Skripsi Ips

102
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupa- kan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, sehingga melalui pendidikanlah bangsa akan tegak dan mampu menjaga martabat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang unggul.

description

skripsi IPS Eksperimen murni

Transcript of Skripsi Ips

Page 1: Skripsi Ips

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupa-

kan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Menurut

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa,

sehingga melalui pendidikanlah bangsa akan tegak dan mampu menjaga martabat.

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat serta mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang unggul.

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa

tujuan utama kegiatan pembelajaran di sekolah yaitu menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan, dapat menarik minat dan antusias siswa serta dapat memotivasi

siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat, sebab dengan suasana

belajar yang menyenangkan akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi

belajar yang optimal. Prestasi belajar siswa merupakan suatu indikasi dari perubahan-

perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar-mengajar.

Dari prestasi inilah dapat dilihat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi

pelajaran.

Page 2: Skripsi Ips

2

Demikian juga halnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),

seorang guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan

bervariasi yang dapat memotivasi siswa untuk belajar serta menumbuhkan daya

kreatifitas siswa. Karena IPS pada jenjang pendidikan dasar memfokuskan kajiannya

kepada hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan

dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan

melalui kajian ini ditunjukan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam

kehidupan masyarakat.

Secara umum pendidikan IPS memiliki tujuan sebagai berikut: (a) mengenal

konsep konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan lingkungannya,

(b) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (c)

memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan

(d) memiliki kemampuan berkomunikasi, kerjasama dan kompetisi dalam masyarakat

yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global (Depdiknas, 2006:124).

Kemampuan dan keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran

dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang

digunakan oleh guru di kelas. Guru diharapkan mampu menggunakan model

pembelajaran yang lebih bervariasi dan dapat membangkitkan daya kreatifitas dan

motivasi untuk belajar secara mandiri dan bekerja sama dengan siswa yang lain

melalui kelompok-kelompok belajar siswa. Model pembelajaran yang monoton akan

mengurangi motivasi siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan karena siswa merasa

jenuh dengan pola pembelajaran yang sama terus menerus (Solihatin dan

Raharjo,2005:3).

Agar tidak terjadi kejenuhan pada siswa, maka diperlukan usaha dari seorang

guru untuk membentuk kondisi pembelajaran yang kondusif. Sekolah merupakan

tempat bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kerjasama dan

kompetensi dalam masyarakat majemuk. Sekolah juga tempat siswa belajar mengenai

Page 3: Skripsi Ips

3

nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang akan mereka terapkan kelak dikehidupan

masyarakat berikutnya, baik dijenjang pendidikan formal maupun informal.

Menurut Slameto (2003:34), dalam mengajar yang dipentingkan adanya

partisipasi antara guru dan siswa. Guru merupakan koordinator yang melakukan

aktivitas yang sedemikian rupa, sehingga siswa belajar sesuai dengan yang

diharapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur siswa agar belajar bukan

menentukan proses belajar.

Pembelajaran IPS yang diimplementasikan saat ini masih bersifat

konvensional sehingga siswa sulit memperoleh pelayanan secara optimal (Solihatin

dan Raharjo,2005:3). Dengan pembelajaran seperti itu maka perbedaan individual

siswa di kelas tidak dapat terakomodasi sehingga sulit tercapai tujuan-tujuan spesifik

pembelajaran terutama bagi siswa berkemampuan rendah. Pembelajaran IPS saat ini

juga lebih menekankan pada aspek kebutuhan formal yang bersifat pasif (siswa hanya

duduk, diam, mendengar, dan mencatat di dalam kelas) dibanding kebutuhan real

siswa (pembentukan sikap, nilai dan kecakapan dasar siswa) sehingga proses

pembelajaran terkesan sebagai pekerjaan administratif dan belum mengembangkan

potensi anak secara optimal.

Berdasarkan pengamatan peneliti di SD Negeri 15 Indralaya Utara, masih

banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran IPS. Hasil wawancara

peneliti dengan guru kelas V menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPS masih

menggunakan metode konvensional yang tidak menarik minat belajar siswa. Sebagai

contoh, guru terlalu banyak menggunakan metode ceramah dan masih bertindak

sebagai tokoh utama dalam pembelajaran sehingga kurang melibatkan siswa.

Memang sistem ini cukup membawa hasil, walaupun belum optimal.

Secara umum penguasaan pengetahuan sosial lulusan pendidikan dasar relatif

cukup, tetapi penguasaan nilai dalam arti penerapan nilai, keterampilan sosial dan

partisipasi sosial hasilnya belum menggembirakan. Hal ini dapat di lihat dari hasil

ulangan harian siswa. Rata-rata hasil ulangan siswa untuk mata pelajaran IPS di kelas

V adalah 55,25. Dari 34 siswa di kelas V, baru 44% yang mencapai Kriteria

Page 4: Skripsi Ips

4

Ketuntasan Minimal (KKM = 67). Memang hasil ini lebih tinggi di bandingkan

dengan hasil pada pelajaran IPA dan Matematika, tetapi dalam tingkat ketuntasan

siswa tentunya hasil ini belum maksimal.

Mata pelajaran IPS diharapkan mampu mempersiapkan, membina, dan

membentuk kemampuan siswa yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan

kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan bermasyarakat (Hasan dalam

Isjoni,2009:1). Untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut, diperlukan iklim

pembelajaran yang baik, misalnya adalah dalam pemilihan model pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang bisa di gunakan adalah model pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan kerja sama, yakni kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan

sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja

secara bersama-sama diantara sesama kelompok mampu meningkatkan motivasi,

produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin dan Raharjo,2005:5).

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang sejalan dengan pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran. Model

pembelajaran kooperatif kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi dan

berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

pembelajaran ini, kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan

mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya. Maksudnya, siswa tidak

hanya secara pasif menerima pengajaran dari guru, tetapi siswa dituntut untuk berfikir

dalam menyelesaikan pelajaran yang ada dengan bimbingan guru.

Banyak kelebihan yang didapat siswa dan guru melalui pembelajaran

kooperatif. Siswa akan lebih aktif dan bekerja sama dengan sesama teman untuk

menyelesaikan tugas kelompok, serta siswa juga harus bisa mempertanggung

jawabkan pemahaman individual. Situasi pembelajaran akan lebih dinamis dan

Page 5: Skripsi Ips

5

terarah sehingga bisa meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Model

kooperatif ini relatif mudah diterapkan oleh guru.

Banyak sekali teknik dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah

teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Alasan utama peneliti memilih teknik ini

adalah karena teknik lingkaran kecil lingkaran besar cocok untuk semua materi

pelajaran, terutama materi pelajaran yang memerlukan banyak mengunakan

pertukaran informasi antar siswa. Dengan seringnya siswa berinteraksi untuk berbagi

informasi materi pelajaran, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

berkomunikasi siswa. Dengan adanya peningkatan keterampilan berkomunikasi,

maka akan meningkatkan belajar siswa (Stahl dalam Isjoni, 2010:12). Siswa dilatih

untuk menangkap informasi yang disampaikan oleh temannya, kemudian

memahaminya, dan menyampaikan kembali dalam komunikasi verbal.

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti berkeinginan untuk

mengadakan suatu penelitian dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar Terhadap Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran koperatif teknik

lingkaran kecil lingkaran besar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan

Ilir.

2.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

koperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir.

Page 6: Skripsi Ips

6

2.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, agar dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk meningkatkan

penggunaan ragam teknik pembelajaran untuk memberikan pembelajaran

yang bermakna bagi siswa.

2. Bagi siswa, memberikan motivasi dan pengalaman belajar kooperatif yang

benar.

3. Bagi peneliti, merupakan sumbangan ilmu praktis yang dapat di pergunakan

untuk masa yang akan datang serta sebagai bekal untuk menjadi seorang

pendidik.

4. Bagi lembaga, sebagai bahan informasi penelitian yang telah di lakukan untuk

menunjang penelitian lanjutan.

Page 7: Skripsi Ips

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kooperatif

2.1.1 Pengertian Pembelajaran

Hamalik (2009:77), menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem.

Artinya, pembelajaran adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-

komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan

dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah

ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi : (a) tujuan

pendidikan dalam pengajaran; (b) peserta didik atau siswa; (c) tenaga kependidikan

khususnya guru; (d) perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum; (e)

strategi pembelajaran; (f) media pengajaran; dan (g) evaluasi pengajaran.

Komponen-komponen yang tersebut di atas tentunya akan saling berhubungan

dan saling mempengaruhi tujuan pengajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran

akan terselenggara dengan lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang

positif antar komponen-komponen yang terkandung di dalam sistem tersebut.

Pembelajaran adalah suatu upaya yang di lakukan (guru atau yang lain) utuk

membelajarkan siswa yang belajar (Siddiq dkk,2008:1-9). Sedangkan menurut Surya

(2005:61), pembelajaran adalah suatu proses dari seseorang yang sengaja dikelola

untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi

khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.

Dalam suatu sistem pendidikan formal (misalnya sekolah), suatu

pembelajaran tentunya menjadi tugas seorang guru yang merupakan tenaga

professional yang di siapkan untuk proses pembelajaran. Sehingga di dalam suatu

pembelajaran, kulitas seorang guru akan sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran

itu sendiri. Menurut Isjoni (2009:14), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan

siswa, bukan dibuat siswa. Upaya siswa sebagai peserta didik dalam proses belajar

untuk mencapai tujuan belajar itulah yang disebut sebagai pembelajaran.

Page 8: Skripsi Ips

8

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat interaksi antara

komponen-komponen yang bertujuan untuk membantu siswa sebagai peserta didik

dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Adapun tujuan pembelajaran

itu sendiri adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang

dilakukan oleh peserta didik.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang mempunyai

sistem belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6

orang dengan struktur yang heterogen secara kolaboratif sehingga keberhasilan

belajar kelompok tergantung pada aktivitas individual maupun aktivitas kelompok

(Slavin dalam Solihatin dan Raharjo,2005:4).

Pembelajaran kooperatif digunakan dalam bentuk kelompok-kelompok di

ruang kelas dengan menciptakan suatu kondisi dan situasi belajar yang

menyenangkan. Keberhasilan kelompok-kelompok tersebut dalam proses belajar akan

ditentukan oleh kerjasama yang kompak dan teratur antara individu-individu di dalam

kelompok itu sendiri.

Lie (2010:12), menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu

sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk saling bekerja

sama dengan sesama siswa. Menurut Isjoni (2009:8), kooperatif adalah mengerjakan

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu

kelompok atau satu tim. Jadi, pembelajaran kooperatif dilakukan secara bersama-

sama oleh siswa dengan saling bantu membantu antara satu dengan yang lainya

dengan tujuan agar setiap individu didalam kelompok mampu mencapai tujuan atau

tugas yang telah di tetapkan.

Pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik agar dapat belajar secara

berkelompok bersama teman-temanya. Sehingga dengan adanya interaksi antar

kelompok diharapkan akan terjadi saling menghargai pendapat antar individu dan

Page 9: Skripsi Ips

9

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat dalam

penyampaian ide atau gagasan.

Menurut Artzt dan Newman (dalam Trianto,2009:56), pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama

sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan

bersama. Nurhadi (2004:112), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi kelompok belajar. Jadi dalam sistem

pembelajaran kooperatif ini, siswa dituntut untuk bekerjasama dan berinteraksi dalam

mengembangkan ide dan pemikirannya melalui diskusi kelompok.

Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara

sesama anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami

materi pembelajaran dengan lebih baik. Dengan pembelajaran kooperatif, bisa

membuat siswa yang kurang bergairah dalam belajar menjadi lebih bersemangat. Hal

ini dikarenakan siswa yang kurang bergairah akan dibantu oleh siswa yang lain

sehingga timbul semangat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepadanya

untuk kepentingan bersama dalam kelompok.

Isjoni (2009:9) menyatakan, ciri-ciri penbelajaran kooperatif yaitu setiap

anggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung antara siswa, setiap

siswa bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-temannya, guru membantu

keterampilan interpersonal kelompok, dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok

jika diperlukan. Pembelajaran kooperatif tentu dapat membuat siswa mengalami

peningkatan dalam hal pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang

memungkinkan mereka aktif berpartisipasi di dalam lingkungan komunitas mereka.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem belajar dan bekerja sama dengan

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang mencapai hasil berupa

prestasi akademik, toleransi, menerima keberagaman, dan pengembangan

keterampilan sosial.

Page 10: Skripsi Ips

10

Pada umumnya, guru telah banyak melaksanakan pembelajaran di kelas

dengan cara belajar berkelompok. Hal ini membuat para guru menganggap bahwa

pembelajaran kooperatif sama dengan belajar kelompok yang telah mereka terapkan.

Akan tetapi, walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tidak

setiap kerja kelompok dinamakan pembelajaran kooperatif.

Roger dan Johnson (dalam Lie 2010:31) mengatakan bahwa tidak semua

belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang

maksimal, terdapat lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan

yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,

komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.

Proses pembelajaran kooperatif diharapkan bisa menimbulkan, menanamkan

dan membina sikap-sikap berdemokrasi diantara para siswa. Hal ini tentu tidak

terlepas dari peran dan tanggung jawab guru sebagai pendidik dalam proses

pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu melatih siswa agar terbiasa menerima

pendapat dari siswa lainnya sehingga siswa bisa menghargai pendapat orang lain. Hal

ini bisa membantu mereka dalam mencari jawaban terbaik dan benar serta

meningkatkan pengetahuan, sehingga materi pelajaran yang di ajarkan akan semakin

dipahami.

2.1.3 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan Johnson (dalam Lie 2010:31), unsur-unsur pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Saling Ketergantungan Positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung

pada setiap usaha anggotanya. Dimana setiap anggota kelompok bekerja demi

tercapainya suatu tujuan yang sama.

2. Tanggung Jawab Perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung dari

unsur yang pertama. Setiap anggota kelompok akan merasa bertanggung

jawab untuk melakukan yang terbaik.

Page 11: Skripsi Ips

11

3. Tatap Muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi. Kegiatan ini memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan setiap anggota. Inti dari sinergi ini

adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi

kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi Antaranggota. Unsur ini menghendaki agar para pembelajar

dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu

kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

mendengarkan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi Proses Kelompok. Pengajar perlu manjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Namun,

evalusasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok melainkan

selang beberapa waktu.

2.1.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan

dengan model pembelajaran lain. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut

Slavin dalam Isjoni (2009:33) adalah sebagai berikut :

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria

yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung

pada belajar individu semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus

dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota

kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3. Kesempatan yang sama untuk berhasil, bermakna bahwa siswa telah

membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

Page 12: Skripsi Ips

12

2.1.5 Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif

Pengajaran pada pembelajaran kooperatif dimulai dengan guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Tahap ini diikuti oleh penyajian

informasi. Selanjutnya siswa di kelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini di

lanjutkan dengan bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama untuk menyelesaikan

tugas mereka. Terakhir, di lakukan presentasi kerja kelompok atau evaluasi tentang

apa yang telah di pelajari.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

Tabel. 1

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase -1

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase-2

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta

didik secara verbal

Fase-3

Mengorganisir peserta didik ke

dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang

cara pembentukan tim belajar dan membantu

kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase-4

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim selama peserta didik

mengerjakan tugasnya

Fase-5

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai

berbagai materi pembelajaran atau kelompok-

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan pengakuan atau

penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan

prestasi individu maupun kelompok

Sumber : Solihatin dan Raharjo (2009:10)

Page 13: Skripsi Ips

13

2.1.6 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama penerapan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik

dapat belajar secara berkelompok dengan cara saling menghargai pendapat dan

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan

menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Menurut Ibrahim (dalam Isjoni,2009:39), model pembelajaran kooperatif di

kembangkan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Hasil belajar akademik

Pengembangan model ini menunjukkan bahwa struktur penghargaan

kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik

dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,

kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan sosial.

Menurut Lie (2010:64) teknik lingkaran kecil lingkaran besar adalah teknik

yang mengkondisikan siswa untuk saling bekerjasama dengan siswa lain dan

memberikan kesempatan untuk berbagi informasi materi pelajaran pada saat

bersamaan. Artinya teknik ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa dalam menyampaikan materi yang telah didapatkannya.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok

bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan

menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Page 14: Skripsi Ips

14

2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Jarolimek dan Parker (dalam Isjoni,2009:24) menyatakan keunggulan model

pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan yang positif, adanya

pengakuan dalam merespon perbedaan individu, siswa dilibatkan dalam perencanaan

dan pengelolaan kelas, suasana kelas menjadi menyenangkan dan rileks, terjalin

hubungan yang hangat antar guru dan siswa, dan memiliki banyak kesempatan untuk

mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Stahl dalam Solihatin dan Raharjo (2005:7) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif memiliki kelebihan sebagai berikut : (1) perumusan tujuan belajar yang

jelas; (2) penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar; (3)

ketergantungan yang bersifat positif; (4) interaksi yang bersifat terbuka; (5) tanggung

jawab individu; (6) kelompok bersifat heterogen (7) interaksi sikap dan perilaku

sosial yang bersifat positif; (8) kepuasan siswa dalam belajar.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif menurut Isjoni

(2009:25) bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.

Faktor dari dalam yaitu (1) membutuhkan persiapan yang matang, memerlukan

tenaga dan waktu yang banyak, (2) dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya

yang memadai, (3) selama proses kegiatan diskusi yang dibahas meluas sehingga

banyak yang tidak sesuai alokasi waktu yang ditentukan dan (4) saat diskusi kelas

terkadang didominasi oleh siswa tertentu, sehingga siswa yang lain menjadi pasif.

2.1.8 Pengelolaan Kelas Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa. Ada lima

unsur yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok biasa.

Untuk memenuhi lima unsur tersebut memang di butuhkan niat dan kiat para anggota

kelompok. Para siswa mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya

dalam kegiatan belajar yang akan saling menguntungkan. Selain niat, para siswa juga

harus mempunyai kiat-kiat dalam berinteraksi dan berkerjasama dengan orang lain.

Page 15: Skripsi Ips

15

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model

pembelajaran kooperatif (Lie,2010:38), yaitu :

1. Pengelompokan

Ability grouping adalah praktik pengelompokkan siswa dengan kemampuan

setara dalam satu kelompok. Praktik ini bisa dilakukan pada pembagian kelompok di

dalam satu kelas atau pembagian kelas dalam satu sekolah. Akibatnya, dalam satu

kelompok terdiri dari siswa yang hanya berkemampuan tinggi semua ataupun siswa

yang berkemampuan rendah semua. Pengelompokan ini sangat disukai oleh guru

karena sangat praktis dan mudah dilakukan. Padahal pengelompokkan seperti ini

banyak memiliki akibat negatif. Misalnya, dapat menimbulkan kesenjangan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah. Akibatnya, siswa

yang berkemampuan rendah akan timbul rasa malas dalam belajar karena kalah

bersaing dengan siswa yang berkemampuan tinggi.

Di dalam pembelajaran kooperatif, pengelompokkan dilakukan secara

heterogen. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan

keanekaragaman gender, latar belakang agama dan etnik, serta sosial budaya. Dalam

hal kemampuan akademis, biasanya kelompok pembelajaran kooperatif terdiri dari

siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

2. Semangat Gotong-Royong

Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran gotong

royong, masing-masing anggota perlu mempunyai semangat gotong royong.

Semangat ini tidak bisa timbul dalam sekejap. Semangat gotong royong ini bisa di

rasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa

lainnya. Niat siswa dapat dibina dengan beberapa kegiatan yang bisa membuat relasi

masing-masing anggota kelompok lebih erat seperti kesamaan kelompok, identitas

kelompok, serta sapaaan dan sorak kelompok.

3. Penataan Ruang Kelas

Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang

dipakai. Dalam pembelajaran kooperatif, ruang kelas bisa ditata dengan sedemikian

Page 16: Skripsi Ips

16

rupa sehingga dapat menunjang proses pembelajaran. Tentu saja keputusan guru

dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas

dan sekolah.

2.1.9 Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2010:55-71), macam-macam teknik belajar-mengajar kooperatif

yaitu : (a) mencari pasangan, (b) bertukar pasangan, (c) berfikir-berpasangan-

berempat, (d) kepala bernomor, (e) kepala bernomor berstruktur, (f) dua tinggal dua

tamu, (g) keliling berkelompok, (h) kancing gemerincing, (i) keliling kelas, (j)

lingkaran kecil lingkaran besar, (k) tari bambu, (l) jigsaw, (m) bercerita berpasangan,

(n) dan berkirim salam dan soal.

Isjoni (2010:51) menyatakan bahwa dalam cooperative learning terdapat

beberapa variasi model yang dapat diterapkan yaitu : (1) Student Team Achievement

Division (STAD); (2) Jigsaw; (3) Group Investigasion (GI); (4) Rotating Trio

Exchange; dan (5) Group Resume.

Pada dasarnya, tujuan dari semua teknik hampir sama karena tetap mengacu

pada tujuan model pembelajaran kooperatif pada umumnya. Kesemua teknik di atas

menekankan pada kerjasama dan partisipasi tiap anggota kelompok untuk mencapai

tujuan bersama yang merupakan tujuan pembelajaran pada tiap-tiap pertemuan.

Untuk memilih model yang tepat, maka perlu di perhatikan relevansinya

dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Isjoni (2010:50) menyatakan bahwa dalam

praktiknya pada dasarnya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika

memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktifitas belajar

siswa, maka hal itu semakin baik.

2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifan siswa belajar

juga semakin baik.

3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan.

Page 17: Skripsi Ips

17

4) Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru.

5) Tidak ada satu pun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis

materi, dan proses belajar yang ada.

Berdasarkan pertimbangan diatas maka peneliti memutuskan untuk

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil

Lingkaran Besar

Menurut Trianto (2009:69), model pembelajaran teknik lingkaran kecil

lingkaran besar adalah teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan pengetahuannya untuk kelompok. Siswa akan memberikan

informasi-informasi yang dibutuhkan dalam kelompok untuk berinteraksi dengan

krlompok yang lain.

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini

memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang

bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam berberapa mata pelajaran, seperti

ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang

paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan

pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa.

Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar adalah

model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar di mana siswa

saling membagi informasi pada saat yang bersamaan (Lie,2010:65). Menurut Spencer

Kagan (dalam Lie,2010:65), teknik ini cocok untuk semua materi pelajaran, terutama

yang membutuhkan banyak pertukaran pikiran dan informasi antar siswa serta sangat

di sukai oleh siswa.

Teknik ini merupakan teknik pembelajaran dimana siswa saling berhadapan

antara satu dengan yang lain kemudian berganti dengan pasangan yang berbeda

dengan waktu yang singkat dan teratur dalam bertukar informasi pelajaran.

Page 18: Skripsi Ips

18

Isjoni (2009:69) juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik

lingkran kecil lingkaran besar adalah suatu teknik yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik lingkaran kecil

lingkaran besar adalah teknik pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk saling

bekerja sama dan memberikan kesempatan untuk berbagi informasi materi pelajaran

pada saat yang bersamaan untuk mencapai hasil berupa prestasi akademik, toleransi,

menerima keberagaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Pada saat penyampaian informasi materi pelajaran posisi siswa akan

membentuk seolah-olah seperti lingkaran kecil dan lingkaran besar. Maka model

pembelajaran ini di namai teknik pembelajaran lingkaran kecil lingkaran besar.

2.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran

Kecil Lingkaran Besar

Langkah-langkah model pembelajaran teknik lingkaran kecil lingkaran besar

adalah sebagai berikut :

Tabel. 2

Langkah pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar

Langkah Kegiatan Guru

Langkah 1

Persiapan

Guru mempersiapkan perangkat pengajaran, yaitu RPP, lembar

kerja siswa, dan soal-soal tes.

Langkah 2

Menyampaikan tujuan

Dan motivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cara

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan teknik

lingkaran kecil lingkaran besar dan memotivasi siswa belajar.

Langkah 3

Penyampaian materi

Pembelajaran

Guru memberikan pengenalan materi yang akan di pelajari

Langkah 4

Mengorganisir siswa

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil

Page 19: Skripsi Ips

19

Langkah 5

Membimbing kelompok

Bekerja dan belajar

Guru membagi materi yang dibahas dalam kelompok masing-

masing dan memberikan waktu pada siswa untuk bekerja

dalam kelompok

Langkah 6

Kerja kelompok

(diskusi)

Guru mempersilahkan dua kelompok untuk presentasi

penyampaian hasil kelompoknya, satu kelompok membentuk

lingkaran kecil (menghadap keluar), satu kelompok

membentuk lingkaran besar (menghadap kedalam), sehingga

tiap anggota kelompok berpasangan dan saling berhadapan.

Langkah 7

Penyampaian hasil

Guru mengkoordinir setiap dua orang siswa yang berhadapan

dari lingkaran kecil dan lingkaran besar, saling bertukar

informasi diawali oleh kelompok lingkaran kecil secara

bersamaan. Setelah selesai membagi informasi, lingkaran kecil

bergeser satu atau dua langkah untuk mengganti pasangan.

Kemudian siswa di lingkaran kecil diam, karena kini lingkaran

besar yang akan member informasi.

Langkah 8

Penjelasan

Guru menjelaskan materi kembali, yaitu materi yang kurang

dipahami oleh siswa

Langkah 9

Pemberian tes

Guru memberikan tes sesuai dengan materi yang telah

dipelajari

Sumber : Lie (2010:65)

Spencer Kagan (dalam Lie,2010:65) menyatakan bahwa perputaran untuk dapat

memperoleh pasangan berbagi informasi baru dapat diselingi dengan nyanyian atau

tepukan agar lebih menarik. Isjoni (2010:54) menyatakan bahwa untuk

mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotaan kelompok sebaiknya

heterogen, baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lain. Dengan demikian,

sebaiknya guru yang membuat kelompok-kelompok itu. Jika siswa dibebaskan

membuat kelompok sendiri maka biasanya siswa akan memilih teman sesuai dengan

kesukaan mereka masing-masing, misalnya atar siswa yang berjenis kelamin sama.

Page 20: Skripsi Ips

20

Teknik ini bisa digunakan untuk semua tingkatan usia didik. Hal ini

dikarenakan siswa dapat bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong

sehingga banyak mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkat-

kan keterampilan berkomunikasi.

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik

Lingkaran Kecil Lingkaran Besar

Kelebihan :

Menurut Lie (2010:65) kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik

lingkaran kecil lingkaran besar adalah : (a) adanya struktur yang jelas; (b)

memungkinkan siswa untuk berbagi informasi siswa dengan siswa lain yang lebih

cepat dan teratur; (c) meningkatkan keterampilan berkomunikasi; (d) meningkatkan

keterampilan bekerjasama dalam suasana bergotong royong; (e) bisa digunakan untuk

semua tingkatan usia anak didik.

Kekurangan :

Lie (2010:66) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik

lingkaran kecil lingkaran besar ini akan sulit diterapkan apabila kondisi kelas sempit,

terlebih lagi apabila penataan kelas masih tradisional permanen, di mana kursi dan

meja sulit dipindahkan. Selain itu, tipe ini memerlukan siswa dengan abilitas belajar

yang baik.

Teknik lingkaran kecil lingkaran besar ini akan lebih mudah diterapkan pada

kelas yang memiliki ruangan dalam kondisi yang cukup memadai dari segi ukuran.

Karena teknik ini memerlukan ruangan yang cukup luas dan sulit diterapkan pada

kondisi yang sempit. Apabila kondisi kelas permanen sehingga meja dan kursi sulit

dipindahkan, maka alternafti yang bisa dipilih adalah dengan menerapkan proses

pembelajaran di luar ruangan kelas.

Page 21: Skripsi Ips

21

2.2.4 Langkah-langkah Operasional Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar

Pada Pembelajaran IPS Materi Keragaman Suku dan Budaya Indonesia

Langkah-langkah operasional teknik lingkaran kecil lingkaran besar pada saat

pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Persiapan

Guru menyiapkan RPP, LKS dan media untuk pembelajaran. Pada tahap ini

guru juga mempersiapkan pembentukan kelompok-kelompok pembelajaran.

Adapun cara pembentukan kelompok bisa dilakukan secara acak. Kerena jumlah

siswa adalah 34 siswa, maka guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, dengan

rincian 6 kelompok beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5

siswa.

2. Presentasi kelas

Pendahuluan : guru melakukan apersepsi (mengingat materi keragaman suku

dan budaya bangsa yang telah di pelajari). Guru juga menginformasikan

bahwa pada saat pembelajaran nanti akan dilaksanakan secara berkelompok.

Menjelaskan materi : guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok

seperti yang telah disiapkan sebelumnya. Kemudian guru menjelaskan

materi pembelajaran secara konsep dan garis besar keragaman suku dan

budaya bangsa. Siswa pada setiap kelompok memperhatikan penjelasan guru

secara seksama.

3. Kegiatan kelompok

Setiap kelompok melakukan diskusi untuk mengerjakan LKS yang diberikan

oleh guru. Pada saat diskusi, siswa diminta untuk menyiapkan sebuah informasi

tentang materi pembelajaran, dan setiap siswa mempunyai informasi berbeda

pada satu kelompok. Setelah itu mereka siap mempresentasikan hasil diskusi

mereka ke depan kelas. Pada saat berlangsungnya diskusi, guru berperan sebagai

fasilitator jika siswa memililiki pertanyaan. Guru juga mengamati kegiatan

individu pada setiap kelompok untuk melihat keaktifan setiap siswa.

Page 22: Skripsi Ips

22

4. Lingkaran Lecil Lingkaran Besar

Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, maka mereka pun bersiap-

siap melaksanakan presentasi. Presentasi dilakukan secara berkelompok dengan

teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Guru memanggil 2 kelompok untuk maju

ke depan kelas. Kelompok pertama berperan sebagai lingkaran kecil dan

menghadap ke luar lingkaran, sedangkan kelompok kedua berperan sebagai

lingkaran besar dan menghadap ke dalam lingkaran. Akibatnya, setiap siswa

akan berpasangan pada setiap kelompoknya. Lalu setiap siswa yang

berpasangan saling bertukar informasi yang telah disiapkan. Setelah selesai,

kemudian lingkaran bergeser sehingga siswa berhadapan dengan pasangan yang

berbeda. Pada saat pergeseran lingkaran bisa disertai dengan nyanyian atau

tepuk tangan agar suasana lebih meriah. Begitulah seterusnya sampai setiap

siswa saling bertemu. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok selanjutnya yaitu

kelompok ketiga dan keempat. Kegiatan pun sama dengan kelompok pertama

dan kedua.

5. Evaluasi

Setelah kegiatan selesai, siswa di iminta kembali ke tempat duduk masing-

masing. Lalu dengan bimbingan guru mereka menyimpulkan kegiatan yang

telah dilakukan. Materi yang belum dikuasai siswa dengan baik akan kembali

dijelaskan oleh guru.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Belajar

Slameto dalam Kurnia dkk (2008:1-3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan

bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi juga mengalami.

Page 23: Skripsi Ips

23

Belajar adalah suatu proses tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan (Hamalik,2009:28). Pengertian belajar menurut konsep ini juga

menekankan pada perubahan tingkah laku, akan tetapi berbeda pada cara

pencapaiannya. Dimana proses interaksi antara individu dengan lingkungan lebih di

utamakan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman

belajar.

Siddiq dkk (2008:1-3), menyatakan bahwa,Belajar adalah suatu aktifitas yang di sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Menurut Syah (2004:68), menyatakan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.

Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar,

manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah

lakunya berkembang. Menurut Gagne (dalam Siddiq dkk,2008:1-4), belajar adalah

suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari

pengalaman. Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok di dalam proses

belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

Belajar pada hakikatnya adalah merupakan salah satu proses usaha yang di

lakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek

kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu

dengan lingkungannya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah suatu tujuan,

akan tetapi merupakan segala proses untuk mencapai tujuan sehingga terjadi

perubahan tingkan laku ke arah yang lebih baik.

Page 24: Skripsi Ips

24

2.3.2 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi proses belajar

(Hamalik,2009:155), menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

pada diri siswa yang dapat diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan keteram-

pilan.

Perubahan dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan

yang lebih baik di bandingkan dengan sebelumnya. Dalam setiap proses belajar, akan

selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar

seseorang.

Hasil belajar yang dituju oleh seseorang boleh jadi merupakan kemampuan

baru sama sekali, tetapi boleh juga merupakan penyempurnaan atau pengembangan

dari suatu kemampuan yang telah di miliki (Winkel,2005:61). Maksudnya adalah

hasil belajar yang diperoleh sesorang tidak harus sesuatu yang baru yang belum

diketahui, tetapi juga merupakan sesuatu sesuatu yang telah diketahui dan mengalami

penambahan pengetahuan.

Hasil belajar sebagai suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya

mengenai pemahaman atau pengetahuan tapi juga yang membentuk kecakapan dan

penghayatan pada individu Arianty dalam Nasution,2008:14). Hasil belajar

merupakan suatu perubahan pada individu yang belajar yang tidak hanya mengenai

pengetahuan tetapi juga yang dibentuk kecakapan dan penghayatan pada individu

yang belajar.

Hamalik (2009:30) juga menyatakan, bukti bahwa seseorang telah belajar

adalah adanya hasil belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada orang

tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang

dicapai siswa setelah mengalami proses belajar yang meliputi pengetahuan,

kecakapan, juga penghayatan dan biasanya ditunjukkan melalui nilai atau angka.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar yang dapat

dicapai meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

Page 25: Skripsi Ips

25

psikomotorik. Ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan, ranah afektif meliputi

aspek sikap atau perasaan, sedangkan ranah psikomotorik meliputi aspek

keterampilan.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor

yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada yang

berasal dari dalam dan dari luar individu. Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi

prestasi individu.

Faktor dari dalam individu antara lain adalah faktor jasmaniah, faktor

psikologi dan faktor kelelahan. Faktor dari luar individu misalnya adalah keluarga,

sekolah dan masyarakat (Slameto,2003:54-71). Sedangkan menurut Dimyati dan

Mudjiono (2002:236), faktor interen yang mempengaruhi hasil belajar antara lain

adalah : (1) sikap terhadap belajar; (2) motivasi belajar; (3) konsentrasi belajar; (4)

rasa percaya diri siswa; (5) kebiasaan belajar; (6) intelegensi; dan (7) cita-cita siswa.

Adapun faktor eksteren yang mempengaruhinya adalah: (a) guru sebagai pembina

siswa belajar; (b) sarana dan prasarana sekolah; (c) kebijakan penilaian; dan (d)

lingkungan sosial sekolah.

Dalam suatu kegiatan belajar, dibutuhkan dukungan bagi seseorang untuk

mencapai hasil belajar yang maksimal. Pencapaian hasil belajar yang maksimal akan

tercipta apabila didukung oleh sistem lingkungan belajar yang kondusif. Suasana ini

akan timbul jika faktor yang mempengaruhinya tidak timbul dalam diri individu.

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004;138), faktor yang mempengaruhi hasil

belajar adalah faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen meliputi faktor

jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kematangan fisik. Sedangkan faktor eksteren

meliputi faktor sosial (keluarga, sekolah dan sebagainya), faktor budaya dan faktor

lingkungan fisik.

Page 26: Skripsi Ips

26

2.4. Ilmu Pengetahuan Sosial

2.4.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Hakikat IPS adalah telaah manusia dan lingkungannya. Manusia sebagai

makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya

manusia harus menghadapi tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun

sebagai hidup bersama (Hidayati dkk,2009:1-19).

Setiap manusia semenjak dia dilahirkan, tentu tidak terpisahkan dengan

manusia lainnya. Hal itu berarti telah terjadi hubungan sosial semenjak manusia lahir,

terutama dengan orang tuanya. Artinya, tanpa hubungan sosial dan bantuan dari

manusia lain, tentu manusia tidak akan bisa bertahan hidup sendiri.

Menurut Solihatin dan Raharjo (2009:18), Ilmu Pengetahuan Sosial

membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya. Lingkungan yang di

maksud adalah masyarakat di mana manusia tinggal dan tumbuh serta berkembang

menjadi bagian dalam masyarakat.

Dalam perkembangannya, interaksi antara manusia dengan manusia lain tidak

terbatas hanya pada keluarga, tetapi juga manusia lain dalam suatu komunitas

masyarakat. Hubungan sosial yang dialami pun akan semakin meluas dari

pengalaman dan pengenalan menjadi suatu pengetahuan tentang seluk beluk hidup

bermasyarakat. Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang itulah yang dapat

disebut sebagai pengetahuan sosial.

2.4.2 Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut kurikulum tahun 2006, tujuan pendidikan IPS adalah : (a)

Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan

kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis; (b) Mengembangkan kemampuan

berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial; (c)

Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

(d) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat

yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

Page 27: Skripsi Ips

27

Solihatin dan Raharjo (2009:15), menyatakan bahwa pada dasarnya tujuan

dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar

kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan

dan lingkungannya. IPS merupakan sarana yang baik untuk membangun anak didik

untuk menjadi manusia yang unggul dan terampil serta berpendidikan.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama IPS adalah untuk memperkaya dan

mengembangkan kehidupan anak anak didik dengan mengembangkan kemampuan

dalam lingkungannyadan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam

masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang

lebih baik.

2.4.3 Karakteristik Pendidikan IPS SD

Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu

dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya). Materi IPS digali dari

segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat.

Menurut Tjokrodikaryo (dalam Hidayati dkk,2009:1-26), karakteristik IPS

dilihat dari materi yang terkandung di dalamnya adalah : (a) segala sesuatu atau apa

saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan

sampai lingkungan yang luas Negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya,

(b) kegiatan manusia misalnya mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,

komunikasi, transportasi, (c) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek

geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat

sampai terjauh, (d) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia,

sejarah yang di mulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang

tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian besar, (e) Anak sebagai sumber materi meliputi

berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.

Dari segi penyampaiannya, sebagian besar pengajaran IPS didasarkan pada

suatu tradisi. Tradisi tersebut yaitu materi di susun dalam urutan anak yang meliputi

anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia.

Page 28: Skripsi Ips

28

Karakeristik pendidikan IPS SD didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-

tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkung-

an terdekat atau diri sendiri (Hidayati dkk,2009:1-27).

Dapat dijelaskan bahwa anak bergerak dari ruang lingkup yang paling

sederhana, yaitu tentang dirinya sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis

bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkungan tersebut, kemudian

mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi unsur-unsur dunia yang lebih

luas.

2.5 Hipotesis Penelitian

Ho : Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS

siswa kelas V SD N 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir jika t hitung > t tabel.

Ha : Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa

kelas V SD N 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir jika t hitung< ttabel .

Page 29: Skripsi Ips

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen True Eksperimental Design,

yaitu jenis penelitian yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan.

Persyaratan yang dimaksud adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenai

eksperimen dan ikut mendapat pengamatan (Arikunto, 2006:86).

Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest Only Control Design,

metode ini mengungkapkan bahwa hubungan antara dua variabel atau lebih atau

mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Efek dari pengaruh

perlakuan dapat dilihat dengan melihat perbandingan hasil belajar dari kelas

eksperimen yang diberi perlakuan dengan kelas kontrol yang tidak diberikan

perlakuan.

Tabel.3

Desain Penelitian

Kelompok Variabel bebas Posttest

Eksperimen X 01

Kontrol 02

Sumber : Arikunto (2006:86)

Keterangan :

X = Pemberian perlakuan

01 = Pemberian post test kelompok eksperimen

02 = Pemberian post test kelompok kontrol

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan suatu perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar.

Page 30: Skripsi Ips

30

Penelitian Eksperimen ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

Memutuskan untuk menggunakan pembelajaran dengan teknik lingkaran kecil

lingkaran besar

Menentukan populasi dan sampel yang akan digunakan

Menghitung validitas dan reliabilitas instrument yang akan di gunakan

Melaksanakan kegiatan proses pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah dibuat kepada dua kelas yang telah dipilih dengan

perlakuan yang berbeda

Satu kelas sebagai kelas eksperimen dikenakan perlakuan berupa penerapan

model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar dan satu

kelas sebagai kelas kontrol tidak dikenakan perlakuan tersebut melainkan

dengan pembelajaran biasa

Selama dalam proses pembelajaran, siswa diamati dengan lembar observasi

untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Pengamatan ditujukan untuk mengamati keaktifan siswa baik

secara individu maupun kelompok

Kemudian setelah beberapa kali pertemuan ( 3 kali pertemuan ), peneliti akan

memberikan tes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

mendapatkan hasil belajar berupa skor atau nilai setelah mengikuti proses

pembelajaran

Tes diberikan kepada siswa secara individu

Menghitung normalitas data dan homogenitas data

Melakukan analisis data

Pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan rumus uji-t

Membuat kesimpulan dari hipotesis yang telah di uji

Page 31: Skripsi Ips

31

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010:61)

Variabel Penelitian dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kooperatif teknik

lingkaran kecil lingkaran besar sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar

IPS siswa kelas V SD N 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir.

3.3 Devinisi Operasional Variabel

Agar penelitian dalam variabel ini lebih jelas, maka perlu didefinisikan

sebagai berikut :

a. Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar adalah

teknik pembelajaran yang mengkondisikan siswa secara berkelompok,

dimana setiap kelompok terdiri dari minimal 4 orang siswa untuk bekerja

sama dengan siswa lain dan memberikan kesempatan untuk berbagi informasi

materi pelajaran dengan siswa lainnya secara bergantian pada saat bersamaan

untuk mencapai hasil berupa prestasi akademik, toleransi, menerima

keberagaman, dan keterampilan berkomunikasi. Teknik lingkaran kecil

lingkaran besar diawali dengan siswa bekerja di dalam kelompok setelah itu

baru berbagi informasi dalam teknik lingkaran kecil (menghadap ke luar) dan

lingkaran besar (menghadap ke dalam).

b. Hasil belajar siswa adalah hasil yang diperoleh siswa melalui tes secara

individu yang ditunjukkan dalam bentuk nilai atau angka setelah mengikuti

pelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil

lingkaran besar. Hasil belajar siswa ini merupakan kemampuan siswa yang di

tunjukan dalam rentangan nilai 0-100. Adapun penilaian dilakukan dengan

tes tertulis berupa soal berbentuk objektif.

Page 32: Skripsi Ips

32

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Sugiyono (2010:130) mengartikan bahwa populasi adalah keseluruhan dari

jumlah objek yang ada dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi

adalah seluruh siswa SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir tahun ajaran

2010/2011.

3.4.2 Sampel

Margono (2009:121) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi

yang diambil dengan menggunakan cara tertentu. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sedangkan untuk menentukan

kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara random.

Menurut Arikunto (2006:138), purposive sampling atau sampel bertujuan adalah

teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan dan

pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VA dan VB.

Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan

teknik random sehingga terpilih kelas VA berjumlah 34 siswa sebagai kelas

eksperimen dan kelas VB dengan jumlah 34 siswa sebagai kelas kontrol. Peneliti

memilih sampel tersebut atas pertimbangan bahwa siswa kelas V sudah bisa dan lebih

mudah dalam melakukan kerjasama di dalam diskusi kelompok.

Tabel. 4

Sampel Penelitian

N

o

Kelas Laik-laki Perempuan Jumlah

1 VA 13 21 34 siswa

2 VB 16 15 34 siswa

Jumlah 29 36 68 siswa

Sumber : Data Guru SD N 15 Indralaya Utara

Page 33: Skripsi Ips

33

3.4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 15 Indralaya Utara yang terletak di

Jl. Lintas Timur Km.25, perumahan Palem Raya Kecamatan Indralaya Utara Kabupa-

ten Ogan Ilir. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Maret 2011 sampai dengan 18

April 2011.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

3.5.1 Teknik Tes

"Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang

atau kelompok dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar

bagi penetapan skor angka” (Margono, 2009;170).

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa baik secara

individu atau keseluruhan akibat pengajaran pembelajaran kooperatif teknik lingkaran

kecil lingkaran besar. Tes yang digunakan adalah tes objektif berbentuk pilihan ganda

dengan empat pilihan jawaban. Tes ini akan diberikan pada pertemuan terakhir

sebagai pengujian siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan setelah

diterapkan pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar.

3.5.1.1 Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan instrument (Arikunto,2006:168). Taraf validitas isi suatu tes dinyatakan

dalam suatu koefisien validitas tes dalam bilangan koefisien antara -1,00 sampai

dengan 1,00. Untuk menghitung koefisien dapat digunakan rumus dengan teknik

korelasi product moment sebagai berikut :

r XY=N∑ XY−(∑ x )(∑Y )

√ {N ∑ X2− (∑ X )2}{N∑ Y 2−(∑ Y )2}

Page 34: Skripsi Ips

34

(Arikunto, 2010:170)

Keterangan :

r XY = Validitas instrument

X = Skor jawaban

Y = Skor total

3.5.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk menguji kehandalan alat ukur yang dipakai yang

berkaitan dengan sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kesalahan

pengukuran.

Untuk menghitung reliabilitas dari suatu tes dapat digunakan rumus K-R 20.

R11=( KK−1 )(1−V total−∑ pq

V total)

Keterangan: Arikunto,(2005:101)

r11=reliabilitas tes secara keseluruh an

P = proporsi subjek menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)

∑ pq= jumlah perkalian antara pdan q

K = banyaknya item

V tot = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

3.5.1.3 Taraf Kesukaran Tes

Untuk mencari prosporsi indeks kesukaran adalah sbagai berikut:

P= BJS

Dimana: Arikunto,(2005:208)

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

Page 35: Skripsi Ips

35

JS = Jumlah seluruh peserta tes

Rentangan indeks proporsi antara 0,00 sampai dengan 1,00 indeks kesukaran

ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00

menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran 1,00

menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Pada proporsi taraf kesukaran yang baik

rentangnya 0,30 sampai dengan 0,70.

3.5.2 Teknik Observasi

Observasi digunakan untuk melihat keaktifan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar

observasi untuk mengambil dan mengetahui keaktifan siswa selama penerapan model

pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar.

Adapun indikator dan deskriptor yang di gunakan adalah :

Tabel. 5

Indikator dan Deskriptor Observasi

No Indikator Deskriptor

1 Keaktifan sosial Membaca materi soal yang diberikan oleh guru

Membaca dari sumber-sumber lain

Melihat antusias dalam proses pembelajaran

Memperhatikan teman yang mengajukan pendapat

2 Keaktifan lisan Menyatakan pendapat

Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

Bertanya materi yang sedang dibahas

Mengajukan pendapat secara bergiliran

3 Keaktifan mendengar Mendengarkan penjelasan dari guru

Mendengarkan ide-ide yang disampaikan oleh

teman

Mendengarkan kelompok lain yang sedang

Page 36: Skripsi Ips

36

mempresentasikan hasil kerja kelompok

4 Keaktifan menulis Menuliskan ide-ide yang disampaikan oleh guru

atau teman

Menuliskan penjelasan oleh guru

Menuliskan materi yang dipresentasikan oleh

kelompok lain

Menuliskan kesimpulan materi yang dibahas

5 Keaktifan kerjasama

dalam kelompok

Berpartisipasi untuk mengambil keputusan dan

kesepakatan dalam kelompok

Membantu teman sekelompok dalam menjawab

soal dari guru atau teman

Menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu

Membantu kelompok lain dalam memecahkan

masalah atau menjawab soal

Sumber : Putri (2008:25)

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Tes

3.6.1.1 Uji Normalitas Data

Untuk menguji normal atau tidaknya penyebaran data di kelas, maka

digunakan uji kemiringan kurva yang dirumuskan oleh Karl Pearson dalam bentuk

koeefisien Pearson, yaitu;

k= x−Mos

(Sudjana,2005:109)

Ket : k = kemiringan

x = rata-rata

Page 37: Skripsi Ips

37

Mo = modus

S = simpangan baku/standar deviasi

Data normal jika harga k terletak antara -1 sampai +1 (-1 < k+1)

3.6.1.2 Uji Homogenitas

Pengujian sampel dalam penelitian ini menggunakan tes barlett dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

2. Mencari varians gabungan dengan menggunakan rumus :

s2= ¿¿

(Sudjana,2005:263)

3. Mencari harga satuan B dengan menggunakan rumus :

B = (Log s2) ∑ ¿¿-1)

(Sudjana,2002:263)

4. Uji Barlett menggunakan statistic Chi Kuadrat :

x2= (1n10)¿) Log s12|

(Sudjana,2002:263)

Dengan 1n10 = 2.3026 yang disebut dengan logaritma asli dari bilangan 10.

Untuk menghitung S.B dan dapat menggunakan tabel persiapan sebagai berikut :

Tabel. 6

Uji Homogenitas Kelompok Sampel

Sampel Derajat

kebebasan

1/dk s2 Log s2 (dk) Log s2

1 (n1-1) 1/ (n1-1) s12 Log s1

2 (n1-1) Log s12

2 (n2-1) 1/ (n2-1) s22 Log s2

2 (n2-1) Log s22

Jumlah ∑ ¿¿-1) ∑ 1 /¿¿-1) - - ∑ ¿¿-1)Log s12

(Sudjana, 2002 ; 262)

Page 38: Skripsi Ips

38

Dalam sampel penelitian ini digunakan taraf kenyataan (α) – 0,05 dengan dk =

k-1 dan peluang (1-α) kedua sampel dapat dikatakan berasal dari populasi yang

sama homogen apabila x2hitung< x2

tabel.

3.6.1.3 Uji Hipotesis

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji-t. Bila data yang

diperoleh terdistribusi normal dan homogen maka rumus yang digunakan adalah :

t = X1−¿ X 2

s√ 1n1

+¿1n2

¿¿

s2=(n1−1 ) S1

2+( n2−1 ) S22

n1+n2−2( Sudjana,2005:239)

Keterangan :

x1 = Nilai rata-rata siswa kelas eksperimen

X2 = Nilai rata-rata siswa kelas kontrol

n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen

n2 = Jumlah sampel kelas kontrol

S12 = Varians kelas eksperimen

S22 = Varians kelas kontrol

Dengan demikian, kriteria pengujian terima Ho jika t hitung< t tabel(1−α ) dan tolak

Ho jika t hitung< t tabel (1−µ), dimana t 1−αadalah t yang di dapat dari tabel distribusi t

dengan dk = n1+n2-2 dan peluang (1−α).

Adapun hipotesis yang akan di uji :

Ho = µeksperimen< µkontrol

Ha = µeksperimen> µkontrol

3.6.2 Analisis Data Observasi

Page 39: Skripsi Ips

39

Teknik analisis data observasi digunakan untuk melihat keaktifan siswa

selama proses pembelajaran. Observasi pada penelitian ini menggunakan rumus

persentase, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemberian tanda cek (v) pada tiap deskriptor di lembar observasi

2. Pemberian skor menurut tabel sebagai berikut :

Tabel. 7

Penilaian deskriptor dan indikator data observasi

Deskriptor yang tampak Skor

Tidak ada deskriptor yang tampak 1

1 deskriptor tampak 2

2 deskriptor tampak 3

3 deskriptor tampak 4

4 deskriptor tampak 5

(Sudjana,2005:98)

3. Skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan rumus :

NA = S

SM x 100 % (Putri,2008:28)

Keterangan :

NA : Nilai akhir

S : Skor rata-rata

SM : Skor Maksimum

100% : Bilangan konstanta (tetap)

4. Nilai keaktifan siswa di dikonversikan dengan kategori sebagai berikut :

86%-100% = Sangat aktif

71%-85% = Aktif

56%-70% = Cukup aktif

41%-55% = Kurang aktif

0%-40% = Sangat tidak aktif

Page 40: Skripsi Ips

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik

lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara yang berlokasi di perumahan Palem Raya, Jl.

Lintas Timur Km.27 Indralaya, Ogan Ilir. Penelitian ini dilaksanakan selama empat

minggu dengan rincian tiga minggu untuk kegiatan pembelajaran dan satu minggu

untuk tes akhir pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD. Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh siswa SD Negeri 15 Indralaya Utara tahun pelajaran 2010/2011 yang

berjumlah 312 siswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive random sampling dimana kelas yang dipilih sebagai sampel penelitian

adalah siswa kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara yang terdiri dari kelas VA

sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol yang masing-masing

kelas berjumlah 34 siswa.

Pada penelitian ini diterapkan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran

kecil lingkaran besar pada kelas VA sebagai kelas eksperimen dan pada kelas VB

sebagai kelas kontrol tidak diterapkan model pembelajaran kooperatif teknik

lingkaran kecil lingkaran besar. Materi pokok yang dibahas pada penelitian ini adalah

keragaman suku dan budaya di Indonesia serta cara menghargai keragaman suku dan

budaya di Indonesia. Pada kelas eksperimen, model pembelajaran kooperatif teknik

Page 41: Skripsi Ips

41

lingkaran kecil lingkaran besar dilaksanakan dengan langkah-langkah : (1)

memberikan pengenalan materi; (2) membagi siswa ke dalam 8 kelompok, 4

kelompok untuk lingkaran kecil dan 4 kelompok untuk lingkaran besar: (3) membagi

tugas kelompok; (4) memberikan waktu bagi kelompok untuk mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya dengan lingkaran kecil lingkaran besar; (5) memandu siswa

untuk saling berbagi informasi; (6) menjelaskan materi yang belum tuntas atau yang

belum dipahami oleh siswa; (7) menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama

siswa.

Pemberian perlakuan pada kelas eksperimen dengan teknik lingkaran kecil

lingkaran besar di laksanakan sendiri oleh peneliti. Hal ini dikarenakan guru bidang

studi IPS yang juga merupakan wali kelas V kurang memahami teknik pembelajaran

ini, sehingga apabila guru tersebut yang menerapkan, maka akan membutuhkan

waktu yang cukup lama. Demikian juga pada pembelajaran kelas kontrol, peneliti

sendiri yang melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini karena guru bidang studi IPS

di minta oleh peneliti untuk berperan sebagai observator untuk mengetahui keaktifan

siswa selama proses pembelajaran.

Setelah semua proses pembelajaran selesai, diadakan tes akhir (post test)

untuk mengukur hasil belajar siswa, baik untuk kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Tes akhir yang diberikan ini berbentuk pilihan ganda dan berjumlah 20 soal

dengan empat pilihan jawaban yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya.

Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum

melaksanakan proses pembelajaran. RPP yang di buat digunakan untuk pembelajaran

di kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP tersebut telah dikonsultasikan terlebih

dahulu dengan guru mata pelajaran IPS dan juga sekaligus sebagai wali kelas kelas V

SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir.

Terdapat dua teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini, yaitu teknik tes dan teknik observasi. Teknik tes digunakan untuk

mendapatkan data berupa hasil belajar siswa, sedangkan teknik observasi hanya

digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama

Page 42: Skripsi Ips

42

proses pembelajaran dilaksanakan. Untuk mengetahui data observasi, maka

dilaksanakan pengamatan selama proses pembelajaran. Dalam penelitian ini yang

berperan sebagai pengamat atau observer adalah Bpk. Muhammad, S.Pd sebagai wali

kelas VA dan Ibu Zainab, A.ma. Pd yang merupakan wali kelas VB SD Negeri 15

Indralaya Utara, Ogan Ilir.

4.1.1 Deskripsi Data Hasil Tes Belajar

Untuk mengetahui data hasil belajar siswa, digunakan teknik tes. Tes

ditujukan kepada siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan

menggunakan perbandingan dua kelas, yaitu kelas VA sebagai kelas eksperimen dan

kelas VB sebagai kelas kontrol. Perbedaan nilai kelas kontrol dan nilai kelas

eksperimen dianggap sebagai akibat dari pengaruh model pembelajaran kooperatif

teknik lingkaran kecil lingkaran besar yang telah diberikan. Data berupa nilai hasil

belajar didapat setelah diadakan tes formatif dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20

butir soal dengan empat pilihan jawaban. Tes ini diberikan sebanyak satu kali yaitu

saat semua pokok bahasan tuntas di bahas. Peneliti memberikan soal tes yang sama

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Keseluruhan nilai hasil tes pada kelas eksperimen yang menerapkan model

pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar dan kelas kontrol

dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini data nilai hasil belajar secara umum yang di

analisis :

Tabel. 8

Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Nilai Tinggi Nilai Kecil Rata-rata

Eksperimen 95 55 70,35

Kontrol 85 45 60,55

Sumber : Pengolahan data primer 2011.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi siswa pada kelas

eksperimen adalah 95, lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 85.

Page 43: Skripsi Ips

43

Begitu juga dengan nilai terendah siswa pada kelas eksperimen adalah 55, lebih tinggi

di bandingkan dengan kelas kontrol yaitu 45. Sedangkan untuk nilai rata-rata siswa

pada kelas eksperimen, yaitu 70,35 lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu 60,55.

Pada kelas eksperimen, masih ada beberapa siswa yang mendapat nilai rendah di

bawah KKM, yaitu di bawah 65. Setelah dilakukan pengamatan terhadap siswa, nilai

siswa tersebut memang selalu mendapat nilai rendah pada mata pelajaran yang

berbeda.

Sedangkan untuk mengetahui tingkat ketuntasan klasikal siswa dapat

dilakukan dengan cara membandingkan jumlah siswa yang tuntas dengan keseluruhan

jumlah siswa dikalikan 100% seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel. 9

Perbandingan Ketuntasan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No. Kelas Tuntas Tidak Tuntas

1. Eksperimen 2434

x 100% = 70,58 %1034

x 100% = 29,41 %

2. Kontrol 1334

x 100% = 38,23 %2134

x 100% = 61,76 %

Sumber : Pengolahan data primer 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan siswa pada kelas eksperi-

men yaitu 70,58 %, lebih tinggi dibandingkan dengan ketuntasan siswa pada kelas

kontrol, yaitu hanya 38,23 %.

Dari kedua data pada tabel di atas diketahui bahwa nilai pada kelas eksperi-

men yang menerapkan pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar

dengan nilai pada kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan tersebut terdapat

perbedaan yang cukup signifikan. Siswa yang tuntas pada kelas eksperimen lebih

tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini terjadi karena selama ini siswa belum terbiasa

menggunakan teknik pembelajaran yang lain sehingga mereka tidak terkondisi untuk

Page 44: Skripsi Ips

44

mencari informasi sendiri dan lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru saja

selama proses pembelajaran.

4.1.1.1 Uji Validitas

Untuk mendapatkan data yang valid, maka alat ukur yang di gunakan juga

harus valid. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

melakukan uji coba tes yang akan digunakan. Uji coba di lakukan di SD Negeri 02

Indralaya yang bukan merupakan populasi penelitian. Peneliti sengaja memilih siswa

yang bukan merupakan populasi penelitian agar soal tersebut tidak diketahui atau

mudah dijawab oleh siswa SD tempat penelitian. Peneliti mengujikan soal kepada

siswa kelas 5 dan kelas 6 yang berjumlah 39 siswa.

Soal yang diuji validitasnya sebanyak 20 butir soal. Dari hasil perhitungan

validitas di peroleh 17 soal yang valid, yaitu dengan syarat rhitung>rtabel dengan dk(n-1)

= 38 pada taraf signifikasi 5% diperoleh rtabel = 0,320. Soal yang tidak valid adalah

soal nomor 3, 8, dan 10. Kemudian soal-soal yang tidak valid diperbaiki terlebih

dahulu sebelum digunakan dalam tes. Analisis setiap butir soal dapat dilihat di

lampiran, sedangkan hasil perhitungan untuk validitas dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel.10

Uji Validitas

SOAL rhitung rtabel KETERANGANNomor 1 0,578 0,320 ValidNomor 2 0,618 0,320 ValidNomor 3 0,287 0,320 Tidak ValidNomor 4 0,700 0,320 ValidNomor 5 0,728 0,320 ValidNomor 6 0,748 0,320 ValidNomor 7 0,708 0,320 ValidNomor 8 0,306 0,320 Tidak ValidNomor 9 0,854 0,320 ValidNomor 10 0,305 0,320 Tidak ValidNomor 11 0,728 0,320 Valid

Page 45: Skripsi Ips

45

Nomor 12 0,729 0,320 ValidNomor 13 0,848 0,320 ValidNomor 14 0,789 0,320 ValidNomor 15 0,780 0,320 ValidNomor 16 0,635 0,320 ValidNomor 17 0,772 0,320 ValidNomor 18 0,808 0,320 ValidNomor 19 0,797 0,320 ValidNomor 20 0,780 0,320 Valid

Sumber : Pengolahan Data Primer 2011

4.1.1.2 Uji reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas terhadap soal tes tersebut, peneliti kemudian

melakukan pengujian reliabilitas untuk menguji kehandalan alat ukur yang berkaitan

dengan sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kesalahan pengukuran

sehingga kemungkinan kesalahan alat ukur dalam penelitian dapat dihindarkan. Dari

hasil perhitungan reliabilitas yang telah dilakukan didapat r11 sebesar 0,367. Karena

harga rtabel pada signifikasi 5% dengan dk(n-1) = 38 adalah 0,320 maka dapat

disimpulkan bahwa soal tersebut reliabel karena syarat reliabel adalah rhitung>rtabel dan

0,367 > 0,320.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Data Hasil Tes

Untuk menguji hipotesis data yang diperoleh dari penelitian digunakan teknik

analisa statistik. Teknik yang dipakai adalah Uji-t, yang digunakan untuk

membandingkan hasil belajar rata-rata yang dicapai oleh siswa pada mata pelajaran

IPS yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil

lingkaran besar maupun siswa yang tidak menerapkan model tersebut. Uji-t

digunakan apabila data tersebar secara normal dan homogen. Untuk itu, diperlukan

unji normalitas dan uji homogenitas data terlebih dahulu. Untuk menganalisa data di

lakukan langkah sebagai berikut :

4.2.1.1 Uji Normalitas Data

Page 46: Skripsi Ips

46

Untuk mengetahui apakah data yang akan diolah telah terdistribusi normal

atau tidak, maka dilakukan uji normalitas data. Sebab Uji-t baru bisa dilakukan

apabila data tersebut terdistribusi normal. Berdasarkan dari daftar distribusi frekuensi

maka dapat ditentukan rata-rata, standar deviasi, dan modus.

Selanjutnya dari hasil perolehan rata-rata, standar deviasi, dan modus maka

dapat dicari kemiringan kurva yang dirumuskan Karl Pearson, dengan syarat

homogen adalah jika harga k terletak antara -1 sampai +1 (-1 < k+1) dengan rumus :

K = x−Mo

s

Ket : k = kemiringan

x = rata-rata

Mo = modus

S = simpangan baku/standar deviasi

4.2.1.1.1 Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen

a. Rentang = Nilai terbesar-nilai terkecil

= 95-55

= 40

b. Banyak Kelas = 1+ 3,3 Log n

= 1+ 3,3 L0g 34

= 1+ 3,3. 1,535

= 1+ 5,05

= 6,06

= 6

c. Panjang Kelas = Rentang

Banyak Kelas

= 406

= 6,6

= 7

Page 47: Skripsi Ips

47

Setelah diketahui masing-masing nilai rentang, banyak kelas dan panjang

kelas kemudian dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi frekuensi sebagai

berikut :

Tabel.11

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas Eksperimen

Interval Fi Xi fiXi Xi2 fiXi2

55-61 10 58 580 3364 33640

62-68 3 65 195 4225 12675

69-75 12 72 864 5184 62208

76-82 5 79 395 6241 31205

83-89 2 86 172 7396 14792

90-96 2 93 186 8649 17298

∑❑ 34 - 2392 - 171818

Sumber : Pengolahan Data Primer 2011

d. Nilai Rata-rata kelas eksperimen

x = ∑ fiXi

∑ fi

= 239234

= 70,35

e. Mencari modus dengan rumus

Mo = b + p [b1

b1+b2]

b = 68+69

2

= 68,5

Page 48: Skripsi Ips

48

p = 7

b1= 12-3 = 5

b2= 12-5 = 3

Mo = 68,5 + 7 [5

5+3 ]

= 68,5 + 4,37

= 72,87

f. Simpangan Baku

S2= n∑ fiXi−(∑ fiXi )

2

n(n−1)

S2= 34 (171818 )−(2392)2

34 (34−1)

S2= 5841812−5721664

34.33¿¿

S2= 120148

1122

S2= 107,08

S = √107,08 = 10,3

Dari nilai rata-rata, modus, dan simpangan baku, maka dapat dicari

kemiringan kurva dengan menggunakan rumus Karl Pearson, yaitu :

K = x−M o

s

K = 70,35−72,87

10,34

K = −2,5210,34

K = -0,24

Dari perhitungan di atas nilai K adalah -2,04 dan karena nilai K sebesar -2,04

dan harga ini terletak antara (-1) dan (+1) maka data kelas eksperimen dapat

dikatakan terdistribusi normal.

Page 49: Skripsi Ips

49

4.2.1.1.2 Uji Normalitas Data Kelas Kontrol

a. Rentang = Nilai terbesar-nilai terkecil

= 85-45

= 40

b. Banyak Kelas = 1+ 3,3 Log n

= 1+ 3,3 L0g 34

= 1+ 3,3. 1,535

= 1+ 5,05

= 6,06

= 6

c. Panjang Kelas = Rentang

Banyak Kelas

= 406

= 6,6

= 7

Setelah diketahui masing-masing nilai rentang, banyak kelas dan panjang kelas

kemudian dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel.12

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas Kontrol

Interval Fi Xi fiXi Xi2 fiXi2

45-51 9 48 432 2304 20736

52-58 5 55 275 3025 15125

59-65 11 62 682 3844 42284

66-72 4 69 276 4761 19044

73-79 3 76 228 5776 17328

80-86 2 83 166 6889 13778

∑❑ 34 - 2059 - 128285

Sumber : Pengolahan Data Primer 2011

Page 50: Skripsi Ips

50

d. Nilai Rata-rata kelas eksperimen

x = ∑ fiXi

∑ fi

= 205934

= 60,55

e. Mencari modus dengan rumus

Mo = b + p [b1

b1+b2]

b = 59+58

2

= 58,5

p = 7

b1= 11-5 = 6

b2= 11-4 = 7

Mo = 58,5 + 7 [65

6+7 ]

= 58,5 + 7. 0,46

= 58,5 + 3,22,

= 61,72

f. Simpangan Baku

S2= n∑ fiXi−(∑ fiXi )

2

n(n−1)

S2= 34 (128295 )−(2059)2

34 (34−1)

S2= 4362030−4239481

(34.33)

S2= 122549

1122

S2= 109,22

Page 51: Skripsi Ips

51

S = √109,22

S = 10,45

Dari nilai rata-rata, modus, dan simpangan baku, maka dapat dicari

kemiringan kurva dengan menggunakan rumus Karl Pearson, yaitu :

K = x−M o

s

K = 60,55−61,72

10,45

K = −1,1710,45

K = -0,11

Dari perhitungan di atas nilai K adalah -0,11 dan karena nilai K sebesar -0,11

dan harga ini terletak antara (-1) dan (+1) maka data kelas eksperimen dapat

dikatakan terdistribusi normal.

4.2.1.2 Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilakukan untuk menguji kesamaan beberapa nilai rata-

rata yang terdistribusi normal, dan membuktikan kesamaan varians kelompok yang

membentuk sampel tersebut, dengan kata lain kelompok yang di ambil dengan

populasi yang sama. Dalam penelitian ini untuk menguji homogenitas data tersebut di

gunakan uji Barlett dengan syarat homogenitas X2hitung< X2

tabel.

Tabel.13

Uji Homogenitas Data Menggunakan Tes Barlett

Sampel Derajat

kebebasan

1/dk s2 Log s2 (dk) Log s2

Eksperimen 33 0,03 107,08 2,03 66,99

Kontrol 33 0,03 109,22 2,04 67,32

Jumlah 66 0,06 - - 134,37

Sumber : Pengolahan Data Primer 2011

Page 52: Skripsi Ips

52

Dari tabel di atas dapat maka dapat di hitung :

1. Varians gabungan cari sampel :

S2 = ¿¿

S2 = 33 (107,08 )+33(109,22)

66

S2 = 3522,64+3604,26

66

S2 = 7137,9

66

= 108,15

= √108,15

= 10,39

2. Harga satuan B

B = (Log S2) ∑ (¿−1)

B = (Log 108,15) (66)

B = (2,04).(66)

B = 134,64

3. Uji Barlett di cari dengan menggunakan rumus statistik Chi Kuadrat

Dengan dk = 1 pada taraf nyata 0,05 dari daftar chi kuadrat di dapat X (0,95) (t ) =

3,84

X2= (1n10)[B-∑ (¿−1 ) log Si2 ¿¿

X2= (2,303) – (134,64-134,37)

X2= (2,303) (0,27)

X2= 0,62

Dengan taraf nyata α = 0,053 di peroleh X2tabel = 0,384 dan X2

hitung = 0,62 dan

syarat homogen :X2hitung< X2

tabel maka di dapat 0,62 < 3,84. Dari hasil perhitungan

Page 53: Skripsi Ips

53

dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang sama. Jadi, data

penelitian baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengikuti distribusi normal

dan homogen.

4.2.1.3 Uji Hipotesis Data

Setelah dilakukan pengujian normalitas data dan homogenitas data, sehingga

data tersebut dinyatakan terdistribusi normal dan varians dalam penelitian bersifat

homogen, maka tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian hipotesis

penelitian dengan menggunakan statistik parametris yaitu rumus Uji-t :

t = X1−¿ X 2

s√ 1n1

+¿1n2

¿¿

s2=(n1−1 ) S1

2+( n2−1 ) S22

n1+n2−2

Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima Ha jika t hitung>

t tabel (1−α ) dan terima Ho jika t hitung<t tabel (1−α ), di mana t tabel (1−α ) adalah t yang didapat

dari tabel distribusi t dengan dk = n1+n2-2 dengan peluang (1-α).

Dari perhitungan sebelumnya diperoleh nilai rata-rata dan simpangan baku

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut :

Tabel.14

Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

x = 70,35

S12 = 107,08

n1 = 34

x = 60,55

S22 = 109,22

n2 = 34

Sumber : Pengolahan data primer 2011

Kemudian masukkan nilai tersebut kedalam rumus :

Page 54: Skripsi Ips

54

s2=(n1−1 ) S1

2+( n2−1 ) S22

n1+n2−2

s2 = (34−1 ) (107,08 )+(34−1)(109,22)

34+34−2

s2 = 33 (107,08 )+33(109,22)

66

s2 = 3522,64+3604,26

66

s2 = 7137

66

s2 = 108,15

S = √108,15

S = 10,39

Kemudian t hitungdicari dengan menggunakan rumus :

t = X 1−¿ X 2

S √ 1n 1

+1

n2

¿

t = 70,35−60,55

10,39√ 134

+ 134

t = 9,8

10,39√0,058

t =9,8

10,39.0,24

t = 9,8

2,49

t = 3,935

Untuk mencari t tabel untuk t(1−α ) adalah :

Page 55: Skripsi Ips

55

dk = n1+n2-2

dk = 34+34-2

dk = 66

Jadi t hitung= 3, 935 sedangkan t tabel = t (0,95 )(66) adalah t yang terdapat pada tabel

distribusi dengan dk = 66 dan taraf kepercayaan 0,95. Tetapi t (0,95 )(66) tidak terdapat

dalam tabel distribusi t sehingga besarnya harus di tentukan dengan rumus interpolasi

yaitu :

C = 2 + (C1−C0)(B1−B0)

(B-B0 ¿ (Riduan, 2003:237)

B = nilai dk yang di cari = 66

B0= nilai dk pada awal nilai yang telah ada = 60

B1= nilai dk pada akhir nilai yang telah ada = 120

C = nilai t tabel yang di cari

C0= nilai t tabel pada awal nilai yang sudah ada = 2,000

C1= nilai t tabel pada akhir nilai yang sudah ada = 1,980

Maka :

C = 2 + (1,98−2)(120−60) (66-60¿

C = 2 + (−0,02)

60 6

C = 2 + -0,002

C = 1,998

Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh t tabel (0,95) sebesar 1,998 sedangkan

t hitungdengan taraf signifikasi 0,05 lebih besar dibandingkan dengan t tabel yaitu 3,935 >

1,998, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran

kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar siswa. Nilai

rata-rata siswa kelas eksperimen menunjukkan lebih baik dibandingkan dengan nilai

rata-rata siswa kelas kontrol. Sehingga pembelajaran berdasarkan penerapan model

Page 56: Skripsi Ips

56

pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar yang peneliti lakukan

memiliki pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis nol (Ho) yang menyatakan

bahwa tidak ada pengaruh pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran

besar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15

Indralaya Utara di tolak. Ini berarti hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa

ada pengaruh pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara di

terima.

4.2.2 Analisis Data Observasi

Selain menggunakan instrument berupa tes, dalam penelitian ini peneliti juga

menggunakan instrument berupa lembar observasi. Kegunaan observasi ini adalah

untuk mengetahui kemampuan berinteraksi siswa dalam berbagi informasi materi

pelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil

belajar siswa. Hal tersebut dapat diketahui melalui keaktifan siswa selama proses

pembelajaran pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran

kecil lingkaran besar. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan data observasi ini

adalah : (1) pemberian tanda cek pada setiap deskriptor yang tampak pada lembar

observasi; (2) pemberian skor; (3) mengkonversikan skor yang telah diperoleh

menjadi nilai keaktifan; (4) mengkonversikan nilai keaktifan siswa ke dalam kategori

sangat aktif, aktif, cukup aktif, kurang aktif, dan sangat tidak aktif.

Yang bertindak sebagai observator untuk mengamati keaktifan siswa adalah

Bapak Muhammad, S. Pd yang merupakan wali kelas VA dan Ibu Zaenab, A. ma. Pd

yang merupakan wali kelas VB. Aspek-aspek yang diamati melalui lembar observasi

adalah keaktifan siswa meliputi : keaktifan visual, keaktifan lisan, keaktifan

mendengar, keaktifan menulis, dan keaktifan kerjasama dalam kelompok.

Data hasil observasi mengenai keaktifan siswa yang diperoleh dari kelas

eksperimen adalah sebagai berikut :

Page 57: Skripsi Ips

57

Tabel.15

Data Hasil Observasi Kelas Eksperimen

No. Indikator

Pertemuan

1 2 3

1. Keaktifan Visual 123 125 152

2. Keaktifan Lisan 122 128 154

3. Keaktifan Mendengar 115 134 145

4. Keaktifan Menulis 104 122 132

5. Keaktifan Kerjasama dalam kelompok 107 110 107

Total Skor 571 619 690

Nilai Keaktifan 67,17% 72,82% 81,17%

Kategori Cukup Aktif Aktif Aktif

Sumber : Pengolahan data primer 2011

Untuk kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran kooperatif

teknik lingkaran kecil lingkaran besar diperoleh data keaktifan siswa dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel. 16

Data Hasil Observasi Kelas Kontrol

No. Indikator

Pertemuan

1 2 3

1. Keaktifan Visual 95 95 105

2. Keaktifan Lisan 80 94 104

3. Keaktifan Mendengar 82 90 97

4. Keaktifan Menulis 88 88 89

5. Keaktifan Kerjasama dalam kelompok 79 87 74

Total Skor 424 454 469

Nilai Keaktifan 49,88% 52,94% 55,17%

Page 58: Skripsi Ips

58

Kategori Kurang Aktif Kurang Aktif Cukup Aktif

Sumber : Pengolahan data primer 2011

Dari kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol menunjukkan

nilai keaktifan siswa yang kurang aktif, baik dari pertemuan pertama sampai

pertemuan ketiga. Tetapi pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa dari pertemuan

pertama sampai pertemuan ketiga, presentase keaktifan siswa mengalami peningkatan

dari cukup aktif, aktif, dan aktif. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran

kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar memberikan pengaruh yang positif

terhadap kemampuan berinteraksi siswa dalam berbagi informasi materi

pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi

dan akan berdampak pada hasil belajar siswa.

4.3 Pembahasan

Peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa instrument tes dan lembar

observasi dalam penelitian ini. Setelah data hasil tes didapat, maka peneliti

melakukan analisis data tes tersebut. Analisa data dilakukan menggunakan statistik

parametris dengan rumus Uji-t yang terdiri dari uji normalitas data dan uji

homogenitas data. Uji normalitas data dilakukan peneliti untuk mengetahui normal

atau tidaknya suatu penyebaran data, kemudian uji homogenitas data diperlukan

untuk mengetahui persamaan variansi kelompok yang membentuk sampel.

Berdasarkan perhitungan yang didapat untuk kelas eksperimen, uji normalitas data

yang diperoleh adalah K = -0,24 dan harga tersebut terletak antara (-1) dan (1)

sehingga data kelas eksperimen tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.

Pada kelas kontrol, uji normalitas data yang diperoleh adalah K = -0,11 dan

data tersebut tersebut terletak diantara (-1) dan (1) sehingga data kelas kontrol juga

berdistribusi normal. Kemudian hasil perhitungan untuk uji homogenitas data di

peroleh X2hitung = 0,62 dan X2

tabel = 3,84. Diketahui syarat homogen adalahX2hitung <

X2tabel maka di dapat 0,62 < 3,84 sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal

Page 59: Skripsi Ips

59

dari populasi yang sama. Jadi, data penelitian baik kelas eksperimen maupun kelas

kontrol mengikuti distribusi normal dan homogen.

Setelah pengujian normalitas data dan homogenitas data dilakukan,

selanjutnya data tersebut dinyatakan terdistribusi normal dan varians dalam penelitian

bersifat homogen. Selanjutnya, tahapan yang dilakukan adalah pengujian hipotesis

penelitian dengan menggunakan statistik parametris yaitu rumus Uji-t dengan kriteria

pengujian terima Ha jika t hitung>t tabel (1−α )dan terima Ho jika t hitung<t tabel (1−α ).

Setelah dianalisis, data menunjukkan bahwa hasil tes akhir untuk kelas

eksperimen di peroleh t hitung= 3,935 dan t tabel dengan dk= 66 adalah t tabel = 1,998.

Dengan demikian ternyata jika t hitung<t tabel maka hipotesis tentang ada pengaruh

pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar

siswa dapat diterima. Sedangkan hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar terhadap

hasil belajar siswa tertolak oleh hasil analisis tersebut.

Sebelum menggunakan instrument tes, peneliti sudah terlebih dahulu

mengujicobakan instrument tersebut pada kelas lain yang bukan merupakan sampel

penelitian, yaitu kelas V di SD negeri 02 Indralaya. Selanjutnya peneliti

menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar untuk mengetahui

tingkat validitas, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas peneliti menggunakan

rumus K-R.20.

Peneliti juga mengggunakan instrument lain selain tes, yaitu lembar observasi.

Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan berinteraksi

siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan berkomunikasi siswa dan hasil belajar. Hal yang di amati melalui lembar

observasi adalah keaktifan siswa meliputi keaktifan visual, keaktifan lisan, keaktifan

mendengar, keaktifan menulis, dan keaktifan kerjasama dalam kelompok.

Dari observasi yang di lakukan, diperoleh data hasil observasi untuk kelas

kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran

Page 60: Skripsi Ips

60

kecil lingkaran besar di ketahui bahwa nilai keaktifan siswa adalah kurang aktif baik

pada pertemuan satu dan kedua, kemudian menjadi aktif pada pertemuan ketiga, yaitu

49,88%, 52,94%, dan 55,17%. Sedangkan pada kelas eksperimen yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar di peroleh data

yang menunjukkan bahwa dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga

mengalami peningkatan persentase yaitu cukup aktif dan aktif.

Keaktifan individu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol juga mengalami

perbedaan yang cukup signifikan. Pada kelas eksperimen, deskriptor yang muncul

pada siswa dengan keaktifan terendah adalah berjumlah 16, dengan persentase

keaktifan 52%. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa dengan keaktifan terendah

jumlah deskriptornya hanya 8 dengan persentase keaktifan adalah 32%.

Pada kelas eksperimen, berdasarkan hasil tes dapat diketahui bahwa siswa

telah mampu memahami konsep materi pembelajaran dengan baik. Hal ini di

karenakan siswa tidak hanya menghapal dalam belajar, tetapi juga berpikir kritis

dalam memahami konsep. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibrahim

(2001:7) yang menyatakan bahwa model ini unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep yang sulit. Apabila siswa tidak memahami suatu konsep,

mereka tidak segan-segan untuk bertanya kepada guru. Ini disebabkan karena guru

tidak mendominasi pembelajaran di kelas, tetapi memberikan kesempatan siswa

untuk berpikir dan memahami materi dengan cara mereka sendiri sehingga siswa

tidak merasa ragu untuk bertanya.

Pada saat pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar,

siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Mereka

terlibat dalam suasana belajar yang aktif dan menyenangkan selama mengikuti proses

pembelajaran. Siswa tidak hanya mendengar, mencatat dan menghapal materi

pelajaran yang dijelaskan oleh guru tetapi mereka juga harus memahami materi

tersebut dalam bentuk kerjasama kelompok, kemudian menyampaikannya kepada

siswa lain. Hal ini tentu akan berpengaruh positif terhadap kemampuan berinteraksi

siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran. Siswa juga dituntut untuk

Page 61: Skripsi Ips

61

mengetahui informasi yang diperoleh dari siswa lain. Seperti yang dikatakan oleh Lie

(2010:64) bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif

dari pada pengajaran oleh guru.

Peranan guru pada pembelajaran kooperatif adalah lebih banyak sebagai

fasilitator, bukan hanya sebagai pengajar atau pendidik. Bukan hanya guru yang

memberikan informasi materi pelajaran, tetapi siswa juga bersama-sama berusaha

menemukan konsep bersama anggota kelompoknya dengan bimbingan guru. Jadi,

guru lebih banyak berfungsi mengarahkan materi belajar siswa.

Pada kelas eksperimen, siswa banyak terlibat interaksi dengan siswa yang

lainnya, terutama tentang hal dalam penyampaian ide atau pendapat yang telah siswa

dapatkan dari hasil kerjasama kelompok dan dalam penyampaian informasi yang

didapatkan. Siswa juga terlihat lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan mau

menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lie (2010:64) yang

menyebutkan bahwa kelebihan teknik lingkaran kecil lingkaran besar adalah

memungkinkan siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain dengan lebih cepat

dan teratur, meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam suasana bergotong

royong dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Sedangkan pada kelas

kontrol, pembelajaran berlangsung kurang antusias dan kurang bervariasi karena

siswa mengalami kejenuhan dalam belajar. Perhatian siswa hanya terfokus pada satu

masalah saja, yaitu hanya mendengar penjelasan dari guru. Kemudian siswa mencatat

dan menghafal informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa disertai kegiatan lain.

Siswa terlihat kurang begitu aktif dan bersemangat dalam pembelajaran. Apabila

terdapat materi yang kurang di pahami, siswa enggan bertanya kepada guru dan lebih

memilih diam. Hal ini disebabkan oleh terlalu menonjolnya peranan guru dalam

pengajaran, sehingga siswa merasa kelas tersebut hanya milik guru dan mereka hanya

bertugas untuk diam dan mendengarkan saja. Keadaan seperti itu tentu tidak baik

dalam proses pembelajaran apabila berlangsung secara terus menerus.

Hambatan yang dialami peneliti pada saat melaksanakan proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil

Page 62: Skripsi Ips

62

lingkaran besar adalah dalam hal pengendalian siswa. Siswa SD pada umumnya

masih bersifat anak-anak yang hanya mau bermain saja. Kadang siswa bersifat gaduh

dan tidak teratur dalam pembelajaran, terutama saat perputaran lingkaran dilakukan.

Selain itu, kesulitan juga dialami peneliti pada saat membimbing siswa untuk

mengerjakan tugas dan bekerjasama dalam kelompoknya, hal ini karena siswa pada

awalnya telah terbiasa untuk belajar secara individual tanpa memperhatikan siswa

yang lainnya.

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen yang

menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar

memiliki nilai hasil belajar yang lebih baik bila dibandingkan dengan kelas kontrol

yang tidak menerapkan model pembelajaran tersebut. maka dalam penelitian ini dapat

dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar

memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPS kelas V SD Negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir.

Page 63: Skripsi Ips

63

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment

dengan angka kasar untuk menguji validitas dan menggunakan rumus KR.20 untuk

menghitung reliabilitas dan diperoleh hasil rhitung>rtabel sehingga instrument yang

peneliti berikan bersifat valid dan reliabel. Setelah dilakukan analisis dan uji

hipotesis data, maka diperoleh t hitung>t tabel yaitu 3,935 > 1,998 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran

kecil lingkaran besar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD

negeri 15 Indralaya Utara, Ogan Ilir. Selain itu, model pembelajaran kooperatif teknik

lingkaran kecil lingkaran besar juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi

siswa yang dapat diketahui dari hasil data observasi, sehingga berpengaruh pada

peningkatan hasil belajar siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Bagi siswa, disarankan agar lebih serius dan mempersiapkan diri dalam proses

pembelajaran. Diantaranya dengan cara mempelajari pelajaran yang di

lakukan sekolah dan mengulanginya di rumah.

2. Bagi guru, hendaknya dalam proses pembelajaran tidak hanya memfokuskan

pada metode ceramah tetapi juga dengan metode pembelajaran lain. Guru

harus menggunakan model pembelajaran yang banyak melibatkan siswa

secara langsung sehingga siswa lebih bersemangat dan aktif dalam belajar.

Salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran

Page 64: Skripsi Ips

64

kecil lingkaran besar yang dari hasil penelitian telah dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

3. Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti hasil belajar siswa secara kognitif

siswa, maka disarankan bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini

untuk menilai pada pelaksanaan proses pembelajaran atau pada aspek-aspek

yang lainnya.

4. Salah satu hambatan dalam penelitian ini adalah sulitnya mengendalikan

siswa pada saat berinteraksi dan juga sulitnya membimbing siswa dalam

bekerjasama dalam kelompok. Maka disarankan pada peneliti selanjutnya

untuk mempersiapkan diri dengan baik terutama dalam hal penguasaan kelas.

Selain itu juga disarankan untuk berupaya melakukan pendekatan-pendekatan

lain kepada siswa sehingga siswa mudah diajak berkerjasama dengan siswa

yang lainnya.

Page 65: Skripsi Ips

65

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

--------------------------. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

-------------------------. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

-------------------------. 2006. KTSP-SD. Palembang: Percetakan dan Penerbitan Dinas Diknas Propinsi.

Fathoni, Abdurrahman. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

---------------------. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayati, dkk. 2009. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Depdiknas.

Ibrahim, Muslim. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. University Press.

Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Jogjakarta: Pustaka Belajar.

Kurnia, dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.

Lie, Anita. 2010. Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia.

Margono, 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 66: Skripsi Ips

66

Masril, Meisya. 2010. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD N 13 Indralaya”. Skripsi. Inderalaya: FKIP Unsri.

Nasution, 2003. Teknologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Putri, Feralia E. 2008. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu (Sejarah) di SMP N 1 Palembang”. Skripsi. Indralaya: FKIP Unsri.

Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Solihatin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

------------. 2010. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D ). Bandung: Alfabeta.

Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Universitas Sriwijaya, 2007. Buku Pedoman Universitas Sriwijaya. Inderalaya: Percetakan dan Penerbit Universitas Sriwijaya.

Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Winkel, W.S. 2002. Psikologi dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.