PEMANFAATAN TEPUNG IKAN SEBAGAI CAMPURAN PAKAN
AYAM KAMPUNG
Penyusun :
1. Fadli Mohammad Abdillah
(D24140051)
2. Kurniawati (D24140061)
3. M Robby Arinal Hasan
(D14140108)
4. Rachmat Triyono
(D24140021)
5. Ratriana Titis Malinda
(D24140040)
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulisan
makalah dengan judul “Pemanfaatan Tepung Ikan sebagai
Campuran Pakan Ayam Kampung” dapat diselesaikan.
Makalah ini ditulis berdasarkan tinjauan pustaka yang
penulis lakukan mulai bulan November 2014-Desember
2014.
Ayam kampung merupakan ayam yang sudah lama
dikenal dan dipelihara oleh masyarakat sebagai
penghasil sumber protein hewani berupa telur dan
daging. Ayam tersebut juga mudah dalam beradaptasi dan
mudah untuk dipelihara sehigga penulis menggunkan ayam
tersebut dibandingkan ayam broiler. Sumber bahan pakan
yang mengandung nilai protein dan nutrien tinggi untuk
penunjang kebutuhan hidup ternak khususnya unggas
adalah tepung ikan. Tepung ikan yang mengandung protein
yang sangat tinggi sangat cocok untuk bahan campuran
pakan unggas khususnya ayam kampung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
iii
Bogor, 18 Desember
2014
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA....................................................i
DAFTAR ISI................................................iiPENDAHULUAN................................................1
1.1 Latar belakang......................................11.2 Rumusan Masalah.....................................1
1.3 Tujuan..............................................1TINJAUAN PUSTAKA...........................................2
2.1 Ayam kampung.........................................22.2 Pakan................................................2
2.3 Tepung Ikan..........................................4PEMBAHASAN.................................................5
3.1 Kelebihan Ayam Kampung...............................53.2 Pakan Ayam Kampung...................................6
iv
3.2.1 Syarat-Syarat Pakan Ayam.........................7
3.2.2 Kebutuhan Pakan Ayam Kampung.....................83.3 Tepung Ikan untuk Ayam...............................9
3.3.1 Kualitas Tepung Ikan dalam Campuran Pakan........93.3.2 Cara Pengolahan Tepung Ikan.....................10
PENUTUP...................................................134.1 Simpulan............................................13
4.2 Saran...............................................13DAFTAR PUSTAKA............................................14
v
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saatini, kegiatan beternak ayam kampung belum
terlalu diminati oleh para peternak. Kebanyakan
peternak lebih memilih untuk berternak ayam ras.
Padahal ayam kampung sebenarnya lebih mudah untuk
dikembangkan karena perawatannya yang relatif mudah.
Perkembangan industri unggas nasional masih mengalami
kendala pada ketersediaan pakan dan tingginya impor
bahan baku. Sementara itu, terdapat bahan baku lokal
yang ketersediaanya tinggi namun belum optimal
penggunaannya. Salah satunya yaitu penggunaan tepung
ikan sebagai campuran pakan ayam. Pengaruh tepung ikan
dapat menggemukan ayam dan juga memperbaiki kualitas
dari telur maupun pencernaan pada ayam kampung.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah Keuntungan dan kelebihan dari beternak ayamkampung?
Apa yang dimaksud pakan? Apa saja persyaratan dan kebutuhan nutrisi yang
baik untuk pakan ayam kampung? Bagaimana kualitas tepung ikan dalam campuran
pakan? Bagaimana proses pengolahan tepung ikan?
1
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan mengetahui keuntungan dan
kelebihan dari berternak ayam kampung, mengetahui
kegunaan pakan untuk hewan ternak, mengetahui tentang
persyaratan dan kebutuhan nutrisi yang baik untuk pakan
ayam kampung, dan mengetahui tentang proses pengolahan
tepung ikan untuk pakan ternak.
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan dengan tinjauan
pustaka.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam kampung
Ayam kampung merupakan plasma nutfah Indonesia yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki
daya adaptasi tinggi.Ayam kampung mempunyai peranan
penting dalam pembangunan peternakan, terutama untuk
penyediaan daging yang mempunyai rasa dan tekstur yang
khas. Hal ini dapat dilihat dari potensinya dalam
menyumbangkan daging dan telur di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat
2
Jenderal Peternakan (2010), populasi ayam kampung pada
tahun 2005 sampai dengan 2009 berturut-turut
278.953.778 ekor, 291.085.191 ekor, 272.251.141 ekor,
243.423.389 ekor, 261.398.127 ekor, sedangkan untuk
produksi telur ayam kampung tahun 2005 sampai dengan
2009 berturut-turut 301.427 ton, 341.254 ton, 294.889
ton, 273.546 ton, 282.692 ton. Namun, kualitas telurnya
masih harus ditingkatkan. Salah satunya adalah kualitas
eksterior telur yang berhubungan dengan bobot telur
(gram) dan indeks telur (%) (Melviyanti 2013).
Ayam kampung sering juga disebut ayam bukan ras
yang disingkat ayam buras. Secara umum, istilah ayam
buras mengacu pada ayam yang tidak lagi memiliki ras
tertentu karena perkawinan yang liar. Yang dimaksud
ayam liar adalah ayam yang sudah kawin dengan ayam lain
yang tak jelas lagi keturunanya (Nawawi dan Nurrohmah
2013).
2.2 Pakan
Pakan atau feed adalah segala sesuatu yang dapat di
makan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pakan dan pangan mempunyai banyak kemiripan,
perbedaannya terletak pada cara pemanfaatan dan
pengolahannya. Pada dasarnya, pakan ternak mengandung
empat golongan zat makanan, yaitu karbohidrat, protein,
lemak, dan zat-zat mineral. Adapun energi sebagai unsur
3
vital yang mendukung kehidupan ternak diperoleh dari
karbohidrat, lemak, protein. Energi yang terkandung
dalam pakan tersebut berfungsi untuk melangsungkan
reaksi fisika dan biologi, aktivitas kehidupan
( misalnya, bergerak, bernapas, pengaturan suhu tubuh,
mencerna makanan, dan bereproduksi), melangsungkan
pertumbuhan dan perkembangan, serta memproduksi daging,
susu, telur dan tenaga(Nawawi dan Nurrohmah 2013).
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan
pakan adalah bahan baku pakan tidak boleh bersaing
dengan bahan baku pangan. Produk utama pertanian yang
merupakan bahan baku pakan sebaiknya di pilih dalam
bentuk produk sampingan dan limbahnya. Hal tersebut
dimaksudkan agar bahan baku dapat diperoleh dengan
harga yang murah secara berkelanjutan. Sebagai contoh,
produk samping dan limbah pengolahan padi menjadi beras
merupakan bahan baku yang berlimpah untuk pakan,
misalnya dedak, menir, sekam, dan jerami; harus
tersedia dalam waktu yang lama (berkesinambungan);
produksi bahan baku pakan yang dapat menjamin
ketersediaannya; harga murah dan berkualitas baik.
Bahan baku pakan yang memiliki kandungan yang jelek
tidak akan digunakan meskipun harga absolutnya murah,
ketersediaannya banyak, dan berkelanjutan. Persaingan
untuk mendapatkan bahan baku pangan manusia dan pakan
ternak telah memberikan pilihan-pilihan yang harus
dilakukan oleh pabrik pakan. Tujuannya agar bahan baku
4
pakan mudah di peroleh dengan harga murah dan
ketersediaannya berkelanjutan, baik jumlah maupun
kualitasnya(Nawawi dan Nurrohmah 2013).
Bahan pakan sumber energi dapat berupa jagung
kuning (>50%), bekatul, tapioka, polar atau wheat bran,
minyak nabati dan lemak hewan. Protein nabati dapat
diperoleh dari bungkil kedelai atau SBM (soybean meal),
CGM (corn gluten meal), bungkil kacang tanah, bungkil
kelapa, ampas kecap dan biji kapuk. Protein hewani
diperoleh dari MBM (meat bone meal), tepung ikan dan PBM
(poultry by product meal). Selain itu, dalam pakan juga
mengandung zat-zat, seperti zat aditif (pencampuran atau
premiks), vitamin, asam amino, pemacu pertumbuhan,
koksidiostat, antijamur, antioksidan, perekat, pigmen,
dan rasa (Retnani 2011).
2.3 Tepung Ikan
Tepung ikan adalah ikan atau bagian-bagian ikan
yang minyaknya diambil atau tidak, dikeringkan kemudian
digiling. Tepung ikan sebagai bahan baku pabrik pakan
mempunyai kualitas yang beragam, tergantung dari jenis
ikan dan asal tepung ikan. Tepung ikan impor yang
berasal dari jenisikan herring mempunyai kandungan
5
protein kasar tertinggi sekitar 70% dengan kandungan
triptophan tertinggi pula sekitar 0,9%. Jenis ikan lain
adalah ikan sardine, tuna, dan menhaden, sedangkan
jenis ikan merah mempunyai kandungan protein terendah
yaitu sekitar 57%, tetapi memiliki kandungan Ca dan P
yang tinggi (SNI 1996).
Secara umum tepung ikan yang berkualitas baik
mengandung protein kasar antara 50-60% dan kaya akan
asam amino esensial terutama lisin danmetionin yang
selalu kurang dalam bahan makanan ternak asal nabati
(NRC 1994). Menurut McDonald et al.(1995) bahwa tepung
ikan mempunyai mineral yang tinggi yaitu sekitar (100-
200 gram/kg) seperti kalsium, mangan, besi, iodin dan
phospor. Tepung ikan kaya akan asam amino esensial
terutama lisin, sistin, metionin, dan thriptophan. Tepung
ikan juga merupakan sumber vitamin B-kompleks yang
baik, terutama choline, B-12, dan riboflavin.
6
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan Ayam Kampung
Kelebihan ayam kampung sebagai ternak sangat
banyak. Pertama, jenis ayam ini dapat diusahakan dengan
modal sedikit ataupun banyak. Masyarakat di pedesaan
banyak yang mengusakannya sebagai sumber gizi keluarga
maupun untuk menambah penghasilan. Sementara itu,
peternak yang serius mengusahakan ayam kampung dalam
skala menengah atau besar sebagai sumber pendapatan pun
tak kurang jumlahnya.Kedua, ayam kampung ini
perawatannya tidak rewel. Oleh karena itu, dikenal
sebagai ayam lokal dengan daya adaptasi terhadap
lingkungan yang cukup baik.Ketiga, pemasaran ayam
kampung cukup mudah, setidaknya hingga saat ini
konsumen Indonesia rata-rata lebih menyukai daging ayam
kampung daripada daging ayam ras. Rasa daging ayam
kampung jauh lebih lezat. Harga jual ayam kampung pun
jauh lebih mahal dibandingkan dengan ayam ras. Telur
yang dihasilkan harga jualnya lebih tinggi daripada
telur ayam ras. Padahal, ukuran telur ayam kampung
lebih kecil. Hal ini dikarenakan telur ayam kampung
dipercaya memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan
(Nawawi dan Nurrohmah 2013).
7
Beternak ayam kampung sebenarnya sudah sangat
memasyarakat. Namun, tak seperti beternak ayam ras yang
diusahakan dengan prinsip modern. Beternak ayam kampung
masih dilakukan seadanya. Apalagi bagi peternak yang
hanya memiliki sedikit ayam. Pemelilharaan dilakukan
dengan cara diumbar, yaitu ayam mencari makan sendiri
dan hanya diberi pakan seadanya. Pemerintah pun amat
mendukung peternakan ayam kampung. Gerakan Intab
(Intensifikasi Ayam Buras) yang dicanangkan pemerintah
merupakan perwujudan keinginan memajukan ternak
ini(Nawawi dan Nurrohmah 2013).
3.2 Pakan Ayam Kampung
Seperti pada mahluk hidup lain, pakan merupakan
salah satu aspek yang amat vital bagi ayam, khususnya
ayam kampung. Tanpa makanan yang cukup, pertumbuhan
ayam kampung dapat terganggu. Ayam menjadi kurus,
pertumbuhannya lambat, sakit, bahkan mati. Namun,
Nyatanya biaya pakan ayam sering kali membuat pusing
para peternak. Apalagi harganya yang terus melambung.
Seperti diketahui, biaya pakan dapat mencapai 70% dari
total biaya produksi. oleh sebab itu, jika peternak
dapat menekan biaya pakan, berarti dapat meningkatkan
efisiensi biaya produksi. Nilai keuntungan yang
8
diperoleh pun menjadi lebih besar. Selain membutuhkan
biaya yang tinggi, peternak ayam kampung juga kesulitan
karena boleh dikatakan tidak ada pabrik yang menjual
pakan khusus ayam kampung. Pakan yang dijual di pasaran
pada umumnya adalah pakan ayam ras, baik ayam pedaging
maupun petelur. Untuk membantu menangani kesulitan
peternak tersebut, salah satunya dengan membuat pakan
sendiri. Dengan demikian, biaya pakan dapat ditekan.
Namun, membuat pakan itu tak bisa sekedar meramu bahan
dan memberikannya ke ayam. Banyak yang perlu diketahui,
antara lain bahan pakan, kualitas, formulasi, dan cara
mencampurannya (Nawawi dan Nurrohmah 2013).
Pakan yang akan diberikan kepada ayam jumlahnya
berbeda-beda, tergantung pada umur, berat badan, serta
tujuan produksinya. Untuk ayam kampung, karena secara
genetik masih alami, kebutuhan pakannya cukup
diklasifikasikan berdasarkan umur ayam. Logikanya
adalah dengan bertambanya umur, terjadi pertambahan
berat badan, sekaligus tejadi perubahan kebutuhan zat
gizi (Nawawi dan Nurrohmah).
9
3.2.1 Syarat-Syarat Pakan Ayam
Menurut Nawawi dan Nurrohmah (2013) Pakan yang
diberikan pada ayam sebaiknya memenuhi syarat-syarat
berikut.
1) Memenuhi syarat gizi
Kita tidak bisa seenaknya memberikan pakan
pada ayam. Kandungan gizi pakan tersebut sebaiknya
terpenuhi. Namun, biasanya peternak ayam kampung
justru tidak mempedulikan hal itu. Bahan pakan
diberikan begitu saja. Umumnya pakan yang
diberikan didominasi oleh pakan sumber energi,
sedangkan pakan sumber protein diberikan dalam
jumlah yang sangat sedikit. Padahal pakan sumber
protein itu yang penting untuk menunjang
pertumbuhan ayam. Untuk itu, kita mesti mengetahui
kandungan gizi yang terdapat dalam bahan dan
kegunaanya sebelum diberikan pada ayam.
2) Berharga murah
Konsentrat yang tersedia di pasar berharga
cukup mahal. Untuk itu, sedapat mungkin kita
mengguanakan bahan pakan campuran yang bila
dihitung-hitung biayanya relatif murah. Bila pakan
sudah menghabiskan banyak biaya, peternakan ayam
kampung hanya akan menghasilkan untung yang
sedikit.
10
3) Bahannya mudah dicari
Sebisa mungkin gunakan bahan yang tersedia
disekitar tempat tinggal kita. Bila tidak, bahan
harus mudah dipesan dalam waktu relatif singkat.
Dengan demikian, keberadaan pakan dapat selalu
tersedia bagi ayam yang akan diternakkan.
4) Kondisi bahan pakan baik
Bahan pakan yang kita peroleh haruslah dalam
keadaan baik, tidak tengik, tidak berjamur, dan
tidak tercemar oleh zat-zat yang berbahaya. Dalam
situasi bisnis yang kompetitif, tidak jarang
muncul pemalsuan bahan baku pakan. Hal ini jelas
sangat merugikan. Pengetahuan megenai kualitas
bahan pakan juga sangat perlu dalam pembuatan
pakan. Kandungan gizi bahan pakan dapat dilihat
pada buku-buku ilmu makanan ternak. Pemakaian
bahan pakan yang sudah tidak baik misalnya tengik,
berjamur, dan sebagainya akan menurunkan nilai
gizi pakan. Selain itu, perlu juga diketahui zat-
zat antinutrisi atau racun (toxin dalam bahan
pakan, meskipun bahan tersebut mempunyai kandungan
gizi yang cukup baik. Zat racun yang dimaksud
antara lain cyclopropenoid dalam biji kapuk,
linomarin pada singkong, serta mimosin pada daun
lamtoro dan daun turi.
11
Umumnya harga pakan bahan sumber protein lebih
mahal dibanding bahan sumber energi. Bahan sumber
protein ini bisa berasal dari hewan (protein hewani)
atau dari tumbuhan (protein nabati) (Nawawi dan
Nurrohmah 2013).
3.2.2 Kebutuhan Pakan Ayam Kampung
Menurut Nawawi dan Nurrohmah (2013) secara umum,
ayam membutuhkan zat gizi berupa protein sebagai zat
pembangun tubuh, karbohidrat dn lemak sebagai sumber
energi, serta vitamin dan mineral yang juga penting
untuk perkembangan tubuhnya. Pakar nutrisi unggas dari
Fakultas Perternakan UGM, DR In Jafendi H Purba
Sidadolog, membagi kebutuhan pakan ayam kampung sebagai
berikut.
1) Ayam kampung berumur 0-4 minggu atau fase
starter membutuhkan protein sekitar 19-20%,
energi 2850 kkal/kg, Ca 1%, dan P 0,45%.
2) Ayam kampung berumur 4-8 minggu atau fase
grower I membutuhkan protein sekitar 18-19%,
energi 2900 kkal/kg, Ca 1%, dan P 0,45%.
3) Ayam kampung berumur 8-12 minggu atau fase
grower II membutuhkan protein sekitar 16-18%,
energi 3000 kkal/kg, Ca 0,6%, dan P 0,4%.
12
4) Ayam kampung berumur 18-24 minggu atau ayam
kampung dewasa membutuhkan protein sekitar
16-17%, energi 2850 kkal/kg, Ca 3,5%, dan P
0,55%.
3.3 Tepung Ikan untuk Ayam
Tepung ikan merupakan bahan makanan sumber protein
hewani yang amat baik bagi ayam. Sebenarnya bahan ini
bukanlah dibuat dari ikan yang dikeringkan lantas
dijadikan tepung. Secara umum bahan tersebut memiliki
kandungan protein yang tinggi antara 50-70%. Selain
protein, tepung ikan juga merupakan sumber kalsium dan
fosfor yang baik. Bahan-bahan yang terkandung dalam
tepung ikan amat diperlukan oleh ayam kampung yang
sedang tumbuh dan sedang bertelur. Umumnya tepung ikan
hanya diberikan sedikit saja dalam pakan ayam kampung,
sekitar 2-15% dari total campuran bahan. Ada yang
mengkhawatirkan bahwa campuran tepung ikan yang terlalu
banyak pada pakan dapat membuat ayam kehilangan selera
makannya dan daging yang dihasilkan berbau amis. Tepung
ikan yang baik adalah yang bersih, berpenampilan
menarik, dan beraroma baik (tidak busuk) (Nawawi dan
Nurrohmah 2013).
Ikan yang akan dijadikan tepung sebaiknya disortir
terlebih dahulu, dibersihkan, lalu dicuci. Bahan
13
teersebut direbus selama 30 menit dan dicincang hingga
ukuranya menjadi lebih kecil. Setelah direbus, bahan
ditiris dan dipress lalu dikeringkan. Setelah itu,
digiling hingga menjadi tepung (Nawawi dan Nurrohmah
2013).
3.3.1 Kualitas Tepung Ikan dalam Campuran Pakan
Menurut Donald et al.(1981) Proses pembuatan tepung
ikan terdiri dan proses pengeringan dan penggilingan
dan beberapa jenis ikan. Proses pembuatan tepung ikan
ini akan berpengaruh terhadap hasil akhir, misalnya
kualitas protein dan tepung ikan. Hal ini tergantung
dan tingkat dan lamanya waktu pemanasan. Kualitas
tepung ikan sangat berpengaruh pada hewan yang
mengkonsumsinya. Berdasarkan The International
Association of Fish Meal Manufacture dinyatakan bahwa
kualitas tepung ikan dapat dibagi menjadi empat
golongan, yaitu:
1) Kandungan protein tinggi yaitu mengandung
protein lebih dan 680 g/kg dan kurang dan 90 g
minyak/kg.
2) Kandungan protein reguler yaitu mengandung
protein antara 640-679 g/kg dan kandungan minyak
cukup banyak yaitu 130 g/kg.
14
3) Protein regular dengan kandungan minyak rendah
yaitu 640-679 g protein/kg dan kandungan minyak
60 g/kg.
4) Protein standar yaitu kandungan protein 600-639
g/kg.
Sementara hasil produk akhir dan tepung ikan rata-
rata kurang lebih mengandung 55% protein dan tidak
lebih mengandung 4% garam. Kriteria lain untuk
menetapkan kualitas tepung ikan adalah rasio efisiensi
protein, keseimbangan nitrogen, digestibilitas protein,
metionin dan lysin. Salah satu contohnya adalah
metionin. Tingginya kandungan sulfoksida (dari bentuk
metionine sulfoksida) dalam tepung ikan maka dapat
dihubungkan dengan kualitasnya yang kurang baik. Adanya
sulfoksida ini menunjukkan telah terjadi proses
oksidasi pada protein tepung ikan tersebut selama
penyimpanan (Yuningsih 2002).
3.3.2 Cara Pengolahan Tepung Ikan
Menurut Harris et al.(2012) cara pengolahan ikan
menjadi tepung ikan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1) Penggilingan Ikan Basah
Pengilingan ikan basah dilakukan terhadap
ikan yang berukuran sedang dan besar. Ikan-ikan
yang berukuran kecil tidak harus digiling. Ikan
15
yang berukuran sedang dan besar perlu dibuang
Kotorannya kemudian dicuci. Sedangkan untuk ikan
yang berukuran kecil, pembuangan kotoran dan
pencucian tidak perlu dilakukan. Ikan digiling
dengan penggiling ulir sehingga diperoleh bubur
mentah ikan.
2) Pengukusan
Bubur ikan hasil gilingan pada tahap pertama
dikukus dengan uap panas selama 1 jam sehingga
bubur menjadi matang secara sempurna. Hasil
pengukusan disebut dengan bubur ikan matang .
3) Pengeringan
Meskipun prinsipnya sederhana, akan tetapi
pengeringan membutuhkan keterampilan untuk
melakukan proses pengeringan yang baik. Jika
tepung tidak dikeringkan maka dapat menyebabkan
tumbuhnya jamur atau bakteri. Dan jika pengeringan
dilakukan secara berlebihan maka akan
mengakibatkan turunnya nilai nutrisi yang
dikandungnya.
Bubur ikan yang matang kemudian dikeringkan
dengan alat pengering sampai kadar air mencapai
8%. Hasil pengeringan disebut cake
ikan kering. Cake ikan kering
mempunyai kadar lemak tinggi (diatas
30%).Pengeringan dengan sinar matahari memerlukan
waktu yang lama dan tidak menentu sehingga kurang
16
efektif untuk dilakukan dan kadar air
pada cake ikan juga kurang terukur.
4) Pemerasan Minyak
Cake kering ikan diperas dengan alat press
sehingga sebagian minyaknya keluar. Proses ini
bertujuan agar tepung yang dihasilkan menjadi
lebih kering sehingga tahan lama. Pada tahap ini
terjadi pemindahan sebagian minyak dan air. Ikan
diletakkanke dalam tabung yang berlubang, hal
tersebut dilakukan untuk meningkatkan tekanan
dengan bantuan sekrup. Campuran air dan minyak
ditekan keluar melalui lubang dan bahan bentuk
padat seperti dalam pembuatan kue sebagai hasil
akhir dari proses pressing. Selama proses
pressing, kadar air menurun dari 70% menjadi 50%
dan minyak menurun sekitar 4 %.
5) Penggilingan Cake
Langkah terakhir yang dilakukan dalam
pembuatan tepung ikan adalah penggilingan.
Penggilingan bertujuan memecahkan gumpalan-
gumpalan atau partikel dari tulang. Cake yang
telah di-press digiling dengan mesin penggiling
sehingga diperoleh tepung ikan yang cukup halus
(lolos ayakan 40-60 mesh).
6) Pengemasan
17
Tahapan terakhir dari proses pembuatan tepung
ikan yaitu pengemasan tepung ikan ke dalam karung
plastik atau ke dalam wadah yang kedap air.
Sebelum pengemasan, pastikan kadar air tepung di
bawah 8% sehingga tepung ikan dapat disimpan dalam
waktu yang lama.
18
PENUTUP
4.1 Simpulan
Ayam kampung merupakan ayam bukan ras atau biasa
disingkat ayam buras karena tidak memiliki ras tertentu
karena perkawinan yang liar.Ayam kampung sebagai hewan
ternak memiliki beberapa keunggulan yaitu, mudah untuk
diternakkan, perawatannya yang relatif mudah, dan
memiliki harga jual yang tinggi.
Mudahnya ayam kampung untuk diternakkan bukan
berarti kita tidak perlu memperhatikan pakan yang
diberikan untuk ayam tersebut. Pakan sangat berpengaruh
untuk pertumbuhan dan perkembangan ayam tersebut. Dalam
hal ini protein yang terdapat pada tepung ikan yang
dapat digunakan sebagai pakan sangat bermanfaat untuk
pertumbuhan ayam kampung.
Tepung ikan merupakan tepung yang dibuat dari sisa-
sisa ikan yang diolah melalui beberapa proses. Ikan
yang digunakan biasanya merupakan sisa olahan pabrik.
Pembuatan tepung ikan harus melalui tahapan-tahapan
yang benar agar tepung yang dihasilkan berkualitas
baik. Tepung ikan mengandung nutrisi yang baik untuk
pertumbuhan ternak, seperti kandungan protein yang
tinggi. Protein tersebut sangat dibutuhkan untuk ayam
yang sedang tumbuh dan bertelur. Namun, penggunaan
19
tepung ikan yang berlebih dapat mengurangi selera makan
ayam dan daging yang dihasilkan berbau amis.
4.2 Saran
Penggunaan tepung ikan sebagai campuran pakan
untuk ayam kampung sangat dianjurkan, ini dikarenakan
di Indonesia banyak terdapat sisa-sisa olahan ikan yang
masih bisa dimanfaatkan. Kandungan proteinnya yang
tinggi sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
ayam tersebut. Variasi pakan juga harus diperhatikan
agar ayam tidak cepat bosan dan agar ayam mendapat
nutrisi yang beragam juga menyehatkan.
DAFTAR PUSTAKA
[NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirement
of Poultry. 9th Ed. Washington DC (US): National
Academy of Science.
Donald P, Edwards R, Greenhalgh J. 1981. Animal Nutrition.
3rd Ed. London(UK): Longman
Harris H, Efreza D, Nafsiyah I. 2012. Potensi
pengembangan industri tepung ikandari limbah
pengolahan makanan tradisional khas palembang
berbasis ikan. Jurnal Pembangunan Manusia [Internet].
20
[diunduh 2014 Des 14]; 6(3). Tersedia pada
http://balitbangnovdasumsel.com/data/download/20140
203110945.pdf
McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD dan Morgan CA.
1995. Animal Nutrition. 5th Ed. Singapore (SG): Longman
Singapore Publisher Ltd.
Melviyanti MT, Iriyanti N, Roesdiyanto. 2013.
Penggunaan pakan fungsional mengandung omega 3,
probiotik dan isolat antihistamin N3 terhadap bobot
dan indeks telur ayam kampung.Jurnal Ilmiah Peternakan.
1(2): 677-683.
Nawawi T, Nurrohmah. 2013. Pakan Ayam kampung. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Retnani Yuli. 2011. Proses Produksi Pakan Ternak. Bogor(ID):
Ghalia Indonesia.
Standar Nasional Indonesia. 1996. Tepung Ikan/Bahan
Baku Pakan. SNI. [Internet].[diunduh 2014 Des 14].
Tersedia pada:
http://pphp.deptan.go.id/xplore/files/MUTU-
STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar_nasional/
SNI_Ternak/Pakan%20Ternak/32.pdf
Yuningsih. 2002. Kualitas tepung Ikan sebagai campuran
pakan unggas dan gambaran toksisitasnya. Jurnal
WARTAZOA [Internet].[diunduh 2014 Des 17];
12(3):108-113. Tersedia pada:
http://digilib.litbang.pertanian.go.id/~bbveteriner
21
/getfile.php?src=agris/
nomfn1/674.pdf&format=application/pdf
22
Top Related