Menentukan Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan
masalah dari yang paling penting sampai yang kurang penting
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan, yakni:
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu
1. Scoring Technique (Metode Penskoran)
2. Non Scoring Technique
Teknik Non-Skoring
Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan
adalah dengan teknik non-skoring
I. Metode Delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah melalui diskusi
kelompik namun pesertadiskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya,
maka sebelumnya dijelaskan dahulu sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama
terhadap masalah-masalah yang akan dibahas.
Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
Caranya
1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6
sampai 8 orang
2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya
3. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat urutan prioritas
untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya
4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup
5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan
di belakang setiap masalah
6. Nilai peringat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut, dengan
harapan masing-masing orang akan mempertimbangkan kembali peringkat yang
diberikan setelah mengetahui nilai rata-rata
Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang dominan
mempengaruhi orang lain
Kelemahan
1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas
tersebut
2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif
3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak
untuk menentukan prioritas atas dasar fakta
II. Metode Delphi
Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian
yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang
disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus.
Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa
masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah
yang dicari
Caranya
1. Identifikasi masalah yang hendak/ perlu diselesaikan
2. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang dianggap mengetahui
dan menguasai permasalahan
3. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah
4. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan
mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
5. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas/
memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan kepada
pemimpin kelompok/pembuatan keputusan
Teknik Skoring
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk
berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah:
1. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
2. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)
3. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet
need)
4. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit)
5. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility)
6. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
(resources availibility)
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi
1. Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi
2. Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah
dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka
kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan
tersebut
3. Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan
sumber daya
4. Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya
diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang
ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan
dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya.
Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi
metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah
terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan
diambil.
B. Metode Matematik PAHO
(Pan American Health Organization)
Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom
dan dipergunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
1. Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah
2. Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukan dengan case
fatality rae masing-masing
3. Vulnerability : Menunjukan sejauh mana masalah tersebut
4. Community and political concern : Menunjunkan sejauh mana masalah
tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi
5. Affordability : Menunjukan ada tidaknya dana yang tersedia
Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu parameter ke
parameter lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut.
MCUA
(Multiple Criteria Utility Asessment Method)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan mengenai
kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini memakai lima kriteria untuk
penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot dari
masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan justifikasi
Kriteria
1. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian
2. Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi
3. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan
4. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan
5. Policy : Kebijakan pemerintah daerah /nasional
Metode CARL
• Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga
didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 – 10.
1. C = Capability (ketersediaan sumber daya (dana, saran, dan peralatan)
2. A = Accessibility (kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta
penunjang pelaksana seperti peraturan)
3. R = Readiness (kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,
seperti keahlian atau kemampuan motivasi)
4. L = Leverage (seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas)
Metode Reinke
• Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar
1-5 atas serangkaian kriteria:
1. M = Magnitude of the problem (besarnya masalah yang dapat dilihat dari %
atau jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta
kepentingan instansi terkait
2. I = Importancy / kegawatan masalah (tingginya angka morbiditas dan
mortalitas serta kecendrungan dari waktu ke waktu)
3. V = Vulnerability (sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitsnya dapat diketahui dari perkiraan
hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang
dipergunakan
4. C = Cost (biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan
masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya
Metode USG
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun
urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,
keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu
yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya,
pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:
I. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi.
II. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat
yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri.
III. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
3 Prinsip Manajemen Puskesmas
1. PERENCANAAN
a. Rencana Usulan Kegiatan (R.U.K):
RUK sama dengan plan of action (POA) atau rencana kerja yang biasanya disusun
menjelang pergantian tahun anggaran kegiatan baru
b. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA):
RKA, merupakann pengembangan dari RUK setelah ada perbaikan tata cara
pembuatan anggaran kegiatan dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).
c. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) :
Setelah disusun rencana kegiatan itu kemudian dibuatkan strategi pelaksanaan
secara terpadu
d. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) :
DPA merupakan kelanjutan dari RKA yang telah disetujui sebagai pedoman
pelaksanaan penggunaan anggaran kegiatan
2. PENGATURAN
a. Penggerakan : Mini Lokakarya Lintas Program
Mini Lokakarya (MinLok) ini dilaksanakan puskesmas setiap sebulan sekali, untuk
mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan
b. Pelaksanaan : Mini Lokakarya Linta Sektoral
Minlok ini dilaksanakan puskesmas setiap tiga bulan sekali dengan melibatkan
instansi terkait seperti dinkes,diknas, kecamatan, kelurahan, dan lainnya, sesuai porsi
kegiatan puskesmas.
3. PENILAIAN
a. Pengawasan : Monitoring
Kegiatan pelayanan harus terus diawasi pelaksanaannya agar mencapai target yang
telah ditetapkan
b. Pengendalian : Controlling
Pelayanan yang sudah optimal tetap perlu dikendalikan arahnya agar tidak
menyimpang dari tujuan kegitan
c. Penilaian : Evaluation
Setiap hasil kegiatan harus dievaluasi sebagai bentuk pertanggungjawaban institusi
terhadap publik dan pemerintah daerah.
Sistem Rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertical dalam arti dari satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal
dalam arti antara strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Macam-macam rujukan Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
1) Rujkan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu,
maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang
lebih mampu (baik hotizontal maupun vertical).Sebaliknya pasien pasca rawat inap
yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, bias dirujuk kembali ke puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (missal
operasi) dan lain lain.
b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten atau melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas.
2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas
tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan
kabupaten atau kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
a. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, dan bahan bahan habis pakai dan bahan makanan.
b. Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenanga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hokum kesehatan, penanggulangan
gangguan kesehatan karena bencana alam.
c. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat (antara lain usaha
kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan
contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten / kota. Rujukan
operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu
KERJASAMA
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa
program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja sama lintas program
yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa program terkait yang ada di
puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program adalah untuk menggalang kerja sama
dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja sama lintas sektoral. (WHO,1998)
Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang di luar sektor kesehatan yang
merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut
serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi informasi serta
mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau
bagian-bagian dari sektor yang berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu masalah
agar hasil yang tercapai dengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau efisien dibanding
sektor kesehatan bertindak sendiri. Prinsip kerja sama lintas sektor melalui pertalian dengan
program di dalam dan di luar sektor kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih besar
terhadap konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan dan praktek organisasi sektor-sektor
yang berbeda. (WHO, 1998)
Kerjasama lintas program adalah kerjasama didalam lingkup Puskesmas atau lingkup
DinasKesehatan itu sendiri,
sedangkan kerjasama lintas sektoral adalah kerjasama dengan organisasi Lembaga Swadaya
Masyarakat atau LSM, dan pemerintah desa.