BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang
peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup
suatu bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan
wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan
laju pembangunannya masih menghadapi masalah
pendidikan yang berat.
Sekolah merupakan lembaga formal sesuai dengan
misinya yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan
belajar mengajar ini akan berjalan lancar jika
komponen-komponen dalam lembaga ini terpenuhi dan
berfungsi sebagaimana mestinya. Komponen-komponen
tersebut antara lain: sarana dan prasarana yang
memadai, terpenuhinya tenaga pendidikan yang
kualified, adanya struktur organisasi yang teratur,
1
dan yang tak kalah pentingnya adalah supervisi
pendidikan itu sendiri.
Peran supervisor dalam suatu lembaga pendidikan,
harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada staf
atau guru disekolah dan juga untuk membantu,
mendorong, dan memberikan keyakinan kepada guru
bahwa proses belajar mengajar dapat diperbaiki.
Karena dengan adanya supervisi bukan hanya untuk
memperlancar kegiatan belajar mengajar saja juga
dengan adanya perubahan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitasnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan hal-hal yang akan menjadi bahan
pembahasan dari makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Supervisor Pendidikan?
2. Apa sajakah prinsip yang harus dimiliki seorang
Supervisor ?
2
3. Apakah tugas dan tanggung jawab seorang
supervisor?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan permasalahan di atas, maka dapat
dirumuskan tujuan penulisan dari makalah ini adalah
untuk :
1. Merumuskan pengertian supervisor pendidikan.
2. Mendefinisikan prinsip yang harus dimiliki
seorang Supervisor.
3. Menguraikan tugas dan tanggung jawab seorang
superisor
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisor pendidikan.
Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris
yang terdiri dari dua akar kata, yaitu super yang
artinya “di atas”, dan vision mempunyai arti
“melihat”, maka secara keseluruhan supervisi
diartikan sebagai “melihat dari atas”.
Dengan pengertian itulah maka supervisi
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang
berkedudukan di atas atau lebih tinggi dari guru
untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.
Dalam pengertian lain, Supervisi adalah suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif. Dengan demikian
4
hakekat supervisi pendidikan adalah suatu proses
bimbingan dari pihak kepala sekolah kepada guru-guru
dan personalia sekolah yang langsung menangani
belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi
belajar mengajar agar para siswa dapat belajar
secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin
meningkat. Disamping itu juga memperbaiki situasi
bekerja dan belajar secara efektif, disiplin,
bertanggung jawab dan memenuhi
akuntabilitas.Sedangkan yang melakukan supervisi
disebut supervisor.
Supervisor atau Pengawas satuan
pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional yang
berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk
melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah
sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan dalam
upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan
(Pandong, A. 2003). Dalam satu kabupaten/kota,
pengawas sekolah dikoordinasikan dan dipimpin oleh
5
seorang koordinator pengawas (Korwas) sekolah/
satuan pendidikan (Muid, 2003).
B. Prinsip Supervisi Pendidikan
Seorang pemimpin pendidikan yang disebut sebagai
supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya
bertumpu pada prinsip supervisi pendidikan sebagai
berikut:
1.Prinsip ilmiah (scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan
data objektif yang diperoleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar mengajar.
b. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat
perekam data seperti angket, observasi, dan
percakapan pribadi.
c. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara
sistematis, berencana dan kontinu.
2.Prinsip demokratis
6
Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi
harga diri dan martabat guru bukan berdasarkan
atasan dan bawahan akan tetapi berdasarkan rasa
kesejawatan. Servis dan bantuan yang diberikan
kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang
akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa
aman untuk mengembangkan tugasnya.
3.Prinsip kerja sama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut
istilah supervisi sharing of idea, sharing of
experience, memberi support mendorong,
menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh
bersama.
4.Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam
mengembangkan potensi kreativitas. Kalau supervisi
mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan
bukan dengan cara-cara yang menakutkan.
7
Supervisi juga harus berpegang teguh pada
pancasila yang merupakan prinsip asasi dan merupakan
landasan utama dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban. Di samping prinsip di atas, prinsip
pendidikan dapat dibedakan atas prinsip positif dan
prinsip negatif. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
di bawah ini.
1.Prinsip positif adalah prinsip-prinsip yang patut
diikuti, diantaranya adalah:
a. Supervisi harus dilaksanakan secara
demokratis dan kooperatif
b. Supervisi harus kreatif dan konstruktif
c. Supervisi harus scientific dan efektif
d. Supervisi harus dapat memberi perasaan aman
kepada guru-guru
e. Supervisi harus berdasarkan kenyataan
f. Supervisi harus memberikan kesempatan kepada
guru-guru untuk mengadakan self evaluation.
2.Prinsip negatif adalah prinsip-prinsip larangan
yang tidak boleh dilakukan, diantaranya adalah:
8
a. Seorang supervisor tidak boleh bersifat
otoriter
b. Seorang supervisor tidak boleh mencari
kesalahan pada guru-guru
c. Seorang supervisor bukan seorang inspektur
yang ditugaskan untuk memeriksa apakah
peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi yang
telah diberikan dilaksanakan atau tidak
d. Seorang supervisor tidak boleh menganggap
dirinya lebih baik dari pada guru-guru oleh
karena jabatannya
e. Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak
memperhatikan hal-hal kecil dalam cara-cara guru
mengajar.
f. Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa,
bila ia mengalami kegagalan.
C. Kualifikasi
Dengan asumsi jabatan pengawas di masa depan,
lebih menarik bagi guru dan tenaga kependidikan
9
lainnya maka kualifikasi yang dituntut dari calon
pengawas bisa ditingkatkan. Kualifikasi calon
pengawas bisa dilihat dari beberapa aspek yakni;
tingkat pendidikan dan keahlian/keilmuan,
pangkat/jabatan dan pengalaman kerja serta usia.
1.Tingkat Pendidikan dan Keahlian
Tingkat pendidikan dan keahlian atau keilmuan
bagi pengawas dan calon pengawas sekolah dibedakan
antara pengawas TK/SD, SLB, rumpun/ mata pelajaran
dan bimbingan konseling.
a.Kualifikasi untuk pengawas TK/SD hendaknya
memiliki berlatar belakang pendidikan minimal
Sarjana (S1) atau D IV dengan keahlian
kependidikan, lebih diutamakan lagi
berpendidikan S2 dalam kependidikan seperti
Administrasi Pendidikan, Teknologi Pendidikan
dan Pendidikan bidang ilmu seperti pendidikan
Matematik, Pendidikan Biologi, Pendidikan Bahasa
Indonesia dan pendidikan bidang ilmu lainnya.
10
b.Kualifikasi untuk pengawas SLB berpendidikan
minimal S1 kependidikan dalam bidang Pendidikan
Luar Biasa (pendidikan khusus), diutamakan S2
kependidikan dan atau Psikologi.
c.Kualifikasi untuk pengawas rumpun mata
pelajaran/matapelajaran, berpendidikan minimal
S1 kependidikan dan S1 non-kependidikan dalam
rumpun ilmu yang relevan dan memiliki Akta IV.
Sangat diutamakan yang berpendidikan S2-S3
kependidikan dan atau S2-S3 non-kependidikan
yang memiliki Akta IV. Pengawas rumpun mata
pelajaran terutama di SMA dan SMK sebaiknya
menjadi pengawas mata pelajaran agar keahlian
pengawas lebih relevan dengan mata-mata
pelajaran yang diberikan di SMA dan mata Diklat
di SMK. Mata-mata pelajaran Matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia,
Biologi memerlukan pengawas dengan keahlian yang
sama. Demikian halnya untuk mata Diklat di SMK.
11
d.Kualifikasi untuk pengawas bimbingan konseling
hendaknya berpendidikan minimal S1 kependidikan
khususnya jurusan/program studi Bimbingan
Konseling diutamakan yang berpendidikan S2-S3
Kependidikan terlebih lagi Jurusan Bimbingan
Konseling. Calon pengawas untuk semua
kualifikasi di atas dipersyaratkan lulus
Pendidikan Profesi Pengawas (30-36 Sks) pada
LPTK Negeri yang telah ditunjuk pemerintah dan
mengikuti Diklat Pengawas.
2.Jabatan/Pangkat dan Pengalaman Kerja.
Berdasarkan jabatan/pangkat dan pengalaman
kerja, yang bisa diangkat sebagai calon pengawas
adalah yang sedang menjadi dan atau pernah menjadi
guru dan Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah,
berstatus jabatan fungsional dengan pangkat
serendah-rendahnya III/b untuk guru dan III/d
untuk Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah.
Sedangkan pengalaman kerja yang dipersaratkan
12
adalah 8 tahun bagi yang sedang menjadi guru dan 4
tahun bagi yang sedang menjadi Kepala Sekolah.
Idealnya calon pengawas berasal dari Kepala
Sekolah atau minimal Wakil Kepala Sekolah yang
pernah menjadi guru agar ada jenjang karir yang
jelas dari guru - wakil kepala sekolah - kepala
sekolah - pengawas.
Persyaratan di atas menunjukkan bahwa yang
menjadi pengawas harus berstatus pegawai negeri
sipil. Jika dimungkinkan calon pengawas bisa
diangkat dari Kepala Sekolah non-PNS berpendidikan
S2 Kependidikan. Setelah menempuh pendidikan
profesi pengawas dan Diklat pengawas, mereka bisa
diangkat sebagai PNS dengan jabatan pengawas
pratama atau muda. Jika mereka diberi kesempatan
menjadi pengawas nampaknya tidak akan mengalami
kesulitan dalam merekrut pengawas pada masa
sekarang.
3.Usia.
13
Dari hasil studi empirik ditemukan usia
pengawas rata-rata 52 tahun dengan pengalaman
kerja sebagai PNS sekitar 26 tahun dan masa kerja
sebagai pengawas rata-rata 6,5 tahun. Data di atas
terlihat bahwa usia dan masa kerja pengawas
sebagai PNS cukup tinggi sehingga masa kerja
mereka tinggal beberapa tahun lagi sehingga
kecenderunagn untuk berprestasi di masa tua
menjadi agak menurun terlebih lagi citra pengawas
saat ini kurang menguntungkan.
Oleh sebab itu rekruitmen pengawas perlu
peremajaan dengan mengangkat tenaga pengawas pada
usia sekurang-kurangnya 35 tahun dan setinggi-
tingginya 45 tahun, sehingga dimungkinkan punya
masa bakti cukup lama dan bisa diberikan pembinaan
yang bersinambungan.
D. Persyaratan Calon Supervisor
Selain kualifikasi sebagaimana dikemukakan di
atas diberlakukan pula sejumlah persyaratan yang
14
harus dipenuhi oleh calon pengawas atau supervisor.
Ada dua kategori persyaratan calon pengawas sekolah
yakni persyaratan administrasi dan persyaratan
akademik. Berdasarkan kualifikasi di atas maka
persyaratan administratif calon pengawas adalah:
1. Berpengalaman sebagai guru minimal 8 tahun secara
terus menerus, wakil kepala sekolah dan atau
kepala sekolah minimal berpengalaman 4 tahun dan
menunjukkan prestasi selama ia menjadi guru,
wakil kepala sekolah atau kepala sekolah.
2. Memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Pengawas.
3. Pangkat/golongan sekurang-kurangnya golongan
III/b yang dibuktikan dengan SK kepangkatan
4. Sehat jasmani dan rohani, dibuktikan dengan Surat
Keterangan Dokter dari Rumah Sakit yang ditunjuk.
5. Tidak sedang terkena hukuman pelanggaran disiplin
kategori sedang atau berat.
6. Menyatakan secara tertulis bersedia mengikuti
Pendidikan dan Pelatihan Pengawas
15
7. Menyatakan secara tertulis bersedia ditempatkan
di mana saja dalam wilayah Kabupaten/Kota/
Provinsi tempat sekolah yang akan dibinanya.
8. Menyatakan secara tertulis bersedia
berpartisipasi aktif dalam Organisasi Profesi
Pengawas.
9. Diusulkan oleh Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan mendapat rekomendasi dari
Kepala Sekolah, setelah melalui proses pemilihan
di sekolah yang bersangkutan.
Persyaratan di atas dituangkan dalam formulir
pendaftaran calon pengawas disertai lampiran-
lampirannya yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan. Selain kelengkapan administrasi
tersebut di atas, calon pengawas dapat menyerahkan
bukti prestasi seperti:
1. Pernah menjadi guru teladan/berprestasi yang
dibuktikan dengan foto copy surat
keterangan/piagam
16
2. Pernah menjadi guru inti atau instruktur
peningkatan mutu guru, menjadi ketua Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau yang sejenis,
dibuktikan dengan foto copy surat
penetapan/keterangan/ piagam
3. Pernah berprestasi dalam melaksanakan tugas
sebagai kepala sekolah/wakil kepala sekolah yang
dibuktikan dengan foto copy surat penetapannya.
Sedangkan Persyaratan akademik calon pengawas
sekolah adalah sebagai berikut :
1. Memiliki pengetahuan yang luas tentang pendidikan
dan wawasan Wiyata Mandala;
2. Memiliki keahlian keilmuan yang relevan dengan
bidang kepengawasan yang dibuktikan dengan
fotocopi ijazah S1 dan atau S2 yang telah
dilegalisir oleh yang berwewenang.
3. Memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melaksanakan tugas kepengawasan;
17
4. Mampu menyusun program kepengawasan untuk
sekolah-sekolah binaannya;
5. Memiliki prestasi, dedikasi dan loyalitas yang
dibuktikan dengan DP3 PNS.
6. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi;
7. Lulus seleksi calon pengawas yang diselenggarakan
secara khusus oleh instansi yang ditunjuk dan
dibuktikan dengan Surat Tanda Lulus (STL) Calon
Pengawas.
8. Menyusun dan menyerahkan karya tulis di bidang
kepengawasan
9. Khusus untuk Pengawas Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
Disamping syarat-syarat di atas untuk menjadi
seorang supervisor yang professional juga diperlukan
syarat-syarat sebagai mana berikut.
E. Syarat-Syarat Seorang Supervisor Profesional
18
Sebagai seorang supervisor, yang harus
melaksanakan tugas tanggung jawabnya hendaknya
mempunyai persyaratan-persyaratan. Dilihat dari segi
kepribadiannya (personality) syarat-syarat seorang
Supervisor adalah sebagi berikut:
1. Ia harus mempunyai perikemanusiaan dan
solidaritas yang tinggi, dapat menilai orang lain
secara teliti dari segi kemanusiaannya serta
dapat bergaul dengan baik.
2. Harus dapat memelihara dan menghargai dengan
sungguh-sungguh semua kepercayaan yang diberikan
oleh orang-orang yang berhubungan dengannya.
3. Harus berjiwa optimis yang berusaha mencari yang
baik, mengharapkan yang baik dan melihat segi-
segi yang baik.
4. Bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dapat
dipengaruhi oleh penyimpangan-penyimpangan
manusia.
5. Hendaknya ia cukup tegas dan objektif (tidak
memihak), sehingga guru-guru yang lemah dalam
19
stafnya tidak "hilang dalam bayangan" orang-orang
yang kuat pribadnya.
6. Ia harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas
dan mudah dapat memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap prestasi yang baik.
7. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan
prasangka terhadap seseorang untuk selama-lamanya
hanya karena sesuatu kesalahan saja.
8. Ia hendaknya sedemikian jujur, terbuka dan penuh
tanggung jawab.
9. Ia harus cukup taktik, sehingga kritiknya tidak
menyinggung perasaan orang lain.
10. Sikapnya yang bersimpati terhadap guru-
gurunya tidak akan menimbulkan depresi dan putus
asa pada anggota-anggota stafnya.
11. Sikapnya harus ramah, terbuka dan mudah
dihubungi sehingga guru-guru dan siapa saja yang
memerlukannya tidak akan ragu-ragu untuk
menemuinya.
20
12. Ia harus dapat bekerja dengan tekun dan rajin
serta teliti, sehingga merupakan contoh bagi
anggota stafnya
13. Personal appearance terpelihara dengan baik,
sehingga dapat menimbulkan respect dari orang
lain
14. Terhadap murid-murid ia harus mempunyai
perasaan cinta sedemikian rupa, sehingga ia
secara wajar dan serius mempunyai perhatian
terhadap mereka.
F. Tugas dan Tanggung Jawab Supervisor
Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas
yang dikerjakannya. Seorang pemimpin pendidikan yang
berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya.
Sesuai dengan pengertian hakiki supervisi, maka
supervisi berperan atau bertugas memberi support
(supporting), membantu (assisting) dan mengikutsertakan
(sharing).
21
Selain itu, seorang supervisior bertugas
sebagai:
1. Koordinator.
2. Konsultan.
3. Pemimpin Kelompok.
4. Evaluator .
Tugas lain bagi seorang supervisi atau pengawas
akademik, yakni mencakup hal-hal berikut:
1. Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh
dan bekerja lebih keras serta bersemangat dalam
mengajar.
2. Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata
sedemikian rupa sehingga berlaku prinsip belajar
tuntas, yaitu guru harus berupaya agar murid
benar-benar menguasai apa yang telah diajarkan
dan tidak begitu saja melanjutkan pengajaran ke
tingkat yang lebih tinggi jika murid Belum tuntas
penguasaannya.
3. Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk
mencapai tujuan pengajarannya, dengan disertai
22
bantuan (support) yang memadai bagi keberhasilan
tugasnya.
4. Membuat kesepakatan dengan guru maupun dengan
sekolah mengenai jenis dan tingkatan dari target
output yang harus mereka capai sehubungan dengan
keberhasilan pengajaran.
5. Secara berkala melakukan pemantauan dan penilaian
(assessment) terhdap keberhasilan (efektifitas)
mengajar guru, khususnya dalam kaitannya dengan
kesepakatan yang dibuat pada butir (4) di atas.
6. Membuat persiapan dan perencanaan kerja dalam
rangka pelaksanaan butir-butir di atas, menyusun
dokumentasi dan laporan bagi setiap kegiatan,
serta mengembangkan sistem pengelolaan data hasil
pengawasan.
7. Melakukan koordinasi serta membuat kesepakatan-
kesepakatan yang diperlukan dengan kepala
sekolah, khususnya dalam hal yang berkenaan
dengan pemantauan dan pengendalian efektifitas
23
pengajaran serta hal yang berkenaan dengan
akreditas sekolah yang bersangkutan.
Tugas Supervisor menurut Harris (1975) adalah
membantu guru dalam hal :
1. Pengembangan Kurikulum. Kurikulum perlu diperbaiki
dan dikembangkan secara terus menerus. Dalam hal
ini dirancang secara terpusat seperti sekarang,
maka tugas supervisor adalah membantu guru dalam
melaksanakan penyesuaian dan perancangan
pengalaman belajar dengan keadaan lingkungan dan
siswa. Di samping itu, juga membantu dalam
menyusun panduan dalam melaksanakan kurikulum,
menentukan satuan pelajaran, merancang muatan
lokal.
2. Pengorganisasian pengajaran. Supervisor bertugas
membantu pelaksanaan pengajaran sehingga siswa,
guru, tempat dan bahan pengajaran sesuai dengan
waktu yang disediakan serta tujuan instruksional
yang ditetapkan.
24
3. Pemenuhan fasilitas sesuai dengan rancangan proses
belajar mengajar.
4. Perancangan dan perolehan bahan pengajaran sesuai
dengan rancangan kurikulum.
5. Perancanaan dan implementasi dalam meningkatkan
pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam
melaksanakan pengajaran. Kegiatan ini meliputi
bantuan dalam menyelenggarakan workshop,
konsultasi, wisatakarya, serta berbagai macam
latihan dalam jabatan.
6. Pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau
cara baru dalam proses belajar mengajar. Guru
perlu dilengkapi dengan informasi yang relevan
dengan tugas serta tanggung jawabnya.
7. Pengkoordinasian antara kegiatan belajar mengajar
dengan kegiatan layanan lain yang diberikan
sekolah/lembaga pendidikan kepada siswa.
8. Pengembangan hubungan dengan masyarakat dengan
mengusahakan lalu lintas informasi yang bebas
25
tentang hal yang berhubungan dengan kegiatan
pengajaran.
9. Pelaksanaan evaluasi pengajaran.
10. Supervisor mempunyai wewenang tertentu sesuai
dengan tugas yang dilaksanakan. Wewenang yang
dimaksud adalah melaksanakan koreksi, memperbaiki,
dan membina proses belajar mengajar bersama guru,
sehingga proses itu mencapai hasil yang maksimal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Supervisor atau Pengawas satuan pendidikan/sekolah
adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai
pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan
terhadap sejumlah sekolah tertentu yang
ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar/bimbingan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Dalam satu kabupaten atau kota,
26
pengawas sekolah dikoordinasikan dan dipimpin oleh
seorang koordinator pengawas (Korwas) sekolah atau
satuan pendidikan.
Prinsip supervisi pendidikan
a. Prinsip ilmiah (scientific)
b. Prinsip demokratis
c. Prinsip kerja sama
d. Prinsip konstruktif dan kreatif
Tugas Supervisor dan Tanggung Jawab Supervisor
Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang
dikerjakannya. Seorang pemimpin pendidikan yang
berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya.
Sesuai dengan pengertian hakiki supervisi, maka
supervisi berperan atau bertugas memberi support
(supporting), membantu (assisting) dan mengikutsertakan
(sharing).
27
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2004, Dasar-dasar Supervisi,Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Dirjen PMPTK. (2005) Standar Kompetensi PengawasSekolah TK/SD Matapelajaran/Rumpun Matapelajaran.Jakarta: Dirjen PMPTK.
Pandong, A. (2003). Jabatan Fungsional Pengawas. BadanDiklat Depdagri & Diklat Depdiknas.
Sahertian, Piet A., 1981, Prinsip dan Tehnik SupervisiPendidikan, Surabaya, Usaha Nasional.
Shashin. 2012. Tugas dan Tanggung Jawab Supervisor.(Online),(http://aritakesi.blogspot.com/2012/12/tugas-dan-tanggung-jawab-supervisor.html, diakses 29 Oktober2014).
Sukemi, Satriyo. 2013. Makalah Supervisi. PBA Community,(Online), (http://pendidikan-bahasa-arab-iainsu.blogspot.com/2013/01/supervisi-tanggung-jawab-dan.html, diakses 29 Oktober 2014).
Utomo, Yogi pramesti. 2012. Supervisi Pendidikan. Rouf ‘Azmi, (Online),(http://rouf-artikel.blogspot.com/2012/05/supervisi-pendidikan.html, diakses 29 Oktober 2014).
28
Top Related