Redifinisi Pendidikan Kejuruan, Hubungan antar Teknologi, Organisasi Pekerjaan,
Formasi Skill, Hubungan Industri, Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan
A. Redifinisi Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan, menjodohkan, melatih
manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia
kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya.
Caldwell (1990) mengungkapkan masalah definisi. Dia berpendapat bahwa konsep
'pengambilan adalah keputusan yang berbasis sekolah' yang mencerminkan kenyataan dalam
perkembangan yang ada di nasional dan internasional. Dari semua istilah yang dipilih untuk
mendapatkan kenyataan adanya perbedaan pada sistem, dan termasuk system dalam
pengambilan keputusan, penyempurnakan kualitas, manajemen didalam sekolah, membuat
kebijakan sekolah, dan sekolah menentukan sendiri, Caldwell (1990) memilih istilah
'manajemen sekolah' sebagai yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi pada
sekolah-sekolah sekarang.
Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan non
akademis yang berorientasi pada praktek-praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri,
pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya. Dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan
kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu.
Memahami pendapat di atas dapat diketahui bahwa pendidikan kejuruan berhubungan
dengan mempersiapkan seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki pelatihan potensi
tenaga kerja. Hal ini meliputi berbagai bentuk pendidikan, pelatihan, atau pelatihan lebih
lanjut yang dibentuk untuk mempersiapkan seseorang untuk memasuki atau melanjutkan
pekerjaan dalam suatu jabatan yang sah. Dapat dikatakan pendidikan kejuruan (SMK) adalah
bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki
keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan
mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan
perkembangan teknologi.
Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada siswa pentingnya
penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan
efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam karirnya sepanjang hayat.
Pendidikan SMK merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang
diselenggarakan sebagai lanjutan dari SMP/MTS :
a. Sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka memenuhi
kebutuhan/kesempatan kerja yang sedang dan akan berkembang pada daerah tersebut.
b. Lulusan SMK merupakan tenaga terdidik, terlatih, dan terampil.
c. Mampu mengikuti pendidikan lanjutan dan atau menyesuaikan dengan perubahan
teknologi.
d. Berdampak sebagai pendukung pertumbuhan industri (kecil atau besar).
e. Mengurangi angka pengangguran dan kriminalitas.
f. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara melalui pajak penghasilan dan
pertambahan nilai.
Ciri pendidikan kejuruan yang utama adalah sebagai persiapan untuk memasuki dunia
kerja. Secara historis, menurut Evans & Edwin (1978:36) pendidikan kejuruan sesungguhnya
merupakan perkembangan dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang
(apprenticeship).
Pada pola latihan dalam pekerjaan, peserta didik belajar sambil langsung bekerja
sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus ditunjuk sebagai instruktur,
sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan.
B. Hubungan antar Teknologi
Teknologi informasi dan komunikasi dalam pengaruhnya pada kehidupan manusia
saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok, adanya teknologi yang terus berkembang
menjadikan manusia mudah untuk berkomunikasi satu sama lain, yang akibatnya ada proses
sharing informasi pengetahuan antara manusia satu dengan mansuia lainnya, yang pada
akhirnya kemajuan teknologi semakin maju pesat dan diketahui oleh semua golongan.
Dari beberapa komitmen menyatakan bahwa kegiatan kemajuan teknologi yang di
barengi dengan kemajuan komunikasi dalam peningkatan intelektual manusia, memberikan
efek yang berbeda-beda tergantung dari tujuan awal dan proses mengetahui dan menemukan
beberapa peningkatan.
Komunikasi dalam peranannya memudahkan manusia untuk bisa mendapatkan
informasi yang diinginkannya dengan syarat manusianya itu sendiri mengenal teknologi.
Adanya hubungan timbal balik antara komunikasi dan teknologi dalam peranannya
pada kehidupan manusia, menjadikan seluruh kegiatan manusia individu atau kelompok tidak
berjalan tanpa adanya teknologi, salahsatu contoh lingkungan yang tidak bisa terlepas dari hal
tersebut adalah lingkungan pendidikan baik formal atau non formal.
Dengan adanya factor eksternal seperti pengaruh luar pada pendidikan kejuruan baik
berupa budaya serta perkembangan teknologi maka perlu perbaikan didalam manajemen
sekolah, karna dalam hubungan pendidikan kejuruan dengan teknologi sangat mempengaruhi
sehingga ada Faktor pola-pola baru yang mendasari manajemen (Caldwell, 1990):
1. Decentralisasi sebagai respon terhadap kompleksitas.
Desentralisasi terlihat menjadi respons yang tepat terhadap kebutuhan bagi sekolah
untuk membantu siswa mengatasi perubahan dan peningkatan waktu luang, untuk
mengembangkan bakat tingkat tinggi dan kompetensi, dan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja di masyarakat yang semakin didasarkan pada pluralisme dan
individualitas.
2. Pertukaran dalam menafsirkan ekuitas
Sementara kekhawatiran ekuitas memiliki pengaruh kuat terhadap ketentuan
pendidikan abad ini, ada penekanan yang lebih besar terkait pandangan siswa sebagai
individu. Pandangan ini telah dipromosikan melalui kemajuan dalam pengetahuan,
proses pembelajaran dan teknologi.
3. Studi efektivitas sekolah dan peningkatan sekolah
Efektifitas dari sekolah dan perbaikan literatur untuk mendukung desentralisasi
karena Pendekatan ini menunjukkan bahwa efektivitas terbesar dan peningkatan
terjadi ketika sekolah dan staf ikut terlibat dan diberdayakan untuk memberikan
kontribusi dalam pengambilan keputusan.
4. Peningkatan otonomi guru
Ada dukungan secara umum untuk pendapat bahwa profesi guru akan meningkat
ketika guru diberikan kebebasan yang lebih besar dan lebih banyak, kesempatan untuk
kepemimpinan dengan tanpa kontrol birokrasi.
5. Lebih memperbesar kepentingan umum dalam kualitas pendidikan
Caldwell (1990) menarik perhatian pada kepentingan publik yang lebih besar dalam
pendidikan, di bidang pendidikan, dengan sekolah-sekolah bertanggung jawab untuk
menyediakan pelayanan yang berkualitas atau produk.
6. Perspektif dari daerah non-pendidikan
Adanya hubungan yang baik antara industry dan pendidikan kejuruan, sentralisasi dan
desentralisasi, memberikan kesempatan untuk pengambilan keputusan yang
terdesentralisasi dan belum ada nya aturan yang jelas.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan secara maksimal maka diperlukan
proses pembelajaran yang kondusif dengan melibatkan semua komponen pembelajaran
secara optimal. Salah satu komponen penting yang menjadikan proses pembelajaran menjadi
lancar dan kondusif adalah adanya komunikasi yang aktif dan dinamis antarpemeran dan
pendukung siswa belajar.
Visi pendidikan nasional adalah pada tahun 2025, Sistem Pendidikan Nasional
berhasrat menghasilkan: INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF. Cerdas
meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional & sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinetik.
Kompetitif dimaknai berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan, bersemangat
juang tinggi, mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat
dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan, produktif, sadar mutu, berorientasi
global, dan pembelajar sepanjang hayat.
Dalam visi ini tersirat bahwa proses menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas
dan kompetitif digantungkan pada pendidikan. Kemajuan suatu bangsa dan negara tidak bisa
dilepaskan dari kemajuan bidang pendidikan. Pendidikan merupakan bagian integral yang
tidak dapat dipisahkan dari proses penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh
dan terampil. Hakekat pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya
mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam
dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dari generasi ke
generasi (Sumitro, dkk. 1998).
Fungsi pendidikan adalah melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam
masyarakat dan sebagai agen pembaharuan sosial sehingga dapat mengantisipasi masa depan.
Menurut Tilaar (2006), pendidikan memiliki fungsi preparatoris dan antisipasipatoris adalah
bahwa di samping mempersiapkan peserta didik sebagai generasi masa depan (tenaga kerja),
pendidikan juga menyiapkan peserta didik utk antisipasi kemungkinan masa depan dengan
membekali kemampuan dan tingkah laku yg diperlukan.
Visi sistem pendidikan nasional di atas pada dasarnya dimaksudkan menyiapkan
manusia Indonesia seutuhnya, utuh dalam potensi dan utuh dalam wawasan (Sumitro,
dkk. ,1998). Utuh dalam potensi meliputi potensi badan dengan pancainderanya, potensi
berpikir, potensi rasa, potensi cipta yang meliputi daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan
imajinasi, potensi karya, potensi budi nurani yaitu kesadaran budi, hati nurani, dan kata hati.
Utuh dalam wawasan adalah manusia yang sadar nilai, yaitu wawasan dunia akhirat,
wawasan jasmani rohani, wawasan individu dan sosial, dan wawasan akan waktu, yaitu masa
lalu, sekarang dan yang akan datang.
Pendidikan kejuruan yang merupakan salah satu jenis pendidikan nasional juga
memiliki peran penting dalam menyiapkan manusia utuh, baik sebagai tenaga kerja maupun
sebagai warga masyarakat dan bangsa. Adanya dampak globalisasi yang ditandai dengan
kemajuan teknologi menyebabkan pendidikan kejuruan dinilai masih belum optimal dalam
menyediakan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja. Pendidikan kejuruan belum dapat
maksimal mengimbangi dampak kemajuan teknologi di pasar kerja. Menurut Tilaar (2006),
saat ini terdapat empat krisis pokok pendidikan nasional, yaitu masalah kualitas pendidikan,
relevansi atau efisiensi external, elitisme dan manajemen. Kualitas pendidikan menyangkut
standar isi, proses, sarana prasarana, pendidik, dan standar-standar lainnya. Relevansi
pendidikan atau efisiensi eksternal diukur dari keberhasilan sistem pendidikan memasok
tenagatenaga terampil dalam jumlah yang memadai bagi kebutuhan sektor-sektor
pembangunan.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu manajemen
penyelenggaraan pendidikan kejuruan dan pemanfaatan teknologi dalam proses
pembelajarannya. Berkaitan dengan hal ini, dalam makalah ini akan diseksripsikan secara
singkat tentang tarnsformasi budaya dalam pendidikan kejuruan, peran pendidikan kejuruan,
dampak perkembangan teknologi, dan penerapan teknologi dalam pembelajaran kejuruan.
Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus berstandar dan selalu
mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat bagi peserta didik. Prasarana dan
sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan
perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang cukup canggih. Manajemen prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam
menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan nasional, oleh karena
itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam
implementasinya tidak salah arah.
C. Organisasi Pekerjaan
1. Stakeholder Pendidikan
Perkataan stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha, terdiri atas dua
kata ; stake dan holder. Stake berarti to give support to : holder berarti pemegang. Jadi
stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang dan sekaligus
pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan. Kalau lembaga pendidikan
itu berupa sekolah maka stakeholdernya adalah : Birokrasi Pendidikan (Dinas Pendidikan),
Pengawas, Kepala Sekolah, Guru-guru, Orang Tua, Komite Sekolah, Dewan Sekolah,
Masyarakat, Dunia Usaha dan Dunia Industri. Dengan Perkataan lain stakeholder adalah
orang-orang atau badan yang berkepentingan langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan
pendidikan di sekolah.
Definisi lain dari stakeholder adalah pemegang atau pemangku kepentingan. Orang
per orang atau kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apa pun terhadap sebuah
obyek disebut stakeholder. Pendidikan adalah sebuah sistem yang mendukung murid
mencapai tujuan-tujuannya melalui pengajaran dan penanaman elemen afektif, kognitif dan
psikomotorik secara terencana dalam jangka panjang.
2. Stakeholder dalam Bidang Pendidikan
Stakeholder pendidikan dibagi dalam 3 kategori utama, yaitu
a. Sekolah, termasuk di dalamnya adalah para guru, kepala sekolah, murid dan tata
usaha sekolah.
b. Pemerintah, diwakili oleh para pengawas, penilik, dinas pendidikan, walikota, sampai
menteri pendidikan nasional.
c. Masyarakat, sedangkan masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan adalah
orangtua murid, pengamat dan ahli pendidikan, lembaga swadaya masyarakat,
perusahaan atau badan yang membutuhkan tenaga terdidik (DUDI), toko buku,
kontraktor pembangunan sekolah, penerbit buku, penyedia alat pendidikan, dan lain-
lain.
3. Peran Stakeholder
Peran serta stakeholder pendidikan dalam suatu perencanaan adalah hal yang sangat
urgen sehingga akan dampak pada peningkatan profesionalitas guru. Hal ini sesuai dengan
keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 bahwa stakeholder pendidikan
yaitu dewan pendidikan dan komite sekolah dalam kaitannya dengan hal di atas mereka
memiliki 4 peran, yaitu;
a. Peran Sebagai Pemberi Pertimbangan Atau Nasihat (Advisory Agency)
Peran sebagai pemberi pertimbangan atau nasihat (Advisory Agency) menunjukkan
respon dan keikutsertaan dewan pendidikan dan komite sekolah memajukan dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di daerah dan di sekolah. Bentuk
aktivitas dewan pendidikan dan komite sekolah antara lain;
1) Pemberi pertimbangan mengenai program dan kegiatan yang disusun
dalam rencana pembangunan pendidikan tingkat kabupaten atau kota dan
RKS serta RKT tingkat satuan pendidikan.
2) Memberikan pertimbangan buat guru dalam pelaksanaan tugas supaya
tidak sewenang-wenang dalam menangani siswa (misalnya dalam memberi
hukuman tetapi juga memberi penghargaan bagi yang berprestasi).
3) Memberi pertimbangan dalam peningkatan disiplin guru dan memberi solusi bagi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru.
4) Memberi pertimbangan dalam mengembangkan bakat dan minat siswa (seperti
olimpiade mata pelajaran, seni dan olah raga).
b. Peran Sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency)
Peran pendukung dewan pendidikan dan komite sekolah berkaitan dengan internal
manajemen sekolah;
1) Mendata jumlah guru yang memerlukan pendidikan dan latihan, mendata
pendidikan guru yang memerlukan peningkatan kualifikasi pendidikan.
2) Memberikan pelatihan mengenai mata pelajaran dan layanan belajar bagi
guru yang membutuhkan.
3) Mendata jumlah siswa dan indeks prestasinya, guru dan komite sekolah.
4) Mendukung program pengayaan bagi siswa yang lebih pintar, dan remedial bagi
siswa yang belum mencapai hasil yang dipersyaratkan.
5) Menyediakan tropi dan hadiah atas keberhasilan siswa mengikuti berbagai
perlombaan yang dilakukan sekolah.
6) Untuk meningkatkan kualitas keagamaan mengadakan pesantren kilat di
sekolah.
7) Mendukung pemanfaatan sarana prasarana untuk memberikan layanan
belajar.
8) Membuat media belajar sesuai dengan kebutuhan belajar.
9) Kebun percontohan sekolah.
10) Memaksimalkan anggaran operasional yang bersumber dari APBD, bantuan
masyarakat, dan mendorong penggunaan anggaran yang bersumbar dari dana
BOS dengan mengimplementasikan program dan kegiatan yang tepat sasaran.
Pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan harus disampaikan pada publik atau
stakeholder pendidikan, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat, serta kepada
instansi pemerintah yang terkait seperti dinas pendidikan, termasuk pemimpin proyek
yang bersangkutan. Dewan pendidikan dan komite sekolah, dalam batas-batas
tertentu dapat saja memberikan rekomendasi pada pihak yang terkait, dengan rasional
yang kuat dan obyektif bukan karena atas faktor “like and dislike” dalam hal
ketenagaan ini, dewan pendidikan dan komite sekolah perlu mengembangkan standar
kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya
c. Peran Sebagai Pengontrol (Controling Agency)
Peran sebagai pengontrol (controlling agency) sesuai peran dewan pendidikan dan
komite sekolah, sebagai badan pengawas terhadap kegiatan sekolah termasuk
pelaksanaan dan penggunaan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana
Kegiatan Tahunan (RKT). Fungsi pengontrol (controling agency) menunjukkan
bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah melakukan aktifitas;
1) Menanyakan proses belajar mengajar (ke guru dan kepala sekolah) apakah sudah
mengarah pada standar yang dipersyaratkan,
2) Menanyakan kondisi kesehatan, gizi, dan bakat peserta didik,
3) Memantau pelaksanaan rencana kegitan sekolah (RKS) dan rencana kegiatan
tahunan (RKT),
4) Ikut serta dalam penyusunan RKS dan RKT.
5) Ikut memantau penggunaan anggaran yang bersumber dari BOS,
6) Ikut serta dalam rapat pembagian raport,
7) Mengontrol kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya,
8) Mengontrol pelaksanaan PBM dengan memakai kartu data sesuai dengan
perlindungan anak; cara belajar mengajar guru (misalnya kartu yang ditanda
tangani oleh guru dan orangtua).
d. Peran Sebagai Penghubung (Mediating Agency)
Pusat pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat harus saling bekerja sama
secara sinergis untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk dapat bekerja secara
sinergis harus ada yang menghubungkan antara keluarga, sekolah dan masyarakat.
Itulah sebabnya salah satu peran dewan pendidikan dan komite sekolah adalah peran
penghubung (mediating agency).Jika ada kerja sama antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat, maka dari beberapa banyak program yang inovatif dapat dicoba untuk
dilaksanakan oleh sekolah. Peran penghubung atau mediating agency menunjukkan
bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah;
1) Menghubungkan dengan instansi pemerintah,
2) Menghubungi orangtua siswa yang mampu untuk meminta kesediaannya menjadi
donator atau bantuan lainnya yang disetujuinya untuk keperluan sekolah, atau
dengan menjelaskan program kerja yang akan dilakukan oleh sekolah.
3) Mencari informasi yang bisa dipakai oleh sekolah untuk mengembangkan
sekolah.
4) Memberi laporan kepada masyarakat tentang keuangan dan pelaksanaan program.
5) Keempat peran dewan pendidikan dan komite sekolah tersebut dalam melakukan
aktifitas bukanlah melakukan dan perannya secara terpisah-pisah, tetapi
berlangsung secara simultan. Dalam melakukan aktifitasnya, mereka
mengedepankan peningkatan kualitas pendidikan, bukan menyalurkan
kehendaknya pribadi apalagi melakukan pemerasan. Dalam melaksanakan
perannya dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan etika dan aturan
yang berlaku serta focus pada perolehan mutu yang kompetitif
Pemerintah, sebagai pihak yang berkewajiban menyelenggarakan pendidikan bagi
warganya tidak dapat meninggalkan peran dan fungsi masyarakat dalam menuntaskan
pendidikan.
Pendidikan tidak melulu mengurusi sarana dan prasarana. Tidak hanya sekedar
sebuah mata anggaran yang statis. Pendidikan adalah sebuah dinamika proses yang
memerlukan kecerdasan untuk menjadikannya wahana yang bermanfaat bagi daerah. Selama
ini masih banyak tokoh pemerintahan yang menempatkan pendidikan sebagai beban
anggaran, bukan investasi masa depan. Padahal jika dikaji lebih mendalam, hanya manusia
berpendidikan lah yang akan mengantarkan bangsa ini ke masa yang lebih baik di masa
mendatang. Untuk itu, diperlukan kearifan untuk menggandeng lebih banyak potensi di
masyarakat dalam mewujudkan sistem pendidikan yang berkualitas dan berhasil guna.
Pendidikan yang steril tidak akan mampu menyerap keunggulan-keunggulan daerah,
sehingga menempatkan pendidikan dalam sebuah menara gading. Untuk itu, diperlukan
kerjasama yang kuat diantara ketiga elemen ini sehingga menghasilkan sinergi yang
bermanfaat, terutama bagi para murid sebagai subyek pendidikan. Mengingat kesadaran
masyarakat yang sudah tinggi terhadap pentingnya pendidikan, banyak warga masyarakat
yang secara sukarela bergabung dalam lembaga-lembaga berorientasi pendidikan yang dapat
menjadi think-tank pemerintah dalam melaksanakan program-program pendidikan.
Selain masyarakat sukarela, banyak juga masyarakat yang mempunyai tujuan
mengambil manfaat dari dunia pendidikan. Para penerbit buku, usaha kursus, penyedia alat
pendidikan, dan pengusaha-pengusaha lainnya. Kelompok ini juga perlu difasilitasi, bahkan
jika perlu dibangkitkan kesadarannya, bahwa selain sebagai lahan penghidupan, dunia
pendidikan juga memerlukan kesetiakawanan yang dapat memperbaiki kualitas maupun
kuantitas pelayanan pendidikan. Untuk itu, pendekatan usaha terhadap dunia pendidikan
adalah bersifat mendukung, tidak hanya sekedar memeras dan menjadikannya layaknya
komoditas.
4. Jasa Pendidikan
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual
(Fandy Tjiptono, 1996:6). Dalam hal ini jasa berupa suatu kegiatan yang bermanfaat bagi
pihak lain dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Kotler mengemukakan pengertian jasa adalah a service is any act or performance that one
party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of
anything is production may or may not be tied to a physical product (Kotler, 2003:444). Jasa
merupakan sesuatu yang tidak berwujud, yang melibatkan hubungan antara penyaji jasa
dengan konsumen pemakai dan tidak ada perpindahan kepemilikan (transfer of ownership)
antara keduanya. Dalam menghasilkan jasa tersebut digunakan produk fisik untuk
mendukung aktivitasnya.
Sedangkan Berry seperti dikutip Zeithaml dan Bitner mengemukakan: service are
needs, process and performance (zeithaml and berry(1996:5). Jasa dapat diartikan sebagai
unjuk kerja (performance) ataupun prosedur kerja, tindakan dan aktivitas (deeds), mapun
proses yang dilakukan oleh seseorang atau institusi yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumennya. Selanjutnya dari beberapa definisi jasa yang telah
dikemukakan sebelumnya dan dirangkum, Zeithaml dan Berry mengemukakan bahwa jasa
adalah include all economic activities whose output is not a physical product or construction,
is generally consumed at a time it is produced and provides added value in forms (such ans
convenience, amusement, timeliness, comfort, and health) thata re assentially intangibles,
concern of it first purchaser (adapted from Zeithaml and Berry, 1996:5).
Jasa adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang menghasilkan output (keluaran)
berupa produk atau kontruksi (hasil karya) nonfisik, yang lazimnya dikonsumsi pada saat
diproduksi dan memberi nilai tambah pada bentuk (form) seperti kepraktisan,
kecocokan/kepantasan, kenyamanan, dan kesehatan, yang pada intinya menarik cita rasa pada
pembeli pertama. sementara itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang bersifat kompleks
karena sifat padat karya dan padat modal. Artinya, dibutuhkan banyak tenaga kerja yang
memiliki skill khusus dalam bidang pendidikan dan padat modal karena membutuhkan
infrastruktur (peralatan) yang lengkap dan harganya mahal.
Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia atau suatu proses yang harus
dilakukan baik yang terlembaga maupun tidak terlembaga yang menyangkut fisik dan non
fisik dan membutuhkan infrastruktur dan skil ataupunketerampilan. Dengan demikian Jasa
Pendidikan adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan yang
mengutamakan pelayanan dalam prosesnya
5. Jenis-Jenis dan Tingkatan Organisasi Jasa Pendidikan
Organisasi penyelenggara Jasa Pendidikan di Indonesia terdiri atas beberapa jenis dan
tingkatan, setiap tingkatan menunjukkan peningkatan jenjang pengetahuan. Adapun beberapa
penyelenggara organisasi jasa pendidikan diIndonesia adalah
a. Organisasi Penyelenggara Jasa Pendidikan Formal
b. Adapun jenis-jenis Organisasi Jasa Pendidikan Formal adalah sebagai berikut
c. Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan
Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formalyang menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat)tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.
d. Raudhatul Athfal (RA) dan Bustanul Athfal (BA) adalah salah satu bentuk satuan
Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yangmenyelenggarakan
program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun
sampai dengan 6 (enam)tahun.
e. Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formalyang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Dasar
f. Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah salah satu bentuk satuan pendidikanformal dalam
binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikanumum dengan kekhasan
agama Islam pada jenjang Pendidikan Dasar.
g. Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Dasar sebagai
lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lainyang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar
yang diakui sama atau setara SD atau MI.6.
h. Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah salah satu bentuk satuan pendidikanformal
dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikanumum dengan
kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Dasar sebagai lanjutan dari SD, MI,
atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutandari hasil belajar yang diakui sama atau
setara SD atau MI
i. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Menengah
sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari
hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
j. Madrasah Aliyah (MA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam
binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan
agama Islam pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,
atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan darihasil belajar yang diakui sama atau
setara SMP atau MTs.
k. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang Pendidikan
Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui samaatau setara SMP atau MTs.
l. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan
kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari
SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui
sama atau setara SMP atau MTs.
m. Perguruan Tinggi (PT) merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,spesialis, dan doktor
yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
n. Organisasi Penyelenggara Jasa Pendidikan Non Formal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikansepanjang hayat. Pendidikan
nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilanfungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikananak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikankesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik Satuan pendidikan nonformal terdiri atas
1) lembaga kursus
2) lembaga pelatihan
3) kelompok belajar
4) pusat kegiatan belajar masyarakat
5) majelis taklim
6) serta satuan pendidikan yang sejenis.
7) Organisasi Penyelenggara Jasa Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri
6. Produk Jasa Pendidikan
Produk secara umum merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen
untuk diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yangditawarkan tersebut meliputi
barang fisik, jasa, organisasi, dan ide. Produk darisekolah adalah jasa kependidikan yang
dapat dirinci atas
7. Produk Jasa Pendidikan
Produk secara umum merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen
untuk diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yangditawarkan tersebut meliputi
barang fisik, jasa, organisasi, dan ide. Produk darisekolah adalah jasa kependidikan yang
dapat dirinci atas\
a. Jasa kurikuler meliputi kurikulum, silabus umum (GBPP), rancangan bahan
pembelajaran, penyajian bahan pembelajaran, dan evaluasi
b. Jasa penelitian, berupa berbagai penelitian dan hasilnya atau pengembangan
kemampuan guru dalam meneliti dan membaca hasil penelitian
c. Jasa ektrakurikuler, meliputi berbagai kegiatan pelayanan di luar jasakurikuler, seperti
kegiatan kesenian, olah raga, prakarya dan lain-lain
d. Jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat, meliputi layanan
untuk mengembangkan kemampuan para peserta didik untuk hidup bermasyarakat
seperti mengobservasi kehidupan petani, pengusaha/perusahaan industry,
mengunjungi rumah sakit, mengun jungirumah-rumah ibadah, panti asuhan dan
memberi bantuan dan lain-lain
e. Jasa administrasi/ketatausahaan, berupa layanan berbagai surat keterangan,surat
pengantar bagi peserta didik, laporan hasil belajar.
f. Jasa layanan khusus, berupa layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan,
layanan usaha kesehatan sekolah, layanan kantin, dan layanan transportasi atau bus.
8. Karakteristik Jasa Pendidikan
Pada dasarnya jasa adalah sesuatu yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain
yang sifatnya tidak berwujud dan tidak memiliki dampak perpindahan hak milik. Hal ini
sangat erat kaitannya dengan karakteristik jasa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang
program pemasarannya. Jasa saecara umum memiliki karakteristik utama sebagai berikut:
a. Tidak Berwujud (Intangibility)
Jasa tidak berwujud seperti produk fisik, yang menyebabkan pengguna jasa
pendidikan tidak dapat melihat, mencium, mendengar, dan merasakan hasilnya
sebelum mereka mengkonsumsinya (menjadi subsistem lembaga pendidikan). Untuk
menekan ketidakpastian, pengguna jasa pendidikan akan mencari tanda atau
informasi tentang kualitas jasa tersebut. Tanda maupun informasi dapat diperoleh
atas dasar letak lokasi lembaga pendidikan, lembaga pendidikan penyelenggara,
peralatan dan alat komunikasi yang digunakan, serta besarnya biaya yang ditetapkan.
Beberapa hal yang akan dilakukan lembaga pendidikan untuk meningkatkan calon
pengguna jasa pendidikan adalah:
1. Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud.
2. Menekankan pada manfaat yang akan diperoleh (lulusan lembaga pendidikan).
3. Menciptakan atau membangun suatu nama merek lembaga pendidikan
(education brand name).
4. Memakai nama seeorang yang sudah dikenal untuk meningkatkan kepercayaan
konsumen.
5. Tidak Terpisah (Inseparability)
Jasa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu lembaga pendidikan
yang menyediakan jasa tersebut. Artinya, jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi
secara serempak (simultan) pada waktu yang sama. Jika peserta didik membeli jasa
maka akan berhadapan langsung dengan penyedia jasa pendidikan. Dengan
demikian, jasa lebih diutamakanpenjualannya secara langsung dengan skala operasi
yang terbatas. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dapat menggunakan strategi
bekerja dalam kelompok yang lebih besar, bekerja lebih cepat, atau melatih para
penyaji jasa agar mereka mampu membina kepercayaan pelanggannya (peserta
didik).
b. Bervariasi (Variability)
Jasa pendidikan yang diberikan seringkali berubah-ubah. Hal ini akan sangat
tergantung kepada siapa yang menyajikannya, kapan, serta di manadisajikan jasa
pendidikan tersebut.Oleh Karena itu, jasa pendidikan sulit untuk mencapai kualitas
yang sesuai dengan standar. Untuk mengantisipasi hal tersebut,lembaga pendidikan
dapat melakukan beberapa strategi dalam mengendalikankualitas jasa yang
dihasilkan dengan cara berikut. Pertama, melakukan seleksi dan mengadakan
pelatihan untuk mendapatkan SDM jasa pendidikan yang lebh baik.Kedua, membuat
standarrisasi proses kerja dalam menghasikan jasa pendidikan dengan baik. Ketiga,
selalu memonitor kepuasan peserta didik melalui sistemkotak saran, keluhan,
maupun survey pasar.
c. Mudah Musnah (perihability)
Jasa pendidikan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu atau jasa
pendidikan tersebut mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada
waktumendatang. Karakteristik jasa yang cepat musnah bukanlah suatu masalah
jika permintaan akan jasa tersebut stabil karena jasa pendidikan mudah
dalam persiapan pelayanannya. Jika permintaannya berfluktuasi, lembaga
pendidikanakan menghadapai masalh dalam mempersiapkanpelayananya. Untuk
itu,diperlukan program pemasaran jasa yang sangan cermat agar permintaan
terhadap jasa pendidkan selalu stabil.
D. Formasi Skill
Dalam meningkatkan skill yang dimiliki oleh siswa sekolah kejuruan, perlu
dipersiapkan kerampilan yang menunjang pada bidang yang sesuai. Agar adanya
singkronisasi kemampuan yang dimilikinya saat mereka masuk kedalam dunia kerja baik di
DU/DI. Oleh karena itu perlu dirancang pengembangan kurikulum pada sekolah tersebut.
Agar selarasnya skill yang dimiliki oleh siswa sekolah kejuruan dengan kebutuhan
DU/DI, maka Komite Mutu Pendidikan dalam pengembangan kurikulum harus :
memfasilitasi kolaborasi antar sekolah pemerintah dan swasta dan sistem sekolah
dalam kurikulum pengembangan dan berbagi informasi; dan
membantu dalam mengurangi perbedaan yang tidak perlu dalam kurikulum
antara negara bagian dan teritori. (Francis, 1991)
Perusahaan ini terlibat dalam program-program substantif dalam kurikulum, informasi
dan penerbitan didukung oleh bisnis dan administrasi infrastruktur. Ini menekankan
kolaborasi dengan sistem pendidikan dan interaksi dengan organisasi dan kelompok
kepentingan dalam pengembangan program, bahan dan jasa.
1. PTK dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja baik
bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang merupakan salah satu
institusi yang menyiapka tenaga kerja dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana
yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan
adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya, memiliki adaptasi
dan daya saing yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan tenaga kerja yang dapat bersaing di
Exhibit 1-3 Laporan QERC di SBCD
Telah terjadi pola pengembangan devolusi di sekolah
dalam peningkatan tanggung jawab atas pengambilan keputusan kurikulum, ini sebagian
pengakuan meningkat ol di tingkat guru ol pendidikan dan sebagian ekspresi
dari pandangan bahwa peningkatan keragaman antar sekolah memungkinkan mereka lebih baik
mengakomodasi latar belakang dan minat siswa mereka. pada
sisi lain tidak semua guru memiliki kemampuan atau keinginan lo berasumsi
tanggung jawab untuk pengembangan kurikulum rinci tersebut dan ada beberapa
bukti ol pembalikan dari kecenderungan SBCD.
pasar industri, maka perlu pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan industri, yang didukung oleh sarana dan prasarana praktikum yang memadai.
1. PTK didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial untuk dapat
berkompetensi di DUDI.
Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja dimana
pelatihan pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi dan kompetensi
untuk proses yang berhubungan dengan bekerja. Perusahaan bersedia bekerja sama dalam
program PSG ini dikarenakan ada beberapa alasan dan keuntungan yaitu dengan
memberikan training maka keberadaanya dinyatakan sebagai lembaga yang mmeberikan
pertimbangan untuk penawaran pelatihan yang dapat langsung dinikmati oleh perusahaan
dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat memperoleh hasil dari perusahaan.
2. Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum
Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta didik
dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Hal ini merupakan suatu yang pro kontra. ada yang menerima dengan baik tetapi tidak
sedikit pula yang menentang. Dualisme pendidikan akan memberikan kebebasan kepada
peserta didik dalam menentukan menentukan pilihan, apakah akan melanjutkan ke
pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja. Konsekwensinya, penataan
pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara pelajaran kejuruan dengan pelajaran
umum.
Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran
umum cenderung lebih banyak dari jam pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang
berasumsi bahwa apa bedanya SMK dengan SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh
karena itu, sebaiknya pendidikan kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang
tujuan utamanya adalah memproduksi peserta didik siswi yang siap bekerja yang memiliki
keahlian khusus di bidang tertentu. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta
maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih
besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya
memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan
pendidikan umum.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang
sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun
pengembangan karir peserta didik.
3. PTK didesain berbasis masafe konomi oleh kanena itu sangat berperan dan
pertumbuhan ekonomi nasional
Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan/life
skill yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu memperoleh pekerjaan
pada industry atau mendirikan usaha mandiri untuk menghasilkan uang. Tenaga terampil
yang dicetak oleh SMK merupakan investasi besar dalam mengembangkan perekonomian
bangsa. Herdi, 2009, 10th yang lalu ternyata China lebih terpuruk dibanding kondisi di
Indonesia pada tahun 90an. Namun kondisi sekarang jauh lebih baik, dibanding Indonesia.
Cukup jauh. Apa gerangan yang menyebabkannya? Bila dipelajari, salah satu kebijakan
pemerintahan China yang mendukung perkembangan industri di China adalah adanya
pengembangan Vocational School yang disupport oleh pemerintahan untuk menjadi cikal
bakal industri-industri rumahan. Vocational School dberikani support penuh oleh Pemerintah
China agar berkembang menjadi sebuah pabrik/industri. Industri-industri yang ada diminta
berpartner dengan Vocational School Industri. SDM nya terdiri dari peserta didik2 yang
dilatih dengan real praktek (learning by doing) dan dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Sehingga berjalan dengan waktu, China yang semula mempunya produk2 yang
dikenal dengan kualitasnya yang kurang baik (ini dikarenakan merupakan hasil produksi
yang baru mulai/tahap belajar) namun kemudian beriring dengan waktu adanya improvement
yang berkelanjutan, akhirnya China dapat membuat produk dengan kualitas nomor 1.
Sekarang China menjadi tempat produksi segala jenis manufaktur/industri produk dari
sebagian besar merk terkenal di dunia, apakah itu produk jepang, jerman, amerika dll dari
mulai otomotif (motor, mobil), it (laptop, pc, dll), dll semua dibuat oleh di china yang
notabene merupakan hasil dari pengembangan vocational school industri yang didukung
pemerintah dan industrinya.
4. PTK seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi, relevansi dan kecepatan
mendapatkan pekerjaan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat
dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan
kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah
semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada
pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang
tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan umum.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang
sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun
pengembangan karir peserta didik. Relevansi sekolah kejuruan adalah seberapa besar
lulusannya dibutuhlkan oleh dunia usaha dan dunia industri. Sekolah kejuruan harus benar –
benar dievaluasi seberapa besar kontribusinya terhadap relevansi lulusan terhadap dunia
kerjadan terhadap perkembangan ekonomi. Sekolah kejuruan yang sinergis dengan dunia
industry dapat dilihat dengan lulusannya yang terserap di dunia industri dengan cepat sesuai
dengan bidang keahliannya.
5. PTK hendaknya diarahkan untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungannya
Untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri, Seharusnya pemerintah
daerah dengan kekuasaan otonominya mengetahui dengan pasti apa keunggulan daerahnya.
Berdasarkan produk keunggulan daerahnya, maka dibangun kompetensi sumber daya
manusianya. Misalnya di Bali yang terkenal dengan pariwisatanya, maka pemerintah daerah
fokus pada pembangunan Kompetensi keahlian yang berbasis pariwisata. Di Jawa Tengah
yang terkenal sebagai pusat budaya dan juga kerajinan furniture, dibangun kompetensi yang
berbasis kerajinan furniture. Di Papua yang kaya emas dan juga kayunya, dibangun
komptensi keahlian emas dan kayu.
Dengan demikian terbentuk suatu keahlian yang khusus, unik dan berbeda antara satu
daerah dengan daerah lainnya. Jika selama ini kita masih sibuk menghabiskan anggaran
untuk membangun infra struktur, misalnya gedung, sekolah dan perlengkapannya atau
mengundang investor membangun industri di daerah. Maka sudah saatnya investasi kita
arahkan untuk pembangunan sumber daya manusianya dulu. Tanpa kompetensi. tanpa adanya
“link and match” antara pendidikan dan dunia industri, maka segala peralatan, gedung dan
investasi menjadi tidak maksimal dan sia-sia.Berapa banyak gedung sekolah dengan segala
peralatannya yang canggih tidak berfungsi dengan baik, karena tidak ada tenaga ahli yang
dapat menjalankannya. Sudah saatnya kita bekerjasama membangun kompetensi unggulan
daerah.
Anggaran pendidikan yang begitu besar seharusnya juga diberikan kepada lembaga
pelatihan industri yang sudah terbukti berhasil, misalnya untuk mendidik tenaga kerja yang
trampil dibidang otomotif, tidak perlu membangun sekolah otomotif sendiri, tapi serahkan
dana tersebut misalnya kepada ASTRA group untuk mengembangkan lembaga pelatihan
otomotifnya. Untuk mencetak tenaga ahli elektronik, berikan anggaran kepada Panasonic
Gobel misalnya untuk memperkuat lembaga pelatihan elektronik yang selama ini hanya
untuk melayani kebutuhan internal.
6. PTK di tingkat pendidikan menegah bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja
pemula
Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and Match”
antara keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Bedanya setiap tahun
besarnya “gap” itu semakin diperkecil dengan selalu mengevaluasi dan memperbaiki sistem
pendidikannya. Jepang saja sebagai negara industri yang sangat maju masih ada “mis-match”
dalam penempatan tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan memberikan kesempatan bagi
pencari kerja angkatan muda untuk melaksanakan program magang. Dengan magang di
industri atau di UKM (Usaha Kecil Menengah), dan mendapatkan uang saku yang memadai,
maka ketrampilan bekerja seseorang menjadi meningkat.
7. PTK adalah system pendidikan untuk menata system perekonomian nasional.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi manusia
produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan
nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan
pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan
umum. Penyiapan manusia untuk bekerja bukan berarti menganggap manusia semata mata
sebagai factor produksi karena pembangumnan ekonomi memerlukan kesadaran sebagai
warga ne gara yang baik dan bertanggung jawab serta produktif. Semakin tinggi kwalitas
pendidikan dan pelatihan seseorang, akan semakin produktif orang tersebut, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas nasional dan meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar
global.
E. Hubungan Industri
Mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja.
Keunggulan industri suatu bangsa, sangat ditentukan oleh kualitas tenaga terampil
yang terlibat langsung dalam proses produksi, tenaga kerja yang berada di “front-line”.
Karena itu, mutu tenaga kerja pada bagian ini harus ditingkatkan. Alasan pentingnya tenaga
terampil yaitu: (a) Tenaga kerja terampil memegang peranan penting dalam menentukan
tingkat mutu dan biaya produksi; (b) Tenaga kerja terampil sangat dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan industrialisasi suatu negara; (c) Tenaga kerja terampil merupakan
faktor keunggulan menghadapi persaingan global; (d) Penerapan teknologi agar berperan
menjadi faktor keunggulan tergantung tenaga kerja terampil yang menguasai dan mampu
mengaplikasikannya; (e) Orang yang memiliki keterampilan memiliki peluang tinggi untuk
bekerja dan produktif. Semakin banyak warga suatu bangsa yang terampil dan produktif
maka semakin kuat kemampuan ekonomi negara tersebut; (f) Semakin banyak warga suatu
bangsa yang tidak terampil, maka semakin tinggi kemungkinan pengangguran yang akan
menjadi beban ekonomi Negara.
Struktur ketenaga kerjaan suatu Negara cendrung berbentuk piramida dimana kebutuhan
tenaga kerja terampil tingkat menengah selalu lebih banyak. Pendidikan kejuruan adalah
pendidikan yang berfungsi menghasilkan tenaga kerja terampil pada tingkat menengah.
Didasarkan atas kebutuhan dunia kerja
Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengembangan Sumber
Daya Manusia SMK yang diperkenalkan pada tahun 1993/1994 adalah pendidikan Link and
Match, yaitu pendidikan SMK harus bersifat link and match dengan kebutuhan baik itu
kebutuhan peserta didik maupun kebutuhan masyarakat dengan harapan akan tercipta
kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat tersebut. Inti dari konsep link and match yaitu: (a) adanya keterkaitan
antara program pendidikan yang diberikan di sekolah dengan kebutuhan masyarakat secara
luas, dan (b) adanya kesesuaian atau kecocokan antara program dan produk pendidikan di
sekolah dengan kebutuhan masyarakat (Djojonegoro, 1998, di dalam fajar hendro). Sehingga
lulusan sekolah menengah kejuruan benar- benar dibutuhkan oleh dunia industri. Oleh karena
itu pengembangan kurikulumnya harus memperhatikan perkembangan dunia industri.
Prinsip Penyelenggaraan PTK antara lain:
1. PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di lingkungan
kerja.
Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia
industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya
bengkel yang lengkap dengan alat dan bahannya akan memberikan pengalaman belajar
yang hampir sama dengan di lapangan sehingga ketika peserta didik berinteraksi
langsung dengan dunia industri, telah memiliki kemandirian dan keterampilan kerja
sesuai yang diharapkan. Untuk membuat suatu replica sesuai lingkungan kerja, maka
diperlukan biaya yang besar sehingga kami yakin bahwa tidak semua sekolah kejuruan
dapat melakukan hal tersebut karena masalah pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama
dengan industri sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini. Misalnya menerima peserta
didik 1. praktek industri yaitu peserta didik melakukan kegiatan belajar di industri karena
tidak tersedianya alat dan bahan di sekolah, 2. PSG yaitu pendidikan dual system yaitu
peserta didik belajar di industri dan di sekolah, dan 3. Prakerin yaitu kegiatan
belajar/praktek peserta didik yang murni dilakukan sepenuhnya di industri.
2. PTK akan efektif Jika diberikan tugas dengan cara, alat dan tempat kerja seperti di
dunia industri
Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus berstandar dan selalu
mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat bagi peserta didik. Prasarana dan
sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah
dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang cukup canggih. Manajemen prasarana dan sarana sangat diperlukan
dalam menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan nasional,
oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar
dalam implementasinya tidak salah arah.
3. PTK efektif jika latihan dapat membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfikir dengan
benar.
Menurut Brooks&Broks , 2001 dalam john,2008 dalam dedy: 2010 bahwa dalam
pandangan konstruktivis, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan
tertapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan
pengetahuan, merenung dan berfikir secara kritis. Dalam kegiatan belajar mengajar,
seorang guru merupakan fasilitator serta harus senantiasa memberi bimbingan motivasi
kepada anak untuk selalu menjadi orang yang baik dalam hal ini mencakup tiga hal
pokok yaitu, baik dalam pendidikan yaitu menguasai pengetahuan, keterampilan(skill),
baik dalam kehidupan social yaitu senantiasa berfikir maju, jujur, berdisiplin tinggi, serta
baik terhadap sang maha pencipta yaitu beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa sehingga segala sesuatu yang ia lakukan senantiasa berlandaskan pada etika dan dan
agama yang akan memlahirkan sutu perbuatan/tindakan/ sikap yang baik dan benar.
4. PTK akan efektif jika gurunya memiliki pengalaman dalam menerapkan keterampilan
dan pengetahuan pada orasi kerja yang riil.
Kualifikasi tenaga pendidikan kejuruan merupakan salah satu hal yang fundamental
untuk memperoleh kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Para tenaga pendidik
kejuruan harus menguasai dan memahami konsep Pedagogik Kejuruan). Selain itu,
mereka juga harus memiliki pengalaman mengajar dan pengatahuan tentang dunia kerja
serta memiliki keahlian di bidangnya.
Dengan memahami dari konsep Pedagogik Kejuruan para Guru (mampu mendesain
strategi pembelajaran berlandaskan kurikulum yang telah disempurnakan bersama-sama
pemerintah dan industry. Kemampuan Pedagogik bukan hanya suatu konsep yang
diterapkan secara teoritis tetapi juga menggunakan dan mengembangkannya melalui
pembelajaran yang dilakukan di bengkel/ lab. Sehingga para peserta didik tetap
dikendalikan dengan konsep Pedagogik yang benar sesuai dengan semangat dan jiwa
dari suatu jenis pekerjaan. Sehingga dalam proses belajar mengajar, peserta didik seakan
merasa bahwa mereka berada dalam lingkungan industry yang nyata.
5. PTK harus memperhatikan permintaan pasar
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang
bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai
dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi
dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dalam
proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada peserta didik pentingnya penguasaan
pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan
pentingnya keinginan sukses dalam kariernya sepanjang hayat. Oleh karena itu, arah
pengembangan pendidikan kejuruan diorientasikan pada permintaan pasar kerja.
Orientasi berdasarkan permintaan pasar dapat dilakukan dengan pengembangan
kurikulum yang mempertimbangan perkembangan dunia industri.
6. PTK dilaksanakan dengan metode berbasis realitas (work based learning)
Work-Based Learning (WBL) adalah bentuk pembelajaran kontekstual dimana proses
pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan meliputi program yang terencana dari
pelatihan formal dan mentoring, dan pencarian pengalaman kerja yang mendapatkan gaji.
WBL secara ekspresif menggabungkan antara pengetahuan teori dengan pengetahuan
praktik, WBL percaya bahwa tempat kerja menawarkan kesempatan yang banyak untuk
belajar seperti di ruang kelas. Sistem magang merupakan salah satu bentuk WBL. Dalam
sistem ini peserta didik belajar dengan seorang ahli atau maestro melalui pengamatan dan
imitasi perilaku dan cara kerjanya dengan intens sehingga bisa mendapatkan pengalaman
spesifik.
7. PTK akan efektif dengan administrasi dan pengelolaannya fleksibel dan berbasis
kebutuhan
Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat.
Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan
sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang
dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat
dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja
tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas.
Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”.
Jadi apabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh industri, maka perlu dibuka
program keahlian baru dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah tidak
dibutuhkan oleh masyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu ditutup
dahulu untuk menghemat biaya operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh
masyarakat, maka program keahlian tersebut bisa dibuka kembali.
8. Membutuhkan biaya yang besar tetapi kalau tidak terpenuhi, sebaiknya tidak
dipaksakan
Sebesar-besarnya anggaran yang ada tentu tidak dapat memenuhi semua perkembangan
kebutuhan sarana prasarana SMK yang mengikuti pertumbuhan jumlah peserta didik
SMKnya. untuk mempercepat penetrasi pemerataan ke setiap SMK yang muncul, perlu
inovasi bagaimana dapat menciptakan sarana prasaran yang murah. Karena pemerintah
belum sepenuhnya mampu memberikan fasilitas yang lengkap sesuai yang ada di dunia
industri, maka kerjasama antara dunia industri dan dunia SMK menjadi salah satu
jawaban, dimana terdapat sharing resources untuk beberapa keperluan yang selama ini
berjalan masing2. Sehingga ada efisiensi biaya produksi dan pemasaran yang “cukup
sangat signifikan sekali”.
Oleh karena itu harus ada kerjasama “seluas-luasnya, kepada semua institusi terkait,
Dunia Usaha dan Dunia Industri untuk bersama-sama menciptakan perekonomian
indonesia yang lebih baik, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat indonesia melalui
Pengembangan Industri berbasis SMK. Hal ini dapat saling membantu antara pendidikan
dengan kebutuhan dunia industri.
9. PTK akan efektif bila digunakan guru outsourcing yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman tertentu
Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah. Oleh karena itu, ia dituntut
untuk mengenal tempat bekerjanya itu. Pemahaman tentang apa yang terjadi sekolah
akan banyak membantu mereka memperlancar tugasnya sebagai pengelola langsung
proses belajar mengajar. Tenaga pendidik dan laboran di SMK harus benar – benar
mempunyai keahlian baik teori maupun praktek serta selalu dapat mengikuti
perkembangan pendidikan serta teknologi dan merupakan tenaga perdidik yang
bersertifikat. menggunakan guru outsourcing yang benar benar menguasai seluk beluk
pekerjaan, alat, bahan dan lingkungan dunia industri akan memberikan pemahaman
konsep terhadap peserta didik tentang apa yang akan mereka lakukan ketika sampai di
industri sehingga peserta didik betul betul telah siap bekerjja. Hal ini akan memberikan
penghematan terhadap industri karena dapat mengurangi biaya dan tenaga dalam
melakukan training terhadap tenaga kerja baru.
Adapun Karakteristik Pendidikan Kejuruan antara lain :
1. Mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja.
Keunggulan industri suatu bangsa, sangat ditentukan oleh kualitas tenaga terampil yang
terlibat langsung dalam proses produksi, tenaga kerja yang berada di “front-line”. Karena
itu, mutu tenaga kerja pada bagian ini harus ditingkatkan. Alasan pentingnya tenaga
terampil yaitu: (a) Tenaga kerja terampil memegang peranan penting dalam menentukan
tingkat mutu dan biaya produksi; (b) Tenaga kerja terampil sangat dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan industrialisasi suatu negara; (c) Tenaga kerja terampil
merupakan faktor keunggulan menghadapi persaingan global; (d) Penerapan teknologi
agar berperan menjadi faktor keunggulan tergantung tenaga kerja terampil yang
menguasai dan mampu mengaplikasikannya; (e) Orang yang memiliki keterampilan
memiliki peluang tinggi untuk bekerja dan produktif. Semakin banyak warga suatu
bangsa yang terampil dan produktif maka semakin kuat kemampuan ekonomi negara
tersebut; (f) Semakin banyak warga suatu bangsa yang tidak terampil, maka semakin
tinggi kemungkinan pengangguran yang akan menjadi beban ekonomi Negara.
Struktur ketenaga kerjaan suatu Negara cendrung berbentuk piramida dimana kebutuhan
tenaga kerja terampil tingkat menengah selalu lebih banyak. Pendidikan kejuruan adalah
pendidikan yang berfungsi menghasilkan tenaga kerja terampil pada tingkat menengah.
2. Didasarkan atas kebutuhan dunia kerja
Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengembangan
Sumber Daya Manusia SMK yang diperkenalkan pada tahun 1993/1994 adalah
pendidikan Link and Match, yaitu pendidikan SMK harus bersifat link and match dengan
kebutuhan baik itu kebutuhan peserta didik maupun kebutuhan masyarakat dengan
harapan akan tercipta kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Inti dari konsep link
and match yaitu: (a) adanya keterkaitan antara program pendidikan yang diberikan di
sekolah dengan kebutuhan masyarakat secara luas, dan (b) adanya kesesuaian atau
kecocokan antara program dan produk pendidikan di sekolah dengan kebutuhan
masyarakat (Djojonegoro, 1998, di dalam fajar hendro). Sehingga lulusan sekolah
menengah kejuruan benar- benar dibutuhkan oleh dunia industri. Oleh karena itu
pengembangan kurikulumnya harus memperhatikan perkembangan dunia industri.
Focus pada penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta memahami nilai- nilai
1. Penilaian berbasis hand on / performa di dunia kerja
Pendidikan kejuruan yang senantiasa berorientasi ke dunia kerja dapat dilihat Kriteria
keberhasilan lulusannya yaitu in school succes dan out of school succes. Kriteria
pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi persyaratan
kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang
kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di
dunia kerja yang sebenarnya.
2. Hubungan dengan dunia kerja adalah kunci PTK
Erat kaitannya dengan mahalnya penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan,
dan tingginya tuntutan dan relevansi dengan dunia kerja/ industri, maka hubungan
kerjasama antara dunia pendidikan dengan industri merupakan ciri karakteristik yang
penting bagi pendidikan kejuruan.
Sistem pendidikan di jerman, Bersama-sama antara Pemerintah dan Industri
menyusun dan mendesain kerangka pendidikan kejuruan dan demikian juga pelatihan.
Kerjasama dapat mencakup pembiayaan dan pengembangan kurikulum dan
implementasinya, serta bersama-sama melaksanakan assessment proses dan lulusan
pendidikan kejuruan itu. Demikian juga dilakukan sebuah kesepakatan tentang
sertifikasi kompetensi yang mencerminkan harapan kualitas lulusan dengan tuntutan
kompetensi sesuai standar yang berlaku di Industri.
Chaloun dan finch dalam (tim pengembang pend FIP UPI) 2007: 387 “Vocational
education is planed and conducted in close cooperation wwith business and industry”.
Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan dunia kerja menampung peserta
didik unrtuk mendapat kesempatan mendapatlkan pengalaman belajar di lapangan
kerja/ industry, informasi kecenderungan ketenagakerjaan yang merupakan bahan
untuk dijabarkan kedalam perencanaan dan implementasi program pendidikan dan
bentuk kerjasama lainnya yang saling menguntungkan.
Responsif dan antisispatif terhadap perkembangan teknologi
Learning by doing and hands on by experience
Fasilitas mutakhir dan up to date
Kebijakan dan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah merupakan arahan
yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi, sehingga
pengembangan program keahlian di SMK dapat disesuaikan dengan tuntutan DUDI
bukan berdasarkan minat sesaat dari peserta didik tanpa memperdulikan mutu dan
kualitas lulusan SMK.
Pendidikan kejuruan mahal karena membutuhkan peralatan mutakhir dan up to date
yang akan mendukung proses belajar peserta didik melalui praktik di sekolah.
Sebagian besar lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kurang mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan / perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak mudah dilatih kembali atas kekurangannya. Betapa tidak,
peralatan yang dipergunakan untuk praktek di sekolah merupakan peralatan yang
sudah sangat tua dan kuno serta sudah tak digunakan lagi di industri. Sangat berbeda
dengan peralatan yang canggih yang kini tersedia di industry, sehingga untuk
mengoperasikan peralatan di industry, memerlukan pengetahuan dan teknik tersendiri
yang membutuhkan waktu tidak sedikit. Peralatan praktek yang sudah tua sudah
semestinya diganti dengan peralatan baru yang sesuai perkembangan iptek dan
perkembangan di dunia industri, tetapi untuk melakukan semua itu tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Semua itu membutuhkan biaya yang tidaklah sedikit.
Contohnya Mesin offset untuk jurusan kegrafikaan, untuk mengganti mesin offset
harus menyediakan uang hampir atau bahkan ratusan juta rupiah, itupun baru
peralatan yang bekas.
3. Biaya investasi dan operasional yang besar
Sekolah menengah kejuruan dibangun untuk mengnhasilkan lulusan yang kompeten
dan siap kerja. Untuk itu, membutuhkan biaya yang lebih besar bila dibandingkan
dengan sekolah umum. Betapa tidak, sekolah smk harus menggunakan peralatan
mutakhir yang mahal serta membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit. Sekolah
menengah kejuruan yang tidak memperhatikan ha l tersebut akan tergilas dengan
kemajuan teknologi dan perkembangan dunia industri.
Hasil dari dunia pendidikan berupa lulusan SMK atau Politeknik yang memang
dipersiapkan untuk segera memasuki dunia kerja masih jauh dari harapan. Ada
beberapa sekolah kejuruan atau politeknik yang lulusannya langsung dapat masuk
kepasar kerja. Mereka mempunyai peralatan latihan kerja yang memadai, biasanya
merupakan proyek percontohan atau bekerjasama dengan industri tertentu. Sekolah
kejuruan dan politeknik yang berjalan tanpa menyediakan peralatan latihan kerja yang
memadai, akan ketinggalan teknologi dan lulusannnya masih harus dibekali dengan
ketrampilan untuk dapat memenuhi standard industri.
Asumsi Penyelenggaraan PTK
Adapun Asumsi dalam penyelenggaraan PTK antara lain :
1. PTK dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable.
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja baik
bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang merupakan
salah satu institusi yang menyiapka tenaga kerja dituntut mampu menghasilkan
lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan dunia industri.
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai
dengan bidangnya, memiliki adaptasi dan daya saing yang tinggi. Untuk dapat
mengembangkan tenaga kerja yang dapat bersaing di pasar industri, maka perlu
pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan industri,
yang didukung oleh sarana dan prasarana praktikum yang memadai.
2. PTK didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial untuk dapat
berkompetensi di dunia industri.
Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja dimana pelatihan
pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi dan kompetensi untuk
proses yang berhubungan dengan bekerja. Perusahaan bersedia bekerja sama dalam
program PSG ini dikarenakan ada beberapa alasan dan keuntungan yaitu dengan
memberikan training maka keberadaanya dinyatakan sebagai lembaga yang
mmeberikan pertimbangan untuk penawaran pelatihan yang dapat langsung dinikmati
oleh perusahaan dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat
memperoleh hasil dari perusahaan.
3. Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum
Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta
didik dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu yang pro kontra. ada yang menerima
dengan baik tetapi tidak sedikit pula yang menentang. Dualisme pendidikan akan
memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan menentukan pilihan,
apakah akan melanjutkan ke pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja.
Konsekwensinya, penataan pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara
pelajaran kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan
tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung lebih banyak dari jam
pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya SMK
dengan SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya
pendidikan kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang tujuan
utamanya adalah memproduksi peserta didik siswi yang siap bekerja yang memiliki
keahlian khusus di bidang tertentu.
Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah
semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada
pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki
peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan
umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan
dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas
pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.
F. Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan
Model perencanaan dan pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan kejuruan
tidak terlepas dari tujuan pendidikan kejuruan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Tujuan pendidikan kejuruan seara umum
adalah untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja dengan dibekali
kompetensi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut, diterjemahkan dalam kurikulum yang dikembangkan sesuai karakteristik
pendidikan kejuruan.
Perencanaan dan pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan didasarkan pada
landasan konseptual yaitu: landasan filosofis, yuridis, sosiologi, dan psikologi. Dari keempat
konsep model pengembangan kurikulum pembelajaran dan memperhatikan karakteristik
pendidikan kejuruan, maka konsep model pembelajaran pendidikan kejuruan disajikan dalam
bagan berikut :
1. Kurikulum Pembelajaran Berorientasi Tenaga Kerja
Dari bagan tersebut, model pengembangan kurikum pembelajaran vokasi (pendidikan
kejuruan) dapat dijelaskan sebagai berikut (1) untuk merumuskan tujuan umum
pendidikan kejuruan yang memiliki karakteristik kurikulum pendidikan kejuruan
bersumber dari Siswa, Masyarakat DU/DI, dan Keilmuan sesuai dengan bidang yang
dikembangkan, (2) Hasil analisis data dari ketiga sumber tersebut sebagai dasar dalam
merumuskan tujuan (goal) dan sasaran (objective) pendidikan kejuruan, (3) Rumusan
tujuan yang telah ditetapkan, untuk selanjutnya disaring berdasarkan landasan filosofi
dan psikologi yang telah dirumuskan yang sesuai dengan pendidikan kejuruan, (4)
Hasil dari penyaringan tujuan umum oleh landasan filosofi danpsikologi, merupakan
rumusan tujuan khusus pembelajaran yang menjadi dasar untuk melakukan pemilihan
pengalaman belajar, organisasi, dan orientasi pembelajaran (tahap implementasi
kurikulum), (5) Tahap akhir dari model tersebut adalah evaluasi proses yang
digunakan sebagai balikan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan sebagai
evaluasi hasil belajar siswa untuk menentukan masing-masing bidang, (6) Evaluasi
secara keseluruhan terhadap kurikulum yang diimplementasikan diperlukan untuk
mengetahui keberhasilan kurikulum dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, hal
tersebut dapat diukur dari keberhasilan peserta didik (lulusan) yang diserap oleh dunia
kerja (outcome).
Kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang
dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
adalah Link and Match, yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya
dan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industri khususnya. Beberapa
prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan Link and
Matchdiantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Pembaharuan model penyelenggaraan pendidikan di SMK dimulai sejak dilaksanakan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) tahun 1994, dan dilengkapi dengan sejumlah
perangkat pelaksanaannya. Dalam perkembangan selanjutnnya, pelaksanaan PSG
lebih dimantapkan lagi dengan menggunakan acuan yang lebih mendasar yaitu yang
tertulis dalam buku “Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Global” yang disusun
oleh Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997). Kemudian, penyelenggaraan PSG
dibakukan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor
323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah
Kejuruan tanggal 31 Desember 1997, yang memuat komponen-komponen yang
diperlukan dalam penyelenggaraan PSG. Inti dari PSG ini adalah upaya untuk
mendekatkan pendidikan kejuruan ke dunia usaha/industri.
PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian
profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di
sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja
langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional
tertentu. Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta
didik ke dunia kerja dan ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap
dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di tingkat SMK, masyarakat dan dunia
usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika tersebut.
Pada PSG program pendidikan direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi bersama
secara terpadu antara sekolah kejuruan dengan institusi pasangannya, sehingga fungsi
operasional dilapangan dilaksanakan bersama antara kepala sekolah, guru, instruktur
dan manager terkait, untuk itu perlu diciptakan adanya keterpaduan peran dan fungsi
guru serta instruktur sebagai pelaku pendidikan yang terlibat langsung dalam
pelaksanaa PSG dilapangan secara kondusif.
Dalam upaya merealisasikan kebijakan link and match melalui pelaksanaan PSG,
selain diperlukan guru SMK yang profesional diperlukan instruktur yang mewakili
dunia usaha/industri yang profesional pula. Instruktur dalam PSG memiliki fungsi dan
peranan yang sangat penting dan strategis dalam menentukan keberhasilan peserta
PSG. Sehingga salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan
PSG adalah guru dan instruktur, oleh sebab itu baik guru maupun instruktur dituntut
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan peran dan fungsinya
masing-masing dalam PSG.
Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan “prakerin” merupakan bagian dari
program pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di Dunia
Kerja, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan sistim pendidikan di SMK yaitu
Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Program prakerin disusun bersama antara sekolah
dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai
kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan SMK.
Tujuan Prakerin yaitu :
a. Pemenuhan Kompetensi sesuai tuntutan Kurikulum.
Penguasaan kompetensi dengan pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Jika ketersediaan fasilitas terbatas, sekolah
perlu merancang pembelajaran kompetensi di luar sekolah (dunia kerja mitra).
Keterlaksanaan pembelajaran kompetensi tersebut bukan diserahkan sepenuhnya ke
dunia kerja, tetapi sekolah perlu memberi arahan tentang apa yang seharusnya
dibelajarkan kepada peserta didik.
b. Implementasi Kompetensi ke dalam dunia kerja.
Kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki peserta didik, melalui latihan dan
praktik di sekolah perlu diimplementasikan secara nyata sehingga tumbuh kesadaran
bahwa apa yang sudah dimilikinya berguna bagi dirinya dan orang lain. Dengan
begitu peserta didik akan lebih percaya diri karena orang lain dapat memahami apa
yang dipahaminya dan pengetahuannya diterima oleh masyarakat.
c. Penumbuhan etos kerja/Pengalaman kerja.
SMK sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menghantarkan
tamatannya ke dunia kerja perlu memperkenalkan lebih dini lingkungan sosial yang
berlaku di dunia kerja. Pengalaman berinteraksi dengan lingkungan dunia kerja dan
terlibat langsung di dalamnya, diharapkan dapat membangun sikap kerja dan
kepribadian yang utuh sebagai pekerja.
Prinsip Penyelenggaraan PTK antara lain :
Pelaksanaan pendidikan kejuruan yang berbeda dengan pendidikan umum memiliki prinsip
dalam penyelenggaraannya antara lain :
a. PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di
lingkungan kerja.
Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia
industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya
bengkel yang lengkap dengan alat dan bahannya akan memberikan pengalaman
belajar yang hampir sama dengan di lapangan sehingga ketika peserta didik
berinteraksi langsung dengan dunia industri, telah memiliki kemandirian dan
keterampilan kerja sesuai yang diharapkan. Untuk membuat suatu replica sesuai
lingkungan kerja, maka diperlukan biaya yang besar sehingga kami yakin bahwa
tidak semua sekolah kejuruan dapat melakukan hal tersebut karena masalah
pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama dengan industri sangat diperlukan untuk
mewujudkan hal ini. Misalnya menerima peserta didik
b. PTK akan efektif Jika diberikan tugas dengan cara, alat dan tempat kerja seperti
di dudi.
Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus berstandar dan
selalu mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat bagi peserta
didik.Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi
tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Manajemen
prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam menunjang tujuan pendidikan yang
sekaligus menunjang pembangunan nasional, oleh karena itu diperlukan
pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam implementasinya
tidak salah arah.
c. PTK efektif jika latihan dapat membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan
berfikir dengan benar.
Menurut Brooks&Broks , 2001 dalam john,2008 dalam dedy: 2010 bahwa dalam
pandangan konstruktivis, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak,
akan tertapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka,
menemukan pengetahuan, merenung dan berfikir secara kritis. Dalam kegiatan
belajar mengajar, seorang guru merupakan fasilitator serta harus senantiasa memberi
bimbingan motivasi kepada anak untuk selalu menjadi orang yang baik dalam hal ini
mencakup tiga hal pokok yaitu, baik dalam pendidikan yaitu menguasai
pengetahuan, keterampilan(skill), baik dalam kehidupan social yaitu senantiasa
berfikir maju, jujur, berdisiplin tinggi, serta baik terhadap sang maha pencipta yaitu
beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa sehingga segala sesuatu yang ia
lakukan senantiasa berlandaskan pada etika dan dan agama yang akan memlahirkan
sutu perbuatan/tindakan/ sikap yang baik dan benar.
d. PTK akan efektif jika gurunya memiliki pengalaman dalam menerapkan
keterampilan dan pengetahuan pada orasi kerja yang riil
Kualifikasi tenaga pendidikan kejuruan merupakan salah satu hal yang fundamental
untuk memperoleh kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Para tenaga pendidik
kejuruan harus menguasai dan memahami konsep Pedagogik Kejuruan). Selain itu,
mereka juga harus memiliki pengalaman mengajar dan pengatahuan tentang dunia
kerja serta memiliki keahlian di bidangnya. Dengan memahami dari konsep
Pedagogik Kejuruan para Guru (mampu mendesain strategi pembelajaran
berlandaskan kurikulum yang telah disempurnakan bersama-sama pemerintah dan
industry. Kemampuan Pedagogik bukan hanya suatu konsep yang diterapkan secara
teoritis tetapi juga menggunakan dan mengembangkannya melalui pembelajaran
yang dilakukan di bengkel/ lab. Sehingga para peserta didik tetap dikendalikan
dengan konsep Pedagogik yang benar sesuai dengan semangat dan jiwa dari suatu
jenis pekerjaan. Sehingga dalam proses belajar mengajar, peserta didik seakan
merasa bahwa mereka berada dalam lingkungan industry yang nyata.
e. PTK harus memperhatikan permintaan pasar
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan
nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu
mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan
perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada
peserta didik pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan
bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam
kariernya sepanjang hayat. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan
kejuruan diorientasikan pada permintaan pasar kerja. Orientasi berdasarkan
permintaan pasar dapat dilakukan dengan pengembangan kurikulum yang
mempertimbangan perkembangan dunia industri.
f. PTK dilaksanakan dengan metode berbasis realitas (work based learning)
Work-Based Learning (WBL) adalah bentuk pembelajaran kontekstual dimana
proses pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan meliputi program yang
terencana dari pelatihan formal dan mentoring, dan pencarian pengalaman kerja
yang mendapatkan gaji. WBL secara ekspresif menggabungkan antara pengetahuan
teori dengan pengetahuan praktik, WBL percaya bahwa tempat kerja menawarkan
kesempatan yang banyak untuk belajar seperti di ruang kelas. Sistem magang
merupakan salah satu bentuk WBL. Dalam sistem ini peserta didik belajar dengan
seorang ahli atau maestro melalui pengamatan dan imitasi perilaku dan cara kerjanya
dengan intens sehingga bisa mendapatkan pengalaman spesifik.
g. PTK akan efektif dengan administrasi dan pengelolaannya fleksibel dan
berbasis kebutuhan
Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada
tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah
setempat. Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat
tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi
SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara
teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja
di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya
kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan
pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”. Jadi apabila program keahlian
tertentu dibutuhkan oleh industri, maka perlu dibuka program keahlian baru
dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah tidak dibutuhkan oleh
masyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu ditutup dahulu untuk
menghemat biaya operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh
masyarakat, maka program keahlian tersebut bisa dibuka kembali.
h. Membutuhkan biaya yang besar tetapi kalau tidak terpenuhi, sebaiknya tidak
dipaksakan
Sebesar-besarnya anggaran yang ada tentu tidak dapat memenuhi semua
perkembangan kebutuhan sarana prasarana SMK yang mengikuti pertumbuhan
jumlah peserta didik SMKnya. untuk mempercepat penetrasi pemerataan ke setiap
SMK yang muncul, perlu inovasi bagaimana dapat menciptakan sarana prasaran
yang murah. Karena pemerintah belum sepenuhnya mampu memberikan fasilitas
yang lengkap sesuai yang ada di dunia industri, maka kerjasama antara dunia
industri dan dunia SMK menjadi salah satu jawaban, dimana terdapat sharing
resources untuk beberapa keperluan yang selama ini berjalan masing2. Sehingga ada
efisiensi biaya produksi dan pemasaran yang “cukup sangat signifikan sekali”.
Oleh karena itu harus ada kerjasama “seluas-luasnya, kepada semua institusi terkait,
Dunia Usaha dan Dunia Industri untuk bersama-sama menciptakan perekonomian
indonesia yang lebih baik, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat indonesia
melalui Pengembangan Industri berbasis SMK. Hal ini dapat saling membantu
antara pendidikan dengan kebutuhan dunia industri.
i. PTK akan efektif bila digunakan guru outsourcing yang memiliki pengetahuan
dan pengalaman tertentu
Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah. Oleh karena itu, ia
dituntut untuk mengenal tempat bekerjanya itu. Pemahaman tentang apa yang terjadi
sekolah akan banyak membantu mereka memperlancar tugasnya sebagai pengelola
langsung proses belajar mengajar. Tenaga pendidik dan laboran di SMK harus
benar – benar mempunyai keahlian baik teori maupun praktek serta selalu dapat
mengikuti perkembangan pendidikan serta teknologi dan merupakan tenaga
perdidik yang bersertifikat. menggunakan guru outsourcing yang benar benar
menguasai seluk beluk pekerjaan, alat, bahan dan lingkungan dunia industri akan
memberikan pemahaman konsep terhadap peserta didik tentang apa yang akan
mereka lakukan ketika sampai di industri sehingga peserta didik betul betul telah
siap bekerjja. Hal ini akan memberikan penghematan terhadap industri karena dapat
mengurangi biaya dan tenaga dalam melakukan training terhadap tenaga kerja baru.