PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SPREAD BAGI HASIL,
TINGKAT BAGI HASIL, NON PERFORMING FINANCING (NPF)
DAN CAPITAL ADEQUENCY RATIO (CAR) PADA BANK UMUM
SYARIAH PERIODE 2010-2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
WATI NURBAITI
1113085000071
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wati Nurbaiti
NIM : 1113085000071
Jurusan : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain atau tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, April 2017
Yang menyatakan
(Wati Nurbaiti)
v
DATA RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
I. Data Pribadi
Nama : Wati Nurbaiti
Tempat/ Tanggal Lahir : Pemalang, 29 April 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Yasin
Nama Ibu : Fatekha
Anak Ke Dari : 1 dari 3 bersaudara
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Inpres 8 No. 72 Rt.001 Rw. 008
Larangan Utara, Tangerang, 15154
No. Telp : 089667371339
E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
TK Pertiwi Desa Padek : Tahun 1999 - 2001
SD Negeri 01 Padek : Tahun 2001 - 2007
SMPN 2 ULUJAMI : Tahun 2007 - 2010
SMAN 1 COMAL : Tahun 2010 - 2013
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2013 - 2017
III. Pengalaman Organisasi
1. Pramuka 2012 – 2013
2. Lembaga Dakwah Kampus Komda FEB 2014 -2015
3. Lembaga Dakwah Kampus Syarif Hidayatullah 2015- 2016
vi
ABSTRACT
The study aims to analyze the influence of third party fund (DPK), spread profit
sharing, equivalen rate, non performing financing (NPF), and capital adequency
ratio (CAR) to profit and loss sharing financing of Sharia Bank period 2010-
2016. Data’s study is quartal financial report of five sharia bank in Indonesia
periode 2010 until September 2016. The study is using the method of analysis of
the regression panel data by using program Eviews 9.0 and Microsof Excel 2007.
The result show that according parcial third party fund (DPK) positive significant
influence to profit sharing financing with the sig. 0,0000<0,05. Spread profit
sharing positive significant influence to profit sharing financing with the sig.
0,0000<0,05. Equivalen rate negative significant influence to profit loss sharing
financing with the sig 0,0199<0,05. Non Performing Financing (NPF) positive
significant influence to profit sharing financing with the sig. 0,0076<0,05. Capital
Adequency Ratio (CAR) positive significant influence to profit and loss sharig
financing with the sig. 0,0071<0,05. The result show the according simultan third
party fund (DPK), spread profit sharing, equivalen rate, Non Performing
Financing (NPF), and Capital Adequancy Ratio (CAR) significant influence to
profit sharing financing with the sig. 0,0000<0,05.
Keywords: Profit sharing financing, third party fund, spread profit sharing,
equivalen rate, Non Performing Financing (NPF), Capital Adequency Ratio
(CAR).
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, Non Performing Financing (NPF), dan
Capital Adequency Ratio (CAR) terhadap pembiayaan bagi hasil pada Bank
Umum Syariah tahun 2010-2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data triwulan laporan keungan Lima Bank Umum Syariah di Indonesia
periode Januari 2010 s.d September 2016. Penelitian ini menggunkan metode data
dengan menggunakan program Eviews 9 dan Microsoft Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK) berpengaruh secara positif signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil
dengan nilai sig. 0,0000<0,05. Spread bagi hasil berpengaruh positf signifikan
terhadap pembiayaan bagi hasil dengan nilai sig. 0,0000<0,05. Tingkat bagi hasil
berpengaruh negatif signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil dengan nilai sig.
0,0199<0,05. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif signifikan
terhadap pembiayaan bagi hasil dengan nilai sig. 0,0076<0,05. Capital Adequency
Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil
dengan nilai sig. 0,0072<0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan Dana Pihak Ketiga (DPK), spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, Non
Performing Financing (NPF), dan Capital Adequency Ratio (CAR) berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil dengan nilai sig. 0,0000.
Kata Kunci: Pembiayaan bagi hasil, Dana Pihak Ketiga (DPK), spread bagi hasil,
tingkat bagi hasil, Non Performing Financing(NPF), Capital Adequency Ratio
(CAR).
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita
semua karena hanya dengan ridho Allah SWT penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Spread Bagi Hasil,
Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Financing (NPF), dan Capital Adequency
Ratio (CAR) Periode 2010 – 2016”. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai
masalah dan kesulitan serta menyadari sepenunya bahwa keberhasilan yang
diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat
bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari
pihak lain, yakni ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Arief Mufraini, Lc., Si selaku Dekan FEB, Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si.,
CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Dr. Ade Sofyan
Mulazid, S. Ag., M.H selaku Wakil Dekan II. Bid. Administrasi Umum dan Dr.
Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan.
2. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekertaris Jurusan
Perbankan Syariah.
3. Ibu Erika Amelia, SE., M.Si selaku Pembimbing Akademik.
4. Ibu Umiyati, SE.I., M.Si selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan
waktu atas ilmu, diskusi, saran, arahan, nasehat yang sangat berharga selama
penyusunan skripsi.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis
selama menempuh masa studi.
ix
6. Allah SWT, atas segala nikmat yang Engkau berikan ya Rabb, karena tanpa
kehendak dan segala pertolongan-Nya tidak mungkin saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kedua Orang tua tercinta, Bapak Yasin dan Ibu Fatekha, yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, motivasi, nasehat, semangat, dan menjadi
sosok yang kuat dalam hidupku, serta adik ku tercinta Ade Rahman dan
Ahmad Syafiiq yang selalu mengisi hari-hari ku penuh dengan keceriaan.
8. Sahabat- sahabat KuaciRisma Afifah, Istiqomah, Futiha Tilawaty, Juni
Aernawati terimakasih atas kerja sama, kebersamaan dalam suka dan duka dan
dukungannya selama ini.
9. Kepada keluarga besar terimakasih atas pengertian, doa, dan semangatnya yang
diberikan kepada penulis.
10. Teman- teman KKN SERMPAK KELOMPOK 21, terimakasih atas kenangan
selama mangabdi di Desa Cintamanik, Kabupaten Bogor.
11. Teman- teman Perbankan Syariah angkatan 2013, atas semangat, doa,
dukungan dan kenangan indah semasa kuliah.
12. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semua pihak atas bantuan dan amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Tangerang, 19 April 2017
Wati Nurbaiti
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 14
E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 15
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teori Pembiayaan ............................................................................... 17
B. Teori Pembiayaan Bagi Hasil ............................................................. 21
1. Akad Musyarakah ........................................................................ 21
2. Akad Mudharabah ....................................................................... 29
C. Dana Pihak Ketiga .............................................................................. 37
D. Spread Bagi Hasil............................................................................... 39
E. Tingkat Bagi Hasil ............................................................................. 39
F. Non Performing Financing (NPF) ..................................................... 40
G. Capital Adequency Ratio (CAR) ........................................................ 41
H. Bank Syariah ...................................................................................... 41
I. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 47
xi
J. Keterkaitan Antar Variabel Independen dengan Variabel Dependen 52
K. Kerangaka Berpikir ............................................................................ 57
L. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 58
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 59
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 59
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 62
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 62
E. Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 76
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 83
B. Deskriptif Data ................................................................................... 86
C. Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 93
D. Estimasi Model Data Panel ............................................................... 97
E. Uji Statistik ........................................................................................ 101
F. Estimasi Model Panel Data ............................................................... 106
G. Persamaan Model Regresi Setiap Bank ............................................ 109
H. Interpretasi ......................................................................................... 110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 119
B. Implikasi ............................................................................................. 120
C. Saran ................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 124
LAMPIRAN .................................................................................................. 129
xii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan DPK, Aset, dan Pembiayaan pada BUS
dan UUS (Rp Miliar) ..................................................................................... 3
1.2 Komposisi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad- BUS
dan UUS (Rp Miliar) ..................................................................................... 7
2.1 Perkembangan dan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia ............ 47
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 48
3.1 Data Bank Umum Syariah ................................................................. 61
3.2 Proses Pengambilan Sampel Penelitian ............................................. 68
3.3 Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Kolerasi 76
3.4 Definisi Ringkas Variabel Penelitian ................................................. 82
4.1 Hasil analisis deskriptif variabel pembiayaan bagi hasil .................. 87
4.2 Hasil analisis dana pihak ketiga ......................................................... 88
4.3 Hasil analisis spread bagi hasil ........................................................... 89
4.4 Hasil analisis tingkat bagi hasil ........................................................... 91
4.5 Hasil analisis non performing financing ............................................ 92
4.6 Hasil analisis capital adequency ratio ............................................... 93
4.7 Uji Multikolinieritas .......................................................................... 95
4.8 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 95
4.9 Hasil Uji White Robust Standard Error ............................................ 96
4.10 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 97
4.11 Hasil Uji Autokorelasi dengan Newey-West .................................... 97
4.12 Regresi Data Panel Common Effect Model ........................................ 99
4.13 Regresi Data Panel Fixed Effect Model ............................................. 100
4.14 Hasil Uji Chow .................................................................................. 101
4.15 Uji t ................................................................................................... 102
4.16 Uji F .................................................................................................. 105
4.17 Koefisien Determinasi ....................................................................... 106
4.18 Model Regresi ................................................................................... 107
4.19 Model Regresi Setiap Bank ............................................................... 109
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
1.1Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah ............................................. 5
2.1Bagan Akad Musyarakah .......................................................................... 25
2.2Bagan Akad Mudharabah ......................................................................... 33
2.3Kerangka Pemikiran .................................................................................. 58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1Data Variabel Penelitian ................................................................................. 125
2Uji Asumsi Klasik ........................................................................................... 128
3 Estimasi Model Data Panel ................................................................... 132
4 Uji Statistik ........................................................................................... 134
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank syariah yang berdiri pertama kali di Indonesia adalah Bank
Muamalat pada tahun 1992, awal munculnya belum mendapat perhatian dari
masyarakat karena salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya landasan
hukum yang mengatur mengenai bank syariah. Di tahun yang sama
pemerintah mengeluarkan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, di
dalamnya tidak menyatakan secara jelas pembahasan mengenai bank syariah
lalu beberapa tahun kemudian undang-undang tersebut dilakukan perubahan
menjadi UU No. 10 Tahun 1998 yang pada intinya memperbolehkan
penyelenggaraan aktivitas dual banking yang berarti bank konvensional
diperbolehkan membuka Unit Usaha Syariah. Lalu pada tahun 2008
dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang
mengatur seluruh kebijakan mengenai bank syariah di Indonesia.
Ada dua jenis bank syariah yang beroperasi di Indonesia saat ini yaitu
bank syariah (Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah) dan BPRS. Bank
Umum Syariah (BUS) adalah bank Islam yang menyediakan layanan dalam
transaksi pembayaran. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari bank
umum konvensional yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah. Bank Pembiayaan Rakyat SyariahBPRS)adalah bank Islam yang
tidak menyediakan layanan dalam transaksi pembayaran.
2
Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran Islam yang
berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam adalah
larangan riba dalam berbagai bentuk dan menggunakan sistem, antara lain
prinsip bagi hasil. Dengan prinsip bagi hasil, bank syariah dapat menciptakan
iklim investasi yang sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi,
baik keuntungan maupun potensi risiko yang timbul sehingga akan
menciptakan posisi yang berimbang antara bank dan nasabahnya. Dalam
jangka panjang, hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi nasional karena
hasil keuntungan tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal saja, tetapi juga
oleh pengelola modal (Sutedi, 2009: 38).
Keberadaan perbankan syariah diharapkan dapat mendorong
perkembangan perekonomian suatu negara. Tujuan dan fungsi perbankan
syariah dalam perekonomian diantaranya adalah sebagai berikut: (1)
Kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang optimum, (2) Keadilan sosial ekonomi dan
distribusi pendapatan serta karyawan yang merata, (3) Stabilitas nilai uang,
(4) Mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian
yang adil serta pelayanan yang efektif (Setiawan, 2006: 43).
Sebagai lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi
keuangan, bank syariah melakukan penghimpunan dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan yang disebut dana pihak ketiga. Dana tersebut
disalurkan melalui baik yang menggunakan prinsip bagi hasil, jual-beli
maupun sewa-menyewa. Produk yang ditawarkan bank syariah ada tiga yaitu:
3
produk penyaluran dana (financing), penghimpunan dana (funding) dan,
produk jasa (service).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan arah
peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:
asset, dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan yang disalurkan. Berikut
tabel perkembangan perbankan syariah:
Tabel 1.1
Perkembangan DPK, Aset, dan Pembiayaan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah (Rp Miliar)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
DPK 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175
Aset 145.467 195.018 242.276 272.343 296.262
Pembiayaan 102.655 147.505 184.122 199.330 212.777
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Volume usaha perbankan syariah dalam khususnya Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat. Tingginya pertumbuhan aset tersebut tidak terlepas dari
tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi pasiva dan pertumbuhan
penyaluran pembiayaan pada sisi aktiva.
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bagaimana perkembangan perbankan
syariah berdasarkan laporan pada Statistik Perbankan Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan. Pada tahun 2011 dana yang berhasil dihimpun dari pihak
4
ketiga atau masyarakat terus meningkat setiap tahun. Di tahun 2011 dana
pihak ketiga sebesar Rp 115.415 miliar sedangkan di tahun 2013 dana pihak
ketiga bank syariah tumbuh 37,11% menjadi Rp 183. 534 miliar, data terakhir
di tahun 2015 bahwa dana pihak ketiga bank syariah juga mengalami
pertumbuhan sebesar 20,60% menjadi Rp 231.175 miliar. Di tahun 2011
untuk aset bank syariah sebesar Rp 145.467 miliar sedangkan di tahun 2013
aset bank syariah tumbuh 40% menjadi Rp 242.276 miliar, data terakhir di
tahun 2015 aset bank syariah tumbuh 18,22% menjadi Rp 296.262 miliar.
Dan untuk pembiayaan yang disalurkan di tahun 2011 sebesar Rp 102.655
miliar sedangkan di tahun 2013 pembiyaan yang disalurkan bank syariah
tumbuh 44,24% menjadi Rp 184.122 miliar dan data terakhir di tahun 2015
pembiayaan yang disalurkan bank syariah tumbuh 13,46% menjadi Rp
212.777 miliar.
Akhir-akhir ini perbankan syariah mengalami perkembangan yang
signifikan, perkembangan bank syariah di Indonesia bisa dilihat dari
perkembanganjumlah jaringan bank syariah yang dihitung berdasarkan
jumlah Kantor Cabang (KC)/Kantor Pusat Operasional (KPO), Kantor
Cabang Pembantu (KCP)/Unit Pelayanan Syariah (UPS) dan Kantor Kas
(KK) dimana peningkatan signifikan terus terjadi setiap tahunnya, mulai dari
tahun 2005 hanya 458 kantor pada akhir tahun 2013 meningkat signifikan ke
angka 2.588kantor meskipun telah dikeluarkannya peraturan BI terkait
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) bank umum pada tahun
2013.
5
Penurunan hanya terjadi pada jumlah kantor UUS di tahun 2014 yang
dikarenakan lebih banyak UUS yang mengalihkan KCP maupun KK nya
menjadi layanan syariah dengan cara office channeling. Walaupun jumlah
BUS masih sedikit (11 bank), namun jumlah jaringan yang dimiliki oleh BUS
jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jaringan yang dimiliki oleh
UUS. Pada Juli 2014 telah mencapai 2.139 kantor (Karim Consulting
Indonesia, 2015).
Gambar 1.1
Perkembangan jaringan Perbankan Syariah
Sumber: Statistik OJK (Juli 2014)
Rata-rata jumlah jaringan pada setiap BUS lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata jumlah jaringan pada setiap UUS. Dimana jika dirata-ratakan
setiap BUS memiliki 178 kantor/jaringan, sedangkan setiap UUS hanya
memiliki 19 kantor/jaringan jika dirata-ratakan (Karim Consulting Indonesia,
2015).
6
Pembiayaan adalah fasilitas yang diberikan oleh bank syariah kepada
masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah
dikumpulkan oleh bank syariah dari masyarakat yang surplus dana
(Muhamad, 2005: 7), sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan lain berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil. Pembiayaan yang diberikan oleh
bank syariah mempunyai lima bentuk utama, diantaranya adalah: pembiayaan
mudharabah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan murabahah, pembiayaan
salam dan pembiayaan ijarah. Pembiayaan yang paling banyak diminati
adalah pembiayaan murabahah (Muhamad, 2005: 8).
Masing-masing jenis pembiayaan tersebut memiliki perbedaan yaitu
pada akad murabahah atau jual beli dimana bank membeli barang sesuai
dengan kebutuhan nasabah yang kemudian dijual ke nasabah dengan margin
yang disepakati dan pembayarannya bisa langsung ataupun angsuran.
Sedangkan jual beli lainnya dengan akad istishna yang menjadi perbedaan
adalah pada akad ini barang yang dibeli oleh nasabah bank syariah sedang
dalam proses pembuatan atau bukan barang jadi. Akad lainnya yaitu ijarah
atau sewa, bank syariah membeli suatu barang lalu jasa atau manfaat dari
barang tersebut disewakan kepada nasabah atau dalam bank konvensional dan
lembaga keuangan bukan bank biasa disebut dengan leasing. Ada juga akad
qard atau pinjaman merupakan pemberian harta atau hibah bank kepada
7
nasabah yang dapat ditagih kembali tanpa mengaharapkan imbalan. Yang
terakhir ada akad mudharabah dan musyarakah yang merupakan akad
kerjasama dimana keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan pihak
bank dan nasabah dan untuk pembagian keuntungan serta risiko ditanggung
oleh kedua belah pihak yaitu bank dan nasabah. Untuk akad mudharabah
bank menanggung sepenuhnya kebutuhan modal usaha nasabah dan untuk
keuntungan dibagi sesuai kesepakatan di awal serta risiko ditanggung oleh
bank kecuali terjadi kesalahan diakibatkan oleh nasabah.
Tabel 1.2
Komposisi Pembiayaan Berdasarkan Jenis
Akad –BUS dan UUS (Rp Miliar)
Akad 2011 2012 2013 2014 2015
Mudharabah 10.229 12.023 13.625 14.254 14.820
Musyarakah 18.960 27.667 39.874 49.387 60.713
Murabahah 56.365 88.004 110.565 117.371 122.111
Salam 0 0 0 0 0
Istishna 326 376 582 633 796
Ijarah 3.839 7.345 10.481 11.620 10.631
Qardh 12.937 12.090 8.995 5.965 3.706
Statistik: Statistik Perbankan Syariah
Dari tahun 2011 sampai 2015 terjadi pertumbuhan pembiayaan bagi
hasil yang cukup signifikan pada perbankan syariah di Indonesia.
Pertumbuhan tersebut terlihat dari penyaluran pembiayaan perbankan syariah.
Selama tahun 2015 mencapai Rp 75.533 miliar dibandingkan pencapaian
tahun 2014. Pembiayaan murabahah mendominasi dengan jumlah hingga
57,4%. Pembiayaan bagi hasil yang terdiri dari mudharabah dan
8
musyarakahmasing-masing mencapai jumlah 7% dan 28,6% dan diikuti
dengan pembiayaan akad salam 0%, istishna 0,37%, ijarah 5% dan, qardh
1,74%.
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil menjadi ciri utama dari bank
syariah dan dalam peraturan perundang-undangan menjadi dasar hukum
secara yuridis normatif dalam pengoperasian perbankan syariah di Indonesia
(Ali, 2008: 12).
Pembiayaan mudharabah adalah akad antara dua atau lebih pihak
dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan
mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yaitu si
pelaksana usaha (mudharib) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
(Karim, 2004: 204). Pembiayaan musyarakah adalah kerjasama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan (Sudarsono, 2008: 74).
Idealnya pembiayaan bagi hasil yang seharusnya mendominasi
pembiayaan lainnya. Namun, pada kenyataan hingga akhir tahun 2015, porsi
pembiayaan murabahah masih mendominasi pembiayaan yang disalurkan
oleh perbankan syariah. Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang
menarik karena diharapkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan
lebih menggerakan sektor riil karena menutup kemungkinan disalurkannya
dana pada kepentingan konsumtif dan hanya pada kepentingan produktif. Bila
ditinjau dari prinsip ketaatan dari konsep bagi hasil, maka harus ada return
9
yang harus dibagi, dan itu hanya bisa terjadi apabila uang digunakan untuk
usaha produktif.
Jumlah pembiayaan yang disalurkan berdasarkan Tabel 1.2
pembiayaan dengan akad murabahah ada di peringkat pertama, diikuti
musyarakah pada peringkat kedua, mudharabah pada peringkat ketiga, serta
qard, ijarah, istishna dan salam pada peringkat berikutnya. Masih rendahnya
porsi pembiayaan bagi hasil atau dominasi pembiayaan non bagi hasil
terutama murabahah pada portofolio pembiayaan bank syariah ternyata
merupakan fenomena global, tidak terkecuali di Indonesia. Fenomena ini
disebabkan karena pembiayaan berbasis bagi hasil cenderung memiliki risiko
lebih besar jika dibandingkan dengan pembiayaan lainnya. Walaupun prinsip
bagi hasil menjadi ciri khas perbankan syariah , namun risiko yang dihadapi
cukup besar yaitu risiko terjadinya moral hazard dan biaya transaksi tinggi
(Arnan dan Kurniawasih, 2014: 364-368).
Oleh karena itu, untuk mencari solusi atas masalah masih rendahnya
jumlah pembiayaan bagi hasil yang disalurkan oleh perbankan syariah, maka
perlu dikaji faktor apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah pembiayaan
bagi hasil. Sehingga, faktor yang berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan
bagi hasil dapat dioptimalkan oleh bank syariah untuk mendorog peningkatan
pembiayaan berbasis bagi hasil bank syariah.
Dana merupakan unsur penting dalam setiap kegiatan. Semakin
banyak dana yang didapatkan maka semakin besar pula dana yang akan
dikeluarkan. Kegiatan utama pada bank syariah adalah penghimpunan dan
10
penyaluran dana. Penghimpunan dana yang diperoleh dari masyarakat ini
digunakan untuk pembiayaan bank syariah salah satunya pembiayaan bagi
hasil. Dalam penelitian Annisa dan Yaya (2015) menunjukkan bahwa DPK
berpengaruh positif terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Aliran
DPK yang dihimpun bank syariah dari masyarakat ini merupakan salah satu
faktor yang dapat meningkatkan volume pembiayaan bagi hasil. Dan pada
penelitian Kurniawati dan Zulfikar (2014) dana pihak ketiga (DPK) tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil.
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan
yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga
perbankan, sehingga semakin rendah tingkat pembiayaan bermasalah (ketat
kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank, dan sebaliknya (Antonio, 2001: 112). Dalam penelitian
Kurniawanti dan Zulfikar (2014) dan Pratin dan Adnan (2005) menyatakan
bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan berbasis bagi
hasil dan bertolak belakang dengan penelitian Destiana (2016) yang
menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah dan musyarakah.
Spread atau net-margin adalah pendapatan bank yang utama dan akan
menentukan besarnya pendapatan bersih bank. Semakin tinggi spread yang
mampu diciptakan oleh bank, maka mengindikasikan tingkat keuntungan
bank meningkat sehingga akan memberikan kesempatan bagi bank untuk
11
menyalurkan kreditnya. Dalam penelitian Pramono (2013) menunjukkan
bahwa spread bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan bagi hasil
pada bank syariah dari tahun 2010-2012.
Tingkat bagi hasil adalah bentuk return(perolehan aktivitas usaha)
dari kontrak investasi dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tepat dalam
Islam. Besar kecilnya perolehan kembali itu tergantung pada hasil usaha yang
benar-benar diperoleh bank Islam. Oleh karena itu, bank akan cenderung
banyak menyalurkan pembiayaan berbasis bagi hasil jika tingkat bagi
hasilnya tinggi dalam arti tidak lebih kecil dari risiko yang mungkin terjadi
(prinsip high risk high return) (Karim, 2011: 279).
Hasil penelitian Kurniawanti dan Zulfikar (2014) menunjukkan bahwa
tingkat bagi hasil terdapat pengaruh secara signifikan positif terhadap volume
pembiayaan bagi hasil. Semakin besar tingkat bagi hasil bagi bank syariah
maka akan semakin besar volume pembiayaan berbasis bagi hasil yang
disalurkan. Pada penelitian Pramono (2013) menunjukkan bahwa tingkat bagi
hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil.
Dan pada penelitian Natalia dan Dzulkirom (2014) tingkat bagi hasil
berpengaruh negatif signifikan terhadap deposito mudharabah.
Capital Adequency Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber diluar
12
bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya,
2009: 121).
Semakin tinggi CAR maka semakin tinggi pula bank melakukan
penyaluran pembiayaannya. Begitu juga sebaliknya semakin rendah CAR
semakin rendah pula pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Hasil penelitian
Giannini (2013) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan
terhahadap pembiayaan mudharabah.
Berdasarkan fenomena di atas dan penelitian terdahulu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dan menganalisis tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil. Alasannya karena adanya
research gap dari penelitian sebelumnya, sehingga perlu dilakukan penelitian
lanjutan, kedua menjelaskan kembali fenomena yang benar-benar terjadi
terhadap pembiayaan bagi hasil pada bank syariah, dan ketiga memberikan
suatu informasi yang lebih up to date.
Berdasarkan dari fenomena di atas maka penulis melakukan penelitian
yang berjudul: “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Spread Bagi Hasil,
Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Fianancing (NPF), dan Capital
Adequency Ratio (CAR) terhadap Pembiayaan Bagi Hasil Pada Bank
Umum Syariah Periode 2010 - 2016”.
13
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dana pihak ketiga, non
performing financing, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, dan capital
adequency ratio terhadap pembiayaan bagi hasil pada bank umum
syariah periode 2010-2016?
2. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dana pihak ketiga, non
performing financing, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, dan capital
adequency ratio terhadap pembiayaan bagi hasil periode 2010- 2016?
3. Variabel manakah yang palinng signifikan terhadap pembiayaan bagi
hasil?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga , spread
bagi hasil, tingkat bagi hasil,non performing financing, dan capital
adequency ratio jika dilakukan secara parsial terhadap pembiayaan bagi
hasil pada bank umum syariah periode 2010 - 2016.
2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga, spread
bagi hasil, tingkat bagi hasil, non performing financing, dan capital
adequency ratiojika dilakukan secara simultan terhadap pembiayaan
berbasis bagi hasil pada bank umum syariah periode 2010-2016.
14
3. Untuk menganalisis variabel manakah terdapat pengaruh yang paling
dominan dana pihak ketiga, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, non
performing financing, dan capital adequency ratio terhadap pembiayaan
bagi hasil pada bank umum syariah periode 2010- 2016.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
memperdalam dan mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh,
selain itu juga merupakan pelatihan intelektual yang diharapakan
dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan
kompetensi keilmuan dalam disiplin ilmu yang digeluti khususnya
mengenai penerapan teori perbankan syariah. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan tambahan kontribusi empiris
mengenai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil pada bank umum syariah di Indonesia.
b. Bagi Akademisi
Memberikan wawasan atau pengetahuan pengaruh dana
pihak ketiga, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, non performing
financing, dan capital adequency ratio terhadap pembiayaan bagi
hasil pada bank umum syariah Periode 2010 – 2016.
15
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wacana bagi pembaca tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah yang selanjutnya dapat
dijadikan sebagai acuan guna penelitian lain.
b. Bagi perbankan syariah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dan informasi bagi lembaga perbankan syariah dalam menghimpun
dana dan mengelola dana dari nasabah secara amanah dan
bertanggung jawab. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi kinerja keuangan bank dan sebagai pengambilan keputusan
berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu
strategi baru, serta peningkatan kinerja bank syariah.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab, dimana tiap-tiap bab
memberikan gambaran mengenai masalah yang akan dibahas dan dapat
diketahui secara jelas mengenai isi skripsi ini. Bagian-bagiannya antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan bagi hasil bank umum syariah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
16
BAB II TINJAUAN PUSATAKA
Dalam bab ini menjelaskan landasan teori yang mendukung
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan
bagi hasil dan kajian pustaka mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian pembiayaan bagi hasil ini, serta terdapat sub-sub
tentang kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang variabel apa saja yang digunakan beserta
definisinya. Ada pula mengenai metode, populasi dan sampel apa
yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan deskripsi mengenai objek penelitian, analisis
data serta interpretasi data. Dalam bab ini juga akan ditemukan
jawaban dari permasalahan yang dibahas di penelitian ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang dibuat,
implikasi juga saran untuk penelitian selanjutnya.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Bisnis
adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui
proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi).
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan(Muhammad, 2005: 16).
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2002: 93).
Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva
produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana
bank qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal,
penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi rekening
18
administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(Muhammad, 2005:
17).
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
a. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli
b. Pembiayaan dengan prinsip sewa
c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
d. Pembiayaan dengan akad pelengkap
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang
dijual. Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan usaha sesuai
dengan prinsip bagihasil. Sedangkan akad pelengkap ditujukan untuk
memperlancar pembiayaan (Karim, 2007:97).
2. Pembiayaan Bank Syariah
Dengan mengacu pada QS. Al-Baqarah ayat 275 dan QS. An-
Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi
atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari
oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada
kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa, mendorong
kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan
kredit, spekulasi, dan inflasi(Muhammad, 2005: 2).
19
Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al-Harran dalam
Ascarya (2008: 122) dapat dibagi menjadi tiga:
Return bearing financing, yaitu pembiayaan yang secara komersial
menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung risiko
kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.
Return free financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk
mencari keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang yang
membutuhkan (poor), sehingga tidak ada keuntungan yang dapat
diberikan.
Charity Financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan
kepada orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak ada klaim
terhadap pokok dan keuntungan.
a. Tujuan Pembiayaan
Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari
pembiayaan, yaitu:
1) Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari
usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya
akan menyalurkan pembiayaan kepada nasabah-nasabah yang
diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah
diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul
unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga keuntungan
(profitability) dari suatu pembiayaan sehingga kedua unsur tersebut
20
saling berkaitan. Dengan demikian, keuntungan merupakan tujuan
dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam bentuk hasil yang
diterima.
2) Safety, keamanan dan prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-
benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu,dengan
keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam
bentuk modal, barang atau jasa itu betul-betul terjamin
pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang
diharapkan dapat menjadi kenyataan (Rivai, 2008: 5)
b. Macam-Macam Pembiayaan
Berdasarkan tujuan penggunaannya pembiayaan bank syariah
dibagi menjadi:
1) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi yaitu terdiri dari pembiayaan modal kerja dan
pembiayaan investasi.
2) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan (Antonio, 2001:160).
Berdasarkan jangka waktunya pembiayaan pada bank syariah
menurut dibagi menjadi:
21
1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu lebih dari 5 tahun (Muhamad, 2005: 22).
B. Teori Pembiayaan Bagi Hasil
1. Akad Musyarakah
a. Pengertian Musayarkah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal/ekspertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai kesepakatan (Antonio, 2001: 90).
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah
atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para
pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka
miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan
dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama
memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun
tidak berwujud (Karim, 2007: 102).
Menurut Hanafiyahsirkah adalah perjanjian antara dua pihak
yang bersyarikat mengenai pokok harta dan keuntungannya.
22
Sedangkan menurut ulama Malikiyah, sirkah artinya keizinan untuk
berbuat hukum bagi kedua belah pihak, yakni masing-masing
mengizinkan pihak lainnya berbuat hukum terhadap harta milik
bersama antara kedua belah pihak, disertai dengan tetapnya hak
berbuat hukum (terhadap harta tersebut) bagi masing-masing. Menurut
Hanabilah, yaitu berkumpul dalam berhak dan berbuat hukum,
sedangkan menurut Syafi‟iyah, tetapnya hak tentang sesuatu terhadap
dua pihak atau lebih secara merata (Sutedi, 2009: 81).
Skim musyarakah merupakan skim pembiayaan di mana bank
dan nasabah sama-sama memiliki kontribusi dana dalam usaha.
Pengembalian hasil usaha tergantung kepada nisbah bagi hasil yang
disepakati nasabah dan bank. Semakin tinggi kinerja usaha nasabah,
semakin tinggi pula bagi hasil untuk masing-masing pihak (Huda dan
Heykal, 2010: 65).
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama
dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset),
kewiraswastaan (enterpreneurship), keahlian (skill), kepemilikan
(property), peralatan (equipment), atau intagible asset ( seperti hak
paten atau goodwill), kepercayaan/ reputasi (credit worthiness) dan
barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan
merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing
pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat
fleksibel (Rodoni, 2009: 129).
23
Meskipun rumusan para ahli mengenai pengertian musyarakah
tersebut redaksionalnya berbeda, namun dapat di pahami intinya
bahwa sirkah adalah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau
beberapa pihak, baik mengenai modal ataupun pekerjaan atau usaha
untuk memperoleh keuntungan bersama.
b. Landasan Syariah
“...maka mereka berserikat pada sepertiga...” (QS. An-nisaa‟: 12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh"(QS. Shaad: 24).
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah Saw. Bersabda: “ Sesungguhnya Allah Azza wa jalla
berfirman, „Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama
salah satunya tidak menghianati lainnya” (HR. Abu Dawud no 2936,
dalam kitab al-buyu, dan Hakim) (Hasan, 2014: 223).
24
c. Skema Pembiayaan Musyarakah
Gambar 2.1
Bagan Akad Musyarakah
Bagian Modal X Bagian Modal Y
d. Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek
musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak
turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh
pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan
proyek musyarakah dan tidak boleh melakukan tindakan seperti
(Karim, 2006: 103).
1) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
2) Memberi pinjaman kepada pihak lain.
3) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau
digantikan oleh pihak lain.
Mitra Usaha Akad
Musyarakah
Mitra Usaha
Kegiatan Usaha
Keuntungan
Modal
25
4) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila
Menarik diri dari perserikatan
Meninggal dunia,
Menjadi tidak cukup hukum
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka
waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi
sesuai porsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai
dengan porsi kontribusi modal.
Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.
Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
e. Jenis-Jenis Musyarakah
Musyarakah akad terbagi meliputi: al-„inan, al-mufawadhah,
al‟maal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda pendapat
tentang al-mudharabah, apakah ia termasuk jenis al-musyarakah atau
bukan. Beberapa ulama menganggap al-mudharabah termasuk
kategori al-muyarakah karena memenuhi rukun dan syarat sebuah
akad (kontrak) musyarakah. Adapun ulama lain menganggap al-
mudharabah tidak termasuk sebagai al-musyarakah (Hasan, 2014:
223).
1) Syirkah al-„inan
Syirkah al-„inan adalah kontrak antara dua orang atau
lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
26
dan partisipasi dalam kerja. Kedua pihak terbagi dalam
keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati di antara
mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana
maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai
dengan kesepakatan mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis
al-musyarakah ini.
2) Syirkah Mufawaddah
Syirkah Mufawaddah adalah kontrak kerja sama antara
dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari
keseluruhan dana dan partisipasi dalam kerja. Setiap pihak
membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan
demkian, syarat utama dari jenis, al-musyarakah ini adalah
kesamaan dana yang diberikan. Kerja, tanggung jawab, dan beban
utang dibagi oleh masing-masing pihak.
3) Syirkah A‟maal
Al-musyarakah ini adalah kontrak kerja sama dua orang se
profesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan itu.
4) Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih
yang memiliki reputasi dan prestise baik serta dalam bisnis.
Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan
menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam
27
keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai
yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis musyarakah ini tidak
memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada
jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut
sebagai musyarakah piutang.
f. Rukun Akad Musyarakah
Rukun dari akad musayarkah yang harus dipenuhi dalam
transaksi ada beberapa, yaitu:
1) Pelaku akad, yaitu para mitra usaha;
2) Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan
(ribh); dan
3) Shighah, yaitu ijab dan qabul (Ascarya, 2008: 52).
g. Manfaat Musyarakah
Terdapat banyak manfaat dari pembiayaan secara musyarakah
ini, di antaranya sebagai berikut:
1) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada
saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu
kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah
negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/
arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
28
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha
yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan. Hal ini karena
keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/ musyarakah ini berbeda
dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima
pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi
dan terjadi krisis ekonomi (Antonio, 2001: 94).
h. Risiko Musyarakah
Potensi risiko dalam model pembiayaan musyarakah antara lain:
1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak.
2) Lalai dan kesalahan yang disegaja.
3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak
jujur (Antonio, 2001:94).
i. Aplikasi Akad Musyarakah
Aplikasi akad musyarakah pada bank syariah adalah sebagai
berikut (Hasan, 2014: 225):
1) Pembiayaan proyek
Al-musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan
proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana
untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai,
29
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang
telah disepakati untuk bank.
2) Modal ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan
melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, al-
musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman
modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank
melakukan divestasi atau menjual bagian sahamanya, baik secara
singkat maupun bertahap.
2. Akad Mudharabah
a. Pengertian Mudharabah
Definisi umum mudharabah secara fikih, disebut sebagai:
Kontrak khusus antara pemilik modal dan pengusaha dalam
rangka mengembangkan usaha yang modalnya berasal dari pihak
pertama dan kerja dari pihak kedua, mereka bersatu dalam keuntungan
dan pembagian berdasarkan presentase. Jika proyek (usaha)
mendatangkan keuntungan, maka laba dibagi berdua berdasarkan
kesepakatan yang terjalin antara keduanya, jika modal tidak
mempunyai kelebihan atau kekurangan, maka tidak ada bagi pemilik
modal selain modal pokok tersebut, begitu pula dengan pengusaha
tidak mendapatkan apa-apa. Jika proyek rugi yang mengakibatkan
hilangnya modal pokok maka kerugian itu sedikit ataupun banyak
ditanggung oleh pemilik modal. Tidak diperkenankan kerugian itu
30
ditanggung oleh pengusaha dan menjadikannya sebagai jaminan bagi
modalnya kecuali proyek itu di dasarkan pada bentuk pinjaman dari
pemilik modal kepada pengusaha. Jika demikian maka pemilik modal
tidak berhak mendapatkan keuntungan apapun dari keuntungan
tersebut (Sadr dalam Muhammad, 2008: 7).
Kontrak mudharabah menetapkan tingkat keuntungan (profit)
bagi tiap-tiap pihak. Pembagian keuntungan dilakukan melalui tingkat
perbandingan ratio, bukan ditetapkan dalam jumlah yang pasti
(Saaed,2008: 98).
Pengertian secara istilah mudharabah akad kerja sama antara
shahibul mal (pemilik modal) dengan mudharib (yang mempunyai
keahlian atau ketrampilan) untuk mengelola suatu usaha yang
produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut
dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati, jika terjadi
kerugian ditanggung shahibul mal. Kontrak ini disebut mudharabah,
karena masing-masing pihak membagi keuntungan dengan “bagian”
yang mereka miliki. Dalam Mu‟jam Al-Wasith, selain pengertian
diatas, mudharabah juga dapat berarti bercampur (dharaba asy-syai‟)
dan bergabung (dharaba‟ fil amr). Dikatakan bercampur atau
bergabung, karena dalam mudharabah ini terjadi
percampuran/penggabungan (patnership) dua pihak, yaitu pihak
pemilik modal (shahibul mal) dan pihak pekerja (mudharib) (Huda
dan Heykal, 2010: 67).
31
Menurut Afzalur Rahman, sebagaimana dikutip oleh Gemala
Dewi dkk., dalam Sutedi (2009: 70) sirkah mudharabah atau qiradh,
yaitu berupa kemitraan terbatas adalah perseroan antara tenaga dan
harta, seseorang (pihak pertama/supplier/pemilik modal/mudharib)
memberikan hartanya kepada pihak lain (pihak
kedua/pemakai/pengelola/dharib) yang digunakan untuk bisnis,
dengan ketentuan bahwa keuntungan (laba) yang diperoleh akan
dibagi oleh masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan. Bila
terjadi kerugian, maka ketentuanya berdasarkan syarat bahwa
kerugian dalam mudharabah dibebankan kepada harta, tidak
sedikitpun kepada pengelola yang bekerja.
Jadi, mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau
lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi
seratus persen modal dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
b. Landasan Syariah
“...dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT...” (al-Muzzammil: 20).
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin
Abdul Muthalib jika memberikan dana kepada mitra usahanya secara
mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi
lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika
32
menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab
atas dana tersebut. Disampaikanlah kepada Rasullalah saw. dan
Rasullulah pun membolehkannya” (Hasan, 2014: 134) .
c. SkemaPembiayaan Mudharabah
Gambar 2.2
Skema Pembiyaan Mudharabah
d. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah
Ketentuan umum mudharabah adalah sebagai berikut (Rodoni,
2009: 131):
1) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola
modal: harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang
yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal
diserahkan secara bertahap, harus jelas tahanpannya dan
disepakati bersama.
Nasabah Bank
Profesionalisme Modal
Usaha
Laba/ Rugi
Modal
33
2) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan dua cara: perhitngan dari pendapatan
proyek (revenue sharing) dan perhitungan dari keuntungan
proyek (profit sharing).
3) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada
setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik
modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan,
kecurangan dan penyalahgunaan dana.
4) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun
tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/ usaha nasabah. Jika
nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak membayar
kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat dikenakan
sangsi administrasi.
e. Jenis-Jenis Mudharabah
Mudharabah terbagi : mudharabah mutlaqah, mudharabah
muqayyadah on balance sheet, mudharabah muqayyadah of balance
sheet (Rodoni, 2009: 136).
1) Mudharabah mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan
dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana
yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
34
Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam
menggunakan dana yang dihimpun.
2) Mudharabah Muqayyadah on balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus
(restricted investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh bank. Misalnya
disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan
dengan akad tertentu, atau disyaratkan untuk nasabah tertentu.
3) Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana
mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank
bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan
antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat
menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank
dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana
usahanya.
f. Rukun Akad Mudharabah
Rukun dari akad mudharabah yang harus dipenuhi dalam
transaksi ada beberapa, yaitu (Ascarya, 2008: 62):
1) Pelaku akad, yaitu shahibul mal (pemodal) adalah pihak yang
memiliki modal tetapi tidak bisa berbisnis, dan mudarib
(pengelola) adalah pihak yang pandai berbisnis, tetapi tidak
memiliki modal.
35
2) Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan
keuntungan (ribh); dan
3) Shighah, yaitu ijab dan qabul.
g. Manfaat Pembiayaan Mudharabah
Manfaat dari akad mudharabah adalah (Antonio, 2001: 138):
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/
arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha
yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena
keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/ al-musyarakah ini
berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih
penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa
pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan
terjadi krisis ekonomi.
36
h. Risiko Mudharabah
Potensi risiko dalam akad mudharabah antara lain adalah:
1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak.
2) Lalai dan kesalahan yang disegaja
3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak
jujur (Antonio, 2001: 98).
i. Aplikasi Akad Mudharabah
Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk
pembiayaan dan pendanaan.
Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada:
1) Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk
tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan
sebagainya.
2) Deposito spesial (spesial investment), dimana dana yang
dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya
mudharabah atau ijarah saja.
Adapun pada sisi pembiayaan mudharabah diterapkan untuk:
1) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja dan perdagangan
jasa;
2) Investasi khusus,
37
3) Disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana
khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul
maal (Antonio, 2001: 97).
C. Dana Pihak Ketiga
1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana simpanan dari
masyarakat yang dititipkan kepada bank syariah, yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada
bank dengan media penarikan tertentu. Dana yang dihimpun dari
masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang diandalakan oleh bank
mencapai 80%-90%. Dana simpanan pada bank syariah juga sedapat
mungkin mampu dimanfaatkan bank untuk kegiatan operasional bank
syariah (Wardiantika dan Kusumaningtias, 2014: 1552).
Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank yang
biasa disebut dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana
terpenting bagi kegiatan operasional bank. Dana pihak ketiga ini relatif
lebih mudah dan dominan asalkan dapat memberikan bunga dan fasilitas
yang menarik bagi masyarakat (Kasmir, 2002: 63). Menurut UU Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan (pasal 1) simpanan adalah dana yang
dipercayakan oleh nasabah kepada Bank Syariah atau UUS berdasarkan
akad wadi‟ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
38
2. Produk Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga biasanya lebih dikenal dengan dana
masyarakat, merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari
masyarakat meliputi masyarakat individu, maupun usaha, antara lain
(Ismail, 2010:43):
a. Simpanan Giro
Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari
masyarakat atau pihak ketiga yang sifat penarikannya adalah dapat
ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau
sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan. Simpanan giro
sangat bermanfaat bagi masyarakat yang melakukan aktivitas usaha,
karena pemegang rekening giro akan banyak mendapat kemudahan
dalam melakukan transaksi usahanya.
b. Tabungan
Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh
pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah, penarikan
tabungan dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan sarana
penarikan berupa slip penarikan, ATM, surat kuasa, dan sarana
lainnya.
c. Deposito
Deposito merupakan jenis simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan
antara bank dengan nasabah.
39
D. SpreadBagi Hasil
Spread atau biasa juga disebut net margin adalah pendapatan bank
yang utama dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih (net income)
bank. Besarnya net margin bervariasi, tergantung kepada besarnya (volume)
kredit yang disalurkan bank. Besar kecilnya volume kredit akan berpengaruh
terhadap margin (selisih) antara cost of fund dan tingkat bunga pinjaman
(lending rate) (Dendawijaya, 2009: 105).
E. Tingkat Bagi Hasil
Secara teori, dalam menjalankan operasionalnya bank sebagai entitas
bisnis yang bersifat profit oriented tentu mengharapkan tingkat keuntungan
yang tinggi. Menyebutkan bahwa besarnya profit yang diinginkan (target
laba) merupakan salah satu acuan bank dalam menetapkan besarnya volume
kredit yang disalurkan (Muljono, 2001: 217). Terkait dengan hal ini berarti
bahwa tingkat bagi hasil pembiayaan adalah salah satu faktor penting dalam
menentukan besarnya volume pembiayaan berbasis bagi hasil yang disalurkan
(Annisa dan Yaya, 2015 : 87).
Tingkat bagi hasil menjadi faktor penting karena jenis pembiayaan
berbasis bagi hasil, yaitu mudharabah dan musyarakah ini bersifat Natural
Uncertainty Contract (NUC) yang cenderung memiliki risiko yang tinggi
dibandingkan dengan jenis pembiayaan lainnya karena return yang diperoleh
bank tidak pasti. Oleh karena itu, bank akan cenderung banyak menyalurkan
pembiayaan berbasis bagi hasil ini jika tingkat bagi hasilnya tinggi dalam arti
40
tidak lebih kecil dari risiko yang mungkin terjadi (prinsip high risk high
return) (Andraeny, 2011: 9).
F. Non Performing Financing
Non Performing Financing (NPF) pada Bank Syariah selalu
digunakan oleh bank pada saat mempublikasikan kondisi kinerja bank. NPF
adalah mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank
syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank
syariah semakin buruk (Ihsan, 2013:96).
Aktiva produktif yang dikalsifikasikan adalah aktiva produktif yang
sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau
menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:
1) 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus
2) 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar
3) 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan
4) 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet (Nur‟aini Hasan,
2013: 98).
Peningkatan NPF akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang harus dibuat oleh
bank syariah sesuai peraturan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Jika
hal ini terjadi terus menerus, modal yang dimiliki bank syariah akan menurun
sehingga dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan
pembiayaan, termasuk pembiayaan berbasis bagi hasil. Oleh karena itu, NPF
41
periode yang telah lalu dapat mempengaruhi volume pembiayaan bagi hasil
periode berikutnya (Annisa dan Yaya, 2015: 85).
G. Capital Adequency Ratio(CAR)
Kekayaan suatu bank terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap yang
merupakan penjamin solvabilitas bank, sedangkan dana (modal) bank
dipergunakan untuk modal kerja dan penjamin likuiditas yang bersangkutan.
Dana bank adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu bank
dalam kegiatan operasionalnya. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
3/21/PBI/2001, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari
aktiva tertimbang menurut risiko yang dinyatakan dalam capital adequency
ratio (CAR) (Wardiantika dan Kusumaningtyas, 2014: 1552).
Capital Adequency Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar
bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya,
2009: 121).
H. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Definisi bank dan perbankan disebutkan Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. “ Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
42
hidup rakyat banyak. “ Sedangkan, “Perbankan adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kagiatan usaha
serta cara dan proses dalam menatalaksanakan kegiatan usahanya.”
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem
pembayaran suatu negara. Bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank
juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran
dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka begitu suatu bank telah
memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter negara yang
bersangkutan, bank tersebut menjadi milik masyarakat. Oleh karena itu,
eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri,
tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global. Oleh karena itu, untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat muslim, maka ada inisitif untuk
menciptakan sistem ekonomi syariah melalui bank syariah sebagaimana
yang pada saat ini sudah banyak bank-bank konvensional membuka
cabang dengan menggunakan sistem syariahnya (Sadi, 2015: 37).
Fungsi utama bank adalah mempertemukan dua pihak atau lebih
yaitu pihak yang membutuhkan dana (borrower) di satu sisi, dan pihak
yang kelebihan dana (saver) pada sisi lain. Core bisnis perbankan adalah
menjadi financial intermediery antara surplus unit dengan defisit unit,
yaitu pihak-pihak yang memerlukan danaberupa kredit atau nasabah
kredit. Itulah sebabnya mengapa lembaga perbankan disebut juga sebagai
lembaga kepercayaan. Artinya, pihak surplus unit mempercayakan
sepenuhnya kepada bank untuk mengelola dananya termasuk
43
menyalurkan kepada pihak defisit unit Krisna Wijaya dalam
(Muhammad, 2005: 2).
Bank syariah atau bagi hasil merupakan bank yang beroperasi
dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Di dalam operasinya bank syariah
mengikuti aturan Qur‟an- Hadits dan regulasi dari pemerintah. Sesuai
dengan perintah dan larangan syariah maka praktik-praktik yang
mengandung unsur riba dihindari, sedangkan yang diikuti adalah praktik-
praktik bisnis yang dilakukan pada zaman Rasulullah. Perbedaan pokok
antara bank syariah dan bank konvensional adalah adanya larangan riba
(bunga) bagi bank syariah. Riba dilarang sedangkan jual beli (al-bai) di
halalkan. Ini berarti membayar dan menerima bunga atas uang yang
dipinjam/dipinjamkan adalah dilarang. Dalam opersionalnya, baik dalam
kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat, bank syariah (bank bagi
hasil) tidak memperhitungkan bunga tapi berdasarkan prinsip jual beli
dan bagi hasil (Martono, 2015: 94).
2. Sejarah Bank Syariah
Bank syariah (Bank Islam) berkembang secara pesat di dunia
sejak didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975.
Sejak saat itu diperkirakan telah berkembnag ratusan bank syariah di
seluruh dunia, baik di negara Islam maupun negara non Islam. Bank
syariah dewasa ini telah dapat mengembangkan dananya seperti bank-
bank konvensional pada umumnya. Bank syariah sudah menjadi
penghimpun dan penyalur dana umat Islam baik untuk kepentingan yang
44
berkaitan dengan ibadah sperti: dana dari zakat, infak, dan sadaqah
maupun muamalah: seperti: simpanan al-wadi‟ah dan mudharabah.
Di Indonesia pembentukan bank syariah dalam sistem
perbankan nasional memiliki dasar yang kuat yaitu deregulasi sektor
perbankan sejak tahun 1983. Dalam deregulasi sektor perbankan tersebut,
lembaga keungan bank diberikan kebebasan, termasuk dalam hal
penentuan tingkat suku bunga hingga nol persen.
Deregulasi di bidang perbankan dapat dimanfaatkan setelah
dikeluarkannya Paket Oktober (Pakto) 1988. Dalam pakto tersebut
diperkenankan untuk mendirikan bank baru. Pada tanggal 1 November
1991 didirikan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama
di Indonesia. Kedudukan bank tanpa perhitungan bunga ini menjadi lebih
kuat setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan yang kemudian perbaharui dengan UU No 10 tahun
1998 tentang perubahan atas UU No 7 Tahun 1998 tentang perbankan.
Pada pasal 13 ayat (c) UU No 10 tahun 1998 dinyatakan bahwa salah
satu usaha dari bank perkreditan rakyat adalah menyediakan pembiayaan
bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketetuan yang
ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Sedangkan untuk ketentuan
pelaksanaannya maka pada tanggal 30 Oktober 1992 pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 dalam
lembaran Negara RI Nomor 119 Tahun 1992 (Martono, 2005: 94).
45
3. Perkembangan Perbankan Syariah
Tabel 2.1
Perkembangan dan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 2016
BUS
UUS
BPRS
Aset (Miliar)
DPK (Miliar)
PYD (Miliar)
11
24
155
145.467
115.415
102.655
11
24
158
195.018
147.512
147.505
11
23
163
242.276
183.534
184.122
12
22
163
272.343
217.858
199.330
12
22
163
296.262
231.175
212.996
13
21
166
356.504
279.335
248.007
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Selaku regulator, Bank Indonesia memberikan perhatian serius
dan bersungguh-sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan
syariah. Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah
akan membawa „maslahat‟ bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat. Pertama, bank syariah lebih dekat dengan
sektor riil karena produk yang ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan,
senantiasa menggunakan underlying transaksi di sektor riil sehingga
dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua,
tidak terdapat produk-produk yang bersifat spekulatif (gharar) sehingga
mempunyai daya tahan yang kuat dan teruji ketangguhannya dari direct
hit krisis keuangan global. Secara makro, perbankan syariah dapat
memberikan daya dukung terhadap terciptanya stabilitas sistem keuangan
dan perekonomian nasional. Ketiga, sistem bagi hasil (profit-loss
46
sharing) yang menjadi ruh perbankan syariah akan membawa manfaat
yang lebih adil bagi semua pihak, baik bagi pemilik dana selalu dana
selaku deposan, pengusaha selaku debitur maupun pihak bank selaku
pengelola dana (www.bi.go.id).
Sampai dengan Desember 2016, industri perbankan syariah
telah mempunyai jaringan sebanyak 13 Bank Umum Syariah (BUS), 21
Unit Usaha Syariah (UUS), dan 166 BPRS, dengan total jaringan kantor
mencapai. Total aset perbankan syariah mencapai Rp 356.504 miliar atau
tumbuh sebesar 20,33% dari posisi dari tahun sebelumnya. Dari sisi dana
pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan syariah Indonesia
mengalami kenaikan sebesar 20,83% dan dari pembiayaan yang
disalurkan mengalami kenaikan sebesar 16,43% pada tahun 2016 dari
tahun sebelumnya.
47
I. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
1. Pratin dan
Akhyar
Adnan
(2005)
Analisis
hubungan
Simpanan
(DPK),
Modal
Sendiri,
NPL,
Prosentase
Bagi Hasil
dan Mark
up
keuntungan
terhadap
Pembiayaan
Pada Bank
Muamalat
Indonesia
(BMI)
Variabel
Independen:
Simpanan
(DPK),
NPL,prosentase
bagi hasil
Variabel
independen:
Modal
sendiri dan
markup
Variabel
dependen:
Pembiayaan
Tempat
Penelitian:
Bank
Mualamat
dan bank
Indonesia
Waktu
Penelitian:
sampai
September
2004. Alat
analisis:
regresi
panel data
Simpanan
(DPK)
mempunyai
hubungan
signifikan
terhadap
pembiayaan
sementara
Modal sendiri
NPL,
Prosentasebagi
hasil, dan
Mark up
keuntungan
mempunyai
hubunganyang
tidak
signifikan
terhadap
pembiayaan.
48
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
2. Agustina
Kurniawati
dan Zulfikar
(2014)
Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
volume
pembiayaan
berbasis bagi
hasil pada
bank umum
syariah
Pembiayaan
bagi hasil
variabel
Independen:
DPK,
tingkat bagi
hasil dan
NPF.
Tempat
penelitian:
Masing-
masing
BUS dan
Bank
Indonesia
Total asset
Sampel: 8
BUS
Waktu
penelitian:
maret
2009-
Desember
2013. Alat
analisis
regresi
panel data
Tingkat bagi
hasil dan total
asset
mempunyai
hubungan
positif dan
signifikan
terhadap
pembiayaan
berbasis bagi
hasil
sedangkan
dana pihak
ketiga dan
NPF tidak
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
pembiayaan
berbasis bagi
hasil.
bersambung ke halaman berikutnya
49
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
3. Lintang
Annisa
dan
Yaya
(2015)
Pengaruh
Dana Pihak
Ketiga,
Tingkat
Bagi Hasil,
dan NPF
terhadap
Volume dan
Porsi
Pembiayaan
Berbasis
Bagi Hasil
Variabel
Independen:
DPK,
tingkat bagi
hasil, dan
NPF
Tempat
penelitian:
Bank
Indonesia.
Variabel
dependen:
Volume dan
porsi
pembiayaan
bagi hasil
Sampel: 7
BUS Waktu
penelitian:
Juni 2010-
September
2013. Alat
analisis:
regresi panel
data
Dari aspek volume
pembiayaan bagi
hasil dana pihak
ketiga, tingkat bagi
hasil berpengaruh
positif dan
signifkan.Sedangkan
dari aspek porsi
pembiayaan berbasis
bagi hasil tingkat
bagi hasil
berpengaruh positif
dan signifikan
sedangkan dana
pihak ketiga dan
NPF berpengaruh
negatif dan
signifikan.
4. Nugroho
Heri
Pramono
(2013)
Optimalisasi
Pembiayaan
Berbasis
Bagi Hasil
Variabel
dependen:
Pembiayaan
berbasis
bagi hasil
Variabel
independen
Variabel
Independen:
Deposito
Mudharabah
Waktu
penelitian:
maret 2010-
Deposito
mudharabah dan
spread bagi hasil
berpengaruh positif
dan signifikan
Terhadap
pembiayaan bagi
hasil
bersambung ke halaman berikutnya
50
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan Hasil
: spread
bagi hasil
dantingkat
bagi hasil
Alat
analisis:
regresi
panel data.
sedangkan
tingkat bagi
hasil tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pembiayaan
berbasis bagi
hasil.
5. Nur
Gilang
Giannini
(2013)
Faktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Mudharabah
pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia
Variabel
Independen:
NPF, CAR,
dan tingkat
bagi hasil
Tempat
penelitian:
Website
Bank
Indonesia
Variabel
dependen:
Pembiayaan
mudharabah
Variabel
dependen:
FDR dan
ROA.
Sampel :
Enam BUS
Alat
analisis:
regresi
panel data
ROA, CAR,
dan tingkat
bagi hasil
berpengaruh
positif
terhadap
pembiayaan
mudharabah
FDR
berpengaruh
negatif
sedangkan
NPF tidak
berpengaruh
terhadap
pembiayaan
mudharabah
bersambung ke halaman berikutnya
51
Tabel 2.1(Lanjutan)
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil
Pesamaan Perbedaan
6. Jamilah
Wahidahwa
ti (2016)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruh
i
PembiayaanM
udharabah
pada
Variabel
independen
: DPK,
CAR, dan
NPFTempa
t
Penelitian:
Website
Bank
Indonesia
Alat
analisis:
Regresi
panel data
Variabel
dependen:
Pembiayaan
Mudharaba
h
VariabelInd
ependen:
ROA dan
BOPOSamp
el: Tiga
Bank
Umum
Syariah
Dana Pihak
Ketiga dan
capital
adequency
ratio
berpengaruh
positif
terhadap
pembiayaan
mudharabah
. Return on
assetdan
BOPO
berpengaruh
negatif
terhadap
Pembiayaan
mudharabah
sedangkan
non
performing
tidak
berpengaruh
terhadappe
mbiayaan
mudharabah
sumber: diolah dari berbagai sumber
52
J. Keterkaitan Antar Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Pengaruh DPK terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh perusahaan
yang berasal dari masyarakat. Sumber dana dari masyarakat merupakan
sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasional perusahaan dan
merupakan ukuran keberhasilan perusahaan jika mampu membiayai
operasionalnya dari sumber dana ini (Rodoni, 2009: 36). Dana simpanan
dari masyarakat bisa berupa: giro, deposito, dan tabungan (Dendawijaya,
2009: 49) yaitu penjumlahan dari giro, deposito, dan tabungan.
Aliran DPK yang dihimpun bank syariah dari masyarakat ini
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan volume
pembiayaan bagi hasil. Semakin banyak dana yang masuk ke bank
syariah mampu mengoptimalkan sumber dana dengan memanfaatkannya
kedalam pembiayaan bagi hasil (Annisa dan Yaya, 2015:98).
Menurut penelitian Pratin dan Adnan (2005: 47) dan
Wahidahwati (2016: 14) menunjukkan bahwa DPK berpengaruh positif
terhadap pembiayaan. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan
bahwa dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang terpenting bagi
kegiatan operasional bank syariah sehingga apabila dana yang didapat
banyak pembiayaan bagi hasil yang disalurkan juga meningkat.
2. Pengaruh Spread Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Spread dapat dikatakan sebagai pendapatan utama bank yang
menentukan besarnya pendapatan bersih, dimana semakin tinggi
53
spreadyang dihasilkan oleh bank maka akan semakin tinggi tingkat
keuntungan yang didapat (Pramono, 2013: 160). Dengan tingginya
spread maka semakin tinggi keuntungan yang didapat pihak bank.
Keuntungan ini nantinya dapat digunakan oleh pihak bank untuk
menambah jumlah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Dalam
penelitian ini spreadbagi hasil akan dihitung berdasarkan perbandingan
antara bagi hasil yang diterima oleh pihak bank dengan bagi hasil yang
disalurkan kepada nasabah.
Spread bagi hasil berpengaruh positif signifikan terhadap
pembiayaan bagi hasil diterima. Artinya, bahwa adanya pengaruh spread
bagi hasil terhadap pembiayaan bagi hasil (Pramono, 2013: 160).
3. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Tingkat bagi hasil merupakan proporsi pembagian bagi hasil
usaha yang akan diterima oleh kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian pembiayaan mudharabah. Besarnya proporsi bagi hasil sesuai
dengan kesepakatan yang telah disepakati kedua pihak tersebut di awal
akad. Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus
yang ditawarkan kepada masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang
berkaitan dengan pembagian bagi hasil usaha harus ditentukan terlebih
dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad) (Wahab, 2014: 122).
Besarnya penentuan tingkat bagi hasil dalam penelitian ini adalah
perbandingan antara bagi hasil yang diterima dengan total pembiayaan
yang disalurkan bank syariah (Pramono, 2013: 157).
54
Hasil penelitian Annisa dan Yaya (2015: 99) bahwa tingkat bagi
hasil yang dibagikan memengaruhi peningkatan volume pembiayaan
berbasis bagi hasil. Tingkat bagi hasil merupakan salah satu faktor
penting dalam menentukan besarnya jumlah pembiayaan bagi hasil.
Artinya semakin besar tingkat bagi hasil yang diberikan bank syariah
maka semakin meningkat juga pembiayaan bagi hasil.
4. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Pembiayaan Bagi
Hasil
Non performing financing (NPF) adalah rasio antara
pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh
bank syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank
Indonesia kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang
lancar, diragukan, dan macet. Pengendalian biaya mempunyai hubungan
terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat
pembiayaan bermasalah (ketat kebijakan kredit) maka akan semakin
kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya
(Antonio, 2001: 112). Semakin ketat kebijakan kredit/ analisis
pembiayaan yang dilakukan bank (semakin ditekan tingkat NPF) akan
menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan oleh masyarakat turun.
Pembiayaan berbasis bagi hasil berpotensi menimbulkan risiko
pembiayaan bermasalah yaitu nasabah tidak dapat melunasi
kewajibannya kepada bank. Untuk mengukur tingkat pembiayaan
bermasalah tersebut dapat digunakan NPF. Tingginya tingkat
55
pembiayaan bermasalah adalah hilangnya kesempatan bank untuk
memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang disalurkan sehingga
mengurangi perolehan laba (Annisa dan Yaya, 2015: 88).
Hasil penelitian Annisa dan Yaya (2015: 100) NPF berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil, serta
Pratin dan Adnan (2005: 45) bahwa NPF mempunyai hubungan yang
tidak signifikan terhadap pembiayaan. Hal ini tidak sejalan dengan teori
yang menyatakan bahwa semakin tinggi NPF akan menurunkan jumlah
pembiayaan.
5. Capital Adequency Ratio(CAR) terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Rasio CAR (Capital Adequency Ratio) merepresentasikan
penilaian terhadap aspek permodalan bank. Rasio CAR adalah
kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen
bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol
risiko-risiko yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank
(Wibowo: 2008) dalam (Rachman, 2015: 1509).
Rasio kecukupan modal atau capital adequency ratio memiliki
hubungan yang positif dengan pembiayaan. Modal bank digunakan
sebagai dasar dalam penetapan batas maksimum pemberian kredit. Jadi
dalam memberikan kreditnya bank dipengaruhi oleh modal yang
dimilikinya. Semakin besar modalnya maka batas maksimum pemberian
kreditnya juga akan meningkat (Wahidahwati, 2016: 6).
56
Giannini (2013: 102), Rachman (2015: 1519), dan
Wahidahwati (2016: 15) bahwa capital adequency ratio berpengaruh
positif terhadap pembiayaan. Hal ini sejalan dengan teori bahwa CAR
adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal dan modal itu yang dijadikan dasar dalam
penetapan kredit sehingga apabaila CAR semakin meningkat berarti
jumlah pembiayaan bagi hasil yang disalurkan juga meningkat.
57
K. Kerangka Berpikir
Dari pemaparan tinjauan pustaka di atas, maka susunan kerangka
berpikir teoritis yang dibangun adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Objek Penelitian
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
Uji Asumsi Klasik
Random Effect Common Effect
Pemilihan Model Regresi Panel Data
Metode Estimasi Panel Data
Uji Chow
Uji Statistik
Uji t Uji F Adjusted R2
Interpretasi
58
L. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu korelasi yang sifatnya masih sementara atau
pernyataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu yang masih lemah dan
harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hipotesis merupakan
dugaan sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya
melalui analisa data (Suharsimi, 2002: 68). Adapun hipotesis yang diajukan
peneliti ini adalah sebagai berikut:
1. H01: Dana pihak ketiga, spreadbagi hasil, tingkat bagi hasil, non
performing financing, dan capital adequency ratio tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pembiayaan bagi
hasil pada bankumum syariah di Indonesia.
Ha1 : Dana pihak ketiga, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, non
performing financing, dan capital adequency ratio
berpengaruhsignifikan secara parsial terhadap pembiayaan bagi
hasil pada bank umum syariah di Indonesia.
2. H02 : Dana pihak ketiga, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil,non
performing financing, dan capital adequency ratio tidak
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap pembiayaan bagi
hasil pada bank umum syariah di Indonesia.
Ha2: Dana pihak ketiga, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil,non
performing financing, dan capital adequency ratio berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap pembiayaan bagi hasil pada
bank umum syariahdi Indonesia.
59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat ekslanasinya yaitu penelitian
asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Metode yang digunakan adalah metode kausal-asosiatif yang dilakukan
terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu peristiwa
(Sugiyono, 2003: 11).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yaitu: Dana Pihak Ketiga (DPK), Spread Bagi Hasil, Tingkat
Bagi Hasil, Non Performing Financing(NPF), dan Capital Adequency Ratio
(CAR) terhadap variabel dependen yaitu: Pembiayaan bagi hasil.Tempat
penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang berada di Indonesia selama
periode Maret 2010-September 2016.
B. Populasi dan Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2015: 61). Berikut adalah data populasi dalam penelitiam ini:
60
Tabel 3.1
Data Bank Umum Syariah
No Nama Perusahaan
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Victoria Syariah
3 Bank BRI Syariah
4 B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah
5 Bank BNI Syariah
6 Bank Syariah Mandiri
7 Bank Syariah Mega Indonesia
8 Bank Panin Syariah
9 PT. Bank Bukopin Syariah
10 PT. BCA Syariah
11 PT. Maybank Syariah Indonesia
12 PT. Bank Tabungan Nasional Syariah
13 B.P.D Aceh
Sumber data: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2016
Sampel adalah bagian atau subset dari populasi yang terdiri dari
anggota-anggota populasi yang terpilih (Sugiyono, 2007: 56). Penentuan
sampel pada penelitian ini akan menggunakan metode sampel non
probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2015: 65). Teknik yang digunakan
adalah purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015: 68). Dalam penelitian ini kriteria
untuk memilih sampel diantaranya adalah:
61
1. Bank syariah tersebut merupakan Bank Umum Syariah (BUS) bukan
Unit Usaha Syariah (UUS).
2. Bank Umum Syariah di Indonesia yang beroperasi hingga batas periode
tahun 2016 sebanyak 13 bank
3. Bank Umum Syariah tersebut memiliki laporan keuangan publikasi
triwulan lengkap dari tahun Januari 2010 sampai dengan September
2016.
4. Bank umum syariah yang memiliki data keuangan data keuangan
publikasi triwulan yang lengkap sesuai yang dibutuhkan dalam
melakukan penelitian sebanyak 5 bank.
Tabel 3.2
Proses Pengambilan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Sampel
Penelitian
1. Bank syariah merupakan BUS bukan UUS 13
2. BUS yang beroperasi hingga batas tahun
2016
13
3. BUS tersebut memiliki laporan keuangan
publikasi triwulan lengkap dari Maret
2010- September 2016
5
4. BUS yang memiliki data keunagan
publikasi lengkap sesuai yang dibutuhkan
dalam penelitian
5
Jumlah triwulan I 2010- Triwulan III 2016 ada 27. Maka jumlah data
sampel penelitian adalah 5 x 27 = 135 data sampel penelitian
Sumber: Data diolah
62
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan sekunder. Data
sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan
mengumpulkan (Sarwono, 2006: 42). Data tersebut diperoleh langsung dari
website resmi masing-masing bank umum syariah dan Bank Indonesia.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
diperoleh melalui cara sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan bank yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia atau bank
tersebut.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan
memahami data atau tahun yang diperoleh dari berbagai literatur,
seperti: majalah, surat kabar, buku-buku cetak, artikel, mailing list,
(website/internet) yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.
3. Internet Research
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mencari berita, refrensi
maupun bacaan di internet yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana
data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan penelitian ini
menganalisis bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Spread
63
BagiHasil, Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Financing (NPF), dan
Capital Adequency Ratio (CAR) terhadap Pembiayaan bagi hasil pada Bank
Umum Syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi berganda dengan menggunakan program komputer yaitu Eviews 9.0
danMicrosoft Excel 2007. Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini:
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi dependen variabel, variabel independen ataupun keduanya,
mempunyai distribusi yang normal atau tidak (Ghazali, 2009: 160).
Sementara itu Suliyanto, (Suliyanto, 2011: 70) mengatakan bahwa
uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal
atau tidak. Dalam melakukan uji normalitas, terdapat beberapa
metode yaitu uji normalitas dengan analisis grafik, uji normalitas
dengen metode Skewness dan Kurtosis, uji normalitas dengan
Jarque-Bera (JB-Test) dan uji normalitas metode signifikasi
Skewness dan Kurtosis. Adapun persamaan uji normalitas dapat
ditulis sebagai berikut:
Zskew =
√ Zkurt=
√
64
Keterangan:
S = Nilai Skewness
N= Jumlah Sampel
K = Nilai Kuortosis
JB = N [
( )
]
Keterangan:
JB = Statistik Jarque Bera
N = Jumlah Sampel
Sk = Skewness (kemencengan)
K = Kuortosis (peruncingan)
Untuk menguji data berdistribusi normal atau tidak dengan
menggunakan Uji Jarque-Bera dengan pengambilan keputusan
sebagai berikut:
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data tidak berdistribusi normal
Jika probability JB > 0.05, maka berdistribusi normal
Jika probability JB < 0.05, maka tidak berdistribusi normal
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
65
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model
regresi adalah sebagai berikut:
Multikolinieritas juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) Variance Inflation Faktor (VIF). Dalam penelitian ini
menggunakan uji multikolinieritas metode Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) dimana nilai batas korelasi antar variabel
independen tidak lebih dari 0.90 (Ghazali, 2013:80). Adapun
persamaan uji multikolinieritas adalah sebagai berikut:
VIF =
( )
Keterangan :
VIF = Variance Inflation Factor
= Estimasi regresi parsial variabel penjelas
Untuk menguji data memiliki gejala multikolinieritas
dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:
H0 = tidak ada multikolinieritas
Ha = ada multikolinieritas
Jika r < 0.9, maka tidak ada multikolinieritas
Jika r > 0.9 maka ada multikolinieritas
66
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Melihat Grafik Plot antara nilai prediksi nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y
sesungguhnya) yang telah di studendized.
Selain itu juga dapat digunakan metode statistik memliki
beberapa cara dalam mendeteksi heteroskedastisitas diantaranya
adalah Glesjer, White, Breusch-Pagan-Godfrey, Harvey, Park.
Adapun persamaan deteksi heteroskedastisitas dengan Uji White
dapat ditulis sebagai berikut:
= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + UI
Keterangan:
Ui = Nilai Residual
X1 = Variabel Bebas
Pendektesian heteroskedastisitas yang penulis gunakan
adalah melalui Uji White dengan langkah-langkah pengujian
sebagai berikut:
67
H0 = tidak ada heteroskedastisitas
Ha = ada heteroskedastisitas
Bila probabilitas Obs* > 0.0 maka signifikan, H0 diterima
Bila probabilitas Obs* < 0.0 maka signifikan, H0 ditolak
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
ada atau tidaknya autokoelasi diantaranya yaitu dengan metode
Durbin-Watson (DW-test), metode Lagrange Multiplier (LM test),
metode Breusch-Godfrey (B-G test) dan metode Run Test. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM
Test) untuk mendeteksi autokorelasi. Hal ini dilakukan karena
pengamatan dalam penelitian ini lebih dari 100 observasi. Adapun
rumus uji autokorelasi secara umum dapat dituliskan sebagai
berikut:
Y = βo + β1x + u
Sementara itu, untuk deteksi autokorelasi dengan uji
Lagrange Multiplier (LM test) dapat ditulis sebagai berikut:
68
LM = (n – q)R2u
Keterangan:
LM = Lagrange Multiplier
N = jumlah sampel
Q = quantity
R2 = Estimasi regresi parsial variabel penjelas
U = Nilai residual umum
Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat juga
menggunakan Uji Newey- West untuk mengoreksi standard error
dan hasilnya langsung dapat digunakan dalam laporan penelitian.
2. Model Estimasi Regresi Panel Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis
regresi panel data. Regresi panel data merupakan penelitian yang
menggabungkan antara cross section (data silang) dengan time series
(runtut waktu). Dalam menganalisis data menggunakan metode analisis
regresi panel data, diawali dengan melakukan pooling data dalam
bentuk worklife. Berikut ini langkah-langkah dalam estimasi model
regresi panel data, diantaranya yaitu: (Ghazali, 2013: 252).
a. Model dengan Semua Koefisien Konstan terhadap Waktu dan
Individu (Common Effect)
Model seperti ini dikatakan sebagai model paling
sederhana, dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan
ruang yang dimiliki oleh data panel. Metode yang digunakan untuk
69
mengestimasi dengan pendekatan ini seperti metode regresi OLS
(Ordinary Least Square), sehingga sering disebut pooled atau
common OLS model. Bila kita punya asumsi bahwa α dan β akan
sama (konstan) untuk setiap data time series dan cross section,
maka α dan β dapat diestimasi dengan model berikut: (Suliyanto,
2011: 231)
Yit = β0 + β1x1it + β2x2it + ɛit
Keterangan:
Y = Variabel dependen
X = Variabel independen
β = Koefisien slope atau koefisien arah
β0 = Intersep model regresi
i = Unit Cross section
t = Periode waktu
ɛ = Komponen eror
b. Koefisien Slope Konstan tetapi Intersep Bervariasi Antar Individu
(Fixed Effect Model)
Pendekatan ini merupakan cara memasukkan
“individualitas”setiap perusahaan atau setiap unit cross-sectional
dengan membuat intersep bervariasi untuk setiap perusahaan tetapi
masih berasumsi bahwa koefisien slope konstan untuk setiap
perusahaan. Model regresinya sebagai berikut: (Suliyanto, 2011:
34)
70
Yit = β0i + βX1it + ɛit
Keterangan
Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
β0i = Intersep model regresi
ɛit = Komponen eror pada unit obsrvasi ke-i dan waktu ke-t
Istilah Fixed Effect menunjukkan walaupun intersep
berbeda untuk setiap individu tetapi intersep setiap individu
tersebut tidak bervariasi terhadap Wwaktu (time invariant). Dalam
model ini juga diasumsikan bahwa koefisien slope tidak bervariasi
baik terhadap individu maupun waktu (konstan). Pemikiran inilah
yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut.
c. Uji Chow
Uji chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara
model Common Effect dan Fixed Effect Model. Nilai yang harus
diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas F-Statistik.
Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut:
H0 = Common Effect Model (CEM)
Ha = Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari tingkat
signifikasi (5%), maka tolak H0. Begitu juga sebaliknya jika
probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%),
71
maka menerima H0. Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah
dengan menggunakan F-statsistik seperti yang dirumuskan sebagai
berikut:
CHOW =
Keterangan:
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas
3. Uji Hipotesis
a. Uji Statistik t (Parsial)
Uji t digunakan untuk menentukan apakah variabel
independen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), Spread Bagi Hasil, Tingkat Bagi Hasil, dan
Capital Adequency Ratio(CAR) secara parsial (individu)
berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil. Pengujian ini
dilakukan berdasarkan perbandingan antara tingkat kesalahan α=
5% dengan nilai signifikasi. Artinya apabila nilai signifikasi untuk
variabel independen yakni dana pihak ketiga, non performing
financing, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, dan capital
adequency ratio terhadap variabel dependen yakni pembiayaan
berbasis bagi hasil begitu juga sebaliknya.
72
Rumus menghitung besarnya t hitung:
t =
Keterangan:
t = Nilai t hitung
bj = Koefisien regresi
sbj = Kesalahan baku koefisien regresi
Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan nilai probability
(a) Bila probability βi–value > 0,05 maka signifikan , H0 diterima
dan Ha ditolak.
(b) Bila probability βi–value < 0,05 maka signifikan, H0 ditolak
dan Ha diterima.
Jika H0 ditolak maka variabel bebas secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya. Sebaliknya,
jika H0 diterima berarti variabel bebas secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
b. Uji Statistik F (Simultan)
Uji F ini dilakukan dengan membandingkan tingkat
kesalahan α= 5% atau 0,05 maka variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen yakni pembiayaan bagi hasil begitu
juga sebaliknya (Ghazali, 2013: 99).Uji simultan merupakan
pengujian terhadap signifikasi model secara simultan atau
bersama-sama. Uji simultan digunakan untuk menguji pengaruh
73
dana pihak ketiga,spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, non
performing financing, dan capital adequency ratio berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil.
Rumus menghitung nilai F hitung:
F = ( )
( )
Keterangan :
F = Nilai F hitung
R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel
N = Jumlah pengamatan
Membandingkan taraf signifikasi (sig.) penelitian dengan
taraf signifikasi (α) sebesar 0,05 (5%).
(a) Sig. Penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel terikat.
(b) Sig. Penelitian > 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel bebas secara simultan tidak mempunyai
pengaruh signifikan dengan variabel terikat.
4. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah 0 dan 1. Nilai (R2) yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
74
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-varaibel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen secara
umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section) relatif
rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2016:95).
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
kesesuaian atau ketepatan antara nilai dugaan atau garis regresi dengan
data sampel. Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan
semakin baik kemampuan X menerangkan Y (Suharyadi dan Purwanto,
2013: 162).
Dalam penelitian ini, perhitungan koefisien determinasi
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel dana
pihak ketiga, spreadbagi hasil, tingkat bagi hasil, non performing
fianancing, dan capital adequency ratio terhadap pembiayaan bagi
hasil. Angka koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel model
summary output statistik dengan perhitungan sebagai berikut (Algifari,
2009: 45).
Rumus untuk menghitung koefisien determinasi:
R2 =
( )
( )
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
75
(Y – Ŷ)2 = Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y
prediksi
(Y - Ῡ) 2 = Kuadrat selisih antara Y riil dengan Y rata-rata
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
digunakan kriteria sebagai berikut (Sugiyono, 2009: 231)
Tabel 3.3
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
5. Koefisien Persamaan Regresi Panel Data
Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besarnya
keterkaitan dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah
diketahui besarnya. (Santoso, 2010:163) Variabel-variabel yang terdiri
dari variabel terikat (Y) dan variabel bebas yang terdiri dari Dana Pihak
Ketiga (DPK), Spread Bagi Hasil, Tingkat Bagi Hasil, Non Performing
Financing (NPF), Capital Adequency Ratio (CAR). Dari variabel-
variabel tersebut akan diteliti suatu analisa apakah adanya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y dalam analisis regresi panel data.
Berikut ini model dasar persamaan data panel:
76
Yit = β1X1it + β2X2it + β3X3it +µit
Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini
adalah:
PBH = - β0 + β1DPKit + β2SBHit - β3TBHit + β4NPFit + β5CARit + ɛit
Keterangan:
PBH = Pembiayaan Bagi Hasil
β0 = Konstanta
β1β2β3β4β5 = Koefisien Variabel Independen
DPK = Dana Pihak Ketiga
SBH = Spread Bagi Hasil
TBH = Tingkat Bagi Hasil
NPF = Non Performing Financing
CAR = Capital Adequency Ratio
ɛ = Koefisien Error
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan
pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel peneliti yang
diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
77
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi atau
respon jika dihubugkan dengan variabel independen. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014: 59). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pembiayaan bagi hasil. Pembiayaan bagi hasil
adalah jumlah agregat nilai pembiayaan mudharabah dan musyarakah
yang disalurkan oleh bank syariah.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
nomor 59, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul
maal (pemilik dana) dengan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan diawal transaksi. Sedangakan
musyarakah adalah akad kerjasama diantara pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan.
Akad musyarakah, mitra usaha dan bank sama-sama menyediakan
modal untuk membiayai suatu usaha yang baru saja dijalankan.
Selanjutnya mitra usaha dapat mengembalikan modal dari pihak bank
serta bagi hasil yang telah disepakati. Pembiayaan bagi hasil yang dapat
disalurkan oleh bank syariah.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen merupakan variabel stimulus atau variabel
yang mempengaruhi variabel lain, variabel yang dapat
diukur,dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan
78
hubungannya dengan suatu gejala observasi (Sarwono, 2012: 34).
Variabel independen dalam penlitian ini terdiri atas:
a. Dana Pihak Ketiga
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan pada pasal 1 ayat 5 memberikan pengertian simpanan
pada bank adalah sebagai dana yang dipercayakan oleh masyarakat
kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sumber dana yang
diperoleh pihak ketiga ini akan memberikan dampak pada
kemampuan dalam memenuhi skala dan volume transaksi yang
pada akhirnya akan dapat meningkatkan laba (Fitri, 2016: 79).
DPK= Simpanan wadiah+ tabungan mudharabah+ deposito
mudharabah
b. Spread Bagi Hasil
Spread atau net margin adalah pendapatan bank yang utama
dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih bank. Besarnya
spread bervariasi, tergantung dari besarnya volume kredit yang
akan disalurkan. Besarnya volume kredit yang disalurkan bank
akan berpengaruh terhadap margin antara tingkat suku bunga
pinjaman (cost of fund) dengan tingkat suku bunga (lending rate)
(Dendawijaya, 2003: 105). Menurut Pramono (2013: 157) spread
bagi hasil diperoleh dari :
79
Spread Bagi Hasil =
c. Tingkat Bagi Hasil
Tingkat bagi hasil (equivalen rate), adalah rata-rata tingkat
imbalan atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah bagi bank
syariah pada saat tertentu (Andraeny, 2011: 12). Tingkat bagi hasil
diukur menggunakan skala rasio berdasarkan perbandingan antara
pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank syariah dengan total
pembiayaan yang dapat dihimpun oleh bank syariah (Pramono,
2013: 157).
Tingkat Bagi Hasil =
d. Non Performing Financing
Non performing financing (NPF) adalah kredit-kedit yang
tidak memiliki performance yang baik dan diklasifikasikan sebagai
kurang lancar, diragukan, dan macet. Tugas Bank Indonesia (BI)
antara lain adalah mempertahankan dan memelihara sistem
perbankan yang sehat dan dapat dipercaya dengan tujuan menjaga
perekonomian. Untuk itu BI selaku bank sentral dan pengawas
perbankan di Indonesia memberikan ketentuan ukuran penilaian
tingkat kesehatan bank. Salah satu ketentuan BI mengenai NPF
80
adalah bank-bank harus memiliki NPF kurang dari 5% (Maidalena,
2014: 132).
NPF =
e. Capital Adequency Ratio
Capital Adequency Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam
mempertahankan modal dan mengontrol risiko-risiko yang timbul
yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal. Karena modal
adalah salah satu faktor penting dalam suatu unit bisnis (Umiyati
dan Shella, 2016 : 51)
Kekayaan suatu bank terdiri dari aktiva lancar dan aktiva
tetap yang merupakan penjamin solvabilitas bank, sedangkan dana
(modal) bank dipergunakan untuk modal kerja dan penjamin
likuiditas bank bersangkutan. Dana bank adalah sejumlah uang
yang dimiliki dan dikuasai suatu bank dalam kegiatan
operasionalnya. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
3/21/PB1/2001, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar
8% dari aktiva tertimbang menurut risiko yang dinyatakan dalam
capital adequency ratio (CAR).
CAR =
81
Tabel 3.4
Definsi Ringkas Variabel Penelitian
No Variabel Definsi Variabel Skala Rumus
1. Pembiayaan bagi
hasil
Pembiayaan bagi
hasil adalah jumlah
agregat nilai
pembiayaan
mudharabah dan
musyarakah yang
disalurkan oleh
bank syariah
(Andraeny, 2011)
Rasio Pembiayaan
mudharabah +
musyarakah
2. Dana Pihak
Ketiga (DPK)
DPK merupakan
dana yang
dipercayakan
masyarakat (di luar
bank) kepada bank
berdasarkan
perjanjian
penyimpanan dana
(Kurniawati dan
Zulfikar, 2014:
151)
Rasio Simpanan
wadi‟ah+tabun
gan
mudharabah+d
eposito
mudharabah
bersambung ke halaman berikutnya
82
Tabel 3.4 (Lanjutan)
No Variabel Definisi Variabel Skala Rumus
3. Spread Bagi
Hasil
Spread atau net margin
adalah pendapatan bank
yang utama dan akan
menentukan besarnya
pendapatan bersih bank
(Dendawijaya, 2003:
105).
Rasio Bagi hasil
yang diterima/
bagi hasil yang
disalurkan.
4. Tingkat Bagi
Hasil
Tingkat bagi hasil adalah
rata-rata tingkat imbalan
atas pembiayaan
mudharabah dan
musyarakah (Andraeny,
2011: 12)
Rasio Bagi hasil
yang diterima/
total
pembiayaan
bagi hasil yang
disalurkan
5. Non
Performing
Financing
(NPF)
NPF adalah kredit-kredit
yang tidak memiliki
performance yang baik
(Maidalena, 2014: 132)
Rasio Pembiayaan
bermsalah/
Total
pembiayaan
6. Capital
Adequency
Ratio (CAR)
Rasio kinerja bannk
untuk mengukur
kecukupan modal yang
dimiliki bank (Umiyati
dan Shella, 2016: 51)
Rasio Modal X100%
ATMR
83
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil Perusahaan Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan
operasinya pada 27 syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan
nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga
menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian
saham Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan
pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari
masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
2. Profil Perusahaan Bank Mandiri Syariah
Bank syariah mandiri berdiri pada tanggal 1955 dengan nama
Bank Industri Nasional. Bank ini beberapa kali berganti nama menjadi
Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 setelah sebelumnya bernama
Bank Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai
Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi . pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang, Bank Bumi Daya,
Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank
84
Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan
tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk. Sebagai pemilik mayoritas baru BSM.
3. Profil Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan
RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h PT Para
Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT
Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham
memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank
umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia
mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui
keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004/
menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004,
sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengkonversian tersebut dicatat dalam sejarah
perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengkonversian bank umum
konvensional menjadi bank umum syariah.
4. Profil Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya No. 10/67/ KEP.GBI/DpG/2008, maka tanggal 17 November
85
PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank
BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semua beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsip syariah Islam. Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah
industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang
mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan
tuntutan masyarakat pada sebuah bank modern sekelas PT. Bank
BRISyariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan
modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari
warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
5. Profil Bank BCA Syariah
PT. Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan
usaha dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi
syariah dari Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.
12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2009. BCA Syariah hingga
saat ini memiliki 49 jaringan cabang yang terdiri dari 9 Kantor Cabang
(KC), 3 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 3 Kantor Cabang Pembantu
Mikro Bina Usaha Rakyat (BUR). 8 Kantor Fungsional (KF) dan 26 Unit
Layanan Syariah (ULS) yang tersebar diwilayah DKI Jakarta, Tangerang,
Bogor, Depok, Bekasi, Surabaya, Semarang, Bandung, Solo dan
Yogyakarta (data per Agustus 2016).
86
B. Analisis Statistik Deskriptif
1. Deskriptif Pembiayaan Bagi Hasil
Pembiayaan bagi hasil ditunjukkan melalui jumlah pembiayaan
bagi hasil yang dapat disalurkan oleh bank syariah dalam jangka waktu
tertentu yang dinyatakan dalam rupiah. Hasil analisis deskriptif untuk
variabel pembiayaan bagi hasil dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Pembiayaan Bagi Hasil
(Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber: Data diolah
Hasil analisis deskriptif berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan
bahwa rata-rata untuk variabel pembiayaan adalah sebesar Rp
6.202.579,78 juta dan standar deviasi sebesar Rp 6.965.444,179 juta.
Nilai minimum untuk analisis deskriptif variabel pembiayaan bagi hasil
sebesar Rp 15.081juta terdapat pada Bank Mega Syariah tahun 2013
triwulan 1, sedangkan untuk nilai maksimum sebesar Rp 23.826.356 juta
terdapat pada Bank Muamalat Indonesia tahun 2014 triwulan 3.
2. Deskriptif Dana Pihak Ketiga
Bagi sebuah bank sebagai lembaga keuangan, dana merupakan
darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan utama. Tanpa dana, bank
tidak dapat berbuat apa-apa artinya tidak dapat berfungsi sama sekali.
87
Dana dari pihak luar atau dana dari pihak ketiga adalah dana yang
dimiliki bank secara tidak permanen. Dana tersebut yang sewaktu-waktu
ditarik kembali (Arifin, 2006: 50).
Tingginya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK)
mengindikasikan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada
perbankan syariah sekaligus menunjukkan bahwa pasar potensial
perbankan syariah masih besar di Indonesia. Semakin besar sumber dana
yang terkumpul maka bank akan menyalurkan pembiayaan semakin
besar. Hal tersebut di karenakan salah satu tujuan bank adalah mendapat
keuntungan (profit), sehingga bank tidak akan menganggurkan dananya
begitu saja.
Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun dari dalam negeri
maupun luar negeri. Hasil analisis dana pihak ketiga dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Variabel Dana Pihak Ketiga
(Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber: Data diolah
Hasil analisis deskriptif berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan
bahwa rata-rata untuk variabel dana pihak ketiga adalah sebesar Rp
20.280.454,36 juta sedangkan standar deviasinya sebesar Rp
88
19.761.734,40 juta. Nilai minimum untuk analisis deskriptif dana pihak
ketiga sebesar Rp 440.236 juta terdapat pada Bank BCA Syariah tahun
2010 triwulan 1. Sedangkan nilai maksimum Rp 65.977.531 juta terdapat
pada Bank Syariah Mandiri tahun 2016 triwulan 3.
3. Deskriptif Spread Bagi Hasil
Usaha perbankan termasuk kelompok usaha jasa. Artinya, produk
yang dikelola bank pada dasarnya berbentuk jasa yang mengakumulasi
modal yang berasal dari penabung. Bank mengelolanya untuk
dipinjamkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dengan
berharap mendapat hasil lebih dari bunga balas jasa, atau pendapatan
lainnya. Hasil dalam bentuk bunga biasa diistilahkan dengan spread,
yakni kelebihan bunga perolehan (Latumerissa, 1999: 136).
Dalam perbankan syariah tidak menggunakan sistem bunga,
sehingga untuk perhitungan spread bagi hasil ditentukan dari hasil
perbandingan antara pendapatan bagi hasil yang diterima dengan bagi
hasil yang disalurkan oleh bank syariah. Hasil analisis deskriptif untuk
variabel spread bgai hasil dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Analisis Deskriptif Variabel Spread Bagi Hasil
Sumber: Data diolah
89
Hasil analisis deskriptif berdasarkan tabel 4.3. menunjukan bahwa
rata-rata untuk variabel spread bagi hasil adalah 0,5152 sedangkan
standar deviasinya sebesar 0,31252. Nilai minimum untuk analisis
deskriptif variabel spread bagi hasil sebesar 0,01 terdapat pada Bank
Mega Syariah tahun 2013 triwulan 2. Sedangkan untuk nilai maksimum
sebesar 1,72 pada Bank Muamlat Indonesia tahun 2013 triwulan 2.
4. Deskriptif Tingkat Bagi Hasil
Bagi hasil adalah sistem pembagian hasil usaha dimana pemilik
modal untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha
menghasilkan keuntungan maka dibagi berdua dan ketika mengalami
kerugian di tanggung bersama pula sistem bagi hasil menjamin adanya
keadilan dan tidak ada pihak yang terkesploitasi (Ascarya, 2006: 26).
Dalam menjalankan kegiatan usahanya bank sebagai lembaga
keuangan yang bersifat profit oriented tentu menginginkan tingkat
keuntungan yang tinggi. Pembiayaan bagi hasil cenderung menghasilkan
pendapatan dan keuntungan yang lebih besar dibanding dengan
pembiayaan yang lain. Pada saat bank syariah mendapat keuntungan
yang tinggi dari proses pembiayaan bagi hasil, maka tingkat bagi hasil
yang diberikan juga tinggi.
Tingkat bagi hasil ditentukan dari hasil perbandingan antara
pendapatan bagi hasil yang diterima dengan total pembiayaan yang
disaluran oleh bank syariah. Hasil analisis deskriptif variabel tingkat bagi
hasil dapat dilihat pada tabel 4.4.
90
Tabel 4.4
Analisis Deskriptif Variabel Tingkat Bagi Hasil
Sumber: Data diolah
Hasil analisis deskriptif berdasarkan tabel 4.4. menunjukkan
bahwa rata-rata untuk variabel tingkat bagi hasil sebesar 0,2076
sedangkan standar deviasinya 0,23927. Nilai minimun untuk analisis
deskriptif variabel tingkat bagi hasil sebesar 0,01 terdapat pada Bank
BCA Syariah tahun 2010 triwulan 1. Sedangkan untuk nilai maksimum
sebesar 0,94 terdapat pada bank BCA Syariah tahun 2013 triwulan 3.
5. Deskriptif Non Performing Financing
Non performing financing (NPF) adalah kredit- kredit yang tidak
memiliki performance yang baik dan diklasifikasikan sebagai kurang
lancar, diragukan dan macet. Tugas Bank Indonesia (BI) antara lain
adalah mempertahankan dan memelihara sistem perbankan yang sehat
dan dapat dipercaya dengan tujuan menjaga perekonomian. Untuk itu BI
selaku bank sentral dan pengawas perbankan di Indonesia memberikan
ketentuan ukuran penilaian tingkat kesehatan bank. Salah satu ketentuan
BI mengenai NPF adalah bank- bank harus memiliki NPF kurang dari
5% (Maidalena, 2014: 132).
Pembiayaan berbasis bagi hasil berpotensi menimbulkan risiko
pembiayaan bermasalah yaitu nasabah tidak dapat melunasi
91
kewajibannya kepada bank. Tingginya pembiayaan bermasalah akan
berpengaruh terhadap Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) yang haru
dibuat oleh bank syariah sesuai peraturan yang telah ditentukan oleh
bank Indonesia.Jika peningkatan NPF terjadi terus menerus, modal yag
dimiliki bank syariah akan menurun sehingga akan mempengaruhi bank
dalam menyalurkan dana.
Non Performing Financing adalah rasio antara pembiayaan yang
bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Hasil analisis deskriptif untuk variabel non performing financing dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Analisis Statistik Variabel Non Performing Financing
(Dalam Presentase)
Sumber: Data diolah
Hasil analisis deskriptif berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan
bahwa rata-rata untuk variabel non performing financing adalah sebesar
3,2% sedangkan standar deviasinya adalah sebesar 1,87%.Nilai minimum
untuk analisis deskriptif variabel non performing financing adalah
sebesar 0,01 terdapat pada Bank BCA Syariah tahun 2013 triwulan 2,
sedangkan nilai maksimum sebesar 7,23% terdapat pada Bank Muamalat
tahun 2016 triwulan 2.
92
6. Deskriptif Capital Adequency Ratio
CAR atau kecukupan modal merupakan salah satu masalah yang
dihadapi perbankan dalam sektor internal. Bank harus memelihara modal
yang cukup untuk mendukung aktivitas pengambilan risiko (risk taking).
Peranan modal sangat penting, dimana kegiatan operasional bank dapat
berjalan dengan lancar apabila memiliki modal yang cukup , sehingga
pada saat masa-masa kritis bank tetap aman karena memiliki cadangan
modal di Bank Indonesia (Kasmir, 2008: 54).
Modal bank digunakan sebagai dasar dalam penetapan batas
maksimum pemberian pembiayaan. Jadi bank syariah dalam
menyalurkan pembiayaan dipengaruhi oleh modal yang dimilikinya.
Capital adequency ratio adalah rasio kecukupan modal yang
berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh
bank. Hasil analisis deskriptif untuk variabel capital adequency ratio
dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Analisis Deskriptif Variabel Capital Adequency Ratio
(Dalam Presentase)
Sumber: Data diolah
Hasil analisis deskriptif berdasarkan tabel 4.6. menunjukkan
bahwa rata-rata untuk variabel capital adequency ratio adalah sebesar
93
19,86% sedangkan standar deviasinya adalah sebesar 14,34%. Nilai
minimum untuk analisis deskriptif variabel capital adequency ratio
sebesar 10,13% terdapat pada Bank Muamalat Indonesia tahun 2010
triwulan 1. Sedangakan nilai maksimum sebesar 91,23% terdapat pada
Bank BCA Syariah tahun 2010 triwulan 3.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan hasil uji normalitas setelah transformasi di atas dapat
diketahui bahwa nilai probability JB lebih > 0,05 (0,891232>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00
Series: Residuals
Sample 1 135
Observations 135
Mean 4.14e-15
Median -0.002914
Maximum 0.981526
Minimum -0.851052
Std. Dev. 0.298416
Skewness -0.000917
Kurtosis 3.398043
Jarque-Bera 0.891232
Probability 0.640430
94
3. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinieritas
DPK SBH TBH NPF CAR DPK 1.000000 0.333159 0.144740 0.729611 -0.773134
SBH 0.333159 1.000000 -0.006737 -0.136472 -0.054439
TBH 0.144740 -0.006737 1.000000 0.110864 -0.221463
NPF 0.729611 -0.136472 0.110864 1.000000 -0.736114
CAR -0.773134 -0.054439 -0.221463 -0.736114 1.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hubungan antar
variabel independen (DPK, SBH, TBH, NPF dan CAR) tida ada yang
menunjukkan nilai korelasi > 0,9. Nilai korelasi tertinggi sebesar
0,729611 yaitu antara DPK dan NPF, karena 0,729611 < 0,09 maka
diputuskan bahwa dalam model tidak terjadi gejala multikolinieritas.
4. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.8
Uji White
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 5.629939 Prob. F(5,129) 0.0001
Obs*R-squared 24.18209 Prob. Chi-Square(5) 0.0002
Scaled explained SS 26.47480 Prob. Chi-Square(5) 0.0001
Sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel uji heteroskedastsitas dengan menggunakan uji
statistik di atas dapat diketahui bahwa probability chi-square sebesar
0,0002 < 0,05, dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0ditolak.
95
Hasil uji white tersebut menunjukkan adanya masalah
heteroskedastisitas.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas
maka peru dilakukan perbaikan. Peneliti akan melakukan koreksi
heteroskedastisitas dengan White Robust Standard Error. Berikut ini
hasil koreksi heteroskedastisitas;
Tabel 4.9
Hasil Uji White Robust Standard Error
Dependent Variable: PBH
Method: Least Squares
Date: 07/31/17 Time: 10:58
Sample: 1 135
Included observations: 135 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.336665 0.850416 -3.923566 0.0001
DPK 1.039431 0.041588 24.99363 0.0000
SBH 0.992480 0.026797 37.03635 0.0000
TBH -0.140497 0.049017 -2.866300 0.0049
NPF 0.053702 0.038722 1.386840 0.1679
CAR 0.547795 0.097697 5.607056 0.0000 R-squared 0.980452 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.979695 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.304144 Akaike info criterion 0.500797
Sum squared resid 11.93298 Schwarz criterion 0.629921
Log likelihood -27.80381 Hannan-Quinn criter. 0.553269
F-statistic 1294.061 Durbin-Watson stat 0.623153
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: hasil output eviews 9.0
Hasil di atas telah mengoreksi standard error secara otomatis
sehingga nilai t-statistic dan nilai p (prob) juga telah dikoreksi. Secara
esensi, White‟s Hteroscedasticity-Consistent Variance and Standard
Error hanya mengoreksi nilai standar eror, nilai t, dan nilai p sedangkan
besaran koefisien tetap sama. Menurut Ghazali, masalah
heteroskedastisitas juga bukan masalah serius dalam model regresi,
sehingga peneliti bisa melanjutkan uji selanjutnya.
96
5. Uji Autokorelasi
4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 75.87321 Prob. F(2,127) 0.0000
Obs*R-squared 73.49248 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui
bahwa nilai probability Chi-Square < 0,05 (0.0000 < 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa terjadi gejala autokorelasi dalam model. Untuk
mengatasi adanya autokorelasi, penulis menggunakan metode Newey-
West. Berikut hasil pengolahan dengan metode Newey-West:
Tabel 4.11
Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode Newey-West
Dependent Variable: PBH
Method: Least Squares
Date: 08/01/17 Time: 16:19
Sample: 1 135
Included observations: 135
HAC standard errors & covariance (Bartlett kernel, Newey-West fixed
bandwidth = 5.0000) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.336665 1.392909 -2.395465 0.0180
DPK 1.039431 0.060603 17.15136 0.0000
SBH 0.992480 0.048499 20.46377 0.0000
TBH -0.140497 0.056191 -2.500348 0.0137
NPF 0.053702 0.041826 1.283927 0.2015
CAR 0.547795 0.175613 3.119324 0.0022 R-squared 0.980452 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.979695 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.304144 Akaike info criterion 0.500797
Sum squared resid 11.93298 Schwarz criterion 0.629921
Log likelihood -27.80381 Hannan-Quinn criter. 0.553269
F-statistic 1294.061 Durbin-Watson stat 0.623153
Prob(F-statistic) 0.000000 Wald F-statistic 426.1576
Prob(Wald F-statistic) 0.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0
97
Output di atas merupakan hasil koreksi stadard error dengan
metode Newey-West setelah ada masalah autokorelasi. Hasil di atas
langsung dapat kita gunakan dalam laporan penelitian. Jika dibandingkan
dengan hasil metode OLS tanpa koreksi HAC maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan daam nilai standard error, nilai t, dan nilai p.
Namun hasil koreksi HAC lebih valid sedangkan hasil OLS tanpa koreksi
dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan (Ghazali, 2013:
157).
D. Estimasi Model Panel Data
Dari analisa model panel data dikenal tiga macam pendekatan
estimasi yaitu pendekatan kuadrat terkecil atau Common Effect Model
(CEM), pendekatan efek tahap atau Fixed Effect Model (FEM) dan
pendekatan efek acak atau Random Effect Model (REM).
1. Common Effect Model (CEM)
Langkahpertama dilakukan adalah pengolahan data menggunakan
pendekatan Common Effect Model (CEM) secara sederhana
menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan cross section,
kemudian mengestimasikan model dengan menggunakan model
Ordinary Least Square (OLS) sebagai salah satu syarat melakukan Uji-F
Restricted. Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 9.0
didapatkan hasil analisis data sebagai berikut:
98
Tabel 4.12
Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM)
Dependent Variable: PBH
Method: Panel Least Squares
Date: 07/31/17 Time: 11:30
Sample: 2010Q1 2016Q3
Periods included: 27
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 135 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DPK 1.039431 0.041588 24.99363 0.0000
SBH 0.992480 0.026797 37.03635 0.0000
TBH -0.140497 0.049017 -2.866300 0.0049
NPF 0.053702 0.038722 1.386840 0.1679
CAR 0.547795 0.097697 5.607056 0.0000
C -3.336665 0.850416 -3.923566 0.0001 R-squared 0.980452 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.979695 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.304144 Akaike info criterion 0.500797
Sum squared resid 11.93298 Schwarz criterion 0.629921
Log likelihood -27.80381 Hannan-Quinn criter. 0.553269
F-statistic 1294.061 Durbin-Watson stat 0.587180
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0
2. Fixed Effect Model (FEM)
Langkah kedua dilakukan pengolahan data menggunakan
pendekatan Fixed Effect Model (FEM) untuk membandingkan dengan
metode Common Effect Model (CEM). Hasil pengolahan menggunakan
program Eviews 9.0 didapatkan hasil analisis sebagai berikut:
99
Tabel 4.13
Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: PBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/01/17 Time: 10:25
Sample: 2010Q1 2016Q3
Included observations: 27
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 135 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.001540 0.969989 -4.125348 0.0001
DPK? 1.118856 0.049769 22.48089 0.0000
SBH? 0.846389 0.040339 20.98175 0.0000
TBH? -0.100796 0.042745 -2.358087 0.0199
NPF? 0.115004 0.042402 2.712201 0.0076
CAR? 0.298278 0.109169 2.732242 0.0072
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C 0.597512
BMI--C 0.122824
BMS--C -0.409862
BRIS--C 0.033854
BSM--C -0.344329 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.986659 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.985698 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.255252 Akaike info criterion 0.178053
Sum squared resid 8.144169 Schwarz criterion 0.393258
Log likelihood -2.018555 Hannan-Quinn criter. 0.265506
F-statistic 1027.177 Durbin-Watson stat 0.652717
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0
3. Uji Chow
Untuk memilih metode data panel yang digunakan, perlu Uji
Chow untuk memilih antara Common Effect Model (CEM) atau Fixed
Effect Model (FEM). Di bawah ini adalah hasil Uji Chow, diantaranya
sebagai berikut:
100
Tabel 4.14
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 14.538052 (4,125) 0.0000
Cross-section Chi-square 51.570514 4 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0
Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai
probabilitas dari F-Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji cjow
adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-Statistic lebih kecil dari tingkat
signifikasi (5%) maka H0 ditolak. Nilai probabilitas F-statistik model
pertama adalah 0,0000, sehingga kesimpulan yang diambil adalah
menolak H0 dan model yang dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM).
101
E. Uji Statistik
1. Dana Pihak Ketiga (DPK), Spread Bagi Hasil, Tingkat Bagi Hasil,
Non Performing Financing (NPF) dan Capital Adequency Ratio
(CAR) terhadap Pembiayaan Bagi Hasil Secara Simultan (Uji t)
Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Jika probabilitas < 0,05
maka H01 ditolak dan Ha1 diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Sedangkan apabila probabilitas > 0,05 maka H01 diterima dan Ha1 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh
tidak signifikan terhadap variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.15
Uji t
Dependent Variable: PBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/01/17 Time: 10:25
Sample: 2010Q1 2016Q3
Included observations: 27
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 135
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.001540 0.969989 -4.125348 0.0001
DPK? 1.118856 0.049769 22.48089 0.0000
SBH? 0.846389 0.040339 20.98175 0.0000
TBH? -0.100796 0.042745 -2.358087 0.0199
NPF? 0.115004 0.042402 2.712201 0.0076
CAR? 0.298278 0.109169 2.732242 0.0072
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C 0.597512
BMI--C 0.122824
BMS--C -0.409862
BRIS--C 0.033854
BSM--C -0.344329
sumber: hasil outpit eviews 9.0
102
a. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Bagi
Hasil
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient DPK sebesar 1,118856 menunjukkan
bahwa arah koefisien positif, sedangkan nilai probabilitas DPK
sebesar 0,0000<0,05 sehingga H01 ditolak dan Ha1 diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa DPK memiliki pengaruh
signifkan terhadap pembiayaan bagi hasil.
b. Pengaruh Spread Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Spread Bagi Hasil sebesar 0,846389
menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan probabilitas
Spread Bagi Hasil sebesar 0,0000<0,05 sehingga H01 ditolak dan Ha1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Spread Bagi Hasil
memiliki pengaruh signifikan terhadap pembiyaaan bagi hasil.
c. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient tingkat bagi hasil sebesar -0,100796
menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas
tingkat bagi hasil sebesar 0,0199<0,05 sehingga H01 ditolak dan Ha1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat bagi hasil
memiliki pengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil.
103
d. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Pembiayaan Bagi
Hasil
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient non performing financing sebesar
0,115004 menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan
probabilitas non performing financing sebesar 0,0076<0,05.
Sehingga H01 ditolak dan Ha1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa non performing financing memiliki pengaruh signifikan
terhadap pembiayaan bagi hasil.
e. Pengaruh Capital Adequency Ratio terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Capital Adequency Ratio (CAR)
sebesar 0,298278 menunjukkan bahwa arah koefisien positif ,
sedangkan probabilitas 0,0072<0,05 sehingga H01 ditolak dan Ha1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Capital Adequency
Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap pembiyaan bagi hasil.
2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Spread Bagi hasil, Tingkat Bagi
hasil, Non Performing Financing, dan Capital Adequency Ratio
terhadap Pembiayaan Bagi Hasil Secara Simultan (Uji F)
Pengujian secara simultan atau uji F digunakan untuk menguji
apakah pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Apabila probabilitas <0,05 maka H02 ditolak dan Ha2
diterima, sehingga disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh
104
signifikan secara simultan terhadap variabel dependen. Sedangkan
apabila nilai probabilitas >0,05 maka H02 diterima dan Ha2 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel independen. Uji hipotesis
secara simultan dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.16
Uji F
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.986659 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.985698 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.255252 Akaike info criterion 0.178053
Sum squared resid 8.144169 Schwarz criterion 0.393258
Log likelihood -2.018555 Hannan-Quinn criter. 0.265506
F-statistic 1027.177 Durbin-Watson stat 0.652717
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: hasil output eviews 9.0
Dengan Hipotesis:
H02: tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel antara
variabel independen (DPK, SBH, TBH, NPF, CAR) terhadap
pembiayaan bagi hasil secara simultan.
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen
(DPK, Spread Bagi Hasil, Tingkat Bagi Hasil, NPF, CAR)
terhadap pembiayaan bagi hasil secara simultan.
Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas F-statistik sebesar
1027.177 dengan menunjukkan tingkat keyakinan 5%, dimana tingkat
signifkasi 0,000000 berarti ditemukan signifikasi antara antara DPK,
105
Spread Bagi Hasil, Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Financing, dan
Capital Adequency Ratio terhadap pembiayaan bagi hasil.
Maka, keputusan yang diambil adalah menolak H02 karena
terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK, Spread Bagi Hasil,
Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Financing (NPF), Capital
Adequency Ratio(CAR) secara simultan terhadap pembiayaan bagi hasil.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel
dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.17
Koefisien Determinasi
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.986659 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.985698 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.255252 Akaike info criterion 0.178053
Sum squared resid 8.144169 Schwarz criterion 0.393258
Log likelihood -2.018555 Hannan-Quinn criter. 0.265506
F-statistic 1027.177 Durbin-Watson stat 0.652717
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: hasil output eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas besarnya nilai Adjusted R-Squared
adalah 0,985698. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pembiayaan bagi
hasil dapat dijelaskan oleh variabel independen (DPK, SBH, TBH, NPF,
CAR) sebesar 98,57%, sedangkan sisanya (100% - 98,57% = 1,43%)
dijelaskan oleh faktor lain diluar model regresi penelitian.
106
F. Analisis Model Regresi Panel Data
Berikut ini persamaan model regresi panel dengan Fixed Effect
Model (REM), yaitu:
Tabel 4.18
Model Regresi
Dependent Variable: PBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/01/17 Time: 10:25
Sample: 2010Q1 2016Q3
Included observations: 27
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 135
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.001540 0.969989 -4.125348 0.0001
DPK? 1.118856 0.049769 22.48089 0.0000
SBH? 0.846389 0.040339 20.98175 0.0000
TBH? -0.100796 0.042745 -2.358087 0.0199
NPF? 0.115004 0.042402 2.712201 0.0076
CAR? 0.298278 0.109169 2.732242 0.0072
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C 0.597512
BMI--C 0.122824
BMS--C -0.409862
BRIS--C 0.033854
BSM--C -0.344329
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.986659 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.985698 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.255252 Akaike info criterion 0.178053
Sum squared resid 8.144169 Schwarz criterion 0.393258
Log likelihood -2.018555 Hannan-Quinn criter. 0.265506
F-statistic 1027.177 Durbin-Watson stat 0.652717
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0
107
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model regresi
antara variabel dependen (pembiayaan bagi hasil) dan variabel independen
(DPK, SBH, TBH, NPF, dan CAR) sebagai berikut:
PBHit = -4,001450 + 1,118856DPKit + 0,846389SBHit –
0,100796TBHit + 0,115004NPFit + 0,298278CARit
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
1. Konstanta sebesar – 4,001450 menunjukkan bahwa variabel
independen (DPK, SBH, TBH, NPF, dan CAR) pada observasi ke i
dan periode ke t adalah konstan, maka pembiayaan bagi hasil adalah
-4,001450.
2. Koefisien regresi sebesar 1,118856 menunjukkan jika nilai DPK
pada observasi ke i dan periode t naik sebesar 1 rupiah, maka akan
menaikkan pembiayaan bagi hasil pada observasi ke i dan periode ke
t sebesar 1,118856.
3. Koefisen regresi sebesar 0,846389 menunjukkan jika nilai Spread
bagi hasil pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1, maka
akan menaikkan pembiayaan bagi hasil pada observasi ke i dan
periode ke t sebesar 0,846389.
4. Koefisien regresi sebesar -0,100796 menunjukkan jika nilai tingkat
bagi hasil pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1, maka
akan menurunkan pembiayaan bagi hasil pada observasi ke i dan
periode ke t sebesar -0,100796.
108
5. Koefisien regresi sebesar 0,115004 menunjukkan jika nilai non
performing financing (CAR) pada observasi ke i dan periode ke t
naik sebesar 1%, maka akan menaikkkan pembiayaan bagi hasil
pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 0,115004.
6. Koefisien regresi sebesar 0,298278 menunjukkan jika nilai Capital
Adequency Ratio (CAR) pada observasi ke i dan periode ke t naik
sebesar 1%, maka akan menaikkan pembiayaan bagi hasil pada
observasi ke i dan periode ke t sebesar 0,298278.
G. Model Regresi Setiap Bank
Tabel 4.19
Model Regresi Setiap Bank
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C 0.597512
BMI--C 0.122824
BMS--C -0.409862
BRIS--C 0.033854
BSM--C -0.344329
Sumber: hasil output eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, maka didapat persamaan model regresi
tiap bank umum syariah sebagai berikut:
1. Persamaan Model Regresi Bank Muamalat Indonesia
PBHit = 0,122824 + 1,118856DPKit + 0,84638SBHit –
0,100796TBHit + 0,115004NPFit + 0,298278CARit
Konstanta sebesar 0,122824 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (DPK, SBH, TBH, NPF, dan CAR) pada observasi ke i
109
dan periode ke t adalah konstan , maka pembiayaan bagi hasil pada
Bank Muamalat Indonesia naik sebesar 0,122824.
2. Persamaan Model Regresi Bank Syariah Mandiri
PBHit = -0,344329 + 1,118856DPKit + 0,84638SBHit –
0,100796TBHit + 0,115004NPFit + 0,298278CARit
Konstanta sebesar -0,344329 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (DPK, SBH, TBH, NPF, dan CAR) pada observasi ke i
dan periode ke t adalah konstan, maka pembiayaan bagi hasil pada
Bank Syariah Mandiri menurun sebesar 0,344329.
3. Persamaan Model Regresi Bank Mega Syariah
PBHit = -0,409862 + 1,118856DPKit + 0,184638SBHit –
0,100796TBHit + 0,115004NPFit + 0,298278CARit
Konstanta sebesar -0,409862 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (DPK, SBH, TBH, NPF, dan CAR) pada observasi ke i
dan periode ke t adalah konstan, maka pembiayaan bagi hasil pada
Bank Mega Syariah menurun sebesar 0,409862.
4. Persamaan Model Regresi Bank BRI Syariah
PBHit = 0,033854 + 1,118856DPKit + 0,84638SBHit –
0,100796TBHit + 0,115004NPFit + 0,298278CARit
Konstanta sebesar 0,033854 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (DPK, SBH, TBH, NPF, dan CAR) pada observasi ke i
dan periode ke t adalah konstan, maka pembiayaan bagi hasil pada
Bank BRI Syariah meningkat sebesar 0,033854
110
5. Persamaan Mode Regresi Bank BCA Syariah
PBHit = 0,597512 033854 + 1,118856DPKit + 0,84638SBHit –
0,100796TBHit + 0,115004NPFit + 0,298278CARit
Konstanta sebesar 0,597512 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (DPK, SBH, TBH, NPF, dan CAR) pada observasi ke i
dan periode ke t adalah konstan, maka pembiayaan bagi hasil pada
Bank BCA Syariah meningkat sebesar 0,597512.
H. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Bagi
Hasil
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, variabel DPK mempunyai nilai
signifikasi 0,0000 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha1 atau menolak H01
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DPK secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap terhadap pembiayaan bagi hasil. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniawanti
dan Zulfikar (2014) dan Annisa dan Yaya (2015) bahwa dana pihak
ketiga berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil.
Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dapat
mempengaruhi besarnya pembiayaan yang disalurkan kepada
masyarakat, karena DPK merupakan sumber daya finansial terbesar
untuk kegiatan pembiayaan (Wardiantika dan Kusumaningtyas, 2014:
111
1559). Semakin tinggi dana pihak ketiga yang dihimpun semakin besar
pula pembiayaan bagi hasil yang disalurkan oleh bank umum syariah.
Diantara variabel dana pihak ketiga, spread bagi hasil, tingkat
bagi hasil, non performing financing, dan capital adequency ratio,
variabel dana pihak ketiga yang paling dominan terhadap pembiayaan
bagi hasil. Dilihat dari nilai coefficients sebesar 1,118856.
Dana pihak ketiga (DPK) dengan pembiayaan bagi hasil pada
bank umum syariah adalah positif. Hubungan yang positif ini
dikarenakan dana pihak ketiga merupakan sumber pendanaan bank
umum syariah yang paling utama, semakin besar jumlah dana pihak
ketiga yang dihimpun oleh bank syariah dari masyarakat maka semakin
besar pula pembiayaan bagi hasil yang akan diberikan bank umum
syariah kepada masyarakat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan bagi
hasil yang disalurkan bank umum syariah tergantung dari sebesar dana
yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Oleh karena itu, jika bank
umum syariah mampu membuat masyarakat di Indonesia yang mayoritas
adalah masyarakat muslim untuk menginvestasikan dananya pada bank
umum syariah, maka perkembangan perbankan syariah yang ada di
Indonesia akan semakin pesat (Andraeny, 2011: 17).
Dalam menjalakan fungsi intermediasi, bank umum syariah
mengoptimalkan dana yang dihimpun dari masyarakat untuk
dialokasikan dalam bentuk pembiayaan bagi hasil yang diberikan bank
112
umum syraiah kepada masyarakat. Hal ini dapat mendorong
perkembangan sektor riil karena dengan semakin meningkatnya
pembiayaan bagi hasil yang disalurkan bank umum syariah kepada
masyarakat, maka kontribusi yang dapat diberikan lembaga keuangan
Islam ini terhadap perekonomian Indonesia pun semakin meningkat.
2. Pengaruh Spread Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Berdasarkan pada tabel 4.15 di atas, variabel spread mempunyai
nilai signifikasi 0,0000 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha1 atau
menolak H01 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel spread bagi
hasil secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi
hasil. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Pramono (2013) bahwa spread bagi hasil apabila keuntungan yang
dihasilkan bank syariah tinggi maka pembiayaan bagi hasil yang dapat
disalurkan bank syariah juga bertambah, begitu pula sebaliknya.
Spread atau net margin adalah pendapatan bank yang utama dan
akan menentukan besarnya pendapatan bersih bank. Besarnya spread
bervariasi, tergantung dari besarnya volume kredit yang akan disalurkan.
Besarnya volume kredit yang disalurkan bank akan berpengaruh terhadap
margin antara tingkat suku bunga pinjaman (cost of fund) dengan tingkat
suku bunga simpanan (lending rate) (Dendawijaya, 2003: 105).
Bank syariah sebagai sebagai sebuah lembaga keungan
berorientasi juga pada perolehan keuntungan, dimana keuntungan
tersebut nantinya akan meningkatkan jumlah pembiayaan bagi hasil.
113
Sebaliknya ketika spread bagi hasil rendah maka keuntungan yang
diperoleh bank juga kan rendah akan berakibat pada pemberian
pembiayaan bagi hasil akan menurun. Untuk itu bank syariah akan
menyusun strategi untuk bisa menghasilkan spread bagi hasil yang tinggi
untuk mendapatkan keuntungan atau profit yang tinggi pula.
3. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, variabel tingkat bagi hasil
mempunyai nilai signifikasi 0,0199< 0,05. Hal ini berarti menerima
Ha1atau menolak H01sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil. Hasil
ini mendukung penelitian yang di lakukan oleh (Natalia, dkk: 2014)
bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh negaif signifikan terhadap deposito
mudharabah. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig. Sebesar 0,000 dengan
nilai koefisien regresi -2,676.
Pembiayaan bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah ini
bersifat Natural Uncertainty Contract (NUC) yang cenderung memiliki
risiko yang tinggi dibandingkan dengan jenis pembiayaan lainnya karena
return yang diperolah bank tidak pasti. Apabila mengacu pada data dalam
penelitian ini, dilihat dari tingkat bagi hasilnya yang tidak stabil bahkan
cenderung menurun, maka hal tersebut bisa menjadi penyebab mengapa
hubungan tingkat bagi hasil dan pembiayaan bagi hasil bersifat negatif.
Karena bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan bagi hasil tentunya
114
akan memperhatikan tingkat keuntungan dan risiko yang akan diperoleh
bank syariah.
4. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Pembiayaan Bagi
Hasil
Berdasarkan tabel 4.15 variabel non performing financing
mempunyai nilai signifikasi 0,0076 > 0,05. Hal ini berarti menerima Ha1
atau menolak H01 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel non
performing financing berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi
hasil. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Destiana (2016) yang menyatakan bahwa Non Performing Financing
berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah dan musyarakah
dengan nilai sig. 0 dan koefisien regresi NPF sebesar 1,187. Akan tetapi
bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratin dan
Adnan (2005) dengan nilai sig. 0,474 yang menyatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh non performing financing terhadap pembiayaan.
Pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja
lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat pembiayaan
bermasalah (ketat kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah
pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya. Semakin ketat
kebijakan kredit/ analisis pembiayaan yang dilakukan bank (semakin
ditekan tingkat NPF) akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan
oleh masyarakat turun (Antonio, 2001: 112).
115
Jika terjadi penurunan NPF maka pembiayaan bagi hasil juga
akan mengalami peningkatan. Jika terjadi penurunan NPF maka
pembiayaan bagi hasil juga akan mengalami penurunan. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingginya NPF tidak menjadi penghalang bagi
bank syariah untuk tetap memberikan pembiayaan bagi hasil. Terbukti
dari penelitian ini bahwa sekalipun terjadi penngkatan NPF , pembiayaan
yang disalurkan oleh bank syariah tetap mengalami peningkatan.
5. Pengaruh Capital Adequency Ratio terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Berdasarkan tabel 4.15 variabel capital adequency ratio
mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,0072 <0,05. Hal ini berarti
menerima Ha1 atau menolak H01 sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel capital adequency ratio secara parsial berpengaruh positif
signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Giannini (2013), Rachman (2015), dan
Wahidahwati (2016) bahwa capital adequency ratio berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil.
Capital adequency ratio adalah rasio yang memperlihatan
seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal
sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di
luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain
(Dendawijaya, 2005) dalam Wahidahwati, 2016: 7). Semakin tinggi CAR
maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan
116
untuk keperluan pengembagan usaha dan mengantisipasi potensi
kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran pembiayaan. Tingkat
kecukupan modal bank memiliki kaitan dengan penyaluran pembiayaan
karena terdapat ketentuan yang disyaratkan oleh otoritas moneter terkait
masalah permodalan ini sehingga berakibat meningkatnya CAR.
Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan syariah juga
disebabkan adanya jaminan pemerintah terhadap dana yang disimpan di
bank umum syariah. Lebih dari itu, jika dilihat dari obyek penelitian
maka akan tampak bahwa sebagian besar bank syariah mempunyai
capital adequency ratio di atas 8% . Hal ini disebabkan karena adanya
penambahan modal untuk mengantisipasi perkembangan skala usaha
yang berupa ekspansi pembiayaan atau pinjaman yang diberikan.
Jadi dalam memberikan kreditnya bank dipengaruhi oleh modal
yang dimilikinya. Semakin besar modalnya maka batas maksimum
pemberian kredit juga akan semakin meningkat. Sehingga semakin tinggi
CAR maka akan semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat
digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi
potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.
117
6. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Spread Bagi Hasil, Tingkat Bagi Hasil,
Non Performing Financing, dan Capital Adequency Ratio terhadap
Pembiayaan Bagi Hasil.
Berdasarkan pada tabel 4.16 nilai F sebesar 1027,177 dengan
tingkat signifikasi 0,000000 < 0,005. Hal ini berarti menerima Ha2 atau
menolak H02 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel
dana pihak ketiga, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, non performing
financing, dan capital adequency ratio berpengaruh terhadap pembiayaan
bagi hasil.
Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dapat
mempengaruhi besarnya pembiayaan bagi hasil yang disalurkan kepada
masyarakat, karena DPK merupakan sumber daya finansial suatu bank
untuk kegiatan operasional bank syariah termasuk pembiayaan. Bank
syariah sebagai salah satu badan usaha yang berorientasi profit juga
menginginkan spread bagi hasil yang tinggi untuk mendapatkan
keuntungan yang tinggi pula, apabila keuntungan tinggi maka
pembiayaan yang disalurkan juga akan bertambah. Dalam praktiknya
bank syariah berorientasi profit, namun bank syariah harus tetap
menjalankan operasionalnya yang berprinsip pada prinsip ekonomi
Islam. Sehingga, pembiayaan yang tepat yang seharusnya disalurkan
maka bank syariah akan menentukan tingkat bagi hasil guna mengetahui
tingkat keuntungan atau profit. Pembiayaan yang tinggi akan
menyebabkan adanya risiko pembiayaan yang bermasalah yang tercermin
118
dalam rasio NPF. Semakin tinggi rasio NPF maka bank semakin berhati-
hati memberikan pembiayaan karena takut mengalami kerugian sehingga
mengakibatkan dana bank mengendap terlalu banyak. Rasio kecukupan
modal tercermin dalam rasio CAR. Jumlah modal yang memadai akan
menunjang kegiatan operasional dan membentuk cadangan untuk
menyerap kerugian yang mungkin terjadi dari kegiatan pembiayaan bagi
hasil.
Hasil penelitian ini, diharapkan bank syariah dapat menyusun
strategi untuk lebih banyak lagi menghimpun dana dari
masyarakat.apabila semakin bertambah dana yang dihimpun dari
masyarakat maka pembiayaan bagi hasil yang disalurkan oleh bank
syariah meningkat. Dengan meningkatnya pembiayaan bagi hasil yang
disalurkan, harapannya dapat mendorong pertumbuhan usaha pada sektor
riil.
Dengan demikian dana pihak ketiga, spread bagi hasil, tingkat
bagi hasil, non performing financing (NPF) dan capital adequency ratio
(CAR) dapat dijadikan sebagai acuan oleh bank umum syariah dalam
menyalurkan pembiayaan bagi hasil
119
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi panel data ditemukan bahwa variabel indepeden Dana
Pihak Ketiga (DPK) dengan tingkat signifikasi sebesar 0,0000, spread
bagi hasil dengan tingkat signifikasi sebesar 0,0000, tingkat bagi hasil
dengan tingkat signifikasi 0,0199, non performing financing dengan
tingkat siignifikasi 0,0076, dan capital adequency ratio dengan tingkat
signifikasi sebesar 0,0072, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan bagi hasil.
2. Dana pihak ketiga, spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, non performing
financing, dan capital adequency ratio secara simultan atau bersama-
sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan bagi
hasil.
3. Variabel bebas yang memberikan pengaruh signifikan paling kuat
terhadap variabel terikat adalah dana pihak ketiga. Pernyataan ini dapat
dibuktikan dengan nilai koefisien 1,118856 dibandingkan nilai koefisien
regresi variabel yang lain seperti spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, non
performing financing dan capital adequency ratio.
120
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin dapat bermanfaat diantaranya:
1. Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan oleh investor sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan investasi pada bank umum syariah agar
memperhatikan terlebih dahulu dana pihak ketiga, spread bgai hasil,
tingkat bagi hasil, non performing financing, dan capital adequency ratio
karena variabel-variabel independen tersebut secara simultan
berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan
refrensi mengenai bank umum syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu
tentang pembiayaan bagi hasil. Selain itu juga dapat dijadikan bahan
refrensi tambahan bagi kepustakaan pihak kampus.
3. Bagi perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dana pihak ketiga,
spread bagi hasil, tingkat bagi hasil, non performing financing, dan
capital adequency ratio secara simultan berpengaruh terhadap
pembiayaan bagi hasil. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bank umum syariah dalam
121
menghimpun dan mengelola dana dari nasabah secara amanah dan
bertanggung jawab.
C. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah
dikemukakan oleh peneliti, maka saran yang dapat diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bank syariah hendaknya lebih meningkatkan pembiayaan bagi hasil
karena lebih mencerminkan semangat ekonomi Islam. Selain itu,
pembiayan bagi hasil juga lebih dapat meningkatkan sektor riil.
2. Untuk mengoptimalkan pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan
musyarakah) hendaknya perbankan syariah berupaya meningkatkan
jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dengan cara melakukan
sosialisasi mengenai produk yang dimiliki. Selain itu, perlu dilakukan
upaya-upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang produk
penghimpunan dana terutama menggunakan prinsip bagi hasil seperti
deposito mudharabah. Peningkatan dana dari sumber investasi ini dapat
dialokasikan untuk meningkatkan jumlah pembiayaan bagi hasil.
3. Bank syariah juga harus memperhatikan pendapatan bagi hasil yang
diterima dengan bagi hasil yang diberikan, karena berguna untuk
menentukan besarnya spread bagi hasil. Selain itu, bank syariah juga
harus memperhatikan antara pendapatan bagi hasil yang diterima dengan
total pembiayaan yang disalurkan, karena berguna untuk menentukan
besarnya tingkat bagi hasil.
122
4. Bank syariah perlu meningkatkan pembiayaan bagi hasil untuk
mendapatkan tingkat bagi hasil yang kompetitif sehingga bank syariah
tidak hanya menarik nasabah “syariah minded” tetapi juga tipe nasabah
yang lain.
5. Rasio NPF sebagai salah satu indikator kinerja perbankan yang sehat
perlu diupayakan tingkat NPF yang rendah. Di samping dengan
kebijakan pembiayaan yang ketat atau wajar, dalam rangka mewujudkan
tingkat NPF yang rendah ini perlu dipupuk dan dijaga integritas dan
dedikasi pengurus/manajemen bank serta ditingkatkan usaha pembinaan
nasabah/calon nasabah untuk memperkecil munculnya moral hazard.
Perlu dihimpun dana infak/ sedekah dan hibah tunai oleh bank syariah
sebagai sumber dana pembiayaan qardhul hasan.
6. Pengelolaan modal sudah tepat sudah tepat sesuai jenis lembaga usaha
perbankan sehingga perlu tetap dipertahankan. Bank syariah perlu
mempertahankan rasio CAR sesuai dengan perturan yang sudah
ditetapkan guna menunjang kegiatan dalam bank umum syariah.
7. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang perbankan syariah
terutama produk dan keunggulan bank syariah sehingga dapat menarik
minat masyarakat atau nasabah untuk menggunakan jasa perbankan
syariah. Selain itu juga dari segi manajemen bank syariah untuk
memberikan pelayanan yang baik sehingga tujuan bank syariah sebagai
lembaga intermediary guna untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dapat tercapai.
123
8. Bagi penulis selanjutnya juga dapat menambah variabel independen lain
yang dapat mempengaruhi pembiayaan bagi hasil bagi bank umum
syariah diluar penelitian ini dan menambah periode penelitian.
124
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Arifin, Zainul. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka
Alvabet.
Ascarya. 2005. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: RajaGrafindo Persada
___________ . 2006. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
___________ .2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Dendawijaya, Lukman. 2003.Manajemen Perbankan. Edisi 2. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
___________________ . 2009.Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Ghazali, Imam dan Dwi Ratmono. 2013. Analisis Multivariate dan Ekonometrika:
teori, konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 8. Semarang: Undip.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multiprivat dengan Program IBM SPSS
23. Edisi 8. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hasan, Dwi Nur‟aini. 2013. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Hasan, Nurul Ichsan. 2014. Perbankan Syariah (sebuah pengantar). Jakarta:
Referensi.
Huda, Nurul & Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam:
TinjauanTeoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana.
Ismail. 2010. Manajemen Perbankan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
_____________________ .2006. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
125
_____________________ . 2007. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.
RajaGrafindo Persada.
_____________________ .2011. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
_________ . 2008. Bank dan Lembaga Keungan Lainnya. Edisi Revisi 2008.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Latumerissa, R. Julius. 1999. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum.
Jakarta: Bumi Aksara.
Martono. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonosia.
Muhammad. 2005. Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di
Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
__________ . 2008. Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan
di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muljono, Teguh Pudjo. 2001. Manajemen Bagi Bank Komersil. Yogyakarta: Bpfe-
Yogyakarta. Yogyakarta: BPPE-Yogyakarta.
Rivai, Veithzal & Idroes. 2007. Bank and Financial Institution Management.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga penelitian UIN
Jakarta.
Saaed, Abdullah. 2008. Bank Islam dan Bunga: Studi Kasus dan Interpretasi
Kontemporer Tentang Riba dan Bunga. Bandung: Pustaka Pelajar.
Sadi, Muhammad. 2015. Konsep Hukum Perbankan Syariah. Malang: Setara
Press Kelompok Intrans Publishing.
Santoso, Singgih. 2011. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Setiawan. 2006. Bank Islam dan Bunga: Studi Krisis dan Interpretasi
Kontemporer tentang Riba dan Bunga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonisia. Cetakan ke-2.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
126
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: ALFABETA.
____________ 2009. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif,
Pendekatan Kualitatif, dan, R&D. Bandung: Alfabeta.
____________ . 2015. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharyadi dan Purwanto. 2013. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:
Andi Offset
Sutedi, Adrian. 2009. Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
B. Penelitian/ Jurnal
Agustina Kurniawati dan Zulfikar. 2014. Analisis Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. ISBN: 978-602-70429-2-6.
Andaeny, Dita. 2011. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil,
dan Non Performing Financing terhadap Volume Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil pada Perbankan Syariah di Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi XIV Aceh 2011: Vol. 2 No 2.
Annisa, L. Nurul dan Rizal Yaya. 2015. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat
Bagi Hasil, dan Non Performing Financing terhadap Volume dan Porsi
Pembiayaan Bagi Hasil pada Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Share:
Vol. 1 No 1.
Arnan, S. G. Dan I. Kurniawasih. 2014. Pengaruh Jumlah DPK dan Tingkat Non
Performing Financing Terhadap Pembiayaan Mudharabah pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Ekonomidan
Bisnis 2014 Universitas Jenderal Achmad Yani, 9 Oktober 2014.
Destiana, Rina. Analisa Dana Pihak Ketiga dan Risiko Terhadap Pembiayaan
Mudharabah dan Musyarakah Pada Bank Syariah di Indonesia. Jurnal
Logika. Vol XV11 No. 2 2014.
Fitri, Maltuf. 2016. Peran Dana Pihak Ketiga Dalam Kinerja Lembaga
Pembiayaan Syariah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal
Ekonomika. Vol 7 Edisi 1.
127
Giannini, Nur Gilang. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Accounting Analysis
Journal Vol. 2 No 1.
Maidalena. 2014. Analisis Faktor Non Performing Financing (NPF) pada Industri
Perbankan Syariah. Jurnal Human Falah Volume 1 No 1.
Natalia, Evi dkk. 2014. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah dan
Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito
Mudharabah (Studi Pada PT. Bank Syariah Mandiri Periode 2009-2012).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol.9 No. 1 April 2014.
Pramono, Heri Nugroho. 2013. Optimalisasi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
pada Bank Syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal Vol. 2 ISSN
2252-6765.
Pratin dan Akhyar Adnan. 2005. Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri,
NPL, Prosentase Bagi Hasil dan Markup Keuntungan Terhadap Pembiayaan
Pada Perbankan Syariah Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia
(BM1). Jurnal Sinergi ISSN: 1410 – 9018.
Rachman, Yoga Tantular. 2015. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF), Return On Assets (ROA), dan Capital
Adequency Ratio (CAR) terhadap Pembiayaan Mudharabah (Survey pada
Bank Syariah yang Listing di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2013).
Proceedings ICIEF‟15 Mataram, 25-27 Agustus 2015 No. D237-T05P116.
Umiyati dan Shella Muthya Syarif. 2016. Kinerja Keuangan dan Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wahab. 2014. Analisis Pengaruh FDR, NPF, Tingkat Bagi Hasil, Kualitas Jasa
dan Atribut Produk Islam terhadap Tingkat Pembiayaan Mudharabah pada
Bank Umum Syari‟ah di Semarang. Jurnal Economica Vol. 5 Edisi 2.
Wahidahwati, Jamilah. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan
Riset Akuntansi Vol. 5 No 4.
Wardiantika, Lifstin and Rohmawati Kusumaningtyas.2014. Pengaruh DPK, NPF,
dan SWBI terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah
tahun 2008-2012. Jurnal Ilmu Manajemen: Vol 2 No 4.
C. Laporan
Laporan Statistik Perbankan Syariah Tahun 2010 – 2015
UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
128
D. Website
www.ojk.go.id di akses pada tanggal 23 November 2016
www.bankmuamalat.co.id di akses pada tanggal 15 Desember 2016
www.syariahmandiri.co.id di akses pada tanggal 15 Desember 2016
www.megasyariah.co.id di akses pada tanggal 16 Desember 2016
www.brisyariah.co.id di akses pada tanggal 16 Desember 2016
www.bcasyariah.co.id di akses pada tanggal 16 Desember 2016
www.karimconsulting.com di akses pada tanggal 5 Januari 2017
www.bi.go.id di akses pada tanggal 15 Maret 2017
129
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Dana Pihak Ketiga
BANK TRIWUL
AN
TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank
Muamalat
Triwulan 1 12.020.256 18.579.188 18.991.425 40.056.618 44.580.901 47.237.649 40.984.915
Triwulan 2 12.354.924 20.732.978 28.229.124 40.780.470 48.823.261 41.770.048 39.089.089
Triwulan 3 13.856.508 22.493.490 30.793.835 43.531.102 50.268.112 42.380.242 41.053.732
Triwulan 4 18.574.217 29.235.460 39.422.307 450228558 53.496.985 40.984.915
Syariah
Mandiri
Triwulan 1 22.088.571 31.877.266 42.371.223 47.619.185 54.510.183 59.198.066 63.160.283
Triwulan 2 23.091.575 33.558.981 42.727.170 50.529.792 54.652.683 59.164.461 63.792.138
Triwulan 3 24.564.246 37.823.467 43.918.084 53.649.161 57.071.718 59.707.778 56.977.531
Triwulan 4 28.680.965 42.133.653 46.879.969 55.767.955 59.283.492 62.112.879
Mega
Syariah
Triwulan 1 3.629.026 3.821.143 5.124.808 7.251.018 7.073.389 5.075.152 4.349.202
Triwulan 2 3.816.896 3.848.390 5.019.289 7.046.031 6.898.350 4.429.784 4.279.175
Triwulan 3 3.766.162 4.180.325 6.531.083 7.107.187 6.755.362 4.008.682 4.548.087
Triwulan 4 4.040.981 4.928.442 7.090.422 7.730.738 5.821.319 4.268.834
BRI
Syariah
Triwulan 1 3.015.398 5.960.427 8.899.482 13.064.181 13.990.979 17.562.001 20.279.023
Triwulan 2 3.674.356 6.577.958 9.410.923 13.823.170 15.116.605 17.310.457 20.935.807
Triwulan 3 4.861.164 8.370.114 10.153.407 13.924.879 15.494.505 18.863.643 21.193.544
Triwulan 4 5.762.952 9.906.412 11.938.888 14.349.712 16.947.388 20.123.658
BCA
Syariah
Triwulan 1 440.236 646.179 938.446 1.200.456 1.680.808 2.379.674 3.289.035
Triwulan 2 499.401 632.931 925.413 1.283.684 1.861.348 2.713.701 3.220.980
Triwulan 3 490.200 720.357 951.829 1.418.684 1.886.345 2.605.729 3.482.054
Triwulan 4 556.776 864.135 1.261.824 1.703.049 2.338.709 3.255.154
130
b. Spread Bagi Hasil
BANK TRIWULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank
Muamalat
Triwulan 1 0.93 0.86 0.73 0.84 0.86 0.82 0.62
Triwulan 2 0.95 0.92 0.82 1.72 0.78 0.8 0.77
Triwulan 3 1.01 0.85 0.86 0.89 0.72 0.8 0.78
Triwulan 4 1.02 0.85 0.85 0.9 0.72 3.73
Syariah
Mandiri
Triwulan 1 0.88 0.77 0.59 0.62 0.5 0.45 0.56
Triwulan 2 0.85 0.72 0.6 0.63 0.49 0.49 0.59
Triwulan 3 0.84 0.69 0.62 0.61 0.49 0.51 0.62
Triwulan 4 0.84 0.66 0.62 0.59 0.47 0.49
Mega
Syariah
Triwulan 1 0.16 0.08 0.04 0.01 0.01 0.01
Triwulan 2 0.15 0.09 0.04 0.01 0.01 0.01 0.04
Triwulan 3 0.14 0.09 0.03 0.01 0.01 0.005 0.05
Triwulan 4 0.13 0.09 0.03 0.01 0.01 0.006 0.06
BRI Syariah Triwulan 1 0.21 0.41 0.35 0.49 0.45 0.6 0.64
Triwulan 2 0.7 0.39 0.41 0.51 0.46 0.62 0.66
Triwulan 3 0.66 0.38 0.43 0.52 0.48 0.63 0.69
Triwulan 4 0.6 0.36 0.45 0.52 0.5 0.62
BCA Syariah Triwulan 1 0.05 0.41 0.45 0.83 0.76 0.88 0.41
Triwulan 2 0.09 0.48 0.48 0.88 0.77 0.49 0.42
Triwulan 3 0.2 0.36 0.56 0.94 0.76 0.47 0.43
Triwulan 4 0.23 0.37 0.65 0.94 0.75 0.28
131
c. Tingkat bagi hasil
BANK TRIWULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank
Muamalat
Triwulan 1 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.02
Triwulan 2 0.05 0.05 0.05 0.09 0.05 0.06 0.04
Triwulan 3 0.08 0.08 0.07 0.07 0.11 0.08 0.06
Triwulan 4 0.1 0.11 0.08 0.09 0.11 0.11
Syariah
Mandiri
Triwulan 1 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.02
Triwulan 2 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05
Triwulan 3 0.08 0.09 0.09 0.08 0.08 0.07 0.07
Triwulan 4 0.09 1.12 0.12 0.11 0.11 0.09
Mega
Syariah
Triwulan 1 0.04 0.03 0.03 0.05 0.04 0.04 0.02
Triwulan 2 0.07 0.06 0.08 0.05 0.07 0.06 0.06
Triwulan 3 0.12 0.1 0.11 0.07 0.08 0.11 0.07
Triwulan 4 0.11 0.21 0.16 0.06 0.10 0.08
BRI
Syariah
Triwulan 1 0.03 0.41 0.05 0.49 0.03 0.03 0.03
Triwulan 2 0.06 0.39 0.41 0.51 0.06 0.06 0.05
Triwulan 3 0.09 0.38 0.43 0.52 0.08 0.08 0.08
Triwulan 4 0.18 0.36 0.45 0.41 0.10 0.10
BCA
Syariah
Triwulan 1 0.01 0.49 0.37 0.65 0.03 0.03 0.03
Triwulan 2 0.01 0.41 0.45 0.83 0.08 0.06 0.05
Triwulan 3 0.04 0.48 0.48 0.88 0.11 0.09 0.08
Triwulan 4 0.12 0.36 0.56 0.94 0.10 0.11
132
d. Non Performing Financing
BANK TRIWULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank
Muamalat
Triwulan 1 5.87 4.13 2.35 2.11 2.17 6.34 6.07
Triwulan 2 3.93 3.15 2.11 2.13 3.11 4.93 7.23
Triwulan 3 3.89 4.27 2.13 2.12 4.43 4.64 4.43
Triwulan 4 3.91 2.32 2.82 1.22 6.11 7.11
Syariah
Mandiri
Triwulan 1 4.08 3.3 2.52 3.44 4.88 6.81 6.42
Triwulan 2 4.13 3.49 3.04 2.9 6.46 6.67 5.58
Triwulan 3 4.15 4.27 3.1 3.4 6.76 6.89 5.43
Triwulan 4 2.94 2.42 2.82 4.32 6.84 6.06
Mega
Syariah
Triwulan 1 1.92 4.29 2.96 2.83 3.22 4.33 4.18
Triwulan 2 2.97 3.84 2.88 3.67 3.48 4.86 4.16
Triwulan 3 2.98 3.78 2.96 3.3 3.77 4.78 3.74
Triwulan 4 2.96 3.03 2.67 2.96 3.89 4.26
BRI Syariah Triwulan 1 3.08 2.43 3.31 3.04 4.04 4.96 4.84
Triwulan 2 3.39 3.4 2.88 2.89 4.38 5.31 4.87
Triwulan 3 3.37 2.53 2.54 2.98 4.79 4.9 5.22
Triwulan 4 3.19 2.77 3 4.06 4.6 4.86
BCA Syariah Triwulan 1 2.21 0.11 0.15 0.09 0.15 0.92 0.59
Triwulan 2 0.23 0.23 0.14 0.01 0.14 0.6 0.55
Triwulan 3 0.32 0.32 0.12 0.07 1.22 0.59 1.1
Triwulan 4 0.15 0.15 0.1 0.1 0.2 0.59
133
e. Capital adequency ratio
BANK TRIWULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank
Muamalat
Triwulan 1 10.13 12.43 12.37 12.37 17.33 14.57 12.1
Triwulan 2 10.17 11.33 14.41 13.43 14.13 14.91 12.78
Triwulan 3 14.17 12.35 13.31 12.25 35.18 13.71 12.75
Triwulan 4 13.11 12.36 11.43 17.32 14.25 12.36
Syariah
Mandiri
Triwulan 1 12.52 11.88 13.91 15.23 14.83 12.63 13.39
Triwulan 2 12.46 11.24 13.66 14.16 14.13 11.97 13.69
Triwulan 3 11.12 11.06 13.15 14.33 14.25 11.84 13.5
Triwulan 4 10.14 14.57 13.82 14.1 14.76 12.85
Mega
Syariah
Triwulan 1 11.89 15.07 12.9 13.49 15.28 15.62 22.22
Triwulan 2 11.98 14.75 13.08 13.01 14.86 16.54 22.86
Triwulan 3 11.97 13.77 11.16 12.7 14.76 17.81 22.97
Triwulan 4 12.96 12.03 13.51 12.99 12.89 18.74
BRI Syariah Triwulan 1 13.66 21.72 14.34 11.81 14.15 13.22 14.66
Triwulan 2 25.95 19.99 13.59 13.78 16.34 13.21 14.06
Triwulan 3 22.07 18.33 12.92 14.66 18.82 13.82 14.3
Triwulan 4 20.62 14.74 11.35 14.49 12.89 13.94
BCA Syariah Triwulan 1 64.52 64.29 44.5 30.7 21.68 25.53 39.16
Triwulan 2 83.87 61.72 41.33 27.93 13.86 23.56 37.93
Triwulan 3 91.23 51.78 34.05 24.75 12.89 36.6 37.1
Triwulan 4 76.39 45.94 31.47 22.35 29.57 34.3
134
2. Variabel Dependen
a. Pembiayaan bagi hasil
BANK TRIWULA
N
TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank
Muamal
at
Triwulan 1 6.049.288 7.759.072 10.807.728 16.387.398 21.555.962 21.811.617 21.839.774
Triwulan 2 6.405.946 8.455.224 11.813.300 18.555.962 23.134.698 21.758.764 21.790.091
Triwulan 3 6.926.773 9.012.897 12.786.014 19.864.670 23.826.356 21.703.472 21.906.639
Triwulan 4 7.510.238 9.914.869 15.045.617 21.240.407 22.066.320 21.955.269
Syariah
Mandiri
Triwulan 1 6.915.135 9.254.114 9.912.866 10.513.006 10.796.645 10.937.562 14.348.175
Triwulan 2 7.885.962 9.792.439 10.355.069 11.060.256 10.826.614 12.965.714 14.838.169
Triwulan 3 8.275.818 9.891.985 10.440.296 10.954.265 11.131.425 13.009.829 14.806.255
Triwulan 4 8.715.920 9.962.919 10.462.107 11.113.224 10.689.858 13.479.643
Mega
Syariah
Triwulan 1 191.677 139.664 56.990 15.081 39.615 38.339 200.181
Triwulan 2 182.319 126.643 42.890 30.787 37.178 34.986 210.833
Triwulan 3 169.056 119.363 40.002 31.252 35.076 33.190 272.913
Triwulan 4 140.095 172.540 36.551 43.593 41.418 58.481
BRI
Syariah
Triwulan 1 1.043.925 1.129.899 1.899.327 2.880.614 3.846.442 4.937.707 6.308.264
Triwulan 2 1.274.727 1.245.973 2.020.064 3.575.317 3.969.312 5.461.888 6.622.350
Triwulan 3 1.373.463 1.304.501 2.228.743 3.854.442 4.263.843 6.039.296 6.579.602
Triwulan 4 1.328.992 1.760.141 2.663.262 4.050.478 4.976.583 6.204.420
BCA
Syariah
Triwulan 1 26.116 134.705 252.996 515.661 733.736 1.146.879 1.325.521
Triwulan 2 39.174 113.633 283.148 622.141 800.120 1.208.924 1.397.108
Triwulan 3 67.516 130.987 396.378 720.538 843.426 1.222.575 1.449.759
Triwulan 4 139.275 207.798 467.852 740.942 1.007.345 1.347.943
sumber: laporan BUS, diolah 2010-2016
135
Lampiran 2: Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji multikolinieritas
DPK SBH TBH NPF CAR DPK 1.000000 0.333159 0.144740 0.729611 -0.773134
SBH 0.333159 1.000000 -0.006737 -0.136472 -0.054439
TBH 0.144740 -0.006737 1.000000 0.110864 -0.221463
NPF 0.729611 -0.136472 0.110864 1.000000 -0.736114
CAR -0.773134 -0.054439 -0.221463 -0.736114 1.000000
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 5.629939 Prob. F(5,129) 0.0001
Obs*R-squared 24.18209 Prob. Chi-Square(5) 0.0002
Scaled explained SS 26.47480 Prob. Chi-Square(5) 0.0001
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00
Series: Residuals
Sample 1 135
Observations 135
Mean 4.14e-15
Median -0.002914
Maximum 0.981526
Minimum -0.851052
Std. Dev. 0.298416
Skewness -0.000917
Kurtosis 3.398043
Jarque-Bera 0.891232
Probability 0.640430
136
Uji heteroskedastisitas dengan White Robust Standard Error
Dependent Variable: PBH
Method: Least Squares
Date: 07/31/17 Time: 10:58
Sample: 1 135
Included observations: 135 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.336665 0.850416 -3.923566 0.0001
DPK 1.039431 0.041588 24.99363 0.0000
SBH 0.992480 0.026797 37.03635 0.0000
TBH -0.140497 0.049017 -2.866300 0.0049
NPF 0.053702 0.038722 1.386840 0.1679
CAR 0.547795 0.097697 5.607056 0.0000 R-squared 0.980452 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.979695 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.304144 Akaike info criterion 0.500797
Sum squared resid 11.93298 Schwarz criterion 0.629921
Log likelihood -27.80381 Hannan-Quinn criter. 0.553269
F-statistic 1294.061 Durbin-Watson stat 0.623153
Prob(F-statistic) 0.000000
137
4. Uji Autokorelasi
a. Autokorelasi Metode LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 75.87321 Prob. F(2,127) 0.0000
Obs*R-squared 73.49248 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 07/31/17 Time: 11:10
Sample: 1 135
Included observations: 135
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.316642 0.579149 -0.546736 0.5855
DPK 0.033116 0.028448 1.164123 0.2466
SBH -0.051696 0.018856 -2.741524 0.0070
TBH 0.041796 0.033531 1.246504 0.2149
NPF -0.052472 0.026816 -1.956736 0.0526
CAR -0.039505 0.066638 -0.592819 0.5544
RESID(-1) 0.509405 0.082299 6.189703 0.0000
RESID(-2) 0.331216 0.085038 3.894895 0.0002 R-squared 0.544389 Mean dependent var 4.14E-15
Adjusted R-squared 0.519276 S.D. dependent var 0.298416
S.E. of regression 0.206904 Akaike info criterion -0.255689
Sum squared resid 5.436800 Schwarz criterion -0.083524
Log likelihood 25.25898 Hannan-Quinn criter. -0.185726
F-statistic 21.67806 Durbin-Watson stat 1.914612
Prob(F-statistic) 0.000000
138
Uji Autokorelasi dengan Newey- West
Dependent Variable: PBH
Method: Least Squares
Date: 08/01/17 Time: 16:19
Sample: 1 135
Included observations: 135
HAC standard errors & covariance (Bartlett kernel, Newey-West fixed
bandwidth = 5.0000) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.336665 1.392909 -2.395465 0.0180
DPK 1.039431 0.060603 17.15136 0.0000
SBH 0.992480 0.048499 20.46377 0.0000
TBH -0.140497 0.056191 -2.500348 0.0137
NPF 0.053702 0.041826 1.283927 0.2015
CAR 0.547795 0.175613 3.119324 0.0022 R-squared 0.980452 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.979695 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.304144 Akaike info criterion 0.500797
Sum squared resid 11.93298 Schwarz criterion 0.629921
Log likelihood -27.80381 Hannan-Quinn criter. 0.553269
F-statistic 1294.061 Durbin-Watson stat 0.623153
Prob(F-statistic) 0.000000 Wald F-statistic 426.1576
Prob(Wald F-statistic) 0.000000
139
Lampiran 3. Estimasi Model Data Panel
1. Common Effect Model (CEM)
Dependent Variable: PBH
Method: Panel Least Squares
Date: 07/31/17 Time: 11:30
Sample: 2010Q1 2016Q3
Periods included: 27
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 135
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPK 1.039431 0.041588 24.99363 0.0000
SBH 0.992480 0.026797 37.03635 0.0000
TBH -0.140497 0.049017 -2.866300 0.0049
NPF 0.053702 0.038722 1.386840 0.1679
CAR 0.547795 0.097697 5.607056 0.0000
C -3.336665 0.850416 -3.923566 0.0001
R-squared 0.980452 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.979695 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.304144 Akaike info criterion 0.500797
Sum squared resid 11.93298 Schwarz criterion 0.629921
Log likelihood -27.80381 Hannan-Quinn criter. 0.553269
F-statistic 1294.061 Durbin-Watson stat 0.587180
Prob(F-statistic) 0.000000
140
2. Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: PBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/01/17 Time: 10:25
Sample: 2010Q1 2016Q3
Included observations: 27
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 135 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.001540 0.969989 -4.125348 0.0001
DPK? 1.118856 0.049769 22.48089 0.0000
SBH? 0.846389 0.040339 20.98175 0.0000
TBH? -0.100796 0.042745 -2.358087 0.0199
NPF? 0.115004 0.042402 2.712201 0.0076
CAR? 0.298278 0.109169 2.732242 0.0072
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C 0.597512
BMI--C 0.122824
BMS--C -0.409862
BRIS--C 0.033854
BSM--C -0.344329 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.986659 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.985698 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.255252 Akaike info criterion 0.178053
Sum squared resid 8.144169 Schwarz criterion 0.393258
Log likelihood -2.018555 Hannan-Quinn criter. 0.265506
F-statistic 1027.177 Durbin-Watson stat 0.652717
Prob(F-statistic) 0.000000
141
3. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 14.538052 (4,125) 0.0000
Cross-section Chi-square 51.570514 4 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PBH
Method: Panel Least Squares
Date: 07/31/17 Time: 11:40
Sample: 2010Q1 2016Q3
Periods included: 27
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 135
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DPK 1.039431 0.041588 24.99363 0.0000
SBH 0.992480 0.026797 37.03635 0.0000
TBH -0.140497 0.049017 -2.866300 0.0049
NPF 0.053702 0.038722 1.386840 0.1679
CAR 0.547795 0.097697 5.607056 0.0000
C -3.336665 0.850416 -3.923566 0.0001
R-squared 0.980452 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.979695 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.304144 Akaike info criterion 0.500797
Sum squared resid 11.93298 Schwarz criterion 0.629921
142
Log likelihood -27.80381 Hannan-Quinn criter. 0.553269
F-statistic 1294.061 Durbin-Watson stat 0.587180
Prob(F-statistic) 0.000000
143
Lampiran 4. Uji Statistik
1. Uji t
Dependent Variable: PBH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/01/17 Time: 10:25
Sample: 2010Q1 2016Q3
Included observations: 27
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 135
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.001540 0.969989 -4.125348 0.0001
DPK? 1.118856 0.049769 22.48089 0.0000
SBH? 0.846389 0.040339 20.98175 0.0000
TBH? -0.100796 0.042745 -2.358087 0.0199
NPF? 0.115004 0.042402 2.712201 0.0076
CAR? 0.298278 0.109169 2.732242 0.0072
Fixed Effects (Cross)
BCAS—C 0.597512
BMI—C 0.122824
BMS—C -0.409862
BRIS—C 0.033854
BSM--C -0.344329
2. Uji F
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.986659 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.985698 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.255252 Akaike info criterion 0.178053
144
Sum squared resid 8.144169 Schwarz criterion 0.393258
Log likelihood -2.018555 Hannan-Quinn criter. 0.265506
F-statistic 1027.177 Durbin-Watson stat 0.652717
Prob(F-statistic) 0.000000
3. Uji Koefisien Determinasi
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.986659 Mean dependent var 14.36348
Adjusted R-squared 0.985698 S.D. dependent var 2.134402
S.E. of regression 0.255252 Akaike info criterion 0.178053
Sum squared resid 8.144169 Schwarz criterion 0.393258
Log likelihood -2.018555 Hannan-Quinn criter. 0.265506
F-statistic 1027.177 Durbin-Watson stat 0.652717
Prob(F-statistic) 0.000000
Top Related