1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupa-
kan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa,
sehingga melalui pendidikanlah bangsa akan tegak dan mampu menjaga martabat.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat serta mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang unggul.
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa
tujuan utama kegiatan pembelajaran di sekolah yaitu menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan, dapat menarik minat dan antusias siswa serta dapat memotivasi
siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat, sebab dengan suasana
belajar yang menyenangkan akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi
belajar yang optimal. Prestasi belajar siswa merupakan suatu indikasi dari perubahan-
perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar-mengajar.
Dari prestasi inilah dapat dilihat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi
pelajaran.
2
Demikian juga halnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
seorang guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
bervariasi yang dapat memotivasi siswa untuk belajar serta menumbuhkan daya
kreatifitas siswa. Karena IPS pada jenjang pendidikan dasar memfokuskan kajiannya
kepada hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan
dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan
melalui kajian ini ditunjukan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam
kehidupan masyarakat.
Secara umum pendidikan IPS memiliki tujuan sebagai berikut: (a) mengenal
konsep konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan lingkungannya,
(b) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (c)
memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan
(d) memiliki kemampuan berkomunikasi, kerjasama dan kompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global (Depdiknas, 2006:124).
Kemampuan dan keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang
digunakan oleh guru di kelas. Guru diharapkan mampu menggunakan model
pembelajaran yang lebih bervariasi dan dapat membangkitkan daya kreatifitas dan
motivasi untuk belajar secara mandiri dan bekerja sama dengan siswa yang lain
melalui kelompok-kelompok belajar siswa. Model pembelajaran yang monoton akan
mengurangi motivasi siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan karena siswa merasa
jenuh dengan pola pembelajaran yang sama terus menerus (Solihatin dan
Raharjo,2005:3).
Agar tidak terjadi kejenuhan pada siswa, maka diperlukan usaha dari seorang
guru untuk membentuk kondisi pembelajaran yang kondusif. Sekolah merupakan
tempat bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kerjasama dan
kompetensi dalam masyarakat majemuk. Sekolah juga tempat siswa belajar mengenai
3
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang akan mereka terapkan kelak dikehidupan
masyarakat berikutnya, baik dijenjang pendidikan formal maupun informal.
Menurut Slameto (2003:34), dalam mengajar yang dipentingkan adanya
partisipasi antara guru dan siswa. Guru merupakan koordinator yang melakukan
aktivitas yang sedemikian rupa, sehingga siswa belajar sesuai dengan yang
diharapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur siswa agar belajar bukan
menentukan proses belajar.
Pembelajaran IPS yang diimplementasikan saat ini masih bersifat
konvensional sehingga siswa sulit memperoleh pelayanan secara optimal (Solihatin
dan Raharjo,2005:3). Dengan pembelajaran seperti itu maka perbedaan individual
siswa di kelas tidak dapat terakomodasi sehingga sulit tercapai tujuan-tujuan spesifik
pembelajaran terutama bagi siswa berkemampuan rendah. Pembelajaran IPS saat ini
juga lebih menekankan pada aspek kebutuhan formal yang bersifat pasif (siswa hanya
duduk, diam, mendengar, dan mencatat di dalam kelas) dibanding kebutuhan real
siswa (pembentukan sikap, nilai dan kecakapan dasar siswa) sehingga proses
pembelajaran terkesan sebagai pekerjaan administratif dan belum mengembangkan
potensi anak secara optimal.
Berdasarkan pengamatan peneliti di SD Negeri 15 Indralaya Utara, masih
banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran IPS. Hasil wawancara
peneliti dengan guru kelas V menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPS masih
menggunakan metode konvensional yang tidak menarik minat belajar siswa. Sebagai
contoh, guru terlalu banyak menggunakan metode ceramah dan masih bertindak
sebagai tokoh utama dalam pembelajaran sehingga kurang melibatkan siswa.
Memang sistem ini cukup membawa hasil, walaupun belum optimal.
Secara umum penguasaan pengetahuan sosial lulusan pendidikan dasar relatif
cukup, tetapi penguasaan nilai dalam arti penerapan nilai, keterampilan sosial dan
partisipasi sosial hasilnya belum menggembirakan. Hal ini dapat di lihat dari hasil
ulangan harian siswa. Rata-rata hasil ulangan siswa untuk mata pelajaran IPS di kelas
V adalah 55,25. Dari 34 siswa di kelas V, baru 44% yang mencapai Kriteria
4
Ketuntasan Minimal (KKM = 67). Memang hasil ini lebih tinggi di bandingkan
dengan hasil pada pelajaran IPA dan Matematika, tetapi dalam tingkat ketuntasan
siswa tentunya hasil ini belum maksimal.
Mata pelajaran IPS diharapkan mampu mempersiapkan, membina, dan
membentuk kemampuan siswa yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan
kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan bermasyarakat (Hasan dalam
Isjoni,2009:1). Untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut, diperlukan iklim
pembelajaran yang baik, misalnya adalah dalam pemilihan model pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang bisa di gunakan adalah model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama, yakni kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan
sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja
secara bersama-sama diantara sesama kelompok mampu meningkatkan motivasi,
produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin dan Raharjo,2005:5).
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang sejalan dengan pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
pembelajaran ini, kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan
mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya. Maksudnya, siswa tidak
hanya secara pasif menerima pengajaran dari guru, tetapi siswa dituntut untuk berfikir
dalam menyelesaikan pelajaran yang ada dengan bimbingan guru.
Banyak kelebihan yang didapat siswa dan guru melalui pembelajaran
kooperatif. Siswa akan lebih aktif dan bekerja sama dengan sesama teman untuk
menyelesaikan tugas kelompok, serta siswa juga harus bisa mempertanggung
jawabkan pemahaman individual. Situasi pembelajaran akan lebih dinamis dan
5
terarah sehingga bisa meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Model
kooperatif ini relatif mudah diterapkan oleh guru.
Banyak sekali teknik dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah
teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Alasan utama peneliti memilih teknik ini
adalah karena teknik lingkaran kecil lingkaran besar cocok untuk semua materi
pelajaran, terutama materi pelajaran yang memerlukan banyak mengunakan
pertukaran informasi antar siswa. Dengan seringnya siswa berinteraksi untuk berbagi
informasi materi pelajaran, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi siswa. Dengan adanya peningkatan keterampilan berkomunikasi,
maka akan meningkatkan belajar siswa (Stahl dalam Isjoni, 2010:12). Siswa dilatih
untuk menangkap informasi yang disampaikan oleh temannya, kemudian
memahaminya, dan menyampaikan kembali dalam komunikasi verbal.
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti berkeinginan untuk
mengadakan suatu penelitian dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran koperatif teknik
lingkaran kecil lingkaran besar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan
Ilir.
2.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
koperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir.
6
2.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru, agar dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
penggunaan ragam teknik pembelajaran untuk memberikan pembelajaran
yang bermakna bagi siswa.
2. Bagi siswa, memberikan motivasi dan pengalaman belajar kooperatif yang
benar.
3. Bagi peneliti, merupakan sumbangan ilmu praktis yang dapat di pergunakan
untuk masa yang akan datang serta sebagai bekal untuk menjadi seorang
pendidik.
4. Bagi lembaga, sebagai bahan informasi penelitian yang telah di lakukan untuk
menunjang penelitian lanjutan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Kooperatif
2.1.1 Pengertian Pembelajaran
Hamalik (2009:77), menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem.
Artinya, pembelajaran adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-
komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan
dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi : (a) tujuan
pendidikan dalam pengajaran; (b) peserta didik atau siswa; (c) tenaga kependidikan
khususnya guru; (d) perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum; (e)
strategi pembelajaran; (f) media pengajaran; dan (g) evaluasi pengajaran.
Komponen-komponen yang tersebut di atas tentunya akan saling berhubungan
dan saling mempengaruhi tujuan pengajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran
akan terselenggara dengan lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang
positif antar komponen-komponen yang terkandung di dalam sistem tersebut.
Pembelajaran adalah suatu upaya yang di lakukan (guru atau yang lain) utuk
membelajarkan siswa yang belajar (Siddiq dkk,2008:1-9). Sedangkan menurut Surya
(2005:61), pembelajaran adalah suatu proses dari seseorang yang sengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Dalam suatu sistem pendidikan formal (misalnya sekolah), suatu
pembelajaran tentunya menjadi tugas seorang guru yang merupakan tenaga
professional yang di siapkan untuk proses pembelajaran. Sehingga di dalam suatu
pembelajaran, kulitas seorang guru akan sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran
itu sendiri. Menurut Isjoni (2009:14), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan
siswa, bukan dibuat siswa. Upaya siswa sebagai peserta didik dalam proses belajar
untuk mencapai tujuan belajar itulah yang disebut sebagai pembelajaran.
8
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat interaksi antara
komponen-komponen yang bertujuan untuk membantu siswa sebagai peserta didik
dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Adapun tujuan pembelajaran
itu sendiri adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang
dilakukan oleh peserta didik.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang mempunyai
sistem belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6
orang dengan struktur yang heterogen secara kolaboratif sehingga keberhasilan
belajar kelompok tergantung pada aktivitas individual maupun aktivitas kelompok
(Slavin dalam Solihatin dan Raharjo,2005:4).
Pembelajaran kooperatif digunakan dalam bentuk kelompok-kelompok di
ruang kelas dengan menciptakan suatu kondisi dan situasi belajar yang
menyenangkan. Keberhasilan kelompok-kelompok tersebut dalam proses belajar akan
ditentukan oleh kerjasama yang kompak dan teratur antara individu-individu di dalam
kelompok itu sendiri.
Lie (2010:12), menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu
sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk saling bekerja
sama dengan sesama siswa. Menurut Isjoni (2009:8), kooperatif adalah mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu
kelompok atau satu tim. Jadi, pembelajaran kooperatif dilakukan secara bersama-
sama oleh siswa dengan saling bantu membantu antara satu dengan yang lainya
dengan tujuan agar setiap individu didalam kelompok mampu mencapai tujuan atau
tugas yang telah di tetapkan.
Pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik agar dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-temanya. Sehingga dengan adanya interaksi antar
kelompok diharapkan akan terjadi saling menghargai pendapat antar individu dan
9
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat dalam
penyampaian ide atau gagasan.
Menurut Artzt dan Newman (dalam Trianto,2009:56), pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama
sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Nurhadi (2004:112), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi kelompok belajar. Jadi dalam sistem
pembelajaran kooperatif ini, siswa dituntut untuk bekerjasama dan berinteraksi dalam
mengembangkan ide dan pemikirannya melalui diskusi kelompok.
Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara
sesama anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami
materi pembelajaran dengan lebih baik. Dengan pembelajaran kooperatif, bisa
membuat siswa yang kurang bergairah dalam belajar menjadi lebih bersemangat. Hal
ini dikarenakan siswa yang kurang bergairah akan dibantu oleh siswa yang lain
sehingga timbul semangat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepadanya
untuk kepentingan bersama dalam kelompok.
Isjoni (2009:9) menyatakan, ciri-ciri penbelajaran kooperatif yaitu setiap
anggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung antara siswa, setiap
siswa bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-temannya, guru membantu
keterampilan interpersonal kelompok, dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok
jika diperlukan. Pembelajaran kooperatif tentu dapat membuat siswa mengalami
peningkatan dalam hal pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang
memungkinkan mereka aktif berpartisipasi di dalam lingkungan komunitas mereka.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem belajar dan bekerja sama dengan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang mencapai hasil berupa
prestasi akademik, toleransi, menerima keberagaman, dan pengembangan
keterampilan sosial.
10
Pada umumnya, guru telah banyak melaksanakan pembelajaran di kelas
dengan cara belajar berkelompok. Hal ini membuat para guru menganggap bahwa
pembelajaran kooperatif sama dengan belajar kelompok yang telah mereka terapkan.
Akan tetapi, walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tidak
setiap kerja kelompok dinamakan pembelajaran kooperatif.
Roger dan Johnson (dalam Lie 2010:31) mengatakan bahwa tidak semua
belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, terdapat lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.
Proses pembelajaran kooperatif diharapkan bisa menimbulkan, menanamkan
dan membina sikap-sikap berdemokrasi diantara para siswa. Hal ini tentu tidak
terlepas dari peran dan tanggung jawab guru sebagai pendidik dalam proses
pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu melatih siswa agar terbiasa menerima
pendapat dari siswa lainnya sehingga siswa bisa menghargai pendapat orang lain. Hal
ini bisa membantu mereka dalam mencari jawaban terbaik dan benar serta
meningkatkan pengetahuan, sehingga materi pelajaran yang di ajarkan akan semakin
dipahami.
2.1.3 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan Johnson (dalam Lie 2010:31), unsur-unsur pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Saling Ketergantungan Positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung
pada setiap usaha anggotanya. Dimana setiap anggota kelompok bekerja demi
tercapainya suatu tujuan yang sama.
2. Tanggung Jawab Perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung dari
unsur yang pertama. Setiap anggota kelompok akan merasa bertanggung
jawab untuk melakukan yang terbaik.
11
3. Tatap Muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu
muka dan berdiskusi. Kegiatan ini memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan setiap anggota. Inti dari sinergi ini
adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekurangan masing-masing.
4. Komunikasi Antaranggota. Unsur ini menghendaki agar para pembelajar
dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu
kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi Proses Kelompok. Pengajar perlu manjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Namun,
evalusasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok melainkan
selang beberapa waktu.
2.1.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan
dengan model pembelajaran lain. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut
Slavin dalam Isjoni (2009:33) adalah sebagai berikut :
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria
yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung
pada belajar individu semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus
dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota
kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
3. Kesempatan yang sama untuk berhasil, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
12
2.1.5 Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif
Pengajaran pada pembelajaran kooperatif dimulai dengan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Tahap ini diikuti oleh penyajian
informasi. Selanjutnya siswa di kelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini di
lanjutkan dengan bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama untuk menyelesaikan
tugas mereka. Terakhir, di lakukan presentasi kerja kelompok atau evaluasi tentang
apa yang telah di pelajari.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Tabel. 1
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase -1
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase-2
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta
didik secara verbal
Fase-3
Mengorganisir peserta didik ke
dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada siswa tentang
cara pembentukan tim belajar dan membantu
kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase-4
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim selama peserta didik
mengerjakan tugasnya
Fase-5
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai
berbagai materi pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan
prestasi individu maupun kelompok
Sumber : Solihatin dan Raharjo (2009:10)
13
2.1.6 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama penerapan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik
dapat belajar secara berkelompok dengan cara saling menghargai pendapat dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Menurut Ibrahim (dalam Isjoni,2009:39), model pembelajaran kooperatif di
kembangkan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Hasil belajar akademik
Pengembangan model ini menunjukkan bahwa struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan sosial.
Menurut Lie (2010:64) teknik lingkaran kecil lingkaran besar adalah teknik
yang mengkondisikan siswa untuk saling bekerjasama dengan siswa lain dan
memberikan kesempatan untuk berbagi informasi materi pelajaran pada saat
bersamaan. Artinya teknik ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa dalam menyampaikan materi yang telah didapatkannya.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok
bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
14
2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Jarolimek dan Parker (dalam Isjoni,2009:24) menyatakan keunggulan model
pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan yang positif, adanya
pengakuan dalam merespon perbedaan individu, siswa dilibatkan dalam perencanaan
dan pengelolaan kelas, suasana kelas menjadi menyenangkan dan rileks, terjalin
hubungan yang hangat antar guru dan siswa, dan memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
Stahl dalam Solihatin dan Raharjo (2005:7) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif memiliki kelebihan sebagai berikut : (1) perumusan tujuan belajar yang
jelas; (2) penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar; (3)
ketergantungan yang bersifat positif; (4) interaksi yang bersifat terbuka; (5) tanggung
jawab individu; (6) kelompok bersifat heterogen (7) interaksi sikap dan perilaku
sosial yang bersifat positif; (8) kepuasan siswa dalam belajar.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif menurut Isjoni
(2009:25) bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.
Faktor dari dalam yaitu (1) membutuhkan persiapan yang matang, memerlukan
tenaga dan waktu yang banyak, (2) dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya
yang memadai, (3) selama proses kegiatan diskusi yang dibahas meluas sehingga
banyak yang tidak sesuai alokasi waktu yang ditentukan dan (4) saat diskusi kelas
terkadang didominasi oleh siswa tertentu, sehingga siswa yang lain menjadi pasif.
2.1.8 Pengelolaan Kelas Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa. Ada lima
unsur yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok biasa.
Untuk memenuhi lima unsur tersebut memang di butuhkan niat dan kiat para anggota
kelompok. Para siswa mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya
dalam kegiatan belajar yang akan saling menguntungkan. Selain niat, para siswa juga
harus mempunyai kiat-kiat dalam berinteraksi dan berkerjasama dengan orang lain.
15
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model
pembelajaran kooperatif (Lie,2010:38), yaitu :
1. Pengelompokan
Ability grouping adalah praktik pengelompokkan siswa dengan kemampuan
setara dalam satu kelompok. Praktik ini bisa dilakukan pada pembagian kelompok di
dalam satu kelas atau pembagian kelas dalam satu sekolah. Akibatnya, dalam satu
kelompok terdiri dari siswa yang hanya berkemampuan tinggi semua ataupun siswa
yang berkemampuan rendah semua. Pengelompokan ini sangat disukai oleh guru
karena sangat praktis dan mudah dilakukan. Padahal pengelompokkan seperti ini
banyak memiliki akibat negatif. Misalnya, dapat menimbulkan kesenjangan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah. Akibatnya, siswa
yang berkemampuan rendah akan timbul rasa malas dalam belajar karena kalah
bersaing dengan siswa yang berkemampuan tinggi.
Di dalam pembelajaran kooperatif, pengelompokkan dilakukan secara
heterogen. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan
keanekaragaman gender, latar belakang agama dan etnik, serta sosial budaya. Dalam
hal kemampuan akademis, biasanya kelompok pembelajaran kooperatif terdiri dari
siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
2. Semangat Gotong-Royong
Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran gotong
royong, masing-masing anggota perlu mempunyai semangat gotong royong.
Semangat ini tidak bisa timbul dalam sekejap. Semangat gotong royong ini bisa di
rasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa
lainnya. Niat siswa dapat dibina dengan beberapa kegiatan yang bisa membuat relasi
masing-masing anggota kelompok lebih erat seperti kesamaan kelompok, identitas
kelompok, serta sapaaan dan sorak kelompok.
3. Penataan Ruang Kelas
Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang
dipakai. Dalam pembelajaran kooperatif, ruang kelas bisa ditata dengan sedemikian
16
rupa sehingga dapat menunjang proses pembelajaran. Tentu saja keputusan guru
dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas
dan sekolah.
2.1.9 Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie (2010:55-71), macam-macam teknik belajar-mengajar kooperatif
yaitu : (a) mencari pasangan, (b) bertukar pasangan, (c) berfikir-berpasangan-
berempat, (d) kepala bernomor, (e) kepala bernomor berstruktur, (f) dua tinggal dua
tamu, (g) keliling berkelompok, (h) kancing gemerincing, (i) keliling kelas, (j)
lingkaran kecil lingkaran besar, (k) tari bambu, (l) jigsaw, (m) bercerita berpasangan,
(n) dan berkirim salam dan soal.
Isjoni (2010:51) menyatakan bahwa dalam cooperative learning terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan yaitu : (1) Student Team Achievement
Division (STAD); (2) Jigsaw; (3) Group Investigasion (GI); (4) Rotating Trio
Exchange; dan (5) Group Resume.
Pada dasarnya, tujuan dari semua teknik hampir sama karena tetap mengacu
pada tujuan model pembelajaran kooperatif pada umumnya. Kesemua teknik di atas
menekankan pada kerjasama dan partisipasi tiap anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama yang merupakan tujuan pembelajaran pada tiap-tiap pertemuan.
Untuk memilih model yang tepat, maka perlu di perhatikan relevansinya
dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Isjoni (2010:50) menyatakan bahwa dalam
praktiknya pada dasarnya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktifitas belajar
siswa, maka hal itu semakin baik.
2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifan siswa belajar
juga semakin baik.
3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan.
17
4) Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru.
5) Tidak ada satu pun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis
materi, dan proses belajar yang ada.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka peneliti memutuskan untuk
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil
Lingkaran Besar
Menurut Trianto (2009:69), model pembelajaran teknik lingkaran kecil
lingkaran besar adalah teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan pengetahuannya untuk kelompok. Siswa akan memberikan
informasi-informasi yang dibutuhkan dalam kelompok untuk berinteraksi dengan
krlompok yang lain.
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini
memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang
bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam berberapa mata pelajaran, seperti
ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang
paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan
pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa.
Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar adalah
model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar di mana siswa
saling membagi informasi pada saat yang bersamaan (Lie,2010:65). Menurut Spencer
Kagan (dalam Lie,2010:65), teknik ini cocok untuk semua materi pelajaran, terutama
yang membutuhkan banyak pertukaran pikiran dan informasi antar siswa serta sangat
di sukai oleh siswa.
Teknik ini merupakan teknik pembelajaran dimana siswa saling berhadapan
antara satu dengan yang lain kemudian berganti dengan pasangan yang berbeda
dengan waktu yang singkat dan teratur dalam bertukar informasi pelajaran.
18
Isjoni (2009:69) juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik
lingkran kecil lingkaran besar adalah suatu teknik yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik lingkaran kecil
lingkaran besar adalah teknik pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk saling
bekerja sama dan memberikan kesempatan untuk berbagi informasi materi pelajaran
pada saat yang bersamaan untuk mencapai hasil berupa prestasi akademik, toleransi,
menerima keberagaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Pada saat penyampaian informasi materi pelajaran posisi siswa akan
membentuk seolah-olah seperti lingkaran kecil dan lingkaran besar. Maka model
pembelajaran ini di namai teknik pembelajaran lingkaran kecil lingkaran besar.
2.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran
Kecil Lingkaran Besar
Langkah-langkah model pembelajaran teknik lingkaran kecil lingkaran besar
adalah sebagai berikut :
Tabel. 2
Langkah pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar
Langkah Kegiatan Guru
Langkah 1
Persiapan
Guru mempersiapkan perangkat pengajaran, yaitu RPP, lembar
kerja siswa, dan soal-soal tes.
Langkah 2
Menyampaikan tujuan
Dan motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cara
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan teknik
lingkaran kecil lingkaran besar dan memotivasi siswa belajar.
Langkah 3
Penyampaian materi
Pembelajaran
Guru memberikan pengenalan materi yang akan di pelajari
Langkah 4
Mengorganisir siswa
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil
19
Langkah 5
Membimbing kelompok
Bekerja dan belajar
Guru membagi materi yang dibahas dalam kelompok masing-
masing dan memberikan waktu pada siswa untuk bekerja
dalam kelompok
Langkah 6
Kerja kelompok
(diskusi)
Guru mempersilahkan dua kelompok untuk presentasi
penyampaian hasil kelompoknya, satu kelompok membentuk
lingkaran kecil (menghadap keluar), satu kelompok
membentuk lingkaran besar (menghadap kedalam), sehingga
tiap anggota kelompok berpasangan dan saling berhadapan.
Langkah 7
Penyampaian hasil
Guru mengkoordinir setiap dua orang siswa yang berhadapan
dari lingkaran kecil dan lingkaran besar, saling bertukar
informasi diawali oleh kelompok lingkaran kecil secara
bersamaan. Setelah selesai membagi informasi, lingkaran kecil
bergeser satu atau dua langkah untuk mengganti pasangan.
Kemudian siswa di lingkaran kecil diam, karena kini lingkaran
besar yang akan member informasi.
Langkah 8
Penjelasan
Guru menjelaskan materi kembali, yaitu materi yang kurang
dipahami oleh siswa
Langkah 9
Pemberian tes
Guru memberikan tes sesuai dengan materi yang telah
dipelajari
Sumber : Lie (2010:65)
Spencer Kagan (dalam Lie,2010:65) menyatakan bahwa perputaran untuk dapat
memperoleh pasangan berbagi informasi baru dapat diselingi dengan nyanyian atau
tepukan agar lebih menarik. Isjoni (2010:54) menyatakan bahwa untuk
mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotaan kelompok sebaiknya
heterogen, baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lain. Dengan demikian,
sebaiknya guru yang membuat kelompok-kelompok itu. Jika siswa dibebaskan
membuat kelompok sendiri maka biasanya siswa akan memilih teman sesuai dengan
kesukaan mereka masing-masing, misalnya atar siswa yang berjenis kelamin sama.
20
Teknik ini bisa digunakan untuk semua tingkatan usia didik. Hal ini
dikarenakan siswa dapat bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong
sehingga banyak mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkat-
kan keterampilan berkomunikasi.
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Kelebihan :
Menurut Lie (2010:65) kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik
lingkaran kecil lingkaran besar adalah : (a) adanya struktur yang jelas; (b)
memungkinkan siswa untuk berbagi informasi siswa dengan siswa lain yang lebih
cepat dan teratur; (c) meningkatkan keterampilan berkomunikasi; (d) meningkatkan
keterampilan bekerjasama dalam suasana bergotong royong; (e) bisa digunakan untuk
semua tingkatan usia anak didik.
Kekurangan :
Lie (2010:66) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik
lingkaran kecil lingkaran besar ini akan sulit diterapkan apabila kondisi kelas sempit,
terlebih lagi apabila penataan kelas masih tradisional permanen, di mana kursi dan
meja sulit dipindahkan. Selain itu, tipe ini memerlukan siswa dengan abilitas belajar
yang baik.
Teknik lingkaran kecil lingkaran besar ini akan lebih mudah diterapkan pada
kelas yang memiliki ruangan dalam kondisi yang cukup memadai dari segi ukuran.
Karena teknik ini memerlukan ruangan yang cukup luas dan sulit diterapkan pada
kondisi yang sempit. Apabila kondisi kelas permanen sehingga meja dan kursi sulit
dipindahkan, maka alternafti yang bisa dipilih adalah dengan menerapkan proses
pembelajaran di luar ruangan kelas.
21
2.2.4 Langkah-langkah Operasional Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Pada Pembelajaran IPS Materi Keragaman Suku dan Budaya Indonesia
Langkah-langkah operasional teknik lingkaran kecil lingkaran besar pada saat
pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Persiapan
Guru menyiapkan RPP, LKS dan media untuk pembelajaran. Pada tahap ini
guru juga mempersiapkan pembentukan kelompok-kelompok pembelajaran.
Adapun cara pembentukan kelompok bisa dilakukan secara acak. Kerena jumlah
siswa adalah 34 siswa, maka guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, dengan
rincian 6 kelompok beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5
siswa.
2. Presentasi kelas
Pendahuluan : guru melakukan apersepsi (mengingat materi keragaman suku
dan budaya bangsa yang telah di pelajari). Guru juga menginformasikan
bahwa pada saat pembelajaran nanti akan dilaksanakan secara berkelompok.
Menjelaskan materi : guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok
seperti yang telah disiapkan sebelumnya. Kemudian guru menjelaskan
materi pembelajaran secara konsep dan garis besar keragaman suku dan
budaya bangsa. Siswa pada setiap kelompok memperhatikan penjelasan guru
secara seksama.
3. Kegiatan kelompok
Setiap kelompok melakukan diskusi untuk mengerjakan LKS yang diberikan
oleh guru. Pada saat diskusi, siswa diminta untuk menyiapkan sebuah informasi
tentang materi pembelajaran, dan setiap siswa mempunyai informasi berbeda
pada satu kelompok. Setelah itu mereka siap mempresentasikan hasil diskusi
mereka ke depan kelas. Pada saat berlangsungnya diskusi, guru berperan sebagai
fasilitator jika siswa memililiki pertanyaan. Guru juga mengamati kegiatan
individu pada setiap kelompok untuk melihat keaktifan setiap siswa.
22
4. Lingkaran Lecil Lingkaran Besar
Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, maka mereka pun bersiap-
siap melaksanakan presentasi. Presentasi dilakukan secara berkelompok dengan
teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Guru memanggil 2 kelompok untuk maju
ke depan kelas. Kelompok pertama berperan sebagai lingkaran kecil dan
menghadap ke luar lingkaran, sedangkan kelompok kedua berperan sebagai
lingkaran besar dan menghadap ke dalam lingkaran. Akibatnya, setiap siswa
akan berpasangan pada setiap kelompoknya. Lalu setiap siswa yang
berpasangan saling bertukar informasi yang telah disiapkan. Setelah selesai,
kemudian lingkaran bergeser sehingga siswa berhadapan dengan pasangan yang
berbeda. Pada saat pergeseran lingkaran bisa disertai dengan nyanyian atau
tepuk tangan agar suasana lebih meriah. Begitulah seterusnya sampai setiap
siswa saling bertemu. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok selanjutnya yaitu
kelompok ketiga dan keempat. Kegiatan pun sama dengan kelompok pertama
dan kedua.
5. Evaluasi
Setelah kegiatan selesai, siswa di iminta kembali ke tempat duduk masing-
masing. Lalu dengan bimbingan guru mereka menyimpulkan kegiatan yang
telah dilakukan. Materi yang belum dikuasai siswa dengan baik akan kembali
dijelaskan oleh guru.
2.3 Hasil Belajar
2.3.1 Pengertian Belajar
Slameto dalam Kurnia dkk (2008:1-3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi juga mengalami.
23
Belajar adalah suatu proses tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan (Hamalik,2009:28). Pengertian belajar menurut konsep ini juga
menekankan pada perubahan tingkah laku, akan tetapi berbeda pada cara
pencapaiannya. Dimana proses interaksi antara individu dengan lingkungan lebih di
utamakan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman
belajar.
Siddiq dkk (2008:1-3), menyatakan bahwa,Belajar adalah suatu aktifitas yang di sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Menurut Syah (2004:68), menyatakan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar,
manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah
lakunya berkembang. Menurut Gagne (dalam Siddiq dkk,2008:1-4), belajar adalah
suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok di dalam proses
belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.
Belajar pada hakikatnya adalah merupakan salah satu proses usaha yang di
lakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu
dengan lingkungannya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah suatu tujuan,
akan tetapi merupakan segala proses untuk mencapai tujuan sehingga terjadi
perubahan tingkan laku ke arah yang lebih baik.
24
2.3.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi proses belajar
(Hamalik,2009:155), menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
pada diri siswa yang dapat diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan keteram-
pilan.
Perubahan dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik di bandingkan dengan sebelumnya. Dalam setiap proses belajar, akan
selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar
seseorang.
Hasil belajar yang dituju oleh seseorang boleh jadi merupakan kemampuan
baru sama sekali, tetapi boleh juga merupakan penyempurnaan atau pengembangan
dari suatu kemampuan yang telah di miliki (Winkel,2005:61). Maksudnya adalah
hasil belajar yang diperoleh sesorang tidak harus sesuatu yang baru yang belum
diketahui, tetapi juga merupakan sesuatu sesuatu yang telah diketahui dan mengalami
penambahan pengetahuan.
Hasil belajar sebagai suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya
mengenai pemahaman atau pengetahuan tapi juga yang membentuk kecakapan dan
penghayatan pada individu Arianty dalam Nasution,2008:14). Hasil belajar
merupakan suatu perubahan pada individu yang belajar yang tidak hanya mengenai
pengetahuan tetapi juga yang dibentuk kecakapan dan penghayatan pada individu
yang belajar.
Hamalik (2009:30) juga menyatakan, bukti bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya hasil belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
dicapai siswa setelah mengalami proses belajar yang meliputi pengetahuan,
kecakapan, juga penghayatan dan biasanya ditunjukkan melalui nilai atau angka.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar yang dapat
dicapai meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
25
psikomotorik. Ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan, ranah afektif meliputi
aspek sikap atau perasaan, sedangkan ranah psikomotorik meliputi aspek
keterampilan.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada yang
berasal dari dalam dan dari luar individu. Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi
prestasi individu.
Faktor dari dalam individu antara lain adalah faktor jasmaniah, faktor
psikologi dan faktor kelelahan. Faktor dari luar individu misalnya adalah keluarga,
sekolah dan masyarakat (Slameto,2003:54-71). Sedangkan menurut Dimyati dan
Mudjiono (2002:236), faktor interen yang mempengaruhi hasil belajar antara lain
adalah : (1) sikap terhadap belajar; (2) motivasi belajar; (3) konsentrasi belajar; (4)
rasa percaya diri siswa; (5) kebiasaan belajar; (6) intelegensi; dan (7) cita-cita siswa.
Adapun faktor eksteren yang mempengaruhinya adalah: (a) guru sebagai pembina
siswa belajar; (b) sarana dan prasarana sekolah; (c) kebijakan penilaian; dan (d)
lingkungan sosial sekolah.
Dalam suatu kegiatan belajar, dibutuhkan dukungan bagi seseorang untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal. Pencapaian hasil belajar yang maksimal akan
tercipta apabila didukung oleh sistem lingkungan belajar yang kondusif. Suasana ini
akan timbul jika faktor yang mempengaruhinya tidak timbul dalam diri individu.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004;138), faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen meliputi faktor
jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kematangan fisik. Sedangkan faktor eksteren
meliputi faktor sosial (keluarga, sekolah dan sebagainya), faktor budaya dan faktor
lingkungan fisik.
26
2.4. Ilmu Pengetahuan Sosial
2.4.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial
Hakikat IPS adalah telaah manusia dan lingkungannya. Manusia sebagai
makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya
manusia harus menghadapi tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun
sebagai hidup bersama (Hidayati dkk,2009:1-19).
Setiap manusia semenjak dia dilahirkan, tentu tidak terpisahkan dengan
manusia lainnya. Hal itu berarti telah terjadi hubungan sosial semenjak manusia lahir,
terutama dengan orang tuanya. Artinya, tanpa hubungan sosial dan bantuan dari
manusia lain, tentu manusia tidak akan bisa bertahan hidup sendiri.
Menurut Solihatin dan Raharjo (2009:18), Ilmu Pengetahuan Sosial
membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya. Lingkungan yang di
maksud adalah masyarakat di mana manusia tinggal dan tumbuh serta berkembang
menjadi bagian dalam masyarakat.
Dalam perkembangannya, interaksi antara manusia dengan manusia lain tidak
terbatas hanya pada keluarga, tetapi juga manusia lain dalam suatu komunitas
masyarakat. Hubungan sosial yang dialami pun akan semakin meluas dari
pengalaman dan pengenalan menjadi suatu pengetahuan tentang seluk beluk hidup
bermasyarakat. Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang itulah yang dapat
disebut sebagai pengetahuan sosial.
2.4.2 Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut kurikulum tahun 2006, tujuan pendidikan IPS adalah : (a)
Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan
kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis; (b) Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial; (c)
Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
(d) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
27
Solihatin dan Raharjo (2009:15), menyatakan bahwa pada dasarnya tujuan
dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar
kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan
dan lingkungannya. IPS merupakan sarana yang baik untuk membangun anak didik
untuk menjadi manusia yang unggul dan terampil serta berpendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama IPS adalah untuk memperkaya dan
mengembangkan kehidupan anak anak didik dengan mengembangkan kemampuan
dalam lingkungannyadan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam
masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang
lebih baik.
2.4.3 Karakteristik Pendidikan IPS SD
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu
dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya). Materi IPS digali dari
segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat.
Menurut Tjokrodikaryo (dalam Hidayati dkk,2009:1-26), karakteristik IPS
dilihat dari materi yang terkandung di dalamnya adalah : (a) segala sesuatu atau apa
saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan
sampai lingkungan yang luas Negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya,
(b) kegiatan manusia misalnya mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi, (c) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek
geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat
sampai terjauh, (d) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia,
sejarah yang di mulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang
tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian besar, (e) Anak sebagai sumber materi meliputi
berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
Dari segi penyampaiannya, sebagian besar pengajaran IPS didasarkan pada
suatu tradisi. Tradisi tersebut yaitu materi di susun dalam urutan anak yang meliputi
anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia.
28
Karakeristik pendidikan IPS SD didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-
tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkung-
an terdekat atau diri sendiri (Hidayati dkk,2009:1-27).
Dapat dijelaskan bahwa anak bergerak dari ruang lingkup yang paling
sederhana, yaitu tentang dirinya sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis
bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkungan tersebut, kemudian
mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi unsur-unsur dunia yang lebih
luas.
2.5 Hipotesis Penelitian
Ho : Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas V SD N 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir jika t hitung > t tabel.
Ha : Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas V SD N 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir jika t hitung< ttabel .
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen True Eksperimental Design,
yaitu jenis penelitian yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan.
Persyaratan yang dimaksud adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenai
eksperimen dan ikut mendapat pengamatan (Arikunto, 2006:86).
Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest Only Control Design,
metode ini mengungkapkan bahwa hubungan antara dua variabel atau lebih atau
mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Efek dari pengaruh
perlakuan dapat dilihat dengan melihat perbandingan hasil belajar dari kelas
eksperimen yang diberi perlakuan dengan kelas kontrol yang tidak diberikan
perlakuan.
Tabel.3
Desain Penelitian
Kelompok Variabel bebas Posttest
Eksperimen X 01
Kontrol 02
Sumber : Arikunto (2006:86)
Keterangan :
X = Pemberian perlakuan
01 = Pemberian post test kelompok eksperimen
02 = Pemberian post test kelompok kontrol
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan suatu perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar.
30
Penelitian Eksperimen ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
Memutuskan untuk menggunakan pembelajaran dengan teknik lingkaran kecil
lingkaran besar
Menentukan populasi dan sampel yang akan digunakan
Menghitung validitas dan reliabilitas instrument yang akan di gunakan
Melaksanakan kegiatan proses pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat kepada dua kelas yang telah dipilih dengan
perlakuan yang berbeda
Satu kelas sebagai kelas eksperimen dikenakan perlakuan berupa penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar dan satu
kelas sebagai kelas kontrol tidak dikenakan perlakuan tersebut melainkan
dengan pembelajaran biasa
Selama dalam proses pembelajaran, siswa diamati dengan lembar observasi
untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Pengamatan ditujukan untuk mengamati keaktifan siswa baik
secara individu maupun kelompok
Kemudian setelah beberapa kali pertemuan ( 3 kali pertemuan ), peneliti akan
memberikan tes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mendapatkan hasil belajar berupa skor atau nilai setelah mengikuti proses
pembelajaran
Tes diberikan kepada siswa secara individu
Menghitung normalitas data dan homogenitas data
Melakukan analisis data
Pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan rumus uji-t
Membuat kesimpulan dari hipotesis yang telah di uji
31
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010:61)
Variabel Penelitian dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kooperatif teknik
lingkaran kecil lingkaran besar sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar
IPS siswa kelas V SD N 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir.
3.3 Devinisi Operasional Variabel
Agar penelitian dalam variabel ini lebih jelas, maka perlu didefinisikan
sebagai berikut :
a. Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar adalah
teknik pembelajaran yang mengkondisikan siswa secara berkelompok,
dimana setiap kelompok terdiri dari minimal 4 orang siswa untuk bekerja
sama dengan siswa lain dan memberikan kesempatan untuk berbagi informasi
materi pelajaran dengan siswa lainnya secara bergantian pada saat bersamaan
untuk mencapai hasil berupa prestasi akademik, toleransi, menerima
keberagaman, dan keterampilan berkomunikasi. Teknik lingkaran kecil
lingkaran besar diawali dengan siswa bekerja di dalam kelompok setelah itu
baru berbagi informasi dalam teknik lingkaran kecil (menghadap ke luar) dan
lingkaran besar (menghadap ke dalam).
b. Hasil belajar siswa adalah hasil yang diperoleh siswa melalui tes secara
individu yang ditunjukkan dalam bentuk nilai atau angka setelah mengikuti
pelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil
lingkaran besar. Hasil belajar siswa ini merupakan kemampuan siswa yang di
tunjukan dalam rentangan nilai 0-100. Adapun penilaian dilakukan dengan
tes tertulis berupa soal berbentuk objektif.
32
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Sugiyono (2010:130) mengartikan bahwa populasi adalah keseluruhan dari
jumlah objek yang ada dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah seluruh siswa SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir tahun ajaran
2010/2011.
3.4.2 Sampel
Margono (2009:121) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi
yang diambil dengan menggunakan cara tertentu. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sedangkan untuk menentukan
kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara random.
Menurut Arikunto (2006:138), purposive sampling atau sampel bertujuan adalah
teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan dan
pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VA dan VB.
Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan
teknik random sehingga terpilih kelas VA berjumlah 34 siswa sebagai kelas
eksperimen dan kelas VB dengan jumlah 34 siswa sebagai kelas kontrol. Peneliti
memilih sampel tersebut atas pertimbangan bahwa siswa kelas V sudah bisa dan lebih
mudah dalam melakukan kerjasama di dalam diskusi kelompok.
Tabel. 4
Sampel Penelitian
N
o
Kelas Laik-laki Perempuan Jumlah
1 VA 13 21 34 siswa
2 VB 16 15 34 siswa
Jumlah 29 36 68 siswa
Sumber : Data Guru SD N 15 Indralaya Utara
33
3.4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 15 Indralaya Utara yang terletak di
Jl. Lintas Timur Km.25, perumahan Palem Raya Kecamatan Indralaya Utara Kabupa-
ten Ogan Ilir. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Maret 2011 sampai dengan 18
April 2011.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
3.5.1 Teknik Tes
"Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang
atau kelompok dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar
bagi penetapan skor angka” (Margono, 2009;170).
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa baik secara
individu atau keseluruhan akibat pengajaran pembelajaran kooperatif teknik lingkaran
kecil lingkaran besar. Tes yang digunakan adalah tes objektif berbentuk pilihan ganda
dengan empat pilihan jawaban. Tes ini akan diberikan pada pertemuan terakhir
sebagai pengujian siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan setelah
diterapkan pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar.
3.5.1.1 Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan instrument (Arikunto,2006:168). Taraf validitas isi suatu tes dinyatakan
dalam suatu koefisien validitas tes dalam bilangan koefisien antara -1,00 sampai
dengan 1,00. Untuk menghitung koefisien dapat digunakan rumus dengan teknik
korelasi product moment sebagai berikut :
r XY=N∑ XY−(∑ x )(∑Y )
√ {N ∑ X2− (∑ X )2}{N∑ Y 2−(∑ Y )2}
34
(Arikunto, 2010:170)
Keterangan :
r XY = Validitas instrument
X = Skor jawaban
Y = Skor total
3.5.1.2 Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menguji kehandalan alat ukur yang dipakai yang
berkaitan dengan sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kesalahan
pengukuran.
Untuk menghitung reliabilitas dari suatu tes dapat digunakan rumus K-R 20.
R11=( KK−1 )(1−V total−∑ pq
V total)
Keterangan: Arikunto,(2005:101)
r11=reliabilitas tes secara keseluruh an
P = proporsi subjek menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)
∑ pq= jumlah perkalian antara pdan q
K = banyaknya item
V tot = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
3.5.1.3 Taraf Kesukaran Tes
Untuk mencari prosporsi indeks kesukaran adalah sbagai berikut:
P= BJS
Dimana: Arikunto,(2005:208)
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
35
JS = Jumlah seluruh peserta tes
Rentangan indeks proporsi antara 0,00 sampai dengan 1,00 indeks kesukaran
ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran 1,00
menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Pada proporsi taraf kesukaran yang baik
rentangnya 0,30 sampai dengan 0,70.
3.5.2 Teknik Observasi
Observasi digunakan untuk melihat keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi untuk mengambil dan mengetahui keaktifan siswa selama penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar.
Adapun indikator dan deskriptor yang di gunakan adalah :
Tabel. 5
Indikator dan Deskriptor Observasi
No Indikator Deskriptor
1 Keaktifan sosial Membaca materi soal yang diberikan oleh guru
Membaca dari sumber-sumber lain
Melihat antusias dalam proses pembelajaran
Memperhatikan teman yang mengajukan pendapat
2 Keaktifan lisan Menyatakan pendapat
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
Bertanya materi yang sedang dibahas
Mengajukan pendapat secara bergiliran
3 Keaktifan mendengar Mendengarkan penjelasan dari guru
Mendengarkan ide-ide yang disampaikan oleh
teman
Mendengarkan kelompok lain yang sedang
36
mempresentasikan hasil kerja kelompok
4 Keaktifan menulis Menuliskan ide-ide yang disampaikan oleh guru
atau teman
Menuliskan penjelasan oleh guru
Menuliskan materi yang dipresentasikan oleh
kelompok lain
Menuliskan kesimpulan materi yang dibahas
5 Keaktifan kerjasama
dalam kelompok
Berpartisipasi untuk mengambil keputusan dan
kesepakatan dalam kelompok
Membantu teman sekelompok dalam menjawab
soal dari guru atau teman
Menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu
Membantu kelompok lain dalam memecahkan
masalah atau menjawab soal
Sumber : Putri (2008:25)
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Analisis Data Tes
3.6.1.1 Uji Normalitas Data
Untuk menguji normal atau tidaknya penyebaran data di kelas, maka
digunakan uji kemiringan kurva yang dirumuskan oleh Karl Pearson dalam bentuk
koeefisien Pearson, yaitu;
k= x−Mos
(Sudjana,2005:109)
Ket : k = kemiringan
x = rata-rata
37
Mo = modus
S = simpangan baku/standar deviasi
Data normal jika harga k terletak antara -1 sampai +1 (-1 < k+1)
3.6.1.2 Uji Homogenitas
Pengujian sampel dalam penelitian ini menggunakan tes barlett dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
2. Mencari varians gabungan dengan menggunakan rumus :
s2= ¿¿
(Sudjana,2005:263)
3. Mencari harga satuan B dengan menggunakan rumus :
B = (Log s2) ∑ ¿¿-1)
(Sudjana,2002:263)
4. Uji Barlett menggunakan statistic Chi Kuadrat :
x2= (1n10)¿) Log s12|
(Sudjana,2002:263)
Dengan 1n10 = 2.3026 yang disebut dengan logaritma asli dari bilangan 10.
Untuk menghitung S.B dan dapat menggunakan tabel persiapan sebagai berikut :
Tabel. 6
Uji Homogenitas Kelompok Sampel
Sampel Derajat
kebebasan
1/dk s2 Log s2 (dk) Log s2
1 (n1-1) 1/ (n1-1) s12 Log s1
2 (n1-1) Log s12
2 (n2-1) 1/ (n2-1) s22 Log s2
2 (n2-1) Log s22
Jumlah ∑ ¿¿-1) ∑ 1 /¿¿-1) - - ∑ ¿¿-1)Log s12
(Sudjana, 2002 ; 262)
38
Dalam sampel penelitian ini digunakan taraf kenyataan (α) – 0,05 dengan dk =
k-1 dan peluang (1-α) kedua sampel dapat dikatakan berasal dari populasi yang
sama homogen apabila x2hitung< x2
tabel.
3.6.1.3 Uji Hipotesis
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji-t. Bila data yang
diperoleh terdistribusi normal dan homogen maka rumus yang digunakan adalah :
t = X1−¿ X 2
s√ 1n1
+¿1n2
¿¿
s2=(n1−1 ) S1
2+( n2−1 ) S22
n1+n2−2( Sudjana,2005:239)
Keterangan :
x1 = Nilai rata-rata siswa kelas eksperimen
X2 = Nilai rata-rata siswa kelas kontrol
n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen
n2 = Jumlah sampel kelas kontrol
S12 = Varians kelas eksperimen
S22 = Varians kelas kontrol
Dengan demikian, kriteria pengujian terima Ho jika t hitung< t tabel(1−α ) dan tolak
Ho jika t hitung< t tabel (1−µ), dimana t 1−αadalah t yang di dapat dari tabel distribusi t
dengan dk = n1+n2-2 dan peluang (1−α).
Adapun hipotesis yang akan di uji :
Ho = µeksperimen< µkontrol
Ha = µeksperimen> µkontrol
3.6.2 Analisis Data Observasi
39
Teknik analisis data observasi digunakan untuk melihat keaktifan siswa
selama proses pembelajaran. Observasi pada penelitian ini menggunakan rumus
persentase, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pemberian tanda cek (v) pada tiap deskriptor di lembar observasi
2. Pemberian skor menurut tabel sebagai berikut :
Tabel. 7
Penilaian deskriptor dan indikator data observasi
Deskriptor yang tampak Skor
Tidak ada deskriptor yang tampak 1
1 deskriptor tampak 2
2 deskriptor tampak 3
3 deskriptor tampak 4
4 deskriptor tampak 5
(Sudjana,2005:98)
3. Skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan rumus :
NA = S
SM x 100 % (Putri,2008:28)
Keterangan :
NA : Nilai akhir
S : Skor rata-rata
SM : Skor Maksimum
100% : Bilangan konstanta (tetap)
4. Nilai keaktifan siswa di dikonversikan dengan kategori sebagai berikut :
86%-100% = Sangat aktif
71%-85% = Aktif
56%-70% = Cukup aktif
41%-55% = Kurang aktif
0%-40% = Sangat tidak aktif
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik
lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara yang berlokasi di perumahan Palem Raya, Jl.
Lintas Timur Km.27 Indralaya, Ogan Ilir. Penelitian ini dilaksanakan selama empat
minggu dengan rincian tiga minggu untuk kegiatan pembelajaran dan satu minggu
untuk tes akhir pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa SD Negeri 15 Indralaya Utara tahun pelajaran 2010/2011 yang
berjumlah 312 siswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive random sampling dimana kelas yang dipilih sebagai sampel penelitian
adalah siswa kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara yang terdiri dari kelas VA
sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol yang masing-masing
kelas berjumlah 34 siswa.
Pada penelitian ini diterapkan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran
kecil lingkaran besar pada kelas VA sebagai kelas eksperimen dan pada kelas VB
sebagai kelas kontrol tidak diterapkan model pembelajaran kooperatif teknik
lingkaran kecil lingkaran besar. Materi pokok yang dibahas pada penelitian ini adalah
keragaman suku dan budaya di Indonesia serta cara menghargai keragaman suku dan
budaya di Indonesia. Pada kelas eksperimen, model pembelajaran kooperatif teknik
41
lingkaran kecil lingkaran besar dilaksanakan dengan langkah-langkah : (1)
memberikan pengenalan materi; (2) membagi siswa ke dalam 8 kelompok, 4
kelompok untuk lingkaran kecil dan 4 kelompok untuk lingkaran besar: (3) membagi
tugas kelompok; (4) memberikan waktu bagi kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya dengan lingkaran kecil lingkaran besar; (5) memandu siswa
untuk saling berbagi informasi; (6) menjelaskan materi yang belum tuntas atau yang
belum dipahami oleh siswa; (7) menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama
siswa.
Pemberian perlakuan pada kelas eksperimen dengan teknik lingkaran kecil
lingkaran besar di laksanakan sendiri oleh peneliti. Hal ini dikarenakan guru bidang
studi IPS yang juga merupakan wali kelas V kurang memahami teknik pembelajaran
ini, sehingga apabila guru tersebut yang menerapkan, maka akan membutuhkan
waktu yang cukup lama. Demikian juga pada pembelajaran kelas kontrol, peneliti
sendiri yang melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini karena guru bidang studi IPS
di minta oleh peneliti untuk berperan sebagai observator untuk mengetahui keaktifan
siswa selama proses pembelajaran.
Setelah semua proses pembelajaran selesai, diadakan tes akhir (post test)
untuk mengukur hasil belajar siswa, baik untuk kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Tes akhir yang diberikan ini berbentuk pilihan ganda dan berjumlah 20 soal
dengan empat pilihan jawaban yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya.
Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum
melaksanakan proses pembelajaran. RPP yang di buat digunakan untuk pembelajaran
di kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP tersebut telah dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan guru mata pelajaran IPS dan juga sekaligus sebagai wali kelas kelas V
SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir.
Terdapat dua teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini, yaitu teknik tes dan teknik observasi. Teknik tes digunakan untuk
mendapatkan data berupa hasil belajar siswa, sedangkan teknik observasi hanya
digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama
42
proses pembelajaran dilaksanakan. Untuk mengetahui data observasi, maka
dilaksanakan pengamatan selama proses pembelajaran. Dalam penelitian ini yang
berperan sebagai pengamat atau observer adalah Bpk. Muhammad, S.Pd sebagai wali
kelas VA dan Ibu Zainab, A.ma. Pd yang merupakan wali kelas VB SD Negeri 15
Indralaya Utara, Ogan Ilir.
4.1.1 Deskripsi Data Hasil Tes Belajar
Untuk mengetahui data hasil belajar siswa, digunakan teknik tes. Tes
ditujukan kepada siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan perbandingan dua kelas, yaitu kelas VA sebagai kelas eksperimen dan
kelas VB sebagai kelas kontrol. Perbedaan nilai kelas kontrol dan nilai kelas
eksperimen dianggap sebagai akibat dari pengaruh model pembelajaran kooperatif
teknik lingkaran kecil lingkaran besar yang telah diberikan. Data berupa nilai hasil
belajar didapat setelah diadakan tes formatif dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20
butir soal dengan empat pilihan jawaban. Tes ini diberikan sebanyak satu kali yaitu
saat semua pokok bahasan tuntas di bahas. Peneliti memberikan soal tes yang sama
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Keseluruhan nilai hasil tes pada kelas eksperimen yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar dan kelas kontrol
dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini data nilai hasil belajar secara umum yang di
analisis :
Tabel. 8
Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Nilai Tinggi Nilai Kecil Rata-rata
Eksperimen 95 55 70,35
Kontrol 85 45 60,55
Sumber : Pengolahan data primer 2011.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi siswa pada kelas
eksperimen adalah 95, lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 85.
43
Begitu juga dengan nilai terendah siswa pada kelas eksperimen adalah 55, lebih tinggi
di bandingkan dengan kelas kontrol yaitu 45. Sedangkan untuk nilai rata-rata siswa
pada kelas eksperimen, yaitu 70,35 lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu 60,55.
Pada kelas eksperimen, masih ada beberapa siswa yang mendapat nilai rendah di
bawah KKM, yaitu di bawah 65. Setelah dilakukan pengamatan terhadap siswa, nilai
siswa tersebut memang selalu mendapat nilai rendah pada mata pelajaran yang
berbeda.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat ketuntasan klasikal siswa dapat
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah siswa yang tuntas dengan keseluruhan
jumlah siswa dikalikan 100% seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel. 9
Perbandingan Ketuntasan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No. Kelas Tuntas Tidak Tuntas
1. Eksperimen 2434
x 100% = 70,58 %1034
x 100% = 29,41 %
2. Kontrol 1334
x 100% = 38,23 %2134
x 100% = 61,76 %
Sumber : Pengolahan data primer 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan siswa pada kelas eksperi-
men yaitu 70,58 %, lebih tinggi dibandingkan dengan ketuntasan siswa pada kelas
kontrol, yaitu hanya 38,23 %.
Dari kedua data pada tabel di atas diketahui bahwa nilai pada kelas eksperi-
men yang menerapkan pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar
dengan nilai pada kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan tersebut terdapat
perbedaan yang cukup signifikan. Siswa yang tuntas pada kelas eksperimen lebih
tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini terjadi karena selama ini siswa belum terbiasa
menggunakan teknik pembelajaran yang lain sehingga mereka tidak terkondisi untuk
44
mencari informasi sendiri dan lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru saja
selama proses pembelajaran.
4.1.1.1 Uji Validitas
Untuk mendapatkan data yang valid, maka alat ukur yang di gunakan juga
harus valid. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukan uji coba tes yang akan digunakan. Uji coba di lakukan di SD Negeri 02
Indralaya yang bukan merupakan populasi penelitian. Peneliti sengaja memilih siswa
yang bukan merupakan populasi penelitian agar soal tersebut tidak diketahui atau
mudah dijawab oleh siswa SD tempat penelitian. Peneliti mengujikan soal kepada
siswa kelas 5 dan kelas 6 yang berjumlah 39 siswa.
Soal yang diuji validitasnya sebanyak 20 butir soal. Dari hasil perhitungan
validitas di peroleh 17 soal yang valid, yaitu dengan syarat rhitung>rtabel dengan dk(n-1)
= 38 pada taraf signifikasi 5% diperoleh rtabel = 0,320. Soal yang tidak valid adalah
soal nomor 3, 8, dan 10. Kemudian soal-soal yang tidak valid diperbaiki terlebih
dahulu sebelum digunakan dalam tes. Analisis setiap butir soal dapat dilihat di
lampiran, sedangkan hasil perhitungan untuk validitas dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel.10
Uji Validitas
SOAL rhitung rtabel KETERANGANNomor 1 0,578 0,320 ValidNomor 2 0,618 0,320 ValidNomor 3 0,287 0,320 Tidak ValidNomor 4 0,700 0,320 ValidNomor 5 0,728 0,320 ValidNomor 6 0,748 0,320 ValidNomor 7 0,708 0,320 ValidNomor 8 0,306 0,320 Tidak ValidNomor 9 0,854 0,320 ValidNomor 10 0,305 0,320 Tidak ValidNomor 11 0,728 0,320 Valid
45
Nomor 12 0,729 0,320 ValidNomor 13 0,848 0,320 ValidNomor 14 0,789 0,320 ValidNomor 15 0,780 0,320 ValidNomor 16 0,635 0,320 ValidNomor 17 0,772 0,320 ValidNomor 18 0,808 0,320 ValidNomor 19 0,797 0,320 ValidNomor 20 0,780 0,320 Valid
Sumber : Pengolahan Data Primer 2011
4.1.1.2 Uji reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas terhadap soal tes tersebut, peneliti kemudian
melakukan pengujian reliabilitas untuk menguji kehandalan alat ukur yang berkaitan
dengan sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kesalahan pengukuran
sehingga kemungkinan kesalahan alat ukur dalam penelitian dapat dihindarkan. Dari
hasil perhitungan reliabilitas yang telah dilakukan didapat r11 sebesar 0,367. Karena
harga rtabel pada signifikasi 5% dengan dk(n-1) = 38 adalah 0,320 maka dapat
disimpulkan bahwa soal tersebut reliabel karena syarat reliabel adalah rhitung>rtabel dan
0,367 > 0,320.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Data Hasil Tes
Untuk menguji hipotesis data yang diperoleh dari penelitian digunakan teknik
analisa statistik. Teknik yang dipakai adalah Uji-t, yang digunakan untuk
membandingkan hasil belajar rata-rata yang dicapai oleh siswa pada mata pelajaran
IPS yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil
lingkaran besar maupun siswa yang tidak menerapkan model tersebut. Uji-t
digunakan apabila data tersebar secara normal dan homogen. Untuk itu, diperlukan
unji normalitas dan uji homogenitas data terlebih dahulu. Untuk menganalisa data di
lakukan langkah sebagai berikut :
4.2.1.1 Uji Normalitas Data
46
Untuk mengetahui apakah data yang akan diolah telah terdistribusi normal
atau tidak, maka dilakukan uji normalitas data. Sebab Uji-t baru bisa dilakukan
apabila data tersebut terdistribusi normal. Berdasarkan dari daftar distribusi frekuensi
maka dapat ditentukan rata-rata, standar deviasi, dan modus.
Selanjutnya dari hasil perolehan rata-rata, standar deviasi, dan modus maka
dapat dicari kemiringan kurva yang dirumuskan Karl Pearson, dengan syarat
homogen adalah jika harga k terletak antara -1 sampai +1 (-1 < k+1) dengan rumus :
K = x−Mo
s
Ket : k = kemiringan
x = rata-rata
Mo = modus
S = simpangan baku/standar deviasi
4.2.1.1.1 Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen
a. Rentang = Nilai terbesar-nilai terkecil
= 95-55
= 40
b. Banyak Kelas = 1+ 3,3 Log n
= 1+ 3,3 L0g 34
= 1+ 3,3. 1,535
= 1+ 5,05
= 6,06
= 6
c. Panjang Kelas = Rentang
Banyak Kelas
= 406
= 6,6
= 7
47
Setelah diketahui masing-masing nilai rentang, banyak kelas dan panjang
kelas kemudian dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut :
Tabel.11
Distribusi Frekuensi Nilai Kelas Eksperimen
Interval Fi Xi fiXi Xi2 fiXi2
55-61 10 58 580 3364 33640
62-68 3 65 195 4225 12675
69-75 12 72 864 5184 62208
76-82 5 79 395 6241 31205
83-89 2 86 172 7396 14792
90-96 2 93 186 8649 17298
∑❑ 34 - 2392 - 171818
Sumber : Pengolahan Data Primer 2011
d. Nilai Rata-rata kelas eksperimen
x = ∑ fiXi
∑ fi
= 239234
= 70,35
e. Mencari modus dengan rumus
Mo = b + p [b1
b1+b2]
b = 68+69
2
= 68,5
48
p = 7
b1= 12-3 = 5
b2= 12-5 = 3
Mo = 68,5 + 7 [5
5+3 ]
= 68,5 + 4,37
= 72,87
f. Simpangan Baku
S2= n∑ fiXi−(∑ fiXi )
2
n(n−1)
S2= 34 (171818 )−(2392)2
34 (34−1)
S2= 5841812−5721664
34.33¿¿
S2= 120148
1122
S2= 107,08
S = √107,08 = 10,3
Dari nilai rata-rata, modus, dan simpangan baku, maka dapat dicari
kemiringan kurva dengan menggunakan rumus Karl Pearson, yaitu :
K = x−M o
s
K = 70,35−72,87
10,34
K = −2,5210,34
K = -0,24
Dari perhitungan di atas nilai K adalah -2,04 dan karena nilai K sebesar -2,04
dan harga ini terletak antara (-1) dan (+1) maka data kelas eksperimen dapat
dikatakan terdistribusi normal.
49
4.2.1.1.2 Uji Normalitas Data Kelas Kontrol
a. Rentang = Nilai terbesar-nilai terkecil
= 85-45
= 40
b. Banyak Kelas = 1+ 3,3 Log n
= 1+ 3,3 L0g 34
= 1+ 3,3. 1,535
= 1+ 5,05
= 6,06
= 6
c. Panjang Kelas = Rentang
Banyak Kelas
= 406
= 6,6
= 7
Setelah diketahui masing-masing nilai rentang, banyak kelas dan panjang kelas
kemudian dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel.12
Distribusi Frekuensi Nilai Kelas Kontrol
Interval Fi Xi fiXi Xi2 fiXi2
45-51 9 48 432 2304 20736
52-58 5 55 275 3025 15125
59-65 11 62 682 3844 42284
66-72 4 69 276 4761 19044
73-79 3 76 228 5776 17328
80-86 2 83 166 6889 13778
∑❑ 34 - 2059 - 128285
Sumber : Pengolahan Data Primer 2011
50
d. Nilai Rata-rata kelas eksperimen
x = ∑ fiXi
∑ fi
= 205934
= 60,55
e. Mencari modus dengan rumus
Mo = b + p [b1
b1+b2]
b = 59+58
2
= 58,5
p = 7
b1= 11-5 = 6
b2= 11-4 = 7
Mo = 58,5 + 7 [65
6+7 ]
= 58,5 + 7. 0,46
= 58,5 + 3,22,
= 61,72
f. Simpangan Baku
S2= n∑ fiXi−(∑ fiXi )
2
n(n−1)
S2= 34 (128295 )−(2059)2
34 (34−1)
S2= 4362030−4239481
(34.33)
S2= 122549
1122
S2= 109,22
51
S = √109,22
S = 10,45
Dari nilai rata-rata, modus, dan simpangan baku, maka dapat dicari
kemiringan kurva dengan menggunakan rumus Karl Pearson, yaitu :
K = x−M o
s
K = 60,55−61,72
10,45
K = −1,1710,45
K = -0,11
Dari perhitungan di atas nilai K adalah -0,11 dan karena nilai K sebesar -0,11
dan harga ini terletak antara (-1) dan (+1) maka data kelas eksperimen dapat
dikatakan terdistribusi normal.
4.2.1.2 Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data dilakukan untuk menguji kesamaan beberapa nilai rata-
rata yang terdistribusi normal, dan membuktikan kesamaan varians kelompok yang
membentuk sampel tersebut, dengan kata lain kelompok yang di ambil dengan
populasi yang sama. Dalam penelitian ini untuk menguji homogenitas data tersebut di
gunakan uji Barlett dengan syarat homogenitas X2hitung< X2
tabel.
Tabel.13
Uji Homogenitas Data Menggunakan Tes Barlett
Sampel Derajat
kebebasan
1/dk s2 Log s2 (dk) Log s2
Eksperimen 33 0,03 107,08 2,03 66,99
Kontrol 33 0,03 109,22 2,04 67,32
Jumlah 66 0,06 - - 134,37
Sumber : Pengolahan Data Primer 2011
52
Dari tabel di atas dapat maka dapat di hitung :
1. Varians gabungan cari sampel :
S2 = ¿¿
S2 = 33 (107,08 )+33(109,22)
66
S2 = 3522,64+3604,26
66
S2 = 7137,9
66
= 108,15
= √108,15
= 10,39
2. Harga satuan B
B = (Log S2) ∑ (¿−1)
B = (Log 108,15) (66)
B = (2,04).(66)
B = 134,64
3. Uji Barlett di cari dengan menggunakan rumus statistik Chi Kuadrat
Dengan dk = 1 pada taraf nyata 0,05 dari daftar chi kuadrat di dapat X (0,95) (t ) =
3,84
X2= (1n10)[B-∑ (¿−1 ) log Si2 ¿¿
X2= (2,303) – (134,64-134,37)
X2= (2,303) (0,27)
X2= 0,62
Dengan taraf nyata α = 0,053 di peroleh X2tabel = 0,384 dan X2
hitung = 0,62 dan
syarat homogen :X2hitung< X2
tabel maka di dapat 0,62 < 3,84. Dari hasil perhitungan
53
dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang sama. Jadi, data
penelitian baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengikuti distribusi normal
dan homogen.
4.2.1.3 Uji Hipotesis Data
Setelah dilakukan pengujian normalitas data dan homogenitas data, sehingga
data tersebut dinyatakan terdistribusi normal dan varians dalam penelitian bersifat
homogen, maka tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian hipotesis
penelitian dengan menggunakan statistik parametris yaitu rumus Uji-t :
t = X1−¿ X 2
s√ 1n1
+¿1n2
¿¿
s2=(n1−1 ) S1
2+( n2−1 ) S22
n1+n2−2
Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima Ha jika t hitung>
t tabel (1−α ) dan terima Ho jika t hitung<t tabel (1−α ), di mana t tabel (1−α ) adalah t yang didapat
dari tabel distribusi t dengan dk = n1+n2-2 dengan peluang (1-α).
Dari perhitungan sebelumnya diperoleh nilai rata-rata dan simpangan baku
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut :
Tabel.14
Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
x = 70,35
S12 = 107,08
n1 = 34
x = 60,55
S22 = 109,22
n2 = 34
Sumber : Pengolahan data primer 2011
Kemudian masukkan nilai tersebut kedalam rumus :
54
s2=(n1−1 ) S1
2+( n2−1 ) S22
n1+n2−2
s2 = (34−1 ) (107,08 )+(34−1)(109,22)
34+34−2
s2 = 33 (107,08 )+33(109,22)
66
s2 = 3522,64+3604,26
66
s2 = 7137
66
s2 = 108,15
S = √108,15
S = 10,39
Kemudian t hitungdicari dengan menggunakan rumus :
t = X 1−¿ X 2
S √ 1n 1
+1
n2
¿
t = 70,35−60,55
10,39√ 134
+ 134
t = 9,8
10,39√0,058
t =9,8
10,39.0,24
t = 9,8
2,49
t = 3,935
Untuk mencari t tabel untuk t(1−α ) adalah :
55
dk = n1+n2-2
dk = 34+34-2
dk = 66
Jadi t hitung= 3, 935 sedangkan t tabel = t (0,95 )(66) adalah t yang terdapat pada tabel
distribusi dengan dk = 66 dan taraf kepercayaan 0,95. Tetapi t (0,95 )(66) tidak terdapat
dalam tabel distribusi t sehingga besarnya harus di tentukan dengan rumus interpolasi
yaitu :
C = 2 + (C1−C0)(B1−B0)
(B-B0 ¿ (Riduan, 2003:237)
B = nilai dk yang di cari = 66
B0= nilai dk pada awal nilai yang telah ada = 60
B1= nilai dk pada akhir nilai yang telah ada = 120
C = nilai t tabel yang di cari
C0= nilai t tabel pada awal nilai yang sudah ada = 2,000
C1= nilai t tabel pada akhir nilai yang sudah ada = 1,980
Maka :
C = 2 + (1,98−2)(120−60) (66-60¿
C = 2 + (−0,02)
60 6
C = 2 + -0,002
C = 1,998
Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh t tabel (0,95) sebesar 1,998 sedangkan
t hitungdengan taraf signifikasi 0,05 lebih besar dibandingkan dengan t tabel yaitu 3,935 >
1,998, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran
kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar siswa. Nilai
rata-rata siswa kelas eksperimen menunjukkan lebih baik dibandingkan dengan nilai
rata-rata siswa kelas kontrol. Sehingga pembelajaran berdasarkan penerapan model
56
pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar yang peneliti lakukan
memiliki pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis nol (Ho) yang menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran
besar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15
Indralaya Utara di tolak. Ini berarti hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa
ada pengaruh pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara di
terima.
4.2.2 Analisis Data Observasi
Selain menggunakan instrument berupa tes, dalam penelitian ini peneliti juga
menggunakan instrument berupa lembar observasi. Kegunaan observasi ini adalah
untuk mengetahui kemampuan berinteraksi siswa dalam berbagi informasi materi
pelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil
belajar siswa. Hal tersebut dapat diketahui melalui keaktifan siswa selama proses
pembelajaran pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran
kecil lingkaran besar. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan data observasi ini
adalah : (1) pemberian tanda cek pada setiap deskriptor yang tampak pada lembar
observasi; (2) pemberian skor; (3) mengkonversikan skor yang telah diperoleh
menjadi nilai keaktifan; (4) mengkonversikan nilai keaktifan siswa ke dalam kategori
sangat aktif, aktif, cukup aktif, kurang aktif, dan sangat tidak aktif.
Yang bertindak sebagai observator untuk mengamati keaktifan siswa adalah
Bapak Muhammad, S. Pd yang merupakan wali kelas VA dan Ibu Zaenab, A. ma. Pd
yang merupakan wali kelas VB. Aspek-aspek yang diamati melalui lembar observasi
adalah keaktifan siswa meliputi : keaktifan visual, keaktifan lisan, keaktifan
mendengar, keaktifan menulis, dan keaktifan kerjasama dalam kelompok.
Data hasil observasi mengenai keaktifan siswa yang diperoleh dari kelas
eksperimen adalah sebagai berikut :
57
Tabel.15
Data Hasil Observasi Kelas Eksperimen
No. Indikator
Pertemuan
1 2 3
1. Keaktifan Visual 123 125 152
2. Keaktifan Lisan 122 128 154
3. Keaktifan Mendengar 115 134 145
4. Keaktifan Menulis 104 122 132
5. Keaktifan Kerjasama dalam kelompok 107 110 107
Total Skor 571 619 690
Nilai Keaktifan 67,17% 72,82% 81,17%
Kategori Cukup Aktif Aktif Aktif
Sumber : Pengolahan data primer 2011
Untuk kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran kooperatif
teknik lingkaran kecil lingkaran besar diperoleh data keaktifan siswa dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel. 16
Data Hasil Observasi Kelas Kontrol
No. Indikator
Pertemuan
1 2 3
1. Keaktifan Visual 95 95 105
2. Keaktifan Lisan 80 94 104
3. Keaktifan Mendengar 82 90 97
4. Keaktifan Menulis 88 88 89
5. Keaktifan Kerjasama dalam kelompok 79 87 74
Total Skor 424 454 469
Nilai Keaktifan 49,88% 52,94% 55,17%
58
Kategori Kurang Aktif Kurang Aktif Cukup Aktif
Sumber : Pengolahan data primer 2011
Dari kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol menunjukkan
nilai keaktifan siswa yang kurang aktif, baik dari pertemuan pertama sampai
pertemuan ketiga. Tetapi pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa dari pertemuan
pertama sampai pertemuan ketiga, presentase keaktifan siswa mengalami peningkatan
dari cukup aktif, aktif, dan aktif. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar memberikan pengaruh yang positif
terhadap kemampuan berinteraksi siswa dalam berbagi informasi materi
pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dan akan berdampak pada hasil belajar siswa.
4.3 Pembahasan
Peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa instrument tes dan lembar
observasi dalam penelitian ini. Setelah data hasil tes didapat, maka peneliti
melakukan analisis data tes tersebut. Analisa data dilakukan menggunakan statistik
parametris dengan rumus Uji-t yang terdiri dari uji normalitas data dan uji
homogenitas data. Uji normalitas data dilakukan peneliti untuk mengetahui normal
atau tidaknya suatu penyebaran data, kemudian uji homogenitas data diperlukan
untuk mengetahui persamaan variansi kelompok yang membentuk sampel.
Berdasarkan perhitungan yang didapat untuk kelas eksperimen, uji normalitas data
yang diperoleh adalah K = -0,24 dan harga tersebut terletak antara (-1) dan (1)
sehingga data kelas eksperimen tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.
Pada kelas kontrol, uji normalitas data yang diperoleh adalah K = -0,11 dan
data tersebut tersebut terletak diantara (-1) dan (1) sehingga data kelas kontrol juga
berdistribusi normal. Kemudian hasil perhitungan untuk uji homogenitas data di
peroleh X2hitung = 0,62 dan X2
tabel = 3,84. Diketahui syarat homogen adalahX2hitung <
X2tabel maka di dapat 0,62 < 3,84 sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal
59
dari populasi yang sama. Jadi, data penelitian baik kelas eksperimen maupun kelas
kontrol mengikuti distribusi normal dan homogen.
Setelah pengujian normalitas data dan homogenitas data dilakukan,
selanjutnya data tersebut dinyatakan terdistribusi normal dan varians dalam penelitian
bersifat homogen. Selanjutnya, tahapan yang dilakukan adalah pengujian hipotesis
penelitian dengan menggunakan statistik parametris yaitu rumus Uji-t dengan kriteria
pengujian terima Ha jika t hitung>t tabel (1−α )dan terima Ho jika t hitung<t tabel (1−α ).
Setelah dianalisis, data menunjukkan bahwa hasil tes akhir untuk kelas
eksperimen di peroleh t hitung= 3,935 dan t tabel dengan dk= 66 adalah t tabel = 1,998.
Dengan demikian ternyata jika t hitung<t tabel maka hipotesis tentang ada pengaruh
pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar
siswa dapat diterima. Sedangkan hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap
hasil belajar siswa tertolak oleh hasil analisis tersebut.
Sebelum menggunakan instrument tes, peneliti sudah terlebih dahulu
mengujicobakan instrument tersebut pada kelas lain yang bukan merupakan sampel
penelitian, yaitu kelas V di SD negeri 02 Indralaya. Selanjutnya peneliti
menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar untuk mengetahui
tingkat validitas, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas peneliti menggunakan
rumus K-R.20.
Peneliti juga mengggunakan instrument lain selain tes, yaitu lembar observasi.
Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan berinteraksi
siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi siswa dan hasil belajar. Hal yang di amati melalui lembar
observasi adalah keaktifan siswa meliputi keaktifan visual, keaktifan lisan, keaktifan
mendengar, keaktifan menulis, dan keaktifan kerjasama dalam kelompok.
Dari observasi yang di lakukan, diperoleh data hasil observasi untuk kelas
kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran
60
kecil lingkaran besar di ketahui bahwa nilai keaktifan siswa adalah kurang aktif baik
pada pertemuan satu dan kedua, kemudian menjadi aktif pada pertemuan ketiga, yaitu
49,88%, 52,94%, dan 55,17%. Sedangkan pada kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar di peroleh data
yang menunjukkan bahwa dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga
mengalami peningkatan persentase yaitu cukup aktif dan aktif.
Keaktifan individu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol juga mengalami
perbedaan yang cukup signifikan. Pada kelas eksperimen, deskriptor yang muncul
pada siswa dengan keaktifan terendah adalah berjumlah 16, dengan persentase
keaktifan 52%. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa dengan keaktifan terendah
jumlah deskriptornya hanya 8 dengan persentase keaktifan adalah 32%.
Pada kelas eksperimen, berdasarkan hasil tes dapat diketahui bahwa siswa
telah mampu memahami konsep materi pembelajaran dengan baik. Hal ini di
karenakan siswa tidak hanya menghapal dalam belajar, tetapi juga berpikir kritis
dalam memahami konsep. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibrahim
(2001:7) yang menyatakan bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Apabila siswa tidak memahami suatu konsep,
mereka tidak segan-segan untuk bertanya kepada guru. Ini disebabkan karena guru
tidak mendominasi pembelajaran di kelas, tetapi memberikan kesempatan siswa
untuk berpikir dan memahami materi dengan cara mereka sendiri sehingga siswa
tidak merasa ragu untuk bertanya.
Pada saat pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar,
siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Mereka
terlibat dalam suasana belajar yang aktif dan menyenangkan selama mengikuti proses
pembelajaran. Siswa tidak hanya mendengar, mencatat dan menghapal materi
pelajaran yang dijelaskan oleh guru tetapi mereka juga harus memahami materi
tersebut dalam bentuk kerjasama kelompok, kemudian menyampaikannya kepada
siswa lain. Hal ini tentu akan berpengaruh positif terhadap kemampuan berinteraksi
siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran. Siswa juga dituntut untuk
61
mengetahui informasi yang diperoleh dari siswa lain. Seperti yang dikatakan oleh Lie
(2010:64) bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif
dari pada pengajaran oleh guru.
Peranan guru pada pembelajaran kooperatif adalah lebih banyak sebagai
fasilitator, bukan hanya sebagai pengajar atau pendidik. Bukan hanya guru yang
memberikan informasi materi pelajaran, tetapi siswa juga bersama-sama berusaha
menemukan konsep bersama anggota kelompoknya dengan bimbingan guru. Jadi,
guru lebih banyak berfungsi mengarahkan materi belajar siswa.
Pada kelas eksperimen, siswa banyak terlibat interaksi dengan siswa yang
lainnya, terutama tentang hal dalam penyampaian ide atau pendapat yang telah siswa
dapatkan dari hasil kerjasama kelompok dan dalam penyampaian informasi yang
didapatkan. Siswa juga terlihat lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan mau
menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lie (2010:64) yang
menyebutkan bahwa kelebihan teknik lingkaran kecil lingkaran besar adalah
memungkinkan siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain dengan lebih cepat
dan teratur, meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam suasana bergotong
royong dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Sedangkan pada kelas
kontrol, pembelajaran berlangsung kurang antusias dan kurang bervariasi karena
siswa mengalami kejenuhan dalam belajar. Perhatian siswa hanya terfokus pada satu
masalah saja, yaitu hanya mendengar penjelasan dari guru. Kemudian siswa mencatat
dan menghafal informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa disertai kegiatan lain.
Siswa terlihat kurang begitu aktif dan bersemangat dalam pembelajaran. Apabila
terdapat materi yang kurang di pahami, siswa enggan bertanya kepada guru dan lebih
memilih diam. Hal ini disebabkan oleh terlalu menonjolnya peranan guru dalam
pengajaran, sehingga siswa merasa kelas tersebut hanya milik guru dan mereka hanya
bertugas untuk diam dan mendengarkan saja. Keadaan seperti itu tentu tidak baik
dalam proses pembelajaran apabila berlangsung secara terus menerus.
Hambatan yang dialami peneliti pada saat melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil
62
lingkaran besar adalah dalam hal pengendalian siswa. Siswa SD pada umumnya
masih bersifat anak-anak yang hanya mau bermain saja. Kadang siswa bersifat gaduh
dan tidak teratur dalam pembelajaran, terutama saat perputaran lingkaran dilakukan.
Selain itu, kesulitan juga dialami peneliti pada saat membimbing siswa untuk
mengerjakan tugas dan bekerjasama dalam kelompoknya, hal ini karena siswa pada
awalnya telah terbiasa untuk belajar secara individual tanpa memperhatikan siswa
yang lainnya.
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar
memiliki nilai hasil belajar yang lebih baik bila dibandingkan dengan kelas kontrol
yang tidak menerapkan model pembelajaran tersebut. maka dalam penelitian ini dapat
dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir.
63
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment
dengan angka kasar untuk menguji validitas dan menggunakan rumus KR.20 untuk
menghitung reliabilitas dan diperoleh hasil rhitung>rtabel sehingga instrument yang
peneliti berikan bersifat valid dan reliabel. Setelah dilakukan analisis dan uji
hipotesis data, maka diperoleh t hitung>t tabel yaitu 3,935 > 1,998 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran
kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD
negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir. Selain itu, model pembelajaran kooperatif teknik
lingkaran kecil lingkaran besar juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi
siswa yang dapat diketahui dari hasil data observasi, sehingga berpengaruh pada
peningkatan hasil belajar siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Bagi siswa, disarankan agar lebih serius dan mempersiapkan diri dalam proses
pembelajaran. Diantaranya dengan cara mempelajari pelajaran yang di
lakukan sekolah dan mengulanginya di rumah.
2. Bagi guru, hendaknya dalam proses pembelajaran tidak hanya memfokuskan
pada metode ceramah tetapi juga dengan metode pembelajaran lain. Guru
harus menggunakan model pembelajaran yang banyak melibatkan siswa
secara langsung sehingga siswa lebih bersemangat dan aktif dalam belajar.
Salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran
64
kecil lingkaran besar yang dari hasil penelitian telah dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti hasil belajar siswa secara kognitif
siswa, maka disarankan bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini
untuk menilai pada pelaksanaan proses pembelajaran atau pada aspek-aspek
yang lainnya.
4. Salah satu hambatan dalam penelitian ini adalah sulitnya mengendalikan
siswa pada saat berinteraksi dan juga sulitnya membimbing siswa dalam
bekerjasama dalam kelompok. Maka disarankan pada peneliti selanjutnya
untuk mempersiapkan diri dengan baik terutama dalam hal penguasaan kelas.
Selain itu juga disarankan untuk berupaya melakukan pendekatan-pendekatan
lain kepada siswa sehingga siswa mudah diajak berkerjasama dengan siswa
yang lainnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
--------------------------. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
-------------------------. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
-------------------------. 2006. KTSP-SD. Palembang: Percetakan dan Penerbitan Dinas Diknas Propinsi.
Fathoni, Abdurrahman. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
---------------------. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayati, dkk. 2009. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Depdiknas.
Ibrahim, Muslim. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. University Press.
Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Jogjakarta: Pustaka Belajar.
Kurnia, dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.
Lie, Anita. 2010. Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia.
Margono, 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
66
Masril, Meisya. 2010. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD N 13 Indralaya”. Skripsi. Inderalaya: FKIP Unsri.
Nasution, 2003. Teknologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Putri, Feralia E. 2008. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu (Sejarah) di SMP N 1 Palembang”. Skripsi. Indralaya: FKIP Unsri.
Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Solihatin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
------------. 2010. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D ). Bandung: Alfabeta.
Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Universitas Sriwijaya, 2007. Buku Pedoman Universitas Sriwijaya. Inderalaya: Percetakan dan Penerbit Universitas Sriwijaya.
Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Winkel, W.S. 2002. Psikologi dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Top Related