PT. DACREA MITRAYASA.
BAB IIIPENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.1. UMUM
Bab ini menjelaskan pola pikir pendekatan dan metodologi yang digunakan.
Metodologi ini digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan seluruh rangkaian
kegiatan pekerjaan. Dengan adanya acuan ini diharapkan seluruh aspek pekerjaan
dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya secara lebih efisien dan efektif.
3.2. POLA PIKIR PENDEKATAN
Pola pikir pendekatan merupakan salah satu upaya untuk menentukan metodologi yang tepat bagi pelaksanaan pekerjaan.
Sebagaimana dijelaskan di dalam Kerangka Acuan Kerja, keluaran (output) yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah :
1. Tersedianya detil rencana teknis flyover yang akurat, sesuai dengan etika perencanaan dan siap untuk digunakan dalam pelaksanaan, dan
2. Tersedianya dokumen lelang yang sudah sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Untuk dapat mencapai sasaran tersebut maka dalam melaksanakan pekerjaan ini kami akan menerapkan pendekatan umum sebagai berikut :
Melakukan pemahaman terhadap KAK dan pengenalan terhadap materi layanan yang diperlukan.
Menyediakan tenaga ahli maupun tenaga asisten yang berpengalaman dalam pekerjaan sejenis, berdedikasi, berbadan sehat dan didukung dengan fasilitas penunjang yang memadai.
Melakukan pemahaman terhadap issue permasalahan yang ada yang mencakup kondisi persimpangan eksisting, batasan-batasan yang ada, standar-standar perencanaan dan ketentuan-ketentuan serta peraturan-peraturan yang berlaku.
Melakukan kajian teknis secara umum guna menetapkan kriteria desain dan menentukan rencana kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan yang tepat dan efektif.
Melakukan kegiatan pengumpulan data lapangan secara terinci yang akan diperlukan sebagai data masukan dalam proses perencanan teknik ini.
Melakukan kajian dan analisa terhadap semua data yang telah diperoleh dan melakukan perhitungan-perhitungan perencanaan teknik yang mencakup perencanaan geometrik jalan dan flyover, analisa penyelidikan tanah, analisa hidrologi, analisa lalu lintas, struktur perkerasan jalan pada pelebaran jalan,
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 1
PT. DACREA MITRAYASA.
perencanaan bangunan bawah dan bangunan atas flyover, sistem drainase jalan dan flyover, bangunan-bangunan pelengkap, dan lain-lain.
Menyiapkan gambar rencana. Melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan dan analisa harga satuan pekerjaan
serta menghitung perkiraan biaya proyek. Menyiapkan dokumen pelelangan.
Secara kronologis, pekerjaan penyusunan rencana teknis flyover ini dapat
dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) tahapan kegiatan utama sebagai berikut :
Tahap - 1 : Persiapan Tahap - 2 : Survai Pendahuluan (Reconnaissance Survey) Tahap - 3 : Penyusunan Kriteria Desain dan Rencana Survai Teknik Tahap - 4 : Survai Teknik Tahap - 5 : Perencanaan Teknis Tahap – 6 : Penyusunan Produk Akhir Tahap – 7 : Penyusunan Pelaporan.
Masing-masing tahapan kegiatan utama ini terdiri dari sub-sub kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan teknis sebagai berikut :
D1 Persiapan, mencakup :D1.1 Rapat, koordinasi dan konfirmasi.D1.2 Inventarisasi informasi dan data-data awal/sekunder.D1.3 Penyusunan rencana kerja terinci.
D2 Survai Pendahuluan (Reconnaissance Survey), mencakup :D2.1 Studi literaturD2.2 Koordinasi dengan instansi terkaitD2.3 Survai Pendahuluan, meliputi :D2.3.1 Survai Pendahuluan Lalu LintasD2.3.2 Survai Pendahuluan Geometrik Jalan dan PersimpanganD2.3.3 Survai Pendahuluan TopografiD2.3.4 Survai Pendahuluan Geologi, Geoteknik, dan MaterialD2.3.5 Survai Pendahuluan Upah, Harga Dasar Bahan dan Peralatan, dan Harga
Satuan PekerjaanD2.3.6 Survai Pendahuluan Bangunan Pelengkap JalanD2.3.7 Survai Pendahuluan Hidrologi/HidrolikaD2.3.8 Diskusi Perencanaan di lapangan
D3 Penyusunan Kriteria Desain dan Rencana Survai Teknik
D4 Survai Teknik, mencakup :D4.1 Survai TopografiD4.2 Survai Penyelidikan TanahD4.3 Survai Lalu LintasD4.4 Survai Inventarisasi Jalan, utilitas dan pembebasan lahan
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 2
PT. DACREA MITRAYASA.
D4.5 Survai Hidrologi
D5 Perencanaan Teknis, mencakup :D5.1 Perencanaan Teknis GeometrikD5.2 Perencanaan Teknis Perkerasan JalanD5.3 Perencanaan Teknis Drainase Jalan, tinjauan Underpass terhadap
hidrologi.D5.4 Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman JalanD5.5 Perencanaan Teknis, meliputi :D5.5.1 Analisis StrukturD5.5.2 PenggambaranD5.6 Penganggaran Biaya Konstruksi, meliputi :D5.6.1 Perhitungan/Analisa Harga Satuan PekerjaanD5.6.2 Perhitungan Kuantitas PekerjaanD5.6.3 Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik (Engineer Estimate)D5.7 Penyiapan Dokumen Lelang, meliputi :D5.7.1 Penyusunan Spesifikasi TeknisD5.7.2 Penyiapan Daftar Kuantitas dan Harga (BOQ)D5.8 Tata Cara/Metode Pelaksanaan
D7 PelaporanD7.1 Laporan AkhirD7.2 Ringkasan EksekutifD7.3 Cetak Blue Print (A1) & Gambar Rencana (A3)D7.4 CDD7.5 Dokumen Lelang.
3.3. METODOLOGI PELAKSANAAN
Berdasarkan pola pikir pendekatan di atas, kami menyusun metodologi pelaksanaan pekerjaan yang logis dengan mempertimbangkan segala aspek yang terkait guna mencapai tujuan dan sasaran pelaksanaan pekerjaan secara optimal dan hasil pekerjaan dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan di dalam Kerangka Acuan Kerja.
Secara lebih jelas, metodologi pelakasanaan pekerjaan diilustrasikan dalam Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan yang disajikan pada Gambar 3.1.
Uraian pelaksanaan setiap tahapan kegiatan dijelaskan di bawah ini.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 3
PT. DACREA MITRAYASA.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 4
PT. DACREA MITRAYASA.
3.3.1 D1 Persiapan
Kegiatan persiapan ini dimaksudkan untuk :
1. Mengumpulkan informasi dan data-data awal/sekunder di pusat.2. Menetapkan desain sementara (tentative) berdasarkan data awal yang ada untuk
digunakan sebagai panduan pelaksanaan survai pendahuluan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap persiapan ini meliputi :
D1.1 Rapat, Koordinasi dan konfirmasi, meliputi :
Rapat dengan pihak Pengguna Jasa, yang dalam pekerjaan ini diwakili oleh seorang Project Officer, untuk mendapatkan kesamaan pandangan mengenai rencana pelaksanaan pekerjaan.
Koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait baik di pusat maupun di daerah berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan perencanaan teknik ini, terutama mengenai permohonan bantuan penyediaan data dan informasi yang dibutuhkan (antara lain : informasi harga satuan/upah di lokasi proyek, informasi lokasi sumber material di sekitar lokasi proyek, informasi utilitas di sekitar lokasi proyek, informasi data struktur tanah di lokasi terdekat).
D1.2 Inventarisasi informasi dan data-data awal (data sekunder), antara lain :
Data kelas, fungsi dan status ruas jalan di persimpangan Jl. Oerip Soemohardjo, Jl. AP Pattarani dan jalan akses tol.
Peta-peta dasar berupa : - Peta topografi/rupa bumi (yang dikeluarkan oleh
Bakosurtanal) skala 1 : 250.000 atau 1 : 25.000.- Peta Geologi skala 1 : 250.000.
Peta jaringan jalan kota Makassar.
Data inventarisasi jalan, data kondisi jalan dan data lalu lintas dari IRMS.
Data curah hujan harian maksimum dalam jangka waktu 10 tahun pada daerah tangkapan.
Laporan-laporan perencanaan jembatan yang pernah dilakukan di sekitar lokasi proyek.
D1.3 Penetapan Desain Sementara (tentative) yang berfungsi sebagai panduan dalam pelaksanaan survai pendahuluan, mencakup :
Penentuan titik awal dan akhir rencana proyek pada peta.
Membuat beberapa alternatif rencana alinyemen horizontal flyover dan jalan, untuk nantinya dilakukan pengecekan (sebelum ditetapkan sebagai alternatif terpilih) terhadap situasi dan kondisi di lapangan
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 5
PT. DACREA MITRAYASA.
(kemudahan pelaksanaan, estetika, lingkungan, dll) pada saat pelaksanaan survai pendahuluan dan survai detil.
D1.4 Penyusunan Rencana Kerja Terinci
Berdasarkan kajian terhadap informasi dan data awal yang telah terkumpul, hasil rapat koordinasi serta hal-hal terkait yang tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja, Konsultan menyusun Rencana Kerja Terinci dan mendiskusikannya dengan Project Officer.
Rencana Kerja Terinci ini nantinya akan didiskusikan kembali untuk diperbaiki/dipertajam bilamana perlu berdasarkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil survai pendahuluan.
3.3.2. D2 Survai Pendahuluan (Reconnaissance Survey)
Survai Pendahuluan adalah survai yang dilakukan pada awal pelaksanaan pekerjaan, bertujuan untuk memperoleh data awal dan gambaran umum mengenai kondisi lokasi proyek sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada. Survai pendahuluan dilakukan dengan memadukan informasi dan data sekunder yang dikumpulkan dari instansi terkait dengan hasil pengamatan yang didapat dari survai lapangan.
Kegiatan yang akan dilakukan dalam Survai Pendahuluan ini meliputi :
Studi Literatur, yaitu pengumpulan dan pengkajian data-data pendukung perencanaan dari instansi terkait di lokasi proyek, antara lain : informasi utilitas, data bangunan pengaman, data struktur tanah, desain jembatan di sekitar lokasi proyek dan laporan-laporan lainnya yang berkaitan yang dapat mempengaruhi perencanaan flyover.
Koordinasi dan konfirmasi dengan SKNVT P2JJ dan Dinas PU setempat serta instansi/lembaga terkait lainnya dan meminta masukan-masukan yang diperlukan sehubungan dengan dilaksanakannya survai pendahuluan.
Survai Pendahuluan Lalu Lintas untuk :- mengetahui situasi dan kondisi lalu lintas pada persimpangan- menentukan lokasi penempatan pos survai
Survai Pendahuluan Geometrik Jalan dan Persimpangan yang antara lain untuk : - mengidentifikasi (secara stationing) kondisi medan.- mengidentifikasi dan membuat sketsa lokasi-lokasi yang
memerlukan perencanaan galian/timbunan, gorong-gorong, bangunan pelengkap jalan, dll.
- menjamin bahwa berdasarkan data hasil survai ini akan dapat dihitung secara kasar perkiraan kuantitas pekerjaan fisik yang akan timbul dan perkiraan rencana biaya secara sederhana yang akan mendekati final design.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 6
PT. DACREA MITRAYASA.
Survai Pendahuluan Topografi untuk :- menentukan titik awal dan akhir proyek dan pemasangan
patok Bench Mark di kedua titik tersebut, serta menentukan titik sejauh 200 meter sebelum titik awal dan setelah titik akhir proyek sebagai koridor pengambilan data.
- mengamati kondisi topografi dan mendata lokasi-lokasi yang memerlukan pengukuran khusus dan lokasi-lokasi yang memerlukan perpanjangan koridor dan menyarankan posisi patok BM pada titik yang akan dijadikan referensi.
- menyusun rencana kerja untuk survai detil pengukuran..
Survai Pendahuluan Geologi, Geoteknik dan Material, mencakup :- mengamati secara visual karakteristik dan sifat tanah dan
batuan.- mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) di
sekitar lokasi pekerjaan.- memberikan rekomendasi berkaitan dengan rencana trase
flyover yang akan dipilih.- membuat foto dokumentasi pada lokasi-lokasi khusus.- mendata lokasi-lokasi yang akan dilakukan pengeboran
maupun test pit.- menyusun rencana kerja untuk pelaksanaan survai detil.
Mengumpulkan data Upah, Harga Satuan Bahan dan Peralatan, dan Harga Satuan Pekerjaan.
Survai Pendahuluan Bangunan Pelengkap Jalan, mencakup :- inventarisasi bangunan pelengkap eksisting; jenis, dimensi,
kondisi serta membuat usulan perencanaan/penanganan yang diperlukan.- mengidentifikasi dan membuat sketsa lokasi-lokasi yang
berpotensi memiliki masalah drainase.- membuat sketsa-sketsa dan foto-foto yang dianggap perlu
sebagai panduan untuk pelaksanaan survai detil.
Survai Pendahuluan Hidrologi/Hidrolika, meliputi :- mengumpulkan data curah hujan harian maksimum dalam
jangka 10 tahun.- menganalisa luas daerah tangkapan (catchment area).- mengamati dan mencatat tinggi muka air normal, muka air
banjir dan muka air banjir tertinggi yang pernah terjadi.- mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan
sehubungan dengan bentuk dan kemiringan yang mempengaruhi pola aliran.- menginventarisasi bangunan drainase eksisting.- membuat foto-foto dokumentasi pada lokasi-lokas penting.- menyusun rencana kerja untuk pelaksanaan kegiatan survai
detil.
Survai Pendahuluan Utilitas dan Resettlement untuk :- menginventarisasi seluruh utilitas yang akan terkena rencana pembangunan
flyover.- menentukan lokasi resettlement utilitas yang akan terkena rencana
pembangunan flyover.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 7
PT. DACREA MITRAYASA.
Diskusi perencanaan di lapangan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi lapangan, membuat sketsa situasi lapangan dan merumuskan usulan perencanaan yang diperlukan.
Data yang diperoleh dari hasil survai pendahuluan ini merupakan dasar pelaksanaan survai teknik dan merupakan panduan untuk penyusunan Kriteria Desain.
Terhadap semua data tersebut, baik data sekunder maupun data hasil survai lapangan, dilakukan kajian teknis guna menyiapkan basic design, berupa alternatif rencana flyover yang meliputi tipe bangunan bawah dan bangunan atas ditinjau dari aspek kemudahan pelaksanaan, estetika, pemeliharaan, biaya dan lingkungan.
3.3.3. D3 Penyusunan Kriteria Desain dan Rencana Survai Teknik
Berdasarkan kajian terhadap semua data yang diperoleh pada tahap Persiapan dan data hasil Survai Pendahuluan serta masukan-masukan dari SKNVT P2JJ dan Dinas PU setempat serta instansi/lembaga terkait lainnya antara lain seperti kajian terhadap Study FS terdahulu dan kajian terhadap kinerja simpang existing, akan ditentukan kriteria desain yang mengacu pada parameter-paramater dan standar desain yang sesuai dengan kelas dan fungsi jalan, kondisi topografi dan geometrik jalan, sifat lalu lintas yang dilayani, jenis bangunan atas dan bangunan bawah flyover, serta parameter-parameter lainnya. Konsultan akan melakukan diskusi (asistensi) dengan pihak Project Officer untuk mendapatkan masukan dan persetujuan terhadap kriteria desain yang ditentukan sebelum diterapkan dalam kegiatan perencanaan teknik lebih lanjut. Kriteria desain ini akan berfungsi sebagai panduan dalam rencana survai detil dan memperbaiki/mempertajam rencana kerja terinci yang telah dibuat.
Pola pikir pendekatan dalam penyusunan Kriteria Desain diilustrasikan pada Gambar 3.3.
Kriteria desain, yang disusun berdasarkan Standar Perencanaan (Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional) yang berlaku, meliputi :
Kriteria Desain Jalan
Geometrik Jalan Perkerasan Jalan
Kelas Jalan Jenis Konstruksi Kecepatan Rencana LHR Rencana Potongan Melintang Umur Rencana Jarak Pandangan Henti &
Menyiap CBR Rencana Tanah
Dasar Alinyemen Horizontal Tebal Minimum
Lapisan Alinyemen Vertikal
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 8
PT. DACREA MITRAYASA.
Gambar 3.3POLA PIKIR PENYUSUNAN KRITERIA DESAIN
Kriteria Desain Jembatan dan Drainase
Kriteria Desain Flyover Kriteria Desain Drainase
Tinggi Bebas Periode Ulang Curah Hujan
Tipe Bangunan Atas Kecepatan Aliran Panjang dan Lebar
Flyover Koefisien Pengaliran
Jenis Pondasi Koefisien Kekasaran Tipe Bangunan Bawah Koefisien Frekuensi Bangunan Pelengkap Kemiringan Saluran
Kriteria Desain Penerangan Jalan dan Kelengkapan Jalan
Kriteria DesainPenerangan Jalan
Kriteria DesainKelengkapan Jalan
Kuat Penerangan Jenis Rambu
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 9
MASUKAN & PERATURAN
INFORMASI & DATA EXISTING
Penyusunan KRITERIA DESAIN
Inventarisasi dan Kondisi Jalan, Lalu Lintas
Hidrologi, Struktur Tanah dan Utilitas
Topografi dan Jaringan Jalan
Masukan dari Instansi Terkait
Peraturan dan Standar Perencanaan Jembatan
Peraturan dan Standar Perencanaan Jalan
PT. DACREA MITRAYASA.
Jenis Lampu Dimensi dan Warna Rambu
Tinggi Tiang Lampu Jarak Pemasangan Rambu
Jarak Pemasangan Tiang Lampu
Kriteria Desain Arsitektur dan Lansekap
Kriteria Desain Arsitektur Kriteria Desain Lansekap
Fungsi Kawasan Jenis Tanaman Estetika Luas Lahan Kepentingan Daerah Peruntukan Lahan Kemudahan Pelaksanaan Kondisi Lingkungan Dana Pemeliharaan
3.3.4 D4 Survai Teknik
Berdasarkan data hasil survai serta mengacu pada pra-rancangan dan Kriteria Desain yang telah disetujui, akan disusun rencana kegiatan survai teknik, yang mencakup jenis survai yang diperlukan, jadwal pelaksanaan survai, dan pengorganisasian tim. Dalam penyusunan rencana kegiatan survai ini akan dilakukan diskusi dengan Project Officer untuk mendapatkan masukan-masukan.
Gambar 3.4POLA PIKIR KEGIATAN SURVAI TEKNIK
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 10
Diskusi denganPengguna Jasa
Survai Teknik Survai Geologi, Geoteknik dan
Material
Penentuan Jenis dan Lokasi Survai serta
Penyiapan Kelengkapan Survai
Survai Topografi
Pengorganisasian dan Koordinasi Tim Survai
PT. DACREA MITRAYASA.
D4.1 Survai Topografi
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase flyover di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 500.
Survai topografi merupakan salah satu kegiatan kunci dalam pekerjaan ini karena data topografi merupakan dasar dari semua data geometrik, dimensi bangunan bawah flyover dan perhitungan volume sehingga hasil pengukuran haruslah akurat dan tidak terdapat kesalahan dalam pengukuran.
Lingkup kegiatan Survai Topografi dalam pekerjaan ini meliputi :
Pemasangan patok-patok Bench Mark (dari beton berukuran 10x10x75 cm) minimal 3 buah, masing-masing 1 (satu) buah pada titik awal dan akhir proyek dan 1 (satu) buah pada titik yang akan dijadikan referensi.
Pengukuran kerangka/titik kontrol horisontal dan vertikal. Pengukuran situasi lengkap. Pengukuran potongan melintang setiap 25 meter atau lebih dekat, sesuai
dengan kebutuhan.
Perhitungan-perhitungan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Pengintaian Matahari, mengacu pada tabel almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
Perhitungan koordinat poligon, akan dibuat pada setiap seksi, antara pengamatan matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut akan diberikan berdasarkan panjang kaki sudut, dan harus dilakukan di lokasi pengukuran.
Perhitungan sifat datar akan dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan akan dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.
Perhitungan Ketinggian Detil akan dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai titik pengukuran detil dan dihitung secara tachimetris.
Seluruh perhitungan akan dilakukan secara komputerisasi.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 11
Survai Lalu Lintas
Survai Inventarisasi Jalan, bangunan pelengkap dan
utilitas
Survai Hidrologi
PT. DACREA MITRAYASA.
Penggambaran, akan dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :
Penggambaran poligon dibuat dengan skala 1 : 500. Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm. Koordinat grid terluar (dari gambar) dicantumkan harga absis (x) dan
ordinat (y)-nya. Pada setiap lembar gambar dan atau setiap 1 meter panjang gambar
dicantumkan petunjuk arah Utara. Penggambaran titik poligon dibuat berdasarkan hasil perhitungan. Pada setiap titik ikat (BM) akan dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi
tanda khusus. Gambar topografi akan mencakup Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA),
Daerah Milik Jalan (DAMIJA), dan Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA).
Semua data lapangan yang permanen akan digambarkan, seperti batas lajur jalan dan bahu jalan, bangunan pelengkap, batas selokan, letak dan dimensi gorong-gorong, batas lansekap, batas ROW, tiang utilitas telepon dan PJU, utilitas PAM dan Gas.
Semua gambar topografi akan disajikan dengan menggunakan software komputer.
D4.2 Survai Penyelidikan Tanah
Tujuan survai Penyelidikan Tanah meliputi antara lain : survai geologi, geoteknik dan material dalam pekerjaan ini adalah untuk melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal lapisan tanah, memberikan informasi mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan struktur, serta mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya.
Survai Geologi
Survai geologi dilakukan dengan tujuan mengetahui potensi gempa, liquefaction, dll. Survai meliputi pemetaan geologi permukaan detil dengan peta dasar topografi skala 1:250.000.
Lingkup kegiatan Survai Geologi meliputi :
Penyelidikan lapangan, meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan prosentase butiran kasar/halus) sesuai dengan Metoda USCS.
Pemetaan jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan, mencakup jenis struktur geologi yang ada antara lain : sesar/patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan. Batas-batas pemetaan akan ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran topografi untuk selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1 : 2.000 ukuran A3.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 12
PT. DACREA MITRAYASA.
Analisis terhadap lapukan batuan berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/ kimia, kemudian hasilnya akan diplot di atas peta geologi teknik termasuk didalamnya pengamatan tentang : gerakan tanah, tebal pelapukan tanah dasar, kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka air tanah, tata guna lahan.
Survai Geoteknik
Dalam perencanaan jembatan/flyover dan jalan adalah suatu keharusan untuk dilakukannya penyelidikan geoteknik pada lokasi-lokasi :
1. Pada lokasi oprit dan pelebaran jalan : Dilakukan Bor Tangan dengan mengacu pada ASTM D 4719.
Digunakan untuk megambil contoh tanah. Penyelidikan yang dilakukan meliputi : menyelidiki setlement dan kekuatan geser mengevaluasi karakteristik tanah.
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji (test pit) :- Dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda dengan
kedalaman 1 – 2 m.- Panjang 1,5 m (pada arah Utara - Selatan) dan lebar 1,0 m.- Volume contoh tanah adalah 25 – 40 kg untuk setiap contoh
tanah, dan setiap contoh tanah akan diberi identitas yang jelas.2. Pada lokasi abutment dan pilar flyover :
Pemboran Mesin/SPT dengan ketentuan berikut :- Mengacu pada ASTM D 2113-94.- Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar
(rotary drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm.- Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan
maksimum 1 putaran per detik.- Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik.- Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang
lunak dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing dengan diameter minimum 100 mm.
- Apabila menggunakan drilling mud, harus dijaga agar tidak terjadi tekanan yang berlebih pada tanah.
- Apabila menggunakan casing, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi pengambilan sampel berikutnya.
- Kedalaman bor minimum 20 m, kecuali di lokasi tanah keras yang lebih dangkal. Pengeboran dapat berhenti setelah menembus kedalaman 5 m tanah keras.
- Pada setiap interval kedalaman 1,5 m dilakukan SPT (Standard Penetration Test) dan diambil contoh tanahnya.
- Pada setiap kedalaman 3 m (kecuali ditentukan lain) pada tanah lunak diambil undisturbed sample untuk tes laboratorium.
- Sebagai hasil bor, dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi dengan lithologi (geological description), harga SPT, letak muka
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 13
PT. DACREA MITRAYASA.
air tanah dan data lainnya yang mendukung beserta letak kedalaman lapisan tanah yang bersangkutan.
- Terhadap undisturbed sample dilakukan tes laboratorium untuk menentukan index dan structural properties tanah.Besaran index properties meliputi : Specific Gravity, Bulk Density, Moisture Content, Atterberg Limits, Grain Size Analysis.Besaran structural properties meliputi : Triaxial Compression Test (Unconsolidated Undrained), Unconfined Compressive Strength, Direct Shear Test, Consolidation Test.
Sondir (Pneutrometer Static)Hanya digunakan pada tanah berbutir halus. Dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras. Uji sondir akan memberikan hasil tahanan ujung konus/conus resistance (NHK) dan daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki dalam bentuk jumlah hambatan lekat/total friction resistance (JHP).
Ada dua macam alat sondir yang digunakan :1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton.
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer berturut-turut menunjukkan harga >150 kg/cm2, alat sondir terangkat ke atas. Apabila pembacaan manometer belum menunjukkan angka yang maksimum, maka alat sondir diberi pemberat yang diletakkan pada baja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus dan jumlah hambatan lekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah perlawana penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan lekat (JHP) secara kumulatif.
D4.3 Survai Lalu Lintas
Tujuan survai lalu lintas adalah untuk mengetahui kondisi lalu lintas, kecepatan kendaraan rata-rata, menginventarisasi jalan yang ada, serta menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar perencanaan jalan dan jembatan.
Survai lalu lintas yang akan dilakukan pada pekerjaan ini adalah survai peghitungan volume lalu lintas (traffic counting) pada persimpangan rencana flyover secara terus-menerus selama 2 x 24 jam. Penghitungan dan pencatatan akan dilakukan terhadap semua jenis kendaraan yang lewat, yang dikategorikan dalam 11 kategori kendaraan.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 14
PT. DACREA MITRAYASA.
Pemilihan lokasi pos penghitungan ditentukan berdasarakan kriteria :
Lokasi pos tersebut mewakili jumlah lalu lintas harian rata-rata dan ruas jalan tidak terpengaruh oleh angkutan ulang alik yang tidak mewakili ruas (commuter traffic).
Lokasi pos tersebut mempunyai jarak pandang yang cukup untuk kedua arah, sehingga memungkinkan pencatatan kendaraan dengan mudah dan jelas
Lokasi pos tidak berada pada persilangan jalan.
Penentuan tipe pos penghitungan lalu lintas didasarkan pada jumlah LHR, yaitu :
Pos tipe A untuk ruas jalan dengan LHR > 10.000. Penghitungan lalu lintas dilakukan pada 2 (dua) sisi jalan, pencatatannya untuk masing-masing arah dan dibedakan berdasarkan dua kelompok jenis kendaraan.
Pos tipe B untuk ruas jalan dengan LHR 5.000 s/d 10.000. Penghitungan lalu lintas dilakukan pada 2 (dua) sisi jalan dan pencatatannya untuk masing-masing arah.
Pos tipe C untuk ruas jakan dengan LHR < 5.000. Penghitungan lalu lintasnya dilaksanakan pada 1 (satu) sisi jalan dan pencatatannya dibedakan untuk masing-masing arah.
Tabel 2.1Tipe Pos dan Cara Penghitungan Volume Lalu Lintas
C B A A
Tipe POS
B A A
LHR Ruas Jalan
> 10.000 5.000 – 10.000 LHR < 5.000
Penghitungan lalu lintas
Dibedakan untuk masing-masing arah.
Untuk masing-masing arah
Pada masing-masing arah, dibedakan atas 2 kelompok jenis kendaraan
Pengelompokan Kendaraan
Dalam perhitungan jumlah lalu lintas, kendaraan dibagi ke dalam 11 (sebelas) kategori kendaraan, mencakup kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2Penggolongan Jenis Kendaraan dalam Survai Perhitungan Lalu Lintas
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 15
POS POS POS
PT. DACREA MITRAYASA.
Golongan/ Kelompok
Jenis Kendaraan
1 Sepeda motor, sekuter, sepeda kumbang dan kendaraan bermotor roda 3
2 Sedan, Jeep dan Station Wagon3 Opelet, Pick-up Opelet, Suburban, Combi dan Minibus4 Pick-Up, micro Truk, dan Mobil hantaran/Pick-up Box5a Bus Kecil5b Bus Besar6 Truk 2 Sumbu7a Truk 3 Sumbu7b Truk Gandengan7c Truk Semi Trailer8 Kendaraan Tidak Bermotor, Sepeda, Becak,
Andong/Dokar, Gerobak Sapi
D4.4 Survai Inventarisasi Jalan, Utilitas dan Pembebasan
Lahan
Tujuan dan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum mengenai kondisi perkerasan di sepanjang koridor rencana flyover.
Pemeriksaan akan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata setiap interval 25.
Lingkup kegiatan inventarisasi jalan adalah mencatat data-data jalan sbb.: Lebar perkerasan jalan eksisting, dalam meter. Jenis bahan perkerasan jalan eksisting. Kondisi daerah di sisi kanan dan kiri jalan serta sarana utilitas yang ada. Data yang diperoleh dicatat di dalam format Inventarisasi Jalan
(Highway Geometric Inventory), per 25 meter. Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan minimal 1
(satu) buah foto per 25 meter. Foto ditempel pada format standar dengan mencantumkan hal-hal yang
diperlukan seperti nomor dan nama ruas jalan, arah pengambilan foto dan tinggi petugas yang memegang nomor Sta.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 16
PT. DACREA MITRAYASA.
3.3.5 D5 Perencanaan Teknis
Perencanaan Teknis adalah bagian utama pekerjaan ini. Pada tahap ini akan dilakukan analisa/perhitungan yang hasilnya akan dituangkan dalam Gambar Rencana. Analisa/perhitungan akan dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia dan Standar Internasional yang berlaku.
Pada awal kegiatan, sambil menunggu hasil analisa/perhitungan lengkap data topografi, data geologi dan geoteknik, data lalu lintas, dan data inventarisasi jalan, perencanaan teknis dilakukan dengan mengacu kepada Laporan Antara, yaitu data analisa dan penilaian awal dari hasil survai teknik yang telah didiskusikan dengan Project Officer.
Gambar 3.7Pola Pikir Kegiatan Perencanaan Teknis
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 17
Diskusi denganPengguna Jasa
Gambar Rencana
analisa Drainase
Analisa Perkerasan Jalan
Analisis Struktur
Analisa Hasil Survai Teknik & Data Sekunder
Analisa Geometrik
Peraturan & Standar yang Berlaku
Analisa Teknis Bangunan
Pelengkap & Pengaman Jalan
Methode Pelaksanaan
PT. DACREA MITRAYASA.
D5.1 Perencanaan Teknis Geometri
Perencanaan geometrik flyover merupakan tahap awal perencanaan flyover
yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat
diwujudkan hubungan yang baik antara ruang dan waktu sehubungan
dengan kendaraan yang bergerak, agar dapat menghasilkan efisiensi,
keamanan, dan kenyamanan yang optimal dalam batas pertimbangan
ekonomi yang layak.
Standar yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan geometrik antara lain :
Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga, Maret 1992.
A Policy on Geometric Design of Highway and Streets, AASHTO 1994.
Perencanaan geometrik flyover dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Panjang dan lebar flyover Tinggi bebas minimum Karakteristik lalu lintas Keamanan Kelayakan ekonomi.
Pada dasarnya elemen geometrik suatu jalan terdiri dari :
Potongan melintang Alinyemen horisontal Alinyemen vertikal.
dimana besaran dari ketiga elemen geometrik tersebut di atas diturunkan dari kecepatan rencananya.
Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan aman maksimum yang dapat diadakan dan kecepatan menerus tertinggi bila keadaan mengijinkan.
Kecepatan rencana ditetapkan untuk merencanakan dan mengkorelasikan semua bentuk fisik jalan yang memepengaruhi jalannya kendaraan.
Potongan Melintang
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 18
PT. DACREA MITRAYASA.
Potongan melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Potongan melintang terdiri dari bagian-bagian jalan sebagai berikut :
1. Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan.
Jumlah lajur lalu lintasSebagaimana telah ditentukan dalam KAK, lebar flyover adalah 2 x 7,0 meter, berarti jumlah lajur lalu lintas adalah 4 lajur 2 arah.
Lebar lajur lalu lintasLebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan rencana ditambah
dengan ruang bebas antara kendaraan.
Kemiringan melintang (superelevasi)Kemiringan melintang jalur lalu lintas sebesar 2 % di daerah lurus terutama untuk keperluan drainase jalan.
Kemiringan melintang di daerah tikungan dipergunakan untuk keseimbangan gaya sentrifugal, disamping untuk kebutuhan drainase. Mengenai hal ini lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Batasan Panjang Jari-jari Lengkung
Superelevasi (%)
Jari-jari lengkung, R (m)
Vr = 80 km/jam Vr = 60 km/jam Vr = 40 km/jam
10 230 R < 280 120 R < 150 50 R < 65
8 330 R < 380 190 R < 230 80 R < 100
6 450 R < 540 270 R < 330 130 R < 160
5 540 R < 670 330 R < 420 160 R < 210
4 670 R < 870 420 R < 560 210 R < 280
3 870 R < 1.240 560 R < 800 280 R < 400
2 1.240 R < 3.500 800 R < 1.300 400 R < 800
2. Bahu jalan
Bahu Jalan disediakan untuk tempat pemberhentian bila terjadi
gangguan pada kendaraan, untuk itu lebarnya harus mencukupi,
sehingga tidak mengganggu kendaraan lain yang akan melewati jalur
lalu lintas.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 19
PT. DACREA MITRAYASA.
3. Median
Median disediakan untuk memberikan ruang jagaan keamanan dari gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh lalu lintas yang berlawanan arah.
Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal adalah bentuk geometrik flyover pada arah horizontal. Perhitungan geometriknya harus memperhatikan syarat-syarat berikut :
Hubungan antara jari-jari minimum dan superelevasi maksimum
Jari-jari minimum tikungan
Panjang minimum lengkung horizontalPanjang minimum lengkung horisontal direncanakan untuk memenuhi semua lengkung horisontal, termasuk lengkung transisi apabila ada, dan mempunyai panjang yang cukup bagi pengemudi untuk menggerakkan kemudi dengan nyaman yang diperbolehkan untuk perubahan didalam lengkung.
Panjang minimum lengkung transisiLengkung transisi ditempatkan :- Diantara lengkung lingkaran dengan jari jari yang berbeda- Diantara bagian lurus dan lengkung lingkaran.
Jarak pandangan henti.Jarak pandangan henti terdiri atas dua jarak :
- jarak antara kendaraan sejak saat pengemudi melihat halangan/hambatan yang menyebabkan harus berhenti sampai saat rem kendaraan diinjak/digunakan (brake reaction time), dan
- jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak saat dimulainya penggunaan rem hingga kendaraan berhenti.
Jarak pandangan henti tergantung pada kecepatan awal kendaraan dan
koefisien gesekan antara ban/roda kendaraan dan perkerasan.
Superelevasi.
Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal adalah bentuk geometrik flyover pada arah vertikal. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan alinyemen vertikal adalah :
Kecepatan rencana Tinggi bebas minimum
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 20
PT. DACREA MITRAYASA.
D5.2 Perencanaan Teknis Perkerasan Jalan
Standar yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan perkerasan jalan adalah :
AASHTO Guide For Design of Pavement Structure 1993 Metode Analisa Komponen Ausroads Pavement Design 2000 RDS.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 21
PT. DACREA MITRAYASA.
Data yang Dibutuhkan
Dalam perencanaan konstruksi perkerasan dibutuhkan data-data sebagai berikut :
Data CBR tanah dasar pada lokasi pelebaran jalan. Data lapis-lapis perkerasan eksisting (Aspal, Beton,
Base A, Base B dan Subgrade) pada lajur luar, hasil Test Pit dan pengujian CBR lapangan dan laboratorium.
Data lalu lintas harian hasil survai lalu lintas (traffic counting).
Data sekunder berupa data pertumbuhan lalu lintas.
Umur rencana perkerasan.
Data-data lain yang relevan.
Parameter yang Digunakan
1. Lalu lintas
Data dan parameter lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal
perkerasan meliputi :
Jenis kendaraan Volume lalu lintas harian rata-rata Pertumbuhan lalu lintas tahunan Damage factor Umur rencana Faktor distribusi lajur Equivalent Single Axle Load (ESAL) selama umur rencana
Tabel 3.4
Faktor Distribusi Lajur (DL)
Jumlah Lajur setiap arah DL (%)
1 100
2 80 – 100
3 60 – 80
4 50 – 75
Sumber : AASHTO 1993 (halaman II-9)
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 22
PT. DACREA MITRAYASA.
2. Reliability (R)
Reliability (R) adalah probabilitas bahwa perkerasan yang direncanakan
akan tetap memuaskan selama masa layanannya.
Nilai dari Reliability (R) yang disarankan mengacu pada Tabel 3.5 dan
untuk nilai Standard Normal Deviation (ZR) mengacu pada Tabel 3.6
sebagaimana diuraikan berikut dibawah ini.
Tabel 3.5
Reliability (R)
Klasifikasi JalanR (%)
Urban Rural
Jalan Tol 85 – 99,9 80 – 99,9
Jalan Arteri 80 – 99 75 – 95
Jalan Kolektor 80 – 95 75 – 95
Jalan Lokal 50 – 80 50 – 80
Sumber : AASHTO 1993 (halaman II-9)
Tabel 3.6
Standard Normal Deviation ( ZR )
R (%) ZR R (%) ZR
50 -0,000 93 -1,476
60 -0,253 94 -1,555
70 -0,524 95 -1,642
75 -0,674 96 -1,751
80 -0,841 97 -1,881
85 -1,037 98 -2,054
90 -1,282 99 -2,054
91 -1,340 99.9 -3,090
92 -1,405 99.99 -3,750
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 23
PT. DACREA MITRAYASA.
Sumber : AASHTO 1993 (halaman I-62)
Penetapan konsep Reliability mencakup hal-hal sebagai berikut :
Berdasarkan pada parameter klasifikasi fungsi jalan Berdasarkan pada status lokasi jalan, yaitu urban atau rural Penetapan tingkat Reliability (R) Penetapan Standard Normal Deviation (ZR) Penetapan Standar Deviasi (So).
3. Serviceability
4. Resilient Modulus
5. Koefisien Drainase
AASHTO memberikan 2 variabel untuk menentukan nilai koefisien
drainase, yaitu :
Variabel pertama, mutu drainase, dengan variasi : excellent, good, fair, poor, very poor. Mutu ini ditentukan oleh berapa lama air dapat dibebaskan dari pondasi perkerasan.
Variabel kedua, persentase struktur perkerasan dalam satu tahun terkena air sampai tingkat mendekati jenuh air (saturated), dengan variasi : < 1%; 1 – 5%; 5 – 25%; dan > 25%.
Tabel 3.7
Mutu Drainase
Mutu Drainase Lama Air Dipindahkan
Excellent 2 jam
Good 1 hari
Fair 1 minggu
Poor 1 bulan
Very poor Tidak dapat dipindahkan
Sumber : AASHTO 1993 (halaman II-22)
Koefisien drainase untuk Flexible Pavement dan Rigid Pavement
ditunjukkan pada Tabel 3.8 dan Tabel 3.9.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 24
PT. DACREA MITRAYASA.
Tabel 3.8
Koefisien Drainase untuk Flexible Pavement (mi)
Quality of
drainage
Percent of time pavement structure is exposed to
moisture levels approaching saturation
< 1% 1 – 5% 5 – 25% > 25%
Exellent 1,40 – 1,35 1,35 – 1,30 1,30 – 1,20 1,20
Good 1,35 – 1,25 1,25 – 1,15 1,15 – 1,00 1,00
Fair 1,25 – 1,15 1,15 – 1,05 1,00 – 0,80 0,80
Poor 1,15 – 1,05 1,05 – 0,80 0,80 – 0,60 0,60
Very poor 1,05 – 0,95 0,95 – 0,75 0,75 – 0,40 0,40
Sumber : AASHTO 1993 (halaman II-25)
Tabel 3.9
Koefisien Drainase untuk Rigid Pavement (Cd)
Quality of
drainage
Percent of time pavement structure is exposed to
moisture levels approaching saturation
< 1% 1 – 5% 5 – 25% > 25%
Exellent 1,25 – 1,20 1,20 – 1,15 1,15 – 1,10 1,10
Good 1,20 – 1,15 1,15 – 1,10 1,10 – 1,00 1,00
Fair 1,15 – 1,10 1,10 – 1,00 1,00 – 0,90 0,90
Poor 1,10 – 1,00 1,00 – 0,90 0,90 – 0,80 0,80
Very poor 1,00 – 0,90 0,90 – 0,80 0,80 – 0,70 0,70
Sumber : AASHTO 1993 (halaman II-26)
6. Load Transfer Coefficient (J)
7. Koefisien Lapisan
8. Structural Number (SN)
9. Tebal Minimum Lapisan Perkerasan
Tebal minimum lapis perkerasan mengacu pada Tabel 3.10.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 25
PT. DACREA MITRAYASA.
Tabel 3.10
Tebal minimum Lapis Perkerasan
Traffic
(ESAL)
Asphalt Concrete
(inch)
Aggregate Base
(inch)
< 50.000 1,0 4,0 50.001 – 150.000 2,0 4,0 150.001 – 500.000 2,5 4,0 500.001 – 2.000.000 3,0 6,02.000.001 – 7.000.000 3,5 6,0
> 7.000.000 4,0 6,0 Sumber : AASHTO 1993 (halaman II-35)
D5.3 Perencanaan Teknis Drainase
Standar yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan drainase antara lain :
Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan (SNI 03 – 3414 – 1994)
Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka (SK SNI 17 – 1989 – F)
Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan.
Dalam perencanaan drainase jalan, pada prinsipnya air hujan (air) yang jatuh di suatu daerah harus dapat segera dibuang. Untuk keperluan itu maka harus dibuatkan saluran-saluran guna menampung air hujan yang mengalir pada permukaan tanah atau jalan dan mengalirkannya kedalam saluran pembuangan. Saluran pembuangan ini akan mengalirkan air lebih lanjut ke sungai atau ke tempat pembuangan air lainnya.
Untuk dapat menghitung debit rencana diperlukan data hujan harian maksimum pada lokasi rencana. Data hujan ini didapat dari Badan Meteorologi dan Geofisika dengan durasi data sepanjang 10 tahun.
Dengan menggunakan analisa statistik dan rumus Dr. Mononobe dapat ditentukan besarnya Intensitas Curah Hujan yang akan digunakan untuk merencanakan :
Besar debit air yang harus disalurkan Bentuk dan dimensi struktur/konstruksi drainase.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 26
PT. DACREA MITRAYASA.
Langkah-Langkah Analisa Hidrologi
1. Hitung koefisien pengaliran (C)
2. Dari data pengukuran, hitung : beda tinggi (ΔH), panjang daerah pengairan (L), kemiringan rata-rata dasar pengairan (s), s = ΔH/L
3. Lama waktu konsenterasi (Tc)
4. Intensitas curah hujan ( I )
5. Hitung luas daerah aliran (A)Dari peta topografi yang tersedia dihitung luas cathment area pada lokasi flyover dari aliran air yang berada di dalam koridor perencanaan.
6. Hitung Debit Rencana (Q)
Perencanaan dimensi dan konstruksi drainase
1. Tentukan bentuk penampang basah dan tipe dinding saluran.
2. Coba penampang basah : Tinggi Penampang (h), Luas Penampang Basah (F), Keliling Penampang Basah (O).
3. Hitung Radius Hidrolik (R).
4. Hitung/tentukan Kemiringan Dasar Saluran (S)
5. Tentukan Koefisien Kekasaran (n)
Tabel 3.11Koefisien Kekasaran Manning
Jenis Saluran KoefisienKekasaran (n)
1. Saluran Buatan - Saluran tanah,lurus teratur 0,017 – 0,025
- Saluran pada dinding lurus teratur 0,023 – 0,0352. Saluran Alam
- Bersih, lurus, tidak berpasir, tidak berlubang 0,025 – 0,033- Seperti yang diatas ada tumbuhan atau kerikil 0,030 – 0,040- Aliran pelan banyak tumbuhan dan berlubang 0,050 – 0,080
3. Saluran pasangan batu tanpa finishing 0,025 – 0,0354. Saluran beton 0,014 – 0,0215. Saluran beton pra cetak 0,013 – 0,015
6. Kecepatan air rata-rata (V)
7. Hitung Debit Kapasitas Saluran (Q)Kapasitas saluran ini harus lebih besar dari pada debit rencana/maksimum.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 27
PT. DACREA MITRAYASA.
Debit Rencana
Debit Rencana dihitung dengan menggunakan Rational Formula (SNI 08 –
2424 – 1994), yaitu :
Q = C . I . A
Q = Debit Rencana (m3/det)C = Koefisien Pengaliran I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
A = Luas Catchment Area (km2)
Harga parameter C ditentukan dari tabel berikut ini :
Tabel 3.12Hubungan Kondisi Permukaan Tanah dan Koefisien Pengaliran
(C)
No. Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran (C) *
1.2.3.
4.5.6.7.8.9.1011.12.
Jalan beton dan aspalJalan kerikil dan jalan tanahBahu jalan :- Tanah berbutir halus- Tanah berbutir kasar- Batuan masif keras- Batuan masif lunakDaerah pertokoanDaerah pinggir kotaDaerah industriPemukiman padatPemukiman tidak padatTaman dan kebunPersawahanPerbukitanPegunungan
0,70 – 0,950,40 – 0,70
0,40 – 0,650,10 – 0,200,70 – 0,850,60 – 0,700,70 – 0,950,60 – 0,700,60 – 0,900,40 – 0,600,40 – 0,600,20 – 0,400,45 – 0,600,70 – 0,800,75 – 0,90
Sumber : SNI 03 – 3424 - 1994
Keterangan :*) untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil sedangkan untuk daerah
lereng diambil nilai C yang besar.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 28
PT. DACREA MITRAYASA.
Tinggi Jagaan
Periode ulang curah hujan maksimum dan clearance untuk perencanaan konstruksi drainase ditentukan seperti dalam Tabel 3.13 di bawah ini.
Tabel 3.13
Periode Ulang dan Tinggi Jagaan Untuk Desain Saluran
No. Saluran DrainasePeriode Ulang
(tahun)Tinggi
Jagaan (m)
1. Sungai Besar (Qp ≥ 200 m3/dt) 100 2.0
2. Sungai Kecil (Qp < 200 m3/dt) 50 1.0
3. Saluran Drainase jalan dan
Saluran Drainase samping5 0.3
4. Gorong-Gorong :
- Jalan Arteri
- Jalan Lokal
10
5
0.5
0.5
Sumber : SNI 06 - 3424 - 1994
D5.4 Perencanaan Bangunan Pelengkap & Pengaman Jalan
Desain penerangan jalan umum mengacu pada :
Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, No 12 / BNKT / 1991, Februari 1992.
Desain rambu, marka, dan lampu isyarat mengacu pada :
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan.
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993. Keputusan Menteri Perhubungan, No.KM 62 tahun 1993, tentang Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas
D5.5 Perencanaan Teknis Flyover
Standar yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan struktur flyover antara lain :
Bridge Management System (BMS) 1992, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 29
PT. DACREA MITRAYASA.
Spesifikasi Jembatan Jalan Raya AASHTO. Spesifikasi Jepang. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya,
SNI 0.3.28.33-1992. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SK SNI
T-15-1991-03.
Secara umum, perencanaan teknis flyover akan meliputi perencanaan bangunan atas, bangunan bawah, dan pondasi.
Gambar 3.9POLA PIKIR PERENCANAAN TEKNIS FLYOVER
Tahapan perencanaan adalah bersifat uji-coba. Ini dimulai dengan suatu definisi dari masalah dan berkembang dalam hasil yang akan berguna setelah beberapa percobaan dan modifikasi.
Pokok-pokok Perencanaan
Struktur jembatan/flyover yang baik haruslah memenuhi pokok-pokok berikut :
Kekuatan dan stabilitas struktural Kelayanan Keawetan Kemudahan pelaksanaan Ekonomis dapat disetujui Bentuk estetika baik.
Pilihan Bentuk Struktural
Hal pertama yang harus dilakukan dalam tahapan perencanaan teknis flyover adalah menentukan bentuk struktural terpilih dengan memperhatikan kondisi lapangan, hambatan perencanaan, dan memenuhi kriteria desain arsitektur.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 30
Potongan Melintang
Standar Perencanaan
Kombinasi Pembebanan
Beban
Perhitungan Struktur FlyoverData / Analisis
Soil
PT. DACREA MITRAYASA.
Filosofi Perencanaan
Terdapat dua pendekatan dasar untuk menjamin keamanan struktural yang diijinkan oleh Peraturan Jembatan. Dua filosofi perencanaan tersebut dikenal sebagai “Rencana Tegangan Kerja“ dan “Rencana Keadaan Batas”.
Keduanya memberikan jawaban serupa, tetapi mereka menggunakan nilai beban rencana berbeda dan deskripsi berbeda untuk faktor keamanan.
Spesifikasi Pembebanan
Menurut spesifikasi Bina Marga – Bridge Management System 1992, beban dan gaya yang digunakan dalam perhitungan tegangan-tegangan dalam konstruksi adalah beban primer, beban sekunder dan beban khusus.
Data aksi umum yang mempengaruhi jembatan terbagi menjadi 2 bagian,
menurut lamanya aksi tersebut bekerja, yaitu :
1. Aksi Tetap
Aksi yang bekerja sepanjang waktu dan bersumber pada sifat bahan
jembatan, cara jembatan dibangun dan bangunan lain yang mungkin
menempel pada jembatan. Yang termasuk aksi ini adalah :
Beban sendiri Beban mati Pengaruh prategang Pengaruh susut dan rangkak Tekanan tanah
2. Aksi Transient
Aksi ini bekerja dengan waktu yang pendek, walaupun mungkin sering
terjadi. Aksi ini terbagi beberapa kelompok menurut sumber, yaitu :
Beban Lalu-lintas- Beban Lajur D- Beban Truk T- Gaya Rem- Gaya Sentrifugal- Beban Tumbukan.
Aksi Lingkungan- Beban Angin- Pengaruh Gempa- Pengaruh Temperatur- Tekanan Hidrostatis dan Gaya Apung- Aliran Air, Benda Hanyutan- Penurunan
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 31
PT. DACREA MITRAYASA.
Aksi-aksi lainnya- Gesekan pada Perletakan- Pengaruh Getaran- Beban pelaksanaan
Klasifikasi aksi ini digunakan untuk mendapatkan kombinasi pembebanan yang akan digunakan dalam perencanaan flyover. Kombinasi beban rencana dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yaitu :
Kombinasi dalam batas daya layan Kombinasi dalam batas ultimate Kombinasi dalam perencanaan berdasarkan tegangan kerja.
Aksi rencana adalah aksi nominal yang telah bertambah atau berkurang oleh faktor beban. Aksi Nominal merupakan aksi yang terdefinisi dalam Tata Cara Pembebanan jembatan di peraturan Perencanaan Teknik Jembatan serta data statistik dengan periode ulang 50 tahun. Sedangkan Faktor beban adalah pengali numerik yang diambil untuk :
Adanya pembedaan yang tidak diinginkan pada beban. Ketidak tetapan dalam memperkirakan pengaruh pembebanan. Adanya perbedaan ketepatan dimensi yang dicapai dalam pelaksanaan.
Ringkasan Faktor Beban pada aksi-aksi rencana dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Kombinasi Beban
1. Kombinasi pada keadaan batas daya layan
Kombinasi beban pada keadaan batas daya layan terbagi beberapa
kombinasi.
2. Kombinasi pada keadaan batas ultimate
Kombinasi pada keadaan batas ultimate terdiri dari jumlah pengaruh
tetap dengan satu pengaruh transient. Sebagai ringkasan kombinasi yang
lazim diberikan pada Tabel 3.16.
Rencana Tegangan Kerja
Rencana Tegangan Kerja adalah pendekatan elastis yang digunakan untuk memperkirakan kekuatan atau stabilitas dengan membatasi tegangan dalam struktur aktual pada beban kerja.
Tegangan ijin tersebut diperoleh dengan membuat beberapa toleransi untuk stabilitas tidak linier dan pengaruh bahan pada kekuatan unsur terisolasi, sebenarnya adalah besaran kekuatan ultimate yang dibagi oleh faktor kemanan, SF :
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 32
PT. DACREA MITRAYASA.
Tegangan kerja Tegangan ijin = tegangan ultimateSF
Tabel 3.14Faktor Beban
NoAksi Lamanya
Waktu
Faktor Beban
Daya Layan
UltimateNama Simbol Normal Terkurangi
1. Berat Sendiri PMS Tetap- Beton Pracetak 1,3 1,20 0,85- Beton dicor ditempat 1,0 1,30 0,75
2. Beban Mati Tambahan PMA Tetap- Kasus Umum 1,0 2,00 0,70- Kasus khusus 1,0 1,40 0,80
3. Penyusutan dan Rangkak PSR Tetap 1,0 1,00 Tdd4. Prategang PPR Tetap 1,0 1,00 Tdd5. Tekanan Tanah PTA Tetap
- Tekanan Tanah Vertikal 1,0 1,25 0,80- Tekanan Tanah Lateral - Aktif 1,0 1,25 0,80 - Pasif 1,0 1,40 0,70 - Diam 1,0 1,25 0,80
6. Beban Pelaksanaan Tetap PPL Tetap 1,0 1,25 0,807. Beban Lajur “D” TTD Transient 1,0 2,00 Tdd8. Beban Truk “T” TTT Transient 1,0 2,00 Tdd9. Gaya Rem TTB Transient 1,0 2,00 Tdd
10. Gaya Sentrifugal TTR Transient 1,0 2,00 Tdd11. Beban Trotoar TTP Transient 1,0 2,00 Tdd12. Beban Tumbukan pd penyangga TTC Transient 1,0 Tdd Tdd13. Penurunan PES Transient 1,0 1,20 0,8014. Temperatur PET Transient 1,015. Aliran sungai, hanyutan & batang kayu PEF Transient
- Jembatan besar & Penting Transient 1,0 2,00 Tdd- Jembatan Tetap Transient 1,0 1,50 Tdd- Gorong-gorong Transient 1,0 1,00 Tdd- Jembatan sementara Transient 1,0 1,50 Tdd
16. Tekanan Hidrostatik dan gaya apung PEU Transient 1,0 1,00 1,0017. Beban Angin PEW Transient 1,0 1,20 Tdd18. Pengaruh Gempa PEQ Transient Tdd 1,00 Tdd19. Gesekan Perletakan TBF Transient 1,0 1,30 0,8020. Getaran TVI Transient 1,0 Tdd Tdd21. Pelaksanaan TCL Transient 1,0
Catatan :(1) Simbol yang terlihat hanya untuk beban nominal, simbol untuk beban rencana menggunakan
tanda bintang untuk :PMS : berat sendiri nominalP*MS : Berat sendiri rencana
(2) Untuk penjelasan lihat pasal yang sesuai.(3) Ttd : menandakan tidak dapat dipakai. Dalam hal ini dimana pengaruh beban transient adalah
meningkatkan keamanan, faktor beban yang cocok adalah nol.
Tabel 3.15
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 33
PT. DACREA MITRAYASA.
Kombinasi Beban pada Batas Daya Layan
Kombinasi Beban
Primer Aksi Tetap + satu Aksi Transient
SekunderPrimer + 0,7 (satu Aksi Transient lainnya)
TersierPrimer + 0,5 (dua atau lebih Aksi Transient)
Tabel 3.16
Kombinasi yang Lazim Digunakan
AksiKombinasi Beban
Daya Layan (1) Ultimate (2)
Nama Simbol 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Aksi Tetap x x x x x x x x x x x x- Berat Sendiri PMS
- Beban Mati Tambahan PMA
- Penyusutan dan Rangkak PSR
- Prategang PPR
- Tekanan Tanah PTA
- Beban Pelaksanaan TetapBeban Lajur “D” atauBeban Truk “T”
TTD TTT x o o o o x o o o
Gaya Rem atauGaya Sentrifugal
TTB TTR X o o o o x o o
Beban Pejalan Kaki TTP x x
Gesekan Perletakan TBF o o x o o o o oPengaruh Temperatur TET o o x o o o o o o o o
Aliran/Hanyutan/Tumbukan dan Hidrostatis /Apung
TEF TEU o o x o o o x o o
Beban Angin PEW o o x o o o x oPengaruh Gempa PEQ xTumbukan PBF x xPengaruh Getaran TVI
Pelaksanaan TCL x x
Catatan :(1) Dalam keadaan batas daya layan pada bagian tabel ini, aksi dengan tanda
x adalah memasukkan faktor beban daya layan penuho adalah memasukkan faktor beban daya layan yang sudah diturunkan
harganya(2) Dalam keadaan batas ultimate pada bagian tabel ini, aksi dengan tanda
x adalah memasukkan faktor beban ultimate penuho adalah memasukkan faktor beban ultimate yang sudah diturunkan besarnya
sama dengan daya layan(3) Beberapa aksi tetap bisa berubah menurut waktu secara perlahan-lahan.
Kombinasi beban untuk aksi demikian harus dihitung dengan melihat harga rencana maksimum dan minimum untuk menentukan keadaan yang paling bahaya.
Rencana Keadaan Batas
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 34
PT. DACREA MITRAYASA.
Rencana Keadaan Batas adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan perencanaan dimana semua fungsi bentuk struktur telah diperhitungkan.
Kejadian keruntuhan umumnya dikelompokan dalam dua kategori utama (atau keadaan batas) :
1. Keadaan batas ultimate atau runtuh
Keadaan batas ultimate dilampaui bila keamanan jembatan terancam oleh :
deformasi tidak dibatasi perputaran guling kurang stabilitas.
2. Keadaan batas kelayanan
Keadaan batas kelayanan adalah kondisi kurang parah yang berkaitan dengan lendutan, retakan dan terkelupas, keawetan dan getaran. Tingkat perencanaan aksi tersebut dipilih demikian sehingga :
tidak membuat jembatan kurang baik untuk penggunaan tidak menimbulkan kekhawatiran masyarakat tidak banyak mengurangi umur kelayanan jembatan.
Analisis Bangunan Bawah dan Bangunan Atas
Analisis struktural mencakup idealisasi struktur sebagai model numerik darimana respons unsur tersendiri dan susunan keseluruhan dapat dihitung.
Idealisasi struktur yang baik adalah yang mewakili secara realistik perilaku aktual struktur dan kondisi batas pada aksi beban rencana.
Respons unsur tersendiri yang diperlukan mencakup momen lentur, geser, gaya aksial, puntir, reaksi perletakan dan reformasi (dengan tambahan dan pengurangan untuk keadaan, BMS Peraturan Bagian 3.3.6 dan 3.3.9).
Respons susunan keseluruhan akan mencakup kemantapan terhadap geseran dan guling.
Terdapat beberapa cara untuk menghitung respons tersebut.
1. Model struktural tertentu
Banyak struktural jembatan dapat diidealisasi dengan ketepatan mencukupi seperti model dua dimensi tertentu yang dapat dihitung untuk gaya respons unsur dan kemantapan susunan keseluruhan dengan statika sederhana.
2. Model struktural tidak tertentu
Bila struktural tidak dapat direduksi sampai model tertentu atau dimana deformasi juga diperlukan, Peraturan menyatakan bahwa satu dari cara berikut dapat digunakan :
Cara elastis linier pada S.L.S. dan U.L.S. - BMS Peraturan Bagian 3.2.2.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 35
PT. DACREA MITRAYASA.
Cara elastis mendalam tidak linier pada S.L.S. dan U.L.S. - BMS Peraturan Bagian 3.3.4.
Cara plastis hanya pada U.L.S. - BMS Peraturan Bagian 3.2.2.2.
Penggambaran
Gambar rencana akan dikerjakan dengan bantuan komputer menggunakan CAD System.
Gambar-gambar yang disiapkan terdiri dari :
Gambar layout alinyemen Gambar plan & profile Gambar potongan melintang Gambar tipikal struktur perkerasan jalan Gambar struktur flyover, meliputi : denah, potongan, detil struktur Gambar bangunan pelengkap Gambar standar.
D5.6 Penganggaran Biaya Konstruksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Perhitungan/analisa harga satuan pekerjaan
Perhitungan/analisa harga satuan dilakukan untuk mendapatkan harga
satuan item pekerjaan yang dalam Spesifikasi dijadikan mata
pembayaran pekerjaan.
Perhitungan analisa harga satuan peralatan (equipment), material dan
tenaga mengacu pada data upah, harga satuan bahan dan peralatan, dan
harga satuan pekerjaan pada lokasi proyek yang diperoleh dari instansi
terkait pada saat Survai Pendahuluan.
2. Perhitungan kuantitas pekerjaan
Perhitungan kuantitas pekerjaan dilakukan untuk setiap jenis pekerjaan mengacu pada gambar rencana dan standar mata pembayaran.
3. Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik (Engineer Estimate)
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 36
PT. DACREA MITRAYASA.
Berdasarkan hasil perhitungan kuantitas pekerjaan dan perhitungan
harga satuan pekerjaan dilakukan perhitungan perkiraan biaya
konstruksi yang akan menjadi acuan penyediaan anggaran bagi
pelaksanaan konstruksi.
D6.7 Penyiapan Dokumen Lelang
Sesuai standar Departemen Pekerjaan Umum, dokumen lelang pekerjaan fisik terdiri dari :
BAB I Instruksi Kepada Peserta Lelang; BAB II Data Lelang; BAB III Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat Penunjukan, Surat
Perjanjian, dan Surat Perjanjian Kemitraan; BAB IV Syarat-Syarat Umum Kontrak; BAB V Syarat-Syarat Khusus Kontrak; BAB VI Spesifikasi Teknis; BAB VII Gambar-Gambar; BAB VIII Daftar Kuantitas, Analisa Harga Satuan dan Metode
Pelaksanaan; BAB IX Bentuk-bentuk Jaminan; Adendum (bila ada).
Bab I, Bab III, Bab IV, Bab V, dan Bab IX merupakan dokumen lelang yang mengatur administrasi, sedangkan Bab II, Bab VI, Bab VII, dan Bab VIII merupakan dokumen lelang yang mengatur teknis pekerjaan sehingga harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan.
Oleh karena itu, penyiapan dokumen lelang ini meliputi :
1. Penyusunan spesifikasi teknis
Penyusunan spesifikasi teknis akan mengacu pada Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan yang berlaku dan akan meliputi kegiatan-kegiatan :
Inventarisasi dan penyusunan nomor item pembayaran untuk setiapjenis pekerjaan yang ada dalam perencanaan teknik
Penyusunan spesifikasi khusus yang terdiri dari penyusunan filosofi pekerjaan, kriteria-kriteria, prosedur dan metode pelaksanaan pekerjaan, batasan-batasan, cara pengukuran dan pembayaran untuk setiap item pekerjaan yang belum tertuang dalam spesifikasi umum.
2. Penyiapan daftar kuantitas dan harga (BOQ)
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 37
PT. DACREA MITRAYASA.
Daftar kuantitas dan harga (Bill of Quantity/BOQ) disiapkan berdasarkan hasil perhitungan kuantitas pekerjaan.
D6.8 Tata Cara/Metode Pelaksanaan
Tata cara/metode pelaksanaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan fisik adalah tata cara/metode pelaksanaan yang digunakan sebagai dasar penentuan biaya konstruksi.
KOORDINASI
Koordinasi dilakukan agar kegiatan penyusunan rencana teknis flyover ini memberikan hasil yang optimum. Selain melakukan koordinasi secara rutin dan periodik dengan Project Officer, dilakukan pula pembahasan/presentasi pada untuk mendapatkan masukan dan koreksi. Presentasi dilakukan pada saat pembuatan Laporan Pendahuluan dan Konsep Laporan Akhir.
Presentasi pada Laporan Pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan rencana kerja dan rencana survai yang tepat sasaran dan optimal. Sedangkan presentasi pada Konsep Laporan Akhir dimaksudkan untuk menyempurnakan hasil akhir penyusunan rencana teknis flyover.
FORMULIR PENDUKUNG
Formulir pendukung kegiatan survai teknik, yaitu : survai topografi, survai geologi dan geoteknik, survai lalu lintas dan survai inventarisasi jalan, yang digunakan ada pada lembar lampiran.
Laporan AkhirPekerjaan Penyusunan Rencana FO. Oerip Soemohardjo Makassar III - 38
Top Related