perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SKRIPSI
APLIKASI STRUKTURAL EQUATION MODELING (SEM) DALAM
MENGUKUR PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN KEUANGAN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
SAYID ABDURRASYID
F 0305100
PROGRAM AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Jangan terlalu khawatir pada masa depan, segala sesuatu yang akan terjadi
akan baik dan berguna bagimu”
(Epictetus)
“Anda pasti bisa bila anda pikir anda bisa. Jadi berpikirlah bahwa anda bisa”
(Norman Vincent Peale)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
· Bapak , Ibu untuk do’a , semangat dan kasih
sayangnya
· Kakak tersayang
· Sahabatku
· Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul APLIKASI STRUKTURAL
EQUATION MODELING (SEM) DALAM MENGUKUR PENGARUH
STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
DENGAN KEPUTUSAN KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan program strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ditemui beberapa kesulitan, namun berkat
bantuan, motivasi, bimbingan dan do’a diberbagai pihak maka skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Wisnu Untoro, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Santoso Tri Hananto, Msi. Ak. Selaku Ketua Jurusan Akutansi.
3. Dra. Sri Murni, Msi. Ak. Selaku Sekretaris Jurusan Akutansi.
4. Drs. Eko Arief S. Msi. Ak. Selaku Pembimbing Akademik.
5. Drs. Agus Budiatmanto, Msi. Ak. Selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian
skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Para dosen dan seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang
bermanfaat bagi saya.
7. Para staf administrasi dan tata usaha Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan studi di program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
8. Kedua orang tuaku tercinta atas do’a restu, kasih sayang, semangat,
motivasi, dukungan baik moral maupun spiritual serta kesabaran yang
berlimpah kepada saya selama ini.
9. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini akan tetapi tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis menyadari bahwa sekripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kelanjutan pembuatan penelitian ini. Penulis juga mohon maaf apa bila terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Terima kasih
Surakarta, 8 Oktober2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
MOTTO ........................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
ABSTRAK .................................................................................................... xii
ABSTRACT .................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Struktur Kepemilikan .................................................................... 8
B. KeputusanKeuangan ...................................................................... 12
C. Nilai Perusahaan ........................................................................... 40
D. Struktur Kepemilikan Dan Keputusan Keuangan ......................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
E. Struktur Kepemilikan Dan Nilai Perusahaan ............................... 43
F. Keputusan Keuangan Dan Nilai Perusahaan ................................ 43
G. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 45
H. Hipotesis ........................................................................................ 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Metode yang Digunakan ....................................................... 47
B. Pemilihan Sampel dan Data .......................................................... 48
C. Variabel Penelitian dan Pengukuran ............................................. 51
D. Metode Analisis ............................................................................. 54
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif ......................................................................... 57
B. Analisis Data dan Pembahasan ...................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 85
B. Keterbatasan .................................................................................. 86
C. Saran ............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II. 1 KerangkaPikiran ..................................................................................... 45
IV. 1 HubunganantarVariabel ........................................................................ 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Table Halaman
Table III. 1 Proses PemilihanSampel ............................................................. 49
Tabel III. 2 DaftarNama Perusahaan Sampel ................................................. 50
Tabel IV. 1 StatistikDeskriptif ....................................................................... 57
Tabel IV. 2 Nilai R-Square ............................................................................ 60
Tabel IV. 3 HasilPengujianHipotesis ............................................................. 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
APLIKASI STRUKTURAL EQUATION MODELING (SEM) DALAM MENGUKUR PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
SAYID ABDURRASYID
F 0305100
ABSTRAKSI
Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen; 2) pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan; 3) pengaruh keputusan investasi terhadap keputusan pendanaan dan kebijakan dividen; 4) pengaruh keputusan pendanaan terhadap kebijakan dividen; dan 5) pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan, dengan sampel perusahaan yang dapat dijadikan sampel penelitian sebanyak 43 perusahaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pada model Struktural Equation Modelling (SEM) memakai statistik non parametrik yaitu vPLS sebagai alat analisis model penelitian.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) Kepemilikan manajerial (MOW)mempunyai pengaruh negatif dan signifikan(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (market value of equity) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar -2,5595; (2) Keputusan pendanaan (DER) mempunyai pengaruh positif dan signifikan(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (market value of equity) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 2,5316; (3) Keputusan pendanaan (DER)mempunyai pengaruh negatif dan signifikan(pada tingkat 0,05) terhadap nilai perusahaan (closing price) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar -2,2411; (4) Keputusan investasi (INV)mempunyai pengaruh positif dan signifikan(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (market value of equity) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 2,5859; (5) Keputusan investasi (INV)mempunyai pengaruh positif dan signifikan(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (closing price) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 3,2670; (6) Kebijakan dividen (DPR)mempunyai pengaruh positif dan signifikan (pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (market value of equity) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 3,2670; (7) Kebijakan dividen (DPR)mempunyai pengaruh positif dan signifikan(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (closing price) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 6,7981; (8) Pada kerangka pemikiran pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan keuangan (halaman 66) tidak terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan keuangan; (9) Pada kerangka pemikiran pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan (halaman 73) terdapat pengaruh kepemilikan manajerial (MOW)hanya terhadap nilai perusahaan (market value of equity); dan (10) Pada kerangka pemikiran pengaruhkeputusan keuangan terhadap nilai perusahaan (halaman 77) terdapat pengaruh keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci : Managerialownership, Institutional Ownership,
KeputusanPendanaan, KeputusanInvestasi, KebijakanDividen, Nilai Perusahaan, Closing Price, Struktural Equation Modelling (SEM), dan PLS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
APLIKASI STRUKTURAL EQUATION MODELING (SEM) DALAM MENGUKUR PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPUTUSAN KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
SAYID ABDURRASYID
F 0305100
ABSTRACT
The company is seen as a set of contracts between corporate managers and shareholders. The appointment of managers by shareholders to manage the company in reality is often a problem because the purpose of personal goals clashed with corporate managers. The objectives to be achieved in this study was to determine: 1) the effect of ownership structure on investment decisions, funding decisions, and dividend policy; 2) the effect of ownership structure on firm value, 3) influence investment decisions on funding decisions and dividend policy; 4 ) influence funding decisions on dividend policy, and 5) influence investment decisions, funding decisions, and dividend policy on firm value.The study population is a manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period of observation, with a sample of firms that can be used as a sample study of 43 companies. The research method used in this study using quantitative methods on the model of Structural Equation Modelling (SEM) using non-parametric statistical analysis tool that is VPLS as a research model.
The results of data analysis showed that: (1) managerial ownership (MOW) has a negative and significant effect (at 0.01) against the firm value (market value of equity) with the acquisition of the t-statistic value of -2.5595, (2) funding decisions (DER) has a positive and significant (at 0.01) against the firm value (market value of equity) with the acquisition value of the t-statistic of 2.5316, (3) The decision of funding (DER) has a negative and significant influence (at 0.05) against the firm value (closing price) with the acquisition of the t-statistic value of -2.2411, (4) investment decisions (INV) has a positive and significant (at 0.01) against the value of the company ( market value of equity) with the acquisition value of the t-statistic of 2.5859, (5) investment decisions (INV) has a positive and significant (at 0.01) against the firm value (closing price) by the acquisition value of t-statistics for 3.2670, (6) Dividend (DPR) has a positive and significant (at 0.01) against the firm value (market value of equity) with the acquisition value of the t-statistic of 3.2670, (7) Dividend ( DPR) has a positive and significant (at 0.01) against the firm value (closing price) with the acquisition of the t-statistic value of 6.7981; (8) In the frame of mind influence the ownership structure of financial decisions (page 66) there is no influence the ownership structure of financial decisions; (9) In the frame of mind influence the ownership structure on firm value (page 73) there is the influence of managerial ownership (MOW) is only against the firm value (market value of equity), and (10) In the frame of mind influence the decisionfinance against the value of the company (page 77) there is the influence of financial decisions on firm value.
Keywords: Managerial ownership, Institutional Ownership, Financing
Decisions, Decisions Investments, Dividend Policy, Corporate Values, Closing Price, Structural Equation Modelling (SEM), and PLS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer
perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham
untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi
masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi
manajer. Dengan kewenangan yang dimiliki, manajer bisa bertindak dengan
hanya menguntungkan dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan para
pemegang saham. Hal ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan informasi
yang dimiliki oleh keduanya. Perbedaan informasi ini disebut sebagai
asymmetric information.
Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai
perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin
sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar
sahamnya (Fama, 1978). Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk
memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus
diperhatikan, tetapi juga semua klaim keuangan seperti hutang, warran,
maupun saham preferen. Penyatuan kepentingan pemegang saham,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
debtholders, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan
masalah-masalah (agency problem). Agency problem dapat dipengaruhi oleh
struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional).
Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi
jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan.
Pihak pemilik dapat membatasi divergensi kepentingannya dengan
memberikan tingkat insentif yang layak kepada manajer dan harus bersedia
mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah hazard
dari manajer. Biaya-biaya tersebut disebut sebagai biaya keagenan atau agency
cost. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
agency cost, diantaranya adalah pertama, dengan meningkatkan kepemilikan
dari dalam (insider ownership) atau kepemilikan manajerial, menurut Jensen
dan Meckling (1976) penambahan kepemilikan manajerial memiliki
keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham.
Kedua, dengan menggunakan kebijakan hutang.
Easterbrook (1984) berargumen bahwa pemegang saham akan
melakukan monitoring terhadap manajemen namun bila biaya monitoring
tersebut terlalu tinggi maka mereka akan menggunakan pihak ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
(debtholders dan atau bondholders) untuk membantu mereka melakukan
monitoring. Debtholders yang sudah menanamkan dananya di perusahaan
dengan sendirinya akan berusaha melakukan pengawasan terhadap
penggunaan dana tersebut. Ketiga, melalui peningkatan Dividend Payout Ratio
(DPR) atau rasio dividen terhadap laba bersih. Crutchley dan Hansen (1989)
menyatakan bahwa pembayaran dividen akan menjadi alat monitoring
sekaligus bonding bagi manajemen. Keempat, dengan cara mengaktifkan
monitoring melalui investor-investor institusional. Adanya kepemilikan oleh
institutional investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi,
dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang
lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham
mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung
atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki.
Beberapa penelitian mengenai struktur kepemilikan dan keputusan keuangan
pernah dilakukan oleh Crutchley et al (1999) dengan membangun sebuah
model yang menunjukkan empat keputusan yang saling terkait menyangkut
leverage, dividend, insider ownership, dan institutional ownership ditentukan
secara simultan dalam kerangka agency cost. Penelitian Crutchley (1999),
memberikan bukti bahwa ada keterkaitan antara keputusan leverage, dividend
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
payout ratio, insider ownership, dan institutional ownership yang ditentukan
secara simultan meskipun tidak menyeluruh. Pada penelitiannya Crutchley et.
al (1999) juga membuktikan bahwa kepemilikan institusional merupakan
subtitusi kepemilikan manajerial. Chen (2000) menemukan hubungan negatif
antara analyst coverage dan kepemilikan manajerial, hal ini mendukung hasil
penelitian Crutchley et. al (1999.)
Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat
dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu
keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan
lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).
Penelitian tentang keputusan keuangan sebagaimana kerangka pikir di atas
pernah dilakukan oleh Sri Hasnawati (2005) yang menemukan bahwa
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen secara
parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen
secara langsung mempengaruhi nilai perusahaan dan secara tidak langsung
keputusan investasi mempengaruhi nilai perusahaan melalui kebijakan dividen
dan keputusan pendanaan. Agrawal (1994) meneliti kebijakan dividen terhadap
semua ekuitas perusahaan dan temuannya adalah bahwa dividen dapat
dipandang sebagai subtitusi dari hutang dalam mengurangi agency cost. Jadi,
keputusan investasi berpengaruh terhadap keputusan pendanaan, keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pendanaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen, dan keputusan investasi
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat dikatakan bahwa keputusan
keuangan merupakan variabel intervening atas pengaruh struktur kepemilikan
terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap keputusan investasi,
keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen?
2. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen
berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Untuk mengetahui pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan,
dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti, mengetahui pengaruh struktur kepemilikan terhadap
keputusan keuangan dan nilai perusahaan sektor manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.
2. Bagi manajemen, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
melakukan analisis dalam menjelaskan market value bank dan mengetahui
variabel-variabel yang mempengaruhinya.
3. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan referensi dan memperluas informasi dan wawasan dalam
mengembangkan penelitian pada bidang manajemen akuntansi, investasi,
dan penggunaan aplikasi SEM dalam menganalisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
4. Bagi Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi saham pada
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Struktur Kepemilikan
1. Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)
Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen
perusahaan baik sebagai dewan komisaris atau sebagai direktur disebut
kepemilikan manajerial. Adanya kepemilikan saham oleh pihak
manajemen akan ada suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh manajemen perusahaan, termasuk di dalamnya adalah
kebijakan menggunakan hutang. Pihak pemilik saham cenderung
berkeinginan untuk mengurangi penggunaan yang menimbulkan hutang
karena dengan banyaknya hutang akan menimbulkan risiko yang tinggi.
Risiko perusahaan sepenuhnya merupakan tanggung jawab manajer. Oleh
sebab itu, manajer perusahaan yang mempunyai kepemilikan saham akan
cenderung memilih pembiayaan tidak dengan hutang untuk mengurangi
dilusi kepemilikan pada saham mereka.
Menurut Sartono (2004) dalam Rusdianto (2007) managerial
ownership didefinisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan
saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan direksi suatu
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
perusahaan. Secara matematik nilai Insider Ownership (IO) diperoleh
dari persentase saham perusahaan yang dimiliki direksi dan komisaris.
Kepemilikan saham oleh manajemen dapat dirasakan langsung manfaat
dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul
sebagai sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Kepemilikan ini akan menyejajarkan kepentingan manajemen dengan
pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa
kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi
masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-
kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka
menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham
eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer
diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk
kepentingannya. Untuk Menyejajarkan antara kepentingan manajer
dengan pemilik perusahaan, terdapat mekanisme khusus yang dapat
digunakan untuk memotivasi manajer agar bertindak sesuai dengan
kepentingan manajer. Salah satunya adalah meningkatkan kepemilikan
saham terhadap manajer. Langkah ini ditunjukkan untuk menarik dan
mempertahankan manajer yang cakap serta untuk mengarahkan tindakan
manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham, terutama untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memaksimalkan harga saham.
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori
keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen
dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk
memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya
sendiri. Murphy (1985), Jensen dan Murphy (1990), serta Smith dan
Watts (1992) dalam Sukartha (2007), menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial merupakan program kebijakan remunerasi guna mengurangi
masalah keagenan. Mereka menjelaskan bahwa kompensasi tetap berupa
gaji, tunjangan, dan bonus terbukti dapat digunakan sebagai sarana untuk
menyamakan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
2. Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership)
Menurut Mello dan Person dalam Rusdianto (2007) bahwa
kepemilikan luar (outsider ownership concentration) adalah persentase
kepemilikan saham luar (nonmanajemen) atas saham perusahaan.
Menurut Wahidahwati (2002) dalam Rusdianto (2007) kepemilikan
institusional yaitu proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir
tahun yang diukur dengan persentase (%).
Kepemilikan saham oleh pihak luar atau oleh institusional investor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sebagai monitoring manajemen memiliki arti yang sangat penting.
Adanya kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, dan kepemilikan oleh institusi lain dalam bentuk
perusahaan-perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan secara
optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan
kemakmuran pemegang saham. Signifikasi kepemilikan institusional
sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup
besar dalam pasar modal. Bila kepemilikan institusional tidak puas atas
kinerja manajer, mereka langsung menjual sahamnya.
Perubahan perilaku kepemilikan institusional dari pasif menjadi
aktif bisa meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan
lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang dapat berpengaruh
terhadap perusahaan. Meningkatnya aktivitas kepemilikan institusional
dalam melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya
kepemilikan saham yang signifikan oleh institusional yang telah
meningkatkan kemampuan mereka. Untuk bertindak secara kolektif,
peningkatan aktivitas kepemilikan institusional juga didukung oleh usaha
meningkatkan tanggung jawab manajer. Aktivitas pengawasan dapat
dilakukan dengan meningkatkan kinerja para komite penasihat yang
bekerja untuk melindungi kepentingan investor luar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
B. Keputusan Keuangan
1. Keputusan Pendanaan
Keputusan mengenai pemenuhan kebutuhan dana bersangkutan
dengan penentuan sumber dana yang akan digunakan, penentuan
perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau penentuan struktur modal
yang optimal (Van Horne, 1992) dalam Riyanto (2001: 10).
Struktur modal (capital structure) merupakan komposisi pendanaan
permanen perusahaan, yaitu bauran pendanaan jangka panjang
perusahaan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan
dimana struktur keuangan mencerminkan kebijakan manajemen
perusahaan dalam mendanai aktivanya (Sawir, 2004: 2).
Tujuan pokok manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu
bauran atau kombinasi sumber dana permanen sedemikian rupa agar
mampu memaksimalkan harga saham perusahaan dan agar tujuan
manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai.
Bauran pendanaan yang ideal dan selalu diupayakan manajemen ini
disebut struktur modal optimal (Warsono, 2003: 235).
Perusahaan dalam menentukan struktur modalnya pasti bertujuan
untuk meminimalkan biaya modal yang akan dikeluarkan karena biaya
ini secara potensial akan mengurangi pembayaran dividen kepada para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pemegang saham. Jika biaya modal ini dapat diminimalkan, jumlah
dividen yang akan dibayarkan akan meningkat dan hal ini tentunya dapat
memaksimalkan harga saham.
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan
pemegang saham. Tujuan ini jelas bukan hanya menguntungkan
pemegang saham, tetapi juga memastikan bahwa sumber daya yang
terbatas telah dialokasikan secara efisien yang menguntungkan
perekonomian. Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal
dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar saham dengan nilai
buku saham bersangkutan. Ini dapat dicapai dengan membuat kebijakan
struktur modal yang optimal, yaitu struktur modal yang meminimalkan
biaya modal sehingga menjaga pengembalian atas investasi tetap tinggi.
Perusahaan pada umumnya menghadapi permasalahan bagaimana
mengatur kombinasi yang optimal antara pinjaman hutang dan modal
sendiri untuk memaksimalkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Brigham dan Houston (2001: 6) empat faktor yang
mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu :
a. Risiko bisnis, yakni risiko yang melekat pada operasi perusahaan
apabila perusahaan tidak menggunakan hutang. Semakin besar risiko
bisnis perusahaan, maka semakin rendah rasio hutang yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b. Posisi pajak perusahaan, yakni dengan menggunakan hutang maka
biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak sehingga
menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya.
c. Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para
manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat
diperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih suka
menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang
baik bila keadaan perekonomian sulit.
d. Konservatisme atau agresivitas manajemen, yakni ada sebagian
besar manajer lebih agresif dari yang lain sehingga sebagian
perusahaan lebih cenderung menggunakan hutang untuk
meningkatkan laba dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur
modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang
ditargetkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal.
Penentuan struktur modal bukanlah sebuah ilmu pasti. Meskipun
perusahaan-perusahaan berada dalam industri yang sama, seringkali
mempunyai struktur modal yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan
struktur modal terhadap nilai perusahaan jika keputusan investasi dan
kebijakan dividen dipegang konstan. Dengan kata lain, jika perusahaan
menggantikan sebagian modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya
apakah harga saham akan berubah apabila perusahaan tidak mengubah
keputusan-keputusan keuangan lainnya. Dengan kata lain, seandainya
perubahan struktur modal tidak mengubah nilai perusahaan berarti bahwa
tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik,
tetapi kalau dengan mengubah struktur modal ternyata nilai perusahaan
berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur
modal yang akan memaksimalkan nilai perusahaan adalah struktur modal
yang terbaik (Husnan, 2004: 263).
Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa
kebijakan pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara
hutang dan ekuitas yang bertujuan untuk memaksimalkan nilai
perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer
keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari
sumber-sumber dana yang akan dipilih.
Sumber dana di dalam perusahaan dibagi ke dalam dua kategori,
yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan
depresiasi aktiva tetap sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat
diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan hutang.
Dalam menentukan kebijakan struktur modal, manajemen
berpegang pada beberapa teori, yaitu:
a. Pecking order theory.
Teori Pecking Order dalam struktur modal dijelaskan dalam empat
poin di bawah ini:
1) Perusahaan menerapkan kebijaksanaan denda untuk kesempatan
investasi.
2) Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan
dana dari dalam dulu, lainnya modal keuangan eksternal akan
dicari.
3) Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan pertama akan
memilih menerbitkan sekuritas utang. Menerbitkan sekuritas
jenis modal akan diterbitkan terakhir.
4) Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk
mendanai proyek dengan nilai sekarang positif. Pendapat
pecking order akan diikuti, ini berarti lebih menyukai utang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang berisiko, artinya pada konvertibel. Modal preferen. dan
modal biasa sebagai pilihan terakhir (Keown et. al, 2000: 57)
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan
untuk tidak perlu lagi membuka diri dari pemodal luar, kalau bisa
memperoleh sumber dana yang diperhatikan tanpa memperolehnya
dari pemodal luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana
eksternal lebih disukai dalam bentuk utang daripada modal sendiri
dengan alasan: (a) biaya emisi obligasi lebih murah daripada biaya
emisi saham baru dan (b) manajer khawatir penerbitan saham baru
akan ditafsirkan sebagai akibat buruk dari pemodal dan membuat
harga saham akan turun. Jadi, urutan sumber pendanaan dengan
mengacu pada pecking order theory adalah dana internal (fund
internal), utang (debt), dan modal sendiri (equity) (Barasa, 2009).
b. Signaling theory.
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001)
adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang
memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. Menurut Brigham dan Houston
(2001), perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan
mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk
penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang
normal.
Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh
suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa
manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila
suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering
dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena
menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang
kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan
cerah.
c. Trade off theory.
Teori trade off dari struktur modal menunjukkan bahwa hutang
bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat dikurangkan dalam
menghitung pajak (tax deducatible), tetapi hutang juga menimbulkan
biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan
potensial. Struktur modal yang optimal berada pada keseimbangan
antara manfaat pajak dari hutang dan biaya yang berkaitan dengan
kebangkrutan. Hal ini disebut juga dengan Balance Theory dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perusahaan berupaya mempertahankan struktur modal yang optimal
dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Sundjaya dan Barlian (2001) teori struktur modal
yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan
biaya dari pembiayaan dengan hutang. Manfaat terbesar dari suatu
pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan pajak yang
diperoleh dari pemerintah yang mengizinkan bahwa bunga atas
hutang dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak.
Sedangkan biaya dari hutang dihasilkan dari: (1) peningkatan
kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban hutang
yang tergantung pada tingkat risiko bisnis dan risiko keuangan, (2)
biaya agen dan pengendalian tindakan perusahaan, dan (3) biaya
yang berkaitan dengan manajer yang mempunyai informasi lebih
banyak tentang prospek perusahaan daripada investor.
Teori ini juga merupakan salah satu teori dasar dalam
pengambilan keputusan pendanaan karena teori ini menjelaskan
pembayaran bunga yang dapat dikurangkan dan perhitungan pajak
dapat meningkatkan nilai perusahaan sejalan dengan peningkatan
hutang selama posisi hutang dalam struktur modal masih berada di
bawah target struktur modal optimal. Menurut teori struktur modal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
jika posisi struktur modal telah berada di atas target struktur modal
optimal, maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan nilai
perusahaan (Barasa, 2009).
2. Kebijakan Dividen
Keuntungan yang diperoleh investasi atau pemegang saham dapat
berupa capital gains dan dividen. Capital gains adalah perolehan
keuntungan dari selisih lebih antara harga jual dengan harga beli saham,
sedangkan dividen merupakan pendapatan yang diterima pemegang
saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh
perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor artinya pada
titik tertentu para investor mengharapkan adanya pembagian laba dari
laba yang diperoleh perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa pengertian
dasar dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada
pemegang saham sehubungan dengan keuntungan atau laba yang
diperoleh perusahaan.
Menurut Hanafi (2004: 361) dividen merupakan kompensasi yang
diterima oleh pemegang saham di samping capital gain. Dividen ini
untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari
laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum
anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kebijakan pimpinan.
Menurut Hidayati (2006) tujuan dari pembagian dividen adalah
sebagai berikut:
a. Untuk memaksimalkan kemakmuran bagi para pemegang saham
karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga
saham.
b. Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya
dividen, diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan
dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak
ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor.
c. Sebagian investor memandang bahwa risiko dividen adalah lebih
rendah dibanding risiko capital gain.
d. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan
tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi.
e. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer
dan pemegang saham.
Menurut Sutrisno (2001: 304) ada beberapa bentuk dividen yang
akan dibagikan kepada pemegang saham, antara lain:
a. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian
deviden secara tunai terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Kebijakan pemberian dividen stabil.
Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan
diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu,
walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen
stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan bila laba yang
diperoleh meningkat dan peningkatannya stabil maka dividen
juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama
beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini
banyak dilakukan oleh perusahaan karena beberapa alasan,
yaitu: (a) dapat meningkatkan harga saham sebab dividen yang
stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih
kecil, (b) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan
datang, dan (c) dapat menarik investor yang memanfaatkan
dividen untuk keperluan konsumsi sebab dividen selalu
dibayarkan.
2) Kebijakan dividen meningkat.
Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen
kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat
dengan pertumbuhan yang stabil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan.
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti
besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar
laba yang diperoleh, semakin besar dividen yang dibayarkan.
Demikian pula sebaliknya, bila laba kecil, dividen yang
dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut
dividend payout ratio.
4) Kebijakan pemberian dividen reguler yang rendah ditambah
ekstra.
Kebijakan dengan cara ini perusahaan menentukan jumlah
pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil kemudian
ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya
mencapai jumlah tertentu.
b. Pembagian stock dividend.
Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah
dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen
diberikan dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan diberi
tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Pemberian stock
dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi
akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividend ini
akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan
ke pos modal saham.
c. Kebijakan stock split.
Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi
mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan bisa mengambil
kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui
stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai
nominal yang lebih kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar
saham menjadi lebih banyak maka mengakibatkan harga saham
turun. Oleh karena itu, dengan stock split harga saham menjadi lebih
murah sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu
d. Kebijakan repurchase stock.
Repurchase stock adalah pembelian kembali saham-saham
perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan keputusan pendanaan perusahaan dan juga merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan ditahan
untuk menambah modal guna pembiayaan di masa yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara pengunaan pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di
dalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan di dalam
perusahaan (Riyanto, 2001: 265). Laba yang simpan kembali atau laba
ditahan merupakan salah satu sumber dana terpenting dalam membiayai
pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen membentuk arus uang yang
semakin mengalir ke tangan pemegang saham. Ketika suatu perusahaan
memutuskan berapa jumlah uang kas yang harus dibagikan kepada para
pemegang saham maka tujuan perusahaan harus diutamakan, yaitu
memaksimalkan nilai pemegang saham sehingga rasio pembayaran
dividen (dividend payout ratio) merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan. Sedangkan jumlah dividen yang dibayarkan tergantung
dari kebijakan setiap perusahaan.
Sartono (2000) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam retained
earnings guna membiayai investasi di masa datang.
Menurut Kolb (1983) dalam Hidayati (2006) kebijakan dividen
penting karena dua alasan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
a. Pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham.
b. Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan
sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk
pertumbuhan perusahaan.
Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan yang agak
kontroversial. Agar kedua kepentingan tersebut dapat terpenuhi secara
optimal, manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati
dan teliti terhadap kebijakan dividen yang akan dipilih.
Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan dividen, yaitu:
a. Smoothing theory.
Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Lintner mengatakan bahwa
jumlah dividen tergantung pada keuntungan perusahaan sekarang
dan dividen tahun sebelumnya.
b. Dividend irrelevance theory.
Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik
terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Penganjur utama
teori ini adalah Miller dan Modigliani (MM). Teori ini menyatakan
bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan
dasarnya untuk menghasilkan laba serta risiko bisnisnya. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada
pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana
pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan
(atau pertumbuhan) (Keown et. al, 2000: 607).
c. Bird in the hand theory.
Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan merupakan hal
yang tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor
berasumsi bahwa pendapatan yang mereka harapkan melalui
perolehan modal akan berbeda besarnya dengan pendapatan yang
berasal dari dividen. Hal ini disebabkan karena dividen lebih bisa
diramalkan daripada pendapatan modal. Manajemen dapat
mengontrol dividen, tetapi tidak dapat mendikte harga saham.
Investor kurang yakin akan menerima pendapatan dari perolehan
modal daripada dari dividen. Dengan mendapatkan dividen (a bird in
the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush)
karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan
terwujud sebagai dividen di masa yang akan datang (it can fly away).
Pandangan yang mengatakan dividen lebih pasti dari pada perolehan
modal, disebut bird in the hand theory (teori burung di tangan)
(Keown et. al, 2000: 607).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d. Tax preference theory.
Adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak
terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor
lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran
pajak (Hidayati, 2006).
e. Clientele effect theory.
Teori ini diungkapkan oleh Black dan Scholes yang mengasumsikan
jika perusahaan membayar dividen, investor seharusnya
mendapatkan keuntungan dari dividen tersebut untuk menghilangkan
konsekuensi negatif dari pajak (Suherli dan Harahap, 2004) dalam
Zulkifli (2008).
Menurut Sudjana dan Barlian (2001: 387) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:
a. Faktor hukum.
1) Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen
dapat dibayar dari tahun-tahun yang lalu dan laba tahun
berjalan.
2) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal.
Melindungi para kreditur dengan melarang pembayaran dividen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang berasal dari modal, membagikan investasinya bukan
membagikan keuntungannya.
3) Peraturan mengenai tidak mampu bayar, perusahaan boleh tidak
membayar dividen jika tidak mampu (jumlah hutang lebih besar
daripada jumlah harta).
b. Posisi likuiditas.
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang
diperlukan menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun
terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin, peralatan,
persediaan, dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam
bentuk tunai.
c. Membayar pinjaman.
Perusahaan jika telah membuat keputusan untuk memperluas
usahanya atau untuk membiayai lainnya maka ia dapat melunasi
pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan
cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika
diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus
ada laba ditahan.
d. Kontrak pinjaman.
Apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.
e. Pengembangan aktiva.
Pertumbuhan perusahaan akan semakin besar kebutuhan dananya
untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Dana semakin
banyak dibutuhkan di kemudian hari, semakin banyak laba yang
harus ditahan dan dibayarkan.
f. Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam
bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik
ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain.
g. Stabilitas keuntungan.
Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat
memperkirakan keuntungan di kemudian hari maka perusahaan
seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya
dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
h. Pasar modal.
Perusahaan besar yang sudah mantap dengan profitabilitas yang
tinggi dan keuntungan teratur dengan mudah dapat masuk ke pasar
modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pembiayaannya. Perusahaan kecil yang masih baru atau agak
gegabah adalah terlalu berisiko bagi calon debitur.
i. Kendali perusahaan.
Perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern
maka pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan
atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham
biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh
golongan pemegang saham yang kini sedang berkuasa.
j. Keputusan kebijakan dividen.
Perusahaan ingin mempertahankan dividen per lembar saham pada
tingkat yang konstan tetapi naiknya dividen selalu terlambat
dibandingkan dengan naiknya keuntungan, artinya dividen itu baru
akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu
benar-benar mantap dan nampak cukup permanen.
3. Keputusan Investasi
Investasi sangat penting artinya baik di negara yang sedang
membangun maupun di negara yang sudah maju karena investasi sebagai
alat untuk memperbanyak keluaran barang dan jasa di masa yang akan
datang dan pada saat yang sama akan memperluas kesempatan kerja.
Menurut Tandelilin (2001: 3) investasi adalah komitmen atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sejumlah dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Dalam investasi penerapan konsep nilai waktu uang sangat
diperlukan. Investor lebih menyukai investasi yang akan memberikan
laba lebih awal dibandingkan dengan investasi yang laba diperoleh
kemudian. Misalnya bila kita menerima uang sejumlah lima juta rupiah
pada masa sekarang lebih berharga bila dibandingkan dengan lima juta
rupiah kita terima pada dua tahun yang akan datang. Tujuan investasi
yang dilakukan adalah untuk menghasilkan sejumlah keuntungan. Jika
investasinya dalam bentuk saham, maka keuntungan yang diterima dalam
bentuk capital gain atau dividen dan jika investasinya dalam bentuk
obligasi, maka keuntungan yang diterima dalam bentuk pendapatan
bunga.
Menurut Horngren dkk. (1998: 813) penggolongan investasi terdiri
dari:
a. Investasi jangka pendek (temporary investment).
Investasi jangka pendek sifatnya likuid, yaitu dapat dengan mudah
dicairkan menjadi bentuk kas. Penanaman investasi jangka pendek
adalah dalam bentuk surat-surat berharga yang dimiliki investor
dalam jangka waktu yang relatif pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Investasi jangka panjang (long term investment).
Investasi jangka panjang sifatnya nonlikuid, yaitu tidak dapat dengan
mudah dicairkan menjadi bentuk kas. Penanaman investasi jangka
panjang adalah dalam bentuk saham, obligasi, tanah, dan bentuk lain
yang dimiliki investor dalam jangka waktu lebih dari satu tahun dan
direncanakan dimiliki bertahun-tahun.
Menurut Kieso dan Weygant (1995: 261) investasi jangka
panjang terdiri dari:
1) Investasi dalam sekuritas seperti obligasi, saham biasa atau
wesel jangka panjang.
2) Investasi dalam harta tetap berwujud yang saat ini digunakan
dalam operasi seperti tanah yang ditahan untuk spekulasi.
3) Investasi yang disisihkan untuk dana khusus seperti dana
pelunasan, dana pensiun, atau dana perluasan pabrik, dan nilai
penyerahan kas dari asuransi jiwa.
4) Investasi dalam anak perusahaan atau afiliasi yang tidak
dikonsolidasi.
Menurut Mulyadi (1997: 284) jenis-jenis investasi terdiri dari
empat, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
a. Investasi yang tidak menghasilkan laba.
Investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau
karena syarat-syarat kontrak yang telah disetujui yang mewajibkan
perusahaan untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba
atau rugi. Misalnya karena air limbah yang telah digunakan dalam
proses produksi jika dialirkan keluar pabrik akan mengakibatkan
timbulnya pencemaran lingkungan maka pemerintah mewajibkan
perusahaan untuk memasang instalasi pembersih air limbah sebelum
air tersebut dibuah ke luar pabrik. Karena sifatnya merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan, maka jenis ini tidak
memerlukan pertimbangan ekonomis sebagai kriteria untuk
mengukur perlu tidaknya pengeluaran tersebut.
b. Investasi yang tidak dapat diukur labanya.
Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba, namun laba yang
diharapkan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit
untuk dihitung secara teliti. Sebagai contoh adalah pengeluaran biaya
promosi untuk produk jangka panjang, biaya penelitian, dan
pengembangan. Biasanya yang dipakai sebagai pedoman dalam
mempertimbangkan jenis investasi ini adalah persentase tertentu dari
hasil penjualan (untuk biaya promosi produk) dan persentase tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dari laba bersih perusahaan (untuk biaya penelitian dan
pengembangan).
c. Investasi dalam penggantian mesin dan peralatan.
Investasi meliputi penggantian mesin dan peralatan yang ada. Dalam
pemakaian mesin dan peralatan pada suatu saat akan terjadi biaya
operasi mesin dan peralatan menjadi lebih besar dibandingkan biaya
operasi jika mesin dan peralatan tersebut diganti dengan yang baru
atau produktifitasnya tidak mampu memenuhi kebutuhan.
d. Investasi dalam perluasan usaha.
Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah
kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya.
Untuk memutuskan jenis investasi ini yang perlu dipertimbangkan
adalah apakah aktiva yang diperlukan untuk perluasan usaha
diperkirakan akan menghasilkan laba yang jumlahnya memadai.
Keputusan investasi yang dibuat oleh manajemen adalah suatu
tindakan manajemen untuk menentukan penggunaan sumber dana di
dalam perusahaan untuk jangka waktu yang dikehendaki dengan harapan
akan memperoleh keuntungan selama jangka waktu tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Investasi selalu berhadapan dengan risiko ketidakpastian karena
pengeluaran dilakukan pada saat sekarang tetapi manfaatnya akan
diterima dalam waktu yang akan datang. Masa yang akan datang
menghadapi berbagai perubahan seperti perubahan nilai tukar rupiah,
tingkat inflasi, tingkat bunga, kondisi politik, sosial, dan keamanan.
Semakin besar ketidaktahuan akan laju perubahan mengenai faktor itu di
masa yang akan datang akan menyebab semakin besarnya risiko yang
dihadapi. Oleh karena itu, investasi memerlukan studi kelayakan sebelum
dilaksanakan. Studi kelayakan investasi harus dilakukan untuk semua
aspek yang terkait sehingga keputusan investasi yang dibuat didukung
oleh kelayakan dari semua aspek yang terkait.
Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang
berkesinambungan. Menurut Tandelilin (2001: 8) proses keputusan
investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus
sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Tahap-tahapannya
adalah
a. Penentuan tujuan investasi.
Yaitu menentukan tujuan investasi yang akan dilakukan. Tujuan
investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung
investor yang membuat keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Penentuan kebijakan investasi.
Tahap ini dimulai dari penentuan keputusan alokasi aset. Keputusan
ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai
kelas-kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, dan real estate).
Investor juga harus memperhatikan berbagai batasan yang
mempengaruhi kebijakan investasi seperti seberapa besar dana yang
dimiliki dan porsi pendistribusian dana tersebut serta beban pajak
yang harus ditanggung.
c. Pemilihan strategi portofolio.
Strategi portofolio yang dipilih harus sesuai dengan dua tahap
sebelumnya. Strategi portofolio ada dua yaitu strategi aktif meliputi
kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik peramalan
secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik dan
strategi portofolio pasif meliputi aktivitas pada portofolio yang
seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsi strategi pasif adalah
bahwa semua informasi tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan
pada harga saham.
d. Pemilihan aset.
Adalah pemilihan aset yang memerlukan pengevaluasian setiap
sekuritas yang ingin di masukkan dalam portofolio yang efisien yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
portofolio yang menawarkan return yang tertinggi dengan tingkat
risiko tertentu atau sebaliknya menawarkan return tertentu dengan
tingkat risiko terendah.
e. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
Merupakan tahap paling akhir dari proses keputusan investasi.
Setelah tahap ini dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik maka
proses keputusan investasi harus dimulai dari tahap pertama.
Menurut Mulyadi (1997: 292) metode penilaian investasi terdiri
dari:
a. Pay back.
Dalam metode ini faktor yang menentukan penerimaan atau
penolakan suatu investasi adalah jangka waktu yang diperlukan
untuk menutup kembali investasi dan setiap usulan investasi dinilai
berdasarkan apakah dalam jangka waktu tertentu yang diinginkan
oleh manajemen, jumlah kas masuk bersih atau rata-rata pertahun
yang diperoleh dari investasi dapat menutup investasi yang
direncanakan. Investasi yang diterima adalah investasi jangka
pengembaliannya paling cepat.
b. Average return on investment.
Metode ini sering disebut accounting method karena dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
perhitungannya digunakan angka laba akuntansi. Dalam metode ini
investasi yang diterima adalah investasi yang memberikan tingkat
pengembalian paling besar.
c. Present value.
Metode ini telah memperhitungkan nilai waktu uang sehingga
menurut metode ini investasi akan diterima apabila jumlah nilai tunai
aliran kas masuk bersih dari investasi melebihi nilai tunai investasi
mula-mula tanpa mempertimbangkan lagi berapa jumlah kelebihan
nilai tunai aliran kas masuk bersih tersebut di atas investasi mula-
mula.
d. Discounted cash flows.
Metode ini sama dengan metode present value karena sama-sama
memperhitungkan nilai waktu uang di masa yang akan datang.
Perbedaannya bahwa pada metode present value, tarif kembalian
sudah ditentukan tetapi dalam metode discounted cash flow justru
mencari pada tarif kembalian berapa aliran kas masuk bersih harus
dinilai tunai agar investasi yang ditanamkan dapat tertutupi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
C. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap
tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada tahun t
yang tercermin pada harga saham tahun t+1 (Sujoko dan Soebiantoro, 2007)
dalam Barasa (2009). Nilai perusahaan mencerminkan persepsi investor
tentang kinerja perusahaan pada waktu yang lain dan prospek masa depannya.
Ukuran nilai perusahaan dapat dibentuk melalui dua pendekatan, yaitu
pendekatan ekuitas dan pendekatan aktiva. Menurut pendekatan ekuitas, nilai
perusahaan adalah nilai pasar ekuitas, yaitu jumlah ekuitas yang beredar
dikali dengan harga pasar pada setiap akhir tahun buku. Indikator dan
variabel nilai perusahaan menurut pendekatan ekuitas adalah Market Value of
Equity (MVE). Menurut pendekatan aktiva nilai perusahaan adalah nilai pasar
aktiva, yaitu nilai pasar ekuitas ditambah dengan jumlah hutang. Indikator
dari variabel nilai perusahaan menurut pendekatan aktiva adalah Market to
Book Asset Ratio (MBR), yaitu nilai pasar aktiva dibagi dengan nilai buku
aktiva (Barasa, 2009).
Nilai perusahaan mencerminkan kemampuan manajemen pendanaan
dalam menentukan target struktur modal (aktivitas pendanaan), kemampuan
manajemen investasi dalam mengefektifkan penggunaan aktiva (aktivitas
investasi), dan kemampuan manajemen operasi dalam mengefisienkan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
produksi dan distribusi (aktivitas operasi) perusahaan.
Perusahaan yang go public dapat diukur nilainya dengan melihat harga
sahamnya, misalkan sebuah perusahaan menjual 100% sahamnya di pasar
modal maka nilai perusahaan adalah sebesar kapitalisasi saham yang beredar,
tentunya dengan asumsi pasar modal yang efisien. Apabila harga pasar saham
meningkat, berarti nilai perusahaan juga meningkat. Ini dapat dicapai dengan
pengoptimalan kinerja perusahaan. Semua usaha itu akan tercermin dari
pengembalian kepada pemegang saham dan harga saham yang semakin
tinggi.
D. Struktur Kepemilikan dan Keputusan Keuangan
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol
eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost, sehingga
perusahaan akan menggunakan dividen yang rendah. Dengan adanya kontrol
yang ketat, menyebabkan manajer menggunakan utang pada tingkat rendah
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan risiko
kebangkrutan (Crutcley, 1999). Kim dan Sorenson (1986) mengemukakan
demand dan supply hypothesis. Demand hypothesis menjelaskan bahwa
perusahaan yang dikuasai oleh insider menggunakan hutang dalam jumlah
besar untuk mendanai perusahaan. Dengan kepemilikan besar, pihak insider
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
ingin mempertahankan efektivitas kontrol terhadap perusahaan. Supply
hipothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang dikontrol oleh insider
memiliki debt agency cost kecil sehingga meningkatkan penggunaan utang.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), penggunaan utang mengurangi
kebutuhan ekuitas eksternal dan meningkatkan proporsi kepemilikan
manajerial. Penggunaan utang yang berlebihan akan meningkatkan
bankruptcy cost sehingga mengurangi minat manajer untuk menambah
kepemilikan (Friend dan Lang, 1988) Bird in the hand theory memandang
bahwa dividen tinggi adalah yang terbaik, karena investor lebih lebih suka
kepastian tentang return investasinya serta mengantisipasi risiko
ketidakpastian tentang kebangkrutan perusahaan (Gordon dalam Brigham
dan Gapenski, 1996: 438). Rozeff (1982) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan pada
pemegang saham rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan manajer
memiliki harapan investasi dimasa yang akan datang yang dibiayai dari
sumber internal. Sebaliknya jika pemegang saham lebih menyukai dividen
yang tinggi, maka menimbulkan perbedaan kepentingan, sehingga diperlukan
peningkatan dividen.
Crutchly (1999) menyatakan bahwa pengaruh kepemilikan
institusional terhadap dividen adalah negatif. Semakin tinggi kepemilikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan
mengurangi biaya keagenan, sehingga perusahaan akan cenderung untuk
menggunakan dividen yang rendah.
E. Struktur Kepemilikan dan Nilai Perusahaan
Fuerst dan Kang (2000) menemukan hubungan yang positif antara
insider ownership dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja
perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi
alat monitoring yang efektif (Slovin dan Sushka, 1993). Hubungan antara
analysts coverage yang merupakan external monitoring function dan
Tobins’Q sebagai proksi nilai perusahaan adalah positif dan signifikan (Chen
dan Steiner, 2000).
F. Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham,
sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi
memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang
akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai
perusahaan (signaling theory).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau
adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif
oleh pasar (Brigham et al, 1999).
Peningkatan dividen dilakukan untuk memperkuat posisi perusahaaan
dalam mencari tambahan dana dari pasar modal dan perbankan. Dividen
mengandung informasi atau sebagai isyarat (signal) akan prospek perusahaan
(Rozeff, 1982).
Pendapat Roseff didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Asquith dan Mullins (1983), bahwa pengumuman meningkatnya dividen
telah meningkatkan return saham, dan dapat digunakan untuk menangkal isu-
isu yang tidak diharapkan perusahaan di masa mendatang. Masulis (1980)
melakukan penelitian dalam kaitannya dengan relevansi keputusan
pendanaan, menemukan bahwa sehari sebelum dan sesudah pengumuman
peningkatan proporsi hutang terdapat kenaikan abnormal return, sebaliknya
pada saat perusahaan mengumumkan penurunan proporsi hutang
berpengaruh kepada penurunan abnormal return.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
G. Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut:
H1. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Keputusan
Pendanaan (DER)
H2. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Keputusan
Pendanaan (DER)
H3. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Keputusan
Investasi (INV)
H4. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Keputusan
Investasi (INV)
H5. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Kebijakan
Dividen (DPR)
Manegerial
Ownership (ξ1)
Institutional
Ownership (ξ2)
Keputusan Investasi
(η1)
Keputusan
Pendanaan (η2)
Kebijakan Deviden
(η3)
Nilai Perusahaan
(MVE dan PC)
(η4 dan η5)
ζ1
ζ3
ζ4
ζ2
ζ5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
H6. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Kebijakan
Dividen (DPR)
H7. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Nilai
Perusahaan (MVE)
H8. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Nilai
Perusahaan (MVE) (H8)
H9. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Nilai
Perusahaan (CP)
H10. Terdapat Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Nilai
Perusahaan (CP)
H11. Terdapat Pengaruh Keputusan Pendanaan (DER) terhadap Nilai
Perusahaan (MVE)
H12. Terdapat Pengaruh Keputusan Pendanaan (DER) terhadap Nilai
perusahaan (CP)
H13. Terdapat Pengaruh Keputusan Investasi (INV) terhadap Nilai Perusahaan
(MVE)
H14. Terdapat Pengaruh Keputusan Investasi (INV) terhadap Nilai Perusahaan
(CP)
H15. Terdapat Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai Perusahaan
(MVE)
H16. Terdapat Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai Perusahaan
(CP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Metode yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hypotesis testing empirical study, yaitu menguji hipotesis dari studi empiris
yang pernah dilakukan, sehingga dapat dijelaskan temuan, baik yang
konsisten maupun yang tidak konsisten dari hasil temuan-temuan empirik,
terutama yang berkaitan dengan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
tidak bebasnya dan menggunakan menggunakan Metode Survei Penjelasan
(Explanatory Survey Method). Dilihat dari aspek metode pengumpulan
datanya, rancangan penelitian ini adalah penelitian pengamatan
(observasional), sebab sifat data berupa bahan yang hanya dapat diobservasi
dan tanpa berusaha mendapatkan tanggapan dari pihak lain, sebab data
penelitian ini peristiwa yang sudah terjadi pada waktu yang lalu. Dilihat dari
aspek kemampuan manipulasi variabel, rancangan penelitian ini adalah
penelitian ex post facto, sebab data penelitian berasal dari perusahaan
industri manufaktur apa adanya tanpa dimanipulasi.
Dilihat dari aspek tujuan penelitian, rancangan penelitian ini adalah
studi kausal, sebab tujuan penelitian berusaha menjelaskan hubungan sebab-
akibat dalam bentuk pengaruh antara variabel melalui pengujian hipotesis.
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Kaidah utama hubungan kausal adalah hubungan sebab-akibat, yaitu: A
menghasilkan B, atau A menyebabkan B. Proses kejadiannya, A terjadi
sebelum B terjadi (time sequence), atau A terjadi kemudian selang waktu
tertentu B kemudian terjadi (lack period), maka bentuk desain penelitian
empiris ini ditetapkan adalah non-eksperimental atau ex post facto, yang
dibagi atas dua bentuk: (1) Studi irisan-melintang (cross sectional), dan (2).
Studi korelasional.
B. Pemilihan Sampel dan Data
Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan
untuk membuat beberapa kesimpulan (Cooper dan Schindler, 2003: 179).
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2009. Menurut
informasi yang diperoleh dari ”Indonesia Capital Market Directory 2005-
2009,” perusahaan industri manufaktur merupakan jumlah perusahaan
terbanyak terdaftar di BEI, yaitu sebanyak 165 perusahaan.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006: 117). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006:61).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Beberapa pertimbangan yang ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada periode pengamatan, yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2009.
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan pada periode
pengamatan, yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
3. Perusahaan tersebut tahun bukunya berakhir pada 31 Desember.
4. Perusahaan tersebut menerbitkan data mengenai kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional pada periode pengamatan, yaitu dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2009.
Tabel III.1
Proses Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah 1 2 3 4
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan pada periode pengamatan Perusahaan yang tahun bukunya tidak berakhir pada 31 Desember Perusahaan yang tidak memiliki data mengenai kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
165
(26)
(3)
(93)
Jumlah sampel final 43
Berdasarkan kriteria penarikan sampel yang telah dilakukan, terdapat
43 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini. Oleh karena
periode penelitian ini selama lima tahun, yaitu dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009, maka diperoleh data observasi sebanyak 215 (43 x 5 = 215).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Daftar perusahaan sampel dapat dilihat pada tabel III.2 berikut ini:
Tabel III.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Nama Emiten Kode
1 Gudang Garam Tbk GGRM 2 Panasia Indosyntec Tbk HDTX 3 Sunson Textile Manufacture Tbk SSTM 4 Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM 5 Barito Pacific Timber Tbk BRPT 6 Sorini Corporation Tbk SOBI 7 Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS 8 Aneka Kemasindo Utama Tbk AKKU 9 Asiaplast Industries Tbk APLI 10 Berlina Tbk BRNA 11 Dynaplast Tbk DYNA 12 Langgeng Makmur Plastik Industry Tbk LMPI 13 Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI 14 Citra Tubindo Tbk CTBN 15 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk JKSW 16 Jaya Pari Steel Tbk JPRS 17 Lion Mesh Prima Tbk LMSH 18 Lion Metal Works Tbk LION 19 Kedaung Indah Can Tbk KICI 20 Intikeramik Alamasri Industry Tbk IKAI 21 Sumi Indo Kabel Tbk IKBI 22 Astra Otoparts Tbk AUTO 23 Branta Mulia Tbk BRAM 24 Prima Alloy Stell Tbk PRAS 25 Allbond Makmur Usaha Tbk SQMI 26 Tempo Scan Pacific Tbk TSPC 27 Mandom Indonesia Tbk TCID 28 Siantar TOP Tbk STTP 29 Selamat Sempurna Tbk SMSM 30 Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN 31 Pelangi Indah Canindo Tbk PICO 32 Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF 33 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 34 Indofarma (Persero) Tbk INAF 35 Gajah Tunggal Tbk GJLT 36 Enterindo Wahatama Tbk ETWA 37 Lautan Luas Tbk LTLS 38 Metrodata Electronics Tbk MTDL 39 Perdana Bangun Pusaka Tbk KONI 40 Intraco Penta Tbk INTA 41 Tunas Baru Lampung Tbk TBLA 42 Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA 43 Voksel Electric Tbk VOKS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Ferdinand (2002) memberikan pedoman ukuran sampel yang
diambil (untuk penerapan statistik parametrik AMOS), yaitu:
a. 200-500 sampel untuk teknik Generalized Least Square.
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
c. Tergantung pada jumlah indicator yang digunakan dalam seluruh
variable laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.
d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik
estimasi.
Sedangkan apabila syarat kecukupan sampel dan distribusi data
tidak terpenuhi maka pengujian akan dilanjutkan menggunakan alat
analisis statistik SEM non parametrik yaitu menggunakan PLS.
C. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Variabel dalam penelitian ini adalah
1. Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono, 2006: 33). Yang termasuk variabel independen
dalam penelitian ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
a. Managerial Ownership (MOW)
Managerial ownership adalah tingkat kepemilikan saham pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan,
diukur oleh proporsi saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun
yang dinyatakan dalam % (Haruman, 2008). Rumus yang digunakan
untuk managerial ownership menggunakan rumus sebagai berikut
(Haruman, 2008):
MOW = Persentase kepemilikan saham oleh manajerial perusahaan
b. Institutional Ownership (INS)
Institutional ownership adalah Tingkat kepemilikan saham
institusional dalam perusahaan, diukur oleh proporsi saham yang
dimiliki institusional pada akhir tahun yang dinyatakan dalam %
(Haruman, 2008). Rumus yang digunakan untuk institutional
ownership menggunakan rumus sebagai berikut (Haruman, 2008):
INS = Persentase kepemilikan saham oleh institusi
2. Variabel intervening (mediasi) adalah sebagai variabel yang secara
teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan
variabel independen dengan dependen tetapi tidak dapat diamati dan
diukur (Sugiyono, 2006: 33). Yang termasuk variabel mediasi dalam
penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
a. Keputusan Pendanaan (DER)
Debt to equity ratio (DER) adalah Rasio untuk menentukan
pembelanjaan atas aktiva dan sekaligus menggambarkan kebijakan
hutang (Haruman, 2008). Rumus yang digunakan untuk debt to
equity ratio menggunakan rumus sebagai berikut (Haruman, 2008):
DER =
b. Keputusan Investasi (INV)
Investasi adalah pertumbuhan total assets perusahaan dari tahun ke
tahun yang menunjukkan perkembangan investasi perusahaan
(Haruman, 2008). Rumus yang digunakan untuk keputusan investasi
menggunakan rumus sebagai berikut (Haruman, 2008):
Keputusan investasi =
c. Kebijakan Dividen (DPR)
Dividend payout ratio (DPR) adalah rasio pendistribusian laba yang
dibagikan kepada pemegang saham (Haruman, 2008). Rumus yang
digunakan untuk dividend payout ratio menggunakan rumus sebagai
berikut (Haruman, 2008):
DPR =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006: 33). Yang
termasuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah
a. Nilai Perusahaan
1) Market Value of Equity (MVE)
Market Value of Equity (MVE) adalah total nilai pasar ekuitas
perusahaan menurut penilaian para pelaku pasar (Haruman,
2008). Rumus yang digunakan untuk market value of equity
menggunakan rumus sebagai berikut (Haruman, 2008):
MVE =
2) Closing Price (CP)
Closing price (CP) adalah harga penutupan saham pada akhir
periode (tahunan) (Haruman, 2008).
D. Metode Analisis
Analisis SEM memungkinkan perhitungan estimasi seperangkat
persamaan regresi yang simultan, berganda dan saling berhubungan.
Karakteristik penggunaan model ini: (1) untuk mengestimasi hubungan
dependen ganda yang saling berkaitan, (2) kemampuannya untuk
memunculkan konsep yang tidak teramati dalam hubungan serta dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
menentukan kesalahan pengukuran dalam proses estimasi, dan (3)
kemampuannya untuk mengakomodasi seperangkat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen serta mengungkap variabel laten
(Ghozali, 2005).
Analisis stuctural equation model bertujuan untuk mengestimasi
beberapa persamaan regresi terpisah akan tetapi masing masing mempunyai
hubungan simultan atau bersamaan. Dalam analisis ini dimungkinkan
terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel ini dimungkinkan
menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lainnya.
Merancang Model
Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan hipotesis diatas maka
dapat dibuat model dalam bentuk persamaan dan diagram jalur sebagai
berikut:
η1 = γ1 ξ1 + γ2 ξ2 + ζ1………………………………………………………… (1)
η2 = γ3 ξ1 + γ4 ξ2 + ζ2………………………………………………………… (2)
η3 = γ5 ξ1 + γ6 ξ2 + ζ3………………………………………………………… (3)
η4 = γ7 ξ1 + γ8 ξ2 + β1η1 + β2η2 + β3η3+ ζ4……………………….. (4)
η5 = γ9 ξ1 + γ10 ξ2 + β4η1 + β5η2 + β6η3+ ζ5……………………….. (5)
Di mana:
ξ1 : Kepemilikan Manajerial (Managerial ownership)
ξ2 : Kepemilikan Institusional (Institutional ownership)
η1 : Keputusan Investasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
η2 : Keputusan Pendanaan
η3 : Kebijakan Dividen
η4 : Nilai perusahaan berdasarkan Market Value of Equity
η5 : Nilai perusahaan berdasarkan Closing Price
γ1,…10 : Hubungan eksogen terhadap endogen
β1,…6 : Hubungan endogen terhadap endogen
ζ1,…5 : Measurement error persamaan struktural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pengujian dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat untuk dilakukan
menggunakan alat uji statistik parametrik (menggunakan bantuan software/
program AMOS 16) dikarena pengujian asumsi SEM tidak terpenuhi karena data
tidak terdistribusi normal dan mengalami outlier (hasil pengujian dapat di lihat
pada lampiran hasil analisis), sehingga pengujian dalam penelitian ini
menggunakan statistik SEM non-parametrik, yaitu menggunakan bantuan
program PLS atau lebih tepatnya V-PLS (Visual-Partial Least Square).
A. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, mode, maksimum,
dan minimum.
Tabel IV.1
Statistik Deskriptif
Variabel Mean Median Mode Std.
Deviation Minimum Maximum
INS 0,6867 0,7178 .51 0,17061 0,1293 0,9565 MOW 0,0339 0,0124 .00 0,05576 0,0001 0,2561 DER 1,1904 0,9826 1.70 1,22032 -5,1658 5,7838 INV 0,1037 0,0450 .00 0,63212 -0,9991 8,7244 DPR 0,1657 0,00 .00 0,24736 0,00 1,5738 MVE 0,9808 0,8116 -7.57 1,04942 -7,5730 4,4719 CP 6,1036 5,9915 5.99 1,42500 3,4012 10,3417
Sumber: data sekunder diolah, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dari tabel IV.1 diketahui nilai rata-rata kepemilikan institusional (INS)
sebesar 0,6867 atau 68,67%, dengan kepemilikan institusional paling rendah
sebesar 0,1293 atau 12,93% yang dimiliki oleh perusahaan Metrodata
Electronics Tbk. (MTDL) (untuk tahun 2007, 2008, dan 2009) serta
kepemilikan institusional paling tinggi sebesar 0,9565 atau 95,65% yang
dimiliki oleh perusahaan Astra Otoparts Tbk. (AUTO) untuk tahun 2009.
Nilai rata-rata kepemilikan manajerial (MOW) adalah 0,0339 atau 3,39%,
dengan kepemilikan manajerial paling rendah adalah sebesar 0,0001 atau
0,01% yang dimiliki oleh perusahaan Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA)
(untuk tahun 2005, 2006, 2007, dan 2008) dan perusahaan Langgeng Makmur
Plastik Industry Tbk. (LMPI) (untuk tahun 2008 dan 2009) serta kepemilikan
manajerial paling tinggi sebesar 0,2561 atau 25,61% yang dimiliki oleh
perusahaan Lion Mesh Prima Tbk. (LMSH) untuk tahun 2005 dan 2009.
Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 1,19, dengan Debt
to Equity Ratio paling rendah sebesar -5,17 yang dimiliki oleh perusahaan
Surya Intrindo Makmur Tbk. (SIMM) untuk tahun 2008 dan Debt to Equity
Ratio paling tinggi sebesar 5,78 yang dimiliki oleh perusahaan Intikeramik
Alamasri Industri Tbk. (IKAI) untuk tahun 2005. Nilai rata-rata investasi
(INV) sebesar 0,1037 atau 10,37%, dengan investasi paling rendah sebesar -
0,9991 atau -99,91% yang dimiliki oleh perusahaan Allbond Makmur Usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tbk. (SQMI) untuk tahun 2005 dan investasi paling tinggi sebesar 8,7244
atau 872,44% yang dimiliki oleh perusahaan Barito Pacific Timber Tbk.
(BRPT) untuk tahun 2007. Nilai rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR)
sebesar 0,1657 atau 16,57% dengan nilai minimum sebesar 0 dan nilai
maksimum sebesar 1,5738 atau 157,38% yang dimiliki oleh perusahaan
Selamat Sempurna Tbk. (SMSM) untuk tahun 2008.
Nilai rata-rata variabel Market Value of Equity (MVE) sebesar 0,9808
dengan dengan Market Value of Equity paling rendah sebesar -7,5730 yang
dimiliki oleh perusahaan Surya Intrindo Makmur Tbk. (SIMM) untuk tahun
2008 dan Market Value of Equity paling tinggi sebesar 4,4719 yang dimiliki
oleh perusahaan Surya Intrindo Makmur Tbk. (SIMM) untuk tahun 2007.
Nilai rata-rata variabel Closing Price (CP) sebesar 6,1036 atau Rp. 1483,5721
dengan Closing Price paling rendah sebesar 3,4012 atau Rp. 40,00 yang
dimiliki oleh perusahaan Asiaplast Industries Tbk. (APLI) untuk tahun 2005
dan Closing Price paling tinggi sebesar 10,3417 atau Rp. 31.000,00 yang
dimiliki oleh perusahaan Citra Tubindo Tbk. (CTBN) untuk tahun 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis Data
a. Uji Inner Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk
melihat hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square
dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan
menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Q-
square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari
koefisien parameter jalur struktural.
Tabel IV.2
Nilai R-Square
Variabel R-Square Keputusan pendanaan (DER) 0,001 Keputusan investasi (INV) 0,005 Kebijakan deviden (DPR) 0,001 Market value of equity (MVE) 0,194 Closing price (CP) 0,241
Sumber: data sekunder diolah, 2011
Nilai R-square menjelaskan seberapa besar kemampuan
variabel independen menjelaskan variabel dependen. Tabel IV.2
menunjukkan bahwa keputusan pendanaan (DER) memiliki nilai
R-square sebesar 0,001, yang berarti managerial ownership (MOW)
dan institutional ownership (INS) dapat menjelaskan variasi
keputusan pendanaan (DER) sebesar 0,1%, sedangkan sisanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sebesar 99,9% dijelaskan oleh variabel yang tidak diteliti (di luar
model tersebut). Keputusan investasi (INV) memiliki nilai R-square
sebesar 0,005, yang berarti managerial ownership (MOW) dan
institutional ownership (INS) dapat menjelaskan variasi keputusan
investasi (INV) sebesar 0,5% sedangkan sisanya sebesar 99,5%
dijelaskan oleh variabel yang tidak diteliti (di luar model tersebut).
Kebijakan dividen (DPR) memiliki nilai R-square sebesar 0,001,
yang berarti managerial ownership (MOWN) dan institutional
ownership (INS) dapat menjelaskan variasi kebijakan dividen (DPR)
sebesar 0,1% sedangkan sisanya sebesar 99,9% dijelaskan oleh
variabel yang tidak diteliti (di luar model tersebut).
Market value of equity (MVE) memiliki nilai R-square
sebesar 0,194, yang berarti managerial ownership, institutional
ownership, keputusan pendanaan (DER), keputusan investasi (INV),
dan kebijakan dividen (DPR) dapat menjelaskan variasi market value
of equity (MVE) sebesar 19,4% sedangkan sisanya sebesar 80,6%
dijelaskan oleh variabel yang tidak diteliti (di luar model tersebut).
Closing price (CP) memiliki nilai R-square sebesar 0,241, yang
berarti managerial ownership (MOW), institutional ownership
(INS), keputusan pendanaan (DER), keputusan investasi (INV), dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kebijakan dividen (DPR) dapat menjelaskan variasi closing price
(CP) sebesar 24,1% sedangkan sisanya sebesar 75,9% dijelaskan
oleh variabel yang tidak diteliti (di luar model tersebut).
Analisis kausalitas dilakukan guna mengetahui hubungan
antar variabel. Pada penelitian ini diharapan dengan adanya
pengujian kausalitas dapat mengetahui pengaruh yang terjadi antara
managerial ownership, Intitutional ownership, debt to equity ratio,
investasi, devidend payout ratio, market value of equity, dan closing
price.
Hasil pengujian model struktural menggunakan bantuan
program PLS dapat di lihat pada gambar model berikut ini:
DER
DPR
MVE
CP
INV
INS
-0,004 0,3660*
MOW -0,1150*
0,428**
-0,1140*
0,1170* 0,044
0,021
0,183**
0,170**
0,089
0,036
-0,071
-0,007 -0,0170
0,0210
Garis hubungan antar variabel memiliki pengaruh yang signifikan
Garis hubungan antar variabel memiliki pengaruh yang tidak signifikan
* : Berpengaruh pada level signifikansi 0,05 (5%)
** : Berpengaruh pada level signifikansi 0,01 (1%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Keterangan:
Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi
mengenai hubungan antar variabel-variabel penelitian. Dalam konteks ini,
batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah di atas
1,96 untuk p < 0,05 dan 2,58 untuk p < 0,01.
Tabel IV.3
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel Entire Sample
Estimate Standard
Error T-Statistic Keputusan
MOW => DER 0,0210 0,0484 0,4336 H1 ditolak
INS => DER -0,0040 0,0438 -0,0913 H2 ditolak
MOW => INV -0,0710 0,0388 -1,8287 H3 ditolak
INS => INV -0,0070 0,0345 -0,2029 H4 ditolak
MOW => DPR 0,0360 0,0545 0,6604 H5 ditolak
INS => DPR 0,0170 0,0349 0,4876 H6 ditolak
MOW => MVE -0,1150 0,0475 -2,4229* H7 diterima
INS => MVE 0,0210 0,0384 0,5476 H8 ditolak
MOW => CP 0,0890 0,0517 1,7201 H9 ditolak
INS => CP 0,0440 0,0477 0,9233 H10 ditolak
DER => MVE 0,3660 0,1270 2,8824** H11 diterima
DER => CP -0,1140 0,0534 -2,1343* H12 diterima
INV => MVE 0,1170 0,0512 2,2845* H13 diterima
INV => CP 0,1700 0,0435 3,9070** H14 diterima
DPR => MVE 0,1830 0,0540 3,3902** H15 diterima
DPR => CP 0,4280 0,0667 6,4184** H16 diterima
Keterangan: * signifikan pada p < 0.05 dan ** signifikan pada p < 0.01
Sumber: data sekunder diolah, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel IV.3 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
(MOW) tidak berpengaruh terhadap keputusan pendanaan (DER)
dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 0,4336 dan nilai estimasi
sebesar 0,0210. Kepemilikan institusional (INS) tidak berpengaruh
terhadap keputusan pendanaan (DER) dengan perolehan nilai
t-statistik sebesar -0,0913 dan nilai estimasi sebesar -0,0040.
Kepemilikan manajerial (MOW) tidak berpengaruh terhadap
keputusan investasi (INV) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar
-1,8287 dan nilai estimasi sebesar -0,0710. Kepemilikan institusional
(INS) tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi (INV) dengan
perolehan nilai t-statistik sebesar -0,2029 dan nilai estimasi sebesar
-0,0070.
Kepemilikan manajerial (MOW) tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen (DPR) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar
0,6604 dan nilai estimasi sebesar 0,0360. Kepemilikan institusional
(INS) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR) dengan
perolehan nilai t-statistik sebesar 0,4876 dan nilai estimasi sebesar
0,0170.
Kepemilikan manajerial (MOW) berpengaruh signifikan
negatif terhadap nilai perusahaan (MVE) dengan perolehan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
t-statistik sebesar -2,4229 dan nilai estimasi sebesar -0,1150, artinya
setiap peningkatan kepemilikan manajerial (MOW) maka akan
menurunkan nilai perusahaan (MVE) sebesar 0,1150 dengan asumsi
variabel lain tetap. Kepemilikan institusional (INS) tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (MVE) dengan perolehan
nilai t-statistik sebesar 0,5476 dan nilai estimasi sebesar 0,0210.
Kepemilikan manajerial (MOW) berpengaruh signifikan
negatif terhadap nilai perusahaan (CP) dengan perolehan nilai
t-statistik sebesar 1,7201 dan nilai estimasi sebesar 0,0890.
Kepemilikan institusional (INS) tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (CP) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 0,9233
dan nilai estimasi sebesar 0,0440.
Keputusan pendanaan (DER) berpengaruh signifikan positif
terhadap nilai perusahaan (MVE) dengan perolehan nilai t-statistik
sebesar 2,8824 dan nilai estimasi sebesar 0,3660, artinya setiap
peningkatan keputusan pendanaan (DER) maka akan menaikkan
nilai perusahaan (MVE) sebesar 0,3660 dengan asumsi variabel lain
tetap. Keputusan pendanaan (DER) berpengaruh signifikan negatif
terhadap nilai perusahaan (CP) dengan perolehan nilai t-statistik
sebesar -2,1343 dan nilai estimasi sebesar -0,1140, artinya setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
peningkatan keputusan pendanaan (DER) maka akan menurunkan
nilai perusahaan (CP) sebesar 0,1140 dengan asumsi variabel lain
tetap.
Tabel IV.3 menunjukkan bahwa keputusan investasi (INV)
berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan (MVE)
dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 2,2845 dan nilai estimasi
sebesar 0,1170, artinya setiap peningkatan keputusan investasi (INV)
maka akan menaikkan nilai perusahaan (MVE) sebesar 0,1170
dengan asumsi variabel lain tetap. Keputusan investasi (INV)
berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan (CP)
dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 3,9070 dan nilai estimasi
sebesar 0,1700, artinya setiap peningkatan keputusan investasi (INV)
maka akan menaikkan nilai perusahaan (MVE) sebesar 0,1700
dengan asumsi variabel lain tetap.
Kebijakan dividen (DPR) berpengaruh signifikan positif
terhadap nilai perusahaan (MVE) dengan perolehan nilai t-statistik
sebesar 3,3902 dan nilai estimasi sebesar 0,1830, artinya setiap
peningkatan kebijakan dividen (DPR) maka akan menaikkan nilai
perusahaan (MVE) sebesar 0,1830 dengan asumsi variabel lain tetap.
Kebijakan dividen (DPR) berpengaruh signifikan positif terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
nilai perusahaan (CP) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar
6,4184 dan nilai estimasi sebesar 0,4280, artinya setiap peningkatan
keputusan investasi (INV) maka akan menaikkan nilai perusahaan
(MVE) sebesar 0,4280 dengan asumsi variabel lain tetap.
2. Pembahasan
a. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan Keuangan
Gambar Path Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan
Keuangan
1) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Keputusan
Pendanaan (DER) (H1)
Kepemilikan manajerial (MOW) tidak berpengaruh
terhadap keputusan pendanaan (DER). Hasil penelitian ini
menolak hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan
MOW
INS
DER
DPR
INV
ζ1
ζ3
ζ2
H1
H5
H2
H6
H4
H3
0.021
-0.071
0.0361
-0.004 -0.007
0.170
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
manajerial (MOW) berpengaruh terhadap keputusan pendanaan
(DER). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Sujoko dan Soebiantoro (2007) dan Yoga (2010) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap keputusan pendanaan.
Di sisi lain, hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian
Putri dan Nasir (2006) dan Haruman (2008). Hasil penelitian
Putri dan Nasir (2006) menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang. Tingginya kepemilikan manajerial
semakin memungkinkan tindakan oportunis manajer sehingga
meresahkan shareholders. Pengunaan hutang dapat menjadi
solusi atas permasalahan ini. Penggunaan hutang akan
meningkatkan monitoring dari bondholders dan membuat
shareholders lebih tenang karena pembiayaan investasi tidak
menggunakan dananya sehingga mengurangi risiko dari
shareholders. Penelitian Haruman (2008) menemukan adanya
pengaruh positif struktur kepemilikan manajerial (managerial
ownership) terhadap debt to equity ratio (DER). Hal ini
menunjukkan bahwa para pemilik managerial lebih memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sumber pendanaan dari luar perusahaan walaupun memiliki
risiko yang tinggi. Karena keterbatasan modal yang dimiliki
perusahaan, managerial ownership akan memilih sumber
pembiayaan yang paling mudah, yaitu dengan menggunakan
hutang dibandingkan dengan menerbitkan saham.
2) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Keputusan
Pendanaan (DER) (H2)
Kepemilikan institusional (INS) tidak berpengaruh
terhadap keputusan pendanaan (DER). Hasil penelitian ini
menolak hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional (INS) berpengaruh terhadap keputusan pendanaan
(DER). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Wahyudi dan Pawestri (2006) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan
pendanaan.
Di sisi lain, hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian
Sujoko dan Soebiantoro (2007). Penelitian Sujoko dan
Soebiantoro (2007) secara parsial menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap leverage. Semakin meningkat kepemilikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
institusional diharapkan semakin kuat kontrol terhadap
manajemen. Bila biaya monitoring tersebut tinggi maka
perusahaan akan menggunakan pihak ketiga yaitu kreditor untuk
membantu melakukan pengawasan. Institusional ownership
yang meningkat mampu mengurangi tingkat hutang.
3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Keputusan Investasi
(INV) (H3)
Kepemilikan manajerial (MOW) tidak berpengaruh terhadap
keputusan investasi (INV). Hasil penelitian ini menolak hipotesis yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial (MOW) berpengaruh
terhadap keputusan investasi (INV). Hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian Haruman (2008). Haruman (2008) menemukan adanya
pengaruh managerial ownership terhadap investasi dengan arah
hubungan negatif. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak semua pemilik
saham manajerial menginginkan investasi yang tinggi, karena mereka
juga menginkan kesejahteraan melalui pembayaran dividen. Sedangkan
investasi akan mengurangi dividen yang akan mereka terima. Inilah salah
satu tindakan opportunistik para pemegang saham managerial. Mereka
mengabaikan kepentingan perusahaan dan pemegang saham lainnya
untuk kepentingan pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
4) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Keputusan
Investasi (INV) (H4)
Kepemilikan institusional (INS) tidak berpengaruh
terhadap keputusan investasi (INV). Hasil penelitian ini
menolak hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional (INS) berpengaruh terhadap keputusan investasi
(INV). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Wahyudi dan Pawestri (2006) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan
investasi.
Di sisi lain, hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian
Haruman (2008). Haruman (2008) menemukan adanya pengaruh
institutional ownership terhadap investasi dengan arah
hubungan negatif. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak semua
pemilik saham institutional menginginkan investasi yang tinggi,
karena mereka juga menginginkan kesejahteraan melalui
pembayaran dividen. Sedangkan investasi akan mengurangi
dividen yang akan mereka terima. Walaupun perannya di dalam
perusahaan sebagai controling, tetapi tidak menutup
kemungkinan para pemilik institutional ini akan mementingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kepentingan institusinya dibandingkan dengan kepentingan
perusahaan.
5) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Kebijakan
Dividen (DPR) (H5)
Kepemilikan manajerial (MOW) tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini menolak
hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
(MOW) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Wahyudi dan
Pawestri (2006) yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Di sisi lain, hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian
Putri dan Nasir (2006) dan Haruman (2008). Hasil penelitian
Putri dan Nasir (2006) menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial secara statistik berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen. Hasil ini mengindikasikan bahwa
bila manajer memiliki saham perusahaan yang tinggi, maka
kekayaannya semakin tidak terdiversifikasi dengan baik, oleh
karena itu manajer akan mengharapkan return atas opportunity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
cost lebih besar, yaitu dari pembagian dividen yang lebih tinggi.
Haruman (2008) menemukan adanya pengaruh manajerial
ownership terhadap kebijakan dividen dengan arah hubungan
yang negatif, ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi proporsi
kepemilikan saham oleh manajerial, maka akan menurunkan
dividen. Para pemilik manajerial lebih menyukai laba yang
diperoleh perusahaan digunakan untuk investasi demi
kepentingan pertumbuhan perusahaan dibandingkan digunakan
untuk pembayaran dividen.
6) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Kebijakan
Dividen (DPR) (H6)
Kepemilikan institusional (INS) tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini menolak
hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
(INS) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Wahyudi dan
Pawestri (2006) dan Haruman (2008) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Di sisi lain, Hasil ini bertentangan dengan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
penelitian Putri dan Nasir (2006). Hasil penelitian Putri dan
Nasir (2006) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen. Dengan jumlah investasi yang tinggi,
investor institusional melakukan monitoring yang semakin ketat
dan menghalangi perilaku oportunis manajer. Monitoring oleh
investor institusional ini dapat mengurangi agency cost dalam
hal ini yaitu biaya yang ditanggung pemilik untuk mengawasi
agen seperti biaya audit, sehingga dividen yang dibayarkan juga
menurun. Kehadiran kepemilikan institusional memiliki efek
substitusi bagi pembayaran dividen untuk mengurangi biaya
keagenan.
b. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan Gambar
Path Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan.
MOW
INS
CP
MVE
ζ5
ζ4
H8 H9
H7
H10
-0.115*
-0.021 0.089
0.044
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
1) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Nilai
Perusahaan (MVE) (H7)
Kepemilikan manajerial (MOW) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan (MVE). Hasil
penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial (MOW) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (MVE). Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian
Haruman (2008). Haruman (2008) menemukan adanya pengaruh
managerial ownership terhadap nilai perusahaan dengan arah
hubungan negatif. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi
proporsi kepemilikan manajerial, akan menurunkan market
value. Penurunan market value ini diakibatkan karena tindakan
opportunistik yang dilakukan oleh para pemegang saham
managerial. Kepemilikan managerial menginginkan pendapatan
yang tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan investasi
perusahaannya.
2) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Nilai
Perusahaan (MVE) (H8)
Kepemilikan institusional (INS) tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan (MVE). Hasil penelitian ini menolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
(INS) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (MVE). Hasil ini
bertentangan dengan hasil penelitian Haruman (2008). Haruman
(2008) menemukan adanya pengaruh institutional ownership
terhadap nilai perusahaan dengan arah hubungan yang positif.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi proporsi
kepemilikan institusional, akan meningkatkan nilai perusahaan.
Tingginya kepemilikan oleh institusi akan meningkatkan
pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan yang tinggi ini
akan meminimalkan tingkat penyelewengan-penyelewengan
yang dilakukan oleh pihak manajemen yang akan menurunkan
nilai perusahaan. Selain itu, pemilik institusional akan berusaha
melakukan usaha-usaha positif guna meningkatkan nilai
perusahaan miliknya.
3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MOW) terhadap Nilai
Perusahaan (CP) (H9)
Kepemilikan manajerial (MOW) tidak berpengaruh
terhadap nilai Perusahaan (CP). Hasil penelitian ini menolak
hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
(MOW) berpengaruh terhadap nilai Perusahaan (CP). Hasil ini
bertentangan dengan hasil penelitian Haruman (2008). Haruman
(2008) menyimpulkan bahwa managerial ownership memiliki
pengaruh terhadap nilai perusahaan dengan arah hubungan
negatif. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi proporsi
kepemilikan manajerial, akan menurunkan harga saham.
Tindakan oportunistik yang dilakukan oleh para pemegang
saham managerial pun dapat menurunkan harga saham
perusahaan. Dengan adanya tindakan oportunistik dari para
pemegang saham manajerial, pemegang saham lain akan merasa
dirugikan yang mengakibatkan turunnya kepercayaan para
investor terhadap perusahaan sehingga permintaan terhadap
saham perusahaan akan menurun dan harga saham pun secara
otomatis akan turun.
4) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INS) terhadap Nilai
Perusahaan (CP) (H10)
Kepemilikan institusional (INS) tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan (CP). Hasil penelitian ini menolak
hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
(INS) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (CP). Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Haruman (2007)
yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional (INS) tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (CP). Pengawasan yang
dilakukan oleh pemegang saham institusi tidak berpengaruh
terhadap harga saham perusahaan. Manajer terkadang
melakukan tindakan yang luput dari pengawasan pemegang
saham institusi. Jadi, agar dapat meningkatkan kinerja
perusahaan tanpa mengabaikan tujuan perusahaan, yaitu
menyejahterakan para pemegang saham, maka manajer tersebut
harus merasakan bagaimana menjadi pemilik perusahaan yang
membutuhkan kesejahteraan tanpa mengabaikan kinerja
perusahaan. Di sisi lain, hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian Haruman (2008).
Haruman (2008) menyimpulkan bahwa managerial
ownership maupun institutional ownership memiliki pengaruh
terhadap nilai perusahaan dengan arah hubungan negatif. Hal ini
dapat diartikan bahwa semakin tinggi proporsi kepemilikan
manajerial, akan menurunkan harga saham. Tindakan
opportunistik yang dilakukan oleh para pemegang saham
managerial pun dapat menurunkan harga saham perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Dengan adanya tindakan oportunistik dari para pemegang saham
manajerial, pemegang saham lain akan merasa dirugikan yang
mengakibatkan turunnya kepercayaan para investor terhadap
perusahaan sehingga permintaan terhadap saham perusahaan
akan menurun dan harga saham pun secara otomatis akan turun.
Tidak menutup kemungkinan pemilik institutional pun akan
melakukan tindakan yang sama, yaitu mementingkan
kepentingan institusinya dibandingkan dengan perusahaan.
Pengawasan yang dilakukan terhadap perusahaan semata-mata
dilakukan untuk kepentingan pribadi. Tindakan ini jelas akan
merugikan operasional perusahaan sehingga dapat menurunkan
kinerja dan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang
tercermin pada tingkat harga sahamnya.
c. Pengaruh Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Gambar
Path Pengaruh Keputusan Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
DER
INV
DPR
MVE
CP H15
H11
H12
H13
H14
H16
ζ5
ζ4
0.428**
0.366*
-0.114*
0.117*
0.170**
0.183**
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
1) Pengaruh Keputusan Pendanaan (DER) terhadap Nilai
Perusahaan (MVE) (H11)
Keputusan pendanaan (DER) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
(MVE). Hasil penelitian ini menerima hipotesis yang
menyatakan bahwa keputusan pendanaan (DER)
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (MVE). Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Stulz
(1990), Chen (2002), dan Kristina (2008) dalam Barasa
(2009) menyatakan bahwa DER berpengaruh positif
dan signifikan terhadap MVE. Apabila sumber
pendanaan internal tidak mencukupi, maka perusahaan
akan mengambil sumber pendanaan dari luar, salah
satunya dari hutang. Apabila pendanaan didanai
melalui hutang, maka akan terjadi efek tax deductible.
Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan
membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi
penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat
bagi pemegang saham. Pengurangan pajak ini akan
menambah laba perusahaan dan dana tersebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dipakai untuk investasi perusahaan di masa yang akan
datang ataupun untuk membagikan dividen kepada
para pemegang saham. Apabila hal tersebut dapat
dilakukan oleh perusahaan, maka penilaian investor
terhadap perusahaan akan meningkat. Sehingga
pendanaan memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Di sisi lain, Hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian Haruman (2008) dan Barasa (2009). Hasil
penelitian Haruman (2008) dan Barasa (2009)
menunjukkan bahwa keputusan pendanaan (DER)
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (MVE).
2) Pengaruh Keputusan Pendanaan (DER) terhadap Nilai
perusahaan (CP) (H12)
Keputusan pendanaan (DER) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (CP).
Hasil penelitian ini menerima hipotesis yang
menyatakan bahwa keputusan pendanaan (DER)
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (CP). Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Haruman (2007). Hasil penelitian Haruman (2007)
menunjukkan bahwa keputusan pendanaan
berpengaruh negatif dan signifikan terrhadap nilai
perusahaan (closing price). Hutang merupakan salah
satu sumber pembiayaan yang sangat berisiko.
Besarnya hutang dan mempengaruhi kondisi keuangan
keuangan perusahaan. Apabila perusahaan dapat
memanfatkan dan menggunakan hutangnya dengan
baik, maka perusahaan tersebut akan lebih maju
dibandingkan dengan yang tidak memiliki hutang.
Namun sebaliknya, apabila perusahaan tidak dapat
memanfaatkan hutangnya tersebut, maka risiko
perusahaan akan semakin tinggi dan akan
mempengaruhi performa perusahaan. Penurunan
performa perusahaan akan memberikan pandangan
buruk dari investor dan hal ini dapat menurunkan
permintaan akan saham perusahaan dan akibatnya
harga saham perusahaan akan turun. Dan pada saat ini,
banyak perusahaan yang tidak dapat memanfaatkan
hutang yang dimilikinya sehingga perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
cenderung mengalami kerugian. Peningkatan hutang
dapat menurunkan nilai perusahaan.
Di sisi lain, Hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian Haruman (2008) yang menyatakan bahwa
keputusan pendanaan (DER) tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan (CP).
3) Pengaruh Keputusan Investasi (INV) terhadap Nilai
Perusahaan (MVE) (H13)
Keputusan investasi (INV) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan (MVE). Hasil
penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan
bahwa keputusan investasi (INV) berpengaruh
terhadap nilai perusahaan (MVE). Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Haruman (2008).
Haruman (2008) menyimpulkan bahwa keputusan
investasi (TA Growth) memiliki arah hubungan positif
dengan nilai perusahaan (MVE). Kenaikan investasi
akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila tingkat
investasi di sebuah perusahaan tinggi, maka akan
meningkatkan kepercayaan investor terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
perusahaan tersebut karena pertumbuhan investasi
tersebut dapat dipersepsikan sebagai good news bagi
investor. Selain itu, peningkatan investasi ini akan
dianggap sebagai pertumbuhan perusahaan di masa
yang akan datang.
4) Pengaruh Keputusan Investasi (INV) terhadap Nilai
Perusahaan (CP) (H14)
Keputusan investasi (INV) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan (CP). Hasil
penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan
bahwa keputusan investasi (INV) berpengaruh
terhadap nilai perusahaan (CP). Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Haruman (2007).
Hasil penelitian Haruman (2007) menunjukkan bahwa
keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan
terrhadap nilai perusahaan (closing price). Semakin
tinggi investasi yang dilakukan perusahaan, maka akan
meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, hasil ini
mendukung signaling theory. Investasi yang tinggi
merupakan sinyal pertumbuhan pendapatan perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
di masa yang akan datang. Sinyal tersebut akan
ditanggapi investor sebagai good news yang nantinya
akan mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja
perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi nilai
perusahaan. Di sisi lain, hasil ini bertentangan
dengan hasil penelitian Haruman (2008). Hasil
penelitian Haruman (2008) menunjukkan bahwa
keputusan investasi (INV) tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan (CP).
5) Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai
Perusahaan (MVE) (H15)
Kebijakan dividen (DPR) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan (MVE). Hasil
penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen (DPR) berpengaruh terhadap
nilai perusahaan (MVE). Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Bhattacharya (1979) dan Myers &
Majluf (1984). Apabila perusahaan meningkatkan
pembayaran dividen, mungkin diartikan oleh pemodal
sebagai sinyal harapan manajemen tentang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
membaiknya kinerja perusahaan di masa yang akan
datang. Sehingga kebijakan dividen memiliki pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Di sisi lain, Hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian Haruman (2008). Haruman (2008)
menemukan bahwa dividend payout ratio (DPR)
mempunyai pengaruh signifikan dengan arah negatif
terhadap nilai perusahaan (market value of equity).
Semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada para
pemegang saham, maka akan menurunkan nilai
perusahaan. Bagi sebagian investor, pembayaran
dividen yang tinggi diindikasikan sebagai
ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola free
cashflow-nya. Investor seperti ini akan beranggapan
negatif terhadap perusahaan.
6) Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Nilai
Perusahaan (CP) (H16)
Kebijakan dividen (DPR) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan (CP). Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen (DPR) berpengaruh terhadap
nilai perusahaan (CP). Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Bhattacharya (1979) dan Myers &
Majluf (1984). Apabila perusahaan meningkatkan
pembayaran dividen, mungkin diartikan oleh pemodal
sebagai sinyal harapan manajemen tentang akan
membaiknya kinerja perusahaan di masa yang akan
datang. Sehingga kebijakan dividen memiliki pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Di sisi lain, Hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian Haruman (2007) dan Haruman (2008). Hasil
penelitian Haruman (2007) menunjukkan bahwa
kebijakan dividen berpengaruh negatif dan signifikan
terrhadap nilai perusahaan (closing price). Semakin
tinggi dividen, semakin rendah harga saham. Tingkat
pajak dividen lebih tinggi dari pada tingkat pajak
capital gain. Para investor lebih menyukai pendapatan
yang berasal dari capital gain karena tingkat pajaknya
rendah. Selain itu, saat ini banyak yang berpandangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
bahwa tingginya dividen yang dibagikan perusahaan
kepada para pemegang saham diartikan sebagai
ketidakmampuan perusahaan di dalam mengelola free
cash flow yang dimiliki. Sehingga pembayaran dividen
yang terlalu tinggi melebihi batas normal tidak baik
juga terhadap persepsi beberapa investor. Haruman
(2008) menemukan bahwa dividend payout ratio
(DPR) mempunyai pengaruh signifikan dengan arah
negatif terhadap nilai perusahaan (closing price).
Semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada para
pemegang saham, maka akan menurunkan harga
saham. Bagi sebagian investor, pembayaran dividen
yang tinggi diindikasikan sebagai ketidakmampuan
perusahaan dalam mengelola free cash flow-nya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a) Kepemilikan manajerial (MOW) mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan (pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (market value of
equity) dengan perolehan nilai t-statistik sebesar -2,5595.
b) Keputusan pendanaan (DER) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (market value of equity)
dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 2,5316.
c) Keputusan pendanaan (DER) mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan (pada tingkat 0,05) terhadap nilai perusahaan (closing price)
dengan perolehan nilai t-statistik sebesar -2,2411.
d) Keputusan investasi (INV) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (market value of equity)
dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 2,5859.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
e) Keputusan investasi (INV) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (closing price) dengan
perolehan nilai t-statistik sebesar 3,2670.
f) Kebijakan dividen (DPR) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (market value of equity)
dengan perolehan nilai t-statistik sebesar 3,2670.
g) Kebijakan dividen (DPR) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
(pada tingkat 0,01) terhadap nilai perusahaan (closing price) dengan
perolehan nilai t-statistik sebesar 6,7981.
h) Pada kerangka pemikiran pengaruh struktur kepemilikan terhadap
keputusan keuangan (halaman 66) tidak terdapat pengaruh struktur
kepemilikan terhadap keputusan keuangan.
i) Pada kerangka pemikiran pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan (halaman 73) terdapat pengaruh kepemilikan manajerial
(MOW) hanya terhadap nilai perusahaan (market value of equity).
j) Pada kerangka pemikiran pengaruh keputusan keuangan terhadap nilai
perusahaan (halaman 77) terdapat pengaruh keputusan keuangan
terhadap nilai perusahaan.
B. Keterbatasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Periode yang digunakan dalam penelitian ini selama lima tahun
pengamatan, yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
2. Hasil penelitian ini dapat menyebabkan bias dan kurang dapat
mengeneralisasikan obyek yang diteliti karena peneliti hanya mampu
meneliti sampel sebanyak 43 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka
diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi
penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Perusahaan yang diteliti tidak hanya terbatas pada satu sektor saja, tetapi
mencangkup beberapa sektor sehingga hasil dapat melingkupi seluruh
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Perlu dikaji lebih lanjut variabel struktur kepemilikan publik, mengingat
dalam penelitian ini hanya terbagi dalam kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional sehingga dapat mencangkup seluruh struktur
kepemilikan yang ada di dalam perusahaan. Selain itu, pada variabel nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
perusahaan dapat menggunakan indikator lain, misalnya dari pendekatan
aktiva (market to book assets ratio) dan sebagainya.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah tahun pengamatan
lebih dari lima tahun amatan sehingga dapat menggeneralisasi populasi
yang ada, dalam upaya mengungkap realita yang sesuai dengan kondisi
di lapangan.
Top Related