UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA AMILASE
DENGAN EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI
(Tinospora crispa L.) Hook. f. & Thomson
SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fetiana Chrismaurin
NIM : 168114168
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA AMILASE
DENGAN EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI
(Tinospora crispa L.) Hook. f. & Thomson
SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fetiana Chrismaurin
NIM : 168114168
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“I may fall down and get hurt. But, I still run endlessly towards my dreams”
-Epilogue: Young Forever by 방탄소년단, 2016-
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus sebagai sumber kekuatan, harapan dan kebijaksanaan.
Bapak, Ibu dan Gamaliel yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
Almamater saya, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Uji
Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa Amilase dengan Ekstrak Etanol Batang
Brotowali (Tinospora crispa L.) Hook. f. & Thomson secara In Vitro” dengan baik
dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu pemenuhan syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
Keberhasilan penulis dalam menyusun naskah skripsi ini juga tidak terlepas
dari bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena hal tersebut penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma dan dosen pembimbing yang senantiasa memberikan
bantuan, arahan, saran dan pendampingan dengan sabar dari awal
penyusunan naskah proposal, penelitian hingga penyusunan naskah skripsi.
2. Bapak Maywan Hariono, Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang sudah
memberikan arahan dan saran yang sangat berguna dalam penyusunan
skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
3. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. selaku dosen penguji yang sudah
memberikan arahan dan saran yang sangat berguna dalam penyusunan
skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
4. Ibu Dina Christin Ayuning Putri, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang sudah memberikan bantuan dan pendampingan sejak awal
memasuki dunia perkuliahan di Fakultas Farmasi Sanata Dharma.
5. Pak Dwi Priyana dan Pak Sarwanto selaku sekretariat S1 Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang selalu membantu dan memberikan
informasi selama pelaksanaan perkuliahan dari awal hingga akhir.
6. Pak Wagiran, Pak Kayat dan Mas Bimo selaku laboran yang selalu
membantu dan memberikan kemudahan selama pelaksanaan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Bapak, Ibu dan Gamaliel yang selalu mendoakan, mendukung dan
menyemangati sepanjang jalan kehidupan penulis.
8. Teman-teman penelitian dalam kelompok ‘Alfa Amilase” yang selalu
membantu, mendukung, berbagi ilmu dan memberikan saran selama proses
penelitian.
9. Teman-teman tempat penulis berkeluh kesah dan berbagi cerita Monica
Tiara Dewi, Yasinta Tri Astuti, Stephanus Adven dan lainnya yang selalu
mendukung, menemani dan menyemangati penulis dari awal mengikuti
“TITRASI” hingga saat ini.
10. Tim “98 Liners” Natasya Safetyani, Saffana Iliyuna dan Yuana Dysa yang
selalu saling mendukung dan mendoakan dalam proses penyusunan skripsi.
11. Tim Expo FACTION #2 Tommy Aditya, Maria Yessica, Edward Subastian,
Agista Bangalino dan Eka Yuliana yang selalu memberikan kebahagiaan
dan dukungan selama perkuliahan.
12. 방탄소년단 yang selalu memberikan motivasi, inspirasi dan harapan lewat
lagu dan kata-kata lain selama penulis berada dalam “the most struggle
phase” dalam proses penyusunan skripsi.
13. Teman-teman angkatan 2016 yang saling mendukung selama perkuliahan.
14. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis dalam
menyusun naskah. Oleh karena itu, penulis ingin meminta maaf apabila terdapat
kesalahan baik dalam penulisan maupun pemilihan kata. Penulis berharap adanya
kritik serta saran yang membangun agar naskah ini menjadi lebih baik. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, terutama
dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang kefarmasian.
Yogyakarta, 17 Juli 2020
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................ vi
PRAKATA ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
ABSTRAK .................................................................................................. xiv
ABSTRACT ................................................................................................... xv
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ............................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 11
KESIMPULAN ............................................................................................ 26
SARAN ........................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 27
LAMPIRAN ................................................................................................. 32
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Identifikasi metabolit sekunder serbuk simplisia........................... 15
Tabel II. Identifikasi metabolit sekunder ekstrak batang brotowali............ 15
Tabel III. Identifikasi metabolit sekunder serbuk simplisia ....................... 17
Tabel IV. Identifikasi metabolit sekunder ekstrak batang brotowali .......... 18
Tabel V. Nilai persentase penghambatan acarbose ..................................... 20
Tabel VI. Nilai persentase penghambatan ekstrak etanol batang
brotowali ...................................................................................................... 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil elusi KLT di bawah lampu UV 254 nm (a) Hasil uji KLT serbuk
simplisia daun sambiloto (b) Hasil uji KLT ekstrak batang brotowali ........ 14
Gambar 2. Hasil elusi KLT di bawah lampu UV 366 nm (a) Hasil uji KLT serbuk
simplisia daun sambiloto (b) Hasil uji KLT ekstrak batang brotowali ........ 17
Gambar 3. Struktur Acarbose ..................................................................... 25
Gambar 4. (a) Struktur Borapetosida A; (b) Struktur Borapetosida C ....... 25
Gambar 5. Struktur Amilum ....................................................................... 25
Gambar 6. Serbuk Simplisia Batang Brotowali ......................................... 34
Gambar 7. Ekstrak Etanol Batang Brotowali ............................................. 34
Gambar 8. Penentuan Kadar Air................................................................. 35
Gambar 9. Perolehan Panjang Gelombang Maksimum ............................. 37
Gambar 10. Grafik Perolehan Panjang Gelombang Maksimum ................ 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Serbuk Simplisia Batang Brotowali (Tinospora
crispa L.) Hook. f. & Thomson ................................................................... 32
Lampiran 2. Certificate of Alpha Amylase Enzyme .................................... 33
Lampiran 3. Serbuk Simplisia Batang Brotowali dan Ekstrak Etanol Batang
Brotowali ...................................................................................................... 34
Lampiran 4. Penentuan Kadar Air Serbuk Simplisia Batang Brotowali .... 35
Lampiran 5. Perhitungan Uji Kadar Air Serbuk Simplisia ........................ 35
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Simplisia .......................................... 35
Lampiran 7. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Serbuk Simplisia Batang
Brotowali dan Ekstrak Batang Brotowali dengan Metode KLT .................. 36
Lampiran 8. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum .......................... 37
Lampiran 9. Penentuan Operating Time (OT) ........................................... 38
Lampiran 10. Perhitungan Larutan Buffer Phosphate pH 6,9 .................... 38
Lampiran 11. Data dan Perhitungan Nilai Absorbansi .............................. 38
Lampiran 12. Uji Shapiro Wilk Nilai Persentase Penghambatan Ekstrak Etanol
Batang Brotowali ......................................................................................... 40
Lampiran 13. Uji Levene Nilai Persentase Penghambatan Ekstrak Etanol Batang
Brotowali ...................................................................................................... 41
Lampiran 14. Uji ANOVA Satu Arah Nilai Persentase Penghambatan Ekstrak
Etanol Batang Brotowali .............................................................................. 41
Lampiran 15. Uji Post-Hoc Tukey Nilai Persentase Penghambatan Ekstrak Etanol
Batang Brotowali dalam Tiap Konsentrasi .................................................. 41
Lampiran 16. Uji Shapiro Wilk Nilai Persentase Penghambatan Acarbose42
Lampiran 17. Uji Levene Nilai Persentase Penghambatan Acarbose ........ 43
Lampiran 18. Uji ANOVA Satu Arah Nilai Persentase Penghambatan
Acarbose ....................................................................................................... 43
Lampiran 19. Uji Post-Hoc Tukey Nilai Persentase Penghambatan Acarbose dalam
Tiap Konsentrasi .......................................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Lampiran 20. Uji T Perbandingan Nilai IC50 Ekstrak Etanol Batang Brotowali dan
Acarbose ....................................................................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang
dikarakterisasi dengan kondisi hiperglikemia kronis yang muncul dari kerusakan
pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Komplikasi jangka panjang dari
diabetes melitus meliputi retinopati, nefropati, neuropati, mikroangiopati dan
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Salah satu cara untuk mengatasi
kondisi hiperglikemia pada individu dengan diabetes melitus adalah dengan
menggunakan bahan obat alternatif atau bahan alam. Salah satu tanaman yang
memiliki efek antihiperglikemia adalah brotowali (Tinospora crispa L.) Hook. f. &
Thomson. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari ekstrak etanol
batang brotowali dalam menghambat enzim alfa amilase secara in-vitro. Hasil
pengujian yang dilakukan diperoleh nilai persentase penghambatan berturut-turut
pada konsentrasi 4; 8; 15 dan 20 mg/ml sebesar 41.87%; 60.47%; 77.90% dan
87.16% dengan nilai r berturut-turut dari replikasi pertama hingga replikasi ketiga
sebesar 0.981; 0.990 dan 0.980. Sementara itu untuk nilai IC50 ekstrak etanol batang
brotowali yang diperoleh berturut-turut dari replikasi pertama hingga replikasi
ketiga sebesar 11.84; 11.83 dan 11.30 mg/ml dengan rata-rata nilai IC50 sebesar
11.66 mg/ml ± 0.31 dan nilai CV sebesar 2.66%. Berdasarkan analisis statistika
yang membandingkan nilai IC50 acarbose dengan ekstrak etanol batang brotowali
diperoleh nilai p<0.05 bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada aktivitas
penghambatan terhadap enzim alfa amilase antara acarbose dengan ekstrak etanol
batang brotowali.
Kata Kunci: Diabetes melitus, hiperglikemia, batang brotowali, ekstrak etanol,
enzim alfa amilase, borapetosida, spektrofotometer uv-vis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by the condition of a
chronic hyperglycemia resulting from a deficiency in insulin secretion, insulin
action or both. Long terms complications of diabetes mellitus include retinopathy,
nephropathy, neuropathy, microangiopathy and risk factor of cardiovascular
disease. One of the ways to overcome the condition of hyperglycemia in individuals
with diabetes mellitus is by using alternative medicine ingredients or natural
ingredients. One of the herbals that has an antihyperglycemic effect is brotowali
(Tinospora crispa L.) Hook. f. & Thomson. The aim of this study was to find out
whether the potential of ethanolic extract of brotowali stem is capable to inhibit
alpha amylase enzyme as in vitro. The result shows the inhibition percentage at the
concentration 4; 8; 15 and 20 mg/ml is 41.87%; 60.47%; 77.90% and 87.16%
consecutively with the r value from the first replication to the third replication
consecutively is 0.981; 0.990 and 0.980. Meanwhile, for the IC50 value of ethanolic
extract of brotowali stem, we obtained from the first replication to the third
replication consecutively is 11.84; 11.83 dan 11.30 mg/ml with the average of IC50
value is 11.66 mg/ml ± 0.31 and CV value is 2.66%. Based on statistical analysis
comparing the IC50 value of acarbose with ethanolic extract of brotowali stem, we
obtained that p<0.05 showed a significant difference in the inhibitory activity of the
alpha amylase enzyme in between acarbose and ethanolic extract of brotowali stem.
Keyword: diabetes mellitus, hyperglycemia, brotowali stem, ethanolic extract,
alpha amylase enzyme, borapetoside, spectrophotometer uv-vis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang dicirikan
dengan kondisi hiperglikemia kronis yang muncul dari kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Abnormalitas metabolik pada karbohidrat,
lemak, dan protein merupakan hasil dari pentingnya insulin sebagai hormon
anabolik (Kharroubi, 2015). Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi
jangka panjang yang meliputi retinopati, nefropati, neuropati, mikroangiopati dan
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (de Sales et al., 2012).
Salah satu cara untuk mengatasi kondisi hiperglikemia pada pasien diabetes
melitus khususnya diabetes melitus tipe dua adalah menurunkan kadar gula darah
post-prandial dengan mekanisme memperlambat absorbsi glukosa dengan
menghambat enzim yang menghidrolisis karbohidrat yaitu alfa glukosidase dan alfa
amilase yang bertanggung jawab terhadap pemecahan oligosakarida dan disakarida
menjadi monosakarida yang cocok untuk diabsorbsi (de Sales et al., 2012). Enzim
pankreatik alfa amilase berperan sebagai katalis pada reaksi hidrolisis dengan
memutus ikatan alfa-1,4 glikosidik yang berhubungan dengan pati, amilose,
glikogen dan beberapa maltodekstrin serta bertanggung jawab terhadap pencernaan
pati (Agarwal and Gupta, 2016; de Sales et al., 2012). Penghambatan dari kedua
enzim tersebut secara signifikan dapat menurunkan peningkatan kadar glukosa
darah post-prandial dengan mekanisme menunda pencernaan karbohidrat dan
memperpanjang waktu pencernaan karbohidrat sehingga menyebabkan reduksi
absorbsi glukosa. Lebih lanjut hal tersebut dapat digunakan sebagai salah satu
strategi penting dalam manajemen terapi pada pasien diabetes melitus tipe dua
(Tundis, Loizzo and Menichini, 2010; Elya et al., 2015).
Senyawa yang diketahui dan digunakan secara luas untuk terapi
antihiperglikemia pada pasien diabetes melitus tipe dua adalah acarbose. Acarbose
dikenal sebagai agen antidiabetik oral noninsulintropik dan merupakan inhibitor
enzim alfa amilase dan alfa glukosidase yang memiliki mekanisme mereduksi dan
memperlambat absorpsi glukosa pada intestinal (Rosak and Mertes, 2012; Oboh et
al., 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Brotowali (Tinospora crispa L.) Hook. f. & Thomson merupakan tanaman
herbal yang sering dijumpai di Indonesia. Banyak yang meggunakan akar, batang
dan daun untuk dibuat jamu yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Brotowali diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid,
terpenoid, alkaloid, lignan, nukleosida, dan sterol (Ahmad, Jantan and Bukhari,
2016). Lebih lanjut pada skrining fitokimia yang dilakukan oleh Elya et al., (2015)
menurut prosedur Materia Medika Indonesia dan Harborne (MoH., 1995; Harborne,
1987) ekstrak etanol batang brotowali mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida
dan terpenoid. Sejumlah terpenoid diklasifikasikan sebagai triterpenoid dan
diterpenoid (Ahmad, Jantan and Bukhari, 2016).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lam et al., (2012) telah diisolasi tiga
diterpenoid yang baru yaitu 2-O-lactoylborapetoside B, 6’-O-lactoylborapetoside
dan tinocrispol A bersamaan dengan sembilan diterpenoid yang sudah diketahui
dan diidentifikasi sebagai borapetosida A-F, borapetol A dan B dan columbin dari
ekstrak etanol tanaman brotowali. Diterpenoid dan glikosida merupakan terpenoid
utama dalam tanaman brotowali dan yang paling umum adalah clerodane-type
furanoditerpenoids (Koay and Amir, 2013). Clerodane-type furanoditerpenoids
terdiri atas borapetosida A, B dan C (Ruan et al., 2013).
Lebih lanjut dikemukakan bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh
Lam et al., (2012) ekstrak etanol batang brotowali yang dibuat dengan metode
pengadukan dan dilanjutkan dengan sentrifugasi diketahui mengandung senyawa
borapetosida A dan C dapat menurunkan kadar plasma glukosa pada tikus keadaan
normal dan pada tikus yang diinduksi streptozocin dengan diabetes melitus tipe satu
di bawah pemeriksaan aktivitas antihiperglikemia secara in vivo. Senyawa
borapetosida C dikatakan mampu menstimulasi sekresi insulin pada tikus normal
dan tikus dengan diabetes melitus tipe 2. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan
oleh Ruan et al., (2013) yang menunjukkan bahwa borapetosida C dan senyawa
analognya merupakan inhibitor enzim dengan efek antihiperglikemia. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Lokman et al., (2013) ketika sel-sel pulau
Langerhans pankreas dari tikus Wistar and Goto-Kakizaki diisolasi dengan diberi
borapetol B yang diisolasi dari ekstrak heksan batang brotowali yang dibuat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
metode sonifikasi menyatakan bahwa terjadi peningkatan sekresi insulin dari sel-
sel pulau Langerhans. Hal tersebut terjadi tanpa menyebabkan kebocoran insulin
dari rusaknya sel beta pulau Langerhans.
Terkait dengan adanya kandungan senyawa diterpenoid khususnya
borapetosida A dan C pada batang brotowali yang mampu menurunkan kadar
glukosa darah, maka diharapkan dengan adanya sediaan ekstrak etanol batang
brotowali dapat digunakan sebagai terapi antihiperglikemia. Berdasarkan hal
tersebut peneliti ingin mengetahui pengaruh efek antihiperglikemia dengan uji
aktivitas penghambatan enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol batang brotowali
yang dilakukan secara in vitro.
Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi dengan
pelarut etanol 70%. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2008) pembuatan
ekstrak dari serbuk simplisia kering dibuat dengan menggunakan metode maserasi
dengan pelarut yang sesuai. Alasan digunakan metode maserasi dalam proses
ekstraksi adalah karena borapetosida A dan C yang termasuk dalam golongan
terpenoid memiliki karakteristik tidak tahan panas atau thermolabile. Pemilihan
pelarut yang digunakan yaitu etanol 70% karena terpenoid larut dalam pelarut
organik dan biasanya sukar larut dalam air (Yadav, Yadav and Goyal, 2014).
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, timbangan
analitik (Mettler Toledo®), rotary evaporator (BUCHI®), seperangkat alat
penyulingan untuk penetapan kadar air (MTOPS®), alat-alat gelas (gelas beaker,
gelas ukur, tabung reaksi, batang pengaduk, erlenmeyer, labu tentukur, pipet
volume, pipet ukur, pipet tetes, corong, kaca arloji), cawan porselen, sendok,
penangas air, hot plate, vortex, lemari asam, corong buchner, shaker (Innova®
2100), kertas saring Whatman nomor satu, mikropipet (SOCOREX), yellow tips,
white tips, spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu), kuvet, pompa vakum (GAST®),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
plat silika gel untuk kromatografi lapis tipis (KLT) GF254, bejana, lampu UV
(CAGMA®), glass firn, mortir dan stamper.
Bahan-bahan yang digunakan meliputi serbuk batang brotowali yang
diperoleh dari PT. HRL Internasional di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, enzim alfa
amilase (SIGMA Aldrich), reagen iodin, dimetil sulfoksida (E. Merck), tablet
acarbose, etanol 70%, potato starch, HCL 1M, aquabidest, toluena pro-analisis (E.
Merck), baku kuersetin, kloroform pro-analisis (E. Merck), metanol pro-analisis (E.
Merck).
Tata Cara Penelitian
Pengumpulan Bahan Uji dan Identifikasi Serbuk Simplisia Batang Brotowali
Bahan uji berupa serbuk simplisia diperoleh dari PT. HRL Internasional di
Kabupaten Gresik, Jawa Timur dan dilakukan identifikasi di Departemen Biologi
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penetapan Kadar Air pada Serbuk Simplisia Batang Brotowali
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode distilasi toluena. Dimasukkan
10 gram simplisia kering batang brotowali dan 200 ml toluena jenuh air yang sudah
dibuat tadi ke dalam labu. Toluena jenuh air dimasukkan ke tabung penerima
melalui pendingin sampai batas leher alat penampung dan dipanaskan selama 15
menit. Setelah toluena mulai mendidih, penyulingan diatur dengan kecepatan lebih
kurang dua tetes per detik hingga sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan
penyulingan dinaikkan hingga empat tetes tiap detik selama lima menit. Setelah
selesai, tabung penerima didinginkan hingga suhu ruang dan kemudian volume air
dibaca setelah air dan toluena terpisah (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan RI, 2013). Kadar air dihitung dengan rumus:
% Kadar air = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 (𝑚𝑙)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑔) x 100%
(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2013)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pembuatan Ekstrak Etanol Batang Brotowali
Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan cara ditimbang secara
saksama lebih kurang 10 gram serbuk simplisia kering dan dilarutkan ke dalam 100
ml etanol 70%, ditutup terlindung dari cahaya matahari, lalu dibiarkan selama 24
jam sambil diaduk menggunakan shaker pada suhu ruang dan kecepatan
pengadukan 200 rpm. Hasil maserat disaring menggunakan corong buchner yang
dilapisi kertas saring whatman nomor satu sambil dilakukan vakum. Residu hasil
penyarian dimaserasi kembali dengan pelarut yang baru selama 24 jam. Proses
maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil filtrat diuapkan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 60̊ C untuk menguapkan pelarut yang terdapat dalam ekstrak
dan dipekatkan di atas penangas air hingga ekstrak benar-benar pekat untuk
menghilangkan pelarut yang masih tersisa di dalam ekstrak (Atmajani et al., 2018;
Harwoko and Choironi, 2016; Mun’im et al., 2013; Parimelazhagan, 2016). Hasil
ekstrak kemudian dihitung nilai rendemennya dengan rumus:
% Rendemen = (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
(Rezki, Anggoro and MZ, 2015)
Uji Kandungan Metabolit Sekunder dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT)
Dilakukan uji kandungan terpenoid pada serbuk simplisia dan ekstrak etanol
batang brotowali. Untuk serbuk simplisia dengan membuat larutan uji dengan cara
timbang saksama lebih kurang 1 gram sebuk simplisia rendam sambil diaduk di atas
penangas air dengan 10 ml pelarut metanol P selama 10 menit. Masukkan filtrat ke
dalam labu tentukur 10 ml tambahkan pelarut hingga batas tanda. Sementara itu
untuk ekstrak dilakukan dengan cara timbang saksama lebih kurang 20 mg ekstrak,
dilarutkan dengan 5 ml metanol P dan diaduk di atas penangas air selama 10 menit.
Masukkan filtrat ke dalam labu tentukur 5 ml tambahkan pelarut hingga batas tanda.
Dibuat larutan pembanding yaitu kuersetin 1% dengan cara timbang saksama lebih
kurang 0,05 mg senyawa pembanding kuersetin kemudian dilarutkan dalam 5 ml
metanol P. Lempeng silika yang akan digunakan dilakukan aktivasi terlebih dahulu
dengan memanaskan lempeng silika dalam oven pada suhu 100̊C selama 5-10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
untuk mengurangi kadar air dalam lempeng. Totolkan larutan uji dan larutan
pembanding pada plat KLT menggunakan pipa kapiler dengan jarak 1,5 – 2 cm dari
tepi bawah lempeng dan biarkan mengering. Keluarkan plat KLT dan keringkan di
udara. Amati bercak dengan sinar tampak UV gelombang pendek (254 nm) dan UV
gelombang panjang (366 nm). Ukur dan catat jarak tiap bercak dari titik penotolan
serta catat panjang gelombang untuk tiap bercak diamati (Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2013). Harga Rf (faktor retensi) dapat
ditentukan dengan rumus:
Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
(Kumar, Jyotirmayee and Sarangi, 2013)
Uji Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa Amilase
Uji aktivitas penghambatan enzim alfa amilase dilakukan berdasar pada
penelitian Hamid et al., 2015; Ononamadu et al., 2020; dan Pramitasari, Pujiyanto
and Suprihadi, 2017 dengan dilakukan modifikasi.
Pembuatan Larutan Uji
Pembuatan larutan uji meliputi pembuatan larutan soluble starch (0,5%)
dengan cara melarutkan 0,25 gram amilum ke dalam 50 ml aquabidest. Dibuat
larutan DMSO 1% dengan cara melarutkan 1 ml DMSO dalam 100 ml aquabidest.
Dibuat larutan seri konsentrasi ekstrak etanol batang brotowali dengan konsentrasi
4; 8; 15 dan 20 mg/ml. Sebanyak 200 mg ekstrak etanol batang brotowali dilarutkan
dengan DMSO 1% dalam labu tentukur 10 ml dan ditambahkan DMSO 1% hingga
batas tanda sehingga diperoleh konsentrasi 20 mg/ml (labu 1). Diambil sebanyak
7,5 ml dari labu 1 dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml dan ditambah DMSO 1%
hingga batas tanda sehingga diperoleh konsentrasi 15 mg/ml (labu 2). Diambil
sebanyak 5.34 ml dari labu 2 dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml dan ditambah
DMSO 1% hingga batas tanda sehingga diperoleh konsentrasi 8 mg/ml (labu 3).
Diambil sebanyak 5 ml dari labu 3 dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml dan
ditambahkan DMSO 1% hingga batas tanda sehingga diperoleh 4 mg/ml (labu 4).
Dibuat larutan buffer phosphate pH 6,9 dengan melarutkan 3280 mg natrium fosfat
(Na3PO4) dengan aquabidest dan 391,95 mg natrium klorida (NaCl) dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
aquabidest dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan aquabidest
hingga batas tanda. Dibuat larutan enzim alfa amilase dengan cara diambil
sebanyak 0,15 ml dan ditambahkan dalam 100 ml larutan buffer phosphate pH 6,9.
Dibuat larutan seri konsentrasi acarbose sebagai kontrol positif dengan konsentrasi
4; 8; 15 dan 20 mg/ml. Sebanyak empat tablet acarbose dengan kandungan 50 mg
per tablet digerus dilarutkan dengan aquabidest dalam labu tentukur 10 ml dan
ditambahkan aquabidest hingga batas tanda sehingga diperoleh konsentrasi 20
mg/ml (labu 1). Diambil sebanyak 7,5 ml dari labu 1 dimasukkan dalam labu
tentukur 10 ml dan ditambah aquabidest hingga batas tanda sehingga diperoleh
konsentrasi 15 mg/ml (labu 2). Diambil sebanyak 5.34 ml dari labu 2 dimasukkan
dalam labu tentukur 10 ml dan ditambah aquabidest hingga batas tanda sehingga
diperoleh konsentrasi 8 mg/ml (labu 3). Diambil sebanyak 5 ml dari labu 3
dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml dan ditambahkan aquabidest hingga batas
tanda sehingga diperoleh 4 mg/ml (labu 4).
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan sebelum dilakukan uji
aktivitas penghambatan enzim alfa amilase. Diambil larutan potato starch 0,5%
sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml ekstrak
etanol batang brotowali konsentrasi terkecil yang dipakai dalam uji aktivitas
penghambatan enzim alfa amilase yaitu 4 mg/ml. Kemudian ditambahkan 1 ml
enzim alfa amilase dalam buffer phosphate pH 6,9, 1 ml buffer phosphate pH 6,9
dan 1 ml DMSO 1%. Larutan dikocok menggunakan vortex hingga homogen
kemudian diinkubasi selama 10 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan HCl
1M sebanyak 1 ml dan reagen iodin sebanyak 0,01 ml kemudian dikocok
menggunakan vortex lagi hingga homogen. Serapan diukur dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang gelombang 400-800 nm.
Penentuan Operating Time (OT)
Penentuan operating time (OT) dilakukan sebelum dilakukan uji aktivitas
penghambatan enzim alfa amilase. Diambil larutan potato starch 0,5% sebanyak 1
ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml ekstrak etanol batang
brotowali konsentrasi terkecil yang dipakai dalam uji aktivitas penghambatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
enzim alfa amilase yaitu 4 mg/ml. Kemudian ditambahkan 1 ml enzim alfa amilase
dalam buffer phosphate pH 6,9, 1 ml buffer phosphate pH 6,9 dan 1 ml DMSO 1%.
Larutan dikocok menggunakan vortex hingga homogen kemudian diinkubasi
selama 5; 10; 15 dan 30 menit untuk menentukan waktu optimum enzim tersebut
dapat bereaksi. Reaksi dihentikan dengan penambahan HCl 1M sebanyak 1 ml dan
reagen iodin sebanyak 0,01 ml kemudian dikocok menggunakan vortex lagi hingga
homogen. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang yang sudah diperoleh sebelumnya.
Pengujian Efek Penghambatan Larutan Blanko Acarbose dan Kontrol Blanko
Acarbose
Pengukuran efek penghambatan larutan blanko acarbose dilakukan dengan
cara diambil larutan potato starch 0,5% sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 1 ml aquabidest kemudian ditambahkan 1 ml enzim
alfa amilase dalam buffer phosphate pH 6,9 dan 2 ml buffer phosphate pH 6,9.
Larutan dikocok menggunakan vortex hingga homogen dan diinkubasi selama 5
menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan HCl 1M sebanyak 1 ml dan reagen
iodin sebanyak 0,01 ml kemudian dikocok menggunakan vortex lagi hingga
homogen. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 536 nm. Sementara itu pengukuran efek penghambatan larutan
kontrol blanko acarbose memiliki langkah yang sama hanya saja tidak
menggunakan enzim alfa amilase dan menggunakan buffer phosphate pH 6,9
sebanyak 3 ml.
Pengujian Efek Penghambatan Larutan Acarbose dan Kontrol Acarbose
Pengukuran efek penghambatan larutan blanko acarbose dilakukan dengan
cara diambil larutan potato starch 0,5% sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan acarbose dalam masing-masing tabung
reaksi dengan konsentrasi 4; 8; 15 dan 20 ml dan 1 ml aquabidest kemudian
ditambahkan 1 ml enzim alfa amilase dalam buffer phosphate pH 6,9 dan 2 ml
buffer phosphate pH 6,9. Larutan dikocok menggunakan vortex hingga homogen
dan diinkubasi selama 5 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan HCl 1M
sebanyak 1 ml dan reagen iodin sebanyak 0,01 ml kemudian dikocok menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
vortex lagi hingga homogen. Serapan diukur dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 536 nm. Sementara itu
pengukuran efek penghambatan larutan kontrol acarbose memiliki langkah yang
sama hanya saja tidak menggunakan enzim alfa amilase dan menggunakan buffer
phosphate pH 6,9 sebanyak 3 ml. Pembuatan larutan acarbose dan kontrol acarbose
dilakukan sebanyak tiga kali replikasi.
Pengujian Efek Penghambatan Larutan Blanko Sampel dan Kontrol Blanko Sampel
Pengukuran efek penghambatan larutan blanko sampel dilakukan dengan cara
diambil larutan potato starch 0,5% sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan 1 ml DMSO 1% kemudian ditambahkan 1 ml enzim alfa
amilase dalam buffer phosphate pH 6,9 dan 2 ml buffer phosphate pH 6,9. Larutan
dikocok menggunakan vortex hingga homogen dan diinkubasi selama 5 menit.
Reaksi dihentikan dengan penambahan HCl 1M sebanyak 1 ml dan reagen iodin
sebanyak 0,01 ml kemudian dikocok menggunakan vortex lagi hingga homogen.
Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 536 nm. Sementara itu pengukuran efek penghambatan larutan kontrol
blanko sampel memiliki langkah yang sama hanya saja tidak menggunakan enzim
alfa amilase dan menggunakan buffer phosphate pH 6,9 sebanyak 3 ml.
Pengujian Efek Penghambatan Larutan Sampel dan Kontrol Sampel
Pengukuran efek penghambatan larutan blanko sampel dilakukan dengan cara
diambil larutan potato starch 0,5% sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan 1 ml larutan acarbose dalam masing-masing tabung reaksi
dengan konsentrasi 4; 8; 15 dan 20 ml dan ditambahkan 1 ml DMSO 1% kemudian
ditambahkan 1 ml enzim alfa amilase dalam buffer phosphate pH 6,9 dan 2 ml
buffer phosphate pH 6,9. Larutan dikocok menggunakan vortex hingga homogen
dan diinkubasi selama 5 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan HCl 1M
sebanyak 1 ml dan reagen iodin sebanyak 0,01 ml kemudian dikocok menggunakan
vortex lagi hingga homogen. Serapan diukur dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 536 nm. Sementara itu
pengukuran efek penghambatan larutan kontrol blanko sampel memiliki langkah
yang sama hanya saja tidak menggunakan enzim alfa amilase dan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
buffer phosphate pH 6,9 sebanyak 3 ml. Pembuatan larutan acarbose dan kontrol
acarbose dilakukan sebanyak tiga kali replikasi.
Perhitungan Nilai Persentase Penghambatan dan Nilai IC50
Hasil absorbansi seluruh larutan uji yang sudah diukur dihitung dengan
mengggunakan rumus:
% Penghambatan = (𝐴1−𝐴2)
𝐴1 x 100%
Keterangan:
A1 : Absorbansi blanko(B*) – absorbansi kontrol dari blanko(KB**)
A2 : Absorbansi sampel(S) – absorbansi kontrol dari sampel(KS***)
B* : Blanko berisi potato starch, DMSO 1%, enzim alfa amilase, buffer
phosphate, HCl 1M dan reagen iodin
KB** : Kontrol dari blanko berisi potato starch, DMSO 1%, buffer phosphate,
HCl 1M dan reagen iodin
S : Sampel berisi potato starch, ekstrak, DMSO 1%, enzim alfa amilase, buffer
phosphate, HCl 1M dan reagen iodin
KS*** : Kontrol dari sampel berisi potato starch, ekstrak, DMSO 1%, buffer
phosphate, HCl 1M dan reagen iodin
(Elya et al., 2015)
Sementara itu perhitungan nilai IC50 dilakukan dengan menggunakan
regresi linear dengan ketentuan konsentrasi sampel ekstrak batang brotowali pada
sumbu x dan persen penghambatan yang diperoleh pada sumbu y. Dengan
menggunakan persamaan y = a+bx maka nilai IC50 dapat dihitungan menggunakan
rumus:
IC50 = 50−𝑎
𝑏
(Elya et al., 2015)
Analisis Statistik
Pengukuran efek antihiperglikemia ekstrak etanol batang brotowali
dilakukan sebanyak tiga kali replikasi dan dihitung rerata dan standar deviasi (SD).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Data yang diperoleh yaitu persentase penghambatan enzim alfa amilase oleh
ekstrak etanol batang brotowali.
Analisis data pengukuran efek antihiperglikemia ekstrak etanol batang
brotowali diukur secara statistik yang diawali dengan menguji distribusi normalitas
dengan uji Shapiro-Wilk dan menguji homogenitas dengan uji Levene. Apabila
didapatkan data terdistribusi normal (nilai P >0,05), maka dilanjutkan dengan uji
ANOVA satu arah, dan apabila ditemukan perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji
Post-Hoc Tukey pada taraf kepercayaan 95%; namun apabila didapatkan data
terdistribusi tidak normal (nilai P <0,05), maka dilanjutkan dengan uji Kurskal-
Wallis, dan apabila ditemukan perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji Mann-
Whitney dengan taraf kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol batang
brotowali yang dibuat dengan metode maserasi dalam menghambat enzim alfa
amilase secara in vitro. Hasil dari penelitian ini dilihat dari nilai persentase
penghambatan dan nilai IC50. Senyawa yang dituju dalam penelitian ini adalah
borapetosida A dan C yang termasuk dalam golongan terpenoid. Senyawa tersebut
diduga dapat menghambat enzim alfa amilase sehingga tidak terjadi hidrolisis pati.
Penelitian ini menggunakan batang brotowali yang diperoleh sudah dalam
bentuk serbuk simplisia dari PT. HRL Internasional yang terletak di Kabupaten
Gresik, Jawa Timur. Serbuk simplisia yang digunakan telah diidentifikasi dan
dilakukan determinasi di Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor referensi No.
32.16.12/UN1/FFA/BF/PT/2019 (Lampiran 1). Hasil identifikasi menunjukkan
bahwa serbuk simplisia yang digunakan berasal dari batang brotowali dengan nama
latin (Tinospora crispa L.) Hook. f. & Thomson.
Dilakukan penetapan kadar air pada serbuk simplisia dengan metode
distilasi toluena dan diperoleh hasil 8.99% (Lampiran 4 dan 5). Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014), tentang persyaratan obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tradisional mengatakan bahwa kadar air pada serbuk simplisia tidak boleh lebih dari
10% maka dalam hal ini kadar air pada serbuk simplisia batang brotowali telah
sesuai dengan persyaratan yang ada. Penetapan kadar air bertujuan untuk memberi
batasan minimal besarnya kandungan air dalam bahan uji yaitu serbuk simplisia.
Semakin tinggi kadar air maka bahan uji akan semakin mudah untuk ditumbuhi
jamur dan kapang sehingga dapat menurunkan aktivitas biologi simplisia dalam
masa penyimpanan (Salim et al., 2017).
Pembuatan ekstrak etanol dilakukan dengan metode maserasi yaitu metode
yang dilakukan dengan merendam bahan tanaman baik dalam bentuk simplisia
kasar atau serbuk simplisia pada suatu wadah tertutup dengan pelarut didalamnya.
Dibiarkan pada suhu kamar selama suatu periode tertentu sambil terus dikocok.
Proses tersebut bertujuan untuk melunakkan dan menghancurkan dinding sel
tanaman agar dapat melepas zat fitokimia yang dapat terlarut (Nn, 2015). Prinsip
metode maserasi adalah cairan penyari akan menembus dinding sel maka zat aktif
akan terlarut karena ada perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dan di luar sel, sehingga larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak ke luar sel
(Salamah, M.Sc, Apt., Rozak and Al Abror, 2017). Maserasi dilakukan selama 24
jam karena semakin lama waktu maserasi maka kuantitas bahan yang terekstrak
juga akan semakin meningkat karena waktu kontak antara bahan dengan pelarut
makin lama sehingga hasil akan bertambah sampai titik jenuh larutan (Pujiyanto
dkk., 2019).
Penelitian ini melakukan tiga kali proses maserasi dengan pelarut dan
jumlah pelarut yang sama agar penyarian senyawa yang dituju yaitu borapetosida
A dan C dapat memberikan hasil yang optimal. Maserat yang diperoleh kemudian
diuapkan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 60̊C setelah itu
dipekatkan lagi di atas penangas air pada suhu 60̊C. Pembuatan ekstrak etanol
batang brotowali dilakukan sebanyak tiga kali replikasi. Dihitung bobot tetap
ekstrak yang diperoleh. Bobot tetap diperoleh apabila dalam dua kali penimbangan
secara berturut-turut setelah dipijarkan selama satu jam tidak lebih dari 0.25% atau
perbedaan dalam penimbangan tidak lebih dari 0.5 mg (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2008). Setelah diperoleh bobot tetap lalu dilanjutkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menghitung rendemen ekstrak. Rendemen ekstrak adalah perbandingan antara
ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal. Rendemen menggunakan satuan
persen (%), semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai
ekstrak yang dihasilkan semakin banyak (Wijaya, Novitasari and Jubaidah, 2018).
Pada replikasi pertama diperoleh bobot ekstrak sebanyak 1.4352 g dari 10.0013 g
serbuk simplisia sehingga diperoleh rendemen ekstrak sebesar 14.35%. Pada
replikasi kedua diperoleh bobot ekstrak sebanyak 2.9281 g dari 10.0005 g serbuk
simplisia sehingga diperoleh rendemen ekstrak sebesar 29.28%. Pada replikasi
ketiga diperoleh bobot ekstrak sebanyak 2.3419 g dari 10.0080 g serbuk simplisia
sehingga diperoleh rendemen ekstrak sebesar 23.40% (Lampiran 6).
Pada skrining fitokimia yang dilakukan oleh Elya et al., (2015) ekstrak
etanol batang brotowali mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida dan terpenoid.
Senyawa metabolit sekunder yang diduga memiliki efek antihiperglikemia pada
brotowali adalah borapetosida A dan C yang termasuk dalam golongan terpenoid.
Pada penelitian ini juga dilakukan uji yang bertujuan untuk mengetahui kandungan
metabolit sekunder dalam serbuk simplisia dan ekstrak etanol batang brotowali
dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Uji tersebut dilakukan
membandingkan nilai Rf larutan uji dengan senyawa baku standar. Metode KLT
merupakan metode yang relatif mudah dilakukan, pemisahan senyawa berlangsung
cepat, banyak digunakan serta dapat memisahkan sampel uji dalam jumlah kecil.
Bejana yang digunakan terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase gerak yaitu
kloroform-P dan metanol-P dengan perbandingan volume 9:1. Bejana yang sudah
jenuh ditandai dengan kertas saring yang terbasahi oleh fase gerak. Penjenuhan
bejana bertujuan agar elusi dapat berjalan dengan baik sementara itu penggunaan
kertas saring bertujuan agar penjenuhan uap oleh fase gerak merata dalam bejana.
Selama proses elusi, bejana harus ditutup dengan rapat agar proses pemisahan
senyawa dalam ekstrak berjalan dengan baik (Gandjar dan Rohman, 2007).
Fase diam yang digunakan adalah plat silika gel GF254. Plat silika dipotong
menjadi berukuran 5 cm x 15 cm. Pada plat diberi jarak 2 cm dari tepi bawah, 3 cm
dari tepi atas dan masing-masing 1,5 cm dari tepi kanan dan kiri serta jarak antar
totolan sebesar 1 cm. Dari penandaan plat silika tersebut diperoleh jarak elusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
sebesar 10 cm. Sebelum dilakukan penotolan plat silika harus diaktivasi terlebih
dahulu. Aktivasi plat silika bertujuan untuk menghilangkan kelembaban air
atmosfer yang teradsorbsi dalam plat silika. Aktivasi plat silika dapat dilakukan
dalam oven pada suhu 120̊C selama kurang lebih 30 menit (Wulandari, 2011).
Ketika plat silika sudah dimasukkan ke dalam bejana yang berisi fase gerak
dan sudah terjenuhkan, fase gerak akan naik secara perlahan. Dalam proses naiknya
fase gerak, komponen-komponen berbeda dari campuran berjalan pada tingkat yang
berbeda sesuai kepolarannya. Setelah fase gerak mencapai batas atas, plat KLT
diangkat dan dibiarkan kering di luar. Hal ini bertujuan untuk menguapkan sisa
pelarut yang masih terdapat pada plat silika untuk menjamin penguapan telah
sempurna dan agar noda jelas terlihat (Samosir, Bialangi and Iyabu, 2018). Hasil
elusi yang diperoleh dilihat di bawah sinar lampu ultraviolet (UV). Deteksi
dilakukan pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Pada metode KLT
identifikasi awal suatu senyawa didasarkan pada perbandingan nilai Rf larutan uji
dibandingkan dengan nilai Rf standar. Nilai Rf diperoleh dari jarak migrasi analit
dibagi dengan jarak migrasi eluen (Wulandari, 2011).
(a) (b)
Gambar 1. Hasil elusi KLT di bawah lampu UV 254 nm (a) Hasil uji KLT serbuk
simplisia batang brotowali (b) Hasil uji KLT ekstrak batang brotowali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Keterangan:
(a): A= Baku kuersetin; B = Serbuk simplisia batang brotowali (replikasi I); C =
Serbuk simplisia batang brotowali (replikasi II)
(b): A= Baku kuersetin; B = Ekstrak air batang brotowali; C = Ekstrak etanol
batang brotowali
Tabel I. Identifikasi metabolit sekunder serbuk simplisia
Sampel Nilai Rf Warna Bercak Selisih Rf
Kuersetin (baku
pembanding) 0.57 Kuning -
Sampel serbuk
I 0.62
Kuning-
kecoklatan 0.05
Sampel serbuk
II 0.65
Kuning-
kecoklatan 0.08
Tabel II. Identifikasi metabolit sekunder ekstrak batang brotowali
Sampel Nilai Rf Warna Bercak Selisih Rf
Kuersetin (baku
pembanding) 0.22 Kuning -
Ekstrak air
batang
brotowali
0.18 Kuning-
kecoklatan 0.04
Ekstrak etanol
batang
brotowali
0.16 Kuning-
kecoklatan 0.06
Hasil pengujian flavonoid yang diperoleh menggunakan metode KLT
dengan pembanding kuersetin dan dideteksi dengan lampu UV 254 nm (Gambar
1). Kuersetin termasuk dalam kelas flavonol yang tidak dapat diproduksi dalam
tubuh manusia. Berwarna kuning dan sukar larut dalam air panas, agak mudah larut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dalam alkohol dan lipid dan tidak larut dalam air dingin (Anand David, Arulmoli
and Parasuraman, 2016). Volume penotolan untuk baku kuersetin sebesar 5 µL dan
untuk sampel masing-masing 10 µL. Pada pengujian kandungan metabolit sekunder
serbuk simplisia batang brotowali yang dilihat di bawah lampu UV 254 nm dengan
senyawa pembanding kuersetin diperoleh nilai Rf 0.57 untuk baku pembanding
kuersetin, 0.62 untuk nilai Rf serbuk simplisia batang brotowali replikasi pertama
dan 0.65 untuk replikasi kedua (Tabel I). Menurut Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Republik Indonesia (2013) tentang deteksi
metabolit sekunder pada serbuk simplisia batang brotowali nilai Rf baku
pembanding kuersetin adalah 0.72. Selisih nilai Rf berturut-turut pada sampel
serbuk simplisia replikasi pertama dan kedua adalah 0.05 dan 0.08. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa warna bercak antara sampel dan baku sama. Nilai Rf antara
sampel dan baku saling mendekati dengan selisih ≤0.2 (Samosir, Bialangi and
Iyabu, 2018). Pada pengujian kandungan metabolit sekunder pada ekstrak etanol
batang brotowali diperoleh nilai Rf 0.22 untuk baku pembanding kuersetin dan 0.16
untuk nilai Rf ekstrak etanol batang brotowali. Selisih nilai Rf berturut-turut pada
sampel ekstrak air dan ekstrak etanol batang brotowali adalah 0.04 dan 0.06. Nilai
Rf antara sampel dan baku saling mendekati dengan selisih ≤0.2 (Samosir, Bialangi
and Iyabu, 2018). Maka dapat dikatakan bahwa sampel baik serbuk simplisia,
ekstrak air maupun ekstrak etanol batang brotowali mengandung senyawa metabolit
sekunder flavonoid.
Pada penelitian ini senyawa metabolit sekunder yang ditargetkan
sebenarnya adalah terpenoid. Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilihat di
bawah lampu UV 366 nm (Gambar 2), terdapat bercak berwarna biru-kehijauan
yang menandakan bahwa terdapat senyawa metabolit sekunder terpenoid (Jiang,
Kempinski and Chappell, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(a) (b)
Gambar 2. Hasil elusi KLT di bawah lampu UV 366 nm (a) Hasil uji KLT serbuk
simplisia daun sambiloto (b) Hasil uji KLT ekstrak batang brotowali
Keterangan:
(a): A= Baku kuersetin; B = Serbuk simplisia batang brotowali (replikasi I); C =
Serbuk simplisia batang brotowali (replikasi II)
(b): A= Baku kuersetin; B = Ekstrak air batang brotowali; C = Ekstrak etanol
batang brotowali
Tabel III. Identifikasi metabolit sekunder serbuk simplisia
Sampel Nilai Rf Warna Bercak Selisih Rf
Kuersetin (baku
pembanding) 0.57 Kuning -
Sampel serbuk
I 0.73 Biru-kehijauan 0.16
Sampel serbuk
II 0.74 Biru-kehijauan 0.17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tabel IV. Identifikasi metabolit sekunder ekstrak batang brotowali
Sampel Nilai Rf Warna Bercak Selisih Rf
Kuersetin (baku
pembanding) 0.22 Kuning -
Ekstrak air
batang
brotowali
0.57 Biru-kehijauan 0.35
Ekstrak etanol
batang
brotowali
0.55 Biru-kehijauan 0.33
Pada pengujian kandungan metabolit sekunder serbuk simplisia batang
brotowali yang dilihat di bawah lampu UV 366 nm dengan senyawa pembanding
kuersetin diperoleh nilai Rf 0.57 untuk baku pembanding kuersetin, 0.73 untuk nilai
Rf serbuk simplisia batang brotowali replikasi pertama dan 0.74 untuk replikasi
kedua (Tabel III). Selisih nilai Rf berturut-turut pada sampel serbuk simplisia
replikasi pertama dan kedua adalah 0.16 dan 0.17. Pada pengujian kandungan
metabolit sekunder pada ekstrak etanol batang brotowali diperoleh nilai Rf 0.22
untuk baku pembanding kuersetin dan 0.55 untuk nilai Rf ekstrak etanol batang
brotowali (Tabel IV). Selisih nilai Rf ekstrak etanol batang brotowali dengan baku
pembanding kuersetin adalah adalah 0.33. Selisih nilai Rf yang diperoleh antara
baku pembanding dengan sampel >0.2 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
senyawa lain ekstrak etanol senyawa batang brotowali mengandung senyawa
metabolit sekunder lain selain kuersetin.
Hasil pengujian kandungan metabolit sekunder menunjukkan bahwa ketika
plat diletakkan di bawah lampu UV dengan panjang gelombang yang berbeda
terdapat perbedaan dan variasi kandungan senyawa metabolit sekunder. Hal
tersebut dilihat dari perbedaan letak bercak, warna bercak dan perbedaan nilai Rf
yang diperoleh.
Pengujian aktivitas penghambatan enzim alfa amilase dilihat berdasarkan
penurunan intensitas warna biru pada kompleks iodin-pati karena berkurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
substrat pati akibat hidrolisis yag dilakukan oleh enzim (Ononamadu et al., 2020).
Sebelum dilakukan pengujian perlu dilakukan optimasi panjang gelombang
maksimum dan optimasi operating time (OT). Tujuan penentuan panjang
gelombang maksimum agar mengetahui daerah serapan dalam kondisi optimum
yang dihasilkan dari nilai absorbansi yang diukur menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis (Sudewi and Pontoh, 2018). Optimasi dilakukan pada
rentang panjang gelombang 400-800 nm dan diperoleh panjang gelombang
maksimum 536 nm (Lampiran 8).
Penentuan OT ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang
gelombang maksimum yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu 536 nm dengan
konsentrasi yang digunakan adalah 4 mg/ml dan dalam rentang waktu 5; 10; 20;
dan 30 menit. Diperoleh OT selama 5 menit (Lampiran 9). OT yang diperoleh
digunakan sebagai waktu inkubasi dari larutan yang akan diuji.
Pengujian aktivitas penghambatan enzim alfa amilase dilakukan pada
larutan blanko acarbose, kontrol blanko acarbose, sampel berisi acarbose, kontrol
sampel acarbose, blanko sampel uji, kontrol blanko sampel uji, sampel uji berisi
ekstrak etanol batang brotowali dan kontrol sampel uji. Pengujian larutan blanko
dan kontrol blanko bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim alfa amilase
sehingga larutan uji yang digunakan tanpa adanya penambahan larutan acarbose
dan larutan sampel uji berupa ekstrak etanol batang brotowali. Sementara itu
pengujian larutan sampel berisi acarbose digunakan sebagai pembanding dengan
pengujian larutan sampel berisi ekstrak etanol batang brotowali. Keduanya
dilakukan untuk melihat aktivitas penghambatan terhadap enzim alfa amilase.
Penggunaan potato-starch dalam penelitian ini bertujuan sebagai substrat
dari enzim alfa amilase. Penggunaan DMSO dipilih sebagai pelarut karena bersifat
tidak mudah menguap (non-volatile solvents). Selain itu DMSO merupakan pelarut
organik paling kuat yang dapat melarutkan berbagai macam bahan organik secara
efektif (Jacob and de la Torre, 2015). HCl dipilih dan digunakan untuk menghentika
reaksi enzimatik hal ini karena pH merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
aktivitas dan stabilitas enzim. Pada suatu reaksi enzimatik yang melibatkan
pelepasan atau penyerapan proton hal tersebut penting untuk memantau pH untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
memastikan efisiensi kontrol proses dan untuk meminimalkan perubahan pada
proses dan kualitas produk akhir (Gruber et al., 2017). Berdasarkan penjelasan
tersebut maka HCl dapat digunakan untuk menghentikan reaksi karena HCl
merupakan golongan asam kuat sehingga ketika ditambahkan pada larutan uji maka
pH larutan uji yang berisi enzim alfa amilase akan berubah dan dapat terjadi
denaturasi enzim. Enzim alfa amilase sendiri bekerja optimal pada pH 7.0
(Sundarram and Murthy, 2014). Larutan buffer phosphate pH 6.9 (Lampiran 10)
digunakan untuk mempertahankan pH enzim alfa amilase sehingga selama proses
berlangsungnya reaksi, enzim alfa amilase tetap bekerja secara optimal. Reagen
iodin digunakan sebagai indikator warna karena pati bereaksi dengan reagen iodin
membentuk warna biru (Louis and Gabriel, 2014). Warna biru yang terbentuk akan
dibaca serapannya menggunakan metode spektrofotometri.
Sampel berisi acarbose maupun ekstrak etanol batang brotowali masing-
masing dibagi menjadi empat tingkat konsentrasi yaitu 4; 8; 15 dan 20 mg/ml.
Pengujian sampel dilakukan dengan berbagai varian konsentrasi yang bertujuan
untuk melihat pengaruh konsentrasi sampel terhadap peningkatan daya hambat.
Seluruh larutan uji akan diukur serapannya menggunakan metode spektrofotometri
hingga diperoleh nilai absorbansi (Lampiran 11). Nilai absorbansi yang diperoleh
pada setiap larutan uji akan digunakan untuk menghitung nilai persentase
penghambatan dan nilai IC50. Nilai persentase penghambatan digunakan untuk
menentukan persentase hambatan dari suatu bahan yang dilakukan terhadap
aktivitas enzim alfa amilase.
Tabel V. Nilai persentase penghambatan acarbose
Konsentrasi
(mg/ml)
Replikasi I
(%)
Replikasi II
(%)
Replikasi III
(%)
4 42.89 40.48 42.23
8 61.93 60.18 59.30
15 77.68 77.90 78.12
20 87.31 89.50 84.68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tabel VI. Nilai persentase penghambatan ekstrak etanol batang brotowali
Konsentrasi
(mg/ml)
Replikasi I
(%)
Replikasi II
(%)
Replikasi III
(%)
4 23.16 27.89 21.84
8 38.68 38.95 37.37
15 53.16 54.21 69.47
20 83.42 78.16 77.89
Berdasarkan nilai persentase penghambatan aktivitas enzim alfa amilase
oleh acarbose (Tabel V) diperoleh nilai r berturut-turut dari replikasi pertama
hingga replikasi ketiga sebesar 0.981; 0.990 dan 0.980 dengan rata-rata nilai
persentase penghambatan berturut-turut dari konsentrasi terkecil hingga terbesar
sebagai berikut 41.87% ± 1.25; 60.47% ± 1.34; 77.90% ± 0.22 dan 87.16% ± 2.41.
Sementara itu untuk nilai persentase penghambatan aktivitas enzim alfa amilase
oleh ekstrak etanol batang brotowali (Tabel VI) diperoleh nilai r berturut-turut dari
replikasi pertama hingga replikasi ketiga sebesar 0.977; 0.985 dan 0.987 dengan
rata-rata nilai persentase penghambatan berturut-turut dari konsentrasi terkecil
hingga terbesar sebagai berikut 24.30% ± 3.18; 38.33% ± 0.85; 58.95% ± 9.13 dan
79.82% ± 3.12. Selisih nilai persentase penghambatan antar replikasi pada
konsentrasi yang sama khususnya pada konsentrasi 4; 15 dan 20 mg/ml cukup besar
karena tiap replikasi konsentrasi tersebut menggunakan replikasi ekstrak yang sama
dari awal. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa kandungan senyawa metabolit
sekunder pada ekstrak khususnya senyawa borapetosida A dan C pada replikasi I,
II dan III terdapat perbedaan dilihat dari hasil rendemen ekstrak yang bervariasi
sehingga dapat berpengaruh pada hasil nilai persentase penghambatan uji aktivitas
penghambatan enzim alfa amilase.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanto dkk., (2019) uji aktivitas
penghambatan enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol batang brotowali diperoleh
nilai persentase penghambatan berturut-turut dari konsentrasi 125; 250; 500; dan
1000 μg/ml sebesar 47.08%; 92.84%; 94.41% dan 95.06%. Ekstrak etanol dibuat
dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% dan penghentian reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dilakukan dengan menambah reagen dinitrosalisilat (DNS). Hasil yang diperoleh
lebih baik apabila dibandingkan denga hasil penelitian milik penulis. Hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya perbedaan pelarut dan reagen yang
digunakan dalam pengujian aktivitas penghambatan enzim alfa amilase. Namun
kedua hasil penelitian menyatakan bahwa seiring dengan meningkatnya konsentrasi
ekstrak maka nilai persentase penghambatan juga akan semakin meningkat.
Nilai r merupakan nilai yang menggambarkan hubungan antara peningkatan
konsentrasi dengan nilai peningkatan persentase penghambatan. Apabila nilai r
mendekati 1 maka semakin menggambarkan korelasi yang sempurna (Gandjar dan
Rohman, 2017). Pada ketiga replikasi diperoleh nilai r yang hampir mendekati 1
hal ini berarti dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan
konsentrasi dengan peningkatan nilai persentase penghambatan ekstrak etanol
batang brotowali.
Setelah dilakukan perhitungan persentase penghambatan sampel uji maka
selanjutnya dilakukan perhitungan nilai IC50. Nilai IC50 merupakan parameter
aktivitas penghambatan pada suatu senyawa atau ekstrak. Nilai IC50 merupakan
konsentrasi sampel uji berupa ekstrak etanol batang brotowali yang memiliki
aktivitas penghambatan enzim alfa amilase sebesar 50%. Perhitungan nilai IC50
dilakukan dengan menggunakan regresi linear dengan ketentuan konsentrasi
sampel ekstrak etanol batang brotowali sebagai sumbu x dan persentase
penghambatan sebagai sumbu y (Elya et al., 2015).
Nilai IC50 ekstrak etanol batang brotowali yang diperoleh berturut-turut dari
replikasi pertama hingga replikasi ketiga sebesar 11.84; 11.83 dan 11.30 mg/ml
dengan rata-rata nilai IC50 sebesar 11.66 mg/ml ± 0.31 dan CV = 2.66%. Sementara
itu nilai IC50 acarbose diperoleh berturut-turut dari replikasi pertama hingga
replikasi ketiga sebesar 5.22; 6.00 dan 5.65 mg/ml dengan rata-rata nilai IC50
sebesar 5.62 mg/ml ± 0.39 dan CV = 6.94%. Nilai IC50 ekstrak etanol batang
brotowali lebih besar dari nilai IC50 acarbose. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa kemampuan ekstrak etanol batang brotowali dalam menghambat
enzim alfa amilase tidak sebaik acarbose, hal ini disebabkan karena dalam ekstrak
etanol batang brotowali banyak terdapat senyawa lain yang kemungkinan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menurunkan aktivitas dalam menghambat enzim alfa amilase. Selain itu nilai IC50
acarbose sebagai pembanding terlalu tinggi karena acarbose yang digunakan
merupakan sediaan tablet dengan kekuatan 50 mg bukan senyawa acarbose murni.
Pada sediaan tablet acarbose sudah terdapat bahan tambahan lain seperti bahan
pengisi, bahan pengikat dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut dapat memengaruhi
hasil pengujian aktivitas penghambatan enzim alfa amilase.
Dilakukan uji statistik untuk melihat kebermaknaan nilai persentase
penghambatan antar konsentrasi. Uji statistik yang dilakukan pertama kali adalah
uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Uji normalitas digunakan
untuk melihat apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak.
Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh nilai p>0.05 (Lampiran 12), hal ini
menunjukkan bahwa data nilai persentase antar konsentrasi terdistribusi secara
normal. Lalu dilanjutkan dengan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene.
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas atau kesamaan
beberapa bagian sampel atau seragam tidaknya variansi sampel (Naibaho, 2018).
Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh nilai p<0.05 (Lampiran 13), hal ini
menunjukkan bahwa data nilai persentase antar konsentrasi tidak homogen. Hasil
uji normalitas menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan normal maka
dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh
nilai p<0.05 (Lampiran 14), hal ini menunjukkan bahwa data nilai persentase dari
keempat kelompok konsentrasi memiliki perbedaan. Kemudian dilanjutkan dengan
uji Post-Hoc Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji tersebut
diperoleh nilai p<0.05 (Lampiran 15), hal ini menunjukkan bahwa setiap
konsentrasi yang diujikan terdapat perbedaan yang bermakna. Sehingga dapat
dikatakan bahwa peningkatan konsentrasi mempengaruhi peningkatan aktivitas
penghambatan enzim alfa amilase oleh ekstrak etanol batang brotowali.
Uji statistik juga dilakukan pada nilai persentase penghambatan acarbose.
Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai p>0.05 (Lampiran 16), hal ini
menunjukkan bahwa data nilai persentase antar konsentrasi terdistribusi secara
normal. Sementara itu untuk uji homogenitas diperoleh nilai p>0.05 (Lampiran 17),
hal ini menunjukkan bahwa data nilai persentase antar konsentrasi homogen. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
uji normalitas menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan normal maka
dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh
nilai p<0.05 (Lampiran 18), hal ini menunjukkan bahwa data nilai persentase dari
keempat kelompok konsentrasi memiliki perbedaan. Kemudian dilanjutkan dengan
uji Post-Hoc Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji tersebut
diperoleh nilai p<0.05 (Lampiran 19), hal ini menunjukkan bahwa setiap
konsentrasi yang diujikan terdapat perbedaan yang bermakna. Menurut penelitian
yang dilakukan Ibrahim et al., (2017) diperoleh nilai IC50 acarbose sebesar 200.19
mg/ml ± 7.29 sedangkan pada penelitian ini diperoleh sebesar 5.62 mg/ml ± 0.39.
Perbedaan nilai IC50 yang sangat jauh tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti perbedaan acarbose yang digunakan dan perbedaan substrat enzim yang
digunakan. Pada penelitian ini menggunakan potato starch sedangkan pada
penelitian Ibrahim et al., (2017) yang sudah mengalami modifikasi menggunakan
maltopentoglikosida. Selain itu dapat disebabkan oleh perbedaan pelarut dan
konsentrasi pelarut yang digunakan serta yang paling utama perbedaan metode
penelitian yang digunakan.
Kemudian dilakukan juga analisis statistik berupa uji T antara nilai IC50
acarbose dengan ekstrak etanol batang brotowali. Uji T digunakan karena hanya
terdapat dua kelompok yang dibandingkan. Berdasarkan uji tersebut diperoleh nilai
p<0.05 (Lampiran 20), hal tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas
penghambatan terhadap enzim alfa amilase antara acarbose dengan ekstrak etanol
batang brotowali.
Menurut penelitian yang dilakukan Hamid et al., (2015) menyatakan bahwa
senyawa borapetosida C merupakan senyawa yang paling banyak ditemukan dalam
tanaman brotowali dan dapat menghambat enzim alfa amilase secara in vitro
dengan nilai IC50 sebesar 0.775 ± 0.005 mg/ml. Senyawa borapetosida diperoleh
dari ekstrak heksan batang brotowali yang dibuat dengan metode perkolasi. Maka
dapat dikatakan bahwa hasil dari penelitian ini ekstrak etanol batang brotowali
dengan metode maserasi memiliki aktivitas menghambat enzim alfa amilase.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Gambar 3. Struktur Acarbose
(PubChem, 2019)
(a) (b)
Gambar 4. (a) Struktur Borapetosida A; (b) Struktur Borapetosida C
(PubChem, 2019)
Gambar 5. Struktur Amilum
(PubChem, 2019)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian ekstrak etanol batang brotowali memiliki aktivitas
penghambatan enzim alfa amilase. Hasil analisis statistik yang membandingkan
nilai persentase penghambatan diperoleh nilai p<0.05 yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antar konsentrasi ekstrak etanol batang
brotowali yang digunakan. Selain itu analisis statistik yang membandingkan nilai
IC50 acarbose dengan ekstrak etanol batang brotowali diperoleh nilai p<0.05 bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada aktivitas penghambatan terhadap enzim
alfa amilase antara acarbose dengan ekstrak etanol batang brotowali dengan nilai
IC50 berturut-turut 5.62 mg/ml ± 0.39 dan 11.66 mg/ml ± 0.31.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap aktivitas ekstrak etanol
brotowali terutama dalam uji kualitatif dengan menggunakan senyawa borapetosida
A dan C murni untuk mengetahui kandungan senyawa borapetosida A dan C pada
sampel. Selain itu perlu dilakukan pula uji lanjutan secara in-vivo untuk
membuktikan bahwa ekstrak etanol batang brotowali mampu menurunkan kadar
gula darah pada hewan uji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, P. and Gupta, R. 2016 Alpha-amylase inhibition can treat diabetes
mellitus. Research & Reviews: Journal of Medical and Health Sciences, 5(4),
pp. 1–8.
Ahmad, W., Jantan, I. and Bukhari, S. N. A. 2016. Tinospora crispa (L.) Hook. f.
& Thomson: A review of its ethnobotanical, phytochemical, and
pharmacological aspects. Frontiers in Pharmacology, 7(MAR), pp. 1–19.
Anand David, A. V., Arulmoli, R. and Parasuraman, S. 2016. Overviews of
biological importance of quercetin: A bioactive flavonoid. Pharmacognosy
Reviews, 10(20), pp. 84–89.
Atmajani, W. et al. 2018. α-Glucosidase Inhibitory Activity of In Vitro
Combination of 96% Ethanolic Extract of Brotowali Stem (Tinospora
cordifolia) and Cashew Apple (Anacardium occidentale L.). Journal of
Tropical Pharmacy and Chemistry, pp. 175–181.
de Sales, P. M. et al. 2012. α-amylase inhibitors: A review of raw material and
isolated compounds from plant source. Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, pp. 141–183.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2008.
Farmakope Herbal. Suplemen II. Edisi I, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
100-111.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2013.
Farmakope Herbal. Suplemen II. Edisi I, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
100-111.
Elya, B. et al. 2015. Antidiabetic activity and phytochemical screening of extracts
from indonesian plants by inhibition of alpha amylase, alpha glucosidase and
dipeptidyl peptidase IV. Pakistan Journal of Biological Sciences, 18(6), pp.
273-278.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A., 2017. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar,Yogyakarta, pp.253-254, 466-467.
Gruber, P. et al. 2017. Real-time pH monitoring of industrially relevant enzymatic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
reactions in a microfluidic side-entry reactor (μSER) shows potential for pH
control. Biotechnology Journal, 12(6), pp. 1–28.
Hamid, H.A., et al., 2015. α-Glucosidase and α-amylase inhibitory constituents of
Tinospora crispa: Isolation and chemical profile confirmation by ultra-high
performance liquid chromatography-quadrupole t ime-of-flight/mass
spectrometry. Journal of Functional Foods I6, 74-80.
Ibrahim, A. et al. 2017. HPLC profile, in vitro alpha-amylase, alpha-glucosidase
inhibitory and antioxidant activities of Gymnema sylvestre ethyl acetate leaf
extract. Bayero Journal of Pure and Applied Sciences, 10(1), p. 72.
Jacob, S. W. dan de la Torre J.C. 2015. Dimethyl Sulfoxide in Trauma and Disease.
CRC Press, Florida.
Jiang, Z., Kempinski, C. and Chappell, J. 2017. Extraction and analysis of
terpenes/terpenoids. Curr Protoc Plant Biol. 2016(1), p. 345-358.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Farmakope Indonesia V.
Kharroubi, A. T. 2015. Diabetes mellitus: The epidemic of the century. World
Journal of Diabetes, 6(6), p. 850.
Koay, Y. C. Y. C. and Amir, F. 2013. A review of the secondary metabolites and
biological activities of Tinospora crispa (Menispermaceae). Tropical Journal
of Pharmaceutical Research, 12(4), pp. 641–649.
Kumar, S., Jyotirmayee, K. and Sarangi, M. 2013. Thin layer chromatography: A
tool of biotechnology for isolation of bioactive compounds from medicinal
plants. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and
Research, 18(1), pp. 126–132.
Lam, S. H. et al. 2012. Hypoglycemic diterpenoids from Tinospora crispa. Journal
of Natural Products, 75(2), pp. 153–159.
Lokman, F. E. et al. 2013. Antidiabetic effect of oral borapetol B compound,
isolated from the plant tinospora crispa, by stimulating insulin release.
Evidence-based Complementary and Alternative Medicine, 2013.
Louis, M. N. and Gabriel, B. O. 2014. Colour of starch-iodine complex as index of
retrogradability of starch pastes. African Journal of Pure and Applied
Chemistry, 8(5), pp. 89–93.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Mun’im, A. et al. 2013. Screening of α- Glucosidase Inhibitory Activity of Some
Indonesian Medicinal Plants. International J. Med. Arom. Plants, pp. 144–
150.
Naibaho, Agus Junsion, 2018. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
di Kelas X. Jurnal EduMatSains, 3(1), pp. 69-86.
Nn, A. 2015. A Review on the Extraction Methods Use in Medicinal Plants,
Principle, Strength and Limitation. Medicinal & Aromatic Plants, 04(03), pp.
3–8.
Oboh, G. et al. 2016. Influence of gallic acid on α-amylase and α-glucosidase
inhibitory properties of acarbose. Journal of Food and Drug Analysis, 24(3),
pp. 627–634.
Ononamadu, C. J. et al. 2020. Starch-iodine assay method underestimates α-
amylase inhibitory potential of antioxidative compounds and extracts.
Biotechnologia, pp. 45–54.
Parimelazhagan, T. 2016. Pharmacological Assays of Plant-Based Natural
Products, Internasional Publishing, Switzerland.
Pramitasari, M. D., Pujiyanto, S. and Suprihadi, A. 2017. AKTIVITAS
INHIBITOR Α-AMILASE ISOLAT KHAMIR ENDOFIT DARI
TUMBUHAN BROTOWALI (Tinospora crispa L.). Jurnal Biologi, pp. 76–
84.
PubChem, 2019. Compound Summary: Acarbose.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Acarbose, diakses tanggal 18
Mei 2020.
PubChem, 2019. Compound Summary: Borapetoside A.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Borapetoside, diakses tanggal
7 Juni 2020.
PubChem, 2019. Compound Summary: Borapetoside C.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Tinocrisposide, diakses
tanggal 7 Juni 2020.
PubChem, 2019. Compound Summary: Starch
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Starch, diakses tanggal 21 Mei
2020.
Pujiyanto, S., Wijanarka, Raharja, B., dan Anggraeni, Via, 2019. Aktivitas Inhibitor
α-Amilase Eekstrak Etanol Tanaman Brotowali (Tinospora crispa L.).
Bioma, 21(2), pp. 91-99.
Rezki, R. S., Anggoro, D. and MZ, S. 2015. Ekstraksi Multi Tahap Kurkumin Dari
Kunyit (Curcumadomestica Valet) Menggunakan Pelarut Etanol. Jurnal
Teknik Kimia USU, 29, pp. 29–34.
Rosak, C. and Mertes, G. 2012. Critical evaluation of the role of acarbose in the
treatment of diabetes: Patient considerations. Diabetes, Metabolic Syndrome
and Obesity: Targets and Therapy, 5, pp. 357–367.
Ruan, C. T. et al. 2013. Hypoglycemic action of borapetoside A from the plant
Tinospora crispa in mice. Phytomedicine. Elsevier GmbH., 20(8–9), pp. 667–
675.
Salamah, M.Sc, Apt., N., Rozak, M. and Al Abror, M. 2017. Pengaruh metode
penyarian terhadap kadar alkaloid total daun jembirit (Tabernaemontana
sphaerocarpa. BL) dengan metode spektrofotometri visibel. Pharmaciana,
7(1), p. 113.
Salim, M. et al. 2017. Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Kulit Buah Duku
(Lansium domesticum Corr) dari Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.
Jurnal Kefarmasian Indonesia, 6(2), pp. 117–128.
Samosir, S. A., Bialangi, N. and Iyabu, H. 2018. Analisis Kandungan Rhodamin B
pada Saos Tomat Yang Beredar di Pasar Sentral Kota Gorontalo Dengan
Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ). Jurnal Entropi,
13(1), pp. 45–49.
Sudewi, S. and Pontoh, J. 2018. Optimasi dan Validasi Metode Analisis Dalam
Penentuan Kandungan Total Flavonoid Pada Ekstrak Daun Gedi Hijau
(Abelmoscus Manihot L.) yang Diukur Menggunakan Spektrofotometer Uv-
Vis. Pharmacon, 7(3), pp. 32–41.
Sundarram, A. and Murthy, T. P. K., 2014. α-amylase production and applications:
a review. Journal of Applied and Environtmental Microbiology, 2(4), pp. 166-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
175.
Tundis, R., Loizzo, M. R. and Menichini, F. 2010. Natural Products as α-
Amylase and α-Glucosidase Inhibitors and their Hypoglycaemic
Potential in the Treatment of Diabetes: An Update. Mini-Reviews in
Medicinal Chemistry, 10(4), pp. 315–331.
Wijaya, H., Novitasari and Jubaidah, S. 2018. RENDEMEN EKSTRAK DAUN
RAMBAI LAUT (Sonneratia caseolaris L. Engl). Jurnal Ilmiah Manuntung,
4(1), pp. 79–83.
Wulandari, L. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Taman kampus.
Yadav, N., Yadav, R. and Goyal, A. 2014. Chemistry of terpenoids. International
Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 27(2), pp. 272–
278.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 1. Surat Determinasi Serbuk Simplisia Batang Brotowali (Tinospora
crispa L.) Hook. f. & Thomson
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 2. Certificate of Alpha Amylase Enzyme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 3. Serbuk Simplisia Batang Brotowali dan Ekstrak Etanol Batang
Brotowali
Gambar 6. Serbuk Simplisia Batang Brotowali
Gambar 7. Ekstrak Etanol Batang Brotowali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 4. Penentuan Kadar Air Serbuk Simplisia Batang Brotowali
Gambar 8. Penentuan Kadar Air
Lampiran 5. Perhitungan Hasil Uji Kadar Air Serbuk Simplisia
Data penimbangan:
Berat wadah 62.3841 g
Berat wadah + isi 72.3908 g
Berat wadah sisa 62.3841 g
Berat isi 10.0067 g
Volume air yang diperoleh = 0.9 mL
% Kadar air = 0.9
10.0067 x 100% = 8.99%
Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Simplisia
Data Penimbangan Serbuk Simplisia
Replikasi I (g) Replikasi II (g) Replikasi III (g)
Berat wadah 0.2487 0.2469 0.2476
Berat wadah + isi 10.2500 10.2414 10.2414
Berat isi 10.0013 10.0005 10.0080
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Data Penimbangan Ekstrak Etanol Batang Brotowali
Replikasi I (g) Replikasi II (g) Replikasi III (g)
Berat wadah 53.6283 59.2818 73.1842
Berat wadah + isi 55.0635 62.2099 75.5456
Berat isi 1.4352 2.9281 2.3419
Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol Batang Brotowali
a. Replikasi I
% Rendemen = 1.4352 𝑔
10.0013 x 100% = 14.35%
b. Replikasi II
% Rendemen = 2.9281 𝑔
10.0005 𝑔 x 100% = 29.28%
c. Replikasi III
% Rendemen = 2.3419 𝑔
10.0080 𝑔 x 100% = 23.40%
Lampiran 7. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Serbuk Simplisia Batang
Brotowali dan Ekstrak Batang Brotowali dengan Metode KLT
Data Penimbangan Serbuk Simplisia Batang Brotowali
Replikasi I (g) Replikasi II (g)
Berat wadah 0.2461 0.2474
Berat wadah + isi 1.2466 1.2485
Berat isi 1.0005 1.0011
Data Penimbangan Ekstrak Air dan Etanol Batang Brotowali
Ekstrak Air (g) Ekstrak Etanol (g)
Berat wadah 12.6662 13.6622
Berat wadah + isi 12.6889 13.7146
Berat isi 0.0227 0.0524
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 8. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Replikasi Abscis Absorbansi
I 536.0 0.600
II 533.0 0.598
III 535.0 0.589
Gambar 9. Perolehan Panjang Gelombang Maksimum
Gambar 10. Grafik Perolehan Panjang Gelombang Maksimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 9. Penentuan Operating Time (OT)
Waktu (menit) Absorbansi
5 0.576
10 0.525
20 0.472
30 0.411
Lampiran 10. Perhitungan Larutan Buffer Phosphate pH 6,9
a. Natrium fosfat (Na3PO4)
Diketahui: Mr = 164; 20 mM
mol = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔)
𝑀𝑟
0.02 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔)
164
massa (g) = 3.28 g
b. Natrium klorida (NaCl)
Diketahui: Mr = 58.5; 6.7 mM
mol = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔)
𝑀𝑟
0.0067 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔)
58.5
massa (g) = 0.39195 g
Lampiran 11. Data dan Perhitungan Nilai Absorbansi
a. Nilai absorbansi larutan blanko dan kontrol blanko acarbose
Replikasi Absorbansi
blanko (B)
Absorbansi
kontrol
blanko (KB)
B - KB Rata-rata
I 0.039 0.421 -0.382
-0.457 II 0.042 0.598 -0.556
III 0.038 0.472 -0.434
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
b. Nilai absorbansi larutan sampel dan kontrol sampel acarbose
Konsentrasi
(mg/mL)
Repli-
kasi
Absorbansi
sampel (S)
Absorbansi
kontrol
sampel (KS)
S - KS %
inhibisi
4
I 0.129 0.390 -0.261 42.89%
II 0.189 0.461 -0.272 40.48%
III 0.114 0.378 -0.264 42.23%
8
I 0.330 0.504 -0.174 61.93%
II 0.398 0.580 -0.182 60.18%
III 0.383 0.569 -0.186 59.30%
15
I 0.449 0.551 -0.102 77.68%
II 0.425 0.526 -0.101 77.90%
III 0.478 0.578 -0.100 78.12%
20
I 0.690 0.748 -0.058 87.31%
II 0.694 0.742 -0.048 89.50%
III 0.656 0.726 -0.070 84.68%
c. Nilai absorbansi larutan blanko dan kontrol blanko sampel uji
Replikasi Absorbansi
blanko (B)
Absorbansi
kontrol
blanko (KB)
B - KB Rata-rata
I 0.071 0.434 -0.363
-0.380 II 0.062 0.471 -0.409
III 0.068 0.435 -0.367
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
d. Nilai absorbansi larutan sampel dan kontrol sampel uji
Konsentrasi
(mg/mL)
Repli-
kasi
Absorbansi
sampel (S)
Absorbansi
kontrol
sampel (KS)
S - KS %
inhibisi
4
I 0.077 0.369 -0.292 23.16%
II 0.072 0.346 -0.274 27.89%
III 0.097 0.394 -0.297 21.84%
8
I 0.385 0.618 -0.233 38.68%
II 0.371 0.603 -0.232 38.95%
III 0.363 0.601 -0.238 37.37%
15
I 0.451 1.033 -0.582 53.16%
II 0.490 1.076 -0.586 54.21%
III 0.440 1.084 -0.644 69.47%
20
I 0.699 1.396 -0.697 83.42%
II 0.685 1.362 -0.677 78.16%
III 0.695 1.371 -0.676 77.89%
Lampiran 12. Uji Shapiro Wilk Nilai Persentase Penghambatan Ekstrak Etanol
Batang Brotowali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 13. Uji Levene Nilai Persentase Penghambatan Ekstrak Etanol Batang
Brotowali
Lampiran 14. Uji ANOVA Satu Arah Nilai Persentase Penghambatan Ekstrak
Etanol Batang Brotowali
Lampiran 15. Uji Post-Hoc Tukey Nilai Persentase Penghambatan Ekstrak Etanol
Batang Brotowali dalam Tiap Konsentrasi
a. Konsentrasi 4 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Konsentrasi 8 mg/ml
c. Konsentrasi 15 mg/ml
d. Konsentrasi 20 mg/ml
Lampiran 16. Uji Shapiro Wilk Nilai Persentase Penghambatan Acarbose
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Lampiran 17. Uji Levene Nilai Persentase Penghambatan Acarbose
Lampiran 18. Uji ANOVA Satu Arah Nilai Persentase Penghambatan Acarbose
Lampiran 19. Uji Post-Hoc Tukey Nilai Persentase Penghambatan Acarbose dalam
Tiap Konsentrasi
a. Konsentrasi 4 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
b. Konsentrasi 8 mg/ml
c. Konsentrasi 15 mg/ml
d. Konsentrasi 20 mg/ml
Lampiran 20. Uji T Perbandingan Nilai IC50 Ekstrak Etanol Batang Brotowali dan
Acarbose
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BIOGRAFI PENULIS
Penulis naskah skripsi dengan judul “Uji Aktivitas
Penghambatan Enzim Alfa Amilase dengan Ekstrak
Etanol Batang Brotowali (Tinospora crispa L.) Hook. f.
& Thomson secara In Vitro” yang memiliki nama
lengkap Fetiana Chrismaurin, lahir di Surakarta, 29
Januari 1998. Penulis merupakan anak sulung dari dua
bersaudara pasangan Bapak Y. Sartono dengan Ibu Rini
Yuliarti. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis
yaitu pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Legokkalong
(2004-2010), pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Kajen (2010-
2013), pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Pekalongan (2013-2016).
Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada tahun 2016. Semasa menempuh masa pendidikan sarjana
penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan antara lain sebagai koordinator divisi
expo FACTION #2 (2017), koordinator divisi hubungan masyarakat TITRASI
(2018) dan koordinator divisi lomba puncak FACTION #3 (2018). Selain itu
penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Biologi Sel dan Molekuler (2018),
Biokimia (2018), Komunikasi Farmasi (2019), Pelayanan Informasi Obat (2020)
dan Farmakognosi Fitokimia (2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related