BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Umum
Tinnitus merupakan salah satu masalah pengobatan yang amat kompleks. Merupakan
suatu fenomena psiko/akustik murni dan karenanya tidak dapat diukur. Diperkirakan 13
juta orang menderita gangguan ini, dan mungkin sekitar sejuta pasien mederita tinnitus
berat atau debilitasi. (1)
Meskipun orang normal dilahirkan dengan alat-alat yang diperlukan untuk berbicara,
mereka tidak dilahirkan dengan kemampuan untuk berbicara. Telinga dan otak
memadukan dan mengolah suara sehingga membuat anak dapat belajar menirunya. Jika
suara tidak dapat didengar ia tidak dapat ditiru. Bunyi tidak dapat menjadi kata-kata, kata
tidak akan menjadi kalimat, kalimat tidak akan menjadi pembicaraan, pembicaraan tidak
akan menjadi bahasa.
Pendengaran adalah suatu proses persepsi. Penderita yang datang berobat ke bagian
THT kebanyakan mengeluh ada gangguan pada pendengarannya atau keluhan pada
telinga mereka. Beberapa keluhan mengenai penyakit telinga yang penting antara lain
adalah nyeri telinga, kurang pendengaran, otorea, vertigo dan tinnitus. Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai tinnitus, karena dari beberapa keluhan diatas tinnituslah yang
paling banyak terjadi.
Telinga berdenging sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan gejala awal yang dapat
menyebabkan sejumlah kondisi medis. Seperti berkurangnya atau hilangnya
pendengaran karena terjadinya kerusakan pada mata, atau indikasi dari penyakit sistem
sirkulasi pada tubuh. Meski tak sampai menganggu penampilan, namun bisa dipastikan
menimbulkan ketidaknyamanan serta menghilangkan kosentrasi saat melakukan segala
macam aktivitas.(5)
1
1.2 Struktur dan Fisiologi Telinga
Pemahaman mengenai struktur dan fisiologi telinga sangat penting untuk
mempermudah dalam pembelajaran Tinnitus.
Telinga dapat dibagi menjadi Tiga bagian:
1. Telinga Luar
2. Telinga Tengah
3. Telinga Dalam
2
1.2.1 Telinga Luar
Terdiri dari Dua bagian utama yaitu: PINNA dan MEATUS ACUSTICUS
EXTERNUS.
Pinna disebut juga aurikula atau daun telinga, merupakan bagian yang terdiri
dari tulang rawan elastik dan kulit, antara lain: Tragus, Anti Tragus, Heliks, Crus
Heliks, Anti Heliks, Konka dan Lobulus. Dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis
dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang
merupakan cabang dari pleksus servikalis.
Meatus Akustikus Externus atau Canalis Auditoris Externus, sepertiga
bagian luarnya terdiri dari tulang rawan yang disebut juga Pars Cartilagenous
yang merupakan lanjutan dari aurikula. Dibagian ini terdapat: folikel rambut, kelenjar
pilosebasea dan kelenjar penghasil serumen atau lilin. Duapertiga bagian dalamnya
terdiri dari tulang atau Pars Osseus, bagian ini tidak berambut, hanya sedikit
dijumpai kelenjar serumen, merupakan bagian dari os temporal. Pada bagian dalam
ini dipersarafi oleh nervus vagus, sedangkan persarafan sebagian besar dari Canalis
Auditorius Externus ini adalah melalui nervus terigeminus.(5)
1.2.2 Telinga Tengah
Batas luar: Membrana tympani
Berwarna abu-abu dengan pembuluh darah pada bagian tepinya. Terdiri dari
dua bagian: pars flaccida (membrane Shrapnell atau bagian atas) hanya
dua lapis. Pars Tensa (membrane propria atau bagian bawah) terdapat
tiga lapis. Membrana ini terdiri atas empat kuadran yang berfungsi untuk menyatakan
letak perforasi, caranya dengan menarik garis searah prosessus longus maleus dan
garis yang tegak lurus pada garis itu di Umbo (bayngan penonjolan bagian bawah
maleus), yaitu:
1. Atas-Depan
2. Atas-Belakang
3
3. Bawah-Depan
4. Bawah-Belakang
Batas depan: Tuba Eustachius
Menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.
Batas bawah: Vena Jugularis (bulbus jugularis)
Batas atas: Tegmen Tympani (meningen/otak)
Batas dalam: Berturut-turut dari atas ke bawah Kanalis Semi Sirkularis, Kanalis Fasialis, Tulang-tulang pendengaran dan Promontorium.(5)
1.2.3 Telinga Dalam
Adalah organ terakhir untuk pendengaran dan keseimbangan. Terletak di pars petrosa
tulang temporal, terdiri dari:
· Tiga Kanalis Semisirkularis: mengarah ke posterior, superior dan
horizontal. Tiap kanalis mempunyai ujung yang melebar, ampula yang
merupakan organ akhir sensoris untuk keseimbangan.
· Vestibulum:berisi perilimfa dan dasar dari skala vestibuli disebut membrane
vestibuli (Reissner’s membrane)
· Koklea: suatu struktur berbentuk rumah siput
Tiap struktur diatas terdiri dari tiga bagian yaitu labirin oseosa, labirin
membranosa dan ruang diantaranya.
Labirin oseosa adalah selubung tulang luar.
Labirin membranosa terletak di dalam labirin oseosa dan mengandung
cairan yang disebut endolimfe dan struktur sensoris.
Ruang diantara kedua labirin ini berisi cairan lain yang disebut perilimfe. (5)
4
BAB II
ISI
2.1 DEFINISI
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan
mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa
bunyi mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi yang lain.
Gejalanya bisa terus menerus atau hilang timbul.
Tinnitus disebabkan oleh kelainan yang letaknya proksimal terhadap
foramen ovale. Tinnitus merupakan gejala medis yang agak berat untuk
dievaluasi. Tinnitus dapat timbul apada usia berapapun, tapi gejala ini lebih
sering timbul pada pasien 40 dan 80 tahun. Biasanya pada pria lebih sering terjadi
dibanding dengan wanita. Untuk kasus-kasus tertentu, tinnitus kadang-kadang
menyerang ibu hamil atau wanita menstruasi. Tapi gangguan ini akan segera
hilang saat kembali pada kondisi normal.(5)
Tinnitus ada 2 macam:
1. Tinnitus objektif bersifat vibratorik, berasal dari badan penderita, misalnya
suara aliran darah dari suatu aneurisma, suara jantung, suara nafas, atau
suara dari kontraksi otot-otot disekitar telinga. Biasanya tidak hanya si
penderita saja yang bisa mendengarnya tapi juga si pemeriksa dengan
auskultasi disekitar telinga.
2. Tinnitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif
atau perubahan degeneratif traktus audiotorius mulai dari sel-sel rambut
getar koklea sampai pusat saraf pendengaran.(5)
Selain itu Tinnitus juga dapat dibagi menjadi:
5
1. TINNITUS NONPULSATIL
Tinnitus nonpulsatil didefinisikan sebagai bising menetap atau tidak
terputuskan, dan telah digambarkan sebagai bunyi berdenging,
mendenging, berdesis. Kadang-kadang pasien menggambarkannya sebagai
bunyi bergemuruh di dalam telinganya, yang lazim pada hidrops
endolimfatik telinga dalam akibat bermacam-macam kelainan. Gejala-
gejala ini dapat berlangsung selama beberapa periode waktu yang
bervariasi. Tinnitus lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya
paling menganggu di malam hari, efek penutup kebisingan lingkungan dan
aktivitas kerj sehari-hari dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara
tersebut.
a. Tinnitus Nonpulsatil dengan Ketulian
Tinnitus jenis ini lebih sering timbul bersama tuli sensorineural
dibandingkan tuli konduktif dan sangat jarang suatu tuli
sensorineural tidak disertai tinnitus. Terkadang tinnitus merupakan
petunjuk awal timbulnya tuli sensoneural nada tinggi. Tetapi tes
audimetri akan menunjukkan tuli pada frekuensi di atas batas
frekuensi pendengaran.
b. Tinnitus Nonpulsatil tanpa Ketulian
Tinnitus jenis ini bisa bersifat fisiologis, fungsional atau karena
gangguan pendengaran pada frekuensi di atas batas yang di tes
selama tes audiometri klinis rutin. Tinnitus fisiologis tidak
berbahaya secara medis. Terapi tinnitus nonpulsatil seperti
melakukan suatu tindakan yang sangat sederhana tetapi sering
efektif adalah menyetel radio dengan gelombang diantara 2
gelombang pemancar radio, suara konstan ini dapat menutupi
tinnitus. Pendekatan yang kurang memuaskan tetapi efektif dengan
pemberian sedativa, tetapi terapi seperti ini harus dihindari bila
mungkin atau hanya diberikan untuk jangka waktu pendek secara
intermiten karena dapat menyebabkan ketergantungan pada pasien
tinnitus.(2,3,4)
6
2. TINNITUS PULSATIL
Tinnitus jenis ini jarang terjadi dibandingkan tinnitus nonpulsatil dalam
vaskular maupun non vaskular. Biasanya tinnitus vaskular digambarkan
sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut
jantung sedangkan tinnitus nonvaskular digambarkan sebagai bising klik,
goresan. Pada kedua tipe ini mungkin mendengar suara dengan
menempatkan stetoskop di aurikula atau pada kepala sekita telinga.(2,3,4)
2.2 PENYEBAB TINNITUS
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam yaitu:
1. Paparan bising
Paparan suara keras dapat merusak dan bahkan menghancurkan sel-sel
rambut, yang disebut silia, di telinga dalam. Sekali rusak, sel-sel
rambut tidak dapat diperbaharui atau diganti.
2. Trauma kepala dan leher
Trauma fisik pada kepala dan leher dapat menyebabkan tinnitus.
Gejala lain termasuk sakit kepala, vertigo, dan kehilangan memori.
3. Gangguan tertentu
Seperti hipo-atau hipertiroidisme, penyakit Lyme, fibromyalgia, dan
thoracic outlet syndrome, tinnitus dapat sebagai sebuah gejala. Ketika
tinnitus adalah gejala dari gangguan lain, mengobati gangguan dapat
membantu meringankan tinnitus.
4. Beberapa jenis tumor
5. Penyakit kardiovaskuler
6. Cedera yang menyebabkan kelainan rahang
7. Ototoksisitas
7
Beberapa obat yang ototoksik yaitu golongan aminoglikosida,
eritromisin, diuretik yang bekerja pada lengkung Henle ginjal, obat
anti inflamasi, obat anti malaria, obat anti tumor dan obat tetes telinga
topikal. Obat lain akan menghasilkan tinnitus sebagai efek samping
tanpa merusak telinga bagian dalam. Efek, yang dapat tergantung pada
dosis obat, bisa sementara atau permanen.
8. Tinnitus pulsatil
Jenis yang jarang ditemukan yang terdengar seperti denyut berirama di
telinga, biasanya bersamaan dengan detak jantung seseorang. Jenis
tinnitus ini dapat disebabkan oleh aliran darah abnormal pada arteri
atau vena dekat dengan telinga, tumor dalam otak atau kelainan
struktur otak.(2,5)
2.3 PATOFISIOLOGI
Susunan organ telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang-
tulang pendengaran dan rumah siput. Suara berdenging itu akibat rambut getar yang
ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran ini diterima
saraf pendengaran dan diteruskan ke otak. Kemudian, terdengar suara denging tadi.
Maka ada baiknya mengistirahatkan telinga dari suara bising dan mencari keheningan.
Pendengaran yang terganggu biasanya ditandai dengan mudah marah, pusing, mual
dan mudah lelah.
Kepekaan terhadap suara bising pada setiap orang berbeda-beda, tetapi hampir
setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu
cukup lama. Setiap bunyi dengan kekuatan diatas 85 dB bisa menyebabkan
kerusakan.
Di Indonesia, nilai ambang batas yang dipoerbolehkan dalam bidang industri
telah ditetapkan sebesar 85 dB untuk jangka waktu maksimal delapan jam. Tetapi,
implemetasinya belum merata. Perlu dipahami bahwa makin tinggi paparan bising,
makin berkurang jangka waktu paparan yang aman. Misalnya pada 115 dB (konser
8
musik rock), 15 menit saja sudah berbahaya. Pada 130 dB (mesin jet), 2 menit saja
dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Bising adalah bunyi yang tidak diinginkan, menganggu, mempunyai sumber
dan menjalar melalui media perantara. Secara fisik, bising merupakan gabungan
berbagai macam bunyi dengan berbgai frekuensi yang hampir tidak mempunyai
periodisitas, tidak mempunyai arti, tidak berguna dan memiliki intensitas yang selalu
melampaui milai ambang batas (NAB) yang diperbolehkan dan lama paparannya
melampaui batas waktu yang diperkenankan.
Bising dengan intensitas yang cukup tinggi dengan waktu papar cukup lama
akan menimbulkan kerusakan pada sel-sel rambut (hair cells) yang terdapat di telinga
bagian dalam (cochlea). Sel rambut adalah sel yang berfungsi mengubah energi
akustik menjadi rangsangan listrik untuk dapat diteruskan ke pusat persepsi
pendengaran di otak. Sehingga kerusakan pada sel rambut menyebabkan
tergangguanya proses mendengar dengan akibat terjadi penurunan fungsi
pendengaran. Pada awalnya hanya bersifat sementara, tetapi bila paparan bising
berlsangsung terus maka kerusakan akan menetap.
Tinnitus akan menjadi terus menerus atau akan menjadi lebih keras sensasinya
bila paparan bising ulangan atau terpapar bising dengan intensitas lebih besar.
Tinnitus akan lebih menganggu bila berada dalam suasana sunyi atau pada saat tidur.
Gejala lain adalah penurunan fungsi pendengaran, akibatnya pasien akan mengeluh
sulit berbiacara terutama bila berada dalam ruangan yang cukup ramai (Cocktail party
deafness). Lebih jauh lagi penderita akan sulit berbicara walaupun berada dalam
ruangan yang sunyi. (1,2,3,4,5)
Beberapa sumber bising yang dapat menyebabkan tinnitus:
1. Mesin industri atau mesin kendaraan yang dikemudikan, misalnya: mesin
percetakan buku atau surat kabar, generator pembangkit tenaga listrik,
mesin kapal terutama mesin turbin, mesin diesel bahkan termasuk mesin
bajaj.
2. Aktivitas pekerjaan di galangan kapal
3. Konser musik (misalnya pada musik heavy metal,rock)9
4. Letusan senjata api
5. Ledakan bom atatupun petasan ukuran besar
6. Kegemaran mendengarkan musik melalui head phone dengan volume
besar. (1,2,3,4,5)
Menurut frekuensi getarnya, tinnitus terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
1. Tinnitus frekuensi rendah (low tone), seperti bergemuruh
2. Tinnitus frekuensi tinggi (high tone), seperti berdenging
Tinnitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga
terjadi karena gangguan konduksi. Tinnitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi,
biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi
dengung ini terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan biasanya terjadi pada sumbatan
liang telinga karena serumen atau tumor, otitis media, otosklerosis,dll.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi (4000
Hz). Terjadi pada telinga bagian dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi
merambat melalui cairan telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut
pendengaran sehingga telinga tak merespon lagi frekuensi suara. Bila suara keras
hanya merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan keras
pada telinga yang dialami penderitanya.(5)
2.4 DIAGNOSIS
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk cara
pengobatannya perlu ditegakkan diagnosis untuk mencari penyebabnya yang biasanya
sulit diketahui. Untuk memastikan diagnosis perlu ditanyakan riwayat terjadinya
kebisingan, perlu pemeriksaan audiometri nada murni (Pure tone audiometry). Pada
pemeriksaan audiometri nada murni gambaran khas berupa taktik (notch) pada
frekuensi 4 kHZ.
10
Anamnesis merupakan hal utama dan yang terpenting dalam penegakan
diagnosis tinnitus. Hal-hal yang perlu ditanyakan misalnya kualitas dan kuantitas
tinnitus tersebut. Apakah ada gejala lain yang menyertainya seperti adanya vertigo,
gangguan pendengaran lainnya atau gejala neurologik lain, riwayat terjadinya tinnitus,
apakah sampai menganggu aktivitas sehari-harinya. Pemeriksaan penala, audiometri
nada murni, audiometri tutur dan bila perlu dilakukan pemeriksaan ENG atau
laboratorium.(5)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah:
1. Lama serangan tinnitus:
· Bila berlangsung dalam waktu 1 menit, biasanya akan hilang sendiri,
hal ini bukan merupakan keadaan patologik.
· Bila berlangsung dalam waktu 5 menit, merupakan keadaan patologik.
Terlebih jika disertai gangguan pendengaran lainnya (tinnitus subjektif
unilateral), perlu dicurigai kemungkinan tumor neuroma akustik atau
trauma kepala.
2. Apabila pasien sulit mengidentifikasi kanan atau kiri, kemungkinan disaraf
pusat.
3. Kualitas tinnitus, harus jelas apakah tinnitus yang didengar itu bernada rendah
atau tinggi. Bila tinnitus bernada tinggi biasanya kelainannya pada daerah
basal koklea, saraf pendengar perifer (tinnitus yang berasal dari telinga luar,
telinga tengah, telinga dalam) dan sentral (tinnitus yang berasal dari sentral
pendengaran otak). Contoh tinnitus bernada rendah seperti suara angin, suara
AC, suara seperti telinga kemasukan air. Sedangkan contoh tinnitus bernada
tinggi seperti suara pesawat jet, suara jangkrik atau suara tiang listrik dipukul.(5)
2.5 PENGOBATAN
Dalam banyak kasus, tidak ada perawatan spesifik untuk tinnitus. Tinnitus hanya
dapat hilang dengan sendiri, atau mungkin menjadi cacat tetap bahwa pasien harus "hidup 11
bersama." Beberapa otolaryngologis (spesialis telinga) telah merekomendasikan niacin
untuk merawat tinnitus. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan niacin yang
membantu mengurangi tinnitus, dan dapat menimbulkan masalah dengan kemerahan pada
kulit. Obat gabapentin (Neurontin, Gabarone) dalam dosis tinggi, dan mengurangi tingkat
gangguan dari tinnitus pada beberapa pasien, tetapi tidak memperkecil volume suara, dan
tidak ditemukan lebih baik dibandingkan plasebo. Sebuah studi 2005 di Brasil
menggunakan acamprosate (Campral), obat yang digunakan untuk mengobati kecanduan
alkohol, menunjukkan angka hampir 87% dari menghilangkan gejala. Studi obat ini untuk
pengobatan tinnitus saat ini berlangsung di Amerika Serikat. (2)
Pada umunya pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara yaitu:
1. Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi)
dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat denga alat
bantu dengar atau tinnitus masker.
2. Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan
pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan bisa disembuhkan, serta
mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarkan setiap saat.
3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas
diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer,
antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.
4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat
mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang
diderita benar-benar parah.
Pasien yang menderita tinnitus perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga
rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat
diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus
tersebut. Pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sulit diobati dan dianjurkan agar
beradaptasi dengan gangguan tersebut.(5)
2.6 PENCEGAHAN
12
Berikut ini tips-tips yang berguna untuk mencegah terjadinya tinnitus :
1. Hindari suara-suara yang bising/ gaduh jangan terlalu sering
mendengarkan suara bising (misalnya diskotik, tempat-tempat yang
menyediakan games dengan suara-suara yang mebuat telinga bising,
konser musik rock, bunyi sepeda motor tanpa peredam, petasan, walkman,
loudspeaker, permainan anak yang berbunyi keras bahkan telpon genggam
juga mengandung bahaya, khususnya bagi anak dan reamaja)
2. Batasi pemakaian headset, jangan mendengar dengan volume yang amat
maximal.
3. Gunakan pelindung telinga apabila berada ditempat-tempat bising
(misalnya menggunakan plastik yang dimasukkan ke saluaran telinga atau
penutup telinga yang mengandung gliserin)
4. Pemberian obat-obatan juga penting, terutama vitamin bagi saraf dan obat
yang dapat melebarkan pembuluh darah.
5. Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam. Jangan melakukan diet
yang tidak seimbang karena setengah nutrisi berperan dalam kesehatan sel
saraf telinga secara langsung atau tidak langsung.
6. Perbanyak mengkonsumsi Vitamin A dan E karena vitamin A dan E
merupakan nutrisi penting untuk menjaga membran sel dalam telinga dan
dapat meningkatkan peredaran oksigen terhadap sel masing-masing.
7. Pengambilan mineral sperti magnesium dan zink yang seimbang dan
viatamin B kompleks dapat membantu mengatasi masalah tinnitus.
8. Senam atau beraktivitas yang menyenangkan seperti yoga, tai-chi, pijat,
akupresur, hypnosis, reiki dan meditasi. Hal ini berguna untuk membantu
mempertahankan kesehatan sistem peredaran darah.
9. Berpikirlah positif, cobalah untuk melawan pikiran negatif dengan pikiran
positif.
10. Berlatih untuk menghindari stres semampunya
13
11. Kendalikan gaya hidup dan aturlah waktu sebaik mungkin
12. Atasilah emosi
13. Periksalah gigi anda dan pastikan tidak ada masalah pada sendi tempurung
kepala-rahang (temporo-mandibular joint)
14. Mengulum/mengunyah permen karet. (1,2,3,4,5)
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan saran
· Tinnitus merupakan salah satu keluhan yang paling banyak diderita oleh penderita
yang berobat pada bagian THT
· Tinnitus bukan suatu penyakit tetapi suatu tanda atau gejala dari penyakit
· Jenis-jenis tinnitus antara lain: vibratorik, nonvibratorik, pulsatil, nonpulsatil
· Anamnesis merupakan hal utama yang terpenting dalam penegakan diagnosa Tinnitus
(lama, kualitas, kuantitas, penyakit atau gangguan lain yang menyertai)
· Untuk mengobati tinnitus perlu mengetahui penyebab utamanya
· Disarankan agar seseorang menghindari faktor-faktor penyebab ataupun resiko
terjadinya tinnitus
· Hendaknya lebih memerhatikan kesehatan dan lingkungan karena berbagai faktor
penyebab tinnitus disebabkan oleh gangguan kesehatan maupun gangguan dari luar
· Hendaknya memeriksakan ke dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan jika
terjadi gejala-gejala tinnitus
15
DAFTAR PUSTAKA
1.Adams, Goerge L.,dkk. 1997.BOEIS Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta: Penerbit Buku
Kedeokteran ECG
2.American Tinnitus Association. 2012. About Tiniitus. From http://www.ata.org/for-
patients/about-tinnitus 01 Juli 2012
3.British Tinnitus Association. 2012. From http://www.tinnitus.org.uk/, 01 Juli2012
4.Cunha, John P. 2012. Tinnitus Ringing in The Ear and Other Ear Noise. From
http:www.medicinenet.com/tinnitus/article.htm, 01 Juli 2012
5.Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
16