Mengupas tuntas penyakit DM dengan pendekatan kedokteran keluarga
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolik kronik yang banyak ditemukan
dalam masyarakat dan dihadapi pada pelayanan kesehatan. Penyakit ini dapat diturunkan dalam
keluarga, tidak dapat disembuhkan, mempunyai sasaran organ tertentu yaitu jantung, otak, mata
dan ginjal. Tanpa penanganan yang adekuat akan berakhir dengan komplikasi kematian oleh
sebab kardioserebrovaskular dan gagal ginjal.
Dari penyelidikan yang ada, tampak kecenderungan bahwa prevalensi DM di perkotaan
hampir sama dengan prevalensi DM di daerah rural. DM adalah penyakit menahun yang akan
diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter,
perawat, dan ahli gizi, tetapi akan lebih baik melibatkan pasien dan keluarganya. Dengan adanya
penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan membantu keikutsertaan mereka dalam usaha
memperbaiki hasil pengelolaan DM.
Pelayanan Kedokteran dengan pendekatan keluarga merupakan gabungan antara
pelayanan kedokteran dan pendekatan keluarga. Pengertian pelayanan kedokteran adalah
pelayanan yang dilakukan oleh dokter yang berwenang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya di bidang kedokteran, baik yang dijalankan sendiri ataupun bersama dalam
organisasi, dengan cara memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah, memberikan tindakan
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk menyembuhkan
dan menyelesaikan masalah kesehatan dari pengguna jasa individu, keluarga dan ataupun
kelompok komunitas. Keadaan dan masalah penderita DM, melibatkan dokter sebagai pemberi
jasa, benar-benar dituntut untuk memberikan pelayanan sesuai dengan cara-cara yang digariskan
dalam pengertian di atas. Di pihak lain pengguna jasa berkewajiban pula untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan secara perorangan, keluarga dan lingkungannya.
Oleh karena itu dalam penatalaksanaan DM dibutuhkan bukan semata-mata pendekatan
organobiologik namun juga pendekatan keluarga
1.2. EPIDEMIOLOGI
Ada beberapa jenis diabetes, yang pertama DM tipe I dan yang kedua disebut DM
tipe II. Ada jenis lain yaitu diabetes pada kehamilan ( diabetes mellitus gestasional ) yang timbul
hanya pada saat hamil meliputi 2-5 % dari seluruh diabetes dan diabetes mellitus tipe lain.
Angka kejadian DM tipe I di negara barat ± 10 % dari DM tipe II. Gambaran klinik
biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baligh. Tetapi ada juga
yang timbul pada masa dewasa.
DM tipe II adalah jenis yang paling banyak ditemui ( lebih dari 90 % ). Timbul makin
sering setelah umur 40 tahun dengan cacatan pada dekade ke-7 kekerapan diabetes mencapai 3-4
kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa. Kekerapan DM di Eropa dan di Amerika Utara
berkisar antara 2-5 % sedangkan di negara berkembang antara 1,5-2 %. Di Indonesia berkisar
antara 1.5-2,3 % kurang lebih 15 tahun yang lalu, tetapi pada tahun 2001 survei terakhir di
Jakarta menunjukkan kenaikan yang sangat nyata yaitu menjadi 12,8 %.
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe II akan meningkat disebabkan oleh
beberapa hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi
dan meningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti
kegemukan, kurang gerak dan pola makan yang kurang benar.
I.3. TUJUAN PENULISAN
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai bentuk pelayanan kedokteran dengan
pendekatan keluarga pada penderita DM. Salah satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku
atau gaya hidupnya apakah telah mendukung pengobatan farmakologik atau tidak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEFINISI
DM menurut American Diabetes Association ( ADA ) 2003 adalah suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Hipergilkemik kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah.
II.2. KLASIFIKASI
Klasifikasi DM yang dianjurkan PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM
American Diabetes Association (ADA) 1997.
Klasifikasi etiologis Diabetes Melitus menurut ADA 1997 adalah :
1. Diabetes tipe 1, destruksi sel Beta (b), yang umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.
Diabetes ini dikarenakan proses autoimun atau proses idiopatik.
2. Diabetes tipe 2, bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
3. Diabetes tipe lain. Terjadi defek genetik fungsi sel Beta (b), defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pancreas (pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma), endokrinopati
(hipertiroidisme), karena obat/zat kimia (asam nikotinat, hormon tiroid), infeksi (rubella
congenital dan CMV), sebab imunologi yang jarang (antibody anti reseptor insulin), sindrom
genetik lain yang berikatan dengan DM (Sindroma Down, Klinefelter, Huntington Chorea).
4. Diabetes Mellitus Gestasional (kehamilan)
II.3. PATOGENESIS
Insulin pada DM tipe I tidak ada, karena pada jenis ini timbul reaksi autoimun yang
disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody
terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan
antibody (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta. Insulitis bisa disebabkan
macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV, herpes dan lain0lain.
Yang diserang pada insulitis itu hanya sel beta, biasanya sel alfa dan delta tetap utuh.
Pada DM tipe II jumlah insulin normal, mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan
sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang
kurang hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan
bahan bakar ( glukosa ) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan pada DM tipe I. Perbedaannya adalah DM tipe II disamping kadar
glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Pada
DM tipe II jumlah sel beta berkurang sampai 50-60 % dari normal.
Baik pada DM tipe I maupun DM tipe II kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila
kadar itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urin. Mungkin
inilah sebabnya penyakit ini disebut juga penyakit kencing manis.
II.4. DASAR DIAGNOSIS
a. Keluhan pasien :
Gejala khas polidipsi, polifagi, poliuri, lemas dan penurunan berat badan secara cepat.
Gejala lain : kesemutan, gatal di daerah genital, keputihan, infeksi yang sulit sembuh, bisul
yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk, mata kabur dan
impotensi.
Riwayat keluarga DM
Gejala neuropati diabetik (neuropati perifer) : kesemutan, rasa lemah dan baal. Sedangkan
neuropati auotonom : mual, kembung, muntah dan diare malam hari, hipotensi orthostatik
dan gangguan pengeluaran keringat, inkontinensia urin dan fekal dan impotensi.
Gejala nefropati diabetik : lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat
penimbunan carian.
Terdapat faktor resiko usia > 45 tahun, kegemukan (BB>120%BB idaman), hipertensi,
riwayat melahirkan bayi dengan BB>4000gram, riwayat DM saat hamil, penderita PJK,
TBC atau hipertiroidisme.
b. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan gula darah sewaktu ³200 mg/dL atau gula darah puasa ³ 126 mg/dL sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis DM jika keluhan dan gejala khas DM ditemukan.
Jika ditemukan hanya gejala tidak khas DM saja, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang
gula darah baik puasa maupun sewaktu. Jika hasil pemeriksaan ulang gula darah puasa
tetap ³ 126 mg/dL dan gula darah sewaktu ³200 mg/dL, maka diagnosis DM dapat
ditegakkan.
Kadar lipid abnormal (HDL < 40 mg/dL, TG ³ 200mg/dL, kolesterol total ³200 mg/dL.
Nefropati diabetik : kadar kreatinin/ureum serum dan proteinuria persisten.
Tabel 1. Perbandingan gambaran klinis antara DM tipe I, tipe II dan MRDMGAMBARAN KLINIS DM TIPE I, TIPE II DAN MRDM
Uraian DM Tipe I DM Tipe II MRDMNama lain IDDM, DM tipe I,
Juvenil-GrowthOnset. Cenderung ketosis
NIDDM, DM tipe II, Maturity-Adult-Onset.
Resisten ketosis
DM Malnutrisi, DM pankreatik, DM tropis
Usia timbulnya DM < 35 tahun > 35 tahun < 35 tahunTipe timbulnya Mendadak Pelan Pelan
Status gizi Kurus Gemuk KurusGejala klinis Polifagia, polidipsia,
poliuria ( 3 P )Tidak jelas, mungkin
dengan 3 PTidak jelas, mungkin
dengan 3 PKetosis Sering ( terapi tidak
baik )Jarang kecuali ada infeksi Jarang
Insulin endogen Sedikit atau negatif Ada hiperinsulinemia SedikitInsulin eksogen Dibutuhkan ( absolut ) Dibutuhkan oleh 20-30 %
kasusDibutuhkan ??
Kelainan lipid Meninggi Meninggi ??????????Obat OHO Jarang efektif Efektif Efektif
Diet Disesuaikan dengan kebutuhan
Mungkin cukup dengan diet saja
??????????
Keterangan : DM tipe I = DM tergantung insulin; DM tipe II = DM tidak tergantung insulin; DMTM-MRDM = Malnutrision-related DM
Tabel 2. Kadar GDS dan GDP sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar GDS (mg/dl)
Plasma vena < 110 110-199 ≥ 200
Darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200Kadar GDP (mg/dl)
Plasma Vena < 110 110-125 ≥ 126
Darah kapiler < 90 90-109 ≥ 110
( Konsensus pengelolaan DM tipe II di Indonesia, PERKENI 2002 )
II.5. KOMPLIKASI
Pengidap DM cenderung menderita komplikasi akut maupun kronik. Komplikasi akut seperti
halnya hipoglikemia dan hiperglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi
pada perjalanan penyakit DM.
Hipoglikemia merupakan keadaan klinik gangguan syaraf yang disebabkan penurunan glukosa
darah.
Penyebab hipoglikemia dapat berupa :
1. Makan kurang dari aturan yang ditentukan
2. Berat badan turun
3. Sesudah olahraga
4. Sesudah melahirkan
5. Minum obat hipoglikemia oral atau insulin sesuai takaran atau berlebihan
Tanda-tanda hipoglikemia :
1. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun
2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara
3. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka dan tangan, berdebar-debar
4. Stadium gangguan otak berat : koma dengan atau tanpa kejang
Pada hiperglikemia, secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan,
penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda khas adalah
kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.
Komplikasi kronik pada diabetes mellitus dapat berupa :
1. Mikrovaskuler
Ginjal : nefropati diabetika
Mata : retinopati diabetika, katarak, glaucoma
Paru-paru : TBC
2. Makrovaskuler : jantung koroner, pembuluh darah kaki, pembuluh darah otak3. Neuropati : mikro dan makrovaskuler4. Rentan infeksi : mikro dan makrovaskuler
Tabel 3. Komplikasi akut dan kronik pada diabetes mellitus
KOMPLIKASI DM
AKUT KRONIK1. Dehidrasi/hipovolemia2. Gangguan keseimbangan elektrolit3. Ketoasidosis4. Koma hiperosmolar non ketotik5. Gangguan reaksi imun6. Gangguan penyembuhan luka7. Hiperlipidemia/hiperlipoproteinemia8. Infeksi saluran kencing
1. Aterosklerosis diabetika2. Neuropati diabetika3. Nefropati diabetika4. Retinopati diabetika5. Katarak lentis6. Penyakit kaki diabetik
II.6. PENATALAKSANAAN
Penanggulangan farmakologis, untuk pengobatan, penderita DM dapat diberikan obat
antidiabetik yang terdiri dari golongan sulfonilurea, biguanid dan penghambat alfa
glukosidase atau diberikan insulin. Dasarnya pengelolaan DM tanpa dekompensasi metabolik
dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa
waktu. Bila kadar glukosa masih tinggi, dapat diberikan OHO atau suntikan insulin. Dalam
keadaan dekompensasi metabolik, misalnya ketoasidosis, DM dengan stress berat, berat badan
menurun drastis, insulin dapat diberikan.
1. Edukasi.
Pada dasarnya tujuan edukasi/penyuluhan diabetes adalah perawatan mandiri, sehingga
seakan-akan penderita DM menjadi “dokternya” sendiri dan juga mengetahui kapan harus pergi
ke dokter atau anggota tim perawat lainnya untuk medapatkan pengarahan atau pengobatan lebih
lanjut. Dengan demikian dapat dikatakan penyuluhan diabetes adalah suatu proses pemberian
pengetahuan dan keterampilan bagi penderita DM, yang diperlukan untuk merawat diri sendiri,
mengatasi krisis, serta mengubah gaya hidupnya agar dapat menangani penyakitnya dengan
baik. Ada beberapa tindakan penyuluhan tentang pelaksanaan DM yang dapat dilakukan dengan
pendekatan keluarga antara lain :
a. Persiapan tindakan
Menerangkan kepada pengguna jasa/penderita dan keluarga perihal keadaan, gejala, hasil
yang ditemukan dan alternatif tindakan yang akan diambil disesuaikan dengan stadium
penyakit DM
b. Penyembuhan dengan pengobatan dan tindakan lain
Menerangkan pengobatan atau tindakan yang lain tergantung dari stadium dan tipe DM bisa
berupa : pembuatan agenda pemantauan diet yang diawasi anggota keluarga lain yang terkait,
memberikan jadwal latihan jasmani/kebugaran yang sesuai dengan stadium dan resiko
penyskit, penggunaan obat DM atau obat hipoglikemik oral dan insulin, memberikan
konseling hidup sehat yang bisa dimengerti juga oleh anggota keluarga yang terkait dalam
pengobatan dan pencegahan cacat lebih lanjut.
c. Pemulihan
bisa berupa sosialisasi dalam kehidupan, pemantauan gula darah dan keluhan, perihal budaya
kehidupan yang sehat, pola makan terkendali, pemanfaatan waktu luang yang intensif yang
disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial serta usia dari penderita DM.
d. Pembinaan keluarga, bertujuan meningkatkan derajat kesehatan keluarga dengan membina
peran serta anggota keluarga untuk kehidupan yang sehat.
e. Peningkatan Kesehatan ( promotif ),
Merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (promotif) dengan tujuan :
Meningkatkan mutu kehidupan penderita DM sesuai dengan status sosialnya dalam
masyarakat.
Mencegah timbulnya komplikasi atau penyakit pada anggota keluarga yang mempunyai
resiko DM atau yang mempunyai perilaku yang buruk terhadap kesehatan.
Memberikan konseling untuk perawatan diri, budaya bersih, menghindari minumam
beralkohol, penggunaan waktu luang yang positif untuk kesehatan, menghilangkan stress,
pola makan yang baik.
Meningkatkan potensi anggota keluarga lainnya untuk membantu penderita minum obat,
pemeriksaan berkala dan motivasi untuk memperhatikan keluhan penderita.
Beberapa hal atau topik yang akan dibicarakan dalam penyuluhan antara lain berupa :
1. Pengetahuan dasar diabetes
2. Pemantauan mandiri
3. Sebab-sebab tingginya kadar glukosa darah
4. Obat Hipoglikemia Oral
5. Perencanaan makan
6. Pemeliharaan kaki
7. Kegiatan jasmani
8. Pengaturan saat sedang sakit
9. Komplikasi
2. Pengaturan diet
Tujuan utama pengaturan diet adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, memberikan energi yang cukup untuk
mecapai atau mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, memberikan energi yang
cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang memadai, menghindari dan
menangani komplikasi baik akut maupun kronis serta meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Perencanaan diet bagi penderita DM, harus difikirkan tentang kepatuhan dalam
menjalankan diet. Cara terbaik adalah dengan penyesuaian aktifitas, pola makan dan keadaan
ekonomi penderita. Komposisi energi adalah 60-70 % karbohidrat, 10-15 % dari protein dan 20-
25 % dari lemak. Makanan dengan jumlah kalori yang telah dihitung dibagi dalam 3 porsi besar
untuk makan pagi (20 %), siang (30 %) dan sore (25 %) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15
%)
Prinsip perencanaan makanan bagi penderita diabetes mellitus :
1) Kebutuhan kalori basal pada wanita dipakai angka 25 kal/kg BB, pada pria 30 kal/kg BB
ditambah dengan kegiatan sehari-hari ( tabel 4 )
Tabel 4. Kebutuhan kalori pada berbagai aktivitas
Keadaan istirahat Kebutuhan kalori basal ditambah 10 %
ringan Kebutuhan kalori basal ditambah 20 %
Sedang Kebutuhan kalori basal ditambah 30 %
Berat Kebutuhan kalori basal ditambah 40 %
Sangat berat Kebutuhan kalori basal ditambah 50 %
2) Perhitungan kalori dengan menggunakan tabel ( tabel 5 )
Tabel 5. Kebutuhan kalori orang dnegan DM
Kalori/kg BB ideal
Dewasa Kerja santai sedang Berat
Gemuk
Normal
kurus
25
30
35
30
35
40
35
40
40-50
3) Perhitungan berat badan idaman dengan rumus Brocca :
Berat badan idaman : 90 % x ( TB dalam cm – 100 ) x 1 kg
Bagi pria dengan tinggi badan < 160 cm dan wanita di bawah < 150 cm rumus modifikasi
menjadi :
Berat badan ideal : ( TB dalam cm – 100 ) x 1 kg
Atau
BB idaman : ( TB – 100 ) – 10 %
Berat badan kurang = < 90 % BB idaman
Berat badan normal = 90-110 % BB idaman
Berat badan lebih = 110-12- % BB idaman
Gemuk = > 120 % BB idaman
4) Menurut Indeks Massa Tubuh ( IMT ) yaitu :
Berat badan ( kg ){ tinggi badan (m) }2
Berat ideal : IMT untuk wanita = 18,5 – 22,9 kg/m2
IMT untuk pria = 20 – 24,9 kg/m2
Berat badan kurang = < 18,5 kg.m2
Berat badan lebih = ≥ 23,0 kg/m2
o Dengan resiko = 23,0 – 24,9 kg/m2
o Obes I = 25,0 – 29,9 kg/m2
o Obes II = ≥ 30,0 kg/m2
5) Sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan atau gizi penderita :
Kurus : BB x 46 – 60 kalori sehari
Normal : BB x 30 kalori sehari
Gemuk : BB x 20 kalori sehari
Obes : BB x 10-15 kalori sehari
Status gizi ditentukan dengan % RBW ( relative Body Weight ) :
Berat badan ( kg )
RBW = --------------------- x 100 %
Tinggi (cm)-100
a. Kurus : RBW < 90 %
b. Normal : RBW 90-110 %
c. Gemuk : RBW > 110 %
d. Obes : RBW > 120 %
6) Untuk lebih mudah dengan pegangan kasar : pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-
2100 dan gemuk 1300-1500 kalori
3. Latihan jasmani
Dianjurkan untuk latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30
menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance
training).
a. Latihan Kontinyu, latihan yang dilakukan berkesinambungan, dilakukan terus menerus.
Contoh : jika jogging 30 menit maka selama 30 menit penderita harus melakukan
jogging tanpa istirahat.
b. Latihan Ritmis, latihan olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi
dan relaksasi secara teratur. Contoh : jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda.
c. Latihan Interval, latihan olahraga yang dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan
lambat. Contoh : jalan cepat diselingi jalan lambat.
d. Latihan Progresif, latihan yang dilakukan berangsur-angsur dari ringan ke latihan yang
lebih berat, secara bertahap.
e. Latihan Daya tahan, padat memperbaiki system kardiovaskuler
Untuk melakukan latihan jasmani sebaiknya perlu diperhatikan juga :
Frekuensi : jumlah latihan perminggu sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5 kali
perminggu
Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60-70 % MHR ( maximum heart rate )
Time : 30-60 menit
Tipe ( jenis ) : latihan jasmani endurans ( aerobic ) untuk meningkatkan kemampuan
krdiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
Untuk menentukan intensitas latihan dapat digunakan MHR : 220 – umur.
Setelah MHR didapatkan, dapat ditentukan THR ( Target Heart Rate ). Misalnya penderita DM
berumur 50 tahun maka THR = 60 % x ( 220-50 )= 102. Dengan demikian penderita DM yang
melakukan latihan jasmani denyut nadi sebaiknya mencapai sekitar 102 kali/menit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan setiap kali melakukan latihan jasmani adalah tahap-tahap
( urutan kegiatan ) berikut ini :
1. Pemanasan ( warm-up )
Dilakukan sebelum memasuki latihan inti dengan tujuan untuk mepersiapkan berbagai sistem
tubuh sebbelum memasuki latihan yang sebenarnya, seperti menaikkan suhu tubuh,
meningkatkan denyut nadi mendekati intensitas latihan, mengurangi kemungkinan cedera akibat
latihan jasmani. Lama pemanasan cukup 5-10 menit.
2. Latihan inti ( conditioning )
Pada tahap ini denyut nadi diusahakan mencapai THR agar latihan benar-benar bermanfaat
3. Pendinginan ( colling down )
Untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada
otot sesudah melakukan latihan jasmani. Lama pendinginan kurang lebih 5-10 menit, hingga
denyut nadi mendekati denyut nadi istirahat.
4. Peregangan ( stretching )
Dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang dan lebih elastis.
Komponen ini lebih penting pada penderita diabetes usia lanjut.
4. Farmakologis
Untuk pengobatan penderita DM dapat diberikan OAD seperti :
a. OHO ( obat hipoglikemik oral )
1) Golongan sulfonylurea : Klorpropamid, tolbutamid, glibenklamid, glikazid, glipizid
Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan ( strored insulin )
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transport
karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak
Meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin, pada otot dan sel lemak.
Penurunan produksi glukosa oleh hati
2) Golongan biguanid
Metformin :
Menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa
Menurunkan produksi glukosa hati
Meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel
Menghambat absorpsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan
Meningkatkan jumlah reseptor insulin
Diabex
Glukophage
3) Penghambat alfa glukosidase
Acarbose : menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial
b. Insulin
a. menghambat glikogenolisis
b. menghambat konversi asam amino menjadi glukosa
c. menaikkan simpanan glukosa sebagai glikogen ( mengindukasi glukokinase )
Dibawah ini terdapat OHO yang tersedia di Indonesia :
Nama Generik Dosis maksimal Dosis awal Lama kerja (jam) Frekuensi (kali)SulfonilureaKlorpropamid 500 50 6-12 1Glibenklamid 15-20 2,5 12-24 1-2Glipisid 20 5 10-16 1-2Glikasid 240 80 10-20 1-2Glikuidon 120 30 2-3Glipisid GITS 20 5 1Glimepirid 6 1 1BiguanidMetformin 2500 500 1-3Inhibitor a glukosidaseAcarbose 300 50 1-3
BAB III
KASUS DAN ANALISIS KASUS
III.I. KASUS
A. IDENTITAS
Nama pasien : Tn. S
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Pria
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Karangwaru Lor II No. 106 RT 02/RW 01
No RM : 021430
Tanggal kunjungan : 07 dan 08 Januari 2010
B. ANAMNESIS, tanggal 07 Januari 2010
Keluhan utama : Kontrol gula darah
Keluhan tambahan : kadang-kadang kesemutan, lemes
Riwayat Penyakit Sekarang :
Penderita datang untuk kontrol gula darah, kegiatan ini sudah sering dilakukan (1 bulan sekali)
setelah penderita di diagnosis DM. Penderita mengeluh badan kadang-kadang lemes dan
kesemutan dan leher bagian belakang ( tengkuk ) sering tegang. Pasien tidak merasa penurunan
penglihatan, tidak kembung, tidak diare, tidak muntah dan tidak ada gangguan BAK.
Riwayat penyakit dahulu :
- Kira-kira bulan puasa 3 tahun lalu ( kira-kira bulan Oktober tahun 2007 ) pertama kali
merasa badannya sangat lemes, loyo, padahal biasanya tidak seperti itu. Pasien juga merasa
semakin banyak minum dan BAK pada malam hari sehingga tidur malam pasien terganggu. Tapi
pasien menganggap keluhan itu biasa sehingga pasien tidak memeriksakan diri ke Puskesmas.
- Sekitar bulan Desember 2007 pasien merasa giginya goyang, karena merasa terganggu
pasien ke puskesmas mencabut giginya. Oleh dokter puskesmas sebelum dicabut, dilakukan
pemeriksaan gula darah terlebih dahulu dan saat itu didapatkan hasil gula darah pasien ± 500.
Saat itu gigi pasien tidak jadi dicabut tapi diminta berobat ke BP Umum untuk diobati gulanya
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Kakak pasien meninggal dunia karena penyakit DM
- Ayah pasien meninggal dunia karena stroke dan hipertensi
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umun : baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : T : 120/70 mmHg N : 88x/menit
S : 36,5 Celcius R : 22 x/menit
BB : 52 kg TB : 153 cm.
Status generalis :
1.Pemeriksaan Kepala
- Bentuk kepala : Mesocephal, simetris, rambut hitam, sedikit beruban, tidak mudah
dicabut, tidak mudah rontok
2.Pemeriksaan Mata
- Palpebra : Edema (-/-)
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor
3. Pemeriksaan Telinga : Deformitas (-/-), Nyeri tekan (-/-)
4. Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), Deformitas (-/-)
5. Pemeriksaan Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor
(-), tepi hiperemis (-), tremor (-).
6. Pemeriksaan Leher:
- Trakea : Deviasi trakea (-)
- Kelenjar limfe : membesar (-)
- Kelenjar Tiroid : tidak membesar
- JVP : tidak meningkat
7. Pemeriksaan dada
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SD: vesikuler, ST: ronkhi (-), wheezing (-)
b. Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi: iktus cordis teraba di SIC V LMC sinistra, kuat angkat (-)
Perkusi: Batas jantung: Kiri atas : SIC II LPS sinista
Kanan atas : SIC II LPS dextra
Kiri bawah : SIC V LMC sinistra
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
Auskultasi: S1 > S2, reguler, bising (-)
8. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hepar tak teraba
Lien tak teraba
Ginjal ballotement (-), nyeri ketok costovertebral (-)
Perkusi : Tympani, pekak alih (-)
9. Pemeriksaan Ektsremitas
Superior: Atrofi (-/-), deformitas (-), oedem (-), sianosis (-), ikterik (-)
Reflek fisiologis (N/N),reflek patologis (-/-),akral dingin (-/-)
Inferior: Atrofi (-/-), deformitas (-), oedem (-), sianosis (-), ikterik (-)
Reflek fisiologis (N/N),reflek patologis(-/-),akral dingin (-/-).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan GDP : 105 mg/dl
2.Pemeriksaan G2JPP : 132 mg/dl
E. DIAGNOSIS
Diabetes Melitus Tipe 2
F. TERAPI
a. Edukasi
Ø Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit DM
Ø Mengubah gaya hidup
Ø Meningkatkan kepatuhan
Ø Meningkatkan kualitas hidup
b. Perencanaan diet
Perencanaan diet atau kebutuhan kalori pada penderita dengan berat badan 52 kg, tinggi
badan 152 cm sebagai berikut :
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh ( IMT ) yaitu : Berat badan ( kg )
{Tinggi badan (m)}2
Berat badan ideal : IMT untuk pria : 20 – 24,9 kg/m2
IMT untuk wanita : 18,5 – 22,9 kg/m2
Berat badan kurang : < 18, 5 kg/m2
Berat badan lebih : ≥ 23,0 kg/m2
IMT penderita adalah 22,50 termasuk kategori normal/ideal
Berdasarkan tabel di bawah ini :
Tabel Kebutuhan kalori orang dengan DM
Kalori/kg BBDewasa Kerja santai Kerja sedang Kerja beratGemuk 25 30 35Normal 30 35 40Kurus 35 40 40-50
Kebutuhan kalori basal penderita dengan aktivitas ringan atau santai adalah : 52 kg x 30
Kcal. Karena tidak bekerja atau aktivitas ringan, untuk beraktivitas sehari-hari diperlukan kalori
sebesar kebutuhan kalori basal ditambah 20 % nya ( 20 % dari 1560 = 312 Kcal ) maka kalori
yang dibutuhkan yaitu 1569 + 312 = 1872 Kcal. Tetapi bila penderita di luar kerja harian ini
melakukan olehraga atau aktivitas yang lebih dari biasanya maka ditambah lagi sesuai dengan
jenis olahraga dan aktivitasnya.
Untuk kebutuhan kalori sebanyak 1872 Kcal dapat dipilih untuk jenis makanan sebagai
berikut :
Contoh Pembagian Makanan Sehari Menurut Waktu Makan
Pukul Golongan bahan makanan Kadar diet Ukuran07.00 Nasi
Daging
Tempe
Sayur Kangkung
Minyak goreng
1 ½
½
1
sesukanya
1
Gelas
Potong
Potong
Sendok makan
10.00 Jeruk manis 1 Buah13.00 Nasi
Telur
Tahu
Sayur sawi
2
1
1
sesukanya
Gelas
Butir
Biji
19.00 Nasi
Daging ayam
Sayur kacang merah
Papaya
Minyak goreng
2
1
Sesukanya
1
2
Gelas
Potong
Potong
Sendok makan21.00 Pisang ambon 1 buah
c. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30 menit,
yang sifatnya sesuai CRIPE ( Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training)
Untuk melakukan latihan jasmani sebaiknya perlu diperhatikan juga :
Frekuensi : jumlah laithan per minggu sebaiknya dilakukan secara teratur 3- 5 kali per
minggu
Intensitas : 30-60 menit
Tipe ( jenis ) : latihan non aerobic dan non pertandingan seperti jalan santai, senam jantung
sehat dan senam DM
d. Farmakologis
Glibenklamid 2 x ½ ( selama 10 hari kontrol )
Vitamin B 2 x 1 ( roboransia )
G. KUNJUNGAN
Dari kunjungan pada penderita yang dilakukan pada tanggal 14 dan 18 Juli 2005, diharapkan
ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit. Pendekatan yang dilakukan
berdasarkan teori Bloom meliputi:
1. Genetika
Faktor genetik pada penderita mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus karena kakak pasien
menderita DM dan meninggal oleh karena penyakit tersebut. Sedangkan orang tua tidak
diketahui apakah memiliki penyakit serupa atau tidak, tetapi ayah pasien meninggal karena
stroke dan hipertensi.
2. Perilaku
Perilaku penderita mempengaruhi terjadinya penyakit DM karena penderita tidak langsung
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, padahal sebelumnya ada gejala 3 P (poliuria,
polidipsi, polifagia), penderita baru memeriksakan diri setelah merasa giginya hampir rata-rata
goyang. Selain itu pola makan sehari-hari tidak sehat serta olahraga yang tidak teratur ( hampir
dikatakan tidak pernah berolahraga ) sedikit banyak mempengaruhi.
3. Lingkungan
Lingkungan penderita, baik dalam maupun luar tidak mempengaruhi terjadinya penyakit DM
karena penderita dalam satu rumah yang berukuran 7,5 x 13 m2, berisi tiga orang. Letak rumah di
daerah perumahan biasa, bentuk bangunan rumah tidak bertingkat, lantai rumah dari keramik,
dinding rumah terbuat dari tembok, rumah penderita mempunyai jendela dan ventilasi yang
memadai sehingga rumah tidak lembab dan cahaya matahari dapat cukup masuk.
III.2. ANALISIS KASUS
A. NILAI APGAR KELUARGA
Adalah suatu penentu sehat/tidaknya keluarga, dikembangkan oleh Rosen, Geymon,
dan Leyton dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat kesehatan keluarga, yaitu :
1. Adaptasi ( Adaptation)
Penilaian : dinilai dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
diperlukan.
Hasil : nilai 2 : dalam keluarga saling membantu baik moral maupun material anak).
2. Kemitraan (Partnership)
Penilaian : tingkat kepuasan keluarga dalam hal komunikasi, dalam mengambil keputusan
dan atau menyelesaikan masalah.
Hasil : nilai 2 : semua masalah keluarga diselesaikan dengan musyawarah antara pasien,
istri dan anak.
3. Pertumbuhan (Growth)
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan dalam
mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan.
Hasil : nilai 2 :dalam hal ini anak-anak dapat mengambil keputusan dengan tanggung
jawab, serta orang tua selalu memperhatikan aktiftitas anak-anaknya di rumah.
4. Kasih sayang ( Affection)
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi
emosional yang berlangsung.
Hasil : nilai 2 :penumbuhan rasa kasih sayang sudah cukup baik karena adanya
keakraban di antara anggota keluarga.
4. Kebersamaan ( Resolve)
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi
waktu, kekayaan, dan ruang antar anggota keluarga.
Hasil : nilai 1 : pembagian waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga sudah baik karena adanya waktu untuk memecahkan suatu masalah.
B. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
Nama Kedudukan dlm Keluarga
L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien KDK
Ket
Tn. S Suami L 59 STM DMNy. W Ibu P 57 SMP Ibu rumah
tangga-
Ny. A Anak L 28 Kuliah Guru -
1. Fungsi Biologis
Penyelenggaraan keluarga dalam meneruskan keluarga yang bermutu :
Penderita mempunyai 1 orang anak. Anak yang pertama pria berusia 28 tahun yang belum
menikah dan tinggal 1 rumah.
2. Fungsi Afektif
Hubungan antara kedua orangtua : baik
Hubungan antara bapak dengan anak : baik
Hubungan antara ibu dengan anak : baik
Pembentukan kepribadian anak dan kebutuhan psikologis anak : cukup
3. Fungsi Sosial
Kedudukan keluarga di tengah masyarakat cukup baik. Hubungan yang dijalin dengan
masyarakat sekitar baik.
4. Fungsi Ekonomi
Pemenuhan kebutuhan dari uang pensiunan dan tambahan diberikan oleh anak yang
berprofesi sebagai guru
5. Fungsi Religius
Fungsi religius dalam keluarga ini baik, anggota keluarga melakukan ibadah.
6. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan dalam keluarga sudah cukup karena rata-rata berpendidikan SLTA.
C. IDENTIFIKASI PSP ( Pengetahuan, Sikap, Perilaku)
1. PSP keluarga tentang kesehatan dasar
a. Perencanaan Reproduksi
Penggunaan kontrasepsi : tidak menggunakan KB
Pemeriksaan kehamilan : di Puskesmas
Pertolongan persalinan : di bidan
b. Perawatan Tumbuh Kembang
Dalam keluarga selalu tercipta rasa saling menyayangi dan mengasihi.
c. Pencegahan penyakit.
Penderita rutin memeriksakan penyakitnya ke puskesmas
d. Gizi keluarga
Status gizi keluarga cukup, dan sudah memenuhi kriteria makanan yang bergizi.
e. Higiene dan sanitasi lingkungan
Ukuran rumah yang luas, adanya jendela, dan cukupnya ventilasi sehingga cahaya cukup masuk
ke dalam rumah sehingga rumah cukup terang dan tidak terasa lembab. Pengaturan perabotan
rumah tangga cukup tertata rapi. Penderita dalam kebersihan diri cukup baik, ditandai dengan
mandi 2 kali sehari.
2. PSP keluarga tentang kesehatan lain
a. Lingkungan rumah tangga
Pasien sering kontrol di puskesmas dan bila merasa ada keluhan atau jika ada anggota keluarga
yang sakit langsung ke puskesmas
b. Perencanaan dan pemanfaatan fasilitas pembiayaan kesehatan
Penderita mempunyai perencanaan dan pemanfaatan fasilitas pembiayaan kesehatan, hal ini
terbukti dengan kontrol di puskesmas atau cek laboratorium 1 bulan sekali mengenai kadar gula
darahnya
D. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN HIDUP KELUARGA
1. Lingkungan rumah tangga
Rumah pasien terletak di perumahan biasa dimana rumah tidak bertingkat. Rumah adalah
milik sendiri dengan luas 7,5 x 13 m2 dan tidak mempunyai halaman. Lantai dari keramik dengan
dinding tembok. Atap dari genting dan mempunyai ruang keluarga, ruang tamu, 2 ruang tidur
dan ruang makan yang masing-masing ruang ada jendelanya. Tanpa bantuan listrik, kita dapat
membaca di siang hari. Tiap ruang mempunyai lubang ventilasi sehingga tidak terkesan lembab.
Kebersihan baik dengan sumber air dari PAM. Mempunyai 1 kamar mandi dengan jamban
jongkok. Sistem penyaluran limbah dan septic tank lansung dialirkan ke sungai yang berjarak 13
m dari rumah. Batas depan rumah, sebelah kanan, kiri dan belakang rumah tetangga 0,5 m. Jalan
terbuat dari semen.
2. Lingkungan budaya
Penderita mempunyai gaya hidup sehat dengan selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
sekitarnya. Sekarang sering kontrol teratur untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan anggota
keluarganya.
E. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN YANG TELAH DILAKUKAN
NO PRIORITAS RENCANA TINDAKAN
1 Diet, pasien belum begitu
faham mana makanan yang
tidak boleh
Dikonsumsi untuk
mengatasi penyakitnya
Pengaturan pola makan - pemberian contoh rencana
pola makan
- mengurangi gula
- mengurangi garam
- menyarankan catering
2 Olahraga, pasien merasa
olahraga tidak membantu
penatalaksanaan penyakitnya
Pengaturan jenis olahraga - pemberian contoh jenis-jenis
olahraga dan bagaimana
melakukannya dengan benar
sesuai dengan kondisi pasien
3. Stres, pasien merasa
masih ada beban karena anak
belum menikah
-
Mengendalikan stressor
- Mengatasi
permasalahan
- Menenangkan diri
- Pendekatan sosial ke tetangga
-
4 Kemauan kontrol, kadang-
kadang pasien baru ke
Edukasi tentang penyakit
dan
puskesmas jika ada
keluhan saja
pentingnya untuk
selalu kontrol
mengingat komplikasi
yang
mungkin terjadi
F. DIAGNOSIS KEDOKTERAN KELUARGA
Bentuk Keluarga : keluarga terdiri dari Ayah, ibu, anak.
Fungsi yang terganggu : -
Fungsi yang mempengaruhi : -
Fungsi yang dipengaruhi : -
F. ANALISA KASUS
Penderita seorang kepala rumah tangga,. Biaya kehidupan sehari-hari didapat dari uang
pensiunan dan pemberian oleh anak. Pasien tinggal di daerah pemukiman yang padat, tetapi
lingkungan sekitar cukup bersih. Pasien menderita DM ± 3 tahun yang lalu, kakak pasien juga
pernah menderita penyakit serupa dan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Belum
diketahui apakah anak menderita penyakit serupa. Hal yang memungkinkan pasien menderita
penyakit DM adalah faktor genetika dan pola makan.
Untuk menanggulangi agar kadar gula darah tidak tinggi diperlukan suatu kedisiplinan
dari penderita dan keluarganya.
1. Pasien
a. Pasien disarankan agar selalu control rutin mengenai kadar gula darahnya minimal 3 bulan
sekali
b. Mengubah gaya hidup seperti diet harus terkontrol dengan kebotuhan kalori tubuh,
menyempatkan diri untuk selalu olahraga dan menjaga kebersihan.
2. Keluarga
a. Selain penderita anggota keluarga lain juga harus dapat mendukung dalam
penanggulangan DM yaitu dengan mengingatkan pasien untuk kontrol dan minum obat
b. Menyajikan hidangan jangan menghidangkan menu yang mengandung banyak karbohidrat
seperti kue, coklat, susu tinggi karbohidrat dan lain-lain.
III.3. PELAKSANAAN PROGRAM
Hari/tanggal Kegiatan yang dilakukan Anggota
yang terlibat
Hasil kegiatan
07 Januari 2010 Kunjungan pertama ke rumah
penderita :
1.identifikasi fungsi keluarga
meliputi anggota keluarga,
kondisi lingkungan, tempat
tinggal baik dalam maupun
diluar rumah dan mendata lokasi
2.melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Penderita 1. keluhan penyakit penderita
2. ditemukannya faktor
penyebab penyakit yaitu faktor
pola makan, kurang
terkontrolnya pengobatan dan
stress psikis
08 Januari 2010 Kunjungan kedua ke rumah
penderita :
1.Untuk follow up keadaan
penyakitnya
2.Edukasi tentang penyakit DM,
Hipertensi dan komplikasi jika
pengobatan tidak rutin
3.Edukasi pengobatan dan pola
makan
4.Memotivasi untuk
menyelesaikan masalah yang ada
Penderita 1. Pasien mengerti tentang
pentingnya kontrol
2. Mengetahui pola makan
yang baik bagi dirinya
3. Akan bersabar namun belum
bisa menemukan jalan terbaik
menghadapi stress psikisnya
III.4. RENCANA PROGRAM SELANJUTNYA
Rencana program yang belum dapat diwujudkan pada kesempatan kali ini dijabarkan dalam
rencana program selanjutnya yang dapat ditindaklanjuti dengan mengikuti kemajuan terapi dan
perbaikan gizi yang ada. Adapun rencana program tersebut ialah :
1. Pengawasan penyusunan menu makanan dan makanan penggantinya apakah sudah sesuai
dengan pola makan yang telah diajarkan.
2. Penimbangan berat badan secara berkala untuk mengetahui keadaan gizi pasien sebagai
kontrol ketertiban terhadap pola dietnya dan sebagai salah satu alat kontrol terhadap
penyakitnya.
3. Pemeriksaan berkala fisik maupun penunjang untuk mengetahui keadaan saat itu dan
adakah komplikasi.
4. mendampingi dan memantau dalam menghadapi stress psikisnya dengan pendekatan
keagamaan dan pendekatan secara medis agar tidak terlalu mempengaruhi penyakitnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. KESIMPULAN
1. Nilai APGAR dalam keluarga baik (nilai 9) sehingga keluarga ini tergolong keluarga sehat
karena kelima aspek terpenuhi walaupun kepala keluarga pergi.
2. Fungsi-fungsi keluarga sudah cukup baik
3. Pengetahuan, sikap dan perilaku dari penderita serta keluarga cukup baik, khususnya
tentang pentingnya berobat.
4. Masalah lain yang timbul yang berhubungan dengan penyakit penderita adalah masalah pola
makan, olahraga dan masalah keluarga (mengenai anak).
IV.2. SARAN
1. Mahasiswa
1) Memahami dan lebih mengerti dari kasus yang ada serta dapat mengambil manfaatnya. Dapat
membandingkan kasus yang diperoleh antara teori dan praktek serta dapat memberikan solusinya
bagi anggota keluarga penderita.Menimbulkan kesadaran pada pasien akan pentingnya
pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan.
2) Meningkatkan profesionalisme mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat.
2. Puskesmas
Puskesmas diharapkan tetap melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhan-
penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat khususnya penyakit-
penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi. Selain itu puskesmas bersama mahasiswa dapat
selalu memantau kemajuan pasien terutama mengenai pengobatan DM pada penderita tersebut
3. Penderita
1) Mencari informasi lebih lanjut tentang penyakit yang diderita
2) Mengusahakan mendapat pengetahuan tentang gizi untuk menentukan pola makan yang
sesuai bagi penderita DM dan Hipertensi.
3) Mencoba membuat jadwal untuk kontrol, minum obat, dan jadwal olahraga dan meminta
keluarga yang serumah untuk mengingatkan kegiatan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 1999, Penuntun Diit, Ed ke-2, RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2. Noer S, ed, 1996, Gambaran Klinis Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 1, Ed-ke 3, FKUI, Jakarta.
3. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia, 1998, PERKENI, Jakarta
4. Tjay, T, et al, 2002, Obat-obat penting, Elexmedia Komputindo, Jakarta
Top Related