KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TINJAUAN ATAS KEPATUHAN PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SERTA
PERANANNYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CICADAS
Diajukan oleh :
TATANG ZAELANI
NPM : 08320006875
Mahasiswa Program Diploma III Keuangan
Spesialisasi Administrasi Perpajakan
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan
Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2011
ii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
TANDA PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
NAMA : TATANG ZAELANI
NOMOR POKOK MAHASISWA : 08320006875
DIPLOMA III KEUANGAN
SPESIALISASI : ADMINISTRASI PERPAJAKAN
BIDANG LAPORAN PKL : PPh ORANG PRIBADI
JUDUL LAPORAN PKL : TINJAUAN ATAS KEPATUHAN
PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI SERTA PERANANNYA
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA BANDUNG CICADAS
Tangerang Selatan, Juli 2011
Mengetahui Menyetujui
Kepala Bidang Akademis Dosen Pembimbing,
Pendidikan Pembantu Akuntan,
Kusmono, S.H., Sp.N., M.Hum Yosep Poernomo, S.E., AK.
NIP 196206281987031001 NIP 196710201988031001
iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
PERSETUJUAN DARI TIM PENILAI LAPORAN PKL
NAMA : TATANG ZAELANI
NOMOR POKOK MAHASISWA : 08320006875
DIPLOMA III KEUANGAN
SPESIALISASI : ADMINISTRASI PERPAJAKAN
BIDANG LAPORAN PKL : PPh ORANG PRIBADI
JUDUL LAPORAN PKL : TINJAUAN ATAS KEPATUHAN
PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI SERTA PERANANNYA
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA BANDUNG CICADAS
Tangerang Selatan, Agutus 2011
1. (Penilai I/Pembimbing) Yosep Poernomo, S.E., AK.
NIP. 196710201988031001
2. (Penilai II)
Sadimin, S.S.T.
NIP. 198301162004121002
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan ijin dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini
sebagai salah satu syarat dinyatakan lulus dari Program Diploma III Keuangan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Spealisasi Administrasi Perpajakan
Laporan yang berjudul TINJAUAN ATAS KEPATUHAN PEMBAYARAN
ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI SERTA PERANANNYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CICADAS, yang
penulis susun berdasarkan penulis alami dan amati dari objek penelitian secara
langsung selama Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni
15 Juli 2011 di KPP Pratama Bandung Cicadas.
Dalam penyusunan laporan PKL ini, penulis mendapat bimbingan, bantuan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kakek dan Nenek atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan
kepada penulis.
2. Kedua Orang Tua dan Kakak di rumah, atas segala bentuk kasih sayang dan
pengorbanannya yang telah diberikan kepada penulis.
3. Bapak Kusmanadji, selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
4. Bapak Kusmono, selaku Kepala Bidang Akademis Pendidikan Pembantu
Akuntan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
v
5. Bapak Yosep, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan PKL ini.
6. Bapak Haryono selaku Kepala KPP Pratama Bandung Cicadas dan seluruh
pegawai KPP Pratama Bandung Cicadas yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
7. Prima, Galih, Hadi, Iqbal, Mas Muhammad, dan Ilham yang telah
memberikan bantuannya kepada penulis sehingga laporan ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Tangerang Selatan, Juli 2011
Penulis,
Tatang Zaelani
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan ini seluruhnya adalah hasil kerja saya sendiri.
Dalah hal kutipan saya ambil dari buku, majalah, peraturan-oeraturan yang
berlaku dan/atau sumber-sumber lainnya, telah saya sebutkan dalam daftar pustaka
dan catatan kaki.
Apabila dalam laporan ini ditemui bahwa sebagian atau seluruh isinya
merupakan jiplakan atau bersifat plagiat sesuai dengan Bab II A No.7 dan Bab II B
No.3 Keputusan Direktur STAN No. KEP-100/PP.7/2001, saya bersedia untuk
dinyatakan tidak lulus/kelulusan dibatalkan dan dikeluarkan dari Program Diploma III
Keuangan Spesialisasi Administrasi Perpajakan.
Tangerang Selatan, Juli 2011
Yang Membuat Pernyataan,
Tatang Zaelani
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PKL... ...............................ii
HALAMAN PERSETUJUAN DARI TIM PENILAI LAPORAN PKL......................iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan Laporan PKL ............................................................................ 2
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 3
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 4
BAB II DATA DAN FAKTA ..................................................................................... 6
A. GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS ................. 6
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas .. 6
2. Visi dan Misi KPP Pratama Bandung Cicadas....................................... 7
3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Cicadas ................................................................................................................. 8
4. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas 10
viii
B. DATA DAN FAKTA KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS .................. 12
1. Data Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Bandung
Cicadas ............................................................................................................... 12
2. Data Penerimaan Angsuran PPh Pasal 25/29 dari Wajib Pajak Orang
Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cicadas ................................................... 13
3. Tata Cara Penatausahaan dan Pengawasan Pembayaran PPh Pasal
25 ....................................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 17
A. Landasan Teori ................................................................................................. 17
1. Pengertian Pajak dan Penghasilan ............................................................. 17
2. Pengertian Pajak Penghasilan .................................................................... 18
3. Pengertian PPh Pasal 25 ............................................................................ 19
4. Ketentuan Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 25 ................................ 20
5. Penerapan Sanksi Terhadap PPh Pasal 25 ................................................. 21
B. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar
Angsuran PPh Pasal 25 .................................................................................... 22
C. Analisis Penerimaan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 di KPP
Pratama Bandung Cicadas .............................................................................. 26
D. Analisis Kontribusi Pajak Penghasilan Pasal 25 terhadap Seluruh
Penerimaan Pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas................................. 30
E. Permasalahan yang Dihadapi .......................................................................... 36
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 39
A. SIMPULAN ....................................................................................................... 39
ix
B. SARAN ............................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 42
x
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Jumlah Wajib Pajak Efektif dan Non Efektif ........................................... 12
Tabel II.2 Jumlah Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi............ 13
Tabel III.1 Kriteria Sebagai Wajib Pajak Efektif dan Non Efektif ........................... 23
Tabel III.2 Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa Wajib Pajak Orang Pribadi.... 25
Tabel III.3 Rencana dan Realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 WP OP Tahun 2009
.................................................................................................................................... 27
Tabel III.4 Rencana dan Realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 WP OP Tahun 2010
.................................................................................................................................... 29
Tabel III.5 Rincian Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2009................ 31
Tabel III.6 Rincian Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2010................ 32
Tabel III.7 Penerimaan PPh 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2009.............. 34
Tabel III.8 Penerimaan PPh 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2010.............. 35
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas
Lampiran 2 Realisasi Penerimaan Seluruh Pajak Tahun 2009 dan 2010
Di KPP Pratama Bandung Cicadas
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan suatu kewajiban bagi seluruh penduduk Indonesia yang diatur
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan sebagaiman telah beberapa diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009. Hal ini dikarenakan pajak merupakan penerimaan negara
yang terbesar yang aman dan handal. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak, pemerintah melakukan berbagai macam
kebijakan, khususnya Direktorat Jenderal Pajak salah satunya dengan cara
mengoptimalkan penerimaan pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi.
sistem self assessment menghendaki wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutangnya secara mandiri.
Apabila dalam melaksanakan kewajibannya Wajib Pajak tidak mematuhi peraturan
yang berlaku maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Wajib Pajak setiap tahun mempunyai kewajiban untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya, yaitu menyetor dan melapor pajak yang terutang, kewajiban tersebut
jika dibayarkan sekaligus setiap tahun maka akan memberatkan Wajib Pajak. Oleh
2
karena itu, untuk meringankan wajib pajak dalam menyetor pajak yang terutang maka
diberikan kemudahan bagi Wajib Pajak unutk Mengangsur pembayaran pajaknya
perMasa Pajak.
Dalam hal melakukan pembayaran utang pajak, Wajib Pajak diperbolehkan
untuk mengangsurnya. Mekanisme pembayaran ini dimaksudkan untuk meringankan
beban wajib pajak tatkala jumlah pajak yang terutang pada suatu tahun yang dihitung
besar. Mekanisme pembayaran secara angsuran ini disebut dengan angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25.
Berdasarkan pada pemaparan-pemaparan di atas, penulis tertarik untuk
mengangkat topik tersebut dalam laporan ini dengan judul TINJAUAN ATAS
KEPATUHAN PEMBAYARAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASAL
25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SERTA PERANANNYA TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BANDUNG CICADAS.
B. Tujuan Penulisan Laporan PKL
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan Laporan Praktik
Kerja Lapangan ini adalah:
1. Mempelajari kembali materi Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada mata kuliah
Pajak Penghasilan sebagaimana telah didapat sewaktu kuliah.
2. Membandingkan antara teori-teori dan peraturan-peraturan yang telah dipelajari
selama pendidikan dengan fakta yang terjadi di lapangan.
3
3. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan menganalis
masalah yang terjadi dikarenakan perbedaan yang terjadi antara teori dengan fakta
di lapangan.
4. Untuk mengetahui pelaksanaan pembayaran dan penatausahaan PPh Pasal 25 di
KPP Pratama Bandung Cicadas.
5. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang
pribadi terhadap seluruh penerimaan di KPP Pratama bandung Cicadas.
6. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi terkait dengan pembayaran PPh Pasal
25 Wajib Pajak Orang Pribadi.
C. Pembatasan Masalah
Laporan ini difokuskan terhadap tingkat kepatuhan pembayaran PPh Pasal 25
yang dilihat dari jumlah penerimaan pembayaran PPh Pasal 25 yang disandingkan
dengan rencana penerimaan PPh Pasal 25, serta dengan melihat Wajib Pajak efektif
dengan banyaknya SPT PPh Pasal 25 yang disampaikan ke KPP Pratama Bandung
Cicadas.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan PKL ini, penulis mengunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Metode Kepustakaan
4
Penulis dalam mengumpulkan data dan informasi membaca dan mempelajari
peraturan-peraturan yang terkait dengan Pajak Penghasilan, buku-buku literatur, serta
tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan langsung dengan objek penulisan.
2. Metode wawancara
Penulis dalam mengumpulkan data dilakukan dengan cara tanya jawab secara
langsung kepada pihak dan pejabat yang berwenang dan terkait dengan objek yang
dibahas.
3. Metode Observasi
Dengan metode ini, penulis terjun langsung ke lapangan untuk melihat dan
mengamati peristiwa, keadaan, serta proses yang berkaitan dengan objek penelitian.
E. Sistematika Penulisan
Dalam Menyusun Laporan PKL ini, Penyusun membagi pokok bahasan menjadi
empat bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penyusunan Laporan
PKL yang meliputi latar belakang penulisan, tujuan penulisan, pembatasan
masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II DATA DAN FAKTA
Bab ini akan terbagi menjadi dua subbab. Subbab pertama menguraikan
tentang gambaran umum dari KPP Pratama Bandung Cicadas, seperti Sejarah,
visi dan misi, dan struktur KPP, sedangkan subbab yang kedua menguraikan
5
tentang data dan fakta yang ada di KPP Pratama Bandung Cicadas, seperti
jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar, penerimaan angsuran PPh
Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi, serta tentang penatausahaan PPh Pasal 25
di KPP Pratama Bandung Cicadas.
BAB III PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibagi kedalam dua subbab, yang pertama menguraikan tentang
landasan teori, sedangkan subbab yang kedua menguraikan tentang analisis
masalah yang dihadapi yang dilakukan dengan menggunakan data dan fakta
yang telah diperoleh dari KPP Pratama Bandung Cicadas, dan mencoba
mencari alternatif penyelesaian masalah.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan simpulan dari apa yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya dan memberikan saran-saran yang diharapkan dapat digunakan
untuk memecahkan masalah yang timbul dari pembayaran PPh Pasal 25 di
KPP Pratama Bandung Cicadas.
6
BAB II
DATA DAN FAKTA
A. GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas merupakan KPP yang
pada awalnya satu kesatuan dengan KPP Pratama Bandung Cibeunying. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor
Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan
dan Penyidikan Pajak, serta Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan,
memutuskan bahwa KPP Bandung Cibeunying yang wilayah kerjanya meliputi
daerah Cibeunying dan Ujungberung dipecah menjadi dua KPP, yaitu KPP Pratama
Bandung Cibeunying sebagai KPP lama wilayah kerjanya meliputi wilayah
Cibeunying, sedangkan KPP Pratama Bandung Cicadas sebagai KPP yang baru
mempunyai wilayah kerja meliputi wilayah Ujungberung ditambah dengan daerah
Cimenyan Kabupaten Bandung.
Kemudian berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 122
Tahun 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya
7
Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi
Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Pajak Banten, Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Jawa Barat II sejak tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Bandung
Cicadas mulai menerapkan sistem administrasi modern dan berganti nama menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.
2. Visi dan Misi KPP Pratama Bandung Cicadas
Adapun Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas
adalah:
a. Visi
Visi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas adalah Menjadi
model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen
perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.
b. Misi
1) Politik
Mendukung Demokrasi Bangsa
2) Kelembagaan
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan
teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
3) Fiskal
8
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan
tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas
KPP Pratama Bandung Cicadas di dalam struktur Organisasi Direktorat Jenderal
Pajak mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksana di bidang pelayanan pajak.
KPP Pratama Bandung Cicadas berada di bawah dan bertanggung jawab secara
langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I.
Secara organisatoris, KPP Bandung Cicadas dipimpin oleh seorang Kepala Kantor
yang dibantu oleh Kepala Seksi, Account Representatif (AR), Fungsional Pemeriksa,
Fungsional Penilai PBB dan para Staf Pelaksana.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, maka struktur
organisasi dan KPP Pratama Bandung Cicadas terdiri atas beberapa bagian yaitu
sebagai berikut :
1) Kepala Kantor
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas untuk
menyelenggarakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi kegiatan operasional
Direktorat Jenderal Pajak di kantornya.
2) Subbagian Umum
Bagian ini mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata
usaha, dan rumah tangga KPP Pratama Bandung Cicadas.
9
3) Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan
pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan,
pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-
Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.
4) Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan
perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama
perpajakan.
5) Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan
penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
6) Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya
7) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
10
Seksi ini Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis
data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi ini di bagi menjadi 4 (empat) seksi, masing-masing seksi mempunyai
tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,
bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan,
penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib
Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak,
usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.
Setiap seksi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai wilayah kerja
masing-masing tergantung dari luasnya wilayah dan besarnya potensi pajak ada pada
daerah tersebut.
9) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Kelompok ini mempunyai tanggung jawab secara langsung
kepada Kepala Kantor karena kelompok ini tidak dipimpin kepala seksinya.
4. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas yang beralamat di jl.
Soekarno Hatta No. 781 Bandung, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No
11
55/PMK.01/2007 wilayah kerja KPP Bandung Cicadas meliputi 6 (enam) kecamatan,
yaitu :
1. Kecamatan Cicadas
2. Kecamatan Arcamanik
3. Kecamatan Cibiru
4. Kecamatan Ujungberung
5. Kecamatan Rancasari
6. Kecamatan Margacinta
Seiring dengan perkembangan ekonomi, geografis, dan penduduk, jumlah
kecamatan yang ada di wilayah kerja KPP mengalami pemekaran dan penghapusan.
Hingga Tahun 2010 wilayah kerja KPP Pratama Bandung Cicadas bertambah menjadi
sepuluh kecamatan, yaitu : Kecamatan Mandalajati, Ujung Berung, Cibiru,
Panyileukan, Cinambo, Arcamanik, Antapani, Buah Batu, Rancasari, dan Gede Bage.
Gambar II.1
Peta Wilayah Kerja KPP Pratama Bandung Cicadas
Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Bandung Cicadas
12
B. DATA DAN FAKTA KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS
1. Data Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Bandung Cicadas
Wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Cicadas dari tahun ke
tahun terus berkembang, sebagian besar Wajib Pajak yang terdaftar adalah Wajib
Pajak Orang Pribadi. Hal ini karena di wilayah kerja KPP Pratama Bandung Cicadas
kebanyakan wilayahnya difungsikan sebagai daerah pemukiman masyarakat dan
pesawahan sehingga wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama
Bandung Cicadas ini sangat banyak.
Tabel III.1 di bawah ini menunjukan jumlah wajib pajak ada di KPP Pratama
Bandung Cicadas yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non
Efektif.
Tabel II.1
Jumlah Wajib Pajak Efektif dan Non Efektif
Wajib
Pajak
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Efektif Non
Efektif
Efektif Non
Efektif
Efektif Non
Efektif
Badan 6.972 939 7.760 921 8.151 1.262
OP 42.646 2.211 77.569 2.455 89.992 8.187
Bendahara 509 149 571 0 232 0
Jumlah 50.127 3.299 98.143 3.376 106.224 9.449
Sumber: diolah dari Seksi Pelayanan KPP Pratama Bandung Cicadas
13
2. Data Penerimaan Angsuran PPh Pasal 25/29 dari Wajib Pajak Orang
Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cicadas
Tabel II.2 di bawah ini ditampilkan realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 untuk
tahun 2009 dan 2010 dari bulan Januari s.d Desember.
Tabel II.2
Jumlah Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Bulan Tahun 2009 Tahun 2010
Januari Rp270.495.332,00 Rp119.915.987,00
Februari Rp617.960.845,00 Rp195.927.630,00
Maret Rp2.327.713.320,00 Rp2.195.203.620,00
April Rp220.476.832,00 Rp337.704.191,00
Mei Rp189.655.267,00 Rp223.968.042,00
Juni Rp355.571.152,00 Rp137.743.513,00
Juli Rp1.542.923.174,00 Rp128.610.367,00
Agustus Rp145.790.629,00 Rp251.376.350,00
September Rp111.226.611,00 Rp128.110.385,00
Oktober Rp158.276.697,00 Rp136.474.195,00
November Rp215.164.568,00 RP126.159.429,00
Desember Rp125.881.339,00 Rp150.603.383,00
Total Rp6.227.135.766,00 RP4.131.797.092,00
Sumber: Diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi
3. Tata Cara Penatausahaan dan Pengawasan Pembayaran PPh Pasal 25
Pengawasan pembayaran PPh Pasal 25 adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh pegawai pajak untuk mengawasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, serangkaian kegiatan pengawasan tersebut dilakukan
terhadap:
a. Kewajiban melunasi utang pajak dalam suatu masa pajak
14
b. Kewajiban melaporkan pembayaran utang pajak ke KPP untuk suatu masa pajak
Kegiatan pengawasan tersebut semata-mata untuk tujuan menjaga kepatuhan
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dalam rangka
mengamankan penerimaan negara.
Penatausahaan pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah sebagai berikut :
a. Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak menyampaikan SPT Masa baik langsung
maupun melalui pos/ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.
b. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Masa yang disampaikan
langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Masa yang disampaikan melalui
pos/ekspedisi. Untuk SPT Masa Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang
diterima secara langsung harus ditolak sedangkan yang melalui pos/ekspedisi
diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan surat
pengantar.
c. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT Masa
berdasarkan ketentuan:
1) Untuk SPT Masa lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Masa
atau kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung
atau mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan
LPAD dengan SPT Masa atau dokumen kelengkapan SPT Masa.
15
2) Untuk SPT Masa tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak
sedangkan yang melalui pos/ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan
disertai Surat Penolakan SPT Masa
d. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar
Penerusan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat Penolakan SPT ke
Kepala Seksi Pelayanan, dan meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana
Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
e. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang
diterima. Proses atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan ke SOP Tata
Cara Penatausahaan Dokumen WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen
di KPP.
f. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokkan
kebenaran fisik SPT Masa apakah telah sesuai dengan isi batch header, merekam
SPT Masa lengkap, dan mengirimkan SPT Masa yang telah direkam ke Seksi
Pelayanan.
g. Account Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan
matematis dan/atau terlambat disampaikan/dibayar berdasarkan data hasil
perekaman SPT. Dalam hal terdapat kesalahan matematis, Account
Representative membuat Surat Himbauan (SOP tentang Tata Cara Himbauan
Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan
16
penyampaian/pembayaran SPT dibuatkan STP (SOP tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).
h. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari Pelaksana
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan menatausahakan SPT Masa. SPT Masa
LB yang meminta pengembalian dikirim ke Seksi Pemeriksaan dan
ditindaklanjuti dengan SOP tentang pemeriksaan. Wajib Pajak yang benar-benar
tidak memasukkan SPT Masa akan tercatat secara sistem pada rekapitulasi Wajib
Pajak yang belum melaporkan SPT Masa dan dapat ditindaklanjuti dengan
membuat Surat Teguran Penyampaian SPT (SOP tentang Tata Cara Penerbitan
Surat Teguran SPT Masa).
i. Proses Selesai.
17
BAB III
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pajak dan Penghasilan
Pajak berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang menjelaskan bahwa
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun, Pengertian Penghasilan dalam Undang-Undang pajak
18
penghasilan ini tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi
pada adanya tambahan kemampuan ekonomis
Berdasarkan penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983
sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 menyebutkan jika dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis
kepada Wajib Pajak, maka penghasilan dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) jenis,
yaitu :
a. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti
gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan,
pengacara, dan sebagainya;
b. penghasilan dari usaha dan kegiatan;
c. penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti
bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang
tidak dipergunakan untuk usaha; dan
d. penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
2. Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan sebagaimana disebutkan pada Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan bahwa Pajak Penghasilan
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa subjek pajak akan dikenakan
pajak apabila subjek pajak tersebut menerima atau memperoleh penghasilan dalam
satu tahun pajak atau bagian tahun pajak baik yang diterima dari dalam negeri
19
maupun dari luar negeri. Berdasarkan Pasal 3 Ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terkahir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 semua subjek pajak pada dasarnya
dikenakan pajak penghasilan tetapi terdapat beberapa subjek pajak yang dikecualikan
dari pengenaan pajak penghasilan.
3. Pengertian PPh Pasal 25
Berdasarkan Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 bahwa besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan
yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
yang lalu dikurangi dengan :
a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan
Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Dalam hal-hal tertentu Direktorat Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan
penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yaitu sebagai
berikut.
a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
20
b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan
setelah lewat batas waktu yang ditentukan;
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran
bulanan sebelum pembetulan; dan
f. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
Besarnya PPh Masa Pasal 25 yang dibayarkan untuk setiap masa pajaknya yang
besarnya sama adalah sampai pada batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
pajak Tahunan Orang Pribadi adalah 31 Maret setelah tahun pajak berakhir. Hal ini
karena angsuran yang dibayar sebelum penyampaian SPT yang dimaksud adalah
sebesar angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk
tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat
ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan
surat ketetapan pajak.
4. Ketentuan Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 25
Berdasakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang
Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan
Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan
Pajak, Serta tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pajak, menjelaskan bahwa jangka
21
waktu pembayaran atau penyetoran angsuran PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir, pengecualian
bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat
Pemberitahuan Masa, harus dibayar paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir.
5. Penerapan Sanksi Terhadap PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 yang dibayarkan dan dilaporkan setiap masa pajak harus
dilaksanakan tepat waktu tidak boleh melebihi jangka waktu yang telah ditentukan
berdasarkan Pasal 7 dan 9 Undang-Undang KUP, apabila ketentuan-ketentuan
tersebut tidak dipatuhi maka akan ada sanksi kepada wajib pajak. Sanksi tersebut
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
a. Bunga
Berdasarkan Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:
Apabila wajib pajak pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang
membayar pajak yang terutang dikenakan sanksi administrasiberupa bunga
sebesar 2 (dua) persen perbulan untuk seluruh pajak masa yang dihitung dari
tanggal jatuh tempo sampai dengan pembayaran atau tanggal diterbitkannya
Surat Tagihan Pajak (STP).
Untuk hitungan bunga 2 (dua) persen perbulan bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
22
b. Denda
Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, apabila wajib pajak tidak menyampaikan SPT masa
ke KPP dalam jangka waktu yang telah ditentukan yaitu paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir, maka kepada wajib pajak akan
dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp100.000. Sanksi ini dikenakan hanya satu
kali terhadap keterlambatan penyampaian SPT Masa.
B. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar
Angsuran PPh Pasal 25
Sebelum menganalisis tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
membayar PPh Pasal 25/29, terlebih dahulu harus diketahui mengenai jumlah Wajib
Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif,
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 89/PJ/2009 tentang
Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non Efektif menyatakan bahwa yang dimaksud
Wajib Pajak Non Efektif yang selanjutnya disebut dengan WP NE adalah Wajib
Pajak yang tidak melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya baik berupa
pembayaran maupun penyampaian Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) dan/atau
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, yang nantinya dapat diaktifkan kembali.
Selanjutnya pada SE - 89/PJ/2009 tersebut dinyatakan bahwa yang menjadi Wajib
Pajak Non Efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
23
1. Selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak pernah melakukan pemenuhan
kewajiban perpajakan baik berupa pembayaran pajak maupun penyampaian SPT
Masa dan/atau SPT Tahunan.
2. Tidak diketahui/ditemukan lagi alamatnya.
3. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia tetapi belum diterima
pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya atau belum mengajukan
penghapusan NPWP.
4. Secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha.
5. Bendahara tidak melakukan pembayaran lagi.
6. Wajib Pajak badan yang telah bubar tetapi belum ada Akte Pembubarannya atau
belum ada penyelesaian likuidasi (bagi badan yang sudah mendapat pengesahan
dari instansi yang berwenang).
7. Wajib Pajak orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada atau bekerja di
luar negeri lebih dari 183 dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan.
Tabel III.1
Kriteria Sebagai Wajib Pajak Efektif dan Non Efektif
SPT MASA/TAHUNAN PEMBAYARAN KRITERIA
ADA ADA EFEKTIF
ADA TIDAK ADA EFEKTIF
TIDAK ADA ADA EFEKTIF
TIDAK ADA TIDAK ADA NON EFEKTIF
Sumber: SE - 89/PJ/2009 tentang Tata Cara Penanganan Wajib pajak Non
Efektif Kriteria-kriteria di atas tidak bersifat kumulatif, dan dari semua kriteria di atas
yang menjadi syarat umum dinyatakan sebagai Wajib Pajak Non Efektif adalah wajib
pajak yang tidak pernah melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan baik berupa
24
pembayaran pajak maupun penyampaian SPT Masa dan/atau SPT Tahunan selama 3
(tiga) tahun berturut-turut. Serta pada Tabel III.1 ditampilkan kriteria sebagai Wajib
Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif
Di KPP Pratama Bandung Cicadas pada tahun 2009 perkembangan jumlah
Wajib Pajak Orang Pribadi mengalami peningkatan yang cukup banyak dari jenis
wajib pajak yang lainnya. Pada Tabel II.1 yaitu total sebanyak 80.024 wajib pajak
yang pada akhir tahun 2008 berjumlah 44.857 dengan jumlah pertambahan wajib
pajak selama tahun 2009 sebanyak 37.167 dengan persentase kenaikan sebesar
78,40%. Tidak semuanya terdaftar sebagai Wajib Pajak Efektif ada juga terdaftar
sebagai Wajib Pajak Non Efektif, untuk Wajib Pajak Efektif di tahun 2009 sebanyak
77.569 wajib pajak berarti untuk Wajib Pajak Non Efetif adalah jumlah semua wajib
pajak dikurangi dengan jumlah Wajib Pajak Efektif yaitu sebanyak 2.455 wajib pajak.
Di tahun 2010 pertambahan Wajib Pajak Orang Pribadi jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan pertambahan di tahun 2009, total Wajib Pajak Orang Pribadi di
tahun 2010 adalah sebanyak 98.178 dengan jumlah pertambahan sebanyak 18.154.
untuk wajib pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Efektif untuk tahun 2010 yaitu
sebanyak 89.992 dan jumlah Wajib Pajak Non Efektifnya adalah sebanyak 8.187.
Banyaknya jumlah pembayaran PPh Pasal 25 sulit dijadikan sebagai alat
mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak, yang cocok untuk dijadikan alat untuk
mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu berdasarkan pada
banyaknya jumlah SPT Masa PPh Pasal 25 yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi ke KPP Pratama Bandung Cicadas yang dibandingkan dengan jumlah
Wajib Pajak Efektif di KPP. SPT Masa PPh Pasal 25 yang disampaikan ke KPP
25
adalah bukti pembayaran PPh Pasal 25 wajib pajak kepada bank atau Surat Setoran
Pajak (SSP) lembar ketiga. Jadi wajib pajak dengan menyampaikan SSP lembar yang
ketiga ke KPP maka wajib pajak dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal
25.
Pada Tabel III.2 akan ditampilkan mengenai perbandingan antara jumlah SPT
Masa PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah disampaikan ke KPP
Pratama Bandung Cicadas dibandingkan dengan Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai
Wajib Pajak Efektif.
Tabel III.2
Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang
Pribadi
Tahun WP Efektif SPT Disampaikan Persentase (%)
2009 77.569 7.784 10,03%
2010 89.992 16.625 18,47%
S.d. Juni 2011 97.620 9.483 9,71%
Sumber : diolah dari Seksi Pelayanan KPP Pratama Bandung Cicadas
Pada Tabel III.2 dapat disimpulkan bahwa penyampaian SPT Masa PPh Pasal
25 setiap tahunnya mengalami kenaikan. Kepatuhan untuk tahun 2010 sebesar
18,47%, meningkat dari tahun 2009 sebesar 8,44%, dan untuk semester satu pada
tahun 2011 persentase kepatuhannya sebesar 9,71%. Pada tahun 2011 tingkat
penyampaian SPT Masa PPh Pasal 25 bisa dibilang meningkat karena di tahun 2011
persentase 9,71% tersebut merupakan persentase untuk setengah tahun bukan setahun
26
penuh, jadi ada kemungkinan di akhir tahun persentase kepatuhannya dapat melebihi
persentase dari tahun sebelumnya.
Tingkat kepatuhan Wajib Pajak tidak cukup dengan persentase yang telah
dicapai seperti pada Tabel III.2 diatas, banyak cara untuk lebih meningkatkan
kepatuhan wajib pajak diantaranya dengan meningkatkan himbauan kepada wajib
pajak, konseling, dan melakukan penyisiran ke tempat-tempat yang dimungkinkan
masyarakat yang ada di wilayah kerja KPP mempunyai penghasilan yang melebihi
dari PTKP sehingga dapat didaftarkan menjadi wajib pajak, kegiatan ini merupakan
bagian dari kegiatan ekstensifikasi untuk pendaftaran NPWP
C. Analisis Penerimaan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 di KPP
Pratama Bandung Cicadas
Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak setiap bulan. Besarnya Pajak terutang yang dibayarkan adalah sebesar pajak
setahun yang dikurangi dengan kredit pajak. Hal ini berarti negara setiap bulannya
mendapatkan kas dari wajib pajak yang besarnya sama. Di KPP Pratama Bandung
Cicadas jika dilihat dari jumlah wajib pajak orang pribadi pada tabel II.1 kontribusi
penerimaan dari PPh Pasal 25 memiliki peranan sangat penting dalam seluruh
penerimaan KPP, mengingat jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang sangat banyak.
Pada Tabel III.3 ditampilkan data jumlah rencana penerimaan dan realisasi PPh
Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi dari bulan Januari sampai dengan bulan
Desember tahun 2009. Pada tabel tersebut bukan hanya jumlah penerimaan dari PPh
Pasal 25 saja yang ditampilkan tetapi juga PPh Pasal 29, hal ini terjadi karena proses
27
penatausahaannya yang sama antara PPh Pasal 25 dengan PPh Pasal 29 sehingga
diantara keduanya tidak dapat dipisahkan.
Pada Tabel III.3 juga ditampilkan tingkat pencapaian penerimaan PPh Pasal 25
Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan oleh KPP Pratama Bandung Cicadas
terhadap rencana penerimaannya yang dihitung dengan cara mempersentasekan
realisasi penerimaan terhadap rencana penerimaan di tahun 2009.
Tabel III.3
Rencana dan Realisasi Penerimaan PPh Pasal 25/29 WP OP Tahun 2009
Bulan Rencana Realisasi Persentase
Januari Rp255.316.723,00 Rp270.495.332 105,94%
Februari Rp316.561.281,00 Rp613.960.845 193,94%
Maret Rp2.884.397.431,00 Rp2.327.713.320 80,70%
April Rp552.213.697,00 Rp220.476.832 39,92%
Mei Rp347.759.327,00 Rp189.655.267 54,53%
Juni Rp402.932.107,00 Rp355.571.152 88,24%
Juli Rp400.373.452,00 Rp1.542.923.174 385,37%
Agustus Rp401.921.263,00 Rp145.790.629 36,27%
September Rp483.278.686,00 Rp111.226.611 23,01%
Oktober Rp449.856.884,00 Rp158.276.697 35,18%
November Rp557.097.446,00 Rp215.164.568 38,62%
Desember Rp1.520.569.702,00 Rp125.881.339 8,27%
Total Rp8.592.278.000,00 Rp6.277.135.766 73,22%
Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Pada Tabel III.3 dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29
Wajib Pajak Orang Pribadi di tahun 2009 secara keseluruhan mencapai 73,22%.
Realisasi penerimaan yang paling rendah terjadi pada bulan Desember dengan total
realisasi sebesar Rp125.881.339,00 dengan Persentase 8,27%, hal ini jauh
28
dibandingkan dengan rencana penerimaan sebesar Rp1.520.569.702,00. Sedangkan
realisasi penerimaan yang paling tinggi terjadi pada bulan Juli dengan jumlah
penerimaan sebesar Rp1.542.923.174,00 dengan persentase sebesar 385.37% dari
rencana penerimaan sebesar Rp400.373.452,00 jumlah penerimaan ini jarang sekali
terjadi, hal ini dimungkinkan terjadi kesalahan dalam proses pembayaran oleh Wajib
Pajak yang terjadi pada bulan tersebut. Setelah dilakukan pencarian terhadap
transaksi-transaksi pembayaran terhadap PPh Pasal 25/29 di KPP Pratama Bandung
Cicadas yang dilakukan selama bulan Juli, dan dilakukan analisis terhadap transaksi-
transaksi tersebut maka ditemukan satu transaksi pembayaran PPh Pasal 25 dengan
jumlah nominal pembayaran Rp1.225.246.735, Wajib Pajak yang melakukan
pembayarannya berdasarkan transaksi tersebut adalah saudara Kusnadi dengan status
sebagai pegawai Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD). Penulis
melakukan wawancara dengan beberapa berdasarkan analisis, jika dilihat dari status
pembayaran PPh tersebut, transaksi tersebut bukan merupakan pembayaran PPh Pasal
25, kemungkinan terbesar pembayaran tersebut adalah untuk pembayaran PPh Pasal
21, dan Kusnadi sebagai Bendahara BUMN/BUMD tempatnya bekerja.
Pada Tabel III.3 di atas jika dilihat dari keseluruhan selama setahun yang
mencapai rencana penerimaan PPh Pasal 25/29 hanya 3 (tiga) bulan, tetapi jika dilihat
dari persentase keseluruhan pencapaian terhadap rencana cukup tinggi yaitu sebsesar
73,22%.
Di bawah ini ditampilkan rencana penerimaan dan realisasi penerimaan pada
tahun 2010, rencana penerimaan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi
Rp10.422.224.000,00. Rencana penerimaan tersebut meningkat sebesar
29
Rp1.829.946.000,00 dari tahun 2009. Berikut ini ditampilkan rincian rencana dan
realisasi penerimaan untuk setiap bulannya.
Tabel III.4
Rencana Penerimaan dan Realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 wajib Pajak
Orang pribadi Tahun 2010
Bulan Rencana Realisasi Persentase
Januari Rp384.994.594,00 Rp119.915.987,00 31,14%
Februari Rp686.070.065,00 Rp195.927.630,00 28,55%
Maret Rp3.443.045.523,00 Rp2.195.203.620,00 63,75%
April Rp644.275.709,00 Rp337.704.191,00 52,41%
Mei Rp365.523.331,00 Rp223.968.042,00 61,27%
Juni Rp611.415.244,00 Rp137.743.513,00 22,52%
Juli Rp1.488.449.971,00 Rp128.610.367,00 8,64%
Agustus Rp299.283.333,00 Rp251.376.350,00 83.99%
September Rp267.717.765,00 Rp128.110.385,00 47,85%
Oktober Rp311.481.743,00 Rp136.474.195,00 43,81%
November Rp357.954.260,00 Rp126.159.429,00 35,24%
Desember Rp1.562.012.462,00 Rp150.603.383,00 9,64%
Total Rp10.422.224.000,00 Rp4.131.797.092,00 39,64%
Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Pada Tabel III.4 di atas dapat dilihat rencana dan realisasi penerimaan PPh Pasal
25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi pad tahun 2010. Pada tahun 2010 realisasi paling
rendah terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar Rp128.610.367,00 dengan persentase
terhadap rencana penerimaan sebesar 8,64%. Hal ini jauh dengan rencana penerimaan
sebesar Rp1.488.449.971. Cara menentukan rencana penerimaan untuk periode
selanjutnya adalah dengan melihat pencapaian pada periode-periode sebelumnya, jadi
30
disini bukan hanya kekurangpatuhan melainkan ada yang salah ketika menentukan
rencana penerimaan pada bulan Juli, karena sudah diketahui pada bulan Juli 2009
terjadi transaksi yang tidak wajar yaitu ada wajib pajak yang melakukan pembayaran
dengan nominal lebih dari 1 Milyar. Sedangkan realisasi paling tinggi terjadi pada
bulan Maret 2010 dengan realisasi penerimaan sebesar 2.195.203.620 dengan
persentase terhadap rencana penerimaan yaitu sebesar 63,75%.
Secara keseluruhan realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 di tahun 2010 jika
dibandingkan dengan realisasi penerimaan di tahun 2009 mengalami penurunan
karena di tahun 2009 rata-rata realisasi penerimaan pertahunnya mencapai 73,22%
sedangkan di tahun 2010 rata-rata realisasi penerimaan pertahunnya mencapai
39,64%.
Pada Tabel III.4 dan Tabel III.5 data-data rencana yang terdapat untuk tiap
bulan berbeda-beda, secara teori bahwa angsuran PPh Pasal 25 adalah angsuran yang
harus dibayarkan oleh wajib pajak yang besarnya sama untuk setiap bulannya. Namun
pada tabel tersebut berbeda untuk setiap bulannya, hal ini dikarenakan ada
pembayaran lain selain PPh Pasal 25 yaitu:
1. Pembayaran selain PPh 25 yaitu PPh Pasal 29
2. Pembayaran sanksi perpajakan
D. Analisis Kontribusi Pajak Penghasilan Pasal 25 terhadap Seluruh
Penerimaan Pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas
KPP Pratama Bandung Cicadas yang memiliki Wajib Pajak Orang Pribadi
sebanyak 98.179 yang sedemikian besar ternyata dalam segi penerimaannya masih
31
relatif kecil dari yang diharapkan jika melihat potensi-potensi pajak yang terdapat
dalam wilayah kerjanya. Tampaknya masih banyak lagi potensi-potensi pajak yang
perlu digali untuk meningkatkan penerimaan pajaknya. Penerimaan Pajak Pengasilan
yang telah dicapai oleh KPP Pratama Bandung Cicadas dapat dilihat pada Tabel III.5
di bawah ini :
Tabel III.5
Rincian Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2009
Uraian Realisasi % terhadap PPh Total
1. PPh Non Migas Rp108.755.783.852,00 99,98%
PPh Non Migas Lainnya Rp732.400,00 0,00067%
PPh Pasal 21 Rp31.690.788.534,00 29,13%
PPh Pasal 22 DN Rp9.353.015.016,00 8,59%
PPh Pasal 22 Impor Rp12.364.184.074,00 11,36%
PPh Pasal 23 Rp13.042.507.230,00 11,99%
PPh Pasal 25/29 Badan Rp7.028.443.969,00 6,46%
PPh Pasal 25/29 OP Rp6.277.135.766,00 5,77%
PPh Pasal 26 Rp200.160.595,00 0,18%
PPh Final Rp28.793.534.396,00 26,47%
PPh Fiskal Luar Negeri Rp5.281.872,00 0,0048%
2. PPh Migas Rp11.742.382,00 0,02%
Total Pajak
Penghasilan
Rp108.767.526.234,00 100%
Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Pada Tabel III.5 dapat dilihat bahwa kontribusi PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang
Pribadi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan secara keseluruhan pada tahun 2009
PPh Pasal 25 Orang Pribadi menyumbang sebesar Rp6.277.137.766 dari jumlah total
32
penerimaan Pajak penghasilan sebesar Rp108.767.526.234 atau menyumbang dengan
persentase sebesar 5,77% dari total penerimaan pajak penghasilan yang ada. Bila
dibandingkan dengan yang pajak lain jauh berbeda, yang paling tinggi kontribusinya
terhadap total penerimaan PPh yaitu berasal PPh Pasal 21 dengan persentase sebesar
29,13% dan selanjutnya dari PPh Final sebesar 26,47%. Hal ini menunjukan bahwa
kriteria Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Cicadas mayoritas
sebagai pegawai, baik sebagai pegawai swasta maupun sebagai pegawai negeri.
Tabel III.6
Rincian Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2010
Uraian Realisasi 2010 % terhadap PPh Total
1. PPh Non Migas Rp147.297.248.354,00 99,99%
PPh Non Migas Lainnya Rp3.044.080,00 0,0020%
PPh Pasal 21 Rp44.772.395.384,00 30,39%
PPh Pasal 22 DN Rp11.165.245.425,00 7,57%
PPh Pasal 22 Impor Rp22.539.782.647,00 15,3%
PPh Pasal 23 Rp13.491.644.411,00 9,15%
PPh Pasal 25/29 Badan Rp7.220.056.130,00 4,90%
PPh Pasal 25/29 OP Rp4.131.797.092,00 2,80%
PPh Pasal 26 Rp505.004.394,00 0,34%
PPh Final Rp43.468.278.791,00 29,5%
PPhFiskal Luar Negeri Rp0 0%
2. PPh Migas Rp4.861.897,00 0,01%
Total Pajak Penghasilan Rp147.302.110.251,00 100%
Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Pada Tabel III.6 kontribusi PPh Pasal 25/29 terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan secara keseluruhan lebih kecil dari tahun 2009 yaitu sebesar
Rp4.131.797.092 dengan kontribusi sebesar 2,80%. Untuk kontribusi terbesar
33
terhadap Pajak Penghasilan di tahun 2010 masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu
dari PPh Pasal 21 sebesar 30,39% dan yang kedua dari PPh Final sebesar 29,5%.
Analisis selanjutnya yang akan dilakukan yaitu dengan melihat dari kontribusi
PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi selama setahun terhadap penerimaan dari
seluruh jenis pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas. Jika dilihat dari pembahasan
pada sub-sub bab sebelumnya mengenai jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP
Prtama Bandung Cicadas, Wajib Pajak Orang Pribadi mempunyai peranan dalam
penerimaan negara. Jika dilihat pada Tabel II.1 tentang jumlah wajib pajak yang
terdaftar di KPP Pratama Bandung Cicadas, perbandingan antara jumlah Wajib Pajak
Orang Pribadi dengan jumlah wajib pajak yang lainnya jauh berbeda, pada tahun 2010
perbandingan antara jumlah Wajib Pajak Pribadi dengan Wajib Pajak Badan
perbandingannya mencapai 1 berbanding 11. Dari perbandingan tersebut dapat
diperkirakan bahwa penerimaan PPh Pasal 25 Wajib Pajak orang Pribadi di KPP
Pratama Bandung Cicadas sangat besar. Namun setelah dilihat dari kontribusi
penerimaannya ternyata kontribusi PPh Pasal 25 terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan secara keseluruhan sebesar 2,80%.
Pada tabel III.7 ditampilkan besarnya kontribusi dari penerimaan PPh Pasal
25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap realisasi penerimaan seluruh pajak di KPP
Pratama Bandung Cicadas tahun 2009, dan Pada Tabel III.7 ditampilkan jumlah
rincian setiap bulan dari Januari sampai dengan Desember tahun 2009
34
Tabel III.7
Penerimaan PPh 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2009
Bulan Penerimaan Pajak Penerimaan PPh
Pasal 25/29 Persentase (%)
Januari Rp17.393.290.476,00 Rp270.495.332,00 1,55%
Februari Rp15.012.671.614,00 Rp329.274.685,00 2,19%
Maret Rp19.759.731.684,00 Rp2.327.713.320,00 11,78%
April Rp24.812.098.209,00 Rp220.476.832,00 0,88%
Mei Rp20.578.094.420,00 Rp189.655.267,00 0,92%
Juni Rp57.078.333.163,00 Rp355.571.152,00 0,62%
Juli Rp29.626.792.857,00 Rp1.542.923.174,00 5,20%
Agustus Rp64.421.333.590,00 Rp145.790.629,00 0,22%
September Rp30.744.675.505,00 Rp111.226.611,00 0,36%
Oktober Rp68.465.713.314,00 Rp158.276.697,00 0,23%
November Rp30.948.640.514,00 Rp215.164.568,00 0,69%
Desember Rp97.805.586.040,00 Rp125.822.703,00 0,12%
Total Rp476.646.961.386,00 Rp5.992.390.970,00 1,25%
Sumber: diolah dari Seksi Pengwasan dan Konsultasi
Pada Tabel III.7 dapat dilihat kontribusi PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang
Pribadi pada tahun 2009 yang paling tinggi terdapat di bulan Maret sebesar 11,78%
dari total penerimaan. Hal ini disebabkan karena batas waktu pembayaran pajak yang
masih harus dibayar dalam SPT Tahunan Orang Pribadi adalah paling lambat akhir
bulan Maret, jadi Wajib Pajak pada bulan Maret banyak yang melakukan pembayaran
untuk PPh Pasal 29. Untuk kontribusi yang paling kecil terdapat pada bulan Desember
2009 dengan persentase sebesar 0,12%. Secara keseluruhan kontribusi PPh Pasl 25/29
Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap seluruh penerimaan pajak tahun 2009 sebesar
1,25%.
35
Tabel III.8
Penerimaan PPh 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2010
Bulan Penerimaan Pajak Penerimaan PPh
Pasal 25/29 Persentase
Januari Rp28.997.726.606,00 Rp119.915.987,00 0,41%
Februari Rp21.719.139.888,00 Rp195.927.630,00 0,90%
Maret Rp26.427.452.366,00 Rp2.195.203.620,00 8,30%
April Rp38.542.895.468,00 Rp337.704.191,00 0,87%
Mei Rp29.966.247.170,00 Rp223.968.042,00 0,74%
Juni RP34.798.430.105,00 Rp137.743.513,00 0,39%
Juli Rp37.637.367.630,00 Rp128.610.367,00 0,34%
Agustus Rp40.480.356.755,00 Rp251.376.350,00 0,62%
September Rp39.659.821.389,00 Rp128.110.385,00 0,32%
Oktober Rp45.045.486.973,00 Rp136.474.195,00 0,30%
November Rp41.654.392.627,00 Rp126.159.429,00 0,30%
Desember Rp74.015.213.182,00 Rp150.603.383,00 0,20%
Total Rp458.944.530.159,00 Rp4.131.797.092,00 0,90%
Sumber: diolah dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Pada Tabel III.8 dapat dilihat bahwa kontribusi PPh Pasal 25/29 secara total
mengalami penurunan dari 1,25% pada tahun 2009 menjadi 0,90% pada tahun 2010.
Hal ini tentu berpengaruh terhadap penerimaan pajak total yang mengalami
penurunan dari tahun 2009. Pada tahun 2010 kontribusi PPh Pasal 25/29 paling tinggi
terjadi pada bulan Maret 2010 dengan persentase sebesar 8,30%, sedangkan
kontribusi paling rendah terjadi pada bulan Desember 2010 dengan persentase sebesar
0,20%.
36
E. Permasalahan yang Dihadapi
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi secara umum dalam hal pembayaran
maupun pelaporan PPh Pasal 25 bisa dikatakan masih rendah. Hal ini harus menjadi
perhatian bagi KPP Pratama Bandung Cicadas, terutama oleh Seksi Pengawasan dan
Konsultasi, supaya lebih meningkatkan program-program yang dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak yang telah ada.
Dari data-data yang telah dibahas pada sub-sub bab sebelumnya terdapat
masalah-masalah terkait dengan kepatuhan pembayaran dan pelaporan PPh Masa PPh
Pasal 25 diantaranya sebagai berikut :
1. Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai pemenuhan kewajiban
perpajakan masih kurang.
Wajib Pajak yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara
hukum sudah mempunyai kewajiban untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya yaitu yang dimulai dengan menghitung, memperhitungkan,
menyetor, dan melaporkan secara sendiri. Pembayaran dan pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 25 adalah salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh
wajib pajak.
2. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam melaporkan pajak terutang
Wajib pajak yang telah membayar PPh Masa Pasal 25 beranggapan bahwa
dengan membayar pajak saja sudah memenuhi kewajibannya di setiap bulan,
padahal kewajiban perpajakan setiap bulan bukan hanya membayar pajak tetapi
37
juga melaporkannya ke KPP Pratama Bandung Cicadas tempat wajib pajak
terdaftar.
3. Ketidaktahuan Wajib Pajak mengenai peraturan perpajakan yang berlaku.
Wajib Pajak yang melakukan pembayaran pajak di bank maupun di kantor pos
yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak, pada pengisian data-data
pada Surat Setoran Pajak (SSP) harus disertai dengan data-data yang
diperlukan seperti masa pajak yang akan dilakukan pembayaran dan kode
pajak.
4. Wajib Pajak dengan pajak nihil tetapi tidak melaporkan pajaknya.
Wajib Pajak yang memiliki kewajiban PPh Pasal 25 dengan pajak terutang nihil
beranggapan bahwa Wajib Pajak tidak perlu lagi melakukan pelaporan PPh
Pasal 25 ke KPP Pratama Bandung Cicadas. Seharusnya walaupun pajak yang
terutangnya adalah nihil tetapi Wajib Pajak tetap diwajibkan untuk
melaporkannya.
5. Petugas pajak kurang optimal dalam menggali potensi pajak Wajib Pajak Orang
Pribadi
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan Account Representative
bahwa para Account Reprenative kurang mengoptimalkan potensi pajak yang
ada pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Cicadas. Hal ini
karena petugas pajak masih mempertimbangkan banyak hal dalam menerbitkan
38
produk hukum kepada Wajib Pajak Orang Pribadi, misalnya saja dalam
penerbitan Surat Tagihan Pajak Bunga penagihan para Account Representative
jarang sekali menerbitkannya walaupun wajib pajak yang melanggar berjumlah
banyak. Account Representative beranggapan bahwa dengan menerbitkan
produk hukum ke Wajib Pajak Orang Pribadi akan berakibat pada pemenuhan
kewajiban perpajakan pada periode-peride berikutnya.
39
BAB IV
PENUTUP A. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengambil
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Pembayaran PPh 25 Wajib Pajak Orang Pribadi sangat penting dalam
memberikan kontribusi pada penerimaan negara. Oleh karena itu, perlu
ditingkatkan lagi pengawasan pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 25 Wajib
Pajak Orang Pribadi.
2. Pembayaran PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi memberikan peran penting
dalam mengurangi beban Wajib Pajak di akhir tahun karena pembayarnnya
dalam bentuk angsuran, selain itu dapat menjaga tingkat likuiditas Wajib Pajak
demi menjaga kelangsungan usaha wajib pajak.
3. Pengetahuan Wajib Pajak mengenai ilmu perpajakan masih kurang. Hal ini
dibuktikan dengan adanya Wajib Pajak bernama Kusnadi yang melakukan
kesalahan dalam melakukan pembayaran pajak terutang di KPP Pratama
Bandung Cicadas.
40
4. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya masih rendah, sehingga dapat berpengaruh langsung terhadap
penerimaan pajak di KPP Pratama Bandung Cicadas.
5. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi dalam melaporkan PPh Masa
Pasal 25/29 di KPP Pratama Bandung Cicadas berfluktuatif dalam setiap masa
pajak. Berdasarkan data yang ada pada tahun 2009, rata-rata tingkat kepatuhan
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25 Wajib Orang Pribadi selama setahun adalah
sebesar 10,03% dengan jumlah SPT disampaikan sebanyak 7.784, dan rata-rata
untuk tahun 2010 adalah sebesar 18,47% dengan jumlah SPT disampaikan
sebanyak 16.625.
6. Penerimaan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi terhadap penerimaan KPP secara
keseluruhan pada tahun 2009 dan tahu 2010 ada pada jarak 0,90% - 1,25%.
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan atas kepatuhan pembayaran PPh Masa Pasal 25 Wajib
Pajak Orang Pribadi, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Pengawasan terhadap kepatuhan pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 25 Wajib
Pajak Orang Pribadi harus lebih ditingkatkan lagi dengan berbagai upaya. Hal ini
disebabkan karena tingkat kepatuhannya yang masih berfluktuatif setiap masa
pajaknya. Mengingat PPh Masa Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi sangat
penting sebagai sumber penerimaan negara maka diperlukan kerja keras dari
semua pihak terutama Account Representative yang berhubungan langsung
dengan Wajib Pajak.
41
2. Untuk meningkatkan kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi
terhadap pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 25 perlu ditingkatkan lagi
kegiatan penyuluhan dan himbauan oleh petugas pajak agar Wajib Pajak lebih
mengetahui betapa pentingnya peranan pajak bagi penerimaan negara.
3. Lebih ditingkatkan lagi program-program yang dapat meningkatkan pengetahuan
Wajib Pajak mengenai hukum formal maupun materil pajak, agar kesalahan
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat dikurangi, karena
ditemukannya wajib pajak yang salah dalam melakukan pembayaran PPh Pasal
25.
4. Meningkatkan kemampuan dan kinerja setiap petugas pajak khusunya Account
Representative, salah satunya dengan melaksanakan kegiatan pendidikan dan
latihan (diklat). Agar potensi-potensi pajak yang belum tergali di wilayah kerja
KPP Pratama Bandung Cicadas dapat dioptimalkan sehingga kontribusi pajak
yang diberikan menjadi lebih besar.
5. Meningkatkan pelayanan KPP kepada Wajib Pajak di setiap seksi, terutama yang
berhubungan langsung dengan Wajib Pajak seperti pada Seksi Tempat Pelayanan
Terpadu (TPT) dan Account Representative (AR).
42
DAFTAR PUSTAKA
Hutomo, Sigit YB, M.BAcc., Akt.Drs.2009. Pajak Penghasilan-Konsep dan
Aplikasi(Edisi Revisi). Cetakan ke-2. Yogyakarta: Universitas Atmajaya
Yogyakarta.
Rusjdi, Muhammad. 2004. PPh Pajak Penghasilan. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia
Edhy, Djaka Saranta S. 2003. Dasar Dasar Perpajakan Di Indonesia. Jakarta:
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER 10/PJ/2009 tentang Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Tahun 2009 Bagi Wajib Pajak
yang Mengalami Perubahan Keadaan Usaha atau Kegiatan Usaha.
Lampiran 1
KEPALA KANTOR
SUB BAGIAN UMUM
SEKSI EKSTENSIFIKASI
PERPAJAKAN
4 (EMPAT) SEKSI PENGAWASAN
DAN KONSULTASI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SEKSI PELAYANAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENGOLAHAN
DATA DAN INFORMASI
SEKSI PEMERIKSAAN
Lampiran 2
Realisasi Penerimaan Seluruh Pajak Tahun 2009 dan 2010
Di KPP Pratama Bandung Cicadas
Jenis Pajak 2009 2010
Bea Meterai Rp0 Rp0
BPHTB Rp63.579.150.714 Rp50.547.723.996
Bunga Penagihan PPh Rp83.818 Rp8.311.853
PBB Pedesaan Rp8.972.697.924 Rp2.812.055
PBB Perkebunan Rp28.820.388 Rp0
PBB Perkotaan Rp25.246.244.651 Rp34.142.311.375
PBB Pertambangan Rp111.628.000.000 Rp0
PIB Rp0 Rp0
PPh Gas Alam Rp7.411.829 Rp2.207.297
PPh Minyak Bumi Rp3.583.636 Rp2.654.600
PPh Non Migas Lainnya Rp732.400 Rp3.044.080
PPh Pasal 21 Rp31.690.788.534 Rp44.772.395.384
PPh Pasal 22 Dalam Negeri Rp9.353.015.016 Rp11.165.245.425
PPh 22 Impor Rp12.364.184.074 Rp22.539.782.647
PPh Pasal 23 Rp13.042.507.230 Rp13.491.644.411
PPh Pasal 25/29 Badan Rp7.028.443.969 Rp7.220.056.130
PPh Pasal 25/29 Orang
Pribadi Rp6.277.135.766 Rp4.131.797.092
PPh Pasal 26 Rp200.160.595 Rp505.004.394
PPN Dalam Negeri Rp138.129.568.759 Rp188.553.152.166
PPN Impor Rp43.242.578.158 Rp85.022.605.221
PPnBM Dalam Negeri Rp103.978.937 Rp64.642.979
PPnBM Impor Rp676.430.311 Rp4.141.613.546
PTLL Rp0 Rp0
PPh Final Rp28.793.534.396 Rp43.468.278.791
PPh Fiskal Luar Negeri Rp5.281.872 Rp0
Penjualan Benda Meterai 0 Rp0
PPN Lainnya Rp36.385.440 Rp43.322.263
Bunga Penagihan PPN RP1.258.115 Rp23.648.450
Bunga Penagihan PPNBM RP0 Rp0
PBB Kehutanan Rp0 Rp0
PBB Lainnya Rp39.813.388.651 Rp0
PPh Migas Lainnya Rp746.917 Rp0
Total RP540.226.112.100 RP509.852.254.155
Top Related