BAB I
PENDAHULUAN
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia,
termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga
1,75 juta orang mengalami simtom OA. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita
OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat.
Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita
OA.Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk
penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan.(1)
Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti
penyebabnya, ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat.
Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer
disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan OA
sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama dan
lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok OA tersebut tidak menunjukkan
adanya perbedaan. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat
diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan
1
ligamen dan peradangan ringan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk
efusi.(1)
Osteoartritis umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi
penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul (koksa), lumbal dan servikal.
Pada OA primer / generalisata yang pada umumnya bersifat familial, dapat pula
menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal (DIP) dan interfalang
proksimal (PIP). Lutut merupakan sendi yang paling sering dijumpai terserang OA
dari sekian banyak sendi yang dapat terserang OA. Osteoartritis lutut merupakan
penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi
lainnya. Patologi penyakit ditandai dengan hilangnya tulang rawan artikular
menyebabkan penyempitan ruang sendi, meningkatkan gesekan sendi, renovasi
struktural potensial, nyeri persisten, dan gangguan fungsional. Sitokin proinflamasi
interleukin 1ß (IL-1ß) memiliki beberapa kimia dan karakteristik bioaktif yang
terlibat dalam patofisiologi OA (1,8).
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen
pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan
sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang menjadikan tulang
rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.(1)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Rawan sendi
Rawan sendi adalah suatu jaringan lunak yang melapisi ujung kedua tulang
pada suatu persendian. Dengan demikian jaringan ini bersifat bantalan yang
menerima (meredam) beban benturan yang terjadi selama gerakan normal sendi,
menerima benturan maupun beban berat. Benturan itu kemudian diteruskan ke tulang
di bawah rawan sendi.(7)
Rawan sendi mempunyai sifat yang mampu (7):
Memberikan perlindungan terhadap permukaan sendi dari tekanan
Membantu penghantaran beban yang berlebihan ke tulang di bawahnya
Menjaga kontak antara kedua permukaan sendi dengan tahanan gesekan yang
sangat rendah
Rawan sendi mempunyai struktur sebagai berikut :
Proteoglikan
Bahan utama yang merupakan bagian terbesar rawan sendi ialah kompleks makro
molekul yang saling berkaitan, proteglikan (baik subunit maupun agregator), dan
kolagen tipe II. Sebagian besar proteoglikan, yaitu agregat, berisi suatu inti
protein besar dimana sejumlah rantai kondrotin 4-sulfat, kondrotin 6-sulfat, dan
keratan sulfat terikat kovalen sebelum proteoglikan tersebut disekresi ke dalam
matriks ektraseluler.
3
Kolagen
Fibril-fibril kolagen dalam rawan sendi tersusun dalam pola-pola tertentu
Glikoprotein
Glikoprotein terdapat dalam rawan sendi dalam konsentrasi yang terbalik dengan
konsentrasi kolagen dan merupakan hasil sintesis kondrosit.
Air
Serat-serat kolagen berada dalam suatu bahan dasar yang banyak mengandung
air (70%-80%)
Kondrosit
Letak kondrosit relatif terisolas, hidup sendiri, berpasangan atau bersama-sama
kondrosit yang lain dalam suatu kelompok. Fungsi sel-sel tersebut sangat spesifik
dan mempunyai kemampuan mensintesis unsur-unsur matriks (misalnya kolagen,
kondronektin, proteoglikan, glikoprotein, dan polipeptida-polipeptida kationik
kecil)
2. Pengertian osteoartritis
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang dan ditandai dengan adanya
4
deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang rawan baru pada
permukaan persendian.(2)
Kondisi osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif pada persendian
yang disebabkan oleh beberapa macam faktor. Penyakit ini mempunyai karakteristik
berupa terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago
merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir
tulang keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan
antar-tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian melakukan
aktivitas atau pergerakan.(3)
Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif, merupakan gangguan
sendi tersering. Kelainan ini sering, jika tidak dapat dikatakan pasti, menjadi bagian
proses penuaan dan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia 65 tahun.
Gambaran mendasar pada osteoartritis adalah degenasi tulang rawan sendi ,
perubahan struktural selanjutny yang terjadi di tulang bersifat sekunder. Pada
sebagian besar kasus, penyakit ini muncul tanpa faktor predisposisi yang jelas
sehingga disebut primer. Sebaliknya, pada osteoartritis sekunder adalah perubahan
degeneratif yang terjadi pada sendi yang sudah mengalami deformitas, atau
degenerasi sendi yang terjadi dalam konteks penyakit metabolik tertentu, seperti
hemokromatosis atau diabetes melitus.(4)
3. Epidemiologi
Osteaoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum, dengan jumlah pasien
sedikit melampaui separuh jumlah pasien artritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak
5
pada perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang
berusia lebih dari 45 tahun.(2)
Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab
insiden bertambah dengan meningkatny "usia". Osteoartritis dahulu diberi nama
artritis " yang rusak karena dipakai" karena sendi. Namun menjadi aus dengan
bertambahnya usia. Tetapi, penemuan penemuan yang lebih baru dam bidang
biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini.(2)
4. Faktor resiko
Faktor risiko pada osteoartritis meliputi hal-hal sebagai berikut : (3)
1. Peningkatan usia. Osteoartritis biasanya terjadi pada manusia usia
lanjut, jarang dijumpai penderita osteoartritis yang berusia dibawah 40
tahun.
2. Obesitas. Membawa beban lebih berat akan membuat sendi
sambungan tulang bekerja lebih berat, diduga memberi andil
terjadinya osteoartritis.
3. Jenis kelamin
4. Trauma
5. Infeksi sendi
6. Trauma okupasional
7. Faktor genetik. Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi
tulang akan lebih besar kemungkinan mengalami osteoarthritis
6
8. Riwayat peradangan sendi
9. Gangguan neuromuscular
10. Gangguan metabolik
Faktor genetik berperan dalam kerentanan terhadap osteoartritis terutama pada
kasus mengenai tangan dan panggul. Gen atau Gen-gen yang spesifik yang
bertanggung jawab untuk ini belum teridentifikasi meskipun pada sebagian kasus
diperkirakan terdapat keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11. Risiko osteoartritis
meningkat setara dengan densitas tulang, kadar estrogen yang tinggi juga dilaporkan
berkaitan dengan peningkatan risiko. Namun, keseluruhan yang dimainkan oleh
hormon dalam patogenesis yang dimainkan oleh hormon dalam patogenesisi
osteoartritis masih belum jelas.(2)
Faktor-faktor genetik memainkan peranan beberapa bentuk osteoartritis.
Perkembangan osteoartritis sendi-sendi interfalang distal tangan (nodus Heberden)
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada perempuan. Nodus heberdens
10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.(2)
Hormon seks dan faktor-faktor hormonal lain juga kelihatannya berkaitan
dengan perkembangan osteoartritis. Hubungan antara estrogen dan pembentukan
tulang dan prevalensi osteoartritis pada perempuan menunjukkan bahwa hormon
memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini (3)
5. Patofisiologi osteoartritis
7
Kartilago sendi yang merupakan sasaran utama OA, memiliki dua fungsi
mekanis utama. Pertama, kartilago membentuk permukaan yang sangat halus
sehingga pada pergerakan sendi satu tulang menggelincir tanpa hambatan terhadap
tulang yang lain (dengan cairan sinovium sebagai pelumas). Kedua, kartilago sendi
merupakan penyerap beban (shock absorber) dan mencegah pengumpulan tekanan
pada tulang sehingga tulang tidak patah sewaktu sendi mendapat beban. (9)
Kartilago terdiri dari sel kondrosit (2%) dan matriks ekstraseluler (98%).
Kondrosit berperan dalam sintesis kolagen dan proteoglikan, sedangkan matriks
ekstraseluler sebagian besar terdiri dari air (65-80%), kolagen tipe II (15-25%),
proteoglikan (10%), dan sisanya kolagen tipe VI, IX, XI, dan XIV. Proteoglikan
terdiri dari inti protein dengan cabang-cabang glikosaminoglikan, terutama krondoitin
sulfat dan keratin sulfat. Proteoglikan membentuk kesatuan dengan asam hialuronat,
dan keduanya berperan dalam menyokong stabilitas dan kekuatan kartilago. Selain
itu, proteoglikan juga berperan dalam menahan beban tekanan (tensile strength),
sedangkan kolagen berperan dalam menahan beban regangan dan beban gesekan
(shear strength).(9)
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam tubuh
manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan
terjadinya gesekan. Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang
rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang
rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk
8
meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang
berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut
elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi.(1)
Pada keadaan normal, pada kartilago sendi terdapat keseimbangan antara enzim
degradatif dan regeneratif. Sebagai enzim degradatif terdapat lisosomal protease
(cathepsin), plasmin, dan matrix metalloproteinases / MMPs (stromelysin,
collagenase, dan gelatinase) yang merusak makromolekul matriks kartilago
(proteoglikan dan kolagen). Sedangkan sebagai faktor regeneratif terdapat enzim
tissue inhibitor of metalloproteinases (TIMP) dan plasminogen activator inhibitor-1
(PAI-1) yang disintesis oleh kondrosit, serta faktor-faktor pertumbuhan, seperti
insulin-like growth factor-1 (IGF-1), transforming growth factor- β (TGF-β), dan
basic fibroblast growth factor yang berfungsi merangsang sintesis proteoglikan.(1)
Pada OA terjadi peningkatan aktivitas enzim-enzim degradatif. Peningkatan
sintesis dan sekresi enzim degradatif tersebut dapat distimulasi oleh interleukin-1 (IL-
1) atau faktor stimulasi mekanik. IL-1 sendiri diproduksi oleh sel fagosit
mononuklear, sel sinovial, dan kondrosit. IL-1 bersifat katabolik terhadap kartilago
dan menekan sintesi proteoglikan, sehingga ikut menghambat proses perbaikan
matriks kartilago secara langsung. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen, dan berkurangnya kadar air kartilago,
sehingga terjadi kerusakan fokal kartilago secara progresif. (9)
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada
rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang
9
berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks
ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan
sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada
diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang
rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.(1)
Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama
setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman.
Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam
rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada
akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan
terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik. MMPs diaktifkan melalui kaskade
yang melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen, plamsinogen, plasmin),
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran. Kaskade enzimatik ini dikontrol
oleh berbagai inhibitor, termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator plasminogen. (1)
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di dalam
matriks rawan sendi yang disebut agrekan. Ada dua tipe agrekanase yaitu agrekanase
1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11). (1)
Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan proteoglikan adalah
katepsin, yang bekerja pada pH rendah, termasuk proteinase aspartat (katepsin D) dan
proteinase sistein (katepsin B, H, K, L dan S) yang disimpan di dalam lisosom
10
kondrosit. Hialuronidase tidak terdapat di dalam rawan sendi, tetapi glikosidase lain
turut berperan merusak proteoglikan.(1)
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam menghasilkan
enzim perusak rawan sendi. Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan melekat pada reseptor
di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan menyebabkan transkripsi gene MMP
sehingga produksi enzim tersebut meningkat. Sitokin yang terpenting adalah IL-1,
selain sebagai sitokin pengatur (IL-6, IL-8, LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4, IL-10,
IL-13 dan IFN-γ). Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi
berbagai MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs. Selain itu, IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1. IL 1 juga berperan menurunkan sintesis kolagen
tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III, sehingga
menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk (1)
Perkembangan osteoartritis terbagi atas tiga fase, yaitu:
1) Fase 1
Terjadi pengurangan proteolitik pada matrik kartilago. Metabolisme kondrosit
menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinasea
yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi
manifestasi pada penipisan kartilago.
2) Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilagi,disertai adanya
pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovia.
3) Fase 3
11
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respon inflamasi pada
sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis
factor-alfa (TNFa), dan metalloproteinases menjadi meningkat. Kondisi ini
memberikan manifestase balik pada kartilago dan secara langsung memberikan
adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul pro-inflamasi lainny seperti
nitric oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan
arsitektur sendi, dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat
stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan stres inflamasi memberikan
pengaruh pada permukaan artikular menjadikan kondisi gangguan yang progressif.
(3)
Osteoartritis ditandai dengan perubahan signifikan baik dalam komposisi
maupun sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan
mengalami degenerasi memperlihatkan kandungan air dan penurunan konsentrasi
proteoglikan dibandingkan dengan tulang rawan sehat. Selain itu, tampaknya terjadi
perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena penurunan sintesis lokal kolagen tipe
II dan peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada. Kadar molekul perantara
tertentu termasuk IL-1, TNF dan nitrat oksida, meningkat pada tulang rawan artritis
dan tampaknya ikut berperan menyebabkan perubahan komposisi tulang rawan.
Apoptosis juga meningkat, yang mungkin menyebabkan penurunan jumlah kondrosit
fungsional. Secara keseluruhan, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang
dan kelenturan tulang rawan sendi. Sebagai respon terhadap perubahan regresif ini,
kondrosit pada lapisan yang lebih dalam berproliferasi dan berupaya "memperbaiki"
12
kerusakan dengan menghasilkan kolagen dan proteoglikan baru. Sintesis kolagen dan
proteoglikan ini meningkat tajam pada osteoartritis, namun substansi ini ini juga
dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi,sehingga pembentukan tidak
mengimbangi kebutuhan, meskipun perbaikan ini pada mulanya mampu
mengimbangi kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yang menyebabkan
kondrosit lenyap dan matriks ekstrasel berubah akhirny menjadi predominan.
Sejumlah kartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi
perubahan pada diameter dan serat kolagen yang mengubah biomekanika dari
kartilago, rawan sendi kemudian kehilangan sifat komprebilitasnya yang unik. Faktor
yang menyebabkan pergeseran dari gambaran reparatif menjadi degeneratif ini masih
belum diketahui.(2)
5.1 Sitokin
Sitokin adalah mediator (berupa protein atau glikoprotein dengan berat molekul
8-80kDa) yang dihasilkan oleh sel dalam reaksi radang atau imunologik yang
berfungsi sebagai isyarat antara sel-sel untuk membentuk jaringan komunikasi dalam
respon imun. Sitokin tersebut mempengaruhi peradangan dan imunitas melalui
pengaturan pertumbuhan, mobilitas dan diferensiasi lekosit dan sel-sel jenis lain (5).
Sitokin dapat bersifat autokrin atau berefek pada sel yang menghasilkannya
maupun parakrin atau bekerja pada sel yang berdekatan. Sitokin bekerja dengan cara
berikatan dengan reseptor spesifik pada membran sel , memulai kaskade yang
menyebabkan induksi, dan peningkatan atau penghambatan berbagai respon imun (5).
13
Sitokin hampir tidak pernah diproduksi atau bekerja sendirian, tetapi selalu
dalam suatu jaringan kerja yang kompleks. Yang termasuk dalam sitokin adalah
berbagai interleukin (IL-1, IL-2, dan seterusnya), interferon (IFN α, β, dan γ), faktor
nekrosis tumor (tumour necrosis factor, TNF), faktor perangsang koloni (colony
stimulating factor, CSF), faktor pertumbuhan (growth factor), dan khemokin (sitokin
khemotaktik), dll (5). Sitokin adalah sentral patogenesa yang akan meningkat
jumlahnya bila terdapat suatu penyakit. Sitokin adalah protein larut, ia adalah
mediator peptide yang dihasilkan oleh sel dalam suatu reaksi radang atau
imunologik , sitokin bereaksi pada penyembuhan host akibat cedera dan berfungsi
sebagai isyarat antara sel sel untuk mengatu respon setempat dan kadang kadang juga
secara sistemik. Sitokin yang dihasilkan oleh limfosit disebut dengan limfokin dan
yang diproduksi oleh macrophage atau monosit disebut dengan monokin. Dalam
fungsinya sebagai signal interseluler, sitokin mengatur respon inflamasi lokal dan
sistemik. Umumnya sitokin bertindak sebagai parakrin ( secara lokal dekat dengan sel
yang memproduksinya ) atau secara autokrin yaitu langsung bereaksi pada sel yang
memproduksinya. Sitokin memodulasi reaksi pejamu terhadap antigen asing atau
agen penyebab cedera dengan cara mengatur penyembuhan. Mobilitas dan
diferensiasi leukosit beserta sel selnya. Interaksi yang komplek antara limfosit, sel
radang danelemen seluler lainnya didalam jaringan juga dimediatori oleh
sitokin.Sitokin membantu dalam regulasi dan perkembangan sel sel imun efektor,
komunikasi antarsel atau langsung sebagai efektor. Umumnya sitokin disintesa dan
14
disekeresikan dalam bentuk peptide atauglikoprotein dengan BM ( berat molekul )
rendah.(8)
Aktifitas sitokin yang sangat spesifik, memudahkan dalam pendeteksian dan
identifikasinya, terutama dengan perkembangan tehnologi sekarang ini.Beberapa
sitokin diberi nama sesuai dengan aktifitas biologiknya, misal; macrophace activation
factor (MAF),macrophage migration inhibiting factor (MIF). Leukositderived
chemotactic factor (CTX),limpotoxin ( LT),dan osteoclast activating factor (OAF).(8)
Berbagai macam interaksi antar-sitokin, adalah (5)
(1) Sinergistik atau antagonistik, beberapa sitokin bekerja secara sinergistik atau
secara antagonistik terhadap suatu aktivitas tertentu;
(2) Induksi atau inhibisi, beberapa sitokin dapat menginduksi atau menghambat
produksi sitokin yang lain, dalam suatu bentuk sinergi atau antagonisme
berurutan (efek kaskade);
(3) Regulasi ekspresi reseptor, beberapa sitokin meregulasi ekspresi reseptornya
sendiri maupun reseptor sitokin yang lain (Samik & Madarina, 2002).
Hampir semua proses peradangan mengakibatkan aktivasi makrofag jaringan
dan infiltrasi monosit darah. Aktivasi menyebabkan banyak perubahan-perubahan
dalam sel, diantaranya adalah produksi TNF, IL-1, dan IL-6, sitokin-sitokin yang
meyebabkan efek multipel. Efek-efek ini meliputi
(1) Induksi demam
(2) Respon fase akut hepatik, yang disertai lekositosis dan produksi protein
15
fase akut seperti CRP, dan
(3) Diferensiasi dan/atau aktivasi dari sel T, sel B dan makrofag-makrofag
Interleukin-1 adalah sitokin polipeptida yang dihasilkan pada proses inflamasi
dengan spektrum aktivitas imunologik luas. Beberapa penelitian menunjukkan
peranan IL-1 sebagai mediator inflamasi penyakit dengan onset akut dan kronik. IL-1
juga berperan mengontrol limfosit, sedangkan peran IL-1 dalam proses peradangan
secara umum bersifat tidak spesifik. Kelompok IL-1 (IL-1 gene family) terdiri dari 3
jenis yaitu IL-lα, IL-1β, dan IL-1 receptor antagonist (IL-1Ra) (6).
Interleukin-1α dan IL-1β bersifat agonis menimbulkan reaksi radang atau
disebut sitokin proinflamasi. Interleukin-1 receptor antagonist bersifat menghambat
efek biologis IL-1 atau disebut sitokin antiinflamasi. Peningkatan produksi IL-1 oleh
sel mononuklear sudah dikemukakan pada beberapa kondisi patologis. Interleukin-1
juga merupakan mediator penting dalam proses keganasan (Akagi, 1999).(6)
5.2 Peran IL-1ß pada osteoartritis
IL-1ß diproduksi sebagai prekursor yaitu pro-IL-1ß. Enzim intraseluler
bertanggung jawab adalah caspase-1 yang juga disebut IL-1ß-converting enzyme
(ICE). Kondrosit, target seluler utama untuk IL-1ß, tidak hanya mengekspresikan
reseptor untuk sitokin ini, tetapi juga mengekspresikan lebih tinggi IL-1RI pada
pasien dengan OA. Shlopov, et al melaporkan bahwa kondrosit yang terletak di
16
tulang rawan proksimal lebih banyak mengekspresikan IL-1ß dibandingkan dengan
kondrosit dari tulang rawan morfologi normal dari sendi yang sama
Efek destruktif IL-1ß di OA mencakup peningkatan katabolisme tulang rawan
dan penurunan anabolisme tulang rawan.
1. Peningkatan katabolisme tulang rawan.
Induksi molekul proteolitik yang terlibat dalam degradasi kartilago.
IL-1ß telah dianggap sebagai mediator kehilangan tulang rawan pada OA dan
IL-1ß menstimulasi enzim proteolitik utama ekstraseluler dalam degradasi kartilago,
seperti matriks metalloproteinase (MMP) dan A disintegrin metaloproteinase
(ADAMTS). (8)
ADAMTS, atau juga yang disebut agrakanase, adalah enzim yang terlibat
dalam proses degradasi. Fan, et al melaporkan adanya peningkatan ADAMTS-4 di
kondrosit manusia dan OA normal oleh IL-1ß , dan Bondeson, et al mengamati
bahwa kedua ADAMTS-4 dan -5 yang distimulasi oleh IL-1ß pada sinovial OA.(8)
Tidak hanya mediator proteolitik seperti MMP dan ADAMTS yang dstimulasi
oleh IL-1ß. Misalnya, Mehraban, et al melaporkan peningkatan ekspresi B cathepsin
di osteochondrocytes setelah pemberian IL-1ß , Dan Milner, et al dijelaskan IL-1ß
menginduksi aktivasi fibroblast protein-α (FAPα). Selain itu, Schwab, et al
melaporkan bahwa urokinase-jenis reseptor aktivator plasminogen (uPAR) yang
terlibat dalam degradasi kartilago oleh proteinase serin dan diregulasi dalam OA juga
17
dirangsang kondrosit yang dstimulasi IL-1ß. Shikhman, et al melaporkan bahwa
stimulasi kondrosit manusia dengan IL-1ß mengakibatkan peningkatan glycosidases
lisosomal ekstraseluler.
Induksi mediator inflamasi dan infiltrasi sel.
Ada bukti infiltrasi sel yang dapat dikaitkan dengan beberapa karakteristik
histopatologi OA seperti penebalan lapisan lapisan membran sinovial, vaskularisasi
meningkat, cellularity cairan sinovial, dan sekresi degradatif enzim. Misalnya,
Nakamura, et al meneliti peningkatan populasi sel T di semua jaringan sinovial OA,
khususnya di daerah perivaskular, Dan Da, et al menunjukkan bahwa infiltrasi
sinovial oleh limfosit B hadir di hampir setengah dari kasus OA lutut . Walsh, et al
melaporkan peningkatan makrofag sinovial pada pasien dengan OA dibandingkan
dengan kelompok kontrol
Selain itu, IL-1ß memiliki kapasitas untuk menginduksi mediator proinflamasi
beberapa termasuk sitokin, kemokin, faktor angiogenik, dan enzim proteolitik yang
terlibat dalam peningkatan sel hematopoietik lokal selama OA. Sebagai contoh, IL-1ß
yang menginduksi MMP telah terbukti terlibat dalam infiltrasi sel. Selain itu, peneliti
telah melaporkan bahwa IL-1ß menstimulasi sel kondrosit yang menyebabkan
ekspresi tumor necrosis factor-α (TNF-α), IL-8, faktor pelengkap, dan prostaglandin
E , masing-masing memiliki kapasitas untuk menginduksi hematopoietik infiltrasi sel
dan menyebarkan peradangan lokal dan kerusakan jaringan. Selanjutnya, IL-1ß
menginduksi faktor angiogenik seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular, di
samping beberapa kemokin seperti RANTES, dan reseptor seperti CCR4,
18
menyebabkan infiltrasi sel inflamasi ke dalam synovia. Beberapa peneliti telah
melaporkan peningkatan lokal di sel mononuklear / makrofag selama perjalanan OA,
dengan sel-sel menjadi sumber penting dari enzim proteolitik dan molekul radikal
bebas
2. Penurunan anabolisme tulang rawan
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa selain dari peningkatan degradasi
matriks ekstraseluler, IL-1ß dapat menurunkan sintesis matriks ekstraseluler dengan
mengurangi aktivitas anabolik kondrosit dan / atau kepadatan sel dari tulang rawan
artikular. (8)
Penurunan regulasi PG dan biosintesis kolagen.
Pfander, et al melaporkan penurunan lebih dari 40% aggrekan oleh kondrosit
OA setelah pemberian IL-1ß. Kompor, et al menunjukkan bahwa IL-1ß menurunkan
regulasi aggrekan transkip dalam kondrosit OA manusia 2-3 kali lipat. Eger, et al
menunjukkan bahwa kedua jenis kondrosit dari lutut manusia normal dan
pergelangan kaki merespon IL-1ß dengan penurunan sintesis proteoglikan. Attur, et
al melaporkan bahwa 5 ng / ml IL-1ß secara signifikan bisa menekan sintesis PG dari
kondrosit manusia. Efek buruk dari IL-1ß pada anabolisme proteoglikan dapat
memberikan efek penurunan galaktosa-ß-1, 3-glucuronosyl transferase I (GlcAT-I),
yang merupakan enzim kunci dalam biosintesis glikosaminoglikan yang terkait
dengan protein inti proteoglikan. (8)
19
Kolagen, merupakan protein utama sendi, adalah target lain yang sintesisnya
ditekan oleh IL-1ß. Shakibaei, et al melaporkan adanya penurunan kolagen tipe II
oleh kondrosit pada pemberian diberi IL-1ß . Menggunakan Western blotting, Yudoh,
et al melaporkan penurunan yang signifikan dalam produksi kolagen tipe II oleh
kondrosit kelinci diinkubasi karena pemberian 10 ng / ml IL-1ß . Goldring, et al
melaporkan penurunan mRNA kolagen tipe II oleh sel kondrosit . Beberapa bagian
dari efek penghambatan ini disebabkan penurunan transkripsi kolagen, karena IL-1ß
menekan sintesis dari kolagen. Penurunan kolagen sangat spesifik, seperti beberapa
enzim dan faktor transkripsi yang diregulasi oleh IL-1ß. Dalam sebuah penelitian
menggunakan fibroblast manusia, Nawrat, et al melaporkan penurunan 50%
biosintesis kolagen setelah pemberian 10 ng / ml IL-1ß dalam 24 jam. (8)
Induksi apoptosis kondrosit.
IL-1ß juga dapat menginduksi apoptosis kondrosit. Beberapa peneliti
melaporkan berkurangnya kondrosit karena peningkatan apoptosis kondrosit pada
pasien OA, dengan kemungkinan potensial IL-1ß sebagai penyebab dalam proses ini.
Misalnya, Lopez-Armada, et al melaporkan depolarisasi mitokondria dan
peningkatan proapoptotic Bcl-2 protein keluarga (karakteristik sel apoptosis)
kondrosit artikular manusia dengan pemberian IL-1ß . Heraud, et al menjelaskan
bahwa dalam tulang rawan OA manusia 18% -21% dari kondrosit menunjukkan fitur
apoptosis dan IL-1ß bisa meningkatkan persentase sel apoptosis pada tulang rawan
normal dan OA . Juga, apoptosis dapat secara signifikan diinduksi dalam kondrosit
kelinci dibudidayakan di hadapan IL-1ß. Yasuhara, et al menunjukkan disfungsi
20
mitokondria dan menipisnya energi kondrosit-seperti ATCD5 sel, yang akhirnya
memicu peningkatan kematian sel setelah pemberian IL-1ß. (8)
Bagaimana IL-1ß menginduksi kematian kondrosit tidak sepenuhnya dipahami,
tetapi nitrat oksida (NO) memungkinkan sebagai penyebab. Misalnya, Pelletier, et al
melaporkan meskipun produksi NO oleh tulang rawan manusia normal adalah tidak
terdeteksi, OA tulang rawan spontan menghasilkan NO, dan sintesis NO ini
distimulasi oleh IL-1ß . Dalam studi oleh Tenor, et al, IL-1ß diinduksi kondrosit OA
manusia untuk menghasilkan sejumlah besar NO. . Dengan demikian, IL-1ß dapat
menginduksi apoptosis kondrosit dengan meningkatkan konsentrasi NO melalui
peningkatan enzim NO sintetase, enzim yang bertanggung jawab untuk memproduksi
NO. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan tidak hanya dari NO, tetapi juga
turunannya seperti peroxynitrite (ONOO-), yang akhirnya dapat menyebabkan
apoptosis kondrosit. Atau, IL-1ß dapat menyebabkan kematian sel melalui jalur lain
seperti ceramide.(8)
Proses terjadinya penyakit dan berbagaai reaksi inflamasi tubuh tergantung dari
interaksi yang terdapat diantara virus atau bakteri dan sel yang terdapat pada
sistemimmune. Interaksi ini diperantarai oleh sitokin dan kemokin yang diproduksi
oleh sel asal atau juga sel pendatang yang terdapat pada daerah keradangan. Sel yang
menghasilkan sitokin adalah macrophage/monocyt, dendritic sel, limposit,neutropil,
sel endothelial dan fibroblast .Sitokin adalah suatu sentral patogenesa yang akan
meningkat jumlahnya bila terdapat suatu penyakit.sitokin adalah protein larut , ia
21
adalah mediator yang dihasilkan oleh sel dalam suatu reaksi radang atau imunologik
yang berfungsi sebagai isyarat antara sel sel untukmengatur respon setempat dan
kadang kadang juga secara sistemik.Sitokin mempengaruhi peradangan dan imunitas
melalui pengaturan pertumbuhan,mobilitas dan diferensiasi lekosit dan sel sel
lainnya.
6. Diagnosis
Gejala yang sering muncul pada osteoarthritis adalah nyeri sendi yang
diperburuk oleh aktivitas dan gejala mereda setelah istirahat. Nyeri sendi dari OA
berhubungan dengan aktivitas sendi tersebut. Nyeri dapat terjadi selama atau setelah
aktivitas dan kemudian secara bertahap hilang. Contohnya nyeri lutut atau pinggul
pada aktivitas naik atau turun tangga, nyeri sendi karena menahan beban saat
berjalan. Pada tahap awal penyakit, nyeri episodik sering dipicu setelah satu atau dua
hari penggunaan yang terlalu aktif dari sendi yang sakit, misalnya orang dengan OA
lutut yang melakukan olahraga lari jarak jauh dan beberapa hari kemudian timbul rasa
nyeri pada sendi. Seiring proses berjalannya penyakit, rasa nyeri menjadi terus
menerus dan bahkan mengganggu di malam hari. Gejala kaku sendi pada pagi hari
cukup umum dijumpai, durasinya berkaitan dengan keparahan penyakit. Kekakuan
sendi bisa terjadi setelah tidak melakukan aktivitas selama beberapa jam. Pada
pemeriksaan muskuloskeletal mungkin ditemukan edema, deformitas, krepitasi, dan
terbatasnya pergerakan sendi. Nyeri tekan pada umumnya ditemukan di sekitar
persendian.(10)
22
OA adalah penyebab paling umum nyeri lutut kronis pada orang di atas usia 45
tahun, tetapi banyak terdapat diagnosis banding. Arthritis inflamasi dimungkinan jika
terdapat kekakuan sendi pada pagi hari. Pada bursitis biasanya nyeri meningkat saat
bergerak terutama pada malam hari. Pemeriksaan fisik harus dititikberatkan pada
apakah nyeri tekan terdapat tepat pada sendi atau di luar sendi.(10)
Tidak ada tes darah rutin diindikasikan untuk pemeriksaan pasien dengan OA
kecuali terdapar gejala dan tanda arthritis inflamasi. Pemeriksaan cairan sinovial
sering lebih membantu diagnosis daripada foto sinar-x. Jika jumlah cairan sinovial
putih adalah> 1000 per L. inflamasi arthritis atau gout atau pseudogout mungkin
terjadi, dimana gout dan pseudogout juga dapat diidentifikasi dengan adanya kristal.
(10)
Diagnosis OA seringkali bisa didasarkan pada pemeriksaan fisik, namun bisa
dilakukan pemeriksaan radiologis berupa foto sinar-x untuk memastikan diagnosis.
MRI dapat mengungkapkan tingkat patologi pada sendi osteoarthritis, namun tidak
diindikasikan sebagai bagian dari pemeriksaan diagnostik.(10)
Temuan radiologis dari osteoarthritis antara lain menyempitnya celah antar sendi,
terbentuknya osteofit, dan sklerosis subchondral. (10)
7. Predileksi osteoartritis
Adanya predileksi OA pada sendi-sendi tertentu (carpometacarpal I,
metatarsophalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang, lutut, dan paha) adalah nyata
sekali. Sebagai perbandingan, OA siku, pergelangan tangan, glenohumeral atau
23
pergelangan kaki jarang sekali dan terutama terbatas pada orang tua. Distribusi yang
selektif seperti itu sampai sekarang masih sulit dijelaskan.(9)
Di tangan, sendi yang paling sering terkena adalah interfalang distal (DIP) yang
terbentuk nodul Heberden (Heberden’s nodes), interfalang proksimal yang terbentuk
nodul Bouchard (Bouchard’s nodes), dan sendi metacarpal memberikan gambaran
square’s hand. 6 Osteoartritis pada jari-jari tangan adalah salah satu OA yang
tampaknya merupakan kelainan herediter yang diturunkan dalam keluarga. Lebih
banyak wanita yang menderita daripada pria, dan berkembang terutama setelah
menopause.(9)
24
Lutut merupakan titik tumpuan tubuh yang utama sehingga sendi lutut paling
sering terkena OA. Jika tidak ditangani, maka OA lutut dapat menyebabkan
disabilitas. OA lutut dapat mengenai kompartemen femorotibialis medial atau lateral
dan/atau kompartemen ptelofemoralis. OA di kompartemen medial dapat
menimbulkan deformitas varus (bow-legged), dan di kompartemen lateral dapat
menimbulkan deformitas valgus (knock-knee).(9)
Osteoartritis lumbal atau OA panggul dapat terasa nyeri yang dirasakan di
daerah panggul, atau di inguinal, dapat menjalar ke paha bagian dalam atau ke
bokong.(9)
25
Osteoartritis pada tulang belakang dapat mengarah pada stenosis spinalis
(neurogenic claudication) pada keadaan yang lebih lanjut, yang terasa nyeri atau sakit
pada kaki atau bokong jika berdiri atau berjalan.(9)
Salah satu teori mengatakan bahwa sendi-sendi yang sering terkena OA adalah
sendi-sendi yang paling akhir mengalami perubahan-perubahan evolusi, khususnya
dalam kaitan dengan gerakan mencengkram dan berdiri dua kaki. Sendi-sendi
tersebut mungkin mempunyai rancang bangun yang suboptimal untuk gerakan-
gerakan yang mereka lakukan, mempunyai cadangan mekanis yang tidak mencukupi,
dan dengan demikian lebih sering gagal daripada sendi-sendi yang sudah mengalami
adaptasi lebih lama.(9)
8. Penatalaksanaan osteoartritis
Sampai saat ini tidak ada terapi yang bisa mengobati osteoarthritis. Tujuan terapi
osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi hilangnya fungsi
fisik. Pengobatan OA dilakukan secara komprehensif yaitu menangani semua gangguan
yang dialami dan meningkatkan fungsi. Pengobatan komprehensif tersebut dapat
dilakukan dengan terapi farmakologis dan atau terapi nonfarmakologis. Pasien dengan
gejala ringan yang hilang timbul mungkin perlu perawatan nonfarmakologis saja.
Namun, pasien dengan nyeri hebat yang mengganggu aktivitas sehari-hari mungkin
membutuhkan terapi komprehensif, baik terapi nonfarmakologis maupun terapi
farmakologis. (10)
26
a) Farmakoterapi
Paracetamol merupakan analgesik yang dapat dipilih dalam terapi OA. Untuk
sebagian pasien, efek obat ini sudah adekuat dalam menghilangkan nyeri sehingga
penggunaan OAINS yang memiliki efek lebih toksik terhadap tubuh dapat dihindari.
OAINS merupakan obat paling populer untuk mengobati osteoarthritis. Obat ini
dapat diberikan secara topikal atau oral. Dalam uji klinis, OAINS oral menghasilkan efek
analgesik 30% lebih besar daripada paracetamol dosis tinggi. Sebagian pasien yang
diobati dengan OAINS mengalami efek yang signifikan, sedangkan sebagian lain
mengalami sedikit perbaikan. OAINS harus diberikan secara topikal atau per oral sesuai
kebutuhan karena efek samping akan berkurang jika obat digunakan dosis intermiten
rendah. Jika penggunaan obat sesekali adalah kurang efektif, maka pengobatan setiap
hari dapat diindikasikan. OAINS peroral sering menimbulkan efek samping, yang paling
banyak adalah efek toksisitas pada saluran cerna, termasuk dispepsia, mual, kembung,
perdarahan gastrointestinal, dan tukak gastrointestinal.1
b) Nonfarmakoterapi
Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan mengurangi beban
pada sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi mekanisme protektif sendi sehingga
dapat mengurangi pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk
mengurangi pembebanan sendi antara lain :
1. Menghindari/mengurangi aktivitas yang menyebabkan kerja berlebihan pada
sendi dan terbukti mengakibatkan nyeri pada sendi tersebut.
27
2. Meningkatkan kekuatan otot penunjang kerja sendi untuk mengoptimalkan
fungsinya sebagai faktor protektif sendi.
Mengurangi beban yang diperoleh sendi dengan menggunakan alat bantu seperti
memasang splint pada sendi yang sakit, menggunakan tongkat untuk berjalan pada pasien
OA lutut, dan sebagainya.(10)
c) Tindakan operatif
Ketika pasien dengan OA lutut atau pinggul telah gagal menjalani pengobatan
medis dan tetap kesakitan dengan keterbatasan fungsi fisik yang menurunkan kualitas
hidup, pasien harus dirujuk untuk artroplasti total. Ini adalah operasi yang sangat efektif
dalam menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan fungsi pada sebagian besar pasien.
Saat ini tingkat kegagalan 1% per tahun. Kemungkinan keberhasilan operasi ini lebih
besar di pusat-pusat kesehatan dimana sedikitnya 25 operasi tersebut dilakukan setiap
tahun atau dengan ahli bedah yang berpengalaman dalam melakukan operasi tersebut.
Waktu penggantian lutut atau pinggul sangat penting. Jika pasien menderita selama
bertahun-tahun hingga status fungsional mereka telah menurun secara substansial dengan
otot-otot yang sudah cenderung melemah, status fungsional pasca operasi tidak dapat
meningkat setara dengan yang dicapai oleh orang lain yang menjalani operasi pada
tahapan awal dalam perjalanan penyakitnya.
28
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia.
Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari
Osteoartritis terdiri atas yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer
disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan OA
sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama
dan lain-lain.
Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat diikuti dengan
penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan
peradangan ringan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi.
Osteoartritis umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi
penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul (koksa), lumbal dan servikal.
Pada OA terjadi peningkatan aktivitas enzim-enzim degradatif. Peningkatan
sintesis dan sekresi enzim degradatif tersebut dapat distimulasi oleh interleukin-1
(IL-1) atau faktor stimulasi mekanik. IL-1 sendiri diproduksi oleh sel fagosit
mononuklear, sel sinovial, dan kondrosit. IL-1 bersifat katabolik terhadap kartilago
dan menekan sintesi proteoglikan, sehingga ikut menghambat proses perbaikan
29
matriks kartilago secara langsung. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen, dan berkurangnya kadar air kartilago,
sehingga terjadi kerusakan fokal kartilago secara progresif.
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas
dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler,
termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis
proteoglikan yang pendek
sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis,
Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam
rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit
Efek destruktif IL-1ß di OA mencakup peningkatan katabolisme tulang rawan dan
penurunan anabolisme tulang rawan
1. Peningkatan katabolisme tulang rawan.
Induksi molekul proteolitik yang terlibat dalam degradasi kartilago
IL-1ß telah dianggap sebagai mediator kehilangan tulang rawan pada OA dan IL-
1ß menstimulasi enzim proteolitik utama ekstraseluler dalam degradasi kartilago,
seperti matriks metalloproteinase (MMP) dan A disintegrin metaloproteinase
(ADAMTS).
30
Induksi mediator inflamasi dan infiltrasi sel.
Ada bukti infiltrasi sel yang dapat dikaitkan dengan beberapa karakteristik
histopatologi OA seperti penebalan lapisan lapisan membran sinovial,
vaskularisasi meningkat, cellularity cairan sinovial, dan sekresi degradatif enzim.
2. Penurunan anabolisme tulang rawan
Penurunan regulasi PG dan biosintesis kolagen.
Dilaporkan penurunan lebih dari 40% aggrekan oleh kondrosit OA setelah
pemberian IL-1ß. Kompor, et al menunjukkan bahwa IL-1ß menurunkan regulasi
aggrekan transkip dalam kondrosit OA manusia 2-3 kali lipat.
Kolagen, merupakan protein utama sendi, adalah target lain yang sintesisnya
ditekan oleh IL-1ß. Shakibaei, et al melaporkan adanya penurunan kolagen tipe II
oleh kondrosit pada pemberian diberi IL-1ß.
Induksi apoptosis kondrosit
IL-1ß juga dapat menginduksi apoptosis kondrosit. Beberapa peneliti melaporkan
berkurangnya kondrosit karena peningkatan apoptosis kondrosit pada pasien OA,
dengan kemungkinan potensial IL-1ß sebagai penyebab dalam proses ini.
31