MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X TSM4 MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER MATA...

75
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X TSM4 MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA TOPIK KERJA SAMA MEMBANGUN TEKS ANEKDOT DI SMK KARTANEGARA KOTA KEDIRI Disusun Oleh: Drs. SETYA SUCIPTA 1

Transcript of MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X TSM4 MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER MATA...

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X TSM4MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER MATAPELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA TOPIK KERJA SAMAMEMBANGUN TEKS ANEKDOT DI SMK KARTANEGARA KOTA

KEDIRI

Disusun Oleh:

Drs. SETYA SUCIPTA

1

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (P T K) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

PELAKSANAAN 24 AGUSTUS - 6 SEPTENBER 2014DI SMK KARTANEGARA KOTA KEDIRI

2

Lembar Pengesahan

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X TSM4MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER MATAPELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA TOPIK KERJA SAMAMEMBANGUN TEKS ANEKDOT DI SMK KARTANEGARA KOTA

KEDIRI

Disyahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Di :

Kediri, 18 Oktober 2014Mengetahui Penyusun,

Kepala Sekolah

3

Drs. AGUNG WICAKSONO Drs. SETYA SUCIPTA

4

Dokumentasi PTK dengan Judul :

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X TSM4MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER MATAPELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA TOPIK KERJA SAMAMEMBANGUN TEKS ANEKDOT DI SMK KARTANEGARA KOTA

KEDIRI

Didokumentasikan pada :

Hari :

Tanggal :

Di : Perpustakaan SMK Kartanegara

Kediri, 18 Oktober 2014 Mengetahui Penyusun, Kepala Perputakaan,

5

Drs. SETYA SUCIPTA Drs. SETYA SUCIPTA

6

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt,

berkat rahmatnya penulis dapat menyusun PTK Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) yang berjudul Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Kelas X Tsm4 Melalui Pendekatan Numbered Heads Together

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Topik Kerja Sama

Membangun Teks Anekdot Di Smk Kartanegara Kota Kediri,

yang penulis susun untuk memenuhi syarat kelengkapan kenaikan

pangkat/golonga ruang.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Yth :

1. Bapak Drs. Agung Wicaksono selaku Kepala SMK Kartanegara Kota

Kediri

2. Teman-teman sejawat yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu dan pihak-pihak terkait yang turut membantu dan

memberi masukan sehingga PTK ini dapat terselesaikan

Mengingat keterbatasan yang ada, penyusunan PTK ini masih

jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran

yang konstruktif demi perbaikan penulisan selanjutnya.

7

Kediri, 18 Oktober2014

Penyusun,

Drs. SETYA SUCIPTA

8

DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………….. i

Lembar Pengesahan …………………………………………………….. ii

Dokumentasi …………………………………………………….. iii

Kata Pengantar …………………………………………………….. iv

Daftar Isi …………………………………………………….. v

Abtraksi …………………………………………………….. vii

B A B I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………….. 1

B. Identifikasi Masalah

…………………………………….. 3

C. Batasan Masalah …………………………………….. 4

D. Rumusan Masalah …………………………………….. 4

E. Tujuan Penelitian …………………………………….. 4

F. Manfaat Hasil Penelitian

…………………………………….. 5

B A B II : KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN

A. Konsep Teori ……………………………………... 6

B. Teks Anekdot ……………………………………... 18

9

C. Hipotesis Penelitian

…………………………………….. 20

B A B III : METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian …………………………………….. 21

B. Subyek Penelitian …………………………………….. 23

C. Teknik Pengumpulan Data

…………………………………….. 24

D. Instrumen Pengumpulan

Data .......................................

........... 25

E. Prosedur Penelitian

…………………………………….. 26

F. Teknis Analisis Data

…………………………………….. 37

G. Kriteria Keberhasilan Tindakan .………………………………..

38

B A B IV : HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian Siklus I

…………………………………….. 39

B. Hasil Penelitian Siklus II

…………………………………….. 49

C. Pendapat dan Tanggapan Siswa …………………………….. 57

B A B V : PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………….. 63

B. Saran …………………………………….. 64

10

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

11

ABSTRAK

Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnyasudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan kurangnyamotivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya kurikulum Indonesiatidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannyayang masih jauh dari optimal. Kurikulum pendidikan yang seringberganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalahutama adalah pelaksanaan di lapangan kurang optimal karenametode pengajaran yang digunakan, sehingga siswa menjadi bosandan malas untuk belajar. Untuk itu diperlukan suatupengelolaan pembelajaran melalui penerapan dengan modelyang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar.Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul“Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X TSM4 Melalui PendekatanNumbered Heads Together Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Topik KerjaSama Membangun Teks Anekdot Di SMK Kartanegara Kota Kediri”Hasil penelitian siklus I : melihat bahwa kuantitas siswabetanya ada peningkatan dari 5 siswa atau 16,67 % menjadi11 siswa atau 36,67% dan kualitas pertanyaan sesuai materitidak mengalami perubahan, kualitas pertanyaan detail adapeningkatan dari 3 siswa menjadi 4 siswa atau dari 10,00%menjadi 13,33 % dan kualitas pertanyaan yang relevan dengankehidupan sehari-hari di sekitar siswa terdapat pengkatansebesar 16,67% atau sebanyak 5 siswa. Kuantitas jawabansiswa terdapat peningkatan dari 6 siswa menjadi 23 siswaatau ada peningkatan dari 20% menjadi 76, 67%keaktifan siswa pada pertemuan pertama dan kedua, makaterlihat bahwa pada pertemuan pertama terdapat 21 siswatidak pernah bertanya atau menjawab pertanyaan atau sebesar70,00% dan pada pertemuan ke dua terdapat 13 siswa atausebesar 43,33%. Jadi ada peningkatan sebesar 26,67%.Terdapat peninggkatan keaktifan yang siswa kadang-kadangbertanya atau menjawab pertanyaan dari 10 siswa menjadi 13siswa atau dari 33,33% menjadi 43,33% dan terjadipeningkatan keaktifan siswa sering bertanya atau menjawabpertanyaan sebesar 5 siswa atau sebesar 16,67%. Hasil siklus II : Total semua pertanyaan siswa pada siklusII ada 24 yang terdiri atas 9 pertanyaan sesuai materi, 10pertnyaan detail dan 5 pertanyaan yang relevan tentang teksanekdot. Total jawaban siswa 39 jawaban yang terdiri atas

12

15 jawaban salah, dan 14 jawaban benar tapi tidak lengkapserta 10 jawaban benar. Peningkatan frekuensi siswa yang tidak pernah bertanya danmenjawab pertanyaan sama dengan 0 (nol) ini berarti semuasiswa dalam kelas telah aktif dalam proses pembelajaran.Namun hal ini belum bisa menjamin ketuntasan belajar bisamencapai 100% sebab masih banyak siswa yang menjawabpertanyaan dengan tidak benar. Namun pada siswa yangmempunyai frekuensi kadang-kadang dan sering menjawabbertanya atau menjawab pertanyaan, ini bisa dipastikan akanmencapai ketuntasan belajar.Melihat keaktifan guru pada pertemuan ketiga di sikus IIini penampilan guru semakin mantap dan optimis bahwa “MetodeNumbered Heads Together” akan berhasil meningkatkan motivasibelajar siswa.Dari hasil tes formatif siswa kelas X TSM4 ini terlihatnyata bahwa siswa-siswa yang mempunyai frekuensi bertanyadan menjawab pertanyaan dengan baik mempunyai korelasi yangsignifikan.Dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 90% ini berartisudah melampoi batas minimal ketuntasan belajar secaraklasikal yaitu sebesar 85%.

Kata kunci : motivasi, teks anekdot, metode numbered heads together BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu

tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu ingin

mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan

merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian

serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan

13

maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat

strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan

itu apabila dihubungkan dengan eksistensi dan hakaikat hidup

manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai

mahluk individu, sosial, dan religius.

Menurut Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha

sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan salah satu

usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah.

Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya manusia

yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus.

Sekarang ini masalah pendidikan menghadapi berbagai masalah

salah satunya adalah rendahnya nilai rata-rata ujian nasional

(UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Rendahnya mutu pandidikan di Indonesia, banyak

opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar dan

praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya

kualitas tenaga pengajar, muatan kurikulum terlalu padat dan

pola pembelajaran yang kurang menarik.

Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan

(yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang

14

disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya

kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju

tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurikulum

pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah

utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di

lapangan, kurang optimal karena metode pengajaran yang

digunakan, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk

belajar. Seperti yang telah kita lihat metode dalam peroses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru terkesan itu-itu saja

(konvensional). Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip

pembelajaran lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya

jawab, atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan

praktek. Kombinasi pembelajaran yang tidak bervariasi seperti

yang sering diterapkan oleh guru adalah, mengajar dengan

ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak

terlibat aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan pemantauan peneliti di SMK Kartanegara

Kota Kediri, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam

belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa kebanyakan

diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam

menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar bahkan

beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas pada saat

15

proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam-

macam, di antaranya, karena tidak suka dengan cara guru

mengajar, merasa bosan dengan metode mengajar guru dan

sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah-langkah

penyelesaian yang tepat untuk mengatasi beberapa masalah

tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan

tersebut adalah perlu diadakannya pembenahan baik bagi tenaga

pengajar maupun siswa sehingga siswa dapat terlibat secara

aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan secara aktif tersebut

mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual dan juga

secara emosional (Dimyati dan Mujiono, 2006). Tetapi dalam

kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam

melakukan pengelolaan pembelajaran dengan baik di kelas, hal

ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang mengajar hanya

dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses

belajar mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa

bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan yang dialami siswa

tidak lain adalah kurangnya pemahaman konsep materi yang

dipelajari sedangkan bagi guru belum sempurnanya dalam

menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran.

Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan

pembelajaran melalui penerapan dengan model yang sesuai

16

yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru harus

bisa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi

pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti model

pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dalam

penelitiannya ini yaitu, Numbered Heads Together, Numbered

Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap

siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok.

Kemudian secara acak guru memanggil nomor yang telah

diberikan siswa tadi. Dengan demikian siswa diharapkan

lebih aktif dan mempunyai motivasi dalam belajar.

Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi

guru dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai

dengan RPP yang telah disusun. Berdasarkan uraian di

atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X TSM4

Melalui Pendekatan Numbered Heads Together Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Pada Topik Kerja Sama Membangun Teks Anekdot Di

SMK Kartanegara Kota Kediri”

B.     IDENTIFIKASI MASALAH

17

Berdasarkan latar belakang di atas, maka

peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu apakah

rendahnya minat belajar siswa salah satunya diakibatkan

karena kesalahan konsep dan metode pembelajaran yang

diterapkan atau mungkin karena penerapan metode

pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar (guru)

tidak sesuai dengan RPP yang dibuat.

18

C.    BATASAN MASALAH

Agar penelitian terarah dan dapat mencapai

sasaran maka perlu adanya batasan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

a. Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam

menerapkan model pembelajaran pada RPP yang dibuat.

b. Penelitin ini dilaksanakan pada proses pembelajaran

oleh tenaga pengajar

c. Penelitian ini dilakukan di SMK Kartanegara Kota

Kediri pada siswa kelas X TSM4 Semester Gasal Tahun

Pelajaran 2014/2015

d. Implementasi konsep penelitian pada materi Kerja

Sama Membangun Teks Anekdot.

D.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

peneliti merumusnan masalah, yakni bagaimana cara metode

Numbered Heads Together diterapkan sehingga dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X TSM4

Semester Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik

19

Kerja Sama Membangun Teks Anekdot di SMK Kartanegara

Kota Kediri?

E.     TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui cara

penerapan metode Numbered Heads Together dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas X TSM4 Semester Gasal

Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik Kerja Sama

Membangun Teks Anekdot di SMK Kartanegara Kota Kediri.

F. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat secara teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi perkembangan pendidikan, terutama

dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang

peningkatan motivasi belajar Bahasa Indonesia

melalui pendekatan Numbered Heads Together.

20

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

perbandingan bagi peneliti terdahulu yang terkait

dengan penelitian ini.

b. Manfaat secara praktis

1. Bagi siswa

Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia sehingga pemahaman siswa mengenai

konsep Bahasa Indonesia yang dipelajari menjadi

lebih baik.

2. Bagi guru

Sebagai pedoman dalam menerapkan pendekatan

pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dengan

pendekatan Numbered Heads Together.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat

dalam rangka perbaikan pembelajaran Bahasa

Indonesia. Dan mungkin juga bisa diaplikasikan pada

mata pelajaran yang lain.

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A.    DESAIN PENELITIAN

Desain Penelitian Tindakan Kelas yang di

gunakan adalah desain PTK Model John Elliott.

Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & Mc.

Taggart, desain PTK model John Elliott juga dikembangkan

berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin. Model John Elliot

ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt

Lewin dan model Kemmis & Mc. Taggart karena di dalam

setiap siklus terdiri dari beberapa tindakan, yaitu

antara tiga sampai lima tindakan. Sementara itu, setiap

tindakan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi

dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Model Elliot

dapat digambarkan sebagai berikut:

SIKLUS I SIKLUS II

22

Rencana Umum

Tindakan 1

Pengaruh danImplementasi

Monitor

Tindakan 2Tindakan 3

Survei (Penemuan fakta dananalisis)

ImplementasiTindakan 1

SIKLUS II

Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang

pada hakikatnya

bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan

atau ide dengan

pengambilan tindakan. Seperti contoh identifikasi

masalah berikut:

1) Para siswa merasa tidak puas dengan metode penilaian

yang digunakan guru kelasnya. Bagaimana kalau guru

berkolaborasi untuk meningkatkan pengukuran terhadap

kemampuan siswa?

23

Revisi IdeUtama

A

Rencana yangdiubah

Tindakan 1

Pengaruh danImplementasi

Monitor

Tindakan 2Tindakan 3

ImplementasiLangkah

Selanjutnya

Survei (menjelaskan)kegagalan terhadap Merevisi Ide

Utama

A

2) Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma di

kelas. Bagaimana cara guru membawa siswa lebih banyak

lagi menggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan

tugas-tugas mereka?

3) Orang tua siswa bersedia membantu sekolah dengan

melakukan supervisi “pekerjaan rumah”. Bagaimana

caranya agar bantuan orang tua siswa bekerja lebih

produktif?

Apa pun masalah yang akan diangkat dalam

penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup

permasalahan yang dihadapi guru dalam praktek

pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan

sesuatu yang ingin di capai serta berusaha mengubahnya

dan sekaligus memperbaikinya. Apabila guru dalam

melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu

yang janggal atau adanya ketimpangan dan kurang

memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati pada waktu

orientasi atau tahapan awal penelitian sebagai

peningkatan, maka diperlukan penjelasan lebih lanjut.

Misalkan, kejanggalan itu ialah para siswa banyak

24

membuang waktu percuma di kelas perlu deskripsi yang

mendetail, seperti: siswa yang mana yang membuang waktu

percuma di kelas itu? Tugas apa yang sebenarnya yang

mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran

mereka melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa

yang mereka tampilkan waktu ”membuang waktu dengan

percuma” di kelas?

Informasi yang didapat dari pertanyaan-

pertanyaan di atas akan menolong untuk membedakan

berbagai aspek permasalahan penelitian dan membantu ke

arah mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan.

Refleksi atau pertimbangan baik atau buruknya atau

berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan bagian

dari tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah

tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi

perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan

dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model

siklus.

B.     SUBJEK PENELITIAN

25

Subjek penelitian menurut Amirin (1986)

merupakan seseorang atau sesuatu mengenai yang

mengenainya ingin diperoleh keterangan.  Menurut

Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek

penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data

untuk variabel penelitian melekat, dan yang

dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek

penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena

pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang

peneliti akan amati.  Kesimpulan dari kedua penngertian

diatas Subjek penelitian adalah individu, benda, atau

organisme yang dijadikan sumber informasi yang

dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam hal

ini yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini

adalah siswa kelas X TSM4 semester gasal di SMK

Kartanegara Kota Kediri tahun pelajaran 2014/2015..

C.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan

data berupa hasil kemampuan siswa dalam membaca teks

26

anedot, menulis ulang teks anedot, mengidentifikasi

pelaku teks anekdot, membaca teks anekdot dalam puisi

dan dapat mengidentifikasi struktur teks serta mengartikan

makna kata dalam puisi, dapat membuat naskah drama singkat

anekdot yang berisi kritik sosial bertema sampah serta

siswa dapat melengkapi bagian teks anekdot dan menyusunnya

kembali dengan tokoh. Semua kemampun siswa ini akan direkam

dengan instrument observasi berupa lembar pengamatan

aktivitas siswa dan guru. Metode observasi ini

memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara

wajar dalam kegiatan penelitian.

Penelitian didampingi oleh seseorang observer

yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran.

Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra

yang turut membantu proses pembelajaran.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui :

1.      Lembar penilaian keaktifan siswa dalam melakukan

penelitian data ini ditentukan berdasarkan skala

penilaian (tidak pernah, kadang-kadang, sering)

dengan skor penilaian 1-3.

27

2.      Laporan tertulis dari kegiatan penelitian ini

dilakukan dengan memban-dingkan nilai keaktifan siswa

yang tidak pernah, kadang-kadang dan sering dalam

bertanya dan menjawab pertanyaan selama kegiatan

pembelajaran berlangsung.

3.      Angket sikap siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran.

D.    INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu tes kemampuan, lembar observasi, jurnal dan

catatan lapangan.

1.      Tes Kemampuan

Tes adalah berupa pertanyaan atau jawaban

siswa yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun tes yang

dilakukan yaitu berupa pertanyaan atau jawaban

tentang teks anekdot. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah dicapai.

28

2.      Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat pengamatan

yang digunakan untuk mengukur atau melihat aktivitas

siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan

kooperatif dan memotivasi siswa selama kegiatan

belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar

observasi yang diisi oleh observer sebagai pencatat

lapangan.

Aktivitas peneliti yang diamati adalah

keterampilan mengajar mulai, dari membuka pelajaran

sampai pada menutup pelajaran. Aspek yang diamatinya

berupa kelengkapan dan keahlian guru dalam mengajar

sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya.

3.      Jurnal Siswa

Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir

pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk mengetahui

apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran yang

diterapkan di kelas. Hasil ini akan digunakan untuk

melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus

berikutnya.

29

4.      Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah temuan selama

pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak

ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini

berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi

selama pembelajaran berlangsung.

E.     PROSEDUR PENELITIAN

Siklus Penelitian menurut John Elliot

1. Siklus Pertama

a.  Rencana Tindakan Siklus I

Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang

maksimal dan optimal, peneliti menerapkan metode

Numbered Heads Together sebagai metode yang dapat

melibatkan antara guru dan siswa dan dapat berperan

aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena

jika hanya menggunakan metode-metode klasik seperti

metode ceramah ataupun yang lainnya dirasakan kurang

tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa

30

Indonesia pada kelas X TSM4 semester gasal di SMK

Kartanegara Kota Kediri.

Sebelum pelaksanaan pada siklus I, peneliti

melakukan perencanaan melalui beberapa tahap

persiapan yaitu:

1) Membuat rencana pembelajaran.

2) Membagi materi

3) Peneliti membagai siswa kelas X TSM4 semester

gasal di SMK Kartanegara Kota Kediri, menjadi

beberapa kelompok sekaligus memberi tugas masing-

masing kelompok.

4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti

mengambil alat observasi guna mengetahui

keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran berlangsung.

b.  Pelaksanaan Siklus I

Setelah diputuskan menggunakan metode

Numbered Heads Together siswa kelas X TSM4 semester

gasal di SMK Kartanegara Kota Kediri Tahun Pejalaran

2014/2015. Maka tahapan pembelajaran sesuai dengan

31

tahapan dalam metode Numbered Heads Together. Proses

pembelajarannya berlangsung selama 2 X 40 menit,

yang meliputi:

Pertemuan I : 2 X 40 menit

1. Kegiatan Pendahuluan

a) Salah seorang peserta didik memimpin berdoa

dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benar.

b) Presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa.

c) Tukar pendapat tentang fungsi teks anekdot

dalam kehidupan sehari-hari setelah menyimak

tayangan teks anekdot.

d) Mengekspresikan rasa syukur atas keberadaan

bahasa Indonesia setelah menyimak tayangan teks

anekdot.

e) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

f) Memberikan motivasi sesuai dengan topik yang

akan dibahas

g) Menyepakati kegiatan yang akan dilakukan.

2.  Kegiatan Inti

Pre Activity

a)  Peneliti/ guru memberikan stimulus materi

32

b)  Peneliti/guru membagi siswa menjadi 6

kelompok.

c)  Peneliti/guru memberi tugas kepada masing-

masing kelompok.

Whilst Activity

a) Peneliti/guru memberikan instruksi membaca teks

anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan

Banjir’ kemudian mengidentifikasi partisipan

dan hubungan antarpartisipan

b) Peserta didik membandingkan kegiatan

partisipan dalam teks anekdot dengan kegiatan

yang dilakukan oleh tokoh nyata.

c) Peserta didik menentukan tahap krisis pada teks

anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan

Banjir”

d) Peserta didik menata ulang kalimat - kalimat di

bacaan buku bahasa Indonesia halaman 123 secara

urut sehingga dapat membentuk cerita yang bagus

e) Peserta didik menulis ulang teks anekdot yang

berjudul “Politisi Blusukan Banjir” dengan

menyisipkan beberapa dialog

33

f) Dari kegiatan a sampai dengan e siswa

diberikan waktu bekerjasama dalam kelompok

beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan

praktek yang disesuaikan dengan materi serta

mempresentasikannya sesuai dengan nomor yang

ditunjuk oleh peneliti/guru.

g) Peneliti/guru mengatur jalannya pembelajaran.

h) Peneliti/guru melontarkan pertanyaan untuk

kemudian menunjuk nomor siswa yang akan

menjawabnya.

i) Peneliti/guru mencatat jawaban siswa dalam

lembar keaaktifan siswa dengan memberikan skor

1 untuk jawaban yang salah, 2 untuk jawaban

kurang lengkap dan 3 untuk jawaban yang

lengkap.

j) Jika jawaban salah maka pertanyaan diberikan

pada nomor siswa berikutnya dan seterusnya

sampai didapat pertanyaan yang benar.

k) Jika tidak didapatkan jawaban yang benar maka

peneliti/guru memberi kesempatan bertanya

34

kepada siswa nomor berikutnya secara acak dan

menuliskan pertanyaan siswa dengan skor 1 bila

pertanyaan sesuai materi, skor 2 bila

menanyakan hal yang lebih detail dan skor 3

menanyakan hal lain yang masih relevan.

Post Activity

a)  Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja siswa

selama pembelajaran.

b) Peneliti/guru meluruskan permasalahan dan

memberikan feed back yang tepat atas

permasalahan yang ada.

3. Tahap Akhir

a) Peneliti/guru dan pserta didik menyimpulkan

pembelajaran

b) Peserta didik melakukan refleksi terhadap

kegiatan yang sudah dilaksanakan

c) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi agar

para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.

d) Peneliti/guru memberikan informasi mengenai

bahasan selanjutnya.

35

e) Peneliti Peserta didik menyimak informasi

mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.

f) Peneliti/guru menutup pertemuan/salam penutup.

Pertemuan II : 2 X 40 menit

1.  Tahap Pendahuluan

a) Siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-

masing dan dilan-jutkan dengan memberikan salam

pembuka (Assalamu’alaikum Wr. Wb.)

b)   Presensi Siswa

c) Siswa menerima intruksi untuk membentuk formasi

kelompok seperti minggu lalu.

d) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan

pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran

yang akan dilaksanakan.

e)   Siswa menyimak penjelasan guru mengenai

kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan

langkah pemelajaran yang akan dilaksanakan.

36

f) Siswa menerima penjelasan secara singkat

kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa

sebagai hasil belajar

2.  Tahap Inti

Whilst Activity

a) Peserta didik membaca teks anekdot yang

berjudul “Puntung Rokok “pada buku paket bahasa

Indonesia kelas X hal 124 -125.

b) Peserta didik mengidentifikasi pelaku dalam

teks anekdot yang berjudul “Puntung Rokok “.

c) Peserta didik mengidentifikasikan isi dan

konteks dalam teks anekdot yang berjudul

“Puntung Rokok “.

d) Peserta didik mengurutkan kalimat kalimat

secara acak dengan cara membubuhkan nomor pada

setiap kalimat dalam teks cerita “Puntung

Rokok”.

e) Peserta didik menulis ulang teks anekdot yang

berjudul “Puntung Rokok “ dalam bentuk monolog.

f) Peserta didik membandingkan hasil kerja

mereka dengan kelompok lain dan memperbaikinya.

g) Peserta didik mempresentasikan teks yang mereka

susun di dapan kelas dengan pengucapan dan

37

intonasi yang benar dan meminta kelompok lain

mengometarinya

h) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada

nomor dari masing-masing kelompok yang belum

menjawab.

i) Peneliti/guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik

dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya

dan mencatatnya kegiatan ini pada lembar

penilaian keaktifan siswa.

Post Activity

a) Peneliti/guru beserta siswa

menyimpulkan pembelajaran.

b) Peneliti/guru melakukan refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

c) Peneliti/guru memperjelas secara detail

materi teks anekdot.

3. Tahap Akhir

a) Peserta didik menyimak informasi mengenai

rencana tindak lan-jut pembelajaran

38

b) Peneliti/guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk betanya.

c) Peneliti/guru memberi tugas kepada siswa

untuk mempelajari materi selanjutnya

d) Peneliti/guru memberikan motivasi-motivasi

agar para siswa bisa lebih meningkatkan

belajarnya.

e) Peneliti/ guru menutup pertemuan/salam

penutup.

c.   Observasi Siklus I

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,

peneliti di sini selain bertindak sebagai guru,

peneliti juga bertindak sebagai observer yang

mencatat lembar pengamatan pada lembar observasi

prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I,

kegiatan siswa sudah cukup bagus atau belum, siswa

terlihat lebih antusias dalam memperhatikan

pelajaran atau tidak, dan apakah pelajaran yang

didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya

atau tetap seperti biasanya.

39

Memasuki tahapan II, apakah siswa lebih

antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini

dilihat dari kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran. Apakah mayoritas siswa mampu membuat

teks anekdot dengan baik serta bersemangat dalam

mengapresiasikannya.

d. Refeleksi Siklus I

Tujuan penelitian menerapkan metode

Numbered Heads Together adalah untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa, agar metode-metode

pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dirasakan

efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas XTSM4

semester I di SMK Kartanegara Kota Kediri tahun

pelajaran 2014/2015. Yang mana hal ini tidak

terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang

dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan

diatas, maka diambil langkah-langkah:

1) Memperhatikan peningkatan siswa yang lebih tertib

dalam mengikuti proses pembelajaran.

40

2) Sebagian kecil siswa yang kurang mampu menguasai

materi teks anekdot, maka harus diberikan

perhatian khusus untuk dibimbing dalam menyimak.

2.Siklus Kedua

a. Rencana Tindakan Siklus II

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam

pembelajaran, peneliti memantapkan penggunaan metode

Numbered Heads Together yang nantinya akan melibatkan

lebih banyak lagi siswa yang terlibat dalam proses

pembelajaran Bahasa Indonesia pada topik Kerja Sama

Membangun Teks Anekdot.

Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads

Together pada siklus II, peneliti melakukan

perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:

1) Membuat rencana pembelajaran.

2) Membagi materi selanjutnya menjadi beberapa

bagian.

41

3) Peneliti/guru membagi siswa kelas X menjadi 6

kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing

kelompok..

4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti

mengambil alat observasi guna mengetahui

keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran berlangsung.

b.  Pelaksanaan Siklus II

Dengan tetap menggunakan metode Numbered

Heads Together maka tahapan pembelajaran yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

Pertemuan I : 2 X 40 menit

1. Tahap Awal

a) Salah seorang siswa memimpin berdoa dengan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar.

b) Presensi siswa.

c) Siswa menerima informasi tentang

keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

42

d) Siswa didik menyimak penjelasan guru mengenai

kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan

langkah pemelajaran yang akan dilaksanakan.

2.   Tahap Inti

Pre Activity

a) Peneliti/guru memberikan stimulus materi

teks anekdot

b) Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 6

kelompok.

c) Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-

masing kelompok.

Whilst Activity

a) Siswa membaca teks anekdot yang ada pada

buku paket Bahasa Indonesia kelas X hal 130.

b) Siswa mengelompokkan berdasarkan struktur

teks anekdot seperti abstraksi, orientasi,

krisis, reaksi, koda.

c) Siswa menyusun teks anekdot lain berdasarkan

teks yang sudah ada dengan mengganti pelaku,

seting, dan persoalan yang dihadapi pelaku.

d) Poin a) sampai c) didiskusikan secara

berkelompok.43

e) Peneliti/guru menghentikan jalannya diskusi

setelah dirasa cukup dan memulai kegiatan

bertanya dan menjawab pertanyaan yang

disampaikan masing-masing kelompok yang

ditunjuk oleh sesuai dengan nomor yang telah

diberikan oleh peneliti.

Post Activity

a) Peneliti/guru mengevaluasi hasil kinerja

siswa selama proses pembelajaran melalui

instrumen lembar keaktifan siswa seperti pada

siklus I.

b) Peneliti/guru memberikan koreksi selama

berlangsung porses pembelajaran dan memberikan

feed back yang tepat atas permasalahan yang

ada.

3. Tahap Akhir

a) Peneliti/ guru beserta siswa menyimpulkan

hasil pembelajaran

b) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan

44

c) Tes formatif

d) Salam penutup

c. Observasi Siklus II

Setelah diadakan perbaikan-perbaikan

terhadap hasil yang didapat dari siklus I kegiatan

siswa dalam proses belajar-mengajar diharapkan lebih

bagus lagi, karena ada kemajuan bagi kelompok siswa

yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan,

diperoleh dapat diperoleh kesimpulan apakah siswa

cukup antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-

mengajar, dan apakah siswa bertambah aktif untuk

bertanya dan menjawab. Dan juga siswa mengalami

peningkatan kemampuan dalam membuat teks anekdot.

Prestasi belajar siswa yang merupakan hasil

akhir dari pembelajaran metode Numbered Heads Together

yaitu dapat dilihat pada antusias belajar siswa

hasil nilai akhir tes formatif siswa.

d. Refleksi Siklus II

45

Dari kegiatan pembelajaran yang telah

berlangsung dengan menggunakan metode Numbered Heads

Together, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dan agar siswa

untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-

mengajar.

Dari hasil observasi pada siklus II, maka

langkah yang akan diambil:

a) Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa

metode Numbered Heads Together harus terus diterapkan

kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti secara

mendalam makna yang terkandung dalam materi yang

disampaikan.

b) Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan

berkembang lebih baik dan tetap terpelihara.

46

F.     Teknik Analisis

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan

setelah kegiatan pengumpulan data. Dalam penelitian

ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif

kualitatif adalah suatu teknik yang menganalisis data

dengan cara mengiterpretasikan data yang diperoleh

dengan menggunakan kata-kata.

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat

dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa

metode antara lain :

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang

tampak pada objek penelitian.Yang dilakukan waktu

pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam

kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan

mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat

pencatat, formulir dan alat mekanik.

2. Pengukuran test hasil belajar

47

Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang

diperoleh oleh siswa.

3. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh

informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

4. Metode dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain

adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda dan sebagainya.

G.    Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan penelitian dilihat sama

seperti pada siklus 1, yaitu:

48

1.     Bilamana ada peningkatan keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran dari pertemuan pertama dan kedua

pada siklus I.

2.  Ketercapaian ketuntasan belajar siswa secara

klasikal dalam menyerap materi pelajaran melalui tes

formatif.

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. HASIL PENELITIAN SIKLUS I

1. Perencanaan

Di SMK Kartanegara Kota Kediri kelas X.TSM2

dengan jumlah murid 30, peneliti memang menemukan dan

merasakan bahwa sebagian besar murid (sekitar 60 s.d

70%) tidak bisa aktif dalam proses pembelajaran bahasa

Indonesia dan bahkan ada beberapa siswa hanya diam

saja. Untuk itu peneliti mencoba metode pembelajaran

baru yang belum pernah diterapkan yaitu “Metode

Numbered Heads Together”. Metode ini diharapkan dapat

mengaktifan seluruh siswa dalam proses pembelajaran.

Sedangkan yang perlu dipersiapkan sebelum model ini

diterapkan adalah perangkat pengumpulan data yaitu,

1). Lembar Penilaian Keaktifan Siswa, 2). Lembar

Pertanyaan Siswa, 3). Lembar Pendapat dan Tanggapan

50

Siswa, 4). Dan lembar keaktifan guru serta 5) Buku

Materi (BKS MGMP).

2. Pelaksanaan

Pada siklus ke-1 Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini dimulai hari Sabtu, 24 Agustus 2014 dengan

materi membahas materi membaca teks anekdot yang

berjudul “Politisi Blusukan Banjir’ dan teks anekdot

yang berjudul “Puntung Rokok“ yang dilaksanakan selama

dua kali pertemuan. Prosedur pelaksanaannya sesuai

dengan langkah-langkah “Metode Numbered Heads Together”

seperti penjelasan di BAB. III, dan ternyata secara

praktis bisa dikatakan bahwa langkah-langkah dapat

dilaksanakan sesuai dengan rencana.

3. Pengamatan

Dari pengamatan yang kemudian data diisikan

pada lembar Penilaian Keaktifan Siswa dan lembar

keaktifan guru diproleh hasil sebagai berikut :

B. HASIL PENELITIAN SIKLUS II

1. Perencanaan

51

Pada siklus I prosen pembelajaran “Metode

Numbered Heads Together” dapat diterima oleh siswa yang

mempunyai kemampuan rerata dan di atas rerata, namun

bagi siswa yang malas tetap mempunyai kecenderungan

untuk menyesuaikan teman-temannya. Siswa yang

bekemampuan tinggi cenderung untuk mengangkat tangan

untuk menjawab pertanyaan walaupun sudah dibuat

kesepakatan bahwa siswa yang ditunjuk sesuai dengan

nomor yang telah diberikan yang boleh bertanya atau

menjawab pertanyaan.

2. Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu

tanggal 6 Septeber 2014 membahas materi buku paket

kelas X halaman 130 dimana siswa mengelompokkan

berdasarkan struktur teks anekdot seperti abstraksi,

orientasi, krisis, reaksi, koda dan siswa harus

menyusun teks anekdot lain berdasarkan teks yang sudah

ada dengan mengganti pelaku, seting, dan persoalan

yang dihadapi pelaku.

3. Pengamatan

52

Berdasarkan pengalaman di siklus I,

pengamatan di siklus II ini peneliti berkolaborasi

secara intensif agar pelaksanaan penelitian lebih

berhasil untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

dengan membuat suasana yang lebih santai dan

menyenangkan. Dari hasi pengamatan diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 7LEMBAR PENILAIAN KEAKTIFAN SIWA PERTEMUAN 3

SIKLUS II

No N a m a

KEGIATAN FREKUENSI

FrekuensiBertanya Menjawab

Berta-nya

Menja-wab

1 Aditya Pregawa Pratama 1 1 2 2 2 Sering

2 Aleck Franando 1 0 1 Kadang-kadang

3 Andi Prasetyo 1 0 1 Kadang-kadang

4 Dicky Fernando 3 1 3 1 2 Sering

5 Dicky Wibowo Prapditya 1 0 1 Kadang-

kadang6 Dino Andrianto 1 2 3 1 2 Sering

7 Ervan Fajar Setiawan 1 0 1 Kadang-

kadang

8 Fandi Novantoro 2 2 1 1 Kadang-kadang

9 Feri Andrian 1 1 1 1 Kadang-kadang

10 Heri Cahyono 2 2 1 1 Kadang-kadang

11 Heru Dwi Susanto 2 1 2 3 1 3 Sering12 Heru Hermawan 2 0 1 Kadang-

53

No N a m a

KEGIATAN FREKUENSI

FrekuensiBertanya Menjawab

Berta-nya

Menja-wab

kadang13 Jefrika Efendi 2 3 3 2 1 Sering

14 M. Bahaudin Sya Roni 2 1 0 Kadang-

kadang

15 M. Fadil Asan Firmansyah 2 0 1 Kadang-

kadang

16 Markus Deo Pradipta 2 1 0 Kadang-

kadang

17 Mesi Rizki Pujianto 2 0 1 Kadang-

kadang

18 Meydo Fajar Muharom 1 1 2 1 2 Sering

19 Moh. Suprayitno 1 0 1 Kadang-kadang

20 Muhammad Zamroji 1 0 1 Kadang-kadang

21 Putra Nuryahya Ramadhan 1 2 3 3 3 1 Sering

22 Redo Pratama 2 3 2 3 2 2 Sering

23 Ricko Puspa Kurniawan 1 0 1 Kadang-

kadang

24 Septian Yuli Saputra 1 1 1 1 Kadang-

kadang

25 Vicky Firdaus Ananda 1 2 1 1 Kadang-

kadang

26 Wirawan Bagus Susilo 1 2 2 3 2 2 Sering

27 Yoga Fian Aldianto 2 2 3 1 2 Sering

28 Yoga Setiawan 1 0 1 Kadang-kadang

29 Yoghaswara kholifi Yunan 2 3 0 2 Kadang-

kadang

30 Yosef Adi Pratama 1 3 1 3 2 2 Sering

JUMLAH 9 10 5 1

514

10 25 39

Sering 11 Siswa 26,19Kadang-kadang 19 Siswa 65,52Tidak pernah 0 Siswa 0,00

54

KRITERIA PENILAIAN KEAKTIFAN SISWA

A. PertanyaanSkor 1 = sesuai materiSkor 2 = meminta keterangan yang lebih detailSkor 3 = menanyakan hal lain yang masih relevan

B. Menjawab PertanyaanSkor 1 = menjawab tidak benarSkor 2 = menjawab benar tetapi kurang lengkapSkor 3 = menjawab benar dan lengkap

C. Frekuensi bertanya/menjawab pertanyaanSkor 0 = tidak pernah (0 kali)Skor 1 = kadang-kadang (1-2 kali)Skor 3 = sering (> 3 kali)

Tabel 8LEMBAR PENILAIAN KEAKTIFAN GURU PERTEMUAN 2

SIKLUS I

NO. AKTIFITAS GURU SKOR

1 2 3 4Kegiatan Awal

1 Guru mempersilahkan salah satu siswa untuk memimpin doa

2Guru melakukan presensi dan memberikan apersepsi kepada siswa

3 Guru melakukan tukar pendapat tentang fungsi teks anekdot dalam kehidupan sehari-hari setelah menyimak tayangan teks

55

NO. AKTIFITAS GURU SKOR

1 2 3 4anekdot

4

Guru mengekspresikan rasa syukuratas keberadaan bahasa Indonesiasetelah menyimak tayangan teks anekdot

5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

6 Guru memberikan motivasi sesuaidengan topik yang akan dibahas.

7 Guru menyepakati kegiatan yang akan dilakukan

Kegiatan Inti

1 Peneliti/ guru memberikan stimulus materi

2 Peneliti/guru membagi siswa menjadi 6 kelompok

3 Peneliti/guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok

4

Guru memberi kesempatan peserta didik untuk membaca teks anekdotyang berjudul “Politisi BlusukanBanjir’ secara berkelompok, kemudian mengidentifikasi partisipan dan hubungan antar partisipan

5

Guru mengamati peserta didik membandingkan kegiatan partisipan dalam teks anekdot dengan kegiatan yang dilakukan oleh tokoh nyata.

6

Guru mengamati peserta didik menentukan tahap krisis pada teks anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan Banjir”

7 Guru mengamati peserta didik menata ulang kalimat-kalimat di bacaan buku bahasa Indonesia halaman 123 secara urut sehingga

56

NO. AKTIFITAS GURU SKOR

1 2 3 4dapat membentuk cerita yang bagus

8

Guru mengamati peserta didik menulis ulang teks anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan Banjir” dengan menyisipkan beberapa dialog.

9 Guru menghentikan diskusi hasil diskusi

10Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi

11Guru melontarkan pertanyaan untuk kemudian menunjuk nomor siswa yang akan menjawabnya

12

Guru mencatat jawaban siswa dalam lembar keaaktifan siswa dengan memberikan skor 1 untuk jawaban yang salah, 2 untuk jawaban kurang lengkap dan 3 untuk jawaban yang lengkap

13

Jika jawaban salah maka guru memberikan pertanyaan pada nomorsiswa berikutnya dan seterusnya sampai didapat pertanyaan yang benar

14

Jika tidak didapatkan jawaban yang benar maka peneliti/guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa nomor berikutnya secara acak dan menuliskan pertanyaan siswa dengan skor 1 bila pertanyaan sesuai materi, skor 2 bila menanyakan hal yang lebih detail dan skor 3 menanyakan hal lain yang masih relevan.

Penutup

57

NO. AKTIFITAS GURU SKOR

1 2 3 4

1 Peserta didik bersama guru menyimpulkan pembelajaran

2Peserta didik melakukan refleksiterhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan

3 Guru melaksanakan tes formatif 4 Siswa melaksakan tes formatif 5 Doa penutup

Jumlah nilai aktivitas guru = SkorperolehanSkormaksimum x 100 %Catatan :Skor 1 = 50-59 = kurang

2 = 60-71 = cukup3 = 72-85 = baik4 = 86-100 = sangat baik.

Tabel 9HASIL TES FORMATIF SISWA

SIKLUS II

No N a m a Nilai Keterangan

1 Aditya Pregawa Pratama 76 Tuntas

2 Aleck Franando 58 Remidi3 Andi Prasetyo 76 Tuntas4 Dicky Fernando 90 Tuntas

5 Dicky Wibowo Prapditya 78 Tuntas

6 Dino Andrianto 92 Tuntas7 Ervan Fajar Setiawan 76 Tuntas8 Fandi Novantoro 80 Tuntas9 Feri Andrian 76 Tuntas10 Heri Cahyono 88 Tuntas11 Heru Dwi Susanto 96 Tuntas

58

No N a m a Nilai Keterangan

12 Heru Hermawan 80 Tuntas13 Jefrika Efendi 98 Tuntas14 M. Bahaudin Sya Roni 82 Tuntas

15 M. Fadil Asan Firmansyah 84 Tuntas

16 Markus Deo Pradipta 78 Tuntas17 Mesi Rizki Pujianto 80 Tuntas18 Meydo Fajar Muharom 82 Tuntas19 Moh. Suprayitno 76 Tuntas20 Muhammad Zamroji 76 Tuntas

21 Putra Nuryahya Ramadhan 98 Tuntas

22 Redo Pratama 98 Tuntas23 Ricko Puspa Kurniawan 74 Remidi24 Septian Yuli Saputra 78 Tuntas25 Vicky Firdaus Ananda 76 Tuntas26 Wirawan Bagus Susilo 94 Tuntas27 Yoga Fian Aldianto 96 Tuntas28 Yoga Setiawan 74 Remidi

29 Yoghaswara kholifi Yunan 90 Tuntas

30 Yosef Adi Pratama 90 TuntasNilai tertinggi 98Nilai terendah 58Nilai rata-rata 83Total siswa yang tuntas belajar 27Total siswa yang remidi 3Ketuntasan belajar 90%

Tabel 10REKAPITULASI PENILAIAN KEAKTIFAN SISWA

SIKLUS I DAN SIKLUS II

59

KEGIATAN FREKUENSI

FrekuensiBertanya Menjawab

Berta-nya

Menja-wab

JUMLAH 2 3 0 3 3 0 5 6Sering 0 Siswa 0,00 %Kadang-kadang 10 Siswa 33,33 %Tidak pernah 21 Siswa 70,00 %

JUMLAH 2 4 5 9 5 9 11 23Sering 5 Siswa 11,90 %Kadang-kadang 13 Siswa 44,83 %Tidak pernah 13 Siswa 26,00 %

JUMLAH 9 10 5 1

514

10 25 39

Sering 11 Siswa 26,19 %Kadang-kadang 19 Siswa 65,52 %Tidak pernah 0 Siswa 0,00 %

Tabel 11REKAPITULASI KEAKTIFAN GURU

SIKLUS I DAN SIKLUS II

NO. AKTIFITAS GURU SKOR

1 2 3 4Total skor pertemuan pertama 4 22Total skor pertemua kedua 26Total skor pertemuan ketiga 21 5Nilai keaktifan guru pada pertemua pertama Cukup baik

Nilai keaktifan guru pada pertemua kedua Baik

Nilai keaktifan guru pada pertemuan ketiga Baik

4. Refleksi

60

Proses pembelajaran di siklus II dipertemuan

ketiga ini diperoleh hasil pengamatan keaktifan siswa,

keaktifan guru dan hasil tes sebagai berikut :

Total semua pertanyaan siswa pada siklus II

ada 24 yang terdiri atas 9 pertanyaan sesuai materi,

10 pertnyaan detail dan 5 pertanyaan yang relevan

tentang teks anekdot. Total jawaban siswa 39 jawaban

yang terdiri atas 15 jawaban salah, dan 14 jawaban

benar tapi tidak lengkap serta 10 jawaban benar.

Peningkatan frekuensi siswa yang tidak pernah

bertanya dan menjawab pertanyaan sama dengan 0 (nol)

ini berarti semua siswa dalam kelas telah aktif dalam

proses pembelajaran. Namun hal ini belum bisa menjamin

ketuntasan belajar bisa mencapai 100% sebab masih

banyak siswa yang nebjawab pertanyaan dengan tidak

benar. Namun pada siswa yang mempunya frekuensi

kadang-kadang dan sering menjawab pertanyaan atau

menjawab pertanyaan ini bisa dipastikan akan mencapai

ketuntasan belajar.

61

Melihat keaktifan guru pada pertemuan ketiga

di sikus II ini penampilan guru semakin mantap dan

optimis bahwa “Metode Numbered Heads Together” akan

berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dari hasil tes formatif siswa kelas X TSM4

ini terlihat nyata bahwa siswa-siswa yang mempunyai

frekuensi bertanya dan menjawab pertanyaan dengan baik

mempunyai korelasi yang signifikan.

Dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar

90% ini berarti sudah melampoi batas minimal

ketuntasan belajar secara klasikal yaitu sebesar 80%.

C. PENDAPAT DAN TANGGAPAN SISWA

Rekapitulasi pendapat siswa kelas X TSM4 SMK

Kartanegara Kota Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015

sebagai berikut :

1. Nama : Dirahasiakan

Saya sangat setuju dengan “Metode Numbereds Heads

Together” karena setiap siswa bisa mendapatkan

fasilitas baru berupa kesempatan menyampaikan

62

pendapat, bertanya, menjawab dan menyampaikan

tanggapan, kepada sesama teman dan bahkan guru.

2.Nama : Dirahasiakan

Saya sangat setuju. Pembelajaran itulah yang harus

diterapkan disekolah karena sekarang sistemnya

siswa harus aktif. Jadi murid harus banyak

melakukan aktivitas.

3.Nama : Dirahasiakan

Saya sangat setuju, karena dengan pembelajaran

“Metode Numbereds Heads Together” setiap siswa bisa

mendapatkan suasana baru berupa kesempatan untuk

mempresentasikan apa yang didengarkan, bertanya,

menjawab, dan menyampaikan tanggapan kepada guru.

4. Nama : Dirahasiakan

Saya sangat setuju dengan sistem pembelajaran

“Metode Numbereds Heads Together” karena dengan model

pembelajaran ini siswa bisa bertanya dan menuangkan

hal sesuatu yang belum dimengerti untuk ditanyakan

kepada guru pengajar.

5. Nama : Dirahasiakan

63

Setuju, karena dengan adanya prinsip ini dapat

membuat siswa semangat belajar dan akan bertanya

dan menggunakan sesuatu yang belum di ketahui /

penemuan.

6. Nama : Dirahasiakan

Sebaiknya ibu guru jadi guru ekonomi?

7. Nama : Dirahasiakan

Setuju, karena sebagian besar siswa tidak berani

untuk bertanya secara langsung dan menerangkannya

kalau bisa lebih dari 20 menit agar para siswa

lebih jelas menangkapnya dan seharusnya diterangkan

melalui contoh yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari, serta penggunaan buku paket harus

diutamakan.

8. Nama : Dirahasiakan

Setuju, karena sebagian besar siswa tidak berani

bertanya kepada guru, tapi guru harus menambah

waktu untuk memberikan teori dari 20 menit menjadi

1 jam pelajaran.

9. Nama : Dirahasiakan

64

½ tolong prinsip “Metode Numbereds Heads Together” harus

diterapkan dan jangan membuat soal di jawab sendiri

kecuali kalau siswa tidak bisa.

10. Nama : Dirahasiakan

My teacher is less to jess

Saya setuju dengan diberikan lembaran, jadi para

siswa bisa bertanya tanpa ada suasana berisik.

Dengan begini apa yang ada di benak para murid bisa

ditanyakan.

11. Nama : Dirahasiakan

Saya sangat setuju sekali, karena itu bisa

memajukan para siswa untuk bertanya.

12. Nama : Dirahasiakan

Setuju, karena siswa juga bertanya apabila ada

pertanyaa yang belum jelas ?

13. Nama : Dirahasiakan

Setuju, karena dengan adanya kelas pertanyaan semua

murid bisa paham betul dengan pelajaran dan juga

untuk murid yang tidak berani bertanya bisa

menanyakannya melalui kertas pertanyaan.

65

14. Nama : Dirahasiakan

Setuju, sebab karena ada “Metode Numbereds Heads

Together” kita bisa belajar rikels, santai, dan dapat

mencarikan suasana dan kita bisa lebih enjoy.

15. Nama : Dirahasiakan

Setuju, karena dengan diberikannya lembaran untuk

bertanya murid dapat bertanya dengan bebas dan

murid bisa memberikan motivasinya.

16. Nama : Dirahasiakan

Setuju, Karen siswa juga bisa bertanya apa yang ia

belum ketahui dari apa yang guru ajarkan kepada

muridnya dan dengan “Metode Numbereds Heads Together”

semua siswa dapat bertanya kepada guru sebelum ada

model pembelajaran. Kebanyakan siswa tidak berani

bertanya atau malu bertanya. Saya kira dengan model

pembelajaran “Metode Numbereds Heads Together” ini cukup

bagus untuk semua murid. Terima kasih.

17. Nama : Dirahasiakan

Saya setuju karena dengan model pembelajaran

“Metode Numbereds Heads Together” siswa bisa

66

mengungkapkan dengan jenis tentang pelajaran yang

tidak mereka mengerti dengan cara membuat

pertanyaan secara tertulis.

18. Nama : Dirahasiakan

Saya setuju, karena dengan “Metode Numbereds Heads

Together” para siswa akan menuangkan sesuatu yang

mereka belum mengerti atau menanyakan sesuatu yang

belum dimengerti. Tetapi dapat memperlambat waktu

penerangan.

19. Nama : Dirahasiakan

Setuju, tetapi cara menjelaskannya pelan-pelan agar

mudah dimengerti.

20. Nama : Dirahasiakan

Saya sangat setuju dengan model pembelajaran “Metode

Numbereds Heads Together” yang ditetapkan seperti

sekarang ini. karena dari siswa dapat bertanya apa

yang ia belum tau/mengerti.

21. Nama : Dirahasiakan

67

Saya setuju, dengan pembelajaran “Metode Numbereds

Heads Together” karena siswa bisa aktif bertanya

kepada guru dan mengerjakan soal-soal.

22. Nama : Dirahasiakan

Setuju karena dalam sistem pembelajaran “Metode

Numbereds Heads Together” sekarang yang digunakan

adalah sistem siswa harus aktif dalam sistem ini

murid dituntut bertanya dan dapat menerangkannya.

23. Nama : Dirahasiakan

Saya setuju dengan cara pembelajaran “Metode

Numbereds Heads Together” ini adalah sistem siswa harus

aktif dalam sistem ini siswa di tuntut untuk

membuat pertanyaan dan siswa harus dapat

menerangkannya, tetapi kalau menerangkan materi

dengan terlalu cepat biar siswa dapat menerimanya

dengan jelas.

24. Nama : Dirahasiakan

Setuju, karena cepat gurunya dalam memberi materi

sehingga kami tidak mengerti. Dan kalau memberikan

68

materi harus pelan-pelan dan kalau memberikan

rumusnya harus diberi satuannya………ok…………?

Saya harap Ibu tidak marah,……!

25. Nama : Dirahasiakan

Setuju, tapi cara bapak menerangkan materi terlalu

cepat.

26. Nama : Dirahasiakan

Setuju, tetapi cara Ibu menerangkan terlalu cepat

sehingga kamu sulit untuk memahaminya.

27. Nama : Dirahasiakan

Setuju tetapi cara Ibu menerangkan terlalu cepat

sehingga kami sulit untuk memahaminya.

28. Nama : Dirahasiakan

Setuju, tetapi cara menjelaskannya harus pelan-

pelan supaya mudah dimengerti.

29. Nama : Dirahasiakan

Setuju, tetapi cara menjelaskannya harus pelan-

pelan supaya mudah dimengerti.

30. Nama : Dirahasiakan

69

A. Setuju, tetapi cara menjelaskannya harus pelan-

pelan supaya mudah dimengerti.

70

BAB V

PENUTUP

Hasil penelitian tindakan kelas berjudul

“Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X TSM4 Melalui Pendekatan

Numbered Heads Together Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Topik Kerja

Sama Membangun Teks Anekdot Di SMK Kartanegara Kota Kediri” dengan

dengan tujuan meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X TSM4 Semester

Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik Kerja Sama Membangun Teks

Anekdot peneliti dapat memberikan kesimpulan dan saran

seperti di bawah ini.

A. KESIMPULAN

71

1. Bahwa metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas X TSM4 Semester Gasal

Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik Kerja Sama

Membangun Teks Anekdot di SMK Kartanegara Kota

Kediri. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan

keaktifan siswa pada pertemuan pertama, kedua dan

ketiga.

2. Bahwa metode Numbered Heads Together juga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TSM4

Semester Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Topik

Kerja Sama Membangun Teks Anekdot di SMK Kartanegara

Kota Kediri. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes

formatif dengan hasil nilai rata-rata 83 dan

ketuntasan belajar klasikal sebesar 90%

3. Dari hasil penelitian bahwa hipotesis : “Penerapan

pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas X TSM4 di SMK

Kartanegara Kota Kediri khususnya pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia dengan topik Kerja Sama Membangun

Teks Anekdot” terbukti benar.

72

B. SARAN

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi perkembangan pendidikan, terutama

dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang peningkatan

motivasi belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan

Numbered Heads Together.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

perbandingan bagi peneliti yang akan menerapkan

proses pembelajaran agar dapat memberikan motivasi

pada peserta didik dalam peningkatan hasil

belajarnya.

3. Penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan

sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan

proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Dan mungkin

juga bisa diaplikasikan pada mata pelajaran yang

lain.

73

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina

Aksara

Andayani.dkk, (2009) Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta :

Universitas Terbuka

C.George Boeree, (2008) Metode Pembelajaran Dan Pengajaran,

Jogjakarta :Ruzz Media

Departemen Pendidikan Nasional, (1999). Penelitian Tindakan

Action Research.

Jakarta : Ditjen : Penerbit Rineka Cipta

http://id.wikipedia.org/wiki/Anekdot

Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial.

Yogyakarta: Erlangga.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, (2014). Bahasa

Indonesia ekspresi Diri dan Akademik, Edisi Revisi,

Jakarta.

Suwarsih Madya, (1994). Panduan penelitian tindakan.

Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

74

75