BAB 1
PENGENALAN: Spesifikasi, Jenis dan Kelas Kayu
1.1 PENDAHULUAN
Tujuan dari buku ini adalah menyajikan proses desain struktur kayu secara sederhana,
namun masih mencakup desain dan analisis elemen- elemen bangunan secara umum.
Biasanya, rancangan struktur ditentukan oleh arsitek —untuk kemudian diserahkan kepada
insinyur bangunan agar mendesain elemen- elemen bangunan dan menyajikannya dalam
bentuk gambar struktur. Dalam buku ini, kita menggunakan pendekatan berbasis proyek yang
mencakup proses desain bangunan berangka kayu yang akan dihadapi oleh para insinyur
kebanyakan.
Sasaran pembaca buku ini adalah mahasiswa yang mengambil jurusan desain
bangunan kayu, insinyur dan juga desainer bangunan kayu yang mencari panduan desain
yang simpel. Pembaca harus memiliki pengetahuan tentang statika, kekuatan material,
analisis struktur (termasuk analisis Truss), dan perhitungan beban yang berhubungan dengan
kode bangunan (beban mati, hidup, salju, angin dan beban guncangan). Beban desain akan
dibahas di bab 2. Pembaca juga harus mempunyai:
1. National Design Spesification for Wood Construction, edisi 2005, ANSI/AF&PA (setelah
ini akan disebut dengan NDS code)
2. National Design Spesification Supplement: Design Values for Wood Construction, edisi
2005, ANSI/AF&PA (setelah ini akan disebut dengan NDS-S)
3. International Building Code, edisi 2006, International Code Council (ICC) (setelah ini
akan disebut dengan IBC)
4. Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, edisi 2005, American Society
of Civil Engineers (ASCE) (setelah ini akan disebut ASCE 7)
Pendekatan Berbasis Proyek
Kayu adalah material bangunan dari alam yang paling melimpah dan bisa
diperbaharui, dan dipakai secara luas sebagai bahan bangunan di Amerika —di mana lebih
dari 80% bangunannya terbuat dari kayu. Jumlah konfigurasi bangunan dan contoh desain
yang bisa disajikan sangatlah banyak. Beberapa contoh pemakaian kayu sebagai bahan
bangunan ialah sebagai rumah tinggal, pasar, perkantoran, hotel, fasilitas pendidikan dan
kesehatan, panti jompo dan veteran, dan juga tempat ibadah. Bangunan kayu yang paling
umum ialah sebagai rumah dan hotel. Bangunan rumah biasanya setinggi antara satu hingga
tiga lantai, sedangkan hotel atau apartemen bisa mencapai empat lantai. Bangunan komersil,
industri dan bangunan lain yang memiliki tingkat beban tinggi tidak dibangun dengan kayu
—walaupun bisa saja kayu digunakan sebagai struktur sekunder, sebagai gudang misalnya.
Bangunan di taman bermain kebanyakan terbuat dari kayu karena biaya perawatan yang
relatif rendah dan kemampuan unik kayu untuk menahan siklus beban dinamis (beban lelah/
jenuh) yang diterima oleh struktur tersebut. Pendekatan yang dipakai di sini ialah proses
desain sederhana yang dibutuhkan dalam ilmu perkayuan secara umum. Gambar 1.1 dan 1.2
akan mengidentifikasikan ciri komponen srtuktur bangunan kayu.
1.2 CIRI KOMPONEN STRUKTUR BANGUNGAN KAYU
Kebanyakan bangunan kayu di Amerika ialah tipe konstruksi platform, di mana
rangka dinding hanya dibuat perlantai, dan lantai yang di bawah akan menjadi landasan untuk
membangun dinding selanjutnya —yang nantinya akan menyangga dinding di lantai atasnya.
Dindingnya biasanya berdiri vertikal di antara landasan lantai bawah dan landasan lantai di
atasnya.
(Gambar 1.1) sekilas perspektif bagian- bagian bangunan
(Gambar 1.2) sekilas bagian- bagian bangunan secara umum
Ini sangat berbeda dengan konstruksi tipe balon yang jarang digunakan, di mana
rangka dinding tipe ini dibuat berlanjut dari bawah sampai atas sesuai ketinggian bangunan,
dan frame lantai ditopang oleh brackets (pelat siku) yang dipasang pada rangka dinding.
Elemen srtuktur secara umum pada sistem bangunan kayu dijelaskan di bawah ini.
Rafter /Kaki Kuda- Kuda (Gambar 1.3) Secara umum rafter adalah balok atap yang
dipasang secara miring, dengan interval yang cukup rapat (12, 16 atau 24 inchi) dan menahan
beban yang lebih ringan daripada beban yang ditahan oleh rangka atap, balok utama, atau
rangka baja. Rafter biasanya ditopang oleh rangka atap, balok nok, jurai atau dinding. Dalam
prakteknya, panjang maksimal rafter biasanya antara 4-5 meter. Rafter dengan panjang
bervariasi yang ditopang oleh jurai disebut jack rafters (lihat gambar 1.6). Rafter atap dengan
balok nok non-struktural, seperti papan ridge 1X, membutuhkan tie joists atau collar joists
untuk menahan dorongan secara horizontal ke arah luar pada dinding, yang diakibatkan oleh
beban gravitasi pada rafter yang memang dipasang secara miring. Sebuah atap berangka
rafter dengan tie joist, akan berfungsi sebagai rangka penyangga ketiga.
(Gambar 1.3)
Contoh frame atap
Joists (Gambar 1.4) Joists adalah rangka kayu lantai yang ditata dengan interval cukup
rapat (12, 16 atau 24 inchi) untuk menyangga atap atau dek lantai. Joists menahan beban
yang lebih ringan daripada balok utama atau balok nok. Joists biasanya disangga oleh balok
utama lantai, dinding atau balok nok. Dalam prakteknya, panjang joist biasanya 4-5 meter.
Bila lebih panjang dari 6 meter, biasanya akan membutuhkan prodak teknik yang lebih
matang, contohnya I-joists atau joist jaring terbuka —yang dalamnya bervariasi antara 3-7
meter. Joists lantai bisa dipasang di atas balok lantai, dibuat bersambung (inline joists dan
lapped joists) dengan joists lain pada balok lantai, atau joists bisa juga di pasang di pinggir
balok lantai menggunakan penggantung. Lapped joists–bersambung lebih sering digunakan
karena kemudahan dalam pemasangannya dan juga karena lapped joists tidak terpengaruh
dengan lebar balok penyangga.
(Gambar 1.4) Elemen- elemen frame lantai
Joists Berlapis Joists berlapis adalah dua atau lebih kayu joists yang disatukan dan
berfungsi sebagai balok komposit. Fungsinya adalah sebagai penahan beban berat yang
terpusat atau beban dari dinding yang pararel dengan joists tersebut, belum termasuk beban
lantai itu sendiri. Joists berlapis juga dipakai sebagai bingkai sekitar tangga.
Joists Header dan Trimmer Joists header dan trimmer adalah pertemuan dari joists
berlapis yang berbeda arah dan digunakan sebagai bingkai bukaan tangga. Joists trimmer
dibuat sejajar dengan sisi panjang dari bukaan lantai, dan mendukung fungsi rangka lantai
dan dinding di ujung tangga. Joists header bisa dipakai untuk menahan pegangan tangga dan
beban lantai, dan juga sejajar dengan sisi pendek bukaan lantai.
Balok Utama Balok utama adalah elemen horizontal yang lebih panjang dan
berfungsi untuk menahan beban gravitasi yang lebih berat daripada joists maupun rafter (kaki
kuda- kuda). Balok kayu utama bisa juga dibuat dengan menyatukan beberapa joists.
Beberapa macam dari balok rangka utama adalah balok kayu utuh, balok kayu glulam (di
laminasi dan di lem) /balok PSL atau balok kayu vinir laminasi (LVL).
(Gambar 1.5) Contoh Balok Rangka Utama
Balok kayu nok Kayu nok adalah balok rangka yang menahan bubungan dan kaki
kuda- kuda. Biasanya kayu nok disangga oleh kolom secara vertikal atau juga oleh balok
secara melintang.
Jurai- jurai Jurai adalah balok kayu yang dipasang miring diagonal yang menahan jack
rafters pada atap, dan beban atap triangular yang disebabkan oleh panjang jack rafters yang
berbeda- beda (lihat Gambar 1.6). Jurai ditahan oleh dinding dan kaki kuda- kuda di ujung
balok nok. The jack atau rafter yang panjangnya bervariasi ditahan oleh jurai dan dinding.
Bentuk dari jurai- jurai biasanya dalah V terbalik, dan di desain seperti balok nok.
(Gambar 1.6) Jurai- jurai
Kolom Kolom adalah balok vertikal yang menahan beban tekanan aksial dan kadang-
kadang menahan beban lengkung yang disebabkan oleh beban angin lateral, atau beban
esentrisitas gravitasi pada kolom. Kolom biasanya dibuat dari kayu P&T atau kayu glulam,
walau terkadang balok kolom juga dibuat dari kayu dimensional. Kayu kolom bisa juga
dipakai sebagai rangka dinding, yang mana akan menahan gaya dan tekanan aksial dari efek
balik beban seismik dan lateral pada bangunan.
Truss/ Kuda- Kuda (Gambar 1.7)
Truss dibuat dari kayu- kayu yang
digabungkan sedemikian rupa, dan berfungsi
untuk menahan tekanan aksial dan beban
lengkung. Kuda- kuda biasanya berjarak
tidak lebih dari 48 inchi pada pusatnya dan
memiliki panjang hingga 36 meter. Kuda-
kuda biasanya dibuat melintang dari dinding
ke dinding. Terdapat beberapa konfigurasi
kuda- kuda yang bisa dipakai, termasuk juga
kuda- kuda busur, gunting, Frat dan Warren.
Dalam prakteknya, untuk alasan ekonomi,
truss buatan pabrik biasanya telah ditentukan
jenisnya, dan kebanyakan merupakan desain
dari perusahaan truss itu sendiri —bukannya
buatan desainer. Truss buatan pabrik bisa
juga dipakai sebagai frame lantai. Ini
biasanya digunakan apabila panjangnya tidak
memungkinkan untuk memakai yang terbuat
dari kayu. Rasio panjang-tinggi yang
direkomendasikan untuk kuda- kuda kayu
ialah 8 hingga 10 untuk kuda- kuda datar, 6
atau kurang untuk kuda- kuda triangular, dan
6 hingga 8 untuk kuda- kuda busur.
(Gambar 1.7) contoh kuda- kuda
Rangka dinding (Gambar 1.8) Rangka dinding biasanya dibuat dari kayu dimensional
yang dipasang dengan interval cukup dekat (biasanya 12, 14 atau 24 inchi). Rangka kayu
biasanya digunakan untuk menahan beban aksial terpusat, namun bisa juga dipakai untuk
menahan gabungan dari beban aksial terpusat dan beban lengkung karena tekanan angin yang
mengenai dinding. Rangka kayu juga bisa digunakan untuk menahan beban aksial esentris;
contohnya pada gudang dengan rangka dinding dan lantai yang dipasang pada bagian sempit
kayu rangka menggunakan hanger. Dikarenakan adanya beban aksial, rangka dinding bagian
dalam harus didesain untuk menahan tekanan angin interior minimum 5psf, seperti yang
ditentukan dalam IBC.
Rangka dinding biasanya digabungkan dengan triplek yang dipaku pada rangkanya.
Sehingga, rangka kayu dipasang secara lateral pada selubung dinding untuk menahan sumbu
lemahnya. Rangka dinding dan selubung triplek juga secara bersama- sama berfungsi sebagai
diafragma vertikal untuk menahan beban lateral yang sejajar dengan dinding. Jack stud
(disebut juga jamb atau trimmer) adalah rangka yang menyangga ujung tepi kusen dinding
dan pintu; king stud adalah rangka dengan tinggi-penuh yang menempel pada jack stud; dan
cripple stud adalah rangka dengan tinggi medium yang terletak di atas atau di bawah kusen
jendela atau pintu. Frame dinding biasanya terdiri dari rangka, selubung dinding, dan kayu
ambang atas-bawah yang biasanya dibuat bersamaan sebagai satu unit untuk selanjutnya
diposisikan pada bangunan.
(Gambar 1.8) elemen- elemen
frame dinding
Balok Kantilever (Gambar 1.9) Balok
kantilever terdiri dari bagian belakang yang
diapit dua penyangga, dan bagian
menggantung (kantilever) yang menjorok
keluar melebihi dinding di bawahnya.
Kantilever kadang digunakan pada frame
atap sebagai bagian peneduh dari jendela dan
untuk melindungi dinding dari hujan, atau
digunakan pada frame lantai sebagai balkon.
Bagian belakang akan lebih efisien jika
panjangnya tiga kali lipat daripada panjang
bagian yang menggantung. Defleksi dari
bagian yang menggantung dan gaya angkat
yang dialami balok bagian belakang bisa
menjadi hal fatal bagi balok tipe ini. Balok
ini harus di desain untuk menahan beban
hidup unbalance, skip, atau pattern untuk
menghadapi kemungkinan terburuk yang
bisa terjadi. Perlu diingat bahwa kantilever
pada atap biasanya rentan terhadap gaya
angkat angin, terutama di daerah yang sering
mengalami badai.
(Gambar 1.9) Frame Kantilever
Blocking dan Bridging Blocking dan Bridging merupakan kayu 2X padat atau kayu
bersilang yang dipasang diantara balok atap/ lantai, joists atau rangka dinding; yang mana
akan menghasilkan kestabilan lebih. Blocking dan bridging juga membuat balok disekitarnya
bersatu menahan beban gravitasi, dan juga membantu mendistribusikan beban yang
terkonsentrasi pada lantai. Penggunaan bridging pada kuda- kuda akan mencegah bukling
lateral-torsional pada puncak dan dasar kuda- kuda.
(Gambar Blocking dan Bridging)
Ambang atas Ambang atas adalah rangka mendatar kayu 2X yang berkelanjutan dan
terletak di atas rangka dinding di tiap lantai. Fungsinya adalah sebagai penahan lengkung-
dalam dinding dan juga gaya aksial yang dikarenakan beban lateral pada atap dan diafragma
lantai. Apabila interval frame kuda- kuda atau lantai tidak sesuai dengan rangka dinding,
maka ambang atas akan berfungsi sebagai bagian fleksural yang memindahkan sumbu lemah
frame kuda- kuda dan lantai pada rangka dinding. Ambang atas juga berfungsi sebagai
pengikat agar strukutur horizontal pada level atap dan lantai bangunan tetap menyatu.
Ambang bawah Ambang bawah adalah rangka mendatar kayu 2X yang berkelanjutan
dan terletak di bawah rangka dinding yang berfungsi sebagai penerima dan pendistribusi
beban gravitasi dari rangka dinding. Ambang bawah yang terletak di atas fondasi batu atau
beton disebut sill plates dan biasanya diberi tekanan karena adanya kelembapan yang
disebabkan oleh persinggungan langsung antara ambang bawah dengan pondasi. Ambang
bawah juga berguna untuk memindahkan beban lateral dinding pada pondasi di bawahnya
melalui baut sill anchor.
1.3 CIRI SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN KAYU
Struktur bangunan berangka kayu biasanya terdiri dari; frame atap, frame lantai dan
frame dinding
Frame Atap
Berikut ialah beberapa contoh desain frame atap:
(Gambar 1.10)Layout frame kuda- kuda;
a. kuda- kuda atap
b. langit- langit
c. collar tie joists
1. Kuda- kuda dipasang melintang pada bangunan, dari tembok ke tembok (Gambar 1.10a)
2. Kaki kuda- kuda ditopang oleh kayu nok, atau jurai, atau tembok. Digunakan dalam
pembuatan atap gereja atau pembuatan loteng (Gambar 1.10b)
3. Kaki kuda- kuda yang menggunakan papan ridge sebagai garis atapnya, ditopang oleh
frame dinding. Tekanan ke arah luar akan ditahan oleh collar tie (Gambar 1.10c). Kaki
kuda- kuda yang saling berlawanan arah akan menghasilkan reaksi keseimbangan
horisontal sendiri. Reaksi horizontal ini membuat dorongan ke arah luar pada bagian
ujung kaki kuda- kuda dan dinding, yang mana harus ditahan menggunakan collar ties.
4. Pembuatan frame kayu, termasuk dengan
penggunaan purlin, joists, balok rangka,
kayu nok dan kolom interior untuk
menahan beban atap seperti pada sistem
atap datar berpanel (Gambar 1.11).
Purlin adalah kayu potongan berukuran
kecil seperti 14s dan 16s yang terletak
diantara joists dan kuda- kuda pada
sistem atap berpanel, dengan panjang
sekitar 2,4 – 3 meter, dan berjarak 2
inchi.
(Gambar 1.11) Layout frame atap pada umumnya
Frame Lantai
Pilihan dalam pembuatan frame lantai biasanya termasuk dengan penggunaan frame kayu
seperti; joists, balok rangka, girder, kolom interior dan rangka tembok untuk menahan beban
lantai. Joists pada lantai bisa dipasangkan di atas balok rangka, atau dipasang pada sisi balok
rangka menggunakan joists hanger. Pembuatan frame lantai akan membantu dalam
pemasangan selubung lantai, biasanya kayu lapis atau papan strand berorientasi (OSB), yang
nantinya akan menjadi pendukung lateral pada frame, dan menjadi permukaan lantai—
mendistribusikan beban mati dan hidup pada lantai. Terlebih, selubung lantai akan menjad
diafragma horizontal yang akan memindahkan beban angin lateral dan seismik kepada
diafragma vertikal atau dindingnya. Contoh frame lantai ada pada gambar 1.12.
(Gambar 1.12)Layout frame lantai secara umum.
a) Joists dipasang di atas balok rangka utama
b) Joists dipasang di samping balok rangka utama menggunakan hanger
Frame Dinding
Frame dinding pada bangunan berrangka kayu merupakan pemasangan vertikal kayu 2x4
atau 2x6 yang dipasang berdampingan dan berjarak 16 atau 24 inchi pada pusatnya, dengan
kayu lapis atau papan OSB sebagai selubung dindingnya. Frame dinding juga terdiri dari
ambang atas dan ambang bawah, ditambah dengan bingkai kusen yang berfungsi untuk
menahan beban bukaan pintu dan jendela. Dinding juga berfungsi untuk menahan beban
gravitasi dari atap dan frame latai, dan juga menahan beban angin lateral dan seismik. Akan
sangat diperlukan untuk menambah selubung dinding pada bagian luar dan dalam dari rangka
tersebut untuk mendapatkan kapasitas maksimum ketahanan dinding. Kadang- kadang,
sebuah balok dipasang secara diagonal untuk menahan beban lateral, tapi pemasangan ini
jarang digunakan. Lihat gambar 1.13 dan 1.14 untuk lebih jelasnya. (Lihat juga gambar 1.8)
(Gambar 1.13) Pemasangan balok kayu diagonal (Gambar 1.14) Penampang dinding pada umumnya
Dinding pada Bangunan Kayu
Kekuatan angin lateral dan kekuatan seismik bisa berakibat pergeseran, terguling, dan
miringnya bangunan kayu seperti pada gambar 1.15. Pergeseran pada bangunan seharusnya
bisa dicegah oleh gaya gesek antara bangunan dan pondasi, namun pada prakteknya, ini
dianggap tidak ada —sehingga biasanya akan dipasang baut sill anchor untuk mencegah
pergeseran. Untuk kejadian tergulingnya bangunan, yang bisa mengakibatkan bangunan
menjadi jungkir-balik, bisa dicegah karena adanya dead weight (berat mati) dari bangunan
tersebut dan juga dengan pemasangan baut anchor pada ujung bangunan. Miringnya
bangunan bisa dicegah dengan pemasangan balok diagonal, atau dengan pemasangan
selubung kayu lapis dan papan OSB pada rangka.
(Gambar 1.15) efek pada bangunan; terguling, bergeser dan miring
Gaya angkat yang diakibatkan oleh beban angin vertikal pada atap bangunan kayu,
bisa dicegah karena adanya dead weight dari atap itu sendiri dan juga dengan menggunakan
anchor. Baut anchor berguna untuk ‘mengikat’ kuda- kuda pada rangka dinding. Perhitungan
gaya angkat harus ditelusuri mulai atap hingga ke pondasi. Jika efek dari gaya angkat
mencapai dinding lantai dasar, maka baut anchor pada sill plate harus ditancapkan cukup
dalam pada pondasi atau balok utama. Pondasi juga harus diperiksa untuk memastikan
apakah berat matinya cukup; yaitu dari berat pondasi itu sendiri dan berat tanah tempat
pondasi tersebut dibuat.
1.4 SPESIFIKASI dan STRUKTUR KAYU
Kayu adalah material hidup dan merupakan salah satu bahan bangunan tertua yang
pernah ada. Kayu ada secara alami, dan bisa diperbaharui dengan menanam pohon baru.
Kayu ada bermacam- macam jenisnya dan ortotropis, sehingga kekuatannya dipengaruhi oleh
arah relativitas beban dan juga arah serat kayu. Oleh sebab itu, maka struktur kayu sangat
bervariasi antar jenis, dan karena kayu adalah benda hidup, maka kelangsungannya sangat
tergantung dengan kondisi lingkungan sekitar. Bangunan kayu dikenal sangat tahan banting,
dan bisa bertahan hingga ratusan tahun; sebagai bukti adalah dengan banyaknya bangunan
bersejarah di Amerika yang terbuat dari kayu. Pada bagian ini, kita akan membahas
spesifikasi kayu yang mana sangat penting bagi para arsitek dan insinyur dalam mengukur
kekuatan elemen dan struktur kayu.
Serat kayu terdiri dari tabung- tabung sel yang kecil, panjang, bulat atau kotak
(Gambar 1.16), dengan dinding sel yang terbuat dari selulosa, yang membuat kayu memiliki
kemampuan menahan beban. Serat pada gelonggongan kayu biasanya mengarah miring/
longitudinal dari batangnya, yang terikat oleh suatu zat semacam ‘lem’ yang disebut lignin.
Komposisi kimia dari kayu adalah kira- kira 60% selulosa, 30% lignin, dan 12% gula dan
lainnya. Air dalam dinding sel biasanya disebut bound water (air terikat) dan air dalam
rongga sel disebut free water (air bebas). Saat kayu dikeringkan, air bebas dalam kayu akan
menghilang sebelum akhirnya perlahan- lahan kayu akan kehilangan air terikatnya. Air
terikat inilah yang mempengaruhi penyusutan atau penggembungan kayu. Sel atau serat kayu
biasanya berorientasi vertikal terhadap pohon. Kekuatan kayu dipengaruhi oleh arah seratnya.
Jika arah seratnya pararel atau miring (longitudinal) terhadap batangnya, maka disebut
parallel-to-graindirection. Jika arah seratnya memutar (radial) atau tangential, maka disebut
perpendicular-to-graindirection.
(Gambar 1.16) Struktur sel pohon (Gambar 1.17) Penampang kayu secara umum
Penampang Kayu
Pohon dibagi menjadi dua kelas utama; hardwood (kayu keras) dan softwood (kayu
lunak). Penggolongan ini tidak mengindikasikan seberapa kuat sebuah pohon, karena pada
kenyataannya softwood lebih kuat daripada hardwood. Hardwood adalah pohon- pohon
berdaun lebar, sementara softwood adalah pohon- pohon berdaun jarum yang sebagian besar
tumbuh sepanjang tahun. Pohon hardwood membutuhkan waktu matang dan tumbuh yang
lebih lama daripada softwood, sehingga harganya lebih mahal dan jarang digunakan dalam
konstruksi kayu di Amerika. Lebih dari 75% penggunaan kayu di Amerika adalah berbahan
kayu softwood, dan lebih dari 2/3 jenis pohon softwood tumbuh di Barat seperti pohon
douglas fir-lach dan spurce. Beberapa contoh dari pohon hardwood ialah balsa, oak, birch
dan basswood.
Contoh gambar penampang kayu secara umum ada pada gambar 1.17. Pertumbuhan
kayu diindikasikan oleh lingkaran tahun yang terus bertambah tiap tahun pada permukaan
batang, tepat dibawah kulit pohon. Usia dari pohon tersebut bisa ditentukan dari jumlah
lingkaran tahun pada bagian dasar gelondongan kayu. Terdapat dua bagian besar pada
penampang kayu yaitu sapwood (kayu getah) dan heartwood (jantung pohon). Sapwood
berwarna cerah dan mungkin sama kuatnya dengan jantung pohon, tapi kurang tahan
terhadap kebusukan. Jantung pohon berwarna gelap, usianya lebih tua dan lebih tahan
terhadap kebusukan. Tetapi, sapwood lebih ringan dan lebih tahan pada perlakuan tekanan.
Fungsi jantung pohon ialah untuk mekanisme kehidupan pohon, sementara sapwood
mengandung sel- sel hidup untuk pertumbuhan pohon.
Kelebihan dan Kekurangan Pohon Sebagai Bahan Bangunan
Beberapa kelebihan pohon sebagai bahan bangunan ialah:
Kayu adalah bahan bangunan yang bisa diperbaharui
Kayu bisa diproses/ dikerjakan dengan mesin
Kayu memiliki rasio kekuatan–berat yang bagus
Kayu tidak akan berkarat
Kayu bagus untuk kepuasan estetika/ keindahan
Sementara beberapa kekurangan pohon ialah:
Kayu bisa terbakar
Kayu bisa membusuk, dan bisa diserang oleh serangga semacam rayap dan cacing
laut. Kelembaban bisa mempercepat pembusukan
Kayu menyimpan air
Kayu rentan terhadap instabilitas volume (ex: penyusutan dll)
Spesifikasi kayu sangat bervariasi antar satu jenis terhadap jenis lainnya, bahkan
terhadap sesama spesies. Bahkan ada juga variasi kekuatan antara satu bagian dengan
bagian lainnya dalam satu pohon.
1.5 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN KAYU
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu akan dibahas pada bagian ini; (a)
jenis dan grup jenis kayu, (b) kandungan air, (c) masa pakai beban, (d) klasifikasi ukuran
kayu, (e) cacat kayu, (f) arah tekanan dan serat kayu, dan juga (g) suhu lingkungan.
Jenis dan Grup Jenis Kayu
Kayu material diproduksi dar beberapa jenis pohon. Beberapa jenis digolongkan
sebagai grup jenis, yang mana ‘ditanam, dipanen dan diproduksi bersama”. Data kode NDS
tentang tekanan terhadap grup jenis dihasilkan dari tes berulang kali, untuk memastikan
bahwa hasil tes tekanan terhadap semua jenis kayu dalam grup jenis akan konservatif dan
aman. Grup jenis ialah kombinasi antara dua atau lebih spesies. Contohnya, Douglas fir-lach
ialah grup jenis yang diperoleh dari perpaduan antara pohon Douglas fir dan Western Larch.
Hem-fir ialah grup jenis yang diperoleh dari perpaduan Western Hemlock dan White fir.
Kayu struktur diperoleh dari bermacam- macam stok pohon, dan pemilihannya untuk
digunakan dalam desain ditentukan oleh alasan ekonomi dan ketersediaan regional. Untuk
beberapa daerah, hanya ada beberapa grup jenis yang mungkin tersedia. Grup jenis yang
memiliki kekuatan ketersediaan ialah Douglas fir-lach dan southern pine, yang juga disebut
southern yellow pine. Contoh dari grup jenis yang dipakai secara luas dalam bangunan kayu
ialah Douglas fir-lach (DF-L), hem-fir, spruce-pine-fir (SPF), dan southern yellow pine
(SYP). Masing- masing grup jenis memiliki set data desain tekanan yang berbeda dalam
NDS-S, dan spesies kayu dalam grup jenis tertentu memiliki spesifikasi yang mirip dan
aturan pengelompokan yang sama.
Kandungan Air
Kekuatan dari kayu sangatlah dipengaruhi oleh kandungan air, yang mana
didefinisikan sebagai presentase jumlah air dalam sepotong kayu. Fiber saturation point
(FSP) atau titik jenuh adalah di mana saat kandungan air bebas dalam kayu telah habis
sepenuhnya. Dibawah FSP (biasanya kadar air dalam kayunya antara 25%-35%) maka kayu
akan mulai menyusut dikarenakan kehilangan air dalam dinding sel (air terikat). Equilibrium
moisture content (EMC) atau kadar air keseimbangan ialah saat dimana kadar air dalam kayu
mencapai kadar yang tetap karena seimbang dengan kelembaban lingkungan, yaitu
kelembabannya sekitar 10%-15% dalam lingkungan yang terlindung. Kadar air dalam kayu
bisa diukur dengan pengukur kelembaban genggam. Jika kadar air meningkat mendekati FSP
(kadar titik jenuh) maka kekuatan kayu akan berkurang, dan jika kadar air lebih rendah dari
FSP maka kekuatan kayu akan bertambah. Kadar air dalam kayu bisa dihitung dengan cara:
Ka (%)=(Berat kayu basah) – (Berat kayu kering tanur)
x100%(Berat kayu kering tanur)
Ada dua jenis kayu berdasarkan kandungan airnya; green (hijau) dan dry (kering).
Kayu hijau adalah kayu yang baru saja ditebang dan kandungan airnya bisa bervariasi dari
30% sampai 200%. Kayu kering ialah kayu dengan kadar air yang tidak lebih dari 19% untuk
kayu potongan dan kurang dari 16% untuk kayu glulam (tabel 1.1). Pengeringan kayu bisa
menggunakan pengering alami dan pengering oven. Kebanyakan kayu yang digunakan
adalah kayu dalam kondisi kering karena sudah pasti terlindungi dari kelembaban berlebih.
Contoh bangunan yang mana kayunya dalam kondisi green atau basah ialah garasi bis atau
gubuk. Efek dari kadar air harus diperhitungkan dalam desain dengan menggunakan faktor
penyesuaian kelembaban, (CM), yang mana akan dibahas dalam bab 3.
Tabel 1.1 Klasifikasi Kadar Air untuk Kayu Potongan dan Kayu Glulam
Klasifikasi KayuKadar Air (%)
Kayu Potongan Kayu Glulam
KeringHijau
≤19>19
<16≥16
Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu, yaitu proses pengeringan kelembaban dalam kayu agar kadar air
dalam kayu bisa mencapai tingkat yang bisa diterima, bisa dilakukan dengan cara
pengeringan alami dan oven. Pengeringan alami yaitu dengan cara menumpuk kayu dalam
gubuk terlindung sehingga kelembaban menghilang secara alami seiring waktu. Kipas angin
bisa dipakai untuk mempercepat prosesnya. Pengeringan oven yaitu dengan cara meletakkan
kayu dalam oven dengan suhu tinggi. Suhu oven harus secara ketat dikontrol untuk mencegah
kerusakan bentuk kayu menjadi menggelinjang, membusur, atau tertekuk. Kayu yang
keringan sangat disarankan untuk dipakai dalam pembangunan karena stabilitas
dimensionalnya. Penyusutan yang terjadi karena memakai kayu hijau akan membuat
perubahan bentuk pada struktur bangunan saat kayu mongering. Jumlah kandungan air yang
menyusut pada kayu, bervariasi tergantung pada arah seratnya.
Masa Pakai Beban
Semakin lama beban dikenakan pada bagian kayu, semakin berkurang kekuatan dari
kayu itu dan sebaliknya, semakin pendek masa pakai beban dikenakan, maka kekuatan kayu
akan bertahan lebih lama. Ini dikarenakan kayu condong mengalami defleksi jika diberi
beban secara konstan karena kadar air akan terus berkurang, dikarenakan penyusutan akibat
pengeringan. Efek dari masa pakai beban harus diperhitungkan dalam desain dengan
menggunakan faktor penyesuaian beban, (CD), yang mana akan dibahas dalam bab 3
Klasifikasi Ukuran Kayu
Semakin besar ukuran kayu, perbedaan antara sifat asli kayu dan sifat elastis ideal
yang diasumsikan dalam membuat rumus desain akan semakin nampak. Contohnya, jika
kedalaman fleksural kayu bertambah, deviasi dari sifat elastis asumsi dan kekuatan kayu akan
berkurang. Variasi ukuran klasifikasi kayu ditunjukkan pada tabel 1.2, dan harus diingat
bahwa pada kayu potongan, ketebalan mengacu pada bagian kayu yang dimensinya lebih
kecil, sementara lebar kayu mengacu pada bagian kayu yang dimensinya lebih besar.
Kayu dimensional biasanya dipakai untuk membuat joists lantai dan rangka kuda-
kuda (kayu 2x8, 2x10, dan 2x12 adalah yang paling sering dipakai sebagai material
bangunan). Untuk konstruksi bangunan berangka ringan, biasanya memakai kayu
dimensional. Kayu Beam and Stringer sering dipakai sebagai balok rangka utama dan balok
nok, atau sebagai kusen. Sedangkan kayu post sering digunakan sebagai kolom.
Dimensi Nominal vs Ukuran Asli Kayu Potongan
Kayu- kayu bisa dipasarkan dalam
ukuran dressed dan undressed. Namun
kebanyakan kayu yang dipakai dalam
pembangunan adalah dalam ukuran
dressed. Saat kayu mentah didressed pada
kedua sisinya, maka disebut kayu S2S; jika
pada keempat sisinya, maka disebut kayu
S4S. Kayu undressed 2x6 S4S memiliki
ukuran 2x6 inchi, di mana ukuran dressed-
nya adalah 1.5x5.5 inchi. Ukuran kayu
biasanya disebutkan dalam gambar desain
menggunakan dimensi nominalnya. Perlu
diingat bahwa ketebalan mengacu pada
bagian kayu yang dimensinya lebih kecil,
sementara lebar kayu mengacu pada
bagian kayu yang dimensinya lebih besar.
Pada buku ini, kita asumsikan bahwa
semua kayu di dressed pada keempat
sisinya (S4S)
(Gambar 1.18) Dimensi nominal vs ukuran dressed
(Maaf, untuk istilah dressed/undressed ini saya tidak menemukan arti dalam bahasa
indonesianya, baik dari internet maupun kamus, jadi saya tidak merubah istilahnya)
TABEL TTG KLASIFIKASI UKURAN KAYU DIMENSIOAL KAYU
Cacat pada Kayu
Ada beberapa jenis cacat kayu; cacat alami, cacat selama proses pengerjaan dan cacat
selama proses pengeringan. Jenis, ukuran dan lokasi cacat akan mempengaruhi kekuatan
kayu berkaitan dengan konsentrasi tekanan pada kayu. Cacat kayu juga mempengaruhi
penampilan finishing dari kayu tersebut. Beberapa contoh cacat alami ialah cacat mata kayu,
pecah dan pembusukan jamur. Cacat proses pengerjaan kadang- kadang terjadi saat proses
pengerjaan kayu yang asal- asalan, bisa berakibat warping. Cacat selama proses pengeringan
terjadi akibat ketidak seimbangan proses penyusutan, contohnya adalah berbentuk mangkok,
busur, menggelinjang dan melengkung. Jenis cacat kayu yang paling umum digambarkan
pada gambar 1.19 dan juga termasuk:
Mata kayu : terbentuk jika ada lembaga atau cabang yang tumbuh dalam kayu
Belah : terjadi akibat pisahnya serat kayu yang bersudut pada lingkaran tahun
dan dikarenakan pengeringan kayu
Shake : terjadi akibat pisahnya serat kayu yang sejajar dengan lingkaran tahun
Pembusukan : terjadi akibat adanya jamur yang merusak kayu
(Gambar 1.19) Cacat- cacat umum pada kayu
Cacat kayu akan mengurangi jaringan penampang kayu, dan keberadaannya
menghasilkan konsentrasi tekanan pada bagian kayu. Jumlah pengurangan kekuatan kayu
tergantung pada ukuran dan lokasi cacat. Contohnya, untuk kayu yang menahan beban aksial,
mata kayu pada bagian manapun pada penampangnya akan mengurangi kapasitas
tekanannya. Di sisi lain, mata kayu pada sumbu netral di balok rangka tidak akan mengurangi
keteguhan lenturnya namun akan berakibat pada keteguhan gesernya apabila letak mata
kayunya dekat dengan penahan. Untuk kayu yang dicek secara kasat mata, stempel golongan
kayu yang mengindikasikan stress grade ,jumlah dan lokasi cacat pada kayu tersebut bisa
mengurangi nilainya.
Disarankan agar kayu tidak dipotong begitu saja di lokasi, ini bisa mempengaruhi
kekuatan kayu. Contohnya, sebuah 2x14 kayu potong sepanjang 6 meter dengan sebuah mata
kayu pada sumbu netralnya, dibawa ke sebuah lokasi untuk dijadikan balok utama. Sang
kontraktor bermaksud untuk memotong kayu ini untuk dijadikan joists dengan panjang 4.8
meter. Untuk menghindari pengurangan keteguhan gesernya, maka harus dipotong seimbang
pada kedua ujungnya untuk menjaga lokasi relatif dari mata kayu tersebut. Jika tidak, maka
kekuatan kayu akan lebih lemah daripada yang ditentukan oleh pengawas grading.
Jenis lain dari cacat kayu ialah warping, compression dan reaction. Warping
diakibatkan oleh penyusutan kayu yang tidak seimbang, membuat kayu melenceng dari garis
horizontal dan vertikal. Cacat ini tidak mempengaruhi kekuatan dari kayu, namun
mempengaruhi konstruksibilitas kayu. Contohnya, jika kayu warping dipakai sebagai joists
atau balok penyangga, akan ada pelengkungan pada bagian- bagian kayu, tergantung dari
orientasinya.
Compression atau reaction diakibatkan oleh pertumbuhan pohon yang tidak normal
dengan bentuk yang tertekuk dikarenakan efek alami atau karena efek beban angin dan salju.
Pada batang pohon yang rebah, salah satu sisi penampang akan mengalami kombinasi
tekanan dari lengkungan pohon dan beban aksial dari berat pohon itu sendiri. Serat kayu pada
bagian yang tertekan akan menjadi mudah pecah dan lemah, karena adanya tekanan internal.
Kayu yang tertekan tidak boleh digunakan sebagai bahan bangunan.
Arah Serat Kayu
Kayu adalah material dengan kekuatan yang bervariasi tergantung pada arah tekanan
dengan arah serat kayu. Akibat dari sifat tubular kayu, ada tiga arah independen yang biasa
pada kayu: longitudinal, radial dan tangential. Variasi kekuatan kayu dengan arah beban bisa
digambarkan dengan beberapa sedotan yang disatukan dengan lem. Sedotan- sedotan ini akan
lebih kuat jika beban diletakkan secara pararel dengan panjang sedotan (longitudinal); jika
beban diletakkan pada arah lain (radial atau tangential) maka sedotan akan tertindih. Arah
longitudinal disebut degan parallel-to-grain direction, dan arah tangential atau radial disebut
dengan perpendicular-to-grain direction. Jadi, kayu akan paling kuat jika letak beban
dikenakan searah dengan serat kayu, dan paling lemah jika letak beban tegak lurus dengan
arah serat kayu. Variasi sumbu pada kayu dengan arah seratnya ditunjukkan gambar 1.20.
(Gambar 1.20) Sumbu longitudinal, radial dan tangential pada kayu
Beban Aksial Paralel terhadap Serat
Ini adalah arah terkuat dari kayu, contohnya
adalah gambar 1.21 a
Beban Aksial Tegak Lurus
Kayu biasanya tidak memiliki kekuatan
untuk menahan tekanan tegak lurus karena
hanya lignin lah yang menahan tekanannya.
Sehingga NDS code melarang peletakan
beban tegak lurus dengan serat kayu. Lihat
gambar 1.21 b
Beban Bersudut terhadap Serat
Kekuatan kayu dengan beban semacam ini
adalah tengah- tengah antara kedua beban
sebelumnya. Lihat gambar 1.21 c
(Gambar 1.21) Variasi peletakan beban
Suhu Lingkungan
Kayu sangat mudah terpengaruh bila terpapar suhu diatas 1000F (380C). Seiring
dengan suhu lingkungan naik di atas 380C, maka kekuatan kayu akan berkurang. Bagian-
bagian struktur kayu biasanya dipasang pada tempat terisolasi dengan suhu kurang dari 380C.
1.6 PENGGOLONGAN KELAS KAYU POTONGAN
Kayu biasanya merupakan potongan dari gelondongan kayu pada arah longitudinal,
dan karena sifat alaminya, kayu potongan memiliki spesifikasi mekanikal dan structural yang
berbeda walau dipotong dari gelondngan kayu yang sama. Kayu- kayu yang memiliki
spesifikasi mekanikal dan structural yang mirip akan digolongkan menjadi satu kategori yang
disebut stress grade. Ini akan mempermudah proses pemilihan kayu dan meningkatkan
ekonomi. Semakin tinggi stress grade nya, semakin kuat kayunya dan semakin mahal
harganya. Penggolongan kayu menurut kekuatan, penggunaan dan cacatnya sesuai aturan
penggolongan yang disetujui, disebut lumber grading (penggolongan kelas kayu).
Jenis Penggolongan Kayu
Dua tipe penggolongan kayu yang sering dipakai ialah visual grading (penggolongan
secara kasat mata) dan mechanical grading (penggolongan secara mekanik). Tujuannya
adalah untuk menggolongkan kayu menjadi berbagai stress grade seperti Select Structural,
No.1 and Better, No.1, No.2, Utility dan lainnya. Grade stamp (setempel penggolongan)
biasanya dipakai untuk menggolongkan stress grade dari kayu tersebut, jenis grup, kadar air,
nomer rumah pemotongan kayu, dan nama perusahaan penggolong yang memberi grade.
Grade stamp akan membantu insinyur, arsitek dan kontraktor agar yakin dengan kuaitas dari
kayu yang dibawa ke lokasi, dan agar yakin bahwa kayunya memenuhi spesifikasi yang
digunakan untuk proyek. Aturan penggolongan memang bervariasi, namun ada aturan
minimum yang ditentukan oleh Standar Produk Kayu Amerika US DOC PS-20 yang
dikembangkan oleh Institut Nasioanl Standard an Teknologi (NIST). Contoh agensi
penggolongan kelas kayu di Amerika adalah Western Wood Products Association (WWPA),
the West Coast Lumber Inspection Bureau (WCLIB), the Northern Softwood Lumber Bureau
(NSLB), the Northeastern Lumber Manufacturer Association (NELMA), the Southern Pine
Inspection Bureau (SPIB), dan the National Lumber Grading Authority (NLGA).
Visual Grading (Penggolngan Secara Kasat Mata)
Visual grading adalah cara yang paling umum dan paling tua dalam sistem
penggolongan, termasuk inspeksi visual pada kayu oleh penilik bersertifikasi dan
berpengalaman dan juga dengan mematuhi aturan penggolongan dan dari stempel golongan.
Dalam visual grading, kualitas kayu dianggap kurang jika ada cacat kayu, dan efektifitas dari
visual grading sangat tergantung pada pengalaman sang penilik. Agensi penggolongan kayu
biasanya memiliki ujian sertifikasi yang harus diambil secara tahunan untuk menjaga
kualifikasi dan untuk meyakinkan bahwa kemampuan penggolongannya akurat. Stress grade
dari kayu akan berkurang jika kayunya banyak cacat, dan lokasi cacat bisa jadi sangat fatal.
Machine Stress Rating
Penggolongan menggunakan mesin adalah sistem penggolongan berdasarkan
kekakuan dan keteguhan lentur dari kayu. Setiap potongan kayu akan dijadikan subyek tes
termasuk tes secara visual. Stempel golongan pada kayu machine-stress-rated (MSR)
mengindikasikan nilai keteguhan lentur dan elastistasnya. Karena kayu hasil tes MSR
memiliki spesifikasi yang hampir seragam, maka kayu ini banyak digunakan dalam produk
kayu pabrikasi seperti kayu PSL dan kayu LVL. Machine evaluated lumber (MEL)
bergantung pada proses grading yang tergolong baru, yaitu menggunakan sinar-x untuk
mengukur kepadatan kayu. Hasil cek MEL bahkan lebih bagus daripada MSR.
Stress Grade
Berbagai stress grade yang ada di bawah ini disusun dari yang paling kuat. Semakin tinggi
stress gradenya, semakin mahal harga kayunya.
Dense Select Structural
Select Structural
No1 & Better
No1
No2
No3
Stud (Kaku)
Construction
Standard
Utility
Grade Stamp (Stempel Golongan)
Pengguanaan stempel golongan pada kayu
akan meyakinkan kontraktor dan insinyur
bahwa kayu yang disediakan memenuhi
permintaan dokumen kontrak. Kayu tanpa
stempel seharunya tidak diperbolehkan
untuk dipakai dalam proyek. Contoh dari
stempel kayu ada pada gambar 1.22. (Gambar 1.22) contoh stempel kayu. (milik Western
Wood Product Association, Portland, OR)
1.7 PENYUSUTAN KAYU
Penyusutan kayu terjadi saat kadar air dalam kayu kurang dari FSP (titik jenuh).
Penyusutan kayu terjadi dari kadar air awal sampai kandungan air kayu tersebut mengalami
kadar air kesetimbangan, yang mana bahkan bisa mencapai 8%-10% dalam lingkungan yang
terlndungi. Penyusutan yang searah dengan seratnya tidak terlalu berpengaruh, tidak seperti
penyusutan yang tegak lurus terhadap arah serat. Efek penyusutan kayu bisa diminimalisir,
yaitu dengan menggunakan kayu kering atau degan menggunakan kayu dengan kadar air
setimbang 15% atau kurang. Untuk mengurangi efek penyusutan, sebisa mungkin hindari
peletakan beban yang tegak lurus dari arah serat kayu. Untuk bagian kayu yang dipasangi dua
baris baut atau lebih, yang arahnya tegak lurus dengan serat, penyusutan lebar kayu akan
menghasilkan tekanan perpendikular pada serat di antara lubang baut, sehingga bisa membuat
kayu yang searah dengan serat menjadi terbelah. Penyusutan juga bisa memengaruhi fungsi
anchor penahan dengan dinding, yaitu karena adanya jarak antara baut anchor dengan
permukaan sill plate. Hasilnya, dinding harus digeser sebelum anchor penahan bisa diperbaiki
posisinya.
Efek penyusutan pada anchor penahan bisa diminimalisir dengan mempretensi anchor
atau dengan menggunakan alat yang mengkompensasi penyusutan. Satu metode yang terbukti
sukses dalam mengendalikan kadar air dalam kayu selama pembangunan ialah dengan
menggunakan pemanas portabel selama pembangunan. Efek penyusutan bisa juga
diminimalisir dengan menunda penyelesaian pembangunan sambil menunggu kadar air dalam
kayu berkurang banyak. Sangatlah penting untuk mengendalikan efek penyusutan dalam
pembangunan dengan cara membatasi peruabahan kadar air untuk menghindari efek besar
oada arsitektur dan mencegah defleksi lateral yang berlebih.
Jumlah penyusutan pada lebar atau ketebalan kayu sangat bervariasi, namun bisa
diperkirakan dengan menggunakan rumus berikut (diambil dari ASTM D1990):
d2=d1[ 1−(a−b M 2)/100
1−(a−b M 1)/100 ]Dimana d1 = lebar atau ketebalan awal pada kadar air mula- mula M1 inchi
d2 = lebar atau ketebalan akhir pada kadar air setelahnya M2 inchi
M1 = kadar air pada dimensi d1%
M2 = kadar air pada dimensi d2%
Variabel a dan b diambil dari Tabel 1.3. Total penyusutan secara keseluruhan atau sebagaian
adalah jumlah penyusutan secara tegak lurus terhadap serat untuk tiap elemen kayu.
Tabel 1.3 Parameter Penyusutan
Jenis kayuLebar Tebal
A b a b
Redwood, western red cedar, northern white cedarKayu lainnya
3.4546.031
0.1570.215
2.8165.062
0.1280.181
1.8 KEPADATAN KAYU
Kepadatan kayu ialah jumlah dari kadar air dalam kayu dan juga berat dari substansi
kayu atau selulosanya yang dipresentasikan dengan dalam satuan volume kayu. Walaupun
kombinasi selulosa-lignin memiliki masa jenis 1.50 dan lebih berat daripada air, namun
kebanyakan kayu yang dipakai dalam konsturksi dapat mengapung karena adanya rongga-
rongga dalam sel pohon. Kepadatan kayu bisa sangat bervariasi mulai dari 20 lb/in3 sampai
65 lb/in3, dan semakin besar kepadatan kayunya maka akan semakin kuat. Kayu yang
digunakan sebagai acuan dalam buku ini memiliki kepadatan rata- rata 31.2 lb/in3.
CONTOH 1.1Penyusutan pada kayu
Tentukan jumlah penyusutan pada lebar dari kayu basah 2x6 Douglas fir- lach dengan beban tegak lurus terhadap serat sehingga kadar airnya menurun dari nilai awal 30% menjadi nilai akhir 15%
Solusi: Untuk kayu potongan 2x6, lebarnya adalah d1 = 5.5 inchi, dan ketebalannya 1.5 inchi. Kadar air awal dan akhir ialah M1 = 30 dan M2 = 15.
Penyusutan pada lebar kayu 2x6. Dari tabel 1.3 ditemukan bahwa: a= 6.031 dan b=0.215
Dari rumus di atas,
d2=5.5 [ 1−[6.031−(0.215 )(15)]/1001−[6.031−(0.215)(30)] /100 ] = 5.32 inchi
Jadi jumlah penyusutannya adalah; d1 – d2 = 5.5 – 5.32 = 0.18 inchi
1.9 UNIT PENGUKURAN
Sistem pengukuran yang digunakan dalam buku ini adalah sistem pengukuran
Amerika. Unit pengukuran standar untuk kayu di Amerika ialah board foot (bf), yang
didefiniskan sebagai 144 inchi kubik kayu. Engineering News-Record, majalah industri
konstruksi terkenal, mengatakan bahwa nilai unit tertinggi kayu di Amerika dan Kanada ialah
1000 board feet (Mbf). Contohnya, sebuah kayu 2x6 sepanjang 18 kaki, setara dengan 18
board feet atau 0.0018 Mbf.
(2∈. ) (6∈. )(18 ft X 12)144¿3 = 18 bf atau 0.0018 Mbf