LAPORAN PENCANDRAANSTRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN
BUNTUT TIKUS
Heliotropium indicum L.
NAMA : EVI ANGGRAENI HR
NIM : H41113310
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : NURUL QALBY
LABORATORIUM BOTANIJURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pencandraan disusun sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti ujian praktikum Struktur
Perkembangan Tumbuhan 1
Nama : Evi Anggraeeni HR
NIM : H41113310
Makassar, 20
Novemver 2014
Kordinator Asisten
Asisten
Nurul Qalby Nurul Qalby
NIM : H41111271 NIM : H41111271
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan
karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tak lupa pula
shalawat serta salam terkirim atas junjungan Nabi
Muhammad SAW sebagai teladan bagi umat manusia.
Penulisan karya tulis “Heliotropium indicum L. ”
diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan para
pembaca mengenai tumbuhan yang tergolong tumbuhan liar
tahunan ini. Dapat mengetahui dengan tanaman lain.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis
ini, masih terdapat kekurangan-kekurangan sehingga
masih jauh dari kesempurnaan. Seperti semboyan, bahwa
tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Makassar, 20 November
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan………………………………………………………….. i
Daftar Pustaka………………………………………………………………...ii
Daftar Isi………………………………………………………………………iii
BAB I. Pendahuluan………………………………………………………….. 1
I.1 Latar Belakang……………………………………………………………… 1
I.2 Tujuan Laporan……………………………………………………………... 2
I.3 Alasan Memilih Judul………………………………………………………. 2
BAB II. Tinjauan Pustaka…………………………………………………….3
II.1 Tinjauan Umum……………………………………………………………. 3
II.2 Tinjauan Khusus…………………………………………………………… 6
BAB III. Kunci Determinasi dan
Klasifikasi………………………………..13
III.1 Kunci Determinasi………………………………………………………..13
III.2. Klasifikasi………………………………………………………………..15
BAB IV. Pencandraan………………………………………………………..16
IV.1 Pencandraan Umum………………………………………………………16
IV.2 Pencandraan Khusus……………………………………………………...21
BAB V. PENUTUP……………………………………………………………22
V.1 Kesimpulan………………………………………………………………...22
V.2 Saran…………………………………………………………………….....22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Selain respons struktular oleh suatu individu
tumbuhan terhadap lingkungan yang spesifik, seluruh
spesies telah mengakumulasikan berbagai adaptasi
morfologi , atau bentuk eksternal, melalui seleksi
alam, yang sedikit bervariasi di antara tumbuh-tumbuhan
dalam suatu spesies. Sebagai contoh, sebagian besar
spesies kaktus, terlepas dari lingkungan lokalnya,
memiliki daun yang sangat tereduksi-duri-sehingga
batang merupakan organ fotosintetik utama. Adaptasi
dalam morfologi daun ini meningkatkan kesintasan dan
keberhasilan reproduktif kaktus karena dengan area
permukaan daun yang tereduksi, tumbuhan gurun ini
kehilangan sedikit air (Campbell, 2013).
Baik faktor-faktor genetic maupun lingkungan
memengaruhi bentuk tumbuhan dan hewan, namun efek
lingkungan lebih besar pada tumbuhan. Sebagai
akibatnya, dalam sebuah spesies tumbuhan biasanya
terdapat lebih banyak variasi daripada hewan. Semua
singa, misalnya memiliki empat kaki dan berukuran kira-
kira sama saat dewasa. Sebaliknya, pohon ginkgo sangat
bervariasi dalam jumlah, ukuran, dan posisi akar,
cabang, dan daun. Karena tidak bias berpindah tempat,
tumbuhan harus beradaptasi terhadap lingkungannya
dengan cara-cara lain. Dengan demikian, bentuk tumbuhan
sangat penting untuk memahami bagaimana tumbuhan
berkopetensi di alam. Seiring peningkatan populasi
manusia di dunia, kebutuhan terhadap tumbuhan sebagai
penyuplai makanan, bahan bakar, serat, dan obat-obatan,
sehingga memahami bagaimana tumbuhan dapat tumbuh
berkembang (Campbell, 2013).
I.2 Tujuan Laporan
1. Untuk mengetahui cara pencandraan pada tanaman
2. Untuk mengetahui kunci determinasi Buntut Tikus
Heliotropium indicum L.
3. Untuk mengetahui morfologi Buntut Tikus Heliotropium
indicum L.
I.3 Alasan Memilih Judul
Alasan penulis meilih Buntut Tikus Heliotropium
indicum sebagai judul laporan pencandraan karena
tumbuhan ini mudah ditemukan di lingkungan sekitar.
Selain itu tanaman ini memiliki banyak keuntungan dalam
aspek keindahan dan ekonomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Umum
Suatu jenis makhluk hidup yang baru ditemukan
harus dicandra terlebih dahulu. Mencandra adalah
mengidentifikasi atau mendeskripsikan cirri-ciri suatu
makhluk hidup yang baru saja dikenal, kita memerlukan
alat pembanding. Alat pembanding tersebut dapat berupa
gambar, specimen (awetan hewan atau tumbuhan), hewan
atau tumbuhan yang sudah diketahui namanya, serta kunci
identifikasi disebut juga kunci determinasi (Steenis,
2013).
Pencandraan atau pertelaan (deskripsi, deskriptio)
adalah teknik penggambaran sifat-sifat tumbuhan dalam
tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar,
data penyebaran, habitat, asal-usul, manfaat dari
golongan tumbuhan yang dimaksud. Pertelaaan golongan
(takson) tumbuh dapat pada tinglkat suku (familia),
marga (genus), jenis (spesies), dan dibawah tingkat
jenis yaitu anak jenis (sub jenis), varitas (varietas),
dan forma. Pertelaan suatu jenis takson tumbuhan
dilakukan untuk populasi dalam wilayah penyebarannya
sehingga dapat menggambarkan variasi sifat yang ada.
Untuk mempertelakan suatu takson tumbuhandiperlukan
adanya aturan baku tertentu (Issirep, 2005).
Kunci identifikasi atau kunci determinasi pertama
kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus. Namun
sebenarnya Jean Baptiste de Lammarck-lah yang
menggunakan kunci modern untuk tujuan identifikasi.
Salah satu kunci identifikasi adalah kunci analisis
menggunakan cirri taksonomi yang saling berlawanan.
Tiap langkah dalam kunci tersebut dinamakan kuplet yang
terdiri atas dua bait pernyataan atau lebih. Kedua bait
tersebut berisi dua cirri yang saling berlawanan. Tiap
langkah dalam kunci tersebut dinamakan kuplet yang
terdiri atas dua bait pernyataan atau lebih. Kedua bait
tersebut berisi dua cirri yang saling berlawanan
sehingga disebut kunci dikotomis. Jika salah satu ciri
ada yang cocok dengan ciri makhluk hidup yang
diidentifikasi, ciri atau alternatif lainnya gugur
(Steenis, 2013).
Pengklasifikasian makhluk hidup didasarkan pada
banyaknya persamaan dan perbedaan, baik morfologi,
fisiologi, maupun anatominya. Makin banyak persamaan
diantara makhluk hidup dikatakan makin jauh
kekerabatannya (Ardiawan, 2010).
Untuk mengklasifikasikan, perlu dilakukan
dterminasi ataupun identifikasi, determinasi merupakan
upaya membandingkan suatu tumbuhan dengan suatu
tumbuhan yang lain yang sudah dikenal sebelumnya
(dicocokkan atau dipersamakan). Karena di dunia ini
tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka
istilah determinasi (Inggris to determine = menentukan,
memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah
identifikasi (Inggris to identify = mempersamakan)
(Ardiawan, 2010).
Klasifikasi tumbuhan pada dasarnya merupakan
pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan
yang ada di bumi ini hingga dapat disusun ke dalam
takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.
Sifat-sifat yang dijadikan dasar dalam mengadakan
klasifikasi yang ingin dicapai dalam pengklasifikasian
itu. Takson yang terdapat pada tingkat takson
(kategori) yang lebih rendah mempunyai kesamaan sifat
lebih banyak daripada takson yang terdapat pada takson
(kategori) yang ada di atasnya. Perbedaan antara
istilah takson dengan kategori yaitu istilah takson
yang ditekankan adalah pengertian unit atau kelompok
yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan
dalam suatu hierarki tertentu (Ardiawan, 2010).
Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali yang
perlu dilakukan adalah mempelajari sifat morfologi
tumbuhan tersebut. Ciri-ciri morfologis yang dilakukan
yang digunakan dalam klasifikasi ialah bagian
vegetative atau bagian yang ada kaitannya dengan
reproduksi. Contoh bagian vegetatif antara lain yaitu
ada tidaknya jaringan pembuluh, macam serta reproduktif
lebih luas penggunanya dibandingkan dengan struktur
vegetatif. Banyak studi tentang morfologi tumbuhan
memperlihatkan bahwa struktur yang berhubungan dengan
alat reproduktif ternyata hanya sedikit yang mengalami
perubahan selama evolusi dibandingkan dengan struktur
vegetatif (Tjitrosoepomo, 1964).
Setelah dilakukan pengamatan terhadap ciri-ciri
morfologi, langkah selanjutnya adalah membandingkan
atau mempersamakan cirri-ciri tumbuhan tadi dengan
tumbuhan lainnya yang sudah dikenal dengan menggunakan
salah satu cara yang sudah dikenal identitasnya, dengan
menggunakan salah satu cara berikut diantaranya yaitu
ingatan, bantuan ahli, specimen, pustaka
(Ardiwan, 2010).
Biasanya proses determinasi akan lebih mudah jika
menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi dibuat
secara bertahap, sampai bangsa saja, suku, marga atau
jenis dan seterusnya. Ciri-ciri tumbuhan disusun
sedimikaian rupa sehingga selangkah demi selangkah si
pemakai kunci dipaksa memilih satu diantara dua atau
beberapa sifat yang bertentangan, begitu seterusnya
hingga akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa
identitas tumbuhan yang diinginkan (Ardiwan, 2010).
II. Tinjauan Khusus
Tanaman buntut tikus Heliotropium indicum L. merupakan
jenis tanaman tahunan yang berbulu. Tanaman ini umumnya
dikenal sebagai heliotrop india. Heliotrupium indicum
L. merupakan gulma yang umum di tempat-tempat sampah
dan daerah menetap. Tanaman asli asia ini adalah
tanaman yang tegak dan bercabang. Tanaman ini dapat
tumbuh sampai ketinggian sekitar 20 cm sampai 80 cm
(Mardiana, 2005).
Heliotropium indicum L. memiliki batang berbulu,
bantalan bundar-telur atau bentuk bergantian sampai
lanset-bundar telur atau bentuk daun. Tumbuhan ini
memiliki bunga kecil berwarna putih dengan kelopak
hijau, lima benang sari ditanggung pada tabung mahkota,
gaya terminal dan ovarium empat lobed. Tanaman ini
berasal dari Filipina kemudian menyebar dan tumbuh
diberbagai daerah, antara lain Indonesia (sengketan),
South african basil (musik basil), Inggris (swamp
basil), India (auchi-bauchi), Cina (xian guan xun),
Vietnam (e sa), Afrika (mvumbue) (Mardiana, 2005).
Digunakan sebagai tumbuhan penutup tanah di
perkebunan dengan tujuan untuk menghindari erosi serta
mencegah kehilangan air. Tumbuhan ini dapat dijadikan
kompos karena mengandung bahan organik yang tinggi
sehingga mampu memperbaiki sifat fisik dan hara tanah.
selain itu Heliotropium indicum L. dipakai dalam jumlah
kecil sebagai bumbu penyedap pada ikan dan daging kura-
kura (Mardiana, 2005).
Spesies ini dapat ditemukan di bagian selatan
Missouri. Tanaman ini mudah diidentifikasi karena daun
berkerut dan susunan bunga yang melingkar. Nama lokal
atau nama daerah yang terdapat di indonesia adalah
bandotan lombok, buntut tikus, ekor anjing, tusuk konde
(Sumatera) gajahan, langun, uler-uleran, sangketan,
cocok bero, tlale gajah, tulale gajah (jawa), mostor in
talun (sulawesi) (Mardiana, 2005).
Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun atau
seluruh bagian tanaman dalam keadaan segar atau setelah
dikeringkan yaitu memiliki efek pewarna, anti-rematik
dan obat sariawan. Daun heliotropium indicum L. juga memiliki
aktifitas relaksan yang berguna untuk mengurangi
ketegangan otak dan saraf. Kandungan kimia seluruh
bagian tanaman ini mengandung alkaloida, kardenolin dan
flavonoid (Mardiana, 2005).
Heliotropium indicum L. sangat bermanfaat karena dapat
digunakan sebagai obat, selain itu dapat juga
meningkatkan nilai ekonomi atau nilai jual. Bagian yang
digunakan yaitu daun. Khasiat daun pada tanaman ini
adalah untuk menyembuhkan penyakit, diantaranya (Nono,
2011) :
1. Obat rematik : daun dan batang tanaman buntut tikus
segar 20 gram dicuci. Direbus dengan 400 ml air
sampai mendidih selama 15 menit, disaring, setelah
dingin diminum sekaligus, dilakukan sehari 2-3 kali
sehari.
2. Obat sariawan : daun buntut tikus segar 30 gram
dicuci. Direbus dengan 400 ml air sampai mendidih
selama 15 menit, disaring, setelah dingin diminum 2
kali sehari pagi dan sore.
3. Infeksi paru-paru, abses paru dan empyema : 60 gram
daun buntut tikus segar direbus kemudian dicampur
dengan madu lalu diminum.
4. Disentri : 30 – 60 gram daun buntut tikus direbus,
kemudian setelah dingin diminum.
5. Bisul : 60 gram akar segar ditambah sedikit garam
kemudian direbus, setelah itu diminum. Kemudian
dilumatkan daun segar ditambah nasi dingin,
kemudian ditempelkan pada bisul.
6. Peradangan buah zakar (orchitis) : 60 gram akar
segar direbus selama 15 menit kemudian setelah
dingin diminum.
Bunga ini biasa disebut Heliotrope, warnanya ungu.
satu tangkai memiliki banyak bunga-bunganya yang indah.
bunga ini memiliki kisah yang memilukan, disebutkan
seorang dewi yang jatuh cinta pada dewa matahari tetapi
sang dewa tidak pernah mengindahkannya sehingga setiap
hari ia sellau menatap ke langit tempat dewa matahari
tersebut berada, sampai kematian datang menjemputnya
(Mardiana, 2015).
Gambar 1. Bunga Buntut Tikus Heliotropium indicum L. (warnaungu)
Sumber : mebilopah.blogspot/heliotro-buntut-tikus-yang-menjadi-cinta-abadi
Gambar 2. Bunga Buntut Tikus Heliotropium indicum L. (warnabiru)
Sumber : mebilopah.blogspot/heliotro-buntut-tikus-yang-menjadi-cinta-abadi
Sistem perakaran pada tumbuhan Heliotropium indicum
L. adalah serabut, yaitu jika akar lembaga dalam
perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul
oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan
semuanya keluar dari pangkal batang, warna akar putih
kotor (Tjitrosoepomo, 1985).
Tanaman Heliotropium indicum L. atau buntut tikus
adalah tanaman liar yang tumbuh tegak, tinggi 20 -80
cm. Batangnya berbentuk bulat, berambut kasar
menyerupai duri dan berwarna hijau (Nono, 2011).
Daun Heliotropium indicum L. merupakan daun tunggal,
tersebar, tanpa daun penumpu, tangkai bulat berlekuk,
berambut kasar, panjang 5 -15 cm, berwarna hijau,
helaian daun berbentuk oval, panjang 10 – 18 cm, lebar
6 – 15 cm, tepi bergerigi atau beringgit, permukaan
daun bagian atas dan bawah berambut halus, ujung
runcing, pangkal tumpul, pertulangan daun tegas,
permukaan kasar, berbulu dan berwarna hijau (Nono,
2011).
Bunga buntut tikus yaitu termasuk dalam bunga
majemuk, bentuk bulir, bersifat simos ganda, tergulung
di ujung batang atau cabang, berkelamin dua, kelopak
berbagi, benang sari lima, tangkai sari tidak sama
panjang, mahkota tersusun dari lima daun mahkota yang
berlekatan, dalam kuncup yang terpilin, tajuk mahkota
tidak simetris, duduk di atas pangkal buah dan berwarna
putih (Nono, 2011).
Buah kendaga, bentuk bulat, bergerigi, keras dan
berwarna hijau. Pada tanaman Heliotropium indicum L. bijinya
kecil, berbentuk bulat dan berwarna hitam
(Tjitrosoepomo, 1985).
Buntut tikus atau Heliotropium indicum L. merupakan
jenis tanaman terna setahun dan termasuk tumbuhan liar
yang tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 80 cm, batang
bulat, berambut kasar, menyerupai duri dan berwarna
hijau, daun tunggal, tersebar, berbentuk oval, tepi
bergerigi atau beringgit, permukaan daun bagian atas
dan bawah berambut halus, bunga kecil bergerombol
diujung batang, berbentuk bulir dan berwarna lembayung,
berakar serabut dan berwarna putih kotor (Nono, 2011).
Tumbuh liar di pinggir-pinggir jalan, sawah
kering, kebun, semak belukar, tanah kosong yang tidak
terawat dan di tempat panas. Tumbuh baik pada tanah
yang bertekstur liat, dari dataran rendah sampai
menengah dari ketinggian 200 m-800 m di atas permukaan
laut. Berbunga pada bulan april-juni. Waktu panen yang
tepat yaitu bulan april-mei (Nono,2011).
Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun atau seluruh
bagian tanaman dalam keadaan segar atau setelah
dikeringkan Heliotropium indicum L. yaitu memiliki efek
anti sariawandan anti parasit. Daun Heliotropium indicum
L. juga memiliki aktivitas relaksan yang berguna untuk
mengurangi ketegangan otak dan saraf (Mardiana
dkk,2005).
Kandungan kimia Seluruh bagian tanaman Heliotropium
indicum L. mengandung alkaloida, kardenolin dan
flavonoid. Tanaman ini sangat bermanfaat, karena dapat
digunakan sebagai obat, selain itu dapat juga
meningkatkan nilai ekonomi atau nilai jual. Bagian yang
digunakan yaitu daun, khasiat daun ini adalah untuk
adalah untuk menyembuhkan penyakit (Bambang, 2002) :
1. Luka terpotong/kena gigitan
Daunnya memiliki kepentingan untuk obat, terutama
untuk penggunaan luar. Mengobati luka terpotong atau
terkena gigitan. Getah daunnya dipakai untuk
menghentikan luka yang berdarah.
2. Kelamin
Akar digunakan untuk obat penyakit kelamin.
3. Sakit Kepala
Daun yang telah dihancurkan diusapkan pada kening
untuk menyembuhkan sakit kepala.
4. Batuk yang parah
Daun yang telah dihancurkan diminum bersama air
untuk batuk yang parah
5. Diare dan sakit perut
Daun yang telah dihancurkan dimasukkan ke dalam air
untuk diare dan sakit perut.
Tumbuhan buntut tikus atau Heliotropium indicum
L. bisa dijumpai di daerah beriklim kering, khususnya di
pinggir-pinggir jalan, sawah kering, kebun, semak
belukar, tanah kosong yang tidak terawat. Tumbuhan ini
merupakan tumbuhan yang dapat diperbanyak menggunakan
biji (spermatophyta), dimana bijinya tertutup
(angiospermae) dan berkeping dua (dicotiyledoneae).
Buntut tikus Heliotropium indicum L. termasuk ke dalam
bangsa Solanales, suku Boraginaceae dan marga
Heliotropium (Nono, 2011).
Berdasarkan ciri morfologinya, tumbuhan ini berupa
tumbuhan herba annual yang tingginya 20 – 80 cm.
akarnya serabut, berwarna putih kotor. Batangnya bulat,
berambut kasar menyerupai duri dan berwarna hijau.
daunnya tunggal, tersebar, tanpa daun penumpu, tangkai
bulat berlekuk, berambut kasar, panjang 5 -15 cm,
berwarna hijau, helaian daun berbentuk oval, panjang 10
– 18 cm, lebar 6 – 15 cm, tepi bergerigi atau
beringgit, permukaan daun bagian atas dan bawah
berambut halus, ujung runcing, pangkal tumpul,
pertulangan daun tegas, permukaan kasar, berbulu dan
berwarna hijau. berbunga Majemuk, bentuk bulir,
bersifat simos ganda, tergulung di ujung batang atau
cabang, berkelamin dua, kelopak berbagi, benang sari
lima, tangkai sari tidak sama panjang, mahkota tersusun
dari lima daun mahkota yang berlekatan, dalam kuncup
yang terpilin, tajuk mahkota tidak simetris, duduk di
atas pangkal buah dan berwarna putih. Buah kendaga,
bentuk bulat, bergerigi, keras dan berwarna hijau.
Bijinya kecil, berbentuk bulat dan berwarna hitam
(Nono, 2011).
Tanaman Liar yang satu ini dikenal dengan nama
tusuk konde karena bunganya yang mirip dengan konde,
juga dikenal dengan buntut tikus, nama ilmiahnya
Heliotropium indicum. Biasanya tumbuh secara liar di
pekarangan rumah, di ladang atau di pinggiran sawah
(Bambang, 2002).
Tanaman liar ini banyak mengandung khasiat obat
dan secara tradisional telah dimanfaatkan oleh
masyarakat. efek farmakologis: rasa pahit, netral,
toxic. Anti radang, mematikan parasit (parasiticide),
menghilangkan gatal (anti pruritic). kandungan kimia:
indicine, acetyl indicine, indicinine. bagian yang
dipakai: saluruh tanaman (herba) atau akar, segar atau
dikeringkan. kegunaan: Infeksi paru (Pneumonitis),
abses paru, pulmonary empyema, radang tenggorok,
sariawan, diare, disenteri, peradangan buah zakar,
bisul, radang kulit bernanah, peluruh haid (Bambang,
2002).
Pemakaian tanaman ini sebagai obat sebagai berikut
rebus 30 - 60 gr herba segar atau ambil air perasan
herba segar, dicampur madu, minum. pemakaian luar: air
rebusan herba segar untuk mencuci kelainan kulit,
gatal-gatal, atau herba segar dilumatkan sampai menjadi
bubur, tempelkan pada bisul, kelainan kulit, atau untuk
kumur-kumur air perasan herba segar (Bambang, 2002).
1b…2b…3b…4b…6b…7b…9b…10b…11b…12b…13b…14a…15a...
Golongan 8. Tanaman dengan daun tunggal dan tersebar
109b…119b…120b…128b…129b…135b…139b…140b…142b…143b…
146b…154b…155b…156b…162b…163b…167b…169b…171b…177b…
179b…187b…189a…
(Famili: Boraginaceae)
Sumber :
Flora
BAB III
KUNCI DETERMINASI DAN KLASIFIKASI
III. 1 Kunci Determinasi
Kunci determinasi buntut tikus Heliotropium indicum
yaitu :
Keterangan :
1b Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-
dikitnya dengan benang sari dan atau putik
2b Tidak ada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga
memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun
atau tangkai daun)
3b Daun tidak berbentuk jarum atau tidak terdapat
dalam berkas daun tersebut di atas.
4b Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun
dan atau bunga berlainan dengan yang diterangkan di
atas
6b Dengan daun yang jelas
7b Bukan tumbuh-tumbuhan bangasa palem atau yang
menerupainya
9b Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit
10b Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi roset
11b Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan
jelas dari jaring urat daun dan dari anak cabang
tulang daun yang ke samping dan serong ke atas
12b Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak
ada daun sama sekali
13b Tumbuh-tumbuhan berbentuk lain
14a Daun tersebar, kadang-kadang sebagian berhadapan
15a Daun tunggal, tetapi tidak berbagi menyirip rangkap
sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 8)
109b Tanaman daratan (tumbubuh) di antara tanaman bakau
119b Tanaman lain
120b Tanaman tanpa getah
128b Daun lain. Bukan rumput-rumputan yang merayap, dan
mudah berakar
129b Tidak ada upih daun yang jelas, paling-paling
pangkal daun sedikit atau banyak mengelilingi
batang
135b Daun tidak berbentuk kupu-kupu berlekuk dua
139b Tidak ada bekas berbentuk cincin yang melingkar
pada cabang
140b Kelopak tanpa kelenjar demikian
142b Cabang tidak demikian
143b Sisik demikian tida ada
146b Tanaman tidak berduri atau tidak berduri tempel
(buah daibaikan)
154b Bunga tidak dalam bongkol dengan daun pembalut
sedemikian
155b Bunga tidak tertanam pada tangkai daun
156b Bakal buah menumpang
162b Ujung tangkai daun tanpa kelenjar
163b Rumput-rumputan, atau setidak-tidaknya bukan
bungan yang berbilangan 3
167b Bunga tidak demikian
169b Bunga tak bertaji
171b Tangkai sari lepas, kepala sari kadang-kadang
berlekatan
177b Bunga berkelamin dua
179b Benang sari 1, 2 atau 3 kali sebanyak daun mahkota
atau taju mahkota
187b Daun mahkota berlekatan, bagian bawah berbentuk
tabung atau cincin
189a Panjang Bunga kurang dari 1 cm, dalam bulir rapat
serupa ekor yang tergolong di ujung (Familia:
Boraginaceae), (Genus: Heliotripium), (Spesies:
Heliotropium indicum L.) (Steenis,1951).
III.2 Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Familia : Boraginaceae
Genus : Heliotropium
Species : Heliotropium indicum
Sumber : Taksnomi Tumbuhan Spermatophyta,
Gembong Tjitrosoepomo.
BAB IV
PENCANDRAAN
IV.1 Pencandraan Umum
Tanaman buntut tikus Heliotropium indicum L. merupakan
jenis tanaman tahunan yang berbulu. Heliotrupium indicum
L. merupakan gulma yang umum di tempat-tempat sampah
dan daerah menetap. Tanaman asli asia ini adalah
tanaman yang tegak dan bercabang. Tanaman ini dapat
tumbuh sampai ketinggian sekitar 20 cm sampai 80 cm.
Heliotropium indicum L. memiliki batang berbulu, bantalan
bundar-telur atau bentuk bergantian sampai lanset-
bundar telur atau bentuk daun. Tumbuhan ini memiliki
bunga kecil berwarna putih dengan kelopak hijau, lima
benang sari ditanggung pada tabung mahkota, gaya
terminal dan ovarium empat lobed. Heliotropium indicum
L. sangat bermanfaat karena dapat digunakan sebagai
obat, selain itu dapat juga meningkatkan nilai ekonomi
atau nilai jual. Bagian yang digunakan yaitu daun.
IV.2 Pencandraan Khusus
a. Akar (Radix)
Sistem perakaran pada tumbuhan Heliotropium indicum
L. merupakan sistem perakaran serabut (radix
adventicia) yaitu jika akar lembaga dalam perkembangan
selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah
akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar
dari pangkal batang, warna akar putih kotor. Pada
sistem perakaran memiliki Heliotropium indicum L. beberapa
bagian-bagian yaitu, cabang akar (radix lateralis)
yaitu bagian-bagian akar yang tak langsung bersambungan
dengan pangkal batang, tetapi keluar dari akar pokok,
dan masing-masing dapat mengadakan percabangan lagi,
leher akar (collum), yaitu bagian akar yang bersambung
dengan pangkal batang, serabut akar (fibrilla
radicalis) yaitu cabang-cabang akar yang halus dan
berbentuk serabut.
Gambar 1. Akar (radix) pada Buntung tikus Heliotropium indicumL.
Sumber : http://ginukarsya.blogspot.com/2011/07/morfologi-tumbuhan.html
Keterangan
1. Cabang akar (radix lateralis)
2. Leher akar (collum)
3. Serabut akar (fibrilla radicalis)
b. Batang (Caulis)
1 2
3
Tanaman Heliotropium indicum L. atau buntut tikus
adalah tanaman liar yang tumbuh tegak, tinggi 20 -80
cm. Batangnya berbentuk bulat (teres), berambut kasar
(pilosus) menyerupai duri (spinosus) dan berwarna
hijau.
Gambar 2. Batang (caulis) pada Buntung Tikus Heliotropiumindicum L.
Sember : http://maibelopah.blogspot.com/2013/02/heliotrope-ekor-kuda-yang-menjadi-cinta.html
1
2
3
Keterangan
1. Batang (Caulis)
2. Bulu (pilosus)
3. Percabangan batang
c. Daun (Folium)
Daun Heliotropium indicum L. merupakan daun tunggal
(folium simpleks) karena pada satu tangkai daun hanya
terdiri dari satu helaian daun saja, tersebar (folio
sparsa), tanpa daun penumpu (stipula), tangkai bulat
berlekuk (teres), berambut kasar (pilosus), panjang 5 -
15 cm, berwarna hijau, helaian daun berbentuk oval,
panjang 10 – 18 cm, lebar 6 – 15 cm, tepi bergerigi
(serratus), permukaan daun bagian atas dan bawah
berambut halus (pilosus), ujung runcing (acutus),
pangkal tumpul (obtusus), pertulangan daun menyirip
(penninervis).
14
Gambar 3. Daun (folium) pada Buntung Tikus Heliotropium indicumL.
Sumber : http://ginukarsya.blogspot.com/2011/07/morfologi-tumbuhan.html
Keterangan
1. Ujung daun (apex folii)
2. Tangkai daun (petioles)
3. Tepi daun (margo folii)
4. Helaian daun (lamina)
d. Buah (Fructus)
Buah kendaga (rhegma) seperti buah belah, namun
ruang-ruang itu masing-masing memecah, sehingga bijinya
terlempar keluar. bentuk bulat, bergerigi, keras dan
berwarna hijau. Pada tanaman Heliotropium indicum L. bijinya
kecil, berbentuk bulat dan berwarna hitam
Gambar. 4 Buah (fructus) pada Buntut Tikus Heliotropium indicumL.
Sumber : http://maibelopah.blogspot.com/2013/02/heliotrope-ekor-kuda-yang-menjadi-cinta.html
Keterangan
1. Kulit luar (eksocarpium)
2. Biji (semen)
e. Bunga (Flos)
Bunga buntut tikus yaitu termasuk dalam bunga
majemuk (anthotaxis) karena dalam satu tangkai terdiri
dari beberapa bunga, bentuk bulir, tergulung di ujung
1
2
batang atau cabang, berkelamin dua (hermaproditus),
kelopak berbagi, benang sari lima, tangkai sari tidak
sama panjang, mahkota tersusun dari lima daun mahkota
yang berlekatan, dalam kuncup yang terpilin, tajuk
mahkota tidak simetris, duduk di atas pangkal buah dan
berwarna putih.
Gambar 5. Bunga (flos) pada Buntut Tikus Heliotropium indicum L.Sumber : http://maibelopah.blogspot.com/2013/02/heliotrope-
ekor-kuda-yang-menjadi-cinta.html
Keterangan
1. Bunga (flos)
1
2
3
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang ada maka dapat kita simbulkan
bahwa :
1. Pencandraan atau pertelaan (deskripsi, deskriptio)
adalah teknik penggambaran sifat-sifat tumbuhan
dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan
gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, manfaat
dari golongan tumbuhan yang dimaksud.
2. Dari determinasi yang dilakukan maka bunga buntut
tikus Heliotropium indicum L. termasuk dalam familia
Boraginaceae
3. Dari pencandraan yang dilakukan maka dapat kita
ketahui bahwa buntut tikus Heliotropium indicum L.
termasuk dalam tumbuhan Spermatophyta atau tumbuhan
berbiji.
V.2 Kesimpulan
Sebaiknya pada pembuatan laporan, referensi yang
diberikan lebih banyak, agar bisa memberikan
pengetahuan yang lebih banyak bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiawan, Austa. 2010. Klasifikasi Makhluk Hidup.http://austaardiawan.blogspot.com/klasifikasi-makhluk-hidup.html. Diakses pada hari Kamistanggal 20 November 2014 pukul 21.09 WITA
Campbell, Neil A. 2013. Biologi Edisi Kedelapan Jilid Dua.
Jakarta, Erlangga
Mardiana. 2005. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Jantung.Penebar Swadaya, Jakarta.
Marsito, Bambang. 2002. Ramuan Tradisional Kesuburan SuamiIstri. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulyono, Nono. 2011. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Balai
Pustaka, Jakarta.
Sumardi, Issrep. 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.Universitas Gadjah Mada Press, Yogjakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1984. Morfologi Tumbuhan.Universitas Gadjah Mada Press, Yogjakarta.
Van Steenis, Dr. C. G. G. J. 2013. Flora. Balai
Pustaka, Jakarta.