PENGARUH STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING
READING QUESTIONING ANSWERING (PBLRQA)
TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA
PADA MATERI ASAM BASA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Ghiska Primayana Mufhtih
NIM. 11150162000038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
iv
ABSTRAK
PENGARUH STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING READING
QUESTIONING ANSWERING (PBLRQA) TERHADAP KETERAMPILAN
METAKOGNITIF SISWA PADA MATERI ASAM BASA
Ghiska Primayana Mufhtih, “Pengaruh Strategi Problem Based Learning
Reading Questioning Answering (PBLRQA) Terhadap Keterampilan
Metakognitif Siswa pada Materi Asam Basa”. Program Studi Pendidikan Kimia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2020.
Keterampilan metakognitif merupakan salah satu kecakapan yang dibutuhkan pada
abad ke 21 untuk meraih kesuksesan belajar siswa. Keterampilan metakognitif
siswa masih rendah sehingga perlu diberdayakan selama proses pembelajaran, yaitu
dengan menerapkan strategi Problem Based Learning Reading Questioning
Answering (PBLRQA). Melalui strategi PBLRQA siswa dapat mengendalikan
proses kognitifnya dengan melakukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi untuk
memecahkan masalah dalam pembelajaran kimia. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi PBLRQA terhadap keterampilan
metakognitif siswa pada materi asam basa. Metode yang digunakan adalah quasi
experiment dengan non-equivalent control group design. Sampel pada penelitian
ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas XI
IPA 5 sebagai kelompok kontrol, dengan masing-masing kelas berjumlah 32 siswa.
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner Metacognitive Activities Inventory
(MCA-I) untuk mengukur keterampilan metakognitif siswa dan tes esai materi
asam basa untuk mengukur hasil belajar siswa. Data dianalisis berbantuan software
IBM SPSS Statistic 22. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai (Sig. 2-tailed)
kelompok eksperimen yaitu 0,000 < 0,050, artinya H0 ditolak atau dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh strategi PBLRQA terhadap keterampilan
metakognitif siswa pada materi asam basa. Peningkatan keterampilan metakognitif
berimplikasi terhadap hasil belajar kognitif siswa.
Kata Kunci: problem based learning, reading questioning answering,
keterampilan metakognitif, asam basa.
v
ABSTRACT
THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING READING
QUESTIONING ANSWERING (PBLRQA) STRATEGY ON STUDENTS’
METACOGNITIVE SKILLS ON ACID BASE MATERIALS
Ghiska Primayana Mufhtih, "The effect of Problem Based Learning Reading
Questioning Answering (PBLRQA) Strategy on Students' Metacognitive Skills
on Acid Base Materials". Chemistry Education Department, Faculty of Tarbiyah
and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta,
2020.
Metacognitive skills are one of the skills needed in the 21st century to achieve
student learning success. Student’s metacognitive skills are still low, so that need
to be empowered during the learning process by implementing Problem Based
Learning Reading Questioning Answering (PBLRQA) Startegy. Through the
PBLRQA strategy, students can control their cognitive processes by planning,
monitoring, and evaluating to solve problems in chemistry learning. The aim of this
study was to determine the effect of the PBLRQA strategy on students’
metacognitive skills on acid-base materials. The method was used quasi-experiment
with a non-equivalent control group design. The sample in this study were students
of class XI IPA 1 as the experimental group and students of class XI IPA 5 as the
control group, with each class including 32 students. The instruments were used
Metacognitive Activities Inventory (MCA-I) questionnaire to measure students’
metacognitive skills and acid-base materials essay to measure student learning
outcomes. Data analysis was assisted by IBM SPSS Statistic 22 software. The
results of data analysis showed that the value (Sig. 2-tailed) of the experimental
group was 0,000 < 0,050, meaning that H0 was rejected or can be concluded that
is affected of PBLRQA strategy on students’ metacognitive skills on acid-base
materials. Increasing metacognitive skills has implications for student cognitive
learning outcomes.
Keywords: problem based learning, reading questioning answering, metacognitive
skills, acids bases.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin. Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu
Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Strategi Problem Based
Learning Reading Questioning Answering (PBLRQA) terhadap Keterampilan
Metakognitif Siswa pada Materi Asam Basa”. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita semua dari zaman Jahiliyah
menuju zaman yang terang benderang penuh cahaya keimanan ini. Semoga kita
selalu berada dalam syafa’at-Nya. Aamiin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi
ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
sekaligus Penasihat Akademik yang telah memberikan dukungan kepada
penulis selama penyusunan skripsi.
3. Dedi Irwandi, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu,
ilmu, arahan, motivasi, semangat, serta saran dalam penyusunan skripsi.
4. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah
memberikan waktu, ilmu, arahan, motivasi, semangat, serta saran dalam
penyusunan skripsi.
5. Salamah Agung, M.A., Ph.D., selaku validator instrumen yang telah
memberikan saran dan masukannya dalam membantu penulis pada
pembuatan instrumen.
vii
6. Buchori Muslim, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah memberikan
saran dan masukannya dalam membantu penulis pada pembuatan
instrumen.
7. Rizqy Nur Sholihat, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah
memberikan saran dan masukannya dalam membantu penulis pada
pembuatan instrumen.
8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Kimia yang telah mendidik, memberikan
ilmu, serta motivasi kepada penulis selama menjadi mahasiswa Pendidikan
Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Umiyati, S.Pd., selaku guru pamong dan guru kimia kelas XI di SMA
Negeri 4 Kota Tangerang Selatan yang selalu membantu dan memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Kedua orang tua tercinta, yaitu Bambang Sumaryanto dan Siti Chotimah
yang senantiasa mendukung, memberikan semangat dan kasih sayang serta
menjadi inspirasi terbaik bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Kedua Adikku, Sania Zachra Fajrina dan Faris Ahsan Ghalib yang selalu
menjadi penyemangat terbaik sehingga penulis mampu melewati semua
kesulitan yang dihadapi.
12. Sahabat sekaligus keluarga tersayang, Ummulia Fathin Novisari, Rayhan
Bayruni, Jihan Nisa Amini, Aulia Fikriani Dewi, Ligwina Dita Pertiwi dan
Andi Sangkawana yang selalu membantu, menemani, menguatkan dikala
sulit, menjadi tempat berbagi yang nyaman, memberikan kebaikan dan hal-
hal positif kepada penulis.
13. Sahabat terbaik penulis, Yeni Indah Otavia, Royhanah, Annisa Hafizah,
Rizki Aulia, Rizka Fariha, Eka Susrini Novitasari, Tria Nurocktavia dan
Novia Maharani Putri. Terima kasih selalu memberikan keceriaan dan
mewarnai kehidupan penulis selama masa perkuliahan.
14. Teman-teman seperbimbingan Pak Dedi dan Bu Evi yang selalu saling
menyemangati dalam penulisan skripsi ini.
15. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2015 yang sedang berjuang
untuk menyelesaikan skripsi dan tetap saling menyemangati satu sama lain.
viii
16. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan dan ketulusan
hati semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terkait penelitian ini.
Semoga karya ini dapat memberikan kontribusi dan motivasi bagi banyak orang
serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Aamiin.
Jakarta, November 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 8
A. Kajian Teori ................................................................................................. 8
1. Problem Based Learning (PBL) ............................................................... 8
2. Reading Questioning Answering (RQA) ................................................ 13
3. Strategi Problem Based Learning Reading Questioning Answering
(PBLRQA) ..................................................................................................... 17
4. Metakognitif ........................................................................................... 18
5. Materi Asam Basa .................................................................................. 22
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 27
C. Kerangka Pikir ........................................................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 33
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................... 33
x
C. Prosedur Penelitian..................................................................................... 34
D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 37
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 38
G. Validasi Instrumen ..................................................................................... 40
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 42
I. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 46
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 46
B. Pembahasan ................................................................................................ 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 69
A. Kesimpulan ................................................................................................ 69
B. Saran ........................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 81
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah PBL .......................................................................... 11
Tabel 2.2 Langkah-langkah RQA ......................................................................... 15
Tabel 2.3 Langkah-langkah PBLRQA .................................................................. 17
Tabel 2.4 Indikator Keterampilan Metakognitif ................................................... 22
Tabel 2.5 Contoh Senyawa Asam Basa ................................................................ 22
Tabel 3.1 Desain Penelitian................................................................................... 34
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Keterampilan Metakognitif ................................... 38
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ................................................................... 39
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Materi Asam Basa .... 40
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ......................................................... 41
Tabel 3.6 Ketentuan Skor Skala Likert ................................................................. 42
Tabel 3.7 Ketentuan Kategori untuk Nilai Persen ................................................ 43
Tabel 4.1 Data Hasil Deskriptif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................ 46
Tabel 4.2 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Metakognitif Siswa
Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................. 47
Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Indikator Pembelajaran Siswa Hasil Pretest dan
Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................................. 50
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ................................................................................................. 51
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ................................................................................................. 52
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Mann-Whitney Pretest dan Posttest Keterampilan
Metakognitif .......................................................................................................... 53
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Metakognitif ................................................................... 20
Gambar 2.2 Reaksi Lewis ..................................................................................... 24
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................. 31
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ............................................................................ 36
Gambar 4.1 Grafik Perbedaan Persentase Aspek Keterampilan Metakognitif Siswa
............................................................................................................................... 49
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis KD dan Indikator Pembelajaran ......................................... 82
Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen ..................................................................... 87
Lampiran 3. RPP Kelas Kontrol.......................................................................... 106
Lampiran 4. Lembar Validasi LKS Kelas Eksperimen ....................................... 122
Lampiran 5. LKS Kelas Eksperimen .................................................................. 140
Lampiran 6. LKS Kelas Kontrol ......................................................................... 156
Lampiran 7. Lembar Observasi Keterlaksanaan Strategi PBL Terintegrasi RQA
............................................................................................................................. 162
Lampiran 8. Lembar Validasi Terjemahan Instrumen Keterampilan Metakognitif
............................................................................................................................. 170
Lampiran 9. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Metakognitif ............................ 176
Lampiran 10. Instrumen Keterampilan Metakognitif ......................................... 179
Lampiran 11. Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar ............................. 182
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar 197
Lampiran 13. Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ............................................... 201
Lampiran 14. Hasil Keterampilan Metakognitif Kelas Eksperimen ................... 205
Lampiran 15. Hasil Keterampilan Metakognitif Kelas Kontrol.......................... 206
Lampiran 16. Persen Rata-Rata Keterampilan Metakognitif Kelas Eksperimen 207
Lampiran 17. Persen Rata-Rata Keterampilan Metakognitif Kelas Kontrol ...... 211
Lampiran 18. Persen Rata-Rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen ...................... 215
Lampiran 19. Persen Rata-Rata Hasil Belajar Kelas Kontrol ............................. 219
Lampiran 20. Data Hasil Uji Normalitas ............................................................ 223
Lampiran 21. Data Hasil Uji Homogenitas ......................................................... 227
Lampiran 22. Data Hasil Uji Hipotesis ............................................................... 228
Lampiran 23. Lembar Jawaban Kuesioner Siswa ............................................... 230
Lampiran 24. Lembar Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa .................................... 235
Lampiran 25. Jawaban LKS Siswa ..................................................................... 238
Lampiran 26. Surat Bimbingan Skripsi ............................................................... 243
Lampiran 27. Surat Permohonan Izin Validasi Instrumen oleh Dosen Ahli....... 244
xiv
Lampiran 28. Surat Izin Penelitian...................................................................... 247
Lampiran 29. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian.............................. 248
Lampiran 30. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 249
Lampiran 31. Lembar Uji Referensi ................................................................... 251
Lampiran 32. Hasil Turnitin ................................................................................ 265
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya ilmu sains dan teknologi yang cukup pesat di era
globalisasi merupakan tanda bahwa kehidupan abad 21 telah dimulai.
Kehidupan abad 21 penuh dengan tantangan yang harus dihadapi, masalah
sulit yang harus diatasi, dan keahlian yang harus dikuasai setiap individu.
Maka dari itu, setiap negara khususnya Indonesia harus mampu
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini peran
pendidikan sangatlah penting, melalui kegiatan belajar diharapkan siswa
dapat menguasai keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk
menjadi pribadi yang sukses di abad 21. Keterampilan tersebut relevan
dengan empat pilar pendidikan yang mencakup learning to know, learning
to do, learning to be, dan learning live together. Keempat pilar ini
merumuskan keterampilan yang perlu diberdayakan selama kegiatan belajar
di abad 21, seperti keterampilan berpikir kritis, berpikir logis, dan
metakognitif (Zubaidah, 2016).
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan penguasaan keterampilan pada
pembelajaran abad ke 21, salah satu mata pelajaran yang mendukung hal
tersebut adalah kimia. Kimia merupakan disiplin ilmu dengan tujuan utama
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang terorganisir dalam
memecahkan suatu permasalahan. Sebagaimana yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 tentang
Standar Kelulusan, bahwa keterampilan berpikir menjadi kompetensi yang
harus dicapai termasuk pada pembelajaran kimia siswa SMA/MA. Salah
satu keterampilan berpikir yang dibutuhkan agar seseorang dapat bersaing
secara nasional maupun internasional pada abad 21 adalah keterampilan
metakognitif (Pratama, 2018).
Keterampilan metakognitif berperan penting dalam pembelajaran
karena erat kaitannya dengan proses kognitif siswa dalam belajar, tentunya
2
hal ini akan berdampak terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Jika siswa
memiliki keterampilan metakognitif yang baik, maka hasil belajar
kognitifnya akan baik pula. Keterampilan metakognitif merupakan
kemampuan seseorang untuk mengatur, mengendalikan, dan memeriksa
proses berpikirnya secara sadar terhadap perilaku belajarnya, sehingga
siswa dapat memperbaiki akan kelemahan yang ada pada dirinya. Untuk
mengembangkan keterampilan metakognitif dapat dilakukan dengan
memberikan tugas atau latihan kepada siswa selama pembelajaran. Selama
mengerjakan tugas atau latihan siswa melakukan aktivitas berpikir yang
sistematis, mulai dari merencanakan (planning) proses penyelesaiannya
dengan menetapkan tujuan, mengidentifikasi pengetahuan yang diketahui,
menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Setelah itu dilanjutkan
dengan melakukan pemantauan (monitoring) terhadap relevansi
pengetahuan yang ada dengan strategi pembelajaran yang digunakan,
kemajuan pembelajaran, dan ketercapaian tujuan. Kemudian diakhiri
dengan mengevaluasi (evaluation) proses dan hasil pemikiran selama
mengerjakan tugas (Azizah, Nasrudin, Mitarlis, 2019).
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa keterampilan
metakognitif memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap kesuksesan
seseorang, baik dalam penguasaan konsep suatu materi, hasil belajar,
maupun pemecahan masalah. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
siswa yang memiliki keterampilan metakognitif rendah. Sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati, Rahman & Gonggo (2015)
bahwa kategori metakognitif siswa dalam pemecahan masalah kimia masih
tergolong rendah. Dalam penelitiannya, Muhlisin et al (2016) juga
menghasilkan temuan bahwa keterampilan metakognitif siswa masih
didominasi dengan kategori rendah yaitu sebanyak 49%. Hal ini sangat
memprihatinkan mengingat keterampilan metakognitif dapat mendorong
perkembangan kognitif siswa yang akan mempengaruhi keberhasilan
belajarnya.
3
Rendahnya keterampilan metakognitif siswa dipicu karena pola
pembelajaran yang digunakan oleh guru belum sepenuhnya
memberdayakan keterampilan berpikir, khususnya pada pelajaran kimia.
Sari et al. (2018) mengungkapkan bahwa materi asam basa masih diajarkan
dengan menggunakan metode konvensional. Ketika belajar siswa tidak
dilibatkan dalam sebuah penyampaian gagasan terhadap suatu masalah,
gambar ataupun cerita, akibatnya siswa menjadi pasif selama kegiatan
pembelajaran dan tidak terlatih untuk membangun pengetahuannya secara
mandiri (non-constructivism). Menurut Danial (2010) kegiatan
pembelajaran yang demikian kurang mendukung pengembangan
pengetahuan dan penguasaan konsep, sikap, moral, dan pemberdayaan
berpikir siswa. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan strategi
pembelajaran yang dapat memberdayakan keterampilan berpikir
metakognitif pada materi asam basa agar hasil belajar kimia siswa dapat
meningkat.
Berdasarkan fakta di atas, yang dapat dilakukan oleh guru untuk
membangkitkan keterampilan metakognitif siswa ketika belajar adalah
dengan menerapkan strategi pembelajaran yang bersifat konstruktivis,
seperti Problem Based Learning (PBL). Berdasarkan penelitian yang telah
yang dilakukan oleh Fitriyani, Corebima & Ibrohim (2015) menghasilkan
data bahwa strategi pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap
keterampilan metakognitif siswa. Selain itu, Aisyah & Ridlo (2015) dalam
penelitiannya menilai strategi PBL cukup mampu memberdayakan
keterampilan metakognitif, dimana siswa dengan pembelajaran PBL
memiliki rata-rata skor keterampilan metakognitif yang lebih tinggi
daripada non-PBL. Dari penelitian tersebut membuktikan bahwa
penggunaan strategi pembelajaran PBL memberikan pengaruh positif
terhadap keterampilan metakognitif siswa.
Nuryanto, Utami & Saputro (2015) menjelaskan bahwa PBL adalah
serangkaian aktivitas pembelajaran yang memusatkan siswa pada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah dan tidak mengharapkan
4
siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi,
tapi dengan PBL diharapkan siswa aktif berpikir, mencari informasi,
mengolah data, mempresentasikan solusi, dan menyimpulkan. Selain itu
Malahayati, Corebima & Zubaidah (2015) mengungkapkan bahwa PBL
berorientasi pada proses dan menekankan keterlibatan siswa secara aktif
baik fisik maupun mental melalui pemecahan masalah yang dikonstruksi
dalam bentuk pertanyaan dan dipecahkan secara kooperatif. Dalam
penerapannya hanya ada beberapa materi yang bisa diterapkan dalam PBL.
Menurut Khotim et al. (2015) materi asam basa dapat di aplikasikan ke
dalam PBL karena terdapat banyak masalah yang berkaitan dengan materi
asam basa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu materi asam basa dapat
dikatakan sejalan dengan tujuan PBL. Pembelajaran PBL dikemas dengan
pengkonstruksian pengetahuan secara mandiri yang menyebabkan siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga dapat melatih keterampilan
metakognitif siswa. Begitupun dengan materi asam basa, (Mu’minin &
Azizah, 2014) menjelaskan asam basa merupakan materi yang tidak hanya
menuntut penguasaan pengetahuan berupak fakta, konsep dan prinsip,
melainkan proses penemuan yang didapat melalui keterlibatan aktif dalam
kegiatan praktikum, sehingga siswa perlu untuk mengembangkan
keterampilan berpikirnya agar dapat mengkonstruk pengetahuannya.
Beberapa penelitian menilai siswa masih kesulitan untuk
memecahkan masalah yang disajikan dalam PBL. Siswa merasa enggan
untuk terlibat dalam proses pemecahan masalah, karena kurangnya
pengetahuan awal yang dimiliki mengenai topik masalah yang diangkat
(Putra et al., 2018). Hal ini terjadi akibat kurangnya minat membaca siswa.
Dapat dibuktikan dari penilaian PISA tahun 2018, kemampuan literasi Sains
di Indonesia berada pada peringkat 74 dari 79 negara (Tohir, 2019).
Berdasarkan realita tersebut, pembelajaran Reading Questioning Answering
(RQA) mampu mengatasi hambatan yang terjadi ketika PBL diterapkan.
RQA membantu siswa mempersiapkan diri untuk belajar sehingga memiliki
pengetahuan awal terkait materi yang dibahas. Dengan menerapkan RQA,
5
kegiatan membaca yang menjadi sebuah keharusan akan membantu siswa
memperoleh pengetahuan atau informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah yang disajikan dalam PBL. Corebima (2009)
menyatakan bahwa implementasi RQA terbukti mampu memaksa para
siswa untuk membaca materi yang ditugaskan, sehingga pembelajaran yang
dirancang dapat terlaksana dan pemahaman terhadap materi pembelajaran
berhasil ditingkatkan hampir 100%.
RQA memiliki tahapan dimana siswa dapat membaca literatur
sebanyak mungkin untuk menemukan pemecahan masalah. Selama proses
pemecahan masalah, siswa dapat mendalami berbagai disiplin ilmu dan
memperluas pengetahuan dasar melalui belajar mandiri dan kerja sama
dengan teman sebaya. Dalam hal ini RQA mendukung PBL sebagai
replikasi dari situasi kehidupan nyata dan menjadi interdisipliner yang
melekat, yang memfasilitasi siswa untuk memahami bagaimana berbagai
pengetahuan berinteraksi untuk menyelesaikan masalah. Pada tahapannya
RQA menugaskan siswa untuk membaca dan memahami materi bacaan,
mengidentifikasi ide-ide penting dan mencari kata kunci sehingga mampu
menemukan konsep esensial pada materi, kemudian pada tahap menanya
siswa membuat daftar pertanyaan yang berkaitan dengan konsep penting
yang ditemukan saat membaca materi, dan pembelajaran berakhir pada
tahap menjawab dimana siswa memprediksi jawaban dari pertanyaan yang
telah dibuat. Rangkaian kegiatan tersebut dapat melatih keterampilan
metakognitif siswa selama pembelajaran (Bahri & Corebima, 2019).
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengintegrasikan sintaks RQA ke
dalam sintaks PBL, yang dapat disebut sebagai strategi PBLRQA. Relevan
dengan penelitian Bahri & Idris (2017), yang menyatakan bahwa strategi
PBLRQA dapat digunakan oleh para pendidik untuk memberdayakan
keterampilan metakognitif yang akan menjadikan siswa pebelajar yang
mandiri.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dilakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi Problem Based Learning
6
Reading Questioning Answering (PBLRQA) terhadap Keterampilan
Metakognitif Siswa pada Materi Asam Basa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Keterampilan metakognitif siswa masih tergolong rendah.
2. Pola pembelajaran materi asam basa yang diterapkan di sekolah masih
menggunakan metode konvensional.
3. Kurangnya pengetahuan awal yang dimiliki siswa mengenai masalah
yang disajikan dalam PBL, akibat minat membaca siswa yang masih
rendah.
C. Pembatasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Keterampilan metakognitif siswa diukur meliputi 3 aspek, yaitu aspek
perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.
2. Keterampilan metakognitif menggunakan 13 indikator menurut
Francine Delvecchio (2011) yaitu, terhubung dengan pengetahuan
terdahulu, mengidentifikasi tujuan, memilah informasi penting,
memecahkan masalah menjadi poin-poin, menemukan hubungan dari
setiap variabel, memetakan solusi, memeriksa berbagai tahapan,
bertanya kepada teman, mengidentifikasi kesalahan, menilai jawaban,
mengoreksi cara yang salah atau kurang tepat, memeriksa kembali
jawaban akhir, dan memverifikasi bahwa jawaban menjawab
pertanyaan.
3. Materi yang digunakan adalah materi asam basa.
4. Strategi pembelajaran PBLRQA menggunakan pengintegrasian sintaks
antara PBL dengan RQA yang dikembangkan oleh Arsad Bahri dan
Irma Suryani Idris (2017).
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan strategi Problem Based Learning Reading
Questioning Answering (PBLRQA) berpengaruh terhadap keterampilan
metakognitif siswa pada materi asam basa?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan metakognitif siswa setelah
penggunaan strategi Problem Based Learning Reading Questioning
Answering (PBLRQA) pada kelas eksperimen?
3. Bagaimana implikasi keterampilan metakognitif siswa terhadap hasil
belajar?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh strategi Problem Based Learning Reading
Questioning Answering (PBLRQA) terhadap keterampilan metakognitif
siswa.
2. Mengetahui peningkatan keterampilan metakognitif siswa setelah
penggunaan strategi Problem Based Learning Reading Questioning
Answering (PBLRQA) pada kelas eksperimen.
3. Mengetahui implikasi keterampilan metakognitif siswa terhadap hasil
belajar.
F. Manfaat Penelitian
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat untuk:
1. Siswa
a. Menjadi strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa
memahami materi asam basa.
8
b. Memberi pengalaman baru dalam proses pembelajaran sehingga
siswa mampu mengembangkan keterampilan metakognitifnya.
2. Guru
a. Memberikan alternatif strategi pembelajaran kimia.
b. Dapat diterapkan untuk memberdayakan keterampilan metakognitif
siswa.
3. Peneliti Lain
a. Memberikan sumber rujukan untuk melakukan penelitian lainnya
yang serupa agar dapat dikembangkan.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan
untuk penelitian sejenis pada konsep yang berbeda ataupun bidang
yang berbeda.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian PBL
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) telah
dikembangkan sejak tahun 1970 oleh Prof. Howard Barrows dalam
pembelajaran ilmu medis di Mc Master University Canada (Amir,
2009, p. 12). Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa
Indonesia disebut dengan pembelajaran berbasis masalah. Sanjaya
(2008) dalam (Lismaya, 2019, p. 13) mengartikan PBL secara
sederhana, yaitu sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Dalam jurnalnya, Savery (2006) mendefinisikan
pembelajaran PBL sebagai sebuah pendekatan instruksional yang
memberdayakan siswa untuk melakukan penyelidikan,
mengintegrasikan teori dan praktik, menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka memecahkan suatu permasalahan.
Pengertian PBL juga diungkapkan oleh Tan (2004, p. 7) bahwa
PBL merupakan pembelajaran yang aktif, progresif, dan berpusat
pada siswa dengan pemberian masalah yang tidak terstruktur
(masalah dunia nyata atau masalah yang kompleks) sebagai titik
awal atau stimulus belajar siswa.
Masalah dalam PBL mengarahkan siswa untuk bernalar dan
mencari tahu apa yang telah mereka ketahui dan apa yang harus
mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Melalui
proses berpikir aktif dan reflektif menjadikan siswa bertanggung
jawab atas pembelajaran mereka sendiri (Ajai & Imoko, 2015).
Dijelaskan pula oleh Arends (2012, p. 397), bahwa PBL dirancang
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir,
9
keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan
intelektualnya, mempelajari dan menghadapi berbagai situasi nyata
atau situasi yang disimulasikan, serta menjadikan siswa pebelajar
yang mandiri dan otonom. Belajar memecahkan suatu masalah
akan membuat siswa berusaha mengetahui pengetahuan yang
mereka butuhkan dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
(Safitri et al., 2018). Dengan demikian, pembelajaran dapat lebih
bermakna ketika siswa dihadapkan pada situasi dimana materi
tersebut dapat diterapkan.
Dari pengertian PBL yang dikemukakan oleh beberapa ahli
di atas, peneliti mengartikan PBL sebagai pembelajaran yang
didasarkan pada aktivitas siswa dalam pemecahan masalah, dimana
siwa terlibat aktif dan berkolaborasi dalam melakukan
penyelidikan untuk memecahkan masalah, sehingga siswa dapat
mengkonstruk pengetahuannya secara mandiri.
b. Karakteristik PBL
Lynda Wee (2000) dalam (Amir, 2009, p. 13) menyatakan
bahwa karakteristik PBL sangat menunjang pembentukan
kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif,
berpikir secara metakognitif, dan kecakapan dalam menggali
informasi. Adapun karakteristik PBL menurut Arends (2012, p.
397) ialah sebagai berikut:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran PBL
dilandasi seputar pertanyaan-pertanyaan terkait masalah yang
dialami siswa dalam kehidupan nyata dan memberikan solusi
pemecahan masalah bagi siswa.
2) Fokus terhadap antar disiplin ilmu yang saling terkait. Masalah
yang dipusatkan kepada siswa ditinjau dari berbagai disiplin
ilmu.
3) Investigasi autentik. Pembelajaran berbasis masalah
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan mencari solusi
10
untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa harus mampu
mendefinisikan masalah, membuat prediksi sementara,
mengumpulkan dan mengolah informasi, melakukan
eksperimen (jika perlu), membuat kesimpulan.
4) Menghasilkan dan mempresentasikan karya. Pembelajaran
berbasis masalah mengharuskan siswa untuk membuat produk
atau karya sebagai langkah dalam penemuan solusi untuk suatu
permasalahan. Produk tersebut dapat berupa laporan, makalah,
video, program komputer, ataupun situs web.
5) Bekerja secara bersama-sama. Pembelajaran berbasis masalah
ditandai oleh siswa yang bekerjasama dalam kelompok kecil
atau paling tidak berpasangan. Siswa saling memotivasi dan
bertukar pendapat dalam menyelesaikan tugas untuk
mengembangkan keterampilan sosialnya.
Karakteristik PBL yang lain dikemukakan oleh Barrows
(1996) dalam (Sadia, 2014, pp. 69–70) sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran bersifat student-centered. Siswa dituntut
untuk dapat bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.
2) Proses pembelajaran dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-
6 orang. Hendaknya kelompok dibentuk secara heterogen, agar
dapat bekerja dan belajar secara lebih intensif dan efektif.
3) Permasalahan yang disajikan merupakan stimulus pelajaran
yang diorganisasikan dalam bentuk dan fokus tertentu. Dengan
demikian, siswa akan merealisasikan apa yang perlu mereka
pelajari serta akan mengarahkan mereka untuk
mengintegrasikan informasi-informasi dari berbagai disiplin
ilmu.
4) Informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri. Proses
pembelajaran secara mandiri didapatkan melalui bekerjasama
dalam kelompok, berdiskusi, melakukan komparasi, mereview,
serta berdebat tentang apa yang telah mereka pelajari.
11
5) Masalah (problems) merupakan bahan untuk mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah. Format permasalahan
diupayakan dapat mempresentasikan permasalahan yang sesuai
dengan realita dan juga harus memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melakukan
pengamatan lapangan atau melakukan eksperimen di
laboratorium.
6) Peran guru hanya sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi
informasi faktual. Albanese & Dast (2014) menjelaskan tiga
tugas guru sebagai fasilitator dalam PBL, yaitu membantu
siswa mengatur kelompoknya agar berfungsi secara efektif,
memastikan bahwa semua anggota kelompok memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi secara penuh, dan
mengarahkan siswa agar sesuai dengan tujuan belajar yang
ingin dicapai.
c. Langkah-langkah PBL
Tujuan utama PBL adalah untuk menginvestigasi berbagai
permasalahan penting dan menjadikan siswa pembelajar yang
mandiri. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan langkah-
langkah untuk menerapkan PBL. Arends (2012, p. 411)
mengungkapkan bahwa PBL memiliki lima langkah pembelajaran,
yaitu:
Tabel 2.1 Langkah-langkah PBL
No. Tahapan Aktivitas Guru dan Siswa
1. Mengorientasi
siswa terhadap
masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan sarana atau logistik
yang dibutuhkan serta memotivasi
siswa untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi
siswa untuk
belajar
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengatur tugas
belajar yang berhubungan dengan
masalah yang sudah diorientasikan
pada tahap sebelumnya.
12
3. Membimbing
penyelidikan
individual
maupun
kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai
dan melakukan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan yang
diperlukan untuk menyelesaikan
masalah.
4. Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya
Guru membantu siswa untuk berbagi
tugas dan merencanakan atau
menyiapkan karya yang sesuai
sebagai hasil pemecahan masalah
dalam bentuk laporan, video, atau
model.
5. Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses pemecahan masalah
yang dilakukan.
Sedangkan menurut David Jonhson dalam (Sanjaya, 2016,
pp. 217–218) menjelaskan langkah-langkah PBL dengan tahapan
yang berbeda, yaitu:
1) Mendefinisikan masalah
2) Mendiagnosis masalah
3) Merumuskan alternatif strategi
4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan
5) Melakukan evaluasi.
Berdasarkan perincian di atas, peneliti memutuskan untuk
menggunakan langkah-langkah PBL menurut Arends. Penentuan
ini berdasarkan pertimbangan pada penelitian pengembangan
strategi PBL terintegrasi RQA yang dilakukan oleh Bahri & Idris
(2018). Penelitian tersebut mengintegrasikan sintaks RQA ke
dalam lima langkah PBL menurut Arends.
d. Keunggulan dan Kelemahan PBL
PBL memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah:
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa akan
menerapkan pengetahuan yang dimiliki atau berusaha
13
mengetahui pengetahuan yang diperlukan dalam belajar
memecahkan suatu masalah,
2) Siswa dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan
secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
sesuai,
3) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok (Saefudin & Berdiati, 2014, pp. 55–56).
Disamping keunggulannya, PBL juga memiliki kelemahan
diantaranya adalah:
1) Jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri untuk memecahkan
masalah yang dipelajari, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba,
2) Membutuhkan waktu untuk persiapan,
3) Jika siswa tidak mengetahui alasan yang mendasari untuk
berusaha memecahkan masalah yang sedang mereka pelajari,
maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari
(Suyanti, 2010, pp. 119–120).
4) Tidak dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran. Hanya
materi tertentu saja yang dapat diajarkan dengan menggunakan
PBL,
5) Membutuhkan persiapan yang matang,
6) Memakan banyak waktu, sehingga terkadang mengakibatkan
materi pembelajaran tidak tuntas (Cahyani & Setyawati,
2016).
2. Reading Questioning Answering (RQA)
a. Pengertian RQA
Pada tahun 2008 Corebima mengembangkan pembelajaran
RQA berdasarkan kenyataan bahwa hampir semua siswa tidak
14
membaca terlebih dahulu terkait materi yang akan dipelajari di
kelas, hal ini menyebabkan pembelajaran tidak terlaksana secara
optimal sehingga kemampuan pemahaman siswa terhadap suatu
materi menjadi rendah. RQA merupakan salah satu pembelajaran
active learning yang termasuk ke dalam pendekatan kontruktivisme
(Mulyadi & Diana, 2018). Menurut teori pembelajaran
konstruktivisme, siswa harus membangun pengetahuannya sendiri
dan mampu mentransfromasikan pengetahuan lama dengan
pengetahuan yang baru didapatkan (Trianto, 2007, p. 13).
RQA juga dapat dikatakan sebagai strategi metakognitif. Ini
dikarenakan siswa diharuskan membaca, memahami isi bacaan,
kemudian menemukan bagian inti dari isi bacaan, melalui kegiatan
tersebut siswa melibatkan metakognitifnya (Bahri et al., 2016).
Begitu pula menurut Darussyamsu & Fadilah (2017) strategi
pembelajaran RQA dapat meningkatkan keterampilan metakognitif
maupun hasil belajar kognitif siswa. RQA memberi kesempatan
siswa untuk melakukan penelaahan materi dengan membaca,
mencari poin penting yang dikemas dalam bentuk pertanyaan dan
mencari jawaban atas hal-hal penting dari berbagai sumber (Iqbal &
Hariyadi, 2015). Dengan adanya berbagai tahapan tersebut, siswa
dapat memonitor kegiatan belajarnya sendiri, menjadi manajer atas
dirinya sendiri serta menjadi penilai atas pemikiran dan
pembelajaran mereka sendiri (Lashari, Lisa & Julung, 2017).
Dengan demikian peneliti menyimpulkan RQA sebagai
sebuah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui
pengalaman belajar yang mereka lakukan sesuai tahapan RQA, yaitu
dengan kegiatan membaca, membuat pertanyaan dan menjawab,
sehingga dapat melatih keterampilan metakognitif siswa.
15
b. Langkah-langkah RQA
RQA memiliki sintaks pembelajaran yang saling
berhubungan, beruntun dan menunjang. Sintaks dari RQA dimulai
dari membaca (reading), kemudian bertanya (questioning), dan
yang terakhir menjawab (answering). Tahapan RQA secara lebih
rinci dipaparkan oleh Corebima dan Bahri (2011) dalam
(Sumampouw et al., 2016) sebagai berikut:
Tabel 2.2 Langkah-langkah RQA
No. Kegiatan siswa
1. Siswa ditugaskan untuk membaca materi pembelajaran yang
akan dibahas. Sumber belajar yang akan dibaca oleh siswa
sudah ditetapkan, baik dari textbook, handout maupun
referensi dari internet.
2. Berdasarkan bacaan yang telah dibaca, selanjutnya siswa
ditugaskan untuk membuat ringkasan terkait materi yang
telah dibaca.
3. Berdasarkan teks yang dibaca dan diringkas, siswa
ditugaskan untuk membuat beberapa pertanyaan terkait
secara tertulis, khususnya pertanyaan tingkat tinggi.
4. Siswa ditugaskan untuk menuliskan jawaban mereka terkait
pertanyaan tersebut.
5. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah dibuat
(ringkasan, pertanyaan dan jawaban), kemudian dilanjutkan
dengan diskusi kelas.
6. Guru melakukan klarifikasi, perbaikan, dan penyempurnaan
terkait seluruh materi yang telah dipresentasikan dan
didiskusikan (hasil penugasan berupa ringkasan dan
pertanyaan serta jawabannya dikumpulkan untuk
kepentingan penilaian).
Tahap kegiatan membaca merujuk pada keterampilan dasar
dalam belajar, kegiatan menyusun pertanyaan merupakan hasil dari
keterampilan yang diperoleh dari hasil membaca, kegiatan
menjawab pertanyaan merupakan hasil dari siswa memahami isi
bacaan. Jika ketiga komponen tersebut dipadukan, maka akan
menjadi suatu kemampuan atau kecakapan berpikir (Amin &
Corebima, 2016). Dalam jurnalnya, Nasrudin, Azizah & Muchlis
16
(2018) menjelaskan bahwa pada tahap reading siswa diberi tugas
untuk membaca dan memahami bacaan materi, mengidentifikasi
ide-ide penting dan menemukan kata kunci sehingga mampu
menemukan konsep-konsep esensial dalam materi tersebut,
selanjutnya pada tahap questioning siswa membuat daftar
pertanyaan terkait konsep-konsep penting yang ditemukan ketika
mencermati materi, dan pembelajaran diakhiri pada tahap answering
yaitu siswa memprediksi jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat.
c. Keunggulan dan Kelemahan RQA
Sama seperti pembelajaran lain, RQA juga memiliki
keunggulan dan kelemahan. Adanya keunggulan dan kelemahan ini
dapat digunakan sebagai pertimbangan, karena tidak semua materi
pelajaran dapat diajarkan dengan penerapan RQA. Adapun
keunggulan strategi RQA sebagai berikut:
1) Dapat mengukur keterampilan berpikir siswa melalui kegiatan
menyusun pertanyaan dari materi yang dibaca siswa,
2) Melatih siswa untuk membuat pertanyaan tingkat tinggi yang
memerlukan analisis dan penjelasan,
3) Memperkuat ingatan siswa mengenai materi belajar, karena
siswa aktif mendalami materi tersebut (A. Purwanto, 2018).
4) Meningkatkan minat baca dan kemampuan membaca sains,
5) Meningkatkan rasa ingin tahu dan keaktifan siswa selama
pembelajaran,
6) Meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan
literasi sains (Hidayahtika, Suprapto & Hernawati, 2020).
Sementara kelemahan RQA sebagai berikut:
1) Sering terjadi miskonsepsi terhadap materi belajar, karena pada
proses konstruksi setiap siswa memiliki pandangan dan
pemahaman yang berbeda-beda,
2) Proses konstruksi yang dilakukan secara individu menyebabkan
rendahnya keterampilan sosial siswa (Darmayanti, 2015).
17
3. Strategi Problem Based Learning Reading Questioning Answering
(PBLRQA)
PBLRQA merupakan strategi yang baru dikembangkan.
Pengembangan strategi PBLRQA dilandasi karena adanya kekurangan
PBL yang dapat diatasi dengan RQA. Pembelajaran PBL menuntut
siswa untuk lebih banyak menggali informasi dalam penyelesaian
masalah. Sedangkan untuk menyelesaikan masalah dibutuhkan
pengetahuan awal terkait topik yang dibahas. Akan tetapi minat baca
siswa dalam pencarian informasi masih kurang. Kurangnya minat baca
dapat diatasi dengan menerapkan RQA. Sesuai dengan sintaks RQA
yaitu diawali dengan membaca dapat memaksa siswa untuk melakukan
kegiatan membaca dalam rangka pencarian informasi untuk
menyelesaikan masalah (Bahri, 2017).
Sintaks PBL dan RQA dalam PBLRQA memiliki tujuan yang sama
yaitu mengembangkan pembelajaran yang self-directed sehingga siswa
mampu bertanggung jawab untuk mengorganisasi dan mengontrol
pembelajarannya sendiri (Bahri & Idris, 2017). Pengintegrasian sintaks
RQA ke dalam PBL ini diharapkan dapat melengkapi dan mengatasi
kelemahan masing-masing strategi serta memaksimalkan potensinya
untuk memberdayakan keterampilan metakognitif siswa. Dalam
penelitian Bahri & Idris (2018) PBLRQA telah dikembangkan dan
divalidasi sehingga menghasilkan sintaks sebagai berikut:
Tabel 2.3 Langkah-langkah PBLRQA
No Fase Aktivitas Pengajaran
1 Orientasi siswa pada
masalah dan
mengarahkan siswa
untuk membaca
literatur.
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
sarana yang dibutuhkan, topik
pembelajaran, dan mengarahkan siswa
untuk membaca literatur, memotivasi
siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang telah ditentukan.
18
2 Siswa membuat
pertanyaan tentang
bahan bacaan dan
masalah yang terkait.
Memberikan siswa tugas untuk
menyerahkan masalah yang berkaitan
dengan bahan bacaan dalam bentuk
pertanyaan dan kemudian jawab
pertanyaan yang telah dibuat.
3 Pengorganisasian
siswa dalam belajar.
Mengatur siswa untuk belajar sesuai
dengan kelompok yang telah dibentuk.
4 Membimbing
penyelidikan secara
berkelompok dan
mendiskusikan
jawaban serta
pertanyaan yang telah
dibuat.
Membimbing diskusi kelompok.
5 Pengembangan dan
penyajian hasil
melalui presentasi
kelompok.
Membantu siswa merencanakan dan
menyiapkan produk yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta
membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan teman.
6 Analisis dan evaluasi
proses pemecahan
masalah.
Membantu siswa untuk merefleksikan
atau mengevaluasi penyelidikan dan
proses yang mereka gunakan.
4. Metakognitif
a. Pengertian Metakognitif
Pada tahun 1976, John H. Flavell memperkenalkan istilah
metakognitif (metacognition) untuk pertama kalinya. Metakognisi
terdiri dari imbuhan “meta” dan “kognisi”. “Meta” merupakan
awalan untuk kognisi yang artinya “sesudah” kognisi. Penambahan
awalan “meta” pada kognisi untuk merefleksikan ide bahwa
metakognisi diartikan sebagai kognisi tentang kognisi, berpikir
tentang berpikir atau pengetahuan tentang pengetahuan (Desmita,
2010, p. 132). Konteks pengetahuan disini mencakup pengetahuan
tentang kapan dan bagaimana menggunakan strategi tertentu untuk
belajar atau untuk pemecahan masalah. Jaleel & Premachandran
(2016) mendefinisikan metakognitif secara sederhana, yaitu sebuah
sistem pengaturan yang membantu seseorang memahami dan
mengontrol kinerja kognitifnya sendiri. Chauhan & Singh (2014)
19
mendefinisikan metakognitif sebagai pemikiran tingkat tinggi yang
melibatkan kontrol aktif atas proses kognitif yang terlibat dalam
pembelajaran.
Tosun & Senocak (2013) juga berpendapat mengenai
metakognitif. Menurutnya, metakognitif mencakup bagaimana
seseorang merefleksikan apa yang diketahui, bagaimana
menganalisis apa yang diajarkan, bagaimana memecahkan apa yang
dianalisis, dan bagaimana menerapkan apa yang dipelajari. Dengan
demikian, peneliti menyimpulkan metakognitif sebagai suatu proses
berpikir yang melibatkan kontrol aktif diri seseorang untuk
memecahkan masalah dengan menerapkan pengetahuan yang telah
dipelajari dan menetapkan strategi yang tepat, sehingga dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Komponen Metakognitif
Banyak penelitian yang mengkaji teori metakognitif. Para
ahli psikologi membagi metakognitif ke dalam komponen dengan
konteks yang berbeda-beda. Namun secara umum, metakognitif
dibagi menjadi dua komponen yaitu pengetahuan metakognitif
(knowledge about cognition) dan keterampilan metakognitif
(regulation of cognition). Masing-masing komponen dibagi lagi
menjadi beberapa aspek. Pengetahuan metakognitif berkaitan
dengan pemikiran dan kepekaan untuk bertindak, terdiri dari
pengetahuan deklaratif, prosedural, kondisional. Sementara
keterampilan metakognitif berkaitan dengan pengaturan kognitif,
terdiri dari aspek perencanaan, pemantauan, dan evaluasi (Ozturk,
2017).
Penjelasan di atas sesuai dengan model teoritis komponen
metakognitif yang dibuat oleh Cooper & Sandi-Urena (2009), yang
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
20
Gambar 2.1 Komponen Metakognitif
Berdasarkan Gambar 2.1, peneliti memutuskan hanya fokus
pada salah satu komponen metakognitif yaitu keterampilan
metakognitif yang mencakup 3 aspek yaitu aspek perencanaan
(planning), pemantauan (monitoring), dan evaluasi (evaluating).
c. Keterampilan Metakognitif
Definisi keterampilan metakognitif secara singkat
dikemukakan oleh Brown (1978) dalam (Delvecchio, 2011), yaitu
sebagai kegiatan pengaturan diri seseorang yang berkaitan dalam
pemecahan masalah. Menurut Schraw (2001) dalam (Cooper &
Sandi-Urena, 2009), keterampilan metakognitif merujuk pada
aktivitas dan tindakan seseorang untuk mengontrol kognitifnya
sendiri. Keterampilan pengaturan ini yang memandu proses
penyelesaian masalah dan perbaikannya untuk meningkatkan
efisiensi dalam menyelesaikan masalah dan tugas-tugas lainnya.
Tidak berbeda jauh dengan yang dikemukakan oleh
Livingston (2003) juga menjelaskan bahwa keterampilan
metakognitif merupakan suatu proses bertahap seseorang dalam
mengontrol aktivitas kognitifnya sendiri untuk memastikan tujuan
kognitif yang telah ditentukan. Proses tersebut membantu untuk
mengatur dan mengawasi kegiatan pembelajaran, serta terdiri dari
perencanaan, pemantauan kegiatan kognitif, dan memeriksa hasil
21
dari kegiatan tersebut. Keterampilan metakognitif dalam
pembelajaran memiliki sejumlah efek konkret yang berperan
penting dalam pemahaman lisan, pemahaman membaca, pemecahan
masalah, perhatian, memori, kognisi sosial, pengembangan
kepribadian, komunikasi dan berbagai jenis pengendalian diri dan
instruksi diri (Evangeline, 2016).
Terdapat 3 aspek keterampilan yang berperan penting dalam
metakognitif yaitu, perencanaan (planning), pemantauan
(monitoring), dan evaluasi (evaluating). Perencanaan merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan dengan hati-hati guna mengatur
keseluruhan proses pembelajaran. Kegiatan perencanaan meliputi
penentuan tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
strategi pembelajaran, dan harapan pembelajaran (Setiawati &
Corebima, 2018). Perencanaan melibatkan pemilihan strategi dan
sumber yang tepat serta berpengaruh pada pelaksanaan. Misalnya
membuat prediksi sebelum melakukan dan menyusun strategi atau
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas
(Maduabuchi, Ogbonnaya & Angela, 2016). Pemantauan
merupakan kegiatan yang mengatur dan memantau kegiatan belajar
dan kemajuan belajar. Evaluasi adalah kegiatan mengevaluasi
proses belajar mandiri yang meliputi menilai kemajuan kegiatan
belajar (Setiawati & Corebima, 2018).
Dengan demikian, keterampilan metakognitif adalah
keterampilan berpikir seseorang yang melibatkan pengontrolan aktif
terhadap kognitifnya sendiri untuk menyelesaikan masalah dalam
pembelajaran melalui tahap perencanaan, pemantauan, dan evaluasi
yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
d. Indikator Keterampilan Metakognitif
Untuk menentukan bagaimana siswa menggunakan
keterampilan metakognitif selama pemecahan masalah dapat
22
menggunakan indikator keterampilan metakognitif menurut
Delvecchio (2011) yang dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Indikator Keterampilan Metakognitif
No
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
Indikator Keterampilan
Metakognitif
1 Perencanaan Terhubung dengan pengetahuan
terdahulu
Mengidentifikasi tujuan
Memilah informasi penting
Memecahkan masalah menjadi poin-
poin
Menemukan hubungan dari setiap
variabel
Memetakan solusi
2 Pemantauan Memeriksa berbagai tahapan
Bertanya kepada teman
Mengidentifikasi kesalahan
Menilai jawaban
Mengoreksi cara yang salah atau
kurang tepat
3 Evaluasi Memeriksa kembali jawaban akhir
Memverifikasi bahwa jawaban
menjawab pertanyaan
5. Materi Asam Basa
a. Teori Asam Basa
1) Teori Arrhenius
Pada tahun 1887 Svante Arrhenius mendefinisikan asam dan
basa dalam teori pengionan. Menurut Arrhenius, asam adalah zat
yang memberikan ion-ion H+ jika dilarutkan ke dalam air,
sedangkan basa adalah zat yang memberikan ion-ion OH− jika
dilarutkan ke dalam air. Berikut ini merupakan contoh senyawa
asam dan basa:
Tabel 2.5 Contoh Senyawa Asam Basa
Asam Basa
Asam klorida (HCl) Natrium hidroksida (NaOH)
23
Asam nitrat (HNO3) Kalium hidroksida (KOH)
Asam sulfat (H2SO4) Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
Asam asetat (HC2H3O2) Amonia (NH3)
Tiga dari urutan pertama di atas dalam tiap kelompok,
terionisasi di dalam air secara keseluruhan sehingga
dikelompokkan sebagai asam atau basa kuat. Asam asetat dan
amonia hanya terionisasi sebagian dalam larutan air sehingga
dikelompokkan sebagai asam dan basa lemah (Keenan,
Kleinfelter & Wood , 1992, p. 408).
2) Teori Bronsted-Lowry
Teori yang dikemukakan oleh Arrhenius masih memiliki
keterbatasan, yakni hanya mendefinisikan asam dan basa dalam
larutan dengan medium air. Pada tahun 1932, kimiawan asal
Denmark, Johannes Bronsted dan Thomas Lowry memperluas
definisi asam basa. Mereka mendefinisikan asam sebagai
pendonor proton (H+) dan basa sebagai penerima proton (H+)
(Chang, 2005, p. 96). Asam basa menurut Bronsted-Lowry
disebut juga asam basa konjugasi, berikut contoh reaksinya.
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+
(aq) + OH−(aq)
basa (1) asam (2) asam (1) basa (2)
Berdasarkan reaksi di atas, basa (1) menerima proton
sehingga menjadi asam (1) sedangkan asam (2) melepaskan
proton sehingga menjadi basa (2). Asam (1) disebut asam
konjugasi dari basa (1), sedangkan basa (2) disebut basa
konjugasi dari asam (2). Artinya, molekul NH3 adalah basa, ion
NH4+ adalah asam konjugasi dari NH3 dan molekul H2O adalah
asam, ion OH− adalah basa konjugasi dari H2O (Petrucci et al.,
2008, p. 288).
3) Teori Lewis
24
Lewis mendefinisikan asam basa berdasarkan serah terima
pasangan elektron. Menurutnya, asam adalah akseptor
(penerima) pasangan elektron dan basa adalah pendonor
(pemberi) pasangan elektron. Dalam ikatan kimia, asam adalah
zat yang memiliki orbital yang belum penuh dan kekurangan
elektron, sedangkan basa adalah zat yang memiliki pasangan
elektron yang dapat digunakan bersama (Petrucci, 1987, p. 263).
Penggunaan pasangan elektron yang berikatan berasal dari salah
satu atom mengakibatkan terbentuknya ikatan pada asam basa
lewis berupa ikatan kovalen koordinasi (Oxtoby, Gillis &
Campion, 2008, p. 627) Berikut ini contoh reaksi asam basa
Lewis:
SnCl4(l) + 2 Cl− ⟶ [SnCl6]2−
Gambar 2.2 Reaksi Lewis
b. Indikator Asam Basa
Suatu zat yang digunakan untuk membedakan asam dan basa
disebut indikator (Brady, 2000, p. 201). Indikator juga dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa.
Indikator asam basa terbagi menjadi dua, yaitu indikator yang dibuat
dari zat warna alami tumbuhan (indikator alami) dan indikator yang
dibuat secara sintetis di laboratorium (indikator buatan). Biasanya
indikator alami digunakan dalam bentuk larutan yang kemudian
diteteskan pada cairan atau larutan yang akan diuji. Jika pada larutan
terjadi perubahan warna, maka larutan yang diuji bersifat asam atau
basa (Lestari, 2016). Buah, sayur dan bunga dapat dimanfaatkan
25
sebagai indikator alami karena adanya perubahan warna akibat
keasaman (Oxtoby, Gillis & Campion, 2008, p. 639). Sebagai
contohnya yaitu kunyit, noda kunyit akan memberikan warna yang
berbeda. Ketika noda kunyit diberi larutan asam akan berubah
menjadi warna kuning cerah dan ketika diberi larutan basa akan
berubah menjadi warna kecokelatan (Brady, 2000, p. 201).
Indikator buatan diantaranya adalah kertas lakmus, indikator
universal, dan pH meter serta larutan indikator. Terdapat kertas
lakmus berwarna merah dan biru. Larutan asam dapat merubah
warna kertas lakmus biru menjadi merah dan sebaliknya, larutan
basa dapat merubah warna lakmus merah menjadi biru. Kertas yang
dapat menentukan pH suatu larutan yang diujikan dengan perubahan
14 macam warna disebut indikator universal (Nivaldo, 2007, p. 363).
Agar nilai pH larutan yang didapat lebih akurat, biasanya di
laboratorium menggunakan sebuah alat yang disebut pH meter
(Silberberg, 2007, p. 587). Indikator buatan dalam bentuk larutan,
contohnya fenolftalein, metil merah, metil biru, dan sebagainya
(Lestari, 2016).
c. Kekuatan Asam dan Basa
Kekuatan asam basa dinyatakan dengan tetapan
kesetimbangannya, yaitu tetapan ionisasi asam (Ka) dan tetapan
ionisasi basa (Kb). Kekuatan asam basa ini ditentukan oleh banyak
sedikitnya ion H+ dan OH− yang dilepaskan tergantung pada nilai
derajat ionisasi (α). Sebagai contoh, reaksi ionisasi asam dapat
ditulis sebagai berikut:
HA(aq) + H2O(l) ⇌ H3O+
(aq) + A−(aq)
Dimana A− adalah basa konjugasi dari HA. Rumus kesetimbangan
untuk reaksi kimia di atas yaitu:
K𝑎 =[H₃O+][A−]
[HA]
26
Asam kuat memiliki α = 1 dan nilai Ka > 1, sehingga hampir semua
asam terurai menjadi ion-ionnya. Sedangkan asam lemah memiliki
nilai Ka lebih kecil dari 1 dan senyawa terionisasinya mempunyai
konsentrasi yang rendah (Oxtoby, Gillis & Nachtrieb, 2001, p. 299).
Konsep di atas sama halnya dengan kekuatan basa. Sebagai
contoh reaksi ionisasi basa dapat ditulis sebagai berikut:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+
(aq) + OH−(aq)
Rumus tetapan ionisasi basa (Kb) untuk reaksi kimia di atas yaitu:
K𝑏 =[NH₄+][OH−]
[NH₃]
Pada basa kuat, hampir semua basa dalam air terurai menjadi ion-
ionnya, sehingga memiliki derajat ionisasi (α) = 1 dan nilai Kb yang
sangat besar. Kekuatan basa berbanding terbalik dengan kekuatan
asam konjugatnya. Bila asam semakin lemah basa konjugatnya
semakin kuat dan begitupula sebaliknya. Hubungan antara Ka dan
Kb dapat ditulis dengan rumus seperti berikut:
Kw = Ka × Kb
(Oxtoby, Gillis & Nachtrieb, 2001, p. 301).
d. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman suatu larutan dibagi menjadi larutan asam,
netral dan basa. Pengukuran derajat keasaman ketiga larutan tersebut
menggunakan skala 0-14 (Zumdahl & Zumdahl, 2007, p. 632). Skala
ini didapat dari hasil perhitungan pOH dan pH. Nilai pH didapatkan
dengan perumusan menggunakan skala logaritma berbasis − 10
(Oxtoby, Gillis & Campion, 2008, p. 631) seperti di bawah ini:
pH = −log [H+] (asam)
pOH = −log [OH−] (basa)
Hubungan antara pH dan pOH dapat dirumuskan sebagai berikut:
pKw = pH + pOH
27
Pada suhu 25℃ nilai Kw = 1,0 × 10−14, maka nilai pKw = 14,
sehingga hubungan pH dan pOH yang didapat yaitu, pH + pOH = 14
(Zumdahl & Zumdahl, 2007, p. 633).
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini,
diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Arsad Bahri dan Irma Suryani Idris
(2018) dengan judul “Development and Validation of Learning Strategy
for Metacognitive Skills Empowerment: PBLRQA (PBL Integrated with
Reading, Questioning, and Answering)”. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan dan validasi strategi PBLRQA dengan
menggunakan model 4D (Define, Design, Develop, and Dissemination).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sintaks strategi PBLRQA
valid untuk memberdayakan keterampilan metakognitif.
2. Penelitian dengan judul “Teaching Thinking: Memberdayakan
Keterampilan Metakognitif Mahasiswa melalui PBLRQA (Integrasi
Problem-based Learning dan Reading, Questioning, & Answering)”
yang dilakukan oleh Arsad Bahri dan Irma Suryani Idris (2017),
menghasilkan temuan bahwa penerapan strategi PBLRQA dapat
digunakan oleh guru agar pembelajaran tidak hanya fokus pada
penguasaan kognitif siswa, melainkan dapat memberdayakan
keterampilan metakognitif yang akan menjadikan siswa pebelajar yang
mandiri.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Arsad Bahri, Irma Suryani Idris,
Rusdianto Nurman, dan Evi Ristiana (2019) dengan judul “PBLRQA
Strategy Potential in Enhancing Metacognitive Skills of Students with
Different Academic Achievement” menyimpulkan bahwa PBLRQA
dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa dibandingkan
dengan strategi konvensional.
28
4. Arsad Bahri (2010) dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Strategi
Pembelajaran Reading Questioning and Answering (RQA) pada
Perkuliahan Fisiologi Hewan terhadap Kesadaran Metakognitif,
Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar”, menunjukkan hasil skor
keterampilan metakognitif mahasiswa lebih tinggi jika diajarkan dengan
penerapan strategi RQA dibandingkan dengan strategi yang lain..
5. Penelitian dengan judul “Construction of Metacognition Skills through
Students’ Worksheet with Problem Based Learning Approaches” yang
dilakukan oleh S. Haryani, A.D. Astiningsih, K. I. Supardi dan C.
Kurniawan (2017). Penelitian ini mengukur metakognitif siswa
menggunakan instrumen tes uraian dengan indikator metakognitif
konseptualisasi dan instrumen non tes berupa kuesioner MCA-I
(Metacognitione Activities Inventory). Hasil penelitian menyatakan
bahwa keterampilan metakognitif siswa yang didukung dengan
penggunaan LKS berbasis PBL dalam pembelajaran kimia dapat
berkembang dengan baik.
6. Penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Hubungan Antara
Keterampilan Metakognitif terhadap Hasil Belajar dan Retensi Siswa
SMA pada Pembelajaran Biologi Berbasis PBL” yang dilakukan oleh
Khofifatu Nurisya, Aloysius Duran Corebima dan Fatchur Rohman
(2017). Dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa peranan strategi
problem based learning dalam memberdayakan keterampilan
metakognitif memberikan dampak pada retensi hasil belajar siswa,
sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan metakognitif siswa
dapat dilatih melalui implementasi PBL.
7. Devi Andriani, Rini R.T. Marpaung, dan Tri Jalmo (2019) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Problem Based Learning
Terhadap Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Siswa”,
menyimpulkan bahwa Problem Based Learning berpengaruh terhadap
peningkatan keterampilan metakognitif siswa kelas XI IPA.
29
8. Penelitian yang dilakukan oleh S. Haryani, Masfufah, N. Wijayati, C.
Kurniawan (2018) dalam International Conference on Mathematics,
Science and Education 2017 (ICMSE2017) yang berjudul
“Improvement of Metacognitive Skills and Students’ Reasoning Ability
through Problem-Based Learning”, menyatakan bahwa sintaks dari
model PBL sangat berpengaruh terhadap keterampilan metakognitif
sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan penalarannya
dalam memecahkan masalah.
C. Kerangka Pikir
Salah satu keterampilan berpikir yang dibutuhkan agar menjadi
pribadi yang berkualitas di abad 21 adalah keterampilan metakognitif.
Keterampilan metakognitif berkaitan dengan bagaimana kemampuan
seseorang untuk mengontrol proses berpikirnya yang digunakan untuk
memecahkan masalah dalam belajar. Keterampilan metakognitif sangat
berperan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas karena
dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Akan tetapi, pada
kenyataannya keterampilan metakognitif siswa masih dinyatakan rendah.
Hal ini disebabkan pola pembelajaran yang diterapkan kurang efektif dalam
memberdayakan keterampilan metakognitif siswa. Pola pembelajaran
materi asam basa masih menggunakan metode konvensional yang tidak
mendorong siswa untuk terlibat aktif ketika belajar sehingga siswa sulit
untuk mengkonstruk pengetahuannya secara mandiri. Sementara pelajaran
kimia pada materi asam basa sangat membutuhkan pemahaman yang
mendalam agar siswa dapat mencapai tujuan belajar.
Siswa merasa malas untuk terlibat dalam pemecahan masalah. Hal
ini dikarenakan kurangnya pengetahuan awal yang dimiliki siswa untuk
menyelesaikan masalah, akibat minat baca siswa yang masih rendah. Oleh
sebab itu, yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan di atas
salah satunya dengan menerapkan strategi pembelajaran. Strategi
30
pembelajaran yang dianggap tepat sebagai solusi adalah strategi Problem
Based Learning Reading Questioning Answering (PBLRQA). Penerapan
strategi PBLRQA diharapkan mampu untuk meningkatkan keterampilan
metakognitif siswa pada materi asam basa. Melalui enam langkah strategi
PBLRQA, terdapat 3 aspek keterampilan metakognitif yang dapat
diberdayakan yaitu keterampilan perencanaan, pemantauan dan evaluasi.
Berikut kerangka berpikir pada penelitian ini yang dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
31
vc
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Orientasi siswa pada masalah,
dan mengarahkan siswa untuk
membaca literatur.
Siswa membuat pertanyaan
tentang bahan bacaan dan
masalah yang terkait.
Pengorganisasian siswa dalam
belajar.
Membimbing penyelidikan
secara berkelompok dan
mendiskusikan jawaban serta
pertanyaan yang telah dibuat.
Pengembangan dan penyajian
hasil melalui persentasi
kelompok.
Analisis dan evaluasi proses
pemecahan masalah
Keterampilan
Pemantauan
Keterampilan
Perencanaan
Keterampilan
Evaluasi
Keterampilan
Metakognitif
Meningkat
Keterampilan metakognitif merupakan salah satu keterampilan berpikir yang
diperlukan di abad ke-21.
Rendahnya keterampilan metakognitif siswa.
Penerapan Strategi PBLRQA
1. Pola pembelajaran materi asam basa yang diterapkan di sekolah masih
menggunakan metode konvensional.
2. Kurangnya pengetahuan awal siswa mengenai masalah yang disajikan
dalam PBL, akibat rendahnya minat membaca siswa.
32
D. Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh strategi Problem Based Learning Reading
Questioning Answering (PBLRQA) terhadap keterampilan metakognitif
siswa pada materi asam basa.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan yang
berlokasi di Jl. WR. Supratman No. 1, Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten 15412. Adapun waktu
penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020
yakni pada tanggal 27 Januari sampai dengan 14 Februari 2020.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Experiment, yaitu metode penelitian eksperimen semu atau metode
eksperimen yang memiliki kelompok kontrol tetapi tidak sepenuhnya
berfungsi untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2009, p. 77). Metode ini dipilih
karena objek yang akan diteliti tidak memungkinkan untuk dilakukan
pengontrolan variabel secara ketat, sehingga variabel dari luar bisa saja
dapat mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi validitas hasil penelitian.
2. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent
Control Group Design, yaitu desain yang memiliki kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random
(Sugiyono, 2009, p. 79). Penelitian diawali dengan pemberian pretest
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui
keadaan awal keterampilan metakognitif siswa. Kemudian kedua
kelompok tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, kelompok
eksperimen diberikan perlakuan khusus sedangkan kelompok kontrol
34
diberikan perlakuan biasa. Penelitian diakhiri dengan pemberian
posttest pada kedua kelompok. Adapun desain penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 Y O2
Keterangan:
O1 : pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
O2 : posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
X : perlakuan khusus pada kelompok eksperimen berupa penerapan
strategi PBLRQA
Y : perlakuan biasa pada kelompok kontrol berupa penerapan
pembelajaran konvensional
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan terdapat 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Perencanaan
a. Melakukan studi literatur melalui buku teks, jurnal-jurnal penelitian
terdahulu, maupun sumber bacaan lain yang berkaitan dengan
penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk mencari kesesuaian pada
variabel-variabel yang digunakan yaitu, strategi Problem Based
Learning Reading Questioning Answering (PBLRQA),
keterampilan metakognitif siswa, dan materi kimia yang sesuai
dengan strategi PBLRQA.
b. Melakukan analisis KD dan Indikator pada Standar Isi Mata
Pelajaran Kimia SMA Kelas XI sesuai dengan Kurikulum 2013
Revisi yang digunakan.
35
c. Membuat perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis
strategi PBLRQA, kemudian LKS di validasi.
d. Menyusun ulang instrumen keterampilan metakognitif siswa berupa
kuesioner dari Metacognitive Activities Inventory (MCA-I) ke dalam
bahasa Indonesia, kemudian dilakukan validasi terjemahan.
e. Menyusun instrumen tes hasil belajar siswa berupa soal esai materi
asam basa. Kemudian divalidasi dan dilakukan uji coba terhadap 50
siswa kelas XII yang sudah mendapatkan materi asam basa.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest berupa kuesioner keterampilan metakognitif
dan tes hasil belajar kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol di awal pertemuan.
b. Menerapkan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat.
Penerapan strategi PBLRQA untuk kelompok eksperimen dan
model pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol.
c. Memberikan posttest berupa kuesioner keterampilan metakognitif
dan tes hasil belajar kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol di akhir pertemuan.
d. Mengumpulkan data.
3. Tahap Penyelesaian
a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
b. Menuliskan hasil penelitian dan pembahasan.
c. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Adapun skema prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di
bawah ini:
36
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Konsep Asam Basa
Studi Literatur
Strategi
PBLRQA
Keterampilan
Metakognitif
Analisis KD dan
Indikator Mata
Pelajaran Kimia
Kurikulum 2013 Revisi
Penyusunan RPP, LKS, dan Instrumen Penelitian
Validasi LKS dan Instrumen
Uji Coba Instrumen
Olah dan Analisis
Penarikan Kesimpulan
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pemberian Pretest
Kelas Kontrol
Pembelajaran Konvensional
Kelas Eksperimen
Strategi PBLRQA
Pemberian Posttest
Data
Tahap 1
Persiapan
Tahap 2
Pelaksanaan
Tahap 3
Penyelesaian
37
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah objek yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009, p. 80). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA di SMAN 4 Tangerang
Selatan tahun ajaran 2019/2020.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2013, p. 174). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPA 1 berperan sebagai kelas eksperimen dan siswa XI IPA 5
berperan sebagai kelas kontrol, masing-masing kelas terdiri dari 32
siswa. Sampel yang diambil menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan, tujuan, dan
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya oleh
peneliti (Arifin, 2011, p. 221).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti
untuk memperoleh data yang relevan, akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan pada penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti sebagai berikut:
1. Non-tes
Teknik non-tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk
diberi jawaban (Sugiyono, 2009, p. 199). Kuesioner diberikan kepada
siswa pada saat pretest dan posttest, tujuannya untuk mengukur
keterampilan metakognitif siswa sebelum dan sesudah diajarkan materi
asam basa.
38
2. Tes
Tes merupakan teknik pengukuran yang berisikan sejumlah
pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab oleh
responden (Arifin, 2011, p. 226). Tes yang digunakan berupa soal esai
yang diberikan kepada siswa pada saat pretest dan posttest, tujuannya
untuk melihat hasil belajar siswa berdasarkan keterampilan
metakognitif yang mereka miliki di awal dan akhir pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti agar mendapatkan
hasil yang baik dalam mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 2013, p.
203). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Kuesioner Keterampilan Metakognitif
Instrumen kuesioner yang digunakan pada penelitian ini diadopsi
dari Metacognitive Activities Inventory (MCA-I) yang dikembangkan
oleh Cooper & Sandi-Urena (2009). Kuesioner terdiri dari 27
pernyataan yang mencakup tiga aspek keterampilan metakognitif, yaitu
aspek perencanaan, aspek pemantauan, dan aspek evaluasi. Skala
pengukuran yang digunakan pada kuesioner keterampilan metakognitif
adalah skala likert, dimana terdapat 5 opsi jawaban yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), netral atau ragu-ragu (N), tidak setuju (TS), sangat tidak
setuju (STS). Adapun kisi-kisi kuesioner keterampilan metakognitif
dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Keterampilan Metakognitif
No.
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
Indikator Keterampilan
Metakognitif
Nomor
Butir
1. Perencanaan
(planning)
Terhubung dengan
pengetahuan terdahulu
5, 17
Mengidentifikasi tujuan 1, 8, 19
39
Memilah informasi penting 3
Memecahkan masalah menjadi
poin-poin
7
Menemukan hubungan dari
setiap variabel
11, 13, 14
Memetakan solusi 6
2. Pemantauan
(monitoring)
Memeriksa berbagai tahapan 16, 18, 21,
22, 25, 26,
2
Bertanya kepada teman 27
Mengidentifikasi kesalahan 9, 20
Menilai jawaban 15, 23
Mengoreksi cara yang salah
atau kurang tepat
12, 24
3. Evaluasi
(evaluation)
Memeriksa kembali jawaban
akhir
4
Memverifikasi bahwa jawaban
menjawab pertanyaan
10
2. Tes Hasil Belajar
Instrumen untuk mengukur hasil belajar dalam penelitian ini berupa
soal esai pada materi asam basa. Berdasarkan hasil uji coba instrumen
dan penurunan soal, sebanyak 15 butir pertanyaan diberikan kepada
siswa pada saat pretest dan posttest. Instrumen ini digunakan sebagai
data pendukung penelitian. Adapun kisi-kisi instrumen soal esai materi
asam basa dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi No. Soal Jumlah
Soal
3.10.1. Menjelaskan konsep asam dan
basa menurut Arrhenius,
Bronsted-Lowry, dan Lewis.
1, 2*, 3, 4*, 5,
6 6
3.10.2. Menghubungkan kekuatan asam
basa dengan derajat ionisasi dan
tetapan kesetimbangan
ionisasinya.
7, 8, 9, 10 4
3.10.3. Menentukan nilai pH larutan
asam basa melalui perhitungan. 11, 12, 13, 14 4
4.10.1. Menguji larutan asam dan basa
menggunakan indikator. 15, 16 2
40
*soal tidak valid
G. Validasi Instrumen
Agar instrumen yang digunakan dapat mengukur sesuai dengan tujuan
yang telah ditentukan, maka instrumen harus dilakukan serangkaian
pengujian dan analisis. Sebelum digunakan, instrumen tes hasil belajar
materi asam basa diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.
1. Uji Validitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen
sebagai alat ukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengungkap apa yang hendak dikaji sesuai dengan variabel penelitian
(Sanjaya, 2013, p. 254). Instrumen berisi 20 butir soal diujicobakan
kepada 60 siswa kelas XII SMAN 1 Kota Tangerang Selatan. Data yang
diperoleh diuji dengan berbantuan software IBM SPSS Statistic 22.
Diketahui banyaknya responden (n) = 60, maka nilai rtabel dengan taraf
signifikansi 5% yaitu, 0,279. Jika koefisien korelasi setiap butir soal
lebih dari 0,279 atau rhitung > rtabel, maka butir soal dapat dinyatakan
valid. Berikut hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Materi
Asam Basa
Nomor Butir
Soal r hitung r tabel (5%, 50) Validitas
1 0,434 0,279 Valid
2 0,180 0,279 Tidak Valid
3 0,676 0,279 Valid
4 0,074 0,279 Tidak Valid
5 0,451 0,279 Valid
6 0,734 0,279 Valid
4.10.2. Mengidentifikasi sifat larutan
menggunakan indikator. 17, 18 2
4.10.3. Menganalisis trayek perubahan
pH larutan menggunakan
indikator.
19, 20 2
41
7 0,469 0,279 Valid
8 0,432 0,279 Valid
9 0,444 0,279 Valid
10 0,388 0,279 Valid
11 0,391 0,279 Valid
12 0,535 0,279 Valid
13 0,605 0,279 Valid
14 0,663 0,279 Valid
15 0,411 0,279 Valid
16 0,530 0,279 Valid
17 0,519 0,279 Valid
18 0,530 0,279 Valid
19 0,703 0,279 Valid
20 0,793 0,279 Valid
2. Uji Reliabilitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui reliabel atau tidaknya instrumen
sebagai alat ukur. Dapat dikatakan reliabel apabila instrumen digunakan
berulang kali dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah,
hasilnya akan tetap sama (Margono, 2010, p. 181). Uji reliabilitas
instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach’s
yang diolah dengan berbantuan software IBM SPSS Statistic 22. Nilai
reliabilitas instrumen yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar
0,860, maka dapat dikatakan bahwa instrumen memiliki reliabilitas
yang tinggi sehingga instrumen layak untuk digunakan. Penentuan
tersebut didasarkan pada koefisien reliabilitas dan interpretasi secara
kualitatif menurut Arikunto (2013, p. 319) yang dapat dilihat pada Tabel
3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Interval Koefisien Interpretasi
0,80 – 1,00 Tinggi
0,60 – 0,80 Cukup
0,40 – 0,60 Agak Rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
42
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis,
sehingga peneliti dapat menjawab pertanyaan atau kesimpulan terkait
masalah yang diteliti. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai teknik
analisis data yang digunakan sebagai berikut:
1. Analisis Data Keterampilan Metakognitif
Sebelum dilakukan analisis, data keterampilan metakognitif diolah
terlebih dahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberi skor mentah pada setiap butir jawaban siswa. Ketentuan
pemberian skor pada skala likert menurut Riduwan & Akdon (2010,
p. 16) dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Ketentuan Skor Skala Likert
Opsi Jawaban
Skor Jawaban
Pernyataan
Positif
Pernyataan
Negatif
Sangat setuju (SS), 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral (N) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
b. Menghitung total skor mentah pretest dan posttest yang diperoleh
masing-masing siswa dan pada setiap butir pernyataan.
c. Mengubah total skor mentah menjadi nilai persentase dengan
menggunakan rumus berikut (N. Purwanto, 2004, p. 102).
NP = R
SM × 100
Keterangan:
NP = nilai persen
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal
d. Menghitung nilai yang diperoleh seluruh siswa untuk setiap
indikator dan aspek keterampilan metakognitif.
43
e. Menginterpretasikan nilai persen ke dalam bentuk kategori dengan
ketentuan pada Tabel 3.7 berikut (N. Purwanto, 2004, p. 103).
Tabel 3.7 Ketentuan Kategori untuk Nilai Persen
Persentase (%) Kategori
86 – 100 Sangat baik
76 – 85 Baik
60 – 75 Cukup
55 – 59 Kurang
≤ 54 Kurang sekali
Data keterampilan metakognitif yang telah diolah kemudian
dianalisis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, analisis uji prasyarat
harus terpenuhi terlebih dahulu. Berikut penjelasan lebih lanjut
mengenai uji prasyarat yang dilakukan.
a. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Tujuan dari pengujian asumsi distribusi normal adalah untuk
mempelajari apakah distribusi sampel yang terpilih berasal dari
sebuah distribusi populasi normal atau tidak (Kadir, 2015, p.
143). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian adalah uji
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software IBM SPSS
Statistic 22. Kriteria untuk menarik kesimpulan pada pengujian
Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut.
a) Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak, tidak berdistribusi
normal
b) Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima, berdistribusi normal
(Riadi, 2016, p. 122).
Uji normalitas dilakukan sebagai syarat dalam menentukan
teknik analisis statistik yang akan digunakan untuk uji hipotesis.
Jika hasil pengujian data tidak berdistribusi normal, maka
44
sebagai alternatif teknik analisis yang digunakan adalah statistik
non-parametrik (Kadir, 2015, p. 144).
2) Uji Homogenitas
Uji asumsi homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk
menguji apakah sebaran data dari dua variabel atau lebih berasal
dari populasi yang homogen atau tidak, yaitu dengan
membandingkan dua atau lebih variannya (Riadi, 2016, p. 127).
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
One Way Anova dengan bantuan software IBM SPSS Statistic
22. Kriteria untuk menarik kesimpulan pada pengujian One-Way
Anova sebagai berikut.
a) Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak, data berasal dari populasi
yang tidak homogen.
b) Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima, data berasal dari
populasi yang homogen (Kadir, 2015, p. 170) .
b. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat dilakukan, selanjutnya data dilakukan
pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil uji prasyarat, data
keterampilan metakognitif tidak berdistribusi normal namun
homogen, maka uji hipotesis menggunakan teknik analisis statistik
non-parametrik dengan uji Mann-Whitney berbantuan software IBM
SPSS Statistic 22. Uji Mann-Whitney merupakan uji statistik non-
parametrik yang tergolong kuat sebagai pengganti uji-t dengan
tujuan untuk menguji perbedaan dua sampel bebas (independent)
(Kadir, 2015, p. 489). Kriteria untuk menarik kesimpulan pada
pengujian Mann-Whitney sebagai berikut.
1) Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak
2) Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima (Kadir, 2015, p. 493).
45
2. Analisis Data Hasil Belajar
Data hasil belajar diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberi skor mentah pada setiap jawaban siswa berdasakan rubrik
penskoran yang telah dibuat.
b. Menghitung total skor mentah yang diperoleh seluruh siswa
berdasarkan setiap butir dan indikatornya.
f. Mengubah total skor mentah mejadi nilai persentase dengan
menggunakan rumus berikut (N. Purwanto, 2004, p. 102)
NP = R
SM × 100
Keterangan:
NP = nilai persen
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal
g. Menginterpretasikan nilai persen ke dalam bentuk kategori dengan
ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel 3.7.
I. Hipotesis Statistik
Adapun rumus hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
H0 : ρ = 0
H1 : ρ ≠ 0
Keterangan:
H0 : Tidak terdapat pengaruh strategi Problem Based Learning Reading
Questioning Answering (PBLRQA) terhadap keterampilan
metakognitif siswa pada materi asam basa.
H1 : Terdapat pengaruh strategi Problem Based Learning Reading
Questioning Answering (PBLRQA) terhadap keterampilan
metakognitif siswa pada materi asam basa.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan dengan
menggunakan sampel sebanyak 2 kelas yaitu, kelas XI IPA 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas kontrol. Data pada penelitian
ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner keterampilan metakognitif
yang terdiri dari 27 pernyataan dan tes hasil belajar berupa soal esai
sebanyak 15 butir pertanyaan. Data keterampilan metakognitif siswa diolah
menggunakan analisis deskriptif, persen ketercapaian, uji prasyarat analisis,
dan uji hipotesis. Adapun data hasil belajar siswa diolah menggunakan
rumus persen.
1. Data Hasil Deskriptif Keterampilan Metakognitif Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berikut hasil perhitungan deskriptif data pretest dan posttest pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Hasil Deskriptif Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Data
Pretest Posttest
Eksperimen
(XI IPA 1)
Kontrol
(XI IPA 5)
Eksperimen
(XI IPA 1)
Kontrol
(XI IPA 5)
Jumlah
Siswa 32 32 32 32
Nilai
Tertinggi 69 68 85 79
Nilai
Terendah 41 49 65 55
Mean 57,56 59,75 74,91 69,97
Median 59 61 75 71
Modus 60 62,96 77 71,85
Standar
Deviasi 5,814 5,261 3,805 5,108
47
Data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest
keterampilan metakognitif pada kelas eksperimen sebesar 57,56,
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 59,75. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
sebelum diberikan perlakuan tidak jauh berbeda. Sedangkan rata-rata
nilai posttest keterampilan metakognitif pada kelas eksperimen lebih
tinggi yaitu sebesar 74,91 jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang
hanya sebesar 69,97. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-
rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan
perlakuan memiliki perbedaan yang cukup jauh. Adapun hasil
perhitungan pada Tabel 4.1 terdapat dalam Lampiran 20.
2. Data Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan
Metakognitif
Untuk mengetahui ketercapaian indikator pada setiap aspek
keterampilan metakognitif, dapat dilakukan dengan menghitung
persentase masing-masing indikator menggunakan data hasil pretest dan
posttest. Berikut hasil perhitungan persentase data pretest dan posttest
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan
Metakognitif Siswa Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
No
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
Indikator
Keterampilan
Metakognitif
Pretest Posttest
Eksperimen
%
(Kategori)
Kontrol
%
(Kategori)
Eksperimen
%
(Kategori)
Kontrol
%
(Kategori)
1 Perencanaan
(Planning)
Terhubung
dengan
pengetahuan
terdahulu
61,88
(Cukup)
58,75
(Kurang)
81,56
(Baik)
77,81
(Baik)
Mengidentifi-
kasi tujuan
63,96
(Cukup)
57,08
(Kurang)
82,50
(Baik)
76,25
(Baik)
Memilah
informasi
penting
54,38
(Kurang
sekali)
59,38
(Kurang)
78,13
(Baik)
74,38
(Cukup)
Memecahkan
masalah
menjadi poin-poin
55,63
(Kurang)
56,88
(Kurang)
77,50
(Baik)
70,00
(Cukup)
48
Menemukan
hubungan dari
setiap variabel
52,71
(Kurang
Sekali)
56,88
(Kurang)
69,17
(Cukup)
68,96
(Cukup)
Memetakan
solusi
56,88
(Kurang)
61,25
(Cukup)
80,00
(Baik)
75,63
(Cukup)
2 Pemantauan
(Monitoring)
Memeriksa
berbagai
tahapan
56,88
(Kurang)
65,09
(Cukup)
73,75
(Cukup)
70,54
(Cukup)
Bertanya
kepada teman
51,25
(Kurang
sekali)
41,25
(Kurang
sekali)
60,00
(Cukup)
45,63
(Kurang
sekali)
Mengidentifi-
kasi kesalahan
60,00
(Cukup)
56,25
(Kurang)
65,94
(Cukup)
57,81
(Kurang)
Menilai
jawaban
61,25
(Cukup)
65,94
(Cukup)
76,88
(Baik)
71,56
(Cukup)
Mengoreksi
cara yang salah
atau kurang
tepat
50,63
(Kurang
sekali)
56,88
(Kurang)
68,75
(Cukup)
60,63
(Cukup)
3 Evaluasi
(Evaluation)
Memeriksa
kembali
jawaban akhir
63,75
(Cukup)
60,00
(Cukup)
86,88
(Sangat
baik)
81,25
(Baik)
Memverifikasi
bahwa jawaban
menjawab
pertanyaan
57,50
(Kurang)
62,50
(Cukup)
83,13
(Baik)
76,25
(Baik)
Rata-rata (%) 58,06
(Kurang)
58,90
(Kurang)
77,40
(Baik)
71,27
(Cukup)
Berdasarkan data pretest pada Tabel 4.2, ketercapaian indikator
tertinggi pada kelas eksperimen terdapat pada indikator
mengidentifikasi tujuan dengan persentase sebesar 63,96% (kategori
cukup). Sementara itu, ketercapaian indikator tertinggi pada kelas
kontrol terdapat pada indikator menilai jawaban, dengan persentase
sebesar 65,94% (kategori cukup). Adapun rata-rata ketercapaian
indikator pada pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol secara
berturut-turut sebesar 58,06% (kategori kurang) dan 58,90% (kategori
kurang).
Berdasarkan data posttest pada Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa
ketercapaian indikator tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol terdapat pada indikator memeriksa kembali jawaban akhir,
dengan persentase sebesar 86,88% (kategori sangat baik) untuk kelas
49
eksperimen dan 81,25% (kategori baik) untuk kelas kontrol. Adapun
rata-rata ketercapaian indikator pada posttest kelas eksperimen dan
kontrol secara berturut-turut sebesar 77,40% (kategori baik) dan
71,27% (kategori cukup). Hasil perhitungan pada Tabel 4.2 terdapat
dalam Lampiran 16 dan 17.
Perbedaan ketercapaian persentase hasil posttest pada ketiga aspek
keterampilan metakognitif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol,
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Perbedaan Persentase Aspek Keterampilan
Metakognitif Siswa
Berdasarkan Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa pencapaian persentase
ketiga aspek keterampilan metakognitif, yaitu aspek perencanaan,
pemantauan, maupun evaluasi pada kelas eksperimen diperoleh hasil
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
3. Data Persentase Hasil Belajar Siswa
Tes hasil belajar digunakan sebagai data pendukung dalam
penelitian. Berikut secara rinci persentase ketercapaian indikator
pembelajaran data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3.
78,14%69,06%
85,00%
73,84%
61,23%
78,75%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Perencanaan Pemantauan Evaluasi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
50
Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Indikator Pembelajaran Siswa
Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
No Indikator
Pembelajaran
Pretest Posttest
Eksperimen
%
(Kategori)
Kontrol
%
(Kategori)
Eksperimen
%
(Kategori)
Kontrol
%
(Kategori)
1 Menjelaskan
konsep asam
dan basa serta
kekuatannya
dari
kesetimbangan
pengionannya
dalam larutan.
14,48
(Kurang
sekali)
18,36
(Kurang
sekali)
71,68
(Cukup)
69,92
(Cukup)
2 Menghubung-
kan kekuatan
asam atau basa
dengan derajat
ionisasi dan
tetapan
kesetimbangan
ionisasinya.
16,41
(Kurang
sekali)
21,48
(Kurang
sekali)
81,25
(Baik)
74,22
(Cukup)
3 Menentukan
nilai pH larutan
sama dan basa
melalui
perhitungan.
0,59
(Kurang
sekali)
0,00
(Kurang
sekali)
90,82
(Sangat baik)
72,27
(Cukup)
4 Menguji larutan
asam dan basa
menggunakan
indikator.
18,36
(Kurang
sekali)
18,75
(Kurang
sekali)
94,14
(Sangat baik)
55,08
(Kurang)
5 Mengidentifi-
kasi sifat larutan
menggunakan
indikator.
14,45
(Kurang
sekali)
27,34
(Kurang
sekali)
98,05
(Sangat baik)
69,92
(Cukup)
6 Menganalisis
trayek
perubahan pH
larutan
menggunakan
indikator.
0,00
(Kurang
sekali)
0,00
(Kurang
sekali)
93,75
(Sangat Baik)
17,97
(Kurang
sekali)
Rata-rata (%)
10,77
(Kurang
sekali)
14,32
(Kurang
sekali)
88,28
(Sangat baik)
59,90
(Kurang)
Berdasarkan data pada Tabel 4.3, persentase ketercapaian indikator
pembelajaran paling tinggi terdapat pada data posttest kelas eksperimen,
yaitu sebesar 88,28% (kategori sangat baik). Hal ini menunjukkan
51
bahwa seiring dengan peningkatan keterampilan metakogntif pada
posttest kelas eksperimen dengan persentase sebesar 77,40% (kategori
baik), dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa yang sebesar
88,28%. Adapun hasil perhitungan pada Tabel 4.3 terdapat dalam
Lampiran 18 dan 19.
4. Data Uji Prasyarat
Pada penelitian ini dilakukan uji prasyarat analisis data pretest dan
posttest dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Adapun
uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
dengan rincian sebagai berikut:
a. Data Hasil Uji Normalitas
Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui normal atau
tidaknya pendistribusian data penelitian yang didapatkan.
Karena jumlah sampel sebanyak 64 siswa, maka uji normalitas
yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf
signifikan 0,05. Sesuai dengan ketentuan dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas, jika nilai signifikan pada kolom
Kolmogorov-Smirnov > alpha (α = 0,05), maka data penelitian
terdistribusi normal dan sebaliknya. Berikut hasil uji normalitas
data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest
pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
α 0,05 0,05 0,05 0,05
Sig. 0,004 0,000 0,200 0,000
Kesimpulan Tidak Normal Tidak
Normal Normal
Tidak
Normal
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa data pretest pada
kelas eksperimen didapatkan nilai signifikan 0,004 < 0,05, maka
data pretest pada kelas eksperimen tidak terdistribusi normal.
52
Data pretest pada kelas kontrol didapatkan nilai signifikan 0,000
< 0,05, maka data pretest pada kelas kontrol tidak terdistribusi
normal. Data posttest pada kelas eksperimen didapatkan nilai
signifikan 0,200 > 0,05, maka data posttest pada kelas
eksperimen terdistribusi normal. Data posttest pada kelas
kontrol didapatkan nilai signifikan 0,000 < 0,05, maka data
posttest pada kelas kontrol tidak terdistribusi normal. Adapun
hasil perhitungan pada Tabel 4.4 terdapat dalam Lampiran 20.
b. Data Hasil Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas, pengujian prasyarat
analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas untuk mengetahui
variansi data dari kedua kelompok bersifat homogen atau tidak.
Uji homogenitas yang dilakukan menggunakan One Way Anova
dengan taraf signifikan 0,05. Sesuai dengan ketentuan dasar
pengambilan keputusan dalam uji homogenitas, jika nilai
signifikan > alpha (α = 0,05), maka data penelitian bersifat
homogen dan sebaliknya. Hasil uji homogenitas dari kedua
kelompok penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Pretest Posttest
α 0,05 0,05
Sig. 0,676 0,271
Kesimpulan Homogen Homogen
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa data pretest
untuk kedua kelompok penelitian didapatkan nilai signifikan
0,676 > 0,05, maka data pretest untuk kedua kelompok
penelitian dapat dinyatakan bersifat homogen. Adapun data
posttest untuk kedua kelompok penelitian didapatkan nilai
signifikan 0,271 > 0,05, maka data posttest untuk kedua
kelompok penelitian dapat dinyatakan bersifat homogen.
53
Adapun hasil perhitungan pada Tabel 4.5 terdapat dalam
Lampiran 21.
5. Data Hasil Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat, selanjutnya data di uji hipotesis
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh strategi Problem-based
Learning Reading Questioning Answering (PBLRQA) terhadap
keterampilan metakognitif siswa. Berdasarkan uji prasyarat yang telah
dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa data tidak terdistribusi normal
dan homogen, maka uji hipotesis menggunakan statistik non-parametrik
dengan uji Mann-Whitney. Kriteria pengujian Mann-Whitney adalah jika
nilai probabilitas (Sig.) < alpha (α = 0,05), maka hipotesis nol ditolak
dan sebaliknya. Hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan keterampilan metakognitif siswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1 : Terdapat perbedaan keterampilan metakognitif siswa antara kelas
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berikut rincian uji Mann-Whitney pada pretest dan posttest dapat
dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Mann-Whitney Pretest dan Posttest
Keterampilan Metakognitif
Statistik Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
𝛼 0,05 0,05
Sig. (2-
tailed) 0,073 0,000
Kesimpulan H0 diterima H0 ditolak
Data pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil perhitungan data
pretest didapatkan nilai uji dua pihak (Sig. 2-tailed) 0,073 > 0,05, maka
H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan keterampilan
metakognitif siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol
sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan untuk data posttest
54
didapatkan nilai uji dua pihak (Sig. 2-tailed) 0,000 < 0,05, maka H0
ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan keterampilan
metakognitif siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol setelah diberikan perlakuan, atau dengan kata lain terdapat
pengaruh strategi Problem Based Learning Reading Questioning
Answering (PBLRQA) terhadap keterampilan metakognitif siswa.
Adapun hasil perhitungan pada Tabel 4.6 terdapat dalam Lampiran 22.
B. Pembahasan
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh strategi Problem
Based Learning Reading Questioning Answering terhadap keterampilan
metakognitif siswa pada materi asam basa. Keterampilan metakognitif
siswa diukur dengan menggunakan Metacognitive Activities Inventory
(MCA-I) dalam bentuk kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah
pembelajaran. Untuk melihat adanya perbedaan keterampilan metakognitif
siswa, kuesioner diberikan kepada 2 kelompok penelitian dengan masing-
masing kelas menggunakan pembelajaran yang berbeda. Kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran yang belum pernah digunakan siswa
sebelumnya, yaitu strategi Problem Based Learning Reading Questioning
Answering yang selanjutnya akan disebut strategi PBLRQA, sedangkan
kelas kontrol menggunakan pembelajaran yang biasa digunakan siswa, yaitu
pembelajaran konvensional dengan pendekatan saintifik.
Peneliti melakukan uji hipotesis penelitian menggunakan statistik
non-parametrik dengan uji Mann-Whitney untuk menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada Tabel 4.6, data pretest menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata keterampilan metakognitif siswa
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu dengan perolehan nilai sig
(2-tailed) sebesar 0,073 > (α = 0,05). Artinya, keterampilan metakognitif
siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan
perlakuan adalah sama. Sementara data posttest menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata keterampilan metakognitif siswa antara kelas
55
eksperimen dan kelas kontrol, yaitu dengan perolehan nilai sig (2-tailed)
sebesar 0,000 < (α = 0,05). Adanya perbedaan rata-rata keterampilan
metakognitif siswa setelah diberi perlakuan disebabkan karena penerapan
pembelajaran yang berbeda. Hal ini relevan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Bahri et al., (2019) bahwa terdapat perbedaan signifikan
terhadap rata-rata keterampilan metakognitif siswa antara kelas yang
menggunakan strategi PBLRQA dengan kelas yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
strategi PBLRQA berpengaruh terhadap keterampilan metakognitif siswa.
Selain itu, data dianalisis untuk mengetahui persentase ketercapaian
indikator pada ketiga aspek keterampilan metakognitif, yaitu aspek
perencanaan, aspek pemantauan, dan aspek evaluasi. Berdasarkan hasil
persentase ketercapaian indikator yang dapat dilihat pada Tabel 4.2,
menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan dengan
kelas kontrol untuk nilai posttest pada setiap indikator.
Aspek perencanaan memiliki 6 indikator, indikator yang pertama
adalah terhubung dengan pengetahuan terdahulu. Peningkatan persentase
ketercapaian indikator pada kelas eksperimen sebesar 61,88% (kategori
cukup) menjadi 81,56% (kategori baik), sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 58,75% (kategori kurang) menjadi 77,81% (kategori baik).
Besarnya peningkatan indikator terhubung dengan pengetahuan terdahulu
pada kelas eksperimen disebabkan karena penerapan strategi PBLRQA di
dalam kelas. Relevan dengan pernyataan Yew & Goh (2016) yang
menyebutkan bahwa masalah yang disajikan melalui pembelajaran PBL
akan melibatkan siswa secara aktif dalam aktivitas pemecahan masalah,
aktivitas ini mendorong siswa menggali pikirannya untuk mengetahui
pengetahuan awal yang dimiliki sebelum materi diajarkan. Selain itu RQA
dalam sintaksnya juga membantu siswa mempersiapkan diri untuk belajar
dengan menugaskan siswa untuk membaca, sehingga memiliki pengetahuan
awal terkait materi yang sedang dibahas (Bahri & Corebima, 2019).
Menurut Dolmans (2019) pengetahuan awal digunakan sebagai dasar untuk
56
memperoleh pengetahuan baru sehingga siswa dapat menyusun gagasan
atau ide. Gagasan atau ide inilah yang digunakan untuk merencanakan
proses penyelesaian suatu masalah yang baru ditemui oleh siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa melalui strategi PBLRQA, siswa menggunakan
metakognisinya untuk merencanakan terlebih dahulu proses penyelesaian
masalahnya. Sejalan dengan pernyataan tersebut Persky, Medina &
Castleberry (2019) mengungkapkan bahwa siswa melakukan proses
pemecahan masalah didukung oleh metakognisinya. Mendukung
pernyataan di atas, Davidson & Major (2014) menyatakan bahwa PBL
merupakan pembelajaran dimana masalah berfungsi sebagai konteks dan
stimulus bagi siswa untuk mempelajari konsep pelajaran dan
memberdayakan keterampilan metakognitifnya.
Indikator kedua pada aspek perencanaan adalah mengidentifikasi
tujuan. Peningkatan persentase ketercapaian indikator pada kelas
eksperimen sebesar 63,96% (kategori cukup) menjadi 82,50% (kategori
baik), sedangkan pada kelas kontrol sebesar 57,08% (kategori kurang)
menjadi 76,25% (kategori baik). Besarnya peningkatan kelas eksperimen
dikarenakan pembelajaran siswa dirancang sesuai dengan tahapan RQA,
yaitu siswa diberikan tugas untuk membaca dari berbagai sumber referensi
terkait konsep yang akan dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut, Hariyadi
et al., (2018) menyatakan bahwa pada tahap membaca siswa memperoleh
pengetahuan awal, kemudian hasil dari membaca akan memunculkan
pertanyaan siswa sebagai akibat dari interaksi kognitif antara pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya. Menurut Sen
(2016) pengaktifan pengetahuan awal dibantu dengan perencanaan seperti
penetapan tujuan, agar pemahaman konsep siswa menjadi lebih mudah.
Artinya, pada saat membaca siswa melibatkan metakognisinya untuk
membangun konsep dan pemahamannya sendiri, sehingga tujuan dari
masalah dapat teridentifikasi dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bahri (2010) yang menyatakan bahwa
57
pembelajaran RQA mampu meningkatkan keterampilan metakognitif siswa
sebesar 22,77%.
Indikator ketiga pada aspek perencanaan adalah memilah informasi
penting. Peningkatan persentase ketercapaian indikator pada kelas
eksperimen sebesar 54,38% (kategori kurang) menjadi 78,13% (kategori
baik), sedangkan pada kelas kontrol sebesar 59,38% (kategori cukup)
menjadi 74,38% (kategori cukup). Keterampilan perencanaan pada
indikator ini didapat oleh siswa pada kelas eksperimen melalui kegiatan
membaca dan pencarian informasi yang terdapat dalam strategi PBLRQA,
melalui kegiatan ini siswa memilah bagian-bagian penting yang menjadi
prediksi jawaban dari pertanyaan yang dirumuskan. Relevan dengan yang
diungkapkan Catalano (2017) bahwa ketika melakukan pencarian informasi
seseorang melibatkan keterampilan metakognitifnya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang diungkapkan oleh Hasmunarti, Bahri & Idris (2018) bahwa
strategi PBLRQA menuntut siswa untuk banyak membaca dan mencari
informasi, yang jika dimaksimalkan potensi keduanya akan
memberdayakan keterampilan metakognitif.
Indikator keempat pada aspek perencanaan adalah memecahkan
masalah menjadi poin-poin. Peningkatan persentase ketercapaian indikator
pada kelas eksperimen sebesar 55,63% (kategori kurang) menjadi 77,50%
(kategori baik), sedangkan pada kelas kontrol sebesar 56,88% (kategori
kurung) menjadi 70,00% (kategori cukup). Meningkatnya keterampilan
memecahkan masalah menjadi poin-poin pada kelas eksperimen karena
penerapan strategi PBLRQA, siswa belajar dalam memecahkan suatu
permasalahan diarahkan dengan cara merumuskan masalah menjadi poin-
poin dalam bentuk pertanyaan dan jawabannya, cara ini membantu siswa
untuk merencanakan proses penyelesaian masalah. Sesuai dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Hariyadi et al (2017), bahwa melalui
RQA siswa mengkonstruk pertanyaan dan jawaban sendiri yang mendorong
siswa untuk membuat ide-ide menarik dengan strateginya sendiri,
menguraikan masalah dari sudut pandang yang berbeda dan menyelesaikan
58
masalah dengan cara mereka sendiri. Terkait dengan hal tersebut Colbert et
al., (2014) juga menambahkan bahwa strategi bertanya dapat meningkatkan
keterampilan metakognitif, sehingga dapat mendorong siswa memahami
permasalahan secara keseluruhan. Dengan demikian, dapat dikatakan
PBLRQA dapat membantu siswa melatih keterampilannya dalam
memecahkan masalah menjadi poin-poin.
Indikator kelima pada aspek perencanaan adalah menemukan
hubungan dari setiap variabel. Peningkatan persentase ketercapaian
indikator pada kelas eksperimen sebesar 52,71% (kategori kurang sekali)
menjadi 69,17% (kategori cukup), sedangkan pada kelas kontrol sebesar
56,88% (kategori kurang) menjadi 68,96% (kategori cukup). Besarnya
peningkatan indikator ini pada kelas eksperimen karena adanya tahap
pengorganisasian belajar dalam strategi PBLRQA, pada tahap ini siswa
berdiskusi dan berbagi tugas bersama dengan teman kelompoknya untuk
mencari data, bahan, atau alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Melalui kegiatan ini siswa melibatkan keterampilan berpikirnya untuk
mencari dan merekap informasi yang diperoleh, merumuskan dan
menjelaskan hubungan antar konsep yang telah dipahami kemudian
dituangkan kembali dalam bentuk tulisan berdasarkan pemahamannya
sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Saeedzadeh, Raeisoon &
Mohammad (2018) yang menyatakan bahwa siswa menggunakan lebih
banyak metakognitif untuk mempelajari makna dari informasi yang
didapatkan dan membuat hubungan yang logis dengan informasi tersebut.
Dalam hal ini, strategi PBLRQA memfasilitasi siswa agar dapat
membangun konsep dan pemahamannya secara mandiri, sehingga
keterampilan metakognitif siswa pada indikator ini dapat ditingkatkan.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Yusnaeni & Corebima (2017)
menyebutkan bahwa memiliki metakognitif yang baik dalam proses
pembelajaran menjadikan siswa pembelajar yang mandiri. Hal ini juga
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abubakar & Arshad (2015)
bahwa PBL dapat membentuk kemandirian belajar siswa dengan
59
perencanaan kegiatan belajar agar siswa dapat membangun pengetahuan
dan keterampilannya sendiri dengan peran guru hanya sebagai fasilitator.
Indikator keenam pada aspek perencanaan adalah memetakan solusi.
Peningkatan persentase ketercapaian indikator pada kelas eksperimen
sebesar 56,88% (kategori kurang) menjadi 80,00% (kategori baik),
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 61,25% (kategori cukup) menjadi
75,63% (kategori baik). Peningkatan pada kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan kelas kontrol disebabkan karena adanya pengaruh dari
strategi PBLRQA yang diterapkan. Jika dilihat pada pernyataan dalam
MCA-I, memetakan solusi disini adalah memikirkan bentuk jawaban atau
produk yang akan dipresentasikan atau disampaikan, hal ini merupakan
proses berpikir siswa mengenai bagaimana mereka akan menyelesaikan
masalah dan menggunakan pengetahuan relevan yang mereka miliki
sebagai solusi. Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Overton
& Randles (2015) bahwa pembelajaran PBL bertujuan untuk mendukung
siswa dalam rangka pencarian solusi atas suatu permasalahan.
Berdasarkan Gambar 4.1, ketercapaian indikator aspek perencanaan
keterampilan metakognitif dengan penerapan strategi PBLRQA pada kelas
eksperimen mencapai 78,14% dengan kategori baik, sedangkan pada kelas
kontrol hanya mencapai 73,84% dengan kategori cukup. Melalui aspek
perencanaan ini, siswa melakukan proses perencanaan sebagai bagian dari
pemikirannya yang harus dilalui sebelum menyelesaikan suatu masalah.
Adapun aktivitas perencanaan yang dilakukan siswa untuk meningkatkan
keterampilan metakognitif yaitu, menetapkan tujuan, menuliskan informasi
yang relevan, menentukan strategi pembelajaran, dan menuliskan langkah
atau prosedur untuk memecahkan masalah atau tugas (Azizah & Nasrudin,
2018). Aktivitas perencanaan dalam keterampilan metakognitif didukung
oleh strategi PBLRQA yang diterapkan pada kelas eksperimen, hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Celiker (2015) menyatakan
bahwa PBL mampu mengembangkan keterampilan metakognitif siswa
melalui aktivitas perencanaan pemecahan masalah. Selain itu, aktivitas
60
membaca juga berperan dalam perencanaan siswa ketika memecahkan
masalah, aktivitas membaca ini terdapat pada sintaks pembelajaran RQA.
Terkait dengan hal ini Mulyadi, Adlim & Jufri (2014) menyatakan bahwa
untuk meningkatkan kemampuan memahami teks, siswa menggunakan
keterampilan metakognitifnya selama proses membaca, sehingga dapat
dikatakan bahwa dengan penerapan pembelajaran RQA, dapat
memberdayakan keterampilan metakognitif siswa pada aspek perencanaan.
Aspek pemantauan terdiri dari 5 indikator, indikator yang pertama
adalah memeriksa berbagai tahapan. Peningkatan persentase ketercapaian
indikator pada kelas eksperimen sebesar 56,88% (kategori kurang) menjadi
73,75% (kategori cukup), sedangkan pada kelas kontrol sebesar 65,09%
(kategori cukup) menjadi 70,54% (kategori cukup). Besarnya peningkatan
indikator memeriksa berbagai tahapan pada kelas eksperimen disebabkan
karena pada penerapan strategi PBLRQA siswa melakukan percobaan
terkait dengan masalah yang disajikan. Menurut Haryani, Prasetya &
Permanasari (2014) pada saat percobaan siswa melakukan aktivitas
laboratorium yang melibatkan metakognitif seperti, mengajukan
pertanyaan, memeriksa prosedur percobaan, mengevaluasi data
pengamatan, mengajukan pendapat, dan mengeksplorasi alasan, dimana jika
siswa optimal dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut keterampilan
metakognitif mereka akan berkembang. Sejalan dengan hal tersebut, Sarıbaş
& Bayram (2016) juga menambahkan bahwa aktivitas di laboratorium kimia
merupakan aktivitas metakognitif, aktivitas yang dilakukan tidak hanya
menetapkan tujuan dan merancang percobaan, tetapi mereka juga
mendiskusikan dan merefleksikan pikiran dan perasaan selama proses
percobaan berjalan sehingga dapat membangun pemahaman konseptual
siswa. Mendukung pernyataan tersebut, penelitian yang dilakukan oleh
Shishigu, Hailu & Anibo (2018) menghasilkan temuan bahwa pemahaman
konseptual dapat dibangun melalui strategi pemecahan masalah. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa strategi PBLRQA yang diterapkan dengan
61
desain percobaan dapat melatih keterampilan pemantauan siswa dalam
pemecahan masalah.
Indikator kedua pada aspek pemantauan adalah bertanya kepada
teman. Peningkatan persentase ketercapaian indikator pada kelas
eksperimen sebesar 51,25% (kategori kurang sekali) menjadi 60,00%
(kategori cukup), sedangkan pada kelas kontrol sebesar 41,25% (kategori
kurang sekali) menjadi 45,63% (kategori kurang sekali). Indikator ini
merupakan indikator keterampilan berkomunikasi siswa dengan temannya
dalam rangka memantau proses pemecahan masalah. Besarnya peningkatan
indikato ini pada kelas ekperimen disebabkan pengaruh dari penerapan
strategi PBLRQA yaitu pada tahap siswa mendiskusikan jawaban serta
pertanyaan, yang dalam prosesnya siswa akan saling membantu dalam hal
belajar, berdiskusi, dan berargumentasi agar mengetahui, mengerti dan
memahami suatu topik secara bersama. Pernyataan tersebut relevan dengan
yang dikemukakan oleh Akbar, Suratno & Wahyuni (2017) bahwa terdapat
tiga hal penting dalam pembelajaran yang dapat dicapai dari kegiatan
diskusi yaitu, meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam memahami
materi, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran dan melatih keterampilan siswa dalam berkomunikasi,
sehingga dapat dikatakan melalui diskusi keterampilan siswa dalam
berkomunikasi dengan teman dapat meningkat. Sejalan dengan hal tersebut,
Marra et al., (2014) menyatakan bahwa dalam pembelajaran PBL, siswa
memantau proses penyelesaian masalah dengan mengajukan pertanyaan
dalam kegiatan diskusi kelompok yang difasilitasi oleh guru. Sementara itu,
Bahri, Idris, & Samsidi (2019) juga menambahkan bahwa PBLRQA
berpotensi bagi siswa untuk menggunakan keterampilan berkomunikasi dan
berpikirnya dalam pembelajaran, hal tersebut dapat memberdayakan
keterampilan metakognitif siswa.
Indikator ketiga pada aspek pemantauan adalah mengidentifikasi
kesalahan. Peningkatan persentase ketercapaian indikator pada kelas
eksperimen sebesar 60,00% (kategori cukup) menjadi 65,94% (kategori
62
cukup), sedangkan pada kelas kontrol sebesar 56,25% (kategori kurang)
menjadi 57,81% (kategori kurang). Adanya peningkatan indikator
mengidentifikasi kesalahan pada kelas eksperimen disebabkan karena pada
penerapan strategi PBLRQA, siswa melakukan penyelidikan dan
mendiskusikan jawaban serta pertanyaan untuk menemukan solusi atas
masalah yang dihadapi, kegiatan ini melibatkan kemampuan siswa dalam
menganalisis, menghubungkan dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki
sebagai upaya dalam pengendalian proses pembelajaran siswa. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Asy’ari, Ikhsan & Muhali (2019),
bahwa identifikasi kesalahan sebagai bentuk pengendalian siswa selama
proses pembelajaran yang berguna bagi mereka dalam pemecahan masalah.
Dengan demikian, dapat dikatakan keterampilan siswa dalam
mengidentifikasi kesalahan disebabkan oleh strategi PBLRQA yang
diterapkan pada kelas eskperimen.
Indikator keempat pada aspek pemantauan adalah menilai jawaban.
Peningkatan persentase ketercapaian indikator pada kelas eksperimen
sebesar 61,25% (kategori cukup) menjadi 76,88% (kategori baik),
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 65,94% (kategori cukup) menjadi
71,56% (kategori cukup). Strategi PBLRQA menjadi faktor dari besarnya
peningkatan ketercapaian indikator menilai jawaban pada kelas eksperimen.
Hal ini dikarenakan pada sintaks pengembangan dan penyajian hasil karya,
siswa ditugaskan untuk mempresentasikan hasil pembelajaran dan
pemahamannya terkait masalah yang disajikan. Dengan penugasan ini siswa
mendapatkan penilaian dan umpan balik dari siswa lain maupun guru, yang
dalam prosesnya dapat melatih keterampilan siswa dalam menilai jawaban.
Hal ini relevan dengan pernyataan Mathabathe & Potgieter (2014) yang
menyatakan bahwa keterampilan pemantauan dapat dimunculkan dengan
meminta siswa untuk membuat penilaian tentang memori, pengetahuan,
pembelajaran atau pemahaman mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa strategi PBLRQA meningkatkan keterampilan siswa dalam menilai
jawaban.
63
Indikator kelima pada aspek pemantauan adalah mengoreksi cara
yang salah atau kurang tepat. Peningkatan persentase ketercapaian indikator
pada kelas eksperimen sebesar 50,63% (kategori kurang sekali) menjadi
68,75% (kategori cukup), sedangkan pada kelas kontrol sebesar 56,88%
(kategori kurang) menjadi 60,63% (kategori cukup). Faktor yang
menyebabkan besarnya peningkatan indikator mengoreksi cara yang salah
atau kurang tepat pada kelas eksperimen yaitu, karena adanya penerapan
strategi PBLRQA yang mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah
secara mandiri dengan peran guru sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Walker et al., (2015:7) bahwa PBL adalah
pembelajaran student centre yang memberdayakan siswa untuk melakukan
penelitian, mengintegrasikan teori dan praktik, menerapkan pengetahuan
dan keterampilan, sehingga mendapatkan solusi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah. Dalam kemandirian belajarnya, siswa memilih
strategi yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi dan memantau
kemajuan dalam pembelajaran serta mengoreksi setiap kesalahan yang
terjadi selama memahami konsep dan menganalisis keefektifan strategi
yang dipilih (Iskandar, 2014). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
strategi PBLRQA meningkatkan keterampilan siswa dalam mengoreksi
cara yang salah atau kurang tepat.
Berdasarkan Gambar 4.1, aspek keterampilan pemantauan kelas
eksperimen memperoleh rata-rata sebesar 69,06% dengan kategori cukup,
sedangkan kelas kontrol hanya memperoleh rata-rata sebesar 61,23%
dengan kategori cukup. Dengan penerapan strategi PBLRQA, siswa pada
kelas eksperimen dapat memantau sejauh mana pemahamannya dalam
proses pemecahan masalah. Sesuai dengan hasil penelitian Ali et al., (2016)
bahwa dalam aspek pemantauan siswa memeriksa kembali pemahamannya,
mulai dari perencanaan untuk memecahkan masalah sampai menemukan
jawaban akhir dan menganalisis kebenaran proses pemecahan masalah yang
dilakukan. Sejalan dengan hal tersebut, Syarifah et al. (2016)
mengungkapkan bahwa siswa menjawab pertanyaan dalam sintaks RQA
64
dapat melatih keterampilan prediksi dan pemantauan mereka. Selain itu,
Downing et al (2011) mengatakan PBL menuntut siswa untuk memantau
dan mengarahkan proses pemecahan masalah dan membawa ingatan konsep
serta proses pembelajaran sebelumnya untuk menangani masalah yang
dihadapi saat ini. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pengalaman siswa
selama penerapan strategi PBLRQA berlangsung yaitu, siswa dihadapkan
dengan permasalahan kehidupan nyata, berinteraksi secara aktif dengan
teman kelompok, siswa lain, dan guru, membangun pengetahuan dasar
tentang materi yang relevan dan menerapkannya untuk menangani masalah,
kemudian peninjauan strategi pemecahan masalah. Berdasarkan
pengalaman belajar yang telah dilalui siswa, dapat membuktikan bahwa
aspek keterampilan pemantauan siswa meningkat karena pengaruh strategi
PBLRQA yang diterapkan di kelas.
Aspek evaluasi memiliki 2 indikator, indikator yang pertama adalah
memeriksa kembali jawaban akhir. Peningkatan persentase ketercapaian
indikator pada kelas eksperimen sebesar 63,75% (kategori cukup) menjadi
86,88% (kategori sangat baik), sedangkan pada kelas kontrol sebesar
60,00% (kategori cukup) menjadi 81,25% (kategori baik). Besarnya
peningkatan pada kelas eksperimen karena keterampilan indikator ini dapat
terfasilitasi melalui penerapan pembelajaran strategi PBLRQA, dimana
pada tahap akhir pembelajaran siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah, pada tahap ini siswa melakukan refleksi terkait
prosedur percobaan, berpikir tentang apa yang mereka pelajari dan
bagaimana mereka dapat meningkatkan prosedur agar pengambilan data
lebih akurat dan tepat. Melalui tahapan tersebut dapat membiasakan siswa
untuk memeriksa kembali jawaban akhir sehingga dapat mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan masalah. Sesuai dengan yang dikemukakan
Opstal & Daubenmire (2015) bahwa pada aspek evaluasi siswa
merefleksikan strategi dan tujuan yang digunakan, apakah dapat
menyelesaikan masalah atau tugas dengan baik atau tidak. Sejalan dengan
hal tersebut, Lestari, Ristanto & Miarsyah (2019) juga menyatakan bahwa
65
komponen evaluasi dapat dinilai dari bagaimana seseorang mengevaluasi
tujuan masalah.
Indikator kedua pada aspek evaluasi adalah keterampilan siswa
dalam memverifikasi jawaban akhir. Peningkatan persentase ketercapaian
indikator pada kelas eksperimen sebesar 57,50% (kategori kurang) menjadi
83,13% (kategori baik), sedangkan pada kelas kontrol sebesar 62,50%
(kategori cukup) menjadi 76,25% (kategori baik). Terjadinya peningkatan
yang besar pada kelas eksperimen dikarenakan pada tahap akhir strategi
PBLRQA, guru sebagai fasilitator mendampingi siswa melakukan analisis
hasil pemecahan masalah dengan kelompok yang dibentuk selama proses
pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini pula, siswa melakukan
komunikasi selama pembelajaran kooperatif yang secara tidak langsung
melibatkan keterampilan metakognitifnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Djamahar et al., (2019) yang menyatakan bahwa aktivasi keterampilan
metakognitif siswa akan terjadi selama mereka berkomunikasi, ditandai
dengan adanya proses pemeriksaan diri dan munculnya pertanyaan pada
pemikiran sendiri sebagai pengoreksian diri, sehingga dapat melatih
keterampilan evaluasi siswa dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan Gambar 4.1, perolehan rata-rata persentase
keterampilan evaluasi pada kelas eksperimen adalah sebesar 85,00% dengan
kategori baik, sementara perolehan pada kelas kontrol hanya sebesar
78,75% dengan kategori baik. Pada aspek evaluasi ini siswa dituntut untuk
menilai pemahaman dan pekerjaannya sendiri selama mengikuti kegiatan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Nazarieh (2016)
bahwa aspek evaluasi mengacu pada penilaian hasil pemahaman atau proses
pembelajaran setelah menyelesaikan suatu tugas. Lavi, Shwartz & Dori
(2019) menambahkan bahwa evaluasi mengacu pada penilaian hasil,
efisiensi pembelajaran dan pemikiran seseorang melalui pemeriksaan diri
dan refleksi. Besarnya persentase aspek keterampilan evaluasi pada kelas
eksperimen didukung oleh strategi PBLRQA yang diterapkan. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Bahri & Idris (2017) bahwa pembelajaran
66
konstruktivisme menekankan refleksi diri dan konstruksi pengetahuan yang
berperan penting terhadap keterampilan metakognitif.
Dari pembahasan ketiga aspek keterampilan metakognitif di atas,
aspek keterampilan pemantauan memperoleh kategori cukup dengan
persentase terendah dibandingkan dengan kedua aspek lainnya, yaitu
sebesar 69,06%. Berdasarkan persentase tersebut menandakan bahwa siswa
belum memiliki keterampilan pemantauan yang baik dalam menyelesaikan
masalah. Menurut Syahmani & Borneo (2017) hal ini dapat terjadi karena
siswa tidak menentukan dan memahami strategi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Selain itu, rendahnya keterampilan
pemantauan juga disebabkan self-monitoring yang dilakukan oleh siswa
tidak berjalan efektif karena dipengaruhi beberapa faktor. Sesuai dengan
teori yang dikemukakan Efklides (2014) bahwa aspek pemantauan tidak
selalu akurat dan efektif karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah faktor kognitif. Sementara itu, kedua aspek lainnya yaitu
aspek perencanaan dan aspek evaluasi memperoleh kategori baik dengan
masing-masing persentase sebesar 78,14% dan 85,00%. Perbedaan
persentase pada tiap aspek keterampilan metakognitif disebabkan karena
siswa memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda. Kemampuan
akademik setiap siswa dapat dilihat berdasarkan hasil belajarnya. Oleh
sebab itu, peneliti menggunakan data hasil belajar kognitif siswa pada
materi asam basa yang dimaksudkan sebagai data pendukung pada
penelitian ini.
Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa, rata-rata persentase
ketercapaian hasil belajar kognitif kelas eksperimen memperoleh kategori
kurang sekali sebesar 10,77% pada pretest dan memperoleh kategori sangat
baik sebesar 88,28% pada posttest, sedangkan kelas kontrol memperoleh
kategori kurang sekali sebesar 14,32% pada pretest dan memperoleh
kategori cukup sebesar 59,90% pada posttest. Persentase tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen
lebih unggul dibandingkan pada kelas kontrol, hal ini disebabkan karena
67
keterampilan metakognitif siswa pada kelas eksperimen juga mengalami
peningkatan setelah diterapkan strategi PBLRQA. Seperti yang dapat dilihat
pada Tabel 4.2, data menunjukkan bahwa rata-rata persentase ketercapaian
keterampilan metakognitif kelas eksperimen memperoleh kategori kurang
sebesar 58,06% pada pretest dan memperoleh kategori baik sebesar 77,40%
pada posttest, sedangkan kelas kontrol memperoleh kategori kurang sebesar
58,90% pada pretest dan memperoleh kategori cukup sebesar 71,27% pada
posttest.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemberdayaan
keterampilan metakognitif berdampak pada peningkatan hasil belajar
kognitif siswa. Siswa dengan keterampilan metakognitif yang lebih unggul
akan mendapatkan hasil belajar yang lebih memuaskan. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Bahri & Corebima (2015) mengemukakan bahwa
kontribusi keterampilan metakognitif pada hasil belajar sangat tinggi,
karena pada pelatihan keterampilan metakognitif siswa dapat meningkatkan
kesadarannya untuk belajar, merencanakan pembelajaran, mengontrol
proses pembelajaran, mengevaluasi kemajuan diri sebagai pelajar dan
mencerminkan pembelajaran, serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
dirinya. Dalam penelitiannya Mozafari et al., (2016) menyimpulkan bahwa
keterampilan metakognitif memiliki peran dalam peningkatan akademik
siswa sekolah menengah, melalui aspek perencanaan dan pemantauan yang
tepat siswa dapat mengontrol dan memantau proses inetelektualnya untuk
mencapai tujuan belajar yang lebih baik, sehingga hasil belajar dan prestasi
akademik siswa meningkat.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan di
atas, dapat dikatakan bahwa penggunaan strategi PBLRQA mempengaruhi
keterampilan metakognitif siswa pada materi asam basa secara signifikan.
Hal ini dikarenakan siswa pada kelompok eksperimen melibatkan
pengaturan kognisinya selama proses pembelajaran yang difasilitasi dengan
adanya LKS berbasis strategi PBLRQA, sehingga dapat mengarahkan siswa
untuk melakukan pengontrolan kognisinya pada aspek perencanaan,
68
pemantauan, dan evaluasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Bahri & Idris (2018) yang menyatakan bahwa pengintegrasian antar PBL
dengan RQA yang menjadi PBLRQA berpotensi untuk memberdayakan
keterampilan metakognitif siswa.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan pembahasan yang
telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Strategi Problem Based Learning Reading Questioning Answering
(PBLRQA) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
keterampilan metakognitif siswa pada materi asam basa.
2. Peningkatan keterampilan metakognitif siswa menggunakan Strategi
Problem Based Learning Reading Questioning Answering (PBLRQA)
pada kelas eksperimen dapat dilihat dari nilai persentase setiap aspek
yaitu aspek perencanaan sebesar 78,14% (kategori baik), pemantauan
sebesar 69,06% (kategori cukup) dan aspek evaluasi sebesar 85,00%
(kategori baik) .
3. Keterampilan metakognitif berimplikasi terhadap hasil belajar kognitif
siswa. Hasil belajar kognitif siswa akan meningkat seiring dengan
meningkatnya keterampilan metakognitif siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
1. Guru dapat menggunakan strategi Problem Based Learning Reading
Questioning Answering (PBLRQA) untuk meningkatkan keterampilan
metakogntif siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
2. Bagi peneliti selanjutnya, pastikan pembagian anggota kelompok siswa
dalam keadaan heterogen agar semua anggota kelompok aktif
berkontribusi ketika pembelajaran berlangsung.
3. Guru dan peneliti selanjutnya diharapkan menyediakan waktu yang
cukup banyak untuk menerapakan strategi Problem Based Learning
71
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, A. B., & Arshad, M. Y. (2015). Self-Directed Learning and Skills of
Problem-Based Learning: A Case of Nigerian Secondary Schools Chemistry
Students. International Education Studies, 8(12), 70–78.
https://doi.org/10.5539/ies.v8n12p70
Aisyah, S., & Ridlo, S. (2015). Pengaruh Strategi Pembelajaran Jigsaw dan Problem
Based Learning terhadap Skor Keterampilan Metakognitif Siswa pada Mata
Pelajaran Biologi. Unnes Journal of Biology Education, 4(1), 22–28.
Ajai, J. T., & Imoko, B. I. (2015). Gender Differences in Mathematics Achievement
and Retention Scores: A Case of Problem-Based Learning Method.
International Journal of Research in Education and Science (IJRES), 1(1), 45–
50. https://doi.org/10.21890/ijres.76785
Akbar, R. A., Suratno, & Wahyuni, D. (2017). Empowering Metacognition Skill by
RDSE (Reading, Discussing, Searching, and Experimenting) Learning Model.
The International Journal of Social Sciences and Humanities Invention, 4(9),
3928–3933. https://doi.org/10.18535/ijsshi/v4i9.05
Albanese, M. A., & Dast, L. C. (2014). Problem-Based Learning. An Introduction
to Medical Teaching, 57–68. https://doi.org/10.1007/978-94-017-9066-6_5
Ali, M., Corrienna-Abd-Talib, Ibrahim, N. H., Surif, J., & Abdullah, A. H. (2016).
The Importance of Monitoring Skills in Physics Problem Solving. European
Journal of Education Studies, 1(3), 1–10.
Amin, A. M., & Corebima, A. D. (2016). Analisis Persepsi Dosen terhadap Strategi
Pembelajaran Reading Questioning and Answering (RQA) dan Argument
Driven Inquiry (ADI) pada Program Studi Pendidikan Biologi di Kota
Makassar. Prosiding Seminar Nasional II 2016, 333–347.
Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning :
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana.
Andriani, D., Marpaung, R. R. T., & Jalmo, T. (2019). Pengaruh Model Problem
Based Learning terhadap Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Bioterdidik, 7(1), 22–31.
Arends, R. I. (2012). Learning to Teach (9th ed.). New York: McGraw Hill.
Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asy’ari, M., Ikhsan, M., & Muhali. (2019). The Effectiveness of Inquiry Learning
Model in Improving Prospective Teachers’ Metacognition Knowledge and
Metacognition Awareness. International Journal of Instruction, 12(2), 455–
72
470. https://doi.org/10.29333/iji.2019.12229a
Azizah, U., & Nasrudin, H. (2018). Empowerment of Metacognitive Skills through
Development of Instructional Materials on the Topic of Hydrolysis and Buffer
Solutions. The 2nd International Joint Conference on Science and Technology
(IJCST) 2017, 953(1), 1–8. https://doi.org/10.1088/1742-6596/953/1/012199
Azizah, U., Nasrudin, H., & Mitarlis. (2019). Metacognitive Skills: A Solution in
Chemistry Problem Solving. Journal of Physics: Conference Series, 1417, 1–
8.
Bahri, A. (2010). The Effect of Reading Questioning and Answering (RQA)
Learning Strategy on Metacognitive Awareness, Metacognitive Skills, and
Cognitive Learning Results of the Students Majoring in Biology at Animal
Physiology Lecture, State University of Makassar. Departement Biology
Education Universitas Negeri Malang.
Bahri, A. (2017). Strategi Problem-Based Learning (PBL) Terintegrasi Reading
Questioning and Answering ( RQA ) Meningkatkan Retensi Mahasiswa
Berkemampuan Akademik Berbeda. Simposium Nasional MIPA Universitas
Negeri Makassar, 68–75.
Bahri, A., & Corebima, A. D. (2015). The Contribution of Learning Motivation and
Metacognitive Skill on Cognitive Learning Outcome of Students within
Different Learning Strategies. Journal of Baltic Science Education, 14(4),
487–500.
Bahri, A., & Corebima, A. D. (2019). Improving PBL in Empowering Meta
cognitive Skill of Students. Indian Journal of Science and Technology, 12(17),
1–9.
Bahri, A., Corebima, A. D., Amin, M., & Zubaidah, S. (2016). Potensi Strategi
Problem-based Learning (PBL) Terintegrasi Reading Questioning and
Answering untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa
Berkemampuan Akademik Berbeda. Jurnal Pendidikan Sains, 4(2), 49–59.
Bahri, A., & Idris, I. S. (2017). Teaching Thinking : Memberdayakan Keterampilan
Metakognitif Mahasiswa melalui PBLRQA (Integrasi Problem-based
Learning dan Reading, Questionin, & Answering). Jurnal Seminar Nasional
Lembaga Penelitian UNM, 59–69.
Bahri, A., & Idris, I. S. (2018). Development and Validation of Learning Strategy
for Metacognitive Skills Empowerment: PBLRQA (PBL integrated with
Reading, Questioning and Answering). Journal of Physics: Conference Series,
1028, 1–8. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1028/1/012028
Bahri, A., Idris, I. S., Nurman, R., & Ristiana, E. (2019). PBLRQA Strategy
Potential in Enhancing Metacognitive Skills of Students with Different
Academic Achievement. Journal of Physics: Conference Series, 1317, 1–8.
Bahri, A., Idris, I. S., & Samsidi, N. H. (2019). Retensi Kognitif Biologi dan Sikap
73
Ilmiah Siswa Berkemampuan Akademik Berbeda pada Strategi PBLRQA
dipadu Jurnal Belajar. Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam, 8(1),
86–97. https://doi.org/10.35580/sainsmat81101912019
Brady, J. E. (2000). Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 1 (5th ed.). Jakarta:
Binarupa Aksara.
Cahyani, H., & Setyawati, R. W. (2016). Pentingnya Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah melalui PBL untuk Mempersiapkan Generasi Unggul
Menghadapi MEA. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 151–
160.
Catalano, A. (2017). Development and Validation of the Metacognitive Strategies
for Library Research Skills Scale (MS-LRSS). The Journal of Academic
Librarianship, 43(3), 178–183.
Celiker, H. D. (2015). Development of Metacognitive Skills: Designing Problem-
based Experiment with Prospective Science Teachers in Biology Laboratory.
Academic Journals, 10(11), 1487–1495.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti (3rd ed.). Jakarta: Erlangga.
Chauhan, A., & Singh, N. (2014). Metacognition : A Conceptual Framework.
International Journal of Education and Psychological Research (IJEPR), 3(3),
21–22.
Colbert, C. Y., Graham, L., West, C., White, B. A., Arroliga, A. C., Myers, J. D.,
Ogden, P. E., Archer, J., Mohammad, Z. T. A., & Clark, J. (2014). Teaching
Metacognitive Skills: Helping Your Physician Trainees in the Quest to “Know
What they Don’t Know.” The American Journal of Medicine, 1–16.
Cooper, M. M., & Sandi-Urena, S. (2009). Design and Validation of an Instrument
To Assess Metacognitive Skillfulness in Chemistry Problem Solving. Journal
of Chemical Education, 86(2), 240–245.
Corebima, A. D. (2009). Pengalaman Berupaya menjadi Guru Profesional. Pidato
Pengukuhan Guru Besar, 1–100.
Danial, M. (2010). Pengaruh Strategi PBL terhadap Keterampilan Metakognisi dan
Respon Mahasiswa. Jurnal Chemica, 11(2), 1–10.
Darmayanti, V. (2015). Profil Penguasaan Pembelajaran RQA (Reading,
Questioning, and Answering) oleh Guru IPA SMP di Jember. Seminar
Nasional Fisika Dan Pembelajarannya 2015, 1–8.
Darussyamsu, R., & Fadilah, M. (2017). Pengaruh Strategi Pembelajaran Reading,
Questioning and Answering terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang pada
Matakuliah Evolusi. Bioeducation Journal, 1(1), 10–21.
Davidson, N., & Major, C. H. (2014). Boundary Crossings: Cooperative Learning,
Collaborative Learning, and Problem-Based Learning. Journal on Excellence
74
in College Teaching, 25(3&4), 7–55.
Delvecchio, F. (2011). Students’ Use of Metacognitive Skills while Problem Solving
in High School Chemistry. Queen’s University.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Djamahar, R., Ristanto, R. H., Sartono, N., Ichsan, I. Z., Darmawan, E., & Muhlisin,
A. (2019). Empowering Student’s Metacognitive Skill through Cirsa Learning.
Journal of Physics: Conference Series, 1227, 1–8.
Dolmans, D. H. J. M. (2019). How Theory and Design-based Research can Mature
PBL Practice and Research. Advances in Health Sciences Education, 24(5),
879–891. https://doi.org/10.1007/s10459-019-09940-2
Downing, K., Ning, F., & Shin, K. (2011). Impact of Problem-based Learning on
Student Experience and Metacognitive Development. Multicultural Education
and Technology Journal, 5(1), 55–69.
https://doi.org/10.1108/17504971111121928
Efklides, A. (2014). How Does Metacognition Contribute to the Regulation of
Learning? An Integrative Approach Anastasia. Psychological Topics, 23(1),
1–30.
Evangeline, C. J. (2016). Examining the Effect of Metacognitive Skills on
Performance of Students. Scholarly Research Journal for Humanity Science
& English Language, 3(18), 4054–4058.
Fitriyani, R., Corebima, A. D., & Ibrohim. (2015). Pengaruh Strategi Pembelajaran
Problem Based Learning dan Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan
Metakognitif, Berpikir Kritis, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan Sains, 3(4), 186–200.
Hariyadi, S., Aloysius, D. C., Zubaidah, S., & Ibrohim. (2017). The Comparison of
the Question Types in the RQA (Reading, Questioning, and Answering)
Learning Model and Conventional Learning Model. International Journal of
Humanities Social Sciences and Education (IJHSSE), 4(7), 10–18.
Hariyadi, S., Corebima, A. D., Zubaidah, S., & Ibrohim. (2018). Contribution of
Mind Mapping, Summarizing and Questioning in the RQA Learning Model to
Genetic Learning Outcomes. Journal of Turkish Science Education, 15(1), 80–
88. https://doi.org/10.12973/tused.10218a
Haryani, S., Masfufah, Wijayati, N., & Kurniawan, C. (2018). Improvement of
metacognitive skills and students’ reasoning ability through problem-based
learning. Journal of Physics: Conference Series, 983(1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/983/1/012174
Haryani, S, Astiningsih, A. D., Supardi, K. I., & Kurniawan, C. (2017).
Construction of Metacognition Skills through Students` Worksheet with
75
Problem Based Learning Approaches. Proceeding of Chemistry Conferences,
2, 37–41.
Haryani, Sri, Prasetya, A. T., & Permanasari, A. (2014). Developing Metacognition
of Teacher Candidates by Implementing Problem Based Learning within the
Area of Analytical Chemistry. International Journal of Science and Research
(IJSR), 3(6), 1223–1229.
Hasmunarti, Bahri, A., & Idris, I. S. (2018). Analisis Kebutuhan Pengembangan
Blended Learning Terintegrasi Strategi PBLRQA (Problem-Based Learning
and Reading, Questioning & Answering) pada Pembelajaran Biologi. Jurnal
Biology Teaching and Learning, 1(2), 101–108.
Hidayahtika, F., Suprapto, P. K., & Hernawati, D. (2020). Keterampilan Literasi
Sains Peserta Didik dengan Model Pembelajaran Reading, Questioning and
Answering (RQA) dalam Pembelajaran Biologi. Quagga: Jurnal Pendidikan
Dan Biologi, 12(1), 69–75. https://doi.org/10.25134/quagga.v12i1.2123
Iqbal, M., & Hariyadi, S. (2015). Pengaruh Implementasi Strategi RQA (Reading,
Questioning, Answering) pada Matakuliah Pengantar Teknologi Informasi
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Sains, 1421–1423.
Iskandar, S. M. (2014). Pendekatan Keterampilan Metakognitif dalam
Pembelajaran Sains di Kelas. Erudio Journal of Educational Innovation, 2(2),
13–20. https://doi.org/10.18551/erudio.2-2.3
Jaleel, S., & Premachandran, P. (2016). A Study on the Metacognitive Awareness
of Secondary School Students. Universal Journal of Educational Research,
4(1), 165–172. https://doi.org/10.13189/ujer.2016.040121
Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Keenan, C. W., Kleinfelter, D. C., & Wood, J. H. (1992). Ilmu Kimia untuk
Universitas Jilid 1 (6th ed.). Jakarta: Erlangga.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kelulusan, (2016).
Khotim, H. N., Nurhayati, S., & Hadisaptro, S. (2015). Pengembangan Modul
Kimia Berbasis Masalah pada Materi Asam Basa. Chemistry in Education,
4(2), 63–69.
Lashari, D. A., Lisa, Y., & Julung, H. (2017). Pengaruh Model Reading
Questioning Answering (RQA) terhadap Pengetahuan Metakognitif Siswa
pada Materi Sistem Pernapasan Manusia. JPBIO (Jurnal Pendidikan Biologi),
2(2), 27–33.
Lavi, R., Shwartz, G., & Dori, Y. J. (2019). Metacognition in Chemistry Education:
A Literature Review. Israel Journal of Chemistry, 59, 1–13.
https://doi.org/10.1002/ijch.201800087
76
Lestari, P. (2016). Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L)
untuk Uji Larutan Asam-Basa. Jurnal Pendidikan Madrasah, 1(1), 69–84.
Lestari, P., Ristanto, R. H., & Miarsyah, M. (2019). Analysis of Conceptual
Understanding of Botany and Metacognitive Skill in Pre-Service Biology
Teacher in Indonesia. Journal for the Education of Gifted Young Scientists,
7(2), 199–214. https://doi.org/10.17478/jegys.515978
Lismaya, L. (2019). Berpikir Kritis dan PBL. Surabaya: Media Sahabat Cendikia.
Livingston, J. A. (2003). Metacognition: An Overview. In Educational Resources
Information Center (ERIC).
http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.htm
Maduabuchi, C. H., Ogbonnaya, I., & Angela, I. (2016). Teaching Metacognitive
Skills for the Promotion of Self-Regulated Learning Among Secondary School
Students in Nigeria. British Journal of Education, 4(10), 74–84.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Malahayati, E. N., Corebima, A. D., & Zubaidah, S. (2015). Hubungan
Keterampilan Metakognitif dan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Hasil
Belajar Biologi Siswa SMA dalam Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). JPS (Jurnal Pendidikan Sains), 3(4), 178–185.
Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK
(Cetakan 8). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Marra, R., Jonassen, D. H., Palmer, B., & Luft, S. (2014). Why Problem-Based
Learning Works: Theoretical Foundations. Journal on Excellence in College
Teaching, 25(3&4), 221–238.
Mathabathe, K. C., & Potgieter, M. (2014). Metacognitive Monitoring and Learning
Gain in Foundation Chemistry. The Royal Society of Chemistry 2014, 15(1),
94–104.
Mozafari, M., Safari, Y., Abasifard, Z., Safari, M., & Sharafi, K. (2016). Assessing
Dimension of Metacognitive Skills and its Relationship with Academic
Achievement in High School Students. Acta Medica Mediterranea,
32(SpecialIssue2), 899–903.
Mu’minin, S. K. F., & Azizah, U. (2014). Keterampilan Metakognitif Siswa melalui
Model Pembelajaran Inkuiri pada Materi Asam Basa di SMAN 1 Pacet Kelas
XI. UNESA Journal of Chemical Education, 3(02), 67–74.
Muhlisin, A., Susilo, H., Amin, M., & Rohman, F. (2016). Analisis Keterampilan
Metakognitif ditinjau dari Kemampuan Akademik Berbeda pada Perkuliahan
Konsep Dasar IPA. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016, 493–496.
Mulyadi, Adlim, & Djufri. (2014). Memberdayakan Kemampuan Berpikir
Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Reading Questioning and Answering
(RQA). Jurnal Biotik, 2(1), 33–37.
77
Mulyadi, & Diana, E. (2018). Meningkatkan Keaktifan Mahasiswa dalam
Berdiskusi melalui Model Pembelajaran Reading, Questioning and Answering.
Prosiding Seminar Nasional Biotik, 710–715.
Nasrudin, H., Azizah, U., & Muchlis. (2018). The Validity of Textbook Based on
Reading, Questioning and Answering (RQA) for Leading Students in
Assessment Course At Chemistry Department Unesa. JCER (Journal of
Chemistry Education Research), 2(2), 45–48.
https://doi.org/10.26740/jcer.v2n2.p45-48
Nazarieh, M. (2016). A Brief History of Metacognition and Principles of
Metacognitive Instruction in Learning. BEST: Journal of Humanities, Arts,
Medicine and Sciences (BEST: JHAMS), 2(2), 61–64.
Nivaldo, J. . (2007). Chemistry in Focus a Molecular View of Our World. Boston:
Cengange Learning.
Nurisya, K., Corebima, A. D., & Rohman, F. (2017). Analisis Perbandingan
Hubungan Antara Keterampilan Metakognitif terhadap Hasil Belajar dan
Retensi Siswa SMA pada Pembelajaran Biologi Berbasis PBL. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 2(2), 246–251.
Nuryanto, Utami, B., & Saputro, A. N. C. (2015). Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dilengkapi Macromedia Flash untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa pada
Materi Pokok Termokimia Kelas XI Siswa SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 4(4), 87–94.
Opstal, M. T. van, & Daubenmire, P. L. (2015). Extending Students’ Practice of
Metacognitive Regulation Skills with the Science Writing Heuristic.
International Journal of Science Education, 37(7), 1089–1112.
Overton, T. L., & Randles, C. A. (2015). Beyond Problem-based Learning: using
Dynamic PBL in Chemistry. The Royal Society of Chemistry 2015, 16(2).
https://doi.org/10.1039/c4rp00248b
Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Campion, A. (2008). Principles of Modern
Chemistry. Belmont: The Thompson Corporation.
Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Nachtrieb, N. H. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia
Modern Jilid 1 (4th ed.). Jakarta: Erlangga.
Ozturk, N. (2017). Assessing Metacognition : Theory and Practices. International
Journal of Assessment Tools in Education, 4(2), 134–148.
https://doi.org/10.21449/ijate.298299
Persky, A. M., Medina, M. S., & Castleberry, A. N. (2019). Developing Critical
Thinking Skills in Pharmacy Students. American Journal of Pharmaceutical
Education, 83(2), 161–170. https://doi.org/10.5688/ajpe7033
Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 (4th ed.).
78
Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R. H., Harwood, W. S., Herring, F. G., & Madura, J. D. (2008). Kimia
Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Jilid 2 (9th ed.). Jakarta: Erlangga.
Pratama, A. T. (2018). Improving Metacognitive Skills using Problem Based
Learning (PBL) at Natural Science of Primary School in Deli Serdang
Indonesia. Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi, 11(2), 101–107.
Purwanto, A. (2018). Pengaruh Model Reading, Questioning and answering (RQA)
terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA SMA PGRI 6
Banjarmasin pada Konsep Sistem Koordinasi Manusia. Jurnal Pendidikan
Hayati, 4(1), 44–52.
Purwanto, N. (2004). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosadakarya.
Putra, H. D., Thahiram, N. F., Ganiati, M., & Nuryana, D. (2018). Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Bangun Ruang. JIPM
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 6(2), 82–90.
Ratnawati, M., Rahman, N., & Gonggo, S. T. (2015). Perilaku Metakognisi Siswa
dalam Menyelesaikan Masalah Kimia. E-Jurnal Mitra Sains, 3(2), 9–16.
Riadi, E. (2016). Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS).
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Riduwan, & Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung:
Alfabeta.
Sadia, I. W. (2014). Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivisme.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saeedzadeh, M., Raeisoon, M. R., & Mohammad, Y. (2018). The Relationship
between Cognitive and Metacognitive Strategies and Academic Achievement
of Students of Birjand University of Medical Science. Future of Medical
Education Journal, 8(1), 27–30.
https://doi.org/10.4025/jphyseduc.v30i1.3036
Saefudin, A., & Berdiati, I. (2014). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Safitri, D., Irmawanty, Bachtiar, S., & Rukman, W. Y. (2018). Students’ Cognitive
Achievement, Critical Thinking Skills, and Metacognitive Awareness in
Problem Based Learning. European Journal of Education Studies, 5(4), 248–
258. https://doi.org/10.5281/zenodo.1482095
Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
PT Fajar Interpratama Mandiri.
Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
79
Sari, A. P., Rudibyani, R. B., & Efkar, T. (2018). Efektivitas Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes Siswa pada
Materi Asam Basa. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Kimia (JPPK), 7(2),
1–19.
Sarıbaş, D., & Bayram, H. (2016). Investigation of the Effects of Using
Metacognitive Activities in Chemistry Laboratory on the Development of
Conceptual Understanding. Boğaziçi University Journal of Education, 33(1),
27–49.
Savery, J. R. (2006). Overview of Problem-based Learning: Definitions and
Distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning (IJPBL),
1(1), 9–20. https://doi.org/10.7771/1541-5015.1002
Sen, S. (2016). The Relationship Between Secondary School Students’ Self-
Regulated Learning Skills and Chemistry Achievement. Journal of Baltic
Science Education, 15(3), 312–324.
Setiawati, H., & Corebima, A. D. (2018). Improving Students’ Metacognitive Skills
through Science Learning by Integrating PQ4R and TPS Strategies at A Senior
High School in Parepare, Indonesia. Journal of Turkish Science Education,
15(2), 95–106. https://doi.org/10.12973/tused.10233a
Shishigu, A., Hailu, A., & Anibo, Z. (2018). Problem-Based Learning and
Conceptual Understanding of College Female Students in Physics. Eurasia
Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 14(1), 145–154.
https://doi.org/10.12973/ejmste/78035
Silberberg, M. . (2007). Principles of General Chemistry. Pennysylvania: McGraw
Hill.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta.
Sumampouw, H., Rengkuan, M., Siswati, B. H., & Corebima, A. D. (2016).
Metacognition Skill Development in Genetic Lecture at the State University
of Malang Indonesia. International Journal of Educational Policy Research
and Review, 3(3), 36–42.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15739/IJEPRR.16.006
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia (1st ed.). Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Syahmani, & Borneo, D. C. F. U. (2017). The Differences of Students Learning
Outcomes and Metacognitive Skills by Using PBL and Metacognitive-PBL.
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, 100, 249–
255.
Syarifah, H., Indriwati, S. E., & Corebima, A. D. (2016). Pengaruh Strategi
Pembelajaran Reading Questioning And Answering (RQA) Dipadu Think Pair
Share (TPS) Terhadap Keterampilan Metakognitif Siswa Laki-Laki Dan
80
Perempuan SMA Di Kota Malang. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 1(5), 801–805.
Tan, O.-S. (2004). Enhancing Thinking through Problem Based Learning
Approach: International Perspectives. Singapore: Cengange Learning.
Tohir, M. (2019). Hasil PISA Indonesia Tahun 2018 Turun Dibanding Tahun 2015.
In OSFPreprints. https://doi.org/10.31219/osf.io/pcjvx
Tosun, C., & Senocak, E. (2013). The Effects of Problem-Based Learning on
Metacognitive Awareness and Attitudes toward Chemistry of Prospective
Teachers with Different Academic Backgrounds. Australian Journal of
Teacher Education, 38(3), 61–73. https://doi.org/10.14221/ajte.2013v38n3.2
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Walker, A., Leary, H., Hmelo-Silver, C. E., & Ertmer, P. A. (2015). Essential
Reading in Problem Based Learning. Indiana: Purdue University Press.
Yew, E. H. J., & Goh, K. (2016). Problem-Based Learning: An Overview of its
Process and Impact on Learning. Health Professions Education, 2(2), 75–79.
https://doi.org/10.1016/j.hpe.2016.01.004
Yusnaeni, & Corebima, A. D. (2017). Empowering Students’ Metacognitive Skills
on SSCS Learning Model Integrated with Metacognitive Strategy. The
International Journal of Social Sciences and Humanities Invention, 4(5),
3476–3481.
Zubaidah, S. (2016). Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan yang Diajarkan
Melalui Pembelajaran. Seminar Nasional Pendidikan, 2, 1–15.
Zumdahl, S. S., & Zumdahl, S. A. (2007). Chemistry (7th ed.). New York:
Houghton Mifflin Company.
82
Lampiran 1. Analisis KD dan Indikator Pembelajaran
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Genap
Tahun Ajaran : 2019-2020
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Materi
Pembelajaran Tahapan PBLRQA Aktivitas Pembelajaran
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
Menjelaskan konsep
asam dan basa serta
kekuatannya dan
kesetimbangan
pengionannya dalam
larutan.
Menjelaskan konsep asam
dan basa menurut
Arrhenius, Bronsted-
Lowry, dan Lewis.
Konsep asam
basa menurut
Arrhenius,
Bronsted-Lowry,
dan Lewis.
Orientasi pada masalah
dan membaca literatur
Guru memberikan LKS. Siswa membaca dan
memahami wacana, kemudian membaca materi
mengenai konsep asam basa dari berbagai
literatur.
Perencanaan
Membuat pertanyaan
tentang bahan bacaan
dan masalah terkait
Siswa membuat beberapa pertanyaan terkait
wacana (masalah) yang disajikan dan jawaban
(hipotesis) atas pertanyaan tersebut.
Perencanaan
Pengorganisasian
belajar
Guru membimbing siswa membentuk 6
kelompok. Siswa dengan teman kelompoknya
mencari informasi dari berbagai sumber belajar
mengenai konsep asam basa menurut para ahli.
Perencanaan
Melakukan
penyelidikan secara
berkelompok dan
mendiskusikan jawaban
Siswa berdiskusi terkait jawaban serta pertanyaan
yang telah dibuat sebelumnya dan memecahkan
soal-soal yang berkaitan dengan konsep asam
basa menurut para ahli.
Pemantauan
83
serta pertanyaan yang
telah dibuat
Pengembangan dan
penyajian hasil karya
melalui presentasi
kelompok
Siswa menuliskan hasil pemecahan soal di papan
tulis dan mempresentasikannya.
Pemantauan
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Siswa memberikan tanggapan, saran ataupun
sanggahan kepada kelompok penyaji maupun
kelompok lain terkait hasil pemecahan soal yang
telah dipresentasikan. Guru memberikan umpan
balik dan siswa memberikan respon terkait
konsep asam basa menurut para ahli.
Siswa membuat kesimpulan dan melakukan
refleksi.
Evaluasi
Menganalisis trayek
perubahan pH
beberapa indikator
yang diekstrak dari
bahan alam melalui
percobaan.
Menguji larutan asam dan
basa menggunakan
indikator.
Mengidentifikasi sifat
larutan menggunakan
indikator.
Indikator Asam
Basa, Trayek pH
larutan
Orientasi pada masalah
dan membaca literatur
Guru memberikan LKS. Siswa membaca dan
memahami wacana, kemudian membaca materi
mengenai indikator asam basa.
Perencanaan
Membuat pertanyaan
tentang bahan bacaan
dan masalah terkait
Siswa membuat beberapa pertanyaan terkait
wacana (masalah) yang disajikan dan jawaban
(hipotesis) atas pertanyaan tersebut.
Perencanaan
Pengorganisasian
belajar
Guru membimbing siswa untuk bergabung
dengan kelompoknya masing-masing. Siswa
mencari informasi dari berbagai sumber belajar
Perencanaan
84
Menganalisis trayek
perubahan pH larutan
menggunakan indikator.
terkait fungsi dan cara penggunaan dari masing-
masing indikator asam basa.
Melakukan
penyelidikan secara
berkelompok dan
mendiskusikan jawaban
serta pertanyaan yang
telah dibuat
Siswa mendiskusikan jawaban serta pertanyaan
yang telah dibuat sebelumnya terkait materi
indikator asam dan basa dan menguji larutan
asam basa menggunakan beberapa indikator,
mengidentifikasi sifat larutan yang diuji, serta
menganalisis trayek perubahan pH larutan pada
percobaan.
Pemantauan
Pengembangan dan
penyajian hasil karya
melalui presentasi
kelompok
Siswa mempresentasikan hasil percobaan yang
telah dibuat bersama teman kelompoknya.
Pemantauan
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Siswa memberikan tanggapan, saran ataupun
sanggahan kepada kelompok penyaji maupun
kelompok lain terkait hasil percobaan yang telah
dipresentasikan. Guru memberikan umpan balik
dan siswa memberikan respon terkait penentuan
sifat asam basa menggunakan beberapa indikator
dan hasil analisis trayek perubahan pH.
Siswa membuat kesimpulan dan melakukan
refleksi.
Evaluasi
85
Menjelaskan konsep
asam dan basa serta
kekuatannya dan
kesetimbangan
pengionannya dalam
larutan.
Menghubungkan kekuatan
asam basa dengan derajat
ionisasi dan tetapan
kesetimbangan
ionisasinya.
Menentukan nilai pH
larutan asam basa melalui
perhitungan.
Kekuatan asam
basa dan
perhitungan pH
Orientasi pada masalah
dan membaca literatur
Guru memberikan LKS. Siswa membaca dan
memahami wacana, kemudian membaca materi
mengenai kekuatan asam basa.
Perencanaan
Membuat pertanyaan
tentang bahan bacaan
dan masalah terkait
Siswa membuat beberapa pertanyaan terkait
wacana (masalah) yang disajikan dan jawaban
(hipotesis) atas pertanyaan tersebut.
Perencanaan
Pengorganisasian
belajar
Guru membimbing siswa untuk bergabung
dengan kelompoknya masing-masing. Siswa
mencari informasi dari berbagai sumber belajar
terkait hubungan kekuatan asam basa dengan
derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan
ionisasinya serta perhitungan pH
Perencanaan
Melakukan
penyelidikan secara
berkelompok dan
mendiskusikan jawaban
serta pertanyaan yang
telah dibuat
Siswa mendiskusikan jawaban serta pertanyaan
yang telah dibuat sebelumnya terkait percobaan
kekuatan asam basa dan memecahkan soal-soal
yang berkaitan dengan konsep hubungan
kekuatan asam basa dengan derajat ionisasi dan
tetapan kesetimbangan asam basa serta
perhitungan pH.
Pemantauan
Pengembangan dan
penyajian hasil karya
melalui presentasi
kelompok
Siswa menuliskan hasil pemecahan soal di papan
tulis dan mempresentasikannya.
Pemantauan
86
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Siswa memberikan tanggapan, saran ataupun
sanggahan kepada kelompok penyaji maupun
kelompok lain terkait hasil pemecahan soal yang
telah dipresentasikan. Guru memberikan umpan
balik dan siswa memberikan respon terkait
penentuan kekuatan asam basa berdasarkan
derajat ionisasi, tetapan kesetimbangan asam
basa, dan nilai pH.
Siswa membuat kesimpulan dan melakukan
refleksi.
Evaluasi
87
Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Eksperimen
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Asam Basa
Alokasi Waktu : 10 x 40 menit (5 pertemuan)
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.10. Menjelaskan konsep
asam dan basa serta
kekuatannya dan
kesetimbangan
pengionannya dalam
larutan.
3.10.1. Menjelaskan konsep asam dan basa
menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan
Lewis.
3.10.2. Menghubungkan kekuatan asam basa
dengan derajat ionisasi dan tetapan
kesetimbangan ionisasinya.
3.10.3. Menentukan nilai pH larutan asam basa
melalui perhitungan.
4.10. Menganalisis trayek
perubahan pH beberapa
4.10.1. Menguji larutan asam dan basa
menggunakan indikator.
88
indikator yang diekstrak
dari bahan alam melalui
percobaan.
4.10.2. Mengidentifikasi sifat larutan
menggunakan indikator.
4.10.3. Menganalisis trayek perubahan pH
larutan menggunakan indikator.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Memahami konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
2. Menghubungkan kekuatan asam basa dengan derajat ionisasi dan tetapan
kesetimbangan ionisasinya.
3. Menentukan nilai pH larutan asam basa melalui perhitungan.
4. Menguji larutan asam dan basa menggunakan beberapa indikator.
5. Mengidentifikasi sifat asam dan basa menggunakan beberapa indikator.
6. Menganalisis trayek perubahan pH menggunakan beberapa indikator.
D. Materi Pembelajaran
1. Teori Asam Basa
a. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang memberikan ion-ion H+ jika
dilarutkan ke dalam air, sedangkan basa adalah zat yang memberikan ion-ion
OH− jika dilarutkan ke dalam air. Berikut contoh reaksi ionisasi asam basa
menurut Arrhenius.
HCl (aq) → H+ + Cl−
Mg(OH)2(aq) → Mg2+ + 2OH−
b. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah pendonor proton (H+) sedangkan basa
adalah penerima proton (H+). Asam basa menurut Bronsted-Lowry disebut juga
asam basa konjugasi, berikut contoh reaksinya.
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+
(aq) + OH−(aq)
basa (1) asam (2) asam (1) basa (2)
Berdasarkan reaksi di atas, basa (1) menerima proton sehingga menjadi asam
(1) sedangkan asam (2) melepaskan proton sehingga menjadi basa (2). Asam
(1) disebut asam konjugasi dari basa (1), sedangkan basa (2) disebut basa
konjugasi dari asam (2). Artinya, molekul NH3 adalah basa, ion NH4+ adalah
89
asam konjugasi dari NH3 dan molekul H2O adalah asam, ion OH− adalah basa
konjugasi dari H2O.
c. Menurut Lewis, asam adalah akseptor (penerima) pasangan elektron dan basa
adalah pendonor (pemberi) pasangan elektron. Berikut ini contoh reaksi asam
basa Lewis:
SnCl4(l) + 2 Cl− ⟶ [SnCl6]2−
2. Indikator Asam Basa
Suatu senyawa asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa. Indikator
ini terdiri dari dua macam, indikator buatan, dan indikator alami. Indikator buatan
dapat berupa indikator universal, kertas lakmus, indikator larutan seperti
fenolftalein, metil merah, bromtimol biru dan sebagainya. pH meter juga dapat
digunakan sebagai alat dalam mengukur pH, sehingga dapat menentukan sifat asam
basa suatu larutan. Indikator alami, yaitu indikator yang dibuat dari bahan-bahan
alam, seperti ekstrak kembang sepatu, kunyit, dan sebagainya.
3. Trayek pH larutan
Indikator asam basa seperti kertas lakmus dan indikator alami hanya memberikan
gambaran tentang sifat larutan (asam, basa atau netral), tetapi tidak menyatakan
nilai pH nya. Berbeda dengan larutan indikator, setiap larutan indikator mempunyai
trayek perubahan warna yang berbeda, pH larutan dapat ditentukan (diperkirakan)
dengan kombinasi beberapa larutan indikator. Misalnya, suatu larutan berwarna
biru jika ditetesi dengan indikator bromtimol biru dan tidak berwarna dengan
indikator fenolftalein. Berapakah pH larutan tersebut? Untuk menjawab pertanyaan
ini, sebaiknya merujuk kembali pada trayek pH indikator-indikator sebagai berikut:
Larutan Indikator Trayek pH Perubahan Warna
Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning
Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna – Merah Muda
Kuning Alizarin 10,1 – 12,0 Kuning – Merah
90
Berdasarkan tabel di atas:
Jika dengan indikator bromtimol biru berwarna biru, maka pH larutan > 7,6
Jika dengan indikator fenolftalein tidak berwarna, maka pH larutan < 8,3
Jadi pH larutan tersebut berkisar 7,6 – 8,3
Berikut irisan untuk membuktikannya:
4. Hubungan Derajat Ionisasi dengan Kekuatan Asam Basa
Derajat ionisasi (α) adalah perbandingan antara jumlah zat yang terionisasi dengan
jumlah zat mula-mula. Larutan asam dan basa kuat mengalami ionisasi sempurna
karena semua molekul dapat terion, sehingga harga derajat ionisasi mendekati satu
(𝛼 = 1). Reaksinya satu arah. Larutan asam dan basa lemah mengalami ionisasi
sebagian karena molekul yang terion akan kembali lagi membentuk molekul
asalnya sehingga harga derajat ionisasi sangat kecil (0 <𝛼 <1). Reaksinya bolak-
balik, hal tersebut mengakibatkan terbentuknya kesetimbangan.
5. Hubungan Tetapan Kesetimbangan dengan Kekuatan Asam Basa
Semakin kuat suatu asam atau suatu basa, reaksi kesetimbangan asam atau basa
semakin condong ke kanan. Akibatnya, nilai Ka atau Kb semakin besar. Oleh karena
itu, semakin besar Ka atau Kb, semakin kuat pula sifat asam atau basa nya.
6. Nilai pH
Kekuatan asam basa juga dapat dinyatakan dengan nilai pH. pH (Power of
Hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan suatu larutan, yang memiliki skala 0-14.
Rumus Asam Rumus Basa
a. Asam Kuat
[H+] = a . Ma
b. Asam Lemah
[H+] =√𝐾𝑎. 𝑀𝑎
pH = -log [H+]
a. Basa Kuat
[OH-] = b . Mb
b. Basa Lemah
[OH-] =√𝐾𝑏 . 𝑀𝑏
pOH = -log [OH-]
pH = 14 – pOH
91
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Strategi : Problem Based Learning Terintegrasi Reading,
Questioning, and Answering (PBLRQA)
Metode : Diskusi, Tanya Jawab, Praktikum
F. Media Pembelajaran
Media : LKS berbasis PBLRQA, Buku Kimia Kurikulum 2013, Internet
Alat : Papan Tulis, Spidol, Alat dan Bahan Praktikum
92
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I (2 x 40 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran
siswa.
Menjawab salam dan berdoa.
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
5 menit
Kegiatan Inti Mengarahkan siswa untuk mengerjakan pre-test
berupa:
Kuesioner keterampilan metakognitif
Tes hasil belajar
Mengerjakan pre-test berupa:
Kuesioner keterampilan metakognitif
Tes hasil belajar
70 menit
Kegiatan Penutup Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa
dan mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
5 menit
Pertemuan II (2 x 40 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Orientasi 5 menit
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menjawab salam dan berdoa.
93
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
Apersepsi
Menggali pengetahuan siswa dengan mengaitkan materi
yang akan dipelajari dengan pengalaman siswa. Misalnya
dengan memberikan pertanyaan mengenai jeruk dan
sabun berdasarkan indra pengecap dan peraba.
Mendengarkan dan merespon apa yang guru
sampaikan.
Motivasi
Menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari. Misal:
untuk lebih mengenal apa itu asam dan basa, ada
beberapa teori menurut para ahli yang menjelaskan sifat
asam dan basa secara kimia. Bagaimana teori-teori
tersebut dapat mengidentifikasi sifat asam atau basa?
Untuk itu, marilah kita pelajari materi ini agar dapat
menjawab pertanyaan tersebut.
Mendengarkan cakupan materi yang
disampaikan oleh guru.
Pemberian Acuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Mendengarkan penjelasan guru mengenai
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan Inti Orientasi pada Masalah dan Membaca Literatur 70 menit
94
Memberikan LKS yang berisikan masalah berupa
wacana yang berjudul “Obat Maag dapat Menurunkan
Kadar Asam Lambung”.
Menerima dan membaca LKS yang berisikan
masalah berupa wacana yang berjudul “Obat
Maag dapat Menurunkan Kadar Asam
Lambung”.
Mengarahkan siswa untuk membaca sekaligus
memahami wacana agar terhubung dengan pokok
permasalahan.
Memahami wacana agar terhubung dengan
pokok permasalahan.
Mengarahkan siswa untuk membaca materi mengenai
konsep asam basa dari berbagai literatur.
Membaca materi mengenai konsep asam basa
dari berbagai literatur.
Membuat Pertanyaan Tentang Bahan Bacaan dan Masalah Terkait
Menginstruksikan siswa untuk membuat pertanyaan
secara tertulis sesuai dengan perintah yang terdapat
dalam LKS mengenai wacana (masalah) yang diberikan.
Membuat beberapa pertanyaan sesuai dengan
perintah yang terdapat dalam LKS mengenai
wacana (masalah) yang diberikan.
Menginstruksikan siswa untuk membuat hipotesis
berdasarkan pertanyaan yang telah dibuat.
Membuat hipotesis berdasarkan pertanyaan
yang telah dibuat.
Pengorganisasian Belajar
Membimbing siswa untuk membentuk 6 kelompok. Bergabung dengan kelompoknya masing-
masing.
Mengarahkan siswa untuk mencari informasi dari
berbagai sumber belajar bersama teman kelompoknya
Mencari informasi dari berbagai sumber
belajar mengenai konsep asam basa menurut
95
mengenai konsep asam basa menurut Arrhenius,
Bronsted-Lowry, dan Lewis.
Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis
bersama teman kelompoknya.
Melakukan Penyelidikan secara Berkelompok dan Mendiskusikan Jawaban serta Pertanyaan
yang telah dibuat
Mengarahkan siswa untuk mendiskusikan jawaban serta
pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya.
Mendiskusikan jawaban serta pertanyaan yang
telah dibuat sebelumnya.
Membimbing siswa dalam memecahkan soal-soal
mengenai konsep asam basa menurut Arrhenius,
Bronsted-Lowry, dan Lewis.
Memecahkan soal-soal mengenai konsep asam
basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan
Lewis.
Pengembangan dan Penyajian Hasil Karya melalui Presentasi Kelompok
Membimbing siswa untuk menuliskan hasil pemecahan
soal di papan tulis.
Menuliskan hasil pemecahan soal di papan
tulis.
Memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan hasil
pemecahan soal yang telah di tulis di papan tulis bersama
teman kelompoknya.
Mempresentasikan hasil pemecahan soal yang
telah di tulis di papan tulis bersama teman
kelompoknya.
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Memberi kesempatan siswa untuk memberikan
tanggapan, saran, ataupun sanggahan baik kelompok
penyaji maupun kelompok lain terkait hasil pemecahan
soal yang dipresentasikan.
Memberikan tanggapan, saran ataupun
sanggahan kepada kelompok penyaji maupun
kelompok lain terkait hasil pemecahan soal
yang telah dipresentasikan.
96
Memberikan umpan balik dan penguatan kepada siswa
terkait konsep asam basa menurut Arrhenius, Bronsted-
Lowry, dan Lewis.
Memberi respon terhadap umpan balik yang
diberikan oleh guru terkait konsep asam basa
menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan
Lewis.
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dan
melakukan refleksi.
Membuat kesimpulan dan melakukan refleksi.
Kegiatan
Penutup
Mengagendakan tugas kepada siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya mengenai indikator asam basa.
Menyimak tugas yang diberikan guru untuk
mempelajari materi indikator asam basa.
5 menit
Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
Pertemuan III (2 x 40 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Orientasi 5 menit
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa
Menjawab salam dan berdoa
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
Apersepsi
97
Mengingatkan kembali materi pada pertemuan
sebelumnya dengan memberikan pertanyaan mengenai
konsep asam basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry,
dan Lewis.
Meninjau kembali materi pada pertemuan
sebelumnya dan menjawab pertanyaan
mengenai teori atau konsep asam basa menurut
Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis yang
diajukan oleh guru.
Motivasi
Menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari.
Misal: Senyawa asam dan basa selain dapat
diidentifikasi menggunakan indra pengecap dan peraba,
untuk senyawa asam dan basa yang berbahaya, dapat
diidentifikasi menggunakan indikator agar aman. Ada
banyak macam-macam indikator asam basa, ada yang
alami dan ada juga yang buatan. Apa saja indikator
tersebut? Bagaimana cara penggunaannya? Untuk itu,
marilah kita pelajari materi ini agar dapat menjawab
pertanyaan tersebut.
Mendengarkan cakupan materi mengenai
indikator yang disampaikan oleh guru.
Pemberian Acuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Mendengarkan penjelasan guru mengenai
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan Inti Orientasi pada Masalah dan Membaca Literatur 70 menit
98
Memberikan LKS yang berisikan masalah berupa
wacana yang berjudul “Kunyit sebagai Indikator Asam
Basa”.
Menerima dan membaca LKS yang berisikan
masalah berupa wacana yang berjudul “Kunyit
sebagai Indikator Asam Basa”.
Mengarahkan siswa untuk memahami wacana agar
terhubung dengan pokok permasalahan.
Memahami wacana agar terhubung dengan
pokok permasalahan.
Mengarahkan siswa untuk membaca materi indikator
asam dan basa dari berbagai literatur.
Membaca materi indikator asam dan basa dari
berbagai literatur.
Membuat Pertanyaan Tentang Bahan Bacaan dan Masalah Terkait
Menginstruksikan siswa untuk membuat pertanyaan
secara tertulis sesuai dengan perintah yang terdapat
dalam LKS mengenai wacana (masalah) yang diberikan.
Membuat beberapa pertanyaan sesuai dengan
perintah yang terdapat dalam LKS mengenai
wacana (masalah) yang diberikan.
Menginstruksikan siswa untuk membuat hipotesis
berdasarkan pertanyaan yang telah dibuat.
Membuat hipotesis berdasarkan pertanyaan
yang telah dibuat.
Pengorganisasian Belajar
Membimbing siswa untuk bergabung dengan
kelompoknya masing-masing.
Bergabung dengan kelompoknya masing-
masing.
Mengarahkan siswa untuk mencari informasi dari
berbagai sumber belajar bersama teman kelompoknya
terkait fungsi dan cara penggunaan dari masing-masing
indikator asam basa.
Mencari informasi dari berbagai sumber
belajar terkait fungsi dan cara penggunaan dari
masing-masing indikator asam basa.
99
Melakukan Penyelidikan secara Berkelompok dan Mendiskusikan Jawaban serta Pertanyaan
yang telah dibuat
Mengarahkan siswa untuk mendiskusikan jawaban serta
pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya terkait materi
indikator asam dan basa.
Mendiskusikan jawaban serta pertanyaan yang
telah dibuat sebelumnya terkait materi
indikator asam dan basa.
Membimbing siswa untuk melakukan uji larutan asam
basa menggunakan beberapa indikator, mengamati
perubahan warna indikator, dan mencatat hasil
pengamatan.
Menguji larutan asam basa menggunakan
beberapa indikator, mengamati perubahan
warna indikator, dan mencatat hasil
pengamatan.
Membimbing siswa untuk mengidentifikasi sifat larutan
berdasarkan hasil pengamatan dari uji yang dilakukan.
Mengidentifikasi sifat larutan berdasarkan
hasil pengamatan dari uji yang dilakukan.
Membimbing siswa untuk menganalisis trayek
perubahan pH larutan pada percobaan.
Menganalisis trayek perubahan pH larutan
pada percobaan.
Pengembangan dan Penyajian Hasil Karya melalui Presentasi Kelompok
Memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan hasil
percobaan bersama teman kelompoknya.
Mempresentasikan hasil percobaan yang telah
dibuat bersama teman kelompoknya.
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Memberikan kesempatan siswa untuk memberikan
tanggapan, saran, ataupun sanggahan baik kelompok
penyaji maupun kelompok lain terkait hasil percobaan
yang dipresentasikan.
Memberikan tanggapan, saran ataupun
sanggahan kepada kelompok penyaji maupun
kelompok lain terkait hasil percobaan yang
telah dipresentasikan.
100
Memberikan umpan balik dan penguatan kepada siswa
terkait penentuan sifat asam basa menggunakan
beberapa indikator dan hasil analisis trayek perubahan
pH.
Memberi respon terhadap umpan balik yang
diberikan oleh guru terkait penentuan sifat
asam basa menggunakan beberapa indikator
dan hasil analisis trayek perubahan pH.
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dan
melakukan refleksi.
Membuat kesimpulan dan melakukan refleksi.
Kegiatan
Penutup
Mengagendakan tugas kepada siswa untuk mempelajari
sub materi mengenai kekuatan asam basa.
Mendengarkan dan mencatat tugas yang
diberikan guru untuk mempelajari sub materi
mengenai kekuatan asam basa.
5 menit
Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
Pertemuan IV (2 x 45 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Orientasi 5 menit
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa
Menjawab salam dan berdoa
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
Apersepsi
101
Mengingatkan kembali materi pada pertemuan
sebelumnya dengan memberikan pertanyaan mengenai
penentuan sifat asam basa dari berbagai indikator.
Meninjau kembali materi pada pertemuan
sebelumnya dan menjawab pertanyaan
mengenai penentuan sifat asam basa dari
berbagai indikator yang disampaikan oleh
guru.
Motivasi
Menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari. Mendengarkan cakupan materi yang
disampaikan oleh guru.
Pemberian Acuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Mendengarkan penjelasan guru mengenai
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan Inti Orientasi pada Masalah dan Membaca Literatur 70 menit
Memberikan LKS yang berisikan masalah berupa
wacana yang berjudul “Percobaan Balon Hidrogen”.
Menerima dan membaca LKS yang berisikan
masalah berupa wacana berjudul “Percobaan
Balon Hidrogen”.
Mengarahkan siswa untuk memahami wacana agar
terhubung dengan pokok permasalahan.
Memahami wacana agar terhubung dengan
pokok permasalahan.
Mengarahkan siswa untuk membaca materi mengenai
kekuatan asam basa dari berbagai literatur.
Membaca materi mengenai kekuatan asam
basa dari berbagai literatur.
Membuat Pertanyaan Tentang Bahan Bacaan dan Masalah Terkait
102
Menginstruksikan siswa untuk membuat pertanyaan
secara tertulis sesuai dengan perintah yang terdapat
dalam LKS mengenai wacana (masalah) yang diberikan.
Membuat beberapa pertanyaan sesuai dengan
perintah yang terdapat dalam LKS mengenai
wacana (masalah) yang diberikan.
Menginstruksikan siswa untuk membuat hipotesis
berdasarkan pertanyaan yang telah dibuat.
Membuat hipotesis berdasarkan pertanyaan
yang telah dibuat.
Pengorganisasian Belajar
Membimbing siswa bergabung dengan kelompoknya
masing-masing.
Bergabung dengan kelompoknya masing-
masing.
Mengarahkan siswa untuk mencari informasi dari
berbagai sumber belajar bersama teman kelompoknya
terkait hubungan kekuatan asam basa dengan derajat
ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionisasinya serta
pengertian pH dan rumusnya.
Mencari informasi dari berbagai sumber
belajar terkait hubungan kekuatan asam basa
dengan derajat ionisasi dan tetapan
kesetimbangan ionisasinya serta pengertian pH
dan rumusnya.
Membimbing Penyelidikan secara Berkelompok dan Mendiskusikan Jawaban serta Pertanyaan
yang Telah dibuat
Mengarahkan siswa untuk mendiskusikan jawaban serta
pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya terkait
kekuatan asam basa.
Mendiskusikan jawaban serta pertanyaan yang
telah dibuat sebelumnya terkait kekuatan asam
basa.
Membimbing siswa memecahkan soal-soal yang
berkaitan dengan konsep hubungan kekuatan asam basa
Memecahkan soal-soal yang berkaitan dengan
konsep hubungan kekuatan asam basa dengan
103
dengan derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan asam
basa serta perhitungan pH.
derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan
asam basa serta perhitungan pH.
Pengembangan dan Penyajian Hasil Karya melalui Presentasi Kelompok
Membimbing siswa untuk menuliskan hasil pemecahan
soal di papan tulis.
Menuliskan hasil pemecahan soal di papan
tulis.
Memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan hasil
pemecahan soal bersama teman kelompoknya.
Mempresentasikan hasil pemecahan soal
bersama teman kelompoknya.
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Memberikan kesempatan siswa untuk memberikan
tanggapan, saran, ataupun sanggahan baik kelompok
penyaji maupun kelompok lain terkait hasil pemecahan
soal yang dipresentasikan.
Memberikan tanggapan, saran ataupun
sanggahan kepada kelompok penyaji maupun
kelompok lain terkait hasil pemecahan soal
yang telah dipresentasikan.
Memberikan umpan balik dan penguatan kepada siswa
terkait penentuan kekuatan asam basa berdasarkan
derajat ionisasi, tetapan kesetimbangan asam basa, dan
nilai pH.
Memberi respon terhadap umpan balik yang
diberikan oleh guru terkait penentuan kekuatan
asam basa berdasarkan derajat ionisasi, tetapan
kesetimbangan asam basa, dan nilai pH.
Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan dan
melakukan refleksi.
Menarik kesimpulan dan melakukan refleksi.
Kegiatan
Penutup
Mengagendakan tugas kepada siswa untuk mengerjakan
soal-soal latihan mengenai materi yang sudah dipelajari
Mencatat dan mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru.
5 menit
104
dan menginformasikan agar siswa mempersiapkan diri
untuk mengikuti posttest pada pertemuan selanjutnya.
Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
Pertemuan V (2 x 40 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran
siswa.
Menjawab salam dan berdoa.
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
5 menit
Kegiatan Inti Mengarahkan siswa untuk mengerjakan post-test
berupa:
Non-tes keterampilan metakognitif dalam
bentuk kuesioner
Tes hasil belajar dalam bentuk soal esai
Mengerjakan post-test berupa:
Non-tes keterampilan metakognitif dalam
bentuk kuesioner
Tes hasil belajar dalam bentuk soal esai
70 menit
Kegiatan Penutup Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa
dan mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
5 menit
105
H. Penilaian
Instrumen : Keterampilan Metakognitif (Kuesioner) dan Hasil Belajar (Tes Esai)
Teknik Instrumen : Tertulis
Tangerang Selatan, Januari 2020
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti
Umiyati, S.Pd Ghiska Primayana Mufhtih
NIP. 197010181993012002 NIM. 11150162000038
106
Lampiran 3. RPP Kelas Kontrol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Kontrol
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Asam Basa
Alokasi Waktu : 10 x 40 menit (5 pertemuan)
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.10. Menjelaskan konsep asam
dan basa serta
kekuatannya dan
kesetimbangan
pengionannya dalam
larutan.
3.10.1. Menjelaskan konsep asam dan basa
menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry,
dan Lewis.
3.10.2. Menghubungkan kekuatan asam basa
dengan derajat ionisasi dan tetapan
kesetimbangan ionisasinya.
3.10.3. Menentukan nilai pH larutan asam basa
melalui perhitungan.
4.10. Menganalisis trayek
perubahan pH beberapa
indikator yang diekstrak
4.10.1. Menguji larutan asam dan basa
menggunakan indikator.
107
dari bahan alam melalui
percobaan.
4.10.2. Mengidentifikasi sifat larutan
menggunakan indikator.
4.10.3. Menganalisis trayek perubahan pH
larutan menggunakan indikator.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran ini, siswa dapat:
1. Memahami konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
2. Menghubungkan kekuatan asam basa dengan derajat ionisasi dan tetapan
kesetimbangan ionisasinya.
3. Menentukan nilai pH larutan asam basa melalui perhitungan.
4. Menguji larutan asam dan basa menggunakan beberapa indikator.
5. Mengidentifikasi sifat asam dan basa menggunakan beberapa indikator.
6. Menganalisis trayek perubahan pH menggunakan beberapa indikator.
D. Materi Pembelajaran
1. Teori Asam Basa
a. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang memberikan ion-ion H+ jika
dilarutkan ke dalam air, sedangkan basa adalah zat yang memberikan ion-ion
OH− jika dilarutkan ke dalam air. Berikut contoh reaksi ionisasi asam basa
menurut Arrhenius.
HCl(aq) → H+ + Cl−
Mg(OH)2(aq) → Mg2+ + 2OH−
b. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah pendonor proton (H+) sedangkan basa
adalah penerima proton (H+). Asam basa menurut Bronsted-Lowry disebut juga
asam basa konjugasi, berikut contoh reaksinya.
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+
(aq) + OH−(aq)
basa (1) asam (2) asam (1) basa (2)
Berdasarkan reaksi di atas, basa (1) menerima proton sehingga menjadi asam
(1) sedangkan asam (2) melepaskan proton sehingga menjadi basa (2). Asam
(1) disebut asam konjugasi dari basa (1), sedangkan basa (2) disebut basa
konjugasi dari asam (2). Artinya, molekul NH3 adalah basa, ion NH4+ adalah
asam konjugasi dari NH3 dan molekul H2O adalah asam, ion OH− adalah basa
konjugasi dari H2O.
108
c. Menurut Lewis, asam adalah akseptor (penerima) pasangan elektron dan basa
adalah pendonor (pemberi) pasangan elektron. Berikut ini contoh reaksi asam
basa Lewis:
SnCl4(l) + 2 Cl− ⟶ [SnCl6]2−
2. Indikator Asam Basa
Suatu senyawa asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa. Indikator
ini terdiri dari dua macam, indikator buatan, dan indikator alami. Indikator buatan
dapat berupa indikator universal, kertas lakmus, indikator larutan seperti
fenolftalein, metil merah, bromtimol biru dan sebagainya. pH meter juga dapat
digunakan sebagai alat dalam mengukur pH, sehingga dapat menentukan sifat asam
basa suatu larutan. Indikator alami, yaitu indikator yang dibuat dari bahan-bahan
alam, seperti ekstrak kembang sepatu, kunyit, dan sebagainya.
3. Trayek pH larutan
Indikator asam basa seperti kertas lakmus dan indikator alami hanya memberikan
gambaran tentang sifat larutan (asam, basa atau netral), tetapi tidak menyatakan
nilai pH nya. Berbeda dengan larutan indikator, setiap larutan indikator mempunyai
trayek perubahan warna yang berbeda, pH larutan dapat ditentukan (diperkirakan)
dengan kombinasi beberapa larutan indikator. Misalnya, suatu larutan berwarna
biru jika ditetesi dengan indikator bromtimol biru dan tidak berwarna dengan
indikator fenolftalein. Berapakah pH larutan tersebut? Untuk menjawab pertanyaan
ini, sebaiknya merujuk kembali pada trayek pH indikator-indikator sebagai berikut:
Larutan Indikator Trayek pH Perubahan Warna
Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning
Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna – Merah Muda
Kuning Alizarin 10,1 – 12,0 Kuning – Merah
109
Berdasarkan tabel di atas:
Jika dengan indikator bromtimol biru berwarna biru, maka pH larutan > 7,6
Jika dengan indikator fenolftalein tidak berwarna, maka pH larutan < 8,3
Jadi pH larutan tersebut berkisar 7,6 – 8,3
Berikut irisan untuk membuktikannya:
4. Hubungan Derajat Ionisasi dengan Kekuatan Asam Basa
Derajat ionisasi (α) adalah perbandingan antara jumlah zat yang terionisasi dengan
jumlah zat mula-mula. Larutan asam dan basa kuat mengalami ionisasi sempurna
karena semua molekul dapat terion, sehingga harga derajat ionisasi mendekati satu
(𝛼 = 1). Reaksinya satu arah. Larutan asam dan basa lemah mengalami ionisasi
sebagian karena molekul yang terion akan kembali lagi membentuk molekul
asalnya sehingga harga derajat ionisasi sangat kecil (0 <𝛼 <1). Reaksinya bolak-
balik, hal tersebut mengakibatkan terbentuknya kesetimbangan.
5. Hubungan Tetapan Kesetimbangan dengan Kekuatan Asam Basa
Semakin kuat suatu asam atau suatu basa, reaksi kesetimbangan asam atau basa
semakin condong ke kanan. Akibatnya, nilai Ka atau Kb semakin besar. Oleh karena
itu, semakin besar Ka atau Kb, semakin kuat pula sifat asam atau basa nya.
6. Nilai pH
Kekuatan asam basa juga dapat dinyatakan dengan nilai pH. pH (Power of
Hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan suatu larutan, yang memiliki skala 0-14.
Rumus Asam Rumus Basa
a. Asam Kuat
[H+] = a . Ma
b. Asam Lemah
[H+] =√𝐾𝑎. 𝑀𝑎
pH = -log [H+]
a. Basa Kuat
[OH-] = b . Mb
b. Basa Lemah
[OH-] =√𝐾𝑏 . 𝑀𝑏
pOH = -log [OH-]
pH = 14 – pOH
110
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Praktikum
F. Media Pembelajaran
Media : Powerpoint, LKS, Buku Kimia Kurikulum 2013, Video
Alat : Papan Tulis, Spidol, Proyektor, Alat dan Bahan Praktikum
111
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I (2 x 40 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran
siswa.
Menjawab salam dan berdoa.
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
5 menit
Kegiatan Inti Mengarahkan siswa untuk mengerjakan pre-test
berupa:
Kuesioner keterampilan metakognitif
Tes hasil belajar
Mengerjakan pre-test berupa:
Kuesioner keterampilan metakognitif
Tes hasil belajar
70 menit
Kegiatan Penutup Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa
dan mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
5 menit
Pertemuan II (2 x 40 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Orientasi 5 menit
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menjawab salam dan berdoa.
112
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
Apersepsi
Menggali pengetahuan siswa dengan mengaitkan
materi yang akan dipelajari dengan pengalaman siswa.
Misalnya dengan memberikan pertanyaan mengenai
jeruk dan sabun berdasarkan indra pengecap dan
peraba.
Mendengarkan dan merespon apa yang guru
sampaikan.
Motivasi
Menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari.
Misal: untuk lebih mengenal apa itu asam dan basa, ada
beberapa teori menurut para ahli yang menjelaskan sifat
asam dan basa secara kimia. Bagaimana teori-teori
tersebut dapat mengidentifikasi sifat asam atau basa?
Untuk itu, marilah kita pelajari materi ini agar dapat
menjawab pertanyaan tersebut.
Mendengarkan cakupan materi yang
disampaikan oleh guru.
Pemberian Acuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Mendengarkan penjelasan guru mengenai
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan Inti Mengamati 70 menit
113
Menayangkan video mengenai konsep asam basa
menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
Mengamati video mengenai konsep asam basa
menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan
Lewis.
Memberi penjelasan terkait video yang ditayangkan. Menyimak penjelasan guru terkait video yang
ditayangkan
Menanya
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan tanya jawab mengenai konsep asam basa
menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
Melakukan tanya jawab dengan guru dan siswa
lainnya mengenai konsep asam basa menurut
Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
Mengeksplorasi
Membimbing siswa untuk membentuk 6 kelompok. Bergabung dengan kelompoknya masing-
masing.
Mengarahkan siswa untuk mencari informasi mengenai
konsep asam basa dan mendiskusikan bersama teman
kelompoknya.
Mencari informasi mengenai konsep asam
basa dan mendiskusikan bersama teman
kelompoknya.
Mengarahkan siswa untuk mencatat informasi penting
yang ditemukan mengenai konsep asam basa.
Mencatat informasi penting yang ditemukan
mengenai konsep asam basa.
Mengasosisasi
Mengarahkan siswa untuk mengerjakan latihan soal
mengenai konsep asam basa secara berkelompok.
Mengerjakan latihan soal mengenai konsep
asam basa secara berkelompok.
Mengkomunikasikan
114
Meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk
menuliskan jawaban di papan tulis.
Perwakilan tiap-tiap kelompok menuliskan
jawaban di papan tulis.
Membahas jawaban bersama siswa dari masing-masing
kelompok.
Bersama dengan guru membahas jawaban.
Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan dan
melakukan refleksi.
Menarik kesimpulan dan melakukan refleksi.
Kegiatan
Penutup
Mengagendakan tugas kepada siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya mengenai indikator asam basa.
Menyimak tugas yang diberikan guru untuk
mempelajari materi indikator asam basa.
5 menit
Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
Pertemuan III (2 x 40 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Orientasi 5 menit
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa
Menjawab salam dan berdoa
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
Apersepsi
115
Mengingatkan kembali materi pada pertemuan
sebelumnya dengan memberikan pertanyaan mengenai
konsep asam basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry,
dan Lewis.
Meninjau kembali materi pada pertemuan
sebelumnya dan menjawab pertanyaan
mengenai teori atau konsep asam basa menurut
Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis yang
diajukan oleh guru.
Motivasi
Menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari.
Misal: Senyawa asam dan basa selain dapat
diidentifikasi menggunakan indra pengecap dan peraba,
untuk senyawa asam dan basa yang berbahaya, dapat
diidentifikasi menggunakan indikator agar aman. Ada
banyak macam-macam indikator asam basa, ada yang
alami dan ada juga yang buatan. Apa saja indikator
tersebut? Bagaimana cara penggunaannya? Untuk itu,
marilah kita pelajari materi ini agar dapat menjawab
pertanyaan tersebut.
Mendengarkan cakupan materi mengenai
indikator yang disampaikan oleh guru.
Pemberian Acuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Mendengarkan penjelasan guru mengenai
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan Inti Mengamati 70 menit
116
Menayangkan video mengenai indikator asam basa. Mengamati video mengenai indikator asam
basa.
Memberikan penjelasan kepada siswa terkait video yang
ditayangkan.
Menyimak penjelasan guru terkait video yang
ditayangkan.
Menanya
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan tanya jawab mengenai indikator asam basa.
Melakukan tanya jawab dengan guru dan siswa
lainnya mengenai indikator asam basa.
Mengeksplorasi
Membimbing siswa untuk bergabung bersama teman
kelompoknya.
Bergabung dengan teman kelompoknya.
Mengarahkan siswa untuk melakukan uji larutan asam
basa menggunakan beberapa indikator.
Melakukan uji larutan asam basa
menggunakan beberapa indikator.
Mengasosiasi
Membimbing siswa untuk mengidentifikasi sifat larutan
berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan.
Mengidentifikasi sifat larutan berdasarkan
hasil pengamatan pada percobaan.
Membimbing siswa untuk menganalisis trayek
perubahan pH berdasarkan hasil pengamatan pada uji
larutan menggunakan larutan indikator.
Menganalisis trayek perubahan pH
berdasarkan hasil pengamatan pada uji larutan
menggunakan larutan indikator.
Mengkomunikasikan
117
Menginstruksikan tiap kelompok menyampaikan hasil
identifikasi larutan dan analisis trayek pH larutan
berdasarkan percobaan.
Menyampaikan hasil identifikasi larutan dan
analisis trayek pH larutan berdasarkan
percobaan.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyimpulkan ciri-ciri larutan asam dan basa
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.
Menyimpulkan ciri-ciri larutan asam dan basa
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.
Kegiatan
Penutup
Mengagendakan tugas kepada siswa untuk mempelajari
sub materi mengenai kekuatan asam basa.
Mendengarkan dan mencatat tugas yang
diberikan guru untuk mempelajari sub materi
mengenai kekuatan asam basa.
5 menit
Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
Pertemuan IV (2 x 40 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Orientasi 5 menit
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa
Menjawab salam dan berdoa
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
Apersepsi
118
Mengingatkan kembali materi pada pertemuan
sebelumnya dengan memberikan pertanyaan mengenai
penentuan sifat asam basa dari berbagai indikator.
Meninjau kembali materi pada pertemuan
sebelumnya dan menjawab pertanyaan
mengenai penentuan sifat asam basa dari
berbagai indikator yang disampaikan oleh
guru.
Motivasi
Menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari. Mendengarkan cakupan materi yang
disampaikan oleh guru.
Pemberian Acuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Mendengarkan penjelasan guru mengenai
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan Inti Mengamati 70 menit
Menayangkan video mengenai kekuatan asam basa dan
perhitungan pHnya.
Mengamati video mengenai kekuatan asam
basa dan perhitungan pHnya.
Memberikan penjelasan kepada siswa terkait video yang
ditayangkan.
Menyimak penjelasan guru terkait video yang
ditayangkan.
Menanya
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan tanya jawab mengenai kekuatan asam basa
dan perhitungan pHnya.
Melakukan tanya jawab dengan guru dan siswa
lainnya mengenai kekuatan asam basa dan
perhitungan pHnya.
Mengeksplorasi
119
Membimbing siswa untuk bergabung bersama teman
kelompoknya.
Bergabung dengan teman kelompoknya.
Mengarahkan siswa untuk mencari informasi dan
berdiskusi mengenai hubungan kekuatan asam basa
dengan derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan
ionnya serta perhitungan pH.
Mencari informasi dan berdiskusi mengenai
hubungan kekuatan asam basa dengan derajat
ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionnya
serta perhitungan pH.
Mengarahkan siswa untuk mencatat informasi penting
yang ditemukan mengenai hubungan kekuatan asam
basa dengan derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan
ionnya serta perhitungan pH.
Mencatat informasi penting yang ditemukan
mengenai hubungan kekuatan asam basa
dengan derajat ionisasi dan tetapan
kesetimbangan ionnya serta perhitungan pH.
Mengasosiasi
Mengarahkan siswa untuk berdiskusi menyelesaikan
soal mengenai hubungan kekuatan asam basa dengan
derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionnya serta
soal perhitungan pH yang ada di LKS.
Berdiskusi menyelesaikan soal mengenai
hubungan kekuatan asam basa dengan derajat
ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionnya
serta soal perhitungan pH yang ada di LKS.
Mengkomunikasikan
Meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk
menuliskan jawaban di papan tulis.
Perwakilan tiap-tiap kelompok menuliskan
jawaban di papan tulis.
Membahas jawaban bersama siswa dari masing-masing
kelompok.
Bersama dengan guru membahas jawaban.
120
Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan dan
melakukan refleksi.
Menarik kesimpulan dan melakukan refleksi.
Kegiatan
Penutup
Mengagendakan tugas kepada siswa untuk mengerjakan
soal-soal latihan mengenai materi yang sudah dipelajari
dan menginformasikan agar siswa mempersiapkan diri
untuk posttest pada pertemuan selanjutnya.
Mencatat dan mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru.
5 menit
Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
Pertemuan V (2 x 45 menit)
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Kegiatan
Pendahuluan
Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa.
Menanyakan kabar dan memeriksa kehadiran siswa.
Menjawab salam dan berdoa.
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru terkait kabar dan memberi respon
ketika diabsen.
5 menit
Kegiatan Inti Mengarahkan siswa untuk mengerjakan post-test
berupa:
Kuesioner keterampilan metakognitif
Tes hasil belajar
Mengerjakan post-test berupa:
Kuesioner keterampilan metakognitif
Tes hasil belajar
70 menit
121
Kegiatan
Penutup
Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
Berdoa bersama-sama dipimpin oleh ketua
kelas dan menjawab salam guru.
5 menit
H. Penilaian
Instrumen : Keterampilan Metakognitif (Kuesioner) dan Hasil Belajar (Tes Esai)
Teknik Instrumen : Tertulis
Tangerang Selatan, Januari 2020
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti
Umiyati, S.Pd Ghiska Primayana Mufhtih
NIP. 197010181993012002 NIM. 11150162000038
122
Lampiran 4. Lembar Validasi LKS Kelas Eksperimen
LEMBAR VALIDASI LKS BERBASIS STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERINTEGRASI READING QUESTIONING ANSWERING (RQA)
Adapun petunjuk validasi LKS Berbasis Strategi PBL Terintegrasi RQA sebagai berikut:
Terdapat 6 kolom pada tabel validasi LKS, yaitu: kolom (1) Nomor, kolom (2) Tahapan PBLRQA, kolom (3) Isi LKS, kolom (3a) Pertanyaan,
kolom (3b) Jawaban, kolom (4) Kesesuian antara Tahapan PBLRQA dengan isi LKS, kolom (4a) Ya, kolom (4b) Tidak, kolom (5) Keterangan.
Periksa kesesuaian antara kolom (2) dengan kolom (3a) dan (3b).
Berikan tanda ceklis (√) pada kolom (4a) jika terdapat hubungan atau dianggap sesuai dengan tahapan PBLRQA dan isi LKS atau pada kolom
(4b) jika tidak terdapat hubungan atau dianggap tidak sesuai dengan tahapan PBLRQA dan isi LKS.
Berikan masukan dan saran pada kolom (5).
KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11. Menjelaskan konsep asam dan basa
serta kekuatannya dan kesetimbangan
pengionannya dalam larutan.
3.10.4. Menjelaskan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
3.10.5. Menghubungkan kekuatan asam basa dengan derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionisasinya.
3.10.6. Menentukan nilai pH larutan asam basa melalui perhitungan.
4.11. Menganalisis trayek perubahan pH
beberapa indikator yang diekstrak dari
bahan alam melalui percobaan.
4.10.4. Menguji larutan asam dan basa menggunakan indikator.
4.10.5. Mengidentifikasi sifat larutan menggunakan indikator.
4.10.6. Menganalisis trayek perubahan pH larutan menggunakan indikator.
123
Pertemuan II
No
(1)
Tahapan
PBLRQA
(2)
Isi LKS (3) Validasi (4) Keterangan
(5) Pertanyaan (3a) Jawaban (3b) Ya
(4a)
Tidak
(4b)
1 Orientasi
pada
Masalah
dan
Membaca
Literatur
Bacalah wacana berikut ini.
Obat Maag Dapat Menurunkan Kadar Asam Lambung
Pada suatu pagi, Vina berangkat ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu. Tiba
di sekolah, Vina tidak memiliki waktu untuk membeli sarapan di kantin karena
bel untuk pelajaran pertama sudah berbunyi. Setelah 4 jam pelajaran selesai,
bel istirahat pun berbunyi, Vina dan teman-temannya bergegas ke kantin. Vina
memesan semangkuk bakso dengan menambahkan 5 sendok sambal. Pada sore
harinya, Vina merasakan sakit perut dibagian lambung dan tubuhnya
mengeluarkan keringat dingin. Sakit yang dialami Vina disebabkan karena
naiknya kadar asam lambung. Ibunya memberikan obat maag kepada Vina.
Beberapa jam kemudian, sakit yang dialami Vina sudah mereda.
2 Bacalah materi dari berbagai literatur yang berhubungan dengan wacana di atas!
(Disajikan Info Link)
3 Membuat
Pertanyaan
dan
Jawaban
Tentang
Buatlah pertanyaan mengenai peristiwa
yang kamu temukan dalam wacana!
a. Apa kandungan obat maag?
b. Mengapa obat maag dapat menurunkan asam lambung?
4 Buatlah jawaban atau dugaan sementara
(hipotesis), berdasarkan pertanyaan
a. Obat maag mengandung zat yang bersifat basa yaitu
Mg(OH)2, Al(OH)3 atau campuran keduanya.
Sumber:
www.google.com
124
Bahan
Bacaan dan
Masalah
Terkait
yang sudah kalian buat dan apa yang
kalian pahami dari kegiatan membaca!
b. Karena terjadi reaksi antara zat yang terkandung dalam
obat maag dengan asam klorida (HCl) yang terdapat di
dalam lambung.
5 Tuliskan reaksi yang terjadi antara basa
yang terkandung dalam obat maag
dengan asam yang terdapat di dalam
lambung
a. 2HCl(aq) + Mg(OH)2(s) → MgCl2(aq) + 2H2O(ℓ)
b. 3HCl(aq) + Al(OH)3(s) → AlCl3(aq) + 3H2O(ℓ)
6 Pengorgani-
sasian
Belajar
Carilah informasi mengenai teori asam
basa menurut para ahli. Kemudian
jelaskan teori asam basa menurut
Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis
berdasarkan hasil penelusuran
informasi.
a. Svante August Arrhenius mendefinisikan asam dan basa
berdasarkan kelarutannya dalam air.
Asam: Zat yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan
ion H +
Basa: Zat yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan
ion OH ¯
b. Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry
mendefinisikan asam dan basa berdasarkan serah-terima
proton dari satu zat ke zat lainnya.
Asam : Suatu zat yang dapat memberi proton (donor) ion
H+. Asam yang telah melepaskan proton (H+) disebut
Basa Konjugasi.
Basa : Suatu zat yang dapat menerima proton (akseptor)
ion H+. Basa yang telah menerima proton (H+) disebut
Asam Konjugasi.
c. Gilbert Newton Lewis mendefinisikan asam basa
berdasarkan serah-terima pasangan elektron.
Asam : Zat yang dapat menerima pasangan (akseptor)
elektron.
Basa : Zat yang dapat memberi pasangan (donor)
elektron.
7 Membim-
bing
Penyelidi-
Tinjau ulang pertanyaan dan jawaban
yang telah dibuat sebelumnya,
Obat maag (Mg(OH)2 dan Al(OH)3) dapat menurunkan
kadar asam lambung, karena kandungan obat Mg(OH)2 atau
Al(OH)3 bersifat basa dapat menetralkan HCl yang ada
125
kan dan
Mendiskusi
kan
Jawaban
serta
Pertanyaan
diskusikan bersama teman kelompokmu.
Buatlah kesimpulan hasil diskusi
dilambung. Dapat dibuktikan berdasarkan teori asam basa
Arrhenius bahwa Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dilarutkan di
dalam air menghasilkan ion OH−, sedangkan HCl bersifat
asam dilarutkan di dalam air menghasilkan ion H+.
8 Menggunakan konsep yang kalian
tuliskan di atas, buatlah reaksi ionisasi
dalam air pada senyawa asam basa yang
terdapat dalam wacana.
a. HCl (aq) → H+ + Cl−
b. Mg(OH)2(aq) → Mg2+ + 2OH−
c. Al(OH)3(aq) ⇌ Al3+ + 3OH−
9 Tuliskan reaksi ionisasi asam atau basa
berikut dalam air.
a. H2SO4(aq) →
b. H3PO4(aq) ⇌
c. HNO3(aq) →
d. NaOH(aq) →
a. H2SO4(aq) → 2H+ + SO42−
b. H3PO4(aq) ⇌ 3H+ + PO43−
c. HNO3(aq) → H+ + NO3−
d. NaOH(aq) → Na+ + OH−
10 Tentukan spesi yang bertindak sebagai
asam, basa, asam konjugasi, dan basa
konjugasi pada reaksi berikut!
a. HCl + H2O ⇋ Cl− + H3O+
b. H2SO4 + H2O ⇋ H3O+ + HSO4−
c. NH4+ + H2O ⇋ NH3 + H3O+
d. H2PO4− + H2O ⇋ H3PO4 + OH−
e. H3O+ + CH3COO− ⇋ H2 + CH3COOH
a. HCl + H2O ⇋ Cl− + H3O
+
A B BK AK
b. H2SO4 + H2O ⇋ H3O+ + HSO4
−
A B AK BK
c. NH4+ + H2O ⇋ NH3 + H3O
+
A B BK AK
d. H2PO4− + H2O ⇋ H3PO4 + OH
−
B A AK BK
e. H3O+ + CH3COO
− ⇋ H2O + CH3COOH
A B BK AK
Ket:
A : Asam, B: Basa, AK: Asam Konjugasi, BK: Basa Konjugasi
11 Gambarkan struktur lewis, kemudian
tentukan spesi yang bertindak sebagai
asam dan basa.
a. NH3 + H+ → NH4+ a.
Basa Asam
126
b. SiF4 + F¯ → SiF5¯
b. Asam Basa
12 Pengemba-
ngan dan
Penyajian
Hasil Karya
melalui
Presentasi
Kelompok
Tuliskan hasil jawaban di papan tulis, kemudian presentasikan bersama teman kelompokmu. Simak
dengan baik presentasi dari kelompok lain dan catat hasil jawaban kelompok lain yang kalian temukan!
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
13 Menganali-
sis dan
Mengevalu-
asi Proses
Pemecahan
Masalah
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, periksa kembali jawaban kalian! Lakukan perbaikan jika ada
kesalahan.
14 Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan,
buatlah kesimpulan.
a. Asam: dalam air menghasilkan ion H+,
berperan sebagai donor proton dan berperan
sebagai akseptor pasangan elektron.
b. Basa: dalam air menghasilkan ion OH−,
berperan sebagai akseptor proton dan berperan
sebagai dono pasangan elektron
c. Obat maag merupakan contoh larutan bersifat
basa, karena mengandung senyawa Mg(OH)2
dan Al(OH)3 yang dapat menurunkan kadar
HCl (asam klorida) yang ada di lambung.
127
Pertemuan III
No
(1)
Tahapan
PBLRQA
(2)
Isi LKS (3) Validasi (4) Keterangan
(5) Pertanyaan (3a) Jawaban (3b) Ya
(4a)
Tidak
(4b)
1 Orientasi
pada
Masalah dan
Membaca
Literatur
Bacalah wacana berikut ini
Kunyit Sebagai Indikator Asam Basa
Menjelang hari Raya Idul Fitri, Ify membantu Ibu memasak di
dapur. Salah satu menu yang akan disajikan adalah opor ayam.
Ibu menugaskan Ify untuk menyiapkan bumbunya. Ify
mengupas dan menghaluskan kunyit. Selesai membantu Ibu, Ify
menyadari terdapat noda kuning di bajunya karena kunyit.
Untuk menghilangkan nodanya, Ify mencuci baju tersebut
dengan deterjen. Setelah dicuci, Ify terkejut noda di bajunya
tidak hilang, melainkan berubah warna menjadi merah
kecoklatan. Karena penasaran, Ify pun bertanya kepada Ibu mengenai hal tersebut. Ibu menjelaskan
bahwa noda kunyit di baju Ify berubah menjadi merah kecoklatan karena dicuci dengan deterjen yang
bersifat basa. Kemudian Ify bertanya, “apakah bajunya bisa bersih kembali jika pada noda tersebut di
tetesi dengan air jeruk, bu?”. Ibu menjawab, “nodanya akan menjadi warna kuning cerah jika ditetesi air
jeruk yang bersifat asam”.
2 Agar terhubung dengan masalah yang terdapat dalam wacana, bacalah materi dari berbagai literatur
mengenai indikator asam basa.
(Disajikan Info Link)
sumber: www.google.com
128
3 Membuat
Pertanyaan
dan
Jawaban
Tentang
Bahan
Bacaan dan
Masalah
Terkait
Buatlah pertanyaan yang berkaitan
dengan wacana di atas!
a. Mengapa kunyit dapat memberikan warna yang
berbeda ketika diberikan larutan asam dan basa?
b. Apa yang dimaksud dengan indikator?
4 Buatlah jawaban atau dugaan sementara
(hipotesis), berdasarkan pertanyaan yang
sudah kalian buat dan apa yang kalian
pahami dari kegiatan membaca.
a. Karena kunyit merupakan salah satu indikator yang
dapat membedakan larutan asam dan basa.
b. Senyawa halokromik yang ditambahkan ke dalam
sebuah larutan dan akan memberikan warna sesuai
dengan kondisi pH tersebut.
5 Pengorgani-
sasian
Belajar
Jelaskan fungsi dan cara penggunaan dari
masing-masing jenis indikator asam dan
basa.
a. Kertas Lakmus
Digunakan untuk membedakan antara larutan asam
dengan basa.
Cara penggunaannya: kertas lakmus dicelupkan ke
dalam larutan sampel. Kemudian amati perubahan
warna kertas lakmus.
Asam: kertas lakmus berwarna merah
Basa: kertass lakmus berwarna biru
b. Indikator Universal
Digunakan untuk menentukan nilai pH dari suatu
larutan.
Cara penggunaannya: Kertas dicelupkan pada larutan
sampel yang akan ditentukan nilai pH-nya. Cocokkan
warna kertas yang telah dicelupkan dengan warna
standar yang tertera pada kemasan kertas indikator.
Asam: pH < 7
Netral: pH = 7
Basa: pH > 7
c. Larutan Indikator
Digunakan untuk menentukan trayek/rentang pH
larutan.
129
Cara penggunaannya: Larutan indicator diteteskan
pada larutan sampel, amati perubahan warna yang
terjadi. Cocokkan perubahan warna larutan pada
rentang nilai pH tertentu.
d. Indikator Alam
Digunakan untuk menentukan sifat asam atau basa
pada larutan.
Cara penggunaannya: Bunga, buah, umbi, atau daun
dibuat ekstrak. Kemudian larutan sampel diteteskan
pada ekstrak yang telah dibuat. Amati perubahan
warna yang terjadi.
e. pH Meter
Alat digital yang digunakan untuk menentukan pH
larutan secara akurat.
Cara penggunaannya: Elektroda dicelupkan ke dalam
sebuah larutan asam basa yang akan diukur nilai pH-
nya. Nilai pH tersebut dapat dengan mudah dilihat
secara langsung melalui angka yang tertera pada layar
digital alat pH meter itu sendiri.
6 Membim-
bing
Penyelidi-
kan dan
Mendiskusi
kan
Jawaban
serta
Pertanyaan
Tinjau ulang pertanyaan dan jawaban
yang telah dibuat sebelumnya,
diskusikan bersama teman kelompokmu.
Buatlah kesimpulan hasil diskusi.
Kunyit termasuk ke dalam indikator asam basa, yaitu
indikator alam. Kunyit memiliki warna alami yang sangat
peka terhadap perubahan pH sehingga dapat digunakan
untuk membedakan larutan asam dengan larutan basa.
7
Ayo lakukan
percobaan!
Sampel
Indikator
Alam
Larutan Indikator Kertas
Lakmus
Indikato
r
Univers
al
Sifat
Laruta
n K
MM BB PP KA M B
Air
jeruk KC M K Tb K M M <7
Asam
Obat
maag MK K B M M B B >7
Basa
130
Lakukan uji larutan asam-basa dengan
menggunakan indikator alami, larutan
indikator, kertas lakmus, dan indikator
universal. Tulis hasil pengamatan kalian
pada tabel.
Tentukan sifat dari masing-masing
larutan sampel berdasarkan hasil
pengamatan percobaan.
Air
deterje
n
MK K B M M B B >7
Basa
Air
keran - - - - - M B =7
Netral
Minum
an soda KC K K Tb K M M <7
Asam
Keterangan:
K : Kunyit
MM: Metil Merah
BB: Bromtimol Biru
PP: Fenolftalein
KA: Kuning Alizarin
M: Merah
B: Biru
H: Hijau
KC: Kuning Cerah
MK: Merah Kecoklatan
8 Cermati tabel di bawah ini.
Keterangan:
K : Kunyit
MM: Metil Merah
BB: Bromtimol Biru
PP: Fenolftalein
Larutan
Indikator
Trayek
pH Perubahan Warna
MM 4,2 – 6,3 Merah – Kuning
BB 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
PP 8,3 –
10,0
Tidak berwarna –
Merah Muda
KA 10,1 –
12,0 Kuning – Merah
a. Air Jeruk
b. Obat Maag
c. Air Deterjen
131
KA: Kuning Alizarin
Tentukan trayek pH larutan pada
percobaan, dengan cara membuat irisan
garis keempat indikator berdasarkan
tabel di atas, untuk masing-masing
larutan yang berbeda.
d. Air Keran
e. Minuman Bersoda
9 Pengemba-
ngan dan
Penyajian
Hasil Karya
melalui
Presentasi
Kelompok
Presentasikan bersama teman kelompokmu mengenai hasil pengolahan data percobaan yang diperoleh!
Simak dengan baik presentasi dari kelompok lain dan catat hasil pengolahan data percobaan kelompok
lain yang kalian temukan pada presentasi tersebut!
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
10 Menganali-
sis dan
Mengevalu-
asi Proses
Pemecahan
Masalah
Berdasarkan kegiatan yang telah
dilakukan, buatlah kesimpulan!
Asam: memerahkan lakmus biru, pH < 7, contoh dalam
kehidupan sehari-hari air jeruk, minuman bersoda.
Basa: membirukan lakmus merah, pH > 7, contoh dalam
kehidupan sehari-hari obat maag dan air sabun.
Netral: tidak merubah warna indikator apapun, pH = 7,
contohnya air keran.
Pertemuan IV
132
No
(1)
Tahapan
PBLRQA
(2)
Isi LKS (3) Validasi (4) Keterangan
(5) Pertanyaan (3a) Jawaban (3b) Ya
(4a)
Tidak
(4b)
1 Orientasi
pada
Masalah
dan
Membaca
Literatur
Bacalah wacana berikut ini.
Percobaan Balon Hidrogen
Farhan merupakan seorang siswa berprestasi dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Farhan
melakukan sebuah percobaan untuk membuktikan kuat lemahnya larutan asam. Ia memasukkan 1M
CH3COOH dan 1M HCl ke dalam 2 labu erlenmeyer yang berbeda. Kemudian Farhan memasukkan
logam Mg dengan jumlah yang sama ke dalam 2 balon. Balon yang telah diisi logam Mg digunakan
untuk menutup mulut labu erlenmeyer. Hasil pengamatan yang di dapat sesuai dengan yang ditunjukkan
pada gambar berikut.
Berdasarkan gambar di atas, labu erlenmeyer yang berisi HCl menghasilkan balon yang lebih besar
daripada labu erlenmeyer yang berisi CH3COOH.
2 Bacalah materi mengenai kekuatan asam basa dari berbagai literatur yang berhubungan dengan wacana
di atas!
1 M CH3COOH 1 M HCl
Balon dapat membesar
karena terbentuknya gas
H2
133
(Disajikan Info Link)
3 Membuat
Pertanyaan
dan
Jawaban
Tentang
Bahan
Bacaan dan
Masalah
Terkait
Buatlah pertanyaan yang berkaitan
dengan wacana di atas!
a. Mengapa balon pada labu erlenmeyer HCl lebih besar
daripada labu erlenmeyer CH3COOH?
b. Mengapa gas H2 yang dihasilkan pada labu erlenmeyer
HCl lebih banyak daripada labu erlenemeyer CH3COOH?
c. Bagaimana hubungan antara gas H2 dengan kekuatan
larutan asam?
4 Buatlah jawaban atau dugaan sementara
(hipotesis), berdasarkan pertanyaan
yang sudah kalian buat dan apa yang
kalian pahami dari kegiatan membaca!
a. Karena gas H2 yang dihasilkan pada labu erlenmeyer
yang berisi HCl lebih banyak daripada labu erlenmeyer
yang berisi CH3COOH.
b. Karena HCl bersifat asam kuat sehingga semua
molekulnya terionisasi secara sempurna, sedangkan
CH3COOH bersifat asam lemah sehingga molekul yang
terion hanya sebagian.
c. Semakin banyak gas H2 yang dihasilkan, semakin kuat
sifat asam larutan tersebut dan sebaliknya.
5 Pengorgani-
sasian
Belajar
Salah satu cara untuk mengetahui
kekuatan asam atau basa adalah dengan
menyatakan besaran yang disebut
derajat ionisasi. Lakukan penelusuran
informasi mengenai derajat ionisasi.
Bagaimana derajat ionisasi asam basa
kuat dan asam basa lemah. Catat hal-hal
penting.
Derajat ionisasi adalah perbandingan antara jumlah molekul
zat yang terionisasi dengan jumlah molekul zat mula-mula.
Larutan asam dan basa kuat mengalami ionisasi sempurna
karena semua molekul dapat terion, sehingga harga derajat
ionisasi mendekati satu (𝛼 = 1). Reaksinya satu arah.
Larutan asam dan basa lemah mengalami ionisasi sebagian
karena molekul yang terion akan kembali lagi membentuk
molekul asalnya sehingga harga derajat ionisasi sangat kecil
134
(0 < 𝛼 <1). Reaksinya bolak-balik, hal tersebut
mengakibatkan terbentuknya kesetimbangan.
6 Selain derajat ionisasi, kekuatan asam
basa juga dapat dihubungkan dengan
tetapan kesetimbangan ionisasinya
yaitu, tetapan kesetimbangan ionisasi
asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb).
Carilah informasi bagaimana hubungan
antara kekuatan asam basa dengan
tetapan kesetimbangan ionisasinya.
Semakin kuat suatu asam atau suatu basa, reaksi
kesetimbangan asam atau basa semakin condong ke kanan.
Akibatnya, nilai Ka atau Kb semakin besar. Oleh karena itu,
semakin besar Ka atau Kb, semakin kuat pula sifat asam atau
basanya.
7 Kekuatan asam basa dapat dinyatakan
dengan nilai pH. Carilah informasi
mengenai pengertian pH dan cara
menentukan nilai pH asam kuat, asam
lemah, basa kuat, dan basa lemah
melalui perhitungan. Tuliskan rumus-
rumusnya.
pH (Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan suatu larutan.
Asam
c. Asam Kuat
[H+] = a . Ma
d. Asam Lemah
[H+] =√𝐾𝑎. 𝑀𝑎
pH = -log [H+]
Basa
c. Basa Kuat
[OH-] = b . Mb
d. Basa Lemah
[OH-] =√𝐾𝑏 . 𝑀𝑏
pOH = -log [OH-]
pH = 14 – pOH
135
8 Membim-
bing
Penyelidi-
kan dan
Mendiskusi
kan
Jawaban
serta
Pertanyaan
Tinjau ulang pertanyaan dan jawaban
yang telah dibuat sebelumnya,
diskusikan bersama teman kelompokmu.
Buatlah kesimpulan hasil diskusi.
HCl merupakan asam kuat karena menghasilkan gas H2
yang lebih banyak sedangkan CH3COOH merupakan asam
lemah karena menghasilkan gas H2 yang lebih sedikit.
9 Berdasarkan informasi yang diperoleh,
tentukan kekuatan larutan asam yang
diuji oleh Farhan. Hubungkan dengan
derajat ionisasinya.
Pada labu erlenmeyer yang berisi HCl lebih banyak
menghasilkan gas H2 karena HCl mengalami ionisasi
sempurna, semua molekulnya terurai menjadi ion-ion, maka
HCl merupakan senyawa asam bersifat kuat. Sedangkan
pada labu erlenmeyer yang berisi CH3COOH lebih sedikit
menghasilkan gas H2 karena CH3COOH hanya mengalami
ionisasi sebagian, sebagian molekulnya yang terurai akan
kembali membentuk CH3COOH, maka CH3COOH
merupakan senyawa asam bersifat lemah.
10 Perhatikan tabel di bawah ini.
a. Asam sianida, Asam sulfida, Asam asetat, Asam
benzoat, Asam format, Asam fluorida, Asam fosfat.
b. Urea, Anilina, Piridin, Hidrazin, Amonia, Etilamin,
Dimetilamin.
136
Urutkan kekuatan asam dan basa dari
yang paling lemah sampai yang paling
kuat, berdasarkan nilai tetapan ionisasi
asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb)
pada tabel di atas..
11 Selesaikan soal dibawah ini
menggunakan hasil penelusuran
informasi mengenai cara perhitungan
pH:
a. Sebanyak 0,5 gram NaOH
dilarutkan dalam 100 mL air.
Tentukan pH larutan tersebut.
(tersebut (Ar H = 1; O = 16; Na =
23)
b. Tentukan pH larutan H2SO4 0,01 M
c. Tentukan pH larutan asam format
(HCOOH) 0,01 M bila harga Ka =
1,78 × 10−4
d. Tentukan pH larutan Amonia (NH3)
0,4 M bila harga Kb = 1,8 × 10−5
a.
M = m
Mr ×
1000
V
M = 0,5
40 ×
1000
100
M = 0,0125 × 10
M = 12,5 × 10−2 mol/L
[OH−] = M × valensi basa
[OH−] = 12,5 × 10−2× 1
[OH−] = 12,5 × 10−2
pOH = − log [OH−]
pOH = − log 12,5 × 10−2
pOH = 2 – log 12,5
pH = 14 – pOH
pH = 14 – (2 – log 12,5)
pH = 12 + log 12,5
pH = 13,1
b. [H+] = M × valensi asam
[H+] = 10−2 × 2
[H+] = 2 × 10−2
137
pH = − log [H+]
pH = − log 2 × 10−2
pH = 2 − log 2
pH = 1,7
c. [H+] = √Ka × M
[H+] = √1,78 × 10-4 × 10-2
[H+] = √1,78 × 10-6
[H+] = 1,33 × 10-3
pH = − log [H+]
pH = − log 1,33 × 10−3
pH = 3 − log 1,33
pH = 2,87
d. [OH−] = √Kb × M
[OH−] = √1,8 × 10-5 × 4 × 10-1
[OH−] = 2,68 × 10-3
pOH = − log [OH−]
pOH = − log 2,68 × 10−3
pOH = 3 – log 2,68
pH = 14 – pOH
pH = 14 – (3 – log 2,68)
pH = 11 + log 2,68
pH = 11,43
12 Pengemba-
ngan dan
Penyajian
Presentasikan bersama teman kelompokmu mengenai hasil pemecahan soal-soal! Simak dengan baik
presentasi dari kelompok lain dan catat hasil pekerjaan kelompok lain yang kalian temukan pada
presentasi tersebut!
138
Hasil Karya
melalui
Presentasi
Kelompok
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
13 Menganali-
sis dan
Mengevalua
si Proses
Pemecahan
Masalah
Periksa kembali proses dan hasil pemecahan soal kalian. Lakukan perbaikan jika ada kesalahan.
14 Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan,
buatlah kesimpulan.
a. Asam kuat dan basa kuat terionisasi sempurna,
sedangkan asam lemah dan basa lemah
terionisasi sebagian.
b. Semakin besar harga derajat ionisasi (α) maka
semakin kuat sifat asam atau basanya.
c. Semakin besar harga Ka atau Kb maka semakin
kuat sifat asam atau basanya. Sebaliknya,
semakin kecil harga Ka atau Kb maka semakin
lemah sifat asam atau basanya.
d. pH (Power of Hydrogen) adalah derajat
keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.
140
Lampiran 5. LKS Kelas Eksperimen
Nama :
Kelas :
No. Kelompok :
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
141
Instruksi
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.10. Menjelaskan konsep asam dan basa serta kekuatannya dan kesetimbangan
pengionannya dalam larutan.
4.10. Menganalisis trayek perubahan pH beberapa indikator yang diekstrak dari bahan
alam melalui percobaan.
Setiap siswa harus membaca LKS ini dengan seksama dan mengerjakan
pertanyaan-pertanyaan terkait sesuai dengan instruksi guru.
Apabila terdapat hal yang tidak mengerti atau sulit dipahami mintalah
bantuan kepada guru untuk menjelaskannya.
3.10.1. Menjelaskan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted-
Lowry, dan Lewis.
3.10.2. Menghubungkan kekuatan asam atau basa dengan derajat ionisasi
dan tetapan kesetimbangan ionisasinya.
3.10.3. Menentukan nilai pH larutan asam dan basa melalui perhitungan.
4.10.1. Menguji larutan asam dan basa menggunakan indikator.
4.10.2. Mengidentifikasi sifat larutan menggunakan indikator.
4.10.3. Menganalisis trayek perubahan pH larutan menggunakan indikator.
142
Buatlah pertanyaan mengenai peristiwa yang kamu temukan dalam wacana!
Obat Maag Dapat Menurunkan Kadar Asam Lambung
Pada suatu pagi, Vina berangkat ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu. Tiba di
sekolah, Vina tidak memiliki waktu untuk membeli sarapan di kantin karena bel untuk
pelajaran pertama sudah berbunyi. Setelah 4 jam pelajaran selesai, bel istirahat pun
berbunyi, Vina dan teman-temannya bergegas ke kantin. Vina memesan semangkuk
bakso dengan menambahkan 5 sendok sambal. Pada sore harinya, Vina merasakan sakit perut dibagian
lambung dan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Sakit yang dialami Vina disebabkan karena naiknya
kadar asam lambung. Ibunya memberikan obat maag kepada Vina. Beberapa jam kemudian, sakit yang
dialami Vina sudah mereda.
Bacalah materi dari berbagai literatur yang berhubungan dengan wacana
di atas!
Buatlah jawaban atau dugaan sementara (hipotesis), berdasarkan pertanyaan yang sudah kalian
buat dan apa yang kalian pahami dari kegiatan membaca!
Sumber:
www.google.com
Tuliskan reaksi yang terjadi antara basa yang terkandung dalam obat maag dengan asam yang
terdapat di dalam lambung
143
Carilah informasi mengenai teori asam basa menurut para ahli. Kemudian jelaskan teori asam basa
menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis berdasarkan hasil penelusuran informasi.
Tuliskan reaksi ionisasi asam atau basa berikut dalam air.
a. H2SO4(aq) →
b. H3PO4(aq) ⇌
c. HNO3(aq) →
d. NaOH(aq) →
Yuk, cari tahu dan diskusikan bersama teman kelompokmu!
Tinjau ulang pertanyaan dan jawaban yang telah dibuat sebelumnya, diskusikan bersama teman
kelompokmu. Buatlah kesimpulan hasil diskusi
Menggunakan konsep yang kalian tuliskan di atas, buatlah reaksi ionisasi dalam air senyawa asam
basa yang terdapat pada wacana.
144
Tentukan spesi yang bertindak sebagai asam, basa, asam konjugasi, dan basa konjugasi pada reaksi
berikut!
a. HCl(aq) + H2O ⇋ Cl−(aq) + H3O+
(aq)
b. H2SO4(aq) + H2O ⇋ H3O+(aq) + HSO4
−(aq)
c. NH4+
(aq) + H2O ⇋ NH3(aq) + H3O+(aq)
d. H2PO4− (aq) + H2O ⇋ H3PO4(aq) + OH−
e. H3O+(aq) + CH3COO−
(aq) ⇋ H2O(aq) + CH3COOH(aq)
Tuliskan hasil jawaban di papan tulis, kemudian presentasikan bersama teman kelompokmu. Simak
dengan baik presentasi dari kelompok lain dan catat hasil jawaban kelompok lain yang kalian temukan!
Kelompok 1
Kelompok 2
Gambarkan struktur lewis, kemudian tentukan spesi yang bertindak sebagai asam dan basa.
a. NH3 + H+ → NH4+
b. SiF4 + F− → SiF5−
145
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
kalian. Lakukan perbaikan jika ada kesalahan.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, periksa kembali jawaban kalian! Lakukan perbaikan
jika ada kesalahan.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, buatlah kesimpulan.
146
Buatlah pertanyaan yang berkaitan dengan wacana di atas!
Buatlah jawaban atau dugaan sementara (hipotesis), berdasarkan pertanyaan yang sudah kalian buat
dan apa yang kalian pahami dari kegiatan membaca.
Kunyit Sebagai Indikator Asam Basa
Menjelang hari Raya Idul Fitri, Ify membantu Ibu
memasak di dapur. Salah satu menu yang akan disajikan adalah
opor ayam. Ibu menugaskan Ify untuk mengupas dan
menghaluskan kunyit. Selesai membantu Ibu, Ify menyadari
terdapat noda kuning di bajunya karena kunyit. Untuk
menghilangkan nodanya, Ify mencuci baju tersebut dengan
deterjen. Setelah dicuci, Ify terkejut noda di bajunya tidak hilang, melainkan berubah warna menjadi merah
kecoklatan. Karena penasaran, Ify pun bertanya kepada Ibunya mengenai hal tersebut. Ibu Ify menjelaskan
bahwa noda kunyit di baju Ify berubah menjadi merah kecoklatan karena dicuci dengan deterjen yang
bersifat basa. Kemudian Ify bertanya, “apakah bajunya bisa bersih kembali jika pada noda tersebut di tetesi
dengan air jeruk, bu?”. Ibu menjawab, “nodanya akan menjadi warna kuning terang jika ditetesi air jeruk,
karena air jeruk bersifat asam”.
Agar terhubung dengan masalah yang terdapat dalam wacana,
bacalah materi dari berbagai literatur mengenai indikator asam basa.
sumber: www.google.com
147
Yuk, lakukan penelusuran informasi dan diskusikan bersama teman kelompokmu!
Ayo lakukan percobaan!
Lakukan uji larutan asam-basa dengan menggunakan indikator alami,
larutan indikator, kertas lakmus, dan indikator universal. Tulis hasil
pengamatan kalian pada tabel.
Jelaskan fungsi dan cara penggunaan dari masing-masing jenis indikator asam dan basa.
Tinjau ulang pertanyaan dan jawaban yang telah dibuat sebelumnya, diskusikan bersama teman
kelompokmu. Buatlah kesimpulan hasil diskusi.
148
Tentukan sifat dari masing-masing larutan sampel berdasarkan hasil pengamatan percobaan.
Sampel
Indikator
Alam Larutan Indikator
Kertas
Lakmus Indikator
Universal
Sifat
Larutan Kunyit
Metil
merah
Bromtimol
biru Fenolftalein
Kuning
alizarin Merah Biru
Air jeruk
Obat
maag
Air
deterjen
Air keran
Minuman
soda
Cermati tabel di bawah ini.
Tentukan trayek pH larutan pada percobaan, dengan cara membuat irisan garis keempat indikator
berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing larutan yang berbeda.
Larutan Indikator Trayek pH Perubahan Warna
Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning
Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna – Merah Muda
Kuning Alizarin 10,1 – 12,0 Kuning – Merah
Air Jeruk
Obat maag
Air deterjen
149
Presentasikan bersama teman kelompokmu mengenai hasil pengolahan data percobaan yang diperoleh!
Simak dengan baik presentasi dari kelompok lain dan catat hasil pengolahan data percobaan kelompok
lain yang kalian temukan pada presentasi tersebut!
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Air keran
Minuman bersoda
151
Percobaan Balon Hidrogen
Farhan merupakan seorang siswa berprestasi dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Farhan melakukan
sebuah percobaan untuk membuktikan kuat lemahnya larutan asam. Ia memasukkan 1M CH3COOH dan 1M
HCl ke dalam 2 labu erlenmeyer yang berbeda. Kemudian Farhan memasukkan logam Mg dengan jumlah
yang sama ke dalam 2 balon. Balon yang telah diisi logam Mg digunakan untuk menutup mulut labu
erlenmeyer. Hasil pengamatan yang di dapat sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Berdasarkan gambar di atas, labu erlenmeyer yang berisi HCl menghasilkan balon yang lebih besar daripada
labu erlenmeyer yang berisi CH3COOH.
Bacalah materi mengenai kekuatan asam basa dari berbagai
literatur yang berhubungan dengan wacana di atas!
1 M CH3COOH
1 M HCl
Balon dapat membesar
karena terbentuknya gas H2
Buatlah pertanyaan yang berkaitan dengan wacana di atas!
Buatlah jawaban atau dugaan sementara (hipotesis), berdasarkan pertanyaan yang sudah kalian buat
dan apa yang kalian pahami dari kegiatan membaca!
152
Yuk, cari tahu dan diskusikan bersama teman kelompokmu!
Salah satu cara untuk mengetahui kekuatan asam atau basa adalah dengan menyatakan besaran yang
disebut derajat ionisasi.
Selain derajat ionisasi, kekuatan asam basa juga dapat dihubungkan dengan tetapan kesetimbangan
ionisasinya yaitu, tetapan kesetimbangan ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb).
Lakukan penelusuran informasi mengenai derajat ionisasi. Bagaimana derajat ionisasi asam basa
kuat dan asam basa lemah. Catat hal-hal penting.
Carilah informasi bagaimana hubungan antara kekuatan asam basa dengan tetapan kesetimbangan
ionisasinya.
Kekuatan asam basa dapat dinyatakan dengan nilai pH. Carilah informasi mengenai pengertian pH
dan cara menentukan nilai pH asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan basa lemah melalui
perhitungan. Tuliskan rumus-rumusnya.
153
Perhatikan tabel di bawah ini.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, tentukan kekuatan larutan asam yang diuji oleh Farhan.
Hubungkan dengan derajat ionisasinya.
Urutkan kekuatan asam dan basa dari yang paling lemah sampai yang paling kuat, berdasarkan nilai
tetapan ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb) pada tabel di atas.
Tinjau ulang pertanyaan dan jawaban yang telah dibuat sebelumnya, diskusikan bersama teman
kelompokmu. Buatlah kesimpulan hasil diskusi.
154
Presentasikan bersama teman kelompokmu mengenai hasil pemecahan soal-soal! Simak dengan baik
presentasi dari kelompok lain dan catat hasil pekerjaan kelompok lain yang kalian temukan pada
presentasi tersebut!
Kelompok 1
Kelompok 2
Selesaikan soal dibawah ini menggunakan hasil penelusuran informasi mengenai cara perhitungan
pH:
a. Sebanyak 0,5 gram NaOH dilarutkan dalam 100 mL air. Tentukan pH larutan tersebut. (tersebut
(Ar H = 1; O = 16; Na = 23)
b. Tentukan pH larutan H2SO4 0,01 M
c. Tentukan pH larutan asam format (HCOOH) 0,01 M bila harga Ka = 1,78 × 10−4
d. Tentukan pH larutan Amonia (NH3) 0,4 M bila harga Kb = 1,8 × 10−5
155
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
Periksa kembali proses dan hasil pemecahan soal kalian. Lakukan perbaikan jika ada kesalahan.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, buatlah kesimpulan.
156
Lampiran 6. LKS Kelas Kontrol
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
MATERI ASAM BASA
No. Kelompok :
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kerjakan secara
Berkelompok
157
Pertemuan II
Catat informasi penting dari hasil penelusuran mengenai konsep asam basa.
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
Tuliskan reaksi ionisasi asam atau basa menurut teori Arrhenius.
e. HCl(aq) →
f. Mg(OH)2(aq) →
g. Al(OH)3(aq) ⇌
h. H2SO4(aq) →
i. H3PO4(aq) ⇌
j. HNO3(aq) →
k. NaOH(aq) →
Tentukan spesi yang bertindak sebagai asam, basa, asam konjugasi, dan basa konjugasi pada reaksi
berikut!
f. HCl(aq) + H2O(l) ⇋ Cl−(aq) + H3O+
(aq)
g. H2SO4(aq) + H2O(l) ⇋ H3O+(aq) + HSO4
−(aq)
h. NH4+
(aq) + H2O(l) ⇋ NH3(aq) + H3O+(aq)
i. H2PO4− (aq) + H2O(l) ⇋ H3PO4(aq) + OH−
(aq)
j. H3O+(aq) + CH3COO−
(aq) ⇋ H2O(l) + CH3COOH(aq)
Gambarkan struktur lewis, kemudian tentukan spesi yang bertindak sebagai asam dan basa.
c. NH3 + H+ → NH4+
d. SiF4 + F− → SiF5−
158
Pertemuan III
Ayo lakukan percobaan!
Lakukan uji larutan asam-basa dengan menggunakan indikator alami, larutan indikator, kertas lakmus,
dan indikator universal. Tulis hasil pengamatan kalian pada tabel. Kemudian tentukan sifat masing-
masing larutan berdasarkan hasil pengamatan yang kalian dapatkan.
Sampel
Indikator
Alam Larutan Indikator
Kertas
Lakmus Indikator
Universal
Sifat
Larutan Kunyit
Metil
merah
Bromtimol
biru Fenolftalein
Kuning
alizarin Merah Biru
Air jeruk
Obat maag
Air
deterjen
Air keran
Minuman
soda
Cermati tabel di bawah ini.
Tentukan trayek pH larutan pada percobaan, dengan cara membuat irisan garis keempat indikator
berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing larutan yang berbeda.
Larutan Indikator Trayek pH Perubahan Warna
Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning
Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna – Merah Muda
Kuning Alizarin 10,1 – 12,0 Kuning – Merah
160
Pertemuan IV
Catat informasi penting dari hasil penelusuran mengenai hubungan kekuatan asam basa dengan
derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionnya serta perhitungan pH.
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………….…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………….………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………….…………………………………………………
……………………...……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
Kerjakan soal-soal di bawah ini.
1. Dilakukan sebuah percobaan untuk menentukan kuat lemahnya sifat asam dari 2 larutan yaitu larutan
CH3COOH 1 M dan HCl 1 M. Hasil dari percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa CH3COOH
terionisasi sebagian dan HCl terionisasi sempurna. Berdasarkan reaksi ionisasinya, hubungkan
dengan derajat ionisasi untuk menentukan larutan yang bersifat asam kuat dan asam lemah.
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
161
2. Perhatikan tabel di bawah ini.
Urutkan kekuatan asam dan basa dari yang paling lemah sampai yang paling kuat, berdasarkan
nilai tetapan ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb) pada tabel di atas.
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
3. Selesaikan soal dibawah ini menggunakan hasil penelusuran informasi mengenai cara perhitungan
pH:
e. Sebanyak 0,5 gram NaOH dilarutkan dalam 100 mL air. Tentukan pH larutan tersebut. (tersebut
(Ar H = 1; O = 16; Na = 23)
f. Tentukan pH larutan H2SO4 0,01 M
g. Tentukan pH larutan asam format (HCOOH) 0,01 M bila harga Ka = 1,78 × 10−4
h. Tentukan pH larutan Amonia (NH3) 0,4 M bila harga Kb = 1,8 × 10−5
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………....
170
Lampiran 8. Lembar Validasi Terjemahan Instrumen Keterampilan Metakognitif
Adapun petunjuk validasi terjemahan instrumen keterampilan metakognitif sebagai berikut:
Terdapat 7 kolom pada tabel validasi, yaitu: kolom (1) Nomor, kolom (2) Aspek Keterampilan Metakognitif, kolom (3) Kode, kolom (4)
Pernyataan MCA-I dalam bahasa Inggris, kolom (5) Hasil Terjemahan Peneliti dalam Bahasa Indonesia, kolom (6) Kesesuian antara MCA-I
dengan Terjemahan Peneliti, kolom (6a) Ya, kolom (6b) Tidak, kolom (7) Catatan.
Periksa kesesuaian antara kolom (4) dengan kolom (5).
Berikan tanda ceklis (√) pada kolom (6a) jika terjemahan sesuai dengan MCA-I atau pada kolom (6b) jika terjemahan dianggap tidak sesuai
dengan MCA-I.
Berikan masukan dan saran pada kolom (7).
LEMBAR VALIDASI TERJEMAHAN
INSTRUMEN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA
No.
(1)
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
(2)
Kode
(3)
Pernyataan (Inggris)
Metacognitive Activities Inventory
(MCA-I) oleh Cooper dan Sandi-
Urena Tahun 2009 (4)
Pernyataan (Indonesia)
Hasil Terjemahan Peneliti (5)
Kesesuaian
(6) Catatan
(7) Ya
(6a)
Tidak
(6b)
1 Perencanaan + I try to relate unfamiliar problems
with previous situations or problems
solved.
Saya mencoba mengaitkan masalah yang
tidak diketahui dengan situasi sebelumnya
atau masalah yang pernah dipecahkan.
2 + I sort the information in the
statement and determine what is
relevant.
Saya mengurutkan informasi dalam
pernyataan dan menentukan apa yang relevan.
171
No.
(1)
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
(2)
Kode
(3)
Pernyataan (Inggris)
Metacognitive Activities Inventory
(MCA-I) oleh Cooper dan Sandi-
Urena Tahun 2009 (4)
Pernyataan (Indonesia)
Hasil Terjemahan Peneliti (5)
Kesesuaian
(6) Catatan
(7) Ya
(6a)
Tidak
(6b)
3 + I read the statement of a problem
carefully to fully understand it and
determine what the goal is.
Saya membaca pernyataan masalah dengan
cermat untuk sepenuhnya memahaminya dan
menentukan apa tujuannya.
4 + I clearly identify the goal of a
problem (unknown variable to solve
for or the concept to be defined)
before attempting a solution
Saya dengan jelas mengidentifikasi tujuan
masalah (variabel yang tidak diketahui untuk
dipecahkan atau konsep yang harus
didefinisikan) sebelum mencoba memecahkan
masalahnya.
5 + I consider what information needed
might not be given in the statement
of the problem.
Saya menganggap informasi yang dibutuhkan
mungkin tidak diberikan dalam pernyataan
masalah.
6 + I jot down things I know that might
help me solve a problem before
attempting a solution.
Saya mencatat hal-hal yang saya tahu yang
dapat membantu saya memecahkan masalah
sebelum mencoba memecahkan masalah.
7 + I find important relations among the
quantities, factors, or concepts
involved before trying a solution.
Saya menemukan hubungan penting antara
jumlah, faktor, atau konsep yang terlibat
sebelum mencoba memecahkan masalah.
172
No.
(1)
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
(2)
Kode
(3)
Pernyataan (Inggris)
Metacognitive Activities Inventory
(MCA-I) oleh Cooper dan Sandi-
Urena Tahun 2009 (4)
Pernyataan (Indonesia)
Hasil Terjemahan Peneliti (5)
Kesesuaian
(6) Catatan
(7) Ya
(6a)
Tidak
(6b)
8 + I plan how to solve a problem before
I actually start solving it (even if it is
a brief mental plan).
Saya merencanakan bagaimana
menyelesaikan masalah sebelum saya benar-
benar mulai menyelesaikannya (walaupun itu
masih dalam bayangan).
9 + I reflect upon things I know that are
relevant to a problem
Saya memikirkan hal-hal yang saya tahu yang
relevan dengan masalah.
10 + I attempt to break down the problem
to find the starting point.
Saya mencoba untuk mencari akar
permasalahan.
11 - I spend little time on problems for
which I do not already have a set of
solving rules or that I have not been
taught before.
Saya menghabiskan sedikit waktu untuk
masalah-masalah yang belum saya miliki
perangkat aturan penyelesaiannya atau yang
belum pernah diajari sebelumnya.
12 - When I solve problems, I omit
thinking of concepts before
attempting a solution.
Ketika saya memecahkan masalah, saya tidak
memikirkan konsep-konsepnya sebelum
mencoba sebuah pemecahannya.
13 - Once I know how to solve a type of
problem, I put no more time in
understanding the concepts
involved.
Setelah saya tahu bagaimana menyelesaikan
suatu masalah, saya tidak lagi butuh untuk
memahami konsep-konsep yang terlibat.
173
No.
(1)
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
(2)
Kode
(3)
Pernyataan (Inggris)
Metacognitive Activities Inventory
(MCA-I) oleh Cooper dan Sandi-
Urena Tahun 2009 (4)
Pernyataan (Indonesia)
Hasil Terjemahan Peneliti (5)
Kesesuaian
(6) Catatan
(7) Ya
(6a)
Tidak
(6b)
14 - I start solving problems without
having to read all the details of the
statement.
Saya mulai memecahkan masalah tanpa harus
membaca semua detail pernyataan.
15 Pemantauan + When I do assigned problems, I try
to learn more about the concepts so
that I can apply this knowledge to
test problems.
Ketika saya menyelesaikan masalah yang
ditugaskan, saya mencoba untuk mempelajari
lebih lanjut konsep-konsepnya sehingga saya
dapat menerapkan pengetahuan tentang
konsep tersebut untuk menguji masalah.
16 + I try to determine the form in which
the answer or product will be
expressed.
Saya mencoba memikirkan bentuk jawaban
atau produk yang akan
dipresentasikan/disampaikan.
17 + If a problem involves several
calculations, I make those
calculations separately and check
the intermediate results.
Jika masalah melibatkan beberapa
perhitungan, saya membuat perhitungan
secara terpisah dan memeriksa hasil.
18 + I try to double-check everything: my
understanding of the problem,
calculations, units, etc.
Saya mencoba memeriksa kembali semuanya:
pemahaman saya tentang masalah,
perhitungan, unit, dll.
174
No.
(1)
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
(2)
Kode
(3)
Pernyataan (Inggris)
Metacognitive Activities Inventory
(MCA-I) oleh Cooper dan Sandi-
Urena Tahun 2009 (4)
Pernyataan (Indonesia)
Hasil Terjemahan Peneliti (5)
Kesesuaian
(6) Catatan
(7) Ya
(6a)
Tidak
(6b)
19 + I use graphic organizers (diagrams,
flow-charts, etc.) to better
understand problems.
Saya menggunakan grafik (diagram, diagram
alur, dll.) untuk lebih memahami masalah.
20 + I experience moments of insight or
creativity while solving problems.
Saya merasa berwawasan atau berkreativitas
saat memecahkan masalah.
21 + I make sure that my solution actually
answers the question.
Saya memastikan bahwa pemecahan yang
saya berikan benar-benar menjawab
pertanyaan.
22 - I do not check that the answer makes
sense.
Saya tidak memeriksa bahwa jawabannya
masuk akal.
23 - If I do not know exactly how to
solve a problem, I immediately try
to guess the answer.
Jika saya tidak tahu persis cara untuk
menyelesaikan masalah, saya langsung
mencoba menebak jawabannya.
24 - I spend little time on problems I am
not sure I can solve.
Saya menghabiskan sedikit waktu untuk
masalah yang saya tidak yakin bisa atasi.
25 - When practicing, if a problem takes
several attempts and I cannot get it
right, I get someone to do it for me
and I try to memorize the procedure.
Ketika mengerjakan, jika suatu masalah
membutuhkan beberapa upaya dan saya tidak
dapat menyelesaikannya, saya meminta
seseorang melakukannya untuk saya dan saya
175
No.
(1)
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
(2)
Kode
(3)
Pernyataan (Inggris)
Metacognitive Activities Inventory
(MCA-I) oleh Cooper dan Sandi-
Urena Tahun 2009 (4)
Pernyataan (Indonesia)
Hasil Terjemahan Peneliti (5)
Kesesuaian
(6) Catatan
(7) Ya
(6a)
Tidak
(6b)
mencoba menghafal prosedur yang
digunakannya.
26 Evaluasi + Once a result is obtained, I check to
see that it agrees with what I
expected.
Setelah hasil diperoleh, saya memeriksa untuk
melihat kesesuaiannya dengan apa yang saya
harapkan.
27 + I analyze the steps of my plan and
the appropriateness of each step.
Saya menganalisis langkah-langkah rencana
saya dan kesesuaian setiap langkahnya.
176
Lampiran 9. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Metakognitif
KISI-KISI INSTRUMEN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA
No.
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
Indikator Keterampilan
Metakognitif Pernyataan
Nomor
Soal
1 Perencanaan Terhubung dengan
Pengetahuan Terdahulu
Saya mencoba mengaitkan masalah yang tidak diketahui dengan situasi sebelumnya atau
masalah yang pernah dipecahkan.
5
2 Saya memikirkan hal-hal yang saya tahu yang berhubungan dengan masalah. 17
3 Mengidentifikasi Tujuan Saya membaca pernyataan masalah dengan cermat untuk memahaminya dan menentukan apa
tujuannya.
1
4 Saya dengan jelas mengidentifikasi tujuan masalah (variabel yang tidak diketahui untuk
dipecahkan atau konsep yang harus didefinisikan) sebelum mencoba memecahkan masalahnya.
8
5 Saya mencoba untuk mencari akar permasalahan. 19
6 Memilah Informasi
Penting
Saya mengurutkan informasi dalam pernyataan dan menentukan apa yang relevan. 3
7 Memecahkan Masalah
Menjadi Poin-Poin
Jika masalah melibatkan beberapa perhitungan, saya membuat perhitungan secara terpisah dan
memeriksa hasil.
7
8 Saya menggunakan grafik (diagram, diagram alur, dll.) untuk lebih memahami masalah. 11
177
No.
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
Indikator Keterampilan
Metakognitif Pernyataan
Nomor
Soal
9 Menemukan Hubungan
dari Setiap Variabel
Saya mencatat hal-hal yang saya tahu yang dapat membantu saya memecahkan masalah
sebelum mencoba memecahkan masalah.
13
10 Saya menemukan hubungan penting di antara jumlah, faktor, atau konsep yang terlibat sebelum
mencoba memecahkan masalah.
14
11 Memetakan Solusi Saya mencoba memikirkan bentuk jawaban atau produk yang akan
dipresentasikan/disampaikan.
6
12 Pemantauan Memeriksa Berbagai
Tahapan
Saya merencanakan bagaimana menyelesaikan masalah sebelum saya benar-benar mulai
menyelesaikannya (walaupun itu masih dalam bayangan).
16
13 Saya menganalisis langkah-langkah rencana saya dan kesesuaian setiap langkahnya. 18
14 Ketika saya memecahkan masalah, saya tidak memikirkan konsep-konsepnya sebelum
mencoba sebuah pemecahannya.
21
15 Setelah saya tahu bagaimana menyelesaikan suatu masalah, saya tidak lagi butuh untuk
memahami konsep-konsep yang terlibat.
22
16 Saya mulai memecahkan masalah tanpa harus membaca semua detail pernyataan. 25
17 Saya menghabiskan sedikit waktu untuk masalah yang saya tidak yakin bisa atasi. 26
18 Ketika saya menyelesaikan masalah yang ditugaskan, saya mencoba untuk mempelajari lebih
lanjut konsep-konsepnya sehingga saya dapat menerapkan pengetahuan tentang konsep
tersebut untuk menguji masalah.
2
178
No.
Aspek
Keterampilan
Metakognitif
Indikator Keterampilan
Metakognitif Pernyataan
Nomor
Soal
19 Bertanya Kepada Teman Ketika mengerjakan, jika suatu masalah membutuhkan beberapa upaya dan saya tidak dapat
menyelesaikannya, saya meminta seseorang melakukannya untuk saya dan saya mencoba
menghafal prosedur yang digunakannya.
27
20 Mengidentifikasi
Kesalahan
Saya menganggap informasi yang dibutuhkan mungkin tidak diberikan dalam pernyataan
masalah.
9
21 Saya menghabiskan sedikit waktu untuk masalah-masalah yang belum saya miliki perangkat
aturan penyelesaiannya atau yang belum pernah diajari sebelumnya.
20
22 Menilai Jawaban Saya memastikan bahwa pemecahan yang saya berikan benar-benar menjawab pertanyaan. 15
23 Saya tidak memeriksa bahwa jawabannya masuk akal. 23
24 Mengoreksi Cara yang
Salah/Kurang Tepat
Saya merasa berwawasan atau berkreativitas saat memecahkan masalah. 12
25 Jika saya tidak tahu persis cara untuk menyelesaikan masalah, saya langsung mencoba
menebak jawabannya.
24
26 Evaluasi Mengecek Kembali
Jawaban Akhir
Setelah hasil diperoleh, saya memeriksa untuk melihat kesesuaiannya dengan apa yang saya
harapkan.
4
27 Memverifikasi Bahwa
Jawaban Menjawab
Pertanyaan
Saya mencoba memeriksa kembali semuanya: pemahaman saya tentang masalah, perhitungan,
unit, dll.
10
Total Butir Pernyataan 27
179
Lampiran 10. Instrumen Keterampilan Metakognitif
Kuesioner Keterampilan Metakognitif
Nama :
Kelas :
Petunjuk:
1. Anda diminta untuk mengisi pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda (√) pada kolom yang
sesuai dengan keadan diri anda.
2. Semua pernyataan di bawah ini terkait dengan diri anda. Maka dari itu, diharapkan anda mengisi
dengan jujur.
3. Jika ada pernyataan yang tidak dimengerti, bisa ditanyakan kepada pengawas.
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral/ Tidak memiliki pendapat/ Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Jawaban
SS S N TS STS
1 Saya membaca pernyataan masalah dengan cermat untuk
memahaminya dan menentukan apa tujuannya.
2 Ketika saya menyelesaikan masalah yang ditugaskan, saya
mencoba untuk mempelajari lebih lanjut konsep-konsepnya
sehingga saya dapat menerapkan pengetahuan tentang konsep
tersebut untuk menguji masalah.
3 Saya mengurutkan informasi dalam pernyataan dan
menentukan apa yang relevan.
4 Setelah hasil diperoleh, saya memeriksa untuk melihat
kesesuaiannya dengan apa yang saya harapkan.
5 Saya mencoba mengaitkan masalah yang tidak diketahui
dengan situasi sebelumnya atau masalah yang pernah
dipecahkan.
6 Saya mencoba memikirkan bentuk jawaban atau produk yang
akan dipresentasikan/disampaikan.
7 Jika masalah melibatkan beberapa perhitungan, saya
membuat perhitungan secara terpisah dan memeriksa hasil.
180
8 Saya dengan jelas mengidentifikasi tujuan masalah (variabel
yang tidak diketahui untuk dipecahkan atau konsep yang
harus didefinisikan) sebelum mencoba memecahkan
masalahnya.
9 Saya menganggap informasi yang dibutuhkan mungkin tidak
diberikan dalam pernyataan masalah.
10 Saya mencoba memeriksa kembali semuanya: pemahaman
saya tentang masalah, perhitungan, unit, dll.
11 Saya menggunakan grafik (diagram, diagram alur, dll.) untuk
lebih memahami masalah.
12 Saya merasa berwawasan atau berkreativitas saat
memecahkan masalah.
13 Saya mencatat hal-hal yang saya tahu yang dapat membantu
saya memecahkan masalah sebelum mencoba memecahkan
masalah.
14 Saya menemukan hubungan penting di antara jumlah, faktor,
atau konsep yang terlibat sebelum mencoba memecahkan
masalah.
15 Saya memastikan bahwa pemecahan yang saya berikan
benar-benar menjawab pertanyaan.
16 Saya merencanakan bagaimana menyelesaikan masalah
sebelum saya benar-benar mulai menyelesaikannya
(walaupun itu masih dalam bayangan).
17 Saya memikirkan hal-hal yang saya tahu yang berhubungan
dengan masalah.
18 Saya menganalisis langkah-langkah rencana saya dan
kesesuaian setiap langkahnya.
19 Saya mencoba untuk mencari akar permasalahan.
20 Saya menghabiskan sedikit waktu untuk masalah-masalah
yang belum saya miliki perangkat aturan penyelesaiannya
atau yang belum pernah diajari sebelumnya.
21 Ketika saya memecahkan masalah, saya tidak memikirkan
konsep-konsepnya sebelum mencoba sebuah pemecahannya.
22 Setelah saya tahu bagaimana menyelesaikan suatu masalah,
saya tidak lagi butuh untuk memahami konsep-konsep yang
terlibat.
181
23 Saya tidak memeriksa bahwa jawabannya masuk akal.
24 Jika saya tidak tahu persis cara untuk menyelesaikan
masalah, saya langsung mencoba menebak jawabannya.
25 Saya mulai memecahkan masalah tanpa harus membaca
semua detail pernyataan.
26 Saya menghabiskan sedikit waktu untuk masalah yang saya
tidak yakin bisa atasi.
27 Ketika mengerjakan, jika suatu masalah membutuhkan
beberapa upaya dan saya tidak dapat menyelesaikannya, saya
meminta seseorang melakukannya untuk saya dan saya
mencoba menghafal prosedur yang digunakannya.
- Terima kasih atas partisipasinya -
182
Lampiran 11. Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar
LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA
Adapun petunjuk validasi instrumen hasil belajar sebagai berikut:
Terdapat 7 kolom pada tabel validasi, yaitu: kolom (1) KD, kolom (2) Indikator Pencapaian Kompetensi, kolom (3) Indikator Soal, kolom (4) Butir Soal, kolom (5) Kunci
Jawaban dan Penskoran, kolom (6) Kesesuian, kolom (6a) Ya, kolom (6b) Tidak, kolom (7) Keterangan.
Berikan tanda ceklis (√) pada kolom (6a) jika jawaban sesuai atau pada kolom (6b) jika jawaban tidak sesuai.
Berikan masukan dan saran pada kolom (7).
KD
(1)
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
(2)
Indikator Soal
(3)
Butir Soal
(4)
Kunci Jawaban dan Penskoran
(5)
Kesesuaian
(6) Keterangan
(7) Ya
(6a)
Tidak
(6b)
3.10.
Menjelas
kan
konsep
asam dan
basa
serta
kekuatan
nya dan
kesetimb
angan
pengiona
nnya
dalam
larutan.
Menjelaskan
konsep asam
dan basa
menurut
Arrhenius,
Bronsted-
Lowry, dan
Lewis.
Disajikan
informasi
mengenai teori
asam basa
Arrhenius, siswa
dapat
menuliskan
reaksi ionisasi
larutan asam
basa.
1. Svante August Arrhenius, seorang ahli kimia
dari Swedia mengemukakan tentang asam basa.
Ia menjelaskan bagaimana asam atau basa
dalam air dapat terurai menjadi ion H+ atau
OH−. Berdasarkan informasi di atas, buatlah
reaksi ionisasi dari larutan Fe(OH)3, HClO4,
H2CO3, KOH. Kemudian tentukan mana yang
bersifat asam atau basa.
a. Fe(OH)3(aq) ⇌ Fe3+(aq) + 3OH−
(aq) (basa)
b. HClO4(aq) → H+(aq) + ClO4
−(aq) (asam)
c. H2CO3(aq) ⇌ 2H+(aq) + CO3
2−(aq) (asam)
d. KOH(aq) → K+(aq) + OH−
(aq) (basa)
Skor 4
Menjawab poin a, b, c dan d dengan benar
Skor 3
Menjawab 3 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 2
Menjawab 2 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 1
Menjawab 1 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 0
Tidak menjawab
183
Disajikan reaksi
ionisasi larutan
asam dan basa,
siswa dapat
menentukan
sifat larutan
tersebut menurut
teori Arrhenius.
2. Diketahui reaksi ionisasi sebagai berikut.
Sr(OH)2(aq) → Sr2+(aq) + 2OH−
(aq)
HCN(aq) ⇌ H+(aq) + CN−
(aq)
H2S(aq) ⇌ 2H+(aq) + S2−
(aq)
NH4OH(aq) ⇌ NH4+
(aq) + OH−(aq)
Tentukan mana larutan yang bersifat asam atau
basa menurut teori Arrhenius dan jelaskan
alasannya.
a. Sr(OH)2 = Basa, karena melepaskan ion OH−
dalam air.
b. HCN = Asam, karena melepaskan ion H+ dalam
air.
c. H2S = Asam, karena melepaskan ion H+ dalam
air.
d. NH4OH = Basa, karena melepaskan ion OH−
dalam air.
Skor 4
Menjawab poin a, b, c dan d dengan benar
Skor 3
Menjawab 3 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 2
Menjawab 2 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 1
Menjawab 1 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan
beberapa spesi
asam dan basa,
siswa dapat
menuliskan
rumus asam
konjugasi dan
basa konjugasi
menurut teori
Bronsted-
Lowry.
3. Teori asam basa Bronsted-Lowry sangat erat
kaitannya dengan istilah asam – basa konjugasi.
Menurut teori Bronsted-Lowry, basa adalah
suatu zat yang dapat menerima proton (H+).
Basa yang telah menerima proton disebut asam
konjugasi.
Tuliskan rumus asam konjugasi dari spesi di
bawah ini:
a. CN− (aq)
b. CO32−
(aq)
Sedangkan asam adalah suatu zat yang dapat
mendonorkan proton (H+). Asam yang telah
melepaskan proton disebut basa konjugasi.
Tuliskan rumus basa konjugasi dari spesi di
bawah ini:
c. HSO4ˉ(aq)
a. HCN(aq)
b. HCO3−
(aq)
c. SO42−
(aq)
d. NH2−
(aq)
Skor 4
Menjawab poin a, b, c dan d dengan benar
Skor 3
Menjawab 3 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 2
Menjawab 2 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 1
Menjawab 1 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 0
Tidak menjawab
184
d. NH3(aq)
Disajikan
beberapa reaksi,
siswa dapat
menentukan zat
yang bertindak
sebagai asam,
basa, asam
konjugasi, dan
basa konjugasi
menurut teori
Bronsted-Lowry
4. Tentukan spesi yang bertindak sebagai asam,
basa, asam konjugasi, dan basa konjugasi
menurut teori Bronsted-Lowry
HNO3(aq) + NH3(aq) ⇌ NO3−
(aq) + NH4+
(aq)
HCO3−
(aq) + H2O(l) ⇌ H2CO3(aq) + OH−(aq)
HPO42−
(aq) + H2O(l) ⇌ PO43−
(aq) + H3O+(aq)
a. HNO3(aq) + NH3(aq) ⇌ NO3−
(aq)+ NH4+
(aq)
A B BK AK
b. HCO3−
(aq) + H2O(l) ⇌ H2CO3(aq) + OH−(aq)
B A AK BK
c. HPO42−
(aq) + H2O(l) ⇌ PO43−
(aq) + H3O+(aq)
A B BK AK
Ket:
A: Asam; AK: Asam Konjugasi; B: Basa;
BK: Basa Konjugasi
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan suatu
reaksi, siswa
dapat membuat
struktur lewis
dan menentukan
spesi yang
bertindak
sebagai asam
dan basa
menurut teori
5. Gilbert N. Lewis memberikan pengertian asam
basa yang dapat digambarkan berdasarkan serah
terima pasangan elektron. Gambarkan struktur
lewis reaksi berikut.
O2− + SO3 → SO4
2−
Tentukan spesi yang bertindak sebagai asam dan
basa.
a.
b. SO3 = Asam
c. O2− = Basa
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
185
asam basa
Lewis.
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan
struktur lewis
suatu reaksi,
siswa dapat
menentukan
yang bertindak
sebagai asam
dan basa serta
memberikan
penjelasannya.
6.
Pada reaksi antara NH3 dan AlCl3 di atas, tunjukkan
mana yang bertindak sebagai asam dan basa menurut
teori Lewis. Jelaskan alasannya!
a. NH3 sebagai basa
b. AlCl3 sebagai asam
c. AlCl3 bertindak sebagai asam dan NH3 berperan
sebagai basa, karena menurut teori Lewis asam
adalah zat yang berperan sebagai penerima
elektron sedangkan dan basa adalah zat yang
berperan sebagai pemberi elektron.
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
Menghubungk
an kekuatan
asam atau basa
dengan derajat
ionisasi dan
tetapan
kesetimbangan
ionisasinya.
Disajikan tabel
yang berisi data
tetapan ionisasi
berbagai larutan
asam lemah,
siswa dapat
menentukan
asam yang
terkuat dan yang
Nama
Senyawa
Rumus
Kimia Ka
Asam
karbonat H2CO3 4,3 × 10-7
Asam nitrit HNO2 4,5 × 10-4
7. Perhatikan data pada tabel berikut.
a. Senyawa asam yang terkuat = Asam oksalat
b. Senyawa asam yang terlemah = Asam hipoklorit
c. Semakin besar tetapan ionisasi asam semakin
kuat sifat asamnya.
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
186
terlemah
berdasarkan
nilai Ka nya dan
menyimpulkan
hubungan
kekuatan asam
dengan nilai Ka
nya.
Asam
oksalat H2C2O4 5,6 × 10-2
Asam
hipoklorit HClO 3,5 × 10-8
Asam
sulfit H2SO3 1,3 × 10-2
Berdasarkan harga tetapan kesetimbangan asam (Ka)
pada tabel di atas, tentukan asam yang terkuat dan
yang terlemah. Simpulkan mengenai hubungan
kekuatan asam dengan tetapan ionisasi asam.
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan tabel
berisi data
tetapan ionisasi
berbagai larutan
basa lemah,
siswa dapat
menentukan
kekuatan basa
berdasarkan
nilai Kb nya dan
menyimpulkan
hubungan
kekuatan basa
dengan nilai Kb
nya.
8. Perhatikan dengan cermat data pada tabel
berikut.
Rumus
Kimia NH2OH CH3NH2 (CH3)2NH
Nama
Senyawa
Hidroksiami
na
Metilam
ina
Dimetilami
na
Nilai Kb 1,1 × 10-3 3,6 ×
10-4 5,1 × 10-4
Tentukan senyawa basa pada tabel di atas, manakah
yang memiliki sifat paling kuat dan paling lemah.
Berikan kesimpulan mengenai hubungan kekuatan
basa dengan tetapan ionisasi basa.
a. Senyawa basa yang paling kuat =
Hidroksiamina
b. Senyawa basa yang paling lemah = Metilamina
c. Semakin besar tetapan ionisasi basa, semakin
kuat sifat basanya.
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan hasil
pengamatan uji
daya hantar
listrik larutan
dan diberikan
informasi jenis
ionisasinya,
siswa dapat
9. Pada konsentrasi yang sama larutan NaOH dan
NH3 diuji daya hantar listriknya, berikut hasil
pengamatannya:
a. Larutan NH3 merupakan larutan basa lemah,
karena larutan NH3 hanya terionisasi sebagian
sehingga harga derajat ionisasinya sangat kecil
atau sebesar 0 < 𝛼 < 1.
b. Larutan NaOH merupakan larutan basa kuat,
karena larutan NaOH terionisasi sempurna
sehingga harga derajat ionisasinya besar atau =
1.
187
menentukan
kekuatan basa
berdasarkan
derajat ionisasi
dan
menyimpulkan
hubungan antara
derajat ionisasi
dengan kekuatan
basa.
Dari hasil pengamatan di atas, pada larutan NaOH
lampu menyala terang dan timbul banyak gelembung
menandakan larutan NaOH terionisasi sempurna.
Pada larutan NH3 lampu tidak menyala dan timbul
sedikit gelembung menandakan larutan NH3
terionisasi sebagian.
a. Tentukan mana yang bersifat basa kuat dan basa
lemah dari kedua larutan tersebut berdasarkan
derajat ionisasinya dan jelaskan alasannya!
b. Berikan kesimpulan mengenai hubungan antara
kekuatan basa dengan derajat ionisasi.
c. Semakin besar harga derajat ionisasi semakin
kuat sifat basanya. Sedangkan semakin kecil
harga derajat ionisasi semakin lemah sifat
basanya.
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan tabel
yang berisi data
berupa 2
senyawa asam
beserta reaksi
dan jenis
ionisasinya,
siswa dapat
menjelaskan
derajat ionisasi
berdasarkan data
10. Perhatikan data pada tabel berikut.
Asam Reaksi Terionisas
i
1 M
HCN
HCN(aq) ⇌ H+(aq) + CN−
(aq) Sebagian
1 M
HNO3
HNO3(aq) → H+(aq) +
NO3−
(aq)
Sempurna
Berdasarkan data pada tabel di atas, bagaimana nilai
derajat ionisasi pada masing-masing larutan?
a. Karena HCN mengalami ionisasi sebagian,
maka nilai derajat ionisasinya sebesar 0 < 𝛼 < 1.
b. Karena HNO3 mengalami ionisasi sempurna,
maka nilai derajat ionisasinya = 1.
c. HCN bersifat asam lemah.
HNO3 bersifat asam kuat.
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
188
yang diberikan
dan
menghubungkan
nya dengan
kekuatan asam.
Kemudian tentukan mana yang bersifat asam kuat
dan asam lemah dari kedua larutan di atas
berdasarkan nilai derajat ionisasinya.
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
Menentukan
nilai pH
larutan asam
dan basa
melalui
perhitungan.
Disajikan data
berupa massa,
volume, dan Mr
dari suatu basa
kuat, siswa
dapat
menghitung
nilai pH larutan
basa kuat
berdasarkan data
yang diketahui.
11. Sebanyak 3,7 gram Ca(OH)2 dilarutkan dalam 5
liter air. Tentukan pH larutan tersebut (Mr
Ca(OH)2 = 74).
a. Menghitung Konsentrasi
M = m
Mr ×
1
V
M = 3,7
74 ×
1
5
M = 0,05 × 0,2
M = 0,01 mol/L
b. Menghitung [OH−]
[OH−] = M × valensi basa
[OH−] = 0,01 × 2
[OH−] = 0,02
c. Menghitung pOH
pOH = − log [OH−]
pOH = − log 2 × 10−2
pOH = 2 – log 2
d. Menghitung pH
pH = 14 – pOH
pH = 14 – (2 – log 2)
pH = 12 + log 2
pH = 12,3
Skor 4
Menjawab poin a, b, c dan d dengan benar
Skor 3
Menjawab 3 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 2
189
Menjawab 2 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 1
Menjawab 1 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan data
berupa
konsentrasi
larutan dan
tetapan ionisasi
dari suatu basa
lemah, siswa
dapat
menghitung
nilai pH larutan
basa lemah
berdasarkan data
yang diketahui.
12. Tentukan nilai pH larutan NH4OH 0,025 M
larutan amonia jika harga Kb = 1,8 × 10−5.
a. Menghitung [OH−]
[OH−] = √Kb × M
[OH−] = √1,8 × 10-5 × 25 × 10-3
[OH−] = 6,7 × 10-4
b. Menghitung pOH
pOH = − log [OH−]
pOH = − log 6,7 × 10−4
pOH = 4 – log 6,7
c. Menghitung pH
pH = 14 – pOH
pH = 14 – (4 – log 6,7)
pH = 10 + log 6,7
pH = 10, 82
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan data
berupa
konsentrasi
larutan dari
13. Hitunglah pH larutan asam kuat di bawah ini:
a. HNO3 5 × 10−1 M
b. H2SO4 7×10−2 M
a. [H+] = M × valensi asam
[H+] = 5 × 10−1 × 1
[H+] = 5 × 10−1
190
suatu asam kuat,
siswa dapat
menghitung
nilai pH larutan
asam kuat
berdasarkan data
yang diketahui.
b. pH = – log [H+]
pH = – log (5 × 10−1)
pH = 1 – log 5
pH = 0,3
c. [H+] = M × valensi asam
[H+] = 7 × 10−2 × 2
[H+] = 1,4 × 10−1
d. pH = – log [H+]
pH = – log (1,4 × 10−1)
pH = 1 – log 1,4
pH = 0,85
Skor 4
Menjawab poin a, b, c dan d dengan benar
Skor 3
Menjawab 3 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 2
Menjawab 2 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 1
Menjawab 1 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan data
berupa Ka,
massa, volume,
dan Mr dari
suatu asam,
siswa dapat
menghitung
nilai pH larutan
asam lemah
14. Asam benzoat (C6H5COOH) adalah asam lemah
yang sering digunakan sebagai pengawet bahan
makanan dengan Ka = 6,46 × 10−5. Berapakah
pH larutan, jika sebanyak 3,05 gram
C6H5COOH dilarutkan dalam 5 liter air? (Mr
C6H5COOH = 122)
a. Menghitung Konsentrasi
M = m
Mr ×
1
V
M = 3,05
122 ×
1
5
M = 0,025 × 0,2
M = 5 × 10−3 mol/L
b. Menghitung konsentrasi [H+]
[H+] = √Ka × M
191
berdasarkan data
yang diketahui. [H+] = √6,46 × 10-5 × 5 × 10-3
[H+] = √32,3 × 10-8
[H+] = 5,68 × 10-4
c. Menghitung nilai pH
pH = – log [H+]
pH = – log (5,68 × 10−4)
pH = 4 – log 5,68
pH = 3,24
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
4.10.
Mengana
lisis
trayek
perubaha
n pH
beberapa
indikator
yang
diekstrak
dari
bahan
alam
melalui
percobaa
n.
Menguji
larutan asam
dan basa
menggunakan
indikator.
Disajikan rumus
kimia senyawa
asam dan basa,
siswa dapat
memprediksikan
hasil pengujian
larutan asam dan
basa
menggunakan
kertas lakmus.
15. Prediksikan perubahan warna yang akan terjadi
pada kertas lakmus merah dan biru, jika
dicelupkan ke dalam larutan-larutan dibawah
ini:
a. Ba(OH)2(aq) → Ba2+(aq) + 2OH−
(aq)
b. Fe(OH)2(aq) ⇌ Fe2+(aq) + 2OH−
(aq)
c. C6H5COOH(aq) ⇌ C6H5COO−(aq) + H+
(aq)
d. HI(aq) → H+(aq) + I−
(aq)
a. Lakmus merah = biru
Lakmus biru = biru
b. Lakmus merah = biru
Lakmus biru = biru
c. Lakmus merah = merah
Lakmus biru = merah
d. Lakmus merah = merah
Lakmus biru = merah
Skor 4
Menjawab poin a, b, c dan d dengan benar
192
Skor 3
Menjawab 3 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 2
Menjawab 2 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 1
Menjawab 1 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan hasil
pengujian
larutan asam
basa beserta data
trayek pH
larutan
indikator, siswa
dapat
menentukan
larutan indikator
yang efektif utuk
digunakan dan
memprediksikan
perubahan
warna yang akan
terjadipada
indikator
tersebut.
16. Tio akan menguji sebuah larutan dengan
menggunakan larutan indikator. Diketahui
trayek pH larutan indikator sebagai berikut.
Larutan
Indikator Trayek pH Perubahan Warna
Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning
Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna –
Merah Muda
Kuning Alizarin 10,1 – 12,0 Kuning – Merah
Jika larutan yang diuji bersifat asam lemah dengan
kisaran pH 6,0 – 6,3, tentukan dari keempat indikator
di atas mana yang lebih efektif untuk digunakan Tio.
Kemudian prediksikan perubahan warna yang akan
terjadi pada indikator yang telah kalian tentukan.
a. Agar lebih efektif sebaiknya Tio menggunakan
larutan indikator metil merah dan bromtimol
biru.
b. Pada indikator metil merah terjadi perubahan
warna kuning.
c. Pada indikator bromtimol biru terjadi perubahan
warna kuning.
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
Mengidentifik
asi sifat larutan
menggunakan
indikator.
Disajikan data
hasil percobaan
dengan
menggunakan
kertas lakmus,
siswa dapat
menentukan
17. Seorang siswa melakukan percobaan untuk
menentukan sifat larutan dari bahan-bahan yang
ada di sekitarnya, yaitu air gula, kopi, obat tetes
mata, dan air tomat. Berikut data pengamatan
dari percobaan yang dilakukan.
Sampel Kertas Lakmus
No. Sampel Sifat
Larutan
a Air gula Netral
b Kopi Asam
c Obat tetes mata Basa
d Ekstrak tomat Asam
193
larutan ke dalam
sifat asam atau
basa.
Merah Biru
Air gula Merah Biru
Kopi Merah Merah
Obat tetes
mata Biru Biru
Ekstrak
tomat Merah Merah
Berdasarkan data pada tabel di atas, tentukan sifat
dari bahan-bahan yang diuji.
Skor 4
Menjawab poin a, b, c dan d dengan benar
Skor 3
Menjawab 3 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 2
Menjawab 2 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 1
Menjawab 1 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 0
Tidak menjawab
Disajikan data
hasil percobaan
larutan asam,
basa, dan netral
menggunakan
indikator alami,
siswa dapat
menentukan
sifat larutan
berdasarkan
hasil uji
menggunakan
indikator alami.
18. Berikut ini data uji pendahuluan beberapa
larutan dengan indikator alami.
Larutan
Warna dengan
Ekstrak
Kunyit
Ekstrak
Kembang
Sepatu
Air Aki Kuning Merah
Air Sabun Merah Hijau
Air Suling Kuning Ungu
Dari data uji pendahuluan di atas, diperoleh
kesimpulan bahwa air aki bersifat asam, air sabun
bersifat basa, dan air suling bersifat netral.
Kemudian dilakukan uji larutan K, L, M, N dan
diperoleh data sebagai berikut.
Larutan
Warna dengan
Ekstrak Kunyit Ekstrak Kembang
Sepatu
K Merah Hijau
L Kuning Ungu
a. Larutan K: Basa
b. Larutan L : Netral
c. Larutan M : Asam
d. Larutan N : Netral
Skor 4
Menjawab poin a, b, c dan d dengan benar
Skor 3
Menjawab 3 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 2
Menjawab 2 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 1
Menjawab 1 poin a, b, c atau d dengan benar
Skor 0
Tidak menjawab
194
M Kuning Merah
N Kuning Ungu
Tentukan sifat dari larutan K, L, M, N berdasarkan
data hasil uji pendahuluan!
Menganalisis
trayek
perubahan pH
larutan
menggunakan
indikator
Disajikan data
hasil percobaan
menggunakan
larutan
indikator, siswa
dapat membuat
irisan trayek pH,
menentukan
kisaran pH
larutan dan
dapat
menentukan
kelayakan air
untuk diminum.
19. Air tanah di sekitar pemukiman warga diduga
telah tercemar. Untuk membuktikannya,
sekelompok siswa melakukan pengujian dengan
menggunakan larutan indikator, diperoleh data
sebagai berikut.
Indikator Trayek
pH
Perubaha
n Warna
Warna Air
Tanah
dengan
Indikator
Bromtimol
Biru
6,0 –
7,6
Kuning –
Biru
Biru
Fenolftalein 8,3 –
10,0
Tidak
berwarna
– Merah
muda
Merah
Muda
Kuning
Alizarin
10,1 –
12,0
Kuning –
Merah
Kuning
a. Buatlah irisan trayek pH dari ketiga indikator di
atas.
b. Berapakah kisaran pH air tanah tersebut?
c. Apakah air tersebut layak untuk dikonsumsi?
(Menurut peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, pH air minum yang layak
adalah 6,5 - 8,5).
a.
b. Kisaran pH air tanah tersebut adalah 10,0 – 10,1.
c. Air tanah tersebut tidak layak untuk dikonsumsi,
karena derajat keasaman atau nilai pH nya lebih
dari 8,5.
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
195
Disajikan data
hasil uji tiga
sampel air
menggunakan
larutan
indikator, siswa
dapat
menentukan
trayek pH ketiga
sampel air
tersebut.
20. Berikut ini adalah data hasil uji 3 sampel air
dengan beberapa indikator sebagai berikut.
Larutan
Indikat
or
Traye
k pH
Perub
ahan
Warn
a
Air X Air Y Air
Z
Metil
Merah
4,2 –
6,3
Mera
h –
Kuni
ng
Kuni
ng
Mera
h
Kun
ing
Bromti
mol
Biru
6,0 –
7,6
Kuni
ng –
Biru
Biru Kuni
ng
Bir
u
Fenolft
alein
8,3 –
10,0
Tidak
berwa
rna –
Mera
h
Mera
h
Tidak
berwa
rna
Tid
ak
Ber
war
na
Tentukan trayek pH air X, Y dan Z dengan membuat
irisan dari ketiga indikator di atas!
a.
pH air X adalah ≥10
b.
pH air Y adalah ≤ 4,2
c.
pH air Z adalah 7,6 – 8,3
Skor 4
Menjawab poin a, b, dan c dengan benar
Skor 3
Menjawab 2 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 2
Menjawab 1 poin a, b, atau c dengan benar
Skor 1
Menjawab tetapi tidak benar
Skor 0
Tidak menjawab
197
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar
Uji Validitas
Correlations
Soal_
1
Soal_
2
Soal_
3
Soal_
4
Soal_
5
Soal_
6
Soal_
7
Soal_
8
Soal_
9
Soal_
10
Soal_
11
Soal_
12
Soal_
13
Soal_
14
Soal_
15
Soal_
16
Soal_
17
Soal_
18
Soal_
19
Soal_
20 Skor_Total
Soal_1 Pearson Correlation 1 .410** .162 .214 .096 .231 .286* .137 .172 .197 -.021 .021 .118 .210 .112 .152 .288* .201 .129 .320** .434**
Sig. (2-tailed) .000 .183 .078 .432 .056 .017 .262 .159 .105 .865 .864 .335 .083 .360 .212 .016 .097 .290 .007 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_2 Pearson Correlation .410** 1 .000 -.065 -.122 .089 .373** -.057 .202 .008 .003 -.001 .053 -.029 -.065 -.160 -.070 .029 .025 .061 .180
Sig. (2-tailed) .000 .999 .597 .316 .465 .002 .640 .095 .949 .978 .994 .666 .816 .595 .189 .565 .812 .839 .618 .139
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_3 Pearson Correlation .162 .000 1 -.057 .293* .474** .407** .350** .331** .341** .027 .223 .538** .354** .326** .404** .396** .490** .356** .449** .676**
Sig. (2-tailed) .183 .999 .641 .015 .000 .001 .003 .006 .004 .829 .065 .000 .003 .006 .001 .001 .000 .003 .000 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_4 Pearson Correlation .214 -.065 -.057 1 .135 .224 .060 -.090
-.372*
* -.261* .115 .234 -.025 .019 .021 -.079 .012 -.143 .200 .104 .074
Sig. (2-tailed) .078 .597 .641 .270 .064 .622 .464 .002 .030 .349 .053 .838 .876 .862 .517 .925 .240 .100 .396 .547
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_5 Pearson Correlation .096 -.122 .293* .135 1 .274* -.126 .151 .320** .229 .176 .266* .215 .284* .117 .072 .119 .327** .249* .400** .451**
Sig. (2-tailed) .432 .316 .015 .270 .023 .303 .214 .007 .058 .148 .027 .077 .018 .340 .555 .329 .006 .039 .001 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_6 Pearson Correlation .231 .089 .474** .224 .274* 1 .289* .198 .215 .137 .398** .522** .411** .616** .156 .205 .194 .207 .647** .651** .734**
Sig. (2-tailed) .056 .465 .000 .064 .023 .016 .104 .077 .260 .001 .000 .000 .000 .200 .091 .111 .087 .000 .000 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_7 Pearson Correlation .286* .373** .407** .060 -.126 .289* 1 .461** .086 .105 .143 .245* .415** .111 .074 .388** .255* .146 .165 .221 .469**
Sig. (2-tailed) .017 .002 .001 .622 .303 .016 .000 .484 .392 .241 .043 .000 .365 .548 .001 .035 .233 .176 .068 .000
198
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_8 Pearson Correlation .137 -.057 .350** -.090 .151 .198 .461** 1 .504** .560** .144 .066 .204 .150 -.081 .263* .115 .118 -.023 .376** .432**
Sig. (2-tailed) .262 .640 .003 .464 .214 .104 .000 .000 .000 .237 .589 .093 .219 .511 .029 .348 .335 .850 .001 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_9 Pearson Correlation .172 .202 .331**
-.372*
* .320** .215 .086 .504** 1 .628** .042 .020 .134 .229 -.020 -.032 .021 .389** .003 .306* .444**
Sig. (2-tailed) .159 .095 .006 .002 .007 .077 .484 .000 .000 .730 .870 .271 .058 .874 .795 .867 .001 .984 .011 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_1
0
Pearson Correlation .197 .008 .341** -.261* .229 .137 .105 .560** .628** 1 .093 -.086 .249* .136 .013 .067 -.061 .205 -.103 .342** .388**
Sig. (2-tailed) .105 .949 .004 .030 .058 .260 .392 .000 .000 .449 .481 .039 .264 .914 .585 .619 .091 .401 .004 .001
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_1
1
Pearson Correlation -.021 .003 .027 .115 .176 .398** .143 .144 .042 .093 1 .430** .312** .224 .154 .080 .109 .032 .310** .217 .391**
Sig. (2-tailed) .865 .978 .829 .349 .148 .001 .241 .237 .730 .449 .000 .009 .064 .206 .516 .374 .792 .009 .073 .001
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_1
2
Pearson Correlation .021 -.001 .223 .234 .266* .522** .245* .066 .020 -.086 .430** 1 .399** .539** .248* .131 .371** .096 .504** .294* .535**
Sig. (2-tailed) .864 .994 .065 .053 .027 .000 .043 .589 .870 .481 .000 .001 .000 .040 .282 .002 .433 .000 .014 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_1
3
Pearson Correlation .118 .053 .538** -.025 .215 .411** .415** .204 .134 .249* .312** .399** 1 .204 .327** .489** .303* .190 .395** .412** .605**
Sig. (2-tailed) .335 .666 .000 .838 .077 .000 .000 .093 .271 .039 .009 .001 .092 .006 .000 .011 .118 .001 .000 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_1
4
Pearson Correlation .210 -.029 .354** .019 .284* .616** .111 .150 .229 .136 .224 .539** .204 1 .111 .248* .245* .390** .589** .563** .663**
Sig. (2-tailed) .083 .816 .003 .876 .018 .000 .365 .219 .058 .264 .064 .000 .092 .364 .040 .042 .001 .000 .000 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_1
5
Pearson Correlation .112 -.065 .326** .021 .117 .156 .074 -.081 -.020 .013 .154 .248* .327** .111 1 .475** .655** .219 .391** .255* .411**
Sig. (2-tailed) .360 .595 .006 .862 .340 .200 .548 .511 .874 .914 .206 .040 .006 .364 .000 .000 .070 .001 .035 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Pearson Correlation .152 -.160 .404** -.079 .072 .205 .388** .263* -.032 .067 .080 .131 .489** .248* .475** 1 .548** .150 .537** .527** .530**
199
Soal_1
6
Sig. (2-tailed) .212 .189 .001 .517 .555 .091 .001 .029 .795 .585 .516 .282 .000 .040 .000 .000 .220 .000 .000 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_1
7
Pearson Correlation .288* -.070 .396** .012 .119 .194 .255* .115 .021 -.061 .109 .371** .303* .245* .655** .548** 1 .317** .490** .274* .519**
Sig. (2-tailed) .016 .565 .001 .925 .329 .111 .035 .348 .867 .619 .374 .002 .011 .042 .000 .000 .008 .000 .022 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_1
8
Pearson Correlation .201 .029 .490** -.143 .327** .207 .146 .118 .389** .205 .032 .096 .190 .390** .219 .150 .317** 1 .333** .255* .530**
Sig. (2-tailed) .097 .812 .000 .240 .006 .087 .233 .335 .001 .091 .792 .433 .118 .001 .070 .220 .008 .005 .035 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_1
9
Pearson Correlation .129 .025 .356** .200 .249* .647** .165 -.023 .003 -.103 .310** .504** .395** .589** .391** .537** .490** .333** 1 .634** .703**
Sig. (2-tailed) .290 .839 .003 .100 .039 .000 .176 .850 .984 .401 .009 .000 .001 .000 .001 .000 .000 .005 .000 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Soal_2
0
Pearson Correlation .320** .061 .449** .104 .400** .651** .221 .376** .306* .342** .217 .294* .412** .563** .255* .527** .274* .255* .634** 1 .793**
Sig. (2-tailed) .007 .618 .000 .396 .001 .000 .068 .001 .011 .004 .073 .014 .000 .000 .035 .000 .022 .035 .000 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Skor_T
otal
Pearson Correlation .434** .180 .676** .074 .451** .734** .469** .432** .444** .388** .391** .535** .605** .663** .411** .530** .519** .530** .703** .793** 1
Sig. (2-tailed) .000 .139 .000 .547 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
200
Uji Realibilitas
RELIABILITY
/VARIABLES=Soal_1 Soal_3 Soal_5 Soal_6 Soal_7 Soal_8 Soal_9 Soal_10 Soal_11 Soal_12
Soal_13 Soal_14 Soal_15 Soal_16 Soal_17 Soal_18 Soal_19 Soal_20
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 69 100.0
Excludeda 0 .0
Total 69 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.860 18
201
Lampiran 13. Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa
INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR SISWA
MATERI ASAM BASA
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Svante August Arrhenius, seorang ahli kimia dari Swedia mengemukakan tentang asam basa. Ia
menjelaskan bagaimana asam atau basa dalam air dapat terurai menjadi ion H+ atau OH−.
Berdasarkan informasi di atas, buatlah reaksi ionisasi dan tentukan mana yang bersifat asam atau
basa dari larutan-larutan di bawah ini:
a. Fe(OH)3
b. HClO4
c. H2CO3
d. KOH
2. Teori asam basa Bronsted-Lowry sangat erat kaitannya dengan istilah asam – basa konjugasi.
Menurut teori Bronsted-Lowry, basa adalah suatu zat yang dapat menerima proton (H+). Basa yang
telah menerima proton disebut asam konjugasi.
Tuliskan rumus asam konjugasi dari spesi di bawah ini:
a. CN− (aq)
b. CO32−
(aq)
Sedangkan asam adalah suatu zat yang dapat mendonorkan proton (H+). Asam yang telah
melepaskan proton disebut basa konjugasi.
Tuliskan rumus basa konjugasi dari spesi di bawah ini:
c. HSO4ˉ(aq)
d. NH3(aq)
3. Gilbert N. Lewis memberikan pengertian asam basa yang dapat digambarkan berdasarkan serah
terima pasangan elektron. Gambarkan struktur lewis reaksi berikut.
O2− + SO3 → SO4
2−
Tentukan spesi yang bertindak sebagai asam dan basa.
4.
Pada reaksi antara NH3 dan AlCl3 di atas, tunjukkan mana yang bertindak sebagai asam dan basa
menurut teori Lewis dan berikan alasannya!
5. Perhatikan data pada tabel berikut.
Nama Senyawa Rumus Kimia Ka
Asam Karbonat H2CO3 4,3 × 10-7
Asam nitrit HNO2 4,5 × 10-4
Asam oksalat H2C2O4 5,6 × 10-2
Asam hipoklorit HClO 3,5 × 10-8
Asam sulfit H2SO3 1,3 × 10-2
202
Berdasarkan harga tetapan kesetimbangan asam (Ka) pada tabel di atas, tentukan asam yang terkuat
dan yang terlemah. Simpulkan mengenai hubungan kekuatan asam dengan tetapan ionisasi asam.
6. Pada konsentrasi yang sama larutan NaOH dan NH3 diuji daya hantar listriknya, berikut hasil
pengamatannya:
Dari hasil pengamatan di atas, pada larutan NaOH lampu menyala terang dan timbul banyak
gelembung menandakan larutan NaOH terionisasi sempurna. Pada larutan NH3 lampu tidak
menyala dan timbul sedikit gelembung menandakan larutan NH3 terionisasi sebagian.
a. Hubungkan dengan derajat ionisasinya untuk menentukan mana yang bersifat basa kuat dan
basa lemah dari kedua larutan tersebut. Jelaskan!
b. Berikan kesimpulan mengenai hubungan antara kekuatan basa dengan derajat ionisasi.
7. Sebanyak 3,7 gram Ca(OH)2 dilarutkan dalam 5 liter air. Tentukan pH larutan tersebut (Mr
Ca(OH)2 = 74).
8. Tentukan nilai pH larutan NH4OH 0,025 M larutan amonia jika harga Kb = 1,8 × 10−5.
9. Hitunglah pH larutan asam kuat di bawah ini:
c. HNO3 5 × 10−1 M
d. H2SO4 7×10−2 M
10. Asam benzoat (C6H5COOH) adalah asam lemah yang sering digunakan sebagai pengawet bahan
makanan dengan Ka = 6,46 × 10−5. Berapakah pH larutan, jika sebanyak 3,05 gram C6H5COOH
dilarutkan dalam 5 liter air? (Mr C6H5COOH = 122).
12. Tio akan menguji sebuah larutan dengan menggunakan larutan indikator. Diketahui trayek pH
larutan indikator sebagai berikut.
11. Prediksikan perubahan warna yang akan terjadi pada kertas lakmus merah dan biru, jika dicelupkan
ke dalam larutan-larutan dibawah ini:
e. Ba(OH)2(aq) → Ba2+(aq) + 2OH−
(aq)
f. Fe(OH)2(aq) ⇌ Fe2+(aq) + 2OH−
(aq)
g. C6H5COOH(aq) ⇌ C6H5COO−(aq) + H+
(aq)
h. HI(aq) → H+(aq) + I−
(aq)
203
Jika larutan yang diuji bersifat asam lemah dengan kisaran pH 6,0 – 6,3, tentukan dari keempat
indikator di atas mana yang lebih efektif untuk digunakan Tio. Kemudian prediksikan perubahan
warna yang akan terjadi pada larutan indikator yang telah kalian tentukan.
13. Seorang siswa melakukan percobaan untuk menentukan sifat larutan dari bahan-bahan yang ada di
sekitarnya, yaitu air gula, kopi, obat tetes mata, dan ekstrak tomat. Berikut data pengamatan dari
percobaan yang dilakukan.
Sampel Kertas Lakmus
Merah Biru
Air gula Merah Biru
Kopi Merah Merah
Obat tetes mata Biru Biru
Ekstrak tomat Merah Merah
Berdasarkan data pada tabel di atas, tentukan sifat dari bahan-bahan yang diuji.
14. Berikut ini data uji pendahuluan beberapa larutan dengan indikator alami.
Dari data uji pendahuluan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa air aki bersifat asam, air sabun
bersifat basa, dan air suling bersifat netral. Kemudian dilakukan uji larutan K, L, M, N dan
diperoleh data sebagai berikut.
Tentukan sifat dari larutan K, L, M, N berdasarkan data hasil uji pendahuluan!
15. Berikut ini adalah data hasil uji 3 sampel air dengan beberapa indikator sebagai berikut.
Larutan Indikator Trayek pH Perubahan Warna
Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning
Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak berwarna – Merah Muda
Kuning Alizarin 10,1 – 12,0 Kuning – Merah
Sampel Ekstrak Kunyit Ekstrak Kembang Sepatu
Air Aki Kuning Merah
Air Sabun Merah Hijau
Air Suling Kuning Ungu
Larutan Warna dengan
Ekstrak Kunyit Ekstrak Kembang Sepatu
K Merah Hijau
L Kuning Ungu
M Kuning Merah
N Kuning Ungu
Larutan Indikator Trayek pH Perubahan Warna Air X Air Y Air Z
Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning Kuning Merah Kuning
204
Tentukan trayek pH air X, Y dan Z dengan membuat irisan dari ketiga indikator di atas!
Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru Biru Kuning Biru
Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tidak Berwarna –
Merah Muda
Merah
Muda
Tidak
Berwarna
Tidak
Berwarna
205
Lampiran 14. Hasil Keterampilan Metakognitif Kelas Eksperimen
No Nama Siswa Nilai
Pretest Posttest
1 A P A 53 71
2 A F Z 56 73
3 A O Y 61 77
4 A R 62 76
5 A W F A 55 73
6 B C R 59 73
7 D L S 60 70
8 D M 56 75
9 E V H P 52 76
10 E G B 61 77
11 F F R H M 49 79
12 F A 59 65
13 I W 53 70
14 J Z A Y 64 76
15 L 57 82
16 L G S T 64 76
17 L N I S 60 85
18 L N A M 60 72
19 M R A 50 77
20 M A R 41 77
21 M R H 49 71
22 M R F 59 78
23 M R U 53 73
24 N V 61 72
25 R R S 64 77
26 R F U 64 73
27 R S P 61 74
28 T A F 59 73
29 W K W 61 74
30 W A 69 79
31 Y N 60 75
32 Y M 50 78
Nilai Tertinggi 69 85
Nilai Terendah 41 65
Rata-Rata 57,56 74,91
206
Lampiran 15. Hasil Keterampilan Metakognitif Kelas Kontrol
No Nama Siswa Nilai
Pretest Posttest
1 A H A 49 70
2 A N 50 76
3 A A C 64 73
4 A A R 63 70
5 D H W N 51 55
6 E M H 63 72
7 G Y I 64 75
8 G I M P 63 72
9 H A R M 61 72
10 H I 64 73
11 K P S N 51 61
12 L A 67 77
13 M I P 59 67
14 M F W 57 64
15 M R I 66 79
16 M R P M 67 75
17 M R R S 68 73
18 M S 54 67
19 M N D 62 73
20 N S U 62 70
21 N Z P 61 71
22 P Y 57 71
23 P C N 62 70
24 R R R P 53 61
25 R R S 61 70
26 R A F 54 63
27 S D R 59 70
28 S P R 61 72
29 T D R 63 74
30 T W D 61 71
31 Z P A 54 66
32 Z M 61 66
Nilai Tertinggi 68 79
Nilai Terendah 49 55
Rata-Rata 59,75 69,97
207
Lampiran 16. Persen Rata-Rata Keterampilan Metakognitif Kelas Eksperimen
Data Pretest Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas Eksperimen
Keterangan Indikator:
A1 : Terhubung dengan pengetahuan terdahulu
A2 : Mengidentifikasi tujuan
A3 : Memilah informasi penting
A4 : Memecahkan masalah menjadi poin-poin
A5 : Menemukan hubungan dari setiap variabel
A6 : Memetakan solusi
B1 : Memeriksa berbagai tahapan
B2 : Bertanya kepada teman
B3 : Mengidentifikasi kesalahan
B4 : Menilai jawaban
B5 : Mengoreksi cara yang salah atau kurang tepat
C1 : Memeriksa kembali jawaban akhir
C2 : Memverifikasi bahwa jawaban menjawab pertanyaan
No Nama Siswa
Aspek
Perencanaan (A)
Aspek
Pemantauan (B)
Aspek
Evaluasi (C )
Skor A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2
5 17 1 8 19 3 7 11 13 14 6 16 18 21 22 25 26 2 27 9 20 15 23 12 24 4 10
1 A P A 2 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 2 2 1 1 2 4 2 3 1 1 1 3 2 72
2 A F Z 4 4 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 4 2 4 3 3 2 1 3 1 3 1 3 1 4 4 76
3 A O Y 4 4 3 2 3 2 3 4 2 4 2 3 2 3 5 4 2 4 5 3 4 2 2 3 3 2 2 82
4 A R 4 4 4 3 3 4 3 2 2 2 3 4 3 4 3 3 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 84
5 A W F A 4 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 4 3 2 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 74
6 B C R 2 4 4 3 4 2 3 3 4 3 4 3 2 2 2 3 4 2 1 2 2 4 4 4 2 4 2 79
7 D L S 4 3 4 3 2 4 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 4 81
8 D M 2 5 4 3 4 2 4 1 3 2 2 2 3 2 3 4 2 2 1 3 3 3 4 4 1 4 2 75
9 E V H P 3 5 2 2 4 2 1 3 2 2 1 5 4 1 3 2 3 2 4 2 2 4 4 3 1 2 1 70
10 E G B 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 2 4 2 2 3 4 2 4 4 4 2 4 2 2 4 3 83
11 F F R H M 4 2 3 2 3 1 2 1 2 2 4 3 3 4 2 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 66
12 F A 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 80
13 I W 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 1 4 1 2 3 4 3 2 3 1 3 4 72
14 J Z A Y 2 4 3 3 4 3 4 2 2 3 4 4 2 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2 4 3 86
208
15 L 4 3 3 2 3 3 2 1 2 1 4 2 3 5 2 2 4 4 2 3 3 4 3 4 1 4 3 77
16 L G S T 3 2 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 1 4 3 4 1 3 3 4 3 4 2 3 4 86
17 L N I S 2 2 4 4 5 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 81
18 L N A M 3 3 4 3 3 3 3 1 4 3 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 2 81
19 M R A 1 3 4 2 5 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 1 3 1 3 3 4 2 2 2 68
20 M A R 1 2 1 1 4 1 1 3 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 1 2 4 56
21 M R H 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 66
22 M R F 3 2 3 3 4 4 2 2 3 3 4 2 3 2 3 3 4 2 4 4 4 3 4 2 2 2 3 80
23 M R U 2 3 3 2 4 2 3 3 3 2 2 2 2 4 4 2 3 2 1 2 2 3 3 4 2 4 3 72
24 N V 3 2 3 4 3 3 2 4 4 4 2 3 2 3 2 3 2 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 82
25 R R S 4 2 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 2 4 4 4 1 3 4 2 2 3 2 4 4 86
26 R F U 3 4 4 3 2 4 2 4 3 3 4 4 3 2 3 3 4 2 4 4 4 3 4 4 2 2 3 87
27 R S P 4 2 4 2 5 2 2 2 1 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4 2 4 4 4 3 3 3 82
28 T A F 3 3 2 3 4 2 2 2 2 3 2 4 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 79
29 W K W 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 83
30 W A 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 93
31 Y N 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 5 3 4 2 3 4 3 81
32 Y M 4 4 3 3 3 1 1 3 2 1 2 5 3 5 3 1 2 2 3 1 3 3 2 3 1 3 1 68
Jumlah 97 101 105 88 114 87 89 81 90 82 91 96 93 91 88 86 92 91 82 97 95 100 96 98 64 102 92
Rata-rata Perbutir (%) 60,
63
63,
13
65,
63
55,
00
71,
25
54,
38
55,
63
50,
63
56,
25
51,
25
56,
88
60,
00
58,
13
56,
88
55,
00
53,
75
57,
50
56,
88
51,
25
60,
63
59,
38
62,
50
60,
00
61,
25
40,
00 63,75 57,50
Rata-rata Perindikator
(%)
61,88 63,96 54,
38
55,
63 52,71 56,
88 56,88
51,
25 60,00 61,25 50,63 63,75 57,50
Rata-rata Peraspek (%) 57,57 56,00 60,63
209
Data Posttest Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas Eksperimen
Keterangan Indikator:
A1 : Terhubung dengan pengetahuan terdahulu
A2 : Mengidentifikasi tujuan
A3 : Memilah informasi penting
A4 : Memecahkan masalah menjadi poin-poin
A5 : Menemukan hubungan dari setiap variabel
A6 : Memetakan solusi
B1 : Memeriksa berbagai tahapan
B2 : Bertanya kepada teman
B3 : Mengidentifikasi kesalahan
B4 : Menilai jawaban
B5 : Mengoreksi cara yang salah atau kurang tepat
C1 : Memeriksa kembali jawaban akhir
C2 : Memverifikasi bahwa jawaban menjawab pertanyaan
No Nama
Siswa
Aspek
Perencanaan (A)
Aspek
Pemantauan (B)
Aspek
Evaluasi (C )
Skor A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2
5 17 1 8 19 3 7 11 13 14 6 16 18 21 22 25 26 2 27 9 20 15 23 12 24 4 10
1 A P A 3 3 5 4 4 4 4 3 5 2 4 4 4 3 3 4 3 4 3 5 2 4 3 2 2 5 4 96
2 A F Z 4 4 4 5 4 5 5 3 5 4 5 4 4 2 4 4 3 4 1 2 2 4 2 3 2 5 5 99
3 A O Y 4 5 3 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 104
4 A R 4 4 4 4 5 4 3 3 4 4 4 5 5 4 3 4 3 3 2 3 3 5 4 4 4 4 4 103
5 A W F A 4 4 4 3 4 4 5 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 5 4 98
6 B C R 4 4 5 3 5 3 5 2 4 3 4 5 2 4 2 5 4 5 1 3 2 5 4 4 4 4 3 99
7 D L S 5 5 5 3 3 5 4 3 5 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 2 2 5 5 95
8 D M 5 5 4 3 5 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 5 3 4 3 3 4 4 2 5 5 101
9 E V H P 4 5 4 4 5 4 3 3 4 3 3 5 5 4 3 3 3 2 4 3 3 4 4 4 3 5 5 102
10 E G B 4 5 4 4 5 4 4 3 3 3 3 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 104
11 F F R H M 5 4 5 4 5 4 4 3 3 4 5 4 4 4 3 4 3 3 2 4 4 5 4 4 2 5 5 106
12 F A 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 2 3 4 4 2 4 1 3 3 88
13 I W 3 5 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 3 3 5 5 4 2 2 3 4 4 3 5 1 4 4 95
14 J Z A Y 3 4 5 4 5 4 5 3 5 3 5 4 3 2 2 4 3 4 2 4 3 5 4 5 4 4 4 103
15 L 4 4 4 4 5 4 3 3 3 2 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 3 5 5 4 4 4 4 111
210
16 L G S T 5 5 4 4 4 4 3 5 4 3 4 5 3 3 3 4 3 4 2 3 3 5 3 5 3 4 5 103
17 L N I S 4 5 5 5 5 4 5 3 5 3 5 5 5 4 3 3 3 5 4 4 4 5 4 5 3 5 4 115
18 L N A M 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 4 4 3 4 3 97
19 M R A 5 5 4 5 5 4 4 3 5 3 5 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 5 5 104
20 M A R 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 5 4 4 2 5 4 4 4 3 5 104
21 M R H 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 4 5 4 96
22 M R F 4 3 4 4 5 4 4 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4 5 5 105
23 M R U 4 3 4 3 4 5 4 3 4 3 4 3 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 5 3 98
24 N V 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 5 4 97
25 R R S 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 104
26 R F U 4 3 5 3 5 4 4 3 4 3 5 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 99
27 R S P 4 4 4 3 5 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 100
28 T A F 4 4 5 4 5 3 3 4 5 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 4 4 99
29 W K W 4 4 5 3 4 5 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 100
30 W A 5 4 5 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 106
31 Y N 4 4 4 3 5 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 3 3 3 4 4 5 101
32 Y M 5 4 3 3 5 5 3 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 5 3 105
Jumlah 130 131 136 118 142 125 124 102 128 102 128 132 122 115 110 121 106 120 96 113 98 129 117 118 102 139 133
Rata-rata Perbutir
(%) 81,
25
81,
88
85,
00
73,
75
88,
75
78,
13
77,
50
63,
75
80,
00
63,
75
80,
00
82,
50
76,
25
71,
88
68,
75
75,
63
66,
25
75,
00
60,
00
70,
63
61,
25
80,
63
73,
13
73,
75
63,
75 86,88 83,13
Rata-rata
Perindikator (%) 81,56 82,50
78, 13
77, 50
69,17 80, 00
73,75 60, 00
65,94 76,88 68,75 86,88 83,13
Rata-rata
Peraspek (%) 78,14 69,06 86,88
211
Lampiran 17. Persen Rata-Rata Keterampilan Metakognitif Kelas Kontrol
Data Pretest Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas Kontrol
Keterangan Indikator:
A1 : Terhubung dengan pengetahuan terdahulu
A2 : Mengidentifikasi tujuan
A3 : Memilah informasi penting
A4 : Memecahkan masalah menjadi poin-poin
A5 : Menemukan hubungan dari setiap variabel
A6 : Memetakan solusi
B1 : Memeriksa berbagai tahapan
B2 : Bertanya kepada teman
B3 : Mengidentifikasi kesalahan
B4 : Menilai jawaban
B5 : Mengoreksi cara yang salah atau kurang tepat
C1 : Memeriksa kembali jawaban akhir
C2 : Memverifikasi bahwa jawaban menjawab pertanyaan
No Nama
Siswa
Aspek
Perencanaan (A)
Aspek
Pemantauan (B)
Aspek
Evaluasi
(C ) Skor
A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2
5 17 1 8 19 3 7 11 13 14 6 16 18 21 22 25 26 2 27 9 20 15 23 12 24 4 10
1 A H A 3 2 3 3 3 2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 3 2 1 3 3 4 3 3 2 2 2 66
2 A N 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 1 3 3 68
3 A A C 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 5 2 3 3 4 3 4 2 2 3 87
4 A A R 3 4 3 3 3 3 1 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 3 2 3 3 85
5 D H W N 2 3 1 1 2 3 3 3 2 2 3 4 2 4 3 3 2 3 1 2 2 3 3 4 1 4 3 69
6 E M H 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 5 3 5 4 2 3 5 3 4 4 2 3 3 85
7 G Y I 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 5 5 4 3 2 3 4 3 3 1 4 4 5 1 2 3 87
8 G I M P 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 4 5 4 4 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 85
9 H A R M 3 3 3 2 3 3 3 4 3 1 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 3 3 4 3 83
10 H I 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 5 3 3 3 3 2 3 2 4 1 5 4 3 3 3 4 86
11 K P S N 3 3 2 2 2 4 3 2 3 3 3 2 3 4 2 4 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 4 69
12 L A 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 4 2 3 90
13 M I P 3 2 3 1 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 2 2 2 3 2 4 4 3 3 3 3 80
14 M F W 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 4 3 2 3 1 3 3 2 4 3 3 3 4 2 2 3 77
15 M R I 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 5 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 1 3 3 3 89
212
16 M R P M 4 2 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 5 3 5 4 1 5 1 3 1 4 5 4 4 3 3 90
17 M R R S 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 5 3 4 3 92
18 M S 3 2 2 2 3 2 4 3 3 2 2 3 2 3 4 2 2 2 3 4 3 4 3 4 1 2 3 73
19 M N D 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 4 1 2 2 4 3 3 3 3 4 84
20 N S U 4 3 4 2 3 3 2 2 2 3 4 4 3 2 3 4 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 3 84
21 N Z P 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 82
22 P Y 4 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 2 2 3 1 3 4 2 4 2 3 2 4 2 3 3 77
23 P C N 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 2 5 2 3 2 4 3 3 3 4 4 84
24 R R R P 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 2 2 4 1 3 3 3 3 2 4 2 1 3 2 71
25 R R S 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 3 4 3 83
26 R A F 3 2 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 4 3 3 3 73
27 S D R 3 4 1 3 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 4 4 80
28 S P R 2 3 3 4 4 3 2 2 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 82
29 T D R 2 4 3 2 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 4 3 5 2 3 2 4 3 4 3 3 4 85
30 T W D 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 1 3 2 3 4 3 3 2 3 82
31 Z P A 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 3 4 3 2 4 1 3 3 73
32 Z M 3 3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 4 4 3 3 2 4 1 3 3 3 3 3 2 3 3 82
Jumlah 93 95 90 88 96 95 91 87 94 92 98 116 105 104 103 96 89 116 66 98 82 108 103 106 76 96 100
Rata-rata
Perbutir (%)
58,
13
59,
38
56,
25
55,
00
60,
00
59,
38
56,
88
54,
38
58,
75
57,
50
61,
25
72,
50
65,
63
65,
00
64,
38
60,
00
55,
63
72,
50
41,
25
61,
25
51,
25
67,
50
64,
38
66,
25
47,
50
60,
00
62,
50
Rata-rata
Perindikator
(%)
58,75 57,08 59, 38
56, 88
56,88 61,25
65,09 41,25
56,25 65,94 56,88 60, 00
62, 50
Rata-rata
Peraspek (%) 58,37 57,08 61,25
213
Data Posttest Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas Kontrol
Keterangan Indikator:
A1 : Terhubung dengan pengetahuan terdahulu
A2 : Mengidentifikasi tujuan
A3 : Memilah informasi penting
A4 : Memecahkan masalah menjadi poin-poin
A5 : Menemukan hubungan dari setiap variabel
A6 : Memetakan solusi
B1 : Memeriksa berbagai tahapan
B2 : Bertanya kepada teman
B3 : Mengidentifikasi kesalahan
B4 : Menilai jawaban
B5 : Mengoreksi cara yang salah atau kurang tepat
C1 : Memeriksa kembali jawaban akhir
C2 : Memverifikasi bahwa jawaban menjawab pertanyaan
No Nama
Siswa
Aspek
Perencanaan (A)
Aspek
Pemantauan (B)
Aspek
Evaluasi
(C ) Skor
A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2
5 17 1 8 19 3 7 11 13 14 6 16 18 21 22 25 26 2 27 9 20 15 23 12 24 4 10
1 A H A 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 94
2 A N 4 4 4 4 5 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 5 5 102
3 A A C 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 5 2 3 3 4 3 3 3 5 4 99
4 A A R 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 94
5 D H W N 3 4 2 1 4 2 2 3 2 3 3 4 2 4 3 3 2 3 1 3 2 2 3 4 2 4 3 74
6 E M H 3 4 4 5 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 5 3 5 4 1 3 5 5 4 5 1 4 4 97
7 G Y I 4 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 5 5 4 3 3 3 5 3 3 1 4 5 5 1 4 3 101
8 G I M P 3 4 4 3 5 3 4 3 5 3 4 4 4 4 4 2 2 4 2 3 3 4 3 4 3 5 5 97
9 H A R M 3 4 3 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 3 3 5 3 3 3 3 2 4 3 3 3 5 4 97
10 H I 3 5 4 4 4 3 5 3 4 4 3 5 3 3 3 4 3 4 3 4 1 4 3 3 4 4 5 98
11 K P S N 4 5 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 4 2 2 2 4 2 2 1 3 5 82
12 L A 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 104
13 M I P 5 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 3 2 3 1 4 4 3 3 4 4 91
14 M F W 4 4 5 3 5 4 2 4 3 2 4 4 4 2 3 1 2 4 2 4 2 3 3 4 2 3 4 87
15 M R I 5 5 4 5 5 4 5 2 3 3 5 5 4 4 2 4 4 5 3 4 2 4 5 2 3 5 4 106
16 M R P M 5 5 4 3 3 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 4 1 3 1 3 1 4 3 4 4 3 3 101
214
17 M R R S 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 5 3 5 4 99
18 M S 4 2 3 3 3 2 4 4 4 2 4 5 2 3 4 2 2 3 4 5 4 5 4 4 2 3 3 90
19 M N D 4 5 5 3 5 4 3 3 5 3 4 5 5 3 4 3 2 4 1 3 1 5 4 3 3 5 4 99
20 N S U 4 4 4 5 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 3 95
21 N Z P 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 5 4 96
22 P Y 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 1 4 2 3 2 4 2 4 4 96
23 P C N 4 3 4 3 4 5 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 5 2 3 3 4 3 3 3 4 4 95
24 R R R P 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 4 3 2 4 2 4 2 3 3 2 4 2 1 4 3 82
25 R R S 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 5 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 3 95
26 R A F 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 85
27 S D R 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3 3 4 4 94
28 S P R 4 5 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 2 2 4 4 97
29 T D R 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 5 2 3 3 4 3 3 3 5 5 100
30 T W D 3 5 4 4 3 3 4 3 4 4 5 3 4 4 5 4 3 3 1 4 3 4 4 3 3 3 3 96
31 Z P A 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 2 4 4 89
32 Z M 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 4 3 89
Jumlah 119 130 125 114 127 119 112 100 121 110 121 126 119 109 108 107 95 126 73 105 80 118 111 107 87 130 122
Rata-rata
Perbutir (%)
74,38
81,25
78,13
71,25
79,38
74,38
70,00
62,50
75,63
68,75
75,63
78,75
74,38
68,13
67,50
66,88
59,38
78,75
45,63
65,63
50,00
73,75
69,38
66,88
54,38
81, 25
76,25
Rata-rata
Perindikator
(%)
77,81 76,25 74,38
70,00
68,96 75,63
70,54 45,63
57,81 71,56 60,63 81 ,25
76,25
Rata-Rata
Peraspek (%) 73,84 61,23 78,75
215
Lampiran 18. Persen Rata-Rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Data Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Keterangan indikator pencapaian kompetensi:
No Nama Siswa 3.10.1 3.10.2 3.10.3 4.10.1 4.10.2 4.10.3
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 A P A 2 3 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
2 A F Z 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
3 A O Y 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 A R 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
5 A W F A 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
6 B C R 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 7
7 D L S 0 0 1 2 2 1 0 1 0 0 1 2 0 0 0 10
8 D M 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
9 E V H P 0 0 0 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
10 E G B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 3 0 0 7
11 F F R H M 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
12 F A 2 2 0 0 3 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 12
13 I W 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
14 J Z A Y 0 1 1 1 2 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 9
15 L 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16 L G S T 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
3.10.1. Menjelaskan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
3.10.2. Menghubungkan kekuatan asam basa dengan derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionisasinya.
3.10.3. Menentukan nilai pH larutan asam basa melalui perhitungan.
4.10.1. Menguji larutan asam dan basa menggunakan indikator.
4.10.2. Mengidentifikasi sifat larutan menggunakan indikator.
4.10.3. Menganalisis trayek perubahan pH larutan menggunakan indikator.
216
17 L N I S 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 0 4 0 0 10
18 L N A M 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 4 4 0 15
19 M R A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 M A R 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
21 M R H 1 0 0 1 3 0 0 0 0 0 4 0 3 0 0 12
22 M R F 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3
23 M R U 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
24 N V 2 0 0 1 3 1 0 0 0 0 4 0 3 1 0 15
25 R R S 2 0 3 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
26 R F U 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 R S P 1 3 0 1 3 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 12
28 T A F 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 5
29 W K W 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 4 2 4 0 0 15
30 W A 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
31 Y N 2 0 0 0 0 3 0 0 0 0 4 0 4 0 0 13
32 Y M 0 0 0 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
Jumlah 40 13 6 17 28 14 0 2 0 1 43 4 32 5 0
Rata- rata Perbutir (%) 31,25 10,16 4,69 13,28 21,88 10,94 0,00 1,56 0,00 0,78 33,59 3,13 25,00 3,91 0,00
Rata-rata Perindikator (%) 14,84 16,41 0,59 18,36 14,45 0
217
Data Posttest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Keterangan indikator pencapaian kompetensi:
No Nama Siswa 3.10.1 3.10.2 3.10.3 4.10.1 4.10.2 4.10.3
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 A P A 4 3 0 4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 51
2 A F Z 1 4 1 1 4 3 2 4 4 4 4 2 4 4 4 46
3 A O Y 1 3 1 1 4 3 2 4 0 4 4 2 4 0 0 33
4 A R 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
5 A W F A 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57
6 B C R 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
7 D L S 3 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55
8 D M 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57
9 E V H P 2 3 3 3 4 1 1 4 4 4 4 2 4 4 4 47
10 E G B 4 1 0 4 4 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 48
11 F F R H M 4 2 0 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 50
12 F A 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 56
13 I W 1 1 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 46
14 J Z A Y 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 50
15 L 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 53
16 L G S T 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 55
17 L N I S 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
3.10.1. Menjelaskan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
3.10.2. Menghubungkan kekuatan asam basa dengan derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionisasinya.
3.10.3. Menentukan nilai pH larutan asam basa melalui perhitungan.
4.10.1. Menguji larutan asam dan basa menggunakan indikator.
4.10.2. Mengidentifikasi sifat larutan menggunakan indikator.
4.10.3. Menganalisis trayek perubahan pH larutan menggunakan indikator.
218
18 L N A M 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
19 M R A 4 2 1 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
20 M A R 3 2 3 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 51
21 M R H 0 0 1 3 3 3 0 3 3 4 4 4 4 4 3 39
22 M R F 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
23 M R U 4 1 0 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 49
24 N V 2 0 1 3 3 3 0 3 4 4 4 4 4 4 4 43
25 R R S 0 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
26 R F U 4 3 3 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 54
27 R S P 4 4 1 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 53
28 T A F 4 4 1 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55
29 W K W 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
30 W A 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57
31 Y N 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57
32 Y M 2 3 3 3 3 4 1 3 4 4 4 2 4 4 4 48
Jumlah 98 96 67 106 112 96 100 115 123 127 127 114 127 124 120
Rata- rata Perbutir (%) 76,56 75,00 52,34 82,81 87,50 75,00 78,13 89,84 96,09 99,22 99,22 89,06 99,22 96,88 93,75
Rata-rata Perindikator (%) 71,68 81,25 90,82 94,14 98,05 93,75
219
Lampiran 19. Persen Rata-Rata Hasil Belajar Kelas Kontrol
Data Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Keterangan indikator pencapaian kompetensi:
No Nama Siswa 3.10.1 3.10.2 3.10.3 4.10.1 4.10.2 4.10.3
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 A H A 2 0 0 3 2 1 0 0 0 0 2 0 3 0 0 13
2 A N 2 1 0 2 2 1 0 0 0 0 0 0 4 0 0 12
3 A A C 1 0 1 1 2 1 0 0 0 0 4 0 4 0 0 14
4 A A R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 4 0 0 8
5 D H W N 2 0 0 3 2 1 0 0 0 0 2 0 3 0 0 13
6 E M H 2 0 0 1 2 1 0 0 0 0 2 0 4 0 0 12
7 G Y I 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
8 G I M P 1 0 3 0 0 1 0 0 0 0 2 0 3 0 0 10
9 H A R M 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
10 H I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 K P S N 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 2 0 0 6
12 L A 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
13 M I P 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 4
14 M F W 1 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
15 M R I 3 0 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0 4 0 0 13
16 M R P M 3 1 0 3 3 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 14
17 M R R S 1 0 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
18 M S 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 4 0 0 9
19 M N D 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 4 0 3 0 0 10
3.10.1. Menjelaskan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
3.10.2. Menghubungkan kekuatan asam basa dengan derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionisasinya.
3.10.3. Menentukan nilai pH larutan asam basa melalui perhitungan.
4.10.1. Menguji larutan asam dan basa menggunakan indikator.
4.10.2. Mengidentifikasi sifat larutan menggunakan indikator.
4.10.3. Menganalisis trayek perubahan pH larutan menggunakan indikator.
220
20 N S U 1 0 0 3 2 1 0 0 0 0 4 0 4 0 0 15
21 N Z P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 P Y 0 0 3 3 0 1 0 0 0 0 2 0 3 0 0 12
23 P C N 2 0 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0 4 0 0 12
24 R R R P 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 4 0 0 11
25 R R S 0 0 0 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
26 R A F 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 S D R 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
28 S P R 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 4 0 1 0 0 8
29 T D R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 T W D 1 0 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 4 0 0 10
31 Z P A 2 0 0 3 2 1 0 0 0 0 2 0 3 0 0 13
32 Z M 3 1 0 3 3 1 0 0 0 0 4 0 3 0 0 18
Jumlah 32 3 13 46 36 19 0 0 0 0 48 0 70 0 0
Rata-rata Perbutir (%) 25,00 2,34 10,16 35,94 28,13 14,84 0,00 0,00 0,00 0,00 37,50 0,00 54,69 0,00 0,00
Rata-rata Perindikator (%) 18,36 21,48 0,00 18,75 27,34 0
221
Data Posttest Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Keterangan indikator pencapaian kompetensi:
No Nama Siswa 3.10.1 3.10.2 3.10.3 4.10.1 4.10.2 4.10.3
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 A H A 3 4 1 3 2 2 4 4 4 4 4 0 4 4 0 43
2 A N 4 3 1 3 4 2 4 1 4 2 4 2 4 4 1 43
3 A A C 4 3 1 4 3 3 4 4 0 2 4 3 4 4 4 47
4 A A R 3 4 3 4 3 3 4 4 3 0 2 0 4 0 0 37
5 D H W N 4 3 1 3 3 2 4 4 0 0 0 0 0 0 0 24
6 E M H 4 3 1 3 3 2 4 1 3 2 4 2 4 4 1 41
7 G Y I 3 3 1 3 2 2 4 4 0 0 0 0 0 0 0 22
8 G I M P 4 3 4 4 3 3 4 4 0 2 4 3 4 4 1 47
9 H A R M 4 2 3 4 3 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 28
10 H I 4 3 4 4 4 3 4 4 4 0 4 0 4 0 0 42
11 K P S N 4 3 0 3 3 4 4 4 0 2 0 3 4 4 1 39
12 L A 0 3 4 4 3 4 4 4 0 2 4 3 4 4 3 46
13 M I P 4 2 0 3 3 1 4 4 4 3 4 3 4 4 1 44
14 M F W 4 3 2 4 3 2 3 4 0 0 0 0 0 0 0 25
15 M R I 4 3 1 3 3 2 4 4 4 2 4 3 4 4 1 46
16 M R P M 4 3 1 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 50
17 M R R S 3 3 1 3 3 3 4 4 0 2 4 2 4 4 0 40
18 M S 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 1 51
19 M N D 4 2 0 3 4 4 4 1 4 2 4 2 4 4 1 43
20 N S U 3 2 1 3 4 2 4 4 0 4 4 0 0 0 0 31
3.10.1. Menjelaskan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
3.10.2. Menghubungkan kekuatan asam basa dengan derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan ionisasinya.
3.10.3. Menentukan nilai pH larutan asam basa melalui perhitungan.
4.10.1. Menguji larutan asam dan basa menggunakan indikator.
4.10.2. Mengidentifikasi sifat larutan menggunakan indikator.
4.10.3. Menganalisis trayek perubahan pH larutan menggunakan indikator.
222
21 N Z P 2 2 1 4 4 4 4 1 4 2 4 2 4 3 1 42
22 P Y 4 3 1 3 3 2 4 4 4 4 4 0 4 0 0 40
23 P C N 4 3 1 3 4 3 4 1 4 2 4 2 4 4 0 43
24 R R R P 2 3 1 3 4 2 4 4 0 4 4 0 0 0 0 31
25 R R S 3 3 4 4 3 2 3 4 0 0 0 0 0 0 0 26
26 R A F 4 4 1 3 3 2 4 4 4 3 4 0 4 4 0 44
27 S D R 0 2 1 3 2 1 3 4 0 0 0 0 0 0 0 16
28 S P R 3 3 1 1 4 2 4 4 4 4 4 0 4 4 0 42
29 T D R 3 3 4 3 3 3 4 4 0 2 4 3 4 4 1 45
30 T W D 4 3 4 4 3 3 4 4 0 2 4 3 4 4 4 50
31 Z P A 4 4 1 1 3 2 4 4 4 4 4 0 4 4 0 43
32 Z M 4 3 1 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 50
Jumlah 108 93 55 102 104 86 125 113 66 66 98 43 96 83 23
Rata-rata Perbutir (%) 84,38 72,66 42,97 79,69 81,25 67,19 97,66 88,28 51,56 51,56 76,56 33,59 75,00 64,84 17,97
Rata-rata Perindikator (%) 69,92 74,22 72,27 55,08 69,92 17,97
223
Lampiran 20. Data Hasil Uji Normalitas
*Perhitungan uji normalitas dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 22, taraf nyata
(α) adalah 5% (0,05) dan menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Skor Mean 57.56 1.028
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 55.47
Upper Bound 59.66
5% Trimmed Mean 57.78
Median 59.00
Variance 33.802
Std. Deviation 5.814
Minimum 41
Maximum 69
Range 28
Interquartile Range 8
Skewness -.739 .414
Kurtosis .801 .809
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Skor .191 32 .004 .944 32 .096
224
Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Nilai Mean 74.91 .673
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 73.53
Upper Bound 76.28
5% Trimmed Mean 74.85
Median 75.00
Variance 14.475
Std. Deviation 3.805
Minimum 65
Maximum 85
Range 20
Interquartile Range 4
Skewness .133 .414
Kurtosis 1.402 .809
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai .104 32 .200* .968 32 .445
225
Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Skor Mean 59.75 .930
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 57.85
Upper Bound 61.65
5% Trimmed Mean 59.89
Median 61.00
Variance 27.677
Std. Deviation 5.261
Minimum 49
Maximum 68
Range 19
Interquartile Range 8
Skewness -.578 .414
Kurtosis -.616 .809
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor .219 32 .000 .927 32 .032
226
Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Skor Mean 69.97 .903
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 68.13
Upper Bound 71.81
5% Trimmed Mean 70.22
Median 71.00
Variance 26.096
Std. Deviation 5.108
Minimum 55
Maximum 79
Range 24
Interquartile Range 6
Skewness -.969 .414
Kurtosis 1.274 .809
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor .221 32 .000 .934 32 .052
227
Lampiran 21. Data Hasil Uji Homogenitas
*Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan software IBM SPSS Statistic 22, dengan
taraf nyata (α) adalah 5% (0,05).
Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Keterampilan Metakognitif Siswa
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.176 1 62 .676
ANOVA
Keterampilan Metakognitif Siswa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 76.563 1 76.563 2.491 .120
Within Groups 1905.875 62 30.740
Total 1982.438 63
Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Keterampilan Metakognitif Siswa
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.235 1 62 .271
ANOVA
Keterampilan Metakognitif Siswa
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 390.063 1 390.063 19.229 .000
Within Groups 1257.688 62 20.285
Total 1647.750 63
228
Lampiran 22. Data Hasil Uji Hipotesis
*Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan software IBM SPSS Statistic 22, taraf nyata (α)
adalah 5% (0,05) dengan uji Mann-Whitney.
Uji Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Keterampilan
Metakognitif Siswa 64 58.66 5.610 41 69
Kelas 64 1.50 .504 1 2
Ranks
Kelas N Mean Rank Sum of Ranks
Keterampilan
Metakognitif Siswa
Eksperimen 32 28.34 907.00
Kontrol 32 36.66 1173.00
Total 64
Test Statisticsa
Keterampilan
Metakognitif
Siswa
Mann-Whitney U 379.000
Wilcoxon W 907.000
Z -1.793
Asymp. Sig. (2-
tailed) .073
229
Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Keterampilan
Metakognitif Siswa 64 72.44 5.114 55 85
Kelas 64 1.50 .504 1 2
Ranks
Kelas N Mean Rank Sum of Ranks
Keterampilan
Metakognitif Siswa
Eksperimen 32 41.95 1342.50
Kontrol 32 23.05 737.50
Total 64
Test Statisticsa
Keterampilan
Metakognitif
Siswa
Mann-Whitney U 209.500
Wilcoxon W 737.500
Z -4.080
Asymp. Sig. (2-
tailed) .000
235
Lampiran 24. Lembar Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa
Pretest Kelas Eksperimen
Pretest Kelas Kontrol
249
Lampiran 30. Dokumentasi Penelitian
Uji Empiris
Pemberian Pretest
Orientasi Siswa pada Masalah dan Membaca Literatur
Membuat Pertanyaan tentang Bahan Bacaan dan Masalah Terkait
250
Pengorganisasian Belajar
Melakukan Penyelidikan dan Mendiskusikan Jawaban serta Pertanyaan
Pengembangan dan Penyajian Hasil Karya melalui Presentasi Kelompok
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Pemberian Posttest
251
Lampiran 31. Lembar Uji Referensi
LEMBAR UJI REFERENSI
Judul Skripsi : Pengaruh Strategi Problem-based Learning Terintegrasi Reading
Questioning Answering terhadap Keterampilan Metakognitif
Siswa pada Materi Asam Basa.
Peneliti : Ghiska Primayana Mufhtih
Program Studi : Pendidikan Kimia
Dosen Pembimbing : 1. Dedi Irwandi, M. Si
2. Evi Sapinatul Bahriah, M. Pd
No Referensi
Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
BAB I
1 Zubaidah, S. (2016). Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan
yang Diajarkan Melalui Pembelajaran. Seminar Nasional
Pendidikan, 2, 1–15. (p.3)
√ √
2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun
2016 tentang Standar Kelulusan, (2016). (p. 8)
√ √
3 Pratama, A. T. (2018). Improving Metacognitive Skills using
Problem Based Learning (PBL) at Natural Science of Primary
School in Deli Serdang Indonesia. Biosfer: Jurnal Pendidikan
Biologi, 11(2), 101–107.
https://doi.org/10.21009/biosferjpb.v12n1.58-69. (p.101)
√ √
4 Azizah, U., Nasrudin, H., & Mitarlis. (2019). Metacognitive
Skills: A Solution in Chemistry Problem Solving. Journal of
Physics: Conference Series, 1417, 1–8.
https://doi.org/10.1088/17426596/1417/1/012084. (p. 7)
√ √
5 Ratnawati, M., Rahman, N., & Gonggo, S. T. (2015). Perilaku
Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Siswa. E-
Jurnal Mitra Sains, 3(2), 9–16. (p.15)
√ √
6 Muhlisin, A., Susilo, H., Amin, M., Rohman, F. (2016).
Analisis Keterampilan Metakognitif ditinjau dari Kemampuan
Akademik Berbeda pada Perkuliahan Konsep Dasar IPA.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016, 493–496. (p.496)
√ √
7 Danial, M. (2010). Pengaruh Strategi PBL terhadap
Keterampilan Metakognisi dan Respon Mahasiswa. Jurnal
Chemica, 11(2), 1–10. (p. 2)
√ √
8 Sari, A. P., Rudibyani, R. B., & Efkar, T. (2018). Efektivitas
Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Luwes Siswa pada Materi Asam Basa. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Kimia (JPPK), 7(2), 1–16. (p.
√ √
252
2)
9 Wasonowati, R. R. T., Redjeki, T., & Ariani, S. (2014).
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada
Pembelajaran Hukum-hukum Dasar Kimia ditinjau dari
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK), 3(3), 66–75. (p. 67)
√ √
10 Fitriyani, R., Corebima, A. D., & Ibrohim. (2015). Pengaruh
Strategi Pembelajaran Problem Based Learning dan Inkuiri
Terbimbing terhadap Keterampilan Metakognitif, Berpikir
Kritis, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan Sains, 3(4), 186–200. (p. 192)
√ √
11 Aisyah, S., & Ridlo, S. (2015). Pengaruh Strategi
Pembelajaran Jigsaw dan Problem Based Learning terhadap
Skor Keterampilan Metakognitif Siswa pada Mata Pelajaran
Biologi. Unnes Journal of Biology Education, 4(1), 22–28. (p.
27)
√ √
12 Nuryanto, Utami, B., & Saputro, A. N. C. (2015). Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dilengkapi Macromedia Flash untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa pada
Materi Pokok Termokimia Kelas XI Siswa SMA Negeri 2
Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK), 4(4), 87–94. (p. 88)
√ √
13 Malahayati, E. N., Corebima, A. D., & Zubaidah, S. (2015).
Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Kemampuan
Berpikir Kritis dengan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA
dalam Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). JPS
(Jurnal Pendidikan Sains), 3(4), 178–185.
https://doi.org/10.17977/jps.v3i4.8168. (p. 179)
√ √
14 Putra, H. D., Thahiram, N. F., Ganiati, M., & Nuryana, D.
(2018). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMP pada Materi Bangun Ruang. JIPM (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika), 6(2), 82–90.
https://doi.org/10.25273/jipm.v6i2.2007 . (p. 83)
√ √
15 Abidin, Z. (2017). Meningkatkan Keterampilan Membaca
Siswa Kelas XI IPA 6 melalui Metode SQ3R SMA Negeri 1
Bontonompo, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.
Jurnal Nalar Pendidikan, 5(1), 55–63. (p. 56)
√ √
16 Corebima, A. D. (2009). Pengalaman Berupaya menjadi Guru
Profesional. Pidato Pengukuhan Guru Besar, 1–100. (pp. 19-
20)
√ √
17 Bahri, A., & Idris, I. S. (2017). Teaching Thinking :
Memberdayakan Keterampilan Metakognitif Mahasiswa
√ √
253
melalui PBLRQA (Integrasi Problem-based Learning dan
Reading, Questionin, & Answering). Jurnal Seminar Nasional
Lembaga Penelitian UNM, 59–69. (p. 66)
BAB II
1 Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan melalui Problem
Based Learning : Bagaimana Pendidik Memberdayakan
Pembelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana. (p. 12)
√ √
2 Lismaya, L. (2019). Berpikir Kritis dan PBL. Surabaya: Media
Sahabat Cendikia. (p. 13)
√ √
3 Savery, J. R. (2006). Overview of Problem-based Learning:
Definitions and Distinctions. Interdisciplinary Journal of
Problem-Based Learning (IJPBL), 1(1), 9–20.
https://doi.org/10.7771/1541-5015.1002. (p. 9)
√ √
4 Tan, O.-S. (2004). Enhancing Thinking through Problem
Based Learning Approach: International Perspectives.
Singapore: Cengange Learning. (p. 7)
√ √
5 Ajai, J. T., & Imoko, B. I. (2015). Gender Differences in
Mathematics Achievement and Retention Scores: A Case of
Problem-Based Learning Method. International Journal of
Research in Education and Science (IJRES), 1(1), 45–50.
https://doi.org/10.21890/ijres.76785. (p. 47)
√ √
6 Arends, R. I. (2012). Learning to Teach (9th ed.). New York:
McGraw Hill. (p. 397)
√ √
7 Safitri, D., Irmawanty, Bachtiar, S., & Rukman, W. Y. (2018).
Students’ Cognitive Achievement, Critical Thinking Skills,
and Metacognitive Awareness in Problem Based Learning.
European Journal of Education Studies, 5(4), 248–258.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1482095. (p. 255)
√ √
8 Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan melalui Problem
Based Learning : Bagaimana Pendidik Memberdayakan
Pembelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana. (p. 13)
√ √
9 Arends, R. I. (2012). Learning to Teach (9th ed.). New York:
McGraw Hill. (p. 397)
√ √
10 Sadia, I. W. (2014). Model-model Pembelajaran Sains
Konstruktivisme. Yogyakarta: Graha Ilmu. (pp. 69-70)
√ √
11 Albanese, M. A., & Dast, L. C. (2014). Problem-Based
Learning. An Introduction to Medical Teaching, 57–68. (p. 58)
√ √
12 Arends, R. I. (2012). Learning to Teach (9th ed.). New York:
McGraw Hill. (p. 411)
√ √
13 Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
√ √
254
(pp. 217-128)
14 Bahri, A., & Idris, I. S. (2018). Development and Validation
of Learning Strategy for Metacognitive Skills Empowerment:
PBLRQA (PBL integrated with Reading, Questioning, and
Answering). Journal of Physics: Conference Series, 1028(1),
1–8. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1028/1/012028. (p. 3)
√ √
15 Saefudin, A., & Berdiati, I. (2014). Pembelajaran Efektif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. (pp. 55-56)
√ √
16 Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia (1st ed.).
Yogyakarta: Graha Ilmu. (p. 119-120)
√ √
17 Cahyani, H., & Setyawati, R. W. (2016). Pentingnya
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui PBL
untuk Mempersiapkan Generasi Unggul Menghadapi MEA.
PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 151–160.
(p. 158)
√ √
18 Mulyadi, & Diana, E. (2018). Meningkatkan Keaktifan
Mahasiswa dalam Berdiskusi melalui Model Pembelajaran
Reading, Questioning and Answering. Prosiding Seminar
Nasional Biotik, 710–715. (p. 711)
√ √
19 Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivis. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher. (p. 13)
√ √
20 Bahri, A., Corebima, A. D., Amin, M., & Zubaidah, S. (2016).
Potensi Strategi Problem-based Learning (PBL) Terintegrasi
Reading Questioning and Answering untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa Berkemampuan Akademik
Berbeda. Jurnal Pendidikan Sains, 4(2), 49–59. (p. 51)
√ √
21 Darussyamsu, R., & Fadilah, M. (2017). Pengaruh Strategi
Pembelajaran Reading, Questioning and Answering terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Padang pada Matakuliah Evolusi.
Bioeducation Journal, 1(1), 10–21. (p. 12)
√ √
22 Iqbal, M., & Hariyadi, S. (2015). Pengaruh Implementasi
Strategi RQA (Reading, Questioning, Answering) pada
Matakuliah Pengantar Teknologi Informasi dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Sains, 1421–1423. (p. 1422)
√ √
23 Lashari, D. A., Lisa, Y., & Julung, H. (2017). Pengaruh Model
Reading Questioning Answering (RQA) terhadap
Pengetahuan Metakognitif Siswa pada Materi Sistem
Pernapasan Manusia. JPBIO (Jurnal Pendidikan Biologi),
2(2), 27–33. (p. 29)
√ √
255
24 Sumampouw, H., Rengkuan, M., Siswati, B. H., & Corebima,
A. D. (2016). Metacognition Skill Development in Genetic
Lecture at the State University of Malang Indonesia.
International Journal of Educational Policy Research and
Review, 3(3), 36–42. (pp. 36-37)
√ √
25 Amin, A. M., & Corebima, A. D. (2016). Analisis Persepsi
Dosen terhadap Strategi Pembelajaran Reading Questioning
and Answering (RQA) dan Argument Driven Inquiry (ADI)
pada Program Studi Pendidikan Biologi di Kota Makassar.
Prosiding Seminar Nasional II 2016, 333–347. (p. 335)
√ √
26 Nasrudin, H., Azizah, U., & Muchlis. (2018). The Validity of
Textbook Based on Reading, Questioning and Answering
(RQA) for Leading Students in Assessment Course At
Chemistry Department Unesa. JCER (Journal of Chemistry
Education Research), 2(2), 45–48.
https://doi.org/10.26740/jcer.v2n2.p45-48. (p. 46)
√ √
27 Purwanto, A. (2018). Pengaruh model reading, questioning,
and answering (RQA) terhadap proses pembelajaran siswa
Kelas XI IPA SMA PGRI 6 Banjarmasin pada Konsep Sistem
Koordinasi Manusia. Jurnal Pendidikan Hayati, 4(1), 44–52.
(p. 48)
√ √
28 Hidayahtika, F., Suprapto, P. K., & Hernawati, D. (2020).
Keterampilan Literasi Sains Peserta Didik dengan Model
Pembelajaran Reading, Questioning and Answering (RQA)
dalam Pembelajaran Biologi. Quagga: Jurnal Pendidikan Dan
Biologi, 12(1), 69–75.
https://doi.org/10.25134/quagga.v12i1.2123. (p. 74)
√ √
29 Darmayanti, V. (2015). Profil Penguasaan Pembelajaran RQA
(Reading, Questioning, and Answering) oleh Guru IPA SMP
di Jember. Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajarannya
2015, 1–8. (p. 6)
√ √
30 Zain, Z., & Vebrianto, R. (2017). Integrasi Keilmuan Sains
dan Islam dalam Proses Pembelajaran Rumpun IPA. Seminar
Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi Dan Industri
(SNTIKI) 9, 703–708. (p. 703)
√ √
31 Bahri, A. (2017). Strategi Problem-Based Learning (PBL)
Terintegrasi Reading Questioning and Answering ( RQA )
Meningkatkan Retensi Mahasiswa Berkemampuan Akademik
Berbeda. Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri
Makassar, 68–75
√ √
32 Bahri, A., & Idris, I. S. (2017). Teaching Thinking :
Memberdayakan Keterampilan Metakognitif Mahasiswa
melalui PBLRQA (Integrasi Problem-based Learning dan
Reading, Questionin, & Answering). Jurnal Seminar Nasional
Lembaga Penelitian UNM, 59–69. (p. 63)
√ √
256
33 Bahri, A., & Idris, I. S. (2018). Development and Validation
of Learning Strategy for Metacognitive Skills Empowerment:
PBLRQA (PBL integrated with Reading, Questioning, and
Answering). Journal of Physics: Conference Series, 1028, 1–
8. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1028/1/012028. (p. 3)
√ √
34 Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. (p. 132)
√ √
35 Jaleel, S., & Premachandran, P. (2016). A Study on the
Metacognitive Awareness of Secondary School Students.
Universal Journal of Educational Research, 4(1), 165–172.
https://doi.org/10.13189/ujer.2016.040121. (p. 165)
√ √
36 Chauhan, A., & Singh, N. (2014). Metacognition : A
Conceptual Framework. International Journal of Education
and Psychological Research (IJEPR), 3(3), 21–22. (p.21)
√ √
37 Tosun, C., & Senocak, E. (2013). The Effects of Problem-
Based Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes
toward Chemistry of Prospective Teachers with Different
Academic Backgrounds. Australian Journal of Teacher
Education, 38(3), 61–73.
https://doi.org/10.14221/ajte.2013v38n3.2. (p. 61)
√ √
38 Ozturk, N. (2017). Assessing Metacognition : Theory and
Practices. International Journal of Assessment Tools in
Education, 4(2), 134–148.
https://doi.org/10.21449/ijate.298299. (pp. 135-136)
√ √
39 Cooper, M. M., & Sandi-Urena, S. (2009). Design and
Validation of an Instrument To Assess Metacognitive
Skillfulness in Chemistry Problem Solving. Journal of
Chemical Education, 86(2), 240–245. (p. 240)
√ √
40 Delvecchio, F. (2011). Students’ Use of Metacognitive Skills
while Problem Solving in High School Chemistry. Queen’s
University. (p. 6)
√ √
41 Cooper, M. M., & Sandi-Urena, S. (2009). Design and
Validation of an Instrument To Assess Metacognitive
Skillfulness in Chemistry Problem Solving. Journal of
Chemical Education, 86(2), 240–245. (p. 240)
√ √
42 Livingston, J. A. (2003). Metacognition: An Overview. In
Educational Resources Information Center (ERIC).
http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.htm. (p. 3)
√ √
43 Evangeline, C. J. (2016). Examining the Effect of
Metacognitive Skills on Performance of Students. Scholarly
Research Journal for Humanity Science & English Language,
3(18), 4054–4058. (p. 4054)
√ √
44 Setiawati, H., & Corebima, A. D. (2018). Improving Students’
Metacognitive Skills through Science Learning by Integrating
PQ4R and TPS Strategies at A Senior High School in
√ √
257
Parepare,Indonesia. Journal of Turkish Science Education,
15(2), 95–106. https://doi.org/10.12973/tused.10233a . (p. 96)
45 Maduabuchi, C. H., Ogbonnaya, I., & Angela, I. (2016).
Teaching Metacognitive Skills for the Promotion of Self-
Regulated Learning Among Secondary School Students in
Nigeria. British Journal of Education, 4(10), 74–84.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004. (p. 77)
√ √
46 Setiawati, H., & Corebima, A. D. (2018). Improving Students’
Metacognitive Skills through Science Learning by Integrating
PQ4R and TPS Strategies at A Senior High School in Parepare,
Indonesia. Journal of Turkish Science Education, 15(2), 95–
106. https://doi.org/10.12973/tused.10233a. (pp. 96-97)
√ √
47 Delvecchio, F. (2011). Students’ Use of Metacognitive Skills
while Problem Solving in High School Chemistry. Queen’s
University. (p. 63)
√ √
48 Keenan, C. W., Kleinfelter, D. C., & Wood, J. H. (1992). Ilmu
Kimia untuk Universitas Jilid 1 (6th ed.). Jakarta: Erlangga. (p.
408)
√ √
49 Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti (3rd ed.).
Jakarta: Erlangga. (p. 96)
√ √
50 Petrucci, R. H., Harwood, W. S., Herring, F. G., & Madura, J.
D. (2008). Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern
Jilid 2 (9th ed.). Jakarta: Erlangga. (p. 288)
√ √
51 Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan
Modern Jilid 2 (4th ed.). Jakarta: Erlangga. (p. 263)
√ √
52 Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Campion, A. (2008). Principles
of Modern Chemistry. Belmont: The Thompson Corporation.
(p. 627)
√ √
53 Brady, J. E. (2000). Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid
1 (5th ed.). Jakarta: Binarupa Aksara. (p. 201)
√ √
54 Lestari, P. (2016). Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh
(Averrhoa Bilimbi L) untuk Uji Larutan Asam-Basa. Jurnal
Pendidikan Madrasah, 1(1), 69–84. (p. 70)
√ √
55 Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Campion, A. (2008). Principles
of Modern Chemistry. Belmont: The Thompson Corporation.
(p. 627)
√ √
56 Brady, J. E. (2000). Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid
1 (5th ed.). Jakarta: Binarupa Aksara. (p. 201)
√ √
57 Nivaldo, J. . (2007). Chemistry in Focus a Molecular View of
Our World. Boston: Cengange Learning. (p. 363)
√ √
58 Silberberg, M. . (2007). Principles of General Chemistry.
Pennysylvania: McGraw Hill. (p. 587)
√ √
59 Lestari, P. (2016). Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh
(Averrhoa Bilimbi L) untuk Uji Larutan Asam-Basa. Jurnal
Pendidikan Madrasah, 1(1), 69–84. (p. 70)
√ √
258
60 Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Nachtrieb, N. H. (2001).
Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1 (4th ed.). Jakarta:
Erlangga. (p. 299)
√ √
61 Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Nachtrieb, N. H. (2001).
Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1 (4th ed.). Jakarta:
Erlangga. (p. 301)
√ √
62 Zumdahl, S. S., & Zumdahl, S. A. (2007). Chemistry (7th ed.).
New York: Houghton Mifflin Company. (p. 633)
√ √
63 Bahri, A., & Idris, I. S. (2018). Development and Validation
of Learning Strategy for Metacognitive Skills Empowerment:
PBLRQA (PBL integrated with Reading, Questioning and
Answering). Journal of Physics: Conference Series, 1028, 1–
8. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1028/1/012028
√ √
64 Bahri, A., & Idris, I. S. (2017). Teaching Thinking :
Memberdayakan Keterampilan Metakognitif Mahasiswa
melalui PBLRQA (Integrasi Problem-based Learning dan
Reading, Questionin, & Answering). Jurnal Seminar Nasional
Lembaga Penelitian UNM, 59–69.
√ √
65 Bahri, A., Idris, I. S., Nurman, R., & Ristiana, E. (2019).
PBLRQA Strategy Potential in Enhancing Metacognitive
Skills of Students with Different Academic Achievement.
Journal of Physics: Conference Series, 1317, 1–8.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1317/1/012199
√ √
66 Bahri, A. (2010). The Effect of Reading Questioning and
Answering (RQA) Learning Strategy on Metacognitive
Awareness, Metacognitive Skills, and Cognitive Learning
Results of the Students Majoring in Biology at Animal
Physiology Lecture, State University of Makassar.
Departement Biology Education Universitas Negeri Malang.
√ √
67 Haryani, S, Astiningsih, A. D., Supardi, K. I., & Kurniawan,
C. (2017). Construction of Metacognition Skills through
Students` Worksheet with Problem Based Learning
Approaches. Proceeding of Chemistry Conferences, 2, 37–41
√ √
68 Nurisya, K., Corebima, A. D., & Rohman, F. (2017). Analisis
Perbandingan Hubungan Antara Keterampilan Metakognitif
terhadap Hasil Belajar dan Retensi Siswa SMA pada
Pembelajaran Biologi Berbasis PBL. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 2(2), 246–251.
√ √
69 Andriani, D., Marpaung, R. R. T., & Jalmo, T. (2019).
Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap
Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Bioterdidik, 7(1), 22–31.
https://doi.org/10.21070/picecrs.v2i1.2387
√ √
70 Haryani, S., Masfufah, Wijayati, N., & Kurniawan, C. (2018).
Improvement of metacognitive skills and students’ reasoning
ability through problem-based learning. Journal of Physics:
√ √
259
Conference Series, 983(1). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/983/1/012174
BAB III
1 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. (p. 77)
√ √
2 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. (p. 79)
√ √
3 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. (p. 80)
√ √
4 Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka
Cipta (p. 174)
√ √
5 Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan
Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. (p. 221)
√ √
6 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. (p. 199)
√ √
7 Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan
Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. (p. 226)
√ √
8 Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka
Cipta. (p. 203)
√ √
9 Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan
Prosedur. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri. (p. 254)
√ √
10 Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan:
Komponen MKDK (Cetakan 8). Jakarta: PT Rineka Cipta. (p.
181)
√ √
11 Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka
Cipta (p. 319)
√ √
12 Riduwan, & Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis
Statistika. Bandung: Alfabeta. (p. 16)
√ √
13 Purwanto, N. (2004). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosadakarya. (p. 102)
√ √
14 Purwanto, N. (2004). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosadakarya. (p. 103)
√ √
15 Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. (p. 143)
√ √
16 Riadi, E. (2016). Statistika Penelitian (Analisis Manual dan
IBM SPSS). Yogyakarta: CV Andi Offset. (p. 122)
√ √
17 Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. (p. 144)
√ √
18 Riadi, E. (2016). Statistika Penelitian (Analisis Manual dan
IBM SPSS). Yogyakarta: CV Andi Offset. (p. 127)
√ √
19 Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. (p. 170)
√ √
20 Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. (p. 489)
√ √
260
21 Kadir. (2015). Statistika Terapan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. (p. 493)
√ √
22 Purwanto, N. (2004). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosadakarya. (p. 102)
√ √
BAB IV
1 Bahri, A., Idris, I. S., Nurman, R., & Ristiana, E. (2019).
PBLRQA Strategy Potential in Enhancing Metacognitive
Skills of Students with Different Academic Achievement.
Journal of Physics: Conference Series, 1317, 1–8.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1317/1/012199. (p. 3)
√ √
2 Yew, E. H. J., & Goh, K. (2016). Problem-Based Learning: An
Overview of its Process and Impact on Learning. Health
Professions Education, 2(2), 75–79.
https://doi.org/10.1016/j.hpe.2016.01.004. (p. 76)
√ √
3 Dolmans, D. H. J. M. (2019). How Theory and Design-based
Research can Mature PBL Practice and Research. Advances in
Health Sciences Education, 24(5), 879–891.
https://doi.org/10.1007/s10459-019-09940-2. (p. 879)
√ √
4 Persky, A. M., Medina, M. S., & Castleberry, A. N. (2019).
Developing Critical Thinking Skills in Pharmacy Students.
American Journal of Pharmaceutical Education, 83(2), 161–
170. https://doi.org/10.5688/ajpe7033. (p. 166)
√ √
5 Davidson, N., & Major, C. H. (2014). Boundary Crossings:
Cooperative Learning, Collaborative Learning, and Problem-
Based Learning. Journal on Excellence in College Teaching,
25(3&4), 7–55. (p. 25)
√ √
6 Hariyadi, S., Corebima, A. D., Zubaidah, S., & Ibrohim.
(2018). Contribution of Mind Mapping, Summarizing and
Questioning in the RQA Learning Model to Genetic Learning
Outcomes. Journal of Turkish Science Education, 15(1), 80–
88. https://doi.org/10.12973/tused.10218a. (p. 81)
√ √
7 Sen, S. (2016). The Relationship Between Secondary School
Students’ Self-Regulated Learning Skills and Chemistry
Achievement. Journal of Baltic Science Education, 15(3),
312–324. (p. 313)
√ √
8 Bahri, A. (2010). The Effect of Reading Questioning and
Answering (RQA) Learning Strategy on Metacognitive
Awareness, Metacognitive Skills, and Cognitive Learning
Results of the Students Majoring in Biology at Animal
Physiology Lecture, State University of Makassar.
Departement Biology Education Universitas Negeri Malang.
(p. 1)
√ √
9 Catalano, A. (2017). Development and Validation of the
Metacognitive Strategies for Library Research Skills Scale
(MS-LRSS). The Journal of Academic Librarianship, 43(3),
178–183. https://doi.org/10.1016/j.acalib.2017.02.017. (p.
178)
√ √
261
10 Hasmunarti, Bahri, A., & Idris, I. S. (2018). Analisis
Kebutuhan Pengembangan Blended Learning Terintegrasi
Strategi PBLRQA (Problem-Based Learning and Reading,
Questioning & Answering) pada Pembelajaran Biologi. Jurnal
Biology Teaching and Learning, 1(2), 101–108. (p. 102)
√ √
11 Hariyadi, S., Aloysius, D. C., Zubaidah, S., & Ibrohim. (2017).
The Comparison of the Question Types in the RQA (Reading,
Questioning, and Answering) Learning Model and
Conventional Learning Model. International Journal of
Humanities Social Sciences and Education (IJHSSE), 4(7),
10–18. https://doi.org/10.20431/2349-0381.0407002. (p. 15)
√ √
12 Colbert, C. Y., Graham, L., West, C., White, B. A., Arroliga,
A. C., Myers, J. D., Ogden, P. E., Archer, J., Mohammad, Z.
T. A., & Clark, J. (2014). Teaching Metacognitive Skills:
Helping Your Physician Trainees in the Quest to “Know What
they Don’t Know.” The American Journal of Medicine, 1–16.
https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2014.11.001 (pp. 4-5)
√ √
13 Saeedzadeh, M., Raeisoon, M. R., & Mohammad, Y. (2018).
The Relationship between Cognitive and Metacognitive
Strategies and Academic Achievement of Students of Birjand
University of Medical Science. Future of Medical Education
Journal, 8(1), 27–30.
https://doi.org/10.4025/jphyseduc.v30i1.3036. (p. 30)
√ √
14 Yusnaeni, & Corebima, A. D. (2017). Empowering Students’
Metacognitive Skills on SSCS Learning Model Integrated with
Metacognitive Strategy. The International Journal of Social
Sciences and Humanities Invention, 4(5), 3476–3481.
https://doi.org/10.18535/ijsshi/v4i5.03. (p. 3476)
√ √
15 Abubakar, A. B., & Arshad, M. Y. (2015). Self-Directed
Learning and Skills of Problem-Based Learning: A Case of
Nigerian Secondary Schools Chemistry Students.
International Education Studies, 8(12), 70–78.
https://doi.org/10.5539/ies.v8n12p70. (p. 76)
√ √
16 Overton, T. L., & Randles, C. A. (2015). Beyond Problem-
based Learning: using Dynamic PBL in Chemistry. The Royal
Society of Chemistry 2015, 16(2).
https://doi.org/10.1039/c4rp00248b. (p. 2)
√ √
17 Azizah, U., & Nasrudin, H. (2018). Empowerment of
Metacognitive Skills through Development of Instructional
Materials on the Topic of Hydrolysis and Buffer Solutions.
The 2nd International Joint Conference on Science and
Technology (IJCST) 2017, 953(1), 1–8.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/953/1/012199. (p. 5)
√ √
18 Celiker, H. D. (2015). Development of Metacognitive Skills:
Designing Problem-based Experiment with Prospective
Science Teachers in Biology Laboratory. Academic Journals,
√ √
262
10(11), 1487–1495. https://doi.org/10.5897/err2015.2283 (p.
1492)
19 Mulyadi, Adlim, & Djufri. (2014). Memberdayakan
Kemampuan Berpikir Mahasiswa melalui Model
Pembelajaran Reading Questioning and Answering (RQA).
Jurnal Biotik, 2(1), 33–37. (p. 36)
√ √
20 Haryani, S., Prasetya, A. T., & Permanasari, A. (2014).
Developing Metacognition of Teacher Candidates by
Implementing Problem Based Learning within the Area of
Analytical Chemistry. International Journal of Science and
Research (IJSR), 3(6), 1223–1229. (p.1226)
√ √
21 Sarıbaş, D., & Bayram, H. (2016). Investigation of the Effects
of Using Metacognitive Activities in Chemistry Laboratory on
the Development of Conceptual Understanding. Boğaziçi
University Journal of Education, 33(1), 27–49. (p. 31)
√ √
22 Shishigu, A., Hailu, A., & Anibo, Z. (2018). Problem-Based
Learning and Conceptual Understanding of College Female
Students in Physics. Eurasia Journal of Mathematics, Science
and Technology Education, 14(1), 145–154.
https://doi.org/10.12973/ejmste/78035. (p. 149)
√ √
23 Akbar, R. A., Suratno, & Wahyuni, D. (2017). Empowering
Metacognition Skill by RDSE (Reading, Discussing,
Searching, and Experimenting) Learning Model. The
International Journal of Social Sciences and Humanities
Invention, 4(9), 3928–3933.
https://doi.org/10.18535/ijsshi/v4i9.05. (p. 3929)
√ √
24 Marra, R., Jonassen, D. H., Palmer, B., & Luft, S. (2014). Why
Problem-Based Learning Works: Theoretical Foundations.
Journal on Excellence in College Teaching, 25(3&4), 221–
238. (p. 222)
√ √
25 Bahri, A., Idris, I. S., & Samsidi, N. H. (2019). Retensi
Kognitif Biologi dan Sikap Ilmiah Siswa Berkemampuan
Akademik Berbeda pada Strategi PBLRQA dipadu Jurnal
Belajar. Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam,
8(1), 86–97. https://doi.org/10.35580/sainsmat81101912019.
(p. 95)
√ √
26 Asy’ari, M., Ikhsan, M., & Muhali. (2019). The Effectiveness
of Inquiry Learning Model in Improving Prospective
Teachers’ Metacognition Knowledge and Metacognition
Awareness. International Journal of Instruction, 12(2), 455–
470. https://doi.org/10.29333/iji.2019.12229a. (p. 465)
√ √
27 Mathabathe, K. C., & Potgieter, M. (2014). Metacognitive
Monitoring and Learning Gain in Foundation Chemistry. The
Royal Society of Chemistry 2014, 15(1), 94–104.
https://doi.org/10.1039/c3rp00119a. (p. 95)
√ √
263
28 Walker, A., Leary, H., Hmelo-Silver, C. E., & Ertmer, P. A.
(2015). Essential Reading in Problem Based Learning.
Indiana: Purdue University Press. (p. 7)
√ √
29 Iskandar, S. M. (2014). Pendekatan Keterampilan
Metakognitif dalam Pembelajaran Sains di Kelas. Erudio
Journal of Educational Innovation, 2(2), 13–20.
https://doi.org/10.18551/erudio.2-2.3. (p. 14)
√ √
30 Ali, M., Corrienna-Abd-Talib, Ibrahim, N. H., Surif, J., &
Abdullah, A. H. (2016). The Importance of Monitoring Skills
in Physics Problem Solving. European Journal of Education
Studies, 1(3), 1–10. (p. 8-9)
√ √
31 Downing, K., Ning, F., & Shin, K. (2011). Impact of Problem-
based Learning on Student Experience and Metacognitive
Development. Multicultural Education and Technology
Journal, 5(1), 55–69.
https://doi.org/10.1108/17504971111121928. (p. 57)
√ √
32 Opstal, M. T. van, & Daubenmire, P. L. (2015). Extending
Students’ Practice of Metacognitive Regulation Skills with the
Science Writing Heuristic. International Journal of Science
Education, 37(7), 1089–1112.
https://doi.org/10.1080/09500693.2015.1019385. (p. 1090)
√ √
33 Lestari, P., Ristanto, R. H., & Miarsyah, M. (2019). Analysis
of Conceptual Understanding of Botany and Metacognitive
Skill in Pre-Service Biology Teacher in Indonesia. Journal for
the Education of Gifted Young Scientists, 7(2), 199–214.
https://doi.org/10.17478/jegys.515978. (p. 208)
√ √
34 Djamahar, R., Ristanto, R. H., Sartono, N., Ichsan, I. Z.,
Darmawan, E., & Muhlisin, A. (2019). Empowering Student’s
Metacognitive Skill through Cirsa Learning. Journal of
Physics: Conference Series, 1227, 1–8.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1227/1/012001. (p. 5)
√ √
35 Nazarieh, M. (2016). A Brief History of Metacognition and
Principles of Metacognitive Instruction in Learning. BEST:
Journal of Humanities, Arts, Medicine and Sciences (BEST:
JHAMS), 2(2), 61–64. (p. 63)
√ √
36 Lavi, R., Shwartz, G., & Dori, Y. J. (2019). Metacognition in
Chemistry Education: A Literature Review. Israel Journal of
Chemistry, 59, 1–13. https://doi.org/10.1002/ijch.201800087.
(p. 9)
√ √
37 Bahri, A., & Idris, I. S. (2017). Teaching Thinking :
Memberdayakan Keterampilan Metakognitif Mahasiswa
melalui PBLRQA (Integrasi Problem-based Learning dan
Reading, Questionin, & Answering). Jurnal Seminar Nasional
Lembaga Penelitian UNM, 59–69. (pp. 65-66)
√ √
38 Syahmani, & Borneo, D. C. F. U. (2017). The Differences of
Students Learning Outcomes and Metacognitive Skills by
Using PBL and Metacognitive-PBL. Advances in Social
√ √
264
Science, Education and Humanities Research, 100, 249–255.
https://doi.org/10.2991/seadric-17.2017.52. (p. 253)
39 Efklides, A. (2014). How Does Metacognition Contribute to
the Regulation of Learning? An Integrative Approach
Anastasia. Psychological Topics, 23(1), 1–30. (p. 2)
√ √
40 Bahri, A., & Corebima, A. D. (2015). The Contribution of
Learning Motivation and Metacognitive Skill on Cognitive
Learning Outcome of Students within Different Learning
Strategies. Journal of Baltic Science Education, 14(4), 487–
500. (p. 496)
√ √
41 Mozafari, M., Safari, Y., Abasifard, Z., Safari, M., & Sharafi,
K. (2016). Assessing Dimension of Metacognitive Skills and
its Relationship with Academic Achievement in High School
Students. Acta Medica Mediterranea, 32(SpecialIssue2), 899–
903. (p. 902)
√ √
42 Bahri, A., & Idris, I. S. (2018). Development and Validation
of Learning Strategy for Metacognitive Skills Empowerment:
PBLRQA (PBL integrated with Reading, Questioning and
Answering). Journal of Physics: Conference Series, 1028, 1–
8. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1028/1/012028. (pp. 6-
7)
√ √
Jakarta, November 2020
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dedi Irwandi, M. Si Evi Sapinatul Bahriah, M. Pd
NIP. 19710528 200003 1 002 NIDN. 2007078501
Top Related