosentris untuk mengklaim bahwa
Coloumbus menemukan Amerika. Ketika penggunaan data sejarah untuk mengajari anak-anak
tentang konsep eksplorasi, guru seharusnya membantu mereka unutk mememahami hal itu,
meskipun banyak wilayah di dunia yang tidak diketahui oleh angsa Eropa, peradaban yang
besar telah berada di Amerika Utara sebelum bagsa Eropa datang. Siswa-siswa seharusnya,
menjadi kenal dengan pencapaian penjelajahan bangsa Eropa, tapi ada kepentingan yang sama
bahwa meraeka mempejari tentang konflik, kekuatan akulturasi setelah bagsa Eropa datang ke
Amerika Utara. Hasilnya telah mendestruksi kebudayaan asli Amerika Utara dan sebagian besar
ras bangsa Indian. Sejumlah sejarah tidak sesuai dengan realita penderitaan masa lalu bangsa
Indian karena mereka telah mendistorsinya dan hanya menceritakan sebagian sejarah bangsa
Indian.
Bias Sejarah
Para sejarawan selalu tidak mampu untuk melengkapi rekontruksi masa lalu. Sebagian besar
sumber dan artefak yang berisi informasi yang kontradiksi dan inkonsistensi. Mereka harus
memutuskan data-data yang akurat dan otentik. Pemilihan data tentunya dipengaruhi oleh bias
personal, kealamiahan data, audiens yang mereka tulis, budaya danczaman saat mereka hidup.
Karena pelayanan yang terbatas dalam metode sejarah, menjadi hal yag sangat penting bagi
anak-anak untuk mempelajari bagaimana sejarah ditulis sehinggga mereka akan membedakan
kesimpulan para pembaca yang mereka temukan di buku dan sumber lainnya. Hal terpenting
dalam pengajaran anak-anak adalah metode penelitian sejarah yang telah ditemukan melalui
bagian ini. Strategi yang dapat digunakan untuk mengajar konsep ini akan dijelaskan pada
bagian berikutnya.
GENERALISASI SEJARAH
Para sejarawan sering berdebat bahwa para sejarawan kerap ridak setuju mengenai
fakta dan interpretasi, dan mereka tidak dapat menyempurnakan rekontruksi kejadian masa
lalu, Cukup konsensus dalam pernyataan sejarah dapat diperoleh kemungkinan formulasi
generalisasi tingkat rendah. Hanskins berargumen bahwa generalisasi sejarah dapat
diformulasikan karena “peristiwa sejarah mengikuti hukum alam yang sama sebagai objek ilmu
pengetahuan”19. Meskipun deskripsi sejarah cenderung pada keraguan generalisasi, seorang
sejarwana tidak bisa menggambarkan satu kejadian atau institusi tan pa membuat bermaca -
mamacam pernyataan yang digeneralisasi. Contoh tipe generalisasi Revolusi Perancis ,“ Budak
di Perancis sangat marah” dan “Raja di Perancis bertindak sewenag-wenang”. Pernyataan
pertama menggambarkan karakteristik sebagian besar nasib perbudakan di Perancis. Kemudian
pernyataan kedua menggambarkan bahwa raja Perancis memilki watak seperti itu. Jika seorang
sejarawan ingin membuat generalisasi, seperti “sistem monarki pada abad ke 18 di Eropa Barat
sangat sewenang-wenang”, mereka akan mempelajari karakteristik raja Eropa pada abad ke 18.
Gottschalk mengedit sebuah buku tentang generalisasi dalam sejarah dan menyimpulkan
bahwa “para sejarawan seringkali membuat generalisasi, apakah disadari atau tidak” dan
setidaknya ada 6 perbedaan ketegori generalisasi yang dapat identifikasi.20 Semua sejarawan
membuat generalisasi, bahkan yang mengklaim bahwa sejarah akan menggambarkan
peristiwa dan tidak mencoba mengeneralisirnya. Bagaimanapun, sejarawan itu sering tidak
menyadari bahwa mereka sedang mengeneralisir. Sejarawan yang lain menyadari bahwa
mereka membuat generalisasi, tapi mereka mencoba membatasainya pada periode yang
mereka gambarakan.
Sebagian besar sejarawan membuat generalisasi tanpa disadari, atau dengan sengaja
hanya membuat batasannya saja. Sejarawan dalam jumlah kecil, membuat dengan sengaja
mencoba formula generalisasi yang dapat diterapkan dalam trend dan cakupan peristiwa yang
luas. Kelompok sejrawan yang seperi ini membuat pernyataan generalisasi seperti pada revolusi
Rusia, Crane Brinton mengikuti generalisasi ini, yang tidak hanya mengambarkan peristiwa
masa lalu, tapi menimbulkan kemungkinan karakteristik revolusi dimasa yag akan datang:
Dalam keadaan negara revolusi, suara kritik muncul saat seseorang membuat dongeng
(mitos) tentang kedatangan masayarakat yang utopia dan mengutuk kejahatan rezim
yang ada.
Dalam masyarakat revolusi, pemimpin moderat diambil alih setelah rezim sebelumnya
digulingkan; para moderat ini secepatnya ditolak oleh para ekstrimis.
Saat para ekstrimis mengendalikan pemerintahan selama revolusi, hal ini mengakibatakn teror
pemerintahan. Brinton, seperti para sejarawan lainya, tidak akan dibantah bahwa kondisi ini
akan selalu muncul kapanpun dan dimanapun dalam peristiwa revolusi. Bagaimanapun, dia
memberikan pendapatnya tentang kemungkinan bahwa jika revolusi terjadi dalam masyarkat
sesuai dengan yang dipelajarinya, kondisi ini digambarkan oleh pernyataan ini yang mungkin
timbul.
PELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH
Banyak para pengajar dan pembuat undang-undang kerap berselisih bahwa sejarah seharusnya
diajarkan di sekolah umum karena hal ini berkontribusi untuk pembentukan sikap patriotisme
dan demokrasi. Hampir 50 negara megajarkan tentang sejarah Amerika karena itu diyakini
berkontribusi baik bagi warga Negara. Jarolimek menulis:
Pengetahuan sejarah didukung oleh pengalaman aktual dalam parktik warga Negara yang baik
di sekolah dan ruangan kelas, tidak bisa diragukan lagi kontribusi kekuatan loyalitas dan
membantu siswa mengidentifikasi latar belakang sejarah yang dimilikinya.
Lewenstein juga menulis tentang kontribusi sejarah yang dapat membuat pembentukan
patriotisme:
…. Pengetahuan atau pemahaman sejarah dapat berefek pada sikap loyalitas dan
patriotisme terhadap sebuah negara, kebutuhan untuk membentuk karakter loyalitas dan
patriotisme di sekolah-sekolah Amerika merupakan alasan yang utama untuk memasukkan
pelajaran sejarah Amerika dalam kurikulum sekolah pada semua tingkat pendidikan.
Krug menulis, “pelajaran tentang keadaan Negara masa lalu dipertimbangkan oleh bebrapa hal,
dan dengan alasan yang tepat, salah satu makna yang berulang-ulang tentang persatuan atau
nasionalisme dan penanaman cinta terhadap Negara dan patriotisme.”
Meskipun sejarah memungkinkan untuk berkontribusi untuk membentuk patrotisme
dan menciptakan warga Negara yang baik, sejumlah kesulitan telah dhasilkan dari instruksi
sejarah secara utama sebagai makna pembentiukan patriotisme warga Negara. Masalah yang
serius adalah tidaka ada persetujuan peemrintah mengenai macam-macam patriotisme yang
dikembangkan sejrah, dan bagaimana contoh karakteristik warga Negara yang baik itu. Banyak
pangajar dan buku studi sosial menulis mempertimbangkan penerimaan masa lalu dan masa
mendatang tentang patriotisme yang buta dan tidak banyak dikritisi.
Karena pertanyaan tentang konsep patriotisme ini, buku-buku sejarah di sekolah yang telah
bertahun-tahun sangat berhati-hati konsisten dalam pemelihan peristiwa yang menampakkna
aspek yang positif dan harmoni tentang masa lalunya dan kepahlawanan nasionalisme.
Kekurangan Negara kita- memang semua masyarakat tidak sempurna- nyata sekali diabaikan.
Seperti Clegg dan Schomburg tekankan:
Buku-buku sejarah di sekolah yang cenderung sepakat dengan narasi masa lalu. Dalam istilah
antropologi, sejarah di sekolah dasar banyak yang terdiri dari mitos dan legenda dari
kebudayaan nasional kita sebagai bagian dari inisiasi bagi mereka terhadap budaya dan
masyarakat.
Kritik zaman sekarang yaitu tuntutan terhadap konsep baru yakni “patriotisme”. Untuk
mengabadikan masyarakat dan demokrasi yang ideal, kita membutuhkan warga Negara yang
tidak hanya mengetahui kaateristik demokrasi, dan berkomitmen dengan idealismenya saja,
tapi juga orang yang menyadari pada inkonsistensi dalam idealisme dan perilakunya. Kemudian
mereka akan mampu untuk menutup ruang antara cita-cita dan kenyataannya. Secara jelas,
warga Negara yang tidak kritis dan tidak reflektif tidak akan dapat meningkatkan
nasionalitasnya. Sikap patriotisme dan warga yang efektif adalah salah satu yang telah
membangun sebuah apresiasi untuk proses demokrasi yang diikuti oleh penggunaan itu, ia yang
sadar untuk berjuang, sadar akan kekurangan, dan sukses sebagai warga Amerika yag telah
berpengalaman dalam realita demokrasi, dan yang mengharapkan tindakan yang maksimal
untuk demokrasi, nasional, dan dunia.
Saat anak-anak dipenuhi dengan rasa kritis tentang nasionalis dan kepahlawanan, mungkin
mereka akan menyimpulkan bahwa bangunan dan pengabadian demokrasi merupakan hal yang
mudah dilakuakan. Mereka harus belajar bahwa perjuangan, penderitaan, kesakitan, dan
terkadang pertumpahan darah, dibutuhkan untuk membangun dan memelihara keadilan dan
kehidupan bermasyarakat. Kita belum mencapai tujuan mulia ini dan seharunya direalisasikan
oleh anak-anak. Bagaimanapun, mereka juga harus mengetahui bahwa banyak kemajuan yang
telah diciptakan dan mereka harus membantu menyempurnakannya.
Anak-anak juga harus mengetahui pahlawan nasionalnya, mereka merupakan manusia biasa
yang terkenal. Lincoln disimbolkan sebagai emansipasi proklamasi, tetapi dia juga didukung
oleh pergerakan deportasi orang kulit hitam ke Afrika. Anak-anak tidak dapat dengan mudah
megidentifikasi sosok “pahlawan” yang sepertinya bukan manusia biasa, karena pahlawan-
pahlawan tersebut terlihat berbeda dari diri mereka.
Salah satu realita bahwa anak-anak harus secepatnya mempelajari untuk menerima semua
tentang kemanusiaan, tidak masalah bagaimanapun mereka memenuhi pengetahuaanya,
bahkan mungkin mereka akan berbuat keliru. Hal yang salah adalah membimbingnya pada
pemikiran sembarangan. Ini merupakan komentar yang tidak baik, juga tidak memberikan saran
bahwa anak-anak tidak dapat memperoleh inspirasi dan pelajaran, dan nilai-nilai mulia dari
membaca dan menulis yang baik tentang sejarah dan biograpi. Sebagian besar dari kita, suatu
waktu, pernah terinspirasi oleh cerita orang-oprang besar yang pernah hidup. Bagaimnapun
juga, kesuksesan sebuah biograpi, merupakan sebuah potret subjek tidak hanya sebagai
seorang pahlawan, tapi juga sebagai manusia biasa.
TUJUAN BARU PEMBELAJARAN SEJARAH
Kelemahan dan kegagalan sejareah terlihat dari sejarah tradisional yang membuat jelas bahwa
pembelajaran sejarah disekolah memerlukan keobjetifan yang baru. Karena masalah
momentum yang akan dihadapi di masa depan, mengembangkan kemampuan mereka dan
formulasi generalisasi harus mengutamakan keobjektifitasn di pelajaran sejarah. Kemampuan
ini akan membantu anak-anak saat sekarang di sekolah dasar dan tingkat lanjut mempengaruhi
kebijakan publik di kemudian hari. Objektifitas ini akan berimplikasi pada berbagai macam
program pendidikan di sekolah dasar dan lanjutan. Siswa seharusnya tidak hanya mempelajari
produk sejarah saja sebagaimana yang telah ditemukan di buku-buku sekolah dan sumber
lainnya.; mereka seharusnya juga memecahkan permasalahan sejarah dengan menggunakan
metode sejarah.
Dengan menggunakan metode sejarah, anak-anak akan memperoleh generalisasi yang
dapat membantu mereka memahami perilaku manusia pada masa lalu, sekarang, dan akan
datang. Generalisasi sejarah juga akan memnbantunya mengapresiasi perubahan yang mudah
menyebar dalam dunia modern, dan mungkin mempelajari bagaimana menyelimuti itu dengan
cara yang baik.
Membantu anak-anak memahami dan menggunakan metode sejarah seharusnya
menjadi objek yang penting dalam program studi sosial, sejak kita tidak bisa mengajar apa
sebenarnya yang terjadi tapi kita harus mengajar sejumlah sejarah dari berbagai macam
perspektif. Dengan menggunakan pendekatan sejarah, para guru akan membantu para siswa
untuk menemukan yang telah ditulis luas oleh sejarah dan membuat sejmlah peristiwa dari
sudut pandang poin yang khusus. Pelajarang tentang metode sejarah akan juga membantu para
siswa untuk merealisasikan berbagai cara seperti yang identik dalam situsai dan peristiwa yang
pernah terjadi dalam sejarah. Alasan kekuatan kritik mereka akan digunakan sebagai kekuatan.
Jika siswa meyakini sejarah dan ilmu pengetahuan, meraka akan mempercayai semua
informasi yang cukup bukti dan penuh dengan kredilitas.
Mempelajari metode sejarah juga bermanfaat karena sejarah tidak hanya merupakan
sejumlah peristiwa masa lalu saja tetapi juga juga mereupakan metode penelitian. Hal itu
dikembangkan melalui sebuah proses yang kita pertanyakan dan dicoba untuk menemukan
jawabannya. Sebagai tambahan yang mencakup evaluasi penting dan keotentikan artefak dan
dokumen yang digunakannya dengan kemampuan untuk mengkomprehensifkan masa lalu.
Keadaan yang ideal bagi pemain baseball tidak dapat hanya dengan kemampuan menonton
pertandingan baseball saja, pelajar tidak hanya dapat memahami sejarah hanya dengan
membaca sekilas sejarah yang telah ditulis oleh para sejarawan. Meraka harus terlibat dalam
mengaplikasikan metode penelitian sejarah.
Pemikiran dasar siswa yang terlibat dalam metode ini bukan untuk membuat mereka
menjadi sejarawan professional. Kita melibatkan para siswa dalam proses ini agar mereka mau
belajar mengapresiasi kesukaran yang melekat dalam proses rekontruksi kejadian masa lalu.
Kita percaya bahwa kemampuan berfikir mereka berbeda-berbead untuk melakukan
pengembangan, dan mereka akan membaca sejarah secara kritis. Praktik mengenai metode
sejarah juga akan menaikkan kamampuan siswa dalam pemecahan masalah. Sebagai contoh,
mereka akan belajar membuat hipotesis, kolektif data, menetukan sumber yang otentik, dan
menggambarkan kesimpulan dari data yang sudah dikolektifkan.
Sebagian besar sejarawan menolak mengeneralisir secara sengaja, dan mengeneralisir
kejadian yang spesifik dan sudah dibatasi. Setelah mempelajari contoh buku sejarah Amerika,
Cox menyimpulkan, “sebagian besar buku sejarah terlihat sengaja menghindari generalisasi.
Dan saat dimasukkan, generalisasi biasanya terkurung pada konteks sejarah tertentu.” Salah
satu asumsi dari buku ini bahwa generalisasi dapat membantunya membuat keputusan yang
cerdas dalam isu sosial.
Meskiopun pembatasan melekat dalam metode sejarah, para sejarawan segan untuk
mengeneralisir, tetapi siswa di sekolah dasar dan lanjutan akan mendapatkan generalisasi
sejarah. Bagaimanapun, generalisasi sejarah harus terdiri dari konsep berbagai disiplin ilmu
yang lain, seperti kewarganegaraan, nasionalisme, konflik, dan eksplorasi. Generalisasi sejarah
menyatakan bagaimana konsep ilmu sosial dihubungkan dengan masa lalu. Generalisasi tingkat
tinggi sangat sulit untuk diformulasikan dalam sejarah dibandingkan dengan ilmu tentang
kepribadian karena ada pembatasan dalam metode sejarah. Sementara itu, anak-anak harus
mempelajari bagaimana mendapatkan dan mengevaluasi generalisasi sejarah, mereka akan
dengan teliti dengan pembatasannya mereka sendiri. Sebagai contoh, saat seorang siswa
memperoleh pernyataan ini setelah mereka mempelajari Revolusi Perancis, ”Selama revolusi,
pemimpin moderat akan mengambil alih setelah rezim terdahulu runtuh; dan pemimpin
moderat itu akan ditolak keras oleh para ekstrimis”, mereka akan mengetahui bahwa saat
generalisasi ini digambarkan secara jelas tentang peristiwa yang telah terjadi selama revolusi
perancis terjadi, revolusi terjadi dalam masyarakat yang secara signifikan berbeda dari peristiwa
di Perancis pada tahun 1789 dapat dikarakteristikkan oleh perbedaan urutann peristiwa.
Sejak sebagian besar buku sejarah disusun secara kronologis dan diberi perhatian yang
tidak cukup untuk mengeneralisasi, guru dan anggota masyarakat lainnya atau staff sekolah
tentunya akan membutuhkan untuk mengidentifikasi generalisasi sejarah yang mereka
harapakan siswa dapat mempelajarinya sepanjang tahun, kemudian memilih material yang
mendukung strategi pengajaran. Generalisasi dipilih untuk belajar apapun yang dibatasi oleh
topik dan isi serta guru diminta untuk mengajarkannya pada tingkatan tertentu.
Bagimanpun, pengajaran isi pelajaran di sekolah pada tingkatan tertentu tidak
memotong pembatasan generalisasi yang memungkinkan seorang guru membantu siswa
memmperolehnya sepanjang tahun. Sebagai contoh, anak-anak yang diminta untuk
mempelajari sejarah Amerika di tingkat kelima dan kedelapan di kebanyakan sekolah. Topic
dalam sejarah Amerika dapat digunakan sebagai data untuk mengembangkan cakupan
generalisasi yang lebih luas lagi. Dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Terkadang revolusi terjadi saat sekelompok orang merasa bahwa mereka dianiaya atau
dieksplotasi oleh kelompok yang lain. (Topik: Revolusi Amerika)
2. Hubungan dan perdagangan diantara kelompok cenderung mempengaruhi kebudayaan
kedua kelompok. ( Topik: Koloni dan bangsa Indian).
3. Saat sekelompok orang diperbudak atau ditekan dalam cara dan kondisi mereka yang lain
mulai meningkat, mereka cenderung memberontak untuk terbebas dari kekejaman ini.
(Topik: Perbudakan dan Pemberontakan)
Akhir-akhir ini sejumlah distrik komite kurikulum sekolah dan direktur proyek ilmu sekolah,
dengan asisten peneliti sosial, telah mencoba untuk mengeneralisasi dalam berbagai macam
disiplin ilmu soial untuk digunakan sebgai tujuan instruksional. Juga, beberapa buku
professional ilmu soisal memuat bahasan tentang generalisasi.28 hal tersebut memuat
generalisasi dalam tingkatan yang mampu untuk diaplikasikan. Ada beberapa permintan kecil:
isi yang lain mengambarkan peristiwa dan situasi yang universal. Semunya tidak ada pernyataan
empirik, tapi bernilai pernyataan. (pembaca dapar mereview bagian 3 untuk bahasan lebih
detailnya pada saintifik generalisasi).
Seorang pengajar akan menyadari bahwa pernyataan yang penulis klaim sebagai
generalisasi mungkin merupakan pernyataan normatif, pernyataan yang kurang empirik, dan
pernyataan yang mengandung konsep keragu-raguan. Generalisasi hanya sebuah daftar (list),
dan akan digunakan hanya untuk merencanakan dan mengarahkan instruksi. Anak-anak harus
memperoleh generalisasi untuk dirinya jika mereka mempunyai anyak pemahaman. Menghafal
generalisasi tidak memiliki makna apapun dan bukan hal esensial berbeda dengan menghafal
daftar yang tidak ada hubungannya dengan fakta, praktik yang sebagian besar dari kita
sekarang publisitas kritik. Kita tidak akan mengulang kesalahan yang sama saat megajarkan
anak-anak konsep dan generalisasi.
Dalam bahasan kita tentang konsep sejarah , kita dapat berargumen bahwa meskipun sejarah
menggunakan konsep dari disiplin ilmu yang lain, kita dapat memformulasikan generalisasi yang
memperlihatkan bagaimana konsep-konsep ini saling berhubungan dan memberikan contoh
tentang perilaku manusia pada zaman dahulu. Karena sejarah pada prinsipnya, terkait dengat
totalitas manusia pada masa lalu, dan itu merupakan disiplin interdisipliner yang sebenarnya.
Hal itu dapat dan seringkali menggunakan konsep dari semua disiplin ilmu sosial untuk
menjelaskan masa lalu.
Kita telah dapat mengidentifikasi sejumlah generalisasi berikut bahwa dapat di pertimbangkan
secara sejarah secara alamiah, dan mengidentifikasikan konsep dan disiplin ilmu sosial yang
saling berhubungan. Daftar generalisasi sejarah ini dapat digunakan untuk membimbing
perencanaan pelajaran di sekolah di tingkat SD dan SMP:
Perubahan/ Sejarah - Sosiologi
Masyarakat sosial dikarakterisasikan oleh perubahan.
Konflik/ Sejarah - Ilmu Politik
Dimanapun manusia hidup, konflik diantra individu, kelompok, dan nasional pasti timbul.
Meskipun konflik sebenarnya memiliki efek negatif dalam masyarakat, tapi hal itu juga sering
memiliki daya dorong efektif pada perubahan sosial.
Revolusi/ Sejarah - Ilmu Politik
Revolusi cenderung terjadi di masyrakat yang teroganisir oleh persepsi kelompok atas kondisi
mereka, yang mulai mengimprovisasi keinginan mereka yang tidak tertahankan dan instansi
publik tidak merespon kebutuhan mereka, dan mereka melegitimasi kanal-kanal untuk
mengurangi keluhan-keluhan yang tidak efektif.
Peradaban/ Sejarah-Antropologi
Dimanapun manusia hidup, mereka membangun sistem sruktur kepercayaannya, dan bentuk
kepribadian yang memungkinnyanya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya.
Eksplorasi/ Sejarah- Geografi
Eksplorasi manusia telah menjadikan kekuatan sebuah kawasan territorial yang telah
menghasilkan perubahan kebudayaan yang luar biasa, seperti halnya konflik antar budaya dan
kelompok etnik yang berbeda. Pada dasarnya, budaya yang mengedepankan teknologi telah
menghancurkan peradaban, dan yang minim teknologinya akan mengembangkan peradaban.
Penyimpangan Sejarah (bias hitorical)
Sudut pandang seorang sejarawan terhadap masa lalu dipengaruhi oleh adanya bukti, praduga,
dan tujuan-tujuan tertentu dalam penulisan, masyarakat dan zaman pada saaat mereka hidup
dan menulis.
STATEGI PENGAJARAN: PEMILIHAN KONSEP SEJARAH DAN GENERALISASI
Saat seorang guru merencanakan sebuah unit pelajaran sosial di tingkat SD dan SMP, mereka
harus meyakinkan siswa atas materi yang akan disampaikan, mereka akan melihat masalah atau
topik yang dipelajari dari perspektif disiplin ilmu sosial. Meskipun masalah tersebut mungkin
menjadi hal yang utama dalam sosiologi atau antropologi, siswa juga harus melihatnya dari
perspektif sejarah. Saat siswa sedang belajar konsep sosialisasi, sebagai contoh, mereka akan
membandingkan peranan anak-anak dalam keluaraga masa kolonial dengan peranan anak yang
hidup di keluarga perkotaan saat ini. Sementara pembelajaran konsep tentang wilayah,
menekankan pada investigasi melaui wilayah tertentu yang telah digunakan dan dirubah oleh
perbedaan kelompok budaya. Pelajaran tentang sumber pulau yang langka selama
penyelesaian Barat dan hari ini akan mengungkapkan fakta terpahit tenatang cara yang telah
kita eksploitasi kekayaan alam.
Sebagian besar konsep atau masalah dipelajari dalam kurikulum ilmu sosial dapat
memberikan keuntungan dilihat dari perspektif sejarah. Hal itu merupakan kebutuhan bagi
pengajar untuk mengidentifikasi dan menyatakan generalisasi sejarah untuk unit pelajaran
mereka selama fase awal dari unit perencanaan agar meyakinkan bahwa komponen sejarah
akan melembagakan bagian esensial darinya. Penekanan ini akan menjadi generalisasi sejarah
dan bukan sebuah massa yang tidak ada hubungan fakta mengenai peristiwa spesifik. Hal itu
sangat sulit untuk memutuskan permintaan anak-anak menghafal sebuah massa dari fakta
kecuali jika fakta-fakta tersebut dapat digunakan untuk membantunya menggenggam
pengetahuan tingkat tinggi. Dalam ujian berikut, kita dapat memilih tiga generalisasi sejarah
dan ilustrasi bagaimana guru boleh meencanakan pembelajaran untuk membantu siswa
menangkap materi pelajaran. Strategi bukan hanya patut dicontoh saja. Kretifitas guru akan
memikirkan cara yang lain untuk membantu siswa menguasai generalisasi ini.
Generalisasi: Sudut pandang seorang sejarawan terhadap masa lalu dipengaruhi oleh adanya
bukti, bias personal dan tujuan-tujuan tertentu dalam penulisan, masyarakat dan zaman pada
saat mereka hidup dan bekerja.
Tingkat Dasar
1. Setelah darmawisata kelas, masing-masing siswa diminta untuk menuliskannya dalam satu
atau dua kalimat, dan menuliskannya di papan tulis. Memintanya bagaiman respon mereka
yang sama dan berbeda., dan mengapa resonnya berbeda. Membantunya menemukan
pengalaman pribadi mereka yang terbentuk dalam persepsi dan ingatan mereka masing-
masing selama perjalanan.
2. Meminta anak-anak menuliskan atau memberikan pernyataan dalam satu kalimat apa yang
terjadi selama waktu kemarin, atau beberapa hari sebelumnya. Kemudian membandingkan
responnya dan perhatiakn mengapa respon mereka sama dan berbeda. Bertanya kepada
mereka mengapa mereka menulis respon dalam versi berbeda atas apa yang telah terjadi.
3. Membaca cerita anak-anak, dan meminta mereka untuk menuliskan apa yang terjadi dalam
satu atau dua kalimat. Kemudian membandingkan responnya, melihat bagaimana respon
mereka bisa sama dan berbeda . bertanya kepadanya mengapa responnya berbeda.
4. Jika anak sudah memasuki tingkat dua di sekolahnya, mintalah mereka untuk
menggambarkan pengalaman mereka satu tahun sebelumnya dalam satu atau dua kalimat.
Suruhlah murid-murid untuk membandingkan respon mereka, dan tanyakan mengapa,
sejak mereka dalam satu ruangan, mereka memberikan respon dalam versi yang berbeda
atas pengalaman tahunannya.
5. Setelah sesi bermain peran di kelas, mintalah masing-masing siswa untuk menulis atau
menceritakan dalam satu atau dua kalimat atas apa yang terjadi dalam situasi permainan
peran tadi. Jika anak-anak tidak mampu menuliskannya, maka tulis respon mereka di papan
tulis. Kemudian suruhlah mereka untuk membandingkannya.
6. Tunjukkanlah di kelas sebuah lukisan atau gambar yang memperlihatkan budak kulit hitam
sedang bersenang-senang dan bernyayi. Perlihatkan kepada mereka gambar yang lain
budak kulit hitam yang terbelenggu rantaidan terlihat sedih. Gambar ke 3 bisa
memperlihatkan Budak sedang dijual di pasar perbudakan. Setelah kamu memperlihatkan
masimng-masing gambar, maka bertanyalah, seperti: “Apa yang terjadi dalam gambar ini?”
“apakah orang-orang dalam gambar ini kelihatan senaang atau sedih?” “Mengapa?” ketika
kamu akan mengakhirinya, bertanya seperti ini misalnya: “bagaimana apakah semua orang
dalam gambar ini sama?” “bagaimana mereka bisa berbeda?” “Mengapa kalian berfikir
mereka bisa berbeda?” “bagaiman kita dapat menceritakan bahwa pelukis ini menceritakan
kebenaran?” murid-murid pasti akan menuliskannya dalam bentuk teks untuk masing-
masing gambar.
7. Membaca bebrapa konflik versi yag pendek dari kehidupan seseorang misalnya Abraham
Lincoln atau Crispus Attucks. Bertanya kepada siswa mengapa hasil tulisan respon mereka
berbeda-beda menanggapinya. Memintanya untuk memilih versi yang mereka fikir lebih
mendekati kebenaran dan mengapa. Dan tanyalah kepada mereka bagaiamana kita dapat
menemukan versi yang kemungkinannya dekat dengan kebenaran.
8. Membaca cerita pendek tentang Revolusi Amerika. Penekannannya pada pertempuran
Lexington. Ceritakan kepada anak-anak tentang kontroversi mengenai siapa yang pertama
kali mengobarkan pertempuran. Membaca beberapa dokumen konflik antara Inggris dan
Amerika, setelah itu minta mereka untuk menuliskannya. Tanya mereka apakah kita dapat
menentukan apakah peristiwa tersebut benar-beanr terjadi, dan jika ya, megapa.
Tingkat Menengah dan Atas
Anak-anak yang lebih dewasa mungkin ditunjukkan kepada dugaan penyimpangan dalam
sejarah melalui perbandingan dalam buku-buku perang revolusi Amerika pada tahun 1812, dan
perang dunia I di Inggris, Kanada, dan Amerika. Banyak penerbit buku di Amerika telah resmi di
negara asing, dan mengharapkan bias membantu guru-guru dan profesionalisme lainnya
memperoleh fotocopy buku-buku asing untuk dikelas tapi mereka enggan membayar uang
tambahan dan pos udara. Koleksi buku ilmu sosial digunakan dalam pelajaran sejarah
merupakan sebuah proyek yang menarik dan menyenangkan.
Sebagian besar guru akan membatasinya dirinya terhadap buku-buku yang diterbitkan
dalam bahasa Inggris. Departemen bahasa asing di sekolah atau kampus bisa bekerjasama
dalam proyek penerjemahan buku. Negara asing lainnya juga seperti Jepang, Kanada,
Australia,Nigeria, dan India, bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang resmi bagi mereka.
Saat menggunakan buku berbahasa asing dengan anak-anak, sebaiknya guru memilih duplikat
dari buku asli yang diharapkan dapat dipakai di kelas. Hal ini tidak hanya akan membantu siswa
dalam melestarikan buku tersebut, tapi juga akan membantu sisiwa membangun hipotesa
tentang negara asal dari buku tersebut. Pada waktu yang bersamaan, strategi ini akan
memberikan semangat untuk fokus pada topik dan peristiwa yang spesifik.
Teknik efektif yang lainnya, yaitu siswa mempelajari topik yang kontroversial, seperti
perbudakan dan perang sipil, yang telah ditulis di buku-buku dalam periode dan tempat yang
berbeda di Amerika. Guru bisa mendapatkan buku-buku tersebut dari orang-orang yang senior,
pensiunan guru, atau perpustakaan umum sekolah. Buku tersebut khusunya menggambarkan
bagaimana suatu wilayah membentuk topik yang kontroversial. Kebijakan tentang pernyataan
sejarah dan penerbitannya tergantung pada masing-masing departemen pendidikan.
Buku-buku ini dapat dipesan secara langsung dari penerbitnya dengan harga normal.
Dan para autor telah menyediakan fotocopy buku-buku sejarah dengan topik kontroversial
seperti sejarah Gergia, Lousiana, Florida, Arkansas, Alabama, Texas, dan Missippi. Sebagiamana
yang telah digambarkan, sebagian besar dari kita memulikan pahlawan dan membiaskan
sejarah di Amerika Selatan saat ada topik seperti bahasani kelompok minoritas dan perang sipil.
Bagaimanapun juga, pendekatan terhadap berbagai issu secara signifiikan tidaklah berbeda
dari tipe-tipe buku sejarah di Amerika.
Pernyataan I
Semua peraturabn koloni telah mengatur perilaku perbudakan. Peraturan ini disebut kode
perbudakan. Tujuan dari kode-kode ini adalah mengontrol para budak agar menjaga dirinya dari
pemberontakan. Kode-kode dalam koloni pada umumnya lebih luas mencakup semua para
budak.
Dalam kode perbudakan, orang kulit hitam tidak boleh memilih barang-barang apapun atau
senjata. Mereka tidak boleh membentuk kelompok kecuali jika melibatkan orang kulit putih.
Mereka tidak boleh membeli atau menjual barang apapun atau meninggalkan perkebunana
tanpa izin dari pemimpinnya. Mereka tidak boleh melakuakan aktifitas di jalanan pada saat
malam dan pada jam-jam tertentu. Merekatidak boleh melakuakn perlawanan hukum terhadap
oarang kulit puitih, jika melakuakn hal tersebut maka hukumamanya bisa saja kematian. Para
budak tidak diizinkan menikah dan mencari pasangannya. Anak-anak dipisahkan saat dijual
kepad orang alain. Anak-anak yang lahir dari ibu kulir hitam dan ayah kulit putih, maka anak
tesebut tergolong sebagai budak.
Pernyataan II
Perlakuan terhadap Perbudakan . saat ada beberapa insiden termasuk penyiksan terhadap
budak, opini publik dan hukum pada umumnya menjamin aktivitas para budak. Pemilik
perkebunan biasanya mengamati dengan hati-hati perlakuan brutal para budak. Dan biasanya
juga, terjadi penyiksaan di perkebunan saat pemilik perkebunan tidak ada. Sebagian besar
orang sebenarnya bertindak mengasihi terhadap para budak.
Pengadilan yang memperlihatkan perhatiannya pda perbudakan terjadi pada tahun 1818.
Pengadialn ini membebaskan dua orang budak yang telah dijual oleh penduduk Indian. Juga
menjatuhakan hukuman pada orang kulit putih karena membunuh seorang budak pada tahun
1821.
Seorang pemilik perkebunan biasanya sangat tertarik pada para budaknya yang sangat teliti dan
rajin, ia memenuhi kebutahan spritual dan fisikal para budaknya. Para pemilik perkebunan
biasanya bertanggung jawab pada kebutuhan jiwa para budak. Terkadang ada “sekolah
minggu” atau “galeri perbudakan”. Pemil ikperkebuan biasanya menha menghadirkan istri para
pemilik perkebuanan, para budak Negro,dan pemimpin gereja.
Pertanyaan terhadap pernyataan I dan II
1. Apakah kedua pernytaan tersebut sama?
2. Apakah keduanya berbeda?
3. Mengapa kamu berfikir bahwa hal itu berbeda?
4. Menurut kamu, siapa yang telah menulis pernyataan pertama? Pernyataan kedua?
Mengapa?
5. Pernyataan mana yang menurut kamu paling akurat? Mengapa?
6. Penulis mana yang telah mendukunmg pernyataannya dengan fakta dan memberikan
contoh yang spesifik?
7. Baca pernyataan yang lain tentang perlakuan perbudakan, dan tulis sebuah paragraf
dengan bahasamu sendiri bagaimana para budak diperlakuakan. Bagaiman kesimpulanmu
membandingkan tulisan perntaan di atas?
Permainan Peran
Situasi panggung permainan peran di kelas (memakai beberapa siswa sebagai pemerannya).
Masing-masing siswa diminta menulis situasi yang terjadi. Pernyataan bisa ditulis oleh individu.
Ketika melaporkan hasil tulisan, siswa diminta untuk membandingkan persamaan dan
perbedaannya. Siswa harus menggunakan pernyataan mereka untuk menjawab pertanyaan
berikut:
1. Dapatkah pernyataan yang berbeda dituliskan pada peristiwa yang sama?
2. Apakah jawaban pada pertanyaan pertama memberitahukan pada kita tentang sebuah
tulisan sejarah?
3. Apakah dua orang yang menyaksikan sebuah kecelakaan mobil , dapat memberikan
pernyataan laporan yang identik sama terhadap peristiwa tersebut?
4. Apakah dua orang sejarawan yang membaca dokumen yang sama tentang peristiwa
sejarah tertentu apakah mereka akan memberkan pernyataan yang sama? Mengapa dan
mengapa tidak?
5. Apakah dua orang dalam sebuah observasi sebuah peristiwa sejarah, akan memberikan
pernyataan yang sama? Mengapa dan mengapa tidak?
6. Apa yang faktor yang menyebabakan para sejarawan menukis pernnytaan yang berbeda
dan sama tentang sebuah peristiwa?31
Generalisasi: para sejarawan menggunakan variasi sumber dan material untuk merekonstruksi
peristiwa masa lalu dan menemukan subtansinya pada masa lalau.
Tingkat dasar
1. Suruhlah masing-amsing anak untuk meceritakan tentang hari natal, hari-hari spesial, atau
ulang tahunnya. Anak-anak akan mengingat sesuatu tentang harin ituy, tapi mungkin juga
da jugayang lupa sebagia. Merekaakan menceritakan kepada temann-temannya,
memperlihatkan beberapa foto, dan mereka mencoba merekonstruksi pertiwa yang sudah
terjadi pada hari tersebut.
2. Memeperlihatkan kepad anak-anak peralatan yang digunakan oleh orang-orang Amerika
zaman dahulu, seperti jentera yang berputar, gerbong kereta api, lampu minyak, dll. Dan
suruhlah mereka untuk mengidentifikasi objek-objek tesebut dan bagaiman mereka
mengungkapkannya.
3. Suruhlah siswa untuk menceritakan sejarah singkat keluarga mereka dan ceritakan
peralatan apa saja yang mereka gunakan.
4. Untuk meningkatkan kemampuan tingkat dasr ini, meerka harus mendiskusikan sejarah
sekolah dan rumah mereka dan ceritakan peralatan mana saja dapat membantu meraka
beraktifitas.
Tingkat menengah dan atas
Siswa pada tingkat inimenggunakan laboratorium untuk penelitiannya. Pendekatan perama
yaitu membuat hipotesa terhadap penduduk komunitas mereka. Kemudian siswa dibadi
kedalam bebrapa kelompok untuk menguji asumsi mereka. Satu kelompok mengunjungi
museum untuk memperoh data, kelompok yang lain mewawncara editor surart kabar lokal,
atau bisa juga kepada kepala masyarakat di sebuah komunitas, mungkin disana kan ditemukan
peningalan-peninggalan sejarah di rumahnya. Kelompok ketiga mengunjungi masyarakat
sejarah atu masyarakat yang lainnya memiliki jabatan tertentu di negara.
Setelah semua data terkumpul dan telah diuji, maka siswa ahrus menentukan mana sumber
data yang paling kredibel. Penentuan keotentikan data sangat penting terlebih jika informasi
yang diabil drai suasana konflik. Ketika data dievaluasi, siswa bisa melakuakan penolakan
terhadap hipotesisi mereka. Kesimpulan diambil oleh para sisiwa dengan membandingkan
komunitas sejarah yang telah ditulis oleh sejarawan lokal. Jika terjadi keytidak sesuain diantara
pernyataaan, maka siswa harus mencoba menentukan apakah pernyataan penulis pernytaan
tersebut dapat dipercaya. Untuk membuktikannnya, bisa dilakuakan penelusuran
lartarbelakang penulis, atau jika memungkinkan bisa mewawancarai beberapa orang di
komunitasnya.
Beberapa topik komunitas bisa dibahas di kela. Topik tentang kerajaan misalnya, di
dalamnya membahas tentang komunitas masyarakat, perkotaan, bisnis, industri, perdagangan,
kominikasi, buruh, pendidikan, kerajinan dan seni, pemerintahan, dan rekreasi.32 siswa bisa
memformulasikan pertanyaan misalnya drai aspek komunitas: bisnis apa yang pertama kali
dilakuakn oleh komunitas kelompok tersebut? Apa pengaruh drai bisnis tersebut untuk
masyarakat? Kapan dan bagaimana mereka mengorganisr para buruh untuk melakuakn
perserikatan? Dll.
Generalisasi: karakter masyarakat dibentuk oleh perubahan
Tingkat dasar
1. Menunjukkan kepada siswa gamabar atau model kereta beroda empat, orang sedang naik
kuda, sampan orang Indian, atau kereta pada zaman dulu. Tanyakan kepada mereka pakah
barang-barang ini sam,a. Tunjukan pula gamabar alat transportasi moderen seperti mobil,
pesawat, kapal laut, perahu, dll. Tanyakan kepad mereka apakah semua gamabar semunya
ini sama. Mintalah siswa untuk menjawab pertanyaan berikut:
a. Bagaimaan bentuk kedua (bentuk turunan) dari gambar-gambar pertama?
b. Bagaimana gambar tersebut berbeda?
c. Mengapa berbeda?
d. Bagaimana, apakah bisa transportasi di masa yang akan datang berbeda dengan
transportasi sekarang?
2. Membaca sejarah tentang permulaaan Amerika. Tunjukkan gambar yang berhubungan
dengan hal tersebut. Kemudian tanyakannlah apakah ada perbedaan dan persamaannya,
dan mengapa.
3. Membaca bukutentang keluaraga artis pada masa kolonial. Suruhlah anak-anak
membandingkan cara keluarga mereka berekreasi dengan keluarga pada masa koonial.
Tanayakan apa perbedan dan persamaanya, dan mengapa.
4. Suruhlah anak-anak menggambar sosok seorang penolong yang membantu mereka atau
masyarakatnya, misalnya tukang pos, penjual susu, atau pemadam kebakaran. Dan
bandingkan peralatan yang digunakan oleh mereka dalam melayani jasa, apakah ada
persamaan dan perbedaannya dengan peralatan zaman dahulu, dan mengapa.
Tingkat menengah
1. Menyebutkan dan membandingkan perlatan yang digunakan oleh bengsa Indian sebelum
kedatangan bangsa kulit putih.
2. Suruhlah anak-anak memernkan dan mengambarakan eksplorasi sebuah pulau. Tanyakan
apakah cara yang digunakan sekarang dengan yang dulu ada persamaan dan
perbedaannya, dan mengapa.
Tingkat Atas
1. Mintalah siswa untuk menunjukkan peta dunia, bagaimana batasan-batasan nasional
mereka selama perubahan zaman dalam sejarah. Tanyakan kepada mereka mengapa
batsan tersebut bisa berubah, apakah mungkin bisa karena aspek politis, dll.
2. Suruhlah siswa untuk menonton sebuah film tentang kolonial. Lalu suruh mereka
menceritakan aspek sosial, ekonomi, transportasi, dll dalam film tesebut dibandingkan
dengan masa sekarang apakah ada persamaan dan perbedaannya, dan mengapa.
KESIMPULAN
Sejarah terdiri dari tiga komponen: (1). Masa lalu (2). Pernyataan tentang masa lalu, dan (3)
metode penelitiannya. Hal ini sangat penting untuk dipahami oleh para guru bagaiamana
perbedaan aspek sejarah, agar guru dapat merencanakan pemebelajaran sejarah yang efektif
dan membantu para siswa memandang masalah sejarah dari perspektif sejarah. Para sejarawan
tidak pernah mampu untuk merekonstruksi peristiwa sejarah secara total karena ketersediaan
data yang kurang. Lebih lanjut, mereka tidak bisa menggunkan semua data yang telah mereka
batasi. Untuk menuliskan sebuah pernyataan sejarah, mereka harus memilih data yang valid
dan terpercaya. Seleksi mereka ini dipengaruhi oleh bias personal, dan tujuan penulisan,
masayarakat, zaman dimana mereka hidup dan menulis. Karena sejarah rentan terhadap bias
personal, maka sangat penting bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan dalam
penelitian sejarah agar mereka menjadi konsumen sejarah yang cerdas.
Sejarah berbeda dari disiplin ilmu sosial dalam beberapa hal. Termasuk elemen diantara
sosial dan humaniora. Ketertarikan dan tendensi para sejarawan hanya menuliskan peristiwa
sejarah yang unik. Meskipun begitu, sejarah merupakan “ilmu alamiah (saintifik)” karena para
sejarawan juga menggunakan metode ilmiah untuk memodifikasi bentuk dan nillai deskripsi
objektif. Objetifitas sesuai dengan disiplin ilmu. Maka sejarah dianggap sebuah modifikasi ilmu
pengetahuan dalam buku ini.
Sejarah dibedakan dari ilmu sosial lainnya bukan karena kekhususan konsepnya tetapi oleh
konsentrasinya terhadap masa lalu dan model penelitiannya. Meskipun ilmu penegetahuan
dikarakterisisasikan oleh tendensi memandang perilaku manusia kerangka konsep yang khusus,
seperti sejarah pada prinsipnya memperhatiakan totalitas manusia masa lalu, maka hal ini
menjadi interdispliner. Paraktiknya, dalam kasus seperti ini, para sejarawan harus sering
menggunkaan konsep ilmu sosial. Para sejarawan modern, seringkali menggunakan konsep dari
disiplin ilmu yang lain untuk menjelaskan peristiwa asa lalu. Karena sejarawan mencoba
merekonstruksi masa lalu, mereka bereksperimen dalam meneliti masalah yang unik.
Sementara itu seumua disiplin ilmu sosial menggunakan komponen sejarah, sejarah hanya
sebagai disiplin yang berkonsentrasi pada masa lalu. Untuk membantu anak-anak melihat
masalah dari perspektif sejarah, para guru seharusnya mengajarkan konsep dan generalisasi
yang dihubungkan dengan kesimpulan (produk) sejarah, sebagimana menghubungkan sejarah
sebagai sebuah proses.
BAB 8
SOSIOLOGI: STRUKTUR, KONSEP, DAN STRATEGI
Lia Liana Iskandar
Yani Suryani
PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
Kerangka kerja konseptual, perspektif dan pertanyaan konseptual yang dicari berbagai ilmuwan
sosial merupakan karakteristik mereka yang paling mencolok. Metoda-metoda yang digunakan
untuk mengumpulkan dan melaporkan data-data sangat mirip dalam masing-masing disiplin ini
(yang dibahas dalam Bab 2), meskipun beberapa teknik riset lebih sering digunakan dalam
disiplin tertentu ketimbang dalam disiplin yang lain. Masing-masing disiplin memiliki suatu
himpunan konsep, generalisasi, dan teori khusus, yang sering disebut sebagai struktur disiplin
tersebut. Struktur ini menentukan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan suatu disiplin,
data-data yang dikumpulkan dalam disiplin tersebut, serta interpretasi temuan-temuannya.
Konsep, generalisasi, dan teori-teori didalam sosiologi berkaitan terutama dengan sifat dasar
dan antarhubungan kelompok-kelompok manusia, seperti organisasi, pranata, komunitas, dan
masyarakat. Inkeles mendefinisikan sosiologi sebagai “kajian sistem-sistem tindakan sosial dan
hubungan antar mereka.”
Yang mendasar bagi sosiologi adalah sejumlah asumsi mengenai karakteristik-
karakteristik kelompok dan efek atau pengaruhnya terhadap perilaku individu. Para sosiologis
mengasumsikan bahwa para individu membutuhkan kelompok demi kelangsungan hidup
mereka, bahwa tingkah laku mereka sangat ditentukan oleh norma-norma dan sanksi
kelompok, dan bahwa kelompok tersebut membekali individu individu dengan pola tingkah
laku dan karakteristik-karakteristik yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan kultural dan lingkungan fisik mereka. Kelompok memiliki karakteristik dan identitas
yang independen. Kelompok lebih daripada sekedar agregat individu-individu. Kelompok
memiliki suatu kontinuitas yang melampaui hidup individu-individu. Walaupun pusat perhatian
para sosiolog menyangkut pengaruh kelompok terhadap tingkah laku individu, namun para
sosiolog juga tidak menyangkal bahwa faktor-faktor lain pun turut berpengaruh terhadap
tingkah laku individu. Faris menulis:
……tanpa menyangkal luasnya kebebasan pilihan individu, dan dengan demikian suatu fungsi
tanggung jawab individu, himpunan akumulatif pengetahuan sosiologis bermuara pada suatu
kekuatan yang besar dan kuat lewat mana sebuah masyarakat mengarahkan perilaku para
anggotanya….. Tingkah laku manusia tidak bisa dijelaskan seluruhnya dengan pengetahuan
tentang individu, seluas dan sedalam apapun pengetahuan tentang individu tersebut.
Contoh berikut ini menggambarkan bagaimana konsep-konsep sosiologis tentang
kelompok dan hubungan-hubungan antar konsep itu membantu para sosiolog merumuskan dan
memfokuskan pertanyaan-pertanyaan, melakukan penelitian dan menafsirkan temuan-temuan.
Jika seorang sosiolog sedang berusaha menentukan atau mengidentifikasi sebab-sebab dan
akibat perceraian dalam masyarakat Amerika modern, ia barangkali mengawalinya dengan
menanyakan (apa) peranan masing-masing pasangan yang mesti dijalankan dalam rumah
tangga, dan norma-norma serta nilai-nilai apakah yang berkaitan dengan peranan ini.
Barangkali peneliti ini pun barangkali ingin mengetahui sanksi yang digunakan untuk menjamin
supaya peranan ini dilaksanakan, dan kondisi-kondisi dimana sanksi ini dilanggar. Sosiolog akan
menyelidiki pengaruh industrialisasi dan urbanisasi terhadap peranan, norma-norma, nilai-nilai,
dan sanksi tradisional. Sang peneliti juga mungkin ingin mengetahui apakah angka perceraian
berbeda dalam tipe komunitas yang berbeda dan dalam kelas sosial yang berbeda. Barangkali,
sang peneliti juga ingin mengetahui tentang bagaimana masing-masing anggota pasangan
disosialisasikan untuk peranan mereka dalam ikatan perkawinan, dan pengaruh perceraian
terhadap status individu dalam masyarakat, demikian pula efek perceraian terhadap pranata-
pranata yang lain. Kata-kata yang dicetak dengan huruf miring di atas merupakan konsep-
konsep yang akan dipakai para sosiolog guna memudahkan mereka dalam menentukan hal-hal
yang akan mereka kaji tentang perceraian dan, sampai batas tertentu, bagaimana cara
mengkajinya.
Masing-masing psikolog, antropolog, dan ekonom akan menggunakan konsep-konsep
yang berlainan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berlainan mengenai perceraian.
Seorang psikolog mungkin tertarik untuk meneliti besarnya ketegangan dan agresi dalam ikatan
perkawinan yang berakhir dengan perceraian. Seorang antropolog akan memperbandingkan
kosnekuensi-konsekuensi perceraian dalam berbagai budaya yang ada di seluruh dunia.
Seorang ekonom mungkin akan menyelidiki pengaruh angka perceraian terhadap kekayaan dan
kemakmuran dalam suatu masyarakat.
Obyektivitas dalam Sosiologi
Hampir semua sosiolog mengakui obyektivitas ilmiah sebagai sesuatu yang ideal, namun juga
menyadari betapa sulitnya mencapai obyektivitas yang utuh dalam suatu disiplin sosial. Akan
tetapi, para sosiolog juga tidak merasa bahwa bias penelitian mencegah sosiologi untuk
menjadi suatu ilmu. Faris menulis, “…fakta bahwa semua manusia memiliki nilai-nilai tidak
berarti bahwa prasangka terkandung dalam setiap isu yang mungkin, dan hal itu juga tidak
mesti memustahilkan suatu cabang ilmu yang bebas dari nilai. Hampir semua sosiolog kurang
optimistis ketimbang Faris mengenai suatu masyarakat yang bebas nilai, namun mengakui
bahwa para sosiolog harus sadar akan bias tersebut dan harus berusaha meminimalkan efeknya
terhadap penelitian mereka. Fichter menulis:
Para sosiolog, sebagai ilmuwan, berusaha dengan jujur menghindari pertimbangan-
pertimbangan moral mengenai budaya dan masyarakat yang diselidikinya….. Barangkali tidak
ada sosiolog yang bisa memurnikan secara total kuliah-kuliah dan tulisan-tulisannya sehingga
bebar murni dari nilai-nilai yang dia anut secara pribadi……. bahkan ilmuwan sekuler – setiap
sosiolog mestinya sekuler – tidak sanggup memisahkan dirinya sendiri secara utuh dari budaya
dimana dia berada. Nilai-nilai pribadinya sendiri, entah dengan cara apapun, merefleksikan
nilai-nilai sosial budaya yang didalamnya dia bersosialisasi.
Oleh karena merupakan pembelajar perseptif sosialisasi, para sosiolog benar-benar
menyadari bagaimana nilai-nilai dan norma-norma masyarakat membentuk pandangan
seseorang tentang dunia. Akan tetapi, penerimaan atas fakta ini tidak membuat mereka
berhenti berusaha menjadikan sosiologi yang seobyektif mungkin.
Sosiologi: Sebuah Prinsip yang Menggeneralisir
Bersama para ilmuwan behavioral lainnya, para sosiolog mengasumsikan bahwa tingkah laku
manusia terpolakan dan sistematis, dan tujuan utamanya adalah menemukan proposisi-
proposisi yang mirip hukum yang dapat berkontribusi bagi perumusan teori-teori yang dapat
dipakai untuk menerangkan, memprediksi, dan mengontrol tingkah laku manusia. Tidak seperti
para sejarawan, para sosiolog tidak mesti meneliti suatu kasus, peristiwa atau fenomena
tunggal. Jika seorang sejarawan menulis biografi seseorang yang merupakan pemimpin
terkemuka, maka seorang sosiolog justru akan mempelajari sejumlah pemimpin guna
merumuskan generalisasi (kesimpulan umum) mengenai kepemimpinan atau kemampuan
memimpin.
Dengan perkataan lain, seorang sosiolog lebih terpusat perhatiannya untuk mengkaji
golongan atau kelas fenomena dan karakteristik umum fenomena-fenomena yang sekelas atau
segolongan tersebut. Seorang sosiolog bisa saja meneliti suatu keluarga terkemuka seperti
keluarga Kennedy, namun ia juga harus meneliti keluarga-keluarga kelas atas lain, seperti
keluarga Rockefeller, supaya dia bisa mmebuat beberapa pernyataan yang digeneralisir
(generalized statements) mengenai keluarga-keluarga kelas atas Amerika yang terkemuka.
Sosiologi adalah suatu prinsip yang menggeneralisir. Walaupun para sosiolog sering
menggunakan metoda studi kasus untuk mengkaji suatu kota, tokoh, atau peristiwa, namun
mereka biasanya berusaha menurunkan hipotesis (dari kajian-kajian tersebut) yang dapat diuji
para peneliti lain dengan menggunakan populasi yang lebih besar.
Teori Sosiologis
Dalam hampir semua cabang ilmu yang lebih tua, seperti ilmu kimia dan fisika, hampir semua
pengetahuan dalam cabang ilmu itu diterangkan dengan sejumlah kecil teori agung (grand
theory) yang saling berkaitan erat dan saling melengkapi yang diakui semua spesialis dalam
cabang ilmu tersebut. Teori agung ini merupakan teori yang amat abstrak dan amat inklusif
yang menerangkan hampir semua fakta dalam suatu cabang ilmu dan menempatkan hampir
semua hukum dan prinsip-prinsip umumnya dalam suatu sistem yang koheren. Karena
beberapa sebab, tidak ada teori agung demikian dalam sosiologi. Ketika cabang ilmu sosiologi
muncul, pencarian akan suatu penjelasan tunggal tentang tingkah laku manusia dan unsur-
unsur non-empiris mendominasi cabang ilmu ini. Para sosiolog terdahulu, seperti Auguste
Comte dan para pengikutnya, merupakan sosiolog “armchair” (yang duduk di meja) dan tidak
melakukan penelitian empiris.
Dalam sejarah perjalanan sosiologi yang masih pendek, para teoretikus agung jarang
menjadi peneliti empiris. Meskipun pembagian kerja seperti ini masih ada hingga tingkatan
yang mengecewakan dalam sosiologi, namun makin banyak sosiolog yang menyadari bahwa
kecuali karya pemikiran para teoretikus dan empirisist dikoordinasikan – artinya, kecuali teoris
menjadi empirisis dan empirisis menjadi teoris – sosiologi tidak akan pernah mengembangkan
kekuatan teoritis yang sebenarnya mampu dikembangkannya. Para sosiolog semacam George
C. Homans, Paul F. Lazarsfled, dan Robert K. Merton adalah empirisist sekaligus teoris. Akan
tetapi, mereka adalah teoris parsial dan bukan teoris agung. Dewasa ini semakin banyak teoris
sosiologis melakukan penelitian empiris. Barangkali para sosiolog kelak akan mampu
merumuskan teori empiris agung.
Para sosiolog sering melakukan riset yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial
seperti kenakalan remaja dan perceraian namun tidak memiliki landasan teoritis. Praktik ini,
yang makin jarang dilakukan para sosiolog, juga telah menghambat pengembangan teori
sosiologis. Walaupun para sosiolog menemui banyak kesulitan dalam merumuskan atau
mengembangkan teori, dan belum ada teori agung dalam disiplin ini yang diterima semua
sosiolog, namun pencarian akan suatu penjelasan tunggal dan penekanan non-empiris dalam
sosiologi sudah dianggap usang. Para sosiolog modern kini menggunakan metoda-metoda yang
sangat ketat dalam menghimpun data, misalnya model matematis dan teknik-teknik statistik
yang rumit. Kemajuan metodologis dalam sosiologi modern telah jauh melampaui
perkembangan teori. Akan tetapi, para sosiolog telah berhasil merumuskan sejumlah teori
parsial. Barangkali teori sosiologis pertama yang telah diuji secara empiris adalah teori bunuh
diri yang dikembangkan Emile Durkheim dan disajikan dalam bukunya Suicide, yang terbit tahun
1897. Banyak sosiolog modern juga telah mengembangkan teori-teori parsial yang menyangkut
kosnep-konsep seperti diskriminasi dan prasangka rasial, perilaku massa, dan urbanisasi.
Sosiologi terdiri atas sejumlah teori-teori semacam itu yang dapat menjadi sumber berbagai
konsep dan generalisasi. Konsep-konsep dan generalisasi ini dapat digabung secara efektif
kedalam suatu program kajian sosial yang bagus untuk para siswa sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama.
Teori Gordon tentang asimilasi kultural dan struktural adalah salah satu contoh teori
parsial dalam sosiologi. Teori ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Menyangkut tingkah laku kultural, perbedaan status (kelas) sosial lebih penting dan lebih
menentukan ketimbang perbedaan kelompok etnis.
2. Menyangkut partisipasi sosial dalam kelompok-kelompok primer dan hubungan-hubungan
primer, manusia cenderung membatasi partisipasi ini didalam segmen kelas sosialnya
sendiri didalam kelompok etnisnya, yakni ethclass.
3. Dengan seseorang yang berasal dari kelas sosial yang sama namun dari golongan etnis yang
berbeda, manusia memiliki kesamaan-kesamaan tingkah laku namun tidak memiliki rasa
kebersaudaraan (sense of peoplehood).
4. Dengan mereka yang berasal dari golongan etnis yang sama namun dari kelas sosial yang
berbeda, manusia memiliki suatu rasa kebersaudaraan namun tidak memperlihatkan
kesamaan-kesamaan tingkah laku.
Definisi Konsep dalam Sosiologi
Walaupun para sosiolog telah berhasil mengidentifikasi sejumlah konsep sosiologis kunci dan
dalam mencapai konsensus mengenai pentingnya konsep-konsep tersebut, namun konsep-
konsep tersebut sering didefinisikan dengan cara yang berlainan oleh para peneliti yang
berbeda. Hampir semua sosiolog terkemuka sangat prihatin oleh masalah definisi dalam disiplin
ini. Herbert Blumer, seorang sosiolog terkemuka, menegaskan bahwa konsep-konsep kunci
dalam sosiologi adalah “samar-samar, ambigu, dan tak tentu” dan bahwa upaya-upaya untuk
lebih menyeragamkan konsep-konsep itu tidah berbuah. Zetterberg menulis dengan tepat
mengenai masalah ini:
Para sosiolog telah menghabiskan banyak upaya untuk mengembangkan definisi-definisi teknis,
namun hingga kini mereka belum mencapai konsensus mengenai definisi tersebut sehingga
upaya mereka sia-sia. Dewasa ini ada begitu banyak definisi yang saling berlawanan tentang
konsep-konsep kunci seperti “status” dan “peran sosial” sehingga istilah-istilah ini tidak lebih
berguna ketimbang istilah-istilah padanannya dalam percakapan sehari-hari.
Chinoy mengaitkan ketidaksepakatan konseptual dalam sosiologi dengan pestnya
perkembangan dan relatif masih barunya bidang disiplin ini. Sosiologi tidak tumbuh dan
berkembang sebagai suatu disiplin yang terpisah hingga abad ke-19. seirng dengan makin
dewasanya dan makin ilmiahnya sosiologi, kita dapat berharap bahwa konsensus yang lebih
konseptual akan tercapai kelak.
Konsep-konsep sosiologis seperti peranan, ajaran moral, adat-istiadat, komunitas, nilai,
dan masyarakat jarang didefinisikan dengan cara-cara yang identik. Hal ini menimbulkan
masalah riset. Dua sosiolog yang sedang mengkaji ekspektasi peranan isteri di kalangan
masyarakat kelas bawah Amerika bisa jadi membuat kesimpulan-kesimpulan yang berbeda jika
masing-masing peneliti ini mempunyai definisi yang berlainan tentang peranan dan kelas
bawah. Masalah lain timbul ketika teoris agung, yang bukan seorang periset, mendefinisikan
istilah-istilah dengan cara yang berbeda dari para sosiolog yang melakukan riset. Walaupun
konsep-konsep diatas jarang didefinisikan dengan cara yang identik oleh para sosiolog, namun
istilah-istilah itu juga jarang diberi makna atau pengertian yang sama sekali berbeda. Terdapat
“bayang-bayang” kesamaan dalam definisi konsep-konsep sosiologis kunci. Kenyataan bahwa
terdapat kesesuaian dalam batas tertentu mengenai makna konsep-konsep pokok dalam
sosiologi menunjukkan bahwa perspektif sosiologis dapat memberi kontribusi yang substansial
bagi upaya membantu para siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dalam
memecahkan masalah-masalah sosial dan membuat keputusan tentang isu-isu sosial yang
penting.
KONSEP-KONSEP SOSIOLOGIS
Konsep, generalisasi, dan teori-teori disiplin ini disebut “struktur” selama berlangsungnya
revolusi kajian sosial pada tahun 1960-an. Ketika para pendidik menerima pertama kali konsep
struktur ini, mereka merasa bahwa banyak masalah pedagogis mereka telah dieliminir karena
kini mereka mempunyai suatu alternatif bagi pengajaran suatu himpunan fakta-fakta yang tidak
saling terkait dan mudah terlupakan. Barangkali Jerome S. Bruner merupakan tokoh yang paling
berpengaruh dalam revolusi strukturalis. Mark K. Krug menyebut dirinya sendiri sebagai
pengeritik paling keras terhadap Bruner. Revolusi ini kelihatannya memang berlangsung, dan
riset mendukung ide bahwa anak-anak lebih berhasil dalam pelajaran mereka ketika mereka
menguasai pengetahuan yang lebih tinggi, seperti konsep-konsep dan generalisasi. Penguasaan
bahan pelajaran, transfer pelajaran, dan ingatan (memory) dipermudah. Pemahaman
(comprehension) juga meningkat karena konsep-konsep memampukan para siswa dalam
menggolongkan dan memberi arti terhadap sesuatu yang tadinya merupakan himpunan fakta-
fakta yang tak bermakna.
Namun, gerakan strukturalis menghadapi sejumlah kesulitan yang tidak diduga
sebelumnya atau tidak diparesiasi selama tahun-tahuan awal pergerakan ini. Ketika para
pendidik memohon bantuan para spesialis ilmu sosial untuk mengidentifikasi konsep-konsep
dan generalisasi kunci dalam disiplin mereka, mereka jadi heran karena menemukan bahwa
para spesialis yang puas tidak bisa bersepakat tentang hal-hal yang menjadi ide-ide kunci dalam
bidang disiplin mereka masing-masing. Mereka juga menemukan bahwa para ‘disipliner’ ini
sering berbeda pendapat mengenai definisi konsep-konsep yang mereka semua anggap sangat
penting bagi disiplin ilmu mereka. Sama seperti semua ilmuwan sosial lainnya, para sosiolog
juga berbeda pendapat mengenai konsep-konsep kunci dalam sosiologi dan mengenai definisi
konsep-konsep tersebut. Akan tetapi, konsep-konsep sosiologis yang dijadikan dibawah ini
kelihatannya merupakan konsep-konsep yang oleh hampir semua sosiolog diakui sebagai
konsep kunci dalam sosiologi. Tidak begitu banyak dan tidak begitu luas perbedaan pendapat
mengenai definisi konsep-konsep ini, namun tetap dilakukan upaya agar definisi itu diterima
oleh sebanyak mungkin sosiolog.
Sosialisasi
Para sosiolog berasumsi bahwa manusia tidak dilahirkan menjadi manusiawi melainkan menjadi
manusiawi lantaran berinteraksi dengan orang-orang yang ada di lingkungannya. Sosialisasi
merupakan proses yang membuat manusia menjadi manusiawi. Konsep ini berasumsi bahwa
ketika baru lahir, manusia bersifat plastis, dan manusia bisa saja berkembang menjadi banyak
hal, termasuk menjadi seperti binatang. Pergaulan atau asosiasi dengan manusia lain
membekali anak-anak dengan pola-pola tingkah laku dan ketrampilan komunikasi yang
dibutuhkan untuk melangsungkan dan melanjutkan kehidupannya dalam komunitas dan
masyarakat mereka. Ini merupakan konsep yang teramat penting dikuasai para siswa sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama karena konsep ini membantu mereka menyadari betapa
tingkah laku mereka ditentukan dan dibentuk oleh orang-orang yang ada di sekeliling mereka.
Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana orang dipengaruhi orang lain, namun kita sering sulit
mengerti mengapa kita menjadi Demokrat, Republikein, agresif, atau berpuas diri. Sudah tentu,
para sosiolog tidak menyalahkan kelompok-kelompok yang ada di sekeliling kita atas semua
kesalahan kita atau menganggap jasa kelompok-kelompok itu atas semua kebaikan yang kita
buat, namun mereka hanya berkonsentrasi pada pengkajian pengaruh kelompok terhadap
tingkah laku.
Peranan
Peranan adalah himpunan tingkah laku yang secara teratur diharapkan dari individu-individu.
Setiap hari, hampir semua orang harus menjalankan berbagai peranan. Peranan ini sering
berbenturan dengan peranan lain. Para guru sekolah dasar diharapkan siap mengajarkan kajian-
kajian sosial pada hari-hari sekolah; sekalipun demikian seorang guru juga harus menjalankan
perannya atau tanggung jawabnya dalam keluarga pada sore harinya, seperti membersihkan
pekarangan, memasak, atau menghibur, yang membuatnya tidak bisa membuat persiapan yang
baik untuk aktivitas mengajar pada keesokan harinya. Suatu pemahaman tentang peran yang
harus dijalankan orang akan membantu para siswa lebih memahami keanekaragaman peran
dan kewajiban sosial mereka.
Kepada para siswa juga harus diajarkan bahwa banyak peran tradisional kita kini sedang
berubah. Bangkitnya gerakan pembebasan di kalangan feminis dan kelompok-kelompok
pemrotes lain telah menentang berbagai peran tradisional akhir-akhir ini, dan dalam berbagai
bidang kehidupan kita perbedaan tradisional yang tajam antara kaum pria dan kaum wanita
makin kabur. Sejumlah pengamat sosial mengemukakan bahwa kita sedang berubah menjadi
sebuah masyarakat uniseks. Meskipun hal ini mungkin terasa dilebih-lebihkan, namun yang
pasti peran tradisional yang dibedakan menurut jenis kelamin kini menghadapi tantangan
serius. Banyak wanita kini menjalankan peran atau fungsi yang secara tradisional dipandang
sebagai “pekerjaan pria”. Demikian pula, makin banyak pria melakukan pekerjaan-pekerjaan
rumah tangga dan makin berperan dalam mengasuh anak-anak kecil, peran atau tugas yang
secara tradisional dianggap sebagai pekerjaan wanita.
Norma-Norma
Norma adalah standar atau kaidah yang menjadi pedoman tingkah laku. Norma-norma
memberitahu kita kalau tingkah laku kita benar atau salah, senonoh atau tidak senonoh. Dalam
masyarakat kita, orang diharapkan mengenakan busana yang berbeda untuk acara-acara yang
berbeda dan dalam tatanan sosial yang berbeda. Anak-anak bisanya diharapkan bertindak dan
berbicara dengan “hormat” di hadapan orang-orang dewasa. Orang-orang dewasa juga
diharapkan bertindak dan berbicara dengan cara tertentu di hadapan anak-anak. Norma-norma
berbeda bukan hanya dalam masa dan budaya yang berlainan, melainkan juga antara kelas-
kelas sosial yang berbeda dan kelompok-kelompok subkultural yang berbeda dalam masyarakat
dan budaya yang sama. Umumnya, pria dari kalangan menengah dituntut melakukan lebih
banyak pekerjaan dalam rumah tangga ketimbang pria dari kalangan yang lebih rendah, dan
lebih dituntut membuat keputusan bersama isteri dan para anggota keluarga lainnya. Paham
pengambilan keputusan bersama keluarga dalam keluarga-keluarga kelas bawah tidak
dipraktikkan secara intens seperti dalam keluarga-keluarga kelas menengah di Amerika.
Dewasa ini, banyak norma tradisional kita sedang mengalami perubahan besar-besaran.
Kini, tidaklah aneh bahwa para muda-mudi dari kalangan menengah hidup bersama tanpa
menikah secara sah , dan bahwa para homoseks tampil di depan umum dan mengakui bahwa
mereka adalah homoseks. Walaupun kita tidak bisa mengatakan bahwa perilaku semacam ini
sudah normatif dalam masyarakat Amerika kontemporer, namun bentuk-bentuk perilaku
demikian mengindikasikan bahwa norma-norma dan nilai-nilai sosial kita kini sedang
mengalami perubahan yang substansial.
Sanksi
Sanksi adalah ganjaran dan hukuman yan diterapkan kelompok untuk mematikan bahwa
norma-norma dipatuhi dan bahwa tuntutan (harapan) peran/tugas dipenuhi. Kelompok atau
golongan memakai berbagai jenis tekanan dan kontrol untuk menjamin dipatuhinya norma-
norma. Gosip, rasa malu, dan harga diri sering dipakai sebagai sanksi. Pasangan suami isteri
yang selalu bertengkar karena perselingkuhan akan menjadi korban gosip, karena dalam
masyarakat kita orang-orang yang sudah menikah biasanya dituntut untuk setia pada
pasangannya. Para siswa yang menyontek pada saat ulangan akan merasa malu ketika guru
memergoki mereka. Pasangan yang di depan umum tampak menghargai keluarga mereka dan
para siswa yang mendapat skor tinggi biasanya dipuji karena tingkah laku demikian sahih dan
konsisten dengan norma-norma yang berlaku. Kita semua terkadang melanggar norma-norma,
namun lebih sering kita mematuhinya karena selama proses sosialisasi kita menyerap hampir
semua norma dan nilai-nilai budaya kita. Anak-anak takkan kesulitan menyebut dan membahas
sanksi-sanksi yang menuntun kehidupan mereka sehari-hari.
Nilai-Nilai
Nilai-nilai adalah aspek suatu budaya yang diberi imbalan atau manfaat yang tinggi oleh
kelompok atau golongan yang ada dalam budaya tersebut norma dan sanksi dalam sebuah
masyarakat merupakan ekspresi nilai-nilai masyarakat tersebut. Pria dari kalangan menengah
biasanya berdiri dari tempat duduknya ketika seorang wanita memasuki ruangan karena
kesopanan terhadap wanita dihargai dalam kalangan menengah masyarakat Amerika. Nyawa
dan kehidupan manusia sangat dihargai dalam hampir semua masyarakat Barat. Dengan
demikian, sanksi atau hukuman atas pencabutan nyawa seseorang berat. Sanksi yang berat
dikaitkan dengan akhlak atau moral. Setiap masyarakat hanya memiliki sejumlah ajaran moral
atau pandangan moral fundamental yang diterima tanpa pertanyaan. Ajaran moral ini dianggap
esensil bagi kelangsungan hidup golongan atau kelompok yang bersangkutan. Beberapa tingkah
laku atau perbuatan lebih dihargai ketimbang perbuatan atau tingkah laku yang lain; jadi kita
dapat mengkonseptualisasikan suatu hirarki nilai-nilai sebuah masyarakat. Dalam masyarakat
kita, nyawa manusia jauh lebih dihargai ketimbang kesopanan terhadap kaum wanita. Di
sejumlah masyarakat non-Barat, pemujaan dewa-dewa jauh lebih dihargai ketimbang nyawa
manusia. Di kalangan etnis Indian Aztec, pemuda tampan dikorbankan bagi para dewa, dan
adalah terhormat bagi seseorang jika dipilih menjadi korban. Para sosiolog tertarik meneliti
mengapa nilai-nilai berbeda untuk kultur dan subkultur yang berlainan, dan juga tertarik
meneliti bagaimana nilai-nilai terbentuk dan ditanamkan selama masa sosialisasi. Akan tetapi,
para sosiolog biasanya tidak tertarik mengambil sikap nilai pribadinya tentang isu-isu sosial.
Pekerjaan mereka adalah membuat penjelasan, analisis, dan perbandingan. Suatu diskusi
tentang pengajaran analisis nilai dan pengambilan sikap nilai tentang isu-isu sosial disajikan
pada Bab 13.
Status atau Kedudukan-Status
Prestise, penghargaan (reward), dan kekuasaan dalam masyarakat tidak terdistribusikan secara
merata. Beberapa individu lebih berkuasa dan lebih berpengaruh ketimbang individu yang lain.
Status atau kedudukan-status seseorang menggambarkan seberapa penting dia dianggap oleh
golongan-golongan yang ada dalam masyarakatnya. Presiden Amerika Serikat dianggap jauh
lebih penting daripada senator Amerika Serikat; para guru sekolah cenderung dianggap lebih
terhormat dalam hampir semua masyarakat ketimbang buruh pabrik, bahkan walaupun
pendapatan buruh pabrik itu lebih tinggi ketimbang gaji guru. Individu-individu yang berstatus
tinggi biasanya memikul tanggung jawab atau kewajiban sosial yang konsisten dengan status
mereka.
Para sosiolog biasanya membicarakan adanya dua jenis status, yakni status yang diraih
dan status yang diberi. Status sebagai senator adalah diraih karena dia memenangkan
pemungutan suara; status Ratu Elizabeth diberi karena dia lahir dari keluarga kerajaan. Anak-
anak senang dan gemar mempelajari mengapa sejumlah orang dipandang lebih penting
ketimbang orang lain. Anak-anak ini sering menemukan bahwa status seseorang tidak harus
konsisten dengan kontribusi orang tersebut terhadap masyarakat.
Pranata
Suatu himpunan peran terkait yang diorganisir guna mencapai suatu tujuan membentuk suatu
pranata. Sekolah adalah suatu pranata yang diorganisir untuk mencapai suatu tujuan –
pendidikan anak-anak. Pranata terdiri atas berbagai peran, yang masing-masing mempunyai
fungsi dan ekspektasi tersendiri. Peran mencakup mereka yang jadi penilik sekolah, kepala
sekolah, dan murid. Semua masyarakat terdiri atas pranata-pranata ekonomi, kependidikan,
dan politik. Himpunan pranata-pranata membentuk sistem sosial.
Komunitas
Sebuah komunitas terbentuk ketika sekelompok manusia sering berinteraksi, tinggal dalam
lingkungan geografis yang berdekatan, dan memiliki rasa kebersamaan. “Esensi komunitas
adalah rasa ikatan kebersamaan, kesamaan identitas, keanggotaan dalam kepemilikan bersama
atas hal-hal yang bersifat fisik atau spiritual, harga diri bersama, yang dibarengi dengan
kesadaran hak-hak dan kewajiban yang mengacu terhadap satu sama yang lain” Lingkungan
pertetanggaan adalah contoh suatu komunitas kecil.
Masyarakat
Unit paling besar yang diteliti para sosiolog adalah masyarakat. Masyarakat lebih inklusif
ketimbang pranata atau komunitas. Masyarakat adalah suatu unit swa-sembada dan mampu
mempertahankan eksistensinya yang mandiri. Suku-suku non-Barat yang mandiri (berswa-
sembada) tepat digolongkan sebagai masyarakat. Suku-suku ini memproduksi semua makanan
dan pakaian yang mereka butuhkan, memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan pertahanan dan
pembelaan dirinya, dan barangkali bisa tetap eksis kalaupun masyarakat-masyarakat yang lain
musnah. Inkeles menulis:
Suatu……..cara…untuk menentukan apakah suatu kelompok memenuhi kualifikasi sebagai suatu
masyarakat adalah dengan membayangkan semua masyarakat lain di dunia ini kecuali
kelompok ini tiba-tiba menghilang. Jika ada peluang yang cukup bahwa kelompok yang tersisa
ini akan terus mampu mempertahankan bentuknya yang sekarang dalam generasi-generasi
mendatang, maka kelompok itu memenuhi kualifikasi sebagai sebuah masyarakat.
Interdependensi
Dalam semua masyarakat manusia hidup dalam kelompok-kelompok atau golongan, dan
manusia saling membantu dalam mendapatkan barang dan jasa maupun barang-barang yang
tak berwujud, yang dibtuhkan agar dapat berfungsi dalam masyarakat. Dalam kelompok-
kelompok primer seperti keluarga, baik suami maupun isteri berbagi peran dan tugas seperti
dalam mengasuh anak-anak dan bekerja di luar rumah atau salah satu anggota pasangan
memikul tanggung jawab utama untuk peran-peran (tugas-tugas) tertentu yang harus
dilaksanakan. Dalam berbagai keluarga Amerika, kedua orang tua bekerja di luar rumah dan
sama-sama berbagi tugas-tugas dalam rumah; yang satu mengasuk anak-anak dan yang satu
lagi melaksanakan pekerjaan rumah tangga setiap hari. Dalam banyak keluarga masyarakat
perkotaan, anak-anak juga melaksanakan peran yang ditetapkan bagi mereka, walaupun bukan
peran yang esensil.
Hampir semua komunitas dan lingkungan pertetanggaan bergantung pada unit-unit lain
dalam masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa yang mereka butuhkan. Masyarakat juga
saling membantu dengan masyarakat yang lain. Para siswa harus mengetahui bahwa didalam
dunia yang makin kecil ini, orang saling menolong guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan
mereka. Konsep ini teramat penting bagi para sosiolog maupun ekonom.
GENERALISASI SOSIOLOGIS
Kami telah menunjukkan sebelumnya bahwa sosiologi dicirikan oleh kurangnya teori-teori
empiris, dan kami telah mengemukakan beberapa alasan yang mungkin bagi status teori
sosiologis yang ada sekarang. Teori terdiri atas pernyataan-pernyataan empiris yang disebut
generalisasi atau proposisi. Kadang-kadang generalisasi disebut sebagai prinsip atau hukum,
namun istilah-istilah ini biasanya dikhususkan bagi generalisasi yang kemungkinan
aplikabilitasnya paling luas. Oleh karena hampir setiap pernyataan yang digeneralisir dalam
sosiologi dibatasi dalam bentuk tertentu, maka proposisi empiris dalam sosiologi jarang disebut
sebagai hukum. Generalisasi sosiologis sering gugur dalam situasi dan kondisi tertentu, atau
tidak mendapat dukungan empiris yang memadai. Akan tetapi, setidak-tidaknya terdapat
beberapa hukum sosiologi, namun masih sedikit konsensus tentang berapa jumlah hukum
tersebut karena para sosiolog belum sependapat tentang apa syarat sesuatu dikategorikan
sebagai hukum.
Kebanyakan sosiolog beranggapan bahwa tingkah laku terpolakan (patterned), dan
bahwa hukum serta proposisi sosial dapat dirumuskan dan didukung dengan bukti-bukti
empiris. Para sosiolog – jumlahnya sedikit - yang menolak asumsi-asumsi ini kurang mendapat
tanggapan. Para sosiolog tampaknya cukup berhasil merumuskan proposisi dengan derajat
aplikabilitas dan dukungan bukti empiris yang bervariasi. Ketika sedang meneliti penyebab
kerusuhan yang terjadi di Chicago pada tahun tertentu, seorang peneliti bisa jadi
menyimpulkan bahwa “perumahan yang kualitasnya dibawah standar, pengangguran, dan
keterkucilan politis merupakan penyebab utama kerusuhan tersebut”. Walaupun temuan ini
dapat digeneralisir untuk kota Chicago, namun temuan ini tidak boleh digunakan (selain sebagai
suatu hipotesis) untuk menjelaskan kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di kota-kota lain sebelum
temuan tersebut diuji dalam berbagai lokasi dan tatanan. Jadi, temuan tersebut merupakan
generalisasi tingkat rendah.
Sosiologi terdiri atas berbagai temuan yang bukan bagian dari suatu teori, namun
dipakai untuk menyusun suatu hipotesis guna menjelaskan fenomena sosial yang ada dalam
situasi-situasi yang berbeda. Walaupun bukan bagian dari suatu teori, banyak proposisi
sosiologis dapat digeneralisir secara luas dan telah memiliki banyak dukungan empiris. Jadi,
status generalisasi dalam sosiologi jauh lebih bagus ketimbang status teori. Riset “masalah-
masalah sosial” lebih berhasil membuat proposisi-proposisi ketimbang menghubungkan
proposisi tersebut dengan teori. Generalisasi berikut ini (dan konsep-konsep terkait) dapat dan
telah digunakan untuk menuntun kajian-kajian sosiologis yang dilakukan para murid sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama. (Kata-kata dan frasa dalam huruf besar adalah konsep;
pernyataan-pernyataan yang dimuat dibawahnya adalah generalisasi yang relevan). Perlu
ditegaskan kembali bahwa pengalaman belajar yang direncanakan bagi anak-anak jauh lebih
penting ketimbang suatu daftar generalisasi. Generalisasi harus digunakan untuk menuntun
program pengajaran; tetapi bukan menjadi program pengajaran itu sendiri.
SOSIALISASI
Semua perilaku khas manusia dipelajari dari manusia lain lewat interaksi kelompok.
KELOMPOK
Manusia hidup dalam kelompok sosial yang beranggotakan dua individu atau lebih.
Kelompok melakukan kontrol sosial atas anggota-anggota perorangannya lewat penerapan
sanksi (imbalan dan ganjaran).
Kelompok menegakkan norma-normanya lewat penerapan sanksi.
ORGANISASI SOSIAL
Semua masyarakat mengembangkan pranata-pranata sosial yang bisa didefinisikan sebagai
himpunan kompleks kebiasaan, ajaran moral, dan hukum yang diintegrasikan untuk fungsi-
fungsi (atau kebutuhan) utama masyarakat.
Masyarakat mengembangkan pranata-pranata spesifik guna menjalankan fungsi-fungsi dasar
mereka.
Pranata dicirikan oleh pembagian kerja dan spesialisasi.
Setiap orang dituntut menjalankan peran dalam masing-masing pranata masyarakatnya
Setiap masyarakat terdiri atas unit-unit sosial yang lebih kecil seperti golongan sosial,
kelompok-kelompok ras dan etnis, komunitas, klub, asosiasi, dan lingkungan pertetanggaan.
Masing-masing unit ini berpartisipasi dengan cara yang berbeda-beda dalam kultur secara
keseluruhan.
PERUBAHAN SOSIAL
Semua masyarakat sedang mengalami perubahan yang terus-menerus.
Tidak ada masyarakat yang benar-benar harmonis: bentuk-bentuk disorganisasi sosial tertentu
selalu hadir dalam semua masyarakat.
KONFLIK
Didalam semua masyarakat timbul konflik antara perseorangan dan kelompok. Konflik yang
terkendali kadang-kadang membawa perubahan sosial yang mempermudah pencapaian tujuan
yang ingin dicapai.
STRATIFIKASI
Semua anggota sebuah masyarakat disusun peringkatnya berdasarkan tingkat prestise dan
kekuasaan yang dinamakan kelas sosial.
EKOLOGI MANUSIA
Hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku manusia dipengaruhi oleh distribusi spasial mereka
dalam ruang geografis.
KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan hal yang mendasar bagi eksistensi budaya dan kelompok. Individu-
individu dan kelompok-kelompok berkomunikasi dengan berbagai cara selain menggunakan
bahasa. Akan tetapi, semua tipe komunikasi pasti melibatkan simbolisme makna yang
bervariasi.
INTERDEPENDENSI (SALING KETERGANTUNGAN)
Para individu, keluarga, lingkungan pertetanggaan, komunitas, organisasi, dan kelompok-
kelompok lain saling membantu guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar mereka.
DISKRIMINASI
Kelompok atau golongan sering menjadi korban diskriminasi dan prasangka dikarenakan
perbedaan-perbedaan dalam hal usia, jenis kelamin, ras, agama, dan budaya.
KAJIAN SOSIOLOGIS DI SEKOLAH DASAR
Empat kelas pertama di sekolah dasar biasanya terdiri atas kandungan ilmu sosial yang
utamanya bersifat sosiologis. Biasanya, di taman kanak-kanak, kelas satu, dua, dan tiga sekolah
dasar, pranata-pranata seperti rumah, sekolah, komunitas, dan keluarga dipelajari. Pranata-
pranata ini paling sering diajarkan lewat pendekatan topik ketimbang pendekatan konseptual
seperti yang direkomendasikan dalam buku ini. Ketika unit-unit pelajaran sosial direncanakan di
kelas-kelas sekolah dasar, para guru mengidentifikasi topik (atau konsep tingkat rendah) yang
hendak diajarkan, seperti “Keluarga Kita,” dan kemudian merumuskan strategi-strategi
pengajaran. Seringkali hasil akhirnya adalah penguasaan suatu himpunan fakta-fakta yang tidak
berkaitan dan tidak terorganisir yang mudah dilupakan.
Keluarga adalah suatu pranata yang dapat dianalisis dan dikaji dari berbagai perspektif.
Psikolog mempunyai cara yang berbeda dari cara sosiolog dalam memandang keluarga. Unit-
unit yang lebih efektif akan terstrukturkan bilamana guru mengidentifikasi konsep-konsep dan
generalisasi kunci atau yang bersifat mengorganisir yang dia inginkan untuk dipahami para
siswa sebelum dia memilih muatan, konsep-konsep tingkat rendah, bahan-bahan, dan strategi-
strategi pengajaran. Prosedur ini memungkinkan para guru bebas memilih contoh muatan yang
lebih bermakna bagi para siswa, yang lebih tepat waktu, beragam, dan lebih pantas bagi tingkat
kemampuan yang amat beragam. Jika, sebagai contoh, para siswa kelas tiga sekolah dasar
dituntut mempelajari konsep norma-norma, maka guru dapat menggunakan berbagai contoh
muatan untuk menggambarkan bagaimana norma-norma terbentuk dan membentuk tingkah
laku manusia. Norma-norma yang berlaku dalam pranata-pranata seperti keluarga, sekolah,
dan komunitas boleh diselidiki.
Cara idela ini untuk merencanakan pengajaran seringkali tidak praktis bagi banyak guru.
Untuk kelas-kelas yang ditetapkan, para guru seringkali harus merencanakan unit-unit pelajaran
yang menyangkut topik-topik tertentu dan konsep-konsep tingkat yang lebih rendah, yang
barangkali rumah dan sekolah pada taman kanak-kanak, dan keluarga pada kelas satu sekolah
dasar. Jika para guru berhadapan dengan situasi semacam ini, mereka harus teliti dalam
mengkaji muatan yang harus mereka ajarkan, dan juga teliti dalam mengidentifikasi konsep-
konsep serta generalisasi kunci yang dapat digunakan muatan itu untuk menggambarkannya.
Konsep-konsep yang lebih tinggi atau yang bersifat mengorganisir, seperti norma-norma dan
nilai-nilai, dapat diilustrasikan dengan berbagai muatan selain konsep-konsep yang lebih
rendah, misalnya “Kota Kita”, yang dirujuk di atas sebagai salah satu topik. (Lihat Bab 3 tentang
pembahasan tingkatan konsep.)
Program pelajaran ilmu sosial harus berurutan (sekuential), namun ruang lingkup dan
urutannya harus didasarkan pada pengembangan konsep-konsep serta generalisasi sentral yang
bersifat mengorganisir, bukan pada topik-topik atau ide-ide yang tingkatannya lebih rendah.
Suatu pendekatan konseptual terhadap pengkajian pranata-pranata seperti keluarga dan
komunitas akan mendorong penolakan terhadap cara-cara yang dangkal dalam pemaparan
pranata-pranata ini di kelas-kelas bawah sekolah dasar. Bila guru tersebut sedang berusaha
membantu siswa memahami konsep peran, maka guru tersebut dapat memanfaatkan bahan-
bahan tentang keluarga dari berbagai kelompok atau golongan untuk memperkaya pemahaman
mereka. Guru dapat memanfaatkan serangkaian contoh muatan untuk membantu para siswa
dalam menyadari bahwa peran ibu dalam keluarga kelas menengah jauh berbeda dari peran ibu
dalam keluarga kelas ghetto. Demikian pula, nilai-nilai dan norma-norma didalam kedua tipe
keluarga ini barangkali jauh berbeda. Ketika anak-anak sedang belajar tentang keluarga, terlalu
sering mereka hanya mempelajari contoh keluarga yang fiktif dan ‘diidealkan’, yakni contoh
keluarga kulit putih yang tinggal di daerah suburban, dimana sang ayah menenteng tas echolac
ke kantor sementara sang ibu berada di rumah sepanjang siang untuk melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan rumah tangga. Anak-anak harus dibantu agar paham bahwa didalam kebanyakan
semua keluarga, sang ayah tidak menenteng tas kantor dan bahwa, dalam banyak keluarga
sang ibu menjadi pencari nafkah maupun sebagai pengurus rumah tangga.
Oleh karena setiap muatan dapat dikaji atau dipelajari dari berbagai perspektif yang
berbeda, maka guru harus memilih konsep-konsep yang bersifat mengorganisir dari berbagai
disiplin ilmu ketika sedang merencanakan satuan-satuan pelajaran ilmu sosial. Akan tetapi,
disiplin tertentu bisa lebih dititikberatkan ketimbang disiplin ilmu yang lain didalam suatu
satuan pelajaran. Sebagai contoh, ketika sedang belajar tentang keluarga, konsep-konsep
sosiologis bisa ditekankan karena sosiologi adalah kajian tentang kelompok-kelompok manusia
(keluarga adalah suatu kelompok). Akan tetapi, konsep-konsep ilmu ekonomi dan ilmu politik
juga akan memudahkan anak-anak memahami beberapa aspek penting kehidupan keluarga.
Bab 5 buku ini menjelaskan cara-cara efektif perencanaan satuan-satuan pelajaran yang bersifat
antardisiplin. Hal yang ditekankan disini adalah bahwa para guru harus memiliki konsep-konsep
dan generalisasi kunci yang bersifat mengorganisir dalam benaknya ketika mereka
merencanakan dan mengajarkan satuan-satuan pelajaran bahkan meskipun mereka harus
bekerja dalam batas-batas muatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti yang telah kita
singgung sebelumnya, pendekatan konseptual terhadap pengajaran ilmu-ilmu sosial sangat
memudahkan pemahaman, transfer, dan penguasaan muatan.
Sosiologi kaya akan konsep dan generalisasi yang dapat dimanfaatkan dalam program
pelajaran ilmu sosial sekolah dasar dan sekolah menengah pertama guna membantu para siswa
agar lebih mengingat subyek-subyek tradisional, lebih memahami lingkungan sosial mereka,
dan lebih mampu dalam mengambil keputusan yang menyangkut isu-isu sosial yang penting.
Pengkajian pranata-pranata tertentu seperti keluarga dan sekolah bisa membantu para kanak-
kanak memahami aspek-aspek esensil sosialisasi, yang merupakan konsep sosiologis yang
teramat penting. Pranata-pranata ini juga dapat dipakai dalam mengajarkan konsep-konsep
seperti nilai-nilai, norma-norma, dan sanksi, karena peran dalam semua pranata tersebut
berpedoman pada norma-norma dan sanksi. Suatu satuan mata pelajaran yang terencana
dengan baik tentang pelayan masyarakat dapat memudahkan para siswa memahami konsep-
konsep sosiologis penting seperti pranata, status, dan peran. Konsep masyarakat dapat
diajarkan ketika para siswa kelas menengah dan kelas atas belajar tentang Amerika Serikat dan
berbagai negara di belahan bumi bagian Timur dan belahan bumi bagian Barat.
Pada sub-bab yang berikut ini para penulis telah mengidentifikasi sejumlah konsep dan
generalisasi sosiologis kunci serta menyodorkan beberapa cara untuk mengajarkannya. Tak
terbatas ragam strategi dapat diterapkan untuk mengajarkan masing-masing ide yang
diidentifikasi disini. Akan tetapi, aktivitas-aktivitas ini hanyalah ilustrasi. Ini dimaksudkan hanya
sebagai batu loncatan bagi kreativitas guru dan untuk menggambarkan kontribusi signifikan
yang bisa disumbangkan sosiologi terhadap program-program mata pelajaran ilmu-ilmu sosial
di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
STRATEGI PENGAJARAN KONSEP DAN GENERALISASI SOSIOLOGIS TERTENTU
Generalisasi: Kelompok menegakkan norma-normanya dengan menerapkan sanksi.
Kelas Dasar
Bacakanlah situasi berikut ini di depan para siswa dan ajukanlah pertanyaan-pertanyaan
berikutnya:
Selama jam istirahat, para murid pria di kelas Nona Jones buru-buru keluar karena mereka ingin
bermain dengan bola besar berwarna merah yang baru saja dibeli Nona Jones untuk murid-
muridnya. Nona Jones tadinya menginginkan para murid laki-laki bermain bersama para murid
perempuan pada pagi itu, tetapi para murid laki-laki, dipimpin oleh Joe, telah memohon
kepadanya agar mereka diijinkan bermain dengan bola besar yang mengkilap itu. Ketika Nona
Jones mengeluarkan bola itu dari kloset, Joe dan Johnny langsung memegangnya. Mereka
segera berlari ke lapangan bermain yang luas yang agak jauh dari posisi dimana biasanya Nona
Jones mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Joe dan Johnny melemparkan bola itu
terhadap satu sama yang lain dan kepada teman-teman mereka. Carl, yang kurang disukai oleh
beberapa pentolan dalam kerumunan anak-anak itu, kurang mendapat kesempatan untuk
menangkap bola tersebut. Ketika Carl dan Joe sedang memperebutkan bola tersebut, bola itu
terlempar keluar dari lapangan bermain dan menggelinding ke jalan raya. Akhirnya bola itu
terlindas oleh sebuah mobil yang sedang melaju dengan kencang. Stu segera berlari ke arah
Nona Jones dan menerangkan kejadian itu apa adanya.
1. Apakah Joe dan Johnny memperlakukan Carl dengan suatu cara yang akan direstui Nona
Jones? Mengapa demikian atau mengapa tidak demikian?
2. Ketika anak-anak tersebut sedang bermain, bagaimanakah cara-cara yang semestinya
(menurut orang dewasa) ditempuh anak-anak itu? (Catatlah pernyataan-pernyataan atau
norma-norma pada papan tulis atau secarik kertas.)
3. Apakah tindakan Stu akan disetujui anak-anak yang lain? Mengapa demikian atau mengapa
tidak demikian?
4. Ketika anak-anak tersebut sedang bermain, hal-hal apa sajakah yang mereka harapkan
diperbuat teman-teman bermainnya dan yang tidak mereka harapkan diperbuat teman-
temannya? (Catatlah norma-norma itu pada papan tulis atau secarik kertas)
5. Hal-hal apa sajakah yang bisa dilakukan Nona Jones agar Joe dan Johnny mengubah
perlakuan mereka terhadap Carl? (Catatlah sanksi di papan tulis).
6. Apakah yang bisa diperbuat anak-anak yang lain agar Joe dan Johnny mengubah perlakuan
mereka terhadap Carl? (Catatlah sanksi di papan tulis.)
7. Apakah yang bisa diperbuat anak-anak itu agar Stu tidak mengadu? (Catatlah sanksi di
papan tulis.)
Kelas Menengah
1. Bacakanlah di hadapan anak-anak kisah Jeanne d’Ark. Mintalah para siswa menyatakan
jenis-jenis tingkah laku dan keyakinan yang diteladankan Jeanne d’Ark yang tidak akan
ditolerir para penguasa. Konsep moral dapat diperkenalkan disini. Moral dilindungi dengan
sanksi yang sangat berat, kadang-kadang seekstrim hukuman mati. Tanyakanlah kepada
para siswa apakah mereka dapat mengidentifikasi ajaran moral yang mereka miliki/anut
saat itu.
2. Suruhlah para murid membaca novel dan laporan-laporan tentang pengadilan wanita
penyihir Salem pada masa kolonial Amerika. Bantulah anak-anak itu dalam mengidentifikasi
mengapa orang menjadi penyihir palsu dan mengapa mereka disidangkan di pengadilan?
Tanyakanlah kepada para murid: “Kaidah tingkah laku (norma-norma) apakah yang
dilanggar “penyihir” tersebut? Hukuman (sanksi) apakah yang akan dikenakan kelompok itu
terhadap ‘penyihir’ tersebut?”
3. Selama berlangsungnya pelajaran tentang Abad Pertengahan, bacakanlah di depan para
siswa pilihan-pilihan yang berkenaan dengan berbagai aspek kesopanan dan keksatriaan.
Bantulah anak-anak mengidentifikasi jenis-jenis tingkah laku yang diharapkan dari kaum
pria dan dari kaum wanita selama jaman tersebut, serta sanksi yang diterapkan untuk
menegakkan tingkah laku demikian.
4. Suruhlah anak-anak membaca buku dan pilihan-pilihan yang berkaitan dengan kehidupan
di Amerika selama pembukaan pemukiman di wilayah Barat. Kepada mereka ajukanlah
pertanyaan-pertanyaan seperti “Bagaimanakah pandangan komunitas pada masa itu
tentang wanita yang pergi ke kedai minuman? Mengapa demikian? Tentang wanita yang
membawa senjata? Mengapa? Bagamanakah pandangan orang pada masa itu tentang
seorang wanita yang berkampanye untuk meraih jabatan publik?”
Kelas Atas
Bacakanlah kasus berikut ini dan ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Orang tua Albert Roberts tinggal di sebuah rumah yang megah di salah satu daerah suburban
kota New York yang paling eksklusif. Sang ayah, yakni Tuan Roberts, adalah seorang pengacara
yang amat sukses yang menyetir mobil ke dan dari kota itu setiap hari. Nyonya Roberts adalah
ibu rumah tangga dan guru sekolah Minggu. Albert adalah murid yang selalu meraih nilai ‘A’ di
sekolah dasar maupun sekolah menengah. Dia bisa mendapatkan hampir semua yang dia
inginkan dari orang tuanya. Ketika dia meninggalkan kampung halamannya untuk kuliah di
Green University, orang tuanya membelikannya sebuah mobil baru. Ketika Albert pulang
kampung pada saat liburan Natal, rambutnya lebih panjang ketimbang rambut adik
perempuannya. Dia juga menghisap rokok aneh yang aromanya khas. Bajunya kotor dan kumal.
Orang tuanya marah sekali ketika menyaksikan Albert. Kedua orang tuanya menegaskan bahwa
Albert tidak boleh tinggal di rumah selama liburan itu kecuali dia merapikan diri, memotong
rambutnya, dan berhenti menghisap rokok yang aromanya aneh tersebut.
1. Apakah yang diperbuat Albert yang oleh orang tuanya dianggap tidak patut diperbuat
seorang pemuda? (Selidiki norma-norma!)
2. Bagaimanakah cara orang tua ini memperlihatkan ketidaksetujuan mereka? (selidiki sanksi)
3. Pernahkah anda melakukan sesuatu yang sangat ditentang orang tuamu?
4. Apakah yang diperbuat orang tuamu untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka?
Suruhlah para siswa menulis daftar:
1. jenis tingkah laku yang biasanya mereka harapkan dari
(a) orang tua; (b) guru; (c) saudaranya; (d) saudarinya; (e) menteri; (f) pelayan toko; (g) tukang
pos; (h) kepala sekolah; (i) warga negara senior; (j) tetangga; (k) sahabat dekat; (l) orang
asing; (m) para kerabat.
2. Jenis tingkah laku yang tidak mereka harapkan dari kelompok-kelompok tersebut di atas!
3. Jenis-jenis tingkah laku yang mereka tampilkan untuk memperlihatkan penolakan mereka
terhadap tingkah laku yang tidak diharapkan dari orang-orang dan kelompok-kelompok
tersebut di atas!
4. Jenis tingkah laku yang diharapkan oleh para individu dan kelompok diatas untuk mereka
perbuat!
5. Jenis tingkah laku yang akan ditampilkan para individu dan kelompok di atas untuk
memperlihatkan penolakan mereka terhadap tingkah laku anak-anak yang tidak diinginkan.
Generalisasi: Dalam semua masyarakat timbul konflik antara perseorangan dan kelompok.
Konflik yang terkendali terkadang bermuara pada perubahan sosial.
Kelas Dasar
Taruhlah rincian peran berikut pada kartu-kartu indeks. Berilah masing-masing kartu pada
seorang anak dalam kelas, dan suruhlah murid melakukan peran yang dirinci tersebut. Kelas
akan membahas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari situasi permainan peran tersebut.
JACK
Nama anda adalah Jack. Anda selalu mengerjakan PR anda. Anda mendapat nilai ujian yang
bagus. James tidak pernah mengerjakan PR-nya. Ia sering tidak mengerti cara mengerjakannya.
Ia selalu bertanya pada anda apakah ia bisa mengkopi pekerjaan anda. Anda tidak begitu bagus
dalam bermain bola. Terkadang James membantu anda keluar ketika anda berada dalam satu
tim bersamanya. Namun walaupun ia membantu anda di lapangan bisbol, anda tetap tidak
ingin dia mengkopi pekerjaan anda. Ketika dia bertanya apakah ia boleh melihat kertas jawaban
anda, anda menjawab “tidak” dan langsung meninggalkannya.
JAMES
Nama anda James. Anda sangat gemar bermain diluar rumah. Anda sering bingung
mengerjakan PR anda. Anda sering merasa bahwa anda tidak sempat mengerjakannya. Anda
yakin bahwa Jack adalah kutu buku yang selalu tahu cara mengerjakan PR-nya dan selalu
sempat mengerjakannya. Anda mengira bahwa ia akan memperboleh anda menyalin PR-nya
karena anda telah membantunya ketika bermain bisbol dalam satu tim bersama anda. Ketika
anda meminta supaya ia memperbolehkan anda melihat hasil PR-nya dia berkata “Jangan!”.
Anda jadi marah dan merobek-robek kertas PR tersebut.
1. Mengapa Jack tidak ingin James melihat hasil PR-nya?
2. Mengapa James merobek-robek kertas Jack?
3. Apakah James memecahkan masalah yang dia hadapi? Mengapa atau mengapa tidak?
4. Pernahkah anda mengalami situasi seperti yang dialami Jack? Seperti yang dialami James?
Jika ya, apakah yang anda perbuat?
Bacakanlah situasi berikut ini di depan kelas dan ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Nyonya Thompson menyuruh Johnny pergi ke kantor kepala sekolah karena ia yakin bahwa
Johnny telah mengambil uang milik Elaine. John menangis sambil menjerit dan berkata bahwa
ia tidak mengambil uang Elaine. Ia mengatakan bahwa uang yang ada di mejanya adalah
pemberian ibunya. Cathy dan Sue mengatakan bahwa mereka melihat Johnny mengambil uang
itu. Sedangkan Ted dan Joseph mengatakan bahwa mereka sudah melihat uang Johnny itu
sebelum Elaine tiba di sekolah.
1. Mengapa Nyonya Thompson merasa yakin bahwa Johnny telah mengambil uang Elaine?
2. Mengapa Johnny marah?
3. Pernahkah anda mengalami situasi seperti yang dialami Johnny? Jika pernah, apakah yang
anda perbuat?
Perlihatkan kepada anak-anak gambar-gambar yang menggambarkan konflik yang terjadi
selama berlangsungnya pergerakan kebebasan di wilayah Selatan, demonstrasi hak-hak sipil,
kerusuhan rasial dan desegregasi sekolah. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan seperti di bawah
ini:
1. Apakah yang terjadi dalam gambar ini?
2. Mengapa rakyat marah?
3. Apakah yang bisa terjadi kemudian? Mengapa?
Bacakanlah situasi berikut di depan kelas dan ajukanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Pedro, seorang anak Amerika keturunan Puerto Rico yang tinggal di New York, sedang berlari di
jalanan menuju apartemennya ketika polisi mencegatnya. Ia sangat ketakutan karena ia belum
pernah dicegat seorang polisi. Tiba-tiba ia teringat akan berbagai hal buruk yang ia dengar
pernah dilakukan polisi terhadap anak-anak lain tetangganya. Polisi itu memberitahu Pedro
bahwa ia harus pergi bersama polisi itu karena anak ini dituduh baru saja mencoba memasuki
sebuah rumah yang ada di jalanan itu. Karena amat ketakutan, Pedro menjerit dengan keras
sekali.
1. Mengapa Pedro takut terhadap polisi?
2. Mengapa polisi yakin bahwa Pedro telah berusaha memasuki sebuah rumah?
3. Bagaimanakah cara Pedro mengatasi masalah ini?
Kelas Menengah
1. Perlihatkan di depan kelas sebuah film yang menggambarkan secara detil konflik yang
terjadi antara kaum kolonis Amerika dan suku Indian selama masa pembukaan pemukiman
di daerah pedalaman Amerika. Suruhlah murid-murid anda membaca laporan-laporan
faktual dan fiktif perang dan konflik-konflik lain yang timbul, yang meliputi berbagai
perjanjian yang dibuat dan dilanggar kaum kolonis dan suku Indian. Matchlock Gun karya
Walter D. Edmonds (New York: Dodd, Mead), sebuah kisah yang menceritakan secara rinci
suatu konflik antara orang Indian dengan seorang ibu dan anak, merupakan buku yang
pantas dibaca para siswa selama berlangsungnya aktivitas ini. (Para siswa harus membaca
buku ini dengan kritis karena buku ini hanya menyodorkan satu sudut pandang.) Suruhlah
para siswa menyebutkan sebab-sebab timbulnya permusuhan antara kaum kolonis dengan
suku Indian, dan mengidentifikasi cara timbulnya dan penyelesaian konflik tersebut. Guru
bisa meminta para siswa melakukan peran sebagai orang Indian dan kaum kolonis guna
memudahkan mereka mengembangkan pemahaman dan empati bagi semua partisipan
dalam konflik-konflik ini.
2. Suruhlah para murid membuat drama tentang konflik yang terjadi di Lexington antara
orang Inggris dan kaum kolonis Amerika. Suruhlah para murid mengidentifikasi penyebab
konflik ini, kemungkinan cara menghindari timbulnya konflik tersebut, serta menyebutkan
konsekuensi-konsekuensi positif dan konsekuensi-konsekuensi negatif konflik tersebut.
Para murid juga dapat mengamati lukisan-lukisan yang memperlihatkan berbagai
pemandangan yang menggambarkan konfrontasi Lexington. Guru bisa menggunakan strip
film untuk merangkum aktivitas ini.
3. Suruhlah para murid membaca wacana-wacana pilihan mengenai Perang Saudara Amerika
yang dimuat dalam buku pegangan mereka dan sumber-sumber yang lain. Bantulah
mereka mengidentifikasi dan menyatakan penyebab konflik ini serta konsekuensi-
konsekuensinya seperti yang dinyatakan para sejarawan. Para murid bisa membandingkan
penyebab dan sifat konflik ini dengan penyebab dan sifat konflik lain yang telah mereka
pelajari, seperti Revolusi Amerika dan perang antara kaum kolonis dan suku Indian. Perang
Amerika yang lain dan perang dunia juga dapat dipelajari dan dianalisis sebagai contoh
insiden konflik. Sebab-sebab Perang Dunia I dapat diperbandingkan dengan sebab-sebab
Perang Dunia II, Perang Korea, dan Perang Vietnam.
Kelas Atas
1. Kepada para murid, perlihatkan gambar-gambar kerusuhan seperti kerusuhan Haymarket,
kerusuhan-kerusuhan selama berlangsungnya Perang Saudara, kerusuhan-kerusuhan yang
terjadi di kampus-kampus sekolah, serta kerusuhan rasial yang melanda negeri ini selama
awal dekade 1900, 1940-an, dan 1960-an. Suruhlah para murid anda mengidentifikasi
kesamaan dan perbedaan semua gambar tersebut. Pancinglah respons murid mengenai
hal-hal yang terjadi pada masing-masing gambar tersebut. Tindaklanjuti aktivitas ini dengan
pembahasan wacana-wacana tentang berbagai kerusuhan. Bantulah para siswa
mengidentifikasi kesamaan penyebab kerusuhan-kerusuhan tersebut, dan perbedaan
penyebab dan akibat kerusuhan-kerusuhan tersebut. Suruh para murid menyatakan
konsekuensi-konsekuensi fungsional dan konsekuensi-konsekuensi disfungsional masing-
masing kerusuhan tersebut. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan seperti:
a) Mengapa rakyat membuat kerusuhan?
b) Apakah kerusuhan itu mendatangkan perubahan sosial yang diinginkan?
c) Kapankah rakyat memilih cara kekerasan guna menimbulkan perubahan sosial?
d) Bisakah anda membayangkan alternatif terhadap kerusuhan sebagai suatu cara untuk
mengadakan perubahan sosial?
2. Suruhlah para murid membaca sejarah revolusi Perancis, revolusi Inggris, revolusi Amerika,
dan revolusi Rusia. Bantulah para murid mengidentifikasi kesamaan sebab-sebab konflik,
kesamaan dalam urutan kejadian-kejadian, dan kesamaan dalam konsekuensi-konsekuensi.
Para murid juga harus disuruh menyebut perbedaan-perbedaan dalam revolusi-revolusi
tersebut. Suruhlah para murid menyebut konsekuensi-konsekuensi yang bersifat fungsional
dan konsekuensi-konsekuensi yang disfungsional. Dan suruh pula para murid membuat
hipotesis tentang cara menyelesaikan konflik ini tanpa perang.
3. Taruhlah uraian-uraian peran berikut ini pada kartu-kartu indeks. Serahkanlah peran
kepada para murid. Suruhlah mereka mempelajari dan memainkan peran tersebut.
Kemudian bahaslah pertanyaan-pertanyaan yang timbul.
SITUASI
Selama satu minggu, kelompok mahasiswa yang bernama Perubahan telah memimpin
demonstrasi di kampus untuk memprotes Program ROTC Universitas dan pemecatan Dr.
Wright, seorang profesor yang kontroversial. Para mahasiswa ini menduduki gedung-gedung
perkuliahan, menghentikan kuliah, dan melakukan beberapa pawai keliling kampus. Polisi kota
dan pasukan pengawal nasional dimintai bantuannya kemarin. Hari ini, dua wakil Perubahan
dan tiga wakil pihak Universitas bertemu dalam upaya mengatasi konflik kampus ini. Yang hadir
dalam pertemuan itu adalah:
Ken Beam, presiden Perubahan
Joyce Head, sekretaris Perubahan
Presiden Washington, rektor universitas
Dr. John Bacon, Dekan Urusan Kemahasiswaan
Tuan Thompson, ketua Dewan Perwalian
KEN BEAM
Anda adalah Ken Beam, ketua Perubahan yang berpaham radikal. Anda menuntut suatu
universitas memulihkan kontrak Dr. Wright, sang profesor yang dipecat, dan agar program
ROTC segera ditiadakan di kamp;us. Anda tidak mau mundur dan tetap menuntut kedua
tuntutan tersebut.
JOYCE HEAD
Anda adalah Joyce Head, sekretaris Perubahan. Anda juga radikal, namun tidak seradikal Ken
Beam. Anda menuntut supaya Professor Head diangkat kembali dan program ROTC ditiadakan
di kampus Anda, namun Anda bersedia memberi waktu yang lebih longgar ketimbang yang
diberi Ken Beam bagi universitas. Anda marah terutama karena Anda merasa bahwa Dr. Wright
adalah salah satu dosen terbaik di kampus.
PRESIDEN WASHINGTON
Anda adalah rektor universitas tersebut. Anda bersedia mendengar keluhan para mahasiswa
tersebut, namun juga berpendapat bahwa para mahasiswa ini sebaiknya tidak mengajukan
tuntutan.
DR. JOHN BACON
Anda adalah Dr. John Bacon, Dekan Urusan Kemahasiswaan. Anda menghendaki agar kedua
belah pihak saling memahami. Anda juga ingin agar kedua belah pihak menyukai Anda.
THOMPSON
Anda adalah Thompson, ketua Dewan Perwalian. Anda berpendapat bahwa para mahasiswa
radikal harus dikeluarkan dari universitas tersebut. Anda sudah bosan dan jengkel akibat
adanya kekerasan di kampus.
a) Apakah penyebab utama konflik dalam situasi di atas?
b) Apakah persoalannya telah diselesaikan? Jika ya, apakah solusi itu realistis? Apakah
konsekuensi-konsekuensinya? Jika tidak, solusi macam apakah yang akan efektif, menurut
anda? Mengapa?
4. Pilihlah komite untuk melakukan survei kerusuhan-kerusuhan rasial yang terjadi di berbagai
kota Amerika selama tahun 1960-an dan 1970-an. Para siswa harus membuat suatu daftar
semua perubahan yang dibuat didalam pranata-pranata seperti pemerintahan kota dan
universitas setelah terjadinya kerusuhan. Para mahasiswa dan kaum kulit hitam memang
berhasil memperoleh beberapa konsesi dari pranata-pranata tersebut setelah terjadinya
konfrontasi-konfrontasi di atas. Guru harus membantu para siswa untuk mengerti bahwa
konflik adakalanya membuahkan perubahan sosial.
KESIMPULAN
Sosiologi merupakan sistem konsep-konsep, generalisasi, dan teori-teori yang dapat membantu
para siswa di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dalam membuat keputusan-
keputusan yang menyangkut masalah-masalah sosial. Walaupun didalam sosiologi terdapat
teori-teori yang hanya parsial, namun sosiologi juga terdiri atas konsep-konsep dan generalisasi
yang dapat memudahkan para siswa memahami variabel-variabel yang membentuk perilaku
manusia. Sosiologi berhubungan terutama dengan pengaruh kelompok terhadap individu-
individu, dan hubungan-hubungan antar berbagai kelompok. Agar sanggup membuat
keputusan yang bijaksana tentang isu-isu sosial, para siswa harus mengenali dan mengerti
struktur kelompok-kelompok manusia, dan hubungan-hubungan antarkelompok tersebut. Para
siswa juga harus akrab atau mengerti tentang bagaimana tingkah laku mereka dibentuk oleh
kelompok manusia dimana mereka bersosialisasi.
Kepada para siswa dapat diperkenalkan konsep-konsep dan generalisasi sejak mereka
duduk di kelas rendah; ide-ide kunci ini dapat dikembangkan dan diperluas lagi setelah mereka
duduk di kelas yang lebih tinggi. Ada banyak kesempatan bagi para guru kelas rendah (sekolah
dasar) untuk memperkenalkan konsep-konsep sosiologis, karena topik-topik yang lazim
dipelajari di kelas ini bersifat sosiologis. Keluarga, komunitas, sekolah, dan lingkungan
pertetanggaan biasanya dipelajari dalam ilmu-ilmu sosial untuk kelas dasar. Para guru dapat
membantu murid mereka memahami pranata-pranata ini dengan mengorganisir unit-unit
mereka di seputar konsep-konsep sosiologis. Ketika sedang mempelajari suatu pranata,
misalnya keluarga, kepada para siswa dapat diperkenalkan konsep-konsep kunci seperti
sosialisasi, peran, norma, sanksi, dan nilai-nilai.
Keluarga memegang peran penting dalam proses sosialisasi individu dan dalam
mempersiapkan individu-individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosietal mereka.
Masing-masing individu dalam suatu keluarga mempunyai peran atau tugas yang diharapkan
dilaksanakannya. Norma-norma memberitahu orang tentang apakah dia menjalankan perannya
dengan baik atau tidak, dan sanksi diterapkan untuk menghargai individu-individu yang
menjalankan perannya dengan benar dan mengganjar mereka yang tidak menjalankan
perannya dengan baik. Baik norma-norma maupun sanksi merupakan cerminan nilai-nilai yang
berlaku dalam suatu pranata seperti keluarga. Walaupun konsep-konsep kunci seperti
sosialisasi, peran, norma, sanksi, dan nilai-nilai dapat diperkenalkan di kelas-kelas rendah,
namun ide-ide ini dapat dikembangkan pada tingkatan yang lebih rumit di kelas-kelas yang
lebih tinggi dengan memakai contoh-contoh muatan yang beragam. Ketika para siswa
mempelajari topik-topik tertentu seperti kota-kota besar, negara bagian kita, sejarah Amerika
Serikat, dan belahan dunia Barat dan belahan dunia Timur, mereka dapat mempelajari konsep-
konsep kunci sosiologi. Ketika sedang mempelajari kota-kota besar, para siswa bisa
memperbandingkan pola sosialisasi dalam keluarga-keluarga yang tinggal di kota besar dengan
pola sosialisasi dalam keluarga-keluarga yang tinggal di daerah pedesaan. Peran, norma-norma,
dan sanksi yang ada dalam pranata-pranata perkotaan juga dapat dipelajari. Ketika sedang
mempelajari sejarah Amerika Serikat dan wilayah-wilayah lain seperti belahan dunia Timur dan
belahan dunia Barat, para siswa dapat disuruh mengidentifikasi perbedaan-perbedaan dalam
peran, norma, dan nilai-nilai yang berlaku dalam kurun waktu yang berbeda dalam sejarah
Amerika, serta pola sosialisasi individu-individu di berbagai daerah dalam suatu wilayah.
Walaupun satuan-satuan pelajaran tertentu lebih menekankan konsep-konsep dari berbagai
disiplin, namun setiap satuan pelajaran harus berisi konsep-konsep sosiologis lantaran fokus
sosiologi terhadap interaksi kelompok dan pengaruh kelompok terhadap tingkah laku individu.
Para siswa harus sering meninjau tingkah laku manusia dari perspektif sosiologi guna
memahami kompleksitas hubungan-hubungan manusia.
BAB 9
ANTROPOLOGY: STRUKTUR, KONSEP,DAN STRATEGI
Ridho Bayu Yefterson
Dani Asmara
Perspektif Antropologi
Antropologi secara harfiah berarti ilmu (logos) manusia (antropos). Perilaku Manusia
harus dipelajari dalam semua ilmu-ilmu sosial. Namun, antropologi berkaitan dengan perilaku
manusia dan sifat-sifat fisik mereka. Minat Antropologi mengenai hubungan antara budaya dan
ciri-ciri biologis manusia adalah salah satu yang membedakan karakteristiknya. Manusia pada
periode masa lampau mengandalkan, otot, otak besar, dan kemampuan untuk menggunakan
rasio yang didukung oleh bagian biologis yang memungkinkan mereka untuk menciptakan dan
memperoleh budaya.
Semua konsep, generalisasi, dan teori-teori yang merupakan struktur antropologi
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau aktivitas, artefak, dan sistem keyakinan. Antropolog
menyebut budaya-sebuah fenomena yang unik untuk manusia. Meskipun banyak hewan sosial
dan hidup dalam kelompok, orang-satunya hewan yang memiliki budaya. Dominasi kepentingan
dominan dalam konsep budaya dan "holistik" serta metode belajarnya juga membedakan
antropologi dari ilmu-ilmu perilaku lainnya. Antropolog menggunakan pendekatan holistik
ketika mempelajari kebudayaan, mereka mempelajari semua aspek dari sistem budaya. Budaya,
mereka menganggap, adalah suatu keseluruhan yang terintegrasi. Oleh karena itu, ciri-ciri
budaya tidak dapat dipahami dalam isolasi dari keseluruhan ini. Ketika antropolog mempelajari
masyarakat, seperti ilmuwan lain yang peduli dengan bagian-bagian yang terbatas, mereka
mengumpulkan data pada semua aspek, termasuk sejarah, agama, geografi, ekonomi,
teknologi, dan bahasa. Untuk memperoleh generalisasi yang valid tentang kompleks budaya,
seperti perkawinan dalam suatu masyarakat, antropolog merasa bahwa mereka harus akrab
dengan semua lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat.
Pendekatan komparatif terhadap budaya, dan minat yang lebih kepada masyarakat yang
belum yang belum memasuki tradisi tulisan, dan garis kerutunannya dengan sejarah dan
humaniora juga karakteristik unik dari antropologi. Kebanyakan ilmuwan sosial melakukan studi
pada masyarakat industri yang kompleks. Namun, antropolog paling sering mempelajari budaya
belum mengenal tradisi tulisan karena mereka percaya bahwa generalisasi dan teori harus diuji
pada populasi di semua bidang budaya sebelum mereka dapat diverifikasi. Mereka juga
berkonsentrasi dengan pekerjaan mereka pada masyarakat yang belum mengenal tradisi tulisan
karena lebih mudah untuk mempelajari seluruh kebudayaan yang kecil, masyarakat homogen
daripada masyarakat yang kompleks dan yang modern. Melalui minat terhadap kajian
masyarakat yang belum mengenal tulisan berfungsi sebagai laboratorium untuk antropolog.
sebagaimana, antropolog juga mempelajari lembaga-lembaga dalam masyarakat industri
seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Pendekatan sejarah dan elemen lain lebih penting dalam antropolog daripada di pada
ilmu-ilmu perilaku lainnya. Sepanjang sejarah singkat dari disiplin, antropolog telah
menunjukkan minat dalam sejarah asal-usul sifat budaya, dan kemudian menjadi perhatian
untuk elemen budaya yang unik dan khusus. Salah satu bidang antropologi, arkeologi atau
prasejarah, yang ditujukan khusus untuk rekonstruksi struktur awal sejarah manusia.
Antropologi juga sangat mirip dengan humaniora. Buku-buku seperti Pola Benediktus tentang
Kebudayaan, membacanya lebih mirip dengan novel daripada risalah ilmiah. bahasa dalam
buku ini adalah warna-warni dan menarik, tetapi generalisasi yang dibuat sering tanpa bukti
pendukung. Ketika bukti dilaporkan, sering sedikit dan selektif, tidak sistematis dan kurang
lengkap.
Bidang dari Antropologi
Karena ruang lingkup yang luas dari disiplin, antropolog biasanya berspesialisasi disalah
satu konsentrasi dalam antropologi. Meskipun sebagian besar daerah yang erat terkait,
beberapa dihubungkan terutama oleh kepentingan bersama mereka pada manusia. Antropolog
Fisik, yang mempelajari evolusi manusia dan hubungan mereka dengan hewan lain, terutama
primata lainnya, lebih mirip dengan ahli biologi dari ilmuwan sosial. Namun, antropolog sosial
dan budaya tergantung pada antropologi fisik untuk informasi mengenai ciri-ciri biologis yang
unik dari manusia yang penting untuk pembentukan budaya. Weston Labarre, dalam sebuah
buku yang menarik, The Human Animal, berpendapat bahwa kemampuan biologi laki-laki
adalah dasar bagi banyak manusia ¬ lembaga instansi-instansi, seperti keluarga. " Antropolog
fisik juga telah menunjukkan banyak kepentingan dalam ras manusia. Mereka menggunakan
berbagai skema untuk mengklasifikasikan dan mengidentifikasi ras.
Antropologi budaya sering dianggap sebagai area utama dari disiplin yang berkaitan
dengan studi tentang seluruh kebudayaan, termasuk perubahan budaya, alkulturasi, dan difusi.
Sebuah bidang yang disebut antropologi sosial juga muncul, terutama di Inggris. Struktur sosial
daripada budaya adalah konsep kunci dalam antropologi sosial. Eksponen terkemuka
menyebutnya sebagai "sosiologi komparatif," dan berpendapat bahwa pencarian antropologi
sosial untuk hukum dan generalisasi sementara antropologi budaya yang bersangkutan
terutama dengan menelusuri sejarah ciri-ciri budaya. Mereka menganggap antropologi budaya
mempunyai focus terutama tentang sejarah dasar dan Antropologi sosial mempunyai focus
terutama dalam memberikan penjelasan.
Bidang lain antropologi termasuk etnografi, mendeskripsikan secara akurat mengenai
budaya hidup, dan etnologi, yang terutama berkaitan dengan membandingkan dan melihat
persamaan dan perbedaan dalam sistem budaya ' Linguistik dikhususkan untuk deskripsi dan
analisis bahasa yang digunakan di berbagai kebudayaan. Antropolog telah menemukan bahwa
sistem bahasa dari budaya mengungkapkan banyak tentang keyakinan, ideologi, dan pola
perilaku dari kelompok manusia. Arkeolog, atau ahli prasejarah, mencoba untuk
merekonstruksi sejarah bangsa-bangsa dengan menggali artefak dan unsur-unsur budaya lain.
Sekolah Dasar dan siswa SMP akan menemukan teknik dan metode yang digunakan oleh
arkeolog yang menarik serta mengungkapkan. Dalam beberapa tahun terakhir, arkeolog telah
menggunakan sejumlah proses kimia baik untuk menemukan artefak dan untuk menentukan
usia mereka. Ketika mengaplikasikan dari proses ini mengungkapkan bagaimana sangat tua
bumi kita, para arkeolog membuat kontribusi yang signifikan terhadap pengetahuan ilmiah.
Metode Penelitian dalam Antropologi
Dalam etnografi dan buku, antropolog biasanya mencurahkan perhatian mereka
mengenai
metode penelitian. Hal ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa antropologi telah
mengembangkan beberapa metode yang sistematis untuk mempelajari budaya. Dua yang
paling sering digunakan adalah observasi partisipan dan wawancara. Ketika antropolog studi
budaya, mereka hidup dengan orang-orang, mempelajari bahasa mereka, dan mengambil
bagian aktif dalam urusan sehari-hari masyarakat. Antropolog pergi berburu dengan laki-laki,
berpartisipasi dalam upacara ritual, dan membantu dengan panen. Mereka mengambil catatan
lapangan melalui aktifitas langsung dalam budaya. Catatan ini cenderung sangat impresionistik
dan idiosinkratik. Kadang-kadang antropolog harus mengambil catatan beberapa jam setelah
mereka telah mengamati atau berpartisipasi dalam suatu acara, dengan demikian, subjektivitas
metode mereka meningkat.
Dalam melakukan mewawancara antropolog cenderung sangat informal dan tidak
sistematik. Sementara Sosiologi dan ilmuwan politik secara acak memilih subjek untuk
wawancara, Antropolog melakukan wawancara dengan siapa mereka dapat menjalin
hubungan, atau orang dari siapa mereka merasa mereka bisa mendapatkan informasi yang
akurat dan rinci tentang berbagai aspek budaya tersebut. Informasi yang mereka terima dari
berbagai subyek yang berbeda, sering bertentangan dan kontradiktif. Antropolog mencoba
untuk meminimalkan kesalahan dalam data mereka dengan mengamati serta dengan
mewawancarai, dan dengan membuat cross-cek dengan informan ketika mereka mendeteksi
informasi yang kontradiktif. Antropolog sedikit menggunakan kuesioner tertulis, terutama
karena sebagian besar subjek mereka tidak melek huruf. Namun, antropolog yang mempelajari
masyarakat perkotaan modern. Salah satu contoh dari studi adalah studi Ulf Hannerz tentang
sebuah masyarakat kulit hitam di Washington, DC, Soulside: Pertanyaan ke Ghetto Budaya dan
Community. Bagaimana ¬ lamanya, bahkan ketika para antropolog seperti masyarakat
perkotaan yang modern pada studi Hannerz mereka cenderung menggunakan metode,
penelitian antropologi tradisional seperti observasi partisipan dan wawancara informal,
daripada teknik penelitian lebih lanjut sangat terstruktur. Metode penelitian antropologi dan
teknik juga sedang digunakan semakin untuk mempelajari lembaga-mikro seperti ruang kelas di
dalam masyarakat yang sangat modern. Ray C Rist melakukan studi etnografi pada dalam kota
yaitu di ruang kelas. Dia berfokus pada sikap guru terhadap harapan dari murid dengan latar
belakang sosial-ekonomi yang berbeda.
Pengumpulan data dalam disiplin ini cenderung kurang objektif dibanding dalam ilmu
perilaku lainnya. Beberapa kesulitan antropolog hadapi dalam mengumpulkan data yang
melekat dalam disiplin itu sendiri; orang lain mencerminkan tradisi antropologi yang cenderung
mencurigai prosedur pengumpulan data yang mencegah antropolog dari mengamati secara
langsung "keutuhan" budaya. Para antropolog telah banyak diserang dalam beberapa tahun
terakhir karena kurangnya objektivitas dan prosedur publik jelas dalam etnografi mereka dan
buku. Sejumlah antropolog. seperti Pelto, sangat prihatin tentang metode yang digunakan
dalam disiplin antropologi. Antropolog telah menerima banyak kritik-kritik ini dan telah
berusaha untuk membuat metode mereka lebih obyektif dan publik. Dalam beberapa studi
terbaru, mereka telah meminjam metode dan teknik dari bidang sosiologi dan psikologi dan
data yang dikumpulkan dengan menggunakan tes psikologi, sejarah kehidupan, teknik sampling
sistematis, dan questionnaires.
Salah satu perkembangan yang telah membantu untuk mendorong objektivitas dalam
disiplin serta menghemat banyak jam kerja lapangan adalah arsip Hubungan Manusia di suatu
daerah, yang dalam memasukkan berbagai macam informasi tentang berbagai topik tentang
budaya di seluruh dunia. Dengan menggunakan arsip ini, antropolog dapat memilih secara acak
sampel dari banyak budaya dan hipotesis uji berurusan dengan topik seperti praktik
membesarkan anak, sihir dan agama, dan ritual pernikahan. Beberapa antropolog,
bagaimanapun, merasa bahwa prosedur ini tidak valid karena tidak mengizinkan untuk studi
"seluruh" budaya.
Teori di Antropologi
Dalam Bab 3 kita mendefinisikan suatu teori sebagai seperangkat proposisi yang saling
berkaitan atau hukum yang dapat diverifikasi. Kami juga dibedakan antara teori-teori besar,
yang mencoba untuk menjelaskan semua fakta dalam disiplin, dan teori-teori parsial, yang
hanya menjelaskan beberapa Fakta-fakta. Bangunan teori adalah tujuan utama dari suatu
disiplin ilmiah. Namun, ada sedikit bukti dalam literatur antropologi menunjukkan bahwa
sebagian besar antropolog menerima membangun teori sebagai tujuan utama mereka.
Sebaliknya, tampaknya bahwa deskripsi dan perbandingan budaya yang belum mengenal tradisi
tulisan, dan penelusuran asal-usul dan ciri-ciri difusi budaya, adalah tujuan utama mereka.
Seperti yang kita sebelumnya disebutkan laki-laki, bagaimanapun, antropolog semakin
mempelajari lembaga-mikro dan komunitas dalam masyarakat yang sangat modern seperti
Amerika Serikat dan Jepang.
Antropologi budaya terutama mengenai sejarah pokok dan deskriptif daripada teorinya.
Dalam hal ini, antropologi mirip dengan sejarah. Dengan membandingkan budaya di seluruh
dunia, antropolog telah diturunkan sejumlah hipotesis berbuah dan generalisasi yang memiliki
banyak dukungan empiris. Namun, teori empiris, dalam arti di mana teori didefinisikan dalam
Bab 3, adalah praktis tidak ada dalam antropologi, karena berada dalam wilayah sejarah.
Selama sejarah singkat antropologi, Namun, sejumlah penjelasan yang "besar" nonempiris,
pemikiran sekolah, dan pendekatan telah muncul dalam disiplin. Ini disebut sebagai teori-teori
dalam literatur antropologi dan dirangkum dalam Tabel 9.1.
Tabel 9.1
Theory Description Leader Major Contributions
to Antropology
Historism Produced
etnographies
indicating that the
development of
culture thraits had
Franz Boas (1858-
1942)
Started the traditions
pf empirical fieldwork
in antropology
not been uniform and
unilinear. Within the
same culture area
could be found traits
associated with each
of morgan’s
development levels.
Advocated studying
the historiscal origin
of each culture trait
throught extensive
trait through
expensive fieldwork.
Diffusionisme Cultural traits and
elements had been
invented in only a few
areas of the world
and had sread from
these areas to all
other culture regions.
Emphasized the
importance of
Functionalisme Each element in a
culture exist to fulfill
the needs of
individuals. Every
cultural system is an
integrated whole, and
each culture element
fulfils definite
functions. All culture
Bronislaw Malinowski
A. R. Radcliffe Brown
Stimulated discussion
and debate in
anthropology.
must meet three
kinds of need;
primary or biological
needs, and integrative
or synthetic needs.
Configurationalism Culture do not consist
of separate elements
but are organized
whole can be
characterized
according to
dominant ideologies,
value, and ideas
embraced by the
individuals within
them. These
dominant ideologies
and idea are called
“themes” of cultures.
Ruth Benedict Introduced the idea
that culture may have
themes or pattern
Psikological
Approaches (culture
and Personality)
A basic personality
emerges within a
culture because of
the communality of
early childhood
experiences. This
basic personality is
manifested in all of
the culture’s
institutions, such as
Margaret, Mead
Abram Kardiner
Pointed out how
culture shapes the
personality of the
individual.
religions, magic, and
mytology
KONSEP Antropologi
Seperti dalam sejarah dan sosiologi, konsep-konsep dalam antropologi cenderung
samar-samar , dan digunakan secara berbeda oleh berbagai antropolog. Konsep antropologis
yang lebih standar dari konsep sejarah, tetapi kurang halus daripada orang-orang dalam
sosiologi. Kami menemukan kesepakatan lebih sedikit di antara antropolog dari kalangan
sosiolog tentang apa konsep-konsep kunci dalam disiplin mereka dan apa yang mereka maksud.
Namun, pada konteks budaya Antropolog setuju bahwa budaya adalah konsep yang paling
penting dalam disiplin, meskipun ada kesepakatan jauh tentang apa budaya. Setelah survei
literatur antropologi, seorang pengamat mencatat 164 definisi yang berbeda dari konsep
tersebut.
Kata "budaya" mungkin kata yang paling khas dalam antropologi; sering menjadi hal
yang meragukan Karena ada ketidakjelasan dan perbedaan seperti pendapat atas apa
artinya. Lebih umum, referensi dalam tulisan-tulisan teoritis adalah untuk mempelajari
kebiasaan bersama oleh anggota masyarakat .... Tetapi dalam definisi yang luas terdapat
berbagai penggunaan.
Beberapa ahli antropologi menunjukkan bahwa sementara desifelopment dari konsep yang
didefinisikan dengan baik adalah tujuan dalam disiplin, antropologi tidak memiliki konsep
standar karena perbedaannya lapangan.
Tidak ada dua ahli antropologi berpikir persis sama, atau menggunakan tepatnya konsep
operasi yang sama atau simbol. Ilmu pengetahuan terlalu baru, dan perjuangan untuk
memberi arti tajam untuk apa yang biasanya istilah sehari-hari masih terlalu terbuka
lebar ...
Meskipun para antropolog sering mendefinisikan konsep yang berbeda, biasanya ada
beberapa derajat kesamaan dalam makna mereka. Namun, kadang-kadang dua antropolog
akan berarti hal yang sama sekali berbeda ketika mereka menggunakan konsep seperti pola. Ini,
bagaimanapun, adalah lebih pengecualian dari aturan. Dalam antropologi konsep-konsep kunci
dibahas di bawah ini, penulis telah berusaha untuk menggambarkan cara di mana mereka
adalah yang paling sering didefinisikan oleh antropolog budaya.
Budaya
Budaya terdiri dari pola-pola perilaku, sistem kepercayaan, artefak, dan manusia lainnya
buatan komponen masyarakat. Ini mencakup makanan yang orang makan, alat-alat yang
mereka gunakan, pakaian mereka, mitos, agama, dan bahasa. Ini terdiri dari elemen-elemen
yang manusia gunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosial mereka. Ini
adalah solusi mereka untuk masalah kelangsungan hidup. Struktur biologis yang unik dari
manusia dan kemampuan mereka untuk melambangkan binatang membuat mereka hanya
mampu menciptakan dan memperoleh budaya.
Karena budaya adalah buatan manusia, siswa akan dapat menyimpulkan bahwa budaya sangat
bervariasi di berbagai belahan dunia, dalam masyarakat yang berbeda, dan di antara
masyarakat yang berbeda-ferent. Siswa juga harus dibantu untuk menemukan bahwa sistem
kultur adalah pola terorganisir atau keseluruhan. Setiap perubahan eksternal atau internal
drastis cenderung mengganggu itu.
Budaya adalah konsep kunci dalam antropologi budaya. Karena semua konsep lainnya
terkait dengan itu, kebudayaan harus diberikan perhatian khusus dan fokus dalam studi
antropologi di sekolah SD dan SMP.
Elemen Budaya (Trait)
Unit terkecil dari kebudayaan adalah suatu sifat atau elemen. Ciri-ciri budaya dapat
terdiri dari pola akan Perilaku serta artefaknya. Masing-masing budaya terdiri dari banyak ciri
yang ditemukan dipinjam dalam elemen budaya. Sebuah alat seperti kapak, sebuah kustom
seperti topi saat menyapa seorang wanita, dan kata-kata seperti rumah dalam semua ciri-ciri
elemen budaya budaya. Setiap sifat tersebut dalam budaya setidaknya memiliki empat
karakteristik: bentuk, penggunaan, fungsi, dan makna "Anak-anak akan merasa perlu untuk
menggunakan konsep ini ketika mereka mempelajari proses difusi dan akulturasi.
Kompleksitas Budaya
Satu set fungsional ciri-ciri budaya saling terkait adalah kompleksitas budaya.
Kompleksitas pernikahan di masyarakat Amerika biasanya terdiri dari periode pacaran,
pertunangan formal, dan upacara yang rumit. Seringkali ciri-ciri budaya dalam bentuk yang
komplek ketika mereka menyebar dari satu daerah budaya ke budaya lain. Paling sering
meminjam budaya memilih dari sifat-sifat kompleks budaya di dalamnya yang paling konsisten
dengan kebutuhannya. Hal ini terjadi ketika agama Katolik diperkenalkan ke Afro-Amerika di
Amerika Selatan. Campuran sifat budaya baru dan lama yang disebut sinkretisme.
Enkulturasi
Enkulturasi adalah proses dimana seorang individu belajar untuk berpartisipasi dalam
budayanya atau masyarakatnya. Konsep ini mirip dengan sosialisasi, konsep kunci sosiologi
yang dibahas dalam Bab 8. Namun, sosialisasi berfokus pada pembelajaran yang dipandu
terutama oleh norma-norma kelompok dan ekspektasi.
Budaya Daerah
Sebuah bidang kebudayaan adalah daerah geografis dengan sejumlah ciri-ciri budaya
dan kompleks. Ketika antropolog memetakan bidang kebudayaan, mereka biasanya pilih
sebagai pemandu sifat-sifat dan kompleks dengan mana mereka dapat paling mudah
membedakan satu daerah dari yang lain. Antar daerah budaya di Amerika Utara yang
antropolog telah mengidentifikasi adalah Eskimo, Pacific Northwest Coast, Plains, dan Selatan-
barat. Beberapa karakteristik khas daerah Eskimo adalah rumah salju, daging anjing laut sebagai
makanan utama, dan keluarga sebagai unit kehidupan politik "Anak-anak dapat menggunakan
peta garis untuk menunjuk daerah budaya dan untuk menggambarkan karakteristik penting
dari orang-orangnya. Mereka harus juga membahas sejauh mana budaya daerah ini ditujukkan
berlaku saat ini.
Difusi
Penyebaran ciri-ciri budaya dari satu daerah budaya ke budaya lain disebut difusi.
Sebuah konsep yang berhubungan dengan difusi adalah penemuan, proses mandiri
mengembangkan suatu sifat baru atau artefak budaya. Para antropolog telah menemukan
bahwa sebagian besar ciri-ciri yang membentuk suatu budaya yang dipinjam, bukan diciptakan.
Namun, semua budaya telah membuat penemuan independen. Banyak kata-kata, kebiasaan,
pola perilaku, dan artefak yang merupakan komponen yang sangat penting dari budaya
Amerika kita berada.
Akulturasi
Pertukaran budaya yang terjadi ketika dua pengalaman berbeda budaya kontak
diperpanjang disebut akulturasi. Akulturasi sering terjadi ketika kelompok-kelompok kuat
menangkap atau menekan yang kurang kuat. Di Indonesia, pertukaran budaya Banyak terjadi
ketika ketika pada masa penyebaran Islam di Indonesia yang berinteraksi dengan budaya
Hindu-Budha. Hal ini sangat penting bagi anak untuk memahami bahwa akulturasi adalah
proses dua arah.
Akulturasi adalah proses selektif; budaya hanya menerima unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing yang akan berbaur dengan unsur-unsur budaya mereka sendiri. Ketika
mereka menggunakan ciri-ciri dari budaya lain, mereka memodifikasi mereka. Perubahan
budaya Paksa dapat mengacaukan sebuah budaya, karena budaya keseluruhan terorganisir.
Etnosentrisme
Setiap kelompok cenderung untuk berpikir bahwa budaya adalah lebih unggul untuk
semua antropolog. telah melaporkan penelitian dari berbagai kelompok yang menggunakan
kata-kata yang merujuk kepada mereka ¬ diri sebagai "The People," implikasinya adalah bahwa
kelompok di luar kurang dari - mereka. Sebuah pemahaman dan di kenalan dengan konsep ini
dengan SD dan siswa SMP dapat membantu mereka lebih baik mengatasi etnosentrisme yang
ada di dunia kita saat ini.
Tradisi
Sebuah pola perilaku atau keyakinan bahwa telah menjadi bagian dari budaya untuk
jangka waktu yang panjang ini disebut sebagai sebuah tradisi. Tradisi di masyarakat kita
termasuk menghias pohon untuk musim Natal, makan kalkun pada hari Thanksgiving, dan
mengenakan cincin untuk menunjukkan status perkawinan. Beberapa antropolog menggunakan
kustom istilah untuk menggambarkan sifat-sifat budaya.
Relativisme Budaya
Para relativis budaya mengasumsikan bahwa karena budaya masing-masing memiliki
fitur unik, apa yang dianggap perilaku normal dalam satu masyarakat dapat dinilai abnormal
pada yang lain. Jadi standar satu budaya tidak dapat digunakan untuk menilai perilaku di
tempat lain. "Nilai-nilai dinyatakan dalam budaya apapun ... harus dipahami dan dihargai hanya
menurut bagaimana masyarakat yang bersangkutan menyiapkan pandangan mereka hidup.
Ruth Benedict, seorang antropolog terkemuka, bahwa konsep ini akan membantu
mengembangkan toleransi terhadap orang lain dan budaya:
Pemikiran sosial pada saat ini tidak memiliki tugas yang lebih penting dari itu sebelum
mengambil penjelasan yang memadai relativitas budaya .... Kami akan tiba kemudian
pada kepercayaan sosial yang lebih realistis, menerima sebagai dasar harapan dan
sebagai basis baru untuk toleransi hidup bersama dan pola yang sama berlaku
kehidupan yang telah menciptakan manusia untuk dirinya sendiri dari bahan
keberadaan
Dalam beberapa tahun terakhir, konsep ini telah datang di bawah serangan yang berat.
Hal ini dapat digunakan untuk membenarkan perusakan dan eksploitasi manusia hidup. Namun,
siswa harus menyadari konsep karena dapat membantu mereka untuk melihat bahwa perilaku
dalam budaya lain yang mereka anggap aneh adalah seringkali cukup bermakna dan fungsional
kepada orang-orang yang melakukannya. Mereka juga harus menyadari keterbatasan dari
konsep ini.
Budaya Universal
Para antropolog telah belajar bahwa unsur-unsur budaya tertentu dan sifat-sifat yang
ditemukan dalam semua masyarakat, meskipun ciri-ciri ada dalam berbagai bentuk. Unsur-
unsur ini disebut budaya universal. Keluarga, diferensiasi antara peran laki-laki dan perempuan,
dan perkawinan sedarah yang tabu ditemukan di semua budaya. semua Masalah sentral dalam
antropologi adalah untuk menentukan penyebab dari sifat-sifat budaya universal. Ahli
antropologi menunjukkan bahwa banyak budaya universal ada karena kebutuhan biologis
manusia. Hipotesis mereka bahwa perkawinan sedarah yang tabu, misalnya, ada di semua
budaya karena hubungan seksual antara orang tua dan keturunan akan mengganggu keluarga;
anak yang anak tergantung pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Oliver
menawarkan penjelasan universal:
... antropolog masih mencoba untuk mengidentifikasi untuk kebiasaan bersama oleh
semua umat manusia-diragukan lagi adalah, karena warisan bersama genetik umat
manusia, untuk "situasi" universal, dan difusi mengelilingi dunia-kebiasaan tertentu dari
pemikiran dan tindakan? "
Konsep penting ini akan membantu anak-anak menyadari bahwa orang di mana pun
menghadapi masalah yang sama untuk bertahan hidup, dan bahwa sementara ada banyak
perbedaan dalam cul-budayanya tanggapan mereka kepada mereka, semua manusia berbagi
banyak ciri-ciri budaya.
Ras
Ras adalah sekelompok orang yang berbagi sejumlah ciri-ciri biologis atau "populasi
berbagi kombinasi sifat khas fisik yang merupakan hasil dari pembedaan kombinasi genetik
Karena eksploitasi berdasarkan ras, anak-anak harus mempelajari konsep ini, salah satu konsep
kunci dalam antropologi fisik, tetapi satu biasanya terlalu diabaikan di sebagian besar sekolah
dan buku pelajaran. Sementara anak-anak belajar tentang ras, mereka harus dibantu untuk
menemukan fakta bahwa sebagian besar signifikansi ras adalah sosial daripada fisik Mereka
juga. harus tahu bahwa dalam antropologi berbebeda struktur kelompok ras yang berbeda dan
kategori. Jumlah ras utama dalam berbagai skema dan kategori berkisar dari tiga sampai lebih
dari sepuluh .
Kelompok etnis
Individu yang merupakan suatu kelompok etnis berbagi rasa dalam identifikasi
kelompok, seperangkat nilai-nilai, pola perilaku, dan elemen budaya lain yang berbeda dari
kelompok lain dalam masyarakat. Seperti Glazer dan Moynihan telah menunjukkan, kelompok
etnis juga dapat dipertimbangkan oleh kepentingan politik dan ekonomi kelompok-kelompok.
Anggota kelompok etnis sering melihat nasib mereka dalam ekonomi dan politik terikat
bersama-sama dan cenderung kolektif dalam merespon isu-isu sosial yang mereka anggap
penting untuk mencegah ¬ eksploitasi status ekonomi dan politik. Mereka juga dapat bekerja
sama untuk mempengaruhi kebijakan dan program yang akan menguntungkan kelompok
mereka secara politik dan ekonomi. Banyak ilmuwan sosial menganggap Anglo-Amerika, serta
kelompok-kelompok seperti Yunani-Amerika, Italia-Amerika, dan Polandia-Amerika, anggota
kelompok etnis.
Kelompok Etnis Minoritas
Suatu bagian kelompok etnis dengan seperangkat nilai-nilai, pola perilaku, ciri-ciri
budaya, dan rasa umat, kelompok etnis minoritas dapat dibedakan dari kelompok etnik karena
ditandai dengan beberapa atribut yang unik. Meskipun kelompok etnis minoritas juga berbagi
budaya umum dan rasa bermasyarakat, memiliki karakteristik fisik dan / atau budaya yang unik
yang memungkinkan orang-orang yang menjadi milik kelompok-kelompok lain untuk dengan
mudah mengidentifikasi anggotanya dan dengan demikian untuk memperlakukan mereka
dengan dikriminasi. Sebuah kelompok minoritas etnis minoritas sering sedikit dari segi jumlah
dalam masyarakat dan biasanya politik dan ekonomi tidak berdaya. Afro-Amerika, Yahudi-
Amerika, Puerto Rico-Amerika, dan Meksiko-Amerika adalah contoh dari kelompok minoritas
etnis di Amerika Serikat.
Etnisitas adalah faktor meyakinkan dan penting dalam kehidupan Amerika kontemporer
dan dalam sejarah Amerika. Akibatnya, studi tentang etnisitas dan pemeriksaan merasa-
temuan dan sikap ke arah itu harus menjadi bagian integral dan berkelanjutan dari program
studi sosial modern. Perspektif antropologi dapat membantu anak-anak untuk mendapatkan
wawasan penting ke dalam sifat etnis dalam masyarakat Amerika serta dalam bangsa lain.
Sebuah diskusi yang lebih luas dari etnis dalam kurikulum ilmu sosial disajikan dalam Bab 6, hlm
194-201.
GENERALISASI dalam Antropologi
Kebanyakan generalisasi antropologi didasarkan pada sampel lintas budaya dan
menangani
dengan konsep kunci disiplin, budaya. Sejumlah interdisipliner juga menjadi studi antropolog
menyebabkan banyak masalah yang menarik bagi para ilmuwan lainnya. Generalisasi berikut
dapat digunakan untuk memandu instruksi antropologi di kelas-kelas SD dan SMP.
Setiap masyarakat terdiri dari sistem manusia-terbuat dari artefak, keyakinan, dan pola
perilaku, yang disebut budaya, yang memungkinkan individu-individu di dalamnya untuk
memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan lingkungan fisik dan sosial mereka.
Karena sifat mereka yang unik biologis, manusia adalah binatang hanya mampu
menciptakan dan memperoleh budaya.
Kebudayaan adalah keseluruhan yang terpadu. Perubahan dalam satu bagian tercermin
dalam semua komponennya.
Membuat dan menggunakan simbol-simbol adalah komponen penting dari setiap
budaya.
Budaya menggunakan keragaman sarana untuk mencapai tujuan yang sama dan untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang umum.
Setiap budaya terdiri dari meminjam berbagai elemen budaya.
Budaya yang selektif meminjam dalam ciri-ciri mereka; masyarakat beradaptasi elemen
budaya dipinjam untuk gaya hidup khusus mereka sendiri.
pertukaran Budaya terjadi ketika groups dengan beragam budaya datang ke dalam
kontak berkepanjangan. Perubahan budaya dapat mengganggu masyarakat.
Dalam semua masyarakat praktik magis dan agama muncul untuk membantu individu
menjelaskan fenomena membingungkan di alam semesta, dan untuk mencapai rasa
kontrol atas lingkungan mereka.
Semua masyarakat memiliki upacara tradisional dan ritual untuk sinyal dan menandai
perubahan status yang penting dalam kehidupan seseorang (rites of passage).
Penemuan peningkatan budaya masyarakat karena menjadi lebih khusus.
Dalam sebagian besar masyarakat, signifikansi sosial dari ras jauh lebih besar daripada
perbedaan fisik antara berbagai kelompok ras.
Budaya di mana seseorang memberi pengaruh kuat pada dia seluruh hidupnya Semua
masyarakat memiliki seperangkat tradisi yang membantu untuk menjaga solidaritas
kelompok dan identitas.
Sepanjang sejarah, konflik telah dikembangkan di antara dan di dalam kelompok-
kelompok ras dan etnis.
STUDI Antropologi DI SEKOLAH SD dan SMP
Banyak unit di kelas-kelas dasar dan menengah terdiri dari konten berurusan dengan
masyarakat yang belum melek huruf yang dapat menguntungkan dipelajari dengan perspektif
antropologi . Biasanya ketika murid diajarkan tentang orang Eskimo, Orang indian, dan Afrika,
(di Indonesia pada beberapa suku-suku di Indonesia seperti suku-suku di mentawai, dayak
Kalimantan ataupun suku-suku di Papua) yang menunjukkan perilaku eksotis dan aneh dari
masyarakat ini ditekankan. Akibatnya, anak-anak sering menyimpulkan bahwa kelompok-
kelompok ini tidak sangat beradap karena kelompok-kelompok ini begitu berbeda Mengalami
budaya lain dari diri mereka sendiri dan karena mereka melakukan banyak hal yang tampaknya
tidak manusiawi atau tidak masuk akal, seperti mengirimkan orang yang lanjut usia sekali ke
cuaca bawah nol untuk membekukan sampai mati atau menari untuk membuat hujan.
Kebanyakan anak muda berpikir bahwa perilaku yang sangat berbeda dari mereka sendiri
adalah aneh. Terlalu sering unit ilmu sosial memperkuat kesalahpahaman anak-anak tentang
budaya lain, daripada membantu mereka untuk memahami arti dari menjadi perilaku
"membingungkan" kepada orang-orang yang melakukannya.
Selain menekankan ciri-ciri budaya eksotis masyarakat yang belum mempunyai tradisi
tulisan, banyak bahan saat ini digunakan di sekolah-sekolah tidak akurat. Buku sering berbicara
tentang Afrika dan Orang indian seolah-olah kelompok yang sangat homogen. Karena
keragaman budaya yang ada antara kelompok-kelompok Afrika dan Orang indian (di Indonesia
seperti orang suku-suku di Papua, Toraja, Dayak, , suku anak dalam di Jambi, Suku pasemah,
Mentawai dan lain-lain), sulit untuk membuat akurat tingkat rendah generalisasi tentang orang
Afrika dan Orang indian. Afrika memiliki lebih dari 800 bahasa asli. Pueblo kebudayaan Orang
indian kontras yang agak menyolok dengan yang dari Orang indian Flains. Presentasi yang
akurat dari Orang indian atau Afrika akan mencerminkan berbagai macam budaya yang
membentuk kelompok-kelompok ini.
Unit di Orang indian dan Eskimo, (juga suku-suku tradisional di Indonesia yang sangat
banyak) jika didekati dari perspektif antropologis, dapat membantu anak memperluas
pemahaman mereka tentang apa artinya menjadi manusia, dan memungkinkan mereka untuk
lebih memahami budaya mereka sendiri dan gaya hidup. Anak-anak harus ia membantu untuk
menemukan bahwa meskipun orang dilahirkan dengan fisik dengan kapasitas sebagai manusia,
individu menjadi manusia hanya dengan mempelajari budaya kelompok mereka. Antropolog
menyebutnya enkulturasi proses belajar. Karena budaya adalah buatan manusia, ada banyak
cara manusia. Menengah-kelas kami gaya hidup Amerika adalah salah satu cara; budaya Navajo
Orang indian mewakili yang lain. Mempelajari generalisasi antropologis penting membantu
anak untuk menghargai kemampuan besar umat manusia untuk menciptakan keanekaragaman
gaya hidup dan beradaptasi dengan berbagai lingkungan ¬. Weingrod menulis:
... pengakuan bahwa ada cara alternatif untuk hidup, tidak kurang bermartabat mulia
atau dari kita sendiri, adalah sebuah pelajaran yang bisa memberikan ... antropologi Ini
adalah pengalaman sekaligus merendahkan dan pelebaran untuk belajar bahwa orang
lain telah terpenuhi dan kembali ¬ memecahkan beberapa masalah-masalah universal
dengan cara yang lain dari yang akrab. Jika seseorang dapat datang untuk menghargai
perbedaan, maka banyak memang akan telah dipelajari. Untuk menerima dan hidup
bersama dengan perbedaan yang tidak mudah untuk dibicarakan
Selama studi mereka pada budaya yang belum mengenal tradisi tulisan, siswa dapat
belajar bahwa meskipun manusia memiliki banyak kebutuhan dasar yang sama-seperti cinta,
perlindungan, dan makanan-yang berbeda budaya telah menyusun berbagai macam cara untuk
memuaskan mereka. Tarian hujan dari Orang indiann Hopi, dukun di antara beberapa kelompok
Afrika, dan mempesonakan air di Amerika Serikat (di Indonesia seperti semua mewakili upaya
oleh manusia untuk mengendalikan dan memanipulasi lingkungan mereka. Setelah anak-anak
memahami perilaku masyarakat yang belum mengenal tradisi tulisan, mereka akan cenderung
menganggap itu eksotis dan aneh.
Sementara guru harus membantu anak-anak melihat dan memahami perbedaan,
mereka juga harus membuat mereka menyadari banyak cara di mana semua kelompok manusia
yang sama. Sebagai contoh, semua masyarakat manusia memiliki keluarga, sistem pemerintah,
perkawinan sedarah yang tabu, dan pembagian antara peran pria dan wanita. Namun, lembaga-
lembaga ini sering mengambil bentuk yang beragam. Namun demikian, guru tidak harus
menekankan perbedaan untuk mengabaikan kesamaan yang penting. Anak-anak harus tahu
seberapa dekat mereka terkait dengan semua kelompok-baik manusia biologis dan budaya.
Antropologi disebut mempunyai banyak cara dimana semua budaya manusia sama dalam
universal budaya.
Antropologi juga dapat membantu anak-anak lebih memahami budaya mereka sendiri.
Dengan mempelajari tentang cara lain menjadi dan hidup, anak-anak akan melihat bagaimana
mereka terikat oleh nilai-nilai mereka sendiri dan prasangka. Fakta bahwa kebanyakan orang
Amerika berpikir bahwa cinta yang romantis adalah bagian paling penting dari pernikahan
menunjukkan berapa banyak kita adalah makhluk budaya kita. Individu dalam beberapa
kebudayaan akan terkejut dengan gagasan bahwa perkawinan dapat didasarkan pada alasan
lemah tersebut. Kluckhohn menulis:
Belajar tradisi masyarakat yang belum mengenal tradisi tulisan memungkinkan kita
untuk melihat diri kita sendiri yang lebih baik. Biasanya kita untuk menyadari sudut pandang
khusus untuk kita melihat hidup. Antropologi memegang sebuah cermin besar untuk manusia
dan memungkinkan dia melihat dirinya dalam keanekaragamannya.]
Guru dapat menggunakan pendekatan konseptual terhadap studi masyarakat yang
belum mengenal tulisan untuk menghalangangi timbulnya stereotip dan kesalahan konsepsi.
Mereka dapat mulai dengan mengidentifikasi sejumlah konsep kunci antropologis yang akan
berfungsi sebagai kerangka untuk mengorganisasikan unit mereka. Begitu mereka telah
mengidentifikasi sejumlah konsep pengorganisasian seperti budaya, enkulturasi, bidang
kebudayaan, dan difusi, mereka harus memilih beberapa generalisasi yang berkaitan dengan
konsep-konsep, seperti: "Budaya mempekerjakan keragaman cara untuk mencapai tujuan yang
sama dan untuk memenuhi kebutuhan manusia umum "dan" pertukaran Kebudayaan terjadi
ketika kelompok dengan beragam budaya yang datang dalam interaksi yang panjang . " Setelah
konsep-konsep kunci dan generalisasi diidentifikasi, guru dapat memilih materi pengajaran dan
menyusun strategi pengajaran yang sesuai.
Jika guru memilih generalisasi pertama di atas, dia bisa mengidentifikasi tiga budaya
untuk sampel konten, seperti Orang indian Navajo, Orang indian Iroquois, dan Eskimo Netsilik
(untuk Indonesia: bisa menggunakan sampel suku-suku papua, mentawai, dayak dan toraja),
atau dia dapat memilih salah satu dari kelompok ini dan menggunakan kebudayaan Anglo-
Amerika (untuk Indonesia menggunakan kebudayaan melayu, sunda atau jawa) sebagai
kelompok pembanding. Memilih sejumlah kecil budaya dan meliputi mereka di kedalaman lebih
baik daripada memilih sejumlah besar budaya dan menutupi mereka dangkal. Pemilihan sampel
konten harus didasarkan terutama pada bahan yang tersedia, minat anak-anak, rekomendasi di
buku kurikulum kabupaten, kompetensi guru dan kepentingan, dan pengalaman sebelumnya
anak-anak.
Ketika mengajar generalisasi, "mempekerjakan Budaya keragaman dengan cara untuk
di-pertahankan ujung dan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang umum," guru bisa
membangun, dengan bantuan murid-murid, sebuah pengambilan data grafik mirip dengan yang
diilustrasikan pada Tabel 9.2. Guru bisa mulai dengan meminta anak untuk menyebutkan
beberapa kebutuhan yang semua manusia miliki. Dalam tanggapan mereka, mungkin termasuk
makanan, perlindungan dari cuaca ekstrim, cinta, penghargaan, rekreasi, dan kebutuhan untuk
menjelaskan asal mula alam semesta dan tempat orang-orang di dalamnya. Respon mereka
dapat digunakan untuk kategori struktur pada kebutuhan manusia yang universal. Setelah
kategori ini terstruktur, kelas dapat mengidentifikasi sejumlah pertanyaan terkait dengan
kategori yang dapat diminta dari masing-masing budaya dipelajari. Nama budaya harus
tercantum pada tabel. Para siswa harus berpartisipasi dalam berbagai kegiatan-seperti
membaca, bermain peran, dan film melihat dan filmstrips-dalam rangka untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi grafik. Setelah tabel selesai, anak-anak akan
dapat memperoleh generalisasi umum dari identifikasi di atas.
PERKEMBANGAN TERBARU DI SEKOLAH ANTROPOLOGI
Dalam beberapa tahun terakhir upaya telah dilakukan oleh pendidik ilmu sosial dan
Antropolog untuk meningkatkan kualitas studi antropologi di sekolah SD dan SMP. Beberapa
proyek-proyek penelitian utama sosial tahun 1960-an yang sepenuhnya untuk menciptakan
bahan baru dan strategi pengajaran untuk sekolah dasar antropologi. Salah satu dari proyek-
proyek ini, sangat dipengaruhi oleh ide-ide dari Jerome Bruner S., kursus untuk menghasilkan
nilai intermediate yang disebut Man: A Course of Study. Bruner menggambarkan penekanan
dalam kursus:
Isi kursus adalah manusia: sifatnya sebagai spesies, kekuatan yang membentuk dan
terus membentuk kemanusiaan-Nya.
Tiga pertanyaan ditemui kembali sepanjang:
Apa yang menjadi keinginan manusia?
Bagaimana mereka bisa seperti itu?
Bagaimana mereka bisa menjadi demikian?
Dalam rangka mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari apa yang membuat manusia,
siswa memulai dengan mempelajari salmon, herring burung camar, dan babun. Para Eskimo
Netsilik dipelajari sebagai contoh dari budaya manusia. Kursus ini terdiri dari berbagai macam
bahan instruksional, termasuk film yang dibuat khusus untuk proyek. Ini terutama berkaitan
dengan pertanyaan pertama yang diangkat dalam kutipan dari Bruner.
Kurikulum Proyek Antropologi di University of Georgia juga telah mengembangkan
bahan untuk digunakan dalam kelas dasar. Konsep utama dalam kurikulum termasuk ras,
budaya, kekerabatan, dan agama. Untuk guru, paper akademik yang berkaitan dengan konsep
kunci antropologi dan generalisasi merupakan komponen penting dari program ini. teks
Mahasiswa dan panduan belajar juga bagian dari kurikulum. Meskipun proyek ini mengandung
beberapa bahan yang sangat baik untuk mengembangkan konsep-konsep kunci seperti
antropologi budaya, enkulturasi, dan akulturasi, introduces siswa untuk lebih rendah-tingkat
konsep daripada yang tepat. Misalnya, di kelas empat bahan siswa tidak hanya harus
menguasai konsep difusi, tapi dia selalu dibutuhkan untuk mempelajari makna primer,
sekunder, selektif, dan stimulus difusi. Keempat-anak kelas dapat keuntungan dari menguasai
konsep difusi, tetapi tidak realistis untuk mengharapkan mereka untuk dapat membedakan
antara berbagai jenis difusi.
Salah satu fitur terkuat dari proyek ini adalah bahan-bahan perbandingan pada Arunta,
Kazak, dan budaya Amerika. Budaya ini dibandingkan berkenaan dengan sosial mereka, agama
dan ekonomi organisasi. Bahan-bahan ini akan menyediakan guru dengan pedoman yang
efektif untuk membangun unit yang sebanding pada budaya lain. Guru dapat menggunakan
banyak bahan berkualitas lainnya dalam kurikulum Georgia serta di Man: A Course of Study
sebagai model untuk mengembangkan bahan mereka sendiri dan strategi pengajaran. Guru
harus menyadari, bagaimanapun, bahwa Man: A Course of Study telah menjadi sangat
kontroversial dan yang menggunakan bahan, bahkan sebagai model, mungkin menimbulkan
kontroversi di beberapa komunitas. Meskipun kontroversi yang kuat yang telah dikelilingi
program eksperimental, kita merasa bahwa dalam banyak hal merupakan proyek model
kurikulum. Selama dua pandangan mengenai kontroversi ini, lihat "MACOS Con-roversy,"
Pendidikan Sosial 39: 388-396 (Oktober 1975).
STRATEGI TERPILIH UNTUK MENGAJAR ANTROPOLOGI KONSEP DAN GENERALISASI
Generalization: Pembuatan dan penggunaan simbol merupakan komponen penting dari setiap
budaya.
Kelas Utama :
Tampilkan simbol-simbol di kelas. Kemudian tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang mengikuti.
Traffing light : Merah Hijau Kuning
1. Lihatlah tanda-tanda ini. Apakah Anda pernah melihat warna itu sebelumnya? Dimana? Apa
artinya masing-masing? Dapatkah Anda pikirkan tanda-tanda lainnya? (Mengingat arti dari
simbol-simbol tertentu.)
2. Apakah Anda selalu tahu apa tanda pertama berarti? Bagaimana Anda mengetahui apa
artinya? (Budaya menyampaikan makna simbol.)
3. Apakah tanda-tanda ini membantu orang-orang? Bagaimana? (Simbol membantu orang
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka.)
4. Apa yang akan terjadi jika kita tidak memiliki tanda-tanda?
Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Apakah ada yang pernah memberitahu Anda bahwa Anda adalah monyet kecil? Mengapa
ada orang yang menelepon Anda monyet kecil? Apakah Anda ingin dipanggil dengan nama
itu? Mengapa atau mengapa tidak? (Contoh simbol.)
2. Menarik garis antara hewan kering hal itu singkatan. (Pencocokan simbol dengan makna.)
tikus pemberani, berani
Singa tenang, kecil
Gajah pintar
Rubah ingatan yang baik
3. Bukankah lucu bahwa kita berpikir tentang hewan dalam cara ini? Apakah Anda berpikir
bahwa tikus benar-benar tenang? Pikirkan tentang hewan lain dan kata-kata yang kita
gunakan untuk menggambarkan mereka. Apakah kata-kata dan hewan berhubungan?
(Mempertanyakan hubungan antara simbol dan maknanya.)
4. Apakah Anda pernah mendengar sebuah cerita tentang sebuah rumah di mana "tidak ada
yang mengaduk bahkan tidak tikus"? Mengapa kita tidak mengatakan, "di mana tidak ada
yang mengaduk bahkan tidak seekor kuda"? Yang frase membuat rumah tampak lebih
tenang? Mengapa? Apakah itu membantu untuk menggunakan nama hewan untuk
memberitahu tentang hal-hal? Bagaimana? (Meneliti penggunaan simbol dalam deskripsi.)
Baca kelas cerita tentang Orang indian atau Eskimo yang bercerita tentang tiang totem dan
termasuk karakter yang memiliki nama hewan seperti Beruang berlari atau kuda gila. Kemudian
mintalah anak-anak untuk menulis sebuah cerita di mana mereka menggunakan nama hewan
untuk menggambarkan orang dan hal-hal mengenai karakteristik. (Aplikasi: Menggunakan
simbol)
Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah Anda pernah berpura-pura menjadi pengemudi
mobil atau nelayan dalam perahu? Apakah Anda kadang-kadang berjalan di sekitar rumah
dengan sepatu ibu Anda atau ayah? Apakah Anda pernah berpura-pura naik kuda atau
mengemudikan truk dan kereta api? Mengapa? (Mengidentifikasi perasaan yang dilambangkan
dalam tindakan.)
Bacalah kutipan berikut dari David, Young Chief on The Quileutes: An American Indian Today
(untuk di Indonesia bisa digunakan deskripsi tentang kehidupan Suku Badui di Jawa Barat)
Beberapa anak-anak Orang indian Quileute bermain di kano, berpura-pura menjadi
nelayan seperti ayah mereka atau pemburu paus dan anjing laut seperti kakek mereka
dan nenek moyang mereka.
[Tampilkan peta di kelas (dalam bidang buku) di mana permukiman Orang indian Quileutes
berada. Tampilkan murid gambar anak laki-laki Orang indian di kano di halaman 35 dari buku
ini.]
Katakanlah kepada kelas: The Kiowa Orang indian anak-anak bermain kamp Orang indian
dengan memiliki pita mainan untuk anak-anak perempuan dan kuda tongkat untuk anak-anak
laki-laki. Mereka kadang-kadang bahkan menggali parit panjang sepanjang sisi kamp untuk
melindungi kamp permainan mereka.
Tanyakan: Mengapa Anda pikir anak-anak Orang indian melakukan hal-hal seperti itu?
(Mengidentifikasi perasaan disimbolkan dalam tindakan.)
Beritahu kelas: Inggris adalah negara yang ada di sisi lain Samudera Atlantik.
(Tunjukkan pada globe.) Ada, ketika seseorang sudah cukup, dia mendapatkan kunci.
Anak laki-laki (atau perempuan) diberi kunci rumah nya ketika ia cukup besar. Ajukan
pertanyaan-Pertanyaan berikut: Apakah Anda ingin menjadi besar dan memiliki kunci rumah
Anda? Apakah orang tua Anda memberikan kunci untuk seorang anak satu tahun? Mengapa
tidak?
Katakanlah: Kami akan memanggil kunci simbol yang besar karena Anda mendapatkan satu-
satunya bila Anda cukup tua untuk menjaga kunci dan tidak akan kehilangan. Anda
mendapatkan kunci ketika Anda besar. (Menentukan alasan untuk makna khusus dari simbol.)
Tanyakan: Dapatkah Anda memikirkan simbol lain dari yang besar? Jika kita tidak memiliki
simbol yang besar, apakah Anda pernah tahu apakah Anda sudah dewasa? (Mengingat,
memprediksi, dan hipotesa akibat dari hilangnya simbol.)
Mintalah anak-anak untuk bertindak keluar, menceritakan tentang kisah, menggambar, atau
menulis tentang seseorang bertindak dengan cara yang menunjukkan atau melambangkan apa
yang dia ingin jadikan. (Menerapkan pengetahuan.)
Kelas Menengah
Beritahu kelas:
Setiap tahun di Meksiko, seperti di banyak negara lain, ada menceritakan kembali kisah
kelahiran Yesus. Dalam perjalanan simbolis, seorang gadis dan anak laki-laki, yang
mewakili Maria dan Yusuf, berjalan setiap malam selama sembilan hari. Pada hari terakhir
pemilik sebuah penginapan. memberi mereka tempat tinggal dan Yesus dilahirkan.
(Untuk di Indonesia bisa digunakan deskripsi tentang Maulid Nabi Muhammad SAW
yang diperingati oleh masyarakat)
Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Apakah Yesus benar-benar lahir setiap kali anak laki-laki dan perempuan berjalan melalui
perjalanan dalam cerita itu? (Pengakuan alam simbolis dari tindakan.)
2. Apa orang-orang di negara-negara lain untuk melambangkan kelahiran Yesus? (ingatan;
perbandingan simbol serupa.)
3. Mengapa Anda menganggap orang-orang mengadakan festival ini setiap tahun?
(Menentukan makna tradisi simbolis.)
4. Pernahkah Anda melihat salib? Apa salib berarti? Mengapa beberapa orang memakai salib?
(Menganalisis simbol simbol.)
Bacalah kutipan berikut dari Cippewa Orang indian: Beras Pengumpul dari Great Lakes:
(untuk di Indonesia digunakan deskripsi tentang kehidupan berburu pada suku Papua atau
Suku Mentawai)
Sejak Serigala Kecil (seekor Chippewa) adalah seorang mide (tim SAR = tim medis),
wajahnya dicat seluruhnya merah untuk menunjukkan peringkat, dan garis hijau diambil
dari pelipis kiri melintasi hidung dan pipi kanannya. Karena dia bisa meramalkan masa
depan, dua garis-garis gelap dicat ke atas dari matanya. Baris dari telinganya
menunjukkan bahwa ia tahu apa yang terjadi pada jarak jauh. Dia mengenakan sebuah
kerang laut bundar di tenggorokannya untuk menunjukkan bahwa tenaga ekstra telah
dikirim ke dalam tubuhnya berkali-kali. Dua garis merah dilukis pada lengan dan
tangannya berarti bahwa ia bisa menyentuh orang pada jarak yang besar dan bekerja
akan di atas mereka.
Saudara tua menatapnya dengan kagum dan hormat. Kalau saja dia bisa mendapatkan
seperti tanda! Ini akan memakan waktu lama untuk mempelajari semua kebijaksanaan
itu. Untuk ini Brothe tua; - wajahnya tetap tidak dicat ... Keluarga membentuk prosesi
Serigala Kecil dan saudara Lama dan mereka semua berjalan perlahan ke midewegan.
Memberikan contoh-contoh tambahan seperti:
Untuk Orang indian Kiowa situasi yang sama ada. Anak laki-laki menantikan saat ia bisa
melakukan hal-hal berani. Anak laki-laki memiliki perisai putih untuk memula. Saat ia
melakukan hal-hal berani dan memperoleh pengetahuan, perisai nya akan dicat seperti
tameng ayahnya.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Dalam kepanduan, anak pramuka. gadis pramuka, dan anak perempuan api unggun
menerima emblem untuk setiap keterampilan dicapai dan menunjukkan. Bagaimana ini
praktek yang serupa dengan tanda-tanda dari Orang indianna.? Bagaimana itu berbeda?
(Membandingkan sistem simbol.)
2. Organisasi militer juga menggunakan simbol untuk menunjuk tingkat prestasi. Bagaimana
simbol-simbol militer serupa dengan yang telah kita bahas? Bagaimana mereka berbeda
(Membandingkan sIrmbols.)
Mintalah anak-anak untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan berikut:
1. Pilih bendera dari tiga Negara di Afrika Menyelidiki makna atau simbolik balik setiap warna
yang digunakan dan juga makna desain pada bendera. (Mengidentifikasi makna simbolis.)
Setiap siswa akan membahas dengan kelas bendera yang mereka dipilih, menunjukkan
semua simbol yang terlibat.
2. Diskusikan hal-hal yang Anda bisa merasakan setia kepada keluarga, teman, kelas, kota,
negara, agama, dan negara. Apa hal lain dapat Anda merasa setia kepada? Apa yang bisa
menjadi simbol dari hal-hal yang Anda namakan? (Mengidentifikasi perasaan yang diciptakan
simbol.)
3. Pilih sesuatu yang Anda merasa Anda loyal dan membuat bendera, menggunakan simbol-
simbol untuk mengungkapkan aspek-aspek penting dari itu. (Mengidentifikasi perasaan,
menciptakan simbol.)
Beritahu kelas: Sebelum Anda memiliki uang untuk membeli beberapa hal yang Anda inginkan,
Anda bisa mengumpulkan hal-hal yang anda inginkan dan perdagangan untuk item yang tidak
Anda miliki.
Tanyakan: Apa hal yang bisa Anda kumpulkan ketika Anda kecil? Apa yang bisa Anda
perdagangan benda-benda tersebut?
Baca berikut untuk kelas:
Yang di perdagangan juga oleh Orang lain. Di Afrika Timur sapi yang diperdagangkan
untuk hal lain-sebagian besar waktu untuk istri. Seorang pria menunjukkan dua hal ketika
ia memberikan ternak untuk di hukum: pertama, seberapa banyak dia menghargai wanita
dan kedua, bagaimana dia kaya, karena dia kaya, ternak semakin dia bisa berikan. Selain
itu, pemberian ternak membuat sulit untuk menceraikan pria, karena keluarga wanita
harus memberikan kembali ternak jika perceraian terjadi. Di sisi lain, jika suami tidak baik
untuk keluarga istri, mereka dapat membuat dia memberi mereka sapi yang lain setiap
kali salah satu sapi asli meninggal. Sapi mewakili kedekatan antara keluarga dalam
masyarakat ini.
uang dari kerang telah digunakan di banyak masyarakat untuk barter: suku pigmi di Kongo
menggunakan kerang atau cangkul besi dalam pertukaran mereka dengan orang Negro.
Perak batangan yang digunakan di kelas bisnis dari beberapa kebudayaan sampai-Turki
tahu bahwa mereka dapat dibuat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil (koin)
untuk rata-rata orang.
Tanyakan: Bagaimana mungkin orang-orang yang dijelaskan di atas mendapatkan sesuatu yang
mereka tidak miliki? Bagaimana kita bisa mendapatkan hal yang tidak kita miliki? (Mengingat
sistem ekonomi simbolik.)
Katakanlah kepada kelas: Orang indiann Quileute tua, ketika mereka diperdagangkan untuk
hal-hal tanpa menggunakan uang seperti tagihan dan koin. Seorang wanita di buku Daud,
Young Chief of the Quileutes mengatakan bahwa dia lebih suka ketika mereka bisa berdagang.
Dia mengatakan sesuatu yang selalu bisa ditemukan untuk perdagangan, tetapi itu tidak selalu
mungkin untuk menemukan pekerjaan sehingga seseorang bisa mendapatkan uang.
Tanyakan: Apa hal simbolis yang akan Anda lebih memilih untuk berdiri untuk membeli listrik?
(Menilai pertanyaan.) Apa yang akan terjadi jika masyarakat tidak ada yang bisa membeli
listrik? (Memprediksi dan hipotesa tentang masyarakat tanpa sistem eko ¬ ekonomi simbolik.)
Kelas Atas
Baca ke kelas ringkasan berikut laporan seorang antropolog Eskimo dari salah satu aspek dari
kehidupan Amerika:
Banyak orang di dunia membayar perhatian ke waktu, tetapi tidak lebih dari orang
Amerika. Meskipun mungkin ditolak, waktu tampaknya suci di Amerika Serikat. Hal ini
terlihat dari bahasa Amerika. Hal ini umumnya dianggap sebagai yang berdosa untuk
"membuang waktu." Salah satu filsuf terbesar Amerika mengatakan: "Dost engkau
mencintai kehidupan” Maka jangan menyia-nyiakan waktu, untuk itu adalah kehidupan
barang adalah terbuat dari apa?.
Tapi untuk lebih spesifik. Hampir semua orang Amerika membawa berhala-berhala yang
mewakili waktu. Berhala yang lebih besar yang menunjukkan waktu yang ditampilkan di
seluruh igloo Amerika dan di tempat umum.
Bahkan ketika sibuk, Amerika sering memandang berhala tersebut dan mengatur hidup
mereka menurut mereka. Mereka mulai ketika mereka bangun di pagi hari, dan mereka
tidak berhenti sampai mereka pergi ke tempat tidur. Banyak siswa dan pekerja tampak
lebih berminat dalam waktu berhala dari tugas-tugas mereka.
Jika ibadah waktu dapat dianggap agama, Amerika mungkin orang yang paling religius di
bumi.
Tanyakan pertanyaan ini:
1. Apa yang antropolog Eskimo katakan tentang Amerika dan waktu? (ingatan)
2. Apakah Amerika menyembah berhala waktu? Mengapa atau mengapa tidak? (Menganalisa
simbolisme tentang waktu.)
3. Apakah Anda setuju dengan antropolog Eskimo? Mengapa atau mengapa tidak?
(Mengevaluasi penafsiran simbol.)
4. Apa seleksi ini memberitahu Anda dalam hal untuk membuat asumsi tentang orang lain?
(Mengevaluasi metode penafsiran.)
Baca berikut untuk kelas:
(Untuk di Indonesia bisa digunakan deskripsi tentang upara perkawinan di suku-suku Papua
yang berada di lembah Baliem)
Orang indian Barat laut merayakan peristiwa-peristiwa sosial yang penting dengan "latch-pot."
Potlatches diadakan ketika anak lahir, atau ketika seseorang meninggal. Mereka juga diadakan
ketika seseorang menikah: Dalam hal ini istri dibeli dari ayah mertua dengan memiliki potlach
baginya. Setelah seorang pria telah memberikan hal kepada orang lain di sebuah potlach, orang
lain kemudian mengharuskan untuk membayar hadiah dan benar-benar memberikan kembali
lebih dari dia.
di Melanesia itu disebut suatu Kula. Pada Kula dua orang kaya bersaing untuk melihat siapa
yang bisa memberikan hal yang paling yang lain. Orang yang menyerahkan paling menang,
karena ia menunjukkan bahwa ia begitu kaya bahwa dia bisa memberikan hal yang paling.
Satu Kiowa India (a Great Lakes India) menjelaskan bagaimana ia merasa tentang memberi
segala hal:
Kami datang ke dunia dengan tidak ada di tangan kita dan menangis di bibir kami. Jika seorang
pria kuat yang dapat strip dirinya ke tempat di mana ia dilahirkan dan masih mendapatkan
kembali apa yang ia butuhkan dari sendiri skuIl
Tanyakan pertanyaan-pertanyaan: Apa yang orang Indian barat laut dan Melanesia lakukan
ketika mereka ingin merayakan sesuatu? Apa yang mereka bisa keluar dari memberikan segala
hal? Mengapa? Apa itu melambangkan jika Anda bisa memberikan sesuatu untuk merayakan
acara? Apa yang kita lakukan ketika kita ingin merayakan sesuatu? (Mengingat identifikasi
simbol.) Dengan cara apa kita merayakan saat kami menikah? Bagaimana cara-cara yang
berbeda dari orang Indian yang memiliki sebuah potlach? Bagaimana cara-cara serupa?
(Membandingkan sistem simbolis.)
Katakanlah kepada kelas: Kata-kata adalah simbol. Mereka berdiri untuk ide-ide dan nilai-nilai
yang dimiliki manusia. Mintalah orang tua dan kakek-nenek Anda apa kata mereka yang
digunakan untuk menggambarkan hal-hal yang mereka suka ketika mereka usia Anda. Kata-kata
apa yang digunakan orang usia Anda untuk hal-hal yang mereka sukai? Apakah mereka sama
seperti ketika Anda lima tahun lebih muda? Mengapa atau mengapa tidak? Apakah Anda
berpikir bahwa Anda akan menggunakan simbol yang berbeda atau - Kata untuk hal yang Anda
sukai saat Anda lima tahun lebih tua? Mengapa atau mengapa tidak? (Changing simbol t, waktu
uough.)
Cari tahu bagaimana orang-orang dari berbagai negara saling menyapa. Kami saling menyapa
dengan "Halo," "Hai," "Bagaimana kabarmu?", Dalam berpisah kita bisa berkata "Selamat
tinggal," "Perdamaian," atau "Jaga iman". Navajo mengatakan "Ya untuk hei", melainkan
digunakan untuk mengatakan "Baik bye" atau "Damai." Orang-orang Yahudi mungkin berkata
"Shalom" yang berarti "Damai sejahtera bagi kamu," atau juga "Halo" atau "Selamat tinggal."
Orang Cina mengatakan "Ni Hat; Ma" untuk "Hew Anda?"
Tanyakan Bagaimana simbol-simbol ini sama? Berbeda? Apa yang akan kita lakukan tanpa
mereka? (Ctiniparing sistem simbolis.)
Baca berikut untuk kelas:
(Untuk Indonesia bisa digunakan deskripsi bagaimana suku dayak di Kalimantan membuat
sebuah rumah dan menandai luas tanah milih seseorang)
Orang biasa pergi ke toko umum dan duduk dan berbicara sekitar kompor, hangat hitam
bagong. Akhirnya wanita mungkin berkata, "Mari kita turun ke paku payung kuningan." Dia
berarti bahwa dia ingin membeli beberapa kain dan bahwa dia tidak ingin tinggal dan berbicara
lagi hari itu. Apa paku payung kuningan harus dilakukan dengan pernyataannya? Petugas itu
basa-basinya terjebak ke halaman satu counter terpisah sehingga ia bisa mengukur kain lebih
mudah dan akurat.
Seorang Indian Quileute tua akan memberitahu teman muda sekarang banyak jari masing-
masing sisi kano harus. Tepi atas adalah salah satu jari lebar, sisi dua, dan tiga terbawah.
Pengukuran ini dibuat sampan menahan batu.
Tanyakan:
1. Apa simbol memang orang harus berdiri untuk jumlah hal untuk mengukur? (Identifikasi
simbol.)
2. Apa yang sedikit rumit simbol yang Anda gunakan untuk hal-hal yang perlu untuk mengukur?
Mengapa Anda menggunakannya? (Menciptakan simbol-simbol baru, atau mengingat yang
telah dibuat sebelumnya.)
3. Jika seseorang meminta Anda untuk mengukur ruangan dalam inci akan Anda benar-benar
yakin itu ¬ mea dalam inci atau akan Anda mengukur dalam beberapa unit lain dan
kemudian dikonversi jawaban inci? Mengapa? (Menerapkan pengetahuan.)
Tanyakan kelas pertanyaan berikut:
1. Pernahkah Anda mendengar tentang seseorang memegang kepalan tangan hitam? (Ingat dari
sym-bol.) Apa kepalan tangan hitam berarti hari ini? Apakah selalu berarti apa artinya hari
ini? Mengapa atau mengapa tidak? (Identifikasi-makna melalui waktu dan perubahan
dengan waktu.)
2. Apakah Anda pernah melihat gaya rambut Afro (atau Natural),? Apa yang Anda berpikir
bahwa itu melambangkan atau sarana untuk orang yang memakainya? Apa artinya bagi
Anda? Apakah selalu berarti apa artinya hari ini? Mengapa atau mengapa tidak? (Sama
seperti di atas, juga membedakan arti dari simbol yang sama untuk dua orang yang
berbeda.)
3. Ada muatan melalui waktu di-simbol untuk perdamaian. India memiliki simbol perdamaian
beberapa. Dapatkah Anda menyebutkan satu? (Pipa dan panah patah.) Dapatkah Anda
menyebutkan tiga simbol untuk perdamaian digunakan kemudian di negeri ini? (Dove, elang
dengan cabang zaitun, i, dan dua jari membuat V.) Cari tahu cara-cara yang damai
dilambangkan dalam masyarakat lain. Buat Anda sendiri simbol perdamaian. (Identifikasi
makna, mengingat simbol, perbandingan simbol dengan makna yang sama;. Dan penerapan
pengetahuan dengan menciptakan simbol baru)
Generalisasi: Budaya mempekerjakan keragaman sarana untuk mencapai tujuan yang sama
dan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kelas Primer
1. Menampilkan gambar anak-anak dari berbagai tempat penampungan, makanan, dan pakaian
dari budaya yang berbeda. Tanyakan kepada mereka apa yang setiap gambar menunjukkan.
Mintalah mereka gambar grup menurut kesamaan. Minta mereka untuk nama masing-
masing kelompok gambar. Bantu mereka untuk menemukan bahwa makanan, tempat
tinggal, dan pakaian adalah kebutuhan bagi semua manusia, meskipun mereka muncul
dalam bentuk yang berbeda. Minta mereka untuk membayangkan kehidupan mereka
dengan keluar salah satu dari tiga kebutuhan. Tanyakan pertanyaan ini lagi, menghilangkan
kelompok lain. Kemudian meminta siswa mengapa item digambarkan dalam setiap
kelompok utama bagi kehidupan mereka.
2. Guru bisa menampilkan gambar dari berbagai moda transportasi dari budaya yang berbeda,
menunjukkan sebuah kapal uap, unta, pesawat, kapsul ruang angkasa, keledai, dogsled,
mobil, bus, kapal laut, tongkang, dan melatih (menekankan keragaman). Mintalah siswa
untuk mengatur gambar pada papan buletin ke dalam kategori. Mereka dapat mengatur
mereka sesuai dengan jumlah orang yang diangkut, iklim yang sesuai, atau jenis transportasi.
Mintalah siswa untuk: menjelaskan kategori mereka, dan untuk mengidentifikasi
karakteristik umum dari semua gambar. Mereka mungkin ingin untuk membangun model
antara berbagai moda transportasi.
3. Untuk membantu anak-anak melihat bahwa budaya yang berbeda menggunakan alat yang
berbeda untuk tujuan yang sama, menemukan baik film atau filmstrip menggambarkan
penggunaan alat-alat dalam suatu budaya tertentu. Pilihan tepat mungkin alat orang awal,
Eskimo, penduduk pulau Mikronesia, atau Mesir awal. Setelah melihat pratinjau film,
menemukan gambar alat yang digunakan saat ini dalam masyarakat industri yang melakukan
fungsi yang sama seperti yang digunakan oleh budaya yang ditampilkan dalam film.
Perlihatkan kepada siswa gambar alat dengan yang mereka Nould menjadi akrab. Mintalah
mereka mengidentifikasi penggunaan mereka. Kemudian menampilkan film atau filmstrip,
mengarahkan anak-anak untuk mengidentifikasi alat-alat yang melakukan fungsi yang sama
dengan yang terlihat pada gambar. Film ini mungkin harus menunjukkan dua atau tiga kali
untuk anak-anak untuk membuat perbandingan yang diperlukan. Anak-anak mungkin ingin
membuat gambar dari peralatan yang digunakan dalam film dan mencocokkannya dengan
gambar-gambar guru telah menunjukkan mereka.
Kelas Menengah
1. Untuk membantu siswa memahami bagaimana bentuk pertukaran adalah suatu keharusan
dalam setiap kebudayaan dan belum bervariasi secara signifikan antara budaya, menunjukkan
contoh-contoh uang yang digunakan di berbagai negara dan gambar dari bank dan tempat lain
di mana uang ob-dipertahankan. Lalu tunjukkan gambar pos perdagangan dan pasar di mana
barter adalah metode pertukaran. Kemudian tanyakan kepada siswa:
a) Apa tujuannya adalah umum untuk semua gambar?
b) Apa perbedaan antara dua set gambar?
c) Mengapa beberapa orang menggunakan barang dan uang lainnya sebagai media
mantan-perubahan?
2. Akan lebih memperjelas konsep barter, menunjukkan siswa sebuah film tentang budaya
seperti yang dari Indian Navajo atau Meksiko dengan siapa barter adalah perubahan yang
berarti. Diskusikan persamaan dan perbedaan antara dua sistem pertukaran, dan
keuntungan dan kerugian dari masing-masing.
3. Mintalah setiap siswa membaca biografi atau cerita yang menggambarkan seseorang di
budaya lain. Mintalah siswa untuk berpikir tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ketika
mereka membaca:
a) Apa pengalaman apakah orang tersebut dalam cerita memiliki yang serupa dengan
Anda?
b) Yang mana yang berbeda?
c) Mengapa ada beberapa yang berbeda?
d) Dengan cara apa keseluruhan adalah orang yang Anda membaca tentang mirip dengan
Anda?
e) Apa yang kisah ini memberitahu Anda tentang manusia secara umum?
Setelah setiap siswa membaca buku, bentuk kelas menjadi kelompok tiga atau empat siswa
masing-masing dan meminta mereka untuk menjawab pertanyaan di atas.Juga meminta
mereka untuk membandingkan jawaban dari setiap orang dalam kelompok dan untuk
mencari kesamaan dalam kelompok. Mintalah setiap kelompok laporan kesimpulan untuk
kelas. Diskusikan temuan kelas. Bantu mereka untuk mengidentifikasi pengalaman individu
yang sama lintas budaya dan untuk menjelaskan mengapa pengalaman ini memiliki
komponen umum.
4. Untuk memberikan siswa tampilan baru pada keragaman berarti untuk mencapai akhir yang
umum, memiliki siswa melihat di buku telepon kota mereka atau kota atau satu terdekat
untuk menentukan apa restoran mengkhususkan diri dalam makanan dari negara-negara
eter. Tanyakan koki "dari restoran terdaftar atau anggota komunitas etnis diwakili oleh
restoran untuk mengunjungi kelas dan memberitahu siswa apa jenis makanan yang mewakili
negara mereka dan bagaimana mereka siap Kemudian tanyakan. Guru ilmu pengetahuan
untuk menjelaskan apa manusia kebutuhannya harus satistied untuk menjaga kesehatan
yang memadai Bagilah siswa menjadi kelompok menurut negara dan meminta mereka untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.:
a) Apa makanan dasar membuat pola makan orang di negara mereka?
b) Yang memiliki makanan karbohidrat, protein, dan lemak?
c) Apa persentase dari makanan mereka terdiri dari masing-masing dari tiga ponents com
makanan utama?
d) Bagaimana makanan biasanya dibuat: misalnya, digoreng, direbus, dikeringkan?
e) Apakah makanan yang umumnya tinggi atau rendah kalori?
Kemudian memiliki pemimpin masing-masing laporan atau temuan kelompoknya. Merekam
mereka pada data pengambilan grafik. Mintalah siswa membandingkan dan kontras temuan
mereka untuk mencegah tambang apakah ada pola umum dalam makanan dari semua
kelompok etnis dipelajari.
5. Tanyakan pada anak apa yang harus mereka miliki sebagai manusia untuk survive_ Daftar
jawaban mereka di papan tulis sebagai kebutuhan manusia. Kemudian menunjukkan bahwa
mereka tahu bagaimana hu-man makhluk dalam budaya lain memenuhi kebutuhan ini. Bagilah
kelas menjadi kelompok-kelompok, mengidentifikasi masing-masing kelompok budaya.
Memiliki kelas data yang besar membangun kembali trieval daftar tabel kebutuhan manusia di
daerah dan budaya kolom kiri di baris atas.
Kebutuhan Hopi Melanesia Masai dari Kenya
Makanan
Pakaian
Perlindungan
Sebagai siswa menemukan informasi, harus dicatat pada tabel. Setelah masing-masing
kelompok telah mencatat temuan, memiliki kelas menggunakan grafik sebagai dasar untuk
membandingkan dan kontras bagaimana budaya yang berbeda memenuhi kebutuhan yang
sama.
Kelas Atas
1. Menunjukkan bahwa sekelompok siswa membaca Walkabout oleh James Marshall. Ini
adalah cerita tentang dua remaja Inggris yang terdampar di Australia sebagai satu-satunya yang
selamat dari pesawat crash_ Dalam pencarian anak-anak untuk membantu, mereka
menemukan sebuah orang asli Australia kepada siapa mereka dapat berkomunikasi kebutuhan
mereka untuk makanan dan tempat berlindung.
Cerita dengan tajam membawa keluar perbedaan budaya sementara pada titik waktu yang
sama keluar landasan bersama di bidang kebutuhan dasar manusia. Mintalah siswa memikirkan
pertanyaan-pertanyaan berikut ini ketika mereka membaca:
a) Bagaimana anak-anak Inggris pertama bereaksi terhadap Aborijin Australia?
b) Atas dasar apa anak-anak awalnya membangun komunikasi dengan Australia?
c) Bagaimana hubungan berubah dari waktu ke waktu?
d) Apa adalah beberapa cara mentega di mana orang-orang muda Inggris dan aborigin
Australia berbeda dalam satisyng kebutuhan dasar mereka?
2. Sebagian besar siswa belum mempertimbangkan kegiatan dan tugas-tugas masa kanak-kanak
sebagai persiapan yang diperlukan untuk dewasa. Untuk membantu mereka becone akrab
dengan fungsi yang berbeda praktik membesarkan anak, meminta mereka untuk
mengumpulkan gambar anak - anak di banyak negeri dan budaya. Gambar-gambar harus
dipelajari dengan tindak pertanyaan dalam pikiran:
a) Apakah anak-anak dalam setiap gambar lakukan?
b) Bagaimana kegiatan anak-anak dalam semua gambar yang serupa? (Mereka mungkin
ingin mengelompokkan kegiatan menjadi banyak kelompok.)
c) Bagaimana kegiatan anak-anak berhubungan dengan apa yang orang dewasa lakukan?
3. Setelah siswa telah diperkenalkan dengan konsep sosialisasi pada anak, tanyakan kepada
setiap dari mereka untuk memilih budaya atau negara dalam periode tertentu sejarah. Setiap
kemudian dapat menganalisis hubungan antara tugas dan kegiatan-ikatan anak-anak dalam
budaya kepada mereka dari orang dewasa di masyarakat tersebut. Para shoula yang sama
dilakukan untuk kelompok-kelompok dalam budaya kita sendiri. Pertanyaan seperti ini
dianggap CouId: Apa pekerjaan yang anak lakukan untuk mempersiapkan diri untuk dewasa?
Dengan apa tradisi mereka menjadi akrab? Bagaimana peran anak laki-laki dan perempuan
menjadi berbeda? Sebagai aktivitas puncak, siswa mungkin ingin mengembangkan sebuah esai
foto yang menunjukkan kesimpulan mereka tentang bagaimana budaya yang berbeda
mempersiapkan anak-anak untuk dewasa.
RINGKASAN
Antropologi dibedakan dari ilmu-ilmu sosial lainnya karena fokus pada cuiture-pola perilaku,
sistem kepercayaan, artefak, dan manusia lainnya buatan komponen masyarakat. Antropolog
menggunakan "holistik" pendekatan ketika mereka mempelajari budaya, mereka percaya
bahwa generalisasi yang valid dapat dibuat hanya bila semua ments ¬ elemen dari suatu sistem
budaya yang dipelajari sebagai keseluruhan yang terpadu. Studi komparatif dari budaya melek
huruf juga merupakan karakteristik unik dari antropologi. Metode penelitian utama yang
digunakan dalam disiplin adalah observasi partisipan. Para Anthropolog ¬ yang mempelajari
tentang budaya. Karena sifat disiplin ilmu dan tradisi, antropologi tidak ketat sebagai ilmu-ilmu
empiris perilaku seperti sosiologi dan psikologi. Sebagian besar antropolog lebih tertarik dalam
menggambarkan kebudayaan tertentu daripada mereka dalam merumuskan teori-teori empiris
tentang berbagai budaya. Generalisasi Antropologi sering penafsiran lima penilaian bukan
proposisi empiris. Metode observasi partisipan tidak memfasilitasi pembuatan generalisasi
baku. Jadi antropologi adalah serupa untuk kedua humaniora dan sejarah. Teori pembangunan
telah terbelakang dalam disiplin karena tujuan penelitian dan metode dan tradisin nonempiris
melibatkan pencarian untuk satu faktor teori untuk menjelaskan munculnya indikator ¬
budaya individual.
Meskipun status ilmiah antropologi, fokus pada budaya dan perhatian untuk budaya belum
yang belum mengenal tradisi tulisan membuat media yang sangat baik untuk membantu anak-
anak memperluas konsepsi mereka tentang apa artinya menjadi manusia dan memahami
bagaimana mereka terikat oleh budaya mereka sendiri, prasangka, dan bias . Dalam semua
masyarakat, orang cenderung berpikir bahwa cara mereka melakukan sesuatu adalah cara yang
benar atau satu-satunya cara. Etnosentrisme chauvinistik semacam ini terutama merugikan
dalam dunia kita yang semakin kecil dan saling tergantung di mana orang-orang dari berbagai
macam budaya, ras, dan ideologi harus belajar untuk hidup bersama jika umat manusia akan
bertahan tantangan abad dua puluh satu. Antropologi bisa membantu anak untuk belajar
bahwa ada cara lain untuk hidup dan menjadi yang hanya berlaku sebagaimana cara-cara yang
mereka kenal. Dengan kesalah pahaman, toleransi kadang-kadang muncul. Manfaat
Antropologi tempat khusus di sekolah-sekolah karena sudut pandang unik yang dapat
memberikan siswa dengan yang untuk melihat manusia lain serta diri mereka sendiri.
BAB 10
GEOGRAFI: STRUKTUR, KONSEP, DAN STRATEGI
Isye Ramawati
Shilvia M. S
Geografi adalah salah satu bagian kunci dari program pelajaran ilmu-ilmu sosial sekolah dasar.
Walaupun masih ada beberapa warisan lama tentang “negeri antah berantah dan jenis manusia
yang eksotis”, namun akhir-akhir ini telah dilakukan upaya-upaya yang sungguh-sungguh untuk
memperbaharui kualitas pengajaran dan kecanggihan isi (muatan) yang dipelajari.
Untuk meletakkan geografi dalam perspektifnya yang pas, marilah kita berpaling pada
suatu pandangan yang menyatakan geografi sebagai suatu cabang ilmu, dan metoda-metoda
pembelajaran, konsep-konsep, generalisasi, serta teori-teori yang berhubungan dengan
geografi. Kemudian kita akan menerangkan cara-cara yang tepat untuk mengajarkan struktur
disiplin ini dan metoda-metoda penelitiannya di sekolah dasar dalam kerangka penyelidikan,
penilaian, dan pengambilan keputusan yang telah kita bahas sebelumnya.
PERSPEKTIF GEOGRAFIS
Keunikan geografer adalah pertimbangan mereka yang berurusan dengan tempat. Geografer
tertarik terhadap berbagai jenis tempat: pegunungan, lembah, kota, sistem sungai, gurun pasir,
hutan lebat, dan daerah kutub yang beku. Geografer berurusan dengan iklim tempat-tempat
tersebut, pergerakan manusia keluar dari dan masuk ke tempat-tempat tersebut, serta pola-
pola rute jalan raya, rute jalan kereta api, dan rute penerbangan. Secara lebih spesifik, para
geografer tertarik pada ciri-ciri yang menjadi keistimewaan suatu tempat dan yang
membedakannya dari tempat-tempat yang lain. Geografer juga berurusan dengan hubungan-
hubungan antar berbagai tempat dan dengan penemuan pertalian ruang antar tempat.
Ringkasnya, geografer berusaha mengembangkan uraian dan penjelasan-penjelasan yang
dengan cermat mengintegrasikan manusia dengan tempat dan ruang dimana manusia tinggal.
LIMA TRADISI
Tidak seperti ilmu-ilmu sosial yang lain, geografi memiliki sejarah yang amat panjang yang
dimulai pada jaman Yunani kuno. Diluar tradisi ini telah muncul lima perspektif yang berbeda
atau daya tarik riset yang dianut kebanyakan geografer. Walaupun masing-masing perspektif ini
menggunakan pendekatan yang berbeda terhadap pengkajian tempat dan ruang, namun
semuanya diakui dan diterima dengan baik oleh hampir semua geografer dalam mainstream
disiplin ini. Secara keseluruhan atau bersama-sama, kelima tradisi ini mencerminkan luasnya
ruang lingkup disiplin ini dan beragamnya pendekatan yang digunakan para geografer dalam
mengembangkan pengetahuan geografi.
1. Tradisi Geografi Fisik atau Ilmu Bumi adalah pengkajian permukaan bumi, terutama
susunan dan fungsi ciri-ciri alamiah. Kajian ini meliputi ciri-ciri fisik seperti dataran, lembah,
pegunungan, dan sungai; cuaca dan iklim atmosfer (meteorologi); aktivitas gelombang,
pasang, dan arus laut (oseanografi); dan kehidupan flora dan fauna di bumi ini. Ini
merupakan pendekatan yang sangat berpengaruh di kalangan geografer, terutama ketika
para geografer berusaha mengumpulkan dan mensistematiskan pengetahuan tentang
dunia yang berkembang pesat yang dibawa para pengembara dan penjelajah. Pada
umumnya, kajian-kajian dan laporan-laporan yang pertama ini bersifat deskriptif.
2. Tradisi Geografi Wilayah atau Kajian Wilayah adalah kajian suatu wilayah atau kawasan di
permukaan bumi yang homogen menurut kriteria tertentu seperti kriteria lokasi, kegiatan
manufakturing, bentuk lahannya, iklim, aktivitas perekonomian, ciri-ciri kulturalnya, atau
asal-usul etnis penduduk. Geografer wilayah mengajukan pertanyaan-pertanyaan: “ciri-ciri
utama apa sajakah yang memberi kekhasan bagi suatu wilayah?” “bagaimanakah
hubungan ciri-ciri utama ini dengan ciri-ciri lain di wilayah yang sama atau di daerah-daerah
yang berdekatan dengan wilayah tersebut?” Dengan demikian, geografer wilayah berusaha
menyajikan suatu gambaran yang paling inklusif dan paling komprehensif tentang suatu
wilayah. Pendekatan wilayah diterapkan secara luas di sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama. Ada tiga tipe wilayah yang paling lazim dikaji atau dipelajari: wilayah
fisik, dimana ciri-ciri tanah/lahan pada dasarnya serupa; wilayah kultural, dimana beberapa
aspek budaya atau tingkat kemajuan teknologi tertentu menjadi dominan; dan wilayah
politik, yang dikelompokkan berdasarkan garis-garis batas teritorial.
3. Tradisi Geografi Kultural atau Manusia-Tanah adalah kajian tentang hubungan-hubungan
antara manusia dan lingkungan hidupnya. Dengan pendekatan ini, yang kadang-kadang
dinamakan geografi manusia atau geografi ekologis, sang geografer tertarik khususnya
terhadap hubungan-hubungan antar perkembangan kultural dan kondisi-kondisi
lingkungan dimana kita tinggal. Pentingnya atau kegunaan ciri-ciri fisik dan biotik bumi
merupakan fungsi sikap, tujuan, dan ketrampilan teknis dalam kultur kita. Dengan
demikian, batubara dapat dipandang sebagai suatu “sumber daya alam yang berharga”
hanya jika kita telah menemukannya, mengetahui kegunaannya, dan menguasai teknologi
untuk memproduksinya dalam jumlah yang bermanfaat.
4. Tradisi Geografi Ruang atau Teori Lokasi memusatkan perhatian pada lokasi tempat-
tempat khusus dan pola persebarannya. Tradisi ini berusaha menerangkan mengapa fitur-
fitur tertentu seperti kota, pegunungan, atau populasi manusia tersusun seperti apa
adanya di permukaan bumi, dan mengapa timbul perbedaan-perbedaan dalam hal
kepadatan penduduk, pola pemukiman dan penyebaran penduduk. Bagian penting lainnya
dari tradisi ini adalah geometri permukaan bumi, yang mencakup kajian peta dan
rancangan proyeksi peta (kartografi), serta lokasi persis dan pemetaan tempat-tempat dan
permukaan bumi (geodesi dan survei geodesi).
Akhir-akhir ini, geografi ruang cenderung berkonsentrasi pada pengembangan teori-teori lokasi.
Para geografer ruang telah mengkaji lokasi sentral kota-kota, interaksi ruang atau arus
pergerakan perdagangan, manusia, dan ide-ide, serta struktur ruang kawasan perkotaan
dan hubungannya dengan kawasan sekelilingnya. Sangat berbeda dengan geografer
wilayah atau geografer kultural, geografer ruang lebih sering menggunakan data-data
kuantitatif dan metoda-metoda statistik canggih dalam menentukan interaksi simultan
sekumpulan variabel yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas perekonomian.
Barangkali lebih daripada semua tradisi geografis yang telah dibahas di atas, geografer
ruang telah berusaha mengembangkan generalisasi-generalisasi yang lebih tinggi dan
menjalin generalisasi-generalisasi ini kedalam teori komprehensif tentang letak suatu
tempat atau ruang. Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan perbedaan dalam hal penekanan
tradisi masing-masing. Geografer ruang sering memanfaatkan model-model matematis
atau skematik untuk menyatakan ‘generalizability’ sejumlah faktor. Sebaliknya, geografer
wilayah menggunakan suatu metoda analitis-deskriptif, yang menitikberatkan ciri-ciri
khusus suatu wilayah yang dipandang secara menyeluruh.
5. Tradisi Geografi Historis adalah kajian perubahan geografis suatu wilayah seiring dengan
perjalanan waktu. Berlawanan dengan keempat pendekatan yang telah dijelaskan di atas,
geografer historis memakai waktu sebagai dimensi utama dalam mengkaji distribusi dan
pola-pola spatial yang ada di permukaan bumi. Geografer historis berurusan terutama
dengan bagaimana ciri-ciri lanskap muncul di masa lampau dan pola-pola fisik dan
manusiawi yang telah berpadu untuk menimbulkan suatu perubahan dalam lanskap
tersebut. Jadi, geografer ini menggunakan dimensi waktu yang sama dengan para
sejarawan – tetapi dengan cara yang benar-benar berbeda. Sebagai contoh, seorang
sejarawan barangkali mengartikan kepulangan Lenin dari tempat pengasingan sebagai
peristiwa kunci dalam Revolusi Bolshevik tahun 1917, sementara seorang geografer
barangkali memandang penghapusan kepemilikan tanah oleh perseorangan dan
pengembangan pertanian kolektif selama dekade 1920-an sebagai penanda suatu
perubahan signifikan dalam geografi Russia.
Ringkasnya, kelima tradisi atau pendekatan ini terhadap geografi – pendekatan fisik,
pendekatan wilayah, pendekatan kultural, pendekatan ruang, dan pendekatan historis –
mewakili suatu kontinuum kepentingan riset dan metoda yang panjang dalam mainstream
disiplin geografi. Masing-masing pendekatan ini bisa saling melengkapi dan, secara sendiri-
sendiri, menggambarkan suatu metoda pengkajian yang khas dan sahih; secara bersama-sama,
kelima pendekatan ini mencerminkan luasnya ruang lingkup geografi serta beragamnya
pendekatan yang digunakan para geografer dalam pencarian pengetahuan di bidang ini.
GEOGRAFI SEBAGAI ILMU SOSIAL
Sebagai sebuah disiplin ilmu, geografi melibatkan hampir semua ilmu-ilmu sosial. Bila
dipandang sebagai ilmu bumi, geografi fisik berbatasan langsung dengan atau bahkan termasuk
dalam ilmu-ilmu alam. Di lain pihak, geografi historis, amat mirip dengan karya dan metoda
para sejarawan yang berbatasan langsung dengan hmanitas pada ujung lain kontinuum
tersebut. Geografi wilayah dan geografi kultural barangkali terletak di bagian tengah
kontinuum, sementara geografi ruang modern yang menitikberatkan aktivitas-aktivitas
perekonomian dan model-model matematis jauh lebih dekat dengan ilmu-ilmu alam pada
kontinuum tersebut. Ruang lingkup dfi didalam ilmu-ilmu sosial diperlihatkan dalam Gambar
10.1.
GEOGRAFI DAN METODA ILMIAH
Bila dilihat dari segi amat luasnya ruang lingkup disiplin ini dan beragamnya metoda yang
digunakan para penelitinya, pantaskah geografi digolongkan sebagai sains atau ilmu? Jika
“ilmu” diartikan hanya yang diuji secara eksperimental yang dirancang dengan cermat dibawah
kondisi-kondisi yang sangat terkontrol, barangkali geografi bukanlah sains. Akan tetapi,
pandangan demikian mengundang pertanyaan yang lebih penting: Apakah para geografer
menggunakan suatu metoda ilmiah ketika mereka menyelidiki distribusi ruang di permukaan
bumi ini?
Maksud utama riset yang dilakukan para geografer adalah (untuk mendapatkan)
deskripsi, penjelasan, dan prediksi. Para geografer menguraikan secara amat rinci berbagai
tempat di muka bumi; mereka berusaha menerangkan hubungan tempat dengan peristiwa,
manusia, dan dengan tempat-tempat yang lain; mereka berusaha memprediksi apa yang akan
terjadi bilamana faktor-faktor yang sama berinteraksi dibawah kondisi-kondisi yang sama di
tempat lain, atau akibat yang akan timbul jika salah satu atau beberapa faktor tersebut diubah.
Pendekatan yang dilakukan geografer sistematis dan kumulatif, yang berusaha mempersatukan
wilayah-wilayah pengetahuan yang luas, dan yang mengungkapkan temuan-temuan dalam
bentuk konsep, generalisasi, dan teori. Pastinya, kajian-kajian geografis sangat bervariasi dalam
batas-batas yang dijelaskan di atas. Umumnya, para geografer menitikberatkan uraian
(deskripsi) dan penjelasan. Baru belakangan ini, dengan adanya metoda-metoda serta
komputerisasi data-data yang makin canggih, para geografer mulai menitikberatkan prediksi
statistik dan pengembangan model. Dan walaupun geografi telah mengembangkan banyak
konsep dan generalisasi yang penting, namun geografi hanya mengembangkan beberapa teori
sistematis yang sanggup menjelaskan serta memprediksi interaksi spasial yang kompleks atau
pola-pola distribusi yang kompleks. Mengingat dominannya posisi pendekatan rasional dan
tradisi manusia-lahan sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang lebih mengutamakan
uraian dan penjelasan, maka tiadanya suatu teori yang sistematis tentunya bisa dimaklumi.
GEOGRAFI: DISIPLIN YANG MENGGENERALISIR
Dalam bab 2 kita membahas peran teori dalam ilmu sebagai sesuatu yang berguna untuk
mendeskripsi, menerangkan, memprediksi, dan membandingkan fenomena-fenomena yang
ada di dunia ini mengenai kita. Kita mendeskripsikan teori sebagai sesuatu yang terdiri atas
himpunan generalisasi tingkat tinggi yang saling berkaitan yang, jika diambil secara bersama-
sama, dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi peristiwa-peristiwa yang
kompleks. Sekarang, marilah kita selidiki tingkatan sampai sejauh mana geografi merupakan
prinsip yang menggeneralisir dan kemudian kita membahas beberapa teori yang penting dalam
geografi.
Kajian-Kajian Individu versus Umum
Hal yang mendasar bagi pembahasan geografi sebagai suatu disiplin yang bersifat
menggeneralisir adalah suatu pengakuan/kesadaran atas perdebatan yang lama memanas
mengenai manfaat kajian-kajian individu atau kajian-kajian unik bila dibandingkan dengan
kajian-kajian yang lebih generik yang menghasilkan prinsip-prinsip umum. Para geografer tidak
cenderung mengkaji tipe-tipe generik pegunungan, lembah, atau ciri-ciri bumi lainnya, tetapi
telah mempelajari atau mengkaji tipe-tipe individual secara rinci, dimana kebanyakan karya
mereka bersifat deskriptif dan interpretatif. Demikian pula, para geografer tidak
mengembangkan prinsip-prinsip atau hukum umum yang berhubungan dengan berbagai
wilayah dan faktor-faktor integratif bersama mereka.
Dalam upaya menjelaskan situasi ini, kita bisa menelaah kriteria utama pengembangan
generalisasi dan prinsip-prinsip dengan cara induktif. Pertama, sang peneliti perlu memiliki
banyak kasus serupa untuk dikaji. Akan tetapi didalam geografi, ada berapa banyakkah danau,
dataran, atau kawasan perkotaan yang mirip atau serupa yang bisa kita temukan dan memiliki
hubungan-hubungan yang mirip dengan lingkungannya? Kedua, hubungan generik paling tepat
dirumuskan ketika berkaitan dengan sejumlah kecil variabel, yang mana semua variabel ini
tunduk terhadap hukum yang sama. Akan tetapi, dalam geografi, para peneliti harus
mengobservasi asosiasi-asosiasi yang amat kompleks tanpa bisa melakukan pembandingan,
manipulasi, atau replikasi, yang semuanya ini merupakan ciri-ciri esensial metoda ilmiah.
Sebagai contoh, kajian-kajian iklim atau erosi lahan bisa mengungkapkan suatu keteraturan
yang tinggi apabila dilakukan selama bertahun-tahun, namun geografer tidak bisa mengontrol,
mengubah, atau meniru kejadian-kejadian ini. Ciri-ciri lain, seperti perkembangan dan
perubahan delta sungai besar, atau transformasi kultural suatu lanskap dalam perjalanan
sejarah, tidak mungkin dibuatkan replikasinya, dan sukar dikontrol atau dimanipulasi, kecuali
pada skala yang paling kecil dan paling terbatas. Sekalipun demikian, kajian semacam ini
mungkin harus disimulasikan dengan beberapa bentuk suatu model kerja atau – yang lebih
berpeluang dewasa ini – lewat pengembangan suatu model matematis yang dirancang dengan
menggunakan komputer.
Pertimbangan yang ketiga adalah sejauh manakah fenomena-fenomena yang dipelajari
dalam geografi bersifat kultural dan dipengaruhi oleh aksi bersama manusia dalam jumlah
besar. Bagaimanakah merumuskan generalisasi geografis tentang kontribusi unik para
penjelajah seperti Magelhaens, atau kontribusi Henry Ford dalam pembangunan jalan raya dan
jalan layang? Jadi, geografer sering berada dalam situasi yang sulit. Para geografer cepat
menyadari pentingnya hukum dan prinsip umum seandainya prinsip dan hukum tersebut dapat
dikembangkan, namun kondisi-kondisi dibawah mana mereka bekerja tidak memungkinkan
mereka mengembangkan generalisasi dan hukum-hukum yang dapat diuji.
PENGEMBANGAN TEORI GEOGRAFIS
Seperti yang ditunjukkan dalam sub-bab terdahulu, hakekat geografi adalah demikian sehingga
para geografer cenderung lebih gemar mengembangkan pemahaman maksimal suatu kawasan
ketimbang merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang berlaku secara umum atau
universal. Akibatnya, relatif tidak signifikan kemajuan dalam pembentukan teori yang
mensistematiskan himpunan-himpunan generalisasi tingkat tinggi atau prinsip-prinsip guna
menghasilkan suatu penjelasan yang komprehensif atas fenomena yang kompleks. Pada sub
bab ini kita berpaling kembali pada suatu tinjauan singkat atas tiga teori utama dalam geografi
dewasa ini, yakni (1) teori lokasi, (2) teori tempat sentral, dan (3) teori struktur ruang.
Teori Lokasi
Bagaimanakah kita menjelaskan mengapa sesuatu terletak di lokasi dimana dia berada? Adakah
hubungan, misalnya, antara lokasi padang penggembalaan sapi dengan jarak ke suatu pabrik
pengepakan daging? Atau jika kita menentukan lokasi suatu cabang baru perusahaan atau
pabrik manufakturing, dapatkah kita menentukan suatu lokasi yang optimal? Pertanyaan-
pertanyaan semacam ini adalah urusan para geografer (dan para ekonom juga) yang kini
sanggup berpaling pada suatu himpunan pengetahuan yang lebih maju, yang disebut sebagai
teori lokasi, untuk mendapatkan jawaban yang tepat atau untuk menemukan cara memperoleh
jawaban.
Teori lokasi telah menjadi payung yang luas bagi kajian-kajian yang diturunkan dari
bidang-bidang aktivitas perekonomian, perkotaan, dan transportasi yang relevan. Pada
hakekatnya, aktivitas-aktivitas perekonomian merupakan wilayah kajian geografi. Dalam bahasa
yang lebih luas, ini merupakan kajian pengaruh tempat dan ruang terhadap pengelolaan
aktivitas-aktivitas perekonomian.
Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral memegang peranan penting dalam pengkajian lokasi kota dalam geografi
perkotaan. Berdasarkan suatu kajian kota-kota pertanian di Jerman selatan, Christaller
menemukan bahwa desa-desa kecil cenderung membentuk kluster di sekeliling kota-kota yang
lebih besar dalam pola heksagonal yang agar beraturan. Kota-kota yang lebih besar ini
berfungsi sebagai pusat bagi berbagai aktivitas pemasaran, aktivitas sosial dan aktivitas kultural.
Pembangunan jalan kereta api dan, belakangan, jaringan penerbangan dan jalan tol antar
negara bagian telah membawa perubahan besar terhadap pertumbuhan dan pentingnya
berbagai kota, sehingga menyebabkan konsep pola heksagonal yang dikemukakan Christaller
menjadi usang. Walaupun telah dilakukan berbagai modifikasi dalam teori tempat sentral,
namun teori ini tetap penting dalam kajian geografi perkotaan.
Teori Struktur Ruang
Teori ketiga yang cukup penting dalam geografi, khususnya dalam geografi perkotaan, adalah
teori struktur ruang. Dalam banyak segi, teori struktur ruang merupakan turunan dari teori
tempat sentral – terutama karena teori struktur ini memandang bahwa ruang di permukaan
bumi diatur menurut suatu hirarki fungsi dan manfaat. Salah satu perluasan teori tempat
sentral menyatakan bahwa kota-kota tersusun menurut suatu hirarki fungsional dengan urutan
yang meningkat, dari dusun kecil ke kota pedalaman, kota besar, dan akhirnya pusat
metropolitan raksasa. Pola-pola teoritis semacam itu melahirkan metoda-metoda yang berguna
dalam menyelidiki dan menentukan urutan pemanfaatan lahan dan pola-pola berbagai
peruntukan lahan.
Masing-masing teori utama ini – teori lokasi, tempat sentral, dan struktur ruang ini –
telah memainkan peranan penting dalam mendeskripsikan, menerangkan, dan memprediksi
peristiwa-peristiwa kompleks penataan dan interaksi tempat dan ruang, terutama karena teori-
teori tersebut berhubungan dengan bidang geografi perkotaan. Sekaran, kita akan membahas
sejumlah konsep yang teramat penting bagi pekerjaan geografer, yakni konsep-konsep yang
dapat berfungsi sebagai ‘organizer’ bagi perencanaan satuan-satuan pelajaran di sekolah dasar
dan sekolah menengah pertama.
KONSEP-KONSEP GEOGRAFIS
Luasnya wilayah teori lokasi dan interaksi ruang, pola-pola ruang perkotaan, pembauran
kultural, dan persepsi lingkungan mewakili fokus perhatian dalam berbagai program pendidikan
geografi yang lebih mutakhir.
Lokasi
Salah satu tugas pokok geografer adalah penentuan lokasi atau identifikasi tempat dan ruang.
Sejak dahulu kala, para geografer berurusan dengan pemilihan lokasi yang bagus untuk kota-
kota dan sungai, perairan darat, dan ciri-ciri lainnya. Sistem lintang dan bujur, jarak antar
tempat yang dinyatakan dalam mil, serta ukuran luas, semuanya memudahkan dalam
menentukan atau mengidentifikasi lokasi untuk tempat-tempat atau ruang-ruang tertentu di
permukaan bumi. Akan tetapi konsep lokasi mencakup pula beberapa sub-konsep lain yang
relevan yang memperluas makna lokasi yang dijelaskan di atas. Ini adalah situs, situasi, dan
lingkungan.
Situs merujuk pada lokasi suatu tempat dipandang dari segi ciri-ciri internal dan sumber-
sumber daya internalnya. Ini bisa berupa keberadaan sejumlah bukit-bukit terjal di sebuah kota
pedalaman, sebuah sungai yang berkelok-kelok, sisi bukit yang teduh, atau perpotongan dua
lintasan utama kereta api. Ciri-ciri internal demikian sering menjadi faktor kunci dalam
pengkajian pertumbuhan suatu kota, atau fenomena-fenomena yang relevan seperti pola-pola
permukiman, dan perkembangan industri.
Situasi merujuk pada suatu situs dalam konteks yang lebih luas. Jadi, situasi bisa
merujuk pada lokasi sebuah kota pedalaman didalam sebuah lembah dan lingkungan
sekelilingnya yang berbukit-bukit atau bergunung-gunung, atau lokasi suatu kota yang lebih
besar dan hubungannya dengan daerah suburban dan daerah pedesaan di sekelilingnya, atau
barangkali merujuk pada sebuah kota pantai seperti New Orleans dan hubungannya dengan
Teluk Mexico, dan jaringan kereta api, penerbangan, dan kanal-kanal air yang
menghubungkannya dengan berbagai tempat lain di sekelilingnya. Jadi, kalau situs berkaitan
dengan ciri-ciri internal suatu tempat, maka situasi berkaitan dengan relasi eksternal tempat
tersebut serta interaksinya dengan tempat-tempat yang lain.
Untuk menyebut totalitas situs dan situasi, sering dipakai istilah lingkungan. Dalam
konteksnya yang paling luas, lingkungan mencakup ciri-ciri fisik, biotik, dan kultural lanskap
tersebut serta interaksi antar ciri-ciri ini. Adalah menarik mengamati perubahan pemakaian
konsep ini. Seabad yang lampau, para geografer menggunakan istilah “lingkungan” hanya untuk
menyebut lingkungan fisik atau biotik suatu tempat. Di kalangan geografer dewasa ini, konotasi
istilah ini diterima secara luas meliputi aktivitas kultural manusia dan akibatnya terhadap
permukaan bumi. Pemakaian istilah lingkungan dewasa ini dalam konteks polusi dan
pelestarian sumber-sumber daya alam merujuk terutama pada lingkungan fisik dan biotik bumi.
Bagi anak-anak yang duduk di sekolah dasar, istilah lingkungan harus dipakai dalam konotasinya
yang paling luas serta harus turut memperhitungkan pengaruh perkembangan kultural manusia
dan kemajuan teknologi sebagai bagian dari gambaran menyeluruh tentang permukaan bumi.
Interaksi Ruang (Spatial)
Berkaitan erat dengan konsep lokasi adalah konsep interaksi ruang. Kalau lokasi cenderung
merujuk pada identifikasi suatu tempat tertentu, interaksi ruang merujuk pada hubungan-
hubungan yang terbentuk antar tempat dalam ruang. Interaksi ruang berkaitan dengan derajat
ketergantungan mutual berbagai tempat, satu sama yang lain. Dua sub-konsep yang sangat
relevan disini esensil bagi pemahaman interaksi ruang. Keduanya adalah sirkulasi dan
aksesibilitas. Sirkulasi merujuk pada pola-pola pergerakan manusia, ide, dan produk-produk
didalam dan di sekitar berbagai tempat. Jadi, geografer berurusan dengan berbagai ciri
permukaan bumi yang memperlancar atau menghambat pergerakan atau peredaran manusia,
ide-ide, atau perdagangan ekonomi, dan pola-pola pergerakan yang bisa tercipta. Pegunungan,
gurun pasir, atau rawa-rawa yang luas bisa jadi pernah menjadi penghambat bagi pergerakan
manusia dan barang, namun teknologi modern dewasa ini menemukan cara-cara untuk
mengatasi masing-masing rintangan tersebut.
Akan tetapi, di berbagai daerah pedalaman yang terpencil di dunia ini, tiadanya sarana
transportasi atau ciri-ciri fisik itu sendiri berpadu untuk menghambat atau membatasi pola-pola
sirkulasi. Aspek lain yang makin penting akhir-akhir ini adalah efek bypass (efek pintas) jalan-
jalan raya bebas hambatan antar kota atau antar daerah. Banyak kota kecil dan pedalaman kini
nyaris terkucil dari pergerakan barang, manusia, dan ide-ide akibat jalan-jalan bebas hambatan
yang tidak menghubungkannya, karena perhentian atau persinggahan di kota-kota kecil ini
dianggap tidak penting. Dipandang dari berbagai segi, ini merupakan perulangan kemerosotan
(kemunduran) kota-kota yang terlalu kecil atau kurang penting untuk menjadi salah satu
tempat persinggahan atau perhentian jaringan kereta api utama.
Salah sau subkonsep yang erat kaitannya dengan sirkulasi adlaah aksesibilitas, yakni
kemudahan memasuki dan keluar dari pola-pola sirkulasi. Kota-kota yang merupakan
persinggahan antara di sepanjang rute kereta api, rute penerbangan, atau pelayaran sungai,
pelabuhan-pelabuhan yang nyaman di sepanjang garis pantai, atau kota-kota dengan pola-pola
keluar-masuk di sepanjang jalan bebas hambatan, merupakan contoh tempat-tempat yang
memiliki aksesibilitas yang baik terhadap pola sirkulasi. Sebaliknya, banyak pulau, yang bahkan
berada di wilayah yang berpenduduk padat di bumi ini, mendapat layanan ferry yang sangat
terbatas untuk menghubungkannya dengan daratan utama dan masih banyak tempat-tempat
terpencil yang dihubungkan dengan dunia luar hanya oleh penerbangan yang jadwalnya tidak
tentu. Di samping itu, tidaklah aneh bagi orang-orang yang kotanya dibypass untuk terpaksa
menyetir sejauh 20 hingga 30 mil agar bisa mengakses suatu jalan raya modern. Jadi, dalam
menyelidiki interaksi berbagai tempat dalam ruang, geografer dapat menggunakan konsep
sirkulasi dan aksesibilitas sebagai sarana untuk mengorganisir data-data dan menganalisis
hubungan-hubungan.
Pola-Pola Ruang Perkotaan
Dalam meninjau pola-pola ruang di kawasan perkotaan, geografer memanfaatkan sejumlah
besar konsep penting. Sebagai contoh , konsep kota adalah suatu tempat yang menyediakan
berbagai layanan/jasa khusus yang terpusat untuk daerah sekelilingnya. Ruang atau jarak yang
ditempuh manusia untuk mencapai kota dimana ia bekerja, berbelanja, atau menghabiskan
waktunya dianggap sebagai lingkaran pengaruh kota tersebut. Sebaliknya, konsep ini
diterapkan terhadap ruang atau jarak yang terhadapnya surat kabar dan barang (baik secara
grosiran maupun eceran) dikirimkan dari kota, berbagai ragam sambungan atau hubungan
telepon dibuat dari dan ke kota tersebut, dan lain-lain. Ringkasnya, sampai sejauh manakah
diluar batas kota itu pengaruhnya masih terasa kuat? Ruang yang dimasukkan dalam lingkaran
pengaruh sering dinamakan sebagai daerah hinterland, kawasan dagang, kawasan pendukung,
atau kawasan tributer. Para siswa sekolah dasar mudah memahami konsep lingkaran pengaruh
dengan mengamati surat kabar yang tersedia di toko-toko lokal atau yang dikirim ke rumahnya
setiap hari. Guru bisa bertanya mengapa beberapa surat kabar dikirimkan ke rumah setiap hari
padahal koran lain dapat dibeli di toko sebelah rumah. (Surat kabar dari kota-kota metropolitan
biasanya dapat dijumpai di kios-kios koran dalam radius 75 hingga 100 mil.) Kepada siswa, guru
juga bisa bertanya dimana penduduk bisa membeli barang-barang yang tidak ada di lokasi
setempat, atau kemana kebanyakan orang-orang pergi bekerja.
Salah satu konsep yang amat penting bagi geografer perkotaan adalah konsep kota
pedalaman dan kota biasa sebagai tempat sentral. Dianggap sebagai salah satu bentuk pasar
umum, kota pedalaman diorganisir sedemikian rupa untuk menyediakan berbagai barang dan
jasa yang terpusat didalam suatu kawasan. Orang-orang berdatangan dari berbagai pelosok
untuk membeli barang dan jasa di pasar ini. Akan tetapi, jarak yang ditempuh dengan rela oleh
manusia berbanding lurus dengan waktu dan biaya perjalanan serta harga dan ketersediaan
barang dan jasa. Jadi, permintaan barang dan jasa berkurang seiring dengan makin besarnya
jarak dari penjual. Dengan demikian, di titik tertentu, manusia lebih suka bepergian ke kota lain
dimana barang dan jasa tersedia pada harga yang lebih rendah dipandang dari segi waktu dan
uang yang harus dipakai.
Tidak semua kota cocok dengan model suatu tempat sentral dalam suatu hirarki ruang.
Beberapa kota tidak mempunyai suatu lokasi sentral dan juga tidak menyediakan jasa terpusat,
namun memiliki suatu ciri istimewa yang disekelilingnya suatu kawasan perkotaan telah
dibangun. Ciri atau fitur seperti ini disebut sebagai lokasi tempat khusus. Contoh lokasi tempat
khusus semacam ini adalah pusat-pusat rekreasi seperti Alpen atau Vail di Colorado; pusat-
pusat pertambangan seperti Anaconda, Montana; atau pusat politik seperti Washington D.C,
atau Brazilia.
Yang terakhir, ada konsep urban sprawl. Ini merujuk pada pertumbuhan gradual suatu
kota dari daerah perkotaan ke daerah pinggiran kota dan akhirnya ke daerah pedesaan, dan
susunan daerah-daerah antara. Ini merupakan perluasan kota melalui serangkaian cincin
konsentris. Upaya-upaya pembaharuan kota yang dilakukan dewasa ini menyarankan
pembalikan gerakan perluasan ini. Perumahan-perumahan ala kota dianggap sebagai alternatif
yang baik bagi perjalanan komuter yang jauh dan macet dari daerah suburban.
Apaklah yang terjadi bila pertumbuhan kota sedemikian pesat sehingga urban sprawl
dari satu kota perlahan-lahan menyatu dengan urban sprawl dari kota besar yang lain, dan
terdapat suatu hamparan sinambung perkembangan perkotaan yang membentang sejauh
bermil-mil? Kombinasi wilayah-wilayah metropolitan semacam itu kini dikenal dengan nama
megalopolis. Sebuah urban sprawl raksasa yang membentang sejauh lebih dari 600 mil dari
New Hampshire selatan ke Virginia utara, dan mencakup kota-kota Boston, New York,
Philadelphia, Baltimore, dan Washington DC. Inilah megalopolis terbesar di dunia. Walaupun
wilayah yang tercakup hanya 1,8% luas negara Amerika Serikat, namun wilayah ini berisi 37 juta
jiwa penduduk Amerika Serikat pada tahun 1960, atau kira-kira 21 persen dari total penduduk
Amerika Serikat. Oleh karena itu, megalopolis adalah suatu konsep kawasan urban atau kota
pada skala terbesar yang bisa kita bayangkan.
Struktur Internal sebuah Kota
Sejauh ini kita telah membahas lokasi kota dan hubungan eksternal kota dengan kota-kota yang
lain. Sekarang kita akan meninjau secara singkat beberapa konsep yang relevan dengan kota itu
sendiri. Struktur internal suatu kota terdiri atas rangkaian bagian-bagian kota serta fungsi
masing-masing bagian itu. Pola dasar jalanan kota, tataletak-nya, merujuk pada pola kisi seperti
yang ada di kota Denver atau pola radial seperti yang ada di Washington D.C., atau di Paris,
atau pola sungai yang ada di Nashville, Tennessee. Salah satu konsep yang sangat berguna
adalah distrik bisnis sentral, yang merupakan kawasan yang ditandai dengan konvergensi
hubungan-hubungan transportasi dan perdagangan. Ini merupakan pusat pasar penting, distrik
perdagangan atau bisnis. Kawasan ini sering dinamakan sebagai “downtown” yang sangat
berbeda dengan kawasan yang kurang komersil yang didominasi tempat hunian yang sering
dinamakan sebagai “uptown”. Akhir-akhir ini, pesaing distrik bisnis sentral adalah pusat-pusat
perbelanjaan raksasa di daerah suburban yang menandai ekspansi kearah luar kota dan
berfungsi sebagai inti (pusat) bagi urbanisasi kawasan hunian.
Jaringan sirkulasi terdiri atas jalan-jalan utama dan angkutan transit singkat (bis, mobil,
subway, kereta dengan rel layang dan lain-lain) ke, dari, dan seputar kota tersebut. Jalan-jalan
bebas hambatan baru membuka akses yang mudah dan cepat ke daerah-daerah pinggiran kota
dan luarnya, tetapi juga menyumbat dan mengucilkan bagian-bagian kota dengan beton-beton
raksasa. Akhir-akhir ini, helikopter dan taksi udara membuka rute-rute yang sama sekali baru
dalam jaringan sirkulasi kota-kota raksasa.
Salah satu konsep penting lainnya untuk menganalisis struktur internal sebuah kota
adalah pola penggunaan lahan-nya, atau tataguna lahannya. Hampir semua kota besar memiliki
zona-zona atau sektor-sektor yang peruntukan lahannya ditetapkan secara spesifik, seperti
kawasan industri, distrik perdagangan grosir, distrik teater, kawasan permukiman, kawasan
terminal atau pelabuhan, kawasan perbankan, dan sejenisnya. Lokasi sektor-sektor ini sering
bergantung pada lokasi sarana transportasi bagi pergerakan manusia, barang dan jasa dari dan
menuju kawasan tersebut. Pergeseran dari sarana tetap transportasi, seperti kereta api dan
kendaraan jalan raya, hingga sedan, bis, dan truk yang lebih mobil telah melahirkan beberapa
sektor yang lebih baru. Sektor-sektor yang lama dibiarkan terlantar; akibatnya adalah
bertambahnya daerah kumuh.
Yang terakhir, terdapat variasi sosial dalam struktur internal sebuah kota. Di semua kota
besar di seluruh dunia, kaum minoritas yang berbeda asal-usulnya, warna kulitnya, atau
agamanya dapat dijumpai di tempat-tempat yang terpisah dari penduduk lain, yakni di
kawasan-kawasan etnis yang khas atau ‘ghetto’. Apakah mereka bergabung dengan sengaja
karena alasan-alasan identitas sosial atau budaya, atau karena diskriminasi, tradisi dan budaya
etnis yang berbeda, atau pemakaian bahasa yang bukan bahasa Inggris, bisa mencirikan suatu
lingkungan pertetanggaan untuk beberapa generasi. Distrik ini seringkali merupakan distrik
yang paling miskin di kota. Akan tetapi, warna kulit telah menjadi rintangan yang lebih berat
ketimbang perbedaan agama, bahasa, dan asal-usul, bagi pergerakan didalam dan keluar kota.
Pembatasan warga kulit hitam di daerah-daerah tertentu dalam kota lewat pemberlakuan
tekanan-tekanan hukum, ekonomi dan sosial telah melahirkan salah satu masalah sosial yang
paling mendesak dewasa ini.
Aspek lain variasi sosial adalah tingkat kemakmuran atau pendapatan yang jelas-jelas
membagi kawasan permukiman menjadi distrik perumahan kalangan berpendapatan tinggi,
distrik perumahan kalangan berpendapatan sedang, dan distrik perumahan kalangan
berpendapatan rendah, yang masing-masing mempunyai tingkat kepadatan, ketersediaan
ruang kehidupan, kelengkapan layanan umum yang berbeda. Demikian pula, kawasan
perdagangan eceran terbagi-bagi menjadi beberapa distrik berdasarkan kekayaan atau daya
beli para pelanggannya. Toko-toko busana kelas atas cenderung berada di kawasan uptown,
sedangkan toko-toko yang menyediakan barang-barang murah dan toko barang-barang bekas
cenderung berada di kawasan kota tua yang makin kumuh.
Pembauran Kultural
Salah satu konsep antropologis penting yang digunakan para geografer dan yang sering
diabaikan dalam geografi sekolah adalah pembauran kultural. Ini merujuk pada distribusi
beberapa unsur budaya seperti bahasa, pendidikan, asal usul etnis, agama, atau perkembangan
teknologi di suatu kawasan. Geografer yang tertarik meneliti pembauran kultural akan
bertanya: Dimanakah ciri-ciri atau unsur-unsur demikian ditemukan? Bagaimanakah
persebarannya? Bagaimanakah tingkat kepadatannya? Apakah pola pergerakannya relatif tetap
ataukah sangat mobil terhadap waktu dan ruang? Ciri-ciri apakah pada permukaan bumi yang
kelihatannya berhubungan dengan pembauran (atau pembatasan) unsur-unsur kultural
tertentu?
Banyak kajian telah dilakukan untuk menelusuri imigrasi dan pola-pola permukiman
orang Perancis di Kanada dan para buruh kilang keturunan Skotlandia-Irlandia di New England,
atau para petani keturunan Jerman dan Skandinavia di Barat-tengah Amerika. Kajian-kajian
yang lain berusaha menyelidiki konsentrasi atau penyebaran kelompok-kelompok keagamaan,
pembentukan kluster warga lanjut usia di kawasan-kawasan tertentu, dan pembauran musik
rock. Sambil menghindari pembandingan-pembandingan yang melukai perasaan, guru yang
sensitif dan waspada dapat dengan mudah membantu para siswa kelas menengah dan kelas
atas mengidentifikasi lingkungan pertetanggaan dimana dipakai beragam bahasa, untuk
menggambarkan rentang sirkulasi suatu surat kabar edisi bahasa Spanyol, untuk mengkaji
perubahan pola-pola partisipasi dalam aktivitas-aktivitas rekreasi seperti bermain ski, bermain
sepak bola, atau berkemah, atau untuk menganalisis insidensi tindak kejahatan berat.
Persepsi Lingkungan
Munculnya kembali keinginan para geografer untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang manusia dan lingkungan telah mendekatkan mereka dengan keinginan-keinginan
serupa yang muncul di kalangan psikolog dan sosiolog. Masing-masing berurusan dengan
pertanyaan: “Bagaimanakah manusia memandang dunia sekelilingnya?” Perasaan, sikap,
bayangan, atau ide-ide yang timbul dari pembentukan struktur kognitif lingkungan fisik dan
sosial disebut sebagai persepsi lingkungan. Para geografer tertarik khususnya oleh perbedaan-
perbedaan persepsi berbagai kelompok tentang kawasan lingkungan yang sama dan oleh
distribusi persepsi serupa terhadap ruang. Sebagai contoh , persepsi manajer sumber daya
(perencana kota, komisi pembagian zona, kaum pelestari alam, penjaga hutan, dan lain-lain)
seringkali berbeda dari persepsi para pengguna sumber daya, yakni orang yang paling terkait
secara langsung. Perhatikan bahwa pembatasan-pembatasan umum atas pemanfaatan
kawasan resapan air dan sistem-sistem air seringkali dipandang dengan cara yang sangat
berbeda oleh para pencinta perkemahan, pencinta alam, pendayung sampan, pemburu,
industrialis, penebang kayu, dan para pejabat yang bertanggungjawab atas waduk dan urusan-
urusan pekerjaan air. Masalah serupa timbul ketika bagian-bagian dari lahan, terutama
kawasan perkotaan, dipandang dengan cara yang amat berbeda-beda oleh berbagai kelompok
manusia: golongan kaya, kaum miskin, kaum kulit hitam, kaum kulit putih, dan berbagai
kelompok etnis lainnya. Banyak kota mempunyai bagian-bagian yang didiami kelompok etnis
tertentu. Kawasan-kawasan ini sering diberi julukan negatif. Para walikota yang ingin
meningkatkan kunjungan wisatawan ke kotanya mungkin akan menjuluki kotanya sebagai “kota
yang mengasyikkan dan menyenangkan”, namun para warga kota yang prihatin dengan
membubungnya angka kejahatan di kota tersebut barangkali akan menjuluki kotanya sebagai
“rimba yang mengerikan”. Sekelompok geografer baru, yang dinamakan geografer sosial, akhir-
akhir ini telah mencurahkan perhatian yang cukup besar terhadap cara pandang berbagai
kelompok manusia, seperti kelompok minoritas etnis, penduduk baru, anak-anak, orang-orang
lanjut usia, dan pasien rumah sakit tentang lingkungan sekitarnya dan perubahan cara pandang
ini seiring dengan berpindahnya manusia dari satu tempat ke tempat yang lain sejalan dengan
waktu.
Konsep-konsep ini yang digunakan para geografer kontemporer telah diseleksi dari
wilayah teori lokasi, interaksi ruang, pola ruang perkotaan, pembauran kultural, dan persepsi
lingkungan. Konsep-konsep ini dipilih karena mereka mewakili beberapa fokus baru dalam
berbagai program pendidikan geografi yang ada dewasa ini. Sekarang, kita akan meninjau
pengembangan generalisasi dalam geografi.
GENERALISASI DALAM GEOGRAFI
Seperti yang telah diperlihatkan pada awal bab ini, geografi sebagai sebuah disiplin biasanya
lebih banyak berurusan dengan pengembangan kajian-kajian deskriptif dan eksplanatorik
ketimbang dengan perumusan generalisasi-generalisasi empiris yang universalitasnya luas.
Walaupun disiplin ini tidak kekurangan konsep, namun konsep-konsep tersebut pada dasarnya
berfungsi sebagai elemen-elemen pengorganisir dalam kajian-kajian analitis. Selama
berlangsungnya gerakan pembaharuan kurikulum kajian ilmu geografi pada tahun 1960-an,
sejumlah geografer yang tertarik oleh program-program sekolah bekerja bersama para pengajar
ilmu-ilmu sosial dalam upaya menyusun daftar generalisasi yang bisa dipakai sebagai tema
utama untuk pengembangan kurikulum baru dalam geografi. Berikut ini adalah contoh ilustratif
daftar serupa:
1. Bentuk dan kemiringan bumi menyebabkan distribusi sinar matahari atau energi matahari
tidak merata. Variasi atau perbedaan ini mempengaruhi sirkulasi atmosfer dan
menimbulkan perbedaan-perbedaan iklim dan vegetasi alami.
2. Cuaca, iklim, dan pergerakan kerak bumi mempengaruhi permukaan bumi dan
menimbulkan perbedaan-perbedaan regional dalam bentuk muka tanah, mineral-mineral,
drainase, tanah, dan vegetasi alamiah.
3. Tanah diubah oleh alam dan manusia. Alam mengkombinasikan pengaruh iklim, tumbuh-
tumbuhan, dan hewan terhadap material induk untuk menimbulkan variasi tanah secara
regional.
4. Lingkungan alam bisa membatasi atau menghambat kehidupan perekonomian di suatu
wilayah, namun manusialah yang menentukan karakteristik spesifik lingkungan itu dalam
batas-batas kultur manusia itu sendiri.
5. Tingkat pemanfaatan sumber-sumber daya alam kita berhubungan dengan hasrat dan
tingkat kemajuan teknologi kita.
6. Proses-proses produksi, pertukaran (perdagangan), distribusi, dan konsumsi barang
memperlihatkan suatu orientasi geografis dan bervariasi berdasarkan (sebagian) pengaruh
geografis.
7. Sifat hakiki pengelolaan proses-proses ekonomi dalam suatu kawasan (organisasi ruang)
dipengaruhi oleh jenis-jenis sumber daya alam, tingkat kemajuan teknologi, dan sikap
sosiopolitis penduduk.
8. Urutan aktivitas dan pola-pola budaya berkaitan dengan lokasi dan aksesibilitas geografis
dan dengan masa tertentu ketika manusia hidup. Manusia dengan taraf peradaban yang
berbeda akan menunjukkan reaksi yang berbeda pula terhadap lingkungan yang sama.
Suatu penyelidikan atas generalisasi-generalisasi tersebut di atas mengindikasikan bahwa taraf
generalisasi itu tidak begitu tinggi. Generalisasi itu hanya mengungkapkan hubungan-hubungan
yang paling sederhana dan kebanyakan generalisasi itu tidak lebih daripada sekedar pernyataan
definisional.
Berlawanan dengan pernyataan dan generalisasi taraf rendah ini, yang kebanyakan
diantaranya terbukti dengan sendirinya, terdapat suatu himpunan generalisasi tingkat
menengah yang didasarkan pada riset empiris dalam geografi perkotaan. Sebagai contoh,
perhatikanlah pernyataan berikut yang dikemukakan Morrill:
“Persaingan untuk memperebutkan lahan melahirkan suatu urutan penggunaan lahan
yang dimulai dari penggunaan komersil, multi-keluarga, hingga menjadi tempat tinggal
keluarga tunggal. Aktivitas komersil mencapai puncaknya di lokasi-lokasi yang berlainan,
karena distrik-distrik mencari pasar-pasar lokal yang hendak didominasinya.”
Pernyataan ini didukung suatu grafik yang memperlihatkan ‘urban rent gradient’ ideal untuk
masing-masing penggunaan lahan, yang membandingkan sewa tanah dan jaraknya dari distrik
bisnis sentral (lihat Gambar 10.2). Morrill menggunakan himpunan gradien atau kurva serupa
untuk memperlihatkan pengaruh gelombang-demi gelombang ekspansi perkotaan atas
perumahan/permukiman:
“Seiring dengan berkembangnya tempat, rumah-rumah keluarga tunggal menyebar
kearah luar dari suatu pusat komersil yang berukuran kecil. Rumah-rumah lama yang
berada di pusat digusur oleh pusat komersil yang makin besar, dan suatu zona
apartemen di sekelilingnya – dimana apartmen yang lebih tua akan digantikan dengan
tempat-tempat komersil yang makin luas.”
Berbeda dengan pernyataan-pernyataan yang relatif sederhana dan terbukti dengan sendirinya
yang dikemukakan sebelumnya, pernyataan-pernyataan terakhir ini yang dirumuskan Morrill
merupakan generalisasi empiris. Pernyataan-pernyataan tersebut didasarkan pada data-data
yang dapat dikuantifikasi. Ukuran-ukuran atau besaran-besaran statistik dipakai untuk
menentukan hubungan antar konsep-konsep (atau variabel-variabel) yang terlibat. Besaran-
besaran ini mudah diverifikasi dan dibuatkan replikanya dalam tatanan-tatanan yang lain.
GEOGRAFI DI SEKOLAH DASAR
Sudah sejak dulu geografi merupakan bagian dari kurikulum sekolah dasar. Bersama sejarah,
geografi merupakan mata pelajaran tetap dalam program ilmu-ilmu sosial. Geografi diajarkan
dengan berbagai cara: sebagai disiplin tersendiri dengan buku teks sendiri dan materi muatan
tersendiri, sebagai bagian dari suatu pendekatan multi-disipliner dengan penekanan khusus
pada geografi di kelas tertentu, dan sebagai pengetahuan yang relevan dalam suatu kajian
antardisiplin yang luas.
Selama tahun 1930-an dan 1940-an, sama sekali tidak lazim menyaksikan suatu kelas
enam mempelajari geografi Amerika Selatan dan dalam waktu yang bersamaan juga
mempelajari sejarah Eropa pada abad pertengahan, dengan menggunakan teks-teks yang
berbeda dan terkadang dengan guru tersendiri dalam suatu program jurusan. Program ini
diperkuat undang-undang negara bagian di beberapa bagian negeri ini, yang mengajarkan
begitu banyak detil geografi setiap minggu. Selama dekade 1950-an, telah dilakukan upaya-
upaya untuk menggabungkan sejarah dan geografi dalam suatu program yang disebut sebagai
program inti, program terpadu, atau program gabungan. Sebagai contoh , anak-anak bisa
mempelajari daerah New England dengan melihat aspek-aspek historis dan aspek-aspek
geografisnya sekaligus. Akan tetapi, pada masa pembaharuan kurikulum selama dekade 1960-
an, geografi kembali ditekankan sebagai disiplin tersendiri, dan para geografer serta pengajar
ilmu-ilmu sosial memberi perhatian yang makin besar terhadap penyempurnaan pendidikan
geografi di sekolah. Minat ini juga menyebabkan profesi geografi menjadi profesi tersendiri dan
memutuskan apakah sekolah-sekolah akan mencerminkan geografi modern yang terbaik
ataukah menyerahkan kedudukannya yang menonjol kepada tuntutan disiplin ilmu-ilmu sosial
lainnya yang makin kuat. Seperti dicatat Kennamer, program-program dalam geografi sekolah
cenderung ketinggalan jika dibandingkan dengan perkembangan (kemajuan) disiplin ini, dan
banyak guru masih menggunakan bahan-bahan dan pendekatan seperti determinisme
lingkungan yang lama, yang sudah lama ditinggalkan atau yang tidak mewakili karya-karya
mutakhir para geografer. Berbeda dengan membanjirnya program-program kurikuler baru yang
timbul pada awal dekade 1970-an dalam disiplin ilmu-ilmu sosial yang lain, seperti ilmu
ekonomi dan antropologi, amat sedikit program tersendiri untuk geografi dikembangkan.
Sebaliknya, para geografer profesional sering bertindak sebagai penasehat atau partisipan
dalam beberapa program antardisiplin atau multidisipliner yang menghasilkan segmen-segmen
atau unit-unit kajian yang berkenaan dengan beberapa aspek geografi.
Dalam hampir semua proyek kajian ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan tahun 1960-an,
geografi berfungsi sebagai disiplin integratif mendasar di kelas K-8. masing-masing program ini
mengembangkan unit-unit kajian (satuan pelajaran) dengan konsep-konsep dan generalisasi
kunci dari disiplin geografi untuk mengimbangi aspek-aspek suatu pendekatan yang lebih besar
dan lebih interdisipliner.
Satu-satunya proyek geografi penting yang dikembangkan selama periode ini adalah
Proyek Geografi Sekolah Menengah Atas yang disponsori Asosiasi Geografer Amerika. Proyek
ini mengembangkan suatu pelajaran bagi siswa sekolah menengah pertama, yang terdiri atas
satuan-satuan pelajaran yang mencerminkan beragamnya aspek geografi, yang meliputi The
Geography of Cities, Manufacturing and Agriculture, Cultural Geography, Political Geography,
Habitat and Resource, dan Jepang. Unit-unit dicirikan oleh beragamnya proses-proses
penyelidikan sosial, penyelidikan nilai, dan pengambilan keputusan yang telah kita jelaskan
dalam buku ini. Kepada para siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan data-data,
mencoba membuat kesimpulan sementara, membuat hipotesis, melakukan evaluasi, dan
membuat keputusan-keputusan yang realistis dalam suatu simulasi tatanan pengambilan
keputusan. Disamping itu, digunakan berbagai bahan pembelajaran, yang meliputi permainan
simulasi, transparensi, slide 35 inci, dan peta yang dapat dibentuk dengan berbagai cara dengan
menggunakan bagian-bagian yang bisa ditaruh dimana saja pada papaun tulis. Sayangnya, tidak
ada yang dapat diperbandingkan pada taraf sekolah dasar, walaupun beberapa guru sekolah
dasar yang sudah mahir dengan HSGP berhasil menyesuaikan bagian-bagian tersebut dengan
materi/isi yang berlainan untuk dipergunakan anak-anak yang lebih muda.
Banyak buku teks kajian-kajian sosial yang lebih baru jelas-jelas memperlihatkan suatu
pergeseran atau peralihan dari penekanan usang terhadap geografi fisik dan tanah asing yang
eksotis. Sebuah seri buku teks untuk sekolah dasar yang disusun oleh para geografer
profesional mencerminkan suatu pengutamaan yang tegas atas perkembangan-perkembangan
modern dalam geografi dengan judul seperti Towns and Cities, yang menitikberatkangfi
perkotaan; Regions Around the World, yang menekankan pendekatan regional terhadap
geografi; dan The United States and Canada, yang memadukan suatu geografi perkotaan
dengan suatu pendekatan wilayah terhadap pengkajian kedua negeri ini.
STRATEGI PENGAJARAN KONSEP DAN GENERALISASI GEOGRAFIS TERTENTU
Dalam latihan-latihan berikut ini, kajian wilayah telah dipilih sebagai fokus utama. Untuk
masing-masing generalisasi, aktivitas ruang kelas dianjurkan untuk siswa tingkat dasar, tingkat
menengah, atau tingkat atas. Akan tetapi, format yang dipakai dapat diadaptasikan ke
tingkatan-tingkatan yang lain. Aktivitas-aktivitas ini mengikuti pola dasar strategi-strategi
penyelidikan sosial, penilaian sosial, dan pengambilan keputusan sosial yang diterangkan pada
Bab 2 dan Bab 3.
Generalisasi: Wilayah dapat dibedakan dari wilayah lain berdasarkan ciri-ciri fisiknya
Konsep: wilayah, ciri-ciri fisik
Kelas Dasar: Tradisi Ilmu Bumi
1. Pembentukan Konsep. Guru memperlihatkan kepada siswa gambar beberapa wilayag
geografis (misalnya, gambar hutan tropis, gurun, tundra, wilayah Mediterania, laut
wilayah Pantai Barat)
Guru bertanya: “secara umum, apakah yang sedang kita lihat? Apakah kesamaan
semua gambar ini?” (Semua gambar itu adalah tempat). Selanjutnya, guru bertanya,
1) Apakah tempat-tempat ini memiliki jenis yang sama atau berbeda?
(Berbeda)
2) Apakah yang membuat Anda menyimpulkan gambar-gambar ini berbeda?
(Gambar-gambar itu tampak berbeda)
3) Apakah perbedaan-perbedaannya? (Panas, dingin, kering, basah, ada
tumbuh-tumbuhan, tidak ada tumbuh-tumbuhan)
Disini guru bisa menyuruh siswa menyediakan suatu label, atau nama, untuk jenis
perbedaan tersebut. Untuk memperkuat label baru ini, guru bisa memberitahu siswa
bahwa orang lain berpikir tentang hal ini, dan mereka menyebut perbedaan-perbedaan
sejenis ini sebagai perbedaan-perbedaan “fisik” di berbagai wilayah di bumi ini. Anak-
anak dapat mulai membahas wilayah-wilayah fisik dan mengapa wilayah-wilayah ini
berbeda secara fisik.
Ketika guru dan siswa sedang membahas masing-masing wilayah, informasi yang
mereka ungkapkan dapat dicatat dalam suatu bagan retrieval data, seperti bagan yang
diperlihatkan pada Tabel 10.1. Bagan ini dapat dipergunakan untuk menentukan
generalisasi-generalisasi yang bisa ditarik mengenai wilayah.
2. Generalisasi. Kemudian, guru bisa menyuruh siswa membuat generalisasi tentang
wilayah dengan menanyakan, “Secara umum, apakah yang bisa kita katakan tentang
wilayah-wilayah?” (Masing-masing wilayah berbeda satu sama yang lain dalam hal ciri-
ciri fisiknya.)
Dengan cara ini para siswa dapat menangkap pengertian suatu kriteria yang
dipakai dalam membedakan wilayah, yakni penampakan fisiknya. Pendekatan studi
kasus akan memudahkan siswa melihat suatu wilayah fisik dalam totalitas wilayah
tersebut.
Studi Kasus suatu Wilayah
Pilihlah satu contoh hutan tropis yang basah yang tersedia materi-materi pelajaran untuknya.
(Contoh: hutan tropis Amazon, bagian-bagian Kepulauan Hawaii, pulau-pulau tropis lain)
1. Observasi, Kesimpulan atau Dugaan Sementara. Guru memperlihatkan satu gambar
pada proyektor overhead. (Periksa departemen audiovisual Anda untuk memastikan
arah-arah warna. Teknik ini memungkinkan Anda memindahkan gambar-gambar dari
kertas majalah ke kertas kontak transparan.). Guru memperlihatkan gambar sebuah
wilayah tropis spesifik yang basah, seperti kawasan Amazon, dan bertanya:
“Berdasarkan gambar ini, apa yang bisa kita katakan tentang tempat ini?” (Daerah ini
barangkali sering turun hujan lebat; daerah ini mempunyai banyak tumbuhan dan
pepohonan; mungkin penduduknya sangat sedikit; kelihatannya ada sungai besar di
sana.) Kemudian guru menanyakan kepada masing-masing siswa alasannya untuk
berpendapat bahwa ide itu benar dan mencatat ide itu di papan tulis.
Tabel 10.1.
Bagan Retrieval Data
Tropis Tundra Gurun Bahari pantai barat dll
Iklim
Flora
Bentuk tanah
Penduduk
Sumber air
(dan lain-lain)
2. Integrasi. Setelah melakukan riset dan penarikan kesimpulan atau dugaan sebanyak
mungkin dari gambar dan sumber-sumber lain seperti buku-buku rujukan, surat-surat
dari orang-orang yang tinggal di daerah tersebut, serta cerita-cerita tentang daerah
tersebut, guru bertanya: “Apa sajakah hal-hal yang spesifik dan khusus yang bersama-
sama menjadikan daerah Amazon seperti itu?”
Kajian suatu wilayah secara menyeluruh dimaksudkan untuk membantu para siswa
mempersepsi totalitas suatu tempat, penduduk, atau waktu, yang berlawanan dengan
pendekatan analitis yang menuntut para siswa memusatkan perhatiannya pada satu
aspek seperti wilayah, atau bentuk tanah, atau adopsi kultural. Ini adalah suatu jenis
studi kasus gefis suatu wilayah. Studi kasus ini dapat difokuskan pada suatu titik atau
pada satu wilayah sepanjang waktu.
Pengambilan Keputusan
Biasanya fokus pengambilan keputusan adalah isu atau masalah yang bermuatan nilai yang
relevan khususnya bagi anak-anak. Sebuah cerita yang tidak dituntaskan, suatu situasi
permainan peran dimana keputusan harus dibuat, atau suatu isu riil dalam kehidupan anak-
anak dapat dipakai untuk mengetengahkan masalah dan tatanannya.
Langkah 1. anak-anak telah menarik generalisasi bahwa wilayah-wilayah dapat dibedakan
berdasarkan perbedaan-perbedaan fisiknya. Mereka juga telah berfokus pada suatu tempat
spesifik, misalnya wilayah Amazon, untuk memandang seutuh mungkin integrasi aspek-aspek
penting tempat tersebut. Sekarang, guru bisa menyuguhkan kepada para siswa suatu situasi
pemecahan masalah dimana suatu kebijakan perlu dibuat. Hal ini dapat disajikan dalam bentuk
situasi permainan peran dimana para siswa sebagai sebuah kelompok, dan sebagai individu-
individu, harus memutuskan apakah mereka ingin atau tidak ingin tinggal di tempat yang telah
mereka kaji/pelajari sebelumnya. Ini meliputi penentuan hal-hal yang akan mereka perbuat
untuk mendapatkan makanan dan tempat berteduh (rumah) dan untuk mendapatkan
kebutuhan-kebutuhan hidup yang lain.
Langkah 2. Guru dapat memilih beberapa siswa untuk menjadi penjelajah atau pengunjung
(wisatawan) tempat baru tersebut. Anak-anak ini dapat memperagakan bagaimana cara
mereka mengunjungi tempat baru ini dan apa yang mereka perbuat untuk menemukan segala
hal yang dapat mereka temukan mengenai tempat baru itu. Kemudian, mereka kembali ke
kelompok siswa sisanya dan bercerita kepada mereka tentang jenis wilayah itu secara umum
dan tempat-tempat khusus yang mereka sarankan untuk pembangunan suatu rumah baru, desa
baru, atau kota baru.
Langkah 3. Setelah kelompok total mengetahui temuan-temuan kelompok pertama tadi,
mereka dapat mulai membahas pilihan-pilihan yang mungkin bagi mereka dan apa konsekuensi
masing-masing pilihan tersebut. Guru bisa ikut dalam peragaan itu dengan mengajukan
pertanyaan kepada kelompok total pertama-tama, “Pilihan apa saja yang kalian miliki?”
(sebagian pergi, sebagian tinggal; semua pergi; semua tinggal; sebagian pergi lebih dulu, yang
lain menyusul bila semuanya baik-baik saja). Setiap jawaban mereka dicatat pada papan tulis
dalam bentuk bagan, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 10.2. Kemudian guru bertanya,
“Apakah yang akan terjadi bila Anda memilih Alternatif 1?” dan seterusnya sampai semua
pilihan itu ditanyakan dan para siswa memikirkan konsekuensi-konsekuensi masing-masing
pilihan tersebut. Sekarang, guru dapat mengajukan pertanyaan nilai: “Apakah yang terpenting
bagi kamu?” “Mengapa demikian?” “Lalu, pilihan manakah yang akan Anda ambil jika hal-hal
demikian paling penting bagi Anda?”
Tabel 10.2.
Pilihan (alternatif) Hasil (konsekuensi)Nilai yang
tersirat
1. Sebagian orang pergi 1. Hanya sebagian mengalami tanah
baru itu.
1. kehati-hatian
2. Semua pergi 2. Setiap siswa akan mengalami tanah
baru itu.
2. Penjelajahan
3. Semua tinggal 3. Tidak seorangpun akan mengalami Tradisi;
keamanan atau
tanah baru itu. keselamatan
4. Sebagian pergi
duluan, yang lain
menyusul.
4. Sebagian akan mengalami tanah baru
itu, dan jika keadaan baik-baik saja,
sisanya akan mengalaminya juga.
Kehati-hatian,
tetapi juga
pengalaman
baru.
Langkah 4. Masing-masing siswa dapat membuat pilihan sendiri dan menjelaskan pilihan dan
alasan mereka dengan menggambar, mengecat/melukis, atau membuat display pilihan mereka,
dengan menuliskan pilihan mereka, atau dengan merekam pilihan mereka masing-masing.
Langkah 5. Setelah masing-masing siswa membuat pilihan, mereka dapat memperagakan
situasi suatu dewan yang sedang membuat keputusan ini untuk kelompok tersebut. Salah satu
cara melakukannya adalah dengan pembentukan suatu subkelompok, sementara sisanya
mengamati; kemudian semuanya dapat membahas bagaimana cara subkelompok menangani
pilihan kebijakan mereka. Jika banyak subkelompok bisa mendapat kesempatan untuk mencoba
menangani keputusan kelompok, maka mereka juga dapat melakukan hal itu dalam satu
kelompok pada suatu saat, atau semua subkelompok dapat melakukannya secara simultan di
pojok-pojok yang berlainan dalam ruang kelas. Bagaimanapun cara anak-anak mengatasi
masalah itu, satu hal yang penting adalah bahwa mereka mengamati diri mereka sendiri dan
orang lain dalam suatu situasi pemecahan masalah. Perolehan ketrampilan dalam pengambilan
keputusan akan lebih berhasil jika dilakukan diskusi tentang bagaimana orang-orang bisa
bekerjasama dalam merumuskan kebijakan. Anak-anak perlu memiliki kemampuan untuk
melakukan –swa-observasi dan juga perlu ada alat perekam untuk merekam diskusi mereka.
Kepada anak-anak, guru bisa bertanya, “Apakah yang diperbuat orang-orang dalam kelas kita ini
yang membuat semua yang ada disini lebih berani memutuskan hal-hal yang ingin mereka
perbuat?” (Membantu mengungkapkan masalah spesifik, solusi yang mungkin, dan
konsekuensi-konsekuensinya; belajar mendengar orang lain; menerangkan ide-ide mereka
dengan sejelas dan secepat mungkin sehingga yang lain punya kesempatan untuk ambil
bagian.)
Generalisasi: Kebanyakan orang cenderung memilih tinggal didalam suatu wilayah di daerah-
daerah yang berpotensi menyediakan barang dan jasa.
Konsep: Barang dan Jasa
Siswa Kelas Menengah dan Kelas Atas: Kajian Daerah
Tujuan aktivitas ini adalah membantu siswa menentukan kebutuhan-kebutuhan manusia
(barang dan jasa) serta mengembangkan ide bahwa kebutuhan-kebutuhan ini mempengaruhi
lokasi tempat tinggal yang akan dipilih manusia didalam suatu wilayah.
1. Pembentukan Konsep. Tanyakan kepada siswa hal-hal yang mereka butuhkan dalam
kehidupan mereka. Catat jawaban mereka di papan tulis. Kemudian suruh siswa
mengelompokkan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pakai lambang bintang untuk
menandai satu kelompok, lambang x untuk menandai kelompok yang lain, dan
seterusnya. Setelah selesai, mereka mungkin akan menyebutkan beberapa kelompok
kebutuhan. Kemudian, suruh siswa menggolongkan lagi kelompok-kelompok kebutuhan
tersebut sampai akhirnya hanya ada dua kelompok besar dengan nama “barang” dan
“jasa”. Para siswa mungkin memberi nama yang lain terhadap kedua kelompok ini,
seperti “benda-benda” dan “hal-hal yang diperbuat manusia”. Katakan kepada mereka
bahwa orang lain cenderung menggunakan istilah-istilah “barang” dan “jasa” untuk
kedua kategori kebutuhan tersebut.
2. Pengumpulan Data – Barang. Sekarang, tanyakan kepada siswa dari manakah orang-
orang seabad yang lampau memperoleh barang-barang ini. Tanyakan juga dimana
barang-barang tersebut pertama kali dibuat pada masa itu. Pertanyaan terakhir dari
rangkaian pertanyaan-pertanyaan ini, barangkali, adalah, “Bagaimanakah barang itu
dibawa ke tempat dimana orang-orang membelinya?”
3. Pengumpulan Data – Jasa. Suruhlah anak-anak melihat kelompok jasa. Tanyakan,
“Apakah ada diantara jasa itu yang berasal dari suatu tempat?” Beberapa diantaranya,
misalnya surat, datang dari luar daerah. Yang lainnya, seperti pemadam kebakaran dan
perlindungan oleh polisi, berasal dari dalam daerah. Lalu tanyakan kepada para siswa,
“Bagaimanakah jasa-jasa ini bisa sampai kepada orang-orang yang membutuhkannya?”
4. Generalisasi. Jawaban-jawaban dari Butir 2 dan 3 di atas dapat dicatat di papan tulis.
Selanjutnya, jawaban-jawaban ini merupakan bagian penting dari cara
memasok/menyediakan barang dan jasa 100 tahun yang lampau.
Guru dapat membantu siswa menelusuri informasi yang mereka kumpulkan disini
dengan menggunakan suatu bagan retrieval data sperti yang dipelrihatkan pada Tabel 10.3.
Ajukanlah rangkaian pertanyaan-pertanyaan berikut guna menuntun para siswa dalam menarik
kesimpulan umum (1) bahwa manusia mempunyai kebutuhan, (2) bahwa sering diperlukan
transportasi agar kebutuhan terpenuhi, dan (3) bahwa manusia cenderung memilih tempat
tinggal di lokasi (dalam wilayah) yang memiliki potensi untuk menyediakan kebutuhan-
kebutuhannya.
Apakah yang dapat kita katakan mengenai kebutuhan-kebutuhan manusia dan
bagaimanakah cara manusia mendapatkannya? (Hal-hal yang dibutuhkan manusia harus
tersedia atau harus diangkut ke tempat mereka.)
Oleh karena manusia membutuhkan benda-benda yang harus diangkut ke tempatnya,
maka didalam suatu wilayah di tempat manakah manusia akan tinggal (Di tempat
dimana mudah mengirimkan benda-benda)
Cobalah bayangkan kembali keadaan 100 tahun yang lampau. Tempat-tempat macam
apakah yang mudah dijangkau? (Tempat-tempat di tepi sungai atau pantai).
Tabel 10.3.
Barang Jasa
Sampan
Jalan kaki
Telegram
Kuda
Gerobak
Sekarang, guru mendorong para siswa untuk membuat hipotesis tentang tempat yang
akan dipilih manusia, dengan mengacu pada daerah yang diperlihatkan pada peta dalam
Gambar 10.3, yang mewakili suatu wilayah di Amerika Serikat pada tahun 1840. setelah masing-
masing siswa menandai (pada salinan peta) tempat dimana menurutnya sejumlah kota akan
tumbuh dan/atau akan terus bertumbuh, guru menyuruh siswa menjelaskan pilihan mereka.
Kemudian, untuk mengecek hipotesis mereka, guru memperlihatkan peta Gambar 10.4 dengan
proyektor overhead. Peta kedua ini memperlihatkan keadaan wilayah yang sama pada tahun
1890, yakni 50 tahun kemudian. Kemudian guru dapat menanyakan apakah hipotesis siswa
cukup akurat dalam menerangkan pola-pola terbentuknya kota-kota.
Studi Kasus tentang Sebuah Kota Pelabuhan Spesifik
Maksud aktivitas ini adalah untuk memusatkan perhatian pada satu wilayah spesifik dan
mengamati peranan sungainya dalam menentukan tempat dimana manusia bermukim. Guru
dapat menggunakan Memphis, Minneapolis, St. Louis, Detroit, Pittsburgh, atau kota yang
sejenis.
Dengan memusatkan perhatian pada sebuah kota tepi sungai, para siswa akan
mengamati bagaimana cara manusia memperoleh barang dan jasa dengan cara yang lebih
mudah berkat sungai tersebut. Mereka akan mengamati integrasi total kehidupan manusia dan
kebutuhan-kebutuhan mereka dengan peranan sungai.
1. Diagnosis Konsep. Tujuan pertama bagi para siswa adalah menentukan topik yang
membutuhkan informasi mengenai kota yang dibicarakan. Guru bisa bertanya,
“Informasi apakah yang harus Anda miliki tentang kota tersebut, berdasarkan apa yang
kamu ketahui tentang kota-kota umumnya dan mengenai kota ini khususnya?” Kategori
pengetahuan semacam ini dapat berfungsi sebagai bidang riset bagi komite dan label
pada bagan retrieval data yang hendak dibuat.
2. Pengumpulan Data. Guru dapat membantu para siswa menyajikan data-data mereka
pada sebuah bagan sehingga mereka dapat menggunakan data tersebut dalam
menggeneralisir hipotesis mengenai pola-pola integrasi berbagai bagian kota tersebut
(Lihat Tabel 10.4).
Tabel 10.4.
Pendidikan pertanian teknologi pangan hunian pakaian hiburan
Kota A
Kota B
3. Generalisasi. Tahap ketiga dalam penyelidikan tentang sebuah kota ini adalah
pembahasan pola-pola yang tampaknya ada dalam bagan retrieval data. Guru bertanya
apakah siswa bisa melihat suatu pola tentang adanya kerjasama antar berbagai hal, dan
seluruh siswa dalam kelas mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan pola dan implikasi
masing-masing pola itu terhadap kota secara menyeluruh atau terhadap bagian-bagian
kota tersebut. Dengan bebas mereka dapat menyelidiki nilai-nilai yang terlibat dalam
pola tersebut.
Pengambilan keputusan
1. Penentuan Masalah. Strategi ini mengikuti secara alamiah pengumpulan data-data
mengenai suatu kota dan observasi hubungan-hubungan antara manusia, barang dan
jasa, dan wilayah. Tujuannya disini, seperti juga tujuannnya dalam geografi secara
umum, adalah untuk memahami interaksi-interaksi manusia, ruang, dan waktu. Dalam
contoh ini guru bisa menyodorkan (kepada para siswa) suatu masalah spesifik yang
berkaitan dengan cara manusia menilai hubungan-hubungan yang ada antara manusia,
ruang, dan waktu. Sebagai contoh, masalahnya bisa berupa, “Mengingat manusia telah
berhasil mengatasi ketergantungannya terhadap transportasi sungai dan mengingat
tingginya taraf teknologi yang ada dewasa ini, bagaimanakah cara terbaik yang dapat
kita terapkan dalam merencanakan lokasi untuk kota-kota di masa depan?”
2. Penyusunan Solusi – Klarifikasi Nilai. Apabila masalah telah ditentukan atau
didefinisikan, guru dapat mengelompokkan para siswa kedalam beberapa kelompok
besar dan/atau kecil, atau mengijinkan para siswa membentuk sendiri kelompok-
kelompok guna memecahkan masalah tersebut. Untuk siswa kelas menengah, jika
proses penilaian telah digunakan sebelumnya oleh guru, maka para siswa dapat
melanjutkannya dan kemudian membahas hasil-hasilnya atau solusi yang terpilih dalam
kelompok-kelompok yang lebih besar. Bagi para siswa yang baru pertama kali
mengalami proses ini, guru dapat bertanya, “Alternatif apa sajakah yang mungkin?”.
Kemudian guru dapat bertanya, “Apakah konsekuensi-konsekuensi yang bisa terjadi dari
masing-masing alternatif tersebut?”, dan beberapa ide permulaan dapat direncanakan
disini.
Masalah semacam ini cukup terbuka, sehingga masing-masing siswa dapat melakukan
pendekatan terhadap masalah ini dengan tingkat kecanggihan yang sesuai. Beberapa individu
mungkin ingin meneliti dengan cermat alternatif-alternatif tersebut serta konsekuensi-
konsekuensi yang mungkin; siswa yang lain mungkin ingin menggunakan informasi apapun yang
mereka miliki saat itu. Satu-satunya persyaratan adlaah bahwa individu-individu tersebut
memikirkan alternatif dan konsekuensinya, dan mampu menemukan alasan-alasan bagi
pilihannya.
RANGKUMAN
Dalam bab ini kita telah membahas peranan geografer dan kelima tradisi disiplin ini: fisik,
ruang, kultural, wilayah, dan historis. Kita menyelidiki kedudukan geografi diantara ilmu-ilmu
sosial dan melihat bahwa geografi berkisar secara luas pada kontinuum, yang di satu ujung
dekat dengan ilmu-ilmu fisika, dan diujung lain dekat dengan humaniora. Metoda wilayah
tampaknya merupakan metoda riset utama bagi para geografer. Hal itu didekati dengan dua
cara yang berbeda sama sekali: pendekatan kajian daerah yang luas dan pendekatan topik atau
sistematis. Metoda-metoda kuantitatif dan penggunaan peta, globe, dan proyeksi-proyeksi
kartografik khusus merupakan unsur-unsur pembentuk teknik-teknik dan sarana khusus
penelitian.
Dalam membahas geografi sebagai suatu disiplin yang bersifat menggeneralisir, kami
telah menunjukkan bahwa geografer, barangkali lantaran sifat hakekat disiplinnya, cenderung
lebih berkonsentrasi pada kajian-kajian tunggal ketimbang pada pengembangan hukum-hukum
atau teori-teori yang berlaku umum. Dari kajian-kajian ekstensif ini tentang wilayah-wilayah
tunggal di permukaan bumi telah lahir sejumlah konsep, generalisasi yang aplikasinya agak
terbatas, dan suatu teori yang relatif sempit domainnya. Tiga teori diantaranya telah dibahas
secara singkat: teori lokasi, teori tempat sentral, dan struktur dan penataan ruang. Sejumlah
konsep yang dipilih dari geografi perkotaan dibahas secara rinci. Strategi-strategi pengajaran
konsep-konsep dan generalisasi geografis tertentu dibahas pada bagian akhir bab ini.
PERTANYAAN BAHASAN DAN SOAL-SOAL LATIHAN
1. Jelaskan secara ringkas masing-masing kelima tradisi dalam disiplin geografi, dan
perlihatkan kontribusi masing-masing tradisi ini bagi kajian tempat dan ruang.
Bagaimanakah masing-masing tradisi ini dicerminkan dalam pelajaran geografi sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama?
2. Dibandingkan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang lain, geografi memiliki banyak konsep,
relatif sedikit generalisasi tingkat tinggi, dan hanya sedikit sekali teori. Bisakah Anda
jelaskan situasi ini?
3. Bagaimanakah metoda-metoda penyelidikan yang dipakai para geografer? Bagaimanakah
cara mereka mengembangkan generalisasi-generalisasi empiris? Apakah kelemahan-
kelemahan yang mereka hadapi?
4. Bersama sejarah, geografi telah menempati kedudukan yang dominan dalam kurikulum
ilmu-ilmu sosial. Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada dekade yang lalu yang
bisa mengubah situasi ini?
5. Periksalah suatu kurikulum ilmu-ilmu sosial yang berlaku di suatu distrik sekolah lokal.
Apakah kurikulum ini mencerminkan eksistensi kecenderungan-kecenderungan mutakhir
dalam perkembangan pendidikan geografi yang dijelaskan dalam bab ini?
6. Perhatikan suatu pengambilan sampel buku-buku teks ilmu-ilmu sosial yang dipakai di
suatu distrik sekolah lokal. Kedudukan bagaimanakah yang diberikan kepada geografi?
Penekanan apakah didalam geografi yang dicerminkannnya? Sejauh manakah buku-buku
itu menyajikan bahan-bahan untuk penyelidikan sosial, penilaian, dan pengambilan
keputusan seperti yang dianjurkan dalam strategi pengajaran yang diuraikan dalam bab ini?
7. Perlihatkan pemahaman Anda tentang konsep-konsep kunci berikut ini dengan menuliskan
definisi ringkas masing-masing konsep tersebut. Juga jelaskan mengapa masing-masing
konsep itu signifikan!
(a) geografi fisik; (b) geografi wilayah; (c) geografi kultural; (d) tradisi manusia-tanah; (e)
geografi ruang; (f) geografi historis; (g) metoda wilayah; (h) megalopolis; (i) teori lokasi; (j)
teori tempat sentral; (k) lingkungan; (l) interaksi ruang; (m) sirkulasi; (n) lingkaran
pengaruh; (o) urban sprawl; (p) distrik bisnis sentral; (q) pembaruan kultural; (r) sistem
ekologis; (s) persepsi lingkungan.
BAB 11
ILMU POLITIK : STRUKTUR, KONSEP DAN STRATEGI
Mahadee Siya
Heri Busyaeri
Alam Ilmu Politik
Kita sering dapat mencirikan ilmu perilaku dengan menggambarkan perspektif yang unik dan
pengorganisasian konsep. Kami dijelaskan sosiologi sebagai studi tentang kelompok manusia
dan antropologi sebagai studi budaya. Ini sulit untuk menentukan sifat ilmu politik dengan
menjelaskan baik perspektif atau konsep-konsep kunci, karena ada berbagai jenis ilmuwan
politik. Mereka meminta jenis yang sangat berbeda dari pertanyaan, memiliki tujuan
penelitian yang berbeda, dan menggunakan berbagai konsep kunci. Setiap upaya untuk
mengidentifikasi struktur ilmu politik akan sia-sia karena berbagai pendekatan dalam
disiplin.
Namun, kami dapat bertanya, "Apa yang menyatukan unsur-unsur pendekatan yang
beragam yang membentuk ilmu politik?" Jawaban atas pertanyaan ini dapat sangat
bervariasi, tergantung pada orientasi ilmuwan politik bertanya. Cara di mana sifat disiplin
dipandang bervariasi sebanyak metode dan konsep-konsep di dalamnya.
Sejumlah ilmuwan politik mendefinisikan disiplin sebagai studi hukum pemerintah
negara. Charles S.Hyneman menulis, "titik pusat perhatian dalam ilmu politik Amerika ...
adalah bagian dari urusan negara pusat di pemerintah, dan bagian dari pemerintah yang
berbicara melalui hukum." Pandangan disiplin ditolak oleh para ilmuwan politik yang
mengklaim bahwa itu terlalu membatasi karena tidak mencerminkan fakta bahwa para
ilmuwan politik kelompok studi informal dan proses (seperti kelompok kepentingan, lobi,
tawar-menawar, dan balas jasa) yang bukan merupakan bagian dari hukum pemerintah.
Masalah lain dalam pernyataan ini adalah bahwa ada banyak definisi yang berbeda tentang
negara. Seorang penulis telah mencatat 145 di literature.
Beberapa ilmuwan politik menggambarkan disiplin sebagai studi tentang perjuangan
kelompok yang bersaing untuk kekuasaan. Watkins menulis, "Studi yang tepat tentang ilmu
politik bukan studi negara atau setiap kompleks institusional lain yang spesifik, tetapi
investigasi dari semua asosiasi sejauh mana mereka dapat menunjukan contoh masalah
kekuasaan.". Seperti konsep negara, kekuasaan didefinisikan beragam, dan dengan demikian
batas-batasnya tidak jelas ditentukan oleh konsep ini. Definisi kekuasaan dapat diterima
banyak ilmuwan politik karena mereka merasa bahwa itu tidak menentukan perilaku unik
bagi mereka untuk belajar, karena kekuasaan ada di semua lembaga, "Definisi yang terlalu
luas, untuk ilmu politik tidak tertarik dalam hubungan kekuatan sebuah geng atau kelompok
keluarga atau gereja." Meskipun definisi ini di satu sisi terlalu inklusif, juga terlalu ketat
karena "Kehidupan politik tidak terdiri eksklusif dari sebuah perjuangan untuk [kekuasaan]
..." Meskipun definisi kekuasaan belum diterima secara universal dalam disiplin ilmu, adalah
cukup populer dan didukung oleh para ilmuwan politik. Dua dari pendukung yang paling
terkemuka adalah Harold Laswell dan George EG Catlin.
Salah satu definisi yang paling terkenal dari ilmu politik dirumuskan oleh David
Easton, teoritikus politik terkemuka. Easton mendefinisikan ilmu politik sebagai "studi
tentang wewenang alokasi nilai untuk masyarakat." Dia menyarankan bahwa orang memiliki
nilai-nilai bersaing, tuntutan, dan aspirasi yang mereka ingin menjadi bagian dari kebijakan
publik dan ditegakkan dalam masyarakat. Sistem politik adalah proses siapa yang
memutuskan yang menuntut dan tujuan yang akan menjadi kebijakan publik.Seperti sistem
pencegahan bentrokan antara individu dan kelompok yang bersaing dan akan mengganggu
masyarakat. Sebagai contoh, beberapa individu dan kelompok yang menentang keras aborsi,
yang lain sangat mendukung hal itu. Sistem politik menyediakan sarana untuk memutuskan
kebijakan terhadap aborsi negara akan menegakkan dan menganggap sebagai hukum.
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, aborsi dilegalkan di beberapa negara. Di negara
melegalkan, kelompok-kelompok yang menentang aborsi telah menerima kebijakan hukum
negara, meskipun mereka mungkin tidak pernah secara pribadi terlibat dalam program
aborsi.
Easton telah mengembangkan sebuah teori yang berkaitan dengan konsepsi tentang
hakikat ilmu politik, yang disebut pendekatan sistem. Kami nanti akan meninjau secara
singkat pendekatan ini untuk ilmu politik.
Easton menggambarkan definisi batas-batas disiplin lebih jelas daripada konsep
negara dan kekuasaan. Dalam penerapannya, para penelitian mempelajarai semua proses
untuk tujuan yang bersaing dan tuntutan diselesaikan ke dalam kebijakan publik, dan tidak
meneliti pemerintahan atau lembaga formal. Sebagai contoh, jika seorang peneliti berusaha
untuk menentukan bagaimana RUU Hak Sipil tahun 1964 disahkan, dia tidak hanya akan
mempelajari cara-cara yang formal RUU menjadi hukum, tapi akan mempelajari tindakan-
tindakan informal yang mempengaruhi, seperti lobi, jual-beli suara, filibustering (usaha
menggagalkan penetapan undang-undang dengan pidato-pidato yang panjang), dan
demonstrasi. Definisi Easton adalah lebih tepat daripada konsep kekuasaan; itu tidak
menunjukkan bahwa ilmuwan politik mempelajari semua tujuan yang bersaing dan nilai-nilai
dalam suatu masyarakat, tetapi mereka hanya diberlakukan oleh kewenangan publik yang
sah. Seperti semua konseptualisasi disiplin, itu tidak luput kritik:
Beberapa ilmuwan politik menemukan posisi Easton tidak jelas, mereka mengatakan
bahwa mereka tidak mengerti apa yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi dalam
pernyataannya bahwa ilmu politik adalah studi tentang "wewenang alokasi nilai
untuk masyarakat." Orang lain berpikir mereka memahami dirinya berbeda, apakah
Easton hanya menawarkan sebuah pernyataan baru tentang apa ilmu politik telah
cukup waktu untuk studi pemerintahan, atau apakah Easton mengusulkan perluasan
daerah perhatian pada hal-hal yang sebelumnya tidak dalam penugasan ilmu politik.
Definisi ilmu politik yang telah kita pelajari (studi pemerintahan negara, perjuangan
untuk kekuasaan, dan kewenangan alokasi nilai untuk masyarakat) mencerminkan
keragaman metode dan pendekatan disiplin. Sementara definisi ini masih dalam perdebatan
untuk dapat diterima, sebagian telah menerimanya. Meskipun mereka telah mendefinisikan
sesuai dengan disiplinnya masing-masing, tidak ada yang merasa lebih benar. Sorauf
berpendapat tentang berbagai pendekatan terhadap studi politik adalah sama benarnya
definisi:
... dalam perdapatan di dalam ilmu politik tidak ada pemenang atau kalah. Sebagai
pendekatan baru telah muncul, mereka telah diserap ke dalam disiplin itu tanpa
mengusir atau menggusur salah satu tradisi yang lebih tua atau pendekatan.
Akibatnya, ilmu politik menjadi campuran dari pendekatan yang berbeda dan sering
bertentangan dengan studi politics.
Sebuah diskusi dari beberapa pendekatan utama dan orientasi akan menerangi keragaman
tujuan dan metode yang ada dalam ilmu politik.
PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK
Pendekatan Normatif
Para ilmuwan politik pertama terutama berkaitan dengan menggambarkan sistem
politik yang ideal, yang akan menghasilkan kehidupan terbaik yang mungkin bagi orang-
orang. Teori ini terutama tertarik pada pertanyaan nilai, seperti "Apa yang harus menjadi
sistem politik yang tepat?" bukan pertanyaan empiris. Mereka menganggap diri mereka filsuf
dan berusaha untuk menasihati para pemimpin politik dan mempengaruhi kebijakan publik.
Filsafat politik (sebagai pendekatan ini kadang disebut) masih merupakan bagian hidup dari
ilmu politik modern. Tujuan dari filsafat politik sangat berbeda dari tujuan ilmu pengetahuan
empiris, yang adalah untuk menggambarkan institusi dan perilaku, dan bukan untuk
menghakimi dan membuat resep. Sebagian besar filsafat politik terdiri dari pemeriksaan
seperti ide-ide pemikir politik yang besar seperti Aristoteles, Plato, Locke, dan Marx. Ini teori
yang dipelajari dalam rangka untuk memperoleh ide-ide tentang jenis terbaik dari sistem
politik.
Filsafat politik kadang-kadang disebut teori politik. Para pendukung metode ini cukup
kritis terhadap tren yang lebih empiris dalam disiplin. Mereka merasa bahwa pendekatan
seperti ini cenderung mengabaikan pertanyaan-nilai pertanyaan paling penting yang
dihadapi orang-dan untuk belajar sepele, pertanyaan sempit yang jawabannya tidak ada
kontribusinya bagi perbaikan kehidupan manusia. Namun, para ilmuwan politik empiris tidak
mengabaikan pertanyaan nilai, melainkan nilai-nilai studi dengan menggambarkan mereka
seperti mereka melakukan perilaku lainnya. Mereka berusaha untuk menghindari
mengadvokasi nilai-nilai tertentu atau bentuk pemerintahan sebagai yang terbaik bagi
masyarakat.
Pendekatan Legal Kelembagaan
Para profesor ilmu politik pertama adalah anggota fakultas hukum, dengan demikian
tradisi hukum yang kuat telah ada dalam ilmu politik sejak pertama kali muncul. Dalam
pendekatan ini, dilakukan usaha untuk memahami sistem politik terutama dengan
menggambarkan dan menganalisis hukum, kode, konstitusi, dan dokumen lainnya yang
merupakan bagian dari hukum pemerintah. Dalam rangka untuk menemukan fungsi, cabang
legislatif, eksekutif, dan yudikatif pemerintah Amerika, misalnya, legalis studi Konstitusi
Amerika.
Pendekatan institusional, erat terkait dengan metode hukum, berkonsentrasi pada
menggambarkan fungsi dari berbagai badan pemerintah dan pejabat, seperti peran hakim,
juri, dan kongres. Peran lembaga-lembaga formal dijelaskan dengan sangat rinci, namun
sedikit perhatian yang diberikan kepada pemilih individu, kepribadian para pemimpin, atau
lembaga-lembaga politik informal, seperti kelompok kepentingan dan pelobi terorganisir
lainnya.
Sementara banyak wawasan dapat diperoleh tentang sistem politik dengan
mempelajari kode-kode hukum dan lembaga-lembaga formal, informasi yang dapat
diperoleh dari pendekatan ini sangat terbatas karena hukum yang berbeda-beda
diinterpretasikan oleh otoritas yang berbeda dan dalam periode waktu yang berbeda. Juga,
efek pada sistem politik kelompok-kelompok informal dan kepribadian para pemimpin politik
adalah sama besarnya-jika tidak lebih besar-daripada pengaruh kode formal dan lembaga.
Memang benar bahwa Konstitusi sangat mempengaruhi peran bahwa Mahkamah Agung dan
presiden bermain dalam membentuk kebijakan publik. Namun, Mahkamah Agung 1896
(dalam kasus Plessy vs Ferguson) menafsirkan arti dari Amandemen keempatbelas cukup
berbeda daripada Mahkamah Agung tahun 1954, yang memutuskan bahwa segregasi sekolah
adalah "inheren tidak seimbang" (pemisahan ditegakkan dalam keputusan 1896). Kekuatan
hukum dari presiden tidak berbeda pada 1970-an daripada mereka di tahun 1950-an, tapi
Richard M. Nixon dilaksanakan jauh lebih eksekutif daya dari Dwight D. Eisenhower. Suatu
pendekatan yang sebagian besar mengabaikan peran individu dan kepribadian dalam
membentuk kebijakan publik sebagai pendekatan ini cenderung tidak dapat memberikan
pemahaman yang cerdas dan canggih tentang bagaimana sistem politik benar-benar bekerja.
Pendekatan hukum-institusional selalu mendominasi ilmu politik Amerika.
Kebanyakan buku-buku pelajaran sekolah dan perguruan tinggi menggunakan pendekatan
ini. Tidak hanya memiliki pendukung metode ini cenderung mengabaikan peran individu
dalam pembentukan kebijakan publik, tetapi mereka memiliki keterbelakangan
perkembangan teoritis dari disiplin karena tujuan penelitian mereka telah terutama deskripsi
akurat tentang hukum dan lembaga-lembaga formal, dan tidak perumusan hukum empiris
dan teori-teori tentang perilaku politik yang terjadi dalam diri mereka. Dalam buku teks
menggunakan pendekatan ini, dokumen hukum seperti UUD, dan tugas-tugas dan kekuasaan
otoritas seperti presiden dan senator, dijelaskan secara rinci berlebihan. Siswa diperlukan
untuk menghafal dokumen-dokumen dan tugas. Praktek ini tidak hanya telah memberikan
siswa gambar terdistorsi dan kaku dari sistem politik kita, itu juga berbuat banyak untuk
memotivasi mereka.
Siswa tentu harus memiliki pengetahuan tentang dokumen hukum yang besar dari
sistem politik besar, tetapi mereka harus menyadari bahwa faktor-faktor hukum dan
kelembagaan politik menjelaskan peluang untuk tindakan-tindakan politik tertentu tetapi
tidak akurat perdiktor perilaku politik. Seperti Krislov telah mencatat dengan tajam, "...
lembaga dan secara hukum ditentukan lain mode dari perilaku yang ... berpeluang untuk
tindakan dalam sistem politik, yang mungkin atau tidak dapat dimanfaatkan tergantung pada
faktor-faktor lain dalam kepribadian dan kebutuhan para aktor sendiri "
Erat terkait dengan metode hukum-kelembagaan adalah tradisi sejarah. Ketika ilmu
politik pertama kali muncul sebagai sebuah bidang studi, hal itu terutama sejarah politik, dan
diajarkan di fakultas sejarah. Hal ini sebagian besar terdiri dari sejarah perkembangan
dokumen hukum yang besar dan lembaga-lembaga formal juga luas dijelaskan "sejarah
partai politik, untuk hubungan kedelapan, dan dari ide-ide politik yang besar.". Tradisi
sejarah berbentuk pengembangan teori politik empiris sebanyak itu dipengaruhi
pertumbuhan teori dalam sejarah dan antropologi. Sejarawan terutama tertarik dalam
menggambarkan peristiwa unik, dan tidak dalam mengembangkan tingkat yang lebih tinggi
generalisasi dan teori-teori tentang masa lalu. Perhatian untuk deskripsi faktual dari khusus
menjadi meresap dalam pendekatan hukum-institusional dalam ilmu politik dan terbelakang
pembangunan tingkat yang lebih tinggi generalisasi dan teori empiris. Satu teori wawasan
politik disebut politik ilmuwan "sejarawan masa kini."
Pendekatan Perilaku
Pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II, sebuah gerakan protes yang dikembangkan
dalam ilmu politik yang melakukan perubahan belum pernah terjadi sebelumnya dalam
disiplin dan mulai perjuangan sengit antara yang baru dilatih dan para ilmuwan politik yang
lebih tradisional (mereka yang mendukung metode yang dijelaskan di atas). Gerakan protes
muncul karena sejumlah besar ilmuwan politik muda, seperti Harold Laswell, David Easton,
dan Robert A. Dahl, sangat tidak puas dengan status ilmiah dari disiplin. Mereka tidak senang
tentang tujuan penelitian, metode, dan tubuh akumulasi pengetahuan.
Para ilmuwan baru ingin disiplin untuk menjadi ilmu empiris seperti ilmu-ilmu
perilaku dan fisik lainnya. Mereka ingin menjadi tujuan pengembangan teori, yang dapat
digunakan untuk memprediksi dan mengendalikan perilaku. Mereka menyerang tujuan teori
politik normatif, yang menganggap mereka sebagai tujuan yang tepat identifikasi nilai-nilai
yang tepat dan "terbaik" sistem politik untuk mengarah pada "kehidupan yang baik." Para
ilmuwan baru berpendapat bahwa tujuan ini adalah bertentangan dengan ilmu pengetahuan
empiris, yang menggambarkan institusi tapi tidak membuat resep. Para ilmuwan baru juga
tidak puas dengan tujuan penelitian hukum-institusi ilmuwan politik, yang menggambarkan
aturan hukum dan lembaga, tetapi menolak untuk mempelajari perilaku aktor politik dan
menunjukkan sedikit minat dalam pengembangan tingkat yang lebih tinggi generalisasi dan
teori.
Gerakan baru ini dikenal sebagai pendekatan perilaku karena penganjur terutama
tertarik dalam mempelajari perilaku aktor politik, bukan aturan hukum dan institusi.
Meskipun mereka tidak tertarik dalam tugas-tugas hukum presiden dan senator, mereka
terutama khawatir dengan mengembangkan generalisasi empiris tentang perilaku mereka.
Behavioris berpendapat bahwa, meskipun merupakan aspek penting dari politik,
lembaga sebagai hal yang sendiri bukanlah hal yang nyata dari politik. Ini adalah
kegiatan dalam dan perilaku sekitar lembaga politik yang harus menjadi perhatian
utama dari ilmuwan politik.
Kepentingan dalam teori empiris dan kepedulian terhadap perilaku politik bukan satu-
satunya karakteristik yang membedakan dari pendekatan perilaku. Para pendukung metode ini
menganjurkan penggunaan teknik penelitian baru, seperti survei opini, analisis isi, studi kasus,
dan studi eksperimental. Kuantifikasi data dan penggunaan teknik statistik yang canggih juga
sering digunakan oleh behavioris. Sebagian besar penelitian lapangan mereka terdiri dari studi
pemungutan suara. Penelitian pertama yang muncul adalah pilihan rakyat, yang diterbitkan
pada 1944 dan menggambarkan pemilihan presiden tahun 1940. Sebuah studi yang lebih baru,
pemilih amerika, laporan pemilu 1956. Meskipun penelitian ini tidak menghasilkan dalam
pengembangan teori perilaku pemilih, mereka telah menghasilkan beberapa generalisasi
tingkat rendah tentang pentingnya orang-orang yang memilih, faktor yang mempengaruhi
perilaku pemilih, dan pembentukan sikap politik (disebut sosialisasi politik).
Behavioris juga mencoba untuk menyatukan ilmu politik lebih dekat sedikit pun ilmu-
ilmu perilaku lainnya. Mereka menggunakan banyak konsep-konsep kunci dan metode
penelitian yang erat dengan psikologi, sosiologi antropologi, dan. Teori-teori dari disiplin ilmu
ini telah digunakan. Mereka telah membuat tujuan riset politik lebih konsisten dengan tujuan
penelitian dalam ilmu sosial lainnya. Behavioris percaya bahwa perilaku ilmuwan harus bekerja
sama dan bersama-sama dalam rangka menciptakan sebuah ilmu empiris dari perilaku manusia.
Mereka juga mencoba untuk membuat konsep ini berhasil dalam menciptakan konsep-konsep
empiris daripada mereka telah dalam beberapa upaya mereka yang lain. Kami memiliki kontras
pendekatan perilaku dengan metode yang lebih tradisional dalam rangka untuk membedakan
orientasi yang berbeda dalam disiplin. Namun, pembaca tidak boleh berasumsi bahwa dalam
praktek metode ini dipotong begitu jelas. Semua behavioris tidak setuju tentang apa asumsi
dasar dan metode pendekatan mereka atau harus. Hampir setiap behavioris harus pada
beberapa waktu selama menggunakan informasi nya penelitian tentang aturan hukum,
lembaga formal, dan aspek historis ilmuwan politik sebagai seorang behavioris atau
tradisionalis sesuai dengan orientasi yang dominan jelas dalam karyanya.
Sebelumnya kami kutip dari Sorauf yang tepat menunjukkan bahwa dalam ilmu politik
"tidak ada pemenang atau kalah" Orientasi perilaku telah memenangkan tempat dalam disiplin,
tetapi tidak memiliki lolos kritik - sering keras - juga tak pengungsi yang lebih tradisional hukum
kelembagaan, sejarah, dan normatif pendekatan. Namun, pendekatan perilaku telah
terpolarisasi dan menciptakan reformasi yang lebih dan pencarian jiwa dalam disiplin bahwa
setiap metode sebelumnya lain. Serangan di atasnya telah parah, kadang-kadang mereka
adalah suara, tapi hanya sebagai sering mereka picik dan emosional. Kekebalan manusia
terhadap perubahan dapat ditemukan di antara ilmuwan politik, seperti di semua kelompok
lain dalam masyarakat.
Serangan paling serius pada behavioris telah datang dari ahli teori politik normatif yang
percaya bahwa tujuan utama disiplin seharusnya untuk meningkatkan kehidupan manusia
dengan mencari sistem politik terbaik dan merekomendasikan kepada pembuat kebijakan
untuk implementasi. Ini teori behavioris menuduh mengabaikan nilai-nilai, dan karena itu
menghindari pertanyaan yang paling mendesak yang dihadapi orang. Seperti yang kita
sebelumnya menunjukkan, klaim bahwa nilai-nilai mengabaikan behavioris tidak akurat.
Mereka menganggap mereka sebagai jenis perilaku.
Pendekatan perilaku pasti memiliki kekurangan, dan banyak kritik yang dibuat tentang
hal itu adalah sah. Behavioris, mungkin lebih dari kelompok lain ilmuwan politik, menyadari
keterbatasan metode mereka dan telah menyatakan mereka agak jelas, dalam semangat
mereka untuk informasi tentang aktor politik, behavioris tidak selalu menghargai kontribusi
yang hukum, kelembagaan, dan sejarah pendekatan dapat membuat untuk pengembangan
generalisasi politik. Penekanan pada aktor politik individual juga telah menghalangi
pertimbangan penuh dari kelompok politik dan sistem politik.
Kekurangan lainnya dalam pendekatan ini mencerminkan tidak begitu banyak
ketidaksempurnaan dalam metode, tetapi tahap yang lebih dewasa pembangunan. Penelitian
suara agak terfragmentasi dan tidak sebagai sebuah kelompok merupakan awal dari teori
perilaku politik. Sebagian besar generalisasi tentang perilaku pemilih adalah tingkat rendah,
meskipun mereka telah sangat memberikan kontribusi untuk pemahaman kita tentang
pemilih Amerika. Kedua tingkat tinggi generalisasi dan teori-teori parsial akan muncul ketika
gerakan itu berkembang.
Pendekatan Sistem
Beberapa ilmuwan politik telah berusaha untuk fokus penelitian dalam disiplin oleh
konseptualisasi proses politik sebagai suatu sistem yang saling terkait. Sistem politik
dikonseptualisasikan sebagai salah satu dari sejumlah sistem sosial saling terkait namun agak
independen yang membentuk masyarakat. Orientasi pendekatan ini pada dasarnya adalah
empiris, tetapi lebih inklusif daripada pendekatan perilaku karena tidak hanya di ¬ menggoda
untuk mengembangkan generalisasi tentang aktor politik individual, tetapi juga mencoba
untuk menjelaskan bagaimana kelompok-kelompok terorganisir tekanan mempengaruhi
pembuatan kebijakan publik. Teori sistem fokus pada pengembangan generalisasi tentang
bagaimana tuntutan dan masukan dari para pelaku politik menjadi kebijakan publik atau
output.
David Easton adalah mungkin teori sistem terkemuka. Dia menetapkan teori sistem
dalam serial buku, Sistem Politik (1953), Sebuah Kerangka untuk Analisis Politik (1965), dan A
Analisis Sistem Kehidupan Politik (1965). Menurut Easton, tugas penelitian khusus dari teori
sistem adalah untuk
... mengidentifikasi input dan kekuatan yang membentuk dan mengubah mereka,
untuk melacak proses melalui mana mereka diubah menjadi output, untuk
menggambarkan kondisi umum di mana proses tersebut dapat dipertahankan, dan
untuk membangun hubungan antara output dan input berhasil dari sistem.
Gambar 11.1 mengilustrasikan hubungan antara konsep-konsep pusat dalam Teori Sistem
Easton
TEKNIK POLITIK : TEORI SISTEM EASTON
INP
UT
OU
TPU
TSISTEMPOLITIK
DEMAND
SUPPORT
KEPUTUSAN
KEBIJAKAN
FEEDBACK
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
Gambar. 11.1 teori sistem Easton. Dari David Easton
.
Tabel 11.1
Pendekatan dalam ilmu politik
PENDEKATAN DESKRIPSI TUJUAN UTAMA
Normatif
Institusional
Legal
Fokus pada pemeriksaan ide
teori politik seperti Plato, Locke,
dan Marx.
Fokus pada deskripsi dan analisis
dokumen hukum dan fungsi
badan pemerintah dan pejabat.
Untuk menggambarkan sistem
politik ideal dan bagaimana
hal itu dapat dicapai.
Untuk secara akurat
menggambarkan lembaga-
lembaga hukum dan peran di
dalamnya.
Perkembangan teori tentang
perilaku politik yang dapat
TEORI DAN PENELITIAN DALAM ILMU POLITIK
Tujuan dari ilmu pengetahuan empiris adalah membangun sistem teoritis yang dapat
digunakan untuk memprediksi dan mengendalikan perilaku. Bangunan teori empiris jelas
bukan tujuan dalam salah satu pendekatan yang lebih tradisional dalam ilmu politik. Tujuan
filsafat politik adalah untuk menggambarkan sistem politik yang ideal, sedangkan
institusionalis hukum menganggap deskripsi akurat kode hukum dan lembaga-lembaga
formal sebagai tujuan utama mereka. Penekanannya adalah pada menggambarkan kode unik
dan lembaga-lembaga, dan tidak pada pengembangan tingkat tinggi generalisasi tentang
mereka. Banyak pendukung pendekatan ini menyangkal bahwa tinggi tingkat generalisasi
dan teori-teori dapat dikembangkan dalam ilmu politik karena perilaku manusia sangat
kompleks.
Hanya dalam pendekatan baru untuk ilmu politik-perilaku dan sistem orientasi-adalah
tujuan mengungkapkan pembangunan teori empiris. Sementara pendekatan baru memiliki
konstruksi ketika tujuan mereka, disiplin itu adalah sebagian besar kosong dari teori diuji,
meskipun upaya telah dilakukan, dan masih sedang dibuat, untuk merumuskan dan menguji
teori-teori parsial. Catatan Easton, "Pada umumnya, siswa dalam ilmu politik tidak dianggap
itu berguna untuk mengalokasikan bahkan bagian kecil dari energi kolektif mereka untuk
teori sistematis ..."
Ilmu empiris ditandai dengan prosedur umum, definisi yang tepat, tujuan, kumpulan
data, dan temuan. Hanya dalam pendekatan baru dalam disiplin ini adalah metode yang
digunakan yang begitu jelas menjelaskan bahwa mereka dapat diulang oleh peneliti lain.
Konsep di semua pendekatan tidak jelas dan ambigu. Istilah-istilah seperti negara dan
pemerintah, yang adalah pusat untuk pendekatan tradisional, dan konsep-konsep seperti
kekuasaan, legitimasi, dan otoritas, penting untuk pendekatan baru, sering didefinisikan
secara berbeda. Namun, behavioris membuat upaya bersama untuk membuat istilah mereka
yang tepat, dan untuk mengoperasionalkan mereka untuk tujuan pengukuran.
Dalam semua pendekatan dalam disiplin, objektivitas adalah ideal diungkapkan,
meskipun para pendukung pendekatan yang lebih tradisional tidak selalu jelas membedakan
antara normatif dan pernyataan empiris. Beberapa konsep ilmu politik, yang seharusnya
empiris, sering memiliki konotasi normatif. Istilah-istilah seperti komunisme dan sosialisme
sering digunakan untuk karakteristik mengandung arti negatif, sementara demokrasi dan
kapitalisme lebih sering menyampaikan makna positif.
Pada keseimbangan, ilmu politik tampaknya menjadi salah satu yang paling empiris
dari ilmu perilaku, jika kita mematuhi kriteria didalilkan oleh Berelson dan Steiner. Sejumlah
ilmuwan politik terkemuka mempertimbangkan status ilmiah dari disiplin menyedihkan.
Perjuangan dasar dalam disiplin ini atas tujuan-apakah ilmu politik akan menjadi disiplin
empiris atau satu normatif yang membuat resep bagi masyarakat. Tujuan yang terakhir ini
jelas bertentangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teoritis.
KONSEP ILMU POLITIK
Sepanjang buku ini, kita telah merekomendasikan bahwa guru memilih konsep-
konsep kunci dari masing-masing disiplin ilmu sosial ketika merencanakan studi sosial bagi
kelas SD dan SMP. Untuk membantu guru dalam perencanaannya, kami telah mencoba
mengidentifikasi untuk setiap disiplin apa yang ahli yang menganggap sebagai kunci atau
konsep pengorganisasian. Untuk setiap disiplin, ini telah menjadi tugas yang sulit, karena
penelitian penulis pada disiplin mengungkapkan bahwa beberapa kelompok ilmuwan sosial
dapat setuju tentang apa konsep-konsep kunci dalam disiplin ilmu mereka. Namun,
pendekatan ini tidak ditinggalkan karena itu adalah satu suara. Ketidaksepakatan di kalangan
ilmuwan sosial tentang konsep-konsep kunci dalam disiplin ilmu mereka tidak menunjukkan
bahwa pencarian untuk konsep pengorganisasian tidak valid, namun menunjukkan
rendahnya tingkat perkembangan ilmiah dari ilmu-ilmu sosial. Begitu mereka dewasa,
konsep mereka mengorganisir, generalisasi, dan teori-teori akan lebih mudah untuk
diidentifikasi.
Tingkat pengembangan konsep dalam disiplin ilmiah mencerminkan status; konsep
yang jelas dan operasional didefinisikan dalam disiplin ilmu yang lebih sangat maju; mereka
cenderung menjadi kabur dan ambigu dalam disiplin ilmu yang mengalami upaya pertama
mereka untuk menjadi ilmiah. Sebelumnya, kami telah mencatat bahwa konsep sosiologis
yang lebih jelas daripada dalam sejarah dan antropologi; fakta ini menunjukkan bahwa
sosiologi telah mencapai tahap yang lebih tinggi perkembangan ilmiah dari sejarah dan
antropologi.
Setiap upaya untuk mengidentifikasi kunci atau mengorganisir konsep-konsep dalam
ilmu politik ditakdirkan untuk menjadi sia-sia karena perbedaan besar pendekatan dalam
disiplin. Masing-masing pendekatan, sampai batas tertentu, mempekerjakan satu set konsep
yang unik. Konsep hukum alam erat dengan filsafat politik namun agak asing dengan
pendekatan sistem. Ciri-ciri ilmu politik membuatnya sangat sulit untuk memilih konsep-
konsep pusat untuk instruksi, Patterson telah menunjukkan:
Keragaman yang luar biasa dari lapangan, konflik internal, kurangnya telah disepakati
struktur teoritis yang koheren, ambiguitas, dan pertumbuhan saat ini di berbagai
arah, bergabung untuk membuatnya rumit untuk digunakan untuk rekonstruksi studi
sosial di sekolah.
Walaupun ilmu politik menyajikan masalah instruksional khusus, pendekatan
konseptual yang direkomendasikan dalam buku ini dapat ia gunakan untuk mengajar anak-
anak perspektif unik untuk disiplin dan generalisasi tentang perilaku politik. Pilihan sejumlah
konsep dari masing-masing orientasi dalam disiplin harus menjadi bagian integral dari
program studi sosial untuk kelas SD dan SMP. Namun, meskipun beberapa konsep dari
pendekatan tradisional harus diajarkan (seperti konstitusi), guru harus memilih sebagian
besar konsepnya dari pendekatan yang lebih modern karena dua alasan: (1) Pendekatan ini
membangun generalisasi ilmiah tentang perilaku politik, dan (2) pendekatan tradisional yang
mudah disalahgunakan oleh guru. Ketika guru menggunakan pendekatan tradisional,
penekanan mudah bergeser ke anak-anak yang membutuhkan untuk menghafal tugas dan
berbagai kantor kekuasaan, dan jauh dari membantu mereka untuk memperoleh generalisasi
tentang sistem politik. Pendekatan normatif memungkinkan guru untuk memoralisasi, tanpa
bukti, tentang manfaat tertentu institusi-nilai yang tidak sepenuhnya ditunjukkan. Hal ini
juga menempatkan penekanan yang tidak semesteinya pada pandangan otoritas, apakah
klasik (Plato, Aquinas, Crotius, atau Locke) atau kontemporer (Lippman, Lassweli, atau
Hyneman).
Tidak ada usaha yang dibuat di bawah ini untuk daftar konsep-konsep
pengorganisasian dalam ilmu politik untuk alasan yang disebutkan di atas. Namun, beberapa
konsep penting adalah sentral untuk pendekatan yang berbeda. Kebanyakan dari mereka
akan membahas terkait dengan orientasi perilaku. Konsep-konsep yang penting bagi
pendekatan sistem tidak dibahas penyebabnya Gambar 11,1 grafis menjelaskan konsep-
konsep kunci dari metode ini. Konsep-konsep kunci dari pendekatan sistem tentu dapat
digunakan oleh guru kelas untuk mengajar anak-anak generalisasi utama tentang sistem
politik. Konsep input, tuntutan, dan output dapat dipahami oleh anak-anak muda.
Pengendalian Sosial
Kontrol sosial adalah peraturan perilaku manusia oleh kekuatan sosial di luar dan dijaga oleh
hukum dan aturan yang muncul dalam setiap masyarakat dan institusi. Setiap institusi harus
memiliki cara untuk mengontrol perilaku anggota dalam rangka untuk mencapai tujuan dan
untuk menjaga lingkungan di mana individu dan kelompok dapat memuaskan keinginan dan
kebutuhan mereka. Hukum yang mengatur perilaku dalam suatu masyarakat biasanya
ditemukan dalam dokumen-dokumen tertulis seperti aturan hukum dan konstitusi. Hukum
mencerminkan norma-norma dan nilai-nilai suatu masyarakat. Norma-norma yang sangat
penting bagi masyarakat biasanya menjadi undang-undang, dan pelanggar norma-norma
yang dihukum oleh negara. Amerika, setidaknya secara verbal, nilai kehidupan manusia dan
percaya bahwa seorang individu yang mengambil nyawa orang lain, dalam kebanyakan
situasi, harus dihukum. Oleh karena itu ilegal untuk membunuh seseorang dalam berbagai
situasi.
Ada banyak kesempatan di kelas-kelas SD dan SMP bagi guru untuk memperkenalkan
konsep ini. Siswa bisa membuat daftar aturan bahwa mereka harus mematuhi dalam institusi
seperti rumah, sekolah, dan gereja, dan negara mana yang aturan yang mereka anggap
penting. Melalui studi tentang aturan dan hukum dalam masyarakat kita, anak-anak akan
menemukan bahwa banyak hukum dan aturan yang telah lama digunakan dan tidak lagi
fungsional dalam masyarakat kita yang berteknologi tinggi dan padat penduduk. Beberapa
menyatakan bahwa undang-undang aborsi dianggap disfungsional dalam masyarakat saat ini
mencabut hukum yang melarang aborsi. Sebuah studi hukum sepanjang sejarah akan
membantu siswa untuk menemukan bagaimana masyarakat terus menghapuskan hukum
lama dan membuat yang baru dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan untuk
memecahkan masalah-masalah kontemporer. Namun, sering kali ada jeda waktu panjang
antara kebutuhan masyarakat dan penciptaan hukum baru atau meninggalkan yang lama.
Negara
Konsep negara adalah pusat untuk pendekatan tradisional dalam ilmu politik. Ilmu politik
sering didefinisikan oleh kaum tradisionalis sebagai studi hukum pemerintah negara.
Walaupun konsep ini telah didefinisikan dalam berbagai cara, kadang-kadang didefinisikan
sebagai institusi yang memiliki tanggung jawab utama untuk menjaga tatanan sosial,
biasanya dalam wilayah geografis didefinisikan secara hukum. Ketika mempelajari konsep ini,
siswa dapat memeriksa kode-kode hukum, konstitusi, hukum, dan sanksi bahwa negara
menggunakan untuk mempertahankan kontrol sosial. Mereka juga bisa diminta untuk
berhipotesis tentang apa yang mungkin terjadi dalam masyarakat tanpa sebuah lembaga
yang tanggung jawab utama adalah pemeliharaan ketertiban. Ketika konsep ini dipelajari,
konsep hukum juga bisa dengan mudah diperkenalkan.
Pemerintah
Erat terkait dengan konsep negara adalah konsep pemerintah. Pemerintah adalah lembaga
negara yang digunakan untuk mempertahankan kontrol sosial. Ini terdiri dari "Secara legal
lembaga berbasis masyarakat yang membuat keputusan mengikat secara hukum."
Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan satu individu atau kelompok untuk mempengaruhi,
mengubah, memodifikasi, atau dalam beberapa cara lain mempengaruhi perilaku orang lain.
American Medical Association memegang kekuasaan ketika untuk beberapa tahun itu
berhasil diblok bagian dari tagihan bantuan medis, sehingga mempengaruhi mereka yang
membutuhkan perawatan medis murah. Kekuasaan adalah sebuah konsep penting dalam
ilmu politik, beberapa ilmuwan politik mendefinisikan disiplin sebagai studi tentang
perjuangan untuk kekuasaan. Anak-anak dapat menemukan konsep ini berguna karena
mereka berusaha untuk memperoleh generalisasi tentang perilaku politik.
Legitimasi
Sebuah pemerintahan dianggap sebagai sah ketika individu yang terkena kebijakan
menerima otoritas yang valid. "Keluar dari kesetiaan mereka untuk menegakkan keputusan
sendiri dan bebas sistem politik dari tugas yang mustahil mendukung setiap keputusan
dengan kekuatan."
Otoritas
Pemimpin politik memiliki otoritas ketika mereka mampu membuat keputusan dan undang-
undang yang mengikat secara hukum bagi individu dalam suatu sistem politik. Individu atau
kelompok bisa mencapai otoritas dalam berbagai cara. Mereka mungkin dipilih oleh rakyat,
ditunjuk oleh para pemimpin, atau mengambil otoritas secara paksa, seperti pada kudeta
atau revolusi. Sebuah sistem politik untuk berfungsi dengan lancar, itu nccessary untuk
wewenang untuk menjadi sah, jika tidak, pemerintah harus mengeluarkan terlalu banyak
energi menegakkan keputusan mereka.
Kepentingan Kelompok
Sebuah kepentingan kelompok adalah kumpulan dari individu-individu yang berbagi
keprihatinan umum dan tujuan, mereka mengorganisir dalam rangka lebih efektif mencapai
tujuan mereka bersama. Di negeri ini, lobby yang paling sering digunakan taktik politik
mereka. Kelompok-kelompok seperti American Medical Association, Bar Association, dan
Asosiasi Pendidikan Nasional menjadi aktif dalam politik pada saat pemilihan atau masalah
muncul yang dapat mempengaruhi mereka merasa kepentingan mereka.
Sosialisasi Politik
Proses di mana seorang individu memperoleh sikapnya, keyakinan, dan persepsi dari sistem
politik yang dikenal sebagai sosialisasi politik. Perilaku para ilmuwan politik telah menunjukkan
banyak kepentingan dalam konsep ini. Penelitian mereka menunjukkan bahwa dari banyak
institusi yang mempengaruhi sikap anak terhadap sistem politik, keluarga adalah yang paling
penting. Seorang individu biasanya merupakan anggota partai politik yang sama sebagai
penelitian terbaru orang tuanya menunjukkan bahwa sikap dasar politik anak-anak terbentuk
selama tahun-tahun awal mereka ketika mereka berusia antara tiga dan tiga belas. Temuan ini
memiliki implikasi penting untuk studi politik di kelas-kelas SD dan SMP. Sebuah program harus
dilaksanakan selama tahun-tahun jika sekolah adalah untuk memainkan peran penting dalam
sosialisasi politik pemuda. Ketika siswa mencapai sekolah tinggi itu hampir terlambat.
Politik Budaya
Sikap, persepsi, dan keyakinan bahwa individu memiliki terhadap politik disebut kultur politik.
Budaya politik terutama "berkaitan dengan pola-pola orientasi psikologis untuk aksi politik."
Para peneliti telah menemukan bahwa budaya politik berbeda dalam berbagai bangsa. Di
Amerika Serikat, politik dianggap sebagai bisnis kotor, dan politisi dianggap sebagai orang yang
tidak jujur. Namun budaya politik Amerika dianggap sebagai "peserta" budaya karena tingginya
tingkat keterlibatan Amerika dalam politik, dibandingkan dengan tingkat keterlibatan politik di
negara-negara lain. "Budaya Italia adalah salah satu keterasingan politik, perasaan rendah
nasional kebanggaan, ketidakpercayaan terhadap pemerintah, dan sedikit rasa kewajiban.
Budaya politik di Meksiko ditandai sebagai 'kombinasi dari keterasingan dan aspirasi. "21 Dalam
rangka untuk memperoleh generalisasi tentang budaya politik, anak-anak bisa membandingkan
dan kontras budaya politik negara yang berbeda.
Sistem Politik
Sistem politik terdiri dari semua proses dan lembaga yang menghasilkan pembuatan kebijakan
publik. Perjuangan kelompok bersaing untuk kekuasaan politik merupakan aspek utama dari
sistem politik. Komponen-komponen berikut ini penting untuk sistem politik: "orang-orang yang
diperintah, pejabat berwibawa, proses (pilihan) politik, struktur pemerintahan, proses
pembuatan kebijakan, dan kebijakan otoritatif Kekuasaan mungkin didistribusikan secara
luas.... antara semua enam komponen atau mungkin terkonsentrasi di satu atau beberapa
komponen " Studi tentang sistem politik akan membantu anak-anak memahami bagaimana
semua elemen politik saling berhubungan.. Metode analisis yang dirumuskan oleh David Easton
(lihat Gambar. 11.1) dapat digunakan oleh guru sebagai panduan. Anak-anak seharusnya tidak
hanya menganalisis sistem politik kita sendiri, tetapi harus membandingkan dan kontras dengan
sistem politik di seluruh dunia. Mereka harus belajar bahwa orang di mana telah merancang
beberapa bentuk kehidupan politik.
GENERALISASI ILMU POLITIK
Banyak dari apa yang kita katakan tentang konsep-konsep ilmu politik ini juga berlaku
generalisasi politik, karena hubungan antara konsep negara generalisasi. Generalisasi dalam
ilmu politik, seperti di disiplin perilaku lain, sangat bervariasi dalam generability mereka,
dukungan empiris, dan nilai mereka untuk prediksi. Banyak generalisasi dalam disiplin yang
normatif dan pernyataan nilai; pernyataan ini mencerminkan orientasi normatif yang dominan
yang telah ada dalam disiplin sejak pertama kali muncul. Banyak generalisasi politik tingkat
rendah pernyataan yang menggambarkan karakteristik dari berbagai hukum dan institusi.
Sebagian besar generalisasi yang dirumuskan oleh para behavioris yang terkait dengan perilaku
pemilih, ini adalah juga pernyataan tingkat rendah terutama empiris.
Dalam memilih generalisasi untuk memandu studi politik di kelas-kelas SD dan SMP,
guru harus memilih pernyataan hanya yang dapat diverifikasi secara empiris. Daftar
Kebanyakan dari generalisasi ilmu politik yang disiapkan oleh komite kurikulum berisi
pernyataan banyak nilai. Daftar tersebut juga mengandung pernyataan-pernyataan sederhana
bahwa banyak guru harus mengabaikan. Dua pernyataan berikut ini dari daftar generalisasi ilmu
politik dalam panduan kurikulum negara: "orang muda menghormati dan mematuhi orang tua
dan guru"; "Otokrasi, atau sentralisasi yang serupa kekuasaan di satu orang atau badan,
berkembang ketika warga melalaikan tanggung jawab mereka. " Pernyataan-pernyataan ini
menyesatkan dan sangat normatif. Banyak anak muda, khususnya sekarang, tidak menghormati
atau menaati orang tua mereka sangat sering. Pernyataan terakhir ini sebagian besar normatif
serta terlalu sederhana. Pernyataan-pernyataan mencolok menunjukkan sebuah fakta yang
telah ditekankan di seluruh buku ini: penataan kurikulum di sekitar konsep pengorganisasian
dan generalisasi tidak menjamin sebuah program sosial yang efektif. Tidak hanya dapat dipilih
generalisasi akurat, tetapi guru dapat mengajarkan mereka menggunakan metode tradisional
yang telah terbukti efektif. Generalisasi berikut ini, bagaimanapun, adalah contoh dari jenis
yang dapat memandu studi ilmiah perilaku politik di kelas-kelas SD dan SMP:
Dalam setiap masyarakat dan institusi, peraturan dan hukum muncul untuk mengatur perilaku
individu; individu biasanya mengalami beberapa bentuk hukuman ketika otoritas menangkap
mereka melanggar hukum.
Aturan dan hukum mencerminkan nilai-nilai dasar dalam masyarakat atau lembaga.
Dalam setiap masyarakat, beberapa individu atau kelompok yang berwenang untuk membuat
keputusan yang mengikat dan untuk mengalokasikan nilai-nilai.
Berbagai jenis sistem politik yang digunakan dalam berbagai masyarakat untuk menentukan
kebijakan publik dan untuk mengatur perilaku.
Kediktatoran kadang-kadang menimbulkan daya ketika sebuah bangsa telah mengalami sebuah
revolusi yang diarahkan terhadap sebuah rezim lama dianggap sebagai penindasan oleh kaum
revolusioner.
Kepentingan Kelompok upaya terorganisir untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan publik
ketika mereka percaya bahwa kebijakan tersebut akan mempengaruhi tujuan mereka.
Individu lebih mungkin untuk mempengaruhi kebijakan publik saat bekerja dalam kelompok
daripada saat bekerja sendiri.
Individu dan kelompok menggunakan metode-metode ekstrim untuk mengubah kebijakan
publik ketika mereka merasa bahwa pemerintah tidak responsif terhadap kebutuhan mereka
atau bahwa saluran yang sah untuk pengentasan keluhan tidak efektif.
Pihak berwenang mungkin akan kasar diganti jika mereka tetap tidak responsif terhadap
tuntutan publik.
Ketika otoritas merasa bahwa ideologi dasar dan kesejahteraan sistem politik mereka sedang
terancam, mereka dapat mengambil tindakan ekstrim terhadap individu dan kelompok, yang
menyangkal hak-hak dasar yang dijamin oleh hukum negara.
Pihak berwenang cenderung menolak setiap perubahan yang mereka merasa akan mengurangi
kekuasaan mereka dan pengaruh.
Ketika kekuasaan mereka terancam, pihak berwenang kadang-kadang menciptakan situasi yang
memberikan kritik mereka ilusi pengaruh berolahraga, meskipun kekuatan yang sebenarnya
masih dalam kontrol pemerintah.
Konflik muncul dalam sebuah sistem politik ketika individu atau kelompok memiliki tujuan yang
bersaing dan / atau menafsirkan arti dari hukum berbeda.
Pemimpin muncul ketika individu mampu mengartikulasikan dan mewujudkan keinginan dan
tujuan kelompok; pemimpin kehilangan kekuatan dan pengaruh mereka ketika kelompok per ¬
ceive tujuan mereka berbeda dari orang-orang dari pemimpin mereka.
Pihak berwenang berusaha untuk melegitimasi kekuasaan mereka untuk mempertahankan
kontrol (yaitu, meyakinkan konstituen mereka bahwa mereka memiliki hak untuk memerintah
karena hak ilahi, Konstitusi, dll) dan sistem politik yang stabil.
STUDI POLITIK DI SEKOLAH SD DAN SMP
Studi politik biasanya diabaikan atau diperlakukan dangkal di SD dan SMP, dan diajarkan
dengan pendekatan historis dan hukum-institusional di SMP. Studi Politik diabaikan dan buruk
yang diajarkan terutama karena tujuan pendidikan politik yang ambigu, membingungkan, dan
kontradiktif.
Tujuan yang paling sering mengaku studi politik adalah untuk mengembangkan warga
negara patriotik yang setia kepada bangsa kita dan berkomitmen terhadap ideologi demokrasi.
Namun, "warga negara patriotik" jarang didefinisikan secara jelas. Dalam rangka untuk
melestarikan nilai-nilai yang dominan dan sistem pemerintahan, setiap negara-negara harus
bersosialisasi warganya sedemikian rupa sehingga menanamkan ideologi dominan tersebut.
Dengan demikian, mengembangkan warga negara yang setia dan patriotik adalah tujuannya.
Namun, di negara Amerika Serikat studi politik sering diajarkan buruk karena cara guru dan
penulis buku teks telah menafsirkan kata "patriotik." Seorang warga negara patriotik biasanya
dianggap sebagai salah satu suara yang secara teratur, taat hukum, menghormati bendera
melambaikan sesekali dan jarang mengkritik-pemimpin politik kita. Dia percaya bahwa
demokrasi yang dipraktikkan di Amerika Serikat adalah bentuk terbaik dari pemerintah, bukan
hanya untuk Amerika, tetapi untuk semua orang di mana-mana.
Dalam semangat mereka untuk mengembangkan warga negara seperti, pendidik telah
menulis buku teks kewarganegaraan yang memuji keajaiban dari Amerika Serikat dan
menjelaskan, secara rinci, kekurangan dari negara-negara lain, terutama negara-negara
Komunis. Ketidaksempurnaan dalam masyarakat Amerika yang diberikan sedikit sekali, jika ada,
perhatian. Para diskriminasi yang dialami oleh kelompok minoritas, perempuan, dan kaum
miskin, dan konflik nilai yang membagi masyarakat kita, jarang dibahas dalam teks-teks sekolah
SMP kewarganegaraan tinggi. Dalam meringkas buku-buku teks studi kewarganegaraan,
Massialas menulis:
. .. gambar berikut Amerika diberikan kepada generasi muda: (I) pemerintah beroperasi pada
prinsip persetujuan dari yang diperintah; (2) Amerika adalah negara terbaik untuk hidup di; 3)
warga negara Amerika adalah pemilih paling rasional; (4) bentuk pemerintahan Amerika adalah
yang terbaik dan paling appropriate untuk semua masyarakat pada setiap tahap pembangunan,
dan (5) sejak Amerika adalah yang paling kuat dan negara yang paling demokratis, itu harus
kiper dunia. Singkatnya, "Kami adalah yang terbesar ..."
Jika kita meneliti buku pelajaran sekolah dasar dan tinggi, kita sering menemukan
gambaran mulia dari Amerika Serikat. Mereka mengatakan bahwa Amerika mungkin merasa
bangga dengan fakta bahwa negara mereka berdiri sebagai juara besar kebebasan dan
demokrasi di urusan dunia, dan bahwa secara umum, kita menganggap negara-negara yang
mendukung kebebasan sebagai teman Amerika Serikat. Kita diberitahu bahwa negara-negara
yang mendukung komunisme dan bentuk lain dari kediktatoran mempertimbangkan Amerika
Serikat untuk menjadi musuh terbesar mereka. "Ini adalah hal yang besar bagi orang-orang
bebas untuk menjadi dikenal sebagai juara kebebasan," negara satu book.
Banyak guru kelas juga bergabung dengan "konspirasi keheningan" untuk kekurangan
melindungi Amerika dari siswa. Banyak guru merasa bahwa jika anak-anak terkena jelek aspek
kehidupan Amerika, mereka akan menjadi sinis dan kehilangan iman dalam syahadat Amerika.
Mereka berpendapat lebih lanjut bahwa masa kanak-kanak harus menjadi periode yang
menyenangkan dalam kehidupan seseorang dan bahwa fakta-fakta tersebut akan
membangkitkan kekhawatiran yang tidak perlu antara anak - anak. Juga, mereka berpendapat,
anak-anak akan belajar tentang masalah kita ketika mereka dewasa, dan ini cukup cepat.
Untuk sejumlah alasan pendekatan manis dan cahaya untuk mempelajari masalah
politik tidak sehat. Meskipun ada beberapa alasan mengapa suara anak TK ¬ anak harus belajar
tentang skandal politik besar yang secara historis bayangan gelap pada kehidupan politik
Amerika, anak-anak pada usia dini harus belajar untuk membedakan antara cita-cita dari suatu
sistem politik dan realitas politik. Sebagai contoh, siswa harus tahu aturan dan hukum yang
mengatur perilaku mereka di kelas mereka, kamar dan di sekolah, mereka juga harus tahu
bahwa individu sering melanggar peraturan dan hukum dan sering dihukum ketika mereka
lakukan. Untuk mengajarkan anak-anak bahwa semua orang Amerika sebenarnya memiliki
perlindungan yang sama di bawah hukum yang salah. Namun, anak-anak harus menyadari cita-
cita kita serta perilaku aktual kita. Mereka harus tahu bahwa ideal sistem peradilan kita adalah
perlindungan hukum yang sama bagi semua warga negara. Ketika siswa akan-datang menyadari
kedua cita-cita dan perilaku yang sebenarnya, mereka menyadari pekerjaan yang harus
dilakukan untuk membuat lebih konsisten.
Sebuah program studi politik yang menekankan kekuatan dan kelemahan negara-negara
lain melanggar tujuan kami untuk mengembangkan komitmen terhadap proses demokrasi. Kita
tidak dapat menggunakan strategi pengajaran otoriter untuk mengembangkan apresiasi
prinsip-prinsip demokrasi. Cara terbaik untuk membantu anak-anak belajar nilai-nilai demokrasi
adalah untuk mengekspos mereka ke suasana kelas yang demokratis, dan untuk memberikan
kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam program aksi demokrasi, seperti
pemerintahan mahasiswa. Dalam sebuah kelas demokratis anak bebas untuk memeriksa semua
sisi dari suatu masalah, untuk tidak setuju dengan guru, dan untuk mencapai kesimpulan
independen mereka sendiri ketika membahas isu-isu politik. Hanya dengan cara ini anak-anak
dapat mengembangkan komitmen rasional terhadap ideologi demokrasi.
Pendekatan hukum-kelembagaan yang secara historis mendominasi ilmu politik jelas
dalam teks-teks kewarganegaraan dan program. Pendekatan ini sangat konsisten dengan
pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengembangkan "patriotik" warga, sebuah fakta
yang mungkin diperhitungkan untuk penerimaan yang luas di kalangan pendidik. Dengan
metode ini, siswa mempelajari wewenang hukum dan tanggung jawab berbagai posisi politik,
dan fungsi dari berbagai cabang pemerintahan. Penekanannya adalah pada menghafal fakta
dan pengalaman mereka kepada guru. Pendekatan ini memberikan mahasiswa suatu konsepsi
yang tidak realistis dari sistem politik kita karena mengabaikan peran aktor individu dan 'politik.
Untuk memahami bagaimana sebenarnya tagihan berlalu, seseorang tidak bisa hanya studi
konstitusi, tetapi harus tahu bagaimana tekanan kelompok yang bersaing bekerja untuk
mempengaruhi pembentukan kebijakan publik. Simulasi permainan seperti Demokrasi dan
Nepoli dapat membantu anak-anak memahami proses informal seperti tawar-menawar, jual-
beli suara, penjanjian dukungan sebagai imbalan atas dukungan lain tentang isu-isu lain,
mendorong dan menangani, pengorbanan, menyesatkan orang lain, dan kegiatan licik lainnya.
Jadi banyak untuk pendekatan tradisional untuk pendidikan politik yang mungkin tidak sehat.
Kami menyarankan bahwa mereka tidak efektif terutama karena tujuan yang ambigu dan
bingung.
Apa yang harus menjadi tujuan studi politik di SD dan SMP ? Tujuan studi politik harus
sama sebagai tujuan dari seluruh program studi sosial. Studi politik harus membantu anak
mencapai memahami temuan yang akan memungkinkan mereka untuk membuat keputusan
pribadi dan publik, suara pada isu-isu yang akan mempengaruhi kehidupan mereka,
masyarakat, dan bangsa. Kami menyatakan ini sebagai tujuan untuk program studi sosial. Setiap
disiplin ilmu sosial telah perspektif dan konsep yang dapat berkontribusi untuk tujuan ini.
Karena tujuan studi politik harus sama sebagai tujuan dari program studi keseluruhan
sosial, konsep-konsep ilmu politik dan generalisasi harus diidentifikasi dan diajarkan dalam
mode sekuensial dan spiral seluruh program SD dan SMP studi sosial. Sementara beberapa
konsep ilmu pengetahuan tradisional politik harus dipilih, penekanan harus pada konsep-
konsep yang memberikan anak gambaran yang lebih realistis tentang bagaimana sebuah sistem
politik yang benar-benar beroperasi. Konsep seperti kontrol sosial, kekuasaan, dan otoritas
harus merupakan bagian besar dari program dalam studi politik dasar.
Sebuah konsep seperti kontrol sosial (seperti diwujudkan dalam aturan dan hukum)
dapat diajarkan kepada anak-anak di semua kelas SD dan SMP. Guru tidak perlu untuk
memperkenalkan konten baru dalam rangka untuk mengajarkan konsep ini, ia dapat
menggunakan sampel konten yang secara tradisional diajarkan dalam kelas Suatu generalisasi
yang berkaitan dengan konsep (seperti "Di setiap aturan masyarakat, peraturan, dan hukum
muncul untuk mengatur perilaku individu ") dapat dipilih untuk panduan instruksi. Suatu
generalisasi terkait juga dapat diidentifikasi, seperti "Individu biasanya mengalami beberapa
bentuk hukuman ketika mereka tertangkap melanggar aturan dan hukum."
Di TK, misalnya, guru bisa meminta anak-anak untuk menyatakan beberapa aturan
bahwa mereka seharusnya taat di rumah, di tempat bermain, di dalam kelas, dan sementara
berjalan pulang dari sekolah. Mungkin termasuk tanggapan, "aku harus pergi tidur pada 07:00,"
"Saya tidak bisa bicara ketika orang lain membaca di kelas," atau "Saya harus menunggu sampai
lampu berubah hijau sebelum aku bisa menyeberang jalan." Guru kemudian dapat meminta
anak-anak apa yang akan terjadi kepada mereka jika mereka tertangkap melanggar aturan dan
hukum. Akhirnya, dia bisa meminta mereka untuk berhipotesis tentang mengapa kita memiliki
aturan dan hukum, dan apa yang mungkin terjadi dalam suatu masyarakat atau lembaga yang
tidak memiliki aturan atau peraturan Guru dapat mencoba demonstrasi. Misalnya, ketika anak-
anak berjalan di suatu pagi, ia dapat memberitahu mereka bahwa untuk jangka waktu satu jam
semua aturan di dalam kelas akan ditunda. Sebuah diskusi yang berhubungan dengan
generalisasi dapat mengikuti percobaan. Anak-anak di kelas-kelas yang lebih tinggi dapat
memperoleh generalisasi yang sama dengan mempelajari kota, negara, dan hukum nasional.
Sebuah sekolah SMP eksperimental program studi sosial yang tinggi, Manusia Sebagai
Makhluk Politik (dikembangkan oleh Layanan Pendidikan) didasarkan pada pendekatan
konseptual. Dua konsep politik mengorganisir digunakan untuk struktur kurikulum, kekuasaan
dan budaya politik. Patterson menjelaskan program sebagai berikut:
... anak-anak melihat berbagai fenomena manusia, sepanjang jalan dari hubungan
kekuasaan di sekolah mereka sendiri untuk hubungan kekuasaan dalam kematian dari
Republik Romawi. Beberapa [pertanyaan yang mereka belajar] adalah:
Apa daya dalam masyarakat manusia?
Mengapa kekuasaan menjadi bagian dari masyarakat manusia?
Apakah kekuatan mengandalkan?
Apa nilai-nilai kekuasaan?
Apa kejahatan kekuasaan?
Bagaimana orang-orang melindungi diri terhadap ekses kekuasaan?
Bagaimana kekuasaan beroperasi untuk bertahan hidup?
Apa kondisi di mana kekuasaan memuakkan dan mati?
Ketika mempelajari konsep budaya politik, anak-anak menelitian masalah ini:
Mengapa (misalnya, dalam hal tempat, waktu, pembangunan ekonomi, dll) ada berbagai
jenis budaya politik?
Bagaimana budaya umum atau cara hidup yang total dari orang mempengaruhi pola
khusus dari perilaku kita sebut budaya politik? Pada gilirannya, bagaimana budaya
politik mempengaruhi kebudayaan czeneral?
Hubungan apa yang ada-dan mengapa - antara budaya politik dan teknologi?
Bagaimana anak-anak belajar budaya politik?
Apa jenis budaya politik yang kita orang Amerika hidup dalam, bagaimana kita datang ke
sana, I apa mungkin itu di masa depan?
Inovatif program ilmu pengetahuan politik yang lain, dirancang untuk nilai sekolah
tinggi, Perilaku Politik Amerika oleh Howard Mehlinger dan John J. Patrick. Program, yang
mencoba untuk, siswa hadir dengan temuan ilmuwan sosial tentang perilaku politik, berfokus
pada kegiatan politik warga khas dan pemimpin politik .* studi kasus, permainan simulasi,
survei sikap politik, dan pengolahan data kegiatan merupakan komponen utama dari program
ini.
Guru dapat mempelajari materi dalam proyek seperti Manusia Sebagai Makhluk Politik
dan Perilaku Politik Amerika ketika memilih konsep untuk mengembangkan dalam penelitian
sosial mereka sendiri. Banyak konsep contoh yang sangat baik, strategi pengajaran, dan bahan-
bahan yang ditemukan dalam program ini, yang dapat diadaptasi untuk digunakan dengan
siswa di kelas-kelas SD dan SMP.
Kami telah menyajikan suatu pemikiran dalam bab ini. Kami juga menyarankan bahwa
guru memeriksa alasan untuk pendidikan politik yang disajikan dalam monografi
Membandingkan Pengalaman Politik oleh Judith A. Gillespie dan John J. Patrick (Washington,
DC: Asosiasi Ilmu Politik Amerika, 1974).
STRATEGI UNTUK MENGAJAR KONSEP ILMU POLITIK TERPILIH DAN GENERALISASI
Kami telah menunjukkan bagaimana konsep-konsep ilmu politik dan generalisasi terkait dapat
diidentifikasi dan dijadikan bagian integral dari program studi keseluruhan sosial. Setelah guru
telah mengidentifikasi konsep-konsep dan generalisasi bahwa mereka berharap anak - anak
untuk menguasai, mereka dapat merancang strategi pengajaran yang sesuai. Anak-anak
memiliki banyak pengalaman yang dapat dilihat dari perspektif ilmu politik; guru harus
menggambar pada pengalaman-pengalaman sebanyak mungkin ketika mengajar ide-ide kunci
dari disiplin. Kami telah memilih sebuah generalisasi yang berkaitan dengan kontrol sosial
(aturan dan hukum) dan strategi mengajar yang disarankan untuk sampel itu. Generalisasi yang
berkaitan dengan kontrol sosial yang penting karena mereka menunjukkan bahwa orang-orang
di semua masyarakat menyusun undang-undang untuk mengendalikan perilaku dan konflik itu
dan perjanjian yang sering muncul ketika individu menafsirkan arti dari hukum yang berbeda.
Jumlah tak terbatas cara dapat dirancang untuk mengajarkan konsep dan generalisasi sampel
kami. Strategi yang disajikan di bawah ini dimaksudkan untuk melayani sebagai batu loncatan
untuk kreativitas guru.
Generalisasi: Konflik muncul dalam sebuah sistem politik ketika individu atau kelompok
memiliki tujuan yang bersaing dan / atau menafsirkan arti hukum berbeda, aturan dan hukum
mencerminkan nilai-nilai dasar dari suatu masyarakat atau lembaga.
Kelas Primer
Tanyakan kepada siswa: "Apa ada aturan yang Anda miliki di rumah untuk tidur, untuk makan,
dan untuk bermain?" Tanggapan mungkin mencakup: "Pergi tidur pada 8:00, berada di tempat
tidur pada 9:00, makan semua yang ada di piring Anda, makanlah sendiri, mengambil
setidaknya satu gigitan dari makanan di atas piring Anda, bermain di halaman Anda sendiri,
tidak bermain setelah makan malam. " Daftar tanggapan di papan tulis dalam kategori
ditunjukkan dan setiap orang tambahan yang menyarankan tanggapan siswa. Ajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Mengapa ada daftar waktu yang berbeda untuk tidur?
2. Mengapa ada aturan untuk makan?
3. Mengapa ada aturan untuk bermain?
4. Apa yang bisa kita tulis kalimat yang akan berlaku aturan dalam semua keluarga kita? Ulangi
pertanyaan yangiperlukan untuk meminta respon, "Sementara semua fam ¬ ilies memiliki
aturan, setiap keluarga memiliki ide yang berbeda tentang mereka."
5. Apa aturan ini memberitahu kita tentang pentingnya anak-anak kepada orang tua mereka?
(Ulangi pertanyaan yang diperlukan untuk meminta respon yang mencerminkan gagasan bahwa
merawat anak-anak merupakan nilai penting dalam masyarakat kita.)
Tanyakan kepada siswa: "Apa yang beberapa aturan di sekolah bahwa kepala sekolah dan guru
berpikir yang penting, tetapi Anda merasa tidak penting?" Tulis tanggapan pada bagan seperti
berikut:
Aturan Sekolah Tidak Penting untuk Saya Kenapa
Setelah tanggapan dicatat, meminta siswa mengapa mereka berpikir aturan ini penting.
Menulis jawaban mereka di bawah kolom "Mengapa". Sebuah respon sampel mungkin, "Jangan
bicara di lorong." "Kenapa?" "Karena aku ingin berbicara dengan temanku dan tidak pernah
bisa bicara dengannya di kelas." Anda mungkin merencanakan dan melaksanakan percobaan
kembali terkait dalam beberapa aturan bahwa anak-anak telah diidentifikasi sebagai
unmportant. Aktivitas berikut ini, berkaitan dengan berbicara di koridor, bisa direncanakan dan
mobil ¬ Ried dengan guru lain dan kelas nya.
Mintalah siswa dari yang lain berjalan kelas dengan kelas Anda dan berbicara dengan keras,
sementara siswa Anda mengambil tes mengeja. Setelah itu, mintalah masing-masing siswa
untuk merekam apakah ada atau tidak suara yang dibuat oleh siswa lain mempengaruhi
kinerjanya pada tes mengeja. Pada hari lain, kelas harus beralih peran. Memiliki kelas Anda
membuat suara keras di dekat pintu kelas lain sementara siswa di dalamnya adalah mengambil
ujian. Mengumpulkan pengamatan yang dilakukan oleh kedua kelas. Diskusikan hasil dan
bagaimana siswa merasa tentang aturan sekolah setelah percobaan.
Aktivitas berikut ini akan membantu anak-anak menemukan bagaimana konflik dapat muncul
ketika individu menafsirkan arti aturan berbeda. Mintalah beberapa anak untuk bermain peran
situasi kelas yang memiliki aturan yang telah disepakati bahwa tidak ada yang harus berbicara
selama tes matematika sehari-hari. Aturan ini juga menyatakan hukuman. Kertas tes dari orang
yang tertangkap berbicara secara otomatis robek oleh guru. Sementara dia mengambil tes
matematika suatu pagi, Johnny istirahat memimpin dengan pensil nya. Dia diam-diam meminta
Sue untuk pensil ekstra. Setelah tes, beberapa anggota kelas. Bersikeras-bahwa kertas tes
Johnny harus dirobek. Namun, Johnny menjadi marah dan berpendapat bahwa aturan tersebut
tidak berlaku untuk dia karena ia tidak berbicara tetapi hanya meminta pensil bahwa dia sangat
dibutuhkan untuk menyelesaikan tes itu. Setelah situasi bermain peran, tanyakan kepada setiap
anggota kelas untuk mengatakan apakah ia berpikir kertas Johnny harus dirobek. Membantu
siswa untuk memperoleh generalisasi bahwa meskipun kita mungkin memiliki undang-undang
untuk mengatur perilaku, konflik sering muncul ketika individu menafsirkan hukum-hukum
berbeda.
Diskusikan dengan siswa ide kebebasan berbicara sebagaimana diatur dalam Amandemen
Pertama Konstitusi. Tulislah kalimat "kebebasan berbicara" di papan tulis. Ajukan pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:
1. Apakah Pidato itu?
2. Apakah kebebasan? Berikan beberapa contoh. (Sebuah respon yang mungkin "Lakukan apa
pun yang Anda mau.")
3. Mari kita menempatkan gagasan dari dua kata bersama-sama. Apa artinya "kebebasan
berbicara" artinya? (Tulislah jawaban di papan tulis.)
4. Apa saja dari beberapa hal ide kebebasan berbicara yang tidak berarti? (Sebuah contoh,
seperti berikut ini, mungkin diperlukan di sini.)
Anak laki-laki dan perempuan, jika Anda mengalami kesulitan menjawab pertanyaan ini,
mendengarkan cerita ini. Jane di kelas pertama. Dia mengatakan semua anak di kelasnya bahwa
Sam selalu mencuri sesuatu dari mejanya, bahwa dia melihat dia mengambil pisang dari makan
siang, bahwa ia mencuri buku perpustakaan nya dari ruang mantel, dan bahwa ia bahkan
mencuri permen dari Tuan Jones di toko. Segera anak-anak itu berkata kepada Sam, "Kamu
adalah seorang perampok." "Aku tidak akan bermain dengan Kamu." "Kamu tidak bisa
menyentuh barang-barang saya, Sam." "Kau pencuri." Guru Jane menemukan bahwa Jane
berbohong. Tanyakan: Apakah Jane berbicara contohkan apa yang dimaksud dengan
"kebebasan berbicara"? Mengapa atau mengapa tidak?
Berikan kepada setiap kelompok dari dua anak beberapa gambar robek dari majalah. Telah
mereka mengelompokkan halaman ke dalam contoh "kebebasan berbicara" dan "ketidak
bebasan berbicara"Diskriminasi dibuat antara gambar yang mewakili kebebasan dan tidak
bebas untuk berbicara yang tergantung pada interpretasi masing-masing gambar.
Mendorong siswa untuk membicarakan hal ini karena mereka membuat penilaian mereka.
Contoh dari ketidakbebasan bebicara mungkin menunjukkan seorang ayah memarahi anaknya
tanpa memberinya kesempatan untuk membela diri. Contoh kebebasan berbicara dapat dilihat
dari politisi membuat pidato di di forum publik. Para siswa dapat memotong gambar dari
halaman dan lem ke dua grafik berlabel untuk mengembangkan kolase yang mewakili dua
kategori dibahas.
Kelas Menengah
Pilih enam anak dari kelas dan membagi mereka menjadi dua kelompok yang sama. Berikan
Kartu 1 untuk satu kelompok dan Kartu 2 yang lain. Mengarahkan siswa untuk membaca kartu
dan ikuti petunjuk tertulis pada mereka.
Kartu 1. George adalah dituduh mencuri mesin tik dari kantor sekolah dan menjualnya ke
pegadaian dalam rangka untuk membeli bola baru, yang orang tuanya mengatakan bahwa dia
tidak bisa. George adalah siswa. Ia juga kapten tim bisbol dan seorang pemimpin sejati.
Sebagian besar anak laki-laki dan anak perempuan di kelasnya sangat menghormatinya. George
dikenal sebagai teman untuk semua orang dan selalu membantu orang lain keluar. Orang
tuanya sudah dikenal di masyarakat, ayahnya adalah seorang dokter. George mengatakan dia
tidak bersalah. Siapkan pernyataan untuk hadir untuk kelas pada mengapa George harus atau
tidak harus diisi dengan kejahatan itu.
Kartu 2. Joe dituduh mencuri sebuah mesin menambahkan dari kantor sekolah dan menjualnya
ke pegadaian dalam rangka untuk membeli hadiah Natal bagi keluarganya. Joe adalah seorang
mahasiswa yang sangat bodoh yang mendapat sebagian besar mendapatkan nilai D dan
kadang-kadang C. Dia sering di kantor karena terlambat ke sekolah, tidak memperhatikan di
kelas. dan bertengkar di tempat bermain. Memakai pakaian kotor, dan tidak berpartisipasi
dalam olahraga. Temannya hanya Mike, yang tinggal di tempat yang sama. Ayah joe bekerja di
pabrik tepung, Joe bilang dia tidak bersalah. Persiapkan alasan untuk presentasi di kelas
menganga Joe harus atau tidak dibebankan kejahatan.
Mintalah setiap kelompok membaca deskripsi kasus dan menyajikan argumen mereka di depan
kelas. Memiliki suara kelas pada berikut ini:
1. George harus dibebankan dengan kejahatan dan dibawa ke hadapan pihak yang berwenang.
Ya _____ Tidak _______
2. Joe. harus dibebankan dengan kejahatan dan dibawa ke hadapan pihak yang berwenang.
Ya _____ Tidak _______
Rekam sesi, dan menyimpan rekaman dan hasil jajak kelas untuk pelajaran hari berikutnya.
Memutar kaset kemarin mengarahkan siswa untuk mendengarkan fakta-fakta dan asumsi yang
didukung atau ditolak pengisian setiap anak dengan kejahatan itu. Observasi ini harus
dicantumkan pada grafik yang mirip dengan Tabel 11.2. Menghentikan rekaman setelah setiap
presentasi kasus untuk membuat notasi yang disarankan.
Tabel 11.2
Mendukung fakta Asumsi terbuat dari fakta-fakta
George:
Joe:
Mendepak fakta Asumsi terbuat dari fakta-fakta
George:
Joe:
Bagilah kelas Anda menjadi kelompok-kelompok masing-masing lima anak. Langsung masing-
masing kelompok untuk merumuskan interpretasi makna dari pernyataan ini yang
mencerminkan keputusan bulat dari kelompok. Dalam pernyataan interpretatif mereka harus
memberikan contoh lih apa yang mereka pikirkan warga negara dapat dan tidak dapat
melakukannya tanpa melanggar amandemen ini. Setelah siswa telah menyelesaikan tugas ini,
tanyakan pertanyaan-pertanyaan ini:
1. Apa permasalahan yang terjadi dalam kelompok Anda ketika Anda mencoba untuk mencapai
keputusan bulat? Mengapa?
2. Apa sumber masalah Anda?
3. Jika tidak ada permasalahan yang terjadi, mengapa?
Ketik data yang dikumpulkan, dan foto copy materi sehingga setiap siswa dapat memiliki
salinannya. Siswa langsung membaca semua laporan dan mempersiapkan diskusi mengenai
persamaan dan perbedaan dalam interpretasi. Selama diskusi kelas, minta anak-anak untuk
menjelaskan perbedaan dan persamaan dalam interpretasi.
Mintalah siswa Anda untuk membaca surat kabar selama seminggu dan mengumpulkan
contoh-contoh artikel yang berhubungan dengan Amandemen Pertama. Mintalah siswa
menampilkan artikel ini di atas kertas konstruksi dan menulis satu kalimat menuju artikel yang
mengatakan "Dalam artikel ini Amandemen Pertama adalah ditafsirkan bahwa ...." Tampilan
artikel ini di papan buletin. Siswa langsung untuk membacanya sebagai mereka ditampilkan.
Setelah dikumpulkan berbagai artikel, mendiskusikannya dan meminta siswa apakah mereka
setuju atau tidak setuju dengan berbagai penafsiran dari iblis amandemen didemonstrasikan
dalam artikel, dan mengapa. Tanyakan: "Apa yang dalam pengalaman hidup Anda yang
menyebabkan Anda untuk membuat penilaian itu?"
HUKUM TERKAIT PENDIDIKAN: SIFAT DAN TUJUAN
Individu dalam masyarakat kita terus-menerus dihadapkan dengan hukum yang berhubungan
dengan masalah dan situasi. Namun, siswa di sekolah SD dan SMP yang jarang diberikan
kesempatan untuk mengeksplorasi secara menyeluruh aspek-aspek faktual dan moral dari
masalah hukum. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian telah difokuskan semakin hak
hukum anak-anak dan pemuda. 1975 Keputusan Mahkamah Agung Amerika Serikat sangat
memperluas hak-hak hukum mahasiswa dan membuatnya jauh lebih sulit bagi administrator
sekolah untuk mengusir siswa tanpa proses. Sebuah tindakan Kongres memberikan siswa akses
lebih besar untuk file rahasia mereka di tahun yang sama. Pendidikan Harvard Review, sebuah
jurnal berpengaruh, menerbitkan dua masalah khusus pada tahun 1973 dan pada tahun 1974
yang difokuskan pada hak-hak anak-anak dan pemuda.
Masalah yang terkait dengan hak-hak sipil remaja menimbulkan kontroversi di dalam
ruang kelas dan sekolah. Diskusi hangat berlangsung berkaitan dengan hak sekolah untuk
membuat dan menegakkan aturan tentang isu-isu seperti rambut panjang dan kode
berpakaian. Pertanyaan terkait dengan Bill of Rights, seperti kelengkapan kebebasan berbicara,
berkumpul, dan pers, dan masalah yang terkait dengan pencarian dan penyitaan, juga
membangkitkan kontroversi dalam komunitas sekolah. Studi hukum harus menjadi bagian
penting dari kurikulum sekolah. Studi-studi sosial dikenakan tanggung jawab besar bagi hukum-
komponen kurikulum. Dalam sebuah program yang efektif yang berhubungan dengan hukum,
fokusnya adalah pada bagaimana sistem peradilan hukum Amerika dan kriminal pribadi
mempengaruhi kehidupan para siswa di dalam kelas atau sekolah. Orang muda diajarkan baik
hak-hak hukum mereka dan tanggung jawab.
Pendidik dan tenaga peradilan pidana telah dimulai, dalam beberapa tahun terakhir, untuk
pengembangan program dalam hukum terkait pendidikan. Pada tahun 1963 sekelompok
pendidik yang bersangkutan, pengacara, dan personil peradilan pidana bertemu dibawah
kepemimpinan Chicago Bar Association dan mulai untuk merencanakan program pendidikan
untuk mempromosikan studi hukum dalam UU schools.The di American Society Foundation
menerbitkan untuk melakukan pelatihan guru-lokakarya dan mengembangkan kurikulum.
Pekerjaan awal Foundation itu didukung oleh dana federal. Yayasan program telah tumbuh dan
berkembang melalui pengembangan jaringan nasional sebagai sociated proyek. Proyek
independen lainnya telah dikembangkan dan berkembang. Hari ini berhubungan dengan hukum
pendidikan semakin diakui sebagai bagian penting dari suatu program studi sosial modern.
Semakin banyak bahan mengenai hukum terkait pendidikan juga sedang dikembangkan dan
dipublikasikan. Hukum di Amerika Serikat Yayasan mensponsori sejumlah publikasi, termasuk
sebuah jurnal triwulanan, Hukum di American Society: Jurnal dari Pusat Nasional untuk
Pendidikan Hukum Fokus.
Hukum-program yang terkait dirancang untuk membantu siswa memperoleh
pengetahuan dan diperlukan bagi mereka untuk berpartisipasi lebih efektif dalam lembaga-
lembaga hukum kita keterampilan. Sebuah Tujuan utama dari hukum terkait komponen dari
program studi sosial adalah untuk membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk memperoleh hak maksimal hukum dalam
masyarakat kita. Perhatian juga diberikan kepada tanggung jawab bahwa semua warga negara
harus latihan untuk membuat pekerjaan sistem hukum kita yang paling efektif dan adil. Siswa
juga meneliti masalah yang berkaitan dengan perbedaan lebar yang sering ada di antara cita-
cita hukum dan realitas, dan mempertimbangkan apa yang mungkin mereka dapat lakukan
untuk membantu menutup kesenjangan yang lebar antara cita-cita dan realitas. Aspek-aspek
tertentu dari sistem hukum Amerika, termasuk perlindungan dan jaminan yang memperkuat
hak-hak dasar kita hukum, ditekankan dalam hukum terkait pendidikan.
Sebagai hasil dari keterlibatan dalam hukum terkait pendidikan, siswa harus:
1. Mengembangkan pemahaman tentang hak dan tanggung jawab dan menjadi akrab dengan
"landmark" keputusan Mahkamah Agung yang memperjelas nilai.
2. Memahami kebutuhan masyarakat untuk aturan dan hukum, asal mereka dan modifikasi,
dan konsekuensi keseriusan dan potensi pelanggaran mereka.
3. Memeriksa banyak bidang hukum perdata yang mempengaruhi mereka-pernikahan dan
perceraian, kontrak, asuransi, kesejahteraan, pajak, dan ke mana harus pergi untuk informasi
lebih lanjut atau bantuan di daerah-daerah.
4. Jelajahi sistem peradilan pidana, divisi, departemen (lokal, negara bagian, dan nasional),
kemungkinan perubahan dalam sistem dan metode untuk mencapai mereka.
5. Menunjukkan perubahan terukur dalam pengetahuan dan sikap mereka tentang hukum dan
sistem peradilan pidana-dengan demikian menyiapkan mereka untuk berpartisipasi dalam
sistem hukum masyarakat kontemporer.
Studi kasus metode dan pendekatan penelitian yang sering digunakan dalam pengajaran
hukum terkait komponen dari program studi sosial baik di dasar dan sekolah menengah. Ketika
memeriksa studi kasus, terutama yang kontroversial, siswa mengeksplorasi moral dan hukum
implikasi kasus ini, serta perasaan mereka sendiri dan sikap terhadap masalah dan orang yang
terlibat. Jenis kasus memberikan kesempatan siswa untuk lebih meningkatkan pengambilan
keputusan keterampilan dan kemampuan. Guru dapat meminta siswa bermain peran kasus-
kasus hukum kontroversial, dan menunjuk anak-anak berbeda untuk bermain hakim, para
pengacara-juri, dan menuntut, dan terdakwa. Jika kasus sudah diputuskan, para siswa dapat
mendiskusikan mengapa keputusan mereka dalam kasus ini mirip dengan atau berbeda dari
putusan dalam kasus yang sebenarnya.
Perhatian besar diberikan kepada hukum lokal, lembaga-lembaga hukum, dan
penegakan hukum dalam program suara yang berhubungan dengan hukum. Banyak pertemuan
yang orang dengan hukum melibatkan kabupaten atau kota dan peraturan hukum, dan bukan
undang-undang federal. Menegakkan peraturan pemerintah ini sangat bervariasi dari satu
lokasi ke lokasi lain. Filosofi dari instansi tertentu dan kepribadian dari individu yang
menegakkan atau pemberian hukum juga sangat bervariasi. Menjadi akrab dengan hukum di
daerah setempat memberikan kesempatan siswa untuk maxirnia-, kesempatan mereka untuk
memperoleh hak-hak hukum dengan komunitas mereka.
Televisi dramatisasi proses hukum dan kasus-kasus hukum yang sangat dipublikasikan
sering begitu berlebihan dan terdistorsi bahwa mereka melanggengkan kesalahpahaman
tentang sistem hukum kami dan beruang sedikit hubungan dengan praktik-praktik hukum di
masyarakat setempat. Mempelajari lembaga hukum lokal dan agen akan memungkinkan siswa
untuk mendapatkan konsep yang lebih realistis dan bermakna peran hukum dalam masyarakat
Amerika kontemporer. Ketika mempelajari lembaga hukum dan lembaga-lembaga di
masyarakat setempat, kantor walikota, pengacara kota, dan kru radio pengiriman untuk
lembaga penegak hukum daerah harus diperiksa.
Konsep-konsep dalam hukum terkait pendidikan cenderung mencerminkan pendekatan
hukum-institusional dalam ilmu politik. Konsep-konsep seperti keadilan, kebebasan, privasi,
tanggung jawab, keragaman, dan properti sering digunakan untuk mengatur unit dan pelajaran.
Generalisasi dalam hukum-terkait pendidikan yang mirip dengan konsep. Generalisasi berikut
menggambarkan jenis generalisasi sering digunakan untuk mengatur pelajaran dalam
komponen hukum dari program studi sosial. Pengajaran strategi menggambarkan bagaimana
generalisasi ini mungkin diajarkan pada tingkat kelas yang berbeda disajikan di bawah ini.
STRATEGI PENGAJARAN UNTUK PENDIDIKAN HUKUM
Generalisasi: Meskipun Konstitusi Amerika Serikat menjamin kebebasan warga negara tertentu,
selalu ada batasan pada kebebasan dalam masyarakat.
Kelas Primer
1. Bagilah kelas menjadi tiga kelompok yang berbeda ukuran dan berikan setiap
kelompok kesempatan untuk memilih apa yang akan lakukan untuk satu jam terakhir pada hari
Jumat sore. Mintalah kelas untuk mencatat kelompok mana yang datang ke sebuah keputusan
pertama kering untuk menghitung jumlah orang dalam setiap kelompok. Mintalah siswa untuk
mendiskusikan feeiings mereka dan rasa frustrasi selama proses pengambilan keputusan.
Tanyakan kelas:
a) Bagaimana rasanya memiliki kebebasan Anda untuk memilih suatu tindakan dibatasi
oleh orang lain dalam kelompok?
b) Yang kelompok datang ke keputusan pertama? Yang kelompok datang ke keputusan
terakhir?
Lanjutkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan siswa sampai Anda membawa
keluar ide bahwa derajat kebebasan yang dimiliki individu cenderung menurun sebagai ukuran
dari sebuah kelompok atau lembaga di mana ia atau dia adalah anggota meningkat.
2. Mintalah anak-anak untuk bertindak keluar situasi di mana mereka semua mobil dan ada
aturan lalu lintas untuk mematuhi. Menyiapkan beberapa persimpangan jalan di tempat
bermain. (Rencana kegiatan ini pada hari ketika cuaca sangat menguntungkan.) Ketika anak-
anak di kelas, mendiskusikan dengan mereka apa yang terjadi dan meminta mereka untuk
memutuskan apakah itu adalah wajar untuk memiliki undang-undang lalu lintas yang
membatasi kebebasan orang di jalan. Tanyakan kepada siswa: "Apa yang terjadi ketika
kebebasan seseorang bertentangan dengan kebebasan orang lain?" "Apa aturan dan hukum?"
Lanjutkan untuk pertanyaan siswa sampai Anda membawa keluar ide bahwa aturan dan
undang-undang yang diperlukan bagi masyarakat dan lembaga untuk fungsi, meskipun mereka
membatasi kebebasan individual.
Kelas Menengah
1. Mintalah siswa untuk bermain peran lima situasi di mana pesawat mereka baru saja jatuh di
sebuah hutan yang penuh binatang berbahaya. Ada rakit kehidupan yang akan memegang
hanya tiga orang, dua belas permen, beberapa kaleng soda, dan sekitar lima belas. Maskapai-
jenis makan malam. George percaya bahwa itu adalah sekitar dua hari untuk sebuah desa di
tepi sungai. Pete adalah seorang awak radio dan mengatakan ia berpikir bahwa ia dapat
memperbaiki radio dalam dua hari. Maria memiliki permen dan mengatakan bahwa dia tidak
akan berbagi. Bill telah satu-satunya senjata dalam kelompok dan tidak akan membiarkan siapa
pun menyentuhnya meskipun kacamatanya patah dalam kecelakaan itu dan ia hampir buta.
Susan adalah yang paling takut kelompok dan mengatakan dia akan melakukan apa pun yang
lain memutuskan.
Setelah situasi bermain peran, menunjukkan kepada kelas bahwa meskipun setiap orang
memiliki banyak "kebebasan" dalam situasi tersebut, tidak bubur yang baik kepadanya.
Diskusikan apa yang terjadi selama permainan peran dan membiarkan seluruh anggota kelas
memberitahu apa yang akan mereka lakukan berbeda. Tanyakan kelas: "Apa implikasi moral
dari menjaga milik anda sendiri, dan karena melaksanakan kebebasan Anda untuk
melakukannya, ketika kehidupan orang lain mungkin tergantung pada berbagi Anda?"
"Bagaimana keadaan tertentu dan situasi mempengaruhi kebebasan seseorang?" Pertanyaan
lanjutan siswa sampai mereka mengembangkan gagasan bahwa kebebasan individu mungkin
dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan moral yang parah.
2. Mintalah siswa memikirkan topik, "Apa yang harus menjadi ruang lingkup dan batas-batas
kebebasan untuk senjata sendiri?" Para siswa mungkin akan ditugaskan berbagai artikel
mengekspresikan sudut pandang yang berbeda tentang manfaat dan biaya bebas-dom untuk
memiliki senjata atau senjata lainnya. Minta mereka untuk bermain peran sidang Senat pada
masalah. Para siswa harus bermain perwakilan dengan sudut pandang yang berbeda. Setelah
situasi bermain peran, mintalah setiap siswa untuk menulis sebuah esai yang ia merangkum
nilai-nilai bersaing dan kepentingan yang terlibat dalam masalah dan menyatakan posisinya di
atasnya.
Kelas Atas
Konflik muncul ketika hak atau kebebasan seseorang atau kelompok ditantang oleh orang lain
atau kelompok. Mintalah siswa untuk membaca studi kasus tha berikut dan untuk
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang mengikuti.
Harry dan Bob selalu bersaing satu sama lain, dari jumlah A pada kartu laporan mereka untuk
berapa banyak masing-masing keranjang bisa menembak berturut-turut tanpa hilang. Keduanya
adalah mahasiswa yang baik dan dikenal sebagai pemuda yang bertanggung jawab. Tahun ini
Harry mulai 'tahun pertamanya di perguruan tinggi dan Bob berada di tahun terakhirnya di
SMA. Mereka telah membuat taruhan siapa yang bisa tumbuh lagi rambutnya sepanjang tahun.
Untuk membuatnya lebih menarik, maka diputuskan bahwa satu dengan rambut panjang
dengan 30 Mei akan diperlakukan untuk perjalanan akhir pekan memancing piagam oleh yang
lain. Pada Desember itu tampak seolah-olah Bob depan dan rambutnya satu inci atau lebih di
bawah telinganya. Suatu hari kepala sekolah tinggi yang disebut Bob ke kantornya dan
mengatakan kepadanya bahwa ia harus memotong rambut. Bob mengatakan ia tidak tahu
tentang aturan yang berhubungan dengan panjang rambut. Dia mengatakan kepada kepala
sekolah tentang kontes. Kepala sekolah mengatakan bahwa tidak ada aturan pada pertama
tahun ini, tetapi bahwa dewan sekolah telah bertemu beberapa hari lalu dan membuat aturan
tersebut. Ia mengatakan ia menyesal tentang kontes tapi itu tidak ada bedanya dan rambut Bob
harus dipotong. Bob merasa bahwa ini tidak adil dan menolak untuk memotong rambutnya.
Kepala sekolah mengatakan kepada Bob bahwa ia tidak bisa kembali ke sekolah sampai
rambutnya setidaknya tidak lebih dari bagian bawah telinganya.
1. Apakah sekolah memiliki hak untuk membatasi "kebebasan" Bob untuk memakai
rambutnya panjang?
2. Jika Bob dan prinsipal tidak dapat menyelesaikan sengketa itu, bagaimana mereka bisa
mendapatkan bantuan?
Bagilah kelas menjadi dua kelompok dan minta satu kelompok untuk mempersiapkan
kasus untuk Bob dan yang lain untuk menyiapkan kasus untuk kepala sekolah dan dewan
sekolah. Biarkan masing-masing pihak menyampaikan kasusnya dan mengundang pengacara
untuk mendengar argumen dan memutuskan kasus itu. Punya pengacara mendiskusikan
dengan siswa keputusan dia dibuat.
Panggilan perpustakaan hukum (di pengadilan setempat atau di sekolah hukum di
dekatnya) dan mencari tahu bagaimana kasus nyata serupa dengan yang dijelaskan simulasi
diputuskan. Apakah keputusan yang berbeda tergantung di mana kasus itu terjadi? Bagaimana
norma kemasyarakatan dan area mempengaruhi kebebasan individu?
RINGKASAN
Ilmu politik adalah disiplin dengan struktur yang berbeda dan tradisi. Telah didefinisikan
sebagai studi tentang pemerintah negara hukum, perjuangan kelompok yang bersaing untuk
kekuasaan, dan "studi alokasi otoritatif nilai untuk masyarakat." Definisi yang terakhir ini
diterima oleh banyak ilmuwan politik karena memisahkan atau mendefinisikan batas-batas dan
menetapkan fokus untuk disiplin.
Para ilmuwan politik yang paling awal teori normatif yang merasa bahwa tujuan utama
mereka harus untuk menggambarkan keadaan ideal dan sarana yang dapat dicapai. Pendekatan
hukum-institusional, tradisi lain dalam disiplin, berfokus pada menggambarkan undang-undang
politik dan institusi. Pada periode setelah Perang Dunia II, sebuah tradisi baru, yang dikenal
sebagai pendekatan perilaku, muncul dalam ilmu politik. Ini muncul sebagai protes terhadap
pendekatan normatif dan legal-institusional. Para behavioris menganggap pembentukan teori
sebagai tujuan utama mereka, dan percaya bahwa ilmuwan politik harus fokus penelitian
mereka pada behuvior politik, dan bukan pada hukum dan institusi. Mereka merasa bahwa
pendekatan legal-institusional tidak memadai karena berfokus pada deskripsi lembaga-lembaga
tertentu dan tidak pada pengembangan proposisi empiris dan teori. Para behavioris menolak
tradisi normatif karena mereka percaya bahwa itu adalah bertentangan dengan perkembangan
ilmu empiris. Gerakan behavioris telah memulai pencarian jiwa-intens dalam ilmu politik, dan
telah sampai batas tertentu faksi terpolarisasi berbagai disiplin itu. Sementara gerakan ini telah
sangat mempengaruhi ilmu politik, belum pemenang. Meskipun ilmu politik menjadi lebih
teoritis dan empiris, tradisi-tradisi yang lebih tua sangat hidup dalam lapangan hari ini.
Masing-masing tradisi dalam ilmu politik memiliki konsep dan generalisasi yang dapat
menguntungkan dimasukkan ke dalam program SD dan SMP studi sosial. Namun, tradisi
normatif, dengan penekanan pada nilai-nilai, terbaik dapat digunakan ketika siswa sedang
mempelajari masalah menghargai dan pengambilan keputusan. Pendekatan hukum-
institusional telah mendominasi disiplin serta komponen-komponen dari ilmu politik yang
dipelajari di sekolah-sekolah. Meskipun siswa harus akrab dengan kode-kode hukum dan
konstitusi yang mempengaruhi aktor-aktor politik, penekanan di sekolah studi politik harus
pada perilaku politik. Tanpa fokus pada perilaku, siswa akan mendapatkan pandangan yang
tidak realistis dari cara di mana sistem politik kita benar-benar bekerja, karena hukum
diinterpretasikan secara beragam oleh para pejabat publik dan warga negara yang berbeda.
Siswa harus diperkenalkan kepada konsep-konsep ilmu politik di kelas-kelas awal, dan
mereka secara bertahap harus mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari. Untuk
menjamin bahwa siswa memperoleh melek politik secara berurutan dan perkembangan, guru
harus mengidentifikasi konsep-konsep ilmu politik dan generalisasi bahwa ia menganggap
sebagai penting bagi siswa untuk belajar dan memilih sampel konten, strategi pengajaran, dan
bahan-bahan untuk mengembangkan pemahaman mereka pada awal tahun atau ketika sebuah
panduan kurikulum yang terstruktur. Tanpa perencanaan yang disengaja dan awal tersebut,
ajaran pemahaman politik akan insidental dan tidak efektif.
Konsep yang berkaitan dengan pendekatan hukum-institusional dalam ilmu politik sering
digunakan dalam program yang terkait dengan hukum yang muncul di pendidikan. Sering
berfokus pada konsep-konsep seperti kebebasan dan keadilan, hukum-program yang terkait
dirancang untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
akan memungkinkan mereka untuk partisipasi lebih efektif dalam sistem hukum kita dan untuk
memaksimalkan hak-hak mereka dan kebebasan. Siswa juga diajarkan tanggung jawab yang
harus mengasumsikan setiap warga negara dalam suatu sistem yang adil dan hukum yang adil.
Yang berhubungan dengan hukum pendidikan semakin diakui sebagai bagian penting dari
kurikulum sekolah. Penelitian sosial harus memikul tanggung jawab utama untuk studi hukum
di sekolah karena siswa harus mampu untuk berpartisipasi secara efektif dalam lembaga-
lembaga hukum kita dalam rangka untuk mengembangkan rasa keberhasilan politik dan
menjadi mahir dalam mempengaruhi kebijakan publi
BAB 12
ILMU EKONOMI : STRUKTUR, KONSEP, DAN STRATEGI
Melly Agustina
Oka Nazulah. S
PERSPEKTIF EKONOMI
Masing-masing cabang ilmu sosial memandang tingkah laku manusia dari perspektif yang
berbeda. Sejarawan,sosiolog, dan ilmuwan politik memandang masalah-masalah yang berkaitan dengan
kemiskinan dan kelaparan dunia dari sudut pandang yang berbeda. Masing-masing cang ilmu sosial
melengkapi kita dengan suatu lensa yang kita pakai untuk memandang drama manusia; dan masing-
masing cabang ilmu ini memperkaya pandangan dan pemahaman kita. Ilmu ekonomi pun membuat kita
mampu memandang tingkah laku manusia dari suatu perspektif yang unik. Konsep kunci dalam disiplin
ini adalah kelangkaan, dan ilmu ini berfokus pada bagaimana cara manusia memenuhi keinginan-
keinginannya yang sesungguhnya tidka terbatas dengan sumber-sumber daya yang terbatas. Prinsip
utama disiplin ini adalah bahwa sumber-sumber daya alam dan manusia yang tersedia tidak cukup untuk
memuaskan semua keinginan manusia (lihat Gambar 12.1). Ilmu ekonomi memepalajari cara manusia
memanfaatkan sumber-sumber daya yang terbatas ini untuk memproduksi, mempertukarkan, dan
mengkonsumsikan barang dan jasa.
KONSEP KEMUNGKINAN PRODUKSI
Para ekonom sering sering menggunakan suatu contoh kemungkinan produksi hipotetis untuk
memperlihatkan bagaimana suatu masyarakat harus membuat pilihan-pilihan yang sukar ketika hendak
menentukan jenis barang dan jasa yang akan diproduksi dengan menggunakan sumber-sumber daya
yang terbatas. Dalam bab ini, kami akan menggunakan contoh serupa untuk menggambarkan prinsip
ekonomi yang penting ini.
Masyarakat X memiliki sumber-sumber daya dan pengetahuan teknologi yang dibutuhkan
untuk memproduksi maksimal 5 bal kapas atau 16 gantang jagung. Untuk memproduksi lima bal kapas
atau 16 gantang jagung, masyarakat X harus bekerja secara penuh (tidak ada yang menganggur) dengan
menggunakan teknologi yang mereka kuasai. Masyarakat ini tidak memiliki sumber-sumber daya yang
dibutuhkan untuk memproduksi sekaligus lima bal kapas dan 16 gantang jagung. Jika masyarakat itu
memutuskan untuk memproduksi baik kapas maupun jagung, kuantitas masing-masing produk ini pasti
lebih kecil daripada kuantitas maksimum yang dapat diproduksi jika hanya salah satu diantara kedua
komoditi ini yang diproduksi. Tabel 12.1 memperlihatkan berbagai kombinasi kapas dan jagung yang
dapat diproduksi masyarakat X. Tabel ini mengindikasikan bahwa apabila jumlah salah satu produk
dinaikkan, maka jumlah produk yang lainnya akan menurun. Jika satu bal kapas diproduksi, 15 gantang
jagung dapat diproduksi; jika lima gantang kapas diproduksi, maka jagung tidak dapat diproduksi.
Demikian pula, jika 16 gantang jagung diproduksi, maka kapas tidak dapat diproduksi.
Gambar 12.1.
Tabel 12.1. Kemungkinan-kemungkinan produksi kapas dan jagung dalam masyarakat X
Kemungkinan produksi Kapas (bal) Jagung (gantang)
A
B
C
D
E
F
0
1
2
3
4
5
16
15
13
10
6
3
Tabel ini memperlihatkan bahwa suatu masyarakat harus mengorbankan sejumlah produk guna
memproduksi produk yang lain dikarenakan keterbatasan sumber-sumber daya manusia maupun non-
manusia. Seperti dikatakan seorang ekonom, “Masyarakat tidak bisa memiliki kuenya dan memakannya
juga. Inilah esensi masalah ekonomisasi.” Gambar 12.2 memperlihatkan (dalam bentuk grafik)
kemungkinan-kemungkinan produksi kapas dan jagung dalam contoh hipotetis masyarakat yang
dikemukakan di atas. Jika masyarakat X mengalami bencana yang tak terduga, seperti angin topan yang
sangat merusak, curah hujan yang ekstrim, atau pengangguran yang berkepanjangan, atau jika tingkat
(ketrampilan) teknologinya menurun, maka masyarakat itu takkan mampu memproduksi baik kapas
maupun jagung dalam kuantitas maksimum.
MASALAH EKONOMI
Persoalan atau masalah mendasar yang dihadapi setiap masyarakat adalah bagaimana cara
menggunakan sebaik-baiknya sumber-sumber daya yang dimilikinya guna memuaskan keinginan-
keinginan masyarakat itu dan menjamin (melestarikan) eksistensinya. Setiap masyarakat manusia harus
memecahkan tiga masalah mendasar ekonomi yang saling berhubungan: Barang dan jasa apakah yang
harus diproduksi dan berapa jumlahnya? Bagaimanakah cara memproduksi barang itu? Dan untuk
siapakah barang itu diproduksi?
Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan berbagai metoda untuk memecahkan ketiga
masalah yang terus-menerus muncul ini. Dalam menentukan barang yang hendak diproduksi dan cara
memproduksinya, sejumlah masyarakat sangat mengandalkan tradisi. Di kalangan suku Indian Hopi di
Amerika Utara, jagung adalah tanaman yang terpenting, terutama karena secara tradisional jagung telah
dibudidayakan dan pada batas tertentu dimuliakan. Sampai akhir-akhir ini di berbagai negara bagian di
wilayah selatan, kapas adalah tanaman yang dominan berkat tradisi ‘kapas’ di wilayah ini. Belakangan,
seiring dengan kemajuan teknologi di wilayah selatan dan munculnya kesadaran di kalangan petani di
wilayah ini tentang kerugian suatu perekonomian yang bertumpu pada satu jenis tanaman, para petani
ini mulai mendiversifikasikan tanaman mereka. Setiap masyarakat, sampai batas atau tingkatan
tertentu, bergantung pada tradisi dalam memecahkan ketiga masalah ekonomi mendasar di atas.
Heilbroner telah mengamati bagaimana pengaruh negatif tradisi terhadap suatu perekonomian: “Solusi
yang diberikan tradisi terhadap masalah-masalah produksi dan distribusi merupakan solusi yang statis.
Suatu masyarakat yang mengikuti alur tradisi dalam pengaturan urusan-urusan perekonomiannya
berbuat demikian dan sikap demikian menyia-nyiakan perubahan sosial dan ekonomis yang berlangsung
dengan cepat.
Di sejumlah masyarakat, otoritas publik (pemerintah) menetapkan barng-barang dan jasa yang
hendak diproduksi. Para diktator seperti Castro, Hitler, dan Franco bukan hanya menjalankan kontrol
(pengendalian) politik didalam negerinya, namun dalam banyak hal juga menentukan barang-barang
dan jasa yang boleh diproduksi dan untuk siapa barang dan jasa itu ditujukan. Kontrol pemerintah atas
perekonomian lebih besar di negara-negara Komunis ketimbang di Amerika Serikat. Akan tetapi, seperti
yang dikatakan Heilbroner dengan tepat, dalam setiap masyarakat pemerintah mempengaruhi jenis
barang dan jasa yang diproduksi serta cara mendistribusikan barang itu. Dia menyebut contoh sistem
pajak kita atau “………pemungutan sebagian dari pendapatan kita oleh pemerintah (otoritas publik)
untuk kepentingan publik.” Tingkat pengaruh pemerintah berbeda-beda di setiap negara.
PEREKONOMIAN PASAR
Pada tahun yang sama ketika Deklarasi Kemerdekaan ditandatangani (1976), di Eropa terbit
sebuah buku yang menandai suatu revolusi dalam perekonomian dunia. Adam Smith, yang dijuluki
“bapak ilmu ekonomi”, menerbitkan “The Wealth of Nations”. Sebelum diterbitkannya buku klasik ini,
status sistem-sistem perekonomian di dunia Barat lebih dipengaruhi oleh suatu golongan penulis Eropa
yang dinamakan golongan merkantilis. Golongan ini berpandangan bahwa suatu sistem perekonomian
yang bagus harus dikendalikan dengan ketat oleh otoritas pusat (pemerintahan pusat). Tanpa adanya
kendali atau kontrol semacam itu didalam sebuah perekonomian, menurut mereka, maka akibatnya
adalah kebingungan, depresi, dan khaos. Buku karya Adam Smith ini menentang ide-ide para penulis
yang berpengaruh ini.
Smith berkeyakinan bahwa tipe terbaik sistem perekonomian akan didapat apabila pemerintah
menjalankan kebijakan ‘laissez-faire’ atau ‘tidak ikut campur tangan’. Para manufakturer dipaksa untuk
memproduksi barang-barang yang diinginkan konsumen; jika tidak mereka akan gulung tikar karena
penjualan tidak jalan. Hanya barang-barang yang memuaskan keinginan konsumen yang akan bertahan
di pasar. Adanya persaingan antara produsen dan manufakturer akan menjamin bahwa harga-harga
tidak akan terlalu tinggi. Para pedagang yang mematok harga terlalu tinggi untuk barang dagangannya
akan terbuang dari dunia bisnis karena konsumen hanya mau membeli barang-barang yang harganya
wajar. Smith menegaskan, pemerintah dapat memberi bantuan terbaik terhadap perekonomian dengan
membiarkan (tidak mencampuri) perekonomian.
Ide-ide Smith menampakkan wujudnya dalam perekonomian pasar, yakni sistem perekonomian
yang, dalam bentuk yang telah dimodifikasi, diterapkan di Amerika Serikat dan berbagai negara lain
untuk memecahkan ketiga masalah mendasar perekonomian. Dalam suatu perekonomian pasar,
pelangganlah yang lebih menentukan jenis barang dan jasa yang diproduksi dan kuantitas barang/jasa
yang perlu diproduksi. Pada tahun 1960-an, Edsel Ford terpaksa ditarik dari pasar karena tidak laku,
sementara jumlah Volkswagen yang dibeli oleh pelanggan Amerika melonjak drastis. Orang Amerika
menyukai Volkswagen namun kurang begitu tertarik terhadap Edsel. Akan tetapi, sistem perekonomian
kita bukanlah sebuah perekonomian pasar murni, melainkan merupakan perekonomian campuranan
(mixed). Pemerintah federal memainkan peranan penting dalam menetapkan barang dan jasa yang akan
diproduksi di Amerika Serikat. Pada tahun 1969, berbagai jenis minuman diet dipaksa pemerintah
Amerika Serikat agar ditarik dari pasar karena produk-produk ini mengandung bahan kimia yang
berbahaya yang dinamakan cyclamates. Selama musim natal tahun 1970, 39 jenis mainan anak-anak
dilarang pemerintah untuk diedarkan di pasar.
Setiap pembaca buku ini pasti tahu betapa halus dan lihainya cara iklan televisi, radio dan media
lain dalam mempengaruhi keinginan konsumen Amerika Serikat. Pada tahun 1950-an, banyak ibu rumah
tangga di wilayah selatan negeri ini menggunakan hanya beberapa jenis deterjen dan sabun untuk
kebutuhan mencuci di rumah. Akan tetapi, rata-rata ibu rumah tangga keluarga menengah dewasa ini
telah menggunakan nyaris tak terhingga jenis bahan pembersih dan penghilang noda. Jenis sabun yang
digunakan untuk membersihkan kamar mandi, oven, perkakas kayu, dan untuk mencuci piring, berbeda
masing-masing. Keinginan dan “kebutuhan” yang terspesialisasikan ini sebagian besar dibentuk oleh
iklan-iklan komersil yang menyelingi opera sabun yang ditonton jutaan pembelanja masa kini selama
ratusan jam dalam setahun. Dampak luas yang ditimbulkan iklan-iklan anti rokok terhadap para perokok
selama tahun 1960-an dan 1970-an adalah contoh lain tentang bagaimana keinginan konsumen
dibentuk (dipengaruhi) oleh media massa. Jadi, konsumen, pemerintah, dan produsen itu sendiri sama-
sama memainkan peranan penting dalam menentukan barang dan jasa yang bagaimana yang
diproduksi didalam perekonomian campuranan kita.
Perusahaan-perusahaan bisnis lebih banyak menentukan cara bagaimana barang dan jasa
diproduksi didalam perekonomian Amerika Serikat. Tujuan utama perusahaan-perusahaan ini adalah
memproduksi sebanyak-banyaknya barang dan jasa dengan menggunakan sehemat-hematnya sumber
daya. Hampir semua industri besar mengkhususkan diri dalam produk yang mereka hasilkan, dan
memiliki suatu divisi tenaga kerja dalam pabrik-pabrik mereka. Dengan memproduksi hanya beberapa
macam barang dan dengan menggunakan suatu tekologi lini produksi untuk membuat barang itu, maka
perusahaan-perusahaan dapat memanfaatkan secara maksimum sumber-sumber daya yang dimilikinya.
Sampai tingkat atau kadar tertentu, pemerintahan nasional kita serta serikat-serikat pekerja
menentukan “bagaimana cara” memproduksi barang dan jasa. Pemerintah menetapkan standar
keselamatan (keamanan) minimum serta mengatur penggunaan mesin-mesin yang berbahaya. Serikat-
serikat pekerja yang sangat terorganisir, yang sangat berpengaruh dalam masyarakat kita, menuntut
kondisi tempat kerja, jam kerja, dan gaji/upah tertentu.
Didalam suatu perekonomian pasar, bagaimanakah cara kita menentukan ‘siapa’ yang akan
mendapat barang dan jasa yang dihasilkan? Dalam banyak hal, orang-orang yang paling berkontribusi
terhadap produksi barang dan jasa adalah mereka yang paling banyak mengkonsumsi atau
menggunakan barang dan jasa itu. Dua orang dengan ketrampilan dan pengalaman yang sama yang
melakukan jenis pekerjaan yang sama di sebuah pabrik biasanya mendapat upah yang sama pula
besarnya. Keduanya sanggup membeli barang dan jasa dalam jumlah yang sama setiap bulannya. Pada
prinsipnya, inilah yang terjadi dalam suatu perekonomian pasar murni: barang dan jasa yang diterima
seseorang kurang lebih sama dengan kontribusi yang dia berikan terhadap total proses produksi barang
dan jasa itu bagi masyarakat.
Seringkali hal seperti ini tidak terjadi didalam perekonomian campuran kita, namun sampai
tingkatan tertentu hal semacam itu memang terjadi. Gaji seseorang di seuah pabrik mobil barangkali
lebih ditentukan kekuatan serikat buruhnya ketimbang oleh kontribusi yang dia berikan terhadap proses
produksi barang dan jasa tersebut. Pengalaman, tingkat pendidikan, dan orang-orang berpengaruh yang
dia kenal juga bisa berpengaruh besar terhadap ukuran gaji/upah seorang karyawan.
Karena adanya nilai-nilai tertentu dalam masyarakat kita, pemerintah federal sering melakukan
campur tangan untuk mengatur cara kerja ‘alamiah’ perekonomian pasar. Para pekerja yang cacat atau
pensiun, para ibu yang menjadi orang tua tunggal, buruh yang menganggur, dan para pejabat publik
adakalanya mendapat sebagian kue produksi masyarakat walaupun kontribusi mereka sangat kecil atau
bahkan tidak ada terhadap produksi barang dan jasa yang mereka konsumsi. Undang-undang federal
juga melarang penggunaan tenaga kerja anak-anak dalam industri. Barangkali golongan anak-anak inilah
segmen tunggal terbesar dari konsumen non-produktif di Amerika Serikat.
KEMATIAN IMPIAN ADAM SMITH
Smith mendesak agar pemerintah tidak campur tangan dalam perekonomian. Dia berkeyakinan
bahwa jika pasar dibiarkan bekerja sendiri, maka sistem pasar akan melahirkan suatu perekonomian
yang setimbang, efisien, dan adil. Setelah perekonomian pasar bebas berkembang di negara-negara
Eropa Barat, tidak begitu lama kemudian terlihatlah dengan jelas bahwa ide-ide Smith terlalu optimistis.
Oleh karena para pengusaha berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal
(sumber daya) yang sekecil-kecilnya, kepentingan mereka seringkali berbenturan dengan kepentingan
konsumen. Dan karena, sebagaimana biasanya, para pengusaha sering menempuh cara-cara yang licik
untuk mempertahankan atau meningkatkan penjualan, konsumen seringkali tidak memiliki pilihan-
pilihan seperti yang diyakini Smith akan mereka dapatkan, karena sering muncul monopoli dan para
pengusaha berkomplot untuk menaikkan harga dan ‘menaklukkan’ konsumen. Di negeri ini, industri
kereta api merupakan bentuk monopoli terbesar pertama, dan undang-undang antitrust federal tidak
berhasil menghancurkan kekuatan monopolistik ini.
Sedikit demi sedikit, pemerintah memikul tanggung jawab yang makin besar dalam khazanah
perekonomian. Kejatuhan pasar saham pada tahun 1929 dan diterbitkannya buku karya John Maynard
Keynes yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money” pada tahun 1936 adalah
dua peristiwa penting yang membantu melegitimasikan campur tangan pemerintah. Depresi besar ini
secara menyakitkan menyingkapkan penyakit-penyakit yang dapat menjangkiti suatu perekonomian
pasar. Buku Keyness mengatakan bahwa karena begitu besarnya kebebasan yang dimiliki pelanggan dan
pengusaha didalam suatu sistem pasar, “total permintaan atas barang dan jasa baru terkadang begitu
besar dan terkadang pula begitu kecil sehingga perekonomian kita tidak beroperasi pada tingkat
kapasitas penuh (full employment).” Jadi, setiap saat pemerintah perlu mengintervensi pasar guna
menormalkan jalannya perekonomian. Walaupun Malthus dan beberapa pemikir lain telah menentang
teori ‘laissez-faire’ Smith sebelumnya, namun teori Smith ini tetap sanggup menghadapi semua kritik
berkat bantuan beberapa pemikir penting lain seperti David Ricardo dan John Stuart Mill. Namun nasib
tragis warisan berpengaruh Smith ini sudah tampak jelas. Perekonomian pasar bebas perlahan-lahan
digantikan oleh suatu perekonomian yang lebih bersifat campuran.
METODA PENELITIAN DALAM ILMU EKONOMI
Eksperimen Intelektual: Suatu Metoda Publik
Tidak seperti hampir semua ilmuwan sosial lain yang secara ekstentif menggunakan eksperimen
laboratorium dan wawancara-wawancara terstruktur, ilmu ekonomi tidak bisa melakukan eksperimen
laboratirum, dan teknik-teknik wawancara bukanlah strategi riset yang penting dalam disiplin ini.
Metoda yang paling sering digunakan dalam ilmu ekonomi adalah eksperimen intelektual.
Para ekonom menguji hipotesis dengan mengasumsikan bahwa semua variabel konstan (atau
sama) kecuali variabel yang efeknya hendak ditentukan (variabel bebas). Marilah kita pelajari sebuah
contoh. Profesor Jones, seorang ekonom di State University, mengkaji masalah ini, “Apakah faktor
terpenting yang mempengaruhi permintaan konsumen atas mobil sedan?” Dia menyimpulkan bahwa
faktor terpenting adalah harga. Ia mendasarkan kesimpulan ini pada analisis statistik yang
memperlihatkan bahwa harga mobil sedan dan jumlah mobil sedan yang terjual setiap tahun selama
sepuluh tahun terakhir. Faktor-faktor apakah yang oleh Profesor Jones diasumsikan tetap sama atau
konstan? Dia mengasumsikan bahwa pendapatan konsumen, kualitas mobil sedan, dan harga mobil-
mobil yang lebih besar adalah variabel-variabel konstan. Dengan kata lain, dia mengasumsikan bahwa
dari semua faktor yang bisa mempengaruhi permintaan konsumen atas mobil sedan, hanya faktor harga
yang berubah.
Dalam dunia riil (yang disederhanakan para ekonom untuk keperluan riset), faktor-faktor yang
lain sering tidak selamanya konstan. Dalam mengaplikasikan generalisasinya (kesimpulan umumnya),
Profesor Jones barangkali menemukan bahwa bahkan walaupun harga mobil sedan meningkat secara
signifikan pada tahun berikutnya, jumlah yang terjual tetap meningkat. Beberapa sedan baru Amerika
digemari pasar, dan upah perjam konsumen mencapai suatu puncak baru. Faktor-faktor ini
menimbulkan suatu kenaikan tak terduga dalam jumlah mobil sedan yang laku.
Dalam menentukan kemungkinan-kemungkinan produksi untuk kapas dan jagung dalam
masyarakat X yang dikemukakan pada awal bab ini, kita mengasumsikan bahwa masyarakat X tidak akan
mengalami bencana alam, bahwa semua pekerja tetap bekerja, dan bahwa tingkat teknologinya tetap
konstan. Oleh karena riset ekonomi didasarkan pada asumsi-asumsi yang amat luas seperti ini, maka
kesimpulan-kesimpulan ekonomis sering sangat tentatif dan memiliki aplikabilitas yang rendah. Akan
tetapi, generalisasi (kesimpulan) umum ekonomis tidaklah seluruhnya invalid, namun invalid pada
keadaan-keadaan tertentu.
Para ekonom sering menunjukkan hubungan antara konsep-konsep ekonomi dan model-model
matematis dan grafis. Contoh kemungkinan produksi yang disajikan pada awal bab ini merupakan model
yang sangat disederhanakan. Prosedur eksperimen intelektual adalah suatu metoda publik karana para
ekonom biasanya menetapkan atau menyatakan variabel-variabel yang mereka asumsikan konstan atau
sama.
Sifat Dasar Konsep Ekonomi
Konsep-konsep ekonomi barangkali lebih cermat ketimbang konsep-konsep yang ada dalam
disiplin lain yang telah kita bahas. Pengertian konsep-konsep semacam kelangkaan (keterbatasan),
produksi, dan pertukaran lebih baku dalam disiplin ini. Hal ini terlihat dengan mudah apabila kita
menyelidiki salah satu diantara berbagai kamus ekonomi. Terdapat pula sejumlah konsensus tentang
konsep-konsep dan generalisasi ekonomis yang utama. Daftar isi dalam hampir semua buku pengantar
ilmu ekonomi juga sangat mirip.
Obyektivitas Dalam Ilmu Ekonomi
Oleh karena hampir semua data-data ekonomi bersifat kuantitatif (misalnya harga barang,
jumlah jam kerja karyawan, upah per jam kerja), data yang dikumpulkan dalam disiplin ini cenderung
lebih obyektif ketimbang data-data yang dikumpulkan dalam berbagai ilmu-ilmu sosial. Banyak data
yang digunakan para ekonom tersimpan dalam berbagai kantor dinas atau lembaga pemerintah federal.
Dikarenakan penggunaan model-model ini dan sifat punktuatif riset ekonomi, statistik sering digunakan
untuk menganalisis data-data maupun mengontrol variabel-variabel yang tidak mungkin dikontrol para
ekonom jika tidak menggunakan statistik, atau tidak bisa diasumsikan konstan. Sifat kualitatif data,
kecermatan konsep-konsepnya, dan metoda eksperimen intelektual membuka peluang bagi para
ekonom untuk meniru kajian-kajian yang dilakukan orang lain.
Analisis Ekonomi dan Ilmu Ekonomi Kebijakan
Para ekonom biasanya membedakan dua pendekatan utama dalam disiplin ini. Salah satu
pendekatan itu dinamakan analisis ekonomi atau ilmu ekonomi positif. Tujuan utamanya adalah untuk
mengembangkan teori empiris. Generalisasi tingkat tinggi mengenai hukum permintaan dan penawaran,
hukum tingkat pengembalian yang mengecil, dan hukum kelangkaan adalah contoh hasil metoda
penelitian ini. Pendekatan yang satu lagi disebut ilmu ekonomi kebijakan atau ilmu ekonomi normatif.
Tujuan ilmu ekonomi kebijakan adalah untuk menggunakan generalisasi-generalisasi dan teori-teori
yang dikembangkan dalam analisis eonomi untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang lebih
besifat ekonomi. Pendekatan ini menyangkut pertanyaan-pertanyaan seperti “Haruskah kita
menurunkan tingkat pajak guna merangsang perekonomian?” dan “Bagaimanakah cara terbaik
mengelola perekonomian supaya kita memiliki program-program kesejahteraan yang bagus?”. Bach
telah mengikhtisarkan langkah-langkah dalam ilmu ekonomi kebijakan:
(1)…… meskipun ada masalah,…… (2) petakanlah alternatif cara mencapai sasaran yang
diinginkan………(3) analisis dengan cermat kebijakan-kebijakan alternatif yang dirangkum dalam langkah
(2)…….(4) periksalah solusi Anda – untuk melihat apakah ada kesalahan-kesalahan dalam analisis Anda,
dan bandingkan dengan pengalaman masa lampau…
Ilmu ekonomi adalah ilmu sekaligus disiplin terapan. Analisis ekonomi bersifat ilmiah karena
sasarannya adalah mengembangkan teori empiris. Ilmu ekonomi kebijakan merupakan disiplin terapan
karena menyangkut pertanyaan-pertanyaan nilai/manfaat maupun pengetahuan ilmiah. Untuk
menetapkan sasaran suatu perekonomian (seperti dalam langkah 2 Bach), kita harus membuat satu
pilihan nilai. Dengan demikian, penyelidikan atau pencarian nilai (manfaat) merupakan bagian esensil
dari ilmu ekonomi kebijakan.
Ada kesulitan-kesulitan yang inheren didalam suatu disiplin yang memiliki aspek ilmiah maupun
aspek kebijakan. Bila seorang ekonom membuat suatu pernyataan atau rekomendasi, sering tidak jelas
apakah ia berbicara sebagai seorang ilmuwan (artinya, mendasarkan pernyataannya pada pengetahuan
ilmiah saja), atau apakah pernyataan itu didasarkan pada suatu kombinasi proses ilmiah-penghitungan
manfaat (artinya, apakah pernyataan itu mencerminkan bias pribadinya). Sifat ganda bidang disiplin ini
menjadi penyebab utama reputasi buruk para ekonom karena pendapat-pendapat mereka sendiri
seringkali berseberangan. Seseorang pernah berkata, “Bila Anda mengumpulkan semua ekonom yang
ada di dunia ini dalam suatu diskusi, mereka akan terus berdebat dan tidak menghasilkan satu pun
kesimpulan.” Walaupun ada kesamaan pandangan para ekonom tentang sifat dasar disiplin ini dan
konsep-konsep serta prinsip-prinsip utamanya, namun mereka menganut nilai-nilai dan pandangan-
pandangan yang beragam mengenai tujuan suatu perekonomian, dan seringkali mereka berbeda
pendapat mengenai soal-soal kebijakan. Masyarakat biasa sering tidak melihat perbedaan ini, terutama
karena para ekonom jarang mengemukakan perbedaan tersebut saat mereka melontarkan pernyataan-
pernyataan publik. Ketika mengajarkan pelajaran ekonomi di sekolah dasar atau sekolah menengah
pertama, guru harus membantu siswa untuk menyadari betapa analisis ekonomi dapat membantu para
perumus kebijakan dalam mengidentifikasi akibat suatu rangkaian tindakan (suatu kebijakan), namun
harus menekankan bahwa adalah rakyat Amerika Serikat, bukan ekonom, yang harus menentukan
tujuan atau sasaran perekonomian Amerika Serikat. Para ekonom tidak memiliki kompetensi khusus dan
juga tidak berhak menentukan sasaran-sasaran suatu sistem perekonomian. Salah seorang ekonom
pernah berkata bahwa mayoritas rakyat Amerika Serikat menyebut sasaran-sasaran perekonomian
sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi, tiadanya pengangguran, stabilitas harga-harga, kebebasan
ekonomi, dan pemerataan pendapatan dan tunjangan ekonomi. Meskipun analisis ini bisa jadi akurat,
namun konflik dan perbedaan pendapat menyangkut sasaran teta muncul karena orang menafsirkan
sasaran-sasaran ini secara berbeda-beda.
Tingkatan Dalam Analisis Ekonomi
Para ekonom menarik generalisasi tentang perilaku ekonomi pada dua tingkatan. Ilmu ekonomi
makro berfokus pada unit-unit berskala besar, seperti perekonomian secara keseluruhan atau
kelompok-kelompok utama didalamnya, “misalnya pemerintah, rumah tangga, dan bisnis.” Ilmu
ekonomi mikro “berhubungan dengan unit-unit ekonomi tertentu dan suatu pertimbangan yang rinci
tentang sifat-sifat unit ekonomi ini masing-masing. Disini kita berbicara tentang suatu segmen industri,
perusahaan, atau rumah tangga dan berkonsentrasi pada besaran-besaran seperti output suatu produk
tertentu, jumlah karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan, penerimaan atau pendapatan suatu
perusahaan atau rumah tangga, (atau) harga suatu barang. Dalam ilmu ekonomi mikro kita mempelajari
pohon, bukan hutan.” Generalisasi yang absah dalam ilmu ekonomi makro belum tentu absah dalam
ilmu ekonomi mikro atau dalam analisis skala kecil. Sebagai contoh, kekeliruan komposisi, suatu
kekeliruan yang lazim dilakukan orang awam ketika berbicara tentang masalah-masalah ekonomi,
mengasumsikan bahwa sesuatu yang benar untuk sebagian adalah benar untuk keseluruhan. Sebuah
manufakturer kecil yang menurunkan harga produknya bisa menaikkan volume penjualan dan, karena
itu, menaikkan labanya juga karena konsumen cenderung membeli lebih banyak barang ketika harganya
turun. Akan tetapi, jika semua manufakturer produk serupa dalam sebuah perekonomian menurunkan
harga, volume penjualannya belum tentu meningkat. Input total terhadap arus peredaran pendapatan
akan berkurang dan, akibatnya, upah akan dikurangi. Orang cenderung mengurangi belanja jika
pendapatannya berkurang. Contoh ini menjelaskan pentingnya dibuat pembedaan diantara kedua
tingkatan analisis ini.
KONSEP-KONSEP ILMU EKONOMI
Konsep, generalisasi (kesimpulan umum), dan teori utama dalam suatu disiplin, dan pola-pola
penyelidikannya yang unik, membentuk sesuatu yang oleh Jerome S. Bruner dan para pemikir lain
disebut struktur. Membantu para siswa dalam memahami ide-ide pokok yang membentuk suatu disiplin
akan memampukan mereka menggunakan perspektif disiplin itu dalam memecahkan masalah-masalah
sosial secara lebih efisien. Kami menamakan pendekatan yang mencakup identifikasi konsep-konsep
kunci dalam suatu disiplin untuk menuntun pengajaran ilmu-ilmu sosial sebagai pendekatan konseptual.
Pendekatan ini dapat dan harus digunakan secara menguntungkan dalam program ilmu-ilmu sosial
sekolah dasar dan sekolah menengah. Akan tetapi, seringkali sulit mengidentifikasi ide-ide pokok (kunci)
dalam suatu disiplin lantaran banyaknya perbedaan pandangan diantara para ilmuwan sosial mengenai
konsep-konsep kunci didalam disiplin mereka masing-masing. Pada bab-bab terdahulu, kita telah
melihat betapa sulit memilih konsep-konsep kunci dari ilmu sejarah dan ilmu politik saat merencanakan
suatu program mata pelajaran ilmu-ilmu sosial yang berorientasi konsep. Walaupun para ekonom
sering berdebat sengit dan berbeda pandangan mengenai masalah-masalah kebijakan, namun adanya
konsensus mengenai konsep-konsep dan generalisasi yang utama dalam ilmu ekonomi memudahkan
guru dalam kelas atau para penyusun kurikulum memilih konsep-konsep yang pas untuk program ilmu
sosial yang satu ini.
Bukan hanya terdapat banyak kesamaan atau kesesuaian pendapat mengenai hal-hal yang
menjadi konsep-konsep kunci dalam ilmu ekonomi, namun definisi-definisinya juga sangat baku. Hampir
semua ekonom sependapat dan menganggap hukum permintaan dan penawaran serta hukum
pengembalian yang berkurang sebagai ide-ide kunci dalam ilmu ekonomi, dan para ekonom mempunyai
definisi yang sama atau hampir sama mengenai kedua konsep kunci ini. Untuk pembahasan kita di
bawah ini,kami telah memilih konsep-konsep dan generalisasi ilmu ekonomi yang utama yang kami
anggap dapat dipahami para siswa sekolah dasar dan sekolah menengah, dan konsep-konsep serta
generalisasi utama yang terbukti akan membantu mereka ketika mereka berusaha membuat keputusan
tentang masalah-masalah sosial yang penting.
Kelangkaan
Jika budaya adalah konsep utama dalam antropologi, dan kelompok (golongan) adalah konsep
utama dalam sosiologi, maka kelangkaan adalah konsep terpenting dalam ilmu ekonomi. Semua prinsip
dan teori ekonomi yang lain berhubungan dengan konsep ini. Esensi konsep ini adalah bahwa keinginan
manusia tidak terbatas, namun jumlah sumber-sumber daya dalam suatu masyarakat adalah terbatas.
Jadi, tidak pernah cukup barang dan jasa untuk memuaskan semua keinginan manusia. Akibatnya,
manusia harus menghadapi pilihan yang sulit ketika mereka sedang memutuskan barang dan jasa yang
akan mereka produksi dengan sumber-sumber daya mereka yang terbatas. Apabila suatu masyarakat
mengembangkan suatu teknologi yang lebih maju dan sanggup membuat barang dan jasa yang lebih
banyak dan lebih bagus, keinginan manusia dalam masyarakat itu pun meningkat. Seperti ditulis Senesh,
“ide pokok ilmu ekonomi adalah konsep kelangkaan, yakni bahwa setiap masyarakat dihadapkan dengan
suatu konflik antara keinginan-keinginan yang tidak ada batasnya dan sumber-sumber daya yang
terbatas. Dari konsep inilah lahir berbagai ide.”
Bahkan walaupun mereka mungkin belum memandangnya dari suatu perspektif ilmu ekonomi,
semua anak telah memiliki pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan konsep itu. Mereka
sudah mendengar kedua orang tuanya berdiskusi tentang apakah mereka akan mengambil cuti libur
pada musim panas yang akan datang atau mengecat rumah saja karena tidak sanggup melakukan kedua
aktivitas itu sekaligus. Seorang anak mungkin harus memutuskan apakah akan membeli sebuah sepeda
baru ataukah membeli suatu buku kimia, atau apakah akan membelanjakan uang sakunya untuk
menonton suatu pertunjukan mainan atau film di bioskop. Oleh karena semua anak punya banyak
pengalaman yang berhubungan dengan kosnep ini, maka guru dapat menggunakan pengalaman-
pengalaman itu untuk memudahkan siswa dalam memahami pengalaman tersebut. Pendekatan
permainan peran dan studi kasus merupakan metoda yang dapat digunakan untuk berpedoman pada
pengalaman-pengalaman anak-anak itu sendiri dalam upaya mengajarkan konsep-konsep kunci ilmu
sosial kepada mereka. Oleh karena konsep kelangkaan amat penting dalam ilmu ekonomi, maka pada
bagian akhir bab ini kita akan membahas strategi-strategi khusus yang dapat diterapkan untuk
mengajarkan secara efektif konsep ini. Senesh dan para guru ilmu ekonomi lain telah berhasil
mengajarkan konsep ini kepada anak-anak. Nanti kita akan menelaah beberapa program baru dalam
pendidikan ilmu ekonomi.
Produksi
Produksi adalah proses pembuatan barang dan jasa yang menjawab keinginan manusia. Kadang-
kadang produksi didefinisikan sebagai “proses peningkatan kapasitas barang guna memenuhi hasrat
manusia atau proses penyediaan jasa yang mampu memenuhi hasrat/keinginan manusia.” Petani yang
menanam kapas dan jagung, pekerja yang bekerja di sebuah pabrik perakitan mobil, dan pasangan
suami isteri yang memasak dan menjahir untuk keperluan keluarganya sendiri, ini semua adalah
produsen. Para pekerja yang memproduksi jasa, seperti dokter, guru, dan petugas kebersihan terminal,
juga adalah produsen. Ketika mengajarkan konsep ini, guru harus yakin bahwa para siswa menangkap
ide bahwa hampir semua anggota masyarakat berkontribusi dengan caranya masing-masing terhadap
proses produksi total barang dan jasa yang kita konsumsi. Anak-anak cenderung tidak mengira gurunya
dan diri mereka sendiri sebagai produsen. Akan tetapi, ketika mereka mencuci piring, memotong
rumput halaman, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya, mereka sedang memproduksi
suatu jasa bagi keluarga mereka. Walaupun para ekonom tertarik terutama pada barang dan jasa yang
diproduksi untuk diperdagangkan, namun contoh-contoh yang terakhir ini akan membantu anak-anak
memahami konsep tersebut.
Barang dan jasa
Barang adalah produk yang memuaskan keinginan konsumen. Jasa adalah kerja yang dilakukan
guna memuaskan keinginan konsumen. Buku, mainan, makanan, dan mobil adalah contoh barang;
tindakan mengajar, membersihkan jendela, dan merawat orang sakit adalah contoh jasa. Sebagaimana
dipakai dalam ilmu ekonomi, istilah-istilah ini tidak mengimplikasikan bahwa seorang konsumen harus
disenangkan terlebih dahulu baru kita menganggap suatu produk sebagai barang, atau kerja yang
dilakukan sebagai jasa. Selama produk dikonsumsi konsumen, produk itu adalah barang. Kedua konsep
ini diperlukan untuk membantu para siswa berpikir tentang perilaku manusia dari sudut pandang
ekonomi.
Konsumsi
Konsumsi adalah penggunaan barang-barang materiil dan jasa guna memuaskan keinginan
manusia. Orang-orang yang menyetir sebuah kendaraan, yang pergi ke dokter, atau pergi ke sekolah,
semuanya adalah konsumen. Konsep ini penting karena anak-anak harus menyadari bahwa semua
manusia, agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya, harus mengkonsumsi barang dan jasa, dan
bahwa barang dan jasa ini harus diproduksi oleh mereka sendiri atau oleh orang lain. Ketika
mengajarkan konsep ini, guru dapat mempergunakan contoh-contoh yang mengandung unsur sejarah
atau kontemporer untuk membantu anak-anak menyadari bahwa sementara para kolonis pertama yang
datang ke Amerika memproduksi sendiri hampir semua barang dan jasa yang mereka konsumsi,
sementara hampir semua barang dan jasa yang kita konsumsi dewasa ini diproduksi oleh orang lain,
entah siapapun itu. Situasi ini menjadikan para konsumen dewasa ini sangat bergantung pada pekerja
lain guna memenuhi keinginan dan kebutuhan materiil mereka.
Kesalingtergantungan
Kesalingtergantungan adalah pengandalan orang lain untuk memperoleh barang dan jasa yang
kita butuhkan untuk memenuhi keinginan-keinginan kita, dan membantu orang lain untuk memenuhi
keinginan-keinginan mereka dengan jalan berpartisipasi dalam pembuatan barang dan jasa yang mereka
konsumsi. Di Amerika Serikat pada masa kolonialisme, dan di berbagai masyarakat yang masih buta
huruf, hampir semua keluarga sangat mandiri karena masing-masing keluarga memproduksi sendiri
pangan, dan hampir semua barang dan jasa yang mereka butuhkan. Kaum ibu Amerika yang tinggal di
lahan pertaniannya dulu membuat sendiri bahan-bahan pengobatan dan penyembuhan untuk
menyembuhkan penyakit anak-anak mereka dan menyiapkan sendiri hampir semua makanan mereka,
dan kadang-kadang anggota keluarga tertentu bekerja mengasuh adiknya. Oleh karena dewasa ini para
pekerja dalam masyarakat berteknologi maju amat terspesialisasikan, hampir semua keluarga nyaris
mustahil bertahan tanpa mengandalkan secara signifikan barang dan jasa yang diproduksi para pekerja
lain. Spesialisasi menjadikan sebuah masyarakat sangat efisien, karena masing-masing pekerja dapat
menekuni dan mendalami suatu jenis pekerjaan, namun hal ini juga menyebabkan konsumen sangat
rentan seperti yang kita saksikan akhir-akhir ini ketika banyak pegawai pemerintah melakukan
pemogokan. Kita sedemikian bergantung pada para pegawai publik seperti pengantar surat pos dan
pengumpul sampah hingga pemogokan yang mereka lakukan membahayakan perekonomian kita.
Pemogokan buruh kereta api begitu mengancam sistem perekonomian kita sehingga pemerintah federal
biasanya melakukan intervensi ketika pemogokan sudah diambang mata.Suatu pemogokan yang
dilakukan para pekerja utama negeri ini – dan pemogokan makin sering terjadi beberapa tahun
belakangan – memperlihatkan betapa besar ketergantungan kita terhadap para pekerja yang lain. Anak-
anak harus disadarkan tentang kelebihan-kelebihan maupun kekurangan-kekurangan masyarakat kita
yang sangat terspesialisasikan.
Pembagian Kerja
Pembagian kerja adalah pembagian proses produksi barang dan jasa kedalam bagian-bagian
yang lebih kecil sehingga masing-masing pekerja melakukan suatu pekerjaan yang khusus dan spesifik.
Proses ini sering melibatkan suatu teknik lini rakitan. Biasanya, setiap orang yang berperan dalam
membuat sebuah mobil hanya mengerjakan pemasangan salah satu komponen mobil itu. Leiter
menyebutkan kelebihan-kelebihan metoda ini sebagai berikut: “Output meningkat lantaran (1) waktu
dapat dihemat, karena masing-masing pekerja lebih cepat mempelajari dan menguasai tugasnya dan
tidak harus berpindah dari satu tugas ke tugas yang lain; (2) ciri-ciri khusus seperti ketinggian, kekuatan
fisik dan inteligensi, bisa dimanfaatkan secara lebih efektif dalam pelaksanaan suatu tugas; (3) dicapai
keahlian atau ketrampilan yang lebih tinggi karena terus-menerus mengerjakan jenis operasi yang sama;
dan (4) peralatan kerja dimanfaatkan secara lebih optimal.” Sebelumnya kita sudah membahas
beberapa kelemahan spesialisasi dan pembagian kerja. Juga, seperti yang dikemukakan Leiter,
“pembagian kerja menurunkan semangat kerja pekerja”. Jika sejumlah pekerja membantu dalam
membuat suatu produk, siapapun diantara mereka sulit mendapatkan kepuasan yang tinggi dari
pembuatan produk itu. Dengan meningkatnya spesialisasi, ide “kebanggaan pekerjaan” cenderung
menghilang. Aktivitas-aktivitas berikut ini dapat memudahkan anak-anak memahami konsep tersebut:
“Kelas bisa membentuk dua tim. Satu tim melaksanakan suatu proses produksi, seperti membuat
gingerbread boys pada suatu lini rakitan, sementara tim yang lain membuat produk yang sama tanpa
menerapkan sistem pembagian kerja. Wasit memutuskan tim yang mana yang telah mampu membuat
sejumlah tertentu produk tersebut dengan waktu yang lebih singkat dan dengan limbah (sisa) perkakas
dan bahan baku yang lebih sedikit.”
Pertukaran
Pertukaran adalah “transfer atau perpindahan dengan sengaja atas barang atau pelaksanaan
jasa guna mendapatkan barang atau jasa yang lain atau uang. Dalam hampir semua perekonomian
pasar, uang adalah medium atau alat pertukaran yang paling sering dipergunakan. Uang bukan hanya
suatu medium pertukaran melainkan juga suatu “indikator nilai tukar”. Barter, atau pertukaran
langsung barang atau jasa, lazim diterapkan dalam masyarakat yang masih buta huruf dan di Amerika
Serikat pada masa dahulu. Ini merupakan konsep yang amat penting; anak-anak pasti punya banyak
pengalaman yang berhubungan dengan pertukaran. Hampir semua anak sudah pernah membeli sesuatu
dari toko, mempertukarkan dua marble kecil untuk mendapatkan satu marble baja, atau satu buku
komik dengan buku komik yang lain. Sekali lagi, guru dapat memanfaatkan teknik-teknik tertentu seperti
permainan peran atau dramatisasi untuk menggugah kembali pengalaman-pengalaman anak-anak
sebelumnya ketika guru tersebut mengajarkan konsep ini. Sebagai contoh, anak-anak bisa
menyelenggarakan “country fair”. Mereka bisa membuat item-item barang di kelas seni dan bengkel
mereka dan mempertukarkannya dengan item-item lain yang dibuat aak-anak yang lain selama
berlangsungnya “pameran” tersebut. Mereka harus berupaya membuat item yang sebaik mungkin
dengan menggunakan sumber-sumber daya yang sehemat mungkin, dan memasarkannya pada harga
yang setinggi mungkin. Aktivitas ini dapat mengajarkan pada anak-anak tentang hukum permintaan dan
penawaran dan pemasaran barang. Sebagai contoh, anak yang membutuhkan terlalu banyak sumber
daya untuk pembuatan barangnya, atau yang memproduksi barang yang tidak diinginkan anak-anak
yang lain, tidak akan mampu mempertukarkan barang tersebut. Anak-anak juga dapat memanfaatkan
teknik-teknik yang lain seperti iklan untuk merangsang penjualan. Suatu pembahasan tentang iklan dan
etika dapat dimulai.
Lingkaran arus pendapatan
Uang mengalir dari perusahaan kepada pekerja, dan kembali ke perusahaan; peredaran ini
berlangsung secara kontinu. Ketika para pekerja memproduksi barang dan jasa untuk perusahaan-
perusahaan bisnis, mereka dibayar atas kerja yang mereka lakukan. Ketika mereka membeli barang dan
jasa, uang yang mereka terima sebagai bayaran atas pembuatan barang dan jasa dibayarkan kepada
perusahaan atau pasar yang menjual barang tersebut. Jadi pendapatan beredar secara kontinu, dan
orang-orang yang memproduksi barang juga mengkonsumsi barang tersebut. Gambar 12.3
memperlihatkan proses peredaran ini. Melalui penelitiannya dengan anak-anak di sistem-sistem sekolah
yang ada di seluruh Amerika Serikat, John E. Maher menemukan bahwa para siswa kelas satu mampu
memahami konsep ini, bahwa mereka menyukainya, dan bahwa para guru senang mengajarkannya.
GENERALISASI ILMU EKONOMI
Oleh karena konsep-konsep kunci dalam ilmu ekonomi dapat diidentifikasi dengan mudah, maka
tidak sulit menemukan generalisasi (kesimpulan umum) yang memperlihatkan hubungan diantara
konsep-konsep ilmu ekonomi. Beberapa generalisasi yang dapat dimanfaatkan untuk menuntun arah
pelajaran ekonomi di sekolah dasar dan menengah pertama disajikan dalam buku-buku pengantar ilmu
ekonomi, dalam buku-buku profesional tentang pengajaran ilmu-ilmu sosial, dan dalam berbagai
pedoman kurikulum yang telah disusun oleh sistem-sistem sekolah di seluruh negeri ini. Kumpulan
generalisasi berikut ini merupakan representasi dari tipe-tipe yang dapat dipergunakan guru sebagai
pedoman dalam perencanaan mata pelajaran ilmu ekonomi. Ini dicuplik dari suatu pedoman kurikulum
mata pelajaran ilmu-ilmu sosial di salah satu negara bagian:
- Manusia saling tergantung, dan ketergantungan telah meningkat.
- Semua keluarga dan anggota keluarga dalam suatu komunitas bergantung atas satu sama yang lain.
Pembagian kerja menunjuk pada pemisahan/pemilahan produksi kedalam berbagai bentuk
pekerjaan.
- Perorangan yang memproduksi barang dan jasa melakukan pertukaran dengan orang lain guna
memperoleh barang dan jasa yang mereka butuhkan untuk memenuhi keinginan-keinginan
mendasar mereka.
- Pertumbuhan kesalingtergantungan meningkatkan masalah-masalah penyesuaian untuk individu-
individu dalam masyarakat yang bersangkutan, dan hal itu juga meningkatkan kebutuhan akan
koordinasi lewat arahan manajerial organisasi dan mekanisme pasar.
- Suatu konflik diantara keinginan-keinginan yang tak terbatas dan sumber-sumber daya yang
terbatas melahirkan kebutuhan akan pengambilan keputusan.
- Pilihan-pilihan didasarkan pada sistem nilai individu, tetapi sistem nilai lebih banyak ditentukan
budaya. Oleh karena itu, kebutuhan dan keinginan ditentukan oleh budaya.
- Harga adalah ukuran kelangkaan relatif dan kebutuhan atas barang, jasa, atau sumber-sumber
daya.
- Uang adalah suatu pranata yang mempermudah operasi suatu ekonomi pertukaran.
- Bila kita membelanjakan uang, maka uang itu tidak hilang; ia terus beredar selama manusia tidak
menumpuknya.
- Pendapatan diperoleh dengan membuat barang dan jasa.
- Individu-individu yang berkontribusi terhadap proses produksi menerima suatu bagian dari barang
dan jasa yang mereka produksi.
- Pajak sering digunakan untuk mendistribusikan kembali pendapatan.
- Konsumen menentuan apa yang harus diproduksi dalam suatu sistem perekonomian bebas, dengan
mempertimbangkan semua alternatif yang ada. Iklan dan media massa sering mempengaruhi
pilihan.
- Pemerintah semakin berperan sebagai partisipan dalam perekonomian pasar. Pemerintah
merupakan pesaing dan juga pencipta peluang-peluang ekonomi.
- Jika pelanggan membeli sedikit, maka pabrik membutuhkan sedikit pekerja yang selanjutnya dapat
menimbulkan pengangguran.
- Kebijakan-kebijakan yang dipakai seseorang untuk mempromosikan stabilitas perekonomian bagi
unit keluarga belum tentu berlaku jika digeneralisir the perekonomian secara keseluruhan.
- Serikat-serikat buruh mengupayakan lowongan kerja bagi para anggotanya (klausa eskalator,
tunjangan pensiun, hak-hak senioritas, upah tahunan yang terjamin, dan lain-lain).
- Bagian dari produktivitas yang meningkat telah mendorong pertambahan dalam waktu senggang
yang telah menciptakan suatu kebutuhan akan barang dan jasa yang baru.
ILMU EKONOMI DI SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH PERTAMA
Pentingnya Pemahaman Ekonomi
Akhir-akhir ini Amerika Serikat telah menghadapi salah satu krisis ekonomi yang paling parah
sepanjang sejarah negeri ini. Sementara angka pengangguran terus meningkat, harga-harga barang dan
jasa pun terus membubung. Banyak konsumen menghasilkan sedikit uang namun membutuhkannya
dalam jumlah yang makin besar untuk membeli barang-barang kebutuhan seperti sandang, pangan,
bahan bakar, dan rumah. Di beberapa kota, situasi pengangguran telah mencapai proporsi krisis.
Tuntutan kesejahteraan terus meningkat di semua kota besar kita, dan suatu gerakan bagi reformasi
kesejahteraan telah menciptakan suatu kontroversi yang sengit di Senat. Kebutuhan akan pandangan
dan pemahaman ekonomi telah didramatisir dengan keras oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
beberapa tahun terakhir ini.
Bahkan selama periode yang relatif makmur, masalah-masalah perekonomian yang ada telah
membelah segmen-segmen utama penduduk, membingungkan para pengambil keputusan, dan menjadi
penyebab utama keresahan masyarakat. Sebagian dari ketidakmampuan kita dalam menemukan solusi-
solusi yang cerdas terhadap persoalan-persoalan ekonomi yang kompleks bersumber dari kelalaian
ekonomi di pihak warganegara maupun pihak pejabat publik. Dikarenakan ketidakpahaman mereka
tentang sifat isu-isu perekonomian, warganegara sering memberi suara kepada para kandidat yang
menawarkan janji-janji mulia namun tidak realistis mengenai reformasi perekonomian. Seringkali para
kandidat menawarkan janji-janji semacam itu bukan tanpa sadar, melainkan hanya karena mereka ingin
meraih suara dan tidak memikirkan apakah mereka sanggup mewujudkan reformasi perekonomian yang
dijanjikan.
Agar mampu menilai kelayakan proposal reformasi perekonomian, warganegara harus memiliki
pemahaman yang jelas mengenai hakekat perekonomian campuran negeri kita, dan suatu kesadaran
tentang betapa rumitnya perekonomian modern. Oleh karena banyak pelajar mengakhiri pendidikan
formal mereka ketika mereka lulus dari sekolah-sekolah publik, maka sekolah-sekolah tersebut mestinya
menyelenggarakan program-program pendidikan ekonomi yang baik agar warganegara di masa depan
mampu mempengaruhi secara cerdas kebijakan-kebijakan perekonomian dan berpartisipasi secara
efektif dalam sistem politik kita. Hampir semua isu sosial yang dihadapi masyarakat kita mengandung
aspek ekonomi, dan perspektif ekonomi akan membantu kita memecahkan masalah-masalah tersebut.
Walaupun sudut pandang ekonomi dapat membantu kita memecahkan masalah-masalah sosial,
namun ilmu ekonomi tidak bisa menjelaskan apakah kita harus memiliki suatu pendapatan tahunan
yang dijamin untuk semua keluarga, atau apakah pajak pendapatan harus diturunkan atau dinaikkan.
Akan tetapi, konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu ekonomi dapat memudahkan kita memprediksi
berbagai kemungkinan konsekuensi suatu pendapatan tahunan yang dijamin atau konsekuensi-
konsekuensi suatu kenaikan pajak pendapatan. Disiplin ini tidak bisa menjelaskan kepada kita
konsekuensi-konsekuensi yang akan ditimbulkan tindakan-tindakan tersebut; seperti yang telah kami
kemukakan sebelumnya, prinsip-prinsip ilmu ekonomi, sama dengan prinsip-prinsip ilmu-ilmu sosial
yang lain, bergantung pada berbagai variabel. Sekalipun demikian, bahkan pengetahuan tentatif pun
dapat membantu kita dalam membuat keputusan-keputusan tentang masalah-masalah perekonomian
yang kompleks dengan menjelaskan konsekuensi-konsekuensi yang bisa timbul dari serangkaian
tindakan.
Pendidikan ilmu ekonomi diperumit oleh fakta bahwa para pelajar, sama seperti orang dewasa,
memiliki banyak konsepsi yang keliru tentang sistem perekonomian. Seringkali para ilmuwan sosial, yang
juga tidak paham tentang masalah-masalah ekonomi, memperkuat mitos uumum mengenai
perekonomian. Hampir setiap orang merupakan “pakar” ekonomi dengan gayanya sendiri. Ilmu ekonomi
dan pendidikan ilmu ekonomi barangkali mempunyai para “pakar” dalam jumlah yang lebih banyak
ketimbang cabang-cabang disiplin yang lain. Sebagai contoh, sebuah kekeliruan umum dibuat orang
awam ketika mereka berasumsi bahwa sesuatu yang baik untuk situasi individual mereka adalah bagus
juga bagi perekonomian secara keseluruhan. Ketika perekonomian kita mengalami depresi, individu-
individu sering berkata bahwa perekonomian akan pulih jika pemerintah tidak membelanjakan uang
lagi. Seseorang sering dapat meningkatkan situasi perekonomiannya dengan menabung sebagian
pendapatannya, namun banyak pengangguran akan terjadi jika pemerintah mengurangi anggaran
belanjanya, lantaran banyak orang bekerja dalam industri-industri yang berhubungan dengan
pemerintah. Dalam kasus tertentu, pemerintah federal justru perlu meningkatkan pembelanjaan guna
merangsang perekonomian yang melemah.
Oleh karena uang merupakan bagian penting dari kehidupan kita (sering dikatakan bahwa
adalah uang, bukan cinta, yang membuat bumi ini bergulir), pemikiran atau penalaran tentang isu-isu
ekonomi cenderung diperkeruh oleh emosi. Warga negara sering menentang keras kenaikan pajak
namun terus-menerus menuntut layanan yang lebih efisien dan lebih ekstensif dari pemerintah kota
atau pemerintah federal. Anak-anak harus dibantuk memahami bahwa layanan publik yang lebih
ekstensif sama artinya dengan pajak yang lebih tinggi. Konsep kelangkaan akan membantu mereka
menyadari bahwa Anda tidak bisa memiliki kue Anda yang telah Anda makan. Warga negara harus
menuntut kejujuran para pejabat publik dan layanan paling efisien yang bisa diadakan dari dana-dana
yang dibelanjakan. Akan tetapi, mengharapkan sesuatu untuk sesuatu yang tidak ada dan menuntut
pemanfaatan sumber-sumber daya langka secara efisien adalah dua hal berbeda; pelajaran ilmu
ekonomi akan membantu anak-anak melihat perbedaan ini.
Program Sekuential dalam Pendidikan Ilmu Ekonomi
Pentingnya pemahaman ekonomi teramat penting dan karena itulah harus ditanamkan dalam
benak anak-anak. Sementara banyak guru berbakat membantu anak-anak memandang paham
tradisional dari suatu perspektif ilmu ekonomi, kita boleh percaya bahwa semua anak memperoleh
pemahaman ekonomi hanya jika kita merancang suatu program pengajaran yang spesifik. Ini tidak
berarti bahwa kita harus mengimplementasikan suatu program ilmu ekonomi tersendiri. Kami tidak
menganjurkan pendekatan demikian terhadap pengajaran ilmu ekonomi di sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama. Justru sebaliknya, staf atau guru ilmu-ilmu sosial harus mengidentifikasi sejumlah
konsep kunci dan kesimpulan umum terkait yang dapat diajarkan dengan contoh-contoh materi yang
menjadi inti program mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ilmu ekonomi bukanlah suatu materi yang
terspesialisasikan, melainkan merupakan cara yang unik dalam memandang materi yang dewasa ini
menjadi bagian dari kurikulum mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Konsep dan generalisasi utama yang
diidentifikasi harus diperkenalkan pada kelas-kelas pemula dan selanjutnya dikembangkan pada kelas-
kelas yang lebih tinggi. Anak-anak akan memperoleh pemahaman yang makin mendalam apabila
mereka mempelajari konsep-konsep ilmu ekonomi secara bertahap.
Ada banyak kesempatan bagi guru untuk memperkenalkan dan memperluas konsep-konsep
ilmu ekonomi dengan isi atau muatan yang menjadi bagian dari kurikulum tradisional mata pelajaran
ilmu-ilmu sosial.Marilah kita tinjau bagaimana konsep kelangkaan dan salah satu generalisasinya, yakni
“Setiap individu dan masyarakat mengalami konflik antara keinginan yang tak ada batasnya dan sumber-
sumber daya yang terbatas” dapat diperkenalkan di kelas taman kanak-kanak dan kelas-kelas yang lebih
tinggi kemudian. Guru dapat memperkenalkan konsep ini di kelas taman kanak-kanak melalui situasi
permainan peran. Dalam situasi ini, Ibu dan Ayah sedang mempertimbangkan keputusan tentang
apakah mereka akan melakukan suatu perjalanan pada musim panas yang akan datang ataukah
membangun sebuah kamar tambahan dalam rumah. Ayah dan Ibu tidak memiliki cukup uang untuk
mengerjakan keduanya. Kepada anak-anak, guru boleh mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti,
“Apakah masalahnya dalam situasi ini?” “Mengapa ada masalah?” “Menurut Anda, mengapa Ayah dan
Ibu tidak bisa melakukan kedua hal itu sekaligus?” “Pernahkan Anda harus membuat satu pilihan
diantara dua hal?” “Yang manakah yang Anda putuskan untuk Anda laksanakan?” “Mengapa?” “Apakah
yang memudahkan Anda mengambil keputusan?” “Jika kalian adalah Ayah dan Ibu, apakah yang akan
kalian perbuat?” “Mengapa?”.
Kajian pembantu (pelayan) masyarakat dalam kelas yang berikutnya dapat memperluas konsep
ini. Guru dapat menyuruh anak-anak menyebut berbagai macam jasa atau layanan yang diberikan
masyarakat (dia dapat mengawalinya dengan memperlihatkan gambar-gambar para pelayan dalam
masyarakat), membuat hipotesis mengenai mengapa tidak tersedia layanan atau jasa yang lebih banyak,
dan memikirkan cara-cara memperluas dan meningkatkan layanan yang ada sekarang ini. Kemudian
guru tersebut dapat menanyakan mengapa jasa/layanan yang ada sekarang tidak lebih baik atau lebih
ekstensif? Guru harus membantu anak-anak untuk menyadari bahwa komunitas memiliki dana yang
terbatas (yang berasal dari pajak), dan bahwa komunitas itu tak sanggup menyediakan jasa/layanan
yang tak terbatas, seperti jasa pembersihan jalan yang lebih, jasa pemadam kebakaran yang lebih
lengkap, atau polisi dalam jumlah yang lebih banyak.
Topik-topik seperti pangan, pakaian dan transportasi, dan Negara Kita, yang secara tradisional
merupakan bagian dari pelajaran ilmu-ilmu sosial dasar, juga berisi muatan yang dapat mengembangkan
konsep ini lebih jauh. Menyelidiki bagaimana orang menentukan pilihan ketika sedang membeli pakaian
dan mengapa sistem transportasi umum tidak efisien di berbagai kota di Negara kita, dan menjadi sadar
akan upaya pencarian yang terus-menerus yang dilakukan penyelenggara negara untuk mendapat dana
tambahan guna menyediakan jasa/layanan umum yang dibutuhkan, akan memperluas konsep
kelangkaan dalam benak anak-anak dari kelas yang lebih tinggi.
Tabel 12.2. Bagan retrieval data: Bagaimana masyarakat memecahkan ketiga masalah ekonomi.
Konsep analisis Perekonomian
Amerika
Serikat
Perekonomian
Nigeria
Perekonomian
Uni Sovyet
Barang dan jasa apakah
yang diproduksi dan berapa
jumlahnya?
Bagaimanakah cara
memproduksi barang dan
jasa itu?
Untuk siapakah barang dan
jasa itu diproduksi?
Konsep-konsep produksi, pertumbuhan, jasa, konsumsi, pertukaran (perdagangan), dan saling
ketergantungan, juga harus dimasukkan program ilmu-ilmu sosial. Untuk mempermudah pengajaran
konsep-konsep ini dan untuk memperluas pemahamana anak-anak tentang suatu sistem perekonomian,
guru dapat mengemukakan ketiga masalah dasar ekonomi – Apa? Bagaimana? Untuk Siapa? – dan
membimbing anak-anak dalam menetapkan, lewat penyelidikan yang dilakukan anak-anak itu, cara
memecahkan ketiga masalah tersebut dalam masyarakat yang berbeda. Guru harus memilih
masyarakat-masyarakat yang memiliki sistem perekonomian yang berbeda supaya anak-anak dapat
menurunkan kesimpulan umum (generalisasi) bahwa walaupun semua kelompok manusia (masyarakat)
telah memecahkan masalah-masalah perekonomian mendasar ini, mereka telah menemukan dan
menerapkan cara-cara yang berlainan untuk memecahkannya. Sebuah bagan retrieval data, seperti yang
diperlihatkan dalam Tabel 12.2, dapat dibuat oleh guru. Gugus Tugas Nasional Pendidikan Ilmu Ekonomi
menekankan pentingya anak-anak mengenali cara yang ditempuh berbagai masyarakat dalam
memecahkan masalah-masalah perekonomian mendasar tadi.
PERKEMBANGAN MUTAKHIR DALAM PENDIDIKAN ILMU EKONOMI
Akhir-akhir ini telah dilakukan banyak sekali upaya untuk menyempurnakan pengajaran ilmu
ekonomi di sekolah-sekolah negeri. Salah satu perkembangan yang paling signifikan dalam pendidikan
ilmu ekonomi adalah diterbitkannya buku Pendidikan Ilmu Ekonomi di Sekolah, Laporan Gugus Tugas
Nasional Pendidikan Ilmu Ekonomi tahun 1961. Buku laporan ini, yang disponsori oleh Asosiasi Ekonomi
Amerika dan ditulis oleh sekelompok ekonom dan pendidik terkemuka, berfokus pada mata pelajaran
ilmu ekonomi di sekolah. Laporan ini menyebutkan perlunya dan pentingnya pendidikan ilmu ekonomi:
“Pemahaman ilmu ekonomi sangat penting kalau kita ingin memenuhi tanggung jawab kita sebagai
warga negaradan sebagai partisipan dalam suatu perekonomian usaha yang pada dasarnya bersifat
swasta. Banyak isu terpenting dalam kebijakan pemerintah kita bersifat ekonomis, dan kita selalu
berhadapan dengan persoalan ekonomi dalam setiap aktivitas kehidupan kita sehari-hari.” Gugus Tugas
tersebut diatas mengidentifikasi tujuh bidang utama ilmu ekonomi yang mereka yakini harus dipahami
dengan baik oleh setiap lulusan sekolah menengah. Ketujuh bidang ini meliputi hakekat ilmu ekonomi
dan perspektif ilmu ekonomi, persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi semua masyarakat,
perekonomian pasar Amerika Serikat, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, distribusi pendapatan,
peranan pemerintah Amerika Serikat dalam perekonomian dunia, dan sifat/pengertian sistem-sistem
perekonomian yang lain.
Walaupun fokus utama laporan ini adalah tentang pengajaran ilmu ekonomi di sekolah
menengah, namun laporan ini juga menekankan pentingnya pendidikan ilmu ekonomi di sekolah dasar:
“Ada banyak peluang untuk menanamkan pemahaman ilmu ekonomi sejak anak-anak duduk di
kelas satu sampai ia lulus dari sekolah menengah. Eksperimen-eksperimen yang menarik yang kini
sedang dilakukan menunjukkan bahwa konsep-konsep sederhana seperti pembagian kerja, harga,
pertukaran di pasar, dan bahkan laba, dapat dimengerti anak-anak sekolah dasar jika konsep-konsep ini
dimasukkan kedalam bahan-bahan dan metoda-metoda pengajaran yang dirancang dengan seksama.
Bagaimanapun, anak-anak pasti terpapar terhadap ide-ide semacam itu dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Anak-anak sekolah dasar memberi suatu peluang untuk mengklarifikasinya, dan
menghubungkannya dengan masalah sehari-hari kehidupan keluarga, khususnya didalam mata
pelajaran ilmu-ilmu sosial yang telah diperoleh anak-anak tersebut ketika duduk di kelas yang lebih
rendah. Kami mendukung eksperimen ini dan merekomendasikan penerapan teknik-teknik ini pada saat
anak-anak masih duduk di kelas awal.
Hasil penelitian memperkuat fakta bahwa anak-anak sekolah dasar sanggup memahami dan
menguasai beberapa konsep kunci dalam ilmu ekonomi. Jika konsep-konsep dasar diajarkan di kelas-
kelas bawah, maka para guru sekolah menengah dapat memperluas ide-ide ini dan, dengan demikian,
lebih mudah membantu siswanya dalam menangkap suatu pemahaman yang memadai tentang ketujuh
topik penting yang digariskan atau dirumuskan oleh Gugus Tugas Nasional Pendidikan Ilmu Ekonomi.
Organisasi lain yang telah mempelopori reformasi dalam pendidikan ilmu ekonomi adalah
Dewan Gabungan Pendidikan Ilmu Ekonomi. Upaya-upaya yang dilakukan badan ini untuk
menyempurnakan pengajaran ilmu ekonomi di sekolah-sekolah negeri meliputi suatu program publikasi
yang baik maupun program pengembangan kurikulum yang disebut Program Pendidikan Ilmu Ekonomi
Pembangunan (DEEP), yang didirikan tahun 1964. beberapa publikasi dewan ini yang sangat bermanfaat
bagi para guru adalah Ilmu Ekonomi dalam Kurikulum dan seri buku yang berjudul Pengalaman-
Pengalaman Para Guru Pendidikan Ilmu Ekonomi dalam Kewirausahaan. Buku pertama, yang
merupakan proyek DEEP, merupakan buku pedoman yang berguna bagi para guru, yang dibagi dalam
dua bagian utama, yakni “Ide-ide dan Konsep-Konsep Ekonomi” dan “Penempatan Konsep-Konsep
Ekonomi dalam Kelas”. Seri buku tadi, yang diterbitkan lewat kerjasama dengan Calvin K. Kazanjian
Economics Foundation, Inc, berisi esai-esai peraih penghargaan yang ditulis para guru sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama. Artikel-artikel ini menjelaskan bagaimana para guru berhasil mengajarkan
konsep-konsep dan generalisasi ilmu ekonomi. Artikel-artikel ini dikelompokkan berdasarkan jenjang
kelas siswa dan merupakan sumber ide-ide yang kaya bagi para guru yang mengajar di kelas. John E.
Maher, salah satu ekonom senior yang duduk di dewan itu, telah menerbitkan buku Apakah Ilmu
Ekonomi?. Ditulis khusus untuk para guru yang mengajar di kelas, buku ini sangat gamblang dan cermat,
dan memuat suatu bab tentang keahlian-keahlian ekonomi.
Program Pendidikan Ilmu Ekonomi Pembangunan (DEEP) dewan ini utamanya merupakan
organisasi layanan bagi distrik sekolah. Organisasi ini menyediakan konsultan untuk membantu distrik
agar lebih terlibat dalam reformasi kurikulum dalam pendidikan ilmu ekonomi, menyebarluaskan
pedoman-pedoman kurikulum, dan menyelenggarakan lokakarya di distrik-distrik yang bekerjasama
dengan mereka. Organisasi ini terdiri atas lebih daripada 40 dewan negara bagian dan dewan daerah,
dan lebih daripada 50 Pusat Pendidikan Ilmu Ekonomi di kampus-kampus perguruan tinggi dan
universitas.
Beberapa proyek kurikulum tahun 1960-an berfokus terutama pada ilmu ekonomi. Salah satu
proyek yang paling bagus adalah yang dikembangkan Professor Lawrence Senesh. Senesh menamakan
kurikulum yang diimplementasikan dalam programnya Dunia Kita yang Bekerja, sebagai kurikulum yang
organik. Kurikulum ini didasarkan pada premis bahwa anak-anak harus diperkenalkan dengan ide-ide
dasar ilmu-ilmu sosial, bahwa ide-ide ini harus dikembangkan makin mendalam pada kelas-kelas yang
lebih tinggi, dan bahwa aktivitas-aktivitas yang digunakan untuk memperkenalkan konsep-konsep ilmu
sosial harus berhubungan dengan pengalaman sehari-hari para siswa. “Kurikulum ini didasarkan pada
hipotesis yang menyatakan bahwa pengalaman anak-anak berpotensi memiliki makna yang begitu bagus
sehingga ide-ide dasar ilmu-ilmu sosial dapat dihubungkan dengan pengalaman tersebut pada semua
jenjang kelas.” Inti program ini berkutat seputar konsep-konsep ilmu ekonomi (yang dilukiskan dalam
Gambar 12.4), walaupun penulis mengakui bahwa program ini bersifat interdisipliner. Dia mengatakan,
“Ilmu-ilmu sosial yang lain, seperti antropologi, geografi, ilmu politik, sosiologi, dan sejarah,
……merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program ini.” Senesh yakin bahwa para guru mesti
memahami ide-ide dasar ilmu ekonomi agar mereka berhasil mengimplementasikan programnya.
Program yang dikembangkan Senesh, Dunia Kita yang Bekerja”, yang dirancang untuk kelas
sekolah dasar, dipasarkan secara komersil oleh Science Research Associates. Bila Anda sedang berusaha
mengidentifikasi konsep-konsep ekonomi dan mengembangkan strategi-strategi pengembangan
konsep-konsep tersebut, maka program ini akan sangat membantu bagi Anda. Pedoman guru meliputi
berbagai kisah dan penyair, serta banyak sumber-sumber daya dan ide-ide yang bermanfaat.
Program Ilmu Ekonomi Sekolah Dasar yang dikembangkan Pusat Hubungan Industrial di
Universitas Chicago, berisi bahan-bahan untuk pengajaran konsep-konsepie kepada para siswa kelas
empat, lima dan enam. Program ini didasarkan pada tiga asumsi dasar: (1) anak-anak memiliki
pengalaman ekonomi sehari-hari; (2)pendidikan ilmu ekonomi dapat diperkenalkan secara progresif
(berjenjang) seiring pertambahan usia anak, dan (3)konsep-konsep ilmu ekonomi akan memperkuat
pembelajaran dalam program pendidikan il sosial yang lain. Tujuan utama program ini adalah: (1)
menumbuhkan (dalam benak siswa) suatu pemahaman tentang proses-proses konsumsi, produksi, dan
pertukaran, dan (2) menumbuhkan (dalam benak siswa) suatu pemahaman tentang hubungan diantara
ketiga proses mendasar ini.” Bahan-bahannya meliputi sebuah buku bacaan siswa, sebuah buku proyek
siswa, dan ujian-ujian obyektif untuk masing-masing jenjang kelas. Pedoman guru terdiri atas tujuan
pengajaran, aktivitas pengajaran, dan diskusi tentang hakekat ilmu ekonomi. Bacaan siswa cukup hidup
dan menarik.
STRATEGI PENGAJARAN BEBERAPA KONSEP DAN GENERALISASI ILMU EKONOMI YANG TERPILIH
Dalam bab ini kita telah menekankan perlunya para siswa memahami konsep-konsep dan
generalisasi ilmu ekonomi guna memecahkan persoalan-persoalan pribadi dan sosial secara efektif dan
guna mempengaruhi kebijakan publik dengan berpartisipasi dalam aksi sosial yang cerdas. Hampir
semua masalah sosial berat yang kita hadapi dewasa ini – seperti rasisme, perang, dan kemiskinan –
dapat dianalisis secara menguntungkan dari sudut pandang ekonomi. Jika sejarah dapat membantu kita
memprediksi kejadian di masa yang akan datang, kita bisa berkata dengan yakin bahwa masalah-
masalah sosial di masa yang akan datang juga mengandung aspek-aspek ekonomi. Para teoretikus
seperti Karl Marx dan Charles Beard berkeyakinan bahwa faktor-faktor ekonomi barangkali merupakan
faktor yang paling masif mempengaruhi tingkah laku manusia. Meskipun kita tidak mendukung
keyakinan ini, namun kita tetap berkeyakinan bahwa pemahaman ilmu ekonomi akan meningkatkan
secara signifikan kemampuan manusia dalam memecahkan persoalan-persoalan sosial dan perorangan
saat ini dan di masa depan.
Untuk memastikan agar anak-anak memiliki pemahaman ekonomi yang baik, pengajaran ilmu
ekonomi harus direncanakan dengan cermat dan berjenjang untuk para siswa sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama. Saat merencanakan unit-unit mata pelajaran sosial, para guru harus memilih
konsep-konsep dan generalisasi yang akan memampukan para siswa memadang masalah-masalah yang
sedang dipelajari dari suatu perspektif ekonomi. Kami telah memilih salah satu konsep ekonomi yang
bersifat mengorganisir, interdependensi (saling ketergantungan), dan suatu generalisasi yang
berhubungan dengan interdependensi, dan menjelaskan bagaimana konsep dan generalisasi ini dapat
diajarkan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Strategi yang kami jelaskan dimaksudkan
sebagai contoh saja dan hanya berfungsi sebagai pemicu kreativitas guru. Akan tetapi, beberapa strategi
yang dibahas disini dapat diterapkan dengan mudah dalam setiap program pelajaran ilmu sosial di kelas-
kelas sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Generalisasi: Semua anggota suatu masyarakat saling bergantung secara ekonomi; individu
produsen barang dan jasa melakukan pertukaran dengan individu lain untuk memperoleh barang dan
jasa yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan dasar mereka.
Jenjang (Kelas) Sekolah Dasar
Ajaklah para siswa membandingkan swa-sembada para perintis negeri ini yang hidup di lahan-
lahan pertanian, dengan interdependensi manusia dalam masyarakat yang ada saat ini dengan meneliti
pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah sumber dan cara mendapatkan keju pada jaman perintisan
negeri ini? Apakah sumber dan caranya dewasa ini?
Ajaklah para siswa untuk mengadakan suatu diskusi mengenai bagaimana para perintis/petani
mendapatkan keju. Jelaskan bahwa para perintis dahulu harus memerah susu sapi, menyimpan susu itu
di tempat yang dingin agar krimnya terpisah dari susu, dan kemudian menaruh krim itu pada suatu tong
dan mengaduknya terus-menerus sampai muncul keju. Kemudian keju itu dipindahkan, dicuci, diberi
garam, dan dibentuk. Barulah kemudian keju itu siap untuk dimakan dan dipakai dalam masakan. Jika
terdapat kemungkinan untuk mendapatkan susu yang sama sekali belum diolah, bawalah susu itu ke
sekolah sehingga para siswa dapat menyaksikan bagaimana krim dan susu dapat dipisahkan. Kemudian
suruhlah para siswa memisahkan krim itu dari cairan susu dan memasukkannya dalam sebuah tong tua
(jika tersedia), dan melakukan langkah-langkah selanjutnya. Dengan demikian, para siswa dapat
memahami proses produksi keju yang diterapkan dahulu.
Kemudian, perlihatkan sebuah film atau rangkaian gambar yang memperlihatkan bagaimana
keju diperoleh dari sapi dan disajikan pada sarapan pagi di sebuah rumah. Jika ada pabrik krim susu atau
peternakan sapi yang bisa dikunjungi, rencanakanlah kunjungan ke tempat-tempat tersebut. Setelah
anak-anak menyaksikan suatu sajian visual yang menggambarkan cara dan proses produksi susu dan
telah melakukan kunjungan lapangan, suruhlah anak-anak itu membuat suatu piktogram untuk buletin
sekolah, yang memperlihatkan orang-orang dan proses-proses yang terlibat dalam ‘perjalanan keju ke
meja makan mereka.’
Para siswa juga bisa membuat suatu piktogram yang menggambarkan pemrosesan dan
konsumsi keju selama masa-masa perintisan negeri ini, dan membandingkan proses produksi keju untuk
dua periode ini.
Bahaslah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Selama periode yang manakah lebih banyak orang terlibat dalam pembuatan keju?
2. Bagaimanakah mereka membantu orang lain?
3. Bagaimanakah cara orang yang tinggal di sebuah kota pada masa perintis untuk mendapatkan
keju?
4. Bagaimanakah cara kita memperoleh keju jika para pekerja pabrik yang mengolahnya
melakukan pemogokan?
5. Apakah keju pada masa kini lebih baik ataukah lebih buruk? Mengapa demikian?
Ajaklah siswa Anda mengikuti suatu kontes pembangunan blok. Dapatkan dua himpunan blok.
Seorang siswa akan mengerjakan satu himpunan blok dan dua orang siswa yang lain mengerjakan
himpunan blok yang lain. Sisanya, yakni siswa lain dari kelas yang sama, mengamati kedua tim itu untuk
melihat tim mana yang lebih cepat membangun suatu bangunan dengan menggunakan semua blok.
Sebelum mereka mulai membangun, suruhlah para “pengamat” tersebut membuat prediksi tentang tim
yang paling cepat dan apa alasannya. Ulangi kontes itu beberapa kali untuk melihat apakah prediksi
mereka akurat. Jika seorang anak yang bekerja sendirian tadi menang, tanyakanlah penyebabnya
kepada para pengamat tersebut. Salah satu jawaban mereka, mungkin, adalah karena kedua orang
dalam satu tim di atas tidak bekerjasama dengan baik. Tanyakanlah apakah yang mereka temukan (dari
pengamatan mereka) yang merupakan kelebihan dan kelemahan dari kerja sendiri dan kerjasama.
Perlihatkanlah sebuah film, strip film, atau rangkaian gambar yang melukiskan pembangunan
sebuah rumah pada jaman modern. Kemudian taruhlah sebuah gambar rumah baru di tengah papan
buletin. Suruhlah para siswa menyebut dan membahas jenis-jenis pekerja yang dibutuhkan untuk
membangun rumah baru itu. Kemudian, suruh siswa membuat gambar para pekerja ini, menamainya,
dan menaruhnya di papan buletin di sekeliling gambar rumah baru tadi.
Manfaatkanlah pojok pembuatan rumah dalam kelas Anda untuk mengilustrasikan
interdependensi para anggota keluarga. Jika Anda tidak memiliki suatu pojok untuk dijadikan sebagai
rumah, susunlah beberapa tiang untuk situasi permainan peran yang berikut ini. Suruhlah siswa untuk
megambil peran sebagai ayah, seorang ibu yang tinggal di rumah, seorang bayi yang baru lahir, dan
seorang anak yang sudah bersekolah. Sementara anggota kelas yang lain mengamati, suruhlah para
siswa ini melakukan peran mereka, sesuai dengan tafsiran mereka sendiri, dalam pembuatan rumah
pojok tadi.
1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut dan catat jawabannya pada papan tulis:
2. Pekerjaan apakah yang dilakukaan masing-masing anggota keluarga tersebut?
3. Bagaimanakah cara anggota keluarga membantu anggota keluarga yang lain?
4. Anggota keluarga manakah yang bekerja paling banyak? Mengapa?
5. apakah ada anggota keluarga lain yang sanggup melakukan lebih banyak pekerjaan? Siapakah
mereka dan jenis pekerjaan apakah yang dapat mereka lakukan?
Kemudian ubahlah komposisi keluagra itu dengan meniadakan peran ayah. Diskusikan
bagaimana perubahan pekerjaan ibu dan anak-anak akibat tiadanya lagi pemeran ayah.
1. Pekerjaan tambahan apakah yang harus dilakukan ibu? (mungkin jawabannya adalah, ibu
terpaksa bekerja di luar rumah atau melakukan pekerjaan khusus untuk orang lain di rumah)
2. Jika ibu tidak dapat bekerja di luar atau di rumah untuk mendapatka uang, apakah yang bisa ia
perbuat? (Ide tunjangan kesejahteraan dapat dibahas disini)
3. Pekerjaan tambahan apakah yang dapat dilakukan anak tersebut untuk membantu keluarga?
Suruhlah para siswa memainkan peran situasi keluarga ini. Para “pengamat” akan mencatat hasil
observasinya.
Ubahlah lagi komposisi keluarga itu dengan meniadakan pemeran ibu dan menata kembali
peran ayah. Bahaslah pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan pertanyaan-pertanyaan dalam situasi
pemainan peran terdahulu, dan suruhlah para siswa memainkan peran baru mereka dalam keluarga itu.
Para siswa mencatat hasil pengamatan mereka tentang pekerjaan yang dilakukan anggota keluarga dan
bagaimana para anggota keluarga saling membantu.
Bahaslah kesamaan dan perbedaan dalam daftar layanan keluarga tadi. Tanyakan, “Yang
manakah yang dapat kita katakan benar diantara masing-masing situasi keluarga tersebut?” Ubah
bentuk pertanyaan ini sedemikian rupa guna memancing respons yang mengindikasikan bahwa para
siswa telah mengenali dan menyadari interdependensi para anggota keluarga dalam memperoleh jasa.
Suruhlah para siswa Anda merencanakan sebuah kota yang akan dibangun didalam ruangan
Anda. Dalam tahap-tahap perencanaan tersebut:
1. Andaikan Anda sebagai sebuah keluarga yang hendak membangun sebuah kota. Apakah yang
akan Anda butuhkan dalam kota ini supaya keluarga Anda dapat hidup disana dengan baik?
2. Bisnis dan layanan/jasa macam apakah yang dibutuhkan? Ketika para siswa mulai menyebut
perlunya bisnis/perusahaan, arahkanlah perencanaan mereka sehingga mereka menyertakan
jasa-jasa yang dipandang perlu bagi eksistensi sebuah kota, seperti toko grosir, toko sandang,
kantor polisi, kantor pos, telepon, pom bensin, serta beberapa jenis jasa pengiriman untuk
mengantarkan barang-barang ke kota ini. Bagilah kelas Anda menjadi beberapa kelompok yang
mewakili perusahaan-perusahaan tersebut. Suruhlah masing-masing kelompok bisnis itu
membuat suatu bagan alir yang memperlihatkan sumber pasokan mereka dan cara-cara
pengirimannya. Tanyakan, “Pekerjaan apakah yang ingin Anda tekuni di kota Anda ini?”
(Jawabannya mungkin, sebagai dokter, guru, dan polisi).
Setelah Anda bersama siswa Anda telah merencanakan dan membahas ‘wajah kota’ yang Anda
inginkan, berilah nama pada kota itu dan operasikan di ruangan Anda. Suruhlah para siswa memainkan
peran-peran yang dibutuhkan untuk rencana-rencana mereka. Kembangkan situasi-situasi permainan
peran. Sebagai contoh: Johnny Brown mengalami patah tulang ketika sedang bermain di taman. Ibunya
membawa dia ke dokter namun dokter ini tidak memiliki persediaan bahan pembalut tulang yang patah.
Kepada siapakah dokter itu mencari pertolongan?
Kembangkanlah situasi-situasi yang lain dimana interaksi para warga kota dapat diperagakan,
dan suruhlah para siswa memperagakan situasi tersebut. Setelah pelaksanaan masing-masing situasi
peragaan, suruhlah para siswa mencatat orang-orang yang dihubungi untuk mendapatkan jasa.
Diskusikan bagaimana para warga sebuah kota bekerjasama dalam menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan warga yang lain dalam kota tersebut.
Jenjang Sekolah Menengah
Sejumlah barang dan jasa yang dibutuhkan keluarga-keluarga jaman modern lebih mudah
diperoleh apabila keluarga-keluarga tersebut bekerja sama untuk membayar barang dan jasa tersebut.
Barang dan jasa ini biasanya dibayar dengan pajak atau ketika orang sedang menggunakannya.
Suruhlah para siswa mewawancarai orang tuanya untuk mengetahui berapa banyak dan apa
saja jenis barang dan jasa tersebut diatas dipakai oleh keluarga mereka. Suruh pula siswa menghitung
persentasi pajak keluarga mereka disalurkan pada jenis barang dan jasa yang bagaimana yang dibayar
langsung saat digunakan.
Setelah para siswa mengumpulkan dan mengelompokkan informasi ini, buatlah bagannya
seperti dibawah ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
Barang dan jasa Sumber penerimaan Jumlah penerimaan
Listrik Pembayaran langsung,
sesuai jumlah kilowatt yang
dipakai
Sekolah
.
Pajak
.
20%
.
1. Mengapa membayar barang dan jasa ini memberi manfaat mutual bagi seluruh warga dalam
komunitas tersebut?
2. Apakah dalam daftar itu ada barang dan jasa yang tidak berguna lagi bagi komunitas secara
keseluruhan dan, karena itu, harus ditiadakan atau digantikan? Perkuat jawaban Anda dengan
fakta-fakta.
3. Apakah ada jenis barang dan jasa yang tidak tercantum dalam daftar itu namun harus ditambahkan
dan ditanggung seluruh warga komunitas tersebut? Perkuat jawaban Anda dengan fakta-fakta.
4. Di sejumlah komunitas, suatu jasa yang telah dibayar langsung saat digunakan sulit dipertahankan
secara finansial. Dukungan pajak telah diusulkan dan ditambahkan dalam beberapa kasus. Jadi, jasa
tersebut didukung dengan pajak dan sekaligus dibayar langsung. Salah satu contohnya adalah
sistem transit di Seattle, Washington. Pajak transit kota sebesar 50 sen dollar ditambahkan atau
dimasukkan dalam rekening listrik kota. Kota ini menjadikan aktivitas menumpang bisnis lebih
menarik dengan menambahkan beberapa Blue Streak Lines yang memberi layanan cepat bagi
mereka yang bekerja didalam kota. Suruhlah siswa membuat bagan untuk menentukan apakah
terdapat masalah-masalah serupa dalam komunitas mereka. Kemudian, tetapkan cara
memecahkan masalah itu demi kepentingan bersama semua anggota komunitas. Riset tentang
masalah ini membutuhkan penelitian koran untuk mengidentifikasi jenis-jenis masalah yang ada
dan tindakan yang telah diambil. Mungkin ada suatu masalah yang solusinya sedang diupayakan.
Jika benar demikian, suruhlah siswa Anda meneliti masalah itu dan mencari aternatif solusinya.
Ketengahkanlah situasi berikut ini kepada para siswa Anda:
“Ada tiga pria dan masing-masing punya suatu masalah. Tuan Cline memiliki sebuah toko grosir
di pojok kota. Toko ini kecil sehingga dia mengerjakan sendiri semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk
menjalankan usaha toko ini. Orang yang rutin mengirim sayuran segar ke kotanya jatuh sakit, dan
perusahaan sayuran berskala besar enggan mengirim sayuran kepadanya karena pesanannya terlalu
kecil. Tuan Cline akan kehilangan pelanggan jika ia tidak berbuat sesuatu karena sayuran segar bermutu
tinggi adalah alasan utama penduduk berbelanja di tokonya. Tuan Cline menghubungi sahabatnya, Tuan
Hoboken, yang punya truk sendiri, dan minta pertolongannya. Tuan Hoboken menjawab bahwa ia tidak
bisa membantu karena truknya sedang rusak, dan agaknya tidak bisa memperbaikinya selama beberapa
minggu. Esoknya tetangga Tuan Hoboken, Tuan Glass, mengunjunginya dan berkata ia telah kehilangan
pekerjaan sebagai montir dua minggu yang lalu dan sampai sekarang masih menganggur. Dia sudah
kehabisan uang dan berharap Tuan Hoboken bersedia memberinya makan atas dasar kredit.
Tanyakanlah kepada siswa bagaimana cara ketiga pria ini mengatasi masalah mereka masing-
masing tanpa menggunakan uang. Kemudian suruhlah tiga siswa memperagakan peran para pria ini, dan
memperlihatkan bagaimana cara mereka memecahkan masalah-masalah mereka.
Bahaslah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Mengapa para pria ini tidak bisa mengatasi masalah mereka sendiri-sendiri?
2. Apakah solusi yang diperagakan ketiga pemeran merupakan solusi yang logis?
3. Bagaimanakah solusi itu menggambarkan interdependensi atau kesalingtergantungan para
pekerja?
4. Coba temukan bentuk-bentuk interdependensi lain diantara orang-oranng yang memproduksi
barang dan jasa.
Bacakanlah situasi berikut di hadapan para siswa:
“Pada awal liburan musim panas, Charles Abernathy membangun sebuah kandang bagi
anjingnya yang bernama Rags. Tetangganya, Tuan Herman, menyukainya dan meminta Charles
membangun kandang serupa untuk anjing spanielnya yang bernama Freckles. Ia memberitahu Charles
bahwa ia akan membayarnya 10 dollar. Charles sangat senang karena ia mencari uang untuk kebutuhan
perkemahan musim panas dan bahkan mungkin sanggup membeli sebuah sepeda Stingray. Sebelum
Charles selesai membuat kandang untuk Freckles, seorang temannya mampir dan meminta Charles
untuk membuat kandang bagi anjing spanielnya juga. Lalu Hildreth mampir dan meminta Charles
membuat kandang yang berukuran dua kali lebih besar. Hildreth menawarkan 20 dollar untuk pekerjaan
itu. Tak lama kemudian Charles menerima pesanan pembuatan 25 kandang anjing: 20 berukuran normal
dan 5 berukuran dua kali lebih besar. Charles mulai kuatir, karena perlu waktu satu minggu untuk
membuat kandang pertama, termasuk memoles dan mengecatnya. Mana mungkin ia mampu
membangun 25 kandang anjing jika ia bekerja sendirian!
Setelah memaparkan situasi ini di hadapan siswa, bagilah para siswa menjadi empat kelompok.
Arahkan kelompok-kelompok itu untuk menyusun solusi yang rinci bagi masalah yang dihadapi Charles.
Solusinya mesti solusi yang memungkinkan dia memenuhi komitmennya untuk membangun kandang
anjing dan jika mungkin menerima lebih banyak pesanan. Setelah masing-masing kelompok selesai
merumuskan solusi mereka, juru bicara setiap kelompok memaparkan rencana solusinya di depan kelas.
Bahaslah manfaat masing-masing rencana dan suruh siswa melakukan pemungutan suara untuk
menentukan solusi terbaik.
Bacalah suatu bagian pada Little House on the Prairie yang menerangkan pembangunan sebuah
pondok kayu. Mulai pada halaman 56 dengan kalimat-kalimat sebagai berikut:
“Selama berhari-hari ayah mengumpulkan kayu. Dia menumpuk kayu itu menjadi dua
tumpukan, satu tumpukan untuk dijadikan rumah dan satu tumpukan lagi untuk kandang. Mulailah
terbentuk suatu jalan dimana dia lalu lalang menuju dan pulang dari dasar lembah. Dan pada malam hari
di kandang mereka Pet dan Patty makan rumput, sampai akhirnya habis di sekeliling tumpukan-
tumpukan kayu tersebut.
Ayah mulai membangun rumah. Dia mengukur tanah lalu dengan sekopnya segera menggali
lubang kecil di kedua sisi lahan itu. Lalu dia menggusur dua potong kayu yang paling besar ke lubang ini.
Batang kayu ini harus kuat untuk menyangga bobot rumah. Tiang ini disebut penyangga.
Bacalah paragraf pertama pada halaman 65.
Perlihatkan sebuah film, strip film, atau serangkaian gambar yang menggambarkan
pembangunan rumah pada masa kini. Mintalah para siswa memperbandingkan pembangunan rumah
pada masa kini dengan pembangunan rumah pada masa perintis yang digambarkan cerita di atas.
Tanyakan:
1. apakah perbedaan utama peran pemilik rumah yang ingin membangun sebuah rumah pada
masa kini dan pemilik pondok kayu yang ingin membangun sebuah pondok kayu?
2. Pekerjaan macam apakah yang harus dikerjakan mereka masing-masing agar rumah baru
mereka dapat dibangun?
3. Jenis-jenis pekerja macam apakah yang akan dibutuhkan seseorang dewasa ini untuk
membangun sebuah rumah modern?
4. Bahan-bahan macam apakah yang ada dalam rumah modern dan dalam rumah pondok masa
perintis dahulu?
Suruhlah para siswa mencatat semua jenis bahan yang dibutuhkan dalam pembangunan rumah
dewasa ini. Kemudian suruh masing-masing anggota kelas memilih sesuatu dari daftar itu dan
menghubungi pemasok bahan itu di kota dimana Anda tinggal untuk mengetahui dari siapa pemasok
memperoleh bahan-bahan itu. Selanjutnya, para siswa mengelompokkan informasi mereka dan
membuat bagan barang, jasa, dan sumber-sumber barang yang digunakan dalam pembangunan sebuah
rumah pada masa kini.
Jenjang Kelas yang Lebih Tinggi
Suruhlah para siswa merencanakan suatu usaha pencucian kendaraan karena mereka sangat
membutuhkan uang atau guna mensponsori beberapa event di sekolah Anda. Perencanaan harus
meliputi pembahasan dan persiapan yang menyangkut hal-hal berikut ini:
1. Manakah lokasi terbaik untuk usaha pencucian kendaraan? Mengapa? (Para siswa mungkin
harus menyelidiki bagian-bagian dari kota dimana kebutuhan pencucian kendaraan cukup
tinggi.)
2. Hal-hal apakah yang harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pemilihan tempat usaha
cuci kendaraan?
3. apakah lebih baik jika menggunakan beberapa lokasi?
4. Apakah cara yang paling efisien dalam membagi tanggung jawab? Mengapa? Tidakkah lebih baik
masing-masing individu mengelola satu tempat pencucian mobil sendirian dekat rumahnya?
5. apakah sumber-sumber pasokan terbaik yang diperlukan untuk menjalankan usaha cuci
kendaraan?
6. Berapa tarif terbaik yang harus dikenakan atas jasa pencucian kendaraan?
7. Iklan macam apakah yang paling efektif untuk usaha ini?
8. Dimanakah iklan itu mestinya dipasang?
9. Sampai kapankah iklah itu harus dipasang?
10. Buatlah suatu bagan yang menggambarkan interdependensi operasi dan jasa yang diberikan!
Beritahu siswa Anda bahwa mereka akan memperagakan suatu permainan peran dimana
separuh diantara mereka akan bekerja dalam dua tim pembelian untuk Vroom Airplane Company.
Mereka akan membeli barang-barang berikut: aluminum, mesin, ban, dan kabel listrik. Mereka akan
bernegosiasi dengan perwakilan. Berupa tim beranggotakan dua orang, dari perusahaan-perusahaan
lain di Amerika Serikat dan negara lain.
Masing-masing tim perusahaan yang menjual suatu produk memberlakukan suatu harga baku
per satuan ukuran untuk barang-barang mereka. Masing-masing tim perusahaan memiliki prosedur
perundingan yang telah dibakukan. Alat perundingan utama adalah janji untuk membeli sejumlah
pesawat. Tim perusahaan bisa menegosiasikan harga sekitar 3 sampai 10 dollar untuk biaya per satuan
ukuran dan bisa berjanji untuk membeli dari 0-25 pesawat. Berikut ini adalah harga-harga baku dan
prosedur negosiasi yang direkomendasikan pimpinan perusahaan untuk diterapkan para sales
representative.
1. Aluminum
a) Adanac: 7 dollar per satuan ukuran
Jika Anda membeli dari perusahaan asing ini, Anda mendapat point ekstra karena Anda
memperkuat neraca pembayaran internasional.
b) Aluminum Lubeck, 5 dollar per satuan ukuran
Jika Anda membeli aluminum perusahaan ini, mereka akan memberi bonus nampan
aluminum untuk hidangan makanan didalam pesawat Anda.
2. Mesin
a) Jolyes Joyce: $100.000 per satuan ukuran
Presiden dari negara dimana perusahaan ini bermarkas akan membeli 13 pesawat Vroom
jika Anda membeli mesin-mesin buatan mereka.
b) Standard Electric: $98.785 per satuan ukuran
Menjamin penjualan 15 pesawat, jika Anda juga membeli kabel-kabel listrik mereka.
3. Ban dan komponen karet yang terkait
a) Goodday: 2 dollar per satuan ukuran
b) F.B Richgood: 3 dollar per satuan ukuran
4. Kawat listrik
a) Standard Electric: 10 dollar per satuan ukuran
b) Housevesting: 11 dollar per satuan ukuran; anak perusahaan mereka, yakni Ajax Airlines,
akan membeli 5 pesawat.
Berilah kesempatan kepadapara siswa untuk memahami benar-benar kendala-kendala peran
mereka. Arahkan tim pembelian dan tim penjualan agar menghimpun dan memiliki data-data yang
akurat, yang bisa diaudit, guna membekali negosiasi bisnis mereka. Tetapkan empat bidang sisi ruangan
dengan tanda-tanda untuk keempat perusahaan yang bernegosiasi. Tim Vroom akan mengunjungi
“kantor-kantor” tim penjualan untuk mengadakan konferensi. Seetlah semua tim menuntaskan
negosiasi pembelian dan penjualan, suruhlah masing-masing tim pembelian Vroom memaparkan deal
bisnis mereka di depan kelas, dan para siswa yang lain memilih tim pemenang. Tim yang mendapatkan
total unit per satuan ukuran yang paling rendah – berarti ongkos produksi yang paling rendah, yang
berarti menjual pesawat paling banyak – adalah pemenang.
Suruhlah para siswa berperan sebagai anggota suatu penduduk sebuah kota yang sedang
bertumbuh, yakni kota Dorado. Beberapa anggota dewan kota itu telah berusaha membujuk anggota
dewan lainnya untuk bekerja agar kota ini memiliki transportasi kereta api yang menghubungkannya
dengan daerah-daerah yang lain. Akan tetapi, beberapa anggota menentangnya. Salah satu alasan
mereka untuk menentang adalah bahwa dengan adanya transportasi kereta api, kota ini kelak akan
makin bergantung pada sumber-sumber di luar untuk mendapatkan barang dan jasa. Para anggota
dewan yang mendukung pengadaan transportasi kereta api berpendapat bahwa Dorado menghasilkan
beberapa barang yang dibutuhkan daerah-daerah yang lain, dan daerah-daerah lain menghasilkan
barang-barang yang dibutuhkan untuk ekspansi bisnis dan produksi di Dorado. Ketua dewan
memutuskan untuk mengadakan suatu musyawarah kota. Para anggota dewan akan berdebat tentang
isu itu. Kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat umum. Untuk menemukan solusi,
akan dilakukan referendum.
Pimpinlah para siswa dalam suatu diskusi umum, yang mendorong para siswa mendefinisikan
karakteristik-karakteristik khas kota imajiner ini. Suruhlah mereka mencantumkan informasi-informasi
berikut ini:
1. Letak geografis dan pengaruhnya.
2. Perusahaan-perusahaan bisnis dan industri penting yang ada di Dorado .
3. Perusahaan-perusahaan bisnis dan industri yang penting di sekeliling kota yang akan
mendapat keuntungan dari transportasi kereta api.
4. Jumlah penduduk aktual.
5. Proyeksi pertumbuhan.
6. Jenis angkatan kerja yang tersedia untuk pekerjaan baru yang akan tercipta.
Kemudian suruhlah para siswa memilih dan meneliti peran mereka, menyelenggarakan
perdebatan, dan melakukan pemungutan suara mengenai isu tersebut.
RANGKUMAN
Ilmu ekonomi menyangkut utamanya upaya manusia memuaskan keinginan-keinginannya yang
tidak terbatas dengan sumber-sumber daya yang terbatas. Konsep kunci dalam disiplin ini adalah
kelangkaan; salah satu prinsip utamanya adalah bahwa tidak tersedia cukup sumber-sumber daya
untuk memuaskan semua keinginan kita. Produksi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa juga
menjadi perhatian utama disiplin ini. Dalam kajian mereka tentang kelangkaan, para ekonom berusaha
menentukan cara dengan mana masyarakat memecahkan tiga masalah dasar perekonomian: Barang
dan jasa apakah yang harus diproduksi dan berapa jumlahnya? Bagaimanakah cara memproduksi barang
dan jasa itu? Dan untuk siapakah barang dan jasa itu diproduksi?
Metoda riset utama dalam ilmu ekonomi adalah eksperimen intelektual. Dalam penggunaan
strategi ini, para ekonom mengasumsikan bahwa semua variabel konstan kecuali variabel yang sedang
diteliti pengaruhnya. Konsep-konsep ekonomi lebih seksama ketimbang konsep-konsep yang ada dalam
ilmu-ilmu sosial yang lain. Bukan hanya ada kesepahaman yang lebih tinggi mengenai konsep-konsep
kunci dalam ilmu ekonomi, bahkan definisi konsep-konsep ilmu ekonomi juga lebih baku. Hal ini
memudahkan pekerjaan para perancang kurikulum ketika mereka mengidentifikasi konsep-konsep ilmu
ekonomi yang akan dimasukkan dalam kurikulum mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Selanjutnya, riset
ekonomi cenderung lebih obyektif ketimbang riset ilmu-ilmu sosial lainnya karena kebanyakan data-data
ekonomi bersifat kuantitatif. Teknik-teknik statistik tingkat tinggi sering digunakan untuk menganalisis
data-data dalam disiplin ini. Ada dua pendekatan utama dalam disiplin ini, yakni analisis ekonomi dan
ilmu ekonomi kebijakan. Tujuan analisis ekonomi adalah mengembangkan generalisasi empiris dan teori
empiris. Tujuan ilmu ekonomi kebijakan adalah memanfaatkan generalisasi dan teori empiris untuk
memecahkan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat. Meskipun para ekonom umumnya
sependapat tentang generalisasi empiris mereka, namun mereka sering merekomendasikan kebijakan
yang bertentangan dalam tataran kebijakan, karena mereka menganut nilai-nilai dna pandangan yang
berbeda mengenai sasaran ekonomi yang tepat bagi sebuah masyarakat.
Akibat sifat kompleks masyarakat, sekolah sangat perlu membantu siswa mengembangkan
kefasihan dan pemahaman tentang ekonomi. Hampir semua persoalan sosial, yang begitu luas dalam
masyarakat kita, memiliki aspek ekonomi. Para siswa kelak akan mampu membuat keputusan-
keputusan yang lebih cerdas mengenai kandidat politik, referendum, dan proposal-proposal ekonomi
apabila mereka memahami prinsip-prinsip umum sistem perekonomian kita.
Anak-anak harus memiliki pengalaman ketika masih duduk di kelas yang paling dini,
yang akan membantu mereka memperoleh pemahaman tentang ilmu ekonomi. Semua topik
yang biasanya tercakup dalam kajian-kajian sosial dapat dipandang dari perspektif ekonomi
karena ilmu ekonomi tidak terdiri atas materi yang spesifik melainkan merupakan cara pandang
yang unik tentang tingkah laku manusia. Konsep-konsep dan generalisasi ekonomi juga dapat
membantu anak-anak memahami lebih jelas berbagai pengalaman yang mereka jumpai dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Ilmu ekonomi membantu anak-anak menerima kenyataan
bahwa kelangkaan adalah sebuah masalah di Amerika Serikat maupun di dunia ini, dan bahwa
percepatan kemakmuran bangsa kita tidak mungkin terus-menerus berlanjut
BAB 13
PENILAIAN, MODEL PENYELIDIKAN DAN STRATEGINYA
KOMPONEN NILAI ATAS KEPUTUSAN
Seperti yang telah kita ditekankan sepanjang buku ini, tujuan utama dari program studi sosial
harus untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan
rasional, sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah individu dan membentuk kebijakan
publik dengan efektif berpartisipasi dalam aksi sosial. Untuk membuat keputusan cerdas, aktor
sosial harus memiliki pengetahuan. Bagian 2 dan 3 dari buku ini dieksplorasi sifat pengetahuan
sosial dan menyarankan strategi untuk membantu anak-anak berasal konsep dan generalisasi.
Sementara pengetahuan merupakan komponen penting dari proses pengambilan keputusan,
tidak cukup. Untuk membuat keputusan yang rasional, aktor sosial juga harus mengidentifikasi
dan mengklarifikasi nilai-nilai nya, dan menghubungkannya dengan pengetahuan bahwa ia
telah diturunkan. Komponen penilaian adalah bagian yang sangat penting dari proses
pengambilan keputusan, karena nilai-nilai yang sering menentukan apa pengetahuan individu
akan menerima atau menolak. Nilai kebingungan sering hasil dalam aksi sosial yang
bertentangan dan aneh.
SIFAT DARI NILAI
Definisi standar nilai tidak ada baik dalam ilmu-ilmu sosial atau filsafat. Namun, sejumlah
penulis telah memberikan definisi konsep yang cukup untuk tujuan kita. Diskusi kami
didasarkan pada Keyakinan, Sikap dan Nilai oleh Mato, Rokeach. Rokeach mendefinisikan nilai
sebagai 1 Nilai "jenis keyakinan, pusat yang terletak di dalam sistem kepercayaan keseluruhan
seseorang, tentang bagaimana orang harus atau seharusnya tidak berperilaku, atau sekitar
sehingga 'dasi keadaan-akhir eksistensi layak atau tidak layak mencapai.", Tidak seperti sikap
dan kepercayaan lain, tidak berhubungan dengan hal-hal tertentu, orang, atau kelompok, tetapi
sangat umum dan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu kelas besar benda-benda
atau orang. Sebuah nilai juga merupakan standar untuk menentukan apakah sesuatu itu baik
atau buruk, dan untuk menilai perilaku sendiri dan perilaku orang lain "-... Orang belajar nilai-
nilai mereka, karena mereka melakukan sebagian kepercayaan lain dan sikap, dari orang di
lingkungan sosial mereka;. nilai yang paling tidak merenung dan independen berasal Asal sosial
account nilai untuk fakta bahwa orang-orang dalam budaya yang sama, sistem sosial, atau
pekerjaan cenderung memiliki nilai yang sama dan keyakinan. Jadi sifat dari suatu sistem sosial
atau budaya membatasi jumlah alternatif nilai untuk individu.
Pada dasarnya ada dua jenis nilai: nilai-nilai instrumental dan akar Root nilai terminal; mereka
adalah negara utama bahwa seseorang berharap untuk mencapai nilai-nilai instrumental
memimpin untuk realisasi atau pencapaian nilai-nilai akar Dengan kata lain, nilai-nilai
instrumental adalah... sarana untuk akhir - nilai akar. Bagi kebanyakan orang, uang adalah
instrumental daripada nilai akar. Kebanyakan orang nilai uang karena membantu mereka
mencapai tingkat yang lebih tinggi nilai-nilai, seperti kebahagiaan dan status. Karena t) Nere
berbagai jenis dan tingkat nilai-nilai, mereka dapat peringkat-memerintahkan ke dalam
hubungan hierazChical. Dalam contoh kita, menghormati dan otoritas memiliki uang lebih tinggi
dari peringkat-order. Rokeach juga membuat perbedaan antara sikap dan nilai-nilai yang
berbeda meminjamkan dalam hal jumlah. Menurut analisis Rokeach, sistem kepercayaan
sebuah al indivith terdiri dari "ribuan ... sikap terhadap objek tertentu dan situasi, tetapi hanya
beberapa lusin nilai-nilai instrumental dan mungkin hanya 2" beberapa genggam nilai terminal
"3.
MASALAH NILAI DALAM MASYARAKAT AMERIKA
Dalam Bab 1, kita terakhir beberapa masalah individu dan sosial dalam masyarakat Amerika dan
berpendapat bahwa mereka menghasilkan terutama dari ketidakmampuan kita untuk
menyelesaikan konflik-konflik nilai yang menonjol dari waktu kita. Kejahatan yang tinggi,
perceraian, dan tingkat bunuh diri, meluasnya penggunaan obat-obatan terlarang, dan banyak
skandal politik jelas menerangi besarnya besar dari masalah pribadi dan sosial yang dihadapi
Amerika di abad ini. Penulis sastra, seperti George Orwell dan Aldous Huxley, dan komentator
sosial, seperti Erich Fromm dan Jules Henry, telah menggambarkan krisis nilai dalam
masyarakat Amerika dalam bahasa yang agak menakutkan. Banyak pendidik ilmu sosial juga
berkomentar pada masalah nilai kita. Berburu dan Metcalf menulis, "Nilai konflik sangat banyak
dan merusak Dan kebingungan adalah begitu besar bahwa banyak orang tampaknya tidak
memiliki nilai sama sekali, atau mendukung nilai-nilai yang bertentangan begitu banyak
sehingga mereka menyerupai umum yang akan naik kuda di segala arah. sekaligus. "
Nilai-nilai yang bertentangan yang ditemukan di dalam individu maupun di dalam masyarakat
yang lebih luas. Baik kebebasan dan kesetaraan adalah bagian dari Kredo Amerika, namun
dalam prakteknya nilai-nilai ini seringkali bertentangan. Sebagai contoh, seorang tuan tanah
yang merasa bahwa ia memiliki kebebasan untuk disewakan kepada siapa ia dapat
menyenangkan diskriminasi terhadap anggota dari kelompok minoritas etnis dan dengan
demikian menyangkal mereka kesetaraan. Kebanyakan orang Amerika nilai ekonomi pasar
bebas, namun sering mengharapkan pemerintah federal untuk campur tangan dalam
perekonomian ketika tertinggal.
Masalah nilai yang dihadapi oleh remaja kita sangat akut. Mungkin lebih dari kelompok
sebelumnya lain dalam sejarah bangsa kita, mereka dihadapkan dengan jumlah tak terbatas
alternatif nilai dari mana mereka harus memilih, banyak yang bertentangan. Media massa dan
mobilitas luar biasa dalam masyarakat kita mengekspos masa muda kita untuk berbagai macam
gaya hidup dan sistem kepercayaan. Masalah mereka rumit oleh fakta bahwa mereka
diharapkan untuk bergerak dari kecil hingga dewasa dalam rentang waktu singkat, dan karena
itu untuk hidup dengan dua set yang berbeda standar.
Standar dewasa dimana mereka diharapkan untuk hidup sering dilanggar oleh orang-orang
dewasa yang mencoba untuk menegakkan mereka. Standar beragam dan saling bertentangan
dalam masyarakat Amerika membuatnya sangat sulit bagi orang muda untuk membuat pilihan
cerdas ketika mereka dihadapkan dengan nilai dan masalah keputusan. Dalam masyarakat yang
belum melek huruf dan di Amerika awal, pilihan moral jauh lebih sedikit membingungkan,
karena alternatif yang tersedia lebih sedikit meskipun orang dewasa mungkin tidak konsisten
maka seperti sekarang. Kami menolak gagasan bahwa orang dewasa saat ini lebih korup dari
moral / rekan-rekan mereka di abad-abad lalu. Jika mereka menikmati kejahatan yang lebih, itu
terutama karena sekarang lebih mudah tersedia. Sejarah mendukung anggapan bahwa nenek
moyang kita sangat keliru.
NILAI PENDIDIKAN DALAM SEKOLAH
Karena 'masalah sosial dan individu dalam masyarakat kita yang berakar dalam kebingungan
nilai, sekolah harus memainkan peran dalam membantu anak-anak lirge untuk mengidentifikasi
dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka, dan dalam membuat pilihan nilai intelligeutly. Sementara
sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu anak-anak membuat pilihan
moral rasional, ada banyak bukti bahwa pendidik sebagian besar gagal untuk membantu siswa
untuk menangani isu-isu moral cerdas
Beberapa guru mengobati masalah nilai seperti orang tak terlihat, yaitu, mereka menyangkal
keberadaan mereka. Mereka menganggap bahwa jika para siswa mendapatkan semua "fakta"
lurus, mereka dapat menyelesaikan masalah sosial. Guru tersebut dapat dikatakan praktek
kultus objektivitas palsu. Guru lain menggunakan strategi penghindaran: Ketika masalah nilai
muncul dalam kelas, mereka mencoba mengubah topik pembicaraan ke topik yang lebih aman.
Seorang guru yang kelas "mempelajari Selatan" selama empat bulan ditanya bagaimana dia
menangani masalah ras. Dia berkomentar, "Anda tahu, itu tidak pernah muncul." 5 Ketika isu-
isu seperti hubungan ras, hukum-- aborsi terwujud, dan "pembebasan gay" muncul dalam
diskusi kelas, mereka dengan cepat dan tegas ditolak oleh guru yang menggunakan
penghindaran tersebut strategi.
Mungkin pendekatan yang paling sering digunakan untuk pendidikan nilai di sekolah SD dan
SMP adalah indoktrinasi nilai-nilai yang dianggap "Benar" oleh orang dewasa. Guru yang
menggunakan metode ini mengasumsikan bahwa orang dewasa tahu apa yang "benar" nilai
untuk semua waktu dan untuk anak-anak dari semua kelompok budaya. Nilai-nilai seperti
keadilan, kebenaran, kebebasan, kejujuran, kesetaraan, dan cinta diajarkan dengan pahlawan
legendaris, cerita, ritual, dan lagu-lagu patriotik. Satu seri menilai telah sebagai tujuan utama
pengajaran dari delapan nilai-nilai tertentu: kasih sayang, hormat, kesejahteraan, kekayaan,
kekuasaan, kejujuran, keterampilan, dan pencerahan.? Seri ini terdiri dari sejumlah buku cerita
dan gambar yang dirancang untuk menanamkan / nilai-nilai ini.
Meskipun nilai-nilai ini tidak disfungsional dalam masyarakat modern (ini bukan titik),
pendekatan terhadap pendidikan nilai tidak sehat karena beberapa alasan. Di tempat pertama,
diasumsikan bahwa hasil nilai yang paling confli'ts dan masalah karena anak-anak tidak mampu
membedakan "baik" dari "buruk" nilai-nilai. 3 Namun, hal ini tidak terjadi. Anak-anak dapat
lebih mudah membedakan yang baik dari hasil paling buruk. Masalah nilai karena siswa sering
harus memilih antara dua nilai yang baik. Sebagai contoh, jika seorang teman anak bertanya
pendapatnya tentang gambar yang sangat miskin, ia harus memutuskan apakah akan jujur atau
sopan. Untuk menjadi jujur akan menyakiti perasaan temannya, dan karena itu ia akan tidak
sopan. Ketika guru menggunakan metode didaktis untuk mengajar anak-anak bertentangan
namun sama-sama "baik" nilai-nilai, konflik semakin diintensifkan ketika siswa harus memilih
antara dua alternatif yang baik.
Penanaman nilai-nilai didaktik juga menyangkal pilihan siswa bebas dan tidak membantu
mereka untuk mengembangkan metode untuk menurunkan dan memperjelas nilai-nilai mereka
sendiri Setiap generasi harus memiliki hak untuk menentukan nilai-nilainya sendiri.. Anak-anak
harus diajarkan suatu proses dimana mereka dapat memperoleh mereka nilai-nilai sendiri,
karena kita tidak memiliki cara yang dapat diandalkan untuk memprediksi nilai-nilai bahwa
seorang anak akan menemukan fungsional di dunia masa depan. Raths, Harmin, dan Simon
menulis:
Karena hidup adalah berbeda melalui ruang dan waktu, kita tidak bisa yakin apa
pengalaman setiap orang akan memiliki. Oleh karena itu kami tidak bisa memastikan
apa nilai, apa gaya hidup, akan paling cocok untuk setiap orang. Vie lakukan,
bagaimanapun, memiliki beberapa ide tentang apa proses mungkin paling efektif, `atau
memperoleh nilai. Ide-ide ini tumbuh dari asumsi bahwa apa pun yang satu
memperoleh nilai-nilai harus bekerja seefektif mungkin untuk berhubungan satu untuk
dunianya dengan cara yang memuaskan dan cerdas,
Strategi didaktik juga tidak sehat karena tidak ada kesepakatan umum di antara orang dewasa
tentang nilai-nilai apa yang harus ditanamkan. Dan nilai-nilai yang sama diinterpretasikan
berbeda oleh berbagai individu dan kelompok. Tujuan erse di 'dan makna telah diusulkan oleh
berbagai penulis edu moral,: asi. Catatan Chesler, "Masalah dengan ajaran kebenaran abadi
adalah bahwa (1) setiap orang tidak setuju tentang apa yang mereka atau apa yang mereka
maksudkan, kecuali bila dinyatakan pada tingkat yang sangat umum; (2) setiap orang
menempatkan prioritas yang berbeda pada nilai-nilai relatif mereka, dan (3 ) kebenaran ini
mungkin tidak relevan dengan cara orang dan kelompok benar-benar berperilaku "'".
Berburu dan Metcalf komentar pada keterbatasan pendekatan didaktis untuk pendidikan
moral: "Praktek indoctrinative moralisme menyebabkan kemunafikan pada orang dewasa dan
sinisme di masa muda, sebagai mantan mengajarkan nilai-nilai yang terakhir bahwa orang
dewasa tidak lagi praktek kecuali dalam samar-hati cara. Sebuah jalan keluar bagi masyarakat
akan mengajarkan remaja yang bagaimana memeriksa reflektif konflik nilai yang mencirikan
masyarakat. Kami merasa ngeri pada melakukan ini, karena kita takut bahwa banyak institusi
kami tidak akan bertahan pemeriksaan semacam ini. "'
Strategi didaktik dalam pendidikan nilai juga tidak valid karena kita tidak dapat mengharapkan
standar untuk memandu kehidupan seseorang kecuali standar tersebut telah bebas dipilih dari
alternatif, suatu pertimbangan mendalam setelah konsekuensi dari alternatif. Para indi "idual
juga harus bangga dengan standar yang memandu perilaku-nya." Jika guru, dan orang dewasa
lainnya berlaku nilai-nilai pada siswa, para siswa tidak akan hadiah nilai, dan standar memaksa
akan memiliki sedikit pengaruh pada perilaku mereka ketika mereka keluar dari keberadaan
otoritas.
Michael Scriven berpendapat bahwa itu adalah tidak bermoral bagi para guru dan orang
dewasa lainnya untuk kekuatan nilai-nilai budaya kita di masa muda kita "3. Ia menyarankan
bahwa nilai-nilai tersebut tidak mungkin senilai lewat, dan bahwa siswa harus diajarkan cara
untuk memutuskan sendiri nilai-nilai. Budaya yang lebih luas melakukan pekerjaan yang sangat
baik dari mengindoktrinasi nilai-nilai, sekolah, berpendapat Scriven, harus mengajarkan
perlawanan kepada mereka. Scriven menyatakan bahwa setiap generasi harus membentuk
lembaga-lembaga sosial dan politik, dan bahwa kita harus membuka kemungkinan untuk
revolusi nilai-nilai dan institusi. Kami telah melakukan seni efektivitas pekerjaan menghilangkan
alternatif. Kami menerima semangat argumen Scriven, dan percaya bahwa tujuan penyelidikan
nilai, seperti tujuan penyelidikan sosial, harus untuk membantu anak-anak untuk merenung
memperoleh nilai-nilai mereka sendiri, dan bahwa kita tidak perlu memaksakan nilai-nilai kita
pada mereka. The ar. proach kami sarankan tidak berasumsi bahwa guru harus netral atau tidak
memiliki nilai, melainkan mensyaratkan bahwa nilai guru di atas semua anak yang lain
memberikan kesempatan untuk mengembangkan keyakinan mereka sendiri dan belajar untuk
menerima konsekuensi dari keputusan mereka. Permintaan reflektif dapat berkontribusi besar
untuk klarifikasi nilai dan konsisten, aksi sosial tujuan.
Penggunaan refleksi dapat sangat mempengaruhi kualitas struktur nilai kita. Secara
khusus, dapat membantu kita memahami lebih baik apa nilai-nilai kita. Hal ini dapat
membantu kita memperjelas tujuan kita dalam pikiran kita sendiri. Hasilnya akan
konsistensi yang lebih besar dalam nilai dan kemampuan yang lebih besar untuk
menerapkan nilai-nilai abstrak dalam situasi konkret. Banyak kebingungan dan
ketidakpastian saat ini tentang nilai-nilai mungkin akan terhapus dengan penanaman
yang lebih luas dari kemampuan untuk menilai nilai-nilai dalam hal konsekuensi. "
Penilaian : Mode Penelitian dan Pendekatan
Telah ditegaskan bahwa para guru harus membantu siswa untuk mengembangkan sebuah
metode atau proses untuk mengklarifikasi dan memberikan penilaian pada nilai-nilai mereka
daripada mengajari mereka dengan nilai yang sudah baku. Ini adalah satu-satunya pendekatan
yang dapat memberi nilai dalam pendidikan karena konsisten dalam hal filosofi demokrasi dan
filosofi pendidikan. Ketika tidak ada model penelitian berdasarkan nilai yang sudah baku
dengan filosofi dan ilmu sosial, beberapa model telah diciptakan sebagai alternatif model.
Walaupun model-model ini tidak seperti yang akan dibahas, namun model-model ini sudah
mencakup komponen pemberian nilai dan pembuatan keputusan. Siswa dapat diberikan latihan
dalam menganalisis dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka walaupun pada waktu yang sama
mereka tidak dituntut untuk membuat keputusan publik atau pribadi.
Model Pembuatan Keputusan Asosiasi Kolombia
Salah satu model pembuatan keputusan yang sering dibicarakan dan sudah memiliki komponen
penilaian adalah model yang dikembangkan oleh Asosiasi Kolombia dalam hal filosofi. Model ini
mengasumsikan bahwa nilai sosial dan isu sosial dapat dicari solusinya hanya jika masing-
masing kelompok dapat mengidentifikasi nilai akar dimana konsensus dapat terlaksana. Ketika
kelompok sudah mencapai kesepakatan bersama atau penilaian yang lebih tinggi, nilai-nilai
yang berada dalam konflik dapat diperhitungkan dalam kerangka mereka dapat secara
konsisten memperhitungkan konsekuensi yang mungkin terjadi pada nilai yang lebih tinggi.
Setelah nilai tingkat ketiga atau lebih tinggi disepakati oleh kelompok, metode penyelidikan
ilmiah dapat digunakan untuk menentukan tindakan atau nilai instrumental yang akan
menghasilkan kemungkinan besar dalam realisasi nilai pada tingkat yang lebih tinggi dan dapat
diterima oleh semua anggota kelompok. Model Asosiasi Kolombia menunjukkan bahwa
kelompok akan dapat setuju pada beberapa nilai tingkat yang lebih tinggi seperti keadilan dan
bahwa mereka dapat menentukan tindakan (hukuman mati atau penjara seumur hidup) guna
menghasilkan keadilan. Donald Oliver, James P Shaver, dan Fred Newmann juga telah
mengembangkan model pembuatan keputusan yang mengasumsikan bahwa individu-individu
dapat menyetujui nilai mendasar yang ada dalam lingkungan sosial.
Sebuah kelompok mungkin tidak bisa menyetujui nilai ketiga, dan bila hal itu terjadi, kelompok
tersebut mungkin tidak akan menyetujui tindakan apa yang akan dilakukan setelahnya,
walaupun penelitian sosial dapat membantu mendiskusikan dan memprediksi konsekuensi dari
pelaksanaan tindakan dan alternatifnya. Massials dan Cox telah merumuskan model
pembuatan keputusan asosiasi Kolombia dengan sebuah contoh.
Perumusan Model Pembuatan Keputusan Asosiasi Kolombia yang Dirumuskan Oleh
Massials dan Cox
MEMUTUSKAN PENILAIAN PADA NILAI
1. Nilai apa yang digunakan dalam rangka memutuskan pekerjaan orang-orang
Amerika Serikat?
Memberikan pertimbangan nilai :
Orang kulit putih, khususnya Kristen putih, harus diberi pekerjaan yang lebih
terampil, posisi otoritas eksekutif dalam bisnis, kantor dengan pemerintahan
tingkat tinggi, dan posisi profesional.
2. Apa yang menentang pertimbangan nilai juga dibuat oleh banyak orang di
Amerika Serikat yang jelas bertentangan dengan pertimbangan nilai yang
diberikan di atas?
3. Jika penilaian yang diberikan adalah bertindak atas Amerika Serikat, apa
konsekuensi yang diperkirakan dalam hal praktek-praktek dan kebijakan yang
akan diberlakukan? Konsekuensi faktual apa yang akan diharapkan terjadi jika
pertimbangan nilai yang diberikan ditindaklanjuti?
4. Dapatkah Anda menawarkan bukti bahwa setiap dari prediksi di atas untuk
pertimbangan nilai yang diberikan akan benar-benar terjadi?
5. Jika pertimbangan nilai lawan yang ditindaklanjuti di Amerika Serikat, apa
konsekuensi-konsekuensi yang diperkirakan dalam hal praktek-praktek dan
Perumusan Model Pembuatan Keputusan Asosiasi Kolombia yang Dirumuskan Oleh
Massials dan Cox
kebijakan yang akan diberlakukan? Konsekuensi faktual apa yang akan
diharapkan terjadi jika pertimbangan nilai lawan yang ditindaklanjuti?
6. Dapatkah Anda menawarkan bukti bahwa setiap dari prediksi di atas untuk
pertimbangan nilai lawan akan benar-benar terjadi?
7. Nilai apa yang akan Anda usulkan sebagai alternatif dan sesuai digunakan untuk
menilai antara yang diberikan dan menentang nilai-nilai?
8. Manakah dari penilaian nilai, yang diberikan atau menentang, tampaknya lebih
jelas berperan penting dalam pencapaian nilai ketiga yang relatif tidak
kontroversial?
9. Dalam sebuah pernyataan singkat, dukung pilihan Anda baik untuk nilai yang
diberikan atau yang menentang, dengan memberikan alasan untuk memilih satu
dan menolak yang lain.
10. Singkatnya, dengan asumsi Anda telah membuktikan kasus Anda, hubungan
antara penilaian yang berlawanan telah diberi nilai ketiga yang kontroversial
dalam rumus berikut:
"Jika (baik yang diberikan nilai penghakiman ATAU lawannya itu? Nilai
penghakiman-TIDAK KEDUANYA), maka (nilai ketiga kontroversial) akan dicapai? "
Sumber: Byron G. Massials dan C. Benjamin Cox
Model Raup dan Asosiasi
Sebuah model terkait telah dirancang oleh Raup dan rekan-rekannya. Dalam model ini, validitas
pernyataan nilai ditetapkan oleh konsensus kelompok. Kelompok akan mencapai konsensus
nilai bila kelompok ini melakukan interaksi dan diskusi. Model ini juga berdasarkan pada asumsi
bahwa ada akar dan nilai-nilai tingkat tinggi yang dapat mencapai kesepakatan kelompok. Nilai
dan kebijakan dianggap sah jika kelompok setuju bahwa penekanan pada model ini adalah pada
interaksi sosial. Massialas dan Cox menulis, "... Raup tampaknya menempatkan penekanan
berlebihan pada proses sosial-pribadi untuk proses yang merugikan proses intelektual. Karakter
dari peserta, hubungan antarkelompok, dan konsensus masyarakat tidak hanya penentu
validitas dan keandalan proposisi. Penerimaan teori tergantung juga pada kriteria logis dan
alami.”
Model Pengambilan Keputusan Hunt dan Metcalf
Hunt dan Metcalf telah merancang sebuah model pengajaran untuk klarifikasi nilai dan
kebijakan pembuatan keputusan. Model ini menekankan analisis konsep nilai dan
pertimbangan konsekuensi dari alternatif nilai. Menggunakan model ini, siswa mendefinisikan
konsep-konsep nilai, konsekuensi proyek, menilai mereka dengan menggunakan kriteria yang
ditetapkan, dan berusaha untuk membenarkan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi
konsekuensi.
Model Pembuatan Keputusan Hunt dan Metcalf’s
I Apa sifat dari objek, peristiwa, atau kebijakan yang akan dievaluasi? Pertanyaan
ini jelas menimbulkan tugas dalam analisis konsep. Jika siswa mencoba untuk
mengevaluasi negara kesejahteraan, mereka harus mendefinisikan obyek ini
setepat dan sejelas mungkin.
A. Bagaimana negara kesejahteraan harus didefinisikan? Dengan kriteria apa itu
harus didefinisikan?
B. Jika siswa tidak setuju atas kriteria, dan karenanya dalam definisi mereka
tentang negara kesejahteraan, bagaimana perbedaan pendapat ini harus
diperlakukan? Haruskah mereka setuju? Dapatkah mereka setuju untuk tidak
setuju? Apakah ada kriteria tentang negara kesejahteraan yang harus
didefinisikan? Atas dasar apa kita bisa memilih di antara set kriteria yang
berbeda?
Model Pembuatan Keputusan Hunt dan Metcalf’s
II Masalah konsekuensi
A. Apa konsekuensi yang dapat diharapkan atau diantisipasi dari kebijakan
tersebut? Apakah benar, karena beberapa telah mengklaim, bahwa
pertumbuhan negara kesejahteraan menghancurkan insentif individu?
Bagaimana satu hal mendapatkan bukti-bukti untuk menjawab pertanyaan
seperti ini?
B. Jika siswa tidak setuju dalam proyeksi mereka tentang konsekuensi,
bagaimana perbedaan ini harus diperlakukan? Bisakah mendapatkan bukti
yang menghasilkan kesepakatan? Apa perbedaan menjadi merupakan
ketidak sepakatan atas kriteria dan perselisihan atas bukti-bukti?
III Penilaian konsekuensi
A. Apakah konsekuensi yang diproyeksikan diinginkan atau tidak?
B. Dengan kriteria apa konsekuensi kembali dinilai? Bagaimana kriteria yang
berbeda dapat mempengaruhi seseorang?
IV Pembenaran kriteria
A. Dapatkah kriteria untuk konsekuensi dibenarkan? Bagaimana?
B. Jika siswa tidak setuju pada kriteria, dan karena itu dalam penilaian mereka
tentang konsekuensi, bagaimana perbedaan ini dapat diobati? Apa
hubungan seharusnya ada antara kriteria seseorang dan filosofi dasar hidup
seseorang?
C. Apakah siswa konsisten dalam penggunaan kriteria?
Sumber : Maurice P. Hunt dan Alwrence E. Metcalf
Model Penilaian Kurikulum Taba
Kurikulum ini juga memiliki komponen penilaian, yang bukan merupakan elemen dari sebuah
paradigma pengambilan keputusan. Namun, tujuan dari menilai model kurikulum ini tidak
terbuka seperti yang model-model yang didiskusikan terdahulu. Taba memiliki nilai tertentu
dalam pikiran bahwa ia ingin menanamkan pada siswa, seperti "kemampuan untuk
mengidentifikasi orang-orang dalam budaya yang berbeda," "keamanan sendiri," "keterbukaan
pemikiran," "penerimaan perubahan," "toleransi untuk ketidakpastian dan ambiguitas" dan
"tanggap terhadap nilai-nilai demokrasi dan manusia ". Meskipun kurikulum ini memiliki tujuan
nilai tertentu, strategi-strategi yang digunakan di dalamnya membantu siswa untuk
mendapatkan nilai-nilai.
Strategi-strategi ini memberikan waktu bagi siswa untuk praktek dalam mengeksplorasi
perasaan mereka sendiri dan orang lain dan kelompok, dan menganalisis nilai-nilai yang
dipegang oleh orang termasuk diri mereka sendiri. Model ini pada dasarnya terdiri dari
serangkaian pertanyaan.
Model Penilaian Kurikulum Taba
Mengeksplorasi Perasaan
Siswa dipresentasikan dengan sebuah situasi yang melibatkan reaksi emosional
dalam bagian dari satu atau lebih orang. Strategi pengajaran adalah bertanya
mengenai pertanyaan-pertanyaan berikut :
Guru Siswa Guru Mengikuti
2
Apa yang terjadi? Mengungkapkan
kembali fakta-fakta
Melihat semua fakta yang
diungkapkan dan menyetujuinya.
Jika siswa membuat kesimpulan,
minta mereka untuk
menyimpannya dulu
Apa yang anda Membuat kesimpulan Menerima kesimpulan
Model Penilaian Kurikulum Taba
pikirkan...rasakan? mengenai perasaan
Apa yang anda
pikirkan sehingga
dia bisa merasa
seperti itu?
Menerangkan Cari klarifikasi, bila perlu
Siapa yang memiliki
ide berbeda tentang
apa yang dia
rasakan?
Buat kesimpulan
alternatif dan
keterangan
Cari variasi, bila perlu. Tanyakan
alasannya, bila perlu.
Bagaimana bisa
...(orang lain dalam
situasi) perasaan?
Ungkapkan
kesimpulan tentang
perasaan dari orang-
orang baru
Cari klarifikasi, bila perlu. Beri
dukungan pada siswa untuk
mempertimbangkan bagaimana
orang lain dapat merasakan
situasi ini.
2
Pernahkah anda
merasakan hal
seperti ini
sebelumnya?
Jabarkan kejadian
serupa yang terjadi
dalam kehidupannya
Pastikan deskripsi dari kejadian
Apa yang anda
rasakan?
Jabarkan
perasaannya. Ulangi
kembali emosi yang
pernah ada
Cari klarifikasi, bila perlu.
Sediakan dukungan, bila perlu.
Kenapa anda pikir
bisa merasakan hal
seperti ini?
Tawarkan penjelasan.
Upayakan agar ada
relasi antara
perasaannya dengan
Tanyakan pertanyaan tambahan,
bila perlu, untuk mendapatkan
stereotip atau penjelasan yang di
luar kebiasaan.
Model Penilaian Kurikulum Taba
kejadian yang diingat
kembali
1 Terkadang hanya beberapa pertanyaan saja yang ditanyakan. Guru harus menyediakan
pertanyaan lain jika siswa mampu menjawab secara spontan.
2 Pertanyaan-pertanyaan ini diulang dalam selang waktu tertentu dalam rangka untuk
menjaga variasi dan pengalaman individu.
3 Jika siswa menemukan kesulitan dalam memberikan tanggapan, anda sebaiknya
menanyakan : “jika hal ini terjadi padamu, kira-kira apa yang akan anda rasakan?” atau
“apakah hal seperti ini pernah terjadi pada seseorang yang anda kenal?” Hal lain yang
sangat berguna adalah guru menceritakan kejadian nyata yang terjadi pada dirinya.
Sumber : Alice Duvall, Mary C. Durkin, and Katharine C. Leffler.
Tabel 13.3 (Lanjutan)
GRAFIK V- PEMECAHAN MASALAH ANTAR PRIBADI (INTERPERSONAL)
Siswa diberikan suatu situasi persoalan dengan melibatkan konflik antar pribadi.
Guru SiswaGuru yang mengikuti jalannya
kegiatan
Apa yang terjadi? Atau
apa yang telah kamu
lakukan?
Menjelaskan peristiwa Memahami bahwa seluruh
peristiwa tersebut telah
direncanakan. Mencoba untuk
mengarahkan kesepakatan,
atau jika tidak memungkinkan,
mencoba mendapatkan
pernyataan persepsi yang
berbeda atas apa yang terjadi.
Menurutmu apa yang
seharusnya (seorang
protagonis) lakukan?
Mengapa?
Memberikan tanggapan Menerima tanggapan.
Meminta klarifikasi, jika
diperlukan
Menurutmu bagaimana
orang lain akan
bereaksi jika dia
melakukan itu?
Mengapa?
Membuat kesimpulan
dan menjelaskannya
Menerima. Meminta
klarifikasi, jika diperlukan
Pernahkan hal yang
serupa terjadi pada
dirimu?
Menghubungkan
peristiwa yang sama di
dalam kehidupannya
sendiri.
Berikan bantuan/dukungan,
jika diperlukan
Apa yang telah kamu
lakukan?
Menghubungkan
perilaku yang teringat
kembali
Meminta klarifikasi, jika
diperlukan
Saat kamu berpikir
kebelakang, apakah
menurutmu hal itu
merupakan hal yang
baik atau buruk untuk
dilakukan?
Menilai tindakan di masa
lalu
Mendorong siswa untuk
menilai perilakunya sendiri di
masa lalu. Guru mungkin harus
mencegah orang lain
mememasuki diskusi pada saat
momen ini berlangsung.
Mengapa kamu berpikir
demikian?
Menyatakan alasan Menerima alasan. Jika perlu,
mengajukan pertanyaan
tambahan untuk memperjelas
kriteria nilai yang siswa
gunakan dalam menilai
perilakunya.
Adakah sesuatu hal Menawarkan perilaku Menerima. Mengajukan
1
1
yang kamu lakukan
dengan cara yang
berbeda?
alternatif pertanyaan tambahan untuk
menguak dimana terdapatnya
inkonsistensi. Misal.,
“Bagaimana kesepakatan
terjadi dengan alasan yang
kamu berikan tadi?
1. Pertanyaan ini diulang secara berurutan untuk memperoleh berbagai tanggapan.
2. Jika siswa menghadapi kesulitan dalam menanggapi, anda mungkin menanyakan: “Jika
hal ini harus terjadi pada dirimu, menurutmu apa yang akan kamu rasakan? atau
“Pernahkah hal seperti ini telah terjadi pada seseorang yang kamu kenal?” Cara yang
berguna lainnya adalah guru menjelaskan peristiwa tersebut dalam kehidupannya
sendiri.
Tabel 13.3 (Lanjutan)
GRAFIK VI – ANALISIS NILAI
Siswa diminta untuk mengingat kembali perilaku tertentu dan diminta untuk membuat
kesimpulan mengenai nilai-nilai apa saja yang terlibat, dan bagaimana nilai-nilai itu berbeda
dari nilai-nilai orang lain yang terlibat dalam situasi serupa.1
Guru Siswa Guru yang mengikuti
jalannya kegiatan
Apa yang mereka
lakukan…(misal.,
merawat peralatan
mereka)?
Mendeskripsikan
perilaku
Memandang
pendeskripsian tersebut
lengkap dan akurat
Menurutmu apa yang
menjadi alasan mereka
dalam
melakukan/mengatakan
apa yang telah mereka
lakukan?
Menyatakan kesimpulan Menerima. Meminta
klarifikasi, jika diperlukan
Apa yang alasan ini
katakan padamu tentang
hal apa yang penting
bagi mereka?
Menyatakan kesimpulan
berkenaan dengan nilai-
nilai
Menyatakan kembali atau
mengajukan pertanyaan
tembahan untuk
memastikan bahwa fokus
perhatian tertuju pada nilai-
nilai
Jika kamu …(guru
menentukan situasi yang
sama yang secara
langsung berhubungan
dengan siswa, misal.,
“Jika kamu tidak sengaja
merobek selembar
kertas buku orang lain,”)
apa yang akan kamu
lakukan? Mengapa?
Menyatakan tindakan
apa yang akan dilakukan
dan memberikan
penjelasan
Menerima, juga meminta
klarifikasi.
Apakah ini menunjukan
tentang apa yang kamu
Menyatakan kesimpulan
tentang nilainya sendiri
Menerima, meminta
klarifikasi, jika diperlukan
2
3
pikir adalah hal penting?
Apa perbedaan yang
kamu lihat pada apa
yang orang-orang ini
pikir adalah hal penting?
Membuat perbandingan Memastikan bahwa seluruh
nilai yang diidentifikasi itu
dibandingkan
1. Terkadang semua pertanyaan tidak diajukan. Namun, pertanyaan tersebut
mengeksplorasi nilai siswa itu sendiri yang seharusnya tidak diabaikan.
2. Rangkaian pertanyaan ini diulang untuk tiap kelompok atau perseorangan yang nilai-
nilainya dianalisa. Tiap kelompok ditentukan oleh guru dan telah dipelajari sebelumnya.
3. Rangkaian pertanyaan ini diulang untuk memperoleh reaksi dari beberapa siswa.
Model Kontroversi Publik Oliver, Shaver dan Newmann
Oliver, Shaver, dan Newmann telah menyusun strategi penentu-kebijakan dan menilai yang
didasarkan pada asumsi bahwa kebanyakan masyarakat Amerika loyal pada nilai-nilai yang
terdapat dalam American Creed (Kredo bangsa Amerika), seperti “keadilan,” “kesetaraan,” dan
“martabat manusia.” Dalam pandangan mereka, kontroversi publik utamanya berasal dari nilai-
nilai yang bertentangan dalam Kredo bangsa Amerika dan bermacam-macam interpretasi atas
nilai-nilai ini. Beberapa nilai dalam Kredo ini lebih penting dari nilai yang lainnya; martabat
manusia adalah nilai bangsa Amerika yang paling dasar. Mereka mengemukakan metode
dimana kontroversi publik bisa diselesaikan lewat diskusi nasional.
Persoalan kebijakan: Haruskah Vere memvonis Billy untuk digantung?
Persoalan nilai moral Persoalan definisional Persoalan penjelasan fakta
Gambar. 13.1 Pendekatan Newmann pada analisis persoalan kebijakan
Newmann mengemukakan bahwa persoalan kebijakan melibatkan tiga komponen: (1)
persoalan nilai moral, (2) persoalan definisional, dan (3) persoalan penjelasan fakta. (Lihat
gambar 13.1) Dia mendiskusikan sejumlah strategi untuk mengklarifikasi pernyataan nilai.
Mereka (nilai-nilai) sah jika kita berasumsi bahwa peserta diskusi loyal pada nilai Kredo
Amerika. Strategi yang bisa mengatasi persoalan nilai termasuk memperjelas hubungan antara
nilai yang spesifik dan nilai pada tatanan yang lebih tinggi, menentukan konflik nilai yang
berasal dari inkonsistensi dalam posisi pribadi, dan berhadapan dengan kerangka nilai yang
bertentangan. Kriteria utama yang digunakan untuk mengevaluasi posisi nilai apakah mereka
konsisten dengan nilai dasar Kredo bangsa Amerika.
Sementara Oliver dan Shaver mengamati kesulitan dalam mengkonseptualisasi metode
mereka dalam hal model/bentuk karena tingkat kerumitannya sangat tinggi, mereka mencoba
untuk “merangkum operasi intelektual utama yang bisa dibuat eksplisit dalam analisis
kontroversi politik dan (2) untuk menempatkan operasi dalam beberapa urutan logis garis
besarnya.”
Rangkuman mereka antara lain:
1. Mengabstraksi Nilai Umum dari Situasi Konkrit
2. Menggunakan Konsep Nilai Umum sebagai Konsepsi Dimensional
3. Mengidentifikasi Konflik antara Konsepsi Nilai
4. Mengidentifikasi Kelas Situasi Nilai
5. Mencari atau Menciptakan Situasi Konflik Nilai yang Serupa dengan Permasalahan yang
sedang Dibahas
6. Bekerja ke arah Posisi Bersyarat Umum
7. Menguji Asumsi Faktual dibalik Posisi nilai yang Bersyarat
8. Menguji Relevansi Pernyataan
Pembaca harus menguji hasil penelitian untuk penjelasan penuh mengenai langkah-
langkah yang digambarkan dalam model diatas atau “rangkaian operasi,” saat peneliti ingin
menyebutya.
Model Klarifikasi Nilai Raths dan Rekan
Model klarifikasi nilai Raths, Harmin dan Simon adalah model yang terkenal diantara para
pendidik. Salah satu asumsi dasar peneliti adalah terlalu banyak siswa yang kesulitan karena
kebingungan nilai yang jelek, dimana sekolah harus mengajarkan siswa suatu metode yang
memperkenankan mereka untuk memperoleh nilai yang lengkap dan jelas. Mereka
mengusulkan bahwa yang memiliki nilai rendah seringkali apatis, tidak karuan, bimbang dan
inkonsisten. Raths dan rekan berhipotesa bahwa jika anak-anak diajarkan untuk memperoleh
nilai menggunakan proses yang mereka deskripsikan, “mereka akan berprilaku dalam cara yang
kurang apatis, bimbang, dan irasional dan dalam cara yang lebih positif, mantap, dan antusias.”
Model penilaian mereka tidak memiliki tujuan nilai tertentu; model ini sepenuhnya tak
terbatas. Peneliti percaya bahwa adalah tercela dan membahayakan untuk membebankan
seperangkat nilai pada siswa. Mengingat strategi penilaian yang dirumuskan oleh Oliver,
Shaver, dan Newmann utamanya menyangkut persoalan publik dan kontroversi, model Raths
dan rekan memiliki kaitan dengan nilai pribadi. Raths dan rekan menggambarkan tujuh operasi
yang mereka sebut suatu proses dalam menilai. Seseorang harus melalui tiap operasi sebelum
kita bisa mengatakan bahwa dia telah memperoleh suatu nilai. Proses tersebut adalah:
MEMILIH : 1. dengan bebas
2. dari cara alternatif
3. setelah pemikiran yang matang mengenai konsekuensi
dari tiap cara alternatif
MENGHARGAI : 4. menghargai, senang dengan pilihan
5. bersedia menegaskan pilihan di depan umum
BERTINDAK : 6. melakukan sesuatu dengan pilihan tersebut
7. secara berulang dalam beberapa pola kehidupan
Pendekatan Perkembangan kognitif Kohlberg pada Pendidikan Moral
Para pendidik ilmu sosial akhir-akhir ini telah mulai mengembangkan nilai pelajaran yang
didasarkan pada Pendekatan Perkembangan kognitif Lawrence Kohlberg pada Pendidikan
Moral. Sangat terinspirasi oleh teori perkembangan kognitif Piaget, Kohlberg telah
menyimpulkan bahwa kemampuan seseorang untuk berpikir secara moral berkembang secara
berurutan dalam rangkaian langkah atau tahapan yang pasti. Kohlberg dan koleganya telah
melakukan penelitian pada perkembangan moral pemuda di budaya yang berbeda. Penelitian
mereka menyatakan bahwa tahapan perkembangan moral yang telah mereka identifikasi
dialami oleh pemuda di semua budaya dan nilai dasar yang sama ditemukan di semua budaya
meskipun ekspresi dan bentuknya mungkin beragam.
Kohlberg telah memperkenalkan tiga tingkatan perkembangan moral: (1) prekonvensional, (2)
konvensional, dan (3) pascakonvensional. Ketiga tingkatan ini terdiri dari enam tahapan (lihat
tabel 13.4). Keenam tahapan tersebut merupakan sebuah hirarki; tiap tingkatan tertinggi
merupakan sebuah bentuk pemikiran moral yang lebih rumit dan lebih rasional. Pada tahapan 1
pemikiran moral sebagian besar dipengaruhi oleh keinginan untuk menghindari hukuman dan
rasa hormat pada kekuasaan dan wewenang. Tahapan ini sangat berlawanan dengan tahapan
6. Pada tahapan 6, pemikiran moral dipengaruhi oleh prinsip etis universal seperti keadilan,
kesetaraan dan kehidupan manusia.
Kohlberg dan koleganya menentukan sebuah tingkat pemikiran moral seseorang dengan
menganalisa tanggapan yang diberikan pada soal cerita yang menghadirkan dilema moral.
Subjek penelitian tersebut diminta untuk menyatakan tindakan apa yang seharusnya diambil
oleh karakter utama di dalam cerita dan memberikan alasan atas pilihan mereka. Dilema moral
dibawah ini menandakan jenis yang Kohlberg gunakan dalam penelitiannya dan para pendidik
yang mengembangkan strategi mengajar berdasarkan penggunaan teorinya (teori Kohlberg):
Obat tersebut tidak bekerja, dan tidak ada perawatan kedokteran lain yang bisa
menyelamatkan istri Heinz, sehingga dokter mengetahui bahwa dia hanya memiliki
kesempatan hidup hingga enam bulan kedepan. Dia sangat kesakitan, namun dia begitu
lemah dimana pereda-nyeri dengan dosis tinggi seperti ether atau morphine akan
membuatnya mati lebih cepat. Dia tersiksa dan hampir gila karena kesakitan, dan ketika
berada dalam keadaan yang tenang, dia akan meminta dokter agar memberinya ether
yang cukup untuk membunuhnya. Dia bilang dia tidak bisa menahan sakit dan dia akan
mati dalam beberapa bulan lagi.
Haruskan dokter melakukan apa yang dia minta dan memberinya obat yang akan
membuatnya mati?
Menurut Kohlberg, tanggapan seseorang pada dilema moral seperti di atas merupakan
indikator yang tepat atas pemikiran moralnya. Ada hubungan, namun bukan hubungan yang
langsung, antara kronologi usia dan tingkat perkembangan moral. Anak-anak yang masih sangat
muda cenderung berpikir pada tingkat yang lebih rendah. Saat seseorang tumbuh dewasa
mereka cenderung berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi. Namun, sebagian besar subjek
penelitian Kohlberg, dengan menghiraukan kronologi usia, tidak mampu berpikir melampaui
tahapan 4. Hanya sebagian kecil orang, pada setiap budaya, mampu berpikir pada tahapan 6.
Orientasi “hukum dan aturan,” atau tahapan 4, merupakan tahapan perkembangan yang paling
umum.
Tabel 13.4
Gambaran singkat keenam tahapan Kohlberg
I. Tingkat prekonvensional
Pada tingkat ini anak-anak tanggap pada aturan budaya dan label baik dan buruk, betul dan
salah, namun menafsirkan label ini baik dalam konsekuensi tindakan fisik atau tindakan
hedonistik (hukuman, penghargaan, dan saling membantu) atau dalam hal kekuasaan fisik
seseorang yang mengucapkan aturan dan label. Tingkatan ini terbagi kedalam dua tahapan
berikut:
Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan. Konsekuensi fisik dari suatu tindakan
menentukan kebaikan atau keburukan tanpa memperhatikan arti kemanusiaan atau nilai dari
konsekuensi ini. Penghindaran hukuman dan kepatuhan pada kekuasaan dinilai berdasarkan
penilaian mereka, bukan untuk menghargai aturan moral yang jelas yang didukung oleh
hukuman dan kekuasaan.
Tahap 2: Orientasi Instrument relativist. Tindakan yang benar terdiri dari hal-hal yang secara
instrumental memuaskan kebutuhan pribadi dan terkadang kebutuhan orang lain. Hubungan
manusia dipandang seperti barang-barang di tempat perbelanjaan. Elemen kejujuran, timbal-
balik, dan berbagi rata hadir, namun mereka selalu ditafsirkan dalam cara pragmatik fisik.
Timbal-balik adalah sesuatu tentang “anda menggaruk punggung saya dan saya akan
menggaruk punggung anda,” bukan loyalitas, rasa syukur, atau keadilan.
II. Tingkat konvensional
Pada tingkatan ini, menjaga ekspektasi keluarga, masyarakat atau negara seseorang dianggap
sebagai hal yang berharga dalam penilaiannya sendiri, tanpa memperhatikan konsekuensi yang
akan dihadapi dan konsekuensi yang nyata. Sikap bukan hanya satu-satunya kesesuaian
terhadap ekspektasi pribadi dan tatanan sosial, namun loyalitas pada tatanan sosial tersebut,
secara aktif menjaga, mendukung, dan mempertahankan tatanan tersebut, dan
mengidentifikasi orang-orang atau kelompok yang terlibat di dalamnya. Pada tingkatan ini, ada
dua tahapan berikut:
Tahap 3: Orientasi kesesuaian antar pribadi atau “anak baik – gadis baik”. Perilaku baik
yang menyenangkan atau membantu orang lain dan disetujui oleh mereka. Ada banyak
kecocokan pada gambaran stereotip (pra-dugaan) mengenai apa itu perilaku mayoritas atau
“alami”. Perilaku seringkali dinilai oleh niatan – “dia bermaksud baik” menjadi penting untuk
suatu awalan. Seseorang memperoleh persetujuan dengan bersikap “manis”.
Tahap 4: Orientasi “hukum dan tatanan”. Ada orientasi terhadap kekuasaan, peraturan
yang ditetapkan dan pemeliharaan tatanan sosial. Perilaku yang tepat terdiri dari pelaksanaan
kewajiban, menunjukan rasa hormat pada kekuasaan, dan memelihara tatanan sosial yang ada
untuk kebaikan dirinya sendiri.
III. Tingkatan pascakonvensional, otonomi atau berprinsip
Pada tingkatan ini, ada usaha yang nyata untuk mendefinisikan nilai moral dan prinsip-prinsip
yang memiliki keabsahan dan penerapan yang terpisah dari kekuasaan kelompok atau
perseorangan yang memegang prinsip ini dan terpisah dari identifikasi atas kehendak sendiri
pada kelompok ini. Tingkatan ini pun memiliki dua tahapan:
Tahap 5: Orientasi menurut kontrak/perjanjian sosial, pada umumnya dengan implikasi yang
bermanfaat. Tindakan yang tepat cenderung didefinisikan dalam hal hak umum individu, dan
standar yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh masyarakat. Ada kesadaran
nyata terhadap nilai pribadi relativisme dan opini dan penekanan yang sesuai pada aturan
prosedural untuk menggapai kemufakatan. Terpisah dari apa yang disepakati secara konstitusi
dan secara demokrasi, hak merupakan persoalan “nilai” dan “opini” pribadi. Hasilnya adalah
suatu penekanan pada “sudut pandang yang sah,” namun dengan penekanan pada
kemungkinan perubahan hukum untuk pertimbangan rasional keperluan sosial. Di luar wilayah
yang sah, kesepakatan bebas dan kontrak adalah elemen obligasi yang mengikat. Ini adalah
moralitas “resmi” pemerintah dan konstitusi Amerika.
Tahap 6: Orientasi prinsip etis universal. Hak didefinisikan oleh keputusan kata hati yang
sesuai dengan prinsip etis pilihan sendiri yang berpengaruh pada kelengkapan logis,
universalitas, dan konsistensi. Prinsip ini bersifat abstrak dan etis (The Golden Rule/ Aturan
Emas, perintah mutlak); mereka bukanlah aturan moral konkrit layaknya Sepuluh Firman/Ten
Commandments. Intinya, ini adalah prinsip universal tentang keadilan, timbal-balik dan
kesetaraan hak asasi manusia, dan rasa hormat atas martabat kemanusiaan sebagai seorang
individu.
Kanak-kanak yang masih sangat muda cenderung dapat berpikir pada tingkatan yang
lebih rendah. Sejalan dengan bertambahnya usia individu-individu mereka cenderung
dapat berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi. Akan tetapi,, kebanyakan subyek-
subyek dari Kohlberg, tanpa memperdulikan usia-usia kronologisnya, mereka tidak
sanggup berpikir diluar tahap 4. Hanya sedikit orang dalam setiap kebudayaan apapun
yang sanggup berpikir pada tahap 6. “orientasi hukum-dan-tatatertib”, atau tahap 4,
merupakan tahap perkembangan yang paling umum.
Pengertian bahwa pendidikan moral haruslah didasarkan atas tingkat
perkembangan moral siswa dan bahwa siswa tak akan sanggup memahami tingkatan
pemikiran moral yang lebih dari satu tahap; yang lebih tinggi dari pemikiran mereka
sendiri merupakan inti dari teori Kohlberg. Suatu anggapan yang terkait adalah bahwa
instruksi dibawah tahap perkembangan moral siswa tak akan meningkatkan atau
merangsang perkembangan moralnya.
Anggapan dasar lainnya dari teori Kohlberg yaitu seorang individu haruslah
melewati tahap-tahap tersebut secara sekuen dan sembilan diantaranya dapat
diloncati. Akan tetapi, penelitian Kohlberg menunjukkan bahwa bila individu-individu
berpartisipasi dalam diskusi-diskusi dimana dilema-dilema moral yang nayat dibahas
(misalnya salah satu tersebut diatas) dan mereka diajukan pertanyaan-pertanyaan
yang menghendaki mereka agar dapat berpikir pada satu tahap diatas tahap
perkembangan moral mereka sendiri, maka perkembangan dan pertumbuhan moral
mereka dirangsang. Diskusi-diskusi dan dilema-dilema tersebut dapat membantu
individu-individu untuk melangkah ke tahap perkembangan moral yang lebih tinggi
berikutnya. Akan tetapi, penelitian Kohlberg menunjukkan bahwa individu-individu
tidak dapat dibantu untuk memahami pemikiran moral lebih dari satu tahap diatas
tahap perkembangan moral mereka sendiri.
Anggapan-anggapan Kohlberg tentang sifat-dasar perkembangan moral dan
idenya bahwa individu-individu dapat dirangsang untuk belajar tingkatan
perkembangan moral yang lebih tinggi menurut keyakinannya memperlihatkan bahwa
sasaran utama dari pendidikan moral tersebut hendaknya adalah untuk merangsang
siswa sedemikian rupa sehingga mereka bisa melangkah ke tahap perkembangan
moral yang lebih tinggi berikutnya”.Kohlberg dan Turiel menulis:
Dengan menganggap bahwa perkembangan moral memang sesungguhnya
melewati runtunan lazim tahap-tahap ini, pendekatan kami mendefinisikan
sasaran pendidikan moral tersebut sebagai perangsang tahap perkembangan
berikutnya ketimbang indoktrinasi kedalam konvensi-konvensi tetap dari
sekolah, gereja, atau negara. Memfasilitasi langkah anak ke tahap
perkembangan berikutnya melibatkan (1) eksposur/keterbukaan terhadap
tingkat pemikiran yang lebih tinggi berikutnya dan (2) pengalaman-pengalaman
konflik dalam tingkat pemikiran anak pada situasi-situasi problematik.
Kohlberg percaya bahwa guru bakal membantu siswa untuk “(1) memusatkan
perhatian pada konflik-konflik moral yang sesungguhnya; (2) berpikir tentang cara
berpikir yang digunakannya dalam memecahkan konflik-konflik tersebut; (3) melihat
hal-hal yang tidak sesuai dan tidak cakap dalam cara berpikirnya; dan (4) mencari cara-
cara memecahkan persoalan tentang hal-hal yang tidak sesuai dan tidak cakap
tersebut. Staf Pusat Kurikulum Sudi Sosial di Universitas Carnegie-Mellon, yang
dipimpin oleh Edwin Fenton, telah mengembangkan strategi-strategi kelas yang
didasarkan atas tahapan perkembangan moral dari Kohlberg. Format rencana
pelajaran yang dikembangkan oleh staf Carnegie tersebut terdiri dari tiga komponen
utama, yakni:
1. suatu dilema asli (suatu studi kasus yang melukiskan suatu dilema moral yang
dihadapi oleh individu),
2. dilema-dilema alternatif (digunakan jika dilema asli tersebut gagal
membangkitkanketidak sepakatan dan diskusi kelas), dan
3. pertanyaan-pertanyaan penyelidikan (untuk merangsang diskusi siswa dan analisis
nilai).
MODEL PENYELIDIKAN NILAI
Kita telah membahas sifat-dasar dari nilai-nilai, menyajikan dan mempertahankan
suatu posisi yang menyangkut pendidikan nilai yang menekankan pilihan yang reflektif,
penyelidikan dan yang sifatnya tak-memaksa, dan meninjau beberapa model
pengambilan-kebijakan yang mempunyai komponen-komponen penilai. Kita juga telah
meninjau pendekatan-pendekatan utama terhadap pendidikan nilai. Pendekatan-
pendekatan ini, sebagaimana dikonsep dan diringkas oleh Superka dkk., disajikan pada
Tabel 13.5. sekarang tepatlah untuk menyajikan sebuah model penilai yang sesuai
dengan teori pendidikan studi sosial dalam buku ini dan model penilai yang dapat
digunakan oleh guru ketika emngajarkan pelajaran-pelajaran nilai atau memberi siswa
praktek dalam proses pengambilan-keputusan.
Model penilai kami ini sesuai dengan posisi pendidikan nilai yang kami
pertahankan diatas. Ini merupakan sebuah model yang memungkinkan para siswa
untuk mengidentifikasikan sumber-sumber nilai mereka dan sumber-sumber dari
lainnya, menentukan bagaimana nilai-nilai itu bertentangan, mengidentifikasikan
alternatif-alternatif nilai, memprediksikan konsekuensi-konsekuensi dari nilai-nilai
alternatif tersebut, dan secara bebas memilih dari nilai-nilai yang dapat mereka
identifikasikan. Agar berhasil melaksanakan strategi penilai ini di kelas, maka guru
haruslah memiliki suatu komitmen yang kuat terhadap ketegasan bahwa para siswa
haruslah secara bebas memilih nilai-nilai mereka sendiri, bahkah walaupun mereka
bakal dibantu untuk menemukan konsekuensi-konsekuensi dari nilai-nilai yang
berbeda, sesuai dengan pilihan-pilihan nilai mereka, dan mau menerima konsekuensi-
konsekuensi tersebut dan bertindak menurut keyakinan-keyakinan mereka.
Hal 425
Gambar: Guru dapat mengawali suatu pelajaran penyelidikan-nilai yang efektif dengan
cara membacakan sebuah cerita yang open-ended bagi para siswa. (Sekolah Negeri
Seattke, Washington).
Guru hendaknya mendorong anak-anak untuk mengembangkan nilai-nilai mereka
sendiri, tetapi dia hendaknya menuntut konsistensi, dan mendorong para siswa untuk
menerima konsekuensi-konsekuensi dari nilai-nilai mereka sendiri. Seorang anak yang
mengklaim bahwa dia menilai persamaan hak tetapi yang tak-mau menerima gerakan-
gerakan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertindas untuk membebaskan diri
mereka dari tindasan sosial haruslah dibantu untuk melihat ketidakkonsistenan dari
keyakinan-keyakinannya. Seorang individu yang mempunyai keyakinan-keyakinan yang
tak-konsisten atau yang tak mau menerima konsekuensi-konsekuensi dari keyakinan-
keyakinan dan nilai-nilainya tersebut adalah irasional. Para siswa hendaknya tidak
diharapkan untuk berpikir secara moral diluar tahapan perkembangan moral mereka.
1. Mendefinisikan dan Mengakui Masalah-Masalah Nilai: Pengamatan –
Diskriminasi
Agar secara cerdas bercermin pada nilai-nilai dan memecahkan persoalan-persoalan,
maka siswa haruslah sanggup untuk mengakui komponen-komponen nilai dari
masalah-masalah keputusan dan untuk membedakan masalah-masalah definisi, nilai,
dan empiris. Untuk mengilustrasikan pentingnya mengakui komponen-komponen
permasalahan nilai tersebut, kita akan menggunakan suatu soal yang kita bahas pada
Bab 2. Dalam soal ini, seorang orangtua “militan” berkulit hitam yang ditentang untuk
membawa bis haruslah mengambil keputusan apakah dia akan mempunyai anak-
anaknya tetap berada di sekolah yang terpisah/terpencil dimana mereka sekarang
hadir atau memungkinkan mereka akan diangkut dengan bis ke sebuah sekolah
terpadu. Sebelum orangtua ini dapat
Peninjauan luas atau tipologi tentang proses pendidikan nilai
Contoh Materi
Pendekatan Tujuan Metoda Judul Pengembang
Inkulkasi Untuk meng-instill
atau menginternalisir
Pemodelan;
pengoatan positif
Human Values Blanchette
nilai-nilai tertentu
pada para siswa.
Untuk merubah nilai-
nilai dari para siswa
sehingga mereka
semakin dekat
mencerminkan nilai-
nilai tertentu yang
diinginkan
dan negatif;
mengejek;
mengomel;
memanipulasi
alternatif-alternatif;
menyediakan data
yang tak-lengkap
atau menyimpang;
permainan-
permainan dan
simulasi-simulasi;
memainkan peranan;
belajar menemukan
Series
Coronado Plan:
Teacher’s Guide
dkk., (1970)
Bensley
(1974)
Perkemban
gan moral
Untuk membantu para
siswa
mengembangkan pola-
pola berpikir moral
yang lebih kompleks
berdasarkan
sehimpunan nilai-nilai
yang lebi tinggi.
Untuk mendesak para
siswa mendiskusikan
alasan-alasan bagi
pilihan2 dan posisi-
posisi nilai mereka,
tidak semata-mata
Episode-episode
dilema moral dengan
diskusi kelompok-
kecil yang relatif
tersusun dan
argumentatif
First Things:
Values
“Teaching
Strategirs for
Moral
Dilemmas”
Kohlberg
dan
Selman
(1970)
Galbraith
dan Jones
(1975)
untuk saling-berbagi
dengan orang lain saja,
tetapi menumbuh
kembangkan
perubahan dalam
tahapan berpikir siswa
AnalisisUntuk membantu
siswa menggunakan
pemikiran logis dan
penyelidikan ilmiah
untuk menentukan
isu-isu dan
pertanyaan-
pertanyaan nilai.
Untuk membantu
siswa menggunakan
proses-proses analisis
yang rasional dalam
upaya saling-
mempertalikan dan
mengonsek nilai-nilai
mereka
Mengadakan diskusi
rasional tersusun
yang menuntut
penerapan cara-cara
berpikir serta bukti;
menguji prinsip-
prinsip; menganalisis
kasus-kasus;
perdebatan-
perdebatan;
penelitian
Publisc Issues
Series
Analysis of
Public Issues
Progam
Values
Education
Oliver dan
Newmann
(1967-1972)
Shaver dan
Larkins
(1973)
Metcalf
KlarifikasiUntuk membantu
siswa menyadari dan
mengenal nilai-nilai
mereka sendiri dan
nilai-nilai orang lain
Permainan-
permainan
memainkan peranan;
simulasi-simulasi;
latihan-latihan
analisis sendiri yang
Decisions and
Outcomes
Values and
Teaching
Values
Clarification
Gelatt dkk
(1973)
Maths dkk
(1966)
Simons dkk
Untuk membantu
siswa berkomunikasi
secara terbuka dan
jujur dengan orang
lain tentang nilai-nilai
mereka.
Untuk membantu
siswa menggunakan
baik pemikiran yang
rasional maupun
kesadaran emosional
untuk menyelidiki
perasaan-perasaan,
nilai-nilai, dan pola-
pola perilaku pribadi
mereka
mendalam; aktivitas-
aktivitas kepekaan;
aktivitas-aktivitas
diluar kelas; diskusi
kelompok kecil
Values in Action
Scholstic
Contract Series
A Probe into
Values
(1972)
Shaftel dan
Shaftel
(1970)
Goodykoontz
(1968-1974)
Church
(1973)
Belajar
tindakan
Maksud-maksud yang
didaftarkan untuk
analisis dan klarifikasi
Untuk membekali
siswa dengan
kesempatan-
kesempatan bagi
tindakan pribadi dan
sosial berdasarkan
nilai mereka.
Untuk mendorong
Metoda-metoda yang
didaftarjab untuk
analisis dan klarifikasi
serta proyek-proyek
tindakan di sekolah
dan komunitas dan
praktek keterampilan
dalam
pengorganisasian
kelompok dan
hubungan-hubungan
antar-pribadi
Finding
Commuinity
Social Action
Jones (1971)
Newmann
(1972)
siswa memandang diri
mereka sendiri sebagai
insasi interaktif
pribadi-sosial, t tidak
sepenuhnya otonom,
tetapi anggota2dari
suatu komunitas atau
sistem sosial.
Sumber: Douglas P……..
memecahkan masalahnya dan mengambil suatu keputusan yang cerdas, dia harus
mengakui bahwa masalah tersebut meiliki suatu komponen penilai dan menentukan
apa nilai-nilainya yang menyangkut masalah itu. Dia juga harus mendudukkan nilai-
nilainya itu sesuai dengan peringkatnya kedalam suatu hirarki, yakni menentukan
mana yang paling penting dan mana yang tidak begitu penting baginya. Orangtua ini
mungkin menemukan bahwa dia menilai komponen-komponen unik dari kebudayaan
sekolah bagi orang-orang kulit hitam, keselamatan anak-anaknya, dan prestasi
akademis. Akan tetapi, prestasi akademis lebih penting baginya ketimbang nilai-nilai
lain. Setelah menentukan apa yang paling penting dinilainya dalam suatu situasi
tertentu, pengambil-keputusan tersebut dapat menggunakan informasi faktual (bagian
dari proses pengambilan-keputusan) untuk menentukan jalannya tindakan yang akan
diambilnya. Agar mengajarkan anak-anak untuk mengidentifikasikan komponen-
komponen nilai dari masalah-masalah keputusan tersebut, guru haruslah membantu
mereka menemukan bahwa masalah-masalah nilai terletak diluar lingkup ilmu
pengetahuan sosial. Akan tetapi, data empiris dapat membantu kita untuk
menjelaskan nilai-nilai kita, menentukan segala ketidakkonsistenan-ketidakkonsistenan
apapun, dan memprediksi-kan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin ada.
Guru dapat menggunakan studi-studi kasus, kisah-kisa berita, kegiatan-kegiatan
memainkan peranan, cerita-cerita yang open-ended, dan informasi faktual untuk
mengajarkan anak-anak untuk mengakui komponen-komponen nilai dari masalah-
masalah kebijakan. Setelah membaca sebuah cerita masalah, maka guru dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para siswa tersebut misalnya “Apa
masalahnya dalam situasi ini?” dan “”Hal-hal apa sja yang penting bagi banyak orang
dalam cerita ini?”
2. Melukiskan Perilaku Yang Relevan-Nilai: Deskripsi – Diskriminasi
Pada tahap penyelidikan nilai ini, siswa menyebutkan perilaku dari para pelaku sosial
dalam situasi masalah atau cerita tersebut. Setiap tindakan atau gerak-isyarat
hendaknya tidak dilukiskan, tetapi hanya perilaku yang penting terhadap masalah yang
sedang dibahas ini saja. Jika kelas tersebut sedagn menkaji sebuah cerita yang open-
ended misalnya “Junior Prom”, maka para siswa hendaknya secara ringkas melukiskan
perilaku utama dari karakter-karakter: Ny. Richardson, Tiny Johnson, Janet Scanlon,
dan Eloise Ladas. Mereka tak akan melukiskan setiap kata yang diucapkan oleh masing-
masing karakter, tetapi berusaha mencoba untuk meringkaskan perilaku mereka
adalam satu atau dua kalimat. Mereka bisa saja melukiskan perilaku Ny. Rivhardson
dalam cara ini: “Ny. Richardson menyampaikan kepada para siswa apa masalahnya dan
berusaha mencoba untuk membantu mereka untuk memecahkannya”. Guru dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ini untuk membantu anak-anak secara
akurat melukiskan perilaku yang relevan dalam suatu situasi masalah: “Apa
sesungguhnya yang dilakukan guru?” dan “Apa sesungguhnya yang dilakukan para
siswa? Bila para siswa melukiskan perilaku, mereka hendaknya membuat kesimpulan
sedikit mungkin. Anak-anak akan membutuhkan banyak praktek dalam mengadakan
pengamatan-pengamatan yang cermat dan secara akurat melukiskan apa yang telah
mereka amati.
3. Penamaan nilai-nilai perilaku yang relevan: Identifikasi-deskripsi, hipotesa.
Dalam fase penyelidikan nilai ini, anak-anak mencoba untuk menamai nilai-nilai yang
dibuktikan oleh perilaku mereka sebagaimana telah diuraikan pada langkah 2. Untuk
memfasilitasi tahap penyelidikan, guru dapat mendaftar perilaku di papan tulis dalam satu
kolom, dan berikutnya nilai-nilai yang terkait dengan perilaku di kolom lain. Selama proses ini
siswa akan membuat kesimpulan, dan tidak akan harus selalu setuju pada nilai-nilai yang
mereka lihat dalam perilaku mereka yang telah dijelaskan.
Sementara guru harus mendorong berpikir divergen ¬ pada titik ini, ia akan meminta anak-anak
untuk memberikan alasan bagi nilai-nilai yang diidentifikasi mereka, karena fase penyelidikan
ini menghubungkan perilaku dan nilai-nilai menjadi seakurat mungkin meskipun siswa mungkin
memiliki informasi yang terbatas tentang individu dalam sitration masalah. Guru dapat
memberikan anak-anak praktik dalam tahap penyelidikan nilai dengan membaca studi kasus
atau berita cerita. Setelah membaca sebuah studi kasus tentang pria muda Amerika yang
melarikan diri ke Kanada untuk menghindari induksi konsep, guru dapat mengajukan
pertanyaan seperti: "Apakah perilaku orang-orang muda ini memberitahi kita tentang tentang
apa yang mereka anggap penting?" "Apakah Anda berpikir bahwa keselamatan mereka sendiri
adalah hal yang paling penting bagi mereka?" "Apakah Anda berpikir bahwa mereka
menghargai kehidupan manusia?" "Mengapa atau mengapa tidak?"
4. Menentukan nilai-nilai yang bertentangan dalam perilaku yang dijelaskan: Identifikasi-
analisis
Untuk membantu anak-anak menemukan bahwa ada banyak konflik-konflik nilai dalam
masyarakat kita serta dalam individu, guru dalam tahap penyelidikan meminta siswa untuk
menamai nilai-nilai yang bertentangan yang dicontohkan oleh individu-individu tertentu dan
yang nyata dalam perilaku yang berbeda orang. Sebagai contoh, kelas bisa mempertimbangkan
sebuah studi kasus yang melibatkan seorang pria yang menyatakan bahwa dia bebas untuk
berbicara, tetapi berpikir tentang kata seks tidak diperkenankan. Guru kelas bisa bertanya,
"Apakah nilai-nilai orang ini konsisten?" "Mengapa atau mengapa tidak?" "Apa yang akan dia
percaya tentang kata seks jika nilai-nilainya konsisten? "Orang lain dalam studi kasus yang sama
mungkin menyatakan bahwa kata seks harus tersedia bagi mereka yang menginginkan
membelinya. Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk membantu anak-anak menemukan
bagaimana nilai-nilai konflik dari kedua orang ini. Dia bisa mengajukan pertanyaan seperti
"Bagaimana keyakinan kedua orang 'sama?" "Bagaimana apakah mereka berbeda?" "Apa yang
akan mereka berdua yakin jika nilai-nilai mereka sama?" Hal ini sangat penting bagi anak untuk
menyadari nilai-nilai yang saling bertentangan dalam masyarakat kita serta orang-orang yang
ada dalam diri seseorang.
5. Hipotesa tentang sumber nilai-nilai dianalisis: hipotesa (mengutip data untuk mendukung
hipotesis)
Selama fase penyelidikan nilai ini hipotesis anak-anak negara tentang sumber nilai-nilai
yang telah diidentifikasi mereka dalam langkah 3. Seperti dengan semua hipotesa, guru harus
meminta siswa untuk memberikan alasan untuk laporan mereka. Hipotesis harus didasarkan
pada akal, dan tidak boleh menebak salah. Ini bagian dari proses penyelidikan yang dirancang
terutama untuk membantu siswa menemukan bahwa sebagian besar nilai-nilai kita yang
"ditangkap" dari orang-orang dalam lingkungan kita dan tidak independen atau refleksi
turunan. Begitu anak-anak sadar akan sumber nilai-nilai mereka sendiri serta orang-orang dari
orang lain, mereka dapat lebih mudah mengevaluasi kesehatan dan mengappresiasi nilai-nilai
ini dalam berbagai situasi. Studi kasus dan laporan berita dapat digunakan untuk memberi
anak-anak latihan dalam hipotesa tentang sumber-sumber nilai. Saat membaca sebuah studi
kasus tentang seorang pria yang menutup restorannya ketimbang melayani pelanggan India,
guru dapat mengajukan pertanyaan seperti, "Mr Lee jelas tidak seperti orang India, apakah
Anda berpikir bahwa semua orang kulit putih tidak menyukai orang India?." "Mengapa Anda
berpikir bahwa beberapa orang tidak menyukai India, tetapi yang lain tidak?" "Bagaimana
beberapa orang belajar untuk tidak menyukai India sementara yang lain tidak?" "Apakah Anda
berpikir bahwa setiap orang yang tidak menyukai kelompok etnis tertentu tidak suka mereka
karena mereka telah memiliki pengalaman buruk dengan mereka?" "Mengapa atau mengapa
tidak?" "Berikan beberapa contoh untuk mendukung jawaban Anda."
6. Penamaan Nilai Alternatif untuk dicontohkan oleh Perilaku yang diamati:, Mengingat
Anak-anak harus tahu bahwa ada dalam " masyarakat kita banyak alternatif nilai yang
dapat dipilih. Jika mereka untuk memperoleh nilai-nilai mereka sendiri dan merasa bangga
dengan pilihan yang mereka buat, mereka harus menyadari berbagai alternatif.. Tanpa
Alternatif seseorang tidak dapat membuat pilihan. Fase penyelidikan nilai ini dirancang untuk
membantu siswa menemukan alternatif nilai. Setelah membaca sebuah studi kasus tentang
menghindar dari rancangan Amerika, guru bisa bertanya:.. "Kami menyimpulkan bahwa orang-
orang muda menghargai kehidupan, perdamaian, dan kebebasan pribadi. Apa ada beberapa hal
yang berbeda yang mereka bisa hargai atau bahwa laki-laki lain seusia mereka mungkin
bernilai? "Anak-anak mungkin termasuk di antara tanggapan mereka," kesetiaan kepada negara
mereka, "" cara hidup Amerika, "dan" demokrasi untuk negara-negara berkembang. "Ketika
siswa menyebutkan nilai-nilai alternatif, guru harus membantu mereka mengidentifikasi nilai-
nilai yang relevan dengan masalah yang sedang didiskusikan. Sebagai contoh, laki-laki dalam
contoh kita dapat menilai kecantikan, tetapi nilai ini memiliki sedikit pengaruh pada respon
mereka terhadap persyaratan rancangan.
7. Hipotesa tentang konsekuensi yang mungkin dari nilai-nilai yang dianalisis: memprediksi,
membandingkan, dan membedakan
Tujuan penting dari penyelidikan nilai adalah untuk membantu anak-anak untuk:
1) melihat perbedaan hasil nilai dalam konsekuensi yang berbeda,
2) belajar untuk menerima konsekuensi dari nilai-nilai yang mereka pegang, dan
3) mempertimbangkan konsekuensi dari keyakinan yang berbeda.
Anak-anak yang menghargai kebebasan pribadi dan keamanan di atas segalanya dan
harus dibantu untuk melihat bagaimana nilai-nilai mereka dapat menghasilkan tindakan yang
akan menyangkal kebebasan kepada orang lain dan membahayakan orang yang mereka kasihi.
Meskipun guru tidak dibenarkan mencoba memaksakan nilai-nilai yang telah ditentukan pada
siswa, ia memiliki kepercayaan untuk membantu mereka mempertimbangkan nilai yang
berbeda dan konsekuensi yang berbeda yang mungkin mereka miliki. Informasi faktual dapat
membantu anak-anak untuk memprediksi kemungkinan kosekuensi nilai-nilai yang berbeda.
Dengan menganalisis kasus-kasus di mana individu menjadi contoh nilai-nilai tertentu, siswa
dapat melihat dan mendiskusikan efek mereka pada orang lain. Ketika siswa berhipotesis
tentang konsekuensi yang mungkin dari nilai yang berbeda, mereka harus menyebutkan bukti
untuk mendukung klaim mereka. Memprediksi konsekuensi dari berbagai nilai dapat
membantu anak-anak menentukan apakah nilai-nilai mereka konsisten dan apakah mereka bisa
hidup dengan pilihan nilai yang mereka buat. Sering kali orang berpegang pada nilai-nilai
tertentu karena mereka tidak memikirkan tentang kemungkinan konsekuensi reflektif mereka.
8. Mendeklarasikan Preferensi Nilai: Memilih
Setelah siswa digambarkan perilaku individu dalam kasus dan situasi belajar,
mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat, faktor yang menentukan konflik mereka, dan
meramalkan kemungkinan konsekuensi, mereka harus diminta untuk menyatakan preferensi
nilai pribadi mereka. Fase nilai penyelidikan sangat penting dan harus ditangani dengan
keahlian maksimal.
Selama fase penyelidikan nilai lainnya, guru harus berhati-hati bukan untuk menghakimi nilai-
nilai yang tidak konsisten dengannya atau keyakinannya. Hal ini tidak berarti bahwa "guru harus
tetap netral pada masalah nilai, melainkan bahwa ia tidak harus menyatakan preferensi nilai
sampai siswa telah menyatakan pilihan nilai mereka sendiri. Jika guru menunjukkan preferensi
nilai sebelum siswa membuat pilihan, siswa tidak akan jujur, nasib preferensi mereka, tetapi
secara lisan akan memilih nilai-nilai yang mereka merasa akan menyenangkan guru. Meskipun
ini disayangkan, hal ini terjadi dan guru harus ingat fakta ini.
Kecuali guru menciptakan suasana kelas yang akan memungkinkan dan mendorong siswa untuk
mengekspresikan keyakinan mereka yang sebenarnya, penyelidikan hanya akan menjadi nilai
suatu permainan di mana siswa akan mencoba untuk 'menebak tanggapan apa yang guru
inginkan mereka buat. Namun, setelah mereka keluar dari kelas dan di antara teman-teman
mereka, mereka akan bertindak keluar dan bebas mengekspresikan keyakinan mereka yang
sebenarnya. Jika siswa tahu bahwa guru mereka berpikir bahwa menghindari dari rancangan
adalah tidak bermoral, guru tidak akan mampu mengajar nilai pelajaran tentang menghindar
dari rancangan menggunakan model penyelidikan yang kami sajikan dan dibenarkan dalam bab
ini.
Preferensi nilai harus bebas dilakukan dalam suasana kelas yang toleran, dan setelah siswa
berpikir reflektif tentang konsekuensi perbedaan posisi nilai. Hanya dengan cara ini keputusan
nilai tersebut mempengaruhi tindakan mereka ketika mereka keluar dari pandangan otoritas
seperti guru dan orang tua. Kami merasa kuat bahwa kebingungan nilai yang meresap di antara
kaum muda kita sebagian besar hasil dari kenyataan bahwa pemerintah jarang memberikan
mereka pilihan yang cukup dan kebebasan untuk mendapatkan dan menjelaskan kepercayaan
mereka sendiri. Meluasnya penggunaan narkoba dan keberadaan agama-agama primitif adalah
gejala kebingungan nilai yang sangat besar di kalangan pemuda kita. Karena mereka tidak yakin
tentang apa yang mereka yakini dan mengapa mereka memegang keyakinan tertentu, mereka
menikmati satu demi satu keisengan.
9. Menyatakan Alasan, Sumber, dan Konsekuensi Kemungkinan Pilihan Nilai: Membenarkan,
hipotesa, dan Prediksi
Sementara guru berkewajiban untuk membantu anak-anak memperoleh nilai-nilai
mereka dalam sebuah suasana kelas yang permisif, ia memiliki tanggung jawab untuk
membantu mereka menentukan sumber-sumber nilai-nilai mereka dan alasan mengapa mereka
merangkul mereka, dan untuk mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi mereka. Pelaku
sosial telah mengklarifikasi nilai-nilai rasional, tahu mengapa mereka menganut keyakinan
mereka, dan menyadari sumber dan konsekuensi dari nilai-nilai mereka. Setelah siswa sangat
menyadari kedua sumber dan konsekuensi dari nilai-nilai mereka, mereka lebih cenderung
untuk mempertimbangkan meraih keyakinan lain dan untuk bertindak pada orang-orang yang
mereka pegang. Kami juga berhipotesis bahwa mereka lebih mungkin untuk mendukung
kepercayaan nilai-nilai Amerika sebagai keadilan dan martabat manusia. Anak yang
menemukan kebencian pada orang Yahudi adalah keyakinan irasional bahwa ia mungkin
mengambil dari orang tuanya, setelah refleksi, memutuskan bahwa ia tidak dapat membenci
orang Yahudi dan mengklaim kesetaraan nilai. Untuk menjadi ra ¬ internasional, ia juga harus
mengubah sikap-Nya terhadap orang Yahudi atau menerima kefanatikan sebagai salah satu
nilai-nilai. Hal ini tidak mudah untuk mengubah sikap dan keyakinan tertanam, namun tidak
rasional mereka. Namun, keyakinan tersebut tentu tidak akan berubah kecuali individu
mengembangkan komitmen untuk berubah.
Guru dapat menggunakan serangkaian strategi pertanyaan untuk membantu anak-anak
membenarkan nilai-nilai mereka dan mengidentifikasi sumber-sumber dan konsekuensi yang
mungkin dari mereka. Setelah anak telah menyatakan preferensi nilai, guru dapat memberikan
jenis pertanyaan berikut: "Bob, Anda mengatakan bahwa Anda membenci orang Yahudi?"
"Apakah Anda berpikir bahwa itu hak untuk membenci kelompok orang?" "Mengapa kamu
berpikir begitu?" "Mengapa Anda berpikir bahwa Anda membenci orang Yahudi?" "Apa yang
beberapa hal yang mungkin terjadi ketika kita membenci sekelompok orang?" "Apakah Anda
berpikir bahwa Anda bisa menerima hal-hal yang mungkin terjadi sebagai akibat dari membenci
sekelompok orang?" Guru harus sangat berhati-hati ketika mengajukan pertanyaan seperti ini
sehingga ia akan kacang, dengan cara apapun, pelecehan siswa atau menghukum dia untuk
mengekspresikan secara bebas keyakinannya. Kecuali seorang siswa dapat mengekspresikan
keyakinannya secara bebas dan terbuka, guru tidak akan memiliki kesempatan untuk
membantu dia merefleksi memeriksa mereka, dan jenis penyelidikan nilai yang kami sarankan
tidak akan mungkin.
ANALISIS NILAI DAN KLARIFIKASI
Operasi yang terdiri dari model penilaian yang telah kita bicarakan terdapat dalam Tabel
13.6 dan Gambar. 13.2. Guru dapat menggunakan model ini untuk mengajar siswa menghargai
proses, dan untuk membantu mereka mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai mereka.
Meskipun langkah-langkah dalam model dibahas secara terpisah, namun dalam praktiknya
mereka tidak dapat dipisahkan, karena saling terkait. Sebagai contoh, guru dapat meminta
anak untuk menggambarkan nilai perilaku yang relevan pada waktu yang bersamaan. Namun,
dalam model ini prakteknya dilakukan secara terpisah untuk melihat kontribusi masing-masing
sehingga dapat membuat klarifikasi dan derivasi dari nilai-nilai. Sementara siswa harus
diberikan praktik di semua model operasi terdiri dari, dalam pelajaran tertentu menghargai
guru dapat memutuskan untuk berurusan dengan hanya satu atau beberapa proses. Operasi
dapat diajarkan secara terpisah atau sebagai unit. Kami percaya bahwa anak-anak
membutuhkan kedua jenis praktek dalam rangka untuk mengembangkan kemampuan dalam
keterampilan. Guru dapat menggunakan berbagai bahan untuk siswa berlatih. Bahanyang dapat
digunakan dalam ilmu social diantaranya sastra, seni, bermain peran, cerita terbuka, klip film,
gambar dan berita.
Sisa bab ini menggambarkan bagaimana beberapa bahan dan strategi dapat digunakan
untuk membantu siswa dalam menangani masalah nilai reflektif. Teknik-teknik dan materi yang
dibahas dapat dijadikan contoh. Guru akan memikirkan strategi lain yang sesuai untuk mengajar
analisis nilai dan klarifikasi.
Tabel 13.6
Nilai-Kirim Model Bank
1. Mendefinisikan dan mengenali masalah nilai: Observasi diskriminasi
2. Menggambarkan perilaku nilai yang relevan: Keterangan-diskriminasi
3. Penamaan val,, es dicontohkan oleh perilaku yang dijelaskan: Identifikasi-deskripsi, hipotesa.
4. Menentukan nilai-nilai yang bertentangan dalam perilaku yang dijelaskan: Identifikasi-analisis
5. Hipotesa tentang sumber nilai-nilai dianalisis: hipotesa (mengutip data untuk mendukung
hipotesis-port)
6. nilai alternatif bagi mereka yang dicontohkan oleh perilaku yang diamati: Mengingat
7. Hipotesa tentang konsekuensi yang mungkin dari nilai-nilai dianalisis: Meramalkan,
membandingkan, kontras
8. Menyatakan preferensi nilai: Memilih
9. Menyatakan alasan, sumber, dan kemungkinan konsekuensi pilihan nilai: Membenarkan,
hipotesa, memprediksi.
Contoh kasus yang ada di buku ini adalah ketika seorang ibu bertanya kepada anaknya
yang bernama Jerry ketika pulang dengan membawa dua ekor anjing ke rumah, padahal dia
tahu apabila siang hari di rumah tidak ada siapa-siapa, karena orang tua bekerja dan anak-anak
sekolah. Namun ibunya tidak langsung memarahinya tetapi mengajak anaknya duduk bersama
untuk membahas persoalan tersebut dengan memberikan berbagai kemungkinan
permasalahan yang akan terjadi apabila dia memelihara kedua anjing tersebut di rumah.
Dari kasus diatas guru dapat minta anak untuk menjelaskan masalah utama dari kasus
tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Apa Jerry dan ibunya harus
lakukan? Setelah meninjau dengan anak-anak persis bagaimana Jerry dan ibunya bertindak
terhadap anak anjing, minta anak-anak untuk nama nilai-nilai yang baik Jerry dan ibunya
menunjukkan dalam sikap mereka terhadap anjing. Apa pertimbangan utama ibu saat melihat
Jerry dan anjing? Apa yang Jerry pikirkan adalah penting?
Setelah itu mintalah siswa melihat apakah ada konflik nilai dalam kasus tersebut dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Apakah ia ingin menyenangkan Jerry dengan
menjaga anjing, sementara pada saat yang sama mencoba untuk menjelaskan alasan untuk
tidak menjaga anak anjing sehingga Jerry akan mengerti? Apa yang beberapa nilai lainnya thct
Jerry dan ibunya mungkin telah diselenggarakan? Bisa Jerry telah dihargai kebahagiaan ibunya
lebih dari kenyamanan dan keselamatan anak anjing?
Agar siswa dapat memilih secara rasional di antara alternatif, mereka harus mendiskusikan
konsekuensi dari setiap nilai. Jika Jerry dan ibunya baik, maka punya nilai pengobatan hewan,
salah satu konsekuensi dari nilai yang mungkin.
Setelah siswa telah menentukan berbagai kemungkinan konsekuensi untuk setiap alternatif,
mereka harus membuat pilihan mereka tentang mana nilai yang mereka lebih suka. Sebuah
diskusi bisa berpusat pada pilihan-pilihan siswa dan kemudian meninjau alasan dan
konsekuensi dari pilihan masing-masing siswa.
2. Untuk kasus tadi guru dapat menjelaskan situasinya dengan gambar yang menarik, bermain
peran atau tayangan film.
Mintalah siswa untuk membuat pilihan mereka tentang mana nilai mereka lebih suka dan
merasa bangga tentang memilih. Dengan menanyakan siswa secara individual apa konsekuensi
dari pilihan mereka mungkin, bersama dengan alasan mereka untuk bahwa pilihan dan sumber
nilai, Anda akan mendorong siswa untuk membuat keputusan rasional tentang nilai-nilai yang
mereka pilih. Siswa juga dapat menarik gambar untuk menunjukkan alasan, sumber, dan
kemungkinan konsekuensi pilihan mereka.
3. Untuk membantu anak-anak mengidentifikasi nilai-nilai, gambar tanpa keterangan dapat
digunakan. Pilih gambar yang menggambarkan posisi nilai. Sebagai contoh, sekelompok orang
yang membawa tanda-tanda dan tindak pencegahan dari anggota Quaker berpartisipasi untuk
berbagai protes atas perang Vietnam. Protes kekerasan dapat ditunjukkan dengan gambar.
Gambar lain mungkin menggambarkan anak-anak berjuang di taman bermain dengan kelompok
besar, penonton di latar belakang. Anak-anak dapat mengidentifikasi nilai-nilai dari mereka
yang berjuang dan membandingkan mereka dengan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh kelompok
penonton.
Seseorang membantu seorang pria terluka di jalanan kota dengan orang lain berjalan dan tidak
menawarkan bantuan akan memberikan contoh lain dari situasi krisis nilai-nilai seseorang
dengan jelas.
Kelas Menengah
1. Tampilkan gambar pada siswa tentang beberapa senjata perang yang modern dan melihat
angka statistic yang mengungkapkan persentase anggaran nasional yang dihabiskan untuk
bidang pertahanan. Kemudian tunjukkan gambar-gambar yang menunjukan kondisi kehidupan
di daerah kumuh kota-kota Amerika. Berbagi berita dengan kelas yang menggambarkan posisi
yang diambil oleh berbagai senator Amerika Serikat pada isu uang untuk pertahanan dan
pengeluaran domestik untuk masalah-masalah sosial.
Tanyakan kepada siswa apa yang masing-masing senator melihat sebagai masalah utama dalam
pengalokasian dana publik. Mintalah mereka menjelaskan apa perilaku masing-masing senator
telah berkaitan dengan isu-isu yang ada dengan melihat teks pidato-pidato dan rekaman
suara sebagai sumber informasi.
konflik dalam nilai-nilai yang ditunjukkan oleh senator. Apakah pertahanan baik dengan
pengeluaran yang tinggi dapat meningkatkan kualitas hidup di kota-kota Amerika?
Dimana nilai-nilai dari berbagai senator berasal? Apa insiden dan peristiwa dalam sejarah
Amerika mungkin telah memberikan dasar untuk penekanan pada belanja pertahanan? Pada
nilai-nilai apa manusia tidak perhatian untuk merevitalisasi Jepend kota? Apakah nilai-nilai ini
telah operasi pada waktu lain dalam sejarah Amerika?
Menghargai: Kirim mode dan strategi
Strategi yang dipilih mungkin Kongres membuat RUU tentang penyediaan dana untuk dapat
mereformasi Amerika.Pertanyaan nilai pejabat yang terpilih adalah penting dalam menentukan
apakah mereka secara akurat akan mewakili kepentingan rakyat. Melalui contoh di atas, siswa
tidak hanya menjadi sadar akan nilai-nilai dalam isu-isu publik, tetapi juga belajar bagaimana
untuk mengetahui dalam hal-hal apa nilai publik mereka terwakilkan.
2. Penggunaan sumber daya alam telah dan akan terus menjadi masalah yang akan dihadapi
semua orang. Posisi pada penggunaan sumber daya berkisar dari total penggunaan untuk
kepentingan ekonomi untuk melestarikan semua sumber daya untuk melestarikan lingkungan.
Sebagai contoh: jumlah penggunaan kayu untuk manfaat ekonomi seharusnya diikuti oleh
usaha reboisasi dan pengurangan limbah hasil olahan. Sehingga siswa dapat menentukan
bahwa mereka dapat menggunakan bahan alternative selain kayu sehingga kelestarian alam
dapat terjaga.
Kelas Atas
1. Memilih empat siswa untuk bermain peran situasi berikut: Sebuah kelompok yang terdiri dari
tiga siswa di lapangan atau out-of tentang cara-rokok tempat merokok. Mereka jelas
bereksperimen untuk menemukan cara yang tepat untuk memegang rokok. Menghirup rokok
sulit bagi mereka sebagaimana dibuktikan oleh banyak batuk. Upaya untuk efek udara kasual
seorang perokok berpengalaman canggung. Kemudian, salah satu dari tiga siswa tiba di rumah
dan disambut oleh ayahnya. Mahasiswa santai berjalan ke dalam rumah, tetapi tidak bisa
melewati pengawasan ayahnya yang segera pemberitahuan bau asap di pakaiannya.
Pertanyaan mengenai apakah anak telah merokok yang diajukan oleh ayahnya. Anak itu segera
menjawab bahwa tentu saja ia belum merokok dan pergi ke kamarnya.
Setelah bermain peran , tanyakan kepada siswa apa yang mereka pikir dari masalah yang
digambarkan dalam adegan tersebut. Kemudian mintalah mereka untuk meninjau dengan
cermat perilaku dari mahasiswa dan ayahnya. Apakah siswa tampaknya menikmati rokok?
Apakah mereka menganggap hal itu sehat untuk merokok? Apa yang mereka pikirkan adalah
penting tentang merokok? Apakah upaya untuk menjadi seperti orang lain? Apakah upaya
untuk menentang keinginan orang tua dan guru? Apa nilai yang ditunjukkan oleh ayah? Apakah
dia nilai kesehatan, dan untuk alasan itu mengecewakan putranya ? Atau ada alasan lain?
Apakah kelas mengamati konflik di nilai-nilai siswa? Apakah ada mahasiswa yang nilai
kesehatannya baik sesuai dengan gambar bahwa merokok dapat memberikan akibat?
Tanyakan kepada siswa apa sumber dari nilai-nilai yang ditunjukkan baik siswa dan ayah?
Apakah nilai-nilai ini diperoleh dari orang tua, media, citra umum tentang apa yang diterima itu
masyarakat? Apakah ada nilai-nilai alternatif bahwa siswa bisa memilih? Apakah ada cara lain
untuk memperoleh persetujuan sosial? Apakah nilai persetujuan sosial nilai desircble?
Sebuah diskusi tentang konsekuensi dari nilai-nilai yang digambarkan dalam situasi bermain
peran diperlukan untuk membantu siswa menentukan nilai-nilai yang mereka akan memilih.
Selalu memilih persetujuan sosial dapat mengasumsikan bahwa kelompok selalu tahu apa yang
terbaik. Dalam situasi apa mungkin memilih nilai kesehatan yang baik benar-benar
menyebabkan masalah? Mungkin seorang individu yang telah merokok selama bertahun-tahun
dapat membahayakan kesehatan nya dengan tiba-tiba menghentikan kebiasaan merokok-nya?
Pada titik ini, setiap siswa harus diberi kesempatan untuk memilih apa yang dia atau
ia akan nilai dari situasi di atas. Dia mungkin tempat pilihan nilai nya pada sebuah kontinum.
Sebagai contoh, pada sebuah kontinum merokok-tidak merokok, dia mungkin memilih untuk
tidak merokok.
2. Mintalah siswa untuk menjadi akrab dengan pengobatan suku Indian Seneca Amerika dan
pemerintah Amerika Serikat. Sumber sangat berguna adalah pamflet berjudul Antropologi di
Dunia Hari ini diterbitkan oleh Publikasi Pendidikan Amerika dan rekaman, lagu-lagu tentang
dan oleh Indian oleh Oliver Lafarge.
Orang-orang Indian Seneca tinggal di bagian New York dan sudah sebagai suku sejak Revolusi
Amerika. Mereka menjamin tanah mereka dalam perjanjian dengan George Washington, dan
telah mempertahankan Gulture mereka dengan berburu dan memancing ketika tinggal di
tingkat subsistem. Sebuah ancaman besar bagi pemilikan tanah dan penghidupan mereka
terjadi pada tahun 1961 ketika bendungan dibangun di Pennsylvania yang membanjiri 10.000
hektar tanah Seneca. Upaya mereka untuk memblokir pembangunan bendungan tidak berhasil,
meskipun mereka memperoleh ganti rugi besar. Kemudian pada tahun 1960 mereka juga hilang
dalam upaya untuk menghentikan pembangunan tol melalui tanah mereka. Suku terus menjaga
tradisi budaya. Pada saat yang sama telah mencoba untuk mendapatkan pendidikan yang lebih
bagi para anggotanya untuk meningkatkan cara hidup mereka dan mencari cara untuk melawan
pelanggaran batas budaya Amerika kulit putih.
Setelah studi sejarah Indian Seneca, guru meminta siswa untuk mengidentifikasi
masalah orang Indian dalam mempertahankan integritas budaya mereka. Sebuah deskripsi
tindakan pemerintah Amerika Serikat terhadap para Senecas, siswa harus menentukan nilai
terhadap perubahan tindakan Pemerintah Amerika Serikat terhadap Indian Seneca.
Siswa
Sebuah diskusi tentang sumber nilai-nilai yang ditunjukkan oleh orang kulit putih dan Senecas
bisa menangani sikap koloni Inggris telah menuju tanah dan alam. Sebuah eksplorasi sikap
Senecas terhadap alam akan mengungkapkan perbedaan bagaimana cara memelihara
lingkungan alam diantara koloni. Sebuah studi tentang sumber nilai-nilai yang ada India
sekarang dan diadopsi Amerika Serikat memberikan nilai alternatif yang mungkin akan diadopsi
untuk membantu memecahkan konflik antara kulit putih dan Indian. Setelah ada konsekuensi
dari setiap nilai alternatif, siswa harus membuat preferensi nilai. Kelangsungan hidup dari
preferensi ini bisa dipertimbangkan untuk memberikan pengalaman bagi suku-suku Indian
lainnya di Amerika Serikat. Siswa kemudian bisa melihat bagaimana preferensi nilai mereka
diterapkan untuk situasi individu, dan apakah memang mereka telah memutuskan pada nilai
yang dapat berlaku dalam banyak situasi.
RINGKASAN
Pengetahuan ilmiah dan diklarifikasi, nilai-nilai rasional yang diteliti diperlukan jika akan
mengambil keputusan yang akan menghasilkan penyelesaian masalah pribadi dan publik kami.
Karena kebingungan nilai meluas di masyarakat kita, ada rasa putus asa untuk institusi publik
seperti sekolah untuk membantu anak-anak mengembangkan nilai-nilai suara. Program studi
sosial harus membantu siswa untuk memperoleh dan (mengklarifikasi nilai-nilai mereka, karena
siswa tidak dapat membuat keputusan apabila mereka menemui kesulitan dalam mengeluarkan
pendapat. Siswa harus diajarkan proses untuk memahami nilai-nilai yang dianggap oleh guru
sebagai yang “benar”, karena nilai-nilai tersebut harus fungsional untuk semua waktu, tempat,
dan budaya, sedangkan guru tidak memiliki cara yang akurat untuk menerapkan nilai-nilai yang
akan membantu siswa untuk memenuhi tantangan dalam dunia masa depan.
Dalam bab ini, kita telah meninjau beberapa pembuatan kebijakan dan menghargai model
yang dapat digunakan untuk mengajarkan kepada siswa tentang proses pemahaman nilai.
Alasan untuk pendidikan nilai juga telah disajikan, serta model nilai-penyelidikan untuk
melaksanakan teori menilai. Masalah nilai kegiatan mengajar yang diklarifikasi dan analisis
disajikan dalam bagian akhir dari bab ini. Pentingnya analisis nilai dan klarifikasi dalam proses
pengambilan keputusan perlu diperhatikan.
BAB 14
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI AKSI SOSIAL
PERANAN STUDI SOSIAL
Dalam buku ini telah kita sebutkan bahwa sasaran pokok studi sosial seharusnya
membantu siswa mengembangkan kemampuan membuat keputusan sehingga mereka dapat
memecahkan masalah-masalah pribadi dan menentukan kebijakan publik melalui partisipasinya
dalam aksi sosial. Keyakinan kita tentang peran studi sosial yang benar didasarkan pada
anggapan bahwa orang selalu menghadapi masalah-masalah pribadi dan sosial, dan bahwa
semua warganegara harus berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan publik dalam masyarakat
demokratis. Kurikulum studi sosial yang kita rekomendasikan tidak hanya didasarkan pada
ideologi demokrasi; salah satu anggapan dasarnya adalah bahwa partisipasi maksimum
warganegara dalam pembuatan kebijakan publik esensil untuk kelangsungan hidup masyarakat
bebas dan terbuka. Teori menolak gagasan bahwa otoritas publik atau spesialis akademis harus
menentukan sasaran-sasaran institusi sosial. Peran mereka adalah untuk memfasilitasi
perwujudan sasaran dan nilai-nilai yang dibentuk oleh masyarakat luas.
Teori kita juga mengasumsikan bahwa individu tidak lahir dengan kemampuan membuat
keputusan-keputusan yang rasional, tetapi pengambilan keputusan itu mencakup sejumlah
keterampilan yang dapat diidentifikasi dan diajarkan secara sistematis. Teori kita juga
mengasumsikan bahwa orang dapat mengidentifikasi dan menjelaskan nilai-nilai merekla, dan
mereka dapat dilatih untuk merefeleksikan masalah sebelum bertindak. Kita mengidentifikasi
komponen-komponen utama pengambilan keputusan sebagai pengetahuan, analisa dan
klarifikasi nilai, prediksi, dan penegasan bentuk tindakan dengan mensintesis pengetahuan dan
nilai seseorang.
Telah kita anjurkan bahwa siswa tidak hanya akan menjadi pengambil-keputusan,
tetapijuga harus mengembangkan kemampuan membuat keputusan-keputusan yang rasional.
Sebuah pertanyaan penting yang harus kita jawab adalah : “Bagaimanakah kita membedakan
antara keputusan yang rasional dan yang tidak rasional?” Dengan kata lain, “Kriteria apa yang
kita pakai mengevaluasi rasionalitas suatu keputusan?” Dalam buku ini kita menggambarkan
suatu proses dengan langkah-langkah yang definitip yang harus diambil seorang pengambil
keputusan sebelum kita mau menyebut keputusan-keputusannya rasional. Pembaca sangat
penting menyadari bahwa kita terutama peduli dengan proses pengambilan keputusan, bukan
dengan produk khusus keputusan. Pembaca yang cermat bisa mengajukan beberapa
pertanyaan yang legitimate (syahih) tentang posisi kita dan ingin tahu konsekuensinya bagi
masyarakat dimana individu-individu bebas membuat keputusan-keputusan yang tidak
terpaksa. Individu-individu tersebut, misalnya, bisa memutuskan untuk melanggar adat-istiadat
dan undang-undang kemasyarakatan yang esensil. Pada prinsipnya, sorang pelaku (aktor) sosial
yang mencapai suatu keputusan dengan memakai proses yang kita uraikan dalam buku ini, bisa
memutuskan untuk membunuh semua musuh-musuhnya. Ia sesungguhnya sadar akan nilai-
nilainya, kemungkinan akibat aksi yang diantisipasi, dan siap menerima dan hidup dengan
konsekuensi-konsekuensi tersebut.
Contoh ini memaksa kita membuat asumsi-asumsi eksplisit lain dengan apa teori dan
model kita dilandasi, karena pasti kita tidak ingin melatih siswa-siswa yang dengan sadar
melanggar norma-norma dan adat-istiadat yang esensil didalam masyarakat kita. Teori kita
mengasumsikan bahwa sebagian besar pelaku sosial yang membuat keputusan, dengan
menggunakan proses yang digambarkan dalam buku ini, akan bertindak dengan cara-cara yang
konsisten dengan martabat manusia dan adat-istiadat kemasyarakatan, sasaran, dan nilai-nilai
mereka. Kita percaya bahwa kebanyakan orang yang terbiasa melanggar adat-istiadat dan
undang-undang terutama melakukannya karena mereka bertindak sebelum mengklarifikasi
nilai-nilai mereka dan mencerminkan kemungkinan konsekuensi tindakan mereka. Banyak
tindakan, menurut keyakinan kita, adalah tanpa sadar, spontan, impulsif dan irrasional.
Meskipun teori kita mengasumsikan bahwa pembuat-keputusan yang rasional akan bertindak
dengan cara yang konsisten dengan nilai-nilai dan adat-istiadat masyarakat mereka, ini
merupakan teori yang memudahkan perubahan sosial. Jika pelaku sosial didalam suatu
masyarakat menggunakan proses yang kita uraikan untuk mencapai keputusan, sasaran, nilai,
dan adat-istiadat masyarakat akan berubah oleh aksi sosial yang cerdik bilamana tidak lagi
berpengaruh kepada pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia, atau bilamana sasaran, nilai
dan adat-istiadat tersebut tidak lagi memenuhi kebutuhan masyarakat sekarang. Bilamana
sasaran dan nilai sudah usang dan tidak berfungsi, publik, melalui aksi sosial yang massif dan
efektif, akan mengkonstruksikan sasaran dan nilai-nilai baru yang lebih konsisten dengan
kebutuhan dan keyakinan sekarang. Namun, martabat manusia adalah nilai abadi. Maka,
sasaran dan nilai-nilai baru tidak akan melanggar ide martabat manusia dan keadilan.
Jadi kita rasa bahwa studi sosial yang kita anjurkan akan membantu mencegah chaos
dan instabilitas destruktif didalam masyarakat dan saat yang sama menyediakan sarana dan
metoda dengan mana generasi-generasi baru dapat menentukan martabat mereka sendiri,
menggunakan aspek-aspek masyarakat tradisional yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dan
menciptakan gaya-hidup dan nilai baru yang legitimate (syahih) bilamana itu dirasa penting.
Apa yang legitimate (syahih), normal, dan dihargai tergantung kepada konstruksi yang dibangun
setiap generasi. Namun, setiap generasi baru dapat menggunakan aspek-aspek tersebut dari
masa lampau yang tetap fungsionalk untuk kebutuhan dan tujuan sekarang. Maka teori kita
menganjurkan stabilitas dan perubahan didalam masyarakat.
KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL
Marilah kita kaji komponen-komponen pengambilan-keputusan. Menurut definisi kita,
komponen-komponen pengambilan keputusan terdiri dari beberapa proses, yang meliputi
penjabaran pengetahuan, prediksi, analisa nilai, dan klarifikasi, sintesa pengetahuan dan nilai,
serta penegasan bentuk tindakan. Walaupun hampir semua keputusan didasarkan pada
pengetahuan, penilaian dan prediksi, keputusan-keputusan yang rasional, sebagaimana istilah
yang kita pakai, harus memenuhi persyaratan-persyaratan lain. Ada banyak macam-macam
pengetahuan, dan banyak cara pencapaiannya. Untuk membuat keputusan yang rasional,
pengambil keputusan harus menggunakan metoda ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan.
Pengetahuan tidak harus bersifat ilmiah; pengetahuan harus lintas disiplin. Pengetahuan dari
setiap satu disiplin tidak cukup membantu kita membuat keputusan-keputusan cerdik atas issu-
issu sosial yang kompleks. Untuk membuat keputusan yang cerdik mengenai issu kemiskinan,
relasi ras, atau perang, misalnya, pelaku sosial harus melihat masalah-masalah ini dari beberapa
perspektip disiplin seperti sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan sejarah. Perspektip setiap
disiplin terlalu terbatas untuk mengarahkan pengambilan keputusan yang cerdik dan aksi sosial
yang rasional.
Pengetahuan dengan mana keputusan yang rasional didasari juga harus sangat kuat dan
dapat diaplikasikan secara luas, sehingga pengetahuan tersebut akan memudahkan pengambil
keputusan menghasilkan prediksi seakurat mungkin. Ada beberapa jenjang pengetahuan, dan
jenjang-jenjang pengetahuan ini bervariasi dalam kapasitasnya membantu dalam memprediksi
serta menolong kita mengorganisir pengamatan kita. Pengetahuan faktual, yang terdiri dari
statemen-statemen khusus tentang fenomena yang terbatyas, adalah jenjang pengetahuan
terendah, dan memiliki kapasitas prediksi paling sedikit. Konsep adalah kata-kata atau
ungkapan yang membantu kita mengkelompokkan atau mengklasifikasikan kelas pengamatan
besar, dan juga mengurangi kompleksitas lingkungan sosial kita. Karena struktur dan fungsinya,
konsep dan struktur serta fungsinya sendiri tidak memiliki nilai prediktip. Namun, generalisasi,
yang menyatakan hubungan antara konsep atau variabel, memudahkan kita untuk memprediksi
perilaku; kapasitas prediktip generalisasi secara langsung bervariasi dengan tingkat
aplikabilitasnya dan besarnya dukungan empiris dibaliknya. Generalisasi yang menguraikan
sejumlah perilaku dan yang sudah diverifikasi adalah paling berguna untuk pembuatan prediksi.
Namun, sebagaimana kita sebutkan dalam Bab 2,tidak ada satupun generalisasi ilmu sosial yang
konklusif atau diverifikasi secara utuh.
Teori adalah bentuk pengetahuan tertinggi, dan merupakan alat prediksi paling kuat.
Suatu teori terdiri dari sistem deduksi generalisasi yang saling-berkaitan secara logis. Walaupun
tidak ada grand theory atau teori all-inclusive dalam ilmu-ilmu sosial seperti yang ada dalam
ilmu-ilmu fisik, ada banyak teori-teori sosial jenjang-rendah dan jangkauan-sedang, seperti teori
bunuh-diri Durkheim dan teori asimilasi Gordon.
Untuk membuat keputusan-keputusan yang rasional, siswa harus dapat menggunakan
metoda ilmiahj menjabarkan generalisasi dan teori-teori jenjang-tinggi, karena bentuk-bentuk
pengetahuan ini akan memudahkan mereka membuat prediksi yang paling akurat. Generalisasi
yang paling prediktip adalah generalisasi-generalisasi yang berkiatan kepada konsep kunci atau
konsep pengorganisasi disiplin ilmu sosial. Identifikasi konsep-konsep kunci (penting) didalam
disiplin ilmu sosial memudahkan pengambil keputusan untuk menggunakan generalisasi paling
kuat yang mencakup ilmu-ilmu sosial, dan yang dapat memberi kontribusi terbesar bagi
pemecahan masalah pribadi dan sosial. Bab 5 sampai 12 menguraikan bagaimana guru dapat
mengidentifikasi dan merencanakan pengalaman belajar untuk membantu anak-anakl
memahami ide-ide pengorganisir disiplin dan generalisasi-generalisasi terkait. Satu alasan
mengapa kita tidak secara sistematis membahas pengajaran teori sosial adalah karena kita
merasa bahwa anak-anak dapat lebih baik menangkap teori di grade sekolah-lanjutan dan
akademi. Namun, konsep dan generalisasi pengorganisasi yang diajarkan di sekolah dasar dan
sekolah lanjutan pertama merupakan landasan pengetahuan dari mana teori kemudian dapat
dikembangkan.
Keputusan mempunyai komponen penilaian dan juga komponen pengetahuan. Namun,
pengajaran nilai untuk pengambilan keputusan yang rasional, seperti penguasaan pengetahuan
harus memiliki landasan yang definitip. Sebagaimana kita catat dalam Bab 13, para pendidik
menggunakan berbagai pendekatan untuk pendidikan nilai. Pendekatan-pendekatan ini
meliputi indoktrinasi apa yang orang dewasa pandang sebagai nilai yang “benar”, perlakuan
repressi atau superfisial issu-issu value-laden, dan pengajaran nilai-nilai melalui contoh.
Pendekatan-pendekatan untuk pendidikan nilai ini tidak membantu siswa membuat keputusan
yang rasional. Untuk membuat keputusan-keputusan yang cerdik, pelaku sosial harus diajar
didalam suasana ruangan kelas yang bebas dalam proses penjabaran, pengklarifikasian, dan
pencerminan atas konsekuensi-konsekuensi nilainya. Hanya bila seorang pembuat-keputusan
dengan pasti menyadari nilaidan konsekuensi nilainya, dan siap menerima konsekuensinya,
dapatkah dia membuat keputusan yang rasional secara cerdik untuk memecahkan masalah
pribadi dan menentukan kebijakan publik.
URUTAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KOMPONEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Siswa harus mampu menjabarkan pengetahuan antar-disiplin dengan menggunakan proses
penyelidikan, dan membangun serta mengklarifikasi nilai-nilainya dalam rangka membuat
keputusan-keputusan yang reflektif serta menentukan kebijakan publik. Sekarang kita akan
membahas bagaimana seorang guru atau ahli kurikulum bisa merencanakan pengembangan
keterampilan-keterampilan ini, dan keterampilan pengambilan-keputusan terkait – sintesis,
prediksi, dan penjelasan bentuk tindakan.
Cara seorang guru dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan ini sangat
bergantung pada kurikulum studi sosial didalam distrik, kepentingannya sendiri, sumberdaya
yang ada, dan latarbelakang siswa. Singkatnya kita harus mengatakan bahwa banyak guru akan
menyelidiki sendiri pengajaran di distrik sekolah dimana hanya unit-unit penyelidikan ilmu
sosial merupakan bagian kurikulum yang disetujui. Para guru lain akan merasa bahwa meskipun
keterampilan penilaian dan pengambilan keputusan penting, penyelidikan ilmu sosial harus
menjadi bagian terbesar program studi mereka. Buku ini dirancang membantu para guru dan
ahli kurikulum dengan persuasi dan titik pandang yang berbeda tentang kurikulum studi sosial.
Individu-individu yang terutama melaksanakan penyelidikanm ilmu sosial akan mengkaji Bab 5
sampai 12 dengan teliti. Namun, penyelidikan nilai dan keterampilan pengambilan-keputusan
dapat diajarkan didalam kerangka kerja unit-unit penyelidikan ilmu sosial. Guru dapat
membantu anak-anak mengembangkan keterampilan penilaian dan pengambilan-keputusan
saat mengajarkan unit penyelidikan ilmu sosial. Ia dapat mengajukan pertanyaan-pertanyan
yang merupakan model penilaian dan pengambilan keputusan kita ketika mereka sedang
mempelajari konten (isi) ilmu sosial. Misalnya, ketika anak-anak sedang membaca seleksi
Revolusi Amerika, guru dapat mengajukan jenis-jenis pertanyaan berikut:
Pertanyaan-pertanyan Penilaian
1. Apakah yang orang Inggris lakukan? Apakah yang penjajah lakukan?
2. Apakah perilaku orang Inggris dan penjajah ceritakan kepada kita tentang apa yang penting
bagi mereka?
3. Bagaimanakah hal-hal yang penting untuk orang Inggris beda dari hal-hal yang penting
untuk penjajah?
4. Mengapa hal yang berbeda penting bagi orang Inggris dan penjajah?
5. Hal-hal penting lain apakah yang dapat orang Inggris dan penjajah anggap penting?
6. Apa yang anda kira harus penjajah lakukan? Mengapa ?
7. Apa yang anda kira harus orang Inggris lakukan? Mengapa ?
8. Apa yang akan anda lakukan seandainya anda penjajah? Mengapa?
9. Apa yang akan anda lakukan seandainya anda orang Inggris? Mengapa?
Pertanyaan-pertanyaan Pengambilan-Keputusan
1. Alternatif-alternatif apakah yang terbuka bagi penjajah?
2. Kemungkinan konsekuensi apakah dari setiap alternatif dalam Pertanyaan 1?
3. Alternatif-alternatif apakah yang terbuka bagi orang Inggris?
4. Kemungkinan konsekuensi apakah dari setiap alternatif dalam Pertanyaan 3?
5. Fakta apakah yang dapat anda berikan untuk mendukung keyakinan anda bahwa alternatif-
alternatif yang anda katakan mungkin?
6. Bagaimana anda akan mengurutkan alternatif-alternatif dan konsekuensinya dengan cara
yang paling konsisten dengan nilai-nilai anda ?
Maka satu pendekatan yang dapat guru pilih untuk pengembangan keterampilan
penyelidikan, penilaian, dan pengambilan-keputusan adalah mengajarkan proses penilaian dan
proses pengambilan keputusan didalam konteks unit-unit penyelidikan ilmu sosial? Pendekatan
lain adalah mengidentifikasi sejumlah masalah atau issu sosial vital, mendata konsep-konsep
ilmu sosial yang berkaitan dengan issu, dan merencanakan unit-unit tersendiri untuk
mengajarkan konsep dan analisa issu-issu yang berkaitan dengan konsep.
Para siswa dapat menggunakan pengetahuan yang mereka pelajari selama unit
penyelidikan bila mereka memutuskan issu-issu sosial yang sulit. Selama unit-unit issu sosial,
mereka akan menjadi mahir dalam keterampilan penilaian dan pengambilan keputusan. Aksi
sosial dan proyek-proyek partisipasi juga dapat direncanakan dan dilaksanakan selama analisa
issu sosial sehingga para siswa dapat mengambil tindakan berdasarkan beberapa keputusan
yang mereka buat. Hanya dengan pengambilan tindakan atas issu-issu sosial penting siswa akan
membangun perasaan kekuatan politik (sense of political power). Misalnya, seorang guru bisa
memutuskan untuk mengajarkan unit-unit konsepsi yang akan menolong siswa memutuskan
issu sosial yang berkaitan kepada perang, hubungan ras dalam masyarakat, dan pencemaran
bumi dan atmosfir. Konsep-konsep yang akan diajarkan dalam unit penyelidikan ilmu sosial
akan memudahkan siswa membuat keputusan-keputusan yang cerdik dan mengambil tindakan
rasional guna membantu memecahkan masalah-masalah ini.
Konsep-konsep seperti kekuasaan, hukum internasional, otoritas, dan kelangkaan bisa
dikembangkan dalam rangka menolong siswa menganalisa perang. Dengan pengkajian konsep
kekuasan dan kelangkaan, anak-anak akan dapat menentukan siapa yang berwenang
mengumumkan dan memimpin kita dalam perang, dan bagaimana masyarakat luas dapat
menjalankan kekuasaan untuk mempengaruhi kebijakan publik mengenai perang. Konsep
hukum internasional akan menolong mereka menemukan bagaimana hukum-hukum
internasional dibuat, dan konsekuensi penggunaannya. Materi dan kegiatan yang berhubungan
dengan konsep kelangkaan akan menjelaskan cara-cara dengan bagaimana perang
mempengaruhi perekonomian masyarakat. Misalnya, anak-anak bisa menemukan bahwa
perang sering bisa meningkatkan kemakmuran dan penghentian perang akan menimbulkan
pengangguran luas.
Konsep konflik, budaya, diskriminasi, spesialisasi, dan kekuasaan dapat menolong anak-
anak membuat keputusan serta mengambil tindakan sosial yang cerdik pada masalah-masalah
yang berhubungan dengan hubungan ras dalam masyarakat mereka. Kelangkaan, hukum,
kekuasan,produksi,perubahan, dan budaya adalah konsep-konsep yang dapat memberi
kontribusi untuk pemahaman pencemaran udara dan bumi.Kalau guru sudah mengidentifikasi
issu sosial yang ia rencanakan untuk mengajara selama setahun, dia harus menggunakan
kriteria dalam Bab 5 untuk penyeleksian konsep.Kriteria-kriteria ini mengajarkan agar konsep
akurat, memiliki kekuatan mengorganisir berbagai macam informasi dan data, dan cocok untuk
anak-anak. Ketika kriteria-kriteria ini dilaksanakan, hubungan konsep kepada issu-issu sosial
yang akan diteliti haruslah kriteria terpenting bilamana unit-unit konseptual direncanakan
terutama untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak yang akan mereka butuhhkan
dalam rangka membuat keputusan dan mengambil tindakan atas issu-issu sosial.
Misalnya,ketika konsep praduga dihubungkan dengan perang dalam beberapa hal, konsep
kekuasan dan hukum jauh lebih langsung berkaitan kepada konflik internasional. Perebutan
kekuasaan dan dominasi dunia biasanya merupakan penyebab utama perang. Maka konsep-
konsep yang dipilih untuk unit-unit konseptual yang merupakan kerangka untuk analisa
masalah sosial harus secara langsung dan jelas dikaitkan kepada masalah sosial yang akan
dianalisa. Hal ini tidak dapat terlalu ditekankan.
Juga perlu dibahas pedoman-pedoman yang bisa guru gunakan dalam penyeleksian
sampel konten untuk unit-unit konseptual yang dirancang menolong anak-anak mendapatkan
pengetahuan yang mereka butuhkan membuat keputusan-keputusan yang cerdik atas issu-issu
sosial ini. Sekarang mari kita kembali ke contoh perang, dan mengasumsikan bahwa guru sudah
memutuskan untuk memperkenalkan konsep kekuasaan, hukum, otoritas, kelangkaan, dan
legitimasi sebelum ke unit pengambilan keputusan atas perang. Walaupun konsep dan
generalisasi dapat diajarkan dengan berbagai konten, paling baik memilih konten yang sangat
mewakilih lebih dari satu bidang atau wilayah dan periode waktu yang berbeda, dan konten
yang sangat berhubungan kepada issu sosial yang akan dianalisa dan diputuskan. Misalnya,
konsep kekuasaan dapat dikembangkan dengan konten yang berkaitan kepada perdebatan di
Kongres Amerika tentang issu-issu dalam negeri seperti hak dan kesejahteran masyarakat,
tetapi contoh kita akan lebih efektif jikalau konten dikaitkan kepada perebutan kekuasaan
internasional. Konten yang mewakili wilayah dan periode waktu yang berbeda lebih cocok
untuk mengajarkan generalisasi kepada anak-anak. Maka, ketimbang hanya mengkaji konflik
yang terjadi selama Perang Sipil Amerika, anak-anak bisa lebih baik mempelajari Revolusi
Perancis, Perang Spanyol-Amerika, dan Perang Dunia II. Maka mereka akan dapat menguji
generalisasi mereka sepanjang waktu dalam wilayah yang berbeda, dan dengan jenis perang
yang berbeda (domestik dan internasional).
Walaupun konten yang dipilih untuk mengajarkan konsep-konsep pengorganisasi dalam
unit penyelidikan ilmu sosial, yang dirancang sebagai kerangka untuk unit pengambilan
keputusan, harus berkaitan erat keapda issu sosial, sehingga penting sekali untuk menunjukkan
lebih dari satu kriteria kecocokan bisa dipergunakan. Dalam contoh kita, kita menyarankan
bahwa konflik dalam negeri dan internasional terutama lebih baik dipelajari jikalau issu sosial
yang akan diputuskan berhubungan dengan perang sekarang. Namun, kriteria lain bisa
mengajarkan jenis-jenis konten lain disamping konflik nasional dan internasional. Sebagai
contoh, dalam unit pengambilan keputusan pada umumnya, siswa mungkin ingin
merencanakan proyek aksi sosial untuk mengimplementasikan sebagian keputusan mereka.
Untuk merencanakan strategi aksi sosial yang efektif,mereka bisa mempelajari konten dan
konsep yang berhubungan kepada cara memengaruhi kebijakan publik. Cara-cara ini mungkin
tidak secara langsung berhubungan kepada konten issu sosial yang sedang dianalisa. Dalam
contoh kita, anak-anak bisa mempelajari taktik ketidaktaatan sipil yang diterapkan oleh
Mahatma Gandhi dan Martin Luther King, agar bisa dengan akurat memprediksi kemungkinan
konsekuensi dari berbagai strategi aksi sosial atas kebijakan dan otoritas publik.
Kita sudah membahas dua cara utama dengan mana seorang guru bisa merencanakan
unit-unit untuk mengajarkan keterampilan penyelidikan, penilaian, dan pengambilan
keputusan. Keterampilan-keterampilan ini bisa dikembangkan dengan strategi pertanyaan
bebas didalam kerangka unit penyelidikan ilmu sosial. Rencana lain adalah mengidentifikasi
sejumlah issu sosial, unit-unit konsepsi struktur untuk menyampaikan pengetahuan yang
dibutuhkan siswa untuk membuat keputusan-keputusan cerdik mengenai mereka, dan
mengajarkan unit-unit pengambilan keputusan yang berkaitan kepada issu sosial pada saat
yang berbeda dalam setahun.
Walaupun kedua rencana ini memiliki kelebihan tertentu atau mungkin hanya rencana
itu yang cocok untuk banyak guru, kita akan mengusulkan alternatif lain yang kita yakini
merupakan cara paling efektif untuk menyusun struktur pengalaman belajar guna memudahkan
anak-anak mengembangkan kemahiran mereka dalam keterampilan penyelidikan ilmu sosial,
penyelidikan nilai, pengambilan keputusan, dan keterampilan aksi sosial. Walaupun kita
membahas rencana organisasi secara terpisah, pembaca harus menyadari bahwa ini sangat
berhubungan kepada rencana-rencana yang dibahas di atas dan strategiyang akan dibahas
dapat dipergunakan didalam rencana-rencana yang dibahas sebelumnya. Guru akan mampu
menyesuaikan prosedur-prosedur ini dan paradigma pengambilan keputusan kita untuk situasi
pengajarannya sendiri,atau dia dapat menggunakan prosedur secara jelas sesuai dengan yang
kita jelaskan kepada mereka. Kita yakin bahwa rencana organisasional yang paling efektif
adalah pendekatan yang dijelaskan dibawah ini.
PENGIDENTIFIKASIAN ISSU DAN MASALAH SOSIAL PENTING
Langkah pertama dalam perencanaan unit pengambilan keputusan, dengan menggunakan
metoa kita mempertimbangkan yang paling efektif, yakni mengidentifikasi issu-issu sosial yang
menarik bagi para siswa dan yang belum terpecahkan dalam masyarakat lokal dan masyarakat
lebih luas. Issu harus luas, dan harus menyita perhatian. Unit pengambilan keputusan jangan
dibangun sekitar masalah-masalah yang sempit atau hanya bersifat sementara. Guru dapat
menentukan issu sosial yang luas didalam masyarakat dengan mengkaji secara cermat media
berita selama periode waktu tertentu, dengan mengikuti berita peristiwa didalam komunitas
dan masyarakat, dan dengan menyimak percakapan-percakapan siswa dan komentar kelas
tentang dunia sosial. Guru juga dapat menggunakan kuesioner dan essay untuk menentukan
issu-issu sosial apakah paling penting bagi siswa-siswanya.Walaupun issu-issu sosial sering
bervariasi didalam berbagai periode waktu, sebagian sudah menyita perhatian dalam
masyarakat Amerika. Issu-issu ini meliputi alienasi politik, kemiskinan, rasisme, pencemaran,
dan administrasi peradilan, khususnya bagi kaum miskin. Meskipun semua masalah-masalah ini
sudah ada dalam masyarakat dalam waktu lama, sebagian diantaranya baru belakangan ini
dikenal secara luas. Kebanyakan warga Amerika sudah mengetahui adanya berbagai macam
masalah rasisme dan pencemaran dalam masyarakat kita hanya didalam dua dekade terakhir.
PENGAJARAN UNIT-UNIT MASALAH-KEPUTUSAN
Pengidentifikasian Masalah Keputusan
Kita akan mengilustrasikan bagaimana suatu kelas bisa mempelajari issu sosial, dan melalui
proses pengambilan-keputusan, menentukan tindakan apa akan diambil mengenai issu
tersebut. Dalam komunitas industri berukuran-sedang yang dinamakan Riverdale, konflik rasial
sudah berkembang antara kulit hitam dan kulit putih. Selama musim panas lalu ketika keluarga
kulit hitam pindah ke lingkungan Riverdale yang mayoritas kulit putih, konfrontasi sosial terjadi
dimana beberapaorang terluka, termasuk dua orang polisi kulit putih. Sejumlah warga
membentuk kelompok untuk mengkampanyekan tagihan keluarga-terbuka, tetapi hingga
sekarang dukungan untuk gerakan itu tetap kecil sekali. Hubungan ras didalam kota sangat sulit.
Dalam tanggapan terhadap legislasi pemerintah federal, pergerakan sudah mulai
mengintegrasikan sekolah-sekolah publik melalui cross-busing, tetapi pergerakan integrasi anti
sekolah muncul untuk melawan usaha-usaha integrasi dan mengingatkan dewan sekolah. Anak-
anak di grade kelas enam di Abraham Lincoln, sebuah sekolah yang semua muridnya kulit putih
di pinggiran Riverdale, menghadapi masalah, “Tindakan apa yang harus kita ambil mengenai
hubungan ras dalam komunitas kita?”
Penyelidikan Ilmu Sosial (Pengetahuan Terkait)
Karena pengetahuan ilmiah adalah salah satu komponen esensil dari proses pengambilan-
keputusan, guru mengidentifikasi konsep-konsep ilmu sosial dan generalisasi terkait yang akan
menolong anak-anak mengambil keputusan cerdik tentang issu. Guru menyeleksi konsep
konflik dari sejarah, budaya dari antropologi, diskriminasi dari sosiologi, spesialisasi dari ilmu
ekonomu, dan kekuasaan dari ilmu politik. Generalisasi pengorganisasi yang berkaitan kepada
konsep-konsep ini diidentifikasi, dan bagian-bagian gagasan yang berkaitan kepada generalisasi
pengorganisasi dan kepada konten hubungan kulit hitam-putih di Amerika Serikat dinyatakan.
Konsep : Konflik
Generalisasi pengorganisasi: Didalam sejarah, konflik berkembang antara berbagai kelompok
ras dan etnis.
Sub gagasan :
1. Kekerasan dan konflik terjadi diatas kapal budak.
2. Kode (sandi) budak dan standar represif lain disyahkan untuk mempertahankan
perbudakan.
3. Pemberontakan budak terjadi
4. Banyak kerusuhan rasialterjadi selama awal 1900/
5. Kerusuhan ras terjadi selama periode paska Perang Dunia II.
6. Kerusuhan ras terjadi selama 1960an.
Konsep : Budaya
Generalisasi pengorganisasi: Banyak kelompok ras dan etinis yang berbeda mempunyai
sumbangsih dan memperkaya budaya Amerika.
Sub gagasan :
1. Warga kulit hitam Amerika berkontribusi kepada pemerintah Amerika.
2. Warga kulit hitam Amerika memberi kontribusi ke bidang sains dan kedokteran.
3. Warga kulit hitam Amerika berkontribusi ke bidang pendidikan.
4. Warga kulit hitam Amerika memberi kontribusi ke bidang sastra.
5. Warga kulit hitam Amerika berkontribusi ke bidang hiburan.
6. Warga kulit hitam Amerika telah banyak memberi kontribusi ke bidang atletik.
Konsep : Diskriminasi
Generalisasi pengorganisasi: Kelompok-kelompok sering merupakan korban diskriminasi karena
perbedaan usia, jenis kelamin, ras, agama, dan budaya.
Sub gagasan :
1. Perbudakan kulit hitam adalah bentuk diskriminasi.
2. Warga kulit hitam Amerika banyak mengalami diskriminasi dalam urusan hukum; kode dan
undang-undang budak seperti “grandfather clause”, misalnya.
3. Warga kulit hitam Amerika mengalami diskriminasi dalam administrasi pengadilan;
hukuman mati pada awal 1900 adalah salah contohnya.
4. Warga kulit hitam mengalami diskriminasi dalam bidang voting dan pemerintah.
5. Warga kulithitam mengalami diskriminasi di pekerjaan.
6. Warga kulit hitam harus sering masuk sekolah-sekolah terpisah dan inferior.
Konsep : Spesialisasi
Generalisasi pengorganisasi: Bilamana suatu masyarakat menjadi sangat ahli, efisiensi produksi
naik, tapi banyak pekerja tak terampil dipecat.
Sub gagasan
1. Jikalau produksi pangan semakin terspesiliasi dan dimekanisasi di Selatan, banyak warga
kulit hitam kehilangan pekerjaan mereka di ladang dan berangkat ke kota besar untuk
mencari pekerjaan.
2. Banyak warga kulit hitam di kota-kota besar tidak mampu mencari pekerjaan tetap karena
kekurangan pelatihan dan keterampilan khusus.
3. Banyak pekerja kulithitam tidak terlatih karena mereka sering masuk sekolah-sekolah
inferior (rendahan).
4. Karena banyak warga kulithitam tidak terampil dan menghadapi diskiriminasi pekerjaan,
sebagian besar diantaranya mereka adalah penerima tunjangan kesejahteraan dibanding
dengan kulit putih.
5. Karena banyak warga kulithitam tidak dapat mencari pekerjaan tetap, mereka menghadapi
masalah pribadi dan sosial dalam masyarakat kita dewasa ini.
Konsep: Kekuasaan
Generalisasi pengorganisasi: Individu-individu lebih bisa mempengaruhi kebijakan publik
bilamana bekerja dalam kelompok ketimbang bekerja sendirian.
Sub gagasan
1. Abolitionist (anggota gerakan penghapusan), dengan bekerja secara efektif sebagai
kelompok, dapat membangkitkan kesadaran moral warga Amerika tentang bahaya
perbudakan.
2. Organisasi kepemimpinan kulit hitam, yang muncul menjelang pergantian abad, mampu
mengurangi diskriminasi yang dialami warga kulit hitam Amerioka dalam berbagai bidang
seperti pekerjaan, hukum, pendidikan, dan transportasi.
3. Pergerakan hak sipil 1960an mengurangi diskriminasi dalam pekerjaan,pendidikan, dan
transportasi.
Pengorganisasian Instruksi
Setelah guru mengidentifikasi konsep-konsep kunci yang berhubungan kepada issu sosial yang
dia inginkan diputuskan dalam kelas, dan dinyatakan dalam generalisasi pengorganisasinya dan
sub gagasan terkait, dia siap merumuskan strategi pengajaran dan menetapkan materi
pengajaran untuk tahap unit pengambilan keputusan ilmu sosial. Konsep dan materi juga harus
terorganisir dalam beberapa bentuk yang logis.
Dalam contoh kita, seorang guru mungkin ingin mengawaliunit dengan konsep kunci
pertama yang dia identifikasi (konflik) karena sub gagasan yang berhubungan kepada konsep
kunci ini berkaitan dengan periode hubungan kulit hitam-putih paling dini di Amerika
(walaupun unit-unit pengambilan keputusan tidak harus kronologis, meskipun demikian mereka
harus mempunyai beberapa organisasi yang logis). Guru lain yang menggunakan konsep-konsep
dalam contoh kita mungkin ini mulai dengan konsep kunci kekuasaan dan pertama-tama
membahas pergerakan hak sipil 1960an. Ketika mengorganisasi unit issu sosialnya, guru
tersebut harus mempertimbangkan minat siswa, ketersediaan materi, minatnya sendiri,
hubungan konsep, konten yang akan dikaji, dan issu-issu sosial yang akan dianalisa.
Tabel 14.1
Gagasan kunci Aktivitas
Konsep: Diskriminasi
Generalisasi pengorganisasi:
Kelompok-kelompok sering korban
diskriminasi karena perbedaan
usia, jenis kelamin, ras, agama, dan
budaya
Sub gagasan: Warga kulit hitam
sering banyak mengalami
diskriminasi di semua fase
kehidupan warga Amerika, yang
mencakup pendidikan,
administrasi keadilan, dan
pekerjaan.
1. Seleksi bacaan dari South Town, North
Town, dan Whose Town? Oleh Lorenz
Graham
2. Pembahasan diskriminasi yang keluarga
William alami dalam buku-buku ini dan
bagaimana mereka mengingatnya.
3. Pembahasan diskriminasi yang David
Williams alami di sekolah dan
bagaimana dia mengingatnya.
4. Menontot filmstrip tentang perbudakan
kulit hitam dan mendengarkan cara
bagaimana itu menjadi suatu bentuk
diskriminasi.
5. Pencarian copy dokumen seperti kode
perbudakan dan klausa grandfather,
dan pelakonan-peran bagaimana
mereka mempengaruhi kehidupan kulit
hitam.
6. Penyusunan statistik tentang jumlah
kulit hitam yang dihukum mati selama
awal tahun 1900an.
7. Bacaan dan pembahasan menyangkut
diskriminasi yang warga kulit hitam
alami di pekerjaan, sekolah, dan dalam
administrasi pengadilan.
Dalam Bab 5 kita mengilustrasikan bagaimana seorang guru bisa mengorganisir unit-unit
penyelidikan ilmu sosial. Bentuk organisasi serupa cocok untuk tahap ilmu sosial unit-unit issu
sosial. Guru dapat membagi dua lembar kertas dan menulis konsep-konsep kunci dan
generalisasi pengorganisasi pada sisi lain kertas dan aktivitas yang dirangcang membangun
gagasan pada separuh lembar kertas lainnya. Karena kita membahas bentuk organisasi ini
secara rinci dalam Bab 5, di sini kami hanya akan menyampaikan satu contoh. Tabel 14.1
menunjukan bagaimana suatu rencana bisa mencari pengembangan konsep diskriminasi dan
generalisasi terkait yang kita sajikan dalam halaman 455-456.
Penyelidikan Nilai
Setelah siswa mendapat peluang menjabarkan generalisasi ilmu sosial yang berkaitan kepada
masalah keputusan mereka, mereka harus mengikuti pelajaran yang akan memudahkan mereka
mengidentifikasi, menganalisa, dan menjelaskan nilai-nilai mereka yang terkait kepada issu
sosial. Untuk pelaksanaan penyelidikan-nilai, guru bisa menggunakan studi kasus yang di-
klipping dari suratkabar dan majalah, cerita-cerita open-ended, foto, aktivitas pelakonan-peran
(role-playing), atau dilema-dilema moral yang bisa dia tulis. Banyak materi faktual, yang diliput
selama fase ilmu sosial unit, bisa juga dipergunakan membantu anak-anak untuk menyusun dan
menjelaskan nilai-nilai mereka. Ketika mengajarkan masalah-keputusan atau issu sosial, guru
harus menggunakan strategi penilaian yang secara langsung berkaitan kepada issu yang sedang
dibahas.
Misalnya, dalam masalah-keputusan contoh kita, akan tidak tepat kalau guru meminta
anak-anak menilai pertanyaan tentang issu-issu seperti pencemaran air dan perang kalau issu-
issu tersebut tidak secara langsung berhubungan kepada hubungan kulit hitam-putih di
Amerika Serikat atau kepada hubungan kulit hitam-putih dalam komunitas lokal siswa.
Pembahasan nilai mengenai aborsi yang syah bisa dikaitkan kepada masalah dan contoh kita
karena banyak keluarga kulit hitam yang miskin ingin mengendalikan jumlah keluarga mereka,
tyapi tidak memiliki keterampilan-tehnis atau sarana melakukannya. Namun, issu ini jangan
ditekankan pada tahap penilaian unit.
Pelaksanaan penilaian yang cocok untuk contoh kita dapat didasarkan pada gambar
yang menunjukan kelompok orangtua kulit putih yang bermusuhan yang mencoba
menghentikan busload siswa kulit putih yang akan masuk kedalam pekarangan sekolah dari
sebuah sekolah yang mayoritas muridnya kulit putih yang memilkiki rencana pengaturan bus
sekolah yang teratur. Guru dapat mengajukan tipe-tipe pertanyaan berikut dalam
melaksanakan model penilaian yang disajikan dalam Bab 13.
1. Pendefinisian dan pengenalan masalah nilai
a) Apakah masalah dalam situasi ini?
2. Pendeskripsian perilaku yang relevan dengan nilai
a) Apakah yang sedang terjadi dalam gambar ini ?
b) Apakah yang sedang dikerjakan orangtua?
c) Apakah yang sedang dilakukan anak-anak?
3. Penyebutan nilai-nilai yang diungkap perilaku yang dijelaskan
a) Apakah yang dijelaskan tindakan orangtua kepada kita tentang apa yang penting bagi
mereka?
b) Apakah yang dijelaskan tindakan anak-anak kepada kita tentang apa yang penting bagi
mereka?
4. Penentuan nilai-nilai yang bertentang dalam perilaku yang dijelaskan
a) Bagaimanakah nilai-nilai orangtua dalam gambar bisa beda dari nilai anak-anak dalam
gambar?
b) Bagaimanakah nilai-nilai orangtua dalam gambar bisa beda dari nilai orangtua dari anak-
anak yang digambar?
c) Apakah yang orangtua yakini dalam gambar jika nilai-nilai mereka sama seperti orangtua
anak-anak dalam gambar?
5. Menghipotesa sumber nilai yang dianalisa
a) Dari gambar, tampak bahwa orangtua kulit putih tidak menginginkan anak-anak kulit
hitam masuk sekolah ini. Bagaimana anda kira mereka mempelajari atau mendapat
perasaan dan keyakinan mereka tentyang kulit hitam?
b) Orangtua anak-anak dalam gambar jelas menginginkan anak-anak mereka masuk
sekolah ini. Apakah anda kira menjadi sumber keyakinan dan sikap mereka?
6. Penyebutan nilai alternatip untuk yang diungkap oleh perilaku yang diamati.
a) Apakah hal-hal lain yang orangtua dalam gambar dapat pikirkan penting ?
b) Apakah hal-hal lain yang dapat anak-anak pikiran penting?
c) Apakah hal-hal lain yang orangtua anak-anak dalam gambar dapat pikirkan penting?
7. Hipotesa tentang kemungkinan konsekuensi nilai yang dianalisa.
a) Apakah kemungkinan konsekuensi nilai yang dianut oleh orangtua dalam gambar? (Apa
yang bisa terjadi karena keyakinan mereka?)
b) Apakah kemungkinan konsekuensi nilai yang dianut oleh anak-anak dalam gambar?
c) Apakah kemungkinan konsekuensi nilai yang dianut oleh orangtua anak-anak dalam
gambar?
8. Pendeklarasian preferensi nilai (pemilihan)
a) Apakah yang akan anda lakukan jika anda adalah salah seorang orangtua dalam
gambar? (Guru mungkin menginginkan anak-anak menulis tanggapan untuk sejumlah
pertanyaan ini secara anonim dalam rangka menghindarkan gangguan privacy anak-
anak).
b) Apakah yang akan anda lakukan jika anda adalah salah seorang anak-anak tersebut?
c) Apakah yang akan anda lakukan jika anda adalah salah seorang orangtua dari salah satu
anak-anak dalam gambar?
d) Apakah anda kira anak-anak dalam gambar berhak masuk sekolah ini ?
e) Apakah anda kira bahwa anak-anak dalam gambar ini akan masuk sekolah ini?
9. Pernyataan alasan, sumber, dan kemungkinan konsekuensi pilihan nilai.
a) Mengapakah anda akan melakukan tindakan yang anda anjurkan diatas?
b) Mengapakah anda percaya apa yang anda lakukan tentang anak-anak, orangtua dalam
gambar, dan orangtua anak-anak dalam gambar?
c) Mengapakah anda percaya bahwa anak-anak akan atau tidak akan masuk sekolah dalam
gambar?
d) Apakah kemungkinan konsekuensi keyakinan dan tindakan anda dalam situasi yang
barusan kita uraikan? Mengapa?
e) Dapatkah anda menerima konsekuensi-konsekuensi tersebut?
Sebagaimana kita singgung dalam buku ini, guru bisa merasa praktis untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan nilai selama tahap penyelidikan ilmu sosial dari suatu unit; namun, kita
sudah memisahkan pembahasan ilmu sosial dan penyelidikan nilai dalam buku ini karena kami
merasa bahwa anak-anak harus tahu bilamana mereka sedang mempelajari pertanyaan-
pertanyaan nilai dan bilamana mereka sedang meneliti pertanyaan-pertanyaan ilmiah.
Pembedaan ini penting karena proses yang dipakai untuk menjawab jenis pertanyaan yang
berbeda sangat beda, seperti yang sudah kita tunjukan dalam Bab 2. Kita tidak berarti
menganjurkan bahwa informasi ilmiah tidak dapat menolong kita untuk mengidentifikasi,
menyusun, serta menjelaskan nilai-nilai yang bertentangan. Namun, pengetahuan ilmiah tidak
dapat menjelaskan kepada kita apa yang harus kita yakini. Meskipun demikian, itu dapat
membantu kita mengidentifikasi konsekuensi nilai dan keyakinan yang berbeda, dan
menyadarkan kita tentang alternatif-alternatif nilai.
Ketika merumuskan rencana untuk unit masalah-keputusan, guru dengan jelas harus
menyatakan strategi dan materi yang akan dia gunakan membantu anak-anak mengidentifikasi,
menyusun, dan menjelaskan nilai-nilai mengenai issu. Fase penilaian unit dapat merupakan
komponen tersendiri tapi terpadu dari rencana uni, dan bisa menggunakan bentuk yang
disajikan dalam Tabel 14.2.
Tabel 14.2
Penyelidikan Nilai Aktivitas
1. Pengenalan masalah nilai
2. Pendeskripsian perilaku yang
relevan dengan nilai
3. Penyebutan nilai yang diungkap
oleh perilaku
4. Penentuan konflik nilai
5. Hipotesa tentang sumber nilai
6. Penyebutan alternatif nilai
7. Hipotesa tentang konse-kuensi
8. Pemilihan
9. Pernyataan alasan, sumber, dan
konsekuensi pilihan
1. Baca dan bahas seleksi dari North Town dan
Whose Town? Oleh Lorenz Graham.
2. Lihat dan bahas gambar kerusuhan kota.
3. Ambil dan bahas inventaris sikap rasial
4. Lakoni-peran dan bahas situasi dimana
sebuah sekolah yang semua siswanya kulit
putih dipadukan.
5. Baca dan bahas kisah berita tentang masalah
ras dalam komunitas lokal.
6. Lakoni-peran konfrontasi ras.
Pengambilan Keputusan dan Aksi (Tindakan) Sosial
Setelah siswa menjabarkan generalisasi ilmu sosial dan menjelaskan nilai-nilai mereka
mengenai issu sosial, guru harus meminta mereka mencantumkan semua kemungkinan
tindakan yang dapat mereka ambil mengenai hubungan ras dalam komunitas mereka, dan
memprediksi kemungkinan konsekuensi setiap alternatif.
Adalah penting bahwa alternatif dan konsekuensi yang anak-anak identifikasi dan
nyatakan realistis dan berdasarkan pengetahuan yang sudah mereka kuasai selama fase ilmiah
unit tersebut. Alternatif dan konsekuyensi harus berupa pernyataan prediuksi yang cerdik dan
bukan perkiraan bodoh atau pikiran seenaknya saja. Guru harus meminta agar siswa
menyampaikan data dan alasan pendukung guna mendukung alternatif serta konsekuensi yang
mereka ajukan. Misalnya, seorang anak yang menyatakan bahwa kelasnya dapat memecahkan
masalah-masalah rasial dalam komunitasnya dengan mendatangi rumah per rumah serta
bercerita kepada penghuni rumah tentang masalah-masalah yang mereka ramalkan.
Pernyataan ini tidak berarti menyatakan bahwa informasi tidak akan memberi pengaruh kepada
pemecahan masalah. Dalam contoh kita, hampir tidak mungkin bagi anak-anak memikirkan
alternatif yang akan memecahkan masalah-masalah rasial dalam komunitas mereka. Namun,
mereka dapat mengambil tindakan yang efektip untuk memperbaiki sikap rasial siswa dalam
komunitas sekolah mereka, atau memberi kontribusi kepada penyelesaian masalah rasial dalam
komunitas yang lebih luas melalui beberapa jenis proyek aksi sosial yang bermakna dan efektif.
Siswa dapat mengidentifikasi alternatif dan kemungkinan konsekuensi dalam bentuk
chart seperti yang diilustrasikan dalam Tabel 14.3.
Tabel 14.3
Tindakan alternatif dan kemungkinan konsekuensinya
Tindakan alternatif mengenai
hubungan ras dalam komunitas
kita
Kemungkinan konsekuensinya
1. Tidak mengambil tindakan
kelompok
1. Permusuhan bisa lebih banyak.
2. Lebih banyak orang terluka dalam kekerasan rasial
3. Kulit hitam dan kulit putih bisa lebih jauh dan
membentuk masyarakat sendiri.
4. Sekolah kita sendiri menjadi terlibat dalam konflik
rasial atas integrasi sekolah
5. Kita tidak akan dikecam oleh faksi-faksi
konservatif di sekolah dan masyarakat luas.
6. Kulit hutam bisa disangkal hak mereka dalam
komunitas kita
2. Mengambil tindakan
kelompok untuk mem-
perbaiki perasaan rasial
dalam kelas dan sekolah kita.
1. Kita bisa dimusuhi admi-nistrator, siswa lain, dan
guru.
2. Jika kita olah dengan teliti, kita bisa memperbaiki
hubungan ras di sekolah kita,tapi mereka tidak
akan memperbaiki komunitas luas.
3. Kita bisa tertarik bekerjasama dengan siswa lain
dan guru guna memperbaiki hubungan ras di
sekolah atau masyarakat luas.
3. Mengambil tindakan
kelompok untuk mem-
perbaiki hubungan ras dalam
masyarakat luas
1. Kita bisa dimusuhi kelompok masyarakat.
2. Kita bisa memupus perasaan rasial dari kelompok
tersebut.
3. Kalau kita tidak berhasil bekerjasama dengan
orangtua, kita bisa ditentang atau tidak didukung
upaya kita.
4. Dengan kerja yang teliti dan bijak dengan
kelompok warga dan kelompok agama, kita bisa
secara positip mempengaruhi perasaan rasial
dalam masyarakat.
4. Tidak ambil tindakan
kelompok, tapi secara
individual bertindak untuk
memperbaiki hubungan ras
1. Tindakan tersebut bisa sedikit berpengaruh pada
masalah ras dalam masyarakat kita, tapi tindakan
ini bisa membuat kita merasa lebih baik karena
kita bisa bertindak dengan cara yang lebih
konsisten dengan nilai-nilai kita ketimbang
sebelumnya.
2. Tindakan individual kita bisa mempengaruhi
tindakan individu lain, dan juga usaha kita akan
lebih berpengaruh.
Penentuan Bentuk Tindakan
Setelah penyebutan alternatif dan peramalan konsekuensi-konsekuensinya, dan setelah
mengidentifikasi pengetahuan yang mendukung alternatif dan konsekuensi, siswa kemudian
akan menyusun alternatif menurut hirarki nilai-nilainya (lihat Bab 13). Gambar 14.1
mengilustrasikan proses pengambilan keputusan.
Siswa harus menghadapi dan menjawab pertanyaan ini. “Bentuk tindakan manakah
paling konsisten dengan nilai-nilai saya yang terpenting seperti yang diidentifikasi dan
dinyatakan di atas? Siswa harus mengidentifikasi nilai mereka serta mengurutkannya dalam
suatu hirarki selama fase penilaian unit issu sosial. Suatu kelompok siswa bisa memutuskan
bahwa mereka menilai semua yang diatas kecuali nilai dan martabat individu, dan nilai mereka
paling penting berikutnya adalah ekualitas.Mereka harus mencoba merumuskan nilai-nilai
mereka secaraoperasional dan menghubungkannya kepada bentuk tindakan alternatif yang
sudah mereka nyatakan. Mereka harus memecahkan masalah-masalah seperti, “Apakah tidak
mengambil tindakan sama sekali bilamana kulit hitam mengalami diskriminasi dalam komunitas
kita sesuai dengan nilai-nilai kita tentang nilai dan martabat individu?” “Apakah kita tidak
menyangkal nilai dan martabat individu bilamana kita menyangkal dia atau peluangnya
dibawah hukum, untuk bekerja dan bersekolah?” “Bagaimana kita dapat bertindak dengan cara
yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut?”
Kelompok siswa lain bisa menyimpulkan bahwa mereka menilai terutama aturan
mayoritas lainnya. Karena mayoritas kulit putih dalam masyarakat tidak memikirkan bahwa
kulit hitam harus memiliki pekerjaan atau hidup dalam lingkungan tertentu, tanpa mengambil
tindakan tentang situasi itu akan sesuai dengan nilai-nilai mereka. (Para siswa ini mengkaji hasil
survey sikap ras komunitas). Jika sebuah kelompok siswa mencapai kesimpulan setelah refleksi
menyeluruh, peranan guru adalah membantu siswa menilai ulang sumber nilai mereka,
menentukan bagaimana sumber nilai mereka bertentangan dengan nilai lain yang mereka anut
atau dengan nilai-nilai Iman Amerika, dan membantu mereka mengidentifikasi kemungkinan
konsekuensi keyakinan mereka. Guru juga harus membantu anak-anak menentukan apakah
mereka dapat hidup dengan kemungkinan konsekuensi nilai-nilai mereka. Untuk
mengimplementasikan teori pendidikan moral kita,siswa harus dibiarkan membuat keputusan-
keputusan tanpa paksaan didalam suasana kelas bebas. Ini bukan teori yang mudah
diimplementasikan, tetapi kita merasa bahwa teori ini sesuai dengan ideologi demokrasi dan
komitmen terhadap martabat manusia,nilai-nilai yang kita sokong dan yang menjadi landasan
teori kita. Kita juga harus menunjukan bahwa kurikulum studi sosialyang kita sarankan punya
risiko,karena itu dilandasi sejumlah asumsi, dimana banyak diantaranya belum diverifikasi
secara ilmiah. Namun,kita merasa bahwa ini lebih baik daripada kurikulum yang didasarkan
pada asumsi yang bertentangan. Dalam pertimbangan kita, kurikulum-kurikulum lain ini belum
melatih jenis siswa yang perlu untuk melangsungan kehidupan demokrasi dalam abad ini.
Siswa harus didorong membuat keputusan mereka sendiri,menerima tanggungjawab
keputusan mereka, dan tidak mengandalkan pihak lain, termasuk guru, untuk membuat
keputusan-keputusan untuk diri mereka.Meskipun siswa didorong berpikir bebas tentang issu-
issu sosial, ada situasi dimana anak-anak harus dan akan membuat keputusan-keputusan
kelompok. Praktek dalam beberapa pengambilan keputusan kelompok dibutuhkan, karena
dalam situasi kehidupan-nyata individu harus sering berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan kelompok. Pengambilan keputusan kelompok yang terampil penting bagi
kelangsungan hidup masyarakat demokrasi. Juga jika proyek aksi sosial akan direncanakan dan
diimplementasikan, proyek tersebut biasanya akan dilakukan kelompok, walaupun individu bisa
memutuskan mengambil tindakan sendiri dalam beberapa issu sosial.
Unit Masalah-Keputusan tentang Ekologi
Kita sudah menggambarkan bagaimana suatu kelas dapat mengkaji issu sosialyang berkaitan
kepada relasi ras dan memutuskan tindakan-tindakan yang akan diambil untuk itu. Dalam
tahun-tahun terakhir ini, warga Amerika semakin menyadari masalah ekologi didalam
masyarakat kita. Contoh kita berikutnya berhubungan dengan masalah pencemaran air, yang
sebagian berhubungan dengan fosfat dari detergen. Unit berikut mengidentifikasi konsep
pengorganisasi dan generalisasi yang dipilih dari berbagai disiplin yang berhubungan dengan
ekologi, dan menganjurkan aktivitas murid. Strategi penilaian, bentuk tindakan alternatif, dan
kemungkinan konsekuensi yang bisa kelas nyatakan diilustrasikan dalam Tabel 14.4, 14.5,
dan14.6. Tabel 14.7 meringkas konsep-konsep kunci, generalisasi pengorganisasi, dan sub-
gagasan untuk unit.
Tabel 14.4
Konsep & Generalisasi Aktivitas
Siklus
Pertumbuhan dan kemati- an
tanaman, hewan, manu sia
merupakan fenomena yang terus
berulang.
1. Perhatikan gambar musim untuk
mengilustrasikan siklus pertum-buhan dan
pembusukan.
2. Mengilustrasikan rantai ekologi dengan
mengidentifikasi hubung-an tanaman kepada
kehidupan hewan di danau.
3. Pembandingan pertumbuhan ta- naman di
dana yang sehat ke kumpulan ganggang di
danau yang tercemar. Bahas bagaimana rantai
ekologi terputus.
4. Perhatikan proses fotosintesis melalui bagan
dan pengamatan hewan di akuarium atau
habitat lain.
5. Pengamatan bagaimana daun-daun, setelah
jatuh dari pohon, dengan mudah menjadi
bagian unsur organik tanah dan banding kan
fenomena ini dengan mencoba mencampur
kaca beling dengan tanah untuk menggambar
kan masalah peningkatan limbah
Interdependensi
Manusia tergantung pada hewan,
lingkungan fisik mereka, dan
manusia lain untuk kelangsungan
hidup nya.
1. Pengkajian bagaimana para pionir Amerika
bermukim di West dengan memperhatikan
karakteristik geografis tempat dimana mereka
tinggal, dan bagaimana mereka mendapat dan
menggunakan sumber daya alam yang tersedia
bagi mereka.
2. Pencarian contoh-contoh sumber daya alam
seperti minyak, kayu, dan air, yang
konservasinya bergantung pada akal budi dan
rencana manusia kedepan.
3. Pembahasan hubungan antara burung, pohon,
dan tanah,untuk sumber kesuburan tanaman,
hewan, dan hidup manusia.
4. Pengidentifikasian industri dalam masyarakat
yang bergantung pada kelangsungan industri
lain untuk eksistensinya. Pengkajian hubungan
antara industri-industri.
Perubahan teknologi
Manusia punya kemam-puan
mengubah lingkung an melalui
temuan-temuan mereka.
1. Menunjukan gambar sebuah kota dari mulanya
sampai kini. Pengamatan ukuran gedung,
fungsi, dan jenis industri. Pembahasan
pengaruh perubah an teknologi pada cara
hidup penduduk selama bertahun-tahun.
2. Pengamatan perubahan pada fitur lahan
sebelum dan setelah pembangunan perumahan
sudah dibangun.
3. Pembandingan pengaruh penggu naan daya air
(Nortwest) dan batu bara (Southwest) untuk
membangkitkan listrik.
4. Pembandingan cara dengan bagaimana rata-
rata pekerja menggunakan waktunya setiap
minggu tahun 1970 dengan cara pekerja
menggunakan waktunya pada tahun 1990.
Ilustrasikan pertambahan waktu luang.
Kelangkaan
Kelangkaan sumberdaya
menaikkan biayanya karena
pasokan turun dan permintaan
1. Pembandingan luas lahan yang orang beli di
kota besar tahun 1800, 1850, 1900, dan 1970,
dengan penghasilan rata-rata pada tahun yang
sama.
naik 2. Pembandingan biaya listrik untuk rumah rata-
rata di Nortwest dngan di Chicago dan Texas
3. Pembahasan maksud dan konsekuensi undang-
undang yang menuntut agar industri menyaring
serta memurnikan limbah mereka.
4. Pengamatan rumah tua dan rumah baru untuk
menentukan bagaimana bahan bangunan
berubah karena berkurangnya ketersediaan
sumberdaya tertentu dan popularitas material
lain.
5. Pembuatan bagan jumlah fosfat dalam
detergen. Pengkajian pengaruh fosfat pada
pasokan air dan penentuan apakah ada
kenaikan pada biaya air selama sepuluh tahun
terakhir. Pembahasan apakah kelangkaan
pasokan air merupakan ancaman bagi Amerika
dan dunia.
Tabel 14.5.
Penyelidikan Nilai Aktivitas
1. Pengenalan masalah nilai.
2. Pendeskripsian perilaku yang
relevan dengan nilai
3. Penyebutan nilai yang
diungkap oleh perilaku
4. Penentuan konflik nilai
5. Hipotesa tentang sumber
nilai
6. Penyebutan alternatif nilai
1. Pengkajian komunitas yang industri utamanya
terancam penutupan karena kontrol
pencemaran meningkat (lihat Life Magazine,
26 Maret 1971)
2. Penglihatan gambar alat-alat kenyamanan
seperti dishwasher, dryer, pembuangan
sampah. Kemudian menunjukan gambar
pencemaran udara disekitar Albuquerque
karena generator tenaga-batubara, dan
7. Hipotesa konsekuensi
8. Pemilihan
9. Pernyataan alasan, sumber,
dan konsekuen si pilihan.
gambar outage listrik New York City untuk
menunjukan akibat pemakaian listrik banyak.
3. Pengkajian kontroversi atas pesawat
Supersonic Transport. Pertimbangan
pandangan para pecinta lingkungan, legislator
yang economy-minded, dan orang yang peduli
dengan citra Amerika di dunia.
Tabel 14.6
Tindakan alternatif mengenai
pemurnian air dalam masyarakat Kemungkinan konsekuensi
1. Mengambil tindakan untuk
memperbaiki kemurnian air
dengan publikasi dukungan
sistem air limbah yang
canggih
1. Wajib pajak bisa marah karena kemungkinan
tagihan pajak lebih tinggi.
2. Kota-kota di wilayah terpencil akan lebih sedikit
menghadapi masalah pencemaran air.
3. Dalam jangka panjang, rencana ini akan lebih
murah bagi wajib pajak.
2. Mempublikasikan prog- ram
melarang pemakai an
detergen fosfat tinggi dan
produk lain yang merusak
siklus hidup di danau dan
sungai
1. Produsen rumah-tangga bisa mencari alternatif
yang memuaskan untuk mencari laundry yang
bersih.
2. Industri sabun harus bekerja keras
mengembangkan detergen bebas-fosfat
3. Kampanye bisa tidak berhasil tanpa sanksi
hukum
4. Orang umumnya tidak mau meng ubah
kebiasaan karena efek jangka panjang
3. Sekarang tidak ada tindakan 1. Pencemaran air akan terus tidak hilang.
2. Kemudahan hidup tidak akan terganggu.
3. Perlawanan wajib pajak akan ditunda.
4. Tekanan legislasi terha dap
indusri yang mence mari
saluran air.
1. Legislatormungkin tidak siap mengancam basis
pajak dan beresiko pada kemunduran ekonomi.
2. Wajib pajak rata-rata mungkin senang menekan
industri, bukan wajib pajak sendiri.
3. Biaya indusri bisa dilimpahkan kepada wajib
pajak.
5. Memulai kampanye sekitar
sekolah untuk menciptakan
kesadaran akan masalah
pencemar an air.
1. Kita bisa dengan mudah terlibat dalam usaha-
usaha tersebut.
2. Kita bisa merasakan sense of accomplishment
lebih cepat.
3. Kita tidak punya jaminan bahwa masalah akan
terpecahkan.
Tabel 14.7
Konsep kunci, generalisasi pengorganisasi,dan sub-gagasan unit ekologi
Konsep Generalisasi
pengorganisasi
Sub-gagasan
Siklus Pertumbuhan dan
kematian
tanaman, hewan,
dan manusia
merupakan
fenomena yang
terus berulang
1. Musim-musim tahun menunjukan proses
pertumbuhan dan pembusukan serta
kelahiran kembali.
2. Terputusnya siklus menyebabkan
terputusnya rantai hidup.
3. Proses fotosintesis penting untuk kelanjutan
siklushidup tanaman, hewan,dan manusia
4. Kadar oksigen di atmosfir tetap karena
kecepatan oksigen disedikan oleh tanaman-
tanaman hijau sama serti kecepatan oksigen
dipakai oleh organisme. Hal serupa berlaku
untuk karbon dioksida.
5. Laju peningkatan penduduk secara historis
adalah siklus; pertumbuhan penduduk besar
sudah dikendalikan oleh faktor-faktor alam,
salah satu diantaranya penipisan pasokan
makanan
Independensi Orang tergantung
pada hewan,
orang lain, dan
lingkungan alam
untuk
kelangsungan
hidup mereka
1. Orang dalam masyarakat menyediakan
barang dan jasa bagi orang lain.
2. Petani bergantung pada cuaca dan harga
pantas untuk kelangsungan ekonomi
mereka.
3. Air yang cukup menyediakan kebutuhan
hidup orang dan di Amerika Serikat
bergantung pada kemampuan orang
melindung mutu dan kelimpahan air.
4. Tanaman, hewan, dan manusia bergantung
untuk kelangsungan hidup dan
regenerasinya pada keseimbangan oksigen
dan karbon dioksida di udara.
Perubahan
teknologi
Orang punya
kemampuan
mengubah
lingkungannya
melalui temuan
mereka
1. Waduk dibangun untuk menghasilkan
tenaga listrik, menyediakannya untuk
konsumen.
2. Ketersediaan berbagai material bangunan
dan kemajuan pengetahuan teknologi dan
arsitektur sudah menghasilkan gedung-
gedung pencakar langit, yang meningkatkan
kerapatan penduduk.
3. Orang menghasilkan berbagai kenyaman
hidup, menyediakannya dengan waktu luang
lebih banyak.
4. Produksi ekstensif dan penggunaan
kendaraan mempercepat mobilitas,
mengubah lanskape, dan menyebabkan
pencemaran udara tinggi.
Kelangkaan Kelangkaan
sumberdaya
menaikkan
harganya karena
berkurangnya
pasokan dan
permintaan naik.
1. Harga tanah terus naik sejak Amerika
Serikat dihuni karena penggunaan lahan
yang luas dan pasokannya terbatas.
2. Air untuk California selatan dipompa dari
Sungai Coloradi lewat Gurun Mojave dan
melalui Pegunungan Sierra, karena
pasokan dekat pusat penduduk kurang.
3. Biaya listrik bervariasi menurut
ketersediaan sumber listrik untuk
membangkit listrik
4. Udara dan air bersih semakin sulit untuk
dipertahankan karena pemerintah dan
industri dipaksa mencari cara baru
memurnikan limbah mereka.
5. Pasokan kayu yang berkurang sudah
menaikkan harganya dan mendorong
konservasionis menekan penghematan
pohon dan penggantian pohon yang
ditebang.
MENYEDIAKAN PELUANG AKSI SOSIAL
Setelah siswa membuat keputusan tentang issu-issu sosial penting, bilamana mungkin dan
praktis, kita harus menyediakan peluang bagi mereka berpartisipasi dalam proyek-proyek aksi
sosial untuk menerapkan keputusan yang mereka buat, membantu memecahkan masalah
sosial, dan membantu murid membangun rasa efikasi politik. Pengetahuan kecil nilainya jika
tidak dipakai membantu memecahkan masalah-masalah manusia dalam periode hidup kita
bilamana masalah-masalah pribadi dan sosial menjadi besar. Meskipun guru dan sekolah tidak
akan dapat menyediakan peluang bagi siswa untuk bertindak di semua atau mungkin sebagian
besar keputusan yang mereka buat, sekolah,dengan kerjasama dengan badan pemerintah dan
organisasi swasta, dapat menyediakan peluang bagi siswa untuk bertindak dalam berbagai
keputusan dan issu yang penting bagi mereka.
Biasanya, kita mendidik anak-anak untuk apati politik. Siswa sudah diajarkan bahwa
setiap warga mendapat perlindungan yang sama dibawah hukum, sehingga diskriminasi hanya
ada di Selatan, dan jika mereka memilih secara reguler dan mematuhi hukum mereka dapat
mengharapkan sistem politik kita ramah guna memastikan bahwa mereka mendapatkan bagian
kue “American Dream” mereka. Masalah-masalah kulit hitam, etnis Cina, Indian Amerika, etnis
Puerto Rico, wanita, dan kelompok-kelompok lain yang terkekang sudah dihindarkan dengan
cara-cara licik dalam pelajaran-pelajaran pasif tentang sistem politik kita. Newmann menulis :
Dengan pengajaran bahwa sistem konstitusi AS menjamin pemerintah bijaksana dalam
melayani kebutuhan untuk semua, sekoah-sekolah sudah menanamkan apati publik massif.
Meskipun Etika Protestan menuntut keterlibatan (untuk bertahan hidup secara ekonomis
seseorang harus menafkahi hidupnya), kepercayaan politik menanamkan sikap pasif. Orang
tidak hanya membutuhkan perjuangan hak politik, tapi hanya mempertahankan tingkat
kewaspadaan tinggi, mematuhi undang-undang, membuat pilihan yang cermat dalam
pemilihan umum, menyelesaikan kewajiban (pajak, dinas militer), dan jaminan politiknya
dijaga.
Kita khususnya penting membantu siswa membangun kemampuan untuk membuat
keputusan-keputusan yang rasional dan berpartisipasi aktip dalam aksi sosial pada saat dimana
retorika sering diganti dengan alasan,dan bilamana solusi sederhana sering diusulkan sebagai
jawaban atas masalah-masalah sosial yang rumit. Pengrusakan tanpa alasan sering hanya
merupakan respons uang dapat dilakukan oleh banyak pemuda kita bilamana lembaga-lembaga
kita dengan semena-mena menolak tuntutan perubahan mereka. Lembaga Nasional Studi
Sosial dalam Social Studies Curriculum Guidelines menegaskan pentingnya melibatkan siswa
dalam program-program aksi sosial penting :
Partisipasi sosial dalam demokrasi menuntut perilaku individu yang diarahkan oleh nilai-
nilai martabat manusia dan rasionalitas serta diarahkan kepada penyelesaian masalah-masalah
yang dihadapi masyarakat. Praktek-praktek sekolah dan khususnya program studi sosial belum
disediakan untuk partisipasi siswa secara aktip dan sistematis.Karena para pendidik studi sosial
biasanya mempunyai pemikiran yang terbatas terhadap apa yang disebut sebagai “two by four
pedagogy – dua sampul textbook dan empat dinding ruangan kelas” – penerapan potensil
pengetahuan dan pemikiran belum sepenuh direalisasikan. Komitmen terhadap partisipasi
demokrasi menyatakan bahwa bahwa sekolah menghindarkan upaya-upaya murahan untuk
memisahkan murid dari realitas sosial, dan sebaliknya, harus menemukan cara untuk
memecahkannya.
Keterlibatan ekstensif oleh siswa dari semua usia dalam aktivitas komunitas mereka,
selanjutnya sangat penting. Banyak diantara kegiatan-kegiatan ini bisa menjadi bidang masalah
yang dihadapi, paling tidak menjadi masalah kontroversial; banyak diantaranya mungkin tidak.
Keterlibatan siswa bisa berbentuk pengamatan atau pencarian-informasi, seperti perjalanan
lapangan (field trips), menghadiri rapat, dan wawancara. Juga bisa berbentuk kampanye politik,
layanan masyarakat atau perbaikan masyarakat, atau bahkan dalam demonstrasi yang
bertanggungjawab. Sekolah jangan hanya menyediakan saluran untuk kegiatan-kegiatan
tersebut, tapi membangunnya kedalam rancangan program studi sosial sekolah, mulai dari
taman kanak-kanak sampai kelas dua belas.
Pendidikan dalam kerangka kerja demokrasi dengan jelas mensyaratkan bahwa
partisipasi harus sesuai dengan martabat manusia dan melalui proses yang rasional. Partisipasi
juga harus dipilih dengan sukarela; tidak ada siswa dipaksa melibatkan diri dalam apa yang tidak
dia sukai. Partisipasi sosial juga jangan diadakan tanpa pertimbangan yang sistematis dan
matang. Kalau dilakukan dengan cara demikian berarti melanggar nilai-nilai martabat manusia
dan proses rasional. Lembaga-lembaga pendidikan dapat memberikan kontribusi yang
signifikan kepada masyarakat dengan menyediakan pengetahuan dan pengalaman penting bagi
siswa agar bisa efektif, atau sebagai bagian kelompok yang terorganisir didalam menangani
masalah-masalah sosial.
Dalam mengomentari publikasi Dewan Nasional untuk Studi Sosial yang dikutip di atas,
John Jarolink dalam pidato kepresidenannya menyatakan:
Pernyataan NCSS dengan tepat menempatkan komponen tindakan dalam perspektip
yang sepadan dengan pengetahuan, kemampuan, dan penilaian. Pernyataan ini tidak membuat
asumsi bahwa keterlibatan yang bertanggungjawab dalam aksi sosial akan muncul secara
spontan sebagai hasil dari masukan pengetahuan saja. Pernyataan ini menyampaikan posisi
bahwa seseorang belajar berpartisipasi dalam urusan-urusan sosial dengan terjun didalamnya
dan sebab itu program studi sosial harus memberikanpeluang untuk partisipasi tersebut. ….
Dengan cara apapun partisipasi sosial dirumuskan, jelas bahwa itu sama dengan aktivisme.
Maksud peryataan NCSS harus ditafsirkan berarti bahwa siswa harus dengan aktip terlibat
dalam urusan sosial diluar mata pelajaran studi sosial.
Dasar Pemikiran Aksi Sosial
Telah kita sebutkan bahwa bilamana siswa mempelajari issu sosial, mereka harus diberi peluang
bertindak atas keputusan-keputusan mereka bilamana keputusan itu layak dan praktis bagi
mereka. Perlu diberikan pedoman untuk proyek aksi sosial dan contoh contoh aktivitas
partisipasi sosial.
Bilamana issu sosial sudah membagi masyarakat, seperti hubungan ras dalam contoh
kita, paling baik bagi siswa adalah membatasi tindakan mereka untuk ruangan kelas mereka,
sekolah mereka,atau situasi lokal mereka dimana mereka tidak menghadapi risiko disalahkan
publik atau masyarakat luas. Jika sekelompok siswa terlibat dalam kontroversi rasial dalam
masyarakat yang terpecah-belah, sekolah dan siswa menjadi rentan menghadapi serangan-
serangan dari kelompok ekstrimis. Selain kemungkinan ini, guru tidak dapat membantu seorang
siswa atau kelompok siswa bebas dari issu tersebut jikalau mereka merasa kuat dengan issu
tersebut. Tanggungjawab utama guru adalah membantu siswa agar menjadi lebih sadar
dengan bentuk tindakan mereka dan kemungkinan konsekuensi tindakan mereka.
Namun,bilamana siswa semakin bebas terlibat dalam kontroversi sosial,mereka dapat
bertindak sebagai individu dan bukan sebagai agen sekolah. Karena sekolah publik begitu
rentan dalam masyarakat kita, sekolah publik tidak dapat bertahan kalau guru dan
administrator tidak melaksanakan pertimbangan yang matang bilamana kegiatan partisipasi
sosial direncanakan untuk para siswa.
Karena sekolah adalah lembaga sosial dengan masalah-masalah yang mencerminkan
masalah masyarakat yang lebih luas, siswa dapat diberi kesempatan besar dalam menentukan
kebijakan publik dengan berusaha mengeliminir masalah-masalah dalam ruang kelas,
sekolah,atau sistem sekolah mereka.Mereka bisa mulaidengan mengkaji dan menganalisa
masalah-masalah didalam ruang kelas mereka. Untuk membantu anak-anak membangun rasa
efikasi politik dengan berusaha memecahkan masalah-masalah sosial didalam sekolah,guru dan
administrator harus committed kepada keyakinan bahwa anak-anak akan berpartisipasi dalam
pembuatan kebijakan sekolah dan kebijakan publik lain.
Kalau guru dan kepala sekolah tidak ingin memberi peran kepada anak-anak dalam
pembuatan kebijakan ruang kelas dan sekolah, proyek aksi sosial siswa tidak dapat berhasil
sepenuhnya dilaksanakan. Anak-anak yang kurang memiliki efektivitas politik dalam sekolah
mereka sendiri akan tidak efektip dalam penentuan kebijakan publik dalam komunitas yang
lebih luas. Sebenarnya, ada kebijakan-kebijakan sekolah dimana anak-anak tidak dapat dan
mungkin tidak diijinkan untuk berbuat atau mempengaruhi sesuatu kebijakan. Administrator
sekolah dan guru juga harus mengikuti peraturan-peraturan dan undang-undang yang dibuat
oleh otoritas yang lebih tinggi. Akan tetapi, bilamana issu-issu tersebut menyangkut rasisme,
busing, penyalahgunaan narkoba, sexisme, dan seleksi makanan kafetaria muncul didalam
sekolah, siswa dapat dan harus diijinkan dan didorong berpartisipasi aktip dalam pembuatan
kebijakan sekolah. Hakekat dan keadaan partisipasi mereka harus ditentukan oleh issu, dan
kematangan serta pengetahuan yang siswa miliki tentang issu terkait.
Guru harus meminta agar keputusan-keputusan siswa didasarkan pada pengetahuan,
bahwa siswa sadar akan kemungkinan konsekuensi keputusan-keputusan mereka, dan bersedia
bertindak atas keputusan mereka dan menerima konsekuensinya. Siswa juga harus sadar akan
keterbatasan hukum dan moral atas tindakan didalam sekolah yang bisa terjadi. Ini tidak berarti
bahwa undang-undang yang mengatur sekolah tidak akan atau tidak haru diganti sebagai akibat
aksi sosial cerdik dan teratur. Namun, siswa, seperti semua warga lain, harus bekerja untuk
perubahan didalam undang-undang dari masyarakat.
Aksi sosial yang tidak bertanggungjawab, ilegal, atau melanggar martabat manusia
jangan didukung oleh sekolah. Individu-indivisu yang diperkirakan bekerja untuk perubahan
sosial dan untuk keadaan masyarakat yang lebih baik sering tidak sengaja melanggar hak
individu lain dan nilai-nilai yang mereka yakini. Aktivis sosial yang menggunakan taktik yang
bertentangan dengan nilai-nilai dimana mereka mengklaim akan bekerja menurut definisi kita
adalah irrasional dan tidak bertanggungjawab. Sekolah, melalui kerjasama dengan badan publik
dan privat lain, harus memberi peluang kepada siswa terlibat dalam proyek aksi sosial penting
dalam rangka mempengaruhi kebijakan publik serta mengembangkan rasa efikasi politik
mereka sendiri. Guru bertanggungjawab untuk membantu siswa mengetahui bagaimana
tindakan mereka bisa tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka, dan menyelidiki bagai tindakan itu
tidak konsisten untuk mengklaim martabat manusia dan menggunakan taktik yang tidak
manusiawi dalam upaya menciptakan kondisi yang manusiawi didalam masyarakat. Guru juga
bertanggungjawab untuk membantu siswa mewujudkan bahwa mereka harus bersedia
menerima tanggungjawab atas tindakan dan keyakinan mereka.
Guru yang ingin membantu siswa membangun kemahiran dalam keterampilan aksi
sosial harus banyak memberi peluang kepada mereka untuk mengklarifikasi sasaran kebijakan
mereka dan mempelajari bagaimana melaksanakan kekuasan politik dengan berhasil. Dalam
sebuah model (lihat Gbr. 14.2), Newmann mengidentifikasi beberapa komponen penting
kurikulum aksi sosial yang baik. Model ini membantu siswa mengembangkan kerampilan dalam
: (a) perumusan sasaran kebijakan, (b) berupaya mengumpulkan dukungan untuk sasaran
tersebut, dan (c) pemecahan masalah psiko-filosofis. Bilamana siswa merumuskan sasaran
kebijakan dengan menggunakan modelini, mereka mengartikulasikan dan membenarkan
pilihan-pilihan moral yang terdapat dalam kebijakan mereka serta melaksanakan penelitian
kebijakan terkait dengan sasaran mereka. Mereka menggali dan mengujicoba cara-cara
pelaksanaan kekuasaan politik bilamana mereka berusaha mengumpulkan dukungan untuk
sasaran mereka. Aksi sosialbisa menimbulkan dilemma filosofi dan psikologi bagi individu. Oleh
karena perlu, menurut kata-kata Newmann, agar kurikulum aksi warga membantu siswa untuk
memecahkan masalah ‘psiko-filosofis’. Model Newmann merupakan alat konsepsi penting
untuk perancangan dan pelaksanaan kurikulum studi sosial yang menitikberatkan pada
pengambilan keputusan dan aksi sosial.
PROYEK AKSI SOSIAL
Dalam diskusi di atas, kita sudah mengindikasikan beberapa tipe kegiatan partisipasi sosial
dimana siswa bisa menjadi lebih terlibat dalam rangka menentukan kebijakan publik dan
membangun rasa efikasi politik. Kami katakan, kegiatan-kegiatan tersebut sering bisa mulai di
sekolah karena sekolah adalah lembaga sosial yang sering mencerminkan masalah-masalah
masyarakat. Rasisme, penyalahgunaan narkoba, stratifikasi kelas, sexisme, dan pembakaran
rumah dengan sengaja (arson)adalah jenis-jenis masalah yang sekolah hadapi.Siswa dapat
mengambil tindakan langsung atas masalah-masalah ini, khususnya setelah mengkaji masalah
tersebut dari perspektip ilmu sosial dan menganalisa nilainya untuk mereka sendiri. Hanya
setelah melewati proses ini mereka akan dapat membuat keputusan yang rasional dan
mengambil tindakan sosial cerdik. Proyek aksi sosial lain, khususnya untuk siswa yang lebih
dewasa, dapat terjadi dalam masyarakat luas. Aksi sosial bisa berbentuk pengamatan,
partisipasi, atau kepemimpinan. Sekolah dapat bekerjasama dengan badan seperti departemen
kepolisian lokal, dinas kebakaran, organisasi hak sipil dan derma,serta organisasi-organisasi
politik.Tingkat keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan tersebut bisa bermacam-macam. Tujuan
pokok kegiatan-kegiatan tersebut harus untuk memberikan peluang kepada siswa untuk
membangi efikasi politik selain dari memberi pelayanan masyarakat. Walaupun kedua sasaran
tersebut dapat dicapai dalam tipe proyek yang paling efektif.
Partisipasi siswa dalam kegiatan aksi sosial didalam masyarakat kita bukan tanpa
preseden. Namun, aksi sosial yang paling dramatis dan efektif oleh siswa-siswa Amerika
biasanya dilakukan oleh mahasiswa. Selama pemberontakan kulit hitam tahun 1960an, para
mahasiswa, baik kulit hitam dan kulit putih, tetap aktip dan berpengaruh. Mereka membantu
untuk menghilangkan perbedaan antar restoran, transportasi antar-negara bagian, sekolah,
kolam renang dengan taktik-taktik seperti sit-ins, freedom-rides, dan swim-ins. Efektivitas siswa
dalam pergerakan hak sipil 1960an adalah salah satu indikasi paling dramatis potensi kekuatan
mahasiswa di Amerika Serikat. Peran siswa dalam pergerakan ini harus dikaji dengan cermat
oleh setiap kelompok siswa/mahasiswa yang sedang merencakan proyek aksi sosial.
Mahasiswa perguruan tinggi dan siswa sekolah menengah atas juga semakin terlibat
dalam kontroversi sosial dalam beberapa dekade terakhir. Ketika perang di Vietnam menjadi
semakin tidak populer selama 1960an, kelompok-kelompok protes mahasiswa terbentuk di
kampus dan sekolah-sekolah diseluruh wilayah negara ini. Protes semakin intens, dan banyak
pengamat mempercayai bahwa keputusan Presiden Nixon untuk menghentikan perang
sebagian dipengaruhi oleh protes mahasiswa.
Protes oleh mahasiswa selama 1960an juga menyebabkan pembaharuan kurikulum di
sekolah publik dan perguruan tinggi. Sejarah dan budaya kulithitam, suku Indian, etnis Cina, dan
kelompok-kelompok minorityas etnis lain sebagian besar sudah dihilangkan dari kurikulum
sekolah dan perguruan tinggi. Protes oleh sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas, dan
mahasiswa merupakan faktor besar yang memprakarsai gerakan pembaharuan untuk
memasukkan studi kelompok Amerika II didalam kurikulum. Aksi mahasiswa yang memprotes
pencemaran udara dan bumi menyebabkan banyak warga Amerika menyadari masalah berat
pencemaran yang menghadang bangsa kita, dan membantu mengumpulkan dukungan legislasi
anti-pencemaran.
Dalam pengkajian cara-car dengan mana siswa sekolah lanjutan pertama, sekolah
lanjutan atas dan perguruan tinggi berpartisipasi dalam protes sosial, kita tidak berarti
mengatakan bahwa semua atau bahkan sebagian besar tindakan mereka rasional atau bahkan
sangat efektif. Namun, mahasiswa akan semakin terlibat dalam issu sosial penting dalam
masyarakat dan bangsa, apakah sekolah memfasilitasi keterlibatan itu atau tidak, tak jadi
pertimbangan. Selanjutnya, sekolah harus menerima fakta ini, dan membantu siswa untuk
memutuskan bentuk tindakan yang rasional, dan semakin terlibat dalam proyek dimana
mereka dapat mengalami tingkat efektivitas politik maksimum.
Kita sudah menyebutkan bahwa protes sekolah sering tidak bertanggungjawab,
irrasional, dan illegal. Kami percaya bahwa banyak protes yang tak bertanggungjawab terjadi
karena sekolah dan lembaga mereka tidak membantu siswa menganalisa masalah secara
reflektif didalam masyarakat, tidak mengklarifikasi nilai, dan tidak merencanakan strategi aksi
sosial yang cerdik dan efektif. Protes sosial mungkin akan lebih berhasil dan lebih sedikit
menguras sumberdaya manusia dan fisik jika siswa dibantu memahami pengambilan keputusan
dan keterampilan aksi sosial.
Kita tidak berarti mengatakan bahwa hanya jenis partisipasi siswa yang berguna dalam
masyarakat adalah protes politik. Siswa juga dapat berpartisipasi dalam jenis protes aksi lain.
Sekelompok mahasiswa di Harvard University merencanakan protes dimana mereka mem-
bused anak-anak Southern berpendapatan-rendah yang membutuhkan perawatan gigi dari
kampus Howard di Washington D.C, serta merawat mereka. Mahasiswa dengan bantuan
departemen kepolisian dan badan-badan lain membantu menginformasikan kepada calon
pemakai narkoba efek buruk narkoba. Di beberapa kota besar, kaum dewasa belia membantu
untuk mendirikan dan mengoperasikan pusat perawatan narkoba. Sekelompok mahasiswa
dalam suatu komunitas mengorganisir pusat informasi perencanaan dimana keluarga-keluarga
miskin bisa mendapatkan informasi tentang pengendalian kelahiran dan aborsi. The Black
Student Union di University of Washington mengorganisir serta mengoperasikan sebuah pusat
day-care gratis untuk anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah. Di beberapa komunitas
mahasiswa bekerjasama dengan organisasi-organisasi seperti American Cancer Society untuk
merencanakan dan memprakarsai kampanye anti-rokok yang ditujukan pada masyarakat luas.
Di sebuah sekolah swasta di Chicago, sekelompok siswa sekolah lanjutan pertama dan
sekolah lanjutan atas merencanakan proyek dimana mereka mengimplementasikan program
self-help dan program rekreasi bagi anak-anak di sekolah inner-city (pusat kota). Sebagian siswa
di sekolah ini juga menjalankan proyek perkuliahan untuk siswa-siswa inner-city yang
menghadapi masalah akademis. Sekelompok mahasis di University of Washington
merencanakan serta melaksanakan sekolah front-aktip bagi anak-anak yang dropout sekolah,
banyak diantaranya adalah bekas siswa di sekolah-sekolah inner-city.
Di Case Western Reserve University Cleveland, sekelompok mahasiswa bergabung
dalam sebuah proyek, yang diketuai oleh Ralph Nader, yang menangani komplain konsumen
yang mendapat kesulitan dengan kendaraan mobil mereka. Proyek ini cukup berhasil dalam
membantu untuk mengarahkan salespeople memenuhi tanggungjawab kontrak. Di sebuah kota
besar, mahasiswa merencanakan pusat informasi politik nonpartisan dimana pemilih (voter)
dapat memperileh informasi yang objektip uyntuk kandidat dn issu-issu tertentu. Proyek
partisan ini syahih,sehingga mahasiswa-mahasiswa lain dengan opini yang berbeda dan
keyakinan yang berbeda mendapat peluang yang sama untuk mendorong kampanye ini untuk
sebab dan kandidat lain.
Walaupun proyek proyek bantuan masyarakat, proyek sipil dan proyek ionformasi bisa
menjadi sarana yang efektif untuk kegiatan partisipasi, mahasiswa harus terlibat dalam
berbagai macam aktivitas praktis jika mereka ingin merasakan efektivitas politik. Banyak sekali
individu didalam masyarakat kita mengalami perasaan alienasi politik yang akut dan tidak
berpartisipasi di semua jenjang urusan politik. Aksi mahasiswa untuk membantu menyelesaikan
berbagai masalah sosial didalam masyarakat kita. Mahasiswa bisa mengambil tindakan untuk
mengekspos penyelewengan konsumen oleh berbagai industri, dan menekan pejabat-pejabat
yang dipilih untuk lebih baik memperhatikan konsumen. Mahasiswa dapat mengambil bentuk
tindakan serupa untuk mengekspos kondisi yang tidak manusiawi di banyak rumah sakit,
penjara, dan sekolah-sekolah inner-city. Kampanye anti-pencemaran oleh siswa tingkat sekolah
dasar, juga bisa menginformasikan kepada penduduk sejauhmana kadar pencemaran di
lingkungan mereka dan mengambil tindakan aktual untuk menolong mengurangi situasi ini.
Siswa-siswa sekolah dasar juga dapat mengambil langkah-langkah didalam komunitas
mereka untuk memperbaiki keamanan kendaraan. Dalam suatu komunitas, sekelompok siswa
memasang sabuk pengaman (seat belt) bagi pengemudi hanya dengan tarip biaya material.
Siswa, khusus pada hari libur ketika kematian akibat kecelakaan mobil meningkat, dapat
mempersiapkan literatur dan menyusun pidato di tempat-tempat umum untuk mendorong
pengemudi mengendarai lebih aman. Mereka dapat mensponsori proyek tersebut melalui
kerjasama dengan organisasi seperti National Safety Council. Guru yang kreatif akan
memikirkan banyak cara melibatkan siswa dalam kegiatan partisipasi sosial yang bermanfaat.
Komentar kami hanya menyampaikan kemungkinan-kemungkinan. Siswa dapat berbuat banyak
melalui aksi sosial untuk memperbaiki lingkungan sekolah mereka, yang merupakan lembaga
sosial riil dan nyata dengan berbagai masalah masyarakat luas dan bangsa. Poin ini tidak bisa
terlalu ditekankan. Kami menyajikan pedoman-pedoman berikut untuk guru dan siswa yang
sedang merencanakan proyek aksi sosial.
PEDOMAN PROYEK – PROYEK AKSI SOSIAL
1. Kegiatan harus menjadi pengalaman berharga, tidak hanya proyek dimana siswa terlibat
dengan mengatakan bahwa mereka berpartisipasi dalam proyek aksi sosial.
2. Sasaran utama proyek aksi sosial adalah untuk memberikan pengalaman kepada siswa
dengan mana mereka dapat memperoleh perasaan efektivitas politik, dan tidak hanya
melayani masyarakat. Namun, proyek-proyek yang paling efektif berkontribusi kepada
pencapaian kedua sasaran ini.
3. Derma dan jenis pengalaman bantuan masyarakat lain adalah syahih dan aktivitas yang
berharga, walaupun proyek, sesering mungkin, harus membantu anak-anak untuk mendapat
perasaan efektivitas politik.
4. Siswa harus berpartisipasi dalam kegiatan aksi sosial hanya setelah mereka mempelajari issu
terkait dari perspektip ilmu sosial, menganalisa dan menjelaskan nilai-nilai mereka mengenai
issu tersebut, mengidentifikasi kemungkinan konsekuensi tindakan mereka, dan
mewujudkan keinginan menerima konsekuensi tersebut.
5. Bilamana masalah didalam sekolah dapat diselesaikan melalui aksi sosial, partisipasi dalam
kegiatan sekolah harus memberi prioritas atas partisipasi dalam proyek masyarakat luas.
6. Meskipun pengambilan keputusan kelompok syahih dan sering dibutuhkan, tidak ada
seorangpun siswa bisa diminta berpartisipasi dalam proyek aksi yang dia rasa bertentangan
dengan nilai dan keyakinannya.
7. Pengalaman dan usia siswa harus dipertimbangkan bila proyek aksi direncanakan dan
dilaksanakan. Anak-anak kecil harus membatasi aksi mereka untuk ruang kelas, sekolah, dan
keluarga mereka, atau untuk kelompok primer lain atau lembaga sekunder dimana mereka
merasa aman dan didukung tindakan mereka.
8. Bilamana proyek aksi sosial direncanakan, dukungan guru lain, siswa, administratir sekolah,
badan komunitas terkait, semua anggota masyarakat harus diperoleh.
9. Siswa yang ingin berpartisipasi dalam proyek aksi sosial harus diijinkan membuat jadual yang
kondusif untuk partisipasi tersebut. Konsep sekolah harus diperluas; aktivitas tidak bisa
berlangsung didalam empat dinding ruangan kelas sekolah.
10. Bilamana masyarakat dengan serius terbelah atas issu sosial dan perasaan didalam
masyarakat intens, proyek aksi harus dibatasi untuk ruangan kelas, sekolah, keluarga, atau
untuk lembaga-lembaga lain yang mendukung tindakan mereka dan dimana siswa merasa
aman.
11. Proyek aksi sosial yang direncanakan siswa jangan melanggar undang-undang dan adat-
istiadat masyarakat.
12. Proyek aksi sosial yang direncanakan didalam sekolah harus sesuai dengan nilai-nilai
Keyakinan Amerika dan martabat manusia.
13. Bilamana proyek aksi sosial direncanakan, guru harus melakukan segala upayanya untuk
membantu siswa mengidentifikasi semua kemungkinan konsekuensi tindakan mereka,
khususnya aksi yang bisa menimbulkan konsekuensi buruk, baik bagi perorangan atau
kelompok.
14. Siswa yang ingin ikut dalam proyek individu jangan dilarang, tapi harus dibantu
mewujudkan fakta bahwa aksi kelompok biuasanyta lebih efektif secara politis ketimbang
aksi perorangan.
15. Bilamana proyek aksi sosial direncanakan, guru harus melakukan segala usaha
meminimumkan gangguan fisik, emosi atau psikologis bagi siswa. Ini sebagian besar dapat
dicapai dengan kerjasama dari orang lain dalam sekolah dan masyarakat dan melalui
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan konsekuensi bentuk tindakan lain.
16. Proyek aksi sosial dalam program studi sosial harus nonpartisan. Walaupun kelompok-
kelompok siswa bisa memutuskan untuk mengkampanyekan kandidat atau issu tertentu,
anak-anak dengan keyakinan dan sasaran lain harus punya pilihan untuk merencanakan
proyek setara guna mendukung keyakinan dan pilihan politik mereka.
PENGAJARAN ISSU KONTROVERSIAL
Banyak issu sosial dimana siswa ingin melakukan aksi sosial akan kontroversial.Maka, perlu kita
membahas pengajaran issu tersebut dalam bab ini.
Dalam era yang diselimuti kontroversi ideologi, wajar mengharap sekolah kita terus
melakukan upaya pelatihan siswa untuk mengatasi issu-issu tersebut dengan efektip dan
cerdik.Namun, ada banyak fakta bahwa sebagian besar sekolah menghindarkan tanggungjaab
mereka membantu siswa memecahkan issu-issu sosial. Dalam Bab 11 kita membahas
bagaimana issu sosial dihindarkan dalam banyak textbook studi sosial. Bukan hanya guru saja
yang enggan menangani topik yang kontroversial, tetapi kelompok-kelompok tekanan yang
terorganisir juga sering menyisihkan topik “hangat” dari ruang kelas. Tahun 1975 kelompok-
kelompok warga di Kanawha County, West Virginia, dengan gigih mencegah penggunaan seri
buku-bacaan komersial di sekolah. Kontroversi ini, yang mendapat perhatian nasional, sangat
memecah belah masyarakat dan memunculkan beberapa konflik nilai yang laten. Man : A
Course of Study, sebuah kurikulum studi sosial eksperimental, juga dengan gigih diserang oleh
kelompok-kelompok masyarakat dan pemimpin-pemimpinan nasional pada akhir 1970an.
Tersirat dalam upaya menghindarkan topik yang kontroversial dari sekolah adalah penolakan
kebebasan akademis bagi siswa dan guru.
Guru sering tidak bersedia mengizinkan siswa menganalisa konsep-konsep seperti
komunisme, sosialisme, dan Marxisme secara objektif. Mereka cenderung membanding
gagasan-gagasan demokrasi yang paling manusiawi dengan aspek-aspek komunisme paling
kelam. Hasilnya adalah indoktrinasi. Guru yang mengindoktrinasi siswa mencoba mengajarkan
kebebasan dan demokrasi dengan metoda yang otoriter. Siswa tidak dapat mempelajari
demokrasi dalam setting yang otokratis. Pengujian fakta dan issu dalam suasana kelas yang
bebas adalah cara paling efektif bagi anak-anak belajar mengapresiasi nilai-nilai demokrasi.
Ketika sedang membahas issu sosial, siswa harus didorong untuk mengkaji sumber
orisinil dan mencapai kesimpulan mereka sendiri. Guru-guru yang mengindoktrinasi kurang
memiliki keyakinan kuat dalam hal demokrasi, bagi orang yang benar-benar percaya pada
proses demokrasi yakin bahwa demokrasi akan menopang penyelidikan paling intens. Jika siswa
sampai pada kesimpulan mereka sendiri, keyakinan mereka akan kuat dan cerdik, dan tidak
hanya emosional. Emosi dengan mudah menyisihkan persuasi. Keyakinan kuat dan rasional
akan menopang tantangan yang paling intens.
Kalau kita tidak mengungkapkan kepada siswa kita cacat kita dan juga prestasi kita, kita
menghadapi risiko membuat mereka jadi sinis bilamana kita akhirnya menemukan fakta-fakta
kelam tentang masyarakat kita. Banyak siswa menjadi kecewa bilamana mereka pada akhirnya
menemukan di sekolah lanjutan atas atau perguruan tinggi bahwa Lincoln, disamping
kebajikan-kebajikannya, lebih tertarik dalam mempertahankan Union ketimbang membebaskan
para budak. Siswa harus paham bahwa bangsa kita,dengan segala kekuatannya, selalu memiliki
pemimpin yang cacat,banyak diantaranya yang membela rasisme, mendukung kebijakan yang
cenderung mengarahkan kita kedalam kancah perang. Meskipun demikian, kebenaran tentang
masyarakat kita akan membantu siswa lebih percaya pada masyarakat kita, tidak kurang dari
itu.
Apakah didalam sekolah atau diluar sekolah, siswa akhirnya belajar tentang konflik nilai
yang memecah belah warga Amerika. Mereka sering para bintang dan saksi dalam konflik sosial
dalam zaman kita. Kaum muda kita, dengan mengikuti orangtua mereka, ikut serta dalam
eksodus ke pinggiran kota agar “bebas” dari efek negatip integrasi rasial. Layar televisi dengan
giat mendokumentasikan kejahatan-kejahatan yang sangat luas terjadi pada masa-masa sulit
ini. Guru harus membantu siswa mengatasi masalah-masalah ini. Sebagai warga masa depan,
kalau siswa tidak menyadari masalah dalam masyarakat kita, tidak memiliki informasi yang
akurat tentang mereka, dan meninggalkan cara-cara yang akurat untuk memecahkan masalah
mereka, mereka tidak akan mampu menutup jurang dalam antara cita-cita dan perilaku aktual
kita.
Banyak guru kurang memahami peranan mereka sesungguhnya dalam pengajaran issu-
issu yang kontroversial. Ketidakpastian mereka terhadap beberapa hal mencerminkan konflik
nilai dalam masyarakat kita. Sebagian pendidik menganjurkan indoktrinasi sementara pendidik
lain menganjurkan transmisi kritis warisan budaya kita sebagai cara yang terbaik untuk
membangun warganegara yang setia dan cerdik. Banyak pengarang buku-buku metoda
menyarankan guru untuk menggunakan peringatan keras dalam setiap diskusi issu sosial;
mereka melihat peran guru sebagai peran netral, pengarang lain yakin bahwa tidak mungkin
bagi guru membantu siswa untuk menganalisa issu-issu sosial secara rasional dan pada saat
bersamaan menutup-nutupi pandangan atau opininya sendiri.
Penulis ini yakin bahwa seorang guru tidak dapat dan jangan diminta memikul posisi
netral bilamana membahas topik-topik genting seperti rasisme, aborsi yang syah, pembebasan
budak, dan kebebasan wanita. Menutut agar guru netral pada issu tersebut, berarti sama
dengan menyangkal kebebasan dan hak mereka menyuarakan pandangan mereka secara
terbuka di forum publik. Meskipun guru harus dengan bebas mengekspressikan opini mereka
pada waktu yang tepat, mereka harus yakin dan percaya bahwa, sebelum melakukannya, guru
sudah memiliki kesempatan untuk sampai pada kesimpulan mereka sendiri dengan bebas. Guru
harus menjelaskan pandangannya sehingga siswa dapat menerimanya sebagai pandangan
(opini). Siswa harus bebas dan didorong menantang secara rasional opini guru mereka. Mereka
harus belajar menentang setiap opini, terlepas dari sumbernya. Kalau kita tidak menghadapi
issu-issu sosial hangat secara terbuka dan kritis dalam ruang kelas, siswa-siswa kita tidak akan
berhasil berpartisipasi dalam proyek aksi sosial yang akan membantu menciptakan masyarakat
yang lebih manusiawi.
Meminta Pandangan atas Issu Kontroversial
Kita sarankan bahwa seorang guru harus bebas menentukan pandangan atas issu yang
kontroversial. Ini penting ditegaskan kembali dan menjelaskan poin ini lebih jauh. Tidaklah
konsisten meminta siswa menyampaikan pandangan atas issu sosial dan tidak mengharapkan
perilaku yang sama dari guru.
Banyak pendidik telah mendorong para guru untuk memilih “opini netral dan objekti”
bilamana berhubungan dengan issu kontroversial. Tetapi seringkali yang disebut objektivitas
menjadi kecil selain dari netralisme steril dan faceless fence-sitting, dengan melihat guru
seperti orang bego dan tanpa-opini. Orang demikian tidak dapay memahami setiap aktivitas
manusia. Sebagaimana sudah kita sebutkan sebelumnya, guru harus merasa bebas
mengekspresikan kajian mereka, tetapi mereka harus yakin bahwa siswa mereka memiliki
banyak peluang untuk menjabarkan opini mereka sendiri tentang issu sosial tanpa pengaruh
guru. Guru sering tidak menyadari bagaimana besarnya pengaruh mereka pada siswa-siswa
mereka. “Guruku berkata ……” adalah salah satu indikator paling jelas dari pengaruh guru pada
siswa, dan pernyataan ini hampir selalu terdengar di setiap rumah yang memiliki anak-anak.
Dengan anak-anak yang lebih besar pernyataan ini bisa berbentuk zero-worship ringan dimana
anak-anak dengan mudah menerima sudut pandang guru, tidak persoalan seberapa persuasif
titik pandang lain. Guru harus menyadari bahaya kembar di sini; pada satu sisi, indoktrinasi
langsung dan propaganda pada sisi lain, yang sering kita sebut faceless anonymity dari
pandangan netral objektip. Kedua ekstrim ini harus dihindarkan.
Banyak distrik sekolah memberi pedoman kebijakan khusus untuk penanganan issu
kontroversial dalam ruangan kelas. Penting sekali agar berbagai sisi suatu issu dengan cermat
dikaji, sehingga penutur publik (public speaker) yang menyampaikan berbagai sudut pandang
bisa diundang kedalam ruangan kelas dan majelis siswa, dan semua siswa mendapat peluang
yang sama untuk menyampaikan pandangan mereka atau untuk berbagi platform mereka
sehingga siswa dapat mempersoalkan pandangan-pandangan yang bersebelahan dengan
pandangannya sendiri.
Sebagian besar masalah yang bersumber dari pengajaran issu yang kontroversial
mengemuka karena guru gagal melibatkan orangtua, perwakilan masyarakat, dan administrator
sekolah dalam perencanaan tahap-tahap studi tersebut. Seringkali semua orangtua sedikit atau
tidak sama sekali memiliki ide issu kontroversial dimasukkan dalam topik yang diusulkan.
Mereka merasa tidak yakin dengan posisi mereka sendiri atau posisi yang dianut oleh satu atau
beberapa faksi didalam masyarakat. Bilamana posisi nilai didalam kontroversi tidak jelas bagi
setiap orang, issu tersebut diselimuti oleh penggunaan kata-kata jamak, bahasa emosional, dan
posisi keras.
Menurut akal sehat, kita harus mendorong guru untuk yakin atas posisi kebijakan dewan
sekolah mereka tentang pengajaran issu-issu yang kontroversial. Tanpa adanya kebijakan
dewan sekolah atas issu tersebut, kita sarankan agar guru dan kelompok masyarakat serta
administrasi sekolah sepenuhnya mengapresiasi hakekat issu yang kontroversial tersebut
terlebih dahulu. Ini tidak dimaksudkan untuk menyatakan bahwa guru dapat berpegang pada
“sensitive toes”. Sebaliknya, ini menyarankan bahwa bilama orangtua dan administrator
diberitahu sebelumnya, setiap kecaman yang muncul dapat disalurkan dengan baik dalam
diskusi lengkap dan bebas atas hak untuk mengangkat issu tersebut dalam ruang kelas, selain
pada pribadi guru tertentu.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, organisasi-organisasi profesional seperti National
Council for the Social Studies, National Education Association, dan American Federation of
Teachers sudah mulai membantu guru-guru yang secara tidak wajar dikecam karena pengajaran
issu-issu kontroversial atau yang diskors atau dipecat tanpa proses hukum. Ada indikasi bahwa
organisasi-organisasi ini akan semakin berperan aktip dalam membela hak-hak guru untuk
mengekspressikan pandangan mereka secara bebas didalam kelas dan mengajarkan issu-issu
sosial yang kontroversial. Buku Tahunan ke-45 National Council for the Social Studies
diperuntukkan bagi pengajaran issu-issu yang kontroversial.
RINGKASAN
Dalam bab ini, kita lebih jauh menjelaskan keyakinan kita tentang sasaran program studi sosial
dalam tingkat sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama. Kami kembali menegaskan bahwa
sasaran utama kurikulum studi sosial harus membantu siswa mengembangkan kemampuan
mereka membuat keputusan, sehingga mereka dapat memecahkan masalah-masalah pribadi
dan mempengaruhi kebijakan publik dengan berperanserta dalam aksi sosial yang rasional.
Teori kita mengaumsikan bahwa dalam suatu masyarakat yang demokratis, siswa harus terlatih
membuat keputusan-keputusan yang rasional sehingga mereka dapat mengambil tindakan
sosial yang cerdik untuk mempengaruhi kebijakan publik. Keterampilan pengambilan keputusan
didapat melalui pembelajaran dan bukan bawaan lahir, dan harus terus menerus dikembangkan
didalam program studi sosial. Teori kita juga mengasumsikan bahwa siswa dapat belajar
mengidentifikasi dan menjelaskan nilai-nilai mereka, mencerminkan masalah sebelum
mengambil tindakan atas masalah tersebut, dan membuat keputusan yang rasional sesuai
dengan nilai-nilai Amerika. Namun, selain penilaian stabilitas dan martabat manusia didalam
masyarakat, kita menganjurkan kurikulum studi sosial yang mempromosikan perubahan. Kita
mengasumsikan bahwa bilamana nilai – nilai kemasyarakat dan norma-normanya tidak
berfungsi, nilai dan norma-norma tersebut akan berubah oleh aksi sosial massif dan efektif.
Maka banyak nilai, norma, keyakinan dan gaya hidup tergantung kepada rekonstruksi dalam
setiap generasi, walaupun martabat manusia adalah suatu nilai yang kekal.
Selanjutnya kita uraikan proses pengambilan keputusan tang rasional dan aksi sosial
yang cerdik. Untuk membuat keputusan yang rasional, pelaku sosial harus memakai konsep dan
generalisasi dari beberapa disiplin, pengetahuan yang memiliki nilai prediksi tinggi, dan yang
menentukan struktur disiplin ilmu sosial. Pelaku sosial harus mengidentifikasi, menyusun, dan
menjelaskan nilai-nilainya dan juga mempertimbangkan nilai alternatif dan konsekuensinya.
Bilamana pelaku sosial betindak secara cerdik untuk mempengaruhi kebijakan publik, dia sudah
menguasai pengetahuan yang berhubungan dengan issu terkait, menjelaskan nilainya sendiri
mengenai issu tersebut, dan sangat menyadari dan bersedia menerima kemungkinan
konsekuensi tindakannya. Tindakan yang tidak memenuhi kriteria ini adalah irrasional.
Kami anjurkan agar siswa harus lebih terlibat dalam proyek aksi sosial yang realistis jika
mereka ingin membangun perasaan efikasi politik. Kami menetapkan dasar pemikiran untuk
proyek aksi sosial, mengkaji contoh-contoh, memberikan pedoman untuk objek tersebut, dan
membahas pengajaran issu-issu kontroversial. Bab terakhir menyajikan dasar pemikiran dan
strategi untuk pengevaluasian penyelidikan ilmu sosial, keterampilan penilaian, pengambilan
keputusan, dan keterampilan aksi sosial.