Materi Tambahan Kep Transaksional

download Materi Tambahan Kep Transaksional

of 24

description

manajemen transaksional merupakan jenis kepemimpinan dgn konsep transaksi

Transcript of Materi Tambahan Kep Transaksional

Leadership Styles: Autocratic Leadership

What is it?In an autocratic leadership style, the person in charge has total authority and control over decision making. By virtue of their position and job responsibilities, they not only control the efforts of the team, but monitor them for completion often under close scrutinyThis style is reminiscent of the earliest tribes and empires. Obviously, our historical movement toward democracy brings a negative connotation to autocracy, but in some situations, it is the most appropriate type of leadership. That, of course, doesnt mean a blank check to ignore the wellbeing of his subordinate. When is it used? The autocratic leadership style is best used in situations where control is necessary, often where there is little margin for error. When conditions are dangerous, rigid rules can keep people out of harms way. Many times, the subordinate staff is inexperienced or unfamiliar with the type of work and heavy oversight is necessary. Rigid organizations often use this style. It has been known to be very paternalistic, and in highly-professional, independent minded teams, it can lead to resentment and strained morale. Good fits for Autocratic Leadership: Military Manufacturing ConstructionHow to be effective with this position: Its easy to see the immediate goal of this type of leadership: use your expertise to get the job done. Make sure that everyone is exactly where they need to be and doing their job, while the important tasks are handled quickly and correctly. In many ways this is the oldest leadership style, dating back to the early empires. Its very intuitive to tell people what needs to be done by when.It is difficult balancing the use of authority with the morale of the team. Too much direct scrutiny will make your subordinates miserable, and being too heavy handed will squelch all group input. Being an effective autocratic leader means being very intentional about when and how demands are made of the team. Here are some things to keep in mind to be an effective when acting as an autocratic leader: Respect your Subordinates: Its easy to end up as rigid as the rules you are trying to enforce. Its important that you stay fair and acknowledge that everyone brings something to the table, even if they dont call the shots. Making subordinates realize they are respected keeps moral up and resentment low; every functional team is built on a foundation of mutual respect. Explain the rules: Your people know they have to follow procedure, but it helps them do a better job if they know why. Be consistent: If your role in the team is to enforce the company line, you have to make sure you do so consistently and fairly. Its easy to respect someone objective, but hard to trust someone who applies policy differently in similar circumstances. Educate before you enforce: Having everyone understand your expectations up front will mean less surprises down the road. Being above board from the outset prevents a lot of miscommunications and misunderstandings. Listen, even if you dont change: We all want to feel like our opinions are appreciated, even if they arent going to lead to immediate change and being a leader means that your team will want to bring their opinions to you. Its important to be clear that they are heard, no matter the outcome.

Arti dan Tipe Leadership(Kepemimpinan)29 March 2010Rizki Dermawan Pengetahuan Leadership Pada hari Rabu kemarin (17-02-2010) saya diberi tugas oleh Bu Ruci untuk menyusun modul pelajaran sendiri. Ini adalah hasil pencarian saya tentang leadershipLeadership(Kepemimpinan)Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau mejadi seorang pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan yang merupakan hasil proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.LeadershipKetika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaanya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.I dont think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time.- General Ronal Fogleman, US Air Force -Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out). Seringkali seseorang pemimpin sejati tidak dikenal atau dihargai keberadaanya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri.Pemimpin bukan BOSSKonsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji atau dikultuskan, seorang pemimpin akan semakin tinggi hati dan lupa diri. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble). Pelajaran mengenai kerendahan hati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar afrika selatan, yang membawa bangsanya dari negara rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka.Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. Kita hidup dalam dunia yang serba berubah politik, ekonomi yang selalu berubah dengan begitu cepat dan terus berlangsung. Oleh sebab itu kesuksesan kita akan selalu bergantung pada kemampuan serta tekad untuk mengembangkan sebuah pemahaman yang menyangkut bagaimana kita menghadapi dan berinisiatif dengan perubahan itu.The only way that I can keep leading is to keep growing. The day I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.- Jhon Maxwell -(Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa berkembang. Ketika saya berhenti berkembang, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut)Dalam menghadapi tantangan yang ada, maka yang diperlukan oleh setiap orang adalah sebuah landasan mental yang positif: terhadap orang lain; terhadap perubahan, dan terhadap masa depan.Dua hal yang perlu untuk kesuksesan kita adalah: sikap positif dan tekad untuk selalu balajar!belajar adalah sama dengan mendayung melawan arus: Ketika anda berhenti mendayung, anda mulai begerak mundur- Anonymous -(Dikutip dan disari dari ulasan tentang Kepemimpinan Sejati oleh Aribowo Prijosaksono)Gaya KepemimpinanDari Mahatma Gandhi sampai ke Jack Welch; dari Martin Luther King sampai ke Rudolf Giuliani; ada banyak sekali gaya kepemimpinan itu. Para pakar bisnis psikologi telah mengupayakan untuk mengkategorikan beberapa gaya kepemimpinan yang dapat memberikan aspirasi kepada para pemimpin pada masa kini untuk mengerti dan mengadaptasi gaya kepemimpinan merekaSeseorang yang memimpin sebuah kelompok kerja, tim olahraga, ataupun sebuah perusahaan besar, gaya kepemimpinannya pasti dengan satu tujuan yaitu untuk meraih kesuksesan. Sadar ataupun tidak disadari, gaya kepemimpinan manusia berbeda satu sama lain, bahkan juga berbeda dalam kesempatan serta situasi yang berlainan. Apapun gaya kepemimpinan anda, tujuan anda adalah untuk mencapai kesuksesan bersama kelompok yang anda pimpin.Sebelum kita masuk pada gaya kepemimpinan, ada baiknya kita mengetahui sedikit tentang fungsi/peran seorang pemimpin:1. Pemimpin berfungsi sebagai katalisator. Maksudnya, seorang pemimpin harus bisa menumbuhkan kepahaman dan kesadaran orang yang dipimpinnya untuk kemajuan. Caranya bisa dengan melaksanakan indentifikasi masalah, merumuskan masalah dan menyusun garis besar masalah.2. Pemimpin berfungsi sebagai fasilitator. Seorang pemimpin harus mampu mendorong dan menciptakan kesadaran orang yang dipimpinnya untuk melakukan perubahan sehingga meningkat. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menunjukkan cara mendapatkan bantuan dari pihak terkait, mengorganisasi kelompok dan membuat keputusan yang mengarah kepada prioritas yang harus dikerjakan.3. Pemimpin barfungsi sebagai pemecah masalah. Pemimpin harus mampu memberikan tingkat kepercayaan orang yang dipimpinnya untuk melaksanakan tugas. Caranya yaitu dengan mengerti masalah yang dihadapi, menyatikan persepsi terhadap masalah dan membuat keputusan yang dapat diterima orang yang dipimpin.4. Pemimpin berfungsi sebagai penghubung sumber. Seorang pemimpin harus mampu memahami sepenuhnya terhadap kendala-kendala yang tak terselesaikan oleh orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus tanggap terhadap masalah yang dihadapi baik intern maupun ekstern dan mampu menentukan target penyelesaian.5. Pemimpin berfungsi sebagai komunikator. Seorang pemimpin harus bisa memotivasi pemahaman dan kesadaran orang yang dipimpin untuk memecahkan masalah dengan cara pandai memberi gagasan, mengarahkan polemik yang terjadi dan mengambil kesimpulan yang harus dilaksanakan.Ada banyak gaya kepemimpinan yang diperkenalkan oleh para pakar, namun disini akan dijelaskan beberapa diantaranya:1. Autocratic leadership (kepemimpinan yang otoriter). Pemimpin dengan gaya otoriter biasanya memegang kekuasaan dan memonopoli kekuasaan itu. Ciri-cirinya adalah selalu mengambil keputusan sendiri, cenderung menilai bawahan secara subjektif dan kurang bersedia berpartisipasi aktif dalam organisasi/kelompoknya.2. Democratic or participative leadership (kepemimpinan yang demokratis/partisipatif). Gaya kepemimpinan demokrasi biasanya mempunyai ciri mengambil semua keputusan/metetapkan sebuah kebijakan berdasarkan musyawarah dengan orang yang dipimpin, setiap kativitas yang dilakukan selalu didiskusikan, bawahan bebas menentukan tugasnya dan dalam penilaian selalu bertindak objektif.3. Kepemimpinan yang simbolik. Gaya kepemimpinan simbolik biasanya mempunyai ciri bawahan mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan, pemimpin hanya memberi pendapat kalau diminta dan tidak ada usaha untuk memuji atau mengkritik bawahan.4. Charismaic leadership (kepemimpinan yang kharismatis). Gaya kepemimpinan kharismatis mempunyai ciri seorang pemimpin mempunyai visi yang kuat, bertanggung jawab secara pribadi atas tindakannya serta mempunyai arah, sasaran, keuletan dan kepercayaann kepada bawahannya.Selain yang telah disebutkan diatas, gaya kepemimpinan lainnya adalah: Bureaucratic leadership (kepemimpinan yang birokratis) Laissez-faire leadership (kepemimpinan yang delegatif) People or relations oriented leadership (kepemimpinan yang berorientasi kepada orang atau memelihara hubungan baik) Servant leadership (kepemimpinan yang melayani) Task or goal oriented leadership (kepemimpinan yang berorientasi pada target) Transactional leadership (kepemimpinan yang berorientasi pada transaksi) Transformational leadership (kepemimpinan yang transformasional)Leadership occurs among people, it is not something done to people. Transformational leaders develop followers to go beyond their self-imposed limitations. You must paint a vivid picture of a desired future state that makes the pain of change and personal investment worth effort. Said another way, you must learn to liberate the leader in everyone.- Ruth Ann Marshall, -former President of the Americas, MasterCard InternationalTipe KepemimpinanTerdapat dua tipe leadership yang diperkenalkan Dale Carnegie, pendiri Dale Carnegie Training,yakni inspirasional dan organisatoris. Coach Margetty Herwin yang akrab siapa Getty, General Manager iCOACH, menjelaskan lebih jauh tentang karakter dari kedua tipe leadership ini. Dari sini Anda bisa mulai memetakan, Anda termasuk tipe pemimpin yang mana.Tipe inspirasional Karakternya:- Kreatif- Komunikatif- Tidak suka rutinitas- Tidak sabar- Tidak pandai basa-basi- Selalu ingin jadi pahlawan- Inspiratif- Sangat dominan dalam timTipe organisatorisKarakternya:- Agak kaku- Suka rutinitas- Lebih sabar- Menomorsatukan profit- Efisien- Mementingkan tim dalam bekerjaSetiap tipe memiliki kekuatan tersendiri. Setidaknya dengan memetakan diri Anda termasuk dalam tipe yang mana, akan membantu untuk memaksimalkan karakter leadership dalam diri Anda. Dampaknya tak hanya untuk diri sendiri, namun juga tim dalam pekerjaan Anda.Coach Getty mengatakan bahwa kepemimpinan yang kuat menjadi faktor penting untuk menciptakan tim yang hebat. Artinya pencapaian dalam tim, apakah target yang tercapai, atau prestasi lain yang dihasilkan dari kerja tim, bisa terwujud dengan adanya kepemimpinan yang kuat.Kepemimpinan perlu didukung juga oleh sejumlah faktor lain agar bisa membangun the dream team. Sebut saja kesamaan visi, menjalani rencana kerja dengan memegang kode etik, saling memberdayakan, adanya delegasi tugas, dan penghargaan atas kinerja rekan kerja. Bahkan pemutusan kerjasama dengan rekan yang tidak menunjukkan kinerja baik juga sah dilakukan.Hanya pemimpin yang berkarakter kuat yang memiliki ketegasan dan sikap adil dalam memaksimalkan tim kerjanya.

Knowledge LeaderPosted by: onknowledge on: October 24, 2009 In: knowledge 1 CommentOleh: Paul Lumbantobing (artikel ini sudah dimuat dalam majalah INSPIRE Edisi Agustus 2009)Dalam rubrik Knowledge Management Inspire edisi Juli 2009 yang lalu, sudah dijelaskan bahwa penerapan knowledge management (KM) harus melibatkan elemen-elemen strategis perusahaan. Salah satu elemen strategis tersebut adalah leadership atau kepemimpinan. Di dalam leadership ada leader yaitu orang yang menjalankan kepemimpinan, ada visi dan values yaitu roh yang menggerakkan seorang pemimpin dan yang dipimpin, ada model kepemimpinan dan yang terakhir, tentu ada yang dipimpin.Banyak korporasi merasa sudah menerapkan KM ketika mereka sudah memiliki teknologi KM, melaksanakan berbagai even KM, mengintegrasikan proses learning dan sudah memiliki kebijakan KM, padahal mereka belum menyentuh aspek kepemimpinan. Menyentuh aspek ini tentu bukan hal yang mudah, karena yang dituntut berubah lebih dahulu adalah para pimpinan puncak suatu perusahaan, yang sering merasa tidak ada yang salah dengan cara-cara mereka menerapkan kepemimpinan mereka selama ini, dan mereka tentunya merasa nyaman dengan habitual leadership mereka. Bahkan ada perusahaan yang harus memanfaatkan jasa konsultan hanya untuk mendapat komitmen keterlibatan dari jajaran pimpinan senior perusahaan tersebut.Peran kepemimpinan dalam KM sangat penting, hal ini disebabkan elemen terpenting dari penerapan KM adalah manusia, budaya dan knowledge itu sendiri. Manusia merupakan aktor yang mengembangkan, membagikan dan menerapkan pengetahuan. Sedangkan budaya perlu untuk memberikan atmosfir yang kondusif bagi berjalannya proses-proses KM. Sedangkan knowledge merupakan objek yang dikelola yang memiliki sifat yang khas yaitu dinamis dan bersifat intangible. Ketiga faktor inilah yang mendorong dibutuhkannya perubahan paradigma kepemimpinan dalam penerapan KM.Dari aspek manusia, terjadi perbedaan karakteristik yang signifikan antara pekerja pada era knowledge dengan era industri. Pekerja dalam era knowledge adalah knowledge worker bandingkan dengan skill worker pada era industri. Knowledge worker lebih banyak menggunakan otak dari pada perangkat fisikalnya dalam bekerja, dan dia sehari-hari bekerja dengan informasi, knowledge dan ide-ide. Sedangkan skill worker adalah pekerja terampil yang mengerjakan pekerjaan rutin dari hari ke hari.Selain itu, dari aspek sumber daya yang dikelola dan diproduksi dalam era knowledge sangat berbeda dengan era sebelumnya. Pada era knowledge, yang dikelola dan diproduksi adalah knowledge. Knowledge tidak seperti barang mati yang diproduksi oleh perusahaan manufaktur yang begitu mudah diatur sedemikian rupa, tetapi knowledge adalah suatu hal yang bersifat intangible, hidup dan dinamis dan membutuhkan suatu konteks tertentu untuk penerapannya.Hal lain, yang mungkin juga penting yang merupakan akumulasi dari berbagai aspek-aspek sebelumnya, penerapan KM berimplikasi kepada dibutuhkannya suatu kultur yg baru, yaitu knowledge culture, suatu kultur yang sangat mengdorong terciptanya dan mengalirnya knowledge di dalam suatu perusahaan. Kultur baru tentu membutuhkan suatu kepemimpinan, karena melalui pemimpinlah, perubahan dan pemebentukan kultur dapat terjadi dengan lebih efektif.Isu selanjutnya adalah, gaya kepemimpinan seperti apa yang lebih tepat diterapkan dalam suatu organisasi yang akan menerapkan KM? Seperti kita ketahui, ada berbagai jenis kepemimpinan, seperti individual leadership, shared leadership, situational leadership, namun yang paling populer adalah jenis kepemimpinan transaksional (transactional leadership) dan transformasional (transformational leadership).Wartburg dan Thorsten (2006) dengan mengintegrasikan berbagai sumber menjelaskan makna kepemimpinan transaksional dan transformasional sebagai berikut:Transactional leadership adalah suatu gaya yang bersifat transaksional dimana pemimpin memberikan reward berdasarkan kinerja, pemimpin memonitor perilaku dan kinerja anggotanya dan melakukan koreksi jika menyimpang dari target.Transformational leadership adalah suatu gaya yang bersifat transformatif, dimana:1. pemimpin memberikan pengaruh dengan menunjukkan keyakinan, menekankan trust, dan menyampaikan nilai-nilai yang diyakininya.2. pemimpin memberikan motivasi yang inspiratif, antara lain dengan mengartikulasikan visi, berdiskusi dengan optimis dan antusias.3. pemimpin memberikan stimulasi intelektual, misalnya dengan merangsang anggotanya untuk selalu memiliki perspektif yang baru dalam melakukan sesuatu.4. pemimpin menghargai individu dan kebutuhan individu dalam berinteraksi dengan anggota.Pendapat yang beredar di dalam berbagai literatur dan forum mengenai kepemimpinan, lebih menekankan kepada kepemimpinan yang bersifat transformatif. Karena kepemimpinan jenis ini sangat berorientasi kepada perubahan dan kepada manusia.

1. antonius dacosta16 April 2014 06.20NAMA : Antonius R Ratu da CostaNIM : 2013210018PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

1. Kepemimpinan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau leader yang mana harus mampu memiliki ketrampilan untuk mempengaruhi atau menggerakan perilaku orang lain agar mampu bekerja secara efektif dan efisien sehingga tujuan yang diinginkan suatu organisasi akan terwujud sebagaimana mestinya. Dalam menjalankan sebuah kepemimpinan sebagai pemimpin yang berkompetensi sangat dibutuhkan etika karena merupakan hal yang mendasar dalam menentukan baik dan buruknya pemimpin yang dijalankan dalam kepemimpinannya. Pemimpin sangat dibutuhkan dalam suatu organanisasi, menjadi seorang pemimpin yang berkompetensi berawal dari adanya kesadaran pribadi dengan melihat kekurangan yang harus ditingkatkan dan kelebihan yang harus dipertahankan kemudian dikembangkan . Setelah itu pemimpin juga harus memiliki pengetahuan, ketrampilan , sikap, dan perilaku serta komunikasi yang baik . Pemimpin juga harus optimis dan memiliki motivasi yang kuat dengan adanya kekuasaan, prestasi yang dimiliki, serta tujuan dan arah yang jelas sehingga dapat mempengaruhi atau menggerakan bawahannya. Sebagai seorang pemimpin dalam menjalankan sebuah organisasi harus bersikap tegas, mampu mengontrol emosionalnya dan bertanggung jawab serta dibutuhkan kerja sama dengan partner kerja atau bawahannya dengan bukan hanya memerintah melainkan juga mendengarkan aspirasi atau pendapat dari bawahannya, dalam setiap mengambil sebuah keputusan, sehingga alhasil sasaran tujuan dapat tercapai sebagaimana mestinya.BalasHapus2. Kornelius lada17 April 2014 01.37NAMA : KORNELLIUS LADANIM : 2012210103PRRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

kepemimpinan dapat diajarkan dan dilatih, dan bukan didapat sejak dari lahir. Hal ini sering diperdebatkan, dan secara ilmiah telah dibuktikan pada banyak survey bahwa dengan pelatihan dan dalam iklim yang menunjang, seseorang dapat berkembang dan menjadi seorang pemimpin dan kebanyakan orang harus berjuang pada kepekaan tentang kepemimpinan itu sendiri dan menjadi kompeten melalui latihan dan pengalaman.

o Kemampuan pribadi, memiliki integritas tinggi, memiliki visi yang jelas, intelegensia tinggi, kreatif dan inovatif, tidak mudah merasa puas, fleksibel dan memiliki kematangan jiwa, sehat jasmani dan rohani, wibawa dan kharismatik, mempunyai idealisme dan cinta tanah air.o Kemampuan kepemimpinan (Leadership Mastery), memiliki kemampuan memotivasi orang lain, membuat keputusan yang cepat dan tepat, mempengaruhi orang lain, mengelola konflik, berorganisasi, memimpin tim kerja, mengendalikan stress dan keterampilan berkomunikasi.o Kemampuan berorganisasi (Organizational Mastery), yang memiliki kemampuan mengembangkan organisasi, manajemen startegik, meraih peluang, mengadakan pengkaderan generasi penerus , memahami aspek makro dan mikro ekonomi dan keterampilan operasional.Perilaku dan contoh pemimpin yang selama ini kita lakukan mengikuti dalam kegiatan organisasi itu kurang baik karena dilihat dari kurangnya pengetahuan, serta kecakapan/keahlian/keterampilan dari kepribadian seorang pemimpin.Sedangkan kalau dilihat dari teori kepemimpinan bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki intelektual yang tinggi dan harus bersifat kritria objekti dan subjektif Kriteria yang subjektif itu adalah milik pribadi yang idenya dapat dibagikan oleh setiap individu pemimpin. Sedangkan kriteria yang objektif cenderung merupakan alat identifikasi saja.Apabila seorang pemimpin dikatakan kompeten, maka kompetensinya terlihat dari perilaku, sikap, dan kebiasaan yang muncul dari atau merupakan ekspresi diri yang melibatkan perpaduan/pertauatan tiga unsur penting, yakni karakter, pengetahuan, serta kecakapan/keahlian/keterampilan dari pemimpin.Usulanya sebagai seorang mahasiswa kita harus memiliki pengetahuanPengetahuan yang baik,berpengelaman,empinyai keahlian yang.Kompetensi seorang pemimpin dari segi pengetahuan dapat diukur dari beberapa hal berikut.

o Dapat memahami bagaimana mengembangkan dan menggunakan pikirannya dengan baik, tersistem, efektif, dan efisien, serta dapat berpikir secara kreatif-inovatif yang bersifat pragmatis dan produktif.o Dapat memahami dengan baik manfaat berpikir proaktif (cara berpikir yang menandakan adanya kemauan baik serta semangat untuk maju dan sukses) dan sinergetik (cara berpikir yang menandakan bahwa seseorang memerhitungkan segala faktor yang terkait dan saling memengaruhi/bekerja sama yang mendukung ke arah keberhasilan) sehingga mampu membuat keputusan dengan tepat, jelas, dan berdaya guna.o Memahami bagaimana berpikir lengkap, tersistem/bertahap, serta tuntas, yang memungkinkan seseorang untuk mengetahui bagaimana dapat menggunakan pikirannya untuk berpikir terencana atau strategis sehingga dapat meletakkan dasar serta merancang jurus-jurus dan kerangka kerja untuk bekerja dengan baik.o Memahami bagaimana berpikir cermat dan tepat yang membantu untuk membuat penaksiran/perkiraan serta keputusan yang tepat. Perpaduan antara pengetahuan yang baik dan kemampuan untuk berpikir cermat dan tepat akan membuat seseorang memunyai kemampuan lebih, yakni yang sering disebut "naluri kepemimpinan", yang memungkinkan seseorang untuk memimpin dengan baik lagi.

Hasil Belajar dengan menggunakan metode Sinergetic Teaching (Y1

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2326113-hasil-belajar-dengan-menggunakan-metode/#ixzz2zUBRpjimProses pembelajaran memiliki target atau tujuan tertentu yang akan dicapai yaitu adanya hasil dari proses pembelajaran itu. Suatu hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu disebut dengan hasil belajar. Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perbuatan perilaku, baik secara material, subtansial, struktur fungsional, maupun secara behavioral.[1]

Muhibbin Syam mengatakan Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar.[2] Ciri- ciri perilaku seorang siswa yang dapat disebut hasil belajar adalah perilaku baru berupa kemampuan aktual maupun potensial. Pendapat lain Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar .[3]

Hasil belajar diharapkan dapat membuat perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari yang tidak bisa menjadi bisa.[4] Pendapat Sardiman menyebutkan Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dari serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati mendengarkan, meniru, dan sebagainya.[5] Selain itu Hasil belajar yang deperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.[6]

Proses pembelajaran merupakan momen yang sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan dan kecerdasan siswa sehingga mereka dapat mencapai hasil belajar yang diingankan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru.[7]

Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, penyempurnaan dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Menurut Benjamin S. Blomm ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik.[8]Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai dari kegiatan belajar yang bersipat kontinyu dan pada akhirnya terjadi perubahan dalam tingkah laku, penampilan, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.Biasanya hasil belajar tersebut dinyatakan

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2326113-hasil-belajar-dengan-menggunakan-metode/#ixzz2zUBXrn7d

7 Qualities of Visionary LeadershipBecoming the "captain of your fate."By Brian Tracy

emailprint articlerss feed

inShare10

As a member of BNI, you are a leader in your field. Devoted to achieving a higher level of results, you set an example to everyone around you. Your job is to continue to grow as a leader in your work and personal lifealways charging ahead to where you want to be tomorrow.

Over the years, there have been more than 33,000 studies into the qualities of top leaders. All conclude that "vision" is the most identifiable quality of a leader.

Leaders think about the future most of the time. They think about where they are going rather than where they have been. They think about the opportunities of tomorrow rather than focusing on the problems of the past.

Only about 10% of people have this ability to look forward. This small percentage includes all the movers, shakers, entrepreneurs, business builders, top sales people, artists, musicians, and creators of all kinds.

To think like a leader, you must practice "idealization" in each area of your life. Begin by imagining that you have no limitations at all on what you can be, do, or have.

Imagine for a moment that you have all the time and money that you need. You have all the education and knowledge. You have all the talent and experience. You have all the friends and contacts. You are a "no-limit" person who can do anything that you really put your mind to. You aren't afraid to answer the following questions:

If you could wave a magic wand and create the perfect situation in every part of your life, what would it look like?

If you were the very best professional salesperson that you could possibly be, what additional knowledge, skills, and abilities would you have developed to a high level?

If you were the best in your business, what sort of products or services would you sell? And who would you sell them to?

What kind of people skills would you have? What kind of management skills would you have? Especially, what kind of sales skills would you have?

When you begin the practice of idealization, you can then extend this exercise to your family, your finances, and your physical health.

When you begin to think like a leader you begin to engage in what is called "long-term thinking."

Leader of Your LifeTop people are long-term thinkers. Average thinkers think only about the present, and about immediate gratification. But leaders think about where they want to be in five and ten years, and what they have to do each hour of each day to make their desired future a reality.

1. Leaders inspire others because they are inspired themselves. They are excited about the possibility of creating an exciting future for themselves. They get up every morning and they see every effort they make as part of a great plan to accomplish something wonderful with their lives.

2. Leaders are optimistic. They see opportunities in everything that happens, positive or negative. They look for the good in every situation and in every person. They seek the valuable lessons contained in every problem or setback. They never experience "failures;" instead, they write them off as "learning experiences."

3. Leaders have a sense of meaning and purpose in each area of their lives. They have clear, written goals and plans they work on every day. Leaders are clear about where they are going and what they will have to do to get there. Their behavior is purposeful and goal-directed. As a result, they accomplish five and ten times as much as the average person who operates from day to day with little concern about the future.

4. Leaders accept personal responsibility. Leaders never complain, never explain. Instead of making excuses, they make progress. Whenever they have a set-back or difficulty, they repeat to themselves, "I am responsible! I am responsible! I am responsible!"

5. Leaders see themselves as victors over circumstances rather than victims of circumstances. They don't criticize or blame others when something goes wrong. Instead, they focus on the solution.

6. Leaders are action-oriented. They are constantly in motion. They try something, and then something else, and then something else again. They never give up.

7. Leaders have integrity. They tell the truth at all times. They live in truth with themselves, and they live in truth with others.

In the final analysis, you are the leader of your own life. You are the general in command of your own personal army. You are the president of your own personal services corporation. You are the "Captain of your fate and the master of your soul."

The acceptance of leadership is a great responsibility. It is both scary and exhilarating. Once you decide to become a leader in your life, you cast off the shackles of fear and dependency that hold most people back. With your own hands, you design your own future. You set yourself fully on the path to becoming everything you are capable of becoming.

8 principles of visionary leadershipAmong the various roles and skills of a CEO, the most important is perhaps his ability to observe things. He should be able to sit at the periphery of his organisation and observe, and then get back and act upon his observation.F Zobrist, CEO of FAVI, France, has said about breakthrough leaders that they should stand at the organisation's boundary and bring in outside information. They must also communicate their company's philosophy to the outside world.In their book Breakthrough Management, Shoji Shiba and David Walden have defined the eight principles of visionary leadership as follows:Principle 1: The visionary leader must do on-site observation leading to personal perception of changes in societal values from an outsider's point of view.Principle 2: Even though there is resistance, never give up; squeeze the resistance between outside-in pressure in combination with top-down inside instruction.Principle 3: Transformation is begun with symbolic disruption of the old or traditional system through top-down efforts to create chaos within the organisation.Principle 4: The direction of transformation is illustrated aimed by a symbolic visible image and the visionary leader's symbolic behaviour.Principle 5: Quickly establishing new physical, organisational and behavioural systems is essential for successful transformation. Principle 6: Real change leaders are necessary to enable transformation.Principle 7: Create an innovative system to provide feedback from results. Principle 8: Create a daily operation system, including a new work structure, new approach to human capabilities and improvement activities.A true visionary leader must, therefore, train himself to perceive the future societal needs with a business perspective. Viewing the organisation as an outsider, the CEO is best placed to get a fresh perspective and perceive future societal requirements. A fresh perspective requires the CEO to forget about the existing customer and look at the entire world as the future market.Often, new ideas sound extremely crazy and face resistance. Therefore, an important principle for the visionary leader is to never give up. To this end, he may communicate his idea to the outside world and create an "outside-in" pressure. For instance, in the case of the Roadstar automobile project, Matsuda, the project leader, was facing immense internal resistance. He conducted a pilot test with potential users, which revealed a positive interest in the vehicle being designed by him. Post this survey, the project received all internal support and the vehicle went on to be awarded the "Car of the Year". The visionary CEO needs to create a strong belief in societal change and a philosophy on how the business must be transformed. To be able to perceive the societal change, he needs to be skilled in perceiving what is happening in the organisation in the context of the larger societal perspective.In leading such transformation of the organisation, the CEO needs to relentlessly work towards putting in place a new mental model, leading to a paradigm shift in mindsets and begin to force change in line with the new direction of the organisation. Symbolic disruption could be pulling down an old building, replacing it with a new building with a completely untraditional architecture. However, while undertaking such symbolic changes, the CEO must ensure that symbols reflective of the company's core values are not destroyed. Even as an organisation undergoes transformation, its core value system must always remain firmly rooted.The visible images of goals work on the subconscious of the target group and are, therefore, extremely important. For instance, when John F Kennedy gave the US the mission to put a man on the moon, he created a visible image of this in every American's mind and, in those days, even a person who was sweeping an office in the US believed that he was working towards putting a man on the moon.Any task is that much more difficult if attempted alone. Therefore, the CEO needs the support of what Shiba calls "real change leaders"- people who will help him diffuse the transformation philosophy even while he is not present. They make the implementation of the transformation real so that the transformation does not remain a mere idea of the visionary CEO. Most importantly, the CEO must focus on creating an organisation with a noble goal and a place that enables the team to realise not only the breakthrough but also their personal dreams in the process.Dr Surinder Kapur is chairman, CII Mission for Manufacturing Innovation, and chairman and managing director, Sona Koyo Steering Systems

KEPEMIMPINAN VISIONER DAN TRANFORMASIONAL KEPEMIMPINAN VISIONER DAN TRANSFORMASIONAL BAB IPENDAHULUAN

Gejolak perubahan yang berlangsung secara cepat mengakibatkan kesementaraan menjadi sifat hakiki dari kegiatan usaha di masa depan. Berbagai kegiatan menghadapi berbagai kondisi paradoksial yang penuh ketidakpastian. Organisasi-organisasi, perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga di seluruh dunia dirongrong oleh faktor-faktor eksternal yang memaksa mereka untuk berubah secara drastis.Inisiatif untuk melakukan perubahan dengan berbagai upaya sistematik, banyak dilakukan perusahaan, organisasi maupun lembaga. Hasil dari upaya-upaya ini banyak yang berhasil, namun banyak pula yang gagal. Salah satu penentu yang menyebabkan berhasil atau tidaknya suatu organisasi adalah masalah kepemimpinan.Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi (Suarjaya dan Akib, Usahawan bulan Nopember 2003: 42). Lebih dari itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian organisasi.Pemimpin yang memiliki kegesitan, kecepatan serta mampu beradaptasi dalam membawa jalannya organisasi memiliki peran yang penting dalam menghadapi kondisi organisasi yang senantiasa mengalami perubahan. Sebab, fleksibilitas organisasi pada dasarnya merupakan karya orang-orang yang mampu bertindak proaktif, kreatif, inovatif dan non konvensional. Pribadi-pribadi seperti inilah yang dibutuhkan sebagai pemimpin organisasi saat ini. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arah mana organisasi akan di bawa. Dalam makalah yang ringkas ini, hanya akan membahas pengertian dan karakteristik serta langkah-langkah strategis kepemimpinan visioner dan transformasional yang merujuk kepada pendapat para ahli.

BAB IIPEMBAHASAN MASALAH

A. Pengertian kepemimpinan visioner dan trasformasional.Ada beberapa pengertian kepemimpinan visioner menurut para ahli, diantaranya :Seth Kahan (2002), menjelaskan bahwa kepemimpinan visioner melibatkan kesanggupan, kemampuan, kepiawaian yang luar biasa untuk menawarkan kesuksesan dan kejayaan di masa depan. Seorang pemimpin yang visioner mampu mengantisipasi segala kejadian yang mungkin timbul, mengelola masa depan dan mendorong orang lain utuk berbuat dengan cara-cara yang tepat. Hal itu berarti, pemimpin yang visioner mampu melihat tantangan dan peluang sebelum keduanya terjadi sambil kemudian memposisikan organisasi mencapai tujuan-tujuan terbaiknya. Corinne McLaughlin (2001) mendefinisikan pemimpin yang visioner (Visionary leaders) adalah mereka yang mampu membangun fajar baru (a new dawn) bekerja dengan intuisi dan imajinasi, penghayatan, dan boldness. Mereka menghadirkan tantangan sebagai upaya memberikan yang terbaik untuk organisasi dan menjadikannya sebagai sesuatu yang menggugah untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka bekerja dengan kekuatan penuh dan tercerahkan dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi.Pandangannya jauh ke depan. Mereka adalah para social innovator, agen perubah, memandang sesuatu dengan utuh (big picture) dan selalu berfikir strategis.Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota organisasi dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).Visi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh aktivitas. Visi juga dapat diartikan sebagai gambaran mental tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa depan. Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional.Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or going beyond the self-interest exchange of rewards for compliance". Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi keinginan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar. Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu.Dari uraian di atas penulis memandang bahwa kepemimpinan yang visioner dan transformasional merupakan kepemimpinan yang mampu mengembangkan intuisi, imajinasi dan kretaifitasnya untuk mengembangkan organisasinya. Dia memiliki kemampuan untuk memimpin menjalankan misi organisasinya melalui serangkaian kebijakan dan tindakan yang progressif menapaki tahapan-tahapan pencapaian tujuannya, adaptif terhadap segala perubaahan dan tantangan yang dihadapi, serta efisien dan efektif dalam pengelolaan segala sumber daya yang dimilikinya. B. Karakteristik pemimpin visioner dan transformasional Kepemimpinan visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang menunjukkan kepemimpinannya yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan resiko. Diantara cirri-ciri utama kepemimpinan visioner adalah: 1. Berwawasan ke masa depan, bertindak sebagai motivator, berorientasi pada the best performance untuk pemberdayaan, kesanggupan untuk memberikan arahan konkrit yang sistematis. 2. Berani bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko. Pada saat yang bersamaan, pemimpin visioner juga menunjukkan perhitungan yang cermat, teliti dan akurat. Memandang sumber daya, terutama sumberdaya manusia sebagai asset yang sangat berharga dan memberikan perhatian dan perlindungan yang baik terhadap mereka 3. Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan, menjadi model (teladan) yang secara konsisten menunjukkan nilai-nilai kepemimpinannya, memberikan umpan balik positif, selalu menghargai kerja keras dan prestasi yang ditunjukkan oleh siapun yang telah memberi kontribusi[5] 4. Mampu merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola mimpi menjadi kenyataan, mengajak orang lain untuk berubah, bergerak ke new place,[6] . Mampu memberi inspirasi, memotivasi orang lain untuk bekerja lebih kreatif dan bekerja lebih keras untuk mendapatkan situsi dan kondisi yang lebih baik. 5. Mampu mengubah visi ke dalam aksi, menjelaskan dengan baik maksud visi kepada orang lain, dan secara pribadi sangat commited terhadap visi tersebut[7]. 6. Berpegang erat kepada nilai-niliai spiritual yang diykininya. Memiliki integritas kepribadian yang kuat, memancarkan energy, vitalitas dan kemauan yang membara untuk selalu berdiri pada posisi yang segaris dengan nilai-nilai spiritual. Menjadi orang yang terdepan dan pertama dalam menerapkan nilai-nilai luhur, sebagimana yang diungkapkan oleh Mahatma Gandhi: I must first be the change I want to see in my world. 7. Membangun hubungan (relationship) secara efektif, memberi penghargaan dan respek. Sangat peduli kepada orang lain (bawahan), memandang orang lain sebagai asset berharga yang harus di perhatikan, memperlakukan mereka dengan baik dan hangat layaknya keluarga. Sangat responsive terhadap segala kebutuhan orang lain dan membantu mereka berkembang, mandiri dan membimbing menemukan jalan masa depan mereka 8. Innovative dan proaktif dalam menemukan dunia baru. Membantu mengubah dari cara berfikir yang konvensional (old mental maps) ke paradigma baru yang dinamis. Melaklukan terobosan-terobosan berfikir yang kreatif dan produktif. (out-box thinking). Lebih bersikap atisipatif dalam mengayunkan langkah perubahan, ketimbang sekedar reaktif terhadap kejadian-kejadian. Berupaya sedapat mungkin menggunakan pendekatan win-win ketimbang win-lose. Adapun karekteristik pemimpin transformasional menurut Bass dan Avolio (1994) mempunyai empat dimensi. 1. Dimensi idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. 2. Dimensi inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan antusiasme dan optimisme.3. Dimensi intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi. 4. Dimensi individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir.

C. Strategi tindakan kepemimpinan visioner dan transformasional Frank Martinelly (2007) menguraikan startegi bagaimana seharusnya menjadi pemimpin yang visioner. Menurutnya ada 5 langkah yang semstinya dilakukan : Strategy 1 Fokus kepada Tujuan OrganisasiSeluruh tindakan dan pengambilan keputusan harus di arahkan kepada semata-mata upaya pencapaian tujuan final dari organisasi. Hal ini dilakukan guna menghindari segala kecenderungan dan godaan penyitaan energi dan pemborosan sumber daya kepada hal-hal kecil dan tidak prinsip yang mungkin timbul. Untuk menjaga agar semua rencana aksi focus kepada tujuan organisasi, memerlukan kekompakkan dan pemeliharaan hubungan antara pimpinan dan seluruh staff/karyawan. Strategy 2 Membuat Rencana Jangka PanjangPermusan jangka panjang akan menuntun kepada langkah yang jelas sampai 5-10 tahun ke depan, siapa-siapa saja yang akan memimpin dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan tersebut, kompetensi kepemimpinan yang bagaimana yang diperlukan, lalu bagimana disain pengembangan kepemimpinannya?. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini perlu membentuk semacam komite yang ditugaskan untuk menyiapkan langkah-langkah strategis pencapaian tujuan jangka panjang, yang lingkup tugasnya antara lain: melakukan rekrutmen, seleksi, orientasi, pelatihan, performance assessment dan penetapan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Strategy 3 Mengembangkan Visi bagi masa depan organisasi.Kunci perumusan visi adalah menjawab pertanyaan: apabila kita menginginkan dan bermimpi akan seperti dan menjadi apa organisasi kita kelak di kemudian hari?. Begitu rumusan visi telah dibuat, maka seharusnya visi tersebut akan menjadi inspirasi bagi seluruh aktivitas organisasi, baik dalam rapat-rapat, dalam perbincangan, dalam menghadapi segala tantangan dan peluang, dalam arena kerja. Begitu visi telah dirumuskan, maka saat itu pula, visi disampaikan ke seluruh pihak terkait di dalam organisasi, bahkan ke ruang-ruang public di luar organisasi. Strategy 4 Selalu berada dalam kondisi siap dan dinamis untuk perubahan.Selalu siap berubah dengan cepat akan terbantu dengan menyajikan informasi-informasi mutakhir tentang segala perubahan yang terjadi di luar organisasi yang berpotensi berdampak kepada organisasi 3-5 tahun ke depan. Dorong dan fasilitasi anggota orgasnisasi untuk membaca, mendengar dan mencari tahu segala hal yang terkait dengan kejadian-kejadian dan berita yang relevan dengan tuntutan perubahan. Kemudian setelah itu munculkan pertanyaan yang menantang: sejauhmana organisasi mampu secara efektif merespon perubahan dan kecenderungan-kecenderungan tersebut? Bagaimana pula organisasi lain yang sejenis menyiapkan diri mereka menghadapi perubahan-perubahan ini? Pertanyaan-pertanyaan iti seyogyanya akan dapat memicu dan memacu anggota organisasi untuk berfikir dan memposisikan diri mereka untuk siap berubah. Strategy 5 Selalu mengetahui perubahan kebutuhan konstituen/pelangganKeinginan dan kebutuhan pelanggan seringkali mengalami perubahan. Oleh karena itu, seharusnya organisasi menyediakan informasi-infromasi aktual yang terkait dengan hal ini. Survey kepuasan pelanggan, kontak langsung dengan pelanggan, mengefektifkan layanan customer care, adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar orgnisasi selalu mengetahui harapan dan keinginan pelanggan yang baru. Dengan demikian organisasi akan selalu siap untuk melakukan perubahan dan perbaikan untuk menjaga kepuasan pelanggan.

BAB IIIKESIMPULAN

Kepemimpinan sangat berpengaruh dalam berbagai organisasi, perusahaaan dan lembaga. Agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan visoner dan transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menggerakkan seluruh sumber daya menjalankan misi agar dapat mendekati visi yang ditetapkan serta mampu mengembangkan intuisi, imajinasi dan kretaifitasnya untuk mengembangkan organisasinya. Dia memiliki kemampuan untuk memimpin menjalankan misi organisasinya melalui serangkaian kebijakan dan tindakan yang progressif menapaki tahapan-tahapan pencapaian tujuannya, adaptif terhadap segala perubaahan dan tantangan yang dihadapi, serta efisien dan efektif dalam pengelolaan segala sumberdaya yang dimilikinya. Pemimpin yang visoner dan transformasional menjalankan kepemimpinannya dengan dukungan penuh dari seluruh staf dan semua pihak yang terkait dengannya, disebabkan kepiawaiannya dalam meyakinkan mereka bahwa apa yang mereka laksanakan akan memberikan yang terbaik buat semua pihak. Dengan kemampuan tersebut seorang pemimpin yang visioner dan transformasional akan mampu membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.

REFERENSIKartanegara, Diana. (2003). Strategi Membangun Eksekutif. [Online]. Tersedia: http://www.pln.co.id/fokus/ArtikelTunggal.asp?ArtikelId= 268pendidikan-umat.blogspot.com/2008/01/kepemimpinan-visioner.htmlwawan-satu.blogspot.com wordpress.com/2008/01/kepemimpinan-visoner.doc

MENINGKATKANEFEKTIVITAS KEPEMIMPINANOleh Fahrudin Ali Prabowo

Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai, gaya dan aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin yang sukses merupakan proses yang panjang.Ada pemimpin yang sukses karena mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang kuat, dan berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang tinggi. Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang kepada para pegawainya untuk membuat keputusan dan bebas memberikan saran, mampu menciptakan jenis budaya kerja yang mendorong serta menunjang pertumbuhan. Pendeknya, untuk menjadi pemimpin yang sukses haruslah memiliki dorongan yang kuat dan integritas yang tinggi.Kepemimpinan adalah sebuah proses yang melibatkan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dengan memberi kekuatan motivasi, sehingga orang tersebut dengan penuh semangat berupaya menuju sasaran. Ahli manajemen, Peter F Drucker secara khas memandang kepemimpinan adalah kerja. Seorang pemimpin adalah mereka yang memimpin dengan mengerjakan pekerjaan mereka setiap hari. Pemimpin terlahir tidak hanya dalam hirarki managerial, tetapi juga dapat terlahir dalam kelompok kerja non formal.Ada sejumlah pedoman dasar untuk menjadi pemimpin yang efektif. Pertama, keluwesan. Pemimpin yang luwes memiliki potensi menjadi efektif dalam sejumlah situasi. Kemampuan setiap pemimpin untuk mengubah gayanya pada situasi yang berbeda, akan berbeda-beda. Dengan kata lain, efektivitas pemimpin tergantung pada bagaimana gaya kepemimpinan mereka saling berkaitan dengan keadaan atau situasi. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu menyesuaikan gaya mereka dengan kebutuhan situasi. Namun dalam situasi arus kerja yang rutin, terstruktur dan mantap, keluwesan kepemimpinan menjadi tidak begitu penting.Kedua, berorientasi pada pencapaian. Pemimpin dituntut untuk mampu menetapkan sasaran menantang dan menunjukkan kepercayaan diri bahwa mereka dapat mempercayainya. Dalam hal ini pemimpin adalah seseorang yang menjadi kunci dalam menimbulkan motivasi, kepuasan dan kinerja bawahan yang lebih baik. Mampu mempengaruhi jalur antara perilaku bawahan dan sasaran. Pada batas tertentu, pemimpin adalah seorang pelatih yang merencanakan jalur realistik bagi tim. Bawahan yang mengerjakan tugas pekerjaan tak rutin dan bekerja untuk pemimpin yang berorientasi pada pencapaian merasa lebih yakin bahwa upaya mereka akan menyebabkan kinerja yang lebih baik.Ketiga, partisipasi. Dalam hal ini pemimpin bertindak untuk meminta, menerima dan menggunakan saran bawahan untuk membuat keputusan. Partisipasi lebih menekankan pada upaya meningkatkan peluang bagi kepuasan pribadi bawahan. Membantu upaya bawahan untuk mencapai sasaran, menolong mengurangi rintangan yang mengecewakan dalam upaya mencapai sasaran dan memberi penghargaan atas pencapaian sasaran.Keempat, transformasional. Dalam hal ini pemimpin dituntut untuk mampu mendorong semangat, menggunakan nilai-nilai, kepercayaan dan kebutuhan bawahan untuk menyelesaikan tugas. Dan mampu melakukan dalam situasional yang sangat cepat berubah atau situasi yang penuh krisis. Dengan kata lain mampu menampilkan atau menciptakan kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan perasaan bahwa setiap bawahan diperhitungkan.