-
Upload
dianricarianty -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of Print
![Page 1: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Proses menempuh pendidikan di perguruan tinggi tentu berbeda dengan
lembaga pendidikan sebelumnya. Perbedaannya tampak pada kuantitas dan
kualitas. Artinya, jumlah dan lingkup materi di perguruan tinggi lebih luas dan
dalam. Sementara itu, pelajaran yang diberikan di sekolah menengah relatif
terbatas. Dalam kondisi itu, mahasiswa perlu pandai – pandai mengelola aktivitas,
terutama memanajemen waktu untuk belajar. Akan tetapi, hal itu kurang tampak
sebagai kebiasaan dalam kegiatan belajar mengajar sehari – hari.
Sehubungan dengan itu, dalam penelitian yang dilakukan Yuliastik (2010)
diungkapkan bahwa strategi pembelajaran yang dilakukan oleh dosen masih
menggunakan paradigma yang lama. Hal itu terlihat dari dosen memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa yang pasif. Strategi pembelajaran yang dilakukan
masih konvensional. Dominasi dosen dalam kelas, tampak nyata metode yang
diterapkan adalah metode ceramah dan mengharapkan mahasiswa duduk, diam,
dengar, catat, dan hafal sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang
menarik.
Agar mahasiswa tidak statis, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
diterapkan. PBL merupakan suatu pendekatan proses belajar – mengajar yang
dinamis. Dalam penerapannya, peserta didik dihadapkan pada masalah - masalah
dan proses pemecahannya sebagai pemicu untuk belajar mandiri lebih lanjut.
Untuk berhasil dalam studi, mahasiswa harus mampu mengatur pemakaian waktu
belajar agar PBL dapat menjadikan proses belajar semakin efektif. Di lingkungan
prodi kedokteran, inovasi pembelajaran merupakan hal yang penting sesuai
dengan tuntutan dan perubahan di lingkungan institusi pendidikan kedokteran.
Artinya, perubahan paradigma pendidikan kedokteran dari pengajaran berpusat
pada dosen ke arah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Hal Itu
merupakan salah satu contoh inovasi strategi pendidikan. Berkenaan dengan itu,
1
![Page 2: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/2.jpg)
2
PBL pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn pada akhir abad ke 20.
Dewasa ini, fakultas kedokteran di dunia pun yang menerapkan PBL karena
efektif untuk mencerdaskan mahasiswa (Zulharman, 2007).
Pendidikan kedokteran dan kesehatan merupakan pendidikan yang dinamis
dengan model pembelajaran yang lebih menekankan peran aktif mahasiswa dalam
proses belajar daripada penerapan pengetahuan secara pasif. Program Studi
Kedokteran Universitas Tadulako telah menerapkan sistem pendidikan dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi sejak tahun 2008/2009. Pada pelaksanaannya
kurikulum ini menggunakan kurikulum yang sistematis, terintegrasi, pembelajaran
berdasar atas penyelesaian masalah/ Problem Based Learning (PBL), dan
melibatkan mahasiswa pada proses pembelajaran mandiri (Tim Penyusun Panduan
Akademik FKIK, 2012).
Menurut Maulana (dalam Rusdi, 2015),“padatnya jadwal kuliah danpraktikum menuntut lebih banyak waktu yang digunakan. Selain perlumemiliki keyakinan terhadap kemampuan dalam memecahkan masalah danmenyelesaikan tugas, mahasiswa juga perlu memperhatikan waktu yangdigunakan dalam melakukan berbagai aktivitas tersebut. Waktu merupakansumber daya paling berharga sehingga diperlukan konsep manajemen waktuuntuk menjaga keseimbangan antara tuntutan rutinitas dan kemampuan yangdimiliki”.
Hasil wawancara dengan tiga mahasiswa kedokteran Universitas Tadulako
tentang manajemen waktu yang mereka lakukan dalam penerapan PBL 14
Desember 2015 di Fakultas Kedokteran didapatkan data berikut; (i) Dua orang
mahasiswa berpendapat bahwa manajemen waktu menjadi kurang efektif
disebabkan banyaknya tugas yang harus dikerjakan, serta kesulitan mereka dalam
membagi waktu antara mencari informasi dan menelaah informasi mengenai topik
masalah dalam PBL pada hari tersebut dengan waktu belajar untuk
mempersiapkan diri menghadapi ujian – ujian praktikum. (ii) Mereka lebih
memilih memprioritaskan waktu untuk fokus pada hal – hal yang menuntut
kecapakan mereka dalam menjawab soal-soal ujian. (iii) Satu orang mahasiswa
berpendapat bahwa kurang mampu memanajemen waktu belajarnya dalam
metode PBL ini. Hal ini berkaitan dengan materi kedokteran yang begitu luas
sementara waktu yang dibutuhkan untuk menguasai materi tersebut cukup singkat.
![Page 3: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/3.jpg)
3
(iv) Mahasiswa ini mengatakan merasa kurang terarah dan kebingungan untuk
mencari informasi dari referensi yang tepat dibandingkan dengan metode
konvensional pada bangku Sekolah Menengah Atas. (v) Satu mahasiswa
berpendapat bahwa PBL sangat baik untuk meningkatkan pola berpikir kritis
dalam menghadapi masalah dan mendorong untuk meningkatkan waktu belajar
mahasiswa. Akan tetapi, mahasiswa ini berpendapat juga bahwa belum dapat
memanajemen waktu belajarnya dengan efektif dan efisien dalam melaksanakan
PBL. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut sebagian mahasiswa masih
belum mampu memanajemen waktu dalam melaksanakan PBL.
Sejalan dengan masalah di atas, Fitriah (2014) melakukan penelitian
mengenai manajemen waktu belajar mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan
PBL. Dalam penelitian itu, sebagian mahasiswa belum memiliki manajemen
waktu yang baik. Hal itu, ditandai dengan: mahasiswa yang mengeluh kurang
tidur dan waktu liburan terganggu, sering mengerjakan tugas sesuai dengan
deadline. Deadline tugas dengan waktu singkat menjadi proses pengerjaan tugas
tidak maksimal. Penerapan metode PBL dapat berdampak positif atau negatif pada
hasil akademik mahasiswa, tergantung bagaimana mahasiswa dapat mengatur
pada jadwal perkuliahan. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditegaskan
bahwa penerapan metode PBL perlu ditelaah untuk mengungkap bagaimana
mahasiswa mengatur waktu pada jadwal perkuliahan.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian mengenai manajemen waktu belajar
mahasiswa program studi kedokteran dalam pembelajaran berbasis masalah di
Universitas Tadulako penting untuk dilakukan.
B; R umusan Masalah
1; Apakah pemahaman mahasiswa program studi kedokteran tentang arti dan
makna dari manajemen waktu dan pembelajaran berbasis masalah di fakultas
kedokteran Universitas Tadulako ?
2; Bagaimana manajemen waktu belajar yang dilakukan oleh mahasiswa
program studi kedokteran dalam pembelajaran berbasis masalah di
Universitas Tadulako ?
![Page 4: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/4.jpg)
4
3; Mengapa manajemen waktu belajar diperlukan oleh mahasiswa program studi
kedokteran dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah di
Universitas Tadulako ?
C; Tujuan Penelitian
1; Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manajemen waktu mahasiswa
program studi kedokteran dalam pembelajaran berbasis masalah di
Universitas Tadulako.
2; Tujuan Khusus
a; Mengetahui pemahaman mahasiswa mengenai manajemen waktu dan
pembelajaran berbasis masalah di fakultas kedokteran Universitas
Tadulako
b; Mendeskripsikan manajemen waktu yang dilakukan mahasiswa program
studi kedokteran dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah di
Universitas Tadulako.
c; Mengungkapkan alasan mahasiswa program studi kedokteran
memanajemen waktu belajar dalam melaksanakan pembelajaran berbasis
masalah di Universitas Tadulako.
D; Manfaat Penelitian
1; Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan mengenai
manajemen waktu dan dapat diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran
berbasis masalah.
2; Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan kontribusi informasi mengenai manajemen waktu dalam
pembelajaran berbasis masalah.
3; Bagi Pengembangan Negara dan Bangsa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan
pertimbangan bagi pihak insitusi dalam pengambilan kebijakan untuk inovasi
baru dengan upaya peningkatan manajemen waktu pada mahasiswa program
studi kedokteran dalam pembelajaran berbasis masalah sehingga waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran lebih efektif untuk memperoleh ilmu.
![Page 5: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/5.jpg)
5
E; Keaslian Penelitian
Telah terdapat beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya terkait dengan
manajemen waktu dan Problem Based Learning (PBL). Seperti yang dilakukan
oleh Naila Fitriah (2014) . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambar
manajemen waktu belajar mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan metode
problem based learning (PBL) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatukkah
Jakarta. Responden penelitian berjumlah 85 mahasiswa PSIK UIN Syahid Jakarta.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deksriptif
dengan pendekatan kuantiatif. Alat pengumpul data menggunakan kuesioner
manajemen waktu. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
dari variabel : angkatan, jenis kelamin, tempat tinggal, kegiatan selain kuliah,
indeks prestasi, manajemen waktu meliputi perencanaan jangka pendek sikap
terhadap waktu dan perencanaan jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan
50,6 % mahasiswa memiliki manajemen waktu yang baik dengan persentase
tertinggi pada subvariabel perencanaan jangka panjang yaitu 57, 6%, dan 49, 4%
mahasiswa memiliki manajemen waktu tidak baik dengan persentase tertinggi
subvariabel perencanaan jangka pendek yaitu sebesar 44,7 %.
Penelitian lain dilakukan oleh Elvis Fernando Simbolon (2012) mengenai
pengaruh kemadirian belajar dan manajemen waktu terhadap indeks prestasi
belajar mahasiswa prodi Pendidikan Tata Negara Universitas Negeri Medan tahun
pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Medan dengan populasi sebanyak 104 orang dan sampel yang diambil
50% dari populasi yaitu 52 orang dengan teknik stratified Proportional Random
Sampling dan instrument yang digunakan untuk mengukur kemandirian belajar
dan manajemen waktu berupa angket atau kuesioner. Teknik analisis data yang
dipergunakan yaitu uji t pada taraf signifikan alpha 5%. Hasil yang yang diperoleh
menunjukkan pengaruh kemandirian belajar secar signifikan dimana nilai thitung
sebesar 2,608 dan nilai Sig. 0,012 < 0,05 dan manajemen waktu berpengaruh
secara signifikan dimana nilai thitung sebesar 2,052 dan nilai Sig. 0,046 < 0,05.
Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar dan
manajemen waktu yang positif berpotensi menigkatkan indeks prestasi.
Faristin Amalah (2013) melakukan penelitian mengenai implementasi
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan
kemampuan berfikir kritis pada kompetensi dasar menerima dan menyampaikan
informasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
![Page 6: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Administrasi Perkantoran SMK Cut Nya’ Dien Semarang yang berjumlah 45
siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Kegiatan setiap
siklus dalam penelitian meliputi kegiatan pencernaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah. Penelitian menggunakan dua instrumen pada setiap siklus, yakni lembar
diskusi siswa serta tertulis tiap individu pada setiap akhir siklus dan lembar
observasi kemampuan berpikir kritis untuk pengumpulan data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X
Administrasi Perkantoran di SMK Cut Nya’ Dien Semarang pada Kompetensi
Dasar Menerima dan Menyampaikan Informasi.
Penelitian ini memiliki pebedaan dengan penelitian sebelumnya. Dimana
perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
a; Subjek penelitian yang dilakukan pada penelitian ini ialah mahasiswa
Program Studi Kedokteran FKIK Untad tahun masuk 2012.
b; Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deksriptif
dengan pendekatan kualitatif.
c; Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako tahun 2015.
![Page 7: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/7.jpg)
7
a; Karakteristik Manajemen yang Baik
Sejak awal perkembangannya, ilmu manajemen selalu menfokuskan
pada efektivitas dan efisiensi. Untuk menunjukkan perbedaan antar
manajemen waktu yang efektif dan efisien dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.1 Perbedaan Manajemen Efektif dan Efisien
Manajemen Efektif Manajemen Efisien
1 Membuat yang benar 1 Mengerjakan yang benar
2Mengkreasikan alternatif –
alternatif2 Menyelesaikan masalah
3Mengoptimalkan sumber –
sumber3
Mengamankan sumber –
sumber
4 Memperoleh hasil 4 Mengikuti tugas – tugas
![Page 8: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/8.jpg)
8
pekerjaan
5 Meningkatkan keuntungan 5 Merendahkan biaya
Dari tabel tersebut, dapat dipahami bahwa antara manajemen yang
efektif dan efisien saling berkaitan satu sama lain untuk menghasilkan
manajemen yang baik. Adapun perencanaan yang baik menurut Nanang
Fattah, yaitu memperhatikan kondisi yang akan datang, berdasarkan
kurun waktu dikenal perencanaan jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang (Prastowo, 2012)
2; Manajemen Waktua; Definisi Manajemen Waktu
Manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan dan penggunanaan sumber daya dengan rangkaian yang
teratur. Sedangkan waktu dapat didefinisikan sebagai seluruh rangkaian
yang terjadi saat proses, pelaksanaan, dan juga kegiatan sedang
berlangsung. Waktu merupakan lama berlansungnya suatu kejadian.
Sehingga manajemen waktu dapat diartikan sebagai segala proses
pengelolahan, pengalokasian, dan pemanfaatan waktu dalam
menghasilkan suatu hal yang produktif.
Salah satu sumber daya untuk mencapai kesuksesan adalah
perencanaan waktu yang efektif dan efisien. Efektif ketika tujuan yang
telah ditetapkan tercapai dan efisien ketika waktu yang digunakan itu
sesuai atau terjadi pengurangan penggunaan waktu dari waktu yang telah
dialokasikan sebelumnya.
Tiga pendapat ahli mengenai manajemen waktu dicantumkan dalam
penelitian Puspitasari (2013) antara lain sebagai berikut:
1; Ojo dan Olaniyan
Waktu adalah sumber yang paling langka dan jika itu tidak dapat
dikelola, maka hal lain pun tidak dapat dikelola. Obyek dari
manajemen waktu adalah untuk menambah dan mengoptimalkan
penggunaan dari waktu luang yang tersedia. manajemen waktu
bukan tentang melakukan banyak hal dalam satu hari. Ini adalah
tentang melakukan hal-hal yang paling penting. Manajemen waktu
adalah kemampuan untuk memutuskan apa yang paling penting
![Page 9: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/9.jpg)
9
dalam kehidupan baik ditempat kerja, dirumah dan bahkan dalam
kehidupan pribadi.
2; Macan
Manajemen waktu menurut adalah pengaturan diri dalam
menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan
melakukan perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas
waktu, selalu membuat prioritas menurut kepentingannya, serta
keinginan untuk terorganisasi yang dapat dilihat dari perilaku seperti
mengatur tempat kerja dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang
harus diselesaikan.
3; Gie
berpendapat manajemen waktu adalah segenap kegiatan dan
langkah mengatur serta mengelola waktu dengan sebaik-baiknya,
sehingga mampu membawa kearah tercapainya tujuan hidup yang
telah ditetapkan oleh individu yang bersangkutan.
Perlu disadari bahwa dalam mendukung padatnya aktivitas dalam
usaha kemandirian belajar saat ini mahasiswa dituntut untuk memiliki
kemampuan manajemen waktu dalam mengatur segala aktivitasnya.
Gerakan membangkitkan kesadaran mahasiswa akan manajemen waktu
harus diintegrasikan dalam seluruh aktivitas pendidikan. Waktu yang
telah lewat tak akan pernah kembali dan yang membedakan orang sukses
dan gagal. Hal ini terletak pada bagaimana mereka mengatur dan
memanfaatkan setiap waktu yang ada. b; Strategi Manajemen Waktu
Manajemen waktu dapat dilakukan dengan perumusan persoalan –
persoalan tentang apa dan bagaimana sesuatu tugas akan diselesaikan,
menyediakan waktu untuk memastikan bahwa rencana yang telah dibuat
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Rusdi,2015)
Sehingga, aspek manajemen waktu menurut Santrock (dalam
rusdi,2015) yaitu (1) rencana dan menetapkan prioritas, (2) menciptakan
dan memonitor waktu, (3) mentoring, dan (4) menghindari penangguhan.
Davidson (dalam Puspitasari,2013) mengemukakan prinsip
manajemen waktu sebagai berikut:
1; Mengetahui tujuan hidup dengan membuat prioritas berdasarkan
tujuan.
![Page 10: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/10.jpg)
10
2; Menghindari melakukan hal – hal yang mendesak dengan
mengidentifikasikan hal – hal yang penting.
3; Membuat jadwal untuk mencapai hasil dengan membuat
perencanaan dan penjadwalan agar dapat diselesaikan tepat waktu.
4; Mampu melakukan pekerjaan dengan terorganisir dengan mengatur
segala sesuatu sehingga memudahkan dalam bekerja.
5; Mampu menyaring informasi dari luar dengan mengambil informasi
yang dibutuhkan.
6; Mengetahui cara menggunakan teknologi sehingga dapat menghemat
waktu.
7; Mampu meminimalkan gangguan dari pihak luar dan diri sendiri
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi pada pekerjaan.
8; Mampu menolak ajakan orang lain tanpa rasa takut, mengelolah
amarah, dan menghindari melakukan aktifitas – aktifitas yang tidak
penting.
9; Mampu mengelola situasi yang dapat menimbulkan stress.
10; Dapat menggunakan waktu secara efisien dengan memulai
pertemuan yang tepat waktu, tetap pada poko pembicaraan dan tidak
menggunakan waktu untuk hal – hal yang tidak penting.
11; Mampu tetap produktif pada saat dalam perjalanan.c; Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Waktu
Prinsip manajemen waktu berhubungan dengan kemampuan dan
sikap individu dalam menentukan skala prioritas dalam memanfaatkan
waktu yang dimiliki dengan sebaik – baiknya.1; Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang berhubungan dengan pengaturan
tujuan jangka panjang yang diperlukan pengorganisasian dengan baik
(Fitriah,2014)2; Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang muncul
untuk mencakup berbagai item yang memerlukan perencanaan jangka
pendek, baik dalam hari atau dalam minggu biasanya berhubungan
dengan jadwal harian atau mingguan, seperti membuat urutan jadwal
harian (Fitriah,2014).3; Sikap Terhadap Waktu
![Page 11: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/11.jpg)
11
Sikap seseorang terhadap waktu mempengaruhi pengelolaan waktu
dan kefektifan penggunaan waktu.
Mediana (2008) mengatakan bahwa sikap terhadap waktu dapat
jadi penghambat saat mengelola waktu bila melakukan hal seperti
berikut:
a; Suka menunda –nunda pekerjaan
Kebiasaan menunda – nunda pekerjaan membuat beberapa
deadline yang datang bersamaan diselesaikan dengan kurang
maksimal.
b; Melanggar deadline dan target yang sudah ditentukan sendiri
Deadline dan target yang terlewat dari batas waktu dikarenakan
adanya anggapan bahwa masih banyak waktu luang yang tersedia
dan waktu yang terbuang adalah hal yang biasa.
c; Mood Karya yang maksimal didapatkan dari mood yang positif.
Terkadang mood yang negatif pun datang menghampiri, untukmengelolahnya menjadi mood yang positif lagi dibutuhkan prosesdan waktu yang tidak sedikit. Sehingga, pekerjaan menjadi tidaktertunda dan dapat juga tidak terselesaikan
3; Belajar a; Definisi Belajar
Istilah belajar merupakan hal yang sangat umum dalam kehidupan
sehari – hari. Beberapa orang mengartikan belajar itu hanya terjadi di
lingkungan pendidikan formal maupun non formal. Tetapi pada
hakikatnya belajar adalah semua proses yang terjadi di kehidupan yang
membawa perubahan dari hal yang sebelumnya tidak di ketahui menjadi
informasi baru yang akan berdampak pula pada perubahan tingkah laku
dan perluasan wawasan. Proses belajar merupakan proses yang kontinu
artinya, akan berlangsung seumur hidup. Untuk lebih memahami defenisi
konkrit belajar, banyak pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh
para ahli yang tercantum dalam buku berjudul Cooperative Learning
Teori & Aplikasi PAIKEM karya Suprijono (2014) sebagai berikut:
1; Travers
Belajar adalah proses meghasilkan penyesuaian tingkah laku.
2; Cronbach
![Page 12: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/12.jpg)
12
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience,
belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Belajar
sebaik – baiknya adalah dengan mengalami sesuatu dengan
pancaindra. Dengan kata lain belajar adalah suatu cara mengamati,
membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan
mengikuti arah tertentu.
3; Harold Spears
Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu,
mendengar, dan mengikuti arah tertentu.
4; Geoch
Belajar adalah perubahan ferfomance sebagai hasil latihan.
5; Morgan
Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai
hasil dari pengalaman.
Selain buku karya Suprijono, dalam buku karya Dahar (2011) juga
dicantumkan pendapat seorang ahli bernama Gagne yang menyatakan
bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan kemampuan
yang dicapai seseorang melalui proses pertumbuhan sesorang secara
alamiah.
Jadi, belajar berarti sebuah aktivitas mental dan psikis melalui
pengalaman dan latihan yang belangsung secara kontinu menghasilkan
perubahan tingkah laku seseorang dengan interaksi antar individu dan
lingkungan.b; Prinsip – Prinsip Belajar
Prinsip belajar adalah landasan berfikir, landasan berpijak, dan
sumber motivasi dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai.
Suprijono (2014) dalam bukunya yang berjudul Cooperative
Learning Teori & Aplikasi PAIKEM menuliskan beberapa prinsip –
prinsip dalam belajar seperti berikut.
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri – ciri:
1; Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari.
2; Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3; Fungsional sebagai bekal hidup.
![Page 13: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/13.jpg)
13
4; Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
5; Bertujuan dan terarah.
6; Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik
yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.
Sementara itu, Prinsip belajar menurut Slameto (dalam
Riyanto,2009) antara lain:
1; Dalam belajar setiap siswa harus diusahakn partisipasi aktif,
meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
2; Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi
yang kuat pada mahasiswa.
3; Belajar perlu dukungan yang menantang di mana mahsiswa dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
4; Belajar perlu ada interaksi mahasiswa dan lingkungannya.
c; Faktor – Faktor Mempengaruhi Proses Belajar
Menurut Slameto (dalam Pasambo,2014) dan Anurrahman (2010)
secara garis besar faktor – faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar dapat dikelompokkan atas:1; Faktor Internal
Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik
dan mental. Faktor imternal ini sering disebut faktor instrinsik yang
meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis.
a; Kondisi Fisiologis Secara Umum
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar sesorang. Orang yang ada dalam
keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang
yang ada dalam keadaan lelah
b; Kondisi Psikologis
![Page 14: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/14.jpg)
14
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh
karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja
mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis terdiri atas
faktor motivasi dan kesiapan belajar.
i; Motivasi
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Bila seorang yang
sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak
dicapai bermanfaat baginya, maka motivasi belajar akan
muncul dengan kuat.
ii; Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar yaitu keseluruhan kondisi seseorang
yang membuatntya siap untuk memberikan respon
didalam proses belajar. Faktor yang sebagian besar
mempengaruhi kesiapan belajar antara lain kesiapan
psikis. Kesiapan psikis untuk belajar mandiri yang
meliputi senang belajar, belajar sepanjang hayat, konsep
diri, pemahaman diri, tanggung jawab dalam belajar,
inisiatif untuk mengaur kegiatan belajar dan pendekatan
kreatif dalam kegiatan belajar.
c; Sikap terhadap belajar
Dalam berbagai literatur kita menemukan bahwa sikap
adalah kecenderungan seseorang untuk berbuat. Sikap akan
tercermin melalui tindakan. Sikap terhadap belajar juga nampak
dari kesungguhan mengikuti pelajaran atau sebaliknya bersikap
acuh tak acuh terhadap aktivitas belajar. Misalnya acuh dengan
penjelasan dosen, mengerjakan tugas berprinsip “asal jadi”.
d; Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai proses
berfikir seseorang untuk mengelolah informasi – informasi
yang diterima sehingga menjadi bermakna.
e; Menggali Hasil Belajar
Informasi yang telah diperoleh tidak dapat secara otomatis
untuk mengingatnya sebanyak infomasi yang diterima.
Kesulitan dalam memproses kembali informasi – informasi
![Page 15: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/15.jpg)
15
lama merupakan kendala di dalam proses pembelajaran karena
mahasiswa akan mengolah informasi baru yang memiliki
ketertkaitan dengan informasi lama yang telah diterima
sebelumnya.2; Faktor Eksternal
Faktor yang bersumber dari luar individu yang bersangkutan.
Faktor ini sering diebut faktor instrinsik yang meliputi segala sesuatu
yang berasal dari luar individu yang dapat mempengaruhi prestasi
belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain.
a; Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat di kelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
i; Lingkungan Alami
Lingkungan alami seperti keadaan suhu dan kelembapan
udara mempengaruhi proses dan hasil belajar. Belajar pada
keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada
belajar pada suhu udara uang lebih panas dan pengap.
ii; Lingkungan sosial
Lingkungan sosial baik berwujud manusia atau
representasinya berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar. Hal ini di karenakan belajar mebutuhkan suasana
yang kondusif untuk mendukung proses belajar.
b; Faktor Instrumental
Faktor instrumental merupaka saranadalam pencapaian
tujuan yang telah dirangcang. Faktor – faktor ini dapat berupa:
i; Perangkat keras misalnya gedung, perlengkapan belajar, alat
– alat praktikum, dan sebagainya.
ii; Perangkat lunak seperti kurikulum.
Seluruh aktivitas pembelajaran, mulai dari penyusunan
rencana pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran,
menentukan strategi pembelajaran, menentukan teknik
evaluasi, kesemuanya harus berpedoman pada kurikulum.
Kurikulum sering mengalami perubahan berdasarkan
tuntutan kemajuan masyarakat. Perubahan ini dapat
menimbulkan masalah diataranya; (a)tujuan yang akan
![Page 16: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/16.jpg)
16
dicapai mungkin berubah, (b)isu pendidikan berubah,
akibatnya buku pelajaran dan dan sumber – sumber
pembelajaran akan berubah, (c)kegiatan belajar mengajar
berubah, sehingga seorang pendidik membutuhkan waktu
dalam proses penyesuaian meliputi strategi, metode, teknik,
dan pendekatan mengajar yang baru, dan (d)peserta didik
harus mampu menyesuaikan cara – cara belajar yang sesuai
dengan tuntutan tersebut.
4; Waktu Belajar a; Defenisi Waktu Belajar
Waktu adalah lama berlansungnya suatu kejadian, sedangkan belajar
menurut Winkel (dalam Riyanto,2009) adalah suatu aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan – perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap.
Sehingga waktu belajar dapat diartikan sebagai waktu berlangsungnya
proses interaksi individu dengan lingkungan yang tampak pada perubahan
perilaku dan pengetahuan.
Dalam lingkup pendidikan, waktu yang dimaksud adalah waktu untuk
terlibat secara akademis atau waktu yang digunakan dalam proses belajar.b; Karakteristik Waktu Belajar
Caroll (dalam Schunk, 2012) merumuskan faktor –fakto yang
mempengarugi berapa banyak waktu yang dibutuhkan belajar dan berapa
banyak waktu yang benar – benar digunakan untuk belajar.1; Waktu yang dibutuhkan untuk Belajar
Salah satu pengaruh terhadap faktor ini adalah kecenderungan
untuk mempelajari tugas. Kecenderungan belajar tergantung pada
jumlah pembelajaran sebelumnya yang relevan dengan tugas dan pada
karakteristik – karakteristik personal seperti kemampuan dan sikap.
Faktor lainnya ada kemampuan untuk memahami pelajaran. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan sebagian mahasiswa memahami
pengajaran verbal dengan baik sementara sebagian yang lainnya lebih
dapat belajar dengan baik dari presentasi – presentasi visual (Schunk,
2012).
![Page 17: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/17.jpg)
17
Caroll memasukkan faktor – faktor dalam sebuah rumusan untuk
menghitung tingkat pembelajaran semua mahasiswa yang menghadapi
tugas tertentu.
Tingkat pembelajaran = waktu yang digunakan / waktu yang
dibutuhkan
Model perhitungan Caroll menonjolkan pentingnya waktu
keterlibatan antara waktu yang digunakan untuk belajar dan faktor –
faktor yang mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk belajar
(Schunk, 2012)2; Waktu yang diperlukan untuk Belajar
Waktu yang dialokasikan untuk belajar. Kurikulum pendidikan
mencakup begitu banyak muatan ajar sehingga waktu yang
dialokasikan untuk tipe pembelajaran tertentu kurand dari optimal
bagi sebagian mahasiswa. Ketika dosen menyampaikan materi ke
seluruh siswa sekaligus dalam kelas sebagian mahasiswa mungkin
akan kesulitan memahami semuanya dan membutuhkan tambahan
waktu belajar (Schunk,2012).
Meskipun mahasiswa diberi banyak waktu untuk belajar, mereka
bisa saja tidak menggunakan waktu yang tersedia secara produktif.
Selain alasan minat yang rendah, kesulitan tugas dalam pandangan
mahasiswa, atau mahasiswa kurang termotivasi untuk bertahan dalam
mengerjakan suatu tugas selama jangka waktu yang mereka butuhkan
untuk mempelajarinya (Schunk,2012)
5; Definisi Manajemen Waktu Belajar
Mahasiswa yang tidak mampu mengatur waktunya dalam belajar akan
menghadapi kebingungan, pelajaran apa yang harus dipelajari hari ini atau
esok hari. Sehingga manajemen waktu sangat diperlukan untuk sukses dalam
studi dan akademis. Sebagaimana penjelesan sebelumnya mengenai
manajemen dan waktu belajar dapat ditarik kesimpulan mengenai manajemen
waktu belajar yaitu kemampuan individu dalam melakukan perencenaan dan
penggunaan waktu yang efektif untuk belajar.
![Page 18: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/18.jpg)
18
Manajemen waktu belajar dapat dilakukan dengan perumusan persoalan-
persoalan tentang apa dan bagaimana belajar akan dilakukan, menyediakan
waktu untuk menyelesaikan tugas dan melakukan pengawasan untuk
memastikan bahwa rencana yang telah dibuat sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
6; Pembelajarana; Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan
sikap dan kepercayaan peserta didik (Rosdiani, 2013). Dengan kata lain
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Menurut Harefa (dalam Isjoni,2008) Pembelajaran juga merupakan
proses pengembangan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan
kemampuan berfikir mahasiswa, serta dapat meningkatkan dan
mengostruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
dan pengembangan yang baik terhadap materi perkuliahan. Pada tahap
pertama, pembelajaran membuka pintu gerbang kemungkinan untuk
menjadi manusia dewasa dan mandiri. Pembelajaran memungkinkan
mahasiswa berubah dari “tidak mampu” menjadi “mampu”.
Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Patricia . Smith
dan Tilman J Ragan (dalam Pribadi, 2009) bahwa pembelajaran adalah
pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan
untuk menfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.
Sejalan dengan pandangan di atas, Gagne dan kawan – kawan (dalam
Pribadi, 2009) secara rinci mengemukakan pandangan yang membedakan
antara pengajaran dengan pembelajaran sebagai berikut:“...Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas
dari pada istilah pengajaran. Pengajaran hanya merupakantransfer of knowledge semata dari guru kepada siswa, sedangkanpembelajaran dimulai dari mendesain, mengembangkan,mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan yang dapatmenciptakan terjadinya proses belajar.”
![Page 19: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/19.jpg)
19
Pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai sebuah kombinasi yang
tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari mahasiswa, guru,
dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku
– buku, papan tulis, dan slide. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari
ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur,
meliputi jadwal dan metode penyampaian infomasi, praktik, belajar, dan
ujian (Hamalik, 2012)
Pembelajaran merupakan proses yang sengaja dirancang secara
terstruktur untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dari dalam diri
individu.b; Karakteristik Pembelajaran yang Baik
Penerapan desain pembelajaran bertujuan untuk menciptakan
pembelajaran yang sukses, yaitu pembelajaran efektif yang mampu
membantu peserta didik mencapai kompetensi yang diinginkan dan
pembelajaran yang efisien adalah aktivitas pembelajaran yang berlangsung
menggunakan waktu dan sumber daya yang relatif sedikit.
Heinich dan kawan – kawan (dalam Pribadi, 2009) mengemukakan
perspektif pembelajaran yang sukses terdiri atas beberapa kriteria
1; Peran aktif peserta didik
Proses belajar akan berlangsung efektif jika siswa terlibat secara
aktif dalam tugas – tugas yang bermakna dan berinteraksi dengan
materi pembelajaran secara intensif. Keterlibatan mental peserta didik
dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan
terjadinya proses belajar dalam diri seseorang.
2; Latihan
Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki
tingkat daya ingat. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan
peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang baru dipelajari. Tugas –tugas belajar bertujuan sebagai pemberian
latihan agar dapat meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
3; Perbedaan Individual
![Page 20: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/20.jpg)
20
Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya
dari individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu
dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas pendidik atau
instruktur adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu
seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.
4; Umpan balik
Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui
kemampuan dalam mepelajari materi pelajari dengan benar. Umpan
balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar
yang telah dicapai setelah menempuh program dan aktivitas
pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar akan
memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.
5; Konteks nyata
Peserta didik perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi
pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah
situasi nyata.
6; Interaksi Sosial
Interaksi sosial sangat diperlukan oleh peserta didik agar dapat
memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interaksi
berkesinambungan dengan sejawat akan memungkinkan untuk
melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang
sedang dipelajari.
7; Pembelajaran Berbasis Masalah
a; Definisi PBL
PBL (problem based learning) merupakan salah satu metode
pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi yang
menitikberatkan pada proses mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah.
Pembelajaran ini berpusat pada pembelajar. Awalnya
diimplementasikan dalam dunia pendidikan kedokteran sekitar 30 tahun
yang lalu, namun saat ini telah dipakai pada semua tingkatan pendidikan
baik dalam sekolah profesional berskala luas maupun universitas.
Pengajuan masalah pada bidang kedokteran memdorong pembelajar untuk
menggali ilmu dasar dan mekanisme – mekanisme klinis.
![Page 21: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/21.jpg)
21
Menurut Solihin (dalam Wicaksono, 2014) PBL yaitu pembelajaran
yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang beorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual,
untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Definisi lain PBL menurut Duch (dalam Yuliastutik, 2010) PBL adalah
metode pendidikan yang mendorong mahasiswa untuk mengenal cara
belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian
masalah – masalah. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan mahasiswa sebelum mempelajari suatu subjek. Metode ini
menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analisis, serta
mampu mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber – sumber
pembelajaran.
Landasan teori pembelajaran berbasis masalah adalah
kolaborativisme, yaitu suatu perspektif yang berpendapat bahwa peserta
didik akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran
dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya, dan dari semuanya itu
akan memperoleh hasil dari kegiatan berinteraksi dengan sesama individu
(Suyadi, 2013)
PBL merngarahkan mahasiswa dalam kelompok – kelompok kecil
untuk mencari situasi masalah dan melaui pencarian ini diharapkan dapat
menguji kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan mahasiswa
untuk menentukan informasi mana yang perlu mereka peroleh dalam
menyelesaikan dan mengelola situasi yang ada.
Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya
mendapatkan pengetahuan sebanyak – banyaknya, melainkan juga
bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk
menghadapi situasi bidang studi yang dipelajari.
b; Karakteristik PBL
Pembelajaran meupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan atau
kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa. Pada saat ini perkembangan
kurikulum di bidang pendidikan, utamanya perguruan tinggi lebih
condong menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan metode
pembelajaran berdasar atas penyeleseaian masalah. Dalam hal ini, banyak
teori – teori yang mendukung mengenai karakteristik umum pembelajaran
![Page 22: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/22.jpg)
22
berbasis masalah salah satunya teori yang dikemukakan oleh Linda Wee
(dalam Amala, 2013) antara lain:
1; Masalah yang digunakan sebagai awal pembelajaran.
2; Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia
nyata yang disajikan secara mengambang.
3; Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya
menuntut pembelajar menggunakan dan mendapat konsep dari
beberapa materi pelajaran atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
4; Sangat mengutamakan belajar mandiri.
5; Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari
satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan
pengetahuan ini menjadi kunci penting.
6; Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
Pembelajar bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling
mengajarkan dan melakukan presentasi.
Teori lain mengenai karakteristik PBL di kemukakan juga oleh Boud
dan Feletti ( dalam Fry, 2013) antara lain:
1; Bahan – bahan stimulus digunakan untuk membantu mahasiswa
mendefinisikan an mendiskusikan suatu masalah, pertanyaaan,
atau isu yang lain.
2; Masalah – masalah disajikan sebagai sebuah simulasi dari praktik
profesi atau situasi kehidupan nyata.
3; Mahasiswa dibimbing dalam pemikiran kritis dan diberikan
sumber daya terbatas untuk membantu mereka belajar dari
pendefinisian dan berupaya untuk memecahkan masalah tertentu
4; Mahasiswa bekerja secara kooperatif sebagai suatu kelompok,
dengan menggali informasi di dalam dan di luar kelas dengan
akses pada tutor yang sangat memahami masalah tersebut.
5; Mahasiswa didorong untuk mengenali kebutuhan belajar mereka
sendiri dan memanfaatkan sumber – sumber yang tersedia dengan
baik.
6; Mahasiswa menggunakan pengetahuan yang telah didapat untuk
memecahkan masalah awal dan untuk mendefinisikan sendiri
masalah – masalah belajar mereka yang baru.
![Page 23: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/23.jpg)
23
Karakteristik yang hampir sama di kemukan oleh Brooks & Martin
(dalam Agus, 2009) lebih rinci menguraikan beberapa ciri penting dari
PBL, sebagai berikut:
1; Tujuan pembelajaran dirancang untuk mengembanngkan keahlian
mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah.
2; Adanya keberlanjutan masalah, dengan syarat masalah harus
memunculkan konsep dan prinsip yang relevan dengan materi
perkuliahan yang dibahas dan masalah harus bersifat riil.
3; Adanya presentasi masalah sehingga pembelajar merasa memiliki
masalah tersebut.
4; Pengajar berperan sebagai fasililator yang mampu
mengembangan kreativitas berfikir mahasiswa dalam pemecahan
masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu bentuk
pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu mahasiswa
menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Dalam rangka memperluas
tema, PBL memiliki delapan karakteristik tambahan yaitu:
1; Mengakui dasar pengalaman mahasiswa.
2; Menekankan pada pertanggujawaban mahasiswa sendiri terhadap
pembelajaran mereka.
3; Bersifat lintas disiplin.
4; Memadukan teori dan praktek.
5; Lebih berfokus pada perolehan proses daripada hasil.
6; Perubahan peran dosen dari instruktur menjadi fasilitator.
7; Perubahan pola asesmen dari asesmen dosen menjadi asesmen
sendiri dan asesmen rekan sebaya.
8; Berfokus pada keterampilan komunikasi interpersonal yang
memungkinkan mahasiswa saling menghubungkan pengetahuan
yang mereka miliki, yang selanjutnya dapat membekali
kemampuan untuk selalu meningkatkan diri dalam bidang
profesinya (Agus,2009).
Berdasarkan beberapa karakteristik di atas, dapat dimengerti bahwa
PBL dirancang berdasar atas orientasi masalah. Dalam hal ini,
menempatkan mahasiswa sebagai pokok utama dalam proses
pembelajaran. Dengan adanya masalah yang di sajikan di awal
![Page 24: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/24.jpg)
24
pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu belajar secara kooperatif
mencari, mengevaluasi serta memadukan sumber pengetahuan yang
bervariasi dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang ada.
Proses inilah yang menjadikan mahasiswa sebagai pembelajar yang
terlatih berfikir kritis dan mandiri.
c; Tujuan PBL
Metode PBL, seperti yang telah dijabarkan pada sub bagian
sebelumnya memiliki karakteristik berorientasi masalah yang kemudian
akan diidentifikasi secara kritis dan mandiri oleh mahasiswa melalui
evaluasi berbagai sumber pengetahuan. Dari karakteristik itu, metode
PBL menurut Meltzer (dalam Schunk, 2012) memiliki tiga tujuan yang
saling berhubungan satu sama lain. Tujuan pertama ialah mengembangkan
kemampuan mahasiswa utnuk dapat menyelidiki secara sistematis suatu
masalah. Dengan berpartisipasi dalam aktivitas – aktivitas berbasis
masalah yang sudah tersusun rapi, mahasiswa mampu memecahkan
masalah – masalah yang sama dengan cara komperehensif dan sistematis.
Tujuan kedua ialah mengembangkan pembelajaran yang mandiri (self
directed learning). Dengan bertanggung jawab atas investigasi mereka
sendiri, mahasiswa belajar untuk mengatur dan mengontrol pembelajaran
mereka sendiri. Tujuan ketiga ialah pemerolehan penguasaan konten.
Pembelajaran berbasis masalah memiliki asumsi dasar bahwa tujuan
pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada
permasalahan otentik, relevan dan dipresentasikan dalam konteks tertentu.
Harapan agar peserta didik memliki pengalaman sebagaimana nantinya
mereka mengahadapi kehidupan profesionalnya (Suyadi, 2013)
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam PBL adalah meningkatkan
kemampuan mahasiswa untuk berfikir kritis, analisis, sistematis, dan logis
dalam menemukan alternatif pemecahan masalah.
d; Tahap – Tahap PBL
Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural
urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistemastis. Aktivitas
pembelajaran dalam blok meliputi:
1; Kuliah pakar/ ceramah, tatap muka
Perkuliahan disusun berdasarkan topik- topik dalam blok. Untuk
mengefektifkan perkuliahan, sangat disarankan mahasiswa
![Page 25: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/25.jpg)
25
menyiapkan daftar pertanyaan yang tidak terjawab dalam kelompok
diskusi. Perkuliahan dalam lingkungan PBL digunakan untuk
klarisifikasi dan konfirmasi tujuan pembelajaran yang telah
teridentifikasi, sehingga kuliah menjadi interaktif (Tim Penyusun
Panduan Akademik FKIK, 2012)
2; Tutorial
Tutorial dapat diartikan sebagai penyajian informasi – konfirmasi dan
prinsip- yang melibatkan siswa secara aktif didalamnya. Metode ini
digunakan juga untuk aktivitas pembelajaran yang bersifat perbaikan
(Probadi, 2009)
Tabel 2.2 Langkah seven jump
7 langkah seven jump
Langkah 1
Mahasiswa bekerja dalam kelompok,
mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah – istilah
asing/ belum dikenal yan terdapat di dalam skenario,
sekretaris kelompok membuat daftar istilah yang oleh
kelompok dianggap masih belum jelas maknanya.
Langkah 2Menetapkan masalah – masalah yang perlu
didiskusikan
Langkah 3
Curah pendapat untuk mendiskusikan masalah yang
telah disepakati, mahasiswa berdiskusi menggunakan
prior knowledge.
![Page 26: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/26.jpg)
26
Langkah 4
mahasiswa membuat review terhadap hasil langkah 2
dan 3 kemudian membuat penjelasan sementara,
sekretaris kelompok mengornisasikan penjelasan tadi
bila perlu merestrukturisasi.
Langkah 5
Mahasiswa membuat formulasi tujuan belajar,
kelompok mencapai konsensus tentang tujuan belajar
mereka dan tutor memastikan bahwa tujuan belajar
telah terfokus, tercapai, bersifat komperehensif dan
tepat.
Langkah 6
Mahasiswa bekerja secara independen atau belajar
mandiri untuk mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan masing – masing tujuan belajar.
Langkah 7
Mahasiswa kembali bertemu untuk melaporkan dan
mendiskusikan temuan informasi masing – masing,
tutor memperhatikan diskusi dan hasil temuan
mahasiswa, dan membuat penilaian terhadap kinerja
kelompok.
![Page 27: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/27.jpg)
27
(Tim Penyusun Panduan Akademik FKIK, 2012)
Proses pembelajaran yang diselenggarakan mengikuti metode lima
langkah PBL yang dikemukan oleh Sudarman (2007) antara lain:
1; Konsep Dasar
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar,
petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam
perkuliahan. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan
dalam bentuk garis besar saja sehingga mahasiswa dapat
mengembangkannya secara mandiri.
2; Pendefinisian masalah
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau
permasalahan dalam kelompoknya, mahasiswa melakukan berbagai
kegiatan. Pertama, Brainstorming ini dilaksanakan dengan cara
semua anggota kelompok mengungkap pendapat, ide, dan
tanggapam terhadap skenario secara bebas sehingga dimungkinkan
muncul berbagai macam alternatif pendapat. Selain itu, setiap
kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
dan mendiskusikan maksud dan artinya.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat
yang lebih fokus. Ketiga, Menentukan permasalahan dan mencari
referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat.Jika
tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh
mahasiswa, fasilitator mengusulkan permasalahan tambahan.
Pada akhir langkah ini mahasiswa diharapkan memiliki
gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja
![Page 28: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/28.jpg)
28
yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang
diperlukan untuk menjembataninya.
3; Pembelajaran Mandiri
Setelah mengetahui tugasnya, masing – masing mahasiswa
mencari sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
diinvestigasi. Sumber yang dimaksud bisa dalam bentuk artikel
tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan.
4; Pertukaran Pengetahuan
Setelah mendapatkan sumber sebagai tahap pendalaman materi,
selanjutnya pada pertemuan berikutnya mahasiswa berdiskusi
dalam kelompoknya untuk mengklarisifikasi capaiannya dan
merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Langkah
selanjutnya presentasi hasil dalam pleno untuk menentukan
kesimpulan akhir.
5; Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan, kecakapan, dan sikap. Penilaian terhadap pengetahuan
dengan ujian akhir semsester, kuis, dan laporan. Penilaian terhadap
sikap dititikberatkan pada keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran perkuliahan.
e; Kelebihan dan Kekurangan PBL
Setiap metode pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihannya
masing – masing. Metode PBL sesuai dengan karakteristinya memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan metode pembelajaran lain yaitu melatih
mahasiswa dalam berfikir kritis, meningkatkan kualitas berkomunikasi,
dan meningkat kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan
kekurangan metode PBL yaitu dari segi pengefisienan waktu yang relatif
susah artinya, mahasiswa membutuhkan waktu yang lebih untuk belajar,
mencari literatur yang sesuai, mengumpulkan informasi, dan dalam hal
mempersiapkan presentasi. Di bawah ini kelebihan dan kekurangan dari
metode PBL akan dibahas lebih rinci;
1; Kelebihan Metode PBL
Menurut Suyadi (2013) keunggulan metode PBL di antaranya:
![Page 29: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/29.jpg)
29
a; Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
b; Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik,
sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan
pengetahuan baru peserta didik.
c; Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
peserta didik.
d; Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran yang dilakukan.
e; Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
f; Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
g; Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan baru.
h; Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
i; PBL dapat mengembangkan minat peserta didik untuk
mengembangkan konsep belajar secara terus – menerus, karena
dalam prakteknnya masalah tidak akan pernah selesai. Artinya,
ketika satu masalah selesai diatasi, masalah lain muncul dan
membutuhkan penyelesaian secepatnya.
Selain Suyadi, Wood (dalam Fitriah, 2014) juga mengemukakan
pendapatnya mengenai beberapa kelebihan metode PBL dalam konten
yang relatif sama antara lain yaitu:
a; PBL membantu pembelajaran menjadi lebih aktif, meningkatkan
pemahaman, dan ingatan mahasiswa serta perkembangan
kemampuan pembelajaran sepanjang hidup.
b; PBL memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan kemampuan umum dan sikap yang bermanfaat
untuk praktek mereka di masa depan.
![Page 30: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/30.jpg)
30
c; PBL menfasilitasi kurikulum inti yang terintegrasi.
d; PBL menyenangkan bagi mahasiswa dan pembimbing, proses PBL
mengharuskan seluruh mahasiswa berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.
e; PBL membantu mengembangkan pembelajaran mendalam
mahasiswa berinteraksi dengan materi pembelajaran yang
berhubungan dengan konsep aktifitas sehari – hari, dan
meningkatkan pemahaman mereka.
2; Kekurangan metode PBL
Selain memiiki keunggulan, Suyadi (2013) menyatakan bahwa metode
PBL juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a; Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak
mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampumenyelesaikan
masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk
mencoba karena takut salah.
b; Tanpa pemahaman “ mengapa mereka berusaha” untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Artinya, perlu
dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada
peserta didik.
c; Proses pelaksanaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama atau
panjang. Peserta didik memerlukan waktu tambahn untuk
menyelesaikan persoalan yang diberikan. Padahal, waktu
pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum yang
ada
Sedangkan menurut wood (dalam Fitriah, 2014) metode PBL memiliki
dua kekurangan yaitu:
a; Dari segi role model; mahasiswa kemungkinan akan kurang
mendapatkan contoh informasi serta inspirasi dari dosen yang
selama ini dianggap sebagai role model.
b; Dari segi informasi; mahasiswa menjadi ragu dan bingung terhadap
infromasi yang didapatkan terlalu banyak.
![Page 31: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/31.jpg)
31
Dari pemaparan di atas, tentunya diharapkan penerapan metode PBL
dalam kurikukum KBK ini dominan dari segi kelebihannya. Sedangkan
kekurangan – kekurangan yang ada dari metode PBL dapat dijadikan
bahan diskusi guna mencari solusi yang tepat untuk mengurangi
hambatan dalam metode PBL. Selain itu, kelebihan dan kekurangan
metode PBL dapat digunakan sebagai bahan evaluasi apakah dampak
penerapan metode pembelajaran ini dapat meningkatkan kinerja
mahasiswa atau sebaliknya lebih banyak menyita waktu mahasiswa
dalam mengelola informasi sehingga proses pembelajaran menjadi
kurang efisien.
7; Kerangka Teori
PBL
Tujuan
Karakteristik
Tahap - Tahap
Kekurangan dan kelebihan
Manajemen
Manajemen Waktu BelajarManajemen Waktu Waktu Belajar BelajarStrategi
Faktor - faktorYang mempe-
ngaruhiStrategi Jangka Panjang
Jangkapendek Karakteristik
Waktu yang dibutuhkan untuk Belajar
Waktu yang digunakan untuk Belajar prinsipinternal Faktor – faktor Yang mempengaruhieksternallingkungan instrumensofware
![Page 32: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/32.jpg)
32
Gambar 2.1 Kerangka Teori
(Sumber : Rosdiani,2013; Suyadi,2013; Fitriah,2014; Suprijono, 2014;
Schunk,2012)
8; Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
9; Landasan Teori
PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran berpusat pada mahasiswa
yang menekankan pada proses penyelesaian masalah secara ilmiah (Suyadi,
2013).
Manajemen Waktu PembelajaranBerbasis Masalah
![Page 33: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/33.jpg)
33
Menurut Wood (dalam Fitriah,2013) kekurangan dari metode PBL adalah
komsumsi waktu dan terdapat beberapa mahasiswa yang mendominasi dan pasif
ketika berdiskusi.komsumsi waktu yang dimaksud adalah durasi selama mencari
literatur, mengumpulkan infomasi baru, mempersiapkan presentasi dan kesulitan
dari PBL dimana mahasiswa membutuhkan waktu lebih untuk belajar.
Dari penjelasan itu, salah satu hal yang penting mahasiswa lakukan untuk
lebih efisien menggunakan waktunya adalah manajemen waktu. Untuk lebih
memahami makna manajemen waktu, Sasmita (2013) mengdefinisikan bahwa
manajemen waktu itu ialah perencanaan dan pengaturan waktu yang digunakan
setiap hari dalam melaksanakan semua aktivitas yang ada, berdasarkan pada skala
prioritas dan jadwal yang telah ditentukan, sehingga individu dapat menggunakan
waktu secara efektif dan efisien.
Manajemen waktu penting untuk dilaksanakan karena berbagai alasan sebagai
berikut:
a; Untuk menyelesaikan sesuatu yang penting dalam waktu yang efisien
b; Untuk membatasi skala prioritas dan menyelesaikan tugas – tugas
terpenting dalam hidup kita
c; Memanfaatkan dan menghargai waktu yang terbuang sebaik – baiknya
d; Untuk menghindari kebiasaan over reactive seperti ‘terlalu keras’ atau
terlalu santai yang dapat menurunkan efektivitas kegiatan (Sasmita,2013).
![Page 34: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/34.jpg)
34
![Page 35: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/35.jpg)
35
didapatkan, dan lama waktu dari pengamatan atau wawancara. Besar sumber data
ini umumnya jauh lebih kecil daripada metode kuantitatif. Jumlah sumber data
bervariasi tergantung dari pertanyaan yang di tanyakan. Patton mengatakan,
“There are no rules for sample size in qualitative inquiry”, tidak ada peraturan
baku untuk menentukan besar sumber data pada penelitian kualitatif. Dengan kata
lain, besar sumber data penelitian tergantung dari beberapa hal seperti waktu dan
kekuatan sumber daya untuk mendapatkan informasi yang maksimum
(Wibowo,2014).
Tujuan utama dari melakukan sampling pada penelitian kualitatif sebetulnya
adalah mengidentifikasikan sekelompok orang yang mempunyai karakteristik atau
yang mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti.
Penentuan sumber data dilakukan secara purposive, yaitu dipilih sesuai
pertimbangan informasi dan tujuan tertentu. Dengan kata lain, sumber data yang
diteliti ditentukan oleh peneliti, berdasarkan data yang diperoleh dari seorang
informan sebelumnya dapat dijadikan acuan dalam menetapkan informan lainnya
yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap disebut teknik snow
ball sampling. Maka, bila hasil informasi yang diperoleh telah memadai, artinya
bahwa data dari informan selanjutnya tidak lagi memberi tambahan informasi
baru yang berarti, peneliti dapat menghentikan pencarian datanya (Wibowo, 2014;
Sugiyono, 2014).
Jadi, pengambilan subjek dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
puposive sampling dan snowball sampling didasarkan atas tujuan peneliti untuk
mengetahui manajemen waktu mahasiswa Program Studi Kedokteran dalam
pembelajaran berbasis masalah di Universitas Tadulako. Peneliti menentukan
subjek utama dalam penelitian ini berjumlah 10 orang informan, yaitu 10 orang
![Page 36: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/36.jpg)
36
mahasiswa program studi kedokteran yang telah mengikuti metode PBL dari 169
mahasiswa program studi kedokteran angkatan 2012 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. Alasan pengambilan subjek penelitian berdasarkan bahwa 10
orang mahasiswa program studi kedokteran itu merupakan anggota mahasiswa
program studi kedokteran yang telah lama belajar dalam metode PBL di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako.D. Instrumen Penelitian
Berbeda halnya dengan penelitian kuantitatif, instrumen penelitian kualitatif
lebih menitikberatkan pada peneliti itu sendiri. Kualitas instrumen penelitian
berkenaan dengan validitas. Oleh karena itu, peneliti sebagai isntrumen
memvalidasi dirinya sendiri melalui evaluasi terhadap penguasaan teori dan
wawasan terhadap bidang yang diletiti dan kesiapan peneliti untuk memasuki
objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya (Sugiyono, 2014).
Pada penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara. Esterberg, dalam Sugiyono (2014) mendefinisikan interview sebagai
berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through
question and responses, resulting in communication and joint construction of
meaning about a particular topic”, wawancara merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Pada penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara
semistruktur yang termasuk dalam kategori in depth interview sehingga, peneliti
dapat menemukan permasalahan lebih terbuka karena pihak informan dapat
mengemukakan ide-idenya dan pendapatnya mengenai masalah yang diajukan
peneliti. Bahan wawancara telah dipersiapkan berupa kuesioner dan cetakan
daftar-daftar pertanyaan terbuka. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
manajemen waktu yang telah diuji validitas dan realiabilitas sebelumnya oleh
Fitriah (2014), Time Managemen Questionnaire (TMQ) dikembangkan oleh
Briton & Tesser terdiri dari 16 pernyataan; perencanaan jangka pendek terdiri
dari 7 item, sikap terhadap waktu terdiri dari 5 item, dan perencanaan jangka
panjang terdiri 4 item.
![Page 37: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/37.jpg)
37
Dalam melakukan pengumpulan data, selain membawa pedoman wawancara
peneliti juga menggunakan alat bantu tape recorder, buku catatan, dan kamera
yang dimaksudkan untuk lebih memudahkan pelaksanaan penelitian.
E; Alur Penelitian
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
F; Defenisi Operasional
Untuk memahami secara lebih jelas tentang permasalahan penelitian dan agar
tidak terjadi salah pengertian, maka peneliti menjelaskan definisi operasional
sebagai berikut:
1; manajemen waktu
Menurut Sasmita (2013) bahwa manajemen waktu merupakan
perencanaan dan pengaturan waktu yang digunakan setiap hari dalam
melaksanakan semua aktivitas yang ada, berdasarkan pada skala prioritas dan
jadwal yang telah ditentukan, sehingga individu dapat menggunakan waktu
secara efektif dan efisien.2; Pembelajaran Berbasis Masalah
Wawancara singkat dengan tiga mahasiswaangkatan 2012 sebagai studi pendahuluanuntuk mengidentifikasi permasalahanmanajemen waktu belajar dalam pelaksanaanpembelajaran berbasis masalah
Perumusan masalah
Penyusunan proposalSeminar proposal
Pengambilan Data dengan In Depth Interview
Pengelolaan dan Analisis Data
Seminar Hasil
Seminar Skripsi
![Page 38: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/38.jpg)
38
Menurut Wood dalam penelitian Paulus (2013) mengatakan PBL adalah
proses pembelajaran yang berbasis berdasarkan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi peserta didik yang merangsang mahasiswa untuk belajar
tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengalaman baru.
G; Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah sebuah proses yang sistematis dan
terstruktur dalam rangka mencari dan mengolah berbagi data yang bersumber
dari wawancara dan telaah pustaka untuk menghasilkan suatu laporan temuan
penelitian ( Wibowo, 2014)
Dalam hal analisis data Sugiyono (2014) juga mengutarakan pendapatnya
bahwa analisis data adalah proses akhir dalam penelitian untuk melakukan
olah data dan mendapatkan hasil kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang
dilakukan. Adapun proses analisis data penelitian kualitatif sebagai berikut:
a; Analisis Sebelum di Lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil dari studi pendahuluan yang
digunakan untuk menentukan fokus penelitian yang sifatnya masih
sementara.
b; Analisis Selama di Lapangan Model Miles dan Huberman
Analisis ini dilakukan selama pengumpulan data berlangsung dan setelah
pengumpulan data dalam periode tertentu.
1; Data reduction (reduksi data)
Reduksi yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal – hal pokok,
memfokuskan pada hal – hal penting, mencari tema, pola kalimat dan
membuat kategorisasi. Dalam hal ini, peneliti mengurangi hal yang
tidak perlu sehingga, data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas.
2; Data display (penyajian data)
Setelah peneliti mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah
penyajikan data dalam bentuk uraian teks yang bersifat naratif
deksriptif.
3; Conclusion drawing / verification (penarikan kesimpulan dan
verifikasi)
![Page 39: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/39.jpg)
39
Penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti berdasarkan hasil
penelitian dan analisis data yang telah didapatkan dari hasil
wawancara tentang manajemen waktu belajar mahasiswa program
studi pendidikan dokter dalam pembelajaran berbasis masalah di
Universitas Tadulako.
H; Etika Penelitian
Penelitian ini memperhatikan beberapa hal yang menyangkut etika penelitian
antara lain:
a; Informed consent, Peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan
penelitian kepada responden, kemudian menanyakan kesediaan responden.
Responden yang bersedia selanjutnya diminta menandatangani lembar
persetujuan.
b; Anonymity, peneliti merahasiakan dan tidak mencantumkan nama
responden,tetapi dengan menuliskan kode responden
c; Confidentiality, peneliti melindungi dan menjaga kerahasiaan semua data atau
infomasi yang telah dikumpulkan
I; Kelemahan Penelitian
Masih banyak terjadi perdebatan tentang nilai analisis kualitatif, debat positif
mengatakan bahwa analisis kualitatif mampu memberikan informasi yang lengkap
dari berbagai sumber data yang dituangkan dalam bentuk transkrip. Debat negatif
mengatakan analisis kualitatif bersifat terlalu luas dan superfisial dan belum
mencerminkan kompleksitas dari penelitian ( Wibowo,2014).
Penelitian ini menggunakan data primer sehingga peneliti harus melakukan
wawancara secara mendalam dengan responden satu per satu dan secara otomatis
membutuhkan waktu penelitian yang relatif lebih lama.
J; Jadwal Penelitian
No Bulan Kegiatan
123
Desember – Januari 2015Januari – Maret 2016April 2016
Penyusunan proposal penelitian, ujian proposalPengumpulan data, pengelolaan, analisis dataPenyusunan hasil, ujian hasil
![Page 40: Print](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022051500/56d6bd4d1a28ab30168d71f9/html5/thumbnails/40.jpg)
40
4 Mei 2016 Penyusunan skripsi, ujian skripsi