katan biaya produksi harus dima-
sukkan dalam komponen harga
jual jika mereka tidak mau rugi. Di
sisi lain, ini bisa menurunkan daya
saing di tengah kompetisi bisnis.
Keempat, berkaitan dengan
proses pengiriman ke pasar
ekspor, selama ini distribusi pro-
duk nasional menggunakan tarif
dalam bentuk dolar. Hal ini mem-
pengaruhi penambahan biaya atau
ongkos produksi yang lari ke
harga jual produk.
Sementara itu Menteri Koordina-
tor Bidang Perekonomian Hatta
Rajasa masih otmisitis nilai tukar
rupiah akan membaik. Dia menga-
takan, pelemahan nilai tukar ter-
hadap dolar AS tidak hanya terjadi
pada rupiah, melainkan pada mata
uang lainnya. Karena itulah, dia
meminta semua pihak untuk tidak
panik dan terlalu mengkha-
watirkan pelemahan rupiah yang
sudah menembus kisaran Rp.
10.000/USD.
“Jangan anggap Rp 10.000 itu
angka psikologis. Enggak ada itu
angka psikologis. Fenomena ini
bukan hanya di Indonesia, jadi
S ejumlah kalangan teru-
tama para pengusaha
mengharapkan Pemerin-
tah segera mengantisipasi
pelemahan nilai tukar Rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat
(AS) yang saat ini dinilai menjadi
sangat dilematis. Saat ini, nilai
tukar Rupiah terhadap dolar AS
sudah menyentuh angka di atas
Rp 10.000 per USD per Senin
(15/7). Pelemahan nilai tukar
rupiah membawa keuntungan
bagi para eksportir tetapi justru
sebaliknya untuk para importir.
Ketua Umum Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Indonesia Suryo
Bambang Sulisto mengatakan,
pelemahan ini memang menjadi
kabar baik bagi para eksportir.
Menurutnya, dengan melemahnya
Rupiah, maka penyerapan dolar
AS dari penerimaan negara akan
naik. "Namun, berakibat buruk
apabila pemerintah Indonesia
melakukan impor besar-besaran.
Jadi saya pikir kita perlu berhati-
hati dengan situasi yang dilema-
tis”.
Menurut Ketua Umum, para
pelaku industri lebih terbiasa
dengan nilai tukar Rupiah terha-
dap dolar AS sebesar Rp 9.500
per USD. Dia berharap, pemerin-
tah bisa menjaga Rupiah pada
level tersebut. "Apalagi, cadangan
devisa kita menurun sehingga
memprihatinkan. Banyak membu-
tuhkan dolar AS, impor tentu
semakin berat," katanya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan,
seharusnya pemerintah Indonesia
bisa menjaga kepercayaan inves-
tor, sehingga apabila investasi
masuk ke Indonesia maka
diperkirakan Rupiah akan kem-
bali menguat. "Kita harapkan
demikian investasi kita jaga tetap
deras masuk ke Indonesia, kon-
sumsi domestik penting, ini kita
jaga jangan sampai investasi
melambat," tandasnya.
Sedikitnya ada 4 alasan yang
mendasari kekhawatiran pen-
gusaha atas pelemahan nilai
tukar rupiah diantaranya per-
tama, industri nasional masih
bergantung pada pembelian
bahan baku impor. Dolar ber-
peran penting pada transaksi
pembelian bahan baku ini. Sebab
itu jika dolar menguat maka
pengusaha harus mengeluarkan
dana pembelian bahan baku
lebih besar.
Kedua, penguatan dolar menye-
babkan pengusaha yang memiliki
fasilitas kredit yang mengguna-
kan dolar, secara otomatis
harus membayar cicilan lebih
besar lagi setiap bulannya.
Ketiga, terkait dengan biaya
pembelian bahan baku maka
dipastikan akan mempengaruhi
biaya produksi. Karena pening-
Your headline is an important part of the newsletter and should be
considered carefully.
In a few words, it should accurately represent the contents of the
story and draw readers into the story. Develop the headline before
you write the story. This way, the headline will help you keep the
story focused.
Examples of possible headlines include Product Wins Industry
Award, New Product Can Save You Time!, Membership Drive Ex-
ceeds Goals, and New Office Opens Near You.
Pelemahan Rupiah
Antara Berkah & Musibah
D AFT AR I S I :
Pelemahan Rupiah 1
Kadin Minta Masalah
Pelabuhan Segera Diatasi
2
Event 3
Kartel Komoditas Strate-
gis
4
Hadapi Pasar Bebab Asean,
Asosiasi Bisnis Nasional Harus
Solid
5
Regulasi 5
Revitalisasi Pasar Tra-
disional
6
B U S I N E S S N A M E
J U L I 2 0 1 3 V O L U M E I
R E DAK S I
Diterbitkan : Sekretariat Kadin Indonesia
Pelindung :
Ketua Umum Kadin Indonesia
Penanggungjawab :
Rahardjo Jamtomo
Suprayitno
Sutrisno
Iesye S. Latief Ade Widaya
Pemimpin Redaksi :
Miftahul Hakim
Pelaksana Teknis : Ari Kristiana K
Nurdin
Kontributor :
Sekretaris Penghubung Dewan Pengurus Kadin
Direktorat Sekretariat Kadin Indonesia
Lembaga Dalam Naungan Kadin Indonesia
Alamat Redaksi : Menara Kadin Indonesia lt.29
Jl. H.R. Rasuna Said X-5 Kav 2-3, Jakarta
12950 - Indonesia
Tlp. (021) 527 4484 ext 111,
Fax. (021) 5274331/2
Email. [email protected] www.kadin-indonesia.or.id
Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto (kiri) dan Gubernur BI
Agus Matowardojo (kanan) dalam sesi foto Rakornas Perbankan dan
Finansial Kadin.
ACTIVE PROGRAMME 7
Perkuat Ekonomi Daerah, Kadin
Genjot Pembiayaan Ekspor 9
Konsep Industrialisasi Na-
sional Harus Terintegrasi
8
Berita Daerah & Luar
Negeri
10
Newsletter Bisa Diperoleh di www.kadin-indonesia.or.id
Galeri 12
P A G E 2
“Nilai tukar Rupiah
mengacu pada
Jakarta Interbank
Spot Dollar Rate
(Jisdor) per 23 Juli
ditutup di level Rp
10.220 per USD”
Kadin Minta Masalah Pelabuhan Segera Diatasi
bukan karena fundamental
kita tidak baik. Ini lebih
karena penguatan dolar dan
situasi makro ekonomi
dunia,” kata Hatta.
Bank Indonesia (BI) masih
memandang pelemahan
rupiah terhadap dollar AS
masih sesuai dengan kondisi
fundamental dalam negeri.
Gubernur BI Agus
Martowardojo mengatakan,
penguatan dollar AS ini
dipengaruhi oleh tingginya
permintaan valas oleh
nasabah korporasi atau ritel,
termasuk untuk membayar
repatriasi dividen dan hasil
investasi.
Nilai tukar Rupiah mengacu
pada Jakarta Interbank Spot
Dollar Rate (Jisdor) per 23
Juli ditutup di level Rp
10.220 per USD. Jika
dibandingkan dengan awal
tahun hingga saat ini, nilai
tukar rupiah melemah 5,71
persen. Meski mengalami
depresiasi, nilai tukar rupiah ini
masih searah dengan depresiasi
mata uang negara-negara lain
di kawasan. "Dalam beberapa
hari terakhir, pergerakan rupiah
mulai konvergen ke level
keseimbangan baru yang
mencerminkan kondisi
fundamental perekonomian
Indonesia," kata Agus.
Agus menambahkan, pasar
valuta asing semakin bergairah
dengan mekanisme pasar yang
bekerja dengan lebih baik.
Sehubungan dengan hal itu,
Gubernur Bank Indonesia
juga meminta agar
masyarakat dan pelaku
pasar tetap tenang. Dia
juga menekankan bahwa
Bank Indonesia akan tetap
melakukan pemantauan
secara cermat dan menjaga
stabilitas nilai tukar rupiah
sesuai kondisi fundamental
perekonomian.
han, termasuk pelayaran, baik
jalur maupun kapalnya, dis-
erahkan kepada swasta dan
mekanisme pasar. Menyusul
adanya indikasi ekspansi bisnis
Pelindo yang memperkecil
peran swasta dalam usaha
kepelabuhan.
Menurut Wakil Ketua Umum
Kadin Bidang Logistik Carme-
lita Hartoto, peran swasta di
sektor kepelabuhanan di Indo-
nesia sangat vital karena se-
lama ini mereka telah berkon-
stribusi besar dalam menjaga
pertumbuhan dan ketahanan
perekonomian nasional me-
lalui aktivitas di pelabuhan.
“Perusahaan penyedia jasa
usaha pelabuhan dari swasta
itu meliputi usaha bongkar
Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Indonesia mendesak
pemerintah untuk segera turun
tangan guna menuntaskan kisruh
yang terjadi di pelabuhan mulai
dari masalah persaingan usaha,
dwelling time (waktu tunggu
bongkar muat), infrastruktur,
hingga daya tampung pelabuhan
yang sudah terbatas.
Terkait persaingan usaha, Kadin
Indonesia telah mendesak pe-
merintah untuk mengambil lang-
kah penting dengan menata ulang
bisnis pelabuhan dimana bisnis
Pelindo berkonsentrasi kepada
usaha pokok yakni penyediaan
prasarana pelabuhan dan pen-
yediaan jasa yang belum bisa
disediakan oleh swasta, sedang-
kan penyediaan sarana pelabu-
muat, angkutan khusus pelabu-
han, logistik, forwarder, per-
gudangan, hingga depo kon-
tainer. Sedangkan asosiasi
pengguna jasa pelabuhan antara
lain importir, eksportir dan
pelayaran jumlahnya lebih dari
5.000 unit perusahaan,” ungkap
Carmelita.
Untuk itu, kata dia, pemerintah
seyogianya mendengar aspirasi
dunia usaha. Jika swasta di
pelabuhan bersama BUMN
pelabuhan dapat disinergikan
dengan cara mereposisi bisnis
pelabuhan BUMN, Indonesia
akan lebih siap mengamankan
potensi domestik pada era
integrasi pasar Asean 2015.
Carmelita menyayangkan aksi
korporasi Pelindo yang banyak
P A G E 3
membentuk anak usaha di luar
bisnis pengelolaan pelabuhan.
“Seharusnya BUMN dapat melaku-
kan kegiatan usaha sesuai porsinya,
tetapi tidak menyulitkan atau
bahkan mematikan usaha swasta
nasional,” kata dia.
Pada gilirannya, pihaknya justru
mengkhawatirkan kualitas pelaya-
nan logistik di Pelabuhan Tanjung
Priok dan pelabuhan lainnya di
Indonesia akan terus memburuk
selama belum ada perubahan
dalam penyelenggaraan pelabuhan
dari praktik monopoli oleh PT
Pelindo.
Indikator ketidakefisienan itu dapat
dilihat dari tingginya tingkat
antrean kapal di berbagai pelabu-
han di Indonesia, kongesti kenda-
raan, waiting time kapal yang
tinggi, lamanya waktu bongkar
muat (dwelling time) hingga keti-
dakpastian biaya logistik dan waktu
barang di pelabuhan.
“Penyelenggaraan pelabuhan di Indo-
nesia masih dimonopoli, padahal UU
No. 17/2008 tentang Pelayaran mene-
gaskan pengaturan penyelenggaraan
pelabuhan di Indonesia memuat
penghapusan monopoli, memisahkan
regulator dan operator serta melibat-
kan pemerintah daerah dan swasta,”
ungkap Carmelita.
Meski demikian, dari 25 pelabuhan
strategis di Indonesia yang tercatat di
Kementerian Perhubungan, hingga kini,
belum ada satu pun yang dikelola oleh
swasta, sementara pemerintah daerah,
dalam hal ini Otorita Batam memiliki 1
pelabuhan di Batam. Carmelita menje-
laskan, pemerintah harus menata kem-
bali penyelenggaraan pelabuhan di
Indonesia dengan mengacu kepada UU
No. 17 tahun 2008, dimana se-
benarnya pemerintah daerah dengan
swasta atau pemerintah daerah dan swasta sendiri-sendiri,
bisa membuat pelabuhan tanpa mengikut sertakan Pelindo,
sama halnya dengan pelabuhan udara tanpa harus mengi-
kutsertakan Angkasa Pura.
“Undang-undangnya sudah jelas mengatur demikian, tapi
pelaksanaannya masih ada praktik monopoli yang bisa men-
gendalikan dibangun atau tidaknya pelabuhan-pelabuhan
baru yang banyak melibatkan sektor swasta seperti Pelabu-
han Cilamaya yang terkatung-katung karena harus
menunggu Kalibaru selesai dibangun,” tandas Carmelita.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik Carmelita Hartoto
Pengelola 25 Pelabuhan Strategis di Indonesia
Sumber : Kementerian Perhubungan
No. Penyelenggara Pelabuhan Nama Pelabuhan Jumlah
1. PT Pelindo I Belawan, Dumai, Lhokseumawe, Pekanbaru dan Tanjung Pinang.
5
2. PT Pelindo II Banten, Palembang, Panjang, Pontianak, Teluk Bayur, Tanjung Priok.
6
3. PT Pelindo III Banjarmasin, Benoa, Tena, Tjg. Emas dan Tjg. Perak.
5
4. PT Pelindo IV Ambon, Balikpapan, Biak, Bitung, Jayapura, Makassar, Samarinda dan Sorong.
8
5 Otoritas Batam Pelabuhan Batam 1
JUMLAH 25
EVENT 11 Juni 2013, di IPB International Convention Center Bogor – Jawa Barat
RAKERNAS BIDANG KOORDINATOR ASOSIASI
13 Juni 2013, di Hotel Clarion Makassar
KLINIK BISNIS PEMBIAYAAN UKM
18 Juni 2013, di Hotel Grand Hyatt Jakarta
KUNJUNGAN PM PAPUA NUGINI
19 & 24 Juni 2013, di Hotel Bidakara Jakarta
FOCUS GROUP DISCUSSION KEBIJAKAN INDUSTRI
25 OKTOBER 2013, di Nusa Dua, Bali
APEC CEO SUMMIT
This story can fit 75-125 words.
P A G E 4
“Kontrol
DPR
Terhadap
Pangan
Masih
Lemah”
Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia meminta Menteri Koordina-
tor Perekonoimian Hatta Rajasa untuk
merombak tata niaga impor pangan
nasional karena adanya ketidakseim-
bangan antara suplay dan demand
sehingga rentang dengan spekulasi
dan kartel.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang
Pemberdayaan Daerah dan Bulog
Natsir Mansyur mengatakan, selama
ini pangan nasional tidak seimbang
karena demandnya banyak sementara
suplaynya kurang. Berdasarkan cata-
tan Kadin, potensi kartel dari 6 ko-
moditas strategis seperti daging sapi,
daging ayam, gula, kedelai, jagung
dan beras nilainya mencapai Rp.
11,34 triliyun. “Nilai potensi kartel ini
belum termasuk dengan komoditas
lainnya yang juga berpengaruh pada
tata niaga pangan”.
Bila dirinci, perkiraan kebutuhan kon-
sumsi nasional dengan nilai potensi
kartel bisa diperkirakan, kebutuhan
daging sapi yang mencapai 340 ribu
ton nilai kartelnya diperkirakan men-
capai Rp 340 milyar, daging ayam 1,4
juta ton mencapai Rp 1,4 trilyun, gula
4,6 juta ton mencapai Rp 4,6 trilyun,
kedelai 1,6 juta ton mencapai Rp 1,6
trilyun, jagung 2,2 juta ton mencapai
Rp 2,2 trilyun dan beras impor 1,2
juta ton kartelnya diperkirakan
mencapai Rp 1,2 trilyun.
Menurut Natsir, gambaran seperti
itu diakibatkan karena penataan
managemen pangan nasional yang
sangat lemah dari aspek pro-
duksi,distribusi dan perdagan-
gannya. Pengelolaan kebijakan pan-
gan oleh pemerintah dinilai masih
sangat sentralistik dimana Ke-
mendag, Kementan dan Kemen-
perin tidak ikhlas menyerahkan
kebijakan tata niaga pangan ke
pemerintah daerah yang se-
benarnya lebih tahu akan kebutu-
han daerahnya.
“Kontrol DPR terhadap pangan ini
juga lemah, sehingga perlu DPR
memberikan sanksi kepada Kemen-
trian yang tidak dapat menjaga
kenaikan pangan yang berdampak
ke rakyat. Sanksinya bisa berupa
pengurangan anggaran di Kemen-
trian itu,” kata Natsir.
Selain itu, kata dia, tidak adanya
logistik pangan ikut menyebabkan
persoalan pangan nasional sehingga
setiap kebijakan yang dikeluarkan
Ke men dag d an Ke men t an
cenderung spekulatif dan pada
gilirannya data pangan tidak bisa
tepat dan akurat. “Jadi wajar kalau
presiden kita marah terhadap Ke-
mendag dan Kementan karena tidak
mampu mengatur pangan nasional
yang juga kerap kali terjadi kelang-
kaan,” ungkap Natsir yang juga me-
rupakan Ketua Asosiasi Pengusaha
Gula dan Terigu Indonesia (Apegti).
Pihaknya berharap agar Menkopere-
konomian bisa merombak tata niaga
pangan ke arah yang tepat, teru-
tama komoditas pangan yang strate-
gis seperti gula konsumsi/rafinasi
yang perlu dibuka pabrik-pabrik baru,
kedelai, jagung, daging sapi, ayam,
hingga bawang putih.
Kartel Komoditas Strategis Mencapai Rp 11,34 Trilyun
INDIKASI KARTEL PANGAN NASIONAL UNTUK 6 KOMODITAS
No Jenis Komoditi Perkiraan Kebutuhan-Konsumsi Nasional
PerkiraanKonsumsi/Kapita/Tahun
Perkiraan Nilai Kartel/Tahun (X)
1 Daging Sapi 340 ribu ton 1,7 Kg/Kapita/tahun Rp 340 Miliar
2 Daging Ayam 1,4 juta ton 7 Kg/Kapita/tahun Rp 1,4 Trilyun
3 Gula Kristal Putih (GKP) & Gula Kristal Rafinasi (GKR)
2,5 juta ton (GKR) 2,1 juta ton (GKP) Total 4,6 juta ton
12,5 Kg/kapita/tahun Rp 4,6 Trilyun
4 Kedelai 1,6 juta ton 8 Kg/Kapita/Tahun Rp 1,6 Trilyun
5 Jagung 2,2 juta ton 11 Kg/Kapita/tahun Rp 2,2 Trilyun
6 Beras 1,2 juta ton (Impor) 130 kg/Kapita/tahun Rp 1,2 Trilyun
Jumlah Rp 11,34 Trilyun
Sumber : Diolah Kadin
Hadapi Pasar Bebas ASEAN,
Asosiasi Bisnis Nasional Harus Solid
P A G E 5
Dalam rangka mengoptimalkan peran dan
fungsi Asosiasi anggota Kadin dalam
mempersiapkan dan memajukan dunia
usaha untuk bersama-sama membangun
perekonomian nasional, menyusul diberla-
kukannya Asean Economic Community
(AEC) 2015, Kadin Indonesia mengadakan
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Bidang
Koordinator Asosiasi yang akan digelar di
Bogor, Selasa (11/6).
“AEC sudah di depan mata, dunia usaha
harus memiliki strategi untuk menghadap-
inya dan penguatan asosiasi-asosiasi bis-
nis bisa menjadi salah satu ujung tombak
bagi kesiapan Indonesia untuk mengha-
dapi pasar bebas,” kata Wakil Ketua
Umum Kadin Bidang Koordinator Asosiasi
Noke Kiroyan.
Menurut Noke, asosiasi bis-
nis sangat berperan dalam
melakukan business scan-
ning bagi para anggotanya
untuk melihat tantangan,
prospek dan peluang
pengembangan bisnis ang-
gotanya. “Asosiasi lebih
mengetahui persis kendala
dan peluangnya seperti apa,
karena mereka bersatu
dalam sebuah asosiasi spe-
sifik pada sektor bisnis tertentu. Kita
harapkan Asosiasi bisnis utamanya
dibawah naungan Kadin Indonesia
bisa menggerakkan anggotanya untuk
berpartisipasi secara aktif dan lebih
optimal melakukan penguatan ka-
pasitasnya”.
Pemberlakuan AEC 2015 selain men-
jadi tantangan juga bisa menjadi pe-
luang besar karena akan menjadi
pasar potensial bagi pengusaha Na-
sional. Kadin menilai bahwa kesiapan
dunia usaha, yang dalam hal ini asosi-
asi-asosiasi bisnis memiliki peran
strategis dalam memanfaatkan pe-
luang yang ada atas pemberlakuan
pasar bebas ASEAN. “Sekarang ting-
gal bagaimana program dunia usaha
menghadapi itu, jangan sampai Indo-
nesia yang memiliki pasar yang besar
hanya menjadi sasaran empuk pelaku
bisnis asing,” ungkap Noke.
Menurutnya, untuk dapat menguasai
pasar Asean dan pasar lainnya di luar
negeri, Indonesia harus berupaya untuk
lebih meningkatkan daya saing agar bisa
berkembang. “Pada intinya adalah ba-
gaimana kita meningkatkan daya saing.
Karena dengan meningkatnya daya
saing, pengusaha nasional tidak saja
bisa survive, tetapi juga berkembang di
pasar yang lebih besar nantinya,” kata
Noke. Oleh karena itu, pihaknya
mengharapkan Asosiasi yang tergabung
dalam Kadin bisa melakukan penguatan
dalam upaya-upaya menumbuhkan
perekonomian.
Bagi Kadin, lanjut Noke, Asosiasi
memiliki posisi penting dalam memper-
juangkan aspirasi dan kepentingan
dunia usaha. Saat ini pihaknya tengah
mengkaji mekanisme penyaluran aspi-
rasi yang lebih baik. Maka dari itu, porsi
suara Asosiasi harus lebih diperhhatikan
dalam menentukan keberlanjutan or-
ganisasi Kadin ke depan sebagai payung
dunia usaha.
program pembinaan dan perlindungan TKI.
Perlindungan berdasarkan PP tersebut
diberikan kepada calon TKI/TKI yang
ditempatkan oleh BNP2TKI, PPTKIS, peru-
sahaan yang menempatkan TKI untuk ke-
pentingan sendiri, dan TKI yang bekerja
secara perseorangan. PPTKIS wajib mem-
bantu Perwakilan dalam memberikan per-
lindungan dan bantuan hukum selama masa
penempatan. Perlindungan pun diberikan
oleh Dinas Kabupaten/Kota dan Dinas
Provinsi kepada calon TKI/TKI.
Berbagai perlindungan yang diberikan
Untuk melaksanakan isi UU Noor 39
Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri maka Pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Per-
lindungan Tenaga Kerja Indonesia Di
Luar Negeri pada tanggal 2 Januari 2013.
Peraturan ini mengatur perlindungan TKI
mulai dari pra penempatan, masa penem-
patan hingga purna penempatan dan
perlindungan TKI melalui penghentian
dan pelarangan penempatan TKI serta
kepada TKI pada masa penempatan di
luar negeri meliputi pembinaan dan pen-
gawasan, bantuan dan perlindungan ke-
konsuleran, pemberian bantuan hukum,
pembelaan atas pemenuhan hak-hak TKI,
perlindungan dan bantuan lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan serta hukum dan kebiasaan
internasional, dan upaya diplomatik.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Organisasi,
Keanggotaan, Pemberdayaan Daerah & Tata
Kelola Perusahaan, Anindya Bakrie
Regulasi
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri
Noke Kiroyan (Kiri) Bersama Rocky Pesik
(Kanan) Memberikan Paparan Saat Jumpa Pers
di Kantor Pusat Kadin, (10/6).
P A G E 6
“Jika setiap
daerah bisa
mengoptimalkan
pasar
domestiknya,
maka diharapkan
bisa memperkuat
pasar nasional”
Kadin Jadikan Jabar Sebagai Proyek Percontohan Revitalisasi Pasar
S ejumlah pasar tradisional milik
pemerintah daerah di sejum-
lah kabupaten dan kota di
Jawa Barat akan menjadi
proyek percontohan (pilot project)
revitalisasi pasar.Langkah revitalisasi
itu dilakukan secara bertahap dengan
harapan kelak akan mampu mening-
katkan perdagangan domestik di ting-
kat daerah. Diharapkan revitalisasi
tersebut sudah mulai bisa terlaksana
akhir tahun 2013 ini.
“Tergantung kesiapan pemda untuk
menunjuk pasar mana yang perlu dire-
vitalisasi. Nanti, pasar itu dibongkar
dan akan dibangun kembali oleh pen-
gusaha yang bergabung dalam Kamar
Dagang dan Industri (Kadin). Kelak
proyek revitalisasi itu akan mengun-
tungkan pedagang lama, karena
mereka tidak digusur,” kata Wakil
Ketua Umum Kadin Indonesia bidang
Kebijakan Moneter, Fiskal dan Publik,
Haryadi B. Sukamdani.
Menurut Haryadi, mengenai pasar
mana saja yang akan direvitalisasi se-
penuhnya berada di tangan Ketua
Umum Kadin Jabar, Agung Suryamal.
“Kalau mengenai pasar mana yang
akan segera direvitalisai, itu ada di Pak
Agung. Koordinasinya ada di Pak
Agung. Yang jelas, Kadin pusat men-
dorongnya,” kata Haryadi.
Menurut Haryadi, revitalisasi atau
peremajaan pasar-pasar tradisional itu
merupakan hasil kerjasama antara
pemda sebagai pemilik pasar
dengan Kadin. Kadin/pengusaha
masuk sebagai mitra yang akan
membangun kembali pasar-pasar
tradisional yang sekarang sudah
banyak yang tidak layak lagi.
Menurut Haryadi, pengusaha
yang terlibat nanti adalah yang
sudah memiliki pengalaman di
bidang ritel dan properti.
"Pengusaha ini kelak akan men-
coba mempebesar pasar tra-
disional yang selama ini ada. Pasar
-pasar di sejumlah kabupaten dan
kota di Jabar maupun provinsi
lainnya sekarang ini relatif kecil
dan banyak yang rusak".
Dengan model kerjasama pere-
majaan antara pemda dengan
Kadin, diharapkan pasar-pasar
tersebut dibangun lebih bagus
dan lebih layak lagi. Tentu, ada
hak mengelola bagi pengusaha
yang membangunnya kembali,
misalnya dalam beberapa tahun.
“Model ini tidak akan mematikan
pedagang lama yang ada di pasar
itu. Mereka (pedagang lama) tidak
akan digusur, tetapi diutamakan
memiliki atau menempati pasar
yang baru dibangun. Jadi, jangan
khawatir, karena kehadiran pen-
gusaha dalam revitalisasi itu bu-
kan membangun mall,” ujarnya.
Pihaknya berharap, dengan mere-
majakan pasar-pasar yang ada,
diharapkan kegiatan atau
kapasitas ekonomi dan perda-
gangan para pedagang men-
ingkat. “Kan pasarnya akan
menjadi baru dan lebih luas,”
ujarnya.
Sementara itu Ketua Kadin
Jabar Agung Suryamal menga-
takan, dengan memperkuat
pasar domestik merupakan
aksi yang penting untuk dila-
kukan di tengah-tengah
perdagangan bebas yang akan
dihadapi Indonesia di masa
mendatang. "Peluang dan
Potensi pasar di Jabar begitu
besar dan terbuka lebar. Jika
setiap daerah bisa mengopti-
malkan pasar domestiknya,
maka diharapkan bisa mem-
perkuat pasar nasional," ujar
Agung.
Menurut Agung, dengan me-
maksimalkan potensi pasar
lokal dan kualitas produk
yang berdaya saing, penguatan
itu dapat membuat Jabar
tetap menjadi subjek dunia
usaha, bukan hanya sebagai
obyek.
Ketua Kadin Jabar
Agung Suryamal
UU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
UU Lembaga Keuangan Mikro (LKM) diundang pada tanggal 8
Januari 2013 yang bertujuan meningkatkan akses pendanaan skala mikro untuk masyarakat miskin. LKM hanya bisa dimiliki oleh WNI, Badan Usaha Milik Des a/Ke l ura ha n, Pemda
Kabupaten/Kota atau Koperasi. Untuk itu cakupan wilayah usaha LKM berada dalam satu w il ayah Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/kota.
Syarat untuk mendirikan LKM
adalah harus berbadan hukum koperasi atau perseroan terbatas, memiliki modal yang besarannya diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memiliki ijin usaha dari OJK. Oleh karena itu yang membina dan mengawasi LKM adalah OJK. Kegiatan usaha yang bisa dilakukan LKM
meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan s i m p an a n se r t a j a s a konsultasi pengembangan usaha.
Penyaluran pinjaman dan pengelolaan simpanan
dapat dilakukan secara konvensional atau berdasar prinsip syariah. LKM bisa bertransformasi menjadi bank bi la memenuhi persyaratan tertentu.
ACTIVE PROGRAMME
P A G E 7
Sejak Januari 2012, KADIN Indonesia bekerjasama dengan Uni
Eropa telah melaksanakan suatu program kerja terkait dengan
advokasi kebijakan publik dan otonomi daerah, yaitu Advancing
Indonesia’s Civil Society in Trade and Investment Climate
(ACTIVE) Programme. Program ACTIVE bertujuan untuk mendu-
kung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia den-
gan cara memperkuat kapasitas KADIN dan KADINDA dalam
memonitor, mengevaluasi dan melakukan advokasi kebijakan publik
terkait dengan perdagangan dan investasi, sehingga dapat secara
efektif merepresentasikan dunia usaha, terutama usaha kecil dan
menengah.
Tiga kegiatan utama yang akan dilaksanakan hingga akhir 2014
adalah:
1. Pembentukkan serta berfungsinya Tim Advokasi ACTIVE yang
merupakan bagian dari Sekretariat KADIN dan berfungsi sebagai
“think tank” dalam mendukung Dewan Pimpinan KADIN melaku-
kan advokasi dan analisa kebijakan dan regulasi.
2. Penguatan kapasitas KADINDA untuk dapat secara efektif mela-
kukan tugas advokasi kebijakan daerah dan memiliki kerjasama
dengan asosiasi usaha dan berbagai pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya yang melembaga dan terintegrasi
3. Pembentukkan jaringan komunikasi yang terintegrasi dan
berkesinambungan antara KADIN-KADINDA dan pemangku
kepentingan lainnya.
Tim Advokasi ACTIVE bertanggungjawab untuk mengorganisasi,
menyiapkan serta menerapkan kegiatan-kegiatan Pengurus
KADIN yang terkait dengan advokasi kebijakan. Hal ini mencakup
kegiatan memonitor dan menganalisa kebijakan publik dan regu-
lasi terkait dengan dunia usaha, membuat policy paper, melakukan
sosialisasi, komunikasi dan publikasi, serta berjejaring dengan para
pemangku kepentingan, terutama pemerintah terkait.
Selanjutnya, Tim Advokasi ACTIVE, bersama-sama dengan pengu-
rus dan sekretariat KADIN akan melakukan penguatan kapasitas
KADINDA dalam melakukan advokasi kebijakan di daerah. KAD-
INDA yang akan menerima penguatan kapasitas adalah KAD-
INDA di delapan provinsi, yaitu: 1) DKI Jakarta; 2) Jawa Barat; 3)
Jawa Tengah; 4) Jawa Timur; 5) Sumatera Utara; 6) Bali; 7) Kali-
mantan Timur; 8) Nusa Tenggara Timur.
Penguatan kapasitas tersebut akan dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan: a) pelatihan bagi KADINDA dan Asosiasi; b) peman-
tapan hubungan KADIN dengan KADINDA, serta KADINDA
dengan Asosiasi serta pemangku kepentingan lainnya dalam mela-
kukan advokasi kebijakan di daerah; dan c) sosialisasi kebijakan-
kebijakan pemerintah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.
22 Agustus 2013 Pelatihan Advokasi untuk Asosiasi
27-28 Agustus 2013 KADINDA Jawa Tengah
5 September 2013 Workshop Pengintegrasian Jaringan
Active Programme
Menara Kadin Indonesia, Lt. 29
Jl. H. R. Rasuna Said X-5 Kav. 2-3, Jakarta 12950, Indonesia
Telp: [62-21] 527 4484 (hunting), Fax: [62-21] 527 4331 - 527 4332
http://active.kadin-indonesia.or.id
Agenda Pelatihan Advokasi Kebijakan KADINDA
P A G E 8
D unia usaha sangat
mendambakan konsep
industrialisasi yang benar-
benar konsisten dan
mendasar. Untuk itu, legislasi yang masih
terlalu berorientasi sektor perlu diubah ke
arah yang integratif. Hal itu Karena upaya
yang dilakukan hingga saat ini masih
terkotak-kotak dan lebih mengedepankan
kepentingan sektoral, sehingga kurang
memungkinkan terwujudnya konvergensi
program pada penguatan pembangunan
dan pengembangan industri.
“Konsep industrialisasi haruslah
merupakan konsep integratif. Untuk itu
legislasi kita yang masih terlalu
berorientasi sektor perlu kita ubah. Sikap
business as usual dan distorsi kebijakan
karena tarik-menarik kepentingan
haruslah dihentikan,” kata Ketua Umum
Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto
dalam acara Focus Group Discussion
Kadin yang digelar dalam rangka
penyusunan platform kebijakan industri
nasional di Jakarta, Rabu (19/6).
Menurut Suryo, sumber daya alam harus
diolah di dalam negeri dan digunakan
untuk melakukan industrialiasi dengan
menciptakan masa transisi dan
momentum yang kuat untuk mengubah
ekonomi berbasis ekspor sumber daya
alam menjadi ekonomi berbasis industri
yang bernilai tambah. “Tantangannya
adalah penguasaan teknologi. Teknologi
tidak akan dengan sukarela ditransfer
kepada kita, tetapi harus dibeli dengan
harga yang mahal. Kalaupun mampu
membeli teknologi, kita masih harus
menghadapi ketergantungan pada pihak
luar.”
Suryo juga mengungkapkan, sistem
perpajakan dan sistem fiskal pada
umumnya perlu disesuaikan dengan
tujuan mencapai industrialisasi nasional
yang tangguh. “Untuk menghadapi
tantangan-tantangan industri, tugas
menciptakan konsep dasar dan sistem
legislasi industrialisasi harus dilakukan
secara all out,” kata dia.
Sebelumnya, Kadin Indonesia telah
melakukan koordinasi dengan Komisi VI
DPR-RI, agar dunia usaha membahas
upaya dan langkah yang perlu dilakukan
untuk membangun suatu Platform
Pengembangan Industri Nasional.
Adanya kesempatan untuk
dilakukannya penyempurnaan
Undang-Undang No. UU No. 5
Tahun 1984 tentang Perindustrian
membawa harapan baru bagi
terjadinya perubahan kebijakan
bagi arah pengembangan industri
ke depan.
Di masa lalu, kebijakan
pengembangan industri dituangkan
dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) yang dijabarkan
dalam Pembangunan Lima
Tahunan (Pelita). Seiring dengan
itu, Undang-undang No.5 Tahun
1984 tentang Perindustrian
dilahirkan untuk mempertegas
landasan hukum dan rencana
pengembangan industri. Namun
sejalan dengan tuntutan dan
perkembangan yang ada, untuk
memfokuskan pencapaian target
yang diharapkan, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden
(Perpres) RI Nomor 28 tahun 2008
tentang Kebijakan Industri
Nasional dengan tujuan
menjadikan Indonesia menjadi
Negara Industri Tangguh pada
tahun 2025, dimana pembangunan
industri difokuskan pada produk
unggulan industri di masa depan
yakni industri Agro, Industri Alat
Angkut, Industri Telematika,
Industri manufaktur, Industri
penunjang industri kreatif dan
Industri kecil dan menengah
tertentu. Sampai saat ini
efektivitas penerapan kebijakan
industri nasional tersebut dinilai
masih belum maksimal sehingga
diperlukan kajian yang lebih fokus
dalam merealisasikan target
tersebut.
Berdasarkan catatan Kadin,
pertumbuhan sektor industri
terutama sejak 40 tahun terakhir
menunjukkan pasang surut yang
cukup tajam, kendati saat ini mulai
mengarah pada trend pertumbuhan
meningkat, yang pada tahun 2012
industri manufaktur menyumbang
20,8% dari PDB. Meskipun angka
ini belum mampu menyamai pertumbuhan
ketika sebelum badai krisis ekonomi
menghantam Indonesia pada tahun 1998.
Ketika itu, sesuai definisi UNIDO, Indonesia
sudah dikategorikan masuk sebagai negara
industri baru, karenanya Indonesia ketika itu
mendapat predikat julukan sebagai NIC
(Newly Industrialist Countries) atau sering
juga disebut sebagai macan Asia, karena
pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata
mencapai 7 persen per tahun. Tetapi prestasi
ini tidak bertengger lama, karena krisis
ekonomi tahun 1998 telah meluluh-
lantakkan fundamental ekonomi Indonesia,
yang ternyata telah menggambarkan dengan
sebenarnya bahwa struktur industri nasional
sangat rentan.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang
Perindustrian Sudirman M. Rusdi
mengatakan, kelemahan struktural industri
nasional disebabkan oleh ketergantungan
yang sangat besar pada impor bahan baku
dan produk antara. Padahal bahan baku
tersebut mampu disupplai sendiri oleh
Indonesia, bahkan diolah sampai menjadi
produk jadi dan siap dipasok memenuhi
kebutuhan pasar luar negeri. “Kelemahan
manajerial dan struktur pembiayaan yang
sangat mengandalkan pada utang, lemahnya
peningkatan kemampuan keahlian dan
teknologi serta tidak berkembangnya
kegiatan Research & Development (R & D)
turut menjadi andil dalam kelemahan
struktur industri nasional,” ungkap dia.
Menurut Sudirman, dengan posisi
ketergantungan yang sangat besar terhadap
impor dan hutang luar negeri, maka ketika
krisis terjadi, ekonomi Indonesia bisa
menjadi ikut rentan. Padahal, kata dia,
pengembangan industri yang didasarkan atas
pengelolaan potensi SDA dari hulu sampai
hilir dapat memberi nilai tambah yang sangat
tinggi, sehingga akan mampu mendorong
meningkatnya kemakmuran rakyat.
“Pembangunan industri hulu akan sangat
meningkatkan daya saing industri hilirnya,
yang nilai ekonominya bisa berkali-kali lipat
dari nilai ekonomi industri hulunya.
Multiplier effect dari pembangunan industri
hulu akan menciptakan lapangan kerja yang
besar, meningkatkan ekspor dan GDP yang
tidak ada batasnya sebagai indikator
kemakmuran sebuah bangsa,” Jelas
Sudirman.
Konsep Industrialisasi Nasional Harus Terintegrasi
sistem kehati-hatian perbankan yang
masih dirasakan berlebihan sering kali
menjadi kendala untuk mengembang-
kan usaha.
Di sisi lain, Kadin merekomendasikan
kepada para pelaku usaha untuk bisa
mengakses permodalan melalui lem-
baga non perbankan, sehingga tidak
terpaku pada lembaga perbankan saja.
“Jika kondisinya seperti itu, para pen-
gusaha daerah dan UKM bisa mengak-
ses pembiayaan melalui alternatif lain
dengan memanfaatkan lembaga non
perbankan,” kata Komite Tetap Kadin
Bidang Modal Ventura dan pendanaan
alternatif Safari Azis.
Menurut Safari Azis, selain dukungan
aspek pembiayaan baik dari lembaga
perbankan maupun non perbankan,
dukungan dari pemerintah memiliki
peranan yang penting dalam pember-
dayaan pelaku usaha dan potensi
daerah untuk meningkatkan ekspor.
Selain itu, sinergitas regulasi antara
pusat dan daerah serta kemudahan
dalam perijinan ekspor sangat dibu-
tuhkan oleh pelaku usaha nasional.
Safari mengatakan, pihaknya sering
masih sering menemukan keluhan
pengusaha daerah yang akan melaku-
K amar Dagang dan Industri (Kadin) Indo-
nesia dan Pemerintah tengah menggen-
jot upaya peningkatan daya saing untuk
industri, tidak terkecuali bagi usaha kecil menen-
gah untuk meningkatkan komoditi ekspor guna
memperkuat perekonomian nasional.
“Dengan berlakunya Asean Economic Community
nanti, standar mutu produk akan menganut stan-
dar ASEAN. Selama ini produk-produk UKM yang
memiliki peluang pasar luas di ASEAN, terkendala
oleh standard mutu,” ujar Wakil Ketua Umum
Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P.
Roeslani.
“Melihat besarnya peranan UKM nasional dalam
perekonomian, kiranya semua pihak harus senan-
tiasa melakukan upaya-upaya penguatan UKM agar
bisa meningkatkan produktivitas dan kualitasnya
agar berdaya saing, sehingga lebih siap menghadapi
pasar bebas. Oleh karenanya, hambatan-hambatan
klasik yang sering ditemui harus segera diatasi dan
dicarikan jalan keluarnya, terutama aspek pem-
biayaan untuk mengembangkan usaha dan melaku-
kan ekspor,” kata Rosan.
Rosan menjelaskan, hingga saat ini perekonomian
daerah masih terkendala pada persoalan-
persoalan klasik seperti persoalan UKM yang
selalu tersendat dalam masalah permodalan. Ak-
ses yang terbatas terhadap bank, serta penerapan
kan ekspor harus mengeluarkan tamba-
han biaya untuk dokumen-dokumen yang
sebenarnya tidak diperlukan. Berdasarkan
informasi yang diterima Kadin, hal terse-
but berkenaan dengan kebijakan pemer-
intah yang berusaha untuk menaikkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari ko-
moditas ekspor. “Kami menilai hal terse-
but bisa menurunkan daya saing komodi-
tas ekspor daerah. Di sisi lain, seyogy-
anya justru PAD bisa lebih ditekankan
kepada komoditi impor, agar produk
lokal bisa diserap pasar domestik,” ung-
kap Safari.
Sementara itu untuk dapat melakukan
ekspor, lanjut Safari, Pelaku dipersyarat-
kan memiliki keahlian logistik, manajemen
ekspor, pemasaran, keuangan dan hukum
perdagangan internasional. Pentingnya
edukasi dan pengelolaan akan hal itu,
Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan
Finansial bekerjasama dengan Dirjen
Kementerian Perdagangan melakukan
upaya pengembangan dan penguatan
usahawan daerah dengan melaksanakan
kegiatan sosialisasi dan klinik bisnis.
Klinik bisnis tersebut sudah dilakukan
sebelumnya di Pronvinsi DKI Jakarta,
Gorontalo, Bali, Sulawesi Tengah, Kali-
mantan Timur, Jawa Barat, Sulawesi Sela-
tan dan Sumatera Utara. “Hal ini sejalan
dengan amanat dari misi Kadin Pusat
Kepengurusan Periode 2010-2015 yang
berkomitmen untuk menjadi motor pen-
dorong agar daerah dapat berperan lebih
besar dalam penguatan dan pemerataan
ekonomi nasional,” kata Safari.
Sebagai wujud nyata dari komitmen
tersebut, Kadin Indonesia membentuk
lembaga kemitraan pembiayaan “Palapa
Nusantara Berdikari” yang telah dan akan
melakukan akselarasi penyaluran dana
kepada UKM di daerah-daerah. “Palapa
Nusantara Berdikari akan membina
badan usaha atau pelaku UKM yang
memiliki potensi untuk melakukan
ekspor. Pembinaan ini dilakukan dari yang
tadinya tidak bankable menjadi bankable,”
ujar Safari.
Perkuat Ekonomi Daerah, Kadin Genjot Pembiayaan Ekspor
Pencairan Dana Palapa Fund untuk UKM di Bandung, Jawa Barat
Kunjungan Klinik Bisnis
Makassar,
Kunjungan Klinik Bisnis
Samarinda, Kalimantan Selatan
Kunjungan Klinik Bisnis Medan,
Sumatera Utara
Kunjungan Klinik Bisnis Medan,
Sulawesi Tengah
P A G E 1 0
43
proyek
itu
berhasil
menarik
tenaga
kerja
hingga
7.834
INVESTASI JATENG: Meski Nilai Proyek
Rendah, Penyerapan Tenaga Kerja Tinggi
R ealisasi penanaman mo-
dal di Jawa Tengah Se-
mester I/2013 menca-
pai 43 proyek dengan nilai
Rp369,35 miliar atau dibawah
target yang ditetapkan sebanyak
45 investasi senilai Rp1,706 tril-
iun.
Kepala UPT Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) BPMD Jateng,
Anung Suprihati menuturkan
meski secara investasi masih
dibawah target namun 43 proyek
itu berhasil menarik tenaga kerja
hingga 7.834 melebihi target
yang hanya 7.478 orang.
“Secara penanaman modal me-
mang lebih kecil namun disisi
lain SDM yang terserap lebih
banyak dan kedepan bisa
mengejar proyek investasi
berkembang di Jateng,” ujarnya,
Selasa (9/7/2013).
Menurutnya, sebanyak 43 proyek
yang terserap itu terdiri dari 36
PMDN senilai Rp339,07 miliar
dan 7 PMA dengan nilai investasi
mencapai Rp30,27 miliar, di-
dominasi sektor tersier kategori
perdagangan dan reparasi men-
capai Rp109 miliar.
“Sektor Perdagangan reparasi
banyak dibuka di Kota Salatiga
mencapai 12 unit, sisanya di
Brebes dan Kota Semarang, in-
vestasi lainnya berupa 5 industri
makanan, 3 tekstil, 2 kimia
farmasi, hotel dan restoran, kon-
struksi serta jasa lain,” lanjutnya.
Sejumlah investasi baru tersebut
dikembangkan di beberapa Ka-
bupaten/Kota wilayah Jateng
meliputi juga Kabupaten Sema-
rang, Banyumas, Batang, Kudus,
Sukoharjo, Pemalang, Jepara
dan Kota Surakarta.
Khusus realisasi tujuh PMA,
lanjutnya, investor mengem-
bangkan beberapa jenis sektor
seperti industri kayu, tekstil,
hotel dan restoran juga perda-
gangan dan reparasi yang men-
yerap sebanyak 3.423 tenaga
kerja.
Wakil Ketua Umum Kamar Da-
gang dan Industri (Kadin)
Jateng, Djoko Slamet Utomo
mengatakan tenaga kerja men-
jadi salah satu potensi yang
perlu mendapat perhatian
dalam menghadapi persaingan
industri.
“Menghadapi pasar bebas
Asean perlu dukungan SDM
dengan keahlian mumpuni se-
hingga mampu berdaya saing
dalam berbagai industri sesuai
keahliannya, selain itu perizinan
usaha p er lu terobosan
teknologi supaya proses lebih
cepat,” ujarnya.
Kadin juga berharap pemerin-
tah memberi kemudahan perizi-
nan bagi para pengusaha
mengingat fasilitas itu diyakini
bisa menjadi salah satu
upaya untuk menarik
minat investor dalam
menanamkan modalnya.
Sementara Plt Sekda
Provinsi Jateng, Sri Pury-
ono mengatakan Jateng
berupaya memperbaiki diri
guna mendukung industri
di berbagai sektor meliputi
agroindustri, pariwisata
hingga kawasan industri
berikat.
“Pembangunan infrastruk-
tur dan SDM terus men-
jad i perhatian dan
pengembangan sektor
usaha mikro mendapat
dukungan melalui berba-
gai pameran usaha,” tu-
turnya.
Pemprov berharap, berba-
gai potensi yang dimiliki
Jateng akan terus diber-
dayakan melalui pen-
dampingan dan pembi-
naan agar bisa menembus
dan mampu bersaing di
pasar global.
Indonesia dan Vietnam Dorong Kerjasama Dagang dan Investasi
P A G E 1 1
I ndonesia dan Vietnam
mendorong momentum pertum-
buhan ekonomi yang kuat dengan
membangun industri yang bernilai
tambah dan investasi. Kesamaan
faktor penguat ekonomi dan tan-
tangan yang dihadapi dinilai bisa
meningkatkan kerjasama diantara
kedua negara.
“Indonesia dan Vietnam memang
memiliki banyak kesamaan dan
sebenarnya bisa saling meleng-
kapi. Sekarang ini, baik Indonesia
maupun Vietnam tengah mem-
bangun ekonomi kuat yang di-
dasarkan pada industri yang
bernilai tambah,” kata Ketua
Umum Kadin Suryo Bambang Su-
listo dalam Forum Bisnis dengan
delegasi Vietnam yang dipimpin
langsung presidennya, Truong Tan
Sang di Jakarta, (28/6).
Menurut Suryo, pasar domestik
yang cukup besar dengan pertum-
buhan kelas menengah memiliki
peranan penting untuk menum-
buhkan industri dan memperkuat
daya beli barang-barang konsumsi.
Kadin mencatat, total perdagangan
tahun lalu diantara kedua negara
hampir mencapai 5 miliar USD.
Menurut Suryo, jumlah ini bisa
jauh lebih tinggi bila diperkuat den-
gan adanya kemitraan bisnis yang
potensial. “Kemitraan bisa diting-
katkan bukan hanya dalam perda-
gangannya saja, tetapi juga investasi
untuk mencapai hasil kerjasama
ekonomi yang maksimal”.
Dalam forum bisnis tersebut, diba-
has mengenai berbagai peluang
kerjasama dan investasi yang meli-
batkan sejumlah perusahaan
BUMN dan swasta Indonesia yang
sudah diinvestasikan di Vietnam
seperti sektor properti dan semen.
“Kita berharap bahwa ini adalah sebuah
tren yang positif dimana akan lebih ban-
yak perusahaan Indonesia bisa melang-
kah keluar untuk berinvestasi di luar
negeri, khususnya di negara tetangga
terdekat seperti Vietnam,” ungkap
Suryo.
Suryo menilai, kerjasama bisnis diantara
kedua belah pihak bisa mencapai hasil
yang baik dengan memiliki mitra lokal
yang juga baik. Menurutnya, mitra lokal
baik untuk bisnis di Vietnam maupun di
Indonesia dapat membantu memberikan
informasi dan menangani aturan yang
berlaku, yang mungkin membingungkan
pelaku usaha ketika mengembangkan
bisnis di negara asing.
Turut hadir dalam Forum Bisnis terse-
but antara lain Menteri Pertanian Sus-
wono, Menteri BUMN Dahlan Iskan dan
sejumlah para pimpinan perusahaan
BUMN dan swasta seperti Pertamina,
Bank Mandiri, Kimia Farma, Semen In-
donesia, Bulog, Dirgantara Indonesia,
dan Bukit Asam, Ciputra Property dan
Indofood Sukses Makmur.
dalam negeri, agar pasca pemberlakuan
AEC pengusaha Jatim tidak menjadi pe-
nonton saja tetapi menjadi penguasa pasar
domestik," ujar Rizal.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Ketua
Bidang UMKM Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (Hipmi) BPD Jatim, Giri
Bayu Kusuma, bahwa sebenarnya AEC
bisa menjadi peluang untuk memperluas
pasar. Namun, ketika daya saing tidak ada,
maka yang terjadi justru sebaliknya.
Masyarakat Indonesia hanya akan menjadi
penonton di negaranya sendiri.
"Untuk itu, kami berkomitmen menfasili-
tasi UMKM agar bisa berdaya saing tinggi
melalui penguatan finansial dan non finan-
Wakil Ketua Umum Bidang UMKM
Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Jatim, M Rizal menuturkan, sejauh ini
Kadin sudah melakukan melakukan
akselerasi perdagangan antar
provinsi atau pulau di Indonesia.
Kegiatan yang mempertemukan pen-
gusaha Jatim dengan pengusaha di
luar provinsi ini sudah dilaksanakan
di 15 provinsi.
"Pada awal Juni 2013 kami melaku-
kan kunjungan bisnis ke Sumatra
Utara dengan melibatkan 75 pen-
gusaha di Jatim, khususnya yang ma-
suk kategori UMKM. Ini kami laku-
kan sebagai langkah penguatan pasar
sial. Karena sebenarnya, kualitas produk yang
dihasilkan UMKM tidak kalah bersaing,"
tegasnya.
Kepala Dinas UMKM dan Koperasi Provinsi
Jatim, Fattah Jasin membenarkan bahwa se-
benarnya, kelemahan sektor UMKM tidak
pada hasil produk tetapi dari kemasan saja.
"Jika dibanding dengan produk Thailand,
sebenarnya produk UMKM tidak kalah ber-
saing, hanya packagingnya saja yang mengaki-
batkan produk mereka kalah. Makanya, Di-
nas Koperasi dan UMKM bekerjasama den-
gan Hipmi untuk melakukan penguatan ter-
hadap pelaku usaha di sektor UMKM," ujar
Fattah.
Hadapi AEC, Jatim Perkuat Pasar Domestik
Total
Perdagangan
tahun lalu
diantara
kedua
negara
mencapai 5
miliar USD
P A G E 1 2
G
A
L
E
R
I
WKU Kadin Bidang Energi & Migas Wishnu Wardana saat
Business Luncheon APEC CEO Summit 2013
Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto Menerima
Kunjungan PM Australia Kevin Rudd
Ketua Umum Kadin Menjadi Salah Satu Pembicara Dalam
Indonesia Banking Expo & Conference 2013
Disaksikan PM Papua Nugini, Kadin Indonesia
Menandatangani MoU dengan Kadin Papua Nugini
Kadin Indonesia menerima kunjungan Presiden
Vietnam
Rombongan Kadin Indonesia dan Mendag Tiba di Bandara
NTT untuk Rakernas Kadin Bid. Industri Pengolahan &
Peternakan
WKU Kadin Bidang Lingkungan Hidup & Perubahan
Iklim, Shinta W. Kamdani (dua dari kanan) menjadi
pembicara dalam Tropical Forest Alliance 2020
Indonesia
WKU Kadin Bidang Perindustrian, Sudirman (dua
dari kiri) menggelar Focus Group Discussion untuk
membahas kebijakan-kebijakan industri
Top Related