REDAKSI Antara Berkah & Musibah...

12
katan biaya produksi harus dima- sukkan dalam komponen harga jual jika mereka tidak mau rugi. Di sisi lain, ini bisa menurunkan daya saing di tengah kompetisi bisnis. Keempat, berkaitan dengan proses pengiriman ke pasar ekspor, selama ini distribusi pro- duk nasional menggunakan tarif dalam bentuk dolar. Hal ini mem- pengaruhi penambahan biaya atau ongkos produksi yang lari ke harga jual produk. Sementara itu Menteri Koordina- tor Bidang Perekonomian Hatta Rajasa masih otmisitis nilai tukar rupiah akan membaik. Dia menga- takan, pelemahan nilai tukar ter- hadap dolar AS tidak hanya terjadi pada rupiah, melainkan pada mata uang lainnya. Karena itulah, dia meminta semua pihak untuk tidak panik dan terlalu mengkha- watirkan pelemahan rupiah yang sudah menembus kisaran Rp. 10.000/USD. “Jangan anggap Rp 10.000 itu angka psikologis. Enggak ada itu angka psikologis. Fenomena ini bukan hanya di Indonesia, jadi S ejumlah kalangan teru- tama para pengusaha mengharapkan Pemerin- tah segera mengantisipasi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang saat ini dinilai menjadi sangat dilematis. Saat ini, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS sudah menyentuh angka di atas Rp 10.000 per USD per Senin (15/7). Pelemahan nilai tukar rupiah membawa keuntungan bagi para eksportir tetapi justru sebaliknya untuk para importir. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, pelemahan ini memang menjadi kabar baik bagi para eksportir. Menurutnya, dengan melemahnya Rupiah, maka penyerapan dolar AS dari penerimaan negara akan naik. "Namun, berakibat buruk apabila pemerintah Indonesia melakukan impor besar-besaran. Jadi saya pikir kita perlu berhati- hati dengan situasi yang dilema- tis”. Menurut Ketua Umum, para pelaku industri lebih terbiasa dengan nilai tukar Rupiah terha- dap dolar AS sebesar Rp 9.500 per USD. Dia berharap, pemerin- tah bisa menjaga Rupiah pada level tersebut. "Apalagi, cadangan devisa kita menurun sehingga memprihatinkan. Banyak membu- tuhkan dolar AS, impor tentu semakin berat," katanya. Lebih lanjut dia mengungkapkan, seharusnya pemerintah Indonesia bisa menjaga kepercayaan inves- tor, sehingga apabila investasi masuk ke Indonesia maka diperkirakan Rupiah akan kem- bali menguat. "Kita harapkan demikian investasi kita jaga tetap deras masuk ke Indonesia, kon- sumsi domestik penting, ini kita jaga jangan sampai investasi melambat," tandasnya. Sedikitnya ada 4 alasan yang mendasari kekhawatiran pen- gusaha atas pelemahan nilai tukar rupiah diantaranya per- tama, industri nasional masih bergantung pada pembelian bahan baku impor. Dolar ber- peran penting pada transaksi pembelian bahan baku ini. Sebab itu jika dolar menguat maka pengusaha harus mengeluarkan dana pembelian bahan baku lebih besar. Kedua, penguatan dolar menye- babkan pengusaha yang memiliki fasilitas kredit yang mengguna- kan dolar, secara otomatis harus membayar cicilan lebih besar lagi setiap bulannya. Ketiga, terkait dengan biaya pembelian bahan baku maka dipastikan akan mempengaruhi biaya produksi. Karena pening- Your headline is an important part of the newsletter and should be considered carefully. In a few words, it should accurately represent the contents of the story and draw readers into the story. Develop the headline before you write the story. This way, the headline will help you keep the story focused. Examples of possible headlines include Product Wins Industry Award, New Product Can Save You Time!, Membership Drive Ex- ceeds Goals, and New Office Opens Near You. Pelemahan Rupiah Antara Berkah & Musibah DAFTAR ISI : Pelemahan Rupiah 1 Kadin Minta Masalah Pelabuhan Segera Diatasi 2 Event 3 Kartel Komoditas Strate- gis 4 Hadapi Pasar Bebab Asean, Asosiasi Bisnis Nasional Harus Solid 5 Regulasi 5 Revitalisasi Pasar Tra- disional 6 BUSINESS NAME JULI 2013 VOLUME I REDAKSI Diterbitkan : Sekretariat Kadin Indonesia Pelindung : Ketua Umum Kadin Indonesia Penanggungjawab : Rahardjo Jamtomo Suprayitno Sutrisno Iesye S. Latief Ade Widaya Pemimpin Redaksi : Miftahul Hakim Pelaksana Teknis : Ari Kristiana K Nurdin Kontributor : Sekretaris Penghubung Dewan Pengurus Kadin Direktorat Sekretariat Kadin Indonesia Lembaga Dalam Naungan Kadin Indonesia Alamat Redaksi : Menara Kadin Indonesia lt.29 Jl. H.R. Rasuna Said X-5 Kav 2-3, Jakarta 12950 - Indonesia Tlp. (021) 527 4484 ext 111, Fax. (021) 5274331/2 Email. [email protected] www.kadin-indonesia.or.id Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto (kiri) dan Gubernur BI Agus Matowardojo (kanan) dalam sesi foto Rakornas Perbankan dan Finansial Kadin. ACTIVE PROGRAMME 7 Perkuat Ekonomi Daerah, Kadin Genjot Pembiayaan Ekspor 9 Konsep Industrialisasi Na- sional Harus Terintegrasi 8 Berita Daerah & Luar Negeri 10 Newsletter Bisa Diperoleh di www.kadin-indonesia.or.id Galeri 12

Transcript of REDAKSI Antara Berkah & Musibah...

katan biaya produksi harus dima-

sukkan dalam komponen harga

jual jika mereka tidak mau rugi. Di

sisi lain, ini bisa menurunkan daya

saing di tengah kompetisi bisnis.

Keempat, berkaitan dengan

proses pengiriman ke pasar

ekspor, selama ini distribusi pro-

duk nasional menggunakan tarif

dalam bentuk dolar. Hal ini mem-

pengaruhi penambahan biaya atau

ongkos produksi yang lari ke

harga jual produk.

Sementara itu Menteri Koordina-

tor Bidang Perekonomian Hatta

Rajasa masih otmisitis nilai tukar

rupiah akan membaik. Dia menga-

takan, pelemahan nilai tukar ter-

hadap dolar AS tidak hanya terjadi

pada rupiah, melainkan pada mata

uang lainnya. Karena itulah, dia

meminta semua pihak untuk tidak

panik dan terlalu mengkha-

watirkan pelemahan rupiah yang

sudah menembus kisaran Rp.

10.000/USD.

“Jangan anggap Rp 10.000 itu

angka psikologis. Enggak ada itu

angka psikologis. Fenomena ini

bukan hanya di Indonesia, jadi

S ejumlah kalangan teru-

tama para pengusaha

mengharapkan Pemerin-

tah segera mengantisipasi

pelemahan nilai tukar Rupiah

terhadap dolar Amerika Serikat

(AS) yang saat ini dinilai menjadi

sangat dilematis. Saat ini, nilai

tukar Rupiah terhadap dolar AS

sudah menyentuh angka di atas

Rp 10.000 per USD per Senin

(15/7). Pelemahan nilai tukar

rupiah membawa keuntungan

bagi para eksportir tetapi justru

sebaliknya untuk para importir.

Ketua Umum Kamar Dagang dan

Industri (Kadin) Indonesia Suryo

Bambang Sulisto mengatakan,

pelemahan ini memang menjadi

kabar baik bagi para eksportir.

Menurutnya, dengan melemahnya

Rupiah, maka penyerapan dolar

AS dari penerimaan negara akan

naik. "Namun, berakibat buruk

apabila pemerintah Indonesia

melakukan impor besar-besaran.

Jadi saya pikir kita perlu berhati-

hati dengan situasi yang dilema-

tis”.

Menurut Ketua Umum, para

pelaku industri lebih terbiasa

dengan nilai tukar Rupiah terha-

dap dolar AS sebesar Rp 9.500

per USD. Dia berharap, pemerin-

tah bisa menjaga Rupiah pada

level tersebut. "Apalagi, cadangan

devisa kita menurun sehingga

memprihatinkan. Banyak membu-

tuhkan dolar AS, impor tentu

semakin berat," katanya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan,

seharusnya pemerintah Indonesia

bisa menjaga kepercayaan inves-

tor, sehingga apabila investasi

masuk ke Indonesia maka

diperkirakan Rupiah akan kem-

bali menguat. "Kita harapkan

demikian investasi kita jaga tetap

deras masuk ke Indonesia, kon-

sumsi domestik penting, ini kita

jaga jangan sampai investasi

melambat," tandasnya.

Sedikitnya ada 4 alasan yang

mendasari kekhawatiran pen-

gusaha atas pelemahan nilai

tukar rupiah diantaranya per-

tama, industri nasional masih

bergantung pada pembelian

bahan baku impor. Dolar ber-

peran penting pada transaksi

pembelian bahan baku ini. Sebab

itu jika dolar menguat maka

pengusaha harus mengeluarkan

dana pembelian bahan baku

lebih besar.

Kedua, penguatan dolar menye-

babkan pengusaha yang memiliki

fasilitas kredit yang mengguna-

kan dolar, secara otomatis

harus membayar cicilan lebih

besar lagi setiap bulannya.

Ketiga, terkait dengan biaya

pembelian bahan baku maka

dipastikan akan mempengaruhi

biaya produksi. Karena pening-

Your headline is an important part of the newsletter and should be

considered carefully.

In a few words, it should accurately represent the contents of the

story and draw readers into the story. Develop the headline before

you write the story. This way, the headline will help you keep the

story focused.

Examples of possible headlines include Product Wins Industry

Award, New Product Can Save You Time!, Membership Drive Ex-

ceeds Goals, and New Office Opens Near You.

Pelemahan Rupiah

Antara Berkah & Musibah

D AFT AR I S I :

Pelemahan Rupiah 1

Kadin Minta Masalah

Pelabuhan Segera Diatasi

2

Event 3

Kartel Komoditas Strate-

gis

4

Hadapi Pasar Bebab Asean,

Asosiasi Bisnis Nasional Harus

Solid

5

Regulasi 5

Revitalisasi Pasar Tra-

disional

6

B U S I N E S S N A M E

J U L I 2 0 1 3 V O L U M E I

R E DAK S I

Diterbitkan : Sekretariat Kadin Indonesia

Pelindung :

Ketua Umum Kadin Indonesia

Penanggungjawab :

Rahardjo Jamtomo

Suprayitno

Sutrisno

Iesye S. Latief Ade Widaya

Pemimpin Redaksi :

Miftahul Hakim

Pelaksana Teknis : Ari Kristiana K

Nurdin

Kontributor :

Sekretaris Penghubung Dewan Pengurus Kadin

Direktorat Sekretariat Kadin Indonesia

Lembaga Dalam Naungan Kadin Indonesia

Alamat Redaksi : Menara Kadin Indonesia lt.29

Jl. H.R. Rasuna Said X-5 Kav 2-3, Jakarta

12950 - Indonesia

Tlp. (021) 527 4484 ext 111,

Fax. (021) 5274331/2

Email. [email protected] www.kadin-indonesia.or.id

Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto (kiri) dan Gubernur BI

Agus Matowardojo (kanan) dalam sesi foto Rakornas Perbankan dan

Finansial Kadin.

ACTIVE PROGRAMME 7

Perkuat Ekonomi Daerah, Kadin

Genjot Pembiayaan Ekspor 9

Konsep Industrialisasi Na-

sional Harus Terintegrasi

8

Berita Daerah & Luar

Negeri

10

Newsletter Bisa Diperoleh di www.kadin-indonesia.or.id

Galeri 12

P A G E 2

“Nilai tukar Rupiah

mengacu pada

Jakarta Interbank

Spot Dollar Rate

(Jisdor) per 23 Juli

ditutup di level Rp

10.220 per USD”

Kadin Minta Masalah Pelabuhan Segera Diatasi

bukan karena fundamental

kita tidak baik. Ini lebih

karena penguatan dolar dan

situasi makro ekonomi

dunia,” kata Hatta.

Bank Indonesia (BI) masih

memandang pelemahan

rupiah terhadap dollar AS

masih sesuai dengan kondisi

fundamental dalam negeri.

Gubernur BI Agus

Martowardojo mengatakan,

penguatan dollar AS ini

dipengaruhi oleh tingginya

permintaan valas oleh

nasabah korporasi atau ritel,

termasuk untuk membayar

repatriasi dividen dan hasil

investasi.

Nilai tukar Rupiah mengacu

pada Jakarta Interbank Spot

Dollar Rate (Jisdor) per 23

Juli ditutup di level Rp

10.220 per USD. Jika

dibandingkan dengan awal

tahun hingga saat ini, nilai

tukar rupiah melemah 5,71

persen. Meski mengalami

depresiasi, nilai tukar rupiah ini

masih searah dengan depresiasi

mata uang negara-negara lain

di kawasan. "Dalam beberapa

hari terakhir, pergerakan rupiah

mulai konvergen ke level

keseimbangan baru yang

mencerminkan kondisi

fundamental perekonomian

Indonesia," kata Agus.

Agus menambahkan, pasar

valuta asing semakin bergairah

dengan mekanisme pasar yang

bekerja dengan lebih baik.

Sehubungan dengan hal itu,

Gubernur Bank Indonesia

juga meminta agar

masyarakat dan pelaku

pasar tetap tenang. Dia

juga menekankan bahwa

Bank Indonesia akan tetap

melakukan pemantauan

secara cermat dan menjaga

stabilitas nilai tukar rupiah

sesuai kondisi fundamental

perekonomian.

han, termasuk pelayaran, baik

jalur maupun kapalnya, dis-

erahkan kepada swasta dan

mekanisme pasar. Menyusul

adanya indikasi ekspansi bisnis

Pelindo yang memperkecil

peran swasta dalam usaha

kepelabuhan.

Menurut Wakil Ketua Umum

Kadin Bidang Logistik Carme-

lita Hartoto, peran swasta di

sektor kepelabuhanan di Indo-

nesia sangat vital karena se-

lama ini mereka telah berkon-

stribusi besar dalam menjaga

pertumbuhan dan ketahanan

perekonomian nasional me-

lalui aktivitas di pelabuhan.

“Perusahaan penyedia jasa

usaha pelabuhan dari swasta

itu meliputi usaha bongkar

Kamar Dagang dan Industri

(Kadin) Indonesia mendesak

pemerintah untuk segera turun

tangan guna menuntaskan kisruh

yang terjadi di pelabuhan mulai

dari masalah persaingan usaha,

dwelling time (waktu tunggu

bongkar muat), infrastruktur,

hingga daya tampung pelabuhan

yang sudah terbatas.

Terkait persaingan usaha, Kadin

Indonesia telah mendesak pe-

merintah untuk mengambil lang-

kah penting dengan menata ulang

bisnis pelabuhan dimana bisnis

Pelindo berkonsentrasi kepada

usaha pokok yakni penyediaan

prasarana pelabuhan dan pen-

yediaan jasa yang belum bisa

disediakan oleh swasta, sedang-

kan penyediaan sarana pelabu-

muat, angkutan khusus pelabu-

han, logistik, forwarder, per-

gudangan, hingga depo kon-

tainer. Sedangkan asosiasi

pengguna jasa pelabuhan antara

lain importir, eksportir dan

pelayaran jumlahnya lebih dari

5.000 unit perusahaan,” ungkap

Carmelita.

Untuk itu, kata dia, pemerintah

seyogianya mendengar aspirasi

dunia usaha. Jika swasta di

pelabuhan bersama BUMN

pelabuhan dapat disinergikan

dengan cara mereposisi bisnis

pelabuhan BUMN, Indonesia

akan lebih siap mengamankan

potensi domestik pada era

integrasi pasar Asean 2015.

Carmelita menyayangkan aksi

korporasi Pelindo yang banyak

P A G E 3

membentuk anak usaha di luar

bisnis pengelolaan pelabuhan.

“Seharusnya BUMN dapat melaku-

kan kegiatan usaha sesuai porsinya,

tetapi tidak menyulitkan atau

bahkan mematikan usaha swasta

nasional,” kata dia.

Pada gilirannya, pihaknya justru

mengkhawatirkan kualitas pelaya-

nan logistik di Pelabuhan Tanjung

Priok dan pelabuhan lainnya di

Indonesia akan terus memburuk

selama belum ada perubahan

dalam penyelenggaraan pelabuhan

dari praktik monopoli oleh PT

Pelindo.

Indikator ketidakefisienan itu dapat

dilihat dari tingginya tingkat

antrean kapal di berbagai pelabu-

han di Indonesia, kongesti kenda-

raan, waiting time kapal yang

tinggi, lamanya waktu bongkar

muat (dwelling time) hingga keti-

dakpastian biaya logistik dan waktu

barang di pelabuhan.

“Penyelenggaraan pelabuhan di Indo-

nesia masih dimonopoli, padahal UU

No. 17/2008 tentang Pelayaran mene-

gaskan pengaturan penyelenggaraan

pelabuhan di Indonesia memuat

penghapusan monopoli, memisahkan

regulator dan operator serta melibat-

kan pemerintah daerah dan swasta,”

ungkap Carmelita.

Meski demikian, dari 25 pelabuhan

strategis di Indonesia yang tercatat di

Kementerian Perhubungan, hingga kini,

belum ada satu pun yang dikelola oleh

swasta, sementara pemerintah daerah,

dalam hal ini Otorita Batam memiliki 1

pelabuhan di Batam. Carmelita menje-

laskan, pemerintah harus menata kem-

bali penyelenggaraan pelabuhan di

Indonesia dengan mengacu kepada UU

No. 17 tahun 2008, dimana se-

benarnya pemerintah daerah dengan

swasta atau pemerintah daerah dan swasta sendiri-sendiri,

bisa membuat pelabuhan tanpa mengikut sertakan Pelindo,

sama halnya dengan pelabuhan udara tanpa harus mengi-

kutsertakan Angkasa Pura.

“Undang-undangnya sudah jelas mengatur demikian, tapi

pelaksanaannya masih ada praktik monopoli yang bisa men-

gendalikan dibangun atau tidaknya pelabuhan-pelabuhan

baru yang banyak melibatkan sektor swasta seperti Pelabu-

han Cilamaya yang terkatung-katung karena harus

menunggu Kalibaru selesai dibangun,” tandas Carmelita.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik Carmelita Hartoto

Pengelola 25 Pelabuhan Strategis di Indonesia

Sumber : Kementerian Perhubungan

No. Penyelenggara Pelabuhan Nama Pelabuhan Jumlah

1. PT Pelindo I Belawan, Dumai, Lhokseumawe, Pekanbaru dan Tanjung Pinang.

5

2. PT Pelindo II Banten, Palembang, Panjang, Pontianak, Teluk Bayur, Tanjung Priok.

6

3. PT Pelindo III Banjarmasin, Benoa, Tena, Tjg. Emas dan Tjg. Perak.

5

4. PT Pelindo IV Ambon, Balikpapan, Biak, Bitung, Jayapura, Makassar, Samarinda dan Sorong.

8

5 Otoritas Batam Pelabuhan Batam 1

JUMLAH 25

EVENT 11 Juni 2013, di IPB International Convention Center Bogor – Jawa Barat

RAKERNAS BIDANG KOORDINATOR ASOSIASI

13 Juni 2013, di Hotel Clarion Makassar

KLINIK BISNIS PEMBIAYAAN UKM

18 Juni 2013, di Hotel Grand Hyatt Jakarta

KUNJUNGAN PM PAPUA NUGINI

19 & 24 Juni 2013, di Hotel Bidakara Jakarta

FOCUS GROUP DISCUSSION KEBIJAKAN INDUSTRI

25 OKTOBER 2013, di Nusa Dua, Bali

APEC CEO SUMMIT

This story can fit 75-125 words.

P A G E 4

“Kontrol

DPR

Terhadap

Pangan

Masih

Lemah”

Kamar Dagang dan Industri (Kadin)

Indonesia meminta Menteri Koordina-

tor Perekonoimian Hatta Rajasa untuk

merombak tata niaga impor pangan

nasional karena adanya ketidakseim-

bangan antara suplay dan demand

sehingga rentang dengan spekulasi

dan kartel.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang

Pemberdayaan Daerah dan Bulog

Natsir Mansyur mengatakan, selama

ini pangan nasional tidak seimbang

karena demandnya banyak sementara

suplaynya kurang. Berdasarkan cata-

tan Kadin, potensi kartel dari 6 ko-

moditas strategis seperti daging sapi,

daging ayam, gula, kedelai, jagung

dan beras nilainya mencapai Rp.

11,34 triliyun. “Nilai potensi kartel ini

belum termasuk dengan komoditas

lainnya yang juga berpengaruh pada

tata niaga pangan”.

Bila dirinci, perkiraan kebutuhan kon-

sumsi nasional dengan nilai potensi

kartel bisa diperkirakan, kebutuhan

daging sapi yang mencapai 340 ribu

ton nilai kartelnya diperkirakan men-

capai Rp 340 milyar, daging ayam 1,4

juta ton mencapai Rp 1,4 trilyun, gula

4,6 juta ton mencapai Rp 4,6 trilyun,

kedelai 1,6 juta ton mencapai Rp 1,6

trilyun, jagung 2,2 juta ton mencapai

Rp 2,2 trilyun dan beras impor 1,2

juta ton kartelnya diperkirakan

mencapai Rp 1,2 trilyun.

Menurut Natsir, gambaran seperti

itu diakibatkan karena penataan

managemen pangan nasional yang

sangat lemah dari aspek pro-

duksi,distribusi dan perdagan-

gannya. Pengelolaan kebijakan pan-

gan oleh pemerintah dinilai masih

sangat sentralistik dimana Ke-

mendag, Kementan dan Kemen-

perin tidak ikhlas menyerahkan

kebijakan tata niaga pangan ke

pemerintah daerah yang se-

benarnya lebih tahu akan kebutu-

han daerahnya.

“Kontrol DPR terhadap pangan ini

juga lemah, sehingga perlu DPR

memberikan sanksi kepada Kemen-

trian yang tidak dapat menjaga

kenaikan pangan yang berdampak

ke rakyat. Sanksinya bisa berupa

pengurangan anggaran di Kemen-

trian itu,” kata Natsir.

Selain itu, kata dia, tidak adanya

logistik pangan ikut menyebabkan

persoalan pangan nasional sehingga

setiap kebijakan yang dikeluarkan

Ke men dag d an Ke men t an

cenderung spekulatif dan pada

gilirannya data pangan tidak bisa

tepat dan akurat. “Jadi wajar kalau

presiden kita marah terhadap Ke-

mendag dan Kementan karena tidak

mampu mengatur pangan nasional

yang juga kerap kali terjadi kelang-

kaan,” ungkap Natsir yang juga me-

rupakan Ketua Asosiasi Pengusaha

Gula dan Terigu Indonesia (Apegti).

Pihaknya berharap agar Menkopere-

konomian bisa merombak tata niaga

pangan ke arah yang tepat, teru-

tama komoditas pangan yang strate-

gis seperti gula konsumsi/rafinasi

yang perlu dibuka pabrik-pabrik baru,

kedelai, jagung, daging sapi, ayam,

hingga bawang putih.

Kartel Komoditas Strategis Mencapai Rp 11,34 Trilyun

INDIKASI KARTEL PANGAN NASIONAL UNTUK 6 KOMODITAS

No Jenis Komoditi Perkiraan Kebutuhan-Konsumsi Nasional

PerkiraanKonsumsi/Kapita/Tahun

Perkiraan Nilai Kartel/Tahun (X)

1 Daging Sapi 340 ribu ton 1,7 Kg/Kapita/tahun Rp 340 Miliar

2 Daging Ayam 1,4 juta ton 7 Kg/Kapita/tahun Rp 1,4 Trilyun

3 Gula Kristal Putih (GKP) & Gula Kristal Rafinasi (GKR)

2,5 juta ton (GKR) 2,1 juta ton (GKP) Total 4,6 juta ton

12,5 Kg/kapita/tahun Rp 4,6 Trilyun

4 Kedelai 1,6 juta ton 8 Kg/Kapita/Tahun Rp 1,6 Trilyun

5 Jagung 2,2 juta ton 11 Kg/Kapita/tahun Rp 2,2 Trilyun

6 Beras 1,2 juta ton (Impor) 130 kg/Kapita/tahun Rp 1,2 Trilyun

Jumlah Rp 11,34 Trilyun

Sumber : Diolah Kadin

Hadapi Pasar Bebas ASEAN,

Asosiasi Bisnis Nasional Harus Solid

P A G E 5

Dalam rangka mengoptimalkan peran dan

fungsi Asosiasi anggota Kadin dalam

mempersiapkan dan memajukan dunia

usaha untuk bersama-sama membangun

perekonomian nasional, menyusul diberla-

kukannya Asean Economic Community

(AEC) 2015, Kadin Indonesia mengadakan

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Bidang

Koordinator Asosiasi yang akan digelar di

Bogor, Selasa (11/6).

“AEC sudah di depan mata, dunia usaha

harus memiliki strategi untuk menghadap-

inya dan penguatan asosiasi-asosiasi bis-

nis bisa menjadi salah satu ujung tombak

bagi kesiapan Indonesia untuk mengha-

dapi pasar bebas,” kata Wakil Ketua

Umum Kadin Bidang Koordinator Asosiasi

Noke Kiroyan.

Menurut Noke, asosiasi bis-

nis sangat berperan dalam

melakukan business scan-

ning bagi para anggotanya

untuk melihat tantangan,

prospek dan peluang

pengembangan bisnis ang-

gotanya. “Asosiasi lebih

mengetahui persis kendala

dan peluangnya seperti apa,

karena mereka bersatu

dalam sebuah asosiasi spe-

sifik pada sektor bisnis tertentu. Kita

harapkan Asosiasi bisnis utamanya

dibawah naungan Kadin Indonesia

bisa menggerakkan anggotanya untuk

berpartisipasi secara aktif dan lebih

optimal melakukan penguatan ka-

pasitasnya”.

Pemberlakuan AEC 2015 selain men-

jadi tantangan juga bisa menjadi pe-

luang besar karena akan menjadi

pasar potensial bagi pengusaha Na-

sional. Kadin menilai bahwa kesiapan

dunia usaha, yang dalam hal ini asosi-

asi-asosiasi bisnis memiliki peran

strategis dalam memanfaatkan pe-

luang yang ada atas pemberlakuan

pasar bebas ASEAN. “Sekarang ting-

gal bagaimana program dunia usaha

menghadapi itu, jangan sampai Indo-

nesia yang memiliki pasar yang besar

hanya menjadi sasaran empuk pelaku

bisnis asing,” ungkap Noke.

Menurutnya, untuk dapat menguasai

pasar Asean dan pasar lainnya di luar

negeri, Indonesia harus berupaya untuk

lebih meningkatkan daya saing agar bisa

berkembang. “Pada intinya adalah ba-

gaimana kita meningkatkan daya saing.

Karena dengan meningkatnya daya

saing, pengusaha nasional tidak saja

bisa survive, tetapi juga berkembang di

pasar yang lebih besar nantinya,” kata

Noke. Oleh karena itu, pihaknya

mengharapkan Asosiasi yang tergabung

dalam Kadin bisa melakukan penguatan

dalam upaya-upaya menumbuhkan

perekonomian.

Bagi Kadin, lanjut Noke, Asosiasi

memiliki posisi penting dalam memper-

juangkan aspirasi dan kepentingan

dunia usaha. Saat ini pihaknya tengah

mengkaji mekanisme penyaluran aspi-

rasi yang lebih baik. Maka dari itu, porsi

suara Asosiasi harus lebih diperhhatikan

dalam menentukan keberlanjutan or-

ganisasi Kadin ke depan sebagai payung

dunia usaha.

program pembinaan dan perlindungan TKI.

Perlindungan berdasarkan PP tersebut

diberikan kepada calon TKI/TKI yang

ditempatkan oleh BNP2TKI, PPTKIS, peru-

sahaan yang menempatkan TKI untuk ke-

pentingan sendiri, dan TKI yang bekerja

secara perseorangan. PPTKIS wajib mem-

bantu Perwakilan dalam memberikan per-

lindungan dan bantuan hukum selama masa

penempatan. Perlindungan pun diberikan

oleh Dinas Kabupaten/Kota dan Dinas

Provinsi kepada calon TKI/TKI.

Berbagai perlindungan yang diberikan

Untuk melaksanakan isi UU Noor 39

Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di

Luar Negeri maka Pemerintah telah

menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Per-

lindungan Tenaga Kerja Indonesia Di

Luar Negeri pada tanggal 2 Januari 2013.

Peraturan ini mengatur perlindungan TKI

mulai dari pra penempatan, masa penem-

patan hingga purna penempatan dan

perlindungan TKI melalui penghentian

dan pelarangan penempatan TKI serta

kepada TKI pada masa penempatan di

luar negeri meliputi pembinaan dan pen-

gawasan, bantuan dan perlindungan ke-

konsuleran, pemberian bantuan hukum,

pembelaan atas pemenuhan hak-hak TKI,

perlindungan dan bantuan lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan serta hukum dan kebiasaan

internasional, dan upaya diplomatik.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Organisasi,

Keanggotaan, Pemberdayaan Daerah & Tata

Kelola Perusahaan, Anindya Bakrie

Regulasi

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

Noke Kiroyan (Kiri) Bersama Rocky Pesik

(Kanan) Memberikan Paparan Saat Jumpa Pers

di Kantor Pusat Kadin, (10/6).

P A G E 6

“Jika setiap

daerah bisa

mengoptimalkan

pasar

domestiknya,

maka diharapkan

bisa memperkuat

pasar nasional”

Kadin Jadikan Jabar Sebagai Proyek Percontohan Revitalisasi Pasar

S ejumlah pasar tradisional milik

pemerintah daerah di sejum-

lah kabupaten dan kota di

Jawa Barat akan menjadi

proyek percontohan (pilot project)

revitalisasi pasar.Langkah revitalisasi

itu dilakukan secara bertahap dengan

harapan kelak akan mampu mening-

katkan perdagangan domestik di ting-

kat daerah. Diharapkan revitalisasi

tersebut sudah mulai bisa terlaksana

akhir tahun 2013 ini.

“Tergantung kesiapan pemda untuk

menunjuk pasar mana yang perlu dire-

vitalisasi. Nanti, pasar itu dibongkar

dan akan dibangun kembali oleh pen-

gusaha yang bergabung dalam Kamar

Dagang dan Industri (Kadin). Kelak

proyek revitalisasi itu akan mengun-

tungkan pedagang lama, karena

mereka tidak digusur,” kata Wakil

Ketua Umum Kadin Indonesia bidang

Kebijakan Moneter, Fiskal dan Publik,

Haryadi B. Sukamdani.

Menurut Haryadi, mengenai pasar

mana saja yang akan direvitalisasi se-

penuhnya berada di tangan Ketua

Umum Kadin Jabar, Agung Suryamal.

“Kalau mengenai pasar mana yang

akan segera direvitalisai, itu ada di Pak

Agung. Koordinasinya ada di Pak

Agung. Yang jelas, Kadin pusat men-

dorongnya,” kata Haryadi.

Menurut Haryadi, revitalisasi atau

peremajaan pasar-pasar tradisional itu

merupakan hasil kerjasama antara

pemda sebagai pemilik pasar

dengan Kadin. Kadin/pengusaha

masuk sebagai mitra yang akan

membangun kembali pasar-pasar

tradisional yang sekarang sudah

banyak yang tidak layak lagi.

Menurut Haryadi, pengusaha

yang terlibat nanti adalah yang

sudah memiliki pengalaman di

bidang ritel dan properti.

"Pengusaha ini kelak akan men-

coba mempebesar pasar tra-

disional yang selama ini ada. Pasar

-pasar di sejumlah kabupaten dan

kota di Jabar maupun provinsi

lainnya sekarang ini relatif kecil

dan banyak yang rusak".

Dengan model kerjasama pere-

majaan antara pemda dengan

Kadin, diharapkan pasar-pasar

tersebut dibangun lebih bagus

dan lebih layak lagi. Tentu, ada

hak mengelola bagi pengusaha

yang membangunnya kembali,

misalnya dalam beberapa tahun.

“Model ini tidak akan mematikan

pedagang lama yang ada di pasar

itu. Mereka (pedagang lama) tidak

akan digusur, tetapi diutamakan

memiliki atau menempati pasar

yang baru dibangun. Jadi, jangan

khawatir, karena kehadiran pen-

gusaha dalam revitalisasi itu bu-

kan membangun mall,” ujarnya.

Pihaknya berharap, dengan mere-

majakan pasar-pasar yang ada,

diharapkan kegiatan atau

kapasitas ekonomi dan perda-

gangan para pedagang men-

ingkat. “Kan pasarnya akan

menjadi baru dan lebih luas,”

ujarnya.

Sementara itu Ketua Kadin

Jabar Agung Suryamal menga-

takan, dengan memperkuat

pasar domestik merupakan

aksi yang penting untuk dila-

kukan di tengah-tengah

perdagangan bebas yang akan

dihadapi Indonesia di masa

mendatang. "Peluang dan

Potensi pasar di Jabar begitu

besar dan terbuka lebar. Jika

setiap daerah bisa mengopti-

malkan pasar domestiknya,

maka diharapkan bisa mem-

perkuat pasar nasional," ujar

Agung.

Menurut Agung, dengan me-

maksimalkan potensi pasar

lokal dan kualitas produk

yang berdaya saing, penguatan

itu dapat membuat Jabar

tetap menjadi subjek dunia

usaha, bukan hanya sebagai

obyek.

Ketua Kadin Jabar

Agung Suryamal

UU Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

UU Lembaga Keuangan Mikro (LKM) diundang pada tanggal 8

Januari 2013 yang bertujuan meningkatkan akses pendanaan skala mikro untuk masyarakat miskin. LKM hanya bisa dimiliki oleh WNI, Badan Usaha Milik Des a/Ke l ura ha n, Pemda

Kabupaten/Kota atau Koperasi. Untuk itu cakupan wilayah usaha LKM berada dalam satu w il ayah Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/kota.

Syarat untuk mendirikan LKM

adalah harus berbadan hukum koperasi atau perseroan terbatas, memiliki modal yang besarannya diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memiliki ijin usaha dari OJK. Oleh karena itu yang membina dan mengawasi LKM adalah OJK. Kegiatan usaha yang bisa dilakukan LKM

meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan s i m p an a n se r t a j a s a konsultasi pengembangan usaha.

Penyaluran pinjaman dan pengelolaan simpanan

dapat dilakukan secara konvensional atau berdasar prinsip syariah. LKM bisa bertransformasi menjadi bank bi la memenuhi persyaratan tertentu.

ACTIVE PROGRAMME

P A G E 7

Sejak Januari 2012, KADIN Indonesia bekerjasama dengan Uni

Eropa telah melaksanakan suatu program kerja terkait dengan

advokasi kebijakan publik dan otonomi daerah, yaitu Advancing

Indonesia’s Civil Society in Trade and Investment Climate

(ACTIVE) Programme. Program ACTIVE bertujuan untuk mendu-

kung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia den-

gan cara memperkuat kapasitas KADIN dan KADINDA dalam

memonitor, mengevaluasi dan melakukan advokasi kebijakan publik

terkait dengan perdagangan dan investasi, sehingga dapat secara

efektif merepresentasikan dunia usaha, terutama usaha kecil dan

menengah.

Tiga kegiatan utama yang akan dilaksanakan hingga akhir 2014

adalah:

1. Pembentukkan serta berfungsinya Tim Advokasi ACTIVE yang

merupakan bagian dari Sekretariat KADIN dan berfungsi sebagai

“think tank” dalam mendukung Dewan Pimpinan KADIN melaku-

kan advokasi dan analisa kebijakan dan regulasi.

2. Penguatan kapasitas KADINDA untuk dapat secara efektif mela-

kukan tugas advokasi kebijakan daerah dan memiliki kerjasama

dengan asosiasi usaha dan berbagai pemangku kepentingan

(stakeholders) lainnya yang melembaga dan terintegrasi

3. Pembentukkan jaringan komunikasi yang terintegrasi dan

berkesinambungan antara KADIN-KADINDA dan pemangku

kepentingan lainnya.

Tim Advokasi ACTIVE bertanggungjawab untuk mengorganisasi,

menyiapkan serta menerapkan kegiatan-kegiatan Pengurus

KADIN yang terkait dengan advokasi kebijakan. Hal ini mencakup

kegiatan memonitor dan menganalisa kebijakan publik dan regu-

lasi terkait dengan dunia usaha, membuat policy paper, melakukan

sosialisasi, komunikasi dan publikasi, serta berjejaring dengan para

pemangku kepentingan, terutama pemerintah terkait.

Selanjutnya, Tim Advokasi ACTIVE, bersama-sama dengan pengu-

rus dan sekretariat KADIN akan melakukan penguatan kapasitas

KADINDA dalam melakukan advokasi kebijakan di daerah. KAD-

INDA yang akan menerima penguatan kapasitas adalah KAD-

INDA di delapan provinsi, yaitu: 1) DKI Jakarta; 2) Jawa Barat; 3)

Jawa Tengah; 4) Jawa Timur; 5) Sumatera Utara; 6) Bali; 7) Kali-

mantan Timur; 8) Nusa Tenggara Timur.

Penguatan kapasitas tersebut akan dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan: a) pelatihan bagi KADINDA dan Asosiasi; b) peman-

tapan hubungan KADIN dengan KADINDA, serta KADINDA

dengan Asosiasi serta pemangku kepentingan lainnya dalam mela-

kukan advokasi kebijakan di daerah; dan c) sosialisasi kebijakan-

kebijakan pemerintah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.

22 Agustus 2013 Pelatihan Advokasi untuk Asosiasi

27-28 Agustus 2013 KADINDA Jawa Tengah

5 September 2013 Workshop Pengintegrasian Jaringan

Active Programme

Menara Kadin Indonesia, Lt. 29

Jl. H. R. Rasuna Said X-5 Kav. 2-3, Jakarta 12950, Indonesia

Telp: [62-21] 527 4484 (hunting), Fax: [62-21] 527 4331 - 527 4332

http://active.kadin-indonesia.or.id

Agenda Pelatihan Advokasi Kebijakan KADINDA

P A G E 8

D unia usaha sangat

mendambakan konsep

industrialisasi yang benar-

benar konsisten dan

mendasar. Untuk itu, legislasi yang masih

terlalu berorientasi sektor perlu diubah ke

arah yang integratif. Hal itu Karena upaya

yang dilakukan hingga saat ini masih

terkotak-kotak dan lebih mengedepankan

kepentingan sektoral, sehingga kurang

memungkinkan terwujudnya konvergensi

program pada penguatan pembangunan

dan pengembangan industri.

“Konsep industrialisasi haruslah

merupakan konsep integratif. Untuk itu

legislasi kita yang masih terlalu

berorientasi sektor perlu kita ubah. Sikap

business as usual dan distorsi kebijakan

karena tarik-menarik kepentingan

haruslah dihentikan,” kata Ketua Umum

Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto

dalam acara Focus Group Discussion

Kadin yang digelar dalam rangka

penyusunan platform kebijakan industri

nasional di Jakarta, Rabu (19/6).

Menurut Suryo, sumber daya alam harus

diolah di dalam negeri dan digunakan

untuk melakukan industrialiasi dengan

menciptakan masa transisi dan

momentum yang kuat untuk mengubah

ekonomi berbasis ekspor sumber daya

alam menjadi ekonomi berbasis industri

yang bernilai tambah. “Tantangannya

adalah penguasaan teknologi. Teknologi

tidak akan dengan sukarela ditransfer

kepada kita, tetapi harus dibeli dengan

harga yang mahal. Kalaupun mampu

membeli teknologi, kita masih harus

menghadapi ketergantungan pada pihak

luar.”

Suryo juga mengungkapkan, sistem

perpajakan dan sistem fiskal pada

umumnya perlu disesuaikan dengan

tujuan mencapai industrialisasi nasional

yang tangguh. “Untuk menghadapi

tantangan-tantangan industri, tugas

menciptakan konsep dasar dan sistem

legislasi industrialisasi harus dilakukan

secara all out,” kata dia.

Sebelumnya, Kadin Indonesia telah

melakukan koordinasi dengan Komisi VI

DPR-RI, agar dunia usaha membahas

upaya dan langkah yang perlu dilakukan

untuk membangun suatu Platform

Pengembangan Industri Nasional.

Adanya kesempatan untuk

dilakukannya penyempurnaan

Undang-Undang No. UU No. 5

Tahun 1984 tentang Perindustrian

membawa harapan baru bagi

terjadinya perubahan kebijakan

bagi arah pengembangan industri

ke depan.

Di masa lalu, kebijakan

pengembangan industri dituangkan

dalam Garis-Garis Besar Haluan

Negara (GBHN) yang dijabarkan

dalam Pembangunan Lima

Tahunan (Pelita). Seiring dengan

itu, Undang-undang No.5 Tahun

1984 tentang Perindustrian

dilahirkan untuk mempertegas

landasan hukum dan rencana

pengembangan industri. Namun

sejalan dengan tuntutan dan

perkembangan yang ada, untuk

memfokuskan pencapaian target

yang diharapkan, pemerintah

mengeluarkan Peraturan Presiden

(Perpres) RI Nomor 28 tahun 2008

tentang Kebijakan Industri

Nasional dengan tujuan

menjadikan Indonesia menjadi

Negara Industri Tangguh pada

tahun 2025, dimana pembangunan

industri difokuskan pada produk

unggulan industri di masa depan

yakni industri Agro, Industri Alat

Angkut, Industri Telematika,

Industri manufaktur, Industri

penunjang industri kreatif dan

Industri kecil dan menengah

tertentu. Sampai saat ini

efektivitas penerapan kebijakan

industri nasional tersebut dinilai

masih belum maksimal sehingga

diperlukan kajian yang lebih fokus

dalam merealisasikan target

tersebut.

Berdasarkan catatan Kadin,

pertumbuhan sektor industri

terutama sejak 40 tahun terakhir

menunjukkan pasang surut yang

cukup tajam, kendati saat ini mulai

mengarah pada trend pertumbuhan

meningkat, yang pada tahun 2012

industri manufaktur menyumbang

20,8% dari PDB. Meskipun angka

ini belum mampu menyamai pertumbuhan

ketika sebelum badai krisis ekonomi

menghantam Indonesia pada tahun 1998.

Ketika itu, sesuai definisi UNIDO, Indonesia

sudah dikategorikan masuk sebagai negara

industri baru, karenanya Indonesia ketika itu

mendapat predikat julukan sebagai NIC

(Newly Industrialist Countries) atau sering

juga disebut sebagai macan Asia, karena

pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata

mencapai 7 persen per tahun. Tetapi prestasi

ini tidak bertengger lama, karena krisis

ekonomi tahun 1998 telah meluluh-

lantakkan fundamental ekonomi Indonesia,

yang ternyata telah menggambarkan dengan

sebenarnya bahwa struktur industri nasional

sangat rentan.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang

Perindustrian Sudirman M. Rusdi

mengatakan, kelemahan struktural industri

nasional disebabkan oleh ketergantungan

yang sangat besar pada impor bahan baku

dan produk antara. Padahal bahan baku

tersebut mampu disupplai sendiri oleh

Indonesia, bahkan diolah sampai menjadi

produk jadi dan siap dipasok memenuhi

kebutuhan pasar luar negeri. “Kelemahan

manajerial dan struktur pembiayaan yang

sangat mengandalkan pada utang, lemahnya

peningkatan kemampuan keahlian dan

teknologi serta tidak berkembangnya

kegiatan Research & Development (R & D)

turut menjadi andil dalam kelemahan

struktur industri nasional,” ungkap dia.

Menurut Sudirman, dengan posisi

ketergantungan yang sangat besar terhadap

impor dan hutang luar negeri, maka ketika

krisis terjadi, ekonomi Indonesia bisa

menjadi ikut rentan. Padahal, kata dia,

pengembangan industri yang didasarkan atas

pengelolaan potensi SDA dari hulu sampai

hilir dapat memberi nilai tambah yang sangat

tinggi, sehingga akan mampu mendorong

meningkatnya kemakmuran rakyat.

“Pembangunan industri hulu akan sangat

meningkatkan daya saing industri hilirnya,

yang nilai ekonominya bisa berkali-kali lipat

dari nilai ekonomi industri hulunya.

Multiplier effect dari pembangunan industri

hulu akan menciptakan lapangan kerja yang

besar, meningkatkan ekspor dan GDP yang

tidak ada batasnya sebagai indikator

kemakmuran sebuah bangsa,” Jelas

Sudirman.

Konsep Industrialisasi Nasional Harus Terintegrasi

sistem kehati-hatian perbankan yang

masih dirasakan berlebihan sering kali

menjadi kendala untuk mengembang-

kan usaha.

Di sisi lain, Kadin merekomendasikan

kepada para pelaku usaha untuk bisa

mengakses permodalan melalui lem-

baga non perbankan, sehingga tidak

terpaku pada lembaga perbankan saja.

“Jika kondisinya seperti itu, para pen-

gusaha daerah dan UKM bisa mengak-

ses pembiayaan melalui alternatif lain

dengan memanfaatkan lembaga non

perbankan,” kata Komite Tetap Kadin

Bidang Modal Ventura dan pendanaan

alternatif Safari Azis.

Menurut Safari Azis, selain dukungan

aspek pembiayaan baik dari lembaga

perbankan maupun non perbankan,

dukungan dari pemerintah memiliki

peranan yang penting dalam pember-

dayaan pelaku usaha dan potensi

daerah untuk meningkatkan ekspor.

Selain itu, sinergitas regulasi antara

pusat dan daerah serta kemudahan

dalam perijinan ekspor sangat dibu-

tuhkan oleh pelaku usaha nasional.

Safari mengatakan, pihaknya sering

masih sering menemukan keluhan

pengusaha daerah yang akan melaku-

K amar Dagang dan Industri (Kadin) Indo-

nesia dan Pemerintah tengah menggen-

jot upaya peningkatan daya saing untuk

industri, tidak terkecuali bagi usaha kecil menen-

gah untuk meningkatkan komoditi ekspor guna

memperkuat perekonomian nasional.

“Dengan berlakunya Asean Economic Community

nanti, standar mutu produk akan menganut stan-

dar ASEAN. Selama ini produk-produk UKM yang

memiliki peluang pasar luas di ASEAN, terkendala

oleh standard mutu,” ujar Wakil Ketua Umum

Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P.

Roeslani.

“Melihat besarnya peranan UKM nasional dalam

perekonomian, kiranya semua pihak harus senan-

tiasa melakukan upaya-upaya penguatan UKM agar

bisa meningkatkan produktivitas dan kualitasnya

agar berdaya saing, sehingga lebih siap menghadapi

pasar bebas. Oleh karenanya, hambatan-hambatan

klasik yang sering ditemui harus segera diatasi dan

dicarikan jalan keluarnya, terutama aspek pem-

biayaan untuk mengembangkan usaha dan melaku-

kan ekspor,” kata Rosan.

Rosan menjelaskan, hingga saat ini perekonomian

daerah masih terkendala pada persoalan-

persoalan klasik seperti persoalan UKM yang

selalu tersendat dalam masalah permodalan. Ak-

ses yang terbatas terhadap bank, serta penerapan

kan ekspor harus mengeluarkan tamba-

han biaya untuk dokumen-dokumen yang

sebenarnya tidak diperlukan. Berdasarkan

informasi yang diterima Kadin, hal terse-

but berkenaan dengan kebijakan pemer-

intah yang berusaha untuk menaikkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari ko-

moditas ekspor. “Kami menilai hal terse-

but bisa menurunkan daya saing komodi-

tas ekspor daerah. Di sisi lain, seyogy-

anya justru PAD bisa lebih ditekankan

kepada komoditi impor, agar produk

lokal bisa diserap pasar domestik,” ung-

kap Safari.

Sementara itu untuk dapat melakukan

ekspor, lanjut Safari, Pelaku dipersyarat-

kan memiliki keahlian logistik, manajemen

ekspor, pemasaran, keuangan dan hukum

perdagangan internasional. Pentingnya

edukasi dan pengelolaan akan hal itu,

Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan

Finansial bekerjasama dengan Dirjen

Kementerian Perdagangan melakukan

upaya pengembangan dan penguatan

usahawan daerah dengan melaksanakan

kegiatan sosialisasi dan klinik bisnis.

Klinik bisnis tersebut sudah dilakukan

sebelumnya di Pronvinsi DKI Jakarta,

Gorontalo, Bali, Sulawesi Tengah, Kali-

mantan Timur, Jawa Barat, Sulawesi Sela-

tan dan Sumatera Utara. “Hal ini sejalan

dengan amanat dari misi Kadin Pusat

Kepengurusan Periode 2010-2015 yang

berkomitmen untuk menjadi motor pen-

dorong agar daerah dapat berperan lebih

besar dalam penguatan dan pemerataan

ekonomi nasional,” kata Safari.

Sebagai wujud nyata dari komitmen

tersebut, Kadin Indonesia membentuk

lembaga kemitraan pembiayaan “Palapa

Nusantara Berdikari” yang telah dan akan

melakukan akselarasi penyaluran dana

kepada UKM di daerah-daerah. “Palapa

Nusantara Berdikari akan membina

badan usaha atau pelaku UKM yang

memiliki potensi untuk melakukan

ekspor. Pembinaan ini dilakukan dari yang

tadinya tidak bankable menjadi bankable,”

ujar Safari.

Perkuat Ekonomi Daerah, Kadin Genjot Pembiayaan Ekspor

Pencairan Dana Palapa Fund untuk UKM di Bandung, Jawa Barat

Kunjungan Klinik Bisnis

Makassar,

Kunjungan Klinik Bisnis

Samarinda, Kalimantan Selatan

Kunjungan Klinik Bisnis Medan,

Sumatera Utara

Kunjungan Klinik Bisnis Medan,

Sulawesi Tengah

P A G E 1 0

43

proyek

itu

berhasil

menarik

tenaga

kerja

hingga

7.834

INVESTASI JATENG: Meski Nilai Proyek

Rendah, Penyerapan Tenaga Kerja Tinggi

R ealisasi penanaman mo-

dal di Jawa Tengah Se-

mester I/2013 menca-

pai 43 proyek dengan nilai

Rp369,35 miliar atau dibawah

target yang ditetapkan sebanyak

45 investasi senilai Rp1,706 tril-

iun.

Kepala UPT Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) BPMD Jateng,

Anung Suprihati menuturkan

meski secara investasi masih

dibawah target namun 43 proyek

itu berhasil menarik tenaga kerja

hingga 7.834 melebihi target

yang hanya 7.478 orang.

“Secara penanaman modal me-

mang lebih kecil namun disisi

lain SDM yang terserap lebih

banyak dan kedepan bisa

mengejar proyek investasi

berkembang di Jateng,” ujarnya,

Selasa (9/7/2013).

Menurutnya, sebanyak 43 proyek

yang terserap itu terdiri dari 36

PMDN senilai Rp339,07 miliar

dan 7 PMA dengan nilai investasi

mencapai Rp30,27 miliar, di-

dominasi sektor tersier kategori

perdagangan dan reparasi men-

capai Rp109 miliar.

“Sektor Perdagangan reparasi

banyak dibuka di Kota Salatiga

mencapai 12 unit, sisanya di

Brebes dan Kota Semarang, in-

vestasi lainnya berupa 5 industri

makanan, 3 tekstil, 2 kimia

farmasi, hotel dan restoran, kon-

struksi serta jasa lain,” lanjutnya.

Sejumlah investasi baru tersebut

dikembangkan di beberapa Ka-

bupaten/Kota wilayah Jateng

meliputi juga Kabupaten Sema-

rang, Banyumas, Batang, Kudus,

Sukoharjo, Pemalang, Jepara

dan Kota Surakarta.

Khusus realisasi tujuh PMA,

lanjutnya, investor mengem-

bangkan beberapa jenis sektor

seperti industri kayu, tekstil,

hotel dan restoran juga perda-

gangan dan reparasi yang men-

yerap sebanyak 3.423 tenaga

kerja.

Wakil Ketua Umum Kamar Da-

gang dan Industri (Kadin)

Jateng, Djoko Slamet Utomo

mengatakan tenaga kerja men-

jadi salah satu potensi yang

perlu mendapat perhatian

dalam menghadapi persaingan

industri.

“Menghadapi pasar bebas

Asean perlu dukungan SDM

dengan keahlian mumpuni se-

hingga mampu berdaya saing

dalam berbagai industri sesuai

keahliannya, selain itu perizinan

usaha p er lu terobosan

teknologi supaya proses lebih

cepat,” ujarnya.

Kadin juga berharap pemerin-

tah memberi kemudahan perizi-

nan bagi para pengusaha

mengingat fasilitas itu diyakini

bisa menjadi salah satu

upaya untuk menarik

minat investor dalam

menanamkan modalnya.

Sementara Plt Sekda

Provinsi Jateng, Sri Pury-

ono mengatakan Jateng

berupaya memperbaiki diri

guna mendukung industri

di berbagai sektor meliputi

agroindustri, pariwisata

hingga kawasan industri

berikat.

“Pembangunan infrastruk-

tur dan SDM terus men-

jad i perhatian dan

pengembangan sektor

usaha mikro mendapat

dukungan melalui berba-

gai pameran usaha,” tu-

turnya.

Pemprov berharap, berba-

gai potensi yang dimiliki

Jateng akan terus diber-

dayakan melalui pen-

dampingan dan pembi-

naan agar bisa menembus

dan mampu bersaing di

pasar global.

Indonesia dan Vietnam Dorong Kerjasama Dagang dan Investasi

P A G E 1 1

I ndonesia dan Vietnam

mendorong momentum pertum-

buhan ekonomi yang kuat dengan

membangun industri yang bernilai

tambah dan investasi. Kesamaan

faktor penguat ekonomi dan tan-

tangan yang dihadapi dinilai bisa

meningkatkan kerjasama diantara

kedua negara.

“Indonesia dan Vietnam memang

memiliki banyak kesamaan dan

sebenarnya bisa saling meleng-

kapi. Sekarang ini, baik Indonesia

maupun Vietnam tengah mem-

bangun ekonomi kuat yang di-

dasarkan pada industri yang

bernilai tambah,” kata Ketua

Umum Kadin Suryo Bambang Su-

listo dalam Forum Bisnis dengan

delegasi Vietnam yang dipimpin

langsung presidennya, Truong Tan

Sang di Jakarta, (28/6).

Menurut Suryo, pasar domestik

yang cukup besar dengan pertum-

buhan kelas menengah memiliki

peranan penting untuk menum-

buhkan industri dan memperkuat

daya beli barang-barang konsumsi.

Kadin mencatat, total perdagangan

tahun lalu diantara kedua negara

hampir mencapai 5 miliar USD.

Menurut Suryo, jumlah ini bisa

jauh lebih tinggi bila diperkuat den-

gan adanya kemitraan bisnis yang

potensial. “Kemitraan bisa diting-

katkan bukan hanya dalam perda-

gangannya saja, tetapi juga investasi

untuk mencapai hasil kerjasama

ekonomi yang maksimal”.

Dalam forum bisnis tersebut, diba-

has mengenai berbagai peluang

kerjasama dan investasi yang meli-

batkan sejumlah perusahaan

BUMN dan swasta Indonesia yang

sudah diinvestasikan di Vietnam

seperti sektor properti dan semen.

“Kita berharap bahwa ini adalah sebuah

tren yang positif dimana akan lebih ban-

yak perusahaan Indonesia bisa melang-

kah keluar untuk berinvestasi di luar

negeri, khususnya di negara tetangga

terdekat seperti Vietnam,” ungkap

Suryo.

Suryo menilai, kerjasama bisnis diantara

kedua belah pihak bisa mencapai hasil

yang baik dengan memiliki mitra lokal

yang juga baik. Menurutnya, mitra lokal

baik untuk bisnis di Vietnam maupun di

Indonesia dapat membantu memberikan

informasi dan menangani aturan yang

berlaku, yang mungkin membingungkan

pelaku usaha ketika mengembangkan

bisnis di negara asing.

Turut hadir dalam Forum Bisnis terse-

but antara lain Menteri Pertanian Sus-

wono, Menteri BUMN Dahlan Iskan dan

sejumlah para pimpinan perusahaan

BUMN dan swasta seperti Pertamina,

Bank Mandiri, Kimia Farma, Semen In-

donesia, Bulog, Dirgantara Indonesia,

dan Bukit Asam, Ciputra Property dan

Indofood Sukses Makmur.

dalam negeri, agar pasca pemberlakuan

AEC pengusaha Jatim tidak menjadi pe-

nonton saja tetapi menjadi penguasa pasar

domestik," ujar Rizal.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Ketua

Bidang UMKM Himpunan Pengusaha

Muda Indonesia (Hipmi) BPD Jatim, Giri

Bayu Kusuma, bahwa sebenarnya AEC

bisa menjadi peluang untuk memperluas

pasar. Namun, ketika daya saing tidak ada,

maka yang terjadi justru sebaliknya.

Masyarakat Indonesia hanya akan menjadi

penonton di negaranya sendiri.

"Untuk itu, kami berkomitmen menfasili-

tasi UMKM agar bisa berdaya saing tinggi

melalui penguatan finansial dan non finan-

Wakil Ketua Umum Bidang UMKM

Kamar Dagang dan Industri (Kadin)

Jatim, M Rizal menuturkan, sejauh ini

Kadin sudah melakukan melakukan

akselerasi perdagangan antar

provinsi atau pulau di Indonesia.

Kegiatan yang mempertemukan pen-

gusaha Jatim dengan pengusaha di

luar provinsi ini sudah dilaksanakan

di 15 provinsi.

"Pada awal Juni 2013 kami melaku-

kan kunjungan bisnis ke Sumatra

Utara dengan melibatkan 75 pen-

gusaha di Jatim, khususnya yang ma-

suk kategori UMKM. Ini kami laku-

kan sebagai langkah penguatan pasar

sial. Karena sebenarnya, kualitas produk yang

dihasilkan UMKM tidak kalah bersaing,"

tegasnya.

Kepala Dinas UMKM dan Koperasi Provinsi

Jatim, Fattah Jasin membenarkan bahwa se-

benarnya, kelemahan sektor UMKM tidak

pada hasil produk tetapi dari kemasan saja.

"Jika dibanding dengan produk Thailand,

sebenarnya produk UMKM tidak kalah ber-

saing, hanya packagingnya saja yang mengaki-

batkan produk mereka kalah. Makanya, Di-

nas Koperasi dan UMKM bekerjasama den-

gan Hipmi untuk melakukan penguatan ter-

hadap pelaku usaha di sektor UMKM," ujar

Fattah.

Hadapi AEC, Jatim Perkuat Pasar Domestik

Total

Perdagangan

tahun lalu

diantara

kedua

negara

mencapai 5

miliar USD

P A G E 1 2

G

A

L

E

R

I

WKU Kadin Bidang Energi & Migas Wishnu Wardana saat

Business Luncheon APEC CEO Summit 2013

Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto Menerima

Kunjungan PM Australia Kevin Rudd

Ketua Umum Kadin Menjadi Salah Satu Pembicara Dalam

Indonesia Banking Expo & Conference 2013

Disaksikan PM Papua Nugini, Kadin Indonesia

Menandatangani MoU dengan Kadin Papua Nugini

Kadin Indonesia menerima kunjungan Presiden

Vietnam

Rombongan Kadin Indonesia dan Mendag Tiba di Bandara

NTT untuk Rakernas Kadin Bid. Industri Pengolahan &

Peternakan

WKU Kadin Bidang Lingkungan Hidup & Perubahan

Iklim, Shinta W. Kamdani (dua dari kanan) menjadi

pembicara dalam Tropical Forest Alliance 2020

Indonesia

WKU Kadin Bidang Perindustrian, Sudirman (dua

dari kiri) menggelar Focus Group Discussion untuk

membahas kebijakan-kebijakan industri