Mastery Learning (Belajar Tuntas)

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu lingkup pendidikan diperlukan suatu proses belajar mengajar yang yang sangat efektif karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk menguasai 3 aspek dalam belajar yakni psikomotor, afektif, dan kognitif. Di sisi lain siswa juga diharapkan mampu menguasai semua materi pelajaran yang diberikan oleh guru, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seorang guru ikut terlibat di dalam mengantarkan anak didiknya menuju kesuksesan. Di era sekarang ini telah ditrepkan "Mastery Learning" untuk belajar tuntas. Tujuan diadakannya sistem pembelajaran tuntas tersebut diharapkan terciptanya suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang belajar tuntas "Mastery Learning". 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah, yakni: 1.Bagaimana sikap guru menghadapi Murid pandai dan murid bodoh? 1

description

Makalah Belajar dan Pembelajaran tentang Mastery Learning (Belajar Tuntas)

Transcript of Mastery Learning (Belajar Tuntas)

Page 1: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam suatu lingkup pendidikan diperlukan suatu proses belajar mengajar

yang yang sangat efektif karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap

perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk menguasai 3

aspek dalam belajar yakni psikomotor, afektif, dan kognitif. Di sisi lain siswa juga

diharapkan mampu menguasai semua materi pelajaran yang diberikan oleh guru,

dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seorang guru ikut terlibat di dalam

mengantarkan anak didiknya menuju kesuksesan. Di era sekarang ini telah

ditrepkan "Mastery Learning" untuk belajar tuntas. Tujuan diadakannya sistem

pembelajaran tuntas tersebut diharapkan terciptanya suatu tujuan pendidikan. Oleh

sebab itu makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang belajar tuntas "Mastery

Learning".

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah, yakni:

1.Bagaimana sikap guru menghadapi Murid pandai dan murid bodoh?

2. Apakah pengertian dari belajar tuntas (Mastery learning)?

3.Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengusaan penuh?

4.Apa saja usaha untuk mencapai penguasaan penuh?

5.Apa saja syarat dan prasyarat belajar tuntas?

6.Apa hasil dari belajar tuntas?

1

Page 2: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

1.3.Tujuan Masalah

1.Untuk mengetahui sikap guru menghadapi Murid pandai dan murid bodoh

2. Untuk mengetahui tentang pengertian dari belajar tuntas (Mastery learning)

3.Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengusaan penuh

4.Untuk mengetahui usaha untuk mencapai pengusaan penuh

5.Untuk mengetahui syarat dan prasyarat belajar tuntas

6.Untuk mengetahui hasil dari belajar tuntas

2

Page 3: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Murid Pandai dan Murid Bodoh

Tiap guru yang menghadapi kelas baru,lebih dahulu sudah

menerima,berdasarkan pengalamannya bahwa murid-murid dalam kelas itu tidak

sama pandainya.Seperempat atau sepertiga termasuk golongan anak pandai,dan

seperempat sampai sepertiga termasuk golongan anak yang bodoh.

Dalam pendirian guru untuk murid untuk membagi murid-murid dalam

kelas menurut kategori pandai,sedang,dan bodoh.Guru itu di dukung oleh

distribusi intelegensi menurut kurva normal menurut statistik.Kurva normal telah

cukup terkenal dan kita percaya akan kebenarannya,juga dalam distribusi angka-

angka untuk setiap mata pelajaran.Berdasarkan distribusi intelegensi menurut

kurva normal,guru menganggap angka-angka wajar bila hanya sebagian kecil dari

murid-murid memperoleh angka yang baik.

Menurut skala sepuluh angka yang dapat diberikan adalah adalah angka 1

sampai 10.Dalam praktek angka tertinggi biasanya angka 8,walaupun seringkali

ada guru yang memberikan angka 9,sedangkan angka 10 hampir tak pernah

kelihatn daalm buku raport seseorang.Dalam hal ini guru-guru kita sekarang

masih terpengaruh oleh ucapan guru zaman kolonial bahwa angka 10 untuk

Tuhan,anga 9 untuk guru dan anga tertinggi bag murid adalah angka 8.

Pada umumnya distribusi angka yang diberikan oleh guru berlatar

belakang prinsip kurva normal yaitu angka terendah bisa diberi 4 atau 5

sedangkan angka tertinggi di beri 7 atau 8.Tiap guru mempertahankan distribusi

angka tersebut.Walaupun distribusi angka tidak di tentukan suatu

peraturan,namun distribusi tersebut sudah menjadi kebiasaan dan akhirnya

dianggap wajar,jadi diharapkan akan didapati dalam setiap kelompok murid.Guru

menganggapnya wajar,demikian pula murid dan orangtua dan juga pihak inspeksi.

3

Page 4: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang

kita nilai tinggi.Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa

semua anak didik kepada tujuan itu.Apa yang diajarkan hendaknya dipahami

sepenuhnya oleh semua anak.

Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikan dikuasai

sepenuhnya oleh semua murid,bukan hanya oleh beberapa orang saja yang

diberikan angka tinggi.Pemahaman harus penuh,bukan tiga seperempat,setengah

atau seperempat saja.Jika didasarkan hasil pelajaran pada kurv normal berarti

bahwa hanya sebagian kecil saja dari anak-anak yang kita harapkan dapat

memahami pelajaran kita sepenuhnya.Sebagian besar sesungguhnya tidak

menguasainya.

Hasil belajar menurut kurva normal sesungguhnya menunjukkan suatu

kegagalan,karena sebagian besar anak-anak tidak mengerti betul apa yang di

ajarkan.Guru yang baik harus meninggalkan dan menanggalkan kurva normal

sebagai ukuran keberhasilan proses mengajar-belajar.Meninggalkan patokan itu

akan membuka jalan baru ke arah prestasi yang lebih tinggi yang mendorong guru

untuk mencari macam-macam usaha-usaha untuk membantu murid-murid secara

individul.

Murid-murid berbeda secara individual dalam caranya belajar.Perbedaan

individual ini harus dipertimbangkan dalam strategi mengajar agar setiap anak

dapat berkembang sepenuhnya serta menguasai bahan pelajaran secara

tuntas.Bahwa tujuan ini tidak mudah dan dapat dipahami.Namun ini merupakan

suatu tantangan bagi setiap guru yang ingin pekerjaannya benar-benar sebagai

suatu profesi.

2.2.Belajar Tuntas

Tujuan proses mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang

dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid.Ini disebut “mastery learning” atau

belajar tuntas,artinya penguasaan penuh.Cita-cita ini hanya dapat dijadikan tujuan

apabila guru meninggalkan kurva normal sebagai patokan keberhasilan mengajar.

4

Page 5: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR TUNTAS

Para pengembang konseb belajar tuntas mendasarkan pengembangan

pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat

menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan. Menurut konsep di luar belajar

tuntas, penyebaran siswa dalam kelas mengikuti kurva normal, yaitu sebagian

kecil siswa (sekitar 17%) menguasai sebagian kecil bahan ajaran, sebagiam besar

siswa (sekitar 66%) menguasai sebagian besar bahan, dan sebagian kecil lagi

siswa (sekitar 17%) menguasai hampir seluruh bahan, menjadi tugas guru untuk

merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat

menguasai hampir seluruh bahan ajaran

2. Guru menyusun strategi pengajaran tuntan mulai dengan merumuskan tujuan

khusus yang hendak dikuasai oleh siswa. Guru juga menetapakan tingkat

penguasaan yang harus dicapai siswa.

3. Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar menjadi

satuan-satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian sekelompok

tujuan tersebut. Berdasarkan tingkat penguasaan siswa dalam satuan pelajaran

tersebut, maka dapat pindah dari satu satuan pelajaran ke satuan berikutnya.

4. selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun

bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas

sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik.

5. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan

acuan patokan. Acuan norma menggunakan pegangan penguasaan rata-rata kelas,

jadi bersifat relatif, sedang acuan patokan berpegang pada sesuatu yang telah

ditetapkan, umpamanya menguasai 80% atau 85% dari tujuan belajar.

6. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan

individual. Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu, yaitu

siswa yang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada satuan pelajaran

5

Page 6: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat menggunakan waktu lebih banyak

atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang diberikan.

Konsep belajar tuntas adalah dapat dilaksanakan dengan beberapa model

pengajaran, tetapi yang paling tepat adalah dengan model-model sistem

instruksional seperti pengajaran berprogram, pengajaran modul, paket belajar,

model satuan pelajaran, pengajaran dengan bantuan komputer dan sejenisnya.

Model-model pengajaran tersebut cocok untuk menerapkan konsep belajar tuntas,

karena memiliki dasar-dasar pemikiran yang sesuai. Bertolak dari konsep

behaviorisme, berpegang pada model pengajaran sebagai sistem atau sistem

instruksional. Yang paling penting adalah dapat diselenggarakan secara

individual, sehingga hampir seluruh prinsip belajar tuntas yang disebutkan di atas

dapat dilaksanakan.

Undang-undang Dasar 1945 menginginkan agar setiap warganegara

mendapat kesempatan belajar seluas-luasnya.Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat

dapat di lihat dari perluasan pendidikannya. KPPN atau komisi pembaharuan

pendidikan nasional mengemukakan agar pendidikan kita bersifat semesta,

menyeluruh,dan terpadu, semesta berarti bahwa pendidikan dinikmati oleh seluruh

warga negara, menyeluruh maksudnya agar ada mobilitis antara lain antara

pendidikan formal dan nonformal, sehingga terbuka pendidikan seumur hidup

bagi seluruh warga negara.

Memberi kesempatan belajar saja belum memadai bila jumlah yang tinggal

kelas dan putus sekolah makin tinggi, masih perlu dipikirkan jalan agar setiap

murid mendapat bimbingan agar berhasil menyelesaikan pelajarannya dengan

baik, jadi masalah yang sangat penting kita hadapi adalah bagaimana usaha agar

sebagian besar dari murid-murid dapat belajar dengan efektif dan menguasai

bahan pelajaran dan keterampilan yang dianggap esensial bagi perkembangannya.

Selanjutnya dalam masyarakat yang kian hari kian kompleks.

Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang hidupnya,maka

pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang dapat menyenangkan

6

Page 7: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

baginya.Murid yang sering frustasi karena mendapat angka yang rendah di

samping teguran,kecaman,dan celaan akan benci terhadap segala bentuk pelajaran

formal dan tidak mempunyai cukup motivasi untuk melanjutkan pelajarannya.Dan

selama angka-angka yang baik hanya diberikan kepada sejumlah kecil saja dari

murid-murid,maka sebagian besar yang mendapat angka rendah dan mengalami

frustasi akan berhenti belajar dan tidak mengembangkan bakat yang dapat

disumbangkannya kepada masyarakat.Bila kita dapat membimbing anak-anak

sehingga semua atau hampir semua berhasil,maka ini akan membawa keuntungan

besar bagi murid,orangtua maupun negara.

Ide-ide tentang mastery learning atau belajar tuntas telah dikemukakan

oleh tokoh-tokoh seperti H.C. Morrison (1926),B.F. Skinner (1954),J.I. Goodlad

dan R.H. Anderson (1959),John Carrol (1963),Jerome Bruner (1966),P. Suppes

(1966),dan R. Glaser (1968).

Di Indonesia mastery learning atau belajar tuntas dipopukerkan oleh BP3K

(Badan Pengembangan dan Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan) yang

dikaitkan dengan pembaharuan kurikulum (Kurikulum 1975,PPSP atau Proyek

Perintis Sekolah Pembangunan dengan pengajaran modulnya).

Menurut Penelitian,bila semua anak-anak yang bermacam-macam

bakatnya itu diberi pengajaran yang sama,maka hasilnya akan berbeda menurut

bakat mereka.Ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil

belajar.Akan tetapi jika diberi metode pengajaran yang lebih bermutu yang

disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak serta waktu belajar yang lebih

banyak,maka dapat dicapai keberhasilan penuh bagi setiap anak dalam tiap bidang

studi.Maka koelasi antara bakat dengan tingkat keberhasilan anak dalam pelajaran

dapat dilenyapkan.

7

Page 8: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

2.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh, yakni:

1. Bakat untuk mempelajari sesuatu

Bakat misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi belajar

"John Carroll" mengemukakan pendirian yang radikal. Ia mengakui adanya

perbedaan bakat, akan tetapi ia memandang bakat tidak menentukan tingkat

penguasaan atau untuk menguasai sesuatu. Jadi setiap orang dapat mempelajari

bidang studi apapun sehingga batas yang tinggi asal diberi waktu yang cukup

disamping syarat-syarat lain. Ada kemungkinan seorang murid menguasai bahan

matematika tertentu dalam waktu satu semester, sedangkan murid lain hanya

dapat menguasainya dalam beberapa tahun, namun tingkat penguasaannya sama.

2. Mutu pengajaran

Sejak pestalozzi pengajaran klasikal menjadi populer sebagai pengganti

pengajaran individual dari seorang tutor, pengajaran klasikal merupakan

keharusan dalam menghadapi jumlah murid yang membanjiri sekolah sebagai

akibat demokrasi, industrialisasi, pemerataan pendidikan atau kewajiban belajar.

Buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah pusat sama bagi semua dan bila

diizinkan buku-buku lain maka dasarnya adalah dari pemerintah pusat, yakni

kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah walaupun pengajaran klasikal

sekarang sangat umum dijalankan ini tidak berarti bahwa perbedaan individual

dapat diabaikan. Justru karena pengajaran kita bersifat lebih klasikal harus lebih

diperhatikan perbedaan individual, atau dengan perkataan lain dengan adanya

pengajaran klasikal guru harus dengan sengaja memaksa dirinya memberi

perhatian kapada setiap anak secara individual.

3. Kesanggupan untuk memahami pengajaran

Kalau murid tidak dapat memahami apa yang dikatakan guru, atau bila guru tidak

dapat berkomunikasi dengan murid, maka besar kemungkinan murid tidak dapat

menguasai mata pelajaran yang diajarkan. Kemampuan murid untuk menguasai

suatu bidang studi biasanya bergantung pada kemampuannya untuk memahami

8

Page 9: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

ucapan guru. Sebaliknya guru yang tidak sanggup menyatakan buah pikirannya

dengan jelas sehingga ia difahami oleh murid, juga tidak dapat mencapai

penguasaan penuh oleh murid atas bahan pelajaran yang disampaikannya.

Agar pelajaran dapat di pahami,gru sendiri hars fasih berbahasa dan mampu

menyesuaikan bahasanya dengan kemampuan murid sehingga murid-murid dapat

memahami bahan yang di sampaikannya.

Untuk memperluas komunikasi dapat dijalankan berbagai usaha,antara lain

Belajar kelompok,belajar bersama atau saling membantu dalam pelajaran.

Bantuan Tutor,yaitu orang yang dapat membantu murid secar individual.

Buku Pelajarn,Tak semua sama baiknya hendaknya ada beberapa buku

yang berlainan tentang bidang studi yang sama.Bahan yang kurang jelas

dalam buku yang satu mungkin lebih mudah dipahami dalam buku lain.

Buku Kerja.Di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu

murid menangkap dan mengolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran.

Pelajaran berprograma.Ini juga merupakan bantuan agar murid menguasai

bahan pelajaran melalui langkah-langkah pendek,tanpa bantuan guru.

Alat audio-visual.Alat audio-visual dapat membantu anak-anak belajar

dengan menyajikannya dalam bentuk yang konkrit.Film,film strip,model-

model,dan lain-lain mempermudah pengertian tentang konsep dan proses-

proses tertentu.

4. Ketekunan

Ketekunan belajar ini tampaknya bertalian dengan sikap dan minat terhadap

pelajaran. Bila suatu pelajaran karena suatu hal tidak menarik minatnya, maka ia

segera mengenyampingkannya bila menemui kesulitan. Ketekunan itu nyata dari

jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk belajar sesuatu memerlukan

jumlah waktu tertentu.

9

Page 10: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

5. Waktu yang tersedia untuk belajar

Bahwa faktor waktu sangat esensial untuk menguasai bahan pelajaran tertentu

sepenuhnya. Dengan mengizinkan waktu secukupnya setiap murid dapat

menguasai bahan pelajaran, jika waktunya sama bagi semua murid, maka tingkat

penguasaan ditentukan oleh bakat muridnya.

2.4.Usaha mencapai penguasaan penuh

Bermacam-macam usaha yang dapat dijalankan yang pada pokoknya

berkisar pada usaha untuk memberi bantuan individual menurut kebutuhan dan

perbedaan masinh-masing.Dalam usaha itu harus turut diperhatikan kelima faktor

yang telah dikemukakan sebelumnya yakni (1) Bakat anak (2) Mutu pengajaran

(3) Kemampuan memahami pengajaran (4) Ketekunan belajar dan (5) Jumlah

waktu yang disediakan.

Menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan

sebagai berikut:

Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi

pelajaran secara tuntas (mastery learning). Tugas guru adalah mengusahakan

setipa kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu,

metode, media, dan umpan yang baik bagi siswa. Yang dihadapi guru adalah

siswa-siswi yang mempunya aneka ragam individual. Karena itu kondisi optimal

mereka juga beraneka ragam. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai

satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar para siswa mengerti hakikat tujuan

proses belajar. Cara yang paling efektif untuk diterapkannya belajar tuntas adalah

adanya "tutor" untuk setiap anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan

anak.

Cara lain adalah dengan menghapus batas-batas kelas seperti dilakukan

pada apa yang disebut "Non Graded School", yaitu sekolah tanpa tingkat kelas.

Sistem ini memungkinkan anak untuk maju menurut kecepatan masing-masing.

10

Page 11: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

Sistem Dalton oleh Miss Helen Parkhurst juga memiliki kebebasan belajar sesuai

dengan kecepatan tiap murid secara individual.

Jadi dalam usaha untuk mencapai penguasaan penuh, atau "masteri

learning" perlu diselidiki prasyarat bagi penguasaan itu, selanjutnya diusahakan

metode penyampaian atau proses mengajar – belajar yang serasi dan akhirnya

perlu dinilai hasil usaha, hingga manakah usaha ini dapat dilakukan.

2.5.Prasyarat-prasyarat

Salah satu prasyarat untuk penguasaan penuh atau tuntas adalah

merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai, prasyarat kedua adalah

bahwa tujuan itu harus dituangkan dalam suatu alat evaluasi yang bersifat

"sumatif" agar dapat diketahui tingkat keberhasilan murid. Dengan cara mengajar

yang biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh murid, usaha guru

itu harus dibantu dengan kegiatan tambahan yang terutama terdiri atas:

1. "feed back" atau umpan balik yang terperinci kepada guru atau murid

2. Sumber dan metode-metode pengajaran tambahan dimana saja diperlukan

Feed back diberikan malalui test-test formatif. Mula-mula bahan-bahan pelajaran

dibagikan satuan pelajaran. Suatu satuanpelajaran misalnya meliputi bahan

pelajran satu bab atau bahan yang dapat dikuasai dalam waktu satu atau dua

minggu. Test formatif itu bersifat diagnotis dan serentak menunjukkan kemajuan

dan keberhasilan anak.

(1) Test formatif ini mempercepat anak nelajar dan memberikan motivasi untuk

bekerja dengan sungguh-sungguh dalam waktu secukupnya.Tes formatif

menjamin bahwa tugas pelajaran tertentu dikuasai sepenuhnya sebalum beralih

kepada tugas berikutnya.

(2) Tes formatif diberikan untuk menjamin bahwa semua anak menguasai

sepenuhnya syarat-syarat atau bahan apersepsi yang diperkukan untuk memahami

bahan yang baru.

11

Page 12: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

(3) Tes formatif juga berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan apersepsi

yang diperlukan untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya.

(4) Bagi murid yang masih kurang menguasai bahan pelajaran tes

formatif ,merupakan alat untuk mengungkapkan di mana sebetulnya letak

kesulitannya.Jadi tes formatif adalah alat untuk mendiagnosis

kelemahan,kesalahan dan kekurangan murid sehingga ia dapat memperbaikinya.

(5) Tes formatif sebaiknya jangan disertai oleh angka.Tujuan yang harus dicapai

adalah pengusaan penuh.Test formatif dimaksud sebagai alat “asseement” yaitu

memperoleh keterangan dengan maksud perbaikan.Karena itu test formatif

merupakan bagian yang intergral dari proses belajar.

(6) Test formatif juga memberika umpan balik kepada guru,agar ia mengetahui di

mana terdapat kelemahan-kelemahan dalam metode mengajar sehingga ia dapat

memperbaikinya atau mencari metode lain.Metode dan sumber belajar yang

beraneka ragam dapat disajikan kepada murid-murid untuk mengusai bahan yang

belum dipahaminya,yang terungkap oelh hasil tes formatif.Selain itu dapat

diberikan bantuan tutorial yaitu bantuan pribadi dari seorang guru atau sebaliknya

orang lain.Cara-cara ini adalah:

1. Menyuruh murid membaca kembali dengan cermat halaman-halaman bagian

tertentu yang berkenaan dengan kesalahan murid itu.

2. Menyuruh murid untuk membaca bagian tertentu dari buku lain yang berbeda

cara penyajiannya.

2.6.Hasilnya

Dengan diterapkannya "mastery learning" justru mengembangkan minat

dan sikap positif terhadap pelajaran dan ilmu yang memberi harapan bahwa anak

itu kelak akan terus belajar sepanjang umurnya agar dapat bertahan dalam dunia

yang serba cepat umurnya, agar dapat bertahan dalam dunia yang selalu berubah

ini dan agar dapat senantiasa mengikuti perkembangan dunia tempat ia hidup.

12

Page 13: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

1.Belajar tuntas (mastery learning) adalah belajar mengajar yang bertujuan agar

bahan ajaran yang dikuasai secara tuntas (suatu upaya belajar dimana siswa

dituntut menguasai hampir seluruh bahan ajaran).

2. Prinsip-prinsip dari belajar tuntas yaitu:

1. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat

menguasai sebagian besar bahan yang diajarkan.

2. Guru menyusun strategi pelajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuan-

tujuan khusus yang hendaknya dikuasai oleh siswa.

3. Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar satuan-

satuan bahan ajar yang kecil yang mendukung sekelompok tujuan khusus tersebut.

3. Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari

dikuasai sepenuhnya oleh murid, ini disebut "mastery learning" atau belajar

tuntas, artinya penguasaan penuh.

4. Belajar tuntas "mastery learning" justru mengembangkan minat dan sikap

positif terhadap pelajaran dan ilmu yang memberi harapan bahwa anak itu kelak

akan terus belajar sepanjang umurnya agar dapat bertahan dalam dunia yang serba

cepat umurnya, agar dapat bertahan dalam dunia yang selalu berubah ini dan agar

dapat senantiasa mengikuti perkembangan dunia tempat ia hidup .

13