KATA PENGANTAR - tedjo21.files.wordpress.com filePembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Disalin oleh...

21
i

Transcript of KATA PENGANTAR - tedjo21.files.wordpress.com filePembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Disalin oleh...

i

ii

KATA PENGANTAR

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA dalam rangkameningkatkan mutu pendidikan di SMA. Berkaitan dengan upaya dimaksud, salahsatu program Direktorat Pembinaan SMA pada tahun 2007 adalah melaksanakanprogram Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN) danRintisan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di sejumlah SMA,dan pada tahun 2008 program dimaksud akan terus dilanjutkan. Selain itu padatahun 2008 juga akan dilakukan Bimbingan Teknis (Bintek) pelaksanaanKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai dari tingkat provinsi,kabupaten/kota s.d tingkat sekolah.

Untuk memudahkan bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan program-program tersebut, Direktorat Pembinaan SMA mempersiapkan bahanpendukung yang diperlukan untuk mendukung kelancaran program ini. Namundemikian naskah yang telah disiapkan ini dapat dikembangkan sesuai dengankebutuhan.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam keseluruhan prosespenyiapan perangkat/bahan pendukung dimaksud, kami menyampaikanpenghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Mudah-mudahan seluruh dokumen yang telah kami persiapkan ini bermanfaatbagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, 29 Pebruari 2008

Direktur Pembinaan SMA

Dr. Sungkowo MNIP. 130784257

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 1

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTARDAFTAR ISI

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangB. TujuanC. Ruang Lingkup

II. BELAJAR DAN MENGAJARA. BelajarB. Mengajar

III. PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSIA. Pengetrtian PembelajaranB. Prinsip Umum PembelajaranC. Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi

IV. PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING)A. Asumsi DasarB. Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas Dengan Pembelajaran

KonvensionalC. Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas

V. PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL DAN PENGAYAANA. Pelaksanaan Program RemedialB. Pelaksanaan Program Pengayaan

VI. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

iii

122

35

668

10

1114

1718

19

20

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yangbanyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin darirendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah MenengahAtas (SMA). Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masihterlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyakmenempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik.Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalamberbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik(menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantumlearning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, sertakurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.

Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnyabelum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materipembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidakmenguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah.Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.

Penerapan Standar Isi yang berbasis pendekatan kompetensi sebagai upayaperbaikan kondisi pendidikan di tanah air ini memiliki beberapa alasan, diantaranya:

1. potensi peserta didik berbeda-beda, dan potensi tersebut akan berkembangjika stimulusnya tepat;

2. mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspekmoral, akhlak, budi pekerti, seni & olah raga, serta kecakapan hidup (lifeskill);

3. persaingan global yang memungkinkan hanya mereka yang mampu akanberhasil;

4. persaingan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) produk lembagapendidikan;

5. persaingan yang terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusanyang jelas mengenai standar kompetensi lulusan.

Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan kurikulum berbasiskompetensi meliputi: kewenangan pengembangan, pendekatan pembelajaran,penataan isi/konten, serta model sosialisasi, lebih disesuaikan denganperkembangan situasi dan kondisi serta era yang terjadi saat ini. Pendekatanpembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan peserta didikdalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengankondisi masing-masing. Dengan demikian proses pembelajaran lebih mengacukepada bagaimana peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yangdipelajari.

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 3

Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memilikibeberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internalpeserta didik di dalam merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran.Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategipembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu mencapai kompetensisecara penuh, utuh dan kontekstual.

Berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belumterwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan padaperan aktif peserta didik, inti persoalannya adalah pada masalah "ketuntasanbelajar" yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiapkompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan belajar merupakan masalahyang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik, terutama merekayang mengalami kesulitan belajar.

Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yangbertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level)terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas(mastery learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukungpelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntasmerupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknyaoleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan yang memberikanarah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimanapembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan.

B. Tujuan

Panduan ini bertujuan untuk1. memberikan kesamaan pemahaman mengenai pembelajaran tuntas

(mastery learning);2. memberikan alternatif penyelenggaraan pembelajaran tuntas yang

diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan pendidik sesuai dengan matapelajaran dan karakteristik peserta didik.

C. Ruang Lingkup

Panduan ini membahas tentang hakikat belajar dan mengajar, pembelajaran,pembelajaran tuntas dan pelaksanaannya.

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 4

II. BELAJAR DAN MENGAJAR

A. Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahantingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan tingkahlaku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Belajardipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: bahan yang dipelajari, faktorinstrumental, lingkungan, dan kondisi individual si pembelajar. Faktor-faktortersebut diatur sedemikian rupa, sehingga berpengaruh membantu tercapainyakompetensi secara optimal.

Proses belajar merupakan proses yang komplek dan senantiasa berlangsung dalamberbagai situasi dan kondisi. Percival dan Ellington (1984) menggambarkan modelsistem pendidikan dalam proses belajar yang berbentuk kotak hitam (black box).Masukan (input) untuk sistem pendidikan atau sistem belajar terdiri dari orang,informasi, dan sumber lainnya. Keluaran (output) terdiri dari orang/peserta didikdengan penampilan yang lebih maju dalam berbagai aspek. Di antara masukandan keluaran terdapat “black box" yang berupa proses belajar atau pendidikan.

Pada dasarnya, belajar merupakan masalah bagi setiap orang. Dengan belajarmaka pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, tingkah laku dansemua perbuatan manusia terbentuk, disesuaikan dan dikembangkan. Dariberbagai pandangan para ahli yang mencoba memberikan definisi belajar dapatdiambil kesimpulan bahwa belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaituadanya perubahan tingkah laku, sifat perubahan yang relatif permanen, danperubahan yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporersifatnya. Jadi pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah lakusebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atauobjek belajar, baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yangtidak secara sengaja dirancang namun dimanfaatkan (by utilization). Prosesbelajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara peserta didik denganguru. Hasil belajar yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antarapeserta didik dengan sumber-sumber belajar lainnya.

Aktivitas belajar sangat berkaitan dengan fungsi otak manusia. Sebagaiorganisme hidup, manusia merupakan suatu organisasi biologik yang dalam ujudstrukturalnya terjadi secara genetik. Dalam perkembangan dan cara berfungsinya,otak manusia sangat dipengaruhi oleh hasil interaksinya dengan objek belajaratau lingkungan. Konsekuensi dari berfungsinya organisasi biologik itu adalahinteligensi (kecerdasan) yang bersumber dari otak manusia. Meskipun pada waktuanak manusia dilahirkan ia tidak memiliki ide atau konsep, namun konstitusinyamemungkinkan untuk bereaksi terhadap lingkungan melalui saluran pengalamanyang dibawa sejak lahir (Conny Semiawan, 1988). Pada tahap awalperkembangan otak peserta didik, reaksi-reaksi berjalan secara refleks, namunselanjutnya akan menjadi suatu organisasi mental yang semakin mantap danterstruktur.

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 5

Belahan otak manusia terbagi menjadi dua, kiri dan kanan. Tugas, fungsi dan cirisetiap belahan otak adalah khusus dan membuat reaksi secara berbeda terhadapberbagai jenis pengalaman belajar. Keterlibatan otak sebelah kanan lebih tertujupada variabel keseluruhan, holistik (utuh), imaginatif, sedangkan belahan otaksebelah kiri lebih berfungsi untuk mengembangkan berfikir rasional, linear danteratur. Emosi, terletak dalam ke dua belahan otak dan memberi warna tertentuterhadap kejadian belajar yang dialami oleh seseorang. Bila keseimbanganberfungsinya kondisi otak terjaga, dengan melibatkan emosi, maka terjadilahbelajar kreatif.

Untuk memberikan landasan akademik/filosofis terhadap pelaksanaanpembelajaran khususnya pada jenjang SMA, maka perlu dikemukakan sejumlahpandangan dari para ahli pendidikan dan pembelajaran. Ada tiga pakarpendidikan yang teori serta pandangannya bisa digunakan sebagai acuan dalammengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi, yaituJohn Dewey, Vygotsky, dan Ausubel.

Menurut Dewey (2001), tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yangtepat bagi peserta didik. Selanjutnya ditegaskan bahwa tugas guru adalahmembantu peserta didik menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yanglain, termasuk yang baru dengan yang lama. Pengalaman belajar yang barumelalui pengalaman belajar yang lama akan melekat pada struktur kognitifpeserta didik dan menjadi pengetahuan baru bagi peserta didik.

Menurut Vygotsky (2001), terdapat hubungan yang erat antara pengalamansehari-hari dengan konsep keilmuan (scientific), tetapi ada perbedaan secarakualitatif antara berpikir kompleks dan berpikir konseptual. Berpikir kompleksdidasarkan atas kategorisasi objek berdasarkan suatu situasi, sedangkan berpikirkonseptual berbasis pada pengertian yang lebih abstrak. Ia menegaskan bahwapengembangan kemampuan menganalisis, membuat hipotesis, dan mengujipengalaman pada dasarnya terpisah dari pengalaman sehari-hari. Kemampuan initidak ditentukan oleh pengalaman sehari-hari, tetapi lebih tergantung pada tipespesifik interaksi sosial.

Menurut Ausubel (1969), pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memorijangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki makna.Pengalaman belajar adalah interakasi antara subjek belajar dengan objek belajar,misalnya peserta didik mengerjakan tugas membaca, melakukan pemecahanmasalah, mengamati suatu gejala, peristiwa, percobaan, dan sejenisnya. Agarpengalaman belajar yang baru menjadi pengetahuan baru, semua konsep dalammatapelajaran diusahakan memiliki nilai terapan di lapangan.

B. Mengajar

Joyce, Weil & Showers (1992) menyatakan bahwa mengajar (teaching) padahakikatnya adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide,keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan diri, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari prosesmengajar adalah kemampuan peserta didik yang tinggi untuk dapat belajardengan mudah dan efektif. Tujuan utama dari kegiatan mengajar adalah padapeserta didik yang belajar. Dengan demikian hakikat mengajar adalahmemfasilitasi peserta didik agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar.

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 6

III. PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI

A. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggrisinstruction, yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialahmembantu orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehinggamemberi kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs (1979)mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian,peristiwa, kondisi, dsb.) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhipeserta didik (pembelajar), sehingga proses belajarnya dapat berlangsungdengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada peristiwa yangdilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua peristiwa yang mempunyaipengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pulakejadian-kejadian yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, programradio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut.

Berbagai perangkat elektronik, yang berupa program-program komputerdimanfaatkan untuk pembelajaran, yang dikenal dengan e-learning (electronic-learning) seperti: CAI (Computer Assisted Instruction) atau CAL (ComputerAssisted Learning), belajar lewat internet, SIG (Sistem Informasi Geografis)pendidikan, web-site sekolah, dll. Dengan demikian, sesuai dengan perkembangandi bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), fungsi pembelajaran bukanhanya fungsi guru, melainkan juga fungsi pemanfaatan sumber-sumber belajar lain yang digunakan oleh pembelajar untuk belajar sendiri.

B. Prinsip Umum Pembelajaran

Teknologi pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang diambil dariteori psikologi, terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatanpembelajaran. Atwi Suparman (1997) yang mengutip pendapat Filbeckmengelompokkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembelajaran menjadi 12macam, yaitu:

1. Respon yang berakibat menyenangkan pembelajarImplikasi:a. Perlunya umpan balik positif dengan segerab. keharusan pembelajar untuk aktif membuat responsc. perlunya pemberian latihan (exercise) dan tes

2. Kondisi atau tanda untuk menciptakan perilaku tertentuImplikasi:a. perlunya kejelasan mengenai standar kompetensi maupun kompetensi

dasar.b. penggunaan variasi metode dan media

3. Pembelajaran yang menyenangkanImplikasi:a. pemberian isi/materi pembelajaran yang bergunab. imbalan dan penghargaan terhadap keberhasilan peserta didikc. seringnya pemberian latihan dan tes

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 7

4. Pembelajaran kontekstualImplikasi:a. pemberian kegiatan belajar yang mirip dengan kondisi yang sesungguhnyab. pemberian contoh-contoh riel/nyatac. penggunaan metode dan media

5. Generalisasi dan pembedaan sebagai dasar untuk belajar sesuatu yangkompleksImplikasi:perlunya keseimbangan dalam memberikan contoh (baik-buruk, positif-negatif, ganjil-genap, konkrit-abstrak, dsb.)

6. Pengaruh status mental terhadap perhatian dan ketekunanImplikasi:perlunya menarik/memusatkan perhatian pembelajar

7. Membagi kegiatan ke dalam langkah-langkah kecilImplikasi:a. Penggunaan buku teks terprogram (programmed texts atau programmed

instructions)b. Pemenggalan kegiatan menjadi kecil-kecil, disertai latihan dan umpan

balik

8. Pemodelan bagi materi yang kompleksImplikasi:penggunaan metode dan media yang dapat menggambarkan model(simplifikasi) dari benda/kegiatan nyata.

9. Keterampilan tingkat tinggi terbentuk dari keterampilan-keterampilan dasarImplikasi:Standar kompetensi maupun kompetensi dasar hendaknya dirumuskanseoperasional mungkin dan diturunkan/dijabarkan melalui analisisinstruksional.

10. Pemberian informasi tentang perkembangan kemampuan pembelajarImplikasi:a. urutan pembelajaran dimulai dari yang sederhana bertahap menuju ke

yang makin kompleksb. kemajuan harus diinformasikan

11. Variasi dalam kecepatan belajarImplikasi:a. pentingnya penguasaan materi prasyaratb. kesempatan untuk maju menurut kecepatan masing-masing

12. Persiapan/kesiapanImplikasi:pemberian kebebasan kepada pembelajar untuk memilih waktu, cara dansumber belajar lain.

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 8

C. Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi

Sebagai sebuah konsep, sekaligus sebagai sebuah program, kurikulum berbasiskompetensi (KBK) menurut Siskandar (2003) memiliki ciri-ciri:

1. menekankan pada ketercapaian kompetensi peserta didik baik secaraindividual maupun klasikal;

2. berorientasi pada hasil dan keberagaman;3. penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi;4. sumber belajar bukan hanya guru tetapi sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif;5. penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan

suatu kompetensi.

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalahmenempatkan peserta didik sebagai subjek didik, yakni lebih banyakmengikutsertakan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendekatan inibertolak dari anggapan bahwa peserta didik memiliki potensi untuk berpikirsendiri dan potensi tersebut hanya dapat diwujudkan apabila mereka diberibanyak kesempatan untuk berpikir sendiri. Oleh karena itu guru tidak boleh lagidipandang sebagai "orang yang paling tahu segalanya”, melainkan lebih berperansebagai fasilitator terjadinya proses belajar pada individu peserta didik. Pesertadidik tentunya juga harus secara terus menerus berusaha menyempurnakan dirisehingga meningkat kemampuannya.

Pemilihan metode pembelajaran yang memberi peluang kepada peserta didikuntuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran, merupakan langkah awalyang utama menuju keberhasilan mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Disamping itu mengingat bahwa penilaian dalam KBK menekankan baik prosesmaupun hasil belajar, maka keterampilan proses perlu betul-betul digiatkanpenerapannya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Kemampuan atau keterampilan proses yang mendasar untuk pembelajaranberbasis kompetensi antara lain adalah kemampuan atau keterampilan dalam:1. mengobservasi/mengadakan pengamatan2. menghitung3. mengukur4. mengklasifikasi5. mencari hubungan ruang/waktu6. membuat hipotesis7. merencanakan penelitian/eksperimen8. mengendalikan variabel9. menginterpretasi atau menafsirkan data10. menyusun kesimpulan sementara (inferensi)11. meramalkan (memprediksi)12. menerapkan (mengaplikasi)13. mengkomunikasikan

Berdasarkan uraian di atas maka pendekatan dalam pengembangan pembelajaranberbasis kompetensi harus dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 9

1. Orientasi pada pencapaian hasil (outcome oriented)2. Bertolak dari Kompetensi Lulusan3. Berbasis pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar4. Pengembangan pembelajaran menghargai perbedaan-perbedaan

(berdiferensiasi)5. Utuh dan menyeluruh (holistik)6. Menerapkan prinsip ketuntasan belajar (mastery learning)

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 10

IV. PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY-LEARNING)

A. Asumsi Dasar

Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapaikompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metodemengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengandemikian makin baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar(Winarno Surahmad, 1982). Langkah metode pembelajaran yang dipilihmemainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya prestasibelajar peserta didik.

Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasiskompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yangmempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standarkompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam modelyang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikanwaktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan,dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinanpeserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika pesertadidik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yangdiperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didiktersebut belum optimal. Block (1971) menyatakan tingkat penguasaan kompetensipeserta didik sebagai berikut :

Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree oflearning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan(time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (timeneeded) untuk menguasai kompetensi tertentu.

Dalam pembelajaran konvensional, bakat (aptitude) peserta didik tersebar secaranormal. Jika kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlahpembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yangdicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwahubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi. Secara skematiskonsep tentang prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran denganpendekatan konvensional dapat digambarkan sebagai berikut :

Sebaliknya, apabila bakat peserta didik tersebar secara normal, dan kepadamereka diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap peserta didik, tetapidiberikan perlakuan yang berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besarkemungkinan bahwa peserta didik yang dapat mencapai penguasaan akanbertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat dengan keberhasilanakan menjadi semakin kecil.

normalbakat

normalprestasi

Pembelajaran Konvensional

time actually spentDegree of learning = f ¾¾¾¾¾¾¾¾¾

time needed

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 11

Secara skematis konsep prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran denganpendekatan pembelajaran tuntas, dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari prosespembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan kualitaspembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus bagi pesertadidik yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar.Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelalarantuntas adalah:

1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yanghirarkis,

2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiapkompetensi harus diberikan feedback,

3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan

belajar lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003)

B. Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsipketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, sertauntuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntasmenganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukankepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayaniperbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga denganpenerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas denganpendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individualmasing-masing peserta didik.Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu,pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang berasaskan majuberkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan sistem yangmerupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran harus benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar kompetensidan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units). Peserta didik belajar selangkahdemi selangkah dan boleh mempelajari kompetensi dasar berikutnya setelahmenguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria tertentu.Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan pembelajarantertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika pesertadidik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75% darikompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan pembelajaran konvensional dalamkaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah

normal

bakat

condong

prestasi

Pembelajaran Tuntas

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 12

terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurangmemperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).

Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perbedaanantara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah bahwapembelajaran tuntas dilakukan melalui asas-asas ketuntasan belajar, sedangkanpembelajaran konvensional pada umumnya kurang memperhatikan ketuntasanbelajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual. Secara kualitatifperbandingan ke dua pola tersebut dapat dicermati pada Tabel berikut,

Tabel 1: Perbandingan Kualitatif antara Pembelajaran Tuntas denganPembelajaran Konvensional

Langkah Aspek Pembeda Pembelajaran Tuntas PembelajaranKonvensional

1. Tingkatketuntasan

Diukur dari performancepeserta didik dalam setiapunit (satuan kompetensi ataukemampuan dasar). Setiappeserta didik harus mencapainilai 75

Diukur dariperformance pesertadidik yang dilakukansecara acak

2. Satuan AcaraPembelajaran

Dibuat untuk satu minggupembelajaran, dan dipakaisebagai pedoman guru sertadiberikan kepada pesertadidik

Dibuat untuk satuminggu pembelajar-an, dan hanya dipakaisebagai pedomanguru

A. Persiapan

3. Pandangan terhadapkemampuanpeserta didik saatmemasuki satuanpembelajarantertentu

Kemampuan hampir sama,namun tetap ada variasi

Kemampuan pesertadidik dianggap sama

4. Bentukpembelajarandalam satu unitkompetensi ataukemampuan dasar

Dilaksanakan melaluipendekatan klasikal,kelompok dan individual

Dilaksanakansepenuhnya melaluipendekatan klasikal

B. Pelaksanaanpembelajaran

5. Carapembelajarandalam setiapstandarkompetensi ataukompetensi dasar

Pembelajaran dilakukanmelalui penjelasan guru(lecture), membaca secaramandiri dan terkontrol,berdiskusi, dan belajarsecara individual

Dilakukan melaluimendengarkan(lecture), tanyajawab, dan membaca(tidak terkontrol)

6. Orientasipembelajaran

Pada terminal performancepeserta didik (kompetensiatau kemampuan dasar)secara individual

Pada bahanpembelajaran

7. Peranan guru Sebagai pengelolapembelajaran untukmemenuhi kebutuhanpeserta didik secaraindividual

Sebagai pengelolapembelajaran untukmemenuhi kebutuhanseluruh peserta didikdalam kelas

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 13

Langkah Aspek Pembeda Pembelajaran Tuntas PembelajaranKonvensional

8. Fokus kegiatanpembelajaran

Ditujukan kepada masing-masing peserta didik secaraindividual

Ditujukan kepadapeserta didik dengankemampuanmenengah

9. Penentuankeputusanmengenai satuanpembelajaran

Ditentukan oleh peserta didikdengan bantuan guru

Ditentukansepenuhnya olehguru

10. Instrumen umpanbalik

Menggunakan berbagai jenisserta bentuk tagihan secaraberkelanjutan

Lebih mengandalkanpada penggunaan tesobjektif untukpenggalan waktutertentu

C. Umpan Balik

11. Cara membantupeserta didik

Menggunakan sistem tutordalam diskusi kelompok(small-group learningactivities) dan tutor yangdilakukan secara individual

Dilakukan oleh gurudalam bentuk tanyajawab secara klasikal

C. Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas

1. Metode Pembelajaran

Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual,dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok pesertadidik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai denganperbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga pembelajaranmemungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secaraoptimal.

Adapun langkah-langkahnya adalah :a. mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),b. membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian

kompetensi,c. mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.

Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntasadalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat(peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai jenis metode(multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau kelompok.

Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengansesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaranterprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasiskomputer (Kindsvatter, 1996)

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 14

2. Peran Guru

Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawabguru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Pendekatanyang digunakan mendekati model Personalized System of Instruction (PSI)seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi antarapeserta didik dengan materi/objek belajar.

Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:a. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan

(unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuanprasyaratnya.

b. Mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD.c. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasid. Memonitor seluruh pekerjaan peserta didike. Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi

(kognitif, psikomotor, dan afektif)f. Menggunakan teknik diagnostikg. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik

yang mengalami kesulitan

3. Peran Peserta didik

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki pendekatan berbasiskompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didiksebagai subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “Guru danyang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang akandikerjakannya”. Oleh karena itu, pembelajaran tuntas memungkinkan pesertadidik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan.Artinya, peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatanpencapaian kompetensinya. Kemajuan peserta didik sangat bertumpu padausaha serta ketekunannya secara individual.

4. Evaluasi

Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkandengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiapkompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (normreferenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan olehguru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55, atausampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai ketuntasandalam belajar.

Asumsi dasarnya adalah:a. bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan

berbeda,b. standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus

atau tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 15

Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinyaadalah:a. Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasarb. Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar

(KD)c. Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dan

program pengayaan.d. Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotore. Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti

pengamatan, kuesioner, dsb.

Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalampembelajaran tuntas tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagaialat diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tesdiagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapatmenilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalamikesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasanbelajar, meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batasketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan olehguru mata pelajaran, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalampenentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah danatau daerah.

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 16

V. PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL DAN PENGAYAAN

Mengingat kecepatan tiap-tiap peserta didik dalam pencapaian KD tidak sama, makadalam pembelajaran terjadi perbedaan kecepatan belajar antara peserta didik yangsangat pandai dan pandai, dengan yang kurang pandai dalam pencapaian kompetensi.Sementara pembelajaran berbasis kompetensi mengharuskan pencapaian ketuntasandalam pencapaian kompetensi untuk seluruh kompetensi dasar secara perorangan.Implikasi dari prinsip tersebut mengharuskan dilaksanakannya program-programremedial dan pengayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari penerapan sistempembelajaran tuntas.

A. Pelaksanaan Program Remedial

1. Cara yang dapat ditempuh

Masalah utama yang akan selalu timbul dalam pelaksanaan pembelajarantuntas adalah “bagaimana guru menangani peserta didik yang lamban ataumengalami kesulitan dalam menguasai KD tertentu”.

Ada 2 cara yang dapat ditempuh yaitu:a. Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi peserta didik

yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu.Cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana untuk dilakukankarena merupakan implikasi dari peran guru sebagai “tutor”

b. Pemberian tugas-tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus, yangsifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular.

Bentuk penyederhanaan itu dapat dilakukan guru antara lain melalui:a. Penyederhanaan strategi pembelajaran untuk KD tertentub. Penyederhanaan cara penyajian (misalnya: menggunakan gambar, model,

skema, grafik, memberikan rangkuman yang sederhana, dll.)c. Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan.

2. Materi dan waktu pelaksanaan program remedial

a. Program remedial diberikan hanya pada KD atau indikator yang belumtuntas.

b. Program remedial dilaksanakan setelah mengikuti:· tes/ulangan KD tertentu· tes/ulangan sejumlah KD dalam satu kesatuan

B. Pelaksanaan Program Pengayaan

1. Cara yang ditempuh

Kondisi yang sebaliknya dari program remedial, dalam kelas yang menerapkanpembelajaran tuntas adalah akan selalu ada peserta didik yang lebih cepatmenguasai kompetensi yang ditetapkan. Peserta didik inipun tidak bolehditerlantarkan. Mereka perlu mendapatkan tambahan pengetahuan maupunketerampilan sesuai dengan kapasitasnya, melalui program pengayaan.

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 17

Cara yang dapat ditempuh di antaranya adalah:a. Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan memperluas

wawasan bagi KD tertentub. Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik,

bacaan/paragraf, dll.c. Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaand. Membantu guru dalam membimbing teman-temannya yang belum

mencapai ketuntasan.

2. Materi dan waktu pelaksanaan program pengayaan

a. Program pengayaan diberikan sesuai dengan KD-KD atau indikator yangdipelajari

b. Waktu pelaksanaan program pengayaan adalah setelah mengikuti:· tes/ulangan KD tertentu· tes/ulangan kesatuan KD tertentu· tes/ulangan KD-KD pada akhir semester tertentu. Khusus untuk

program pengayaan yang dilaksanakan pada akhir semester inimaterinya hanya yang berhubungan dengan KD-KD yang terkait.

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 18

VI. PENUTUP

Secara alami manusia memang diciptakan dalam keberagaman (variabilitas). Masing-masing peserta didik memiliki keterbatasan-keterbatasan sehubungan dengankemampuan yang dimiliki, termasuk kemampuan akademik maupun minatnya. Guruhendaknya memahami bahwa perbedaan dalam kemampuan tersebut memerlukanbentuk-bentuk perlakuan yanag berbeda dalam belajar, di samping perlakuan-perlakuan yang bersifat kolektif. Jika guru menginginkan pembelajarannya berhasilmembawa peserta didiknya menuju ketuntasan pencapaian kompetensi secaraoptimal, maka upaya-upaya memfasilitasi peserta didik dengan aneka ragam cara baikremedi maupun pengayaan mutlak harus dilakukan.

Memang berat rasanya tugas guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran tuntas inidengan sempurna. Namun dengan menyadari bahwa tugas seorang guru adalah tugasnan mulia, Insya Allah semua dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Awal darisebuah pembaharuan memang terasa sulit, namun harus dimulai. Dan pada saatnyajika tugas yang dirasa berat itu sudah biasa dilakukan, tentu akan terasa ringan.

Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)

Disalin oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna keberhasilan KTSP 19

DAFTAR PUSTAKA

Appleman, Chery I. (2004). The enrichment teacher. Los Angeles: NETA

Armstrong, D.G. & J.J. Denton (1998). Instructional skills handbook. Englewood Cliffs:Educational Technology Publications.

Atwi Suparman (2001). Desain instruksional: Program pengembangan ketrampilandasar teknik instruksional (PEKERTI) untuk dosen muda. Jakarta: UT, PPAI-PAU.

Block, James H. (1971) Mastery learning : Theory and practice. New York : Holt,Rinehart and Winston, Inc.

Boon, R. (2005) Remediation of reading, spelling, and comprehension. Sydney: HarrisPark

Conny Semiawan . dkk. (1985). Pendekatan keterampilan proses, Jakarta:PTGramedia

Gagne, Robert M. and Leslie J. Briggs. (1979). Principles of instructional design. NewYork: Rinehart and' Winston

Gardner. Enrichment: A guide for parents. http://www.surfaquarium.com/im.htm

Gentile, J.R. & J.P.Lalley (2003). Standards and mastery learning: Aligning teachingand assessment so al children can learn. Thousand Oaks: Corwin Press, Inc.

Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Showers (1992). Models of teaching. Boston:Allyn and Bacon

Kindsvatter, Richard, William Wilen & Margaret Ishler (1996). Dynamics of effectiveteaching. New York: Longman Publishers USA

McKeachie, et.al. (1994). Teaching tips: Strategies, research, and theory for collegeand university teachers. Lexington: D.C. Heath and Co.

Rienties B, Martin Rehm, and Joost Dijkstra (2005). Remedial online teaching intheory and practice. Netherlands: Maastricht University Publ.

Renzulli, J. (1997). The school wide enrichment model. Northwest Journal ofEducation, Fall 1997,p.38.

Siskandar (2003). Teknologi pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi.Makalah disajikan pada seminar nasional teknologi pembelajaran padatanggal 22 – 23 Agustus 2003, di Yogyakarta.

Winarno Surakhmad. (1982). Pengantar interaksi mengajar belajar: dasar dan teknikmetodologi pengajaran, Bandung : Penerbit Tarsito