BAB I
PENDAHULUAN
Preeklampsia merupakan salah satu kelainan dalam masa kehamilan yang
cukup sering dan apabila tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi
preeklampsi berat, kemudian terjadi eklampsi dan akhirnya menimbulkan
kematian. Oleh karena itu diagnosa dini kelainan ini sangat diperlukan, yaitu
dengan cara pemeriksaan antenatal care yang baik. Penanganan preeklampsi
sampai sekarang masih bersifat simptomatik karena penyebabnya yang masih
belum diketahui secara pasti. Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia
ringan dengan hipertensi, edem dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak
diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam waktu
singkat dapat timbul preeklampsia berat dan eklampsia. Dengan pengetahuan ini
jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan rutin sangat penting dalam
usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia.1
Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa penyakit ini lebih sering
terjadi pada kehamilan pertama, kehamilan kembar dan kehamilan anggur.
Semakin tua umur kehamilan makin tinggi frekuensi penyakit ini.2
Frekuensi preeklampsia untuk tiap Negara berbeda-beda karena banyak
factor yang mempengaruhinya, diantaranya jumlah primigravida, keadaan sosial
ekonomi, perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perubahan Haemodinamik pada kehamilan
Sirkulasi peredaran darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta dan uterus yang membesar dengan pembuluh darah yang
membesar pula. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologis
dengan adanya hemodilusi. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25%,
dan puncaknya terjadi pada kehamilan 32 minggu. Eritropoesis dalam kehamilan
juga meningkat untuk memenuhi kebutuhan transpor zat asam. Walaupun terdapat
peningkatan jumlah eritrosit secara keseluruhan, akan tetapi peningkatan jumlah
plasma jauh lebih besar, sehingga kondisi akhir yang terjadi adalah anemia relatif.
Jumlah leukosit meningkat, demikian juga jumlah trombosit. Segera setelah partus
terjadi pula hemokonsentrasi, dengan puncak pada hari ke-3 dan 5 postpartum 1,2,3.
Beberapa perubahan hemodinamik yang terjadi pada ibu hamil2,3 :
1. Cardiac output (Co)
Sesudah 10 minggu kehamilan Co meningkat 1,0 – 1,5 L/menit yang
disebabkan oleh peningkatan volume plasma serta penurunan resistensi vaskular
dari uterus dan plasenta, dimana selama trimester ketiga kehamilan menerima
25% dari Co. Pada trimester kedua peningkatan Co ini dapat dipengaruhi dengan
sangat nyata oleh posisi ibu. Pada posisi terlentang, kompresi pada vena kava
akan dapat menurunkan Co sampai 30%, karena menurunnya Venous return dari
ekstremitas bawah.
2. Denyut Jantung
Denyut jantung akan meningkat 10-15 kali/mnt selama kehamilan, dan
peningkatan ini mencapai tingkat maksimum pada trimester ke-3. perubahan
denyut jantung ini harus dibedakan dari takikardia yang disebabkan hipovolemia.
3. Tekanan darah
2
Pada trimester ke-2 akan terjadi penurunan tekanan darah sebanyak 5-15
mmHg dari tekanan sistolik dan diastolic. Tekanan darah mendekati normal
kembali pada saat aterm.
4. Tekanan Vena
Tekanan vena central (CPV) pada saat berbaring dapat berbeda selama
kehamilan, tetapi reaksi penambahan volume adalah sama seperti wanita tidak
hamil. Hipertensi vena pada ekstremitas bawah akan terjadi selama trimester ke-3.
B. Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam (tabel 1) 3,4,5 :
1. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah
kehamilan 20 minggu, selama persalinan, dan/atau dalam 48 jam pascapersalinan.
Ini lebih sering terjadi pada ibu dengan primigravida. Pataologi telah terjadi akibat
implantasi sehingga timbul iskemia plasenta yang diikuti sindrom inflamasi.
Resiko meningkat pada :
- masa plasenta yang besar (gemeli, penyakit trofoblas)
- diabetes mellitus
- Isoimunisasi rhesus
- Faktor herediter
- masalah vascular
Hipertensi karena kehamilan dan preeklampsi ringan sering ditemukan tanpa
gejala, kecuali meningkatnya tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk
dengan terdapatnya proteinuria. Edema sekarang tidak lagi menjadi suatu tanda
yang sahih untuk preeklampsi.
2. Hipertensi Kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu
Diagnosis Tekanan darah Tanda lain
Hipertensi karena kehamilan
# Hipertensi# Kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dalam 2 pengukuran berjarak 1 jam atau
# Proteinuria (-)# kehamilan > 20 mgg
3
* Preeklampsia ringan# Preeklampsia berat
* Eklampsia
tekanan Diastolik sampai 110 mmHg
* Idem# Tekanan diastolic > 110 mmHg
* Hipertensi
* Proteinuria 1+# Proteinuria 2+# Oliguria# Hiperfleksia# Ggn penglihatan# Nyeri epigastrium
* Kejang
Hipertensi Kronik
# Hipertensi kronik
* Superimposed pre-
eclampsia
# Hipertensi
* Hipertensi kronik
# kehamilan < 20
mgg
* Proteinuria + tanda-tanda lain dari pre-eklampsia
C. Preeklamsia
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan
proteinuria, edem atau keduanya, yang terjadi akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan atau kadang-kadang timbul
lebih awal bila terdapat perubahan hidatiformis yang luas pada vili korialis.6,7
Apabila hipertensi terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu tanpa
adanya mola hidatidosa atau hipertensi yang menetap selama 6 minggu post
partum maka masuk kedalam kategori hipertensi kronik.
Penyakit ini dianggap sebagai suatu “maladaption syndrome” dengan akibat suatu
vasospasme generalisata dengan segala akibat-akibatnya.
Kenaikan tekanan darah dapat ditimbulkan oleh peningkatan curah jantung
ataupun resistensi pembuluh darah sistemik. Curah jantung pada pasien hamil
dengan preeklamsi tidak jauh berbeda dari curah jantung pada pasien hamil yang
normal dalam trimester terakhir kehamilan. Di lain pihak, resistensi pembuluh
darah sistemik telah terbukti dapat meningkat nyata.7
4
Aliran darah ginjal dan tingkat filtrasi glomelurus (GFR) pada pasien
dengan preeklamsi jauh lebih rendah daripada pasien dengan kehamilan normal
pada periode kehamilan yang sebanding, terjadi spasme pembuluh darah disertai
retensi garam dan air, protesinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriol sehingga
terjadi perubahan pada glomerulus. Vasokonstriksi ginjal dan pengurangan GFR
juga dapat menyebabkan oliguria.7,8
Resistensi pembuluh darah otak selalu tinggi pada pasien preeklamsi dan
eklamsi. Pada pasien hipertensi tanpa kejang-kejang, aliran darah otak tetap dalam
batas normal sebagai akibat fenomena autoregulasi.7
D. Etiologi
Penyebab terjadinya preeklampsia sampai sekarang belum diketahui
secara pasti. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan penyebab
kelainan ini sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai “The Disease of
Theory”. Adapun teori tersebut antara lain8 :
a. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan adanya kerusakan endotel
vascular sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI2) yang pada
kehamilan normal meningkat, aktifitas penggumpalan dan fibrinolisis yang
kemudia akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifitas trombosit menyebabakan
pelepasan tromboksan (TA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel.
b. Peran faktor imunologis
Preeklampsia eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan
kadang tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Fierlie FM (1982)
mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sisitem imun pada penderita
preeklampsia.
1. Beberapa wanita dengan preeklampsia mempunyai kompleks imun pada serum
2. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktifitas system komplemen pada
preeklampsia dan eklampsia diikuti dengan proteinuria.
5
c. Peran faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukan peran faktor genetic pada kejadian
preeklampsia eklampsia antara lain :
- Preeklampsia hanya terjadi pada manusia
- Keturunan ibu penderita preeklampsia eklampsia memepunyai risiko lebih
tinggi untuk menderita preeklampsia eklampsia
E. Patofisiologi
Penyakit ini dianggap sebagai suatu “maladaption syndrome” dengan
akibat suatu vasospasme generalisata dengan segala akibat-akibatnya.9,10
Kenaikan tekanan darah dapat ditimbulkan oleh peningkatan curah jantung
ataupun resistensi pembuluh darah sistemik. Curah jantung pada pasien hamil
dengan preeklamsi tidak jauh berbeda dari curah jantung pada pasien hamil yang
normal dalam trimester terakhir kehamilan. Di lain pihak, resistensi pembuluh
darah sistemik telah terbukti dapat meningkat nyata.9
Aliran darah ginjal dan tingkat filtrasi glomelurus (GFR) pada pasien
dengan preeklamsi jauh lebih rendah daripada pasien dengan kehamilan normal
pada periode kehamilan yang sebanding, terjadi spasme pembuluh darah disertai
retensi garam dan air, proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriol sehingga
terjadi perubahan pada glomerulus. Vasokonstriksi ginjal dan pengurangan GFR
juga dapat menyebabkan oliguria.9,10
Resistensi pembuluh darah otak selalu tinggi pada pasien preeklamsi dan
eklamsi. Pada pasien hipertensi tanpa kejang-kejang, aliran darah otak tetap dalam
batas normal sebagai akibat fenomena autoregulasi.9
F. Diagnosis
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga
gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edem, hipertensidan
proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg
6
perminggu beberapa kali.edem terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah >140/90 mmHg atau
tekanan sistolik >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah
pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada trimester keduayang
lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia. Proteinuria bila
terdapat protein sebanyak 0,3 gr/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan
kualitatif yang menunjukan +1 atau +2 atau kadar protein >1 gr/l dalam urin yang
dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam.9
Diagnosis preeklampsi ringan ditegakkan bila2 :
- Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan sistole > 30 mmHg dan diastole
> 15 mmHg,
- Proteinuria 0,3 g/24 jam, dan
- tanpa tanda tanda subyektif.
Bila tekanan darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka
preeklamsi disebut berat. Preeklamsi dimasukkan dalam kriteria berat pula
walaupun tekanan darah belum mencapai 160/110 mmHg tetapi ditemukan gejala-
gejala lain seperti2,3 :
- Tekanan darah sistol 160 mmHg atau diastol 110 mmHg
- Proteinuria 5 gr/24 jam atau +4 dan +5
- Oliguria (< 400 ml per 24 jam)
- Edema paru : nafas pendek, sianosis, rhonkhi +
- nyeri epigastrium atau kuadaran atas kanan
- Gangguan penglihatan : skotoma/ penglihatan berkabut
- Nyeri kepala hebat, tidak berkurang dengan analgesic biasa
- Hiperfleksia
- Mata : Spasme arteriolar, edema, ablasio retina
- Koagulasi: kaogulasi intravascular disseminate, sindrom HELLP
- pertumbuhan janin yang terhambat
- Otak : edema serebri
- Jantung : gagal jantung
7
Bila terdapat preeklampsia berat disertai salah satu atau beberapa gejala
dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan
kenaikan tekanan darah progresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending
eklampsia.7
Selain dengan pemeriksaan di atas, dapat juga dilakukan pemeriksaan
penunjang, antara lain7 :
- Urin : protein, reduksi, bilirubin, sediment urin
- Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT< LDH dan bilirubin
- USG
G. Differensial Diagnosa (DD)
Diagnosis banding antara preeklampsia dengan hipertensi menahun atau
penyakit ginjal tidak jarang menemui kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya
tekanan darah yang meninggi sebelum hamil, pada kehamilan muda atau 6 bulan
post partum akan sangat berguna untuk membuat diagosis. Pemeriksaan
finduskopi juga berguna karena perdarahandan eksudat jarang ditemukan pada
preeklampsia. Kelainan tersebut biasanya menunjukan hipertensi menahun.
Proteinuria pada preeklampsia jarang timbul sebelum triwulan ke-3 sedangkan
pada penyakit ginjal timbul lebih dulu.1
1. Hipertensi Kronik
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 mgg tidak diketahui, sulit
membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal demikian,
tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.2
2. Proteinuria
- Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga
terdapat proteinuria
- Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi
- Infeksi kandung kencing, anemia berat, payah jantung, partus lama juga
dapat menyebabkan proteinuria.2
8
- Darah dalam urin, skistosomiassis, kontaminasi darah vagina dapat
menghasilkan proteinuria positif palsu
3. Kejang dan koma
Eklampsia harus di DD dengan epilepsi, malaria serebral, trauma kepala,
penyakit serebro vascular, intoksikasi (alcohol, obat, racun), kelainan
metabolisme (asidosis), meningitis, ensefalitis, enselofati, intoksikasi air, histeria,
dan lain-lain.2
Berikut ini adalah skema jalur alir penilaian klinik untuk membedakan
diagnosis preeklampsia berat dengan penyakit lainnya.10,11
H. Komplikasi
Kompilkasi terberat pada preeklampsia adalah kematian ibu dan janin.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu berupa kemunduran fungsi sejmlah organ
dan sisitem yang kemungkinan sebagian besar terjadi akibat vasospasme, yaitu
gagal ginjal, sindrom HELLP, eklampsia dan perdarahan otak.9
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada janin berhubungan dengan
terjadinya perubahan dalam perfusi darah uteroplasenta akut ataupun kronis yang
bisa menyebabkan pertumbuhan janin intrauterine terhambat dan prematuritas.9
I. Pencegahan
Untuk pencegahan yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan
cepat-tepat. Kasus harus ditindaklanjuti secara regular dan diberi penerangan yang
jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan
keluarga (suami, orang tua, mertua, dll) harus dilibatkan sejak awal.1,2
Pembatasan kalori, cairan, dan diet rendah garam tidak dapat mencegah
hipertensi karena kehamilan, malah dapat membahayakan janin. Manfaat aspirin,
kalsium, dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum
terbukti. Dan pemasukan cairan yang terlalu banyak mengakibatkan edema paru.2,3
Pencegahan preeklampsia sepertinya tidak mungkin karena faktor
penyebabnya belum diketahui sampai sekarang. Meskipun demikian janin dari ibu
9
preeklampsia sebaiknya dikeluarkan saat hipertensi ibu terkontrol dengan baik,
pengaturan aktifitas dan penambahan berat badan dan antenatal care dan post natal
care yang optimal merupakan tindakan yang dapat mencegah terjadinya
preeclampsia.10
Pemeriksaaan antenatal care yang teratur dan teliti dapat menemukan
tanda-tanda preeklampsia dan dalam hal ini harus dilakukan penanganan yang
semestinya. Pemberian aspirin dosis rendah (75 mg) telah dievaluasi secara luas
sebagai obat mencegah preeklampsia. Baru-baru ini antioksidan dosis tinggi,
vitamin C 1000 mg dan vitamin E 400 IU, juga telah sukses digunakan dalam
mengurangi preeklampsia lebih dari 50%. Diet tinggi protein dan rendah lemak,
karbohidrat dan garam serta penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu
dianjurkan.1
J. Penatalaksanaan
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simptomatis karena etiologi dan
faktor-faktor penyebab dari preeklamsi belum diketahui. Tujuan utama
penanganan penyakit ini adalah : (1) mencegah terjadinya preeklamsi berat, (2)
melahirkan janin hidup, (3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.1,2,3
1. Rawat jalan
- Perbanyak istirahat (berbaring atau tidur miring).
Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke
plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga meningkat, tekanan pada
vena ektremitas bawah menurun dan resorbsi cairan di aderah ini akan
meningkat, selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang
beredar.
- Diit biasa
- Tidak perlu diberi obat-obatan
- Pemeriksaan kehamilan.
Dilakukan pemeriksaan penilaian janin pada kehamilan 30 minggu dan
diulangi sekurang-kurangnya setiap 2 minggu, antara lain:
USG dan NST (Non Stress Test)
10
Pemeriksaan laboratorium (Hb, asam urat, trombosit)
Roborantia (vitamin kombinasi)
2. Rawat inap
Indikasi untuk merawat pasien preeklamsi di Rumah Sakit adalah :
- tekanan darah sistol 140 mmHg, tekanan diastol > 90 mmHg
- Proteinuria > +1
- Kanaikan berat badan 1,5 kg dalam seminggu yang berulang.
- Penambahan edema yang berlebihan secara tiba-tiba.
Selama perawatan di Rumah Sakit dilakukan pengobatan dan evaluasi,
antara lain:
- tirah baring total
- periksa tekanan darah, air kencing, berat badan dan cari edema terutama di
daerah sakral
- balans cairan ditentukan tiap hari
- pemeriksaa laboratorium ( Hb, asam urat, trombosit, fungsi ginjal dan hepar,
urin lengkap)
- penilaian kesejahteraan janin
- penderita diberitahukan untuk segera memberitahukan jika ada sakit kepala,
mual, nyeri epigastrium dan gangguan penglihatan.
Penatalaksanaan untuk preeklampsia berat dapat dibagi atas 2 hal yaitu6 :
a. Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif
1. Kehamilan <37 minggu
2. Keadaan janin baik
3. Tidak ada impending eklampsia
Pengobatan medicinal
- Diberikan suntikan MgSO4 40% dengan dosis 8 gram IM (4 gram bokong
kanan dan 4 gram bokonh kiri) kemudian dilanjutkan dosis ulangan tiap 4 jam :
4 gram MgSO4 40% IM.
- Jika ada perbaikan atau tetap, pemberian MgSO4 dapat diteruskan lagi selama
24 jam
11
b. Perawatan aktif
Indikasi bila terdapat satu atau lebih keadaan ini :
Ibu
- Kehamilan > 37 minggu
- Adanya impending eklampsia
- Perawatan konservatif gagal
- 6 jam setelah pengobatan medicinal terjadi kenaikan tekanan darah
- 24 jam setelah pengobatan medicinal gejala tidak berubah
Janin
- Adanya tanda-tanda gawat janin
- Adanya pertumbuhan janin terhambat dalam rahim
- Laboratorik
- Adanya sindrom HELLP
Pengobatan medicinal
- Segera masuk rumah sakit
- Tirah baring miring ke sisi kiri
- Infus D5 : RL = 2 : 1
- Antasida
- Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
- Obat-obatan anti kejang :
Dosis awal 8 gram MgSO4 40% : 4 gram bokong kanan dan 4 gram
bokong kiri IM
Dosis ulangan tiap 4 jam : 4 gram MgSO4 40% IM
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
- Tersedia kalsium glukonas 1 gram, 10 ml 10%
- Refleks patella (+) kuat
- Pernapasan > 16x/menit, tanpa tanda-tanda distress pernapasan
- Produksi urin > 100 ml dalam 4 jam sebelumnya
Dihentikan bila : - Adanya tanda-tanda intoksikasi
- Setelah 24 jam paska persalinan
- 6 jam paska persalinan normotensif
12
K. Prognosis
Pada umumnya baik dengan penatalaksanaan yang tepat. Wanita yang
mengalami preeklampsia selama kehamilannya mempunyai resiko yang tinggi
untuk serangan ulangan pada kehamilan berikutnya. Resiko meninkat 50% pada
wanita yang mengalami preeklampsia pada usia kehamilan muda (sebelum
minggu ke-27)3,4.
13
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 25 tahun
RMK : 1.01.67.96
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Alamat : Kertak Hanyar No. 34 Banjarmasin
MRS tanggal : 19 Oktober 2012
II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : ingin melahirkan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merupakan rujukan dari bidan Tanjung dengan diagnosis
G1P0A0 H.41mgg + inpartu kala I fase laten + PER. Pasien mengaku
selama kehamilan tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada mual/muntah, tidak
ada pandangan mata kabur, namun pasien mengeluhkan adanya bengkak
pada kedua tungkai. Pasien mengaku rajin memeriksakan kehamilan ke
bidan dan dikatakan janinnya baik-baik saja. Terakhir control ke bidan
pada tanggal 29-9-2012.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : HT (-), DM (-), Asma (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga : HT (-), DM (-), Asma (-)
5. Riwayat Obstetri : 1. 2012/hamil ini
6. Riwayat haid
Menarche : 12 tahun
Lama menstruasi : 7 hari
Siklus haid : 28 hari
Hari pertama haid terakhir (HPHT) : 8-1-2012
Umur kehamilan (UK) : 40-41 minggu
Taksiran Persalinan (TP) : 16-10-2012
14
7. Riwayat Perkawinan : 1x selama 2,5 tahun
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : kompos mentis
3. Tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg Suhu : 36o C
Nadi : 81 kali/menit Pernapasan : 20 kali/menit
Kulit : tidak pucat BMI : 35.5
BB : 80 kg
TB : 156cm
3. Kepala dan leher : mata; konjungtiva tidak anemis, lain-lain dalam
batas normal
4. Dada : paru dan jantung dalam batas normal
5. Ekstremitas : akral hangat, edem ekstrimitas bawah +/+, parese -/-
B. Pemeriksaan Obstetri
1. Inspeksi : perut tampak membuncit, asimetris
2. Palpasi
Leopold I : FU 3 jari dibawah processus xypoideus, TFU 36 cm
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : presentasi kepala
Leopold IV : kepala sudah masuk PAP (4/5)
3. HIS : tidak ada
4. TBJ : 3430 g
5. DJJ : 144 kali/menit
6. VT : portio konsistensi kenyal, pembukaan 1 cm,
ketuban (+), penurunan Hodge 1, bagian terbawah kepala,
penunjuk UUK
15
7. Pelvimeter : promontorium tidak teraba, spina ischiadica tidak
menonjol, linea inominata <1/3 lingkaran, dinding samping
sejajar, sacrum cekung, kesan : Luas
C. Pemeriksaan Bantu 19/10/2012
Darah rutin : Hb Sahli : 11 gr % WBC : 12.0 (103/ uL)
HGB : 11.9 (g/dl) HCT : 37.6 (%)
RBC : 4.95 (106/uL) PLT : 282 (103/uL)
Kimia darah : Gula sewaktu : 170 mg/dL SGPT : 12 U/L
SGOT : 17 U/L Urea : 16 mg/dL
Kreatinin : 0,6 mg/dL Albumin : 3.6
Urinalisa : Warna-kekeruhan : kuning-jernih
BJ : 1.020
pH : 6.0
Keton : Negative
Protein-Albumin : Trace
Glukosa : Negative
Bilirubin : Negative
Darah Samar : +1
Nitrit : Negative
Urobilinogen : 0.2
Leukosit : Negative
Urinalisa (Sedimen) : Leukosit : 1-2
Erythrosit : 3-5
Silinder : Negative
Epithel : +1
Bakteri : Negative
Kristal : Negative
D. Diagnosis
G1P0A0 hamil 40-41 minggu + tak inpartu + PER + obesitas + janin
tunggal hidup intra uterine, presentasi kepala.
16
E. Penatalaksanaan
Sikap : - pasang infus D5 : RL
- pasang kateter
- NST
- USG
17
F. Follow Up
No Tanggal Pukul Subjektif (S) Objektif (O) Penilaian (A) Rencana (P) Hasil Konsul
1. 20/10/12 06.00 Gerak janin (+) aktif
Keluar air-air (-)
TD 130/80 mmHg (TD sudah menurun)N 86x/mntDJJ 140x/mntHis (-)
G1P0A0 H.40-41 mgg + tak
inpartu + PER + Obesitas
USG Pro SC cito pagi
10.00 Dilakukan SC -
12.00 Nyeri (<)Perdarahan (-)
TD 120/80, N 80x/mnt, RR 20x/mnt, TFU 1 jari bps, Fluxus (-), Kontraksi (+) baik
P1A0 post sc a/i PER + postdate + obesitas
- IVFD RL :D5 2:2- Drip oxytocin 2
amp dlm 500cc RL
- Inj. Ketorolac 3x1- Inj. Vit c 3x1- Inj. Alinamin F
3x12 21/10/12 06.00 Perdarahan (-)
Nyeri (-)Flatus (+)
TD 130/90 mmHgN 82x/mntR 24x/mntt : 36,6o CBU (+)TFU : 2 jari bpsKontraksi : (+) baik
P1A0 post sc a/i PER + postdate
+ obesitas- IVFD RL :D5 2:2- Drip oxytocin 2
amp dlm 500cc RL
- Inj. Ketorolac 3x1
-
18
Fluxus (-) - Inj. Vit c 3x1Inj. Alinamin F 3x1
3 22/10/12 06.30 Perdarahan (-)Nyeri (-)Makan/minum (+/+)ASI (-)
TD 120/80 mmHgN 84x/mntR 22x/mntt : 36,5o CBU (+)TFU : 2 jari bpsKontraksi : (+) baikFluxus (-)
P1A0 post sc a/i PER + postdate
+ obesitas
Aff DCAs.mefenamat 3x500mgB comp 1x1Mobilisasi
4. 23/10/05 06.15 Perdarahan (-)Nyeri (-)Makan/minum (+/+)ASI (+)
P1A0 post sc a/i PER + postdate
+ obesitas
As. Mefenamat 3x500mg
B comp 1x1ACC KRS, konsul poli
nifas
19
G. Laporan Operasi
Tanggal operasi : 20 Oktober 2012
Jam operasi mulai : 10.00 wita
Jam operasi selesai : 10.50 wita
Lama operasi : 50 menit
Jenis operasi : LSCS
Kronologis operasi :
1. Pasien terlentang dalam pengaruh SAB
2. Desinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine, dipersempit dengan
duk steril
3. Insisi dinding abdomen secara midline, diperdalam lapis demi lapis
sampai cavum abdomen terbuka
4. Pada eksplorasi didapatkan uterus gravida aterm, AP D/S tuba dan
ovarium dalam batas normal
5. Diputuskan dilakukan LSCS
- dibuat bladder flap, VU disisihkan ke caudal
- insisi SBR 2 cm diperlebar secara tumpul
- ketuban dipecahkan ketuban hijau keruh
- bayi dilahirkan dengan meluksir kepala, lahir bayi laki-
laki/3000gr/53cm/ 8-9
- plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan
- dibuat jahitan sudut, SBR dijahit 2 lapis, dilakukan reperitonealisasi
- perdarahan dirawat
- cuci cavum abdomen dengan NaCl
6. Luka operasi dijahit lapis demi lapis
7. Perdarahan 400cc
8. Operasi selesai
.
20
H. Laporan Keadaan Bayi
Riwayat obstetrik ibu : G1P0A0
Tanggal lahir : 20 Oktober 2012
Jenis kelamin : laki-laki
Cara lahir : SC a/i PER + post date + obesitas
Apgar : 8,9 (segera menangis)
Dokter Penolong : dr. Pribakti B, Sp.OG (K) / dr.Aida
BBL : 3000 gram
PBL : 53 cm
Suhu : 36,5oC
21
BAB III
DISKUSI
Pre-eklamsia adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
hipertensi, proteinuria dan edem pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Pre-eklamsia
dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau
lebih tanda/gejala dibawah ini ditemukan (1) :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau
lebih
2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, +3 atau +4 pada pemeriksaan
kualitatif
3. Oliguria ( < 400 ml dalam 24 jam)
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di epigastrium.
5. Edema paru atau sianosis
Pada kasus ini pasien dengan usia kehamilan 40-41 minggu datang dengan
keluhan ingin melahirkan, pasien mengaku kehamilan telah lewat minggu namun
belum ada mules-mules. Pasien kemudian pergi ke bidan dan diukur tekanan darah
140/100 mmHg. Pasien mengaku pada umur kehamilan awal juga mendapatkan
tekanan darah meninggi, padahal sebelum kehamilan normal-normal saja. Diagnosis
pasien adalah preeklampsia ringan melalui anamnesa yang menyatakan bahwa mulai
awal kehamilan tekanan darah meninggi dan saat diperiksa bidan sebesar 140/100
mmHg serta pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 140/90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah selama kehamilan yang dapat menyebabkan preeklampsia dikarenakan
peningkatan tekanan perifer untuk perbaikan oksigenasi jaringan dan juga
peningkatan cairan ekstraseluler yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
arteri.
Pasien datang ke rumah sakit tanpa ada tanda-tanda inpartu yaitu tidak ada
keluar air-air dan lendir darah, tidak ada pembukaan porsio dan porsio tebal lunak,
tidak ada his dengan umur kehamilan 40-41 minggu. Taksiran berat janin 3430 gram
22
dengan denyut jantung janin 144 kali/menit serta janin tunggal hidup intra uterin
dengan presentasi kepala.
Pada pasien tidak terjadi kemajuan persalinan, sedangkan usia kehamilan
telah lewat waktu yang artinya dapat mengurangi kesejahteraan janin dalam
kandungan. Atas pertimbangan tersebut maka diputuskan dilakukan operasi sectio
caesarea pada pukul 10.00 keesokan harinya. Pada pukul 10.15 lahir bayi laki-laki
dengan Apgar score 8/9, berat badan 3000 gram, panjang badan 53 cm, anus (+),
kelainan kongenital (-). Kondisi ibu stabil, tekanan darah 120/80 mmHg. Menurut
literatur, persalinan normal dapat dilakukan pada penderita preeklampsia ringan. Pada
pasien tidak ada kemajuan persalinan, dimana pukul 04.00 pembukaan sudah harus
lengkap, tetapi pada pasien hanya ada pembukaan 4 cm, sehingga direncanakan SC.
Pada hari ke-3 setelah operasi keadaan pasien bertambah stabil dengan TD
120/80 dan kesadaran komposmentis. Atas dasar keadaan ini maka pasien diizinkan
untuk pulang dan selanjutnya rawat jalan ke Poliklinik Kandungan RSUD Ulin
Banjarmasin
23
BAB IV
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus atas nama Ny. M umur 25 tahun, hamil
posterm, datang rujukan dari bidan dengan tekanan darah tinggi. Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis G1P0A0 hamil posterm belum
inpartu, janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala dengan Preeklamsia
Ringan (PER). Dengan mempertimbangkan tekanan darah pasien yang sempat
meningkat selama kehamilan ditambah dengan usia kehamilan pasien yang lewat
waktu, maka diputuskan penatalaksanaan yang dilakukan yaitu melakukan tindakan
sectio caesaria untuk terminasi kehamilan. Setelah dilakukan terminasi kehamilan dan
bayi telah dilahirkan, didapatkan tekanan darah pasien perlahan turun menjadi normal
hingga hari ketiga post sectio caesarea dan pasien telah diperbolehkan pulang setelah
menjalani perawatan post operasi selama 3 hari di RSUD Ulin Banjarmasin.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H (editor). Preeklampsia dan Eklampsia. Dalam : Ilmu Kandungan edisi 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, Jakarta, 1999: 281-300.
2. Saifuddin AB et al. Hipertensi pada Kehamilan, Nyeri Kepala, Gangguan Penglihatan, Kejang. Dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal edisi 2. Jakarta : JNPKKR-POGI : 2001: 207-217.
3. Djoko Widodo. Penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam :MKI. April 2004.
4. Anonymous. Preeclamsia: Diagnosis, Treatment and Control. Geneva. WHO 1997
5. Josopawino M et al. Hipertensi pada Kehamilan Preeklampsia dan Eklampsia. Dalam Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi FKUI, Jakarta.
6. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Ulin-FK Unlam Banjarmasin 2004 :17-29.
7. Cunnungham, F.Gary, et al. Hipertensi Dalam Kehamilan. Dalam William Obstetri edisi 18. EGC, Jakarta, 1995: 773-801.
8. Sudhaberata K. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia. Dalam Cermin Dunia Kedokteran No.133 Jakarta 2001: 27-31.
9. Jenkins, M. Pre-eclampsia. eMedicine 2004. Available from www.emedicine.com
10. Mochtar R, Toksemia Gravidarum. Dalam : Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 2. Jakarta, EGC 1998 : 198-208.
11. Mansjoer A. et al. Preeklampsia dan Eklampsia. Dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1. Jakarta, Media Aesculapius, FKUI, 1999 : 270-273.
25