STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN
POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL
FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR
RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG
KANTHIL RSUD KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
RESTIA AYU SEPTIANI
NIM. P.10122
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN
POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL
FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR
RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG
KANTHIL RSUD KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
RESTIA AYU SEPTIANI
NIM. P.10122
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Restia Ayu Septiani
NIM : P.10122
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN
REDUCTION AND INTERNAL FIXATION ATAS
INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3
DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANG
ANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 27 April 2013
Yang Membuat Pernyataan
Restia Ayu Septiani
NIM. P. 10087
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Restia Ayu Septiani
NIM : P.10122
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN
REDUCTION AND INTERNAL FIXATION ATAS
INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3
DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANG
ANYAR
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi
DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta,
Hari/ Tanggal : Sabtu, 08 Juni 2013
Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep., Ns ( )
NIK : 200670020
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Restia Ayu Septiani
NIM : P.10122
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN
REDUCTION AND INTERNAL FIXATION ATAS
INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3
DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANG
ANYAR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ Tanggal : Jum’at, 28 Juni 2013
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Joko Kismanto, S.Kep.,Ns ( )
NIK : 200670020
Penguji II : Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns ( )
NIK : 201186080
Penguji III : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns ( )
NIK : 201186076
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns
NIK. 201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
NY.S DENGAN POST OPERASI OPEN REDUCTION AND INTERNAL
FIXATION (ORIF) ATAS INDIKASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3
DISTAL DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan, yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing serta sekaligus sebagai
penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan saran, kritik,
serta masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis dan demi sempurnanya
studi kasus ini.
4. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah
memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian
berlangsung dan demi sempurnanya studi kasus ini.
vi
5. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah
memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian
berlangsung dan demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta, yang telah memberikan bimbingan baik berupa materi, wawasan
serta ilmu yang bermanfaat dengan begitu sabar.
7. Pihak Rumah Sakit Karanganyar beserta staf keperawatan, khususnya di
Ruang Khantil yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi penulis untuk
pengambilan data guna penyelesaian studi kasus ini.
8. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberikan
dukungan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
9. Saudara serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan
semangat dalam setiap proses yang dilalui oleh penulis.
10. Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas
bantuan dan pengorbanan mereka kepada penulis dan melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 27 April 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….......
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ……………………….
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………...
B. Tujuan Penulisan ……………………………...
C. Manfaat Penulisan …………………………….
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ………………………………...
B. Pengkajian …………………………………….
C. Perumusan Masalah Keperawatan ……………
D. Perencanaan Keperawatan ……………………
E. Implementasi Keperawatan …………………..
F. Evaluasi Keperawatan ………………………..
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
1
5
6
7
9
15
15
16
19
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan …………………………………………..
B. Simpulan dan Saran ...……………………………….
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
20
33
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3 Log Book Kegiatan Harian
Lampiran 4 Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem tubuh yang sangat berperan terhadap fungsi pergerakan dan
mobilitas seseorang adalah tulang. Masalah gangguan pada tulang akan
mempengaruhi system pergerakan manusia, mulai dari bayi, anak-anak,
remaja, dewasa, maupun pada lansia. Masalah system tubuh
(musculoskeletal) yang sering kita temukan disekitar kita adalah fraktur atau
patah tulang.
Berdasarkan data keseluruhan yang diperoleh dari rumah sakit umum
daerah karanganyar pada akhir bulan April 2013 terdapat sejumlah pasien
keseluruhan 22.536 pasien, didapatkan 4.608 pasien (20,45%) yang
mengalami fraktur. Berdasarkan laporan periode bulan Maret sampai bulan
April 2013, pasien yang dirawat di ruang kanthil RSUD Karanganyar dan
sebanyak 64 pasien (7,2%) didapatkan 18 pasien atau (3,55%) yang
mengalami fraktur, diantaranya 4 pasien (0,72%) mengalami Fraktur
phalanx distal, 5 pasien (0,65%) mengalami fraktur clavicula, dan 9 pasien
(1,37%) yang mengalami fraktur radius sinistra 1/3 distal, rata-rata berumur
antara 10 tahun sampai 50 tahun.
Fraktur menurut Grace dan Borley (2006) adalah terputusnya
kontinuitas tulang. Fraktur dapat berbentuk transversa, oblik, atau spiral.
Fraktur terjadi ketika tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau
2
tekanan yang sedang pada tulang yang terkena penyakit, misalnya
osteoporosis, jatuh, terpeleset. Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang
(fraktur) dan dislokasi. Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi
(intra-artikuler) yang sekaligus menimbulkan dislokasi sendi (sjamsuhidajat,
dkk. 2010: 1039). Menurut Hoppenfeld dan Murthy (2011: 159) menyatakan
fraktur/ dislokasi adalah fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi
articulatio radioulnaris distalis. Fraktur ini disebut sebagai fraktur
“necessity” karena pada cedera ini memerlukan penanganan intervensi bedah
sebagai akibat hilangnya koreksi dan hilangnya kelengkungan radius. Fraktur
radius distalis dengan kerusakan articulation radioulnaris distalis
(fraktur/dislokasi).
Fraktur dapat terjadi di beberapa titik di sepanjang tulang, termasuk
regio sepertiga tengah, sepertiga distal, sepertiga medial. Salah satunya
fraktur radius sinistra sepertiga distal yang terbagi menjadi beberapa tipe,
tipe I fraktur galeazzi terjadi pada sepertiga distal radius disertai dislokasi
sendi radio-ulna distal ,tipe II fraktur colles terjadi pada tulang radius bagian
distal yang berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan
deformitas keposterior (dorsal), dan tipe III fraktur smith terjadi pada pasien
yang 20 tahun yang lalu pernah mengalami fraktur colles sebelumnya, tetapi
pada cedera ini fragmen distal bergeser keanterior (volar) akibat jatuh pada
punggung tangan. Penanganan pada fraktur radius sinistra 1/3 distal salah
satunya dengan cara pembedahan atau operasi. Operasi adalah tindakan
pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Prosedur pembedahan yang
3
dilakukan pada pasien fraktur meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi iterna
(Open Reduction and Internal Fixation/ ORIF). (Greenberg, 2007).
Salah satu gambaran klinis dari fraktur yaitu nyeri. Menurut Corwin
(2009), nyeri yaitu spasme otot yang terjadi setelah patah tulang. Nyeri
biasanya menyertai patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak.
Apapun yang dialami oleh seseorang dan akan terus dirasakan oleh orang
tersebut selama orang tersebut masih merasakan nyeri. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Tanabe, menyebutkan bahwa 78% pasien
yang masuk UGD mempunyai keluhan utama nyeri. Oleh karena itu,
penanganan nyeri yang baik dan benar akan mengurangi angka kesakitan dan
mungkin kematian pasien (Tanabe 1999 dalam Kartikawati, 2011).
Klasifikasi nyeri ada dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung kurang dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari enam bulan (Nanda,
2009).
4
Menurut Kartikawati (2011), tingkat nyeri dimulai dari 0-10 adalah
sebagai berikut: skala angka 0-1: tidak nyeri (tidak merasakan nyeri), 2-3:
nyeri ringan (terasa senut-senut), 4-6: nyeri sedang (terasa seperti tertusuk
jarum), 7-8: nyeri berat (terasa seperti tersayat-sayat dan masih bisa
tertahankan), 9-10: nyeri hebat (terasa seperti tertusuk-tusuk benda tajam
sehingga tidak tertahankan). Sedangkan untuk anak menggunakan skala nyeri
Faces Wong-Baker yang masing-masing wajah menggambarkan tersendiri.
Wajah 0: wajah bahagia, tidak merasakan nyeri. Wajah 1: wajah yang
merasakan sedikit nyeri, sedangkan wajah 2: wajah yang rasa nyerinya
bertambah. Wajah 3: wajah yang nyerinya semakin bertambah. Wajah 4:
wajah yang nyerinya bertambah parah dan wajah 5: wajah yang menunjukkan
nyeri sangat hebat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan nyeri akut pada
Ny.S: Post Operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) Atas
Indikasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal di Ruang Kanthil RSUD
Karanganyar”.
B. Tujuan Penulisan
Ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri pada Ny. S dengan post operasi Open
Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius
sinistra 1/3 Distal di ruang kanthil RSUD Karanganyar.
5
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan nyeri post
operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi
fraktur radius sinistra 1/3 distal.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S
dengan nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation
(ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation
(ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan nyeri
post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas
indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan nyeri post
operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi
fraktur radius sinistra 1/3 distal.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S
dengan nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation
(ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.
6
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis khususnya dalam
bidang penelitian.
2. Bagi Institusi
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian
pelayanan kesehatan berkaitan dengan pasien post operasi Open
Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius
sinistra 1/3 distal.
b. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi
keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah dalam
penanganan kasus post operasi Open Reduction and Internal Fixation
(ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal.
3. Bagi Profesi atau Perawat
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi profesi
tentang manajemen nyeri pada pasien post operasi Open Reduction and
Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 Distal.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan
pada Ny. S dengan post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)
Atas Indikasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal, dilaksanakan pada tanggal 25-27
April 2013. Asuhan keperawatan ini berdasarkan dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Identitas Klien
Hasil pengkajian pada tanggal 25-27 April 2013 jam 08.00 WIB, pada
kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa,
mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik,
menelaah catatan medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut
didapat hasil identitas klien, bahwa klien bernama Ny. S, umur 73 tahun,
agama islam, pendidikan tidak sekolah, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl.
Keprabon RT 02 RW 04 Karang Pandan, Karanganyar. Tanggal masuk
rumah sakit 24 April 2013 jam 12.08 WIB, dokter yang merawat dr. H, klien
dirawat diruang Kanthil, dokter mendiagnosa bahwa Ny. S menderita Fraktur
Radius Sinistra, yang bertanggung jawab Tn. S, umur 44 tahun, pendidikan
tidak sekolah, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl. Keprabon RT 02 RW 04
Karang Pandan, Karanganyar, hubungan dengan klien sebagai Saudara.
8
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Hasil pengkajian, keluhan utama klien mengeluh nyeri di
pergelangan tangan kiri, pada riwayat kesehatan sekarang sebelum masuk
Rumah Sakit, pada hari kamis 17 April 2013 klien mengalami kecelakaan
yaitu jatuh terpeleset saat mengambil beras jatah (raskin) ditempat
kelurahan Karang Pandan dekat rumahnya. Klien lalu dibawa kerumah dan
dipanggilkan tukang urut. Klien merasa sudah 6 hari masih merasakan
nyeri, bengkak pada pergelangan tangan kiri dan merasakan nyeri yang
hebat. Pada tanggal 24 April 2013 jam 10.00 WIB oleh keluarga klien
dibawa ke UGD RSUD Karanganyar untuk diperiksa, dokter jaga
menganjurkan klien dilakukan pemeriksaan rontgen. Klien langsung
melakukan pemeriksaan rontgen, dari hasil pemeriksaan Rontgen yang
hasilnya bahwa klien mengalami fraktur radius sinistra 1/3 distal.
Dari hasil pemeriksaan tersebut dokter menganjurkan klien untuk
dirawat inap dan dilakukan operasi, di UGD klien mendapat terapi berupa
infuse RL 20 tetes per menit, ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/
12 jam, cefotaxime 1g/ 12 jam. Kemudian dokter menyarankan klien untuk
dirawat inap, dihari yang sama klien dipindah di bangsal Kanthil agar
mendapat perawatan lebih lanjut. Pada tanggal 25 April 2013 jam 08.00
WIB dilakukan operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas
indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal. Saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 25 April 2013 jam 10.00 WIB post operasi klien mengeluh nyeri
pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri dirasakan karena post operasi,
9
nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat
digerakkan, ekspresi wajah meringis, gelisah dan menahan nyeri, tekanan
darah: 140/90 mmHg, Nadi: 76 kali per menit, pernafasan: 18 kali per
menit, Suhu: 370C, ekstremitas kanan atas (tangan kanan) terpasang infus
RL 20 tetes per menit, ekstremitas kiri atas (tangan kiri) pada pergelangan
tangan terdapat luka bekas operasi dan dipasang elastis perban.
Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu, bahwa klien mengatakan
belum pernah dirawat di Rumah Sakit dan belum pernah di operasi. Klien
mengatakan tidak mempunyai alergi makanan dan obat. Pada riwayat
kesehatan keluarga, dalam keluarga klien tidak mempunyai penyakit
Diabetes Militus, Jantung, Asma dan Hipertensi. Pada riwayat kesehatan
lingkungan, sekitar rumah klien bersih dan ventilasi udara di dalam rumah
cukup.
2. Pola Fungsional Kesehatan
Pengkajian pola fungsional kesehatan menurut Gordon, Pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan, klien merupakan pekerja keras dan
sangat peka terhadap kesehatannya. Bila sakit klien dan keluarga lebih
sering dibawa kepuskesmas atau rumah sakit.
Pola Nutrisi dan metabolik, sebelum sakit klien mengatakan makan 3
kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk, buah, minum teh atau air putih
7-8 gelas (1750 cc – 2000 cc) sehari dan terkadang minum susu. Selama
sakit klien mengatakan nafsu makan sedikit berkurang tetapi mencoba
dengan memakan menu diit rumah sakit sedikit demi sedikit sehingga
dapat menghabiskan 1 porsi diit rumah sakit dengan menu nasi, sayur,
10
lauk, buah, minum teh atau air putih 5-6 gelas (1250 cc - 1500 cc) sehari
selama dirumah sakit.
Pola eliminasi, sebelum sakit klien BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lembek berwarna kuning, tidak ada darah dan berbau khas.
BAK 5-7 kali sehari berwarna kuning jernih dan berbau khas. Selama sakit
klien mengatakan 2 hari belum BAB dan BAK 5-7 kali sehari dengan
warna kuning jernih, tidak ada darah dan berbau khas.
Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien mengatakan tidur kurang
lebih 6-8 jam sehari, dari jam 21.00-05.00 WIB dengan nyenyak. Selama
sakit klien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena nyeri yang
dirasakan, tidur kurang lebih 4 jam sehari.
Pola aktivitas latihan ditemukan data: sebelum sakit klien
mengatakan dapat melakukan aktifitas secara mandiri. Selama sakit klien
mengatakan aktivitas dibantu dengan keluarga, untuk makan dan minum,
mobilitas ditempat tidur klien dapat melakukannya secara mandiri.
Pola kognitif perseptual, sebelum sakit klien mengatakan
penglihatan, pendengaran, dan bicara jelas. Selama sakit penglihatan,
pendengaran, dan bicara masih jelas, tidak ada gangguan. Klien
mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri karena post
operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, timbul saat
tangan digerakkan.
Pola persepsi konsep diri, Gambaran diri: klien mengatakan selalu
bersyukur dengan keadaan tubuhnya yang dulu dan sekarang, klien tidak
malu dengan luka bekas operasi. Identitas diri: Klien mengatakan seorang
11
perempuan yang sudah menikah dan seorang pekerja keras untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ideal diri: klien berharap cepat sembuh,
dapat melakukan aktifitas sehari-hari dan menyadari bahwa apa yang
menjadi rencana manusia tidak selalu sama dengan rencana Tuhan. Peran:
klien mengatakan bekerja keras demi mencukupi kebutuhannya sehari-
hari. Harga diri: klien berhubungan baik dengan keluarga dan anggota
keluarga selalu mencintai klien, bila ada masalah klien dapat mengambil
keputusan secara musyawarah antar anggota keluarga. Pola hubungan dan
peran, sebelum sakit klien mengatakan dapat bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan orang lain serta lingkungan sektar. Selama sakit
klien mengatakan tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungan seperti
biasanya.
Pola seksual dan reproduksi, sebelum dan selama sakit klien
mengatakan tidak mempunyai kelainan seksual dan sudah menikah.
Pola mekanisme koping, sebelum dan selama sakit klien mengatakan
senang dengan kehidupan yang dijalaninya, tidak banyak menerima
masalah yang membuat stress serta mampu mengendalikan stres.
Pola nilai dan keyakinan, sebelum dan selama sakit klien
mengatakan beragama islam dan masih mampu menjalankan sembahyang
sholat serta dapat dilakukannya secara mandiri tanpa dibantu oleh orang
lain.
3. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan umum
klien baik, kesadaran compos mentis, penilaian Glasgow Coma Skale
12
(GCS) adalah E4V5M6 dengan ketentuan mata membuka spontan, verbal
berorientasi atau dapat berkomunikasi dengan baik, motorik dengan
perintah. Pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil pengukuran tekanan
darah: 140/90 mmHg, nadi: 76 kali per menit, pernafasan: 18 kali per
menit, suhu: 37oC.
Bentuk kepala mesochepal, rambut berwarna putih lurus, kulit
kepala bersih. Mata simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera
putih, pupil isokor. Hidung simetris kanan kiri, tidak ada sekret, tidak ada
polip. Mulut mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang, tidak
sariawan. Telinga simetris kanan kiri, tidak ada serumen. Leher tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan dada (paru-paru), inspeksi : dada simetris, palpasi vocal
fremitus sama kanan dan kiri, perkusi sonor auskultasi vesikuler. Dada
(jantung) : inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba,
perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I, II murni tidak ada bising.
Pemeriksaan abdomen: inspeksi bentuk datar, tidak terdapat bekas
luka, auskultasi bising usus 4 kali per menit, perkusi thympani, palpasi
tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati.
Pada genetalia tidak ada kelainan, tidak terpasang kateter. Pada kulit
turgor kulit baik, warna kulit sawo matang. Ekstremitas kanan atas (tangan
kanan) terpasang infus RL 20 tetes per menit. Ekstremitas kiri atas (tangan
kiri) pada pergelangan tangan terdapat luka bekas operasi dan dipasang
elastis perban.
13
4. Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboraturium didapatkan pada tanggal 23 April
2013 yaitu hemoglobin 12,7 g/dl (11,7-16,2 g/dl), hematrokit 36,6 % (35-
45 %), eritrosit 4,42 Juta/mm3 (4,1-5,1 Juta/mm
3), lekosit 5,100/mm
3
(4,400-11,300/mm3), trombosit 218,000 U/L (150,000-450,000 U/L),
basofil 0,4% (0-2%), eosinofil 3,5% (0-4%), neutrofil 44,7% (55-80%),
limfosit 42,7% (22-44%), monosit 8,7% (0-7%), MCV 93,7 fL (80-96 fL),
MCH 31,7 pg (28-33 pg), MCHC 33,8% (32-36%), golongan darah A/ Rh
(+), masa pendarahan BT 02’00” menit (1’-3’’ menit), masa pembekuan
CT 03’30” menit (2’-8’’ menit), HbsAg kualitatif negatif, glukosa darah
sewaktu 109 mg/dl (70-150 mg/dl),UREA 35,6 mg/dl (10-50 mg/dl),
creatinine 0,95 mg/dl (0.5-0,9 mg/dl), SGOT 34,8 U/L (0,31 U/L), SGPT
19,2 U/L (0,32 U/L).
Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 24 April 2013, jenis
pemeriksaan: radius, hasil pemeriksaan: gambaran fraktur komplit os
radius sinistra 1/3 distal, tidak tampak dislokasi pergelangan sendi radio
sinistra. Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 25 April 2013, jenis
pemeriksaan: radius, hasil pemeriksaan: foto radius kiri tampak post
operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) fraktur radius
sinistra 1/3 distal. Program terapi yang didapatkan klien pada tanggal 25
April 2013, yaitu ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam,
cefotaxime 1 g/ 12 jam, oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam, infuse RL 20 tetes
per menit.
14
C. Daftar Perumusan Masalah
Diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik (post operasi fraktur), ditandai dengan respon subyektif
klien: klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri
karena post operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6,
nyeri timbul saat digerakkan, respon obyektif: ekspresi wajah meringis,
gelisah, dan menahan nyeri, tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 76 kali per
menit, pernafasan: 18 kali per menit, suhu: 370C.
D. Perencanaan
Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil: ekspresi wajah rileks, tenang, skala nyeri 1, Tanda vital
dalam batas normal (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 kali per
menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-370C).
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan yaitu pantau karakteristik
nyeri (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R),
Severity of Pain (S), Time (T), dengan rasional untuk mengidentifikasi skala
nyeri dan ketidaknyamanan; monitor tanda vital, dengan rasional memberikan
gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler; berikan posisi yang
nyaman, dengan rasional untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi
rasa nyeri; ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, dengan rasional melepaskan
tegangan emosional dan otot; kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik, dengan rasional untuk mengurangi nyeri.
15
E. Implementasi
Tindakan yang dilakukan tanggal 25 April 2013 jam 10.05 WIB
mengkaji keluhan utama klien dan didapatkan hasil data subjektif klien
mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate = nyeri akibat post operasi,
Quality = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio = pergelangan
tangan sebelah kiri, Scale = skala nyeri wajah 6, Time = hilang timbul saat
digerakkan dan respon objektif post operasi klien tampak meringis menahan
nyeri. Pada jam 10.15 WIB memonitor tanda vital dan keadaan umum,
dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran
tekanan darah, respon obyektif: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 76 kali per
menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 370C. Pada jam 10.20 WIB
mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam), respon subyektif: klien
mengatakan mau diajarkan teknik nafas dalam, respon obyektif: klien tampak
belajar teknik relaksasi. Pada jam 10.30 WIB memberikan posisi yang
nyaman (tiduran dan menyokong ekstermitas yang berluka), respon subyektif:
klien mengatakan posisi tiduran sudah nyaman tetapi masih nyeri, respon
obyektif: pasien terlihat tiduran dan nampak meringis. Pada jam 12.30 WIB
memberikan terapi injeksi analgetik (Ketoprofen 50 mg/ 8 jam), respon
subyektif: klien mengatakan bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk
dan tidak terjadi alergi.
Implementasi yang dilakukan tanggal 26 April 2013 jam 07.30 WIB
memantau karakteristik nyeri Provoking incident (P), Quality of Pain (Q),
Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), respon subyektif: klien
mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate = nyeri akibat post operasi,
16
Quality = nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio = pergelangan
tangan sebelah kiri, Scale = skala nyeri wajah 5, Time = hilang timbul saat
digerakkan , respon objektif post op hari pertama klien tampak menahan
nyeri, sedikit bertenaga, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang,
terpasang elastis perban pada daerah post operasi hari pertama Open
Reduction and Internal Fixation (ORIF). Pada jam 08.00 WIB memonitor
tanda vital dan keadaan umum, dengan respon subjektif klien mengatakan
badan terasa lemah, klien bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah, dan
respon objektif Ny. S post operasi hari pertama, klien tampak hanya tiduran,
tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 22 kali per
menit, suhu: 360C. Pada jam 08.20 WIB mengajarkan teknik relaksasi (nafas
dalam), respon subyektif: klien mengatakan mau diajarkan teknik nafas
dalam, respon obyektif: klien tampak belajar teknik relaksasi. Pada jam 09.30
WIB memberikan terapi injeksi analgetik (Ketoprofen 50 mg/ 8 jam), respon
subyektif: klien mengatakan bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk
dan tidak terjadi alergi. Pada jam 09.40 WIB memberikan posisi yang
nyaman pada pasien (posisi supinasi atau tidur terlentang), respon subyektif:
klien mengatakan posisi sudah nyaman dan nyeri sudah sedikit berkurang,
respon obyektif: klien tampak lebih nyaman dan rileks.
Pada tanggal 27 April 2013 jam 07.30 WIB memantau karakteristik
nyeri (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R),
Severity of Pain (S), Time (T), respon subyektif: klien mengatakan nyeri
berkurang, Provocate (P) = nyeri akibat post operasi, Quality (Q) = nyeri
yang dirasakan seperti senut-senut, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah
17
kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat
digerakkan, respon obyektif: klien tampak lebih bertenaga, sudah tidak
menahan nyeri, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis
perban pada daerah post operasi hari kedua Open Reduction and Internal
Fixation (ORIF). Pada jam 08.00 WIB memonitor tanda vital, respon
subyektif: klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah,
respon obyektif: tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi: 84 kali per menit,
pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 360C. Pada jam 09.30 WIB memberikan
terapi injeksi analgetik (Ketoprofen 50 mg/ 8 jam), respon subyektif: klien
bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk dan tidak terjadi alergi.
Pada jam 09.40 WIB memberikan posisi yang nyaman, respon subyektif:
klien mengatakan nyaman dengan posisi terlentang, respon obyektif: posisi
klien supine atau tiduran, klien tampak lebih nyaman dan rileks.
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan
pada hari Kamis, 25 April 2013 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan
metode SOAP, Subyektif (S), Obyektif (O), Assessment (A), Planning (P),
didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan nyeri pada
bekas operasi, Provocate = nyeri akibat post operasi, Quality = nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio = pergelangan tangan sebelah kiri,
Scale = skala nyeri wajah 6, Time = hilang timbul saat digerakkan dan respon
objektif post operasi klien tampak meringis menahan nyeri, tekanan darah
140/90 mmHg, nadi 76 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu
18
370C, Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan nyeri
belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan yaitu observasi keadaan umum
klien, kaji ulang tingkat nyeri klien (PQRST), Provoking incident (P), Quality
of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), monitor tanda-tanda
vital, anjurkan teknik relaksasi dan lanjutkan program terapi sesuai advis
dokter (ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam, cefotaxime 1 g/
12 jam, oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam).
Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013 jam 14.30
WIB, yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi, Quality (Q) =
nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio (R) = pergelangan tangan
sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 5, Time (T) = hilang timbul saat
digerakkan, ekspresi wajah menahan nyeri, sedikit bertenaga, bengkak
didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah post
operasi hari pertama Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) hari
pertama. Tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan:
22 kali per menit, suhu: 360C, masalah nyeri belum teratasi, intervensi
dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk
melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter
(ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam, cefotaxime 1 g/ 12 jam,
oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam).
Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 27 April 2013 jam 14.00
WIB yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi, Quality (Q) =
nyeri yang dirasakan seperti senut-senut, Regio (R) = pergelangan tangan
sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat
19
digerakkan, ekspresi wajah rileks, tampak lebih bertenaga, sudah tidak
menahan nyeri, nyeri berkurang, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang,
terpasang elastis perban pada daerah post operasi hari kedua Open Reduction
and Internal Fixation (ORIF). Tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi: 84 kali
per menit, pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 360C, masalah teratasi
sebagian, intervensi dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi
supinasi, anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul,
lanjutkan terapi dokter (ketoprofen 50 mg/ 8 jam, gentamicin 80 mg/ 12 jam,
cefotaxime 1 g/ 12 jam, oxtercid 2 x 750 mg/ 12 jam).
20
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan
tindakan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 25-27 April
2013 di ruang Kanthil RSUD Karanganyar, yang meliputi: pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Disamping itu, juga akan
dikemukakan faktor terkait Nyeri Akut maupun hambatan dalam memberikan
Asuhan Keperawatan pada Ny. S, yang akan diuraikan sesuai dengan tahap proses
keperawatan.
A. Pembahasan
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara,
pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik dan dokumentasi pelayanan
kesehatan. Selama pengkajian, penulis mendapatkan data subyektif dan
obyektif. Data subyektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan
yang dialaminya. Data obyektif adalah pengamatan atau pengukuran yang
dibuat oleh penulis (Potter dan Perry, 2005).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan
21
keperawatan yang tepat (Muttaqin, 2008). Hasil pengkajian klien
mengeluh nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri dirasakan
seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi
wajah meringis, gelisah.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S didapatkan klien mengeluh
nyeri dan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik. Hal itu sesuai dengan teori yang ada, bahwa pada kasus
fraktur radius sinistra 1/3 distal penanganannya menggunakan Open
Reduction Internal Fixation (ORIF). Open Reduction Internal Fixation
(ORIF) adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan
teknik pembedahan yang mencakup didalamnya pemasangan pen, sekrup
untuk memobilisasi selama penyembuhan akan menimbulkan problematik
salah satunya adalah nyeri (Barbara, 2006).
Pola kognitif perseptual, sebelum sakit klien mengatakan
penglihatan, pendengaran, dan bicara jelas. Selama sakit penglihatan,
pendengaran, dan bicara masih jelas, tidak ada gangguan. Klien
mengatakan nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri karena post
operasi, nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum, skala nyeri 6, timbul saat
tangan digerakkan, tetapi penulis belum mencantumkan tentang gangguan
penciuman dan peraba, hal itu dikarenakan tidak terkaji oleh penulis. Pada
kasus fraktur, daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur
dan timbul rasa nyeri akibat fraktur, sedangkan pada indra yang lain dan
kognitifnya tidak mengalami gangguan (Muttaqin, 2008).
22
Pada pola aktivitas latihan, penulis mencantumkan sebelum sakit
klien mengatakan dapat melakukan aktifitas secara mandiri. Selama sakit
klien mengatakan aktivitas dibantu dengan keluarga, untuk makan dan
minum, mobilitas ditempat tidur klien dapat melakukannya secara mandiri.
Hal itu disebabkan karena adanya nyeri dan gerak yang terbatas, semua
bentuk aktivitas klien dapat berkurang dan klien butuh bantuan dari orang
lain (Muttaqin, 2008).
Hasil pemeriksaan fisik bagian ekstremitas, penulis hanya
menuliskan ekstremitas kiri bawah (tangan kiri dibagian pergelangan
tangan) terdapat luka bekas operasi dan dipasang elastis perban. Penulis
tidak menuliskan secara rinci bagaimana kondisi luka, panjang jahitan. Hal
ini dikarenakan klien post operasi dan belum dilakukan perawatan luka.
Pada pemeriksaan fisik dada (jantung), saat dipalpasi penulis hanya
menuliskan ictus cordis teraba, yang seharusnya ictus cordis teraba di SIC
V. Hal itu merupakan kekurangan penulis dalam pendokumentasian.
Pemeriksaan penunjang foto Rontgen dilakukan sebelum dan setelah
operasi. Sebelum operasi dilakukan untuk mengetahui lokasi fraktur dan
garis fraktur secara langsung serta mengetahui tempat dan tipe fraktur.
Setelah operasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan tindakan yang telah
dilakukan (Barbara, 2006). Hasil pemeriksaan foto Rontgen tanggal 24
April 2013: gambaran fraktur komplit os radius sinistra 1/3 distal, tidak
tampak dislokasi pergelangan sendi radio sinistra dan foto radius kiri
tampak post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) fraktur
radius sinistra 1/3 distal. Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 25 April
23
2013: foto radius kiri tampak post operasi Open Reduction and Internal
Fixation (ORIF) fraktur radius sinistra 1/3 distal.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon
aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian dan
catatan medis klien, yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk
mencapai hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005).
Diagnosa keperawatan utama yang diangkat penulis yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur). Pengertian
nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan
(Nanda, 2009).
Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik (post operasi fraktur), karena saat dilakukan pengkajian
didapatkan data subyektif klien: klien mengatakan nyeri pada pergelangan
tangan sebelah kiri, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan seperti
tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, respon
obyektif: ekspresi wajah meringis, gelisah, menahan nyeri, dan harus
24
segera ditangani untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan klien yang
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Penulis hanya
mengangkat diagnosa nyeri karena merupakan diagnosa prioritas dan
aktual, hal ini didasarkan pada teori hirarki Maslow. Menurut Maslow
kenyamanan merupakan kebutuhan dasar yang memerlukan penanganan
dengan segera agar tidak mengganggu kebutuhan yang lainnya (Nursalam,
2008).
3. Intervensi
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis
rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Dalam teori
intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan
NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome
Clasification). Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien
dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan
dengan Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable
(dapat diterima), Rasional dan Time (ada kriteria waktu). Selanjutnya akan
diuraikan rencana keperawatan dari diagnosa yang ditegakkan (Nursalam,
2008).
Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil: ekspresi wajah rileks, tenang, skala nyeri 1, Tanda
25
vital dalam batas normal (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 kali
per menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-370C).
Dengan ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur), penulis merencanakan
tindakan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien yaitu: pantau
karakteristik nyeri (PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q),
Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), dengan rasional untuk
mengidentifikasi skala nyeri dan ketidaknyamanan; monitor tanda vital
(Tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu), dengan rasional memberikan
gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler; berikan posisi yang
nyaman, dengan rasional untuk meningkatkan kenyamanan dan
mengurangi rasa nyeri; ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, dengan
rasional melepaskan tegangan emosional dan otot; kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian analgetik, dengan rasional untuk mengurangi
nyeri.
4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yaitu
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana
asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses
keperawatan (Potter dan Perry, 2005).
26
Dalam melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari penulis
tidak mempunyai hambatan, semua rencana yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan. Pada tindakan keperawatan diagnosa nyeri akut, tindakan
yang dilakukan pada tanggal 25-27 April 2013 yaitu memantau
karakteristik nyeri untuk mengidentifikasi nyeri dan ketidaknyamanan.
Pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri menggunakan metode
(PQRST), Provoking incident (P), Quality of Pain (Q), Region (R),
Severity of Pain (S), Time (T). Provoking incident yaitu apakah ada
peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri. Quality of Pain yaitu
seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien, misalnya:
apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau
menusuk. Region yaitu dimana lokasi nyeri yang harus ditunjukkan dengan
tepat oleh pasien. Severity of Pain yaitu seberapa jauh nyeri yang
dirasakan pasien, pengkajian nyeri dengan menggunakan skala nyeri
deskriptif. Misalnya: tidak nyeri= 0-1 (tidak merasakan nyeri), nyeri
ringan= 2-3 (terasa senut-senut), nyeri sedang= 4-6 (terasa seperti tertusuk
jarum), nyeri berat= 7-8 (terasa seperti tersayat-sayat dan masih bisa
tertahankan), nyeri tak tertahankan= 9-10 (terasa seperti tertusuk-tusuk
benda tajam sehingga tidak tertahankan). Kemudian perawat membantu
pasien untuk memilih secara subyektif tingkat skala nyeri yang dirasakan
pasien. Time yaitu berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah ada
waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri (Kartikawati, 2011).
Memonitor tanda vital untuk memberikan gambaran lengkap
mengenai kardiovaskuler. Memonitor tanda vital yaitu suatu cara untuk
27
mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh dan digunakan untuk
memantau perkembangan pasien. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut
nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah (Hidayat, 2005).
Memberikan posisi yang nyaman untuk klien. Posisi yang nyaman
diberikan kepada klien untuk meningkatkan rasa nyaman, mengurangi
nyeri, mengurangi stress spikis dan mempersingkat masa pemulihan
kondisi setelah pembedahan. Posisi nyaman untuk klien yaitu posisi
terlentang atau supine (Majid, 2011)
Mengajarkan teknik relaksasi untuk melepaskan tegangan emosional
dan otot. Teknik relaksasi memberikan kontrol diri kepada individu ketika
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Potter, 2006). Menurut Majid (2011),
teknik relaksasi sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dalam
menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi “hirup, dua,
tiga” dan ekshalasi “hembuskan, dua, tiga”.
Memberikan terapi injeksi analgetik ketoprofen 50 mg/ 8 jam, untuk
mengurangi nyeri. Menurut Muttaqin (2005), Analgetik memblok lintasan
nyeri sehingga nyeri berkurang.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan
(Potter dan Perry, 2005). Penulis mengevaluasi apakah perilaku atau
28
respon klien mencerminkan suatu kemajuan atau kemunduran dalam
diagnosa keperawatan. Pada evaluasi, penulis sudah sesuai teori yang ada
yaitu sesuai SOAP (Subyektif (S), Obyektif (O), Assesment (A), Planning
(P)).
Pada diagnosa nyeri akut, Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
hasil evaluasi dilakukan pada hari tanggal 25 April 2013 masalah
keperawatan belum teratasi karena nyeri belum berkurang, didukung data
klien dengan menggunakan metode SOAP, Subyektif (S), Obyektif (O),
Assessment (A), Planning (P), didapatkan hasil evaluasi dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, Provocate (P) =
nyeri akibat post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)
atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal, Quality (Q) = nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah
kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 6, Time (T) = hilang timbul saat
digerakkan dan respon objektif post operasi hari pertama klien tampak
meringis menahan sakit, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 76 kali per
menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 370C, untuk menindaklanjuti hal
tersebut, telah diambil keputusan untuk melanjutkan intervensi yaitu,
monitor tanda-tanda vital, pantau karakteristik nyeri, anjurkan teknik
relaksasi, dan lanjutkan program terapi sesuai advis dokter (ketoprofen 50
mg).
Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013 masalah
keperawatan belum teratasi karena nyeri belum berkurang, yang hasilnya:
Provocate (P) = nyeri akibat post operasi Open Reduction and Internal
29
Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 distal, Quality (Q)
= nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, Regio (R) = pergelangan
tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah 5, Time (T) = hilang
timbul saat digerakkan, ekspresi wajah menahan nyeri, sedikit bertenaga,
bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada
daerah post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF).
Tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 22 kali
per menit, suhu: 360C, masalah nyeri belum teratasi, intervensi
dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk
melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter
(ketoprofen 50 mg).
Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 27 April 2013 masalah
keperawatan teratasi sebagian, didukung dengan data klien mengatakan
nyeri berkurang yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi
Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius
sinistra 1/3 distal, Quality (Q) = nyeri yang dirasakan seperti senut-senut,
Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) = skala nyeri wajah
3, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan, ekspresi wajah rileks, tampak
lebih bertenaga, sudah tidak menahan nyeri, nyeri berkurang, bengkak
didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang elastis perban pada daerah
post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF). Tekanan
darah: 130/90 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 20 kali per
menit, suhu: 360C, masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan:
pantau karakteristik nyeri, beri posisi supinasi, anjurkan untuk melakukan
30
teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter (ketoprofen 50
mg).
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Berdasarkan hasil study kasus pada Ny. S dalam perawatan hari
pertama sejak tanggal 25 April 2013. Penulis mengambil prioritas masalah
yaitu :
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat. Pengkajian pada Ny. S didapatkan data
dengan keluhan nyeri pada luka jahitan dibagian pergelangan tangan
sebelah kiri, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan seperti
tertusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi
wajah meringis, gelisah, tekanan darah: 140/90 mmHg, Nadi: 76 kali
per menit, pernafasan: 18 kali per menit, Suhu: 370C, ekstremitas kanan
atas terpasang infus RL 20 tetes per menit.
b. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yang
muncul yaitu nyeri akut berhubungan Agen cedera fisik (post operasi
Open Reduction and Internal Fixation/ORIF atas indikasi radius
sinistra 1/3 distal). Pengertian nyeri akut adalah pengalaman sensorik
31
dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung kurang dari enam bulan (Nanda, 2009).
c. Intervensi
Intervensi atau rencana keperawatan untuk mengatasi nyeri yaitu
pantau karakteristik nyeri metode PQRST, Provoking incident (P),
Quality of Pain (Q), Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), monitor
tanda-tanda vital, beri posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi atau
distraksi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
d. Implementasi
Implementasi tindakan yang dilakukan yaitu memantau
karakteristik nyeri PQRST, Provoking incident (P), Quality of Pain (Q),
Region (R), Severity of Pain (S), Time (T), memonitor tanda vital,
memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan
terapi injeksi analgetik ketoprofen 50 mg.
e. Evaluasi
Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan menggunakan metode
Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning (SOAP), Subyektif (S),
Obyektif (O), Assessment (A), Planning (P), pada diagnosa nyeri teratasi
sebagian, karena klien masih merasakan nyeri, dengan skala nyeri 3.
32
f. Analisa kondisi
Analisa kondisi nyeri akut pada Ny. S dengan post operasi fraktur
radius sinistra 1/3 distal dengan data, klien mengatakan nyeri
berkurang yang hasilnya: Provocate (P) = nyeri akibat post operasi
Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur
radius sinistra 1/3 distal, Quality (Q) = nyeri yang dirasakan seperti
senut-senut, Regio (R) = pergelangan tangan sebelah kiri, Scale (S) =
skala nyeri wajah 3, Time (T) = hilang timbul saat digerakkan, ekspresi
wajah rileks, tampak lebih bertenaga, sudah tidak menahan nyeri, nyeri
berkurang, bengkak didaerah fraktur tampak berkurang, terpasang
elastis perban pada daerah post operasi Open Reduction and Internal
Fixation (ORIF).
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang
diharapkan bermanfaat antara lain:
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan kerjasama baik antar tim kesehatan maupun dengan
klien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung
kesembuhan klien.
b. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang
33
terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan asuhan
keperawatan.
c. Bagi Penulis
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya
pada pasien dengan pemenuhan rasa nyaman khususnya pada pasien
post operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atas indikasi
Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal.
d. Bagi Profesi atau Perawat
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi profesi tentang
manajemen nyeri pada pasien post operasi Open Reduction and Internal
Fixation (ORIF) atas indikasi fraktur radius sinistra 1/3 Distal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2009-2011), Nanda Internasional; Diagnosa keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Grace Pierce A., Neil R. Borley, (2006), At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3,
Penerbit Erlangga.
Gruendemann Barbara J., Billie Fernsebner, (2006), Buku Ajar Keperawatan
Perioperatif, Vol 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 288-300.
Hartati, T, 2008, Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Anak Usia Sekolah, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42088796.pdf. Diakses pada tanggal 27
April 2013 jam 17.30 WIB.
Hidayat A. Aziz Alimul, Musrifatul Uliyah, (2005), Buku Saku Praktikum;
Kebutuhan Dasar Manusia, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Hoppenfeld Stanley, Vasantha L. Murthy, (2011), Terapi dan Rehabilitasi
Fraktur, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Kusmarjathi, N.K, 2009, Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi ORIF Dalam Jurnal
Ilmiah Keperawatan. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/210972 76.pdf.
Diakses pada tanggal 25 April 2013 jam 19.30 WIB.
Majid Abdul, Mohammad Judha, (2011), Keperawatan Perioperatif, Penerbit
Gosyen Publising, Yogyakarta.
Muttaqin Arif, (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal, Jakarta, EGC, hal 69-97.
Muttaqin Arif, Kumala Sari, (2009), Asuhan Keperawatan Perioperatif; Konsep,
Proses dan Aplikasi, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal 73.
N. Kartikawati Dewi, (2011), Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat
Darurat, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Nursalam, (2008), Proses dan Dokumentasi keperawatan, Edisi 2, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Novayelinda, Erwin, Prawani (2011), Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi fraktur ekstremitas,
http://www.google.co.id/uploads/pain_management.pdf Diakses tanggal 25
April 2013 jam 18.45 WIB.
Potter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatn Konsep, Proses dan
Praktik, Vol 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Potter Patricia A, (2006), Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktik, vol 2, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, hal
1502.
Sjamsuhidajat R., dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Wilkinson. M Judith, (2006), Buku Saku; Diagnosa Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.