PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu menghitung derajat
flokulasi ( β ) dan mengenal cara pembuatan serta evaluasi bentuk sediaan
suspensi.
Untuk cara pembuatan suspensi ada 2 cara yaitu presipitasi dan disperse.
Suspensi ada lah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan endapan harus
segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah
dikocok dan dituang.
Anonim, 1979
3Pada pengukuran derajat flokulasi ( β ) digunakan 5 formula dengan
penambahan AlCl3 yang berlainan. Pada formula A tidak ditambah AlCl3,
sedangkan pada formula B, C, D, dan E ditambah AlCl3 dengan jumlah yang
berurutan dari yang paling sedikit ke banyak. AlCl3 merupakan bahan pembentuk
flokulasi (floculating agent ). Sebagai fase dispersnya ( zat aktif ) dalam formula
ini adlah sulfadiazina. Sedangkan surfaktan yang digunakn adalah sls ( sodium
Lauril Sulfat ) yang berfungsi membantu pembentukan suspensi ( suspending
agent ). Medium dispers yang digunakan adalah aquadest.
Formula A merupakan sediaan suspensi yang terdeflokulasi, karena pada
formula ini tidak ada penambahan AlCl3 sebagai floculating agent atau pembentuk
flok. Sedangkan pada formula B, C, D, dan E merupakan suspensi terflokulasi
karena terdapat penambahan AlCl3. Dalam suspensi sistem deflokulasi, partikel
mengenap perlahan-lahan dan akhirnya membentuk cake yang keras dan akhirnya
akan sukar tersuspensi kembali. Sedangkan pada sistem flokulasi, partikel terikat
lemah, cepat mengenap, pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi kembali.
4Derajat flokulasi dihitung untuk menilai kestabilan suspensi selama
penyimpanan. Apabila harga derajat flokulasi ( β ) = 1, berarti tidak terjadi
flokulasi dalam sistem tersebut. Dari hasil percobaan dan perhitungan diperoleh β
formula A= 1, β formula B= 0,991, β formula C= 1,015, β formula D= 0,762, dan
β formula E= 0,713. dari hasil tersebut terlihat bahwa formula A merupakan
suspensi yang tidak mengalami flokulasi (nilai β = 1), sedangkan pada formula C,
D, dan E, terjadi flokulasi ( nilai β > 1 ). Pada formula E dengan penambahan
jumlah AlCl3 paling banyak memiliki supernatan atau bagian atas suspensi yang
paling jernih dibanding formula B, C, dan D. Hal ini disebabkan karena semakin
banyak AlCl3 yang ditambahkan maka akan semakin banyak pula partikel-partikel
yang membentuk flok sehingga endapan yang terbentuk semakin banyak dan
cepat , serta supernatan yang ada semakin jernih.
5Selain menghitung derajat flokulasi, dilakukan pula pembuatan
suspensi. Pembuatan suspensi ini menggunakan fase dispersi ( bahan aktif )
sulfadiazin, sulfamerazin, dan sufadimidin. Selain itu dalam formula suspensi
yang dibuat juga terdapat asam sitrat sebagai antioksidan yang mencegah
terjadinya oksidasi pada suspensi, CMC-Na berfungsi sebagai surfaktan, metil
paraben sebagai bahan pengawet suspensi untuk mencegah terjadinya
pertumbuhan mikroba selama penyimpanan suspensi, larutan NaOH sebagai
bahan pelarut sulfa (zat aktif ) sirup simplek sebagai bahan perasa (corigen saporis
), etanol untuk melarutkan metil paraben dan Aquadest sebagai medium dispersi
semua bahan.
6Pembuatan suspensi dilakukan dengan dua metode yaitu metode
presipitasi dan metode dispersi. Kedua metode tersebut akan dibandingkan
hasilnya untuk membuktikan metode mana yang terbaik dalam pembuatan
suspensi yang bagus. Perbedaan dalam kedua metode tersebut adalah jika pada
metode presipitasi, penambahan larutan NaOH dilakukan diawal sebagai pelarut
sulfa, sedangkan pada metode dispersi penambahan larutan NaOH dilakukan
diakhir setelah semua bahan tercampur.
7Prinsip metode presipitasi adalah usaha mengubah partikel zat
terdispersi menjadi lebih halus dengan penambahan larutan NaOH terlebih dahulu
untuk membuat ukuran partikel sulfa menjadi lebih kecil sehingga akan
memudahkan dalam homogenisasi dengan bahan-bahan lainnya. Sedangkan
prinsip metode dispersi adalah perubahan partikel secara fisik dengan cara obat
dihaluskan kemudian ditambah wething agent.
Pada pembuatan suspensi ini, cara dispersi dilakukan dengan
mendispersikan sulfa ke dalam cairan pembawa sehingga partikel dapat terdispersi
merata selama sistem suspensi. Hasil partikel yang diperoleh lebih kasar dan lebih
besar, sehingga memberikan kesulitan dalam homogenisasi dibanding metode
presipitasi yang mudah dalam homogenisasinya.
8Pada pengamatan diameter partikel, diameter partikel suspensi
presipitasi lebih besar dengan bentuk kristal bulat kecil-kecil, dibanding diameter
suspensi dispersi yang bentuk kristalnya seperti jarum. Hal ini juga mempengauhi
redispersibilitas suspensi, karena dengan bentuk partikel tang semakin kecil
(jarum), maka semakin mudah partikel tersebut untuk memapat satu sama lain,
sehingga ikatan antar partikel semakin kuat, dan lebih sukar untuk didispersikan
kembali dibanding partikel yang bulat dan rata. Partikel yang terbentuk baik
supensi dispersi maupun suspensi presiptasi, merupakan partikel polydispers,
karena ukuran dari tiap partikelnya berbeda satu sama lain. Dari uji
redispersibilitas dapat disimpulkan bahwa cara presipitasi memberikan hasil yang
cukup stabil dengan waktu yang sama di hari pertama pengamatan hingga hari ke-
3 dibanding suspensi dispersi. Suspensi yang baik adalah suspensi yang tidak
cepat mengenap dan mudah didispersikan kembali. Untuk harga pH yang diamati,
suspensi presipitasi dan dispersi memberikan nilai pH yang sama. Sedangkan
untuk uji prediksi stabilitas dengan cara disentrifuge, baik metode dispersi
maupun metoode presipitasi memperlihatkan terbentuknya endapan yang dari hari
ke hari semakin banyak. Namun pada uji volume sedimentasi, endapan yang
terbentuk semakin menurun, (terbentuk cake). Dari hasil evaluasi tersebut di atas
menunjukkan bahwa metode presipitasi memberikan hasil suspensi yang lebih
stabil dibanding dengan metode dispersi.
KESIMPULAN
1. Semakin banyak AlCl3 ( floculating agent ) maka semakin banyak endapan
yang terbentuk ( sistem flokulasi ).
2. Derajat flokulasi (β) = 1, berarti tidak terjadi flokulasi. Jika β > 1
mengalami flokulasi.
3. Formula A merupakan suspensi terdeflokulasi, dan formula B, C, D, serta
E, merupakan suspensi flokulasi.
4. Volume pengendapan dispersi lebih besar dari presipitasi.
5. Metode presipitasi lebih baik dibanding metode dispersi dalam pembuatan
suspensi.