Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

43
Mengupas tuntas penyakit DM dengan pendekatan kedokteran keluarga BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolik kronik yang banyak ditemukan dalam masyarakat dan dihadapi pada pelayanan kesehatan. Penyakit ini dapat diturunkan dalam keluarga, tidak dapat disembuhkan, mempunyai sasaran organ tertentu yaitu jantung, otak, mata dan ginjal. Tanpa penanganan yang adekuat akan berakhir dengan komplikasi kematian oleh sebab kardioserebrovaskular dan gagal ginjal. Dari penyelidikan yang ada, tampak kecenderungan bahwa prevalensi DM di perkotaan hampir sama dengan prevalensi DM di daerah rural. DM adalah penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat, dan ahli gizi, tetapi akan lebih baik melibatkan pasien dan keluarganya. Dengan adanya penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan membantu keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan DM. Pelayanan Kedokteran dengan pendekatan keluarga merupakan gabungan antara pelayanan kedokteran dan pendekatan keluarga. Pengertian pelayanan kedokteran adalah pelayanan yang dilakukan oleh dokter yang berwenang sesuai dengan latar belakang

description

Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Transcript of Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Page 1: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Mengupas tuntas penyakit DM dengan pendekatan kedokteran keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolik kronik yang banyak ditemukan

dalam masyarakat dan dihadapi pada pelayanan kesehatan. Penyakit ini dapat diturunkan dalam

keluarga, tidak dapat disembuhkan, mempunyai sasaran organ tertentu yaitu jantung, otak, mata

dan ginjal. Tanpa penanganan yang adekuat akan berakhir dengan komplikasi kematian oleh

sebab kardioserebrovaskular dan gagal ginjal.

Dari penyelidikan yang ada, tampak kecenderungan bahwa prevalensi DM di perkotaan

hampir sama dengan prevalensi DM di daerah rural. DM adalah penyakit menahun yang akan

diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter,

perawat, dan ahli gizi, tetapi akan lebih baik melibatkan pasien dan keluarganya. Dengan adanya

penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan membantu keikutsertaan mereka dalam usaha

memperbaiki hasil pengelolaan DM.

Pelayanan Kedokteran dengan pendekatan keluarga merupakan gabungan antara

pelayanan kedokteran dan pendekatan keluarga. Pengertian pelayanan kedokteran adalah

pelayanan yang dilakukan oleh dokter yang berwenang sesuai dengan latar belakang

pendidikannya di bidang kedokteran, baik yang dijalankan sendiri ataupun bersama dalam

organisasi, dengan cara memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah, memberikan tindakan

yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk menyembuhkan

dan menyelesaikan masalah kesehatan dari pengguna jasa individu, keluarga dan ataupun

kelompok komunitas. Keadaan dan masalah penderita DM, melibatkan dokter sebagai pemberi

jasa, benar-benar dituntut untuk memberikan pelayanan sesuai dengan cara-cara yang digariskan

dalam pengertian di atas. Di pihak lain pengguna jasa berkewajiban pula untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan secara perorangan, keluarga dan lingkungannya.

Oleh karena itu dalam penatalaksanaan DM dibutuhkan bukan semata-mata pendekatan

organobiologik namun juga pendekatan keluarga

Page 2: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

 

1.2. EPIDEMIOLOGI

                  Ada beberapa jenis diabetes, yang pertama DM tipe I dan yang kedua disebut DM

tipe II. Ada jenis lain yaitu diabetes pada kehamilan ( diabetes mellitus gestasional ) yang timbul

hanya pada saat hamil meliputi 2-5 % dari seluruh diabetes dan diabetes mellitus tipe lain.

                  Angka kejadian DM tipe I di negara barat ± 10 % dari DM tipe II. Gambaran klinik

biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baligh. Tetapi ada juga

yang timbul pada masa dewasa.

                  DM tipe II adalah jenis yang paling banyak ditemui ( lebih dari 90 % ). Timbul makin

sering setelah umur 40 tahun dengan cacatan pada dekade ke-7 kekerapan diabetes mencapai 3-4

kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa. Kekerapan DM di Eropa dan di Amerika Utara

berkisar antara 2-5 % sedangkan di negara berkembang antara 1,5-2 %. Di Indonesia berkisar

antara 1.5-2,3 % kurang lebih 15 tahun yang lalu, tetapi pada tahun 2001 survei terakhir di

Jakarta menunjukkan kenaikan yang sangat nyata yaitu menjadi 12,8 %.

                  Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe II akan meningkat disebabkan oleh

beberapa hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi

dan meningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti

kegemukan, kurang gerak dan pola makan yang kurang benar.

I.3. TUJUAN PENULISAN

Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai bentuk pelayanan kedokteran dengan

pendekatan keluarga pada penderita DM. Salah satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku

atau gaya hidupnya apakah telah mendukung pengobatan farmakologik atau tidak.

 

 

Page 3: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.  DEFINISI

DM menurut American Diabetes Association ( ADA ) 2003 adalah suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Hipergilkemik kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,

disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan

pembuluh darah.

II.2.  KLASIFIKASI

Klasifikasi DM yang dianjurkan PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM

American Diabetes Association (ADA) 1997.

Klasifikasi etiologis Diabetes Melitus menurut ADA 1997 adalah :

1. Diabetes tipe 1, destruksi sel Beta (b), yang umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.

Diabetes ini dikarenakan proses autoimun atau proses idiopatik.

2. Diabetes tipe 2, bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi

insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.

3. Diabetes tipe lain. Terjadi defek genetik fungsi sel Beta (b), defek genetik kerja insulin,

penyakit eksokrin pancreas (pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma), endokrinopati

(hipertiroidisme), karena obat/zat kimia (asam nikotinat, hormon tiroid),  infeksi (rubella

congenital dan CMV), sebab imunologi yang jarang (antibody anti reseptor insulin), sindrom

genetik lain yang berikatan dengan DM (Sindroma Down, Klinefelter, Huntington Chorea).

4. Diabetes Mellitus Gestasional (kehamilan)

 

II.3.  PATOGENESIS

Insulin pada DM tipe I tidak ada, karena pada jenis ini timbul reaksi autoimun yang

disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody

terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan

Page 4: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

antibody (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta. Insulitis bisa disebabkan

macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV, herpes dan lain0lain.

Yang diserang pada insulitis itu hanya sel beta, biasanya sel alfa dan delta tetap utuh.

Pada DM tipe II jumlah insulin normal, mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor

insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan

sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang

kurang hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya

(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan

bahan bakar ( glukosa ) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian

keadaan ini sama dengan pada DM tipe I. Perbedaannya adalah DM tipe II disamping kadar

glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Pada

DM tipe II jumlah sel beta berkurang sampai 50-60 % dari normal.

Baik pada DM tipe I maupun DM tipe II kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila

kadar itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urin. Mungkin

inilah sebabnya penyakit ini disebut juga penyakit kencing manis.

 

II.4. DASAR DIAGNOSIS

a. Keluhan pasien :

Gejala khas polidipsi, polifagi, poliuri, lemas dan penurunan berat badan secara cepat.

Gejala lain : kesemutan, gatal di daerah genital, keputihan, infeksi yang sulit sembuh, bisul

yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk, mata kabur dan

impotensi.

Riwayat keluarga DM

Gejala neuropati diabetik (neuropati perifer) : kesemutan, rasa lemah dan baal. Sedangkan

neuropati auotonom : mual, kembung, muntah dan diare malam hari, hipotensi orthostatik

dan gangguan pengeluaran keringat, inkontinensia urin dan fekal dan impotensi.

Gejala nefropati diabetik : lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat

penimbunan carian.

Terdapat faktor resiko usia > 45 tahun, kegemukan (BB>120%BB idaman), hipertensi,

riwayat melahirkan bayi dengan BB>4000gram, riwayat DM saat hamil, penderita PJK,

TBC atau hipertiroidisme.

Page 5: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

b. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan gula darah sewaktu ³200 mg/dL atau gula darah puasa ³ 126 mg/dL sudah

cukup untuk menegakkan diagnosis DM jika keluhan dan gejala khas DM ditemukan.

Jika ditemukan hanya gejala tidak khas DM saja, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang

gula darah baik puasa maupun sewaktu. Jika hasil pemeriksaan ulang gula darah puasa

tetap ³ 126 mg/dL dan gula darah sewaktu ³200 mg/dL, maka diagnosis DM dapat

ditegakkan.

Kadar lipid abnormal (HDL < 40 mg/dL, TG ³ 200mg/dL, kolesterol total ³200 mg/dL.

Nefropati diabetik : kadar kreatinin/ureum serum dan proteinuria persisten.

Tabel 1. Perbandingan gambaran klinis antara DM tipe I, tipe II dan MRDMGAMBARAN KLINIS DM TIPE I, TIPE II DAN MRDM

Uraian DM Tipe I DM Tipe II MRDMNama lain IDDM, DM tipe I,

Juvenil-GrowthOnset. Cenderung ketosis

NIDDM, DM tipe II, Maturity-Adult-Onset.

Resisten ketosis

DM Malnutrisi, DM pankreatik, DM tropis

Usia timbulnya DM < 35 tahun > 35 tahun < 35 tahunTipe timbulnya Mendadak Pelan Pelan

Status gizi Kurus Gemuk KurusGejala klinis Polifagia, polidipsia,

poliuria ( 3 P )Tidak jelas, mungkin

dengan 3 PTidak jelas, mungkin

dengan 3 PKetosis Sering ( terapi tidak

baik )Jarang kecuali ada infeksi Jarang

Insulin endogen Sedikit atau negatif Ada hiperinsulinemia SedikitInsulin eksogen Dibutuhkan ( absolut ) Dibutuhkan oleh 20-30 %

kasusDibutuhkan ??

Kelainan lipid Meninggi Meninggi ??????????Obat OHO Jarang efektif Efektif Efektif

Diet Disesuaikan dengan kebutuhan

Mungkin cukup dengan diet saja

??????????

Keterangan : DM tipe I = DM tergantung insulin; DM tipe II = DM tidak tergantung insulin; DMTM-MRDM = Malnutrision-related DM

 

Page 6: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Tabel 2. Kadar GDS dan GDP sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM 

Bukan DM Belum pasti DM

DM

Kadar GDS (mg/dl)

Plasma vena < 110 110-199 ≥ 200

Darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200Kadar GDP (mg/dl)

Plasma Vena < 110 110-125 ≥ 126

Darah kapiler < 90 90-109 ≥ 110

( Konsensus pengelolaan DM tipe II di Indonesia, PERKENI 2002 )

II.5. KOMPLIKASI

Pengidap DM cenderung menderita komplikasi akut maupun kronik. Komplikasi akut seperti

halnya hipoglikemia dan hiperglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi

pada perjalanan penyakit DM.

Hipoglikemia merupakan keadaan klinik gangguan syaraf yang disebabkan penurunan glukosa

darah.

Penyebab hipoglikemia dapat berupa :

1. Makan kurang dari aturan yang ditentukan

2. Berat badan turun

3. Sesudah olahraga

4. Sesudah melahirkan

5. Minum obat hipoglikemia oral atau insulin sesuai takaran atau berlebihan

Tanda-tanda hipoglikemia :

1. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun

2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara

3. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka dan tangan, berdebar-debar

4. Stadium gangguan otak berat : koma dengan atau tanpa kejang

Pada hiperglikemia, secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan,

penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda khas adalah

kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.

Komplikasi kronik pada diabetes mellitus dapat berupa :

1. Mikrovaskuler

Page 7: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Ginjal : nefropati diabetika

Mata : retinopati diabetika, katarak, glaucoma

Paru-paru : TBC

2. Makrovaskuler : jantung koroner, pembuluh darah kaki, pembuluh darah otak3. Neuropati : mikro dan makrovaskuler4. Rentan infeksi : mikro dan makrovaskuler

Tabel 3. Komplikasi akut dan kronik pada diabetes mellitus

KOMPLIKASI  DM

AKUT KRONIK1.      Dehidrasi/hipovolemia2.      Gangguan keseimbangan elektrolit3.      Ketoasidosis4.      Koma hiperosmolar non ketotik5.      Gangguan reaksi imun6.      Gangguan penyembuhan luka7.      Hiperlipidemia/hiperlipoproteinemia8.      Infeksi saluran kencing

1.      Aterosklerosis diabetika2.      Neuropati diabetika3.      Nefropati diabetika4.      Retinopati diabetika5.      Katarak lentis6.      Penyakit kaki diabetik

 

 II.6. PENATALAKSANAAN

Penanggulangan farmakologis, untuk pengobatan, penderita DM dapat diberikan obat

antidiabetik yang terdiri dari golongan sulfonilurea, biguanid dan penghambat alfa

glukosidase  atau diberikan insulin. Dasarnya pengelolaan DM tanpa dekompensasi metabolik

dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa

waktu. Bila kadar glukosa masih tinggi, dapat diberikan OHO atau suntikan insulin. Dalam

keadaan dekompensasi metabolik, misalnya ketoasidosis, DM dengan stress berat, berat badan

menurun drastis, insulin dapat diberikan.

1. Edukasi.

Pada dasarnya tujuan edukasi/penyuluhan diabetes adalah perawatan mandiri, sehingga

seakan-akan penderita DM menjadi “dokternya” sendiri dan juga mengetahui kapan harus pergi

ke dokter atau anggota tim perawat lainnya untuk medapatkan pengarahan atau pengobatan lebih

lanjut. Dengan demikian dapat dikatakan penyuluhan diabetes adalah suatu proses pemberian

pengetahuan dan keterampilan bagi penderita DM, yang diperlukan untuk merawat diri sendiri,

Page 8: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

mengatasi krisis, serta mengubah gaya hidupnya agar dapat menangani penyakitnya dengan

baik. Ada beberapa tindakan penyuluhan tentang pelaksanaan DM yang dapat dilakukan dengan

pendekatan keluarga antara lain :

a. Persiapan tindakan

Menerangkan kepada pengguna jasa/penderita dan keluarga perihal keadaan, gejala, hasil

yang ditemukan dan alternatif tindakan yang akan diambil disesuaikan dengan stadium

penyakit DM

b. Penyembuhan dengan pengobatan dan tindakan lain

Menerangkan pengobatan atau tindakan yang lain tergantung dari stadium dan tipe DM bisa

berupa : pembuatan agenda pemantauan diet yang diawasi anggota keluarga lain yang terkait,

memberikan jadwal latihan jasmani/kebugaran yang sesuai dengan stadium dan resiko

penyskit, penggunaan obat DM atau obat hipoglikemik oral dan insulin, memberikan

konseling hidup sehat yang bisa dimengerti juga oleh anggota keluarga yang terkait dalam

pengobatan dan pencegahan cacat lebih lanjut.

c. Pemulihan

bisa berupa sosialisasi dalam kehidupan, pemantauan gula darah dan keluhan, perihal budaya

kehidupan yang sehat, pola makan terkendali, pemanfaatan waktu luang yang intensif yang

disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial serta usia dari penderita DM.

d. Pembinaan keluarga, bertujuan meningkatkan derajat kesehatan keluarga dengan membina

peran serta anggota keluarga untuk kehidupan yang sehat.

e. Peningkatan Kesehatan ( promotif ), 

Merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (promotif) dengan tujuan :

Meningkatkan mutu kehidupan penderita DM sesuai dengan status sosialnya dalam

masyarakat.

Mencegah timbulnya komplikasi atau penyakit pada anggota keluarga yang mempunyai

resiko DM atau yang mempunyai perilaku yang buruk terhadap kesehatan.

Memberikan konseling untuk perawatan diri, budaya bersih, menghindari minumam

beralkohol, penggunaan waktu luang yang positif untuk kesehatan, menghilangkan stress,

pola makan yang baik.

Meningkatkan potensi anggota keluarga lainnya untuk membantu penderita minum obat,

pemeriksaan berkala dan motivasi untuk memperhatikan keluhan penderita.

Page 9: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Beberapa hal atau topik yang akan dibicarakan dalam penyuluhan antara lain berupa :

1. Pengetahuan dasar diabetes

2. Pemantauan mandiri

3. Sebab-sebab tingginya kadar glukosa darah

4. Obat Hipoglikemia Oral

5. Perencanaan makan

6. Pemeliharaan kaki

7. Kegiatan jasmani

8. Pengaturan saat sedang sakit

9. Komplikasi

2. Pengaturan diet

Tujuan utama pengaturan diet adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki

kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik,

mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, memberikan energi yang cukup untuk

mecapai atau mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, memberikan energi yang

cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang memadai, menghindari dan

menangani komplikasi baik akut maupun kronis serta meningkatkan kesehatan secara

keseluruhan melalui gizi yang optimal.

Perencanaan diet bagi penderita DM, harus difikirkan tentang kepatuhan dalam

menjalankan diet. Cara terbaik adalah dengan penyesuaian aktifitas, pola makan dan keadaan

ekonomi penderita. Komposisi energi adalah 60-70 % karbohidrat, 10-15 % dari protein dan 20-

25 % dari lemak. Makanan dengan jumlah kalori yang telah dihitung dibagi dalam 3 porsi besar

untuk makan pagi (20 %), siang (30 %) dan sore (25 %) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15

%)

 

Prinsip perencanaan makanan bagi penderita diabetes mellitus :

1) Kebutuhan kalori basal pada wanita dipakai angka 25 kal/kg BB, pada pria 30 kal/kg BB

ditambah dengan kegiatan sehari-hari ( tabel 4 )

Page 10: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Tabel 4. Kebutuhan kalori pada berbagai aktivitas

Keadaan istirahat Kebutuhan kalori basal ditambah 10 %

ringan Kebutuhan kalori basal ditambah 20 %

Sedang Kebutuhan kalori basal ditambah 30 %

Berat Kebutuhan kalori basal ditambah 40 %

Sangat berat Kebutuhan kalori basal ditambah 50 %

2) Perhitungan kalori dengan menggunakan tabel ( tabel 5 )

Tabel 5. Kebutuhan kalori orang dnegan DM

Kalori/kg BB ideal

Dewasa Kerja santai sedang Berat

Gemuk

Normal

kurus

25

30

35

30

35

40

35

40

40-50

3) Perhitungan berat badan idaman dengan rumus Brocca :

Berat badan idaman : 90 % x ( TB dalam cm – 100 ) x 1 kg

Bagi pria dengan tinggi badan < 160 cm dan wanita di bawah < 150 cm rumus modifikasi

menjadi :

Berat badan ideal : ( TB dalam cm – 100 ) x 1 kg

Atau

BB idaman : ( TB – 100 ) – 10 %

 

Berat badan kurang      = < 90 % BB idaman

Berat badan normal      = 90-110 % BB idaman

Berat badan lebih          = 110-12- % BB idaman

Gemuk                         = > 120 % BB idaman

 

Page 11: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

4) Menurut Indeks Massa Tubuh ( IMT ) yaitu :

Berat badan ( kg ){ tinggi badan (m) }2

Berat ideal : IMT untuk wanita  = 18,5 – 22,9 kg/m2

                    IMT untuk pria                 = 20 – 24,9 kg/m2

Berat badan kurang                              = < 18,5 kg.m2

Berat badan lebih                                  = ≥ 23,0 kg/m2

o       Dengan resiko           = 23,0 – 24,9 kg/m2

o       Obes I                       = 25,0 – 29,9 kg/m2

o       Obes II                     = ≥ 30,0 kg/m2

 

5) Sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan atau gizi penderita :

Kurus         : BB x 46 – 60 kalori sehari

Normal       : BB x 30 kalori sehari

Gemuk       : BB x 20 kalori sehari

Obes          : BB x 10-15 kalori sehari

 

Status gizi ditentukan dengan % RBW ( relative Body Weight ) :

Berat badan ( kg )

RBW = --------------------- x 100 %

Tinggi (cm)-100

a. Kurus           : RBW < 90 %

b. Normal         : RBW 90-110 %

c. Gemuk         : RBW > 110 %

d. Obes            : RBW > 120 %

6) Untuk lebih mudah dengan pegangan kasar : pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-

2100 dan gemuk 1300-1500 kalori

Page 12: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

3. Latihan jasmani

Dianjurkan untuk latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30

menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance

training).

a. Latihan Kontinyu, latihan yang dilakukan berkesinambungan, dilakukan terus menerus.

Contoh : jika jogging 30 menit maka selama 30 menit penderita harus melakukan

jogging tanpa istirahat.

b. Latihan Ritmis, latihan olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi

dan relaksasi secara teratur. Contoh : jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda.

c. Latihan Interval, latihan olahraga yang dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan

lambat. Contoh : jalan cepat diselingi jalan lambat.

d. Latihan Progresif, latihan yang dilakukan berangsur-angsur dari ringan ke latihan yang

lebih berat, secara bertahap.

e. Latihan Daya tahan, padat memperbaiki system kardiovaskuler

 

Untuk melakukan latihan jasmani sebaiknya perlu diperhatikan juga :

Frekuensi       :  jumlah latihan perminggu sebaiknya  dilakukan secara teratur 3-5 kali

perminggu

Intensitas        :  ringan dan sedang yaitu 60-70 % MHR ( maximum heart rate )

Time               :  30-60 menit

Tipe ( jenis )   :  latihan jasmani endurans ( aerobic ) untuk meningkatkan kemampuan

krdiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.

Untuk menentukan intensitas latihan dapat digunakan MHR : 220 – umur.

Setelah MHR didapatkan, dapat ditentukan THR ( Target Heart Rate ). Misalnya penderita DM

berumur 50 tahun maka THR = 60 % x ( 220-50 )= 102. Dengan demikian penderita DM yang

melakukan latihan jasmani denyut nadi sebaiknya mencapai sekitar 102 kali/menit.

      Hal-hal yang perlu diperhatikan setiap kali melakukan latihan jasmani adalah tahap-tahap

( urutan kegiatan ) berikut ini :

1. Pemanasan ( warm-up )

Page 13: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Dilakukan sebelum memasuki latihan inti dengan tujuan untuk mepersiapkan berbagai sistem

tubuh sebbelum memasuki latihan yang sebenarnya, seperti menaikkan suhu tubuh,

meningkatkan denyut nadi mendekati intensitas latihan, mengurangi kemungkinan cedera akibat

latihan jasmani. Lama pemanasan cukup 5-10 menit.

2. Latihan inti ( conditioning )

Pada tahap ini denyut nadi diusahakan mencapai THR agar latihan benar-benar bermanfaat

3. Pendinginan ( colling down )

Untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada

otot sesudah melakukan latihan jasmani. Lama pendinginan kurang lebih 5-10 menit, hingga

denyut nadi mendekati denyut nadi istirahat.

4. Peregangan ( stretching )

Dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang dan lebih elastis.

Komponen ini lebih penting pada penderita diabetes usia lanjut.

4. Farmakologis

Untuk pengobatan penderita DM dapat diberikan OAD seperti :

a. OHO ( obat hipoglikemik oral )

1) Golongan sulfonylurea : Klorpropamid, tolbutamid, glibenklamid, glikazid, glipizid

Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan ( strored insulin )

Menurunkan ambang sekresi insulin

Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin  transport

karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak

Meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin, pada otot dan sel lemak.

Penurunan produksi glukosa oleh hati

2) Golongan biguanid

Metformin :

Menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa

Menurunkan produksi glukosa hati

Meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel

Menghambat absorpsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah   makan

Meningkatkan jumlah reseptor insulin

Page 14: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Diabex

Glukophage

 

3) Penghambat alfa glukosidase

Acarbose : menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial

b. Insulin

a.       menghambat glikogenolisis

b.      menghambat konversi asam amino menjadi glukosa

c.       menaikkan simpanan glukosa sebagai glikogen ( mengindukasi glukokinase )

 

Dibawah ini terdapat OHO yang tersedia di Indonesia :

Nama Generik Dosis maksimal Dosis awal Lama kerja (jam) Frekuensi (kali)SulfonilureaKlorpropamid 500 50 6-12 1Glibenklamid 15-20 2,5 12-24 1-2Glipisid 20 5 10-16 1-2Glikasid 240 80 10-20 1-2Glikuidon 120 30 2-3Glipisid GITS 20 5 1Glimepirid 6 1 1BiguanidMetformin 2500 500 1-3Inhibitor a glukosidaseAcarbose 300 50 1-3

 

Page 15: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

BAB III

KASUS DAN ANALISIS KASUS

 

III.I.  KASUS

A. IDENTITAS

Nama pasien              :  Tn. S

Umur              :  59 tahun

Jenis kelamin  :  Pria

Agama                       :  Islam

Pekerjaan                   :  Pensiunan

Alamat                       :  Karangwaru Lor II No. 106 RT 02/RW 01

No RM                      : 021430

Tanggal kunjungan      :  07 dan 08 Januari 2010    

 

B. ANAMNESIS, tanggal 07 Januari 2010

Keluhan utama           : Kontrol gula darah

Keluhan tambahan     : kadang-kadang  kesemutan, lemes

Riwayat Penyakit Sekarang :

Penderita datang untuk kontrol gula darah, kegiatan ini sudah sering dilakukan (1 bulan sekali)

setelah penderita di diagnosis DM. Penderita mengeluh badan kadang-kadang lemes dan

kesemutan dan leher bagian belakang ( tengkuk ) sering tegang. Pasien tidak merasa penurunan

penglihatan, tidak kembung, tidak diare, tidak muntah dan tidak ada gangguan BAK.

Riwayat penyakit dahulu        :

-         Kira-kira bulan puasa 3 tahun lalu ( kira-kira bulan Oktober tahun 2007 ) pertama kali

merasa badannya sangat lemes, loyo, padahal biasanya tidak seperti itu. Pasien juga merasa

semakin banyak minum dan BAK pada malam hari sehingga tidur malam pasien terganggu. Tapi

pasien menganggap keluhan itu biasa sehingga pasien tidak memeriksakan diri ke Puskesmas.

-         Sekitar  bulan Desember 2007 pasien  merasa giginya goyang, karena merasa terganggu

pasien ke puskesmas mencabut giginya. Oleh dokter puskesmas sebelum dicabut, dilakukan

Page 16: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

pemeriksaan gula darah terlebih dahulu dan saat itu didapatkan hasil gula darah pasien ± 500.

Saat itu gigi pasien tidak  jadi dicabut tapi diminta berobat ke BP Umum untuk diobati gulanya

 

Riwayat Penyakit Keluarga :

-         Kakak pasien meninggal dunia karena penyakit DM

-         Ayah pasien meninggal dunia karena stroke dan hipertensi

 

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umun          : baik

Kesadaran                 : Compos mentis

Vital sign                   : T : 120/70 mmHg                     N : 88x/menit

                                      S : 36,5 Celcius                        R : 22 x/menit     

BB                            : 52 kg                                       TB : 153 cm.

Status generalis          :

1.Pemeriksaan Kepala

- Bentuk kepala        :  Mesocephal, simetris,  rambut  hitam, sedikit beruban, tidak mudah

dicabut, tidak mudah rontok

2.Pemeriksaan Mata

- Palpebra                : Edema (-/-)

- Konjungtiva          : Anemis (-/-)

- Sklera                    : Ikterik (-/-)

- Pupil                        : Reflek cahaya (+/+), isokor

3.      Pemeriksaan Telinga : Deformitas (-/-), Nyeri tekan (-/-)

4.      Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), Deformitas (-/-)

5.      Pemeriksaan Mulut   : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor

(-), tepi hiperemis (-), tremor (-).

6.      Pemeriksaan Leher:

- Trakea                    : Deviasi trakea (-)

- Kelenjar limfe        : membesar (-)

- Kelenjar Tiroid      : tidak membesar

- JVP                        : tidak meningkat

Page 17: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

7.      Pemeriksaan dada

a.       Paru-paru

Inspeksi  : simetris, retraksi dinding dada (-)

Palpasi    : Vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi    : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : SD: vesikuler, ST: ronkhi (-), wheezing (-)

b.      Jantung

Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

Palpasi: iktus cordis teraba di SIC V LMC sinistra, kuat angkat (-)

Perkusi: Batas jantung: Kiri atas      : SIC II LPS sinista

                                      Kanan atas  : SIC II LPS dextra

                                      Kiri bawah  : SIC V LMC sinistra

                                      Kanan bawah : SIC IV LPS dextra

Auskultasi: S1 > S2, reguler, bising (-)

8.      Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi      : datar

Auskultasi   : peristaltik usus (+) normal

Palpasi       : Nyeri tekan (-)

                    Hepar  tak teraba     

                    Lien tak teraba

                    Ginjal ballotement (-), nyeri ketok costovertebral (-)

Perkusi       : Tympani, pekak alih (-)

9.      Pemeriksaan Ektsremitas

Superior: Atrofi (-/-), deformitas (-), oedem (-), sianosis (-), ikterik (-)

                Reflek fisiologis (N/N),reflek patologis (-/-),akral dingin (-/-)

Inferior:   Atrofi (-/-), deformitas (-), oedem (-), sianosis (-), ikterik (-)

                Reflek fisiologis (N/N),reflek patologis(-/-),akral dingin (-/-).

 

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan GDP : 105 mg/dl

2.Pemeriksaan G2JPP : 132 mg/dl

Page 18: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

 

E. DIAGNOSIS

Diabetes Melitus Tipe 2

 

F. TERAPI

a. Edukasi

Ø      Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit DM

Ø      Mengubah gaya hidup

Ø      Meningkatkan kepatuhan

Ø      Meningkatkan kualitas hidup

b. Perencanaan diet

         Perencanaan diet atau kebutuhan kalori pada penderita dengan berat badan 52 kg, tinggi

badan 152 cm sebagai berikut :

         Berdasarkan Indeks Massa Tubuh ( IMT ) yaitu :   Berat badan ( kg )

                                                                                         {Tinggi badan (m)}2

         Berat badan ideal :  IMT untuk pria          : 20 – 24,9 kg/m2

                                                   IMT untuk wanita      : 18,5 – 22,9 kg/m2

         Berat badan kurang         : < 18, 5 kg/m2

         Berat badan lebih : ≥ 23,0 kg/m2

IMT penderita adalah 22,50 termasuk kategori normal/ideal

Berdasarkan tabel di bawah ini :

Tabel Kebutuhan kalori orang dengan DM

Kalori/kg BBDewasa Kerja santai Kerja sedang Kerja beratGemuk 25 30 35Normal 30 35 40Kurus 35 40 40-50

 

            Kebutuhan kalori basal penderita dengan aktivitas ringan atau santai adalah : 52 kg x 30

Kcal. Karena tidak bekerja atau aktivitas ringan, untuk beraktivitas sehari-hari diperlukan kalori

sebesar kebutuhan kalori basal ditambah 20 % nya ( 20 % dari 1560 = 312 Kcal ) maka kalori

Page 19: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

yang dibutuhkan yaitu 1569 + 312 = 1872 Kcal. Tetapi bila penderita di luar kerja harian ini

melakukan olehraga atau aktivitas yang lebih dari biasanya maka ditambah lagi sesuai dengan

jenis olahraga dan aktivitasnya.

            Untuk kebutuhan kalori sebanyak 1872 Kcal dapat dipilih untuk jenis makanan sebagai

berikut :

Contoh Pembagian Makanan Sehari Menurut Waktu Makan

Pukul Golongan bahan makanan Kadar diet Ukuran07.00 Nasi

Daging

Tempe

Sayur Kangkung

Minyak goreng

1 ½

½

1

sesukanya

1

Gelas

Potong

Potong

Sendok makan

10.00 Jeruk manis 1 Buah13.00 Nasi

Telur

Tahu

Sayur sawi

2

1

1

sesukanya

Gelas

Butir

Biji

19.00 Nasi

Daging ayam

Sayur kacang merah

Papaya

Minyak goreng

2

1

Sesukanya

1

2

Gelas

Potong

Potong

Sendok makan21.00 Pisang ambon 1 buah 

               

c. Latihan jasmani

Page 20: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30 menit,

yang sifatnya sesuai CRIPE ( Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training)

Untuk melakukan latihan jasmani sebaiknya perlu diperhatikan juga :

Frekuensi            : jumlah laithan per minggu sebaiknya dilakukan secara teratur 3- 5 kali per

minggu

Intensitas  : 30-60 menit

Tipe ( jenis )       : latihan non aerobic dan non pertandingan seperti jalan santai, senam jantung

sehat dan senam DM

 d. Farmakologis

Glibenklamid 2 x ½ ( selama 10 hari kontrol )

Vitamin B 2 x 1 ( roboransia )

 

G. KUNJUNGAN

Dari kunjungan pada penderita yang dilakukan pada tanggal 14 dan 18 Juli 2005, diharapkan

ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit. Pendekatan yang dilakukan

berdasarkan teori Bloom meliputi:

1. Genetika

Faktor genetik pada penderita mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus karena kakak pasien

menderita DM dan meninggal oleh karena penyakit tersebut. Sedangkan orang tua tidak

diketahui apakah memiliki penyakit serupa atau tidak, tetapi ayah pasien meninggal karena

stroke dan hipertensi.

2. Perilaku

Perilaku penderita mempengaruhi terjadinya penyakit DM karena penderita tidak langsung

memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, padahal sebelumnya ada gejala 3 P (poliuria,

polidipsi, polifagia), penderita baru memeriksakan diri setelah merasa giginya hampir rata-rata

goyang. Selain itu pola makan sehari-hari tidak sehat serta olahraga yang tidak teratur ( hampir

dikatakan tidak pernah berolahraga ) sedikit banyak mempengaruhi.

3. Lingkungan

Lingkungan penderita, baik dalam maupun luar tidak mempengaruhi terjadinya penyakit DM

karena penderita dalam satu rumah yang berukuran 7,5 x 13 m2, berisi tiga orang. Letak rumah di

Page 21: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

daerah perumahan biasa, bentuk bangunan rumah tidak bertingkat, lantai rumah dari keramik,

dinding rumah terbuat dari tembok, rumah penderita mempunyai jendela dan ventilasi yang

memadai sehingga rumah tidak lembab dan cahaya matahari dapat cukup masuk.

III.2.  ANALISIS KASUS

A. NILAI APGAR KELUARGA

Adalah suatu penentu sehat/tidaknya keluarga, dikembangkan oleh  Rosen, Geymon,

dan Leyton dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat kesehatan keluarga, yaitu :

1. Adaptasi ( Adaptation)

Penilaian        : dinilai dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang

diperlukan.

Hasil              : nilai 2  : dalam keluarga saling membantu baik moral maupun material anak).

2. Kemitraan (Partnership)

Penilaian        :  tingkat kepuasan keluarga dalam hal komunikasi, dalam mengambil keputusan

dan atau menyelesaikan masalah.

Hasil              : nilai 2  : semua masalah keluarga diselesaikan dengan musyawarah antara pasien,

istri dan anak.

3. Pertumbuhan (Growth)

Penilaian        :  tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan dalam

mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan.

Hasil              :  nilai 2  :dalam hal ini anak-anak dapat mengambil keputusan dengan tanggung

jawab, serta orang tua selalu memperhatikan aktiftitas anak-anaknya di rumah.

4. Kasih sayang ( Affection)

Penilaian        :  tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi

emosional yang berlangsung.

Hasil              :  nilai 2  :penumbuhan rasa kasih sayang sudah cukup baik karena adanya

keakraban di antara anggota keluarga.

4. Kebersamaan ( Resolve)

Page 22: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Penilaian        :  tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi

waktu, kekayaan, dan ruang antar anggota keluarga.

Hasil              :  nilai 1  : pembagian waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga sudah baik karena adanya waktu untuk memecahkan suatu masalah.

B. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

Nama Kedudukan dlm Keluarga

L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien KDK

Ket

Tn. S Suami L 59 STM DMNy. W Ibu P 57 SMP Ibu rumah

tangga-

Ny. A Anak L 28 Kuliah Guru - 

1.      Fungsi Biologis

Penyelenggaraan keluarga dalam meneruskan keluarga yang bermutu :

Penderita mempunyai 1 orang anak. Anak yang pertama pria berusia 28 tahun yang belum

menikah dan tinggal 1 rumah.

2.      Fungsi Afektif

Hubungan antara kedua orangtua                : baik

Hubungan antara bapak dengan anak          : baik

Hubungan antara ibu dengan anak  : baik

Pembentukan kepribadian anak dan kebutuhan psikologis anak       : cukup

3.      Fungsi Sosial

       Kedudukan keluarga di tengah masyarakat cukup baik. Hubungan yang dijalin dengan

masyarakat sekitar baik.

4.      Fungsi Ekonomi

      Pemenuhan kebutuhan dari uang pensiunan dan tambahan diberikan oleh anak yang

berprofesi sebagai guru

5.      Fungsi Religius

Fungsi religius dalam keluarga ini baik, anggota keluarga melakukan ibadah.

6.      Fungsi Pendidikan

Page 23: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Fungsi pendidikan dalam keluarga sudah cukup karena rata-rata berpendidikan SLTA.

 

C. IDENTIFIKASI PSP ( Pengetahuan, Sikap, Perilaku)

1. PSP keluarga tentang kesehatan dasar

a.       Perencanaan Reproduksi

Penggunaan kontrasepsi      :  tidak menggunakan KB

Pemeriksaan kehamilan       : di Puskesmas

Pertolongan persalinan        :  di bidan

b.      Perawatan Tumbuh Kembang

Dalam keluarga selalu tercipta rasa saling menyayangi dan mengasihi.

c.       Pencegahan penyakit.

Penderita rutin memeriksakan penyakitnya ke puskesmas

d.      Gizi keluarga

Status gizi keluarga  cukup, dan sudah memenuhi kriteria makanan yang bergizi.

e.       Higiene dan sanitasi lingkungan

Ukuran rumah yang luas, adanya jendela, dan cukupnya ventilasi sehingga cahaya cukup masuk

ke dalam rumah sehingga rumah cukup terang dan tidak terasa lembab. Pengaturan perabotan

rumah tangga cukup tertata rapi. Penderita dalam kebersihan diri cukup baik, ditandai dengan

mandi 2 kali sehari.

 

2.      PSP keluarga tentang kesehatan lain

a.       Lingkungan rumah tangga

Pasien sering kontrol di puskesmas dan bila merasa ada keluhan atau jika ada anggota keluarga

yang sakit langsung ke puskesmas

b.      Perencanaan dan pemanfaatan fasilitas pembiayaan kesehatan

Penderita mempunyai perencanaan dan pemanfaatan fasilitas pembiayaan kesehatan, hal ini

terbukti dengan kontrol di puskesmas atau cek laboratorium 1 bulan sekali mengenai kadar gula

darahnya

 

D. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN HIDUP KELUARGA

            1. Lingkungan rumah tangga

Page 24: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

            Rumah pasien terletak di perumahan biasa dimana rumah tidak bertingkat. Rumah adalah

milik sendiri dengan luas 7,5 x 13 m2 dan tidak mempunyai halaman. Lantai dari keramik dengan

dinding tembok. Atap dari genting dan mempunyai ruang keluarga, ruang tamu, 2 ruang tidur

dan ruang makan yang masing-masing ruang ada jendelanya. Tanpa bantuan listrik, kita dapat

membaca di siang hari. Tiap ruang mempunyai lubang ventilasi sehingga tidak terkesan lembab.

Kebersihan baik dengan sumber air dari PAM. Mempunyai 1 kamar mandi dengan jamban

jongkok. Sistem penyaluran limbah dan septic tank lansung dialirkan ke sungai yang berjarak 13

m dari rumah. Batas depan rumah, sebelah kanan, kiri dan belakang rumah tetangga 0,5 m. Jalan

terbuat dari semen.

2.      Lingkungan budaya

Penderita mempunyai gaya hidup sehat dengan selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

sekitarnya. Sekarang sering kontrol teratur untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan anggota

keluarganya.

 

E. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN YANG TELAH DILAKUKAN

NO PRIORITAS RENCANA TINDAKAN

1 Diet, pasien belum begitu

faham mana makanan yang

tidak boleh

Dikonsumsi untuk

 mengatasi penyakitnya

Pengaturan pola makan -      pemberian contoh rencana

pola makan

-      mengurangi gula

-      mengurangi garam

-      menyarankan catering

2 Olahraga, pasien merasa

olahraga tidak membantu

penatalaksanaan penyakitnya

Pengaturan jenis olahraga - pemberian contoh jenis-jenis

olahraga dan bagaimana

melakukannya dengan benar

sesuai dengan kondisi pasien

3. Stres, pasien merasa

 masih ada beban karena anak

belum menikah

-

Mengendalikan   stressor

- Mengatasi

permasalahan

- Menenangkan diri

- Pendekatan sosial ke  tetangga

-

4 Kemauan kontrol, kadang-

kadang pasien baru ke

Edukasi tentang penyakit

dan

Page 25: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

puskesmas jika ada

 keluhan saja

 pentingnya untuk

 selalu kontrol

mengingat komplikasi

yang

 mungkin terjadi

 

F. DIAGNOSIS KEDOKTERAN KELUARGA

    Bentuk Keluarga       : keluarga terdiri dari Ayah, ibu, anak.

    Fungsi yang terganggu : -

    Fungsi yang mempengaruhi : -

    Fungsi yang dipengaruhi          : -

F. ANALISA KASUS

            Penderita seorang kepala rumah tangga,. Biaya kehidupan sehari-hari didapat dari uang

pensiunan dan pemberian oleh anak. Pasien tinggal di daerah pemukiman yang padat, tetapi

lingkungan sekitar cukup bersih. Pasien menderita DM ± 3 tahun yang lalu, kakak pasien juga

pernah menderita penyakit serupa dan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Belum

diketahui apakah anak menderita penyakit serupa. Hal yang memungkinkan pasien menderita

penyakit DM adalah faktor genetika dan pola makan.

            Untuk menanggulangi agar kadar gula darah tidak tinggi diperlukan suatu kedisiplinan

dari penderita dan keluarganya.

1. Pasien

a.       Pasien disarankan agar selalu control rutin mengenai kadar gula darahnya minimal 3 bulan

sekali

b.      Mengubah gaya hidup seperti diet harus terkontrol dengan kebotuhan kalori tubuh,

menyempatkan diri untuk selalu olahraga dan menjaga kebersihan.

2. Keluarga

a.       Selain penderita anggota keluarga lain juga harus dapat mendukung dalam

penanggulangan DM yaitu dengan mengingatkan pasien untuk kontrol dan minum obat

b.      Menyajikan hidangan jangan menghidangkan menu yang mengandung banyak karbohidrat

seperti kue, coklat, susu tinggi karbohidrat dan lain-lain.

 

Page 26: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

III.3.  PELAKSANAAN PROGRAM

Hari/tanggal Kegiatan yang dilakukan Anggota

yang terlibat

Hasil kegiatan

07 Januari 2010 Kunjungan pertama ke rumah

penderita :

1.identifikasi fungsi keluarga

meliputi anggota keluarga,

kondisi lingkungan, tempat

tinggal baik dalam maupun

diluar rumah dan mendata lokasi

2.melakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik

Penderita 1.  keluhan penyakit penderita

2. ditemukannya faktor

penyebab penyakit yaitu faktor

pola makan, kurang

terkontrolnya pengobatan dan

stress psikis

08 Januari  2010 Kunjungan kedua ke rumah

penderita :

1.Untuk follow up keadaan

penyakitnya

2.Edukasi tentang penyakit DM,

Hipertensi dan komplikasi jika

pengobatan tidak rutin

3.Edukasi pengobatan dan pola

makan

4.Memotivasi untuk

menyelesaikan masalah yang ada

Penderita 1. Pasien mengerti tentang

pentingnya kontrol

2. Mengetahui pola makan

yang baik bagi dirinya

3. Akan bersabar namun belum

bisa menemukan jalan terbaik

menghadapi stress psikisnya

 

III.4.   RENCANA PROGRAM SELANJUTNYA

Rencana program yang belum dapat diwujudkan pada kesempatan kali ini dijabarkan dalam

rencana program selanjutnya yang dapat ditindaklanjuti dengan mengikuti kemajuan terapi dan

perbaikan gizi yang ada. Adapun rencana program tersebut ialah :

1.      Pengawasan penyusunan menu makanan dan makanan penggantinya apakah sudah sesuai

dengan pola makan yang telah diajarkan.

Page 27: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

2.      Penimbangan berat badan secara berkala untuk mengetahui keadaan gizi pasien sebagai

kontrol ketertiban terhadap pola dietnya dan sebagai salah satu alat kontrol terhadap

penyakitnya.

3.      Pemeriksaan berkala fisik maupun penunjang untuk mengetahui keadaan saat itu dan

adakah komplikasi.

4.      mendampingi dan memantau dalam menghadapi stress psikisnya dengan pendekatan

keagamaan dan pendekatan secara medis agar tidak terlalu  mempengaruhi penyakitnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. KESIMPULAN

1.      Nilai APGAR dalam keluarga baik (nilai 9) sehingga keluarga ini tergolong keluarga sehat

karena kelima aspek terpenuhi walaupun kepala keluarga pergi.

2.   Fungsi-fungsi keluarga  sudah cukup baik

      3.  Pengetahuan, sikap dan perilaku dari penderita serta keluarga cukup baik, khususnya

tentang pentingnya berobat.

 4. Masalah lain yang timbul yang berhubungan dengan penyakit penderita adalah masalah pola

makan, olahraga dan masalah keluarga (mengenai anak).

 

IV.2. SARAN

1. Mahasiswa

1) Memahami dan lebih mengerti dari kasus yang ada serta dapat mengambil manfaatnya. Dapat

membandingkan kasus yang diperoleh antara teori dan praktek serta dapat memberikan solusinya

bagi anggota keluarga penderita.Menimbulkan kesadaran pada pasien akan pentingnya

pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan.

2)   Meningkatkan profesionalisme mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat.

2. Puskesmas

Puskesmas diharapkan tetap melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhan-

penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat khususnya penyakit-

penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi. Selain itu puskesmas bersama mahasiswa dapat

selalu memantau kemajuan pasien terutama mengenai pengobatan DM pada penderita tersebut

 

3. Penderita

1)      Mencari informasi lebih lanjut tentang penyakit yang diderita

Page 29: Mengupas Tuntas Penyakit DM Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

2)      Mengusahakan mendapat pengetahuan tentang gizi untuk menentukan pola  makan yang

sesuai bagi penderita DM dan Hipertensi.

3)      Mencoba membuat jadwal untuk kontrol, minum obat, dan jadwal olahraga dan meminta

keluarga yang serumah untuk mengingatkan kegiatan tersebut

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Anonim, 1999, Penuntun Diit, Ed ke-2, RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

2. Noer S, ed, 1996,  Gambaran Klinis Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Jilid 1, Ed-ke 3, FKUI, Jakarta.

3. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia, 1998, PERKENI, Jakarta

4. Tjay, T, et al, 2002, Obat-obat penting, Elexmedia Komputindo, Jakarta