MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas semester pendek mata kuliah
mikrobiologi
Disusun Oleh :
Ubay Dillah Luhur Pambudi ( A11000657 )
Morgan Wikanto ( A11000661 )
Aditya Nur Arofik ( A11000659 )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2012
A. SISTEM DERMATOMUSKULOSKELETAL
1. Kelainan oleh cacing
a) Cutaneus larva migrans (creeping eruption)
1) Epidemiologi
- Terdapat di daerah tropis dan subtropis terutama
di daerah perkebunan
- Penyebaran : kosmopolitan , di daerah anjing
dan kucing hidup berkeliaran
2) Morfologi
Penyebab :
1. Ancylostoma braziliensis
2. Ancylostoma caninum
3. Strongyloides stercoralis
3) Kelainan yang ditimbulkan (tanda dan gejala )
- Melihat gejala klinik yang ada à ada gambaran
berkelok-kelok di bawah kulit
- Ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
à biopsi kulit
- Gatal-gatal pada tempat larva melakukan
penetrasi
- Timbul papula diikuti eritema seperti gambar
ular berkelok-kelok di bawah kulit
- Migrasi melalui aliran darah à timbul gejala
paru, eosinophilia’
4) Siklus hidup
5) Cara pencegahan
- Jangan berhubungan dengan kucing terutama
pada anak kecil
- Cacing yang keluar dari tubuh anjing atau
kucing harus dimusnahkan
- Tinja kucing dan anjing harus ditimbung tanah
6) Pengobatan
- Obat anthelmintik : Thiabendazole
- Infeksi sekunder : antibiotik
- Krim antigatal
- Penyemprotan /spray topical dengan es ethyl
chlorida à membunuh larva, mati rasa untuk
mengurangi gatal dan nyeri
- Rendam tangan dan kaki dalam larutan
hipoklorit
7) Pencegahan
- Jangan berhubungan dengan kucing terutama
pada anak kecil
- Cacing yang keluar dari tubuh anjing atau
kucing harus dimusnahkan
- Tinja kucing dan anjing harus ditimbung tanah
b) Swimmer’itch
1) Epidemiologi
Daerah tempat masuknya serkaria penyebab
dermatitis : nyeri menusuk, panas, diikuti eritema
2) Morfologi
3) Kelainan / penyakit yang ditimbulkan ( tanda dan
gejala)
- Iritasi awal ditandai dengan makula kecil
ditempat penetrasi, gatal hebat à papula , pada
hari ke dua atau ke tiga. Berlangsung selama 2
minggu.
4) Siklus hidup
5) Cara pencegahan
- Mengurangi kontak dengan air tawar
- Menggunakan coppler sulfat atau moluscicida
untuk disebarkan sepanjang tepi danau air tawar
6) Pengobatan
- Dapat diberikan Trimeprazine
- Mengurangi rasa gatal, dengan obat lokal
2. Kelainan oleh protozoa
a) Oriental Sore (borok)
1) Klasifikasi
Hospes Definitif : Manusia
Hospes Intermediate : Lalat Phlebotomus
Distributor geografik :Asia, Afrika, Eropa (sekitar
L. Tengah), Amerika Tengah dan Selatan
2) Morfologi
3) Kelainan / penyakit yang ditimbulkan ( tanda dan
gejala)
- Masa Tunas : 2minggu – 3 tahun
- Habitat : jaringan kulit dan kadang-kadang
menyerang selaput mukosa à papula à ulkus
4) Siklus hidup
5) Pencegahan
- Anjing dan hewan pengerat lain merupakan
sumber infeksi
- Dianjurkan menutup luka penderita
- Pemberantasan vektor
- Dianjurkan memaki kelambu dari repelent pada
waktu tidur
6) Pengobatan
- Salep yang mengandung paromomisin
- Alopurinol
B. SISTEM SYARAF
1. Neisseria meningitide
a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Ordo : Neisseriales
Genus : Neisseria
Spesies : Neisseria meningitides
b. Morfologi
c. Kelainan / penyakit yang ditimbulkan ( tanda dan gejala )
Muncul gejala mendadak dengan sakit kepala yang terus-
menerus, muntah, dan leher kaku dan hal ini dapat
berkembang ke arah koma hanya dalam waktu beberapa
jam.
d. Siklus hidup
e. Pencegahan
Kasus klinis dari meningitis hanya memperlihatkan sedikit
sumber infeksi, dan isolasi hanya menjadi kegunaan yang
terbatas. Lebih penting lagi adalah pengurangan kontak
personal pada populasi yang memiliki tingkat carrier yang
tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan menghindari kepadatan
populasi. Polisakarida spesifik dari kelompok A, C, Y, dan
W-135 dapat menstimulasi respon antibodi dan melindungi
orang yang rentan untuk melawan infeksi.
f. Pengobatan
Penicillin G adalah obat yang dipilih untuk mengobati
penyakit ini. Chlorampenicol atau cephalosporin generasi
ketiga seperti cefotaxime atau ceftriaxone digunakan untuk
orang yang alergi terhadap penicillin. Rifampin 600 mg 2
kali sehari selama 2 hari secara oral ( atau minocycline 100
mg setiap 12 jam ) dapat menghilangkan keberadaan carrier
dan bekerja sebagai chemoprophylaxis.
2. Listeria monocytogenes
a. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Class : Basilli
Ordo : Bacillales
Family : Listeriaceae
Genus : Listeria
Spesies : Listeria monocytogene
b. Morfologi
c. Kelainan / penyakit yang ditimbulkan ( tanda dan
gejala )
d. Siklus hidup
e. Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan,
namun makanan yang dimasak, dipanaskan dan disimpan
dengan benar umumnya aman dikonsumsi karena bakteri
ini terbunuh pada temperatur 75°C. Resiko paling besar
adalah kontaminasi silang, yakni apabila makanan yang
sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau
peralatan (misalnya alas pemotong) yang terkontaminasi.
f. Pengobatan
C. SISTEM RESPIRASI
1. Trematoda paru (Paragonimus westermani)
a) Morfolologi
- Morfologi
- Morfologi telur
b) Hospes
- Hospes definitif : manusia, binatang pemakan
ketam
- HP I : Keong air
- HP II : Ketam
c) Tanda dan gejala
- Di dalam paru-paru P. westermani
menyebabkan timbulnya reaksi jaringan yang
nyata yaitu dengan infiltrasi leukosit eosinofil
neutrofil. Gejala klinis tergantung dari jumlah
cacing dalam tubuh hospes definitive. Ketika
kista pecah timbul batuk-batuk disertai
meningkatnya produksi sputum yang kental
dengan bercak-bercak darah dan nyeri dada.
- Cacing dewasa dalam bentuk kista di paru paru
à Batuk kering à batuk darah
- Cacing dewasa dapat imigrasi ke alat-alat tubuh
yang lain à abses
d) Cara pencegahan
e) Pengobatan
- Prazikuantel, bitionol
D. SISTEM DIGESTIF
Parasit pada system digestif yang disebabkan oleh cacing usus :
1. Nematoda Usus
a. Ascaris lumbricoides ( Askariasis )
1) Klasifikasi
Hospes : manusia
Phylum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Family : Ascarididae
Genus : Ascaris
Species : Ascarislumbricoides
2) Morfologi
- Cacing jantan berukuran sekitar10-30 cm,
sedangkan betina sekitar22-35 cm.
- Pada cacing jantan ditemukan spikula atau
bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya
(posterior).
- Pada cacing betina, pada sepertiga depan
terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang
kopulasi.
3) Siklus hidup
4) Penyakit dan gejala yang ditimbulkan
- Penyakitnya disebut ascariasis.
- Keluhan yang sering dirasakan penderita adalah
sakit perut, demam, mual, muntah dan kurang
nafsu makan.
Menurut Harold W.Brown, pernah dilaporkan
adanya penyakit yang disebabkan adanya Ascaris
lombricoides tergantung pada lokasi yang diinvasi
cacing tersebut yaitu:
- Encephalitis danmeningitis; dugaan mungkin
larva cacing tersebut masuk ke otak
- Pancreatitis hemoragik; cacing tersebut
menyumpat ampullavateri
- Peritionitis; cacing tersebut menembus usus dan
sampai kerongga peritoneum
5) Patologi dan gejala klinis
- Larva
Terjadi pada saat migrasi larva ke paru paru à
perdarahan kecil pada dinding alveolus, batuk,
demam dan eosinofilia , Loeffler’s syndrome.
- Cacing dewasa
Infeksi ringan à gangguan gastrointestinal
ringan (mual, nafsu makan kurang, diare atau
konstipasi)
Infeksi berat à malabsorpsi à malnutrisi
(terutama pada anak-anak)
Efek serius à obstruksi usus
6) Pencegahan
- Hendaknya pembuangan tinja (feces) pada W.C
yang baik.
- Pemeliharaan kebersihan perorangan dan
lingkungan.
- Penerangan melalui sekolah,organisasi
kemasyarakatan oleh guru-guru dan pekerja-
pekerja kesehatan.
- Hendaknya jangan menggunakan faces sebagai
pupuk kecuali sudah dicampur dengan zat kimia
tertentu.
7) Pengobatan
- Pengobatan perorangan
Piperasin, Pirantel pamoat, mebendazol,
Albendazol
- Pengobatan missal
Syarat :
* Obat mudah diterima masyarakat
* Aturan pemakaian sederhana
* Mempunyai efek samping yang minim
* Bersifat polivalen
* Murah
8) Epidemiologi
Di Indonesia 60-90% terutama pada anak anak:
- Kurangnya pemakaian jamban keluarga à
pencemaran , tanah dengan tinja
- Adanya kebiasaan menggunakan tinja
sebagai pupuk
- Kondisi geografis à tanah liat, kelembaban
tinggi dan suhu 25o – 30o C.
- Produksi telur yang cukup tinggi ( 240,000
eggs/ day/ female ).
- Siklus hidup yang mudah
b. Oxyuris vermicularis (Enterobius vermicularis)
1) Klasifikasi
Hospes : Manusia
Distribusi geografis : Kosmopolitan, terutama di
daerah dingin
Phylum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Strongylida
Family : Oxyuridae
Genus : Enterobius
Species : Enterobiusvermicularis
2) Morfologi
- Mulutnya dikelilingi 3 bibir dan tidak ada
kapsul buccal.
- Individu jantan panjangnya sampai 5mm.
ekornya melengkung ke arah ventral dan
alaecaudal lateral mengelilingi ujung.
- Individu betina panjangnya sampai 13
mm.individu betina yang matang bentuknya
seperti kumparan dan mempunyai ekor yang
langsing memanjang dan runcing
3) Siklus hidup
4) Penyakit dan gejala yang ditimbulkan
- Penyakitnya disebut Enterobiasis atau
Oxyuriasis, penyakit ini umumnya tidak
berbahaya.
- Gejala klinis, terjadi karena iritasi diantara
anus,perineum daun vagina, akibat migrasi
cacing dalam jumlah banyak ketempat-tempat
tersebut
- Akibatnya penderita terganggu tidurnya, lemah,
nafsu makan berkurang, dan berat badan turun
5) Diagnosa
- Sering terjadi pada anak-anak à rasa gatal di
sekitar anus pada waktu malam
- Ditegakkan dengan pemeriksaan Lab. à Anal
Swabà telur
6) Pencegahan
- Daerah disekitar anus hendaknya dicuci bersih.
- Penderita,khususnya anak-anak harus memakai
celana yang rapi,sehingga mencega kontak
dengan garukan tangan atau pemindahan telur-
telur ketempat-tempat lainnya.
- Melindungi makanan dari kontaminasi debu
7) Pengobatan
Pirvinium, Mebendazol
8) Epidemiologi
Penyebarannya lebih luas dari cacing lain
Penularannya ;
- Dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah
perianal (Autoinfeksi), atau tangan menyebarkan
telur ke orang lain
- Debu
- Retrofeksi melalui anus : larva dari telur yang
menetas di sekitas anus masuk kembali ke dalam
usus
c. Trichuris trichiura
1) Hospes : Manusia
Distribusi geografis : Kosmopolitan terutama
daerah panas dan lembab
2) Morfologi
3) Siklus hidup
4) Patologi dan gejala klinis
* Infeksi ringan à tidak menimbulkan gejala
* Infeksi berat à cacing tersebar di seluruh kolon
dan rektum à terlihat prolapsus rektum Cacing
yang membenamkan kepalanya ke mukosa usus
à trauma à iritasi & peradangan serta perdarah-
an mukosa usus.
Cacing mengisap darah hospes à Anemia
* Gejala : Diare, Anemia, BB turun, prolapsus rektum
5) Diagnosa
* Menemukan telur pada Tinja
* Menemukan cacing pada prolapsus rektum
6) Pencegahan
7) Pengobatan
Mebendazol, Albendazol, Oksantel Pamoat
8) Epidemiologi
Karena adanya kontaminasi tanah dengan tinja
2. Cestoda Usus
a. Taenia Sagita
1) Klasifikasi
Hospes definitive : manusia
Hospes intermediate : Sapi, kerbau
Distribusi geografis : Eropa, Timur tengah,
Afrika, Asia, Amerika, Indonesia à Bali, Jakarta
2) Morfologi
- Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.
- Memiliki 1000 –2000 proglotid.
- Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
- Mempunyai 4 penghisap tanpa hook
3) Siklus hidup
4) Patologi dan gejala klinis
Cacing dewasa à proglotid dalam tinja atau keluar
melalui anus à sakit ulu hati, perut merasa tidak
enak, mual, muntah, mencret, pusing, eosinofilia
Proglotid sampai ke appendiks, atau terdapat ileus
5) Diagnosa
- Menemukan proglotid yang bergerak aktif
dalam tinja atau bergerak spontan
- Menemukan telur dalam tinja
6) Pencegahan
- Menghilangkan sumber infeksi dengan
mengobati penderita.
- Mencegah kontaminasi tanah dan rumput
dengan tinja manusia.
- Memeriksa daging sapi, ada tidaknya
cysticercus.
- Memasak daging sampai sempurna.
- Mendinginkan sampai -10o C sampai 5 hari
cycticercus dapat rusak.
7) Pengobatan
prazikuantel
8) Epidemiologi
Sangat ditentukan oleh :
- Cara penduduk memakan daging (sapi/ kerbau)
- Cara memelihara ternak
b. Taenia Solium
1) Hospes definitive : manusia
Hospes intermediate : Babi
Distribusi geografis : Kosmopolitan à kecuali
negara-negara Islam
2) Morfologi
- Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.\
- Memiliki 1000 –2000 proglotid.
- Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
- Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
3) Siklus hidup
4) Patologi dan gejala klinis
- Cacing dewasa à rasa tidak enak di perut, nyeri
ulu hati, mual, muntah, mencret, sakit kepala,
eosinofilia
- Larva à Sistiserkosis
Pada manusia : jaringan sub kutis, mata,
jaringan otak, otot, otot jantung, hati, paru dan
rongga perut.
5) Diagnose
- Menemukan telur dan proglotid pada tinja
penderita
- Sistiserkosis à CT Scan
6) Pengobatan
Prazikuantel
7) Epidemiologi
Tergantung pada :
- Kebiasaan hidup penduduk
- Cara menyantap daging babi
- Pendidikan mengenai kesehatan
- Pendidikan mengenai beternak
3. Trematoda Usus
a. Amubiasis
1) Hospes : Manusia
Distribusi geografis : Kosmopolitan, terutama di
daerah tropik dan beriklim sedang
2) Morfologi
1. Bentuk hystoliticaà tropozoit
2. Bentuk minuta à tropozoit
metasiklik
3. Pre kista
4. Bentuk kista
3) Siklus hidup
4) Patologi dan gejala klinis
a) Intestinal
Amubiasis kolon akut
Desentri amuba
- diare (berak-berak encer)
- tinja berlendir dan berdarah
- tenesmus anus
Ulkus bervariasi ukurannya
Amubiasis kolon kronis
- Gejala usus ringan
- Diare diselingi dengan obstipasi
- Di sekitar ulkus terjadi
peradangan, penebalan diding
usus à Ameboma
b) Ekstra intestinal
Hematogen (aliran darah)
Per kontinuitatum (langsung)
Karena Abses hati yang pecah à
a. Rongga pleura dan Paru
b. Rongga perut
c. Dinding perut
d. Menembus dinding perut
sampai ke kulit
e. Sekitar anus
f. Perineum
5) Pencegahan
- Personal higien
- Environmental sanitation
6) Pengobatan
- Emetin Hidroklorin
- Klorokuin
- Antibiotik à Tetrasiklin,Eritromisin
- Metronidazol
E. SISTEM GENITOURINARIA
Parasit pada system genitourinaria
1. Tricomonas Vaginalis
a. Klasifikasi
Hospes : manusia
Distribusi geografis : Kosmopolitan
b. Morfologi
c. Kelainan yang ditimbulkan ( tanda dan gejala )
- Degenerasi deskuamasi sel epitel vagina
- Leukosit meningkat di vagina
- Sekret vagina mengalir keluar vagina à gejala
Fluor Albus (Leukorrhea) à Dapat reda sendiri
- Vaginitis, dinding vagina memerah dan
meradang, keluhan pada waktu kencing
Pada Infeksi berat :
a. timbul perdarahan-perdarahan kecil
b. Fluor albus banyak, tampak berwarna
putih kekuningan atau putih kelabu
dan berbusa
c. Infeksi dapat menyebabkan uretritis
Pada pria, infeksi biasanya terjadi
tanpa gejala dapat menyebabkan ure-
tritis, prostitis dan prostato vesiku-
litis.
d. Siklus hidup
e. Pencegahan
f. Pengobatan
Metronidazol
g. Epidemiologi
- Trikomoniasis vagina ditemukan dimana-mana
- Pada pria umumnya lebih sedikit
- Perlu pengobatan segera bagia suami istri yang
terkena Trikomoniasis
F. SISTEM CARDIOVASKULER
1. Borrelia burgdorferi
a. Klasifikasi
Kelas : Spirochaetes
Order : Spirochaetales
Genus : Borrelia
Spesies: B. Burgdorferi
Spesies bakteri Gram negatif
Dominan : di Amerika Utara, tetapi juga ada di Eropa
b. Morfologi
Burgdorferi Borrelia salah satu dari beberapa bakteri
patogen yang dapat bertahan hidup tanpa besi, setelah
diganti semua enzim besi-belerang yang cluster dengan
enzim yang menggunakan mangan, sehingga menghindari
masalah banyak bakteri patogen hadapi dalam memperoleh
besi. Burgdorferi Borrelia dapat menyebar ke seluruh tubuh
selama penyakit dan telah ditemukan di kulit, jantung,
sendi, sistem saraf perifer, dan sistem saraf pusat
c. Siklus hidup
d. Kelainan yang ditimbulkan ( tanda dan gejala)
Gejala awal mungkin berupa demam, sakit kepala,
kelelahan, depresi, dan ruam kulit bundar karakteristik
disebut eritema Migrans. Waktu tidak diobati, gejala
kemudian dapat melibatkan sendi, jantung, dan sistem saraf
pusat
e. Pencegahan
Kutu-kutu yang disebutkan di atas harus dihapus segera,
sebagai penghapusan dalam 36 jam bisa menurunkan harga
transmisi untuk mendekati nol. Pakaian pelindung
termasuk topi dan kemeja lengan panjang dan celana
panjang yang terselip di kaus kaki atau sepatu. Pakaian
berwarna terang membuat centang lebih mudah terlihat
sebelum melekatkan dirinya. Orang harus menggunakan
perawatan khusus dalam menangani dan membiarkan
hewan peliharaan di luar ruangan dalam rumah karena
mereka bisa membawa kutu ke dalam rumah. . Penurunan
populasi rusa dapat dari waktu ke waktu membantu
mematahkan siklus reproduksi kutu rusa dan kemampuan
mereka untuk berkembang di daerah pinggiran dan
pedesaan. Suatu pendekatan organik yang tidak biasa
untuk mengendalikan kutu dan pencegahan penyakit Lyme
adalah melibatkan penggunaan Ayam Guinea
peliharaan. Ayam Guinea adalah konsumen rakus serangga
dan araknida dan memiliki kesukaan khusus untuk
kutu.Menggunakan Localized dari Ayam Guinea peliharaan
dapat mengurangi ketergantungan pada metode
pengendalian hama-kimia
f. Pengobatan
Antibiotik merupakan pengobatan utama untuk penyakit
Lyme; pengobatan antibiotik yang paling tepat tergantung
pada pasien dan tahap penyakit ini. Antibiotik pilihan
adalah doksisiklin (pada dewasa)., Amoksisilin (pada anak-
anak), eritromisin (untuk wanita hamil ) dan ceftriaxone,
dengan perawatan yang berlangsung 14-28 hari. Alternatif
pilihan yang cefuroxime dan cefotaxime.. Pengobatan
wanita hamil adalah serupa, tetapi tetrasiklin tidak boleh
digunakan. Penyakit Lyme pada pasien hamil tidak dapat
diobati dengan antibiotik pilihan pertama, doxycycline ,
karena berpotensi berbahaya untuk janin. Sebaliknya,
eritromisin biasanya diberikan itu kurang efektif melawan
penyakit tetapi tidak berbahaya untuk janin.
Sebuah plasebo-terkontrol berbagai pusat studi klinis
menunjukkan bahwa 3 minggu pengobatan dengan
ceftriaxone intravena, diikuti oleh 100 hari pengobatan
dengan amoksisilin oral tidak memperbaiki gejala apapun
lebih dari hanya 3 minggu pengobatan dengan
ceftriaxone. Para peneliti mencatat bahwa hasilnya tidak
harus dievaluasi setelah pengobatan antibiotik awal
melainkan 6-12 bulan sesudahnya.
2. Brucella melitensis
a. Klasifikasi
Kingdom : Bakteri
Filum : Bakteri
Kelas : Bakteri Alpha
Order : Rhizobiales
Keluarga : Brucellaceae
Genus : Brucella
Spesies : B. melitensis
Karakteristik Bakteri gram negatif,kecil,ramping, tidak
memiliki flagel maupun kapsul.
Nama penyakit: Coccobacillus brucellosis
Menyerang domba, sapi, terutama kambing dan bersifat
zoonosis
Pada hewan menyebabkan sterilisasi, mastitis, epipimitis,
dan aborsi.
Pada manusia menyebabkan demam malta.
b. Morfologi
Kuman Brucella tersebar di seluruh dunia terutama di
negara mediterania seperti Asia dan Amerika Latin.
B. melitensis dapat hidup di dalam tanah yang lembab
selama 72 hari, di dalam susu 17 hari dan dalam air laut 25
hari. Berdasarkan hal ini penyebaran kuman pada
ternak/manusia mungkin sekali terjadi.
c. Siklus hidup
d. Kelainan yang ditimbulkan ( tanda dan gejala )
Diawali dengan septisemia lalu mengarah ke demam
undulant dengan penekanan pada rasa sakit otot,
berkeringat (sering kali dengan karakeristik bau jerami
basah) dan arthralgia bermigrasi dan mialgia. Juga disertai
kelemahan, anemia, sakit kepala, depresi dan rasa sakit otot
dan tubuh.
e. Pencegahan
Cara utama pencegahan brucellosis adalah dengan
menggunakan kebersihan teliti dalam memproduksi produk
susu mentah, atau dengan proses pasteurisasi semua susu
yang dapat dicerna oleh manusia, baik dalam bentuk tak
berubah atau sebagai turunan, seperti keju.
Cara lain adalah dengan imunisasi aktif pada binatang
sebagai sumber infeksi dengan vaksinasi. Strain kuman
yang digunakan dalam pembuatan vaksin ini adalah B.
abortus strain 19 yang sudah dilemahkan untuk sapi dan B.
melitensis strain Rev I untuk biri-biri dan kambing.
Imunisasi aktif pada manusia terhadap infeksi Brucella
masih bersifat eksperimental.
f. Pengobatan
Antibiotik seperti tetrasiklin, rifampisin dan streptomisin
dan gentamisin aminoglikosida efektif terhadap bakteri
Brucella. Namun, penggunaan lebih dari satu antibiotik
yang diperlukan selama beberapa minggu, karena bakteri
mengeram di dalam sel. Perlakuan standar untuk orang
dewasa adalah suntikan harian intramuskular streptomisin
1 g selama 14 hari dan doksisiklin oral 100 mg dua kali
sehari selama 45 hari (bersamaan).Gentamisin 5 mg / kg
secara injeksi intramuskular sekali sehari selama 7 hari
adalah pengganti yang diterima saat streptomisin tidak
tersedia atau sulit untuk mendapatkan rejimen lain yang
banyak digunakan