1
KEPERAWATAN ANAK
ByA. MIFTAHUL KHAIR, S.Kep.,Ns
2
I. ANTRAUMATIC CARE
a. PengertianAdalah perawatan yg tidak menimbulkan adanya trauma pd anak dan keluarga.yg sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa yg dpt menimbulkan trauma pd anak adalah cemas, marah, nyeri, dll.
3
Beberapa prinsip yg dilakukan oleh perawat untuk mencapai perawatan tersebut a.l :1. Menurunkan atau mencegah dampak
perpisahan dr keluarga.Gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih sayang,
menghambat proses penyembuhan anak dan mengganggu tumbang anak.2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak.Melalui kontrol ortu pd anak – anak mampu
mandiri dlm kehidupannya.4
3. Mencegah/mengurangi cedera (injury) dan nyeri.Nyeri dpt dikurangi dgn berbagai cara misalnya distraksi, relaksasi, imaginary.
4. Tidak melakukan kekerasan pd anak.Kekerasan pd anak akan menimbulkan ggn psikologis dlm kehidupan anak.
5
6
5. Modifikasi lingkungan fisik.Dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.
IV. ANTICIPATORY GUIDANCE
a. Pengertian
Bahasa Inggris : Anticipatory = lebih dahulu Guidance = petunjuk
Petunjuk Antisipasi adalah petunjuk yg perlu diketahui lebih dulu agar orang tua dpt mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, shg anak dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.
7
Anticipatory Guidance adalah bantuan perawat terhadp org tua dlm mempertahankan dan meningkatkan kes. melalui upaya pertahanan nutrisi yg adekuat, pencegahan kecelakaan dan supervisi kesehatan (Maslow, 1988).
8
9
b. Petunjuk Antisipasi pd Masa Bayi Usia 6 bulan pertama
1.Memahami adanya proses penyesuaian antara ortu dgn bayinya, terutama pd ibu yg membutuhkan bimbingan/asuhan pd masa setelah melahirkan
2.Membantu ortu utk memahami bayinya sbg individu yg mempunyai kebutuhan dan
untuk memahami bagaimana bayi mengekspresikan apa yang diinginkan melalui tangisan.
Lanjutan.......
3. Memberikan ortu bahwa bayinya tdk akan menjadi manja dgn adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan pertama
4. Menganjurkan ortu utk membuat jadwal kebutuhan bayi.
10
11
5. Mendukung kesenangan ortu dlm melihat tumbang bayinya yaitu dgn bersahabat dan mengamati respons sosial anak, misalnya dgn tertawa atau tersenyum.
6. Menyiapkan ortu utk memenuhi kebutuhan rasa aman dan kesehatan bg bayi, misalnya dgn imunisasi
7.Menyiapkan ortu utk mengenalkan dan memberikan makanan padat.
12
Usia 6 Bulan Kedua- Menyiapkan ortu akan adanya ketakutan bayi
terhadap org yg blm dikenal (Stranger anxiety)- Menganjurkan ortu utk mengizinkan anaknya
dekat dgn ayahnya dan ibunya serta menghindarkan perpisahan yg terlalu lama dgn anak tsbt.
- Membimbing ortu utk mengetahui disiplin s.d. semakin meningkatnya mobilitas bayi.
- Menganjurkan utk menggunakan suara yg negatif dan kontak mata dr pd hukuman badan sbg suatu disiplin.
- Menganjurkan ortu utk memberikan lebih banyak perhatian ketika bayinya berkelakuan baik dr pd ketika ia menangis
- Mengajarkan mengenai pencegahan kecelakaan karena keterampilan motorik dan rasa ingin tahu bayi sdh meningkat
13
14
Lanjutan.......
- Menganjurkan ortu utk meninggalkan bayinya bbrp saat dgn pengganti ibu yg menyusui
- Mendiskusikan kesiapan utk penyapihan- Menggali perasaan ortu s.d. pola tidur
bayinya
15
c. Petunjuk Antisipasi Pada Masa Balita usia (1-3) Tahun.
Kecenderungan terjadi kecelakaan pada anak usia todler dilatarbelakangi oleh kondisi berikut :1. Anak usia todler sedang mengembangkan keterampilan motorik kasarnya yg membuat mereka bergerak terus, berlari, berjinjit, naik turun tangga, pagar atau mainan serta sepedanya.
16
2. Anak usia todler mengalami peningkatan kemampuan motorik ketika mereka sedang terampil menggeggam sesuatu, membuka dan menutup botol, membuka dan menutup lemariyang tidak dikunci serta menggenggam dan melempar benda-benda kecil.
3. Anak todler mempunyai rasa ingin tahu yg besar dan senang mencoba melakukan sesuatu yg belum dikenalnya, padahal ia belum dapat membaca hal-hal yg dapat membahayakannya.
4. Anak laki-laki cenderung lebih berpotensi mengalami kecelakaan dari pada perempuan karena lebih aktif bergerak.
5. Anak yg tidak dijaga oleh ortunya sewaktu bermain, beresiko utk mengalami kecelakaan.
6. Resiko kecelakaan akan lebih besar terjadi saat anak lapar dan lelah karena pada saat itu tenaga menurun dan mungkin anak merasa lemah atau lesu.
17
18
Lanjutan.........
7.Anak merasa asing dengan orang lain yg menjaganya.
8.Anak belum pengalaman dalam upaya melindungi diri dari bahaya kecelakaan.
KONSEP BERMAIN
A. PengertianBermain adalah kegiatan yang dilakukan dengan suka rela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan dan tidak dapat dipisahkan dari anak.Mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial.Media yang baik untuk belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan berkomuniksi.
20
B. Fungsi Bermain Merangsang perkembangan :
Sensorik motorikIntelektualSosialKreativitasKesadaran diriMoralBermain sebagai tarapi
21
C. Tujuan bermainMelanjutkan tumbang yang normal pada anak
saat sakitMengekspresikan perasaan,keinginan dan
fantasi serta ide anak.Mengembangkan kreativitas dan
memecahkan masalahDapat beradaptasi secara efektif terhadap
stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit
22
D. Faktor-Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
Tahap perkembangan anak Status kesehatan anak Jenis kelamin anak Lingkungan yang mendukung Alat dan jenis permainan yang cocok
23
Klasifikasi bermain berdasarkan isi permainan
1. Social afektive play• Intinya adalah adanya hubungan interprsonal
yang menyenangkan antara anak dengan orang lain.
• Contoh : Bayi akan mendapat kesenangan melalui hubungan dengan orang tuanya. Misalnya pada permainan “ci-luk-ba”
24
2. Sense of pleasure play Menggunakan alat yang dapat menimbulkan
rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikan, misanya ; membentuk gunung atau benda lain dengan pasir, bermain air dan memasukannya ke botol.
Ciri permainan ini, semakin lama semakin asyik dan susah dihentikan.
25
3. Skill Play Meningkatkan ketrampilan motorik kasar dan
halus. Semakin sering dilakukan maka anak akan
semakain terampil Mis ; naik sepeda, bayi memegang benda-
benda kecil dan memindahkannya dari satu tempat ke tempat lain
26
4. Games atau permainan Jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu dengan perhitungan /skor. Dapat dilakukan sendiri atau bersama teman Misalnya ; ular tangga, congklak, puzzle, dll.
27
5. Unoccupied Behavior Anak tidak menggunakan alat
pemainan tertentu Situasi atau objek disekelilingnya digunakan
sebagai alat permainan Anak tampak gembira, senang dan asyik
dengan situasi dan lingkungan tersebut Mis; anak mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, memainkan kursi, meja, dll.
28
6. Dramatic play Anak bermain peran sebagai orang lain Anak menirukan orang dewasa Terjadi percakapan dengan teman tentang
peran yang ditiru Permainan ini penting sebagai proses
identifikasi anak terhadap peran tersebut Mis ; peran sebagai guru, ayah, ibu, kakak, dll.
29
Klasifikasi bermain berdasarkan karakter sosial
1. Onlooker play Anak hanya mengamati teman yang sedng
bermain Tidak ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi
dalam permainan Anak bersifat pasif, tetapi ada proses
pengamatan
30
2. Solitary Play Anak berada dalam kelompok
permainan Tetapi anak bermain sendiri dengan alat
permainan yang dimilikinya. Alat permainan berbeda dengan temannya Tidak ada komunikasi atau kerja sama
31
3. Paralel play Anak menggunakan alat permainan yang sama
tetapi tidak ada kontak satu sama lain. Tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya dijumpai pada anak toddler
32
4. Associative play Sudah terjadi komunikasi antar anak tetapi
tidak terorganisir Tidak ada pemimpin dalam permainan Tujuan permainan tidak jelas Mis; bermainan boneka, hujan-hujanan,
masak-masakan
33
5. Cooperative play Aturan perminan dalam kelompok jelas Ada tujuan dan pemimpin permaian Misalnya : permainan sepak bola
34
KLASIFIKASI BERMAIN BERDASARKAN KELOMPOK USIA1. Bayi• Karakteristik permainan adalah sense of
pleasure play.• Usia 0-3 bulan : mainan gantung berwarna
terang, bunyi musik yang menarik• Secara auditori : ajak bayi bicara, mendengar
pembicaraan, musik dan nyanyian yang menyenangkan.
35
• Bayi 4 – 6 bulan : Stimulasi penglihatan melaui nonton TV, mainan
mudah dipegang dan berwarna terang, meletakan bayi didepan cermin.
Stimulasi pendengran melalui memanggil namanya, mengulang bunyi suara yang dikeluarkanya, sering berbicara dengan bayi, meletakan mainan yang berbunyi di dekat telinga.
36
• Usia 7 – 9 bulan :Stimulasi penglihatan melalui permainan yang berwarna terang, berikan kertas dan alat tulis untuk mencoret.Stimulasi pendengaran dengan memberikan boneka yang berbunyi, mainan yang berbunyi jika digerakkan.Alat permainan yang cocok seperti buku dengan warna yang terang, gelas dan sendok yang tidak pecah, bola besar, boneka dan mainan yang dpat didorong.
37
2. Anak Toddler ( 1 - 3 tahun)• Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar
sehingga mainan sering dibongkar/dirusak.• Tidak memberikan alat permainan yang
tajam.• Usia 1-2 tahun anak bermain sendiri
dengan permainannya• Usia 2-3 tahun anak bermain secara paralel
karena sudah dapat berkomunikasi dengan temannya.
• Jenis permainan : kereta api, truk, alat memasak, alat menggambar, pasir, tanah liat, dll. 38
3. Anak usia prasekolah (4-5 tahun)• Jenis permainan yang sesuai adalah associative
play, dramatic play, skill play.• Jenis alat permainan yang sesuai adalah sepeda,
mobil-mobilan, alat olahraga, berenang, permainan balok-balok besar.
39
4. Anak usia sekolah ( 6-12 tahun)• Bermain dengan teman menjadi tempat belajar
norma baik dan buruk.• Belajar bersaing dengan teman secara sehat.• Menerima kelebihan orang lain melalui
permainan.• Anak laki-laki ; mainan mobil-mobilan.• Anak perempuan ; mainan memasak dan boneka.
40
5. Anak usia remaja ( 13-18 tahun)• Anak sering menyendiri, berkhayal atau melamun
dan disisi lain anak mempunyai geng sesama remaja.
• Tidak sekedar mencari kesenangan tetapi meningkatkan perkembangan fisioemosional, menyalurkan minat, bakat dan aspirasi untuk menemukan identitas dirinya.
• Permainan; olahraga, musik, kegiatan organisasi yang positif.
41
BERMAIN UNTUK ANAK YANG DIRAWAT DI RS1.Aktivitas bermain di RS memberikan keuntungan : Meningkatkan hubungan antar klien
dengan perawat Aktivitas bermain yang terprogram akan
memulihkan perasaan mandiri pada anak Membantu anak mengekspresikan
perasaan cemas, takut, sedih, tegang maupun nyeri.
Meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku positif.
42
2. Prinsip permainan pada anak di RS• Tidak boleh bertentangan dengan terapi
dan perawatan yang sedang dijalankan.• Tidak membutuhkan energi yang banyak• Mempertimbangkan keamanan anak• Dilakukan pada kelompok umur yang
sama• Melibatkan orang tua3. Tujuan anak bermain di RS• Penekanan pada upaya ekspresi sekaligus
relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, sedih, cemas, tegang dan nyeri. 43
4. Proses kegiatan bermain• Uraikan kegiatan bermain yang akan
dilakukan.• Perawat hanya sebagai fasilitator dan
kegiatan bermain dilakukan aktif oleh orang tua dan anak.
• Mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
• Bila permainan dalam kelompok, maka uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota kelompok dan kegiatan orang tua setiap anak. 44
5. Alat permainan yang diperlukan• Alat permainan tidak harus baru dan bagus.• Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau
yang tersedia di ruang rawat.• Gunakan bahan yang murah dan mudah
dijangkau.• Harus menjadi media utuk eksplorasi perasaan
anak.
45
6. Pelaksanaan kegiatan bermain• Respons anak dan orang tua harus dicatat• Bila anak nampak lelah, permainan tidak boleh
diteruskan• Proses permainan merupakan hal yang penting,
bukan hasilnya.
46
7. Evaluasi/penilaian• Evaluasi secara menyeluruh dan bandingkan
pelaksanaan bermain dengan tujuan yang ditetapkan.
• Tuliskan hambatan yang ditemukan • Berikan pujian dan penghargaan bila anak
melakukan dengan baik.
47
THANK YOU
48
VI. TOILET TRAINING
1. Pengertian• Latihan untuk berkemih dan defikasi adalah
tugas perkembangan anak todler.• Pada anak todler kemampuan sfingter uretra dan
kemampuan sfingter ani mulai berkembang.• Kemampuan pencapaian pada setiap anak berbeda.• Kemampuan sfingter ani lebih dulu tercapai dari pada
sfingter uretra.• Kemampuan anak mengontrol berkemih mulai
tercapai pada usia 4-5 tahun.
49
Tanda kesiapan anak mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defikasi ( Wong, 1997)
1. Kesiapan Fisik Usia telah mencapai 18 sampai 24 bulan Dapat duduk atau jongkok kurang lebih 2 jam Ada gerakan usus yang reguler Kemampuan motorik kasar spt; duduk, berjalan Kemampuan motorik halus spt; membuka baju.
50
2. Kesiapan mental Mengenal rasa untuk berkemih dan defekasi Komunikasi secara verbal dan non verbaljika ingin
berkemih dan defekasi Ketrampilan untuk mengikuti perintah dan meniru
perilaku orang lain.
51
3. Kesiapan Psikologis Dapat duduk atau jongkok di toilet selama 5-10
menit Mempunyai rasa penasaran terhadap kebiasaan
orang dewasa dalam buang air Merasa tidak betah dengan kondisi basah/benda
padat di celana
52
4. Kesiapan orang tua Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan
defekasi. Meluangkan waktu untuk melatih anak Tidak mengalami konflik atau stress keluarga yang
berarti
53
A. Pengertian Alasan berencana atau darurat, anak
harus tinggal di RS pengalaman traumatik dan stres untuk ortu.
Muncul perasaan sedih, cemas, marah, takut dan rasa bersalah pada anak.
Anak stres membuat arang tua menjadi stres stres anak semakin meningkat
54
B. Reaksi anak terhadap hospitalisasi1. Masa Bayi (0-1 tahun)
Dampak perpisahan dengan ortu adalah gangguan pembentukan rasa percaya dan kassih sayang.
Usia 6 bulan, anak menjadi cemas pada orang yang tidak dikenalnya.
Reaksi berupa menangis, marah, dan banyak melakukan gerakkan.
55
Lanjutan......
Bila ditinggal ibu, bayi akan merasa cemas karena perpisahan bayi menangis keras.
Respon terhadap nyeri berupa menangis keras, pergerakkan tubuh banyak, ekspresi wajah tidak menyenangkan.
56
2. Masa Todler (1-3 tahun) Bereaksi sesuai dengan sumber stres Sumber stres utama adalah cemas karena
perpisahan. Respon pada tahap protes berupa menangis
kuat, menjerit memanggil ortu, menolak perhatian yang diberikan orang lain.
Respon pd tahap putus asa menunjukan menangis berkurang,anak tidak aktif,sedih, apatis
57
Respon pada tahap pengingkaran berupa mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, anak dan menyukai lingkunganya.
Pembatasan pada pergerakkan membuat anak kehilangan kemampuan mengontrol diri dan tergantung pada lingkungan Regresi
Respon terhadap tindakan invasif berupa meringis, menggigit bibir, memukul.
Anak dapat menunjuk lokasi nyeri dan mengkomunikasikanya
58
3. Masa Prasekolah (4-6 tahun)
Reaksi terhadap perpisahan berupa menolak makan, sering bertanya, menangis, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
Anak kehilangan kontrol terhadap diri Anak kehilangan kekuatan diri karena
pembatasan gerak.
59
Lanjutan......
Dipersepsikan sebagai hukuman sehingga merasa bersalah, malu, takut.
Prosedur dan tindakan dianggap mengancam integritas tubuh sehingga marah, agresif, berontak, ketergantungan pd ortu dan tidak mau bekerja sama dgn perawat.
60
4. Masa Sekolah (6-12 tahun) Kehilangan kontrol karena kehilangan
kelompok sosial tidak bisa bermain. Timbul perasaan takut mati Ekspresi baik secara verbal dan nonverbal
terhadap perlukaan dan nyeri Jika merasa nyeri, anak akan menggigit bibir
atau memegang sesuatu dengan erat.
61
5. Masa remaja ( 12-18 tahun) Perasaan cemas karena berpisah dengan
teman sebaya Anak menjadi bergantung pada keluarga dan
perawat karena adanya pembatasan gerak. Anak menolak perawatan atau tindakan
karena pembatsan aktivitas Perasaan sakit karena perlukaan atau
pembedahan membuat anak bertanya-tanya tau menarik diri.
62
C. Reaksi ortu terhadap hospitalisasi anak
Perasaan cemas dan takut Perasaan sedih Perasaan frustrasi
63
D. Upaya meminimalkan penyebab stres Rooming in Jika tidak mungkin rooming in beri
kesempatan ortu untuk melihat anak setiap saat.
Modifikasi ruang perawatan seperti di rumah, dekorasi bernuansa anak
Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah berupa fasilitasi pertemuan dengan guru, teman sekolah serta membantu melakukan surat-menyurat.
64
E. Upaya mencegah kehilangan kontrol berupa : Hindarkan pemabtasan fisik jika anak
kooperatif. Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi,
latihan, bermain dan aktivitas lain dlam perawatan.
Fokus intervensi keperawatan untuk upaya mengurangi ketergantungan dengan memberi kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan dan melibatkan ortu.
65
E. Upaya meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri berupa :
Menyiapkan psikologis anak dan ortu untuk prosedur yang menimbulkan nyeri.
Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik
Pertimbangkan untuk menghadirkan ortu pad saat tindakkan dilakukan.
Tunjukan sikap empati. Untuk pembedahan elektif, lakukan persiapan
khusus jauh hari sebelumnya.66
Thank You
67
Top Related