UNIVERSITAS SURABAYA
20141. Definisi Kanker
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu
kondisi di mana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang
tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Terdapat
lebih daripada 100 jenis kanker dan setiapnya
diklasifikasi berdasarkan jenis sel yang terlibat.
Sejalan dengan pertumbuhan dan kembang biaknya, sel-sel
kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang
menyusup ke jaringan sehat di sekitarnya yang dikenal
sebagai invasif. Di samping itu, sel kanker dapat
menyebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lainnya yang
jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan
pembuluh getah bening sehingga tumbuh kanker baru di
tempat lain dan hasilnya adalah suatu kondisi serius
yang sangat sulit untuk diobati.
Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk
mengklasifikasikan kanker yaitu karsinoma, sarkoma,
limfoma, adenoma dan leukemia.
Karsinoma ialah kanker yang berasal dari kulit
atau jaringan yang menutupi organ internal.
Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang,
tulang rawan, lemak, otot, pembuluh darah, atau
jaringan ikat.
2
Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar
getah bening dan jaringan sistem kekebalan tubuh.
Adenoma ialah kanker yang berasal dari tiroid,
kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dan jaringan
kelenjar lainnya.
Leukemia ialah kanker yang berasal dari jaringan
pembentuk darah seperti sumsum tulang dan sering
menumpuk dalam aliran darah.
2. Faktor Penyebab Kanker
Terdapat empat faktor penyebab kanker seperti
biologis, lingkungan, makanan dan psikologis. Keempat-
empat faktor penyebab kanker tersebut dijelaskan
seperti berikut :
Biologis
o Keturunan
Sejumlah penelitian menemukan bahwa sekitar
5% dari kasus kanker diakibatkan oleh faktor
keturunan. Faktor keturunan ini memang susah
untuk dihindari.
o Hormon
Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh
dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya
kanker kandungan dan kanker payudara. Sedang
3
hormon progesteron dapat mencegah timbulnya
kanker endometrium, tetapi meningkatkan resiko
kanker payudara. Kedua jenis hormon tersebut
banyak digunakan sebagai bahan pil KB maupun
terapi hormon pada wanita menopause. Penggunaan
jangka panjang dapat mengurangi resiko kanker
kandungan dan endometrium, tetapi meningkatkan
resiko kanker payudara dan kanker hepar
o Virus dan kuman
Virus human papilloma (HPV), merupakan
penyebab utama kanker leher rahim dan dapat
meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis lain.
Virus hepatitis B dan hepatitis C dapat memicu
timbulnya kanker hati. Virus human T-cell
leukemia/lymphoma (HTLV-1) meningkatkan resiko
limfoma dan leukemia. Virus human
immunodefisiensi (HIV) yang dikenal sebagai
penyebab AIDS ini meningkatkan resiko limfoma
dan Kaposi’s sarcoma. Virus Epstein-Barr
meningkatkan resiko terjangkitnya limfoma. Virus
human herpes 8 (HHV8) dapat menyebabkan Kaposi’s
sarcoma. Helicobacter pylori penyebab luka
lambung dan usus juga dapat menimbulkan kanker
di sepanjang saluran pencernaan. Untuk
mengurangi kemungkinan tertular virus/bakteri
tersebut, hindari berganti-ganti pasangan
4
seksual, juga jangan saling bertukar sikat gigi,
jarum, sisir, peralatan makan, dan sebagainya.
Lingkungan
o Tembakau
Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok
aktif maupun perokok pasif dapat menyebabkan
kanker paru, pita suara, mulut, tenggorokan,
ginjal, kandung kencing, kerongkongan, perut,
pankreas, leukemia, dan leher rahim. Bukan hanya
asapnya, bahkan sering menghirup aroma tembakau
serta mengunyahnya juga dapat menyebabkan
kanker.
o Penyinaran yang berlebihan
Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan.
Tetapi sinar matahari siang yang banyak
mengandung ultraviolet dapat menyebabkan kanker
kulit. Sinar ultraviolet dapat menembus kaca,
pakaian yang tipis, juga dapat dipantulkan oleh
pasir, air, salju, dan es. Perlu diingat bahwa
lampu-lampu ultraviolet yang banyak dijual di
toko juga dapat menyebabkan kanker.
o Polusi udara
Menurut Chen Zichou, seorang ahli Institut
Penelitian Kanker, penyebab utama meningkatnya
jumlah kanker di China disebabkan polusi udara,
lingkungan, dan kondisi air yang kian hari kian
memburuk.
5
o Makanan
Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam
makanan dapat menjadi pemicu kanker, misalnya
zat pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan dan
perasa buatan. Padahal, hampir semua
makanan/minuman produksi pabrik atau yang dijual
di restoran mengandung zat-zat tambahan
tersebut. Selain itu, kebanyakan sayur-sayuran
dan buah-buahan ditanam dengan mengandalkan
pupuk buatan dan pestisida. Makanan yang
dipanggang, dibakar, atau digoreng dengan minyak
jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker.
Psikologis
o Stress
Kondisi stress dapat melemahkan respon
imunitas tubuh. Menurunnya sistem imunitas ini
mempermudah sel-sel kanker menyerang tubuh
karena kemampuan sel imun untuk mengenal dan
melawan musuh tidak dapat berfungsi secara baik.
3. Proses Terbentuknya Kanker
Secara singkat kanker terjadi melalui tiga tahap
yaitu tahap inisiasi, promosi, dan progresi. Tiap-tiap
tahap ini menentukan perkembangan kanker di dalam tubuh
manusia.
6
Inisiasi
Inisiasi adalah kondisi awal yang memungkinkan
terjadinya perkembangan kanker di dalam tubuh. Suatu
sel dapat rentan menjadi kanker ketika dirangsang
oleh zat kimia karsinogen yang menempel pada
reseptor sel. Zat kimia yang menempel pada reseptor
ini kemudian akan berinteraksi dengan DNA dan
mengakibatkan perubahan-perubahan struktur DNA atau
mutasi. Zat kimia juga mengakibatkan gangguan pada
sel khusus yang berperan dalam menekan pertumbuhan
kanker dalam tubuh yaitu protooncogene dan tumor
suppressor gene. Protooncogene adalah bentuk tidak
aktif dari oncogene yang berperan dalam memicu
perkembangan sel kanker, sedangkan tumor suppressor
gene adalah gen yang berperan dalam menekan
perkembangan sel-sel tumor. Pada proses inisiasi,
paparan zat kimia akan mengaktifkan protooncogene
menjadi oncogene dan menonaktifkan tumor suppressor
gene.
Sel-sel yang telah terinisiasi ini akan menjadi
sangat rentan dan berpotensi menjadi kanker. Namun,
sel inisiasi tidak akan berkembang tanpa adanya
pemicu dari agen-agen promotor di dalam tubuh.
Promosi
Sel-sel terinisiasi di dalam tubuh merupakan sel
yang sangat rentan terhadap gangguan. Sel
terinisiasi dapat menjadi kanker apabila
7
berinteraksi dengan agen promotor di dalam tubuh
seperti hormon polypetida, hidrokarbon halogen,
tingginya konsumsi kalori, dan keberadaan xenobiotic
di dalam tubuh seperti sakarin, phorbol asetat,
fenobarbital, butyl hidroksitoluen, estradiol, dan
nafenopin. Namun, perkembangan sel inisiasi menjadi
kanker dapat menghilang dengan sendirinya apabila
diikuti dengan berkurangnya paparan agen-agen
promotor tersebut di dalam tubuh melalui proses
metabolisme. Sel inisiasi dapat menjadi kanker
apabila terjadi interaksi secara terus menerus oleh
agen promotor. Jadi proses promosi ini sangat
tergantung kapada faktor fisiologis, seperti umur,
pola makan, dan faktor hormone di dalam tubuh
(individual susceptibility).
Agen promotor tidak berikatan secara langsung
dengan DNA pada sel inisiasi. Agen promotor biasanya
berikatan dengan reseptor permukaan sel. Pada ikatan
ini akan merangsang pengeluaran enzim kinase yang
berperan dalam fosforilasi dan aktivasi transkripsi
tumor suppressor gene seperti CREB, Myc, dan E2F.
Proses regulasi transkripsi DNA sangat tergantung
kepada reseptor sitoplasma bersama ligan. Pada
proses resptor sitoplasma biasanya meliputi
interaksi protein, fosforilasi, dan proses perubahan
transkripsi DNA melalui interaksi transkripsi
faktor. Pada kasus ini, pada sel yang telah
8
terinisiasi banyak agen promotor yang menyebabkan
gangguan pada proses sinyal-sinyal transkripsi DNA.
Gangguan sinyal ini kemudian akan menyebabkan
gangguan transkripsi DNA dan pembelahan sel yang
tidak terkontrol.
Progresi
Pada proses ini, terjadi perkembangan neoplasma
yang ditandai dengan pertumbuhan sel secara drastic,
invasi sel-sel baru, metastatis, respon hormonal,
dan perubahan morfologi secara independen.
Sel kanker harus melepaskan diri dari kelompoknya
(primary tumor) untuk mengadakan invasi kedaerah
sekitarnya, berusaha menembus pembuluh lymphe atau
secara langsung mencari pembuluh darah, berjuang
melawan proses pertahanan tubuh (host immune defense),
berhenti diorgan tujuannya dan memulai berkembang
biak di lingkungan barunya (secondary tumor).
Metastasis tumor ganas dapat melalui bermacam-
macam, yaitu :
o Infiltratif
Adalah penyebaran ke jaringan sekitarnya,
terjadi secara perlahan-lahan, sel-sel kanker
menyebuk ke dalam jaringan sehat sekitarnya
atau di dalam ruang antara sel.
o Limfogen
Yaitu sel-sel kanker masuk ke dalam pembuluh
limfe dan merupakan embolus masuk ke dalam
9
Biasanya terjadi di meja operasi, misalnya
jika alat telah digunakan untuk operasi dan
dipakai untuk operasi lagi tanpa disterilkan
terlebih dahulu.
o Perkontinuitatum
12
Yaitu kontak langsung, misalnya tumor gaster
menjalar ke ovarium.
13Gambar 1. Proses Terbentuknya Sel Kanker
4. Antigen Kanker
Antigen kanker merupakan substansi antigenic yang
diproduksi oleh sel kanker yang menyebabkan respon imun
dalam host. Antigen kanker diklasifikasikan berdasarkan
ekspresi yang dihasilkan yaitu Tumor Spesific Antigens yang
hanya terdapat pada sel kanker dan tidak terdapat
dalam sel normal, serta Tumor Associated Antigens, yang
hanya terdapat dalam beberapa sel kanker dan juga
terdapat dalam beberapa sel normal. Selain
diklasifikasi berdasarkan bentuk ekspresi dari antigen,
antigen kanker secara modern dapat dikasifikasikan
berdasarkan struktur molecular dan asalnya yaitu :
Produk dari sel onkogen yang termutasi dan gen
tumor suppressor
Prosuk dari gen lain yang telah termutasi
Protein seluler yang tereksposur
Antigen yang dihasilkan oleh virus antigen
Antigen oncofetal
Glikolipid dan glikoprotein dari permukaan sel
yang terpengaruh oleh sel kanker
Antigen yang terdiferensiasi berdasarkan tipe sel
yang spesifik
Adapun beberapa antigen dari berbagai macam kanker
yaitu :
Tumor antigen Tumor inwhich it is
found
Remarks
Alphafetoprotein(AFP)
Germ cell tumors
14
Hepatocellular carcinoma
Carcinoembryonicantigen (CEA)
bowel cancers
Occasional lung or breast cancer
CA-125 Ovarian cancer
MUC-1 breast cancer
Epithelial tumorantigen (ETA)
Breast cancer
Tyrosinase Malignant melanoma
normally present in minute quantities; greatly elevated levels in melanoma
Melanoma-associated antigen (MAGE)
malignant melanoma
Also normally present in the testis
Abnormal products of RAS
Various tumors
5. Komponen Imun yang Terlibat dalam Respon Terhadap
Kanker
Komponen Imunitas Seluler
Sel T merupakan komponen utama dalam imunitas yang
bertanggung jawab untuk mengarahkan pengenalan dan
pembinasaan sel kanker. Sel T bertindak sebagai
pengawas imunologik (immunologic surveillance),
kemudian berproliferasi dan menghancurkan sel
kanker yang dimodulasi oleh sistem imunitas yang
lain, dimana dalam hal ini antibodi humoral (ADCC)
yang berperan dalam pengarahan melawan sel kanker
memulai interaksi yang berakibat pada kematian sel
15
kanker. Berbeda dengan sel T, suppressor T
menghambat respon imun melawat kanker
Limfosit T sitotoksik (Cytotoxic T Lymphocytes)
berperan dalam pengenalan antigen dari sel target
dan menyebabkan lisis pada sel tersebut. Antigen
dapat berada di permukaan protein sel atau berada
dalam protein intraseluler, contohnya TAA yang
diekspresikan kepermukaan dengan molekul major
histocompatibility complex kelas I. Limfosit T
sitotoksik yang spesifik terdapat pada
neuroblastoma, melanomas malignant, sackoma, dan
carcinoma paa colon, payudara, serviks,
endometrium, ovarium, testis, nasofaring, dan
ginjal.
Sel NK (Natural Killer) merupakan sel efektor dengan
aktivitas pembasmi sel kanker. Berbeda dengan CTL,
sel NK tidak dapat mengenali reseptor antigen
tetapi masih bias mengenali sel normal yang
terinfeksi virus atau sel kanker. Aktivitas
pembasmi sel kanker dikatakan bersifat alamiah
karena tidak diinduksi oleh antigen. Mekanisme sel
NK dapat mengenali sel normal dan abnormal masih
dipelajari lebih lanjut.
Makrofag dapat membunuh sel kanker spesifik
apabila dikombinasikan dengan faktor termasuk
limfokinin (faktor terlarut yang diproduksi sel T)
16
dan interferon. Mekanisme makrofag kurang efektif
dibandingkan CTL.
Sel dendritik merupakan sel pengenal antigen yang
terdapat dalam jaringan protektif (misalnya,
kulit, getah bening). Sel dendritic memainkan
peran sentral dalam inisiasi respon imun spesifik
tumor. Sel-sel ini mengambil protein tumor
terkait, mengolahnya, dan TAAS (Tumor Associated
Antigen) hadir untuk sel T untuk merangsang respon
CTL terhadap tumor. Kehadiran sel dendritik pada
jaringan tumor berkorelasi dengan peningkatan
prognosis.
Limfokin yang diproduksi oleh sel imun merangsang
pertumbuhan atau menyebabkan aktivitas sel
kekebalan lainnya. Limfokin tersebut termasuk IL-
2, juga dikenal sebagai faktor pertumbuhan sel T,
dan interferon. IL-12 yang diproduksi oleh sel
dendritik dan khusus menginduksi CTLs, sehingga
meningkatkan respon imun antitumor.
Sel T regulatory biasanya hadir dalam tubuh dan
membantu mencegah reaksi autoimun. Sel ini
diproduksi selama fase aktif respon imun terhadap
patogen dan membatasi respon kekebalan yang kuat
yang dapat merusak host. Akumulasi sel ini pada
kanker menghambat respon imun antitumor.
Sel penekan myeloid yang terdiri dari sel-sel
myeloid belum matang dan prekursornya. Sel-sel ini
17
terakumulasi dalam jumlah besar pada kanker dan
poten untuk menekan respon imun.
Komponen Imunitas Humoral
Berbeda dengan imunitas sel T sitotoksik, antibodi
humoral tidak memberikan perlindungan yang signifikan
terhadap pertumbuhan tumor. Kebanyakan antibodi tidak
bisa mengenali TAAS (Tumor Associated Antigens).
Antibodi humoral yang bereaksi dengan sel-sel tumor in
vitro telah terdeteksi dalam serum pasien dengan
berbagai tumor, termasuk limfoma Burkitt; melanoma
maligna; osteosarcoma; neuroblastoma; dan karsinoma
paru-paru, payudara, dan saluran pencernaan. Antibodi
sitotoksik diarahkan terhadap antigen permukaan sel
tumor. Antibodi ini dapat memberi efek anti-tumor
melalui fiksasi komplemen atau sebagai pemberi sinyal
untuk penghancuran sel tumor dengan sel T (sel
sitotoksisitas antibodi-dependent). Populasi lain
antibodi humoral, yang disebut meningkatkan antibodi
(blocking antibodi), sebenarnya mendukung hambatan
pertumbuhan tumor.
6. Respon Imun Terhadap Kanker
18
Dua mekanisme antibodi diketahui dapat
menghancurkan target kanker yaitu, Antibody dependent
cell mediated cytotoxicity (ADCC) dan Complement
Dependent Cytotoxicity. Pada ADCC, antibodi IgG
spesifik berikatan terhadap Tumor Associated Antigen
(TAA) dan sel efektor yang membawa reseptor untuk
bagian Fc dari molekul Ig. Antibodi bertindak sebagai
jembatan antara efektor dan target. Antibodi yang
terikat dapat merangsang pelepasan superoksida atau
peroksida dari sel efektor. Sel yang dapat bertindak
sebagai efektor di sini adalah limfosit null (sel K),
monosit, makrofag, lekosit PMN (polimorfonuklear) dan
fragmen trombosit. Ini akan mengalami lisis optimal
dalam 4 sampai 6 jam
Pada Complement Dependent Cytotoxicity, pengikatan
antibodi ke permukaan sel tumor menyebabkan rangkaian
peristiwa komplemen klasik dari C 1,4,2,3,5,6,7,8,9.
Komponen C akhir menciptakan saluran atau kebocoran
pada permukaan sel tumor. IgM lebih efisien dibanding
IgG dalam merangsang proses ini.
Pada pemeriksaan patologi-anatomik tumor, sering
ditemukan infiltrat sel-sel yang terdiri atas sel
fagosit mononuklear, limfosit, sedikit sel plasma dan
sel mastosit. Meskipun pada beberapa neoplasma,
infiltrasi sel mononuklear merupakan indikator untuk
prognosis yang baik, pada umumnya tidak ada hubungan
antara infiltrasi sel dengan prognosis. Sistem imun
19
yang nonspesifik dapat langsung menghancurkan sel tumor
tanpa sensitisasi sebelumnya. Efektor sistem imun
tersebut adalah sel Tc, fagosit mononuklear,
polinuklear, Sel NK. Aktivasi sel T melibatkan sel Th
dan Tc. Sel Th penting pada pengerahan dan aktivasi
makrofag dan sel NK.
Kontak langsung antara sel target dan limfosit T
menyebabkan interaksi antara reseptor spesifik pada
permukaan sel T dengan antigen membran sel target yang
mencetuskan induksi kerusakan membran yang bersifat
letal. Peningkatan kadar cyclic Adenosine Monophosphate
(cAMP) dalam sel T dapat menghambat sitotoksisitas dan
efek inhibisi Prostaglandin (PG) E1 dan E2 terhadap
sitotoksisitas mungkin diperantarai cAMP. Mekanisme
penghancuran sel tumor yang pasti masih belum diketahui
walaupun pengrusakan membran sel target dengan
hilangnya integritas osmotik merupakan peristiwa akhir.
Pelepasan Limfotoksin (LT), interaksi membran-membran
langsung dan aktifitas sel T diperkirakan merupakan
penyebab rusaknya membrane. Interleukin (IL),
interferon (IFN) dan sel T mengaktifkan pula sel NK.
Lisis sel target dapat terjadi tanpa paparan
pendahuluan dan target dapat dibunuh langsung. Kematian
sel tumor dapat sebagai akibat paparan terhadap toksin
yang terdapat dalam granula, produksi superoksida atau
aktivitas protease serine pada permukaan sel efektor.
20
Aktivitas NK dapat dirangsang secara in vitro dengan
pemberian IFN.
Penghambatan aktivasi sel NK terlihat pada
beberapa PG (PGE1, PGE2, PGA1 dan PGA2), phorbol ester,
glukokortikoid dan siklofosfamid. Sel NC (Natural
Cytotoxic) juga teridentifikasi menghancurkan sel
tumor. Berbeda dengan sel NK, sel NC kelihatannya
distimulasi oleh IL-3 dan relatif tahan terhadap
glukokortikoid dan siklofosfamid (Halim, B dan Sahil,
MF, 2001).
Selain itu, sitotoksisitas melalui makrofag
menyebabkan makrofag yang teraktivasi berikatan dengan
sel neoplastik lebih cepat dibanding dengan sel normal.
Pengikatan khusus makrofag yang teraktivasi ke membran
sel tumor adalah melalui struktur yang sensitif
terhadap tripsin. Pengikatan akan bertambah kuat dan
erat dalam 1 sampai 3 jam dan ikatan ini akan mematikan
sel. Sekali pengikatan terjadi, mekanisme
sitotoksisitas melalui makrofag berlanjut dengan
transfer enzim lisosim, superoksida, protease, faktor
sitotoksis yang resisten terhadap inhibitor protease
dan yang menyerupai LT. Sekali teraktivasi, makrofag
dapat menghasilkan PG yang dapat membatasi aktivasinya
sendiri. Makrofag yang teraktivasi dapat menekan
proliferasi limfosit, aktivitas NK dan produksi
mediator. Aktivasi supresi dapat berhubungan dengan
pelepasan PG atau produksi superoksida. Sebagai
21
tambahan, makrofag dapat merangsang dan juga menghambat
pertumbuhan sel tumor. Makrofag dapat pula berfungsi
sebagai efektor pada ADCC terhadap tumor. Indometasin
dapat menghambat efek perangsangan makrofag pada
pertumbuhan tumor ovarium yang diperkirakan
prostaglandin mungkin berperan sebagai mediatornya. Di
samping itu makrofag dapat menimbulkan efek negatif
berupa supresi yang disebut makrofag supresor. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh tumor itu sendiri atau
akibat pengobatan.
7. Kemoterapi Kanker
1. Golongan sitotoksik, termasuk pada golongan ini
adalah:
Senyawa pengalkilasi dan turunannya, yang dapat
membentuk ikatan kovalen dengan DNA sehinga
terjadi hambatan replikasi sel.
Nitrogen mustard :
- Siklofosfamid digunakan sebagai imuno
supresan. Dimana mempunyai efek samping
nausea dan vomiting, depresi sumsum tulang
belakang, dan cystitik hemoragik.
- Estramustin, merupakan kombinasi mustin
atau khlor metin dengan hormone estrogen,
dengan demikian memiliki aksi sitotoksik
22
dan aksi hormonal. Banyak digunakan untuk
terapi kanker prostat.
- Nitrosurea, sperti khloro etilnitrosurea
lomustine dan carmustine keduanya bersifat
larut dalam lipid, sehingga dimanfaatkan
untuk terapi tumor otak atau selaput otak
(meninges). Namun mempunyai efek samping
depresi sumsum tulang belakang.
Senyawa platinum:
- Cisplatin, bersifat larut air, terdapat 2
atom platinum sentral yang dikelilingi
dengan dua atom khlorun dan dua gugus
ammonia. Pada saat memasuki sel, Cl- akan
mengalami disosiasi, meninggalkan kompleks
reaktif dan berinteraksi dengan DNA
sehingga terjadi denaturasi DNA local.
Cisplatin bermanfaat untuk terapi tumor
pada testis dan ovarium.
- Carboplatin; Oxaliplatin
- Dacarbazine:
Dacrabazin merupakan produk yang mengalami
aktivasi di hepar menjadi metabolit aktif,
yang pada sel sasaran akan mengalami
pemecahan dan terjadi rilis senyawa
pengalkilasi. Efek samping yang dapat
terjadi adalah mielotoksik, nausea, dan
vomiting.
23
- Temozolimid
2. Golongan antimetabolit, yaitu memiliki aksi memblok
satu atau lebih alur metabolism, sehingga menyebabkan
gangguan pada sintesis DNA dan memicu terjadinya
apoptosis, yang berakibat pada kematian sel.
Antagonis Folat:
Methotrexat, sukar larut dalam lipid sehingga
sukar menembus sawar darah otak. Folat
mengalami proses ambilan secara aktif masuk
ke dalam sel yang selanjutnya diubah menjadi
poliglutamat. Folat mengalami reduksi menjadi
dihidrofolat (FH2) oleh enzim dihidrofolat
reduktase, selanjutnya menjadi
tetrahidrofolat (FH4), yang beraksi sebagai
koenzim pada perubahan 2’-deoxyuridylat
(DUMP) menjadi 2’-deoxytimidilat (DTMP), yang
selanjutnya diperlukan untuk sintesis DNA dan
purin. Selama proses perubahan DUMP menjadi
DTMP, maka FH4 diubah kembali menjadi FH2.
Methotrexat memiliki afinitas terhadap
dihidrofolat reduktase yang lebih besar
dibandingkan dengan FH2, sehingga terjadi
inhibisi enzim dan pengosongan FH4
intraseluler. Efek samping yang dapat terjadi
adalah depresi sumsum tulang belakang,
kerusakan epithel saluran cerna, Pnemonitis.
24
Analog Pirimidin :
- Fluorousil memiliki aksi gangguan terhadap
sintesis DMTP. Fluorousil mengalami
konversi menjadi fluorodeoksiuridin
monofosfat (FDUMP), yang selanjutnya akan
berinteraksi dengan thimidilat sintase,
dengan demikian akan mencegah pembentukan
DTMP. Selanjutnya terjadi inhibisi
sintesis DNA, namun sintesis RNA dan
protein tidak dihambat. Efek samping yang
dapat terjadi adalah kerusakan ephitel
saluran cerna, mielotoksik, gangguan
cerebellum.
- Raltitrexed menginhibisi thimidilat
sintase.
- Pemetrexed menghambat thimidilat
transferase.
- Capecitabin mengalami metabolism menjadi
fluorousil. Sedangkan Gemcitabine
merupakan analog cytarabin baru dengan
efek samping yang lebih kecil, seperti
sindrom mirip influenza dan mielotoksik
ringan. Obat ini sering dikombinasikan
dengan obat lain seperti cisplatin.
- Cytarabin memiliki aksi menghambat
inhibisi terhadap DNA polymerase.
Analog Purin:
25
- Fludarabin akan mengalami metabolisme
menjadi metabolit bentuk trifosfat yang
memiliki aksi menginhibisi sintesis DNA
dengan cara yang serupa dengan cytarabin.
Efek samping yang dapat terjadi adalah
mielosupresif.
- Pentostatin memiliki aksi menginhibisi
adenosine deaminase sehingga terjadi
hambatan transformasi adenosine menjadi
inosin. Dengan demikian metabolisme purin
akan terganggu dan berdampak pada
proliferasi sel.
- Cladribine, Mercaptopurin dan Tioguanin
digunakan dalam terapi leukemia.
3. Antibiotik Sitotoksik
Golongan anthrasiklin
Doxorubicin memiliki aksi dapat menginhibisi
DNA, memiliki efek pada enzim topoimerase II
atau DNA girase, sehingga terjadi peningkatan
proliferase sel dan hambatan pembentukan
rantai helix DNA. Efek samping yang dapat
terjadi adalah ekstravasasi ditempat injeksi,
terjadi kerontokan rambut, kerusakan kardiak
yang berdampak pada disritmia dan gagal
jantung.
26
Dactinomycin berpengaruh pada enzim RNA
polymerase sehingga terjadi gangguan pada
proses transkripsi. Selain itu juga memiliki
efek pada topoisomerase II. Kegunaannya untuk
terapi kanker pada anak-anak.
Bleomisin dapat berikatan dengan logam dan
membentuk senyawa khelat. Obat ini memiliki
aksi degradasi pada pembentukan DNA, sehingga
menyebabkan fragmentasi dan rilis basa bebas.
Dalam hal ini terjadi pembentukan khelat dan
ion ferro dan berinteraksi dengan oksigen,
sehingga terjadi oksidasi senyawa besi dan
pembentukan superoksidasi dan radikal
hidroksil. Efek samping yang dapat terjadi
adalah mielosupresif yang ringan, fibrosis
pulmonary yang serius, reaksi alergi
mukokutaneous yang terjadi pada telapak
tangan (the palms), dan terjadi
hiperpireksia.
Mytomicin dapat berikatan dengan gugus
guanine di nucleus sehingga terjadi degradasi
DNA dan pembentukan radikal bebas. Pemakaian
obat ini dapat menimbulkan mielosupresif,
kerusakan ginjal serta fibrosis jaringan
paru-paru.
Procarbazin memiliki metabolit dengan aksi
menginhibisi sintesis DNA dan RNA serta
27
terjadi gangguan pada interfase mitosis. Obat
ini digunakan untuk terapi penyakit Hodgkin.
Pada sistem saraf pusat menyebabkan efek
depresan. Procarbazin merupakan inhibitor
monoamine oksidase ringan yang dapat
menimbulkan efek hipertensi apabila diberikan
bersamaan dengan obat simpatomimetik lain.
Obat ini memiliki sifat leokaemogenik,
carsinogenik dan teratogenik.
Hydroxycarbazine adalah senyawa analog urea
yang memiliki aksi menginhibisi
ribonukleotida reduktase, sehingga terjadi
gangguan konversi ribonukleotida menjadi
deoksiribonukleotida. Kegunaan utamanya
adalah terapi leukemia, namun efek sampingnya
terhadap depresi sumsum tulang belakang juga
serius.
4. Senyawa dari Tanaman
Senyawa yang berasal dari tanaman memiliki aksi
terhadap fungsi mikrotubulus sehingga meningkatkan
pembentukan spindle miotik.
Alkaloid Vinka
o Vincristin
o Vinblastin
o Vinorelbin yang secara klinis digunakan untuk
terapi kanker payudara. Senayawa ini dapat
28
berikatan dengan tubulin sehingga terjadi
inhibisi polimerisasi mikrotubulus sehingga
terjadi hambatan pembelahan sel. Senyawa ini
pada dasarnya mempengaruhi proses mitosis,
aktivitas seluler yang berkaitan dengan
mikrotubulus, seperti proses fagositosis
leukosit dan khemotaksis serta sistem
transfer di akson neuron. Efek samping yang
dapat erjadi adalah vinkristin memiliki efek
samping yaitu mielosupresif yang ringan, efek
paresthesia atau perubahan sensotis, nyeri
abdomen dan sering mengalami kelemahan otot.
o Vinblastin menimbulkan neurotoksik ringan dan
leucopenia.
o Vindesine menyebabkan mielotoksik sedang dan
neurotoksik.
Golongan Taxan
o Pacitexal memiliki aksi pada mikrotubulus,
sehingga terjadi hambatan pada proses
polimerisasi. Obat ini digunakan pada terapi
kanker payudara. Efek samping yang dapat
terjadi adalah depresi sumsum tulang
belakang, retensi cairan dengan berakibat
udem pada kaki, hipersensitivitas yang
umumnya dapat diterapi dengan kortikosteroid
dan histamin.
29
o Docetaxel memiliki aksi yang sama dengan
Pacitexal yaitu hambatan pada proses
polimerisasi, selain digunakan untuk terapi
kanker payudara, kombinasinya dengan
carboplastin digunakan untuk pengobatan
pilihan pada kanker ovarium.
o Etoposida mempunyai mekanisme aksi yang
diperkirakan mempengaruhi enzim topoimerase
II, menginhibisi fungsi mikrotubulus dan
sistem transfer nukleotida.
5. Hormon
Hormon atau analognya yang memiliki efek hambatan
pada organ atau jaringan sasaran, maka dapat
digunakan untuk terapi tumor pada jaringan tersebut.
Hormon glukokortiroid seperti prednisolone dan
dexamethasone memiliki aksi hambatan pada proses
proliferase limfosit, sehingga dapat digunakan
pada kanker limfoima dan leukemia.
Hormon Estrogen seperti dietilstillbestrol dan
etinilestradiol sering digunakan pada terapi
paliatif pada tumor protat, dengan efe samping
ringan. Selain itu tumor prostat juga dapat
diterapi dengan analog gonadotropin-realising
hormone.
Hormon progesterone digunakan pada kanker
endometrium dan tumor ginja. Senyawa golongan
30
ini yang sering digunakan adalah megestrol,
norehisteron dan medroxyprogesteron.
Analog GRH (gonadotropin-realising hormone),
yang sering digunakan adalah gaserelin,
buserelin, leuprorelin, triptorelin, cyproteron.
Senyawa ini memiliki aksi inhibisi terhadap
rilis GRH. Manfaat klinis obat ini adalah kanke
payudara pada masa premenopause, kanker prostat,
dalam hal ni gangguan skresi testoteron pada
saat terapi, dapat diatasi dengan menggunakan
obat antiandrogen sepert cyproteron, analog
somatostatin seperti octreotida dan lanreotida
digunakan untuk menghilangkan gejala tumor
neuroendokrin, termasuk tumor hormon sekretin
pada saluran pencernaan seperti glukagonoma.
6. Antagonis Hormon
Antiestrogen
o Tamoxifen yang digunakan pada terapi kanker
payudara. Pada jaringan payudara tamoxifen
berkompetisi dngan estrogen endogen pada
reseptornya, dengan demikian terjadi inhibisi
proses transkripsi gen yang responsive
estrogen. Tamoxifen memiliki efek
kardioprotektif sebab berfungsi mencegah
oksidasi terhadap LDL sehingga tehindar dari
kerusakan oksidatif.
31
Top Related