MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK
“Penuaan Sistem Endokrin, Immobilitas, dan Intoleran Aktivitas pada Lansia”
TINGKAT III A
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1. Ari pebriadi (20136111039)
2. Citra Wardani (20136121048)
3. Hamzah (20136111070)
4. Resma Thea Frischilia (20136121108)
5. Yuniar salminda (20136121137)
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas dan berkat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penuaan Sistem Endokrin, Immobilitas, dan Intoleran Aktivitas
pada Lansia “.
Makalah ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang penyusun peroleh,
yang disesuaikan dengan kebutuhan materi pembelajaran, kebutuhan dosen
pengajar dan kebutuhan mahasiswa / mahasiswi.
Penyusun menyadari walaupun sudah berusaha menampilkan makalah
yang sempurna, makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu, penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
tercapainya suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan mata kuliah
Keperawatan Gerontik.
Singkawang, September 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................4
A. Pengertian.......................................................................................................4
B. Etiologi.............................................................................................................5
C. Manifestasi Klinis..........................................................................................5
D. Komplikasi......................................................................................................5
E. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................6
F. Penatalaksanaan...............................................................................................6
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Lanjut Usia dengan Penuaan Sistem Endokrin, Immobilitas, dan Intoleran Aktivitas........................................7
A. Pengkajian.......................................................................................................7
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................8
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................8
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................16
A. Kesimpulan...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangProses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia
seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas
keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan
pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar
dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang
endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi
oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua.
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya
bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang
kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui
pada usia lanjut.
Walaupun lansia dapat mengalami diabetes lebih sering daripada
kelompok usia yang lebih muda, kondisi maupun konsekuensi normal dari
proses penuaan ini bukanlah hal yang tidak dapat dihindarkan. Beberapa
perubahan terkait usia meningkatkan risiko diabetes. Namun, pada
kenyataannya dapat memperbesar kesempatan seseorang untuk mengalami
penyakit ini pada setiap dekade kehidupannya. Perubahan diatas juga
mencakup perubahan status gizi dan fungsi endokrin.
Selama dekade terakhir kehidupan, banyak lansia cenderung untuk
mengalami penambahan berat badan, bukan karena mereka mengonsumsi
kalori lebih banyak tetapi karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan
laju metabolisme basal. Hasilnya, seseorang yang memiliki berat badan
normal selama kehidupannya, mungkin menemukan bahwa dengan penuaan,
berat badan mereka meningkat secara bertahap. Ketidakseimbangan nutrisi
ini dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh. Dalam hubungannya dengan
sistem endokrin, penambahan beban kalori yang tidak diperlukan dapat
menjadi predisposisi bagi sesesorang untuk mengalami diabetes.
Kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua. Penyesuaian
batas normal untuk kadar glukosa darah 2 jam setelah makan yang telah
1
2
diajukan adalah 140-200 mg/dL. Kadar glukosa darah puasa yang dapat
diterima untuk lansia adalah <140mg/dL. Fungsi ginjal dan kandung kemih
juga berubah, membuat tes urine untuk glukosa menjadi kurang dapat
diandalkan pada lansia yang berusia >65 tahun. Perubahan-perubahan ini
mendukung penggunaan parameter yang telah disesuaikan dengan usia
dalam interpretasi nilai-nilai laboratorium untuk lansia dengan diabetes.
Perubahan fungsi fisik yang dapat terjadi pada tahun-tahun terakhir dapat
menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari
bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air
kecil dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin
tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka
percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah1. Apa saja pengertian dari penuaan sistem endokrin, immobilitas, dan
intoleran aktivitas pada lanjut usia?
2. Apa saja etiologi dari penuaan sistem endokrin, immobilitas, dan intoleran
aktivitas pada lanjut usia?
3. Apa saja manifestasi klinis dari penuaan sistem endokrin, immobilitas, dan
intoleran aktivitas pada lanjut usia?
4. Apa saja komplikasi dari penuaan sistem endokrin, immobilitas, dan
intoleran aktivitas pada lanjut usia?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk penuaan sistem endokrin,
immobilitas, dan intoleran aktivitas pada lanjut usia?
6. Bagaimana penatalaksanaan untuk penuaan sistem endokrin, immobilitas,
dan intoleran aktivitas pada lanjut usia?
7. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dari penuaan sistem
endokrin, immobilitas, dan intoleran aktivitas pada lansia?
3
C. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini untuk mengetahui
gambaran pengetahuan penuaan sistem endokrin, immobilitas, dan
intoleran aktivitas pada lanjut usia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat belajar dan memahami pengertian dari penuaan
sistem endokrin, immobilitas, dan intoleran aktivitas pada lanjut usia
b. Mahasiswa dapat belajar dan memahami etiologi dari penuaan sistem
endokrin, immobilitas, dan intoleran aktivitas pada lanjut usia
c. Mahasiswa dapat belajar dan memahami manifestasi klinis dari penuaan
sistem endokrin, immobilitas,dan intoleran aktivitas pada lanjut usia
d. Mahasiswa dapat belajar dan memahami komplikasi dari penuaan
sistem endokrin, immobilitas,dan intoleran aktivitas pada lanjut usia
e. Mahasiswa dapat belajar dan memahami dari penuaan sistem endokrin,
immobilitas,dan intoleran aktivitas pada lanjut usia
f. Mahasiswa dapat belajar dan memahami penatalaksanaan dari
penuaan sistem endokrin, immobilitas, dan intoleran aktivitas pada lanjut
usia
g. Mahasiswa dapat belajar dan memahami konsep dasar asuhan
keperawatan dari penuaan sistem endokrin, immobilitas, dan intoleran
aktivitas pada lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PengertianMenurut Constantinides 1994, menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan
yang diderita. Dengan begitu manusia secara progesif akan kehilangan daya
tahan terhadap infeksi dan akan menuntut makin banyak distorsi metabolik
dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti hipertensi,
aterosklerosis, diabetes mellitus, dan kanker yang akan menyebabkan kita
menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti
stroke, infark miokard, koma asidotik, metastasis kanker, dan sebagainya.
Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenar dan organ yang
memproduksi dan mengatur hormon dalam aliran darah untuk mengontrol
banyak fungsi tubuh. Sistem ini tumpang tindih dengan sistem saraf dan
eksokrin dan tanggung jawabnya meliputi metabolisme, pertumbuhan, dan
perkembangan seksual. Sistem endokrin adalah salah satu yang menentukan
siklus tubuh kita.
Immobilitas adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Aziz AA, 2006). Sedangkan gangguan
immobilitas adalah sutau keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik
secara mandiri yang dialami seseorang.
Intoleran aktivitas adalah suatu keadaan ketidakcukupan energi secara
fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan
aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
4
5
B. EtiologiBanyak faktor yang menyebabkan setiap orang tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah radikal bebas,
hormone yang menurun kadanya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh
yang menurun dan juga faktor genetik. Sdeangkan faktor eksternal adalah
gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang
salah, paparan polusi lingkungan daan sinar ultraviolet, stress dan penyebab
social lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini sangat berkaitan dan
memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
C. Manifestasi KlinisBanyak tanda dan gejala awal yang mungkin samar-samar dan tidak
spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya sebagai hal yang tidak
penting dan mengabaikan untuk mencari perawatan. Adanya perubahan
status kesehatan yang persisten harus diselidiki. Peningkatan berkemih
(poliuria), rasa haus yang berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang jelas
(polifagia), lemas, berat badan menurun, dan kerentanan terhadap infeksi
(khusunya jamur) adalah indikator-indikator yang sering muncul dari penyakit
ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat yang bervariasi pada
lansia. Penglihatan kabur, yang diakibatkan dari efek hiperglikemia pada lensa
okular, mungkin tidak dapat dikenali sebagai gejala pada lansia.
D. Komplikasi1. Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar nonketotik
2. Kronik
a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepid an pembuluh daraah otak.
b. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retinopati diabetik,
nefropati diabetik.
6
c. Neuropati diabetik.
d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih.
e. Kaki diabetic.
E. Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu/gula darah random (GDS).
2. Pmeriksaan gula darah plasma pada waktu puasa/gula darah nuchter
(GDP).
3. Pemeriksaan tes toleransi glukosa oral (TIGO), yaitu pemeriksaan yang
lebih sensitive dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana.
F. Penatalaksanaan1. Pencegahan primer
a. Mempertahankan berat badan ideal
b. Membatasi kemampuan lansia untuk membeli makanan
c. Pendidikan tentang kebutuhan diet
d. Latihan fisik seperti berjalan atau berenang
2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Deteksi dan intervensi dini membantu membatasi efek serius pada
lansia, misalnya kadar gula darah puasa harus diperiksa secara rutin.
b. Nutrisi
Mengajarkan pada lansia tentang membaca label untuk menghindari
asupan natrium dan lemak berlebihan, memasukkan sumber-sumber
makanan yang direkomendasikan dalam asupan sehari-hari, memilih
sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang
adekuat dalam diet.
c. Olahraga
Olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan
kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi serta dapat menurunkan berat
badan.
7
d. Pengobatan
1) Agens oral seperti sulfonylurea dan Glucophage
2) Insulin
3. Pencegahan tersier
a. Meningkatkan rehabilitas yang tepat dan kembali lagi pada gaya hidup
normal untuk lansia.
b. Beri dorongan pada lansia untuk mempertahankan atau memiliki
tanggung jawab terhadap aspek perawatan.
c. Perawatan kaki, mata, dan kulit yang merupakan komponen penting dari
perencanaan berkelanjutan.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Lanjut Usia dengan Penuaan Sistem Endokrin, Immobilitas, dan Intoleran Aktivitas
A. Pengkajian1. Anamnesa.
2. Aktivitas/istirahat: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, gangguan
tidur/istirahat.
3. Eliminasi: perubahan pola berkemih (poliuria) dan nokturia.
4. makanan/carian: polifagia, polidipsi, penurunan berat badan dan haus.
5. Neurosensori: sakit kepala, gangguan penglihatan.
6. sistem endokrin: pada sistem endokrin hamper semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
aktivitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR).
7. Sistem integumen: kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
8. Sistem muskuloskeletal: tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang, tendon mengkerut
sehingga lansia menjadi lambat bergerak.
8
B. Diagnosa Keperawatan1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak).
2. Immobilitas berhubungan dengan keletihan/kelelahan.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan akibat
penurunan kapasitas kerja fisik dan kerja mental terus menerus.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi Keperawatan1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein atau lemak).
Ditandai dengan:
a. Melaporkan masukan makanan tidak adekuat,kurang minat pada
makanan.
b. Penurunan berat badan,kelelahan,tonus otot buruk.
Kriteria hasil:
a. Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.
b. Menunjukkan tingkat energi biasanya.
c. Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah
rentang biasanya atau yang di inginkan dengan nilai laboratorium
normal.
Intervensi:
Mandiri:
a. Tindakan berat badan sesuai indikasi
Rasional: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
b. Tentukan program diet, pola makan, dan bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan klien
9
Rasional: Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapiutik.
c. Auskultrasi bising usus, catat nyeri abdomen atau perut kembung, mual,
muntah, dan pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi
Rasional: Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
menurunkan motilitas atau fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik).
d. Berikan makanan cair yang mengandung nutrisi dan elektrolit,
selanjutnya memberikan makanan yang lebih padat
Rasional: Pemberian makanan melalui oral lebih baik diberikan pada
klien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
e. Identifikasi makanan yang disukai
Rasional: Kerja sama dalam perencanaan makan.
f. Libatkan keluarga dalam perencanaan makanan
Rasional: Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi informasi pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.
g. Observasi tanda hipoklekimia (perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab atau dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas,
sakit kepala, pusing)
Rasional: Pada metabolisme karbohidrat (gula darah akan berkurang,
dan sementara akan tetap diberikan insulin maka terjadi hipoglikemi).
Jika dalam keadaan koma, hipoglikemi terjadi tanpa memperlihatkan
perubahan tingkat kesadaran.
Kolaborasi:
a. Lakukan pemeriksaaan gula darah dengan finger stick
Rasional: analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat
daripada memantau gula dalam urin.
b. Pantau pemeriksaan laboratorium (glukosa darah, aseton, pH, HCO3)
Rasional: gula darah menurun perlahan dengan penggantian cairan dan
terapi insulin terkontrol sehingga glukosa dapat masuk kedalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori.
c. Berikan pengobatan insulin secara teratur melalui IV
Rasional: insulin regular memiliki awitan cepat dan dengan cepat pula
membantu memindahkan glukosa kedalam sel. Pemberian melalui IV
karena absorpsi dari jaringan subkutan sangat lambat.
10
d. Berikan larutan glukosa (dekstrosa, setengah salin normal)
Rasional: larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan
membawa gula darah sekitar 250 mg/dl. Dengan metabolisme
karbohidrat mendekati normal, perawatan diberikan untuk menghindari
hipoglikemia.
e. Konsultasi ahli gizi
Rasional: bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Immobilitas berhubungan dengan keletihan/kelelahan
Ditandai dengan:
a. Kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan untuk
mempertahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja, kecenderungan
kecelakaan.
b. Meningkatnya keluhan fisik.
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Kriteria hasil:
a. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
b. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivias penyakit yang
memengaruhi toleransi aktivitas.
Intervensi:
Mandiri:
a. Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal peencanaan dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan
Rasional: pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun klien sangat lelah.
b. Diskusikan penyebab keletihan seperti nyeri sendi, penurunan efisiensi
tidur, peningkatan upaya yang diperlukan untuk ADL
Rasional: dengan mengetahui penyebab keletihan dapat menyusun
jadwal aktivitas.
c. Bantu mengidentifikasi pola energi dan buat rentang keletihan skala 0-
10 (0 = tidak elah, 10 = sangat kelelahan)
11
Rasional: mengidentifikasi waktu puncak energi dan kelelahan
membantu dalam merencanakan aktivitas untuk memaksimalkan
konservasi energi dan produktivitas.
d. Ajarkan teknik konservasi energi
Rasional: memungkinkan aktivitas yang berkesinambungan, menunjang
harga diri yang positif.
e. Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup/tanpa
diganggu
Rasional: mencegah kelelahan yang berlebihan.
f. Pantau nadi, frekuensi nafas, serta tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas
Rasional: mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
secara fisiologis.
g. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat
Rasional: klien melakukan lebih banyak aktivitas dengan penurunan
kebutuhan energi pada setiap kegiatan.
h. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kebutuhan
Rasional: memungkinkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
i. Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan gejala yang menunjukkan
peningkatan aktivitas penyakit dan mengurangi aktivitas, seperti demam,
penurunan berat badan, keletihan makin memburuk
Rasional: membantu dalam mengantisipasi terjadinya keletihan yang
berlebihan.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan akibat
penurunan kapasitas kerja fisik dan kerja mental terus menerus
Ditandai dengan:
a. Mengekspresikan secara verbal bahwa tidak memiliki kontrol atau
pengaruh terhadap situasi, tujuan, dan perawatan diri.
b. Penolakan untuk mengekspresikan perasaan sebenarnya, ekspresi
tentang pengalaman situasi tidak terkontrol.
c. Depresi, apatis, menarik diri, marah.
12
Kriteria Hasil:
a. Mengalami peningkatan pengertian tentang control terhadap situasi dan
aktivitas kehidupan.
b. Membantu merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri.
c. Mangambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi:
Mandiri:
a. Bersama klien mengeksplorasi kebutuhan, nilai, sikap pribadi.
Membantu memperlihatkan kesiapan untuk memulai dan
mempertahankan prilaku sehat
Rasional: melibatkan klien dalam perencanaan perawatan
meningkatakan kemungkinan akan penguasaan kemahiran.
b. Anjurkan klien mengekspresikan perasaannya tentang perawatan dan
penyakitnya secara keseluruhan
Rasional: mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara
pemecahan masalah.
c. Kaji bagaimana klien menangani masalahnya dimasa lalu
Rasional: pengetahuan klien membantu menentukan kebutuhan
terhadap tujuan penanganan.
d. Identifikasi perilaku koping yang lalu atau saat ini yang positif dan
berguna untuk dipakai
Rasional: kesadaran tentang keberhasilan pada masa lalu
meningkatkan kepercayaan diri.
e. Beri kesempatan keluarga mengekspresikan perhatiannya dan
diskusikan cara mereka membantu klien
Rasional: meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan
keluarga memecahkan masalah untuk mencegah penyakit.
f. Tentukan tujuan atau harapan dari klien/keluarga
13
Rasional: harapan yang tidak realitis/adanya tekanan dari orang lain
mengakibatkan perasaan frustasi dan mengganggu kemampuan koping.
g. Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan keluarga
Rasional: tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan mengendalikan
diabetik.
h. Anjurkan klien membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya,
seperti ambulasi, waktu beraktivitas
Rasional: mengkomunikasikan pada klien bahwa beberapa
pengendalian dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.
i. Berikan dukungan klien untuk ikut berperan dalam perawatan diri dan
berikan umpan balik positif sesuai usaha yang dilakukan
Rasional: meningkatkan perasaan control terhadap situasi.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Ditandai dengan:
a. Pertanyaan atau meminta informasi, mengungkapkan masalah.
b. Ketidakakuratan mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat
dicegah.
Kriteria hasil:
a. Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
b. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
c. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan.
d. Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi:
Mandiri:
a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk klien
Rasional: menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
klien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
b. Bekerja dengan klien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
14
Rasional: partisipasi dalam perencanaan antusias dan kerja sama
dengan prinsip yang dipelajari.
c. Diskusikan tentang kadar glukosa normal dan bandingkan dengan
kadar glukosa darah klien, tipe DM yang dialami, hubungan antara
kekurangan insulin dengan kadar gula yang tinggi
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
d. Rasionalisasikan terjadinya serangan ketoasidosis
Rasional: pengetahuan tentang faktor penceus membuat pertimbangan
dalam memilih gaya hidup.
e. Terangkan komplikasi penyakit akut dan kronis meliputi gangguan
penglihatan (retinopati), perubahan neurosensori dan kardiovaskular,
perubahan fungsi ginjal/hipertensi
Rasional: kesadaran tentang apa yang terjadi membantu klien untuk
lebih konsisten terhadap perawatannya dan mengurangi komplikasi.
f. Demonstrasikan cara pemeriksaan gula darah dengan menggunakan
finger stick dan beri kesempatan klien mendemonstrasikan
Rasional: melakukan pemeriksaan gula darah 4 kali atau lebih sehari,
meningkatkan kontrol kadar gula darah dengan lebih ketat, dan
mencegah perkembangan komplikasi jangka panjang.
g. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat,
dan cara melakukan makan
Rasional: kesadaran pentingnya kontrol diet membantu klien dalam
merencanakan program. Serat dapat memperlambat absorpsi glukosa
yang akan menurunkan fluktuasi kadar gula darah, tetapi dapat
menyebabkan gangguan pada saluran cerna, flatus meningkat, dan
memengaruhi absorpsi vitamin atau mineral.
h. Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak, dan
lamanya dosis insulin yang diresepkan, bila disesuaikan dengan klien
Rasional: pemahaman semua aspek yang digunakan obat
meningkatkan penggunaan yang tepat.
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanProses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia
seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas
keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan
pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar
dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang
endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi
oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua.
Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenar dan organ yang
memproduksi dan mengatur hormon dalam aliran darah untuk mengontrol
banyak fungsi tubuh. Sistem ini tumpang tindih dengan sistem saraf dan
eksokrin dan tanggung jawabnya meliputi metabolisme, pertumbuhan, dan
perkembangan seksual. Sistem endokrin adalah salah satu yang menentukan
siklus tubuh kita.
Immobilitas adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Aziz AA, 2006). Sedangkan gangguan
immobilitas adalah sutau keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik
secara mandiri yang dialami seseorang.
Intoleran aktivitas adalah suatu keadaan ketidakcukupan energi secara
fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan
aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah radikal bebas,
hormone yang menurun kadanya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh
yang menurun dan juga faktor genetik. Sdeangkan faktor eksternal adalah
gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang
salah, paparan polusi lingkungan daan sinar ultraviolet, stress dan penyebab
15
16
social lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini sangat berkaitan dan
memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan.
Banyak tanda dan gejala awal yang mungkin samar-samar dan tidak
spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya sebagai hal yang tidak
penting dan mengabaikan untuk mencari perawatan. Adanya perubahan
status kesehatan yang persisten harus diselidiki. Peningkatan berkemih
(poliuria), rasa haus yang berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang jelas
(polifagia), lemas, berat badan menurun, dan kerentanan terhadap infeksi
(khusunya jamur) adalah indikator-indikator yang sering muncul dari penyakit
ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat yang bervariasi pada
lansia. Penglihatan kabur, yang diakibatkan dari efek hiperglikemia pada lensa
okular, mungkin tidak dapat dikenali sebagai gejala pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyandi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba
Medika. Jakarta
http://artikelprofesikesehatan.blogspot.com/2012/11/macam-macam-
penyakit-pada-gangguan.html
https://aqies.wordpress.com/2009/05/08/gangguan-endokrin-pada-lansia/
http://iccners.blogspot.co.id/2014/01/makalah-penuaan-sistem-
endokrin_5579.html
http://septiapujiastuti.blogspot.co.id/2014/12/keperawatan-gerontik-
imobilitas-dan.html
Top Related