PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.)
DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG,
JAWA BARAT
KHOIRUL UMMAH
A24050394
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
KHOIRUL UMMAH. Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberum L.)
di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat.
Di bawah bimbingan AGUS PURWITO.
Kegiatan magang ini dilakukan untuk mempelajari kegiatan budidaya dan
produksi bibit kentang sampai pemasaran, mengetahui serta membandingkan
produktivitas pembibitan kentang di lapang, dan meningkatkan ketrampilan dalam
budidaya maupun kemampuan manajerial. Kegiatan magang dilaksanakan mulai
12 Februari sampai 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa
Barat.
Produksi bibit kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH). Perbanyakan bibit kentang bersertifikat mengikuti pola satu generasi
dimulai dengan pengadaan bibit induk berupa planlet melalui kultur jaringan.
Planlet tanaman kentang ditanam dengan cara di stek dan dilakukan di rumah kaca
(greenhouse). Hasil dari stek kentang yang ditanam akan menghasilkan umbi G0
(generasi vegetatif nol). Perbanyakan umbi G0 dilakukan di rumah ketat serangga
(screenhouse) yang akan menghasilkan umbi G1 (generasi vegetatif pertama).
Bibit G1 diperbanyak di lapang dan menghasilkan bibit G2 (generasi vegetatif
kedua). Bibit G2 diperbanyak akan menghasilkan bibit G3 (generasi vegetatif
ketiga). Bibit G3 bila diperbanyak akan menghasilkan bibit G4 (generasi vegetatif
keempat). Kegiatan pembibitan hanya sampai generasi keempat. Kentang G4
diperbanyak menghasilkan kentang konsumsi.
Hasil pengamatan pada kegiatan panen pembibitan kentang untuk umbi
G2, G3, dan G4 menunjukkan produktivitas paling tinggi untuk pembibitan
kentang G2 yaitu kebun Ciarileu Blok 2 sebesar 34.41 ton/ha. Produktivitas
pembibitan kentang G3 di kebun Ciarileu Blok 2 sebesar 16.40 ton/ha.
Produktivitas paling tinggi pada pembibitan kentang G4 yaitu kebun Gambung
Blok Panarikan 1 adalah sebesar 22.28 ton/ha.
Kesimpulan kegiatan magang ini adalah meningkatkan pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan tentang budidaya tanaman kentang dan kemampuan
manajerial. Keberhasilan produksi kentang didukung oleh manajemen yang tepat.
Faktor yang menentukan produktivitas umbi kentang yaitu penerapan teknik
budidaya yang tepat disamping syarat agroklimat.
PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.)
DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG,
JAWA BARAT
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Khoirul Ummah
A24050394
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul : PRODUKSI BIBIT KENTANG
(Solanum tuberosum L.) DI HIKMAH FARM,
PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT
Nama : KHOIRUL UMMAH
NIM : A24050394
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr.
NIP 19611101 1987 03 1003
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr.
NIP 19611101 1987 03 1003
Tanggal Lulus
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Demak, Jawa Tengah pada tanggal 3 Nopember
1987. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara dari Bapak Abdul
Choliq dan Ibu Mai Saroh.
Tahun 1999 penulis lulus dari SD N 2 Demak, kemudian pada tahun 2002
penulis menyelesaikan studi di SLTP N 2 Demak. Selanjutnya penulis lulus dari
SMU N 1 Demak pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya pada tahun 2006
penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung dalam Organisasi
Mahasiswa Daerah (OMDA) Demak, menjadi panitia masa pengenalan
departemen (MPD), dan menjadi panitia (Festival Tanaman) Festa.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
’’ Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberosum L.) di Hikmah Farm,
Pangalengan, Bandung, Jawa Barat ’’.
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program
sarjana Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. sebagai dosen pembimbing skripsi
atas segala saran dan bimbingan dalam menyusun skripsi.
2. Dr. Dewi Sukma, SP., M.Si. dan Ir. Megayani Sri Rahayu, MS
sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberi saran yang
membangun untuk perbaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS sebagai dosen pembimbing akademik
atas bimbingan selama pelaksanaan kuliah.
4. Seluruh Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang
telah memberi ilmu dan staf Komisi Pendidikan atas informasi dan
bantuan selama menjadi mahasiswa Agronomi dan Hortikultura.
5. Kedua orang tua Bapak Abdul Choliq dan Ibu Mai Saroh, dan kakak
Muchammad Mutho' yang telah memberikan do'a dan semangat.
6. H. Moch. Adung sebagai pemilik perusahaan yang bersedia menerima
penulis untuk melaksanakan magang di perusahaan Hikmah Farm.
7. Ir. Wildan Mustofa, MM, Atieq M. SSi, Ir. Ela Nurlaela, Ir. Bunyan
Ismail atas bimbingan selama magang, dan seluruh staf Hikmah Farm
yang bersedia membantu penulis dalam mendapatkan informasi.
8. Teman magang, Lia atas kerjasama dan dukungannya.
9. Emoth dan Dito atas kerjasama dan bantuannya.
10. Ratih, Malya, Sifat, Retna, Ryan, Rela dan seluruh teman-teman
Agronomi dan Hortikultura 42 atas kebersamaannya.
11. Teman-teman Saung Nadia (Ecak, Fitri, Reny, dan Hilda).
12. Teman-teman Saung Ivon, M Uti, M indah, M bay, M Desi, Nyi
Yasmin, M Dewi, M Ruri, Bena, Yuni, Eka, Dewi, Susi, Uni Ren, dan
Tria.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan ..................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kentang................................................................................... 4
Syarat Tumbuh Kentang .......................................................................... 5 Sistem Sertifikasi Benih Kentang ............................................................ 5 Produksi Bibit Kentang dan Pembibitan .................................................. 7
Budidaya Kentang.................................................................................... 8
METODE MAGANG Waktu dan Tempat .................................................................................. 12 Metode Pelaksanaan................................................................................ 12 Pengamatan dan Pengumpulan Data....................................................... 12 Analisis Data dan Informasi.................................................................... 13
KEADAAN UMUM Gambaran Umum Perusahaan................................................................. 14
Sejarah Perusahaan....................................................................... 14 Sarana dan Prasarana.................................................................... 15
Letak Geografi atau Letak wilayah Administratif .................................. 16 Keadaan Iklim dan Tanah ....................................................................... 16 Luas Areal dan Tata Guna Lahan............................................................ 16 Keadaan Tanaman dan Produksi............................................................. 18 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan............................................... 18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis............................................................................................ 22 Produksi Bibit kentang................................................................. 22 Pembibitan Kentang G0 ............................................................... 24 Pembibitan Kentang G1 ............................................................... 27 Pembibitan Kentang G2, G3, dan G4 .......................................... 30 Pembukaan dan Persiapan Lahan........................................... 31 Penanaman ............................................................................. 32 Pemeliharaan Tanaman .......................................................... 35 Panen ...................................................................................... 43 Pasca Panen............................................................................ 45 Pemasaran .............................................................................. 47 Penanaman Umbi Kentang G4..................................................... 48 Aspek Manajerial ..................................................................................... 54 Asisten Mandor ............................................................................ 54 Asisten Kepala Kebun.................................................................. 55
PEMBAHASAN Produksi Bibit Kentang ............................................................................ 56 Budidaya Pembibitan Kentang................................................................. 57 Pembibitan Kentang G0 ............................................................... 57 Pembibitan Kentang G1 ............................................................... 57 Pembibitan Kentang G2 ............................................................... 58 Pembibitan Kentang G3 dan G4 .................................................. 61 Penanaman Umbi Kentang G4..................................................... 63 Analisis Usaha Tani Kentang................................................................... 64
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .............................................................................................. 72 Saran......................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73
LAMPIRAN..................................................................................................... 75
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Lokasi dan Luas Lahan yang Dikelola Hikmah Farm .......................................17
2. Standar Toleransi Pemeriksaan Lapangan Sertifikasi Benih Kentang...............23
3. Standar Toleransi Pemeriksaan Umbi Kentang Sertifikasi Benih Kentang.......24
4. Produksi Umbi Kentang G0...............................................................................25
5. Pengkelasan Umbi Bibit G0 Berdasarkan Ukuran.............................................27
6. Produksi Umbi Kentang G1...............................................................................30
7. Pengkelasan Umbi Bibit G1 Berdasarkan Ukuran.............................................30
8. Jenis dan Dosis Pupuk pada Kebun Hikmah Farm ............................................33
9. Jenis dan Fungsi Pestisida yang digunakan Hikmah Farm ................................38
10. Produksi Umbi Kentang G2...............................................................................44
11. Produksi Umbi Kentang G3...............................................................................44
12. Produksi Umbi Kentang G4...............................................................................45
13. Hasil Pemeriksaan Pembibitan Kentang G2 di Kebun Pasir Hayam.................56
14. Produksi dan Produktivitas Pembibitan Kentang G2.........................................60
15. Produksi dan Produktivitas Pembibitan Kentang G3 dan Kentang G4..............61
16. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G0 per 200 m2...........................64
17. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G1 per 200 m2...........................66
18. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G2 per hektar ............................67
19. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G3 per 200 m2...........................69
20. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G4 per 200 m2...........................71
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi Hikmah Farm .....................................................................21
2. Pola Perbanyakan Bibit Kentang .......................................................................22
3. Bagan Produksi Umbi Kentang G0....................................................................24
4. Planlet Hasil Kultur Jaringan yang akan Menghasilkan Benih G0....................26
5. Pembibitan Kentang G0 di Greenhouse.............................................................26
6. Rumah Ketat Serangga Screenhouse Untuk Penanaman Umbi Kentang G0 ....28
7. Lahan Pembibitan Kentang setelah Diolah ........................................................32
8. Lahan yang telah di pupuk dengan Pupuk Kandang, Pupuk Kimia, dan
Pupuk Hayati.............................................................................................. ........33
9. Bibit Kentang Siap Tanam.................................................................................34
10. ”Gerendel” Alat untuk Membuat Jarak Tanam..................................................35
11. Alat Power Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida ..........................................38
12. Tanaman Terserang Penyakit Busuk Daun (Phytopthora infestans) .................40
13. Tanaman Terserang Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) ............41
14. Tanaman Terserang Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus..............................41
15. Penyakit Kudis Lak pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan
(Rhizoctonia solani) ...........................................................................................42
16. Penyakit Busuk Kering pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan
(Fusarium spp) ...................................................................................................42
17. Kegiatan Pemanenan Kentang G2 .....................................................................43
18. Kemasan Penjualan Kentang Bibit.....................................................................47
19. Penjualan Kentang Bibit G2, G3, dan G4 pada Tahun 2004-2006....................48
20. Kemasan Kentang Konsumsi untuk Pasar Supermarket....................................53
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Luas Lahan, produksi, dan Produktivitas Kentang di Indonesia
Tahun 2003-2007 ...............................................................................................76
2. Data Curah Hujan Pangalengan Tahun 2007-2009............................................76
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan di Hikmah Farm..............77
4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Asisten Mandor di Hikmah Farm.....79
5. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Asisten Kepala Kebun di Hikmah
Farm ...................................................................................................................80
6. Kriteria Kesuaian Lahan untuk Kentang............................................................81
7. Layout Lokasi Kebun Hikmah Farm .................................................................82
8. Contoh Form untuk Produksi BiBit Kentang Bersertifikat................................83
9. Harga Kentang Bibit G0, G1, G2, G3, dan G4 ..................................................84
10. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Lion Superindo Tahun 2008 .....85
11. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Makro Indonesia Tahun 2008...85
12. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Yogya Toserba Tahun 2008......86
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi
kebutuhan masyarakat. Produk hortikultura memiliki peranan besar dalam
memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Kentang (Solanum tuberosum L.)
merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting dan mendapat
prioritas untuk dikembangkan serta mempunyai potensi untuk diversifikasi
pangan. Menurut Samadi (2007) kentang merupakan sumber karbohidrat yang
bermanfaat untuk meningkatkan energi dalam tubuh. Selain berfungsi sebagai
sayuran, kentang adalah bahan baku untuk industri olahan makanan misalnya
kentang rebus, kentang goreng, dan keripik kentang. Oleh sebab itu produksi
kentang perlu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Kentang adalah tanaman pangan utama keempat dunia, setelah gandum,
jagung, dan padi. Produksi kentang di Indonesia telah berkembang dengan pesat
dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kentang terbesar di Asia
Tenggara. Luas areal, hasil produksi, dan produktivitas kentang dari tahun ke
tahun berfluktuasi (Lampiran 1).
Menurut Astawan (2004) produksi kentang di Eropa rata-rata mencapai
25.5 ton per hektar, sedangkan produksi kentang di Indonesia masih lebih rendah.
Berdasarkan Deptan (2008) produksi kentang di Indonesia rata-rata mencapai
16.09 ton per hektar. Tingginya produksi kentang di Eropa terkait antara lain
dengan pemakaian bibit yang berkualitas dan bersertifikat, teknik budidaya yang
sesuai, penanganan pasca panen yang baik, serta iklim dan cuaca yang
mendukung.
Rendahnya produktivitas kentang rata-rata nasional dipengaruhi antara lain
oleh masih terbatasnya penggunaan bibit kentang bermutu oleh petani. Sebagian
besar petani menggunakan bibit umbi kentang dari generasi berikutnya, yaitu hasil
panen yang dimanfaatkan sebagai bibit. Kondisi tersebut disebabkan oleh
mahalnya harga bibit kentang bermutu, sementara harga kentang konsumsi relatif
2
rendah. Selain itu, bibit kentang belum cukup tersedia di lapangan pada waktu
diperlukan oleh petani (Pitojo, 2004).
Sampai saat ini jumlah pengusaha dan penangkar bibit kentang masih
terbatas. Beberapa perusahaan, perguruan tinggi, dan instansi ada yang
memproduksi bibit generasi vegetatif nol (G0), generasi vegetatif pertama (G1),
dan generasi vegetatif kedua (G2). Terbatasnya jumlah penangkar benih kentang
mengakibatkan kebutuhan benih kentang belum dapat tercukupi. Hal ini
mengakibatkan budidaya kentang tidak dapat dilaksanakan dengan baik sehingga
produktivitas kentang semakin rendah.
Penangkaran bibit kentang yang dilakukan di rumah kaca (greenhouse)
maupun rumah ketat serangga (screenhouse) bertujuan untuk mencukupi
kebutuhan bibit dengan kualitas dan standar mutu, seperti bibit G0 (generasi
vegetatif nol) dan G1 (generasi vegetatif pertama). Menurut Prihmantoro dan
Indriani (1998) fungsi dari greenhouse atau screenhouse diantaranya mencegah
infeksi virus, mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit, menghindari
terpaan angin kencang dan air hujan, serta mengurangi intensitas cahaya yang
masuk. Penangkaran bibit untuk mendapatkan bibit dalam jumlah banyak
dilaksanakan pada areal yang lebih luas (lapang) yaitu penangkaran untuk
mendapatkan bibit G2, G3, dan G4 (generasi vegetatif kedua, ketiga, dan
keempat) yang dilakukan di lapang.
Bibit kentang G0 diperoleh dari hasil stek mini dari kultur jaringan yang
bebas virus, oleh sebab itu perlu diperbanyak untuk menghasilkan umbi G1. Bibit
kentang G1 sebagai benih penjenis dibudidayakan untuk menghasilkan benih
dasar yaitu kentang G2 yang akan ditanam di lapang untuk menghasilkan benih
pokok (umbi G3), umbi G3 ini diperbanyak untuk menghasilkan benih sebar
(umbi G4). Umbi kentang G4 didistribusikan ke petani untuk ditanam sebagai
umbi kentang konsumsi.
Penangkar yang diperbolehkan untuk melaksanakan penangkaran bibit
adalah lembaga penelitian, universitas, dan Balai Benih Induk kentang yang telah
mampu dan diberi kewenangan, dan perusahaan swasta yang telah terakreditasi
kerena memenuhi persyaratan. Hikmah Farm merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang produksi bibit kentang dan memiliki program untuk
3
mengembangkan produksi bibit kentang bersertifikat. Usaha tani bibit bersertifikat
merupakan program unggulan Hikmah farm di masa mendatang dan sudah
dilaksanakan (Prabowo, 2005).
Tujuan
1. Mempelajari kegiatan budidaya dan produksi bibit kentang sampai pemasaran.
2. Mengetahui dan membandingkan produktivitas pembibitan kentang di lapang.
3. Memperluas wawasan pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan dalam
budidaya dan kemampuan manajerial.
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Kentang Kentang merupakan tanaman yang termasuk dalam kelas dikotil yang
ditanam untuk diambil umbinya. Tanaman kentang diperbanyak secara aseksual
dari umbinya. Kentang memiliki akar serabut dengan percabangan halus, agak
dangkal, dan akar adventif yang menyebar. Tanaman yang tumbuh dari biji
membentuk akar tunggang ramping dengan akar lateral yang banyak. Batang
berada di atas permukaan tanah berdiri tegak, awalnya bulat dan akhirnya menjadi
persegi serta bercabang jika pertumbuhannya sudah lanjut. Bentuk pertumbuhan
tanaman berkisar dari kompak hingga menyebar (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998).
Menurut Samadi (2007) tanaman kentang berdaun rimbun dan terletak
berselang-seling pada batang tanaman. Bentuk daun oval dengan ujung daun
meruncing dan tulang-tulang daun menyirip. Warna bunga bervariasi, kuning atau
ungu. Bunga tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah bunga bergantung kultivar.
Bunga yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji.
Kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang tumbuh
sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut tumbuh ke arah samping.
Sebagian batang kentang berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi kentang.
Proses pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan dari stolon
dan diikuti dengan pembesaran stolon. Pitojo (2004) mengemukakan bahwa
stolon muncul dari ruas batang paling bawah, berwarna putih dan tumbuh di
dalam tanah mendatar ke arah samping dan membentuk umbi di bagian ujungnya.
Kentang terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan warna umbinya, yaitu
kentang kuning, kentang putih, dan kentang merah. Kentang kuning yaitu kentang
yang kulit dan dagingnya berwarna kuning. Kentang kultivar ini digunakan dalam
industri makanan ataupun untuk konsumsi. Beberapa kultivar yang termasuk
kentang kuning diantaranya Granola, Thung, Cipanas, Patrones, dan Cosima.
Kentang putih memiliki kulit dan daging berwarna putih. Misalnya kultivar
Marita, Radosa, dan Donata. Sedangkan kentang merah, kulit umbi berwarna
5
merah dan daging umbi berwarna kuning kemerahan. Misalnya kultivar Desiree,
Red Pontiac, dan Arka (Novary, 1999).
Syarat Tumbuh Kentang
Menurut Martodireso dan Suryanto (2001) tanah yang cocok untuk
tumbuh dan berkembangnya tanaman kentang adalah tanah yang berdrainase baik,
tekstur sedang, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Ketersediaan air
tidak boleh kurang dari 50% kapasitas lapang. Kedalaman air tanah 15 cm dan
derajat keasaman (pH) tanah yang dikehendaki adalah 5 - 6.5.
Tanah yang terlalu salin (banyak garam terlarut) dan tanah sodik (banyak
kandungan Na) mengganggu pertumbuhan umbi. Tanah salin membuat akar sulit
mengambil air tanah. Sedangkan tanah banyak kandungan Na menghalangi suplai
air untuk tanaman. Penanaman disesuaikan dengan jenis tanaman sebelumnya.
Penanaman kentang secara terus-menerus pada lahan yang sama perlu dihindari
sebab dapat menularkan sumber penyakit tular tanah seperti nematoda sista
kentang. Rotasi tanaman penting dilakukan untuk mengendalikan hama dan
penyakit (Ashari, 1995).
Menurut Astawan (2004) untuk daerah tropis, lingkungan yang cocok
untuk budidaya tanaman kentang adalah dataran tinggi dengan ketinggian
1 000-1 300 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan 1 500 mm per
tahun. Lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah pada
suhu 18-21oC, serta kelembaban udara 80-90 %. Data curah hujan Pangalengan
tahun 2007-2009 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Sistem Sertifikasi Benih Kentang
Sertifikasi benih adalah pemberian sertifikat terhadap benih tanaman
setelah melalui proses pemeriksaan, pengujian, dan telah memenuhi standar mutu
benih untuk diedarkan. Menurut UU No. 12 tentang Sistem Budidaya Tanaman
dan UU No. 44 tentang Perbenihan Tanaman, benih yang akan diedarkan kepada
pihak lain harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Pertanian (Haluoleo,
2009).
6
Menurut Wattimena (2000) perbanyakan stek mikro dan stek mini
dilakukan oleh Balitsa (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) Lembang, umbi G0,
G1, dan G2 oleh BBI (Balai Benih Induk) Pangalengan, Umbi G3 oleh BBU
(Balai Benih Umum), dan G4 oleh penangkar benih PD. Mamin (Perusahaan
Daerah Makanan dan Minuman) di Pangalengan bertindak sebagai BBU. Produksi
G0 dan G1 dilakukan di dalam rumah ketat serangga sedangkan G2, G3, dan G4
dilakukan di kebun produksi. Evaluasi untuk sertifikasi hanya dilakukan untuk
umbi G2, G3, dan G4. Sistem penangkar lain juga dapat memproduksi bibit
apabila dapat menghasilkan bibit yang bersertifikat dan telah terakreditasi kerena
memenuhi persyaratan.
Pemeriksaan dilakukan terhadap benih yang akan diperbanyak di lahan
dengan dua kali pemeriksaan tanaman (umur 30-40 HST dan 40-50 HST) dan
pemeriksaan umbi setelah disortir. Pemeriksaan di lapang terutama mengenai
kemurnian kultivar, penyakit virus kentang, layu bakteri (Ralstonia
solanacearum), dan hawar daun (Phytopthora infestans). Pemeriksaan umbi
dilakukan terhadap penyakit busuk coklat, busuk lunak, busuk kering, hawar
daun, nematoda bintil akar, kemurnian kultivar, dan kerusakan mekanis. Bibit
kentang yang telah lulus pemeriksaan akan diberikan sertifikat dan label oleh
BPSBTPH. Benih kentang berlabel putih adalah benih kentang G2 yang
merupakan benih dasar yang telah lulus pemeriksaan. Benih kentang berlabel
ungu adalah benih kentang G3 yang merupakan benih pokok yang telah lulus
pemeriksaan. Sedangkan benih kentang berlabel biru adalah benih kentang G4
yang merupakan benih sebar yang telah lulus pemeriksaan (Wattimena, 2000).
Menurut Wirawan dan Wahyuni (2002) bibit bermutu dan bersertifikat
mempunyai ciri-ciri bibit bersih dan terbebas dari hama dan penyakit serta kotoran
seperti biji-biji dan kerikil, benih murni tidak tercampur dengan varietas lain,
warna benih tidak kusam, bibit sehat, tidak keriput, ukuran normal dan seragam,
kulit tidak terkelupas, dan memenuhi standar toleransi sertifikasi benih.
Menurut Samadi (2007) dalam mempersiapkan bibit, perlu dilakukan
seleksi dengan kriteria tertentu agar diperoleh bibit yang berkualitas baik. Bibit
yang berkualitas baik akan dapat berproduksi tinggi dan memberikan keuntungan
besar. Kriteria umbi yang baik antara lain (1) umbi berasal dari tanaman sehat,
7
yaitu tanaman yang tidak terserang hama dan penyakit, (2) umbi sudah berumur
150-180 hari dan berukuran seragam, (3) umbi tidak cacat atau terserang hama
dan penyakit, (4) umbi berukuran sedang dan memiliki 3-5 mata tunas, dan
(5) berbobot 30-50 gram.
Produksi Bibit Kentang dan Pembibitan
Bibit digunakan untuk menyebut benih yang telah berkecambah. Bibit
diperoleh dari benih yang disemaikan dalam perkembangan generatif, sedangkan
dalam perkembangbiakan vegetatif bibit diartikan sebagai tanaman yang berfungsi
sebagai alat reproduksi, misalnya umbi (Wirawan dan Wahyuni, 2002).
Menurut Pitojo (2004) produksi umbi G0 diawali dengan penyediaan
bahan tanam yang berupa tanaman kultur jaringan. Kultur jaringan adalah suatu
teknik untuk mengisolasi bagian tanaman kemudian menumbuhkannya pada
media dalam kondisi aseptik di laboratorium sehingga bagian tanaman tersebut
memperbanyak diri menjadi tanaman yang lengkap.
Menurut Waluya (2009) planlet hasil kultur jaringan ditumbuhkan di
dalam botol kultur hingga memiliki akar, batang, daun, dan tunas. Setelah tumbuh
menjadi tanaman lengkap, planlet dicuci bersih dengan air yang sudah dimasak
secara perlahan sampai semua agar-agar sudah tidak ada pada akar planlet, setelah
itu planlet di rendam pada larutan Dithane/benlate 1 g/L + Agrept 1 g/L selama
10 menit, larutan tersebut berfungsi sebagai bakterisida dan fungisida. Kegiatan
selanjutnya adalah aklimatisasi.
Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang
terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu,
cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof.
Media yang dapat digunakan yaitu arang sekam yang sudah disterilkan kemudian
dibasahi sampai jenuh dengan air steril. Lalu planlet ditanam dengan jarak yang
tidak terlalu rapat agar bibit tidak membusuk.
BPTP (2008) menyatakan setelah aklimatisasi, tanaman kentang di stek
bagian pucuk daunnya untuk bahan stek mini. Stek mini dilakukan dengan
memotong 1-2 daun per tanaman. Stek mini ditanam di bak bedengan. Setelah
berumur 3 minggu tanaman dapat di stek. Kemudian stek ditanam di bedengan
dengan jarak tanam 5 cm x 10 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah
8
lapisan atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang atau kompos. Setelah
3 minggu tanaman induk di stek kembali hingga 3 kali selama pertumbuhan.
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 110 hari. Umbi hasil panen disortir dan
disimpan di gudang penyimpanan. Setelah umbi bertunas, umbi ditanam di lapang
untuk menghasilkan umbi G1.
Pitojo (2004) mengemukakan penangkaran benih sumber generasi pertama
dilakukan di rumah ketat serangga (screenhouse). Lahan yang digunakan untuk
penangkaran benih diolah secara sempurna dan dilakukan sterilisasi tanah untuk
memutus siklus fungi. Sterilisasi menggunakan fungisida Basamid dengan dosis
40 g/m2. Tanah diaduk dan dicangkul kemudian ditutup dengan mulsa plastik.
Sebelum penanaman, mulsa dibuka dan di atas bedengan ditabur insektisida
Rhodocap 10 G dengan dosis 1 kg/100 m2.
Pupuk dasar yang diberikan yaitu pupuk kandang sebanyak 200 kg dan
untuk pupuk organik terdiri dari 4 kg ZA, 6 kg TSP, dan 2 kg KCl untuk setiap
100 m2 lahan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Kegiatan
pemeliharaan meliputi kegiatan pengairan, penyiangan gulma, serta
pembumbunan (Pitojo, 2004).
Pengairan dilaksanakan seminggu sekali untuk menjaga kelembaban
tanah. Kegiatan penyiangan dilakukan apabila rumput mulai terlihat tumbuh di
areal penanaman. Pembumbunan dilakukan dua kali. Pembumbunan pertama
dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan pembumbunan kedua dilaksanakan
dua minggu berikutnya (Samadi, 2007).
Kegiatan pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 90 HST.
Kentang yang dihasilkan merupakan bibit kentang G2 yang bila diperbanyak akan
menghasilkan bibit G3. Bibit G3 apabila diperbanyak akan menghasilkan bibit G4
yang akan diproduksi oleh petani. Secara umum teknik budidaya kentang G2, G3,
dan G4 sama dengan budidaya kentang G1, hanya saja penangkaran bibit G2, G3,
dan G4 dilakukan di lapang (Sinar Tani, 2009).
Budidaya Kentang
Umbi bibit yang banyak dipakai untuk pembibitan kentang umumnya
berbobot 30-50 gram, yang berumur 150-180 hari, memiliki 3-5 mata tunas.
Penanaman umbi dapat dilakukan dengan pembelahan atau tidak. Pemotongan
9
umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam
umbi direndam dulu menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/liter)
Prabowo (2007).
Kegiatan yang dilakukan dalam budidaya kentang yang pertama kali yaitu
pengolahan tanah. Sisa tanaman dan rumput dibersihkan kemudian tanah dibajak
atau dicangkul. Tanah yang telah dicangkul selanjutnya dibuat bedengan. Pupuk
dasar yang diberikan yaitu pupuk kandang dan pupuk anorganik. Pupuk kandang
diberikan secara merata di atas bedengan dengan dosis 15-20 ton/ha. Pupuk
anorganik yang dibutuhkan yaitu 200 kg/ha Urea, 150 kg/ha ZA, 300 kg/ha SP-36,
dan 100 kg/ha KCl. Pemberian pupuk anorganik bersamaan dengan pupuk
kandang. Kemudian pupuk ditimbun tanah dan dicangkul hingga merata
(Prabowo, 2007).
Kegiatan pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali dan dilakukan
bersamaan dengan pemupukan susulan, pembumbunan dan pemupukan pertama
yaitu saat tanaman berumur 30 HST, sedangkan untuk pembumbunan dan
pemupukan kedua dilakukan saat tanaman berumur 40 HST. Pembumbunan
dilakukan yang terlambat dilakukan mengakibatkan tanaman rebah,
perkembangan stolon terganggu, dan sebagian umbi tidak tertutup tanah
(Pitojo, 2004).
Menurut Williams et al. (1993) selama pertumbuhan, tanaman kentang
rentan terhadap hama dan penyakit. Beberapa hama dan penyakit yang perlu
diwaspadai antara lain adalah hama penggerek umbi (Phthorimaea opercullella),
kutu daun (Aphis gossipii), penyakit hawar basah (Phytophthora infestans),
penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan busuk Kering
(Fusarium spp).
Hama penggerek umbi (Phthorimaea opercullella) menyebabkan
timbulnya alur-alur gerekan bekas luka dimakan larva. Pengendaliannya dapat
dilakukan dengan penerapan kultur teknis, rotasi tanaman, serta memusnahkan
umbi yang sakit. Kutu daun (Aphis gossipii) menyerang tanaman dengan
mengisap cairan daun muda sehingga perkembangan tanaman tidak normal.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida
(Pitojo, 2004).
10
Menurut Semangun (2007) penyakit hawar basah (Phytophthora infestans)
menimbulkan bercak basah pada daun hingga berubah menjadi coklat sampai
hitam dan akhirnya membusuk, bagian bawah daun yang terinfeksi terdapat
serbuk putih yang mengandung spora. Pengendalian dari penyakit ini diantaranya
menggunakan bibit yang sehat saat penanaman, pergiliran tanaman, serta
penyemprotan pestisida. Penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum)
menyebabkan tanaman layu sebagian atau keseluruhan. Cara pengendaliannya
adalah menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi
tanaman), dan membuang tanaman yang layu.
Busuk Kering (Fusarium spp) menyebabkan bercak-bercak berlekuk
warna coklat tua pada umbi, umbi menjadi kering, berkerut, dan mengeras. Cara
pengendaliannya adalah kegiatan panen dilakukan secara hati-hati jangan sampai
melukai umbi serta penanaman menggunakan umbi yang sehat (Semangun, 2007).
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan rotasi tanaman
dengan tanaman selain dari famili Solanacearum, mencabut dan memusnahkan
tanaman yang terserang, dan pemberian pestisida dengan jenis dan dosis yang
berbeda bergantung hama dan penyakit yang menyerang (Pracaya, 2003).
Menurut Samadi (2007) kentang dipanen apabila daun-daun tanaman telah
berubah menjadi kuning bukan karena serangan penyakit, batang tanaman
mengering dan menguning, serta kulit umbi melekat dengan daging umbi dan
tidak mengelupas apabila ditekan. Martodireso dan Suryanto (2001)
mengemukakan bahwa panen dilakukan setelah tanaman kentang berumur tiga
setengah bulan. Alat panen yang digunakan antara lain cangkul dan garpu atau
tangan. Panen dilakukan dengan hati-hati agar umbinya tidak terbelah karena
cangkul. Umbi yang telah dipanen dibiarkan beberapa saat di lapangan, sehingga
tanah yang menempel pada umbi menjadi kering dan terlepas dari kulit umbi.
Pasca panen yang harus diperhatikan adalah sortasi, pembersihan,
pengemasan, pengangkutan, dan pengolahan hasil. Tujuan dari pasca panen antara
lain agar tanaman yang telah dipanen tetap baik mutunya, agar menjadi lebih
menarik, agar dapat memenuhi standar perdagangan, agar selalu terjamin untuk
dijadikan bahan baku bagi para konsumen industri yang memerlukan, serta agar
11
sayuran lebih awet dan sewaktu-waktu bisa digunakan atau dipasarkan dengan
kualitas yang tetap terjamin (Rahardi et al., 1993).
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari 12 Februari 2009
sampai dengan 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa
Barat.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung
dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan melaksanakan kegiatan di
lapang secara langsung selama 4 bulan terkait dengan budidaya tanaman kentang.
Sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data dari
arsip di perusahaan. Pada dua bulan pertama kegiatan magang dilakukan dengan
mengikuti seluruh kegiatan di lapang dan melaksanakan pekerjaan sesuai kegiatan
kebun. Pada dua bulan berikutnya melakukan kegiatan terkait dengan aspek
manajerial.
Kegiatan budidaya kentang meliputi pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan tanaman, panen, dan pasca panen. Kegiatan manajerial yang
dilakukan meliputi mengawasi karyawan dalam kegiatan budidaya dan pasca
panen kentang, menentukan kebutuhan tenaga kerja, menghitung prestasi kerja
pekerja, menentukan daerah yang akan dilakukan pengolahan tanah, daerah yang
akan dilakukan pemupukan, daerah yang akan dilakukan penyiangan gulma serta
daerah yang akan dipanen. Kegiatan lain yang dilakukan adalah menyusun
rencana kerja dan melaksanakan rencana kerja yang telah disusun. Prestasi kerja
selama menjadi karyawan, asisten mandor, dan asisten kepala kebun dapat dilihat
pada Lampiran 3, 4, dan 5.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh melalui pengambilan
13
data di lapang dengan mengikuti kegiatan serta pengamatan dan pencatatan
langsung, diskusi dengan pekerja, mandor, maupun kepala kebun.
Data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi di lapang, diperoleh
dari arsip laporan manajemen di kantor administrasi kebun maupun studi pustaka.
Data sekunder yang dikumpulkan adalah keadaan umum perusahaan seperti
sejarah perusahaan, letak geografi, layout lokasi kebun, keadaan tanah dan iklim,
luas areal, produksi dan produktivitas tanaman, serta struktur organisasi kebun
dan ketenagakerjaan.
Kegiatan yang dilakukan di lapang meliputi :
• Produksi Bibit Kentang
Mengikuti kegiatan produksi bibit kentang yang diawali dengan
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPSBTPH. Mulai dari pemeriksaan
pendahuluan sampai pemeriksaan pasca panen kentang.
• Pembibitan Kentang G0 (generasi vegetatif nol)
Melakukan kegiatan teknik penanaman planlet (tanaman yang berasal dari
hasil kultur jaringan) di greenhouse.
• Pembibitan Kentang G1 (generasi vegetatif pertama)
Melakukan kegiatan teknik budidaya kentang G0 di screenhouse.
• Pembibitan Kentang G2, G3, dan G4 (generasi vegetatif kedua, ketiga, dan
keempat)
Melakukan kegiatan teknik budidaya kentang G1, G2, dan G3 di lapang.
• Penanaman Umbi Kentang G4
Melakukan kegiatan teknik budidaya kentang G4 di lapang.
• Perbedaan Hasil Panen
Melakukan kegiatan menghitung hasil panen pembibitan kentang yang
dilakukan di lapang yaitu pembibitan kentang G2, G3, dan G4.
Analisis Data dan Informasi
Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif disajikan dengan mendeskripsikan data yang diperoleh dari seluruh
kegiatan yang terkait teknik budidaya di lapang. Sedangkan metode kuantitatif
disajikan dengan menyajikan data yang diperoleh dengan rataan dan persentase.
KEADAAN UMUM
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Perusahaan
Hikmah Farm merupakan sebuah perusahaan keluarga yang
mengusahakan tanaman hortikultura dengan komoditas utama kentang. Perjalanan
Hikmah Farm dimulai dari H. Adung yang dahulu anak petani kentang di
Pangalengan yang memiliki lahan usaha yang cukup luas. Setiap hari H. Adung
pergi ke sawah diajarkan oleh ayahnya menjadi petani kentang. H. Adung
membantu ayahnya untuk memandori dan mengawasi kegiatan penanaman dan
perawatan yang dilakukan sejumlah petani di lahan kentang tersebut. H. Adung
mempelajari dan mengetahui cara budidaya kentang, sampai akhirnya pada tahun
1962 mempunyai lahan seluas 11 tumbak (1 tumbak = 16 m2). Lahan tersebut
ditanami kentang varietas Marita sebanyak 14 kg.
Hasil panen dari kentang tersebut ternyata bagus sehingga dari tahun ke
tahun H. Adung bisa memanen dengan baik dan bisa membeli lahan baru. Tahun
1967 KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) memberi pinjaman kepada
H. Adung untuk menambah permodalan dan meningkatkan skala usaha.
Usahanya berkembang hingga menguasai pasca panen dan pemasaran.
Pemasaran pertama kali adalah di pasar tradisional Pangalengan dan Bandung.
Namun dalam mengusahakannya dalam beberapa tahun jangkauan pasar
bertambah yaitu Sukabumi dan pasar Senen Jakarta.
Permintaan pasar yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun maka
pada tahun 1982 H. Adung mendirikan perusahaan dagang yang bernama PD.
Hikmah yang dikelola bersama istri dan anak-anaknya. Perusahaan ini masih tetap
membudidayakan tanaman kentang dengan granola sebagai varietas utamanya.
Pada tahun 1986 PD Hikmah mendapat tawaran kerjasama dengan PT
Indofood dalam pengadaan bahan baku bibit kentang. Ada pula tawaran untuk
memasok bibit kentang ke PT Indokerti Prima Subur. Selain itu juga memasarkan
ke sejumlah perusahaan pengolahan lainnya.
Pada tahun 1995 PD Hikmah mulai menjual bibit kentang setelah
melakukan kerjasama operasi dengan PTPN VIII sehingga luas lahan cukup
15
memadai untuk pembibitan. Seiring dengan berubahnya iklim bisnis kentang di
Pangalengan dan Indonesia umumnya, serta berubahnya manajemen dan strategi
bisnis dari PD Hikmah dan PT Indofood, kontrak kemitraan ini sudah tidak
berjalan lagi sejak tahun 2002.
PD Hikmah terdaftar sebagai produsen dan pedagang bibit kentang
bersertifikat sesuai dengan Surat Keputusan Pendaftaran Pedagang Bibit Nomor :
074 / BPSBTPH / HAT / Prod / H / II / 2003. PD Hikmah memproduksi,
memproses, dan memasarkan bibit kentang yang berkualitas tinggi untuk
memenuhi kebutuhan petani kentang seluruh Indonesia dan untuk ekspor. Pada
tahun 2005 PD Hikmah berubah nama menjadi Hikmah Farm sebagai bentuk
pengembangan perusahaan untuk membangun reputasi di dalam usaha agribisnis.
Sekarang perusahaan ini dikelola oleh anak-anaknya dan H. Adung bertindak
sebagai presiden direktur.
Sarana dan Prasarana
Hikmah Farm sebagai perusahaan yang besar dengan lahan operasional
kurang lebih 147 ha dan semuanya terletak di kabupaten Bandung. Hikmah Farm
ditunjang dengan sarana dan prasarana dalam usahanya, antara lain :
- Perkantoran : Kantor pusat Hikmah Farm terletak di Desa
Margamukti, Kecamatan Pangalengan, 43 km ke
arah Selatan Bandung.
- Gudang : Gudang biru (kentang bibit), gudang kuning
(kentang bibit), gudang selatan dan retail (kentang
konsumsi), dan gudang hitam (kentang bibit G0 dan
G1).
- Greenhouse (GH) : GH 1 (200 m2), GH 2 (200 m2), GH 3 (500 m2), dan
GH 4 (900 m2).
- Screenhouse (SH): SH 1 (165 m2), SH 2 (200 m2), SH 3 (94 m2), SH 4
(400 m2), SH 5 (300 m2), SH 6 (280 m2), dan SH 7
(200 m2).
- Sistem informasi : Alat komunikasi jarak jauh berupa radio monitor.
16
Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif
Lokasi perkebunan Hikmah Farm secara geografis terletak pada
7° 06’-7° 31’ LS dan 107° 49’-107° 64’ BT dan berada pada ketinggian
1 200-1 700 meter di atas permukaan laut. Kantor pusat Hikmah Farm terletak di
Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, 43 km ke arah Selatan Bandung,
yang beralamatkan di Jl. PTPN VIII Kertamanah km 1 Pangalengan, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat 40378.
Batas-batas wilayah lokasi Hikmah Farm Pangalengan yaitu sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Cimaung, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Garut, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pasir Jambu, dan
sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kertasari.
Keadaan Iklim dan Tanah
Hikmah Farm terletak pada daerah yang sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman kentang. Curah hujan tahunan berkisar 2 555 mm/tahun. Suhu udara
minimum berkisar 11 °C dan suhu udara maksimum 27 °C. Pertumbuhan umbi
akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10 °C dan lebih dari 30 °C.
Pangalengan memiliki topografi lahan datar sampai berombak. Jenis tanahnya
adalah andosol coklat kehitaman dengan struktur tanah lempung berliat sampai
lempung berdebu dengan pH berkisar antara 5-6.5. Tanah Andosol terbentuk dari
pelapukan materi vulkanik dari gunung api. Tanah ini subur dengan warna coklat
kehitaman yang remah. Faktor iklim, ketinggian, dan kondisi tanah yang
drainasenya baik membuat tanaman kentang dapat berkembang dengan baik.
Kriteria kesesuaian lahan penanaman kentang dapat dilihat pada Lampiran 6.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas lahan pertanaman kentang yang dikelola Hikmah Farm adalah
147.4 ha (Tabel 1). Kegiatan produksi yang dilakukan antara satu kebun dengan
kebun lainnya berbeda. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengadakan
pemanenan dengan waktu yang berbeda pula sehingga bisa memenuhi kebutuhan
pasar secara berkesinambungan.
17
Tabel 1. Lokasi dan Luas Lahan yang Dikelola Hikmah Farm
No Lokasi Luasan (ha)
1 Ciarileu 31.0
2 Cikole 13.0
3 Gambung 27.0
4 Kiara Jeuntas 16.0
5 Legok Bako 2.0
6 Pajaten 33.5
7 Purbasari 16.7
8 Sukamenak 8.2
Total 147.4
Meskipun letak dan jarak antara satu kebun dengan kebun lain berjauhan,
namun setiap kebun dilengkapi dengan fasilitas umum seperti radio monitor agar
memudahkan bertelekomunikasi satu sama lain, selain itu bagi para pekerja juga
disediakan alat transportasi mobil truk untuk mengantarkan dan menjemput
pekerja apabila bekerja di lahan yang jauh.
Layout lokasi kebun Hikmah Farm dapat dilihat pada Lampiran 7. Hikmah
Farm melakukan kerjasama operasi (KSO) dengan beberapa pemilik lahan pada
sebagian kebun. Kerjasama tersebut merupakan sistem sewa, sehingga luas lahan
tanaman bervariasi setiap tahunnya. Beberapa lahan sudah dikembalikan kepada
PTPN dan ada juga yang luasannya ditambah.
Beberapa kebun memiliki topografi dan lingkungan tumbuh berbeda-beda.
Hal ini menyebabkan adanya perlakuan yang berbeda pada setiap kebun, tetapi
secara umum teknik budidayanya tidak jauh berbeda antar satu lahan dengan
lahan lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga kesuburan
tanah supaya dapat digunakan terus menerus untuk budidaya kentang,
memberikan pupuk untuk menunjang pertumbuhan tanaman, mengendalikan
pertumbuhan gulma, mencegah serangan hama dan penyakit, dan mengadakan
kegiatan panen pada waktu yang tepat.
Lahan yang akan digunakan untuk penanaman kentang harus dirotasikan
dengan tanaman selain famili Solanaceae. Rotasi tanaman bertujuan untuk
memutus siklus hidup hama dan penyakit tanaman kentang yang ada pada lokasi
18
tersebut selain itu juga untuk menjaga kesuburan tanah. Kesuburan tanah ini dapat
terjaga karena kebutuhan setiap tanaman akan zat hara berbeda-beda. Hikmah
Farm melakukan teknik rotasi tanaman dengan menanam wortel, jagung, atau
kubis. Setelah tanaman rotasi dipanen lahan tersebut diberakan selama satu bulan
sebelum ditanami kentang.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Hikmah Farm membudidayakan tanaman kentang kultivar Granola,
Atlantik, dan Pinky. Kentang kultivar Granola mempunyai ciri antara lain kulit
umbi dan daging umbi berwarna kuning, umbi berbentuk oval, dan umur panen
antara 100-120 HST. Kentang ini digunakan sebagai kentang konsumsi dan dijual
sebagai bibit. Kentang kultivar Atlantik, kulit dan daging umbinya berwarna putih
dengan umur panen sekitar 90-105 HST serta menghasilkan umbi berukuran
besar. Kentang ini digunakan untuk kentang goreng (french friesh), sebab mutu
hasil goreng bagus (tidak mudah gosong). Kentang kultivar Pinky, kulit umbinya
berwarna merah dan daging umbi berwarna kuning kemerah-merahan dengan
umur panen sekitar 100 HST. Kentang ini digunakan untuk campuran masakan.
Penanaman kentang semua kultivar menggunakan bibit yang telah mengalami
masa dormansi selama 3-4 bulan dan sudah tumbuh 3-4 mata tunas dengan tinggi
tunas 1-2 cm.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Sebagai sebuah perusahaan keluarga, kekuasaan tertinggi Hikmah Farm
berada pada seorang presiden direktur yang mengelola dan mengawasi jalannya
perusahaan. Presiden direktur membawahi Direktur Administrasi & Keuangan,
Direktur Personalia, Direktur Produksi, dan Direktur Pemasaran (Gambar 1).
Direktur administrasi dan keuangan bertugas merencanakan dan mengatur
keuangan perusahaan, mengusahakan penerimaan dan pengeluaran uang tunai,
dan merencanakan sumber-sumber dana yang menguntungkan bagi perusahaan
yang dibantu oleh manajer keuangan serta staf administrasi dan keuangan yang
merencanakan dan membuat laporan keuangan dan pembukuan beserta stafnya.
Staf administrasi dan keuangan berjumlah 3 orang.
19
Pengelolaan terhadap pengembangan sumberdaya manusia merupakan
tanggungjawab direktur personalia yang dibantu stafnya seperi dalam menentukan
kebutuhan jumlah karyawan, proses penerimaan karyawan baru, seleksi,
penempatan, serta penilaian kerja. Staf bagian humas dan personalia berjumlah
3 orang.
Direktur pemasaran bertugas mengkoordinir semua kegiatan perusahaan
baik pembelian maupun penjualan, menentukan syarat-syarat pembelian,
menentukan standar harga, dan merencanakan pasar baru atas hasil produksi.
Tugas direktur ini dibantu oleh manajer pemasaran dan menajer pengembangan
bisnis dalam operasi pemasaran dan pengembangan usaha. Staf pemasaran dan
pengembangan bisnis membantu manajer dalam melakukan kegiatan penjualan
harian dan pengaturan distribusi. Staf pemasaran dan pengembangan bisnis
berjumlah 4 orang.
Direktur produksi bertugas mengkoordinasikan semua kegiatan
perusahaan, mengadakan hubungan dengan pihak luar yang berhubungan dengan
hasil produksi perusahaan, menentukan jenis produksi, menentukan jadwal
kegiatan tanam, dan menentukan kebijakan operasional pelaksanaan budidaya di
lapang. Direktur produksi membawahi manajer penelitian dan manajer areal.
Manajer penelitian dibantu staf penelitian dalam melakukan penelitian-penelitian
yang berhubungan dengan pengembangan usaha. Staf penelitian berjumlah
2 orang. Manajer areal bertugas melakukan kegiatan produksi di setiap arealnya
dan bertanggung jawab terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Manajer areal
membawahi beberapa kepala kebun.
Kepala kebun dibantu oleh mandor kebun dan mandor pestisida. Tugas
kepala kebun yaitu mengkoordinir semua kegiatan masing-masing kebun, dan
membuat laporan harian kebun berisi daftar hadir karyawan. Selain itu membuat
laporan mingguan yaitu laporan modal kebun dan laporan modal karyawan.
Laporan modal kebun berisi hasil panen, serta biaya-biaya produksi yang
digunakan, sedangkan laporan modal karyawan berisi prestasi kerja karyawan.
Tugas dari mandor kebun adalah mengawasi dan membimbing karyawan
dalam setiap kegiatan budidaya kentang, mengamati perkembangan tanaman, dan
membuat laporan kegiatan harian karyawan. Mandor pestisida bertugas
20
menentukan luas areal yang disemprot, pestisida yang dipakai, jenis, dosis, dan
volume yang digunakan.
Tenaga kerja yang ada di Hikmah Farm terdiri dari tenaga kerja tetap dan
tidak tetap. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang bekerja secara tetap
di kantor Hikmah Farm. Tenaga kerja tidak tetap merupakan tenaga kerja harian
serta borongan. Upah untuk pekerja borongan rata-rata lebih tinggi dari pada upah
pekerja harian. Sistem borongan dilakukan untuk mempercepat pekerjaan. Pekerja
borongan lebih mengejar target sehingga menyelesaikan pekerjaannya dengan
cepat untuk mendapatkan upah yang lebih besar. Hikmah Farm memberlakukan
sistem rotasi pekerja atau pertukaran dan penambahan pekerja antar kebun apabila
terjadi kekurangan pekerja di setiap kebun. Biasanya pekerja membawa peralatan
kerja sendiri-sendiri. Tenaga kerja merupakan penduduk daerah sekitar kebun.
Jumlah karyawan kebun kurang lebih 790 orang.
Hari kerja karyawan kebun adalah 6 hari dengan hari libur Jum’at. Namun
ada kebun yang tetap masuk pada hari Jum’at namun jam kerjanya hanya sampai
pukul 10.00 WIB. Pekerja ini tetap masuk sebab lokasi kebunnya lebih dekat.
Waktu kerja di kebun selama 5.5 jam per hari dimulai dari pukul 07.00 WIB
sampai dengan 12.30 WIB dengan istirahat selama setengah jam per harinya yaitu
pukul 09.00 WIB. Karyawan kantor waktu kerjanya mulai dari pukul 06.00 WIB
sampai dengan 15.00 WIB dengan hari libur bergilir dalam satu bulan. Waktu
istirahatnya dari pukul 12.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB.
Gaji karyawan kebun biasanya dihitung per bulan. Pekerja harian wanita
sebesar Rp 8 500 per hari, sedangkan pekerja harian pria sebesar Rp 9 500
per hari. Biaya lembur diberikan Rp 2 000 per jam. Tenaga kerja wanita lebih
banyak dari pada pria dengan persentase 60 % wanita dan 40 % pria.
21
Presiden Direktur
Auditor Internal
Dir. Adm. & Keuangan Dir. Personalia Dir. Produksi Dir. pemasaran Staf Humas Manajer Penelitian Manajer Pemasaran Staf Personalia Staf Pemasaran Manajer Keuangan Staf. Penelitian Manajer Pengemb. Bisnis Staf. Keuangan
Manajer Areal Staf. Pengemb. Bisnis
Staf. Administrasi Kepala Kebun
Mandor Kebun Mandor Pestisida
Karyawan
Gambar 1. Struktur Organisasi Hikmah Farm
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek teknis yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu kegiatan budidaya
tanaman kentang yang secara umum hampir sama seperti budidaya tanaman lain.
Dimulai dari persiapan bahan tanam, persiapan lahan penanaman, penanaman,
pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Selain itu juga dilakukan kegiatan
pemasaran kentang.
Produksi Bibit kentang
Hikmah Farm memproduksi bibit kentang dari generasi nol (G0) sampai
generasi keempat (G4). Perbanyakan bibit kentang bersertifikat mengikuti pola
satu generasi (Gambar 2), dimulai dengan pengadaan bibit induk berupa planlet
melalui kultur jaringan. Planlet tanaman kentang ditanam dengan cara stek. Hasil
dari stek kentang yang ditanam merupakan umbi G0 (generasi vegetatif nol).
Perbanyakan umbi G0 menghasilkan umbi G1 (generasi vegetatif pertama), tahap
perbanyakan selanjutnya adalah umbi kentang kelas G2 (generasi vegetatif
kedua). Setelah menghasilkan umbi G3 (generasi vegetatif ketiga) maka
diperbanyak dan menghasilkan umbi G4 (generasi vegetatif keempat).
Planlet (tanaman kultur jaringan)
Umbi G0
Umbi G1
Umbi G2
Umbi G3
Umbi G4
Gambar 2. Pola Perbanyakan Bibit Kentang
23
Produksi bibit kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH). Bibit kentang bermutu merupakan syarat utama pada budidaya
kentang. Produksi kentang yang tinggi hanya dapat dicapai melalui bibit kentang
bermutu. Bibit kentang bermutu adalah bibit yang telah bersertifikat (Wattimena,
2000).
Pelaksanaan sertifikasi benih dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama
yaitu kelayakan sejarah lahan untuk dilakukan penangkaran bibit serta tanaman
yang pernah ditanam sebelum penanaman kentang.
Tahap pemeriksaan yang kedua adalah pada masa penanaman yang
dilakukan tiga kali yaitu saat tanaman berumur 30-40 HST (Hari Setelah Tanam),
40-50 HST, dan saat berumur 60-70 HST. Pemeriksaan yang dilakukan di lapang
meliputi penyakit yang menyerang tanaman. Pihak pengawas benih memeriksa
setiap kebun dengan mengambil sampel kurang lebih 1 000 tanaman dari setiap
hektar.
Pemeriksaan umbi merupakan tahap pemeriksaan setelah umbi disortasi
dan grading. Pengawas bibit akan memeriksa kurang lebih 1 000 butir umbi
secara acak dari setiap lot umbi. BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan
label setelah permintaan penangkar bibit dinyatakan lulus pemeriksaan. Sertifikat
diberikan untuk lot bibit yang lulus pemeriksaan sedangkan label dikeluarkan
setelah sertifikat diberikan. Label tersebut dicantumkan nama penangkar, alamat,
jenis tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen, ukuran
umbi, dan tanggal pemasangan label (Lampiran 8). Benih dasar (G2) berlabel
putih, benih pokok (G3) berlabel ungu, dan benih sebar (G4) berlabel biru. Batas
toleransi pemeriksaan lapang dan umbi kentang bersertifikasi dapat dilihat pada
Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Standar Toleransi Pemeriksaan Lapang Sertifikasi Benih Kentang
Faktor Benih G2 Benih G3 Benih G4 Isolasi (minimal) 10 m 10 m 10 m Virus (maksimal) 0.1 % 0.5 % 2 % Layu bakteri 0.5 % 1 % 1 % Busuk daun, penyakit lain 10 % 10 % 10 % CVL (campuran varietas lain) 0 % 0.1 % 0.5 %
Sumber : BPSBTPH, 2003
24
Tabel 3. Standar Toleransi Pemeriksaan Umbi Kentang Sertifikasi Benih Kentang
Faktor Benih G2
(%) Benih G3
(%) Benih G4
(%) Busuk coklat dan busuk lunak (maksimal) 0.3 0.5 0.5 Common scab, black scurf, powdery scab, late blight (infeksi ringan) (maksimal)
3 5 5
Busuk kering (maksimal) 1 3 3 Penggerek umbi (maksimal) 3 5 5 Nematoda bintil akar (infeksi ringan) (maksimal)
3 5 5
CVL (maksimal 0 0.1 0.5 Kerusak mekanis, serangga atau hewan kecil 3 5 5
Sumber : BPSBTPH, 2003 Pembibitan Kentang G0
Produksi umbi G0 diawali dengan penyediaan bahan tanam yang berupa
tanaman kultur jaringan untuk diperbanyak (Gambar 3).
Tanaman Kultur Jaringan
Aklimatisasi
Produksi Stek Mini
Tanam
Umbi G0
Gambar 3. Bagan Produksi Umbi Kentang G0
Tanaman kultur jaringan kentang (Gambar 4) diperoleh dari Balitsa
dengan harga Rp 25 000 per botol, dalam satu botol terdapat 12 sampai
14 tanaman. Tanaman tersebut dicuci kemudian dipotong menjadi 1-2 buku
per tanaman, sehingga menghasilkan 3-5 potong dalam satu tanaman. Kemudian
dilakukan aklimatisasi dengan menanam bagian tanaman dalam bak plastik yang
25
berisi media arang sekam dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm. Arang sekam
mempunyai sifaf porous (berpori-pori), tidak kotor, dan cukup menahan air.
Aklimatisasi merupakan kegiatan untuk mengadaptasikan planlet dari
kondisi terkendali ke lingkungan lapang yang kondisinya tidak terkendali (Zacky,
2009). Aklimatisasi dilakukan selama 3 minggu di greenhouse. Setelah
aklimatisasi, tanaman kentang di stek bagian pucuk daunnya untuk bahan stek
mini. Stek mini dilakukan dengan memotong 1-2 daun per tanaman. Stek mini
ditanam di bak bedengan dengan ukuran 1.5 m x 16 m dengan jarak tanam
(5 cm-10 cm) x (5 cm - 10 cm). Stek mini dapat di stek kembali sampai 2 bulan.
Setelah 5-6 bulan dari perhitungan terakhir stek mini, umbi mini kentang G0
dipanen.
Jumlah populasi dari stek mini yang ditanam dalam setiap bak bedengan
sebanyak 2 400 tanaman. Terdapat 6 bak bedengan dalam greenhouse, sehingga
jumlah tanaman sebanyak 14 400 tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang
dalam setiap bak bedengan masing-masing adalah 37.5 %, 43.75 %, 18.75 %,
50 %, 25 %, dan 50 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak
7 umbi, sehingga menghasilkan 63 000 umbi dalam setiap greenhouse. Tabel 4
merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G0.
Tabel 4. Produksi Umbi Kentang G0
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi)
L (> 60) 10 15 750
M (31-60) 25 31 500
S (21-30) 20 18 900
SS (<20) 20 18 900
Afkir dan Busuk 15 9 450
Umbi mini yang dihasilkan dipanen dan dikering anginkan selama
beberapa hari, kemudian diperlakukan dengan fungisida sebelum disimpan di
tempat yang kering sekitar 2-3 bulan. Setelah umbi bertunas kemudian ditanam di
lapang untuk menghasilkan umbi G1 (Purwito dan Wattimena, 2008).
26
Gambar 4. Planlet Hasil Kultur Jaringan yang akan Menghasilkan Benih G0
Setiap 3 kali sehari tanaman disiram menggunakan sprinkler dengan
sistem drip irrigation fertigation, yaitu memberikan unsur hara bersamaan dengan
pengairan. Unsur hara yang diberikan yaitu Multigrand-K dengan dosis 30 gram
per 200 m2 dengan volume semprot 12 liter. Penyiangan gulma dilakukan apabila
terdapat rumput atau gulma yang tumbuh. Kegiatan ini harus dilakukan secara
hati-hati agar tidak mengganggu perakaran mengingat jarak tanam yang sempit.
Jika terdapat tanaman yang layu atau berwarna kuning harus segera dicabut dan
disulam dengan stek yang baru. Pembibitan kentang G0 dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Pembibitan kentang G0 di Greenhouse
Hasil panen umbi kentang G0 dikumpulkan dan disimpan ke gudang. Di
gudang penyimpanan umbi kentang disortasi dan grading menurut ukuran
(Tabel 5).
27
Tabel 5. Pengkelasan Umbi Bibit G0 Berdasarkan Ukuran
Kelas umbi Ukuran (gram)
L (besar) > 60 M (sedang) 31-60 S (kecil) 21-30 SS (sangat kecil) <20
Sumber : Hikmah Farm, 2009
Umbi yang telah disortir dan grading disimpan dalam cool storage. Ruang
pendingin ini berfungsi untuk memperpanjang umur simpan bibit kentang. Umbi
disimpan pada suhu 17-20 0C. Bibit yang disimpan di ruang pendingin setelah
panen, masa dormansinya semakin panjang. Sebelum dimasukkan dalam cool
storage (ruang pendingin), umbi disemprot pestisida menggunakan knapsack
sprayer, diantaranya Probox (30 gram), Score (15 ml), Alika (15 ml), dan
Previcur (30 ml) dengan volume semprot 14 liter.
Menurut Novary (1999) penyimpanan pada suhu rendah dilakukan dalam
lemari es dengan suhu 5-8 0C. Penyimpanan cara ini mampu menghambat
kegiatan respirasi dan metabolisme umbi, proses penuaan, kehilangan air dan
pelayuan, kerusakan oleh bakteri dan kapang, serta proses pertumbuhan yang tak
dikehendaki seperti tumbuhnya tunas.
Kegiatan sortasi umbi dilakukan selama penyimpanan atau jika ada
pesanan dari pembeli. Rata-rata umbi kentang G0 dijual dengan harga Rp 2 500
per umbi. Namun jika ukurannya lebih kecil maka bisa kurang dari Rp 2 500 per
umbi.
Pembibitan Kentang G1
Bibit kentang yang digunakan untuk menghasilkan kentang G1 adalah
bibit kentang G0. Penanaman kentang G0 dilakukan di Rumah Ketat Serangga
(screenhouse) (Gambar 6). Media yang digunakan untuk menanam adalah media
tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul dan disterilkan. Sterilisasi
yang dilakukan adalah menggunakan fungisida yaitu Basamid dengan dosis
40 g/m2 dan bahan aktif Dazomet 98 %. Pemberiannya dengan cara ditabur di atas
bedengan kemudian diaduk dengan cangkul sampai merata.
28
Gambar 6. Rumah Ketat Serangga (Screenhouse) untuk Pembibitan Kentang G1
Bedengan ditutup dengan mulsa plastik dan dibiarkan selama satu sampai
dua minggu. Setelah mulsa plastik dibuka, bedengan diberi pupuk kandang
campuran sekam dan kotoran ayam dengan perbandingan 2 : 1, dengan dosis
280-360 kg per 200 m2. Kemudian tanah dicangkul sampai pupuk merata.
Menurut Umboh (2000) sebelum diberi mulsa tanah perlu diolah. Pertama-tama
tanah dibersihkan lalu digemburkan. Penggemburan tanah ditujukan untuk
perbaikan sistem aerasi tanah.
Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Pembuatan lubang
tanam menggunakan kayu berbentuk seperti garpu berukuran 20 cm atau tugal
kayu. Umbi yang ditanam adalah umbi yang telah bertunas 1-3 cm dengan mata
tunas menghadap ke atas. Selanjutnya umbi ditutup dengan tanah dan diratakan.
Penyiangan gulma dilakukan bila rumput sudah tumbuh di areal tanaman
kentang. Kegiatan ini dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang
tanaman penganggu dan dilakukan secara hati-hati agar tidak terkena perakaran
tanaman kentang. Pengairan dilaksanakan seminggu sekali untuk menjaga
kelembaban tanah. Pengairan dilakukan dengan cara irigasi sprinkler. Menurut
Jumin (2008) pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia
dalam tanah, karena air mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan
tanaman. Kekurangan air akan menggangggu aktivitas fisiologi maupun morfologi
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Kegiatan pembumbunan tanah dilakukan dua kali. Pembumbunan yang
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Pemupukan susulan
29
menggunakan pupuk kelelawar dengan dosis 16 kg per m2. Pupuk susulan lain
yaitu Ponska. Pupuk Ponska diberikan dengan dosis 2 kg per m2. Ketinggian tanah
bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua
dilakukan pada saat tanaman berumur 35-45 HST dengan cara yang sama pada
pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian
pembumbunan akhir sekitar 20 cm.
Kegiatan roguing bertujuan untuk membuang tanaman yang tumbuh
abnormal atau terserang hama dan penyakit. Roguing dilakukan sejak awal
penanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia
dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer. Terdapat tiga
kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur
15-30 HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan
umur 60-95 HST.
Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi
hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman sangat
muda membutuhkan larutan unsur hara Multigrand-K sebanyak 30 gram dengan
volume semprot 12 liter setiap 200 m2.
Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan campuran
pestisida Aminil, Acrobat, Alika, dan Aquarez masing-masing 40 gram, 4 gram,
10 ml, dan 4 ml dengan volume semprot 20 liter setiap 200 m2.
Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST).
Tanaman umur ini membutuhkan campuran pestisida Equation sebanyak 8 gram,
Agrifos sebanyak 40 ml, dan Aquarez sebanyak 4 ml dengan volume semprot
16 liter per 200 m2.
Pemanenan kentang dilakukan pada saat tanaman berumur 97-100 HST.
Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah
mengering, kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah
terkelupas saat ditekan.
Jumlah populasi dari penanaman bibit kentang G0 dalam setiap bedengan
sebanyak 660 tanaman. Terdapat 6 bedengan dalam schreenhouse, sehingga
jumlah tanaman sebanyak 3 960 tanaman. Daya tumbuh tanaman kentang G1
dalam setiap bedengan masing-masing adalah 87.5 %, 87.5 %, 68.75 %, 87.5 %,
30
75 %, dan 84.25%. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi,
sehingga menghasilkan 32 175 umbi dalam setiap schreenhouse. Tabel 6
merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G1.
Tabel 6. Produksi Umbi Kentang G1
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) XL (> 120) 5 1 608 L (91-120) 20 6 435 M (61-90) 25 8 043 S (30-60) 30 9 652 SS (<30) 10 3 217
Afkir dan Busuk 10 3 217
Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam
kondisi bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan
grading. Bibit yang disortasi dan grading berdasarkan ukuran terlihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Pengkelasan Umbi Kentang Bibit G1 Berdasarkan Ukuran
Kelas Umbi Ukuran (gram) XL (paling besar) > 120 L (besar) 91-120 M (sedang) 61-90 S (kecil) 30-60 SS (sangat kecil) <30
Sumber : Hikmah Farm, 2009
Umbi yang telah disortasi dan grading disimpan di gudang. Kegiatan
sortasi dan grading dilakukan 3-4 kali sampai dilakukan pemeriksaan umbi oleh
BPSBTPH untuk sertifikasi benih.
Pembibitan Kentang G2, G3, dan G4
Bahan tanam yang digunakan untuk menghasilkan bibit kentang G2 adalah
umbi kentang G1. Pembibitan ini dilakukan di lapang tidak menggunakan
greenhouse ataupun screenhouse.
31
1. Pembukaan dan Persiapan Lahan
a) Pengolahan tanah
Pengolahan tanah yang dilakukan adalah secara konvensional yaitu
menggunakan cangkul. Hal ini dikarenakan letak lahan yang berada pada daerah
lereng gunung sehingga tidak memungkinkan alat olah tanah seperti traktor. Cara
ini digunakan bila lahan yang akan diolah adalah bekas penanaman kentang sebab
bedengan sudah tidak terbentuk lagi dan rata dengan tanah. Cara lain yang sering
digunakan dalam pengolahan tanah adalah metode ”Laci”.
Metode ”Laci” digunakan bila lahan yang akan diolah yaitu bekas
penanaman jagung dan kubis. Metode ini dilakukan dengan cara mencangkul dan
menggeser rumput dan gulma yang berada di atas bedengan dan parit ke parit
berikutnya, kemudian sisa-sisa rumput tersebut ditimbun tanah yang berasal dari
bedengan di kanan dan kiri sisa rumput tersebut kemudian diratakan dengan
diinjak-injak dengan kaki.
b) Pembuatan bedengan
Bedengan dibuat untuk melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap
genangan air, sebab akar tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air
sehingga mudah mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu.
Pada umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar
bedengan atau parit 15-20 cm (Gambar 7). Hal ini untuk memudahkan dalam
kegiatan pemeliharaan tanaman. Pada musim hujan kedalaman parit sekitar
15 cm. Bila lebih dari 15 cm maka umbi akan membusuk karena tergenang air.
Sedangkan pada musim kemarau kedalaman parit sekitar 20 cm, apabila kurang
maka tanah sekitar akan kering karena panas.
Pada lahan miring arah bedengan searah kemiringan lereng. Bagian bawah
bedengan dibuat parit untuk menghambat laju aliran permukaan dari erosi dan
sebagai jalan saat penyemprotan, sedangkan pada lahan datar bedengan diatur
secara terasering, pembuatan parit berfungsi sebagai saluran irigasi.
32
Gambar 7. Lahan Pembibitan Kentang setelah Diolah
2. Penanaman
a) Pemupukan Dasar
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman
dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang
harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara yang
kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah.
Pupuk yang diberikan tanaman dapat bermacam-macam jenis dan dosisnya
tergantung pada kebutuhan tanaman tersebut. Pupuk yang biasa diberikan
tanaman diantaranya pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik
merupakan sisa-sisa (serasah) tanaman dan hewan, misalnya pupuk kandang,
pupuk kompos, pupuk hijau, dan sebagainya. Pupuk organik mempunyai fungsi
yang penting untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan
populasi jasad renik, serta meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk anorganik atau
pupuk kimia merupakan hasil dari pabrik pembuat pupuk yang mengandung
unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Pupuk tersebut pada umumnya
mengandung unsur hara yang tinggi (Sutedjo, 1994).
Hikmah Farm menggunakan pupuk dasar antara lain pupuk hayati, pupuk
kandang, dan pupuk kimia (Gambar 8). Pupuk hayati adalah pupuk yang
mengandung mikroba untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari
dalam tanah. Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas
(PHE) dengan dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri
penambat N, mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk
tersebut ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman.
Selanjutnya disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati.
33
Gambar 8. Lahan yang telah di pupuk
Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau
sapi sebanyak 14-18 ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk
anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur
sebelumnya di gudang dengan dosis yang telah ditentukan (Tabel 8). Pupuk
tersebut disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk
tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang
berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan berpindah, yang
semula parit menjadi bedengan baru.
Tabel 8. Jenis dan Dosis Pupuk pada Kebun Hikmah Farm
No Jenis pupuk Nama Pupuk Kandungan Hara (%) Dosis (kg/ha)
1 Organik Kotoran Sapi N : 1.52 P : 0.68 K : 0.79
14 000-18 000
2 Hayati PHE Bakteri Penambat N, Mikroba Pelarut Hara P dan K,
dan Mikroba Pemantap Agregat
200
Anorganik N : 15 P2O5 : 15 K2O : 15
3
Ponska
S : 10
500
Superfos P2O5 : 18 600 Urea N : 46 100 KST MgO : 27 200
S : 4 MgO : 6 K2O : 40
Kornkali
Na : 3
150
Sumber : Hikmah Farm, 2009
34
b) Penentuan Jarak Tanam dan Penanaman
Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi dan ukuran umbi. Jarak tanam
yang terlalu rapat dapat menyebabkan persaingan antar tanaman dalam memenuhi
unsur hara sehingga umbi yang dihasilkan akan lebih kecil bila dibandingkan
dengan umbi yang ditanam dengan jarak yang lebih renggang. Jarak tanam yang
digunakan tergantung dari ukuran bibit yang akan ditanam, semakin kecil ukuran
bibit maka jarak tanamnya pun semakin rapat. Pada umumnya pembuatan jarak
tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam yang digunakan yaitu
76 cm x (15-35) cm untuk kentang bibit.
Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Hal yang
harus diperhatikan saat penanaman diantaranya penggunaan bibit. Bibit yang
ditanam sebaiknya bibit yang bersertifikat yang telah memenuhi standar mutu
yang telah ditetapkan. Bibit yang siap untuk ditanam yaitu bibit yang sudah
tumbuh minimal 4 mata tunas (Gambar 9). Bibit dimasukkan ke dalam lubang
tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam dalam
satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah.
Gambar 9. Bibit Kentang Siap Tanam
Selain menggunakan tugal kayu, jarak tanam dibuat menggunakan alat
”gerendel” (roda berjari) berukuran 35 cm (Gambar 10). Keuntungan dari
penggunaan alat ini yaitu lebih menghemat waktu dan tenaga kerja untuk
membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara mendorong ”gerendel”
dari bedengan paling ujung ke bedengan selanjutnya sampai bedengan terakhir
sambil berjalan dan kembali lagi ke bedengan paling ujung.
35
Gambar 10. ”Gerendel” alat untuk Membuat Jarak Tanam
3. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang dilakukan sampai tanaman
dipanen. Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan,
pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit.
a) Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu
di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan
mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula dengan
cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat tanaman
berumur 20-30 hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya gulma yang
tumbuh. Gulma yang disiangi diusahakan sudah terlihat agak tumbuh besar dan
banyak, sehingga mudah saat penyiangan. Kegiatan ini harus dilakukan secara
hati-hati agar tidak mengenai perakaran tanaman kentang. Gulma yang banyak
ditemui diantaranya rumput belulang (Eleusine indica), kirinyuh (Chromolaena
odorata), teki (Cyperus cyperoides), dan bubuhan (Bidens biterata).
b) Pembumbunan
Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar
tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan
bedengan. Pembumbunan ini bertujuan untuk melindungi umbi dari sinar matahari
langsung. Sinar matahari yang mengenai umbi menyebabkan terjadinya reaksi
kimia pada kentang yang dinamakan solanin dan mengakibatkan umbi berwarna
hijau. Solanin merupakan racun bagi manusia apabila terkena dosis yang banyak
(Sumoprastowo, 2000).
36
Selain itu fungsi pembumbunan yaitu menahan batang agar tanaman tidak
rebah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mengendalikan gulma, dan
menjadikan perakaran tanaman lebih baik. Keterlambatan waktu pembumbunan
dapat mengakibatkan umbi keluar sebab tidak tertimbun tanah serta stolon tumbuh
menjadi batang sehingga produksi umbi akan berkurang.
Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan
diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah
bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm.
Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-40 HST
dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar
10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm.
c) Pemupukan
Tanaman kentang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
memerlukan unsur hara dan nutrisi dengan jumlah, waktu pemberian, dan cara
yang tepat. Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman
kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan
bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur 28-30 HST. Jenis pupuk
yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar. Penggunaan
kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia. Pupuk susulan juga
dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk susulan yang kedua diberikan
bersamaan dengan pembumbunan yang kedua yaitu saat tanaman berumur
35-40 HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk diletakkan diantara tanaman dengan
cara disebar kemudian ditutup dengan tanah.
d) Pengairan
Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
produksi tanaman. Menurut Samadi (2007) fungsi air terutama untuk melarutkan
unsur-unsur hara dalam tanah dan mengangkutnya ke seluruh bagian tanaman.
Jika pemberian air terlambat, tanaman akan layu karena tidak ada keseimbangan
37
antara besarnya penguapan melalui permukaan daun dengan banyaknya air yang
diserap tanaman.
Pengairan tanaman kentang dilakukan pada musim kemarau. Saat musim
penghujan tidak dilakukan karena air sudah tersedia. Hikmah Farm pengairannya
menggunakan sprinkler. Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau
tergantung keadaan tanaman di lapang.
e) Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT)
Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan agar dihasilkan produksi
yang optimal, untuk mengendalikannya harus diketahui jenis hama dan penyakit
yang menyerang tanaman, gejala serangan, dan cara pengendaliannya.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual dan
menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan mencabut dan
membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang lain.
Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia
dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer (Gambar 11).
Pestisida dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria
umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST,
tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur
60-95 HST.
Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi
hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini
setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume semprot
600 liter. Pada musim hujan penyemprotan lebih sering dilakukan antara 2-3 hari
sekali. Sebab pestisida yang mengenai daun tercuci oleh air hujan sehingga obat
banyak yang terbuang. Sedangkan pada musim kemarau dilakukan penyemprotan
antara 4-5 hari sekali.
38
a. Mesin Penggerak b. Stank Sprayer
Gambar 11. Alat Power Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan sebanyak
5 drum campuran pestisida dengan volume semprot 1000 liter per hektar.
Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman
umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum per hektar dengan volume semprot
800 liter per hektar. Pestisida yang sering digunakan Hikmah Farm dalam
budidaya kentang terdapat pada (Tabel 9).
Tabel 9. Jenis dan Fungsi Pestisida yang digunakan Hikmah Farm
Umur
Tanaman
(HST)
Volume
Semprot
(liter/hektar)
Jenis
Pestisida
Fungsi Dosis
(per hektar)
15-30 600 Multigrand-K Unsur hara 1 500 gram Aminil Fungisida 2 000 gram
30-60 1 000 Acrobat Fungisida 200 gram Alika Insektisida 500 ml Aquarez Perekat 250 ml Equation Fungisida 400 gram
60-95 800 Agrifos Fungisida 2 000 ml Aquarez Perekat 200 ml
Unsur hara yang dipakai dalam satu hektar adalah Multigrand-K yang
mengandung dua unsur makro yaitu Kalium 46 % dan Nitrogen 22 %. Selain itu
juga mengandung unsur lain berupa P2O5, ZnNa, Ca, Mg, dan Mn yang sedikit
jumlahnya. Dosis yang digunakan yaitu 1 500 gram per 600 liter. Fungisida yang
digunakan dalam satu hektar lahan antara lain Aminil dengan dosis 2 000 gram
per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu chlorothalonil 750 g/kg WP.
Acrobat dengan dosis 200 gram per 1 000 liter, bahan aktifnya yaitu dimetomort
39
50 WP. Equation dengan dosis 400 gram per 800 liter, bahan aktif yang
terkandung yaitu simoksanil 29 % dan famoksadon 22.5 % WG. Agrifos dosis
yang digunakan yaitu 2000 ml per 800 liter, dengan bahan aktif asam fosfit
400 g/l SL. Sedangkan insektisida yang digunakn yaitu Alika dengan dosis 500 ml
per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu lemda sibahytrin 106 g/l dan
tiametoksam 141 g/l. Perekat yang digunakan yaitu Aquarez dengan dosis 200 ml
per 800 liter, bahan aktif yang terkandung dalam Aquarez yaitu organik kompon
38 %.
Alat power sprayer mempunyai jangkauan semburan 3 m ke kanan dan
3 m ke kiri dari parit jalan. Alat ini dihubungkan ke mesin diesel oleh selang.
Penyemprotan menggunakan tiga selang sprayer dengan panjang selang masing-
masing sekitar 300 m. Masing-masing selang dipegang oleh 3 orang. Satu orang
memegang stank sprayer dan menyemprot tanaman kentang dari bedengan paling
ujung sampai bedengan paling akhir kemudian kembali lagi ke bedengan paling
ujung. Dua orang lainnya menarik dan menggulung selang.
Penyakit yang menyerang tanaman kentang di Hikmah Farm diantaranya
busuk daun (Phytopthora infestans), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan
penyakit yang disebabkan oleh virus. Sedangkan yang menyerang umbi setelah
dipanen diantaranya kudis lak (Rhizoctonia solani), busuk kering (Fusarium spp),
dan kudis (Strepromyces scabies).
Menurut Suhardi (1984) penyakit busuk daun merupakan penyakit
terpenting pada tanaman kentang. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini
sangat bergantung pada keadaan cuaca, intensif tidaknya tindakan penyemprotan
fungisida, dan toleransi varietas kentang terhadap penyakit tersebut. Selanjutnya
Semangun (2007) menambahkan jamur Phytopthora infestans dapat juga
menyerang umbi, meskipun di Indonesia jarang terjadi. Jika keadaan baik bagi
pertumbuhannya, pada umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarna
coklat. Bagian yang terserang ini tidak menjadi lunak. Jika keadaan membantu
perkembangan penyakit, karena pengaruh Phytopthora infestans yang dibantu
oleh bakteri atau jamur lain maka umbi menjadi busuk basah.
40
1. Busuk Daun (Phytopthora infestans)
Penyakit ini yang paling banyak menyerang tanaman kentang dan sering
dikenal dengan nama ”lodoh” yang disebabkan oleh cendawan Phytopthora
infestans. Gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya bercak basah pada daun
hingga berubah menjadi coklat sampai hitam dan akhirnya membusuk, bagian
bawah daun yang terinfeksi terdapat serbuk putih yang mengandung spora
(Gambar 12). Pengendalian dari penyakit ini diantaranya menggunakan bibit yang
sehat saat penanaman, pergiliran tanaman, serta penyemprotan secara teratur dan
dengan teknik yang benar.
Gambar 12. Tanaman Terserang Penyakit Busuk Daun (Phytopthora infestans)
2. Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum ini
menyebabkan tanaman layu sebagian atau keseluruhan. Mula-mula pucuk
tanaman layu kemudian menjalar ke seluruh tanaman dan akhirnya tanaman mati.
Gejala infeksi pada umbi yang baru dipanen adalah munculnya lendir yang
lengket pada mata tunas (Gambar 13). Cara pengendaliannya adalah
menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman),
dan membuang tanaman yang layu.
41
Gambar 13. Tanaman Terserang Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)
3. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus
Ciri-ciri tanaman yang terserang virus adalah daun bergelombang,
menggulung, atau keriting. Pinggir daun bergerigi, ukurannya kecil-kecil, daun
menguning, dan umbi yang dihasilkan kecil atau tidak menghasilkan umbi sama
sekali (Gambar 14). Belum ada pestisida untuk mengendalikan virus ini,
pencegahannya dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, mencabut dan
mengubur, atau membakar tanaman yang terserang.
Gambar 14. Tanaman Terserang Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus
4. Kudis Lak (Rhizoctonia solani)
Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat jamur hitam kecoklatan pada umbi
(Gambar 15). Cara pengendaliannya adalah menanam menggunakan bibit yang
sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), serta memisahkan umbi
yang terserang.
42
Gambar 15. Penyakit Kudis Lak pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan
Rhizoctonia solani
5. Busuk Kering (Fusarium spp)
Gejala yang terlihat yaitu bercak-bercak berlekuk warna coklat tua, umbi
menjadi kering, berkerut, dan mengeras (Gambar 16). Cara pengendaliannya
adalah kegiatan panen dilakukan secara hati-hati jangan sampai melukai umbi.
Penanaman menggunakan umbi yang sehat.
Gambar 16. Penyakit Busuk Kering pada Umbi Kentang disebabkan oleh
cendawan Fusarium spp. f). Roguing
Kegiatan roguing dilakukan sejak awal penanaman dalam waktu satu minggu
dua kali atau lebih sampai menjelang pemeriksaan lapangan oleh BPSBTPH
Tujuan roguing untuk membuang tanaman yang tumbuh abnormal, terserang
hama dan penyakit, serta tumbuhan pengganggu. Pada areal yang luas, roguing
dilakukan oleh 5-6 orang. Pekerja berjajar selang dua baris tanaman dan berjalan
searah mengamati masing-masing tanaman.
43
4. Panen
Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman
yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus dilakukan
dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang dipanen. Panen
tanaman kentang dilakukan pada umur 100-110 HST. Sepuluh hari sebelum panen
tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis 1 200 ml dengan volume
semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida adalah untuk mematikan
gulma dan membuat batang tanaman kentang menjadi kering sehingga
memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan umbi lepas dari stolon.
Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kulit
umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat disimpan
lama.
Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah
mengering bukan karena penyakit namun pengaruh dari pemberian Gramoxon dan
kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah terkelupas saat
ditekan. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah pada pagi hari dan sedang tidak
turun hujan, sebab umbi akan basah dan kotor sehingga akan cepat busuk pada
saat penyimpanan. Panen dilakukan dengan mencangkul bagian kanan dan kiri
bedengan tanaman secara bergantian dan hati-hati jangan sampai mengenai umbi
(Gambar 17).
Gambar 17. Kegiatan Pemanenan Kentang G2
Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir
bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari
langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering. Kemudian
44
umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung plastik.
Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang penyimpanan
kemudian disortasi.
Lahan bekas panen disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan
diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan. Kegiatan ini
disebut ”ngasag”. Harga satu hektar tanah sekitar Rp 1 000 000. Pekerja ngasag
dibayar Rp 1 000 per satu ember kentang yang didapat.
Pembibitan kentang G2, G3, dan G4 membutuhkan umbi kurang lebih
2 000 kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar
pertanaman pada pembibitan kentang G2 yaitu 2.1 %. Jumlah umbi dalam satu
tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Tabel 10 merupakan produksi umbi kentang
pada pembibitan G2.
Tabel 10. Produksi Umbi Kentang G2
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) XL (>200) 1.5 304 L (61-200) 18.7 3 667 M (31-60) 46 9 112 S (<30) 31 6 074 Afkir 1.8 364
Pembibitan kentang G3 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per
hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu
2.9 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan
G3 tidak menghasilkan umbi ukuran XL. Tabel 11 merupakan produksi umbi
kentang pada pembibitan G3.
Tabel 11. Produksi Umbi Kentang G3
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) L (61-200) 7 1 153 M (31-60) 55.36 9 079 S (<30) 36.9 6 052 Afkir 0.7 115
Pembibitan kentang G4 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per
hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu
4.2 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan
45
G4 tidak menghasilkan umbi ukuran XL dan umbi afkir. Tabel 12 merupakan
produksi umbi kentang pada pembibitan G4.
Tabel 12. Produksi Umbi Kentang G4
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) L (61-200) 27.87 610 M (31-60) 43.28 7 159 S (<30) 28.85 4 772
5. Pasca Panen
Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam
kondisi bersih dan aman agar terlindung dari sinar matahari sebab cahaya dapat
menyebabkan pertumbuhan tunas, selain itu juga harus terlindung dari hujan dan
kehilangan. Agar kondisi umbi dalam keadaan baik maka gudang harus memenuhi
syarat seperti fentilasi cukup, dan lantai terbuat dari kayu agar dapat memberikan
pertukaran udara bagi umbi. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, pada
permukaan umbi diberi insektisida Agrosip dengan dosis 2 kg per ton dengan cara
ditabur tipis-tipis.
Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan grading. Sortasi
merupakan kegiatan memisahkan umbi kentang berdasarkan kualitas yaitu umbi
yang bagus dan yang jelek seperti belah karena cangkul, cacat, dan busuk.
Sedangkan grading adalah kegiatan memisahkan umbi berdasarkan ukuran.
Proses persiapan bibit kentang dilakukan melalui beberapa tahap dimulai dari
sortasi dan grading I, pengangkutan ke gudang, penyimpanan dan sortasi grading
II, penggasan, penyimpanan dan sortasi III, penyimpanan dan sortasi IV, sampai
persiapan sertifikasi oleh BPSBTPH.
Kegiatan sortasi dan grading I dilakukan saat umbi masih di kebun. Umbi
bibit dipisahkan dengan ukuran XL (> 200 gram), L (61-200 gram),
MS (< 61 gram), serta umbi yang afkir (luka akibat tercangkul). Umbi tersebut
dikumpulkan berdasarkan ukuran dan dimasukkan ke dalam karung jaring plastik
berisi 38-40 kg. Kemudian umbi diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang
penyimpanan. Setelah seminggu atau tergantung kondisi setelah panen dilakukan
sortasi dan grading II. Umbi bibit ukuran MS (<61 gram) dipisahkan lagi menjadi
ukuran M (31-60 gram) dan S (<30 gram).
46
Kegiatan perlakuan gas bertujuan untuk mempercepat masa dormansi dan
mencegah dari serangan hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan bila
kebutuhan dan permintaan umbi meningkat. Jenis obat yang digunakan untuk
perlakuan gas adalah CS2 dengan dosis 800 ml per 8 ton umbi kentang. Obat
diletakkan pada tumpukan krat kentang. Kegiatan perlakuan gas dilakukan selama
24 jam.
Setelah umbi digas, kemudian disimpan kembali di gudang penyimpanan.
Untuk mencegah hama dan penyakit, permukaan atas umbi diberi insektisida
Agrosip dengan dosis 2 kg per ton dengan cara ditabur tipis-tipis, kemudian krat
disusun. Sortasi III dilakukan untuk memisahkan umbi yang afkir, umbi yang
telah keluar tunas, dan yang belum keluar tunas. Masing-masing umbi yang telah
disortir diletakkan pada krat yang berbeda. Kegiatan sortasi tetap dilakukan
sampai pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH.
Pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH dilaksanakan antara 1-3 hari setelah
kegiatan sortasi yang terakhir. Pengawas akan memeriksa kurang lebih 1 000 butir
umbi secara acak dari setiap lot umbi. Setelah permintaan penangkar bibit
dinyatakan lulus pemeriksaan, BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan label.
Label tersebut dicantumkan nama penangkar, alamat, jenis tanaman, varietas,
nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen, ukuran umbi, dan tanggal
pemasangan label.
Kehilangan hasil panen digudang disebabkan diantaranya oleh
penyimpanan umbi yang terlalu lama sehingga membuat umbi menjadi busuk,
tempat penyimpanan yang kurang baik sehingga meyebabkan tempat menjadi
lembab dan berpengaruh pada umbi, dan ikut terbawa umbi yang busuk saat panen
sehingga menularkan pada umbi yang masih bagus.
Hasil panen di kebun Gambung Blok Panarikan 1 sebanyak 44 550 kg.
Setelah disortasi kehilangan hasilnya untuk umbi yang busuk sebanyak 336 kg
dan umbi yang hilang karena tidak tersortir, jatuh di lantai, atau tercampur dengan
bibit yang lain sebanyak 8 304 kg. Sehingga kehilangan hasil panen saat di
gudang yaitu 19.39 %.
47
6. Pemasaran
Kegiatan pemasaran merupakan hal yang penting dari usaha pertanian.
Kegiatan ini meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga
mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang. Penjualan kentang bibit
dilakukan di gudang penyimpanan. Kentang bibit yang dijual meliputi kentang
G0, G1, G2, G3, dan G4 dengan harga yang berbeda (Lampiran 9). Pengemasan
untuk penjualan kentang bibit diantaranya menggunakan waring tali plastik, tolok
bambu, dan peti kayu (Gambar 18).
a. Kemasan Tolok Bambu b. Kemasan Peti Kayu
c. Kemasan Waring Tali Plastik
Gambar 18. Kemasan Penjualan Kentang Bibit
Pengemasan kentang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kemasan
tolok bambu dan waring tali plastik digunakan apabila jarak angkut dari gudang
pembelian dengan tempat pembelinya lebih dekat, sedangkan kemasan peti kayu
digunakan untuk pembelian jarak jauh. Keuntungan dari kemasan peti kayu yaitu
jika terjadi goncangan, bibit tidak saling berbenturan dan tidak jatuh di lantai
48
karena tertahan peti kayu. Namun apabila menggunakan kemasan peti kayu harga
penjualan bertambah Rp 10 000 untuk setiap peti kayu. Data penjualan bibit
kentang G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada tahun 2004-2006 terlihat pada
Gambar 19.
0
50000
100000
150000
200000
2004 2005 2006
tahun
volu
me
penj
uala
n (t
on)
Umbi G2
Umbi G3
Umbi G4
Gambar 19. Penjualan Kentang Bibit G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada
Tahun 2004-2006
Penjualan kentang bibit G2 mengalami penurunan dari tahun 2004 ke
tahun 2006, bahkan pada tahun 2006 tidak menjual kentang bibit G2. Hal ini
disebabkan kesulitan dalam pengadaan benih G1 karena selain memerlukan
perawatan yang intensif dipengaruhi juga oleh bibit yang masih sedikit
jumlahnya. Berbeda dengan kentang bibit G3 dan G4. Pada tahun 2005 sempat
mengalami kenaikan volume penjualan, namun pada tahun 2006 mengalami
penurunan penjualan. Hal ini berkaitan dengan jumlah bibit kentang yang akan
digunakan untuk pembibitan jumlahnya masih sedikit, selain itu teknik budidaya
yang diterapkan juga sangat berpengaruh. Apabila teknik budidaya dilakukan
dengan tepat maka akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas umbi kentang.
Penanaman Umbi Kentang G4
Umbi Kentang G4 merupakan generasi terakhir dari bibit bersertifikat.
Penanaman kentang G4 akan menghasilkan umbi G5 yang dijadikan kentang
konsumsi. Umbi G5 apabila ditanam akan menghasilkan kentang yang bersifat
lokal dan tidak dapat dijadikan sebagai bibit. Karena semakin tinggi generasi
kentang maka peluang untuk terinfeksi penyakit semakin tinggi pula.
Secara umum teknik budidaya penanaman umbi kentang G4 sama dengan
penanaman umbi generasi sebelumnya. Pengolahan tanah yang dilakukan adalah
49
secara konvensional yaitu menggunakan cangkul. Bedengan dibuat untuk
melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap genangan air. Sebab akar
tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air sehingga mudah mengalami
pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu. Pada umumnya bedengan
dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar bedengan atau parit
15-20 cm. Hal ini untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman.
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman
dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang
harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara yang
kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah. Pupuk dasar yang
diberikan antara lain pupuk hayati, pupuk kandang, dan pupuk kimia. Aplikasi
pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas (PHE) dengan dosis
200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri penambat N, mikroba
pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk tersebut ditabur
diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman. Selanjutnya disebar pupuk
kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati.
Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau
sapi sebanyak 14-18 ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk
anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur
sebelumnya di gudang meliputi Ponska 500 kg/ha, Superfos 600 kg/ha, Urea
100 kg/ha, KST 200 kg/ha, dan Kornkali sebanyak 150 kg/ha. Pupuk tersebut
disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk tersebut
tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang berasal dari
bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan berpindah, yang semula parit
menjadi bedengan baru.
Pembuatan jarak tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam
yang digunakan untuk kentang konsumsi yaitu 76 cm x (25-45) cm. Kegiatan
penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Bibit yang siap untuk ditanam
yaitu bibit yang sudah tumbuh minimal 4 mata tunas. Bibit dimasukkan ke dalam
lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam
dalam satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah. Kegiatan
pemeliharaan tanaman kentang konsumsi dilakukan sampai tanaman dipanen.
50
Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan
susulan, dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu
di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan
mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula dengan
cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat tanaman
berumur 20-30 hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya gulma yang
tumbuh.
Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar
tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan
bedengan. Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan
diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah
bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua
dilakukan pada saat tanaman berumur 35-40 HST dengan cara yang sama pada
pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian
pembumbunan akhir sekitar 20 cm.
Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman
kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan
bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur 28-30 HST. Jenis pupuk
yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar. Penggunaan
kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia. Pupuk susulan juga
dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk susulan yang kedua diberikan
bersamaan dengan pembumbunan yang kedua yaitu saat tanaman berumur
35-40 HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk diletakkan diantara tanaman dengan
cara disebar kemudian ditutup dengan tanah.
Pengairan tanaman kentang dilakukan dengan sawah tadah hujan pada
musim penghujan. Pengairan saat musim kemarau menggunakan sprinkler.
Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau tergantung keadaan tanaman di
lapang. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual dan
menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan mencabut dan
51
membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang lain.
Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan
dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer. Pestisida dilarutkan
dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama
pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST, tanaman muda dengan
umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur 60-100 HST.
Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi
hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini
setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume semprot
600 liter per hektar. Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST)
membutuhkan sebanyak 5 drum campuran pestisida dengan volume semprot
1 000 liter per hektar. Penyemprotan pestisida tahap akhir dilakukan pada
tanaman tua (60-100 HST). Tanaman umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum
per hektar dengan volume semprot 800 liter per hektar.
Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman
yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus dilakukan
dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang dipanen. Panen
tanaman kentang konsumsi dilakukan pada umur 110-120 HST. Sepuluh hari
sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis 1 200 ml
dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida adalah
untuk mematikan gulma dan membuat batang tanaman kentang menjadi kering
sehingga memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan umbi lepas dari
stolon. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan rendahnya produksi dan
kulit umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat
disimpan lama.
Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir
bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari
langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering. Kemudian
umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung plastik.
Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang kemudian disortasi.
52
Seperti halnya lahan bekas penanaman kentang bibit, lahan bekas panen
kentang konsumsi juga disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan
diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan.
Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam
kondisi bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan pencucian
kentang sebelum disortasi dan grading. Seperempat bagian waring tali plastik
berisi kentang (± 9.5 kg) dimasukkan dalam bak pencucian yang berisi air bersih
kemudian dibersihkan sampai tanah yang menempel pada kentang terlepas.
Setelah kentang bersih kentang diletakkan di atas lantai kayu hingga kering.
Umbi untuk konsumsi dipisahkan dengan ukuran AL (> 200 gram),
AB (126-200 gram), ABC (100-125 gram), AR (< 100 gram), dan umbi yang afkir
(luka akibat tercangkul). Umbi tersebut dikumpulkan berdasarkan ukuran dan
dimasukkan ke dalam karung jaring plastik berisi 38-40 kg. Umbi konsumsi
ukuran AR (< 100 gram) dipisahkan lagi menjadi ukuran D (33-99 gram) dan
Ares (<33 gram).
Hikmah Farm memasarkan produk kentang konsumsi ke pasar tradisional
dan pasar swalayan. Pasar tradisional yang menjadi tujuan pemasaran antara lain
pasar Pangalengan Bandung, pasar Caringin Bandung, pasar Kramatjati Jakarta,
dan pasar Kemang Bogor. Penjualan kentang di pasar tradisional dilakukan oleh
karyawan Hikmah Farm dengan melakukan transaksi dengan harga yang telah
ditentukan sebelumnya. Harga kentang konsumsi yang bagus berkisar antara
Rp 3 800 sampai Rp 4 000 per kilogram, atau bergantung harga dipasaran.
Sedangkan kentang afkir yang rusak mekanik (umbi terbelah) dijual dengan harga
antara Rp 2 500 sampai Rp 3 000 per kilogram. Kegiatan ini biasa dilakukan pagi
hari dengan bandar-bandar yang ada di pasar.
Kentang konsumsi yang dijual di pasar swalayan adalah kultivar Granola,
Pinky, dan Atlantik. Daerah yang menjadi tujuan pemasaran yaitu Bandung dan
Jakarta. Daerah pemasaran di Bandung meliputi PT. Yogya Toserba, PT. Makro
Indonesia, dan PT. Setiabudi. Sedangkan daerah pemasaran di Jakarta meliputi
Hero dan PT Lion Superindo. Harga penjualan di supermarket PT Lion
Superindo, PT Makro Indonesia, dan PT Yogya Toserba tahun 2008 dapat dilihat
pada Lampiran 10, 11, dan 12.
53
Kemasan kentang yang dijual di supermarket menggunakan jaring tali
kecil (polinet) berisikan 1.5 kg dan 2 kg serta memakai label. Label yang
digunakan ada 3 macam (Gambar 20) yaitu warna hijau untuk kentang kultivar
Granola (kentang konsumsi), warna kuning untuk kentang kultivar Atlantik
(kentang goreng), warna merah untuk kentang kultivar Pinky (campuran
masakan). Ada juga yang menggunakan waring tali plastik untuk kentang ukuran
5, 10, 20, dan 40 kg. Harga kentang kultivar Granola sekitar Rp 6 800/kg, kentang
kultivar Atlantik sekitar Rp 7 500/kg, sedangkan kentang kultivar Pinky sekitar
Rp 8 200. Harga tersebut dapat berubah sesuai dengan permintaan dan harga
dipasaran.
a. Kultivar Granola b. Kultivar Pinky
c. Kultivar Atlantik
Gambar 20. Kemasan Kentang untuk Pasar Supermarket
54
Aspek Manajerial
Aspek manajerial yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu sebagai asisten
mandor selama satu bulan dan asisten kepala kebun selama satu bulan terakhir.
Asisten Mandor
Mandor dalam setiap kebun baik jumlah maupun tugasnya berbeda-beda.
Namun secara umum tugas pokok mandor sama yaitu mengawasi dan
membimbing karyawan dalam setiap kegiatan budidaya kentang maupun pasca
panen. Setiap mandor kebun mempunyai pekerja yang harus diawasi tersendiri.
Pekerja wanita diawasi oleh satu mandor dan pekerja pria diawasi oleh satu
mandor. Ada pula mandor yang mengawasi keduanya baik pekerja pria maupun
wanita. Mandor juga bertugas mengamati perkembangan tanaman, menetapkan
kebijakan kegiatan kerja di lapang dan bertanggung jawab atas segala aktivitas
dan hasil kerja di kebun kepada kepala kebun.
Kehadiran para pekerja ditulis setiap hari oleh mandor dalam buku absensi
untuk mengetahui jumlah karyawan yang bekerja pada hari itu dan untuk
diperhitungkan pembayaran setiap bulannya. Ada pekerja yang sifatnya harian ada
juga yang borongan. Untuk pekerja harian, gaji karyawan ditentukan oleh berapa
hari karyawan tersebut bekerja dalam 1 bulan. Sedangkan pekerja borongan,
gajinya ditentukan oleh prestasi kerja karyawan tersebut. Setiap kebun ada buku
besar masing-masing untuk mengetahui kebutuhan fisik maupun biaya pekerjaan
yang digunakan.
Selama kegiatan pemupukan berlangsung mandor mengawasi dan
memeriksa hasil pekerjaan karyawan. Jika terdapat bedengan yang belum rata
diberi pupuk maka mandor mencontohkan cara menebar pupuk. Kegiatan
pemupukan harus dilakukan dengan teknik yang benar, serta pemberian pupuk
yang tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu agar dihasilkan produksi kentang
yang maksimal.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan
pestisida. Setiap kebun kegiatan ini diawasi oleh satu mandor. Mandor yang
menentukan pestisida apa yang dipakai serta jenis, dosis, dan volume yang
digunakan. Mandor mengawasi karyawan secara langsung. Mandor
55
mencontohkan cara menyemprot yang benar dan membagi blok mana saja yang
disemprot. Kendala yang dihadapi selama penyemprotan adalah kebocoran selang
sehingga menghambat pekerjaan.
Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah memenuhi kriteria panen
seperti usia tanaman mencapai 100 HST. Kegiatan ini dilakukan apabila telah
mendapat persetujuan dari manajer areal. Sebelum kegiatan panen berlangsung
mandor memberi pengarahan mengenai batas blok yang akan dipanen.
Asisten Kepala Kebun
Kepala kebun hanya dipegang oleh satu orang dalam setiap kebun. Tugas
kepala kebun diantaranya membuat laporan harian kebun berisi daftar hadir
karyawan. Selain itu ada laporan mingguan seperti laporan modal kebun dan
laporan modal karyawan. Laporan modal kebun berisi jumlah bibit yang ditanam
di lahan, hasil panen, serta biaya-biaya produksi yang digunakan, sedangkan
laporan modal karyawan berisi prestasi kerja karyawan selama satu bulan.
Laporan-laporan tersebut dimasukkan dalam buku besar kebun yang ada di
kantor. Waktu untuk melaporkan tergantung setiap kepala kebun, ada yang
melaporkan setiap hari, tiga hari sekali, dan seminggu sekali.
Selain mengkooordinir semua aktivitas masing-masing kebun dan
mengontrol karyawan serta mandor di lapang, kepala kebun juga membuat
perencanaan kerja. Perencanaan tersebut meliputi kegiatan budidaya tanaman di
lapang, seperti waktu pengolahan lahan, jadwal penanaman, kegiatan
pemeliharaan, serta waktu panen.
Semua kegiatan budidaya yang telah direncanakan kepala kebun
didiskusikan dengan manajer areal. Setelah mendapat persetujuannya maka
kegiatan yang telah direncanakan tersebut dilaksanakan bersama-sama dengan
mandor. Kepala kebun bertanggung jawab atas kegiatan yang telah berlangsung di
lapang kepada manajer area baik kegiatan budidaya maupun kegiatan sortasi di
lapang.
PEMBAHASAN
Produksi Bibit kentang
Kegiatan produksi bibit kentang membutuhkan sumberdaya modal yang
tinggi dan membutuhkan perencanaan dalam pengusahaannya. Produksi bibit
kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Pemohon harus
memenuhi ketentuan yaitu memiliki benih sumber, mempunyai fasilitas
penangkaran, dan memelihara dan mengatur lahan pertanaman. Penangkar harus
mengggunakan bibit kentang yang bebas hama dan penyakit. Areal penangkaran
kentang berada di daerah dataran tinggi, bukan bekas pertanaman Solanaceae, dan
terisolasi dari tanaman kentang yang lain dengan jarak minimal 10 meter.
Pemeriksaan pendahuluan dilakukan sebulan sebelum tanam meliputi nama dan
alamat pemohon, letak penangkaran, luas areal penangkaran, rencana tanggal
tanam, dan sumber benih. Pemeriksaan lapang pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur 30-40 HST, sedangkan pemeriksaan lapang kedua dilakukan
pada saat tanaman berumur 40-50 HST, pemeriksaan umbi merupakan tahap
pemeriksaan yang terakhir. Tabel 13 merupakan hasil pemeriksaan pembibitan
kentang G2 oleh BPSBTPH dari pemeriksaan di lapang sampai sortasi umbi di
kebun Pajaten Blok Pasir Hayam 1.
Tabel 13. Hasil Pemeriksaan Pembibitan Kentang G2 di Kebun Pasir Hayam
Pemeriksaan Umur bibit
(HST)
Faktor yang
ditemukan
% serangan
Pertama 33 Virus 0.1 Layu Bakteri 0.3
Kedua 39 Layu Bakteri 0.4 Ketiga 53 Rhizoktonia 0.5
Layu Bakteri 0.2 Keempat 158 Scab 0.4
Busuk kering 0.2 Sumber : BPSBTPH, 2009
Hasil pemeriksaan tersebut dinyatakan lulus karena serangan penyakit
yang ditimbulkan tidak melampaui batas standar toleransi pemeriksaan baik di
lapang maupun umbi kentang.
57
Perbanyakan stek dari bibit induk berupa planlet akan menghasilkan umbi
kentang kelas G0 yang merupakan generasi vegetatif nol. Setelah menghasilkan
benih G0 tahap perbanyakan selanjutnya adalah bibit kentang G1 yang ditanam
pada media tanah di screenhouse (rumah kasa).
Setelah menghasilkan bibit G1 maka bila diperbanyak akan menghasilkan
bibit G2 dan perbanyakan dilakukan di lapang. Bibit G2 ini bila diperbanyak akan
menghasilkan bibit G3. Bibit G3 bila diperbanyak akan menghasilkan bibit G4.
Kegiatan pembibitan hanya sampai generasi keempat. Untuk menghasilkan
kentang konsumsi maka dilakukan penanaman bibit G4.
Budidaya Pembibitan Kentang
Pembibitan Kentang G0
Bibit G0 dihasilkan dari penanaman planlet dari bibit induk yang telah di
stek. Kegiatan pembibitan ini dilakukan dalam greenhouse sebab perawatan dan
pengawasan lebih intensif. Fungsi dari greenhouse diantaranya menghindari
terpaan air hujan yang dapat merusak tanaman, menghindarkan lahan dari kondisi
yang becek, mengurangi intensitas cahaya yang masuk sehingga daun tidak
terbakar pada saat terik, serta mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit.
Media tanam yang digunakan yaitu arang sekam. Arang sekam mempunyai sifaf
porous (berpori-pori), tidak kotor, dan cukup menahan air. Penggunaan arang
sekam ini bertujuan agar menghasilkan umbi yang lebih banyak sebab ruang gerak
umbi lebih lebar. Setiap dilakukan penanaman, arang sekam diganti dengan arang
sekam baru.
Ruang pendingin (cool storage) berfungsi untuk memperpanjang umur
simpan bibit kentang. Umbi disimpan pada suhu 17-20 0C. Bibit yang disimpan di
ruang pendingin setelah panen, masa dormansinya semakin panjang.
Pembibitan Kentang G1
Bibit kentang yang digunakan untuk menghasilkan kentang G1 adalah
bibit kentang G0 yang telah dipanen dari greenhouse. Penanaman kentang G0
dilakukan di screenhouse. Screenhouse terbuat dari kasa yang memiliki ciri
memecah gulir air apabila terjadi hujan sehingga air tidak langsung mengenai
58
tanaman dan mengurangi serangan hama dan penyakit. Media yang digunakan
untuk menanam adalah media tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan
dicangkul dan disterilkan. Sterilisasi yang sering dilakukan adalah menggunakan
insektisida antara lain basamid dengan dosis 40 g/m2 ditabur di atas bedengan
secara merata. Insektisida Basamid berbentuk butiran berwarna putih keabu-abuan
yang berkerja sebagai fumigan untuk mngendalikan nematoda, serangga, dan
penyakit.
Pembibitan Kentang G2
Bahan tanam yang digunakan untuk menghasilkan bibit kentang G2 adalah
umbi kentang G1. Pembibitan ini dilakukan di lapang tidak menggunakan
greenhouse atau screenhouse. Pengolahan tanah dilakukan seperti pada umumnya.
Jika lahan penanaman bekas ditanami jagung dan kubis, maka diolah dengan
sistem laci. Sistem ini lebih bagus sebab bedengan sudah terbentuk sebelumnya
sehingga memudahkan dan mempercepat pekerjaan, selain itu tidak mengganggu
cacing tanah sebab tanah dicangkul hanya bagian permukaan atas saja tidak
sampai dalam. Dengan pengolahan tanah yang baik akan menghasilkan struktur
tanah yang gembur dan aerasi tanah yang baik.
Pembuatan parit dilakukan selama pengolahan tanah disesuaikan dengan
kemiringan lereng agar air hujan atau irigasi dapat mengalir tanpa terjadi erosi
sehingga kesuburan tanah tetap terjaga. Saluran parit di pinggir lahan juga
berfungsi untuk membatasi lahan pembibitan dengan lahan pertanaman di luar
areal lahan kentang.
Bedengan dibuat dengan panjang 6 m dengan lebar 76 cm dan jarak antar
bedengan 15-20 cm. Salah satu yang mempengaruhi produksi dan ukuran umbi
adalah jarak tanam. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan
perkembangan umbi tertekan sehingga umbi yang dihasilkan akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan umbi yang ditanam dengan jarak yang lebih renggang.
Penanaman dalam satu bedeng sebaiknya menggunakan umbi yang
berukuran sama agar dapat tumbuh seragam dan serempak. Kegiatan
pemeliharaan tanaman kentang meliputi penyiangan gulma, pembumbunan,
pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit.
59
Kegiatan pembumbunan dilakukan sebanyak dua kali. Pada saat tanaman
berumur 28-30 HST dan umur 35-40 HST. Pembumbunan dilakukan dua kali
sebab setelah umur 50 HST tanaman kentang sudah rimbun sehingga sulit untuk
dilakukan pembumbunan kembali. Pembumbunan pada pembibitan kentang dapat
meningkatkan produksi. Karena semakin banyak stolon yang tertimbun maka
bakal umbi semakin banyak sehingga persaingan makanan untuk umbi semakin
ketat, akhirnya umbi menjadi lebih kecil.
Pemupukan susulan menggunakan pupuk kelelawar dengan dosis 800 kg
per hektar. Pupuk susulan lain yaitu Ponska. Pupuk Ponska diberikan dengan
dosis 200 kg per hektar.
Pengawasan tanaman dilakukan secara berkelanjutan disertai kegiatan
pengendalian hama dan penyakit, roguing, dan pemeriksaan sertifikasi.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida.
Setiap kebun jenis dan dosis pestisida yang diberikan berbeda-beda tergantung
umur tanaman dan serangan hama dan penyakitnya. Tanaman yang masih sangat
muda hanya memerlukan unsur hara seperti Multigrand-K untuk pertumbuhan
tanaman.
Kegiatan roguing bertujuan untuk membuang tanaman yang tidak
dikehendaki seperti terserang penyakit busuk daun (Phytopthora infestans), layu
bakteri (Ralstonia solanacearum), dan yang disebabkan oleh virus. Pemeriksaan
lapang untuk keperluan sertifikasi benih dilakukan menggunakan standar meliputi
jarak isolasi dari penanaman kentang yang lain minimal 10 m, infeksi penyakit
busuk daun dan penyakit lain maksimal 10 %, infeksi penyakit layu bakteri
maksimal 0.5 %, infeksi virus maksimal 0.1 %, dan campuran dari varietas lain
0%.
Pemanenan dilakukan dengan cara yang sama seperti panen umbi generasi
sebelumnya yaitu pada umur 100-110 HST. Kegiatan pemanenan meliputi panen
percobaan, pengobatan herbisida, dan panen. Panen percobaan dilakukan untuk
memperkirakan keadaan umbi yang masih berada dalam tanah meliputi ukuran
umbi, berat umbi, dan jumlah umbi dengan mengambil sampel secara acak. Hal
ini bermanfaat untuk menentukan waktu untuk dilakukan penyemprotan herbisida
serta meramalkan jumlah produksi umbi kentang.
60
Hasil panen setiap kebun berbeda-beda. Produktivitas kebun Ciarileu,
Kiara Jeuntas, dan Pajaten dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Produksi dan Produktivitas Pembibitan Kentang G2
no Kebun Blok Luas (ha)
UmbiXL
(kg)
Umbi L
(kg)
Umbi MS (kg)
Umbi BS (kg)
Produksi (kg)
Produktivitas (ton/ha)
1 Ciarileu 2 2.9 - 36 974 60 572 2 230 99 776 34.41 2 Kiara
Jeuntas Utara 3 - 6 840 85 861 - 92 701 30.90
3 Pajaten Pasir Hayam 1
3 912 11 001 45 562 1 094 58 569 19.52
4 Pajaten Pasir Hayam 2
2 - 11 704 40 014 865 52 583 26.29
Sumber : Hasil Pengamatan
Keterangan : XL : umbi kentang ukuran > 200 gram; L : umbi kentang ukuran 61-200 gram; MS : umbi kentang ukuran < 61 gram; BS : umbi yang rusak terkena cangkul atau cacat.
Produktivitas paling tinggi pada pembibitan kentang G2 yaitu kebun
Ciarileu Blok 2 sebesar 34.41 ton/hektar. Tingginya produktivitas di lahan
Ciarileu dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam dan luar. Faktor dari dalam
yang berpengaruh yaitu penggunaan umbi yang dipakai saat penanaman. Syarat
dari bibit yang bagus yaitu sudah tumbuh tunas minimal 4 mata tunas, sudah
mengalami masa dorman selama 3-4 bulan, tidak berwarna hijau, bebas penyakit
busuk kering, tidak terserang nematoda, serta tidak rusak mekanik (belah).
Faktor lingkungan luar yang mempengaruhi yaitu iklim, cuaca, serta
teknik budidaya tanaman. Tanah di kebun Ciarileu tergolong subur sebab lahan
tersebut bekas penanaman kina. Tanaman kina dipanen setiap tahunnya sedangkan
umur tanaman ini hanya 15 tahun. Oleh sebab itu energi dari tanaman ini tidak
banyak yang hilang dan unsur hara tidak banyak yang terbuang untuk kegiatan
panen. Sehingga tanah bekas pertanaman kina masih banyak unsur hara yang
tersimpan dalam tanah hal ini membuat tanahnya subur.
Iklim di kebun Ciarileu sangat mendukung. Ketinggiannya mencapai
1 300-1 500 m dpl. Penanaman kentang sebaiknya dilakukan saat musim hujan
namun tidak saat hari hujan. Selain itu teknik budidaya yang diterapkan sudah
tepat.
61
Kegiatan pasca panen diantaranya kegiatan persiapan tempat
penyimpanan. Gudang penyimpanan harus memenuhi syarat diantaranya bersih,
tidak bocor, serta tersedia krat yang bersih untuk tempat umbi. Sebab tempat yang
bersih dan berfentilasi yang baik dapat memberikan pertukaran udara bagi umbi.
Umbi hasil panen disimpan selama kurang lebih dua minggu tergantung jumlah
pesanan dan stok yang ada di gudang. Kemudian disortir dan grading dipisahkan
menurut ukuran besar, sedang, kecil, afkir, dan busuk.
Pembibitan Kentang G3 dan G4
Pembibitan kentang G3 merupakan kelanjutan dari pembibitan kentang
G2. Sedangkan pembibitan kentang G4 merupakan kelanjutan dari pembibitan
kentang G3. Secara umum pembibitan ini teknik budidayanya sama dengan
pembibitan kentang pada generasi sebelumnya. Kepastian benih sumber,
persyaratan lapang harus sudah diperiksa oleh petugas sertifikasi dalam
pemeriksaan pendahuluan. Sejarah lahan juga harus diketahui untuk menentukan
apakah lahan tersebut layak untuk ditanami kentang.
Hasil panen bibit kentang G3 berbeda dengan bibit G4. Penanaman umbi
G2 dilakukan di kebun Ciarileu Blok 2, sedangkan umbi G3 ditanam di kebun
Ciarileu, Gambung, Kiara Jeuntas, dan Pajaten (Tabel 15).
Tabel 15. Produksi dan Produktivitas Pembibitan Kentang G3 dan Kentang G4
Sumber : Hasil Pengamatan
Keterangan : XL : umbi kentang ukuran > 200 gram; L : umbi kentang ukuran 61-200 gram; MS : umbi kentang ukuran < 61 gram; BS : umbi yang rusak terkena cangkul atau cacat.
no Kelas Umbi
Kebun Blok Luas (ha)
Umbi XL (kg)
Umbi L (kg)
Umbi MS (kg)
Umbi BS (kg)
Produksi (kg)
Produkti vitas
(ton/ha) 1 G3 Ciarileu 2 1.12 - 1 292 16 948 129 18 369 16.40 2 G4 Ciarileu 4 10 4 636 47 652 90 136 3 405 145 829 14.58 3 G4 Gambung Panarikan 1 2 - 18 848 24 909 793 44 550 22.28 4 G4 Gambung Panarikan 2 2.5 - 7 733 27 531 764 36 028 14.41 5 G4 Kiara
Jeuntas Utara 4 - 11 191 48 279 - 59 470 14.87
6 G4 Pajaten Pasir Hayam 1
2 - 2 717 6 137 120 8 974 4.49
7 G4 Pajaten Pasir Hayam 2
1.5 - 6 916 17 898 - 24 814 16.54
62
Walaupun lokasi pembibitan G3 sama dengan pembibitan G2 yaitu di
kebun Ciarileu Blok 2, namun produktivitasnya berbeda. Tidak selamanya umbi
yang ditaman di lahan yang sama menghasilkan produksi yang sama. Hal ini
dipengaruhi oleh penerapan teknik budidayanya. Selain itu generasi kentang juga
berpengaruh. Semakin tinggi generasi kentang serangan hama dan penyakit yang
terbawa umbi semakin besar.
Produktivitas paling tinggi yaitu kebun Gambung Blok Panarikan 1. Tanah
di kebun Gambung termasuk dalam kelas 2 dengan ciri penyakit agak banyak
namun hal ini tidak menjadi penghambat dalam kegiatan budidaya. Walaupun
keadaan tanah tidak cukup bagus namun bila diimbangi dengan teknik budidaya
yang benar dan tepat akan menghasilkan produksi yang tinggi seperti di kebun
Gambung Blok Panarikan 1. Berbeda dengan teknik budidaya yang diterapkan
pada Blok Panarikan 2. Walaupun dalam kebun yang sama namun jika teknik
budidaya yang diterapkan kurang tepat maka hasilnya pun berbeda.
Rata-rata produksi pada kebun di atas hampir sama yang berbeda hanyalah
kebun Pasir Hayam 1. Produktivitas tersebut paling rendah jika dibandingkan
dengan kebun-kebun yang lain, yang paling berpengaruh yaitu teknik budidaya
yang diterapkan. Di kebun ini pemeliharaan tanamannya kurang diperhatikan,
seperti dalam pengendalian gulma. Saat menyiangi rumput, akar rumput tersebut
tidak tercabut dengan benar sehingga masih ada yang tertinggal. Pembumbunan
kurang tinggi dan rapi sehingga tanah menjadi turun kembali. Tingginya
pembumbunan mempengaruhi jumlah dan ukuran umbi, semakin tinggi
bumbunan tanah maka stolon yang tertimbun, maka semakin banyak sehingga
persaingan makanan semakin ketat sehingga ukuran umbi akan kecil-kecil namun
jumlahnya banyak.
Penyemprotan pestisida yang dilakukan kurang intensif. Penyemprotan
pestisida jarak semburannya adalah 3 m ke kanan dan 3 m ke kiri dan dilakukan
bolak-balik agar tanaman kentang yang disempot terkena obat secara merata.
Penggunaan pestisida kontak harus segera dihentikan apabila telah terlihat reaksi
pada hama, dan diganti dengan pestisida sistemik. Apabila tetap diberikan
pestisida kontak maka hama akan menjadi resisten terhadap pestisida tersebut
63
selain itu hama akan pergi dari tempat tersebut saat penyemprotan dan kembali
lagi selang beberapa hari setelah penyemprotan.
Faktor yang mempengaruhi selain dari teknik budidaya yang diterapkan
adalah dari bibit yang dipakai untuk penanaman. Kentang G2 berasal dari bibit
G1. Sedangkan kentang G3 ditanam dari bibit G2 dan seterusnya. Semakin tinggi
tingkatan generasi kentang maka semakin tinggi pula bibit tersebut terserang
penyakit. Bibit G1 adalah generasi pertama yang di tanam di lapang setelah
dipanen dari screenhuose, oleh sebab itu penyakit atau virus yang terbawa umbi
masih sedikit persentasenya dibandingkan dengan bibit G2, G3, G4, maupun G5.
Dari setiap generasi kentang yang ditanam membawa penyakit yang berbeda dan
beragam. Semakin tua generasi yang diturunkan kualitas kentang yang dihasilkan
akan semakin menurun dan semakin rentan hama dan penyakitnya.
Penanaman Umbi Kentang G4
Penanaman kentang umbi G4 merupakan kelanjutan dari penanaman bibit
G3. Hasil panen dari penanaman kentang ini adalah umbi G5 yang merupakan
bibit lokal dan dijadikan kentang konsumsi. Secara umum pembibitan ini teknik
budidayanya sama dengan penanaman kentang pada generasi sebelumnya.
Perbedaannya saat penanaman yaitu penentuan jarak tanam. Kentang bibit jarak
tanam agak dirapatkan agar mendapatkan bibit yang banyak namun kecil-kecil
yaitu 76 cm x (15 cm - 35 cm), sedangkan kentang konsumsi agak direnggangkan
yaitu 76 cm x (25 cm - 45 cm). Penjarangan jarak tanam ini bertujuan agar
pertumbuhan tanaman dan umbi kentang sayur dapat lebih maksimal untuk
menghasilkan umbi kentang dengan ukuran yang lebih besar.
Kentang konsumsi dipanen pada umur 110-120 HST. Semakin lama umbi
dipanen maka kulit kentang akan semakin mengeras dan kuat selain itu umbi yang
dihasilkan semakin banyak. Umbi kentang konsumsi yang dihasilkan di Kebun
Purbasari Blok C seluas 8 hektar meliputi umbi ukuran AL (> 200 gram)
sebanyak 8 531 kg, umbi ukuran ABC (100-125 gram) sebanyak 101 650 kg,
umbi ukuran AR (< 100 gram) sebanyak 44 764 kg, dan umbi afkir sebanyak
8 478 kg, sehingga produksi umbi sebanyak 163 423 kg dan produktivitasnya
20.43 ton/ha.
64
Analisis Usaha Tani Kentang
Analisis usaha tani menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang diperoleh suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Besarnya
biaya produksi mempengaruhi tingkat penerimaan usaha tani. Semakin besar atau
semakin kecil biaya produksi yang dikeluarkan, maka penerimaan semakin rendah
atau semakin tinggi pula. Analisis usaha tani pembibitan kentang G0 Hikmah Farm
dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Analisis Usaha Tani Pembibitan Kentang G0 per 200 m2
No Komponen Volume Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
A Biaya Produksi 1 Greenhouse 200 m2 60 000 12 000 000 2 Planlet kultur jaringan 900 botol 25 000 22 500 000 3 Arang Sekam 480 kg 1 000 480 000 4 Unsur hara - Multigrand-K 0.21 kg 15 000 3 150 5 Upah Tenaga kerja - Penyiapan media 30 HOK 9 500 285 000 - Penanaman 60 HOK 9 500 570 000 - Penyiangan gulma 50 HOK 9 500 475 000 - Pemanenan 60 HOK 9 500 570 000 - Sortasi 120 HOK 9 500 11 400 000 - Keamanan 100 HOK 8 500 850 000 6 Biaya Listrik 1 musim tanam 1 200 000 1 200 000 7 Biaya Air 1 musim tanam 1 500 000 1 500 000 8 Pemeliharaan Alat 1 000 000 9 Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 52 833 150 5 283 315
Total Biaya Produksi 58 116 465 B Penerimaan 1 Bibit Ukuran L 6 300 2 500 15 750 000 2 Bibit Ukuran M 15 750 2 000 31 500 000 3 Bibit Ukuran S 12 600 1 500 18 900 000 4 Bibit Ukuran SS 18 900 1 000 18 900 000 5 Bibit Afkir/busuk 9 450 0 0
Total Penerimaan 85 050 000 C Pendapatan Usaha Tani Total Penerimaan - Total Biaya
Produksi 26 933 535
D R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi
1.46
Sumber : Perhitungan, 2009
Penerimaan yang diterima dari usaha tani bibit kentang G0 berasal dari total
penjualan bibit dari masing-masing ukuran, mulai dari ukuran L, M, S, dan SS. Bibit
afkir dan busuk tidak diperhitungkan, karena bibit kentang G0 untuk pembibitan
65
maka bibit afkir dan busuk dibuang atau dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri.
Penerimaan ini diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga
jual per satuan. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli
sarana produksi. Kebutuhan benih G0 di Hikmah Farm dipenuhi dari hasil produksi
sendiri di rumah kaca (greenhouse). Biaya yang dikeluarkan untuk membeli planlet
kultur jaringan sebesar Rp 22 500 000 untuk 900 botol.
Terdapat 6 bak bedengan di dalam rumah kaca yang masing-masing
berukuran 6 m x 1.5 m. Stek mini ditanam dengan jarak 5-10 cm x 5-10 cm. Jumlah
populasi dari stek mini hasil aklimatisasi kultur jaringan dalam setiap bak bedengan
sebanyak 2 400 tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang dalam setiap bak
bedengan masing-masing adalah 37.5 %, 43.75 %, 18.75 %, 50 %, 25 %, dan 50 %.
Pembibitan G0 tidak memerlukan pupuk dasar organik maupun anorganik,
karena penanaman stek di media arang sekam. Pengairan dilakukan bersamaan
dengan pemupukan dengan drip irrigation fertigation menggunakan pupuk
Multigrand-K. Biaya tak terduga dihitung sebesar 10 % dari total biaya produksi.
Pendapatan usaha tani merupakan selisih dari penerimaan usaha tani dengan biaya
produksi. Pendapatan yang diperoleh dari usaha tani kentang G0 sebesar
Rp 26 933 535. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha tani kentang G0 di Hikmah Farm
menguntungkan. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 1.46 artinya setiap
pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan penerimaan
sebesar Rp 1 460.
Hikmah Farm mengusahakan pembibitan kentang G1 di screenhouse.
Analisis biaya produksi pembibitan kentang G1 Hikmah Farm dapat dilihat pada
Tabel 17. Struktur biaya dan pendapatan pada usaha tani bibit Kentang G1 berbeda
dengan kelas bibit G0. Pembibitan kentang G1 dilakukan pada media tanah, namun
berada di dalam screenhouse, agar bibit tidak terserang virus serta hama dan penyakit.
Pendapatan yang diperoleh dari usaha tani kentang G1 sebesar Rp 25 496 828.
Nilai ini menunjukkan bahwa usaha tani kentang G1 di Hikmah Farm
menguntungkan walaupun nilai tersebut lebih rendah dibandingkan usaha pembibitan
kentang G0. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 2.01 artinya setiap
pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan penerimaan
sebesar Rp 2 010. Selain membudidayakan bibit kentang G0 dan G1, Hikmah Farm
juga mengusahakan pembibitan kentang G2 di lapang. Analisis usaha tani pembibitan
kentang G2 Hikmah Farm dapat dilihat pada Tabel 18.
66
Tabel 17. Analisis Usaha Tani Pembibitan Kentang G1 per 200 m2
No Komponen Volume Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
A Biaya Produksi 1 Greenhouse 200 m2 60 000 12 000 000 2 Bibit G0 - Bibit Ukuran L 360 umbi 2 500 900 000 - Bibit Ukuran M 600 umbi 2 000 1 200 000 - Bibit Ukuran S 1 800 umbi 1 500 2 700 000 - Bibit Ukuran SS 1 200 umbi 1 000 1 200 000 3 Pupuk - Organik 360 kg 110 39 600 - Anorganik 12 kg 1 500 18 000 - Guano 16 kg 2 500 40 000 4 Unsur hara - Multigrand-K 0.09 kg 15 000 1 350 5 Pestisida - aminil 0.12 kg 112 500 13 500 - acrobat 0.012 kg 600 000 7 200 - aquarez 0.027 l 110 000 2 970 - alika 30 ml 300 9 000 - equation 24 g 250 6 000 - agrifos 0.12 l 45 000 5 400 - Basamid 8 000 g 48 384 000 6 Upah Tenaga kerja - Pengolahan Tanah 20 HOK 12 000 480 000 - Pemupukan Dasar 20 HOK 12 000 240 000 - Penanaman 20 HOK 9 500 190 000 - Penyiangan gulma 20 HOK 9 500 190 000 - Pembumbunan 10 HOK 12 000 120 000 - Pengendalian HPT 81 HOK 9 500 769 500 - Pemanenan 20 HOK 9 500 380 000 - Sortasi 120 HOK 9 500 1 140 000 - Keamanan 100 HOK 8 500 850 000 7 Pemeliharaan Alat 1 000 000 8 Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 22 886 520 2 288 652 Total Biaya Produksi 25 175 172
B Penerimaan 1 Bibit Ukuran XL 1 608 umbi 1 000 1 608000 2 Bibit Ukuran L 6 435 umbi 1 500 9 652 500 3 Bibit Ukuran M 8 043 umbi 1 500 12 064 500 4 Bibit Ukuran S 9 652 umbi 2 500 24 130 000 5 Bibit Ukuran SS 3 217 umbi 1 000 3 217 000 6 Bibit Afkir/Busuk 3 217 umbi 0 - Total Penerimaan 50 672 000
C Pendapatan Usaha Tani Total Penerimaan (-) Total Biaya Produksi
25 496 828
D R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi
2.01
Sumber : Perhitungan, 2009
67
Tabel 18. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G2 per hektar
No Komponen Volume Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
A Biaya Produksi 1 Lahan 1 ha 5 000 000 5 000 000 2 Benih G1 - Bibit Ukuran L 8 000 umbi 1 500 12 000 000 - Bibit Ukuran M 10 000 umbi 1 500 15 000 000 - Bibit Ukuran S 16 000 umbi 2 500 40 000 000 3 Pupuk - Organik 18 000 kg 110 1 980 000 - PHE 200 kg 5 500 1 100 000 - Ponska 500 kg 1 750 875 000 - Superfos 600 kg 1 500 900 000 - Urea 100 kg 1 200 120 000 - KST 200 kg 2 500 500 000 - Kornkali 150 kg 2 500 375 000 - Guano 800 kg 2 500 2 000 000 4 Unsur hara - Multigrand-K 3 kg 15 000 45 000 5 Pestisida - aminil 6 kg 112 500 675 000 - acrobat 0.6 kg 600 000 360 000 - aquarez 1.35 l 110 000 148 500
- alika 1 500 ml 300 450 000 - equation 1 200 g 250 300 000 - agrifos 6 l 45 000 270 000 6 Upah Tenaga kerja - Pengolahan Tanah 76HOK 12 000 912 000 - Pemupukan Dasar 38 HOK 12 000 456 000 - Penanaman 50 HOK 8 500 425 000 - Penyiangan gulma 38 HOK 8 500 323 000 - Pembumbunan 38 HOK 12 000 456 000 - Pengendalian HPT 81 HOK 9 500 769 500 - Pemanenan 114 HOK 8 500 969 000 - Sortasi 270 HOK 8 500 2 295 000 - keamanan 100 HOK 8 500 8 500 000 7 Pemeliharaan Alat 1 000 000 8 Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 90 509 000 9 050 900
Total Biaya Produksi 99 559 900 B Penerimaan 1 Bibit Ukuran XL 304 kg 3 500 861 000 2 Bibit Ukuran L 3 667 kg 15 000 44 550 000 3 Bibit Ukuran M 9 112 kg 18 000 132 840 000 4 Bibit Ukuran S 6 074 kg 23 000 113 137 000 5 Bibit Afkir 364 kg 2 500 735 000
Total Penerimaan 292 123 000 C Pendapatan Usaha Tani Total Penerimaan (-)Total
Biaya Produksi 196 563 100
D R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi
1.97
Sumber : Perhitungan, 2009
68
Penerimaan usaha tani bibit kentang G2 diperoleh dari total produksi yang
dihasilkan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga bibit kentang masing-
masing kelas. Bibit ukuran XL dijual dengan harga Rp 3 500, karena bibit ini dijual
sebagai kentang konsumsi bukan untuk pembibitan. Sama halnya dengan kentang
afkir yaitu kentang yang secara fisik tidak bagus seperti belah karena cangkul dan
terserang hama dan penyakit. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang dari
kotoran sapi, pupuk hayati, dan pupuk kimia.
Penggunaan pestisida disesuaikan dengan umur tanaman kentang. Fungsi dari
pemberian perekat untuk pestisida yaitu untuk meningkatkan efektifitas atau daya
kerja pestisida, dengan melekatkan dan meratakan butiran semprot pada daun
sehingga tidak mudah tercuci oleh hujan.
Tenaga kerja yang mengelola usaha tani bibit kentang G2 merupakan tenaga
kerja borongan dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja harian yaitu tenaga kerja yang
bekerja secara harian dengan gaji Rp 9 500 untuk pekerja laki-laki dan Rp 8 500
untuk pekerja perempuan. Tenaga kerja borongan dibayar sesuai dengan prestasi kerja
dengan rata-rata pendapatan Rp 12 000 per hari.
Pendapatan yang diperoleh dari usaha tani kentang G2 sebesar
Rp 196 563 100. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha tani kentang G2 di Hikmah
Farm sangat menguntungkan. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan usaha
pembibitan kentang G1. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 1.97 artinya
setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan
penerimaan sebesar Rp 1 970. Selain membudidayakan bibit kentang G2 di lapang.
Hikmah Farm juga mengusahakan pembibitan kentang G3. Analisis usaha tani
pembibitan kentang G3 Hikmah Farm dapat dilihat pada Tabel 19.
69
Tabel 19. Analisis Usaha Tani Pembibitan Kentang G3 per hektar
No Komponen Volume Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
A Biaya Produksi 1 Lahan 1 ha 5 000 000 5 000 000 2 Benih G2 - Bibit Ukuran L 800 kg 15 000 12 000 000 - Bibit Ukuran M 600 kg 18 000 10 800 000 - Bibit Ukuran S 600 kg 23 000 13 800 000 3 Pupuk - Organik 18 000 kg 110 1 980 000 - PHE 200 kg 5 500 1 100 000 - Ponska 500 kg 1 750 875 000 - Superfos 600 kg 1 500 900 000 - Urea 100 kg 1 200 120 000 - KST 200 kg 2 500 500 000 - Kornkali 150 kg 2 500 375 000 - Guano 800 kg 2 500 2 000 000 4 Unsur hara - Multigrand-K 3 kg 15 000 45 000 5 Pestisida - aminil 6 kg 112 500 675 000 - acrobat 0.6 kg 600 000 360 000 - aquarez 1.35 l 110 000 148 500
- alika 1 500 ml 300 450 000 - equation 1 200 g 250 300 000 - agrifos 6 l 45 000 270 000 6 Upah Tenaga kerja - Pengolahan Tanah 76HOK 12 000 912 000 - Pemupukan Dasar 38 HOK 12 000 456 000 - Penanaman 50 HOK 8 500 425 000 - Penyiangan gulma 38 HOK 8 500 323 000 - Pembumbunan 38 HOK 12 000 456 000 - Pengendalian HPT 81 HOK 9 500 769 500 - Pemanenan 114 HOK 8 500 969 000 - Sortasi 270 HOK 8 500 2 295 000 - keamanan 100 HOK 8 500 8 500 000 7 Pemeliharaan Alat 1 000 000 8 Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 60 209 000 6 020 900
Total Biaya Produksi 66 229 900 B Penerimaan 1 Bibit Ukuran XL - - - 2 Bibit Ukuran L 933 kg 9 000 8 397 000 3 Bibit Ukuran M 7 334 kg 11 000 80 674 000 4 Bibit Ukuran S 4 902 kg 11 000 53 922 000 5 Bibit Afkir 93 kg 2 500 232 500
Total Penerimaan 143 225 500 C Pendapatan Usaha Tani Total Penerimaan (-) Total
Biaya Produksi 76 995 600
D R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi
2.16
Sumber : Perhitungan, 2009
70
Struktur biaya dan pendapatan pada usaha tani bibit Kentang G3 tidak jauh
berbeda dengan kelas bibit G2. Hal ini disebabkan teknik budidaya yang diterapkan
tidak jauh berbeda.
Penerimaan usaha tani bibit kentang G3 diperoleh dari total produksi yang
dihasilkan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga bibit kentang masing-
masing kelas. Pembibitan kentang G3 tidak menghasilkan bibit ukuran XL, karena
saat panen jumlah umbi G3 sedikit dan tidak terlalu besar untuk ukuran XL. Kentang
afkir dijual dengan harga Rp 2 500 sebagai kentang konsumsi.
Tingkat pendapatan pada pembibitan G3 di Hikmah Farm lebih rendah dari
pada pembibitan G2 yaitu sebesar Rp 76 995 600. Hal ini disebabkan oleh harga jual
bibit G2 lebih tinggi dari harga jual bibit G3. Namun demikian usaha tani pembibitan
G3 masih menguntungkan. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 2.16 artinya
setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan
penerimaan sebesar Rp 2 160. Hikmah Farm juga mengusahakan pembibitan kentang
G4. Analisis usaha tani pembibitan kentang G4 Hikmah Farm dapat dilihat pada
Tabel 20.
Biaya produksi seperti pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja pada
pembibitan kentang G4 tidak jauh berbeda dengan pembibitan kentang G2 maupun
G3. Begitu pula dengan teknik budidaya yang diterapkan tidak jauh berbeda sebab
penanaman dilakukan di lapang. Pendapatan yang diperoleh dari pembibitan kentang
G4 yaitu sebesar Rp 58 106 600. Nilai R/C atas biaya produksi adalah sebesar 2.20
artinya setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1 000 akan mendapat imbalan
penerimaan sebesar Rp 2 200.
Pembibitan kentang G4 tidak terdapat bibit afkir. Bibit afkir saat dipanen
termasuk dalam kriteria bibit busuk. Bibit busuk ikut dipanen namun tidak dijual
melainkan dibuang di dekat lahan penanaman.
71
Tabel 20. Analisis Biaya Produksi Pembibitan Kentang G4 per hektar
No Komponen Volume Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
A Biaya Produksi 1 Lahan 1 ha 5 000 000 5 000 000 2 Benih G3 - Bibit Ukuran L 800 kg 9 000 7 200 000 - Bibit Ukuran M 600 kg 11 000 6 600 000 - Bibit Ukuran S 600 kg 11 000 6 600 000 3 Pupuk - Organik 18 000 kg 110 1 980 000 - PHE 200 kg 5 500 1 100 000 - Ponska 500 kg 1 750 875 000 - Superfos 600 kg 1 500 900 000 - Urea 100 kg 1 200 120 000 - KST 200 kg 2 500 500 000 - Kornkali 150 kg 2 500 375 000 - Guano 800 kg 2 500 2 000 000 4 Unsur hara - Multigrand-K 3 kg 15 000 45 000 5 Pestisida - aminil 6 kg 112 500 675 000 - acrobat 0.6 kg 600 000 360 000 - aquarez 1.35 l 110 000 148 500
- alika 1 500 ml 300 450 000 - equation 1 200 g 250 300 000 - agrifos 6 l 45 000 270 000 6 Upah Tenaga kerja - Pengolahan Tanah 76HOK 12 000 912 000 - Pemupukan Dasar 38 HOK 12 000 456 000 - Penanaman 50 HOK 8 500 425 000 - Penyiangan gulma 38 HOK 8 500 323 000 - Pembumbunan 38 HOK 12 000 456 000 - Pengendalian HPT 81 HOK 9 500 769 500 - Pemanenan 114 HOK 8 500 969 000 - Sortasi 270 HOK 8 500 2 295 000 - keamanan 100 HOK 8 500 850 000 7 Pemeliharaan Alat 1 000 000 8 Lain-lain - Biaya tak terduga 10% 43 909 000 4 390 900
Total Biaya Produksi 48 299 900 B Penerimaan 1 Bibit Ukuran XL - - - 2 Bibit Ukuran L 3 734 kg 6 500 24 271 000 3 Bibit Ukuran M 5 798 kg 8 500 49 283 000 4 Bibit Ukuran S 3 865 kg 8 500 32 852 500 5 Bibit Afkir - - -
Total Penerimaan 106 406 500 C Pendapatan Usaha
Tani Total Penerimaan (-)Total Biaya
Produksi 58 106 600
D R/C Total Penerimaan : Total Biaya Produksi
2.20
Sumber : Perhitungan, 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Produktivitas paling tinggi pada pembibitan kentang G2 yaitu kebun
Ciarileu Blok 2 sebesar 34.41 ton/ha. Tingginya produktivitas di kebun Ciarileu
dipengaruhi oleh penggunaan umbi yang dipakai saat penanaman, iklim, cuaca,
serta teknik budidaya tanaman. Produktivitas pembibitan kentang G3 di kebun
Ciarileu Blok 2 sebesar 16.40 ton/ha. Produktivitas paling tinggi pada pembibitan
kentang G4 yaitu kebun Gambung Blok Panarikan 1 adalah sebesar 22.28 ton/ha.
Walaupun keadaan tanah di kebun Gambung Blok panarikan 1 tidak cukup bagus
namun bila diimbangi dengan teknik budidaya yang benar dan tepat akan
menghasilkan produksi yang tinggi. Keberhasilan produksi kentang didukung oleh
penerapan budidaya yang tepat disamping syarat agroklimat.
Saran
Perluasan areal lahan perlu dilakukan agar menghasilkan produksi yang
lebih maksimal mengingat meningkatnya jumlah permintaan terhadap kentang.
Peningkatan manajemen usaha tani, perbaikan budidaya, dan pasca panen dapat
mendukung peningkatan produktivitas kentang. Untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas sumberdaya manusia sistem manajemen yang baik sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. 485 hal.
Astawan, M. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi.
http://www.gizi.net. [18 Mei 2008]. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2008. Perbanyakan Benih Kentang Generasi
Nol (G0) Secara Cepat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Utara. 6 hal.
Departemen Pertanian. 2008. Data Statistik Departemen Pertanian.
http://www.deptan.go.id. [28 November 2008]. Haluoleo, J. 2009. Sertifikasi Benih. http://Jefri-Agronomi.blogspot.com.
[09 Desember 2009]. Hardjowigeno, S., Widiatmaka, dan A.S. Yogaswara. 1999. Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Tanah. Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah, IPB. Bogor. 225 hal.
Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
250 hal. Martodireso, S. dan W.A. Suryanto. 2001. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam
Era Pertanian Organik, Budidaya Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta. 78 hal.
Novary, E.W. 1999. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya.
Jakarta. 197 hal. Pitojo, S. 2004. Benih Kentang. Kanisius. Yogyakarta. 131 hal. Prabowo, D.W. 2005. Analisis Pendapatan Usaha Tani Dan Pengembangan Usaha
Benih Kentang Bersertifikat di PD. Hikmah, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 109 hal.
Prabowo, Y. 2007. Budidaya Kentang. http://www.blogspot.com. [18 Mei 2008]. Pracaya. 2003. Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 417 hal. Prihmantoro, H. dan Y.H. Indriani. 1998. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk
Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta. 122 hal.
74
Purwito, A. dan G.A. Wattimena. 2008. Kombinasi Persilangan dan Seleksi In Vitro untuk Mendapatkan Kultivar Unggul Kentang. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 93 hal.
Rahardi, F., R. Palungkun, dan A. Budiarti. 1993. Agribisnis Tanaman Sayur.
Penebar Swadaya. Jakarta. 50 hal. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia I. Prinsip, Produksi, dan
Gizi. Jilid I. Institut Teknik Bandung. Bandung. 313 hal. Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 115 hal. Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 845 hal. Sinar Tani. 2009. Membangun Kemandirian Agribisnis. http://www.sinartani.com.
[25 Agustus 2009]. Suhardi. 1984. Masalah Penyakit Hawar Daun (Phytophtora infestans) pada
Tanaman Kentang dan Upaya Penanggulangannya. Seminar Hama dan Penyakit Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Cipanas. 25-29 hal.
Sumoprastowo, R.M. 2000. Memilih dan Menyimpan Sayur-Mayur, Buah-Buahan,
dan Bahan Makanan. Bumi Aksara. Jakarta. 89 hal. Sutedjo, M.M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hal. Umboh, A.H. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta. 89 hal. Waluya, A. 2009. Aklimatisasi Planlet Hasil Perbanyakan Secara Kultur Jaringan.
http://www.waluya.blogspot.com/2009/02/aklimatisasi-planlet-hasil-perbanyakan. [09 Desember 2009].
Wattimena, G.A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu dan Kultivar
Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kentang di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 86 hal.
Williams, C.N., J.O. Uzo, and W.T.H Peregrine. 1993. Produksi Sayuran Daerah
Tropika. Dalam G. Tjitrosoepomo. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Wirawan, B. dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar
Swadaya. Jakarta. 120 hal. Zacky. 2009. Tahapan Perbanyakan Tanaman Kentang Melalui Kultur Jaringan.
http://zacky-zone89.blogspot.com. [09 Desember 2009].
LAMPIRAN
76
Lampiran 1. Luas lahan, Produksi, dan Produktivitas Kentang di Indonesia
Tahun 2003-2007
Tahun Luas (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
2003 65 923 1 009 979 15.32
2004 65 420 1 072 040 16.39
2005 61 557 1 009 619 16.40
2006 59 748 1 011 911 16.94
2007 62 375 1 003 732 16.09 Sumber : Deptan, 2008
Lampiran 2. Data Curah Hujan Pangalengan Tahun 2007-2009
2007 2008 2009 Bulan
Jumlah Curah
Hujan (mm)
Jumlah Curah
Hujan (mm)
Jumlah Curah
Hujan (mm)
Januari 99 199 336
Februari 397 166 415
Maret 330 425 284
April 389 338 223
Mei 167 132 222
Juni 134 7 151
Juli - - *
Agustus - 80 *
September 8 45 *
Oktober 170 303 *
November 278 455 *
Desember 424 333 *
Jumlah 2 396 2 483 * Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, 2009
Keterangan : (-) : tidak ada hujan
(*) : data belum ada
77
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan di Hikmah Farm
Tanggal Uraian Prestasi Kerja Keterangan Kegiatan Penulis Standar Pekerja (m2/HK)
13 Feb 2009 Penyortiran kentang 302.5 kg - 495 kg Gd. Legok Bako 14 Feb 2009 Penyortiran kentang 192.5 kg - 357.5 kg Gd. Legok Bako 15 Feb 2009 Penyortiran kentang 357.5 kg - 453.75 kg Gd. Legok Bako 16 Feb 2009 Penanaman kentang 141.44 240 261.76 Kebun Ciarileu 17 Feb 2009 Pembukaan lahan 95.68 128 124.8 Kebun Kiara Jeuntas 18 Feb 2009 Penyiangan gulma 186.96 310.08 296.4 Kebun Kiara Jeuntas 19 Feb 2009 Penanaman stek kentang - - - Greenhouse 21 Feb 2009 Pengendalian HPT - 5 5.5 Kebun Pasir Hayam 22 Feb 2009 Penyortiran kentang 605 kg - 687.5 kg Gd. Legok Bako 23 Feb 2009 Pemanenan kentang 78.08 80 80 Kebun Purbasari 24 Feb 2009 Pemanenan kentang G0 18 24 24 Greenhouse 25 Feb 2009 Pemanenan kentang 75.20 80 78.08 Kebun Gambung 26 Feb 2009 Penyortiran kentang 302.5 kg - 261.25 kg Gd. Kuning 28 Feb 2009 Pemupukan dasar 218.8 320 273.53 Kebun Kiara Jeuntas 01 Mar 2009 Pemupukan dasar 240.08 320 300.96 Kebun Kiara Jeuntas 02 Mar 2009 Penanaman kentang 205.28 240 251.52 Kebun Kiara Jeuntas 03 Mar 2009 Pemeriksaan tanaman kentang - - - Kebun Kiara Jeuntas, Ciarileu,
Gambung, dan Gd. Legok Bako 04 Mar 2009 Penyortiran kentang 385 kg - 440 kg Gd. Ritel 05 Mar 2009 Penyortiran kentang 302.5 kg - 220 kg Gd. Ritel 07 Mar 2009 Penyortiran kentang 330 kg - 412.5 kg Gd. Hitam 08 Mar 2009 Pemupukan dasar 257.28 320 328 Kebun Kiara Jeuntas 09 Mar 2009 Penyiangan gulma 200.64 310.08 319.2 Kebun Sukamenak 10 Mar 2009 Penanaman stek kentang - - - Greenhouse 11 Mar 2009 Pemanenan kentang 81.92 80 86.08 Kebun Ciarileu
78
12 Mar 2009 Penanaman kentang 251.52 240 300.96 Kebun Pajaten 14 Mar 2009 Penyortiran kentang 522.5 kg - 550 kg Gd. Kuning 15 Mar 2009 Penanaman stek kentang - - - Greenhouse 16 Mar 2009 Penyiangan gulma pada
tanaman kubis 223.44 310.08 342 Kebun Legok Bako
17 Mar 2009 Penyortiran kentang sayur 412.5 kg - 467.5 kg Gd. Ritel 18 Mar 2009 Pengendalian HPT - 5 6 Kebun Kiara Jeuntas 19 Mar 2009 Penyortiran kentang 440 kg - 385 kg Gd. Kuning 21 Mar 2009 Pemasangan mulsa plastik - - - Kebun Sukamenak 22 Mar 2009 Penyortiran kentang 220 kg - 320.5 kg Gudang Utara 23 Mar 2009 Penyiangan gulma 232.56 310.08 310.08 Kebun Sukamenak 24 Mar 2009 Pemupukan susulan 500 750 750 Kebun Cibuluh 25 Mar 2009 Penyortiran kentang 302.5 kg - 247.5 kg Gd. Kuning 26 Mar 2009 Penyiangan gulma pada
tanaman kubis 250.8 310.08 314.64 Kebun Ciarileu
28 Mar 2009 Penyortiran kentang 467.5 kg - 522.5 kg Gd. Kuning 29 Mar 2009 Penyiangan gulma pada
tanaman kubis 250.8 310.08 323.76 Kebun Ciarileu
30 Mar 2009 Penanaman stek kentang - - - Greenhouse 31 Mar 2009 Pengobatan bibit - - - Gd. Hitam 1 April 2009 Penyortiran kentang 577.5 kg - 605 kg Gd. Ritel 2 April 2009 Penyortiran kentang 357.5 kg - 330 kg Gd. Kuning 4 April 2009 Penyortiran kentang 412.5 kg - 440 kg Gd. Selatan 5 April 2009 Penanaman stek kentang - - - Greenhouse 6 April 2009 Penyiangan gulma 255.36 310.08 319.2 Kebun Kiara Jeuntas 7 April 2009 Penyortiran kentang 357.5 kg - 412.5 kg Gd. Hitam 8 April 2009 Penyiangan gulma 278.16 310.08 310.08 Kebun Kiara Jeuntas
11 April 2009 Penyiangan gulma 260.4 310.08 328.32 Kebun Sukamenak 12 April 2009 Pemanenan kentang 80 96 Kebun Gambung
79
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Asisten Mandor di Hikmah Farm
Tanggal Uraian Prestasi Kerja Keterangan Kegiatan Jumlah Pekerja
yang Diawasi (orang)
Prestasi Kerja Pekerja (m2/HK)
Lama Kegiatan (jam)
13 April 2009 Pembumbunan tanah 9 365.92 4 Kebun Kiara Jeuntas 14 April 2009 Penyortiran kentang 13 357.5 5.5 Gd. Kuning 15 April 2009 Pengolahan tanah 13 116 5.5 Kebun Sukamenak 16 April 2009 Pemanenan kentang 38 80 4.5 Kebun Purbasari 17 April 2009 Pengolahan tanah 24 60 3 Kebun Ciarileu 18 April 2009 Penyortiran kentang 13 495 5.5 Gd. Kuning 20 april 2009 Pemanenan kentang 80 86.08 5 Kebun Ciarileu 21 April 2009 Pemanenan kentang 80 91.2 5 Kebun Ciarileu 22 April 2009 Penyortiran kentang sayur 6 453.75 5.5 Gd. Ritel 23 April 2009 Pengemasan produk keripik
kentang 3 - 9.5 Ruang Pengemasan
24 April 2009 Penyortiran Kentang 8 687.5 5.5 Gd. Selatan 25 April 2009 Penyiangan gulma (kubis) 23 342 4.5 Kebun Ciarileu 26 April 2009 Persiapan tanam stek kentang 9 158.4 5.5 Greenhouse 28 April 2009 Pemupukan 30 273.53 4.5 Kebun Ciarileu 29 April 2009 Pemanenan kentang 80 77.52 5 Kebun Ciarileu 30 April 2009 Penanaman stek kentang 6 - 5.5 Greenhouse 1 Mei 2009 Pengolahan tanah 24 165.76 3 Kebun Ciarileu 2 Mei 2009 Penyemprotan pestisida 9 5 500 5 Kebun Kiara Jeuntas 4 Mei 2009 Penanaman stek kentang 6 - 5.5 Greenhouse 5 Mei 2009 Pemasangan mulsa plastik 8 - 5.5 Greenhouse 6 Mei 2009 Penyortiran kentang 11 261.25 5.5 Gd. Kuning 7 Mei 2009 Pembumbunan kentang 31 355.68 4.5 Kebun Ciarileu 8 Mei 2009 Pembumbunan tanah 23 86.64 3 Kebun Sukamenak 9 Mei 2009 Pemanenan kentang 35 82.08 4.5 Kebun Kiara Jeuntas 11 Mei 2009 Pemanenan kentang 37 - 4.5 Kebun Kiara Jeuntas
80
Lampiran 5. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Asisten Kepala Kebun di Hikmah Farm
Tanggal Uraian Prestasi Kerja Keterangan Kegiatan Jumlah Mandor yang
Diawasi (orang) Lama Kegiatan (jam)
13 Mei 2009 Pengolahan tanah 3 5 Kebun Ciarileu 14 Mei 2009 Penyortiran kentang 1 5.5 Gd. Ritel 15 Mei 2009 Pengolahan tanah 4 3 Kebun Ciarileu 16 Mei 2009 Pemanenan kentang 4 5 Kebun Gambung 18 Mei 2009 Pemanenan kentang 4 5 Kebun Gambung 19 Mei 2009 Pemanenan kentang 7 5 Kebun Pajaten 20 Mei 2009 Pemanenan kentang 4 5 Kebun Kiara Jeuntas 21 Mei 2009 Pemanenan kentang 4 5.5 Kebun Kiara Jeuntas 22 Mei 2009 Pengolahan tanah 3 3 Kebun Ciarileu 23 Mei 2009 Penyemprotan pestisida 1 4 Kebun Pajaten 25 Mei 2009 Pemanenan kentang 4 5.5 Kebun Purbasari 26 Mei 2009 Pemanenan kentang 7 5 Kebun Pajaten 27 Mei 2009 Penyortiran kentang 1 5.5 Gd. Selatan 28 Mei 2009 Pembumbunan tanah 3 4.5 Kebun Ciarileu 29 Mei 2009 Pengolahan tanah 3 3 Kebun Cikole 30 Mei 2009 Pendataan gudang - 4 Gd. Selatan 1 Juni 2009 Pendataan gudang - 4 Gd. Kuning 2 Juni 2009 Penggasan kentang 1 4.5 Gd. Legok Bako 3 Juni 2009 Penanaman jagung 3 4.5 Kebun Legok Bako 4 Juni 2009 Pengolahan tanah 3 4.5 Kebun Sukamenak 5 Juni 2009 Pemupukan 3 3 Kebun Sukamenak 6 Juni 2009 Penyemprotan pestisida 1 5 Kebun Ciarileu 8 Juni 2009 Pemasaran kentang - 4 Pasar Pangalengan 9 Juni 2009 Pemupukan 3 4.5 Kebun Pasir angin 10 Juni 2009 Balai Benih Kentang - - Balai Benih Umbi 11 Juni 2009 Penanaman kentang 3 4.5 Kebun Ciarileu 12 Juni 2009 Administrasi kantor - - Kantor
81
Lampiran 6. Kriteria Kesuaian Lahan untuk Kentang
Kualitas/Karakteristik Kelas Kesesuaian Lahan
Lahan S1 S2 S3 N1 N2 Temperatur (t)
- Rata - rata tahunan (0C) 16 -18 >18 – 20 14 - <16
>20 – 23 12 - <14 Td
>23 <12
Ketersediaan Air (w)
- Bulan kering (<75 mm) 3 -7 7- 8 <3 >8 - 9 Td >9
- Curah Hujan (mm) 750 – 3 000 >3000 - - - 500 - <750 400 - <500 Td <400 - LGP (hari) 150 -270 120 - 170 90 - 120 80 -90 <80 Media Perakaran (r)
- Drainase Tanah Baik Sedang Agak
terhambat, Terhambat Sangat Cepat,
Agak Cepat Sangat
Terhambat
- Tekstur L, SCl,
SiL, Si, CL LS, SL,
SiCL, SC SiC, Str C, C Kerikil pasir,
liat masif - Kedalaman Efektif (cm) > 75 50 – 75 30 - <50 Td < 30 - Gambut
a. Kematangan - Saprik Hemik Hemik - Fibrik Fibrik
b. Ketebalan (cm) - < 100 100 -150 >150 - 200 > 200 Retensi hara (f) - KTK Tanah ≥ Sedang Rendah Sangat rendah Td - -pH Tanah 5.5 - 6.5 >6.5 - 7.0 >7.0 - 7.5 >7.5 – 8.0 >8.0 5.0 - <5.5 4.5 - <5.0 4.0 - 4.5 <4.0 - C-Organik (%) >0.8 >0.8 Td Td Td Kegaraman (c) - Salinitas (mmhos/cm) <2 2 -3.5 >3.5 - 6 >6 - 7 >7 Toksisitas (x) - Kejenuhan Al (%) - Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 50 -<75 40 - <50 < 40 Hara Tersedia (n) - Total N ≥ Rendah Sangat rendah - - - - P2O5 ≥ Sedang Rendah Sangat rendah - - - K2O ≥ Rendah Sangat rendah - - - Kemudahan pengelolaan (p) - - Sangat keras, - Berkerikil, sangat teguh Berbatu sangat lekat Terrain / Potensi mekanisasi - Lereng (%) <3 3 – 8 >8 - 15 >15 - 25 >25 - Batuan permukaan (%) <3 3 – 15 >15 - 40 Td >40 - Singkapan batuan (%) <2 2 -10 >10 -25 >25 -40 >40 Tingkat bahaya erosi (e) SR R S B SB Bahaya banjir (b) F0 F1 F2 F3 F4
Keterangan: Td : Tidak berlaku Si : Debu S : Pasir L : Lempung Str C : Liat berstruktur Liat masif : Liat dari tipe 2:1 (Vertisols) Sumber : Hardjowigeno, 1999
82
Lampiran 7. Layout Lokasi Kebun Hikmah Farm
Keterangan : 1 a. Gudang pupuk anorganik 6. Kebun Purbasari b. Gudang kentang konsumsi 7 a. Gudang bibit
c. Gudang pestisida b. Grenhouse d. Kantor 8. Kebun Pasir Angin 2. Gudang kentang konsumsi 9. Kebun Cikole 3. Kebun Kiara Jeuntas 10. Kebun Pasir Hayam 4 a. Kebun Legok Bako 11. Kebun Pajaten b. Gudang Legok Bako 12. Kebun Ciarileu 5. Kebun Gambung
U 5
6
7 a 7 b 4 b 1 d 4 a 1 c
8 1 b 3 1 a
9 2
10 12 11
83
Lampiran 8. Contoh Form untuk Produksi BiBit Kentang Bersertifikat
1. Nama Produsen : Aep Saepulloh / Hikmah Farm
2. No Induk / Musim Tanam : JK.1/KnDD.2/1.081 / 2008-2009
3. Asal Lapangan / Luas : Pasir Hayam I / 1.0 Ha
4. Kelas Benih : G2
5. Varietas : Granola
6. No. Lot : HM/2/Scr/Psh I
7. Tanggal Panen : 2 Maret 2009
8. Tonase Panen : 22.717 Ton
9. Tonase Calon Benih : 15.546 Ton
10. Tanggal Sortir Akhir : 4 Mei 2009
11. Tonase Benih : 11.525 Ton
12. Jumlah Wadah : 549 @ 21 Kg
13. Tanggal Diperiksa : 5 Mei 2009
14. Kesimpulan : Lulus / Tidak Lulus / Ulang
*) coret yang tidak perlu
Poin 1 s/d 10 harap diisi oleh penangkar sebelum diperiksa
Poin 11 s/d 14 diisi oleh petugas BPSBTPH setelah pemeriksaan umbi selesai
Penangkar Petugas BPSBTPH
Aep Saepulloh Taufik F
84
Lampiran 9. Harga Kentang Bibit G0, G1, G2, G3, dan G4
Kelas Umbi Ukuran Umbi Harga (Rp) per kg
G0 per umbi 2 500
G1 per umbi 1 500
G2 L 18 000
M 20 000
S 25 000
G3 L 9 000
M, S 13 000
G4 L 6 500
M, S 8 500
Sumber : Bag. Gudang Hikmah Farm, 2008
85
Lampiran 10. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Lion Superindo Tahun 2008
Bulan Jumlah (kg) Harga per kg (Rp) Total Nilai (Rp)
Januari 233 7 300 1 699 363
Februari 255 7 400 1 890 400
Maret 264 7 400 1 969 875
April 215 7 400 1 600 125
Mei 329 7 400 2 445 280
Juni 263 7 400 1 952 493
Juli 128 7 400 956 250
Agustus 77 7 400 569 500
September 43 7 400 318 750
Oktober 128 7 400 956 250
November 140 7 500 1 051 875
Desember 140 8 200 1 157 063 Sumber : Bag. Pemasaran Hikmah Farm, 2008
Lampiran 11. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Makro
Indonesia Tahun 2008 Bulan Jumlah (kg) Harga per kg (Rp) Total Nilai (Rp)
Januari 1 473 4 500 6 494 595
Februari 1 702 4 500 7 714 770
Maret 595 4 900 2 919 750
April 1 350 4 800 6 496 975
Mei 1 454 5 000 7 312 125
Juni 757 5 400 4 145 875
Juli 1 704 4 700 8 027 188
Agustus 2 523 4 700 12 003 275
September 2 185 5 000 11 056 375
Oktober 833 5 800 4 855 625
November 1 305 6 300 8 234 375
Desember 1 779 6 900 12 442 513 Sumber : Bag. Pemasaran Hikmah Farm, 2008
86
Lampiran 12. Harga Penjualan Kentang di Supermarket PT Yogya Toserba Tahun 2008
Bulan Jumlah (kg) Harga per kg (Rp) Total Nilai (Rp)
Januari 5 347 6 300 33 360 375
Februari 5 825 6 100 35 632 425
Maret 5 955 5 900 35 451 588
April 6 160 6 200 38 753 838
Mei 6 889 6 300 42 679 563
Juni 5 469 6 300 34 562 488
Juli 7 008 6 200 43 799 438
Agustus 12 253 5 900 73 204 338
September 13 676 6 204 84 853 375
Oktober 7 446 6 400 47 789 125
November 8 758 6 900 60 809 000
Desember 13 573 7 200 98 620 825 Sumber : Bag. Pemasaran Hikmah Farm, 2008
Top Related