PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING...

157
PENERAPAN STRATEGI BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) UNTUK PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI DALAM PELAJARAN EKONOMI DI SMA IT YAPIRA MEDANG KABUPATEN BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Ilmi Suciana NIM 109015000095 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Transcript of PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING...

Page 1: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR TUNTAS

(MASTERY LEARNING) UNTUK PENCAPAIAN STANDAR

KOMPETENSI DALAM PELAJARAN EKONOMI

DI SMA IT YAPIRA MEDANG KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ilmi SucianaNIM 109015000095

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALKONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2016

Page 2: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 3: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ILMI SUCIANA

NIM : 109015000095

Jurusan/Prodi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Alamat : Jl. Jl. Raya LAPAN komplek LAPAN blok B no 22

Rumpin - Bogor

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa Skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi Di SMA IT

YAPIRA Medang Kabupaten Bogor” adalah benar hasil karya sendiri di bawah

bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Moch. Noviadi Nugroho, M. Pd

NIP : 1976111820110111006

Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, 29 Juli 2016

Yang menyatakan

Ilmi SucianaNIM.109015000095

Page 4: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 5: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 6: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 7: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

ABSTRAK

Ilmi Suciana (109015000095) Penerapan Strategi Belajar Tuntas (MasteryLearning) Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran EkonomiDi SMA ITYAPIRAMedang Kabupaten Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi belajar tuntas(mastery learning) pada pelajaran ekonomi dan apa saja kelemahan dan kekuatandalam melaksanakan strategi ini di SMA IT YAPIRAMedang Kabupaten Bogor

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitiantindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasipermasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empattahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tindakantersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukandengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada strategi belajar tuntas(mastery learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaranekonomi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi belajar tuntas (mastery learning)untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi dinyatakanberhasil. Keberhasilan tersebut dapat dilihat melalui peningkatan siklus ataupertemuan yang telah dilakukan. Pada siklus I hasil evaluasi pretest dan postestdari analisis N-Gain dengan nilai rendah 62,5%. Sedangkan pada siklus II hasilevaluasi pretest dan postest dari analisis N-Gain dengan nilai rendah 0%.Pengertiannya adalah bila adanya nilai N-Gain yang sedang dan tinggi mencapai75% maka dikatakan strategi belajar tuntas (mastery learning) berhasil. Tidakadanya N-Gain rendah pada siklus II menyebabkan ketuntasan 100%.

Dengan demikian dapat dikatakan penerapan strategi belajar tuntas (masterylearning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi di SMAIT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor ini berpengaruh dalam ketuntasan belajarsiswa.

Kata Kunci : Belajar Tuntas, Mastery Learning

Page 8: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

ABSTRACT

Ilmi Suciana (109015000095) Completed Learning Strategy Implementation(Mastery Learning) For Competency Standards Achievement In EconomicsLesson In School IT YAPIRAMedang Bogor Regency.

This study aims to determine how the mastery learning strategies (masterylearning) on economic subjects and what are the strengths and weaknesses inimplementing this strategy in SMA IT YAPIRAMedang Bogor Regency.

The method used in this research is a classroom action research (CAR). CARimplemented in an attempt to overcome the problems that arise in the classroom.This method involves four stages, namely planning, action, observation andreflection. The fourth action is the present cycle repeatedly and carried out withthe same measures and focused on mastery learning strategies (mastery learning)for achieving the standard of competence in economic subjects.

The results showed that the complete learning strategy (mastery learning) forachieving the standard of competence in economic subjects declared successful.The success can be seen through the increase in cycle or meetings that have beenconducted. In the first cycle pretest and posttest evaluation results from theanalysis of N-Gain with low value of 62.5%. While on the second cycle pretestand posttest evaluation results from the analysis of N-Gain with low value 0%.The sense is that if the value of N-Gain medium and high reaches 75%, it saidcomplete learning strategy (mastery learning) successfully. The absence of N-LowGain on the second cycle causes completeness 100%.

Thus it can be said to be complete learning strategy implementation (masterylearning) for achieving the standard of competence in economic subjects in highschool IT YAPIRA Medang Bogor Regency is influential in students' masterylearning.

Keywords: Learning though, Mastery Learning

Page 9: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

i

KATAPENGANTAR

AssalamualaikumWarahmatullahi Wabarakatuh

Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas izin dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad

SAW pembawa rahmat dan teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi di SMAIT

Yapira Medang Kabupaten Bogor”. ini merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pendidikan

Strata 1, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosialm, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari pihak lain,

penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA; selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd; selaku Ketua Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan, terimakasih atas segala

bentuk dukungan bapak kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di

fakultas.

3. Syaripulloh M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan, terimakasih atas segala

bentuk dukungan bapak kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di

fakultas.

4. Cut Dhien Nourwahida, MA selaku disen pembimbing akademik, yang

telah mendampingi dan membimbing penulis selama masa studi di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd selaku Dosen Pembimbing

Page 10: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

ii

6. yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingannya selama

menyelesaikan Skripsi ini;

7. Ibu dan Bapak , kedua Orang tuaku yang senantiasa mendo’akan aku,

menyemangatiku dalam menjalani proses perkuliahan ini.

8. Segenap dosen jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial, terimakasih

atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis semoga

menjadi amal jariyah di akhirat kelak.

9. Teman-teman Pendidikan IPS Angkatan 2009 yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa hormat penulis yang

telah membantu dukungan moril hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat, terutama pada penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga bantuan, dukungan dan

partisipasi baik secara moril maupun materil yang telah mereka berikan

mendapat balasan dari Allah SWT, amin.

Jakarta, 20 Juli 2016

Penulis

Ilmi SucianaNIM. 109015000095

Page 11: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

iii

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

ABSTRAK

KATAPENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI …………………………………………………………….........iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………..v

DAFTAR BAGAN...…………………………………………………….........vi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………vii

DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………….viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...............................................................................3

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Kajian teori…. .........................................................................…….. 5

1. Landasan Konseptual Pembelajaran.........……………………….. 5

a. Pengertian Pembelajaran………...…………………………. 5

b. Unsur-unsur Pembelajaran .................................................... 6

c. Teori-teori Belajar ................................................................ 10

2. Mastery Learning

a. Pengertian dan Konsep dasarMastery Learning (belajar

tuntas) .................................................................................... 12

Page 12: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

iv

b. Karakteristik Mastery Learning ............................................... 14

c. Asumsi Dasar Mastery Learning .............................................. 15

d. Prinsip - Prinsip Mastery Learning .......................................... 17

e. Strategi Pelaksanaan Mastery Learning ................................... 19

f. Pola dan Prosedur Mastery Learning ........................................ 20

g. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mastery Learning ......... 24

h. Kelebihan dan Kekurangan Mastery Learning ........................ 27

3. Mastery Learning Dalam Pembelajaran Ekonomi

a. Metode Pembelajaran .............................................................. 29

b. Peran Guru .............................................................................. 30

c. Peran Siswa ............................................................................. 31

d. Evaluasi (Penilaian) ................................................................ 31

4. Pengertian Standar Kompetensi ............…................................... 32

B. Hasil Penelitian yang Relevan……………..………………………. 33

C. Kerangka Berfikir………………………………………………...…35

D. Hipotesis Tindakan ………………………………………………... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……………………....................…….................… 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………...……………... 38

C. Subjek Penelitian…….……………………………………………. 39

D. Fokus Penelitian ............………………………………………….. 40

E. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus

Penelitian ......................................................................................... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………...... 41

G. Teknik Analisis Data ……………………………………………... 45

H. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis …………………….. 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMAIT YAPIRA ............................................... 51

Page 13: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

v

B. Mastery learning dan Pembelajaran Ekonomi di SMAIT

YAPIRA .................................................................................…....... 54

C. Penerapan Mastery Learning dalam Pembelajaran Ekonomi di SMAIT

YAPIRA .......................................................................................... 59

D. Rencana Tindakan ........................................................................... 61

E. Interpretasi Data .............................................................................. 68

1. Data Awal Observasi ..........................................….….……….. 68

2. Hasil Penelitian Siklus I ............................................................... 69

3. Hasil Penelitian Siklus II …..……………………..…………….. 78

F. Pembahasan …………………………………………………….… 85

1. Analisis Perbandingan Siklus I dan Siklus II ...……...................... 85

2. Analisis Penerapan Strategi Mastery Learning dalam Pembelajarann

Ekonomi di SMAIT YAPIRA ......................................................... 89

3. Analisis Kelemahan dan Kekuatan Pelaksanaan Mastery Learning di

SMAIT YAPIRA ............................................................................. 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………....96

B. Saran ………………………………………………………………..97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

v

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Penelitian Relevan ..........................................…....…..... 33

TABEL 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...........................…......... 38

TABEL 4.1 SK dan KD Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI/I ..…...... 56

TABEL 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Ekonomi pada siswa kelas XISMA IT YAPIRA ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 ...... 68

TABEL 4.3 Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I ..........……………........ 70

TABEL 4.4 Hasil pengamatan aktifitas siswa dalam pembelajaran Padasiklus I pertemuan 1 .................……............................... 72

TABEL 4.5 N-Gain Siklus I .......................…….............................. 74

TABEL 4.6 Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus I ...77

TABEL 4.7 Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Dalam PembelajaranPada Siklus II Pertemuan 1...........………....................... 79

TABEL 4.8 Hasil N-gain Siklus II ....................…………................. 81

TABEL 4.9 Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada SiklusII .......……………………………………………........... 83

TABEL 4.10 Rekapitulasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Dan SiklusII ....……………………………………………….......... 85

TABEL 4.11 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I DanSiklus II ....………………………………………….... 87

Page 15: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

vi

DAFTAR BAGAN

GAMBAR 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ..............……...................... 36GAMBAR 3.1 Bagan Siklus PTK .........……….................................. 37

Page 16: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

vii

DAFTAR GRAFIK

GAMBAR 4.1 Grafik Nilai Awal Siswa .................…………............... 6

GAMBAR 4.2 Grafik diagram batang hasil kegiatan Pre Test

siklus I ……………………………………………….. 71

GAMBAR 4.3 Grafik batang hasil pengamatan aktifitas siswa pada

pembelajaran siklus I pertemuan 1 ......................…..... 73

GAMBAR 4.4 Grafik Hasil persentase N-Gain Siklus I ...................... 76

GAMBAR 4.5 Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I …. 77

GAMBAR 4.6 Grafik Diagram Batang Hasil Pengamatan Aktifitas

Siswa Pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ...….. 80

GAMBAR 4.7 Grafik N-Gain Siklus II .......………………………..... 84

GAMBAR 4.8 Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II … 86

GAMBAR 4.9 Grafik Perbandingan Aktifitas Siswa di Kelas pada Siklus

I Dan Siklus II ..............……………………................ 88

Page 17: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Referensi

Lampiran 2 Pedoman Observasi

Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Hasil Wawancara

Lampiran 6 Surat Keterangan Izin Observasi

Lampiran 7 Surat Keterangan Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian di SMA IT YAPIRA

Lampiran 9 RPP Siklus I dan Siklus II

Lampiran 10 Soal Pretest dan Postest Siklus I dan Siklus II

Lampiran 11 Dokumentasi

Lampiran 12 Profil Sekolah

Page 18: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah

melalui proses pembelajaran. Guru sebagai profesi yang berperan penting dalam

peningkatan mutu, diharapkan mampu mengembangkan dan memilih strategi

yang tepat demi tercapainya tujuan. Suasana belajar siswa sangat tergantung pada

kondisi pembelajaran dan kesanggupan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. Suasana belajar yang diharapkan adalah yang mengarah ke suasana

berkembang, mengarah ke kondisi meaningful learning. Kualitas pembelajaran

pada suatu sekolah dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil pembelajaran pada

sekolah tersebut.1

Kualitas pembelajaran dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik

dan sinergis pengajar, anak didik, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan

sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal

sesuai dengan tuntutan kurikuler.

Kualitas pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat

baik buruknya suatu pembelajaran yang dapat dilihat sebagai suatu proses dan

hasil. Sebagai suatu proses, pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari

interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru yang menumbuhkan aktifitas

belajar. Jadi, semakin sering siswa dilibatkan dalam pembelajaran atau semakin

aktif siswa maka semakin baik (berkualitas) pembelajaran yang diselenggarakan.

Sementara itu sebagai suatu hasil, pembelajaran dikatakan berkualitas baik jika

pencapaian hasil belajar sesuai dengan indikator keberhasilan.

Dalam bukunya Sardiman menggunakan beberapa indikator yang

memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran siswa dan mutu proses yang

1 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 15.

Page 19: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

2

terjadi. Indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut: (1)

antusias menerima pelajaran, (2) konsentrasi dalam belajar, (3) kerja sama dalam

kelompok, (4) keaktifan bertanya (5) ketepatan jawaban, (6) keaktifan menjawab

pertanyaan guru atau siswa lainnya, (7) kemampuan memberikan penjelasan.1

Dalam praktek, pengajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks.

Agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan

guru perlu mempertimbangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Ali

menyatakan ada dua macam pendekatan dalam strategi mengajar dapat dipilih,

yaitu 1) strategi mengajar pendekatan kelompok dan 2) strategi mengajar

pendekatan individual.2

Strategi mengajar pendekatan kelompok berkenaan dengan pengajaran suatu

bahan pelajaran sama dalam waktu bersamaan untuk sekelompok siswa. Fokus

pembahasan tentang strategi ini berkaitan dengan: 1) bagaimana melakukan entry

behavior yaitu mengenal kemampuan awal siswa sebelum berlangsungnya proses

belajar mengajar; 2) bagaimana memilih metode yang efektif; 3) bagaimana

memilih alat pelajaran yang relevan; 4) bagaimana melakukan pengendalian

waktu.

Bila diinginkan hasil belajar pada seluruh siswa (tanpa kecuali) dapat

mencapai taraf penguasaan penuh (mastery), harus diterapkan konsep belajar

tuntas (mastery learning). Dengan konsep ini, bahan pengajaran diharapkan dapat

diserap secara mastery oleh seluruh siswa. Konsep tentang belajar tuntas pada

dasarnya merupakan landasan bagi strategi belajar mengajar dengan pendekatan

individual.

Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses pembelajaran yang

dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan

pembelajaran pada siswa kelompok besar (pengajaran klasikal), membantu

mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk

menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Belajar tuntas diharapkan

2Sardiman A.M., Interaksi dan Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), Cet. 20,h. 83.

3Mohamad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2000), h. 33.

Page 20: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

3

mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang melekat pada pembelajaran

klasikal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi di

SMAIT YAPIRAMedang Kab. Bogor banyak siswa merasa malas di dalam kelas,

tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru

mereka. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya frekuensi tanya jawab, kurangnya

perhatian siswa terhadap pembelajaran, kurangnya keberanian siswa untuk

mengemukakan pendapat, dan siswa pasif. Selain itu juga teramatinya minat yang

kurang pada siswa saat mengikuti pembelajaran, motivasi belajar siswa yang

rendah sehingga siswa hanya belajar jika ada tugas atau menjelang ujian bahkan

ada sebagian yang tidak belajar sama sekali, kegiatan kelompok yang tidak

berjalan, dan belum ada kerjasama yang baik antar anggota kelompok sehingga

menyebabkan masih ada sebagian siswa yang memiliki nilai rendah. Atas dasar

inilah peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut.

Dari latar belakang diatas peneliti sangat tertarik untuk mengangkat judul

‘’Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) Untuk Pencapaian

Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi di SMA IT Yapira Medang

Kab. Bogor’’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan yang

menjadi kajian ini adalah sebagai berikut :

“Apa saja kelemahan dan kekuatan yang dihadapi dalam pelaksanaan mastery

learning pada pembelajaran Ekonomi di SMA IT YAPIRA Medang Kab.

Bogor?’’

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA Medang

Kab. Bogor

2. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran tuntas (mastery learning)

Page 21: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

4

dalam pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRAMedang Kab. Bogor

3. Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dalam pelaksanaan mastery

learning di SMAIT YAPIRAMedang Kab. Bogor

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,

sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia

pendidikan.

2. Manfaat praktisDengan dilaksanakannya mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi

diharapkan dapat membawa manfaat secara praktis , di antaranya adalah:

1. Bagi guru: dengan dilaksanakan penelitian ini guru dapat mengetahui

strategi pembelajaran dengan mastery learning untuk memperbaiki dan

meningkatkan sistem pembelajaran di kelas, sehingga

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru, peserta didik dan

materi pembelajaran dapat diminimalkan.

2. Bagi lembaga pendidikan SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor :

memberi masukan kepada para guru SMAIT YAPIRA agar lebih

meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Ekonomi melalui strategi

mastery learning.

3. Bagi peserta didik : dengan adanya strategi mastery learning ini peserta

didik akan lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran serta

menguasai materi yang dipelajari secara tuntas.

Page 22: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Landasan Konseptual Pembelajaran

a. Pengertian pembelajaran

Menurut Mohamad Ali, pembelajaran adalah suatu upaya memberi

rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan agar terjadi proses belajar

mengajar.1 Pengertian ini mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran ada

aktifitas belajar dan mengajar yang melibatkan guru dan peserta didik. Upaya ini

juga mengandung tujuan agar peserta didik secara sadar mau belajar mandiri.

Istilah pembelajaran merupakan pengganti dari istilah mengajar yang telah

melembaga pada dunia pendidikan. Namun dalam prakteknya, mengajar lebih

berpusat pada guru (teacher centered), karena guru harus mempersiapkan diri

secara administratif serta harus menguasai materi dan metode mengajar, serta

evaluasi belajar tanpa harus memperhatikan apakah peserta didik mampu

menguasai materi pelajaran atau tidak. Proses pembelajaran yang demikian

peserta didik lebih ditempatkan sebagai obyek pendidikan, padahal peserta didik

adalah subyek pendidikan.

Max Darsono secara umum mendefinisikan pembelajaran sebagai upaya untuk

membangkitkan prakarsa belajar peserta didik untuk mencapai hasil yang

optimal.2 Dengan istilah pembelajaran, maka fungsi dan tugas guru adalah

membelajarkan peserta didik untuk mencapai hasil yang optimal, yakni perubahan

tingkah laku secara keseluruhan.3 Dalam hal ini telah terjadi transformasi model

pembelajaran dari “teacher centered” menjadi “student centered”, dimana peran

1 Mohamad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2000), h. 13.

2 Max Darsono, Belajar Dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press, 2000), h. 24.3 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2003), h.2

Page 23: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

6

guru adalah sebagai motivator, dinamisator dan mitra belajar peserta didik

yang bertugas menyiapkan materi dan media pembelajaran, serta menciptakan

kondisi peserta didik untuk aktif mengikuti pembelajaran secara total, baik fisik

maupun psikologis.

Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pembelajaran secara

konsepsional mengandung pengertian yang konstruktif, yakni titik tekannya

adalah membangun dan mengupayakan keaktifan siswa untuk mencapai

kompetensi yang diinginkan.

b. Unsur-unsur pembelajaran

Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan pembelajaran mengandung

sejumlah unsur-unsur yang meliputi:

1) Tujuan pembelajaran

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan.

Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, sebagai unsur penting

untuk suatu kegiatan maka dalam kegiatan suatu apapun tujuan tidak bisa

diabaikan. Demikian halnya dengan kegiatan pembelajaran.1 Suatu tujuan

pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:2

a) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi belajar.

b) Tujuan mendefinisikan tingkah laku dalam bentuk dapat diukur dan

diamati.

c) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.

2) Peserta didik

Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 disebutkan peserta

didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RinekaCipta, 2010), Cet. 4, h. 42.

5Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. 3, h.77.

Page 24: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

7

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan

jenis pendidikan tertentu. Dalam pandangan modern, peserta didik tidak hanya

dianggap sebagai obyek atau sasaran pembelajaran, melainkan juga harus

diperhatikan sebagai subyek dalam pembelajaran.3 Dasar peserta didik sebagai

obyek sekaligus subyek dalam wilayah keilmuan harus dikaji dan

dikembangkan secara optimal. Perpaduan pengembangan keilmuan peserta didik

ditinjau sebagai obyek maupun subyek dalam jangka panjang dapat

menghindarkan terjadinya perpecahan kepribadian dalam peserta didik.4

3) Pendidik

Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk

mencapai tujuan pendidikan. Semula kata pendidik mengacu pada seseorang yang

memberikan pengetahuan, ketrampilan, atau pengalaman kepada orang lain.

Sejalan perkembangan keilmuan pendidikan, muncul konsep bahwa mendidik

bukan hanya mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu kepada orang

yang belum tahu, tetapi suatu proses membantu seseorang untuk membentuk

pengetahuannya sendiri.5

Dalam pembelajaran, salah satu tugas yang dilaksanakan oleh pendidik ialah

memberikan pelayanan kepada peserta didik agar mereka menjadi peserta didik

yang selaras dengan tujuan itu. Selain itu pendidik juga sebagai pembimbing,

yaitu proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman

dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara

maksimum terhadap keluarga, sekolah serta masyarakat.6

3 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),h. 133.

4 Ibid., h. 134.5 Ibid., h. 142.6 Ibid., h. 33.

Page 25: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

8

4) Bahan pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan kepada siswa pada

saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan pelajaran ini peserta

didik diantarkan kepada tujuan pembelajaran. Bahan pelajaran pada hakikatnya

adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada peserta

didik sesuai kurikulum yang digunakannya.7 Dengan demikian, bahan pelajaran

merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pembelajaran, sebab

bahan pelajaran adalah inti dalam proses pembelajaran yang akan disampaikan

pada peserta didik.

5) Sumber pembelajaran

Sumber pembelajaran dalam arti sempit misalnya, buku-buku atau

bahan-bahan tercetak lainnya. Pengertian tersebut masih sama sempitnya bila

diartikan sebagai sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan secara auditif

maupun visual saja, misal OHP, slides, video, film dan perangkat keras lainnya.

Pengertian yang lebih luas tentang sumber pembelajaran adalah segala daya yang

dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan dalam proses pembelajaran.8Yang

dimaksud dengan sumber disini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar

seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan atau materi

untuk menambah ilmu pengetahuan.9

6) Alat peraga

Alat peraga disebut dengan audio visual, dari pengertian alat yang dapat

diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang

disampaikan guru lebih mudah difahami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran

alat peraga dipergunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses

7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 43.8 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2003), Cet. 4, h. 76.9 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 48..

Page 26: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

9

pembelajaran lebih efektif dan efisien.10

7) Metode

Metode pembelajaran adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh yang sesuai

dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan

pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.11

Metode-metode yang sampai saat ini masih digunakan dalam pembelajaran

adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, eksperimen, demonstrasi,

pemberian tugas dan resitasi, sosio drama, drill (latihan), kerja kelompok, metode

proyek, problem solving, karya wisata, resource person, survey masyarakat, dan

metode simulasi.12

8) Strategi

Secara umum strategi mempunyai pengertian “suatu garis-garis besar haluan”

untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola umum

kegiatan guru peserta didik, dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan yang telah digariskan.13

Kalau metode merupakan cara untuk melakukan suatu pembelajaran agar

lebih tepat dan sesuai situasi peserta didik, maka perlu juga diatur ketepatan

penggunaan metode, tehnik dan strategi penerapan metode. Andai saja metode itu

sebenarnya sudah baik tetapi karena kurang tepatnya penerapan metode maka

hasil pembelajarannya pun akan kurang maksimal.14

Jadi bisa disimpulkan bahwa strategi disini berbeda dengan metode. Kalau

metode itu terkait langsung dengan pembelajaran, maksudnya terkait langsung

antar guru dengan siswa dalam suatu pembelajaran, maka strategi disini berfungsi

mengatur ketepatan penggunaan berbagai metode dalam pembelajaran tersebut.

10 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, .…, h. 99.11 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail

Median Group, 2008), h. 8.12 Ibid., h. 19-24.13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, …, h. 5.14 IIsmail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,…, h. 24

Page 27: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

10

c. Teori-teori Belajar

Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan

psikologi yaitu:

1) Teori disiplin mental

Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar

orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam

belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali

dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan ilmiah. Menurut teori ini,

anak itu akan berkembang secara ilmiah.

Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan perkembangan

ilmiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang

dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan

sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut

teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan

baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.15

2) Teori Behaviorisme

Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu: mengutamakan unsur-unsur atau

bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan,

mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan

latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang

mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil

apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar

akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat

apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.

15 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 41.

Page 28: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

11

Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Harley

dan Davis yang banyak dipakai adalah: proses belajar dapat terjadi dengan baik

apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan

dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu

memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik

secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon

yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa

memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.16

3) Teori Cognitive Gestalt

Teori belajar Gestalt meneliti pengamatan dan problem solving, dari

pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan

menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.27

Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight

yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan

antara bagian-bagian dalam situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan

atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.17 Menurut

teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung

berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktifitas belajar akan

menimbulkan makna yang berarti. Sebab dalam proses belajar, makin lama akan

timbul suatu pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari.

16 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,…, h. 43.17 Ibid., h. 47.

Page 29: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

12

2. Mastery Learning

a. Pengertian dan Konsep dasarMastery Learning (belajar tuntas)

Secara bahasa, kata “mastery” berarti“penguasaan” atau

“keunggulan”.19Sedang “learning” sering diartikan “belajar” atau

“pengetahuan”.20 Sehingga kalau digabung dua kata tersebut “mastery learning”

berarti “penguasaan pengetahuan” atau “penguasaan penuh”. Namun dalam dalam

dunia pendidikan “mastery learning” bisa diartikan dengan “belajar tuntas” atau

“pembelajaran tuntas.” Mastery learning (belajar tuntas) dalam KTSP adalah

pendekatan pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas

seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran

tertentu.21 Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mastery learning merupakan

strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan tujuan agar

sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran (kompetensi) secara

tuntas.22

Mastery learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara

sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada

siswa kelompok besar (klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang

terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of

progress). Pendekatan ini bersifat individual dan diharapkan mampu mengatasi

kelemahan-kelemahan pembelajaran yang bersifat klasikal. Artinya, mastery

learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menganut azas

ketuntasan belajar, dengan tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil

belajar, yakni tingkat kemampuan siswa orang perorang, bukan per kelas dalam

19 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,1996), h. 374

20 Ibid., h.37421 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 327.22 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan

inovasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 53.

Page 30: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

13

mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran individual

(individualized instruction) merupakan ciri khas dari mastery learning ini. Secara

konseptual, mastery learning ini merupakan strategi atau model pembelajaran

yang telah lama digagas oleh Carrol dalam bukunya “model of school learning”.

Teori Carrol tersebut kemudian dimodifikasi secara operasional oleh Bloom, lalu

dikembangkan lagi oleh Block.23 Namun demikian, model ini tetap masih relevan

dan baik, apalagi diterapkan dalam upaya pencapaian standar kompetensi siswa,

terutama dalam pembelajaran ekonomi dalam KTSP sebagai kurikulum yang

berbasis kompetensi. Artinya mastery learning merupakan suatu keniscayaan dan

bagian integral yang tak dapat dipisahkan. Pendekatan/strategi pembelajaran ini

lebih menekankan pencapaian kompetensi dan hasil belajar siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran, sehingga memberikan pengalaman belajar yang

bermakna (meaningful learning). Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam

pelaksanaan KTSP merupakan suatu pola pembelajaran yang menggunakan

pendekatan diagnostic/preskriptif (mengetahui kesulitan belajar siswa) dan

ketuntasan secara individual. Hal ini diperlukan pemberian kebebasan belajar

serta berupaya mengurangi kegagalan siswa dalam belajar. Pada sisi lain, strategi

pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti

meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada kelompok siswa (klasikal), tetapi

juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan

individual siswa, sehingga potensi masing-masing siswa berkembang secara

optimal. Dasar pemikiran dari mastery learning dengan pendekatan individual

ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing.24

23 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.84.

24 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,, h. 327

Page 31: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

14

b. KarakteristikMastery Learning

Adapun karakteristik mastery learning, sebagai berikut:25

1) Pada dasarnyanya strategi mastery learning adalah jika kepada para siswa

diberikan waktu yang cukup, dan mereka diperlakukan secara tepat, maka

mereka akan mampu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan kompetensi

yang diharapkan.

2) Belajar atas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yang ditentukan

terlebih dahulu.

Tujuan pembelajaran memberi arah balik kepada guru dan siswa dalam

melaksanakan proses pembelajaran, ini berarti bahwa tujuan strategi pembelajaran

adalah agar hampir atau semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan

pendidikan. Jadi, baik sarana, metode, materi pelajaran maupun evaluasi yang

digunakan untuk keberhasilan siswa berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai.

3) Memperhatikan perbedaan individu (individual difference)

Suatu kenyataan bahwa individu mempunyai perbedaan antara yang satu

dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena faktor-faktor

intern maupun ekstern. Terutama faktor ekstern melalui indra dan kecepatan

belajar siswa. Untuk itu pelaksanaan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan

kepekaan indra siswa. Jadi, proses pembelajaran yang tepat adalah menggunakan

multimedia dan multi metode yang sesuai dengan tujuan dan keadaan individu

siswa.

4) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif (active learning)

Belajar aktif (active learning) memungkinkan para siswa memperoleh

pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan berdasarkan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan sendiri. Cara belajar yang demikian memungkinkan siswa untuk

25 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, ..., h. 86.

Page 32: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

15

bertanya apabila mengalami kesulitan dalam mencari buku-buku atau

sumber-sumber lain dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

5) Menggunakan satuan pelajaran terkecil (RPP)

Satuan-satuan pelajaran dengan unit terkecil disusun secara sistematis,

berurutan dari yang mudah ke yang sukar. Pembagian unit pelajaran menjadi yang

kecil-kecil (cremental units) sangat diperlukan guna memperoleh umpan balik

(feedback) secepat mungkin, sehingga perbaikan dapat segera dilakukan sedini

mungkin dan untuk memberikan layanan yang terbaik.

6) Menggunakan sistem evaluasi yang kontinyu dan berdasar atas

kriteria.

Evaluasi secara kontinu berarti evaluasi dilaksanakan terus menerus yaitu

pada awal, selama dan pada akhir proses belajar mengajar. Evaluasi ini dilakukan

agar guru memperoleh umpan balik dengan segera, sering dan sistematis. Sedang

evaluasi berdasar atas kriteria berarti evaluasi berdasar keberhasilan belajar siswa,

tidak berdasar atas norma dibandingkan dengan siswa lain dalam satu kelas.

Evaluasi yang digunakan bisa melalui tes (misalnya tes formatif dan sumatif) atau

non tes (misalnya unjuk kerja/performance dan portofolio).26

c. Asumsi dasarMastery Learning

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mastery learning dalam

KTSP berbasis kompetensi merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang

mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi

maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, dalam model

yang paling sederhana, Carrol dalam Winkel mengemukakan bahwa jika setiap

siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu

tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka

besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi

jika siswa tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu

26 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah,…, h. 87.

Page 33: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

16

yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa

tersebut belum optimal.27 Block dalam Winkel menyatakan tingkat penguasaan

kompetensi siswa sebagai berikut:

Degree of learning = f ( time actually spent : time needed)

Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of

learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan

(time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time

needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.28 Mastery learning berasumsi

bahwa di dalam kondisi yang tepat, semua siswa mampu belajar dengan baik dan

memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar

semua siswa memperoleh hasil yang maksimal pembelajaran harus dilaksanakan

dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi yang dilaksanakan,

terutama dalam mengorganisasi tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi

dan memberikan bimbingan terhadap siswa yang lambat mencapai tujuan

(kompetensi) yang telah ditetapkan.

Mastery learning dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, teori yang mengatakan

bahwa adanya hubungan antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensi

yang dimiliki (bakat). Hal ini sesuai dengan teori bakat menurut Carrol dalam

Mulyasa, yang menyatakan bahwa apabila siswa didistribusikan secara normal

dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang

pengajaran, kemudian mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah

pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang

dicapai akan tersebar secara normal pula. Hal ini berarti bahwa siswa yang

berbakat cenderung untuk memperoleh nilai yang tinggi atau dapat dikatakan

bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi.29

Kedua, apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis, semua siswa

27 W.S Winkel,, Psikologi Pengajaran , …, h. 268.28 Ibid., h. 270.29 Ibid., h. 53-54

Page 34: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

17

akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya.Mulyasa menyatakan

bahwa pada dasarnya bakat bukanlah merupakan indeks kemampuan seseorang,

melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar (measure of learning rate). Artinya

orang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif lebih sedikit untuk

mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan siswa yang memiliki

bakat rendah. Sehingga dengan demikian, siswa dapat mencapai penguasaan

penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan

waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Oleh

karena itu, implikasinya dalam kegiatan belajar harus diberikan waktu belajar

yang berbeda-beda untuk masing-masing siswa.30

d. Prinsip-prinsipMastery Learning

Pada dasarnya mastery learning akan menciptakan siswa memiliki

kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan

perbedaan antara anak cerdas dengan anak kurang cerdas atau anak yang berbakat

dengan anak yang tidak berbakat.31 Secara tegas dapat dikatakan bahwa sistem

pembelajaran yang menggunakan prinsip mastery learning adalah tidak menerima

perbedaan prestasi belajar siswa sebagai konsekuensi perbedaan bakat.32

Sebagaimana yang telah dikemukakan Carrol tentang teori bakat pada penjelasan

sebelumnya. Pada posisi ini, prinsip mastery learning adalah menciptakan siswa

dapat mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi). Sehingga dengan demikian, di

dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua kompetensi,

sementara anak yang kurang cerdas mencapai sebagian kompetensi atau tidak

mencapai sama sekali kompetensi yang diharapkan. Melalui prinsip mastery

learning semua siswa akan mencapai kompetensi, hanya saja waktu yang

diperlukan berbeda.

30 E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, …, h 5431 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2007), h. 12132 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan

CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), h. 84.

Page 35: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

18

Argumentasi tersebut sangat sejalan dengan pendapat Winkel yang

mengemukakan bahwa bilamana siswa tidak mencapai tingkat keberhasilan yang

dituju, hal ini karena tidak disediakan waktu yang cukup, sesuai dengan

kebutuhan siswa atau karena waktu yang disediakan dan sebenarnya cukup itu,

tidak digunakan dengan sungguh-sungguh. Artinya tingkat penguasaan bahan

(kompetensi) dalam pembelajaran sangat tergantung pada jumlah waktu yang

disediakan.33

Berdasarkan konsep tersebut, dapat dipahami bahwa harapan dari proses

pembelajaran dengan pendekatan mastery learning adalah untuk mempertinggi

rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran

yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus siswa yang lambat belajar (slow

learners) agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar.34 Hal

tersebut mencerminkan adanya variasi penguasaan materi pembelajaran sekaligus

juga mengakui adanya perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai

kompetensi.

Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa prinsip mastery

learning adalah: Pertama, ditetapkan batas minimal tingkat kompetensi yang

harus dikuasai oleh siswa. Kedua, menggunakan pendekatan penilaian acuan

patokan (PAP) untuk menilai keberhasilan belajar siswa mencapai standar

ketuntasan minimal (KKM). Ketiga, siswa tidak diperbolehkan pindah ke topik

atau tugas berikutnya, jika topik atau tugas yang sedang dipelajarinya belum

dikuasai sampai standar minimal. Keempat ,memberikan kemampuan yang utuh,

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kelima, setiap peserta

diberi kesempatan untuk mencapai standar minimal, sesuai dengan irama dan

kemampuan belajarnya masing-masing (individualized learning). Keenam,

33 W.S Winkel,, Psikologi Pengajaran , …, h. 268.34 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) …, h. 327.

Page 36: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

19

disediakan program bimbingan remedial bagi peserta yang lambat (slow learner),

dan program pengayaan bagi peserta yang lebih cepat (fast learner) menguasai

kompetensi serta percepatan (acceleration) bagi anak yang superior dan istimewa.

e. Strategi PelaksanaanMastery Learning

Pendekatan mastery learning apabila dilakukan pada kondisi yang tepat, maka

semua siswa akan mampu belajar dengan baik dan dapat mencapai hasil yang

maksimal. Agar semua siswa memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran

harus dilakukan secara sistematis terstruktur, yakni tercermin dalam strategi

pembelajaran tuntas yang dilaksanakan. Strategi mastery learning menurut

Hamalik adalah suatu strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan

menggunakan pendekatan kelompok (group based approach). Pendekatan ini

memungkinkan para siswa belajar bersama-sama berdasarkan pembatasan bahan

pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, sampai tingkat tertentu, penyediaan

waktu belajar yang cukup, dan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami

kesulitan belajar.35

Strategi mastery learning dapat diterapkan secara tuntas sebagai upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam level mikro yaitu

mengembangkan individu dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Mulyasa

strategi mastery learning dapat dibedakan dari pembelajaran non-mastery

learning terutama dalam hal-hal berikut:36

1) Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan

yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic

progress test).

2) Siswa baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar

menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan.

35 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar BerdasarkanCBSA,…, h. 85.

36 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004,., h. 55.

Page 37: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

20

3) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang gagal mencapai

taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif yang menurut Marrison

merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi kegiatan

belajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar siswa, sesuai

dengan waktu yang diperlukan masing-masing.

Sementara strategi mastery learning yang dikembangkan oleh Bloom

meliputi tiga bagian, yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur

operasional dan hasil belajar. Selanjutnya diimplementasikan dalam pembelajaran

klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan

individual yang meliputi:

1) Corrective technique, semacam pengajaran remedial yang dilakukan

dengan pemberian terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh siswa, dengan

prosedur dan metode sebelumnya.

2) Memberikan tambahan waktu kepada siswa yang membutuhkan atau

belum menguasai bahan dan kompetensi secara tuntas.37

f. Pola dan ProsedurMastery Learning

Sebagai upaya menciptakan suatu pembelajaran yang baik dan berhasil,

Bloom mengembangkan suatu pola dan prosedur pembelajaran yang dapat

diterapkan pada satuan kelas termasuk mastery learning. Secara operasional,

Bloom dan Winkel mempersiapkan langkah-langkah praktis dalam implementasi

mastery learning sebagai berikut:38

1) Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, baik yang bersifat

umum maupun khusus (sekarang dikenal dengan istilah standar kompetensi,

kompetensi dasar dan indikator).

Menurut Sanjaya ada beberapa alasan tujuan pembelajaran perlu dirumuskan

37 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP,…, h. 125.38 Ibid., h.126.

Page 38: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

21

dalam merancang suatu program pembelajaran, yaitu:39

Pertama, perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi

efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran

dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal.

Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan

melaksanakan proses pembelajaran.

Kedua, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan

kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa

dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan itu guru juga dapat

merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk

membantu siswa.

Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem

pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dan tepat dapat membantu guru

dalam menentukan materi pembelajaran, strategi, alat, media dan sumber belajar,

serta menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar

siswa.

Keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam

menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya melalui penetapan

tujuan, guru dapat mengontrol seberapa jauh siswa telah menguasai

kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang

berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas

suatu sekolah/madrasah.

2) Menjabarkan materi pembelajaran (bahan ajar) atas sejumlah unit

pembelajaran (sekarang disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/ RPP).

Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran,

berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku (KTSP). Agar rencana pembelajaran

membantu guru dalam pembelajaran, rincian pokok-pokok materi hendaknya

39 Wina Sanjaya, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, …, h. 99.

Page 39: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

22

dicantumkan secara cermat dalam rencana pembelajaran. Dalam

mengorganisasikan materi, guru dapat menempuh berbagai cara. Guru dapat

menyusunnya dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang

kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, atau yang ada disekitar siswa.40

Pemilihan materi pembelajaran (bahan ajar) harus sejalan dengan

kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang, yaitu: 1)

akurat dan up to date, sasarannya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

penemuan baru dalam bidang teknologi; 2) kemudahan, sasarannya untuk

memenuhi prinsip, generalisasi dan memperoleh data; 3) kerasionalan, sasarannya

mengembangkan kemampuan berfikir rasional, bebas dan logis; 4) esensial,

sasarannya untuk mengembangkan moralitas penggunaan pengetahuan; 5)

kemaknaan, sasarannya bermakna bagi siswa dan perubahan sosial; 6)

keberhasilan, sasarannya keberhasilan untuk mempengaruhi perubahan tingkah

laku siswa; 7) keseimbangan, sasarannya mengembangkan pribadi siswa secara

seimbang dan menyeluruh; 8) kepraktisan, sasarannya mengarahkan tindakan

sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya.41

3) Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pembelajaran yang

sedang dipelajari.

Proses pembelajaran menurut Muslich dikelompokkan ke dalam tiga

kegiatan besar, yaitu: 1) kegiatan awal, biasanya diisi dengan mengemukakan

hal-hal yang menarik minat siswa untuk belajar, membahas ulang pengetahuan

prasyarat atau menyampaikan informasi awal atau penjelasan tugas secara

klasikal. Pengetahuan prasyarat yang dibahas hendaknya betul-betul yang dekat

dengan konsep baru yang dipelajari, tidak terlalu jauh sehingga waktu yang

digunakan menjadi singkat; 2) kegiatan inti, disediakan untuk siswa mengalami

kegiatan seperti melakukan percobaan, bermain peran, kegiatan pemecahan

40 Wardani, Pemantapan Kemampuan Guru Mengajar, (Jakarta: Pusat PenerbitanUniversitas Terbuka, 2004), h. 8.

41 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 223.

Page 40: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

23

masalah, atau simulasi yang sebaiknya dilakukan secara berpasangan atau

kelompok. Apabila kegiatan ini dilakukan siswa secara perorangan maka harus

diikuti dengan kegiatan yang melibatkan lebih dari satu orang, misalnya saling

menjelaskan proses dan hasil belajar kepada temannya. Hal ini dimaksudkan agar

tercipta interaksi diantara mereka sehingga hasil belajar mereka menjadi mantap;

3) kegiatan penutup, biasanya diisi dengan rangkuman hasil belajar secara

klasikal. Alokasi waktu untuk kegiatan awal dan penutup sebaiknya tidak lebih

dari 10-15 menit sehingga sisanya untuk kegiatan inti.42

4) Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pembelajaran,

untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi

pembelajaran. Tes itu bersifat formatif, yaitu bertujuan mengetahui sampai

seberapa jauh siswa dalam pengolahan materi pembelajaran (diagnostic

progress test). Menurut Yamin dalam test formatif ini, ditetapkan norma yang

tetap dan pasti, misalnya 80% dari jumlah pertanyaan dalam tes itu harus

dijawab betul, supaya siswa dinyatakan berhasil atau telah menguasai tujuan

pembelajaran.43

5) Siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan

pertolongan khusus, misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak

sebagai tutor sebaya, mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh

mempelajari buku bidang lain dan mengambil unit pelajaran yang telah

diprogramkan.

6) Setelah semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pembelajaran

yang bersangkutan barulah guru mulai mengajarkan unit berikutnya.

7) Setelah siswa paling sedikit kebanyakannya, mencapai tingkat keberhasilan

yang dituntut guru mulai mengajar unit pelajaran ketiga. Jadi seluruh siswa

dalam kelas selalu mulai mempelajari suatu unit pelajaran baru secara

bersama-sama.

42 Masnur Muslich, KTSP:Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), h. 60.

43 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP,…, h. 127.

Page 41: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

24

8) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lain,

sampai seluruh rangkaian pembelajaran selesai.

9) Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes

yang mencakup seluruh rangkaian unit pembelajaran. Tes akhir ini bersifat

sumatif, yaitu bertujuan mengevaluasi taraf keberhasilan masing-masing

siswa terhadap semua tujuan pembelajaran.44

g. Faktor-faktor yang mempengaruhiMastery Learning

Para pakar pendidikan berkeyakinan bahwa sebagian besar bahkan semua

siswa mampu menguasai bahan pelajaran tertentu sepenuhnya dengan

syarat-syarat tertentu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan

teori Carrol, Bloom, Block dan yang lainnya dapatlah diidentifikasi dan

dielaborasikan bahwa mastery learning dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1) Bakat (aptitude)

Bakat sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu

dikembangkan dan dilatih juga sangat berpengaruh bagi tercapainya prestasi

seseorang. Ada korelasi antara bakat yang tinggi dengan prestasi belajar. Korelasi

antara bakat, misalnya untuk pelajaran matematika dan prestasi untuk bidang itu

setinggi 70. Hasil itu akan tampak bila kepada siswa dalam satu kelas diberikan

metode yang sama dalam waktu yang sama. Namun menurut Carrol adanya

perbedaan bakat dipandang sebagai perbedaan waktu yang diperlukan untuk

menguasai sesuatu. Jadi perbedaan bakat tidak menentukan tingkat penguasaan

atau jenis bahan yang dipelajari. Jadi setiap orang dapat menguasai bidang studi

apapun hingga penguasaan yang tinggi asal diberi waktu yang cukup.

2) Ketekunan belajar (perseverance)

Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk

belajar mempelajari sesuatu memerlukan jumlah waktu tertentu. Carrol

44 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP,…, h. 127.

Page 42: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

25

mendefinisikan ketekunan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk

belajar.45 Bila siswa membutuhkan sejumlah waktu untuk mempelajari bahan

pelajaran tetapi ia hanya mendapat waktu kurang dari apa yang ia butuhkan untuk

mempelajari suatu bahan, maka ia tidak akan menguasai bahan sepenuhnya.

Waktu belajar yang dimaksudkan adalah jumlah waktu yang digunakan untuk

kegiatan belajar, yaitu mempelajari sesuatu secara aktif.

3) Kualitas pembelajaran (quality of instruction)

Implementasi KTSP berbasis kompetensi, menurut dukungan tenaga

kependidikan yang terampil dan berkualitas, agar dapat membangkitkan motivasi

kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas setempat, serta

mengefisienkan sistem dan mengendorkan birokrasi yang tumpang tindih. Dalam

pada itu, dituntut kemandirian dan kreatifitas sekolah dalam mengembangkan

kurikulum dan pembelajaran beserta perangkat evaluasinya. Implementasi KTSP

disekolah merupakan pengembangan kurikulum pada tingkat lembaga (institusi)

yang akan bermuara pada pengembangan kurikulum pada tingkat bidang studi .

Melalui pendidikan akan terbentuk sikap dan perilaku siswa. Guru sebagai

seorang pendidik yaitu orang yang berusaha mewujudkan budi pekerti yang baik

atau akhlakul karimah, atau sebagai pembentukan nilai-nilai moral (transfer of

values). Sedangkan guru sebagai pengajar (muallim) adalah orang yang

mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa mengerti,

menghayati, memahami, dan dapat mengamalkan berbagai ilmu pengetahuan

yang disebut sebagai transfer of knowledge.46

Kegiatan pembelajaran di kelas dapat dilihat dari sisi guru yang dapat

dicermati dari dua sudut pandang. Pertama, menyatakan bahwa mengajar adalah

proses transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan pada siswa. Kedua,

menyatakan bahwa pembelajaran bukan hanya mengendalikan kelas sehingga

45 Moh.Uzer Usman dan Lilis Setyawati, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: RemajaRosdakarya, 1998), h.96.

46 Suyanto dan Abbas, Wajah Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta: Adicita KaryaNusa, 2001), h. 66.

Page 43: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

26

menghilangkan sebagian besar peran serta yang seharusnya dilakukan siswa.

Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan bekerja secara profesional,

mengajar secara sistematis dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang

berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien), artinya guru dapat

merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis dalam penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran aktif.47

Jadi kualitas pengajaran ditentukan oleh kualitas pengujian, penjelasan dan

pengaturan unsur-unsur belajar dengan memperhatikan metode-metode mengajar

yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa secara Individual. Karena

pada dasarnya setiap anak belajar tidak secara kelompok, akan tetapi secara

individual, menurut caranya masing-masing meskipun berada dalam satu

kelompok (kelas). Artinya, meskipun dilaksanakan secara klasikal tetapi sangat

individual pendekatan yang digunakan dalam implementasinya.

4) Kesanggupan untuk menerima pelajaran (ability to learn).

Kesanggupan belajar siswa terkait erat dengan intelegensi. Salah satu definisi

intelegensi antara lain menyebutkan bahwa intelegensi adalah ability to learn

(kemampuan untuk belajar). Artinya, intelegensi yang tinggi diharapkan akan

dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula begitu juga yang terjadi

sebaliknya. Intelegensi merupakan bakal potensial yang akan memudahkan dalam

belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan performansi yang optimal.48

5) Kesempatan waktu untuk belajar

Alokasi waktu tiap bidang studi telah ditentukan dalam kurikulum yang

tentunya telah disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar siswa dan

perkembangan jiwanya. Untuk itu, para guru pula mengantisipasi agar waktu

belajar yang tersedia sesuai dengan kebutuhan, sehingga waktu belajar untuk

mempelajari materi pelajaran tersebut benar-benar efektif. Dalam hal ini peranan

47 Dimyati Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 117-118.48 Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),

h.163.

Page 44: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

27

strategi dan metode pembelajaran yang digunakan para guru sangat besar dan

peranan kealiman guru dalam pemecahan masalah ini juga sangat menentukan.49

h. Kelebihan dan KekuranganMastery Learning

Suatu strategi pembelajaran ada kelebihan dan kekurangannya, seperti juga

strategi mastery learning yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Strategi

mastery learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, oleh

karena itu strategi ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:50

1) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang

berpegang pada prinsip perbedaan individual, belajar kelompok.

2) Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana

disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan diri sendiri dengan menemukan dan

bekerja sendiri.

3) Dalam strategi ini, guru dan siswa diminta bekerja sama secara

partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam

proses bimbingan terhadap siswa lainnya.

4) Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar,

yakni siswa yang menguasai bahan pelajaran secara tuntas,

menyeluruh dan utuh.

5) Pada hakikatnya, strategi ini tidak mengenal siswa yang gagal belajar

atau tidak naik kelas karena siswa yang ternyata mendapat hasil yang

kurang memuaskan atau masih dibawah target hasil yang diharapkan,

terus menerus dibantu oleh rekannya dan oleh guru.

Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung

unsur objektivitas yang tinggi sebab penilaian dilakukan oleh guru. rekan

49 Moh.Uzer Usman dan Lilis Setyawati, Menjadi Guru Profesional, …, h. 99.50 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan

CBSA,…, h. 86-87.

Page 45: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

28

sekelas, dan oleh diri sendiri dan berlangsung secara berlanjut serta

berdasarkan ukuran keberhasilan (standar perilaku) yang jelas dan

spesifik.

6) Pengajaran tuntas berdasarkan suatu perencanaan yang sistemik, yang

memiliki derajat koherensi yang tinggi dengan Garis-garis Besar

Program Pengajaran Bidang studi.

7) Strategi ini menyediakan waktu belajar yang cukup sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan masing-masing individu siswa sehingga

memungkinkan mereka belajar secara lebih leluasa.

8) Strategi ini mengaktifkan guru-guru sebagai suatu regu yang harus

bekerja sama secara efektif sehingga kelangsungan proses belajar

siswa dapat terjamin dan berhasil optimal.

9) Strategi belajar tuntas berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang

terdapat pada strategi belajar-mengajar lainnya, yang berdasarkan

pendekatan kelas saja, atau individualisasi saja.

Disamping memiliki kelebihan, strategi mastery learning juga mempunya

kelemahan, di antaranya:51

1) Guru-guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat

perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu

semester di samping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap

dan menyeluruh.

2) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai

kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang

memadai.

3) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami

hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit

51 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar BerdasarkanCBSA,…, h. 87-88.

Page 46: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

29

dan masih baru.

4) Strategi ini sudah tentu meminta berbagai fasilitas, perlengkapan, alat,

dana, dan waktu yang cukup besar, sedangkan sekolah-sekolah kita

umumnya masih langka dalam segi sumber-sumber teknis seperti yang

diharapkan.

5) Untuk melaksanakan strategi ini yang mengacu kepada penguasaan

materi belajar secara tuntas pada gilirannya menuntut para guru agar

menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih

lengkap. Hal itu menuntut para guru agar lebih banyak dan

menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.

3. Mastery Learning Dalam Pembelajaran Ekonomi

Pada prinsipnya pelaksanaan strategi mastery learning dalam pembelajaran

Ekonomi sama saja dengan strategi lain yang digunakan dalam pembelajaran

Ekonomi. Hanya saja ada karakteristik yang menjadi ciri khas dan indikator

pelaksanaannya, yaitu:

a. Metode Pembelajaran

Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan diagnostik deskriptif

(mengetahui kesulitan belajar siswa dan bagaimana cara memberikan layanan

terbaik). Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan

individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok

siswa (kelas), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan

perbedaan-perbedaan individual (individual differences) siswa sedemikian rupa,

sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing

secara optimal. Mastery learning sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial

dengan session-session kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran

terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer.52

52 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ,…, h. 331.

Page 47: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

30

Pembelajaran tuntas diorientasikan bagaimana siswa mencapai kompetensi yang

telah ditetapkan, artinya tujuan pembelajaran Ekonomi di arahkan pada

penguasaan kompetensi-kompetensi tertentu. Jika itu telah tercapai, maka

dikatakan siswa telah kompeten, dan jika belum maka siswa dapat dikatakan

belum atau bahkan tidak kompeten tentang bahan yang dipelajarinya. Oleh karena

itu, kalau siswa harus kompeten, maka gurunya harus lebih dahulu kompeten

dalam bidangnya, artinya ia memiliki kompetensi guru yang dipersyaratkan

padanya, agar tujuan pembelajaran terkondisikan dengan baik, kreatif,

menyenangkan, dan bermakna.

b. Peran guru

Strategi pembelajaran tuntas (mastery learning) menekankan pada peran atau

tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan siswa secara individual.

Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System Of Instruction

(PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi

siswa dengan materi/objek belajar.53 Karena itu, peran guru dalam pelaksanaan

mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi lebih diintensifkan dalam hal-hal

berikut: (a) menjabarkan/memecahkan Kompetensi Dasar ke dalam satuan-satuan

yang lebih kecil (cremental units) dengan memperhatikan pengetahuan

prasyaratnya, (b) mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD, (c) menyajikan

materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi, (d) memonitor seluruh

pekerjaan siswa, (e) menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi,

(f) menggunakan teknik diagnostik, dan (g) menyediakan sejumlah alternatif

strategi pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar (disability to

learn).

53 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP),…, h. 331

Page 48: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

31

c. Peran siswa

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berorientasi pada

kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran siswa sebagai

subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “guru dan yang akan

dikerjakannya” melainkan pada “siswa dan yang akan dikerjakannya”. Oleh sebab

itu, pembelajaran tuntas (mastery learning) memungkinkan siswa lebih leluasa

dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan.54 Artinya, siswa diberi

kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan

siswa sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara individual dalam

mengikuti pembelajaran Ekonomi.

d. Evaluasi (penilaian)

Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar (mastery learning) dalam

KTSP ditetapkan dengan penilaian acuan patokan pada setiap kompetensi dasar

dan tidak ditetapkan berdasarkan norma. Dalam hal ini batas ketuntasan belajar

harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah siswa harus mencapai nilai 75,65,55,

atau sampai nilai berapa seorang siswa dinyatakan mencapai ketuntasan dalam

belajar.

Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam

pembelajaran tuntas, tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat

diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik

yang dirancang secara baik, siswa dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil

tesnya, termasuk mengenali dimana ia mengalami kesulitan dengan segera,

sehingga dapat mencapai ketuntasan minimal yang telah ditentukan.55

54 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP),…, h. 332

55 Ibid., h. 332

Page 49: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

32

4. Pengertian Standar Kompetensi

Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata

pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.56 Menurut Abdul Majid

Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan

program pembelajaran yang terstruktur.57 Pada setiap mata pelajaran, standar

kompetensi sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum, yang dapat kita

lihat dari standar isi. Jika sekolah memandang perlu mengembangkan mata

pelajaran tertentu misalnya pengembangan kurikulum muatan local, maka perlu

dirumuskan standar kompetensinya sesuai dengan nama mata pelajaran dalam

muatan lokal tersebut.

SK yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran

tertentu seperti Kewarganegaraan, Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris. SK yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan

tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik.

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa SK memiliki dua penafsiran,

yaitu:

a. Pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui peserta

didik dan kemampuan melakukan sesuatu dalam mempelajari suatu

mata pelajaran.

b. Spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan kategori

pencapaian seperti lulus atau memiliki keahlian

56 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008), h. 170

57 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.42

Page 50: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

33

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penerapan belajar tuntas (Mastery Learning) sebelumnya pernah diterapkan

oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah :

Tabel 2.1

Penelitian Relevan

No

.

Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Hasil

Penelitian

1. Ratana

Pratiwi

(2011)

Peningkatan Hasil

Belajar Penjumlahan

Pecahan Melalui Model

Mastery Learning

(Belajar Tuntas) Siswa

Kelas IV SD Islam

Hasanul Amin

Kabupaten Blitar

Berdasarkan data siklus 1 dapat

dipaparkan bahwa ketuntasan

belajar siswa adalah 60%, atau

ketuntasan sejumlah 12 siswa dari

20 siswa. Sedangkan yang

mengalami ketidaktuntasan belajar

sebanyak 40%, sebanyak 8 siswa

dari 20 siswa. Nilai rata-rata yang

diperoleh 67,5. Berdasarkan data

pada siklus 2 dapat dipaparkan

bahwa ketuntasan belajar siswa

85%, atau ketuntasan sejumlah 17

siswa dari 20 siswa. Sedangkan

yang mengalami ketidaktuntasan

belajar sebanyak 15%, berarti 3

siswa dari 20 siswa. Nilai rata-rata

Page 51: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

34

yang diperoleh 81,25. Dari hasil

penelitian yang didapat, peneliti

menyatakan bahwa penerapan

model Mastery learning (belajar

tuntas) yang dilaksanakan dapat

meningkatkan hasil belajar dalam

pembelajaran penjumlahan

pecahan siswa kelas IV SD Islam

Hasanul Amin Kabupaten Blitar.

2. Tony

(2009)

Upaya Peningkatan

Hasil Belajar

Matematika Melalui

Model Belajar Tuntas

(Mastery Learning) di

Kelas V SDN 3 Keden

Dalam penelitiannya ini siswa

banyak mengalami peningkatan,

diantaranya keaktifan belajar

siswa meningkat 76,92%,

pemahaman materi siswa

meningkat 87,18% dan

kemandirian belajar siswa

meningkat 79,49%. Dari hasil

yang didapat, Tony menyatakan

bahwa pembelajaran yang

didasarkan pada penerapan

pembelajaran melalui Model

Belajar Tuntas dengan kombinasi

Page 52: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

35

pembelajaran klasikal, kelompok,

dan individual serta pemecahan

masalah dapat membuat siswa

semakin kreatif.

3 Dafid

Armawan

(2011)

Belajar Tuntas (Mastery

Learning) Sebagai

Upaya Meningkatkan

Kualitas Pembelajaran

Siswa Kelas XI-2

Jurusan TKR SMKN 1

Seyegan

Dalam penelitian ini terdapat

hubungan positif yang signifikan

padan kegiatan tindakan pada

proses dimana terjadi peningkatan

kualitas pembelajaran. Dimana

besarnya peningkatan tersebut

nampak pada hasil penelitian

dimana ditunjukkan oleh selisih

nilai rata-rata pre-test dengan nilai

post test sebesar 2.33. Rata-rata

nilai pre test sebesar 5.38 dan

nilai post test sebesar 7.71.

Penelitian-penelitian di atas digunakan untuk mendukung terlaksananya

penelitian tentang strategi belajar tuntas (Mastery Learning) yang dilakukan

peneliti. Yang membedakan antara penelitian kali ini dengan penelitian

sebelumnya adalah peneliti menerapkan strategi belajar tuntas (Mastery Learning)

untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi.

Page 53: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

36

C .Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di

atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Tercapainya

standar kompetensi melalui strategi belajar tuntas (Mastery Learning) dalam

pelajaran ekonomi di SMAIT Yapira Medang Kab. Bogor

Tercapainya standar kompetensi melaluipenerapan stategi Belajar Tuntas(Mastery Learning)

Siswa memahami materi pelajaran Ekonomi

Proses pembelajaran menggunakan StrategiBelajar Tuntas (Mastery Learning)

Penelitian Tindakan

1. Kreativitas dan inisiatif guru kurang2. Pemahaman siswa terhadap materi lemah3. Hasil belajar siswa menurun

Page 54: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. ”Penelitian

tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang

dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.1 Gambar 3.1 : Bagan Siklus PTK

1 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),Cet.ke-9, h.58

RefleksiI

SIKLUS II

SIKLUS I PengamatanTindakan I

Dilanjutkan kesiklusberikutnya

PelaksanaanTindakan I

RefleksiII

PerencanaanTindakan I

PelaksanaanTindakan II

PerencanaanTindakan II

PengamatanTindakan II

Permasalahan

PermasalahanBaru HasilRefleksi

BilaPermasalahanBelum

Terpecahkan

Page 55: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

38

B. Tempat danWaktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMAIT YAPIRA terletak di jl. Kp.

Medang RT.01/08 Ds. Sukamulya Kec. Rumpin Kab. Bogor.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dimulai pada

tanggal 18 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 3 November 2015. Akan

tetapi penelitian tidak dilakukan secara terus menerus dalam hari tersebut

hanya pada hari-hari tertentu. Adapun tahap-tahap yang peneliti lakukan

adalah:

a. Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah untuk mengajukan

permohonan izin observasi dan penelitian.

b. Melakukan survey awal bertujuan untuk mencari gambaran umum tentang

obyek yang akan diteliti.

c. Melakukan penelitian dengan observasi serta wawancara tentang obyek

penelitian.

d. Melakukan analisis data dan menyimpulkannya.

C. Subjek Penelitian

Informasi data yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini diambil

dari berbagai sumber, di antaranya: sumber informasi dari Kepala sekolah SMAIT

YAPIRA dan guru Ekonomi. Kepala sekolah dalam penelitian ini memberikan

data tentang kondisi dan profil SMAIT YAPIRA, sedangkan guru Ekonomi

memberikan data tentang data jumlah siswa dan nama siswa SMAIT YAPIRA

serta informasi tentang pelaksanaan mastery learning dalam pembelajaran

Ekonomi.

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMAIT YAPIRA, yang

berjumlah 40 orang, terdiri dari 29 siswa laki-laki dan 9 siswi perempuan, pada

Page 56: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

39

materi pelajaran ekonomi dengan menggunakan pendekatan/strategi Mastery

Learning. Sedangkan proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari

perencanaan persiapan instrumen, ujicoba instrument penelitian yang dilanjutkan

dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian.

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Untuk mendapatkan data awal, Proses pengumpulan data yang dilakukan

dibagi menjadi tiga tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan

tahap penentuan obyek penelitian.

Pertama, tahap persiapan penelitian, peneliti harus mempersiapkan instrumen

penelitian, lembar panduan observasi, dan lembar panduan wawancara.

Kedua, tahap pengumpulan data dan pengolahan data yaitu peneliti

melakukan wawancara, mencari berbagai informasi yang berhubungan dengan

fokus dan permasalahan penelitian mengenai pembelajaran dengan media gambar

No Tanggal Kegiatan

1 18 Agustus 2015 Konsultasi instrument penelitian

1. Observasi

2. Draft pedoman wawancara

2 25 Agustus2015 Ujicoba Instrumen

3 28 Agustus 2015 Konsultasi Observasi ke dosen

4 2 September 2015 Pemantapan Instrumen penelitian dengan

berkonsultasi kepada dosen

5 3 September 2015 s/d

11 September 2015

Pengumpulan data, Pengolahan Data, Analisis

Data

(Pelaksanaan KBM Siklus I dan II)

6 20 Oktpber 2015 Laporan ke dosen tentang hasil pengolahan data

7. 3 November 2015 Finalisasi Hasil Analisis data

Page 57: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

40

terhadap hasil belajar siswa kelas XI di SMAIT YAPIRA. Tahap pengumpulan

data dan pengolahan data ini dilaksanakan sejak 18 Agustus s.d. 11 September

2015.

Ketiga tahap pengecekan data, yaitu mengadakan check recheck data dengan

metode Triangulasi dengan tujuan memperkuat hasil penelitian. Tahap ini

dilaksanakan setelah data yang diperlukan sudah terkumpul kemudian

didiskusikan kembali mengenai kesimpulan akhir dari penelitian ini. 3 November

2015 Finalisasi hasil Penelitian.

D. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada pelaksanaan

mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi pada kelas XI (Sebelas) di

SMAIT YAPIRA Medang Kab. Bogor. Pada standar kompetensi memahami

kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi.

E. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. ”Penelitian tindakan kelas

(PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.1

Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam model penelitian tindakan

kelas ini yaitu :

1. Rencana (Planning)pada komponen ini, guru sebagai peneliti

merumuskan rencana tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi

belajar siswa.

2. Tindakan (Action) pada komponen ini, guru melaksanakan tindakan,

berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya

2 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas,…, h. 58

Page 58: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

41

perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran,

perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.

3. Pengamatan (Observasi) pada komponen ini, guru mengamati dampak

atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap

siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu

memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan

peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.

4. Refleksi (Reflection) pada komponen ini, guru mengkaji dan

mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari

tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasarkan pada berbagai

kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat

melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika

masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak

perbaikan dan peningkatan yang meyakinkan.2

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpul data yang tepat dapat memungkinkan

diperolehnya data yang obyektif. Di bawah ini peneliti akan menguraikan

beberapa teknik penelitian yang digunakan sebagai cara yang ditempuh untuk

mengumpulkan data, Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes Hasil Belajar

Tes diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau

sejumlah pernyataan baik Pre test di saat awal sebelum pembelajaran dimulai.

Post Test yang dilaksanakan di akhir siklus, yang harus diberikan tanggapan

dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek

tertentu dari orang yang dikenai tes. Tes hasil belajar dalam penelitian ini adalah

3Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas,…, h. 58

Page 59: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

42

pertanyaan-pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang

berfungsi untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar Ekonomi

pada siswa Kelas XI dalam proses pembelajaran dibuktikan dengan nilai dari tes.

2. Metode Observasi (pengamatan)

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang

ada pada objek penelitian. Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah

observasi terhadap keaktifan dan kerjasama siswa dalam berdiskusi secara

sistematis yang dilakukan pengamat pada saat pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan pedoman lembar observasi sebagai instrumen pengamatan.

Observasi, secara umum dapat diartikan secara menghimpun bahan-bahan

keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dengan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan

sasaran pengamatan. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Adapun yang di

observasi adalah : Aktifitas Guru, Aktifitas siswa, dan Proses Kegiatan Belajar

Mengajar di dalam kelas.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap

subjek dan obyek penelitian. Adapun yang diamati dalam penelitian ini yaitu:

a. Ruang / tempat

Dalam hal ini peneliti mengamati ruang atau gambar untuk dicatat atau

digambar.

b. Pelaku Kegiatan

Peneliti mengamati ciri pelaku yang ada diruang atau tempat, dalam hal ini

pelaku adalah Aktifitas Guru Ekonomi dan Aktifitas Siswa SMAIT YAPIRA,

serta proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi mastery

Page 60: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

43

learning dalam pembelajaran ekonomi.

c. Benda (Alat)

Peneliti mencatat semua benda atau alat yang digunakan oleh pelaku (guru dan

siswa) untuk berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan

kegiatan pelaku dalam Catatan Lapangan (Field Notes)

d. Waktu

Peneliti mencatat setiap tahapan-tahapan waktu dari sebuah kegiatan

Penelitian Tindakan Kelas berlangsung. PTK ini dilaksanakan dalam 2 (dua)

siklus, setiap siklusnya terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan.

e. Peristiwa

Peneliti mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama kegiatan

berlangsung. Antusiasme, sikap, perilaku, motivasi, keaktifan siswa dalam

berdiskusi, keaktifan bertanya, memberi pemecahan masalah dalam diskusi

f. Tujuan

Peneliti mencatat tujuan dari setiap kegiatan-kegiatan yang ada. Yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah “Ketuntasan” tercapainya Standar Kompetensi

(SK) dan peningkatan hasil belajar siswa.

g. Aktifitas, Sikap dan Perilaku Siswa

Peneliti mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap peserta sikap,

perilaku,motivasi, antusiasme eaktifan dalam berdiskusi, kerjasama tim, dan

aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengaar, baik dalam bahasa verbal

maupun non verbal yang berkaitan dengan perasaan, motivasi atau emosi.

3. Metode Interview (Wawancara)

Wawancara di sini adalah wawancara secara langsung dengan guru

Ekonomi di SMAIT YAPIRA yang memegang peranan penting dalam

pelaksanaan pengajaran terutama dalam penerapan pembelajaran mastery

learning (belajar tuntas). Wawancara digunakan untuk menggali data tentang

pelaksanaan kegiatan pembelajaran Ekonomi dengan menerapkan mastery

Page 61: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

44

learning (belajar tuntas).

Wawancara yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan

lisan. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Wawancara yaitu suatu

cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan

bertanya sepihak dan dari jawaban yang diberikan responden kepada

pewawancara untuk dijadikan informasi melalui pedoman wawancara. Adapun

yang diwawancara adalah siswa Kelas XI SMAIT YAPIRA Kabupaten Bogor

sebelum dan setelah tindakan.

4. Catatan Lapangan (Field Notes)

Cara pengumpulan data dengan menghimpun data-data primer dan

skunder, serta catatan-catatan peristiwa, kejadian, kendala-kendala, aktifitas guru

dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas dan mengenai

hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti di lapangan.

5. Studi Dokumentasi

Menghimpun bahan-bahan keterangan (data) dan fakta yang dilakukan

dengan mengadakan kajian literasi dan studi dokumentasi dengan pencatatan

secara sistematis terhadap data-data yang dapat dijadikan dokumen pendukung

dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari data dari berbagai

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan, catatan

harian, dan sebagainya, sehingga dapat dijadikan sebagai informasi untuk

melengkapi data-data primer maupun sekunder. Dari sumber data tersebut,

peneliti dapat memanfaatkan untuk menguji dan manafsirkan berbagai hal yang

berkaitan dengan kegiatan pembelajaran Ekonomi di SMAYAPIRAMedang Kab.

Bogor dengan menggunakan pendekatan mastery learning.

Page 62: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

45

G. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh arti dari data yang sudah tersedia melalui interpretasi

data, maka peneliti mengadakan pengolahan dan penafsiran data melalui teknik

analisis kualitatif yaitu data yang dianalisis dengan menggunakan metode

deskriptif, yaitu peneliti dalam meneliti menggunakan fakta empiris.3

Analisis data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu analisis data ketika peneliti masih di lapangan dan analisis data setelah

kembali dari lapangan. Analisis data di lapangan terkait dengan memperbaiki atau

mengubah asumsi teoritis yang digunakan, serta memperbaiki pertanyaan yang

menjadi fokus penelitian. Sedangkan analisis data pasca mendapatkan data di

lapangan terkait dengan perumusan penemuan penelitian.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menganalisis data

adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan,

mengabstrasi, dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan.

2. Sajian data, yaitu suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang

memudahkan untuk memberikan kesimpulan atau tindakan yang diusulkan.

3. Verifikasi atau penyimpulan data, yaitu penjelasan tentang makna data dalam

suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kausalnya sehingga

dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya.4

Sebelum digunakan tes tersebut terlebih dahulu diujicobakan untuk

mengukur validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal.

1. Uji Validitas

Validitas yang digunakan dalam instrument ini adalah dengan

menggunakan rumus korelasi poin biserial.

3 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), cet. 2,hlm. 167.

4 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Angkasa, 1993), Cet. 1,hlm. 167.

Page 63: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

46

Keterangan:

rpbi : koefisien korelasi poin biserial yang dianggap sebagai

koefisien validitas item.

Mp : Skor rata-rata hitung yang dijawab dengan benar.

Mt : Skor rata-rata total.

SDt : Standar DeXIasi Total.

p : Proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item.

q : Proporsi siswa yang menjawab salahterhadap butir item.5

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil

perhitungan rpbi dibandingkan dengan rtabel product moment yaitu 0,361.

Jika hasil perhitungan rpbi lebihbesar atau perhitungan rtabel, maka soal tersebut

dinyatakan valid. Tetapi jika hasil perhitungan rpbi lebih kecil dari rtabel, maka

soal tersebut dinyatakan tidak valid.

2. Reliabilitas

Untuk mengukur reliabilitas menggunakan rumus K-R 20

(Kuder-Ricardson 20), yaitu:

Keterangan:

: Reliabilitas tes secara keseluruhan

pi : Proporsi subyek yang menjawab benar dari suatu butir

soal

qi : 1 - pi

5Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), Cet. III,hlm. 185.

Page 64: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

47

k : jumlah item dalam instrumen

: Jumlah hasil perkalian antara pi dan qi

: Varians total

Keterangan:

n = Banyaknya siswa.

= Jumlah kuadrat skor.

= Jumlah skor.6

Klasifikasi koefisien reliabilitas, sebagai berikut:

0,91 – 1,00 : sangat tinggi

0,71 – 0,90 : tinggi

0,41 – 0,70 : cukup

0,21 – 0,40 : rendah

Kurang dari 0,20 : sangat rendah

3. Taraf Kesukaran Soal

Pengujian taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang

sukar, sedang, dan mudah. Rumus yang digunakan:

Keterangan:

I : indeks kesulitan untuk setiap butir soal.

B : banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal.

N : banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang

dimaksudkan.7

6 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. II,hlm. 263.

7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

Page 65: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

48

Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah:

0 - 0,30 = soal kategori sukar

0,31 - 0,70 = soal kategori sedang

0,71 - 1,00 = soal kategori mudah

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang

pandai (berkemampuan rendah).

Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah:

Keterangan:

D = Daya pembeda soal.

PA = Proporsi kelas atas.

PB = Proporsi kelas bawah.

BA = Banyak siswa kelas atas yang menjawab benar.

BB = Banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar.

JA = Banyak siswa kelas atas.

JB = Banyak siswa kelas bawah.

Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:

D : 0,70 - 1,00 = sangat baik.

D : 0,40 – 0,70 = baik.

D : 0,20 – 0,40 = cukup.

D : kurang dari 0,20 = buruk.8

2001), hlm. 137.8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

hlm. 213.

Page 66: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

49

5. Pengujian Prasyarat Analisis

a) Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji Lilliefors dengan taraf

signifikan α = 0,05

Hipotesis:

H0 : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian:

Terima H0, jikaLhitung<Ltabel

Tolak H0, jikaLhitung>Ltabel

b) Uji N-Gain (Nilai Capaian Peningkatan Hasil Belajar)

Untuk mengetahui N-Gain dapat ditentukan dengan rumus:

Terdapat tiga kategori perolehan skor N-Gain ternormalisasi:

G – Tinggi : Nilai> 0,7

G – Sedang : Nilai 0,3 – 0,7

G – Rendah : Nilai< 0,3

H. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

1. Data hasil belajar siswa terhadap PenerapanMastery Learning

Pengolahan data hasil belajar siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Teknik pengolahan data

2. Teknik analisa data

2. Tes Hasil Belajar

Dalam menganalisa data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan

konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus.

Page 67: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

50

3. Data Observasi

a.Data Observasi Kegiatan Guru

b.Data Observasi Kegiatan Siswa

c.Data Observasi kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Page 68: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

51

BAB IV

HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMAITYAPIRA

1. Tinjauan Historis SMAITYAPIRA

Sekolah Menegah Atas Islam Terpadu YAPIRA berdiri pada tahun 2012.

SMA Islam Terpadu YAPIRA adalah sebuah sekolah yang terletak di desa medang

Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Jawa Barat.1 Dengan lokasi yang jauh dari

keramaian kota menjadikan sekolah ini lebih tenang dalam melaksanakan proses

kegiatan belajar mengajar.

Adapun kepala sekolah sejak berdirinya SMAIT YAPIRA sampai

sekarang mengalami 2 kali pergantian yaitu :

A. Tahun 2012-2014 : Hj.Lelih Muhlisoh S.Ag

B. Tahun 2014-sekarang : Dodih Damhudi, S.Pd

2. Visi, Misi dan Tujuan SMAITYAPIRA

Sebagaimana lembaga pendidikan yang lain, SMAIT YAPIRA juga

memiliki Visi, misi dan tujuan yang sejalan dan mendukung bagi tujuan

pendidikan yang hendak dicapai. Adapun Visi, misi dan tujuan SMAIT YAPIRA

adalah sebagai berikut:

Visi SMAIT YAPIRA adalah: “ Terwujudnya akhlakul karimah, unggul

dalam berprestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur

sesuai dengan ajaran agama”.

Untuk mewujudkan Visi tersebut diperlukan misi yang jelas. Adapun misi

SMAIT YAPIRA adalah:

a. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.

b. Mengembangkan pengetahuan dibidang iptek, bahasa, olahraga dan seni

budaya sesuai bakat, minat dan potensi siswa.

c. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan

lingkungan. Sementara tujuan SMAIT YAPIRA sebagai berikut:

Page 69: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

52

1. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran

2. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal

melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.

3. Menjadi sekolah pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekitar.

4. Menjadi sekolah yang diminati di masyarakat.

3. Letak Geografis SMAIT YAPIRA

SMAIT YAPIRA terletak di Jl. Kp. Medang RT.01/08 Ds. Sukamulya Kec.

Rumpin Kab. Bogor. Lokasi tersebut berada di tengah-tengah perkampungan

warga dan termasuk jauh dari hiruk pikuk keramaian jalan raya sehingga

mendukung proses belajar mengajar. Sekolah yang berstatus swasta didirikan

diatas tanah seluas +-5000 m2 dan status bangunan milik yayasan Raudhatut

Tauhid, merupakan suatu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Dinas

Pendidikan dan bukan lembaga pendidikan yang bercorak agama.

4. Struktur Organisasi Sekolah

Agar sebuah lembaga sekolah mekanisme kerja lancar dan tertib, maka

diperlukan adanya orang-orang yang bertanggungjawab dalam bidangnya

masing-masing. Sehingga roda organisasi ini dapat berjalan kearah yang lebih

baik serta tujuan pendidikan yang diharapkan dapat dengan mudah tercapai.

Adapun struktur organisasi SMAIT YAPIRA terlampir.

5. Keadaan Guru Dan Murida. Keadaan Guru

Guru adalah salah satu komponen penting dalam pendidikan yang memegang

peranan penting. Guru inilah yang bertanggung jawab dalam pengoperasian

nilai-nilai yang telah diterapkan oleh suatu lembaga pendidikan.

Keberhasilan dalam pengajaran banyak tergantung pada pendidik/guru dalam

mengemban kependidikannya. Untuk itu diperlukan guru yang mampu

mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada oleh anak didik.

Page 70: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

53

Pada saat diadakan penelitian jumlah guru yang ada di SMAIT YAPIRA

berjumlah 24 orang dengan perincian 14 orang guru laki-laki, 10 orang guru

perempuan.6 Daftar nama guru dan mata pelajaran yang diampu serta tugas

terdapat dalam lampiran.

b. Keadaan Murid

Siswa yang dimaksud disini adalah siswa yang mengikuti program

pendidikan di SMAIT YAPIRA yang bertujuan untuk belajar ilmu yang diajarkan

di SMAIT YAPIRA.

Pada saat diadakan penelitian, jumlah murid SMAIT YAPIRA pada tahun

ajaran 2015/2016 yaitu sebanyak 207 anak yang terdiri dari 97 siswa putra dan

110 siswi putri.

c. Fasilitas Sekolah

Fasilitas yang ada di SMAIT YAPIRA sangatlah mendukung berjalannya

proses kegiatan belajar mengajar sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai

dengan keinginan dan harapan. Kegiatan belajar tidak akan berjalan sebagaimana

mestinya tanpa keberadaan sarana dan prasarana yang memadai.

Adapun fasilitas/sarana dan prasarana yang ada di lingkungan SMAIT

YAPIRA yang dapat menunjang berjalannya program pendidikan adalah sebagai

berikut:

Alat bantu pendidikan yang terdiri dari 500 bahan pustaka, 7 bahan/alat

media pendidikan, 4 jenis peralatan kesenian, 4 jenis peralatan olahraga, 1

peralatan laboratorium. Gedung pendidikan yang terdiri dari 6 ruang kelas, 1

ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 lapangan upacara, 1 lapangan olahraga, 4

taman sekolah. Alat perkantoran sekolah yang terdiri dari 1 mesin ketik, 3

komputer, 16 meja kursi, 5 lemari kerja, 1 meja belajar dan 6 papan tulis.1

1 Dokumentasi SMAIT YAPIRA

Page 71: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

54

B. Mastery learning dan Pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA

1. Mastery learning di SMAITYAPIRA

Mastery learning yang biasa diartikan sebagai proses pembelajaran yang

dilakukan secara sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan

pembelajaran pada siswa kelompok besar (klasikal), membantu mengatasi

perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan

kecepatan belajar (rate of progress). Artinya, mastery learning merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar, dengan tolok

ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar, yakni tingkat kemampuan

siswa orang perorang, bukan perkelas dalam mencapai kompetensi yang telah

ditetapkan. Dengan cara ini, guru akan memberikan layanan sesuai dengan

perbedaan-perbedaan individual siswa, sehingga potensi masing-masing siswa

berkembang secara optimal.

Pendekatan ini berawal dari asumsi, bahwa di dalam kondisi yang tepat,

semua siswa mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal

terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua siswa memperoleh hasil yang

maksimal pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis.

Kesistematisan akan tercermin dari strategi yang dilaksanakan, terutama

dalam mengorganisasi tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan

memberikan bimbingan terhadap siswa yang lambat mencapai tujuan

(kompetensi) yang telah ditetapkan.

Belajar tuntas merupakan suatu upaya belajar dengan penekanan siswa harus

menguasai seluruh bahan ajar. Karena menguasai 100% bahan ajar amat sukar,

maka yang dijadikan ukuran biasanya menguasai 75% tujuan atau kompetensi

yang harus dicapai. SMAIT YAPIRA pada tiap jenis mata pelajaran menetapkan

tingkat ketuntasan yang berbeda sesuai dengan persepsi terhadap tingkat

kesukaran dan kedalaman mata pelajaran tersebut. Dalam konsep KTSP kriteria

Page 72: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

55

ini disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk materi Ekonomi adalah minimal

peserta didik harus memperoleh nilai 70. Jika dibawah 70 belum dianggap tuntas

dan harus mengulang. Menurut Bapak cecep selaku gguru matapelajara ekonomi,

standar kompetensi atau standar ketuntasan Ekonomi yang berlaku di SMAIT

YAPIRA adalah ditetapkan sendiri oleh sekolah dengan

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Antara lain, melihat kemampuan para

peserta didik. Penetapan standar oleh pihak sekolah sesuai dengan Peraturan

Departemen Pendidikan Nasional tentang penetapan standar ketuntasan minimal

bahwa sekolah dapat menetapkan sendiri standar ketuntasan minimal yang

dipakainya.2

Pada pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan strategi mastery learning,

siswa-siswa yang mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan akan mendapatkan pelajaran tambahan (remedial) agar mereka juga

bisa sukses melewati kajian itu. Sedangkan bagi siswa yang berhasil tuntas

menguasai kajian tersebut dapat diberikan program pengayaan (enrichment).

Ada beberapa hal penting kaitannya dengan penerapan mastery learning di

SMAIT YAPIRA, antara lain:

a. Guru mengukur tingkat ketuntasan. Tingkat ketuntasan ini diukur dari

kemampuan siswa dalam setiap unit ( SK atau KD ).

b. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan

pembelajaran dibuat untuk satu minggu pembelajaran dan dipakai sebagai

pedoman guru serta diberikan kepada siswa.

c. Guru membentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau

kemampuan dasar dan dilaksanakan melalui pendekatan klasikal,

kelompok dan individual.

d. Guru menyiapkan metode pembelajaran dalam setiap standar kompetensi

2 Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 2015

Page 73: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

56

atau kompetensi dasar. Pembelajaran ini dilakukan melalui penjelasan

guru (lecture), membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi dan

belajar secara individual.

e. Guru melakukan orientasi pembelajaran pada terminal kompetensi atau

kemampuan dasar siswa secara individual.

f. Guru menyiapkan instrumen umpan balik dengan menggunakan berbagai

jenis tagihan serta bentuk tagihan secara berkelanjutan.

g. Guru membantu siswa dengan menggunakan sistem tutor dalam diskusi

kelompok dan tutor yang dilakukan secara individual.3

2. Pembelajaran Ekonomi di SMAITYAPIRA

Di SMAIT YAPIRA pembelajaran Ekonomi tertuang dalam beberapa

komponen utama yang berperan dalam proses pembelajaran Ekonomi, yakni:

a. Tujuan pembelajaran Ekonomi

Tujuan yang dirumuskan dalam pembelajaran Ekonomi di SMAIT YAPIRA

telah disesuaikan dengan Standar Nasional. Manfaat dari perumusan tujuan

pembelajaran Ekonomi sebelum proses pembelajaran yaitu dapat mengukur

tingkat keberhasilan atau prestasi seseorang. Dalam perumusan pambelajaran

Ekonomi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar itu mencakup tiga ranah,

yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal inilah yang ingin dicapai oleh

pihak sekolah bersama guru Ekonomi terhadap siswa-siswa di SMAIT YAPIRA..

Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran Ekonomi yaitu

terbentuknya peserta didik yang memiliki sikap bijak, rasional, dan bertanggung

jawabdengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen

dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendii, rumah tangga, masyarakat dan

negara.

3 Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 2015

Page 74: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

57

b. Materi Pembelajaran Ekonomi

Ini merupakan salah satu komponen operasional pendidikan, sebagai suatu

sistem materi juga disebut kurikulum. Jika dikatakan kurikulum, maka

mengandung pengertian bahwa materi yang diajarkan telah tersusun secara

sistematis dengan yang hendak dicapai telah ditetapkan.

Berikut peneliti paparkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Ekonomi kelas XI yang tercantum dalam Standar Isi mata pelajaran Ekonomi

SMAYAPIRA:

Tabel 4.1

SK dan KD Kelas XI/I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami kondisi

ketenagakerjaan dan dampaknya

terhadap pembangunan ekonomi

1.1. Mengklasifikasikan ketenagakerjaan

1.2. Mendeskripsikan tujuan pembangunan

ekonomi

1.3. Mendeskripsikan proses pertumbuhan

ekonomi

1.4. Mendeskripsi pengangguran beserta

dampaknya terhadap pembangunan

nasional

2. Memahami APBN dan APBD 2.1.Menjelaskan pengertian, fungsi, tujuan

APBN dan APBD.

2.2.Mengidentifikasi sumber-sumber

penerimaan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah.

2.3.Mendeskripsikan kebijakan pemerintah

dibidang fiskal.

2.4.Mengidentifikasi jenis-jenis pengeluaran

pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Page 75: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

58

3. Mengenal pasar modal 3.1. Mengenal jenis produk dalam bursa efek

3.2. Mendeskripsikan mekanisme kerja bursa

efek

4. Memahami perekonomian

terbuka

4.1 Memahami perekonomian terbuka

4.2 Mengidentifikasi kurs tukar valuta asing

dan neraca pembayaran

4.3 Menjelaskan konsep tarif, kuota, larangan

ekspor, larangan impor, subtitusi, premi,

diskriminasi harga dan dumping.

4.4 Menjelaskan pengertian devisa, fungsi

sumber-sumber devisa, dan tujuan

penggunaannya.

c. Metode Pembelajaran Ekonomi

Selanjutnya adalah metode, penggunaan metode dalam strategi pembelajaran

ekonomi, seorang guru harus pandai mempertimbangkan ciri dan karakterisitik

materi pembelajaran. Berikut penulis paparkan materi serta metode pembelajaran

di SMAIT YAPIRA.

Mata pelajaran ekonomi adalah bagian dari mata pelajaran yang mempelajari

perilaku individu dan masyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya

yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas jumlahnya. Materi

pembelajaran ekonomi pada kelas XI (sebelas) berkenaan dengan ketenagakerjaan

dan pembangunan ekonomi berupa pengklasifikasian, mengartikan atau

mendeskripsikan dan menyimpulkan. Metode yang digunakan berupa tutor

sebaya, diskusi kelompok.

d. Media Pembelajaran Ekonomi

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyampaikan materi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

Page 76: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

59

dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang baik.

Adapun media yang digunakan oleh guru ekonomi di SMAIT YAPIRA adalah

sebagai berikut:4

1) Buku-buku paket dan LKS yang relevan

Media ini digunakan ketika siswa mencari referensi yang mendukung materi

pelajaran sekaligus menambah pengetahuan dan wacana dari berbagai macam

buku dan penerbit. Koleksi ini bisa diperoleh di perpustakaan sekolah.

2) Papan Tulis dan Kapur

Media ini digunakan dalam menyampaikan materi-materi ekonomi di kelas.

3) Lingkungan

Dengan menggunakan media yang ada berarti memberikan pengalaman

belajar kepada siswa mulai dari sesuatu yang abstrak menuju kepada yang

konkrit. Akan tetapi tidak selamanya media pembelajaran tersebut dapat

digunakan secara tepat untuk berbagai situasi. Seorang guru benar-benar

dituntut untuk mampu dan cermat memilih media pembelajaran agar

pembelajaran bisa dilakukan seefektif mungkin.

C. Penerapan Mastery Learning dalam Pembelajaran Ekonomi di SMAIT

YAPIRA

Strategi mastery learning dalam pembelajaran ekonomi dikelas XI (sebelas)

terimplementasi pada metode yaitu NHT dan diskusi kelompok. Namun agar

metode yang diterapkan dan langkah-langkah yang ditempuh dalam

pembelajaran mastery learning dapat mencapai hasil yang diinginkan haruslah

memperhatikan komponen-komponen pembelajaran berikut ini:5

1. Tujuan

Tujuan pembelajaran mastery learning di SMAIT YAPIRA yaitu agar

4 Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 20155 Data Observasi, Tanggal 18 Agustus 2015

Page 77: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

60

sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran (kompetensi) secara

tuntas.

2. Materi

Materi yang diajarkan dalam pembelajaran mastery learning yaitu

Ketenagakerjaan dan Pembangunan Ekonomi.

Materi yang ditekankan pada bab ini yaitu mengenaiklasifikasi

ketenagakerjaan, tujuan pembangunan, proses pertumbuhan dan dampak

pengangguran terhadap pembangunan nasional. Atau bila disimpulkan dampak

ketenaga kerjaan terhadap pembanguan nasional.

3. Metode

Materi ekonomi bersifat kompleks. Sehingga metode yang digunakan bisa

bermacam-macam sesuai dengan tujuan dan karakteristik dari materi tersebut.

Menurut Bapak Cece bahwa tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan

segala kelebihan dan kelemahan masing-masing, sehingga seorang guru harus bisa

memahami masing-masing metode untuk bisa diterapkan secara tepat dalam

pembelajaran.6

Seorang guru dapat menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan

suatu pokok bahasan tertentu. Pada awal pengajaran guru menyampaikan suatu

uraian dengan menggunakan metode ceramah, kemudian memberikan

contoh-contoh dengan menggunakan metode peragaan dan dapat diakhiri dengan

tanya jawab.

Ditegaskan oleh peneliti bahwa metode yang digunakan disesuaikan dengan

kemampuan dasar dan tujuan yang hendak dicapai materi yang akan disampaikan.

Dengan demikian penggunaan metode telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum

proses pembelajaran dilaksanakan sebagaimana tercantum dalam pembelajaran.7

Diskusi kelompok adalah dua bentuk metode sebagai wujud dari penerapan

strategi mastery learning dalam pembelajaran Ekonomi di kelas XI.

6 Cecep, Guru Bidang Studi Ekonomi di SMAIT YAPIRA, Wawancara 18 Agustus 20157 Membaca materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional

Page 78: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

61

Diskusi kelompok dalam pembelajaran Ekonomi di kelas XI SMAIT

YAPIRA digunakan ketika materi berupa pemahaman klasifikasi, dan

mendeskripsikan.

Ada tiga tahapan yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan mastery learning

pada materi ketenagakerjaan dan pembangunan ekonomi dengan menggunakan

metode ceramah, tanya-jawab, NHT dan diskusi kelompok yaitu perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

D. Rencana Tindakan

Prosedur penelitian ini dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 ada 2

kali pertemuan. Pertemuan 1 untuk praktek pembelajaran sedangkan pertemuan 2

untuk praktek dan tes evaluasi siklus 1. Pada siklus 2 pembelajaran sama seperti

pada siklus 1 yaitu ada 2 kali pertemuan.

1. Siklus 1

Pada siklus 1 prosedur penelitian terdiri atas tahap persiapan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Berikut ini rincian prosedur penelitian siklus 1:

a. Tahap perencanaan

1) Menyusun RPP sesuai dengan materi pada masing-masing

pertemuan

2) Membuat papan kelompok selama siklus 1

3) Menyiapkan lembar observasi siklus 1.

4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

5) Menyiapkan soal tes Pretest dan posttes pada awal dan akhir siklusI

b. Pelaksanaan tindakan

Pertemuan ke- 1

1) Kegiatan awal

a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan

dipelajari yaitu klasifikasi ketenagakerjaan

b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan

Page 79: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

62

dengan materi klasifikasi ketenagakerjaan .

c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan

disampaikan.

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2) Kegiatan inti

a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi klasifikasi

ketenagakerjaan (eksplorasi).

b) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari

pada pertemuan hari ini (eksplorasi).

c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan

(eksplorasi).

d) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala sesuai nomor

anggota tiap kelompok (elaborasi).

e) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok (elaborasi).

f) Guru membimbing siswa dalam kelompok, jika kesulitan dalam

mengerjakan dan diskusi antar teman dalam kelompoknya

(elaborasi).

g) Guru mengundi kelompok dan mengundi nomor kepala secara acak

untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya

(elaborasi).

h) Guru memanggil nomor kepala dan nomor yang dipanggil siap maju

ke depan kelas untuk mempresentasikan (elaborasi).

i) Kelompok lain dengan nomor kepala sama mengangkat tangan dan

siap menanggapi (elaborasi).

j) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang

salah (konfirmasi).

k) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada

pertemuan hari ini (konfirmasi).

Page 80: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

63

3) Kegiatan Penutup

a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.

b) Guru bersama siswa melakukan refleksi.

c) Guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada

pertemuan selanjutnya.

Pertemuan ke- 2

1) Kegiatan awal

a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan dipelajari

yaitu mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi..

b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan dengan

materi merangkai kata menjadi kalimat.

c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan.

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

2) Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini

(ekplorasi).

b) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan

(eksplorasi).

c) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala sesuai nomor

anggota tiap kelompok (elaborasi).

d) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok (elaborasi).

e) Guru membimbing siswa dalam kelompok, jika kesulitan dalam

mengerjakan dan diskusi antar teman dalam kelompoknya (elaborasi)

f) Guru mengundi kelompok dan mengundi nomor kepala secara acak

kelompok yang akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan

jawabannya (elaborasi).

g) Guru memanggil nomor kepala dan nomor kepala yang dipanggil untuk

maju ke depan kelas untuk mempresentasikan (elaborasi).

h) Kelompok lain dengan nomor kepala yang sama mengangkat tangan dan

Page 81: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

64

siap menanggapi kelompok lain yang maju mempresentasikan (elaborasi),

i) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang salah

(konfirmasi).

j) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada

pertemuan hari ini (konfirmasi).

3) Kegiatan akhir

a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.

b) Guru bersama siswa melakukan refleksi.

c) Guru memberikan tes akhir siklus 1 kepada siswa

d) Guru meminta lembar jawab siswa.

C. Observasi

Pada siklus 1 dilakukan observasi untuk mengetahui aktivitas siswa, guru

dalam mengajar selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi guru

dalam mengajar.

d. Refleksi

Pada siklus I dilakukan refleksi untuk mengulas secara kritis perubahan

siswa dan guru dalam mengajar. Hasil pengamatan yang diperoleh selama proses

belajar mengajar menunjukkan bahwa peneliti menganggap masih diperlukan

suatu perbaikan karena hasil belajar yang didapat belum sesuai harapan. Tahap

refleksi ini dilakukan untuk memperbaiki segala kekurangan-kekurangan yang

masih terdapat pada siklus 1 agar kekurangan-kekurangan tersebut tidak terjadi

pada siklus selanjutnya yaitu pada siklus 2, sehingga pembelajarannya pun dapat

menjadi lebih baik dan hasil belajar siswa meningkat.

2. Siklus 2

Prosedur penelitian pada siklus 2 dimaksudkan sebagai perbaikan terhadap

pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1. Perencanaan tindakan pada siklus 2 dilakukan

oleh peneliti berdasarkan pada refleksi pada siklus 1. Pelaksanaan pembelajaran pada

Page 82: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

65

siklus 2 sama dengan siklus 1 yaitu diawali dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan,

observasi dan refleksi. Berikut ini rincian prosedur penelitian siklus 2:

a. Tahap perencanaan

1) Menyusun RPP sesuai dengan materi pada masing-masing pertemuan

2) Menyiapkan papan kelompok selama siklus 2

3) Menyiapkan nomor kepala siswa untuk setiap siswa dalam kelompok

selama

4) Menyiapkan lembar observasi selama siklus 2.

5) Menyiapkan tugas berupa lembar kerja siswa (LKS) sesuai materi pada

masing-masing pertemuan.

6) Menyiapkan soal tes akhir siklus 2

b. Pelaksanaan tindakan

Pertemuan ke-I

1) Kegiatan awal

a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan dipelajari

yaitu proses pertumbuhan ekonomi..

b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan dengan

materi proses pertumbuhan ekonomi.

c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan.

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2) Kegiatan inti

a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi proses

pertumbuhan ekonomi (eksplorasi).

b) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari pada

pertemuan hari ini (eksplorasi).

c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan

(eksplorasi).

d) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala siswa sesuai

nomor anggota tiap kelompok (elaborasi).

Page 83: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

66

e) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok (elaborasi).

f) Guru membimbing siswa dalam kelompok, jika kesulitan dalam

mengerjakan dan diskusi antarteman dalam kelompoknya (elaborasi).

g) Guru mengundi kelompok dan nomor kepala secara acak yang akan maju

ke depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya (elaborasi).

h) Guru memanggil nomor kepala dan nomor kepala yang dipanggil untuk

maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

(elaborasi).

i) Kelompok lain dengan nomor kepala yang sama mengangkat tangan dan

siap untuk menanggapi siswa yang maju mempresentasikan (elaborasi).

j) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang

benar/salah (konfirmasi),

k) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada

pertemuan hari ini (konfirmasi).

3) Kegiatan akhir

a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.

b) Guru bersama siswa melakukan refleksi.

c) Guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada

pertemuan selanjutnya.

Pertemuan ke- 2

1) Kegiatan awal

a) Guru mengondisikan siswa dan menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu

pengangguran beserta dampaknya terhadap pembangunan nasional.

b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab dengan menghubungkan

materi yang akan disampaikan.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2) Kegiatan inti

a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang melengkapi cerita

berdasarkan gambar (eksplorasi).

Page 84: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

67

b) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini

(eksplorasi).

c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang telah ditentukan

(eksplorasi).

d) Guru membagi nomor kepala untuk dipasang di kepala sesuai nomor

anggota tiap kelompok (elaborasi).

e) Guru memberikan tugas LKS kepada setiap kelompok untuk didiskusikan

bersama (elaborasi).

f) Guru membimbing siswa dalam diskusi, jika kesulitan dalam mengerjakan

dan diskusi antarteman dalam kelompoknya (elaborasi).

g) Guru mengundi kelompok dan nomor kepala secara acak yang akan maju ke

depan kelas untuk mempresentasikan jawabannya (elaborasi).

h) Guru memanggil nomor kepala dan nomor kepala yang dipanggil untuk

maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (elaborasi).

i) Kelompok lain dengan nomor kepala yang sama mengangkat tangan dan

siap menanggapi siswa yang maju mempresentasikan (elaborasi).

j) Guru menanggapi hasil presentasi siswa meluruskan jawaban yang salah

(konfirmasi).

k) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari pada

pertemuan hari ini (konfirmasi).

3) Kegiatan akhir

a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas.

b) Guru bersama siswa melakukan refleksi.

c) Guru memberikan tes akhir siklus 2 kepada siswa

d) Guru meminta lembar jawab siswa

c. Observasi

Pada siklus 2 dilakukan observasi untuk mengetahui aktivitas siswa, guru

dalam mengajar selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa

Page 85: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

68

d. Refleksi

Pada siklus 2 dilakukan refleksi untuk mengulas secara kritis perubahan

siswa dan guru. Hasil pengamatan yang diperoleh selama proses belajar mengajar

berlangsung dianalisis, kemudian dari hasil analisis ini peneliti melakukan refleksi

diri untuk menentukan keberhasilan penelitian dan merencanakan tindakan.

Apabila Penelitian tindakan kelas ini berhasil dan telah tercapai ketuntasan belajar

secara individual dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran,

yaitu apabila sekurang-kurangnya 75% siswa memenuhi kriteria baik. Jika hal itu

telah tercapai, maka penelitian ini cukup sampai siklus 2 saja.

c. Tahap Evaluasi

Adapun pelaksanaan evaluasi menggunakan dua penilaian yaitu Nilai Pre

Test pada saat awal siklus dimulai dan Nilai Post Test pada akhir siklus. Pada

observasi aktifitas siswa, penilaian dilakukan oleh guru adalah siswa diminta

menuliskan hasil ringkasan selama KBM berlangsung. Penilaian terhadap

aktifitas siswa, penilaian ini dilakukan pada saat diskusi berlangsung, dengan

melihat peran dan keaktifan siswa dalam kelompok diskusi.

d. Hasil Evaluasi

Hasil belajar siswa pada bidang studi Ekonomi ditunjukkan berdasarkan

standar ketuntasan yang dicapai oleh siswa. Dalam pembelajaran Ekonomi di

SMAIT YAPIRA yang menerapkan strategi mastery learning siswa yang sudah

tuntas adalah siswa yang dapat mencapai taraf penguasaaan materi 75 % dari

kompetensi dan satu kelas sudah tuntas apabila dalam proses belajar mengajar

Ekonomi minimal 75% dari seluruh peserta didik yang mencapai ketuntasan.

Dan standar ketuntasan untuk pelajaran di SMAIT YAPIRA adalah minimal

siswa harus dapat mencapai nilai 70.

Dari transkip nilai yang penulis peroleh dapat penulis sajikan hasil evaluasi

siswa kelas XI pada pelaksanaan mastery learning yaitu sebagai berikut

Page 86: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

69

C. Interpretasi Data

1. Data Awal Observasi

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas XI SMAIT

YAPIRA . Penelitian tindakan kelas dilakukan selama dua bulan yang dimulai

dari bulan September sampai dengan oktober Tahun 2015. Subyek penelitian

terdiri dari 40 siswa putra dan putri.

Sebelum dilakukan tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti menganalisa

penyebab-penyebab apa saja yang menyebabkan rendahnya nilai rata-rata hasil

belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada siswa kelas XI SMAIT YAPIRA . Salah

satu tindakan yang dilakukan adalah dengan menganalisis hasil belajar yang sudah

dicapai siswa sebelumnya diantaranya nilai rata-rata evaluasi kesatu pada

semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. seperti ditunjukkan pada tabel 4.2 di

bawah ini:

Tabel 4.2

Rekapitulasi Hasil Belajar Ekonomi pada siswa kelas XI SMAIT YAPIRA

ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016

No Rata-rata Rata-rata Rata-rata nilai KKM

Evaluasi 1 Evaluasi 2 Evaluasi

1 62.4 64 63.2 70

Dari tabel tersebut dapat digambarkan grafik sebagai berikut:

Page 87: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

70

Gambar 4.1 : Grafik Nilai Awal Siswa

Adapun metode yang digunakan peneliti sebelum tindakan kelas adalah

model pembelajaran stude center approach dengan metode ceramah.

Dikarenakan penelitian ini dilaksanakan di awal semester ganjil tahun

pelajaran 2015 /2016, maka sebagai data awal adalah nilai rata-rata evaluasi

siswa ke satu pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 . Berdasarkan

data yang diperoleh siswa pada ulangan semester kedua, nilai rata-rata Nilai

Mata Pelajaran Ekonomi kelas XI sangat rendah di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah di tentukan sekolah. Selain motivasi

belajar yang kurang, siswa juga kesulitan untuk memahami materi pelajaran

Ekonomi, karena sebelumnya hanya sebatas diajarkan teori-teori tentang

Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional, belum pada

pembelajaran yang menyenangkan.

2. Hasil Penelitian Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu

pada hari Rabu tanggal 3 September 2015 , Kamis 4 September 2015 setiap

kali pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Subyek penelitian adalah

kelas XI semester genap Tahun Pelajaran 2015/ 2016 yang berjumlah 40

orang.

Page 88: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

71

Pertemuan pertama siklus 1 pada hari Rabu tanggal 3 September 2015

penelitian tindakan kelas dilakukan selama 90 menit. Lima menit pertama

peneliti menjelaskan Materi klasifikasi ketenagakerjaan. Seluruh siswa dibagi

ke dalam beberapa kelompok agar masing-masing siswa berkesempatan

belajar aktif secara merata.

Mengawali kegiatan inti pembelajaran guru mengadakan test yaitu pre

test untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,

dilaksanakan secara tertib tanpa membuka buku, dengan hasil pre test sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Hasil Kegiatan Pre Test Siklus I

No Nilai Rata-Rata Daya Serap KKM Ketuntasan

1 62.75 46 70 32.5 %

Dari hasil pre test ini jelas tergambar bahwa siswa hanya sebagian kecil

menguasai kompetensi Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional dalam

Ekonomi hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan 32.5%

Berdasarkan tabel di atas, data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk

diagram batang seperti gambar di bawah ini.

Page 89: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

72

Gambar 4.2 : Grafik diagram batang hasil kegiatan Pre Test siklus1

Dari grafik diatas tergambar jelas bahwa terjadinya nilai ketidak tuntasan

yang rendah jika di bandingkan dengan standar KKM yang telah ditentukan

dengan gambaran grafik yang cukup tinggi.

Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, setelah pre tes, guru

menyampaikan pokok-pokok materi, menganalisis Materi ketenagakerjaan dan

pembangunan nasional pada pelajaran Ekonomi.

Dari hasil observasi selama pertemuan satu siklus 1 didapatkan

data aktifitas siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran yaitu ada 24

orang siswa yang akt i f atau 65 %, sangat antusias 15 orang siswa atau

38 %, bertanya 11 orang siswa atau 28%, dan ngobrol dengan

teman 23 orang siswa atau 58%, dan bekerjasama dalam kelompoknya 18

orang siswa atau 45%.

Page 90: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

73

Tabel 4.4

Hasil pengamatan aktifitas siswa dalam pembelajaran

Pada siklus I pertemuan 1.

No Komponen Yang Diamati Jumlah Prosentase

1 Aktif 24 60%

2 Sangat antusias 12 30%

3 Menghayati 8 20%

4 Cepat memahami 20 50%

5 Berani berpendapat 13 32.5%

Berdasarkan data tersebut, ternyata pada siklus 1 menunjukkan siswa

cukup aktif dan selalu memberikan respon positif dalam setiap

pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini. Dilihat dari

ketepatan menganalisis Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional

yang dijelaskan oleh guru menunjukkan bahwa minat, motivasi belajar

dan keinginan untuk belajar siswa sangat tinggi. Ketepatan mengumpulkan

tugas ditentukan melalui ketepatan waktu, yaitu pada saat masuk kelas sebelum

pembelajaran dimulai tugas harus sudah dikumpulkan.

Dalam bentuk grafik batang, data tersebut di atas dapat disajikan seperti

gambar 4.3 grafik berikut ini:

Page 91: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

74

Gambar 4.3 : Grafik batang

hasil pengamatan aktifitas siswa pada pembelajaran siklus 1 pertemuan 1

Pertemuan kedua siklus 1 yaitu pada hari kamis 4 September 2015

dilakukan selama 2 x 45 menit. Kegiatan inti yang dilakukan adalah sama

seperti yang dilakukan pada pertemuan kesatu, hanya materi bergeser pada

upaya memahami Materi tujuan pembangunan ekonomi

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan

mengeksplorasi materi melalui belajar berkelompok dengan menempatkan

anggota ahli untuk masing-masing group. Pengalaman yang diperoleh dalam

pembelajaran dengan strategi Mastery Learning Materi ketenagakerjaan dan

pembangunan nasional pada pelajaran Ekonomi. Pada pertemuan akhir siklus I

ini kegiatan inti pembelajarannya adalah kegiatan tes tertulis. Bentuk soal

adalah mengklasifikasikan ketenagakerjaan dan mendeskrisikan tujuan

pembangunan ekonomi.. Tes berlangsung dengan tertib.

1. Perhitungan NilaiI N-Gain

Dengan menggunakan nilai-nilai dari hasil pretest dan postest Siklus I,

dapat dicari nilai rata-rata N-Gain, dengan rumus sebagai berikut :

Page 92: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

75

Tabel 4.5

N-Gain Siklus I

No

. Responden

Siklus I Postest

-

Pretest

Ideal

N-Gain KeteranganPretest Postest

-

Pretest

1 Adi Firdaus 70 80 10 30 0.33 Tinggi

2 Aenun Safaah 60 70 10 40 0.25 Sedang

3 Agus Irawan 60 70 10 40 0.25 Sedang

4 Agus Ma'sum 60 65 5 40 0.12 Sedang

5 A. Zaki Siraj 50 60 10 50 0.2 Rendah

6 Asia NurulIslam 70 72 2 30 0.06 Sedang

7 BagusMahendra 40 50 10 60 0.16 Rendah

8 Dadi Sukardi 65 70 5 35 0.14 Sedang

9 DandiPriatama 70 75 5 30 0.16 Sedang

10 Diki Padilah 50 62 12 50 0.24 Rendah

11 Diki Wahyudi 60 62 12 50 0.24 Rendah

12 Dinda Arini 60 65 5 40 0.12 Rendah

13 Haerul Abidin 60 75 15 40 0.37 Sedang

14 Hayati 70 75 5 30 0.16 Sedang

15 Ilyas Prayoga 50 60 10 50 0.2 Rendah

16 Inas NabilatulM 70 72 2 30 0.06 Sedang

17 Khoerunnisa 50 55 5 50 0.1 Rendah

18 LiliNurkhasanah 70 72 2 30 0.06 Sedang

Page 93: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

76

19 Lia Aprilia 50 55 5 50 0.1 Rendah

20 Mirnawati 56 65 9 44 0.20 Rendah

21 M. Wildan B.A 55 65 10 45 0.22 Rendah

22 Nia FitriahSari 65 60 5 35 0.14 Rendah

23 Nurdianah 80 82 2 20 0.1 Tinggi

24 Nurkaya 50 60 10 50 0.2 Rendah

25 Nurlita Putri A 70 80 10 30 0.33 Tinggi

26 Peri Supriyadi 50 60 10 50 0.2 Rendah

27 Rafifah T.S 50 60 10 50 0.2 Rendah

28 RidwanMaulana 50 60 10 50 0.2 Rendah

29 Rismayanti 80 82 2 20 0.1 Tinggi

30 SalmanAlfarisi 75 80 5 25 0.2 Tinggi

31 Shandika 50 55 5 50 0.1 Rendah

32 Siska Pionita 50 60 10 50 0.2 Rendah

33 Siti Asnawiyah 50 60 10 50 0.2 Rendah

34 Siti NurmayaSari 60 65 5 40 0.12 Rendah

35 Siti Rofikoh 60 62 2 40 0.05 Rendah

36 SitiKhoirunnisa 60 62 2 40 0.05 Rendah

37 Tiara Selviana 50 62 12 50 0.24 Rendah

38 Yogi Pujianto 50 65 15 50 0.3 Rendah

39 Yandi Jatmiko 50 60 10 50 0.2 Rendah

40 Zaenal Abidin 60 65 5 40 0.12 Rendah

Jumlah 2356 2658 -

Rata-rata 58.9 66.45 -

%N-Gain Rendah 62.5

Page 94: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

77

%N-Gain Sedang 25

% N-Gain Tinggi 12.5

Berdasarkan Tabel 4.5 sebagai hasil analisis N-Gain Siklus I, dapat dibuat grafik

seperti di bawah ini.

Gambar 4.4 : Grafik Hasil persentase N-Gain Siklus I

Untuk hasil belajar siklus I diperoleh rata-rata N-Gain 0,29 dengan kategori

rendah, ini berarti kemampuan siswa dalam menerapkan pembelajaran klasikal

dengan menggunakan metode ceramah yang digunakan belum efektif dalam

meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian indikator keberhasilan penelitian ini

belum mencapai standar. Untuk itu penelitian dilanjutkan ke siklus II untuk

mencoba memperbaiki hasil dari siklus I.

Hasil belajar yang dicapai siswa setelah siklus ini berakhir memperlihatkan

perolehan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum

penelitian dilakukan. Data nilai rata-rata hasil belajar dapat ditunjukkan seperti

tabel 10 di bawah ini:

Page 95: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

78

Tabel 4.6

Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus I

No Nilai

Rata-rata

Daya Serap

(%)

KKM Ketuntasan

(%)

N-Gain

1 70,5 75 70 62,5 0,34

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata hasil

belajar yang diperoleh adalah 70.5 dengan nilai maksimum 90 dan nilai

minimum 60. Meski secara klasikal belum mencapai tarap “ketuntasan”, jumlah

siswa yang sudah mencapai taraf itu sebanyak 29 dari 40 siswa atau ketuntasan

belajar pada siklus ini sebesar 75 %, masih terdapat beberapa siswa yang belum

tuntas dan harus melakukan remedial untuk kompetensi dasar yang belum

tuntas. Sedangkan nilai N-gain diperoleh 0,34. Data di atas dapat disajikan

dalam bentuk gambar grafik diagram batang seperti di bawah ini:

Gambar 4.5 : Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Dari grafik di atas jelas tergambar bahwa siswa telah berhasil untuk

mencapai ketuntasan hasil belajar dengan baik jika dibandingkan dengan pada

Page 96: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

79

awal kegiatan pre test dilakukan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan

kompetensi siswa dalam bentuk pemahaman terhadap Materi ketenagakerjaan

dan pembangunan nasional.

3. Hasil Penelitian Siklus II

Siklus I I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu hari Rabu 10 September

2015 , kamis 11 September 2015. Setiap kali pertemuan berlangsung selama 2 x 45

menit. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI SMAIT YAPIRA semester

ganjil Tahun Pelajaran 2015 / 2016 yang berjumlah 40 orang.

Pertemuan kesatu siklus II pada hari Rabu 10 September 2015, penelitian

tindakan kelas dilakukan selama 2 x 45 menit. Lima menit pertama guru

mengevaluasi bersama-sama dengan siswa mengenai hasil tes siklus kesatu. Guru

memotivasi beberapa siswa yang belum memperoleh nilai yang bagus. Sedangkan

terhadap siswa yang memperoleh nilai bagus, guru memberikan reward dalam

bentuk pujian atas prestasi yang sudah diperolehnya. Bagi siswa yang kurang

nilainya dianjurkan untuk mengulang kembali materi yang belum dikuasai di

rumah.

Dari hasil observasi selama pertemuan satu siklus II didapatkan data

aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran yang terdiri dari 40 orang siswa

yang akt i f atau 75 %, sangat antusias 35 orang siswa atau 87.5 %, bertanya 26

orang siswa atau 65%, ngobrol dengan teman 10 orang siswa atau 25 %, dan

berani mengemukakan pendapat sebanyak 28 orang siswa atau 70%. Rekapitulasi

data hasil pengamatan aktifitas siswa pada kegiatan pembelajaran dapat disajikan

seperti pada tabel 11 di bawah ini:

Page 97: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

80

Tabel 4.7

Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran

Pada Siklus II Pertemuan 1.

Berdasarkan data tersebut di atas, ternyata pada siklus I I menunjukkan

bahwa aspek antusiasme siswa dalam upaya memahami Materi ketenagakerjaan

dan pembangunan nasional paling dominan yaitu 87.5%, jika dibandingkan pada

siklus 1 aktifitas ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sedangkan

dalam aspek lain aktifitas siswa juga mengalami kenaikan, seperti siswa aktif

(75%), berani berpendapat (87,5%), kerjasama (70%) kenaikan ini sudah

mencapai nilai prosentase rata-rata di atas 70 % yaitu dalam setiap

pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini. Aktifitas siswa yang

mengalami penurunan adalah ngobrol dengan teman (25%)

Dilihat dari ketepatan mengumpulkan tugas pekerjaan rumah yang

diberikan oleh guru menunjukkan bahwa minat, motivasi belajar dan

keinginan untuk belajar siswa sangat antusias. Ketepatan mengumpulkan tugas

ditentukan melalui ketepatan waktu, yaitu pada saat masuk kelas sebelum

pembelajaran dimulai tugas harus sudah dikumpulkan. Kesiapan dalam

mempersiapkan alat-alat pembelajaran baik buku maupun alat tulis di atas meja

siswa.

Dalam bentuk gambar diagram batang, data tersebut di atas dapat disajikan

seperti di bawah ini :

No Komponenyangdiamati Jumlah Prosentase

1 Aktif 30 75 %

2 Berani berpendapat 35 87.5%

3 Bertanya 26 65%

4 Cepat memahami 10 25 %

5 Kerjasama 28 70 %

Page 98: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

81

Gambar 4.6 : Grafik Diagram Batang Hasil Pengamatan Aktifitas

Siswa Pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1

Dari grafik diatas terlihat jelas bahwa semua siswa sudah terlibat dalam

setiap kelompok untuk melakukan kerja sama baik dalam hal penarapan

Mastery Learning maupun dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan guru

Pertemuan kedua siklus II yaitu pada hari Kamis 11 September 2015

dilakukan selama 2 x 45 menit. Kegiatan inti yang dilakukan adalah sama

seperti yang dilakukan pada pertemuan kesatu, hanya materi bergeser

membahas pengangguran beserta dampaknya terhadap pembangunan. Dalam

kegiatan pembelajaran ini siswa mengeksplor materi dari pengalaman yang

diperoleh melalui model kooperatif Mastery Learning. Pada pertemuan akhir

siklus II ini kegiatan inti pembelajarannya adalah kegiatan tes tertulis. Bentuk

tes adalah mengerjakan soal pilihan ganda dengan jumlah soal 20 butir.

Berikut adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel

4.8 berikut ini:

Page 99: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

82

Tabel 4.8

Hasil N-gain Siklus II

No

.Responden

Siklus II Postest

-

Pretest

Ideal

N-Gain KeteranganPretest Postest

-

Pretest

1 Adi Firdaus 60 72 12 40 0.3 Sedang

2 Aenun Safaah 70 73 3 30 0.1 Sedang

3 Agus Irawan 60 70 11 40 0.27 Sedang

4 Agus Ma'sum 70 72 2 30 0.06 Sedang

5 A. Zaki Siraj 70 75 5 30 0.16 Sedang

6 Asia NurulIslam

85 90 5 15 0.33 Tinggi

7 BagusMahendra

65 72 7 35 0.2 Sedang

8 Dadi Sukardi 70 75 5 30 0.16 Sedang

9 DandiPriatama

72 76 4 28 0.14 Sedang

10 Diki Padilah 70 72 2 30 0.06 Sedang

11 Diki Wahyudi 65 72 7 35 0.2 Sedang

12 Dinda Arini 70 75 5 30 0.16 Sedang

13 Haerul Abidin 60 73 13 40 0.32 Sedang

14 Hayati 80 82 2 20 0.32 Tinggi

15 Ilyas Prayoga 60 75 15 40 0.37 Sedang

16 Inas NabilatulM

80 85 5 20 0.25 Tinggi

17 Khoerunnisa 70 72 2 30 0.06 Sedang

18 LiliNurkhasanah

60 75 15 40 0.37 Sedang

19 Lia Aprilia 70 80 10 30 0.33 Tinggi

20 Mirnawati 80 90 10 20 0.5 Tinggi

Page 100: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

83

21 M. WildanB.A

80 95 15 20 0.75 Tinggi

22 Nia FitriahSari

60 75 15 40 0.37 Sedang

23 Nurdianah 70 80 10 30 0.33 Tinggi

24 Nurkaya 80 85 50 20 0.25 Tinggi

25 Nurlita Putri A 85 90 5 15 0.33 Tinggi

26 Peri Supriyadi 70 80 10 30 0.33 Tinggi

27 Rafifah T.S 85 80 5 15 0.33 Tinggi

28 RidwanMaulana

80 85 5 20 0.25 Tinggi

29 Rismayanti 70 75 5 30 0.16 Sedang

30 SalmanAlfarisi

70 75 5 30 0.16 Sedang

31 Shandika 80 82 2 20 0.1 Tinggi

32 Siska Pionita 80 100 20 20 1 Tinggi

33 Siti Asnawiyah 70 75 5 30 0.16 Sedang

34 Siti NurmayaSari

80 100 20 20 1 Tinggi

35 Siti Rofikoh 70 72 2 30 0.06 Sedang

36 SitiKhoirunnisa

80 90 10 20 0.5 Tinggi

37 Tiara Selviana 80 85 5 20 0.25 Tinggi

38 Yogi Pujianto 80 90 10 20 0.5 Tinggi

39 Yandi Jatmiko 70 72 2 30 0.06 Sedang

40 Zaenal Abidin 70 75 5 30 0.16 Sedang

Jumlah -

Rata-rata -

%N-Gain Rendah 0

% N-Gain Sedang 57.5

% N-Gain Tinggi 42.5

Page 101: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

84

Berdasarkan Tabel 4.8 sebagai hasil analisis N-Gain Siklus II, dapat dibuat grafik

seperti di bawah ini.

Grafik 1. Hasil persentase N-Gain Siklus II

Tabel 12

Gambar 4.7 : Grafik N-Gain Siklus II

Tabel 4.9

Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus II

NoNilai

Rata-rata

Daya

SerapKKM

Ketuntasan

(Prosentase)

N-Gain

1. 81.3 92% 70 100% 0,53

Dari tabel diatas diperoleh nilai rata-rata prestasi hasil belajar siswa pada

siklus ke-dua ini adalah 81.3 dengan ketuntasan belajarnya 100% atau ada 40

siswa sudah tuntas belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa setelah siklus ini

menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, perolehan nilai sangat baik jika

dibandingkan dengan kondisi awal sebelum penelitian dilakukan dan pada siklus I

Secara klasikal sudah mencapai tarap “ketuntasan”, jumlah siswa yang sudah

Page 102: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

85

mencapai taraf itu sebanyak 100 siswa dari 40 siswa atau ketuntasan belajar pada

siklus ini sebesar 100%. Sedangkan nilai N-gain diperoleh 0,53.

Dalam bentuk gambar diagram batang, data tersebut di atas dapat disajikan

sperti di bawah ini :

Gambar 4.8 : Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Dari gambar grafik diatas tergambar jelas bahwa nilai ketuntasan yang

dicapai siswa pada siklus II menunjukkan prosentase 100% artinya bahwa setelah

dilakukan tindakan kelas pada siklus kedua keberhasilan hasil belajar

menunjukkan nilai cukup signifikan, jika dibandingkan pada kegiatan siklus

pertama.

Dengan demikian adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan

tindakan kelas menunjukkan adanya tingkat keberhasilan guru dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif Mastery Learning tentang Materi

ketenagakerjaan dan pembangunan nasional.

Page 103: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

86

B. PEMBAHASAN

1. Analisis Perbandingan Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

metode Mastery Learning pada pelajaran Ekonomi pokok bahasan Materi

ketenagakerjaan dan pembangunan nasional, diperoleh peningkatan

antusiasme siswa, dari angka 7,5% sampai 62,5%. Ini terjadi peningkatan

antusiasme siswa yang sangat signifikan. Begitu pula dengan pencapaian hasil

belajar Ekonomi juga menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Pada Siklus II, nampak terlihat jelas bahwa kondisi kegiatan proses belajar

mengajar tersebut mengalami perbaikan, perubahan, dan mengalami peningkatan

yang cukup memuaskan jika dibandingkan dengan kondisi awal pada Siklus I.

Rekapitulasi perbadingan data hasil pegamatan siswa pada siklus I dan siklus II

terlihat seperti pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10

Rekapitulasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I Dan Siklus II.

No KomponenyangdiamatiSiklus I Siklus II

Jml Prosentase Jml Prosentase

1 Aktif 24 60% 30 75 %

2 Berani berpendapat 12 30% 35 87.5%

3 Bertanya 8 20% 26 65%

4 Cepat memahami 20 50% 30 75 %

5 Kerjasama 13 32.5% 28 70 %

Dari tabel 4.9 di atas, terlihat bahwa siswa yang aktif, antusias, dan bertanya

mengalami kenaikan yang signifikan, dan kenaikan yang paling dominan adalah

berani berpendapat dalam proses pembelajaran tentang materi Materi

ketenagakerjaan dan pembangunan nasional pada siswa kelas XI SMAIT

YAPIRA , mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu menjadi 87,5%,

Page 104: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

87

hanya komponen bertanya yang mengalami peningkatan paling rendah yaitu

sebesar 65%. Jadi dapat dikatakan bahwa siswa dikategorikan sangat aktif pada

siklus II. Artinya siswa sudah mulai berani berbicara dalam Ekonomi di depan

kelas yang dia ekplor sendiri baik dari pengalamannya maupun dalam ekperimen

atau percobaan dalam proses pembelajaran.

Kondisi kelas sangat kondusif dengan diterapkannya metode praktik pada

alat-alat sederhana pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan

nasional kondisi kelas pada model pembelajaran ceramah dengan model

pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered) menjadi

pembelajaran yang berpusat kepada siswa (students centered). Dalam bentuk

diagram batang, data tersebut dapat disajikan seperti di bawah ini

Gambar 4.9 : Grafik PerbandinganAktifitas Siswa di Kelas pada

Siklus I Dan Siklus II.

Untuk menangani siswa yang belum terbiasa dalam belajarMastery Learningmaka

guru mempraktikkan diri sebagai tim ahli dalam kelompok tertentu. Kemudian berpindah

pada kelompok lain untuk memberikan penjelasan yang sama sesuai kelompok pertama,

begitu seterusnya. Adapun hasil belajar yang diperoleh siswa selama siklus I dan siklus II

dapat di buat rekapitulasi perbandingannyasebagai berikut:

Page 105: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

88

Tabel 4.11

PerbandinganHasilBelajarSiswaPadaSiklus IDanSiklus II

No KriteriaSiklus

Siklus I Siklus II

1 Rata-rata nilai 73.75 81.5

2 Daya serap 72% 92%

3 Ketuntasan 75% 100%

Berdasarkan tabel di atas rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I ke siklus II

mengalami kenaikan 7,75 point yaitu dari 73.75 pada siklus I dan 81.5 pada siklus II.

Kenaikan nilai hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh penguasaan dan pemahaman

materi, hal ini terjadi jika proses pembelajaran di kelas berhasil. Dimungkinkan dalam proses

pembelajaran siswa sudah terbiasa untuk belajar bersama secara berkelompok. Faktor lain

yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran di kelas berhasil dengan adanya teman

kelompok lain yang lebih dulu mengerti untuk menjelaskan materi kepada kelompok yang

belum mengerti tentang suatu materi. Artinya, memberikan dampak signifikan pada

pemahaman siswa tentang pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan

nasional. Data di atas akan lebih kelihatan kenaikan prosentasenya dengan grafik diagram

batangdi bawah ini:

Page 106: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

89

Gambar4.9 :GrafikPerbandinganHasilBelajarSiklus IDanSiklus II

Dengan demikian maka dapat disimpulkan dari grafik batang di atas jelas terlihat

baik nilai rata-rata, daya serap serta ketuntasan hasil belajar atau ketercapaian standar

kompetensi telihat lebih tinggi jika bandingkan antara siklus I dan siklus II, artinya siswa

sudahdapatmenguasaimateri denganbaik.

Model pembelajaran kooperatif Mastery Learning yang dilaksanakan

pada pokok bahasan Materi ketenagakerjaan dan pembangunan nasional ternyata dapat

menciptakan suasana belajar yang bergairah dan memotivasi siswa serta memancing

kreativitas siswa untuk menguasai materi tersebut sebaik mungkin. Selain kelebihan model

pembelajaran mastery learning ini tidak juga lepas dari beberapa point kelemahan seperti

dalam penggunaan waktu yang lebih lama, kesulitan guru mengatur aktifitas perputaran

kelompok untuk masing-masing tim ahli yang belum berjalan maksimal dan nampak

kegaduhan sehingga mengganggu aktifitas belajar kelas lain. Selain mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa juga guru harus lebih banyak ide dan kreatifitasnya dalam

mengoptimalkan teman yang lebih cerdas dibandingkan siswa lain melalui belajar metode

pembelajaran kooperatif typeMastery Learning, hal ini sangat sangat membantu siswa dan

Page 107: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

90

sebagai daya tarik bagi siswa dalam belajar, terutama dalam memanfaatkan kecerdasan

temansekelas siswa lain.

e. Tahap Tindak Lanjut

Siswa yang sudah tuntas diberikan program pengayaan, program pengayaan

ini dalam bentuk tugas untuk membaca dan mempelajari materi selanjutnya.21

4. Media

Media atau sumber belajar yang dipakai dalam penerapan strategi mastery

learning dalam pembelajaran Ekonomi di kelas XI yaitu: papan tulis, spidol, buku

paket, LKS, infocus, pulpen dan kertas folio.

2. Analisis Penerapan Strategi Mastery Learning dalam Pembelajarann

Ekonomi di SMAIT YAPIRA

a. Tujuan

Tujuan pembelajaran mastery learning di SMAIT YAPIRA yaitu agar

sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran (standar kompetensi)

secara tuntas. Perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi

efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran

dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal.

Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan

melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat

digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang

jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar.

Berkaitan dengan itu guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan

apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa.

2. Materi

Bahan atau materi pelajaran pada hakekatnya adalah isi dari materi

pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan kurikulum

yang digunakan. Materi atau bahan yang diajarkan dalam pembelajaran ekonomi

sudah seharusnya menyesuaikan dengan tujuan yang sudah direncanakan dari

Page 108: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

91

awal pelaksanaan. Materi pelajaran yang dipilih haruslah dapat memberikan

kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan

menggunakan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan ketrampilan

(psikomotorik) yang telah dipelajarinya.

Hal yang diperlukan dalam menetapkan bahan pelajaran adalah

kemampuan guru memilih bahan yang akan diberikan kepada siswa. Guru harus

memilih bahan yang akan diberikan kepada siswa. Guru harus memilih bahan

mana yang perlu diberikan dan mana yang tidak perlu. Sehingga dalam

menyampaikan bahan atau materi pelajaran perlu memperhatikan dasar atau

landasan sebelum menetapkan bahan pelajaran.

Kemudian agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak

meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi

yang akan dijabarkan. Kriteria tersebut antara lain:

a. Shahih, materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji

kebenarannya dan keshahihannya.

b. Tingkat kepentingan, sejauh mana materi tersebut penting dipelajari.

c. Kebermanfaatan, manfaat dari segi akademis (memberikan dasar pengetahuan

dan ketrampilan) dari segi non akademis (mengembangkan kecakapan hidup).

d. Layak dipelajari, memungkinkan untuk dipelajari.

e. Menarik minat, dapat menarik minat dan memotivasi siswa untuk mempelajari

lebih lanjut.

Oleh karena itu perlu kiranya diadakan suatu pengorganisasian materi

(merancang materi), maksudnya adalah mensiasati proses pembelajaran dengan

rekayasa terhadap unsur-unsur instrumental melalui upaya pengorganisasian yang

rasional dan menyeluruh.

3. Metode

Metode merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa saat berlangsungnya pengajaran. Oleh

karena, itu peranan metode mengajar diharapkan tumbuh berbagai kegiatan

Page 109: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

92

belajar siswa, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Oleh karenanya

metode yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar

siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi.

Sebelum metode tersebut diterapkan terlebih dahulu seorang guru harus

benar-benar menyelidiki apakah materi yang akan disampaikan tepat

menggunakan metode tertentu, dan apakah situasi yang terjadi saat itu

mendukung untuk menggunakan metode tertentu. Karena bagaimanapun juga

sehebat apapun metode yang diterapkan, tetapi kalau materi dan situai serta

kondisi belajar tidak memungkinkan, maka metode yang digunakan tidak akan

berhasil dengan maksimal.

Seorang guru dalam proses belajar mengajar di kelas harus menggunakan

metode dan pendekatan-pendekatan belajar agama yang lebih tepat guna dan

berhasil guna, tepat pada sasaran pembentukan nilai-nilai dan moral agama

peserta didik.

Dalam menggunakan metode pembelajaran ekonomi, itu tidak terlepas

dari bahan/materi yang disampaikan. Apabila materinya bersifat pengetahuan,

maka metode yang tepat digunakan adalah ceramah, tetapi kalau materi yang

disampaikan bersifat praktik, maka metode yang tepat digunakan adalah metode

demonstrasi dan eksperimen.

Dengan demikian metode yang digunakan dalam penyampaian materi atau

bahan kepada peserta didik benar-benar disesuaikan dengan standar kompetensi

dan kompetensi dasar mata pelajaran ekonomi itu sendiri.

Jadi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran umat haruslah

dengan cara didaktis metodis, artinya harus dengan cara yang tepat, bijaksana,

disesuaikan dengan materi, potensi anak didik dan pengalaman pembelajaran di

kelas.

Selanjutnya peneliti paparkan analisis atas metode mastery learning yang

diterapkan dalam pembelajaran ekonomi di kelas XI SMAIT YAPIRA, yakni

sebagai berikut:

Page 110: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

93

a. Model Pembelajaran NHT

Dalam melaksanakan model NHT, guru terlebih dahulu memilih materi mana

yang cocok atau sesuai dengan metode ini guna keefektifan penyampaian materi.

Metode ini lebih baik diterapkan untuk mempelajari materi ketenagakerjaan dan

pembangunan nasional,.

Menurut peneliti, pelaksanaan metode telah sesuai dengan unsur-unsur

mastery learning dimana siswa belajar adanya kerjasama antar siswa dalam

kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam

kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran

yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk

memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam

proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar

aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran

serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Selanjutnya analisis evaluasi. Dalam hal evaluasi, guru melakukan evaluasi

dengan cara evaluasi individu agar tiap individu dapat diketahui sejauh mana

pengetahuan dan kecakapan yang harus dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh

siswa khususnya pada standar kompetensi memahami kondisi ketenagakerjaan

dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi.

b. Diskusi kelompok

Dalam melaksanakan diskusi, guru terlebih dahulu merumuskan masalah

yang akan menjadi pokok bahasan dalam diskusi di setiap kelompok. Penentuan

pokok bahasan ini dilakukan sebelum hari pelaksanaan diskusi, dengan harapan

siswa dapat terlebih dahulu mencari referensi tentang masalah yang akan dikaji

melalui buku-buku di perpustakaan sekolah, buku koleksi perpustakaan kelas dan

sumber-sumber yang lain.

Pada saat diskusi berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa

diberi kebebasan untuk berargumen dan memberikan tanggapan disetiap

Page 111: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

94

presentasi kelompok. Setelah diskusi usai, guru kemudian bertindak sebagai

evaluator dari argumen-argumen yang telah terkumpul untuk kemudian

mengevaluasi dan merumuskan jawaban yang lebih sempurna terhadap

permasalahan yang dibahas secara bersama-sama dengan siswa.

Dalam metode diskusi, unsur ketrampilan sosial mendapat porsi yang lebih.

Siswa diajarkan bagaimana saling menghargai pendapat orang lain,segaimana

menyampaikan ide dengan baik, dan bagaimana mengambil keputusan bersama.

4. Media

Peran media sangatlah penting dalam proses pembelajaran mastery

learning karena tujuan media itu yang terpenting adalah agar siswa mampu

menangkap materi dengan lebih mudah, selain itu media juga mampu merangsang

minat belajar siswa. Dalam pembelajaran tuntas dibutuhkan bahan serta informasi

yang memadai, semakin banyak informasi yang memadai, semakin banyak

informasi yang didapatkan semakin efektif dalam berdiskusi dan bertambah pula

wawasan para siswa. Selain juga dapat mendorong siswa untuk belajar, media

juga memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan

lingkungan dan kenyataan, dengan demikian pembelajaran mampu menciptakan

suatu kelas yang dinamis dan sehat, dimana terjadi interaksi yang bersifat

simbiosis mutualisme.

Disini setiap individu dapat memahami suatu materi dari setiap individu

yang ahli tanpa suatu tujuan yang merugikan. Dengan terjadinya interaksi tersebut

akan menciptakan kelas yang dinamis yang merangsang siswa untuk menyadari

perannya masing-masing baik dalam kelompok maupun individu.

Media atau sumber belajar yang dipakai dalam penerapan strategi

pembelajaran tuntas agama Islam di SMAIT YAPIRA yaitu papan tulis, spidol,

buku paket, infocus, pulpen dan kertas folio.

Dengan media yang telah tersedia diharapkan mampu mengasah pola pikir

mereka untuk berfikir kreatif dan inovatif dalam penguasaan materi pelajaran

yang harus dikuasainya.

Page 112: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

95

C. Analisis Kelemahan dan Kekuatan Pelaksanaan Mastery Learning di

SMAITYAPIRA

Setiap pelaksanaan strategi dalam pembelajaran tidak terlepas dari

kelemahan dan kekuatan, begitu juga pada pelaksanaan strategi mastery learning

di SMAIT YAPIRA terdapat beberapa kelemahan dan kekuatannya.

Kelemahan pelaksanaan mastery learning ini disebabkan karena beberapa

faktor, antara lain:

1. Faktor Guru

Guru belum optimal melaksanakan mastery learning dalam

mengimplementasikannya disebabkan karena: (1) kekurangan waktu, (2) lebih

banyak mengejar target daripada penguasaan kompetensi, (3) pemahaman guru

Ekonomi sendiri yang belum merata tentang mastery learning, (4) kurang respek

dalam membuat perangkat pembelajaran dengan alasan yang penting “siswa bisa”

(5) program tindak lanjut yang dilakukan hanya terfokus pada remedial,

sementara pengayaan dan percepatan belum tersentuh dan mendapatkan porsi

secara optimal dan memadai

2. Faktor Siswa

Yaitu kemampuan rata-rata (intake) siswa yang heterogen terutama

kemampuan memahami materi

3. FaktorWaktu

Yaitu waktu 2 jam pelajaran perminggu meskipun tidak prinsip dirasa masih

kurang mengingat beban kompetensi yang harus dicapai siswa terlalu banyak.

4. Faktor Materi Pelajaran

Yakni (1) bahan ajar yang terlalu banyak. Hal ini karena memuat lima aspek

sekaligus. (2) belum tersedianya modul yang dibuat oleh guru, sehingga

menghambat untuk memfasilitasi siswa yang memiliki kecepatan belajar.

Selain mempunyai kelemahan dalam pelaksanaan mastery learning juga

terdapat kekuatan yang bisa mengantarkan keberhasilan dalam pelaksanaan

mastery learning. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan

Page 113: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

96

bahwa SMAIT YAPIRA telah memenuhi faktor keberhasilan tersebut dengan

cukup representativ, yaitu: (a) tujuan pendidikan yang sudah jelas dan

dikembangkan melalui silabus dan RPP, (b) telah menggunakan metode yang

bervariasi dan tepat sesuai dengan kompetensi dan bahan yang diajarkan, dengan

prinsip PAIKEM, (c) input siswa yang bagus dan intake ( kemampuan rata-rata

siswa ) bagus, dan mayoritas siswanya adalah muslim, (d) sarana prasarana

representativ, (e) penilaian telah terencana dengan baik, proses maupun hasil,

serta didukung oleh lingkungan dan suasana yang religius.

Page 114: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada deskripsi hasil informasi dan temuan yang telah peneliti

sajikan pada bagian sebelumnya, baik berasal dari data-data literatur yang terkait

dengan penelitian ini, maupun data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di

lapangan dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Proses pelaksanaan mastery learning dalam pembelajaran ekonomi di kelas XI

SMAIT YAPIRA terwujud dalam bentuk strategi mastery learning yaitu

dengan metode diskusi kelompok (group discussion) dan model pembelajaran

NHT. Namun pelaksanaan tersebut tetap berlandaskan pada empat komponen

sebagai acuannya yaitu: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pemilihan

metode dan media pembelajaran. Dengan pelaksanaan metode diskusi

kelompok (group discussion) dengan model pembelajaran NHT. tersebut

mampu menghasilkan siswa yang saling asah, asih dan asuh antar siswa.

2. Dalam pelaksanaan mastery learning di SMAIT YAPIRA terdapat kelemahan

dan kekuatan, kelemahan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain,

faktor guru, faktor siswa, faktor waktu, dan faktor materi pelajaran. Sedangkan

kekuatan dalam pelaksanaan mastery learning antara lain, tujuan pendidikan

yang sudah jelas, guru ekonomi yang telah profesional dan telah memenuhi

kualifikasi akademik, telah menggunakan metode yang bervariasi dan tepat

sesuai dengan kompetensi, kemampuan rata-rata siswa yang bagus, sarana

prasarana representative dan penilaian telah terencana dengan baik, baik dari

segi proses maupun hasil.

Page 115: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

98

B. Saran-saran

Sehubungan dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan, kiranya dapat

memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi seorang guru terutama guru ekonomi diharapkan selalu meningkatkan

kompetensinya dan selalu mencari inovasi dalam setiap proses pembelajaran agar

penerapan mastery learning semakin dapat dirasakan peserta didik

2. Bagi peserta didik hendaknya selalu mengembangkan prestasi dengan tetap

belajar yang rajin dan terus mengembangkan sikap hormat pada guru.

3. Bagi pihak sekolah hendaknya meningkatkan manajemen pengelolaan sekolah

dengan melibatkan semua pihak, sehingga proses pembelajaran dapat sesuai

dengan tujuan yang dicita-citakan

4. Bagi semua praktisi pendidikan terutama para kaum elit pemegang kekuasaan

pendidikan meningkatkan kualitas pendidikan dengan mementingkan

kepentingan pendidikan di atas segalanya, karena pendidikan merupakan tonggak

kehidupan bagi bangsa kedepan.

C. Penutup

Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi

yang sederhana ini dapat terselesaikan. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi

ini sudah barang tentu masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal demikian

disebabkan keterbatasan kemampuan peneliti. Untuk itu peneliti, mengharapkan

saran, kritik yang konstruktif dari para pembaca demi perbaikan karya mendatang.

Akhirnya semoga skripsi ini merupakan salah satu amal shaleh peneliti dan dapat

bermanfaat bagi pembaca semua. Amin.

Page 116: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

Daftar Pustaka

Ali, Mohammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : PTAngkasa, 1993.

. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo,

2000.

A.M, Sardiman. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja

Grafindo, 2011.

Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. II,

2010.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Azwar, Saifudin. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Darsono, Max. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press, 2000.

Djamarah, Syaiful Bahri., Dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.

Rineka Cipta, Cet. 4, 2010.

Echol, John., dan Shadily Hasan. Kamus Inggris - Indonesia. Jakarta: Gramedia,

1996.

Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. 3,

2001.

. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.

Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003.

Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Kunandar. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007.

Page 117: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 2,

2000.

Mujiono, Dimyati. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Muliawan, Jasa Ungguh. Pendidikan Islam Intregratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005.

Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan

inovasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.

Muslich, Masnur. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.

Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Sagala, Syaiful. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2003.

Sanjaya, Wina. Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia, 2007.

Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta,

2003.

SM, Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang:

Rasail Media Group, 2008.

Sudjana, Nana., dan Rivai, Ahmad. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Algesindo, Cet: 4, 2003.

. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2001.

Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, Cet. III,

2001.

Page 118: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

Suyanto., dan Abbas. Wajah Dinamika Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: Adicita

Karya Nusa, 2001.

Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Usman, Uzer Mohammad., dan Setyawati, Lilis. Menjadi Guru Profesional. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1998.

Wardani. Pemantapan Kemampuan Guru Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka, 2004.

Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2004.

Page 119: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

LAMPIRAN

Page 120: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

PEDOMAN OBSERVASI

Nama Sekolah : SMAITYAPIRAMata Pelajaran : EkonomiStandar Kompetensi : Memahami kondisi ketenagakerjaan dan

dampaknya terhadap pembangunan ekonomiNama Guru : Bapak Cecep Sutendi, S.E.

No Yang Diamati Ya Tidak Keterangan1. Persiapan dalam pembelajaran :

a. Guru membuat renca pengajaransebagai pedoman pelaksanaanpembelajaranb. Guru mempersiapkan anak didikc. Guru mengadakan tes awald. Guru menyampaikan materi

√√√

RPPFOTO

2 Pelaksanaan kegiatan belajar :a. Guru menggunakan beberapapendekatan berupa:

1. Pendekatan individual2. Pendekatan kelompok3. Pendekatan Pembiasaan

b. Guru menyampaikan materi denganMetode :1. Ceramah2. Dril3. Diskusi kelompok4. Pemberian tugasc. Guru mengadakan evaluasi1. Pretest2. Postestd. Hasil nilai yang telah diperoleh siswadisajikan dalam bentuk raport

√√√

√√√

√√

RPPFOTO

Page 121: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

PEDOMAN DOKUMENTASI

PENERAPANMASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS)UNTUK PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI SISWADALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMAITYAPIRA

A. Untuk Kepala Sekolah

1. Kapan SMAIT YAPIRA didirikan?

2. Bagaimanakah perkembangan SMAIT YAPIRA sejak berdiri hingga saat ini

baik secara historis maupun akademis?

3. Bagaimana visi, misi dan tujuan SMAIT YAPIRA?

4. Bagaimana kebijakan sekolah dalam mewujudkan visi dan misi melalui

pembelajaran Ekonomi?

5. Bagaimana daya dukung (sarpras) untuk mempermudah KBM Ekonomi ?

6. Bagaimana kondisi guru, siswa, karyawan serta sarana dan prasarana

pendidikan SMAIT YAPIRA?

Page 122: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

PEDOMANWAWANCARA

PENERAPANMASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS)UNTUK PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI SISWADALAM PEMBELAJARAN EKONOMI DI SMAITYAPIRA

B. Untuk Guru Ekonomi

1. Apa tujuan pembelajaran mastery learning di SMAIT YAPIRA?2. Apa saja komponen-komponen yang berperan dalam proses pembelajaran

Ekonomi di SMAIT YAPIRA?3. Standar apa yang digunakan untuk mengukur kompetensi siswa?4. Bagaimana cara penetapan KKM yang Bapak lakukan?5. Bagaimana pelaksanaan program tindak lanjut (remedial, pengayaan dan

percepatan) dalam pembelajaran Ekonomi?6. Kendala apa yang banyak dihadapi guru dan siswa dalam melaksanakan

KBM ?7. Bagaimana sistem penilaian yang Bapak terapkan dalam evaluasi mata

pelajaran Ekonomi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa?8. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam ketuntasan belajar siswa itu?

Page 123: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

HASILWAWANCARA

A. Hari/Tanggal : Senin, 6 Oktober 2016

Tempat : SMAITYAPIRAMedang Kab. Bogor

Waktu : 10.00 - 12.00

Narasumber : Bapak Cecep Sutendi, S.E. (Guru Ekonomi)

1. Peneliti : Apa saja komponen-komponen yang lerperan dalam proses

pembelajaran Ekonomi di SMAITYAPIRA

Guru Ekonomi : ada empat komponen utama yang berperan dalam proses

pembelajaran Ekonomi, diantaranya adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

metode pembelajaran dan media pembelajaran. Komponen tersebut saling berkaitan

dan saling mempengaruhi.

2. Peneliti : apa tujuan umum dalam pembelajaran Ekonomi ?

Guru Ekonomi : Tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran ekonomi

adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki sikap bijak, rasional, dan

bertanggung jawabdengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi,

manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendii, rumah tangga, masyarakat

dan negara.

3. Peneliti : berapa standar ketuntasan (KKM) untuk mata pelajaran Ekonomi?

Guru Ekonomi : Standar ketuntasan mata pelajaran Ekonomi adalah

minimal peserta didik memperoleh nilai 73 jika dibawah 73 belum dianggap tuntas

dan harus mengulang (remedi)

4. Peneliti : Bagaimana cara penetapan KKM yang bapak lakukan ?

Guru Ekonomi : standar ketuntasan ekonomi yang berlaku di SMAIT YAPIRA

ditetapkan sendiri oleh sekolah dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, antara

lain : melihat kemampuan peserta didik dan tingkat kedalaman materi

5. Peneliti : bagaimana pelaksanaan program tingkat lanjut (remedial dan

pengayaan) dalam pembelajaran ekonomi?

Guru Ekonomi : Pelaksanaan program remidi dilakukan apabila siswa yang

bersangkutan mendapat nilai dibawah KKM, adapun kegiatan remidi

dilakukan dengan cara mengulang materi yang belum dikuasai,

memberikan tugas, kuis, belajar dengan teman (tutor sebaya) sedangkan

untuk program pengayaan dilakukan dengan cara memberikan tugas seperti

Page 124: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

mengerjakan soal-soal yang lebih sulit

6. Peneliti : kendala apa yang bapak hadapi dalam KBM?

Guru Ekonomi : kendala yang dihadapi guru antara lain guru

kekurangan waktu karena materi yang disampaikan dalam pembelajaran beban

kompetensinya terlalu banyak. Sedangkan kendala pada siswa adalah

kemampuan

rata-rata siswa yang berbeda-beda terutama dalam pemahaman materi.

7. Peneliti : Bagaimana sistem penilaian yang Bapak terapkan dalam evaluasi

mata pelajaran ekonomi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa?

Guru Ekonomi : Ketuntasan belajar siswa diukur dengan standar KKM mata

pelajaran Ekonomi, pada dasarnya tidak semua siswa bisa tuntas dalam

pembelajaran. Siswa yang tuntas adalah siswa yang sudah mencpai 75%dari

standar kompetensi dan mendapatkan nilai minimal 60

8. Peneliti : Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam ketuntasan KBM?

Guru Ekonomi: Memberikan waktu yang lebih banyak dan memberikan materi

ulangan kepada siswa yang belum tuntas sehingga siswa yang belum tuntas tidak akan

tertinggal dalam mencapai standar kompetensi. Dan akan memulai standar

kompetensi yang baru bersama-sama dengan siswa yang sudah tuntas mencapai

standar kompetensi.

Page 125: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 126: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 127: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 128: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

Sekolah : SMAIT YAPIRAMata Pelajaran : EkonomiKelas / Semester : XI (sebelas) / 1

Standar Kompetensi : 1. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknyaterhadap pembangunan ekonomi

Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi

Indikator Pencapaian Kompetensi :1. Menjelaskan pengertian pembangunan ekonomi.2. Menilai kondisi perekonomian Indonesia dan

menjelaskan tujuan pembangunan ekonomi diIndonesia.

3. Mengidentifikasi permasalahan pembangunan ekonomidi Indonesia.

4. Mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalanpembangunan ekonomi Indonesia.

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajarana) Siswa dapat menjelaskan pengertian pembangunan ekonomi.b) Siswa dapat menilai kondisi perekonomian Indonesia dan menjelaskan

tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia.c) Siswa dapat mengidentifikasi permasalahan pembangunan ekonomi di

Indonesia.d) Siswa dapat mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan pembangunan

ekonomi Indonesia. Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Jujur, saling menghargai.

Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif : Kerja keras, jujur, saling menghargai orang lain, , inovatif,

B. Materi PokokPembangunan ekonomi

C. Uraian Materia) Pengertian pembangunan ekonomib) Pengertian dan tujuan pembangunan nasional

Page 129: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

c) Pola dan tahapan pembangunan nasionald) Keberhasilan dan kegagalan pembangunan ekonomi Indonesia

D. PendekatanKontekstual

E. Metode PembelajaranDiskusi kelompok dan studi kepustakaan

Strategi Pembelajaran

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

Memahami kondisiketenagakerjaan dandampaknya terhadappembangunanekonomi.

Mencari informasi tentangpola dan tahapanpembangunan nasional.

Siswa dapat Mendiskusikankeberhasilan dan kegagalanpembangunan ekonomiIndonesia.

F. Skenario Pembelajaran1. Kegiatan Awala. Apersepsi

Guru mengulas kembali pembahasan materi yang lalu tentang ketenagakerjaan.Kondisi ketenagakerjaan sangat berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalanpembangunan ekonomi Indonesia. Kemudian guru mempersilahkan siswamemasuki ruang audio visual untuk melihat tayangan yang berhubungandengan pembangunan nasional. Selama kegiatan tersebut, guru menghimbausiswa untuk mencatat hal-hal yang penting.

b. MotivasiSetiap negara secara berkesinambungan melakukan pembangunan ekonomiuntuk menciptakan kesejahteraan rakyatnya.

2. Kegiatan IntiEksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru:a. Siswa dapat Mendeskripsikan tujuan pembangunan ekonomi. (nilai yang

ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);ElaborasiDalam kegiatan elaborasi, guru:a. Siswa dikelompokkan menjadi empat kelompok, di mana masing-masing

kelompok terdiri dari 7 orang (disesuaikan dengan jumlah siswa). (nilaiyang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);

b. Kelompok pertama diberi tugas untuk menjelaskan pengertian pembangunanekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);

c. Kelompok kedua diberi tugas untuk menilai kondisi perekonomianIndonesia dan menjelaskan tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia.

Page 130: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

(nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);d. Kelompok ketiga diberi tugas untuk mengidentifikasi permasalahan

pembangunan ekonomi di Indonesia. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras,Jujur, saling menghargai.);

e. Kelompok keempat diberi tugas untuk mengidentifikasi keberhasilan dankegagalan pembangunan ekonomi Indonesia. (nilai yang ditanamkan:Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);

f. Masing-masing kelompok mempersentasikan tugasnya di depan kelas,sedangkan kelompok yang lain menanggapi. (nilai yang ditanamkan: Kerjakeras, Jujur, saling menghargai.);

g. Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan. (nilai yangditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);

KonfirmasiDalam kegiatan konfirmasi, Siswa:a. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang

ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);b. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan:Kerja keras, Jujur, saling menghargai.)

3. Kegiatan Akhira. Guru dan siswa melakukan refleksi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras,Jujur, saling menghargai.);

b. Penilaian (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Hasil kerja kelompok (kognitif) Lembar pengamatan (afektif) Lembar pengamatan (psiko motorik)c. Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada buku teks

Ekonomi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, salingmenghargai.);.

d. Siswa diberi tugas untuk mencari artikel koran dan majalah yang berkaitandengan pembangunan nasional. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur,saling menghargai.);

G. Sumber danAlatBuku teks, infocus, spidol

Mengetahui Bogor, Agustus 2015Kepala Sekolah Guru MaPel Ekonomi

Dodi Damhudi S.Pd Cecep Sutendi, S.E

Page 131: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

Sekolah : SMAIT YAPIRAMata Pelajaran : EkonomiKelas / Semester : XI (sebelas) / 1

Standar Kompetensi : 1. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknyaterhadap pembangunan ekonomi

Kompetensi Dasar : 1.3 Mendeskripsikan proses pertumbuhan ekonomi

Indikator Pencapaian Kompetensi :1. Mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi.2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhipertumbuhan ekonomi.

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajarana) Siswa dapat mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi.b) Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi

pertumbuhan ekonomi. Karakter siswa yang diharapkan : Kerja keras, Jujur, saling menghargai.

Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif : Kerja keras, jujur, saling menghargai orang lain, , inovatif,

B. Materi PokokPertumbuhan ekonomi

C. Uraian Materia) Arti pertumbuhan ekonomib) Teori pertumbuhan ekonomic) Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi

D. PendekatanKontekstual

E. Metode PembelajaranDiskusi kelompok dan studi kepustakaan

Strategi Pembelajaran

Page 132: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

Memahami kondisiketenagakerjaan dandampaknya terhadappembangunanekonomi.

Mengumpulkaninformasi tentangpengertian dan teoripertumbuhan ekonomi

Siswa dapat Mendiskusikanfaktor-faktor yangmemengaruhi pertumbuhanekonomi.

F. Skenario Pembelajaran1. Kegiatan Awala. Apersepsi

Guru mengulas kembali pembahasan materi yang lalu tentang pembangunanekonomi. Kemudian guru mengaitkan dan menjelaskan perbedaan antarapembangunan ekonomi tersebut dengan pertumbuhan ekonomi serta memberipenjelasan yang singkat dan jelas tentang materi yang baru dan kompetensiyang harus dikuasai.

b. MotivasiLaju pertumbuhan ekonomi merupakan Indikator Pencapaian Kompetensikeberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.

2. Kegiatan IntiEksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru:a. Siswa dapat Mendeskripsikan proses pertumbuhan ekonomi. (nilai yang

ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);ElaborasiDalam kegiatan elaborasi, guru:a. Siswa dikelompokkan menjadi empat kelompok, di mana masing-masing

kelompok terdiri dari 7 orang (disesuaikan dengan jumlah siswa). (nilaiyang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);

b. Kelompok pertama diberi tugas untuk mendeskripsikan pertumbuhanekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);

c. Kelompok kedua diberi tugas untuk mengidentifikasi faktor-faktor yangmemengaruhi pertumbuhan ekonomi. (nilai yang ditanamkan: Kerja keras,Jujur, saling menghargai.);

d. Masing-masing kelompok mempersentasikan tugasnya di depan kelas,sedangkan kelompok yang lain menanggapi. (nilai yang ditanamkan: Kerjakeras, Jujur, saling menghargai.);

e. Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan. (nilai yangditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);

KonfirmasiDalam kegiatan konfirmasi, Siswa:a. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai yang

ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.);b. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai yang ditanamkan:

Page 133: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

Kerja keras, Jujur, saling menghargai.)

3. Kegiatan Akhira. Guru dan siswa melakukan refleksi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras,Jujur, saling menghargai.);

b. Penilaian (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai.); Tes lisan dengan beberapa pertanyaan (kognitif) Lembar pengamatan (afektif) Lembar pengamatan (psiko motorik)c. Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada buku teks

Ekonomi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, salingmenghargai.);.

G. Sumber danAlatBuku teks dan spidol

Mengetahui Bogor, Agustus 2015Kepala Sekolah Guru MaPel Ekonomi

Dodi Damhudi S.Pd Cecep Sutendi, S.E

Page 134: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 135: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 136: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 137: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 138: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 139: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 140: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 141: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 142: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 143: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 144: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 145: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 146: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 147: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Page 148: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 149: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 150: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 151: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 152: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

PROFIL SEKOLAHYAYASAN PENDIDIKAN ISLAM RAUDHATUT TAUHID (YAPIRA)

SMA IT YAPIRA

Dodih Damhudi, S.Pd.Muhamad Rizki, S.Pd

Ahmad Faruq, S.Pd.I. Pendidikan Agama Islam (PAI) & BUDIPEKERTI

Dodih Damhudi, S.Pd. MATEMATIKAGustina Aida Puteri, S.Pd. SEJARAH

Rohayati, S.Pd. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan(PPKN)

Indryani Marta Puspita, S.Pd FISIKAJamal Abdullah, S.Pd.I. FISIKACecep Sutendi, S.E. A. Geografi

B. EkonomiYudho Ariyoko, S.Pd.I. Bahasa InggrisHaris Muhamad Rijal,S.Pd.I.

A. Pendidikan Jasmani Olahraga danKesehatan (PJOK)B. Sosiologi

Sari Meilia, S.S Bahasa IndonesiaLinda Rusdiana, S.Pd MatematikaAnnisa, S.Pd.I. A. Biologi

B. PLHTitis Maretyaning W, S.Si. KimiaAkhmad Tarmuji, S.Kom. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Ahmad Bachtiar Rifai,S.Si A. Bahasa Arab

B. Pendidikan Agama Islam (PAI) & BudiPekerti

Page 153: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses

Wahyudin Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)Ilmi Suciana, S.Pd.I EkonomiMuhamad Rizki, S.Pd Prakarya & Kewirausahaan (Kwh)Dora Sahertian, S.Pd. SosiologiYunanto Guntomo, S.Pd MatematikaSuheri, S.S Bahasa IndonesiaMarwan Khan, S.Pd. PMREndang Damyati Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)

Page 154: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 155: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 156: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses
Page 157: PENERAPANSTRATEGIBELAJARTUNTAS MASTERYLEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33665... · 2017. 1. 12. · Belajar tuntas (mastery learning) merupakan proses