PEMANFAATAN TEPUNG IKAN SEBAGAI CAMPURAN PAKAN AYAM KAMPUNG

27
PEMANFAATAN TEPUNG IKAN SEBAGAI CAMPURAN PAKAN AYAM KAMPUNG Penyusun : 1. Fadli Mohammad Abdillah (D24140051) 2. Kurniawati (D24140061) 3. M Robby Arinal Hasan (D14140108) 4. Rachmat Triyono (D24140021) 5. Ratriana Titis Malinda (D24140040)

Transcript of PEMANFAATAN TEPUNG IKAN SEBAGAI CAMPURAN PAKAN AYAM KAMPUNG

PEMANFAATAN TEPUNG IKAN SEBAGAI CAMPURAN PAKAN

AYAM KAMPUNG

Penyusun :

1. Fadli Mohammad Abdillah

(D24140051)

2. Kurniawati (D24140061)

3. M Robby Arinal Hasan

(D14140108)

4. Rachmat Triyono

(D24140021)

5. Ratriana Titis Malinda

(D24140040)

TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

ii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulisan

makalah dengan judul “Pemanfaatan Tepung Ikan sebagai

Campuran Pakan Ayam Kampung” dapat diselesaikan.

Makalah ini ditulis berdasarkan tinjauan pustaka yang

penulis lakukan mulai bulan November 2014-Desember

2014.

Ayam kampung merupakan ayam yang sudah lama

dikenal dan dipelihara oleh masyarakat sebagai

penghasil sumber protein hewani berupa telur dan

daging. Ayam tersebut juga mudah dalam beradaptasi dan

mudah untuk dipelihara sehigga penulis menggunkan ayam

tersebut dibandingkan ayam broiler. Sumber bahan pakan

yang mengandung nilai protein dan nutrien tinggi untuk

penunjang kebutuhan hidup ternak khususnya unggas

adalah tepung ikan. Tepung ikan yang mengandung protein

yang sangat tinggi sangat cocok untuk bahan campuran

pakan unggas khususnya ayam kampung.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga makalah

ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang

membutuhkan.

iii

Bogor, 18 Desember

2014

Penulis

DAFTAR ISI

PRAKATA....................................................i

DAFTAR ISI................................................iiPENDAHULUAN................................................1

1.1 Latar belakang......................................11.2 Rumusan Masalah.....................................1

1.3 Tujuan..............................................1TINJAUAN PUSTAKA...........................................2

2.1 Ayam kampung.........................................22.2 Pakan................................................2

2.3 Tepung Ikan..........................................4PEMBAHASAN.................................................5

3.1 Kelebihan Ayam Kampung...............................53.2 Pakan Ayam Kampung...................................6

iv

3.2.1 Syarat-Syarat Pakan Ayam.........................7

3.2.2 Kebutuhan Pakan Ayam Kampung.....................83.3 Tepung Ikan untuk Ayam...............................9

3.3.1 Kualitas Tepung Ikan dalam Campuran Pakan........93.3.2 Cara Pengolahan Tepung Ikan.....................10

PENUTUP...................................................134.1 Simpulan............................................13

4.2 Saran...............................................13DAFTAR PUSTAKA............................................14

v

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Saatini, kegiatan beternak ayam kampung belum

terlalu diminati oleh para peternak. Kebanyakan

peternak lebih memilih untuk berternak ayam ras.

Padahal ayam kampung sebenarnya lebih mudah untuk

dikembangkan karena perawatannya yang relatif mudah.

Perkembangan industri unggas nasional masih mengalami

kendala pada ketersediaan pakan dan tingginya impor

bahan baku. Sementara itu, terdapat bahan baku lokal

yang ketersediaanya tinggi namun belum optimal

penggunaannya. Salah satunya yaitu penggunaan tepung

ikan sebagai campuran pakan ayam. Pengaruh tepung ikan

dapat menggemukan ayam dan juga memperbaiki kualitas

dari telur maupun pencernaan pada ayam kampung.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah Keuntungan dan kelebihan dari beternak ayamkampung?

Apa yang dimaksud pakan? Apa saja persyaratan dan kebutuhan nutrisi yang

baik untuk pakan ayam kampung? Bagaimana kualitas tepung ikan dalam campuran

pakan? Bagaimana proses pengolahan tepung ikan?

1

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan mengetahui keuntungan dan

kelebihan dari berternak ayam kampung, mengetahui

kegunaan pakan untuk hewan ternak, mengetahui tentang

persyaratan dan kebutuhan nutrisi yang baik untuk pakan

ayam kampung, dan mengetahui tentang proses pengolahan

tepung ikan untuk pakan ternak.

1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan dengan tinjauan

pustaka.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam kampung

Ayam kampung merupakan plasma nutfah Indonesia yang

mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki

daya adaptasi tinggi.Ayam kampung mempunyai peranan

penting dalam pembangunan peternakan, terutama untuk

penyediaan daging yang mempunyai rasa dan tekstur yang

khas. Hal ini dapat dilihat dari potensinya dalam

menyumbangkan daging dan telur di Indonesia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat

2

Jenderal Peternakan (2010), populasi ayam kampung pada

tahun 2005 sampai dengan 2009 berturut-turut

278.953.778 ekor, 291.085.191 ekor, 272.251.141 ekor,

243.423.389 ekor, 261.398.127 ekor, sedangkan untuk

produksi telur ayam kampung tahun 2005 sampai dengan

2009 berturut-turut 301.427 ton, 341.254 ton, 294.889

ton, 273.546 ton, 282.692 ton. Namun, kualitas telurnya

masih harus ditingkatkan. Salah satunya adalah kualitas

eksterior telur yang berhubungan dengan bobot telur

(gram) dan indeks telur (%) (Melviyanti 2013).

Ayam kampung sering juga disebut ayam bukan ras

yang disingkat ayam buras. Secara umum, istilah ayam

buras mengacu pada ayam yang tidak lagi memiliki ras

tertentu karena perkawinan yang liar. Yang dimaksud

ayam liar adalah ayam yang sudah kawin dengan ayam lain

yang tak jelas lagi keturunanya (Nawawi dan Nurrohmah

2013).

2.2 Pakan

Pakan atau feed adalah segala sesuatu yang dapat di

makan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pakan dan pangan mempunyai banyak kemiripan,

perbedaannya terletak pada cara pemanfaatan dan

pengolahannya. Pada dasarnya, pakan ternak mengandung

empat golongan zat makanan, yaitu karbohidrat, protein,

lemak, dan zat-zat mineral. Adapun energi sebagai unsur

3

vital yang mendukung kehidupan ternak diperoleh dari

karbohidrat, lemak, protein. Energi yang terkandung

dalam pakan tersebut berfungsi untuk melangsungkan

reaksi fisika dan biologi, aktivitas kehidupan

( misalnya, bergerak, bernapas, pengaturan suhu tubuh,

mencerna makanan, dan bereproduksi), melangsungkan

pertumbuhan dan perkembangan, serta memproduksi daging,

susu, telur dan tenaga(Nawawi dan Nurrohmah 2013).

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan

pakan adalah bahan baku pakan tidak boleh bersaing

dengan bahan baku pangan. Produk utama pertanian yang

merupakan bahan baku pakan sebaiknya di pilih dalam

bentuk produk sampingan dan limbahnya. Hal tersebut

dimaksudkan agar bahan baku dapat diperoleh dengan

harga yang murah secara berkelanjutan. Sebagai contoh,

produk samping dan limbah pengolahan padi menjadi beras

merupakan bahan baku yang berlimpah untuk pakan,

misalnya dedak, menir, sekam, dan jerami; harus

tersedia dalam waktu yang lama (berkesinambungan);

produksi bahan baku pakan yang dapat menjamin

ketersediaannya; harga murah dan berkualitas baik.

Bahan baku pakan yang memiliki kandungan yang jelek

tidak akan digunakan meskipun harga absolutnya murah,

ketersediaannya banyak, dan berkelanjutan. Persaingan

untuk mendapatkan bahan baku pangan manusia dan pakan

ternak telah memberikan pilihan-pilihan yang harus

dilakukan oleh pabrik pakan. Tujuannya agar bahan baku

4

pakan mudah di peroleh dengan harga murah dan

ketersediaannya berkelanjutan, baik jumlah maupun

kualitasnya(Nawawi dan Nurrohmah 2013).

Bahan pakan sumber energi dapat berupa jagung

kuning (>50%), bekatul, tapioka, polar atau wheat bran,

minyak nabati dan lemak hewan. Protein nabati dapat

diperoleh dari bungkil kedelai atau SBM (soybean meal),

CGM (corn gluten meal), bungkil kacang tanah, bungkil

kelapa, ampas kecap dan biji kapuk. Protein hewani

diperoleh dari MBM (meat bone meal), tepung ikan dan PBM

(poultry by product meal). Selain itu, dalam pakan juga

mengandung zat-zat, seperti zat aditif (pencampuran atau

premiks), vitamin, asam amino, pemacu pertumbuhan,

koksidiostat, antijamur, antioksidan, perekat, pigmen,

dan rasa (Retnani 2011).

2.3 Tepung Ikan

Tepung ikan adalah ikan atau bagian-bagian ikan

yang minyaknya diambil atau tidak, dikeringkan kemudian

digiling. Tepung ikan sebagai bahan baku pabrik pakan

mempunyai kualitas yang beragam, tergantung dari jenis

ikan dan asal tepung ikan. Tepung ikan impor yang

berasal dari jenisikan herring mempunyai kandungan

5

protein kasar tertinggi sekitar 70% dengan kandungan

triptophan tertinggi pula sekitar 0,9%. Jenis ikan lain

adalah ikan sardine, tuna, dan menhaden, sedangkan

jenis ikan merah mempunyai kandungan protein terendah

yaitu sekitar 57%, tetapi memiliki kandungan Ca dan P

yang tinggi (SNI 1996).

Secara umum tepung ikan yang berkualitas baik

mengandung protein kasar antara 50-60% dan kaya akan

asam amino esensial terutama lisin danmetionin yang

selalu kurang dalam bahan makanan ternak asal nabati

(NRC 1994). Menurut McDonald et al.(1995) bahwa tepung

ikan mempunyai mineral yang tinggi yaitu sekitar (100-

200 gram/kg) seperti kalsium, mangan, besi, iodin dan

phospor. Tepung ikan kaya akan asam amino esensial

terutama lisin, sistin, metionin, dan thriptophan. Tepung

ikan juga merupakan sumber vitamin B-kompleks yang

baik, terutama choline, B-12, dan riboflavin.

6

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Ayam Kampung

Kelebihan ayam kampung sebagai ternak sangat

banyak. Pertama, jenis ayam ini dapat diusahakan dengan

modal sedikit ataupun banyak. Masyarakat di pedesaan

banyak yang mengusakannya sebagai sumber gizi keluarga

maupun untuk menambah penghasilan. Sementara itu,

peternak yang serius mengusahakan ayam kampung dalam

skala menengah atau besar sebagai sumber pendapatan pun

tak kurang jumlahnya.Kedua, ayam kampung ini

perawatannya tidak rewel. Oleh karena itu, dikenal

sebagai ayam lokal dengan daya adaptasi terhadap

lingkungan yang cukup baik.Ketiga, pemasaran ayam

kampung cukup mudah, setidaknya hingga saat ini

konsumen Indonesia rata-rata lebih menyukai daging ayam

kampung daripada daging ayam ras. Rasa daging ayam

kampung jauh lebih lezat. Harga jual ayam kampung pun

jauh lebih mahal dibandingkan dengan ayam ras. Telur

yang dihasilkan harga jualnya lebih tinggi daripada

telur ayam ras. Padahal, ukuran telur ayam kampung

lebih kecil. Hal ini dikarenakan telur ayam kampung

dipercaya memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan

(Nawawi dan Nurrohmah 2013).

7

Beternak ayam kampung sebenarnya sudah sangat

memasyarakat. Namun, tak seperti beternak ayam ras yang

diusahakan dengan prinsip modern. Beternak ayam kampung

masih dilakukan seadanya. Apalagi bagi peternak yang

hanya memiliki sedikit ayam. Pemelilharaan dilakukan

dengan cara diumbar, yaitu ayam mencari makan sendiri

dan hanya diberi pakan seadanya. Pemerintah pun amat

mendukung peternakan ayam kampung. Gerakan Intab

(Intensifikasi Ayam Buras) yang dicanangkan pemerintah

merupakan perwujudan keinginan memajukan ternak

ini(Nawawi dan Nurrohmah 2013).

3.2 Pakan Ayam Kampung

Seperti pada mahluk hidup lain, pakan merupakan

salah satu aspek yang amat vital bagi ayam, khususnya

ayam kampung. Tanpa makanan yang cukup, pertumbuhan

ayam kampung dapat terganggu. Ayam menjadi kurus,

pertumbuhannya lambat, sakit, bahkan mati. Namun,

Nyatanya biaya pakan ayam sering kali membuat pusing

para peternak. Apalagi harganya yang terus melambung.

Seperti diketahui, biaya pakan dapat mencapai 70% dari

total biaya produksi. oleh sebab itu, jika peternak

dapat menekan biaya pakan, berarti dapat meningkatkan

efisiensi biaya produksi. Nilai keuntungan yang

8

diperoleh pun menjadi lebih besar. Selain membutuhkan

biaya yang tinggi, peternak ayam kampung juga kesulitan

karena boleh dikatakan tidak ada pabrik yang menjual

pakan khusus ayam kampung. Pakan yang dijual di pasaran

pada umumnya adalah pakan ayam ras, baik ayam pedaging

maupun petelur. Untuk membantu menangani kesulitan

peternak tersebut, salah satunya dengan membuat pakan

sendiri. Dengan demikian, biaya pakan dapat ditekan.

Namun, membuat pakan itu tak bisa sekedar meramu bahan

dan memberikannya ke ayam. Banyak yang perlu diketahui,

antara lain bahan pakan, kualitas, formulasi, dan cara

mencampurannya (Nawawi dan Nurrohmah 2013).

Pakan yang akan diberikan kepada ayam jumlahnya

berbeda-beda, tergantung pada umur, berat badan, serta

tujuan produksinya. Untuk ayam kampung, karena secara

genetik masih alami, kebutuhan pakannya cukup

diklasifikasikan berdasarkan umur ayam. Logikanya

adalah dengan bertambanya umur, terjadi pertambahan

berat badan, sekaligus tejadi perubahan kebutuhan zat

gizi (Nawawi dan Nurrohmah).

9

3.2.1 Syarat-Syarat Pakan Ayam

Menurut Nawawi dan Nurrohmah (2013) Pakan yang

diberikan pada ayam sebaiknya memenuhi syarat-syarat

berikut.

1) Memenuhi syarat gizi

Kita tidak bisa seenaknya memberikan pakan

pada ayam. Kandungan gizi pakan tersebut sebaiknya

terpenuhi. Namun, biasanya peternak ayam kampung

justru tidak mempedulikan hal itu. Bahan pakan

diberikan begitu saja. Umumnya pakan yang

diberikan didominasi oleh pakan sumber energi,

sedangkan pakan sumber protein diberikan dalam

jumlah yang sangat sedikit. Padahal pakan sumber

protein itu yang penting untuk menunjang

pertumbuhan ayam. Untuk itu, kita mesti mengetahui

kandungan gizi yang terdapat dalam bahan dan

kegunaanya sebelum diberikan pada ayam.

2) Berharga murah

Konsentrat yang tersedia di pasar berharga

cukup mahal. Untuk itu, sedapat mungkin kita

mengguanakan bahan pakan campuran yang bila

dihitung-hitung biayanya relatif murah. Bila pakan

sudah menghabiskan banyak biaya, peternakan ayam

kampung hanya akan menghasilkan untung yang

sedikit.

10

3) Bahannya mudah dicari

Sebisa mungkin gunakan bahan yang tersedia

disekitar tempat tinggal kita. Bila tidak, bahan

harus mudah dipesan dalam waktu relatif singkat.

Dengan demikian, keberadaan pakan dapat selalu

tersedia bagi ayam yang akan diternakkan.

4) Kondisi bahan pakan baik

Bahan pakan yang kita peroleh haruslah dalam

keadaan baik, tidak tengik, tidak berjamur, dan

tidak tercemar oleh zat-zat yang berbahaya. Dalam

situasi bisnis yang kompetitif, tidak jarang

muncul pemalsuan bahan baku pakan. Hal ini jelas

sangat merugikan. Pengetahuan megenai kualitas

bahan pakan juga sangat perlu dalam pembuatan

pakan. Kandungan gizi bahan pakan dapat dilihat

pada buku-buku ilmu makanan ternak. Pemakaian

bahan pakan yang sudah tidak baik misalnya tengik,

berjamur, dan sebagainya akan menurunkan nilai

gizi pakan. Selain itu, perlu juga diketahui zat-

zat antinutrisi atau racun (toxin dalam bahan

pakan, meskipun bahan tersebut mempunyai kandungan

gizi yang cukup baik. Zat racun yang dimaksud

antara lain cyclopropenoid dalam biji kapuk,

linomarin pada singkong, serta mimosin pada daun

lamtoro dan daun turi.

11

Umumnya harga pakan bahan sumber protein lebih

mahal dibanding bahan sumber energi. Bahan sumber

protein ini bisa berasal dari hewan (protein hewani)

atau dari tumbuhan (protein nabati) (Nawawi dan

Nurrohmah 2013).

3.2.2 Kebutuhan Pakan Ayam Kampung

Menurut Nawawi dan Nurrohmah (2013) secara umum,

ayam membutuhkan zat gizi berupa protein sebagai zat

pembangun tubuh, karbohidrat dn lemak sebagai sumber

energi, serta vitamin dan mineral yang juga penting

untuk perkembangan tubuhnya. Pakar nutrisi unggas dari

Fakultas Perternakan UGM, DR In Jafendi H Purba

Sidadolog, membagi kebutuhan pakan ayam kampung sebagai

berikut.

1) Ayam kampung berumur 0-4 minggu atau fase

starter membutuhkan protein sekitar 19-20%,

energi 2850 kkal/kg, Ca 1%, dan P 0,45%.

2) Ayam kampung berumur 4-8 minggu atau fase

grower I membutuhkan protein sekitar 18-19%,

energi 2900 kkal/kg, Ca 1%, dan P 0,45%.

3) Ayam kampung berumur 8-12 minggu atau fase

grower II membutuhkan protein sekitar 16-18%,

energi 3000 kkal/kg, Ca 0,6%, dan P 0,4%.

12

4) Ayam kampung berumur 18-24 minggu atau ayam

kampung dewasa membutuhkan protein sekitar

16-17%, energi 2850 kkal/kg, Ca 3,5%, dan P

0,55%.

3.3 Tepung Ikan untuk Ayam

Tepung ikan merupakan bahan makanan sumber protein

hewani yang amat baik bagi ayam. Sebenarnya bahan ini

bukanlah dibuat dari ikan yang dikeringkan lantas

dijadikan tepung. Secara umum bahan tersebut memiliki

kandungan protein yang tinggi antara 50-70%. Selain

protein, tepung ikan juga merupakan sumber kalsium dan

fosfor yang baik. Bahan-bahan yang terkandung dalam

tepung ikan amat diperlukan oleh ayam kampung yang

sedang tumbuh dan sedang bertelur. Umumnya tepung ikan

hanya diberikan sedikit saja dalam pakan ayam kampung,

sekitar 2-15% dari total campuran bahan. Ada yang

mengkhawatirkan bahwa campuran tepung ikan yang terlalu

banyak pada pakan dapat membuat ayam kehilangan selera

makannya dan daging yang dihasilkan berbau amis. Tepung

ikan yang baik adalah yang bersih, berpenampilan

menarik, dan beraroma baik (tidak busuk) (Nawawi dan

Nurrohmah 2013).

Ikan yang akan dijadikan tepung sebaiknya disortir

terlebih dahulu, dibersihkan, lalu dicuci. Bahan

13

teersebut direbus selama 30 menit dan dicincang hingga

ukuranya menjadi lebih kecil. Setelah direbus, bahan

ditiris dan dipress lalu dikeringkan. Setelah itu,

digiling hingga menjadi tepung (Nawawi dan Nurrohmah

2013).

3.3.1 Kualitas Tepung Ikan dalam Campuran Pakan

Menurut Donald et al.(1981) Proses pembuatan tepung

ikan terdiri dan proses pengeringan dan penggilingan

dan beberapa jenis ikan. Proses pembuatan tepung ikan

ini akan berpengaruh terhadap hasil akhir, misalnya

kualitas protein dan tepung ikan. Hal ini tergantung

dan tingkat dan lamanya waktu pemanasan. Kualitas

tepung ikan sangat berpengaruh pada hewan yang

mengkonsumsinya. Berdasarkan The International

Association of Fish Meal Manufacture dinyatakan bahwa

kualitas tepung ikan dapat dibagi menjadi empat

golongan, yaitu:

1) Kandungan protein tinggi yaitu mengandung

protein lebih dan 680 g/kg dan kurang dan 90 g

minyak/kg.

2) Kandungan protein reguler yaitu mengandung

protein antara 640-679 g/kg dan kandungan minyak

cukup banyak yaitu 130 g/kg.

14

3) Protein regular dengan kandungan minyak rendah

yaitu 640-679 g protein/kg dan kandungan minyak

60 g/kg.

4) Protein standar yaitu kandungan protein 600-639

g/kg.

Sementara hasil produk akhir dan tepung ikan rata-

rata kurang lebih mengandung 55% protein dan tidak

lebih mengandung 4% garam. Kriteria lain untuk

menetapkan kualitas tepung ikan adalah rasio efisiensi

protein, keseimbangan nitrogen, digestibilitas protein,

metionin dan lysin. Salah satu contohnya adalah

metionin. Tingginya kandungan sulfoksida (dari bentuk

metionine sulfoksida) dalam tepung ikan maka dapat

dihubungkan dengan kualitasnya yang kurang baik. Adanya

sulfoksida ini menunjukkan telah terjadi proses

oksidasi pada protein tepung ikan tersebut selama

penyimpanan (Yuningsih 2002).

3.3.2 Cara Pengolahan Tepung Ikan

Menurut Harris et al.(2012) cara pengolahan ikan

menjadi tepung ikan melalui beberapa tahapan, yaitu:

1) Penggilingan Ikan Basah

Pengilingan ikan basah dilakukan terhadap

ikan yang berukuran sedang dan besar. Ikan-ikan

yang berukuran kecil tidak harus digiling. Ikan

15

yang berukuran sedang dan besar perlu dibuang

Kotorannya kemudian dicuci. Sedangkan untuk ikan

yang berukuran kecil, pembuangan kotoran dan

pencucian tidak perlu dilakukan. Ikan digiling

dengan penggiling ulir sehingga diperoleh bubur

mentah ikan.

2) Pengukusan

Bubur ikan hasil gilingan pada tahap pertama

dikukus dengan uap panas selama 1 jam sehingga

bubur menjadi matang secara sempurna. Hasil

pengukusan disebut dengan bubur ikan matang .

3) Pengeringan

Meskipun prinsipnya sederhana, akan tetapi

pengeringan membutuhkan keterampilan untuk

melakukan proses pengeringan yang baik. Jika

tepung tidak dikeringkan maka dapat menyebabkan

tumbuhnya jamur atau bakteri. Dan jika pengeringan

dilakukan secara berlebihan maka akan

mengakibatkan turunnya nilai nutrisi yang

dikandungnya.

Bubur ikan yang matang kemudian dikeringkan

dengan alat pengering sampai kadar air mencapai

8%. Hasil pengeringan disebut cake

ikan kering. Cake ikan kering

mempunyai kadar lemak tinggi (diatas

30%).Pengeringan dengan sinar matahari memerlukan

waktu yang lama dan tidak menentu sehingga kurang

16

efektif untuk dilakukan dan kadar air

pada cake ikan juga kurang terukur.

4) Pemerasan Minyak

Cake kering ikan diperas dengan alat press

sehingga sebagian  minyaknya keluar. Proses ini

bertujuan agar tepung yang dihasilkan menjadi

lebih kering sehingga tahan lama. Pada tahap ini

terjadi pemindahan sebagian minyak dan air. Ikan

diletakkanke dalam tabung yang berlubang, hal

tersebut dilakukan untuk meningkatkan tekanan

dengan bantuan sekrup. Campuran air dan minyak

ditekan keluar melalui lubang dan bahan bentuk

padat seperti dalam pembuatan kue sebagai hasil

akhir dari proses pressing. Selama proses

pressing, kadar air menurun dari 70% menjadi 50%

dan minyak menurun sekitar 4 %.

5) Penggilingan Cake

Langkah terakhir yang dilakukan dalam

pembuatan tepung ikan adalah penggilingan.

Penggilingan bertujuan memecahkan gumpalan-

gumpalan atau partikel dari tulang. Cake yang

telah di-press digiling dengan mesin penggiling

sehingga diperoleh tepung ikan yang cukup halus

(lolos ayakan 40-60 mesh).

6) Pengemasan

17

Tahapan terakhir dari proses pembuatan tepung

ikan yaitu pengemasan tepung ikan ke dalam karung

plastik atau ke dalam wadah yang kedap air.

Sebelum pengemasan, pastikan kadar air tepung di

bawah 8% sehingga tepung ikan dapat disimpan dalam

waktu yang lama.

18

PENUTUP

4.1 Simpulan

Ayam kampung merupakan ayam bukan ras atau biasa

disingkat ayam buras karena tidak memiliki ras tertentu

karena perkawinan yang liar.Ayam kampung sebagai hewan

ternak memiliki beberapa keunggulan yaitu, mudah untuk

diternakkan, perawatannya yang relatif mudah, dan

memiliki harga jual yang tinggi.

Mudahnya ayam kampung untuk diternakkan bukan

berarti kita tidak perlu memperhatikan pakan yang

diberikan untuk ayam tersebut. Pakan sangat berpengaruh

untuk pertumbuhan dan perkembangan ayam tersebut. Dalam

hal ini protein yang terdapat pada tepung ikan yang

dapat digunakan sebagai pakan sangat bermanfaat untuk

pertumbuhan ayam kampung.

Tepung ikan merupakan tepung yang dibuat dari sisa-

sisa ikan yang diolah melalui beberapa proses. Ikan

yang digunakan biasanya merupakan sisa olahan pabrik.

Pembuatan tepung ikan harus melalui tahapan-tahapan

yang benar agar tepung yang dihasilkan berkualitas

baik. Tepung ikan mengandung nutrisi yang baik untuk

pertumbuhan ternak, seperti kandungan protein yang

tinggi. Protein tersebut sangat dibutuhkan untuk ayam

yang sedang tumbuh dan bertelur. Namun, penggunaan

19

tepung ikan yang berlebih dapat mengurangi selera makan

ayam dan daging yang dihasilkan berbau amis.

4.2 Saran

Penggunaan tepung ikan sebagai campuran pakan

untuk ayam kampung sangat dianjurkan, ini dikarenakan

di Indonesia banyak terdapat sisa-sisa olahan ikan yang

masih bisa dimanfaatkan. Kandungan proteinnya yang

tinggi sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan

ayam tersebut. Variasi pakan juga harus diperhatikan

agar ayam tidak cepat bosan dan agar ayam mendapat

nutrisi yang beragam juga menyehatkan.

DAFTAR PUSTAKA

[NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirement

of Poultry. 9th Ed. Washington DC (US): National

Academy of Science.

Donald P, Edwards R, Greenhalgh J. 1981. Animal Nutrition.

3rd Ed. London(UK): Longman

Harris H, Efreza D, Nafsiyah I. 2012. Potensi

pengembangan industri tepung ikandari limbah

pengolahan makanan tradisional khas palembang

berbasis ikan. Jurnal Pembangunan Manusia [Internet].

20

[diunduh 2014 Des 14]; 6(3). Tersedia pada

http://balitbangnovdasumsel.com/data/download/20140

203110945.pdf

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD dan Morgan CA.

1995. Animal Nutrition. 5th Ed. Singapore (SG): Longman

Singapore Publisher Ltd.

Melviyanti MT, Iriyanti N, Roesdiyanto. 2013.

Penggunaan pakan fungsional mengandung omega 3,

probiotik dan isolat antihistamin N3 terhadap bobot

dan indeks telur ayam kampung.Jurnal Ilmiah Peternakan.

1(2): 677-683.

Nawawi T, Nurrohmah. 2013. Pakan Ayam kampung. Jakarta

(ID): Penebar Swadaya.

Retnani Yuli. 2011. Proses Produksi Pakan Ternak. Bogor(ID):

Ghalia Indonesia.

Standar Nasional Indonesia. 1996. Tepung Ikan/Bahan

Baku Pakan. SNI. [Internet].[diunduh 2014 Des 14].

Tersedia pada:

http://pphp.deptan.go.id/xplore/files/MUTU-

STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar_nasional/

SNI_Ternak/Pakan%20Ternak/32.pdf

Yuningsih. 2002. Kualitas tepung Ikan sebagai campuran

pakan unggas dan gambaran toksisitasnya. Jurnal

WARTAZOA [Internet].[diunduh 2014 Des 17];

12(3):108-113. Tersedia pada:

http://digilib.litbang.pertanian.go.id/~bbveteriner

21