ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PJEMASARAN PUPUK
PT. PUPUK SRIWIDJAJA
P ADA KANTOR PPP JfA WA BARAT
Elly Febtrina
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSIT AS ISALM NEGERI SY ARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1425 HI 2004 M
ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PEMASARAN PUP UK
PT. PUPUK SRIWIDJAJA
P ADA KANTOR PPP JAW A BAJRAT
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mempcroleh Gelar Smjana
Pada Jurusan Sosial Ekonorni Pcrlanian Fakultas Sains dan Teknologi
Olch:
Elly Febtrina
100092020302
JURUSAN SOSIAL EI<:ONOMI PERTANIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEI<:NOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH
JAKARTA
1425 HI 2004 M
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYRAIF I-IIDA YA TULLAH JAKARTA
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :
Nama Elly Febtrina
NIM 100092020302
Program Studi
Judul Skripsi
Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
Analisis Tingkat Efisiensi Pemasaran Pupuk PT.Pupuk
Sriwidjaja pada Kantor PPD Jawa Baral
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Satjana pada Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Sain dan Teknologi UIN Syarif 1-lidayatullah
Jakarta.
(\
Jakarta, Oktober 2004
Menyetujui,
Dasen Pembimbing
Pembimbing 1
Prof. Dr. I-I. Aki Baihaki, M.Sc
Mengetahui,
~ DR.Syopian yah Jaya Putra, M.Sis
"' NIP. I 50 3 I 7 956
Pembimbing 2
~ff.bo& ->l---1 'f .---Drs. Acep Muhib, MMA
NIP. 150 317 959
Ketua Jurusan,
~~~ Ir.Mudatsir Najamuddin, MM
NIP. 150 3I7 958
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi ini berjudul "ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PEMASARAN PUPUK
PT. PUPUK SRIWIDJAJA PADA KANTOR PPD JAWA BARAT" telah diuji
dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi UIN
SyarifHidayatullah Jakarta, pada hari Sabtu, tanggal 9 Oktober 2004. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (SI) pada
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
Penguj i II
Tim Penguj i
Penguji I
r
~(}! Ir.Mudatsir Najamuddin, MM
NIP. 150 317 958
Jakarta, Oktober 2004
Penguji Ill
Prof. Dr. H. Aki Baihaki, M.Sc Ors. Acep Muhib, MMA
NIP. 150 317 959
Mengetahui,
Dekan,
I}. DR.Syopiansy h Jaya Putra, M.Sis
" NIP. 150 317 956
PERNYATAAN
DENGAN IN! SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI !NI BENAR-BENAR HASIL KARY A SENDIRI YANG BELUM PERNA!-! DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIA!-1 PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Oktober 2004
Elly Fcbtrina 100092020302
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiral Allah Swl alas segala nikmal dan karunia yang lelah
diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini clapal diselesaikan. Shalawal serta salam
tak lupa kita sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad Saw, yang telah membawa
kita dari kegelapan menuju alam penuh peneglahuan, semoga kila semua akan
mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amien.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu secara moril maupun materil, sehingga
tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
I. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
2. Ir. Mudatsir Najamuddin, MM selaku Kepala Jurusan Sosek Agribisnis dan
Penguji yang telah memberikan wawasan dan pengetahuan serta nasehatnya.
3. Prof. Dr. l-1. Aki Baihaki, M.Sc. Selaku pembimbing I, dan Drs. Acep Muhib,
MMA. Selaku pembirnbing II, yang lelah rnernberikan pengarahan, pengalarnan,
pengetahuan dan menyurnbangkan pikiran serta meluangkan waktu dalarn
penyusunan skripsi ini.
4. Direklur KPJ, Kepala PPD Jawa Baral, Bu Syamsuani, Pak : Zaenal Arifin,
Rustian, Mursidi, Azwani, Agus, Alpen dan seluruh karyawan Pusri yang telah
111e111berikan kesempatan unluk 111elakukan penelilian dan lelah banyak
membantu dalarn penyedian data dan infor111asi yang diperlukan.
.~ .
5. Perpustakaan FST UfN dan segenap staf dan karyawan administrasi UIN.
6. Keluargaku tercinta, Amak, Abak, Ni Ira, Ni Iva, Rika, Adek, Bang Can atas
segala cinta, kasih sayang, dukungan dan do'anya. Tek mi, atas segala inspirasi,
semangat dan kasih sayang yang telah diberikan.
7. Chandra dan Karimunnya, Dini, Iii, Yati, Ais, Erna, Abu, Irfan, Dian, Rino, Nella,
Lia, Agus teman-teman sepetualang dalam KKS, yang telah memberikan
banyak bantuan.
8. Angkatan 2000 Agribisnis, terima kasih atas segala ce!aan dan hinaan yang selalu
membuat tawa, kalau nikah jangan lupa Call Me (085216089385) or 0630-21098.
Penulis sadar betul bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Jakarta, Oktober 2004
Elly Febtrina
RINGKASAN
Elly Fcbtrina. Analisis Tingkat Efisiensi Pemasaran Pupuk PT. Pupuk Sriwidjaja
pada Kantor PPD Jawa Barnt di bawah bimbingan H. Aki Baihaki dan Accp Muhib.
Indonesia merupakan negara agraris, di mana sektor pe1ianian menjadi salah
satu faktor utama dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk
menunjang sektor tersebut, diperlukan dukungan dari industri pupuk nasional
dengan sarana dan prasarana distribusinya, sehingga pupuk dapat diterima oleh
petani dengan mudah.
Penyediaan pupuk nasional dilakukan oleh enam perusahaan yaitu : PT.
Pupuk Sriwidjaja, PT. Pupuk Kaltim, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda,
PT. Pupuk Asean Fertilizer, PT. Pupuk Petrokimia Gresik. Pelaksanaan distribusi
pupuk saat ini masih menimbulkan berbagai masalah, di antaranya adalah : 1)
Barga pupuk yang dibayar petani menjadi tinggi meskipun di bawah harga ekspor, 2)
Sering te1jadi kelangkaan pupuk akibat para distributor pupuk yang cendenmg
menjual pupuknya ke daerah yang menguntungkan saja, dan 3) persaingan dalam
industri pupuk semakin ketat dengan adanya perubahan sistem mekanisme pasar yang
mana masing-masing produsen dapat melakukan penjualan langsung ke konsumen.
Hal ini mengharuskan perusahaan untuk memperbaiki kinerja pemasaran dengan
memperhatikan penggunaan saluran perantara dalam memasarkan produk.
Penelitian ini bertujuan: I) Untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran dengan
mengetahui sistem pemasaran pupuk yang dilakukan oleh Pemasaran Pusri Daerah
(PPD) Jawa Bara! ditinjau dari saluran dan fungsi pemasaran, 2) Mengetahui struktur
dan perilaku pasar dalam industri pupuk, 3) Menganalisa penyebaran maijin di antara
saluran yang terlibat di wilayah Jawa Bara!, dan 4) Menganalisa keterpaduan pasar
pupuk di wilayah PPD Jawa Bai·at.
Penelitian dilakukan di kantor PPD Jawa Barat dan Kantor Perwakilan
Jakmia (KPJ). Jenis data yang digunakan terdiri dari data. sekunder dan primer,
baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengambilan sampel distributor, perwakilan
distributor dan pengeeer dilakukan dengan sengaja (purposive). Pengolahan data
menggunakan software SPSS 11.5 dan disajikan dalam bentuk deskriptif dan tabel.
Dari hasil penelitian diperoleh saluran pemasaran pupuk di wilayah kerja
PPD Jawa Barat terdiri dari distributor, perwakilan distributor, dan pengecer.
Fungsi-fungsi pemasaran yang ada meliputi fungsi pertukaran (penjualan dan
pembelian), fungsi fisik (pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan) dan fungsi
fasilitas (sortasi, penanggungan resiko dan informasi pasar). Struktur pasar mengarah
pada pasar oligopoli murni. Tidak terdapat perbedaan atau kelompok tertentu dalam
jenis Urea yang dipasaran. Hal ini menunjukkan pupuk Urea merupakan produk yang
homogen.
Saluran pemasaran I memiliki marjin pemasaran tertinggi, yaitu sebesar Rp.
410/kg. Maijin pemasaran pada saluran II adalah Rp.60/kg (penjualan sak) dan
Rp.11 O/kg (penjualan kiloan), sedangkan pada saluran III adalah Rp.l 00/kg (sak)
dan Rp. 160 (kiloan). Nilai marjin pemasaran pada saluran II lebih kecil
disebabkan total biaya pemasai·an yang lebih kecil dibandingkan saluran lainnya.
Rasio perbandingan antara biaya dan keuntungan pada salurai1 III lebih besar
dibandingkan saluran II dan I karena saluran pamasarannya lebih panjang.
Analisa keterpaduan pasar antara produsen dan distributor menghasilkan
nilai b2 = 0.967, dan hasil perhitungan IMC diperoleh nilai sebesar 0.902, yang
menggambarkan tingkat keterpaduan pasar antara produsen dan distributor sangat
kecil karena mendekati 1. Sedangkan antara podusen dan pengecer diperoleh nilai
b2 = 0.944 dengan IMC 0.461 yang menunjukkai1 tingkat keterpaduan pasar produsen
dan pengecer relatif kecil. Hal ini menggambarkan bahwa antara produsen dan
saluran pemasaran yang ada di bawahnya (distributor dan pengecer) tidak terdapat
keterpacluan pasar secara sempurna clan pasar ticlak tersegmentasi clengan baik. Secarn
keseluruhan clari analisis menunjukkan bahwa pemasaran pupuk oleh PPD Jawa Baral
belum efisien.
.~.
DAFTARISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... .
RIN GKASAN ........................................................................ .................... ......... m
DAFTAR !SI ......................................................................... ............................. v
DAFT AR T ABEL .......... ...................................................................................... vm
DAFT AR GAMBAR ............................................................................................ IX
DAFT AR LAMPIRAN ........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. ..
I. I Latar Belakang ........ .... .... ... .... ............. ...... ..... ............. ... ... .... ...... .. I
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
1.5. Sistematika Penulisan.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUST AKA........................................................................ 8
2.1. Landasan Teori ............................................................................. 8
2.1.1. Pengertian dan Klasifikasi Pupuk ............. .................. ........ 8
2.1.2. Perkembangan lndustri Pupuk di Indonesia........................ I 0
2.1.3. Perkcmbangan Kebijakan Pupuk di Indonesia ................... 11
2.1.4. Manfaat Penggunaan Pupuk................................................ 13
2.1.5. Pemasaran ........................................................................... 14
2.1.6. Salman Pemasaran ............................................................ 16
2.1.7. StrukturdanPerilakuPasar................................................. 17
2.1.8. Mmjin Pemasaran ............................................................... 19
2.1.9. Keterpaduan Pasar............................................................... 22
2.1.10.Efisiensi Pemasaran ............................................................ 26
2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu ................................................... 27
2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual ...................... ............................ 28
BAB Ill. METODE PENELITIAN...................................................................... 30
3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 30
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 30
3 .3. Metode Pengumpulan Data ...... .................................................... 31
3.4. Metode dan Analisis Data............................................................. 31
3.4.1. Analisis Fungsi dan Saluran Pemasaran ............................ 32
3.4.2. Analisis Struktur Pasar dan Perilaku Pasar ........................ 32
3.4.3. Analisis Marjin Pemasaran ................................................ 32
3 .4 .4. Anal is is lndeks Keterpaduan Pasar .. .. .. ..... ...... .. .. .. .. .... .. .. .. .. 3 3
3.4.5. Pengujian Hipotesa.............................................................. 34
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .............................................. 35
4.1. Sejarah dan Perkembangan PT.Pupuk Sriwidjaja........................... 35
4.2. PT. Pupuk Sriwidjaja sebagai Holding Company........................... 37
4.3. Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan..................................................... 39
4.3.l. Visi Perusahaan..................................................................... 39
4.3.2. Misi Perusahaan ..................................................................... 39
4.3.3. Nilai- Nilai Perusahaan .......................................................... 39
4.4. Struktur Organisasi Perusahaan dan SDM ...................................... 39
4.5. Pemasaran Pusri Jawa Baral............................................................ 44
4.6. Aktivitas Pemasaran........................................................................ 46
4. 7. Sistem Distribusi dan Penjualan...................................................... 48
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 51
5.1. Analisis Saluran dan Fungsi Pemasaran ......................................... 51
5.1.1 Analisis Saluran Pemasaran ................................................... 51
5 .1.2 Fungsi Pemasaran ................................................................. 54
5.2. Analisa Struktur Pasar dan Perilaku Pasar ...................................... 61
5.2.1.StrukturPasar ......................................................................... 61
5.2.2. Perilaku Pasar......................................................................... 65
5.3. Analisis Marjin Pemasaran ............................................................. 67
5.3.1. Penyebaran Mmjin Pemasaran Saluran I ............................ 69
5.3.2. Penyebaran Ma1jin Pemasaran Saluran II............................. 70
5.3.3. Penyebaran Marjin Pemasaran Saluran lII ........................... 71
5.3.4. Perbandingan Marjin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran .... 73
5.4. Analisis Indeks Keterpaduan Pasar ................................................. 76
5.4.1. Keterpaduan Pasar Antara Produsen dan Distributor........... 76
5 .4 .2. Uj i Hipotesa .. .... .. .. .. .. .. .. .. .... .... .. .. .. .. .... .. .. ... .. .. . ... .... .. .. .... .. .. ... 78
5.4.2. Keterpaduan Pasar Antara Produsen dan Pengecer .............. 80
5 .4 .3. Uj i Hipotesa .. . ... . ... .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .. ...... .. ... . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 84
6.1. Kesimpulan .. ... .. .... .. .. .. .. .. .... .. .. .... .... .. .... .. .... .. .. .... .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. 84
6.2. Saran................................................................................................ 86
DAFTAR PUST AKA .......................................................................................... 87
LAMPI RAN . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . .. . ... . ... ... . ... .... . ... .. . . .. . . . . .. . .. . . . . . . .. . . . . . . .. .. . . . . .. . . . . ... . .. . . 89
NO
Tabel I
Tabel 2
Tabel3
Tabel4
Tabel5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
DAFTAR TABEL
TEKS 1-Ialaman
Konsumsi Pupuk di dalam Negeri pada Sektor Pertanian.................. 2
Ekspor Pupuk Urea Menurut Produsen .............................................. 2
Kapasitas Terpasang Produksi Pupuk Nasional................................. 10
Jenis-Jenis Struktur Pasar ................................................................... 18
Daftar Pabrik, Kapasitas dan Konstruksi Pabrik ................................ 36
Kapasitas Gudang PPD Jabar Per 31 Maret 2004 .............................. 45
Realisasi Penjualan Pupuk Tahunl 999-2003 ..................................... 50
Fungsi-Fungsi Pemasaran yang dilakukan PPD Jabar ....................... 55
Tingkat Produksi Pabrik di Indonesia, 2003 ..................................... .
Tabel I 0 : Marj in dan Persentase Marj in pada Saluran Pemasaran ................. ..
62
68
74
76
80
Tabel I 1 : Total Marj in, Total Biaya dan Total Keuntungan ............................. .
Tabel 12 : Hasil Analisis Keterpaduan Pasar Produsen dan Distributor ............ .
Tabel 13 : Hasil Analisis Keterpaduan Pasar Produsen dan Pengecer ............... .
NO
Tabel l
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
.~.
DAFTAR TABEL
TEKS 1-lalaman
Konsumsi Pupuk di dalam Negeri pada Sektor Pertanian.................. 2
Ekspor Pupuk Urea Menurut Produsen .............................................. 2
Kapasitas Terpasang Produksi Pupuk Nasional................................. 10
Jenis-Jenis Struktur Pasar ................................................................... 18
Daftar Pabrik, Kapasitas dan Konstruksi Pabrik ................................ 36
Kapasitas Gudang PPD Jabar Per 31 Maret 2004 .............................. 45
Realisasi Penjualan Pupuk Tahun 1999-2003 ..................................... 50
Fungsi-Fungsi Pemasaran yang dilakukan PPD Jabar ....................... 55
Tingkat Produksi Pabrik di Indonesia, 2003 ...................................... 62
Tabel 10 : Marjin dan Persentase Marjin pada Saluran Pemasaran .................. 68
Tabel 11 : Total Maijin, Total Biaya dan Total Keuntungan .............................. 74
Tabel 12: I--lasil Analisis Ketcrpaduan Pasar Produsen dan Distributor............. 76
Ta be I 13 : I--lasil Anal is is Keterpaduan Pasar Produsen dan Pengecer ................ 80
DAFTAR GAMBAR
NO TEKS 1-lalaman
Garnbar I : Hubungan Antara Fungsi-Fungsi Pertarna clan Turunan Maijin
Pernasaran dengan Nilai Matjin Pernasaran .................................... .
Garnbar 2 : Alur Kerangka Pernikiran .............................................................. ..
Gambar 3 : Struktur Organisasi PT. PUSRI
Garnbar 4 : Struktur Organisasi PPD Jabar ........................................................ .
Garnbar 5 : Saluran Pemasaran .......................................................................... .
20
29
41
42
53
1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agrans, di mana sektor pertanian seharusnya
menjadi faktor utama dalam memacu pembangunan ekonomi dan kesejahteraan
masyaraka!. Pernbangunan pertanian antara lain mencakup sub sektor tanaman
pangan, perkebunan serta hortikultura. Untuk menunjang sektor pertanian diperlukan
dukungan dari industri pupuk nasional berupa sarana dan prasarana yang menunjang
distribusi sehingga pupuk dapat diterima oleh petani secarn mudah.
Produksi pupuk nasional dilakukan oleh enam perusahaan pupuk, yaitu : PT.
Pupuk Sriwidjaja, PT. Pupuk Kaltim, PT. Pupuk lskandar Muda, PT. Pupuk Asean
Fertilizer PT. Pupuk Kujang, PT. Petrokimia Gresik. Jurnlah kebutuhan pupuk per
tahun yang harus dipenuhi oleh lima perusahaan tersebut untuk seluruh Indonesia
adalah 7 ,5 juta ton/tahun untuk Urea, 1 juta ton per tahun untuk SP-36, 650 ribu
ton/tahun untuk ZA (Amonium Su/fat), dan 300 ribu ton per tahun untuk NPK
(Nitrogen Fosjor Kalium), untuk kebutuhan pupuk KCI (Ka/ium Chlorida) dipenuhi
dari impor.
Berdasarkan data selama tahun 1999 hingga tahun 2003, konsumsi pupuk di
dalarn negeri cenderung berfluktuasi. Konsurnsi pupuk Urea relatif lebih tinggi
dibandingkan pupuk SP-36, KC! dan ZA.
; . 2
Tabet I. Konsumsi Pupuk di dalam Negeri pada Sektor Pertanian, 1999-2003
Tahun UREA ZA SP-36 KCl Total 1999 3.140033 243.906 394.949 380.000 4.158.888 2000 3.959.656 507.005 623.260 400.000 5.489.921 2001 3.895.832 480.374 650.915 425.000 5452.121 2002 4.273.173 606.529 600.991 450.000 5.930.657 2003 5 007 094 821086 837.085 427.320 7.162.585
---------- _ .. ________ .... __________ ,, _____ -----·----.-.--.-. --·------- --····--------------~
Sumber: www.appi.or.id, 2004
Konsumsi pupuk di dalam negeri selama tahun 1999 -· 2003 dapat ditunjukkan
pada tabel 1. Perkembangan konsumsi pupuk terbesar terjadi pada tahun 2003 dengan
kenaikan dari 5. 930.657 ton pada tahun 2002 menjadi 7.162.585 ton. Kenaikan terjadi juga
untuk pupuk Urea, ZA, dan SP-36 sedangkan konsumsi pupuk KCl mengalami penurunan.
Selain untuk memenuhi kcbutuhan dalam negcri, kclcbihan produksi
pupuk anorganik ini diekspor ke beberapa negara. Pupuk yang diekspor adalah Urea,
SP-36, ZA, dan pupuk lainnya. Ekspor pupuk dilakukan oleh enam perusahaan pupuk
di Indonesia yaitu PT. Pusri, PT. Pupuk Kaltim, PT. Pupuk Asean Fertilizer, PT.Pupuk
Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kujang dan PT. Pupuk Iskandar Muda. Jumlah ekspor
pupuk Urea yang dilakukan produsen tersebut, ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Ekspor Pupuk Urea Menurut Produsen, 2000
Prod us en . Volume (ton/tahun) Kontribusi tehadap Volume (%)
PT. Pupuk Sriwidj1\ja 114,122 5.50 PT. Pupuk Kujang 57.611 2.78 PT. Pupuk Kaltim 795 096 38.35 PT. Pupuk Ase an F ertill izer 567.028 27.35 PT. Pupuk Iskandar Muda 496.570 23,95 PT.Petro Kimia Gresik 42.995 2.07 Total 2.073.422 100
Sumber. www.appi.or.id.2004
3
Kedudukan pupuk yang sangat penting dalam dunia pertanian mendorong
pemerintah untuk mengatur tata-niaga pupuk. Hal ini dikarenakan pupuk merupakan
komponen utama dalam menunjang keberhasilan pertanian yang diusahakan petani.
Berdasarkan tujuan tersebut, pemerintah menunjuk PT. Pupuk Sriwidjaja untuk
memnnpm industri pupuk di dalam negeri. Salah satunya dengan memberikan
wewenang mengatur sistem distribusi dan pemasaran pupuk di Indonesia atau lebih
dikenal sebagai penyalur tunggaL Berdasarkan wewenang tersebut produksi pupuk
dalam· negeri maupun impor harus disalurkan melalui PT. Pupuk Sriwidjaja.
Penyaluran pupuk dilakukan melalui saluran-saluran pemasaran, antara lain : KUD
penyalur, KUD pengecer, dan pihak-pihak lain yang ditut\juk oleh pemerintah.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Peradagangan RI No.
70/MPP/Kep/2/2003 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk
Sektor Pertanian, maka tanggung jawab dan wewenang pemasaran dan distribusi
pupuk Urea yang selama ini dipegang oleh PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) mulai dari
Lini I sampai dengan Lini lil telah diserahkan kepada masing-masing produsen
pupuk Urea di dalam negeri untuk melakukan pemasaran pupuk hasil produksinya
serta menciptakan iklim persaingan yang lebih sehat dalam pemasaran pupuk
Berdasarkan keputusan pemerintah tersebut, monopoli PT. Pusri dalam
pemasaran dan distribusi pupuk Urea dihapus, dan saluran pemasaran yang terkait
dalam pemasaran pupuk tidak lagi diatur oleh pemerintah. PT. Pusri sejak
diberlakukannya mekanisme pasar tersebut, mengalami perubahan dalam sistem
pemasaran.
4
1.2. Pernmusan Masalah
Pelaksanaan distribusi sesuai dengan mekanisme pasar saat ini telah
menimbulkan berbagai masalah di antaranya harga pupuk yang dibayar petani
menjadi tinggi dan sering terjadi kelangkaan pupuk karena distributor yang telah di
tunjuk oleh produsen cenderung menjual pupuk ke daerah yang menguntungkan saja.
Sdain itu pc111crintah sulit untuk 111c111onitor dan 111cndapatkan infonnasi tcntang
pcrsediaan pupuk di suatu wilayah karena tidak ada penanggung jawab yang wajib
melaporkan informasi tersebut ke instansi terkait.
Pemasaran yang tidak efisien di antara saluran pemasaran yang terkait akan
menyebabkan peningkatan biaya pemasaran. Perbedaan lokasi dan aktivitas
saluran pemasaran dapat menyebabkan harga di tiap tingkat pemasaran menjadi
bcrbeda, dan penycbaran marjin antara saluran pemasaran tidak merata.
Pemasaran yang tidak efisien juga akan menimbulkan ketidakpuasan pada
konsumen sehingga bisa mempengaruhi permintaan t:erhadap produk yang di
produksi perusahaan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini akan mengkaji
penerapan sistem pemasaran pupuk dan tingkat efisiensi pemasaran yang telah
dilakukan oleh PT. Pusri, khususnya di wilayah Jawa Barat dan Banten.
Penelitian ini akan membahas pennasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pemasaran pupuk yang dilakukan oleh Pusri Daerah Jawa
Bara! (PPD .Jawa Barat) ditinjau dari saluran dan fungsi pemasaran?
2. Bagaimana struktur dan perilaku pasar dalam industri pupuk di wilayah kerja
PPD Jawa Barat?
3. 8agaimana pcnycbaran marJm pcmasaran di antara saluran pcmasaran yang
terlibat di wilayah kerja PPD Jawa Barat?
4. Apakah terdapat keterpaduan pasar pupuk di wilayah kcrja PPD Jawa Barat?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pcrurnusan masalah di alas, malrn tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
I. Mengetahui sistem pemasaran pupuk yang dilakukan oleh PPD Jawa Barat di
tinjau dari saluran dan fungsi pemasaran.
2. Mengetahui struktur dan perilaku pasar dalam industri pupuk di wilayah kerja
PPD Jawa Baral.
3. Menganalisis penyebaran marjin pemasaran di antara Jembaga pemasaran yang
terlibat di wilayah kerja PPD Jawa Baral.
4. Menganalisis keterpaduan pasar pupuk di wilayah kerja PPD Jawa Barat
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat berguna bagi
I. Peneliti, penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan penulis dalam
menganalisis masalah serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
2. Perusahaan, hasil pcnelitian ini diharapkan berguna alam menerapkan sistem
pemasaran yang Jebih efisien sehingga dapat meningkatkan daya saing
perusahaan.
6
3. Universitas, hasil penelitian ini dapat memberikan bahan infonnasi dan
referensi dalam penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan
topik tingkat efisiensi pemasaran.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika hasil penelitian akan ditulis dalam enam bab dengan garis besar
sebagai berikut.
Bab [ Pendahuluan, terdiri dari; Latar Belakang Penelitian, Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian serta Manfaat Hasil Penelitian.
Bab [] : Tinjauan Pustaka, terdiri dari; Teori-Teori yang Melatarbelakangi
Penelitian dan Berhubungan dengan Topik yang Dibahas,
Penelitian-penelitian Terdahulu, dan Kerangka Pemikiran
Konseptual.
Bab []] : Metode Penelitian, terdiri dari; Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber
Data yang Digunakan, Metode Pengumpulan Data dan Metode
Analisis Data yang Terdiri dari Analisis Fungsi dan Saluran
Pemasaran, Analisis Struktur dan Perilaku Pasar, Analisis Marjin
Pemasaran dan Analisis Indeks Keterpaduan Pasar.
Bab lV Gambaran Umum Perusahaan PT. Pusri, terdiri dari; Sejarah dan
Perkembangan Perusahaan, Struktur Organisasi Perusahaan, dan
kegiatan Perusahaan.
Bab V
Bab Vl
7
Hasil dan Pembahasan; Bab ini berhubungan dengan hasil
penelitian yang menjawab semua pennasalahan-pennasalahan dan
membandingkannya dengan teori - teori yang ada.
Penutup, Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis pada bab V
serta saran-saran yang diberikan penulis.
2.1. Landasan Teori
BAB II
TIN.JAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian dan Klasifikasi Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan
tanah, sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut ke tanah agar
menjadi subur (Hardjowigeno, 1995). Pupuk dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Kandungan unsur hara, dibagi menjadi :
a) Pupuk tunggal (single fertifi::er), yaitu pupuk yang hanya mengandung satu
macam unsur hara.
b) Pupuk majemuk (compound fertilizer), yaitu pupuk yang mengandung lebih
dari satu macam unsur hara.
2. Kadar kandungan unsur haranya, dibagi menjadi :
a; Berkadar hara tinggi (,;oncentrated), kandungan unsur haranya Jebih dari 30
persen.
b) Berkadar hara sedang, kandungan unsur haranya 20 sampai 30 persen.
c) Berkadar hara rendah (ordinwy), kandungan unsure haranya 20 persen.
3. Reaksi kimia, pupuk dibagi menjadi :
a) Pupuk Masam
b) Pupuk Netral
c) Pupuk Basa
9
4. Pembuatannya, dibagi menjadi :
a) Pupuk alam (organik), yaitu pupuk yang didapat langsung dari alam
b) Pupuk buatan (anorganik), yaitu pupuk yang dibuat di pabrik
5. Kelarutannya, dibagi menjadi :
a) Larut dalam air.
b) Larut dalam asam sitrat.
c) Larut dalam asam keras.
Pupuk dapat dikelompokan menjadi pupuk organik dan anorganik. Pupuk
Urea, KC!, ZA dan TSP merupakan pupuk anorganik, sedangkan pupuk kompos,
pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan pupuk organik. Pupuk Urea adalah
pupuk berbentuk hablur atau serbuk putih (prill), hampir tidak berbau atau
mengeluarkan bau ammonia. Rumus molekul Urea adalah CO(NH2) 2 memiliki
berat molekul 60 gram/mo!, dan merupakan pupuk amida yang terdiri dari 46,7
perse;1 massa nitogen. Bahan baku utama Urea adalah ammonia (NH3 ) dan gas
karbondioksida (C02) tanpa menggunakan bahan penunjang (Sutejo dalam Arta,
2002).
Pupuk mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kandungan unsur
hara yang dirnilikinya. Pupuk Urea mempunyai fungsi antara lain sebagai surnber
nitrogen terbesar, memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanarnan dan pembentukan
untuk industri protein.
10
2.1.2. Perkembangan Industri Pupuk di Indonesia
Industri pupuk merupakan salah satu agroindustri yang memberi sumbangan
besar bagi pertanian di Indonesia terutama pada penyediaan sarana poduksi pertanian.
Sampai tahun 2001 terdapat 6 perusahaan negara yang memproduksi pupuk.
Kapasitas produksinya berupa pupuk Urea sebesar 6.950.000 ton, pupuk SP-36
sebesar 1.000.000 ton, pupuk ZA sebesar 650.000 ton, pupuk NPK sebesar 300.000
ton dan Amoniak sebesar 4.577.000 ton per tahun. Kapasitas terpasang produksi
pupuk nasional digambarkan pada tabel 3 sebagai berikut.
Tb 13 K a e apas1tas T erpasan P d k . P k N . l 2003 ro U Sl upu as10na,
Nama Perusahaan J,okasi JenisPupuk Kapasitas Produ ksi
{ton/tahun) PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Urea 2.262.000
Amoniak 1.499.000 PT.Pupuk Kaltim Bon tang Urea 2.410.000
Amoniak 1.518.000 PT.Pupuk Iskandar Muda Lhok Urea 600.000
Seumawe Amoniak 366.000 PT.Pupuk Kujang Cikampek Urea 586.000
Amoniak 383.000 PT.Petrokimia Gresik Gresik Urea 462.000
Amoniak 445.000 SP-36 1.000.000 ZA 650.000 NPK 300.000
PT. Asean Aceh Fertilizer Lhok Urea 630.000 Seumawe Amoniak 366.000
Total Kapasitas Produksi Urea 6.950.000 Amoniak 4.577.000 SP-36 l.000.000 ZA 650.000 NPK 300.000
Sumber : PT. PUSRI, 2004
11
Berdasarkan kapasitas produksi, PT. Pupuk Sriwidjaja merupakan pcnghasil
pupuk yang terbesar dengan kapasitas produksi sebesar 2.262.000 ton per tahun dari
total produksi 6.950.000 ton per tahun. Perusahaan ini mulai beropernsi pada tahun
1963, dan merupakan pemimpin pasar dan distributor pupuk nasional. Berdasarkan
SK Memperindag No. 70/MPP/Kep/2/2003, PT. Pusri ditunjuk sebagai distributor
pupuk bersubsidi untuk wilayah-wilayah; Sumatern Barnt, .Iambi, Riau, Bengkulu,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DK! Jakarta, Jawa Tengah,
D.l. Yogyakarta, clan Kalimantan Barnt.
Pupuk yang paling banyak diproduksi di Indonesia adalah pupukjenis Urea. Urea
merupakan pupuk anorganik dari proses reaksi antara ammonia dengan carbondioxide
yang akan membentuk ammonium carbonmate. Harga pupuk Urea saat ini sudah tidak
disubsidi lagi oleh pemerintah, tetapi selalu tercapai penyesuaian dan kesepakatan harga
antarn produsen dan pembeli sehingga harganya relatif stabil.
2.1.3. Perkembangan Kebijakan Pupuk di Indonesia.
Pemerintah menetapkan beberapa pernturan-pernturan dalam industri pupuk,
karena pupuk sangat strategis bagi perekonomian Indonesia, baik untuk sektor
pertanian ataupun industri lain seperti industri perekat, fannasi, kosmetik ataupun
industri plastik.
Pada tahun 1998, pemerintah mencabut SK Menperindag No. 38/MPP/Kep/3/1996
dan mengganti dengan SK. Memperindag No. 378/MPP/Kep/8/1998. Dalam keputusan
pemerintah terakhir, subsidi pupuk dihentikan untuk Perkebunan Besar karena keterbatasan
12
dana yang dimiliki oleh pcmerintah. Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh
pcmerintah antara lain, adalah bahwa pupuk bersubsidi rnerupakan pupuk yang pcngadaan
dan penyalurannya mendapatkan subsidi dari pcmerintah untuk kebutuhan pctani tanaman
pangan, pcrikanan, pcternakan dan pcrkebunan rakyat yang dilaksanakan atas dasar
program pcmerintah sesuai dengan Keputusan Menteri Penanian. Jenis pupuk subsidi
tersebut antara lain Urea, SP-36 dan ZA, sedangkan KC! hanya disubsidi untuk tanaman
pangan. Harga Enceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi Urea, SP-36 dan ZA untuk
pctani tanaman pangan, pcrikanan, petemakan dan pcrkebunan rakyat dan KC! untuk
tanaman pangan ditetapkan oleh Menteri Keuangan, harga pupuk Urea, SP-36, KC! dan
ZA yang tidak bersubsidi diserahkan pada mekanisme pasar.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan selanjutnya mengeluarkan SK
barn untuk mengganti SK No. 26/MPP/Kep/1 /1996 tentang Pendistribusian Pupuk
untuk Petani Tanaman Pangan di Daerah yang Sulit Dijangkau. SK Memperindag No.
93/MPP/Kep/3/200 l menetapkan ketentuan-ketentuan antara lain, semua produsen
ditugaskan sebagai pelaksana dan bertanggung jawab atas terlaksananya pengadaan
dan penyaluran serta ketersediaan stok pupuk Urea untuk sektor pertanian (tanaman
pangan, perikanan, peternakan dan perkebunan rakyat). Produsen wajib menyediakan
stok minimal di Lini III Wilayah Pulau Jawa untuk pemenuhan kebutuhan 1 minggu,
dan wilayah luar Pulau Jawa untuk pemenuhan kebutuhan 2 rninggu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
356/MPP/Kep/5/2004 tanggal 27 Mei 2004 tentang Perubahan Keputusan
Memperindag No. 70/MPP/Kep/2/2003, tentang Pengadaan dan Penyaluran
13
Pupuk bersubsidi untuk Sektor Pertanian sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Memperindag No.306/MPP/Kep/4/2003, maka produsen harus
melaksanakan pengadaan pupuk bersubsidi sampai dengan Lini Ill di wilayah
yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk produsen yang belum memiliki gudang
di Lini lII wajib memanfaatkan sarana dan prasarana milik PT. Pupuk Sriwidjaja
yang berada di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya, dan Harga Enceran
Tertinggi (HET) adalah harga tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
untuk pupuk Urea, SP-36, ZA.
Untuk pengadaan dan penyaluran pupuk untuk Perkebunan Besar, Hulan
Tanaman Industri (HT!) dan lndustri, lakukan langsung oleh Unit Niaga PT. Pusri,
Produsen dan atau Distributor setelah memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk
pen gee er.
2.1.4. Manfaat Penggunaan Pupuk
Pupuk merupakan suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan
tanah. Beberapa jenis pupuk antara lain adalah sebagai berikut :
1. Urea: Berbentuk kristral berwarna putih atau butiran-butiran bulat. Tingkat
kadar unsur Nitrogen sebesar 45 persen. Jenis pupuk ini biasanya digunakan
untuk jenis tanaman yang diambil daunnya karena pemupukan unsur
Nitrogen akan memberikan hasil yang baik bagi perkembangan vegetatif
tanaman.
14
2. ZA (Amonium Su/fat) : Biasanya diperdagangkan dalam bentuk berwama putih,
abu-abu, kebiru-biruan dan kuning. Pupuk ini mempunyai kadar nitrogen sebesar
20,5 - 21,0 persen. Manfaat yang diberikan sama dengan jenis pupuk Urea.
3. TSP (friple Superphosphate) : Tingkat kandungan Fosfat sebesar 46 - 48
persen, berbentuk butir kecil berwarna abu-abu. Pupuk jenis ini sangat
membantu dalam perkembangan generatif tanaman (pembentukan bunga,
buah dan biji)
4. KC! (Kalium Chlorida): Kadar Kalium sebesar 52-55 persen. Jenis pupuk ini
digunakan untuk tanaman yang tahan terhadap chlorida. Pupuk yang
mengandung unsur kalium digunakan untuk tanaman yang menghasilkan pati
atau gula dengan kombinasi pemupukan unsur Nitrogen (Hardjowigeno,
1995).
2.1.5. Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial di mana individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain (Kotler dan Amstrong, 2001 ).
Pemasaran pertanian adalah sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan
untuk memberi kepuasan dari produk-produk yang dipertukarkan kepada konsumen atau
pernakai dalam bidang pertanian, baik input rnaupun produk p<~rtanian (Said dan Intan,
2001).
15
Dalam proses penyaluran barang tersebut diperlukan berbagai fungsi
pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran sangat penting untuk mengatasi hambatan
hambatan yang dihadapi produsen dalam upaya memuaskan konsumen secara lebih
efektif dan efisien. Fungsi pemasaran adalah serangkaian kegiatan fungsional yang
dilakL;kan oleh saluran-saluran pemasaran, baik aktivitas fisik maupun aktivitas jasa,
yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan melalui penciptaan atau penambahan kegunaan bentuk,
waktu, tempat dan kepemilikan terhadap suatu produk.
Fungsi-fungsi pemasaran dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Fungsi Pertukaran, yaitu kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik
dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi
pembelian dan fungsi penjualan.
2. Fungsi Fisik, yaitu semua tindakan yang langsung berhubungan dengan
barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk
dan kegunaan waktu. Fungsi fisik meliputi kegiatan penyimpanan,
pengolahan, dan pengangkutan.
3. Fungsi Fasilitas, yaitu semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar
kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi
fasilitas terdiri dari fungsi standarisi dan grading, fungsi penanggungan
resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar (Limbong dan Sitorus,
1985).
2.1.6. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah badan-badan yang berusaha dalam bidang
pemasaran, menggerakkan barang dari produsen sampai ke konsumen melalui
penjualan (Limbong dan Sitorus, 1985). Saluran pemasaran pada dasarnya hams
berfungsi dalam memberikan pelayanan kepada pembeli maupun komoditi itu
sendiri.
Dalam pemasaran suatu produk terlibat beberapa saluran mulai dari produsen,
perantara dan konsumen. Jarak antara produsen yang menghasilkan produk sering
berjauhan dengan konsumen, sehingga fungsi saluran perantara sangat diharapkan
kehadirannya untuk menggerakkan produk-produk tersebut dari produsen ke
konsumen.
Sedangkan saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang sating
tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk siap untuk digunakan
atau dikonsumsi( Kotler dan Annstrong, 200 I). Saluran pemasaran merupakan suatu
sistem untuk menyampaikan produk yang dihasilkan oleh produsen kepada
konsumen. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan produk dari
produsen ke konsumen. Fungsinya adalah mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan
pemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan
atau menginginkan.
Produsen melakukan berbagai pertimbangan dalam menyalurkan produknya ke
pasar berupa pertimbangan pasar, pertimbangan barang, pertimbangan perusahaan,
pertimbangan saluran pemasaran yang akan diikutsertakan dalam penyaluran produk
17
tersebut. Banyaknya saluran yang terlibat dalam suatu saluran pemasaran dipengaruhi
oleh jarak antara produsen dan konsumen, sifat produk, skala produksi, kekuatan
modal yang dimiliki. Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen akan
mengakibatkan relatif panjangnya saluran pemasaran serta banyaknya aktivitas bisnis
yang dilakukan dengan melibatkan sejumlah pelaku pemasaran.
2.1.7. Struktur dan Pcrilaku Pasar
Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan
keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu
pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran (pangsa pasar yang
terkonsentrasi atau menyebar), deskripsi produk, dan syarat-syarat keluar masuk
pasar (Limbong dan Sitorus, 1985).
Analisis struktur pasar mendorong studi tentang faktor teknik, motivasi,
saluran, dan faktor organisasi yang mempengaruhi kebiasaan perusahaan dalam
pasar. Struktur pasar dicirikan oleh I) jumlah dan ukuran pasar 2) diferensiasi
produk 3) kebebasan keluar masuk pasar dan 4) pengetahuan partisipan tentang
biaya, harga, dan kondisi pasar (Dahl dan Hammond, 1977).
Berdasarkan strukturnya, pasar digolongkan pada pasar bersaing sempurna
dan pasar tidak bersaing sempurna (Limbong dan Sitorus, 1985). Pasar dikatakan
bersaing sempurna jika pasar tersebut terdapat banyak penjual dan pembeli, setiap
pembeli maupun penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang dan jasa
yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga pasar, barang atau jasa
18
yang dipasarkan homogen serta penjual dan pembeli b1~bas keluar masuk pasar.
Sedangkan pasar bersaing tidak sempurna adalah pasar yang terdiri pasar
monopoli murni, pasar duopoli, pasar oligopoli, pasar monopsoni, dan pasar
ol igopsoni (Dahl dan Hammond, 1977). Karakteristik struktur masing-masing
pasar disajikan dalam label 4.
Tabel 4. Jenis-Jenis Struktur Pasar Berdasarkan Jumlah Perusahaan dan Sifat Produk KARAKTERISTIK STRUKTUR PASAR
.
Jumlah Si fat Dari Sudut Penjual Dari sudut pembeli
Perusahaan Prociuk
Ban yak Homo gen Persaingan murni Persaingan murni Ban yak Diferensiasi Persaingan monopolistik Persaingan monopolistk Sedikit Homogen Oligopoli murni 01.igopsoni murni Sedikit Diferensiasi Oligopoli diferensiasi Oligopsoni diferensiasi Satu Unik Monopoli Monopsoni
Sumber : Dahl dan Hammond ( 1977)
Perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku saluran-saluran pemasaran
yang menyesuaikan dengan struktur pasar di mana saluran tersebut melakukan
kegiatan pe1tjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang
hams diambil dalam menghadapi struktur pasar. Perilaku pasar dapat dilihat dari
proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktik jujur dari
saluran tersebut (Dahl dan Hammond, 1977).
Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat
diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin pemasaran, dan jumlah kuantintas
yang diperdagangkan (Dahl dan Hammond, 1977). Perilaku pasar dapat diketahui
dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh masing-
: .. 19
masing saluran pemasaran. Sistem penentuan harga dan pembayaran serta kerjasama
di antara berbagai saluran pemasaran. Perilaku pasar juga menunjukkan strategi yang
dilakukan oleh para pelaku pasar dalam menghadapi pesaing.
2.1.8. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran mengacu pada perbedaan harga yang dibayar oleh
konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, clan dapat juga dinyatakan
sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tata--niaga sejak dari tingkat
produsen hingga tingkat konsumen (Limbong dan Sitorus, 1985). Dalam marjin
pamasaran terdapat dua komponen yaitu komponen biaya pemasaran dan komponen
keuntungan saluran pemasaran. Marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:
Mm=Pk-Pf
Dimana:
Mm : Marjin pemasaran
Pk : Harga di tingkat petani
Pf : Harga di tingkat produsen
Dengan adanya perbedaan kegiatan dari setiap saluran, hal tersebut
menyebabkan perbedaan harga jual antara saluran yang satu dengan saluran yang lain
sampai tingkat konsumen akhir. Semakin banyak saluran terlibat dalam penyaluran
suatu komoditi dari titik produsen hingga konsumen, maka akan semakin besar
perbedaan harga komoditi tersebut di titik produsen dibandingkan dengan harga yang
akan dibayarkan oleh konsumen.
20
Marjin pemasaran yang tinggi dianggap sebagai indikator belum efisiennya
sistem pemasaran, namun hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
penyebab tingginya marjin tersebut. Marjin pemasaran yang tinggi akibat biaya
pemasaran yang tinggi dikatakan tidak efisien karena kepuasan konsumen berkurang.
Tingginya marjin akibat derajat pengolahan yang berakibat pada meningkatnya kepuasan
konsumen dianggap lebih efisien.
Ma~jin pemasaran merupakan perbedaan harga pada tingkat yang berbeda dari
sistem pemasaran. Ma~jin pemasaran pertanian adalah perbedaan harga di tingkat petani
dan harga di tingkat pengecer. Marjin pemasaran dapat ditunjukkan oleh perbedaan atau
jarak vertikal antara kurva permintaan atau kurva penawaran di tingkat saluran pengecer,
yang mana terdiri dua komponen, yaitu komponen biaya pemasaran dan komponen
keuntungan saluran pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1985).
Gambaran mengenai marjin pemasaran nilai marjin pemasaran dapat dilihat pada
gambar 1 berikut.
Barga
Pr······
Pf
Sr Sf
Of Dr
1-1-------,;Q~r,~f~-------Jumlah
biaya pemasaran up ah btmga sew a lab a
ongkos pemasaran pengecer gros1r produsen perkumpulan
Gambar I. Hubungan Antara Fungsi-fungsi Pertama dan Turunan Marjin Pemasaran dengan Nilai Marjin Pemasaran
21
Keterangan :
Pr : Harga tingkat pengecer
Pf : Harga tingkat pemasok
Sr : Penawaran tingkat pengecer
Sf : Penawaran tingkat pemasok
Dr : Permintaan tingkat pengecer
Df : Permintaan tingkat pemasok
Qr,f : Jumlah keseimbangan di tingkat pemasok dan pengecer
Dari gambar I tersebut dapat dilihat besarnya nilai marjin pemasaran sebagai
hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat saluran pemasaran, jumlah
produk yang dipasarkan. Besar nilai marjin pemasaran ini dinyatakan dalam (Pr - Pf)
x Qr,f. Besaran Pr - Pf menunjukkan besarnya marjin pemasaran suatu komoditi per
satuan atau per unit.
Besar kecilnya marJm pemasaran senng digunakan sebagai kriteria untuk
penilaian apakah pasar tersebut sudah efisien. Fungsi penting lainnya dalam
pemasaran adalah sistem harga dan mekanisme pembentukan harga yang banyak
ditentukan oleh faktor waktu, tempat, dan pasar yang mempengaruhi keadaan
penawaran dan permintaan. Pembentukan harga pada suatu komoditas pada setiap
tingkat pasar tergantung pada struktur pasar. Dalam struktur pasar yang bersaing
sempurna, hubungan harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar
konsumen dan juga hubungan harga tingkat pasar sangat erat. Kondisi ini merupakan
salah satu cennin dari sistem tata-niaga yang efisien.
22
2.1.9. Keterpaduan Pasar
Keterpaduan pasar adalah ukuran yang menunj ukkan seberapa jauh
pembentukan harga suatu komoditas pada suatu tingka.t saluran pemasaran
dipengaruhi oleh harga di tingkat pemasaran lainnya. Dua pasar dikatakan terpadu
apabila perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan ke pasar lainnya.
Scmakin ccpat laju pcnyaluran maka semakin terpadu (Simatupang dan
Situmorang, 1988).
Model keterpaduan pasar disebut dengan metode Autoregresive Distributed
lag model. Model autoregresi dapat mengurangi kelemahan model analisa korelasi
harga yang menganggap perubahan harga di tingkat konsumen dan produsen
bergerak pada waktu yang sama. Penggunaan koefisien korelasi dapat
menimbulkan kesalahan karena tingginya nilai koefisien korelasi bisa saja
disebabkan penentuan harga oleh kekuasaan publik atau privat kartel (Heytens,
1986).
Model autoregresi dapat mengukur bagaimana harga di pasar lokal
dipengaruhi oleh harga di pasar referensi (acuan) dengan mempe1iimbangkan
harga pada waktu tertentu (t) dan harga pada waktu sebelumnya (t-1 ). Aktivitas
pasar-pasar tersebut dihubungkan oleh adanya arus komoditas, sehingga harga dan
jumlah komoditas yang dipasarkan akan berubah bila terjadi perubahan harga di
pasar lain.
Secara matematis, model autoregresi dapat digambarkan sebagai berikut
...... ( 1)
23
Keterangan:
P;, : Barga di tingkat pasar lokal ke i pada waktu t
P;,.1 : Barga di tingkat pasar lokal ke i pada waktu t-1
P, : Barga di tingkat pasar acuan pada waktu t
P,_ 1 : Harga di tingkat pasar acuan pada waktu t- 1
X : Peubah musiman di tingkat pasar lokal pada waktu t
fl it : Random error
Persamaan (1) menyatakan bahwa perubahan harga di suatu pasar (pasar lokal)
merupakan fungsi dari marjin harga pada waktu sebelumnya, perubahan harga di
pasar lain (pasar acuan) pada waktu yang sama, harga di pasar acuan pada waktu
sebelumnya dan karakteristik pasar lokal. Persaman ini dapat diolah lebih lanjut
untuk memperoleh indikator keterpaduan pasar yang lebih tepat dan umum menjadi :
(Pit- P it-1)=/31 (Pit-1-P1.1)+/32(P,-P,.1)+f33 ( P1.1)+f34X+ /lit ... ............ (2)
Keterangan :
ai -1 = p1
Pio = P2
ai+pio+pi1 - 1 = Pi
oi = p4
J ika diasumsikan bahwa deret waktu di pasar lokal dan pasar acuan mempunyai
pola musim yang sama, maka peubah boneka (dummy) untuk musim setempat (X) tidak
perlu dimasukkan. Dengan demikian persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:
Pit ~(I + /31) (Pit-1)+/h (P, - P,.1)+ (fJ3- /31) P,.1+ /lit
Kcmudian disusun kcmbali mcnjadi:
!';, c. b1P;,.r1 b2(1'1 -I',.1)+b3l',_rre, .............................................. (3)
Dengan:
1 + pi =bi
p2 = bz
P3 - Pi =bi
µit =et
24
Sccara umum, pcrsaman tcrscbut mcnunjukkan bagaimana harga di suatu
pasar (pasar acuan) mempengaruhi pembentukan harga di pasar lain (pasar lokal)
dengan mempertimbangkan pengaruh waktu sebelumnya dalam rentang waktu
tertentu bertujuan untuk melihat fluktuasi harga yang terjadi.
Dari persamaan ( l) dapat diketahui bahwa koefisien b2 dapat mengukur
pengaruh di tingkat pasar acuan (grosir, pengecer dan petani) terhadap kondisi di
pasar lokal (produsen) secara cepat untuk pembentukan harga di pasar lokal. Nilai ai
l mengukur pengaruh perbedaan harga di kedua pasar pacla waktu lalu terhadap
perubahan harga di pasar lokal.
Jika (P1 - P,_ 1) = 0 dan p4 = 0, malrn pasar acuan berada dalam keseimbangan
jangka panjang, kemudian nilai b1 dan b3 tetap secara berturut-turut mencerminkan
kontribusi relatif harga dipasar lokal dan pasar acuan pacla waktu lalu terhadap
pembentukan harga di pasar lokal saat ini. Pasar yang harga acuannya lebih dominan
dibandingkan harga pasar lokal menunjukkan bahwa kondisi penawaran dan
permintaan di pasar acuan diinformasikan dengan efektif ke pasar lokal dan pengaruh
harga lokal sebelumnya diabaikan.
:;· 25
Koefisien yang menghubungkan dua bentuk harga b1 dan b3 menjelaskan
kontribusi dari harga di pasar lokal dan pasar acuan pada wa1..1:u sebelumnya
terhadap pembentukan harga di pasar lokal pada waktu tertentu. Kedua bentuk harga
ini dapat dipergunakan untuk mengetahui indeks keterpaduan pasar (IMC = Index of
Market Connection). IMC merupakan rasio dari kedua bentuk pasar tersebut, yaitu
bentuk harga pasar lokal terhadap bentuk harga pasar acuan sebelumnya. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
IMC=~ b3
J ilea b1 = -1 maka nilai IMC = 0, artinya harga di pasar lokal pada waktu sebelumnya
berpengaruh terhadap harga yang diterima pasar lokal pada waktu tertentu. Jika b3=b1,
maka nilai IMC = 00 (tak hingga) artinya kedua pasar terpisah (terjadi segmentasi
pasar). Pada keadaan nonnal, nilai IMC > 0 dan b1 bernilai antara 0 dan -1.
Keterpaduan pasar jangka pendek diwakili oleh nilai koefisien b2. Kedua
pasar dikatakan terpadu dalam jangka pendek secara sempurna jika nilai b2 = I. IMC
menjelaskan sejauh mana keterkaitan pasar dan menjelaskan bagaimana para pelaku
pemasaran berhasil menghubungkan pasar-pasar yang secara geografis terpisah
melalui aliran informasi dan komoditas. Dua pasar dikatakan semakin terpadu secara
sempuma jika IMC = 0 atau dengan perkataan lain jika IMC= 0 malca nilai b1
(kelambanan harga di pasar lokal) = 0 sehingga hanya nilai b3 (kelambanan harga di
pasar acuan) yang menentukan harga di pasar lokal.
26
2.1.10. Efisicnsi Pcmasaran
Pemasaran terdiri dari kegiatan menyalurkan produk ke konsumen. Keluaran
(output) dari pemasaran adalah kepuasan konsumen atas barang dan jasa tersebut
Input dari pemasaran adalah tenaga ke~ja, modal dan manajemen. Efisiensi
pcmasaran juga dapat berarti maksimisasi penggunaan rasio input-output yaitu
perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen
dengan output barang dan jasa. Biaya pemasaran adalah indikasi efisiensi pemasaran
sudah (Limbong dan Sitorus, 1985).
Efisiensi pemasaran dibedakan menjadi dua kategori, yaitu efisiensi operasional
(teknik) dan efisiensi harga (ekonomi). Efisiensi operasional terjadi bila produk mengalir
dari produsen ke konsumen dengan biaya yang minimum tanpa mengurangi kepuasan
konsumen. Sedangkan efisiensi harga menekankan pada keterkaitan harga dalam
mengalokasikan barang atau jasa dari produsen ke konsumen akibat perubahan tempat,
bentuk, dan waktu.
Efisiensi operasional dapat didekati dengan biaya pemasaran dari ma!Jm
pemasaran sedangkan efisiensi harga diukur melalui keterpaduan pasar. Efisiensi
operasional meliputi efisiensi dalam pengolahan, pengemasan, pengangkutan dan fungsi
lain dari sistem pemasaran. Dengan adanya efisiensi operasional tersebut biaya akan
lebih rendah dan output dari barang atau jasa tidak berubah atau bahkan meningkat
kualitasnya. Efisiensi harga meliputi kegiatan pembelian, peqjualan dan aspek untuk
mencapai efisiensi harga harus memperhatikan jumlah produsen yang ada di pasar,
kemampuan dari produsen barn untuk memasuki pasar dan kemungkinan terjadinya
:;· 27
kolusi antar produsen. Kegiatan yang mengembangkan infonna>i pasar dan standarisasi
akan meningkatkan efisiensi harga (Limbong dan Sitorus, 1985).
Pengembangan dalam efisiensi operasional dapat mengakibatkan penurunan
efisiensi harga. Contohnya adalah, pengembangan teknologi baru yang dapat
meningkatkan efisiensi operasional produsen. Pertumbuhan ini juga dapat
mengurangi jumlah produsen lain sehingga konsumen tidak memiliki alternatif
pilihan. Standarisasi dari suatu komoditi untuk meningkatkan efsiensi harga dapat
juga menyebabkan peningkatan biaya operasional dari berbagai produsen (Limbong
dan Sitorus, 1985).
2.2. Penelitian - Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ria Safitri (2002) mengkaji tentang
Analisis efisiensi pemasaran pupuk urea pada pemasaran Pusri Daerah Jawa Timur.
Berdasarkan penelitian tersebut di hasilkan bahwa pemasaran pupuk di wilayah kerja
PPD Jatim masih belum efisien. dari ketiga saluran pemasaran, saluran pemasaran I
lebih efisien dibandingkan kedua saluran lainnya. Untuk itu diperlukan perbaikan
kinerja pemasaran untuk semua saluran pemasaran yang terlibat, antara lain: (1) PPD
Jatim sebaiknya menambah jumlah distributor, ha! ini agar ditujukan agar distributor
tidak menjadi penentu harga dipasar seperti yang selama ini terjadi. (2) PPD Jatim
perlu memikirkan kembali kerjasama dengan distributor mengingat fungsi pemasaran
yang dilakukan oleh distributor sangat sedikit, sehingga makin meningkatkan biaya
tata-niaga, sedangkan PT. Pusri sendiri sudah memiliki gudang lini III di kabupaten.
2.3. Kcrnngka Pcmikirnn Konscptual
Kebutuhan pupuk yang didukung oleh daya beli akan membentuk pennintaan
terhadap produk pupuk. Permintaan pupuk mendorong penyediaan pupuk yang dapat
dipenuhi dari dalam negeri ataupun melalui impor. Pupuk yang diproduksi
selanjutnya dipasarkan dengan melibatkan saluran perantara lain agar mempermudah
proses penyampaian pupuk hingga ke tingkat konsumen.
Proses pemasaran pupuk dari tingkat produsen hingga ke konsumen dengan
mekanisme pasar yang telah diatur oleh pemerintah memerlukan penanganan yang tepat
agar dapat mencapai tingkat efisiensi pemasaran oleh perusahaan, sehingga mampu
menekan biaya pemasaran dan pada akhirnya dapat berdaya saing menghadapi produsen
pupuk lainnya. Dengan demikian, konsumen dapat menerirna harga yang layak dan
produsen serta saluran perantara yang terkait dapat menikmati marjin secara merata.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran pupuk tersebut, dilakukan
analisis pemasaran dengan melihat fungsi-fungsi dan pemasaran, struktur, perilaku
dan keragaan pasar. Analisis fungsi-fungsi dan saluran pemasaran, struktur, perilaku
pasar dijelaskan secara deskriptif, sedangkan keragaan pasar dijelaskan melalui
tabulasi data penyebaran marjin diantara saluran pemasaran serta analisis statistik
untuk menjelaskan keterpaduan pasar pupuk yang ada. Kerangka pemikiran
konseptual secara grafis disajikan dalam gambar sebagai berikut.
29
Alur Kerangka Pemikiran
PEMASARAN PUPUK PT. PUSRI
--
' • Struktur dan Perilaku Pasar c(eragaan Pasar
Analisa Saluran dan Analisa Marj in Pemasaran Analisa Fungsi Pemasaran Keterpaduan Pasar
Analisa Struktur Pasar Analisa Perilaku Pasar
- Tingkat Efisiensi Pemasaran
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian.
3.1. Lokasi Penelitian
BABIH
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pemasaran Pusri Daerah Jawa Barat dan
Kantor Perwakilan Pusri Jakarta, JI. Taman Anggrek, Kemanggisan, Jakarta Barat.
Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja dengan pertimbimgan bahwa perusahaan
yang diteliti merupakan salah satu pemimpin pasar dengan kapasitas produksi terbesar
serta merupakan induk dari 7 anak perusahaan pupuk di Indonesia.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data pruner dan data
sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara
langsung dengan staf kantor PPD Jawa Barnt dan kantor perwakilan Jakarta, dan
saluran-saluran perantara yang terkait yang terdiri atas distributor, perwakilan
distributor, dan pengecer. Data primer digunakan untuk mengetahui kegiatan
penyaluran yang dilakukan Pusri dalam memasarkan pupuk. Data sekunder
merupakan data pelengkap dari data primer dan data ini juga diperoleh dari instansi
instansi terkait serta artikel dan literatur yang relevan.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah :
I. Sejarah dan gambaran umum perusahan (sejarah pendirian Pusri, jumlah pabrik,
kapasitas produksi pabrik, jenis produk yang dihasilkan, struktur organsasi,
manajemen SDM).
31
2. Kegiatan pemasaran perusahaan (fasilitas pemasaran yang dimiliki perusahaan,
sistem pemasaran ).
3. Cara penjualan produk, sumber, harga yang berlaku, penetapan persediaan
gudang.
4. Keadaan danjumlah distributor yang di tunjuk oleh PT. Pusri
5. Pengadaan pupuk
6. Di tingkat saluran pemasaran, data yang diperlukan adalah jumlah pembelian dan
penjualan, harga pembelian dan penjualan, cara pembelian dan penjualan, fungsi
fungsi pemasaran yang dilakukan, biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan,
sumber dan cara memperoleh informasi pasar.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengambilan sampel distributor dilakukan secara sengaJa sebanyak dua
distributor, sedangkan pengambilan responden untuk perwakilan distributor
dilakukan dengan metode stratified sampling sebanyak dua distributor. Responden
pengecer diambil secara sengaja berdasarkan informasi dari perwakilan distributor
maupun secara accidental sampling sebanyak lima pengecer.
3.4. Metode Dan Analisis Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul maka dilakukan pengeditan data
mentah. Data kemudian dikelompokan sesuai dengan indicator yang akan dijadikan
ukuran penelitian dengan mengunakan sistem komputerisasi (SPSS).
32
3.4.1. Analisis Fuugsi dan Salurau Pemasaran
Analisis ini menggambarkan rantai distribusi yang terjadi antara titik produksi
hingga konsumsi clan fungsi-fungsi yang terkait dalam salunm pemasaran tersebut.
Analisis akan dilakukan secara deskriptif, perbandingan, dan disajikan dalam bentuk tabel.
3.4.2. Analisis Struktur Pasar dan Perilaku Pasar
Struktur pasar pupuk dapat dilihat dengan mengetahui banyaknya jumlah
penjual dan pembeli yang terlibat, keadaan produk, dan syarat keluar-masuk pasar.
Analisis perilaku pasar dilakukan dengan mengamati sistem penentuan harga, praktek
pembelian dan penjualan, pembayaran serta kejasama yang terjadi di antara institusi
pemasaran. Analisis di sajikan dalam bentuk deskriftif dan tabel.
3.4.3. Analisis Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran dihitung dengan pengurangan harga penjualan dan pembelian
pada setiap tingkat institusi perantara yang terlibat dalam pemasaran pupuk. Secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berik:ut :
Mi= Hji-Hbi Mi= Bi+ iri
Sehingga:
Hji - Hbi =Bi+ ir i
Keterangan :
Mi =Marj in tataniaga pada pasar tingkat ke-i (Rp/Kg)
Hji = Harga penjualan pada pasar tingkat ke-i (Rp/Kg)
Hbi = Harga pembelian pada dasar tingkat ke-i (Rp/Kg)
33
Bi = Biaya tataniaga pada dasar tingkat ke-i (Rp/Kg)
Jr 1 = Keuntungan tataniga pada dasar tingkat ke-i (Rp/Kg)
3.4.4. Analisis Indeks keterpaduan Pasar
Untuk mengetahui tingkat keterpaduan pasar antara pasar Jokal dan pasar
acuan dianalisis secara statistik dengan menggunakan model Index of Market
Conection (IMC) dengan menggunakan pendekatan model Autoregressive
Distributed Lag yang dikembangkan oleh Ravalion(l986) dan Heytens (1986). Pasar
lokal adalah pasar ditingkat produsen, sedangkan pasar acuan adalah pasar ditingkat
distributor dan pengecer. Secara matematis model tersebut kemudian diduga dengan
metode kuadrat terkecil biasa (OLS, Ordinary Least Square) sebagai berikut:
Pu~ b1Pu.1 + b2(P1-P1.1) + b3P,.1 + e,
Keterangan :
Pn : Harga di tingkat pasar produsen ke i pada waktu t (Rp/Kg)
b; : Parameter estimasi (1,2,3)
P;,. 1 : Harga di tingkat pasar produsen ke i pada waktu t-1 (Rp/Kg)
P, : Harga di tingkat pasar acuan (distributor dan pengecer) pada waktu t (Rp/Kg)
P,. 1 : Harga di tingkat pasar acuan (distributor dan pengecer) pada waktu t-
l(Rp/Kg)
e, : Random error
Dalam penyusunan model di atas menggunakan asumsi bahwa kelambanan
harga yang dipakai dalam analisis keterpaduan pasar adalah harga bulanan
(distributor) dan harga mingguan (pengecer).
Dari persamaan diatas IMC dapat di hitung sebagai berikut :
h1 IMC=
3.4.5. Pengujiau Hipotesa
(I) Keterpaduan Pasar jangka Pendek
34
Pengujian hipotesa atas masing- masing koefisien regresi dilakukan dengan uji t.
Hipotesanya sebagai berikut.
Ho: b1=0
H1 : b1 i- 0
Pengujian dengan t hi tung adalah : Pengujian dengan t hitung adalah :
b -0 /ltit1111g= I()
Ssh,
Kriteria uji :
Jika t hitung < t tabel terima Ho maka kedua pasar terpadu secara sempurna
dalamjangka pendek
J ika t hitung > t tabel tolak Ho maka kedua pasar tidak terpadu secara
sempurna dalam jangka pendek
(2) Segmentasi Pasar
Ho: b3 = 0
Pengujian dengan t hitung adalah I 1111uug
J ika t hi tung < t label : terima Ho maka kedua pasar tersegmentasi
Jika t hitung > t tabel : tolak Ho maka kedua pasar tidak tersegmentasi.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
PT. Pupuk Sriwidjaja atau lebih dikenal dengan nama PT. Pusri adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh sahamnya dimiliki Pemerintah Republik
Indonesia. Tujuan pendirian PT. Pusri ada!ah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui pembangunan pertanian. Perusahaan didirikan di Palembang,
Sumatera Selatan pada tanggal 24 Desember 1959. Palembang dipilih sebagai lokasi
pabrik pupuk Urea karena tersedianya bahan baku gas bumi dan terletak dekat dengan
sungai Musi.
PT. Pusri sejak berdirinya telah mengalami perubahan bentuk badan usaha.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1964, PT. Pusri berubah dari
Perseroan Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Negara (PN). Tahun 1969 dikeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1969, status perusahaan ini kemudian
dikembalikan lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Pabrik pertama yang dibangun oleh PT. Pusri adalah Pabrik Pusri I, yang
berproduksi tahun 1963 dengan kapasitas 100.000 ton Urea per tahun. Tahun 1986,
Pusri I berhenti untuk berproduksi sampai sekarang. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan pupuk, PT. Pusri melanjutkan pembangunan beberapa pabrik antara lain
adalah : Pabrik Pusri II pada tahun 1974, Pabrik Pusri IIJ pada tahun 1976, Pabrik
Pusri IV pada tahun 1977 serta Pabrik Pusri I B pada tahun 1994.
36
Dari keempat pabrik yang beroperasi saat ini, tiga di antaranya dirancang
oleh Kellog Overseas Corporal ion, sebuah perusahaan konstruksi dari Amerika
Serikat. Sedangkan Pabrik Pusri I B menggunakan kontmksi pabrik yang didesain
oleh PT. Rekayasa Industri, yang merupakan salah satu peru.sahaan anggota holding
PT. Pusri. Melalui pembangunan beberapa pabrik tersebut, saat ini Pusri mempunyai
kapasitas terpasang mencapai 2.262.000 ton Urea per tahun dan 1.499.000 ton
Amoniak per tahun. Kapasitas terpasang dan desain konstruksi pabrik tersebut
disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut.
b I Ta e 5. Da ft ar Pabrik, Kaoas1tas d an Konstruksi Pabrik PT. Pusri
Pabrik Awai Teknologi Kapasi.tas Kontruksi Produksi Proses (ton/tahun) Pabrik
PUSRI II Kellog MTC Kellog - Unit 1974 Total Recycle C - 218.000 Overseas Corp.
Ammonia Improved - 570.000 (US) - Unit Urea
~-
PUSRI III Kellog MTC Kellog - Unit 1976 Total Recycle C - 330.000 Overseas Corp.
Ammonia Improved - 570.000 (US) - Unit Urea
PU.SRI IV Kellog MTC Kellog - Unit 1977 Total Recycle C - 330.000 Overseas Corp.
Ammonia Improved - 570.000 (US) - Unit Urea
PUSRI IB Kellog Advance PT. Rekayasa - Unit 1995 Cost Ener&'Y - 446.000 IndustJ·i
Ammonia Saving (ACES) - 570.000 - Unit Urea ofTEC
Sumber: http/www.pusri.co.id (2004)
37
Untuk melaksanakan penugasan Pemerintah, PT. Pusri membangun sarana
distribusi yang lengkap dengan bantuan Bank Dunia sebagai berikut.
1 ) 8 Unit Kapa! Pengangkut Urea Curah.
2) 1 Unit Kapa! Pengangkut Amoniak.
3) 5 Unit Pengantongan Pupuk (UPP).
4) 595 Unit Gerbong Kereta Api.
5) 23 Pemasaran Pusri Daerah (PPD).
6) 176 Unit Pemasaran Pusri Kabupaten (PPK).
7) 4 Kantor Perwakilan Pusri di Produsen Pupuk.
8) 376 Unit Gudang Persedian Pupuk.
4.2. PT. Pupuk Sriwidjaja sebagai Holding Company
Seiring dengan perkembangan industri pupuk di Indonesia, Pemerintah RI
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1997, menambah modal sejumlah
Rp. 1.829.290.000.000 ke dalam modal saham PT. Pupuk Sriwidjaja. Tahun 1998
Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1998 tentang
penambahan dan penyertaan modal negara RI ke dalam modal saham PT. Pupuk
Sriwidjaja, sejumlah 6 Milyar pada PT. Mega Eltra, yang kemudian menjadi anak
perusahaan PT. Pusri.
Dengan demikian PT. Pusri memiliki tujuh anak perusahaan yaitu : Pabrik
PT. Pusri, PT. Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kalimantan Timur, PT. Pupuk Kujang,
PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Rekayasa Industri, dan PT. Mega Eltra.
38
4.2.1. Tujuan Pembentukan Holding
Tujuan pembentukan Holding antara lain sebagai berikut.
1. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas nasional di bidang industri pupuk,
dan memberikan kontribusi yang optimal kepada pemerintah dalam bentuk
dividen dan pajak serta menjamin kebutuhan pupuk untuk petani.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan sinergi dalam bidang produk, pemasaran,
keuangan, Jogistik, rancang bangun dan perekayasaan, litbang dan SDM,
sehingga di peroleh keuntungan yang maksimal secara keseluruhan/korporat.
3. Menentukan dan mengintegrasikan arah pengembangan industri pupuk dan
petrokimia dengan menetapkan proyek-proyek yang paling menguntungkan
agar dapat memberikan nilai tambah yang optimal.
Dalam rangka pemeliharaan pabrik pupuk agar terns beroperasi dengan
produktivitas dan efisiensi yang tinggi, PT. Pusri mengkoordinasikan kebijakan
produksi di lingkungan anggota kelompok usaha dengan mengharuskan masing
masing pabrik pupuk menjaga masa aktif proses produksi (on strems days) minimal
330 hari, dengan rasio pemakaian gas bumi per ton Amoniak dan Urea sesuai desain.
Masa perbaikan (turn around) diatur dengan interval waktu operasi minimum 18
bulan dan lama waktu penyelesaian maksimal 30 hari dengan tetap mengutamakan
mutu, serta mengatur turn around tidak dilaksanakan oleh dua pabrik secara
bersamaan.
4.3. Visi, Misi, dan Nilai Perusahan
4.3.1. Visi Perusahaan
39
Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri pupuk, petrokimia dan jasa
jasa teknik melalui maksimasi nilai untuk perusahaan dan kepuasan pelanggan.
4.3.2. Misi Perusahaan
Memproduksi dan memasarkan pupuk mendukung ketahanan pangan nasional
(swasembada pangan), produk-produk petrokimia dan jasa-jasa teknik di pasar
Nasional dan Global dengan memperhatikan aspek mutu secara menyeluruh.
4.3.3. Nilai-Nilai Perusahaan
Memberikan kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat melalui produk
dan pelayanan yang bermutu berlandaskan kepada tujuh etos kerja, yaitu :
Bertindak segera, responsif, disiplin, kerja keras, kreatif, bersih, dan baik sangka.
4.4. Struktur Organisasi Perusahaan dan Sumberdaya. Manusia
PT. Pusri Pelembang merupakan satu perusahaan Holding. Direktur Utama
dibantu oleh lima direktur, yaitu Direktur Produksi, Direktur Komersial, Direktur Teknik
dan Perekayasaan, Direktur Keuant,>an, dan Direktur Penelitian dan Pengembangan.
Direktur kmnersil membawahi Divisi Kompe1temen Niaga dan Pengadaan Ekspor. Selain
itu Direktorat Komersial mempunyai wilayah teritorial pemasaran yang tersebar di 25
propinsi serta departemen pengadaan dan ekspor - impor.
40
Pcmasaran Pusri Dacrah (PPD) bertanggung jawab terhadap penjualan pupuk
di wilayah kerjanya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala PPD dibantu oleh
Staf Teknis, Kepala bagian Pengadaan dan Penjualan Pupuk (PAP) serta Kepala
bagian Administrasi Umurn dan Keuangan. Disamping itu, pusat memiliki
perwakilan di Kantor Perwakilan Jakmia (KP.I).
Dalam pelaksanaan kerja, bagian Pengadaan dan Penjualan terbagi menjadi
dua seksi, yaitu; scksi Penyediaan, Angkutan dan Pergudangan, yang dibantu oleh
Kepala Gudang Penyimpanan Pupuk ( GPP) seksi penjualan yang dibantu oleh Kepala
Pemasaran Pusri Kabupaten (PPK). Baik Kepala GPP dan Kepala PPK saling
berkoordinasi dalam menjalankan tugas di kabupaten. Lebih jelasnya struktur
organisasi ini tergambar pada gambar 3 dan 4.
DINAS DM. UMUM KEUANGAN
NIAGA
BAGIAN JMINISTRASI KEUANGAN
BAGIAN UMUMDAN 'ERSONALIA
I DINAS
ANGKUTAN
I LAUT
I
DIREKTUR PRODUKSI
DEPARTEMEN PENGADAAN DAN EKSPOR
DINAS PENGADAAN
DALAM NEGERI
STRUKTUR ORGANISASI PT. PUPUK SRIWIDJAJA
DIREKTUR UT AMA
DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR KOMER SIL TEKNIK & P KEUANGAN
I I
I DINAS DINAS
EKSPOR PERENCANAAN DANIMPOR & PENGEMBANGAN
I PASAR
Gambar 3. Struktur organisasi PT. Pusri
DIREKTUR
11
LITBANG
KOMPARTEMEN NIAGA
I
DEPARTEMEN PEMASARAN
WILAYAH-1
PEMASARAN PUSRI
DAERAH/PWK I
- PPD Jateng - PPD Jatim - PwkDIY - Pwk. Cikampek - Pwk. Gresik
I
DEPARTEMEN PEMASARAN WILAYAH-11
PEMASARAN PUSRI
DAERAH/PWK
PPD Sumut - PPD Riau - Pwk Sumbar - Pwk. Jambi - PPD Sumsel - Pwk. Bengkulu - PPD Lampung - Pwk. Kalbar
DEPARTEMEN PE MAS ARAN WILAYAH-111
PEMASARAN PUSRI
DAERAH/PWK I
- PPD Sultra - PPD Sulteng - Pwk Sulut - Pwk. Kalseliteng - Pwk. Kaltim - PPD Bali - PPD NTB
Pwk.NTI - Pwk. lrja
..,.
PERWAKILAN
I PPDDI
I DK!
I I
~I KU J\.. l Uli. VKUf\.f~ l~R..,:,1 r LlVIft~!11.n.t-'Ll~ c U.::J.n.Ji vn.LL""'-•A \• .._...., / vr11..,-~.._,
PEMASAR.\N PUSRIDAER.\H
: ST AF TEKNIS I
BA GIAN BA GIAN PERDAGANGAN & ADMINISTRASI &
PENJUALAN UMUM
I I I I Sie.
Penyediaan Sie. Sie. Sie. Angkutan& Penjualan Akuntansi & Umum& I Pergudangan I Keuangan
I Personalia
I '
I GPP I
Gambar 4. Struktur Organisasi PPD JABAR
I
"" N
43
Untuk mendukung kinerja perusahaan, kualitas Sumber Daya Manusia
(SOM) berperan penting dalam merealisasikan visi perusahaan untuk menjadi
industri pupuk yang berdaya saing nasional, regional maupun global. Perusahaan
mengupayakan peningkatan kualitas SDM secara berkesinambungan melalui
program-program pendidikan dan pelatihan. Pusat pendidikan dikembangkan
secara khusus untuk memberikan pendidikan dan pelatihan yang spesifik.
Program pengembangan karyawan dilaksanakan dengan memperhatikan
kebutuhan perusahaan dan diselenggarakan sendiri maupun dengan bekerjasama
dengan pihak ketiga. Peserta pendidikan dan pelatihan mempelajari beragam
aspek menajemen kualitas, operasi pabrik, lingkungan, transformasi bisnis dan
berbagai pelatihan lain untuk menilai kemampuan perusahan dalam menghadapi
era persaingan bebas.
Pembinaan SDM juga mencakup aspek kesejahteraan karyawan. Dalam
hal mi perusahaan memberikan berbagai tunjangan pendapatan serta
menyediakan sejumlah fasilitas seperti sarana kesehatan, perumahan, tempat
ibadah, sarana olahraga, koperasi dan lain-Jain sebagainya. Sebagai sarana untuk
menampung aspirasi karyawan, telah dibentuk Serikat Pekerja Pupuk Sriwidjaja
(SPPS).
Berdasarkan data tahun 2004, karyawan PT. Pusri berjumlah 3.472 orang
dengan latar belakang berbagai disiplin ilmu. Sebanyak 877 orang merupakan
44
lulusan Strata satu (SI) dengan displin ilmu teknik dan non teknik, 44 orang
merupakan lulusan Pasca Sajana, 1993 orang merupakan lulusan SMU/SMK,
149 orang merupakan lulusan SMP dan 56 orang rnerupakan lulusan SD serta
ada beberapa karyawan yang belum diketahui latar belakang pendidikannya.
4.5. Pl'masaran Pusri Jawa Barnt (PPD .Jawa Barnt)
Pernasaran Pusri Jawa Barat (PPD Jawa Barat) merupakan salah satu kantor
pemasaran pupuk yang dimiliki oleh PT. Pusri dengan wilayah kerja di Propinsi Jawa
Barat dan Banten, berlokasi di Jl. Soekarno-Hatta No. 223 Bay Pass Bandung. Untuk
mendukung distribusi pupuk, PPD Jawa Barat memiliki beberapa gudang
penyimpanan yang tersebar di kabupaten-kabupaten.
Gudang penyimpanan pupuk terdiri atas gudang penyimpanan lini II dan lini
III. Gudang lini II merupakan gudang penyimpanan pupuk yang berlokasi di wilayah
ibukota propinsi yang berguna untuk menampung pupuk yang berasal dari pusat
produksi. Sedangkan gudang lini III digunakan untuk menampung pupuk di
kabupaten yang selanjutnya akan didistribusikan ke petani.
Gudang penyimpanan lini II mampu menampung pupuk sebanyak 24.000
ton, sedangkan total kapasitas gudang lini I, II dan Ill untuk wilayah Jawa Barat
sebesar 121.000 ton yang tersebar di 16 kabupaten. Kapasitas gudang PPD Jawa
Barat tahun 2004 di tunjukkan pada label 6.
45
Tabel 6 . Kapasitas Gudang PPD Jawa Barat Per 31 Maret 2004
KAPASITAS NO KABUPATEN GUDANG
GUDANG~ OPS JUMLAH
II CIREBON LIN! II
BGR - KEDA WUNG 12.000 6.000 18.000
BGR - KALJAGA 3.000 3.000 6.000
JUMLAH 15.000 9.000 24.000
··-----------III LIN! Ill
- ·-------·-------··-- ~----~---·------- --"--.---- - .... ----- .--- ---~---l SERANG GPP - SUM UR PECUNG 10.000 4.000 14.000
2 TANGERANG BGR-MAUK 2.000 0 2.000
3 KARA WANG GPP-KLARI 7.500 3.000 10.500
4 SUBANG GPP - PEGADENBARU 7.500 3.200 10.700
5 SUKABUMI GPP - CICURUG 5.000 2.100 7.100
6 CIANJUR GPP - PASIRHA YAM 7.500 2.500 I0.000
7 SUMEDANG BGR - ClMALA YA 2.000 0 2.000
8 GAR UT GPP-NAGREG 5.000 4.200 9.200
9 TASIKMALA YA GPP -AWIPARI 5.000 2.500 7.500
JO CIAMIS GPP-BANJAR 5.000 2.000 7.000
I I CIREBON GPP - SINDANGLAUT 5.000 1.500 6.500 --
12 MAJALENGKA BGR-ANDIR 3.000 0 3.000 -
13 INDRAMAYU GPP -JAT!BARANG 5.000 2.500 7.500
JUMLAH LIN! Ill 69.500 27.500 97.000
TOTAL LIN! 1+11+111 84.500 36.500 121.000
Sumber : PPD Jawa Barat, 2004
Pupuk yang dikirim dari pusat produksi pada umumnya masih dalam bentuk
pupuk curah sehingga pupuk curah tersebut harus dikemas terlebih dahulu di Unit
Pengantongan Pupuk (UPP) yang berada di Gudang Lini II sebelum dikirim ke
Gudang Lini III.
Untuk memenuhi kebutuhan pupuk di wilayah Jawa Baral dan Banten,
penyediaan pupuk oleh PPD Jawa Barat berasal dari dalam dan luar negeri. Produsen
46
dalam· negeri terdiri dari 2 produsen, yaitu PT. Pusri dan PT. Pupuk Kujang. Kedua
perusahan tersebut mensuplai jenis pupuk Urea PT. Pupuk Kujangjuga menyediakan
jenis pupuk TSP, SP-36, dan ZA. Pupuk impor jenis KC! berasal dari Rusia dan
Kanada. Realisasi pengadaan pupuk oleh PPD Jawa Barat selama tahun 1999-2003,
dapat dilihat pada lampiran I.
4.6. Aktivitas dan Saluran Pemasaran
Dengan memperhatikan kondisi negara Indonesia yang terdiri dari kepulauan
dan daerah pertanian yang menyebar di seluruh pelosok tanah air serta untuk melayani
kebutuhan pupuk di setiap wilayah, maka PT. Pusri mendirikan kantor Pemasaran Pusri
Daerah (PPD) yang ditempatkan di setiap propinsi. Dalam menyalurkan pupuk dari lini
I sampai lini IV, jalur pemasaran yang digunakan PT. Pus1i cukup panjang sehingga
peranan pengawasan perlu dipertahankan dan lebih di tingkatkan Pengadaan stok
pupuk pada lini III merupakan penyalur pupuk dibawah pengawasan langsung PT.
Pusri melalui PPD yang ada di setiap propinsi.
PT. Pusri dalam operasinya mengenal pembagian wilayah yang disebut lini.
Adapun pembagian wilayah atau lini PT. Pusri terdiri dari 4 bagian, yaitu :
a. Lini I, Wilayah Plane Gate (Wilayah Produsen). Gudang di wilayah pabrik
pupuk dalam negeri atau gudang di wilayah pelabuhan yang dikelola oleh
perusahaan umum pelabuhan, digunakan untuk menyirnpan pupuk Urea yang
berasal dari pupuk dalam negeri maupun dari luar negeri.
b. Lini II, Wilayah Area Pelabuhan. Gudang di wilayah pelabuhan atau gudang
di wilayah propinsi yang menerima dan menyimpan pupuk yang berasal dari
gudang lini I atau Unit Pengantongan Pupuk (UPP).
47
c. Lini III, Wilayah Kota Kabupaten. Gudang pupuk di wilayah kota kabupaten
yang dikelola oleh PT. Pusri untuk menerima dan menyimpan pupuk yang
berasal dari gudang lini IL
d. Lini IV, Wilayah KUD Penyalur. Gudang kios KUD Penyalur Satuan
Kawasan Pemukiman Transmigrasi (SKP) di daerah Transmi1,rrasi dan
Wilayah Kerja Penyaluran Pertanian (WKPP) yang menerima dan menyimpan
pupuk yang berasal dari gudang lini III.
Dalam mewujudkan kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan, khususnya di bidang pertanian, maka PT. Pusri PPD Jawa Barat
sebagai unit pemasaran menjalankan usaha sebagai berikut.
l. Pengadaan dan Penyaluran Produk
PPD Jawa barat mempunyai tugas untuk menyalurkan pupuk dari mulai lini I
(produsen) sampai ke lini IV (penyalur) dan memantau penyediaan pupuk di
lini III sehingga stok pupuk selalu tersedia pada setiap musim tanaman barn.
2. Perdagangan dan pemasaran pupuk
Perdagangan pupuk untuk tanaman pangan penjualannya melalui KUD,
sedangkan untuk perkebunan, perdagangan dilakukan distributor yang
memenangkan tender di antaranya PT. Pertani. Pemasaran pupuk dari lini 11
menuju lini III pengangkutannya melalui kereta api dan truk ke tujuan
masing-masing gudang yang ada di kabupaten. Kemudian dari gudang tesebut
pupuk disalurkan sehingga sampai ke petani melalui para penyalur KUD
maupun non KUD.
48
4.7. Sistem Distibusi dan Penjualan Pupuk di PPD Jawa Barat
Sebagai input produksi yang strategis dalam sektor pertanian, pemerintah
mengatur kebijakan melalui keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Sampai
dengan tahun 1998, pemasaran pupuk masih dimonopoli oleh PT. Pusri sebagai
perusahaan yang di tunjuk oleh pemerintah. Selanjutnya pemerintah melepas tataniaga
pupuk secara bertahap sekaligus mencabut subsidi pupuk. Pelepasan tata-niga pupuk
yang pertama untuk sektor Perkebunan Swasta (PBS) dan Perkebunan Negara (PTPN).
Kemudian pelepasan tataniaga dan pencabutan subsidi untuk sernua sektor.
Pada rnasa rnonopoli, untuk mernbantu distribusi pupuk pernerintah rnenunjuk
KUD dengan tujuan untuk meningkatkan peran KUD dalam kegiatan perekonomian desa
sebagai distributor untuk sektor tanaman pangan. Selain itu pemerintah juga menunjuk
koperasi, BUMN ( PT. Pertani, PT. Niaga Cipta, PT Mega Eltra, PT. Putra Samudra
lndah), BUMD (PT. Angkasa Raya, PT. Muara Teguh, PT. Bakti Mulya), untuk Jebih
lengkap perincian penyaluran pupuk ke sektor perkebunan, perikanan, perternakan dan
kehutanan, dapat dilihat pada Jampiran 2. Penyedian pupuk oleh PT. Pusri untuk sektor
tanaman pangan didistribusikan sampai lini Ill. KUO penyalur yang ditunjuk akan
melakukan penebusan pupuk di gudang lini III dengan mencantumkan persyaratan
antara lain menyebutkan jwnlah dan jenis pupuk, nama, alamat dan wilayah kerja
pengecer serta lampiran permintaan pihak pengecer yang memuat daftar kelompok tani
yang dilayani. Masing-masing KUD penyalur memiliki wilayah kerja (rayon) tertentu
sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam perindustrian pupuk ke suatu wilayah serta
untuk menghindari persaingan harga antar KUD penyalur.
49
Pemberian subsidi pupuk oleh pemerintah dilakukan melalui Bank Rakyat
Indonesia (BR!), berupa bantuan pinjaman (kredit). KUD penyalur mengajukan
permohonan pencairan kredit pupuk yang selanjutnya akan digunakan untuk menebus
pupuk ke PT. Pusri dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Kepala
Kantor Departemen Koperasi (Kakandepkop ). Penetapan harga jual enceran tertinggi
(HET) ditetapkan langsung oleh Menteri Pertanian. Jika KUD penyalur melakukan
pelanggaran, PT. Pusri dapat memberikan sanksi sebagaimana yang diatur dalam
Surat Perjanjian Jual-Beli (SPJB).
Dengan dilepasnya tata-niaga pupuk oleh pemerintah, penyaluran pupuk ke
sektor tanaman pangan tidak harus melalui KUD. Namun demikian PT. Pusri sebagai
BUMN mempunyai kewajiban untuk tetap menjaga kestabilan stok pupuk bagi sektor
pertanian. Sehingga untuk melaksanakan misi tersebut, PT. Pusri menunjuk
distributor dalam penyaluran pupuk. Distributor terdiri diri Koperasi, Swasta, dan
BUMN. Untuk menjadi distributor, pihak tersebut harus mengajukan surat
permohonan menjadi distributor PT. Pusri. Selanjutnya surat tersebut akan diproses
sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang hams dipatuhi oleh distributor. Jika
calon distributor tersebut dinilai memenuhi syarat, maka perusahaan dan distributor
dapat melakukan perjanjian kontrak kerja yang termuat dalam surat perjanjian Jual
beli (SPJB). SPJB menjadi landasan dalam perjanjian kedua belah pihak dan akan
selalu dievaluasi setiap enam bulan, untuk mengetahui kine~ja distributor.
Distributor yang telah memenuhi syarat, dapat melakukan pembelian pupuk
melalui bagian penjualan PPD Jawa Barat secara tunai. Pembayaran transakasi
50
dilakukan melalui perbankan. Untuk pembelian pupuk, distributor akan mentransfer
uang ke rekening perusahaan. Kemudian bagian penjualan akan mengeluarkan surat
Delive1y Order (DO). Surat DO tersebut akan diberikan kepada perwakilan
distributor di kabupaten. Hubungan ke1ja distributor dan perwakilan distributor hanya
sebatas "jual-beli" biasa. Selanjutnya perwakilan distributor yang akan melakukan
pengarnbilan pupuk di gudang lini Ill.
Berdasarkan data penjualan yang dilakukan oleh PPD Jawa Bara! terdapat
tluktuasi penjualan dalam selang waktu I 999 sampai dengan 2003. Dalarn jangka
waktu lima tahun penjualan pupuk Urea terns mengalami penurunan, demikian juga
untuk jenis pupuk SP-36, ZA dan KCI. Data realisasi penjualan pupuk yang
dilakukan oleh PPD Jawa Baral dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:
T b I 7 R r . P . I P k h 1999 2003 (d I a e ea 1sas1 en1ua an .UPU ta un - a am sa.tuan ton )
TAHUN UREA SP-36 ZA KCI
1999 615.042 93.898 39.435 30.334
2000 544.898 27.795 10.459 19. 738
2001 507.449 10.273 9.684 10.024
2002 443.958 17.730 778 9.982 .
2003 319.566 6.412 3.364 11.399
Sumber : Laporan aktivitas penjualan PPD Jawa Bara!, I 999-2003
Penurunan penjualan untuk semua jenis pupuk ini disebabkan pada tahun
1998 mulai diberlakukannya sistem mekanisme pasar sehingga PT. Pusri tidak lagi
menjadi distributor tunggal dalam pemasaran pupuk. Selain itu keikutsertaan
perusahaan swasta dalam memasarkan pupuk juga mengurangi realisasi penjualan di
Jawa Baral
BABY
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Saluran dan Fungsi Pemasaran
5.1.1. Analisis Salnran Pemasaran
Saluran pemasarnn pupuk di wilyah kerja PPD Jawa Barnt dapat ditelusuri
dari produsen sampai ke pengecer yang pada akhirnya sampai ke petani. Saluran
pemasarnn tersebut dijadikan dasar dalam menggambarkan level-level pendistribusian
pupuk ke petani.
Saluran pemasarnn yang terkait dalam pemasarnn pupuk di wilayah kerja PPD
Jawa Barnt adalah sebagai berikut :
1. PPD Jawa Barnt
PT. Pusri memiliki perwakilan pemasaran daerah di tiap propinsi, yang
bertanggung jawab untuk Propinsi Jawa Barnt dan Banten, yaitu PPD Jawa Barat
(Propinsi Banten belum memiliki PPD). Dengan adanya PPD berarti mempennudah
penyaluran pupuk ke petani karena pembelian pupuk tidak langs1.mg dari pusat
produksi.
2. Distributor
Distributor adalah badan usaha yang ditunjuk oleh produsen untuk
melakukan pembelian, penyimpanan dan penjualan pupuk dalam partai besarnntuk
dijual ke petani melalui perwakilan distributor dan pengecer. Distributor yang
52
ditunjuk oleh PPD Jawa Baral jumlahnya 54 distributor yang berlokasi di beberapa
tempat di Jawa Baral dan Banten. Nama-nama distributor PPD Jawa Baral dapal
dilihat dalam lampiran 2.
Tugas dan tanggung jawab distributor adalah sebagai berikut.
Bertanggungjawab atas kelancaran dan penyaluran pupuk dari lini III ke lini IV.
Tidak dibenarkan menjual pupuk kepada pedagang yang tidak ditunjuk
sebagai pengecer.
Berperan aktifmembantu produsen melaksanakan penyuluhan dan promosi.
Bersama produsen melakukan pembinaan, pengawasan dan penilaian
pengecer di wilayah ker.ianya.
Melaksanakan koordinasi dengan saluran terkait dan diwajibkan membuat
laporan stock dan penyaluran ke produsen dan instansi lerkait.
3. Perwakilan Distributor
Distributor yang ditunjuk perusahaan menempatkan perwakilannya di
daerah-daerah dalam rangka penyampaian pupuk kepada konsumen. Perwakilan
distributor tidak selalu bertindak sebagai agen (grosir), karena dalam beberapa
hal perwakilan distributor dapat juga menjadi pengecer.
4. Pengecer
Pengecer adalah perorangan atau badan usaha yang ditunjuk oleh
distributor yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan langsung ke petani
dalam partai kecil. Pengecer dapat menjual pupuk dalam bentuk sale (kantong
berukuran 50 kg) dan dalam bentuk kiloan.
53
Tugas dan tanggung jawab pengecer adalah sebagai berikut.
Bertanggung jawab atas kelancaran dan pengamanan penyaluran pupuk
bersubsidi dari lini IV ke petani.
Menjamin tersedianya stock semua jenis pupuk di wilayah ke1janya.
Hanya menerima pupuk dari distributor dan melaksanakan kegiatan tersendiri
dalam menyalurkan kepada petani sesuai kemasan yang ditentukan.
Memasang daftar harga HET yang berlaku.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat tiga level saluran pemasaran
pupuk oleh PPD Jawa Barat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 5 di bawah ini
berikut.
p p D
..J A a A R
DISTRJBUTOR 1--------
DISTRIBUTOR
DISTRJBUTOR
PERWAKILAN DISTRIBUTOR
PERWAKILAN DISTRIBUTOR
-----PENGECER
p e t a n
""' I
Gambar 5. Saluran Pemasaranan Pupuk PPD Jawa Barnt
Pada Level I terdapat dua saluran yang terlibat, yaitu PPD Jawa Barat dan
distributor. Saluran ini langsung melakukan penjualan kepada petani. Saluran
pemasaran ini mempakan level yang terpendek. Pada Level II ada tiga saluran, yaitu
54
PPD Jawa Barat, distributor dan perwakilan distributor. Perwakilan distibutor
bertindak sebagai pengecer. Untuk Level III merupakan saluran terpanjang karena
ada empat saluran pemasaran yang terlibat, yaitu; PPD .Tawa Barat, distributor,
perwakilan distributor dan pengecer.
Menurut Limbong dan Sitorus (1985), pola saluran pemasaran untuk produk
industri, relatif berbeda dengan pola saluran pemasaran produk-produk pertanian,
khususnya di Indonesia. Pada pola saluran pemasaran produk-produk pertanian,
yang terlibat adalah tengkulak, pedagang besar ataupun KUD. Untuk melakukan
kegiatan pengumpulan produk pertanian pada umumnya berasal dari pedagang besar
ataupun KUD, kemudian mendistribusikan produk tersebut kepada pedagang
pengecer, sampai konsumen akhir maupun kepada eksportir. Sedangkan untuk
produk industri pol a sal uran pemasarannya adalah produsen, distributor dan
perwakilan distributor yang melakukan distribusi pupuk ke pedagang pengecer atau
langsung ke konsumen akhir.
5.1.2. Fungsi Pemasaran.
Fungsi pemasaran adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan
oleh saluran-saluran pemasaran baik yang merupakan aktivitas fisik maupun aktivitas
jasa. Fungsinya adalah memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan melalui penciptaan atau penambahan kegunaan bentuk,
waktu, tempat dan kepemilikan terhadap suatu produksi.
Fungsi utama dalam pemasaran ada tiga, yaitu; (I) Fungsi pertukaran
(pembelian dan penjualan), (2) Fungsi fisik (penyimpanan, pengemasan dan
pengangkutan), dan (3) Fungsi fasilitas (sortasi, jaminan resiko dan informasi pasar).
55
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap saluran pemasaran
pupuk PPD Jawa Barnt dapat dilihat dari tabel 8 sebagai berikut.
Tabel 8. Fungsi-Fungsi Pemasaran Pupuk yang Dilakukan Setiap Saluran Pemasaran d PT P pa a usn.
Fungsi Pemasaran PPD Distributor Perwakilan Pengecer Jabar Distributor .
I. Fungsi Pertukaran a. Pembeliati - • • • b. Penjualan • • • *
2. Fungsi Fisik a. Pengangkutan • # • # b. Penyimpat1an * # • • c.
Pengemasan * - • * ' Fungsi Fasilitas 0.
a. Sortasi * - • * b. Jatninan resiko * • • -c. lnfonnasi Pasar * * * *
----~·
f(eterangan
* : Melakukan fungsi pemasaran
: Tidak melakukan fungsi pemasaran
# : Jarang melakukan fungsi pemasaran
Berdasarkan tabel 8, di atas dapat dianalisis fongsi-fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh setiap saluran pemasaran pada PT. Pusri sebagai berikut:
A. PPD Jawa Baral
• Fungsi pertukaran.
PPD Jawa Barat melakukan fungsi penjualan saja, yaitu menjual pupuknya
dari lini Ill (kabupaten) kepada distributor. Penjualan antara PPD Jawa Barnt
dengan distributor hams berdasarkan kontrak SPJB (surat perjanjian jual beli)
pupuk Dalam SP JB tersebut tercantum antara lain jumlah ton pupuk dan
wilayah kerja distributor. Distributor dapat memperoleh Delivery Order (DO)
56
setelah melakukan pembayaran melalui Bank. Realisasi penjualan pupuk oleh
PPD Jawa Barat dapat di lihat pada lampiran 3.
Selain penjualan ke distributor, PPD Jawa Barat juga melakukan operasi pasar
yang bertujuan untuk mengatasi kelangkaan pupuk di suatu daerah sehingga
menjamin ketersedian pupuk sesuai kebutuhan petani. Dengan operasi pasar
ini diharapkan petani mendapatkan pupuk secara tepat waktu dengan j umlah,
jenis dan harga yang pantas. Operasi pasar dilakukan apabila terjadi kendala
penyaluran pupuk oleh pengecer dan terdapat informasi kelangkaan pupuk
dari saluran pemasaran terkait, kelompok tani atau dari media massa. Untuk
melaksanakan operasi pasar tersebut, PPD Jawa Barnt bekerja sama dengan
distributor yang bertanggung jawab di daerah tersebut. Penjualan dilakukan
dengan sistem pembayaran tunai. Harga jual dalam operasi pasar sesuai
dengan harga beli pengecer ke distributor.
• Fungsi fisik
PPD Jawa Barat melakukan fungsi pengangkutan, penyimpanan dan
pengemasan. Pengemasan dilakukan di Unit Pengantongan Pupuk (UPP) dalam
bentuk unit sak. Pengangkutan dilakukan dari pusat produksi ke gudang
penyimpanan yang berada di lini II (Propinsi). Dari gudang lini II pupuk dikirim
ke gudang penyimpanan lini III (Kabupaten). Kuantitas pupuk yang diangkut
hams disesuaikan dengan ketentuan yang telah diteta.pkan oleh bagian pengadaan
dan penjualan (seksi penyediaan, angkutan dan pergudangan) PPD Jawa Barat.
Pengangkutan ini mengunakan tiga jenis kendaraan, Yl\itu kapal untuk
57
mengangkut pupuk curah dari pusat produksi ke lini !I, kemudian dari lini ll ke
lini III mengunakan truk dan kereta api.
Menurut Limbong dan Sitorus (1985), jika barang yang sampai ke tangan
konsumen sesuai dengan yang diinginkan dan dengan biaya yang murah berarti
pengangkutan itu telah efisien. Adapun tindakan yang dapat dilaksanakan untuk
menekan biaya pengangkutan antara lain memilih alat angkut yag sesuai dengan
sifat barang yang hendak diangkut, mengurangi resiko selama proses
pengangkutan dan penanganan yang tepat, seperti pemhungkusan dan
pelaksnaan bongkar muat dan waktu pengangkutan yang tepat.
Proses pengangkutan oleh PPD Jawa Barat lebih banyak menggunakan alat
angkut jenis truk dihandingkan kereta api. Berdasarkan laporan aktivitas hulan
April 2004 pengangkutan pupuk hanya menggunakan truk.
• Fungsi fasil itas
PPD Jawa Baral melakukan tiga fungsi fasilitas, yaitu ; fungsi sortasi,
jaminan resiko dan informasi pasar. Pupuk yang diproduksi oleh PT. Pusri
memiliki standarisasi yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia
(SNI), yang dapat dilihat pada lampiran 4. Pupuk yang diproduksi oleh Pusri
hanya Urea. Di bawah ini adalah SNI untuk pupuk urea.
a. Urea : (02-2801-1998), dalam 2 bentuk, yaitu :
• Butiran : kandungan nitrogen minimal 46 %, air minimal 0,5 % dan
hiuret maksimal 1 %
• Gelintiran : kandungan nitrogen minimal 46 %, air maksimal 0,5 % dan
biuret maksimal 2 %
58
b. Urea Amonium Fosfat : (02-2811-1992).
Terdiri dari kandungan nitrogen Fosfat sebagai P20s, air dan butiran yang
lolos ayakan Tyler 4 mesh dan tidak lolos 16 mesh minimal 90%.
c. Urea Tabelt: (02-4378-1996).
Kandungan nitrogen minimal 46%, air maksimal 0.5 %, biuret maksimal
%, kekuatan penghancur minimal 2,4 kg. Urea tablet berdiameter 12,7 atau
lebih kurang 0.2 mm, berat I atau lebih kurang 0.09 gram, dan toleransi
pecah maksimal I 0 %.
Sortasi pupuk bertujuan untuk memisahkan pupuk dengan bentuk sesuai
spesifikasi seperti butiran besar dengan pupuk yang telah rusak (pupuk
sweping).
Jaminan resiko dilakukan kepada perusahaan asuransi untuk resiko yang
mungkin terjadi di gudang penyimpanan misalnya banjir dan kebakaran.
Sedangkan pada saat pengangkutan, resiko yang terjadi pada pupuk
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak ekspeditur sesuai perjanjian
kontrak.
Fungsi infonnasi pasar diperoleh dari saluran pemasaran yang terkait dan
karyawan yang ditugaskan di kabupaten (Pemasaran Pusri Kabupaten dan
Gudang Penyimpanan Pupuk). Infonnasi yang diberikan berhubungan
dengan harga di pasaran, ketersedian pupuk di kabupaten dan infonnasi
lain mengenai pupuk.
59
B. Distributor
• · Fungsi pertukaran.
Distributor melakukan fungsi pembelian kepada PPD Jawa Barat. Distributor
melakukan penjualan surat Delivery Order kepada perwakilan distributor di
kabupaten. Distributor juga melakukan penjualan ke PTPN atau kelompok
tani.
• Fungsi fisik.
Distributor jarang melakukan pengangkutan dan peny1mpanan karena
peny1mpanan dan pengangkutan langsung dilakukan oleh perwakilan
distributor.
• Fungsi fasilitas.
Distributor hanya melakukan fungsi informasi pasar terutama berupa
perubahan harga atau mekanisme pasar yang mana informasinya diperoleh
dari Anggota Asosiasi Distributor Pupuk (AADP) melalui telepon.
Dengan melihat fungsi pemasaran yang dilakukan oleh distributor dapat di
simpulkan bahwa distributor kurang berperan dalam pemasaran pupuk.
C. Perwakilan Distributor
• Fungsi pertukaran
Perwakilan distributor melakukan pembelian ke distributor dan menerima DO
sebagai bukti untuk pengambilan pupuk di gudang lini III dan melakukan
penjualan ke pengecer yang telah ditnnjuk oleh distributor.
60
• Fungsi fisik
Perwakilan distributor melakukan pengangkutan yang dilakukan dari gudang
lini III ke gudang lini IV (kecamatan) yaitu lcios pengecer. Kendaraan yang
digunakan adalah truk dengan kapasitas 8-10 ton. Jika pupuk belum terjual
habis maka perwakilan distributor akan melakukan penyimpanan di gudang
yang dimiliki oleh perwakilan distributor.
• Fungsi fasilitas
Perwakilan distributor melakukan jaminan resiko, sortasi dan infom1asi pasar.
Sortasi dilakukan apabila pupuk yang diterima tidak sesuai dengan ukuran yang
tertera pada label. Keadaan ini bisa terjadi jika pihak ekspeditur melakukan
pengurangan jumlah pupuk pada kantong sak, yang dapat mempengaruhi berat
bersih pupuk karena tidak sesuai pada ukuran yang tertera pada kemasan. Dalam
ha! ini dilakukan pengemasan u1ang akibat kerusakan pada packing selama
diperjalanan. Selain itu sortasi juga dilakukan untuk pupuk yang sudah terlalu
lama sehingga mengeras dan tidak berbentuk butiran besar. Infonnasi pasar
biasanya diperoleh dari distributor.
D. Pe1.1gecer
• Fungsi pertukaran.
Pengecer melakukan pembelian pupuk ke perwakilan distributor atau
langsung ke distributor. Selanjutnya pengecer melakukan penjualan ke petani
dalam bentuk unit sak dan unit kiloan.
61
• Fungsi fisik
Pengecer jarang atau tidak melakukan pengangkutan karena perwakilan
distributor akan langsung mengirim pupuk yang dipesan ke kios pengecer.
Sedangkan penyimpanan dilakukan di kios-kios peng1~cer, namun jumlahnya
sedikit. Untuk pengemasan pengecer menjual dengan kantong plastik untuk
dijual kiloan.
• Fungsi fasilitas
Pengecer melakukan fungsi sortasi yang dilakukan j ika pupuk sudah terlalu
lama disimpan di gudang sehingga pupuk mengeras dan membeku. Untuk
. mengatasi ha! tersebut biasanya pupuk dipukul-pukul agar kembali menjadi
butiran-butiran seperti semula. Jaminan resiko dilakukan pengecer kepada
asuransi toko. Sedangkan informasi pasar biasanya hanya mengenai fluktuasi
harga yang tidak stabil dan tergantung pada mata uang Dollar di tentukan oleh
beberapa Negara dengan nilai yang berbeda. Untuk itu pengecer selalu
menghubungi distributor untuk menanyakan infonnasi pasar.
5.2. Analisa Struktur Pasar dan Perilaku Pasar.
5.2.1. Struktm· Pasar.
Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan
keputusan oleh perusahaan dan industri, berapa jumlah perusahaan dalam suatu pasar,
distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran (pangsa pasar yang menyebar),
deskripsi produk, dan syarat-syarat keluar masuk pasar.
62
Dengan memperhatikan penyebaran pusat produksi pupuk, tingkat produksi
pabrik pupuk di Indonesia sangat penting untuk di telaah, Tingkat produksi pabrik
pupuk dapat di lihat pada tabel 9,
Tb 19 , k d k' b k a e , Tmg at pro u s1 Pa n Puou k d' d 0 1 In onesia, 2 03
NO Nama Perusahaan Produksi Sumbangan terhadap
'
(ton/tahun) produksi nasional {%) I PT Pupuk Sriwidjaja 2.053.410 35.83 2 PT Pupuk Kaltim 2.023.321 35.30 3 PT Puouk Iskandar Muda 491.016 8.56 4 PT Puouk Kuiang 597.597 10.43 5 PT Petrokimia Gresik 260,176 4.54 6 PT. Asean Aceh Fertilizer 305.598 5.33
Total .
5.73Ll 18 100 Sum ber : Pusri, 2004
Berdasarkan data tingkat produksi pada tahun 2003 di atas terlihat bahwa PT
Pusri mengalami peningkatan produksi dari 2.032.680 ton pada tahun 2002 menjadi
sebesar 2.053.410 ton pada tahun 2003 atau 35.83 % sumbangannya terhadap produksi
nasionaL Berdasarkan data tersebut, PT Pusri menduduki peringkat pertama dan posisi
kedua adalah Pupuk Kaltim yang memproduksi pupuk 2.023.321 ton pada tahun 2003
atau 35,30 % sumbangannya terhadap produksi nasionaL Urutan ketiga ditempati oleh
PT Pupuk Kujang sebesar 10,43 % sumbangan terhadap produksi nasionaL Urutan
keempat oleh PT Pupuk Iskandar Muda (8.56 %), kemudian disusul oleh PT Asean
Aceh Fertilizer sebesar 5,33 % sumbangam1ya terhadap produksi nasional : Adapun
PT Petrokimia Gresik menyumbang produksi pupuk 4,54 % dari total produksi pupuk
Indonesia, Dari data tersebut dapat diketahui bahwa71,13% produksi pupuk di Indonesia
oleh PT Pusri dan PT Pupuk Kaltim. Dengan terkonsentrasinya produksi pupuk pada
63
dua perusahaan tersebut mengisyaratkan bahwa struktur pasar pupuk nasional mengarah
pada oligopoli.
Jumlah produsen pupuk di wilayah Jawa Barat, terdiri dari PT. Pusri, yang
diwakili oleh PPD Jawa Barat dan PT. Pupuk Kujang berdasarkan SK Memperindag
tentang pembagian wilayah penyaluran pupuk di mana PT. Pupuk Kujang bertanggung
jawab atas Propinsi Jawa Barat dan PT. Pusri memberikan fasilitas yang di butuhkan.
Untuk memudahkan distribusi pupuk PPD Jawa Barat melakukan penjualan melalui
distributor yang diwakili oleh 54 distributor sebagai perwakilan dari dua Propinsi yaitu
Jawa Barat dan Propinsi Banten). Selanjutntya perwakilan melakukan penjualan pupuk
ke pengecer.
Merujuk SK Menteri Peridustrian dan Perdagangan No.70/MPP/Kep/2/2003
tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi, ditegaskan bahwa produsen
pupuk bertanggung jawab dari Lini I sampai Lini IV di wilayah Propinsi yang menjadi
tanggung jawabnya dan PT. Pusri wajib memberikan fasilitas yang dibutuhkan jika
produsen lain tidak memilikinya. Dengan demikian produsen yang bertanggung jawab
di Propinsi Jawa Barnt adalah PT. Pupuk Kujang dan PT. F'usri dengan pembagian
wilayah kabupaten. PT. Pusri bertanggung jawab atas 7 kabupaten yaitu, Cirebon,
Majalengka, Kuningan, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Sedangkan PT.
Pupuk Kujang bertanggung jawab atas 9 kabupaten yaitu, Bandung, Bogor, Cianjur,
Sukabumi, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Indramayu, dan Subang. Untuk wilayah
Banten sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT. Pusri. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pasar hanya dikuasai oleh dua produsen yang berstruktur pasar oligopoli.
64
Keragaman jenis pupuk yang ditawarkan di pasar dapat menjadi salah satu
pertimbangan struktur pasar yang akan terbentuk. Pada tahun 1996, PT. Pusri
memproduksi duajenis Pupuk Urea, yaitu Urea Tabelt dan Urea Priil. Penggunaan Urea
tabelt mampu meningkatkan produktivitas tanaman menjadi 100%, namun karena sistem
pemupukan yang lebih rurnit produk ini tidak diproduksi lagi. Dengan demikian, saat ini
tidak terdapat perbedaan atau kelompok-kelompok tertentu jenis pupuk Urea di pasaran.
Hal tersebut menunjukkan pupuk Urea merupakan produk yang homogen.
Dalam pemasaran pupuk diperoleh informasi bahwa tidak mudah memasuki
pasar pupuk. Untuk menjadi distributor pihak tersebut harus mengajukan permohonan
terlebih dahulu dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang kemudian disahkan melalui
kontrak kerja dengan PPD Jawa Baral. Begitu juga untuk menjadi perwakilan distributor,
pihak-pihak tersebut juga harus menyetujui persyaratan yang diajukan oleh distributor.
Untuk menjadi distributor dibutuhkan modal yang besar, karena transaksi yang
dilakukan antara PPD Jawa Barat dengan distributor dalam. partai besar. Berdasarkan
persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan, distributor
harus memiliki dana untuk pembelian Pupuk Urea minimal sebesar 200 ton untuk
Wilayah Pulau Jawa dan sebesar 100 ton untuk wilayah diluar Pulau Jawa. Kebutuhan
modal yang besar juga berlaku bagi perwakilan distributor yang harus menggunakan
modal sendiri untul( melakukan pembelian berikutnya ke distributor.
Bedasarkan eiri-eiri pasar di atas, yaitu jumlah penjual dan pembeli, penguasaan
produk oleh produsen, keragaman produk di pasar serta persyaratan masuk atau keluar
pasar, dapat disimpulkan bahwa struktur pasar yang dihadapi dalam industri pupuk Urea
adalah struktur pasar oligopoli murni.
65
5.2.2. Perilaku Pasar
Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati proses penjualan dan
pembelian yang dilakukan oleh produsen, distributor, perwakilan distributor dan
pengecer. Sistem penentuan harga dan pembayaran serta kerja sama di antara berbagai
saluran pemasaran. Perilaku pasar juga menunjukkan strategi yang dilakukan oleh
pelaku pasar dalam menghadapi pesaing.
Transaksi antara PPD Jawa Barat dan distributor dilakukan di kantor PPD Jawa
Barat bagian penjualan dengan sistem pembayaran tunai. Pembayaran dilakukan
dengan mentransfer Ice rekening perusahaan. Selanjutnya distributor akan memperoleh
surat DO (Delivery Order). Harga yang berlaku merupakan harga yang telah ditetapkan
oleh kantor pusat ditambah biaya dan marjin di wilayah PPD Jawa Barat. Penentuan
harga oleh PT. Pusri biasanya mengikuti fluktuasi dan nilai tukar dollar terutama untuk
bahan baku gas bumi. Demikian juga halnya transaksi di tingkat distributor.
Transakasi antara distributor dan perwakilan distributor dilakukan melalui
sambungan telepon, karena lokasi distributor dan perwakilan yang berjauhan.
Distributor berlokasi di Bandung dan di Serang (lbukota Propinsi). Adapw1 perwakilan
Distributor berada di Kabupaten. Dalam transaksi jual-beli yang dilakukan oleh kedua
belah pihak, distributor merupakan penentu harga.
Pada Level l, distributor melakukan pe1tjualan langsung ke PT. Perkebunan
Nusantara (PTPN). Tipe saluran ini sedikit berbeda dibandingkan dengan perilaku
pemasaran pada distributor di level II dan III. Selain melakukan penjualan ke PT.
Perkebunan Nusantara, distributor juga melakukan penjualan untuk petani melalui
kelompok tani. Penetapan distributor yang akan mendistribusikan pupuk ke PTPN
.;• 66
dilakukan melalui sistem kontrak yang berlaku urttuk satu mus1m pemupukan.
Pembayaran oleh PTPN dilakukan secara kredit antara 2-3 bulan.
Sama halnya dengan distributor dan perwakilannya, transaksi jual-beli antara
perwakilan distributor dan pengecer dilakukan melalui sambungan telpon. Pembelian
yang dilakukan pengecer biasanya dalam paitai kecil. Sebagai bentuk pelayanan
penjualan, perwakilan distributor akan mengirimkan pupuk yang telah dipesan ke
kios-kios pengecer. Namun demikian terdapat beberapa pengecer yang memiliki
modal yang lebih besar, melakukan pengambilan Jangsung ke gudang Pusri lini III.
Pembayaran yang dilakukan oleh setiap saluran pemasaran wilayah PPD Jawa Barat
berbeda-beda. Distributor membayar secara tunai melalui rekening PPD Jawa Barat.
Sistem pembayaran yang dilakukan perwakilan distributor dengan 2 cara, yaitu;
apabila pennintaan pupuk meningkat, maka pembayaran dilakukan secara tunai
sebelum DO diterima. Apabila pennintaan pupuk menurun, maka pembayaran
dilakukan secara tunai setelah DO diterima.
Apabila terjadi praktek-praktek curang timbang pada saat di gudang lini Ill
dan pada saat penerimaan di perwakilan distributor, misalnya berat bersih pupuk
tidak sesuai dengan yang tertera pada kantong sak, maka pihak gudang lini III hams
mengatakan pada pihak ekspeditur selaku pengangkut untuk mengganti sebanyak
kekurangan. Surat pengantar penerimaan tidak akan ditandatangani sebelum pihak
ekspeditur menyelesaikan kecurangan tersebut. Untuk menghindari kecurangan
kecurangan tersebut, pihak gudang lini III memperketat pengawasan terhadap keluar
masuknya pupuk.
67
5.3. Analisis Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang di tingkat petani dengan marjin
harga di tingat produsen. Perbedaaan saluran pemasaran dan perlakuan dari saluran
pemasaran yang terkait menyebabkan perbedaan harga jual. Semakin banyak saluran
yang terlibat dalam penyaluran pupuk, maka mengakibatkan banyak perbedaan harga
yang harus dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, setiap saluran
pemasaran memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yar1g maksimal. Marjin dan
persentase dari masing-masing saluran pemasaran dapat dilihat pada tabel 10
TABEL 10. MARJIN DAN PERSENTASE DAN MASING-MASING SALURAN PEMASARAN
Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran I Saluran Pemasaran U Saluran Pemasaran Ill Sak I Sak Ki loan Sak Ki loan
Han a Harga Harga Harga Harga (Rp/kg) % (Rp/kg) % (Rp/kg) % (Rp/kg) % (Rp/kg) %
L PPDJabar a. Harga i ual 990 70,71 99,28 94,28 990 I - 990 90,82 990 86,08 2. Distributor I
I
a. Harga beli 990 - 990 - 990' - 990 - 990 -b. Biava pengiriman - - 10 0,95 10 I 0,9 10 0,91 10 0,86 c. Biaya transportasi 50 3,57 - - - - - - - -d. Pajak 140 10 - - - - - - - -e. Keuntungan 220 15,71 20 1,9 20 1,81 20 1,83 20 1,73 f. Hargajual 1400 100 10250 97,14 1020 92,72 1020 93,57 1020 88,69 3. Perwakilan Distributor a. Harga beli - - 1020 - 1020 - 1020 - 1020 -b. Biava transportasi - - 10 0,95 10 0,9 10 0,91 10 0,86 c. Biava muat bongkar - - 6 0,57 6 0,54 6 0,55 6 0,52 d. Biaya pengemasan - - - - 25 2,27 - - - -e. Keuntungan - - 14 1 ~~ '.lO '.l <;,[ 44 4,03 44 ~ Q')
L ,_, _, _, _.~ .... ' -'~'-'""
f. Harga j ual - - 1050 100 1100 100 1080 99,08 108 93,91 4. Pengecer I a. Harga beli - - - - - - 1080 - 1080 -b. Biava pengemasan - - - I - - - I - - 25 2,77 c. Keuntungan - - - - - - I 10 o,91 I 45 3,91 d. Harga jual - - - - I - - 1090 100 1150 100
. 5. Petani 1400 1050 1100 I 1090 1150 °' 00
69
5.3.1. Penyebaran Marjin Pemasaran Pada saluran I
Pada level I, terdapat 2 saluran pemasaran yang terlibat, yaitu ; PPD Jawa
Baral dan distributor. Sistem penjualan pupuk pada level ini mengunakan sistem
kontrak. Kontraknya untuk satu kali musim pemupukan dengan pembayaran secara
kredit dalam jangka waktu 2-3 bulan.
Adapun besarnya biaya yang dikeluarkan oleh seorang distributor, meliputi
ongkos transportasi dan biaya kuli sebesar Rp.50/kg, serta biaya pajak yang harus
ditanggung oleh petani sebesar I 0 % dari harga jual ke petani (PTPN). Pembiayaan ini
berbeda dengan penjualan pada level II dan III, distributor tidak menjual pupuk dalam
bentuk surat DO, namun mengirimkan pupuk langsung ke PTPN. Penjualan pupuk
dalam bentuk sak dengan harga sebesar Rp.1400/kg. Besarnya marjin pada saluran I
adalah sebesar Rp. 41 O/kg seperti yang ditunjukan oleh gambar turunan marjin dan nilai
marjin pemasaran dalam unit sale berikut ini :
Harga
Pd Sp
Pp Dd
Op Jumlah
Qd,p
Dimana:
Pd : harga di tingkat distributor sebesar Rp. 1400
Pp : harga di tingkat produsen sebesar Rp. 990
Qd,p : jumlah penjualan dalam 1 Kg
(Pd-Pp)xQd,p : nilai marjin pemasaran (1400-990)xl = 410/kg
70
5.3.2. Penyebaran Marjin Pemasaran Pada Saluran II
Pada Level pemasaran II, terdapat 3 saluran pemasaran yang terlibat, yaitu ;
PPD Jawa Barnt, distributor, perwakilan distributor (pengecer). Penjualan pupuk ke
petani dalam dua bentuk, yaitu : unit sak dan unit kiloan. Penjualan dalam bentuk
sak lebih banyak dibandingkan dalam bentuk kiloan. Harga jual pupuk kiloan lebih
mahal di bandingkan pupuk dalam bentuk sale seperti dalam tabel 10, ha! tersebut
disebabkan adanya tambahan biaya pada pengemasan dalam bentuk unit kiloan.
Adapun besamya biaya yang dikeluarkan oleh distributor berupa biaya
pengiriman surat DO Ice perwakilan distributor di kabupaten sebesar Rp. I 0 /kg atau
sebesar 0. 95% dari harga jual dalam unit sak. Biaya yang dikeluarkan oleh perwakilan
distributor antara lain ongkos transportasi sebesar Rp. 1 O/kg, biaya bongkar muat sebesar
Rp.6/kg. Untuk penjualan kiloan, ditambah dengan biaya pengemasan sebesar Rp.25/kg.
Harga jual ke petani sebesar Rp. I 050/kg untuk penjualan dalam sale,
sedangkan harga jual untuk penjualan dalam kiloan sebesar Rp. 1100/kg. Besarnya
marjin pemasaran pada saluran II untuk penjualan dalam sale adalah sebesar Rp.
60/kg seperti yang ditunj ukkan oleh gambar turunanan marj in dan nilai marjin
pemasaran dalam unit sak berikut ini: Harga
Sr
Sp Pr
{Pr-Pp) x Qr.p
Pp Dr
Dp
Qr,p Jumlah
.,. 71
Dimana:
Pr : harga di tingkat pengecer sebesar Rp. I 050
Pp : harga di tingkat produsen sebesar Rp. 990
Qr,p : jumlah penjualan dalam I Kg
(Pr-Pp)xQr,p : nilai marjin pemasaran (1050-990)x1=60/kg
Sedangkan untuk penjualan dalam unit kiloan marjinnya sebesar Rp. 110/kg
seperti yang ditunjukkan oleh gambar turunan marjin dan nilai marjin pemasaran
dalam unit kiloan berikut ini :
Harga
Sr
Pr Sp
(Pr-Pp) x Qr,p
Pp
Dimana:
Pr
Pp
Qr,p
(Pr-Pp)xQr,p
Dr
Dp
Qr, p Jumlah
: harga di tingkat distributor sebesar Rp. 1100
: harga di tingkat produsen sebesar Rp. 990
: jumlah penjualan dalam 1 Kg
: nilai marjin pemasaran (1100-990)x1 = 110/kg
5.3.3. Penyebaran Marjin Pemasaran Pada Saluran III
Pada level Ill, terdapat 4 saluran pemasaran yang terlibat, yaitu ; PPD Jawa
Barat, distributor, perwakilan distributor dan pengecer. Pupuk dijual ke petani dalam
unit sak dan kiloan dan dibungkus ke dalam kantong plastik
72
Biaya yang dikeluarkan oleh distJibutor untuk saluran Ill sama dengan biaya pada
saluran II. Sedangkan perwakilan distJibutor mengeluarkan biaya, antara lain ; ongkos
transportasi sebesar Rp. 1 O/kg. Ongkos transportasi tidak sama untuk seluruh perwakilan
distributor, karena harus melihat jarak yang harus ditempuh untuk mencapai kios-kios
pengecer. Biaya bongkar muat sama dengan biaya pada saluran 11 yaitu sebesar Rp.6/kg.
Pada saluran lll ini, perwakilan distibutor tidak mengeluarkan biaya pengemasan, karcna
umumnya perwakilan distributor langsung mengirimkan pupuk dari gudang lini III ke
kios pengecer sesuai besamya permintaan. Penjualan dalam unit kiloan pengemasan
dilakukan oleh pengecer. Biaya pengemasan yang dikeluarkan sebesar Rp.25/kg.
Pengecer tidak mengeluarkan biaya lainnya, karena karena biaya transportasi dan biaya
bongkar muat sudah ditanggung oleh perwakilan distJibutor.
Harga jual untuk pupuk dalam sak sebesar Rp. 1090/kg. Sedangkan untuk
penjualan dalam kiloan, harganya sebesar Rp. 1150/kg Besamya marjin pemasaran
untuk penjualan unit sak sebesar Rp. 100/kg seperti yang ditunjukan oleh gambar
turunan marjin dan nilai marjin pemasaran dalam unit sak berikut ini :
Harga
Pr
Pp
Dimana:
Pr
Pp
Qr,p
(Pr-Pp)xQr,p
Sr
Sp
Dr
Qr,p Jumlah
: harga di tingkat distributor sebesar Rp. 1090
: harga di tingkat produsen sebesar Rp. 990
: jumlah penjualan dalam 1 Kg
: nilai marjin pemasaran (1090-990)xl = 100/kg
73
Sedangkan untuk penjualan dalam unit kiloan ma~jinnya sebesar Rp. 11 O/kg
seperti yang ditunjukkan oleh gambar turunan marjin dan nilai maijin pemasaran
dalam unit kiloan berikut ini :
Pr
Pp
Dimana: Pr
Pp
Qr,p
Harg11
Sp
Dr
Dp Ju1nlah
Qr, P
: harga di tingkat distributor sebesar Rp. 1150
: harga di tingkat produsen sebesar Rp. 990
: jumlah penjualan dalam 1 Kg
(Pr-Pp)xQr,p : nilai marjin pemasaran (1150-990)x1=160/kg
3.4. Perbandingan Marjin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran
Tingkat marjin pemasaran pada ketiga saluran (I, Il, III) tidal' saina. Marjin
pemasaran pada saluran I sebesar Rp. 41 O/kg dengan biaya pemasaran sebesar Rp.190/kg
atau 13,57 % dari harga jual ke konsumen akhir. Tingkat keuntungan diperoleh sebesar
Rp. 220/kg atau 15,71 % . Pada saluran pemasaran Il memiliki marjin terendah, yaitu
sebesar Rp. 60/kg (untuk penjualan saI.) dan Rp.110/kg (untuk penjualan kiloan). Biaya
pemasaran pada saluran II adalah sebesar Rp.26/kg atau 2,47 % dari harga jual ke
konsumen aI.hir (untuk penjualan dalain sak) dan Rp. 51/kg atau 4,61 % (untuk
penjualan dalam bentuk kiloan). Tingkat keuntungan yang diperoleh pada saluran II
74
adalah sebesar Rp. 34/kg atau 3,25 % (untuk penjualan dalam sak) dan Rp 59/kg atau
5,35 % (untuk penjualan dalam bentuk kiloan). Marjin pemasaran pada salman III
sebesar Rp. 100/kg (untuk penjualan dalam bentuk sak) dan Rp. 160/kg (untuk penjualan
kiloan). Biaya pemasaran yang dikeluarkan (untuk penjualan dalam sak) sebesar Rp.
26/kg atau 2,37 % dari harga jual ke konsumen akhir. Untuk penjualan dalam bentuk
kiloar., biaya pemasaran adalah sebesar Rp.51/kg atau 5,01 %. Tingkat keuntlmgan
yang diperoleh adalah sebesar Rp. 74/kg atau 6,77 % ( untuk penjualan dalam sak).
Untuk penjualan dalam bentuk kiloan, keuntungan sebesar Rp. 109/kg atau 9,46 %.
Gambaran lengkap disajikan dalam tabel 11 berikut ini.
Tabel ll. Total Marjin, Total biava dan Total Keuntungan Rp/k (%) Saluran Total Marjin Total Biaya Total 11/C
Pemasaran Keuntungan I Sak 410 190 (13.57) 220(15.17) 1.16
II Sak 60 26 (2.47) 34 (3.25) l.31
Ki loan 110 51 (4.61) 59(5.35) 1.16
TIT Sak 100 26 (2.37) 74 (6.77) 2.85
Ki loan 160 51 (5.01) 109 (9.46) 2.14 . -
Nilai marjin pada saluran pemasaran II lebih kecil, karena tingkat persentase
biaya pemasarannya lebih kecil dibandingkan saluran I dan saluran III yang
diakibatkan biaya transportasi. Selain itu, tingkat persentase keuntungan yang diambil
oleh saluran pemasaran II juga lebih kecil dibandingkan saluran pemasaran I dan Ill.
Marjin pemasaran pada saluran III lebih besar dibandingkan dengan saluran IL Hal
tersebut disebabkan karena alur pemasarannya lebih panjang sehingga banyak
75
saluran yang terlibat dalam penyaluran pupuk sampai ke tangan konsumen. Kondisi
tersebut mengakibatkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi dan keuntungan yang
diambil oleh saluran-saluran pemasaran semakin besar. Hal tersebut dapat dilihat
pada besarnya biaya, keuntungan serta nilai rasio antara keuntungan dengan biaya
(n/c) pada tabel 11. Perbandingan keuntungan terhadap biaya, terbesar berada pada
saluran pemasaran III, yaitu 2,85 dan 2,14, masing-masing untuk penjualan dalam
bentuk sak, dan penjualan dalam bentuk kiloan. Nilai 2,85 menunjukan bahwa setiap
Rp. 100 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 285.
Saluran I memiliki nilai marjin pemasaran terbesar. Namunjika dibandingkan
antara biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh, dapat diketahui
bahwa besarnya marjin disebabkan oleh tingginya keuntungan yang didapat, hal
tersebut mengakibatkan nilai rasio antara keuntungan dengan biaya (n/c) mencapai
satu yaitu I, 16. dari setiap Rp. l 00 biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan
sebesar Rp. 116.
Berdasarkan uraian di atas, saluran pemasaran II memiliki marjin pemasaran
terkecil dengan tingkat biaya yang dikeluarkan dan tingkat keuntungan yang diambil
oleh saluran pemasaran relative lebih kecil dibandingkan dengan saluran I dan III.
Hal ini menunjukkan bahwa saluran II lebih efisien dibandingkan saluran I. Saluran
pt:!masaran I kurang efisien karena hanya melakukan penjualan satu kali musim
panas, dan sistem pembayarannya secara kredit selam 2-3 bulan, walaupun tingkat
persentase keuntungannya lebih tinggi. Adapun saluran III tidak efisien karena terlalu
banyak saluran pemasaran yang terlibat, sehingga mengeluarkan biaya yang besar.
76 ;-.
5.4. Analisis Indeks Keterpaduan Pasar
Untuk mengetahui tingkat keterpaduan pasar lokal clan pasar acuan maka data
dianalisis secara statistik dengan mengunakan model Index o{ Market Conection
(IMC), dan digunakan pendekatan model Autoregressive Distributed Lag. Pasar lokal
adalah pasar di tingkat produsen sedangkan pasar acuan adalah pasar di tingkat
distributor dan pengecer. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer
melalui program SPSS.
5.4.1. Keterpaduan Pasar Anfara Produsen dan Distributor
Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS diperoleh persamaan sebagai
berikut;
Pit= 0,440 Pi1-1 + 0,967 (Pt - P1-1) + 0,488 P1.i.
Hasil analisis keterpaduan pasar antara produsen dan distributor disajikan
dalam tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12. Hasil Analisis Keterpaduan Pasar di Tingkat Produsen dan Distributor
Uraian Nilai t-hit11nl! t-tabel b1 0,440 1,870 2,131 b, 0,967 14,103 2,131 b, 0,488 2,358 2.131 IMC 0,902 R' 0.995
Nilai R2 pada analisis di atas diperoleh sebesar 0,995. Nilai R2 yang sangat
tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar keragaman berada pada harga di tingkat
pasar produsen ke i, yaitu sebesar 99,5 persen, yang dapat dijelaskan dari faktor-
faktor pada variabel. Adapun 0,5 persen sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor yang
tidak dimasukkan dalam variabel.
77
Koefisien b2 pada hasil SPSS menunjukkan tingkat perubahan harga di tingkat
PPD Jawa Barat. Apabila nilai parameter dugaan bz bemilai I, maka perubahan hari,>a
sebesar I % akan menyebabkan perubahan harga sebesar I % juga di tingkat distributor.
Nilai b2 yang diperoleh SPSS adalah sebesar 0,967 artinya bahwa jika terjadi perubahan
harga di tingkat distributor sebelumnya sebesar Rp. 100/kg, maka akan mengakibatkan
perubahan harga di tingkat produsen saat ini sebesar Rp.96,7/kg. Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan harga di tingkat distributor tidal< diinformasikan secara sempuma ke
tingkat produsen.
Dari hasil di atas, diketahui bahwa harga periode sebelumnya dan harga yang
berlaku saat ini di tingkat PPD Jawa Barat kurang dari I, baik pada pasar produsen
maupun pada pasar distributor. Pengaruh harga yang berlaku pada pasar produsen
sebelumnya terhadap pasar produsen saat ini adalah sebesar 0,440 lebih kecil
dibandingkan denga pengaruh harga di pasar distributor pada waktu sebelumnya,
yaitu sebesar 0,488. Hal ini menunjukkan bahwa harga di tingkat distributor pada
waktu sebelumnya lebih menentukan bagi pembentukkan harga di tingkat produsen
saat ini. Koefisien b1 sebesar 0,440 mengindikasikan bahwa kenaikan harga Rp.
JOO/kg pada tingkat produsen (lokal) pada waktu sebelumnya akan mengakibatkan
kenailrnn harga ditingkat pasar produsen saat ini sebesar Rp. 44/kg. Sedangkan untuk
koefisien b3 sebesar 0,488 mengindikasikan bahwa kenaikan harga Rp. I 00/kg di
tingkat pasar distributor (acuan) pada waktu sebelumnya akan mengakibatkan
kenaikan harga Rp. 48,8/kg di tingkat pasar produsen pada saat ini.
78
Perbandingan antara koefisien pengaruh harga di tingkat produsen (PPD Jawa
Barat) sebelumnya dengan pengaruh harga tingkat distributor sebelumnya. Hal ini
menunjukkan tinggi rendahnya keterpaduan kedua pasar, yang disebut dengan indeks
hubungan pasar (IMC). Apabila IMC semakin mendekati 0, itu berarti adanya
keterpaduan pasar yang tinggi antara pasar ditingkat produsen dengan pasar ditingkat
distributor. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai IMC sebesar 0,902. Hal ini
menunjukkan tingkat keterpaduan antar pasar produsen dan distributor relatif kecil
karena IMCnya mendekati 1.
5.4.2 Uji Hipotesa
1. Keterpaduan Pasar Jangka Pendek
Pengujian hipotesa koefisien regres1 b2 dilakukan dengan UJI t.
Hipotesanya adalah sebagai berikut.
Ho:b2=l
H1: bne 1
Jika t hitung > t tabel, maka tolak Ho
jika t hitung < t tabel, maka terima H 1
Dari hasil SPSS di peroleh t hitung koefisien b2 harga di pasar distributor
adalah 14,103, sedangkan t tabelnya adalah 2,131 dari ct 0.05 (5 %) dengan N 17.
Dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, maka tolak Ho Artinya
adalah harga di tingkat produsen berpengaruh nyata dengan harga di tingkat
distributor, clan kedua pasar tidak terpadu secara sempurna dalam jangka pendek.
79
2. Segmentasi Pasar.
Pengujian hipotesa koefisien regres1 b3 dilakukan dengan UJI t.
Hipotesanya adalah sebagai berikut.
Ho: bJ=O
H1: b31'0
Jika t hitung > t tabel, maka tolak Ho
Jika t hitung < t tabel, maka terima H1
Dari hasil SPSS diperoleh t hitung koefisien b2 harga di pasar distributor
sebelumnya sebesar 2,358, sedangkan t tabelnya sebesar 2, 131 dari a 0.05 (5 %)
N=l 7. Dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, maka tolak Ho
Maka kedua pasar tidak tersegmentasi.
Dari hasil perhitungan didapat nilai IMC sebesar 0,902. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat keterpaduan pasar di antara distributor dan
produsen. Hasil itu juga didukung oleh hasil uji hipotesa b1 clan bJ yang
menunjukkan kedua pasar tidak terpadu dalam jangka pendek dan tidak
tersegmentasi. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak terdapat hubungan arus
informasi antara produsen clan distributor. Informasi harga yang diperoleh di
produsen hanya digunakan untuk mengevaluasi clan mengawasi kegiatan yang
dilakukan oleh distributor. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem
pemasaran pupuk belum sepenuhnya efisien, karena ha.rga yang berada. di tingkat
distributor tidak dikomunikasikan secara sempurna ke pihak produsen.
.i' 80
5.4.3. Keterpaduan Pasar Antara Produsen Dan Pengecer
Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS dipeoleh persamaan sebagai berikut .
P;t = 0,275 Pit-I + 0,944 (Pt - Pt-I) + 0,46 lPt-1
Hasil analisis keterpaduan pasar antara produsen dan pengecer disajikan
dalam tabel 13 dibawah ini.
Tabet 13 II "I A I' . K t . · as1 na ISIS e erna uan d p asar I m1ma ro usen d' T' I t P d an IS I d n· t ·ibntor Uraian Nilai t-hitun2 Habel
b1 0,275 I, 026 2, 131 b, 0,944 9,453 2, 131 - --b, 0,597 2,691 2.131 IMC 0,461 R' 0,990
Nilai R2 pada analisis di atas didapat sebesar 0,990. Nilai R2 yang sangat
tinggi dapat dikatakan bahwa sebagian besar keragaman pada harga di tingkat pasar
produsen ke i, yaitu sebesar 99 persen yang dijelaskan oleh faktor-faktor pada
variabel. Sedangkan 1 persen sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak
dimasukkan dalam variabel.
Koefisien b2 hasil SPSS menuajukkan seberapa jauh perubahan harga di tingkat
PPD Jawa Barat. Apabila nilai parameter dugaan b2 bemilai !, maka perubahan harga
sebesar I % akan menyebabkan juga perubahan harga sebesar I % di tingkat pengecer.
Dari nilai b2 yang diperoleh, sebesar 0,944 menunjukkan jika terjadi perubahan harga di
tingkat pengecer sebelumnyasebesar Rp. I 00/kg, maka akan mengakibatkan perubahan
harga di tingkat produsen saat ini sebesar Rp.94,4/kg. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan harga di tingkat pengecer tidak diinformasikan secara sempuma ke tingkat
produsen.
81
Dari hasi I di atas, dapat diketahui bahwa harga periode sebel umnya terhadap
harga pupuk PPD Jawa Barat yang berlaku sekarang kurang dari I, baik pada pasar
produsen maupun pada pasar pengecer. Pengaruh harga yang berlaku pada pasar
produsen sebelumnya terhadap pasar produsen saat ini adalah sebesar 0,275 lebih
kecil dibandingkan pengaruh harga di pasar pengecer pada waktu sebelum (0,597).
Hal tersebut menunjukkan bahwa harga di tingkat pengecer pada waktu sebelumnya
lebih menentukan bagi pembentukkan harga di tingkat produsen pada saat ini.
Koefisien b1 = 0,275 mengindikasikan bahwa kenaikan harga di tingkat produsen
(lokal) pada waktu sebelumnya sebesar Rp. 100/kg, akan mengakibatkan kenaikan
harga di tingkat pasar produsen saat ini sebesar Rp. 27,5/kg. Sedangkan koefisien b3
= 0,597 mengindikasikan bahwa kenaikan harga di tingkat pasar pengecer (acuan)
pada waktu sebelumnya Rp. l 00/kg akan mengakibatkan kenaikan harga di tingkat
pasar produsen pada saat ini sebesar Rp 59, 7 /kg.
Perbandingan antara koefisien pengaruh harga di tingkat produsen (PPD Jawa
Barat) sebelumnya dengan pengaruh harga tingkat pengecer sebelumnya. Hal ini
menunjukkan tinggi rendahnya keterpaduan kedua pasar, yang disebut denga.n indeks
hubungan pasar (IMC). Apabila IMC semakin mendekati 0, itu berarti adanya
keterpaduan pasar yang tinggi antara pasar di tingkat produsen dengan pasar di
tingkat pengecer. Dari basil perhitungan diperoleh nilai IMC sebesar 0,461. Hal
tersebut menunjukkan tingkat keterpaduan antar pasar produsen dan pengecer relatif
kecil karena IMCnya mendekati !.
82
5.4.4 lJji Hipotcsa
I. Keterpaduan Pasar J angka Pendek
Pengujian hipotesa koefisien regresi b2 dilakukan dengan uji t. Hipotesanya
adalah sebagai berikut.
Ho:b2=l
H1:b2tl
Jika t hitung > t tabel, maka tolak Ho
jika t hitung < t tabel, maka terima H1
Dari hasil SPSS di peroleh t hitung koefisien b2 harga di pasar distributor
adalah 9,453, sedangkan t tabelnya adalah 2,131daria0.05 (5 %) dengan N=l7.
Dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, maka tolak Ho. Artinya
adalah harga di tingkat produsen berpengaruh nyata dengan harga di tingkat
distributor, dan kedua pasar tidak terpadu secara sempuma dalam jangka pendek.
2. Segmentasi Pasar.
Pengujian hipotesa koefisien regres1 b3 dilakukan dengan UJI t.
Hipotesanya adalah sebagai berikut.
Ho: b1=0
H1: b1t 0
Jika t hitung > t tabel, maka tolak Ho
Jika t hitung < t tabel, maka terima H 1
Dari hasil SPSS diperoleh t hitung koefisien b2 harga di pasar distributor
sebelumnya sebesar 2,691, sedangkan t tabelnya sebesar 2,131 dari a 0.05 (5 %)
83
N= 17. Dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih besar dari t label, maka tolak I lo
Maka kedua pasar tidak tersegmentasi.
Dari basil perbitungan didapat nilai IMC sebesar 0,461. Hal tersebut
menunjukkan babwa tidak terdapat keterpaduan pasar di antara pengecer dan produsen.
Hasil itu juga didukung oleb basil uji hipotesa b2 dan b3 yang menunjukkan kedua pasar
tidak terpadu dalam jangka pendek dan tidak tersegmentasi. Hal tersebut bisa terjadi
karena tidak terdapat bubungan arus informasi antara produsen dan pengecer. Informasi
harga yang diperoleb di produsen hanya digunakan untuk mengevaluasi dan mengawasi
kegiatan yang dilakukan oleh pengecer. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sistem pemasaran pupuk belum sepenuhnya efisien, karena barga yang berada di tingkat
pengecer tidak diinformasikan secara sempurna ke pihak produsen.
6.1 Kesimpulan
BAB VI
KESIMPULANDANSARAN
I. Sistem pemasaran pupuk di wilayah Jawa Barat terbagi dalam dua Propinsi yaitu
Propinsi Banten dan Propinsi Jawa Barat. Saluran pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran pupuk antara lain PPD J awa Barat, distributor, perwakilan
distributor dan pengecer. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh saluran
pemasaran adalah :
• PPD Jabar melakukan fungsi pertukaran (penjualan), t1.mgsi fisik
(pengemasan, pengangkutan, penyimpanan) dan fungsi fasilitas (sortasi,
penaggungan resiko dan informsi pasar).
•Distributor melakukan fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi
fisik (pengangkutan dan penyimpanan) dan fungsi fasilitas (informasi pasar).
• Perwakilan distributor, melakukan fungsi pertukaran (pembelian dan
penjualan), fungsi fisik (pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan), serta
fungsi fasilitas ( sortasi, penanggungan resiko dan informasi)
• Pengecer, melakukan fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi
fisik (pengemasan dan penyimpanan) serta fungsi fasilitas (sortasi, jaminan
resiko dan informasi pasar).
85
2. Bentuk pasar pupuk nasional adalah oligopoli mumi. Hal ini dapat dilihat dari
konsentrasi pasar dari volume produksi total di Indonesia terfokus pada dua
perusahaan yaitu PT. Pusri dan PT. Pupuk Kaltim. Selain itu, terdapat hambatan
untuk memasuki pasar pupuk, antara lain adanya persyaratan yang sangat berat
untuk menjadi distributor maupun perwakilan distiibutor.
3. Pada analisis marjin pemasaran, marjin terbesar diperoleh oleh saluran I, diikuti
oleh saluran III. Marjin pada saluran I terjadi antara PPD Jabar dan distributor.
Sedangkan pada saluran II terjadi antara PPD Jabar, perwakilan distributor dan
pengecer juga ikut menikmati marjin dan untuk saluran pemasaran III
penyebaran marjin antara PPD Jabar, distributor, perwakilan distributor dan
pengecer. Berdasarkan analisis marjin diketahui bahwa saluran II dinilai lebih
efisien dibandingkan saluran saluran I dan III.
4. Pada uj i keterpaduan pasar, diketahui bahwa pasar pupuk antara tingkat produsen
dan distributor tidak terpadu baik dalam jangka pendek. Nilai IMC yang semakin
mendekati satu menunjukkan bahwa keterpaduan yang te1jadi antara kedua pasar
tersebut relatif kecil. Sedangkan uji integrasi pasar jangka pendek dan IMC
antara produsen dan pengecer, menunjukkan bahwa pasar tidak terpadu dalam
jangka pendek dan tidak tersegmentasi. Dengan demikian pasar pupuk di wilayah
kerja PPD Jabar kurang efisien.
86
6.2. Saran
1. Untuk meningkatkan efisiensi pemasaran Pusri hendaknya memperpendek
saluran pemasaran karena semakin panjang saluran pemasaran yang terlibat
maka semakin tidak efisien.
2. Sebaiknya Pusri tidak perlu menggunakan perwakilan distributor, agar
distributor dapat mengoptimalkan kinerja:nya dalam menyalurkan pupuk ke
pengecer atau ke perkebunan
3. Di antara saluran pemasaran hendaknya ada kerjasama yang baik terutama
dalam hal informasi pasar (harga) agar terdapat keterpaduan pasar yang
sempurna.
4. Perlu adanya Pengawasan dan pemberlakuan sanksi kecurangan pada rantai
penyaluran pupuk, khususnya pihak ekspeditur agar perilaku seperti curang
timbang yang selama ini terjadi, dapat dihindari.
DAFT AR PUST AKA
APPI, Ada Perembesan Pupuk Urea Keluar Negeri. http://www.kompas.com. 5 Februari 2004 Pukul 09:07 WIB
Arta,T. 2002. A11alisis Strategi Promosi Pupuk Urea Pada PT. Pupuk Sriwidjaja. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor
Buletin PUSRI. 1996. Kebijaksa11aa11 Baru Pe11gadaa11 da11 Pe11yalura11 Pupuk. No. 193, hal-120. Humas PT. PUSRI. Pelembang
1997. Ciptaka11 Budaya Perusahaa11 untuk Me11gemba11gka11 Perusaaa/111 Ditengah Persaangan Global. No. 196, ha! - . Humas PT. PUSRI. Palembang
Daftar Pabrik, Kapasitas dan Konstruksi Pabrik PT. PUSRI. http://www.pusri.co.id. 2004
Dahl, CD and Hammond, JW. 1977. Mareket And Price Analysis - Tlte Agricultural Industries. Mc. Grawhill Book. Company. New York
Data Statistik. http://www.appi.or.id. 2004
Hardjowigeno, S. 1995. /!mu Tanalt. Akapres. Jakarta.
Heytens, PJ. 1986. Testing Market I11tegratio11. Food Research. Institute Studies.Vol 20. No.1
Indonesia SK. Menteri Perdagangan . No. 378/MPPlKep/1811998. tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Untuk Sektor Pertanian
SK. Mellteri Perdaga11ga11 . No. 93/MPP!Kep/1312001. Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Urea Untuk Pertanian
ten tang Sektor
SK. Me1tteri Perdaga11gan da11 .Peri11dustria11. No. 306/MPP!Kep/412003. tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor
SK. Menteri Perdagangan dan Peri11dustria11. No. 70/MPP/Kep/1212003. tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian
88
SK. Me11teri Perdaga11ga11 da11 Peri11dustrian. No. 356/MPP/Kep/512004. tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian
Ko mi saris Utama. 200 I. Perkemba11ga11 I11dustri Pupuk di I11do11esia , da11 Pera11a11 PUSRI dalam Me11duku11g Swasembada Pangan Nasional. Manajeman Pemasaran. PT. PUSRl. Palembang
Kotler, P dan Armstrong, G. 2001. Dasar-Dasar Pemasaran. PT. lndeks Kelompok Gramedia. Edisi 9. Jilid 1. Jakarta
Limbong dan Sitorus. 1985. Pe11ga11tar Tataniaga Perta11ia11. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.Bogor
Manajemen Pemasaran PUSRI. 2003. Pe11yalura11 Pupuk PT. PUSRI, Me11u11ja11g Program Ketalia11 Pa11ga11. PT. PUSRI. Palembang
Pemasaran Pusri Daerah Jawa Barat. 2004. Lapora11 Aktivitas Bulan April 2004. Bandung
Pemasaran Pusri Daerah Jawa Barat. 2004. Lapora11 Aktivitas Pe11juala11 I 999 -2003 . Bandung
Produsen Pupuk Akui Stok Urea Pas-pasan. http://www.waspada.com. 13 Mei 2004. Pukul 09 : 30 WIB
Ravallion, M. 1986. Testing Marketing I11tegratio11. American Journal Of Agricultural Economics. Vol 68. No. l
Safitri, D.R. 2002. A11alisi Efisie11si Pemasaran Pupuk Urea (Studi Kasus Pe111asara11 PUSRI Daeralt Jatim). Skripsi. Jurusan lltnu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. !PB. Bogor.
Said, E. G dan Intan, A.H. 200 I. Ma11ajeme11 Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta
Silvanie. F.2003. A11alisis Efiseinsi Saluran Pemasaran Wortel dan Bawang Dau11.( Studi Kasus Desa Citekoda11 desa Batulayang Bogor). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. !PB. Bogor
Simatupang, P dan Situmorang, J. 1988. l11tegrasi Pasar dan Keterkaitan Ilarga Karet I11do11esia de11ga11 Singapura. Journal Agroekonomi. Vol. 7 No.2. Pusat Penelitian Agroekonomi. Bogor
Lampiran 1
REAUSASI PENGADAAN PUPUK OLEH PPD JABAR TAHUN 1999 - 2003
1 IPT. PUPUK KUJANG UREA 373.624 263.403 153.994 139.05 UPP. CILACAP UREA 70.800 68.518 111.700 97.900 CIREBON UREA 176.623 205.170 255.916 291.390 TANJUNG PRIOK UREA 0 0 0 0 JATENG UREA 1.350 0 0 0 CIWADAN UREA 0 0 0 9.000
2 IPT. PETROKIMIAGRESIK SP-36 81. 753 25.085 8.218 13.623 PT. PETROKIMIA GRESIK ZA 30.110 9.125 8.700 8.260 CIREBON ZA 9.588 0 0 0
3 CIREBON KCL 20.750 0 0 16.284 TANJUNG PRIOK KCL 20.975 8.997 21.049 0 JATENG KCL 9.206 0 0 0 TOTAL 794.779 580.298 559.577 575.507
57.705 64.000 73.071
0 0
19.497 0 0 0
5.450 0 0
219.723
00
'°
90
Lampiran 2 DAFT AR NAMA-NAMA DISTRIBUTOR PUPUK PT. PUSRI PPD .TABAR
NO NAMA PERUSAHAAN PENANGGUNG JAW AB BANTEN + DKI
I PD.Tani Jaya 1-1. Didi Kusn1adi 2 KUD Sejahtcra 1-1. Muhailnin 3 KUO Purnmna Baru IL Abdul Kali 4 PT. Catur Danna Persada Keinal Mustafa 5 KUO Sinar Surya 1-1. Ade Annada 6 KUD Mahatani Mandiri Jumrani 7 KUD Anugrah Trisnn .laya 8 KUD Bina Karyn l·laliJ Ahdirat SJ~ 9 CV. Surana Agro Agus Solch 10 KUO Paku Haji Bukher I-I.I II PD. Naga Jaya Wahab 12 PT.Pertani Ors. Roichul An\var 13 PT. PP! Bandung Dial Priatna 14 PT.Mega Eltra Dcdi S. Hawadi 15 APL . 16 PT. Saturna Pri111a Global .
JAWA BARAT 17 PT. Mustika Santri H. Nocnoc Nocrony 18 CV. Tani Mas Unggul Bmnbang sctia\van 19 PT. PP! Bndung Dial Priatma 20 KUO Tani Mukti Bmnbang Hcnnanto 21 PT. Pcrtani Ors. Raichul Awnr 22 PT. Mega Eltra Dcdi s. Hawadi 23 PT. Angkasa Rayn C lwan Gmnilar 24 PT. lnahov Traco J. Ricardo Lo1nba Gaul 25 PT.Muara Tcguh P l~dhi Setia\van 26 CV. Fajar Pcrkasa G 1-1. Tatang Herni<nvan 27 CV .Tani Bagja Ors. 1-1. Dadcn 28 CV. Makn1ur S Edi Santoso 29 PD. Tani Jaya Sandy B JO PT. Bakti Mulya M. Toni Houston. SE 31 KUO Oaarul 1-luda Ahtnat lruari 32 KUO Ganda Mckar H.A. Sukaryo 33 KUO Marga Rahayu \Va\van Nurhikinnt 34 CV. Sani Putra Tatung Kurnia 35 CV. Oarajat M P Agus Murkrun SE. MM 36 UD. Stnnbcr Tani Socryanto Agocs 37 CV. A!iah I·U. Chaeriyuh 38 UD. Ju\vita Radiya bin Rasiyn 39 PT. PPI Cirebon Sya111sulidirsyah 40 UD. Srnnbcr Rczeki Nurhadi 41 KUO Mulya Sari Unday Sundayana 42 UD. Keeil Ors. Dede Hennawan 43 PD. Tani Mukti H. Taha Maksrnn 44 UD. Prapatan H. Engkus Kos\vara 45 PT. Putra Sainudra Jnclah . 46 PD. Waluya Jaya . 47 CV. Kertopaten . 48 KUO Margarahayu -49 KUO Gaya Baru -50 PT.Sari Berkah . 51 APL -52 PD. Bcrkah -53 PD. Dozer . 54 KUO Mulva Sari .
Lampiran 3
REALISASI PENJUALAN PUPUK PERKABUPATEN TAHUN 2004 DIBANDINGKAN 2003 PPD JABAR
Yi$r0ij§g&;f(0:%£$J~7P9:J$$~!Blk?t$ ~~~Q03j~ iBiffW::i:~004:4?i'."~ ~£920:0~; W~-2~~--;
2 IPANDEGLANG I 613,00I 2.718,00I -I -I -I -I 7,75• 3 ILEBAK I 405,501 2.232,00I -I -I -I -I 8.40· 4 ITANGERANG I 2.854.401 3.232,00I 77,00I -I -I -I 39,00• 5 IBEKASI I 240,501 10,00I 4,00I -I -I -I -I 1,50 6 IKARAWANG I 18.301,501 1.624,00I 201,00[ 142,851 -I -I 111,501 697,05 7 IPURWAKARTA I 152,50[ 60,00I 0,50[ 2,00[ -I -I 6,501 4,50 B ISUBANG I 12.634,401 1.608,82[ 482,00[ 15,33[ -I 129,85[ 92,00I 7,70 9 IBOGOR I 1.240,801 346,63[ 142,851 153,501 24,50[ 37,65[ 10,101 7,85 10 ISUKABUMI I 3.776,151 1.576,501 369,251 17,451 188.401 I 131,501 356,80 0,70 11 ICIANJUR I 7.786,501 770,00I 309,00I I 6,00I 354,951 129.401 145,15 12 !BANDUNG I 12.913,00I 2.534,351 170,00I 2,17[ 170,00I I 108,501 387,15 13 ISUMEDANG I 5.096,00I 3.793,801 163,00I 0,37[ 78,00I 172,381 0,501 410,41 14 IGARUT I 12.791,501 6.313,00I 258,541 173,00[ 368,991 35,631 69,00[ 497,35 124,00 15 ITASIKMALAYA I 18.239,501 22.393,00I 308,00I 0,551 15,00I 216,501 18,00I 598,85 16 ICIAMIS I 6.535,00I 18.049,501 353,501 0.41 I -I I 20,201 524,05 17 ICIREBON I 17.926,851 12.713,631 42,601 -I 399,751 582,701 166,901 1.470.40 18 IKUNINGAN I 1.750,00I 3.296,00I -I -I 47,50[ 43,00I 19,501 26,00 19 IMAJALENGKA I 4.664,501 4.320,951 100.401 0,301 -I -I -I 200,09 1,00 20 l!NDRAMAYU I 2.867,751 3.484,691 443,50[ -I -I -I 175,901 31,00
JUMLAH I 136.470.0S[ 98.220,751 3.505,141 507,931 1.298,14[ 1.572,00[ 1.169,00I 5.402,21 125,70
"°
.;• 92
Lampiran 4 DAFT AR SNI UNTUK KOMODITI PUPUK
NO Judul No. SN! Parameter Analisis Persyaratan Standar
·----1 Urea 02-2801-1998 Bentuk butiran :
Nitrogen Min. 46 % Air Min. 0,5 % Bioret Maks. I% Bentuk gelintiran: Nitrogen Min. 46 % Air Maks. 0,5 % Biuret Maks, 2 o/o
2 Amonium 02-1760-1990 Nitrogen Min. 20 % Sul fat Belerang Min. 23 %
Asam bebas sebagai H2S04 Maks. 0,1 % Air Maks. 1 %
3 TSP 02-0086-1987 Unsur hara fosfat : - yang diserap sebagai P205 Min. 46 % - yang larut dalam air Min. 40 %
sebagai P205 Air Maks. 4 % Asam bebas sebagai H3 P04 Maks. 4 %
4 NPK 02-2803-1992 N, P, dan K dalam setiap jenis sesuai dengan angka yang tercantum dalam label dinyatakan dalam % : - dengan deviasi ke bawah Maks. 1,1 %
individual - dengan deviasi ke bawah Maks. 1,9 %
total Air Maks. I%
5 Amonium 02-2581-1992 Nitrogen Min. 26 % Klorida Air Maks. I%
Asam bebas sebagai HCL Maks. 0,08 % 6 KCL 02-2085-1998 Kalium Min. 60 %
Air Maks. 0,5 % 7. Kali um 02-2808-1992 Nitrogen Min. 13 %
Nitrat Kali um Min. 44 % Klorida Maks. 0,5 % Air Maks. I%
Lampiran 5
HARGA JUAL PUPUK PT.PUSRI TAHUN 2003-2004 Rp/kg
BULAN TAHUN UNI II UNI Ill UNI IV Januari 2003 985 1010 1030 Februari 2003 985 1010 1030
Maret 2003 985 1010 1030 Aoril 2003 985 1010 1030 Mei 2003 985 1010 1030 Juni 2003 985 1010 1030 Juli 2003 985 1010 1030
Aqustus 2003 985 1010 1030 September 2003 985 1010 1030
Oktober 2003 985 1010 1030 November 2003 985 1010 1030 Desember 2003 985 1010 1030
Januari 2004 990 1020 1050 Februari 2004 990 1020 1050
Maret 2004 990 1020 1050 Aoril 2004 990 1020 1050
93
data distributor 94
tahun produsen distribu b1 b2 b3 1 1988 115.00 125.00 .00 125.00 .00 2 1989 150.00 160.00 115.00 35.00 125.00 3 1990 150.00 160.00 150.00 .00 160.00 4 1991 200.00 205.00 150.00 45.00 160.00 5 1992 200.00 210.00 200.00 5.00 205.00 6 1993 250.00 240.00 200.00 30.00 210.00 7 1994 275.00 260.00 250.00 20.00 240.00 8 1995 275.00 260.00 275.00 .00 260.00 9 1996 275.00 260.00 275.00 .00 260.00
10 1997 375.00 390.00 275.00 130.00 260.00 11 1998 400.00 400.00 375.00 10.00 390.00 12 1999 990.00 995.00 400.00 595.00 400.00 13 2000 800.00 900.00 990.00 -95.00 995.00 14 2001 885.00 1050.00 800.00 150.00 900.00 15 2002 950.00 1150.00 885.00 100.00 1050.00 16 2003 950.00 1175.00 950.00 25.00 1150.00 17 2004 950.00 1020.00 950.00 ··155.00 1175.00
data pengecer '!5
tahun produsen pengecer b1 b2 b3 1 1988 115.00 135.00 .00 135.00 .00 2 1989 150.00 165.00 115.00 30.00 135.00 3 1990 150.00 165.00 150.00 .00 165.00 4 1991 200.00 210.00 150.00 45.00 165.00 5 1992 200.00 220.00 200.00 10.00 210.00 6 1993 250.00 240.00 200.00 20.00 220.00 7 1994 275.00 260.00 250.00 20.00 240.00 8 1995 275.00 260.00 275.00 .00 260.00 9 1996 275.00 260.00 275.00 .00 260.00
10 1997 375.00 400.00 275.00 140.00 260.00 11 1998 400.00 400.00 375.00 .00 400.00 12 1999 990.00 1000.00 400.00 600.00 400.00 13 2000 800.00 1000.00 990.00 .00 1000.00 14 2001 885.00 1100.00 800.00 100.00 1000.00 15 2002 950.00 1230.00 885.00 130.00 1100.00 16 2003 950.00 1275.00 950.00 45.00 1230.00 17 2004 950.00 1050.00 950.00 -22b.OO 1275.00
Lampiran 8 Analisis Regression Keterpaduan Pasar
Antara Produscn dan Distributor
Descriptive Statistics
Mean Root Mean Square N Pit 481.7647 586.06615 17 Pit-1 425.8824 538.87410 17 Pt-Pt-1 60.0000 164.03013 17
-· Pt- I 467.0588 6 l 0.26031 17 a The observed mean 1s prmted b Coefficients have been calculated through the origin.
Correlations
Pit Pit-I Std. Cross-product Pit 1.000 .964
Pit-I .964 1.000 Pt-Pt-I .436 'l 94 Pt-I .958 .996
Sig. (I-tailed) Pit .000 Pit-I .000 Pt-Pt-I .040 .228 Pt-I .000 .000
N Pit 17 17 Pit-I 17 17 Pt-Pt-I 17 17 Pt-I 17 17
a Coefficients have been calculated through the origin.
Variables Entered/Removed
Pt-Pt-I .436 .194
1.000 '171 .040 .228
.255 17 17 17 17
I Model I Variables Entered Variables Removed Method I I I Pt-1, Pt-Pt-I, Pit-I a All requested variables entered. b Dependent Variable: Pit c Linear Regression through the Origin
Enter
96
Pt-1 .958 .996 '171
1.000 .000 .000 .255
17 17 17 17
97
Coefficients Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta
1 Pit-! .440 .235 .405 l.870 .083 Pt-Pt-1 .967 .069 .271 14.103 .000 Pt-I .488 .207 .508 2.358 .033
a Dependent Vanable: Pit b Linear Regression through the
Md IS o e ummary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate
Square I .998 .995 .994 43.97920
a For regression through the origm (the no-intercept model), R Square measures the proportion of the variability in the dependent variable about the origin explained by regression. This CANNOT be compared to R Square for models which include an intercept.
b Predictors: Pt- l, Pt-Pt-1, Pit-1 c Dependent Variable: Pit d Linear Regression through the Origin
ANOVA Model Sum of Squares df Mean Square
1 Regression 5811971.616 3 1937323.872 Residual 27078.384 14 1934.170 Total 5839050.000 17
a Predictors: Pt-1, Pt-Pt-1, Pit-1
F Sig. 1001.630 .000
b This total sum of squares is not corrected for the constant because the constant is zero for regression through the origin.
c Dependent Variable: Pit d Linear Regression through the Origin
Residuals Statistics Minimum Maximum Mean Std. N
Deviation Predicted Value 120.8182 1004.0179 473.5875 353.47604 17 Residual -54.0180 107.7543 8.1772 40.26602 17 Std. Predicted Value -1.000 1.503 .000 1.002 17 Std. Residual -1.194 2.381 .181 .890 17 a Dependent Vanable: Pit
l .nrnpirnn 9 Anulisis Regression Kctcrpmluun Pusur
Antara Prudusen dan Pengecer
l)cscriptivc Stutistics
Mean Root Mean Square Pit 481.7647 586.06615 Pit- I 425.8824 538.87410 Pt-Pt-I 61.7647 168.24352 Pt-1 489.4118 645.98762 a The observed mean is pnnted b Coefficients have been calculated through the origin.
Correlations
Pit Std. Cross-))roduct Pit 1.000
Pit-1 .964 Pt-Pt-I .435 Pt-1 .955
Sig. (!-tailed) Pit Pit-1 .000 Pt-Pt- I .041 Pt-1 .000
\) Pit 17 Pit-I 17 Pt-Pt-I 17 Pt-I 17
a Coefficients have been calculated through the origin.
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered Variables Removed 1 Pt-1, Pt-Pt-1, Pit-I
a All requested vanables entered. b Dependent Variable: Pit c Linear Regression through the Origin
N 17 17 17 17
Pit-I .964
1.000 .210 .993 .000
.209
.000 17 17 17 17
Method Enter
lJ8
Pt-Pt- I Pt-1 .435 .955 .210 .993
1.000 .168 .168 1.000 .041 .000 .209 .000
.259 .259
17 17 17 17 17 17 17 17
•)<)
Coefficients Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta
I Pit-I .275 .268 .253 1.026 .322 Pt-Pt-1 .944 .100 .271 9.453 .000 Pt-1 .597 .222 .658 2.691 .018
a Dependent Variable: Pit b Linear Regression through the Origin
M d IS o e ummarv Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate
Square 1 .995 .990 .988 63.16854
a For regress10n through the ongm (the no-mtercept model), R Square measures the proportion of the variability in the dependent variable about the origin explained by regression. This CANNOT be compared to R Square for models which include an intercept.
b Predictors: Pt-1, Pt-Pt-1, Pit- I c Dependent Variable: Pit
ANOVA Model Sum of Squares df Mean Square
1 Regression 5783186.290 3 1927728.763 Residual 55863.710 14 3990.265 Total 5839050.000 17
a Predictors: Pt-I, Pt-Pt-I, Pit-I
F Sig. 483.108 .000
--
b This total sum of squares is not corrected for the constant because the constant is zero for regression through the origin.
c Dependent Variable: Pit d Linear Regression through the Origin
Residuals Statistics Minimum Maximum Mean Std. N
Deviation --Predicted Value 127.4903 1038.3954 467.7705 359.11605 17 Residual -88.3954 139.7153 13.9942 57.30099 17 Std. Predicted Value -.949 1.592 .000 1.002 17 Std. Residual -1.360 2.149 .215 .882 17 a Dependent Variable: Pit b Linear Regression through the Origin
100
Lampiran 10
PERSY ARA TAN DISTRIBUTOR DAN PENGECER
A. DISTRIBUTOR
I. Berbentuk badan hukum
2. Bergerak dalam bidang usaha perdagangan umum
3. Berpengalaman sebagai distributor minimal dua musim tanam
4. Pengurus aktif menjalankan oerganisasinya
5. Memenuhi symat-syarat kegiatan perdagangan umum, yaitu
mempunyai SIUP, TDP, SITU dan NPWP
6. Memiliki atau menguasai sarana untuk kelancaran pelaksanaan
penyaluran pupuk bersubsidi seperti gudang dan alat angkut
7. Dapat menunujuk pengecer minimal I kecamatan I pengecer
8. Memiliki modal yang dapat dipercaya
9. Memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh produsen
B. PENGECER
I. Memiliki surat izin perdagangan (SIUP) bidang usaha perdadangan
um um
2. Memiliki tanda daftar peserta (TDR)
3. Memiliki NPWP
4. Pengalaman sebagai pengecer pupuk minimal satu tahun dan telah
menunjukkan kine1ja distribusi yang baik sesuai dengan pemberian
distributor
5. Memiliki gudang atau menguasai gudang yang memadai
6. Memiliki persyaratan lain yang ditetapkan oleh Distributor
Menimbang
102
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERD.AGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 378/MPP/Kep/8/1998
TENT ANG
PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK UNTUK SEKTOR PERT ANIAN
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERD.AGANGAN REPUBLIK INDONESIA
: a. bahwa dalam rangka mendukung pembangunan di sekto pertanian yang terdiri dari Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Perikanan, Perternakan dan Kehutanan (Hutan Tanaman lndustri/HTI), perlu didukung oleh penyediaan ·enis-jenis pupuk utama (Urea, SP-36, ZA dan KCI) yang lebih efisien dan efektif, serta memenuhi prinsip 6 tepa yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu sehingga dapat men jam in terlaksananya pemupukan berimbang;
b. bahwa dengan adanya keterbatasan Pemerintah dalam penyediaan subsidi pupuk, maka pupuk bersubsidi hanya diperuntukkan bagi usaha pertanian dalam rangka program pemerintah sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian meliputi Petani Tanaman Pangan, Perikanan, Perternakan dan Perkebunan Rakyat;
c.
bahwa untuk menjamin pengadaan dan mencegah ,erjadinya penyimpangan dalam penyaluran jenis-ienis pupuk tersebut, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
IOJ
Menginga : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Norn or. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Sudidaya Tanarnan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1962 tentang Perdagangan Sarang-Sarang Dal am Pengawasan (Lembaran Negara tahun 1962, Nomor 46 tambahan Lembaran Negara Nomor 2473);
3. Peraturan Pemerintah Norn or 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1969 tentang Kebijaksanaan Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Suatan dan Obat-Obatan Pemberantas Ham a Tanaman;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen;
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1991 tentang Penyusunan, Penerapan, dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia;
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1997 tentang Sadan Pengendali Simas;
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 112/M Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan;
10. lnstruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Perkoperasian;
11. Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 29/MPP/SK/2/1996 jo. Nomor 92/MPP/Kep/4/1996 entang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdaqanqan;
104
12. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomo1 228/MPP/Kep/7/1997 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor;
13. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomo 230/MPP/Kep/7/1997 tentang Barang yang Diatur Tata Niaqa lmpornva.
MEMUTUSKAN
Mencabut : Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdauangan Republik Indonesia Nomor 38/MPP/Kep/3/1996 Tanggal 6 Maret 1996 Tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Untuk Sektor Pertanian.
.
Menetapkan:KEPUTUSAN MENTER! PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK UNTUK SEKTOR PERTANIAN.
Pasal 2
( 1) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini dinyatakan sebagai barang dalam pengawasan.
(2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urea, SP-36 dan ZA, sedangkan KCI hanya untuk tanaman pangan.
(3) Dilarang menjual pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selain kepada Petani Tanaman Pangan, Perikanan, Peternakan dan Perkebunan Rakyat.
(4) Jenis pupuk sebagaimana pada ayat (2) Pasal ini harus memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai berikut:
(a) Urea I: SNI No. 02-2801-1992 (b) SP-361: SNI No. 02-3769-1995
105
(c) ~ : SNI No. 02-1760-1990 .
(d) KCI : SNI No. 02-2805-1992
(5) Penerapan SNI dan pengawasan peredaran pupuk produksi dalam negeri dan impor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini adalah sesuai denqan ketentuan vanq berlaku.
Pasal 9
( 1) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi Urea, SP-36 dan ZA untuk Petani Tanaman Pangan, Perikanan, Peternakan dan Perkebunan Rakyat sedangkan KCI hanya untuk Tanaman Pangan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(2) Koperasi/KUD Penyalur wajib mentaati harga jual di Lini IV dan Pengecer wajib mentaati Harga Eceran Tertinggi (HET) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Harga pupuk Urea, SP-36, ZA, dan KCI tidak bersubsidi diserahkan keoada mekanisme oasar.
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001
TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK lJREA
UNTUK SEKTOR PERT A NIAN
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
I O(i
a. bahwa pupuk urea adalah salah satu pupuk dasar yang diperlukan dalam peningkatan produksi don kualitas hasil budidaya tanaman;
b. bahwa untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya p1·oduksi tanaman pangan dalam rangka mendukung keberhasilan program peningkatan ketahanan pangan, diperlukan adanya dukungan pengadaan pupuk urea yang memenuhi prinsip 6 (enam) tepat yaitu tepat jenis, jumlah, waktu, mutu, tempat don harga;
c. bahwa untuk menjamin pengadaan don kelancaran penycduran serta mencegah ter jadinya penyimpangan dalam pendistribusian pupuk urea, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan.
Mengingat:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); ·
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1997 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Kedalam Modal Soham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pupuk Sriwidjaja.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Namor 3 Tahun 1969 tentang Kebijaksanaan Pengadaan don Penyaluran Pupuk Buatan don Obat-obatan Pemberantas Homa Tanaman.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi don Tata Kerja Departemen sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan Presiden Nomor 172 Tahun 2000.
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234/M Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabinet Periode 1999-2004.
6. Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan Republik Indonesia Nomor
107
23/MPP/Kep/1/1998 Tahun 1998 tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan. 7. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
86/MPP/Kep/3/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
8. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 146/ MPP /Kep/1/1999.
MEMUTUSKAN
Mencabut:
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 26/MPP/Kep/1/1999 tanggal 14 Januari 1999 tentang Pendistribusian Pupuk Untuk Petani Tanaman Pangan Di Daerah Yang Sulit Dijangkau.
Pasal 2
Produsen ditugaskan sebagai pelaksana don bertanggung jawab a'fas kelancaran pengadaan dan penyaluran serta ketersediaan stok pupuk urea untuk sektor pertanian.
Pasal 6
Produsen wajib menjamin ketersediaan stok minimal pupuk urea di Lini III wilayah Pulau J awa untuk pemenuhan kebutuhan 1 (satu) minggu, wi layah luar Pulau J awa untuk pemenuhan kebutuhan 2 (duo) minggu dari rencana penyaluran bulan berikutnya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 14 Maret 2001
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI
LLIHUT B. PANDJ AITAN
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 70/ MPP /Kep/2/2003
TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR
PERTANIAN
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGAl\IGAN
Menimbang:
I 08
a. bahwa pembangunan di sektor pertanian dalam rangka mendukung ketahanan pangan. nasional sangat diperlukan adanya dukungan penyediaan pupuk yang memenuhi prinsip 6 tepat yaitu, jenis, jumlah, harga, tempat, waktu don mutu;
b. bahwa untuk membantu petani dalam mendapatkan pupuk dengan harga yang ter jangkau, Pemerintah memandang perlu menyediakan subsidi pupuk;
c. bahwa dengan adanya keterbatasan Pemerintah dalam penyediaan subsidi hanya di peruntukkan bagi usaha pertanian yang meliputi Petani Tanaman Pangan, Pertanakan dan Perkebunan Rakyat;
d. bahwa untuk menjamin pengadaan don mencegah ter jadinya penyimpangan dalam penyaluran pupuk bersubsidi perlu ditetapkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Mengicigat:
1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradi Ian Tindak Pi dona Ekonomi sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1971 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nonmor 2966);
2. Undang-Undang Nomor 8 Prp. Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-Barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara RI. Nomor 2569);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistim Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara RI. Nomor 3478);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Perguclan9an (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI. Nomor 2759);
I O'J
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang PerlindungC1n Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara RI. Nomor 3821);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 46,' Tambahan Lembaran Negara RI. Nomor 2 4 73 );
7. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara RI. Nomor 4020);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara RI. Nomor 4079);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan don Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001Nomor103, Tambahan Lembaran Negara RI. Nomor 4127);
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong;
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi don Tata Ke1-ja Departemen;
12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi don Tugas Eselon I Departemen;
13. Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan Nomor 230/MPP/Kep/7 /1997 tentang Barang yang Diatur Tata Niaga Impornya sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan Nomor 642/ MPP /Kep/9/2002;
14. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan;
15. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan No. 575/MPP/Kep/1/2002;
16. Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan Nomor 86/MPP/Kep/12/2001 Organisasi don Tata Kerja Departemen Perindustrian don Perdagangan;
17. Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan Nomor 634/MPP/Kep/9/2002 tentang Tata Cara Pengewasan Barang yang Beredar di Pasar;
18. Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan Nomor 753/MPP/Kep/11/2002 tentang Standardisasi don Pengawasan Stander Nasional Indonesia;
19. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 08/Kpts/TP.260/1/2003 tentang Kebutuhan Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun anggaran 2003;
110
MEMUTUSKAN Mencabut: Keputusan Menteri perindustrian don Perdangan Republik Indonesia Nomor 93/MPP/Kep/3/2001 tanggal 14 Maret 2001 tentang Pengadaan don Penyaluran Pupuk Urea Untuk Sektor Pertanian.
Menetapkan:
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN.
Pasal 7
(1) Pelaksanaan pengadaan don penyaluran pupuk bersubsidi ditetapkan sebagai berikut: a. Produsen melaksakan pengadaan Pupuk bersubsidi sampai dengan Lini III di
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Produsen melaksanakan penjualan pupuk bersubsidi di Gudang Lini III kepada
b. Distributor.
Distributor melaksanakan penjualanpupuk bersubsidi dari gudang Lini III c. kepada pengecer. d. Pengecer melaksanakan penjualan pupuk bersubsidi di Lini IV kepada petani.
(2) Produsen wajib menguasai gudang di Lini III pada wilayah yang menjadi tanggung· jawabnya.
(3) Dalam mendukung kelancaran pengadaan don penyaluran pupuk bersubsidi, PT Pusri wajib membantu produsen lain melalui pemanfaatan sarana don prasarana distribusi yang dimilikinya dengan harga yang kompetitif.
(4) Tugas don tanggung jawab Distributor, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini.
(5) Apabila penyaluran pupuk bersubsidi oleh Distributor don atau pengecer tidak ber jalan lancer don atau tidak mungkin di laksanakan, Produsen harus melakukan penjualan langsung ke Lini IV.
Ditetapkan d1 Jakarta Pada Tanggal 11 Februari 2003
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
RINI M. SUMARNO SOEW ANDI
111
LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI
N.o.
A.
2.
NOMOR : 70/MPP/Kep/2/2003 T ANGGAL : 11 Februari 2003
DAFTAR PENANGGUNG JAWAB DAN WILAYAH TANGGUNG JAWAB PENGADAAN DAN PENY ALURAN PUPUK BERSUBSIDI
JENIS PUPUK/ WILAYAH TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB PROPINSI KABUPATEN
'UPUK UREA
PT PUPUK SRIWIDJ AJA 1. SUMA TERA BARA T 1. Pasarnan
2. Limapuluh Kota
3. Aqam 4, Tanah Datar
5. Padanq Pariaman
6. Solok
7. Sawah Lunto/Si iuniuna
8. Pesisir Selatan
2. JAMB I 1. Kofa Jambi
2. Ba'tanq Hari
3. Muara Jambi
4. Bunqo
5. Tebo
6. Meranqin
7. Sarolanqun
8. Tan.iab Barat
9. Tan.iab Timur 10, Kerinci
3. RI AU 1. Kampar
2. Palalawan
3. Indraqiri Hulu
4. Ku<Jntan Senqinai
5. Benqkalis
6. Siok
7. Dumai 8. Rokan Hilir
9. Indraqiri Hilir
112
10. Rokan Hulu
11. Kodva Pekanbaru
12. Kepulauan Riau
4. BENGKULU 1. Re.ianq Lebonq
2. Benqkulu Utara
3. Benqkulu Selatan
4 . Ko'ta Benqkulu
. 5. SUMATERA SELATAN 1. Musi Banl'.uasin
2. Oqan Komerinq Ulu
3. pqan Komerinq Ilir
4. Musi Rawas
5. Muara Enim
6. La hat r--7.
r--Kota Palembanq
6. BANGKA BELITUNG 1. Bangka
2. Belitunq
3. Pangkaleinanq
7. LAMPUNG 1. ~
Lampunq Utara
2. Way Kanan
3. Tulanq Bawanq
4. ~
Lampunq Tenqah
5. Lampunq Timur
6. Metro r--
2- Lampunq Selatan
Jl.:. Tanaaamus
9. Larnpunq Barat
10. Bandar Lampunq -
8. BAN TEN _!.:_ Se1°ang
2. Pandeqlana
3. Lebak
4. Tanqerana
2:.. Ko1'a Tanqerang
6. Kofo Cileqon -
113
9. DKI JAKARTA 1. Jakarta Utara 2. Jakarta Barat 3. Jakarta Timur 4. J aka rt a Selatan 5. Jakarta Pusat
10. JAWA TENGAH 1. Brebes 2. Teqal 3. Kota Teqal 4. Pemalanq 5. Pekalonqan 6. Kota Pekalanqan 7. Batang 8. Kendal 9. Semarang 10. Kota Semarang 11. Kota Salatiga 12. Demak 13. Grobogan 14. Kudus 15. Pati 16. Jepara 17. Rem bang 18. Blore 19 . Sragen 20 . Karanganyar 21. Wonogiri 22. Sukoharjo 23.'Klaten 24. Boyolali 25. Kota Surakarta 26. Kota Megelang 27. ~
Mage long 28 . Temanggung 29 . Wonosobo 30 . Purworejo r-31. Kebumen r-32 . Banyumas ,_ 33 . Banjarnegara 34 . Purbalingga
35. Cilacap
11. D.I. YOGYAKARTA 1. Gunung Kidul
2. B<lntul ·-
J y~iayr~ClJ'.1!~ _ ... . ~···
4. Siemon
5. Kulon Progo
12. KALIMANTAN BARAT 1. Sambas
2. Pontianak
3. Ke.tapanq
4. Sanaau
5. Sintang
6. Kapuas Hulu
7. Banqkayanq
8. Landak
9. Kota Pontianak
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 306/MPP/Kep/4/2003
TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN NOMOR 70/MPP/Kep/2/2003 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
115
Menimbang:
o.
b.
Bahwa dalam rangka pemontouan I monitoring pelaksanoon pengodoon pupuk sebogaimano dimaksud dalom ketentuan Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan Nomor : 70/MPP/Kep/2/2003, khususnya pengadaan yang bersumber dari luar negeri atau osol impor, dipandang perlu dilokukon perubahan otos beberopo ketentuan dalam Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan Nomor 70/ MPP /Kep/2/2003 dimaksud; Bahwa untuk itu perlu dikeluorkan Keputuson Menteri Perindustrion don
Perdagangan;
Mengingot:
1. Undang-undang Nomor 5 Tohun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli don Persoingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Tohun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3 817);
2. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 86/Kp/III/73 tentang Keagenan Tunggal Pupuk Produksi Luar Negeri:
3. Keputusan Bersama Menteri Keuangan don Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 527/KMK.04/2002 don 819/MPP/Kep/12/2002 Tentang Tertib Administrasi Impor:
4. Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan ~lomor 40/MPP/Kep/1/2003 tentang Angka Pengenal Impor (API);
5. Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan Nomor 70/MPP/Kep/2/2003 tentang Pengadaan don Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertonian:
I I h
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 70/MPP/Kep/2/2003 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nornor 70/MPP/Kep/2/2003 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian diubah sebagai berikut: 1. Mengubah ketentuan Pasal 1 sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut :
"Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi
dari Pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program Pemerintah;
2. Pupuk non subsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya di luar program pemerintah dan tidak mendapat subsidi;
3. Petani adalah orang yang mempunyai atau tidak mempunyai Johan yang mata pencaharian pokoknya mengusahakan lahan dan media tumbuh tanaman untuk budidaya tanaman:
4. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi Pupuk Urea, SP-36,ZA dan NPK di dalam negeri yang terdiri dari PT. Pupuk Sriwijaya, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk, PT. Pupuk Iskandar Muda dan PT. Petrokimia Gresik;
5. Pengadaan adalah proses penyediaan pupuk oleh Produsen: .6. Penyaluran adalah proses pendistribusian pupuk dari tingkat Produsen sampai
dengan tingkat Konsumen; 7. Importir Terdaftar Pupuk, selanjutnya disebut sebaga1 IT Pupuk, adalah importir
pemilik Angka Pengenal Importir (API) yang telah terdaftar dan mendapat penunjukkan sebagai IT Pupuk dari Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri;
8. Distributor adalah badan usaha yang syah yang ditunjuk oleh Produsen untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran pttpuk bersubsidi dalam partai besar untuk dijual kepada Konsumen akhir melalui Pengecernya:
9. Pengecer adalah peorangan atau badan usaha yang ditunjuk oleh Distributor yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada Konsumen akhir dalam partai kecil;
10.Lini I adalah lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik pupuk dalam negeri atau di wilayah pelabuhan tujuan untuk pupuk impar;
117
11. Uni II adalah lokasi gudang di wilayah ibukota produksi don unit Pengantongan Pupuk (UPP) atau diluar wilayah pelabuhan;
12.Lini III adalah lokasi gudang Distributor pupuk don a1·au Produsen di wilayah
Kabupaten/ Kotamadya yang ditunjuk/ditetapkan oleh Produsen; 13.Lini IV adalah lokasi gudang Pengecer yang ditunjuk/ditetapkan oleh Distribu1or; 14.Harga Eceran Tertinggi disingkat HET adalah harga tertinggi pupuk Urea, SP-36,
don ZA dalam kemasan 50 kg don atau 20 kg untuk NPK yang dibayar tunai oleh Petani kepada Pengecer resmi di lini IV;
15.Menteri adalah Menteri Perindustrian don Perdagangan.
Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 17 April 2003
MENTER! PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI.
RINI M SUMARNO SOEW ANDI
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 356/MPP/Kep/5/2004
TENTANG
118
PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI NOMOR 70/MPP/Kep/2/2003 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK
BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERT ANIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH
DENGAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN l'ERDAGANGAN RI NOMOR 306/MPP/Kep/4/2003
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I, Menimbang:
a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kelancaran pengadaan don pendistribusian pupuk bersubsidi, perlu menegaskan kembali tanggung jawab masing-masing Produsen, Distributor, Pengecer serta pengawasan terhadap pelaksanaannya di lapangan:
b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan R.I.
Mengingat:
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi don Tata Kerja Depar"temen;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi don Tugas Eselon I Departemen;
3. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Notnor 86/MPP/Kep/12/2001 Organisasi don Tata Kerja Departetnen Perindustrian don Perdagangan;
4. Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan R.I No. 70/ MPP /Kep/2/2003 tentang Pengadaan don Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian sebagaitnana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian don Perdagangan R.I. No. 306/MPP/Kep/4/2003.
5. Keputusan Menteri Pertanian No. 175/Kpts/Kp.150/3/2003 tentang Petnbentukan Tim Pengawas Pupuk Bersubsidi Tingkat pusat;
6. Keputusan Menteri Pertanian No. 106/Kpts/SR.130/2/2004 tentang Kebutuhan pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian tahun 2004.
MEMUTUSKAN Menetapkan: PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I NOMOR 70/MPP/Kep/2/2003 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I. NOMOR 306/MPP/KEP/4/2003.
Pasal 7
I 19
(1) Pelaksanaan pengadaan don penyaluran pupuk bersubsidi dite·tapkan sebagai berikut: a. Produsen melaksanakan pengadaan Pupuk bersubsidi sampai dengan Lini III di
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. b. Produsen melaksanakan penjualan pupuk bersubsidi di Gudang Lini III kepada
Distributor. c. Distributor melaksanakan penjualan pupuk bersubsidi dari gudang Lini III
kepada pengecer. d. Pengecer melaksanakan penjualan pupuk bersubsi di di Lini IV hanya kepada
petani sesuai dengan cakupan wilayah penyalurannya. (2) Produsen wajib memiliki/menguasai gudang di Lini III pada wilayah yang menjadi
tanggung jawabnya. (3) Bagi Produsen yang belum memiliki/menguasai gudang di Lini III wajib
memanfaatkan sarana don pro sarana mi lik PT Pupuk Sriwidjaja yang berada di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
(4) PT Pupuk Sriwidjaja wajib menyewakan saran don prasarana distribusi pupuk yang dimilikinya untuk digunakan oleh Produsen lain.
(5) Dalam mendukung kelancaran pengadaan don penyaluran pupuk bersubsidi, Produsen wajib menjamin kelancaran arus barang melalui penyederhanaan prosedur penebusan pupuk.
(6) Tugas dan tanggung jawab Distributor, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini.
(5) Apabila penyaluran pupuk bersubsidi oleh Distributor· don atau pengecer tidak berjalan lancer don atau tidak mungkin dilaksanakan, Produsen harus melakukan penjualan langsung ke Lini IV.
Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 27 Mei 2004
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I.
RINI M. SUMARl\JO SOEWANDI .
Top Related