BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini Penulis mencoba membahas bagaimana latar belakang Pertobatan
Rasul Paulus yanga ada didalam kitab Kisah Para Rasul ,dan Tujuan Penulis Membahas ini
supaya kita hal ini Banyak orang memahami istilah “pertobatan” berarti “berbalik dari dosa.”
Ini bukanlah definisi Alkitab mengenai pertobatan. Dalam Alkitab, kata “bertobat” berarti
“berubah pikiran.” Alkitab juga memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan
menghasilkan perubahan tindakan (Lukas 3:8-14, Kisah Rasul 3:19). Kisah 26:20 menyatakan,
“Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah
serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Definisi pertobatan
yang sepenuhnya secara Alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan
tingkah laku.
BAB II
KEHIDUPAN RASUL PAULUS
A. LATAR BELAKANG DAN PERTOBATAN RASUL PAULUS
a. SIAPA PAULUS ITU?
Kita akan mulai mempelajari kehidupan Rasul Paulus dengan terlebih dahulu melihat
latar belakang hidupnya. Nama aslinya adalah Saulus (nama yang diambil dari bahasa Ibrani),
tetapi setelah bertobat mengambil nama dalam bahasa Yunani, yaitu Paulus. Saulus adalah
seorang Yahudi dan ia sangat bangga dengan keyahudiannya itu. Ia berasal dari suku Benyamin
dan ia juga memiliki kewarganegaraan Roma.
b. Penduduk asli tarsus
Waktu kelahiran Paulus kurang lebih sama dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Ia
dilahirkan di Tarsus, sebuah kota yang terkemuka zaman itu di wilayah Kilikia. Tarsus terletak
hanya 1,2 km dari Laut Tengah. Oleh karena itu, Tarsus menjadi kota pusat perdagangan. Di
samping itu, Tarsus juga menjadi kota ilmu pengetahuan. Banyak orang pendatang yang belajar
di sekolah-sekolah terkenal di Tarsus, dan kemudian tersebar ke seluruh bagian kekaisaran
Roma. Di kota ini tinggal orang-orang Yunani dan orang- orang Timur, juga bangsa-bangsa yang
lain.
Walaupun Paulus pertama-tama dan terutama adalah seorang Yahudi, ia juga bangga
terhadap Tarsus, yang merupakan kota pendidikan tinggi serta juga pusat pemerintahan dan
perdagangan. Tetapi ia tidak merasa senang dengan kebudayaan di kota itu yang bersifat Yunani
dan kafir. Orangtua Paulus merupakan orang-orang Yahudi dan sekaligus menjadi warga negara
Roma. Walaupun mereka berusaha melindungi Paulus dari pengaruh kafir sewaktu remaja, tetapi
keadaan kota Tarsus membuat setiap anak yang cerdas terpengaruh oleh bahasa dan ide-ide
kebudayaan Yunani yang kafir. Pengaruh itu tampak dalam tiga rujukan sastra Yunani oleh
Paulus, yakni kepada penyair-penyair Epimenides (Kisah Para Rasul 17:28), Aratus (Titus 1:12)
dan Menander (1Korintus 15:33).
Sewaktu masih sangat muda, orangtua Paulus memutuskan ia harus menjadi seorang rabi (guru
hukum Taurat). Sebagai seorang anak kecil di Tarsus, ia belajar tentang tradisi-tradisi umat
Yahudi melalui pendidikan yang teratur di sinagoge setempat. Alkitabnya yang pertama
kemungkinan besar adalah Septuaginta, terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani.
Sewaktu tinggal di Tarsus, Paulus juga belajar membuat tenda, sebab setiap murid hukum Taurat
dianjurkan mempelajari suatu ketrampilan di samping menuntut ilmu. Hal ini sangat bermanfaat
bagi Paulus pada kemudian hari, sebab dengan demikian dia sanggup memperoleh nafkah sendiri
sewaktu melakukan pekerjaan misionernya.
Di kota Tarsus Paulus mendapat kesempatan belajar tentang cara hidup bangsa yang
bukan Yahudi. Oleh karena itu, ketika waktunya tiba, dia dapat memperkenalkan Injil Kristus
kepada bangsa-bangsa lain dengan cara yang sangat baik.Dalam sejarah Perjanjian Baru sesudah
kebangkitan Yesus, perhatian beralih dari Petrus dan para murid Yesus lainnya kepada seorang
tokoh penting lain dalam kehidupan jemaat mula-mula - yakni Paulus, sang Farisi. Paulus bukan
satu-satunya orang Farisi yang menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 15:5), tetapi ia memang yang
paling terkenal. Berbeda dengan banyak orang Kristen Yahudi lainnya, Paulus tidak lahir di
Palestina. Sama seperti banyak orang yang bertobat pada hari Pentakosta, ia seorang Yahudi
Helenis. Ia berasal dari kota Tarsus di provinsi Silisia, dan dia juga seorang warga negara Roma
(Kisah Para Rasul 22:3,27).1
c. Masa muda Paulus
Mungkin sekali ada dua masa yang berbeda dalam kehidupan Paulus sewaktu muda:
masa kanak-kanak yang dihabiskannya di Tarsus, dan masa muda serta awal kedewasaan di
Yerusalem. Kata "dibesarkan" dalam Kisah Para Rasul 22:3 dapat berarti ketika masih bayi
Paulus pindah dari Tarsus ke Yerusalem. Tetapi kebanyakan ahli berpendapat hal itu hanya
mengacu pada pendidikannya. Paulus pulang ke Tarsus setelah pertobatannya (Kisah Para Rasul
1 John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996 )
9:30), jadi kelihatannya kota ini yang dianggapnya sebagai kampung halaman.
B. Pekerjaan Rasul Paulus sebelum Dia bertobat
a. Penganiayaan Orang Kristen
Paulus menjadi pemimpin di antara orang Yahudi. Para pemimpin yang lebih tua mundur
dan membiarkan kesempatan kepada Paulus menjadi pimpinan pasukan untuk menghancurkan
Kekristenan. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan Kekristenan ini dengan
berkata: "Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang
kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga
setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan
memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar
mereka, bahkan sampai ke kota- kota asing." (Kisah Para Rasul 26:10,11).Paulus adalah seorang
yang taat kepada agama Yahudi dan dia merasa bahwa apa yang dia lakukan itu benar. Ini terjadi
sebelum ia mengalami kasih dan anugerah dari Tuhan dan Juru Selamat kita Yesus Kristus.2
b. Proses pertobatan Paulus
Pertobatan Paulus merupakan salah satu peristiwa terbesar sejarah Kekristenan. Paulus
telah bertanggung jawab atas begitu banyak kematian dan ribuan orang-orang Kristen yang
dipenjarakannya. Sekarang ia ada dalam perjalanan menuju Damsyik, sebuah kota penting di
Siria, untuk mengusir orang-orang Kristen di sana. Ada tiga peristiwa dari pengalaman
pertobatan Paulus yang tercatat di dalam Perjanjian Baru. Lukas menceritakannya menurut
kenyataan sejarah dan Paulus menceritakannya dengan kata-katanya sendiri sebanyak dua kali
(semua dapat ditemukan dalam Kitab Kisah Para Rasul).
Paulus telah membuat namanya ditakuti di antara semua orang Kristen di Yerusalem. Dia
telah berhasil memisahkan atau membungkam banyak orang Kristen di kota suci itu. Kemudian,
ia mendapat laporan tentang adanya kelompok besar orang Kristen di kota Damsyik. Kota
Damsyik, kira-kira 240 km jauhnya dari Yerusalem. Dia memutuskan untuk pergi ke sana untuk
melanjutkan penganiayaannya kepada orang- orang percaya ini. Dia telah diberi kekuasaan
2 I.Snoek,Sejarah Suci.PT.BPk Gunung Mulia,Jakarta,Thn 2006.
penuh dan membawa surat izin untuk memasuki kota dan menangkap semua orang Kristen di
kota itu dan membawa mereka kembali dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem. Paulus dan
kawan-kawan memulai perjalanan yang panjang menuju Damsyik. Perjalanan ini membutuhkan
waktu enam sampai tujuh hari dan selama perjalanan panjang ini anak muda yang pandai dan
penuh semangat ini mempunyai banyak waktu untuk berpikir. Mungkin ia mulai meragukan
tindakannya. Dia tidak habis berpikir dan tidak mengerti bagaimana Stefanus bisa mati dengan
begitu tenangnya. Dia tidak dapat melupakan doa Stefanus ketika Stefanus "menutup mata"
dengan damai. Paulus merasa bahwa dia harus melakukan hal yang ia pandang benar, tetapi dia
terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Oleh karena itu, ia pun pergi
ke Damsyik.
Paulus menerima Injilnya dari Kristus sendiri, katanya, yakni dalam pewahyuan pada
perjalanan ke Damsyik (lihat juga 1Korintus 15:8). Dari pewartaan para murid ia sudah tahu
bahwa Yesus diimani sebagai Kristus. Justru itulah sebabnya bahwa ia menganiaya orang
Kristen, yang dari sudut Yahudi mesti dilihat sebagai orang murtad. Tetapi pada perjalanan ke
Damsyik ia mulai sadar bahwa orang Kristen benar, Yesus sungguh Almasih, Putra Allah. Bagi
Paulus ini suatu pengalaman batin. Tetapi pengalaman iman ini, yang bersumber pada wahyu
Allah sendiri, membuat Paulus menegaskan bahwa ia tidak menerima Injilnya dari manusia3
3 Tom Jacobs, RASUL PAULUS, Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 1984 Halaman : 9 – 13)
BAB III
AMPLIKASI PERTOBATAN PAULUS DALAM KEHIDUPAN KEKRISTENAN
PADA MASA KINI
A. Menurut Para Tokoh Gereja
a. Fr. George T Montague SM,
Menjelaskan tentang otentisitas ajaran Paulus sebagai ajaran yang sungguh
berasal dari Kristus, dengan menekankan pentingnya peran pertobatan Rasul Paulus yang
disebabkan oleh perjumpaan Paulus secara pribadi dengan Kristus yang telah
bangkit. Pertobatan Rasul Paulus ini memang menjadi titik awal yang tidak hanya mengubah
kehidupan Paulus secara pribadi, namun juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan seluruh
Gereja. Memang Paulus tidak termasuk dalam bilangan keduabelas Rasul yang menjadi saksi
bagi karya pelayanan Kristus sejak Kristus memulainya di zaman Yohanes Pembaptis.
Namun demikian, Rasul Paulus telah melihat Kristus yang telah bangkit dan bahkan dalam
terang kemuliaan-Nya (yang sampai membuatnya buta). Terang kemuliaan ini malah tidak
ada dalam penampakan-penampakan Kristus kepada keduabelas Rasul-Nya itu. Maka
panggilan kepada Rasul Paulus bersifat profetis, seperti halnya panggilan kepada Nabi
Yehezkiel, Yeremia, dan Yesaya. Para Nabi itu juga tidak mengalami kontak langsung
dengan Tuhan, sebagaimana yang dialami oleh keduabelas Rasul yang berkontak langsung
dengan Tuhan Yesus. Namun para Nabi tersebut juga menuliskan kitab-kitab yang diakui
Gereja sebagai tulisan yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, dan menjadi bagian dari Kitab
Suci. Maka, seperti juga yang diungkapkan oleh para nabi tersebut,
melalui Rasul Paulus nubuatan tentang Hamba Tuhan yang akan mewartakan Kabar Gembira
kepada semua bangsa melalui pelayanan pengajaran dan penderitaan, sungguh-sungguh
tergenapi Rasul Paulus sendiri mengalami bagaimana iapun turut mengambil bagian di dalam
penderitaan Kristus demi mewartakan Injil ( 2 Kor 4:10-11;6:4-5; 2Kor 11:23-33).
Di awal perjalanan imannya sebagai seorang Kristiani, setelah ia dibaptis di
Damsyik,Paulus menarik diri ke daratan Arab (lih. Gal 1:16-). Walaupun alasannya menyepi
tidak disebutkan dengan jelas dalam Kitab Suci, namun dapat dimengerti, jika Rasul Paulus
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri, saat segala nilai-nilai yang sebelumnya
dipegang dengan kuat-kuat kini dibalikkan dan diarahkan kepada Kristus (Flp 3:7-12). Sejak
masa pertobatannya, Rasul Paulus memiliki pengalaman rohani dengan Kristus yang
sungguh mengubahnya menjadi manusia yang baru, yang hidup secara baru (Gal 2:20, Flp
1:21; 3:7-11). Dengan pengalamannya bertemu dengan Kristus di perjalanan ke Damsyik (34
AD) dan pengalaman rohaninya dengan Kristus, Paulus dengan tegas menyatakan bahwa
Injil yang diberitakannya itu tidak berasal dari manusia namun berasal dari wahyu Yesus
Kristus (lih. Gal 1:11-12). Walaupun kelak dalam perjalanan selanjutnya,
pertemuan Paulus dengan para saksi mata kehidupan Kristus tentu meneguhkan kebenaran
wahyu yang diterimanya dari Kristus tersebut.4
b. Fr. Fernand Prat SJ
menuliskan empat acuan ayat yang sangat penting, agar kita dapat memahami
keotentikan pengalaman Rasul Paulus pada saat pertobatannya, yaitu justru karena
sebelumnya ia adalah seorang Yahudi yang sangat taat dan yang karena ketaatannya itu ia
menganiaya jemaat Allah, sebab ia berpikir bahwa dengan melakukannya ia berbuat sesuatu
yang benar menurut hukum taurat: “Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu
dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha
membinasakannya. Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang
sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat
istiadat nenek moyangku.” (Gal 1:13-14)…. “Karena aku adalah yang paling hina dari semua
rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” (1Kor 15:9)…”…aku yang tadinya
seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-
Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.” (1 Tim
1:13) …”tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku
penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.”
(Flp 3:5-6).
Seseorang yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk
menjadi Rasul-Nya, dan sungguh rahmat Tuhan-lah yang mengubahnya menjadi seorang
Rasul yang luar biasa, yang kita kenal dengan nama Rasul Paulus. Kasih Tuhan Yesus
mengubah seluruh hidup Rasul Paulus, dan karena pengalaman dikasihi oleh Tuhan ini,
4 http://katolisitas.org/10036/otentisitas-ajaran-rasul-paulus#high_2
Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah ini, yang juga dapat menjadi ungkapan
hati kita semua yang mengimani Kristus: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri
yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi
sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi
aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20)5
B. Pentingnya Pertobatan Dalam Kehidupan Orang Percaya
Panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya memiliki dua tujuan yaitu menjadi serupa
dengan Kristus (lahir baru dan bertumbuh) dan menjadi penjala manusia (pemberita Injil).
Keduanya harus menjadi satu kesauan yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum bertobat, Paulus
giat melakukan pekerjaan Allah menurut pemahamannya sendiri, sehingga ia mengerjakan
pekerjaan yang salah. Baru setelah mengalami pertobatan (lahir baru), ia menjadi pemberita
Injil yang luar biasa dipakai Tuhan, dan ia menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Penting
bagi kita orang percaya untuk melayani Tuhan dengan dasar pertobatan yang jelas, karena
tanpa pertobatan sejati, pekerjaan kita akan sia-sia. Kita sudah diselamatkan oleh Tuhan
ketika menjadi orang percaya, dan Ia menyelamatkan kita supaya kita menjadi saluran berkat
bagi orang lain.
pertemuan Saulus dengan Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik adalah awal dari
perubahan besar dalam hidupnya, yaitu pembaharuan hidup. Yesus yang selalu dihina oleh
orang-orang Yahudi pada waktu itu telah menjadi Tuhan bagi Saulus yang kemudian diubah
namanya menjadi Paulus. Perjumpaan yang memberinya tujuan hidup yang baru, bukan lagi
sebagai penganiaya orang percaya, tetapi sebagai pejuang Kristus bagi berita Injil.
Perjumpaan dengan Yesus secara pribadi telah mendasari pertobatan Paulus. Ananias pun
dipakai Allah untuk mendoakan Paulus supaya dapat melihat kembali dan penuh dengan Roh
Kudus.
Perjumpaan seperti inilah yang harusnya didambakan setiap orang percaya, hari demi
hari, sepanjang hidupnya. Perjumpaan dengan Yesus haruslah menjadi dasar bagi sebuah
pertobatan, bukan alasan yang lain. Pertobatan hanya karena tawaran posisi dalam pelayanan,
harta, atau kepentingan pribadi semuanya hanya semu belaka. Namun, jika Yesus yang
5 lih. Laur, Gebhard M Heyder a. S., Paul of Tarsus, translated by Herman Mueller, SVD, (Manila: Logos Publication, 1994), p. 7-8
adalah Tuhan dijadikan dasar bagi pertobatan, maka segala sesuatu akan berujung pada
kemuliaan Kristus.
Malam ini mari kita ingat kembali, sudah benarkah dasar pertobatan kita? Apakah
kita mengikut Dia karena telah mengalami perjumpaan dengan Yesus secara pribadi? Apakah
pertobatan kita benar-benar berdasarkan Yesus atau yang lain? Mari belajar untuk mengikut
Dia dengan setia. Jadikan Yesus sebagai dasar pertobatan dan dasar dari segala sesuatu yang
kita lakukan. Pahamilah kehendak- Tuhan dan hiduplah di dalamnya supaya melalui hidup
kita, berita tentang kasih dan kebaikan-Nya sampai kepada bangsa-bangsa.
Ketahuilah ini, bahwa”manusia lama” dari orang yang telah bertobat telah disalibkan
bersama Kristus, sehingga sejak sekarang mereka tidak lagi melayani dosa – karena ia telah
mati dan telah dibebaskan dari dosa (band Roma 6:4-7). Selanjutnya orang-orang yang telah
bertobat melayani Tuhan dalam roh yang baru (Roma 7:6). Tetapi dalam kasus adanya
beberapa keraguan dalam pikiran Anda, Penulis akan memberikan beberapa point yang
menunjukkan perlunya pertobatan.
a) Pertobatan adalah alasan utama Kristus datang kedalam dunia untuk
memberikan, untuk membawa orang-orang berdosa yang jahat kepada
Allah. Apakah Anda berpikir bahwa Kristus datang untuk melakukan seseuatu yang
tidak perlu? Sama halnya penderitaan-Nya untuk membayar dosa-dosa kita, sehingga
ajaran dan Roh-Nya perlu untuk pertobatan kita. Kita tidak dapat diselamatkan selain
melalui pertobatan. Mungkinkah Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia dengan
tujuan memanggil pulang orang-orang berdosa, jika mereka dapat diselamatkan tanpa
melalui pertobatan? Tuhan Yesus adalah ahli fisika yang agung tentang jiwa. Ia datang
bukan untuk menyembuhkan penyakit ringan yang dapat disembuhkan tanpa Dia. Ia
datang untuk menyembuhkan kutuk dosa yang merusak, yang mana tidak ada yang dapat
menyembuhkannya selain Dia. Tidak pernah ada di dalam pikiran Kristus bahwa Ia
atang untuk menderita demi menebus dosa-dosa kita, dan kemudian membiarkan kita
terus hidup di dalam dosa tanpa adanya suatu perubahan. Ia tidak pernah berpikir untuk
membawa manusia ke sorga bersama dengan dosa-dosa mereka, tetapi ia membinasakan
dosa-dosa mereka, karena itu tidak layak untuk masuk ke dalam sorga. Ia tidak pernah
bermaksud untuk membawa Anda bersama penyakit (dosa) Anda ke dalam Sorga, tetapi
sebelumnya Ia menyembuhkan penyakit Anda, karena jika tidak itu akan merusak Anda.
Bukankah penghujatan yang lebih besar dari menentang Kristus adalah
mempertemankan Dia dengan dosa yang sangat Ia benci? Bukankah penghujatan yang
lebih besar adalah dengan membayangkan bahwa Kristus berdiri bersama Setan dan
memperkuat kerajaan Setan yang mana misi sejati-Nya adalah justru untuk
membinasakannya? Selanjutnya, Kristus datang untuk mempertobatkan manusia, dan
bukan untuk mengampuni siapapun tanpa pertobatan. “Sebab Anak Manusia datang
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10). “yang telah
menyerahkan diri-Nya bagi kita,” bukan mengampuni dan menyelamatkan tanpa
mempertobatkan kita, tetapi “untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk
menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat
baik” (Titus 2:14). Dari ayat-ayat ini Anda dapat melihat bahwa pertobatan adalah
kebutuhan mutlak jika Anda berharap untuk diselamatkan.
b) Pertobatan adalah hal yang paling utama di seluruh Alkitab, mempertobatkan
manusia dari dosa dan memimpin kepada Tuhan, dan membangun mereka yang
telah bertobat. Dan apakah Anda berpikir bahwa Tuhan mungkin menjadikan
pertobatan sebagai topik utama dalam Firman-Nya ini tidak penting atau diperlukan?
Jika seseorang dapat diselamatkan tanpa pertobatan, mengapa Tuhan menginspirasikan
kepada para nabi dan rasul untuk menyampaikan Firman-Nya dengan tujuan
mempertobatkan manusia dan membangun mereka yang telah bertobat? Haruskah Tuhan
melakukan semua hal yang ada di dalam Alkitab untuk sesuatu yang tidak perlu atau
penting? Inilah tujuan utama Firman Allah: “Taurat TUHAN itu sempurna,
mempertobatkan jiwa” – KJV (Mazmur 19:7). Dan lagi bukankah Alkitab menyerukan
kepada orang-orang berdosa untuk bertobat dan berbalik kepada Kristus? Ada ratusan
ayat di dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa tujuan utama Kitab Suci adalah
memimpin orang-orang berdosa datang kepada Kristus (band. Yehezkiel 33:11;
Yesaya 31:6; 59:20-21; Yeremia 3:7; Amsal 1:23; Yoel 2:12-13; Yunus 3:8; Acts 3:19;
dll).
c) Pertobatan adalah tugas panggilan para pelayan Injil, yaitu mempertobatkan
manusia kepada Kristus. Mengapa Tuhan memanggil orang-orang untuk
memberitakan pertobatan jika pertobatan itu tidak perlu atau tidak penting? Yohanes
Pembaptis mulai mengkhotbahkan pertobatan. Kristus mengikuti jejaknya, yaitu
mengkhotbahkan tentang pertobatan yang sama (Lukas 13:3-5). Rasul-rasul mengikuti-
Nya, yaitu mengkhotbahkan berita pertobatan yang sama, yang mana tanpa pertobatan
tidak ada keselamatan (Kis. 2:38; 8:22). Mereka menjelaskan kepada kita, “Allah
memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat”
(Kisah 17:30). Pekerjaan Paulus adalah untuk menunjukkan kepada manusia bahwa
mereka “mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kisah Rasul 26:20). Dan “untuk
membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari
kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh
pengampunan dosa” (Kisah 26:18). Substansi dari khotbah Paulus adalah, “bertobat
kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” (Kisah Rasul 20:21).
Setiap pelayan Injil harus “dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka
melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat
dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian
mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat
mereka pada kehendaknya” (II Timotius 2:25-26). Jadi, tugas utama seorang
pengkhotbah adalah mempertobatkan manusia kepada Kristus.
d) Orang Kristen harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan
pertobatan. Akankah Allah mengatakan kepada kita tentang ini jika ada cara lain untuk
memperoleh keselamatan? “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya
cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-
bintang, tetap untuk selama-lamanya” (Daniel 12:3). Yakobus berkata, “Jika ada di
antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia
berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya
yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.”
(Yakobus 5:19-20)
Perhatikanlah semua ini, dan putuskan apapun itu Allah tidak akan mengutus jemaat-
Nya untuk memberitakan berita pertobatan kepada orang berdosa, jika memang ada cara lain
untuk menyelamatkan mereka. Mungkinkah Kristus sendiri datang untuk mempertobatkan
manusia jika mereka tidak memerlukan itu? Mungkinkan Firman Tuhan, Alkitab, telah
memberikan alasan ini yaitu mempertobatkan manusia? Mungkinkah para nabi dan para
rasul serta para pemberita Injil diutus untuk menyampaikan berita pertobatan? Mungkinkah
ini menjadi tugas setiap orang Kristen untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan
pertobatan, jika ada cara lainnya untuk diselamatkan tanpa pertobatan?.
BAB IV
KESIMPULAN
Penulis Beranggapan bahwa Kita dipanggil untuk melibatkan diri dalam proses
pertobatan secara terus-menerus, sepanjang hidup kita. Ingatlah apa yang berulang kali
dipesankan oleh Lukas, yaitu bahwa pertama-tama pertobatan adalah suatu tanggapan terhadap
kegiatan ilahi dalam diri kita masing-masing. Pertobatan adalah suatu pengakuan akan kedosaan
kita, juga suatu pengakuan akan kebutuhan mendalam dari kita akan Allah. Akhirnya pertobatan
berarti bahwa kita menaruh kepercayaan pada Allah sepenuhnya dan pergi ke mana saja Dia
akan memimpin kita. Kita sungguh bertobat apabila kita berdoa dengan segala ketulusan hati
seperti Yesus sendiri berdoa: “Jangan kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”
(Luk 22:42).
Dalam hal ini juga bahwa Rasul Paulus adalah pengajar yang sangat kerhasil sebagai
murid Tuhan Yesus ia mengajarkan bagaimana cara melakukan pemuridan dan mendampingin
setiap murid dan jemaat untuk bertumbuh, Rasul menggunakan metode dalam memberitakan
kebenaran Tuhan, ia mengajarkan kepada murid untuk memberitakan Amanat Agung dari Tuhan
Yesus untuk memberitakan Firman hingga keseluruh Dunia dan selalu bertekun dan bersabar
dalam pelayanan karena Roh Kudus akan tetap menyertai kita dan memampukan kita, ketika
kita belajar tentang pemuridan Rasul Paulus yang telah membawa banyak perubahan tentang
pengenalan Kristus dari Jemaat mula-mula hingga para murid hingga sekarang, saat ini kita
diwajibkan untuk memberitakan amanat agung, karena kita sebagai anak-anak Allah dan tidak
berputus asa dalam pelayanan, Rasul Paulus mengajarkan kepada kita untuk selalu menjadi
teladan bagi orang lain lewat tutur kata dan tingkah laku kita dan mengandalkan Tuhan dalam
setiap kita melakukan pemuridan, Rasul Paulus juga belajar dari orang lain yaitu Barnabas dan
murid Tuhan Yesus yang lain hal ini mengajarkan kepada kita untuk selalu belajar tidak hanya
terbatas pada kemampuan tetapi selalu berdampingan dengan murid yang lain dan mau dipimpin
oleh orang lain, sebelum kita memuridkan dan memimpin orang lain terlebih dahulu kita dapat
memimpin dan mengendalikan diri kita dengan mau bertobat dan merendahkan diri dihadapan
Tuhan sama ketika Rasul Paulus bertobat dan mendapat Tuntunan Tuhan.
Kepustakaan
1. John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996
2. Tom Jacobs, RASUL PAULUS, Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 1984 Halaman : 9 – 13
3. Laur, Gebhard M Heyder a. S., Paul of Tarsus, translated by Herman Mueller, SVD,
(Manila: Logos Publication, 1994), p. 7-8
4. http://katolisitas.org/10036/otentisitas-ajaran-rasul-paulus#high_2
5. I.Snoek,Sejarah Suci.PT.BPk Gunung Mulia,Jakarta,Thn 2006.