Download - Print

Transcript
Page 1: Print

BAB I

PENDAHULUAN

A; Latar Belakang

Proses menempuh pendidikan di perguruan tinggi tentu berbeda dengan

lembaga pendidikan sebelumnya. Perbedaannya tampak pada kuantitas dan

kualitas. Artinya, jumlah dan lingkup materi di perguruan tinggi lebih luas dan

dalam. Sementara itu, pelajaran yang diberikan di sekolah menengah relatif

terbatas. Dalam kondisi itu, mahasiswa perlu pandai – pandai mengelola aktivitas,

terutama memanajemen waktu untuk belajar. Akan tetapi, hal itu kurang tampak

sebagai kebiasaan dalam kegiatan belajar mengajar sehari – hari.

Sehubungan dengan itu, dalam penelitian yang dilakukan Yuliastik (2010)

diungkapkan bahwa strategi pembelajaran yang dilakukan oleh dosen masih

menggunakan paradigma yang lama. Hal itu terlihat dari dosen memberikan

pengetahuan kepada mahasiswa yang pasif. Strategi pembelajaran yang dilakukan

masih konvensional. Dominasi dosen dalam kelas, tampak nyata metode yang

diterapkan adalah metode ceramah dan mengharapkan mahasiswa duduk, diam,

dengar, catat, dan hafal sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang

menarik.

Agar mahasiswa tidak statis, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

diterapkan. PBL merupakan suatu pendekatan proses belajar – mengajar yang

dinamis. Dalam penerapannya, peserta didik dihadapkan pada masalah - masalah

dan proses pemecahannya sebagai pemicu untuk belajar mandiri lebih lanjut.

Untuk berhasil dalam studi, mahasiswa harus mampu mengatur pemakaian waktu

belajar agar PBL dapat menjadikan proses belajar semakin efektif. Di lingkungan

prodi kedokteran, inovasi pembelajaran merupakan hal yang penting sesuai

dengan tuntutan dan perubahan di lingkungan institusi pendidikan kedokteran.

Artinya, perubahan paradigma pendidikan kedokteran dari pengajaran berpusat

pada dosen ke arah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Hal Itu

merupakan salah satu contoh inovasi strategi pendidikan. Berkenaan dengan itu,

1

Page 2: Print

2

PBL pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn pada akhir abad ke 20.

Dewasa ini, fakultas kedokteran di dunia pun yang menerapkan PBL karena

efektif untuk mencerdaskan mahasiswa (Zulharman, 2007).

Pendidikan kedokteran dan kesehatan merupakan pendidikan yang dinamis

dengan model pembelajaran yang lebih menekankan peran aktif mahasiswa dalam

proses belajar daripada penerapan pengetahuan secara pasif. Program Studi

Kedokteran Universitas Tadulako telah menerapkan sistem pendidikan dengan

Kurikulum Berbasis Kompetensi sejak tahun 2008/2009. Pada pelaksanaannya

kurikulum ini menggunakan kurikulum yang sistematis, terintegrasi, pembelajaran

berdasar atas penyelesaian masalah/ Problem Based Learning (PBL), dan

melibatkan mahasiswa pada proses pembelajaran mandiri (Tim Penyusun Panduan

Akademik FKIK, 2012).

Menurut Maulana (dalam Rusdi, 2015),“padatnya jadwal kuliah danpraktikum menuntut lebih banyak waktu yang digunakan. Selain perlumemiliki keyakinan terhadap kemampuan dalam memecahkan masalah danmenyelesaikan tugas, mahasiswa juga perlu memperhatikan waktu yangdigunakan dalam melakukan berbagai aktivitas tersebut. Waktu merupakansumber daya paling berharga sehingga diperlukan konsep manajemen waktuuntuk menjaga keseimbangan antara tuntutan rutinitas dan kemampuan yangdimiliki”.

Hasil wawancara dengan tiga mahasiswa kedokteran Universitas Tadulako

tentang manajemen waktu yang mereka lakukan dalam penerapan PBL 14

Desember 2015 di Fakultas Kedokteran didapatkan data berikut; (i) Dua orang

mahasiswa berpendapat bahwa manajemen waktu menjadi kurang efektif

disebabkan banyaknya tugas yang harus dikerjakan, serta kesulitan mereka dalam

membagi waktu antara mencari informasi dan menelaah informasi mengenai topik

masalah dalam PBL pada hari tersebut dengan waktu belajar untuk

mempersiapkan diri menghadapi ujian – ujian praktikum. (ii) Mereka lebih

memilih memprioritaskan waktu untuk fokus pada hal – hal yang menuntut

kecapakan mereka dalam menjawab soal-soal ujian. (iii) Satu orang mahasiswa

berpendapat bahwa kurang mampu memanajemen waktu belajarnya dalam

metode PBL ini. Hal ini berkaitan dengan materi kedokteran yang begitu luas

sementara waktu yang dibutuhkan untuk menguasai materi tersebut cukup singkat.

Page 3: Print

3

(iv) Mahasiswa ini mengatakan merasa kurang terarah dan kebingungan untuk

mencari informasi dari referensi yang tepat dibandingkan dengan metode

konvensional pada bangku Sekolah Menengah Atas. (v) Satu mahasiswa

berpendapat bahwa PBL sangat baik untuk meningkatkan pola berpikir kritis

dalam menghadapi masalah dan mendorong untuk meningkatkan waktu belajar

mahasiswa. Akan tetapi, mahasiswa ini berpendapat juga bahwa belum dapat

memanajemen waktu belajarnya dengan efektif dan efisien dalam melaksanakan

PBL. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut sebagian mahasiswa masih

belum mampu memanajemen waktu dalam melaksanakan PBL.

Sejalan dengan masalah di atas, Fitriah (2014) melakukan penelitian

mengenai manajemen waktu belajar mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan

PBL. Dalam penelitian itu, sebagian mahasiswa belum memiliki manajemen

waktu yang baik. Hal itu, ditandai dengan: mahasiswa yang mengeluh kurang

tidur dan waktu liburan terganggu, sering mengerjakan tugas sesuai dengan

deadline. Deadline tugas dengan waktu singkat menjadi proses pengerjaan tugas

tidak maksimal. Penerapan metode PBL dapat berdampak positif atau negatif pada

hasil akademik mahasiswa, tergantung bagaimana mahasiswa dapat mengatur

pada jadwal perkuliahan. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditegaskan

bahwa penerapan metode PBL perlu ditelaah untuk mengungkap bagaimana

mahasiswa mengatur waktu pada jadwal perkuliahan.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian mengenai manajemen waktu belajar

mahasiswa program studi kedokteran dalam pembelajaran berbasis masalah di

Universitas Tadulako penting untuk dilakukan.

B; R umusan Masalah

1; Apakah pemahaman mahasiswa program studi kedokteran tentang arti dan

makna dari manajemen waktu dan pembelajaran berbasis masalah di fakultas

kedokteran Universitas Tadulako ?

2; Bagaimana manajemen waktu belajar yang dilakukan oleh mahasiswa

program studi kedokteran dalam pembelajaran berbasis masalah di

Universitas Tadulako ?

Page 4: Print

4

3; Mengapa manajemen waktu belajar diperlukan oleh mahasiswa program studi

kedokteran dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah di

Universitas Tadulako ?

C; Tujuan Penelitian

1; Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manajemen waktu mahasiswa

program studi kedokteran dalam pembelajaran berbasis masalah di

Universitas Tadulako.

2; Tujuan Khusus

a; Mengetahui pemahaman mahasiswa mengenai manajemen waktu dan

pembelajaran berbasis masalah di fakultas kedokteran Universitas

Tadulako

b; Mendeskripsikan manajemen waktu yang dilakukan mahasiswa program

studi kedokteran dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah di

Universitas Tadulako.

c; Mengungkapkan alasan mahasiswa program studi kedokteran

memanajemen waktu belajar dalam melaksanakan pembelajaran berbasis

masalah di Universitas Tadulako.

D; Manfaat Penelitian

1; Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan mengenai

manajemen waktu dan dapat diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

berbasis masalah.

2; Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan kontribusi informasi mengenai manajemen waktu dalam

pembelajaran berbasis masalah.

3; Bagi Pengembangan Negara dan Bangsa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan

pertimbangan bagi pihak insitusi dalam pengambilan kebijakan untuk inovasi

baru dengan upaya peningkatan manajemen waktu pada mahasiswa program

studi kedokteran dalam pembelajaran berbasis masalah sehingga waktu yang

digunakan dalam proses pembelajaran lebih efektif untuk memperoleh ilmu.

Page 5: Print

5

E; Keaslian Penelitian

Telah terdapat beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya terkait dengan

manajemen waktu dan Problem Based Learning (PBL). Seperti yang dilakukan

oleh Naila Fitriah (2014) . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambar

manajemen waktu belajar mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan metode

problem based learning (PBL) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatukkah

Jakarta. Responden penelitian berjumlah 85 mahasiswa PSIK UIN Syahid Jakarta.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deksriptif

dengan pendekatan kuantiatif. Alat pengumpul data menggunakan kuesioner

manajemen waktu. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

dari variabel : angkatan, jenis kelamin, tempat tinggal, kegiatan selain kuliah,

indeks prestasi, manajemen waktu meliputi perencanaan jangka pendek sikap

terhadap waktu dan perencanaan jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan

50,6 % mahasiswa memiliki manajemen waktu yang baik dengan persentase

tertinggi pada subvariabel perencanaan jangka panjang yaitu 57, 6%, dan 49, 4%

mahasiswa memiliki manajemen waktu tidak baik dengan persentase tertinggi

subvariabel perencanaan jangka pendek yaitu sebesar 44,7 %.

Penelitian lain dilakukan oleh Elvis Fernando Simbolon (2012) mengenai

pengaruh kemadirian belajar dan manajemen waktu terhadap indeks prestasi

belajar mahasiswa prodi Pendidikan Tata Negara Universitas Negeri Medan tahun

pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Medan dengan populasi sebanyak 104 orang dan sampel yang diambil

50% dari populasi yaitu 52 orang dengan teknik stratified Proportional Random

Sampling dan instrument yang digunakan untuk mengukur kemandirian belajar

dan manajemen waktu berupa angket atau kuesioner. Teknik analisis data yang

dipergunakan yaitu uji t pada taraf signifikan alpha 5%. Hasil yang yang diperoleh

menunjukkan pengaruh kemandirian belajar secar signifikan dimana nilai thitung

sebesar 2,608 dan nilai Sig. 0,012 < 0,05 dan manajemen waktu berpengaruh

secara signifikan dimana nilai thitung sebesar 2,052 dan nilai Sig. 0,046 < 0,05.

Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar dan

manajemen waktu yang positif berpotensi menigkatkan indeks prestasi.

Faristin Amalah (2013) melakukan penelitian mengenai implementasi

pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan

kemampuan berfikir kritis pada kompetensi dasar menerima dan menyampaikan

informasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

Page 6: Print

6

Administrasi Perkantoran SMK Cut Nya’ Dien Semarang yang berjumlah 45

siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Kegiatan setiap

siklus dalam penelitian meliputi kegiatan pencernaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah. Penelitian menggunakan dua instrumen pada setiap siklus, yakni lembar

diskusi siswa serta tertulis tiap individu pada setiap akhir siklus dan lembar

observasi kemampuan berpikir kritis untuk pengumpulan data. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X

Administrasi Perkantoran di SMK Cut Nya’ Dien Semarang pada Kompetensi

Dasar Menerima dan Menyampaikan Informasi.

Penelitian ini memiliki pebedaan dengan penelitian sebelumnya. Dimana

perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

a; Subjek penelitian yang dilakukan pada penelitian ini ialah mahasiswa

Program Studi Kedokteran FKIK Untad tahun masuk 2012.

b; Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deksriptif

dengan pendekatan kualitatif.

c; Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Tadulako tahun 2015.

Page 7: Print

7

a; Karakteristik Manajemen yang Baik

Sejak awal perkembangannya, ilmu manajemen selalu menfokuskan

pada efektivitas dan efisiensi. Untuk menunjukkan perbedaan antar

manajemen waktu yang efektif dan efisien dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 2.1 Perbedaan Manajemen Efektif dan Efisien

Manajemen Efektif Manajemen Efisien

1 Membuat yang benar 1 Mengerjakan yang benar

2Mengkreasikan alternatif –

alternatif2 Menyelesaikan masalah

3Mengoptimalkan sumber –

sumber3

Mengamankan sumber –

sumber

4 Memperoleh hasil 4 Mengikuti tugas – tugas

Page 8: Print

8

pekerjaan

5 Meningkatkan keuntungan 5 Merendahkan biaya

Dari tabel tersebut, dapat dipahami bahwa antara manajemen yang

efektif dan efisien saling berkaitan satu sama lain untuk menghasilkan

manajemen yang baik. Adapun perencanaan yang baik menurut Nanang

Fattah, yaitu memperhatikan kondisi yang akan datang, berdasarkan

kurun waktu dikenal perencanaan jangka pendek, menengah, dan jangka

panjang (Prastowo, 2012)

2; Manajemen Waktua; Definisi Manajemen Waktu

Manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,

penyusunan dan penggunanaan sumber daya dengan rangkaian yang

teratur. Sedangkan waktu dapat didefinisikan sebagai seluruh rangkaian

yang terjadi saat proses, pelaksanaan, dan juga kegiatan sedang

berlangsung. Waktu merupakan lama berlansungnya suatu kejadian.

Sehingga manajemen waktu dapat diartikan sebagai segala proses

pengelolahan, pengalokasian, dan pemanfaatan waktu dalam

menghasilkan suatu hal yang produktif.

Salah satu sumber daya untuk mencapai kesuksesan adalah

perencanaan waktu yang efektif dan efisien. Efektif ketika tujuan yang

telah ditetapkan tercapai dan efisien ketika waktu yang digunakan itu

sesuai atau terjadi pengurangan penggunaan waktu dari waktu yang telah

dialokasikan sebelumnya.

Tiga pendapat ahli mengenai manajemen waktu dicantumkan dalam

penelitian Puspitasari (2013) antara lain sebagai berikut:

1; Ojo dan Olaniyan

Waktu adalah sumber yang paling langka dan jika itu tidak dapat

dikelola, maka hal lain pun tidak dapat dikelola. Obyek dari

manajemen waktu adalah untuk menambah dan mengoptimalkan

penggunaan dari waktu luang yang tersedia. manajemen waktu

bukan tentang melakukan banyak hal dalam satu hari. Ini adalah

tentang melakukan hal-hal yang paling penting. Manajemen waktu

adalah kemampuan untuk memutuskan apa yang paling penting

Page 9: Print

9

dalam kehidupan baik ditempat kerja, dirumah dan bahkan dalam

kehidupan pribadi.

2; Macan

Manajemen waktu menurut adalah pengaturan diri dalam

menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan

melakukan perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas

waktu, selalu membuat prioritas menurut kepentingannya, serta

keinginan untuk terorganisasi yang dapat dilihat dari perilaku seperti

mengatur tempat kerja dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang

harus diselesaikan.

3; Gie

berpendapat manajemen waktu adalah segenap kegiatan dan

langkah mengatur serta mengelola waktu dengan sebaik-baiknya,

sehingga mampu membawa kearah tercapainya tujuan hidup yang

telah ditetapkan oleh individu yang bersangkutan.

Perlu disadari bahwa dalam mendukung padatnya aktivitas dalam

usaha kemandirian belajar saat ini mahasiswa dituntut untuk memiliki

kemampuan manajemen waktu dalam mengatur segala aktivitasnya.

Gerakan membangkitkan kesadaran mahasiswa akan manajemen waktu

harus diintegrasikan dalam seluruh aktivitas pendidikan. Waktu yang

telah lewat tak akan pernah kembali dan yang membedakan orang sukses

dan gagal. Hal ini terletak pada bagaimana mereka mengatur dan

memanfaatkan setiap waktu yang ada. b; Strategi Manajemen Waktu

Manajemen waktu dapat dilakukan dengan perumusan persoalan –

persoalan tentang apa dan bagaimana sesuatu tugas akan diselesaikan,

menyediakan waktu untuk memastikan bahwa rencana yang telah dibuat

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Rusdi,2015)

Sehingga, aspek manajemen waktu menurut Santrock (dalam

rusdi,2015) yaitu (1) rencana dan menetapkan prioritas, (2) menciptakan

dan memonitor waktu, (3) mentoring, dan (4) menghindari penangguhan.

Davidson (dalam Puspitasari,2013) mengemukakan prinsip

manajemen waktu sebagai berikut:

1; Mengetahui tujuan hidup dengan membuat prioritas berdasarkan

tujuan.

Page 10: Print

10

2; Menghindari melakukan hal – hal yang mendesak dengan

mengidentifikasikan hal – hal yang penting.

3; Membuat jadwal untuk mencapai hasil dengan membuat

perencanaan dan penjadwalan agar dapat diselesaikan tepat waktu.

4; Mampu melakukan pekerjaan dengan terorganisir dengan mengatur

segala sesuatu sehingga memudahkan dalam bekerja.

5; Mampu menyaring informasi dari luar dengan mengambil informasi

yang dibutuhkan.

6; Mengetahui cara menggunakan teknologi sehingga dapat menghemat

waktu.

7; Mampu meminimalkan gangguan dari pihak luar dan diri sendiri

sehingga dapat meningkatkan konsentrasi pada pekerjaan.

8; Mampu menolak ajakan orang lain tanpa rasa takut, mengelolah

amarah, dan menghindari melakukan aktifitas – aktifitas yang tidak

penting.

9; Mampu mengelola situasi yang dapat menimbulkan stress.

10; Dapat menggunakan waktu secara efisien dengan memulai

pertemuan yang tepat waktu, tetap pada poko pembicaraan dan tidak

menggunakan waktu untuk hal – hal yang tidak penting.

11; Mampu tetap produktif pada saat dalam perjalanan.c; Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Waktu

Prinsip manajemen waktu berhubungan dengan kemampuan dan

sikap individu dalam menentukan skala prioritas dalam memanfaatkan

waktu yang dimiliki dengan sebaik – baiknya.1; Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan jangka panjang berhubungan dengan pengaturan

tujuan jangka panjang yang diperlukan pengorganisasian dengan baik

(Fitriah,2014)2; Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang muncul

untuk mencakup berbagai item yang memerlukan perencanaan jangka

pendek, baik dalam hari atau dalam minggu biasanya berhubungan

dengan jadwal harian atau mingguan, seperti membuat urutan jadwal

harian (Fitriah,2014).3; Sikap Terhadap Waktu

Page 11: Print

11

Sikap seseorang terhadap waktu mempengaruhi pengelolaan waktu

dan kefektifan penggunaan waktu.

Mediana (2008) mengatakan bahwa sikap terhadap waktu dapat

jadi penghambat saat mengelola waktu bila melakukan hal seperti

berikut:

a; Suka menunda –nunda pekerjaan

Kebiasaan menunda – nunda pekerjaan membuat beberapa

deadline yang datang bersamaan diselesaikan dengan kurang

maksimal.

b; Melanggar deadline dan target yang sudah ditentukan sendiri

Deadline dan target yang terlewat dari batas waktu dikarenakan

adanya anggapan bahwa masih banyak waktu luang yang tersedia

dan waktu yang terbuang adalah hal yang biasa.

c; Mood Karya yang maksimal didapatkan dari mood yang positif.

Terkadang mood yang negatif pun datang menghampiri, untukmengelolahnya menjadi mood yang positif lagi dibutuhkan prosesdan waktu yang tidak sedikit. Sehingga, pekerjaan menjadi tidaktertunda dan dapat juga tidak terselesaikan

3; Belajar a; Definisi Belajar

Istilah belajar merupakan hal yang sangat umum dalam kehidupan

sehari – hari. Beberapa orang mengartikan belajar itu hanya terjadi di

lingkungan pendidikan formal maupun non formal. Tetapi pada

hakikatnya belajar adalah semua proses yang terjadi di kehidupan yang

membawa perubahan dari hal yang sebelumnya tidak di ketahui menjadi

informasi baru yang akan berdampak pula pada perubahan tingkah laku

dan perluasan wawasan. Proses belajar merupakan proses yang kontinu

artinya, akan berlangsung seumur hidup. Untuk lebih memahami defenisi

konkrit belajar, banyak pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh

para ahli yang tercantum dalam buku berjudul Cooperative Learning

Teori & Aplikasi PAIKEM karya Suprijono (2014) sebagai berikut:

1; Travers

Belajar adalah proses meghasilkan penyesuaian tingkah laku.

2; Cronbach

Page 12: Print

12

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience,

belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Belajar

sebaik – baiknya adalah dengan mengalami sesuatu dengan

pancaindra. Dengan kata lain belajar adalah suatu cara mengamati,

membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan

mengikuti arah tertentu.

3; Harold Spears

Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu,

mendengar, dan mengikuti arah tertentu.

4; Geoch

Belajar adalah perubahan ferfomance sebagai hasil latihan.

5; Morgan

Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai

hasil dari pengalaman.

Selain buku karya Suprijono, dalam buku karya Dahar (2011) juga

dicantumkan pendapat seorang ahli bernama Gagne yang menyatakan

bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan kemampuan

yang dicapai seseorang melalui proses pertumbuhan sesorang secara

alamiah.

Jadi, belajar berarti sebuah aktivitas mental dan psikis melalui

pengalaman dan latihan yang belangsung secara kontinu menghasilkan

perubahan tingkah laku seseorang dengan interaksi antar individu dan

lingkungan.b; Prinsip – Prinsip Belajar

Prinsip belajar adalah landasan berfikir, landasan berpijak, dan

sumber motivasi dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai.

Suprijono (2014) dalam bukunya yang berjudul Cooperative

Learning Teori & Aplikasi PAIKEM menuliskan beberapa prinsip –

prinsip dalam belajar seperti berikut.

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan

perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri – ciri:

1; Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari.

2; Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

3; Fungsional sebagai bekal hidup.

Page 13: Print

13

4; Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

5; Bertujuan dan terarah.

6; Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik

yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan

fungsional dari berbagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.

Sementara itu, Prinsip belajar menurut Slameto (dalam

Riyanto,2009) antara lain:

1; Dalam belajar setiap siswa harus diusahakn partisipasi aktif,

meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional.

2; Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi

yang kuat pada mahasiswa.

3; Belajar perlu dukungan yang menantang di mana mahsiswa dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan

efektif.

4; Belajar perlu ada interaksi mahasiswa dan lingkungannya.

c; Faktor – Faktor Mempengaruhi Proses Belajar

Menurut Slameto (dalam Pasambo,2014) dan Anurrahman (2010)

secara garis besar faktor – faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar dapat dikelompokkan atas:1; Faktor Internal

Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik

dan mental. Faktor imternal ini sering disebut faktor instrinsik yang

meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis.

a; Kondisi Fisiologis Secara Umum

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan belajar sesorang. Orang yang ada dalam

keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang

yang ada dalam keadaan lelah

b; Kondisi Psikologis

Page 14: Print

14

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh

karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja

mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis terdiri atas

faktor motivasi dan kesiapan belajar.

i; Motivasi

Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan

mengarahkan aktivitas seseorang. Bila seorang yang

sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak

dicapai bermanfaat baginya, maka motivasi belajar akan

muncul dengan kuat.

ii; Kesiapan Belajar

Kesiapan belajar yaitu keseluruhan kondisi seseorang

yang membuatntya siap untuk memberikan respon

didalam proses belajar. Faktor yang sebagian besar

mempengaruhi kesiapan belajar antara lain kesiapan

psikis. Kesiapan psikis untuk belajar mandiri yang

meliputi senang belajar, belajar sepanjang hayat, konsep

diri, pemahaman diri, tanggung jawab dalam belajar,

inisiatif untuk mengaur kegiatan belajar dan pendekatan

kreatif dalam kegiatan belajar.

c; Sikap terhadap belajar

Dalam berbagai literatur kita menemukan bahwa sikap

adalah kecenderungan seseorang untuk berbuat. Sikap akan

tercermin melalui tindakan. Sikap terhadap belajar juga nampak

dari kesungguhan mengikuti pelajaran atau sebaliknya bersikap

acuh tak acuh terhadap aktivitas belajar. Misalnya acuh dengan

penjelasan dosen, mengerjakan tugas berprinsip “asal jadi”.

d; Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai proses

berfikir seseorang untuk mengelolah informasi – informasi

yang diterima sehingga menjadi bermakna.

e; Menggali Hasil Belajar

Informasi yang telah diperoleh tidak dapat secara otomatis

untuk mengingatnya sebanyak infomasi yang diterima.

Kesulitan dalam memproses kembali informasi – informasi

Page 15: Print

15

lama merupakan kendala di dalam proses pembelajaran karena

mahasiswa akan mengolah informasi baru yang memiliki

ketertkaitan dengan informasi lama yang telah diterima

sebelumnya.2; Faktor Eksternal

Faktor yang bersumber dari luar individu yang bersangkutan.

Faktor ini sering diebut faktor instrinsik yang meliputi segala sesuatu

yang berasal dari luar individu yang dapat mempengaruhi prestasi

belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain.

a; Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat di kelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu:

i; Lingkungan Alami

Lingkungan alami seperti keadaan suhu dan kelembapan

udara mempengaruhi proses dan hasil belajar. Belajar pada

keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada

belajar pada suhu udara uang lebih panas dan pengap.

ii; Lingkungan sosial

Lingkungan sosial baik berwujud manusia atau

representasinya berpengaruh terhadap proses dan hasil

belajar. Hal ini di karenakan belajar mebutuhkan suasana

yang kondusif untuk mendukung proses belajar.

b; Faktor Instrumental

Faktor instrumental merupaka saranadalam pencapaian

tujuan yang telah dirangcang. Faktor – faktor ini dapat berupa:

i; Perangkat keras misalnya gedung, perlengkapan belajar, alat

– alat praktikum, dan sebagainya.

ii; Perangkat lunak seperti kurikulum.

Seluruh aktivitas pembelajaran, mulai dari penyusunan

rencana pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran,

menentukan strategi pembelajaran, menentukan teknik

evaluasi, kesemuanya harus berpedoman pada kurikulum.

Kurikulum sering mengalami perubahan berdasarkan

tuntutan kemajuan masyarakat. Perubahan ini dapat

menimbulkan masalah diataranya; (a)tujuan yang akan

Page 16: Print

16

dicapai mungkin berubah, (b)isu pendidikan berubah,

akibatnya buku pelajaran dan dan sumber – sumber

pembelajaran akan berubah, (c)kegiatan belajar mengajar

berubah, sehingga seorang pendidik membutuhkan waktu

dalam proses penyesuaian meliputi strategi, metode, teknik,

dan pendekatan mengajar yang baru, dan (d)peserta didik

harus mampu menyesuaikan cara – cara belajar yang sesuai

dengan tuntutan tersebut.

4; Waktu Belajar a; Defenisi Waktu Belajar

Waktu adalah lama berlansungnya suatu kejadian, sedangkan belajar

menurut Winkel (dalam Riyanto,2009) adalah suatu aktivitas mental yang

berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan

perubahan – perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap.

Sehingga waktu belajar dapat diartikan sebagai waktu berlangsungnya

proses interaksi individu dengan lingkungan yang tampak pada perubahan

perilaku dan pengetahuan.

Dalam lingkup pendidikan, waktu yang dimaksud adalah waktu untuk

terlibat secara akademis atau waktu yang digunakan dalam proses belajar.b; Karakteristik Waktu Belajar

Caroll (dalam Schunk, 2012) merumuskan faktor –fakto yang

mempengarugi berapa banyak waktu yang dibutuhkan belajar dan berapa

banyak waktu yang benar – benar digunakan untuk belajar.1; Waktu yang dibutuhkan untuk Belajar

Salah satu pengaruh terhadap faktor ini adalah kecenderungan

untuk mempelajari tugas. Kecenderungan belajar tergantung pada

jumlah pembelajaran sebelumnya yang relevan dengan tugas dan pada

karakteristik – karakteristik personal seperti kemampuan dan sikap.

Faktor lainnya ada kemampuan untuk memahami pelajaran. Hal ini

berkaitan dengan kemampuan sebagian mahasiswa memahami

pengajaran verbal dengan baik sementara sebagian yang lainnya lebih

dapat belajar dengan baik dari presentasi – presentasi visual (Schunk,

2012).

Page 17: Print

17

Caroll memasukkan faktor – faktor dalam sebuah rumusan untuk

menghitung tingkat pembelajaran semua mahasiswa yang menghadapi

tugas tertentu.

Tingkat pembelajaran = waktu yang digunakan / waktu yang

dibutuhkan

Model perhitungan Caroll menonjolkan pentingnya waktu

keterlibatan antara waktu yang digunakan untuk belajar dan faktor –

faktor yang mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk belajar

(Schunk, 2012)2; Waktu yang diperlukan untuk Belajar

Waktu yang dialokasikan untuk belajar. Kurikulum pendidikan

mencakup begitu banyak muatan ajar sehingga waktu yang

dialokasikan untuk tipe pembelajaran tertentu kurand dari optimal

bagi sebagian mahasiswa. Ketika dosen menyampaikan materi ke

seluruh siswa sekaligus dalam kelas sebagian mahasiswa mungkin

akan kesulitan memahami semuanya dan membutuhkan tambahan

waktu belajar (Schunk,2012).

Meskipun mahasiswa diberi banyak waktu untuk belajar, mereka

bisa saja tidak menggunakan waktu yang tersedia secara produktif.

Selain alasan minat yang rendah, kesulitan tugas dalam pandangan

mahasiswa, atau mahasiswa kurang termotivasi untuk bertahan dalam

mengerjakan suatu tugas selama jangka waktu yang mereka butuhkan

untuk mempelajarinya (Schunk,2012)

5; Definisi Manajemen Waktu Belajar

Mahasiswa yang tidak mampu mengatur waktunya dalam belajar akan

menghadapi kebingungan, pelajaran apa yang harus dipelajari hari ini atau

esok hari. Sehingga manajemen waktu sangat diperlukan untuk sukses dalam

studi dan akademis. Sebagaimana penjelesan sebelumnya mengenai

manajemen dan waktu belajar dapat ditarik kesimpulan mengenai manajemen

waktu belajar yaitu kemampuan individu dalam melakukan perencenaan dan

penggunaan waktu yang efektif untuk belajar.

Page 18: Print

18

Manajemen waktu belajar dapat dilakukan dengan perumusan persoalan-

persoalan tentang apa dan bagaimana belajar akan dilakukan, menyediakan

waktu untuk menyelesaikan tugas dan melakukan pengawasan untuk

memastikan bahwa rencana yang telah dibuat sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai.

6; Pembelajarana; Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

sikap dan kepercayaan peserta didik (Rosdiani, 2013). Dengan kata lain

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik.

Menurut Harefa (dalam Isjoni,2008) Pembelajaran juga merupakan

proses pengembangan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan

kemampuan berfikir mahasiswa, serta dapat meningkatkan dan

mengostruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

dan pengembangan yang baik terhadap materi perkuliahan. Pada tahap

pertama, pembelajaran membuka pintu gerbang kemungkinan untuk

menjadi manusia dewasa dan mandiri. Pembelajaran memungkinkan

mahasiswa berubah dari “tidak mampu” menjadi “mampu”.

Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Patricia . Smith

dan Tilman J Ragan (dalam Pribadi, 2009) bahwa pembelajaran adalah

pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan

untuk menfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.

Sejalan dengan pandangan di atas, Gagne dan kawan – kawan (dalam

Pribadi, 2009) secara rinci mengemukakan pandangan yang membedakan

antara pengajaran dengan pembelajaran sebagai berikut:“...Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas

dari pada istilah pengajaran. Pengajaran hanya merupakantransfer of knowledge semata dari guru kepada siswa, sedangkanpembelajaran dimulai dari mendesain, mengembangkan,mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan yang dapatmenciptakan terjadinya proses belajar.”

Page 19: Print

19

Pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai sebuah kombinasi yang

tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari mahasiswa, guru,

dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku

– buku, papan tulis, dan slide. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari

ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur,

meliputi jadwal dan metode penyampaian infomasi, praktik, belajar, dan

ujian (Hamalik, 2012)

Pembelajaran merupakan proses yang sengaja dirancang secara

terstruktur untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dari dalam diri

individu.b; Karakteristik Pembelajaran yang Baik

Penerapan desain pembelajaran bertujuan untuk menciptakan

pembelajaran yang sukses, yaitu pembelajaran efektif yang mampu

membantu peserta didik mencapai kompetensi yang diinginkan dan

pembelajaran yang efisien adalah aktivitas pembelajaran yang berlangsung

menggunakan waktu dan sumber daya yang relatif sedikit.

Heinich dan kawan – kawan (dalam Pribadi, 2009) mengemukakan

perspektif pembelajaran yang sukses terdiri atas beberapa kriteria

1; Peran aktif peserta didik

Proses belajar akan berlangsung efektif jika siswa terlibat secara

aktif dalam tugas – tugas yang bermakna dan berinteraksi dengan

materi pembelajaran secara intensif. Keterlibatan mental peserta didik

dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan

terjadinya proses belajar dalam diri seseorang.

2; Latihan

Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki

tingkat daya ingat. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan

peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan

yang baru dipelajari. Tugas –tugas belajar bertujuan sebagai pemberian

latihan agar dapat meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap

pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.

3; Perbedaan Individual

Page 20: Print

20

Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya

dari individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu

dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas pendidik atau

instruktur adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu

seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.

4; Umpan balik

Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui

kemampuan dalam mepelajari materi pelajari dengan benar. Umpan

balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar

yang telah dicapai setelah menempuh program dan aktivitas

pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar akan

memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.

5; Konteks nyata

Peserta didik perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi

pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah

situasi nyata.

6; Interaksi Sosial

Interaksi sosial sangat diperlukan oleh peserta didik agar dapat

memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interaksi

berkesinambungan dengan sejawat akan memungkinkan untuk

melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang

sedang dipelajari.

7; Pembelajaran Berbasis Masalah

a; Definisi PBL

PBL (problem based learning) merupakan salah satu metode

pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi yang

menitikberatkan pada proses mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah.

Pembelajaran ini berpusat pada pembelajar. Awalnya

diimplementasikan dalam dunia pendidikan kedokteran sekitar 30 tahun

yang lalu, namun saat ini telah dipakai pada semua tingkatan pendidikan

baik dalam sekolah profesional berskala luas maupun universitas.

Pengajuan masalah pada bidang kedokteran memdorong pembelajar untuk

menggali ilmu dasar dan mekanisme – mekanisme klinis.

Page 21: Print

21

Menurut Solihin (dalam Wicaksono, 2014) PBL yaitu pembelajaran

yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan

masalah yang beorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual,

untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi.

Definisi lain PBL menurut Duch (dalam Yuliastutik, 2010) PBL adalah

metode pendidikan yang mendorong mahasiswa untuk mengenal cara

belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian

masalah – masalah. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan

keingintahuan mahasiswa sebelum mempelajari suatu subjek. Metode ini

menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analisis, serta

mampu mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber – sumber

pembelajaran.

Landasan teori pembelajaran berbasis masalah adalah

kolaborativisme, yaitu suatu perspektif yang berpendapat bahwa peserta

didik akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran

dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya, dan dari semuanya itu

akan memperoleh hasil dari kegiatan berinteraksi dengan sesama individu

(Suyadi, 2013)

PBL merngarahkan mahasiswa dalam kelompok – kelompok kecil

untuk mencari situasi masalah dan melaui pencarian ini diharapkan dapat

menguji kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan mahasiswa

untuk menentukan informasi mana yang perlu mereka peroleh dalam

menyelesaikan dan mengelola situasi yang ada.

Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya

mendapatkan pengetahuan sebanyak – banyaknya, melainkan juga

bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk

menghadapi situasi bidang studi yang dipelajari.

b; Karakteristik PBL

Pembelajaran meupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan atau

kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa. Pada saat ini perkembangan

kurikulum di bidang pendidikan, utamanya perguruan tinggi lebih

condong menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan metode

pembelajaran berdasar atas penyeleseaian masalah. Dalam hal ini, banyak

teori – teori yang mendukung mengenai karakteristik umum pembelajaran

Page 22: Print

22

berbasis masalah salah satunya teori yang dikemukakan oleh Linda Wee

(dalam Amala, 2013) antara lain:

1; Masalah yang digunakan sebagai awal pembelajaran.

2; Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia

nyata yang disajikan secara mengambang.

3; Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya

menuntut pembelajar menggunakan dan mendapat konsep dari

beberapa materi pelajaran atau lintas ilmu ke bidang lainnya.

4; Sangat mengutamakan belajar mandiri.

5; Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari

satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan

pengetahuan ini menjadi kunci penting.

6; Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

Pembelajar bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling

mengajarkan dan melakukan presentasi.

Teori lain mengenai karakteristik PBL di kemukakan juga oleh Boud

dan Feletti ( dalam Fry, 2013) antara lain:

1; Bahan – bahan stimulus digunakan untuk membantu mahasiswa

mendefinisikan an mendiskusikan suatu masalah, pertanyaaan,

atau isu yang lain.

2; Masalah – masalah disajikan sebagai sebuah simulasi dari praktik

profesi atau situasi kehidupan nyata.

3; Mahasiswa dibimbing dalam pemikiran kritis dan diberikan

sumber daya terbatas untuk membantu mereka belajar dari

pendefinisian dan berupaya untuk memecahkan masalah tertentu

4; Mahasiswa bekerja secara kooperatif sebagai suatu kelompok,

dengan menggali informasi di dalam dan di luar kelas dengan

akses pada tutor yang sangat memahami masalah tersebut.

5; Mahasiswa didorong untuk mengenali kebutuhan belajar mereka

sendiri dan memanfaatkan sumber – sumber yang tersedia dengan

baik.

6; Mahasiswa menggunakan pengetahuan yang telah didapat untuk

memecahkan masalah awal dan untuk mendefinisikan sendiri

masalah – masalah belajar mereka yang baru.

Page 23: Print

23

Karakteristik yang hampir sama di kemukan oleh Brooks & Martin

(dalam Agus, 2009) lebih rinci menguraikan beberapa ciri penting dari

PBL, sebagai berikut:

1; Tujuan pembelajaran dirancang untuk mengembanngkan keahlian

mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah.

2; Adanya keberlanjutan masalah, dengan syarat masalah harus

memunculkan konsep dan prinsip yang relevan dengan materi

perkuliahan yang dibahas dan masalah harus bersifat riil.

3; Adanya presentasi masalah sehingga pembelajar merasa memiliki

masalah tersebut.

4; Pengajar berperan sebagai fasililator yang mampu

mengembangan kreativitas berfikir mahasiswa dalam pemecahan

masalah.

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu bentuk

pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu mahasiswa

menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Dalam rangka memperluas

tema, PBL memiliki delapan karakteristik tambahan yaitu:

1; Mengakui dasar pengalaman mahasiswa.

2; Menekankan pada pertanggujawaban mahasiswa sendiri terhadap

pembelajaran mereka.

3; Bersifat lintas disiplin.

4; Memadukan teori dan praktek.

5; Lebih berfokus pada perolehan proses daripada hasil.

6; Perubahan peran dosen dari instruktur menjadi fasilitator.

7; Perubahan pola asesmen dari asesmen dosen menjadi asesmen

sendiri dan asesmen rekan sebaya.

8; Berfokus pada keterampilan komunikasi interpersonal yang

memungkinkan mahasiswa saling menghubungkan pengetahuan

yang mereka miliki, yang selanjutnya dapat membekali

kemampuan untuk selalu meningkatkan diri dalam bidang

profesinya (Agus,2009).

Berdasarkan beberapa karakteristik di atas, dapat dimengerti bahwa

PBL dirancang berdasar atas orientasi masalah. Dalam hal ini,

menempatkan mahasiswa sebagai pokok utama dalam proses

pembelajaran. Dengan adanya masalah yang di sajikan di awal

Page 24: Print

24

pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu belajar secara kooperatif

mencari, mengevaluasi serta memadukan sumber pengetahuan yang

bervariasi dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang ada.

Proses inilah yang menjadikan mahasiswa sebagai pembelajar yang

terlatih berfikir kritis dan mandiri.

c; Tujuan PBL

Metode PBL, seperti yang telah dijabarkan pada sub bagian

sebelumnya memiliki karakteristik berorientasi masalah yang kemudian

akan diidentifikasi secara kritis dan mandiri oleh mahasiswa melalui

evaluasi berbagai sumber pengetahuan. Dari karakteristik itu, metode

PBL menurut Meltzer (dalam Schunk, 2012) memiliki tiga tujuan yang

saling berhubungan satu sama lain. Tujuan pertama ialah mengembangkan

kemampuan mahasiswa utnuk dapat menyelidiki secara sistematis suatu

masalah. Dengan berpartisipasi dalam aktivitas – aktivitas berbasis

masalah yang sudah tersusun rapi, mahasiswa mampu memecahkan

masalah – masalah yang sama dengan cara komperehensif dan sistematis.

Tujuan kedua ialah mengembangkan pembelajaran yang mandiri (self

directed learning). Dengan bertanggung jawab atas investigasi mereka

sendiri, mahasiswa belajar untuk mengatur dan mengontrol pembelajaran

mereka sendiri. Tujuan ketiga ialah pemerolehan penguasaan konten.

Pembelajaran berbasis masalah memiliki asumsi dasar bahwa tujuan

pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada

permasalahan otentik, relevan dan dipresentasikan dalam konteks tertentu.

Harapan agar peserta didik memliki pengalaman sebagaimana nantinya

mereka mengahadapi kehidupan profesionalnya (Suyadi, 2013)

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam PBL adalah meningkatkan

kemampuan mahasiswa untuk berfikir kritis, analisis, sistematis, dan logis

dalam menemukan alternatif pemecahan masalah.

d; Tahap – Tahap PBL

Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural

urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistemastis. Aktivitas

pembelajaran dalam blok meliputi:

1; Kuliah pakar/ ceramah, tatap muka

Perkuliahan disusun berdasarkan topik- topik dalam blok. Untuk

mengefektifkan perkuliahan, sangat disarankan mahasiswa

Page 25: Print

25

menyiapkan daftar pertanyaan yang tidak terjawab dalam kelompok

diskusi. Perkuliahan dalam lingkungan PBL digunakan untuk

klarisifikasi dan konfirmasi tujuan pembelajaran yang telah

teridentifikasi, sehingga kuliah menjadi interaktif (Tim Penyusun

Panduan Akademik FKIK, 2012)

2; Tutorial

Tutorial dapat diartikan sebagai penyajian informasi – konfirmasi dan

prinsip- yang melibatkan siswa secara aktif didalamnya. Metode ini

digunakan juga untuk aktivitas pembelajaran yang bersifat perbaikan

(Probadi, 2009)

Tabel 2.2 Langkah seven jump

7 langkah seven jump

Langkah 1

Mahasiswa bekerja dalam kelompok,

mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah – istilah

asing/ belum dikenal yan terdapat di dalam skenario,

sekretaris kelompok membuat daftar istilah yang oleh

kelompok dianggap masih belum jelas maknanya.

Langkah 2Menetapkan masalah – masalah yang perlu

didiskusikan

Langkah 3

Curah pendapat untuk mendiskusikan masalah yang

telah disepakati, mahasiswa berdiskusi menggunakan

prior knowledge.

Page 26: Print

26

Langkah 4

mahasiswa membuat review terhadap hasil langkah 2

dan 3 kemudian membuat penjelasan sementara,

sekretaris kelompok mengornisasikan penjelasan tadi

bila perlu merestrukturisasi.

Langkah 5

Mahasiswa membuat formulasi tujuan belajar,

kelompok mencapai konsensus tentang tujuan belajar

mereka dan tutor memastikan bahwa tujuan belajar

telah terfokus, tercapai, bersifat komperehensif dan

tepat.

Langkah 6

Mahasiswa bekerja secara independen atau belajar

mandiri untuk mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan masing – masing tujuan belajar.

Langkah 7

Mahasiswa kembali bertemu untuk melaporkan dan

mendiskusikan temuan informasi masing – masing,

tutor memperhatikan diskusi dan hasil temuan

mahasiswa, dan membuat penilaian terhadap kinerja

kelompok.

Page 27: Print

27

(Tim Penyusun Panduan Akademik FKIK, 2012)

Proses pembelajaran yang diselenggarakan mengikuti metode lima

langkah PBL yang dikemukan oleh Sudarman (2007) antara lain:

1; Konsep Dasar

Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar,

petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam

perkuliahan. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan

dalam bentuk garis besar saja sehingga mahasiswa dapat

mengembangkannya secara mandiri.

2; Pendefinisian masalah

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau

permasalahan dalam kelompoknya, mahasiswa melakukan berbagai

kegiatan. Pertama, Brainstorming ini dilaksanakan dengan cara

semua anggota kelompok mengungkap pendapat, ide, dan

tanggapam terhadap skenario secara bebas sehingga dimungkinkan

muncul berbagai macam alternatif pendapat. Selain itu, setiap

kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario

dan mendiskusikan maksud dan artinya.

Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat

yang lebih fokus. Ketiga, Menentukan permasalahan dan mencari

referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat.Jika

tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh

mahasiswa, fasilitator mengusulkan permasalahan tambahan.

Pada akhir langkah ini mahasiswa diharapkan memiliki

gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja

Page 28: Print

28

yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang

diperlukan untuk menjembataninya.

3; Pembelajaran Mandiri

Setelah mengetahui tugasnya, masing – masing mahasiswa

mencari sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang

diinvestigasi. Sumber yang dimaksud bisa dalam bentuk artikel

tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan

pakar dalam bidang yang relevan.

4; Pertukaran Pengetahuan

Setelah mendapatkan sumber sebagai tahap pendalaman materi,

selanjutnya pada pertemuan berikutnya mahasiswa berdiskusi

dalam kelompoknya untuk mengklarisifikasi capaiannya dan

merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Langkah

selanjutnya presentasi hasil dalam pleno untuk menentukan

kesimpulan akhir.

5; Penilaian

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek

pengetahuan, kecakapan, dan sikap. Penilaian terhadap pengetahuan

dengan ujian akhir semsester, kuis, dan laporan. Penilaian terhadap

sikap dititikberatkan pada keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,

kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran perkuliahan.

e; Kelebihan dan Kekurangan PBL

Setiap metode pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihannya

masing – masing. Metode PBL sesuai dengan karakteristinya memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan metode pembelajaran lain yaitu melatih

mahasiswa dalam berfikir kritis, meningkatkan kualitas berkomunikasi,

dan meningkat kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan

kekurangan metode PBL yaitu dari segi pengefisienan waktu yang relatif

susah artinya, mahasiswa membutuhkan waktu yang lebih untuk belajar,

mencari literatur yang sesuai, mengumpulkan informasi, dan dalam hal

mempersiapkan presentasi. Di bawah ini kelebihan dan kekurangan dari

metode PBL akan dibahas lebih rinci;

1; Kelebihan Metode PBL

Menurut Suyadi (2013) keunggulan metode PBL di antaranya:

Page 29: Print

29

a; Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk

lebih memahami isi pelajaran.

b; Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik,

sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan

pengetahuan baru peserta didik.

c; Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran

peserta didik.

d; Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk

mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab

dalam pembelajaran yang dilakukan.

e; Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah

dalam kehidupan nyata.

f; Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana

pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

g; Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta

didik untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan

mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan baru.

h; Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta

didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki

dalam dunia nyata.

i; PBL dapat mengembangkan minat peserta didik untuk

mengembangkan konsep belajar secara terus – menerus, karena

dalam prakteknnya masalah tidak akan pernah selesai. Artinya,

ketika satu masalah selesai diatasi, masalah lain muncul dan

membutuhkan penyelesaian secepatnya.

Selain Suyadi, Wood (dalam Fitriah, 2014) juga mengemukakan

pendapatnya mengenai beberapa kelebihan metode PBL dalam konten

yang relatif sama antara lain yaitu:

a; PBL membantu pembelajaran menjadi lebih aktif, meningkatkan

pemahaman, dan ingatan mahasiswa serta perkembangan

kemampuan pembelajaran sepanjang hidup.

b; PBL memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

mengembangkan kemampuan umum dan sikap yang bermanfaat

untuk praktek mereka di masa depan.

Page 30: Print

30

c; PBL menfasilitasi kurikulum inti yang terintegrasi.

d; PBL menyenangkan bagi mahasiswa dan pembimbing, proses PBL

mengharuskan seluruh mahasiswa berpartisipasi dalam proses

pembelajaran.

e; PBL membantu mengembangkan pembelajaran mendalam

mahasiswa berinteraksi dengan materi pembelajaran yang

berhubungan dengan konsep aktifitas sehari – hari, dan

meningkatkan pemahaman mereka.

2; Kekurangan metode PBL

Selain memiiki keunggulan, Suyadi (2013) menyatakan bahwa metode

PBL juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah sebagai

berikut:

a; Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak

mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampumenyelesaikan

masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk

mencoba karena takut salah.

b; Tanpa pemahaman “ mengapa mereka berusaha” untuk

memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak

akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Artinya, perlu

dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada

peserta didik.

c; Proses pelaksanaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama atau

panjang. Peserta didik memerlukan waktu tambahn untuk

menyelesaikan persoalan yang diberikan. Padahal, waktu

pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum yang

ada

Sedangkan menurut wood (dalam Fitriah, 2014) metode PBL memiliki

dua kekurangan yaitu:

a; Dari segi role model; mahasiswa kemungkinan akan kurang

mendapatkan contoh informasi serta inspirasi dari dosen yang

selama ini dianggap sebagai role model.

b; Dari segi informasi; mahasiswa menjadi ragu dan bingung terhadap

infromasi yang didapatkan terlalu banyak.

Page 31: Print

31

Dari pemaparan di atas, tentunya diharapkan penerapan metode PBL

dalam kurikukum KBK ini dominan dari segi kelebihannya. Sedangkan

kekurangan – kekurangan yang ada dari metode PBL dapat dijadikan

bahan diskusi guna mencari solusi yang tepat untuk mengurangi

hambatan dalam metode PBL. Selain itu, kelebihan dan kekurangan

metode PBL dapat digunakan sebagai bahan evaluasi apakah dampak

penerapan metode pembelajaran ini dapat meningkatkan kinerja

mahasiswa atau sebaliknya lebih banyak menyita waktu mahasiswa

dalam mengelola informasi sehingga proses pembelajaran menjadi

kurang efisien.

7; Kerangka Teori

PBL

Tujuan

Karakteristik

Tahap - Tahap

Kekurangan dan kelebihan

Manajemen

Manajemen Waktu BelajarManajemen Waktu Waktu Belajar BelajarStrategi

Faktor - faktorYang mempe-

ngaruhiStrategi Jangka Panjang

Jangkapendek Karakteristik

Waktu yang dibutuhkan untuk Belajar

Waktu yang digunakan untuk Belajar prinsipinternal Faktor – faktor Yang mempengaruhieksternallingkungan instrumensofware

Page 32: Print

32

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : Rosdiani,2013; Suyadi,2013; Fitriah,2014; Suprijono, 2014;

Schunk,2012)

8; Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

9; Landasan Teori

PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran berpusat pada mahasiswa

yang menekankan pada proses penyelesaian masalah secara ilmiah (Suyadi,

2013).

Manajemen Waktu PembelajaranBerbasis Masalah

Page 33: Print

33

Menurut Wood (dalam Fitriah,2013) kekurangan dari metode PBL adalah

komsumsi waktu dan terdapat beberapa mahasiswa yang mendominasi dan pasif

ketika berdiskusi.komsumsi waktu yang dimaksud adalah durasi selama mencari

literatur, mengumpulkan infomasi baru, mempersiapkan presentasi dan kesulitan

dari PBL dimana mahasiswa membutuhkan waktu lebih untuk belajar.

Dari penjelasan itu, salah satu hal yang penting mahasiswa lakukan untuk

lebih efisien menggunakan waktunya adalah manajemen waktu. Untuk lebih

memahami makna manajemen waktu, Sasmita (2013) mengdefinisikan bahwa

manajemen waktu itu ialah perencanaan dan pengaturan waktu yang digunakan

setiap hari dalam melaksanakan semua aktivitas yang ada, berdasarkan pada skala

prioritas dan jadwal yang telah ditentukan, sehingga individu dapat menggunakan

waktu secara efektif dan efisien.

Manajemen waktu penting untuk dilaksanakan karena berbagai alasan sebagai

berikut:

a; Untuk menyelesaikan sesuatu yang penting dalam waktu yang efisien

b; Untuk membatasi skala prioritas dan menyelesaikan tugas – tugas

terpenting dalam hidup kita

c; Memanfaatkan dan menghargai waktu yang terbuang sebaik – baiknya

d; Untuk menghindari kebiasaan over reactive seperti ‘terlalu keras’ atau

terlalu santai yang dapat menurunkan efektivitas kegiatan (Sasmita,2013).

Page 34: Print

34

Page 35: Print

35

didapatkan, dan lama waktu dari pengamatan atau wawancara. Besar sumber data

ini umumnya jauh lebih kecil daripada metode kuantitatif. Jumlah sumber data

bervariasi tergantung dari pertanyaan yang di tanyakan. Patton mengatakan,

“There are no rules for sample size in qualitative inquiry”, tidak ada peraturan

baku untuk menentukan besar sumber data pada penelitian kualitatif. Dengan kata

lain, besar sumber data penelitian tergantung dari beberapa hal seperti waktu dan

kekuatan sumber daya untuk mendapatkan informasi yang maksimum

(Wibowo,2014).

Tujuan utama dari melakukan sampling pada penelitian kualitatif sebetulnya

adalah mengidentifikasikan sekelompok orang yang mempunyai karakteristik atau

yang mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti.

Penentuan sumber data dilakukan secara purposive, yaitu dipilih sesuai

pertimbangan informasi dan tujuan tertentu. Dengan kata lain, sumber data yang

diteliti ditentukan oleh peneliti, berdasarkan data yang diperoleh dari seorang

informan sebelumnya dapat dijadikan acuan dalam menetapkan informan lainnya

yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap disebut teknik snow

ball sampling. Maka, bila hasil informasi yang diperoleh telah memadai, artinya

bahwa data dari informan selanjutnya tidak lagi memberi tambahan informasi

baru yang berarti, peneliti dapat menghentikan pencarian datanya (Wibowo, 2014;

Sugiyono, 2014).

Jadi, pengambilan subjek dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan

puposive sampling dan snowball sampling didasarkan atas tujuan peneliti untuk

mengetahui manajemen waktu mahasiswa Program Studi Kedokteran dalam

pembelajaran berbasis masalah di Universitas Tadulako. Peneliti menentukan

subjek utama dalam penelitian ini berjumlah 10 orang informan, yaitu 10 orang

Page 36: Print

36

mahasiswa program studi kedokteran yang telah mengikuti metode PBL dari 169

mahasiswa program studi kedokteran angkatan 2012 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan. Alasan pengambilan subjek penelitian berdasarkan bahwa 10

orang mahasiswa program studi kedokteran itu merupakan anggota mahasiswa

program studi kedokteran yang telah lama belajar dalam metode PBL di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako.D. Instrumen Penelitian

Berbeda halnya dengan penelitian kuantitatif, instrumen penelitian kualitatif

lebih menitikberatkan pada peneliti itu sendiri. Kualitas instrumen penelitian

berkenaan dengan validitas. Oleh karena itu, peneliti sebagai isntrumen

memvalidasi dirinya sendiri melalui evaluasi terhadap penguasaan teori dan

wawasan terhadap bidang yang diletiti dan kesiapan peneliti untuk memasuki

objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya (Sugiyono, 2014).

Pada penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara. Esterberg, dalam Sugiyono (2014) mendefinisikan interview sebagai

berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through

question and responses, resulting in communication and joint construction of

meaning about a particular topic”, wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Pada penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara

semistruktur yang termasuk dalam kategori in depth interview sehingga, peneliti

dapat menemukan permasalahan lebih terbuka karena pihak informan dapat

mengemukakan ide-idenya dan pendapatnya mengenai masalah yang diajukan

peneliti. Bahan wawancara telah dipersiapkan berupa kuesioner dan cetakan

daftar-daftar pertanyaan terbuka. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

manajemen waktu yang telah diuji validitas dan realiabilitas sebelumnya oleh

Fitriah (2014), Time Managemen Questionnaire (TMQ) dikembangkan oleh

Briton & Tesser terdiri dari 16 pernyataan; perencanaan jangka pendek terdiri

dari 7 item, sikap terhadap waktu terdiri dari 5 item, dan perencanaan jangka

panjang terdiri 4 item.

Page 37: Print

37

Dalam melakukan pengumpulan data, selain membawa pedoman wawancara

peneliti juga menggunakan alat bantu tape recorder, buku catatan, dan kamera

yang dimaksudkan untuk lebih memudahkan pelaksanaan penelitian.

E; Alur Penelitian

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

F; Defenisi Operasional

Untuk memahami secara lebih jelas tentang permasalahan penelitian dan agar

tidak terjadi salah pengertian, maka peneliti menjelaskan definisi operasional

sebagai berikut:

1; manajemen waktu

Menurut Sasmita (2013) bahwa manajemen waktu merupakan

perencanaan dan pengaturan waktu yang digunakan setiap hari dalam

melaksanakan semua aktivitas yang ada, berdasarkan pada skala prioritas dan

jadwal yang telah ditentukan, sehingga individu dapat menggunakan waktu

secara efektif dan efisien.2; Pembelajaran Berbasis Masalah

Wawancara singkat dengan tiga mahasiswaangkatan 2012 sebagai studi pendahuluanuntuk mengidentifikasi permasalahanmanajemen waktu belajar dalam pelaksanaanpembelajaran berbasis masalah

Perumusan masalah

Penyusunan proposalSeminar proposal

Pengambilan Data dengan In Depth Interview

Pengelolaan dan Analisis Data

Seminar Hasil

Seminar Skripsi

Page 38: Print

38

Menurut Wood dalam penelitian Paulus (2013) mengatakan PBL adalah

proses pembelajaran yang berbasis berdasarkan masalah dunia nyata sebagai

suatu konteks bagi peserta didik yang merangsang mahasiswa untuk belajar

tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengalaman baru.

G; Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah sebuah proses yang sistematis dan

terstruktur dalam rangka mencari dan mengolah berbagi data yang bersumber

dari wawancara dan telaah pustaka untuk menghasilkan suatu laporan temuan

penelitian ( Wibowo, 2014)

Dalam hal analisis data Sugiyono (2014) juga mengutarakan pendapatnya

bahwa analisis data adalah proses akhir dalam penelitian untuk melakukan

olah data dan mendapatkan hasil kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang

dilakukan. Adapun proses analisis data penelitian kualitatif sebagai berikut:

a; Analisis Sebelum di Lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil dari studi pendahuluan yang

digunakan untuk menentukan fokus penelitian yang sifatnya masih

sementara.

b; Analisis Selama di Lapangan Model Miles dan Huberman

Analisis ini dilakukan selama pengumpulan data berlangsung dan setelah

pengumpulan data dalam periode tertentu.

1; Data reduction (reduksi data)

Reduksi yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal – hal pokok,

memfokuskan pada hal – hal penting, mencari tema, pola kalimat dan

membuat kategorisasi. Dalam hal ini, peneliti mengurangi hal yang

tidak perlu sehingga, data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas.

2; Data display (penyajian data)

Setelah peneliti mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah

penyajikan data dalam bentuk uraian teks yang bersifat naratif

deksriptif.

3; Conclusion drawing / verification (penarikan kesimpulan dan

verifikasi)

Page 39: Print

39

Penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti berdasarkan hasil

penelitian dan analisis data yang telah didapatkan dari hasil

wawancara tentang manajemen waktu belajar mahasiswa program

studi pendidikan dokter dalam pembelajaran berbasis masalah di

Universitas Tadulako.

H; Etika Penelitian

Penelitian ini memperhatikan beberapa hal yang menyangkut etika penelitian

antara lain:

a; Informed consent, Peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan

penelitian kepada responden, kemudian menanyakan kesediaan responden.

Responden yang bersedia selanjutnya diminta menandatangani lembar

persetujuan.

b; Anonymity, peneliti merahasiakan dan tidak mencantumkan nama

responden,tetapi dengan menuliskan kode responden

c; Confidentiality, peneliti melindungi dan menjaga kerahasiaan semua data atau

infomasi yang telah dikumpulkan

I; Kelemahan Penelitian

Masih banyak terjadi perdebatan tentang nilai analisis kualitatif, debat positif

mengatakan bahwa analisis kualitatif mampu memberikan informasi yang lengkap

dari berbagai sumber data yang dituangkan dalam bentuk transkrip. Debat negatif

mengatakan analisis kualitatif bersifat terlalu luas dan superfisial dan belum

mencerminkan kompleksitas dari penelitian ( Wibowo,2014).

Penelitian ini menggunakan data primer sehingga peneliti harus melakukan

wawancara secara mendalam dengan responden satu per satu dan secara otomatis

membutuhkan waktu penelitian yang relatif lebih lama.

J; Jadwal Penelitian

No Bulan Kegiatan

123

Desember – Januari 2015Januari – Maret 2016April 2016

Penyusunan proposal penelitian, ujian proposalPengumpulan data, pengelolaan, analisis dataPenyusunan hasil, ujian hasil

Page 40: Print

40

4 Mei 2016 Penyusunan skripsi, ujian skripsi