MAKALAH
PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Oleh:
Aulia Rachmannisa Diwantari (1441180162)
Muhammad Zuhdi (1441180156)
Rizqi Armon Rikat Adzani(1441180188)
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman ,tentu
kebutuhan terhadap manusia bertambah oleh karena itu
ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan
perubahan. Perubahan yang secara umum terjadi pada
perekonomian yang dialami suatu negara seperti
inflasi ,pengangguran , kesempatan kerja, hasil
produksi,dan sebagainya.
Persoalan-persoalan ekonomi pada hakekatnya adalah
masalah transformasi atau pengolahan alat-alat/sumber
pemenuh/pemuas kebutuhan, yang berupa faktor- faktor
produksi yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan
keterampilan (skill) menjadi barang dan jasa. Seperti
yang kita ketahui bahwa yang menentukan bentuk suatu
sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara yang
dijunjung tinggi, maka yang dijadikan kriteria adalah
lembaga-lembaga, khususnya lembaga ekonomi yang menjadi
perwujudan atau realisasi falsafah tersebut.
Perkembangan ekonomi saat ini mengalami kenaikan
beberapa persen. Walaupun begitu, perkembangan ekonomi di
Indonesia tidak terlepas dari banyaknya perubahan-
perubahan yang telah dilakukan dan diterapkan dalam
perekonomian di Indonesia.
Sudah hampir 66 tahun Indonesia merdeka. Akan tetapi
kondisi perekonomian Indonesia tidak juga membaik. Masih
terdapat ketimpangan ekonomi, tingkat kemiskinan dan
pengangguran masih tinggi, serta pendapatan per kapita
yang masih rendah. Untuk dapat memperbaiki sistem
perekonomian di Indonesia, kita perlu mempelajari sejarah
tentang perekonomian Indonesia dari masa penjajahan, orde
lama, orde baru hingga masa reformasi. Dengan mempelajari
sejarahnya, kita dapat mengetahui kebijakan-kebijakan
ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah dan
bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia serta
dapat memberikan kontribusi untuk mengatasi permasalah
ekonomi yang ada. Hal tersebut membuat kami ingin
membahas mengenai masalah dan perkembangan ekonomi,
khususnya yang ada di Indonesia.
Bung Hatta selain sebagai tokoh Proklamator bangsa
Indonesia, juga dikenal sebagai perumus pasal 33 UUD
1945.Bung Hatta menyusun pasal 33 didasari pada
pengalaman pahit bangsa Indonesia yang selama berabad-
abad dijajah oleh bangsa asing yang menganut sitem
ekonomi liberal-kapitalistik. Penerapan sistem ini di
Indonesia telah menimbulkan kesengsaraan dan kemelaratan,
oleh karena itu menurut Bung Hatta sistem ekonomi yang
baik harus berasaskan kekeluargaan.
I.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah perekonomian di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan perokonomian Indonesia hingga saat
ini ?
3. Bagaimana negara Indonesia menghadapi masalah-masalah
yang dalam mengembangkan perekonomian di Indonesia?
I.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin
dicapai dalam pembahasan ini dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah perekonomian yang ada di
Indonesia dari masa ke masa.
2. Untuk memahami perkembangan perekonomian yang ada di
Indonesia hingga saat ini dibandingkan dengan negara
lain.
3. Untuk mengetahui cara Indonesia dalam menghadapi masalah-
masalah yang timbul dalam melakukan pengembangan
perekonomian.
II. PEMBAHASAN
II.1 Sejarah Perekonomian di Indonesia
PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA PENJAJAHAN
Sebelum merdeka, Indonesia mengalami masa penjajahan
yang terbagi dalam beberapa periode. Ada empat negara
yang pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis, Belanda,
Inggris, dan Jepang. Portugis tidak meninggalkan jejak
yang mendalam di Indonesia karena diusir oleh Belanda,
tapi Belanda yang kemudian berkuasa selama sekitar 350
tahun, sudah menerapkan berbagai sistem yang masih
tersisa hingga kini. Untuk menganalisa sejarah
perekonomian Indonesia pada masa penjajahan, berikut
adalah penjelasannya :
MASA PENDUDUKAN BELANDA
Pada masa penjajahan,Indonesia menerapkan
system perekonomian monopolis. Dimana setiap kegiatan
perekonomian dijalankan sesuai dengan penguasa
perdagangan Indonesia saat itu. VOC adalah lembaga yang
menguasai perdagangan Indonesia pada saat itu, disini VOC
menerapkan peraturan dan strategi agar mereka tetap
menguasai perekonomian Indonesia. Peraturan-peraturan
yang diterapkan VOC seperti kewajiban menyerahkan hasil
bumi pada VOC dan pajak hasil bumi yang dirancang untuk
mendukung monopoli tersebut. Untuk mempermudah aksinya di
Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain
meliputi:
– Hak mencetak uang
– Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
– Hak menyatakan perang dan damai
– Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
– Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Disamping itu VOC juga menjaga agar harga rempah-
rempah agar tetapa tinggi.antara lain dengan diadakannya
pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah. Semua aturan itu
pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah
diisolasi VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Dengan monopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan
menambah isi kas negeri Belanda, dan dengan begitu akan
meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Disamping itu
juga diterapkan kewajiban menanam tanaman kopi bagi
penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di masa itu
mencapai 85.300 metrik ton, melebihi ekspor cengkeh yang
hanya 1.050 metrik ton. Dan pada tahun 1795, VOC bubar
karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan
Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas
VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
1. Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan
memakan biaya besar,terutama perang Diponegoro.
2. Penggunaan tentara sewaan memebutuhkan biaya besar
3. Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri
4. Pembagian deviden kepada para pemegang saham,
walaupun kas defisit.
MASA PENDUDUKAN INGGRIS (1811-1816)
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil
bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh Belanda,
dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini
sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles
mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia Belanda.
Selain itu, dengan menggunakan pajak tanah, maka penduduk
pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk
Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme
modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk
dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah
pemasaran produk dari negara penjajah. Akan tetapi,
perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini
sulit dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir
kekuasaan Inggris yang Cuma seumur jagung di Hindia
Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :
1. Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf
dan kurang mengenal uang
2. Pegawai pengukur tanah dari inggris sendiri
jumlahnya terlalu sedikit.
3. Kebijakan ini kurang didukung raja-raja dan para
bangsawan, karena inggris tak mampu mengakui suksesi
jabatan secara turun temurun.
MASA CULTUURSTELSEL (SISTEM TANAM PAKSA)
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai
diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den
Bosch. Yang bertujuan untuk memproduksi berbagai komoditi
yang permintaannya ada di pasaran dunia. Sejak saat itu,
diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan
rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina,
karet dan kelapa sawit. Sistem ini jelas menekan
penduduk pribumi, akan tetapi sangant menguntungkan bagi
Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi
(monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini,
seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda
langsung tergantikan berkali lipat. Sistem ini merupakan
pengganti sistem landrent (pajak tanah) dalam rangka
memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi.
Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas
ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah
untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan
oleh pemerintah. Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu
cultuur stelstel sangat memeras keringat dan darah
mereka, apalagi aturan kerja rodipun masih diberlakukan.
Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata
cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya
bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang
di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka.
Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa masyarakat
sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka
datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara
hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial,
tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang
melakukan kegiatan ekonomi non agraris.
Dengan menerapkan cultuur stelstel,
pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah dari
mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari
keterbatasan kesuburan tanah. Namun disini, pemerintah
Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu
mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama
kian besar. Biaya yang kian besar itu meningkatkan
penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx),
bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda
sebagai kapitalis.
SISTEM EKONOMI PINTU TERBUKA (LIBERAL)
Dengan adanya dorongan dari kaum humanis
belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi
ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia
Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya.
Maka dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru,
yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada
pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang
tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini
nampaknya juga masih tak lepas dari teori-teori mazhab
klasik, antara lain terlihat pada :
1. Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah,
pihak swasta yang mengelola perkebunan swasta sebagai
golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi sebagai buruh
penggarap tanah.
2. Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga
barang berada diatas ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan,
maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan mendorong
mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
3. Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan
pada pihak swasta, walau jelas, pemerintah Belanda
masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang
sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah
penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada
umumnya tidak diperlakukan layak.
MASA PENDUDUKAN JEPANG (1942-1945)
Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu
kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi mendukung gerak
maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai
akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam
struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot
tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena
produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan
produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur
menempati prioritas utama. Impor dan ekspor macet,
sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang sebelumnya
didapat dengan jalan impor. Segala hal diatur oleh pusat
guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan
tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.
1.ORDE LAMA (pasca kemerdekaan 1945-1950)
Keadaan ekonomi & keuangan pada masa ini sangat
buruk, karena disebabkan oleh inflasi yang sangat tinggi
yang dikarenakan beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali. Pemerintah RI menyatakan tiga
mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De
Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan
mata uang pendudukan Jepang.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain:
a. Menteri keuangan Ir. Surachman melaksanakan Program
Pinjaman Nasional dengan persetujuan BP-KNIP pada
bulan Juli 1946
b. Usaha melawan blokade dengan diplomasi beras ke India
c. Mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika
d. Melawan blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke
Singapura dan Malaysia.
Tujuan dilakukannya Konferensi Ekonomi Februari 1946
untuk memperoleh kesepakatan yang tetap dalam
menanggulangi masalah ekonomi yang mendesak, seperti :
a. Masalah produksi&distribusi sandang,pangan,papan, serta
status dan administrasi perkebunan.
b. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19
Januari 1947
c. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera)
1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-
bidang produktif.
d. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan
dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan
swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan membaik
(Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber
kekayaan).
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian
Indonesia yang baru merdeka. Karena pengusaha pribumi
masih lemah&belum bisa bersaing dengan pengusaha
nonpribumi, terutama pengusaha Cina.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ekonomi, antara lain :
a. Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat
harga turun, Gunting Syarifuddin memotongan nilai uang
(sanering) pada 20 Maret 1950.
b. Membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi
impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan
kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya
dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional
program ini disebut Program Benteng.
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin&
struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme
(pemerintah mengatur segalanya) sebagai akibat dari
dekrit presiden 5 Juli 1959. Sistem ini diharapkan akan
membawa kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial,
politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Namun kebijakan
ekonomi tersebut pada masa ini belum bisa memperbaiki
keadaan ekonomi indonesia, seperti :
a. Menurunkan nilai uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp
50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan
semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan
pada Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959.
b. Dibentuknya Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai
tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia dan pada 1961-1962 harga barang-
barang naik 400%.
c. Tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini
malah meningkatkan angka inflasi.
d. Pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya
sehingga memperparah tindakan moneter.
2. ORDE BARU
Stabilisasi politik menjadi prioritas utama pada
masa ini. Karena pengusaha pribumi tidak bisa bersaing
dengan pengusaha non pribumi, serta sistem etatisme pun
tidak memperbaiki keadaan, maka Dipilihlah sistem ekonomi
campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi
pancasila yang merupakan campur tangan pemerintah dalam
perekonomian secara terbatas. Jadi, pasar tidak bisa
menentukan sendiri dalam keadaan atau masalah tertentu.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di
segala bidang,seperti:
a. kebutuhan pokok
b. pendidikan dan kesehatan
c. pembagian pendapatan
d. kesempatan kerja
e. kesempatan berusaha
f. partisipasi wanita dan generasi muda
g. penyebaran pembangunan
h. peradilan
Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum
pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik
lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan lima
tahun).
Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka
kemiskinan, perbaikan tingkat kesejahteraan rakyat dan
industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga
berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan
jumlah kelahiran lewat KB dan pengaturan usia minimum
orang yang akan menikah,dampak positif ini diperoleh pada
tahun 1984.
Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta
pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam,
perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan
dan antar kelompok dalam masyarakat, serta penumpukan
utang luar negeri. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang
merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan
dampak yang paling buruk. Harga-harga meningkat secara
drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan
menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama
ekonomi.
Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan
stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program
pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan
pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan,
karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 %
per tahun.
Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem
ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing
dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak
memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi
campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi
pancasila. Ini merupakan praktek dari salahsatu teori
Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam
perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi
dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan
menentukan sendiri. Misalnya dalam penentuan UMR dan
perluasan kesempatan kerja. Ini adalah awal era Keynes di
Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada
teori-teori Keynesian. Kebijakan ekonominya diarahkan
pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8
jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan
kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja,
kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi
muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Maka sejak
tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan
pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun
(REPELITA). Berikut penjelasan singkat tentang beberapa
REPELITA:
1. REPELITA I (1967-1974)
Mulai berlaku sejak tanggal 1april 1969. Tujuan yang
ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun
dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan, cukup
sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang
pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan
lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. REPALITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per
tahun. Prioritas utamanya adalah sektor pertanian yang
merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
3. REPALITA III (1979-1984)
Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang
dititikberatkan pada sector pertanian menuju swasembada
pangan, serta peningkatan industri yang mengolah bahan
baku menjadi bahan jadi.
4. REPALITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan
usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat,
mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil dan
merata, memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya untuk
melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
industri sendiri.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi
menurut REPELITA adalah mengacu pada sektor pertanian
menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan
industri bertahap.
Kelebihan Pada Masa Orde Baru :
o Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun
1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari
AS$1.000.
o Sukses transmigrasi.
o Sukses KB.
o Sukses memerangi buta huruf.
o Sukses swasembada pangan.
o Pengangguran minimum.
o Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun).
o Sukses Gerakan Wajib Belajar.
o Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh.
o Sukses keamanan dalam negeri.
o Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia.
o Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk
dalam negeri.
Kekurangan Orde Baru
o Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme.
o Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya
kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah,
sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar
disedot ke pusat.
o Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena
kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua.
o Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para
transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang
cukup besar pada tahun-tahun pertamanya.
o Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan
yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin).
o Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan.
o Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak
koran dan majalah yang dibreidel.
o Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara
lain dengan program “Penembakan Misterius” (petrus).
o Tidak ada rencana suksesi.
3. ORDE REFORMASI
Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa
reformasi belum melakukan manuver-manuver yang cukup
tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya
diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik.
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun,
juga tidak ada tindakan yang cukup berarti untuk
menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada
berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru
harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN,
pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah.
Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang
menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat.
Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden
Megawati.
Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri Masalah-
masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan
ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang
ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi
antara lain :
1. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8
milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan
pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
2. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah
menjual perusahaan negara di alam periode krisis dengan
tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara.
Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini
memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang
diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan
konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan
korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk
menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya
pembangunan nasional.
Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Kebijakan
kontroversial pertama presiden Yudhoyono adalah
mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan
harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya
harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke
subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-
bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan
kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT)
bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke
tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai
masalah sosial.
Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan
pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan
infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki
iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya
Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006
lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-
kepala daerah.
Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama
untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari
kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi
kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang
salahsatunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan.
Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia,
diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998.
Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan mahasiswa yang
berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari
jabatannya dikarenakan pemerintahan Bapak Soerhato
dianggap telah banyak merugikan Negara dan banyak yang
melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Tahun
1998 merupakan tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di
Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang
dampaknya sangat terasa di Indonesia. Nilai rupiah yang
semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,- menjadi sekitar Rp.
10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali lipat
penurunan nilai rupiah terhadap dolar). Artinya, nilai
Rp. 1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai dengan 500 US$
namun setelah tahun 1998 menjadi hanya 100 US$.
Hutang Negara Indonesia yang jatuh tempo saat itu
dan harus dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi
lima kali lipatnya karena uang yang dimiliki berbentuk
rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika.
Ditambah lagi dengan hutang swasta yang kemudian harus
dibayar Negara Indonesia sebagai syarat untuk mendapat
pinjaman dari International Monetary Fund (IMF). Tercatat
hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar
(US$20 milyar adalah hutang komersial swasta).
Pemerintahan reformasi dari tahun 1998 sampai sekarang
sudah mengalami beberapa pergantian presiden, antara lain
yaitu :
1. Bapak B.J Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Pada saat pemerintahan presdiden B.J Habibie yang
mengawali masa reformasi belum melakukan perubahan-
perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi.
Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk menstabilkan
keadaan politik di Indonesia. Presiden B.J Habibie jatuh
dari pemerintahannya karena melepaskan wilayah Timor-
timor dari Wilayah Indonesia melalui jejak pendapat
2. Bapak Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid
pun belum ada tindakan yang cukup berati untuk
menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan
Abdurraman Wahid berakhir karena pemerintahannya
mengahadapi masalah konflik antar etnis dan antar agama.
3. Ibu Megawati (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)
Masa kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah
yang mendesak yang harus diselesaikan yaitu pemulihan
ekonomi dan penegakan hokum. Kebijakan-kebijakan yang
ditempuh untuk mengatasai persoalan-persoalan ekonomi
antara lain :
– Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8
milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan
mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp
116.3 triliun
– Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah
menjual perusahaan negara di dalam periode krisis
dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari
intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi
beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun
kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN
yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing. Megawati
bermaksud mengambil jalan tengah dengan menjual
beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar
negeri. Akan tetapi, hutang Negara tetap saja
menggelembung karena pemasukan Negara dari berbagai
asset telah hilang dan pendapatan Negara menjadi sangat
berkurang.
4. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-sekarang)
Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya
kontroversial yaitu :
– Mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain
menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh
naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM
dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan, serta
bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
– Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan
kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung
Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak
sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya
menimbulkan berbagai masalah sosial.
– Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor
asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure
Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan
para investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi
merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja.
Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu
ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama
investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-
undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi
asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja
juga akan bertambah.
– Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) yang dijalankan pada pemerintahan SBY mampu
memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal jauh
dari jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem
Soft Law bukan Hard Law. Artinya SBY tidak menindak tegas
orang-orang yang melakukan KKN sehingga banyak terjadi
money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan
banyak yang mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara
dapat dirugikan secara besar-besaran dan sampai saat ini
perekonomian Negara tidak stabil.
– Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar
gas dikarenakan persediaan bahan bakar minyak semakin
menipis dan harga di pasaran tinggi.
– Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat
para petani menjerit karena harga gabah menjadi anjlok
atau turun drastis
Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa
hutang pada IMF (International Monetary Fund). Dengan
ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-
agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun
wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali
mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan
ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan
jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan
Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret
2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain
karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih
sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di
SBI), sehingga kinerja sektor riil kurang dan berimbas
pada turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga
semakin membengkak dikarenakan sering terjadinya bencana
alam yang menimpa negeri ini.
II.2 Perkembangan Perekonomian Indonesia Hingga Saat Ini
Ekonomi indonesia saat ini optimis pertumbuhan
ekonomi yang meningkat. Dengan pertumbuhan dan pendapatan
nasional yang semakin meningkat kita dapat melihat
perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain. Dengan
pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan
kemajuan. Ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan ekonomi saat ini, salah satu pertumbuhan
ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik
masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian.
Selain itu, ekspor dan impor serta investasi juga
mempengaruhi..
Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang
perbankan ini dapat kita rasakan pertumbuhan ekonomi itu
meningkat. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan
ekonomi sepanjang triwulan I-2011 masih akan tumbuh
tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga, sepanjang
tahun ini, perekonomian Indonesia
diproyeksikantumbuhdikisaran6-6,5persen.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution
mengungkapkan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI
(membidangi keuangan dan perbankan) DPR, Senin (14/2).
“Prospek perekonomian ke depan akan terus membaik dan
diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin. Dia
mengatakan, permintaan domestik masih akan menjadi
penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor
dan impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat. Ia
menambahkan, Indonesia sudah melalui tantangan yang di
2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun
lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai target
pertumbuhan di 2013. Meski demikian, inflasi tinggi masih
akan menjadi tantangan serius di tahun ini.
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI
Sebagian orang berpendapat bahawa sistem yang
digunakan sekarang lebih condong ke barat atau disebut
sistem ekonomi liberal/kapitalis, sistem yang membebaskan
segala macam bentuk kegiatan ekonomi. Pemerintah tak ada
urusan dengan ekonomi yang dilakukan oleh rakyat. Mereka
semua mendapat hak yang sama untuk berkreatifitas tak ada
larangan. Intinya adalah sistem ini semua bebas melakukan
apa saja sehingga tak mengherankan kaum pemodal atau
kapital menjadi kaum yang super power pada sistem ekonomi
sehingga membuat yang miskin semakin miskin, eksploitasi
besar-besaran terhadap sumber daya alam, kesenjangan
sosial, itulah yang terjadi pada perekonomian Indonesia.
Sistem ekonomi liberal atau kapitalis yang tidak
lama lagi akan menuju neo-liberal. Indikasi sistem
perekonomian Indonesia diarahkan untuk mengikuti
mekanisme pasar disamping dominasi kekuatan korporasi
swasta yang semakin menguat. Sistem neo-liberal ini
semakin subur manakala bola salju globalisasi semakin
memasuki berbagai sendi-sendi kehidupan. Semula
globalisasi masih terkait dengan bidang informasi dan
komunikasi, namun bola salju globalisasi semakin membesar
dan menggulung bidang lainnya termasuk sektor
ekonomi,politik. Contohnya saja Harga BBM sudah didesak
agar secara bertahap mengikuti harga internasional.
Di Indonesia sendiri dapat dihitung para konglomerat
yang menguasai perekonomian, itu hanya ada segelintir
orang saja. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuesi kita
menganut sistem kapitalis. Sebenarnya sistem inilah yang
dijalan kan di Indonesia walaupun pemerintah tidak
mengakuinya secara terbuka.
Masuknya Sistem tersebut dapat kita lihat dari
beberapa Indikator yaitu :Di
a. hapusnya berbagai subsidi untuk masyarakat secara
bertahap, sehingga harga barang barang
strategis ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar.
b. Nilai Kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan kurs
tetap, sehingga besar kecilnya kurs rupiah akan
ditentukan oleh mekanisme pasar.
c. Perusahaan BUMN mulai beralih ke pihak swasta,
sehingga peran pemerintah semakin berkurang.
d. Keikutsertaan bangsa Indonesai dalam kancah WTO dan
perjanjian GATT yang semakin menunjukan komitmen bangsa
Indonesia dalam tata liberalisme dunia.
Dampak positif yang di timbulkan dari sistem
kapitalis ini yaitu dari aspek permodalan, kita dapat
dengan mudah mendapatkan modal dengan cepat dari investor
asing sedangkan dampak negatif dari sistem ini banyak
terjadi masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan,
krisis ekonomi dan hutang luar negeri yang tinggi.
Namun meskipun demikian, bagi saya pribadi
perekonomian Indonesia bisa dikatakan cukup memperlihakan
peningkatan yang bisa dibanggakan. Terlihat pada saat
terjadi krisis global, dimana banyak negara di dunia
mengalami krisis namun tidaklah demikian di Indonesia.
Indonesia masih bisa bertahan dari krisis ekonomi.
Walaupun masih dapat bertahan, sudah seharusnyalah
pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia sadar untuk
memperbaiki perekonomian Indonesia yang lebih baik lagi
dengan memberantas KKN, memangkas pengeluaran pemerintah,
membuka lapangan pekerjaan, dan lebih memperhatian rakyat
demi terciptanya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada
intinya kerjasamalah yang dibutuhkan bangsa ini untuk
mewujudkan tujuan tersebut.
Awal tahun 2015 menjadi momentum tepat untuk
memprediksi kondisi perekonomian Indonesia kedepan.
Sebagai salah satu negara yang baru saja mengalami
perombakan politik, serangkaian kebijakan baru tentunya
akan mempengaruhi proyeksi ekonominya. Meskipun laju
perekonomian di tahun lalu mengalami perlambatan, namun
sejumlah ahli dan ekonom justru memprediksi bahwa di
tahun 2015 perekonomian Indonesia akan mengalami
peningkatan. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Bahkan
ditengah kondisi ekonomi internasional yang terbilang
pesimis dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ini
sejumlah data yang dikumpulkan dari data-data Bank
Indonesia dan sejumlah kalangan mengenai perkembangan
ekonomi di tahun 2015.
Pada pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia
menetapkan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%,
dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit
Facility masing-masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%.
Kemudikan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap
perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek
ekonomi 2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan
tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan
inflasi menuju ke sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016, dan
mendukung pengendalian defisit transaksi berjalan ke
tingkat yang lebih sehat.
Mengacu pada evaluasi terhadap perekonomian di tahun
lalu, di tahun ini Bank Indonesia memperkirakan
perekonomian Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi
yang tetap terjaga, ditopang oleh perbaikan ekonomi
global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam
memperkuat fundamental ekonomi nasional.
Perekonomian Indonesia tahun 2014 diprakirakan
tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8%
pada tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan
tersebut terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun
akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global,
serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah.
Meskipun ekspor secara keseluruhan menurun, ekspor
manufaktur cenderung membaik sejalan dengan berlanjutnya
pemulihan AS. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan
tersebut didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah
seiring dengan program penghematan anggaran.
Sementara itu, kegiatan investasi juga masih tumbuh
terbatas. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih cukup
tinggi terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang
tetap solid. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi
diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran
5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya
konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di
2015 juga akan didukung oleh ekspansi konsumsi dan
investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas
fiskal untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif,
termasuk pembangunan infrastruktur.
Dari Segi Properti
Dan tidak kalah seksinya jika membahas perkembangan
ekonomi dari segi properti, seperti psatnya pertumbuhan
pusat perbelanjaan di JABODETABEK dan beberapa kota besar
seperti Bandung dan Surabaya. Berdasarkan riset Boston
Consulting Group, Indonesia saat ini memiliki 45 juta
orang yang tergolong dalam kelas menengah yang memiliki
kebiasaan membelanjakan uangnya di luar kebutuhan utama,
hal inilah yang memicu pertumbuhan pusat perbelanjaan
tersebut. Namun tidak berhenti di pertumbuhan pusat
perbelanjaan saja. Pertumbuhan positif pun diperkirakan
akan dialami semua bagian sektor seperti apartemen,
perkantoran komersial, hotel, maupun kawasan industri.
Dari Segi Industri Petrokimia
Industri petrokimia di Indonesia masih dalam tahap
berkembang. Konsumsi per kapita saat ini rendah
dibandingkan dengan Negara lainnya di ASEAN. Meskipun
permintaan yang rendah, namun tingkat pertumbuhan yang
terjadi tergolong sehat pada 5 – 8% per tahun yang
diperkirakan akan maju.
Dari Segi Gas Alam
Indonesia memproduksi sekitar 3 triliun kubik gas
alam setiap tahunnya dan itu mengalami pertumbuhan baik
sekitar 2,5 – 3,0% setiap tahunnya. Gas alam menyumbang
25% dari pasokan energy dalam negeri. Indonesia sendiri
merupakan salah satu eksportir terbesar gas alam cair di
dunia. Permintaan domestik untuk gas alam diperkirakan
akan lebih besar dari pasokan domestic di tahun-tahun
mendatang karena produsen gas dapat menuntut harga yang
lebih tinggi di pasar internasional.
II.3 Cara Indonesia dalam Menghadapi Masalah-Masalah yang
Ada dalam Mengembangkan Perekonomian di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang kaya. Namun, harus
diakui bahwa masih banyak sumber daya milik Indonesia
yang belum dimanfaatkan secara maksimal atau bahkan malah
justru pihak asing yang berhasil mengeksploitasi kekayaan
alam Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu masalah
ekonomi Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah
ekonomi Indonesia yang lain:
1. Pengangguran
Ini merupakan masalah klasik yang belum juga
terselesaikan secara tuntas. Dari tahun ke tahun jumlah
pengangguran di Indoensia semakin bertambah. Upaya
pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja belum bisa
menyelesaikan masalah ini.
2. Ekonomi Biaya Tinggi
Ini juga merupakan masalah klasik di dunia industri.
Ada banyak hal yang menyebabkan biaya produksi menjadi
tinggi. Diantaranya adalah pungutan liar / pungli yang
tidak hanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi namun
tidak jarang dilakukan secara terbuka.
3. Regulasi Ekonomi
Beberapa kali pemerintah mengeluarkan keputusan
mengenai regulasi ekonomi yang dianggap tidak tepat bagi
kondisi perekonomian Indonesia. Contohnya adalah
keputusan pemerintah untuk masuk dalam anggota CAFTA yang
sekarang ini mengakibatkan membanjirnya produk China di
Indonesia sehingga membuat produk lokal kepayahan di
pasar sendiri.
4. Kelangkaan Bahan Pokok
Operasi pasar yang sering dilakukan pemerintah
disaat harga bahan pokok mulai beranjak naik bisa
dipastikan tidak membantu menyelesaikan masalah ini.
Kelangkaan bahan pokok memang merupakan masalah yang
sangat sering terjadi di wilayah luar jawa karena alasan
teknis seperti transportasi. Namun menjelang puasa,
lebaran, dan natal bisa dipastikan wilayah jawa juga
mengalami masalah yang sama.
5. Tingginya Suku Bunga Perbankan
Suku bunga merupakan salah satu indikator sehat /
tidaknya kondisi perekonomian Indonesia. Suku bunga yang
terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah akan sangat
mempengaruhi perekonomian.
6. Tingginya Nilai Inflasi
Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi
perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Di
Indonesia sendiri nilai inflasi tergolong tinggi sehingga
banyak masalah ekonomi susulan yang terjadi karena
inflasi ini. Selain itu, inflasi di Indonesia sangat
'sensitif' mudah sekali naik. Misalnya walaupun hanya
dipengaruhi oleh tingginya harga cabai rawit beberapa
waktu yang lalu
III. KESIMPULAN
Pada masa penjajahan, Indonesia menerapkan sistem
perekonomian monopolis. Dimana setiap kegiatan
perekonomian dijalankan sesuai dengan penguasa
perdagangan Indonesia saat itu. VOC adalah lembaga yang
menguasai perdagangan Indonesia pada saat itu. Setelah
dikuasai VOC, perekonomian Indonesia secara beruntun
dikuasai berturut oleh bangsa Inggris dan Jepang, hingga
kemerdekaan Republik Indonesia dicetuskan dan memasuki
sistem pemerintahan baru yaitu orde lama.
Keadaan ekonomi & keuangan pada masa orde lama
sangat buruk, karena disebabkan oleh inflasi yang sangat
tinggi yang dikarenakan beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pemerintah RI menyatakan
tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata
uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Hutang negara
Indonesia semakin meningkat hingga tahun 2000 yaitu masa
pemerintahan orde baru.
Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa
hutang pada IMF (International Monetary Fund). Dengan
ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-
agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun
wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali
mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan
ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan
jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan
Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret
2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain
karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih
sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di
SBI), sehingga kinerja sektor riil kurang dan berimbas
pada turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga
semakin membengkak dikarenakan sering terjadinya bencana
alam yang menimpa negeri ini.
Top Related