BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum Islam yang telah disepakati dalam agama islam ada empat yaitu Al
Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. Hukum Islam yang kedua adalah hadist. Ilmu yang
membahas dasar-dasar dari sebuah hadist baik dari segi sanad, rawi maupun matanya
dinamakan Ulumul hadist.
Sepeninggal Rasulullah SAW para sahabat kebingungan menentukan hadist yang
benar-benar datang dari Rasulullah SAW, karena pada saat itu bermunculan para
perawi yang belum diketahui kebenaran periwayatan nya. Akhirnya sahabat memilah-
milih dan membagi hadist menjadi sistematika berdasarkan sanad, rawi dan matannya,
baik hadist itu shohih atau dhoif pula. Hal itu bertujuan memudahkan dalam
mempelajari dan membandingkan hadist baik persamaan maupun perbedaan masing-
masing.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas sistematika pembagian
hadist dilihat dari berbagai aspek secara lebih detail dan rinci.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistematika pembagian hadist dilihat dari berbagai aspek ?
2. Bagaimana penjelasan masing-masing sistematika pembagian hadist dilihat
dari berbagai aspek ?
3. Apa saja persamaan pada sistematika pembagian hadist dilihat dari berbagai
aspek ?
4. Apa saja perbedaan pada sistematika pembagian hadist dilihat dari berbagai
aspek ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistematika Pembagian Hadist Dilihat dari Berbagai Aspek
Sistem berasal dari bahasa latin (systēma) dan bahasa yunani (sustēma) adalah suatu
kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan sistematika
adalah urutan atau susunan. Dalam kamus besar bahasa indonesia, sistematika adalah
pengetahuan tentang klasifikasi (penggolongan). Sedang Hadist adalah Segala sesuatu
yang diberitakan dari Nabi SAW baik berupa sabda, perbuatan, Taqrir, sifat-sifat maupun
hal ihwal nabi. Jadi sistematika pembagian hadist adalah klasifikasi atau penggolongan
hadist. Adapun sistematika pembagian hadist dilihat dari 7 Aspek, yaitu :
1. Berdasarkan kuantitas rawi
a. Mutawatir
b. Ahad
2. Berdasarkan kualitas rawi
a. Shohih
b. Hasan
c. Dho’if
3. Berdasarkan segi penyandaran
a. Marfu’
b. Mauquf
c. Maqthu’
4. Berdasarkan isinya
a. Qauliy
b. Fi’liyah
c. Taqriri
5. Berdasarkan sumber atau asalnya
a. Qudsi
b. Nabawi
c. Maudhu’
2
6. Berdasarkan diterima atau ditolaknya
a. Diterima
b. Ditolak
7. Berdasarkan bersambungnya / terputusnya sanad
a. Bersambung
b. Terputus
B. Penjelasan Masing-masing Sistematika Pembagian Hadist Dilihat dari Berbagai
Aspek
1. Pembagian hadis berdasarkan kuantitas rawi
a. Hadis mutawatir
Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang
tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dari sejumlah rawi yang semisal mereka dan
seterusnya sampai akhir sanad dan semuanya berdasarkan panca indra.
Syarat-syarat hadis mutawatir
a. Diriwayatkan oleh banyak periwayat.
b. Adanya keseimbangan jumlah antara para rawi dalam tiap thabaqoh.
c. Adanya keyakinan bahwa mereka tidak mungkin sepakat berdusta.
d. Berdasarkan tangkapan panca indera.
Macam- macam hadis mutawatir
a. Hadis mutawatir lafzhi
Hadist mutawatir lafzhi adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak
periwayat sejak awal hingga akhir sanad, dengan menggunakan lafal yang sama
( lafzhun wahid).
b. Hadis mutawatir ma’nawi
Hadis mutawatir ma’nawi adalah hadis yang dinukilkan oleh banyak orang yang
menurut adat mustahil bersepakat berdusta atas kejadian yang berbeda-beda, tetapi
bertemu pada titik persamaan.
c. Hadis mutawatir ‘amali
Hadis mutawatir amali adalah hadis yang diketahui dengan mudah bahwa hadis
itu termasuk urusan agama dan telah mafhum dikalangan umat islam, bahwa Nabi
mengerjakanya, menyuruhnya, atau selain dari itu. 1
Kitab kitab tentang hadis-hadis mutawatir
sebagian ulama telah mengumpulkan hadis-hadis mutawatir dalam sebuah kitab
1 Muhammadiyah amin, Ilmu hadis, (Sultan Amai Press: Yogyakarta, 2008 )
3
tersendiri. Diantara kitab-kitab tersebut adalah:
1. Al-azhar al mutanatsirah fi al-akhbar al-mutawatirah, karya as-suyuthi,
berurutan berdasarkan bab.
2. Qath al-azhar, karya as-suyuthi, ringkasan dari kitab di atas.
3. Al-la’ali al-mutanatsirah fi al-ahadits al-mutawatirah, karya Abu Abdillah
Muhammad bin Thulun Ad-Dimasyqi.
4. Nazhm Al-mutanatsirah min Al-hadits Al mutawatirah, karya Muhammad bin
ja’far Al-kartani.2
b. Hadist ahad
Hadist ahad menurut terminology adalah hadist yang jumlah rawinya tidak
sampai pada jumlah mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula
sampai pada derajat mutawatir.
Sedangkan menurut istilah ahad berarti al wahid ( satu ). Dengan demikian,
khabar wahid yaitu berita yang disampaikan oleh satu orang.
Pembagian hadis ahad
1) Hadist masyur
Menurut bahasa masyur adalah muntasyir, yaitu sesuatu yang sudah tersebar,
sudah populer. Sedangkan menurut terminology, hadis masyur ialah hads yang
mempunyai da jalan , tetapi tidak sampai pada mutawatir.
Macam – macam hadis masyur
Istilah masyur yang diterapkan pada suatu hadis kadang-kadang bukan untuk
memberikan sifat-sifat hadis menurut ketetapan diatas, yakni banyaknya rawi yang
meriwayatkan suatu hadis, tetapi diterapkan juga untuk memberikan sifat suatu hadis
yang mempunyai ketenaran dikalangan para ahli ilmu tertentu atau kalangan
masyarakat ramai. Dari segi ini, hadis masyur terbagi kepada:
a. Masyur dikalangan para muhaditsin dan lainnya (golongan ulama ahli ilmu dan
orang umum), seperti hadis
b. Masyur dikalangan ahli-ahli ilmu tertentu, misalnya hanya masyur dikalangan ahli
hadis saja, ahli fiqh saja, ahli tasawuf saja, dan sebagainya.
c. Masyur dikalangan masyarakat umum, seperti hadis3
Kitab-kitab yang berisi tentang kumpulan hadis masyur antara lain:
a. Al-Muqasid Al-Hasanah fi ma isytahara ‘ala Al-Alsinah, karya As-Sakhawi
2 Agus solahudin, ulumul hadis, ( Pustaka Setia: bandung, 2013 )3 Muhammadiyah amin, Ilmu hadis, (Sultan Amai Press: Yogyakarta, 2008 )
4
b. Kasyf Al-Khafa’ wa muzill Al_Ilbas fi ma Isytahara min Al-hadits ‘ala alsinah An-
Nas min Al-Hadits, karya Ibnu Daiba’ As-Syaiban.
2) Hadis Aziz
Yang dimaksud hadis aziz menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan
oleh dua orang, walaupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja,
kemudian orang – orang meriwayatkanya.
3) Hadis Gharib
Gharib menurut bahasa gharib berarti menyendiri atau jauh dari kerabatnya.
Dan ulama hadis mendefinisikan hadis gharib sebagai hadis yang diriwayatkan hanya
seorang saja pada tempat manapun terjadinya penyendirian itu di dalam sanad.
Macam –macam gharib
Ditinjau dari segi bentuk penyendirian rawi yaitu
1) Gharib muthlaq
Gharib muthlaq adalah hadis yang rawinya menyendiri dalam meriwayatkan
hadis itu. Penyendirian rawi hadis gharib muthlaq itu diukur pada tempat ahlus
sanad, yakni thabiin bukan sahabat.
2) Gharib nisby
Gharib nisby adalah apabila penyendirian itu mengenai sifat sifat atau keadaan
tertentu seorang rawi.
2. Berdasarkan kualitas rawi
a. HaditsSahih
Shahih menurut ahli hadis, hadis shahih adalah hadis yang sanadnya
bersambung, dikutip oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai
berakhir pada Rasulullah SAW atau sahabat tabi’in , bukan hadis yang syadz
(kontroversi ) dan terkena ‘illat yang menyebabkan cacat dalam penerimaanya.
Syarat-syarat Hadis Sahih
1. Rawinya bersifat adil
2. Rawinya bersifat dhabit
3. Sanadnya bersambung
4. Tidak ber-‘illat
5. Tidak syadz (janggal)
Pembagian hadis sahih hadis sahih
5
1. Sahih li dzatih adalah hadis sahih yang memenuhi syarat-syaratnya secara
maksimal, seperti yang telah disebutkan di atas.
2. Sahih li ghairih adalah hadis sahih yang tidak memenuhi syarat-syaratnya secara
maksimal.
b. Hadis Hasan
Hadis hasan adalah hadis yang bersambung sanandnya, diriwayatkan oleh rawi
yang adil, yang rendah tingkat kekuatan daya hafalnya, tidak rancu dan tidak bercacat.
Pembagian Hadis hasan
1. hasan li dzatih adalah hadis yang memenuhi segala syarat-syarat hadis hasan.
2. hasan li ghairih adalah hadis dhaif yang bukan dikarenakan rawinya pelupa, banyak
salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi’ dan syahid.4
c. Hadis Dhaif
Kata dhaif menurut bahasa berarti lemah. Maka sebutan hadis dhaif adalah
hadis yang lemah atau hadis yang tidak kuat.
Menurut al nawawi, Hadis dhaif adalah hadis yang dalamnya tidak terdapat
syarat sahih dan hasan.
Macam – macam hadis dhaif
1. Hadis munkar ialah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang lemah ( periwayat
yang dha’if ) yang bertentangan dengan periwayatan orang terpercaya.
2. Hadis maudhu’ ialah hadis yang diada – adakan dan dibuat – buat. Yakni hadis
yang disandarkan kepada Rasulullah Saw dengan dusta dan tidak ada kaitann yang
haqiqi dengan Rasulullah.
3. Hadis matruk ialah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh dusta
( terhadap hadis yang diriwayatkanya) atau tampak kefasikanya, baik pada
perbuatan ataupun pada perkataannya, atau orang yang banyak lupa atau banyak
ragu.5
3. Berdasarkan segi penyandaran
a. Hadis marfu’
4 Agus solahudin, ulumul hadis, ( Pustaka Setia: bandung, 2013 )5 Muhammadiyah amin, Ilmu hadis, (sultan amai press: yaogyakarta, 2008 )
6
Hadis marfu’ adalah perkataan perbuatan atau taqrir yang disandarkan kepada
nabi Muhammad SAW, baik sanad tersebut bersambung- sambung atau terputus, baik
yang menyandarkan hadis itu sahabat maupun lainnya.
Macam- macam hadis marfu’
1. Marfu’ sharieh ( marfu’ haqiqi ) yakni marfu’ yang tegas- tegas disandarkan
kepada Nabi. Marfu’ ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu marfu’ qauliy, marfu’ fi’liy,
marfu’ taqriery.
2. Marfu’ ghairu sharieh ( marfu’ hukmy )yang tiada tegas disandarkan kepada Nabi.
b. Hadis mauquf
Hadis mauquf adalah hadis yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa
perkataan perbuatan atau taqrir dan tidak sampai pada Rasulullah SAW.
c. Hadis maqthu’
Hadis maqthu’ adalah hadis yang diriwayatkan dari tabi’in dan disandarkan
kepadanya, baik perkataan maupun perbuatannya.
4. Berdasarkan Isinya
a. Hadis Qawlîy
Hadîts Qawlîy adalah hadîts-hadîts yang beliau ucapkan berkenaan dengan
berbagai tujuan pada berbagai kesempatan.
b. Hadis Fi’lîy
Hadîts fi’lî adalah Perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW yang
disampaikan kepada kita oleh para sahabat.
c. Hadis Taqrîrîy
Hadîts Taqrîrîy adalah Segala sesuatu yang muncul dari sementara sahabat
yang diakui keberadaannya oleh Rasul Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan,
dengan cara diam tanpa pengingkaran atau persetujuan dan keterus terangan beliau
menganggapnya baik bahkan menguatkannya.
5. Berdasarkan sumber atau asalnya
a. Hadis Qudsiy
7
Secara istilah Hadis Qudsiy adalah hadîts yang disampaikan kepada kita dari
Nabi Muhammad SAW yang sanadnya disandarkan kepada Allah SWT. Defenisi ini
penulis tarik dari beberapa defenisi yang ada di dalam beberapa kitab Ilmu Hadîts,
seperti defenisi-defenisi berikut ini:
Defenisi yang ditulis Oleh Nuruddîn Itr adalah
هو ما اضيف إلى رسول الله صلى الله عليه وس��لم واس��نده الىربه عز وجل
“Dia (Hadîts Qudsîy) adalah Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW,
yang sanadnya atau penisbatannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla”.
b. Hadis Nabawiy
Hadis Nabawiy adalah Apa yang dinisbahkan kepada Rasulullah dan
diriwayatkan dari beliau. Jadi Hadis Nabawiy adalah segala Hadis Nabi yang
dipahami secara umum yang bukan Hadis Qudsiy. Maka ketika kita telah dapat
mengetahui sesuatu hadîts adalah bukan Hadis Qudsiy, secara otomatis yang
demikian adalah Hadis Nabawiy.6
c. Hadis maudhu’
Hadis maudhu’ ialah hadis yang diada – adakan dan dibuat – buat. Yakni hadis
yang disandarkan kepada Rasulullah Saw dengan dusta dan tidak ada kaitann yang
haqiqi dengan Rasulullah.7
6. Berdasarkan diterima atau ditolaknya
Berdasarkan diterimanya :
a. Hadis sohih
Shahih menurut ahli hadis, hadis shahih adalah hadis yang sanadnya
bersambung, dikutip oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai
berakhir pada Rasulullah SAW atau sahabat tabi’in , bukan hadis yang syadz
(kontroversi ) dan terkena ‘illat yang menyebabkan cacat dalam penerimaanya.
b. Hadis hasan
Hadis hasan adalah hadis yang bersambung sanandnya, diriwayatkan oleh rawi
yang adil, yang rendah tingkat kekuatan daya hafalnya, tidak rancu dan tidak bercacat.
6 http://rho-mieth.blogspot.com/2011/11/klasifiksi-hadits-ditinjau-dari.html 7 Nuruddin itr, ‘ulumul hadis, ( remaja rosdakarya : Bandung, 2012 )
8
Hadis yang ditolak
a. Hadis dhaif
Kata dhaif menurut bahasa berarti lemah. Maka sebutan hadis dhaif adalah
hadis yang lemah atau hadis yang tidak kuat.
Menurut al nawawi, Hadis dhaif adalah hadis yang dalamnya tidak terdapat
syarat sahih dan hasan.
b. Hadis mudhaaf
Hadis mudhaaf adalah hadis yang tidak disepakati kedhaifannya, melainkan
dinilai dhaif oleh sebagian ulama dan dinilai kuat oleh sebagian yang lain, baik
dari segi matan maupun sanadnya.8
7. Berdasarkan bersambung dan terputusnya sanad
. Hadist yang Bersambung Sanad nya
a) Hadist Muttashil
Hadist Muttashil(maushul) adalah hadist yang didengar oleh masing-masing
rawinya dari rawi yang diatasnya sampai kepada ujung sanadnya, baik hadist
marfuk maupun hadist mauquf.
Hadist Muttasil ada 3 klasifikasi yaitu hadist muttasil Marfuk, Mauquf, dan
Maqthu’. Contoh hadist muttasil mauquf yang diriwayatkan oleh Malik dari nafi’
bahwa ia mendengar Abdullah bin Umar berkata :
ءه قضا اال يسترط فال سلفا اسلف من
Artinya : “ barang siapa mengutangi orang lain, maka tidak boleh menentukan
syarat lain kecuali keharusan membayarnya. “
b) Hadist Musnad
Hadist Musnad yaitu hadist yang sanadnya bersambung dan marfuk kepada
Rasulullah SAW. Jadi hadist mauquf dan hadist maqthu’ tidak termasuk hadist
musnad yang sanadnya bersambung demikian pula hadist munqothi meskipun
marfuk. Contoh hadist musnad yang diriwayatkan oleh Maliki dari Nafi’ dari
Abdullah bin Umar bahwa Rasulullhah SAW bersabda :
اهله وتر نما كا العصرى ة صال ته تفو الذي
Artinya : “orang yang tidak mengerjakan sholat ashar itu seakan-akan
menimpakan bencana kepada keluarga dan hartanya.”
8
9
Kadang-kadang istilah musnad dijadikan nama kitab dengan sanad-sanad hadist,
seperti Musnad Al-syihab dan Musnad Al- Firdaus.
c) Hadist Mu’an’an
Hadist Mu’an’an adalah hadist yang pada sanadnya terdapat ungkapan
“fuln’an fulan” dan tidak dijelaskan apakah hadist itu diceritakan atau dikabarkan
oleh fulan(kedua) atau didengar darinya. Sebagian ulama’ mengkategorikan
kedalam hadist mursal dan Munqothi’ sehingga persambungan sanadnya ditegaskan
apakah dengan cara mendengar ucapan guru ataukah dengan cara yang lain.
d) Hadist Mu’annan
Hadist Mu’annan adalah hadist yang pada sanadnya terdapat kata-kata “fulan
annafulan”. Pendapat jumhur menyatakan bahwa hadist Mu’annan itu sama dengan
Mu’an’nan. Perbedaan huruf dan lafal itu tidak menjadi masalah, melainkan yang
prinsip adalah adanya pertemuan, pergaulan, dan proses belajar mengajar diantara
rawi mu’annan dan rawi yang diatasnya.
e) Hadist Musalsal
Hadist Musalsal adalah hadist yang para rawinya secara estafet melakukan hal
yang sama atas sikap yang sama dengan rawi-rawi sebelumnya atau terhadap
riwayatnya. Hadist musalsal terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu
Hadist musalsal karena perkatan perawinya, seperti hadist Mu’adz bin jabal
RA bahwa Rasulullah SAW pernah berkata kepadanya :
عبا . حسن و ذكرك على اعنى اللهم ة صال كل بر د في فقل احبك اني ذ معا يا
دتك
Setiap rawinya dalam menyampaikan hadist tersebut berkata :
فقل احبك وانا
Hadist musalsal karena tindakan para rawinya, seperti hadist Abu Hurairah
RA berkata rasulullah menjalin jari tangannya kepada jari tanganku seraya
berkata :
اسبت يوم االرض الله خلق
Hadist ini dianggap mursal karena berjalinnya tangan rawi yang
menyampaikan dengan tangan rawi yang menyampaikannya. Bisa juga dengan
meletakkan tangan di pundak atau kepala rawi yang menerimanya.
Hadist musalsal karena ucapan dan tindakan para rawinya, seperti hadist anas ,
ia berkata rasulullah SAW bersabda :
ومره حلوه شره و خيره بالقدر يؤمن حتى وااليمان حال العبد يجد ال
10
Rasulullah SAW lalu memegang jenggotnya saraya berkata lagi:
ه ومر حلوه شره و بلقدرخيره منت ا
Hadist musalsal karena gaya bahasa para rawinya yakni berdejkatan gaya
bahasa yang mereka pakai atau bahkan benar-benar sama
Hadist musalsal dengan identitas para rawinya seperti kesamaan nama
mereka(contoh nama Muhammad) dan kesamaan predikat mereka(contoh
orang-orang fuqaha, huffaz)
Hadist musalsal karena sifat-sifat rawi yang berkaitan dengan bahasa
penyampaian hadist, waktunya, atau tempatnya. Contoh sifat-sifat yang
berkaitan dengan penyampaian hadist menggunakan kata-kata sami’tu,
fulanun, akhbarana fulanun.
Jenis musalsal yang paling shohih adalah hadist musalsal dengan para huffaz
seperti hadist Malik dari nafi’ dari ibnu Umar.
Para ulama telah menghimpun hadist musalsal dalam beberapa kitab,
diantaranya kitab al manahil al musalsalah fi ahadist al musalsalah karya
Muhammad Abdul Baqi’ al abwabi yang memuat 212 buah hadis.
f) Hadist ‘Ali
Hadist ‘ali adalah sebuah sanad yang sedikit jumlah rawinya dan bersambung
demikian pula apabila rawinya lebih dahulu mendengar hadist yang bersangkutan
atau gururnya lebih dahulu wafat. Makin sedikit untaian rawinya maka makin
sedikit celah-celah kemungkinan terjadinya cacat dan itu merupakan ketinggian
sanad. Ketinggian sanad ditinjau dari berbagai macam yaitu :
a. Tinggi (dekat) jarak sanad karena sedikit untaian rawinya
‘Ali Mutlak yaitu dekat kepada rasulullah dari segi jumlah rangkaian rawi dalam
sanad yang sohih dan bersih. Contoh kitab nya Tsulatsiyyat al musnad dan
tsulatsiyat al-bukhari
Ali Nisbi yaitu dekat kepada salah seorang imam hadist, seperti dekat kepada
imam Malik.
Dekat kepada kitab-kitabyang masyhur yakni dekatnya sanad seorang muhaddits
apabila ditinjau dari periwayatanya melalui jalur shahihain dari empat kitab sunan.
Contohnya kutubussittah.
b. Ketinggian sanad dari segi sifat
11
Ketinggian sanad karena rawinya lebih dahulu meninggal.
Ketinggian sanad karena rawinya lebih dahulu mendengar hadist yang
bersangkutan daripada rawi lainnya dari guru yang sama.
g) Hadist Nazil
Hadist Nazil adalah kebalikan dari hadist “ali yaitu hadist yang jauh jarak sanadnya.
Seperti hadist ‘ali, Hadist Nazil juga di kategorikan menjadi lima bagian yaitu :
a. Nazil mutlak yaitu banyaknya perantara untuk sampai kepada Nabi SAW
b. Nazil Nisbi yaitu banyaknya perantara untuk sampai kepada salah seorang imam
hadist.
c. Jauhnya sanad yang melalui jalur selain kutubussittah dibanding sanad yang
melalui jalur kutubussittah.
d. Lebih akhir meninggalnya seorang rawi.
e. Lebih akhir mendengarnya sebuah hadist.9
Hadist yang terputus sanadnya
a) Hadist Munqathi’
Menurut ahli hadist Muta’akhirin hadist munqathi’ adalah hadist yang gugur
salah seorang rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau beberapa tempat dengan
catatan bahwa rawi yang gugur pada setiap tempat tidak lebih dari seorang dan tidak
terjadi pada awal sanad. Contoh hadis munqathi’:
“meriwayatkan hadist kepada kami syuja’bin makhlad, katanya meriwayatkan hadist
kepada kami yunus bin ubaid dari al hasan, ia berkata sesungguhnya umar bin khattab
mengumpulkan manusia kepada ubay bin ka’ab, maka ka’ab mengimami sholat
mereka selama 20 hari dan ia tidak memimpin doa qunut kecuali pada separuh yang
kedua...”
Sanad hadist di atas munqathi’ karena yunus bin ubaid dilahirkan tahuin
kaikaldi n 21 H sedang Umar wafat tahun 23 H maka bagaimana mungkin yunus
mendengar hadist dari Umar.
b) Hadist Mursal
Al – Irsal menurut bahasa berarti melepaskan. Jadi hadist Mursal adalah hadist
yang disandarkan kepada Nabi oleh seorang tabi’in dengan mengatakan “rasulullah
9 Nuruddin itr, ‘ulumul hadis, ( remaja rosdakarya : Bandung, 2012 ) hlm 361-381
12
SAW berkata...” baik ia tabiin besar maupun tabiin kecil. Contohnya adalah hadist
yang diriwayatkan al-syafi’i :
“ menyampaikan hadist kepada kami said dari ibnu jura’ij, katanya menyampaikan
hadist kepadaku Humaid Al a’raj dari mujahid , ia berkata bahwa dahulu nabi
Muhammadmengeraskan bacaan talbiah ...”
Sanad hadist di atas Mursal karena Humaid adalah seorang tabi’in dan tidak pernah
bejumpa dengan Nabi SAW. Contoh kitabnya Jami’ al tashil li ahkam al marasil karya
al hafizh khalil bin kaikaldi .
c) Hadist Mursal Shahabi
Hadist Mursal Shahabi adalah hadist yang diriwayatkan oleh seorang sahabat
tetapi tidak didengarnya langsung dari Nabi SAW karena ia masih sangat kecil, atau
karena masuk islam nya belakangan atau sedang tidak bersama nabi SAW ketika
hadist itu disabdakan. Hadist mursal shahabi sangat banyak seperti hadist-hadist ibnu
abbas, abdullah bin zubair.
d) Hadist Mu’allaq
Hadist Mu’allaq adalah hadist yang dibuang permulaan sanadnya(yakni rawi
yang menyampaikan hadist kepada penulis kitab) baik seorang maupun lebih dengan
berurutan meskipun sampai akhir sanad. Hukum hadist muallaq yaitu mardud karena
tidak diketahui identitas rawi yang tidak disebutkan kecuali apabila terdapat dalam
kitab dipastikan kesahihannya seperti shahihain. Hadist muallaq di tinjau dalam
shahihain ada 2 yaitu :
a. Kelompok pertama dengan menggunakan shighat Jazm,dihukumi sebagai hadist
sohih, contoh hadistnya :
“shilah berkata dari ‘ammar : barang siapa berpuasa pada hari yang diragukan
keberadaannya maka ia telah durhaka kepada Nabi SAW.”
Shilah adalah putra zufr salah seorang tabiin.
b. Kelompok kedua dengan menggunakan ungkapan yang tidak menunjukkan kepastian.
tidak dapat dihukumi secara shohih secara mutlak. Contoh hadist nya : “disebutkan
bahwa nabi SAW membayar hutang sebelum memenuhi wasiat.” Hadist ini
diriwayatkan oleh al turmudzi secara maushul melalui al harist dan ‘ali sedangkan al
harits adalah dhoif.
e) Hadist Mu’dhal
Al- Mu’dhal berasal dari kata A’dhalahu yakni memayahkannya, sedang
menurut istilah yaitu hadits yang pada mata rantai sanadnya gugur dua orang rawi
13
atau lebih di satu tempat, baik pada awal sanad, tengah, maupun akhir. Contoh hadits
Mu’dhal adalah hadits riwayat Malik dari Mu’ad Ibn Jabal, katanya: “Wasiat
Rasulullah SAW yang terakhir kepadaku adalah ketika aku menginjakkan kaki di
sadel kendaraan, beliau berkata
GلH ب Hج HنI Hا مHعHاذHب LاِسJ ي Jلن HقHكH ل ل Hخ IنMسHحArtinya: “Baguskanlahakhlakmu kepada manusia, wahai Mu’adz Ibn Jabal.”
Antara Malik dan Mu’adz berselang lebih dari dua orang rawi.10
f) Hadits Mudallas
Kata mudallas adalah isim maf’ul dari tadlis yang berarti menyembunyikan
cacat barang yang dijual dari si pembeli. Kata al-dasu mengandung arti gelap. Sedang
dalam ilmu hadist yaitu menyembunyikan cacat dalam sanad dan menampakkannya
pada lahirnya seperti baik. Hadist mudallas dibagi menjadi tiga yaitu tadlis al-isnad,
tadlis al syuyukh dan tadlis taswiyah. Contoh hadist mudallas al syuyukh :
Umpamanya perkataan abu bakar ibn mujahid: الله عبد ابي بن الله عبد ثنا حد
Telah menceritakan kepada kami ‘Abd Allah ibn Abd Allah yang di maksudkan Abd
Allah ibn Abd adalah Abu Bakar ibn abu Dawud al sijistani. Contoh kitab yang
menghimpun hadist mudallas diantaranya al tabyin li asma’ al mudallasin karya al
khatib al baghdadi dan al tabyin li asma’ al mudallasin karya burhan al din ibn al
halabi.
g) Hadist Mursal Khafi
Hadist Mursal Khafi adalah hadist yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari
guru yang sezaman, tetapi ia tidak pernah mendengar hadistnya serta tidak pernah
mendengar hadistnya serta tidak pernah bertemu dengannya. Contoh nya :
“meriwayatkan hadist kepada kami ibrahim bin abdullah katanya meriwayatkan hadist
kepada kami husyaim katanya meriwayatkan hadis kepda kami yunus bin ubaid dari
nafi’ dari ibnu umar katanya rasulullah bersabda...”11
C. Persamaan Pada Sistematika Pembagian Hadist Dilihat dari Berbagai Aspek
Persamaan Masing-Masing Sistematika Pembagian Hadist yaitu sebagai
berikut :
1. Hadis berdasarkan kuantitas rawi
10Nuruddin itr, ‘ulumul hadis, ( remaja rosdakarya : Bandung, 2012 ) hlm 383-412
11 Nawir Yuslem, Ulumul Hadist, (Jakarta:PT Mutiara Sumber Widya,1997) hlm 251-255
14
Persamaan hadis Mutawatir dan hadis Ahad:
a. Merupakan hadis Maqbul
b. Dapat dijadikan sebagai hujjah
2. Hadis berdasarkan kualitas rawi
Persamaan Hadis Sahih dan Hadis Hasan:
a. Sanadnya bersambung
b. Perawinya adil
c. Tidak syadz
d. Tidak ada illat
e. Merupakan hadis Maqbul
f. Dapat dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam menetapkan suatu hukum atau
dalam beramal
Persamaan hadis Sahih, Hasan, dan Dha’if:
a. Berasal dari Nabi SAW
b. Merupakan hadis Ahad
3. Hadis berdasarkan segi penyandaran
Persamaan hadis Marfu’ dan hadis Mauquf:
a. Sanadnya bisa bersambung dan bisa juga terputus
b. Bisa dijadikan hujjah asalkan hadis Mauquf berstatus hokum hadis Marfu’
Persamaan hadis Marfu’, Mauquf, dan Maqthu’:
a. Sanadnya bisa sanad yang bersambung dan bisa juga sanad yang terputus
4. Hadis berdasarkan isi:
Persamaan hadis Qauly, Fi’li, dan Taqriri:
a. Bersandar kepada Nabi SAW
b. Dapat dijadikan hujjah
5. Hadis berdasarkan sumber atau asalnya:
Persamaan Hadits Qudsy dan Hadits Nabawi
a. Bersumber dari Allah SWT
b. Menggunakan redaksi dari Nabi Muhammad SAW
15
c. Materinya untuk Nabi Muhammad SAW dan umatnya
6. Hadis berdasarkan diterima atau ditolaknya:
Persamaan hadis Maqbul dan hadis Mardud
a. Merupakan hadis Ahad
7. Hadis berdasarkan bersambung atau terputusnya sanad
a. Bersambungnya sanad
Persamaan hadis Muttashil, Musnad, Mu’annan, Mu’an’an, Musalsal, Ali, dan Nazil:
1) Dapat dijadikan sebagai hujjah
2) Merupakan hadis Maqbul
b. Terputusnya sanad
Persamaan hadis Munqathi’, Mursal, Muallaq, Mu’dhal, Mudallas:
1) Berstatus hukum hadis Dha’if dan Mardud
2) Ada rawi yang gugur, baik satu rawi ataupun lebih
Analisis pemakalah bersumber dari:
1. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits karya Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
2. Ulumul Hadis karya Agus Solahudin dan Agus Suryadi
3. Ulumul Hadis karya Nawir Yuslem
4. Ilmu Hadist karya Munzier Suparta
5. Ulumul Hadist karya Sohari Sahrani
6. http://m4n4n4.blogspot.com/2013/11/hadis-nabawi-dan-hadis-qudsi.html diakses
pada tanggal 25 Oktober 2014 jam 19:49
D. Perbedaan Pada Sistematika Pembagian Hadist Dilihat dari Berbagai Aspek
Perbedaan pada sistematika pembagian hadist dilihat dari berbagai aspek yaitu
sebagai berikut :
1. Hadist berdasarkan Kuantitas Rawi
NO SEGI MUTAWATIR AHAD
1 Jumlah Rawi Perawi banyak setiap tingkatan dan
mustahil dusta
Perawi satu, dua dan lebih tapi
tidak sampai mutawatir dan
16
bisa jadi ada dusta
2 Pengetahuan yang
dihasilkan
Ilmu qoth’i Ilmu dhanni
3 Kedudukan Lebih tinggi dari hadist Ahad Lebih rendah dari Hadist
Mutawatir
4 Kebenaran
Keterangan Matan
Bertentangan dengan keterangan
ayat Al quran
Mungkin saja bertentangan
dengan keterangan ayat al
quran
5 Kehujahan Dijadikan hujjah dan yang
mengingkari dipandang kafir
Dijadikan hujjah sepanjang
syarat kesohihannya terpenuhi
6 Tempat
Penyandaran
Panca indra
2. Hadist berdasarkan Kualitas Rawi
NO SEGI SHOHIH HASAN DHOIF
1 Kedlobitan rawi Rawi Benar-benar
kuat ingatannya
Rawi tidak begitu kuat
ingatannya
Lengah dan tidak
baik dalam
menghafal
2 Kehujahan Dijadikan hujjah jika
berfaedah qath’i
Dijadikan hujjah (ada
yang mengatakan
hanya Hasan Lidzatih
dan ada dua-duanya
untuk beramal)
Tidak bisa dijadikan
hujjah
3 Diterima / tolak
nya hadist
Maqbul Maqbul Mardud
4 Kecacatan Tidak ada Tidak ada Ada cacat pada salah
seorang perawi atau
matan
3. Hadist berdasarkan Segi Penyandaran
NO SEGI MARFU MAUQUF MAQTHU”
1 Tempat Kepada Nabi Sahabat Tabi’in atau orang
17
Penyandaran Muhammad SAW sebawahnya
2 Kehujahan Bisa Asli hukum nya tidak
boleh, namun jika ada
qorinah marfu’ bisa di
jadikan hujah
Tidak dapat
dijadikan hujjah
karena status
perkataan tabi’in
sama dengan ulama’
lain
3 Status Hukum Berstatus Shohih,
Hasan, Dhoif
Berstatus hukum
marfu ( shohih dan
hasan )
4. Hadist Berdasarkan Isi
NO SEGI QOULIYAH FI’LIYAH TAQRIRI
1 Bentuk Perkataan atau
Ucapan Nabi SAW
Perbuatan Ketetapan Nabi SAW
apa yang dilakukan
para sahabat
2 ISI Tuntunan, petunjuk
syara’, peristiwa,
kisah
Berita tentang
perbuatan nabi atau
sesuatu yang bisa di
contoh
Hukum dengan Nabi
SAW membiarkan
atau mendiamkan
3 Keyword سمعت, قال , رايت ن كا Seorang sahabat atau
lainnya berkata, ada
seorang berbuat
begini dihadapan
Rasul
5. Hadist berdasarkan Sumber atau Asalnya
NO SEGI QUDSI NABAWI MAUDHU’
1 Penisbatan Dinisbatkan pada
Allah SWT
Dinisbatkan pada
Rasulullah
_
2 Periwayatan Rasul meriwayatkan
dari Allah
Diriwayatkan Rasul
sendiri
Diriwayatkan secara
rekaan atau dusta
18
semata-mata
3 Keyword - رسواللله ل قا
عن يرويه فيما
ربه
- لى تعا الله قال
عنه رواه فيما
رسواللله
- المختلق
- المختلع
- المصن
- ب المكذ
4 Hukum Wajib Haram
6. Hadist berdasarkan diterima atau ditolaknya
NO SEGI MAQBUL MARDUD
1 Terima atau tidak Syarat diterima dan
dibenarkan sanad dan matan
Syarat ditolak atau diterima
matan dan sanad
2 Kehujahan Bisa Tidak bisa dan wajib
diingkari
3 Jenis Hadis shohih dan Hasan Hadist Dhoif, Maudhu,
Matruk, dan Mudhaaf
7. Hadist berdasarkan bersambungnya atau terputusnya sanad
NO NAMA BERSAMBUNG TERPUTUS
1 Muttasil atau maushul Sanadnya dari awal sampai
akhir
2 Musnad Sanadnya marfuk pada Rasul
3 Muannan Sanadnya dengan perkataan
anna (bahwasanya) seperti
fulan anna fulan
4 Musalsal Perawi secara estafet
melakukan hal yang sama atas
sikap yang sama dengan
perawi sebelumnya
5. Mu’an’an Sanadnya terdapat ungkapan
19
fulan’an fulan
6 ‘Ali Sanad yang sedikit jumlah
rawinya dan bersambung
7 Nazil Jauh jarak sanadnya
8 Munqathi’ Gugur sanadnya di satu tempat
atau lebih atau pada sanadnya
disebutkan yang tidak dikenal
9 Mursal Gugur pada sanad terakhir
( thabaqah sahabat) tidak
disebutkan
10 Muallaq Gugur pada sanad pertama
secara berturut-turut
11 Mu’dhlal Gugur dua sanad atau lebih
secara berurutan-turut
12 Mudallas Sanad yang tidak disebut atau
sengaja digugurkan oleh
perawi nama grurunya dengan
cara memberi waham, bhwa
dia mendengar sendiri dari
orang yang disebut namanya
Analisis pemakalah bersumber dari:
1. Ulumul hadist karya Nawir Yuslem, MA
2. Ulumul Hadist karya Drs. M. Agus Solahudin, M.Ag & Agus Suyadi, Lc. M.Ag
3. Sejarah dan pengantar ilmu hadis Karya Teungku Muhammad hasbi Ash shiddieqiy
4. Ilmu Hadist karya Prof. Dr. H Muhammadiyah Amin, M.Ag
5. Ulumul Hadis karya DR. Nuruddin ‘itr
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
sistematika adalah pengetahuan tentang klasifikasi (penggolongan). Adapun
sistematika pembagian hadist dilihat dari 7 Aspek, yaitu : Berdasarkan kuantitas rawi,
20
kualitas rawi, segi penyandaran, isinya, sumber atau asalnya, diterima atau ditolaknya
dan bersambungnya / terputusnya sanad.
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang Sistematika Pembagian
Hadist Dilihat dari Berbagai Aspek, semoga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan pada kami khususnya. Dan tentunya makalah ini tidak lepas dari kekurangan,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami butuhkan guna
memperbaiki makalah selanjutnya.
21