5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 1/29
BAB I
PENYAJIAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 29 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku :Melayu
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : kawin, 22 tahun
Alamat : Tebang Kacang, Dusun Wonosari, Kubu Raya
Tanggal masuk : 20 Maret 2012
Waktu Masuk : 13.30 WIB
ANAMNESIS (autoanamnesis dan alloanamnesis)
Keluhan utama
Bayi belum lahir dengan sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien adalah pasien rujukan dari Rumah Sakit tingkat III Kubu Raya dengan
diagnosis IUFD pada G3P2A0M1
Pasien mulai merasakan mulas-mulas pada jam 08.00 malam tanggal 19
Maret 2012, mulai kontraksi atau perut terasa kencang-kencang sejak 00.30 tanggal
20 maret 2012. Pengeluaran air dan lendir darah jam 01.00 Kemudian Os ditolong
bidan Polindes hingga pukul 04.00 (20 Maret 2012). Os dirujuk ke Rumkit karena
partus lama +jalan lahir bengkak. Sampai rumkit pukul 05.30 detak jantung janin
masih ada, pukul 10.00 DJJ menghilang menurut suami pasien berdasarkan
penjelasan bidan di Rumkit. Pukul 10.30, Os diforseps oleh dokter menurut suami
pasien namun gagal, kemudian dirangsang pukul 11.30. Pukul 13.00 Os dirujuk ke
RSDS dengan diagnosis partus lama +IUFD. Di RSDS Os sesak nafas, perut
tegang.
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 2/29
Riwayat obstetri
G3P2A0M1 anak hidup 1 anak mati 1
Anak ke-1 lahir di rumah sakit, tahun 2003, hamil aterm, persalinan spontan, anak
laki-laki lahir hidup dengan berat badan 2500 gram, meninggal 5 hari post natal,
penyebabnya keluarga pasien tidak mengetahui dengan jelas.
Anak ke-2 lahir di RSDS, tahun 2004, hamil aterm, persalinan spontan, anak laki-
laki lahir hidup dengan berat badan 2800 gram.
HPHT tanggal 3 Juli 2011
Taksiran Persalinan tanggal 10 April 2012
Usia kehamilan 37-38 minggu
Total periksa kehamilan : 10kali ke bidan
Riwayat operasi : apendiktomi tahun 2009
Riwayat penyakit yang pernah dialami : tidak ada
Riwayat sosial ekonomi : pasien menggunakan Jampersal, pekerjaan suami swasta
Riwayat perkawinan : 1 kali
Pemeriksaan fisik (20 Maret 2012, jam 13.45)
Status generalis
Keadaan Umum : tampak lemah + anemia + sesak nafas
Kesadaran : Somnolen
Gizi : sedang
Tekanan Darah : 85/palpasi
Nadi : tidak dapat diukur
RR : 40 kali permenit
Temperatur : 37,8 derajat Celcius
Mata : konjungtiva anemis (+), ikterik (-)
THT : tidak tampak kelainan
Leher : tidak tampak kelainan
Jantung : tidak tampak kelainan
Paru : tidak tampak kelainan
Status lokalis
Pemeriksaan luar :
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 3/29
TFU : Tidak dapat diukur, fundus tegang
DJJ : tidak ada
His : tidak ada data
Pemeriksaan dalam :
Portio : tipis
Pembukaan : lengkap
Penurunan : Hodge IV
Ketuban (-)
Terbawah : teraba caput
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 20 Maret 2012
Hb :3,5 gr%
Ht : 9,7 %
Leukosit: 8.600
Trombosit:142
Ureum : 26
Creatinin:0,9
GDS : 128
BT : 2”00
CT : 6”30’
Diagnosis (20 Maret 2012)
• G3P2A0M1 hamil aterm + partus macet+susp. IUFD+ susp ruptur uteri
Terapi :
- IVFD RL 2 jalur +metronidazole
- Cefotaxime 2x1 gr
Planning :
- Observasi Tanda Vital Ibu
- Pro Seksio Cessaria dan Histerektomi Emergency
Follow up tanggal 20 Maret 2012 pukul 16.30
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 4/29
Dilakukan operasi dengan Diagnosis Pre Operasi: Ruptur Uteri , IUFD pada
G3P2A0M1 anak hidup 1 hamil aterm + partus macet
Laporan Operasi:
Diagnosis Post Operasi: Post Op Seksio Cessarian Histerektomi totalis atas indikasi
Ruptur Uteri Komplete, IUFD pada G3P2A0M1 anak hidup 1 hamil aterm.
S : lemah, pucat, somnolen
O : TD: 90/40 N:112x/m RR: 22x/m konjungtiva anemi +/+ akral dingin +/+
Vol urin 200cc pekat, Hb= 3,5 g/dl
A : P3A0M2 post histerktomi totalis atas indikasi ruptur uteri + IUFD
P :
Terapi Post Operasi:
− Observasi tanda vital ibu
− O2 2L/menit
− Drain dan DC terpasang
− Cek Hb, Tranfusi darah hingga Hb ≥ 10 gr/dl
− Puasa hingga bising usus (+)
− Inj Cefotaxime 1 gr (3x1) iv
− Inj Gentamisin 80 mg (3x1) iv
− Inf Metronidazol 500 mg (3x1) infus
− Inj Ketorolak drip dalam 500 cc kristaloid/8 jam (3x)
− Inj Asam Traneksamat 2x 250 mg iv
Keterangan : jam 17.00 tranfusi darah Whole blood 350 cc
Follow up tanggal 21 Maret 2012
Subjektif :
• Lemah, sesak nafas sedikit belum buang angin
Objektif :
• KUà CM, lemah
• TDà90/60 mmHg, Nà84x/menit, RR à22x/menit, Tà36,8oC
• Konjungtiva anemis +/+
•
Bising Usus (+)
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 5/29
• Cairan Drain > 100cc
•
DC: 800 ml/9jamAssesment
Post Op Seksio Cessarian Histerektomi atas indikasi Ruptur Uteri, IUFD pada
P3A0M2 anak hidup 1 hamil aterm hari 1.
Planning :
• Tranfusi lanjutà masuk darah kantong ke 2
• Diet Lunak
• O2 2L/menit
• Drain terpasang
• DC terpasang
• Terapi oral :
o Amoxicillin 3x500mg, 3 hari
o Asam Mefenamat 3x500mg, 3 hari
o B Komplex 3x1 tab, 3 hari
o SF 2x1 tab, 3 hari
Follow up 22 Maret 2012 pukul 08.00
Subjektif : pusing, kaki kiri tidak dapat digerakkan, nafas sesak sedikit, batuk,
sudah buang angin
Objektif :
• KU tampak sesak ringan, komposmentis
• TDà100/60 mmHg, Nà88x/menit, RR à24x/menit, Tà37oC
• Konjungtiva anemis +/+
• Jantung : S1 S2 normala, gallop (-) murmur(-)
• Paru : perkusi sonor, ronki di basal paru sinistra dan dextra
• Abdomen:
o Inspeksi: luka operasi baik
o Palpasi:nyeri tekan (-)
o Bising usus (+)
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 6/29
o Perkusi:timpani
•
Cairan drain < 50 cc/24 jam• Edema labia +
• Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5
4 4 3 3 3 3
Assesment :
Post Op Seksio Cessarian Histerektomi atas indikasi Ruptur Uteri, IUFD pada
P3A0M2 anak hidup 1 hamil aterm hari 2.
Planning:• Mobilisasidini
• Diet Lunak
• Tranfusi darah lanjutà kantong ke 3
• O2 2L/menit
• Terapi Oral Lanjut
• Kompres labia dengan NaCl
• Cek elektrolit +profil lipid + Hb post tranfusi
• Konsul spesialis saraf
• Drain terpasang
• DC terpasang
• Dexamethasone 4x2 ampul iv
Follow up 23 Maret 2012 pukul 08.00
Subjektif : pusing, kaki kiri tidak dapat digerakkan, nafas sesak sedikit, batuk,
sudah buang angin, belum buang air besar
Objektif :
• KU tampak sesak ringan, komposmentis
• TDà100/60 mmHg, Nà80x/menit, RR à20x/menit, Tà37oC
• Konjungtiva anemis +/+
• Jantung : S1 S2 normala, gallop (-) murmur(-)
• Paru : perkusi sonor, ronki di basal paru sinistra dan dextra
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 7/29
• Abdomen:
o
Inspeksi: luka operasi baik o Palpasi:nyeri tekan (-)
o Bising usus (+)
o Perkusi:timpani
• Cairan drain < 10 cc/24 jam
• Edema labia +
• Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5
4 4 3 3 3 3
• Hasil Lab :
o Hb: 8,7 g/dl
o WBC 23,8 k/ul
o Profil lipid, dan elektrolit dalam batas normal
Hasil konsultasi spesialis saraf : paraparese spastik ec susp. Trauma medula spinalis
setinggi torakal lumbal post op.
Assesment :
Post Op Seksio Cessarian Histerektomi atas indikasi Ruptur Uteri, IUFD pada
P3A0M2 anak hidup 1 hamil aterm hari 3 dengan paraparese spastik ec susp.
Trauma medula spinalis setinggi torakal lumbal
Planning:
• Mobilisasi dini
• Diet Lunak
• O2 2L/menit
• Foto rontgen thorax
• Terapi Oral Lanjut
• Kompres labia dengan NaCl
• Drain dilepas
• DC terpasang
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 8/29
• Dexamethasone 4x1 ampul iv
•Ranitidin 2x1 amp
• Citicolin 2x250
Follow up 24 Maret 2012 pukul 08.00
Subjektif : kaki kiri sudah dapat digerakkan, nafas sesak sedikit, nyeri perut belum
buang air besar, duduk sudah bisa
Objektif :
• KU tampak sesak ringan komposmentis
•
TDà
100/80 mmHg, Nà
74x/menit, RR à
20x/menit, Tà
37
o
C• Konjungtiva anemis +/+
• Jantung : S1 S2 normala, gallop (-) murmur(-)
• Paru : perkusi sonor, ronki di basal paru sinistra dan dextra
• Abdomen:
o Inspeksi: luka operasi baik
o Palpasi:nyeri tekan (-)
o Bising usus (+)
o Perkusi:timpani
• Edema labia +
• Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5
5 5 5 4 4 4
• Hasil rontgen thorax : efusi pleura kanan
Assesment :
Post Op Seksio Cessarian Histerektomi atas indikasi Ruptur Uteri, IUFD pada
P3A0M2 anak hidup 1 hamil aterm hari 4 dengan paraparese spastik ec susp.
Trauma medula spinalis setinggi torakal lumbal
Planning:
• Mobilisasi dini
• Diet Lunak
• O2 2L/menit
• DC terpasang
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 9/29
• Terapi Oral Lanjut
• Kompres labia dengan NaCl• Dexamethasone 3x1 ampul iv
• Ranitidin 2x1 amp
• Citicolin 2x250 g
Follow up 25 Maret 2012 pukul 08.00
Subjektif : kaki kiri sudah dapat digerakkan, nafas sesak sedikit, sudah buang air
besar, duduk sudah bisaObjektif :
• KU tampak sesak ringan komposmentis
• TDà100/80 mmHg, Nà74x/menit, RR à20x/menit, Tà37oC
• Konjungtiva anemis -/-
• Jantung : S1 S2 normala, gallop (-) murmur(-)
• Paru : perkusi sonor, ronki di basal paru sinistra dan dextra
• Abdomen:
o Inspeksi: luka operasi baik
o Palpasi:nyeri tekan (-)
o Bising usus (+)
o Perkusi:timpani
• Edema labia -
• Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
Assesment :
Post Op Seksio Cessarian Histerektomi atas indikasi Ruptur Uteri, IUFD pada
P3A0M2 anak hidup 1 hamil aterm hari 5 dengan paraparese spastik ec susp.
Trauma medula spinalis setinggi torakal lumbal
Planning:
• Mobilisasidini
• Diet Lunak
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 10/29
• O2 2L/menit
• Terapi Oral Lanjut
• DC dilepas
• Dexamethasone 3x1 ampul iv
• Ranitidin 2x1 amp
• Citicolin 2x250 g
Follow up 26 Maret 2012 pukul 08.00
Subjektif : kaki kiri sudah dapat digerakkan, nafas sesak (-), sudah buang air besar,
duduk sudah bisa, berjalan sudah bisa
Objektif :
• KU baik, komposmentis
• TDà100/80 mmHg, Nà74x/menit, RR à20x/menit, Tà37oC
• Konjungtiva anemis -/-
• Jantung : S1 S2 normala, gallop (-) murmur(-)
• Paru : perkusi sonor, ronki di basal paru sinistra dan dextra
• Abdomen:
o Inspeksi: luka operasi baik
o Palpasi:nyeri tekan (-)
o Bising usus (+)
o Perkusi:timpani
• Edema labia -
• Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
Assesment :
Post Op Seksio Cessarian Histerektomi atas indikasi Ruptur Uteri, IUFD pada
P3A0M2 anak hidup 1 hamil aterm hari 6 dengan paraparese spastik ec susp.
Trauma medula spinalis setinggi torakal lumbal dengan efusi pleura kanan
Planning:
• Mobilisasi
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 11/29
• Diet Lunak
• Terapi Oral Lanjut• Dexamethasone 2x1 ampul iv
• Citicolin 2x250 g
Follow up 27 Maret 2012 pukul 08.00
Subjektif : tidak ada keluhan
Objektif :
• KU baik, komposmentis
• TDà110/80 mmHg, Nà86x/menit, RR à20x/menit, Tà37o
C
• Konjungtiva anemis -/-
• Jantung : S1 S2 normala, gallop (-) murmur(-)
• Paru : perkusi sonor, ronki di basal paru sinistra dan dextra
• Abdomen:
o Inspeksi: luka operasi baik
o Palpasi:nyeri tekan (-)
o Bising usus (+)
o Perkusi:timpani
• Edema labia -
• Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
Assesment :
Post Op Seksio Cessarian Histerektomi atas indikasi Ruptur Uteri, IUFD pada
P3A0M2 anak hidup 1 hamil aterm hari 7 dengan post paraparese spastik ec susp.
Trauma medula spinalis setinggi torakal lumbal dengan efusi pleura kanan
Planning:
• Mobilisasi
• Diet Lunak
• Terapi Oral Lanjut
• Dexamethasone 1x1 ampul iv
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 12/29
• Citicolin 2x250 g
• Boleh pulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. RUPTUR UTERI
a. DefinisiRuptur uteri berate adanya robekan atau hilangnya kontinuitas dinding uterus
setelah 20 minggu usia kehamilan atau selama proses persalinan. Ruptur uteri
umumnya didefinisikan sebagai ruptur komplit (terpisahnya semua lapisan dinding
uterus) atau inkomplit (otot uterus terpisah tapi peritoneum visceral utuh). Ruptur
inkomplit disebut juga uterine dehiscense. Ruptur komplit mempunyai angka
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. (Williams)
b. Frekuensi
Di negara maju kasus ruptur uteri sebagian besar diakibatkan oleh bekas luka
seksio sesarea (92%) dan kasus ruptur uteri tanpa riwayat seksio sesarea jarang
terjadi dan umumnya dihubungkan dengan trauma. Di negara berkembang di Asia
seperti Indonesia, seiring meningkatnya angka seksio sesarea maka angka ruptur
uteri yang berhubungan dengan seksio sesarea juga meningkat. Selain itu
pemakaian oksitosin yang tidak tepat juga merupakan salah satu faktor resiko di
negara berkembang. Angka ruptur uteri adalah sekitar 0,33-1% untuk setiap
persalinan rumah sakit. Angka ruptur uteri spontan di Amerika adalah 1 dalam
15.000 kehamilan dan umumnya dihubungkan dengan paritas tinggi. (Williams,
Mishra 2006). Ruptur uterus mengakibatkan 16% kematian ibu hamil akibat
perdarahan di Amerika Serikat dan fetus umumnya meninggal pada 70% kejadian
ruptur uteri. (Williams)
c. Etiologi
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 13/29
Etiologi ruptur uteri dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan apakah ruptur
diakibatkan oleh gangguan pada uterus sebelum kehamilan sekarang atau didapat
sewaktu kehamilan sekarang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Etiologi dari Ruptur Uteri
Luka atau Anomali pada Uterus
yang Didapat Sebelum Kehamilan
Sekarang
Luka atau Abnormalitas Uterus
yang Didapat Selama Kehamilan
Sekarang
1. Riwayat bedah yang melibatkan
miometrium
1. Sebelum Persalinan
• Persalinan sesarea atau histerotemi •Kontraksi spontan yang sangat
kuat dan terus-menerus
•Ruptur uteri sebelumnya yang
sudah dijahit• Stimulasi persalinan -- oksitosin
atau prostaglandin
• Insisi miomektomi melalui atau ke
endometrium• Instilasi intra-amnion -- salin atau
prostaglandin
•Reseksi kornu dalam dari oviduk
interstisial
• Perforasi oleh kateter tekanan
uterus internal
•Metroplasti •Trauma eksternal -- tajam atau
tumpul
2. Trauma uterus •Versi eksternal
•Aborsi dengan instrumen -- kuret •Overdistensi uterus -- hidramnion,
kehamilan kembar
•Trauma tajam atau tumpul --
kecelakaan, peluru, pisau
2. Selama Persalinan
•Ruptur tak bergejala pada
kelahiran sebelumnya•Versi internal
3. Anomali kongenital • Persalinan forseps terkomplikasi
•Kehamilan pada kornu uterus yang
abnormal•Ekstraksi sungsang
•Anomali fetus ayng mendistensi
segmen bawah uterus
•Tekanan uterus yang berlebihan
selama persalinan
• Pengeluaran plasenta secara
manual terkomplikasi
3. Didapat
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 14/29
• Placenta inkreta atau perkreta
• Neoplasia trofoblastik gestasional
•Adenomiosis • Sakulasi dari uterus retrovert yang
terperangkap
D. Klasifikasi
Menurut terjadinya, ruptur uteri dibedakan menjadi 2, yaitu ruptur uteri tanpa
jaringan parut, dan ruptur uteri dengan jaringan parut.
1) Ruptur Uteri Tanpa Jaringan Parut
Ruptur uteri tanpa jaringan parut dibagi menjadi 2, yaitu rupture uteri
spontan, dan ruptur uteri traumatik.
• Ruptur Uteri Spontan
Ruptur uteri spontan ialah ruptur uteri yang terjadi pada uterus yang utuh
(tanpa jaringan parut). Faktor utama yang menjadi penyebab hal ini ialah persalinan
yang tidak maju karena adanya hambatan, misalnya panggul sempit (CPD),
hidrosefalus, janin letak lintang, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat
menyebabkan segmen bawah uterus makin lama makin teregang. Ruptur uteri
terjadi saat regangan terus bertambah melampaui kekuatan jaringan miometrium.
Faktor predisposisi terjadinya rupture uteri spontan salah satunya ialah multiparitas.
Pada multipara, pada miometriumnya sudah banyak terdapat jaringan ikat yang
menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang, sehingga regangan yangsedikit lebih mudah menimbulkan robekan. Pemberian oksitosin dalam dosis yang
terlampau tinggi, atau atas indikasi yang tidak tepat, juga dapat menyebabkan ruptur
uteri spontan
• Ruptur Uteri Traumatik
Ruptur uteri traumatik merupakan ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma.
Hal ini dapat terjadi karena pasien jatuh, kecelakaan lalu lintas seperti tabrakan, dan
lain sebagainya. Ruptur uteri traumatik dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan,
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 15/29
namun pada dasarnya ruptur uteri traumatik jarang terjadi karena otot uterus cukup
kuat untuk menahan trauma yang berasal dari luar. Walaupun uterus ternyata sangat
tahan terhadap trauma tumpul, wanita hamil yang mengalami trauma tumpul pada
abdomen harus mewaspadai timbulnya tanda-tanda ruptur uteri. Miller dan Paul
(1996) hanya melaporkan tiga kasus yang disebabkan oleh trauma pada lebih dari
150 wanita dengan ruptur uteri. Trauma tumpul lebih besar kemungkinannya
menyebabkan solusio plasenta. Sebaliknya, luka tembus abdomen cenderung
mengenai uterus yang sedang hamil besar. Dahulu, ruptur traumatik sewaktu
persalinan sering disebabkan oleh ekstraksi atau versi poladik interna. Kausa lain
ruptur uteri traumatik adalah persalian dengan forceps yang sulit, ekstraksi bokong,
dan pembesaran janin yang tidak lazim, misalnya pada hidrosefalus
Yang lebih sering terjadi ialah ruptur uteri violenta. Ruptur uteri violenta
biasanya disebabkan oleh karena distosia, karena adanya regangan segmen bawah
uterus dan usaha vagina untuk melahirkan janin,sehingga terjadi ruptur uteri.
Ruptur uteri violenta ini biasanya terjadi pada versi ekstraksi letak lintang yang
dilakukan bertentangan dengan syarat-syarat dilakukannya, tindakan tersebut,
kemudian bisa juga terjadi pada proses embriotomi dan ekstraksi dengan cunam
yang sukar
2) Ruptur Uteri dengan Jaringan Parut
Ruptur uteri tipe ini lebih sering terjadi pada bekas parut seksio sesarea.
Peristiwa ini jarang timbul pada uterus yang telah dioperasi untuk mengangkat
mioma (miomektomi), dan lebih jarang lagi pada uterus dengan parut karena
kerokan yang terlampau dalam pada dinding uterus, seperti pada kuretase. Diantara
jenis parut bekas seksio sesarea, parut yang terbentuk post seksio sesarea tipe klasik
lebih sering menyebabkan ruptur uteri dibandingkan bekas parut seksio sesarea tipe
profunda. Perbandingan insidensinya ialah 4:1. Hal ini disebabkankan oleh karena
luka pada segmen bawah uterus menyerupai daerah uterus yang lebih tenang, dan
dalam masa nifas dapat sembuh dengan baik, sehingga jaringan parut yang
terbentuk setelah masa penyembuhan menjadi lebih kuat dibandingkan dengan
jaringan parut yang terbentuk pada post seksio sesarea tipe klasik. Ruptur uteri pada
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 16/29
parut post seksio sesarea klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan tua,
sebelum persalinan dimulai. Sedangkan pada parut post seksio sesarea profunda
umumnya terjadi saat persalinan
Menurut lokasinya, ruptur uteri dapat dibedakan menjadi :
• Korpus Uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti
seksio sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.
• Segmen Bawah Rahim
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah
lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri.
• Serviks Uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi dan
ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
• Kolpoporeksis-Kolporeksis
Robekan – robekan di antara serviks dan vagina.
Menurut robeknya peritoneum, ruptur uteri dapat dibedakan :
• Ruptur Uteri Kompleta
Robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya (perimetrium), sehingga
terdapat hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya
peritonitis.
• Ruptur Uteri Inkompleta
Robekan otot rahim tetapi peritoneum tidak ikut robek. Perdarahan terjadi
subperitoneal dan bisa meluas sampai ke ligamentum latum.Menurut gejala klinis,
ruptur uteri dapat dibedakan:
• Ruptur uteri iminens (membakat/mengancam)
Terlebih dahulu dan yang terpenting adalah mengenal betul gejala dari ruptur
uteri mengancam (threatened uterine rupture) sebab dalam hal ini kita dapat
bertindak secepatnya supaya tidak terjadi ruptur uteri yang sebenarnya.Gejala
ruptur uteri iminens/mengancam :
o Dalam anamnesa dikatakan telah ditolong/didorong oleh dukun/bidan,
partus sudah lama berlangsung
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 17/29
o Pasien tampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri diperut
o Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang
kesakitan bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
o Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
o Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu mulut
kering, lidah kering dan haus, badan panas (demam).
o His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
o Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan
keras terutama sebelah kiri atau keduanya.
o Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan
SBR teraba tipis dan nyeri kalau ditekan.
o Diantara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan
melintang yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukan SBR yang semakin
tipis dan teregang. Sering lengkaran bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih
yang penuh, untuk itu dilakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan
tipisnya SBR terjadi di dinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa,
misalnya terjadi pada asinklitismus posterior atau letak tulang ubun-ubun belakang.
o Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan
teregang ke atas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka
pada kateterisasi ada hematuri.
o Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia)
o Pada pemriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi, seperti
oedem porsio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.
• Ruptur uteri sebenarnya
Bila ruptur uteri yang mengancam dibiarkan terus, maka suatu saat akan
terjadilah ruptur uteri sebenarnya.
1.) Anamnesis dan Inspeksi
o Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa,
menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut,
pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps.
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 18/29
o Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.
o Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.
o Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak terukur.
o Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak, lebih-lebih
kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir.
o Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan
dibahu.
o Kontraksi uterus biasanya hilang.
o Mula-mula terdapat defans muskulaer kemudian perut menjadi kembung
dan meteoristis (paralisis usus)
2.) Palpasi
o Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema
subkutan.
o Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas
panggul.
o Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut, maka
teraba bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut dan disampingnya kadang-
kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
o Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek.
3.) Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit
setelah ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.
4.) Pemeriksaan Dalam
o Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah dapat
didorong ke atas dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak
o Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim
dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba usus,
omentum dan bagian-bagian janin. Kalau jari tangan kita yang didalam kita
temukan dengan jari luar maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis
seklai dari dinding perut juga dapat diraba fundus uteri.
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 19/29
5.) Kateterisasi
Hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada kandung kemih
d. Diagnosis
Sebelumnya terjadinya gagal sirkulasi dari pendarahan, gejala dan temuan
pemeriksaan fisik dapat tidak jelas kecuali kalau dipikirkan kemungkinan ruptur
uterus. Sebagai contoh, hemoperitoneum dari ruptur uteri dapat mengakibatkan
iritasi diafragma dengan nyeri alih ke dada – yang dapat disalah diagnosis sebagai
emboli paru atau emboli cairan amnion dan bukan ruptur uteri. Sedikit wanita
merasa hilangnya sensasi kontraksi setelah ruptur uterus dan penggunaan kateter
tekanan intrauterus tidak ditunjukkan dapat membantu mendiagnosis ruptur uterus.
Temuan paling umum yang dapat dilihat dari monitor elektronik fetus adalah
deselerasi laju jantung janin yang cepat dan berat dan dapat berubah menjadi
deselerasi lanjut, bradikardia dan detak jantung janin tidak terdeteksi. Berdasarkan
sebuah penelitian di Nova Scotia, 57% diagnosis didasarkan dari abnormalitas detak
jantung janin. Berdasarkan penelitian yang lainnya, perbedaan antara ruptur uteri
dari proses persalinan normal yang normal adalah pada adanya bradikardia janin
pada wanita dengan ruptur uteri. (Williams)
Pada sebagian kecil wanita, gambaran ruptur uteri identik dengan abruptio
plasenta, pada sebagian besar kasus, terdapat sedikit sensasi nyeri. Juga, karena
sebagian wanita dalam proses persalinan terkadang diberi medikasi untuk rasa nyeri
baik berupa narkotik atau analgesia lumbal epidural, nyeri dapat tidak dirasakan.
Kondisi ini umumnya baru tampak pada saat terdapat gawat janin dan hipovolemia
ibu dari perdarahan tersembunyi. (Williams)
Secara singkat dapat dikatakan bahwa gejala umum adalah keluhan ibu yang
mengalami hilangnya rasa kontraksi uterus, rasa sakit berkurang dan dengan cepat
disertai rasa lemah dan atau pingsan. Hal yang sering tampak pada ibu sewaktu
pemeriksaan fisik adalah tampak lelah, dehidrasi, dan manifestasi syok (takikardia
dengan nadi lemah, tekanan darah turun, dan ekstremitas dingin). Respirasi
cenderung cepat dan terdapat perdarahan vagina.
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 20/29
Pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan abdomen mengalami distensi
(selain karena kehamilan) dan nyeri tekan. Dapat dirasakan adanya massa pada
abdomen bawah. Uterus tidak teraba demikian juga dengan kontraksi uterus yang
tidak terasa. Bagian janin teraba secara superfisial (di luar rahim) disertai dengan
letak janin yang abnormal. Uterus dapat saja teraba sebagai massa kedua selain
janin. Terdapat cairan bebas yang terdapat sebagai pekak alih. Pada wanita yang
ruptur uterinya telah terjadi lama terdapat tanda-tanda peritonitis dan semua gejala
sebelumnya dapat tidak tampak.
Jika ruptur uteri terjadi pada bekas seksiio sesarea, maka perdarahan
cenderung tersembunyi dan minimal. Tanda-tanda syok seperti takikardia, tekanan
darah turundan respirasi meningkat dapat tidak tampak. Seringkali diagnosis baru
ditegakkan pada saat operasi seksio sesarea.
e. Diagnosis Banding
Ruptur uteri harus cepat dibedakan dari abruptio plasenta, karena
penampakan gejalanya yang sama-sama berupa perdarahan tersembunyi. Abruptio
plasenta memiliki morbiditas dan mortalitas maternal yang lebih tinggi dari ruptur
uteri jika tidak terdiagnosis dan tertangani dengan benar.
Diagnosis banding lain adalah keadaan syok akibat seba-sebab lainnya seperti
syok kardiogenik atau hipovolemik akibat perdarahan bukan dari ruptur uteri.
f.Penanganan
Jikalau terdpat kecurigaan akan ruptur uteri, maka pasien harus segera
dilakukan laparotomi untuk melahirkan janin dan perbaikan dari ruptur uteri. Pada
kasus trial of labor pada wanita dengan bekas luka seksio sesarea yang diikuti oleh
ruptur uteri maka dapat memerlukan histerektomi. Sekitar 10-20% wanita dengan
ruptur uteri akibat trial of labor dengan bekas luka seksio sesarea memerlukan
histerektomi untuk pengendalian perdarahan (hemostasis). Pada kasus-kasus di
mana histerektomi tidak diperlukan dapat dilakukan perbaikan dengan jahitan pada
daerah yang mengalami ruptur. Perbaikan dapat disertai dengan sterilisasi tuba, hal
ini dikarenakan kehamilan selanjutnya dapat menyebabkan luka jahitan terbuka
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 21/29
kembali. Hemostasis sementara juga dapat dicapai dengan ligasi arteri uterine, arteri
iliaka interna atau teknik sutura kompresi uterus menurut Lynch atau Halman.
(Williams)
g. Prognosis
Jika terjadi ruptur dan ekspulsi janin ke rongga peritoneum, kemungkinan
untuk janin bertahan hidup sangatlah kecil dan angka mortalitas yang dialporkan
berkisar dari 50-75%. Kondisi janin tergantung pada seberapa banyak plasenta yang
masih utuh, walaupun demikian kondisi janin akan terus berkurang seiring waktu
berjalan. Jika janin hidup pada saat ruptur, janin hanya dapat bertahan hidup jika
segera dilakukan persalinan, sering kali dengan laparotomi. Jika tidak segera
dilakukan persalinan, hipoksia janin akibat dari terpisahnya plasenta dan
hipovolemia ibu tidak dapat dihindarkan. Jika ruptur disertai dengan perpisahan
plasenta total, maka hanya harapan hidup janin akan sangat sedikit.
Prognosis ibu jauh lebih baik dan ruptur jarang berakibat fatal. Namun jika
tidak diobati, sebagian besar wanita akan meninggal akibat perdarahan atau akibat
infeksi.
II. IUFD
a. Definisi
IUFD atau intrauterine fetal death merujuk pada kematian janin dalam
kandungan atau sebelum proses persalinan selesai setelah usia minimal janin secara
teoritis viable (dapat bertahan hidup) di luar kandungan, yang berdasarkan
consensus adalah setelah 20 minggu usia kehamilan atau berat janin di atas 500 g.
Kematian janin sebelum usia viable dianggap sebagai sebuah abortus atau
keguguran. IUFD juga disebut dengan nama FDIU atau fetal demise in utero.
b. Frekuensi
Menurut Copper, sekitar 80% janin yang lahir meninggal ( stillbirth) terjadi
sebelum masa aterm dan 50% terjadi sebelum usia kandungan 28 minggu. Insiden
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 22/29
kematian janin yang tampak sebagai lahir meninggal menurut NCHS dapat dilihat
pada gambar 1.
Insidens kematian janin telah menurun di negara maju dan penyebabnya pun
telah berubah. Angka kematian janin di Kanada misalnya telah menurun dari 11,5
per 1000 kelahiran pada tahun 1960an menjadi 5,1 per 1000 kelahiran pada tahun
1980an. Penurunan ini selain dikarenakan kemajuan dalam dunia kedokteran akan
penanganan fetal distress juga disebabkan dengan terminasi kehamilan dini pada
janin dengan malformasi atau anomali fatal.
Gambar 1. Hubungan antara usia kehamilan dengan kematian janin.
c. Faktor Risiko
Penyebab kematian janin dapat dikategorisasikan sebagai akibat faktor fetal,
plasental atau maternal. Akan tetapi pada sebagian kasus penyebab kematian tidak
dapat diidentifikasi. Tabel 2 mencantumkan penyebab kematian janin yang dapat
diidentifikasi melalui otopsi.
Tabel 2. Kategori dan Penyebab Kematian Janin
Fetal (25–40%)
Anomali kromosom
Gangguan pertumbuhan nonkromosomal
Hidrops nonimun
Infeksi —virus, bakteri, protozoa
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 23/29
Plasental (25–35%)
Abruptio plasenta
Perdarahan fetal–maternal
Gangguan umbilicus
Insufisiensi plasenta
Asfiksia intrapartum
Plasenta previa
Transfusion kembar
Korioamnionitis
Maternal (5–10%)
Antibodi antifosfolipid
DiabetesPenyakit hipertensif kehamilan
Trauma
Gangguan persalinan
Sepsis
Asidosis
Hipoksia
Ruptur uteri
Kehamilan postterm
Obat-obatan
Tidak terjelaskan (25–35%)
1. Penyebab Fetal
Beberapa penyakit dan gangguan pada janin mengakibatkan 25-40%
kematian janin. Hal-hal ini adalah anomali kongenital, infeksi, malnutrisi, hidrops
nonimun dan isoimunisasi anti-D.
Insidensi darimalformasi kongenital mayor sangat bervariasi pada tingkat ras
dan negara. Di negara maju sepertiga kematian janin diakibatkan oleh anomali
struktural, anomali struktural yang umum ditemukan adalah seperti defek tabung
neural, hidrops fetalis, hidrosefalus, dan penyakit kongenital ahti kompleks.
Anomali struktural mayor, hidrops dan aneuploidi adalah kondisi yang cukup
mudah dideteksi pada diagnosis antenatal dan oleh karena itu dapat dengan cepat
diterminasi dini.
Insidensi kematian janin akibat infeksi fetal tidak banyak berubah di negara
maju. Sekita 5,6% kematian janin dihubungkan dengan infeksi, sebagian besar
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 24/29
didiagnosis sebagai korioamnionitis dan sepsis fetal tau intrauterine. Pada wanita
yang tinggal di daerah perkotaan sifilis kongenital adalah penyebab utama dari
kematian janin. Sekita 5-10% kematian janin di Parkland Hospital dihubungkan
dengan sifilis. Infeksi janin lainnya yang berpotensi letal adalah sitomegalovirus,
parvovirus B19, rubella, varisela, dan listeriosis.
2. Penyebab Plasental
Banyak kematian janin akibat faktor plasental erat kaitannya dengan faktor
fetal dan maternal. Sebagai contoh, setengah kasus abruptio plasenta dapat
dihubungkan dengan hipertensi gestasional dan oleh akrena itu dapat
diklasifikasikan sebagai “maternal”. Conth lainnya, insufisiensi plasenta dapat
berasal dari aneuploidi atau infeksi dan oleh karena itu dapat dianggap “fetal”.
Sekitar 15-25% kematian janin dapat dihubungkan dengan gangguan pada plasenta,
membran, atau umbilikus.
Abruptio placenta adalah penyebab kematian janin yang paling umum dapat
dengan segera diidentifikasi. Abruptio plasenta dianggap menyebabkan 14%
kematian janin. Di Parklanf hospital, sekitar 10% kematian janin pada trisemester
ketiga berhubungan dnegan separasi plasenta prematur.
Infeksi plasenta dan membrane yang bermakna secara klinis jarang terjadi
tanpa disertai dengan infeksi janin. Pengecualian dari keadaan ini adalah infeksi
plasenta akibat tuberkulosis atau malaria. Pada beberapa aksus, pemeriksaan
mikroskopis plasenta dan membrane dapat membantu mengidentifikasikan
penyebab infeksi. Korioamnionitis dikarakterisasikan dengan adanya infiltrate
leukosit mononukleus dan polimorfonukleus di korion. Walaupun beberapa klinisi
menganggap bahwa korioamnionitis mikroskopik tidak spesifik, Benirschke dan
Kaufmann berpendapat bahwa hal ini pasti disebabkan oleh infeksi.
Infark plasenta tampak sebagai area degenerasi trofoblas fibrinoid, kalsifikasi
dan infark iskemik akibat oklusi arteri spiralis. Infark marginal dan subkorinik
umum dijumpai dan dianggap tidak penting. Sekitar ¼ bagian plasenta dari
persalinan aterm tanpa komplikasi mempunyai infark. Jika terdapat hipertensi berat,
2/3 plasenta mempunyai infark. Preeklamsia berat, dengan atau tanpa trombofilia
maternal, umumnya ebrakibat pada infark luas yang tersentralisasi.
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 25/29
Perdarahan fetal-maternal ( fetal–maternal hemorrhage) yang cukup berat
hingga mengakibatkan kematian janin terjadi pada sekita 4,7% kematian janin.
Perdarahan ini umum ditemukan pada trauma maternal berat. Transfuse kembar
(twin to twin) ada;ah penyebab kematian janin yang umum pada kehamilan
monokorionik multifetal.
3. Penyebab Maternal
Walaupun tampaknya hanya berkontribusi kecil terhadap kematian janin,
faktor tidak boleh diremehkan. Hal ini karena beberapa patologi fetal atau plasental
seperti abruptio plasenta atau isoimunisasi mempunyai komponen maternal yang
kuat. Penyakit hipertensi dan diabetes adalah 2 penyakit maternal yang sering
dikatakan sebagai penyebab 5-8% kematian janin.
Antikoagulan lupus dan antibodi antikardiolipin juga dihubungkan dengan
vaskulopati desidua, infark plasenta, restriksi pertumbuhan janin, aborsi rekuren,
dan kematian janin. Walaupun wanita dengan autoantibodi ini dengan sangat jelas
memiliki resiko yang meningkat untuk gangguan kehamilan, namun hanya sangat
sedikit kematian janin yang hanya dihubungkan dengan antibodi tersebut. Beberapa
trombofilia herediter dihubungkan dengan abruptio plasenta, restriksi
pertumbuhnan janin dan kematian janin.
d. Diagnosis
Diagnosis IUFD dapat ditegakkan dengan beberapa cara. Sebagian kematian
janin baru terdiagnosis pada saat bayi lahir mati ( stillbirth). Pada umumnya
diagnosis kematian janin didasarkan pada tidak adanya aktivitas jantung janin.
Aktivitas jantung janin dapat didengar dengan fetoskop, stetoskop atau alat
monitor fetus elektronik eksternal atau internal dengan Doppler ultrasonik.
Pemeriksaan USG real-time juga dapat memberikan gambaran aktivitas jantung dan
penampakan keseluruhan janin, sehingga juga dapat memberikan informasi tentang
ada tidaknya anomali struktural dari janin.
Tidak adanya aktivitas jantung janin yang dapat dideteksi melalui fetoskop
atau dilihat melalui USG, menunjukkan bahwa janin tidak mempunyai aktivitas
jantung dan dapat dipastikan meninggal
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 26/29
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Pembahasan
Dari laporan kasus yang telah dipaparkan, didapatkan diagnosa akhir yaitu
diagnosa post operasi berupa Post Op Seksio Cessarian Histerektomi atas indikasi
Ruptur Uteri, IUFD pada P3A0M2 anak hidup 1 hamil aterm hari 7 dengan post
paraparese spastik ec susp. Trauma medula spinalis setinggi torakal lumbal dengan
efusi pleura kanan. Diagnosa tersebut didasarkan dari anamnesa dimana keluhan
utama pasien berupa bayi belum lahir dan sesak nafas. Untuk selengkapnya dapat
dilihat pada tabel di bawah in.
Teori Kasus
Faktor Resiko :
• Riwayat SC
• Penekanan berlebihan pada
uterus
• Trauma saat proses pelahiran
• riwayat manipulasi atau operasi
traumatic
• Stimulasi uterus yang berlebihan
atau tidak tepat dengan oksitosin
Manifestasi klinis :
• Nyeri perut dan nyeri tekan.
Pasien dapat mendeskripsikan terasa
seperti “terobek” terutama saat pasien
mengalami HIS.
• Nyeri dada. Nyeri dirasakan
antara scapula, atau nyeri saat inspirasi
akibat iritasi dari perdarahan di bawah
diafragma
• Syok hipovolemik.
• Dapat ditemukan perdarahan
Faktor Resiko
•Pasien diforsep sebelum datang
ke RSDS
Manifestasi Klinis :
•Pasien merasakan sesak nafas
•Pada pemeriksaan fisik :
o Keadaan umum : sesak
berat
o Kesadaran :
somnolen
o Vital sign : Tekanan
darah : 85/palpasi mm Hg, Nadi
tidak dapat diukur, Suhu 36,7o
C,
Pernafasan 40 kali per menit.
Pemeriksaan Obstetri :
o Pemeriksaan Leopold
Leopold I : Tidak dapat diukur,
fundus tegang
o DJJ : tidak ada dengan Doppler
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 27/29
massif per vaginam
• Gawat janin• Teraba janin sangat mengambang
di luar uterus dan denyut jantungnya
tidak dapat ditemukan dengan
pemeriksaan Doppler
• Ditemukan gambaran Ring Band
o His/kontraksi : tidak ada data
o Vaginal touché : portio tipis, pembukaan lengkap, presentasi kepala,
H IV ketuban (-)
Berdasarkan anamnesa pasien, didapatkan bahwa kemungkinan ruptur uteri
terjadi pada saat dilakukan forsep sebelum ke RSDS. Dari manifestasi klinis yang
didapatkan pada pasien adalah sesak nafas dan sakit memungkinkan adanya
kecurigaan terjadinya perdarahan yang masif dalam peritoneum sehingga
mengiritasi n.diafragma dan menyebabkan rasa nyeri pada dada dan sesak nafas,
hanya saja kesadaran pasien yang menurun membuat pasien tidak tampak mengeluh
nyeri hebat didada. Selain itu, kedatangan pasien dengan tekanan darah yang turun ,
nadi tidak teraba dapat menjadi suatu tanda adanya syok hipovolumik yangmengarah tidak terkompensasi. Pemeriksaan DJJ yang dilakukan oleh bidan saat di
ruang VK adalah tidak ada DJJ yang menunjukkan diagnosis kearah IUFD.
Diagnosa post operatif atau diagnosa definitif pada pasien ini berupa “Post Op
Seksio Cessarian Histerektomi atas indikasi Ruptur Uteri, IUFD pada P3A0M2
anak hidup 1 hamil aterm hari 7 dengan post paraparese spastik ec susp. Trauma
medula spinalis setinggi torakal lumbal dengan efusi pleura kanan” diagnosa ini
didapatkan dari operasi seksio sesarea yang dilakukan dengan histerektomi atas
indikasi ruptur uteri dan IUFD, trauma medula spinalis setinggi torakal lumbal
didiagnosis dari keluhan kaki kiri pasien yang tidak dapat digerakkan yang dapat
disebabkan trauma pada saat dilakukan operasi, dan efusi pleura kanan dapat
disebabkan karena overload cairan pasca pengobatan syok hipovolumik.
Pada pemeriksaan VT didapatkan kepala sudah turun ke hodge IV, hal ini
dapat menjelaskan kenapa tidak ditemukan perdarahan pervaginam sebagai
manifestasi klinis. Hal tersebut akibat tertutupnya pintu panggul oleh kepala bayi
sehingga tidak memungkinkan darah mengalir keluar.
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 28/29
Penatalaksanaan yang telah dilakukan pasien ini telah tepat, dimana dilakukan
operasi SC dan histerektomi emergensi karena pasien dengan KU yang jelek dan
sudah mengancam keselamatan ibu. Sebelum dilakukan operasi pasien sempat
direhidrasi dengan RL 2 jalur. Setelah post op juga dilakukan tranfusi dan
pemberian asam Traneksamat untuk mengontrol perdarahan yang terjadi, terapi
antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. Terapi dexamethason ditujukan untuk
Pada saat pasien pulang dapat melakukan rawat jalan ke poli kandungan untuk
kontrol jahitan(buka jahitan), ke poli saraf untuk kontrol post paraparese spastik ec
trauma medula spinalis torakal lumbal, dan ke poli paru untuk kontrol efusi pleura.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Kehamilan Kembar. Dalam :
Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Kesembilan. Jakarta : YBP-SP.
2007.
2. Fortner KB, Szimanski LM, Fox HE, Wallach EE. Gestational
Complication : Multiple Gestation. The John Hopkins Manual of Gynecology and
Obstetrics. Third edition. Lippincots William and Wilkins. 2007
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC,
Wenstrom KD. Multifetal Gestation. In : Williams Obstetrics. 22nd edition. Mc
Graw-Hill. New York : 2005.
4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Hipertensi dalam
Kehamilan. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi Keempat. Cetakan Kesepuluh.
Jakarta : YBP-SP. 2008.
5. Fortner KB, Szimanski LM, Fox HE, Wallach EE.. Hypertensive Disorders
of Pregnancy. The John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics. Third
edition. Lippincots William and Wilkins. 2007
6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC,
Wenstrom KD. Hypertensive Disorders in Pregnancy. In : Williams Obstetrics. 22nd
edition. Mc Graw-Hill. New York : 2005.
7. Karkata MK. Pro-kontra Penanganan Aktif Eklampsia dengan Seksio
Sesarea. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran vol.34 no.5/158 Sep-Okt 2007
5/17/2018 Penyajian Kasus Yenira Fitriani - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/penyajian-kasus-yenira-fitriani 29/29
8. Sudinaya IP. Insiden Preeklampsia Eklampsia di Rumah Sakit Umum
Tarakan Kalimantan Timur - tahun 2000. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran No.
139, 2003
9. Ross MG. Eclampsia. Disitasi tanggal 8 Maret 2010 dari :
http://emedicine.medscape.com/article/253960-overview (Update tanggal 1 April
2009)
10. Guy, Am. Pregnancy, Eclampsia. Disitasi tanggal 8 Maret 2010 dari :
http://emedicine.medscape.com/article/797603-overview (Update tanggal 11
Agustus 2009)
11. Chan PD, Johnson SM. Current Clinical Strategies Gynecology and
Obstetrics 2004 Edition New ACOG reatment Guidelines.
12. Prawirohardjo S. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam : Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002.
Douglas KA, Redman CWG. Eclampsia in the United Kingdom. In : British
Medical Journal 1994;309:1395-1400 (26 November)
Top Related