LAPORAN PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI TERHADAP SISWA SISWI
SD MARSUDIRINI KELAS IB
SURAKARTA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Penilaian Status Gizi
Disusun Oleh :
Alfian Pramuditya J310090068
English Aprilia Prajawati J310990067
Fadhila A.P.P J310090063
Linda Rusdiana J310090055
Dyah Oktiva Furi J310090050
Wahyu Ningrum J310090057
PROGRAM STUDI GIZI S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi
pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya
peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang seimbang
dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan
menjadikan pertumbuhan yang normal (Depkes RI, 2004). Namun sebaliknya gizi
yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi
oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein
(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
dan Anemia Gizi Besi (Depkes RI, 2004 ).
Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal
dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk
terutama pada anak balita, masih merupakan masalah yang sangat sulit sekali
ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab gizi buruk itu sendiri pada
dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya intake (konsumsi) makanan terhadap
kebutuhan makan seseorang, namun tidak demikian oleh pemerintah dan masyarakat
karena masalah gizi buruk adalah masalah ketersediaan pangan ditingkat rumah
tangga, tetapi anehnya didaearah-daearah yang telah swasembada pangan bahkan
telah terdistribusi merata sampai ketingkat rumah tangga (misalnya program raskin),
masih sering ditemukan kasus gizi buruk, padahal sebelum gizi buruk ini terjadi,
telah melewati beberapa tahapan yang dimulai dari penurunan berat badan dari berat
badan ideal seorang anak sampai akhirnya terlihat anak tersebut sangat buruk (gizi
buruk). Jadi masalah sebenarnya adalah masyarakat atau keluarga balita belum
mengatahui cara menilai status berat badan anak (status gizi anak) atau juga belum
mengetahui pola pertumbuhan berat badan anak, sepertinya masyarakat atau keluarga
hanya tahu bahwa anak harus diberikan makan seperti halnya orang dewasa harus
makan tiap harinya.
Sekarang banyak sekali penjual kudapan yang tidak bergizi dan mengandung
zat kimia disekitar sekolah mereka. Kebanyakan pada siswa-siswi SD suka membeli
kudapan disekitar sekolah yang tidak bergizi dan belm diketahui apa saja komposisi
kudapan yang dimakan tersebut.oleh karena itu,kami melakukan praktikum ini agar
mengetahui status gizi pada anak SD sekitar umur 6-7 tahun.Konsumsi makanan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau stasus gizi optimal
terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja
dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Jellieffe D.
B. (1989) pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan
jaringan dari masa konsepsi sampai remaja.
Bukti menunjukkan bahwa kecepatan dari pertumbuhan berbeda setiap
tahapan kehidupan karena dipengaruhi oleh kompleksitas dan ukuran dari organ serta
rasio otot dengan lemak tubuh. Kecepatan pertumbuhan pada saat pubertas sangat
cepat dalam hal tinggi badan yang ditandai dengan perubahan otot, lemak dan
perkembangan organ yang diikuti oleh kematangan hormon seks.
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih
zat-zat esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Baik
pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan
gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan
makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan,
ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder
meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh
setelah makanan dikomsumsi.
2. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Kegiatan
1.1 Tujuan
1.1.1 Mengetahui berat badan dan tinggi badan siswa SD Marsudirini
Kelas I B
1.1.2 Mengetahui Z skore BB/U, TB/U, BB/TB siswa SD Marsudirini
Kelas I B
2. Manfaat Kegiatan
2.1 Institusi Sekolah
2.1.1 Memberikan gambaran tentang status gizi semua siswa SD
Marsudirini.
2.1.2 Mengevaluasi murid-murid yang terindikasi mengalami masalah
gizi.
2.2 Mahasiswa
2.2.1 Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam melakukan
pengukuran untuk menentukan status gizi.
2.2.2 Untuk pembanding atau kajian praktik maupun secara teoritis serta
melatih keterampilan mahasiswa untuk melakukan pengukuran
dan menentukan status gizi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian status Gizi
Menurut Supariasa dalam Penilaian Status Gizi (2002) menyatakan bahwa di
masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Dilihat dari penggunaan antropometri yang luas,maka salah satu
keahlian yang harus dimiliki oleh lulusan Akademi Gizi adalah mampu mengukur
status gizi masyarakat dengan cara antropometri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor internal atau
genetic dan faktor eksternal atau lingkungan. Antropometri gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuraan dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Keunggulan antropometri gizi adalah
sederhana,aman,dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar,alat murah,mudah
dibawa,tahan lama. Metode antropometri tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
Sedangkan kelemahan antropometri adalah tidak sensitif, faktor diluar gizi dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri. Dapat
mempengaruhi presisi,akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi.
Menurut Soetjiningsih (1998) ,lingkungan pranatal yang mempengaruhi
pertumbuhan janin mulai konsepsi sampai lahir antra lain adalah gizi ibu pada pada
saat hamil, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, anoksia
embrio. Jenis-jenis pertumbuhan adalah pertumbuhan linear dan pertumbuhan massa
jaringan.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transporsi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi.
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi
dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya
zat gizi dalam seluler tubuh adalah keadaan gizi
Status gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang
individu dalam suatu variabel. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu. Sedangkan menurut Gibson (1990) menyatakan status gizi adalah keadaan
tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke
dalam tubuh dan utilisasinya.
Malnutrisi merupakan keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan
secara relatif maupun absolute satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi :
a. Under nutrition : Kekurangan konsumsi pangan secara
atau absolut untuk periode tertentu.
b. Specific deficiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya
kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan
lain-lain.
c. Over nutrition : Kelebihan konsumsi pangan untuk periode
tertentu.
d. Imbalance : Karena diabsorpsi zat gizi, misalnya
kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL (Low Density
Lipoprotein), HDL (High Density
Lipoprotein), dan VLDL (Very Low
Density Lipoprotein).
Kurang Energi Protein ( KEP ) maksudnya adalah seseorang kurang gizi
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang
dari 80% indeks berat badan menurut umur ( BB/U ) baku WHO-NCHS. KEP
merupakan defisiensi gizi ( energi dan protein ) yang paling berat dan meluas
terutama pada Balita. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang
berpenghasilan rendah.
2. Klasifikasi Status Gizi
1. Klasifikasi Gomez (1956)
Baku yang digunakan oleh Gomez adalah baku rujukan Harvard.
Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U). sebagai
baku patokan digunakan persentil 50. Gomez mengklasifikasikan status gizi
atau KEP normal, ringan, sedang dan berat.
2. Klasifikasi Kualitatif Menurut Wellcome Trust
Penentuan klasifikasi menurut Wellcome Trust dapat dilakukan
dengan mudah. Hal ini dikarenakan tidak memerlukan pemeriksaan klinis
maupun laboratorium. Baku yang digunakan adalah baku Harvard.
3. Klasifikasi Menurut Waterlow
Waterlow membedakan antara penyakit KEP yang terjadi akut dam
kronis. Beliau berpendapat bahwa defisit berat badan terhadap tinggi badan
mencerminkan gangguan gizi yang akut dan menyebabkan keadaan wasting
(kurus-kering). Defisit tinggi menurut umur merupakan akibat kekurangan
gizi yang berlangsung sangat lama. Akibat yang ditimbulkan adalah anak
menjadi pendek (stunting) untuk umurya.
4. Klasifikasi Jelliffe
Indeks yang digunakan Jelliffe adalah berat badan menurut umur.
Pengkategoriannya adalah kategori I, II, III dan IV.
5. Klasifikasi Bengoa
Bengoa mengklasifikasikan KEP menjadi tiga kategori, yaitu KEP I,
KEP II, dan KEP III. Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut
umur.
6. Klasifikasi Status Gizi menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri, 1975
serta Puslitbang Gizi, 1978.
Dalam rekomendasi tersebut digunakan lima macam indeks yaitu: BB/U,
TB/U, LLA/U, BB/TB, dan LLA/TB. Baku yang digunakan adalah Harvard. Garis baku
adalah persentil 50 baku Harvard.
Status Gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasrkan Indeks BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TBGizi Baik >80% >85% >90% >85% >85%Gizi Kurang 61%-80% 71%-85% 81%-90% 71%-85% 76%-85%Gizi Buruk ≤60% ≤70% ≤80% ≤70% ≤75%
7. Klasifikasi Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI Tahun 1999
Dalam buku petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) Anak
Balita tahun 1999, klasifikasi status gizi dapat diklasifikasikan menjadi 5,
yaitu : gizi lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. Baku
rujukan yang digunakan adalah WHO-NCHS, dengan indeks berat badan
menurut umur.
8. Klasifikasi Cara WHO
Pada dasarnya cara penggolongan indeks sama dengan cara Waterlow.
Indikator yang digunakan meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standard yang
digunakan adalah NCHS (National Centre for Health Statistic, USA).
3. Jenis-jenis Penilaian Status gizi
Metode penilaian status gizi dibedakan menjadi dua yaitu penilaian
status gizi secara langsung dan secara tidak langsung. Penilaian status gizi
secara langsung dapat dibedakan menjadi empat yaitu antropometri, biokimia,
klinis, biofisik.
1. Antropometri
Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein danenergi. Ketidakseimbangan
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2. Biokimia
Pengertian
Penialain status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot.
Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkina akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia
faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan
gizi yang spesifik.
3. Klinis
Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau organ-organ yang dekat dengan permukaan
seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara
cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan
salah satu atau lebih gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit.
4. Biofisik
Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Penggunaan
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindnes). Cara
yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu :
survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
1. Survei Konsumsi Makanan
Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi.
Penggunaan
Pengumpulan data komsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengindentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2. Statistik Vital
Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaan
Penggunaanya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator
tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi, dan lain-lain.
Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
Antropometri
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur,dan tingkat gizi.
Berbagai jenis tubuh antara lain: berat badan,tinggi badan,lingkar lengan atas dan
tebal lemak di bawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur
status gizi dari berbagi ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi,
gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak,otot dan jumlah air dalam tubuh.
Syarat yang mendasari penggunaan atropometri adalah:
1. Alat mudah didapat dan digunakan
2. Pengukuran dapat dilakukan dengan berulang-ulang dan objektif.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional,juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan
lainnya
5. Hasilnya mudah disimpulkan
6. Secara ilmiah diakui kebenarannya
Keunggulan Antropometri:
1. Prosedurnya aman,sederhana dan dapt dilakukan dalam jumlah yang besar
2. Relatif tidak membutuhakan tenaga ahli
3. Alatnya murah,mudah didapat da tahan lama
4. Metode ini tepat dan akurat karena dapt dibakukan
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
6. Dapat mengidentifikasikan gizi kurang,gizi sedang,gizi buruk
7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu
8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi
Kelemahan Antropometri
1. Tidak sensitif
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri
3. Kesalahan yang terjadi dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas
pengukuran antropometri gizi
4. Kesalahan terjadi karena pengukuran,perubahan hasil pengukuran baik fisik
maupun komposisi jaringan,analisis dan asumsi yang keliru
5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak
cukup, kesalahan alat atau alat tidak tertera, kesulitan pengukuran
Parameter Antropometri
Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia antar lain umur, berat
bada, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar kepala, lingkar pinggul
dan tebal lemak dibawah kulit.
Indeks Antropometri
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur(TB/U), berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB)
Kelebihan Indeks BB/U:
1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum
2. Baik untuk mengukur status gizi akuat atau kronis
3. Berat badan dapat berfluktuasi
4. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
5. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
Kelemahan Indeks BB/U
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema
atau asites
2. Di daerah pedesaan yang terpencil dan tradisional,umur sering sulit ditaksir
karena pencatatan umur yang belim baik
3. Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak dibawah lima tahun
4. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran,seperti pakaian atau gerakan anak
pada saat penimbangan
5. Masalah social budaya. Orang tua tidak mau menimbang anaknya karena
dianggap seperti barang dagangan.
Keuntungan Indeks TB/U
1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri,murah dan dapat dibawa
Kelemahan Indeks TB/U
1. Tinggi badan tidak cepat naik
2. Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak hrus bberdiri tegak sehingga
perlu dua orang untuk melakukannnya
3. Ketepatan umur suli didapat
Keuntungan Indeks BB/TB
1. Tidak memerlukan data umur
2. Dapat membedakan proporsi badan(gemuk,normal,kurus)
Kelemahan Indeks BB/TB
1. Tidak dapat memberikan gambaran,apakah pendek,tinggi badan atau
kelebihan tinggi badan menurut umurnya karena umur tidak diperhitungkan.
2. Sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi
badan pada kelompok balita
3. Membutuhkan dua macam alat ukur
4. Pengukuran relative lama
5. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
6. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran,terutama
dilakukan oleh kelompok non-profesional
Indeks masa Tubuh (IMT)
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (18 tahun ke atas)
merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit
tertentu juga dapat mempengaruhi produktifitas.
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,
maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang mencapai usia
harapan lebih panjang. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur
18 tahun ke atas. IMT tidak dapat diterapkan bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
olahragawan. Disamping itu pula IMT diterapkan pada keadaan khusus (penyakit)
lainnya seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
Menurut FAO/WHO batas ambang normal laki-laki adalah 20,1 - 25,0 dan
untuk perempuan adalah 18,7 - 23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat
defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan
menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang
dipergunakan adalah ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan
menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.
Penilaian Status Gizi Anak
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti
1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30
hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi
makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U
(Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung
pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
b. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat
dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat
badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan
dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks
BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun
sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun
( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan
status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi
tubuh (M. Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka
dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan
BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi
kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai
masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka
kesakitan.
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua
versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score =
z). Menurut Waterlow, gizi anak-anak di negara-negara yang populasinya relative
baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk
anak-anak yang populasinya relatif kurang (under nourished) lebih baik
menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku
rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 1. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
NoIndeks yang digunakan
InterpretasiBB/U TB/U BB/TB
1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi
Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++
Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +
2 Normal Normal Normal Normal
Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang
Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang
Tinggi Rendah Tinggi Obese
Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese
Sumber : Depkes RI 2004.
BAB III
PROSEDUR PENILAIAN STATUS GIZI
1. Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan penilaian status gizi ini dilaksanakan pada hari Jumat,
tanggal 26 November 2010 yang berlokasi di SD MARSUDURINI Surakarta.
Dimana SD MARSUDIRINI merupakan salah satu sekolah favorit di kota
Surakarta yang letaknya sangat strategis.
2. Subjek
Subjek dalam kegiatan penilaian status gizi yang dilakukan adalah
siswa dari SD Marsudirini kelas 1B dengan jumlah 30 siswa.
3. Prosedur Penilaian Status Gizi
a. Mengukur Tinggi Badan
Alat yang digunakan : mikrotoa (microtoise)
- Cara mengukur :
1. Mikrotoa ditempelkan dengan paku pada dinding yang lurus datar
setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.
2. Sepatu atau sandal responden harus dilepas.
3. Responden harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam
baris berbaris, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala
bagian belakang harus menempel pada dinding dan muka
menghadap lurus dengan pandangan ke depan.
4. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-
siku harus lurus menempel pada dinding.
5. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur.
Cara baca diatas garis merah pada mikrotoa.
b. Mengukur Berat Badan
Alat yang digunakan : timbangan injak
- Cara mengukur :
1. Timbangan ditera / dinolkan dengan cara diputar bagian belakang
timbangan.
2. Meminimalkan pakaian responden, misal cincin, jam tangan, hp
dan lain-lain.
3. Responden berdiri tegak, kaki pas berada ditengah-tengah
timbangan dan pandangan kedepan.
4. Baca skala dari depan responden.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil kegiatan praktik yang telah kami lakukan di SD Marsudirini, dari
30 siswa kelas 1B dengan perlakuan pengukuran berat badan dan tinggi badan yaitu;
23 anak memiliki status gizi normal dengan prosentase 76,67% dari 30 anak, 5 anak
memilki status gizi kurang dengan prosentase 16,67%, 2 anak meilki status gizi lebih
dengan prosentase 6,67%. Berdasarkan data yang diperoleh setelah diperiksa dan
dianalisis siswa SD Marsudirini , siswa kelas 1 B , rata- rata bergizi baik bisa dilihat
di tabel berikut ini,
Status gizi Jumlah anak Prosentase
Gizi kurang 5 16,67%
Gizi baik 23 76,67%
Gizi lebih 2 6,67%
Dilihat dari hasil pengukuran antropometri perkembangan gizi anak usia jika
memiliki status gizi yang baik peran orang tua dan juga pihak sekolah
memeperhatikan kudapan/jajanan disekitar sekolah yang aman. Sedangkan bagi
siswa yang memiliki status gizi lebih atau kurang hal ini harus diwaspadai oleh orang
tua terutama untuk di lingkungan rumah dan peran guru untuk lingkungan sekolah.
Caranya membatasi makanan yang sifatnya junk food, untuk menggantinya dihimbau
memberikan makanan yang cukup gizi, boleh diberikan makanan junk food namun
intensitasnya dikurangi. Karena resiko dari malnutrisi sendiri sangat berbahaya bagi
kesehatan, bisa menimbulkan beberapa penyakit, karena imunitas tubuh berkurang,
susah dan susah bergerak, karena anak usia sekolah cenderung suka bergerak bebas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarakan data yang diperoleh dan dari hasil pengukuran antropometri
pada anak usia sekolah maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tinggi badan siswa SD Marsudirini dari 30 siswa diperoleh rata-rata tinggi
badan 117,7 cm dan berat badan dari 30 siswa SD Marsudirini diperoleh rata-
rata berat badan sebsar 21,73 kg.
2. Menurut z-skore (standar deviasi) status gizi yang dimiliki siswa SD
Marsudirini kelas 1B menurut BB/U memiliki status gizi berat badan normal,
menurut TB/U memiliki status gizi tinggi badan normal, dan menurut BB/TB
memiliki status gizi normal dari 30 siswa.
B. Saran
1. Untuk siswa yang memilki / terindikasi gizi kurang diharapkan agar guru
yang berperan dalam perkembangan siswa di sekolah harus memberikan
imbauan kepada orang tua siswa agar memperhatikan makanan yang di
konsumsi anak-anaknya dan menambah konsumsi makan yang banyak
mengandung cukup gizi
2. Untuk siswa yang memilki / terindikasi gizi lebih juga diharapkan orang tua
memperhatikan konsumsi anak-anaknya agar mengkonsumsi makan yang
seimbang.
3. Untuk siswa yang memiliki gizi normal, diharapkan orang tua dan guru
menjaga konsumsi anak tersebut atau pola makan yang teratur dan cukup
mengandung zat gizi yang seimbang.
4. Pada pembuatan laporan berikan kritik dan saran mengenai referensi maupun
acuan yang dipakai yang sifatnya membangun, agar laporan penelitian
selanjutnya menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua, baik bagi
masyarakat dan juga mahasiswa sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Atmarita dan Lucya Feronica.1992. Penggunaan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai status gizi Orang Dewasa Gizi Indonesia.Jurnal of The Indonesia Nutrition Assocasion.VOL XVII. Jakarta
Galler, J.R. (1997). Malnutrition and Brain Development. In : Nutrition in Pediatric. London : B.C. Decker Inc. Publisher.
Husaini, Y.K. (1997). Antropometri sebagai Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika no 8 tahun XXIII. Jakarta : Medika.
Jelliffe DB.1966. Assessment of the Nutritional Status of The Community. WHO. Geneva
Nyimas. (2002). Desentralisasi Program Gizi Anak Sekolah Membuat SDMMerosot. Jakarta : Kompas
Pudjiadi, S.(2003). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Gaya Baru
Rekso Dikusumo. 1988/1989. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Bagian Proyek Pendidikan Akademi Gizi. Jakarta
Santoso, S. dan Ranti, A.L. (1994). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Dirjen Dikti.
Staf Bidang Sosio Ekonometrik Gizi dan Statistik.1980.Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antropometri dan Penentuan Keadaan Gizi. PuslitbangGizi.Bogor
WHO.1983.Measuring Change in Nutritional Status.WHO.Geneva
Whitney, E.N., Rolfes, S.R. (2002). Understanding Nutrition . 8 th ed. Philadelphia: International Thompson Publishing Company
Yayah K.Husaini,Agustus 1997. Antropometri sebagai Indikator Gizi dan Kesehatan Masyarakat.Medika,no 8 tahun XXIII
No. NamaBB (kg)
TB (cm)
Tanggal Lahir UmurZ - Score
InterpretasiBB/U TB/U
BB/TB
1. Aditya Pratama 21 122,3 17 Agustus 2004 6 Th , 3 bln -0,08 1,2 -1,05 Gizi Normal2. Agnes Oktavia M.P 21 113,8 19 Oktober 2004 6 Th, 1 bln 0,38 -1 0,68 Gizi Normal3. Ajeng Trisari Puspita P. 18 112,3 8 Januari 2004 6 Th, 10 bln 1,30 -1,3 -0,52 Gizi Normal
4. Albertus Novyanto H. 40 131,8 14 November 2003 7 Th 4,75 1,9 3,35Sekarang lebih, belum obese
5. Albertus Sanjaya 22 119 25 Juli 2004 6 Th, 4 bln 0,25 0,2 0,08 Gizi Normal6. Alexius Elang Erlangga W. 12 112,8 29 Juli 2004 6 th, 3 bln -3,9 -0,9 -0,4 Gizi kurang7. Angelina Tabhita R.U 16 112,8 22 Juli 2004 6 th, 4 bln -1,75 -0,7 -1,87 Gizi Normal8. Axel Marchelino 19 118,4 14 Januari 2004 6 Th, 10 bln -1,34 -0,47 -1,3 Gizi Normal9. Delta Dirgadiel 20 118,9 20 Desember 2003 6 Th, 11 bln -1,03 -0,46 -0,8 Gizi Normal10. Edwina Cindy Damayanti 25 123,2 8 Desember 2003 6 Th, 11 bln 0,82 0,5 0,63 Gizi Normal
11.Florentina Renata keysha A.P
20 115 19 juni 2004 6 th, 5 bln -0,6 -0,41 0,45 Gizi Normal
12. Fransisca Novenshea S.B 19 114,5 7 November 2003 7 Th -1,03 1,10 -0,41 Gizi Normal13. Ignatius Marcel S. 18 114,3 27 Februari 2004 6 Th, 9 bln 1,65 -1,2 -1,17 Gizi Normal14. Juliana Putri Atmaja 23 116,5 15 Juli 2004 6 Th, 4 bln 0,7 0,01 1,13 Gizi Normal15. Kevin Adrian Cahyandra 17 113,1 19 Juni 2004 6 Th, 5 bln -1,84 -1,0 -1,62 Gizi Normal 16. Kylau Ratu Maria 18 118,6 12 Maret 2004 6 Th, 8 bln 1,16 0 -1,77 Gizi Normal17. Lucia Meavitha 14 103 26 Desember 2004 5 Th, 11 bln -2,3 -0,11 -1,46 Gizi Normal18. Maria Regina Leonyta P. 16 110,7 4 Agustus 2004 6 Th, 3 bln -1,73 -1,08 -1,5 Gizi Noraml19. Nicolas Rizky 30 121,9 31 Maret 2004 6 Th, 8 bln 2,32 0,4 2,76 Sekarang lebih belum obese20. Rafael Anthony Hardjono 41 128,2 9 Juli 2004 6 Th, 4 bln 5,1 2,04 4,63 Obese21. Relung Sihmirmaning A. 23 113 24 November 2004 6 Th, 1 bln 0,9 -0,4 1,8 Gizi Normal22. Roufiq Septian Saputro 22 120,4 28 September 2003 7 Th, 2 bln -0,44 -0,2 -0,1 Gizi Normal23. Samuel Karel Augusta 19 115,8 13 Agustus 2004 6 th, 3 bln -0,91 -0,34 -0,2 Gizi Normal
24. Sekar Erisa Hapsari 28 123,5 15 Februari 2004 6 Th, 9 bln 1,74 3,5 1,53 Gizi Normal25. Sepha Abisai A. 24 113,9 2 oktober 2004 6 Th, 2 bln 1,2 -0,34 2,1 Gizi Normal26. Stefani Vanessa Tania 22 114,3 3 Juli 2004 6 Th, 4 bln 0,5 0,4 1,1 Gizi Normal27. Vallentino Yugha M. 21 117,7 12 Februari 2004 6 Th, 9 bln -0,5 -0,52 -0,1 Gizi Normal28. Vivian Lie Budiman 24 124 15 Februari 2004 6 Th, 9 bln 0,7 0,9 0,1 Gizi Normal
29. Yolanda Christiana Maday 20 117,7 12 September 2004 6 Th, 2 bln 0,02 0,4 -0,4 Gizi Normal
30. Alvonso 19 122,7 - 6 Th 0,7 1,3 -2,2 Gizi Normal
Top Related