PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X TSM4MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER MATAPELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA TOPIK KERJA SAMAMEMBANGUN TEKS ANEKDOT DI SMK KARTANEGARA KOTA
KEDIRI
Disusun Oleh:
Drs. SETYA SUCIPTA
1
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (P T K) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
PELAKSANAAN 24 AGUSTUS - 6 SEPTENBER 2014DI SMK KARTANEGARA KOTA KEDIRI
2
Lembar Pengesahan
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X TSM4MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER MATAPELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA TOPIK KERJA SAMAMEMBANGUN TEKS ANEKDOT DI SMK KARTANEGARA KOTA
KEDIRI
Disyahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Di :
Kediri, 18 Oktober 2014Mengetahui Penyusun,
Kepala Sekolah
3
Dokumentasi PTK dengan Judul :
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X TSM4MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER MATAPELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA TOPIK KERJA SAMAMEMBANGUN TEKS ANEKDOT DI SMK KARTANEGARA KOTA
KEDIRI
Didokumentasikan pada :
Hari :
Tanggal :
Di : Perpustakaan SMK Kartanegara
Kediri, 18 Oktober 2014 Mengetahui Penyusun, Kepala Perputakaan,
5
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt,
berkat rahmatnya penulis dapat menyusun PTK Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang berjudul Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Kelas X Tsm4 Melalui Pendekatan Numbered Heads Together
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Topik Kerja Sama
Membangun Teks Anekdot Di Smk Kartanegara Kota Kediri,
yang penulis susun untuk memenuhi syarat kelengkapan kenaikan
pangkat/golonga ruang.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Yth :
1. Bapak Drs. Agung Wicaksono selaku Kepala SMK Kartanegara Kota
Kediri
2. Teman-teman sejawat yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu dan pihak-pihak terkait yang turut membantu dan
memberi masukan sehingga PTK ini dapat terselesaikan
Mengingat keterbatasan yang ada, penyusunan PTK ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran
yang konstruktif demi perbaikan penulisan selanjutnya.
7
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………….. i
Lembar Pengesahan …………………………………………………….. ii
Dokumentasi …………………………………………………….. iii
Kata Pengantar …………………………………………………….. iv
Daftar Isi …………………………………………………….. v
Abtraksi …………………………………………………….. vii
B A B I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah
…………………………………….. 3
C. Batasan Masalah …………………………………….. 4
D. Rumusan Masalah …………………………………….. 4
E. Tujuan Penelitian …………………………………….. 4
F. Manfaat Hasil Penelitian
…………………………………….. 5
B A B II : KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN
A. Konsep Teori ……………………………………... 6
B. Teks Anekdot ……………………………………... 18
9
C. Hipotesis Penelitian
…………………………………….. 20
B A B III : METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian …………………………………….. 21
B. Subyek Penelitian …………………………………….. 23
C. Teknik Pengumpulan Data
…………………………………….. 24
D. Instrumen Pengumpulan
Data .......................................
........... 25
E. Prosedur Penelitian
…………………………………….. 26
F. Teknis Analisis Data
…………………………………….. 37
G. Kriteria Keberhasilan Tindakan .………………………………..
38
B A B IV : HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian Siklus I
…………………………………….. 39
B. Hasil Penelitian Siklus II
…………………………………….. 49
C. Pendapat dan Tanggapan Siswa …………………………….. 57
B A B V : PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………….. 63
B. Saran …………………………………….. 64
10
ABSTRAK
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnyasudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan kurangnyamotivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya kurikulum Indonesiatidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannyayang masih jauh dari optimal. Kurikulum pendidikan yang seringberganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalahutama adalah pelaksanaan di lapangan kurang optimal karenametode pengajaran yang digunakan, sehingga siswa menjadi bosandan malas untuk belajar. Untuk itu diperlukan suatupengelolaan pembelajaran melalui penerapan dengan modelyang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar.Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul“Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X TSM4 Melalui PendekatanNumbered Heads Together Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Topik KerjaSama Membangun Teks Anekdot Di SMK Kartanegara Kota Kediri”Hasil penelitian siklus I : melihat bahwa kuantitas siswabetanya ada peningkatan dari 5 siswa atau 16,67 % menjadi11 siswa atau 36,67% dan kualitas pertanyaan sesuai materitidak mengalami perubahan, kualitas pertanyaan detail adapeningkatan dari 3 siswa menjadi 4 siswa atau dari 10,00%menjadi 13,33 % dan kualitas pertanyaan yang relevan dengankehidupan sehari-hari di sekitar siswa terdapat pengkatansebesar 16,67% atau sebanyak 5 siswa. Kuantitas jawabansiswa terdapat peningkatan dari 6 siswa menjadi 23 siswaatau ada peningkatan dari 20% menjadi 76, 67%keaktifan siswa pada pertemuan pertama dan kedua, makaterlihat bahwa pada pertemuan pertama terdapat 21 siswatidak pernah bertanya atau menjawab pertanyaan atau sebesar70,00% dan pada pertemuan ke dua terdapat 13 siswa atausebesar 43,33%. Jadi ada peningkatan sebesar 26,67%.Terdapat peninggkatan keaktifan yang siswa kadang-kadangbertanya atau menjawab pertanyaan dari 10 siswa menjadi 13siswa atau dari 33,33% menjadi 43,33% dan terjadipeningkatan keaktifan siswa sering bertanya atau menjawabpertanyaan sebesar 5 siswa atau sebesar 16,67%. Hasil siklus II : Total semua pertanyaan siswa pada siklusII ada 24 yang terdiri atas 9 pertanyaan sesuai materi, 10pertnyaan detail dan 5 pertanyaan yang relevan tentang teksanekdot. Total jawaban siswa 39 jawaban yang terdiri atas
12
15 jawaban salah, dan 14 jawaban benar tapi tidak lengkapserta 10 jawaban benar. Peningkatan frekuensi siswa yang tidak pernah bertanya danmenjawab pertanyaan sama dengan 0 (nol) ini berarti semuasiswa dalam kelas telah aktif dalam proses pembelajaran.Namun hal ini belum bisa menjamin ketuntasan belajar bisamencapai 100% sebab masih banyak siswa yang menjawabpertanyaan dengan tidak benar. Namun pada siswa yangmempunyai frekuensi kadang-kadang dan sering menjawabbertanya atau menjawab pertanyaan, ini bisa dipastikan akanmencapai ketuntasan belajar.Melihat keaktifan guru pada pertemuan ketiga di sikus IIini penampilan guru semakin mantap dan optimis bahwa “MetodeNumbered Heads Together” akan berhasil meningkatkan motivasibelajar siswa.Dari hasil tes formatif siswa kelas X TSM4 ini terlihatnyata bahwa siswa-siswa yang mempunyai frekuensi bertanyadan menjawab pertanyaan dengan baik mempunyai korelasi yangsignifikan.Dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 90% ini berartisudah melampoi batas minimal ketuntasan belajar secaraklasikal yaitu sebesar 85%.
Kata kunci : motivasi, teks anekdot, metode numbered heads together BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu
tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu ingin
mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan
merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian
serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan
13
maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat
strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan
itu apabila dihubungkan dengan eksistensi dan hakaikat hidup
manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai
mahluk individu, sosial, dan religius.
Menurut Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha
sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan salah satu
usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah.
Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya manusia
yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus.
Sekarang ini masalah pendidikan menghadapi berbagai masalah
salah satunya adalah rendahnya nilai rata-rata ujian nasional
(UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Rendahnya mutu pandidikan di Indonesia, banyak
opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar dan
praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya
kualitas tenaga pengajar, muatan kurikulum terlalu padat dan
pola pembelajaran yang kurang menarik.
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan
(yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang
14
disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya
kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju
tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurikulum
pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah
utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di
lapangan, kurang optimal karena metode pengajaran yang
digunakan, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk
belajar. Seperti yang telah kita lihat metode dalam peroses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru terkesan itu-itu saja
(konvensional). Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip
pembelajaran lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya
jawab, atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan
praktek. Kombinasi pembelajaran yang tidak bervariasi seperti
yang sering diterapkan oleh guru adalah, mengajar dengan
ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak
terlibat aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan pemantauan peneliti di SMK Kartanegara
Kota Kediri, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam
belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa kebanyakan
diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam
menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar bahkan
beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas pada saat
15
proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam-
macam, di antaranya, karena tidak suka dengan cara guru
mengajar, merasa bosan dengan metode mengajar guru dan
sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah-langkah
penyelesaian yang tepat untuk mengatasi beberapa masalah
tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah perlu diadakannya pembenahan baik bagi tenaga
pengajar maupun siswa sehingga siswa dapat terlibat secara
aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan secara aktif tersebut
mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual dan juga
secara emosional (Dimyati dan Mujiono, 2006). Tetapi dalam
kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam
melakukan pengelolaan pembelajaran dengan baik di kelas, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang mengajar hanya
dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses
belajar mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa
bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan yang dialami siswa
tidak lain adalah kurangnya pemahaman konsep materi yang
dipelajari sedangkan bagi guru belum sempurnanya dalam
menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran.
Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan
pembelajaran melalui penerapan dengan model yang sesuai
16
yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru harus
bisa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi
pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti model
pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dalam
penelitiannya ini yaitu, Numbered Heads Together, Numbered
Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap
siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok.
Kemudian secara acak guru memanggil nomor yang telah
diberikan siswa tadi. Dengan demikian siswa diharapkan
lebih aktif dan mempunyai motivasi dalam belajar.
Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi
guru dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai
dengan RPP yang telah disusun. Berdasarkan uraian di
atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X TSM4
Melalui Pendekatan Numbered Heads Together Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Pada Topik Kerja Sama Membangun Teks Anekdot Di
SMK Kartanegara Kota Kediri”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
17
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu apakah
rendahnya minat belajar siswa salah satunya diakibatkan
karena kesalahan konsep dan metode pembelajaran yang
diterapkan atau mungkin karena penerapan metode
pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar (guru)
tidak sesuai dengan RPP yang dibuat.
18
C. BATASAN MASALAH
Agar penelitian terarah dan dapat mencapai
sasaran maka perlu adanya batasan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
a. Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam
menerapkan model pembelajaran pada RPP yang dibuat.
b. Penelitin ini dilaksanakan pada proses pembelajaran
oleh tenaga pengajar
c. Penelitian ini dilakukan di SMK Kartanegara Kota
Kediri pada siswa kelas X TSM4 Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2014/2015
d. Implementasi konsep penelitian pada materi Kerja
Sama Membangun Teks Anekdot.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
peneliti merumusnan masalah, yakni bagaimana cara metode
Numbered Heads Together diterapkan sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X TSM4
Semester Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik
19
Kerja Sama Membangun Teks Anekdot di SMK Kartanegara
Kota Kediri?
E. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui cara
penerapan metode Numbered Heads Together dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas X TSM4 Semester Gasal
Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik Kerja Sama
Membangun Teks Anekdot di SMK Kartanegara Kota Kediri.
F. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat secara teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan pendidikan, terutama
dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang
peningkatan motivasi belajar Bahasa Indonesia
melalui pendekatan Numbered Heads Together.
20
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
perbandingan bagi peneliti terdahulu yang terkait
dengan penelitian ini.
b. Manfaat secara praktis
1. Bagi siswa
Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia sehingga pemahaman siswa mengenai
konsep Bahasa Indonesia yang dipelajari menjadi
lebih baik.
2. Bagi guru
Sebagai pedoman dalam menerapkan pendekatan
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dengan
pendekatan Numbered Heads Together.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat
dalam rangka perbaikan pembelajaran Bahasa
Indonesia. Dan mungkin juga bisa diaplikasikan pada
mata pelajaran yang lain.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Desain Penelitian Tindakan Kelas yang di
gunakan adalah desain PTK Model John Elliott.
Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & Mc.
Taggart, desain PTK model John Elliott juga dikembangkan
berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin. Model John Elliot
ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt
Lewin dan model Kemmis & Mc. Taggart karena di dalam
setiap siklus terdiri dari beberapa tindakan, yaitu
antara tiga sampai lima tindakan. Sementara itu, setiap
tindakan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi
dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Model Elliot
dapat digambarkan sebagai berikut:
SIKLUS I SIKLUS II
22
Rencana Umum
Tindakan 1
Pengaruh danImplementasi
Monitor
Tindakan 2Tindakan 3
Survei (Penemuan fakta dananalisis)
ImplementasiTindakan 1
SIKLUS II
Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang
pada hakikatnya
bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan
atau ide dengan
pengambilan tindakan. Seperti contoh identifikasi
masalah berikut:
1) Para siswa merasa tidak puas dengan metode penilaian
yang digunakan guru kelasnya. Bagaimana kalau guru
berkolaborasi untuk meningkatkan pengukuran terhadap
kemampuan siswa?
23
Revisi IdeUtama
A
Rencana yangdiubah
Tindakan 1
Pengaruh danImplementasi
Monitor
Tindakan 2Tindakan 3
ImplementasiLangkah
Selanjutnya
Survei (menjelaskan)kegagalan terhadap Merevisi Ide
Utama
A
2) Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma di
kelas. Bagaimana cara guru membawa siswa lebih banyak
lagi menggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan
tugas-tugas mereka?
3) Orang tua siswa bersedia membantu sekolah dengan
melakukan supervisi “pekerjaan rumah”. Bagaimana
caranya agar bantuan orang tua siswa bekerja lebih
produktif?
Apa pun masalah yang akan diangkat dalam
penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup
permasalahan yang dihadapi guru dalam praktek
pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan
sesuatu yang ingin di capai serta berusaha mengubahnya
dan sekaligus memperbaikinya. Apabila guru dalam
melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu
yang janggal atau adanya ketimpangan dan kurang
memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati pada waktu
orientasi atau tahapan awal penelitian sebagai
peningkatan, maka diperlukan penjelasan lebih lanjut.
Misalkan, kejanggalan itu ialah para siswa banyak
24
membuang waktu percuma di kelas perlu deskripsi yang
mendetail, seperti: siswa yang mana yang membuang waktu
percuma di kelas itu? Tugas apa yang sebenarnya yang
mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran
mereka melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa
yang mereka tampilkan waktu ”membuang waktu dengan
percuma” di kelas?
Informasi yang didapat dari pertanyaan-
pertanyaan di atas akan menolong untuk membedakan
berbagai aspek permasalahan penelitian dan membantu ke
arah mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan.
Refleksi atau pertimbangan baik atau buruknya atau
berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan bagian
dari tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah
tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi
perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan
dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model
siklus.
B. SUBJEK PENELITIAN
25
Subjek penelitian menurut Amirin (1986)
merupakan seseorang atau sesuatu mengenai yang
mengenainya ingin diperoleh keterangan. Menurut
Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek
penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data
untuk variabel penelitian melekat, dan yang
dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek
penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena
pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang
peneliti akan amati. Kesimpulan dari kedua penngertian
diatas Subjek penelitian adalah individu, benda, atau
organisme yang dijadikan sumber informasi yang
dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam hal
ini yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X TSM4 semester gasal di SMK
Kartanegara Kota Kediri tahun pelajaran 2014/2015..
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan
data berupa hasil kemampuan siswa dalam membaca teks
26
anedot, menulis ulang teks anedot, mengidentifikasi
pelaku teks anekdot, membaca teks anekdot dalam puisi
dan dapat mengidentifikasi struktur teks serta mengartikan
makna kata dalam puisi, dapat membuat naskah drama singkat
anekdot yang berisi kritik sosial bertema sampah serta
siswa dapat melengkapi bagian teks anekdot dan menyusunnya
kembali dengan tokoh. Semua kemampun siswa ini akan direkam
dengan instrument observasi berupa lembar pengamatan
aktivitas siswa dan guru. Metode observasi ini
memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara
wajar dalam kegiatan penelitian.
Penelitian didampingi oleh seseorang observer
yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran.
Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra
yang turut membantu proses pembelajaran.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui :
1. Lembar penilaian keaktifan siswa dalam melakukan
penelitian data ini ditentukan berdasarkan skala
penilaian (tidak pernah, kadang-kadang, sering)
dengan skor penilaian 1-3.
27
2. Laporan tertulis dari kegiatan penelitian ini
dilakukan dengan memban-dingkan nilai keaktifan siswa
yang tidak pernah, kadang-kadang dan sering dalam
bertanya dan menjawab pertanyaan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
3. Angket sikap siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran.
D. INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu tes kemampuan, lembar observasi, jurnal dan
catatan lapangan.
1. Tes Kemampuan
Tes adalah berupa pertanyaan atau jawaban
siswa yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun tes yang
dilakukan yaitu berupa pertanyaan atau jawaban
tentang teks anekdot. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah dicapai.
28
2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat pengamatan
yang digunakan untuk mengukur atau melihat aktivitas
siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan
kooperatif dan memotivasi siswa selama kegiatan
belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar
observasi yang diisi oleh observer sebagai pencatat
lapangan.
Aktivitas peneliti yang diamati adalah
keterampilan mengajar mulai, dari membuka pelajaran
sampai pada menutup pelajaran. Aspek yang diamatinya
berupa kelengkapan dan keahlian guru dalam mengajar
sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya.
3. Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir
pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk mengetahui
apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran yang
diterapkan di kelas. Hasil ini akan digunakan untuk
melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus
berikutnya.
29
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah temuan selama
pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak
ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini
berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi
selama pembelajaran berlangsung.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Siklus Penelitian menurut John Elliot
1. Siklus Pertama
a. Rencana Tindakan Siklus I
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan optimal, peneliti menerapkan metode
Numbered Heads Together sebagai metode yang dapat
melibatkan antara guru dan siswa dan dapat berperan
aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena
jika hanya menggunakan metode-metode klasik seperti
metode ceramah ataupun yang lainnya dirasakan kurang
tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa
30
Indonesia pada kelas X TSM4 semester gasal di SMK
Kartanegara Kota Kediri.
Sebelum pelaksanaan pada siklus I, peneliti
melakukan perencanaan melalui beberapa tahap
persiapan yaitu:
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Membagi materi
3) Peneliti membagai siswa kelas X TSM4 semester
gasal di SMK Kartanegara Kota Kediri, menjadi
beberapa kelompok sekaligus memberi tugas masing-
masing kelompok.
4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti
mengambil alat observasi guna mengetahui
keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Siklus I
Setelah diputuskan menggunakan metode
Numbered Heads Together siswa kelas X TSM4 semester
gasal di SMK Kartanegara Kota Kediri Tahun Pejalaran
2014/2015. Maka tahapan pembelajaran sesuai dengan
31
tahapan dalam metode Numbered Heads Together. Proses
pembelajarannya berlangsung selama 2 X 40 menit,
yang meliputi:
Pertemuan I : 2 X 40 menit
1. Kegiatan Pendahuluan
a) Salah seorang peserta didik memimpin berdoa
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
b) Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.
c) Tukar pendapat tentang fungsi teks anekdot
dalam kehidupan sehari-hari setelah menyimak
tayangan teks anekdot.
d) Mengekspresikan rasa syukur atas keberadaan
bahasa Indonesia setelah menyimak tayangan teks
anekdot.
e) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
f) Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang
akan dibahas
g) Menyepakati kegiatan yang akan dilakukan.
2. Kegiatan Inti
Pre Activity
a) Peneliti/ guru memberikan stimulus materi
32
b) Peneliti/guru membagi siswa menjadi 6
kelompok.
c) Peneliti/guru memberi tugas kepada masing-
masing kelompok.
Whilst Activity
a) Peneliti/guru memberikan instruksi membaca teks
anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan
Banjir’ kemudian mengidentifikasi partisipan
dan hubungan antarpartisipan
b) Peserta didik membandingkan kegiatan
partisipan dalam teks anekdot dengan kegiatan
yang dilakukan oleh tokoh nyata.
c) Peserta didik menentukan tahap krisis pada teks
anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan
Banjir”
d) Peserta didik menata ulang kalimat - kalimat di
bacaan buku bahasa Indonesia halaman 123 secara
urut sehingga dapat membentuk cerita yang bagus
e) Peserta didik menulis ulang teks anekdot yang
berjudul “Politisi Blusukan Banjir” dengan
menyisipkan beberapa dialog
33
f) Dari kegiatan a sampai dengan e siswa
diberikan waktu bekerjasama dalam kelompok
beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan
praktek yang disesuaikan dengan materi serta
mempresentasikannya sesuai dengan nomor yang
ditunjuk oleh peneliti/guru.
g) Peneliti/guru mengatur jalannya pembelajaran.
h) Peneliti/guru melontarkan pertanyaan untuk
kemudian menunjuk nomor siswa yang akan
menjawabnya.
i) Peneliti/guru mencatat jawaban siswa dalam
lembar keaaktifan siswa dengan memberikan skor
1 untuk jawaban yang salah, 2 untuk jawaban
kurang lengkap dan 3 untuk jawaban yang
lengkap.
j) Jika jawaban salah maka pertanyaan diberikan
pada nomor siswa berikutnya dan seterusnya
sampai didapat pertanyaan yang benar.
k) Jika tidak didapatkan jawaban yang benar maka
peneliti/guru memberi kesempatan bertanya
34
kepada siswa nomor berikutnya secara acak dan
menuliskan pertanyaan siswa dengan skor 1 bila
pertanyaan sesuai materi, skor 2 bila
menanyakan hal yang lebih detail dan skor 3
menanyakan hal lain yang masih relevan.
Post Activity
a) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa
selama pembelajaran.
b) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan
memberikan feed back yang tepat atas
permasalahan yang ada.
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/guru dan pserta didik menyimpulkan
pembelajaran
b) Peserta didik melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan
c) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar
para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
d) Peneliti/guru memberikan informasi mengenai
bahasan selanjutnya.
35
e) Peneliti Peserta didik menyimak informasi
mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
f) Peneliti/guru menutup pertemuan/salam penutup.
Pertemuan II : 2 X 40 menit
1. Tahap Pendahuluan
a) Siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-
masing dan dilan-jutkan dengan memberikan salam
pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b) Presensi Siswa
c) Siswa menerima intruksi untuk membentuk formasi
kelompok seperti minggu lalu.
d) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
e) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pemelajaran yang akan dilaksanakan.
36
f) Siswa menerima penjelasan secara singkat
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
sebagai hasil belajar
2. Tahap Inti
Whilst Activity
a) Peserta didik membaca teks anekdot yang
berjudul “Puntung Rokok “pada buku paket bahasa
Indonesia kelas X hal 124 -125.
b) Peserta didik mengidentifikasi pelaku dalam
teks anekdot yang berjudul “Puntung Rokok “.
c) Peserta didik mengidentifikasikan isi dan
konteks dalam teks anekdot yang berjudul
“Puntung Rokok “.
d) Peserta didik mengurutkan kalimat kalimat
secara acak dengan cara membubuhkan nomor pada
setiap kalimat dalam teks cerita “Puntung
Rokok”.
e) Peserta didik menulis ulang teks anekdot yang
berjudul “Puntung Rokok “ dalam bentuk monolog.
f) Peserta didik membandingkan hasil kerja
mereka dengan kelompok lain dan memperbaikinya.
g) Peserta didik mempresentasikan teks yang mereka
susun di dapan kelas dengan pengucapan dan
37
intonasi yang benar dan meminta kelompok lain
mengometarinya
h) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada
nomor dari masing-masing kelompok yang belum
menjawab.
i) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik
dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya
dan mencatatnya kegiatan ini pada lembar
penilaian keaktifan siswa.
Post Activity
a) Peneliti/guru beserta siswa
menyimpulkan pembelajaran.
b) Peneliti/guru melakukan refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
c) Peneliti/guru memperjelas secara detail
materi teks anekdot.
3. Tahap Akhir
a) Peserta didik menyimak informasi mengenai
rencana tindak lan-jut pembelajaran
38
b) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk betanya.
c) Peneliti/guru memberi tugas kepada siswa
untuk mempelajari materi selanjutnya
d) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi
agar para siswa bisa lebih meningkatkan
belajarnya.
e) Peneliti/ guru menutup pertemuan/salam
penutup.
c. Observasi Siklus I
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
peneliti di sini selain bertindak sebagai guru,
peneliti juga bertindak sebagai observer yang
mencatat lembar pengamatan pada lembar observasi
prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I,
kegiatan siswa sudah cukup bagus atau belum, siswa
terlihat lebih antusias dalam memperhatikan
pelajaran atau tidak, dan apakah pelajaran yang
didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya
atau tetap seperti biasanya.
39
Memasuki tahapan II, apakah siswa lebih
antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini
dilihat dari kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran. Apakah mayoritas siswa mampu membuat
teks anekdot dengan baik serta bersemangat dalam
mengapresiasikannya.
d. Refeleksi Siklus I
Tujuan penelitian menerapkan metode
Numbered Heads Together adalah untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa, agar metode-metode
pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dirasakan
efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas XTSM4
semester I di SMK Kartanegara Kota Kediri tahun
pelajaran 2014/2015. Yang mana hal ini tidak
terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang
dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan
diatas, maka diambil langkah-langkah:
1) Memperhatikan peningkatan siswa yang lebih tertib
dalam mengikuti proses pembelajaran.
40
2) Sebagian kecil siswa yang kurang mampu menguasai
materi teks anekdot, maka harus diberikan
perhatian khusus untuk dibimbing dalam menyimak.
2.Siklus Kedua
a. Rencana Tindakan Siklus II
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
pembelajaran, peneliti memantapkan penggunaan metode
Numbered Heads Together yang nantinya akan melibatkan
lebih banyak lagi siswa yang terlibat dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia pada topik Kerja Sama
Membangun Teks Anekdot.
Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads
Together pada siklus II, peneliti melakukan
perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Membagi materi selanjutnya menjadi beberapa
bagian.
41
3) Peneliti/guru membagi siswa kelas X menjadi 6
kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing
kelompok..
4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti
mengambil alat observasi guna mengetahui
keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Siklus II
Dengan tetap menggunakan metode Numbered
Heads Together maka tahapan pembelajaran yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertemuan I : 2 X 40 menit
1. Tahap Awal
a) Salah seorang siswa memimpin berdoa dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
b) Presensi siswa.
c) Siswa menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
42
d) Siswa didik menyimak penjelasan guru mengenai
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pemelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Tahap Inti
Pre Activity
a) Peneliti/guru memberikan stimulus materi
teks anekdot
b) Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 6
kelompok.
c) Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-
masing kelompok.
Whilst Activity
a) Siswa membaca teks anekdot yang ada pada
buku paket Bahasa Indonesia kelas X hal 130.
b) Siswa mengelompokkan berdasarkan struktur
teks anekdot seperti abstraksi, orientasi,
krisis, reaksi, koda.
c) Siswa menyusun teks anekdot lain berdasarkan
teks yang sudah ada dengan mengganti pelaku,
seting, dan persoalan yang dihadapi pelaku.
d) Poin a) sampai c) didiskusikan secara
berkelompok.43
e) Peneliti/guru menghentikan jalannya diskusi
setelah dirasa cukup dan memulai kegiatan
bertanya dan menjawab pertanyaan yang
disampaikan masing-masing kelompok yang
ditunjuk oleh sesuai dengan nomor yang telah
diberikan oleh peneliti.
Post Activity
a) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja
siswa selama proses pembelajaran melalui
instrumen lembar keaktifan siswa seperti pada
siklus I.
b) Peneliti/guru memberikan koreksi selama
berlangsung porses pembelajaran dan memberikan
feed back yang tepat atas permasalahan yang
ada.
3. Tahap Akhir
a) Peneliti/ guru beserta siswa menyimpulkan
hasil pembelajaran
b) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan
44
c) Tes formatif
d) Salam penutup
c. Observasi Siklus II
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan
terhadap hasil yang didapat dari siklus I kegiatan
siswa dalam proses belajar-mengajar diharapkan lebih
bagus lagi, karena ada kemajuan bagi kelompok siswa
yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan,
diperoleh dapat diperoleh kesimpulan apakah siswa
cukup antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-
mengajar, dan apakah siswa bertambah aktif untuk
bertanya dan menjawab. Dan juga siswa mengalami
peningkatan kemampuan dalam membuat teks anekdot.
Prestasi belajar siswa yang merupakan hasil
akhir dari pembelajaran metode Numbered Heads Together
yaitu dapat dilihat pada antusias belajar siswa
hasil nilai akhir tes formatif siswa.
d. Refleksi Siklus II
45
Dari kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung dengan menggunakan metode Numbered Heads
Together, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dan agar siswa
untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-
mengajar.
Dari hasil observasi pada siklus II, maka
langkah yang akan diambil:
a) Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa
metode Numbered Heads Together harus terus diterapkan
kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti secara
mendalam makna yang terkandung dalam materi yang
disampaikan.
b) Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan
berkembang lebih baik dan tetap terpelihara.
46
F. Teknik Analisis
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan
setelah kegiatan pengumpulan data. Dalam penelitian
ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif
kualitatif adalah suatu teknik yang menganalisis data
dengan cara mengiterpretasikan data yang diperoleh
dengan menggunakan kata-kata.
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat
dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa
metode antara lain :
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian.Yang dilakukan waktu
pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam
kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan
mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat
pencatat, formulir dan alat mekanik.
2. Pengukuran test hasil belajar
47
Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang
diperoleh oleh siswa.
3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua
orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
4. Metode dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain
adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya.
G. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan penelitian dilihat sama
seperti pada siklus 1, yaitu:
48
1. Bilamana ada peningkatan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran dari pertemuan pertama dan kedua
pada siklus I.
2. Ketercapaian ketuntasan belajar siswa secara
klasikal dalam menyerap materi pelajaran melalui tes
formatif.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. HASIL PENELITIAN SIKLUS I
1. Perencanaan
Di SMK Kartanegara Kota Kediri kelas X.TSM2
dengan jumlah murid 30, peneliti memang menemukan dan
merasakan bahwa sebagian besar murid (sekitar 60 s.d
70%) tidak bisa aktif dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia dan bahkan ada beberapa siswa hanya diam
saja. Untuk itu peneliti mencoba metode pembelajaran
baru yang belum pernah diterapkan yaitu “Metode
Numbered Heads Together”. Metode ini diharapkan dapat
mengaktifan seluruh siswa dalam proses pembelajaran.
Sedangkan yang perlu dipersiapkan sebelum model ini
diterapkan adalah perangkat pengumpulan data yaitu,
1). Lembar Penilaian Keaktifan Siswa, 2). Lembar
Pertanyaan Siswa, 3). Lembar Pendapat dan Tanggapan
50
Siswa, 4). Dan lembar keaktifan guru serta 5) Buku
Materi (BKS MGMP).
2. Pelaksanaan
Pada siklus ke-1 Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini dimulai hari Sabtu, 24 Agustus 2014 dengan
materi membahas materi membaca teks anekdot yang
berjudul “Politisi Blusukan Banjir’ dan teks anekdot
yang berjudul “Puntung Rokok“ yang dilaksanakan selama
dua kali pertemuan. Prosedur pelaksanaannya sesuai
dengan langkah-langkah “Metode Numbered Heads Together”
seperti penjelasan di BAB. III, dan ternyata secara
praktis bisa dikatakan bahwa langkah-langkah dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana.
3. Pengamatan
Dari pengamatan yang kemudian data diisikan
pada lembar Penilaian Keaktifan Siswa dan lembar
keaktifan guru diproleh hasil sebagai berikut :
B. HASIL PENELITIAN SIKLUS II
1. Perencanaan
51
Pada siklus I prosen pembelajaran “Metode
Numbered Heads Together” dapat diterima oleh siswa yang
mempunyai kemampuan rerata dan di atas rerata, namun
bagi siswa yang malas tetap mempunyai kecenderungan
untuk menyesuaikan teman-temannya. Siswa yang
bekemampuan tinggi cenderung untuk mengangkat tangan
untuk menjawab pertanyaan walaupun sudah dibuat
kesepakatan bahwa siswa yang ditunjuk sesuai dengan
nomor yang telah diberikan yang boleh bertanya atau
menjawab pertanyaan.
2. Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 6 Septeber 2014 membahas materi buku paket
kelas X halaman 130 dimana siswa mengelompokkan
berdasarkan struktur teks anekdot seperti abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi, koda dan siswa harus
menyusun teks anekdot lain berdasarkan teks yang sudah
ada dengan mengganti pelaku, seting, dan persoalan
yang dihadapi pelaku.
3. Pengamatan
52
Berdasarkan pengalaman di siklus I,
pengamatan di siklus II ini peneliti berkolaborasi
secara intensif agar pelaksanaan penelitian lebih
berhasil untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
dengan membuat suasana yang lebih santai dan
menyenangkan. Dari hasi pengamatan diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 7LEMBAR PENILAIAN KEAKTIFAN SIWA PERTEMUAN 3
SIKLUS II
No N a m a
KEGIATAN FREKUENSI
FrekuensiBertanya Menjawab
Berta-nya
Menja-wab
1 Aditya Pregawa Pratama 1 1 2 2 2 Sering
2 Aleck Franando 1 0 1 Kadang-kadang
3 Andi Prasetyo 1 0 1 Kadang-kadang
4 Dicky Fernando 3 1 3 1 2 Sering
5 Dicky Wibowo Prapditya 1 0 1 Kadang-
kadang6 Dino Andrianto 1 2 3 1 2 Sering
7 Ervan Fajar Setiawan 1 0 1 Kadang-
kadang
8 Fandi Novantoro 2 2 1 1 Kadang-kadang
9 Feri Andrian 1 1 1 1 Kadang-kadang
10 Heri Cahyono 2 2 1 1 Kadang-kadang
11 Heru Dwi Susanto 2 1 2 3 1 3 Sering12 Heru Hermawan 2 0 1 Kadang-
53
No N a m a
KEGIATAN FREKUENSI
FrekuensiBertanya Menjawab
Berta-nya
Menja-wab
kadang13 Jefrika Efendi 2 3 3 2 1 Sering
14 M. Bahaudin Sya Roni 2 1 0 Kadang-
kadang
15 M. Fadil Asan Firmansyah 2 0 1 Kadang-
kadang
16 Markus Deo Pradipta 2 1 0 Kadang-
kadang
17 Mesi Rizki Pujianto 2 0 1 Kadang-
kadang
18 Meydo Fajar Muharom 1 1 2 1 2 Sering
19 Moh. Suprayitno 1 0 1 Kadang-kadang
20 Muhammad Zamroji 1 0 1 Kadang-kadang
21 Putra Nuryahya Ramadhan 1 2 3 3 3 1 Sering
22 Redo Pratama 2 3 2 3 2 2 Sering
23 Ricko Puspa Kurniawan 1 0 1 Kadang-
kadang
24 Septian Yuli Saputra 1 1 1 1 Kadang-
kadang
25 Vicky Firdaus Ananda 1 2 1 1 Kadang-
kadang
26 Wirawan Bagus Susilo 1 2 2 3 2 2 Sering
27 Yoga Fian Aldianto 2 2 3 1 2 Sering
28 Yoga Setiawan 1 0 1 Kadang-kadang
29 Yoghaswara kholifi Yunan 2 3 0 2 Kadang-
kadang
30 Yosef Adi Pratama 1 3 1 3 2 2 Sering
JUMLAH 9 10 5 1
514
10 25 39
Sering 11 Siswa 26,19Kadang-kadang 19 Siswa 65,52Tidak pernah 0 Siswa 0,00
54
KRITERIA PENILAIAN KEAKTIFAN SISWA
A. PertanyaanSkor 1 = sesuai materiSkor 2 = meminta keterangan yang lebih detailSkor 3 = menanyakan hal lain yang masih relevan
B. Menjawab PertanyaanSkor 1 = menjawab tidak benarSkor 2 = menjawab benar tetapi kurang lengkapSkor 3 = menjawab benar dan lengkap
C. Frekuensi bertanya/menjawab pertanyaanSkor 0 = tidak pernah (0 kali)Skor 1 = kadang-kadang (1-2 kali)Skor 3 = sering (> 3 kali)
Tabel 8LEMBAR PENILAIAN KEAKTIFAN GURU PERTEMUAN 2
SIKLUS I
NO. AKTIFITAS GURU SKOR
1 2 3 4Kegiatan Awal
1 Guru mempersilahkan salah satu siswa untuk memimpin doa
2Guru melakukan presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa
3 Guru melakukan tukar pendapat tentang fungsi teks anekdot dalam kehidupan sehari-hari setelah menyimak tayangan teks
55
NO. AKTIFITAS GURU SKOR
1 2 3 4anekdot
4
Guru mengekspresikan rasa syukuratas keberadaan bahasa Indonesiasetelah menyimak tayangan teks anekdot
5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
6 Guru memberikan motivasi sesuaidengan topik yang akan dibahas.
7 Guru menyepakati kegiatan yang akan dilakukan
Kegiatan Inti
1 Peneliti/ guru memberikan stimulus materi
2 Peneliti/guru membagi siswa menjadi 6 kelompok
3 Peneliti/guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok
4
Guru memberi kesempatan peserta didik untuk membaca teks anekdotyang berjudul “Politisi BlusukanBanjir’ secara berkelompok, kemudian mengidentifikasi partisipan dan hubungan antar partisipan
5
Guru mengamati peserta didik membandingkan kegiatan partisipan dalam teks anekdot dengan kegiatan yang dilakukan oleh tokoh nyata.
6
Guru mengamati peserta didik menentukan tahap krisis pada teks anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan Banjir”
7 Guru mengamati peserta didik menata ulang kalimat-kalimat di bacaan buku bahasa Indonesia halaman 123 secara urut sehingga
56
NO. AKTIFITAS GURU SKOR
1 2 3 4dapat membentuk cerita yang bagus
8
Guru mengamati peserta didik menulis ulang teks anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan Banjir” dengan menyisipkan beberapa dialog.
9 Guru menghentikan diskusi hasil diskusi
10Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
11Guru melontarkan pertanyaan untuk kemudian menunjuk nomor siswa yang akan menjawabnya
12
Guru mencatat jawaban siswa dalam lembar keaaktifan siswa dengan memberikan skor 1 untuk jawaban yang salah, 2 untuk jawaban kurang lengkap dan 3 untuk jawaban yang lengkap
13
Jika jawaban salah maka guru memberikan pertanyaan pada nomorsiswa berikutnya dan seterusnya sampai didapat pertanyaan yang benar
14
Jika tidak didapatkan jawaban yang benar maka peneliti/guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa nomor berikutnya secara acak dan menuliskan pertanyaan siswa dengan skor 1 bila pertanyaan sesuai materi, skor 2 bila menanyakan hal yang lebih detail dan skor 3 menanyakan hal lain yang masih relevan.
Penutup
57
NO. AKTIFITAS GURU SKOR
1 2 3 4
1 Peserta didik bersama guru menyimpulkan pembelajaran
2Peserta didik melakukan refleksiterhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
3 Guru melaksanakan tes formatif 4 Siswa melaksakan tes formatif 5 Doa penutup
Jumlah nilai aktivitas guru = SkorperolehanSkormaksimum x 100 %Catatan :Skor 1 = 50-59 = kurang
2 = 60-71 = cukup3 = 72-85 = baik4 = 86-100 = sangat baik.
Tabel 9HASIL TES FORMATIF SISWA
SIKLUS II
No N a m a Nilai Keterangan
1 Aditya Pregawa Pratama 76 Tuntas
2 Aleck Franando 58 Remidi3 Andi Prasetyo 76 Tuntas4 Dicky Fernando 90 Tuntas
5 Dicky Wibowo Prapditya 78 Tuntas
6 Dino Andrianto 92 Tuntas7 Ervan Fajar Setiawan 76 Tuntas8 Fandi Novantoro 80 Tuntas9 Feri Andrian 76 Tuntas10 Heri Cahyono 88 Tuntas11 Heru Dwi Susanto 96 Tuntas
58
No N a m a Nilai Keterangan
12 Heru Hermawan 80 Tuntas13 Jefrika Efendi 98 Tuntas14 M. Bahaudin Sya Roni 82 Tuntas
15 M. Fadil Asan Firmansyah 84 Tuntas
16 Markus Deo Pradipta 78 Tuntas17 Mesi Rizki Pujianto 80 Tuntas18 Meydo Fajar Muharom 82 Tuntas19 Moh. Suprayitno 76 Tuntas20 Muhammad Zamroji 76 Tuntas
21 Putra Nuryahya Ramadhan 98 Tuntas
22 Redo Pratama 98 Tuntas23 Ricko Puspa Kurniawan 74 Remidi24 Septian Yuli Saputra 78 Tuntas25 Vicky Firdaus Ananda 76 Tuntas26 Wirawan Bagus Susilo 94 Tuntas27 Yoga Fian Aldianto 96 Tuntas28 Yoga Setiawan 74 Remidi
29 Yoghaswara kholifi Yunan 90 Tuntas
30 Yosef Adi Pratama 90 TuntasNilai tertinggi 98Nilai terendah 58Nilai rata-rata 83Total siswa yang tuntas belajar 27Total siswa yang remidi 3Ketuntasan belajar 90%
Tabel 10REKAPITULASI PENILAIAN KEAKTIFAN SISWA
SIKLUS I DAN SIKLUS II
59
KEGIATAN FREKUENSI
FrekuensiBertanya Menjawab
Berta-nya
Menja-wab
JUMLAH 2 3 0 3 3 0 5 6Sering 0 Siswa 0,00 %Kadang-kadang 10 Siswa 33,33 %Tidak pernah 21 Siswa 70,00 %
JUMLAH 2 4 5 9 5 9 11 23Sering 5 Siswa 11,90 %Kadang-kadang 13 Siswa 44,83 %Tidak pernah 13 Siswa 26,00 %
JUMLAH 9 10 5 1
514
10 25 39
Sering 11 Siswa 26,19 %Kadang-kadang 19 Siswa 65,52 %Tidak pernah 0 Siswa 0,00 %
Tabel 11REKAPITULASI KEAKTIFAN GURU
SIKLUS I DAN SIKLUS II
NO. AKTIFITAS GURU SKOR
1 2 3 4Total skor pertemuan pertama 4 22Total skor pertemua kedua 26Total skor pertemuan ketiga 21 5Nilai keaktifan guru pada pertemua pertama Cukup baik
Nilai keaktifan guru pada pertemua kedua Baik
Nilai keaktifan guru pada pertemuan ketiga Baik
4. Refleksi
60
Proses pembelajaran di siklus II dipertemuan
ketiga ini diperoleh hasil pengamatan keaktifan siswa,
keaktifan guru dan hasil tes sebagai berikut :
Total semua pertanyaan siswa pada siklus II
ada 24 yang terdiri atas 9 pertanyaan sesuai materi,
10 pertnyaan detail dan 5 pertanyaan yang relevan
tentang teks anekdot. Total jawaban siswa 39 jawaban
yang terdiri atas 15 jawaban salah, dan 14 jawaban
benar tapi tidak lengkap serta 10 jawaban benar.
Peningkatan frekuensi siswa yang tidak pernah
bertanya dan menjawab pertanyaan sama dengan 0 (nol)
ini berarti semua siswa dalam kelas telah aktif dalam
proses pembelajaran. Namun hal ini belum bisa menjamin
ketuntasan belajar bisa mencapai 100% sebab masih
banyak siswa yang nebjawab pertanyaan dengan tidak
benar. Namun pada siswa yang mempunya frekuensi
kadang-kadang dan sering menjawab pertanyaan atau
menjawab pertanyaan ini bisa dipastikan akan mencapai
ketuntasan belajar.
61
Melihat keaktifan guru pada pertemuan ketiga
di sikus II ini penampilan guru semakin mantap dan
optimis bahwa “Metode Numbered Heads Together” akan
berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dari hasil tes formatif siswa kelas X TSM4
ini terlihat nyata bahwa siswa-siswa yang mempunyai
frekuensi bertanya dan menjawab pertanyaan dengan baik
mempunyai korelasi yang signifikan.
Dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar
90% ini berarti sudah melampoi batas minimal
ketuntasan belajar secara klasikal yaitu sebesar 80%.
C. PENDAPAT DAN TANGGAPAN SISWA
Rekapitulasi pendapat siswa kelas X TSM4 SMK
Kartanegara Kota Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015
sebagai berikut :
1. Nama : Dirahasiakan
Saya sangat setuju dengan “Metode Numbereds Heads
Together” karena setiap siswa bisa mendapatkan
fasilitas baru berupa kesempatan menyampaikan
62
pendapat, bertanya, menjawab dan menyampaikan
tanggapan, kepada sesama teman dan bahkan guru.
2.Nama : Dirahasiakan
Saya sangat setuju. Pembelajaran itulah yang harus
diterapkan disekolah karena sekarang sistemnya
siswa harus aktif. Jadi murid harus banyak
melakukan aktivitas.
3.Nama : Dirahasiakan
Saya sangat setuju, karena dengan pembelajaran
“Metode Numbereds Heads Together” setiap siswa bisa
mendapatkan suasana baru berupa kesempatan untuk
mempresentasikan apa yang didengarkan, bertanya,
menjawab, dan menyampaikan tanggapan kepada guru.
4. Nama : Dirahasiakan
Saya sangat setuju dengan sistem pembelajaran
“Metode Numbereds Heads Together” karena dengan model
pembelajaran ini siswa bisa bertanya dan menuangkan
hal sesuatu yang belum dimengerti untuk ditanyakan
kepada guru pengajar.
5. Nama : Dirahasiakan
63
Setuju, karena dengan adanya prinsip ini dapat
membuat siswa semangat belajar dan akan bertanya
dan menggunakan sesuatu yang belum di ketahui /
penemuan.
6. Nama : Dirahasiakan
Sebaiknya ibu guru jadi guru ekonomi?
7. Nama : Dirahasiakan
Setuju, karena sebagian besar siswa tidak berani
untuk bertanya secara langsung dan menerangkannya
kalau bisa lebih dari 20 menit agar para siswa
lebih jelas menangkapnya dan seharusnya diterangkan
melalui contoh yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, serta penggunaan buku paket harus
diutamakan.
8. Nama : Dirahasiakan
Setuju, karena sebagian besar siswa tidak berani
bertanya kepada guru, tapi guru harus menambah
waktu untuk memberikan teori dari 20 menit menjadi
1 jam pelajaran.
9. Nama : Dirahasiakan
64
½ tolong prinsip “Metode Numbereds Heads Together” harus
diterapkan dan jangan membuat soal di jawab sendiri
kecuali kalau siswa tidak bisa.
10. Nama : Dirahasiakan
My teacher is less to jess
Saya setuju dengan diberikan lembaran, jadi para
siswa bisa bertanya tanpa ada suasana berisik.
Dengan begini apa yang ada di benak para murid bisa
ditanyakan.
11. Nama : Dirahasiakan
Saya sangat setuju sekali, karena itu bisa
memajukan para siswa untuk bertanya.
12. Nama : Dirahasiakan
Setuju, karena siswa juga bertanya apabila ada
pertanyaa yang belum jelas ?
13. Nama : Dirahasiakan
Setuju, karena dengan adanya kelas pertanyaan semua
murid bisa paham betul dengan pelajaran dan juga
untuk murid yang tidak berani bertanya bisa
menanyakannya melalui kertas pertanyaan.
65
14. Nama : Dirahasiakan
Setuju, sebab karena ada “Metode Numbereds Heads
Together” kita bisa belajar rikels, santai, dan dapat
mencarikan suasana dan kita bisa lebih enjoy.
15. Nama : Dirahasiakan
Setuju, karena dengan diberikannya lembaran untuk
bertanya murid dapat bertanya dengan bebas dan
murid bisa memberikan motivasinya.
16. Nama : Dirahasiakan
Setuju, Karen siswa juga bisa bertanya apa yang ia
belum ketahui dari apa yang guru ajarkan kepada
muridnya dan dengan “Metode Numbereds Heads Together”
semua siswa dapat bertanya kepada guru sebelum ada
model pembelajaran. Kebanyakan siswa tidak berani
bertanya atau malu bertanya. Saya kira dengan model
pembelajaran “Metode Numbereds Heads Together” ini cukup
bagus untuk semua murid. Terima kasih.
17. Nama : Dirahasiakan
Saya setuju karena dengan model pembelajaran
“Metode Numbereds Heads Together” siswa bisa
66
mengungkapkan dengan jenis tentang pelajaran yang
tidak mereka mengerti dengan cara membuat
pertanyaan secara tertulis.
18. Nama : Dirahasiakan
Saya setuju, karena dengan “Metode Numbereds Heads
Together” para siswa akan menuangkan sesuatu yang
mereka belum mengerti atau menanyakan sesuatu yang
belum dimengerti. Tetapi dapat memperlambat waktu
penerangan.
19. Nama : Dirahasiakan
Setuju, tetapi cara menjelaskannya pelan-pelan agar
mudah dimengerti.
20. Nama : Dirahasiakan
Saya sangat setuju dengan model pembelajaran “Metode
Numbereds Heads Together” yang ditetapkan seperti
sekarang ini. karena dari siswa dapat bertanya apa
yang ia belum tau/mengerti.
21. Nama : Dirahasiakan
67
Saya setuju, dengan pembelajaran “Metode Numbereds
Heads Together” karena siswa bisa aktif bertanya
kepada guru dan mengerjakan soal-soal.
22. Nama : Dirahasiakan
Setuju karena dalam sistem pembelajaran “Metode
Numbereds Heads Together” sekarang yang digunakan
adalah sistem siswa harus aktif dalam sistem ini
murid dituntut bertanya dan dapat menerangkannya.
23. Nama : Dirahasiakan
Saya setuju dengan cara pembelajaran “Metode
Numbereds Heads Together” ini adalah sistem siswa harus
aktif dalam sistem ini siswa di tuntut untuk
membuat pertanyaan dan siswa harus dapat
menerangkannya, tetapi kalau menerangkan materi
dengan terlalu cepat biar siswa dapat menerimanya
dengan jelas.
24. Nama : Dirahasiakan
Setuju, karena cepat gurunya dalam memberi materi
sehingga kami tidak mengerti. Dan kalau memberikan
68
materi harus pelan-pelan dan kalau memberikan
rumusnya harus diberi satuannya………ok…………?
Saya harap Ibu tidak marah,……!
25. Nama : Dirahasiakan
Setuju, tapi cara bapak menerangkan materi terlalu
cepat.
26. Nama : Dirahasiakan
Setuju, tetapi cara Ibu menerangkan terlalu cepat
sehingga kamu sulit untuk memahaminya.
27. Nama : Dirahasiakan
Setuju tetapi cara Ibu menerangkan terlalu cepat
sehingga kami sulit untuk memahaminya.
28. Nama : Dirahasiakan
Setuju, tetapi cara menjelaskannya harus pelan-
pelan supaya mudah dimengerti.
29. Nama : Dirahasiakan
Setuju, tetapi cara menjelaskannya harus pelan-
pelan supaya mudah dimengerti.
30. Nama : Dirahasiakan
69
BAB V
PENUTUP
Hasil penelitian tindakan kelas berjudul
“Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X TSM4 Melalui Pendekatan
Numbered Heads Together Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Topik Kerja
Sama Membangun Teks Anekdot Di SMK Kartanegara Kota Kediri” dengan
dengan tujuan meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X TSM4 Semester
Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik Kerja Sama Membangun Teks
Anekdot peneliti dapat memberikan kesimpulan dan saran
seperti di bawah ini.
A. KESIMPULAN
71
1. Bahwa metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas X TSM4 Semester Gasal
Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik Kerja Sama
Membangun Teks Anekdot di SMK Kartanegara Kota
Kediri. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan
keaktifan siswa pada pertemuan pertama, kedua dan
ketiga.
2. Bahwa metode Numbered Heads Together juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TSM4
Semester Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik
Kerja Sama Membangun Teks Anekdot di SMK Kartanegara
Kota Kediri. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes
formatif dengan hasil nilai rata-rata 83 dan
ketuntasan belajar klasikal sebesar 90%
3. Dari hasil penelitian bahwa hipotesis : “Penerapan
pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas X TSM4 di SMK
Kartanegara Kota Kediri khususnya pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan topik Kerja Sama Membangun
Teks Anekdot” terbukti benar.
72
B. SARAN
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan pendidikan, terutama
dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang peningkatan
motivasi belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan
Numbered Heads Together.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
perbandingan bagi peneliti yang akan menerapkan
proses pembelajaran agar dapat memberikan motivasi
pada peserta didik dalam peningkatan hasil
belajarnya.
3. Penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan
sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Dan mungkin
juga bisa diaplikasikan pada mata pelajaran yang
lain.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina
Aksara
Andayani.dkk, (2009) Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta :
Universitas Terbuka
C.George Boeree, (2008) Metode Pembelajaran Dan Pengajaran,
Jogjakarta :Ruzz Media
Departemen Pendidikan Nasional, (1999). Penelitian Tindakan
Action Research.
Jakarta : Ditjen : Penerbit Rineka Cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Anekdot
Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial.
Yogyakarta: Erlangga.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, (2014). Bahasa
Indonesia ekspresi Diri dan Akademik, Edisi Revisi,
Jakarta.
Suwarsih Madya, (1994). Panduan penelitian tindakan.
Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
74
Top Related