Nama Peserta : dr. Margareth Silaen
Nama Wahana : RS Pusdikkes Kodiklat TNI-AD Kr. Jati
Topik : Appendisitis Akut
Tanggal (Kasus) : 19 November 2015
Nama Pasien : Ny. NNo. RM : 10.08.50
Tanggal Presentasi : Desember 2015Nama Pendamping : dr. Satyaningtyas
Tempat Presentasi : RS Pusdikkes Kodiklat TNI-AD Kr. Jati
Objektif Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Perempuan 37 tahun, nyeri perut kanan bawah, Mc Burney (+), PSOAS sign (+), Rovsing sign (+), Obturaror Sign Leukosit 14.800
Tujuan : Penegakan diagnosa appendisitis akut
Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data Pasien : Nama: Ny.N 37 tahunNomor Registrasi:
Nama RS : RS Pusdikkes Kodiklat TNI-AD Terdaftar Sejak : 10.08.50
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:Appendisitis Akut / Nyeri perut kanan bawah sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Riwayat demam (+), mual (+), muntah (-). Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan nyeri McBurney, Rovsing sign (+), Obturator sign (+), Psoas sign (+)
2. Riwayat Pengobatan :Pasien sering mengkonsumsi obat penghilang nyeri yang dijual bebas di warung bila timbul gejala sakit perut atau sakit kepala.
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit :Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat penyakit paru, ginjal, kencing manis, darah tinggi disangkal.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien..
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah Ibu rumah tangga.
6. Riwayat Kebiasaan : Makan tidak teratur
Daftar Pustaka :
De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal 640- 645. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid II. Hal 307-313. Jakarta: Media Aesculapius
1. Subyektif Keluhan Utama: Nyeri perut kanan bawah sejak 1 minggu yang lalu.
Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri terasa semakin hebat sejak 1 hari ini. Demam ada sejak 3 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak terus menerus, dan tidak berkeringat. Nafsu makan berkurang semenjak sakit. Mual tidak ada, muntah tidak ada. Riwayat sakit maag tidak ada. BAB tidak ada sejak 2 hari yang lalu. BAK tidak ada kelainan. Pasien sering mengkonsumsi obat Antalgin bila sakit kepala atau sakit perut.2. ObjektifPemeriksaan Fisik Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Frekuensi Nafas : 22 x/ menit
Suhu : 37,90 CStatus Internus Kepala : Tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik Thoraks
Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+) di titik McBurney dan epigastrium, nyeri lepas (+), rovsing (+),
Psoas sign (+), obturator sign (+), defans muskuler (-), Tidak teraba massa di perut kanan bawah
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal Ekstremitas : Refilling capiller baik
Laboratorium:Tanggal 19 November 2015 Hb : 13,1 gr/dl Leukosit : 14.800/mm3 Trombosit : 270.000/mm3 Hematokrit : 51, 6% CT : 4 BT : 2 Ureum : 8 mg/dl Kreatinin : 1,0 mg/dl GDR : 112 mg/dl Gol. Darah : A SGOT 30 SGPT 203. AssessmentDefinisi
Apendisitis akut disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya :
Faktor Obstruksi
Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut. Bakteri yang ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis, Splanchicus, Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter
dari organ apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang memudahkan terjadi apendisitis. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan
sehari-hari.A. Patofisiologi Apendisitis AkutApendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang disebabkan oleh bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus. Obstruksi pada lumen menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan di dalam sekum akan meningkat. Kombinasi tekanan tinggi di seikum dan peningkatan flora kuman di kolon mengakibatkan sembelit, hal ini menjadi pencetus radang di mukosa apendiks. Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit yang meliputi semua lapisan dinding apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus setempat yang menghambat pengosongan lumen apendiks atau mengganggu motilitas normal apendiks.Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut.
Mekanisme terjadinya apendisitis dapat diliat pada bagan di bawah ini.
B. Manifestasi Klinis
Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik, nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki. Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua kali. Penderita apendisitis juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.Baca secara fonetik4.PlanDiagnosis : upaya diagnosis sudah optimal dinilai dari penelusuran anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang mendukung ke arah diagnosis Appendisitis akut.
DIAGNOSIS KERJAAppendisitis AkutDiagnosa :Pemeriksaan laboratorium: UL
Pemeriksaan radiologis : USG
Tatalaksana Inf. RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x1gr IV
Inj. Ranitidin 50mg IV Inj. Ondansetron 4mg IV Suprafenid supp. No. I Pro Appendiktomy
Puasa pre operasi
Monitoring : Vital sign, keluhan Edukasi : Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, tindakan yang akan dilakukan, prognosa dan pengobatan setelah operasi Konsultasi : Konsul dokter spesialis bedah umumFollow Up Post Operasi
Immobilisasi Puasa hingga BU (+)
Awasi Vital Sign
Kateter
Terapi
IVFD Rl 20 gtt/i
Inj Ceftriaxone 1 amp / 12 Jam
Inj Ranitidin 1 amp / 12 Jam
Inj Ketorolac 30 mg 1 amp / 12 jamFollow up hari 2
S:Demam (-), Muntah (-), Nyeri bekas Luka (+), Flatus(+)
O:KU = sedang, Kes = CMC
Kulit
: teraba hangat
Thorax
: cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen: distensi (-), pain LBO (+), BU (+) Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
A:Post Appendectomy H+2P:IVFD Rl 20 gtt/i
Inj Ceftriaxone 1 amp / 12 Jam
Inj Ranitidin 1 amp / 12 Jam
Inj Ketorolac 30 mg 1 amp / 12 jam
Aff Kateter
Follow up hari 3
S:Demam (-), Muntah (-), Nyeri bekas Luka (+), Kembung (-)
O:KU = sedang, Kes = CMC
Kulit
: teraba hangat
Thorax
: cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen: distensi (-), pain LBO (+), BU (+) Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
A:Post Appendectomy H+3P:IVFD Rl 20 gtt/i
Inj Ceftriaxone 1 amp / 12 Jam
Inj Ranitidin 1 amp / 12 Jam
Inj Ketorolac 30 mg 1 amp / 12 jam
Follow up hari 4
S:Demam (-), Muntah (-), Nyeri bekas Luka (+), Kembung (-)
O:KU = sedang, Kes = CMC
Kulit
: teraba hangat
Thorax
: cor dan pulmo dalam batas normal.
Abdomen: distensi (-), pain LBO (+), BU (+) Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
A:Post Appendectomy H+4
P:Mobilisasi aktif
Diet MB
Boleh pulang
Obat pulang : Ciprofloxacin 2x500 mg
Ranitidin 2x1 tab
Asam Mefenamat 3x500 mg
C. Prognosis
Kematian dari appendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun dari tingkat 9,9 per 100.000 pada tahun 1939, dengan 0,2 per 100.000 pada 1986. Diantara faktor-faktor yang bertanggung jawab adalah kemajuan dalam anestesi, antibiotik, cairan intravena, dan produk darah. Faktor utama dalam kematian adalah apakah pecah terjadi pengobatan sebelum bedah dan usia pasien. Angka kematian keseluruhan untuk anestesi umum adalah 0,06%. Angka kematian keseluruhan dalam apendisitis akut pecah adalah sekitar 3%-peningkatan 50 kali lipat. Tingkat kematian appendisitis perforasi pada orang tua adalah sekitar 15% peningkatan lima kali lipat dari tingkat keseluruhan.Dokter Pendamping,
dr. SatyaningtyasPenyumbatan secret mukus
Fekalit
Mukus >>
Obstruksi lumen appendiks
Gangguan aliran mucus dari Appendik - sekum
Bendungan mukus
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa
Gangguan aliran limfe
Peningkatan tekanan intraluminal
Obstruksi vena
Obstruksi arteri (a. terminalis appendikularis)
apendisitis akut
Edema >>
infark dinding apendiks
Nyeri daerah epigastrium
bakteri akan menembus dinding apendiks.
gangren
Appendisitis Supuratif akut
Peradangan peritoneum
apendisitis ganggrenosa
Nyeri perut kanan bawah
13
Top Related